REPUBLIK INDONESIA
TIM KOORDINASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN
JAKARTA
2007
DAFTAR ISI
Halaman
ii
PENJELASAN VI
Penjelasan VI terdiri dari dua bagian yaitu Penulisan Usulan Prasarana Pendukung
Perdesaan dan Survei & Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang
bagaimana menuliskan usulan desa yang telah ditetapkan dalam Musyawarah Desa II.
Sedangkan bagian verifikasi berisi penjelasan tentang bagaimana proses verifikasi dilakukan
terhadap usulan-usulan desa sebelum dibahas dalam Musyawarah Antar Desa II.
6.1.1. Umum
Pelaku : - Tiga (3) orang warga masyarakat terpilih. Proses pemilihan dapat
dilihat dalam Penjelasan V PTO mengenai Tugas, Tanggung Jawab
dan Proses Pemilihan Pelaku-Pelaku PPK-R2PN.
- Dua (2) orang Kader Desa yang sebelumnya telah membantu
proses penggalian gagasan.
(b) Desa tidak perlu mencantumkan besarnya biaya seluruh kegiatan yang
diusulkan kecuali usulan kegiatan yang dimaksud pada tahun
bersangkutan. Nilai satu usulan disesuaikan dengan kebutuhan serta tidak
ada batasan minimal dan maksimalnya.
(b) Salah seorang KD memandu untuk menyusun jadwal dan rencana kerja.
6.1.4. Pelaksanaan
(a) Sesuai jadwal yang telah disusun melihat lokasi kegiatan yang diusulkan
dan/atau mendatangi kelompok pengusul.
Format suatu usulan desa atau proposal pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu
pokok usulan dan lampiran.
(a) Pokok usulan merupakan informasi gambaran atau uraian tentang jenis
usulan kegiatan, yang terdiri dari:
(i) Uraian singkat, padat dan jelas yang dapat menggambarkan latar
belakang, alasan dan tujuan dari kegiatan yang diusulkan.
(ii) Siapa yang mengusulkan (masyarakat dusun, kelompok laki-laki,
perempuan atau campuran).
(iii) Ukuran atau volume kegiatan.
(iv) Bentuk, model atau jenis konstruksi seperti apa yang diusulkan
(misalnya: usulan prasarana jembatan dengan konstruksi
jembatan kayu atau beton).
(v) Lokasi atau tempat usulan kegiatan dilaksanakan.
(vi) Jumlah penerima manfaat secara langsung maupun yang tidak
langsung.
(vii) Uraian singkat padat dan jelas tentang manfaat yang dapat diambil
dari hasil kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang akan
memanfaatkan paling besar atau yang menjadi sasaran langsung,
Seberapa besar kemungkinan kegiatan dapat memberikan manfaat
langsung kepada masyarakat miskin, bagaimana keterlibatan
perempuan.
(viii) Uraian singkat padat dan jelas tentang kesanggupan swadaya
masyarakat.
(ix) Rencana Anggaran Biaya yang dibutuhkan, berupa uraian perkiraan
nilai atau biaya kegiatan prasarana menurut masyarakat termasuk
ukuran besar, sedang atau kecil, dapat dikerjakan oleh masyarakat
Menyetujui Mengetahui
(b) Lampiran terdiri dari atas data-data pendukung dari pokok usulan meliputi:
(i) Salinan berita acara keputusan musyawarah desa khusus
perempuan untuk menyepakati usulan dari perempuan,
(ii) Salinan berita acara keputusan musyawarah desa II tentang
penetapan usulan kegiatan desa,
(iii) Rekapitulasi usulan kegiatan desa yang ditetapkan dalam
musyawarah desa II
(iv) Data umum desa yang menggambarkan atau mencantumkan jumlah
penduduk desa laki-laki, perempuan, penduduk miskin, luas wilayah,
pelaku-pelaku PPK seperti nama-nama KD, Tim Pengelola Kegiatan
dan lain-lain dengan format bebas menggunakan uraian atau
tabel/matrik atau bentuk lainnya.
(v) Sketsa peta desa dengan menunjukkan lokasi kegiatan.
(vi) Berita acara kesanggupan swadaya
(vii) Surat pernyataan tidak menggunakan ganti rugi dengan dana PPK-
R2PN (untuk usulan yang relevan)
Contoh satu bendel usulan atau proposal desa adalah sebagai berikut:
(a) Cover atau sampul muka proposal. Pada prinsipnya informasi yang perlu
dituliskan dalam cover adalah; jenis kegiatan yang diusulkan, nama desa,
kecamatan dan kabupaten. Bentuk dan warnanya bebas.
(b) Surat pengantar. Pada prinsipnya merupakan tulisan pengantar dari desa
untuk mengirimkan usulan kegiatan yang akan dibahas pada forum antar
desa yang disusun dan ditanda tangani oleh Ketua Tim Pengelola Kegiatan
sebagai penanggungjawab operasional kegiatan di desa dan mengetahui
Kepala Desa.
(d) Lampiran
Catatan:
Jika desa mengajukan 3 usulan maka harus membuat 3 proposal usulan
kegiatan dengan pokok bahasan seperti tersebut di atas.
Dokumen dibuat rangkap dua, satu dikirim ke PjOK untuk dibahas di
musyawarah antar desa II (sebelumnya dilakukan verifikasi) dan satunya
untuk arsip desa.
REKAPITULASI
USULAN
DESA
(PROPOSAL DESA)
6.2.1. Umum
6.2.2. Persiapan
(a) Pembentukan Tim Verikasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai siapa dan
bagaimana proses pemilihannya dapat dilihat dalam Penjelasan V PTO
mengenai Tugas, Tanggung Jawab dan Proses Pemilihan Pelaku-Pelaku
PPK –R2PN.
(b) FK, PjOK memastikan semua usulan /proposal desa telah terkumpul di
kecamatan dan siap diverifikasi.
6.2.3. Pelaksanaan
Hari ke 1-2
Anggota Tim Verifikasi berkumpul di kecamatan untuk memeriksa kelengkapan
dokumen atau administrasi usulan kegiatan. Pemeriksaan dengan
menggunakan formulir atau ceklis yang sudah disediakan. Isi ceklis tersebut
adalah:
Catatan:
Jika usulan masih terdapat kekurangan dokumen yang diperlukan atau belum
lengkap maka usulan dikembalikan ke desa agar dilengkapi dalam waktu
maksimal 3 hari dilampiri catatan tim verifikasi terhadap kekurangannya.
Hari 3-8
Semua anggota Tim Verifikasi berkumpul untuk membahas dan membuat
catatan serta rekomendasi terhadap semua usulan dari sisi kelengkapan
dokumentasi serta kesesuaian dengan kriteria /prosedur yang sudah ditentukan
dalam PPK-R2PN. Pada tahap ini sengaja diberi kelonggaran waktu untuk
antisipasi pengembalian usulan ke desa untuk dilengkapi kekurangannya,
kemudian diserahkan kembali ke tim verifikasi dan di cek kembali
kelengkapannya.
Hari ke 9
Dokumen usulan berikut catatan/rekomendasi hasil pemeriksaan Tim Verifikasi
diserahkan kepada KM Kab/KMT untuk mendapatkan pengecekan kembali
sehingga lebih dapat dipastikan usulan telah sesuai dengan kriteria dan prinsip
prosedur PPK.
Hari 10-15
KM Kab/KMT memeriksa kembali semua dokumen usulan dan mempelajari
catatan dan rekomendasi yang telah diberikan oleh tim verifikasi. Berdasarkan
hasil pengecekan kembali, KM Kab/KMT melakukan:
(i) Identifikasi terhadap usulan-usulan desa yang memerlukan lebih
banyak perhatian berkaitan dengan bentuk atau jenis konstruksi yang
diinginkan masyarakat, sehingga apakah nantinya memerlukan
Hari ke 16-22
Berdasarkan hasil catatan pemeriksaan dokumen dan pengecekan ulang oleh
KM Kab/KMT, Tim Verifikasi menyusun jadwal dan melakukan kunjungan
lapangan ke desa-desa peserta PPK-R2PN. Dalam kunjungan lapangan ke
desa tim dapat dibagi menjadi beberapa tim kecil dengan komposisi yang
disesuaikan dengan jenis usulan yang akan diverifikasi oleh tim tersebut.
Hari 23-25
Semua anggota Tim Verifikasi berkumpul di kecamatan untuk merangkum hasil
catatan-catatannya, baik dari hasil pemeriksaan dokumen maupun pemeriksaan
langsung dilapangan. Selanjutnya dibuatkan kesimpulan sebagai rekomendasi
yang akan diberikan terhadap semua usulan kegiatan yang telah diverifikasi dan
ditanda tangani oleh semua anggota tim verifikasi.
Proses Verifikasi
Pemeriksaan Lapangan
Pembuatan rekomendasi
Hal-hal lain yang belum diatur dan dianggap perlu, dapat ditentukan lebih lanjut melalui
Musyawarah desa, musyawarah antar desa dan kesepakatan dalam Tim Verifikasi
sesuai dengan kebutuhan dan ciri karakteristik daerah masing-masing sepanjang tidak
menyimpang dan bertentangan dengan Petunjuk Teknis Operasional atau Penjelasan
ini.
Beberapa formulir yang digunakan dalam pelaksanaan verifikasi dapat dilihat pada
lampiran. Jika dianggap perlu maka tim verifikasi bersama FK/FT dan dibantu oleh KM
dapat membuat formulir sendiri guna melengkapi atau menyempurnakan formulir yang
ada, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setempat serta jika telah disepakati
bersama.
TIM KOORDINASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN
JAKARTA
2007
DAFTAR ISI
Halaman
7.1 PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
7.2 MENGAPA PEMANTAUAN PENTING ?---------------------------------------------------------------------------- 1
7.3 PRINSIP-PRINSIP DU BALIK PEMANTAUAN -------------------------------------------------------------------- 1
7.4 SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PEMANTAUAN ?------------------------------------ 2
7.5 APA YANG PERLU DI PANTAU ? ----------------------------------------------------------------------------------- 2
7.6 JENIS KEGIATAN PEMANTAUAN DI DALAM PPK-R2PN----------------------------------------------------- 3
7.6.1 Pemantauan Internal -------------------------------------------------------------------------------------------- 3
7.6.2 Pemantauan Eksternal - Pemantauan yang Dilakukan Secara Independen, oleh
Organisasi Lain------------------------------------------------------------------------------------------------- 11
7.7 JENIS AKTIVITAS EVALUASI DALAM PPK-R2PN ------------------------------------------------------------ 12
7.8 PENGUMPULAN DATA ---------------------------------------------------------------------------------------------- 13
7.9 PELAPORAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 15
ii
PENJELASAN VII
7.1. Pengantar
Penjelasan ini meliputi uraian tentang pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang
dilaksanakan pada PPK-R2PN. Tambahan informasi dan format pelaporan juga tersedia
dalam penjelasan ini dengan uraian yang lebih terperinci.
(a) Pemantauan menjadi penting karena hal ini membantu para pelaku program
(masyarakat, aparat pemerintah, konsultan dll) mengetahui kemajuan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh program. Temuan-temuan dari kegiatan
pemantauan tersebut sekaligus juga membantu para pelaku program untuk
mengecek apakah suatu kegiatan berhasil diselesaikan sesuai dengan rencana
atau tidak.
(b) Pemantauan adalah alat manajemen yang sangat berguna. Informasi yang digali
dari pemantauan dan evaluasi dapat memberi masukan kepada pengambil
keputusan dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dapat diambil jika
diperlukan.
(a) Pemantauan harus dilihat sebagai alat penting untuk memperbaiki program.
Jika pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan baik, semua pihak mendapat
keuntungan karena ada banyak informasi yang diperoleh untuk memperbaiki
pelaksanaan program dan juga untuk mempertimbangkan masa depan program.
Secara umum, semua pelaku program berkewajiban untuk memantau kegiatan mereka
dan memastikan bahwa kemajuan kegiatan telah dicapai sesuai target, rencana dan
jadwal.
Pelaku program yang dimaksud adalah:
(a) Aparat pemerintah pada berbagai tingkatan (Tim Koordinasi / Sekretariat PPK
Pusat, TK PPK Propinsi dan Kabupaten, PjOK, PjAK, Kepala Desa, dll)
(b) Anggota DPR/DPRD
(c) Konsultan pada tingkat Nasional, Wilayah, Kabupaten dan Kecamatan.
(d) Kader desa
(e) Masyarakat desa
(f) Pemberi dana
(g) Pihak lain seperti LSM, Wartawan, Auditor, dll.
Peran fasilitator dan Konsultan seperti FK/FT dan KMKab/KMT dalam pemantauan
adalah:
(a) Melakukan pemantauan secara berkala di wilayah kerja mereka untuk
memastikan bahwa prinsip-prinsip dan prosedur PPK-R2PN telah diterapkan dan
program berjalan sesuai dengan jadwal dan rencana;
(b) Melaporkan secara berkala status program di wilayah kerja mereka;
(c) Membantu dan memfasilitasi kunjungan dari pihak lain (misalnya aparat
Pemerintah, Konsultan Nasional, Tim Evaluasi, dll) yang melakukan pemantauan
atau evaluasi di wilayah kerja mereka.
Untuk mengetahui apa saja yang dimonitor, perlu diketahui apa saja tujuan dan output
yang diinginkan. Secara umum tujuan PPK-R2PN tetap diutamakan untuk
penanggulangan kemiskinan terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat serta
Berdasarkan tujuan dan output ini, kemudian dikembangkan indikator kinerja tertentu
bagi program dan diikuti setiap waktu. Indikator ini kemudian dilaporkan mengikuti
sistem pelaporan dari lapangan atau bisa dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan
evaluasi lainnya seperti studi kasus, survei dampak, misi supervisi, dll.
Berikut ini beberapa contoh jenis-jenis indikator yang diikuti oleh PPK-R2PN:
(a) Jenis, dimensi, dan jumlah unit Perumahan,Gedung Sekolah,Kantor atau Balai
desa yang dibangun.
(b) Jenis dan jumlah kegiatan Prasarana Pendukung Perdesaan yang dipenuhi.
(c) Jenis dan jumlah pelatihan yang telah dilaksanakan.
(d) Jumlah Desa, Kecamatan, Kabupaten yang menerima dana PPK-R2PN.
(e) Jumlah dana yang telah dicairkan ke masing-masing Desa dan Kecamatan.
(f) Jumlah kasus korupsi yang sudah diselesaikan.
(g) Jumlah perempuan dan laki-laki yang turut berpartisipasi dalam pertemuan dan
kegiatan PPK-R2PN serta kualitas keterlibatan mereka dalam setiap tahapan
PPK-R2PN.
(h) Kepuasan masyarakat terhadap kegiatan PPK-R2PN.
(i) Perubahan kesejahteraan rumah tangga bagi pemanfaat dana PPK-R2PN.
(j) Perubahan perilaku masyarakat terhadapat program pemberdayaan seperti PPK-
R2PN.
(k) Peningkatan ketrampilan UPK dan TPK.
Selain bermanfaat untuk masyarakat dalam arti luas, hasil pantauan kelompok
ini juga sangat berguna bagi TPK/KP untuk meningkatkan kemampuan dan
kinerjanya dalam hal administrasi, keuangan, fisik pekerjaan, pemberdayaan,
transparansi dan peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan PPK-
R2PN. Oleh karena itu, diharapkan dapat terjadi dialog interaktif antara tim
pemantau dengan tim pengelola kegiatan.
Secara teknis, masyarakat yang melakukan pemantauan ini dapat terdiri dari
satu kelompok atau beberapa kelompok, tergantung kebutuhan yang disepakati
oleh masyarakat. Nama dari tim juga tergantung kesepakatan masyarakat;
apakah akan dinamakan tim monitoring masyarakat, tim sukses, tim khusus
atau lainnya. Di bawah ini, terdapat beberapa contoh-contoh kelompok
pemantau yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan PPK yang sudah
berjalan.
Tim Khusus
Tim ini terdiri dari empat kelompok dengan tugas khusus sebagai berikut:
(a) Tim 6 atau Tim Pengawas Desa (beranggotakan 6 orang). Tugas tim
antara lain:
(i) Memantau dan membantu penyebarluasan informasi termasuk
pembaharuan papan informasi.
(ii) Melakukan pengawasan penyelenggaraan administrasi TPK.
(iii) Memantau dan mengawasi penyelenggaraan musyawarah
pertanggungjawaban dan serah terima.
(b) Tim 5 (beranggotakan 5 orang). Tugas utama tim adalah memantau dan
memeriksa setiap penarikan dana dari bank serta setiap transaksi
pembayaran/pengeluaran dana dari TPK.
(c) Tim 4 (beranggotakan 4 orang). Bertugas sebagai “checkers”, yaitu
memantau dan memeriksa bahan dan alat yang dibeli atau disewa.
Pemantauan bukan hanya menyangkut volume tetapi juga menyangkut
kualitasnya.
(d) Tim 3 (beranggotakan 3 orang). Bertugas untuk memantau dan membantu
proses pengadaan bahan dan alat, termasuk surat-surat penawaran dan
perjanjian maupun mengunjungi toko-toko atau lokasi sumber bahan yang
dibeli.
Di bawah ini adalah items umum untuk diperiksa pada saat melakukan kunjungan
lapangan. Ceklis ini dapat dipergunakan oleh staf lapangan, pemantau eksternal, aparat
pemerintah atau masyarakat. Jawaban dari pertanyaan ini dapat dihimpun dengan
mempergunakan metodologi yang bervariasi seperti observasi langsung ke lapangan,
diskusi kelompok terarah, wawancara dengan informan kunci maupun anggota
masyarakat.
1. PARTISIPASI
4. KUALITAS KEGIATAN
5. PEMERIKSAAN KEUANGAN
Apakah tim pengelola keuangan (misal:Pendamping Pembukuan) dapat
menangani dana program ini dengan semestinya? Apakah buku kas, kuitansi
penerimaan, dan laporan dari bank telah dipastikan benar dan disimpan dengan
rapi? Apakah semua transaksi keuangan terdokumentasi?
Apakah harga standar material diumumkan secara terbuka kepada masyarakat?
Apakah transaksi keuangan dilakukan dengan transparan dan terdokumentasi
dengan baik, dan apakah transaksi-transaksi tersebut diketahui oleh
masyarakat?
Apakah ada gejala mark-up harga material?
Apakah para Konsultan memeriksa catatan-catatan keuangan tersebut secara
rutin?
Kunjungilah rumah-rumah dari kelompok warga paling miskin di desa tersebut atau
kunjungilah daerah yang terpencil di desa itu. Apakah warga yang paling miskin
tersebut mengetahui tentang PPK-R2PN dan kegiatannya? Jika ya, mengapa? Jika
tidak, mengapa? Apa saran mereka untuk perbaikan program ini?
(e) Studi Kasus dan Dokumentasi Tentang Beberapa Pelajaran yang Bisa
Dipetik
Karena luasnya skala dan aktifitas PPK-R2PN, adalah sangat penting untuk
melakukan dokumentasi program dan melakukan penelitian tentang apa yang
terjadi di lapangan. KM Nasional mempunyai beberapa staf yang bertugas untuk
melakukan penelitian dan menulis studi kasus tentang berbagai aspek dalam
PPK-R2PN. Sebagai contoh, di PPK tahap pertama, staf KM Nasional menulis
beberapa studi kasus dengan beragam tema: partisipasi perempuan dan orang
miskin dalam PPK; penanganan konflik; peranan pemimpin perempuan;
diseminasi informasi dan peranan KD; serta monitoring partisipatif oleh
masyarakat.
Pemantauan eksternal berisi kumpulan data dan informasi tentang program, dari pihak
luar. PPK-R2PN memasukan kegiatan pemantauan eksternal sehingga program bisa
menerima sudut pandang yang berbeda dari pihak luar, yaitu pihak independen yang
mungkin memiliki pandangan lebih obyektif atau sudut pandang yang berbeda dari para
pelaksana program. Informasi dari pemantauan eksternal dapat diuji silang dengan hasil
laporan dari pemantauan internal PPK-R2PN.
Tiap bulan, LSM harus mengunjungi sejumlah desa tetap di kecamatan dan
Kabupaten yang berbeda. LSM melakukan kegiatan pemantauannya secara
bergilir di kecamatan dan kabupaten sehingga pemantauan tersebut dapat
mencakup wilayah yang ada seluas mungkin. Namun ada beberapa desa yang
harus dipantau terus-menerus tiap bulan untuk melihat kemajuan yang dicapai
oleh desa-desa tersebut. Di desa-desa tersebut, LSM akan mendampingi warga
desa untuk melakukan monitoring partisipatif.
LSM harus membuat laporan secara tertulis maupun lisan setiap bulannya dalam
rapat koordinasi bulanan konsultan dan TK-PPK Propinsi atau TK-PPK
Kabupaten. Konsultan diundang untuk hadir dalam pertemuan itu guna
mempelajari temuan-temuan LSM tersebut.
Hasil pemantauan secara internal maupun eksternal merupakan bahan untuk evaluasi
bagi pelaku program agar selanjutnya dapat melakukan dengan lebih baik dan sesuai
dengan prinsip dan prosedur PPK-R2PN.
Misi Supervisi Bank Dunia – Biasanya dilakukan dua kali dalam setahun. Yang
terlibat dalam misi ini adalah staff Bank Dunia, Tim Koordinasi/ Sekretariat PPK
Pusat dan KMN. Kadangkala, pihak lain seperti LSM ataupun para Spesialis bidang
Teknik dilibatkan untuk ikut juga adalam program ini. Misi ini secara umum mengkaji
isu-isu tertentu yang dihadapi PPK-R2PN (misalnya: partisipasi, manajemen isu,
pendampingan teknis, persiapan ke tahap berikutnya, dan sebagainya) dan juga
mengevaluasi keseluruhan kemajuan yang telah dibuat dalam program ini.
Evaluasi Tematik – Tim evaluasi eksternal, dengan dibantu oleh staff program
PPK-R2PN bisa melakukan evaluasi tentang aspek tertentu dalam PPK-R2PN pada
komponen Perumahan,Sekolah,Kantor atau Balai desa serta Prasarana Pendukung
Perdesaan.
Audit Keuangan dan Supervisi – Audit dilakukan secara berkala untuk memeriksa
catatan keuangan UPK, TPK/KP. Di dalam KM Nasional, ada Unit Pelatihan dan
Supervisi Keuangan yang mengunjungi tiap propinsi untuk memeriksa dokumen
keuangan dan menyediakan pelatihan kepada UPK di tingkat kecamatan dan desa.
Unit ini siap untuk mendampingi pelatihan keuangan di tingkat propinsi dan juga
menyediakan bimbingan di-tempat untuk UPK dan TPK/KP. Misalnya, Unit ini dapat
mendampingi pelatihan tambahan bagi UPK bila ada kesepakatan sebelumnya.
Kesepakatan dengan Unit ini untuk melakukan pendampingan tersebut harus
diajukan sebulan sebelumnya.
Lembaga audit pemerintah, BPKP juga melakukan audit terhadap PPK-R2PN setiap
tahun.
Wawancara – Wawancara adalah salah satu alat utama yang digunakan dalam
pengumpulan informasi. Wawancara termasuk mengajukan pertanyaan kepada
Survei – Survei secara umum merupakan tugas yang lebih terstruktur dengan
pertanyaan-pertanyaan yang pasti dan biasanya merupakan daftar jawaban untuk
dipilih. Survei formal, seperti sensus atau survei rumahtangga formal dapat
digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi kuantitatif. Survey
informal atau mini survei juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik statistik
yang lebih sederhana dan pertanyaan-pertanyaannya sedikit informal.
Bagian penting dari pemantauan dan evaluasi adalah laporan tentang hasil. Untuk
kegiatan pemantauan, ini artinya adalah mempersiapkan laporan mengenai kemajuan
program. Laporan-laporan ini harus dibuat secara sederhana dan seringkas mungkin.
Tidak ada format laporan terpisah untuk staff pemerintah yang terlibat dalam PPK. Staff
pemerintah dapat mengikuti format laporan dan topik yang sama seperti yang dilakukan
oleh konsultan, jika mereka menginginkannya.
Konsultan harus yakin bahwa copy laporan mereka disimpan secara lengkap di dalam
arsip mereka.
Siapa yang bertanggung jawab membuat laporan PPK-R2PN pada tingkat desa?
Pada tingkat desa, KD/KT dan TPK/KP umumnya bertanggung jawab untuk membuat
laporan kepada FK/FT.
KD dan TPK/KP wajib mengirim laporan mereka kepada FK/FT pada tanggal 25 setiap
bulan.
Untuk TPK/KP:
Form 7.2 : Catatan Kegiatan dan Rencana Kegiatan TPK/KP
KD/KT dan TPK/KP juga diperkenankan untuk menyerahkan foto, berbagai cerita dan
dokumentasi lainnya jika diinginkan.
Pada tingkat kecamatan, FK/FT umumnya bertanggung jawab membuat laporan kepada
KM Kab/KMT.
FK/FT diwajibkan mengirim laporan kepada KM Kab/KMT pada tanggal 1 setiap bulan.
FK/FT juga diwajibkan mengirim copy laporan kepada PjOK dan menyimpan satu copy
untuk dirinya sendiri. Adalah penting bagi FK/FT untuk mereview dan mendiskusikan
laporan bulanan mereka dengan KM Kab/KMT di saat pertemuan koordinasi bulanan.
FK/FT diwajibkan mereview laporan dari KD/KT dan TPK/KP, dan kemudian meringkas
informasi tersebut untuk laporan bulanan mereka kepada KM Kab/KMT. Laporan FK/FT
harus sejujur dan setepat mungkin. FK/FT tidak boleh ragu-ragu dalam melaporkan
poin-poin yang baik dan yang buruk
Secara umum, laporan bulanan FK/FT kepada KM Kab/KMT harus memasukkan butir-
butir di bawah ini:
(i) Kegiatan FK/FT bulan ini dan rencana kegiatan untuk bulan depan (dengan
menggunakan formulir 7.6)
(ii) Penjelasan mengenai kemajuan dan status dari siklus PPK-R2PN (lihat
formulir 7.7)
(iii) Selama pelaksanaan, jelaskan kemajuan masing-masing jenis kegiatan.
(iv) Jumlah dana yang dicairkan pada bulan lalu sampai hari ini.
(v) Evaluasi terhadap perkembangan penerapan prinsip PPK-R2PN seperti
partisipasi, transparansi dan kesinambungan, dll.
(vi) Berbagai masalah yang muncul dan saran penyelesaiannya (lihat Form 7.8
dengan lampiran)
(vii) Lampiran – Formulir berikut ini harus dilampirkan setiap bulannya:
Form 7.6 : Laporan Kegiatan dan Rencana Kegiatan FK/FT
Form 7.7 : Laporan Kemajuan Kegiatan Tingkat Kecamatan
Form 7.8 : Rekapitulasi Permasalahan dan Lampiran
Form 7.9 : Partisipasi Masyarakat
Form 7.10 : Laporan Kemajuan Fisik, Biaya dan HOK (hanya
selama pelaksanaan pengerjaan prasarana)
Sebagai tambahan, ini tergantung pada siklus kegiatan program, FK/FT harus mengirim
laporan insidental berikut ini kepada KM Kab/KMT:
Staff pemerintah diperbolehkan mengikuti format yang sama seperti laporan konsultan.
Di waktu tertentu, Konsultan boleh juga ditanya tentang laporan insidental untuk isu
khusus atas suatu masalah. Sebagai contoh, jika Unit Penanganan Pengaduan/Monev
menginginkan informasi tambahan mengenai status untuk persoalan tertentu, konsultan
bisa diminta untuk menulis laporan mengenai isu tersebut.
.
(d) Pelaporan Pada Tingkat Kabupaten
Adalah penting bagi KM Kab/KMT untuk mendiskusikan laporan bulanan mereka secara
terbuka dengan KORPUN di pertemuan koordinasi bulanan.
KM Kab/KMT harus melakukan review terhadap laporan FK/FT dan meringkasnya untuk
laporan bulanan mereka kepada KORPUN. Laporan KM Kab/KMT harus jujur, akurat
dan seringkas mungkin. KM Kab/KMT tidak boleh ragu-ragu dalam melaporkan poin
baik maupun buruk.
Laporan haruslah singkat dan jelas dan tidak boleh lebih dari 10 halaman dalam
bentuk penjelasan (tanpa lampiran).
(i) Kegiatan utama Konsultan bulan ini dan rencana kegiatan bulan depan
(termasuk informasi mengenai pelatihan, pertemuan koordinasi dan laporan
kunjungan lapangan, dll)
(iv) Jumlah dana yang dicairkan pada bulan lalu hingga hari ini.
(vii) Lampiran – Formulir dari FK/FT berikut ini harus dilampirkan setiap
bulannya:
Form 7.7 : Laporan Kemajuan Kegiatan Tingkat Kecamatan
Form 7.8 : Laporan Permasalahan dan Tindak Lanjut
Form 7.9 : Partisipasi Masyarakat
KORPUN harus mereview laporan dari para KMKab/KMT dan meringkas informasi
tersebut untuk laporan bulanan mereka kepada KM Nasional. KORPUN harus
memanfaatkan data yang ada didalam database di kantor wilayah. Laporan KORPU
haruslah sejujur dan seakurat mungkin.
Laporan haruslah singkat dan jelas, dan panjangnya tidak boleh lebih dari 10
halaman dalam bentuk penjelasan (tanpa lampiran).
Secara umum, bentuk laporan KORPUN kepada KM Nasional formatnya sama seperti
laporan KMKab/KMT (lihat bagian sebelumnya). Dalam laporan KORPUN harus
termasuk butir-butir berikut ini:
(i) Kegiatan utama KORPUN bulan ini dan rencana kegiatan untuk bulan
depan.
(ii) Penjelasan tentang kemajuan dan status siklus PPK-R2PN pada tingkat
wilayah. (berdasarkan masing-masing propinsi).
(iv) Jumlah dana yang dicairkan pada bulan lalu sampai pada hari ini.
TIM KOORDINASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN
JAKARTA
2007
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Bagan Alir Distribusi Informasi Pengaduan dan Temuan Masalah ---------------------------------- 9
Lampiran 2 Bagan Alir Penanganan Pengaduan dan Temuan Masalah----------------------------------------- 10
Lampiran 3 Panduan Penyelesaian Masalah -------------------------------------------------------------------------- 12
Lampiran 4 Program Pengembangan Kecamatan - PPK Progres dan Rekomendasi Penanganan
Masalah -------------------------------------------------------------------------------------------------------- 13
iii
PENJELASAN VIII
Dalam pelaksanaan PPK terdapat prinsip transparansi dan partisipatif. Artinya semua
kegiatan/proses PPK (perencanaan, pengambilan keputusan usulan kegiatan yang
dibiayai dana bantuan PPK, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan) dilaksanakan
secara transparan (terbuka) dan melibatkan partisipasi masyarakat. Salah satu indikator
pelibatan masyarakat adalah adanya pengawasan yang dilakukan masyarakat terhadap
kegiatan/proses PPK.
Pengaduan ini merupakan bahan masukan yang sangat berarti bagi pelaku-pelaku PPK
di semua jenjang yang ada. Munculnya pengaduan dari masyarakat justru dapat
dijadikan sebagai dasar evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, kesesuaian
pelaksanaan dengan prinsip dan tujuan PPK sehingga dapat meningkatan kualitas
pelaksanaan kegiatan serta akan lebih memberikan manfaat yang luas bagi
masyarakat.
Pengaduan yang muncul jika dilihat dari asal dan substansinya sangat beragam.
Substansi pengaduan lebih banyak berupa permasalahan-permasalahan yang timbul di
lapangan, sehingga dibutuhkan penanganan yang efektif, tepat waktu dan sasaran.
Untuk itu dibutuhkan adanya tatacara atau prosedur sebagai acuan penanganan
pengaduan tersebut .
8.1.2. Tujuan
Prosedur penanganan pengaduan ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Tim
Koordinasi PPK (Propinsi dan Kabupaten) dan Konsultan serta Fasilitator Kecamatan
dalam melakukan penanganan, yang antara lain berupa tanggapan, usulan
penanganan, umpan balik dan laporan perkembangan penanganan.
2. Berjenjang, semua pengaduan ditangani pertama kali oleh pelaku PPK di jenjang
keberadaan subyek yang diadukan. Jadi bila permasalahan muncul di tingkat desa,
maka pertama kali yang bertanggung jawab untuk menanganinya adalah
masyarakat desa tersebut difasilitasi oleh PjoK, FK, ass FK, FD, dan Kepala Desa.
Pelaku di jenjang atasnya memantau perkembangan penanganan. Bila pelaku di
jenjang keberadaan subyek tidak berhasil menangani pengaduan, maka pelaku di
jenjang atasnya memberi rekomendasi penyelesaian atau bahkan turut memfasilitasi
proses penyelesaiannya.
Pengaduan dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : warga masyarakat,
kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, LSM, ormas, orsospol, aparat, konsultan,
wartawan dsb, melalui :
(i) Kotak pos 612/JKP (di tingkat Pusat)
(ii) Surat/berita langsung kepada Sekretariat TK PPK (Tk Pusat, Tk Propinsi,
dan Tk Kabupaten), Konsultan (Pusat, Propinsi, Kabupaten, dan
Kecamatan).
(iii) Laporan hasil pemantauan lapangan dari Sekretariat/Tim Koordinasi,
Konsultan, atau pihak-pihak lainnya.
(iv) Berita dari media massa (media cetak dan elektronik).
(v) Laporan hasil pemantauan oleh LSM Propinsi.
Segala macam jenis pengaduan harus dicatat dan segera mendapatkan penanganan.
Untuk memudahkan pencatatan dan penanganannya maka jenis-jenis pengaduan
tersebut dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan permasalahan yang terjadi,
yaitu:
Hal - hal yang diadukan seringkali tidak hanya terdiri dari satu kategori permasalahan
saja, tetapi juga mencakup beberapa kategori permasalahan lainnya. Untuk itu dalam
mengkategorikan suatu pengaduan perlu dilihat aspek apa yang paling menonjol
menjadi inti permasalahannnya. Aspek yang paling menonjol inilah yang dijadikan dasar
untuk mengelompokan jenis pengaduan masuk dalam kategori 1,2,3,4 atau 5.
Kasus dari hasil pengaduan tersebut selanjutnya dilakukan uji silang untuk
mendapatkan:
Tindak turun tangan didasarkan atas rekomendasi dari hasil uji silang dan
analisis, yang dilakukan secara berjenjang sesuai dengan wilayah
kewenangan masing-masing. Tindakan tersebut dapat berupa :
Umpan balik tersebut juga merupakan masukan bagi kasus yang mungkin muncul
sebagai dampak dari tindakan (tindak turun tangan). Dengan demikian menjadi
masukan bagi pelaku PPK sebagai pengaduan lanjutan. Guna lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 2 tentang bagan alir penanganan pengaduan.
(viii) Pelaporan
Kompilasi tentang pengaduan yang muncul dan tindak lanjut penanganan baik
yang telah ditangani maupun yang sedang dalam proses penanganan oleh
masing-masing jenjang, dilaporkan sebagai kelengkapan dari laporan bulanan
yang dilaksanakan secara berjenjang. Berdasarkan laporan ini, jika ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan atau proses penyelesaiannya berlarut-larut, maka
jenjang di atasnya atau pihak-pihak terkait lainnya dapat membantu
penyelesaiannya. Adapun format laporan penanganan penyelesaian masalah,
dapat dilihat pada lampiran 4.
Salah satu tugas penting FD, yaitu memfasilitasi masyarakat dalam penanganan
permasalahan yang terjadi di desanya. Dalam memfasilitasi suatu penanganan masalah
perlu ditumbuhkembangkan kesadaran masyarakat untuk selalu memantau atau
melakukan kontrol terhadap setiap langkah penanganannya. Untuk lebih memastikan
penanganan masalah tetap mengacu pada prinsip dan prosedur, maka setiap ada
permasalahan dan tindak lanjut penanganan yang telah dilakukan oleh FD agar
dilaporkan kepada Fasilitator Kecamatan.
8.5. Penutup
Tidak menutup kemungkinan pengaduan bisa dilakukan oleh siapapun, artinya PPK
terbuka bagi siapapun dalam memberikan kontrol pelaksanaan dari mulai perencanaan
sampai pelestarian, yang mana program ini pada akhirnya membiasakan masyarakat
khususnya didaerah pedesaan, dalam upaya menumbuhkan pola kontrol yang terarah
sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya.
Berlandaskan pada hal tersebut di atas masyarakat dan konsultan pendamping tidak
perlu ada perasaan takut bersalah dalam membuka permasalahan yang ada di
wilayahnya. Banyaknya permasalahan yang muncul bukan berarti kinerja fasilitator atau
konsultan tidak baik, yang terpenting adalah adanya tindakkan penanganan terhadap
permasalahan yang terjadi dan memberikan laporan kepada jenjang di atasnya agar
selalu dapat dipantau proses penanganannya.
BAGAN ALIR
DISTRIBUSI INFORMASI PENGADUAN DAN TEMUAN MASALAH
KORPROV/ TK PPK
KORPUN Propinsi
FK/FT Camat
MASYARAKAT
Keterangan:
Garis Tujuan Pengaduan
Garis Distribusi
Garis Koordinasi
BAGAN ALIR
PENANGANAN PENGADUAN DAN TEMUAN MASALAH
Pengaduan / Masalah
Uji Silang /
Klarifikasi
Benar Tidak
Keterangan:
Garis Pemantauan
Propinsi :
Kabupaten :
Tanggal
OLEH UPAYA PENANGANAN
Penanganan
Tanggal Penanggung
OLEH REKOMENDASI PENANGANAN
Rekomendasi Jawab
A C U A N
TIM KOORDINASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN
JAKARTA
2007
DAFTAR ISI
Halaman
ii
PENJELASAN IX
Penjelasan IX dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu; UPK (Unit Pengelola Kegiatan),
penyaluran dan pencairan dana, dan administrasi keuangan. Bagian pertama mengenai Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) diuraikan tentang latar belakang, pengertian, administrasi
keuangan, dan pengelolaan kearsipan/dokumen UPK. Bagian kedua mengenai Penyaluran
dana diuraikan menjadi empat bagian yaitu Pencairan dana dari KPKN ke Rekening Kolektif
yang dikelola UPK, Penyaluran dana dari UPK ke desa melalui TPK/KP, dan Pembayaran
Kegiatan PPK. Bagian ketiga dari bab ini menguraikan Administrasi Kegiatan PPK-R2PN
terutama administrasi di tingkat desa, pengendalian, dan pemeriksaan administrasi keuangan.
Keseluruhan bagian dari Penjelasan IX ini digambarkan dalam bagan alir 9.1 tentang UPK,
Dana dan Administrasi Keuangan PPK-R2PN.
9.1.2. Pengertian
UPK dibentuk untuk kepentingan operasional PPK. Pengurus dipilih oleh masyarakat
melalui perwakilannya di forum Musyawarah Antar Desa yang kemudian ditetapkan dan
disahkan dengan Surat Keputusan Camat atas nama Bupati.
Walaupun pemilihan pengurus UPK pada umumnya dilakukan dalam Musyawarah Antar
Desa II, namun pada prinsipnya penggantian pengurus UPK dalam Musyawarah Antar
Desa dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan dan usulan desa apabila , tidak
melakukan tugas dengan baik atau ada yang mengundurkan diri. Pemilihan kembali
pengurus UPK juga dapat dilakukan di akhir pelaksanaan program dalam rangka
pengelolaan kegiatan dan dana pasca program.
Administrasi keuangan merupakan salah satu tugas utama UPK di tingkat kecamatan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan prasarana dan hibah lainnya, pengadministrasian
dilakukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan, sehingga
dibutuhkan pencatatan yang jelas, cermat, dan didukung bukti-bukti penyaluran dana ke
TPK/KP.
Informasi keuangan yang lengkap dan benar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan pengendalian kinerja. Secara
eksternal, penggunaan sistem akuntasi keuangan yang standar dan dapat diperiksa
kebenarannya akan menjadi instrumen pembangun kepercayaan masyarakat dan bukti
bahwa UPK telah mengelola keuangan secara tertib.
Contoh Pola Pengelolaan Dokumen PPK -R2PN secara sederhana sebagai berikut:
Proses penyaluran dana PPK-R2PN dibagi ke dalam dua tahap utama. Tahap pertama
adalah pencairan dana dari KPPN ke rekening kolektif dengan nama Rekening Bantuan
PPK ( BPPK ) di Kecamatan. Tahap kedua setelah dana diterima di rekening kolektif
BPPK, selanjutnya UPK berdasarkan rencana penyaluran dan pengajuan desa,
menyalurkan dana PPK langsung ke desa melalui TPK/KP. Proses penyaluran dana
dari KPPN hingga ke UPK seperti pada Gambar 9.1.
b. SPP-LS tahap II sebesar 40% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I telah mencapai 90% atau lebih, dengan dilampiri :
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK) sebagai lampiran
BAPDK.
c. SPP-LS tahap III sebesar 20% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I dan tahap II telah mencapai 90% atau lebih,
dengan dilampiri:
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK).
iv) Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Pekerjaan (SPKMP)
yang ditandatangani oleh Ketua UPK dan PjOK/Pimpro.
b. SPP-LS tahap II sebesar 20% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I telah mencapai 90% atau lebih, dengan dilampiri :
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK) sebagai lampiran
BAPDK.
c. SPP-LS tahap III sebesar 20% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I telah mencapai 90% atau lebih, dengan dilampiri :
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK) sebagai lampiran
BAPDK.
d. SPP-LS tahap IV sebesar 20% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I telah mencapai 90% atau lebih, dengan dilampiri :
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK) sebagai lampiran
BAPDK.
e. SPP-LS tahap V sebesar 20% dari nilai SP2D dapat diajukan apabila
penggunaan tahap I dan tahap II telah mencapai 90% atau lebih,
dengan dilampiri:
i) Berita Acara Penggunaan Dana Kolektif (BAPDK).
ii) Kuitansi (KW1).
iii) Laporan Penggunaan Dana Kolektif (LPDK).
8) Atas dasar SPP-LS yang diajukan oleh PjOK, KPKN menerbitkan SPM-LS
untuk UPK yang disampaikan kepada Kantor Cabang Bank Indonesia atau
Bank Operasional I (BO-I) untuk selanjutnya dipindahbukukan/ditransfer ke
rekening kolektif desa pada bank pemerintah setempat yang dikelola oleh
UPK bersama TPK/KP.
10) Berdasarkan SPM lembar ke-5, PjOK dibantu oleh FK/FT berkewajiban
menyampaikan fotocopy SPM lembar ke-5 baik SPM BLN maupun APBD
dan dokumen pendukung lainnya kepada Sekretariat Pembinaan PPK
Pusat. Jl. Raya Pasar Minggu KM 19 Jakarta Selatan 12072
Penyaluran dana dari UPK ke desa melalui TPK/KP dilakukan sesuai kebutuhan dan
perencanaan desa serta sesuai kemajuan pelaksanaan kegiatan.
(b) Untuk penyaluran dana tahap kedua dan seterusnya hingga satu tahap sebelum
tahap terakhir didasarkan atas kemajuan pekerjaan.
i) Bila saldo kas di TPK/KP kurang : 10% dari dana yang diterima pada satu
tahap sebelumnya, Ketua TPK/KP harus segera mempersiapkan persyaratan
dan mengajukan penarikan dana tahap berikutnya kepada UPK.
ii) Apabila penyaluran dana telah mencapai 40% (tahap I dan tahap II) dari alokasi
kegiatan di desa, maka TPK/KP bersama Kepala Desa difasilitasi oleh KD
melaksanakan Musyawarah Pertanggungjawaban Dana yang hasilnya
dituangkan dalam BA Musyawarah Pertanggungjawaban Dana .
iii) Ketua TPK/KP mengajukan penarikan dana ke UPK dengan menyerahkan RPD
yang diketahui oleh FK/FT, dilampiri BA Musyawarah Pertanggungjawaban
Dana, Laporan Penggunaan Dana (LPD) yang ditandatangani oleh Ketua
TPK/KP serta FK/FT, dan foto copy buku kas harian.
Seluruh dana yang ditarik dan disimpan oleh Bendahara TPK/KP tidak boleh
digunakan/dipinjamkan atau disimpan pada rekening perorangan.
Penarikan dari setiap rekening harus sesuai ketentuan spesimen dan tidak ada
rekening yang penarikan dananya hanya dengan satu spesimen tandatangan.
Penyaluran dan pencairan dana dilakukan sesuai dengan kemajuan kegiatan. Bila
kemajuan cepat, dana boleh ditarik dan dicairkan dengan lebih cepat. Tidak ada batas
waktu minimal untuk memproses kembali penyaluran dan pencairan dana. Tidak ada
peraturan bahwa semua desa di satu kecamatan harus diproses bersama-sama.
Secara lengkap proses penarikan dan pencairan dana dapat di lihat pada Gambar 9.2.
5
BANK
KPPN
PELAKSANA
SP2D
4 SPM
6 Penyaluran ke
rek kolektif BPPK
KPA
3 SPPLS
2
UPK Pj OK
7
1 Pengajuan dana dg dok
RPD;SKPD;KW2 & SKMP
Pencairan dana
TPK
Pembayaran insentif harus langsung kepada setiap orang yang bekerja, baik
sistim upah harian maupun sistim borongan/target.
Bukti-bukti pembayaran yang telah dijilid dalam bundel LPD harus dikirim ke
UPK dalam rangka pengajuan penyaluran dana. UPK berhak untuk
memeriksa arsip dan pembukuan TPK/KP ( dalam hal perumahan ada pada
PP) kapan saja, dan sewaktu-waktu dapat meminta fotocopy bukti
pembayaran dalam rangka tugasnya sebagai pengendali dan pembina
TPK/KP.
Biaya operasional terdiri dari honor TPK/KP dan biaya administrasi kegiatan PPK di
desa. Besarnya biaya operasional per desa ditetapkan berdasarkan ancar-ancar
perincian dana operasional sebagai berikut:
(a) Keluar masuk uang dicatat dalam buku kas harian selanjutnya disebut
buku kas. Pencatatan dilakukan oleh Bendahara TPK/KP.
(b) Bentuk buku kas sesuai dengan format standar Buku Kas Harian seperti
dalam lampiran.
(c) Buku Kas ditutup tiap akhir bulan pada tanggal yang sama. Penutupan
tidak dikaitkan dengan penyelesaian suatu penarikan dana dari UPK.
Setelah ditutup, kemudian diperiksa dan ditandatangani oleh ketua TPK/KP
dan dibuatkan rekapitulasinya yang diketahui oleh Kepala Desa.
(d) Tim Pengelola Kegiatan bersama KD membuat LPD yang diketahui oleh
FK/FT setiap bulannya. Tujuannya untuk melaporkan bahwa dana yang
sudah ditarik telah digunakan dengan benar.
(e) Catatan pada buku kas pada saat tutup buku digunakan untuk menyusun
laporan bulanan kepada UPK yang menyangkut jumlah penerimaan dan
pengeluaran uang.
(f) Catatan pengeluaran pada buku kas untuk masing-masing kegiatan adalah
pengeluaran untuk TPK atau KP bersangkutan.
(a) Buku material adalah tempat mencatat material/bahan yang telah diterima
dan bahan/material yang telah dibayar.
(c) Bentuk buku material sesuai dengan format Buku Material (BM) yang
terdapat dalam lampiran.
(d) BM dibuat oleh Sekretaris TPK/KP, ditutup setiap bulan mengikuti buku
kas. Setiap penutupan harus diperiksa oleh ketua TPK/KP, dan FK/FT.
(e) Nomor bukti yang dicatat dalam BM adalah nomor bukti penerimaan
barang.
Merupakan bagian penting dalam mengajukan penyaluran dana ke UPK. RPD dibuat
sesuai kebutuhan dan kemajuan pelaksanaan kegiatan. RPD apabila dana di rekening
ditambah dana di bendahara TPK/KP kurang dari 10%. RPD memuat rencana
kebutuhan dan nilai yang akan dibelanjakan pada rencana pekerjaan berikut dan
besarnya tidak harus sama setiap tahapan. Sebelum diajukan RPD harus disetujui oleh
Kepala Desa dan diketahui oleh FK/FT dan PjOK.
LPD terdiri dari dua bagian yaitu LPD dan lampiran LPD;
(a) LPD
(i) Dipergunakan sebagai lampiran RPD dalam penarikan dana setelah
tahap II dan berikutnya.
(ii) Menjadi dasar UPK untuk menyetujui penarikan dana berikutnya.
(iii) Merupakan pernyataan tanggung jawab TPK/KP terhadap
penggunaan dana.
(iv) LPD ditujukan kepada UPK dan ditandatangani oleh Ketua TPK/KP,
diketahui oleh FK/FT dan PjOK.
Sesuai dengan Rencana Penggunaan Dana yang telah dibahas dalam rapat pra
pelaksanaan maupun rapat-rapat evaluasi, penggunaan dana di desa sangat
dipengaruhi oleh jadwal pelaksanaan, jadwal pengadaan bahan dan alat, maupun
jadwal pengadaan tenaga kerja. TPK/KP harus memiliki rencana yang matang
mengenai ketiga hal tersebut, karena akan mempengaruhi besar atau kecilnya
pengeluaran dana.
(b) Apakah pengadaan bahan/material sesuai dengan jadwal dan volume yang
telah ditentukan.
(c) Apakah pengadaan alat sesuai dengan jadwal dan volume yang dihasilkan.
(d) Apakah pengadaan tenaga kerja sesuai dengan jadwal dan jumlah yang
direncanakan.
Bila karena suatu keadaan, misalnya untuk mengantisipasi musim hujan harus
dilakukan pembelian material di awal pelaksanaan. Tentu sebagian besar dana akan
teralokasikan kepada material, akan tetapi harus diimbangi dengan pelaksanaan
konstruksi di lapangan, sehingga akan berakibat kepada percepatan pencairan dana
tahap selanjutnya.
Setiap pengeluaran dana di desa harus mendapat persetujuan dari Ketua TPK/KP, dan
KD/KT harus aktif meninjau setiap pengeluaran dana dari Bendahara. Pada saat
pemeriksaan oleh UPK, harus diperiksa apakah saldo yang tercatat pada Buku Kas
Harian sesuai dengan jumlah uang tunai yang ada.
Ketua TPK/KP dibantu oleh KD/KT dituntut untuk mencatat setiap jenis swadaya
masyarakat yang telah disepakati. Untuk mengoptimalkan swadaya masyarakat
diperlukan sosialisasi kepada masyarakat dari awal serta metode pengumpulannya
dengan cara, misalnya:
(a) Pada saat SPPB ditandatangani s/d pencairan dana tahap awal = 40%
Untuk penilaian kualitas administrasi diuraikan hal-hal yang harus diperiksa menurut
jenis kategori. Untuk setiap hal tersebut, penilai memilih satu dari empat kategori
penilaian, yaitu:
Baik Jika kualitas telah memenuhi segala syarat, baik, benar dan
lengkap serta ada inovasi kreatif yang menambah kualitas.
Cukup Jika kualitas telah memenuhi segala syarat, baik, benar dan
lengkap.
Agak kurang Jika terdapat kesalahan atau kekurangan kecil yang harus
diperbaiki untuk memenuhi
Tidak ada Jika hal tersebut tidak ada pada arsip TPK/KP