Anda di halaman 1dari 4

Islam dan IPTEK

seorang awam akan bingung memahamI Apakah manusia itu makhluk hidup yang
diciptakan Allah dari air, dari debu atau dari tanah? Padahal ayat-ayat Al Quran tak ada
satupun yang bertentangan satu sama lain. Bagi seorang ilmuwan yang punya bekal sains
ayat-ayat itu jelas sekali mengtakan bahwa  yang dimaksudkan bahwa manusia disusun
dari unsur-unsur kimiawi yang terdapat dibumi.

Untuk menghindari kesalah pahaman diantara para pembaca khususnya mayoritas muslim. Ada baiknya akan kami
jelaskan disini apa yang dinamakan orang Ilmu Pengetahuan Kealaman,atau Sains Natural itu dengan cara yang
sederhana dan bagaimana ilmu ini bekembang dan terbentuk sepanjang masa.

Secara ingkat, sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
suatu proses dan pengkajian yang dapat diterima oleh akal atau rasio manusia.

Dalam sain natural atau ilmu pengetahuan kelaman orang mengumpulkan pengetahuan itu
dengan mengadakan observasi atau pengamatan, pengukuran data pada alam disekitar
kita; baik makhluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan maupun yang
tidak bernyawa seperti bumi, langit, bintang, lautan, udara dan benda-benda yang
mengelilingi sekitar kita. Data yang di kumpulkan dari berbagai observasi dan pengukuran
gejala alamiah itu dianalisa kemudian di simpulkan yang dapat diterima oleh akal manusia.
Seluruh proses pengamatan, pengukuran sampai dengan analisa dan pengambilan
kesimpulan ini kami beri istilah intizhor untuk mudahnya.

Ciri khas daripada ilmu pengetahuan kealaman ialah bahwa ia disusun atas dasar intizhor
pada gejala-gejala alamnya yang dapat kita periksa berulang-ulang dan diperiksa oleh
orang lain, seperti perjalanan atau perubahan posisi bintang-bintang, matahari, bulan atau
dapt kita teliti ddengan eksperimen laboratorium. Karena sifat keterbukaannya ini, sians
natural merupakan consensus atau mufakat dari pada seluruh ilmuwan yang bersangkutan.

Bila gejala-gejala yang diteliti itu serupa maka biasanya dapat di ditarik kesimpulan yang
umum mengenai fenomena-fenomena alamiah itu; dan kesimpulan yang menyatakan sifat
serta kelakuan alam itu biasanya dinamakan orang hukum alam. Hukum alam ini
melukiskan bagaimana alam bertingkah laku pada kondisi tertentu. Karena dalam penelitian
dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap besaran-besaran fisik misalnya, jarak,
suhu,kecepatan dan sebagainya, sehingga ilmu yang dihasilkan bersifat obyektif dan
kuantitatif serta hukum-hukumnya dapat di rumuskan secara matematis.

Dengan bertambahnya banyak nya pengetahuan tentang kelakuan alam ini maka, kita bisa
menerang kan dengan menguraikanya dalam gejala-gejala kita ketahui hingga timbul suatu
teori untuk menerangkan suatu gejala, teori ini bisa di gunakan untuk meramal kondisi
alam dengan mengadakan percobaan-percobaan laboratorium. Kemudian eksperimen dapat
dilakukan untuk menguji kebenaran suatu teori.

Demikianlah kita ikuti proses bagaimana himpunan rasionalitas yang kita namakan ilmu
penegetahuan itu terbentuk dan berkembang sepanjang zaman.
Mengenai Islam, kita semua sebagai orang yang beragama islam tidak hanya mengetahui
tetapi juga menghayati dan mengamalkanya, karena ajaran-ajaran islam bersumber pada
Al-Quran maka, kami akan menggunakan beberap ayat untuk mengungkapkan hubungan
Islam dengan ilmu pengetahuan. Didalam Al-Quran surat yunus ayat 101 :

" Katakanlah : Observasilah dengan teliti apa-apa yang ada dilangit dan bumi; namun 
tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan itu, serta peringatan-peringatan para Rosul
tak akan ada gunya bagi orang-orang yang tak beriman "

Bagi seorang mu'min intizhor yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah justru akan
memberikan hasil bertambah tebal iman dan keyakinan atas kebenaran islam. Kemudian
didalam surat Al Ghasiyah ayat 17-20

" Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana ia diciptaka Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung, bagaimana ia ditinggikan. Dan  gunung-gunung,
bagaimana ia didirikan. Dan bumi, bagaimana ia diluaskan."

Ayat-ayat yang kami sebutkan diatas menekankan perlunya orang islam melakukan intizhor
terhadap alam semesta dan alam sekitar kita, baik makhluk hidup atau yang tidak
bernyawa, agar kita menemukan ayat-ayat Allah didalamnya.

Perintah intizhor ini telah dilakukan oleh orang-orang isalm yang taat kepada agamanya,
dan timbul sejak abad pertama hijriyah tokoh-tokoh seperti Jabir Ibnu Hayyan, yang kini
diakui sebagai ilmuwan pertama kali memperkenalkan metode ilmiah dan penelitian yang
kami namakan intizhor itu oleh para sarjana barat. kemudian menyusul Muhammad Ibnu
Zakaria Ar Rozi tokoh ilmuwan kimia yang oleh dunai barat diakui sebagai orang yang
pertama yang membukukan berbagai proses kimiawi yang ditemukanya dalam
laboratorium, selanjutnya dunia mengenal Muhammad Ibnu Musa Al khawarizmi penyebar
ilmu aljabar dan Abu Ali Al Husaeni Ibnu Sina ahli fisika, geolologi dan kedokteran yang
hafal Al Quran ketika berumur 10 tahun.

Masih banyak tokoh ilmuwan yang dikenal orang barat dikalangan umat islam yang diakui
memainkan peranan yang berarti dalam memajukan sains, sayang sekali bahwa kejayaan
serta penguasaan ilmu umat islam hanya berlangsung abad ketujuh Hijriah, kemudian
intizhor menjadi kendor dan sains terbengkalai.

Pada saat itu Eropa barat masih terbelakang telah mengirimkan peminat-peminat sains ke
Universitas islam di Cordova dan Toledo di sapnayol untuk belajar serta mewarisi sains dari
umat islam. Sehingga muncul tokoh-tokoh mereka sejak abad kedelapan hijriyah seperti
Galileo, Newton. Dengan kemampuan sains itu mereka mengembangkan tekhnologi yang
mengakibatkan terjajahnya umat islam diseluruh dunia, baik secara politis militer maupu
ekonomis. Umat islam telah menderita berabd-abad sebagian akibatnya dari pada sikapnya
yang mengabaikan perintah Allah seperti yang telah dikutipkan dari surat diatas.

Setelah menengok sebentar pada pelaksanaan pada perintah intizhor dan perkembnagan
sains dilingkungan islam serta tokoh-tokohnya pada zaman islam marilah kita teliti
mengapa intizhor dikatakan akan mengungkapkan tanda-tanda kekuasan Allah dan
mempertebal iman seseorang. Tidak kah cukup ia kita baca dari kitab suci? Apabila Allah
SWT memerintahkan kepada kita untuk intizhor agar kita menemukan ayat-ayat dalam
semesta ini. Yang pada hematnya kami dapat membantu memahami ayat-ayat didalam Al
Quran dan memperoleh keyakinan serta ketebalan iman maka wajiblah kita melakukannya
sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Seorang yang dibekali dengan pengetahuan yang dalam mengenai sains akan mempunyai
pengertian yang kedalaman dan kemantapannya berbeda dengan seorang awam yang tidak
mengenal sains, apabila mereka membaca ayat-ayat Al Quran; meskipun yang merek a
baca sama. Ambilah sebagai contoh ayat-ayat Al Quran yang menyangkut penciptaan
manusia sebagai makhluk hidup. Dlam surat Al Mu'minun ayat 12

" Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah "

Kemudian dalam surat Al-Hajj kita temukan ayat 5 yang bagian awalnya berbunyi :

" Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan ( dari kubur ), maka
( ketahuilah ) bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari debu ( jasad renik )

Dan dalam surat Al-Anbiya Kita lihat pada bagian akhir ayat 30

Seorang awam akan bingung memahaminya. Apakah manusia makhluk hidup yang
diciptakan Allah dari air, atau dari debu atau dari tanah? Pada hal ayat-ayat Al Quran tak
ada satupun yang bertentangan satu sama lain. Bagi seorang ilmuwan yang punya bekal
sains ayat-ayat itu jelas sekali. Ia dengan mudah dapat mengerti bahwa yang dimaksudkan
dalam surat Al Mu'minun ayat 12 ialah bahwa manusia disusun dari unsur-unsur kimiawi
yang terdapat dibumi. Ayat 5 surat Al Hajj baginya menyatakan bahwa manusia dijadikan
dari jasad renik yang para ilmuwan namakan sel. Sedangkan ayat 30 surat Al Anbiya
mengingakakannya pada proses metabolisme pada makhluk hidup yang tidak mungkin
terjadi tanpa adanya air didalam tubuhnya yang memungkinkan perpindahan serta interaksi
molekul.

Seorang ahli sains ketika membaca ayat-ayat tersebut, akan tunduk dalam hati memuji
keagungan Allah SWT yang telah menciptakan manusa dari sebuah sel yang berupa cairan
yang mengandung Organel-organel yang tersusun dari molekul-molekul yang asalnya dari
unsure-unsur kimiawi dibumi, yang punya fungsi masing-masing sesuai penggarisan sang
pencipta. Sel ini hidup dan berkembang biak menjadi manusia, sebagian kelompok sel
menyusun waduk, sebagian menyusun usus, lainnya lagi hati, limpa, ginjal, paru-paru,
tulang-tulang, kulit, otak dan lain sebagainya. Sesuai dari perintah Allah yang dapat dibaca
dari kode genetic yang terkandung dalam tiap-tiap sel.

Pakar tersebut termenung dan tidak berkata lain kecual mengucapkan tasbih dan takbir
serta membanarkan ayat-ayat Al Quran yang telah dibacanya itu. Inilah gunanya intizhor
kita untuk menemukan ayat-ayat Allah di alam semesta, sekaligus kita dapat memahami
ayat-ayat Al Quran dan bertambah keimanan kita. Dan memang inilah jalan yang benar
bukan sebaliknya. Kita tidak dapat begitu saja seenaknya menafsirkan ayat-ayat Al Quran
dngan konsepsi kita sendiri yang tidak didukung oleh intizhor, kemudian memaksakan
kepada orang lain untuk mengakui bahwa konsepsi kita tentang alam tersebut adalah
benar.
Di dalam sejarah hal yang ddemikian pernah terjadi; yaitu ketika dalam tahun 1600
Giardani Bruno dibakar hidup-hidup oleh Gereja karena mempunyai keyakinan bahwa bumi
kita ini berputar, sedangkan Gereja mengajarkan bahwa mataharilah yang mengelilingi
bumi.

Agak lama juga waktu yang dipergunakan oleh panca indera dan penjelajahan akal untuk
mendekati apa yang di jangkaukan oleh wahyu berbelas abad yang lewat itu. Penyelidikan-
penyelidikan dizaman akhir ini menunjukkan bahwa ala mini tidak vacuum sama sekali;
begitulah Al Quran ( Islam ) membawakan bukti dan ayat-ayat Tuhan disegenap penjuru
alam dan dalam diri manusia sendiri.

Tapi apakah semua itu bagi orang yang tidak mau atau takut percaya? Takut percaya akan
Tuhan karena dianggap kolot, "tidak ilmiyah". Dan sudah dijelaskan dalam surat Yunus ayat
101, dalam hubungan inilah kita baru bisa menyadari betapa agung ni'mat Tuhan yang
diberikan kepada kita ialah iman. Kalau dikehendaki bisa saja kita ini menjadi orang yang
paling mendustakan Nya. ( Naudzubillah min dzalik. Robbana laa tuzigh quluubana ba'da idz
hadaetana ). Jadinya, soal iman itu pada hakekatnya adalah soal hidayah ( petunjuk )
Tuhan. Betapapun jelas dan terangnya bukti-bukti ilmiyah tentang kebesaran dan
kekuasaan Tuhan.

Jadi pada intinya Orang mengabdi kepada akal sedangkan akal itu sangat terbatas. Orang
bisa terjerumus dalam pengingkaran terhadap kebenaran kalau orang hanya mengabdi
pada akal yang jangkauannya hanya sejauh tekhnologi belaka. Tanpa memasukkan unsur
keimanan dan ketakwaan dalam pekerjaan kita sehari-hari, hidup didunia ini tidak bisa
digambarkan, karena itu keseimbangan yang harmonis antara akal dan iman sangatlah
mutlak dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai