Anda di halaman 1dari 2

Protista adalah mikroorganisme eukariota yang bukan hewan, tumbuhan, atau fungus.

Mereka pernah
dikelompokkan ke dalam satu kerajaan bernama Protista, namun sekarang tidak dipertahankan lagi. [1]
Penggunaannya masih digunakan untuk kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme
eukariotik bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni, bersama-sama namun tidak
menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang berbeda-beda.[2]. Dari sudut pandang taksonomi,
pengelompokan ini ditinggalkan karena bersifat parafiletik. Organisme dalam Protista tidak memiliki
kesamaan, kecuali pengelompokan yang mudah [3]—baik yang bersel satu atau bersel banyak tanpa memiliki
jaringan. Protista hidup di hampir semua lingkungan yang mengandung air. Banyak protista, seperti algae,
adalah fotosintetik dan produsen primer vital dalam ekosistem, khususnya di laut sebagai bagian dari plankton.
Protista lain, seperti Kinetoplastid dan Apicomplexa, adalah penyakit berbahaya bagi manusia, seperti malaria
dan tripanosomiasis.
Sejarah Klasifikasi Protista
Tahun 1830an, Protista pertama kali diusulkan untuk dipisah dari makhluk hidup lain, oleh pakar
biologi Jerman, Georg A. Goldfuss yang memperkenalkan istilah Protozoa yang meliputi Ciliata dan
Coral.[4]
Tahun 1845, penganut Goldfuss mengembangkannya agar meliputi semua hewan bersel satu seperti
Foraminifera dan Amuba.
Awal 1860an, istilah Protoctista sebagai kategori klasifikasi pertama kali diusulkan oleh John Hogg,
yang menganggap protista harus juga meliputi apa yang dia sebut dengan hewan dan tumbuhan
primitif bersel satu. Dia mendefinisikan Protoctista sebagai kingdom keempat setelah tumbuhan,
hewan, dan mineral.[4]
Kemudian kingdom mineral dibuang oleh Ernst Haeckel, tersisa tumbuhan, hewan, dan protista.[5]
Tahun 1938, Herbert Copeland menghidupkan lagi klasifikasi Hogg. Menurutnya, "Protoctista" secara
harfiah berarti "makhluk hidup pertama". Dia menyanggah istilah Haeckel protista karena meliputi
mikroba tak berinti sel seperti Bakteri, sementara istilah protoctista tidak meliputinya. Sebaliknya,
protoctista meliputi eukaryota berinti sel seperti diatom, alga hijau dan fungi.[6]
Perombakan besar oleh Copeland ini kemudian menjadi dasar dari klasifikasi Whittaker yang hanya
membagi Protoctista menjadi Protista dan Fungi.[7] Kingdom Protista ini kemudian berfungsi sebagai
pembeda antara prokaryota yang dimasukkan kingdom Monera, dan mikroorganisma eukaryotik yang
dimasukkan Protista definisi Whittaker.[8]
Sistem lima kingdom bertahan hingga ditemukannya filogenetik molekular di akhir abad ke-20,
karena ternyata protists dan monera tidak ada hubungannya (bukan kelompok monofiletik).
Klasifikasi tradisional
Protista pertama kali diusulkan oleh Ernst Haeckel. Secara tradisional, protista digolongkan menjadi
beberapa kelompok berdasarkan kesamaannya dengan kerajaan yang lebih tinggi yaitu meliputi
Protozoa yang menyerupai hewan bersel satu, Protophyta yang menyerupai tumbuhan (mayoritas
algae bersel satu), serta jamur lendir dan jamur air yang menyerupai jamur.
Dulu, bakteri juga dianggap sebagai protista dalam sistem tiga kerajaan (Animalia, Plantae termasuk
jamur, dan Protista). Namun kemudian bakteri dipisah dari protista setelah diketahui bahwa ia adalah
prokariotik.
Protozoa, protista yang menyerupai hewan
Protozoa hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan cara fagositosis,
walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya berukuran 0,01-0,5 mm sehingga secara
umum terlalu kecil untuk dapat dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di mana-
mana, seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode kering sebagai
kista (cyst?) atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting. Berdasarkan pergerakannya, protozoa
dikelompokkan menjadi:
Flagellata yang bergerak dengan flagella(rambut cambuk). Contoh: Trypanosoma, Trichomonas
Amoeboida yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu/kaki akar) yaitu yang berarti setiap kali ia
akan bergerak harus membentuk kaki semu sebelum dapat bergerak dan pembentukan kaki ini
dinamakan fase gel. Contoh: Amoeba
Cilliata yang bergerak dengan silia (rambut getar). Contoh: Paramaecium
Sporozoa yang tidak memiliki alat; beberapa mampu membentuk spora. Contoh: Toxoplasma
Algae, protista yang menyerupai tumbuhan
Algae mencakup semua organisme bersel tunggal maupun banyak yang memiliki kloroplas. Termasuk
di dalamnya adalah kelompok-kelompok berikut.
Alga hijau, yang memiliki relasi dengan tumbuhan yang lebih tinggi (Embryophyta). Contoh: Ulva
Alga merah, mencakup banyak alga laut. Contoh: Porphyra
Heterokontophyta, meliputi ganggang coklat, diatom, dan lainnya. Contoh: Macrocystis.
Alga hijau dan merah, bersama dengan kelompok kecil yang disebut Glaucophyta, sekarang diketahui
memiliki hubungan evolusi yang dekat dengan tumbuhan darat berdasarkan bukti-bukti morfologi,
fisiologi, dan molekuler, sehingga lebih tepat masuk dalam kelompok Archaeplastida, bersama-sama
dengan tumbuhan biasa.
Protista yang menyerupai jamur
Beragam organisme dengan organisasi tingkat protista awalnya dianggap sama dengan jamur, sebab
mereka memproduksi sporangia. Ini meliputi chytrid, jamur lendir, jamur air, dan
Labyrinthulomycetes. Chytrid sekarang diketahui memiliki hubungan dengan Fungi dan biasanya
diklasifikasikan dengan mereka. Sementara yang lain sekarang ditempatkan bersama dengan
heterokontofita lainnya (yang memiliki selulosa, bukan dinding chitin) atau Amoebozoa (yang tidak
memiliki dinding sel).
Klasifikasi modern
Saat ini istilah protist dipakai untuk mengacu pada eukariota bersel satu baik sel independen atau
kalaupun berkoloni tidak menunjukkan diferensiasi dalam jaringan. [2] Istilah protozoa dipakai untuk
spesies heterotrofik dari protista yang tidak membentuk filamen. Istilah ini tidak dipakai lagi di
klasifikasi modern. Klasifikasi modern berupaya menyajikan kelompok monofili berdasarkan
ultrastruktur, biokimia, dan genetika. Karena protista adalah parafili sistem seperti itu seringkali
memecah atau meninggalkan kingdom tersebut, ketimbang memperlakukan kelompok protista
sebagai eukaryota. Beberapa kelompok utama dari protista, yang mungkin diklasifikasikan sebagai
fila, disajikan di kotak sebelah kanan.[9] Banyak yang menganggapnya sebagai monofili, meskipun
masih belum meyakinkan. Misalnya, Excavata mungkin tidak monofili dan Chromalveolate mungkin
monofili jika haptophyta dan cryptomonad dimasukkan.[10]
Metabolisme, reproduksi, dan peranan protista
Flagelata makan menggunakan penyaring, yaitu dengan melewatkan air melalui flagelanya. Protista
lain bisa menelan bakteri dan mencernanya secara internal, dengan memanjangkan dinding selnya di
sekitar makanannya, untuk membentuk sebuah vakuola makanan. Makanan ini lalu masuk ke dalam
sel melalui endositosis (biasanya fagositosis; kadang-kadang pinositosis).
Sebagian protista berkembang biak secara seksual (konjugasi), sementara lainnya secara aseksual (fisi
biner). Plasmodium falciparum, memiliki siklus hidup biologis super kompleks yang meliputi
berbagai macam makhluk hidup, sebagian bereproduksi seksual, sebagian lain aseksual. [11] Namun,
masih belum jelas seberapa seringnya reproduksi seksual menyebabkan pertukaran genetika antar
strain yang berbeda dari Plasmodium dan sebagian besar protista parasit adalah clonal line yang
jarang melakukan pertukaran gen dengan strain lain. [12]
Beberapa protista adalah patogen terhadap hewan dan tumbuhan. Plasmodium falciparum
menyebabkan malaria pada manusia dan Phytophthora infestans menyebabkan hawar daun pada
kentang. Pemahaman lebih mendalam tentang protista akan membuat penyakit ini bisa diobati secara
efisien.
Peneliti dari Agricultural Research Service memanfaatkan protista sebagai patogen untuk
mengendalikan populasi semut api merah (Solenopsis invicta) di Argentina. Dengan bantuan protista
penghasil spora seperti Kneallhazia solenopsae populasi semut api merah bisa berkurang 53-100%. [13]
Para peneliti berhasil menginjeksikan protista itu ke lalat sebagai perantara untuk membunuh semut
api merah, tanpa membahayakan lalat itu [1]

Anda mungkin juga menyukai