Belanja Negara
Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat
rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan
kewajibannya harus memiliki rencana yang matang.
Rencana tersebut akan dipakai sebagai pedoman
dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk pula
dalam hal pengurusan keuangan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
Setiap tahun pemerintah menghimpun dan
membelanjakan dana triliunan rupiah melalui APBN.
Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas
yang melibatkan banyak pihak termasuk
departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal
ini sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar dana
APBN
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk
Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban
menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada
DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari
penyusunan APBN, perkiraan penerimaan,
pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan
defisit dan kebijakan pemerintah.
Ruang Lingkup APBN
APBN mencakup seluruh penerimaan dan
pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening
yang disebut rekening Bendaharawan Umum Negara
(BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). Pada
dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah harus dimasukkan dalam rekening
tersebut.
Ruang Lingkup APBN
• Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan
yang terkait dengan pengelolaan APBN, semua
penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam
APBN. Dengan kata lain pada saat
pertanggungjawaban APBN, semua realisasi
penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua
penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan
dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan
dan pengeluaran “on budget”
Perkiraan APBN
Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:
penerimaan
pengeluaran
transfer
surplus/defisit dan
pembiayaan
Sejarah Format APBN
Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000
APBN menggunakan format T-account.
Format ini dirasakan masih mempunyai kelemahan
antara lain tidak memberikan informasi yang jelas
mengenai pengendalian defisit dan kurang
transparan sehingga perlu disempurnakan
Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-
account, disesuaikan dengan Government Finance
Statistics (GFS)
Tujuan Perubahan Format APBN
Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account
adalah :
Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN
Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian
dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN
Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan)
dengan budget negara lain
Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang
lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke
pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999
tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
T-Account
Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran
dipisahkan di kolom yang berbeda
T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan
dinamis
Dalam versi T-account, format seimbang dan dinamis
diadopsi. Seimbang berarti sisi penerimaan dan
pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika
jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah
penerimaan, kemudian kekurangannya ditutupi dari
pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam
atau luar negeri
T-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas
komposisi anggaran yang dikelola pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan
akibat dari sistem anggaran yang terpusat
Pada format T-account, pinjaman luar negeri
dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan
pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap
sebagai pengeluaran rutin
I-Account
Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu
kolom
I-account menerapkan anggaran defisit/surplus
Dalam versi I-account, anggaran surplus/defisit
diadopsi. Perubahan – perubahan itu dengan
jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance
I-Account (Cont’d)
Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah
penerimaan dan hibah, dan jumlah pengeluaran.
Perbedaan negatif-jumlah pengeluaran lebih
besar daripada jumlah penerimaan- berarti defisit.
Jika perbedaan adalah positif –jumlah
penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah
pengeluaran- itu berarti surplus.
Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup
defisit mungkin berasal dari pembiayaan dalam
dan luar negeri
I-Account (Cont’d)
Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah
pusat dan pemerintah daerah
versi I-account dengan jelas menunjukan komposisi
jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah
daerah
I-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran
cicilannya dikelompokan sebagai pembiayaan
anggaran
Format I-Account APBN
Dengan format baru ini pinjaman luar negeri
diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya
harus sekecil mungkin karena pembayaran
kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri
akan memberatkan APBN di masa yang akan
datang
Format I-Account APBN
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan
II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri
Penjelasan Komposisi APBN
A.Penerimaan
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber
yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan
sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya
Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan dari
sumber daya alam, laba BUMN
Penjelasan Komposisi APBN
B.Pengeluaran
Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada
suatu tahun anggaran harus ditutup dengan
penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda
dengan anggaran penerimaan negara yang
diperlakukan sebagai target penerimaan pemerintah
dan diharapkan dapat dilampauinya, anggaran
pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak
boleh dilampaui.
B.Pengeluaran (Cont’d)
Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui
4 tahap, yaitu:
1. Kewenangan Anggaran
2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran
3. Kewajiban
4. Realisasi Pengeluaran (outlays)
Penjelasan Komposisi APBN
C.Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka
program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu
dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus
Penjelasan Komposisi APBN
D.Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang
memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua
mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk
mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya.
Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi
ketertinggalan dari propinsi lainnya.
Penjelasan Komposisi APBN
F. Defisit dan Surplus
Defisit atau surplus merupakan selisih antara
penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang
melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika
penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut
surplus.
Penjelasan Komposisi APBN
G.Keseimbangan
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit
anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan
keseimbangan umum.
Keseimbangan primer adalah total penerimaan
dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga,
sedangkan
Kesembangan Umum adalah total penerimaan
dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran
bunga
Penjelasan Komposisi APBN
H.Pembiayaan
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit
anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting
saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi
penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi,
dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman
proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman
program dan penjadwalan kembali utang
Proses Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)
Penyusunan APBN
Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional
atas nama Presiden mempunyai tanggungjawab
dalam mengkoordinasikan penyusunan APBN.
Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran
belanja rutin. Sementara itu Bappenas dan Menteri
Keuangan bertanggungjawab dalam
mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja
pembangunan
Penyusunan APBN
Proses penyusunan APBN dapat
dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu:
1. Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah
dan DPR
2.Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
Penyusunan APBN
1.Pembicaraan Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan
antara pemerintah dan DPR untuk menentukan
mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan
dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh
pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi
dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Tahapan ini diakhiri dengan finalisasi penyusunan
RAPBN oleh pemerintah
Penyusunan APBN
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
Hal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan
Panitia anggaran, maupun antara komisi dengan
departemen. Hasil pembahasan ini adalah UU APBN
yang memuat alokasi dana per departemen/lembaga,
sektor, sub sektor, program dan kegiatan yang
disebut satuan 3.
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
(Cont’d)
Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program
dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri
Membahas detail pengeluaran rutin berdasarkan
pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya
yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk
pengeluaran pembangunan, Dirjen Anggaran,
Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail
pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan.
2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
(Cont’d)
Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan
pemerintah tersebut , maka pemerintah
menggunakan APBN tahun sebelumnya. Hal ini
berarti maksimum yang dapat dilakukan pemerintah
harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.
Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam
dokumen-dokumen berikut:
• Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku sebagai
otorisasi untuk pengeluaran rutin pada masing-masing unit
organisasi.
• Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai
otorisasi untuk pengeluaran pembangunan untuk masing-
masing proyek pada unit organisasi.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR),
dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran rutin
untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang selanjutnya
akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA dan Instansi
Vertikal Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan
dalam DIK.
Lanjutan..
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Pembangunan
(SPAAP), dokumen yang menetapkan besaran alokasi
anggaran pembangunan untuk setiap proyek/bagian
proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor
wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas untuk
kemudian dituangkan dalam DIP.
• Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen otorisasi
untuk penyediaan dana kepada
departemen/lembaga/pemerintah daerah dan pihak
lain yang berhak baik untuk rutin maupun
pembangunan.
PERATURAN PELAKSANAAN:
PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat November 2005)
belanja modal
KepMen DN
No.29/2000 ttg
keuangan daerah&
APBD
Perubahan Penganggaran
Line Item Performance
Budgeting Budgeting
Tidak dapat dinilai Mengaitkan setiap
efisiensi dan pengeluaran dengan
efektifitas program manfaatnya
Berorientasi jangka dapat dinilai
pendek efisiensi dan
Belum mengaitkan efektifitas program
setiap pengeluaran Berorientasi jangka
dengan manfaatnya panjang
PROSES PENYUSUNAN Penyusunan
APBD Anggaran Kinerja
1. Kegiatan Penetapan strategi
Pendahuluan organisasi (visi dan misi)
2. Arah dan
Kebijakan Umum
APBD
Penetapan Aktivitas
3. Strategi &
Prioritas APBD
4. Rencana Anggaran
Satuan Kerja (RASK)
APBD
Proses Penyusunan APBD
Langkah penyusunan APBD dilakukan dengan
berdasar pada Rencana Strategis Daerah
(RENSTRADA) dokumen strategi jangka panjang
(strategic planning) yang dimiliki Pemda
Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan yang
akan dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional
yang bersifat tahunan
1. Kegiatan
Penjaringan Pendahuluan
aspirasi masyarakat sebagai bentuk
partisipasi masyarakat dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas publik
Evaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat feedback
bagi penyusunan APBD sekarang
Hasil penjaringan masyarakat dan feedback dan
penjabaran Renstrada sebagai dasar penentuan arah
dan kebijakan umum APBD
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD
Kebijakan RENSTRADA
Pemerintah
Pusat
MASYARAKAT
(Tokoh,LSM,Orm
Evaluasi as, dll
kinerja
masa lalu
Pokok
pikiran
DPRD
PEMDA DPRD
(eksekutif) (Legislatif)
Arah dan
Kebijakan umum
APBD
Kesepakatan
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD
(cont’d)
Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis Daerah dan dokumen
perencanaan lainnya.
Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan kondisi dan
kemampuan daerah.
Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai
pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta
penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.
Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan
Pemerintah Daerah.
3. Strategi & Prioritas APBD
Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan
kebijakan umum
Merupakan strategi operasional jangka pendek,
sedangkan RENSTRADA merupakan strategi jangka
panjang
Strategi dan prioritas APBD adalah pendekatan
(metode) yang diprioritaskan dalam rangka
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki pemerintah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3. Strategi & Prioritas APBD
(cont’d)
Contoh arah dan kebijakan umum APBD:
- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi 1:30
- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada tingkat
pencapaian 10%
Contoh Strategi dan Prioritas APBD:
- Pengangkatan dan penempatan guru
- Pembinaan dan pengembangan karier guru
4. Rencana
Aktivitas Anggaran Satuan Kerja (RASK)
dalam penyusunan APBD dijelaskan dalam
RASK
RASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah,
sehingga sifatnya usulan yang akan dibahas dan
dibuat penetapan oleh panitia anggaran yang
dibentuk oleh Kepala Daerah bersama DPRD
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
(cont’d)
RASK dibagi menjadi 3, yaitu :
S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi, misi,
tujuan, dsb)
S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatan
S.3 : berisi tentang anggaran atas program dan kegiatam yang
direncanakan
VISI
MISI
Perspektif Masyarakat
Meningkatkan
Kuantitas dan Meningkatkan
Kualitas Tenaga Kepuasan
Medis Masyarakat
Perspektif Keuangan
INDEX KESEHATAN 60
ANGGARAN 70
3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 21
3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 15 17.5 17.5 100 %