PENDAHULUAN
Fungsi anggota badan (Ekstrernitas) manusia bagian atas yang terdiri atas lengan
dan tangan adalah bagian yang sangat penting bagi kehidpan kita sehari-hari. Kita
mempergunakan anggota badan bagian atas tersebut antara lain untuk
membersihkan diri, mengenakan pakaian, makan, minum, mengendarai
kendaraan, menyelesaikan pekerjaan kita masing-masing serta masih banyak
kegiatan sehari-hari yang mempergunakan anggota badan bagian atas.
Agar lengan daan tangan tersebut dapat berfungsi dengan baik, selain otot-
otot dan persyarafannya harus baik, maka persendian harus dapat berfungsi secara
baik pula. Adanya gangguan pada persendian yang berupa terbatasnya gerakan
kegiatan kita sehari-hari. Salah satu sendi pada anggota badan bagian atas yang
Gangguan sendi bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri
pada bahu, terutama rasa nyeri yang timbul sewaktu menggerakkan bahu,
1
pada kasus nyeri bahu pada pelaksanaannya menggunakan cara antara lain : terapi
panas, terapi dingin dam modalitas lain yang dianggap cocok. Dari sekian banyak
modalitas fisioterapi yang ada, terapi latihan merupakan pilihan yang tepat untuk
mencegah gangguan fungsi sendi. Dengan adanya tugas akhir ini dapat diketahui
proses terapi latihan dalam mencegah dan mengobati gangguan fungsi sendi bahu.
akhir.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan, misalnya pada
berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ
Gambar 1.
Keterangan :
1. Sendi Glenohumeralis
3
2. Sendi Suprahumeralis
3. Sendi Akromioklavikularis
4. Sendi Sternoklavikularis
5. Sendi Skapulocostalis
6. Sendi Costosternalis
7. Sendi Costovertebralis
Sendi ini termasuk klasifikasi sendi bola dan mangkuk (ball and soket)
dimana kaput humerus yang berberntuk hampir setengah bola dengan diameter
tiga sentimeter berhubungan dengan fossa glenoidalis dari skapula. Segera akan
tampak bahwa ada ketidaksesuaian antara dua bagian tulang yang mengadakan
persendian ini, dimana ‘bola’ dari caput humeri yang bernilai sudut 1530 masuk ke
dalam ‘mangkuk’ dari fossa glenoidalis yang bernilai sudut 750. Keadaan ini
tepi fossa glenoidalis serta menghadapnya fossa glenoidalis agak ke atas membuat
Kapsul sendi ini sangat tipis dan di bagian depan diperkuat oleh
yang disebut foramen weitbrecht. Dengan demikian daerah ini merupakan daerah
humerus ke anterior.
Terdapat tiga buah busa yang berhubungan dengan kavum sinovium, yaitu
4
memudahkan pergerakan otot-otot deltoideus supraspinatus, infraspinatus, teres
2. Sendi Suprahumeral ( 3 )
sendi glenohumeralis terhadap trauma dari atas dan mencegah dislokasi ke atas
anterior dan medialnya oleh proccesus kcrakoideus dan dia atasnya terdapat
dan tendon supraspinatus, superior dari kapsul glenohumeral, tendon biseps dan
yang ada di bawahnya. Pergerakan ini memerlukan koordinasi kerja otot yang
halus, kelenturan (laxity) jaringan lunak dan gerakan eksorotasi dari humerus
5
permukaan atas dari proccesus akromialis dan di belakang oleh aponeurosis dari
otot trapezius dan deltoid. Stabilitas klavikula oleh ligamen korakoklavikular
sebenarnya terdiri dari 2 ligamen, yaitu ligamen conoid dan ligamen trapezoid)
yang mengikat klavikula dengan proccesus korakoid.
Rotasi dari klavikula primer terjadi bila lengan diabduksi lebih dari 90 0
(waktu skapula berotasi ke atas), maka terjadi rotasi klavikula mengitari sumbu
panjangnya. Elevasi pada sudut 300 pertama terjadi pada sendi sternoklavikularis
dan 300 berikutnya terjadi akibat rotasi klavikula pada sumbu panjangnya.
diantaranya terdapat otot subskapularis dan serratus anterior yang disebut juga ‘a
Gerakannya ada dua tipe, yaitu translasi (gerak dari skapula ke atas, ke bawah, ke
depan dan ke belakang) dan gerak rotasi melalui sumbu tegak lurus. Biasanya
bahu. Mereka menemukan bahwa dua pertiga dari gerakan tersebut dilakukan
yang konstan.
6
5. Sendi Sternoklavikular ( 11 )
kartilago tulang rusuk pertama, membagi sendi sternoklavikular menjadi dua unit
superoinferior gliding (elevasi dan depresi dari klavikula) terjadi antara klavikula
dan meniskus. Penghubung antara sternum dan klavikula di bentuk oleh ligamen
6. Sendi Kostosternalis
7. Sendi Kostovertebralis
terdiri dari :
Gerakan kompleks yang dapat dilakukan oleh bahu selain ditunjang oleh
banyaknya sendi pada bahu ( 7 sendi) juga ditunjang oleh banyaknya otot yang
menjadi dua, yaitu kelompok otot yang menggerakkan dan menstabilkan skapula
7
a. Penggerak Sendi Bahu
1. Deltoid
Gerakan : Prime mover fleksi 900 dan adduksi bahu dan sebagai
Origo : akromion
panjang)
tuberkulum majus)
8
4. Infraspinatus
4. Subskapularis
5. Teres minor
Kelima otot di atas disebut juga sebagai otot intrinsik bahu, sedangkan otot nomor
6. Teres Mayor
9
Persyarafan : N. Subskapularis inferior (C5 – C6)
Gerakan : Prime mover ekstensi bahu
7. Latissimus Dorsi
8. Korakobrakhialis
9. Pektoralis Mayor
• Pars klavikularis
• Pars manubrialis
Origo : Sternum
• Pars Sternokostalis
10
Persyarafan : N. Pektoralis medial dan lateral (C5, C6, C7, C8, T1)
bahu.
1. Serratus anterior
2. Rhomboideus mayor
3. Rhomboideus minor
4. Levator skapula
11
Origo : Proccesus transversus cervikalis 1 – 4
5. Pektoralis minor
6. Subsklavius
7. Trapezius
• Superior
• Middle
12
Gerakan : Adduksi skapula
• Inferior
1) Gerakan skapula
cm.
13
geraknya adalah kira-kira 15 cm.
upward tilt.
2) Gerakan humerus
Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari
dibagi menjadi 3 fase. Fase 1, fleksi 00 sampai 500 - 600. Otot yang
14
terlibat yaitu deltoid anterior, korakobrakhialis, pektoralis mayor
minor, teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600 - 1200.
Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari
III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya satu lengan yang fleksi dari spinal
dari abduksi yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tiga
start abduksi dari sendi bahu. Otot-otot yang terlibat yaitu deltoid
Fase II, abduksi 900 –1500 , ketika abduksi 900, disertai fleksi
15
sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi
yang terlibat ialah trapezius atas dan bawah dan seratus anterior.
latissimus dorsi dan pektoralis mayor. Fase III, abduksi 1500 – 1800
dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai gerakan
d. Rotasi
16
tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .
900 .
tik atau minimal 2 titik. Titik pertama terletak diatas sendi yang akan
diukur, titik kedua terletak pada sendi itu sendiri sedangkan titik ketiga
Ketentuan pencatatan :
Ketentuan pencatatan :
17
2.4 Etiologi nyeri bahu ( 2,5,8 )
I. I. Musculoskeletal
1. Degeneratif
2. Traumatik
a. Fraktur
b. Dislokasi
c. Separasi akromioklavikular
3. Keradangan
b. ‘Gout’
4. Tumor
a. Tulang
b. Jaringan lunak
a. Akar saraf
b. Spiral Foraminal
1. Spondilosys
18
2. Hernia diskus intervertebralis fraktur
c. Tumor ekstramedullaris
2. Pleksus Brakhialis
a. Mekanikal
3. ‘Cervikal rib’
b. Trauma
c. Keradangan
d. Tumor
1. ‘Panevast’
2. ‘Adenitia’
a. Tumor indramedullar
b. ‘Syringomeylia’
A. III. Vascular
1. Arterial
1. Emboli
19
2. ‘Vasospatik’
3. Traumatik
4. Atherosklerotik
2. Vena
a. Plebitis
3. Saluran Limfe
a. Limfedema
a. Nyeri angina
b. Infark myokard
2. Kandung Empedu
3. Diafragma
4. ‘Ruptured Viscus’
C. V. Persendian
1. Degeneratif
2. Keradangan
3. Infeksi
4. Metabolik
20
Permukaan sendi Glenokumeral, Acromioclavikular dan Sternoclavikular
yang tidak rata atau tidak sesuai dapat menyebabkan gerak sendi bahu tidak
normal. Permukaan sendi terganggu akibat pembentukan osteofit pasca trauma.
2. Ploriferasi sel-sel synovial
Tebalnya membran synovial menyebabkan rongga sendi bertambah sempit
dan kapsul sendi tidak dapat ditegangkan lagi.
3. Kapsul dan Ligamen
Kapsul dan Ligamen dapat mempengaruhi/menyebabkan gerakan sendi
menjadi terbatas karena pemendekan dan pembentukan jaringan parut. Kapsul
dapat memmendek akibat mobilisasi dan letak kapsul serta Ligamen pada posisi
pendek.
4. Otot dan Tendon
Keduanya dapat mempengaruhi jarak gerak sendi. Otot, tendon dan kapsul
mempunyai sifat ‘remodelling’ artinya kapsul dapat merenggang.
Penulis membatasi pokok masalah nyeri bahu pada muskuloskeletal akibat
degenerasi yang terdiri dari :
I. Tendinitis
II. Bursitis
III. Kapsulitis Adhesiva
21
berat bukan disebabkan oleh proses degenerasi, melainkan terjadi bila lengan
harus diangkat sebatas atas akromion. Posisi yang demikian itu terjadi bila
berlangsung terus menerus akan menyebabkan terjadinya iskemia pada tendon.
Gambar 3
Sirkulasi darah pada daerah bahu ( 5 )
Keterangan :
A. Rotasi ke ‘Rotator Cuff’
B. Daerah iskemia akibat tarikan
22
Gambar 4
Daerah kritis pada tendon otot-otot ‘Rotator Cuff’ ( 5 )
Gambar 5
Proses terjadinya degenerasi ( 5 )
23
Bila terjadi ruptur tendon atau kalsifikasi, dinding bursa ini menjadi tegang.
Permukaan bawah akromion oleh adanya gesekan dan tekanan dari humerus akan
mengeras dan menebal. Pertambahan usia harus dipertimbangkan sebagai faktor
yang berperan penting dalam proses tendinitis degenerativa, meskipun faktor-
faktor yang lain juga memegang peranan. Pertambahan usia juga mempengaruhi
luas gerak sendi yang disebabkan oleh perubahan posisi skapula ini sebagai akibat
dari berkembangnya lengkung kiposis thorakal karena degenerasi diskus
intervertebralis.
24
Keterangan :
A. Tendon M. Supraspinatus (Cuff) antara Ligamen Coracoacromial dan Kaput numeri
B. Tekanan yang berulang-ilang karena kegiatan sehari-hari serta posisi kerja yang salah.
C. Perubahan degeneratif pada Critical Zone
Gambar 7
Evolusi dari kalsifikasi pada Tendinitis dan terjadinya ‘Bursitis’ ( 5 )
25
Keterangan :
1. Posisi normal tendon supraspinatus dan bursa subdeltoid
2. Letak timbunan kalisum pada tendon ‘Cuff’
3. Timbunan kalisum mulai keluar ke ruang di bawah bursa
4. Evakuasi sebagai kalsium, namun sebagian besar masih berada dalam tendon
5. Evakuasi berlanjut, ruptur dalam bursa
6. Perluasan di dalam bursa, berbentuk ‘Dumbbelt’
7. Perlekatan dinding bursa karena penebalan dinding dasar dan atas bursa serta
pengentalan cairan bursa.
Tendinitis pada daerah bahu yang sering terjadi adalah tendinitis supraspinatus
dan tendinitis bisipitalis.
Tendinitis Supraspinatus
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsertio pada tuberkulum majus
humerus akan melewati terowongan pada daerah bahu yang yang dibentuk oleh
kaput humerus (dengan bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya,
dan akromiale sebagai penutup bagian atasnya. Disini tendon tersebut akan saling
tumpang tindih dengan tendon kaput dari longus biseps. Adanya gesekan dan
penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh tendon
otot supraspinatus dan berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus.
Penderita tendinitis yang biasanya datang dengan keluhan nyeri bahu yang
disertai keterbatasan gerak sendi bahu. Bila ditelusuri daerah rasa nyerinya adalah
keseluruh daerah sendi bahu. Rasa nyeri ini dapat kumat-kumatan, yang timbul
pada waktu mengangkat bahu. Pada malam hari, nyeri ini dirasakan terus
menerus dan bertambah nyeri bila lengan diangkat. Keluhan umum yang biasa
disampaikan adalah kesulitan memakai baju, menyisir rambut, memasang konde
26
atau mengambil bumbu di atas rak. Pemeriksaan fisik pada tendinitis
supraspinatus didapatkan adanya :
• Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama abduksi dan eksorotasi
• Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus
• Nyeri pada abduksi bahu antara 600 - 750
• Tes Apley scratch dan mosley-positif (kedua tes ini bukan merupakan tes
khusus bagi tendinitis supraspinatus)
Tendinitis Bisipitalis
Tendon otot biseps dapat mengalami kerusakan secara tersendiri,
meskipun berada bersama-sama tendon otot supraspinatus. Tendinitis ini
biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma akibat jatuh atau dipukul pada
bahu dengan lengan dalam posisi seperti tersebut diatas secara berulang kali.
Tendinitis bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas.
Penderitanya biasanya datang dengan keluhan-keluhan kalau mengangkat atau
menjinjing benda berat. Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis
didapatkan adanya :
• Adduksi sendi bahu terbatas
• Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/sulkus
intertuberkularis)
• Tes ‘yergason’ positif. Bila pada tes ‘yergason’ disamping timbul nyeri juga
didapati penonjolan disamping medial teberculum minus humeri, berarti
tendon bisep tergeser dan berada di luar sulkus bisipitalis.
II. Bursitis
Meskipun peradangan dari bursa, kelainan ini jarang primer, tetapi
biasanya sekunder terhadap kelainan degenerasi dari ‘rotator cuff’. Bursitis
daerah bahu yang sering adalah bursitis subacromialis dan bursitis subcleltoideus.
Penderita bursitis subakromialis memiliki keluhan yaitu penerita tidak dapat
mengangkat lengan ke samping (abduksi aktif), tetapi sebelumnya sudah merasa
pegal-pegal dibahu. Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas. Nyeri
27
ini merupakan nyeri rujukan dari bursitis subacromialis yang khas.
Bursa subdeltoideus merupakan lapisan sebelah dalam dari otot deltoideus
dan akromior serta lapisan bagian luar dari otot ‘rotator cuff’. Bursa ini sedikit
cairan. Gerakan abduksi dan fleksi lengan atas akan menyebabkan dua lapisan
dinding bursa tersebut saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga
akan menyebabkan saling bergesekan. Suatu peradangan pada tendon juga akan
menyebabkan peradangan pada bursa. Gejala klinis Bursitis adalah :
• Nyeri pada lengan bagian luar
• Nyeri tajam, tetap, berdenyut dan lain-lain. Pada keadaan akut, penderita
menggendong tangannya dengan gendongan. Gerakan ke semua arahgerak
akan menimbulkan nyeri
• Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut biasanya 12-
72 jam
• Pada gerakan aktif, ditandai adanya pembatasan pada semua bidang
• Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan
• Pada gerakan pasif. Pembatasan gerak karena nyeri tidak pada kapsula
pattern. Tidak terasa adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang hebat
• Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi gerakan
abduksi 600 atau fleksi 900 biasanya tidak dapat dilakukan tertahan karena
timbulnya rasa sakit.
• Dapat dilakukan kontraksi kuat-kuat tanpa nyeri bila dilakukan dengan hati-
hati
28
Keadaan ini biasanya multilateral, terjadi pada usia diatas 45-60 tahun dan
lebih sering pada perempuan. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoid. Bila
terjadi pada malam hari, sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan
disik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengan (abduksi),
sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya. Hal ini juga
dijumpai adanya atropi otot gelang bahu.
Gejala-gejala klinis antara lain :
• Nyeri pada lengan bagian luar, mungkin menyebar ke daerah segment C 5 dan
C6
• Nyeri dapat tetap atau nyeri gerakan pada LGS tertentu
• Penderita kadang terbangun dari tidur karena timbul nyeri bahu karena
tertindih
• Pada gerakan aktif. Pembatasan LGS pada kapsular pattern
• Sulit atau tidak dapat menyisir rambut atau merogoh saku celana belakang
• Pada gerakan pasif. Pembatasan pada kapsular pattern. External rotasi
tertahan, abduksi setengah tertahan, flexi dan internal rotasi terbatas.
29
BAB III
PENATALAKSANAAN NYERI BAHU
1. Istirahat/terapi dingin
Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkaan masih
bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai proses pembengkaan berhenti. Selama
bahu tidak digerakkan utnuk menghentikan pembengkaan, diberikan kompres
dingin atau es dan obat anti bengkak dan nyeri.
2. Terapi panas
Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti atau pada
bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada jaringan otot yang spasme. Terapi
panas bertujuan :
a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat
b. Mengurangi rasa nyeri
c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme
Terapi panas yang digunakan adalah :
. Terapi panas superficial : HCP,sinar infra merah
. Terapi panas dalam: SWD, MWD, USD
• Terapi panas superfisial ; sinar infra merah
- macam sinar infra merah
a. luminous ( diberikan pada penderitadengan kondisi akut)
b. non luminous ( diberikan pada penderita dengan kondisi
kronis )
- dosis :
a. jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm
b. pada kondisi akut durasi dan frekuensinya 10-15 menit/1
x 1/hari.
• Terapi panas dalam
a. MWD ( Micro Wave Diathermy )
Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan
30
gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang
12,25 cm dan frekuensinya 2.450 mc/detik.
Dosis : jarak emitor dengan kulit pada punggung bawah
antara 10 – 20 cm, intensitas 200 watt, tetapi untuk semua
kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan
frekuensinya 10 – 30 menit/hari ( kondisi akut kurang
dari 10 menit ).
b. SWD ( Short Wave Diathermy )
Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan
arus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33 MHz dan
panjang gelombang 11 meter.
Dosis : Elektrode yang digunakan dengan kondensor
( pad ). Kondisi akut intensitasnya kurang dari 40 mA
( dibawah sensasi panas ), durasi dan frekuensinya 2,5 –
10 menit/hari. Kondisi kronis intensitasnya antara 40 – 60
mA ( panas comfortable ) durasi dan frekuensinya 20
menit/hari.
c. USD ( Ultra Sound Diathermy )
Terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari
gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 0,8 – 1
MHz dan panjang gelombang 1,5 mm.
Dosis : Kondisi akut intensitasnya 0,25 – 0,5 W/cm2 ,
durasi 2 – 3 menit. Apabila tidak ada perbaikan
intensitasnya dinaikkan 0,8W/cm2 , durasinya 4 – 5 menit.
Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2, durasinya 5-10
menit, apabila tidak ada perbaikan intensitasnya
dinaikkan maksimal 3 W/cm2, durasi 10 – 15 menit, jika
tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi
dihentikan mungkin ada penyakit lain.
3. Traksi leher
31
Tujuan traksi ialah relaksasi spasme otot, meluruskan lordosis dari leher,
melebarkan foramen intervertebral,melepaskan permukaan fasetsdan ligamen-
ligamen. Traksi yang digunakan adalah traksi leher statik dan intermitten dari
listrik. Beban traksi diberikan mulai dari sepertujuh sampai dengan sepersepuluh
dari berat badan total atau sesuai dengan toleransi penderita. Waktu yang
diberikan 10 – 20 menit. Pada kondisi akut, traksi diberikan 1x/hari/seri (7-10 x).
Apabila nyeri bertambah pemberian beban dikurangi atau traksi ditunda
pemberiannya.
4. Massage sendi bahu
Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan permukaan
metabolisme setempat, melemaskan otot-otot yang spasme, mengurangi nyeri,
melepaskan perlengketan antar otot dan kapsuler.
5. Manipulasi dan mobilisasi
Manipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi
bahu yang terganggu. Manipulasi dikerjakan dengan gerakan atau doroangan
dengan tiba-tiba dalam amplitudo kecil. Mobilisasi dikerjakan dengan gerakan
pasif bergoyang dua atau tiga kali perdetik.
6. Terapi latihan : di rumah sakit (Gymnasium)
latihan LGS dengan menggunakan : over head pulleys shoulderwell,
finger ladder, dan lain-lain. Latihan yang dapat dilakukan di rumah misalnya
latihan codman, latihan tongkat, dan lain-lain.
32
II. Stadium kronis
I. Terapi latihan pada penderita nyeri bahu stadium akut
Dalam stadium ini gejala peradangan stadium akut yang berupa keluhan
nyeri (nyeri khas, nyeri bahu, nyeri terulur dan nyeri kontraksi), spasme otot dan
gangguan fungsi tampak menonjol. Dalam stadium ini, bahu yang sakit perlu
mendapatkan istirahat/mobilisasi karena penggunaan sendi bahu pasa stadium ini
akan menyebabkan memberatnya gejala dan kerusakan sendi. Untuk
mengistirahatkan sendi bahu yang nyeri baisanya dipakai gendongan. Tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk mengistirahatkan sendi bahu dengan cara lain,
misalnya pemasangan gips sirkuler dengan pemberian posisi optimum yaitu fleksi
300 - 400, abduksi450 dan internal rotasi 450.
Pemberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit sedapat mungkin
dihindarkan karena pemberian istirahat lama sengan alasan apapun akan
memungkinkan terjadinya gangguan fungsi bahu yang dapat berupa pembatasan
jarak gerak sendi dan atau atropi otot sekitar bahu yang justru akan memperburuk
keadaan. Tujuan terapi latihan pada stadium akut ini adalah :
a. Mengurangi nyeri dan spasme otot
b. Mencegah terjadinya pembatasan jarak gerak sendi dan mencegah atropi otot
Dengan cara memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan (assisted)
dan kontraksi statik/isometrik.
a. Latihan pasif
Sebelum program latihan dimulai perlu diberikan penjelasan kepada
penderita tentang tujuan pelaksanaan latihan agar terjalin kerjasama yang baik
antara penderita dengan fisioterapis.
Arah gerakan ke semua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah
gerak yang terhambat karena nyeri atau faktor lain. Luas gerak sendi disesuaikan
dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita.
Latihan pasif juga dapat dilakukan dengan latihan anjuran yang sangat populer
(codman pendular exercise). Penderita berdiri didepan meja dan membungkuk ke
depan. Lengan yang sakit tergantung bebas (rileks) pada sendi bahu
33
(glenohumeracle) tanpa adanya kontraksi otot. Badan digerakkan sehingga lengan
terayun bebas ke depan dan ke belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit
terayun pasif. Pemberat beban harus digantungkan pada pergelangan tangan
seberat 1- 2 kg.
Gerakan pasif harus dikerjakan dengan perlahan-lahan, makin meningkat
dan dipertahankan selama mungkin dalam batas toleransi penderita. Gerakan
dengan kuat kejut dan cepat merupakan kontraindikasi karena dapat merusak
kapsul sendi. Dengan cara tersebut, pengukuran yang berlebihan dapat
dihindarkan dan penambahan luas gerak sendi dapat tercapai sedikit demi sedikit.
b. Latihan dengan bantuan (active assisted)
Latihan ini biasanya lebih menguntungkan daripada latihan pasif karena
adanya kontraksi secara sadar yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan
yang terjadi sampai batas toleransinya, sehingga penderita merasa lebih aman dan
memungkinkan timbulnya ketegangan otot karena takut, dapat dihindari serta
gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas gerak sendi serupa
dengan saat latihan pasif.
c. Kontraksi Isometrik
Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama otot-otot
yang bila dikontrkasikan tidak menimbulkan nyeri. Intensitas kontraksi
disesuaikan dengan toleransi penderita. Latihan dapat dikerjakan kira-kira 3 – 4
menit tiap jam dan disesuaikan juga dengan keadaan penderita untuk
memungkinkan latihan dapat dikerjakan dengan baik. Setelah diberikan tindakan
pengobatan dengan obat-obatan atau modalitas fisioterapi yang lain untuk
mengurangi nyeri dan apasme otot. Modalitas yang digunakan pada stadium akut
ini antara lain adalah : terapi USD (Ultra Sound Diatermy)yang mengurangi
spasmeyang diberikan dalam waktu 10 – 30 menit.
34
ini terjadi karena faktor kurang perhatian atau kurangnya keberhasilan dalam
usaha pencegahan. Tujuan terapi latihan pada stadium kronis ini adalah :
A. Meningkatkan luas gerak sendi bahu
Pembatasan luas gerak sendi pada bahu biasanya disebabkan oleh
terjadinya pemendekan dan hilangnya elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul
sendi) bahu atau adanya perlengketan antar jariangan akibat adanya reaksi
jaringan fibros.
Pada prinsipnya, untuk meningkatkan luas gerak sendi haruis dilakukan
penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan jaringan yang
kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada
dengan latihan pasif, latihan aktif atau kombinasi keduanya. Pelaksanaan latihan
sebagai berikut :
1. Latihan pasif
Sebelum menyusun program latihan pasif pada nyeri stadium kronis ini,
perlu diadakan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu, yaitu :
a. Sifat nyeri : terus menerus, kadang-kadang, atau hanya saat tertentu
b. Gangguan fungsi yang ada
c. Pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif
d. Isometris melawan tahanan
Codman Pendular Exercise pada mulanya adalah latihan ayunan pasif tetapi
bertujuan utnuk menambahkan luas gerak sendi. Latihan dimodifikasi menjadi
‘active pendular exercise’, dengan menambah beban, latihan ini harus benar-benar
diajarkan kepada penderita dan dapat dilakukan dengan benar (lihat gambar)
Gambar 8. Aktive Pendular Glenohumeral Exercise ( 8 )
Gerakan dimulai dari amplitudo yang kecil meningkat sampai terasa latihan pada
struktur yang memendek atau lengket. Gerak ayunan diarahkan ke arah gerak
35
yang mengalami pembatasan gerakan abduksi dan eksternal rotasi.
2. Latihan aktif
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi. Latihan harus
dikerjakan dengan teknik yang benar, berulang-ulang teratur dan
berkesinambungan. Untuk itu perlu penderita diberikan pengertian dan
memahami tujuan dari latihan serta cara melakukannya. Penderita harus
menyadari pentingnya program latihan yang diprogramkan untuknya.
36
e. Tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang punggung bawah
kemudian lakukan gerakan berikut :
- menjauhi tubuh
- digerakkan ke atas dan ke bawah
Gambar 9. Latihan dengan tongkat ( 10 )
a. ShoulderAbduction (gambar 9)
Penderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau
dinding. Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang
memanjat dinding.
37
Penderita menghadap dinding/Wall Climbing Exercise. Gerakan bahu
fleksi dibantu oleh jari II dan jari III yang memanjat dinding.
3. Clinning Bar
antara dua bingkai pintu) bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua
4. Overhead Exercise
secara pasif dan dielevasi oleh lengan yang sehat atau normal.
38
5. Passive External Rotasi of Shoulder
akanterulur. Permulaan latihan dengan kedua tangan lurus dengan dada kemudian
Latihan A : Penderita tidur terlentang dengan siku di sisi tubuh dan tangan
mengarah ke atas. Eksternal rotasi secara aktif oleh pasien dan secara pasif oleh
terapis. Tahanan boleh diberikan jika lingkup gerak memungkinkan. Latihan ini
dapat dilakukan dengan posisi melawan dinding.
39
Latihan B : Sama dengan latihan A dengan peningkatan abduksi lengan
40
BAB IV
KESIMPULAN
c. Massage
e. Terapi latihan
4. Terapi latihan dan modalitas merupakan cara yang efektif untuk mencegah
terjadinya gangguan fungsi sendi bahu. Pada fase akut diperlukan istirahat dan
terapi dingin. Pada fase sub akut dan kronis dapat diberikan terapi panas
( Superfisial : HCP, sinar infra merah ; Dalam : SWD, MWD, USD ) Adapun
terapi latihan yang diberikan misalnya : OHP, finger ladder, shoulder well,
41
BAB V
PENUTUP
Bapa di Sorga , Tuhan Yesus Kristus bahwa pembuatan tugas akhir ini telah
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya khususnya untuk para
fisioterapis.
Surabaya, 2002
Penulis
42
DAFTAR KEPUSTAKAAN
halaman 71-90.
4. Effendi, Z : Nyeri bahu, seksi rematologi, lab UPF ilmu penyakit dalam
halaman 1-11.
7. Soekarno : Data kasus nyeri bahu dengan terapi latihan, UPF Rehabilitasi
1
9. Suhardi : Fisioterapi Pada Penderita Nyeri Bahu, UPF Rehabilitasi Medik
halaman 1-13.
10. Sukarno : Program Latihan di rumah Pada Penderita Nyeri Bahu, UPF
13. Rasch, J Philip and Buke , K Roger : Kinesiology and Applied Anatomy,