Anda di halaman 1dari 5

KOPERASI SEBAGAI BASIS

SISTEM EKONOMI KERAKYATAN

Ginandjar Kartasasmita

Makalah ini disampaikan sebagai orasi ilmiah pada acara Wisuda XXXI
Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) Jatinangor, 7 Agustus 2004

warsa 1990-an Indonesia menjadi salah satu contoh


Pembicaraan saya pagi ini akan saya mulai dengan
pembangunan yang berhasil. Bersama dengan program
laporan UNDP tahun 2003, yang baru-baru ini
swasembada pangan, keluarga berencana, serta
dipublikasikan, yang kembali telah menghentak kita.
pendidikan yang memberikan penekanan kepada
Dalam laporan tersebut, disebutkan daya saing bangsa
pendidikan dasar, pembangunan Indonesia telah
kita di tengah dunia internasional kembali melorot. menghasilkan peningkatan kesejahteraan dan
Indeks pembangunan manusia (HDI) kita jug a merosot.
pengurangan kemiskinan secara signifikan. Sedemikian
Dengan demikian jelas bagi kita, bahwa pembangunan
SDM, khususnya kehadiran kaum terdidik sangat rupa kekaguman masyarakat internasional mengenai
dibutuhkan dalam mengangkat derajat dan martabat pembangunan Indonesia pada saat itu, sehingga pada
bangsa kita. tahun 1993 Bank Dunia memasukan Indonesia ke dalam
kelompok beberapa negara berkembang di Asia yang
Kemudian bila kita cermati lebih dalam lagi, disebut East Asia Miracle; negara-negara ini telah atau
rendahnya indeks pembangunan manusia kita tersebut, berpotensi menjadi “macan ekonomi” baru. Demikian
disokong oleh fakta bahwa indeks daya beli masyarakat optimisnya suasana pada waktu itu, sehingga
merupakan aspek terlemah dibanding kedua aspek lain, diperkirakan bahwa pada peralihan milenium Indonesia
yakni indeks harapan hidup (kesehatan), dan indeks sudah menjadi negara industri, dan ting kat kemiskinan
pendidikan. Ini satu bukti, bahwa kehidupan ekonomi sudah dapat dikendalikan dalam batas yang wajar bagi
masyarakat kita belum pulih benar. Hal ini berkaitan sebuah negara industri.
langsung dengan belum tumbuh kembalinya sektor riil
setelah diterpa badai krisis yang maha hebat di Di tengah gegap gempitanya ekonomi Indonesia
penghujung abad yang lalu. yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi,
pada tahun 1996 pada puncaknya tingkat perekonomian
Harus diakui ambruknya sektor riil kita, memang kita, saya selaku Ketua Bappenas mengingatkan bahwa
dipicu oleh bangkrutny a sektor keuangan kita. Akan keberhasilan ekonomi pada saat itu telah menutup mata
tetapi krisis multidimensional yang kita hadapi membuat kita terhadap masalah besar yang dihadapi oleh
sektor riil kian susah untuk bangkit kembali, khususnya perekonomian kita, yaitu masalah kesenjangan atau
pada industri besar yang diharapkan akan dapat ketimpangan. Dalam sebuah buku yang diterbitkan pada
menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang cukup besar. tahun 1996, (Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan
Keadaan ekonomi seperti itu menyadarkan kepada Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, 1996), saya
mempertanyakan konsep pembangunan ekonomi yang
kita semua, bahwa menyandarkan kehidupan bangsa kita
pada segelintir pengusaha saja bukanlah kebijakan yang memberikan penekanan kepada pertumbuhan dan
tepat. Apalagi pengusaha-pengusaha tersebut terbukti menggunakan pertumbuhan sebagai ukuran utama
memiliki semangat kebangsaan yang patut keberhasilan. Artinya kemajuan yang diukur melalui
dipertanyakan dan tidak memiliki akar budaya yang kuat membesarnya produksi nasional tidak otomatis
dalam masyarakat kita. menjamin bahwa pertumbuhan tersebut mencerminkan
peningkatan kesejahteraan secara merata. Masalah
Sementara itu, perkembangan ekonomi bangsa utamanya, seperti telah ditunjukkan di atas, adalah
kita tertinggal jauh dibanding bangsa-bangsa lain di Asia ketidakseimbangan dalam kemampuan dan kesempatan
bahkan di Asia Tenggara. Hal itu terjadi karena kita untuk memanfaatkan peluang yang terbuka dalam proses
tidak dengan sungguh-sungguh mengenali, apalagi pembangunan. Dengan proses pembangunan yang terus
berusaha mengatasi masalah utama yang kita hadapi berlanjut, ketidakseimbangan itu cenderung makin
dalam perekonomian kita, yaitu ketimpangan- membesar yang mengakibatkan makin melebarnya
ketimpangan yang dengan kemajuan teknologi dan jurang kesenjangan.
proses globalisasi tidak makin mengecil, bahkan makin
melebar dan membuat struktur ekonomi kita sangat Kesenjangan itu merupakan akibat dari tidak
meratanya pemilikan sumber daya produksi dan
rentan.
produktivitas serta sistem distribusi dan pasarnya, di
Barangkali kita masih ingat betapa setelah tiga antara para pelaku ekonomi. Kelompok masyarakat
puluh tahun upaya pembangunan dalam masa Orde dengan pemilikan faktor produksi terbatas dan
Baru, dengan derasnya arus investasi, dan tingkat produktivitas rendah yang menghasilkan tingkat
pertumbuhan yang tinggi, sampai pada pertengahan dasa

www.ginandjar.com 1
kesejahteraan rendah dihadapkan pada kelompok pelaku itu, ekonomi Indonesia runtuh diterjang badai kris is
ekonomi maju, berkembang dan kuat. finansial yang dikenal sebagai krisis Asia. Memang
bukan hanya Indonesia yang terserang, namun Indonesia
Kesenjangan struktural ini tercermin baik dalam
yang paling parah terkena dampaknya yang
kegiatan produksi, distribusi, maupun permodalan.
membuktikan bahwa perekonomian Indonesia adalah
Dengan struktur yang seperti itu, perekonomian nasional
yang paling rapuh. Negara-negara lain yang terserang
menjadi kurang kukuh dan sangat rentan.
krisis itu bersama-sama kita, sekarang bukan hanya
Penulis menyimpulkan bahwa apabila ekonomi sudah pulih, bahkan sudah memperoleh kembali
Indonesia akan tumbuh secara berkesinambungan momentum pertumbuhannya. Selain dari itu, beberapa
(sustainable), bahkan sesungguhnya untuk survive saja ekonomi di Asia yang pada tahun 1993 “tidak masuk
dalam persaingan global yang pada waktu itu mulai hitungan”, sekarang sudah menggeliat dan bergerak
sudah tajam, maka “sistem dan tatanan sosial ekonomi maju dengan kecepatan yang cukup pesat. Cina, jelas
bangsa Indonesia harus diperbaiki”. Kami di Bappenas sedang menuju status sebagai salah satu raksasa
pada waktu itu mencoba menc ari jalan keluar, dengan ekonomi dunia. India dan Vietnam makin melaju. Di
mendukung sebuah konsep untuk menyempurnakan mana ekonomi Indonesia sementara itu? Ya, masih
konsep pembangunan yang selama ini didasarkan pada tertinggal di situ-situ saja. Ekonomi Indonesia masih
pendekatan pertumbuhan, yang kemudian dikenal belum lepas dari krisis.
dengan ekonomi rakyat atau ekonomi kerakyatan.
Memang keadaan itu bukan hanya disebabkan
Sampai saat ini memang belum ditemukan oleh lemahnya sistem dan struktur perekonomian kita
batasan ekonomi kerakyatan yang memuaskan semua semata, tetapi juga oleh karena terjadinya krisis ekonomi
pihak. Namun, sebagai pendekatan, ekonomi kerakyatan dan krisis politik secara bersama. Krisis keuangan yang
pada tahap awalnya dapat dikenal dari ciri-ciri pokoknya memicu krisis ekonomi itu telah men jadi katalisator
yang bersifat tradisional, skala usaha kecil, dan berbasis dalam mempercepat dan memperbesar kekuatan
sumber daya setempat. reformasi dalam masyarakat yang menginginkan
Dasar pandangan pendekatan ini adalah bahwa perubahan. Suatu situasi yang tidak dialami oleh
upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada negara-negara lain yang terkena dampak krisis keuangan
akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan itu. Perubahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya
rakyat. Bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus pergantian pemerintahan saja tetapi telah memacu pula
ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan terjadinya reformasi politik, yang sekarang telah
dan mendinamisasikan potensinya, dengan kata lain, membuahkan hasil, yaitu mulai tegaknya demokrasi dan
memberdayakannya. sistem pemerintahan yang didasarkan atas kedaulatan di
tangan rakyat. Perubahan Undang-unda ng Dasar 1945
Secara praktis upaya yang merupakan pengerahan telah memungkinkan terjadinya pembaharuan dalam
sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi sistem politik dan pemerintahan yang tanpa adanya
kerakyatan ini akan meningkatkan produktivitas rakyat krisis mustahil bisa terjadi secepat itu. Pemilihan
sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber presiden secara langsung adalah satu buah hasil
daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat reformasi politik tersebut. Demikian pula terbentuknya
ditingkatkan produktivitasnya. Dengan demikian, rakyat sebuah lembaga perwakilan baru di mana para
dan lingkungannya mampu secara partisipatif anggotanya langsung dipilih oleh rakyat, yakni Dewan
menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah Perwakilan Daerah, yang dapat menjadi kekuatan
ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi penyeimbang bagi lembaga perwakilan yang didominasi
belum termanfaatkan secara penuh potens inya akan oleh partai politik, membawa angin segar dan
meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, diharapkan akan memperkuat sendi-sendi demokrasi
martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya. Dengan kita.
demikian, dapatlah diartikan bahwa pemberdayaan
Apabila dengan bangga kita bisa menyatakan
ekonomi kerakyatan tidak saja menumbuhkan dan
mengembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga bahwa reformasi politik yang berjalan di atas landasan
nilai tambah sosial dan nilai tambah budaya. Jadi reformasi konstitusional telah berlangsung dengan baik,
dengan kata lain, partisipasi rakyat meningkatkan sehingga Indonesia sekarang telah menjadi negara
emansipasi rakyat. demokrasi ketiga terbesar di dunia, namun sebaliknya di
bidang ekonomi kita seakan-akan mandek. Apabila
Tetapi di tengah euphoria kesuksesan dalam pembaharuan politik bangsa Indonesia telah
pembangunan ekonomi yang ditandai dengan memiliki desain yang jelas dan sekarang sedang
pertumbuhan yang tinggi dan dimotori oleh investasi dilaksanakan, maka di bidang ekonomi kita tidak
terutama yang bersumber dari luar negeri, suara itu memiliki peta atau roadmap yang serupa. Sebenarnya,
bagai tenggelam. Bahkan banyak yang mencemooh dan sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk kita
menganggap sebagai tidak realistis, bahkan sebagai menyusun kembali strategi pembangunan ekonomi kita
nuisance. Tetapi apa yang terjadi? Tidak lama sesudah dan membuat desain sistem dan bangunan ekonomi yang
www.ginandjar.com 2
tepat untuk masa depan. Pengalaman masa lalu --yang Pengalaman krisis menunjukkan bahwa yang
sukses maupun yang gagal-- kekuatan dan kelemahan ambruk bersama ekonomi kita –atau bahkan yang
yang ada pada kita, kecenderungan ke depan, tantangan- menyebabkan ambruknya ekonomi kita— bukanlah
tantangan yang dihadapi, baik karena kemajuan ekonomi rakyat, tetapi usaha besar, kaum konglomerat
teknologi, globalisasi, dan persaingan harus menjadi yang besarnya ditopang oleh fasilitas serta kebijakan
parameter yang jelas dalam menyusun paradigma yang berpihak dan menguntungkan mereka, terutama
pembangunan baru itu. dalam penyediaan modal melalui perbankan. Usaha
ekonomi rakyat dan usaha kecil yang sedikit sekali
Saat ini tepat sekali untuk mengonsolidasikan
menikmati fasilitas dan perlindungan, justru yang
semua kekuatan ekonomi kita dan memobilisasikan
menopang ekonomi kita selama krisis. Bahkan banyak
segala potensinya. Strategi ekonomi kita harus disusun
di antaranya yang justru berkembang selama krisis, pada
kembali; sumber kekuatannya harus berasal dalam diri
dan atau bangsa kita sendiri; yang lainnya hanyalah saat mana satu per satu usaha besar rontok dan sekarang
melengkapi saja. Saya tidak bermaksud menimbulkan meninggalkan hutang yang harus dibayar oleh negara
sentimen populis yang tidak realistis dan bertentangan dan oleh generasi ke depan. Pada saat krisis , Koperasi
dengan kaidah-kaidah ekonomi yang sehat. Saya juga Simpan Pinjam di Pekalongan justru meningkat
tidak menganjurkan untuk kita mengabaikan prinsip kegiatannya, sehingga menurut sebuah sumber (Adi
ekonomi pasar yang sudah teruji ketangguhannya. Sasono), perputarannya mencapai Rp. 50 sampai 70
miliar sehari. Sekarang koperasi tersebut sudah
Memang ekonomi membutuhkan investasi menyebar ke luar Pekalongan dan memiliki lebih dari 50
untuk tumbuh, dan kalau kemampuan tabungan dalam perwakilan. Lebih dekat dengan kampus ini, ada sebuah
negeri belum memadai harus terbuka kemungkinan dan BMT yang merupakan satu di antara 100 BMT di mana
daya tarik untuk masuknya modal dari luar negeri. ketika saya di Bappenas pada 1995 membantu
Namun, harus dihindari suasana ketergantungan kepada melahirkannya dengan bekerja sama dengan Bank
sumber daya eksternal yang telah membius kita sekian Indonesia. BMT itu bernama BMT Mardlotillah,
lama, sehingga kita mengabaikan kemampuan dan berlokasi di Pasar Tanjungsari, Sumedang. Pada waktu
potensi yang sesungguhnya dapat dikembangkan di didirikan tahun 1996 modalnya hanya Rp. 10 juta.
dalam negeri. Jangan sampai kita disalahkan lagi oleh Tahun lalu asetnya mencapai lebih dari Rp. 1 miliar.
sejarah, karena melakukan kesalahan dua kali. Tidak Hanya dalam waktu 7 tahun, justru pada saat parah-
bisa lagi ekonomi nasional disandarkan parahnya kondisi ekonomi bangsa kita, BMT ini tumbuh
perkembangannya kepada segelintir kelompok pemodal, dan berkembang dan sekarang anggota dan nasabahnya
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Harus mencapai lebih dari 3.600 orang.
diciptakan basis ekonomi yang lebih kuat sehingga
Jadi tidak benar apabila dikatakan bahwa
menjadi lebih kokoh. Saat ini tepat sekali untuk
ekonomi kerakyatan sangat tergantung kepada proteksi
mengembalikan semangat kemandirian bangsa yang
Pemerintah dan tidak bisa hidup di alam sistem pasar.
merupakan kelanjutan dan aktualisasi semangat
Yang terjadi adalah sebaliknya, yang terus menerus
kemerdekaan. Jangan kita membiarkan proses
memerlukan proteksi justru adalah kaum konglomerat
pemulihan ekonomi kita mengikuti pola dan
itu, yang dari lahirnya sudah dibiasakan dilindungi dan
menghasilkan kondisi ekonomi yang sama seperti diberi fasilitas. Yang dibutuhkan oleh ekonomi
sebelum krisis ekonomi.
kerakyatan adalah kerangka kebijakan atau “regulatory
Konsep ini tidak memperte ntangkan pertumbuhan framework” yang memberinya kesempatan untuk
dengan keadilan sosial, karena seperti dikatakan oleh bersaing secara adil dan wajar dalam sistem ekonomi
Donald Brown (1995), keduanya tidak harus apapun termasuk ekonomi pasar. Yang diperlukan
diasumsikan sebagai "incompa tible or antithetical". adalah bimbingan dan akses kepada sumber daya, seperti
Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap yang selama ini hanya dinikmati oleh kelompok
"zero-sum game" dan "trade off". Ia bertitik tolak dari pemodal besar. Keberpihakan atau affirmative action
pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan untuk ekonomi kerakyatan atau usaha skala kecil
yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan semata-mata adalah untuk menyeimbangkan kesempatan
menjamin per tumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena dan menghilangkan ketidakadilan, sebagai akibat
itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995), "the kebijakan-kebijakan yang sangat berpihak kepada
pattern of growth is just as important as the rate of kelompok-kelompok pengusaha besar selama ini.
growth". Yang dicari adalah seperti dikatakan Ranis,
"the right kind of growth", yakni bukan yang vertikal Koperasi sebagai wadah atau kumpulan
menghasilkan "trickle-down", seperti yang terbukti tidak manusia, terutama manusia yang apabila berusaha
ber hasil, tetapi yang bersifat horizontal (horizontal sendiri-sendiri lemah posisinya, merupakan instrumen
flow s), yakni "broadly based, employment intensive, and yang tepat untuk meningkatkan harkat dan martabat
not compartmentalized " (Ranis, 1995). manusia.
Upaya mewujudkan kemandirian sangat cocok
dengan konsepsi koperasi karena kemandirian adalah
www.ginandjar.com 3
salah satu prinsip koperasi yang hakiki. Kemandirian Indonesia, yang selama ini sering diabaikan. Ketiga
bagi koperasi mengandung pengertian dapat berdiri syarat dasar tersebut, adalah: (a) tersedianya kepentingan
sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain, dilandasi oleh usaha yang sama dari para anggota, (b) pemimpin yang
kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kuat dan amanah, dan (c) manajemen yang profesional.
kemampuan, dan usaha sendiri. Dalam kemandirian
Kajian tentang peran manusia dalam koperasi
koperasi terkandung pula pengertian kebebasan yang
menjadi lebih menarik belakangan ini; karena pertama,
bertanggung jawab, swadaya, ber ani
mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri, dan koperasi adalah organisasi ekonomi yang secara
ideologis normatif memposisikan manusia sebagai faktor
kehendak untuk mengelola diri sendiri. Dengan
penting dalam proses maupun tujuan organisasi. Kedua,
demikian, semangat pembangunan koperasi adalah
fakta empiris menunjukkan koperasi menghadapi
sesuai dengan semangat dan nafas pembangunan yang
masalah citra, rendahnya mutu manajemen sebagai
berakar pada kemampuan bangsa sendiri, yakni akibat dari rendahnya mutu sumber daya manusia.
pembangunan untuk mewujudkan kemandirian nasional.
Pengurus dan karyawan adalah unsur "manusia"
Koperasi sesuai dengan watak sosialnya adalah
yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan usaha dan
wahana yang tepat untuk pembangunan yang
berkeadilan. Koperasi sebagai gerakan lapisan organisasi koperasi. Secara bersama-sama –ataupun
saling menggantikan– menjadi pelaku organisasi yang
masyarakat terbawah (grassroots), apabila lebih banyak
aktif, dan berdiri di baris depan dalam menciptakan
dilibatkan dalam pembangunan, akan dapat
efektivitas organisasi. Dalam arti kinerja mereka
menghasilkan pembangunan yang lebih merata,
memiliki dampak terhadap kepuasan pihak-pihak yang
pembangunan yang tumbuh dari bawah, berakar di
memiliki kaitan dengan koperasi, antara lain anggota
masyarakat dan mendapat dukungan rakyat. sebagai pemilik dan pemanfaat, pemerintah sebagai
Antagonisme buruh dan majikan dalam koperasi tidak pembina serta pihak mitra bisnis yang berperan sebagai
dikenal sehingga koperasi dapat menghimpun dan pemasok, distributor, produsen, penyandang dana dan
memobilisasi potensi masyarakat dalam suasana lain sebagainya. Dalam sistem manajemen kop erasi,
kebersamaan dan kekeluargaan. penciptaan kepuasan konsumen –khususnya anggota–
Tidak berarti bahwa koperasi dapat dikelola bukan semata masalah strategi usaha, tetapi masalah
tanpa memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang identitas, yang sudah menjadi "keharusan normatif" bagi
baik, yang memerlukan kaum profesional yang mampu koperasi.
menjalankan usaha. Justru ini salah satu tantangan yang
harus dihadapi untuk dapat menumbuhkan koperasi Sehubungan dengan itu, lulusan IKOPIN yang
diharapkan menjadi SDM unggul bagi koperasi dapat
sebagai badan usaha yang bukan hanya partisipatif dan menjadi pelopor dalam upaya mengoptimasi kinerja dan
demokratis, tetapi juga dikelola secara modern dengan mutu layanan koperasi. Mutu layanan yang baiklah
efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Dengan yang akan menjadi pemicu tumbuhnya partisipasi
demikian, koperasi dapat tumbuh juga sebagai age n anggota. Dan partisipasi anggota inilah yang akan
pembangunan dan agen pertumbuhan di samping menggerakkan roda lembaga ekonomi yang memiliki
fungsinya sebagai wahana kesejahteraan yang karakter kerakyatan ini. Alhasil dapat disimpulkan
berkeadilan. koperasi yang memiliki kesadaran tentang
Kritisasi pembangunan koperasi yang senantiasa kemandirianlah yang akan dapat tumbuh dan
di alamatkan pada lembaga di luar sistem, atau berkembang.
pemerintah pada khususnya, relevan dan sangat wajar Demikianlah, sebagai kesimpulan koperasi adalah
untuk saat itu. Karena sistem politik yang dibangun, wadah yang paling tepat sebagai basis ekonomi
serta budaya kekuasaan yang sentralistik di masa lalu, kerakyatan. Sudah terbukti bahwa kegiatan produksi dan
meniscayakan perubahan hanya bisa datang dari lapisan konsumsi yang apabila dikerjakan sendiri-sendiri oleh
bawah. Sehingga, memungkinkan keluh kesah individu-individu yang lemah posisi ekonominya sulit
“ketidakberdayaan” koperasi diarahkan ke alamat itu. bisa bersaing, tetapi melalui organisasi koperasi yang
Namun bila wacana perkoperasian terus saja berkutat menerima tugas dari anggota untuk memperjuangkanny a
sekitar itu, sementara setting sosial dan paradigma ternyata dapat berhasil jika dijalankan dengan baik dan
berkoperasi –sebagai anak kandung dari paradigma benar.
sosial– telah berubah secara signifikan, maka wacana itu
menjadi kontra produktif dan kapiran. Selama koperasi Di situlah harapan saya, agar anda, para
hanya menjadi tanggung jawab variable eksternal, maka wisudawan/ wisudawati, mampu berperan aktif untuk
selama itu pula koperasi tetap menjadi objek penderita, mewujudkan aspirasi dan tuntutan rakyat akan perbaikan
sekaligus menjadi objek kepentingan yang tidak ada hidup masyarakat yang sesuai dengan amanat para
relevansinya dengan daya hidup gerakan koperasi. pendiri Republik, dan khususnya jati diri bangsa kita.
Menjadi tugas anda untuk mengembangkan koperasi
Setidak-tidaknya ada tiga syarat dasar yang sebagai inti gerakan pengembangan ekonomi
dibutuhkan untuk keberlangsungan gerakan koperasi di kerakyatan.
www.ginandjar.com 4
Bahan Bacaan

----------------, (eds) (1985), “Cooperation in the Clasch betwen Member-Participation, Organization Development, and
Bureaucratice Tendencies”, London
Bounds.G., and Johnson.A.J. (1994), “Beyond Total Quality Management: Toward the Emerging Paradigm”, Mc.Graw -
Hill Inc., New York.
Brautigam, Deborah (1995) “Reducing Poverty: Lesson from Taiwan”, dalam Üner Kirdar dan Leonard Silk (ed.).
People: From Impoverishment to Empower ment. New York: New York University Press.
Brown, Donald (1995). “Poverty-Growth Dichotomy”, dalam Üner Kirdar dan Leonard Silk (ed.). People: From
Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press.
Dulfer.E. (1974), “Operational Efficiency of Agricultural Cooperatives”, dalam “Developing Countries” , FAO, Rome.
Hannel. Alfred (1985), “Basic Aspect of Cooperative Organization”, Marburg.
Kartasasmita, Ginandjar (1996) “Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES,
Jakarta
Kotter.J.P., and Heskett.J.L. (1997), “Corporate Culture and Performance”, Terjmh., Prenhallindo, Simon &Schuster
(Asia) Pte.Ltd.
Munkner. Hans. (1985), “Toward Adjusted Patterns of Cooperatives in Developing Countries”, Bonn.
Ranis, Gustav (1995) “Reducing Poverty: Horizontal Flows Instead of Trickle Down”, dalam Üner Kirdar dan Leonard
Silk (ed.). People: From Impoverishment To Empowerment. New York: New York University Press.
UNDP (2003) “Human Development Index”
Wallace. E. Jean (1995), “Organizational and Professional Commitment in Professional and Nonprofesional
Organization”, dalam Administrative Science Quarterl y, 40, hal. 228-255.
Wellington. Patricia. (1998), “Kaizen Strategies for Customer Care” , Terj. A.Sindoro, Interaksara, Batam.
World Bank (1993) The East Asian Miracle: Economic Growth and Public Policy. Oxford: Oxford University Press.

www.ginandjar.com 5

Anda mungkin juga menyukai