OLEH
MATKOM II A
0
HIMPUNAN
A. Pengertian Himpunan
1. Kelompok pecinta alam Jakarta mendaki Gunung Gede.
2. Kumpulan pria tampan.
3. Penonton sepak bola kelas I membayar Rp 10.000,00
4. Umur suatu gugus bintang dapat dihitung oleh seorang ahli astronomi.
Istilah kelompok, kumpulan, kelas, maupun gugus dalam matematika
dikenal sebagai istilah himpunan.
1
Huruf s ada dua buah, tetapi karena anggota yang sama ditulis dalam suatu
himpunan hanya ditulis satu kali, sehingga salah jika ditulis
P = {s,i,s,w,a}
Yang benar adalah P = {s,i,w,a}
Untuk menyatakan suatu obyek atau benda yang merupakan anggota
suatu himpunan digunakan lambang ∈.
Untuk menyatakan bahwa sutau obyek atau benda bukan anggota
suatu himpunan digunakan lambang ∉.
2. Menyatakan Banyak Anggota Suatu Himpunan
Banyak anggota himpunan A dapat dinyatakan dengan notasi n(A).
Jadi, notasi n(P) artinya banyak anggota pada himpunan P.
Contoh:
P = {s,i,w,a}
Banyak anggota himpunan P adalah 4 buah.
Ditulis: n(P) = 4
2
A = {1,2,3,4, . . .}
Himpunan A = {1,2,3,4, . . . } memiliki banyak anggota yang tak terbatas,
maka himpunan A disebut himpunan tak berhingga.
P = {bilangan cacah ganjil kurang dari 100}, maka
P = {1,3,5,7,9, . . . ,99}
Himpunan P = {1,3,5,7, . . . ,99} memiliki banyak anggota yang terbatas,
maka himpunan P disebut himpunan berhingga.
D. Himpunan Kosong
Contoh:
Berapakah banyak anggota himpunan-himpunan berikut?
1. A = {mahasiswa Matkom 2A yang umurnya kurang dari 15 tahun}
2. B = {mahasiswa Matkom 2A yang tingginya lebih dari 2,5 meter}
3. C = {bilangan asli yang kurang dari 2}
Jawab:
1. Himpunan A tidak mempunyai anggota, sebab tidak ada mahasiswa
Matkom 2A yang umurnya kurang dari 15 tahun.
Maka, n(A) = 0
2. Himpunan B tidak mempunyai anggota, sebab tidak ada mahasiswa
Matkom 2A yang tingginya lebih dari 2,5 meter.
Maka, n(B) = 0
3. C = { 1 }, maka n(C) = 1
E. Himpunan Bagian
A = {a,b,c}
B = {a,b,c,d,e}
Dari kedua himpunan tersebut, ternyata setiap anggota A, yaitu a,b,
dan c menjadi anggota B. Maka dikatakan bahwa A adalah himpunan bagian
dari B.
S B
A •b •d
•a
•c •e
3
F. Himpunan Semesta
Contoh:
S = {mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang}
A = {mahasiswa Matkom 2A}
Ternyata himpunan S memuat semua anggota himpunan A, sehingga
himpunan S merupakan semesta pembicara himpunan A.
G. Diagram Venn
Ketentuan di dalam membuat diagram Venn adalah sebagai berikut.
a. Himpunan semesta digambarkan dengan sebuah persegi panjang dan di
pojok kiri atas diberi simbol S.
b. Setiap anggota himpunan semesta ditunjukkan dengan sebuah noktah di
dalam persegi panjang itu, dan nama anggotanya ditulis berdekatan
dengan notahnya.
c. Setiap himpunan yang termuat di dalam himpunan semesta ditunjukkan
oleh kurva tertutup sederhana.
d. Dalam menggambar himpunan-himpunan yang mempunyai anggota
sangat banyak, pada diagram Venn tidak menggunakan noktah.
Contoh:
Buatlah diagram Venn dari himpunan-himpunan berikut ini.
S = {1,2,3,4,5,6,7,8}
P = {1,3,5,7}
Q = {6,7,8}
Jawab:
S 4
P Q
1
3 •7 6
5 8
2
H. Irisan
A = {Eka, Diah, Arnas, Hani}
B = {Widi, Eka, Arnas}
Eka dan Arnas menjadi anggota himpunan A dan sekaligus menjadi anggota
himpunan B.
4
{Eka, Arnas} yang anggotanya merupakan anggota persekutuan himpunan A
dan B disebut irisan himpunan A dan B, ditulis:
A ∩ B = {Eka, Arnas}
S
A B
•Diah • Eka
•Arnas •Widi
•Hani
I. Gabungan
A = {Arya, Uli, Rony, Hadi}
B = {Rony, Hadi,Wahyu}
Dari himpunan A dan B, dapat dibentuk himpunan {Wahyu, Uli, Rony,
Hadi}. Himpunan tersebut merupakan himpunan yang anggota-anggotanya
terdiri atas anggota A saja, anggota B saja, dan anggota persekutuan dan B.
Himpunan itu merupakan gabungan himpunan A dan B. Gabungan
himpunan A dan B ditulis A ∪ B.
S
• AryaA B•Wahyu
• Rony
• Hadi
• Uli
5
FUNGSI
A. Relasi
1. Pengertian Relasi
Suatu Toko menjual sabun mandi, sabun cuci, beras, gula, kopi, teh,
dan sebagainya. Setiap barang mempunyai harga masing-masing sebagai
berikut.
1 sabun mandi = Rp 1.500,00
1 kg sabun cuci = Rp 8.250,00
1 kg beras = Rp 6.000,00
1 bungkus kopi = Rp 4.500,00
1 bungkus teh = Rp 4.500,00
Setiap barang mempunyai hubungan dengan suatu harga. Himpunan
barang berelasi (berhubungan) dengan himpunan harga. Sehingga dapat
disimpulkan:
A “dengan harga” B
2. Menyatakan Relasi
Relasi dua himpunan dapat dinyatakan dengan cara-cara berikut ini.
a. diagram panah
b. himpunan pasangan berurutan
c. diagram cartesius
6
a. Diagram Panah
Contoh:
Himpunan A = {Harnoto, Hadi, Fanny} dan himpunan B = {Irma, Ovy,
Putri}, terdapat relasi “pasangan dari” dari himpunan A ke himpunan B.
A “pasangan dari” B
Harnoto Irma
Hadi Ovy
Fanny Nanda
Taufik Yanti
A “gemar bermain” B
c. Diagram Cartesius
Contoh :
Relasi “Faktor dari” dari
himpunan A = {2,3,5,6}
ke himpunan B = {2,3,4,5,6}.
Himpunan Pasangan Berurutannya
{(2,2),(2,4),(2,6),(3,3),(3,6),(5,5),(6,6)}
Maria 37
Lina 38
Yuli 39
Mida 40
Meme 41
7
Diagram panah di atas menunjukkan hubungan ukuran sepatu dari
himpunan A ke himpunan B. Setiap anak hanya mempunyai satu ukuran
sepatu, karena itu setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B.
Relasi ini dinamakan pemetaan.
Suatu pemetaan dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi
khusus, yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B.
Jika a ∈ A, b ∈ B, dan a dipasangkan dengan b maka b disebut bayangan a.
Sebagai contoh, Mida → 39, maka 39 adalah bayangan dari Mida.
Syarat pemetaan :
1. Ada himpunan asal yaitu himpunan A (domain) atau daerah definisi.
2. Ada himpunan kawan atau kodomain, yaitu himpunan B.
3. Ada himpunan yang merupakan daerah hasil (range) dari fungsi tersebut
yang merupakan himpunan bagian dari kodomain.
4. Semua anggota daerah asal (domain) habis dipetakan.
5. Tidak ada anggota himpunan asal yang memiliki dua bayangan atau lebih.
A B A B
a. .p a. .p
b. .q b. .q
c. .r c. .r
A B A B
a. .p a. .p
b. .q b. .q
c. .r c. .r
8
b. Himpunan Pasangan Berurutan
Contoh :
a. {(1,1),(2,2),(3,3)}
b. {(1,1),(2,1),(3,1)}
c. {(1,3),(1,5),(1,7)}
(a) dan (b) merupakan fungsi.
(c) bukan fungsi, karena 1 anggota mempunyai pasangan 3, 5, dan 7 atau
mempunyai lebih satu peta.
c. Diagram Cartesius
Contoh :
A = {a,b,c,d} dan B = {1,2,3}
Diagram cartesius jika pemetaan
f yang ditentukan dengan
a → 2, b → 1, c → 2, d → 1.
P Q P Q
a . .1 a . .1
.2 .2
9
C. Korespondensi Satu-Satu (Perkawanan Satu-Satu)
1. Pengertian Korespondensi Satu-Satu
Perkawanan satu-satu adalah fungsi khusus, yaitu fungsi yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Ada sifat fungsi (ada domain, kodomain, range, dan kodomain = range)
b. Setiap anggota daerah asal dipetakan dengan tepat ke satu daerah hasil,
dan setiap daerah hasil dipetakan dengan tepat ke daerah asal.
Contoh :
Jika untuk melihat suatu pertandingan sepak bola setiap pengunjung harus
membeli karcis, maka terdapat korespondensi satu-satu antara himpunan
penonton dengan himpunan karcis mereka.
P Q P Q
a. .2 a. .2
b. .4 b. .4
Contoh :
Tunjukkan fungsi f : x → 3x, dengan x elemen himpunan bilangan asli,
dengan :
a. diagram panah
b. himpunan pasangan berurutan
c. diagram cartesius
10
d. daerah hasil (range)
Jawab
A daerah asal = {1,2,3,…}
x adalah peubah dari himpunan {1,2,3,…}
a. A B
f = x → 3x
1. .3 f=1→3.1=3
2. .6 f=2→3.2=6
dan seterusnya
3. .9
c. .
c. .
c. .
b. {(1,3),(2,6),(3,9),…}
c. Grafik
2. Rumus Fungsi
Fungsi f : x → ax + b dapat ditulis dengan rumus :
f(x) = ax + b
Contoh :
Fungsi h didefinisikan : f(x) = 2x + 3, dengan x ∈ R. Tentukan :
a. Bayangan 3 oleh h
b. Nilai f oleh fungsi itu untuk x = -4
c. Bilangan p, sehingga f(p) = -1
11
Jawab
Karena untuk setiap x ∈ R terdapat f(x) = 2x + 3, maka:
a. f (3) = 2 (3) + 3
=6+3
=9
b. f (-4) = 2 (-4) + 3
= -8 + 3
= -5
c. f (p) = 2p + 3, f(p) = -1, maka:
-1 = 2p + 3 atau 2p + 3 = -1
2p = -1 – 3
2p = -4
−4
p = = -2
2
4. Grafik Fungsi
Langkah-langkah dalam membuat grafik dari suatu fungsi adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan pasangan berurutan (x,y) dengan x anggota daerah asal
(domain) dan bayangan dari x dengan menggunakan tabel nilai fungsi.
b. Membut sumbu x mendatar (horizontal) dan sumbu y tegak (vertikal)
yang saling berpotongan dengan langkah-langkah:
Anggota domain berada pada sumbu x horizontal
Anggota kodomain berada pada sumbu y vertikal
c. Menentukan pasangan berurutan (x,y) pada bidang koordinat yang
digambar dengan noktah.
12
d. Membuat kurva melalui noktah-noktah yang telah dibuat jika fungsi itu
pada himpunan bilangan positif dan nol. Bila a > 0 kurva terbuka ke atas,
dan a < 0 kurva terbuka ke bawah.
Contoh:
Gambarlah grafik fungsi kuadrat f(x) = -x2 + 2x + 8 dengan daerah asal {x | -3
≤ x ≤ 5 x ∈ R}.
Tentukan:
a. daerah hasil
b. pembuat nol fungsi
c. nilai minimum/maksimal
d. koordinat titik balik minimum/maksimum
e. persamaan sumbu simetri
Jawab:
x -3 -2 -1 1 2 3 4 5
2
-x -9 -4 -1 -1 -4 -9 -16 -25
2x -6 -4 -2 2 4 6 8 10
8 8 8 8 8 8 8 8 8
f(x) -7 0 8 9 8 5 0 -7
a. daerah hasil {x | -7 ≤ y ≤ 9,
y ∈ R}
b. pembuat nol fungsi x = -2
atau x = 4
c. nilai maksimum f = 9
d. koordinat titik blik
maksimum (1,9)
e. persamaan sumbu simetri x
=1
Catatan:
1. Jika f(x) = ax2 + bx + c, dengan a > 0 (positif), maka:
Grafik akan terbuka ke atas (menghadap ke atas)
Mempunyai koordinat titik balik minimum
Mempunyai nilai ekstrem minimum
2. Jika f(x) = ax2 + bx + c, dengan a < 0 (negatif), maka:
Grafik akan terbuka ke bawah (menghadap ke bawah)
Mempunyai koordinat titik balik maksimum
Mempunyai nilai ekstrem maksimum
13
E. Menghitung Nilai Fungsi
Misal suatu fungsi f : x → y dapat dinyatakan dalam bentuk rumus
fungsi, yaitu f(x) = y. Berdasarkan rumus fungsi, maka dapat ditentukan nilai
fungsi tersebut untuk setiap nilai x yang diberikan. Caranya dengan
mensubstitusikan nilai x pada rumus fungsi tersebut.
Contoh:
Diberikan f : x → 2x – 2 untuk x = {0,1,2,3}. Tentukan nilai fungsinya?
Jawab:
f : x 2x – 2 dapat ditulis dengan rumus f(x) = 2x – 2 atau y = 2x – 2.
Untuk x = 0, f (0) = 2.0 – 2 = -2
Untuk x = 1, f (1) = 2.1 – 2 = 2 – 2 = 0
Untuk x = 2, f (2) = 2.2 – 2 = 4 – 2 = 2
Untuk x = 3, f (3) = 2.3 – 2 = 6 – 2 = 4
3a =6
6
a =
3
a =2
Substitusikan a = 2 ke persamaan a + b = 1, diperoleh 2 + b = 1
b = 1-2
b = -1
Rumus fungsi f(x) = 2x – 1
b. f(x) = 2x – 1, maka
f(-6) = 2(-6) – 1
f(-6) = -12 − 1 = -13
14
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2006. Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Malang : Dinas
Pendidikan Kota Malang.
Lipschutz, Seymour dan Marc Lars Lipson. 2001. Matematika Diskrit. Jakarta :
Salemba Teknika.
15