Anda di halaman 1dari 7

1.

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang besar


(megabiodiversity). Keanekaragaman hayati yang ada ini meliputi keanekaragaman
tumbuhan mulai dari tingkat rendah (tumbuhan yang tidak memiliki klorofil) sampai tingkat
tinggi (tumbuhan yang memilki klorofil). Sebagai daerah tropis, wilayah indonesia
merupakan wilayah yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
seperti jamur. Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah, dimana dalam kehidupannya akan
selalau menjadi parasit dan atau saprofit.

Sebenarnya kerugian akibat serangan jamur setiap tahunnya sangat besar, namun
masih jarang dilakukan penelitian-penelitian maupun publikasi untuk mengetahui seberapa
besar kerugian yang terjadi akibat serangan jamur. Sebagai contoh Amerika Serikat kerugian
akibat pelapukan bangunan diduga lebih dari 200 juta dolar per-tahun.

Jamur lapuk putih yang awalnya hanya sebuah parasit, tetapi pada beberapa tahun
belakangan ini dilakukan penelitian dengan memanfaatkan jamur tersebut untuk mengelolah
beberapa parameter pada limbah cair. Jamurini bersifat saprofit termasuk dalam jamur
pelapuk dan pengubah susunan zat organic mati, maksudnya jamur tersebut mengambil
makanannya dari organik yang sudah mati seperti kayu yang tumbang. Jamur ini
mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana jadi mudah diserap oleh hifa.Kemampuan
jamur tersebut mengeluarkan enzim hidrolase dapat mengubah susunan zat organik yang
kompleks menjadi sederhana dan bisa menurunkan kandungan zat warna di dalam limbah
cair ( Utami, 2009).

Pengolahan limbah secara kimia menggunakan koagulan dalam proses koagulasi dan
flokulasi dapatmemberimasalahlingkungan yang baru, yaitu dihasilkannya lumpur dalam
jumlah yang besar. Selain itu penghilangan zat warna tidak dapat berlangsungs ecara optimal,
karena zat warna tetap tertinggal dalam kadar cukup tinggi di dalam air hasil pengolahannya.
Penghilangan zat warna pada limbah dengan menggunakan jamur lapuk putih dengan cara
mencelupkan atau merendamkan jamur lapuk putih kedalam limbah mendapatkan hasil yang
optimal (KandelbauerdanGuebitz, 2007).

Jamur lapuk putih juga dapat menghilangkan warnad alam suatu media, dengan cara
tidak meningkatkan kadar racun dalam media tersebut (Ramsay danGoodde, 2004).
Prinsip yang digunakan dalam pengolahan limbah cair secara kimia pada proses
koagulasi-flokulasi adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan
pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkan (mengendapkannya). Pada
umumnya bahan sejenis senyawa anorganik dengan sifat – sifat tertentu, seperti tawas, garam
Fe(II), garam Fe(III) dan Poli Aluminium Chloride (PAC) dapat digunakan sebagai koagulan.

Jenis koagulan yang terbuat dari tawas, senyawa besi dan PAC memiliki kelebihan
dan kekurangannya. Seperti tawas semakin banyak ikatan molekul hidrat maka semakin
banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Koagulan
dengan menggunakan senyawa besi semakin tinggi dosis koagulan yang digunakan akan
menghasilkan efisiensi penghilangan warna yang lebih besar pula, akan tetapi residu
koagulan akan semakin besar.

Dibandingkan dengan jenis koagulan yang lainnya pengguaan jamur lapuk lebih
efisien dan lebih ramah lingkungan,hal ini dikarnakan flok-flok yang dihasilkan tidak
berbahaya bagi lingkungan karena berfungsi untuk menurunkan kekeruhan dengan cara
menyerap dan menggumpalkan, sehingga terbentuk gumpalan. Oleh karena itu, dengan
ditemukannya metode pengolahan limbah dengan menggunakan jamur lapuk putih, dapat
diharapkan terwujudnya industri yang eco-friendly.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan


memanfaatkan jamur lapuk putih sebagai koagulan untuk menurunkan kadar zat warna,
kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid) dan COD (Chemical Oxygen Demand) di
dalamlimbahcair.

2. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan koagulan jamur lapuk putih dalam menurunkan zat warna,
kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid) dan COD (Chemical Oxygen Demand)dalam limbah
cair industri pada proses koagulasi / flokulasi.

2. Mengetahui dosis optimum koagulan jamur lapuk putih pada proses koagulasi / flokulasi.
3. Ruang Lingkup

Jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis jamur lapuk putih yang
diperoleh dari ...

4. Metodologi Penelitian

Tahap penelitian ini meliputi:

4.1 Tahap Persiapan

4.1.1 Perlakuan Terhadap Jamur

4.1.2 Perlakuan Terhadap Limbah

4.2 Tahap Pelaksanaan

4.3 Tahapan Analisis

4.3.1 Analisis Terhadap Warna Ditentukan Dengan Spektrofotometri

4.3.2 TSS (Total Suspended Solid) Ditentukan Dengan Gravimetri

4.3.3 Turbiditas Dengan Turbidimeter

4.3.4 COD (Chemical Oxygen Demand)

4.3.5 Analisis pH Dengan Menggunakan pH Meter

4.4 Tahapan Perhitungan

Menghitung efisiensi jamur lapuk putih sebgai koagulan.

5. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan terdapat pada tabel 5.1 dan 5.2

Tabel 5.1 Daftar Kebutuhan Alat


No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
1 Peralatan “JARTEST” - 1 Unit

2 pH meter - 1 Unit

3 Turbidimeter - 1 Unit

4 Sectrofotometer - 1 Unit

5 Gelas kimia Vol. 1 L, 250 ml, 100ml 10 Buah

6 Gelas ukur Vol 1L, 10 ml, dan 50 ml 3 Buah

7 Hach COD Digester - 1 Unit

8 Dosimat - 1 Unit

9 Tabung Hach - 10 Buah

10 Batang Pengaduk - 2 Buah

11 Erlenmeyer - 10 Buah

12 Labu Takar Vol. 50ml, 100ml, 250 ml 5 Buah

13 Pipet Seukuran Vol. 5 ml, 10 ml, 25 ml 3 Buah

14 Corong Kecil - 1 Buah

15 Pipet Tetes - 2 Buah

16 Pompa Vakum - 1 Unit

17 Desikator - 1 Unit

18 Kaca Arloji - 2 Buah

19 Botol Aquadest - 1 Buah

20 Spatula - 1 Buah

21 Corong Besar - 1 Buah

22 Neraca Analitik - 1 Unit

23 stiler - 3 Buah

24 Oven - 1 Unit

25 Furnace - 1 Unit

26 Cawan pijar - 6 Buah

27 Desikator - 1 Buah

28 Penjepit Cawan - 2 Buah

Tabel 5.2 Daftar Kebutuhan Bahan


No. Nama Bahan Jumlah

1 Jamur Lapuk Putih 5 kg

2 H2SO4 pekat 1l

3 Aquadest 10 l

4 Ag2SO4 25 gr

5 K2Cr2O7 250 gr

6 HgSO4 25 gr

7 (NH4)2Fe2SO4. 6H2O 500 gr

8 Pt-Co 25 gr

9 KCl 50 gr

10 Kertas Saring 1 pack

11 Kertas Wathman 1 pack

12 Indikator Ferroin 50 ml

6. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

7. Perkiraan Biaya

Perkiraan biaya yang dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.1

Tabel 7.1 Daftar Perkiraan Biaya

Rancangan Biaya Penelitian

Kuantitas Harga/satuan Jumlah total

Jamur Lapuk Putih 5 kg Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-


1L Rp. 315.000,- Rp. 315.000,-
H2SO4 pekat
Bahan Aquadest 10 L Rp. 1000,- Rp. 10.000,-
Habis
Ag2SO4 25 gr Rp. 51.000,- Rp. 1.275.000,-
Pakai
K2Cr2O7 250 gr Rp. 1.900,- Rp. 475.000,-

HgSO4 25 gr Rp. 34.280,- Rp. 875.000,-

(NH4)2Fe2SO4. 6H2O 500 gr Rp. 1000,- Rp. 500.000,-

Pt-Co 25 gr Rp. 50.000,- Rp. 1.250.000,-

KCl 50 gr Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-

Perjalanan Biaya perjalanan / 3x Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-


transportasi

Analisis pH 20x Rp. 10.000,- Rp. 200.000,-

Spektrofotometer 10x Rp. 50.000,- Rp. 100.000,-

Turbidimeter 10x Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-

Pelaporan Laporan kemajuan 3x Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-

Laporan kegiatan akhir 3x Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-

Total biaya Rp. 6.305.000,-

Anda mungkin juga menyukai