persentase bumbu atau rempah yang digunakan adalah berat daging sapi
sebesar 2000 gram.
Resep standar sie reuboh didapatkan dari hasil wawancara dan survei
masyarakat yang telah terbiasa memasak dan mengkonsumsi sie reuboh, uji
beda perpasangan, dan terakhir adalah dengan uji kesukaan panelis. Berat
lemak sapi standar yang dipakai untuk membuat sie reuboh didapatkan dengan
membagi berat lemak dari hasil wawancara dibagi dengan berat daging sapi (600
g : 2000 g). Dengan demikian dihasilkan persentase sebesar 0,3% untuk berat
lemak sapi. Hasil berat standar untuk bahan lainnya diperoleh dengan cara yang
sama.
Persentase lemak sapi yang harus digunakan untuk membuat sie reuboh
adalah 0,3%, air 0,125%, cabe merah 0,05%, cabe rawit dan cabe merah kering
0,01% serta cuka aren sebanyak 0,075%. Bagian berat semua bahan pelengkap
sie reuboh dapat dilihat pada Tabel 7.
Hasil uji beda berpasangan yang dilakukan terhadap sie reuboh ini ada
21 panelis yang mampu membedakan, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan (pada selang kepercayaan 5%) antara sie reuboh
berbumbu lengkap dan kurang lengkap. Rekap data hasil uji beda dapat dilihat
pada Lampiran 8. Untuk menentukan resep mana yang dipakai dalam penelitian
selanjutnya maka dilakukan uji kesukaan terhadap sie reuboh.
(1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (3) biasa, (4) suka, dan (5) sangat suka
(Jellinek 1985). Rata-rata hasil uji hedonik terhadap warna, rasa, aroma, dan
tekstur sie reuboh disajikan pada Gambar 4.
.
5
4,1 4,17
3
Bumbu
lengkap
2
Bumbu
kurang
1
lengkap
0
Warna Rasa Tekstur Aroma
Kesukaan
Penelitian Lanjutan
Sie reuboh terpilih disimpan selama 12 hari dan dilakukan pemanasan sebanyak
6 kali, yaitu pada penyimpanan hari ke-0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Uji kimia dan
jumlah mikroba dilakukan di setiap pemanasan dan untuk uji kesukaan dilakukan
pada hari ke-0, 4, 8, dan 12.
Sie reuboh dibuat dalam dua belanga tanah yang berbeda dan dilakukan
di waktu yang bersamaan. Fungsi pembuatan sie reuboh dalam dua belanga ini
adalah sebagai ulangan dari perlakuan pemasakan. Setiap akan melakukan
pemanasan kembali, ditambahkan air sebanyak 100 ml ke dalam belanga yang
bertujuan untuk mencegah produk menjadi hangus.
Tabel 10 Hasil analisis kandungan gizi sie reuboh selama pemanasan berulang
Daya cerna protein
Pemanasan Air (%) Lemak (%bk) Protein (%bk)
(%)
Kontrol 58.77 20.68 82.36 87.42
1 56.56 19.47 81.06 85.17
2 55.43 20.13 78.37 85.06
3 54.54 23.79 74.20 83.49
4 57.72 23.83 71.01 83.09
5 55.52 21.18 68.17 80.92
6 58.27 24.95 62.60 79.83
32
Kadar Air
Kadar air sangat penting dalam menentukan daya awet dari bahan
makanan karena mempengaruhi sifat fisik, kimia, perubahan mikrobiologi, dan
perubahan enzimatis. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan
penerimaan konsumen, kesegaran, dan daya tahan bahan. Kandungan air yang
tinggi dalam bahan menyebabkan daya tahan bahan rendah. Untuk
memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam bahan harus
dihilangkan dengan berbagai cara tergantung dari jenis bahan (Winarno 1997).
Rara-rata umum kadar air sie reuboh pada penelitian ini adalah 56,69%
dan berkisar antara 54,54-58,77%. Setiap akan melakukan pemanasan kembali,
ditambahkan air sebanyak 100 ml ke dalam belanga yang bertujuan untuk
mencegah produk menjadi hangus. Dalilah (2006) dan Anshori (2002)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa kadar air daging sapi segar memiliki
rata-rata sebesar 75,13% dan 75,31%. Penurunan rata-rata kadar air daging sapi
segar akibat adanya pemanasan pada sie reuboh kontrol dibandingkan dengan
hasil penelitian Dalilah (2006) dan Anshori (2002) adalah 21,78-21,96%.
Kadar air sie reuboh kontrol adalah 58,77% selanjutnya mengalami
penurunan sampai pada pemanasan ke-3. Kadar air sie reuboh mengalami
kenaikan pada pemanasan ke-4 dan ke-6. Histogram perubahan kadar air pada
sie reuboh selama pemanasan disajikan pada Gambar 5.
80
d abcd ab bcd abc cd
Rata-rata kadar air sie
a
58.77 56.56 55.43 57.72 55.52 58.27
60 54.54
reuboh (%)
40
20
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
Kadar Protein
Protein merupakan bagian yang sangat penting karena pada sebagian
besar jaringan tubuh, protein adalah komponen terbesar setelah air. Protein juga
merupakan sumber asam-asam amino, yang mengandung unsur C, H, O, dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Winarno 1997).
Kadar protein sie reuboh berkisar antara 62,60-82,36% (bk). Secara
keseluruhan besarnya kadar protein dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dalilah (2006) menunjukkan bahwa kadar protein
kasar pada daging sapi segar sebesar 19,00% bb. Hasil penelitian terhadap sie
reboh kontrol didapatkan kadar protein kasar sebesar 33,95% bb (82,36% bk).
Berdasarkan berat basah didapatkan kenaikan kadar protein kasar daging sapi
segar menjadi sie reuboh kontrol sebesar 44,04%. Kadar protein dari hasil
produk olahan daging lainnya dapat dilihat pada Tabel 11.
100 a
a b c
82.36 d e
81.06 78.37 74.29 f
80 71.01 68.17
62.6
60
40
20
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
100 a
ab bc
60
40
20
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
dipakai untuk perebusan bakso hanya sekitar 80°C. Pemanasan yang dilakukan
dalam pembuatan sosis berkisar antara 65°C. Dalam pembuatan abon dilakukan
pengukusan dengan menggunakan suhu 95°C, penggorengan dengan suhu
150°C, dan pengerigan dengan oven pada suhu 130°C. Pembuatan daging
panggang menggunakan suhu sekitar 120°C dan dendeng mengalami
pengeringan pada suhu 70°C dan penggorengan pada suhu 120°C. Penggunaan
suhu yang tinggi dan pengolahan yang lebih dari satu kali pada abon, dendeng,
dan daging panggang diduga dapat menyebabkan tidak hanya terjadi denaturasi
tetapi juga raseminasi protein sehingga daya cerna dari ketiga produk olahan ini
lebih rendah.
Menurut Sediaoetama (1991) protein tergolong baik bila daya cernanya
sama atau lebih besar dari 80%, sehingga nilai kecernaan protein sie reuboh
selama proses pemanasan dalam penelitian ini tergolong baik karena berkisar
antara 79,83-87,42%. Hanya pada pemanasan ke-6 kualitas daya cerna sie
reuboh lebih rendah dari 80% dan berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran
26) terhadap daya cerna protein menunjukkan bahwa pemanasan berulang pada
sie reuboh berpengaruh nyata (α<0,05) terhadap penurunan daya cerna protein.
Uji lanjut Duncan (Lampiran 27) menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
untuk pemanasan kontrol, ke-3, 4, 5, dan 6.
Perlakuan pemanasan berulang terhadap sie reuboh dapat menyebabkan
tidak hanya terjadi denaturasi akan tetapi terjadi juga reseminasi protein, reaksi
Maillard, dan terbentuknya ikatan silang dalam protein seperti lisinoalanin dan
lantionin. Menurut Winarno (1997) terbentuknya ikatan silang akan menurunkan
kecernaaan protein. Gambar 8 memperlihatkan bahwa pemanasan berulang
dapat meningkatkan penurunan daya cerna protein sie reuboh.
10
Penurunan daya cerna
8,68
8 7,44
protein (%)
6 4,95
4,50
4 2,70
2,57
2
0
1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
Kadar Lemak
Lemak merupakan bagian integral dari semua bahan. Lemak berperan
dalam menambahan kalori serta memperbaiki tekstur dan citarasa bahan pangan
(Winarno 1997). Kandungan lemak pada daging sapi segar menurut Departemen
Kesehatan RI (1995) adalah 14%. Rerata umum kadar lemak sie reuboh pada
penelitian ini adalah 22,00% bk dan berkisar antara 19,47-24,95 % bk (Gambar
9). Adanya peningkatan kadar lemak pada sie reuboh dikarenakan adanya
40
penambahan lemak sapi pada proses pembuatan sie reuboh yaitu seberat 600 g
untuk 2000 g daging sapi.
Hasil analisis ragam (Lampiran 22) menunjukkan pemanasan
memberikan pengaruh yang nyata (α<0,05) terhadap kadar lemak sie reuboh
dengan uji lanjut Duncan (Lampiran 23) terlihat adanya perbedaan antara
pemanasan ke-1, 3, 4, 5, dan 6. Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin banyak
pemanasan semakin meningkatkan kadar lemak sie reuboh.
Menurut Soeparno (1998), daging atau otot selain memiliki depot protein
juga memiliki depot lemak yang biasa disebut lemak intramuskular. Lemak
intramuskular terletak diantara ikatan serabut otot atau antara matriks-matriks
otot. Pemanasan yang berulang diduga menyebabkan lemak tersebut terurai
menjadi monomer-monomer lemak (asam lemak) sehingga mudah berpenetrasi
ke dalam matriks-matriks otot akibatnya jumlah lemak meningkat dengan
banyaknya ulangan pemanasan.
c c c
30
Rata-rata kadar lemak (%bk)
15
10
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
25
d
(mlNaOH 0,1N/100g)
20 c
16.03 15.87 15.93
b
15 a 12.6
a
11.03
9.78
10
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
Gambar 10 Rata-rata kadar asam lemak bebas sie reuboh selama pemanasan
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida menunjukkan terjadinya suatu reaksi oksidasi yang
terjadi pada minyak atau lemak yang dipanaskan dan adanya kontak minyak
dengan udara. Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan
derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat
43
15 g
Rata-rata bilangan peroksida
f 13.32
e 11.13
d 10.00
(mg O2/100g)
10 c 8.40
b 7.23
5.56
a
5 3.57
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
TBA adalah suatu test kimia untuk uji ketengikan yang dapat digunakan
pada bermacam-macam bahan dan merupakan uji yang paling sering digunakan
untuk mengukur ketengikan. Uji TBA merupakan uji yang spesifik untuk hasil
oksidasi asam lemak tidak jenuh dan dapat digunakan pada produk makanan
sehari-hari yang proporsi asam lemak tidak jenuhnya rendah Kelebihan lain dari
uji ini adalah pereaksi TBA dapat digunakan langsung untuk menguji lemak
dalam suatu bahan tanpa mengekstraksi fraksi lemaknya (Ketaren 1986).
TBA mengukur warna merah muda yang dihasilkan oleh pereaksi TBA
dengan malonaldehid. Warna merah muda ini diketahui merupakan bentuk
kondensasi produk antara dua molekul TBA dengan satu molekul malinic
dialdehid. Malonaldehid merupakan produk oksidasi lanjut yang berasal dari
45
aldehid tidak jenuh yang merupakan hasil pemecahan hidroperoksida. Uji TBA
memiliki kelemahan, yaitu TBA tidak stabil dan terurai dalam kondisi yang panas
dan tinggi asam, terutama bila ada peroksida. Produk uraian ini dapat menyerap
pada gelombang yang sama dengan TBA (Ketaren 1986).
Bilangan TBA sie reuboh selama pemanasan berkisar antara 0,99-2,25
ppm. Bilangan TBA sie reuboh sebelum perlakuan pemanasan (kontrol) adalah
0,99 ppm dan sampai pemanasan ke-6 bilangan TBA mengalami peningkatan
sampai 2,25 ppm. Histogram perubahan kadar TBA pada sie reuboh selama
pemanasan disajikan pada Gambar 12.
Rata rata bilangan TBA (ppm)
3 e
2.25
d
c 1.92
2 b
b 1.56
a a 1.25 1.36
0.99 1.03
1
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
tetapi tanda-tanda awal dari kerusakan sudah ada yaitu dengan TBA meningkat
(Ketaren 1986).
Jumlah Mikroba
5
4.28 4.21
ab
4 ab
ab ab 3.32
3.05
koloni/ ml)
a 2.69 2.85
3
2.2
2
0
Kontrol 1 2 3 4 5 6
Pemanasan ke
Warna
Warna makanan memiliki peranan utama dalam penampilan makanan,
meskipun makanan tersebut lezat, tetapi bila penampilan tidak menarik waktu
disajikan akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi
hilang (Moehyi 1992). Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau
kerusakan dari makanan, seperti perlakuan penyimpanan yang memungkinkan
adanya perubahan warna. Oleh karena itu untuk mendapatkan warna yang
sesuai dan menarik harus digunakan tehnik memasak tertentu atau dengan
penyimpanan yang baik (Meilgaard et al. 2000).
Rerata umum kesukaan warna sie reuboh pada penelitian ini adalah 5,06
dan berkisar antara 4,68-5,28 (biasa-agak suka) dan secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14),
pemanasan berulang sie reuboh memberikan pengaruh yang nyata (α<0,05)
terhadap kesukaan warna. Hasil uji lanjut (Lampiran 15) menunjukkan bahwa
pemanasan ke-2, 4, dan 6 memberikan perbedaan yang nyata.
49
ab b b
6 a
5.28 5.21
Rata-rata kesukaan warna
5.06
5 4.68
0
Kontrol 2 4 6
Pemanasan ke-
Aroma
Aroma adalah rasa dan bau yang sangat subyektif serta sulit diukur,
karena setiap orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda.
Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan
yang berlainan (Meilgaard et al. 2000). Timbulnya aroma makanan disebabkan
oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan
setiap makanan berbeda-beda. Selain itu, cara memasak yang berbeda akan
menimbulkan aroma yang berbeda pula (Moehyi 1992).
Rata-rata umum kesukaan aroma sie reuboh pada penelitian ini adalah
5,22. dan berkisar antara 4,99-5.38 (biasa-agak suka) dan secara keseluruhan
dapat dilihat pada Gambar 15. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14),
pemanasan berulang sie reuboh memberikan pengaruh yang tidak nyata
(α>0,05) terhadap kesukaan aroma selama pemanasan berulang.
Pemberian rempah-rempah pada makanan dapat meningkatkan citarasa,
aroma, nilai organoleptik, merangsang selera, dan merangsang pencernaan
(Sinaga 2006). Kandungan lemak dalam daging pun ikut menentukan kualitas
50
5.29 5.38
6
5.20 4.99
0
Kontrol 2 4 6
Pe manasan ke
Rasa
Rasa makanan merupakan faktor kedua yang mempengaruhi citarasa
makanan setelah penampilan makanan itu sendiri (Moehyi 1992). Rasa
merupakan tanggapan atas adanya rangsangan kimiawi yang sampai di indera
pengecap lidah, khususnya jenis rasa dasar yaitu manis, asin, asam, dan pahit
(Meilgaard et al. 2000).
Pada konsumsi tinggi indera pengecap akan mudah mengenal rasa-rasa
dasar tersebut. Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa
makanan adalah aroma makanan, bumbu masakan dan bahan makanan,
keempukan atau kekenyalan makanan, kerenyahan makanan, tingkat
kematangan dan temperatur makanan (Meilgaard et al. 2000).
Rerata umum kesukaan warna sie reuboh pada penelitian ini adalah 5,20.
dan berkisar antara 4,82-5,63 (biasa - agak suka) dan secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14),
pemanasan berulang sie reuboh memberikan pengaruh yang nyata (α<0,05)
terhadap peningkatan kesukaan rasa. Hasil uji lanjut (Lampiran 17) menunjukkan
bahwa hanya pada sie reuboh kontrol dan pemanasan ke-6, pemanasan ke-2
dan ke-6, serta pemanasan ke-4 dan ke-6 memberikan perbedaan yang nyata.
51
a a
6
a 5.08 5.09 b
2
1
0
Kontrol 2 4 6
Pemanasan ke
Tekstur (Keempukan)
Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan dengan jari, gigi, dan langit-
langit (tekak). Dari nilai yang diperoleh diharapkan dapat diketahui kualitas
makanan. Menurut Meilgaard et al. (2000). Faktor tekstur diantaranya adalah
rabaan oleh tangan, keempukan, kemudahan dikunyah serta kerenyahan
makanan. Untuk itu cara pemasakan bahan makanan dapat mempengaruhi
kualitas tekstur makanan yang dihasilkan.
Rerata umum kesukaan keempukan sie reuboh pada penelitian ini adalah
5,12 dan berkisar antara 4,79-5,63 (agak suka - suka) dan secara keseluruhan
dapat dilihat pada Gambar 17. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 14),
pemanasan berulang sie reuboh memberikan pengaruh yang nyata (α<0,05)
terhadap kesukaan keempukan. Hasil uji lanjut (Lampiran 16) menunjukkan
bahwa pada sie reuboh kontrol, pemanasan ke-2 dan ke-4 ,asing-masing
berbeda nyata dengan dan pemanasan ke-6 memberikan perbedaan yang
52
a b
0
Kontrol 2 4 6
Pemanasan ke
5,63
5,38
5,28
5,29
6
5,21
5,08
5,09
5,06
5,03
4,99
5,01
5,2
4,82
4,79
4,68
5
Rata-rata kesukaan
3
Kontrol
2
Pemanasan 2
1 Pemanasan 4
Pemanasan 6
0
Warna Aroma Rasa Keempukan
Kesukaan