PENDAHULUAN
1
kelompok telur berisi 300-500 butir (Anonymous, 1993). Seekor keongmas
dewasa mampu menghasilkan 1000–1200 telur per bulan (Anonymous, 1995).
Penyebarannya sangat cepat karena binatang berbatok keras itu mengikuti
aliran air saluran irigasi. Setiap menetas, telurnya ratusan bibit dan menyebar ke
segala penjuru. Dengan mengikuti air yang mengalir, populasinya menjadi sangat
cepat dan banyak.
Barringtonia racemosa umumnya hidup di daerah pesisir pantai dan
tumbuh di daerah yang memiliki tingkat kelembapan yang cukup tinggi. Tanaman
ini mengandung saponin pada bagian biji, kulit, kayu dan akarnya. Kulitnya juga
mengandung tannin. Ekstrak dari tumbuhan ini juga efektif terhadap insektisida
dan juga digunakan secara medis di Negara-negara Timur (Musman, 2004, Perry,
1980).
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui
toksisitas senyawa bioaktif yang terkandung dalam biji dan daun Barringtonia
racemosa terhadap keongmas.
1.3. Manfaat
Diharapkan hasil praktikum ini dapat menjadi alternatif baru yang efektif
dan efisien untuk mengendalikan hama keongmas dan dapat diterapkan oleh
masyarakat.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
tersebut menyebar pada bagian kulit batang, kayu, daun, akar dan biji. Klasifikasi
barringtonia racemosa adalah sebagai berikut Kingdom Plantae,
Filum Magnoliophyta , Kelas Magnoliopsida, Ordo Lecythidales,
Famili Lecythidaceae, Genus Barringtonia, Barringtonia racemosa
(www.discoverlife.org).
Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat
di alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.
Senyawa ini bersifat racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu dapat
digunakan untuk pembasmi hama tertentu. Dengan berkembangnya tambak udang
di Indonesia, saponin biji teh menunjukan peranannya yang cukup penting sebagai
pembasmi hama udang. Kandungan sapotin pada biji teh adalah 20 % (crude).
Sifat-sifat saponin yaitu berasa pahit, berbusa dalam air.mempunyai sifat detergen
yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas
haemolisis, merusak sel darah merah, tidak beracun bagi binatang berdarah panas,
mempunyai sifat anti eksudatif , mempunyai sifat anti inflamatori, mempunyai
aplikasi yang baik dalam preparasi film fotografi (www.warintek.ristek.go.id).
Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan
polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk
molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000. Tanin yang terdapat
pada kulit kayu dan kayu dapat berfungsi sebagai penghambat kerusakan akibat
serangan serangga dan jamur, karena memilki sifat antiseptik (Hathway, 1962).
Menurut Sjostrom (1981) tanin adalah suatu senyawa polifenol dan dari
struktur kimianya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tanin terhidrolisis
(hidrolizable tannin) dan tanin terkondensasi (condensed tannin).
Tanin dapat dijumpai pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh
dunia baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan
kualitas yang berbeda-beda. Menurut Markham (1988), sebagian besar flavonoid
yang berasal dari hasil biosintesa ( kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuhan ) diubah menjadi tanin, sehingga flavonoid tersebut
merupakan salah satu fenol alam yang terbesar. Di Indonesia sumber tanin yang
paling banyak adalah bakau-bakauan yang tumbuh di hutan mangrove, yang
4
tersebar luas dari Aceh sampai Irian Jaya. Selain jenis bakau, tanin dapat juga
ditemukan pada jenis-jenis dari hutan tanaman industry seperti akasia, pinus,
ekaliptus dan sebagainya (Hunt, 1986).
5
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
b. Persiapan sampel
Biji barringtonia racimosa dihaluskan menggunakan blender. Ditimbang
sebanyak 5 gr. Dimasukkan ke dalam bejana yang berisi keong mas.
c. Pengujian
Keong diaklimasi terlebih dahulu pada aquarium. Setelah keong mas
bergerak kembali. Tuangkan larutan serbuk Barringtonia racemosa, dengan cara
merapatkan gelas kimia ke dinding aquarium. Perhatikan reaksi yang terjadi.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berikut adalah hasil yang diperoleh dari pengujian toksisitas senyawa
bioaktif yang terkandung dalam biji dan daun Barringtonia racemosa terhadap
keongmas.
4.2. Pembahasan
Pertumbuhan populasi keongmas yang sangat cepat membuat resah petani.
Penggunaan pestisida dapat membunuh hama ini, tetapi tidak ramah lingkungan.
Berdasarkan pengujian sebelumnya dinyatakan bahwa Barringtonia racemosa
merupakan moluskisida yang mampu bersifat toksik terhadap hama keongmas.
Tanaman ini mudah terdegradasi ke alam, juga ramah lingkungan. Kandungan zat
toksik yang terkandung pada tanaman ini adalah saponin dan tannin, kedua zat ini
memiliki sifat letal terhadap keongmas. Saponin banyak terkandung pada biji,
sedangkan pada daun terdapat saponin dan tannin.
Pengujian yang dilakukan dalam skala lab menunjukkan bahwa ekstrak zat
tersebut aktif menghambat pergerakan keongmas yang telah diaklimasi
sebelumnya. Pada tahap awal pemberian larutan yang mengandung serbuk biji
Barringtonia racemosa, keongmas langsung merespon zat tersebut, mereka
menutup operculum dengan tujuan mengurangi zat yang masuk ke tubuh.
Sebagian keongmas bergerak menghindari zat tersebut. Proses penyerapan ekstrak
zat berlangsung cepat melalui operculum. Ekstrak zat menyebar ke tubuh dan
7
memperlambat proses sirkulasi udara. Awalnya keongmas mengapung dan
akhirnya mati, mengeluarkan lendir mukosa. Perbedaan ukuran tubuh keongmas
mempengaruhi daya tahan terhadap ekstrak zat tersebut. Keongmas dewasa lebih
lama mati dibandingkan keongmas kecil.
Pengujian biji Barringtonia racemosa terhadap keongmas membutuhkan
waktu 10 menit, sedangkan pengujian daun Barringtonia racemosa membutuhkan
waktu 3 hari. Perbedaan ini dipengaruhi oleh jenis ekstrak yang digunakan. Pada
biji Barringtonia racemosa mengandung saponin lebih tinggi, menyebabkan
keongmas cepat mati. Sedangkan daun Barringtonia racemosa mengandung
saponin dan tannin. Kedua zat ini saling mereduksi jika menyatu, sehingga
keefektifannya untuk membunuh keongmas melambat.
BAB V
8
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut :
1. Biji dan daun Barringtonia racemosa dapat digunakan sebagai
moluskisida yang ramah lingkungan untuk hama keongmas, karena
mudah terdegradasi ke alam.
2. Zat anti-moluska yang terkandung pada biji adalah saponin, sedangkan
pada daun adalah saponin dan tanin.
3. Tingkat kematian pada keongmas tampak lebih cepat dengan
pemberian serbuk biji (10 menit), dibandingkan daun yang
membutuhkan waktu selama 3 hari.
4. Saponin meresap cepat ke tubuh keongmas, melalui operculum,dan
menutupi proses pernapasan, menyebabkan keongmas mati.
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat diuji pada hama yang lain,
dan disosialisasikan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
9
Anonymous, 1993. Pengendalian Siput Emas. Liptan. Balai Informasi Pertanian
D.I Jokyakarta.
Sumber lain:
http://www.discoverlife.org/mp/20q?search=Barringtonia+racemosa diakses pada
tanggal 16 April 2010.
http://www.ciptapangan.com/files/downloadsmodule/@random4413d85398188/1
213849556_buletin_service.pdf diakses pada tanggal 16 April 2010.
http://ecocrop.fao.org/ecocrop/srv/en/cropView?id=501 diakses pada tanggal 16
April 2010.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/484/ diakses pada tanggal 16 April
2010.
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/Lain
%20lain/saponin_basmi_hama_udang.pdf diakses pada tanggal 16 April 2010.
10