Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TINJAUAN PUSTAKA

“INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA)”

DISUSUN OLEH:

Rahmania Noor Adiba

(2007730099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) merupakan penyakit memiliki dampak besar pada

kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari data yang kami peroleh dari Puskesmas Penjaringan

Jakarta Utara, ISPA menjadi penyakit yang memiliki insidensi tertinggi dari 10 penyakit

terbanyak yang terdapat di Puskesma Penjaringan.

Walaupun gejala dari penyakit ISPA sendiri biasanya ringan, namun ISPA memiliki

tingkat insidensi dan tingkat penularan yang cukup tinggi sehingga menempatkan penyakit ini

sebagai salah satu penyebab turunnya tingkat produktivitas suatu negara. Oleh karena itu,

penatalaksanaan yang baik dan tepat serta pencegahan penularan secara efektif harus

dilaksanakan agar dapat menurunkan tingkat penularan dan angka kesakitan.

I.2 TUJUAN

Setelah menyusun Tinjauan Pustaka ini, dokter muda diharapkan dapat mengerti dan

memahami salah satu penyakit terbanyak dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat di Puskesmas

Penjaringan Jakarta Utara. Serta dapat memahami etiologi, pathogenesis, faktor resiko, kriteria

diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi sampai prognosis dari penyakit tersebut.


BAB II

PEMBAHASAN

II. 1 DEFINISI

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) adalah suatu penyakit infeksi yang mengenai

saluran pernapasan bagian atas. Penularan penyakit ini biasa terjadi melalui kontak langsung

dengan penderita ISPA maupun dari droplet atau benda-benda yang infeksius (mengandung

kuman penyebab ISPA).

Penyebab ISPA sendiri lebih banyak disebabkan oleh virus dari pada bakteri. sehingga

penatalaksanaan yang diberikan tidak terlalu rumit. Rhinovirus adalah virus penyebab terbanyak

dari ISPA sendiri, sedangkan Streptococcus Grup A biasanya adalah penyebab dari infeksi

sekunder.

II. 2 KLASIFIKASI

ISPA diklasifikasikan berdasarkan letak infeksinya, yaitu Rhinitis (hidung), Sinusitis

(sinus), Faringitis (faring), dan Laringitis (laring). Sedangkan klasifikasi berdasarkan onset

terjadinya dapat dibagi menjadi infeksi akut, subakut dan kronis.


II. 3 PATOGENESIS

Seperti kasus infeksi pada umumnya, ISPA terjadi akibat adanya kuman yang

menginvasi mukosa saluran nafas bagian atas sehingga menyebabkan fungsi dari saluran nafas

berubah.

Rx. Perl aw an ant ubuh


( fi Isinv
DraVisim
k, opl Inmefos/
ruek Buko
Gejant,lkul
aibe
mk,aakl tsahum
nd
sierSa
a 2i lor. al
Nap inf asekAsiu tass
& s el ule r)

II. 4 RHINITIS (COMMON COLD)

A. Etiologi

a. Rhinovirus (25-80%)

b. Coronavirus (10-20%)

c. Parainfluenza virus (10-15%)

d. Adenovirus (5%)

B. Faktor Resiko

a. Kontak langsung dengan penderita


b. Kekebalan tubuh yg menurun (kelelaan, kedinginan, penyakit kronis)

c. Immunodefisiensi

C. Diagnosis

a. Std. prodromal:

i. Demam,

ii. Hidung tersumbat

iii. Bersin-bersin

b. Mukus encer

c. Mukosa hidung eritem & edema

d. Batuk

e. Sakit kepala

f. Pemfis : dapat ditemukan ronchi

D. Penatalaksanaan

a. Istirahat

b. Obat-obatan simptomatis

i. Analgesik

ii. Antipiretik

iii. Dekongestan

c. Antibiotik (Apabila ditemukan adanya Inf. Sekunder)

d. Suction (bayi)
E. Komplikasi

a. Rhinitis supuratif

b. Otitis Media

c. Sinusitis

d. Faringitis

e. Laringitis

II. 5 SINUSITIS

A. Etiologi

a. Streptococcus pneumoniae

b. Haemophilus influenza

c. Moraxella catarrhalis

d. Staphylococcus aureus

e. Streptococcus pyogenes

B. Faktor Resiko

a. Riwayat ISPA

b. Rhinitis t.u. alergi, Polip hidung

c. Inf. Gigi (Riwayat ekstraksi gigi)

d. Diskinesia silia (Synd. Kartagener)

e. Lingkungan berpolusi

f. Udara dingin & kering

g. Riwayat merokok
C. Diagnosis

a. Pemfis:

i. Mukosa hidung eritem & udem

ii. Sekret mukopurulen (terkadang berbau busuk)

iii. Post nasal drip

iv. Wajah terasa penuh (pipi)

v. Pembengakan sekitar mata & pipi

vi. Demam dan nyeri kepala

vii. Nyeri pipi khas (tumpul & menusuk)

b. Penunjang:

i. Puncture sinus

ii. X-rays à Air Fluid Level

D. Penatalaksanaan

a. Antibiotik

i. Amoxicillin-as. Klavulanat

ii. Cefaclor

b. Analgesik

c. Irigasi Antrum

d. Kompres hangat

E. Komplikasi

a. Meningitis
b. Selulitis Orbita

c. Trombosis Sinus Kavernosus

II. 6 FARINGITIS

A. Etiologi

a. Rhinovirus (4-60%)

b. Streptococcus grup A (5-40%)

B. Faktor Resiko

a. Riwayat Rhinitis

b. Riwayat Trauma

C. Diagnosis

a. Virus:

i. Rhinore, batuk, suara parau

ii. Nyeri tenggorokan, sulit menelan

iii. Tonsil & faring hiperemis

iv. Pembesaran kel. Limfe

b. Bakteri:

i. Demam tinggi (38oC)

ii. Faring-tonsil hiperemis

iii. Eksudat (+)

iv. Bercak peteki pd palatum & faring


c. Lab:

i. Swab Tenggorok (Kultur)

D. Penatalaksanaan

a. Virus:

i. Simptomatis

ii. Istirahat

b. Bakteri:

i. Antibiotik

1. Amoxicillin/erithromisin

ii. Kortikosteroid

1. Deksametason

iii. Analgesik

iv. Kumur dengan air hangat/antiseptik

E. Komplikasi

a. Demam Rematik

b. Glomerulonefritis akut

II. 7 LARINGITIS

A. Etiologi

a. Bakteri
i. Streptococcus

ii. Corynebacterium difteriae

b. Virus

i. Influenza

ii. Adenovirus

iii. Rhinovirus

B. Faktor Resiko

a. Riwayat Rhinitis (common cold)

b. Riwayat Faringitis

c. Voice Abuse

d. Inhalasi Uap toksik

e. Riwayat batuk kronis

C. Diagnosis

a. Demam, Malaise

b. Suara parau sampai afonia

c. Disfagia, Batuk kering

d. Rhinore, Bersin-bersin, Hidung tersumbat

e. Pemfis:

i. Laringoskop à laring hiperemis dan udem t.u. diatas dan di bawah vocal

cord

ii. Swab tenggorok à Kultur


D. Penatalaksanaan

a. Mengistirahatkan suara

b. Hindari makan pedas, minum air dingin

c. Hindari merokok

d. Antibiotik

i. Penisillin

e. Kortikosteroid

i. Dexamethasone

f. Simptomatik

E. Komplikasi

a. Pneumonia

b. Epiglotitis

c. Nodul korda vokalis

d. Perdarahan laring

II. 8 PROGNOSIS

Pada dasarnya, prognosis dari ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi yang

berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaitu self limiting disease sehingga

tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit.


DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

dan Leher, edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007

Adams, George L., dkk. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, edisi 6. Jakarta: EGC. 1997

Betts, Robert F., et al. Reese & Betts': A Practical Approach To Infectious Disease, 5th Edition.

2002

Fauci, Anthony S., et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 7th Edition. 2008

http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview

Anda mungkin juga menyukai