Anda di halaman 1dari 9

Kasus

BPK masih klarifikasi beberapa kasus pajak

JAKARTA. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaku masih membutuhkan waktu untuk
menyelesaikan audit enam kasus pajak seperti yang diminta Komisi keuangan Dewan
Perwakilan Rakyat.

"Hari ini baru klarifikasi data. BPK belum dapat menyimpulkan karena proses masih berjalan,"
ucap Direktur Jenderal Pajak M.Tjiptardjo usai mengikuti rapat tertutup dengan BPK Kamis
(30/9). Menurut Tjiptardjo, BPK masih membutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikan
audit kasus pajak.

Enam kasus pajak yang DPR minta diaudit oleh BPK adalah PT Permata Hijau Sawit, PT Asian
Agri, PT Wilmar, PT Alfa Kurnia, PT ING Internasional, dan Rumah Sakit Emma Mojokerto.

Sekadar informasi saja, Tjiptardjo datang ke kantor BPK untuk mendampingi Menteri Keuangan
Agus Martowardojo dan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Mulya P. Nasution yang
menggelar rapat dengan BPK mengenai audit kasus pajak.

Rapat itu sendiri digelar secara tertutup dan terkesan ditutupi. Alasannya, berdasarkan pantuan
KONTAN, baik Menteri Keuangan maupun Direktur Jenderal Pajak datang ke kantor BPK tidak
melalui pintu utama BPK. Melainkan masuk melalui pintu samping. Demikian juga saat pulang
seusai rapat.

Menariknya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang ditunggu -tunggu pulang secara
sembunyi-bunyi. Hingga berita ini diturunkan, tak satu pun anggota maupun Ketua BPK turun
dari ruang kerjanya.
MEDAN – Pemerintahan Kota Medan harus transparan dalam mengelola pajak,
khususnya pada Dinas Pendapatan Kota Medan yang memproyeksikan Pendapatan
Asli Daerah pada 2010 ini sebesar Rp271,7 miliar. Hal ini sangat diperlukan untuk
mencegah terjadi kebocoran pendapatan seperti di Dirjen Perpajakan.

Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, Hasyim,


mengatakan, PAD yang diproyeksikan Dispenda Kota Medan sebenarnya masih bisa
dimaksimalkan lagi, seperti dari pajak pengelolaan parkir di gedung yang dinilai
jauh lebih besar dari target.

“Oleh karena itu, Dispenda Kota Medan diminta lebih pro aktif terjun kelapangan.
Terutama dari pajak hiburan yang sangat potensial,” urainya, kepada Waspada
Online, sore ini.

Selain itu, lanjutnya, perlu kejujuran dari aparaturnya, serta tanggung jawab moral
yang tinggi, sehingga tidak ada permainan atau lobi-lobi terhadap pajak di lapangan
yang akhirnya merugikan pendapatan daerah. Menurutnya, potensi kebocoran PAD
ini, bisa saja terjadi karena wajib pajak tidak melaporkan sepenuhnya
kewajibannya.

“Ini masih banyak yang menutupi. Dispenda ota Medan juga berpotensi terjadi
kebocoran. Kita bukan menuduh, tapi indikasinya ada,” kata Hasyim.

Oleh karena itu, lanjutnya, perlu diberlakukan Information Teknologi yang dipasang
pada setiap lokasi objek pajak. Sehingga, potensi kebocoran pendapatan dapat
ditekan. Selain itu, BPK juga perlu mengaudit, berapa pajak masuk dan jangan
sampai terjadi kecurangan.

“Kasus Gayus harus jadi pelajaran besar, khususnya pada instansi seperti
keuangan, Dispenda dan lainnya yang menjadi sarana pengumpul pajak,” katanya.
JAKARTA--Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berjanji akan segera melakukan audit
kinerja terhadap Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan.
Audit bukan hanya sebagai tugas pokok BPK melainkan juga menindaklanjuti
berbagai kasus yang terjadi di lembaga bagian dari Kementrian Keuangan tersebut.
Terutama kecurigaan banyak pihak terkait dugaan mafia kasus di lembaga ini yang
dinilai berpotensi menimbulkan kerugian negara.

BPK rencananya akan mengaudit Ditjen Pajak untuk kinerja tahun 2009. Hasil audit
akan disampaikan bersamaan dengan laporan hasil audit kinerja untuk semester II
tahun 2010. Demikian disampaikan Ketua BPK RI Hadi Poernomo dalam jumpa pers
usai Sidang Paripurna DPR-RI di Jakarta, Selasa (13/4). “Proses audit Ditjen Pajak,
segera kita lihat waktu yang dimiliki BPK. Selain itu, kita juga akan mengaudit
kinerja kementerian/lembaga (K/L). Pemeriksaan tinggal menunggu waktu saja,”
kata Hadi.

Sementara itu, selain siap mengaudit kinerja Ditjen Pajak, BPK kata Hadi, juga akan
melakukan audit sistem. BPK berencana meneliti dari segi aturan yang dibagi
menjadi tiga hal. Pertama, melihat ada tidaknya peraturan yang berbenturan
dengan peraturan di atasnya. Kedua, ada tidaknya peraturan yang tidak
dilaksanakan dan terakhir, ada atau tidaknya peraturan yang belum ditindaklanjuti.

Diakui Hadi, audit segera dilakukan terkait merebaknya kasus mafia pajak akhir-
akhir ini. Banyak permintaan untuk BPK segera melakukan audit, sebagaimana
tugas yang diberikan kepada BPK,’’Nantinya audit untuk kasus Gayus harus dilihat
dari dua sisi yakni kasusnya sendiri dan sistemnya,’’ kata Hadi.

Hadi mengakui, dirinya sampai saat ini belum pernah menerima permohonan audit
investigasi dari lembaga-lembaga lainnya.’’Untuk audit investigasi bagi lembaga
lainnya masih belum ada permintaan kepada kita,’’ ujarnya.(afz/jpnn)
Restitusi dari Faktur Fiktif

BISNIS rental mobil Azzahra di kawasan Kiaracondong itu tidak ada jejaknya lagi. Sejak
pemiliknya, Andri Hardukardi, ditangkap tim penyidik pegawai negeri sipil Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, usaha itu ikut gulung tikar. Didatangi pekan lalu, rumah
bercat putih bekas lokasi penyewaan mobil itu kini ditempati perusahaan suku cadang sepeda
motor Fuboru.

Di depan lokasi rental mobil itulah Andri Hardukardi "diamankan" tahun lalu. Pegawai Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas ini tertangkap
tangan membawa satu dus dokumen pajak tanpa izin. Andri kini ditahan di penjara Kebonwaru.
Kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Bandung.

Ia didakwa menilap ratusan dokumen wajib pajak dan data perpajakan lainnya dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cibeunying dan Cicadas. Data pajak yang digondol dari 2006 hingga
2009. Sumber Tempo di Jakarta memberikan isyarat, kasus ini bukan sekadar pencurian dan
pemalsuan biasa. "Ini kasus pajak yang patut diawasi," katanya.

Motifnya, kata sumber itu, bukan sekadar memeras wajib pajak. Kasus pencurian data ini justru
diduga untuk menghapus jejak kejahatan pajak yang berlangsung bertahun-tahun. Data itu
dulunya dipakai untuk pengajuan restitusi dengan menggunakan faktur pajak pertambahan nilai
fiktif. Bukan cuma itu. Sumber lain mengatakan pelenyapan database ini juga terkait dengan
pemalsuan surat setoran pajak dan rekayasa surat pajak tahunan dalam rangka sunset policy.

Tadinya, kasus Andri Hardukardi hendak diumumkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
saat menggelar jumpa pers di Direktorat Jenderal Pajak, Senin dua pekan lalu. Namun hal itu
urung dilakukan. "Karena masih tahap penyidikan," kata Direktur Jenderal Pajak Tjiptardjo. Sri
Mulyani saat itu menyatakan Kementerian Keuangan akan menyisir pejabat pajak di Direktorat
Jenderal Pajak yang diduga melakukan tindakan kriminal di sektor restitusi pajak memakai
faktur pajak pertambahan nilai fiktif. Ia mengakui modus operandi kejahatan ini bersifat
sistemik.

Kejahatan pajak dengan modus mencuri dokumen dan melenyapkan database ini menyedot
perhatian Kementerian Keuangan. "Kasus ini melibatkan jaringan dan berujung pada pejabat
pajak lama," ujar sumber tadi. Bekas pejabat ini, kata dia, masih memiliki jaringan yang kuat di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, terutama di tingkat eselon dua. Saat ditanya siapa bekas
pejabat yang dimaksud, sang sumber cuma tersenyum.

Jaringan pencurian dokumen ini bergerak dalam sistem sel. Namun tiap sel saling terkait.
"Karena mereka harus saling konfirmasi ke kantor pelayanan pajak pratama lainnya," kata
sumber itu. Bila dirunut-runut, bukan tidak mungkin kasus Andri Hardukardi berkaitan dengan
sindikat pajak yang saat ini ditangani Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya.
Kasus Bahasyim Assifie, Andri Hardukardi, dan Eddy Setiadi-pegawai pajak yang tersangkut
kasus pajak Bank Jabar dan saat ini ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi-hanya contoh kecil
dari sebagian sel yang berkembang di Direktorat Jenderal Pajak. Itu sebabnya Sri Mulyani
memberikan sinyal, pengusutan akan dilakukan terhadap pejabat pajak, baik yang aktif maupun
yang tidak aktif, hingga bekas pejabat paling tinggi.

Setelah pengunduran dirinya dari posisi menteri mencuat ke publik, Sri Mulyani memastikan
reformasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak tidak berhenti. "Saya bisa kapan pun diganti,
tapi reformasi ini kebutuhan inheren organisasi," katanya saat wawancara khusus dengan Tempo
dua pekan lalu.

lll

JUMAT pagi, 27 Maret 2009. Sandi Irawan dan T.B. Hasan Albana meluncur ke Bandung. Tim
kepatuhan internal Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak ini bertemu dengan tim penyidik
pegawai negeri sipil Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I, yang diwakili Agus
Suparman, Rudy Yunir, dan Edward Hermawan Simanungkalit. Pertemuan itu berlangsung
mulai pukul 10.00 di Dago Plaza.

Di mal itu, tim kepatuhan internal menyampaikan rencana penyelidikan terhadap Andri dalam
kaitan dengan dugaan penyalahgunaan wewenang. Atas informasi itu, tim penyidik pajak Jawa
Barat melakukan pengintaian. "Saya yang bertugas mengintai," kata Agus Suparman. Mereka
juga meminta bantuan Kepolisian Resor Kota Bandung Tengah.

Jumat pekan berikutnya, mereka memperoleh informasi bahwa Andri membawa setumpuk
dokumen ke dalam mobilnya. "Saat itu Andri tampak ke luar kantor membawa dus," kata Sandi
Irawan saat bersaksi di pengadilan, Rabu pekan lalu.

Mengendarai Kijang Innova hitam, Andri singgah sebentar ke lokasi rental mobil miliknya. Tim
kepatuhan dan tim penyidik membuntuti ke sana. Saat hendak meninggalkan tempat itulah mobil
Andri dihentikan oleh mobil yang dikendarai Edward Simanungkalit. Ia lalu dibawa ke Hotel
Sanni Rosa di kawasan Hegarmanah, Setiabudi. Dia diperiksa oleh tim kepatuhan internal dan
tim penyidik pajak Jawa Barat I. "Dia satu kamar dengan saya," kata Ihwanul Muslimin, anggota
tim kepatuhan lainnya.

Tim juga memeriksa beberapa barang di dalam mobil Andri. Di situ ditemukan dokumen surat
setoran bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Mereka juga menemukan data bejibun
yang berkaitan dengan dugaan pemalsuan dokumen dan restitusi pajak pertambahan nilai. Di
antaranya data printout dan aplikasi program pajak keluaran dan pajak masukan. Yang paling
dahsyat, terdapat pula data wajib pajak di seluruh Indonesia yang mengajukan restitusi pajak
pertambahan nilai.

Besoknya, Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur Estu Budiarto
datang ke Sanni Rosa. Melalui pesan pendek, Estu mengabarkan perkembangan ke Darmin
Nasution, Direktur Jenderal Pajak saat itu. Darmin meminta penyelidikan dilanjutkan. Siang
harinya, Andri diantar ke rumahnya di Kompleks Taman Melati, Kecamatan Cimenyan,
Bandung.

Tim kepatuhan dan tim penyidik memberi tahu Sri Suryani, istri Andri, bahwa suaminya hendak
berdinas dengan tim kantor pusat. Di lantai dua rumah itu, tim penyidik menemukan dokumen
lain terkait dengan pekerjaan Andri saat menjabat Pelaksana Seksi Pajak Penghasilan Badan dan
Seksi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Cibeunying pada 2006. "Berkas-
berkas ini semestinya berada di gudang arsip kantor," kata Sandi. Sore harinya, dokumen tadi
beserta komputer pribadi Andri diboyong ke Sanni Rosa.

Dari komputer itu kembali diperoleh data faktur pajak fiktif dan restitusi pajak pertambahan
nilai. Ditemukan juga beberapa file yang tidak ada kaitannya dengan kewenangan Andri sebagai
petugas account representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.

Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur kemudian membuat
berita acara permintaan keterangan pada 5 April 2009. Adjat Djatnika, Kepala Subdirektorat
Kepatuhan Internal, datang ke Hotel Sanni Rosa, mengawasi pekerjaan itu. Pemeriksaan kelar
sore hari. Andri lalu diantar pulang ke rumahnya.

Dari pemeriksaan diperoleh indikasi Andri melakukan pelanggaran kepegawaian dan fiskal.
Kasus pencurian dan pemalsuan ini dilimpahkan ke Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung
dan Kepolisian Resor Kota Bandung Tengah pada awal Juni tahun lalu.

Awal Februari lalu, berkas perkara pencurian dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Bandung.
Adapun untuk kasus pemalsuan, Kepolisian Bandung masih menunggu lampu hijau dari Menteri
Keuangan untuk membuka dan meminjam berkas wajib pajak serta audit forensik server
komputer. Sedangkan untuk kasus dugaan tindak pidana fiskal, tim intelijen dan penyidikan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak tengah melakukan pemeriksaan bukti permulaan.

lll

DITEMUI seusai sidang Rabu pekan lalu, Andri merasa dijadikan tumbal. "Ada yang khawatir
posisinya terancam," ujarnya. Kasus ini, kata dia, berembus gara-gara ada surat kaleng ke
Menteri Keuangan. Isinya menyebutkan pria 40 tahun ini memiliki ratusan mobil yang
disewakan. Padahal usaha penyewaannya cuma punya 12 mobil. "Dirintis dua tahun lalu, bisnis
rental saya berantakan," katanya kesal.

Saim Aksinuddin, penasihat hukum Andri, mengatakan isi surat itu juga menuding kliennya
punya tanah dan vila seluas dua hektare. "Andri juga dituding sering memeras wajib pajak,
mencatut nama pejabat perpajakan, dan menyetor duit ke para bos," kata Saim saat membacakan
nota keberatan dalam persidangan, akhir April lalu.

Apa pun pembelaan Andri, kasus ini menyedot perhatian Sri Mulyani. Itu sebabnya ia
membentuk tim gabungan, terdiri atas Inspektorat Bidang Investigasi Kementerian Keuangan,
Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur, dan Komite
Pengawasan Perpajakan. "Tim gabungan akan menyisir potensi aparatur pajak yang ditengarai
terlibat," kata Menteri Sri. Tim ini bisa mengakses informasi data pajak hingga ke tingkat yang
sangat terperinci dan rahasia untuk mengusut mafia perpajakan.

Direktur Jenderal Pajak Tjiptardjo mengakui kasus restitusi fiktif melibatkan orang dalam pajak.
"Tapi memerangi sindikat mafia tidak bisa hanya semalam," katanya. Tidak cuma melibatkan
petugas pajak, mata rantai kasus ini juga melibatkan karyawan bank dan konsultan pajak.

Seorang sumber menuturkan, lika-liku permainan faktur pajak pertambahan nilai fiktif terjadi
karena sistem yang ada selama ini membuat petugas pajak sulit memeriksa ke lapangan.
"Pengajuan restitusi hanya berdasarkan faktur," katanya. Celakanya, faktur pajaknya fiktif,
diajukan oleh perusahaan fiktif yang seolah-olah melakukan kegiatan ekspor-impor dengan
nomor pokok wajib pajak fiktif. "Mereka bikin dokumen seolah-olah sudah bayar pajak, dan
bayar pajaknya kelebihan, lalu minta restitusi ke negara," kata sumber ini.

Permainan ini juga bisa melibatkan orang dalam. Caranya dengan menghidupkan perusahaan-
perusahaan non-efektif yang masih punya nomor pokok wajib pajak tapi sudah tidak jelas
keberadaan pemiliknya. Perusahaan itu dihidupkan kembali dengan transaksi fiktif. "Yang
memainkan data ini orang-orang di operator consul," katanya. "Dan melibatkan pegawai yang
lebih tinggi levelnya."

Untuk kasus Bandung, ada indikasi jaringan operator consul ikut bermain. Kasus yang membelit
Andri ini, kata sumber tadi, diduga juga terkait dengan faktur pajak pertambahan nilai fiktif
ratusan perusahaan ekspor-impor tekstil di Cimahi. Kawasan ini, kata dia, dikenal sebagai pintu
keluar pengajuan restitusi palsu. Jejak inilah yang hendak dihapus besar-besaran.
BPK Indonesia Power Boroskan Rp27,94 Triliun
14 Apr 2010

• Headline
• Pelita

Jakarta, Pelita
Ketua Badan Pengawas Keuangan (BPK) Hadi Poernomo mengungkapkan, PT Indonesia Power
(IP) melakukan pemborosan hingga Rp27.94 triliun. Pasalnya. IP membeli minyak bumi Iebih
mahal dibandingkan gas untuk memenuhi enam pembangkit yang dapat dioperasikan dengan
bahan bakar ganda yaitu minyak bumi dan gas.

Hadi menjelaskan, hasil audit kinerja dan temuan BPK mengungkapkan IP kehilangan
kesempatan untuk melakukanpenghematan biaya bahan bakar senilai Rp27,94 triliun. "Karena
menggunakan ba-. han bakar minyak pada enam pembangkit yang dapat dioperasikan dengan
bahan bakar ganda, minyak dan gas." ujar Hadi pada Rapal Paripurna DPR penyerahan Ikhtisar
Hasil Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun Anggaran 2009 kepada
DPR, di Jakarta. Selasa (13/4).

Menurut dia. enam pembangkit listrik tersebut seharusnya dapat menggunakan gas yang lebih
murah diban-dingkan dengan minyak. Sementara PU Auditor Utama BPK Ilya Avian!
menambahkan, pemborosan tersebut terjadi karena IP tidak memiliki kontrak dengan pemasok
gas yang menjamin adanya pasokan secara berkelanjutan.

"Di dalam kontrak tidak ada klausul yang menjamin pasokan batubara secara rutin, sehingga
kadangkala IP harus membeli bahan bakar minyak yang lebih mahal," katanya. Apalagi,
perusahaan pema-jSok gas diberikan kebebasan dalam memasok dan dalam , klausul tidak ada
sanksi untuk pemasok gas. Sehingga pemasok bebas untuk mengeskpor gasnya.

Dia juga mengungkapkan,batubara yang tersedia saat inimasih bermutu rendah. "Adapenurunan
nilai kalori batu-ibara yang diterima unit pembangkit listrik di bawah spesl-i/lkasl, proses
pencampuran-batubara masih konvensionalsehingga mutunya rendah,"katanya.

Audit Ditjen Pajak Lebih lanjut Hadi Poernomo mengatakan akan melakukan -audit kinerja
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) 2009. Audit tersebut terkait dengan kasus mafia pajak
yang terbongkar.Dia menjelaskan, audit tersebut setidaknya menyangkut Uga hal. Pertama,
adakah aturan yang dilanggar. Kedua, aturan yang saling bertabrakan. Ketiga, aturan yang perlu
ditindaklanjuti.

Sampai sekarang BPK tidak pernah diminta untuk melakukan audit Investigasi. Tidak ada itu,
kita tidak pernah me-nerima surat (dari DPR) yang meminta audit Investigasi," katanya. Ditjen
Pajak kini menjadi sorotan setelah terbongkarnya kasus mafia pajak Gayus Tambunan. Pegawai
pajak golongan HIA tersebut bisa meraup miliaran rupiah dari praktik pajak yang dilakoninya.
Kasus Gayus belum usai, muncul nama mantan pegawai pajak Bahasyim Assyifl yang diduga
melakukan praktik mafia pajak sehingga memperkaya diri sendiri hingga puluhan miliar rupiah.

Kasus pajak Ini menjadi ironi karena pemerintah sebelumnya mengklaim telah sukses melakukan
reformasi birokrasi di Direktorat Jenderal Pajak.

Selain itu, kasus ini juga menjadi menarik karena saat ini pemerintah tengah mengajukan
penurunan target penerimaan pajak di APBN-P 2010.

Pada APBN 2010 target pajak diusulkan sebesar Rp715,53 triliun. Namun, pemerintah berencana
menurunkan target penerimaan pajak menjadi Rp710.3 triliun di APBN-P 2010.

Anda mungkin juga menyukai