Anda di halaman 1dari 1421

http://kangzusi.

com/

A
Annaak
kHHaarriim
maau
u
Karya : Siau Siau
Editor : aaa & Dewi KZ
Ebook pdf oleh : Dewi KZ

Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info/
http://kangzusi.com/

Bab 1
KUBURAN KUNO DI TENGAH HUTAN
Matahari bersinar cerah menyoroti telaga Huan-yang ou
yang beriak karena hembusan angin, udara tampak cerah
dan bersih, udara di musim gugur memang terasa lebih
nyaman dan semilir.
Sebuah perkampungan nelayan berdiri di tepi telaga,
rumah bambu yang berjajar di antara sela-sela dedaunan
nan hijau tampak berderet memanjang menampilkan suatu
pemandangan yang indah.
Sepanjang bendungan tampak jala yang dibentangkan di
bawah terik matahari, nona-nona muda duduk berkumpul
di bawah pohon yang rindang sambil menambal jala-jala
yang robek.
Kaum wanita dan ibu-ibu sedang mencuci pakaian di
tepi telaga, sedang anak-anak saling berkejaran diiringi
teriakan dan jeritan gembira.
Saat itu, sekumpulan gadis nelayan sedang duduk
berkerumun sambil membicarakan seorang tamu dari utara
yang menginap di rumah Thio lopek, seorang kakek yang
ramah bersama seorang gadis yang cantik dan seorang anak
lelaki berkulit hitam..
Tampaklah seorang gadis nelayan berbaju hijau yang
berambut kepang, sambil menghentikan sulamannya
memandang ke arah seorang gadis berbaju kembang-
kembang di hadapannya sana, kemudian berseru:
"Enci Ing cun, nampaknya sahabat dari Thio lopek
adalah seorang yang berwajah hokki, coba lihat rambutnya
yang putih, jenggotnya yang berwarna perak, kalau berjalan
http://kangzusi.com/
halus dan lembut, tidak seperti Thio lopek, mana matanya
segede jengkol, alis matanya tebal, kumisnya malang
melintang, hiiih, mengerikan .."
"Aaah, Ji-niu, masa kau tidak tahu? Thio Lopek kan
seorang jago silat sedang tamu dari utara ia orang
sekolahan, tentu saja berbeda," sela seorang nona bercelana
hijau.
Seorang nona berumur lima enam belas tahun lainnya
ikut menimbrung dengan wajah serius.
"Aku rasa tamu dari utara itupun seorang ahli silat,
buktinya setiap kali ke tiga putra Thio lopek beradu silat
dengan si bocah jaliteng dari utara itu, yang kalah selalu ke
tiga putra Thio lopek "
"Yaa.. yaa, betul, apa yang dikatakan adik Kim-hoa
memang benar," gadis nelayan yang bernama Ing-cun itu
berseru cepat: "apalagi si nona cantik dari utara itu, mana
bajunya serba merah, cantik lagi, hakekatnya seperti cabe
merah. Sekali melompat ke atas, atap rumah orangpun
dilalui. . ."
Belum habis dia berbicara, mendadak dari arah dusun
sana terdengar suara bentakan gusar.
Diikuti sekumpulan anak-anak desa bersorak sorai dan
berlarian menuju ke dalam hutan bambu di tepi dusun.
Nona-nona nelayan itu segera melongok bersama ke arah
hutan bambu, kemudian salah seorang diantaranya berseru
sambil tertawa:
"Nampaknya ke tiga orang putra Thio Lopek lagi-lagi
menantang si Jaliteng untuk berduel!"
Belum habis dia berbicara, sorak sorai anak-anak dusun
itu kembali berkumandang dari balik hutan bambu.
http://kangzusi.com/
Mendengar sorakan itu, nona-nona nelayan itu saling
berpandangan sambil tertawa, seakan akan mereka berkata:
"Sudah pasti Thio Toa-keng anaknya Thio lopek kena
dibanting lagi oleh si Jaliteng!"
Mendadak mencorong sinar terang dari balik mata
seorang nona nelayan, lalu jeritnya kaget:
"Hei, coba kalian lihat!"
Ketika semua orang berpaling, tampaklah dari atas
tanggul telaga lebih kurang puluhan kaki di depan sana,
muncul sesosok bayangan kecil yang mengenakan jubah
panjang.
Tapi oleh karena ilalang yang tumbuh di sekitar tanggul
amat tinggi dan bergoyang terhembus angin, maka
bayangan itu tidak nampak jelas, tapi mereka yakin kalau
orang itu adalah seorang sekolahan dari kota, sebab di
seluruh dusun nelayan itu tak pernah dijumpai ada orang
yang mengenakan jubah panjang.
Lambat laun bayangan itu makin mendekat, sekarang
baru terlihat jelas, ternyata bayangan kecil itu adalah
seorang bocah lelaki berbaju biru. Bocah lelaki itu berusia
lima enam belas tahunan, berwajah tampan dan bergigi
putih, tubuhnya tegap dan mukanya ganteng, sungguh
nampak menarik hati.
Terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli, penuh
dengan pancaran sinar kecerdasan.
Ujung bajunya yang berwarna biru berkibar terhembus
angin, sedang sorot matanya yang jeli memandang ke sana
ke mari, agaknya dia sedang menikmati keindahan alam di
sekitar telaga.
http://kangzusi.com/
Wajahnya yang tampan tampak berubah ubah,
sementara keningnya kadangkala berkerut, kadangkala pula
senyuman menghiasi bibirnya.
Dengan terkesima, kawanan gadis nelayan itu
memperhatikan wajah pemuda itu, seakan akan mereka
sedang menyaksikan sesuatu yang sangat indah.
Sebaliknya pemuda itu seakan akan tak pernah melihat
kalau di bawah pohon yang rindang, duduk sekelompok
gadis nelayan yang sedang memperhatikannya.
Karena waktu itu dia sedang melamun, ia sedang
berpikir bagaimana dia harus melaporkan kisah
perjumpaannya dengan bibi Wan kepada ayahnya sesudah
tiba di dalam kuburan kuno di tengah hutan nanti,
Teringat akan keagungan wajah Bibi Wan nya itu,
kembali sepasang alis matanya berkerut.
Ia tidak tahu kalau ayahnya masih mempunyai seorang
adik perempuan yang sudah setengah umur namun
berwajah cantik, bahkan ibunya yang telah meninggal lima
tahun berselangpun tak pernah membicarakan tentang soal
ini, hal mana membuatnya merasa bingung dan tak habis
mengerti.
Dia pun tak tahu apa isi kotak kecil yang diperintahkan
oleh ayahnya untuk diserahkan kepada Bibi Wan, tapi
kalau dilihat dari sikap ayahnya ketika berpesan sebelum
berangkat, dapat dipastikan isi kotak tersebut tentu barang
berharga.
Tapi kalau membayangkan sikap tegang dan gugup yang
terpancar dari wajah Bibi Wan setelah menyaksikan isi
kotak itu, dapat diduga pula kalau benda itu adalah sebuah
benda yang luar biasa.
http://kangzusi.com/
Mendadak ia tertawa lagi, mukanya kembali berseri,
hatinya menjadi riang gembira lagi.
Sebab dia terbayang pula dengan Ciu Siau cian, putri
tunggal Bibi Wan nya itu.
Enci Cian berusia setengah tahun lebih tua, mukanya
putih halus, wajahnya cantik jelita, dia adalah seorang gadis
cantik, yang alim dan baik hati.
Selama tiga hari dia berada di rumah bibi nya, gadis itu
jarang tertawa atau berbicara tapi perhatian terhadap
dirinya amat besar.
Sekalipun ia jarang berbincang-bincang dengan Enci
Cian, ketika ia sedang duduk di sisinya. duduk
membungkam sambil menikmati kecantikan wajahnya dan
keanggunan sikapnya.
Terutama sekali sepasang mata Enci Cian yang jeli
dengan alis mata yang lentik, membuat siapa saja yang
memandangnya merasa amat nyaman-
Sorak sorai serombongan anak dusun dengan cepat
membuat pemuda berbaju biru itu mendusin kembali dari
lamunannya.
Ia lantas mendongakkan kepalanya ke depan, dijumpai
nya serombongan anak sebaya dengan usianya sedang
berteriak, bersorak dan menggoyang-goyangkan tangannya
di dalam hutan bambu..
Rasa ingin tahu dan dorongan sifat ke kanak-kanakannya
membuat pemuda itu berjalan, menuju ke hutan tanpa
terasa.
Tapi baru berapa langkah kembali dia menjadi ragu,
karena pesan dari Bibi Wan kembali mendengung di sisi
telinganya.
http://kangzusi.com/
".langsung pulanglah ke rumah, jangan berhenti di
tengah jalan lagi.."
Maka dia hanya melirik sekejap ke arah hutan bambu,
kemudian melanjutkan kembali perjalanannya
Dia masih ingat, setelah melewati dusun nelayan itu, dia
harus menelusuri sebuah jalan setapak di arah barat laut
sana.
Mendadak terdengar suara bentakan gusar menggema di
dalam hutan, diikuti anak-anak dusun yang sedang bersorak
sorai itu membuyarkan diri ke mana-mana.
Tak tahan pemuda berbaju biru itu segera berpaling,
dengan cepat ia menjumpai. seorang anak lelaki berkulit
hitam dan berbaju hitam, berusia paling banyak empat belas
tahun terlempar ke luar dari balik hutan bambu.
Menyusul kemudian muncul tiga orang anak dusun yang
berperawakan lebih besar dari anak berkulit hitam itu
dengan mata melotot, mereka menyusul ke luar sambil
mengepalkan tinjunya.
Dasar pemuda berbaju biru ini memang berjiwa
pendekar, hawa amarahnya segera berkobar sesudah
menyaksikan kejadian itu, dia lupa dengan pesan bibi Wan,
dengan suara lantang bentaknya:
"Cepat berhenti, masa kalian bertiga mengerubuti satu
orang? Huuh, tak tahu malu."
Sambil membentak, ia turut menubruk ke muka.
Serentak empat orang anak yang sedang berkelahi segera
berhenti saling memukul, sedang anak-anak nakal yang
berada di sekitar hutan bambupun sama-sama mengalihkan
sorot mata mereka yang terkejut ke arah pemuda baju biru
itu.
http://kangzusi.com/
Menanti pemuda berbaju biru itu semakin mendekat, ia
baru merasa kalau keadaan agak kurang beres, sebab empat
orang anak yang berkelahi tadi kecuali seorang anak
bertubuh agak besar yang sedang melotot gusar ke arahnya,
tiga orang yang lain telah berdiri berjajar sambil tertawa.
Tergerak hati pemuda baju biru itu dan ia segera
menahan gerak terjangannya.
"Aaah, jangan-jangan mereka sedang bermain-main?"
demikian dia lantas berpikir.
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
anak yang melotot gusar telah maju menghampirinya
dengan sepasang kepalannya dikepalkan kencang-kencang.
Pemuda berbaju biru itu sangat menyesal, ia merasa
tidak seharusnya mencampuri urusan orang lain, tapi
hatinya mendongkol juga setelah melihat tampang anak
desa yang jumawa itu.
Setibanya satu kaki di hadapannya, anak dusun itu
melotot gusar ke arah pemuda berbaju biru itu. kemudian
tegurnya dengan suara dalam:
"Hei, kau datang dari mana? Mau ikut-ikutan yaa?"
Pemuda berbaju biru itu berdiri tenang, tapi melihat
sepasang kaki lawan bersikap dalam bentuk kuda-kuda,
sepasang tinjunya dikepal kencang-kencang, jelas ia
bermaksud hendak berkelahi, amarahnya makin berkobar.
Ia mencoba berpaling ke arah bocah dusun yang lain,
dua orang anak yang terlibat dalam perkelahian tadi,
seorang anak berbadan gemuk seperti babi kecil, dan
seorang anak kurus seperti monyet sedang tertawa haha hihi
sambil berbisik-bisik dengan anak berkulit hitam itu.
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih mengamati anak-anak itu, si anak
dusun yang menantangnya telah membentak keras:
"Hai, aku bertanya kepadamu datang dari mana,
mengapa kau tidak menjawab?"
Pemuda berbaju biru itu menjawab dengan hati
mendongkol.
"Aku datang dari mana, apa urusannya denganmu?"
Didamprat dengan pedas, anak dusun itu jadi terbelalak
dengan wajah merah padam.
Sedang anak-anak dusun lainnya yang berada di sekitar
hutan segera tertawa terbahak-bahak mentertawakannya.
Salah seorang di antaranya, seorang anak berbaju robek
segera mengejek ke arah anak dusun itu.
"Hmm, Thio Toa-keng, biasanya kau cuma berani
menganiaya kami, coba rasain hari ini”
Dengan gemas Thio Toa-keng melotot sekejap ke arah
anak berbaju robek itu, kemudian kepada si pemuda berbaju
biru teriaknya lagi:
"Kalau memang tak ada sangkut pautnya, mengapa pula
kau datang mengacau permainan kami?"
Agak memerah juga wajah si pemuda baju biru itu. tapi
ia berteriak pula dengan mendongkol:
"Belum pernah kujumpai orang yang tak tahu aturan
seperti kau. " Kemudian setelah melotot sinis ke arah Thio
Toa-keng, dia membalikkan badan siap akan pergi.
Karena dia teringat lagi dengan pesan Bibi Wan nya,
maka ia tak berani berada terlalu lama di situ.
http://kangzusi.com/
Suatu bentakan keras tiba-tiba menggema memecahkan
kesunyian itu, angin menderu-deru dan sesosok bayangan
manusia telah menghadang di depan lelaki berbaju biru itu.
Dengan perasaan gusar pemuda berbaju biru itu mundur
ke belakang, belum sempat ia menegur, anak-anak dusun
lainnya telah bersorak sorai.
"Hoooree- hooooree- Enci Soat telah datang, Enci Soat
telah datang- “
Serta merta pemuda berbaju biru itu berpaling, dia
saksikan sesosok bayangan merah berkelebat lewat dari
balik hutan bambu, lalu di depan kawanan anak dusun itu
telah berdiri seorang anak perempuan berbaju merah darah
yang menyoren pedang pendek.
Anak perempuan berbaju merah itu berumur empat lima
belas tahun, mukanya yang putih berbentuk potongan
kwaci, matanya jeli dan besar, hidungnya mancung,
bibirnya tipis, di atas rambutnya yang panjang tampak
sebuah pita berbentuk kupu-kupu.
Sarung pedang di punggungnya berwarna merah
menyala, sepatunya juga berwarna merah dengan sepasang
bola merah di ujung sepatu tersebut.
Dengan kening berkerut dan bertolak pinggang, nona
cilik itu sedang mengawasi si pemuda berbaju biru dengan
sorot mata tajam.
Pemuda baju biru itupun sedang menatap ke arahnya,
dia hanya merasa dari balik hutan bambu muncul sebuah
bola api dan tahu-tahu di depan matanya telah bertambah
dengan seorang gadis baju merah yang kelihatan binal dan
sukar dihadapi.
"Lebih baik aku cepat-cepat meninggalkan tempat ini”
demikian ia berpikir.
http://kangzusi.com/
Tapi baru saja ingatan itu sempat melintas dalam
benaknya. dari arah belakang telah terdengar suara
bentakan lagi.
"Siauya sedang mengajakmu berbicara, mengapa kau
tidak menggubris-?"
Begitu selesai membentak. angin tajam sudah
menyambar ke punggungnya. Dengan cekatan pemuda
berbaju biru itu berpaling, ia saksikan Thio Toa-keng
sedang mengayunkan tinjunya sambil melotot marah.
Pemuda berbaju biru tertawa dingin, ia segera miringkan
badannya ke samping sambil menjatuhkan diri, lalu secepat
kilat dia cengkeram pergelangan tangan Toa-keng.
Kawanan anak dusun di sekitar hutan bambu menjerit
kaget hampir bersamaan waktunya dengan ditangkapnya
pergelangan tangan Thio Toa-keng oleh bocah itu.
Thio Ji keng yang gemuk seperti babi kecil segera
melotot gusar melihat kakaknya ditangkap orang bentaknya
keras-keras.
"Cepat lepas tangan . . . . "
Di tengah bentakan keras tubuhnya menubruk ke depan,
kepalannya langsung di ayunkan ke muka memukul kepala
pemuda berbaju biru itu keras-keras.
Dengan kening berkerut pemuda berbaju biru itu
mendengus gusar, tangan kanannya yang menggenggam
tangan Thio Toa-keng segera digetarkan keras-keras . . .
"Duuk, duuk, duuk . . . " di tengah suara langkah kaki
yang mundur ke belakang Thio Toa-keng merintih sambil
meringis menahan kesakitan, sementara sepasang
tangannya diayunkan kesana ke mari berusaha untuk
menjaga keseimbangan badannya.
http://kangzusi.com/
Angin berhembus lewat, kepalan kecil dari Thio Ji-keng
si anak berbadan gemuk seperti babi telah meluncur datang.
Pemuda berbaju biru itu tidak gugup atau panik, dia
segera merendahkan kepala sambil membuang bahu ke
samping, lalu sambil maju ke depan dia bacok pergelangan
tangan kanan Thio Ji-keng yang bulat gemuk dengan jurus
Si gou huang gwat ( badak melihat rembulan).
Pada saat itulah . .
"Duuk. . . ! diiringi dengusan kesakitan.
Thio Toa-keng yang terlempar mundur tak sanggup
menjaga keseimbangan badannya lagi, ia terjatuh ke tanah
lalu roboh terlentang dengan gaya empat kaki menghadap
atas.
Suara bentakan gusar dan jeritan kaget kembali bergema,
pergelangan tangan kanan Thio Ji keng telah terpapas telak
oleh bacokan bocah berbaju biru itu, sambil menahan
kesakitan Thio Ji keng yang gemuk segera menerjang maju
lebih ke depan.
Dengan cekatan anak berbaju biru itu membalikkan
badannya lalu melayang dua kaki ke samping.
"Blaammm!" lantaran tenaga terjangan Thio Ji-keng
kelewat besar dan ia tak sang-gup menahan tubuhnya, tak
ampun tubuhnya terjerembab ke tanah dengan gaya
"harimau lapar menubruk domba."
Suasana di seluruh arena menjadi sepi, tiada orang yang
bersorak sorai lagi, semua anak dusun itu berdiri terbelalak
dengan wajah ketakutan, mereka bersama sama mengawasi
pemuda berbaju biru itu dengan sorot mata terperanjat.
http://kangzusi.com/
Thio Sam keng yang kurus seperti monyet berdiri bodoh.
sedang si jaliteng berdiri dengan mata melotot ke luar,
diapun ter-perana dibuatnya.
Hanya si nona cilik berbaju merah yang masih berdiri
sambil bertolak pinggang, sekulum senyuman acuh
menghiasi bibirnya, sedang sorot mata yang dingin
mengawasi pemuda berbaju biru itu tanpa berkedip.
Agaknya Thio Toa-keng tahu kalau telah bertemu
dengan "musuh tangguh". tanpa berbicara dia segera
merangkak bangun, lalu sambil meraba pantatnya yang
sakit dia menghampiri Thio Ji keng dan menarik bangun
adiknya dari tanah.
Tiba-tiba pemuda berbaju biru itu menyaksikan matahari
telah condong ke barat dengan wajah gelisah dia lantas
membalikkan badan dan berlalu dari situ dengan langkah
lebar.
"Berhenti!" Nona cilik berbaju merah itu membentak
keras.
Sekali lagi pemuda berbaju biru itu merasa jengkel
setelah mendengar bentakan yang dingin dan bernada
memerintah itu, dia segera berhenti dan menengok ke arah
si nona . . . .
Tampak olehnya nona cilik berbaju merah itu berdiri
dengan wajah tanpa emosi, matanya yang jeli menatap
dingin ke arahnya, sikap maupun lagaknya amat angkuh
dan jumawa.
Dasar dalam hatinya sudah mangkel, melihat tampang
seperti itu lagi, ibaratnya api bertemu bensin, kontan saja
hawa amarah pemuda yang berbaju biru itu membara.
http://kangzusi.com/
Tapi dia kuatir ayahnya marah karena dia pulang
terlambat, maka sambil menahan sa-bar katanya dengan
suara dalam:
"Ada urusan apa kau memanggilku?"
Nona kecil berbaju merah itu melengos ke arah lain,
sekejappun ia tidak memandang ke arahnya, kepada si anak
berkulit hitam, pekat itu serunya dengan nada memerintah:
"Adik Gou, kau coba kekuatannya!"
Begitu nona cilik itu berseru, kawanan anak dusun di
sekitar sana segera bersorak sorai, seolah-olah sedang
memberi duku-ngan kepada si hitam tersebut:
"Thio Toa-keng, Ji-keng dan Sam-keng juga tertawa
senang sorot mata mereka me-man-carkan sinar harapan,
mereka berharap si hitam bisa menghajar pemuda berbaju
biru itu sampai babak belur, atau paling tidak bisa
membalaskan sakit hati mereka.
Anak hitam itu mengencangkan dulu ikat pinggangnya,
lalu setelah menatap sekejap ke arah lawannya dengan
sepasang biji mata yang hitam pekat, ia maju ke muka
dengan langkah lebar.
Sementara itu, si pemuda berbaju biru itu sudah melihat
awan gelap di langit sebelah barat-daya, hatinya semakin
gelisah, sebab dia tahu awan mendung telah menyelimuti
langit yang makin gelap.
Dengan langkah tegap anak berkulit hitam itu telah tiba
di hadapannya, mula-mula dia menjura lebih dulu,
kemudian dengan bibirnya yang merah dia menegur:
"Saudara, tolong tanya siapa namamu? Aku Wu Thi-gou
mendapat perintah dari enci Soat untuk mencoba berapa
jurus ilmu silatmu."
http://kangzusi.com/
Meski dalam hati pemuda berbaju biru itu merasa gelisah
dan tak sabar, tapi dia tahu jika hari ini tidak unjuk gigi dan
menentukan menang kalah, jangan harap dia bisa
meninggalkan tempat itu.
Maka ketika dilihatnya si anak berkulit hitam Wu Thi-
gou bersikap sopan dan nampaknya seperti berpendidikan,
mungkin murid seorang jago kenamaan, diapun balas
memberi hormat.
Sekalipun kukatakan namaku belum tentu kalian tahu,
lebih baik tak usah di utarakan saja" katanya tak sabar.
Belum habis dia berkata, mendadak terdengar nona cilik
berbaju merah itu menukas dengan suara dalam:
"Sebutkan saja namamu, setelah kau ucapkan, bukankah
kami akan mengetahuinya ?"
Merah jengah selembar wajah pemuda berbaju biru itu,
dengan gusar dia melotot sekejap ke arah gadis cilik itu,
kemudian katanya kepada Wu Thi-gou:
"Aku bernama Lan See-giok, cepatlah lancarkan
seranganmu!"
Siau Thi-gou tidak sungkan lagi, sambil membentak dia
lepaskan sebuah pukulan keras.
Lan See-giok tahu bahwa si bocah hitam ini tak boleh
dianggap enteng, dengan cekatan dia berkelit ke samping,
kemudian mengayunkan telapak tangannya untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut.
Apa yang diduga ternyata benar juga. baru saja Lan See-
giok menggerakkan tubuhnya. permainan jurus serangan
Siau Thi-gou (si kerbau baja kecil) segera berubah weess.
weess! segulung angin tajam menyapu ke depan. dalam
http://kangzusi.com/
waktu singkat dia telah melancarkan lima buah serangan
dahsyat.
Untung saja Lan See-giok telah mempersiapkan diri
sebelumnya, buru-buru ia tangkis ancaman itu lalu berebut
melepaskan serangan balasan, meski begitu, ia toh kena
terdesak juga sampai mundur beberapa langkah dari posisi
semula.
Thio Toa-keng bersaudara. segera bersorak sorai
kegirangan.
Sedang anak-anak nakal lainnya ikut berteriak teriak
sambil memberi semangat kepada kedua belah pihak,
seakan akan mereka sedang menonton pertunjukan adu
jago saja.
Si Nona berbaju merah pun tampak tertawa puas, dari
balik bibirnya yang kecil mungil terlihat dua baris giginya
yang putih bersih.
Agak memerah paras muka Lan See-giok karena kena
didesak mundur, amarahnya segera berkobar, permainan
jurus pukulannya pun berubah, sekarang dia mulai unjuk
gigi, sambil menyerbu ke depan . . . Sreeet! Sreeet! Sreeet
Secara beruntun dia lancarkan tiga buah pukulan berantai
yang maha dahsyat.
Siau Gou - cu segera merasakan empat penjuru sekeliling
tubuhnya diliputi oleh bayangan telapak tangan yang
membukit, dengan susah payah dia harus menangkis kesana
ke mari berusaha untuk meloloskan diri dari ancaman, tak
ampun dia menjadi kelabakan setengah mati.
Sekarang Thio Toa-keng bertiga tak bisa berteriak lagi,
kawanan anak nakal di sekitar arenapun berhenti berteriak,
sedang senyuman yang menghiasi ujung bibir si nona kecil
berbaju merahpun turut menjadi lenyap.
http://kangzusi.com/
Seluruh arena menjadi hening, semua orang mengawasi
Siau Gou cu dengan mata terbelalak dan perasaan kuatir,
mereka kuatir kalau sampai si hitam kecil itu di kalahkan.
Pertarungan makin lama berkobar makin seru, baik Lan
See-giok maupun Siau Thi-gou sama-sama tak mau
mengalah, kedua belah pihak mengerahkan segenap
kepandaian silat yang dimilikinya untuk kemenangan.
Matahari semakin condong ke barat, senja pun telah
menjelang tiba, angin yang berhembus kencang membawa
kelembaban udara, tampaknya hujan sudah hampir turun.
Lan See-giok bertambah gelisah setelah menyaksikan
keadaan itu, jurus serangan yang dilancarkan makin lama
semakin kalut, untung saja ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya jauh lebih hebat dari pada Siau Thi-gou,
sehingga beberapa kali dia berhasil menghindarkan diri dari
ancaman bahaya.
Mendadak terdengar seseorang membentak merdu:
"Adik Gou, mundur!"
Siau Thi-gou segera melancarkan tiga buah serangan
berantai untuk mendesak mundur lawannya, kemudian
menggunakan kesempatan itu tubuhnya melompat mundur
sejauh satu kaki lebih dari posisi semu-la.
Lan See-giok segera mendongakkan kepalanya, dia
saksikan si nona cilik berbaju merah itu sedang berjalan
mendekat dengan sikap yang sangat angkuh.
Tampaknya kegagalan Siau Thi-gou untuk merobohkan
Lan See-giok membuat nona cilik berbaju merah itu segera
tampil sendiri untuk menghabisi lawannya.
Setelah berada di hadapan Lan See-giok, dengan angkuh
nona berbaju merah itu berkata:
http://kangzusi.com/
"Aku bernama Si Cay-soat, tampaknya lebih kecil dua
tahun darimu, tapi kami sudah bergilir mengerubuti dirimu,
rasanya sekalipun memang juga tidak gagah, maka
sekarang aku hendak menetapkan tiga puluh gebrakan saja,
menang atau kalah kita selesaikan dalam batas waktu
tersebut”
Lan See-giok sudah habis kesabarannya sedari tadi, maka
sahutnya. dengan cepat:
"Bagus sekali, silahkan kau segera lancarkan serangan!"
Si Cay-soat tidak sungkan lagi, dia segera melompat ke
depan sambil mengayunkan te-lapak tangannya
menghantam wajah anak lelaki itu.
Paras muka Lan See-giok berubah hebat, buru-buru dia
memiringkan badannya sambil menghindar.
Bentakan nyaring kembali berkumandang, bayangan
merah berkelebat lewat, bagaikan bayangan setan saja Si
Cay-coat telah memburu ke depan, telapak tangannya
langsung menghantam pinggang lawan.
Lan See-giok menjadi sangat terkejut, peluh dingin jatuh
bercucuran, dia baru merasa kalau kepandaian silat nona
cilik ini berapa kali lipat lebih dahsyat dari pada si anak
hitam tadi.
Serta merta dia menjejakkan ujung kakinya ke tanah dan
melejit satu kaki dari posisi semula, nyaris dia termakan
serangan tersebut, menyusul kemudian sambil membentak
keras, dia mengayunkan kembali telapak tangannya
melancarkan serangan balasan.
Tiba-tiba dari arah tanggul berkumandang suara gelak
tertawa orang serta suara pembicaraan gadis-gadis nelayan
yang sedang pulang ke rumah.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok yang mendengar hiruk pikuk itu bertambah
panik, dia lihat awan mendung sudah makin menyelimuti
ang-kasa.
Si Cay-soat ternyata cukup cerdas, dari kegelisahan di
wajah orang, dia lantas tahu kalau anak inipun buru-buru
ingin pulang ke rumah.
Maka menggunakan kesempatan dikala pikirannya
bercabang, dengan cepat tubuhnya berkelebat ke muka, jari
tangan kanan nya langsung menusuk ke atas jalan darah
dipinggang anak itu.
Lan See-giok amat terperanjat, dia ingin menghindar tapi
tak sempat lagi, tahu-tahu jari tangannya sudah mengancam
di depan mata,
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya, dengan
jurus Hud liu ti hoa (menyapu liu memetik bunga), telapak
kanannya segera membacok ke bawah keras-keras.
Si Cay-soat segera tersenyum, jari tangannya dengan
cepat menotok di atas jalan darah siau-yau-hiat di tubuh
Lan See-giok.
Akan tetapi Lan See-giok tidak merasa apa-apa, telapak
tangan kanannya masih melanjutkan bacokannya
menghajar pergelangan tangan lawan.
Si Cay-soat amat terkejut, pucat pias paras mukanya,
Sambil menjerit cepat-cepat dia melompat mundur sejauh
dua kaki dari tempat semula.
Sayang, walaupun dia sudah berkelit dengan gerakan
cepat, toh kelima jari tangan kanannya kena tersambar juga
oleh angin pukulan yang dilancarkan Lan See-giok, kontan
dia merasa kesakitan setengah mati.
http://kangzusi.com/
Menanti dia berpaling ke arah lawannya, waktu itu Lan
See-giok sudah membalikkan badannya dan kabur menuju
ke utara dusun dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya.
Thio Toa-keng dan Siau Thi-gou. segera membentak
keras, mereka melompat ke muka siap melakukan
pengejaran.
"Kembali . . . " Si Cay-soat segera membentak keras.
Thio Toa-keng dan Siau Thi-gou membatalkan
langkahnya dan berpaling ke arah nona cilik itu dengan
sinar mata keheranan.
Si Cay-soat berkerut kening, bisiknya kemudian dengan
wajah agak bingung dan kosong :
"Dia yang menang!"
Sambil berkata, sepasang matanya yang bulat besar
segera dialihkan ke arah bayangan punggung Lan See-giok
yang menjauh dengan pandangan aneh.
Sampai sekarang dia masih saja tidak habis mengerti,
mengapa totokan jalan darahnya yang bersarang telak tadi
bisa tidak bermanfaat apa-apa?
Bayangan tubuh Lan See-giok sudah lenyap di luar
dusun sana, tapi dalam hati kecil Si Cay-soat masih tertera
jelas bayangan tubuhnya.
Setelah meninggalkan perkampungan nelayan itu Lan
See-giok merasa menyesal sekali karena kelancangannya
mencampuri urusan orang, dia berpikir, saat itu ayahnya
pasti sudah menunggu dengan tak sabar di luar hutan.
Menelusuri jalanan yang kecil, dia berpikir terus ke hal-
hal yang beraneka ragam- hatinya makin gelisah dan dia
ingin cepat-cepat sampai di rumah,
http://kangzusi.com/
Setelah habis menelusuri tanah persawahan, dia berjalan
menembusi semak belukar yang lebat dan akhirnya
menembusi hutan belantara yang lebat sekali.
Baru satu li dia berjalan menembusi hutan, seluruh
angkasa telah berubah menjadi gelap gulita, angin malam
berhembus kencang dan membawa udara yang dingin.
Titik-titik cahaya api berkedip di balik hutan yang gelap,
sebentar bergerak mendekat sebentar lalu bergerak menjauh
cahaya api itu menambah suasana seram di sekitar sana.
Lan See-giok tahu kalau sinar titik api itu bernama api
setan, konon merupakan setan- setan yang berjalan ke luar
dari dalam kuburan untuk mencari sukma-sukma yang lain
Tapi Lan See-giok tidak takut, dia percaya ayahnya pasti
sudah menanti di ujung hutan sana, menanti
kedatangannya.
Maka dia segera mempercepat perjalanan nya
menembusi hutan tersebut . . .
Tak lama kemudian ia sudah sampai di ujung hutan, tapi
. . di mana ayahnya? Ia tidak menjumpai bayangan tubuh
ayahnya berada di situ.
Dia segera berhenti, ternyata tempat yang dituju
memang tak salah, ayahnya telah berkata dengan jelas, dia
akan menunggunya di bawah pohon besar ini.
Mungkinkah ayahnya tertidur di atas pohon?
Berpikir demikian dia lantas mendehem-dehem, tapi
kecuali bunyi jengkerik dan binatang kecil lainnya, tidak
terdengar suara jawaban ayahnya.
Dengan cepat dia mendongakkan kepala nya dan
memandang ke arah depan, hutan belantara tampak sangat
gelap, api setan berkedip-kedip dan bergoyang ke sana ke
http://kangzusi.com/
mari terhembus angin, dia seolah-olah menyaksikan api
setan itu makin lama makin membesar dan akhirnya
lambat-lambat seperti nampak munculnya sesosok
bayangan setan.
Lan See-giok mulai ketakutan, dia segera berpikir:
"Mengapa ayah tidak menjemputku?"
Dia tahu dari sini sampai di kuburan kuno itu masih
cukup jauh, dia harus melewati dua buah tebing tinggi, tiga
buah tanah pekuburan dan sebuah sungai seluas satu kaki.
Dia tidak takut ular beracun atau babi hutan, tapi dia
takut dengan jeritan burung hantu, suaranya yang
menggetarkan sukma cukup mendirikan bulu roma
siapapun yang mendengarnya.
Teringat jeritan burung hantu, bulu kuduk Lan See-giok
segera pada berdiri, dalam keadaan begini betapa besarnya
dia berharap ayahnya bisa datang menjemputnya.
la maju beberapa langkah lagi ke depan, semak belukar
sudah setinggi lutut, tak jauh di balik hutan sana adalah
sebuah tanah pekuburan yang sudah porak poranda
keadaannya.
Hampir sebagian besar kuburan di situ sudah hancur,
batu nisan berserakan. peti mati pada merekah, bahkan
tulang belulang manusia yang tak terurus tergeletak di sana
sini menimbulkan cahaya api setan yang menggidikkan
hati..
Walaupun sejak kecil Lan See-giok telah belajar silat,
bagaimanapun juga dia hanya seorang anak berusia lima
enam belas tahun, sewaktu kecil dulu dia sering mendengar
ibunya bercerita tentang setan.
http://kangzusi.com/
Membayangkan kembali cerita setan yang pernah
didengarnya dulu, anak itu semakin ketakutan, tanpa terasa
dia berteriak keras.
"Ayah, anak Giok telah pulang!"
Suasana amat hening, kecuali beberapa ekor ayam alas
yang berlarian karena kaget, tak nampak sesosok bayangan
manusiapun yang muncul di sana.
Lan See-giok sangat kecewa, dia tahu dalam keadaan
begini dia harus pulang sendiri ke kuburan kuno.
Maka setelah menghimpun tenaganya dan memusatkan
pikiran, dia segera mengerah kan ilmu meringankan
tubuhnya bergerak menuju ke depan.
Setelah melewati tanah pekuburan yang terbengkalai itu,
keadaan mega semakin meninggi, hutan semakin rapat dan
suasana pun semakin gelap gulita ..
Sepanjang perjalanan, Lan See-giok menyaksikan
burung-burung beterbangan karena takut, dua tiga babi
hutan mengejar dengan kencang, diapun menyaksikan ular-
ular beracun dengan sorot matanya yang buas muncul dari
balik tulang kerangka manusia atau peti mati yang
berserakan..
Tapi anak itu tidak mengambil perduli, dia berlarian
terus dengan kencangnya menuju ke tempat tujuan.
Beberapa saat kemudian ia telah melewati dua buah
tebing dan sebuah sungai kecil, di depan sana terbentang
hutan pohon siong, di dalam hutan itulah terletak kuburan
kuno tempat tinggal ayahnya.
Selama ini Lan See-giok selalu tidak habis mengerti apa
sebabnya ayahnya pindah ke dalam kuburan kuno itu,
berapa tahun setelah pindah ke sana, ibunya meninggal
http://kangzusi.com/
dunia, sejak saat itulah ayahnya menjadi seorang yang
pemurung.
Beberapa kali dia menyaksikan ayahnya duduk tepekur
sambil bermuram durja, adakala ayahnya menjadi
berangasan dan suka marah-marah, tapi ada kalanya pula
dia nampak amat gelisah dan tidak tenang . . .
Lan See-giok tahu kalau ayahnya pasti mempunyai suatu
rahasia besar yang tak ingin diketahui orang lain, diapun
menduga ibunya pasti mati karena merasa murung dan
sedih karena persoalan ini.
Dia ingin sekali mengetahui rahasia tersebut, dia bersedia
membantu ayahnya untuk memikirkan persoalan itu, tapi
dia tak berani bertanya, diapun tahu sekalipun di tanyakan,
belum tentu ayahnya bersedia menjawab.
Mendadak dari atas pohon tak jauh di hadapannya sana,
terdengar bunyi burung hantu yang memekakkan telinga.
Lan See-giok merasakan bulu kuduknya pada bangun
berdiri, dengan cepat dia mendongakkan kepalanya ke
depan, ternyata dia sudah berada dalam hutan siong, jarak
nya dengan kuburan kuno itu sudah tak jauh lagi. Di depan
matanya kini muncul sebuah tugu yang terbuat dari batu
hijau, di atas permukaan tugu itu tertera dua huruf yang
amat besar:
"ONG LENG."
Akhirnya sampai juga di tempat tujuan, Lan See-giok
merasa girang sekali, ia mempercepat larinya menuju ke
depan.
Setelah melewati tugu itu muncullah sebuah jalanan
beralas batu yang sangat lebar, panjangnya puluhan kaki, di
kedua belah sisi jalan besar itu berjajar patung-patung kuda,
patung kambing, patung orang dan lain sebagainya.
http://kangzusi.com/
Di ujung jalan tersebut adalah sebuah pintu bangunan
yang sudah ambruk, yang tersisa tinggal tiang-tiang
penyangganya saja. sedang bangunan itu sendiri telah porak
poranda.
Dalam bangunan yang porak poranda terdapat sebidang
tanah pekuburan yang luasnya mencapai puluhan hektar,
puluhan buah kuburan besar berserakan di sana sini. batu
bong pay berdiri kekar di depan setiap kuburan itu, tapi
tulisannya sudah buram.
Terbayang kalau sebentar lagi bakal berjumpa dengan
ayahnya, Lan See-giok merasa amat gembira, ia telah
mempersiapkan ucapannya yang pertama begitu bersua
dengan ayahnya nanti, ia hendak mengatakan bahwa kotak
kecil itu telah diserahkan kepada Bibi Wan yang anggun
tersebut.
Begitu besar keinginannya bertemu dengan ayahnya, dia
tak ingin berjalan berputar lagi, dengan suatu lompatan
cepat ia melewati tanah pekuburan itu langsung menuju ke
depan sebuah kuburan yang paling besar.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya paling hebat,
ayahnya sering memuji akan kehebatannya, sedang
kepandaian kedua yang paling ampuh adalah ilmu Gi-hiat
kang, kepandaian untuk menggeserkan tempat kedudukan
jalan darah.
Tanpa terasa ia teringat kembali pertarungannya dengan
Si Cay-soat belum lama berselang, kepandaian silat nona itu
memang sangat hebat, coba kalau dia tak pan-dai
memindahkan letak jalan darah, niscaya dia sudah
dipecundangi orang.
Sementara masih melamun, dia telah melayang turun di
depan kuburan ke depan yang menghadap ke arah timur
laut.
http://kangzusi.com/
Tiba di depan kuburan itu, ia saksikan pintu rahasianya
terbuka lebar, mungkin- ayahnya lupa untuk menutup
kembali.
Tanpa sangsi lagi Lan See-giok melompat masuk ke
dalam kuburan, menelusuri anak tangga dan berlarian
menuju ke ruang dalam.
Suasana di dalam kuburan itu gelap gulita hingga lima
jari tangan sendiri pun susah dilihat, tapi Lan See-giok
sudah banyak tahun berdiam di sini, sekalipun harus
berjalan dengan mata meram pun dia dapat mencapai
ruangan dalam.
Sesudah melewati dua tikungan, akhir nya dari dalam
ruangan bulat di depan sana nampak setitik cahaya lentera.
Lan See-giok amat gembira, dia tahu ayah-nya belum
tidur, dengan suara lantang segera teriaknya:
"Ayah, anak Giok telah kembali!"
Sambil berteriak gembira dia segera menubruk ke depan.
Tapi dengan cepat anak itu berhenti dengan wajah
tertegun, ternyata ia tidak menjumpai ayahnya berada di
sana.
Cahaya lentera memancar ke luar dari sebuah lampu
minyak di atas meja, cahaya itu amat redup sehingga
suasana di seluruh ruangan itu remang-remang dan terasa
menyeramkan.
Pembaringan di sisi dinding ruangan nampak rapi, di
atas meja besar dekat pembaringan terletak senjata gurdi
emas "Cing kim-kong-luau-jui!" - senjata andalan ayahnya.
Gurdi emas itu berujung runcing dan amat tajam, bagian
ekornya lebih kasar dan besar hingga bentuknya mirip
jarum.
http://kangzusi.com/
Senjata itu kalau lemas bentuknya seperti seutas tali, tapi
kalau sudah disaluri tenaga dalam bentuknya mirip gurdi,
tanpa tenaga dalam yang sempurna jangan harap orang bisa
memainkan senjata semacam itu.
Begitu melihat senjata gurdi emas milik ayahnya masih
tergeletak di atas meja, Lan See-giok segera tahu kalau
ayahnya tidak pergi.
Mendadak . . .
Segulung bau amisnya darah berhembus lewat dan
menusuk hidung anak itu. . .
Lan See-giok merasa sangat terkejut, dengan cepat dia
mengendusnya beberapa kali, benar juga, bau yang
menusuk hidung itu adalah bau amisnya darah segar.
Hatinya menjadi amat tercekat. tanpa terasa dia mundur
dua langkah, sementara perasaan seram menyelimuti
seluruh benaknya.
Pada saat itulah dari luar kuburan terdengar bunyi
burung hantu berpekik keras, suaranya terdengar amat
menyeramkan ..
Lan See-giok segera bergidik, bulu kuduknya pada
bangun berdiri, tanpa terasa dia berteriak dengan suara
keras:
"Ayah. . . ayah . . . ayah . . ."
Teriakan anak itu kedengaran parau dan diselingi isak
tangis yang gemetar.
Tapi, kecuali suara dengungan keras dari balik lorong
yang memantulkan suaranya, tidak terdengar suara jawaban
dari ayahnya.
Kembali terendus bau amis darah yang amat menusuk
penciuman.
http://kangzusi.com/
Sekali lagi Lan See-giok terperanjat, dia berusaha
mengumpulkan segenap kemampuannya untuk meneliti
ruangan itu.
Tiba-tiba mencorong sinar terang dari balik matanya, ia
saksikan di sebelah kiri meja batu nampak sesosok
bayangan hitam berada di sana.
Dengan suatu kecepatan kilat dia menyambar lentera di
meja dan menghampiri bayangan itu.
Di bawah cahaya lentera yang redup, ia segera
menyaksikan suatu pemandangan yang menyeramkan,
peluh dingin segera jatuh bercucuran, sukmanya serasa
melayang meninggalkan raganya.
Lan See-giok betul-betul berdiri kaku bagaikan patung,
mukanya pucat, matanya terbelalak lebar sedang mulutnya
ternganga lebar.
Sebab bayangan itu tak lain adalah tubuh ayahnya, tubuh
ayahnya yang tergelepar di atas genangan darah.
Cepat dia letakkan lentera itu ke meja, lalu sambil
menjerit dan menangis dia menubruk ke atas tubuh
ayahnya dan menangis tersedu sedu.
Seketika itu juga dalam seluruh kuburan itu dipenuhi
oleh suara isak tangis yang penuh kesedihan, keseraman
dan kengerian.
Lan See-giok menangis terus sampai air mata yang ke
luar berubah menjadi darah sambil menangis tersedu sedu,
dia mulai memeriksa jenazah ayahnya itu.
Ia saksikan ayahnya tewas dengan mata melotot mulut
ternganga, noda darah menyelimuti seluruh wajahnya,
jenggot yang putih dan rambut yang putihpun penuh
dengan darah, sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau
http://kangzusi.com/
ayahnya tewas akibat suatu gempuran tenaga pukulan
dahsyat yang menghancurkan isi perutnya.
Ditinjau dari posisi ayahnya sewaktu jatuh setelah
menyadari kehadiran musuh tak di undang, ayahnya buru-
buru menyambar senjata gurdi emas yang tergeletak di meja
sayang sebelum maksudnya tercapai, punggungnya sudah
kena dihajar lebih dulu.
Tak terlukiskan rasa sedih yang menyelimuti perasaan
Lan See-giok waktu itu melihat ayahnya mati secara begitu
mengenaskan, dia menjerit keras lalu muntah darah segar,
tubuhnya segera terkapar di atas tanah dan tak sadarkan
diri.
Isak tangis dalam kuburan itu segera terhenti, yang
tersisa hanya suara dengungan keras yang memantul ke
mana-mana.
Di luar kuburan, angin malam berhembus kencang
mengiringi suara hujan yang turun dengan deras, malam itu
benar-benar suatu malam yang amat mengenaskan.
Mendadak-
Lan See-giok yang lambat-lambat mulai sadar kembali
dari pingsannya merasa ada seseorang menotok jalan darah
Hek ci hiat nya keras-keras.
Menyusul kemudian sebuah tangan dengan gugup dan
panik menggeledah seluruh tubuhnya, orang itu seperti
sedang mencari sesuatu dari dalam saku dan bagian tubuh
lainnya-
Kejut, gusar dan takut segera menyelimuti seluruh
perasaan Lan See-giok, ia tak tahu siapakah orang itu? Tapi
ia yakin orang itu sudah pasti adalah pembunuh biadab
yang telah membunuh ayah nya.
http://kangzusi.com/
Dia ingin membalikkan badan sambil melancarkan
serangan, kalau bisa dengan suatu gerakan secepat kilat
untuk membinasakan orang yang sedang menggeledah
sakunya itu.
Tapi dia tahu, asal dia mengerahkan tenaga, pihak lawan
pasti akan menyadari akan hal itu, dengan kepandaian silat
ayahnya yang begitu lihai pun bukan tandingan lawan, bila
dia sampai melakukan suatu gerakan, bukankah tindakan
tersebut ibaratnya telur diadu dengan batu?
Maka dia bermaksud untuk mengintip dulu siapa
gerangan orang itu, asal wajahnya teringat, usaha membalas
dendam bisa dilakukan di masa mendatang.
Berpikir begitu, diam-diam ia membuka matanya dan
mencoba untuk mengintip. . .
"Blaam!" tiba-tiba orang itu menendang tubuhnya keras-
keras sampai mencelat dan terbalik.
Lan See-giok menggigit bibirnya kencang-kencang
menahan rasa sakit, merintih pun tidak.
la merangkak di tanah dan pelan-pelan membuka
matanya lalu melirik ke arah orang itu.
Kebetulan orang itu berdiri di belakang tubuhnya
sehingga di atas dinding tertera sesosok bayangan manusia
yang tinggi besar.
Lan See-giok membuka matanya lebar-lebar, dia
berharap bisa menyaksikan raut wajah orang itu dari
bayangan badannya.
Orang itu berperawakan, tinggi besar, hidungnya
mancung, kening dan dagunya sempit, jenggotnya tidak
banyak, cuma beberapa gelintir, memakai baju pendek
http://kangzusi.com/
celana panjang. dia sedang berdiri di sana seperti lagi
termenung memikirkan sesuatu.
Mendadak terdengar orang itu berguman dengan
perasaan keheranan. "Aneh, kenapa tidak ada juga?"
Walaupun Lan See-giok tak berpengalaman dalam dunia
persilatan hingga tak dapat membedakan dialek setiap
propinsi, tapi dia yakin, orang ini pasti tinggal di sekitar
telaga Huan-yang ou.
Setelah berguman, orang itu sekali lagi membungkukkan
badan dan menggeledah seluruh badan Lan See-giok ..
Tiba-tiba tangan itu berhenti menggeledah kalau dilihat
dari bayangan yang tertera di atas dinding, tampaknya
orang itu seperti memasang telinga dan memperhatikan
sesuatu.
Kemudian tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu orang itu sudah lenyap dari pandangan.
Lan See-giok tak berani bergerak, tahu orang itu belum
pergi, sebab menurut arah bergeraknya bayangan di atas
dinding, nampaknya orang itu sedang menyembunyikan
diri di sisi pembaringan.
Tapi ia tak habis mengerti mengapa orang itu
menyembunyikan diri secara tiba-tiba ?
Pada saat itulah terdengar suara ujung baju terhembus
angin berkumandang datang dari arah mulut lorong rahasia:
Lan See-giok terperanjat, dia tahu kembali ada jago lihay
berkunjung ke situ, bersamaan itu pula dia lantas paham
kenapa orang itu secara tiba-tiba menyembunyikan diri ke
belakang pembaringan.
Tapi setelah dipikir lebih lanjut, sekali lagi hatinya
merasa bergetar keras, syukur dia tidak jadi melancarkan
http://kangzusi.com/
serangan gelap terhadap orang itu, sebab menurut perasaan
nya, kesempurnaan tenaga dalam yang di miliki orang ini
benar-benar luar biasa.
Sementara itu suara ujung baju yang terhembus angin
kedengaran semakin jelas, bahkan ada kalanya diiringi pula
suara benda berat yang menyentuh lantai.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, kemudian
terdengar seseorang tertawa terbahak-bahak.
Lan See-giok yang tertelungkup di tanah merasa
telinganya sakit sekali oleh getaran suara tertawa yang
memekikkan te1inga itu, darah segar dalam rongga dadanya
serasa bergelora keras, hampir saja dia mengeluarkan suara.
Terdengar pendatang itu menghentikan suara
tertawanya, kemudian tanpa perasaan takut barang
sedikitpun jua, dia berseru lantang:
"Lan Khong-tay wahai Lan Khong-tay, sungguh tak
disangka Kim cui gin tan (gurdi emas peluru perak) Lan
tayhiap juga akan mengalami nasib seperti hari ini, hmmm
.. bayangkan saja betapa gagahmu dimasa lalu, tapi.. haaah.
haaah. sekalipun mempunyai barang itu, apalah gunanya?"
Selesai berkata, kembali dia tertawa terbahak-bahak,
menyusul kemudian terdengar suara ketukan keras bergema
semakin dekat.
Lan See-giok tahu, pendatang adalah seseorang yang
kenal dengan ayahnya, bahkan mempunyai ikatan dendam
dengan ayahnya.
Sementara dia masih termenung, orang itu sudah tiba di
depan jenazah ayahnya, suara ketukan keras yang bergema
kian bertambah keras, bahkan terasa pula getaran keras
yang menggetarkan sukma.
http://kangzusi.com/
Kini Lan See-giok tidak merasa takut, karena dalam
hatinya penuh diliputi kobaran api dendam yang membara,
dia hanya ingin tahu siapakah pembunuh ayahnya.
Ia merasa perlu untuk memperhatikan wajah orang ini,
siapa tahu dari orang ini di kemudian hari dia bisa
menyelidiki siapa gerangan orang berjenggot yang
berhidung mancung itu?
Baru saja Lan See-giok akan membuka matanya, orang
itu sudah berjalan ke arah-nya, maka cepat-cepat dia
memejamkan matanya kembali, meski demikian ia sempat
melihat kaki kiri orang itu sudah kutung, sedang di bawah
ketiaknya terdapat sebuah tongkat besi yang amat berat
menyanggah tubuhnya.
Kalau diamati dari suara tertawa serta nada pembicaraan
orang itu, bisa diperkirakan kalau usianya di atas empat
puluh tahunan.
Setibanya di sisi tubuh Lan See-giok, orang itu mulai
menyentuh badannya dengan ujung tongkat besi itu meski
maksudnya untuk menggeledah namun hal itu dilakukan
tidak serius.
Karena pendatang itu sudah menduga bahwa pembunuh
yang telah membinasakan si Gurdi emas peluru perak Lan
Khong-tay tentu sudah menggeledah pula tubuh bocah itu,
maka ia tidak menganggap serius akan hal itu.
Lan See-giok yang tubuhnya ditusuk-tusuk oleh toya besi
itu merasakan sekujur badannya kesakitan, tapi dia
menggertak gigi sambil menahan diri, dalam hati dia
bersumpah, suatu ketika sakit hati ini pasti akan dituntut
balas.
http://kangzusi.com/
Mendadak orang itu menghentikan perbuatannya,
kemudian sambil mendongakkan kepala dia membentak
keras, "Siapa di situ?"
Di tengah bentakan tersebut, bayangan manusia nampak
berkelebat lewat, tahu-tahu orang itu sudah lenyap dari
pandangan.
Lan See-giok merasa telinganya kembali mendengung
keras oleh suara bentakan lawan yang memekikkan telinga,
saking kagetnya dia sampai bergidik dan lupa kalau dia
sedang berlagak seakan akan tertotok jalan darahnya, buru-
buru dia membalikkan badan sambil berpaling-
Tampak olehnya di balik lorong di samping
pembaringannya sana terdapat dua sosok bayangan
manusia sedang berkelebat saling mengejar.
Lan See-giok tahu bahwa orang yang berada di depan
adalah orang yang telah membinasakan ayahnya, sedang
yang berada di belakang adalah orang yang berkaki
buntung.
Sebelum dia sempat berbuat sesuatu, orang yang berkaki
buntung telah membentak lagi dengan suara keras:
"Sobat, sebelum meninggalkan barang itu, jangan harap
kau bisa kabur dari sini?"
Ditengah bentakan, dia mengayunkan tongkat besinya
sambil menghantam tubuh orang itu.
Orang yang berada di depan tidak mengeluarkan suara
berang sedikitpun juga, dia masih berlarian terus ke depan,
hanya secara tiba-tiba tangan kanannya diayunkan ke
belakang..
http://kangzusi.com/
Serentetan cahaya tajam bagaikan anak panah yang
terlepas dari busurnya segera meluncur ke arah orang yang
berkaki buntung.
Segera itu juga orang yang berkaki buntung itu tertawa
terbahak-bahak, tongkat bajanya di angkat ke atas dan..
"traaang!" terdengar suara benturan keras yang disertai
percikan bunga api tersebar dalam lorong gelap tersebut.
Kemudian terdengar pula suara senjata rahasia yang
bergelinding ke sisi lorong, sementara kedua sosok
bayangan manusia itu-pun lenyap dari pandangan mata.
Dengan cepat Lan See-giok melompat bangun, dia
merasakan sekujur badannya linu dan sakit, tapi sambil
menahan rasa sakit dia mengejar ke luar, dia berharap
dengan mengandalkan kehapalannya dengan daerah di
sekitar tempat itu, dia sempat menyaksikan paras muka
yang sebenarnya dari pembunuh keji tersebut.
Siapa tahu belum sempat dia melangkah ke depan
mendadak dari luar kuburan telah terdengar suara si
pincang sedang mencaci maki dengan penuh kegusaran.
"Anak jadah. anak bangsat peliharaan anjing, kau
anggap barang itu dapat kau telan seorang diri? Tidak
begitu mudah, sekalipun kau kabur ke ujung langit, locu
akan mengejarnya sampai dapat!"
Lan See-giok tahu kedua orang itu sudah pergi amat jauh
sekalipun hendak dikejar juga tak ada gunanya.
Maka dia berjalan kembali ke samping jenazah ayahnya
yang terkapar ditengah genangan darah, kemudian sambil
berlutut dan menangis tersedu sedu, katanya:
"Ayah- sungguh kasihan kau- tahukah kau anak Giok
telah pulang- tahukah kau anak Giok telah menyelesaikan
http://kangzusi.com/
perintahmu dan menyerahkan kotak kecil tersebut ke pada
bibi Wan- “
Lan See-giok makin menangis semakin sedih, makin
menangis semakin tak ingin hidup.
Dia memang ingin mati, dia ingin mati bersama ayah
dan ibunya, tapi bila teringat akan dendam kesumatnya
yang lebih dalam dari samudra, dia merasa tidak
seharusnya mati sebelum sakit hati itu terbalas, dia harus
membinasakan pembunuh berhidung mancung itu sebelum
menyusul ayah dan ibunya di alam baqa.
Maka sambil memandang wajah ayahnya yang penuh
noda darah, diam-diam ia berdoa, dia berharap arwah
ayahnya di alam baqa dapat melindunginya dan membantu
nya untuk membalas dendam.
Sementara itu tengah malam sudah menjelang tiba, di
luar kuburan hanya terdengar suara rintikan hujan serta
angin malam yang menderu-deru.
Seorang diri Lan See-giok bersembunyi di dalam
kuburan, duduk di samping jenazah ayahnya dan di bawah
cahaya lentera dia membersihkan noda darah dari atas
wajah ayahnya yang pucat.
Titik-titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya.
pipi yang telah berubah menjadi merah karena dendam.
Di luar kuburan kembali terdengar suara pekikan burung
hantu yang menyeramkan, tapi dia tidak takut, dia tidak
merasa ngeri, karena dia hanya memikirkan soal dendam
kesumat.
Dia berpikir, sekalipun badan harus hancur, sekalipun
harus menjelajahi sampai ke ujung langit, pembunuh
ayahnya akan di kejar terus dan dibunuh sampai mati.
http://kangzusi.com/
ooo0dw0ooo

BAB 2
BAYANGAN IBLIS MULAI BERMUNCULAN

MALAM semakin kelam . . .


Angin berhembus semakin kencang..
Sambil melelehkan air mata, Lan See-giok masih
memperhatikan wajah kelabu ayah-nya yang sudah
membujur kaku di tanah.
Mendadak . . . terdengar suara pekikan panjang yang
memekakkan telinga berkumandang datang dari luar
kuburan.
Suara pekikan itu amat tajam dan memekakkan telinga,
membuat siapa saja yang mendengarnya merasakan bulu
kuduknya pada bangun berdiri.
Terutama sekali bagi Lan See-giok yang seorang diri
berada dalam kuburan, di bawah sinar lentera yang redup
serta didampingi jenazah ayahnya yang membujur kaku.
Tapi sikap Lan See-giok masih tetap kaku tanpa
perasaan, dia seolah-olah tidak mendengar suara pekikan
itu.
Waktu itu, hatinya sedang merasa amat pedih, karena
dia tak tahu bagaimana caranya untuk menutup kembali
sepasang mata ayahnya yang melotot besar penuh
kemarahan itu.
Pekikan seram makin lama semakin mendekat, di balik
pekikan itu penuh diliputi perasaan gelisah bercampur
gusar.
http://kangzusi.com/
Tapi Lan See-giok masih tidak berkutik, tangannya yang
kecil masih saja mengelus mata ayahnya yang melotot
besar.
Lambat laun suara pekikan aneh itu makin keras dan
menusuk pendengaran agaknya orang itu sudah tiba di luar
kuburan.
Tergerak hati Lan See-giok. . dia bertekad hendak
melihat jelas paras muka pendatang itu, tapi. ada satu hal
yang tidak dimengerti olehnya, mengapa kuburan yang
sudah banyak tahun tak pernah dikunjungi orang, tahu-tahu
kebanjiran pengunjung pada malam ini.
Benda apa pula yang dimaksudkan si pincang tadi?
Mendadak suara pekikan itu berhenti, lalu mendengar
suara ujung baju terhembus angin menggema datang.
"Sungguh cepat gerakan tubuh orang ini.." Dengan
terkejut Lan See-giok segera berpikir, "kalau dilihat dari
kecepatan gerak tubuhnya jelas dia adalah seorang jago
kelas satu dalam dunia persilatan. . ."
Belum habis dia berpikir, hembusan angin tersebut sudah
kedengaran semakin jelas.
Lan See-giok merasa makin terkejut lagi, sebab orang itu
selain sempurna dalam ilmu meringankan tubuh, juga amat
hapal dengan daerah dalam kuburan tersebut.
Buru-buru dia melompat bangun dan memandang
sekejap sekeliling tempat itu, akhirnya dia merasa di
belakang meja batu besar itu merupakan tempat
persembunyian yang baik, tanpa berpikir panjang dia segera
menerobos kedalamnya. . .
http://kangzusi.com/
Saat itulah bayangan manusia nampak berkelebat lewat,
tahu-tahu orang itu muncul di dalam ruangan dan langsung
menerjang ke depan pembaringan ayahnya.
Lan See-giok merasa tegang bercampur cemas, peluh
telah membasahi telapak tangannya, dengan perasaan gusar
bercampur berdebar dia mengintip ke luar . .
Ternyata orang itu adalah seorang lelaki berjubah hitam,
rambutnya sepanjang bahu berwarna kelabu, ia tidak
bersenjata, wajahnya juga tak nampak karena sedang
menghadap ke arah pembaringan.
Dengan perasaan gusar, gelisah dan tak tenang orang itu
nampak menggeledah seluruh pembaringan, selimut dan
bantal ayahnya.
Kemudian dengan marah dia melemparkan semua benda
itu ke atas tanah, lalu dengan gugup ia mulai meraba empat
kaki pembaringan di empat penjuru..
Tergerak hati Lan See-giok setelah menyaksikan kejadian
itu, dia merasa besar kemungkinan orang ini adalah orang
yang menotok jalan darahnya serta menggeledek seluruh
badannya tadi.
Kalau dilihat dari tindak tanduk orang itu sewaktu ke
dalam kuburan serta tingkah lakunya yang tergesa-gesa
sewaktu melakukan penggeledahan atas seluruh isi ruangan
itu, dapat diketahui orang itu belum sempat melakukan
penggeledahan setelah berhasil melaksanakan perbuatan
kejinya tadi.
Makin dipikir Lan See-giok merasa apa yang diduga
makin cocok, dia segera memutuskan kalau orang inilah
pembunuh yang telah membinasakan ayahnya.
http://kangzusi.com/
Kemarahannya segera bergelora, diam-diam hawa
murninya dihimpun ke dalam telapak tangannya, ia siap
sedia menyergap orang itu dari belakang.
Mendadak.. orang berbaju hitam itu membalikkan
badannya.
Lan See-giok tersentak kaget, peluh dingin segera
membasahi seluruh tubuhnya, sementara jantungnya
seakan akan mau melompat ke luar dari dalam rongga
dadanya.
Apa yang dilihat? Ternyata orang itu berwajah hijau
penuh dengan bekas bacokan yang dalam, gigi taringnya
nampak panjang, matanya yang tinggal sebelah melotot
besar seperti gundu. wajahnya benar-benar mengerikan
sekali.
Mata sebelah kanannya yang buta ditutup dengan
selembar kulit berwarna hitam, hal ini menambah seramnya
tampang orang ini. Setelah membalikkan badan tadi,
dengan mata tunggalnya yang tajam ia mulai memeriksa
setiap sudut ruangan yang mencurigakan, sementara
wajahnya nampak makin gelisah, peluh sebesar kacang ijo
nampak bercucuran membasahi seluruh jidatnya.
Berada dalam keadaan seperti ini, Lan See-giok tak
berani berkutik, dia kuatir si mata tunggal itu menemukan
tempat persembunyian nya.
Ia tidak takut mati, tapi dia tak ingin mati sebelum
dendam sakit hati ayahnya di balas.
Begitulah, setelah memeriksa seluruh ruangan itu,
dengan nada gemas orang bermata satu itu berguman:
"Aneh, disembunyikan di manakah barang itu..?"
http://kangzusi.com/
Begitu mendengar suara gumaman orang itu, sekali lagi
Lan See-giok merasa kebingungan, dia dapat mengenali
suara orang ini tidak sama dengan suara orang yang
menggeledah tubuhnya tadi, sebab suara orang itu parau
dan berat.
Selain itu. diapun menyaksikan perawakan orang ini
tidak sekekar orang yang menggeledah tubuhnya tadi, lagi
pula orang ini mengenaskan pakaian pendek.
Diam-diam Lan See-giok berkerut kening, ditatapnya
orang bermata satu itu lekat-lekat, sementara di hati
kecilnya dia bertanya: Siapakah orang bermata satu ini ?
Benarkah ayahnya tewas di tangan orang ini . . . . ?.
Belum habis dia berpikir, tampak olehnya orang bermata
satu itu sudah mengumbar hawa amarahnya, kakinya
terlihat diayunkan ke sana kemari, semua barang yang
berada di sekelilingnya segera beterbangan di angkasa.
Dalam waktu singkat seluruh ruangan itu dipenuhi
dengan suara hiruk pikuk serta pecahan barang yang
tersebar ke mana-mana.
Dengan penuh bernapsu, orang bermata satu itu
menyepak dan menendang hancur barang-barang itu, dia
berharap dari balik pecahan barang-barang tersebut bisa
ditemukan barang yang sedang dicari.
Tapi akhirnya ia menghela napas dengan perasaan
kecewa.
Kini sorot matanya mulai dialihkan ke atas lubang
bangunan di langit-langit kuburan, gigi taringnya yang
panjang kedengaran bergemerutuk keras, hal ini membuat
wajahnya nampak semakin mengerikan.
Lan See-giok semakin tak berani berkutik, dia merasa
hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri,
http://kangzusi.com/
tampang orang bermata satu itu betul-betul menggetarkan
hatinya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata
tunggalnya, sekilas perasaan girang menghiasi wajahnya
yang seram, dengan suatu kecepatan tinggi tiba-tiba ia
melompat ke depan meja batu itu.
Lan See-giok yang bersembunyi di belakangnya menjadi
sangat terperanjat, begitu kagetnya dia sampai jantungnya
seolah-olah terlepas.
Untung saja meja batu itu tinggi lagi besar, jaraknya
dengan dindingpun amat sempit, maka bila orang itu tidak
memeriksa dengan teliti, sulit rasanya untuk menemukan
tempat persembunyian itu.
Ternyata orang bermata satu itu tidak bermaksud untuk
menggeledah tempat itu, sebab setelah mengambil senjata
gurdi emas yang terletak di meja, ia melayang kembali ke
tempat semula.
Diam-diam Lan See-giok menghembuskan napas lega, ia
segera mengintip kembali ke luar.
Ternyata orang bermata satu itu sedang mengorek setiap
lubang angin yang berada di langit-langit kuburan dengan
senjata gurdi emas milik ayahnya.
Tapi, akhirnya orang bermata satu itu kembali menghela
napas dengan wajah kecewa, ia tidak berhasil menemukan
sesuatu dari balik lubang angin itu.
Kekecewaan yang berulang kali kontan saja membuat
orang itu bertambah marah, paras mukanya yang memang
sudah mengerikan kini berubah semakin menggidikkan hati.
"Sungguh menggemaskan?" gumamnya menahan geram.
http://kangzusi.com/
Dengan penuh perasaan mendongkol, akhirnya dia
melemparkan senjata gurdi emas yang berada di tangannya
itu ke depan keras-keras.
Sekilas cahaya emas berkelebat lewat bagaikan
serentetan cahaya bianglala, gurdi tersebut menyambar ke
arah dinding sebelah kiri.
Lan See-giok mengenali, di balik dinding itulah terletak
kamar tidurnya.
"Blaaammm!" diiringi suara nyaring senjata gurdi emas
itu menancap di atas dinding dan tembus hingga ke
belakang.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan
hati berkumandang datang dari balik ruangan tersebut.
Lan See-giok terkesiap, hampir saja ia menjerit keras
saking kagetnya. Mimpipun dia tak menyangka kalau di
dalam kamar tidurnyapun terdapat kawanan musuh yang
sedang menyembunyikan diri.
Orang bermata tunggal itu sendiri juga nampak agak
tertegun, lalu dengan wajah berubah hebat dia menerjang
masuk ke dalam ruangan sebelah.
Tak lama kemudian ia mendengar orang bermata satu itu
menjerit kaget:
"Haaah, kau?"
Suara ujung baju yang terhembus angin segera
berkumandang saling menyusul, makin lama suara itu
makin lirih dan akhirnya lenyap di luar kuburan sana.
Untuk sesaat suasana dalam kuburan kuno itu menjadi
sepi, hening, tak kedengaran sedikit suarapun.
http://kangzusi.com/
Lan See giok juga duduk termangu mangu, dia tak tahu
siapakah orang tadi? Masih hidupkah orang itu? Atau sudah
mati?
Tapi dia berharap orang itu sudah mati, karena dia
menduga orang yang bersembunyi dalam kamar sebelah
tentu sudah mendengar doanya kepada ayahnya tadi . dia
telah menyerahkan kotak kecil tersebut kepada Bibi Wan..
Sekarang, Lan See giok sudah dapat menduga,
kemungkinan besar kehadiran orang-orang tak dikenal pada
malam ini dikarenakan kotak kecil tersebut, tapi apakah isi
kotak kecil itu?
Kepergian si orang bermata satu yang tergesa-gesa tadi
membuat Lan See giok merasa amat gelisah, dia tidak
berharap orang bermata satu itu menolong orang tadi,
karena hidupnya orang itu berarti bencana besar bagi bibi
Wan.
Sekalipun mereka tak akan mengetahui nama dari bibi
Wan, tapi jika mereka mau melakukan penyelidikan dengan
seksama, tak sulit untuk menemukan tempat tinggal bibi
Wan nya.
Terbayang akan semua peristiwa tersebut, Lan See giok
merasakan peluh dingin jatuh bercucuran, ia merasa bila
kedatangan orang-orang itu benar-benar dikarenakan kotak
kecil tersebut, dia harus segera melaporkan kejadian ini
kepada bibi Wan, agar dia tahu kalau-kalau ayahnya sudah
mati.
Mendadak Lan See giok merasakan firasat tak enak, ia
merasa dalam kuburan itu seakan akan bukan cuma dia
seorang, ia seperti merasa ada sesosok tubuh manusia
sedang berjalan mendekatinya dari belakang.
http://kangzusi.com/
Tanpa sadar dia segera membalikkan kepalanya ke
belakang. . . .
Tapi baru saja kepalanya digerakkan, mendadak tampak
sesosok bayangan hitam menyambar tiba disertai segulung
angin tajam yang maha dahsyat. Lan See giok amat
terperanjat, tanpa sadar ia menjerit keras.
"Blammm-!" sebuah benda yang mempunyai daya pantul
yang amat keras tahu-tahu sudah menghajar di belakang
batok kepalanya.
Kontan Lan See giok merasakan kepalanya seperti mau
pecah. langit serasa menjadi gelap, seluruh bumi serasa
berputar, pandangan matanya menjadi gelap dan tak ampun
ia roboh tak sadarkan diri.
Sesaat sebelum jatuh pingsan, secara lamat-lamat dia
masih sempat menyaksikan orang yang berada di belakang
tubuhnya adalah seseorang yang berambut putih.
la tak bisa membedakan apakah orang itu seorang kakek
atau seorang nenek, tapi sudah pasti orang itu adalah
seseorang yang telah berusia lanjut bahkan berperawakan
tidak begitu tinggi.
la tidak merasakan tubuhnya mencium tanah, mungkin
orang yang berada di belakangnya keburu menyambar
badannya dan membaringkan ke tanah, mungkin juga ia
keburu tak sadarkan diri. . .
Entah berapa saat sudah lewat. . .
Pelan-pelan Lan See giok membuka matanya,
pandangan pertama yang sempat terlihat olehnya adalah
setitik cahaya lentera, kemudian sesosok bayangan manusia
berbaju kuning. . .
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan kelopak matanya sangat berat,
tak kuasa ia memejamkan matanya kembali, ia merasa tak
bertenaga lagi, meski hanya untuk membuka kelopak
matanya.
Tiba-tiba terdengar seseorang menegur dengan suara
yang lembut dan penuh perhatian:
"Nak, kau telah sadar ? Bagaimanakah perasaanmu
sekarang?"
Tiba-tiba Lan See-giok teringat kembali kejadian yang
belum lama menimpa dirinya, begitu mendengar teguran
tersebut, mendadak dia melompat bangun kemudian
melotot dengan mata besar, ternyata orang yang berada di
hadapannya adalah seorang kakek berambut putih.
Kemarahan yang mencekam dalam dada nya tak bisa
ditahan lagi, sambil membentak keras, tenaga dalamnya
sebesar sepuluh bagian dihimpun ke dalam tangan
kanannya, kemudian . . . "Weess!" dihantamkan ke atas
dada kakek itu keras-keras.
Menghadapi perubahan yang terjadi amat mendadak,
apa lagi dalam jarak sedemikian dekatnya, tak mungkin lagi
buat kakek itu untuk menghindarkan diri.
"Blammm!" pukulan dari Lan See giok itu secara telak
bersarang di atas dada kakek itu.
Betapa terkejutnya Lan See giok setelah melepaskan
pukulan itu, secara beruntun dia mundur sejauh dua
langkah, kepalan kanannya yang menghajar dada kakek itu
serasa menghantam di atas gumpalan kapas, ternyata
segenap kekuatannya serasa hilang lenyap tak berbekas.
Sementara itu, kakek yang berada di hadapannya telah
tertawa ramah, lalu tanya nya lembut:
http://kangzusi.com/
"Nak, kau lagi marah kepada siapa? Mengapa kau
lampiaskan kemarahanmu itu kepadaku?"
Seraya berkata dia tertawa tergelak dengan penuh
keramahan.
Buru-buru Lan See giok memusatkan pikirannya sambil
perhitungan, dia cukup tahu keterbatasan tenaga dalam
yang dimilikinya, dibandingkan dengan kemampuan lawan,
selisih tersebut ibarat langit dan bumi, diam-diam ia lantas
memperingatkan diri sendiri agar jangan bertindak secara
gegabah.
Selain itu, diapun berpendapat hanya kakek bertenaga
dalam selihai ini yang sanggup membunuh ayahnya di
dalam sekali pukulan.
Ia menggosok gosok matanya, kemudian melototi kakek
ramah di hadapannya dengan pandangan penuh kebencian.
Tampak kakek itu berambut putih, bermuka merah dan
bermata tajam tapi penuh keramahan, ia memakai jubah
berwarna kuning dan bersikap amat gagah sekali.
Lan See giok segera merasa kalau kakek ini tidak mirip
dengan orang jahat, diam-diam pikirnya.
"Orang yang menghantam kepalaku tadi berhati kejam,
tapi. . siapakah dia?"
Diamatinya kakek berambut putih itu sekali lagi,
kemudian pikirnya lebih jauh:
"Sudah pasti dia"
Tapi ia tidak habis mengerti, apa sebabnya kakek
berwajah ramah tapi berhati kejam ini tidak segera
meninggalkan tempat itu setelah menghantam pingsan
dirinya, malahan menunggu sampai ia mendusin kembali.
http://kangzusi.com/
Mendadak satu ingatan melintas kembali dalam
benaknya, dengan cepat ia menyadari apa sebabnya kakek
itu belum juga pergi.
"Yaa, sudah pasti dia ingin menanyakan tempat tinggal
Bibi Wan" demikian dia berpikir.
Maka sambil mendengus dingin, pikiran nya lebih jauh.
"Hmmm, jangan bermimpi di siang hari bolong,
sekalipun badan harus hancur tak nanti aku akan
memberitahukan hal ini kepadamu."
Sementara itu, si kakek berjubah kuning kembali tertawa
terbahak bahak setelah menyaksikan sinar mata Lan See
giok berkedip dan wajahnya berubah, berulang kali tanpa
menjawab pertanyaannya. dengan penuh perhatian kembali
dia bertanya:
"Nak, siapakah yang telah merobohkan dirimu?"
Kemarahan dalam dada Lan See giok semakin membara,
dia menganggap semakin ramah kakek itu, semakin
menaruh perhatian kepadanya, berarti semakin berbahaya
dan jahat orang itu.
Setelah mendengus marah, serunya dengan suara dingin:
"Siapakah yang menghantamku sampai roboh? Heeehhh-
heeehhh- heeehhh, mustahil kau tidak tahu!"
Tertegun si kakek berjubah kuning itu setelah mendengar
dampratan tersebut, ditatapnya Lan See giok dengan
termangu, lama-lama kemudian ia baru sadar seperti
memahami sesuatu dan segera tertawa.
"Nak!" katanya kemudian sambil mengalahkan
pembicaraan ke soal lain:
"Apakah Lan Khong tay adalah ayahmu?"
http://kangzusi.com/
Api yang berkobar dalam dada Lan See -giok sekarang
hanyalah dendam kesumat, ia sudah bertekad tak akan
melayani pembicaraan si kakek yang dianggapnya manusia
munafik ini.
Sambil tertawa dingin segera ejeknya sinis:
"Huuuh, sudah tahu pura-pura bertanya lagi, benar-
benar tak tahu malu . . . !"
Kakek berjubah kuning itu kembali berkerut kening,
kekasaran serta kekurang ajaran bocah itu sangat di luar
dugaannya.
Sedangkan Lan See giok meski tahu kalau kepandaian
silatnya tak mampu menandingi kepandaian kakek berjubah
kuning itu, tapi diapun percaya bahwa musuhnya tak nanti
akan membinasakannya meski berada dalam keadaan yang
bagaimana gusarpun.
Sebab dia menganggap kakek berjubah kuning itu ingin
mengetahui tempat tinggal Bibi Wan nya serta jejak dari
kotak kecil tersebut, karenanya bagaimanapun marahnya
lawan tak nanti ia berani bersikap kasar.
Benar juga, kakek berjubah kuning itu menghela napas
panjang, lalu berkata lagi dengan ramah:
"Nak, aku sudah mengetahui perasaanmu sekarang, aku
tahu kau mendendam kepadaku karena mengira ayahmu
mati di tanganku, aku tidak menyalahkan kau, sedang
mengenai alasan ayahmu sampai dicelakai orang, mungkin
akupun jauh lebih jelas dari pada dirimu.."
Ucapan tersebut semakin membuat Lan See giok percaya
kalau orang yang memukul nya sampai pingsan tadi adalah
kakek berjubah kuning ini, diam-diam dia lantas
mendengus dingin:
http://kangzusi.com/
"Tentu kau adalah seorang yang berkomplot untuk
membunuh ayahku, tentu saja kau mengetahui jelas sebab
kematian dari ayahku." demikian pikirnya lagi.
".. yang membuat hatiku amat pedih adalah
keterlambatanku datang ke mari malam ini, kalau tidak
niscaya pembunuh ayahmu itu pasti akan berhasil
kutangkap.” terdengar kakek berjubah kuning itu
melanjutkan kembali kata katanya.
"Bedebah, kakek sialan, manusia licik” kontan saja Lan
See giok menyumpah di hati.
Dalam pada itu, si kakek berjubah kuning itu sudah
berhenti sejenak sebelum kemudian melanjutkan kembali
kata katanya:
"Nak, coba ceritakanlah kisah pembunuhan yang telah
menimpa ayahmu malam tadi, ceritakan pula bagaimana
terjadinya Pertarungan, berapa orang yang datang serta
manusia-manusia macam apa saja yang telah kemari,
mungkin aku bisa membantumu untuk mengenali orang-
orang itu serta merebut kembali kotak kecil tersebut."
Lan See giok tertawa dingin:
"Heeehhh. heeehhh.. heeehhh.. buat apa kau mesti
bertanya kepadaku? Aku yakin, kau sudah pasti jauh lebih
mengerti dari pada diriku sendiri.."
Merah padam selembar wajah kakek berjubah kuning itu
setelah mendengar ucapan tersebut, paras mukanya agak
berubah, jenggotnya gemetar keras, jelas orang itu merasa
agak tak senang hati, tapi hanya sejenak kemudian ia telah
bersikap lembut kembali.
Ditatapnya wajah Lan See giok lekat-lekat, kemudian
katanya dengan serius:
http://kangzusi.com/
"Nak, aku tidak habis mengerti mengapa kau bersikap
kasar, emosi dan tak menggunakan akal terhadap diriku?
Ketahuilah perbuatan semacam ini akan memporak
porandakan keadaan, tidak bermanfaat bagi masalah yang
sebenarnya, kau harus mawas diri, dinginkan otakmu dan
terutama sekali harus tahu kalau keselamatanmu sedang
terancam bahaya.."
Belum habis kakek berbaju kuning itu menyelesaikan
kata katanya, Lan See giok telah tertawa keras penuh
kegusaran, tukasnya dengan perasaan benci yang meluap.
"Sudah sedari tadi aku tak pernah memikirkan soal mati
hidupku, kenapa aku mesti takut mati? Hmmm, aku rasa
justru ada orang yang kuatir bila aku sampai mati!"
Sekali lagi kakek berbaju kuning itu mengerutkan
dahinya rapat-rapat, berkilat sepasang matanya, kemudian
seakan akan memahami sesuatu, dia manggut-manggut.
"Ehmmm, benar, ketika aku mendengar suara jeritan tadi
dan menerobos masuk ke dalam kuburan Ong-leng,
kusaksikan ada sesosok bayangan manusia yang kurus
pendek sedang kabur ke arah utara, gerakan tubuh nya
secepat sambaran petir.."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
itu, terutama sekali kata bayangan manusia kurus pendek,
dengan cepat dia teringat kalau orang yang
menghantamnya sampai pingsan tadi memang seorang
kakek yang berperawakan kurus lagi pendek.
Maka dia segera mengamati tubuh kakek berbaju kuning
itu sekali lagi, ia merasa meski perawakan orang ini tidak
termasuk tinggi besar, tapi jika dia bersembunyi di belakang
meja batu, niscaya jejaknya akan ditemukan olehnya.
http://kangzusi.com/
Berpikir sampai di sini, Lan See giok semakin
kebingungan dibuatnya, dia lantas berpikir lagi:
"Jangan-jangan bukan si kakek berjubah kuning ini yang
menghantamku sampai pingsan tadi . . ?"
Tapi ingatan lain dengan cepat melintas kembali di
dalam benaknya, dia merasa walaupun bukan kakek ini,
tapi ia sudah pasti termasuk salah seorang yang berniat
jahat kepada ayahnya, kalau tidak, mengapa dia bisa tahu
kalau tujuan orang-orang itu adalah untuk mendapatkan
kotak kecil milik ayahnya?
Dari sini bisa disimpulkan kalau orang inipun bukan
orang luar, ia bisa mencari sampai di sana, berarti diapun
bukan manusia sembarangan.
Karena berpendapat demikian, maka apa yang
selanjutnya diucapkan kakek berjubah kuning itu sama
sekali tak terdengar olehnya.
Dalam pada itu, si kakek berbaju kuning tadi sudah
berkata lagi:
"Oleh karena itu, kau harus mengikuti aku untuk
menyingkir dulu ke dusun kaum nelayan Ho hi cun,
kemudian baru berusaha untuk menemukan beberapa orang
itu serta merampas kembali kotak kecil itu."
Setelah mendengar ucapannya yang terakhir ini, Lan See
giok dapat segera mengambil kesimpulan kalau kakek ini
belum lama datangnya, sebab jika ia sudah mendengar
kalau kotak kecil tersebut telah diserahkan kepada bibi Wan
nya, niscaya dia tak akan berkata begitu.
Tapi mengapa dia bisa datang terlambat? Maka tak tahan
lagi dia lantas bertanya:
"Dari mana kau bisa tahu kalau ayahku tinggal di sini?"
http://kangzusi.com/
"Aaaah kau ini . . kenapa bertanya lagi? Bukankah tadi
sudah kukatakan kepadamu?"
"Apa yang kau ucapkan tadi? Tak sepatah katapun yang
kudengar!"
"Tujuh delapan tahun berselang, aku pernah berjumpa
muka dengan ayahmu di bawah puncak Giok- li-hong di
bukit Hoa san, oleh karena ayahmu memberi kesan yang
sangat mendalam bagiku, maka begitu masuk ke mari dan
menyaksikan jenazah yang terkapar di atas genangan darah,
aku segera mengenalinya sebagai Kim wi-gin tan Lan
Khong tay yang termasyhur di kolong langit dimasa dulu.."
Mendengar sampai di situ, Lan See giok merasa amat
sedih sekali sehingga tanpa terasa dia berpaling dan
memandang sejenak ke arah jenazah ayahnya, titik-titik air
segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Terdengar kakek berjubah kuning itu berkata lebih jauh:
"Aku hanya tahu kalau ayahmu si gurdi emas peluru
perak Lan Khong tay berdiam di sekitar telaga Huan-yang
ou, tapi tidak kuketahui jika ia berdiam dalam kuburan Ong
leng."
"Setengah jam berselang, karena suatu persoalan secara
kebetulan aku lewat di sini. mendadak kudengar suara
jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema dari sini,
dalam kagetnya aku bergerak berangkat ke mari.
Baru tiba di depan pintu gerbang yang bobrok itu,
kujumpai dari belakang kuburan muncul sesosok bayangan
kecil dan kurus sedang kabur ke arah utara, sebenarnya aku
hendak mengejarnya, tapi setelah kutemukan di belakang
kuburan terdapat pintu yang terbuka lebar, maka akupun
masuk ke mari.
http://kangzusi.com/
Apa yang kulihat pertama kalinya adalah ayahmu yang
terkapar di atas genangan darah bila kuperiksa ternyata
mayatnya sudah kaku dan ia sudah meninggal cukup lama,
itu berarti jeritan yang kudengar tadi bukan berasal dari
ayahmu."
Tanpa terasa Lan See giok mengangguk ia tahu jeritan
ngeri yang didengar kakek berjubah kuning tadi sudah pasti
orang yang kena ditembusi gurdi emas di balik dinding itu.
Tanpa terasa dia lantas mengerling sekejap ke arah
senjata "gurdi emas" yang menembusi dinding ruangan itu.
Terdengar kakek berjubah kuning itu berkata lebih jauh:
"Waktu itu aku merasa keheranan, kemudian kusaksikan
kau terkapar di balik meja sana, ketika kuperiksa ternyata
kau belum mati."
"Pertama tama kutarik dulu badanmu ke luar dari situ,
baru kuketahui kau sedang pingsan, tapi ada satu hal yang
tidak kupahami, mengapa orang yang telah membinasakan
ayahmu telah melepaskan kau dengan begitu saja “
Tentu saja Lan See giok tahu apa sebabnya dia tak mati,
cuma dia enggan untuk mengutarakannya.
Terdengar kakek berjubah kuning itu berkata lebih jauh:
"Sampai kini aku tidak tahu apa sebabnya orang itu tidak
membunuhmu, tapi aku yakin orang itu pasti menganggap
kau mempunyai kegunaan yang amat berharga, namun bila
apa yang berharga itu sudah dapat diraih, jelas kau pun
akan dibunuh juga."
"Oleh sebab itu, sekarang kau harus pergi meninggalkan
tempat ini, demi keselamatanmu kau harus pergi dari sini- “
"Tidak" tukas Lan See giok dengan cepat: "aku tak akan
meninggalkan tempat ini"
http://kangzusi.com/
Jawaban tersebut sama sekali di luar dugaan kakek
berjubah kuning itu, tanpa terasa serunya dengan perasaan
terperanjat:
"Mengapa?"
"Aku hendak menunggu orang itu datang kembali, aku
hendak membunuh orang itu untuk membalaskan dendam
bagi ayahku"
Kakek berjubah kuning itu termenung sebentar, akhirnya
diapun manggut-manggut.
"Baiklah", katanya kemudian, "tunggu saja di sini,
sekarang aku harus pergi dulu, semoga kau bisa baik-baik
menjaga diri dan berhati-hati dalam setiap tindakan."
Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan
bertalu dari tempat itu.
Lan See giok hanya mengawasi kakek berbaju kuning itu
dengan pandangan dingin, ia tidak menahannya pun tidak
menghantar kepergiannya, karena ia masih ragu terhadap
apa yang telah diucapkan orang itu.
Setelah berjalan beberapa langkah, mendadak kakek itu
berhenti lagi, sambil berpaling ke arah Lan See giok
pesannya:
"Nak, jika kau mempunyai kesulitan atau membutuhkan
bantuanku, datang saja ke rumahnya Huan kang ciang liong
(naga sakti pembalik sungai) di dusun Hong hi cun untuk
mencari diriku, saat itulah aku akan memberitahukan
kepadamu apa sebabnya orang-orang itu membunuh
ayahmu."
Selesai berkata, tidak menanti jawaban dari bocah itu
lagi, dia segera berlalu dari situ, hanya dalam sekejap mata
http://kangzusi.com/
saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
mata.
Lan See-giok agak terkejut pula menyaksikan kelihaian
ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu.
Setelah berpikir sejenak, diapun termenung:
"Orang-orang itu semuanya berilmu tinggi, untuk
membalas dendam .. aaai tampaknya sulit melebihi
mendaki ke langit.."
Dengan sedih dia memandang ke arah ayahnya sekali
lagi, sementara air mata kembali jatuh bercucuran.
Pelan-pelan dia berjalan ke sisi jenazah ayahnya,
membungkukkan badannya dan bermaksud untuk
membopong tubuh ayah-nya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya,
dengan cepat dia berjongkok untuk memeriksa dengan lebih
seksama.
Ternyata ujung jari telunjuk jenazah si Gurdi emas
peluru perak Lan Khong tay sedang menancap di atas
tanah, sementara di atasnya telah terukir sebuah goresan,
entah goresan lukisan atau tulisan . .
Dengan cepat Lan See giok menduga kalau goresan itu
pasti dibuat oleh ayahnya menjelang ajal merenggut
nyawanya.
Sebagai bocah yang pintar, Lan See giok segera
mengambil lampu lentera di meja dan didekatkan pada
goresan tersebut.
la tahu, besar kemungkinan goresan tersebut menyangkut
soal nama pembunuh yang telah menghabisi jiwa ayahnya .
..
http://kangzusi.com/
Lama sekali Lan See giok mengamati goresan itu dengan
seksama, akhirnya dia berhasil menarik kesimpulan kalau
goresan tersebut adalah sebuah goresan tulisan.
Tampaknya tulisan itu adalah sebuah huruf "To" atau
tunggal.
Dengan termangu mangu dia mengawasi huruf tersebut
sambil berpikir.
"Apakah arti kata dari huruf To itu? Apakah julukan dari
pembunuh ayahnya..? Ataukah menunjukkan nama marga
orang itu?"
Dengan cepat dia memeras otak berusaha untuk mencari
diantara nama-nama tokoh persilatan yang pernah
diberitahukan ayah-nya selama ini, apakah ada yang
berjulukan dengan huruf To "ataupun menggunakan nama
marga To-.
Tapi dia kecewa, tak seorangpun diantara jago-jago yang
teringat olehnya mempergunakan julukan itu, diapun tak
tahu apakah di kolong langit terdapat orang yang
menggunakan nama marga To.
Akhirnya dia meletakkan kembali lampu lentera itu ke
atas meja, membopong jenazah ayahnya ke atas
pembaringan, kemudian sambil duduk di sisinya dia
menangis tersedu sedu.
Sambil menangis dia berdoa kepada ayah-nya agar
membantunya dalam pencarian orang yang menggunakan
huruf "tunggal" pada julukan atau namanya . . . .
Mata tunggal
Mendadak bayangan manusia berjubah hitam, berwajah
seram dan bermata tunggal itu melintas kembali dalam
benaknya.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berhenti menangis, dengan kobaran
api dendam segera gumam nya.
"Betul, sudah pasti si manusia bermata tunggal itu- sudah
pasti keparat itu”
Tapi diapun teringat, pula dengan orang yang telah
menggeledah sakunya ketika ia pingsan karena sedih tadi,
siapa pula orang itu? Apakah dia bukan pembunuh
ayahnya?
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, dia
merasa bila ingin mengetahui siapakah pembunuh ayahnya,
dia harus mencari ke belakang dinding ruangan itu serta
menemukan orang yang telah menghantamnya sampai
pingsan itu.
Mendadak dia melompat bangun dan segera lari menuju
ke dalam kamar tidurnya.
Setitik cahaya terarah mencorong masuk lewat lubang
angin dalam kamarnya, ternyata fajar telah menyingsing.
Selangkah demi selangkah dia berjalan menuju ke depan
pembaringan, kemudian berjongkok ke bawah, di situ
hanya dijumpai segumpal darah, sedangkan orang yang
bersembunyi di sana telah dilarikan si manusia bermata
tunggal itu.
Dalam sekejap mata saja dia lantas menaruh curiga
terhadap orang yang telah dilarikan si mata tunggal itu, dia
curiga bukan saja orang itu telah menyimpan barang yang
hendak didapatkannya, bahkan curiga kalau orang itu telah
menyaksikan adegan sewaktu ayahnya terbunuh.
Dengan termangu Lan See giok mengawasi senjata gurdi
emas yang menembusi dinding ruangan itu, baru pertama
kali ini dia mengetahui betapa tajamnya senjata gurdi emas
tersebut.
http://kangzusi.com/
Ia berjalan ke luar dari ruangan, mengerahkan segenap
tenaganya untuk membetot keluar senjata gurdi tersebut,
kemudian menggulungnya dan dimasukkan ke dalam saku,
dia bertekad hendak menggunakan senjata gurdi emas milik
ayahnya untuk membinasakan pembunuhan keji tersebut.
Sekarang dia merasa kemungkinan si manusia bermata
tunggal itulah pembunuh ayahnya yang terbesar, kemudian
orang yang menggeledah tubuhnya merupakan orang kedua
yang perlu dicurigai, sedangkan orang yang bersembunyi di
belakang dinding dan belakang meja serta si kakek tunggal
paling kecil kemungkinannya.
Walaupun begitu, dia masih tetap menaruh curiga
terhadap kakek berjubah kuning yang berwajah ramah itu,
dia tak tahu apakah orang itulah yang telah menghajarnya
sampai pingsan atau bukan.
Selain itu, diapun tak habis mengerti siapakah orang
yang kemungkinan besar sempat mengikuti adegan
pembunuhan terhadap ayahnya.
Dalam keadaan begini dia, lantas berpendapat bahwa ia
harus pergi menuju ke dusun Hong hi cun mencari si kakek
berjubah kuning itu dan mencari keterangan darinya, lagi
pula kakek itupun pernah berjanji dia akan menerangkan
sebab musabab terjadinya pembunuhan terhadap ayahnya
itu.
Setelah mengambil keputusan, buru-buru dia menuju ke
sisi pembaringan di mana jenazah ayahnya berbaring, dia
hendak membawa jenazah ayahnya menuju ke ruang dalam
dan membaringkannya bersama dengan jenazah ibunya.
Belum lagi dia berbuat sesuatu mendadak terdengar lagi
suara ujung baju yang terhembus angin berhembus tiba.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terperanjat Lan See giok segera
berpikir
"Siapa lagi yang datang?"
Mendadak . . . . . terdengar suara isak tangis yang amat
keras berkumandang datang dari pintu masuk ruangan
kuburan itu.
Dengan perasaan terperanjat Lan See giok segera
berpaling, ia saksikan sesosok bayangan manusia diiringi
suara isak tangis yang parau bergema tiba dengan kecepatan
luar biasa.
Cepat sekali gerakan tubuh bayangan hitam itu, hanya di
dalam waktu sekejap ia telah tiba di sana.
Lan See-giok dibuat kalut juga pikirannya setelah
menyaksikan kejadian itu, untuk menyembunyikan diri tak
sempat lagi.
Tampaklah bayangan hitam itu segera menubruk ke
depan jenazah yang berada di atas pembaringan dan
menangis tersedu sedu, sebuah benda tiba-tiba terjatuh ke
tanah.
Oleh kejadian yang berlangsung sangat mendadak dan di
luar dugaan ini, Lan See giok hanya bisa berdiri termangu
mangu dan untuk sesaat tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Ketika ia mencoba untuk mengamati benda yang terjatuh
ke tanah, ternyata isinya adalah sebuah keranjang bambu
yang penuh berisikan hio, lilin dan uang kertas.
Ketika dia mengawasi pula orang yang sedang menangis
di depan jenazah ayahnya, ternyata orang itu adalah
seorang kakek kurus kering yang berbaju abu-abu, berambut
putih dan bertelinga tunggal.
http://kangzusi.com/
Waktu itu, dengan suara yang parau si kakek bertelinga
tunggal itu menangis tiada hentinya.
"Ooooh adik Khong-tay . . . sungguh mengenaskan
kematianmu ini . . . oooh . . . betapa sengsaranya engkoh
tua mencari dirimu . . ."
Begitu mengetahui kalau orang itu adalah sahabat karib
ayahnya, kontan saja Lan See -giok merasakan kesedihan
yang tak terkendalikan, dia segera menubruk ke tubuh
kakek itu dan turut menangis tersedu sedu.
Dalam waktu singkat seluruh ruangan kuburan itu sudah
dipenuhi oleh isak tangis yang mengenaskan, suasana
begitu sedih dan penuh kepedihan membuat siapapun akan
turut beriba hati bila melihatnya.
Dalam isak tangisnya, Lan See giok merasa ada sebuah
tangan yang kurus kering sedang membelai kepalanya
dengan penuh kasih sayang, bersamaan itu pula terdengar
kakek bertelinga tunggal itu berseru sambil menangis
terisak:
"Anak Giok, anak yang patut dikasihani.."
Kata selanjutnya tak bisa dilanjutkan karena suaranya
menjadi sesenggukan dan tersendat sendat.
Mendengar panggilan "Anak Giok" yang mesra itu, isak
tangis Lan See giok semakin menjadi.
Walaupun dalam ingatannya dia belum pernah
mendengar ayah ibunya pernah berbicara tentang seorang
empek yang bertelinga tunggal, namun sejak kehilangan
ayahnya, inilah panggilan mesra pertama yang didengar
olehnya.
http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya pula dalam hati kecilnya segera menaruh
perasaan yang akrab terhadap kakek ceking bertelinga
tunggal ini.
Terdengar kakek ceking itu berkata dengan penuh kasih
sayang.
"Anak Giok, jangan menangis, bangunlah, biar empek
tua melihat wajahmu. . sudah sepuluh tahun lebih kita
berpisah, sungguh tak nyana kalau kau sudah tumbuh
menjadi begini dewasa. ."
Air mata Lan See giok ibaratnya anak sungai yang
meluap, tanpa terasa lagi dia memeluk tubuh kakek ceking
bertelinga tunggal itu semakin kencang.
Kembali kakek itu menghela napas sedih lalu bisiknya
agak gemetar :
"Anak Giok, anak yang patut dikasihani.."
Sambil berkata dia lantas membopong tubuh Lan See-
giok dan membangunkannya.
Lan See-giok masih saja menangis tersedu-sedu . . . .
Dengan penuh kasih sayang kakek bertelinga tunggal itu
menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Lan See-giok belum sempat melihat raut wajah empek
tuanya ini, ketika dia mendongakkan kepalanya dan
mengamati dengan seksama, tiba-tiba timbul suatu perasaan
seram dalam hatinya, ternyata kakek ceking bertelinga
tunggal ini mempunyai wajah berbentuk kuda, beralis
botak, mata sesat, mulut, tipis tak berjenggot, tulang kening
lancip serta hidung melengkung seperti paruh elang.
Tampang semacam ini seratus persen adalah tampang dari
seorang manusia sesat.
http://kangzusi.com/
Setelah menangis sekian lama, walaupun di atas
wajahnya yang penuh keriput tak nampak basah oleh air
mata, namun sepasang mata sesatnya yang penuh kelicikan
telah berubah menjadi merah membara.
Lan See giok benar-benar tidak percaya dengan
pandangan matanya, dia tak mengira kalau seorang yang
bersuara lembut, bersikap hangat dan penuh kasih sayang
itu ternyata memiliki raut wajah yang menyeramkan serta
menggidikkan hati.
Tapi bukankah di dunia ini tak sedikit manusia berwajah
jelek dan menyeramkan yang justru berhati bajik dan mulia?
Berpikir demikian, agak lega juga perasaan hatinya.
Menyaksikan Lan See giok hanya mengamatinya terus
tanpa berkedip, dengan nada penuh kasih sayang kakek
bertelinga tunggal itu segera menegur:
"Anak Giok, sudah tidak kenal lagi dengan empek tua?"
Sambil berkata, tangannya yang kurus kering itu tiada
hentinya meraba bahu maupun punggung Lan See giok.
Anak itu menatap sekejap si kakek, lalu mengangguk
jujur.
Kakek bertelinga tunggal itu segera tertawa getir, katanya
dengan sedih:
"Yaa. ini memang tak dapat menyalahkan kau, sudah
sepuluh tahun lebih kita tak pernah bersua, waktu itu kau
masih seorang anak cilik yang tak tahu apa-apa.."
Berbicara sampai di situ, sepasang mata sesat nya segera
melirik sekejap ke arah mayat Lan Khong tay, kemudian
sambungnya lebih jauh:
"Anak Giok, apakah ayahmu belum pernah
membicarakan tentang diriku kepadamu?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa kurang leluasa untuk menjawab
secara terus terang, maka sahutnya:
"Ayah memang seringkali membicarakan tentang nama
dan empek yang banyak sekali jumlahnya, sayang anak
Giok bodoh dan tak bisa mengingat terlalu banyak."
Mendengar jawaban tersebut, si kakek bertelinga tunggal
itu segera tertawa bangga.
Tapi menyaksikan kening Lan See giok berkerut
kencang, dia segera menarik kembali senyumnya dan
berkata lagi dengan sedih:
"Anak Giok, cepat kau pungut hio dan lilin itu, mari kita
bersembahyang di depan jenazah ayahmu .."
Berbicara sampai di situ, dia lantas membungkukkan
badan dan memunguti lebih dulu kertas uang, hio dan lilin.
Tergerak hati Lan See giok setelah menyaksikan benda-
benda itu, dengan cepat dia berseru:
"Empek tua, sudah sepuluh tahun lebih kau berpisah
dengan ayahku, darimana kau bisa tahu kalau ayah dan
anak Giok tinggal di sini? Dari mana pula kau bisa tahu
kalau ayahku tewas?"
Kakek bertelinga tunggal itu sedikitpun tidak gugup,
sahutnya dengan pelan:
"Anak Giok, sudah sepuluh tahun lebih empek mencari
ayahmu, semalam ketika aku berada di kota sebelah depan
sana, tiba-tiba kudengar di luar penginapan ada orang
sedang membentak-bentak, ketika empek lari ke luar,
ternyata orang itu adalah To-kak-thi koay (Tongkat besi
kaki tunggal) Gui Pak -ciang, seorang musuh bebuyutan
ayahmu di masa lalu.."
http://kangzusi.com/
Tergerak kembali perasaan Lan See giok, cepat dia
menimbrung:
"Empek maksudkan seorang kakek bertongkat besi yang
kehilangan kaki sebelah kiri nya?"
Kakek bertelinga tunggal itu nampak agak tertegun,
kemudian serunya tidak habis mengerti:
"Apa? Jadi kau kenal dengan dia?"
Menyinggung soal itu, Lan See giok segera teringat
kembali akan perbuatan si Toya besi berkaki tunggal Gui
Pak ciang yang telah menusuk tubuhnya dengan toya besi
tersebut, dengan kening berkerut serunya penuh rasa
dendam.
"Dua jam berselang, dia telah datang ke mari!"
Diam-diam kakek bertelinga tunggal itu melirik sekejap
wajah Lan See giok yang diliputi hawa amarah, kemudian
dengan paras muka berubah hebat pikirnya:
"Tebal amat hawa pembunuhan dari anak ini .."
Kemudian sambil menghela napas sedih katanya lebih
jauh.
"Benar, aku tahu kalau kalian tinggal di sini dan tahu
juga kalau adik Khong tay telah tewas, aku tahu karena dia
yang memberitahukan hal itu kepada empek, waktu itu aku
merasa sedih sekali, sehingga setelah mencari keterangan
jalan kemari, akupun membeli hio dan lilin, langsung
berangkat ke mari.."
Kemarahan dan rasa dendam Lan See -giok segera
berkobar lagi, tiba-tiba ia berpaling ke arah kakek bertelinga
tunggal itu, lalu bertanya dengan sedih:
"Empek, apakah kau tidak bertanya kepadanya siapa
yang telah membinasakan ayahku?"
http://kangzusi.com/
Sekali lagi kakek bertelinga tunggal itu merasakan
hatinya bergetar keras sesudah menyaksikan sorot mata Lan
See-giok yang tajam bagaikan sembilu, ia merasa walaupun
usia Lan See giok hanya belasan tahun, tapi paling tidak ia
sudah memiliki tenaga dalam sebesar sepuluh tahun hasil
latihan, suatu kehebatan yang luar biasa.
Maka sambil menunjukkan perasaan sedih dan pedih,
dia menjawab:
"Sebodoh-bodohnya empek, tak nanti aku akan lupa
menanyakan persoalan yang maha penting ini, menurut dia,
sewaktu ia memasuki kuburan ini dibalik kegelapan tampak
sesosok bayangan manusia yang menyembunyikan diri,
setelah dilakukan pengejaran sampai di dalam hutan,
barulah diketahui kalau orang itu adalah To pit him
(beruang berlengan tunggal) Kiong Tek cong.."
Mendengar nama "Beruang berlengan tunggal", tergerak
hati Lan See giok, dengan cepat ia menjadi sadar kembali
apa sebabnya orang itu setelah menotok jalan darahnya,
tetap meraba pula dengan tangan kanan, rupanya dia
adalah seorang yang berlengan tunggal.
Teringat akan "berlengan tunggal," dia lantas terbayang
kembali dengan huruf "tunggal" yang digoreskan ayahnya
di atas tanah.
Tapi sekarang telah muncul seorang berkaki tunggal,
seorang berlengan tunggal, dan seorang lagi bermata
tunggal, siapakah yang dimaksudkan ayahnya sebagai
"tunggal" tersebut?
Dengan keterangan yang diperolehnya dari si kakek yang
bertelinga tunggal ini, maka dia mulai merasa ragu lagi
terhadap kesimpulan nya semula yang menduga si manusia
bermata tunggal itulah pembunuh ayahnya.
http://kangzusi.com/
Karenanya dengan kening berkerut dia mulai memutar
otak untuk melakukan analisa, sebenarnya pembunuh
ayahnya itu si Beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong
ataukah si manusia bermata tunggal?
Tapi akhirnya dia menarik kesimpulan, kemungkinan
yang paling besar adalah si Beruang berlengan tunggal.
Tapi sewaktu si manusia bermata tunggal memasuki gua
tadi, ia masuk dengan terburu -buru, bahkan melirik ke arah
ayahnya pun tidak, sebaliknya langsung menuju ke
pembaringan dan melakukan pemeriksaan, bukankah hal
ini membuktikan kalau ia sudah pernah datang satu kali di
situ?
Dalam pada itu si kakek bertelinga tunggal sedang
memasang hio sambil diam-diam mengawasi Lan See giok
yang sedang berdiri termenung. .
Tiba-tiba ia mendengar bocah itu sedang berguman.
"Tapi. . . mengapa dia balik lagi untuk menggeledah
pembaringan serta lubang angin?"
Dengan perasaan tidak habis mengerti si kakek bertelinga
tunggal itu segera menimbrung:
"Anak Giok, siapakah yang kau maksud kan?".
Lan See giok berusaha menenangkan hatinya, lalu
berpaling sambil bertanya:
"Empek tua, apakah kau kenal dengan seorang manusia
bermuka hijau, bergigi taring dan bermata tunggal?"
Paras muka kakek bertelinga tunggal itu berubah hebat,
tampaknya dia merasa terkejut sekali, kemudian serunya
dengan cemas:
"Apa? Iblis keji itupun telah datang?"
http://kangzusi.com/
Dari mimik wajah kakek itu, Lan See giok segera tahu
kalau manusia bermata tunggal itu adalah seorang manusia
yang sangat lihay, dia lantas manggut-manggut.
"Empek, siapakah orang itu?" serunya.
"Dia adalah seorang iblis yang amat termasyhur
namanya di dalam golongan putih maupun golongan
hitam, orang menyebut nya sebagai To gan liau pok (setan
buas bermata tunggal) Toan Ki tin".
Sambil menjawab, dia lantas membawa hio dan berjalan
ke depan pembaringan.
Lan See giok masih saja berdiri termangu -mangu sambil
membawa uang kertas tersebut, dia lupa menderita, tiada
air mata dalam kelopak matanya, ia sudah dibikin
kebingungan oleh teka teki yang berada di hadapannya. . .
Diam-diam kakek bertelinga tunggal itu melirik sekejap
ke arah Lan See giok kemudian serunya:
"Anak giok, cepat kau bakar uang kertas itu!"
Lan See giok segera tersadar kembali dan maju
mendekat, tapi apa yang kemudian tertera di hadapannya
membuat ia menjadi terkejut sehingga paras mukanya
berubah.
Ternyata kakek bertelinga tunggal itu telah menancapkan
hio tadi ke atas tiang kayu di ujung pembaringan, dilihat
dari sini dapat diketahui kalau tenaga dalamnya benar-
benar sangat lihay.
Dengan air mata bercucuran Lan See giok segera
berseru.
"Oooh empek tua, mengapa kau tidak mau datang sehari
lebih pagian, jika empek ada di sini, niscaya ayah tak
sampai dicelakai orang."
http://kangzusi.com/
"Aaai . . . anak Giok, inilah yang dinamakan takdir,
kalau aku tidak bertemu dengan To kak- thi-koay Gui Pak
ciang secara kebetulan, empek malah tidak tahu kalau
kalian berdiam di dalam kuburan rahasia ini."
Setelah hening sejenak, tiba-tiba Lan See- giok bertanya
lagi:
"Empek, tahukah kau, apa sebabnya ayahku pindah ke
dalam kuburan kuno ini?"
Kakek bertelinga tunggal itu nampak agak sangsi,
kemudian sahutnya:
"Keadaan yang sebenarnya tidak begitu kuketahui, tapi
menurut sementara orang persilatan, mereka menduga
ayahmu telah berhasil menemukan sejilid kitab Cinkeng
ketika berada di bawah puncak Giok li hong di bukit Hoa
san . . . ".
Menyinggung soal puncak Giok li hong di bukit Hoa
San, Lan See giok teringat kembali akan kakek berbaju
kuning yang berwajah ramah itu, dia mengatakan kalau
telah bertemu dengan ayahnya di bawah puncak Giok li
hong.
Sementara dia masih termenung, kakek bertelinga
tunggal itu telah bertanya lagi dengan ramah.
"Anak Giok apakah ayahmu pindah ke mari benar-benar
dikarenakan persoalan tersebut?
Dengan cepat bocah itu menggeleng.
"Tidak, anak Giok tidak tahu, tapi belum pernah
kusaksikan ayahku membaca kitab Cinkeng apapun . . ."
Belum selesai Lan See-giok menjawab, dengan senyum
ramah kakek bertelinga tunggal itu telah menukas, katanya:
http://kangzusi.com/
"Sekalipun namanya kitab Cinkeng, sesungguhnya tak
lebih cuma sebuah kotak kecil ."
Mendengar sampai di situ, Lan See-giok hampir saja tak
sanggup menahan diri, jantungnya berdebar semakin keras.
Mencorong sinar terang dari balik mata si kakek yang
sesat, di atas wajahnya yang menyeramkan terpancar pula
sinar kerakusan, tapi sejenak kemudian katanya lagi sambil
tertawa ramah:
"Anak Giok, pernahkah kau menyaksikan kotak kecil
itu?"
Lan See-giok merasakan jantungnya semakin keras, dia
merasa walaupun kakek bertelinga tunggal ini adalah
sahabat karib ayahnya, tapi ia merasa tak baik untuk
mengungkap persoalan tersebut sekarang.
Maka setelah ragu-ragu sebentar, sahutnya agak
tergagap:
"Anak Giok belum pernah menyaksikannya!"
Selesai berkata dia lantas menundukkan kepalanya
dengan perasaan malu dan menyesal.
Sedang si kakek bertelinga tunggal itu nampak berubah
hebat paras mukanya, keningnya berkerut dan mata
sesatnya melotot besar, senyuman menyeringai segera
menghiasi wajahnya, tampang yang pada dasarnya sudah
menyeramkan, kini semakin menakutkan lagi.
Tenaga dalamnya segera dihimpun ke dalam telapak
tangan kanannya yang kurus kering, kelima jari tangannya
yang di pentangkan bagaikan cakar pelan-pelan di ang-kat
ke angkasa.
Sedang Lan See-giok sendiri, waktu itu merasa menyesal
sekali karena telah berbohong, saking malunya dia sampai
http://kangzusi.com/
tak berani mendongakkan kepalanya lagi, dia merasa tidak
seharusnya berbohong terhadap seorang empek sahabat
karib ayahnya yang sudah sepuluh tahun lebih mencari
mereka.
Si kakek bertelinga tunggal itu sudah mengejangkan
seluruh kulit mukanya, tangan kanannya yang ceking dan
penuh disertai tenaga dalam itu sudah di angkat melampaui
bahunya.
Tapi kemudian berkilat sepasang matanya, wajah yang
semula menyeringai serampun kini pulih kembali seperti
sedia kala. senyuman licik menghiasi ujung bibirnya. tangan
kanannya yang sudah dipersiapkan seperti cakar setanpun
diturunkan kembali ke bawah.
Kemudian dengan suara yang tetap ramah dan lembut
dia berkata:
"Tentu saja, terhadap masalah sepenting ini, apalagi
menyangkut benda mestika dari dunia persilatan, mana
mungkin dia akan perlihatkan kepada seorang anak yang
tak tahu urusan seperti kau.."
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Apa lagi sekalipun kau tahu juga tak akan memahami
betapa pentingnya benda tersebut."
Lan See giok segera mengiakan berulang kali untuk
menutup ketidak tenangan di dalam hatinya.
Kakek bertelinga tunggal itu memandang sekejap ke arah
jenazah yang berbaring di atas pembaringan, kemudian
kembali dia berkata:
"Anak Giok, orang bilang masuk ke tanah akan
membuat yang tiada menjadi tenteram, kita harus segera
mengebumikan jenazah ayahmu ini”
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya amat sakit bagaikan
diiris-iris dengan pisau belati, ia mendongakkan kepalanya
dan memandang jenazah ayahnya sekejap, kemudian
katanya:
"Anak Giok bermaksud untuk membaringkan jenazah
ayahku di samping jenazah ibuku di dalam kuburan sana”
"Apakah kau tahu jalan menuju ke dalam kuburan
sana?" tidak menunggu bocah itu menyelesaikan kata
katanya, si kakek bertelinga tunggal itu telah menukas lebih
dulu.
Tanpa ragu Lan See giok mengangguk, tapi sorot
matanya masih tetap menatap jenazah ayahnya.
"Setiap tahun disaat hari kematian ibuku, ayah pasti
mengajak Giok ji masuk ke dalam untuk menengok wajah
ibu."
Berbicara sampai di situ, dua baris air mata segera jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Kejut dan girang segera menyelimuti wajah jelek kakek
bertelinga tunggal itu, dengan tak sadar dia segera berseru.
"Kalau memang begitu, mari kita segera turun tangan"
Tidak menunggu pendapat dari Lan See- giok lagi, buru-
buru dia menuju ke depan pembaringan dan membopong
bangun jenazah dari si Gurdi emas peluru perak Lan Khong
tay, kemudian melanjutkan:
"Giok ji, kau jalan di muka!"
Lan See giok pun merasa ada baiknya untuk segera
mengirim jenazah ayahnya ke dalam kuburan, maka sambil
mengangguk dia berjalan lebih dulu menuju ke sebuah
lorong.
http://kangzusi.com/
Kakek bertelinga tunggal itu hampir saja tak sanggup
mengendalikan gejolak emosi dalam dadanya, sehingga
wajahnya nampak berseri, sambil membopong jenazah Lan
Khong-tay ia segera mengikuti di belakang Lan See giok
kencang kencang.
Kedua orang itu dengan menelusuri lorong yang gelap
segera berputar ke kiri berbelok ke kanan, berjalan terus
tiada hentinya . .
Akhirnya sampailah mereka di depan sebuah
persimpangan jalan, di kedua belah samping lorong itu
terdapat dinding yang berbentuk hampir sama, dan di sana
terdapat pintu besi yang besarnya hampir sama tertutup
rapat.
Melihat hal itu, si kakek bertelinga tunggal itu nampak
sangat gelisah, apa lagi setelah menyaksikan Lan See-giok
berjalan dengan langkah yang amat berhati - hati, dengan
cepat dia alihkan Lan Kong thay ke bawah ketiaknya.
Maka setiap kali mereka melakukan belokan dia lantas
mengerahkan tenaga dalamnya ke ujung jari dan diam-diam
membuat sebuah tanda di atas dinding gua tersebut.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka telah melalui
tujuh buah ruangan batu berbentuk persegi serta tiga puluh
ruang kuburan kosong yang amat besar, akhirnya di depan
sana muncul setitik cahaya yang amat redup dibalik
kegelapan.
Tergerak hati kakek bertelinga tunggal itu, dia tahu di
depan sana adalah tempat yang mereka tuju, buru-buru
jenazah Lan Khong tay dibopong dengan baik.
Saat itulah Lan See giok telah berpaling sembari berkata.
"Empek, di depan situlah terletak kuburan ibuku!"
http://kangzusi.com/
Kemudian, sewaktu dilihatnya kakek itu membopong
jenazah ayahnya dengan amat hormat, dia menjadi terharu
sekali. segera ujarnya lebih jauh.
"Empek, tahukah kau bahwa kuburan raja ini berada
dalam keadaan kosong? Hanya kuburan inilah baru benar-
benar merupakan kuburan Leng ong- “
Tak terlukiskan rasa girang kakek bertelinga tunggal itu
setelah mendengar ucapan tersebut, sampai lama kemudian
ia baru berkata dengan suara gemetar.
"Empek tahu . . . ."
ooo0dw0ooo
BAB 3
RAHASIA TERCUR INYA PEDANG

DENGAN wajah tertegun Lan See giok segera berpaling


dan memandang sekejap ke arah kakek bertelinga tunggal
itu.
Dengan cepat kakek itu tahu kalau dia telah salah
berbicara, satu ingatan dengan cepat melintas dalam
benaknya, ujarnya dengan penuh kesedihan.
"Sesudah sepuluh tahun lebih empek mencari orang
tuamu, meskipun tak bisa bertemu dalam keadaan hidup,
tapi asal aku bisa melihat wajah ibumu yang sudah lama
tiada pun rasanya tidak sia-sia belaka perjalananku selama
puluhan tahun ini"
Lan See giok segera mengucurkan kembali air matanya
karena ia sedih. Sementara pembicaraan sedang
berlangsung, mereka sudah tiba di suatu tempat yang
bersinar itu.
http://kangzusi.com/
Sebuah pintu besi yang tinggi besar berdiri angker di
hadapan mereka, pintu itu tertutup rapat sementara di
sebelah kiri dan kanannya masing-masing terdapat sebuah
ruangan batu.
Di atas pintu besi itu terdapat sebuah mutiara yang
memancarkan cahaya berkilauan.
Lan See giok segera menyeka air mata dan berjalan
masuk ke dalam ruangan batu di sebelah kiri.
Sementara itu kakek bertelinga tunggal sedang
mengawasi gerak gerik, bocah itu dengan seksama, paras
mukanya yang jelek dan licikpun mengikuti setiap
perubahan dari Lan See giok berubah ubah.
Pelan-pelan Lan See giok berjalan menuju ke sudut
ruangan sebelah dalam lalu menyingkapkannya ke atas.
Batuan yang berada di sana paling tidak mencapai dua
tiga ratus kati beratnya, tapi nyatanya Lan See giok dengan
sepasang tangannya dapat mengangkat batu itu secara
mudah, hal ini kontan saja membuat kakek itu berubah
wajah dan terperanjat sekali.
Menurut penilaiannya secara diam-diam, paling tidak
tenaga dalam yang dimiliki Lan See giok telah mencapai
sepuluh tahun kesempurnaan.
Selintas hawa napsu membunuh segera menghiasi wajah
yang jelek, dengan cepat pikirnya:
"Jelas dia merupakan bibit bencana, manusia semacam
ini tak boleh diampuni dengan begitu saja"
Ia menyaksikan pula sebuah gelang besar berwarna
hitam yang berkilat berada di bawah batu itu dan menempel
di atas tanah.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera menggenggam gelang itu, kemudian
membentak keras sambil membetotnya ke atas, gelang itu
dengan cepat terangkat ke atas menyusul munculnya seutas
rantai besar.
Mendadak.. dari bawah tanah sana berkumandang suara
gemerincing yang amat ramai.
Menyusul kemudian pintu besi yang tinggi besar itu
pelan-pelan bergeser kedua belah samping dengan
menimbulkan suara gemericit yang berat.
Kakek bertelinga tunggal itu segera merasakan ada
segulung hawa dingin yang menusuk tulang memancar ke
luar dari balik pintu tersebut, tanpa terasa sekujur badannya
gemetar keras.
Di balik pintu merupakan sebuah lorong yang
panjangnya dua kaki, di ujung lorong sana merupakan
sebuah dinding lagi, di bagian tengah dinding terdapat
sebaris batu permata sebesar kepalan yang memancarkan
cahaya berkilauan.
Waktu itu pintu besi sudah terbuka lebar, Lan See-giok
telah masuk pula ke dalam ruangan, kepada kakek
bertelinga tunggal itu segera serunya:
"Empek tua, mari kita masuk!"
Sembari berkata, dia lantas berjalan masuk lebih dulu ke
dalam pintu besi tersebut.
Kakek bertelinga tunggal itu manggut-manggut, dia
segera mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan hawa
dingin yang mencekam, kemudian mengikuti di belakang
Lan See giok.
Setibanya di ujung lorong sana, terlihatlah di kiri dan
kanan lorong terdapat pula sebuah pintu besi.
http://kangzusi.com/
Lan See giok berjalan ke pintu sebelah kiri, kemudian
mendorongnya dengan sepenuh tenaga, pintu besi itu pelan-
pelan menggeser ke samping dan terbuka lebar.
Hawa dingin yang mengalir ke luar dari gua tersebut
terasa makin lama semakin tebal. Sekalipun kakek
bertelinga tunggal itu sudah melawan dengan mengerahkan
tenaga dalamnya, namun ia masih terasa kedinginan
bagaikan berada dalam gudang es, tanpa terasa pikirnya:
"Tak heran kalau jenazah yang disimpan di sini tidak
membusuk, suhu udaranya saja sudah begini dinginnya."
Setelah memasuki pintu besi, di hadapan mereka
terbentang selapis kain tirai yang sangat tebal.
Lan See giok segera menyingkap kain tirai itu lalu
berbisik:
"Empek, masuklah lebih dulu!"
Tanpa sangsi kakek itu membungkukkan badan dan
sambil membopong jenazah Lan Khong-tay masuk ke
dalam, cahaya di dalam kuburan itu sangat redup, ditengah
langit-langit terdapat sebuah mutiara merah sebesar telur
itik, untuk sesaat suasana di dalam sana masih terasa
remang-remang dan tidak jelas.
Dinginnya udara dalam ruangan itu segera membuat
kakek bertelinga tunggal itu merasakan tangan maupun
wajahnya sakit bagaikan disayat-sayat pisau, sebelum daya
penglihatannya pulih kembali, dia tak berani masuk ke
dalam secara gegabah.
Dengan wajah serius Lan See-giok menurunkan kembali
tirai itu, lalu bisiknya:
"Empek, sebentar lagi kau akan melihat dengan jelas."
http://kangzusi.com/
Kakek bertelinga tunggal itu memang sudah lama
mendengar kalau dalam kuburan raja terdapat banyak
barang mestika yang tak ternilai harganya, hanya saja
dikarenakan kuburan jebakan kelewat banyak, bahayanya
juga besar, maka jarang sekali ada orang yang berani masuk
ke sana.
Dan kini, dia telah memasukinya, hal tersebut benar-
benar merupakan suatu kejadian yang tak pernah diduga
sebelumnya. . .
Lambat laun dari satu kaki di depannya muncul setitik
cahaya bersilang yang aneh sekali.
Ketika cahaya silang itu diperhatikan lagi dengan
seksama, ternyata benda itu adalah sepasang pedang
berkain kuning yang diletakkan bersilang.
Kedua bilah pedang itu diletakkan di atas sebuah hiolo
kecil terbuat dari tembaga yang diletakkan di atas meja
batu, di kedua belah sisi hiolo kecil itu terletak sebuah kotak
kecil yang terbuat dari emas.
Memandang semua benda gemerlapan yang berada di
sana, sekali lagi sepasang mata sesat dari kakek bertelinga
tunggal itu memancarkan cahaya tajam, sifat kerakusannya
muncul kembali, seakan akan lupa dengan jenazah Lan
Khong tay yang masih berada dalam pelukannya dia maju
ke depan. .
Mendadak terdengar Lan See giok berbisik lirih.
"Empek, dari peti tembaga ke tiga belok ke sebelah
kanan."
Selesai berkata ia maju ke depan lebih dulu
Teguran itu segera menyadarkan kembali si kakek
bertelinga tunggal dari kekhilafannya, cepat dia amati
http://kangzusi.com/
dengan lebih seksama lagi, sekarang baru terlihat olehnya
kalau di sebelah kiri dan kanan meja batu di mana pedang
tersebut terletak, masing-masing membujur beberapa buah
peti mati tembaga.
Maka dia segera maju ke depan dan mengikuti di
belakang Lan See- giok.
Kini sepasang mata kakek bertelinga tunggal itu sudah
terbiasa melihat dalam kegelapan ia saksikan pula sebuah
peti mati raksasa yang terbuat dari kaca kristal.
Diam-diam Lan See giok merasa agak tak senang hati
juga melihat tindak tanduk kakek bertelinga tunggal itu
setelah berada di sana dan celingukan ke sana kemari, sikap
tersebut seakan akan sudah lupa dengan tujuan kedatangan
yang sebenarnya di sana, tapi diapun tidak menegur
ataupun mengucapkan sesuatu.
Sebab dia masih ingat, sewaktu ia masuk ke sana untuk
pertama kalinya dulu, waktu itupun dia merasa keheranan
dan ingin tahu malah tidak berada di bawah empek
bertelinga tunggal ini.
Maka tanpa banyak berbicara lagi dia menghampiri
sebuah peti mati tembaga dan melongok sekejap wajah
ibunya yang berbaring di dalam, lalu dengan air mata
bercucuran bisiknya:
"Ibu, ayah telah datang untuk menemani mu ..".
Kakek bertelinga tunggal itu segera menarik kembali
pandangannya dan menundukkan kepala, dia jumpai
sebuah peti mati tembaga yang besar dan cukup memuat
dua orang membujur di hadapannya.
Peti mati tembaga itu terbuat dari batu kristal sehingga
raut wajah seorang perempuan setengah umur yang berada
di sebelah kanan peti mati itu dapat terlihat jelas.
http://kangzusi.com/
Sambil menangis tersedu sedu, pelan-pelan Lan See giok
menggeser penutup peti mati itu ke samping, hingga dengan
begitu wajah perempuan setengah umur yang berada dalam
peti mati itupun dapat terlihat semakin jelas.
Perempuan itu berhidung mancung dan berbibir kecil,
meski matanya terpejam dan mukanya putih bagaikan
kemala namun tak bisa disangkal lagi kalau perempuan itu
adalah seorang perempuan cantik.
Iapun menjumpai paras muka Lan See giok mirip sekali
dengan wajah perempuan setengah umur yang berbaring
dalam peti mati itu.
Lan See giok tak dapat mengendalikan rasa sedihnya
lagi, dia segera menjerit tertahan:
"Ibu!"
Kemudian diapun memeluk kepala ayah-nya sambil
menangis terisak sebelum akhirnya empek bertelinga
tunggal membopong jenazah ayahnya untuk dibaringkan di
sisi jenazah ibunya.
Tampaknya kakek bertelinga tunggal itu sangat bernapsu
dengan sepasang pedang serta sepasang kotak kecil di meja
batu, ketika Lan See-giok sedang berlutut sambil menangis,
diam-diam dia meninggalkan tempat itu dan mendekati
meja batu tersebut.
Ketika melewati sisi beberapa buah peti mati tembaga
yang membujur di sana, ia saksikan pula banyak sekali
ukiran-ukiran bocah lelaki dan perempuan dengan pakaian
yang perlente tergeletak di situ, sekilas pandangan saja
dapat diketahui kalau semua benda itu terbuat dari bahan
berharga.
http://kangzusi.com/
Barulah pada peti mati tembaga yang ke empat dia
jumpai jenazah dari seorang pemuda dan gadis yang
sesungguhnya.
Kakek bertelinga tunggal itu segera berjalan mendekati
peti mati kaca kristal itu. kemudian melongok ke dalamnya,
ternyata di peti mati itu adalah Raja Leng ong serta
permaisurinya.
Sang raja mengenakan kopiah kebesaran- dengan jubah
kuning bersulamkan naga, jenggotnya yang hitam terurai
sepanjang dada, ia nampak masih amat segar.
Di sisinya berbaring permaisuri yang nampak masih
amat muda, paling banter umurnya baru dua puluh enam-
tujuh tahunan, wajahnya cantik dan senyuman dikulum, ia
nampak sangat tenang, jelas perempuan ini dipaksa mati
untuk menemani suaminya.
Kakek bertelinga tunggal itu memandang sekejap ke arah
jenazah Leng-ong yang berada dalam peti mati, kemudian
sambil menyeringai seram pikirnya.
"Hmm . . sekarang kau boleh berbaring nyaman di situ,
tapi suatu saat bila lohu sudah merasa ajalku hampir tiba,
saat itulah kau harus ke luar dari situ karena tempatmu
akan kugunakan . . . "
Berpikir sampai di situ, dia lantas berjalan menuju ke
depan kain kuning berisi sepasang pedang itu dan siap
untuk mengambilnya.
Mendadak di pihak sana kedengaran Lan See giok
sedang berseru sambil menangis tersedu sedu:
"Ayah, ibu, beristirahatlah kalian dengan tenang,
sekalipun badan Giok ji harus hancur lebur, aku bersumpah
akan mencincang tubuh manusia laknat itu untuk
membalaskan dendam bagimu. Ayah, lindungilah anak
http://kangzusi.com/
Giok, bila anak Giok berhasil mencincang tubuh musuh
kita. pejamkanlah matamu yang melotot gusar itu . . ."
Si kakek bertelinga tunggal yang mendengar gumaman
tersebut diam-diam mendengus, sekulum senyuman sinis
segera tersungging di atas wajahnya.
Kemudian dia melanjutkan kembali perbuatannya untuk
membuka kain kuning tersebut-
Begitu kain kuning itu terbuka.. cahaya, berkilauan
segera memancar ke empat penjuru..
Lan See giok merasa amat terperanjat, buru-buru dia lari
mendekat sambil berteriak:
"Empek, jangan kau sentuh, ayah pernah bilang, jika
sepasang pedang itu tergeser, dunia persilatan akan banjir
darah, jangan kau sentuh sepasang pedang itu!"
Kakek bertelinga tunggal itu kontan saja tertawa dingin,
serunya sinis.
"Aaah, omongan anak kecil."
Sembari berkata dia lantas mengambil salah satu dari
pedang itu.
Lan See giok menyesal sekali setelah menyaksikan
kenekatan kakek itu, dia merasa tidak seharusnya mengajak
orang itu ke mari, andaikata ia bukan teman akrab ayah-
nya, niscaya dia sudah mendorongnya keluar dari tempat
itu.
Pedang yang berada di tangan kakek bertelinga tunggal
itu bercahaya merah, di atas sarung pedangnya bertaburan
batu permata yang sangat indah, di bagian tengahnya
terdapat sebuah sulaman matahari merah dengan di sisinya
terdapat sulaman awan.
http://kangzusi.com/
Pada kedua belah sisi sarung tadi bertatahkan batu
permata kecil yang membentuk dua buah huruf kecil.
Dengan kening berkerut kakek bertelinga, tunggal itu
nampak membungkam dalam seribu bahasa, agaknya ia
tidak mengenal apa arti dari kedua huruf kuno itu.
Lan See-giok memang seorang bocah, walaupun dia tahu
kalau pedang itu dilarang disentuh, tapi setelah diambil
empek tersebut, diapun ikut maju ke depan untuk bisa
melihat lebih jelas.
Maka segera serunya setelah menyaksikan kakek
bertelinga tunggal itu hanya membungkam belaka.
"Empek, apakah pedang itu adalah Jit hoa?"
Berseri wajah kakek itu setelah mendengar ucapan
tersebut, sahutnya dengan cepat:
"Benar, pedang ini memang pedang Jit -hoa, Giok- ji,
dari mana kau bisa tahu?"
"Ayah yang mengatakan kepadaku!"
Dengan gembira kakek itu segera menekan tombol
rahasia di atas pedang itu, ”Klik!" lamat-lamat
berkumandang suara pekikan naga.
Menyusul kemudian tubuh, pedang itu melejit ke luar
sepanjang beberapa inci, seketika itu juga cahaya berkilauan
yang amat menusuk pandangan mata memancar ke empat
penjuru.
Saking emosinya seluruh tubuh kakek bertelinga tunggal
itu gemetar keras, kulit wajahnya mengejang keras . . .
"Klik!" ia masukkan kembali pedang itu ke dalam
sarungnya kemudian diletakkan kembali ke meja, setelah itu
dia mengambil pedang yang lain.
http://kangzusi.com/
"Empek, jangan dilihat lagi." buru-buru Lan See giok
mencegah, "kedua belah pedang ini sama bentuknya . . "
Tentu saja kakek itu tidak menggubris perkataan bocah
tersebut, sebelum Lan See -giok menyelesaikan kata
katanya, dia telah meloloskan pedang yang lain.
Bentuk pedang ini hampir serupa dengan pedang yang
pertama tadi, hanya bedanya di tengah sarung pedang ini
berukirkan sebuah rembulan.
la mencoba untuk mengenali tulisan kuno di gagang
pedang tersebut, tapi tak dikenal, akhirnya dengan wajah
memerah dia pura-pura bertanya:
"Giok ji, kau kenal dengan nama pedang ini?"
"Pedang itu adalah Gwat hui kiam!" jawab Lan See giok
tanpa sangsi.
Kakek bertelinga tunggal itu segera manggut-manggut
sambil memuji.
"Ehmm, ucapanmu memang benar, kedua bilah pedang
ini memang merupakan pedang Jit hoa dan Gwat hui kiam
yang menjadi idaman dari setiap umat persilatan"
"Klik!" di tengah dentingan nyaring, segera memancar ke
luar serentetan cahaya berwarna emas yang menyilaukan
mata.
"Empek" dengan perasaan tak habis mengerti Lan See
giok berseru, "menurut ayah, sepasang pedang ini adalah Jit
gwat tong kong kiam. jarang diketahui umat persilatan,
meski sudah bersejarah ribuan tahun, namun jarang sekali
muncul dalam dunia."
Seketika itu juga paras muka kakek itu berubah menjadi
merah padam, sambil melotot besar teriaknya.
"Ayahmu dengar pula dari siapa? "
http://kangzusi.com/
Sembari berkata dia menyarungkan kembali pedang itu.
"Ayah pernah membaca risalah sejarah dalam kitab
pusaka kedua pedang itu, maka ayah tahu dengan jelas."
Mendengar perkataan itu, perasaan si kakek bertelinga
tunggal itu kembali tergerak, sepasang matanya yang licik
tanpa terasa melirik sekejap. ke atas kotak emas kecil di sisi
hiolo tersebut.
Lan See-giok masih teringat selalu dengan pesan
ayahnya dulu, maka ketika dilihatnya kakek bertelinga
tunggal itu belum juga mengembalikan pedang mestika itu
ke tempatnya semula, dengan gelisah dia lantas berseru:
"Empek, cepat kembalikan pada tempatnya!"
Sekilas hawa amarah segera melintas di atas wajah kakek
itu, tapi hanya sejenak kemudian dia telah bersikap tenang
kembali, sambil manggut-manggut dia letakkan kembali ke
dua bilah pedang itu di tempat semu-la.
Lan See giok segera mengangguk puas, katanya
kemudian:
"Empek, mari kita tutup peti mati itu!".
Sembari berkata dia berjalan lebih dulu menuju ke depan
peti mati orang tuanya.
Kakek bertelinga tunggal itu mengikuti di belakangnya,
ketika ia memandang ke dalam peti mati tersebut.
mendadak paras mukanya berubah, peluh dingin segera
bercucuran.
Rupanya sepasang mata si Gurdi emas peluru perak Lan
Khong tay yang semula melotot besar, kini telah terpejam
kembali.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkesiap buru-buru seru nya kepada
Lan See giok: "Coba lihat, mata ayahmu telah memejam
kembali, kapan mata ayahmu memejam kembali?"
Ketika mengucapkan perkataan itu mata nya yang sesat
menunjukkan perasaan kuatir wajahnyapun merasa ngeri,
meski dia tidak percaya dengan setan, namun di dalam
kuburan yang sepi dan mengerikan ini, tak urung hatinya
merasa bergidik juga.
Lan See giok memandang sekejap wajah orang tuanya,
lalu menjawab:
"Sepasang mata ayahku terpejam kembali ketika aku
bersumpah akan mencincang tubuh musuh besar
pembunuhnya!"
Agak berubah wajah kakek itu, sebelum senyuman
menyeramkan segera menghiasi bibirnya, tapi dia tidak
berkata apa-apa lagi, dengan cepat ia membantu bocah itu
untuk menutup kembali peti mati tembaga tersebut, Setelah
semua selesai, Lan See giok baru menyembah beberapa kali
di depan peti mati itu, lalu sambil berdiri katanya:
"Empek, mari kita berangkat."
Dia lantas berjalan menuju ke arah luar.
Kakek bertelinga tunggal itu mengikuti di belakangnya,
sewaktu lewat di sini pedang Jit-hoa-gwat hui kiam, dia
melirik sekejap dengan sinar mata rakus, kemudian baru ke
luar dari sana.
Setelah ke luar dari ruangan kuburan, Lan See giok
segera menuju ke kamar sebelah kiri dan memutar kembali
gelang besi di atas pintu besar itu, pelan-pelan pintu besi
yang besar tadi merapat kembali.
http://kangzusi.com/
Kemudian mereka berjalan kembali ke ruangan depan,
Lan See giok mulai membenahi pakaian serta barang
keperluan sehari -harinya.
Kakek bertelinga tunggal itu nampak gelisah sekali.
beberapa kali dia nampak seperti kehabisan sabar tapi
secara tiba-tiba wajahnya berseri, satu ingatan dengan cepat
melintas dalam benaknya.
Dengan suara ramah dan penuh kasih sayang diapun
segera berkata:
"Giok ji, ambilkan makanan untuk empek mengisi perut,
aku pikir kau sendiri pun tentu sudah lapar bukan."
Lan See giok memang lapar, maka dengan cepat dia
mengambil makanan dari ruangan lain sekalian membawa
serta sebotol arak ayahnya yang belum sempat diminum.
Setelah meneguk secawan arak, kakek itu menghela
napas panjang, kemudian katanya:
"Giok ji, orang bilang perubahan cuaca sukar diduga,
nasib manusia sukar ditebak, seperti misalnya ayahmu,
apakah kemarin dia akan menduga bakal terjadi peristiwa
seperti hari ini? Seperti juga adik Wan, apakah dia akan
menduga kalau engkohnya bakal tiada, secara mendadak “
Terkesiap hati Lan See giok mendengar perkataan itu,
tanpa terasa serunya:
"Empek maksudkan bibi Wan?"
"Benar," sahut kakek itu sambil mengangguk tenang,
"yang kumaksudkan adalah bibi Wanmu -itu!"
Lan See giok segera termenung sebentar, kemudian
katanya kembali:
"Empek. benarkah bibi Wan adalah adik kandung
ayahku?"
http://kangzusi.com/
Untuk sesaat kakek bertelinga tunggal itu merenung
sebentar, kemudian setelah memandang cawan arak di meja
sekejap sahutnya:
"Mengapa secara tiba-tiba kau ajukan pertanyaan ini?
Apakah bibi Wan mu tidak menyayangi dirimu?"
"Bukan, bukan begitu." seru bocah itu serius. "bibi Wan
sangat baik kepadaku, cuma aku tidak habis mengerti
kenapa ayah ibuku belum pernah membicarakan hal itu
kepadaku? Mengapa mereka tak pernah memberitahukan
kepadaku kalau mempunyai bibi Wan yang begitu cantik."
Setelah berhenti sebentar, kembali dia melanjutkan:
"Kalau dibilang bibi Wan adalah adik kandung ayahku,
padahal ayahku she Lan sedang bibi Wan she Han, sedang
suami bibi Wan she Ciu . . . "
Kakek bertelinga tunggal itu hanya mendengarkan
dengan seksama, dia lama sekali tidak memberi komentar
apa-apa.
Mendadak dengan kening berkerut Lan See-giok berseru
"Empek, apakah kalian pernah bersua dengan bibi
Wan?"
Agak tertegun kakek bertelinga tunggal itu mendengar
pertanyaan tersebut, agaknya dia tidak menduga akan
menjumpai pertanyaan semacam itu, setelah berhasil
menenangkan dia menyahut :
"Tentu saja pernah berjumpa!"
Sambil berkata dia lantas mereguk araknya setegukan,
agaknya dia hendak menggunakan kesempatan itu untuk
menenangkan kembali hatinya.
http://kangzusi.com/
Berapa saat kemudian ia baru melanjutkan, "Cuma
waktu itu dia masih seorang gadis yang berusia lima enam
belas tahunan."
Tanpa terasa Lan See giok terbayang kembali dengan
bayangan tubuh enci Cian nya, dia lantas berseru.
"Putri bibi Wan sekarang telah berusia enam belas
tahun!"
Kakek bertelinga tunggal itu segera mengiakan dengan
mengandung sesuatu maksud, serunya sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kaupun sebaya dengan usia enci Cu mu"
"Enci Cu? Enci Cu yang mana?" Lan See -giok tertegun.
Kakek bertelinga tunggal itu segera tertawa terbahak-
bahak.
"Haaah . . haaah . . haaah . . . anak bodoh. enci Cu.
adalah Siau cu putri empek!"
Merah padam selembar wajah Lan See -giok karena
jengah, buru-buru dia menundukkan kepalanya rendah-
rendah.
Terdengar kakek bertelinga tunggal itu berkata lebih
lanjut dengan gembira.
"Anak dungu, mengapa harus malu? Di kemudian hari
kau akan siang malam hidup bersama dengan enci Cu mu,
berlatih ilmu silat bersama, bermain bersama .."
"Empek, jadi kau hendak mengajarkan Ilmu silat kepada
Giok ji?" seru Lan See giok gembira.
Sekali lagi kakek itu tertawa tergelak.
"Tentu saja!"
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok menggebrak meja keras-
keras, kemudian dengan mata melotot serunya:
"Bila Giok ji telah berhasil memiliki ilmu silat selihai
empek, aku tak akan takut lagi terhadap musuh besarku."
Paras muka kakek bertelinga tunggal itu kembali
mengejang keras, tapi ia segera mendongakkan kepalanya
sambil tertawa tergelak, pujinya berulang kali:
"Punya semangat, punya semangat, empek memang
paling suka dengan orang yang bersemangat seperti kau."
Lan See giok merasa perlu untuk memberi kabar kepada
Bibi Wan nya tentang musibah yang menimpa ayahnya,
maka dia berkata kembali:
"Cuma, sekarang aku belum bisa ikut empek untuk
belajar silat"
"Kenapa?" tanya kakek bertelinga tunggal itu terkejut,
senyuman yang semula menyelimuti wajahnya seketika
lenyap tak berbekas.
"Sebab Giok-ji merasa perlu untuk memberi kabar dulu
kepada bibi Wan atas musibah yang telah menimpa
ayahku"
Belum lagi Lan See-giok menyelesaikan kata-katanya,
sekilas perasaan kejut bercampur girang telah menghiasi
wajah si kakek yang jelek, tapi ia cukup waspada.
Dengan cepat ujarnya lagi dengan suara dalam:
"Yaa, betul! Kabar duka ini memang harus cepat-cepat
disampaikan kepadanya "
Setelah berhenti sebentar, ia seperti teringat akan sesuatu
dengan cepat dia melirik sekejap kearah bocah itu, lalu
ujarnya lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Cuma, setelah bersantap nanti kita mesti beristirahat
dulu sebelum berangkat . . . .
"Tidak usah, Giok ji tidak lelah!" tukas Lin See giok
sambil menggeleng.
"Haaah . haaah . . haaah . . anak bodoh, empek bukan
kuatir kau kecapaian, tapi aku hendak mewariskan ilmu
silat dulu kepadamu. Maka selesai bersantap nanti akan
kuberi sebutir pil penambah tenaga lebih dulu untukmu,
kemudian kau mesti duduk bersemedi sesaat sebelum
khasiat obat itu dapat diserap oleh tubuhmu."
Setelah tahu kalau dia hendak diberi pelajaran silat yang
hebat, tentu saja Lan See giok tidak mengotot lagi.
Selesai bersantap, kakek bertelinga tunggal itu
mengeluarkan sebuah buli-buli hitam dari sakunya dan
membuka penutupnya,
Bau pedas yang menusuk hidung dengan cepat menyebar
ke luar dari balik buli-buli tersebut.
Diam-diam Lan See giok berkerut kening sesudah
mengendus bau tersebut, segera pikirnya:
"Huuuh, bau obat apaan ini?, busuknya bukan buatan “
Sementara ia masih termenung, kakek bertelinga tunggal
itu telah mengeluarkan sebutir pil kecil berwarna hitam dan
mengangsurkan ke hadapan bocah itu, katanya kemudian
sambil tersenyum ramah:
"Giok ji, telanlah pil ini!"
Lan See-giok bernapsu untuk cepat memiliki ilmu silat
tinggi, meski bau obat itu busuknya menusuk hidung,
ternyata diterimanya juga tanpa sangsi, tapi sebelum ditelan
ia bertanya lagi.
"Empek tua, pil apaan ini?"
http://kangzusi.com/
"Obat ini merupakan pil penguat badan penambah
tenaga yang empek buat selama puluhan tahun lamanya
dengan mengumpulkan pelbagai bahan obat mestika dari
seantero jagad. Minum sebutir saja, tenaga dalammu akan
bertambah dengan berapa tahun hasil latihan, selain dapat
mengusir hawa dingin, menawarkan racun juga
membersihkan darah. pokoknya obat mestika semacam ini
amat langka di dunia dewasa ini.."
Mendengar kalau pil itu berkhasiat sangat banyak, tak
sampai kakek bertelinga tunggal itu menyelesaikan katanya,
mendadak Lan See giok jejalkan obat itu ke dalam
mulutnya, lalu ditelan ke dalam perut secara "paksa."
Bau busuk yang memualkan dan hawa panas yang
menyengat badan segera menyelimuti seluruh isi perutnya,
tapi demi memperoleh ilmu hebat, sekalipun obat racun dia
juga tak ambil perduli.
Bau busuk dari pil itu makin mengocok isi perutnya
dengan makin menghebat, dia merasa semakin mual dan
hampir saja muntah-muntah.
Tapi sambil menggertak gigi bocah itu berusaha untuk
mempertahankan diri.
Selintas senyum yang licik, busuk dan penuh perasaan
bangga segera menghiasi wajah si kakek yang jelek, tapi di
mulut ia masih berkata lagi dengan lemah lembut.
"Anak Giok, jangan kau tumpahkan, ketahuilah betapa
sulit dan sengsaranya empek untuk membuat pil tersebut,
bahan-bahan obatnya langka dan susah ditemukan, kalau
sudah tak tahan, cepat berbaring atau duduk di atas
pembaringan."
http://kangzusi.com/
Sambil menggigit bibir dan menahan napas Lan See giok
manggut-manggut, ia segera naik ke atas pembaringan dan
duduk bersila di situ.
"Kau harus ingat baik-baik," kata si kakek bertelinga
tunggal lagi dengan wajah bersungguh sungguh, "mulai hari
ini, setiap bulan kau harus minum sebutir, kalau tidak selain
khasiat obatnya tak akan menghasilkan apa-apa, bahkan
tiga hari setelah masa yang ditetapkan lewat, kau bisa
muntah darah sampai mati!"
Tak terlukiskan, rasa kaget Lan See giok setelah
mendengar perkataan itu, sambil berusaha keras menekan
perasaan sakit dan menderita yang mengocok isi perutnya,
dia bertanya:
"Berapa butir lagi yang harus kutelan?"
"Dua belas butir, tepat setahun!" jawab kakek itu sambil
tertawa bangga penuh kelicikan.
Lan See giok tidak berbicara lagi, ia segera mengangguk.
Baginya, seorang lelaki hendak membalas dendam,
sepuluh tahunpun belum terhitung lambat, apalagi cuma
setahun.
Sementara ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
seluruh tubuhnya terasa remuk dan sakitnya bukan
kepalang, tulang belulangnya seakan-akan hancur
berantakan, peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran
membasahi sekujur badannya.
Lan See-giok makin terkesiap, meski ia belum pernah
minum pil penambah tenaga, tapi ia percaya bau sebutir pil
mestika tak akan, sebusuk pil yang telah diminumnya
barusan -
http://kangzusi.com/
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
terdengar kakek itu berkata lagi. "
"Giok-ji. jangan mencabangkan pikiranmu, sekarang
daya kerja obat itu baru menyebar cepat, kerahkan tenaga
dalammu untuk membawa sari obat ke seluruh bagian
tubuhmu, kemudian seraplah khasiat obat itu dengan
tenaga dalammu."
Mendengar pesan itu, buru-buru Lan See- giok
mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghisap sari obat
yang dimaksudkan.
Dalam penderitaan yang luar biasa, mendadak ia merasa
kepalanya amat pusing dan kelopak matanya makin lama
terasa semakin berat.
Tapi dia masih sempat mendengar kakek itu berpesan:
" - - Kau harus tahu, orang bilang obat yang pahit justru
merupakan obat paling mujarab untuk menyembuhkan
penyakit"
Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, Lan See
giok masih sempat mendengar sepatah dua patah kata lagi,
tapi lambat laun kesadarannya makin pudar dan
menghilang, sebelum ingatan terakhir lenyap dari
benaknya, dia seakan akan mendengar kakek bertelinga
tunggal itu tertawa terbahak- bahak dengan seramnya.
Entah berapa saat kemudian . . .
Pelan-pelan Lan See giok sadar kembali dari pingsannya,
entah mengapa ternyata dalam mulutnya masih tersisa
sedikit bau harum yang semerbak dan menyegarkan badan.
Ia merasa amat keheranan mengapa pil yang busuk
baunya bisa berubah menjadi harum dan segar setelah
dipakai untuk mengatur pernapasan?
http://kangzusi.com/
Dengan cepat dia berpaling ke sekitar situ, namun empek
bertelinga tunggal itu sudah tidak nampak lagi, segera
pikirnya:
"Heran, ke mana perginya empek tua?"
Dengan cepat dia melompat turun dari atas
pembaringan, baru saja menggunakan sedikit tenaga,
mendadak lambungnya terasa mual sekali hingga tak tahan
dia segera tumpah-tumpah.
Sebenarnya dia masih ingat dengan pesan empeknya dan
ia tak berani muntah, tapi rasa mual dalam perutnya
sungguh tak tertahan lagi sehingga tak tahan lagi..
"Uaakk." . . . gumpalan bau busuk bercampur air
berwarna hitam, segera berhamburan keluar dari mulutnya
dan berceceran di atas tanah.
Memandang gumpalan air hitam yang berceceran di
tanah, tanpa terasa timbul perasaan curiga dalam hati Lan
See giok, dengan cepat dia mencoba untuk mengatur
pernapasan, ternyata segala sesuatunya berjalan lancar,
bahkan tidak terasa adanya hambatan apa-apa.
Maka sambil menghimpun tenaga dalamnya ke dalam
telapak tangan kanan, dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat
ke arah mulut lorong..
Hembusan angin puyuh yang dahsyat diiringi suara
desingan yang memekakkan telinga langsung menggulung
ke dalam lorong itu dan membawa habis seluruh debu dan
pasir yang berada di sekitar situ.
Ketika angin pukulan itu sudah lewat, permukaan tanah
kelihatan licin dan rata, malah di balik lorong sana
kedengaran suara gemuruh yang memekakkan telinga.
http://kangzusi.com/
Kejut dan girang Lan See giok setelah menyaksikan
kejadian itu, ternyata tenaga dalamnya telah peroleh
kemajuan pesat, sehingga tanpa terasa dengan perasaan.
Menyesal dan jengkel dia memandang sekejap lagi ke
arah gumpalan air hitam yang ditumpahkan ke luar tadi,
pikirnya :
"Coba kalau air hitam itu tidak muntah ke luar, oooh
betapa beruntungnya aku, tentu tenaga dalam yang kumiliki
akan jauh lebih dahsyat . . "
Pada saat itulah . . . .
Mendadak ia mendengar suara jeritan kaget yang parau
dan memekakkan telinga berkumandang datang dari arah
kuburan raja-raja dalam lorong rahasia sana, suara jeritan
itu penuh disertai perasaan ngeri.
Menyusul kemudian kedengaran pula suara gemuruh
yang dahsyat menggoncang kan seluruh permukaan bumi,
banyak lapisan langit-langit kuburan yang berguguran ke
tanah
Lan See-giok terkejut sekali dia merasa amat kenal
dengan jeritan kaget itu, sambil tampaknya sangat mirip
dengan suara jeritan empeknya.
Maka sambil menghimpun tenaga dalamnya ke dalam
telapak tangan, lalu mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya, dia bergerak menuju ke dalam lorong rahasia
tersebut.
Semakin ke dalam, dia merasakan getaran pada dinding
gua makin keras, suaranya juga makin lama semakin
mengerikan.
Lan See giok gugup sekali, dengan cepatnya dia lari
menuju be depan pintu besi di muka kuburan raja-raja.
http://kangzusi.com/
Waktu itu suara aneh tadi sudah sirap, suasana dalam
kuburan pun telah pulih kembali dalam keheningan, pintu
gerbang besi tetap tertutup sedangkan mutiara itupun masih
memancarkan sinar yang redup.
Lan See giok makin keheranan, dia tidak habis mengerti
mengapa empek bertelinga satu itu belum juga ditemukan,
terpaksa dengan suara pelan dia berseru.
"Empek tua, empek tua - - -!"
Namun kecuali suara yang mengandung dan memantul
di empat penjuru tidak kedengaran suara lainnya.
Terpaksa Lan See giok menghimpun tenaga dalamnya ke
dalam sepasang tangan, yang satu dipakai untuk menutupi
muka, yang lain dipakai melindungi dada, dengan sorot
mata yang tajam pelan-pelan dia berjalan menuju ke depan .
..
Dia tahu ada orang bersembunyi di dalam kuburan kuno
itu, dan jelas apa yang telah dibicarakan dengan empeknya
tadipun sudah didengar oleh orang yang "bersembunyi" di
balik kegelapan tersebut.
Makin dipikirkan pemuda itu merasa semakin terkesiap,
dengan kepandaian si empek bertelinga satu yang begitu
lihaypun ia tak berhasil menemukan orang yang
menyembunyikan diri itu, bukankah hal ini menunjukkan
kalau kepandaian yang dimiliki orang itu sudah mencapai
ke tingkatan yang luar biasa ?
Sementara pelbagai ingatan berkecamuk dalam
benaknya, ia sudah tiba di kamar batu sebelah kiri, tapi apa
yang kemudian terlihat membuatnya terperanjat.
Tombol rahasia untuk membuka pintu gerbang kuburan
raja-raja telah terbuka, sedang sesosok bayangan hitam
terkapar di atas tanah.
http://kangzusi.com/
Ketika orang itu diperiksa dengan seksama, ternyata dia
adalah si empek bertelinga satu.
Buru dia memburu ke sisinya dan memeriksa keadaan
empeknya, tampak empek bertelinga satu terkapar dengan
wajah pucat, wajah penuh air keringat dan napas memburu,
dia kelihatan amat ketakutan selain merasa terperanjat
sekali.
Gejala ini menunjukkan gejala seseorang yang terkena
totokan, maka Lan See giok segera berjongkok dan
menepuk pelan di atas jalan darah Mia bun hiatnya.
Kakek bertelinga satu itu menghembuskan napas
panjang-panjang lalu mendusin.
Mendadak dia melompat dari atas tanah sambil
membentak keras, telapak tangan kanannya langsung
dibabat ke atas tubuh Lan See giok.
Dengan terperanjat bocah itu segera menjerit.
"Empek, aku. . ."
Telapak tangan kanannya yang penuh dengan himpunan
tenaga dalam itu segera diayunkan pula untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Blaaammm. .!" di tengah benturan keras, hawa tajam
segera memancar ke empat penjuru, akibatnya Lan See giok
dan kakek bertelinga tunggal itu sama-sama mundur dengan
sempoyongan dan. . .
"Duuuk!" bahu masing-masing menumbuk di atas
dinding.
Mimpipun Lan See giok tidak menyangka kalau dia bisa
menyambut serangan si empek bertelinga tunggal yang
maha dahsyat itu, cepat dia mencoba untuk mengatur
http://kangzusi.com/
napas, ternyata tidak ditemukan sesuatu gejala yang
menunjukkan ketidak beresan.
Maka ditatapnya si empek yang sedang bersandar di atas
dinding dengan wajah tertegun, kemudian teriaknya keras-
keras:
"Empek, aku yang datang, aku adalah Giok ji!"
Dengan cepat kakek itu menenangkan kembali
pikirannya, dalam keadaan seperti ini dia tak sempat lagi
untuk memikirkan mengapa Lan See giok bisa mendusin
kembali, mengapa tenaga pukulannya masih begitu dahsyat
dan hebat walaupun sudah minum pil hitam pemberiannya.
Maka dengan mata melotot bentaknya keras-keras.
"Apakah kau yang menyergapku barusan?"
Lan See giok agak tertegun, kemudian menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Bukan, bukan aku, aku baru memburu ke mari setelah
mendengar teriakanmu tadi."
Dengan cepat kakek itu membalikkan badannya lalu
mencari ke arah ruang dalam dengan gugup, sesudah itu
teriaknya gelisah:
"Mana pedang dan kotak kecil itu?"
Sekali lagi Lan See giok tertegun, menanti dia berpaling
lagi, di jumpai batu di atas permukaan tanah telah terbuka,
dia segera menjerit kaget:
"Haaah, gelang besar pembuka pintu besi telah rusak!"
Dengan cepat dia memburu ke depan dengan terburu-
buru.
Dalam pada itu kesadaran si kakek bertelinga tunggalpun
telah pulih kembali seperti sedia kala, sekarang dia mengerti
http://kangzusi.com/
sudah bahwa orang yang menotok jalan darahnya barusan
bukanlah Lan See giok.
Diapun melihat gelang besi di permukaan batu itu sudah
dihancurkan berkeping- keping oleh seorang dengan ilmu
Tay-lek-kim- kong ci, sedang rantainya juga telah pada
menyusup masuk ke dalam lubang bagian bawah.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka si kakek
berubah menjadi pucat pias, sinar matanya memancarkan
rasa kaget dan cemas peluh sebesar kacang kedelai pun
jatuh bercucuran dengan deras.
"Empek, kunci yang mengendalikan pintu gerbang
menuju ke makam raja-raja telah putus, sejak kini tiada
orang yang bisa memasuki makam tersebut lagi,” kata Lan
See giok secara tiba-tiba dengan gelisah.
Kakek itu tidak menjawab, dia hanya berdiri termangu-
mangu, dia tahu hari ini telah berjumpa dengan seorang
jago lihay.
Setelah menutup kembali lapisan batu itu, sambil
memandang si kakek dengan keheranan Lan See giok
bertanya.
"Empek tua, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Kakek bertelinga tunggal itu hanya menatap wajah Lan
See giok lekat-lekat, sampai lama sekali tak mengucapkan
sepatah katapun.
Melihat empeknya tidak berbicara Lan See giok terpaksa
harus berkata lagi:
"Waktu Giok ji bangun, tiba-tiba kudengar empek
berteriak, menyusul kemudian terdengar suara gemuruh
nyaring, buru-buru Giok ji menyusul ke mari, ternyata jalan
darah empek sudah ditotok orang."
http://kangzusi.com/
Sementara itu paras muka si kakek bertelinga tunggal
telah pulih kembali seperti sedia kala, meski dia masih kesal
tapi ia masih mempunyai pengharapan, maka katanya
setelah menghela napas sedih.
"Aaai, tampaknya kehendak takdirlah yang menentukan
segala sesuatunya, sungguh tak nyana kedatangan empek
terlambat selangkah sehingga pedang Jit hoa gwat hui tong
kong kiam serta kedua macam kotak kecil itu keburu dicuri
orang."
Lan See giok merasa terkejut sekali setelah mendengar
perkataan itu, buru-buru tanyanya dengan gelisah.
"Empek, siapakah orang itu?"
"Entahlah, waktu itu empek sedang bersemedi,
mendadak kudengar suara gemerincing, seperti pintu besi
makam raja-raja dibuka orang. aku jadi curiga dan
memburu ke situ. Kujumpai pintu makam sudah terbuka
sedang kedua bilah pedang dan kotak kecil itu sudah
terletak di atas tanah, empek menjadi keheranan, baru saja
akan masuk ke dalam pintu, tahu-tahu jalan darahku telah
ditotok orang."
Lan see giok tidak berpikir lebih jauh, ia menganggap
kesemuanya itu benar, maka tanyanya lagi dengan
keheranan:
"Lantas di manakah orang itu sekarang?" Ketika
mendengar pertanyaan itu, mencorong sinar tajam dari
balik mata kakek bertelinga tunggal itu, dia seperti teringat
akan sesuatu, mendadak ditariknya tangan Lan See giok
dan diajak berlarian menuju ke luar makam tersebut. "Cepat
lari!"
Lan See giok dibuat kebingungan oleh tindakan yang
amat tiba-tiba itu, tapi melihat kegugupan kakek itu, dia
http://kangzusi.com/
tahu kalau keadaan pasti gawat, maka tanpa komentar, dia
mengikuti di belakang nya.
Ilmu meringankan tubuhnya memang lihay tapi sekarang
anak itu merasa ilmunya semakin lihay lagi, kenyataan
tersebut membuatnya semakin berterima kasih atas
pemberian pil bau dan hitam dari si empek.
Setibanya di ruang tengah, kakek itu sama sekali tidak
memberi kesempatan kepada Lan See giok untuk berhenti,
tanpa berhenti dia menarik Lan See giok menuju ke luar
makam.
Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di luar makam,
waktu itu matahari sedang bersinar terang, pepohonan
siong melambai lambai terhembus angin.
Kakek bertelinga tunggal itu tidak menghiraukan
keadaan alam di sekitar sana, dengan cepat dia
menghentikan gerakan tubuhnya sambil bertanya :
"Di manakah letak kunci pengatur pintu masuk ke dalam
makam?"
"Di bawah meja altar dari batu itu," jawab si bocah
gugup.
Buru-buru mereka berdua menyelinap ke depan makam
dan tiba di depan altar yang dimaksudkan.
Lan See giok segera membungkukkan badan menyingkap
rerumputan di balik kuburan dan membuka sebuah batu, di
bawah batu itu terdapat sebuah gelang besi kecil.
Kakek itu nampak terkejut bercampur girang, dengan
mata berkedip dia mendorong Lan See giok ke samping.
Karena tak diduga akan didorong, Lan See-giok jatuh
terduduk di atas tanah, sementara sepasang matanya
terbelalak lebar dengan wajah tidak habis mengerti.
http://kangzusi.com/
Dengan sikap tergesa-gesa, kakek itu segera menarik
gelang besi itu keras-keras. Suara gemerincing terdengar,
pintu belakang makam kosong itu segera menutup rapat.
Tiba-tiba kakek itu membentak keras, telapak tangan
kirinya secepat kilat membabat rantai besi yang sedang
dicengkeram dengan tangan kirinya itu-
Tak terlukiskan rasa terperanjat Lan See giok
menyaksikan kejadian itu, segera teriaknya terperanjat.
"Empek, jangan"
Belum habis dia berkata, rantai di bawah gelang besi itu
sudah terpapas kutung.
"Blaaammm!"
Pintu belakang makam segera merapat keras-keras,
menyusul kemudian terdengar suara gemuruh dan
goncangan yang amat dahsyat
ooo0dw0ooo

BAB 4
PERIS TIWA DI TEPI TELAGA

KAKEK bertelinga tunggal itu segera membuang gelang


besi di tangannya dan mendongakkan kepalanya sambil
tertawa terbahak bahak.
Suara tertawanya keras dan mengerikan, membuat siapa
pun yang mendengar merasakan bulu kuduknya pada
bangun berdiri.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa terkejut sampai duduk termangu
mangu, untuk sesaat lamanya dia sampai tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Menanti kakek itu telah berhenti tertawa, ia baru berseru
agak tergagap:
"Empek, kau. . . ."
Sebelum habis Lan See giok berkata, si kakek bertelinga
tunggal itu telah tertawa tergelak kembali.
"Haaah . . . haaah . . . haaah . -aku hendak menggunakan
cara ini untuk menunjukkan betapa lihainya aku Oh Tin
san!"
Sekarang Lan See giok baru mengerti, rupanya kakek itu
bertujuan untuk merusak pintu masuk makam raja tersebut,
agar orang yang mencuri pedang tewas terkurung di dalam
makam tersebut
Berpikir sampai di situ, dia lantas berseru :
"Tapi, bukankah di dalam makam terdapat pula tombol
rahasia untuk membuka pintu tersebut?"
"Haaah haaah- haaah.. bocah bodoh, jika tombol di
depan sudah putus, yang di dalam pun ikut rusak, sebab
rantai itu kan saling berhubungan satu sama lain nya." sela
Oh Tin san sambil tertawa seram.
Lan See giok menjadi gugup, mendadak sambil
melompat bangun serunya cemas:
"Tapi empek. . . pakaianku masih berada dalam ruangan
dalam!"
"Aaah, apalah artinya pakaian? Biar lain kali enci Cu mu
yang buatkan pakaian baru buat dirimu "
http://kangzusi.com/
"Tapi di sana masih ada pula senjata rahasia andalan
ayahku Khong sim liang gin tan, semuanya berada dalam
buntalan."
"Empek akan mewariskan segenap kepandaianku
kepadamu, kepandaian empek justru jauh lebih hebat
daripada kepandaian peluru perak ayahmu itu, sudahlah,
kau tak usah memikirkan soal itu lagi."
Selesai berkata dia lantas menarik tangan Lan See giok
sambil menambahkan:
"Hayo berangkat, kita bersama sama mencari bibi Wan
mu lebih dulu." Dia lantas menarik tangan bocah itu berlalu
dari sana.
Walaupun Lan See giok merasa tak senang hati, tapi
setelah pintu makam tertutup, -dia tahu gelisahpun
percuma, terpaksa sambil mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya ia mengikuti di samping kakek tersebut.
Dalam hati kecilnya dia yakin kalau orang mencuri
pedang dan kotak kecil itu sudah berhasil ke luar dari
makam, itu berarti tindakan yang dilakukan empek
bertelinga tunggal hanya sia-sia belaka.
Sebaliknya berbeda dengan jalan pemikiran Oh Tin san.
dia mengira pencuri itu masih bersembunyi dalam kuburan
dan mencuri dengar pembicaraan Lan See giok, terutama
tentang jejak kotak kecil tersebut.
Begitulah, setelah ke luar dari kompleks makam raja-raja,
mereka lantas menelusuri jalan-jalan kecil menuju ke
depan.
Sepanjang jalan, Lan See giok memperhatikan sekejap
pemandangan di sekitar kompleks makam itu dengan
pandangan sayu, ia merasa pemandangan di sekeliling
http://kangzusi.com/
tempat itu seakan akan telah berubah, berubah menjadi
lebih mengenaskan dari pada kematian ibunya dulu.
Sekarang, ayahnya yang dicintai pun telah tiada, suasana
riang gembira yang masih mencekam perasaannya kemarin,
kini telah berubah menjadi kesedihan yang luar biasa.
Teringat akan kematian ayahnya, diapun teringat pula
pada masalah siapakah musuh besar pembunuh ayahnya . .
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
dengan cepat tanyanya: "Empek, menurut pendapatmu,
mungkinkah orang yang mencuri pedang itu adalah orang
yang telah membunuh ayahku?"
Agaknya Oh Tin san sendiripun sedang membayangkan
kembali peristiwa yang baru dialaminya, mendengar
pertanyaan tersebut ia ragu sejenak, kemudian sahutnya.
"Yaa, kemungkinan saja benar, mungkin memang dia!"
Mendengar itu Lan See giok segera berkerut kening,
pikirnya.
"Andaikata orang yang membunuh ayah adalah orang
yang mencuri pedang, berarti sekalipun, kupelajari segenap
ilmu silat yang dimiliki empek juga percuma, toh empek
sendiripun bukan tandingannya. . .?" Berpikir sampai di
situ, dia lantas bertekad untuk mencari tokoh persilatan lain
untuk belajar silat darinya - -
Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar
Oh Tin san menegur dengan suara dalam:
"Giok ji, apa yang sedang kau pikirkan?"
"Oooh- - - aku sedang berpikir, dengan kepandaian silat
empek yang begitu lihai pun, kau tidak merasa ada orang
menguntit di belakangmu, hal ini menunjukkan kalau
kepandaian silat yang dimiliki orang itu luar biasa sekali!"
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Oh Tin san mendengar
ucapan tersebut, ia segera tertawa dingin, lalu katanya.
"Hmmm, kalau kerjanya hanya main kuntit, main sergap
secara pengecut, meski berilmu tinggi juga tidak terhitung
seorang enghiong"
Kemudian sambil mendengus marah dia percepat
gerakan tubuhnya menuruni bukit tersebut.
Lan See giok tahu kalau empeknya lagi marah, maka
diapun tak berani banyak berbicara lagi, sambil
memperketat larinya dia menyusul ke sisi tubuh kakek itu.
Setelah turun dari bukit, sebuah sungai kecil terbentang
di depan mata. di depan sungai merupakan sebuah
kompleks tanah pekuburan yang telah terbengkalai.
Ketika tiba di tepi sungai, Oh Tin san sama sekali tidak
berhenti, melejit ke udara untuk menyeberanginya.
Terpaksa Lan See-giok ikut mengenjotkan badannya dan
menyusul pula dari belakang..
Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Tin
san, dia seperti teringat akan sesuatu, mendadak bentaknya
keras-keras:
"Giok -ji, berhenti!"
Seraya berseru keras, dia segera menghentikan gerakan
tubuhnya lebih dahulu.
Lan See-giok segera menghentikan pula gerakan
tubuhnya, tapi ia sudah terlanjur maju delapan depa dari
pada empeknya.
Dengan kening berkerut Oh Tin San segera mengawasi
wajah Lan See giok yang putih segar itu lekat-lekat,
sementara perasaan tertegun bercampur keheranan
menyelimuti wajahnya yang jelek.
http://kangzusi.com/
Dihampirinya bocah itu dengan langkah lebar, kemudian
diamatinya jalan darah Sim keng hiat diantara alis mata
Lan See giok lekat-lekat, sampai lama kemudian ia baru
bertanya
"Giok ji, bagaimana rasamu sekarang?"
Ditatap sedemikian tajam oleh empek nya, Lan See giok
merasa jantungnya berdebar keras, dia mengira empek
bertelinga tunggal ini sudah tahu kalau obat busuk yang
diminumnya telah muntah ke luar, maka dengan agak
takut-takut sahutnya
"Sekarang aku merasa baik sekali empek, benar-benar
sangat baik, bahkan tenaga dalamku telah memperoleh
kemajuan yang cukup pesat".
Sekali lagi Oh Tin sun mengamati kening Lan See giok
dengan mata sesatnya, betul juga ia tidak menjumpai gejala
keracunan diantara wajah bocah tersebut.
Malah sebaliknya dia nampak lebih cerah lebih
bersemangat dan matanya lebih tajam, bahkan ilmu
meringankan tubuhnya tidak kalah kalau dibandingkan
dengan kemampuan sendiri.
Itu berarti di balik kesemuanya itu pasti ada hal-hal yang
luar biasa sekali.
Maka sambil manggut-manggut pura-pura menaruh
perhatian khusus. dia menuding ke arah sebuah bongpay
(batu nisan) yang tergeletak tak jauh dari situ, lalu katanya
dengan serius:
"Coba bacoklah batu nisan ini!"
Lan See giok merasa amat tegang, dia kuatir empeknya
merasa tidak puas dengan hasil yang diperolehnya, maka
setelah mengiakan, sambil menghimpun tenaga sebesar
http://kangzusi.com/
sepuluh bagian, pelan-pelan dia berjalan mendekati batu
nisan tersebut.
Oh Tin san makin tercengang lagi ketika melihat jalan
darah Thian teng hiat di tubuh Lan See giok tidak
menunjukkan gejala hijau kehitam hitaman sewaktu
menyalurkan tenaga, ia tidak habis mengerti apa gerangan
yang sebenarnya telah terjadi.
Dalam pada itu, Lan See giok sudah berhenti pada tujuh
langkah di depan batu nisan tersebut.
Sambil mengawasi batu nisan itu lekat-lekat, tenaga
dalam yang dihimpun ke dalam telapak tangan kanannya
makin diperkuat, ia berharap batu nisan tersebut bisa
dihajarnya sampai hancur menjadi dua bagian.
Maka diiringi bentakan nyaring, telapak tangan
kanannya sekuat tenaga diayunkan ke bawah-
"Blaaammm. ." diantara ledakan keras yang terjadi, asap
hijau mengepul diantara percikan batu dan pasir.
Lan See giok menjadi tertegun, dia tak -tahu bagaimana
caranya untuk menarik kembali telapak tangan kanannya
yang telah dilontarkan ke depan tersebut. . .
Paras muka Oh Tin san kontan saja berubah hebat,
mimpipun dia tak menyangka kalau Lan See giok memiliki
tenaga dalam yang begitu sempurna, bahkan pengaruh
racun keji Cui ban hwe khi ngo tok wan (pil panca bisa
pembawa hawa ngantuk dan bodoh) kehilangan
kemampuannya.
Setelah berhasil menenangkan hatinya, Lan See giok
merasa terkejut bercampur gembira, mendadak dia
membalikkan badan nya dan menubruk ke arah Oh Tin san
sambil bersorak sorai.
http://kangzusi.com/
Melihat itu buru-buru Oh Tin san menunjukkan sikap
senyum dan ramahnya, bahkan menyambut kedatangan
bocah itu dengan uluran tangannya.
Begitu menubruk masuk ke dalam pelukan kakek itu,
Lan See giok segera berteriak memanggil nama empeknya
dengan penuh kegembiraan.
"Empek- oooh, empek”
Oh Tin san pura-pura turut tertawa gembira, katanya:
"Giok ji, bakatmu bagus, tulangmu baik asal mau belajar
dengan bersungguh hati, niscaya segenap kepandaian silat
empek yang lihai dapat kau pelajari semua.
Berbicara sampai di situ, tangannya meraba bahu, kepala
dan punggung bocah itu, kemudian sambil tertawa dia baru
bertanya.
"Giok ji, apakah tenaga pukulanmu dulu dapat
menghancurkan batu nisan ini?"
Sambil mendongakkan kepalanya yang basah karena air
mata kegirangan, Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Tidak, dulu aku hanya sanggup menghantam, batu
nisan itu hingga terbelah menjadi dua, tapi selamanya tak
pernah menimbulkan ledakan yang menghancur lumat kan
batu nisan tersebut".
Oh Tin san makin berkerut kening sementara dalam
hatinya merasa terkejut, dia lantas menduga Lan See giok
pasti sudah menjumpai sesuatu penemuan aneh ketika ia
meninggalkan nya seorang diri tadi.
Maka diapun kembali tertawa terbahak bahak pura-pura
gembira.
http://kangzusi.com/
Belum sempat dia bertanya lagi, tiba-tiba berkumandang
suara rintihan penuh rasa kesakitan dari sisi tempat itu.
Lan See giok segera menangkap suara itu, dengan wajah
terkejut bercampur heran tanyanya, kepada Oh Tin san:
"Empek, suara apakah itu?"
Oh Tin san tidak menjawab pertanyaan itu, hanya
sepasang matanya yang tajam memperhatikan sekeliling
tanah pekuburan itu dengan seksama dan amat berhati-hati.
Sekali lagi terdengar suara rintihan, kali ini suara tersebut
kedengaran berasal dari balik sebuah kuburan bobrok.
Sambil membentak nyaring Lan See giok segera
menubruk ke arah mana datangnya suara tersebut.
Begitu sampai di tempat tujuan, paras mukanya Segera
berubah hebat, ia tak menyangka kalau di dalam kuburan
yang terbengkalai dan peti mati, yang hancur bakal
ditemukan sesosok tubuh manusia yang penuh
bermandikan darah segar.
Orang Itu mengenakan pakaian kasar dengan jenggot
pendek di bawah dagunya, muka ceking yang berbentuk
segi tiga pucat pias tak nampak warna darah, terutama
sekali atas ubun ubunnya yang tumbuh sebuah bisul besar,
membuat tampangnya kelihatan aneh sekali.
Belum lagi Lan See giok mengajukan sesuatu
pertanyaan. Tiba-tiba terasa bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu Oh Tin San sudah melewati dari sisinya
dan menghampiri orang itu.
Paras muka Oh Tin san nampak pucat pias pula seperti
mayat, sementara sepasang mata sesatnya berkedip kedip
tanpa tujuan.
http://kangzusi.com/
Agaknya waktu itu orang yang terluka tersebut telah
mendengar suara manusia, pelan-pelan diapun membuka
kembali sepasang matanya dengan sayu dan lemah.
Ketika orang itu berjumpa dengan Oh Tin san, sorot
matanya semakin memancarkan rasa kaget dan gelisah,
bibirnya yang pucat pias gemetar tiada hentinya, kulit
mukanya mengejang terus. Dia seperti hendak
mengucapkan sesuatu kepada Oh Tin san, tapi seperti pula
merasa ketakutan setengah mati.
Lan See giok sangat tidak mengerti menghadapi kejadian
seperti itu, baru saja dia hendak berjongkok untuk
mengajukan pertanyaan, mendadak terdengar Oh Tin san
membentak keras:
"Jangan kau sentuh dia. . ."
Lan See giok amat terperanjat, serta merta dia melompat
bangun dengan perasaan tak menentu.
Paras muka Oh Tin san kelihatan berubah sangat aneh,
matanya yang sesat berkeliaran kesana ke mari dengan
panik, akhirnya dengan suara rendah tapi tegang bisiknya:
"Cepat kau lari ke tepi sungai dan ambilkan sedikit air!"
Lan See giok tak berani berayal, dia tahu empek
bertelinga satu hendak menyelamatkan orang itu, cepat-
cepat dia lari menuju ke tepi sungai tersebut.
Dengan cepat dia mengambil air dengan sepasang
tangannya, kemudian cepat-cepat lari balik ke tempat
semula.
Tapi ketika ia tiba di situ, tampak olehnya Oh Tin san
sedang memandang ke arah peti mati itu sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa amat terperanjat. dia tahu gelagat
tidak beres, cepat-cepat dihampirinya peti mati itu, ternyata
orang tersebut sudah tewas dalam keadaan mengerikan.
wajahnya masih diliputi oleh perasaan kaget dan marahnya,
sementara sepasang matanya membalik ke atas.
Ketika melihat pula wajah Oh Tin san, meski sikapnya
jauh lebih tenang namun air keringat nampak membasahi
jidat serta hidungnya.
Dengan perasaan tak habis mengerti Lan See giok segera
bertanya:
"Empek, mengapa orang itu mati?"
Oh Tin san segera menghela napas panjang, katanya
dengan sedih:
"Luka yang dideritanya kelewat parah"
Seraya berkata, tanpa terasa dia menyeka air keringat
yang membasahi jidatnya, setelah itu ujarnya lebih jauh.
"Anak Giok, mari kita pergi!"
Sampai di situ, dia lantas membalikkan badannya siap
berlalu dari situ.
"Empek. apakah kita tak akan mengubur nya lebih
dulu?" seru Lan See giok dengan gelisah.
Mendengar itu. Oh Tin san segera menghentikan
langkahnya sambil membalik kan badan, kemudian setelah
memandang ke arah Lan See-giok, katanya:
"Sungguh tak kusangka kau si bocah berjiwa ksatria dan
penuh rasa kemuliaan, baiklah, pergilah kau untuk mencari
beberapa buah peti mati yang sudah rusak!"
Lan See giok tidak menjawab, dia segera pergi mencari
kayu.
http://kangzusi.com/
Melihat itu. Oh Tin-san segera mencibirkan sekulum
senyuman dingin yang menggidikkan hati.
Lan See giok merasa tidak habis mengerti, tapi dia lantas
menduga mungkin empeknya menggerutu kepadanya
karena banyak urusan, maka diapun tidak memikirkan
persoalan itu di dalam hati, papan peti mati yang berhasil
dikumpulkan itu lantas dijajarkan ke atas tanah.
Mendadak..
Mencorong sinar mata Lan See-giok. dengan wajah
berubah hebat ia membuang kayu peti mati yang masih
dipegangnya tadi dan segera berjongkok.
Ia menyaksikan gumpalan darah membasahi iga kiri
orang itu, ternyata pada tulang iga ke tiga di bawah ketiak
kirinya terdapat sebuah mulut luka sebesar buah tho.
Dengan cepat Lan See giok menjadi sadar kembali,
tampaknya orang inilah orang yang kena tertusuk oleh
senjata gurdi emas dari balik dinding ruangan semalam,
mungkin oleh si manusia bermata satu itu dia di buang di
sana.
Maka seraya mendongakkan kepalanya, dia berkata
kepada On Tin san.
"Empek tampaknya orang inilah yang tanpa sengaja
dilukai oleh Si bayangan setan bermata tunggal dengan
senjata gurdi emas semalam. “
Oh Tin san berlagak seakan akan terkejut bercampur
keheranan, kemudian sorot mata nya dialihkan ke tubuh
mayat tersebut dan tidak berkata apa-apa lagi.
"Coba kalau empek berhasil menolong jiwa orang ini,
keadaannya pasti akan lebih baikan!" seru Lan See giok
kemudian sambil mengawasi mayat tersebut.
http://kangzusi.com/
"Mengapa?" tanya Oh Tin san seperti tak mengerti.
"Sudah pasti orang ini mengetahui siapakah pembunuh
terkutuk yang telah membinasakan ayahku!"
Sembari menggumam dia lantas bekerja keras untuk
mengebumikan jenazah orang itu,
Dengan tenang Oh Tin-san memperhatikan Lan See giok
bekerja, dia tidak berbicara pun tidak berkutik, seakan-akan
benaknya penuh dengan persoalan.
Menanti Lan See-giok selesai bekerja, dia baru berkata
lagi:
"Mari kita pergi !"
Sambil berkata, ia lantas berjalan paling dulu.
Lan See-giok memandang sekejap ke arah peti mati yang
sudah tertutup rapat itu, kemudian baru menyusul di
belakang Oh Tin san.
"Empek, apakah kau kenal dengan orang ini?" tanyanya
kemudian dengan perasaan ingin tahu.
Oh Tin san termenung dan berpikir beberapa saat,
kemudian baru sahutnya:
"Aku tidak kenal dengan orang ini, tapi kalau dilihat dari
ciri khas wajahnya yang berbentuk segi tiga, beralis lebar,
kepalanya ada benjolan daging, tampaknya dia mirip sekali
dengan To ciok-siu (binatang bertanduk tunggal) Siau gi . .
."
Hampir saja Lan See giok menjerit tertahan setelah
mendengar nama orang itu, diam-diam dia merasa
keheranan, kenapa gelar yang digunakan orang-orang itu
semua nya menggunakan kata To ?
http://kangzusi.com/
Si mata tunggal, si lengan tunggal, si kaki tunggal, si
tanduk tunggal, masih ada apa tunggal lagi? Tiada hentinya
dia berpikir di dalam hati kecilnya . .
Mendadak, berkedip sepasang mata Lan See giok,
sekujur badannya menggigil keras, ketika ia mendongakkan
kepala tampak olehnya Oh Tin-san sudah berada puluhan
kaki jauhnya di depan sana.
Sekarang dia telah dapat menenangkan kembali hatinya,
maka tubuhnya segera bergerak lagi ke depan, sementara
sepasang matanya yang jeli mengawasi terus telinga Oh Tin
san yang tinggal satu itu.
Lan See giok mempunyai persoalan di dalam hati, maka
dia pun mengerahkan segenap kekuatannya untuk
melakukan perjalanan, tak selang berapa saat kemudian ia
telah berhasil menyusul si kakek itu.
Sekali lagi dia mendongakkan kepalanya memperhatikan
telinga Oh Tin san yang tinggal satu, kemudian bibirnya
bergetar beberapa kali seperti menggumamkan sesuatu.
Tapi, bagaimanapun juga dia merasa tak punya
keberanian untuk menanyakan julukan dari empeknya ini,
tapi ingatan lain berkecamuk pula dalam benaknya untuk
menyanggah jalan pemikiran yang pertama:
"Aaaah- masa empek pun mempunyai julukan yang
mempergunakan julukan To”
Sementara ingatan itu masih melintas di dalam
benaknya, kedua orang itu sudah berjalan ke luar dari
hutan, di depan mata sekarang terbentang persawahan dan
hutan bambu.
Oh Tin san mendongakkan kepalanya memandang
sekejap matahari yang telah condong ke barat, lalu
tanyanya dengan suara lembut:
http://kangzusi.com/
"Giok ji, kita harus menuju ke arah mana??
Lan See giok mengamati sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian sambil menunjuk ke arah tenggara. sahutnya:
"Telusuri jalanan kecil itu menuju ke arah tenggara!"
Dengan gembira Oh Tin san mengangguk, lalu serunya,
dengan nada tak sabar:
"Giok ji, mari kita lakukan perjalanan dengan sepenuh
tenaga!"
Sambil berkata dia segera berangkat lebih dulu.
Sambil berjalan cepat, tiada hentinya Lan See giok
berpikir, setibanya di rumah bibi Wan nanti, bagaimanakah
caranya ia mengisahkan peristiwa tragis yang telah
menimpa ayahnya.
Selain itu, diapun hendak memohon kepada bibi Wan
untuk mengeluarkan kotak kecil itu, dia ingin memeriksa
sendiri isinya apa-kah benar sejilid kitab Hud bun cinkeng
yang diidamkan oleh setiap umat persilatan.
Dia hendak menuturkan pula semua kisah kejadian yang
dialaminya di makam kuno, dia akan menerangkan pula
orang-orang yang mencurigakan itu satu per satu, agar bibi
Wan nya bisa menganalisa dan menyimpulkan siapa
gerangan musuh besar yang telah membinasakan ayahnya.
Kemudian, diapun membayangkan kembali si empek
bertelinga tunggal itu..
Mendongakkan kepalanya, ia saksikan empek bertelinga
tunggal itu sudah berada puluhan kaki di depan sana, kalau
dilihat dari bayangan punggungnya, tampak kalau
empeknya itupun sedang termenung.
http://kangzusi.com/
Dikejauhan sana sudah muncul sebuah dusun nelayan,
di samping dusun merupakan sebuah telaga yang luas,
itulah telaga Huan yang cu.
Lan See giok menyaksikan Oh Tin san bergerak makin
lama semakin cepat, jarak mereka pun makin lama selisih
semakin jauh.
Dia tak berniat untuk menyusulnya. karena pada detik
itu pula dia sedang mempertimbangkan perlukah mengajak
empeknya berkunjung ke rumah bibi Wannya.
Sekalipun Oh Tin San telah membeli hio dan memeluk
jenazah ayahnya sambil menangis tersedu sedu, bahkan
membantunya sehingga ia memperoleh tenaga dalam yang
hebat, tapi sekarang dia mulai merasakan banyak hal yang
mencurigakan.
Yaa, pada hakekatnya pukulan hatin yang dirasakan Lan
See giok akibat peristiwa yang terjadi semalaman ini terlalu
berat, terlalu banyak, persoalan yang dihadapinya pun
kelewat banyak.
Benar, dia adalah seorang anak yang cerdas tapi sebelum
hatinya menjadi tenang kembali rasanya mustahil baginya
untuk memecahkan rentetan teka teki yang dihadapinya
sekarang.
Mendadak ia mendengar Oh Tin San sedang menegur
dari depan sana:
"Giok ji, apa yang sedang kau pikirkan?"
Suaranya agak gemetar, seperti lagi menahan rasa kaget
yang luar biasa .
Mendengar teguran itu, Lan See giok segera
menghentikan gerakan tubuhnya sembari menengadah,
http://kangzusi.com/
entah sedari kapan, empek bertelinga tunggalnya telah
berhenti di pinggir jalan.
Ia menjumpai paras muka kakek itu pucat pias seperti
mayat, perasaan tegang dan takutnya amat tebal
menyelimuti wajahnya, dengan perasaan tidak habis
mengerti dia lantas berkata:
"Empek, ada urusan apa?"
"Giok ji, dapatkah andaikata kita tak usah melewati
kampung nelayan ini . . " tanya Oh Tin San sambil berusaha
untuk menenangkan hatinya.
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
tersebut, sinar matanya segera dialihkan ke depan.
Ternyata mereka sudah tiba di kampung nelayan di
mana dia berkelahi dengan si bocah hitam kemarin, maka
tanyanya:
"Kau maksudkan kampung nelayan ini?"
"Yaa. apakah kita bisa tak usah melewati tempat ini?"
Dengan cepat anak itu menggeleng.
"Tidak mungkin, karena aku hanya kenal sebuah jalanan
ini saja . . ."
Belum habis anak itu berbicara, Oh Tin san kembali
menukas dengan perasaan cemas:
"Bibi Wan-mu itu sebetulnya tinggal di dusun apa?"
"Apa nama dusun itu aku kurang tahu, tapi aku tahu
rumah yang didiami bibi Wan dalam dusun tersebut."
Perasaan gelisah dan marah menyelimuti wajah Oh Tin
san, keningnya yang kelimis bekernyit, lama kemudian dia
baru bertanya lagi:
http://kangzusi.com/
"Dahulu, bagaimana caramu untuk pergi ke sana?"
Lan See giok tidak begitu memperhatikan maksud dari
pertanyaan itu, segera jawabannya .
"Dulu, ayah melukiskan sebuah peta jalan untukku, dan
akupun berjalan mengikuti peta tersebut"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Oh Tin san
setelah mendengar perkataan itu, selintas rasa kejut
bercampur girang, menghiasi wajahnya yang jelek, serunya
cepat:
"Mana peta itu sekarang?"
Tak sabar dia lantas mengulurkan tangan kanannya yang
kurus kering.
Sekali lagi Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Sayang peta itu sudah diminta oleh bibi Wan!"
Paras muka Oh Tin san kembali berubah hebat, sekarang
wajahnya yang jelek tampak menyeringai seram tangan
kanannya yang kurus gemerutukan keras, seakan akan
kalau bisa dia hendak mencekal Lan See giok sampai
mampus. .
"Empek mengapa kita tidak pergi bersama saja?" seru
Lan See giok kemudian dengan perasaan tidak mengerti.
Pelan-pelan air Muka Oh Tin san berubah menjadi
lembut kembali, senyumpun kembali menghiasi wajahnya,
cuma diantara kerutan alis matanya masih nampak
perasaan kaget dan gelisahnya.
"Giok ji" kembali dia berkata setelah melirik sekejap ke
arah dusun. "kau boleh melanjutkan perjalanan lebih dulu,
tunggu aku di depan dusun sana, sampai kita bertemu lagi,
tahu?"
http://kangzusi.com/
Walaupun Lan See giok tidak mengerti dengan maksud
tujuan orang, tapi ia toh mengangguk juga.
Oh Tin san segera menepuk bahu Lan See giok dengan
hangat, lalu berkata lagi:
"Giok ji, pergilah! Ingat, sampai kita bertemu lagi!"
Lan See giok mengiakan, dengan perasaan bimbang dia
melanjutkan kembali perjalanan nya memasuki dusun.
Kini, dia sudah mulai menaruh curiga terhadap kakek
bertelinga tunggal itu, terutama sekali wajah jeleknya yang
berubah ubah tak menentu, makin lama semakin
menimbulkan perasaan muak di dalam hati kecilnya.
Dia ingin sekali meninggalkan kakek itu, tapi diapun
berharap bisa mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi,
meski ilmu silat empek itu tidak begitu lihay, paling tidak
setiap bulan setelah menelan pil hitam yang busuk dan
amis, tenaga dalamnya akan memperoleh kemajuan yang
cukup pesat.
Ia memang dapat merasakan manfaatnya, paling tidak
tenaga dalam yang dimilikinya sekarang berapa tingkat
lebih dahsyat dari pada kemarin.
Berpikir sampai di situ, diam-diam ia merasa berterima
kasih sekali terhadap jasa empeknya, maka rasa curiga dan
muaknya pun turut lenyap tak berbekas.
Hanya saja, dia masih tidak habis mengerti mengapa
empeknya menunjukkan sikap yang begitu tegang dan
gelisah, bahkan menampik untuk bersama sama melalui
dusun nelayan itu-
Sementara otaknya berputar. tanpa terasa ia sudah tiba di
depan dusun, ketika mendongakkan kepalanya. ia menjadi
amat terperanjat.
http://kangzusi.com/
Kurang lebih lima kaki di hadapannya, di bawah
sebatang pohon besar, duduklah si kakek berjubah kuning
yang pernah di jumpainya semalam.
Dengan wajah penuh senyuman kakek berjubah kuning
itu duduk di atas sebuah batu hijau dan sedang
mengawasinya dengan lembut, wajahnya yang merah dan
penuh keramahan tampak berwarna merah bercahaya di
bawah sinar matahari sore.
Lan see giok sama sekali tak menyangka kalau begitu
masuk ke dusun nelayan itu, dia lantas berjumpa dengan
kakek berjubah kuning tersebut.
Sekalipun dia sedang membutuhkan keterangan dari
kakek berjubah kuning itu tentang sebab musabab yang
sebenarnya dari kematian ayahnya serta asal usul orang-
orang yang julukannya dimulai dengan huruf "To" tersebut.
Tapi sekarang ia tak dapat melakukannya, dia harus
berangkat ke rumah kediaman bibi Wan-nya bersama
empek bertelinga tungga1.
Teringat akan empek bertelinga tunggal itu, kembali
tergerak hatinya, jangan-jangan Oh Tin san kenal dengan
kakek berjubah kuning itu? Atau mungkin di antara mereka
terikat dendam kesumat?
Berpikir sampai di situ, serta merta dia lantas berpaling
ke arah belakang, tapi bayangan tubuh Oh Tin san sudah
lenyap tak berbekas.
Menanti dia berpaling lagi, kakek berjubah kuning itu
telah berada di depan tubuhnya.
Waktu itu dia sedang memandang Lan See-giok sambil
tertawa terbahak bahak, lalu tegurnya dengan ramah:
"Nak, apakah kau datang untuk mencari diriku?"
http://kangzusi.com/
Karena ditegur, mau tak mau Lan See -giok harus
menghentikan langkahnya, dengan cepat dia menggeleng.
"Mengapa nak?" tanya kakek berjubah kuning itu sangat
terkejut bercampur keheranan.
Sembari berkata, seperti sengaja tak sengaja dia melirik
sekejap ke arah bawah di mana Lan See giok berasal.
Waktu itu Lan See giok ingin buru-buru pergi ke tempat
tinggal Bibi Wannya, diapun takut empek bertelinga tunggal
itu menunggu kelewat lama di depan dusun sana ditambah
pula dia memang mencurigai si kakek berjubah kuning
sebagai salah seorang yang turut ambil bagian dalam
persekongkolan peristiwa pembunuhan terhadap ayahnya,
maka dengan nada mendongkol dia berkata:
"Mengapa? Apakah aku, harus memberitahukan
kepadamu? Sekarang aku ada urusan dan tak bisa banyak
berbicara denganmu."
Seraya berkata dia lantas menghindari si kakek berjubah
kuning itu dan berjalan menuju ke dalam dusun.
Kakek berjubah kuning itu berkerut kening, wajahnya
kelihatan agak gelisah, setelah memandang sekejap ke arah
dusun, mendadak ia bangkit berdiri kemudian membentak
keras:
"Manusia jumawa, hari ini jika lohu tidak memberi
pelajaran kepadamu, kau pasti akan menganggap di dunia
ini tiada hukum lagi."
Sambil membalikkan badan, ujung bajunya segera
dikebaskan ke depan, menggunakan kesempatan itu kelima
jari tangannya segera diayunkan ke depan menghajar jalan
darah Pay wi hiat di tubuh bocah tersebut.
http://kangzusi.com/
Lan See giok amat terkejut setelah mendengar seruan itu,
ia tahu kalau bukan tandingan kakek berjubah kuning
tersebut, terpaksa dia kabur mengambil langkah seribu.
Sayang serangan itu datangnya lebih cepat, di mana
angin serangan berkelebat lewat, jalan darah Pay wi hiat
nya kena tertotok secara telak..
Sepasang kakinya segera menjadi lemas dan "Bluuk!"
tubuh Lan See giok segera terjungkal ke atas tanah.
Lan See giok merasa terkejut bercampur kaget, terkejut
karena i1mu silat si kakek berjubah kuning itu sangat lihay,
ternyata ia dapat menotok jalan darahnya yang telah di
geserkan letaknya, malah karena dengan perbuatan ini,
maka tak disangkal lagi kakek berjubah kuning ini adalah
salah seorang yang berkomplot untuk membunuh ayahnya.
Semakin dipikirkan Lan See-giok merasa semakin gusar,
sambil menggertak gigi dia mengawasi kakek berjubah
kuning itu dengan penuh kegusaran.
Semakin dipikir Lan See-giok, merasa makin gusar,
akhirnya sambil menggertak gigi dan melotot besar pelan-
pelan dia menghampiri kakek berjubah kuning itu.
Pada saat itu . . . .
Dari dalam dusun sana melesat ke luar dua sosok
bayangan manusia, satu berwarna hitam dan satu berwarna
merah, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir mereka
meluncur tiba.
Ketika Lan See-giok berpaling, dia segera mengenali
kedua orang itu sebagai si nona berbaju merah Si Cay soat
dan si bocah hitam Siau Thi gou adanya.
Tampak Siau Thi gou berlari mendekat sambil berteriak
teriak penuh kegembiraan:
http://kangzusi.com/
"Suhu..suhu, kenapa sampai sekarang kau baru kembali,
semalam Thio lo koko masih menunggu dirimu untuk
minum arak!"
Lan See giok segera mendengus dingin, sepasang
matanya yang merah karena mengawasi Si Cay soat dan
siau Thi gou tanpa berkedip.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu mereka
berdua telah tiba di depan mata, tapi ketika kedua orang itu
menyaksikan Lan See giok yang tergeletak di tanah, kontan
saja mereka jadi tertegun.
Si Cay soat membelalakkan sepasang matanya lebar-
lebar, paras mukanya berubah beberapa kali, kejut dan
girang menyelimuti wajahnya, segera teriaknya:
"Suhu, dialah Lan See giok yang kumaksud kan sebagai
bocah lelaki yang tidak roboh meski jalan darahnya
tertotok!"
Paras muka si kakek berjubah kuning itu bercampur aduk
tak karuan, terhadap ucapan dari bocah perempuan berbaju
merah itu dia hanya mengiakan belaka.
Kemudian kepada Siau Thi gou katanya dengan suara
dalam.
"Thi gou, gusur dia pulang!"
Siau Thi gou segera menenangkan hatinya lalu memburu
ke depan Lan See giok, dengan kening berkerut dan
menjura, katanya dengan suara lantang:
"Saudara . . "
"Tak usah banyak bicara, cepat gusur pergi!" bentak
kakek berjubah kuning itu gusar.
Siau Thi gou amat terperanjat, buru-buru dia
membungkukkan badan dan membopong Lan See giok,
http://kangzusi.com/
kemudian cepat-cepat membalikkan badan dan berlalu dari
situ.
Jalan darah di tubuh Lan See giok sudah tertotok,
seluruh badannya terasa lemas tak bertenaga, ia merasa
seakan akan tubuh mulai dari pinggang sampai ke bawah
seperti sudah bukan menjadi miliknya sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, selain gusar diapun merasa
takut, dia kuatir kalau empek bertelinga tunggal itu tak
berhasil menemukan tempat tinggal bibi Wan nya sehingga
tiada orang yang bisa menyampai kan berita tentang
kematian ayahnya.
Ia tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki kakek berjubah
kuning itu sangat hebat, setelah tertotok sekarang, untuk
kabur mungkin jauh lebih sukar daripada naik ke langit,
maka semakin dipikirkan dia merasa semakin mendongkol
dan gelisah.
Siau Thi gou benar-benar bertenaga besar bagaikan
kerbau baja persis seperti nama nya, sekalipun sedang
membopong tubuh Lan See giok, ternyata ia masih bisa
berjalan dengan langkah tegap.
Dengan kening berkerut dan wajah serius kakek berjubah
kuning itupun mengikuti di belakang Thi gou, dia seperti
merasa murung sekali karena masalah Lan See giok.
Si Cay soat, si gadis berbaju merah itu mengikuti di
samping kakek berjubah kuning wajahnya yang cantik
nampak pula diliputi perasaan amat gelisah dan cemas.
Kini dia merasa menyesal, menyesal telah
memberitahukan kepada gurunya bahwa Lan See giok tidak
roboh meski jalan darahnya tertotok.
Dia masih ingat, ketika gurunya mendengar berita itu
kemarin, paras mukanya segera berubah hebat, kemudian
http://kangzusi.com/
setelah mencari tahu arah yang dituju Lan See giok, dengan
langkah tergesa-gesa dia menyusul ke luar dusun.
Sungguh tak disangka, ternyata bocah itu berhasil disusul
oleh gurunya.
Tapi dia percaya keselamatan jiwa Lan See giok sudah
pasti tak akan terancam, karena dia tahu gurunya adalah
seorang kakek yang saleh dan sangat welas kasih terhadap
siapapun.
Dalam waktu singkat Siau Thi gou sudah membopong
Lan See giok memasuki hutan bambu dan tiba di depan
sebuah pekarangan rumah.
Lan See giok mencoba untuk memandang ke depan,
ternyata rumah bambu itu berderet dikelilingi sebuah
halaman yang luas.
"Lompat masuk!" bisik kakek berjubah kuning itu
mendadak.
Siau Thi gou mengiakan, dia segera melompat ke tengah
udara dan melayang masuk, ke balik dinding pekarangan,
sekalipun di bahunya harus membopong tubuh Lan See
giok, sewaktu kakinya mencapai permukaan tanah ternyata
tidak menimbulkan sedikit suarapun.
Lan See giok tak dapat berbicara, tak dapat berkutik, tapi
diam-diam ia merasa kagum sekali atas kesempurnaan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Siau Thi gou.
Dengan membopong tubuh Lan See giok, Siau Thi gou
mengitari sebuah rumah bambu dan memasuki sebuah
halaman kecil.
Thi gou berpaling dan memandang sekejap kearah kakek
berjubah kuning itu, kemudian dia berjalan masuk ke dalam
ruangan sebelah timur.
http://kangzusi.com/
Sebelum Lan See giok sempat melihat jelas dekorasi
yang berada dalam ruangan itu, tubuhnya sudah di
baringkan oleh Siau Thi gou di atas pembaringan.
Kakek berjubah kuning dan Si Cay soat segera menyusul
pula ke dalam ruangan
Saat itulah mendadak terdengar suara seorang kakek
yang tua dan serak bertanya:
"Apakah Locianpwe telah kembali?".
Sesosok bayangan tubuh yang tinggi besar telah muncul
dari balik pintu ruangan.
Lan See giok kembali memperhatikan orang itu, ia
saksikan orang tersebut mempunyai perawakan badan yang
tinggi besar dan berambut putih, alis matanya tebal,
matanya besar, hidung singa dan mulut lebar, dia nampak
gagah dan mentereng sekali.
Kakek berjubah-kuning itu segera membalikkan badan
sambil menyongsong kedatangan orang itu.
Si Cay soat dan Siau Thi gou segera memberi hormat
pula sambil memanggil:
"Thio toako . . . . "
Mendengar nama itu, Lan See giok segera tahu kalau
orang yang masuk adalah ayah Thio Toa keng, yaitu orang
yang dimaksudkan kakek berjubah kuning itu sebagai Huan
kang ciong liong ( naga sakti pembalik sungai ) Thio Lok
heng .
Gerak gerik Huan kang ciong liong Thio Lok heng
terhadap kakek berbaju kuning itu sangat hormat, tapi
begitu menyaksikan Lan See giok, paras mukanya segera
berubah hebat, serunya dengan suara rendah:
http://kangzusi.com/
"Locianpwe, ternyata kau benar-benar telah menemukan
si gurdi emas . - ."
Belum habis Huan kang ciong liong menyelesaikan kata-
katanya, kakek berjubah kuning itu telah memberi tanda
agar dia jangan berbicara lebih jauh.
Tergerak hati Lan See giok, dia tahu yang dimaksudkan
sebagai Huan kang-ciong liong adalah gelar ayahnya yaitu
si Gurdi emas peluru perak.
Kalau ditinjau dari hal ini, bisa ditarik kesimpulan kalau
Huan kang ciong liong dan kakek berjubah kuning adalah
pembunuh ayahnya.
Sementara itu, Huan kang-ciong liong Thio Lok-heng
telah memburu ke tepi pembaringan dan menatap wajah
Lan See giok lekat-lekat, setelah memperhatikan sekejap
dengan gelisah, diapun bertanya lagi kepada kakek berjubah
kuning itu dengan nada hormat:
"Locianpwe, bila jalan darah bocah ini tertotok kelewat
lama, apakah ia tak akan terluka?"
Tampaknya kakek berjubah kuning itu mempunyai
kesulitan untuk diutarakan, maka setelah termenung
sebentar, katanya lembut kepada Si Cay soat, gadis berbaju
merah itu:
"Anak Soat, bebaskan totokan jalan darahnya!"
Dengan wajah merah dadu Si Cay soat mengiakan, lalu
dengan kepala tertunduk mendekati pembaringan.
Melihat Si Cay soat berjalan mendekat.
Lan See giok merasa kehormatannya sebagai seorang
lelaki merasa tersinggung, hawa amarahnya segera
berkobar, dari balik sepasang matanya yang jeli segera
terpancar ke luar cahaya dingin yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
Huan-kang-ciong liong yang menyaksikan kejadian itu,
paras mukanya segera berubah hebat, setelah memandang
sekejap ke arah kakek berjubah kuning itu dia seperti
hendak mengatakan:
"Tenaga dalam yang dimiliki bocah itu, tampaknya jauh
melebihi tingkat usianya.."
Sedang kakek berjubah kuning itu segera mengangkat
bahu sambil manggut-manggut, agaknya banyak persoalan
yang mencekam di dalam hatinya.
Pada saat itulah, Si Cay soat telah berjalan ke depan
pembaringan dan melepaskan lima buah pukulan berantai
ke atas jalan darah Mia bun hiat di tubuh Lan See giok.
Dua pukulan. yang pertama tidak mengenai sasarannya,
baru pada tepukan yang ke tiga Si Cay soat baru menghajar
jalan darahnya secara tepat.
Setelah menarik kembali tangannya, dengan biji mata
yang jeli Si Cay soat memandang sekejap ke arah Lan See
giok, lalu dengan jantung berdebar keras berjalan kembali.
"Thi gou, temanilah dia bermain main, ingat, jangan
tinggalkan tempat ini," pesan kakek berjubah kuning itu
kemudian dengan wajah serius.
Setiap orang pasti akan mengerti kalau kakek berjubah
kuning itu sedang memperingatkan Siau Thi gou agar
jangan membiarkan Lan See giok lari.
Siau Thi gou segera manggut-manggut dengan mata
terbelalak lebar.
Tampaknya kakek berjubah kuning itu masih
mempunyai banyak masalah lain yang hendak
dirundingkan dengan Huan-kang -ciong-liong, begitu selesai
meninggalkan pesannya, buru-buru dia berlalu.
http://kangzusi.com/
"Mari kita pergi!"
Selesai berkata bersama Huan kang ciong -liong, buru-
buru mereka tinggalkan ruangan itu.
Si Cay soat yang menduga Lan See giok belum bersantap
malampun buru-buru ikut berlalu dari sana.
Sepeninggal ke tiga orang itu, Siau Thi gou baru
berpaling ke arah Lan See giok sambil tertawa, kemudian
tegurnya:
"Saudara, bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah
ingin turun untuk berjalan jalan?"
Sejak jalan darahnya bebas dari pengaruh totokan, diam-
diam Lan See-giok telah mengatur napasnya untuk
memeriksa seluruh tubuhnya, merasa dirinya segar bugar,
hatinya segera tergerak, ia merasa bila ingin meloloskan diri
dari mulut harimau, maka harus memperalat si bocah
bermuka hitam ini.
Maka dia duduk dan manggut-manggut, setelah itu turun
dari pembaringan.
Tiba-tiba Siau Thi gou merasa ruangan di tempat itu
terlalu gelap, dia segera mendekati meja untuk
membesarkan lampunya.
Melihat itu, mencorong sinar tajam dari balik mata Lan
See giok, dia merasa kesempatan baik tak boleh di sia-sia
kan dengan begitu saja, maka setelah maju berapa langkah,
dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat
dia menotok jalan darah tidur di tubuh Siau Thi gou.
Waktu itu Siau Thi gou sedang menyulut lampu dan
sama sekali tidak melakukan persiapan apa-apa, mendadak
dia merasakan datangnya ancaman, tahu-tahu jalan darah
tidurnya sudah kena tertotok.
http://kangzusi.com/
"Bluuk-!" dia segera terjatuh ke tanah dan tertidur pulas.
Berhasil dengan serangannya, Lan See giok merasa
semakin gugup, pertama tama dia mengendalikan dulu
debaran jantungnya kemudian baru secara diam-diam
menyelinap ke luar dari kamar, lalu kabur ke belakang
bangunan rumah itu.
Waktu itu langit sudah gelap, bintang bertaburan di
angkasa, cahaya rembulan bersinar redup menerangi
seluruh jagad.
Tiba di tepi pagar bambu, Lan See giok menjejakkan
kakinya melambung ke angkasa dan melayang turun di luar
dinding.
la tak berarti mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
untuk melarikan diri, sebab hal ini akan memancing
perhatian dari si kakek berjubah kuning serta si raga sakti
pembalik sungai.
Dengan langkah yang sangat berhati-hati dan penuh
kewaspadaan, anak itu menentukan arah tujuannya
kemudian bergerak menuju ke luar hutan bambu-
Suasana di dalam dusun sunyi senyap, selain suara air
telaga yang menubruk tanggul tiada kedengaran suara lain.
Ke luar dari hutan bambu itu, Lan See giok merasakan
matanya berkilat tajam, ternyata dia berada di luar hutan di
mana Thio Toa keng sekalian berkelahi dengannya, sedang
puluhan kaki lebih ke depan adalah jalan di tepi tanggul
menuju ke tempat kediaman bibi Wan nya.
Lan See giok merasa gembira sekali, dia tak menyangka
kalau kali ini bisa kabur dengan lancar dan cepat.
Setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu dan
yakin kalau si kakek berjubah kuning maupun si Naga sakti
http://kangzusi.com/
pembalik sungai tidak mengejarnya, bocah itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan melesat ke
atas tanggul telaga
Tiba di tepi telaga, dia segera menyembunyikan diri ke
belakang sebatang pohon kemudian dengan sorot mata
yang tajam memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu.
Tapi selain air telaga yang hening dengan angin yang
berhembus lewat menggoyangkan daun serta ranting, di situ
tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
Lan See giok merasa gelisah bercampur tegang, apalagi
tidak menjumpai empek bertelinga satu itu berada di sana,
hatinya semakin gugup dan kalut- -
Ia segera mendongakkan kepalanya memeriksa setiap
cabang pohon yang tumbuh di sana, dia berharap empek
bertelinga satu itu menyembunyikan diri ditempat itu.
Mendadak . . suatu bentakan gusar yang penuh
bertenaga menggema datang dari kejauhan sana:
"Thi gou si bocah ini kelewat jujur!"
Lan See giok merasa terkejut sekali, karena suara itu
berasal dari naga sakti pembalik sungai Thio Lok-heng.
Dalam keadaan demikian ia tak sempat mencari si
empek bertelinga tunggal lagi, cepat-cepat dia membalikkan
badan sambil kabur ke atas tanggul telaga.
Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya. dia
merasa kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya masih bukan tandingan kakek berjubah kuning,
maupun si naga sakti pembalik sungai, bila sampai
ditemukan jejaknya, belum sampai setengah li sudah pasti
akan tersusul.
http://kangzusi.com/
Berpaling ke arah lain, dia menyaksikan di bawah
tanggul di tepi telaga tertambat beberapa buah sampan
kecil, ketika sampan-sampan itu saling bersentuhan segera
menimbulkan suara benturan yang nyaring.
Pada saat itulah . . . terdengar suara ujung baju
tersampok angin berkumandang datang dari arah hutan
bambu.
Lan See-giok semakin tegang setelah mendengar suara
itu, dia tahu mustahil baginya bisa kabur, maka diputuskan
untuk menyembunyikan diri untuk sementara waktu di atas
sampan.
Berpikir sampai di situ, buru-buru dia menuruni tanggul
itu dan melompat naik ke atas sampan yang penuh dengan
tali jerami, kemudian menggunakan tali tersebut untuk
menutupi badannya.
Bau amis ikan yang menusuk hidung dengan cepat
menyelimuti sekeliling tubuhnya..
Dalam keadaan demikian Lan See giok tidak
memikirkan hal semacam itu lagi, dengan kening berkerut
dia membaringkan diri, pikirnya: "Hitung-hitung masih
mendingan bau amis ini dari pada bau busuk pil hitam
pemberian si empek bertelinga tunggal."
Ketika dia mencoba untuk memasang telinga,
terdengarlah suara ujung baju terhembus angin itu sudah
tiba di atas tanggul.
Diam-diam Lan See giok merasa amat terperanjat,
jantungnya berdebar semakin keras, dia tidak menyangka
kalau gerakan tubuh dari kakek berjubah kuning itu jauh
lebih cepat berapa kali lipat dibandingkan dengan apa yang
dia bayangkan semula.
http://kangzusi.com/
Mendadak suara itu terhenti di atas tanggul, menyusul
kemudian kedengaran suara dari si Naga sakti pembalik
sungai berkata dengan nada sangat gelisah:
"Locianpwe, menurut pendapat boanpwe tak mungkin
bocah itu lari ke arah telaga."
"Tak bakal salah, aku mendengar jelas sekali, mungkin
dia baru mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya setelah
ke luar dari hutan bambu," sahut kakek berjubah kuning itu
dengan nada pasti.
Peluh dingin segera membasahi seluruh badan Lan See
giok, diam-diam ia bersyukur tidak mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedari dalam halaman rumah itu.
Kemudian terdengar kakek itu berkata lagi:
"Waktu itu aku sama sekali tidak menyangka, tapi ia
belum pergi jauh, kemungkinan besar masih bersembunyi di
sekitar tempat ini . ."
Lan See giok semakin tegang lagi, saking takutnya dia
sampai tak berani bernapas keras-keras, sementara
jantungnya berdetak keras sekali, seakan akan hendak
melompat ke luar dari rongga dadanya saja. Ia mencoba
mengintip dari balik celah-celah tali, dari situ ia dapat
melihat si kakek berjubah kuning serta naga sakti pembalik
sungai di atas tanggul.
Waktu itu dengan wajah serius si kakek berjubah kuning
itu sedang memperhatikan sekeliling tempat itu, tangan
kanannya mengelus jenggot tiada hentinya, dia seperti
merasa cemas dan murung sekali atas kaburnya Lan See
giok.
Sorot matanya yang semula ramah dan lembut, kini
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
Naga Sakti pembalik sungai Thio Lok-heng juga
melototkan sepasang matanya bulat-bulat dengan wajah
gusar, dengan matanya yang tajam dia sedang celingukan
ke sana ke mari, nampak pula dia sedang marah bercampur
gelisah.
Mendadak kakek berjubah kuning itu berpaling ke arah
muka dusun sebelah depan sana . . .
Dengan perasaan terkesiap Lan See giok berpikir:
"Jangan-jangan si empek bertelinga tunggal telah datang?"
Dia mencoba untuk memasang telinga baik-baik, benar
juga dia mendengar suara ujung baju yang terhembus angin.
Waktu itu si Naga Sakti pembalik sungai juga telah
mendengar suara tersebut, dengan cepat dia berpaling pula
ke luar dusun.
Tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan gelisah:
"Suhu, apakah Lan See-giok berhasil ditemukan?"
Mendengar suara itu. Lan See-giok segera mengenalinya
sebagai Si Cay-soat atau gadis cilik berbaju merah itu.
Kakek berbaju kuning dan naga Sakti pembalik sungai
menggelengkan kepalanya berulang kali, sorot mata mereka
tetap beralih ditempat kejauhan sana.
Bayangan merah nampak berkelebat lewat, tahu-tahu Si
Cay-soat telah berhenti di antara si kakek berjubah kuning,
dengan si naga sakti pembalik sungai.
Tampak paras muka Si Cay soat pucat pias, alis matanya
bekernyit dan wajahnya penuh kegelisahan, sepasang mata
yang jeli berkilat.
Akhirnya sinar mata gadis itu dialihkan ke atas beberapa
buah sampan kecil di bawah tanggul.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok amat terkesiap, dia tahu bakal celaka bila
jejaknya ketahuan, tanpa terasa peluh dingin jatuh
bercucuran.
Mendadak sepasang mata Si Cay soat berkilat, paras
mukanya berubah hebat dan hampir saja ia menjerit,
rupanya dia telah menemukan dua titik sinar mata tajam di
balik tumpukan tali dalam sampan kecil sebelah tengah.
Melihat itu, Lan See giok merasa kepalanya kontan
menjadi pusing tujuh keliling, napasnya, sesak dan
jantungnya seperti melompat ke luar dari rongga dadanya.
Sekarang dia baru menyesal kenapa menyembunyikan
diri dalam sampan kecil itu sehingga jejaknya ketahuan.
Berada dalam keadaan seperti ini, dia tak berani
berkutik, juga tak berani lari, sebab bila sampai ketahuan
maka ibaratnya katak masuk tempurung, jangan harap bisa
meloloskan diri lagi.
Si Cay soat yang berada di atas tanggul juga
membelalakkan matanya dengan wajah kaget serta
tertegun, mulutnya ditutup dengan tangan sementara sorot,
matanya nampak gugup bercampur panik.
Peluh bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh
badan Lan See giok, ia tahu asal Si Cay soat menuding ke
bawah sambil menjerit, niscaya dia akan dibekuk kembali.
Suasana amat hening . . . beberapa saat kemudian Si Cay
soat baru berhasil menenangkan hatinya seraya berpaling ke
arah lain, sekalipun matanya celingukan kesana ke mari,
tapi wajahnya yang gugup dan cemas kelihatan jelas sekali.
Lan See giok turut tertegun, dia tidak habis mengerti apa
sebabnya gadis itu tidak berteriak? Mungkinkah dia tidak
melihat jelas? Tapi setelah dipikirkan kembali, ia merasa hal
ini mustahil . . .
http://kangzusi.com/
Atau mungkin gadis itu sengaja hendak melepaskan
dirinya? Tapi mengapa pula dia berbuat demikian . . .
Makin dipikir Lan See giok merasa makin kebingungan
dan tidak habis mengerti, hati nya bergoyang seperti ayunan
sampan, meski sudah diusahakan untuk ditenangkan
kembali namun tak bisa.
Sementara butiran air keringat bercucuran dengan
derasnya dan membasahi kepala, rambut dan masuk ke
dalam telinganya..
ooo0dw0ooo

BAB 5
NO NA CANTIK BERBAJU PUTIH

DI TENGAH keheningan yang mencekam seluruh jagat,


mendadak terdengar si Naga sakti pembalik sungai berkata
dengan sedih:
"Locianpwe, mungkin bocah itu sudah lari, lebih baik
besok pagi kita langsung mencari Oh Tin san untuk minta
orang .."
Kakek berbaju kuning itu menggelengkan kepalanya
berulang kali, belum habis si naga Sakti pembalik sungai
menyelesaikan kata katanya, ia te1ah berkata dengan
gelisah:
"Tidak, besok pagi terlalu lambat, sekarang dan malam
ini juga kita harus mencegah Lan See-giok agar jangan pergi
ke tempat kediaman Bibi Wan nya.."
Si naga sakti pembalik sungai termenung sebentar,
kemudian tanyanya dengan tidak habis mengerti:
http://kangzusi.com/
"Locianpwe, apakah kau menganggap kitab pusaka Hud
bun cinkeng tersebut berada di rumah kediaman bibi Wan
nya Lan See giok?"
"Yaa, kemungkinan besar benar"
"Tapi menurut analisa pada umumnya, mustahil kalau si
Gurdi emas peluru perak Lan Khong-tai akan menyerahkan
mestika yang amat berharga itu kepada seorang perempuan,
mungkin saja dia menyimpannya di dalam makam raja-raja
. . ."
"Aku telah melakukan pemeriksaan setiap sudut makam
tersebut dengan seksama, bahkan setiap sudut ruangan yang
mungkin bisa dipakai untuk menyimpan kotak kecil itupun
sudah kuperiksa . . . "
Mendengar sampai di situ, Lan See-giok yang
bersembunyi di bawah tumpukan tali merasa gusar sekali, ia
menduga pasti sekarang kalau kakek berjubah kuning yang
berwajah ramah ini benar-benar, adalah sekomplotan
dengan pembunuh-pembunuh ayahnya.
Mungkin saja selama ini kakek berjubah kuning itu
bersembunyi terus di dalam kuburan, mungkin juga dialah
pembunuh ayahnya, sebab hanya orang yang berilmu begitu
tinggi baru bisa membunuh ayahnya dalam sekali pukulan .
..
Makin dipikir Lan See giok merasa darahnya makin
mendidih, hawa amarahnya yang memuncak membuat rasa
takutnya sama sekali lenyap tak berbekas.
Tapi, bila teringat akan kelihaian kepandaian silat yang
dimiliki kakek berjubah kuning itu, ia merasa putus asa,
tipis rasanya harapan baginya untuk membalas dendam . . .
Sementara dia masih termenung, si Naga sakti pembalik
sungai telah berkata lagi:
http://kangzusi.com/
"Menurut apa yang locianpwe saksikan semalam,
siapakah di antara Sam ou ngo to (lima tunggal dari tiga
telaga) yang besar kemungkinannya sebagai pembunuh Lan
Khong tay?"
"Kelima limanya patut dicurigai semua . . " sahut kakek
itu setelah termenung sebentar.
Lan See giok menjadi mengerti sekarang, yang
dimaksudkan sebagai Sam Ou ngo to oleh si Naga sakti
pembalik sungai tentulah orang-orang yang menggunakan
julukan "To" atau tunggal pada permulaan namanya.
Sambil memandang bintang yang bertaburan di angkasa,
diam-diam ia mulai menghitung semua orang yang pernah
dijumpainya semalam. .
Orang pertama yang dijumpai adalah To pit him
(beruang berlengan tunggal) Kiong Tek cong yang
menggeledah seluruh badannya dengan tangan kanannya
dikala ia jatuh pingsan. . .
Kemudian adalah To tui thi koay (tongkat baja berkaki
tunggal) Gui Pak cong yang menusuk tubuhnya dengan
tongkat besinya.
Orang ke tiga adalah si manusia bermuka hijau dan
bergigi taring yang bernama To-gan liau pok (setan bengis
bermata tunggal ) Toan Ki tin, besar kemungkinannya
orang ini adalah pelaku pembunuhan atas diri ayah-nya.
Kemudian adalah si manusia berbisul besar pada
kepalanya yang tertembus oleh senjata gurdi emas, orang
itu diketahui bernama To ciok siu (binatang bertanduk
tunggal) Si Yu gi, orang ini adalah satu satunya orang yang
mengetahui siapa pembunuh ayahnya, tentu saja mungkin
juga orang itu adalah si binatang bertanduk tunggal pribadi.
http://kangzusi.com/
Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya,
mulai dari si kaki tunggal, si le-ngan tunggal, si mata
tunggal dan si tanduk tunggal . . .
Dari lima manusia tunggal ada empat di antaranya telah
diketahui, lantas siapakah si tunggal yang kelima?
Mungkinkah dia adalah kakek berambut perak yang
telah menghajar dirinya hingga semaput itu . . .
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
kontan saja Lan gee giok merasakan hatinya bergidik.
Bayangan tubuh seorang kakek bermata sesat, bertubuh
kurus kering, bermuka kuda dan bertelinga tunggal dengan
cepat melintas dalam benaknya.
Dengan perasaan bimbang dia lantas berpikir:
"Yaa, diapun bertelinga tunggal. . diapun kehilangan
sebuah telinganya mungkinkah empek adalah salah seorang
dari Sam ou ngo to tersebut . . .?"
Sementara pelbagai ingatan berkecamuk dalam
benaknya, mendadak terdengar si naga sakti pembalik
sungai yang berada di atas tanggul berseru cemas:
"Locianpwe, cepat lihat, di bawah tanggul sana tampak
sesosok bayangan manusia sedang berkelebat lewat!"
Dengan perasaan tergerak Lan See giok ikut melirik, dia
saksikan si naga sakti Thio Lok heng sedang menuding ke
arah utara dengan cambang yang bergetar keras.
"Ehmm, aku sudah melihatnya!" sahut kakek berjubah
kening itu sambil manggut manggut.
Si Cay soat segera mengerling sekejap ke arah Lan See
giok, kemudian ujarnya kepada Si naga sakti Thio-Lok-
heng:
http://kangzusi.com/
"Empek Thio, mungkin dia adalah Lan See giok?"
"Bukan, dia adalah To oh cay jin (manusia buas
bertelinga tunggal)!" tukas si kakek berjubah kuning sambil
menggeleng.
Sementara itu, meski Lan See giok yang bersembunyi di
balik sampan sudah menduga kalau empeknya yang
bertelinga tunggal kemungkinan besar adalah salah seorang
dari ngo to ( lima tunggal ), namun setelah mendengar
julukan manusia buas bertelinga tunggal tersebut, hatinya
toh merasa terkesiap juga sehingga tubuhnya menggigil
keras.
Terdengar kakek berjubah kuning itu berkata lagi dengan
suara murung bercampur kesal:
"Sesungguhnya Lan See giok adalah seorang bocah yang
cerdik, sayang pukulan batin yang dialaminya kelewat
hebat sehingga membuat hatinya tak dapat tenang dan
menyumbat semua kecerdasan otaknya. Hal ini ditambah
lagi dengan pancingan si Manusia buas bertelinga tunggal
Oh Tin san yang menggunakan pelajaran ilmu silat sebagai
umpan, akibatnya mengurangi kecurigaan Lan See-giok
terhadap dirinya coba kalau bukan begitu, dengan
kemampuan dari Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin
san mana mungkin dia dapat mengelabuhi Lan See- giok?."
"Locianpwe" si naga sakti Thio Lok heng segera berkata
sambil tertawa, "jelek-jelek begini sudah setengah hidupku
berkelana dalam dunia persilatan, berbicara soal luasnya
pengetahuanku, sesungguhnya boleh dibilang lumayan
juga, tapi setelah mendengar pembicaraan dari locianpwe
semalam, jangan toh Lan See giok yang masih bocah,
bahkan boanpwe yang sudah jago kawakan pun dibikin
kebingungan dan tak habis mengerti dibuatnya . . . "
http://kangzusi.com/
Kakek berjubah kuning itu menghela napas dan
manggut-manggut, sahutnya:
"Walaupun si Manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin
san termasyhur karena kebuasan dan kekejamannya, diapun
terhitung seorang manusia licik, sayang cara kerjanya
kurang mantap dan lagi tidak sabaran, lama kelamaan Lan
See giok pasti dapat mengetahui belangnya tersebut- “
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, dengan sorot
mata berkilat si naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng
telah menukas sembari berseru keras:
"Locianpwe, coba kau lihat!"
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah depan
dusun.
Kakek berjubah kuning itu berkerut kening sambil
berpaling, tidak nampak bagaimana caranya menggerakkan
badan, tahu-tahu dia sudah meluncur ke depan.
Menyusul kemudian naga sakti pembalik sungai Thio
Lok heng dan Si Cay soat pun ikut berlalu dari situ.
Waktu itu pikiran Lan See giok amat kacau, dia tak
sempat memikirkan lagi apa yang berhasil dilihat Thio Lok
heng, kenapa kakek berjubah kuning itu berlalu dan
mengapa Si Cay soat tidak membocorkan jejaknya yang
bersembunyi di bawah tumpukan tali.
Yang dipikirkan sekarang adalah cepat-cepat menyusup
ke rumah kediaman bibi Wan nya tanpa diketahui orang
lain.
Dia tahu, meski kakek berjubah kuning itu telah pergi,
tapi kemungkinan besar dia akan balik lagi, sebab itu dia
tidak berani naik ke atas tanggul telaga tersebut.
http://kangzusi.com/
Angin malam berhembus lewat membawa udara yang
sangat dingin, pelan-pelan Lan See giok yang bersembunyi
dibalik tumpukan tali dapat menenangkan kembali hatinya.
..
Mendadak ia mendengar suara gelak tertawa yang amat
keras berkumandang datang dari depan dusun sana.
Lan See giok kenal suara tersebut sebagai suara si Naga
sakti pembalik sungai Thio Lok heng.
Tapi saat ini, dia sudah tidak menaruh minat lagi
terhadap setiap perobahan yang telah terjadi di sekeliling
tempat itu, karena dia sedang mempergunakan segala akal
dan kecerdasannya untuk memecahkan kesulitan yang
sedang dihadapinya.
Pertama-tama, dia berpikir tentang kakek berjubah
kuning yang berilmu tinggi itu.
Ditinjau dari sikap hormat dan panggilan merendah dari
Naga sakti pembalik sungai Thio Lok heng, dapat diketahui
kalau kakek berjubah kuning itu memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dalam dunia persilatan.
Sekalipun kakek itu mungkin bermaksud untuk
mendapatkan kotak kecil milik ayah-nya dan telah
menggeledah seluruh isi makam, namun belum tentu ia
bersekongkol dengan sam ou ngo to.
Dilihat dari sikap si kakek yang hingga kini masih belum
tahu kalau kotak kecil tersebut sudah berada di rumah bibi
Wan-nya, bisa disimpulkan pula kalau orang yang
bersembunyi di belakang meja dan menghantam dirinya
sampai pingsan itu bukanlah kakek ini.
Teringat akan kakek kurus berambut perak yang
menghajarnya sampai semaput dari belakang itu, tanpa
http://kangzusi.com/
terasa Lan See giok membayangkan kembali si Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san.
Terbayang sampai ke situ, dengan cepat dia pun menjadi
sadar kembali, semua siasat busuk dari Manusia buas
bertelinga tunggal pun kontan terungkap semua.
Di samping itu dia membenci akan ketololan sendiri, di
mana manusia buas berhati busuk yang amat berbahaya
telah dianggapnya sebagai sahabat karib ayahnya.
Padahal gerak gerik maupun cara berbicara Manusia
buas bertelinga tunggal semenjak masuk ke dalam makam
sudah mencurigakan sekali, tapi dia justru terkecoh dan
kena dikibuli habis habisan.
Tentunya setelah menghajar dia sampai pingsan, Oh Tin
san lantas menyusun rencana kejinya, dengan pergi
membeli hio dan lilin, kemudian untuk mencari tahu
tempat tinggal bibi Wan nya, mau tak mau diapun
melaksanakan rencana kejinya dengan amat berhati hati.
Masih untung dia tak sempat melihat jelas wajah aslinya
sebelum dihantam pingsan dulu, kalau tidak mungkin
selembar jiwa nya sudah melayang sekarang.
Tentang pemberian obat untuk menambah kekuatan,
bisa disimpulkan kalau tujuan yang sebenarnya dari
tindakannya Itu adalah memberi kesempatan bagi dirinya
untuk memasuki makam raja-raja dan mencuri pedang
mestika dan kotak kecil yang tersimpan di situ.
Tapi segera muncul kembali pikiran lain, lantas siapakah
orang yang telah menyergap Oh Tin san, merusak rantai
penghubung pintu besi menuju makam raja-raja dan
membawa lari pedang Jit hoa gwat hui kiam serta dua buah
kotak emas tersebut?
http://kangzusi.com/
Mungkinkah orang itu sudah lama bersembunyi di dalam
makam? Atau mungkin kakek berjubah kuning yang tidak
pernah meninggalkan makam? Atau bisa jadi juga si
tongkat besi berkaki tunggal serta si beruang berlengan
tunggal yang secara diam-diam balik kembali ke situ.
Kemudian bocah itu teringat pula sikap kaget bercampur
rasa tercengang dari manusia buas bertelinga tunggal ketika
menyaksikan tenaga dalamnya peroleh kemajuan pesat,
mengapa begitu? Dia tak dapat memecahkannya. .
Tapi kematian dari si Binatang bertanduk tunggal, jelas
kematian tersebut disebabkan oleh tindakan keji manusia
buas bertelinga tunggal ketika ia disuruh pergi mengambil
air
Ia menduga, manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san
sengaja membunuh orang itu, karena dia kuatir binatang
bertanduk tunggal membocorkan soal tersimpannya kotak
kecil itu di rumah bibi Wan kepada orang lain.
Sebagaimana diketahui, hanya Si binatang bertanduk
tunggal Si Yu gi dan Manusia buas bertelinga tunggal Oh
Tin san saja yang mengetahui kabar berita tentang kotak
kecil itu, tapi mungkin juga dikarenakan sebab-sebab
lainnya.
Makin dipikir dia merasa makin membenci akan
kebodohan sendiri, tentu saja dia lebih-lebih membenci
Manusia buas bertelinga tunggal itu.
Demikianlah, sambil berbaring di atas sampan sambil
memandang bintang yang bertaburan di angkasa, tiada
hentinya bocah itu membayangkan tentang lima manusia
tunggal dari tiga telaga.
Dia masih ingat dengan ucapan kakek berjubah kuning
itu: "Kelima limanya mencurigakan," dari sini dapat ditarik
http://kangzusi.com/
kesimpulan kalau Manusia buas bertelinga tunggal pun
merupakan salah seorang manusia yang patut untuk
dicurigai.
Berpikir sampai di situ, dia lantas bertekad untuk segera
berangkat ke rumah kediaman bibi Wan nya mumpung
malam masih kelam dan suasana di sekeliling tempat itu
masih hening.
Mendadak..
Pemuda itu merasakan hatinya bergetar keras, dia
merasa sampan kecil, itu sedang bergerak pelan ke arah
depan.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian tersebut, perasaan hatinya yang baru tenang
kontan saja menjadi tegang kembali . . .
Dengan gugup dia melompat bangun dari balik
tumpukan tali temali dia memandang sekitar tempat itu,
tapi hatinya makin terperanjat lagi, ternyata bayangan dari
tanggul sudah tidak nampak lagi.
Sekeliling tempat itu hanya nampak air, sedang tujuh
delapan kaki di depan sana adalah hutan gelaga yang luas
dan amat lebat.
Bunga gelaga yang berwarna putih bergoyang terhembus
angin, sekilas pandangan mirip awan putih di angkasa.
Begitu dia bergerak bangun, sampan yang mulai berjalan
lambatpun mendadak meluncur ke depan semakin cepat.
Tak terlukiskan rasa gugup dari Lan See giok ketika itu,
dia tahu di bawah sampan pasti ada jago lihay yang sedang
mendorong sampan itu bergerak ke depan, tapi ia tidak tahu
siapa gerangan orang tersebut dan mengapa membawanya
menuju ke tengah telaga.
http://kangzusi.com/
Sementara itu sampan kecil itu bergerak makin cepat ke
depan, kini sampan tadi sedang melesat ke arah satu
satunya jalan air yang bebas dari tumbuhan gelaga.
Dengan gugup Lan See-giok lari menuju ke buritan
sampan, tapi di sana pun dia hanya bisa menyaksikan
gelembung air dan bunga ombak yang memercik di atas
permukaan.
Dengan perasaan gelisah dia lantas bertanya kepada diri
sendiri:
"Siapakah orang ini. . ? Siapakah dia. . .? Mengapa
membawa aku ke mari . . . ?"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya,
bayangan tubuh seorang kakek bercambang yang
berperawakan tinggi besar segera melintas di dalam
benaknya, tanpa terasa ia berbisik:
"Aaaah, jangan-jangan si Naga sakti pembalik sungai
Thio Lok heng . . . "
Sekali lagi dia melongok ke buritan sampan ke balik air
yang bergelembung.
"Yaa, sudah pasti perbuatan dari si Naga sakti pembalik
sungai Thio Lok heng, hanya dia yang memiliki ilmu
menyelam di dalam air yang begini sempurna.." sekali lagi
dia berguman.
Dalam pada itu, sampan kecil itu sudah menembusi jalan
air diantara tumbuhan jelaga yang lebat dengan kecepatan
yang makin lama semakin tinggi.
Dengan gugup Lan See giok memperhatikan sekitar
tempat itu, dia lihat jalan air itu luasnya cuma delapan
depa, sekeliling-nya penuh dengan tumbuhan gelaga
http://kangzusi.com/
setinggi satu kaki lebih, besarnya se lengan bayi dan bunga
berwarna putih seperti awan menyelimuti di atasnya.
Cepat dia menenangkan hatinya dan berpikir lebih jauh:
"Seandainya orang itu adalah si Naga sakti pembalik
sungai Thio Lok heng, niscaya aku akan dibawa kembali ke
perkampungan nelayan tersebut, tapi sekarang aku di bawa
masuk ke dalam hutan gelaga yang begini luas dan lebat. . .
siapakah orang itu?"
Satu ingatan segera melintas di dalam benaknya dan
cepat anak muda itu sadar kembali.
"Yaa..yaa, sudah pasti orang yang berada dalam air
adalah perompak dari telaga Huan yang ou.." demikian dia
berpikir.
Teringat akan hal ini, api kemarahan segera berkobar
dalam benak Lan See giok, sekali lagi dia menghimpun
tenaga dalamnya ke dalam telapak tangan kanan, kemudian
diangkatnya tangan tersebut ke udara siap melakukan
penyerangan.
Tapi, tatkala sorot matanya membentur dengan
permukaan air di sekeliling sampan, telapak tangan
kanannya yang sudah siap melancarkan serangan itu pelan-
pelan di turunkan kembali.
Dengan kemampuan tenaga serangan yang dimilikinya
sekarang, tidak sulit baginya untuk membinasakan orang
yang berada di balik perahu akan tetapi dasar sampan itu
pasti akan remuk dan diapun pasti akan tercebur ke dalam
telaga dan mati tenggelam. Sementara itu, sampan kecil tadi
sudah berbelok ke kiri berputar ke kanan menembusi hutan
gelaga yang luas, dalam waktu singkat Lan See giok sudah
tak bisa membedakan lagi mana sebelah timur dan mana
sebelah barat.
http://kangzusi.com/
Lan See giok benar-benar merasa sangat gelisah, dia tak
ingin terjatuh kembali ke mulut serigala setelah lolos dari
sarang harimau.
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya, cepat dia
mengeluarkan senjata gurdi emas milik ayahnya.
Seketika itu juga cahaya emas yang menyilaukan mata
memancar ke empat penjuru.
Sambil menggenggam gurdi emas itu, Lan See giok
merasa tegang sekali, selembar nyawa manusia dalam
waktu singkat akan musnah di tangannya.
Tapi demi keselamatan jiwa sendiri, mau tak mau
terpaksa dia harus bertindak nekad.
Cahaya emas berkelebat lewat, senjata gurdi emas yang
panjangnya mencapai tiga depa itu tahu-tahu sudah
menembus dasar sampan tersebut dan menusuk ke dalam
air telaga.
Menyusul tusukan itu, sampan kecil tersebut mengalami
goncangan yang amat keras, ombak nampak menggelegar
ke mana-mana, darah segarpun memancar ke luar dari
dalam air dan menyebar ke sekeliling tempat itu.
Lan See giok tahu kalau tusukannya berhasil melukai
orang yang ada di dalam air, tapi dia tak berani segera
mencabut ke luar senjata gurdi emasnya-
Tak selang berapa saat kemudian goncangan di bawah
sampan kecil itu telah berhenti.
Peluh dingin telah membasahi seluruh jidat, tubuh dan
tangan kanannya yang menggenggam senjata gurdi emas
itu, dia merasakan seluruh badannya sedikit agak gemetar.
Lambat laun sampan kecil itupun berhenti bergerak dan
melintang di tengah jalan air tersebut.
http://kangzusi.com/
Setelah berhasil menenangkan hatinya, Lan See giok
menghembuskan napas panjang dan mencabut ke luar
senjata gurdi emas itu, darah segar tampak memancar ke
luar mengikuti lubang pada dasar sampan itu.
Dengan perasaan terkejut pemuda itu mencari kain dan
menyumbat lubang pada dasar sampan tersebut.
Tiba-tiba terjadi lagi goncangan keras pada sampan kecil
itu . . Lan See giok tahu, orang yang berada di dasar perahu
itu belum putus nyawa, kemungkinan besar orang itu akan
menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya untuk menarik
dia masuk ke dalam air.
Teringat akan bahaya tersebut, dia merasa agak gugup,
padahal di atas sampan itu selain setumpuk tali hanya
terdapat sebuah bambu sepanjang lima depa.
Dengan cepat Lan See giok menyelipkan senjata gurdi
emasnya ke pinggang. kemudian dengan menggunakan
bambu panjang itu dia mulai mendayung dengan sekuat
tenaga . . .
Dia mendayung tiada hentinya dan sampan itupun
berputar, tiada hentinya pula . . .
Bila bambu itu mendayung ke kiri maka sampan itupun
berputar ke kiri, bila mendayung ke kanan, sampan itupun
berputar ke sebelah kanan,
Melihat keadaan itu, Lan See giok menjadi gelisah sekali
sampai mengucurkan keringat dingin, akhirnya dia berdiri
termangu mangu dan tak tahu bagaimana caranya untuk
bisa menggerakkan sampan tadi menembusi hutan gelaga
tersebut.
Sekarang permukaan air telaga telah tenang, warna
merah pun sudah makin tawar, tapi air telaga yang bocor ke
dalam sampan itu sudah mencapai beberapa inci.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok yang berada dalam keadaan seperti ini
merasa gelisah bercampur gusar, dia takut berjumpa lagi
dengan perampok lain.
Pada saat itulah, mendadak terdengar suara air memecah
ke tepian bergema tiba dari kejauhan sana.
Lan See giok amat terperanjat, dia tahu lagi-lagi muncul
perompak di tempat itu.
Makin lama suara itu bergerak makin mendekat,
agaknya suara itu berasal dari jalan air di sebelah kiri.
Dengan cepat dia mengalihkan sinar matanya ke kiri,
tampaklah pada ujung jalan air tersebut terdapat setitik
bayangan abu-abu yang sedang bergerak mendekat,
kemudian muncullah sebuah sampan kecil.
Lan See giok kembali merasa gugup bercampur panik,
sekali lagi dia mencoba untuk mendayung dengan bambu
panjang, tapi sampan tersebut masih saja berputar putar di
tempat.
Cepat sekali gerakan sampan kecil tersebut, hanya dalam
waktu singkat sampan itu sudah berada tujuh kaki di
hadapannya. .
Sadarlah Lan See giok bahwa tiada harapan lagi baginya
untuk menyembunyikan diri, ia segera membuang bambu
itu dan meloloskan senjata gurdi emasnya, kemudian
sambil berdiri di ujung geladak, ia bersiap siap menghadapi
segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Lambat laun sampan itu makin dekat, sekarang dia dapat
melihat seorang gadis bertubuh langsing, berambut panjang
dan menyoren sebilah pedang berdiri di ujung sampan itu.
Di buritan sampan duduk pula dua orang dayang
berpakaian ringkas yang memegang dayung, di antara
http://kangzusi.com/
percikan air telaga, sampan kecil itu meluncur tiba dengan
kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya.
Dalam waktu singkat sampan kecil itu sudah berada
lebih kurang tiga kaki di hadapannya.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring:
"Kawanan tikus dari mana yang berani mendatangi
benteng Wi lim poo ditengah malam buta begini?"
Berbareng dengan suara bentakan tersebut, gadis yang
berada di sampan tersebut telah mengayunkan tangannya
ke depan.
Setitik cahaya bintang yang disertai dengan suara
desingan angin tajam langsung meluncur ke tengah udara
dan mengancam tubuh Lan See giok.
Agaknya Lan See giok tidak menyangka kalau gadis itu
begitu tak tahu aturan, dia lantas menduga kalau gadis
itupun seorang perompak.
Serta merta dia melejit ke tengah udara dan meloloskan
diri dari sambitan senjata rahasia tersebut.
"Pluuung!" senjata rahasia tadi segera tercebur ke dalam
air telaga beberapa kaki di belakang sampan.
Kembali terdengar suara bentakan nyaring sekali lagi
muncul beberapa buah titik cahaya tajam yang menyerang
tiba.
Lan See giok gusar sekali, dia menggetarkan tangannya,
senjata gurdi emas itu segera menciptakan selapis cahaya
tajam yang melindungi seluruh badannya.
"Traaang, traaang, traaang." benturan nyaring yang
memekakkan telinga segera berkumandang tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
seluruh ancaman senjata rahasia tersebut berhasil
dipatahkan semua.
Disaat Lan See giok sedang repot menghalau ancaman
senjata rahasia itulah ..
Mendadak sampan kecil itu menerjang ke hadapannya,
kemudian tampak selapis cahaya tajam menyambar ke
pinggang Lan See giok.
Tak terlukiskan rasa kaget anak muda itu menghadapi
datangnya ancaman, cepat tubuhnya melejit dan
menjatuhkan diri ke dalam sampan:
Berbareng dengan menyambar lewatnya dari sisi sampan
kecil tersebut dan meleset sejauh dua kaki lebih.
Lan See giok tak berani berayal, cepat dia menghantam
pinggiran sampan lawan dengan ayunan telapak tangan
kirinya, kemudian dengan cekatan dia melompat bangun,
tapi tak urung bajunya basah kuyup juga oleh air telaga
yang telah menggenangi sampan kecil tersebut.
Dalam pada itu, kedua orang dayang tersebut telah
memutar sampannya dengan cekatan, kini sampan tersebut
meluncur datang lagi dengan kecepatan tinggi menerjang
sampannya.
Lan See giok merasa cemas dan gusar menghadapi
kejadian seperti ini dengan sorot mata berkilat dia
menunggu datangnya terjangan dari sampan lawan.
Sekarang dia dapat melihat jelas kalau gadis itu berbaju
putih, sedangkan dua orang dayangnya berwarna hijau
pupus.
Gadis berbaju putih itu berusia delapan sembilan belas
tahunan, bermata besar berhidung mancung dan berbibir
http://kangzusi.com/
kecil berwarna merah, mukanya berbentuk kwaci dan kulit
badannya putih bersih . . . .
Belum habis Lan See giok mengamati gadis itu, sampan
lawan kembali telah menerjang tiba.
Gadis itu segera membentak keras, pedangnya dengan
jurus Gin-hoo-ci li ( menusuk ikan leihi di sungai ) langsung
menusuk ke perut Lan See-giok, sementara sampan itu pun
langsung menerjang perahunya.
Lan See-giok amat terperanjat, dia tak berani
menyambut datangnya ancaman tersebut, buru-buru
tubuhnya melejit ke tengah udara . . . . .
"Blaaammm. .!" diantara suara benturan nyaring, air
memercik ke empat penjuru, sampan tersebut sudah kena
tertumbuk sehingga terbalik.
Setelah berhasil dengan terjangannya, sampan kecil itu
meluncur lagi ke depan
Lan See giok yang berada di tengah udara dengan cepat
meluncur ke bawah dan melayang turun di atas sampan
yang terbalik itu.
Sekarang dia baru mengetahui kalau pada ujung sampan
lawan rupanya dilapisi dengan lempengan baja yang sangat
kuat.
Gadis yang berada di atas sampan itu pun nampak
terkejut sekali, tampaknya dia tak mengira kalau lawannya
yang paling banter baru berusia lima enam belas tahun itu
sudah memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna.
Tapi dengan cepat sekulum senyuman menghiasi ujung
bibirnya, agaknya baru sekarang dia dapat melihat kalau
Lan See giok berwajah bersih dan menarik, setelah dewasa
http://kangzusi.com/
nanti niscaya merupakan seorang pemuda tampan yang
menawan hati.
Lan See giok juga agak tertegun, dia saksikan senyuman
gadis itu amat mempesonakan hati, terutama sepasang
matanya serasa membetot sukma, penuh dengan pancaran
sinar mempesona hati.
Tampak gadis berbaju putih itu memberi tanda kepada
kedua orang dayangnya dan sampan tersebut menerjang
lagi dengan kecepatan yang luar biasa.
Tergerak hati Lan See giok menghadapi keadaan seperti
ini, dia bertekad hendak membereskan kedua orang dayang
tersebut lebih dulu agar sampan itu tak ada yang
mendayung, setelah itu dia baru berusaha untuk
menaklukkan si nona baja putih dan berusaha melarikan
diri . . .
Belum habis dia berpikir, sampan kecil itu sekali lagi
telah menerjang tiba.
Lan See giok tidak berdiam diri belaka, sebelum sampan
lawan mencapai sasaran, dia telah melejit dahulu ke tengah
udara.
Ternyata gadis itu hanya merentangkan pedangnya saja
di depan dada, ia tidak nampak berniat untuk melancarkan
tusukan. "Blaaammm-!" tubuh Lan See giok meluncur ke
bawah dengan kecepatan tinggi. ditengah percikan bunga
air, ujung kakinya telah menginjak di buritan sampan.
Kemudian sambil membentak keras dia lepaskan sebuah
tendangan kilat menghajar pinggang seorang dayang
berbaju hijau yang sedang mendayung perahu.
Agaknya dayang berbaju hijau itu sama sekali tidak
menyangka akan datangnya tendangan itu, saking kagetnya
http://kangzusi.com/
sambil membentak keras dia segera menceburkan diri ke
dalam air.
Percikan bunga air memancar ke empat penjuru, dayang
itu tahu-tahu sudah tercebur ke air dan menjadi ikan
duyung.
Lan See giok menjadi agak tertegun melihat hal itu, dia
tahu bakal celaka kali ini, dayang tersebut sudah pasti
pandai menyelam di dalam air..
Belum habis ingatan tersebut melintas, dayang berbaju
hijau lainnya telah mengayunkan dayungnya untuk
menghantam ke pinggangnya.
Dengan jurus Kim ciam teng hay (jarum emas tenangkan
samudra) Lan See-giok mengayunkan senjata gurdi
emasnya ke bawah menyapu dayung kayu itu.
"Blaaammm . .!" di tengah jeritan tertahan, dayung kayu
di tangan dayang berbaju hijau itu terlepas dari genggaman
dan mencelat ke tengah udara.
Baru saja Lan See-giok akan melepaskan tendangan lagi,
si gadis berbaju putih itu sudah membentak nyaring,
pedangnya secepat kilat menusuk datang.
Bersamaan itu pula, dayang yang berada di dalam air
mengayunkan pula senjata palu berantainya menyerang
pinggang Lan See -giok.
Menghadapi kerubutan dari depan dan belakang, Lan
See-giok tak sanggup melakukan perlawanan lagi, dengan
cepat dia melejit ke udara dan melayang kembali ke atas
sampan yang telah terbalik itu.
Melihat lawannya telah kabur ke sampan yang terbalik
dengan wajah girang gadis berbaju putih itu segera berteriak
keras:
http://kangzusi.com/
"Tangkap dia! Bawa pulang ke benteng menunggu
keputusan dari pocu!"
Baru saja perintah diberikan, dayang berbaju hijau itu
sudah menyelam ke dalam air.
Dua orang dayang itu segera memisahkan diri ke kiri dan
ke kanan, kemudian bergerak mendekati sampan yang
terbalik itu dengan kecepatan luar biasa.
Lan See giok menjadi gugup setelah menyaksikan
kejadian ini, karena dia sama sekali tidak tahu akan ilmu
berenang, asal sepasang kakinya menempel di air, niscaya
badannya akan tenggelam.
Dengan cepat otaknya berputar, dia merasa satu satunya
jalan yang dimilikinya sekarang untuk kabur adalah
secepatnya menakluk kan gadis berbaju putih yang berada
di sampan itu, kemudian memaksa dua orang dayang
tersebut untuk menghantarnya ke luar dari sana.
Berpikir demikian, dia lantas melejit ke udara, dengan
gerakan Hay yan keng sui (burung manyar menyambar air)
dia terjang ke arah sampan lawan, sementara senjata gurdi
emasnya dengan jurus Kim coat sim (ular emas
menjulurkan lidah) menusuk ke ulu hati lawan dengan
disertai kilatan cahaya emas.
Waktu itu, si nona berbaju putih itu sedang melamun di
ujung perahu, sebab itu dia tak mengira kalau Lan See giok
bakal menerjang tiba sambil melancarkan serangan
Menanti dia sadar akan datangnya bahaya untuk turun
tangan sudah tak sempat lagi.
Maka sambil membentak keras, cepat-cepat dia
mengundurkan diri ke buritan sampan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok amat gembira, sambil membentak dia
menerjang lebih ke depan, senjata gurdi emasnya diputar
sedemikian rupa menciptakan beribu ribu bayangan gurdi
emas yang langsung mengurung seluruh badan gadis
tersebut-
Padahal waktu itu ujung kaki si nona berbaju putih
tersebut baru saja mencapai tanah, melihat datangnya
cahaya emas yang mengurung tubuhnya dengan membawa
desingan angin dingin, ia menjerit keras karena kaget, lalu
dengan jurus Jiau yan -huan-sin (walet lincah membalikkan
badan) cepat-cepat dia kabur ke dalam air.
Sesungguhnya Lan See giok sama sekali tak
berpengalaman dalam suatu pertarungan, ditambah lagi
pertarungan tersebut berlangsung di atas sampan, pada
hakekatnya dia tak pernah menduga kalau lawannya bakal
kabur ke dalam air.
Tahu-tahu pandangan matanya terasa kabur, dan
bayangan tubuh dari gadis berbaju putih itupun sudah
lenyap tak berbekas.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian seperti ini, sambil membentak keras sepasang
lengannya di putar kencang kemudian secepat kilat
tubuhnya meluncur ke bawah . . .
Meskipun gerakannya cukup cepat akibatnya tubuh itu
masih terlambat berapa depa untuk mencapai di atas
sampan. Tak ampun lagi ia segera tercebur pula ke dalam
telaga.
"Byuuurrr-!" bunga air memercik setinggi beberapa depa,
tubuhnya langsung tenggelam ke dasar telaga yang dingin.
Secara beruntun Lan See giok meneguk beberapa
tegukan air telaga, cepat-cepat dia menutup pernapasannya
http://kangzusi.com/
sambil berusaha keras untuk mengendorkan badannya, tapi
senjata gurdi emasnya dipegang kencang-kencang.
Sesaat sebelum tubuhnya tercebur ke dalam air tadi,
telinganya secara lambat-lambat mendengar dua kali
teriakan gembira dan sekali jeritan tertahan-
Baru saja badannya tenggelam, sebuah lengan tahu-tahu
sudah merangkul pinggang nya dan menyeretnya ke atas
permukaan air.
Tak selang berapa saat kemudian, tubuhnya sudah
terseret ke luar, belum lagi membuka matanya, anak muda
itu sudah menghembuskan napas panjang-panjang.
Mendadak terdengar seseorang menjerit keras
"Nona, cepat ceburkan lagi, dia belum pingsan!"
Lan See-giok merasa amat terkejut, dia merasa menyesal
sekali setelah mendengar ucapan tersebut, dia menyesal
tidak seharusnya menarik napas panjang-panjang.
Tapi segera terdengar pula nona itu membentak keras:
"Hayo cepat sambut tubuhnya dan baring kan ke atas
sampan"
Lan See giok baru tahu sekarang kalau orang yang
menyeretnya ke luar dari air adalah nona berbaju putih itu.
Baru saja ia mengendus baru harum semerbak, empat
tangan dari dua orang dara tersebut telah menyambut
tubuhnya.
Kemudian diapun merasa jalan darah tidurnya ditotok
oleh gadis berbaju putih itu.
Lan See giok mengetahui maksud hati dari nona itu. .
maka dia pun segera berlagak, seakan-akan sudah tertidur
pulas.
http://kangzusi.com/
Setelah ditegur oleh nonanya tadi, ternyata sikap kedua
orang dayang tersebut terhadap Lan See giok menjadi lebih
sungkan, dengan cepat kedua orang itu membaringkan
tubuh pemuda itu ke dalam perahu.
"Bluuk-!" Lan See giok merasa pinggangnya agak sakit
karena membentur ujung sampan, tapi dia menggertak
giginya keras-keras dan tidak membiarkan mulutnya
mengeluarkan suara.
Kembali terdengar seseorang membentak nyaring:
"Budak sialan, apakah tidak bisa pelan sedikit?!"
Tak berapa lama kemudian, sampan itu terasa bergoyang
keras, Lan See-giok tahu si gadis dan kedua orang
dayangnya telah naik ke atas perahu itu.
Tanpa terasa Lan See-giok membuka sedikit matanya
dan mengintip ke depan.
Kalau tidak melihat masih mendingan, begitu melirik,
jantungnya kontan berdebar keras, mukanyapun turut
berubah menjadi merah padam karena jengah.
Rupanya seluruh tubuh si nona berbaju putih maupun
kedua orang dayang itu sudah basah kuyup karena tercebur,
dengan begitu pakaiannya menjadi melekat dengan badan
dan terlihatlah seluruh lekukan badan mereka.
Kedua orang dayang itu, yang seorang gemuk dan yang
lain kurus, tapi payudara mereka kelihatan montok dan
sudah matang.
Sebaliknya gadis berbaju putih itu tampak memiliki
potongan badan yang indah, selain payudaranya besar dan
montok, pinggangnya amat ramping dengan pinggul yang
besar, potongan badannya benar-benar aduhai.
http://kangzusi.com/
Terutama puting susunya yang sudah matang di ujung
payudara, dibawah pakaian berwarna putih yang basah
kelihatan menonjol ke luar sangat menantang, diantara
dengusan napasnya terlihat naik turun menantang, cukup
bikin jantung orang berdebar keras.
Lan See-giok hanya melirik sekejap kemudian
memejamkan matanya rapat-rapat, jangankan melirik lagi,
bahkan untuk bernapas lebih keraspun tidak berani.
Mendadak terdengar gadis itu berseru kembali:
"Cepat kembali ke benteng, saat ini mungkin Lo-pocu
sudah kembali ke benteng!"
Kemudian terdengar suara air memecah ke tepian dan
perahu kecil itu bergerak cepat ke depan.
Lan See-giok berbaring di dalam sampan sambil
memejamkan matanya rapat-rapat, kadangkala dia
membuka sedikit matanya untuk mencuri lihat keadaan di
luar sampan.
Malam yang gelap mencekam seluruh jagat, bintang
bertaburan di angkasa, tapi tidak nampak cahaya rembulan
sehingga praktis suasana di sekitar sana gelap gulita.
Kedua belah sisi jalan air penuh dengan tumbuhan
gelaga yang bergoyang menimbulkan suara gemerisik,
kecuali itu hanya suara air yang memecah ke tepian saja
yang terdengar memecahkan keheningan.
Walaupun Lan See giok masih menggenggam senjata
gurdi emasnya kencang-kencang, tapi ia tak berniat sama
sekali untuk melompat bangun dan melancarkan serangan
terhadap ke tiga orang gadis itu.
Ia cukup sadar, seandainya serangannya tidak berhasil
maka bukan mustahil jiwanya akan terancam.
http://kangzusi.com/
Padahal dia tak pandai mengemudikan sampan, diapun
tak mengerti ilmu berenang, bahkan arah mata angin pun
sudah dibikin kacau balau.
Maka satu-satunya jalan yang bisa dilakukannya
sekarang adalah bersabar untuk sementara waktu sambil
menantikan perubahan selanjutnya . . .
Mendadak terendus bau harum semerbak menusuk
penciuman pemuda itu.
Lan See giok merasakan hatinya berdebar keras, terasa
olehnya bau harum itu aneh sekali dan cukup membuat
jantung orang berdetak keras.
Baru saja dia akan melirik, sebuah sapu tangan basah
telah digunakan untuk menyeka jidatnya, kemudian dengan
lembut bergeser ke bawah untuk menyeka air di atas
wajahnya, selanjutnya dagunya, rambutnya, pipinya..
Lan See giok pura-pura tertidur nyenyak, napasnyapun
diatur sedemikian rupa agar gadis berbaju putih itu jangan
sampai tahu kalau dia hanya pura-pura tidur, meski
demikian dalam perasaan tegang bercampur gugup, diapun
dapat merasakan sesuatu kehangatan yang nyaman.
Menurut dugaannya, orang yang menyeka wajahnya
sekarang tak lain adalah si nona berbaju putih itu.
Jari tangan si nona yang lembut seringkali menyentuh
pipinya yang halus, hal ini membuat Lan See-giok merasa
gatal tapi nyaman.
Tak lama kemudian terdengar gadis berbaju putih itu
berseru:
"Siau lian, lepaskan tanda pengenal!"
Sampan yang sedang bergerak majupun segera melambat
dan akhirnya berhenti.
http://kangzusi.com/
Lan See giok pun merasa gadis berbaju putih itu bangkit
sambil maju ke depan, tahulah pemuda itu bahwa mereka
telah mendekati Benteng Wi lim Poo seperti apa yang
dikatakan si nona tadi.
Maka diam-diam dia melirik kembali ke sekitar sana,
ternyata di sekitar sampan sudah tidak nampak tumbuhan
gelaga lagi, mungkin mereka sudah berada di tengah hutan
gelaga yang mendekati benteng Wi lim poo.
Tampak si dayang berbaju hijau itu membuat api lalu
memasang empat buah lentera kecil berwarna merah dan
digoyang goyang kan secara beraturan sekali.
Lan See giok tak berani mendongakkan kepalanya,
karena itu diapun tak dapat menyaksikan keadaan di depan
sana serta berapa jauh lagi jaraknya dengan benteng Wi lim
poo tersebut.
Tapi setelah budak berbaju hijau itu menggerakkan
lentera kecilnya, sampan kecil itu segera didayung kembali
sehingga meluncur ke depan dengan cepat.
Tak selang berapa saat kemudian, tiba-tiba Lan See giok
merasakan matanya agak silau, ketika dia mencoba melirik
tampaklah olehnya ada sebuah lampu lentera merah yang
amat besar tergantung di tengah angkasa dan memancarkan
cahaya ke empat penjuru.
Di atas lentera itu tertera huruf besar dari kertas putih,
tapi berhubung jaraknya kelewat jauh, sehingga Lan See
giok tak dapat melihat dengan jelas.
Kurang lebih tujuh delapan depa dari lentera merah yang
pertama, terdapat pula lampu lentera yang kedua, di atas
lentera inipun tertera huruf besar yang terbuat dari kertas
putih.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, muncul pula lampu lentera merah
yang ke tiga -
Sebuah bangunan benteng yang tinggi dan kokoh muncul
jauh di belakang lentera merah yang ke tiga, di samping itu
Lan See giok juga dapat melihat jelas ke tiga huruf besar di
atas lampu lentera merah tersebut yang berbunyi.
WI LIM POO.
Dengan suatu gerakan cepat, sampan kecil itu
menembusi bayangan pintu gerbang benteng wi lim poo
tersebut.
Lamat lumat Lan See giok mendengar suara teriakan
keras dari para penjaga di atas benteng, kemudian terdengar
pula suara pintu benteng yang berat pelan-pelan dibuka.
Sampan kecil itupun makin melamban, sekarang pemuda
itu baru merasa kalau mereka sudah berada tak jauh dari
benteng tersebut.
Pintu benteng yang lebarnya delapan depa dan tingginya
satu kaki dua depa itu terbuat dari kayu besar, sewaktu
dibuka pintu terangkat ke atas dan bila menutup pintu
bergerak ke bawah.
Dinding benteng maupun bangunan loteng terbuat dari
batu-batu cadas yang besar dan kuat, selain kokoh juga
mendatangkan suasana seram bagi yang melihatnya.
Lan See giok yang mencoba melirik ke arah depan,
segera merasa kagum sekali, dia tak habis mengerti
bagaimana caranya membangun benteng yang begitu kokoh
di dalam telaga yang begitu luas.
Sementara dia masih termenung, sampan kecil itu sudah
meluncur ke bawah pintu gerbang benteng itu.
http://kangzusi.com/
Berpuluh-puluh orang lelaki kekar, dengan hormat
berdiri di kedua belah sisi bangunan benteng, mereka rata-
rata bermata besar, beralis tebal dan membawa senjata
garpu yang memancarkan cahaya tajam.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See giok segera sadar
bahwa dia yang baru lolos dari gua harimau kini sudah
terjerumus lagi ke dalam sarang naga, untuk melarikan diri
dari benteng sekokoh ini nampaknya tidak lebih mudah dari
pada melarikan dari dusun nelayan.
Ketika puluhan lelaki kekar itu menyaksikan si nona den
kedua orang dayangnya berada dalam keadaan basah
kuyup, paras muka mereka segera berubah hebat, mereka
tahu kalau ke tiga orang gadis itu telah menjumpai jago
lihai di tengah telaga.
Padahal mereka tahu kalau ilmu silat yang dimiliki
nonanya sangat lihay, bila nona yang lihay pun bisa dipaksa
tercebur ke dalam air, dari sini dapat diketahui kalau
kepandaian silat yang dimiliki orang itu pasti lihay sekali.
Tapi setelah mereka saksikan Lan See giok yang
tergeletak dalam sampan, puluhan orang lelaki kekar itu
kembali dibuat tidak habis mengerti, tiada orang yang
percaya kalau nona mereka telah dipaksa terjun ke dalam
air oleh seorang bocah yang baru berusia lima enam belas
tahun tersebut.
Tiba-tiba terlihat nona berbaju putih itu memberi tanda,
sampan kecil itu pun segera berhenti.
Lan See giok sadar bahwa dia bakal celaka, setelah
sampai di dalam benteng, niscaya dia akan diserahkan
kepada kawanan lelaki kekar itu untuk dijebloskan ke dalam
penjara air.
http://kangzusi.com/
Sambil bertolak pinggang gadis berbaju putih itu
memandang sekejap sekeliling arena, puluhan orang lelaki
itupun cepat-cepat menundukkan kepalanya dengan
ketakutan.
"Apakah Lo-pocu telah kembali?" gadis itu segera
menegur dengan suara dalam.
Seorang lelaki bercambang segera menyahut dengan
kepala tertunduk dan sikap hormat:
"Lapor nona, Lo pocu belum kembali!"
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, gadis
berbaju putih itu berkerut kening, kemudian tanyanya lebih
jauh:
"Tengah hari tadi, Be congkoan telah mengutus siapa
untuk menyambut kedatangan Lo pocu?"
"Tui-keng-kui (setan pengejar ikan paus). Yau Huang,
salah seorang diantara tiga setan!" kembali lelaki
bercambang itu menjawab dengan sikap yang sangat
menghormat.
Kemudian setelah memandang sekejap ke pintu
belakang, lelaki itu menambahkan:
"Barusan, Be congkoan telah mengirim pula dua setan
lainnya untuk menyambut pocu!"
Tampaknya nona berbaju putih itu merasa agak lega
setelah mendengar ucapan itu, dia lantas mengangguk dan
memerintahkan sampan untuk bergerak maju.
Tiba-tiba terdengar lelaki bercambang itu bertanya
dengan sikap hormat:
"Nona, apakah mata-mata itu perlu ditahan di sini untuk
diperiksa?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasa terkejut sekali, tanpa terasa dia
menggenggam senjata gurdi emasnya kencang-kencang.
"Tidak usah, aku masih ada persoalan yang hendak
ditanyakan kepadanya!" tukas nona itu dengan suara
dalam.
Selesai berkata, sampan kecil itu sudah bergerak
melewati pintu benteng tersebut.
Lan See giok menjadi lega kembali setelah perahu itu
meneruskan perjalanan.
Entah berapa lama sampan kecil itu bergerak maju
menembusi jalan air di dalam benteng, di sekeliling tempat
itu penuh dengan bangunan rumah dan loteng yang terbuat
dari batu hijau, meski di tengah kegelapan namun suasana
tetap terang benderang, sebab setiap berapa kaki tampak
sebuah lampu lentera.
Bangunan benteng Wi lim poo itu benar-benar luas
sekali, setelah melalui jalan air yang menembusi berapa
rumah besar, akhirnya mereka baru memasuki sebuah pintu
air, menyeberangi jembatan berbentuk bulan dan berhenti di
depan sebuah pintu gerbang berwarna merah.
Apa yang terlihat di sepanjang perjalanan, membuat Lan
See giok merasa putus asa. karena dia merasa harapannya
untuk melarikan diri tipis sekali.
Tempat apakah benteng Wi lim poo ini? sarang
perampok kah? Atau suatu markas besar dari suatu
perkumpulan besar dalam dunia persilatan? Atau mungkin
tempat pertapaan seorang jago persilatan yang
mengasingkan diri? selama ini, belum pernah ia mendengar
ayahnya menyinggung tentang hal ini.
http://kangzusi.com/
Tapi ada satu hal yang bisa diduga olehnya, Lo pocu dari
benteng wi lim poo ini sudah pasti adalah seorang kakek
yang berilmu silat sangat tinggi.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, dia
teringat kembali akan dendam sakit hati ayahnya, maka
pikirnya lebih jauh:
"Kalau toh lo-pocu dari benteng ini merupakan jago silat
yang berilmu tinggi, mengapa aku tidak mengangkatnya
menjadi guruku -?"
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya
dia merasa tubuhnya telah digotong oleh dua orang dayang.
Kemudian senjata gurdi emas itupun di ambil oleh si
nona berbaju putih tersebut.
Dengan cepat Lan See giok tersadar kembali dari
lamunannya, kembali dia berpikir:
"Jiwaku sendiripun belum tentu bisa di dipertahankan.
buat apa aku mesti berkhayal yang bukan-bukan-?"
Tiba-tiba ia mendengar gadis berbaju putih itu sedang
menegur dengan suara nyaring:
"Siau ci, apakah kau tak dapat mengangkat kepala itu
lebih ke atas sedikit?"
Lan See giok merasa kepalanya segera terangkat lebih
tinggi sehingga terasa nyaman sekali, tapi bersamaan itu
pula Lan See giok merasa kebingungan, dia tak habis
mengerti apa sebabnya nona itu bersikap begitu baik
terhadap dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara sorak sorai yang penuh
kegembiraan berkumandang datang:
"Nona telah datang, nona telah pulang!" Oleh karena
nona berbaju putih itu berjalan di samping Lan See giok,
http://kangzusi.com/
maka bocah itu tak berani membuka matanya, secara lamat-
lamat dia hanya merasa dirinya di bawa masuk ke dalam
sebuah pintu berbentuk bulat.
Suara langkah dan sorak gembira mendadak terhenti,
sekelompok pelayan yang datang menyambut segera
berhenti dan menjadi hening, agaknya mereka sedang
dibuat tercengang oleh kehadiran Lan See giok yang
digotong Siau lian serta Siau ci.
Kemudian ia mendengar pula nona berbaju putih itu
berseru cepat:
"Kalian segera menyiapkan air untuk membersihkan
badan dan hidangan malam.."
Suara langkah yang ramai kembali terdengar, kali ini
pelayan-pelayan tersebut pergi menjauh.
Kemudian ia merasa digotong masuk menaiki undak
undakan dan memasuki sebuah ruangan.
Kembali terdengar gadis itu berseru:
"Letakkan dulu di atas tempat duduk bersulam!"
Lan See giok tidak tahu bagaimanakah bentuk tempat
duduk bersulam itu, ia hanya merasakan badannya
dibaringkan di atas tempat yang empuk dan nyaman di
mana tangannya menyentuh terasa tempat itu empuk sekali.
Kemudian kedengaran nona itu berkata lagi dengan
suara yang jauh lebih lembut:
"Sekarang kalian berdua boleh pergi membersihkan
badan dan berganti pakaian!"
Dua orang dayang itu mengiakan lalu berlalu dari situ.
Cahaya lampu dalam ruangan itu terang benderang
membuat Lan See giok merasa agak silau. Lambat-lambat
http://kangzusi.com/
diapun mendengar suara bisik bisikan lirih di kejauhan
sana.
Tapi Lan See giok tahu kalau tak jauh dari situ masih
berdiri beberapa orang dan ia pun tahu kalau si nona
berbaju putih itu telah pergi.
Tak selang berapa saat kemudian, suara lirih tadi
kedengaran makin mendekat, tampaknya seperti berjalan ke
arahnya. .
". . . kenapa dia masih tidur terus. . .?"
"Mungkin jalan darahnya ditotok oleh nona. . ."
" . . oooh, tampan sekali wajahnya . ."
"Siau-ho, jangan sentuh dia. hati-hati kalau kulitmu
disayat oleh nona . . . "
Serombongan pelayan mengerumuni tempat itu sambil
berbincang tiada hentinya, Lan See giok segera merasakan
seluruh badannya bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum.
Mendadak suasana menjadi hening, lalu pelayan-pelayan
itu membubarkan diri dengan cepat sesaat kemudian
kedengaran lagi suara langkah manusia yang mendekat.
Ditinjau dari sikap gugup dan tegang dari pelayan-
pelayan itu, Lan See giok lantas menduga kalau nona
berbaju putih itu telah balik kembali ke situ.
Benar juga, segera terendus bau harum semerbak yang
merangsang hati, disusul sebuah tangan menghantam pelan
di atas jalan darah Mia-bun-hiat di tubuhnya.
Lan See-giok tahu kalau si nona sedang membebaskan
jalan darahnya, maka dia berpura-pura menghembuskan
napas panjang, menggeliat dan pelan-pelan membuka
matanya.
http://kangzusi.com/
Tapi sinar mata yang silau segera membuat sepasang
matanya terpejam kembali..
Ketika biji matanya berputar dia saksikan nona berbaju
putih itu masih tetap mengenakan pakaiannya yang basah,
sedang di tangannya membawa beberapa stel pakaian, dia
sedang memandang ke arahnya sambil tersenyum manis..
Lan See-giok pura-pura terkejut, cepat-cepat dia
melompat turun dari atas tempat duduk, lalu dengan tangan
kiri melindungi muka, tangan kanan melindungi dada, dia
bersikap dalam posisi siap siaga.
Sementara sepasang matanya yang jeli berlagak
memandang nona berbaju putih itu dengan tegang.
Tindakan Lan See-giok yang sangat tiba-tiba ini, kontan
saja membuat beberapa orang dayang tersebut menjadi
tertegun dan gelagapan dibuatnya.
Si nona berbaju putih itu sendiri masih tetap bersikap
tenang, malah sekulum senyuman segera menghiasi
bibirnya setelah menyaksikan ketegangan Lan See-giok, ini
membuat sepasang payudaranya turut bergoncang keras
mengikuti suara tertawa cekikikannya.
ooo0dw0ooo

BAB 6
PEMILIK BEN TENG WI-LIM-PO

DENGAN sepasang matanya yang genit dan


menggiurkan nona berbaju putih itu. memandang sekejap
ke arah Lan See giok, kemudian katanya sambil tertawa
cekikikan:
http://kangzusi.com/
"Bocah dungu, hayo cepat membersihkan badan dan
tukar pakaian."
Seraya berkata dia segera berjalan lebih dulu di depan.
Sekalipun Lan See giok merasa kurang senang atas
panggilan itu, tapi dia tak berani bersikap kelewat keras
karena dia takut akan terbongkar rahasianya sehingga
menyulitkan diri sendiri.
Karena itulah setelah tertegun sejenak, dia pun
mengikuti di belakang gadis tersebut.
Menelusuri ruangan dalam, ia saksikan semua perabot
yang ada di situ rata-rata indah dan mahal harganya,
lantainya dilapisi permadani merah sedang lentera keraton
menghiasi mana-mana, benar-benar suatu dekorasi yang
indah sekali.
Beberapa orang dayang yang berada di sana rata-rata
berusia empat lima belas tahunan, mereka mengenakan
pakaian berwarna merah, kuning, hijau dan biru, saat itu
mereka semua sedang berdiri di depan pintu berbentuk
bulat dengan wajah keheranan.
Baru pertama kali ini Lan See giok menyaksikan
dekorasi yang begini indahnya, setiap macam benda yang
ada di sana menimbulkan rasa ingin tahunya, untung saja ia
masih sanggup untuk mengendalikan gejolak perasaan
dalam hatinya.
Setelah menembusi ruangan dalam, akhirnya gadis
berbaju putih itu mengajaknya menuju ke depan sebuah
pintu kecil di mana tampak ada dua orang dayang berbaju
bunga berdiri di situ.
Lan See giok tahu bahwa tempat itulah tempat untuk
membersihkan badan . . .
http://kangzusi.com/
Benar juga, nona berbaju putih itu segera berhenti dan
katanya sambil tertawa:
"Cepat masuk, setelah membersihkan badan gantilah
dengan pakaian ini.."
Sembari berkata dia lantas menyodorkan beberapa stel
pakaian itu kepada Lan See giok.
Si anak muda itupun tidak sungkan-sungkan, dia segera
menerima pakaian tersebut dan masuk ke dalam ruangan.
Dua orang dayang yang berada di luar dengan cepat
menutupkan pintu ruangan.
Dengan wajah ingin tahu, Lan See giok memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu dia lihat di ujung ruangan
terdapat sebuah rak pakaian, lalu di bagian tengah terdapat
sebuah bak mandi terbuat dari kayu, isi bak itu setengah
penuh dan mengepalkan uap panas, seluruh ruangan terasa
harum semerbak.
Ia tahu kamar untuk membersihkan badan ini mungkin
merupakan kamar mandi pribadi si nona berbaju putih itu,
ia menjadi berpikir pikir, kenapa nona berbaju putih itu
bersikap istimewa kepadanya.
Selesai membersihkan badan, untuk sementara waktu dia
terpaksa harus mengenakan pakaian pemberian gadis itu.
Ternyata pakaian itu terdiri dari jubah biru dengan
celana hijau, pakaian dalam putih, sepatu model busa . . . .
Semua bahan pakaian terbuat dari bahan sutera yang
sangat halus dan mahal harga nya, tanpa terasa Lan See
giok berkerut kening.
Meski usianya masih kecil, namun dia merasa tak
terbiasa mengenakan pakaian yang berwarna warni seperti
itu.
http://kangzusi.com/
"Aaaah, tak apalah" akhirnya dia berpikir "toh pakaian
ini kupakai untuk sementara waktu . . ."
Pakaian dalamnya persis, tapi celananya. kelewat
panjang, sepatunya kelewat sempit, pakaian luarnya agak
kedodoran, walaupun kurang necis, tapi dapat terlihat
betapa tampannya pemuda itu.
Selesai berdandan, dia lantas celingukan lagi ke sana ke
mari untuk mencari air guna mencuci pakaian sendiri . . .
Pada saat itulah, pintu diketuk orang secara tiba-tiba,
kemudian terdengar pelayan itu bertanya:
"Kongcu, sudah selesaikah mandimu?"
Kongcu? Lan See-giok merasa asing sekali terhadap
panggilan itu, tapi dia tahu panggilan tersebut ditujukan
kepadanya.
Maka diapun membalikkan badan sambil membuka
pintu. kemudian melangkah ke luar dari ruangan itu.
Dua orang dayang itu nampak tertegun untuk sesaat,
agaknya baru pertama kali ini mereka jumpai seorang
pemuda yang begitu tampan.
Sedang Lan See giok mengira mereka sedang
mentertawakan pakaiannya yang kedodoran, tanpa terasa
dengan wajah berubah menjadi merah padam tanyanya
sambil tertawa
"Adik kecil berdua, tolong carikan air sedikit . .”
Sekali lagi kedua orang dayang itu tertegun, tapi setelah
berpikir sebentar mereka segera memahami jalan pemikiran
pemuda itu, kontan saja mereka tertawa cekikikan.
Salah seorang dayang yang berusia agak tua segera
berkata sambil tersenyum ramah:
http://kangzusi.com/
"Kongcu, pakaianmu akan budak cucikan, silahkan
kongcu bersantap malam lebih dulu!"
Dengan sopan Lan See giok mengucapkan terima kasih,
kemudian berjalan menuju ke ruang depan.
Tiba di ruang muka sebuah meja perjamuan telah
disiapkan, mangkuk piring yang terbuat dari perak telah
dihidangkan secara lengkap.
Beberapa orang dayang berdiri penuh hormat di sudut
ruangan, sedang nona berbaju putih itu masih belum
nampak.
Lan See-giok memang merasa amat lapar, apalagi setelah
menyaksikan hidangan malam yang lezat, perutnya merasa
semakin lapar.
Di atas meja tersedia dua perangkat mangkuk sumpit, itu
berarti bukan disiapkan buat dia seorang saja, karena itu
dengan sabar dia pun menantikan kemunculan si nona
tersebut.
Sambil menundukkan kepala dia pun berjalan kian
kemari, sementara otaknya berputar terus untuk
menemukan cara yang baik untuk meloloskan diri dari situ.
Pemandangan malam di luar ruangan nampak sangat
indah, bintang-bintang berkerlipan di tengah angkasa yang
gelap, seluruh benteng Wi lim poo berada dalam keadaan
hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Beberapa orang pelayan berdiri membungkam di tempat,
sementara sorot mata mereka yang jeli mengikuti gerak
gerik Lan See giok berjalan kian kemari.
Membayangkan kembali pengalamannya selama dua
hari belakangan ini, Lan See giok merasa seakan akan
sudah melewati waktu selama satu dua bulan, meski
http://kangzusi.com/
demikian dia merasa hatinya lega dan nyaman, sebab ia
dapat lolos dari cengkeraman To oh cay jin (si manusia
cacad telinga) Oh Tin san.
Kini dia memutuskan untuk tidak terburu buru
mengunjungi bibi Wan, dia harus menunggu sampai kelima
manusia cacad dari tiga telaga berlalu dan meninggalkan
tempat tersebut jauh-jauh karena merasa sadar bahwa
harapan mereka amat tipis, kemudian barulah berusaha
untuk pergi ke sana.
Ia beranggapan bersembunyi di dalam benteng Wi lim
poo merupakan tempat persembunyian yang paling rahasia,
mimpipun ke lima manusia cacad serta kakek berjubah
kuning itu tak akan menduga kalau dia berada di sini.
Bila teringat kembali kejadian yang dialami malam tadi,
hingga sekarang jantungnya masih terasa berdebar keras,
pertempurannya melawan si perompak yang mati tertusuk
di air serta pertarungannya melawan gadis-gadis itu hampir
saja membinasakan dirinya di dalam air telaga.
Membayangkan kembali kesemuanya itu, tanpa terasa
Lan See giok terbayang kembali akan kepandaian sakti yang
dimiliki si nona berbaju putih sewaktu berada dalam air, dia
memutuskan untuk mempelajari kepandaian tersebut secara
baik-baik.
Siapa tahu dalam sepanjang sejarah hidupnya dia akan
menjumpai bencana banjir? Atau mungkin akan bertemu
perompak dan mengalami musibah kapalnya karam? Tanpa
dibekali ilmu dalam air yang sempurna biarpun ilmu silat
yang dimiliki cukup hebatpun jangan harap bisa
mempertahan kan hidupnya dengan baik
Sementara ia masih melamun sampai di situ, mendadak
terdengar suara dentingan nyaring berkumandang datang.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera menghentikan langkah nya seraya
berpaling, tampak dua orang dayang cilik lari masuk ke
dalam ruangan dengan wajah tergopoh gopoh.
Kemudian setibanya di depan pintu, ke dua orang
dayang itu memisahkan diri dan berdiri di kiri dan kanan.
Tak lama kemudian suara dentingan tadi makin
mendekat dan akhirnya tirai disingkap orang.
Agak berkilat sepasang mata Lan See giok setelah
melihat apa yang tertera di depan mata, seorang gadis
cantik rupawan dengan perawakan yang ramping dan indah
tahu tahu sudah muncul di depan mata.
Rambut si nona cantik itu disanggul tinggi dengan mutu
manikam menghiasi mahkota nya, ia berwajah potongan
kwaci, alis matanya indah dengan bibir yang mungil,
gaunnya berwarna putih dengan pakaian warna hijau
pupus, suatu perpaduan yang membuat wajahnya nampak
lebih cantik dan menawan hati.
Setelah diamati beberapa saat, Lan See giok baru
mengenali kalau si nona anggun yang berbadan indah ini
ternyata tak lain adalah si nona berbaju putih tadi.
Gadis cantik itu berdiri tertegun pula di depan pintu
sepasang matanya yang jeli mengawasi juga wajah Lan See
giok yang baru selesai membersihkan badan dengan
termangu.
Ia benar-benar terkejut sampai tertegun, tak terlukiskan
rasa girang dan gembira yang berkecamuk di dalam
dadanya.
Lan See giok yang selesai membersihkan badan dan
berganti pakaian, nampak begitu tampan dan gagah,
wajahnya yang memerah tambah dilihat tambah menarik
hati.
http://kangzusi.com/
Ia berdoa semoga Lan See giok bukan seorang bocah
berusia lima enam belas tahun, dia berharap pemuda itu
sudah termasuk seorang pemuda dewasa, sebab tahun ini
dia sendiri telah berumur sembilan belas tahun.
Setelah termangu sesaat, sambil tertawa manis gadis,
berbaju putih itu maju mendekat, katanya sambil menunjuk
ke arah meja:
"Ayo silahkan, jangan kau tunda lebih lama lagi"
Lan See giok memang memutuskan untuk berdiam
sementara waktu di dalam benteng Wi lim-poo sampai
suasana menjadi aman kembali, maka sambil tertawa dia
manggut-manggut, pertanda kalau dia tidak berniat
bermusuhan.
Sewaktu si nona mempersilahkan Lan See giok duduk di
kursi utama, tanpa sungkan pemuda itu mengikutinya.
Mendadak, dari luar pintu berkumandang suara langkah
kaki manusia yang tergesa-gesa.
Lan See giok segera berpaling, tampak seorang dayang
berbaju kuning sedang berlarian masuk ke dalam ruangan
dengan wajah gugup bercampur tegang.
Dengan kening berkerut si nona segera menegur:
"Apa yang terjadi di tempat hujin sana?"
"Lapor nona" kata dayang itu cepat-cepat, "Lo pocu
telah pulang, entah mengapa dia sedang marah-marah di
ruang tamu."
"Aaaah, tahukah kau apa yang menyebabkan lo pocu
marah-marah?" sela si nona sambil menjerit kaget.
"Menurut laporan dari Be-congkoan kepada nyonya. Tui
keng hi ( Setan pengejar ikan paus ) yang diutus untuk
http://kangzusi.com/
menjemput lo-pocu ditemukan tewas tertusuk dalam air
telaga, mayatnya sudah terapung di atas permukaan air.
Lan See giok amat terkejut setelah mendengar laporan
itu sehingga tanpa terasa wajahnya berubah, pikirnya:
"Jangan-jangan si setan pengejar ikan paus adalah orang
yang mati kutusuk tadi?"
Tapi ia segera merasa jalan pemikirannya tidak benar,
bukankah si setan pengejar ikan paus ditugaskan untuk
menjemput Lo pocu-nya, bukan orang yang ditugaskan
mencari dia?
"Aaaah, pasti orang itu hanya seorang perompak air . . .
!" akhirnya dia menyimpulkan.
Berpikir sampai di situ, hatinya yang tak tenang pun
segera menjadi tenang kembali.
Maka sambil memandang si nona berbaju putih yang
termangu, selanya:
"Tolong tanya nona, kecuali benteng kalian, apakah di
sekitar telaga ini masih terdapat markas besar dari
perkumpulan atau perguruan lain-.”
Sekulum senyuman sinis dan angkuh segera melintas di
wajah nona berbaju putih itu, sahutnya:
"ikan dan udangpun tak berani berenang mendekati
benteng Wi lim poo, apa lagi perguruan atau perkumpulan
lain, masa mereka berani mendirikan markasnya di sekitar
ini?"
Lan See giok memang bukan anak bodoh, dari sikap
angkuh si nona berbaju putih itu, ia sudah menyimpulkan
kalau tiada orang luar yang berani mendekati daerah telaga
tersebut.
http://kangzusi.com/
Terdengar si nona berbaju putih itu bertanya lagi kepada
si dayang berbaju kuning:
"Mayat si setan pengejar ikan paus ditemukan di daerah
air sebelah mana?"
Dayang itu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali.
"Budak tidak tahu, sewaktu hujin bertanya lo-pocu
sendiri tidak menjawab, maka budak lihat lebih baik nona
saja yang mencoba membujuk lo pocu- "
Gadis berbaju putih itu segera mengerutkan dahinya,
seakan akan merasa segan untuk pergi, tapi setelah
termenung sejenak akhirnya ia berkata.
"Pergilah dulu, bilang saja aku akan segera menyusul !".
Dayang berbaju putih itu mengiakan dengan hormat,
kemudian membalikkan badan dan terburu buru
meninggalkan tempat tersebut.
Sepeninggal si dayang, nona berbaju putih itu baru
berpaling kearah Lan See giok sambil berkata:
"Dalam benteng kami terdapat tiga orang jago yang
disebut tiga setan, di antara ke tiga orang ini, si setan
pengejar ikan paus termasuk orang yang berilmu paling
tinggi, ilmunya di dalam airpun paling sempurna, biarpun
bertemu jago lihay, semestinya tak mungkin ia akan
tertusuk mati di dalam air . . . .” setelah berhenti sejenak,
tergerak hatinya, cepat dia berguman lebih jauh:
"Jangan-jangan sudah bertemu dengan Huan kang ciong
liong ( naga sakti Pembalik sungai)?"
Dari pembicaraan itu kembali Lan See -giok
menyimpulkan bahwa antara pihak Wi lim Poo dengan si
http://kangzusi.com/
naga sakti pembalik sungai pasti terdapat perselisihan, cuma
dia tak berani banyak bertanya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik mata nona
berbaju putih itu, ia segera berpaling ke arah Lan See giok,
kemudian tanyanya:
"Mengapa kau mendatangi telaga Lu wi-tong kami
malam ini? Di tengah jalan tadi apakah kau telah bersua
dengan seorang lelaki setengah umur berbaju hitam, beralis
tebal dengan mata yang jeli? Atau mungkin sudah terjadi
pertarungan diantara kalian?"
"Sejak memasuki telaga ini, tak sesosok bayangan
manusiapun yang kujumpai, mana mungkin bisa terlibat
dalam suasana pertarungan?" sahut pemuda tanpa ragu.
Gadis berbaju putih itu cukup memahami kalau Lan See-
giok tidak mengerti ilmu dalam air, jadi mustahil ia dapat
membunuh si setan pengejar ikan paus yang lihay dalam
soal ilmu berenang di dalam air, maka dengan kening
berkerut dan nada tak mengerti gumamnya lebih jauh:
"Lantas, mengapa kau memasuki telaga Lu-wi tong?"
Tak terkirakan rasa mendongkol Lan See- giok tiba-tiba
teriaknya dengan marah:
"Kapan sih aku bilang mau datang ke mari? Semalam toh
aku cuma tertidur di dalam perahu, sewaktu mendusin
perahuku sudah terbawa arus hingga sampai di dalam
wilayah Lu-wi tong, padahal aku tak mengerti ilmu
berenang, aku pun tak pandai mendayung.."
Melihat kemarahan sang pemuda yang kian lama kian
menjadi, nona berbaju putih itu semakin yakin kalau di
balik kesemuanya ini masih terdapat hal-hal lain, namun
tampaknya diapun enggan untuk bertanya lebih jauh, maka
sambil, tersenyum katanya:
http://kangzusi.com/
"Arus dari telaga ini menang sering kali berubah ubah,
ada kalanya angin telaga dapat membawa sampan kecil
menuju ke arah yang lain, kejadian semacam ini umum dan
tiada sesuatu yang aneh, ayo cepat bersantap!"
Sembari berkata dia mengambil sumpit perak.
Melihat gadis berbaju putih itu tidak bertanya lebih jauh
dan kebetulan hal ini memang sesuai dengan keinginannya,
maka diapun mulai bersantap.
Baru saja hidangan akan dimasukkan ke mulut,
mendadak tampak seorang dayang berlari masuk dengan
tergesa gesa, lalu berbisik lirih:
"Nona, lo-pocu datang!"
Berubah wajah si nona berbaju putih itu. ia tahu pastilah
si dayang berbaju kuning yang melaporkan kepada ayahnya
kalau di situ hadir seorang pemuda tampan.
Cepat-cepat dia bangkit dan lari ke luar untuk
menyambut kedatangan ayahnya.
Sementara itu dari ruang tengah terdengar suara langkah
kaki manusia, yang bergema semakin mendekat, lalu
terdengar gadis berbaju putih itu berseru memanggil:
"Ayah. . ."
Meminjam cahaya lentera yang memancar ke luar dari
ruangan Lan See giok ikut memandang ke depan, tapi
dengan cepat seluruh badannya gemetar keras, wajahnya
berubah hebat, hidangan yang baru saja di antar ke mulut
pun segera terjatuh kembali ke atas tanah.
Mimpipun dia tak pernah menyangka kalau lo pocu dari
benteng Wi lim poo ternyata adalah si manusia cacad
telinga Oh Tin san yang baru saja berhasil dihindari..
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san sendiri pun nampak
terkejut bercampur gembira setelah mengetahui pemuda
yang duduk di ruangan tak lain adalah Lan See giok.
Cepat-cepat Lan See giok berusaha menenangkan
hatinya, satu ingatan segera melintas dalam benaknya,
segera dia melepaskan sumpitnya dan menangis tersedu
sedu.
Kemudian dengan suara keras teriaknya:
"Empek- “
Ia lari ke depan menyongsong orang itu.
Perubahan yang berlangsung secara tiba-tiba ini bukan
saja membuat semua dayang menjadi tertegun. bahkan
gadis berbaju putih sendiripun sampai berdiri melongo.
Dengan cepat Lan See giok menubruk dan memeluk si
manusia cacad telinga erat-erat lalu meledaklah isak
tangisnya.
Hawa amarah yang semula berkobar dalam dada
manusia cacad telinga Oh Tin san seketika lenyap tak
berbekas, ia tak bisa mengendalikan rasa girangnya lagi dan
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Begitu keras, suara tertawanya sehingga menggetarkan
seluruh benteng Wi lim poo.
Setelah termangu beberapa saat, gadis berbaju putih itu
segera berteriak keras.
"Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Manusia
cacad telinga Oh Tin san menghentikan gelak tertawanya,
sambil membelai tubuh Lan See giok dengan penuh rasa
gembira ia berkata:
"Anak bodoh, jangan menangis lagi, ini rumahmu, kau
adalah satu satunya sau pocu dari benteng ini"
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil mendorong sang bocah, tanyanya lagi
sambil tertawa senang:
"Anak bodoh, coba kau lihat siapakah budak yang cantik
itu?"
Sembari berkata dia menunjuk ke arah si nona berbaju
putih yang sementara itu dari rasa kaget dan tercengangnya
telah berubah menjadi luapan kegembiraan.
Lan See giok sendiripun segera menyadari akan masalah
yang sedang dihadapi dengan berpura-pura terkejut
bercampur gembira teriaknya keras-keras:
"Kau adalah enci Cu!"
Di tengah sorak gembiranya dia lari ke depan dan
memeluk pinggang nona berbaju putih itu kencang-kencang
kemudian serunya tiada hentinya:
"Enci Cu, enci Cu. . . ."
Meskipun nona berbaju putih Oh Li cu terhitung seorang
gadis jalang yang cabul, toh ia dibuat malu dan tersipu-sipu
oleh pelukan Lan See giok tersebut, wajahnya segera
berubah menjadi merah padam bagai kepiting rebus.
Apalagi perawakan tubuh Lan See giok sudah sejajar
dengan ketinggian tubuhnya.
Biarpun Oh Tin-san yang licik dan keji berakal bulus dan
berpengalaman luas, tak urung semua kecurigaannya lenyap
tak berbekas setelah menyaksikan sikap gembira dari Lan
See giok.
Pemuda Lan See-giok memang pintar sekali, setelah
memeluk tubuh Oh Li cu yang bahenol erat-erat, mendadak
dia berlagak tersipu-sipu dan buru-buru melepaskan
pelukannya, kemudian dengan wajah jengah
menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Oh Tin san.
http://kangzusi.com/
Biarpun Oh Tin san licik dan hebat, hilang lenyap semua
kecurigaannya sekarang. malah tak tertahankan lagi ia
tertawa terbahak-bahak.
"Bocah bodoh, mengapa malu?" tegurnya dengan
gembira, "cepat, beritahu kepada empek, cantik kah enci
Cu?"
"Enci Cu amat cantik!" sahut pemuda itu dengan kepala
tertunduk rendah-rendah.
Merah dadu selembar wajah Oh Li-cu karena jengah,
napsu birahinya segera terangsang dan sinar matanya
memancarkan napsu birahi yang amat tebal.
Memandang Lan See giok yang berada dihadapannya,
manusia cacad telinga 0h Tin san merasa seolah-olah kotak
kecil itu sudah berada di dalam genggamannya, tak terlukis
kan rasa gembiranya waktu itu.
Serunya kemudian sambil menepuk bahu Lan See giok
dengan tangannya yang kurus kering:
"Jika enci Cu memang cantik, bagaimana kalau empek
jodohkan enci Cu untuk menjadi istrimu!"
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Li cu merasakan
timbulnya aliran hawa panas dari antara pahanya terus
meluncur ke atas, buru-buru serunya dengan manja:
"Ayah, Cu ji tak bisa berbakti lagi kepadamu di
kemudian hari. . ."
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat ia berpaling ke
arah Oh Tin san lalu sambil tertawa manggut tiada
hentinya.
Sekali lagi Oh Tin san mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Asal aku si manusia cacad telinga memperoleh kotak
kecil itu, sudah pasti dunia berada di bawah telapak
kakiku!"
Pada saat itulah..
Mendadak dari belakang beberapa orang itu
berkumandang suara teguran seorang perempuan setengah
umur dengan nada terkejut:
"Tin san, persoalan apa sih yang membuat kau tertawa
terbahak bahak . . . ?"
Lan See giok turut berpaling, ia saksikan di depan pintu
telah berdiri seorang nyonya tua bersanggul tinggi,
berkeriput mukanya dan berbedak serta gincu amat tebal.
Biarpun usianya sudah tua, namun nyonya itu masih
tetap "hot" dengan anting-anting model dakocan yang amat
besar menghiasi telinganya, ia memakai gaun hijau pupus
dikombinasikan baju berwarna merah darah, sepatunya
berwarna merah juga, ini menunjukkan kalau perempuan
ini biar sudah tua namun seorang yang suka pesolek.
Melihat tampang perempuan tua itu, Lan See giok segera
menduga kalau dia adalah bininya si manusia cacad telinga.
Benar juga, Oh Li cu segera lari menyongsong
kedatangan perempuan itu sambil berseru manja:
"Ibu, ayah menganiaya Cu ji!"
Sambil berseru dia menjatuhkan diri ke dalam pelukan
nyonya tua tersebut.
Walaupun nyonya tua itu masih dihiasi dengan
senyuman, agaknya diapun dibuat tidak habis mengerti oleh
sikap Oh Tin san yang sebentar gusar sebentar tertawa
senang itu.
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin san mendorong tubuh Lan
See giok ke depan nyonya tua itu, kemudian tanyanya
dengan bangga:
"Ci hoa, coba lihat siapakah dia?"
Sambil berkata ia tertawa licik dan memutar biji matanya
berulang kali, jelas ia sedang memberi tanda kepada nyonya
tua tersebut:
"Say nyoo-hui" atau Tandingan - nyoo-hui Ki Ci hoa
adalah seorang perempuan yang sudah berpengalaman luas
di dalam dunia persilatan, ia pandai sekali melihat gelagat
dan menilai perasaan hati orang, begitu menyaksikan sorot
mata Oh Tin san, dengan kening berkerut dia pun
mengamati Lan See giok dari atas hingga ke bawah.
Namun dia tak berani berbicara lebih lanjut karena tidak
memahami maksud tujuan suaminya, maka dengan nada
tidak pasti katanya:
"Ehmmm-rasanya sih seperti pernah di kenal.."
Sejak memandang wajah nyonya tua pesolek ini, dalam
hati kecil Lan See giok sudah tumbuh perasaan muak dan
bencinya, sekalipun demikian dia toh memandang juga ke
arah perempuan tersebut sambil berlagak seakan akan tidak
mengerti.
Oh Tin san segera tertawa terkekeh-kekeh buru-buru
serunya:
"Bocah ini adalah satu-satunya kongcu keturunan adik
Khong-tay, coba lihat, sepuluh tahun tak bersua, bocah ini
sudah tumbuh menjadi begitu gagah dan tampan, makin
dewasa pasti makin perkasa keadaannya"
http://kangzusi.com/
Nyonya tua itu berkerut kening kemudian berlagak
seakan akan baru memahami, ia berseru tertahan dan segera
serunya sambil tertawa:
"Yaa, betul, memang agak mirip adik Khong-tay”
Ucapan tersebut kembali membuat Oh Tin san menjadi
gugup, sebab raut wajah Lan See giok lebih mirip ibunya
dari pada ayah-nya, maka cepat-cepat katanya lagi:
"Jelek amat ketajaman matamu, bocah ini lebih mirip
dengan istri adik Khong-tay!"
Sekali lagi nyonya tua itu memandang wajah Lan See
giok sambil manggut-manggut memuji, kemudian setelah
mendorong Oh Li cu, dia menghampiri pemuda itu sambil
tegurnya ramah:
"Nak, siapa namamu?"
"Dia bernama, Lan See giok!" Oh Tin san menerangkan,
sedang kepada sang bocah, katanya pula:
"Dia adalah bibimu Ki Ci hoa, orang menyebutnya
sebagai Tandingan Nyoo-hui, dulu dia termasuk seorang
perempuan cantik yang termasyhur namanya "
Lalu sambil tertawa terbahak bahak, ia menepuk bahu
Lan See giok sembari berseru lagi:
"Ayo cepat memanggil bibi!"
Sambil menahan kobaran hawa amarahnya Lan See giok
memanggil dengan hormat:
"Bibi . . . . !"
Ki Ci hoa nampak semakin gembira lagi setelah
mendengar panggilan itu, ia tertawa terkekeh tiada hentinya
dengan mata setengah terpejam.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san sendiripun tertawa terbahak bahak, kepada
kawanan dayang di sisi ruangan serunya kemudian:
"Cepat siapkan arak, mungkin sau poocu sudah lapar
sedari tadi, malam ini aku akan minum arak sampai
mabuk!"
Orang menjadi sibuk untuk menyiapkan segala hidangan
dan meja perjamuan.
Kemudian dengan senyum dikulum, Ki Ci hoa
menggandeng putrinya di tangan kiri, menarik Lan See-giok
di tangan kanan bersama sama menuju ke luar ruangan.
Oh Tin san sengaja berjalan di paling belakang,
menggunakan kesempatan tersebut dia menarik seorang
dayang dan membisikkan sesuatu ke sisi telinganya. lalu
dengan cepat dia menyusul kembali istrinya bertiga.
Setelah mendengar bisikan Oh Tin-san, dayang itu
nampak agak gugup dan buru-buru lari pergi dari situ.
Setelah masing-masing mengambil tempat duduk, Ki Ci
hoa masih saja menggenggam tangan Lan See giok dengan
hangat, kemudian menanyakan usianya, ilmu silat, ilmu
sastra dan lain-lain dengan penuh perhatian.
Oh Li cu berdiri di belakang ibunya dengan senyuman
dikulum, matanya yang jeli mengamati terus wajah Lan See
giok yang tampan tanpa berkedip, rupanya ia benar-benar
sudah terpukau dibuatnya.
Oh Tin san duduk di bangku lain sambil mengawasi
istrinya berusaha mengorek keterangan dari mulut pemuda
itu dengan taktiknya, sedang otaknya berputar terus
berusaha mencari akal bagaimana caranya menghadapi Lan
See giok sehingga kotak kecil yang diincar bisa diperoleh
kembali dan bagaimana pula caranya untuk menghindari
http://kangzusi.com/
perjumpaannya dengan Huan kang ciong liong serta kakek
berjubah kuning.
Tak selang berapa saat kemudian hidangan sudah
disiapkan, maka perjamuanpun segera dilangsungkan.
Sepanjang perjamuan dilangsungkan, Oh Tin san selalu
merasa kuatir tentang keadaan Lan See giok setelah diajak
menuju ke dusun nelayan tadi, dia ingin tahu apa saja yang
telah dikatakan kakek tersebut kepada bocah itu, karena hal
ini penting baginya di dalam usahanya untuk menguasai
Lan See giok di kemudian hari.
Maka setelah menghabiskan tiga cawan arak, dengan
suara yang lembut dan ramah tapi penuh nada perhatian
Oh Tin san bertanya:
"Giok ji, mengapa sih kakek berjubah kuning itu
menangkapmu den membawanya ke dalam dusun?"
Lan See giok memang sudah menduga Oh Tin san akan
mengajukan pertanyaan tersebut, maka tak heran kalau dia
sudah mempersiapkan jawabannya sedari tadi.
Dengan kening berkerut ujarnya kemudian:
"Kakek berjubah kuning itu benar-benar tak tahu aturan,
begitu berjumpa denganku, dia lantas, menegur mengapa
kemarin aku menghajar muridnya Thi Gou.."
Oh Tin san memang pernah melihat dari balik hutan
muncul seorang bocah perempuan berbaju merah serta
seorang bocah lelaki berkulit hitam berbaju hitam, dia tahu
Thi Gou yang dimaksudkan Lan See giok tentulah si bocah
lelaki tersebut.
Terdengar Lan See giok berkata lebih jauh:
"..aku tahu empek sedang menungguku di luar dusun
oleh sebab itu tanpa sungkan-sungkan kusahut kepadanya:
http://kangzusi.com/
"Tidak tahu," siapa sangka dia lantas membentak dan
menotok jalan darahku."
Walaupun si Manusia cacad telinga Oh Tin san dapat
merasa kalau di balik masalah tersebut mustahil duduknya
persoalan begitu sederhana, namun berhubung apa yang
diucapkan Lan See giok pada dasarnya memang sama
seperti apa yang dilihatnya, terpaksa dia manggut-manggut
sambil bertanya lebih jauh:
"Bagaimana selanjutnya?"
Secara ringkas Lan See giok mengisahkan kembali
keadaannya setelah masuk ke dalam dusun nelayan tersebut
dan akhirnya dia menyinggung juga tentang tidak
ditemukan nya si manusia cacad telinga di tanggul telaga.
Dalam hal ini, dengan nada tak senang hati dia menegur.
"Bukankah empek sendiri bilang sebelum bertemu tak
akan bubar, namun ketika aku sampai di tepi telaga, tidak
kujumpai dirimu berada di sekitar sana"
Agak memerah paras muka Oh Tin san lantaran jengah,
dia tertawa kering dan nampaknya merasa puas dengan
penuturan dari Lan See giok tersebut.
Berdasarkan kisah yang amat singkat itu diapun dapat
menyimpulkan bahwa kakek berjubah kuning itu tak nanti
telah menyampaikan sesuatu kepada Lan See giok.
Di samping itu, dari kegelapan ia pun dapat melihat
betapa gugup dan gelisahnya Lan See giok ketika mencari
jejaknya, hal tersebut membuat manusia licik ini menaruh
percaya seratus persen.
Maka setelah tertawa kering katanya:
http://kangzusi.com/
"Dari kejauhan sebetulnya empek melihat
kedatanganmu, cuma berhubung aku kuatir kakek berjubah
kuning itu datang menyusul, maka . . ."
Tiba-tiba tergerak hati Lan See giok dengan nada tak
mengerti dia bertanya.
"Mengapa sih empek begitu takut terhadap si kakek
berjubah kuning tersebut?"
Berubah paras muka si Manusia cacad telinga Oh Tin
san setelah mendengar ucapan mana, serunya gusar:
"Omong kosong, empek sebagai seorang pemilik benteng
yang menjagoi seputar telaga ini belum pernah takut kepada
orang lain."
Ketika mengutarakan ucapan tersebut, alis matanya
berkerut, matanya melotot wajahnya menyeringai seram,
agaknya ia benar-benar sedang diliputi hawa amarah.
Selama ini Say nyoo-hui Ki Ci hoa cuma membungkam
diri belaka, berhubung dia memang tak tahu duduknya
persoalan di samping kuatir salah berbicara.
Namun setelah melihat Oh Tin san menjadi gusar karena
jengah, buru-buru selanya:
"Tin san, bocah kecil tahu apa sih? Masa kata katanya
kau masukan dalam hati hingga membuatnya menjadi
marah?"
Sembari berkata dia mengerling sekejap ke arah Oh Tin
san.
Oh Li cu pun merasa tidak puas dengan sikap ayahnya,
dengan nada tak senang hati serunya pula.
"Ayah memang jelek dalam hal ini, sedikit-sedikit jadi
marah!"
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Oh Tin-san merupakan seorang manusia
licik yang pandai mengendalikan perasaan sendiri, namun
berhubung perkataan dari Lan See giok tadi telah
menyinggung aib yang pernah dijumpainya dan justru
mengena pada penyakit hatinya, tak heran kalau hawa
amarahnya segera meledak.
Namun setelah digerutui istrinya dan putrinya
menunjukkan wajah tak senang hati, buru-buru dia
mengendalikan emosinya dan tertawa terbahak bahak.
"Haaah . . haaah . . haaah . . . . bayangkan saja aku Oh
Tin san adalah seorang tokoh silat yang nama nya sangat
menggetarkan telaga Phoan yang oh, dengan ilmu Hun sui
ciang hoat (ilmu pukulan pemisah air) yang kumiliki
puluhan tahun belum pernah bersua dengan musuh
tangguh, manusia-manusia golongan putih maupun
golongan hitam dari dunia persilatan pada jeri tiga bagian
kepadaku, bayangkan saja betapa tidak marah aku setelah
dituduh takut dengan kakek berjubah kuning tersebut".
Kemudian setelah tertawa terbahak bahak kembali,
katanya lebih jauh kepada Lan See giok.
"Sebenarnya empek tidak menampakkan diri waktu itu
karena aku tak ingin mencari urusan yang tak berguna
dalam keadaan begitu"
Dalam hati kecilnya Lan See giok tertawa dingin, ia tahu
jawaban dari Oh Tin san ini tidak jujur, sedangkan
mengenai keterangan Wi lim poo dalam dunia persilatan, ia
pun masih tanda tanya besar sebab belum pernah hal ini di
dengar dari ayahnya.
Dalam hati kecilnya sekarang cuma ada satu masalah
saja yang perlu diketahui secepatnya, yakni asal usul dari si
kakek berjubah kuning tersebut.
http://kangzusi.com/
Maka dengan perasaan tak habis mengerti dia bertanya.
"Empek, sebenarnya siapa sih kakek berjubah kuning
itu?"
Oh Tin san mendengus dingin.
"Hmmm! Empek cuma tahu kalau dia bukan orang baik-
baik, sedangkan tentang siapa namanya dan dari mana asal
usulnya, belum pernah kudengar tentang hal ini . . ."
Lan See giok pura-pura merasa kaget dan tercengang,
katanya kemudian:
"Aku lihat ilmu silat yang dimiliki kakek berjubah kuning
itu lihay sekali, mestinya kedudukannya dalam dunia
persilatanpun amat tinggi . . . "
"Darimana kau tahu?" belum habis Lan See giok berkata,
Oh Tin san telah menukas dengan perasaan dalam.
Tanpa ragu-ragu sahut Lan See giok:
"Aku dengar kakek bercambang yang bernama naga sakti
pembalik sungai itu selalu membahasai kakek berbaju
kuning itu sebagai locianpwe . . ."
Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata-katanya,
Oh Tin san dengan mata melotot dan menggertak gigi telah
berseru lebih dulu:
"Thio-Lok-heng, manusia tak tahu malu, ia bermoral
bejad, suka merendahkan derajat sendiri . . "
Lan See giok sama sekali tidak menggubris ocehan dari
Manusia cacad telinga tersebut, dia berkata lebih jauh:
"Kepandaian silat yang dimiliki kakek berjubah kuning
itu memang amat lihay, sewaktu ia membentak kemarin,
padahal tubuhnya masih berada berapa kaki dariku, tapi
jalan darahku tahu-tahu sudah kena ditotok olehnya."
http://kangzusi.com/
Ketika selesai mendengar perkataan dari Lan See giok
ini, Oh Tin san tak bisa me-ngendalikan hawa amarahnya
lagi, ia segera berseru keras.
"Bocah bodoh, ilmu silat itu tiada batas batasnya, dan
beraneka ragam jenisnya, masing-masing kepandaian
memiliki keistimewaan yang berbeda beda, masih
mendingan kalau kakek berbaju kuning itu tidak datang ke
benteng Wi lim poo ku ini. bila ia sampai berani datang
kemari, hmm. . . aku pasti akan menyuruh si anjing tua ini
merasakan enaknya air Phoan yang oh!"
Lan See giok segera merasakan semangat nya bangkit
kembali, dengan nada gembira dia berseru.
"Empek tua, kau sebagai seorang pocu yang namanya
termasyhur di seantero dunia, ilmu dalam airmu tentu lihay
sekali, mulai besok aku ingin menyuruh empek untuk
mengajarku ilmu dalam air . ."
Mendapat pujian dari Lan See-giok, paras muka Oh Tin-
san yang semula suram segera berubah menjadi cerah
kembali, ia tertawa bangga dan menganggukkan kepalanya
berulang kali:
"Baik, baik, asal kau bersedia untuk mempelajarinya
secara tekun, empek akan mewariskan segenap kepandaian
yang empek miliki untukmu. . ."
Lan See-giok berlagak kegirangan, dia melompat-lompat
dan segera menjura dalam-dalam, serunya dengan girang:
"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu
kepada empek . . !"
Oh Tin san yang licik den banyak tipu muslihatnya ini
mengira rencana kejinya berhasil dengan sukses, tanpa
terasa ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak
bahak.
http://kangzusi.com/
Say-nyoo-hui yang selama ini cuma membungkam,
sekarang turut berseru pula dengan nada girang.
"Nak, asal kau bersedia untuk belajar, beberapa jurus
ilmu Cau hong jiu (ilmu sakti menggapai lebah) yang
kumilikipun akan kuwariskan juga kepadamu!" .
Lan See giok sama sekali tidak bertanya apakah ilmu
yang dimaksudkan sebagai Cau hong jiu tersebut, cepat-
cepat dia membalik kan badan dan menjura dalam-dalam,
lalu serunya dengan naga girang.
"Terima kasih banyak bibi!"
Kemudian dia membalikkan badan dan duduk kembali
ke kursi semula . . .
Waktu itu Oh Tin san sudah dibikin kegirangan sehingga
sedikit tak dapat mengendalikan diri, matanya yang jalang
mengerling sekejap ke arah Oh Li cu yang sedang berseri,
kemudian ujarnya sambil tersenyum.
"Mulai besok, biar enci Cu mu yang mewakiliku
mengajarkan dasar ilmu di dalam air kepadamu, bila dasar
dasarnya sudah kau ketahui baru aku yang mengajarkan
langsung kepadamu!"
Mendengar perkataan ini Lan See giok tertawa, kali ini
suara tertawanya benar-benar timbul dari hati sanubarinya.
Sebab diantara lima cacad dari tiga telaga, tak
seorangpun yang paling dicurigai, berdasarkan julukan yang
mereka miliki paling tidak dari lima cacad ada tiga yang
bercokol di atas air, oleh sebab itu kepandaian berenang
boleh dibilang merupakan kepandaian yang paling penting
baginya.
Oh Li cu yang mendengar ayahnya memerintahkan
kepadanya untuk mengajar kan ilmu berenang kepada Lan
http://kangzusi.com/
See giok, kontan saja hatinya menjadi kegirangan, sebab hal
tersebut memang sesuai dengan kehendak hatinya, tak
tahan lagi ia tersenyum genit.
Pada saat itulah dari luar ruangan muncul seorang
dayang berbaju hijau yang menghampiri Oh Tin san dengan
langkah tergesa gesa, setelah memberi hormat katanya:
"Lapor lo pocu, Be congkoan, Thio Gi si dan Li Tok cay
datang mohon bertemu!"
Mendengar laporan tersebut paras muka Say nyoo-hui
dan Oh Li cu berubah hebat, dengan pandangan terkejut
mereka berpaling ke arah Oh Tin San.
Perlu diketahui, di hari-hari biasa kecuali Oh Tin San
suami istri, orang lain belum pernah mengunjungi tempat
kediaman dari Oh Li cu, tapi malam ini tiga orang
congkoan yang berkedudukan di bawah Oh Tin san telah
datang, ini menunjukkan kalau di dalam benteng telah
terjadi suatu peristiwa yang maha besar.
Menyaksikan keterkejutan Say nyoo-hui dan Oh Li cu,
Lan See giok merasa terperanjat sekali, apalagi saat ini
menunjukkan kentongan ke empat, hal tersebut
membuatnya makin terkesiap.
Oh Tin San memang sudah mengetahui hal ini, tapi di
luar dia berlagak seolah-olah kaget dan tercengang, sambil
mengerutkan dahinya ia berseru.
"Silahkan mereka masuk!"
Dayang itu mengiakan dengan hormat kemudian
membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
Say nyoo-hui maupun Oh Li cu memandang ke arah Oh
Tin san dengan pandangan terkesiap, tanyanya kemudian
dengan nada tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Ada apa sih? Masa hari begini juga datang
menghadap?"
Oh Tin san tidak menjawab dengan segera, hanya
matanya yang sesat mengawasi depan pintu dengan
termangu, seolah-olah sedang memikirkan persoalan
tersebut.
Tak selang berapa saat kemudian, terdengar suara
langkah kaki manusia berkumandang memecahkan
keheningan.
Meminjam cahaya yang memancar ke luar dari balik
ruangan, Lan See giok dapat melihat ada tiga sosok
bayangan manusia sedang melangkah masuk ke dalam
ruangan dengan langkah tergesa-gesa.
Orang yang berada ditengah berperawakan kecil dan
pendek, dia adalah seorang kakek bungkuk bermata segi
tiga, beralis tebal dan memelihara jenggot kambing,
tampangnya menunjukkan kelicikan, mengenakan jubah
panjang warna putih yang kedodoran, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam yang berkilauan, membuat
kakek ini tampak mengerikan.
Sedangkan orang yang berada di sebelah kanan
berperawakan tinggi langsing, berusia antara tiga puluh
tahunan, berjubah hitam dengan celana gombrang,
tampangnya kurus macam monyet dengan hidung yang
melengkung seperti hidung betet, matanya yang bulat
memancarkan juga cahaya tajam.
Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang
pemuda berusia dua puluh lima-enam tahunan, tubuhnya
kekar dengan alis mata yang tebal, tapi matanya kecil,
hidungnya agak mancung dan bibirnya terasa amat tebal.
http://kangzusi.com/
Ia mengenakan topi model seorang busu, telinganya
dihiasi anting-anting besar, pakaiannya ringkas dan ikat
pinggangnya merah, diantara rekan rekannya dia memang
kelihatan lebih tampan.
Di antara ke tiga orang ini, seorang bertampang licik,
seorang lagi bertampang keji dan pemuda ini meski masih
muda namun wajahnya memancarkan pula hawa sesat dan
hawa kecabulan.
Lan See giok segera menduga kalau ke tiga orang ini
adalah para anggota penting dari benteng Wi-lim-poo.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ruangan, enam buah sorot mata mereka yang jeli
mengawasi wajah Lan See giok yang sedang duduk
dihadapan Oh Li cu itu dengan pandangan terkejut.
Terutama sekali pemuda berpakaian ringkas tersebut, ia
nampak berkerut kening setelah menyaksikan ketampanan
wajah Lan See giok serta kegagahannya.
Biarpun Lan See giok hanya seorang bocah berusia lima
enam belas tahunan, tapi dalam pandangannya bocah itu
sudah terhitung seorang pemuda yang amat ganteng.
Oleh sebab itulah sebelum melangkah ke dalam ruangan,
keningnya sudah berkerut dan wajahnya diliputi hawa
napsu membunuh.
Menyaksikan wajah cemburu yang terpancar dari wajah
pemuda tersebut, senyuman yang semula menghiasi wajah
Oh Li cu kini telah berubah menjadi dingin seperti es.
Perubahan wajah Oh Li cu, kontan saja semakin
mengobarkan api cemburu yang berkobar di dalam dada
pemuda berpakaian ringkas tersebut.
http://kangzusi.com/
Manusia cacad telinga Oh Tin San maupun Say-nyoo-
hui Ki-Ci-hoa menyaksikan perubahan wajah ke dua orang
itu dengan jelas, akan tetapi mereka berlagak seolah-olah
tidak memperhatikan.
Dalam pada itu ke tiga orang tersebut sudah memasuki
ke dalam ruangan, lalu dengan hormat mereka menjura
seraya berkata:
"Mengunjuk hormat buat Lo pocu, hujin dan nona!"
Say nyoo-hui dan Oh Li cu segera membalas hormat
sambil tersenyum . . .
Hanya Lan See giok seorang yang masih tetap duduk tak
bergerak, karena dia memang tidak kenal dengan ke tiga
orang ini, terhadap sorot mata permusuhan dari pemuda
berpakaian ringkas tersebut, diapun pada hakekatnya tidak
memandang sebelah matapun.
Setelah meletakkan cawan araknya, berlagak tidak
mengerti Oh Tin San segera bertanya:
"Malam-malam begini kalian bertiga datang ke sini,
entah ada urusan apa?"
Kakek bungkuk tersebut segera menjura, sahutnya
dengan sikap yang sangat menghormat:
"Hamba sekalian mendengar Lo pocu marah-marah yang
mungkin disebabkan peristiwa terbunuhnya si setan
pengejar ikan paus, oleh sebab itu hamba sekalian khusus
datang ke mari untuk melaporkan kejadian yang
sebenarnya".
Lelaki setengah umur berwajah monyet segera
menyambung pula dengan hormat.
"Setelah menerima laporan, hamba langsung memeriksa
sendiri di tempat kejadian, di sekitar sana ditemukan sebuah
http://kangzusi.com/
sampan nelayan dalam keadaan terbalik, di dasar sampan
dijumpai sebuah lubang yang persis sebesar luka mematikan
di tubuh si setan pengejar ikan paus "
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat mendongkol, dia merasa kejadian tersebut
perlu diterangkan sejelas-jelasnya kepada semua orang . . .
Belum habis ia berpikir, tiba-tiba pemuda berpakaian
ringkas itu sudah berdiri dengan kening berkerut, tiba-tiba
serunya dengan penuh kegusaran.
"Menurut hasil penyelidikan atas sumber dari sampan
tersebut, diketahui perahu itu milik dusun nelayan
setempat, hamba yakin perbuatan ini pasti hasil karya si
naga sakti pembalik sungai, kini segenap saudara dari
benteng sudah diliputi emosi dan gusar sekali, kami merasa
belum puas sebelum dapat mencuci dusun nelayan itu
dengan darah . . . ."
Ucapan itu menggusarkan Lan See giok, ia jadi lupa
kalau dirinya berada di mulut harimau, dengan kening
berkerut dia siap melompat bangun.
Belum lagi hal tersebut dilakukan, Oh Tin San sudah
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.
Gelak tertawa ini langsung membungkam kan pemuda
berpakaian ringkas itu, agak termangu ia mengawasi
pocunya, sementara hatinya keheranan dan tidak habis
mengerti apa sebabnya Oh Tin San tertawa tergelak..
Lan See giok, Say-nyoo-hui serta Oh Li cu juga
mengawasi Oh Tin San dengan perasaan tidak habis
mengerti.
Setelah menghentikan gelak tertawanya, Oh Tin san
berkata dengan lantang:
http://kangzusi.com/
"Kukira ada kejadian besar apa, oooh. rupanya hanya
masalah sekecil ini, biarpun sampan tersebut milik dusun
nelayan setempat, namun aku percaya si setan pengejar ikan
paus bukan tewas di tangan si Naga Sakti pembalik sungai."
Berbicara sampai di situ, matanya yang sesat
memandang sekejap ke arah Lan See-giok, kemudian
sambil berpura pura gembira katanya dengan suara lantang:
"Persoalan ini tak usah kita bicarakan dulu untuk
sementara waktu, ayo kuperkenalkan dulu kalian bertiga
dengan sau poocu kalian Lan See giok."
Seraya berkata dia menunjuk ke arah pemuda Lan.
Kecuali kakek bungkuk, dua orang lainnya nampak
tertegun, terutama sekali pemuda berpakaian ringkas
tersebut, paras mukanya segera beruban hebat.
Lan See giok masih tetap bersikap tenang, senyum
hambar menghiasi ujung bibirnya, matanya bersinar tajam,
oleh karena Oh Tin san telah bangkit berdiri, maka dia pun
turut beranjak.
la cukup tahu bahwa kesemuanya ini merupakan bagian
dari perangkap Oh Tin san, tapi mengapa? ia kurang jelas,
namun ada satu hal dia merasa yakin, bisa jadi hal ini akan
semakin membantu usahanya untuk melarikan diri.
Dalam pada itu si kakek bungkuk itu sudah maju ke
depan dengan senyuman di kulum, sembari menjura
katanya dengan hormat:
"Congkoan dari benteng Wi-lim-poo, Be-Siong-pak
memberi hormat buat sau pocu."
Buru-buru Lan See giok membalas hormat, sahutnya
sambil tersenyum ringan:
http://kangzusi.com/
"Aku masih muda dan berpengetahuan rendah, untuk di
kemudian hari masih banyak membutuhkan petunjuk dari
Be lo-enghiong"
Betapa gembiranya Be Siong-pak ketika Mendengar Lan
See giok membahasai diri sendiri sebagai Be lo-enghiong,
buru-buru dia membungkukkan badan dan berkata sambil
tersenyum:
"Hamba tidak berani, hamba tidak berani"
Sambil tersenyum Oh Tin san segera menimbrung dari
samping.
"Bocah bodoh, Be congkoan sudah amat berpengalaman
di dalam dunia persilatan kecerdasan otaknya seperti
Khong-Beng yang menjelma kembali, dialah otak dari
empek mu, semua masalah dan pekerjaan merupakan hasil
kerjanya, di kemudian hari kau memang perlu minta
banyak petunjuk dari Be congkoan."
Lan See giok menganggukkan kepalanya berulang kali
sementara hatinya bergetar keras, ia tahu Be Siong pak
merupakan perintang utama bagi usahanya melarikan diri
di kemudian hari.
Umpakan dari Oh Tin san itu kontan membanggakan
hati Be Siong-pak, saking senangnya dia sampai
mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak bahak,
katanya berulang kali:
"Aaah, lo-pocu terlalu memuji!"
Lelaki setengah umur berwajah seperti monyet itu segera
maju pula ke depan, kata nya kepada Lan See giok dengan
hormat:
"Hamba Thio-Wi-kang, memberi hormat buat Sau
pocu."
http://kangzusi.com/
Sembari berkata dia membungkukkan badan sambil
menjura dalam-dalam . ..
Melihat hal ini Oh Tin-san kembali berkata:
"Dia adalah Thio-Wi-kang, orang menyebutnya sebagai
Sam-ou kau-ong (Raja monyet air dari tiga telaga),
kepandaian dalam airnya tiada tandingan, saat ini dia
termasuk seorang tokoh yang amat menonjol namanya
dalam dunia persilatan."
"Selamat bersua, selamat bersua!" seru Lan See giok
berulang kali sambil menjura.
Pemuda berpakaian ringkas yang berada di belakang,
dengan dahi berkerut dan mulut mencibir menunjukkan
sikap angkuh tetap berdiri di tempat, hanya ujarnya ketus:
"Lin Ci cun menjumpai sau pocu!"
Tapi dikala menyaksikan senyuman seram menghiasi
ujung bibir Oh Tin san, matanya berkilat tajam, kontan
hatinya bergetar keras. sehingga terburu buru ia
membungkukkan badannya memberi hormat.
Agaknya Oh Tin san merasa tak senang hati terhadap
sikap angkuh yang dipancarkan Li Ci cun di hadapannya,
maka diapun memberi penjelasan secara ringkas.
"Dia adalah Li Ci cun, orang menyebutnya Long Ii hu
tiap (kupu-kupu di tengah ombak)."
Lan See giok tidak menyangka kalau penjelasan Oh Tin
san sedemikian ringkasnya, maka setelah termenung
sejenak, ia baru berkata sambil tersenyum.
"Selamat bersua, selamat bersua!"
Kupu-kupu dibalik ombak Li-Ci-cun merasa sangat tidak
puas, di samping itu diapun dapat menyadari kalau
manusia cacad telinga yang termasyhur sebagai manusia
http://kangzusi.com/
licik yang berhati keji ini menaruh perasaan tak puas
terhadapnya, kesemuanya itu membuat perasaannya
dicekam rasa kaget.
Akan tetapi setelah menyaksikan Oh Li cu, kekasihnya
yang selama ini hidup bagaikan suami istri dengannya sama
sekali tidak berpaling ke arahnya, walaupun sudah sedari
tadi ia muncul di situ, kontan saja api cemburunya makin
lama semakin berkobar.
Dalam pada itu, Lan See-giok telah berkata kepada Oh
Tin sari sambil tersenyum.
"Empek, persilahkan Be lo enghiong bertiga turut
menghadiri perjamuan ini !"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, Oh Li cu segera
menarik wajahnya sambil cemberut.
Agaknya kakek bungkuk itu amat berkenan dihati atas
sebutan Be to-enghiong dari Lan See giok tersebut, dengan
wajah berseri ia berkata:
"Tidak usah sau pocu, besok hamba masih ada urusan
yang mesti diselesaikan sehingga tak berkesempatan untuk
menemani sau pocu bersantap, tapi untung saja waktu di
kemudian hari masih panjang, toh tak usah terburu napsu
bukan?"
Selesai berkata kembali ia tertawa terbahak bahak,
agaknya ia belum bisa menduga asal usul Lan See giok yang
sesungguhnya.
Sesungguhnya Oh Tin san memang berniat
mempersilahkan ke tiga orang bawahannya untuk
menghadiri perjamuan tersebut, namun setelah
menyaksikan ketidak senangan putrinya, apalagi Be Siong
pak juga telah beralasan masih ada urusan lain, maka
sembari mengulapkan tangannya ia berkata:
http://kangzusi.com/
"Baiklah, lain waktu saja kita minum bersama sama!"
Si kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun tahu
bahwa mereka sudah seharusnya pergi, maka serentak ke
tiga orang itu memberi hormat dan mohon diri.
Baru ke luar dari pintu ruangan, mendadak terdengar Oh
Tin san berseru lagi dengan suara dalam dan bertenaga.
"Be congkoan, sebelum fajar besok harap siapkan semua
kapal perang yang kita miliki, kumpulkan segenap anggota
kita di lapangan air, setiap pasukan harus berpakaian
lengkap dan panji kebesaran kita kibarkan di setiap tiang
perahu, nah pergilah!"
Lan See-giok terkejut oleh ucapan tersebut, sementara
Say nyoo-hui serta Oh Li cu dibuat tertegun.
Kakek bungkuk, Thio-Wi-kang maupun Li Ci cun
nampak agak tertegun pula, tapi kemudian dengan
semangat berkobar serentak ia mengiakan dan berlalu
dengan langkah terburu buru.
Kejut dan gusar perasaan Lan See giok waktu itu, dia
tahu bisa jadi Oh Tin san berniat membasmi kampung
nelayan tersebut dengan kekerasan.
Maka setelah merenung sejenak, dengan kening berkerut
katanya dengan gusar:
"Empek, si setan pengejar ikan paus . ."
Setelah menurunkan perintah tadi tampaknya Oh Tin
san mulai berpikir kalau taruhan yang dilakukan olehnya
kali ini kelewat besar, mendingan kalau berhasil meraih
keuntungan, jika kalah, bukankah urusan bakal berabe?
Perasaannya tiba-tiba saja menjadi gugup dan sangat tak
tenang.
http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya sebelum Lan See giok menyelesaikan
perkataannya, dengan tak sadar ia menyela:
"Siapa suruh si setan pengejar ikan paus mencari
kematian sendiri, waktu itu aku sudah memperingatkan dia,
dasar kepandaian silatnya masih jauh di bawah mu
sekarang. . ."
"Empek" tukas Lan See giok tak puas, "mengapa kau
menitahkan kepadanya agar diam-diam mendorongku,
bahkan sekalipun sudah di dorong sampai ke tengah telaga
pun belum jua menampakkan diri untuk memberi
penjelasan?"
Agaknya Oh Tin san sudah dapat menenangkan hatinya
sekarang, katanya sambil tertawa hambar:
"Waktu itu aku mengira kau sudah semaput lantaran
kaget, karena sejak bersembunyi di dalam sampan tak
pernah menampakkan diri kembali, maka kuperintah kan
kepada si setan pengejar ikan paus agar mendorongmu ke
mari secara diam-diam, bila pembicaraan dilakukan waktu
itu, niscaya hal mana akan menarik perhatian si kakek
berjubah kuning"
Belum habis dia berkata, bayangan manusia nampak
berkelebat lewat di depan pintu.
Be Congkoan, si kakek bungkuk yang belum lama
meninggalkan ruangan kini sudah melompat masuk
kembali ke dalam ruangan dengan wajah gugup dan pucat
pias.
Kemunculannya yang sangat mendadak ini tentu saja
sangat mengejutkan Lan See giok sekalian, serta merta
mereka melompat bangun.
http://kangzusi.com/
Para dayang yang berdiri berjajar di kedua belah pintu
pun sama-sama memperdengar kan jeritan kaget yang
melengking.
Sebagai manusia yang berwatak licik dan pandai
membawa diri, Oh Tin san cukup tahu bila Be Siong pak
yang tersohor karena kecerdasan otaknya pun menunjukkan
sikap kaget dan gugup seperti ini, berarti di dalam
bentengnya sudah terjadi suatu peristiwa yang luar biasa
sekali.
Maka sambil berusaha untuk mengendalikan perasaan
gugup dan kalut dalam pikirannya dia menegur.
"Ada urusan apa?"
Be Siong pak menunjukkan sikap kaget dan cemas, peluh
sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh
tubuhnya, dengan tergesa gesa dia menghampiri
majikannya kemudian membisikkan sesuatu di sisi
telinganya.
Mengikuti komat kamitnya mulut Be Siong pak, paras
muka Oh Tin san pun turut berubah ubah juga, dari gugup,
takut sampai pucat pias dan matanya memancarkan sinar
ketakutan.
Begitu Be congkoan menyelesaikan kata katanya, tak
tahan lagi dia bertanya dengan gelisah.
"Sekarang -sekarang dia berada di mana?"
Kakek bungkuk itu semakin tegang, setelah
menghembuskan napas panjang sahutnya:
"Sekarang dia berada di ruang tamu!"
Jawaban ini segera menggetarkan perasaan si manusia
cacad telinga Oh Tin san seluruh tubuhnya gemetar keras,
http://kangzusi.com/
matanya terbelalak dan ia benar-benar tertegun saking kaget
dan takutnya.
Dari sikap tegang, takut dan gugup yang diperlihatkan
Oh Tin san maupun kakek bungkuk tersebut, Lan See giok
segera menduga kalau di dalam benteng tersebut pasti
sudah kedatangan seorang musuh yang sangat lihay.
Bukan saja kepandaian silat yang dimiliki pendatang
tersebut hebat sekali, sudah pasti tangannya amat keji dan
membunuh orang tanpa berkedip, kalau tidak mustahil Si
manusia cacad telinga Oh Tin San akan menunjukkan rasa
takut yang begitu hebat.
Agaknya Say-nyoo-hui Ki-Ci-hoa juga dapat merasakan
betapa seriusnya masalah tersebut. sambil menarik ujung
baju Oh Tin San, bisiknya lirih:
"Tin San siapa sih yang telah datang?"
Seperti baru mendusin dari kagetnya Oh Tin San tak
sempat lagi menjawab pertanyaan dari Ki-Ci-hoa, buru-
buru serunya kepada Be congkoan:
"Ayo, kita segera berangkat."
Buru-buru mereka berdua melompat ke luar dari ruangan
tersebut dan melejit ke atas atap rumah, kemudian dalam
beberapa kali lompatan saja bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan mata.
Sepeninggal ayahnya dan Be Congkoan, Oh Li cu baru
berpaling ke arah ibunya sambil bertanya dengan perasaan
tak habis mengerti:
"Ibu, menurut pendapatmu siapa sih yang telah datang?"
ooo0dw0ooo
http://kangzusi.com/
BAB 7
SAY-NYOO-HUI Ki-Ci-hoa memandang sekejap ke
arah Lan See giok yang masih tetap duduk dengan tenang,
kemudian sambil berkernyit dahi katanya seraya tertawa
paksa:
"Ayahmu selalu dapat mengendalikan diri bila
menjumpai sesuatu persoalan, padahal masalah nya bukan
sesuatu yang luar biasa"
Oh Li cu tidak setuju dengan pendapat itu, ujarnya
dengan wajah bersungguh sungguh.
"Be congkoan orangnya cerdik dan sangat pandai
menghadapi masalah, dia pun termasyhur sebagai Khong-
Beng yang menitis kembali, bila dilihat dari sikapnya yang
gugup dan kelabakan.."
Melihat putrinya tak tahu keadaan, dengan kening
berkerut Say nyoo-hui segera menegur:
"Betapa pun besarnya persoalan yang di hadapi, asal
ayahmu sudah ke situ niscaya urusan akan beres dengan
sendirinya, berdasarkan kelihaian ilmu silat dari ayahmu
serta pamornya yang besar, siapa sih yang berani mencabut
gigi dari mulut harimau?"
Lalu setelah mengerling sekejap ke arah Oh Li cu penuh
arti, sambungnya lebih jauh:
"Lagi pula kita Wi-lim-poo sudah lama menjagoi di
seputar telaga ini, sekeliling benteng dilingkari air telaga, di
luar ada hutan gelaga yang lebat, di dalam ada ranjau air,
jago lihay yang tinggal disinipun tak terhitung jumlahnya,
bahkan hampir semuanya pandai ilmu berenang, di dalam
air ada penjaga, di atas benteng ada pengawal, jangan lagi
perahu sampan, biar burungpun sukar untuk terbang lewat
http://kangzusi.com/
tanpa ketahuan, dibandingkan dengan Lok ma oh dimasa
lalu, benteng tersebut paling-paling cuma begitu saja .."
Makin berbicara Say nyoo-hui semakin bersemangat,
sedangkan Lan See giok makin lama semakin terkejut, ia
tak tahu benarkah benteng Wi-lim-poo mempunyai
penjagaan sedemikian ketatnya, bisa juga perempuan tua itu
sedang mengibul.
Sementara dia masih termenung, terdengar Say nyoo-hui
telah berkata lebih jauh.
"Kalau dilihat dari kegugupan ayahmu tadi, bisa jadi
mata-mata kita yang di tugaskan di luar telah pulang
dengan membawa berita besar yang luar biasa, sebab
seandainya ada orang luar yang masuk ke mari, mengapa
dari pihak loteng penjaga tidak dikeluarkan tanda
peringatan , . , ?"
Ketika berbicara sampai di situ, nampak semangat Say
nyoo-hui berkobar kembali, sikap angkuhnya menghiasi
wajahnya.
Mendengar ucapan dari ibunya, Oh Li cu segera
merasakan semangatnya turut berkobar, perasaan tak
tenang yang semula mencekam perasaannya pun kini bilang
lenyap tak berbekas.
Sebaliknya Lan See giok yang mendengar ucapan
tersebut, kian lama hatinya kian bertambah berat, walaupun
di luaran ia masih tetap mempertahankan ketenangan nya.
Sedangkan Say nyoo-hui sendiri, sesungguhnya amat
menguatirkan pula keselamatan dari Oh Tin san, apalagi
kalau dilihat dari sikap gugup dan takut yang menghiasi
wajah suaminya, namun sebisa nya ia berusaha untuk
mengendalikan diri.
Kembali ujarnya sambil tertawa paksa:
http://kangzusi.com/
"Anak Cu. sekarang aku sudah kenyang, temanilah adik
Giok mu untuk minum beberapa cawan lagi, aku hendak
menengok dulu keadaan di sana."
Sambil berkata ia beranjak dan menuju ke luar ruangan.
Buru-buru Lan See giok berseru dengan hormat:
"Silahkan bibi, akupun sudah kenyang."
Bersama Oh Li cu mereka bangkit berdiri dan
menghantar Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa sampai di luar pintu.
Pelayan pun segera membereskan hidangan dari atas
meja perjamuan-
Setibanya di depan pintu, Say nyoo-hui menitahkan
kedua orang itu agar berhenti.
Lan See giok dan Oh Li cu menurut perintah dan
berhenti, mereka berdiri di situ hingga bayangan tubuh
perempuan tua tersebut melangkah ke luar dari pintu
halaman.
Mendadak berkilat sepasang mata Oh Li cu, seakan akan
teringat akan sesuatu, buru baru serunya:
"Ibu, tunggu dulu!"
Sambil berseru dia memburu ke luar pintu dan
menghampiri ibunya.
Menyaksikan kejadian itu, tergeletik hati Lan See giok,
cepat dia menarik napas panjang, berpaling sekejap
memperhatikan sekeliling tempat itu kemudian melejit ke
arah pintu dan menyembunyikan diri di balik pintu
halaman.
Sementara itu dari luar halaman terdengar Say nyoo-hui
sedang bertanya dengan nada tak mengerti.
"Ada apa anak Cu?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu nampak agak sangsi dan sukar untuk
menjawab, sampai lama kemudian ia baru menyahut agak
tergagap.
"Ibu, aku ingin meminjam sebentar bangau kecil Siau
sian hok terbuat dari emas itu”
Belum habis Oh Li cu berkata, Say nyoo-hui telah
menukas dengan nada terkejut:
"Apa? Kau-kau menghendaki dupa lebah bermain di
putik bunga-?"
Lan See giok yang menyadap pembicaraan tersebut
menjadi tak habis mengerti, dia tak tahu apa yang
dinamakan "dupa lebah bermain di putik bunga" itu?
Maka pikirnya kemudian:
"Aaah, mungkin dupa untuk mengharumkan tubuh Oh
Li cu ..?"
Tapi setelah dipikir kemudian ia merasa hal tersebut
kurang begitu cocok ..
Selanjutnya ia tidak mendengar jawaban dari Oh Li-cu,
mungkin gadis itu sedang manggut-manggut.
Terdengar kemudian Say nyoo-hui berkata lagi.
"Terus terang kukatakan, sekarang dia masih kecil, tak
mungkin akan memberi kepuasan kepadamu.."
Tapi sebelum Say nyoo-hui menyelesaikan kata-katanya,
Oh Li cu telah berseru kembali agak ngotot.
"Tidak, tidak.."
Selang berapa saat, akhirnya dengan nada apa boleh buat
Say nyoo-hui berkata lagi:
"Baiklah, mari ikuti aku sekarang!"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian terdengar suara langkah kaki
manusia yang makin lama semakin menjauhi tempat
tersebut.
Lan See giok merasa sangat kebingungan oleh
pembicaraan itu, dia mencoba untuk mengintip ke luar,
dilihatnya Oh Li cu telah mengikuti ibunya berjalan sejauh
beberapa puluh kaki dan menuju ke depan sebuah pintu
halaman bercat merah.
Ketika berpaling lagi ke ruang dalam, di lihatnya para
dayang masih sibuk bekerja, maka diapun berlagak seolah-
olah tak ada urusan, sambil bergendong tangan balik
kembali ke dalam ruangan.
Kentongan ke empat sudah lewat, suasana waktu itu
amat gelap, kecuali lentera merah yang tergantung di
puncak loteng benteng, segala sesuatunya berada dalam
keadaan gelap gulita dan sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun.
Lan See giok memandang lagi ke arah depan, di situ
terbentang sebuah lorong air yang lebarnya beberapa kaki,
di bawah undak undakan tetap tertambat sampan kecil yang
ditumpangi Oh Li cu tadi.
Di depan lorong air terdapat sederet bangunan yang
berupa pagoda air, sedang di sebelah kanan terbentang pula
sebuah lorong air yang agak sempit dan tampaknya
langsung menuju ke pintu gerbang benteng, tapi berhubung
di sekitarnya berderet bangunan rumah maka pemandangan
tak dapat terlihat lurus ke depan.
Menelusuri tepi tanggul, pelan-pelan Lan See giok
berjalan pula menuju ke arah Say nyoo-hui dan Oh Li cu
berlalu.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Say nyoo-hui serta Oh Li cu sudah
masuk ke dalam bangunan bercat merah tersebut, namun ia
tak berani mempercepat langkahnya. kuatir gerak geriknya
diawasi orang secara diam-diam . .
Setelah maju beberapa kaki, di depan sana ditemukan
sebuah jembatan bambu yang lebarnya hanya dua depa dan
melingkar ke arah kanan, di sebelah kanan bangunan
tunggal tampak pula sebuah pagoda berbentuk bulat, dari
balik jendela yang berada di empat penjuru nampak cahaya
lentera mencorong ke luar.
Tergerak hati Lan See-giok, pelan-pelan dia berjalan
menelusuri jembatan bambu itu, agar tidak menarik
perhatian, sambil berjalan ia berlagak seolah-olah sedang
menikmati pemandangan di sekelilingnya.
Tiba di mulut jembatan, dia saksikan jembatan bambu
itu membentang terus ke depan dan menghubungi sebuah
bangunan tinggi yang besar dan luas di tengah telaga.
Bangunan itu terdiri dari tiga tingkat, dasar bangunan
hampir menempel pada permukaan air, daun-daun bunga
teratai yang lebar dan berwarna hijau hampir menutupi
seluruh permukaan telaga, terpantul cahaya lentera dari
balik bangunan, tampak daun-daun itu memantul kan
cahaya yang berkilauan.
Memandang keadaan bangunan tersebut, Lan See giok
segera tahu bisa jadi bangunan tinggi ini adalah tempat
tidur dari si Manusia cacad telinga Oh Tin san.
Sejak melihat kegugupan dan kebingungan dari Oh Tin
san, Lan See giok memang sudah diliputi perasaan ingin
tahu yang meluap luap, dia ingin tahu sebenarnya manusia
lihay macam apakah yang telah berkunjung ke situ sehingga
membuat Oh Tin san yang keji dan licikpun dibuat
ketakutan setengah mati.
http://kangzusi.com/
Sementara otaknya masih berputar, tubuhnya sudah
menelusuri jembatan bambu kecil itu, secepat mungkin dia
mempersiapkan diri sebaik baiknya untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan, biarpun di luaran
ia berusaha untuk berjalan sesantai mungkin.
Baru saja hampir sampai di ujung jembatan, mendadak
ia mendengar suara Oh Tin san yang sedang menyahut
dengan nada yang amat menaruh hormat.
Dari nada suara itu, Lan See giok tahu. bahwa
dugaannya tak salah . . malam ini benteng Wi-lim-poo
betul-betul sudah kedatangan seorang manusia yang
berkedudukan amat tinggi di dalam dunia persilatan dewasa
ini.
Setelah maju lagi beberapa langkah, dari ujung tikungan
jembatan kecil itu secara kebetulan sekali dapat
menyaksikan seluruh keadaan di dalam pagoda tersebut.
Seandainya tidak melihat masih mendingan, begitu
menyaksikan keadaan yang terbentang di depan mata, rasa
kaget yang di alami Lan See giok saat ini sama sekali tidak
berada di bawah To oh cay-jin sendiri.
Mimpipun dia tak menyangka kalau orang yang duduk
di depan meja bundar dalam pagoda tersebut ternyata tak
lain adalah si kakek berjubah kuning tersebut.
Kakek berjubah kuning itu masih tetap nampak ramah
dan lembut, sorot matanya memancarkan pula cahaya
tajam yang memikat sambil mengelus jenggotnya dia seperti
lagi merenungkan sesuatu.
Sedangkan Oh Tin san berdiri lima langkah di
hadapannya dengan sikap yang munduk-munduk dan
menghormat sekali, sepasang tangannya menjulur ke bawah
sedangkan sepasang mata sesatnya hampir boleh dibilang
http://kangzusi.com/
tak berani saling beradu pandangan dengan kakek berjubah
kuning itu.
Be congkoan, si kakek bungkuk apakah turut hadir
dalam pagoda tersebut, sayang tak sempat dilihat oleh Lan
See giok, setelah menyaksikan sikap munduk-munduk dari
Oh Tin san tersebut, Lan See giok segera teringat kembali
dengan ucapan sesumbar yang dikatakan sewaktu ada
dalam perjamuan tadi:
"Masih mendingan kalau kakek berjubah kuning itu tidak
datang ke benteng Wi-lim-poo kami, bila berani, hmm
hmmm. . aku pasti akan menyuruh anjing tua itu mencicipi
rasanya air telaga Huan yang oh."
Tapi kenyataannya sekarang? Tak sepatah katapun dari
ucapan sesumbar Oh Tin san yang diwujudkan dengan
tindakan, rupanya dia cuma pandai omong besar saja
ketimbang melaksanakannya . . .
Mendadak . . .
Sepasang mata si kakek berjubah kuning yang tajam
bagaikan sembilu itu diarahkan ke wajah See giok
Seketika itu juga Lan See-giok merasakan tubuhnya
gemetar keras, saking kagetnya sepasang kaki sampai terasa
lemas tak bertenaga, cepat-cepat ia berpegangan tiang
jembatan.
Detak jantungnya turut berdebar keras karena tegang,
saking ngerinya nyaris dia membalikkan badan untuk
melarikan diri.
Sekarang ia merasa menyesal sekali, menyesal karena
telah menelusuri jembatan kecil tersebut hingga tiba di situ .
..
http://kangzusi.com/
Mendadak terdengar kakek berjubah kuning itu bertanya
kepada Oh Tin-san dengan suara dalam
"Oh pocu. benarkah Lan See giok si bocah itu tidak
berada dalam bentengmu?"
"Lapor locianpwe." sahut Oh Tin-san munduk-munduk,
”Lan See-giok betul-betul tiada dalam benteng kami, masa
boanpwe berani membohongi locianpwe?"
Lan See giok menjadi mendongkol sekali, ia tidak
menyangka kalau Oh Tin san begitu berani ngotot dengan
mengatakan ia tidak berada dalam bentengnya.
"Baiklah" demikian ia berpikir, "biar aku masuk ke
dalam dan tunjukkan diriku di depan kakek berjubah
kuning itu . . "
Namun sebelum dia beranjak maju ke depan. kembali
terdengar kakek berjubah kuning itu berkata.
"Oh pocu, kau harus tahu, sudah hampir sepuluh tahun
lamanya aku mencari Lan Khong-tay, lantaran apa pasti
kau lebih mengerti dari pada diriku, dan sekarang soal kitab
pusaka Tay loo hud bun pay yap-cinkeng hanya diketahui
Lan See giok seorang, akupun tak ingin kelewat mendesak
dirimu, aku harap kau suka mengutus beberapa orang untuk
mencari jejaknya di empat penjuru, bila jejak Lan See giok
telah ditemukan, kau harus mengantarnya ke rumah
kediaman Huan kang ciong liong (naga sakti pembalik
sungai) Thio-Lok-heng di dusun nelayan sana, aku akan
menunggu di situ.."
Betapa gusar dan mendongkolnya Lan See giok sehabis
mendengar perkataan itu. dia mendengus gusar dan
membalikkan badan berlalu dari sana, pikirnya:
http://kangzusi.com/
"Hmm, jangan harap kalian bisa peroleh kitab pusaka
Tay lo hud bun cinkeng tersebut, biar aku matipun tak nanti
akan ku serahkan kepada kalian manusia - manusia jahat".
Baru saja ia berjalan turun dari jembatan kecil itu,
kembali terdengar manusia berjubah kuning itu berkata lagi:
"Baiklah kita tentukan dengan sepatah kata ini, sekarang
aku hendak pergi dulu"
Lan See giok amat terkejut di samping merasa
keheranan. . padahal jarak antara pagoda tersebut dengan
tepi kolam sudah mencapai puluhan kaki, namun
kenyataan nya suara pembicaraan dari kakek jubah kuning
itu masih dapat kedengaran dengan jelas.
Ketika ia berpaling kembali, tampak olehnya Oh Tin san
sedang berjalan ke luar dari pintu pagoda dan
membungkukkan badannya memberi hormat seraya
berkata:
"Boanpwe Oh Tin san menghantar keberangkatan
locianpwe. . ."
Lan See giok segera memandang sekejap sekeliling
tempat itu, namun dengan cepat hatinya merasa terperanjat,
sebab selain jembatan kecil tersebut tiada jalan lain yang
menghubungkan pagoda air itu dengan daratan, namun
kenyataannya kakek berjubah kuning tersebut telah hilang
lenyap dengan begitu saja dalam waktu singkat.
Tampak Oh Tin san membungkukkan badannya
beberapa saat. . kemudian baru menegakkan kembali
tubuhnya.
Lan See giok takut jejaknya ketahuan, dengan cepat dia
menyelinap ke balik tempat kegelapan untuk
menyembunyikan diri, kemudian dengan menelusuri
http://kangzusi.com/
jembatan batu dia balik kembali ke rumah kediaman Oh Li
cu.
Dengan sekuat tenaga pemuda ini berusaha
mengendalikan gejolak perasaannya, kemudian dengan
langkah sesantai mungkin maju ke depan, kini dia mulai
merasa agak curiga, mengapa tidak nampak jejak penjaga di
sekeliling tempat itu.
Baru tiba di pintu gedung, kebetulan Oh Li cu sedang lari
ke luar dengan wajah gugup dan terburu napsu.
Lan See giok sangat terkejut, cepat dia menyingkir ke
samping memberi jalan lewat buat Oh Li cu hampir saja
mereka berdua saling bertumbukan.
Dengan cepat Oh Li cu menghentikan gerakan tubuhnya,
kemudian dengan perasaan gelisah tanyanya:
"Adik Giok. kau tidak boleh meninggalkan tempat ini
secara sembarangan, berbahaya sekali bagimu!"
Lan See giok tertawa hambar:
"Aaah, aku tidak pergi terlalu jauh, hanya jalan-jalan
mencari angin saja di sekitar sini!"
Oh Li cu tidak berniat menanyakan ke mana pemuda itu
telah pergi, dengan penuh perhatian kembali katanya.
"Kau telah semalam suntuk tidak tidur, sekarang pasti
lelah sekali, sekarang pergilah tidur dulu, besok kau mesti
belajar ilmu berenang !"
Sambil berkata dia lantas menarik tangan pemuda itu
dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Lan See giok sama sekali tidak menampik, dia
membiarkan dirinya ditarik Oh Li cu masuk ke dalam,
sementara bau harum semerbak yang aneh menerpa tiada
hentinya di sekitar tubuh pemuda itu.
http://kangzusi.com/
Mengendus bau harum mana, tanpa terasa Lan Se giok
berkerut kening, ia mendongak kan kepalanya kembali,
ternyata Oh Li cu telah berdandan kembali dengan rapi,
sedang bau harum itu tak lain berasal dari bau tubuhnya.
Setelah masuk ke dalam kamar, suasana di sana terasa
gelap, sedang Oh Li-cu pun segera menutup kembali pintu
kamar tersebut rapat-rapat.
Lan See-giok sungguh tidak habis mengerti dengan
keadaan ini, di pandangnya gadis itu penuh tanda tanya.
Oh Li-cu tertawa genit, sambil menghampiri anak muda
tersebut, katanya kemudian dengan lembut:
"Kamar tidur ini langsung berhubungan dengan kamar
tidur cici, maka sengaja kukunci pintu kamar ini."
Biarpun dari ayahnya Lan See-giok pernah mendapat
pendidikan yang mengatakan bahwa muda mudi kaum
persilatan tak perlu kelewat memperhatikan adat istiadat,
namun ia merasa tidak seharusnya adat istiadat dilanggar
seperti ini, tanpa terasa timbul suatu kesan muak dalam hati
kecilnya, dia merasa sebagai gadis yang baik, tidak
sepantasnya kalau sikap Oh Li-cu kelewat jalang.
Belum sempat melihat jelas keadaan di luar ruangan, ia
telah diajak memasuki sebuah pintu kecil berbentuk bulat.
Suasana di ruang dalam lebih redup lagi, disitupun
dipenuhi oleh bau harum yang hampir sama dengan bau
harum yang keluar dari tubuh Oh Li-cu.
Cuma saja perabot yang dipersiapkan disini amat mewah
dan indah, pembaringan gading dengan kelambu serta
seprei yang putih bersih, di samping pembaringan terdapat
sebuah meja kecil dengan sebuah lentera kecil berwarna
merah.
http://kangzusi.com/
Pokoknya seluruh perabot dalam kamar itu terasa serasi
dan penuh dengan suasana syahdu.
Menyaksikan keadaan ruangan tersebut, tiba-tiba saja
Lan See-giok merasakan timbulnya suatu perasaan yang tak
dapat dilukiskan dengan kata-kata..
"Adik Giok" tiba-tiba Oh Li-cu berkata sambil tertawa,
"puaskah kau dengan suasana dalam kamar ini?"
"Ehmmm, bagus sekali." Lan See-giok manggut-manggut
dengan kening berkerut.
Sambil menuding ke arah sebuah pintu bulat kecil di
bagian dalam sana, kembali gadis itu berkata lembut.
"Di balik pintu sana adalah kamar tidur cici, apakah kau
ingin masuk untuk me1ihatnya?"
Tanpa ragu Lan See giok segera menggelengkan
kepalanya berulang kali:
"Tidak usah, hari ini sudah terlalu malam biar besok
saja"
Jawaban tersebut segera menimbulkan setitik
kekecewaan yang segera menghiasi wajah Oh Li cu, namun
dengan cepat dia telah memutar biji matanya dan berkata
lagi sambil tertawa riang:
"Adikku, kalau begitu cepatlah tidur, kita berjumpa lagi
besok pagi. . ."
Kemudian setelah mengerling sekejap ke arah Lan See
giok dengan penuh pancaran cinta, dia masuk ke dalam
kamar sendiri.
Sepeninggal Oh Li cu, Lan See giok merasakan hatinya
seperti dicekam beban yang sangat berat, entah mengapa
semenjak ia tahu kalau Oh Li cu adalah putri Oh Tin san,
http://kangzusi.com/
kesan baik yang semula timbul dalam hatinya segera
berubah menjadi perasaan muak dan benci.
Setelah melepaskan pakaian luarnya dia, menjatuhkan
diri berbaring di atas ranjang, memandang langit-langit
ruangan pikirannya kembali terombang ambing tidak
menentu, kacaunya bukan buatan, dia tak tahu apa yang
mesti dilakukannya sekarang.
Terutama sekali bayangan tubuh Oh Li- cu yang terus
menerus muncul di dalam benaknya, kesemuanya itu
sungguh membuat dia semakin tak dapat tidur.
Mendadak terdengar suara gemerisik dari kamar sebelah,
agaknya Oh Li cu sedang melepaskan busananya.
Menyusul kemudian, terendus bau harum yang amat
menggairahkan napsu memenuhi seluruh ruangan.
Menjumpai kesemuanya ini, pikiran dan perasaan Lan
See giok semakin tak dapat tenang lagi.
Namun akibatnya diapun semakin terbayang kembali
kehidupannya yang tenang selama tiga hari di rumah
bibinya tempo hari..
Bibi Wan adalah seorang perempuan cantik yang anggun
dan penuh kasih sayang, sepintas lalu dia seperti baru
berusia dua puluh tujuh delapan tahunan, namun ia telah
mempunyai seorang putri yang telah menginjak usia enam
belas tahun . . . Cui Siau cian namanya.
Teringat akan Cui Siau cian, terbayang kembali wajah
seorang gadis yang halus, lembut, penuh sopan santun dan
daya tarik..
Wajahnya yang cantik, alisnya yang lembut dengan mata
yang jeli, hidung yang mancung dengan dua belah bibir
http://kangzusi.com/
yang kecil mungil, semuanya itu menciptakan suatu
perpaduan yang menawan hati.
Tanpa terasa pikiran dan perasaan Lan See giok terbuai
kembali dalam lamunan, dia seolah-olah merasakan dirinya
terbawa kembali dalam sebuah rumah berpagar bambu yang
terpencil letaknya . .
Rumah itu hanya rumah bambu yang sederhana dengan
tiga ruangan serta sebuah dapur kecil, ditengah halaman
penuh tumbuh aneka bunga yang berwarna warni, sedang
pagar rumah terdiri dari susunan bambu yang diatur secara
artistik sungguh menawan hati.
Dari ke tiga ruang bambu itu, sebuah adalah kamar tidur
enci Cian, sebuah adalah kamar tidur bibi Wan, sedang
tengah adalah ruang tamu.
Semua perabotannya sederhana tapi bersih dan teratur
sehingga mudah menimbulkan suasana nyaman bagi
siapapun yang melihatnya.
Tiga malam dia menginap di sana, tidur di kamar enci
Cian nya, sedang enci Cian tidur sekamar dengan bibi Wan.
Kamar enci Cian amat bersih dan teratur boleh dibilang
tak setitik debupun yang menempel di situ, sepreinya selalu
menimbulkan bau harum yang aneh, bau harum yang jelas
bukan berasal dari bau bedak.
Sebab bau itu sangat lembut, bau yang khas dari tubuh
enci Cian, seindah dan secantik wajahnya yang syahdu.
Cui Siau cian jarang sekali bergurau dengannya, namun
amat memperhatikan dirinya, setiap malam dia pasti akan
pergi memeriksa selimutnya, apakah sudah dipakai secara
baik atau tidak.
http://kangzusi.com/
Setiap kali dia memandang wajah, enci Ciannya yang
cantik, dalam hati kecilnya selalu timbul suatu perasaan
gembira dan nyaman yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Seringkali dia melamunkan gadis itu, membayangkan
potongan badannya yang ramping, langkahnya yang ringan
dan gerak gerik yang lembut . . .
Setiap kali dia sedang mengawasi wajah enci Cian, tak
pernah bibi Wan mengusiknya, dia seperti selalu memberi
kesempatan kepadanya untuk menikmati sampai puas.
Setiap malam Cui Siau cian datang memeriksa
selimutnya, diapun selalu merasa kan suatu keinginan yang
aneh serta suatu gejolak perasaan yang sukar dikendalikan,
dia sangat ingin bisa memegang tangan enci Ciannya yang
lembut dan halus serta meremasnya.
Tapi setiap kali ia tak berani berbuat demikian karena
kelembutan dan keanggunan enci Cian menimbulkan suatu
kewibawaan yang membuat orang lain tak berani
mengusiknya secara kasar.
Wajah Cui Siau cian selalu dihiasi dengan senyuman
yang manis, belum pernah gadis itu menunjukkan sikap
dingin atau ketus kepadanya.
Kadangkala, ketika Ciu Siau cian lewat dihadapannya, ia
tak tahan ingin memanggilnya, namun Cui Siau cian selalu
membalas panggilannya dengan senyuman yang manis,
kerdipan mata yang indah dan gerak gerik yang
mempesona.
Kini, perasaan Lan See giok sudah terbuai, terbawa ke
sisi tubuh enci Cian nya, dia seolah-olah merasa lupa
dimanakah ia berada sekarang. . .
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih melamun, mendadak terdengar
suara rintihan lirih berkumandang datang dari balik
kelambu.
Lan See giok segera tersadar kembali dari lamunannya
dan kembali ke hadapan kenyataan.
la merasa mendongkol sekali dengan suara rintihan dari
Oh Li cu tadi, tanpa terasa ditatapnya pintu kamar nona itu
dengan penuh kegemasan.
Dengan terbayangnya kembali diri Cui Siau cian, tanpa
terasa dia pun memperbandingkan gerak gerik maupun cara
berbicara kedua orang gadis tersebut.
Tapi dengan cepat dia telah menemukan perbedaan yang
besar dan menyolok diantara kedua orang itu.
Sekarang dia baru mengetahui bahwa Oh Li-cu adalah
seorang gadis jalang yang genit dan pandai merayu kaum
lelaki untuk terjatuh ke dalam pelukannya.
Dia memiliki tubuh yang bahenol, memiliki payudara
yang besar dan bundar, senyuman yang merangsang,
kerlingan mata yang memikat dan tubuh yang montok serta
matang..
Mendadak..
Napsu birahinya terasa bergelora di dalam tubuhnya,
jantung terasa berdebar keras, suatu aliran hawa panas yang
aneh muncul dari perut bagian bawahnya dan menyebar ke
seluruh badan dengan cepat..
Sekali lagi dia mendengar suara rintihan lirih
berkumandang dari balik kamar Oh Li-cu.
Perasaan Lan See-giok semakin tak karuan lagi, suatu
keinginan yang aneh tiba-tiba saja menyelimuti
perasaannya.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut dia melompat bangun, belum
pernah dia rasakan gejolak perasaan yang demikian aneh
seperti apa yang dialaminya hari ini.
Dia merasa sepasang pipinya panas sekali, napasnya
memburu dan hatinya berdebar semakin keras..
Ia mencoba untuk mengawasi keadaan di sekeliling
tempat itu, selain cahaya lentera yang redup, semua benda
dalam ruangan hanya terlihat secara lamat-lamat,
semuanya itu menambah merangsangnya napsu di dalam
tubuhnya.
Akhirnya sepasang mata Lan See-giok berhenti di suatu
tempat, mencorong sinar tajam dari balik matanya, karena
dia menyaksikan sebuah benda berbentuk burung bangau
kecil terbuat dari emas diletakkan di bawah lentera kecil
tersebut.
Selapis asap putih yang lembut dan sukar diketahui,
menyembur keluar tiada hentinya dari ujung mulut burung
bangau emas tersebut..
Ia mencoba untuk mengendus beberapa kali, dengan
cepat disadari bahwa bau harum aneh yang selama ini
memenuhi ruangan tersebut tak lain berasal dari benda
tersebut.
Dan justru bau asap dupa yang harum inilah yang
membuat hatinya gelisah, pikirannya kalut dan tak tenang..
Memandang burung bangau kecil tersebut mendadak
tergerak hati Lan See-giok, dia seperti menyadari akan
sesuatu, segera teringat olehnya akan semua pembicaraan
antara Say Nyoo-hui dengan Oh Li-cu.
Teringat akan kesemuanya itu, tanpa terasa lagi si anak
muda tertawa dingin tiada hentinya.
http://kangzusi.com/
Rasa gusar yang kemudian muncul dan menguasai
seluruh perasaannya membuat gejolak perasaan aneh yang
semula sudah menguasai dirinya itu seketika menjadi
tenang dan mereda kembali.
Cepat-cepat dia menjatuhkan diri bersila dan mengatur
napas, tak selang berapa saat kemudian pemuda itu sudah
berada dalam keadaan lupa diri.
Tak selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba pemuda itu
mendengar suara gemerisik lirih bergema dari depan
pembaringannya.
Lan See-giok segera terjaga kembali dari semedinya
setelah mendengar suara tersebut, namun apa yang
kemudian terlihat hampir saja membuatnya menjerit keras
saking kagetnya.
Oh Li-cu dengan pakaian sutera tipis berwarna merah
telah berdiri di depan pembaringannya, begitu tipis kain
sutera tersebut sehingga bukan cuma sepasang payudaranya
yang montok, besar, padat dan berisi itu kelihatan jelas,
bahkan pinggangnya yang kecil, pinggulnya yang montok,
kulit badannya yang putih serta bagian terahasia dari
seorang gadis terlihat semua dengan nyata, pada
hakekatnya gadis itu seperti lagi bugil saja di hadapannya.
Waktu itu, Oh Li-cu sedang mengawasi wajah Lan See-
giok dengan pandangan terkejut dan kening berkerut,
mukanya penuh diliputi perasaan bingung dan tidak habis
mengerti.
Tampaknya gadis itu benar-benar sudah dibuat tertegun
saking kagetnya atas ketenangan serta daya kemampuan
pemuda tersebut untuk mengendalikan diri.
Ia masih ingat dengan perkataan ibunya, setiap lelaki di
dunia ini pasti akan menjadi gila setelah mengendus bau
http://kangzusi.com/
harumnya dupa lebah bermain di kuncup bunga tersebut,
bahkan akan menerkam setiap perempuan yang
dijumpainya seperti seekor harimau kelaparan.
Sekembalinya ke dalam kamarnya tadi, Oh Li cu benar-
benar merasa tak sabar untuk menunggu lebih lama, yang
lebih membuatnya keheranan adalah apa sebabnya Lan See
giok tidak menerkam tubuhnya yang bugil itu seperti
harimau kelaparan.
Jangan-jangan dia masih berusia muda sehingga belum
mengerti untuk merasakan sorga dunia tersebut?
Tapi ingatan lain segera melintas di dalam benaknya, dia
curiga benda yang diberikan ibunya Say nyoo-hui
kepadanya itu bukan barang asli, kalau tidak, seorang
hwesio tua berusia seratus tahun yang mengendus bau dupa
tersebut pun akan terangsang napsu birahinya, Lan See giok
yang masih muda belia sama sekali tidak terpengaruh?
Tak mungkin daya tahannya melebihi seorang hwesio
tua?
Sementara berpikir, dia sudah tiba di depan
pembaringan, ketika dilihatnya Lan See giok sedang
mengawasinya dengan mata terbelalak, dia tertawa jalang,
lalu tegurnya:
"Adik Giok, mengapa kau belum tidur?"
Sementara itu Lan See giok sudah berhasil
mengendalikan perasaannya, dia sudah sadar kalau Oh Li
cu memang sengaja mengatur kesemuanya itu untuk
menjebaknya, agar dia terangsang oleh napsu birahi
sehingga melakukan perbuatan yang amoral.
Bisa dibayangkan betapa gusar dan mendongkolnya anak
muda tersebut diperlakukan demikian, tapi dia tak berani
mengumbar amarahnya, dia tahu keadaan seperti ini harus
http://kangzusi.com/
dihadapi secara luwes dan halus, sebab dia sudah
terjerumus ke mulut harimau.
Pelan-pelan dia memejamkan matanya dengan cepat
dalam hatinya mengambil suatu keputusan, yang penting
dia harus bersikap wajar sehingga tidak sampai
menimbulkan amarah Oh Li cu karena malunya:
Maka sambil tersenyum ujarnya kemudian:
"Aku sudah tertidur sedari tadi . ."
Sewaktu berbicara, sikapnya amat biasa dan seolah-olah
tidak pernah terjadi sesuatu apapun, kendatipun dia
berusaha keras untuk meredakan detak jantungnya yang
berdenyut keras.
Terutama sekali terhadap tubuh bugil yang begitu
merangsang dibalik kain sutera yang terpampang di depan
matanya.
Tertegun juga Oh Li-cu sesudah menyaksikan
kemampuan Lan See-giok untuk mengendalikan perasaan,
napsu birahi yang semula telah menguasai benaknya kini
hilang lenyap tak berbekas, sambil duduk termenung di sisi
pembaringan sambil mengawasi wajah Lan See-giok,
sampai lama sekali dia tidak mengucapkan sepatah
katapun..
Lan See-giok juga membungkam dalam seribu bahasa,
karena dia mesti mengendalikan kobaran api birahinya,
apalagi Oh Li-cu yang duduk disisinya selalu
menghembuskan bau harum semerbak yang aneh dan
mengilik-ilik hatinya.
Yang terutama adalah sepasang payudaranya yang
begitu montok, begitu besar dan putih di balik kain
suteranya, yang tampak bergetar merangsang, lelaki mana
yang tidak tergiur menyaksikan adegan seperti ini.?
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Lan See-giok, ia merasa
darah yang mengalir di dalam tubuhnya bergolak kencang,
perasaan aneh yang dirasakan tadi kini muncul kembali
serta menyebar ke seluruh badan, dia tak tahu bagaimana
mesti menghadapi situasi demikian.
Mencorong sinar terang dari balik mata Oh Li-cu setelah
menyaksikan keadaan ini, ia segera tertawa genit,
sementara tubuhnya bergeser semakin mendekati tubuh
pemuda itu.
Dengan selembar bibirnya yang merah membara seperti
api dan nyaris menempel di atas bibir Lan See-giok, dia
berbisik lembut:
"Adikku, bagaimanakah perasaanmu sekarang?"
Hampir meledak denyutan jantung Lan See-giok, untung
saja kesadaran otaknya masih tetap ada, dia mengerti apa
yang dibutuhkan olehnya sekarang.
Suatu kobaran api napsu birahi kembali mengembang
dalam tubuhnya, ia merasa begitu berharap dapat memeluk
tubuh Oh Li-cu serta mencomot payudaranya, tapi diapun
ingin menghajar perempuan jalang ini hingga mampus.
Namun dia tidak berbuat apa-apa, kesadarannya belum
lagi runtuh seluruhnya, ia masih sadar bahwa dirinya
berada di depan mulut harimau, dia harus berusaha
menahan segala siksaan dan penderitaan agar bisa
membalaskan dendam bagi kematian ayahnya.
Terbayang kembali kematian yang menimpa ayahnya,
kobaran api birahi dalam dada Lan See-giok seketika
menjadi padam bagaikan tercebur ke gudang salju, sekujur
tubuhnya gemetar keras sementara sepasang matanya
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati.
http://kangzusi.com/
"Sekarang aku merasa baik sekali." jawabnya dengan
suara hambar.
Oh Li-cu tertegun dan kaget setengah mati, tapi dia dapat
mengendalikan diri dengan cepat, sedikit malu bercampur
marah tanyanya:
"Dahulu, pernahkah kau mengalami suatu peristiwa?"
"Peristiwa? Peristiwa apa?" tanya Lan See-giok tidak
habis mengerti.
"Misalkan saja pil dewa, obat mustajab atau teratai salju,
rumput lengci.."
"Ooh itu yang kau maksudkan." kata Lan See-giok
seperti menjadi paham kembali, ia tertawa geli. "Yaa,
empek tua pernah memberi pil penguat badan, pelenyap
racun dan penambah tenaga untukku, menurut si empek tua
tersebut, dengan menelan sebutir pil itu berarti tenaga
dalamku bertambah sebesar puluhan tahun hasil latihan."
Kata "pelenyap racun" yang diucapkan lebih nyaring itu
kontan mengecewakan Oh Li-cu, ia menjadi masgul sekali:
"Waaah.. makanya kau bisa memiliki daya tahan yang
begitu ampuh.."
Belum habis dia berkata, sekujur tubuhnya telah gemetar
keras, wajahnya menjadi pucat pias dan tiba-tiba ia teringat
kalau ayahnya belum pernah memiliki obat semacam ini.
"Apakah pil yang kau makan adalah pil hitam sebesar
kelereng baunya amis dan memuakkan?" buru-buru dia
bertanya.
Berkerut kening Lan See-giok menyaksikan kepanikan
orang, ia manggut-manggut.
"Betul, menurut empek tua, saban bulan mesti menelan
sebutir, kalau tidak aku bisa muntah darah dan mati."
http://kangzusi.com/
Terbelalak lebar sepasang mata Oh Li cu karena kaget,
mulutnya melongo lebar dan diawasinya Lan See giok
tanpa berkedip, lama, lama kemudian ia baru berguman:
"Ke . . kenapa begitu? . ke . . kenapa harus begitu . . ?"
Sembari berkata dia mengawasi alis mata Lan See giok
tanpa berkedip, sementara air matanya jatuh bercucuran
dengan deras.
Lan See giok semakin tak habis mengerti, tanyanya
kemudian:
"Enci Cu, adakah sesuatu yang kurang beres?"
Bukan mereda keadaannya, Oh Li cu malah menangis
semakin keras lagi, sambil lari masuk ke dalam kamarnya
dia menangis dan menjerit-jerit.
"Aku tidak mau begitu, aku tidak mau begitu.."
Menyusul kemudian dengan suara penuh amarah dia
berteriak:
"Siau ci! Siau lan! cepat bantu aku mengenakan
pakaian.."
Berikutnya kedengaran suara orang yang berlarian
mendekat dari luar ruangan dengan langkah gugup dan
terburu buru.
Lan See giok hanya bisa duduk sambil melongo,
pandangannya yang kosong mengawasi kamar Oh Li cu
tanpa berkedip, ia benar-benar dibuat bodoh, pada
hakekatnya dia tidak habis mengerti apa gerangan yang
sesungguhnya telah terjadi.
Hanya satu kesimpulan yang berhasil diraihnya, yakni
baik Oh Li cu maupun Oh Tin san tempo hari, buru-buru
mengawasi alis matanya setelah mendengar dia menelan pil
berwarna hitam yang bau tersebut.
http://kangzusi.com/
Selang beberapa saat kemudian, hatinya bergetar keras,
dengan perasaan terkejut dia berpikir:
"Jangan-jangan pil hitam yang baunya amis itu adalah
obat beracun atau sebangsa nya?"
Sekuat tenaga dia mengendalikan hatinya yang gugup
dan kalut, secara pelan-pelan semua kejadian yang pernah
dialaminya bersama Oh Tin san dianalisa kembali. . .
Tak lama kemudian ia pun menjadi faham, sudah pasti
pil hitam itu adalah sejenis obat beracun yang lambat daya
kerjanya.
Jelas Oh Tin san bermaksud untuk mengendalikannya
dengan obat beracun, agar dia tak berani menghianatinya,
selama hidup menjadi budak Oh Tin san menuruti
perintahnya, bahkan bisa jadi dia akan memper-gunakan
keselamatan jiwanya untuk memaksa dia memberitahukan
tempat tinggal bibi Wan nya.
Boleh jadi dia enggan menyebutkan alamat dari bibi
Wan nya, namun akibat dari perbuatannya itu, dalam satu
bulan kemudian ia tentu mati akibat keracunan, kecuali Oh
Tin san, waktu itu pasti tiada orang ke dua yang
mengetahui jejak kotak kecil tersebut lagi.
Betul masih ada orang ke tiga yang mengetahui tentang
jejak kotak kecil itu yakni si makhluk bertanduk tunggal Si
Yu gi, namun orang tersebut akhirnya tewas di sergap oleh
Oh Tin san.
Ada satu hal yang belum dipahami juga oleh Lan See
giok, yaitu bila pil hitam yang ditelan adalah obat beracun,
apa sebabnya tenaga dalam yang diperoleh malah mendapat
kemajuan yang sangat pesat?
Mendadak satu ingatan melintas lewat, ia teringat
kembali tatkala baru sadar dari semedinya dulu, bukan bau
http://kangzusi.com/
amis yang di endus melainkan bau harum semerbak yang
menggairahkan tubuhnya.
Hal ini kembali menimbulkan rasa heran di dalam
hatinya.
Berdasarkan sikap Oh Tin san yang segera memeriksa
alis matanya begitu memandang terkejut ke arahnya setelah
mengetahui kemajuan pesat yang diperolehnya di bidang
tenaga dalam, tak bisa disangkal lagi pil berwarna hitam itu
adalah sejenis obat racun yang mempunyai sifat lamban
daya kerjanya.
Tapi siapa pula yang telah menyelamatkan jiwanya..?
Pada saat itulah.
Tiba-tiba berkumandang suara tambur yang dibunyikan
bertalu-talu dari tempat kejauhan sana.
Diam-diam Lan See giok merasa terkejut ia segera
teringat kembali akan perintah Oh Tin san untuk
mempersiapkan segenap perahu perang yang ada untuk
berkumpul.
Buru-buru dia mengenakan sepatu dan membuka pintu
kamarnya, ternyata hari sudah terang tanah.
Dua orang pelayan telah siap menanti di luar pintu,
tatkala melihat Lan See giok membuka pintu, serentak
mereka mempersiapkan air untuk cuci muka.
Di dalam keadaan cemas, gelisah dan gusar tentu saja
Lan See giok tidak berniat lagi untuk cuci muka, dia harus
mencari Oh Tin san secepatnya dan mencegah mereka
membantai orang-orang di dusun nelayan-
Tergesa-gesa dia membuka pintu dan lari ke luar dari
halaman tersebut.
http://kangzusi.com/
Baru tiba di depan pintu, dia bertemu Oh Li cu yang
sedang berlari masuk ke dalam halaman dengan mata
merah dan bibir tertutup rapat, Berjumpa dengan Lan See
giok, Oh Li cu segera menegur:
"Mau ke mana kau?"
Biarpun Lan See giok sedang diliputi hawa amarah,
namun dia tetap menjawab dengan suara dalam:
"Aku hendak mencari ayahmu."
"jangan, jangan pergi" seru Oh Li cu sambil menarik
tangannya, "Ayah dan Be Congkoan bertiga sedang
merundingkan masalah penting . . ."
Lan See giok tidak dapat menahan kobaran amarahnya
lagi, dia segera berteriak keras.
"Aku justru hendak mencari mereka berempat"
Sekuat tenaga dia mengebaskan tangan Oh Li cu,
kemudian melanjutkan perjalanan-nya dengan langkah
lebar.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Oh Li cu
sudah menghadang kembali di depan Lan See giok sambil
serunya dengan gugup.
"Percuma kau kesana, segenap anggota benteng dan
kapal perang, telah berkumpul dan bersiap sedia, kau harus
mengerti ayahku berbuat demikian adalah demi kebaikan
dirimu."
"Demi kebaikanku? Kebaikan apa?" Lan See giok
tertegun dan mengawasi Oh Li cu dengan pandangan tak
habis mengerti.
Menyaksikan sikap anak muda tersebut, Oh Li cu tak
dapat menahan rasa gelinya lagi, ia segera tertawa
cekikikan.
http://kangzusi.com/
"Anak bodoh, ayah sengaja mengumpulkan semua
anggota benteng dan kapal perang karena dia ingin
menyelenggarakan suatu upacara perkenalan bagi Sau pocu
nya kepada semua anggota."
Lan See giok semakin berdiri bodoh lagi setelah
mendengar perkataan itu.
Oh Li cu tertawa cekikikan, katanya lagi sambil menarik
tangan Lan See giok.
"Ayo jalan, cepat kembali, cici masih ingin berbicara
denganmu”
Seraya berkata dia menarik Lan See giok secara paksa
menuju ke kamarnya.
Lan See giok berjalan mengikuti di belakang Oh Li cu, ia
tak habis mengerti apa sebabnya Oh Tin san
menyelenggarakan pertemuan seperti itu, rencana busuk
apa pula yang sedang disusun olehnya- ?
Oh Li cu membawa Lan See-giok menuju ke ruang
kamarnya, kemudian memerintahkan pemuda itu duduk
dan bertanya dengan serius:
"Adik Giok, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Lan See giok tertegun, ia tidak mengerti apa maksud
pertanyaan tersebut, terpaksa katanya sambil mengangguk :
"Aku merasa baik sekali!"
Oh Li cu mengerti kalau anak muda tersebut tidak
memahami maksudnya, maka tanyanya lebih jelas:
"Maksudku dikala sedang mengatur pernapasan, apakah
kau merasakan aliran tenaga dalammu tersumbat, dan tidak
dapat menuruti kehendak hati?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok baru paham setelah mendengar kata-kata
ini, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang
kali
"Aku tidak merasakan gejala demikian, aku hanya
merasa tenaga dalamku seperti memperoleh kemajuan yang
sangat pesat setelah menelan pil hitam pemberian empek
tua!"
Mendengar perkataan mana. Oh Li cu mendengus gusar
mulutnya sampai cemberut saking mendongkolnya, dia
menganggap Lan See giok tidak cukup jujur terhadap
dirinya.
Melihat hal ini Lan See giok tertawa hambar, ia seperti
ingin mengatakan sesuatu, tapi suara tambur yang
memekakkan telinga telah berkumandang lagi, bahkan
suaranya kali ini kedengaran lebih berat dan santar.
Berubah paras muka Oh Li cu, sambil berseru tertahan
dia bangkit berdiri, lalu katanya cepat:
"Tambur kedua telah dibunyikan, itu berarti semua kapal
perang telah berkumpul di depan pintu benteng."
Sambil berkata, cepat-cepat dia mengeluarkan sebuah
botol kecil dari dalam sakunya dan diserahkan kepada Lan
See giok seraya ujarnya lagi:
"Di dalam botol ini berisikan tiga butir pil Cing hiat ciat
tok wan (pil pencuci darah pelenyap racun), bila kau
rasakan aliran tenaga dalammu seperti tersumbat, cepatlah
telan sebutir".
Kemudian tergesa-gesa dia lari masuk ke dalam kamar
sendiri.
Memandang bayangan si nona yang menjauh, tanpa
terasa Lan See giok tertawa dingin, pikirnya.
http://kangzusi.com/
"Bapaknya licik, putrinya cabul, tak nanti aku Lan See
giok akan terjebak oleh siasat kalian."
Sambil tertawa dingin ia lantas membuka penutup botol
itu dan memeriksa isinya.
Dalam waktu singkat bau harum semerbak memancar ke
mana-mana, seketika itu juga semangatnya terasa bangkit
kembali.
Lan See giok menjadi tertegun, karena obat tersebut
sama sekali berbeda dengan pil hitam yang diberikan Oh
Tin san kepadanya tempo hari.
TANPA terasa ia mengerling sekejap ke kamar nona itu
sementara botol tadi di masukkan kembali ke dalam
sakunya, kini dia benar-benar tak habis mengerti, dia tak
tahu mengapa Oh Li cu memberi obat penawar racun
kepadanya.
Kenyataan ini tentu saja disambut gembira olehnya,
perasaan simpatik yang semula memang tumbuh dalam
hatinya terhadap Oh Li cu, kini mulai tumbuh kembali.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak Oh Li cu
berjalan ke luar dari kamarnya dengan langkah tergesa gesa,
di punggungnya bertambah dengan sebilah pedang, di
tangannya menggenggam senjata gurdi emas Cing kim kong
luan cui milik Lan See giok.
Tergerak hati Lan See giok setelah menyaksikan kejadian
itu, buru-buru dia bangkit berdiri, lalu memandang gurdi
emas di tangan Oh Li cu itu dengan termangu, dia tak habis
mengerti apa sebab nya gadis itu menggembol senjata.
Dengan cepat Oh Li cu sudah berjalan mendekat, katanya
dengan wajah serius:
http://kangzusi.com/
"Kau harus membawa serta senjata andalanmu ini,
karena seusai upacara perkenalan nanti, bisa jadi benda
tersebut di perlukan."
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak mengerti.
"Biasanya seusai upacara perkenalan, akan muncul
orang-orang yang berwatak ingin menang sendiri untuk
mencoba kepandaian dari anggota baru, mereka akan
manfaatkan kesempatan mana untuk memamerkan
kepandaiannya di hadapan pocu dengan harapan bisa
memperoleh pujian atau kedudukan yang jauh lebih baik."
Lan See giok segera tertawa, memanfaatkan peluang itu
dia sambut senjata gurdi emasnya dan diselipkan di
pinggang.
Tampaknya Oh Li cu dipenuhi banyak pikiran, setelah
memandang sekejap dandanan Lan See giok yang
mengenakan pakaian kedodoran, dia bertanya dengan
kuatir:
"Apakah kau perlu ikat pinggang untuk meringkaskan
pakaianmu?"
"Aaah tidak usah, masa benar-benar ada orang yang
begitu berani hendak merebut kursi sau pocu ini dari
tanganku?"
Selesai berkata, dia berpura pura tertawa gembira.
Melihat pemuda itu gembira, Oh Li cu turut gembira
pula, katanya kemudian sambil tertawa:
"Kalau begitu, mari kita segera berangkat!"
Sementara itu matahari sudah tinggi di angkasa, seluruh
benteng Wi-lim-poo dilapisi cahaya keemas emasan.
Ketika Lan See giok dan Oh Li cu berjalan ke luar dari
halaman, di tepi sungai telah parkir sebuah perahu naga
http://kangzusi.com/
yang agak nya dipersiapkan untuk menjemput Oh Tin san,
Be congkoan dan lain lainnya.
Perahu naga panjangnya empat kaki dan terdiri dari dua
tingkat, seluruh tubuhnya berwarna kuning emas, bangunan
perahunya pun sangat indah dan mempesona hati.
Di ujung buritan perahu tampak beberapa orang lelaki
berpakaian ringkas warna perak dengan tubuh yang tinggi
tegap berdiri kekar di situ, wajah mereka rata-rata bengis,
beralis tebal dan bermata besar, namun sikapnya munduk-
munduk dan hormat.
Ketika Oh Li cu berjalan mendekat, serentak semua
lelaki kekar itu membungkuk kan badannya memberi
hormat, tapi ketika mendongakkan kepalanya kembali,
mereka segera mengawasi Lan See giok dengan pandangan
agak terkejut.
"Adikku." kata Oh Li cu kemudian sambil tertawa
angkuh. "inilah perahu naga emas milik ayah yang khusus
untuk mengangkut ayah dan ibu saja."
Lan See giok hanya tertawa hambar sambil manggut-
manggut, melihat sikap sang pemuda yang acuh tak acuh,
Oh Li cu segera menambahkan lagi:
"Kau adalah sau-pocu, tentu saja selanjutnya kau boleh
menumpang perahu ini juga, kau pun boleh memakai
perahu ini untuk berpesiar ke mana-mana."
Berkilat sepasang mata Lan See giok, seketika itu juga
dia teringat untuk melarikan diri, tanpa terasa semangatnya
berkobar kembali, katanya dengan gembira:
"Sungguhkah itu? Aku benar-benar boleh menumpang
perahu ini untuk berpesiar?"
http://kangzusi.com/
Melihat pemuda itu gembira, Oh Li cu turut tertawa
cekikikan, sambungnya dengan cepat:
"Aaah, masa enci bakal membohongi diri mu?"
Belum habis tertawanya, dari balik pintu gedung
berwarna merah telah bergema datang suara langkah kaki
manusia.
Ternyata mereka adalah si kakek bungkuk Be congkoan
Thio-Wi-kang, Li Ci cun yang berjalan mengikuti di
belakang Oh Tin san serta Say nyoo-hui.
Kali ini Oh Tin san mengenakan pakaian perlente yang
halus dan mahal harganya dengan mengenakan topi model
hartawan. sepatunya indah, gayanya dibuat buat, persis
seperti tampang seorang tuan tanah.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa pun telah berganti pakaian baru,
wajahnya yang telah keriputan dihiasi dengan bedak yang
tebal, agaknya jauh lebih tebal daripada kemarin.
Ketika Oh Tin san dan Ki-Ci-hoa menyaksikan Lan See
giok berdiri berdampingan dengan putri mereka, ke dua
orang itu segera tertawa gembira.
Buru-buru Lan See giok dan Oh Li cu maju ke depan
sambil memberi hormat.
Sambil tertawa gembira Oh Tin san segera berkata:
"Anak Giok, hari ini empek tua akan memperkenalkan
kau kepada segenap komandan dan saudara-saudara kita
yang ada di dalam benteng, mulai hari ini kau sudah kami
ang-kat menjadi sau pocu -benteng Wi-lim-poo."
Say-nyoo-hui tertawa pula sambil menarik tangan Lan
See-giok, sengaja ujarnya:
"Anak Giok, kenapa kau tidak cepat-cepat berterima
kasih kepada empek Oh mu?"
http://kangzusi.com/
Demi keberhasilannya melarikan diri, demi berhasil
mempelajari ilmu berenang dan demi keberhasilannya
membalaskan dendam ayahnya, terpaksa Lan See giok
harus mengesampingkan semua masalah, biarpun harus
menganggap bajingan sebagai ayah dia mau tak mau harus
menahan diri.
Maka kepada Oh Tin san katanya lagi sambil menjura:
"Terima kasih banyak empek tua!"
Oh Tin san segera tertawa terbahak bahak dengan
bangganya.
Be congkoan dan Thio-Wi-kang pun secara beruntun
maju ke depan untuk menyapa Lan See giok dan Oh Li cu.
Lain halnya dengan si kupu-kupu ditengah ombak Li Ci
cun, sejak menyaksikan sikap mesra Oh Li cu terhadap Lan
See giok, dia sudah menarik mukanya, menunjukkan sikap
tak senang hati, apalagi setelah dilihat nya gadis itu tak
pernah memandang sekejap matapun ke arahnya, api
amarahnya semakin berkobar.
Namun ia terpaksa harus mengekang rasa gusarnya
setelah menyaksikan Be congkoan dan Thio-Wi-kang telah
maju menyapa, dia segera maju pula ke depan sambil
memberi hormat.
Begitulah, dengan Oh Tin san berjalan di depan, Say
nyoo-hui dan Oh Li cu mengapit Lan See giok di tengah, Be
congkoan sekalian bertiga menyusul di belakang, mereka
bersama sama naik ke atas perahu naga emas.
Sepanjang perjalanan, Oh Li cu tak pernah
meninggalkan Lan See giok barang selangkahpun, begitu
mesra dan hangatnya hubungan mereka tak ubahnya seperti
sepasang pengantin baru.
http://kangzusi.com/
Oh Tin san dan Say nyoo-hui yang menyaksikan adegan
itu menjadi amat gembira senyuman lebar tidak hentinya
menghiasi bibir mereka-
Benteng Wi-lim-poo memang luas sekali, mereka
berlayar hampir seperti minum teh lamanya sebelum
mencapai sebuah jalur air yang cukup lebar di depan pintu
benteng yang tinggi dan kokoh.
Waktu itu pintu benteng sudah terbentang lebar, aneka
lentera menghiasi seluruh bangunan benteng, ketika
terhembus angin bola-bola lentera itu bergoyang tiada henti-
nya.
Enam orang lelaki bercelana biru berbaju merah, berdiri
berjalan di atas loteng, di tangan masing-masing orang
tampak membawa terompet panjang yang dihiasi bendera
warna warni.
Begitu perahu naga berlayar memasuki lorong benteng,
serentak ke enam lelaki itu meniup terompetnya keras-
keras.
Menyusul kemudian suara tambur dan genderang
dibunyikan bertalu talu, mengiringi gerakan sang perahu
yang semakin cepat.
ooo0dw0ooo

BAB 8
DENGAN wajah serius pelan-pelan Oh Tin san bangkit
berdiri, kemudian didampingi Say nyoo-hui mereka
beranjak ke luar dari ruangan perahu.
Oh Li cu segera menarik tangan Lan See giok dan
menyusul di belakang ke dua orang tuanya.
http://kangzusi.com/
Biarpun Lan See giok tahu kalau semua yang
dipersiapkan oleh Oh Tin san termasuk bagian dari rencana
busuknya, tak urung hatinya merasa tegang juga setelah
menyaksikan kesemuanya itu terutama sekali suara tambur
yang dibunyikan bertalu talu, membikin hatinya semakin
tak tenang.
Berpaling ke belakang, keningnya segera berkerut
kencang, dia menyaksikan si kupu-kupu di tengah ombak Li
Ci cun yang berdiri di belakangnya sedang menyeringai
seram sambil melotot ke arahnya penuh kebencian.
Lan See giok sungguh tak habis mengerti, dia tak
mengerti apa sebabnya Li Ci cun menunjuk sikap yang
begitu tak bersahabat dengan dirinya.
Mendadak satu ingatan melintas lewat, ia lantas teringat
kembali dengan peringatan dari Oh Li cu, pikirnya:
"Waah, jangan-jangan sehabis upacara perkenalan nanti,
Li Ci cun akan menantangku untuk bertarung?"
"Aaah, mustahil." demikian pikirnya kemudian, "hal ini
tak masuk di akal, siapa yang berani merebut kedudukan
sau-pocu denganku-?"
Sementara dia masih melamun, perahu telah berlabuh di
sisi kanan pintu gerbang, menyusul kemudian beberapa
orang itu turun dari perahu dan menelusuri undak undakan
batu yang besar menuju ke bangunan loteng di atas benteng.
Sekarang Lan See giok baru berkesempatan untuk
melihat jelas lagi, dinding benteng itu luasnya mencapai
delapan depa, selain tebal dan panjang, nampaknya amat
kokoh.
Setibanya di atas loteng, beberapa orang itu langsung
menuju ke atas mimbar di depan loteng, di depan mimbar
http://kangzusi.com/
tersedia sebuah meja panjang beralas kain merah, mungkin
disitulah terletak mimbar kehormatan.
Dalam pada itu suara tambur telah berhenti, kecuali
suara ombak yang memecah di kaki benteng, sama sekali
tak kedengaran sedikit suarapun.
Lan See giok mengikuti di belakang Oh Tin san langsung
menuju ke atas mimbar kehormatan.
Sesampainya di depan meja kehormatan dan melongok
ke bawah, pemuda itu kontan merasakan matanya silau, ia
betul-betul dibuat terkejut sampai tertegun untuk se-saat.
Rupanya pada permukaan telaga di luar dinding benteng,
terlihat kapal perang berlabuh berderet deret, tiang perahu
yang menjulang angkasa dengan aneka bendera yang
berwarna warni, cahaya go1ok dan tameng yang
gemerlapan, menimbulkan suasana yang amat mengerikan
hati.
Biarpun begitu banyak perahu berderet-deret di sana,
ternyata suasana begitu hening dan sepi sehingga boleh
dibilang tak kedengaran sedikit suarapun.
Lan See-giok coba mengamati dengan lebih seksama,
ternyata perahu-perahu perang itu lebarnya beberapa kaki,
waktu itu sepanjang anjungan perahu berderet deret lelaki
kekar bergolok yang menyandang busur dan tameng.
Jumlah kapal perang itu mencapai ratusan buah, sedang
lelaki-lelaki kekar itu mencapai dua ribu orang lebih, namun
mereka semua berdiri dengan tenang, sedemikian
tenangnya sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
Kapal perang itu terdiri dari empat pasukan dengan
membentuk posisi empat persegi panjang, semuanya
berlabuh di atas permukaan telaga di muka benteng dengan
rapinya.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok menjumpai kalau lambang
dari setiap pasukan tersebut berbeda beda, pakaian seragam
yang di kenakan masing-masing pasukan pun tidak sama
satu dengan lainnya.
Pada pasukan yang berada di sebelah kiri, pada ujung
perahunya terpancang sebuah panji bergambar kepala naga
yang sedang mementangkan cakar, anggotanya berseragam
warna hijau.
Pasukan kedua mempunyai lambang harimau terbang,
baju seragamnya kuning.
Pasukan ke tiga berlambang seekor singa baju
seragamnya abu-abu muda.
Sedangkan pasukan ke empat berlambang macan
kumbang hitam, semua anggotanya berseragam hitam.
Di ujung tiang bendera masing masing pasukan
terpancang bendera dari masing-masing regu.
Belum habis Lan See giok melihat, Oh Tin-san dan Say
nyoo-hui telah berdiri berjajar di depan panggung
kehormatan tersebut.
Menyusul kemudian dari arah belakang berkumandang
suara terompet yang di bunyikan nyaring.
Dua ribu orang lelaki kekar yang berada di sisi kapal
perang, serentak mengangkat tombak masing-masing sambil
bersorak sorai.
Dengan wajah serius dan pancaran sinar sesat dari balik
matanya, pelan-pelan Oh Tin-san mengangkat tangan
kanannya ke atas sambil memandang ke kiri dan kanan,
bunyi terompet segera berhenti, sorak sorai turut berhenti,
segenap lelaki kekar itu bersama sama menurunkan kembali
tombak masing-masing.
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See-giok merasa terkejut menyaksikan
keadaan seperti ini, agaknya daya pengaruh dari Wi-lim-
poo memang tak boleh dipandang enteng.
Dengan suara nyaring pelan-pelan Oh Tin san berkata:
"Saudara sekalian, hari ini aku sengaja mengumpulkan
kalian semua di tempat ini karena aku ingin
memperkenalkan seorang warga baru dari benteng kita."
Lalu sambil menuding Lan See-giok yang berdiri di
sisinya, dia berkata lebih jauh:
"Dia adalah keturunan satu satunya dari Kim lui gin tan
(Gurdi emas peluru perak) Lan tayhiap yang sesungguhnya
adalah sahabat karibku, sejak hari ini dia Lan See-giok akan
menjadi sau pocu kalian, dan dia pula yang akan menjadi
satu satunya penerus kedudukanku ini."
Begitu perkataan tersebut selesai diutarakan, kembali
suara tempik sorak yang gegap gempita berkumandang
memecahkan keheningan.
Bersama itu pula, tombak di angkat ke atas hingga
berkilauan terpantul cahaya mentari, suasana betul-betul
mengerikan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See-giok merasakan
darah panas di dalam dadanya bergolak keras. tapi ia
berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaannya,
pelan-pelan dia melambaikan tangannya untuk menyambut
tempik sorak dari kawanan jago di ratusan perahu perang
tersebut.
Detik itu juga dia merasa semangatnya berkobar
kembali, timbul tekadnya untuk memanfaatkan kekuatan
yang ada untuk membalaskan dendam bagi kematian ayah-
nya, dia pun hendak menggunakan kekuatan tersebut untuk
http://kangzusi.com/
memunahkan perompak dan perampok yang seringkali
mengganggu kaum nelayan.
Sementara itu, Oh Tin san telah mengangkat tangannya
kembali, suasana segera menjadi hening kembali, suara
tempik sorak yang gegap gempita tadi kini menjadi sirap
sama sekali.
"Sekarang, aku hendak memperkenalkan setiap pasukan
kepada sau pocu kalian yang baru, nah harap masing-
masing pasukan memberi hormat kepada sau pocu."
Kemudian sambil berpaling ke arah pasukan kapal
perang pertama yang berlambang naga dia berseru:
"Pasukan naga sakti .."
Menyusul teriakan itu, segenap lelaki kekar yang berada
di atas kapal perang Naga sakti bersama sama mengangkat
tongkatnya sambil menengok ke arah loteng benteng.
Lan See giok segera mengangkat tangan kanannya dan
dilambai lambaikan ke arah pasukan tersebut
Oh Tin san beralih memandang ke arah pasukan kedua,
teriaknya pula:
"Pasukan harimau terbang."
Kembali semua anggota pasukan harimau terbang
mengangkat tombaknya sambil menengok ke arah benteng.
Sekarang Lan See giok baru menemukan bahwa di
dalam setiap pasukan, tentu terdapat sebuah kapal perang
yang berada di paling depan, di ujung geladak berdiri
seorang manusia yang mengenakan pakaian berwarna sama
namun berbeda bahannya. di belakang orang itu masih
berdiri pula beberapa orang lelaki kekar, mungkin itulah
komandan dari masing-masing pasukan.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian Oh Tin san memperkenalkan
pasukan singa jantan dan pasukan macan kumbang hitam.
Sementara itu Say nyoo-hui, Oh Li cu serta Be congkoan
sekalian mendapat kesan kalau Lan See giok seakan akan
telah berubah jauh lebih matang hanya dalam sekejap saja,
seakan akan berubah menjadi seorang lelaki dewasa yang
berpengalaman.
Tampak pemuda itu berdiri tegap dengan mata berkilat .
. . dan senyuman menghiasi ujung bibirnya, dalam keadaan
demikian, ia kelihatan begitu gagah dan perkasa.
Menyaksikan ketampanan serta kegagahan anak muda
tersebut, tanpa terasa Oh Li cu tertawa serta merta dia
menyikut tubuh ibunya Say nyoo-hui.
Say nyoo-hui sendiri hanya termenung dengan wajah
serius, tampaknya dia sedang dibebani oleh suatu pemikiran
yang mendalam atau bisa jadi dia telah mengetahui asal
usul Lan See-giok yang sesungguhnya.
Kupu-kupu dibalik ombak Li Ci-cun mengawasi
kesemuanya ini dari belakang, ketika menyaksikan Lan See-
giok memperoleh kedudukan begitu tinggi tanpa bersusah
payah, tanpa sadar rasa bencinya terhadap pemuda itu
merasuk sampai ke tulang sum-sum.
Seandainya tiada kehadiran Lan See giok, sudah pasti ia
telah menjadi suami istri dengan Oh Li cu, apalagi Oh Tin
san dan Say nyoo-hui sudah lama menyetujui hubungan
mereka, ini berarti kedudukan sau pocu dari benteng Wi-
lim-poo tentu akan menjadi miliknya.
Tapi kini dari tengah jalan muncul seorang Lan See giok.
bukan saja Oh Li cu menjadi berubah hati, bahkan Oh Tin-
san mengumumkan di depan umum bahwa dia telah
http://kangzusi.com/
mengangkat Lan See giok sebagai ahli waris kedudukannya
sebagai seorang pocu.
Kini dia bukan hanya membenci Lan See giok dan Oh
Li-cu, bahkan terhadap Oh Tin-san pun menaruh perasaan
benci yang luar biasa.
Diliriknya sekejap ke empat manusia yang berada di
panggung kehormatan itu dengan penuh kebencian, lalu
sekulum senyuman yang menggidikkan hati menyungging
di ujung bibirnya, pikirnya kemudian:
"Bocah keparat she Lan, kau jangan keburu sombong
dulu. sebentar aku pasti akan membuatmu tergeletak di
tanah dengan bermandikan darah kental."
Sementara itu upacara perkenalan telah selesai, suasana
di seluruh arena masih tetap diliputi keheningan yang luar
biasa.
Tiba-tiba Oh Tin san berpaling dan memandang sekejap
ke arah Lan See giok kemudian dengan sikapnya yang
angkuh dan penuh rasa bangga ia berkata:
"Bocah bodoh, sampaikanlah beberapa pesan kepada
segenap saudara kita yang hadir di sini."
Sebetulnya Lan See giok tak ingin banyak urusan,
namun terdorong oleh ambisi di dalam hatinya, dia merasa
berkewajiban untuk menyampaikan beberapa patah kata.
Maka dia maju ke depan, menghimpun hawa murninya
dan memandang sekejap ke seluruh arena, kemudian
dengan kening berkernyit ujarnya dengan lantang.
"Saudara sekalian, setelah kusaksikan senjata kalian yang
bergemerlapan, barisan kalian yang rapat, kapal perang
yang perkasa serta semangat kalian yang berkobar, aku
http://kangzusi.com/
merasa benar-benar bangga dan gembira bisa berkumpul
dengan kalian semua."
Setelah berhenti sejenak dan sekali lagi memandang
sekejap wajah orang-orang itu, dia berkata lebih jauh:
"Wi-lim-poo bisa menjagoi telaga Huan yang oh,
menggetarkan sungai besar dan tersohor di seantero jagad,
semua keberhasilan ini sesungguhnya berkat kemampuan
dari toa pocu serta semangat saudara sekalian yang perkasa
dan berani mati, itu berarti semua kejayaan dari Wi-lim-poo
sesungguhnya adalah milik saudara sekalian . . ."
Belum habis perkataan itu diutarakan suara tempik sorak
yang gegap gempita telah berkumandang memecahkan
keheningan, tampaknya perkataan dari si anak muda
tersebut telah membangkitkan rasa gembira dari masing-
masing orang, sebab selama banyak tahun ini, belum
pernah mereka mendengar suatu nasehat dan anjuran yang
bersemangat seperti ini.
Melihat reaksi spontan dari semua anggota benteng, Lan
Se giok merasa terkejut, dia kuatir Oh Tin san iri sehingga
usahanya akan menemui kegagalan total, maka cepat-cepat
dia mengangkat tangannya untuk meredakan suasana.
Setelah suasana menjadi tenang kembali, Lan See-giok
berkata lebih jauh.
"Lo-pocu kita adalah seorang manusia yang cerdas dan
seorang angkatan tua yang berkedudukan tinggi, beliau
dihormati dan disanjung semua umat persilatan, bayangkan
saja kemajuan yang berhasil dicapai Wi-lim-poo kita
sekarang, tanpa pimpinan dari Lo pocu, kecerdasan otak
hujin dan bantuan perencanaan dari Be to-enghiong
sekalian bertiga, mana mungkin bisa mencapai keadaan
demikian?. Maka kuanjurkan kepada saudara sekalian agar
http://kangzusi.com/
lebih ketat menjaga peraturan benteng kita dan membangun
bersama kejayaan benteng kita.."
Sekali lagi tempik sorak yang gegap gempita
berkumandang memenuhi angkasa, bahkan sorak sorai
yang terdengar kali ini jauh lebih nyaring ketimbang tadi.
Tak terlukiskan rasa gembira Oh Tin san setelah
mendengar pujian dari Lan See giok itu, wajahnya segera
berseri-seri, dia merasa taruhan yang dilakukan kali ini pasti
akan menghasilkan kemenangan di pihaknya.
Menyusul kemudian Be Siong pak dan Thio-Wi-kang
datang memberi selamat kepada Oh Tin san dan Lan See
giok, sambil bersyukur karena pocu mereka berhasil
mendapatkan ahli waris yang baik.
Sebaliknya paras muka si kupu-kupu di balik ombak Li
Ci cun berubah menjadi pucat pasi seperti mayat, hatinya
gugup dan panik. dia tidak menyangka kalau Lan See giok
dengan usianya yang begitu muda ternyata sanggup
menarik simpatik dari segenap anggota benteng dengan
beberapa patah katanya.
Sadarlah dia sekarang bahwa kemampuan yang
dimilikinya masih jauh ketinggalan bila dibandingkan
dengan kemampuan Lan See giok, ini berarti dia tak akan
pernah bisa berebut kedudukan dengan pemuda tersebut.
Berpikir demikian, diapun mengikuti di belakang Be
congkoan den Thio-Wi-kang untuk menyampaikan selamat
kepada Oh Tin san, tapi dia tidak berkata apa-apa kepada
Lan See giok.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa yang jauh lebih licik ketimbang
Oh Tin san segera merasakan pula betapa cerdik dan
berbakatnya Lan See giok, bukannya merasa gembira, dia
justru merasa hatinya makin lama semakin berat.
http://kangzusi.com/
Namun ketika melihat kegembiraan yang dialami Oh Tin
san, maka diapun ikut tertawa lebar.
Oh Li cu yang merasa paling gembira, sambil bersandar
di sisi tubuh ibunya, sorot matanya yang berkilat tak pernah
bergeser dari tubuh Lan See giok, dalam anggapannya, Lan
See giok adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah,
seorang calon suami yang paling ideal baginya.
Dalam gembiranya, Oh Tin san segera menitahkan
kepada Be congkoan untuk menyiapkan pesta di ruang Kit
oh ting tengah hari nanti, semua komandan kapal perang
diundang untuk menghadiri pesta, sedangkan segenap
anggota lainnya dipersilahkan minum arak di tempat
masing-masing sepuasnya.
Kupu-kupu dibalik ombak Li Ci-cun yang sebenarnya
telah menyiapkan rencana busuk dengan menyuruh jikui
(setan kedua) dari Po - tiong - sam kui untuk menantang
Lan See giok sehabis upacara perkenalan ini menjadi
kecewa sekali, sebab dengan terjadinya perubahan tersebut
berarti semua rencananya akan mengalami kegagalan total
Tapi harapannya segera timbul kembali setelah
mendengar akan diselenggarakannya pesta tengah hari
nanti, suatu rencana keji kembali telah melintas di dalam
benaknya.
Ketika Oh Tin san sekalian sudah kembali ke dalam
rumah, Say nyoo-hui yang cukup memahami jalan
pemikiran putrinya segera, berkata kepada mereka berdua.
"Kalian berdua boleh kembali ke kamar, untuk
beristirahat!"
Oh Li cu menyambut seruan itu dengan penuh
kegirangan ia segera menarik tangan Lan See giok kembali
ke kamarnya.
http://kangzusi.com/
Sudah sedari tadi dia mesti menahan diri untuk
mengekang gejolak napsu birahinya, semenjak masih
berada di panggung kehormatan tadi dia sudah tak tahan
ingin memeluk Lan See giok, sebab dalam anggapannya,
kini Lan See giok sudah menjadi suaminya.
Lan See giok sendiri tetap bersikap wajar, seakan akan
tidak memahami jalan pemikiran orang, senyum manis
tetap menghiasi ujung bibirnya, padahal dalam hati
kecilnya dia merasa muak dan bosan, sebab gerak gerik dari
Say-nyoo-hui tadi telah menimbulkan perasaan was-was
bagi dirinya.
Dalam perjalanan masuk ke ruangan dalam, tiba-tiba ia
menyaksikan Li Ci cun sedang berdiri di luar pagar rumah
sambil mengawasi ke arahnya dengan pandangan penuh
kegusaran dan menggigit bibir menahan rasa dendam.
Melihat hal ini Len See-giok menjadi paham kembali apa
sebabnya Li Ci cun begitu membencinya, ternyata hal ini
disebabkan hubungannya yang terlampau mesra dengan Oh
Li cu.
Belum habis jalan pikiran tersebut melintasi lewat, tiba-
tiba pemuda itu merasa tubuhnya telah dipeluk erat-erat
oleh Oh Li cu, menyusul kemudian terdengar gadis itu
berseru dengan lembut:
"Ooh adikku, cici pingin sekali melalap kau si bocah
bodoh dan menelannya ke dalam perut."
Kemudian dia menghantar bibirnya yang merah merekah
itu ke depan dan mendaratkan beberapa kali ciuman mesra
ke wajah dan bibir Lan See-giok.
Lan See-giok benar-benar tidak menyangka Oh Li cu
akan bersikap begitu tak tahu malu, tapi dia pun tak berani
menolak ciuman tersebut terlalu kasar, apalagi bau harum
http://kangzusi.com/
yang begitu tebal sudah membikin kepalanya terasa pusing
tujuh keliling.
Mendadak . . .
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lan See giok,
rupanya dia telah menyaksikan munculnya sesosok
bayangan hitam dari belakang jendela sana.
Maka cepat-cepat dia mendorong tubuh Oh Li cu sambil
menuding ke arah jendela sebelah belakang . .
Waktu itu Oh Li cu sedang dipengaruhi oleh kobaran
napsu birahi, ia sedang terbuai dalam suasana yang begitu
hangat dan syahdu ketika tubuhnya didorong secara tiba-
tiba oleh pemuda tersebut.
Dengan cepat dia berpaling ke arah yang ditunjuk, apa
yang terlihat olehnya membuat gadis ini naik pitam, sambil
membentak keras, tangan kanannya segera diayunkan ke
depan melepaskan sebilah pisau terbang.
Serentetan cahaya tajam segera berkelebat lewat
menembusi jendela. . .
Bayangan manusia di luar jendela itu lenyap tak
berbekas, tapi kemudian terdengar seseorang membentak
secara kasar:
"Manusia rendah yang tak tahu malu, kau berani
memaksa menciumi nona. .? serahkan nyawa anjingmu."
Paras muka Oh Li cu kontan berubah menjadi merah
membara, hawa napsu membunuhnya dengan cepat
menyelimuti seluruh benaknya, sebuah pukulan dahsyat
dengan cepat meluncur ke depan menghajar jendela
belakang itu sehingga hancur lebur.
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, kali ini
menerobos ke luar dari jendela luar.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yakin kalau orang yang bersembunyi di
belakang jendela tadi pasti adalah si kupu-kupu di balik
ombak Li Ci cun, tapi oleh sebab dia kuatir Oh Li cu
mendapat celaka, buru-buru dia menutul permukaan tanah
dan secepat kilat berkelebat ke depan menyusul di belakang
gadis tersebut.
Tiba di tempat kejadian, pemuda itu melongo, ternyata
Oh Li cu dengan muka hijau membesi, alis mata berkernyit
dan pedang terhunus sedang berhadapan dengan seorang
lelaki berbaju ungu, di sekitar sana sama sekali tidak
nampak bayangan tubuh dari Li Ci cun.
Lelaki berbaju ungu itu memiliki perawakan tubuh yang
kekar, alis mata yang tebal, mata yang bulat penuh
bercambang tapi berwajah pucat, matanya penuh diliputi
sinar kaget dan melihat tanpa berkedip dia mengawasi
ujung pedang Oh Li cu, sementara tubuhnya selangkah
demi selangkah mundur terus.
Sementara itu di ruang depan telah berdatangan dua tiga
puluhan sampan kecil yang mengangkut para komandan
pasukan yang datang mengikuti perjamuan, malah ada yang
sudah naik ke atas punggung mimbar.
Oh Li cu berdiri dengan hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya, ia sama sekali tidak
berpaling ke arah para komandan pasukan yang sementara
itu berdatangan dengan penuh tanda tanya. sorot matanya
mengawasi lelaki itu lekat-lekat, kemudian dengan nada
penuh kebencian pelan-pelan ia berkata:
"Say-li-kui (setan ikan leihi) siapa yang memerintahkan
kau mengintip kami? Ayo cepat menjawab dengan
sejujurnya. Aku yakin kalau kau sendiri tak akan
mempunyai keberanian sebesar ini. Hmm! Jika kau enggan
http://kangzusi.com/
menjawab, jangan salahkan kalau ketajaman pedang
nonamu akan membacok tubuhmu menjadi dua bagian”.
Si setan ikan leihi sangat gugup dan ketakutan, sekujur
badannya gemetar keras, sementara butiran keringat sebesar
kacang kedelai jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
sambil mundur berulang kali rengeknya ketakutan.
"Nona. ti. tidak ada yang memberi perintah. hamba-
hamba tidak sengaja ..tidak sengaja. tidak sengaja lewat di
depan jendela.."
Oh Li cu semakin naik darah, di dalam anggapannya si
setan ikan leihi ini tak mau mengaku, kembali hardiknya:
"Tutup mulut. . . . bila kau tetap membungkam, nona
akan membuat tubuh mu tercincang di tempat ini juga!"
Setan ikan leihi semakin ketakutan, bibirnya sudah
bergetar pucat, hatinya mulai goyah.
Sementara itu, para komandan yang ikut dalam
perjamuan telah berdatangan semua, hampir seluruhnya
berkerumun di sekitar sana dan mengawasi Oh Li cu serta
setan ikan leihi dengan pandangan kaget bercampur
keheranan.
Menyusul kemudian Be Siong pak dan Thio-Wi-kang
berdatangan pula, walaupun kedua orang ini tidak mengerti
masalah apakah yang telah terjadi, namun tak seorangpun
berani membuka suara.
Oh Li cu sudah merasa kalau setan ikan leihi mulai
goyah, hatinya dan bersedia mengaku, maka dengan
memperhalus suara nya ia berkata.
"Katakan saja, asal kau bersedia mengaku, nona tak akan
membunuhmu”
http://kangzusi.com/
Mendadak pada saat itulah dari kejauhan sana terdengar
seseorang berseru keras:
"Lo pocu dan hujin tiba”
Dengan bergemanya suara itu, serentak suasana di
sekeliling tempat itu berubah menjadi hening, sepi dan amat
serius.
Lan See giok berpaling, ia lihat Oh Tin san bersama Say
nyoo-hui datang bersama, wajah Oh Tin san yang kurus
memanjang diliputi hawa dingin dan kelicikan yang tebal.
Dengan mata sesatnya Oh Tin san menyapu sekejap
sekeliling tempat itu, lalu kepada Oh Li cu ia bertanya:
"Anak Cu, apa yang terjadi?"
Dengan wajah merah bercampur hijau membesi, Oh Li
cu memandang ke arah Setan ikan leihi dengan pedangnya.
lalu berseru penuh amarah:
"Ia berani mengintip dari belakang jendela!"
Oh Tin san berkerut kening lalu manggut, sorot mata
sesatnya memandang sekejap ke wajah setan ikan leihi,
kemudian sekulum senyuman menyeringai menghiasi ujung
bibirnya.
Si Setan ikan leihi segera sadar kalau bencana besar telah
berada di depan mata, dengan penuh ketakutan buru-buru
dia membela:
"La. lapor lo .. lo pocu.. hamba-hamba hanya tanpa
sengaja melihat sau pocu mencium nona dengan paksa. . . .
."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, sorot mata semua
orang yang hadir bersama sama dialihkan ke wajah Lan See
giok.
http://kangzusi.com/
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Lan See giok,
keningnya segera berkerut, matanya berkilat kilat dan
sekujur tubuhnya gemetar keras, ia merasa percuma saja
banyak membantah dalam suasana begini. Oh Li cu
sendiripun nampak sangat marah dengan wajah merah
membara dia membentak nyaring lalu menusuk tubuh lelaki
itu.
Biarpun dalam keadaan kaget bercampur ketakutan, ilmu
silat yang dimiliki setan ikan leihi memang cukup tangguh,
dia segera mengigos ke samping.
Begitu tusukan pedang dari Oh Li cu mengenai sasaran
kosong, ia segera mundur dengan gugup, matanya
terbelalak lebar dan menengok kesana kemari dengan
terkejut, seakan akan sedang mencari seseorang.
Pada saat itulah-
"Anak Cu, tunggu sebentar" Oh Tin san berseru dengan
suara dalam.
Berada di depan umum, tentu saja Oh Li cu tak berani
membangkang perintah ayah-nya, ia segera menarik
kembali pedangnya sambil mundur setelah mendengar
perkataan itu, cuma bibirnya yang semula merah kini telah
berubah menjadi pucat.
Suasana menjadi amat hening dan sepi, wajah semua
orang diliputi ketegangan, bahkan banyak di antara mereka
yang menyadari bahwa selembar nyawa si setan ikan leihi
tak akan bisa melewati hari ini.
Oh Tin san memandang ke arah setan ikan leihi sambil
tertawa dingin, seperti lagi berbicara terhadap dia seorang,
seperti juga lagi berbicara terhadap para hadirin di situ,
ujarnya dengan suara dingin:
http://kangzusi.com/
"Lan See giok adalah sau pocu, dia merupakan ahli waris
dari benteng kita, ia adalah keponakanku, juga menantuku,
soal cium mencium bagi mereka adalah urusan pribadi
antara suami istri, soal tersebut tak ada sangkut pautnya
dengan siapa saja. . . . ."
Lan See giok tertegun, dia tidak menyangka kalau si
manusia bertelinga tunggal Oh Tin san bakal
mengumumkan di depan umum kalau dia adalah calon
suami Oh Li cu.
Sementara itu Oh Li cu yang semula berdiri dengan
wajah hijau membesi, sekarang berubah menjadi merah
dadu dan tersenyum simpul, diam-diam ia mengerling
sekejap ke arah Lan See giok.
Ketika selesai berbicara, Oh Tin san kembali
memandang sekejap seluruh arena dengan pandangan sesat,
lalu teriaknya keras-keras:
"Di mana pengawas Li?"
"Hamba di sini!" diantara kerumunan orang banyak,
kedengaran Li Ci cun menjawab dengan suara gemetar.
Lan See giok terkejut, cepat ia berpaling ternyata Li Ci
cun munculkan diri dari kerumunan orang banyak orang
tak jauh di belakang tubuhnya dan sebelum ini ternyata ia
tak melihat kehadiran orang tersebut.
Li Ci cun munculkan diri dengan wajah hijau membesi.
alis matanya yang tebal berkernyit, matanya yang kecil
memancarkan sinar buas yang berapi api, setelah muncul
dari kelompok manusia, ia melirik sekejap ke arah Lan See
giok dengan penuh kebencian, kemudian baru meneruskan
perjalanan-nya ke depan Oh Tin san.
http://kangzusi.com/
Oh Tin san memandang ke arah Li Ci cun lalu sambil
menuding ke arah Setan ikan leihi, serunya dengan suara
dalam:
"Binasakan dia!"
Li Ci cun seperti tertegun sesudah mendengar perintah
itu, sedangkan si ikan leihi semakin amat ketakutan sampai
wajahnya turut berubah menjadi pucat pias.
Mendadak-
Sambil menggertak gigi Li Ci cun menjejakkan kakinya
ke tanah, kemudian dengan gaya tubrukan yang buas dan
nekad ia terjang tubuh Lan See-giok.
Kejadian ini sama sekali di luar dugaan semua orang,
kontan saja suasana menjadi gempar.
Oh Li cu membelalakkan pula matanya lebar-lebar,
mulutnya melongo, saking terkejutnya ia sampai termangu.
Dalam pada itu Li Ci cun sudah tiba di hadapan Lan See
giok, sambil membentak sebuah bacokan maut langsung
dilontarkan olehnya ke wajah Lan See giok.
Selama ini pandangan mata Lan See giok tak pernah
beralih dari tubuh Li Ci cun sejak musuh menerjang tiba. ia
telah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya.
Begitu musuh datang, ia melejit ke samping dan mundur
sejauh satu kaki lebih.
Kupu-kupu ditengah ombak Li Ci cun merasakan
pandangan matanya menjadi silau, tahu-tahu ayunan
telapak tangan kanannya telah mengenai sasaran kosong,
agaknya dia tidak menyangka kalau serangannya bakal
menemui kegagalan.
"Tahan .." mendadak Oh Tin san membentak nyaring.
http://kangzusi.com/
Sejak si kupu-kupu ditengah ombak Li Ci cun
mendengar Oh Tin san mengumumkan kepada umum
bahwa Lan See giok adalah calon suami Oh Li cu, ia telah
bertekad untuk beradu jiwa.
Karena itu, sekalipun dia segera menghentikan gerak
serangannya setelah mendengar bentakan tadi namun
orangnya masih tetap berdiri garang di sana, berdiri sambil
melototi Lan See giok dengan penuh kegusaran. .
Lan See giok sendiri berdiri ditengah arena dengan
senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya, ia memandang
sinis ke arah musuhnya tersebut.
Berbicara yang sebenarnya, Oh Tin san tahu dengan jelas
sebab musabab yang mengakibatkan Li Ci cun bersikap
demikian, tapi ia toh menegur juga dengan suara dalam:
"Li Ci cun, mau apa kau?"
"Aku hendak menantang keparat she Lan itu untuk
berduel. . ." jawab kupu-kupu di tengah ombak dengan
kalap.
Say nyoo-hui yang selama ini membungkam dalam
seribu bahasa tiba-tiba memutar biji matanya, kemudian
menyela.
"Bila kau sanggup mengungguli Lan See giok, aku akan
mengambilkan keputusan bagi anak Cu untuk dijodohkan
denganmu!"
Oh Li cu gusar sekali setelah mendengar perkataan itu,
berkilat sepasang matanya, dengan marah ia berkata:
"Tidak susah bila kau ingin kawin denganku. tapi
menangkan dulu pedang mestika di tanganku ini".
http://kangzusi.com/
Seraya berkata pedangnya segera diayunkan ke tengah
udara, di bawah cahaya matahari siang, terbias sekilas
bayangan tajam yang berkilauan.
Lan See giok hanya berdiri sambil tertawa sinis selama
ini, sedang dalam hatinya:
"Dasar sesarang manusia-manusia yang tak tahu malu."
"Baiklah. . ." tiba-tiba terdengar Oh Tin san berkata
sambil tertawa dingin, "kalau Lan See giok tidak diberi
kesempatan untuk memperlihatkan kelihaiannya kalian
memang selalu tak mau takluk.!"
Berbicara sampai di situ, dia menengok ke arah Li Ci cun
sembari bertanya:
"Kau ingin bertarung dalam tangan kosong atau ingin
beradu senjata tajam?"
Kupu-kupu di tengah ombak Li Ci cun tahu bahwa ilmu
silat Lan See giok cukup tangguh terutama dalam ilmu
gurdi emas yang tiada tandingannya, karena itu dia tak
berani beradu senjata tajam melainkan berharap bisa
mencari kemenangan dengan andalkan tangan kosong,
ditambah pula Say nyoo-hui telah mengutarakan dihadapan
umum. bila ia sanggup mengungguli Lan See giok, maka
Oh Li cu akan dikawinkan dengannya. Itulah sebabnya
sesudah ragu sejenak, dengan wajah hijau membesi tapi
bersikap hormat dia menyahut:
"Dalam suatu pertarungan, senjata tak bermata, hamba
bersedia mempergunakan sepasang tangan kosong untuk
mencoba berapa ampuh dari Lan See giok!"
Mendengar jawaban tersebut, sekulum senyuman
menyeringai segera menghiasi ujung bibir Oh Tin san,
katanya kemudian sambil manggut-manggut.
http://kangzusi.com/
"Baiklah, harap kau suka berhati hati"
Selesai berkata, ia bersama Say nyoo-hui segera mundur
beberapa langkah.
Para komandan pasukan yang semula mengitari tempat
tersebutpun serentak mengundurkan diri.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Oh Li cu,
menggunakan kesempatan tersebut dia mengundurkan diri
dan secara diam-diam mendekati si setan ikan leihi dari
arah lain.
Dalam pada itu Li Ci cun telah mengepal tinjunya sambil
maju dengan dada dibusungkan, ia berjalan ke hadapan Lan
See giok dan berhenti enam tujuh langkah di hadapannya,
setelah menjura, katanya dengan angkuh:
"Sudah lama kudengar ilmu silat yang di miliki Lan
Khong-tay sangat hebat dan namanya termasyhur dalam
dunia persi1atan, lama sudah kukagumi namanya hanya
sayang selama ini belum ada jodoh untuk menjumpainya.
Lan siauhiap, kini masih muda lagi berbakat, aku yakin kau
telah mewarisi kepandaian ayahmu. Mumpung hari ini ada
kesempatan, ingin sekali kumanfaatkannya untuk minta
berapa petunjuk ilmu sakti dari siauhiap."
Sementara berbicara dengan mata berkilat dia
mengamati Lan See giok tiada hentinya, sikapnya begitu
jumawa sehingga memuakkan.
Lan See giok merasa sikap maupun gerak gerik Li Ci can
tak ubahnya seperti kalangan si1at kampungan, sejak tadi ia
sudah habis kesabarannya, maka sambil tertawa dingin
katanya:
"Kalau ingin beradu silat, lebih baik beradu secepatnya,
buat apa banyak ngebacot yang tidak-tidak!"
http://kangzusi.com/
Li Ci cun yang sudah marah semakin naik darah lagi
setelah melihat cara Lan See giok berdiri, seakan akan
pemuda tersebut sama sekali tidak memandang sebelah
matapun terhadap dirinya.
Begitu selesai mendengarkan perkataan Lan See giok,
dengan amarah yang meledak ledak ia membentak keras
kemudian menerjang ke muka, tangan kirinya diayunkan ke
muka mendorong tubuh musuh, sementara tangan
kanannya membacok wajah Lan See giok.
Lan See giok sendiripun cukup sadar, seandainya dia tak
mampu mengalahkan Li Ci cun, jangan harap dia bisa
angkat kepala di dalam benteng Wi-lim-poo, dihati kecilnya
dia telah mengambil keputusan untuk menyambut serangan
lawan dengan kekerasan.
Dengan senyuman hambar menghiasi ujung bibirnya
secara diam-diam ia menghimpun hawa murninya, ketika
musuh melancarkan bacokan, tiba-tiba kaki kanannya
mundur setengah langkah, kemudian sambil miringkan
badan ia menangkis dengan le-ngan kirinya
"Cari mampus.." umpat Li Ci cun dengan gusar.
Telapak tangan kanannya yang melepaskan bacokan,
segera ditambahi lagi dengan tenaga sebesar dua bagian. Ia
bertekad akan mematahkan lengan kiri Lan See giok
tersebut.
"Blaammm!"
Ditengah benturan nyaring, suara dengusan tertahan
bergema memecahkan kebisingan, dengan alis berkernyit
dan menggigit bibirnya kencang. secara beruntun dia
mundur sampai sejauh empat langkah lebih.
Tempik sorak segera bergema memenuhi seluruh arena
pertarungan . . .
http://kangzusi.com/
Sepasang bahu Lan See giok bergetar keras, diam-diam
ia menggertak gigi menahan diri, meskipun lengan kirinya
amat sakit bagaikan disayat pisau, namun sepasang kakinya
sama sekali tidak bergerak mundur barang setengah
langkahpun.
Li Ci cun memegangi pergelangan tangan kanannya
yang kesakitan sambil menyeringai, rasa malu bercampur
gusar membuat wajahnya berubah menjadi merah padam,
dengan sepasang mata yang melotot besar bagaikan gundu.
dia pelototi wajah Lan See giok penuh kebuasan, sedang
pernapasannya diatur secara diam-diam.
Dalam pada itu, para komandan pasukan yang
berkumpul di situ diam-diam pada berbisik membicarakan
persoalan tersebut, sedang sorot mata yang tertuju kearah
Lan See giok pun penuh dengan pancaran sinar
kekaguman, hampir semuanya tercengang oleh kelihaian
anak muda tersebut.
Dalam pada itu, disaat perhatian semua orang sedang
terpusat pada pertarungan antara Lan See giok melawan Li
Ci cun, ujung pedang Oh Li cu secara diam-diam telah
ditempelkan di belakang pinggang setan ikan leihi.
Dengan cepat setan ikan leihi dapat merasakan hal
tersebut, dengan cepat ia berpaling, tapi apa yang kemudian
terlihat membuat ia merasa terkejut sekali, sukma serasa
melayang meninggalkan raganya . . .
Oh Li cu dengan kening berkerut dan mata melotot,
sekulum senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya dan
wajah diliputi hawa napsu membunuh telah berdiri tegak di
belakangnya.
Tak terlukiskan rasa kaget setan ikan leihi setelah
menyaksikan kejadian tersebut, peluh dingin bercucuran
deras. setengah merengek katanya:
http://kangzusi.com/
"Oooh nona, ampunilah hambamu!"
Dengan diutarakannya rengekan tersebut, para
komandan pasukan yang berada di sekitar sana segera
berpaling dan memandang ke arah mereka dengan
pandangan terkejut.
"Siapa? Siapa yang memerintahkan kepadamu untuk
melakukan pengintipan?" bentak Oh Li cu segera dengan
suara dalam.
Setan ikan leihi merasa jiwanya jauh lebih berharga
daripada masalah lain, dia sadar enggan berbicarapun tak
ada gunanya, maka dengan suara gemetar sahutnya.
"Li..Li Ci cun yang memerintahkan aku!" Oh Li cu
memang sengaja berbuat demikian agar orang tuanya turut
mendengar, sengaja ia mempertinggi suaranya sambil
membentak keras.
"Siapa? Katakan dengan lantang!"
Sambil berkata pedangnya ditekan lebih ke depan hingga
masuk ke tubuh setan ikan leihi sedalam berapa inci, darah
segar segera bercucuran ke luar dengan amat derasnya.
Sementara itu, Oh Tin san, Say nyoo-hui, Be congkoan
dan Thio-Wi-kang serta segenap komandan yang berada di
sekitar sana telah mengalihkan pandangan mereka ke arah
kedua orang tersebut.
Lan See giok merasa perbuatan yang dilakukan Oh Li cu
itu sesungguhnya kelewat batas, karenanya dia melirik
sekejap kearah nya dengan wajah muak, tapi tiada orang
yang tahu dengan pasti sikap muak tadi sebenarnya tertuju
untuk Oh Li cu ataukah terhadap lelaki berbaju ungu itu.
Li Ci cun berpaling, melihat apa yang terjadi wajahnya
segera berubah hebat peluh dingin segera bercucuran saking
http://kangzusi.com/
kagetnya. dia tahu asal setan ikan leihi mengatakan hal
yang sebenarnya, Oh Tin san pasti akan mencabut jiwanya
seketika itu juga.
Kebetulan sekali disaat Li Ci cun berpaling tadi si setan
ikan leihi sedang menuding ke arahnya dengan tangan
gemetar.
Kupu-kupu di tengah ombak Li ci cun segera mengerti
bahwa riwayatnya sudah habis. Dalam keadaan demikian
timbullah niat jahatnya, mendadak ia membalikkan badan
secepat kilat, lalu sepasang telapak tangannya didorong ke
muka sepenuh tenaga-
Segulung angin pukulan yang sangat keras dengan
membawa debu yang sangat tebal segera menyambar ke
arah Lan See giok.
Tindakan ini boleh dibilang sangat licik dan rendah,
kontan saja para komandan pasukan yang berada di seputar
arena berteriak teriak marah.
Oh Li cu menjerit lengking. saking kagetnya dia
sendiripun turut, berdiri bodoh
Pada saat itulah-
Lan See giok berkerut kening, kemudian sambil
membentak keras ia kerahkan tenaga dalamnya sebesar
sepuluh bagian ke telapak tangan kanan, kemudian dengan
sepenuh tenaga, diayunkan ke depan.
Segulung angin puyuh yang sangat kuat langsung
menggulung ke depan dan menyongsong datangnya angin
pukulan dari Li Ci cun.
"Blaammm!"
Benturan keras menggelegar di angkasa, debu dan pasir
segera menyambar ke mana-mana.
http://kangzusi.com/
Paras muka Li Ci cu berubah menjadi hijau membesi,
keningnya berkerut kencang, dengan sempoyongan ia
mundur sampai berulang kali . .
Paras muka Lan See-giok sendiripun berubah menjadi
pucat pias. tubuhnya bergetar keras, tapi sambil menggertak
gigi dia berusaha keras agar tubuhnya tidak sampai mundur
barang setengah langkah pun.
Segenap komandan pasukan yang berada di arena sama-
sama tertegun saking kagetnya:
Be congkoan, Thio-Wi-kang semuanya gemetaran
karena terperanjat, dalam anggapan mereka semula, Lan
See-giok pasti akan terhajar hingga terluka parah, siapa
sangka Li Ci cun sendiri yang dibikin sampai mengenaskan
keadaannya.
Oh Tin san berdiri dengan wajah dingin sinis dan
pandangan tajam, sekali lagi ia teringat kembali akan pil
hitam yang dicekokkan ke dalam perut Lan See giok, dia
tak habis mengerti mengapa pilnya malahan menambah
tenaga dalam anak muda itu hingga peroleh kemajuan yang
begitu pesat.
Say nyoo-hui sendiripun berkerut kening, tanpa terasa
dia melirik sekejap ke arah Oh Tin san, seakan akan dia
sedang berkata be-gini:
"Darimana datangnya tenaga dalam yang begitu
sempurna dari bocah keparat ini?"
"Blaammm!"
Akhirnya Li Ci cun tak sanggup berdiri tegak lagi, ia
terperosok dan jatuh terduduk di atas tanah.
Pada mulanya, Oh Li cu dibikin tertegun karena
sergapan dari Li Ci cun tersebut menyusul kemudian ia
http://kangzusi.com/
berdiri termangu oleh tenaga pukulan Lan See giok yang -
maha dahsyat, sampai Li Ci cun jatuh terduduk, ia baru
mendusin kembali dari rasa kagetnya.
Sewaktu menundukkan kepalanya, kebetulan ia saksikan
Li Ci cun terduduk dihadapannya, hal ini segera
membangkitkan hawa napsu membunuhnya.
Suatu bentakan keras tiba-tiba menggelegar, pedangnya
memancarkan sinar pelangi berwarna keperak perakan dan
sekuat tenaga dibacokkan ke tubuh Li Ci cun yang sedang
terduduk sambil terengah engah di hadapannya.
Dimana cahaya perak berkelebat lewat, jeritan ngeri yang
memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan.
Tubuh Li Ci cun sejak dari bahunya sampai ke arah iga
telah terbabat menjadi dua bagian, percikan darah segar
bersama isi perut berhamburan ke mana-mana, seketika itu
juga ia tewas.
Peristiwa ini terjadi sangat tiba - tiba, lagi pula jarak
mereka amat dekat, menanti Oh Tin San dan Say nyoo-hui
mengetahui kejadian tersebut dan ingin menghalanginya,
keadaan sudah tidak mengijinkan . . . .
Segenap komandan pasukan yang berke-rumun di
sekeliling arena menjadi pucat pias seperti mayat, semuanya
membungkam dalam seribu bahasa..
Be Siong pak maupun Thio-Wi-kang turut merasa amat
terkejut, dengan pandangan kaku mereka hanya bisa
memandang tubuh Li Ci -cun yang terkapar di atas
genangan darah dengan mulut tertutup rapat-rapat.
Lan See giok sendiripun turut berdiri bodoh, ia
memandang kearah Oh Li cu dengan wajah kaget
bercampur tercengang, sekarang ia baru tahu, rupanya gadis
http://kangzusi.com/
ini selain jalang dan cabul. hatinya kejam dan jauh lebih
jahat daripada kalajengking.
Atas terjadinya peristiwa ini, ia segera meningkatkan
kewaspadaannya terhadap perempuan itu, dia tahu bila
dirinya masih berada dalam benteng Wi-lim-poo, lebih baik
jangan mencoba-coba untuk mengusik Oh Li cu.
Pada saat itulah kembali terdengar jeritan kaget bergema
memecahkan keheningan.
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya, ia
saksikan si setan ikan leihi sedang berlarian seperti orang
kalap, ia mendesak desak orang yang berkerumun di sekitar
sana dan melarikan diri ke arah saluran air sungai.
Oh Li cu sangat gusar melihat hal ini, sambil membentak
nyaring ia mengejar dari belakangnya.
Para komandan pasukan yang berkerumun di sekitar
sana kontan saja pada bubar, mereka berlarian
mengundurkan diri sambil berseru kaget.
"Byuuur. . .!" percikan bunga air memancar ke mana-
mana, si setan ikan leihi tahu-tahu sudah terjun ke dalam
air dan menyelam ke dasarnya.
Ou Li cu tidak berpeluk tangan dengan begitu saja, dia
mengejar sampai di tepi sungai lalu sambil mengangkat
pedangnya, dia menangkap bayangan tubuh si setan ikan
leihi yang menyelam dalam air serta siap untuk
menimpuknya.
"Anak Cu, biarkan dia pergi!" bentak Oh Tin San tiba-
tiba.
Sebenarnya Oh Li cu hendak mengatakan "tidak" tapi
berhubung si setan ikan leihi sudah berenang entah ke mana
http://kangzusi.com/
terpaksa dia menarik kembali senjatanya dan berjalan
menuju ke depan ibunya.
Oh Tin san memandang sekejap para komandan pasukan
yang masih berdiri dengan wajah kaget bercampur ngeri,
lalu kepada Be Siong pak katanya.
"Be congkoan, apakah perjamuan telah disiapkan?"
"Lapor lo-pocu, perjamuan telah siap silahkan masuk ke
dalam ruangan."
"Baiklah, kita segera mulai dengan perjamuan!" Oh Tin
san manggut-manggut.
Be Siong pak segera mendongakkan kepalanya dan
memandang sekejap ke wajah semua orang, lalu serunya
dengan lantang:
"Silahkan saudara semua menempati meja perjamuan
masing-masing. . . ."
Dengan suasana yang hening para komandan pasukan
memasuki ruangan serta menempati kursi masing-masing.
Kembali Oh Tin san berkata kepada Thio-Wi-kang:
"Thio-Wi-kang, kirim orang untuk membersihkan
jenazah tersebut dari situ!"
Thio-Wi-kang mengiakan dengan hormat dan buru-buru
berlalu dari sana.
Sementara Lan See giok sendiri mengikuti di belakang
Oh Tin san dengan mulut membungkam, mereka langsung
menuju ke ruang tengah.
Dalam perjalanan itu dia sempat melirik sekejap ke arah
Oh Li cu yang berjalan di samping Say nyoo-hui, ternyata
gadis itu tetap tenang, wajahnya berseri, seakan akan
http://kangzusi.com/
terhadap peristiwa berdarah, yang baru saja dilakukannya
itu sudah lupa.
Oh Tin san sendiri sama sekali tidak menegur
perbuatannya, Say nyoo-hui juga tidak mengumpat
kekejamannya, seakan akan mereka semua beranggapan
bahwa membunuh orang adalah suatu kejadian yang sangat
wajar.
Sementara masih berpikir, mereka telah memasuki
ruangan tengah, sementara para komandan pasukan juga
telah menempati tempat masing-masing, semuanya terdiri
dari puluhan meja perjamuan.
Ketika Oh Tin san dan Lan See giok berlima masuk ke
dalam ruangan, serentak para komandan pasukan bangkit
berdiri sambil hormat.
Walaupun senyuman menghiasi wajah setiap orang, tapi
jelas terlihat kalau senyuman itu terlalu dipaksakan.
Pada meja bagian tengah, duduk empat orang lelaki
kekar berbaju ringkas warna hijau, kuning, abu-abu dan
hitam, usianya rata-rata tiga puluh delapan sembilan
tahunan.
Lan See giok tahu ke empat orang tersebut pastilah
komandan dari ke empat pasukan kapal perang.
Setelah melangkah masuk ke dalam ruangan, Oh Tin san
memandang seluruh penjuru ruangan dengan mata berkilat
dan tersenyum, tangan kanannya yang kurus diulapkan
beberapa kali, suasana dalam ruangan segera menjadi
hening kembali.
Say nyoo-hui duduk pada kursi ke dua, Oh Li cu berdiri
di sini Lan See-giok sedang Be congkoan berdiri di sisi kiri
Oh Tin san, di depan mereka adalah ke empat komandan
pasukan kapal perang.
http://kangzusi.com/
Pertama-tama Oh Tin san menyilahkan semua orang
duduk kembali, kemudian baru memperkenalkan Lan See
giok kepada para hadirin.
Diluar wajahnya Lan See giok tetap bersikap tenang dan
tersenyum, padahal dalam hati kecilnya merasa amat
mendongkol.
Dia tidak berhasrat untuk mengingat ingat wajah serta
nama dari ke empat komandan kapal perang itu, dia hanya
mengingat baik-baik komandan pasukan naga adalah
komandan Ciang, komandan pasukan harimau dari marga
Ong, komandan pasukan Singa jantan dari marga Seng
sedang komandan pasukan macan kumbang dari marga
Nyoo.
Selesai upacara perkenalan, Thio-Wi-kang juga telah tiba
kembali, ia duduk di sisi Be congkoan tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Tak lama kemudian perjamuanpun dimulai, arakpun
dibagi bagikan secara berlimpah.
Tak lama kemudian, berbondong bondong para
komandan pasukan berdatangan untuk menghormati Oh
Tin san serta Lan See- giok dengan secawan arak.
Pada dasarnya takaran minum arak dari Lan See giok
memang terbatas, ditambah pula hatinya lagi risau dan
resah, tak lama kemudian ia sudah berada dalam keadaan
setengah mabuk.
Oh Li cu yang menjumpai begitu banyak komandan
datang menghormati Lan See giok dengan secawan arak,
hatinya merasa girang bercampur gelisah, tanpa terasa dia
meneguk beberapa cawan lebih banyak . .
Perjamuan makin lama berlangsung makin ramai, guci
arak pun satu demi satu di gotong naik.
http://kangzusi.com/
Biarpun Lan See giok sudah mabuk, tapi dia berusaha
keras untuk tetap mempertahankan diri sebab perjamuan itu
diselenggarakan baginya, tentu saja ia tak boleh
mengundurkan diri di tengah jalan . . .
Oh Li cu dapat melihat kalau Lan See -giok sudah
setengah mabuk, sedang dia sendiri pun mulai sadar
merasakan kepalanya pening, maka berulang kali dia minta
ijin kepada Say nyoo-hui untuk mengundurkan diri, tapi
keinginannya selalu ditampik oleh Lan See giok.
Akhirnya perjamuan pun berakhir Lan See giok
mengikuti di belakang Oh Tin San suami istri menumpang
perahu naga emas untuk kembali ke rumah.
Walaupun Oh Li cu sendiripun sedikit terpengaruh oleh
arak, tapi ia masih berusaha keras untuk menjaga Lan See
giok, mereka berdua duduk di kursi dan gadis tersebut
membiarkan Lan See giok berbaring di dalam pelukannya.
Say nyoo-hui yang menyaksikan hal tersebut segera
mengerling sekejap ke arah Oh Tin San, seolah-olah ia
sedang berkata begini:
"Hei rase tua, lihat sekarang, putri kesayanganmu sudah
betul-betul terpikat oleh bocah tersebut."
Sebaliknya Oh Tin San tertawa hambar, wajahnya
kelihatan agak bangga, pikirnya pula dalam hati:
"Asal kotak kecil itu berhasil kudapatkan dan aku
berhasil pula menguasai ilmu yang tercantum dalam kitab
Tay lo hud bun cinkeng, apa artinya mengorbankan seorang
putri?"
Lan See giok benar-benar mabuk ketika itu, berbaring
dalam pelukan Oh Li cu dengan lemas, sementara
kepalanya persis berbaring di atas sepasang payudara yang
http://kangzusi.com/
montok dan padat berisi, rasa hangat dan empuk membuat
ia semakin terbuai. . .
Perahu menentang ombak, angin silir semilir berhembus
lembut ditengah dentingan bunyi lonceng yang merdu,
akhir nya Lan See giok tertidur nyenyak.
Entah berapa lama sudah lewat. . .
Tiba-tiba saja ia tersadar kembali dari tidurnya karena
mendengar suara pembicaraan seseorang yang keras.
"Anak Cu, apakah adik Giok mu belum sadar dari
mabuknya?"
"Belum!" terdengar Oh Li cu menjawab dengan suara
lirih, "tapi aku telah mencekoki kuah Liam sim-tong
kepadanya."
Kemudian terdengar Say nyoo-hui berkata pula:
"Bocah ini memang minum arak kelewat banyak,
bagaimana mungkin ia dapat menandingi kawanan setan
arak tua tersebut?"
Lan See giok terkejut sekali setelah mendengar
pembicaraan itu, pikirnya dengan cepat.
"Berada di mana aku sekarang?"
Ketika membuka matanya, ia saksikan ruangan penuh
bermandikan cahaya, ternyata ia berada di dalam kamar
sendiri, sedang Oh Tin san dan Say nyoo-hui duduk di
sudut pembaringan.
Oh Li cu duduk dengan kening berkerut dan wajah
sangat gelisah, begitu melihat Lan See giok sudah
mendusin, ia segera bertanya dengan penuh perhatian.
"Adik Giok, bagaimana rasamu sekarang?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak menjawab, sebaliknya dia malah
bertanya.
"Sudah jam berapa sekarang?"
"Sudah mendekati kentongan pertama, wah, nyenyak
amat tidurmu kali ini!" seru Say nyoo-hui sambil tertawa.
Lan See giok segera melompat bangun, lalu sambil
menengok ke arah Oh Tin san tanyanya dengan nada
terkejut.
"Benarkah itu empek?"
Oh Tin san tertawa riang, ia manggut-manggut dan
sahutnya dengan lembut:
"Anak bodoh, minum arak merupakan suatu kebiasaan
yang mencerminkan seorang pendekar sejati, di dalam
bidang ini kau perlu banyak berlatih lagi di kemudian hari,
bagaimana perasaanmu sekarang?"
Lan See giok tahu perhatian yang berlebihan dari Oh Tin
san suami istri terhadapnya disertai dengan maksud
tertentu, hanya saat ini dia belum dapat menebak maksud
tujuannya, maka dia berlagak sakit kepala. sambil
memegangi kepala sendiri serunya penuh penderitaan.
"ADUUUH, SAKIT KEPALAKU . . ."
Tidak sampai Lan See giok selesai berbicara, dengan
gelisah dan penuh perhatian Oh Li cu segera bertanya:
"Kalau memang sakit kepala, kenapa harus duduk? Ayah
dan ibu toh bukan orang luar."
Sambil berkata, ia membaringkan kembali Lan See giok
ke atas pembaringan.
Lan See giok tidak membantah, dengan kening berkerut
dia menghembuskan napas panjang.
http://kangzusi.com/
"Anak bodoh." kata Oh Tin san kemudian sambil
meraba jidat Lan See giok, tenangkan hatimu dan
beristirahatlah selama beberapa hari ini. Toh berapa waktu
belakangan ini kau tidak usah terbaru buru pergi ke bibi
Wan mu."
Mendengar ucapan mana, Lan See giok tertawa dingin di
dalam hati, tapi di luar dia berlagak kaget bercampur
tercengang, serunya dengan cepat.
"Kenapa empek?"
"Anak bodoh, kau harus mengerti, kau pernah melukai
Thi Gou murid dari si kakek berjubah kuning itu . . .
"Aku sama sekali tidak melukai Thi Gou", bantah Lan
See giok. "aku hanya menotok jalan darah Hek-ki-hiat nya .
.."
Oh Tin san tidak membiarkan Lan See -giok
menyelesaikan perkataannya, ia menggoyangkan tangannya
mencegah pemuda itu melanjutkan kata katanya, setelah itu
katanya.
"Walaupun begitu, namun dengan perbuatanmu itu
paling tidak sama artinya telah mempercundangi si kakek
berjubah kuning serta si naga sakti pembalik sungai.."
Padahal Lan See giok sudah tahu kalau Oh Tin san
kuatir kakek berjubah kuning itu mengetahui dirinya berada
dalam benteng Wi-lim-poo maka sengaja tidak
memperkenankan pergi, maka sengaja ia berlagak gelisah
sambil serunya.
"Empek tua, aku kuatir si beruang berlengan tunggal dan
si setan bermata tunggal akan sampai di rumah bibi Wan
lebih duluan.."
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Tin san, dengan wajah
berubah hebat ia berseru kaget:
"Kenapa? "
Sekarang Lan See giok sudah memastikan bahwa Oh Tin
san adalah orang yang menghajarnya sampai tak sadarkan
diri tempo hari, itu berarti disimpannya kotak kecil di
rumah bibi Wannya sudah bukan menjadi rahasia lagi
baginya.
Maka setelah berpura-pura ragu-ragu sejenak, ia baru
sengaja menjawab.
"Kotak kecil yang empek katakan sebagai mestika, dari
dunia persilatan itu sudah dikirim ke rumah bibi Wan atas
perintah ayah.."
Oh Tin san mengiakan lirih, wajah yang semula menjadi
tegangpun segera menjadi tenang kembali, katanya
kemudian dengan sikap acuh tak acuh.
"Aaah, aku pikir mereka tak bakal tahu."
Belum habis perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari luar
jendela bergema suara tertawa dingin yang rendah dan
menggidikkan hati..
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras, suara
tertawa dingin itu seperti guntur yang membelah bumi
disiang hari bolong, ia berseru tertahan sementara peluh
dingin jatuh bercucuran.
Oh Tin san sendiri sudah melompat bangun sambil
membentak nyaring, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
ke jendela bagian belakang- -
"Blaammm!"
http://kangzusi.com/
Ditengah benturan yang sangat nyaring, debu dan pasir
beterbangan ke mana-mana. dengan suatu gerakan secepat
sambaran kilat Oh Tin san melompat ke luar dari jendela.
Lan See giok segera memusatkan perhatian nya dengan
menyilangkan telapak tangan kanannya di depan dada,
kemudian dengan jurus burung walet menembusi tirai dia
melompat ke luar dari ruangan tersebut melalui jendela.
Udara amat bersih waktu itu, sinar rembulan
memancarkan cahayanya ke empat penjuru, tapi suasana di
sekeliling tempat itu amat hening dan tak kelihatan sesosok
bayangan manusia pun.
Dengan kening berkerut Lan See giok berpikir dihati.
"Waah, cepat amat gerakan tubuh orang ini, agaknya Oh
Tin san pun tak boleh di anggap enteng, dalam waktu
sedemikian singkat ia sudah pergi hingga tak berbekas."
-ooo0dw0ooo-

BAB 9
MENDADAK dari arah belakang terdengar seseorang
membentak dengan suara rendah.
"Ayo cepat naik ke atap rumah dan lakukan pencarian!"
Di tengah bentakan, Say nyoo-hui serta Oh Li cu telah
melompat ke luar dari jendela, kemudian tanpa berhenti
mereka melambung ke tengah udara . . .
Lan See giok memutar badannya ditengah udara dan
segera menyusul pula di belakang, lebih kurang belasan kaki
di depan wuwungan rumah sana ia saksikan Oh Tin San
dengan sorot mata yang tajam sedang celingukan kian ke
mari.
http://kangzusi.com/
Maka dengan mengikuti di belakang tubuh Say nyoo-hui
berdua, mereka meluncur ke arah mana Oh Tin San berada.
Tiba di situ, merekapun tetap membungkam dalam
seribu bahasa, hanya sorot matanya yang gugup bercampur
gelisah celingukan ke sana kemari tiada hentinya
Paras muka Oh Tin san pucat pias, mata sesatnya
berkilat kilat, bibirnya terkatup rapat dan tiada hentinya
menggigit bibir, wajahnya nampak jelas sedang gemetar
keras.
Siapa saja dapat melihat kalau Oh Tin san sedang
diliputi gejolak emosi, dibalik kemasgulannya terselip pula
perasaan ngeri dan seram.
Berapa saat kemudian, dengan kening berkerut Oh Tin
san baru berbisik lirih.
"Lebih baik kalian semua kembali untuk beristirahat!"
Say nyoo-hui segera memberi tanda kepada Oh Li cu
agar mengajak Lan See giok berlalu dari sana.
Lan See giok membungkam pula, melihat kemasgulan
Oh Tin san, ia merasa tidak leluasa untuk bertanya banyak,
terpaksa bersama Oh Li cu mereka kembali ke dalam
ruangan.
Kendaripun demikian, agaknya Oh Tin san sudah
mengetahui siapakah orang yang telah mencuri dengar dan
tertawa dingin itu.
Ketika mereka berdua tiba kembali di ruang sebelah
timur, sekawanan pelayan sedang membersihkan debu dan
hancuran kaca yang berserakan di seputar sana.
Begitu masuk ke dalam pintu, Lan See giok segera
marah-marah:
http://kangzusi.com/
"Kalian menggambarkan benteng Wi-lim-poo kokoh
bagaikan berdinding baja, siapa yang berani masuk kemari
ibarat masuk ke dalam neraka, tapi kenyataannya sekarang
orang lain bisa masuk dengan sekehendak hati sendiri,
malah menyadap pembicaraan kita. . ."
Waktu itu Oh Li cu sendiripun sedang di liputi perasaan
terkejut bercampur mendongkol, amarahnya segera
meledak setelah mendengar perkataan tersebut.
Dengan kening berkerut dan tertawa dingin tiada
hentinya ia berseru dengan suara dalam:
"Berapa banyak lagi yang hendak kau katakan?"
Walaupun Lan See giok telah melihat kalau Oh Li cu
sedang marah, tapi bila teringat bagaimana rahasia tentang
kotak kecil itu berhasil dicuri dengar orang lain, amarahnya
semakin berkobar lagi, dengan alis mata berkernyit ia
menggembor semakin keras.
"Tentu saja aku harus berbicara!"
Kawanan dayang yang sedang membersihkan lantai di
sana menjadi ketakutan setengah mati, wajah mereka
berubah dan hampir semuanya mandi keringat dingin
menguatirkan keselamatan Lan See giok.
Sebagaimana diketahui, sejak kecil Oh Li cu sudah
terbiasa dimanja, wataknya jelek dan amat berangasan,
boleh dibilang belum pernah dia dihadapi dengan cara
seperti ini
Jangan lagi orang lain, Oh Tin san dan Say nyoo-hui
sendiripun harus mengalah tiga bagian kepadanya, bisa
dibayangkan bagaimana perasaannya setelah dibentak
bentak secara kasar oleh Lan See giok sekarang.
http://kangzusi.com/
Saking mendongkolnya, sekujur badan gadis tersebut
sampai gemetar keras.
Lan See giok segera sadar kalau perbuatannya tidak
menguntungkan posisi nya, ia sadar keadaan bakal celaka,
tapi setelah terlanjur berbicara, diapun enggan tunduk
kepada orang lain dengan begitu saja, akibatnya ia semakin
menarik wajahnya.
Oh Li cu membelalakkan sepasang matanya yang jeli
dan mengawasi Lan See giok dengan termangu, agaknya ia
tak mengira kalau wajah tampan yang begitu memukau dari
pujaan hatinya itu kini berubah menjadi dingin dan hijau
membesi.
Dalam sekejap mata inilah ia benar-benar ditaklukkan
oleh kegagahan serta kejantanan lawan, keangkuhan serta
api amarahnya tiba-tiba memudar, ia menjadi sedih sekali
tak terbendung air matanya segera jatuh bercucuran.
Semua pelayan berdiri melongo, mereka pun tidak
percaya kalau si nona mereka yang di hari-hari biasa begitu
tinggi hati, sedikit-dikit lantas turun tangan membunuh
orang, sekarang bersikap begitu lemah dan menge-naskan,
bahkan sempat menangis tersedu sedu.
Lan See giok menyesal sekali dengan kecerobohan
sendiri, ia kuatir gara-gara urusan kecil itu berakibat semua
masalah besar menjadi terbengkalai.
Begitu melihat Oh L! cu sudah menangis, ia menjadi tak
tega, buru-buru dia mendekati nona tadi dan berbisik
dengan wajah penuh rasa sesal.
"Enci Cu, tak usah menangis . . "
Hanya kata-kata tersebut yang sempat dia ucapkan,
karena ia tak tahu apa lagi yang mesti dikatakan olehnya
sekarang.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu jarang sekali mendengar Lan See giok
menyebutnya "cici" atau bahkan belum pernah sama sekali.
Panggilan ini menghangatkan kembali hatinya, seperti anak
kecil yang diberi gula-gula, ia menubruk ke dalam pelukan
anak muda itu kemudian menangis semakin menjadi.
Lan See-giok kelabakan setengah mati, ia amat menyesal
dengan perbuatannya tadi, perbuatan yang sama sekali
tanpa perhitungan, sekarang setelah nasi menjadi bubur, ia
baru merasa bingung dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat.
Kawanan pelayan yang menyaksikan kejadian tersebut
sama-sama berubah wajahnya, kemudian satu demi satu
secara diam-diam mengundurkan diri sana
Oh Li cu menyandarkan diri di atas bahu Lan See-giok
sambil menangis tersedu, dengan suara yang lemah ia
berkata:
"Orang toh tidak melarang kau berbicara, apa salahnya
kalau berbicara setelah menunggu mereka pergi semua?"
"Sudah, sudahlah" buru-buru Lan See-giok berseru,
"mereka sudah pergi semua, sekarang kita boleh berbicara."
Dengan wajah masih basah oleh air mata Oh Li cu
melirik sekejap ke arah ruangan, betul juga semua pelayan
yang berada dalam ruangan telah mengundurkan diri, maka
katanya kemudian dengan sedih.
"Sekarang kau harus berbicara dulu!"
Sambil berkata, dengan wajah tak senang hati ia
mendorong tubuh Lan See giok kemudian duduk sendiri di
bangku, sementara sapu tangannya berulang kali digunakan
untuk menyeka air mata.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang semula merasa gusar kini menjadi
murung bercampur gelisah, untuk berapa saat dia tak tahu
apa yang mesti dibicarakan, maka setelah memandang
sekejap jendela belakang yang hancur, ujarnya murung.
"Menurut penilaianku sendiri setelah menyaksikan
kekuatan kapal perang yang di miliki benteng ini, bukan
pekerjaan yang gampang bagi orang luar untuk memasuki
Wi-lim-poo ini, tapi kenyataannya orang tersebut dapat
bersembunyi di luar jendela tanpa di ketahui jejaknya, dari
sini dapat diketahui kalau penjagaan dalam benteng sangat
mengendor, kurang disiplin dan kelewat ceroboh."
Dengan suara tak puas Oh Li cu segera membantah:
"Aaah, mana mungkin, benteng Wi-lim-poo dikelilingi
air, setiap sepuluh langkah boleh dibilang terdapat satu pos
penjagaan.."
"Baik, baiklah, aku sudah tahu" tukas Lan See giok tidak
sabar, "aku cuma ingin bertanya, orang itu bisa memanjati
tembok benteng dan masuk ke ruang dalam, untuk hal
mana berapa lebarkah jalan air yang mesti ditempuh?
Beberapa banyak pos penjagaan yang harus dilalui? dalam
hal ini pernahkah kau bayangkan?"
Oh Li cu yang dihadapkan dengan pertanyaan tersebut
menjadi tertegun, dia hanya bisa mengerdipkan sepasang
matanya dengan mulut membungkam.
Dengan kening berkerut Lan See giok berjalan bolak
balik lagi di dalam ruangan, katanya lebih jauh:
"Kecuali kepandaian ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki oleh orang ini sudah mencapai tingkatan yang
sempurna, kalau tidak, mustahil dia dapat melewati tempat-
tempat yang berpenjagaan ketat semudah itu, bisa jadi dia
http://kangzusi.com/
sudah hapal sekali dengan keadaan di dalam ruangan
benteng ini."
Baru selesai dia berkata, mencorong sinar tajam dari
balik mata Oh Li cu, dia segera berbisik:
"Adik Giok, aku rasa bisa jadi orang tersebut adalah
anggota benteng sendiri?"
Mendengar ucapan tersebut, Lan See giok segera teringat
kembali akan Be Siong pak serta Thio-Wi-kang, hanya saja
ia tak berani sembarangan berbicara.
"Bagaimana kau bisa berkata begitu?" tanyanya
kemudian.
Oh Li cu kembali termenung, agaknya ia sedang
mempertimbangkan kembali pelbagai kemungkinan dari
dugaannya tersebut, akhirnya ia berkata.
"Aku rasa kecuali beberapa orang saja yang sering datang
ke gedung bagian belakang ini, jarang ada yang tahu kalau
gedung ini kosong”
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, tanpa terasa ia bertanya:
"Apa kau bilang? Gedung belakang ini tak berpenghuni?"
Kembali nampak keraguan di wajah Oh Li cu, dia
merasa rahasia ini kelewat awal untuk diberitahukan
kepada Lan See giok sekarang sebab itu dia hanya manggut-
manggut.
Dengan cepat Lan See giok menjadi paham, tak heran
kalau tiada orang yang menegur di sekitar sana sewaktu ada
orang menyusup ke tempat tersebut.
Meskipun demikian, dia toh tak berani menuduh
siapapun secara gegabah, tanyanya kemudian dengan nada
tidak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Di hari biasa siapa saja yang sering kemari, dan siapa
pula yang mengetahui rahasia dari gedung belakang ini?"
Agaknya Oh Li cu masih tetap menaruh keraguan
terhadap dugaan itu, karenanya sambil memperendah
suaranya dia menyahut.
"Be congkoan, Thio-Wi-kang, tiga setan dari benteng.."
"Kau mencurigai si setan ikan leihi?" Lan see giok segera
memotong.
Oh Li cu segera mendengus menghina, katanya dengan
bangga:
"Nyali anjingnya sudah pecah sedari tadi, jangan kata
berani memasuki ruang dalam, mendengar kata "nona" saja
tubuhnya sudah gemetaran keras . . " "
Paras muka Lan See giok segera berubah menjadi
terkejut bercampur keheranan, bisiknya kemudian.
"Kau maksudkan Be . . . "
"Ssst!" cepat-cepat Oh Li cu menempelkan ujung jarinya
ke atas bibir memberi tanda agar tutup mulut, setelah
mengerling sekejap ke ruang sebelah belakang, ia berbisik
lagi:
"Aku rasa kecuali mereka berdua, tidak ada orang ke tiga
yang berani memasuki daerah sekitar tempat ini."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu, ia pun berbisik:
"Apakah mereka tidak berdiam di tempat ini?
Oh Li cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Tidak, mereka berdiam di gedung tunggal di seberang
sana."
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa Lan See-giok mendongakkan kepalanya
memandang ke gedung seberang, suasana di sana sangat
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, di bawah
cahaya rembulan, ia melihat jelas tiada penjaga di sekitar
sana.
"Sungguh aneh," serunya kemudian dengan nada tidak
mengerti, "mengapa tidak kujumpai penjagaan di sekitar
wilayah ini?"
Oh Li cu kembali berkerut kening sambil menunjukkan
keraguan, setelah itu baru ujarnya.
"Memang di sekitar gedung ini dan gedung di seberang
sana tidak disertai dengan penjagaan."
"Mengapa?", tanya Lan See giok lagi tidak habis
mengerti.
"Entahlah. . ." Oh Li cu menggelengkan kepalanya
berulang kali, "ayah yang suruh demikian!"
Lan See-giok tahu bahwa Oh Li cu enggan berbicara,
tentu saja diapun merasa kurang leluasa untuk mengajukan
pertanyaan, maka sambil memandang bangunan di
seberang sana, pikirnya di dalam hati.
"Aneh, masa benar-benar ada orang yang berani
menyadap pembicaraan kami dari luar jendela"
Tiba-tiba Oh Li cu bangkit berdiri, lalu bisiknya.
"Biar aku menengok ke sana!"
Lan See giok kembali merasakan hatinya tegang, dengan
cepat ia berbisik.
"Kau harus bersikap lebih berhati hati, paling baik kalau
membawa serta Siau ci dan Siau lian berdua"
Oh Li cu manggut-manggut.
http://kangzusi.com/
"Aku tahu, aku bisa menghadapi mereka dengan sebaik
baiknya”
Seusai berkata, buru-buru dia masuk ke bilik pintu bulat,
sekalipun Lan See giok tidak begitu menyukai Oh Li cu,
bagaimana-pun juga ia toh menguatirkan juga ke selamatan
dari perempuan tersebut. karena tindakan yang diambil
olehnya jelas merupakan suatu tindakan yang menyerempet
bahaya.
Terutama sekali selama dia berada dalam benteng Wi-
lim-poo, ia butuh sekali bantuan dari Oh Li cu, selama ia
berada di sana berarti lebih menguntungkan bagi usahanya
untuk melarikan diri.
Dengan penuh kegelisahan dia berjalan mondar mandi
dalam ruangan agar pihak lawan tak sampai mengawasi
gerak geriknya secara jelas, diapun sengaja memadamkan
semua lentera yang berada dalam ruangan tersebut.
Suara dayung membelah air kedengaran berkumandang
ditengah keheningan itu.
Cepat-cepat Lan See giok menuju ke jendela belakang
dan melongok ke luar, sebuah sampan kecil sedang
meluncur ke luar dari tempat tersebut.
Oh Li cu berdiri tegak di ujung sampan, sebilah pedang
tersoren di punggungnya, sedang Siau ci dan Siau lian
membawa dayung duduk di belakang.
Entah mengapa, Lan See giok merasakan hatinya
berdebar keras, andaikata orang yang menyadap
pembicaraan mereka tadi benar-benar adalah Be Siong pak
serta Thio-Wi-kang, jelas kepergian Oh Li cu kali ini
mengandung resiko yang amat berat.
http://kangzusi.com/
Sampan itu sudah hampir tiba di seberang sana, tiba-tiba
ia saksikan Oh Li cu berpaling ke arahnya, sorot matanya
berkilat seperti bintang timur.
Lan See giok segera menggapai ke arahnya, sementara
hatinya berdebar makin keras, dalam sekejap itulah ia
seolah-olah mendapatkan suatu firasat jelek.
Dia ingin memanggil pulang Oh Li cu, tapi kuatir hal
tersebut malah berakibat merugikan, sementara ia masih
sangsi Oh Li cu serta Siau lian sudah naik ke daratan
seberang dan menuju ke jalan tembus, sementara Siau ci
tetap menanti di atas sampan.
Lan See giok berdiri di depan jendela dengan perasaan
yang sangat kalut, sorot matanya yang tajam mengawasi
perkembangan situasi tanpa berkedip.
Kurang lebih seperminuman teh lamanya sudah lewat,
akan tetapi suasana di seberang sana masih tetap hening . . .
Berapa waktu kemudian, belum juga nampak Oh Li cu
menampakkan diri . .
Lan See giok semakin gelisah, pikirnya:
"Wah, jangan-jangan orang yang menyadap
pembicaraan tadi benar-benar adalah Be Siong pak serta
Thio-Wi-kang?"
Ia tak berhasil menebak dengan pasti mengapa Be Siong
pak dan Thio-Wi-kang menyadap pembicaraan pribadi
pocu nya, jangan-jangan Oh Tin san telah membongkar
pula rahasia sekitar kotak kecil tersebut di hadapan mereka
berdua?
Tentang rahasia mestika tersebut, kecuali terhadap Say
nyoo-hui, Oh Tin san boleh dibilang tak pernah
membicarakannya kepada Oh Li cu, jadi seharusnya
http://kangzusi.com/
mustahil kalau dia membocorkan pula kepada kedua orang
itu..
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
suara keleningan kecil berkumandang dari kejauhan sana.
Tapi suara tersebut hanya bergema singkat, agaknya
genta tersebut cepat-cepat dipegang orang hingga tak
sampai bersuara.
Suara keleningan tersebut mirip sekali dengan suara
keleningan yang berkumandang dari perahu naga emas
milik Oh Tin san.
Tiba-tiba Siau ci yang berada di sampan seberang
berpaling ke arah pintu air.
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat dia melompat
ke luar pula dari dalam ruangan.
Tiba di pintu halaman, benar juga ia lihat perahu naga
emas telah berlabuh di depan pintu gedung persegi, semua
cahaya lentera di atas perahu telah padam, beberapa orang
lelaki berpakaian ringkas berdiri di buritan, salah seorang
diantaranya sedang menggenggam lonceng kecil itu.
Sekali lagi Lan See giok berpikir dihati:
"Dalam suasana begini, masa Oh Tin san akan ke luar
benteng? Ke mana dia hendak pergi?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Oh Tin san
dan Say nyoo-hui sudah nampak muncul dari balik gedung
dengan langkah tergesa gesa.
Oh Tin san masih tetap mengenakan jubah abu - abunya,
sedangkan Say nyoo-hui telah berganti dengan sebuah
pakaian ringkas, sepasang golok burung hongnya tersoren
dipunggungnya tergantung sebuah kantung kulit.
http://kangzusi.com/
Setibanya di depan pintu, ke dua orang itu segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melompat naik ke
atas perahu naga emas.
Setibanya di perahu, Oh Tin San cepat-cepat
mengulapkan tangannya setelah itu bersama sama Say
nyoo-hui masuk ke ruang perahu.
Beberapa orang lelaki kekar yang sudah siap dengan
cepat mendayung perahu itu berlalu dari sana, dalam waktu
singkat perahu naga emas itu sudah melaju pergi.
Lan See giok yang menyaksikan semua peristiwa tersebut
menjadi bingung bercampur gelisah, ia tidak mengerti
mengapa Oh Tin san suami istri pergi dengan langkah
tergesa gesa, tapi yang pasti hal ini tentu ada sangkut
pautnya dengan si penyadap pembicaraan mereka tadi.
Dalam keadaan yang begini, ia mulai menguatirkan
keselamatan dari bibi Wan serta enci Ciannya, kalau tadi
berniat meninggalkan benteng Wi-lim-poo, maka sekarang
dia bertekad akan berusaha melarikan diri dari situ.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sampan
kecil Oh Li cu telah didayung kembali. Oh Li cu yang
berdiri di geladak sedang mengawasi perahu naga emas
yang berlalu tanpa berkedip.
Cepat-cepat Lan See giok menenangkan hatinya
kemudian maju menyongsong, lalu sambil menarik Oh Li
cu naik ke atas darat ia berbisik lirih:
"Bagaimana? Apakah mereka berada di situ"
Dengan wajah riang Oh Li cu menunjuk ke arah pintu
halaman, sebagai pertanda masuk dulu kemudian baru
berbicara, tapi dengan nada tak mengerti ia toh bertanya
juga kepada Lan See giok:
http://kangzusi.com/
"Agaknya ayahku sekalian barusan pergi?"
Dengan cepat Lan See giok berkerut kening, karena ia
mengendus bau arak dari mulut Oh Li cu, ini yang
membuat nya tidak mengerti, maka diapun manggut-
manggut sambil mengiakan belaka.
Mereka berdua masuk ke ruang dalam, sambil
memasang lampu lentera Lan See -giok segera bertanya:
"Bagaimana dengan mereka?"
"Mereka sedang membicarakan tentang diri mu!" ucap
Oh Li cu dengan wajah berseri.
Nada suaranyapun kedengaran penuh dengan
kegembiraan, Lan See giok merasa kan hatinya bergetar
keras, tanyanya lagi dengan gelisah:
"Apa yang sedang mereka bicarakan?"
Setelah lentera disulut, ia pun dapat melihat Oh Li cu
berdiri sambil memandang arahnya dengan pandangan
cinta, senyum manis menghiasi ujung bibirnya, pipinya
semu merah.
Oh Li cu tertawa genit, sahutnya merdu:
"Mereka semua mengatakan kau tampan dan gagah, di
kemudian hari pasti akan menjadi seorang pemimpin yang
disegani setiap orang.."
Alangkah kecewanya Lan See giok setelah mendengar
perkataan ini, tapi untuk berhasil melepaskan diri dari sana.
Ia pura-pura bertanya lagi dengan wajah gembira.
"Apa lagi yang mereka bicarakan tentang diriku?"
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah membara,
lama kemudian ia baru berkata tersipu sipu:
http://kangzusi.com/
"Mereka masih memuji ketajaman mata ayahku yang
bisa mendapatkan seorang menantu gagah seperti kau,
sudah pasti dia akan banyak rejeki di kemudian hari."
Berbicara sampai di situ, tidak tahan lagi dia tertawa
cekikikan . . .
"Aaah, mungkin aku yang tidak sesuai untuk enci?"
Sengaja Lan see giok merendah.
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah, cepat-
cepat dia membantah.
"Adik Giok terlalu sungkan, sesungguhnya enci lah yang
merasa tidak sesuai untukmu, cuma Be congkoan toh
sempat memuji kita berdua sebagai sepasang sejoli yang
amat serasi, diapun berkata pula demikian".
"Adik adalah pemuda gagah dan enci adalah gadis
cantik, bila kita berdua berjalan bersama, entah berapa
banyak manusia lain yang akan merasa kagum"
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
tersebut, dengan gembira ia segera berseru:
"Sungguh? Enci Cu, mari kita bermain ke telaga Oh
peng, aku ingin lihat bagaimana para nona-nona nelayan
yang bermuka bengkak, berwajah kurus memandang kagum
kepadamu. . ."
Waktu itu Oh Li cu sedang merasa gembira sekali,
ditambah pula rasa ingin menangnya, terpengaruh pula oleh
beberapa cawan arak, tanpa berpikir panjang ia menyahut:
"Baik, besok kita pergi bersama!"
Ketika Lan See giok menyaksikan paras muka Oh Li cu
makin lama semakin bertambah merah, dengan penuh
perhatian dia pun bertanya:
"Cici, kau telah minum arak?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tertawa, ditatapnya anak muda tersebut dengan
pandangan penuh cinta kasih, kemudian katanya.
"Sewaktu kesana, mereka berdua lagi minum arak demi
merayakan cici yang berhasil mendapatkan kekasih tampan
seperti kau, Be congkoan dan Thio-Wi-kang, masing-
masing telah menghormati tiga cawan arak kepadaku."
"Kalau begitu cici sudah mabuk. " seru Lan See giok
gugup "cepatlah pergi tidur, besok kita hendak berpesiar.“
Dengan cepat Oh Li cu menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Cici tidak mabuk, pergilah tidur lebih duluan, aku harus
menitahkan Siau lian untuk memberitahukan kepada
komandan pasukan harimau terbang agar menyiapkan
sebuah kapal perang dan kuda untuk kita berdua."
Terkejut Lan See giok mendengar ucapan ini, segera
pikirnya.
"Kalau aku mesti berpesiar dalam keadaan seperti ini,
jelas hal tersebut akan sangat mempengaruhi usahaku untuk
melarikan diri, wah- rencana ini mesti kucegah."
Berpikir demikian. cepat-cepat dia berseru
"Urusan pribadi kita berdua mengapa harus merepotkan
orang lain . .?"
Tidak sampai Lan See giok berbicara lagi, dengan nada
meyakinkan Oh Li-cu berkata lebih jauh:
"Besok kita harus menunggang kuda, tahukah betapa
gagahnya kita berkuda!"
Dia mengerling sekejap ke arah si nona dengan
pandangan penuh cinta kasih dan masuk ke dalam
kamarnya dan berpesan lagi dengan mesra.
http://kangzusi.com/
"Cepatlah tidur, besok kita akan berangkat pagi-pagi!"
Tiba-tiba satu ingatan melintasi kembali dalam benak
Lan See giok, sambil berlagak resah ia berkata.
"Tapi aku tak pandai menunggang kuda.."
"Besok cici akan mengajar kepadamu, tanggung sekali
belajar segera akan bisa"
Selesai berkata, dia lantas beranjak pergi dari situ.
Diam-diam Lan See giok mengeluh, hatinya amat
gelisah, dalam keadaan begini ia tahu keadaan tak tertolong
lagi, terpaksa dia harus bekerja menurut situasi besok.
Berbaring di atas ranjang, bagaimanapun ia berusaha
tidur, matanya terasa tak mau terpejam.
Sekarang ia dapat memastikan kalau orang yang mencuri
dengar rahasia kotak kecilnya adalah orang lain namun hal
tersebut semakin memperbesar tekadnya untuk melarikan
diri.
Dengan seksama dan berhati hati sekali dia mulai
merancang rencananya untuk melarikan diri, ia telah
persiapkan beberapa macam jawaban. Mempersiapkan
bagaimana caranya menciptakan kesempatan, apa yang
harus diperbuat untuk menghindari pengejaran dari Oh Li
cu serta bagaimana selanjutnya menyusup ke rumah
kediaman bibi Wan nya
Sampai dia beranggapan bahwa rencana nya betul-betul
matang dan sempurna, ia baru terlelap tidur-
Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya suara langkah
kaki manusia menyadarkan Lan See giok dari tidurnya.
Ketika membuka mata, sinar fajar telah mencorong
masuk lewat jendela, seorang dayang kecil telah muncul
http://kangzusi.com/
sambil membawa keperluan membersihkan mulut dan
muka.
Lan See giok segera melompat bangun, kemudian
bisiknya kepada pelayan itu:
"Tolong ambilkan pakaian milikku sendiri!"
Baru selesai ia berkata, dari kamar seberang sudah
kedengaran suara Oh Li cu lagi menegur:
"Adik giok, kau telah bangun?"
"Benar cici!" sahut Lan See giok dengan perasaan
terkejut.
"Apakah kau merasa pakaian itu kurang serasi dibadan?"
tanya Oh Li cu lagi dengan nada tidak mengerti.
"Betul enci Cu, pakaian ini kelewat kedodoran"
"Aku masih mempunyai satu stel baju kongcu berwarna
biru, tahun berselang baru selesai dibuat, biar kucarikan
untukmu!"
Untuk menghindari kecurigaan perempuan tersebut, Lan
See giok tak berani bersikeras meminta kembali pakaian
lamanya, terpaksa dia hanya mengiakan.
Tak lama kemudian, tirai kelambu tersingkap dan Lan
See giok merasakan pandangan matanya menjadi silau.
Oh Li cu muncul dengan dandanan yang sangat
mentereng, jauh berbeda dengan dandanannya semalam,
kali ini dia nampak anggun, cantik dan menawan hati.
Sambil membawa sebuah jubah panjang, ia muncul
kembali dengan wajah berseri.
Memandang dandanan perempuan ini, diam-diam Lan
See giok turut merasa gembira, sebab sudah jelas tak
mungkin akan membawa senjata tajam atau senjata rahasia
http://kangzusi.com/
itu, berarti rencananya untuk melarikan diri sudah berhasil
separuh.
Karenanya dengan nada gembira dia berseru.
"Aaah enci Cu, kalau kau berjalan jalan di tepi telaga
dalam dandanan seperti ini, jangan-jangan nona dusun akan
mengira dewi sianggo turun dari rembulan .."
Oh Li cu merasa girang sekali dengan umpakan tersebut,
ia tertawa semakin bangga
"Nah, ambillah dan cepat kenakan!"
Sambil berkata dia melemparkan jubah panjang tersebut
ke arah Lan See giok.
Lan See giok menyambut jubah panjang itu dan
mengenakannya, ternyata potongan pakaian itu persis sekali
dengan bentuk badannya. kalau tidak bisa dikatakan cocok
sekali.
Oh Li cu tertawa puas setelah melihat adik Giok nya
nampak lebih tampan setelah mengenakan jubah biru itu, ia
yakin hanya dirinya yang pantas mendampingi seorang
pemuda ganteng macam dirinya.
Ketika sarapan mereka berdua sama-sama membungkam
dengan pikiran masing-masing
Oh Li cu bersantap dengan lahap, dia sedang
mengkhayalkan bagaimana para gadis dusun mengagumi
kecantikan dan keanggunannya.
Sebaliknya Lan See giok tak sanggup menelan nasi yang
disuapnya, pikirannya sangat resah bila memikirkan
rencana pelariannya nanti-
Selesai bersantap, mereka berdua naik ke sampan, dan
melaju menembusi aliran sungai dengan Siau ci serta Siau
lian yang memegang dayung.
http://kangzusi.com/
Setelah melewati benteng air yang tinggi dan menembusi
dua buah saluran air, pintu gerbang telah berada di depan
mata.
Di kedua belah sisi pintu gerbang berdiri puluhan orang
lelaki berbaju kuning, ada yang menyandang golok, ada
yang membawa busur, sewaktu melihat sampan yang
ditumpangi Lan See giok dan Oh Li cu lewat. bentakan
nyaring menggelegar dan pintu gerbang segera
dipentangkan lebar- lebar.
Tatkala sampan kecil itu lewat, puluhan orang lelaki
kekar itu serentak memberi hormat dengan wajah serius,
ketika memandang wajah Lan See giok, rata-rata mereka
tunjukkan sikap menghormat.
Sedangkan mereka yang melihat sikap alim dan lembut
dari Oh Li cu, rata-rata segera berpikir di dalam hati:
"Waah, nona berubah seratus delapan puluh derajat."
Ke luar dari pintu gerbang, Lan See giok merasakan
matanya silau, rupanya di kiri pasukan harimau dan
pasukan naga.
Setiap kapal perang berlabuh rapi, panji berkibar
terhembus angin dua puluhan lelaki kekar berbaju kuning
dengan tombak dan tameng di tangan berdiri serius di atas
geladak.
Begitu sampan yang ditumpangi Lan See -giok sekalian
muncul, terompet dibunyikan dan serentak semua lelaki-
lelaki kekar itu menengok ke arah mereka.
Komandan pasukan harimau serta komandan pasukan
naga telah menantikan kedatangan mereka di perahu
pertama.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berlagak sangat gembira, dengan
wajah berseri dia mengulapkan tangannya ke arah kawanan
pasukan yang berada di kiri kanannya
Ketika menyaksikan wajah menghormat dan sorot mata
kagum yang terpancar dari wajah orang-orang itu, Lan See-
giok malu sendiri, dia yakin orang-orang itu tak ada yang
tahu kalau sekarang ia sedang berusaha untuk melarikan
diri.
Sampan itu didayung langsung menuju ke kapal perang
pertama, setelah mendekat, pemuda itu baru tahu kalau di
situ tidak di sediakan tangga untuk naik, padahal tinggi
perahu mencapai dua kaki lebih, apalagi tinggi geladak
yang delapan depa lebih tinggi.
Kedengaran dua orang komandan pasukan itu berseru
dari atas geladak dengan hormat:
"Perahu dan kuda sudah dipersiapkan, silahkan sau pocu
dan nona naik ke atas perahu".
Karena tidak disediakan tangga, Lan See -giok tahu
kalau dia diharuskan melompat naik dengan mengandalkan
ilmu meringankan tubuh, maka sambil berpaling ke arah
Oh Li cu yang berada di belakangnya, ia berkata seraya
tertawa.
"Nona, silahkan kau naik dulu!"
Oh Li cu tersenyum dan manggut-manggut, ia melejit ke
udara setinggi tiga kaki, lalu ditengah udara dia
menggunakan jurus burung Hong masuk sarang untuk
melayang ke atas perahu.
Tempik sorak bergema gegap gempita, semua anggota
pasukan yang berada di sekitar sana berteriak memuji untuk
menyambut keindahan gerak tubuh nona mereka.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berkerut kening, dia tahu Oh Li cu
sengaja hendak memamerkan kehebatannya dihadapannya.
Maka sambil tertawa hambar dia melompat ke atas,
tingginya tidak seberapa dimana sepasang kakinya persis
menginjak di tepi perahu, hal ini membuat orang mengira
dia tak bertenaga penuh,
Disaat ujung kaki Lan See giok hampir menempel di sisi
perahu itulah, tubuhnya nampak gontai dan bergetar keras,
sementara tubuh bagian atasnya tahu-tahu terpelanting ke
luar kapal.
Jeritan kaget kontan saja berkumandang dari sana sini,
beratus - ratus lelaki kekar itu sama - sama tertegun karena
kaget, sedang kan Siau ci dan Siau lian yang berada di
sampan kecil malah sempat menjerit lengking:
Mendadak. .
Lan See giok mengibaskan ujung baju kanannya, lalu
badannya yang terlempar keluar perahu tadi berputar ke
sebelah kiri, setelah itu dengan tubuh lurus seperti pena ia
berdiri di ujung perahu dengan mantap.
Menyaksikan demonstrasi ini, ke dua orang komandan
kapal perang itu jadi melongo dan termangu beberapa saat,
sementara suasana di sekitar situpun dicekam dalam
keheningan.
"Memalukan, sungguh memalukan!" akhirnya Lan See
giok memecahkan keheningan tersebut.
Komandan pasukan harimau dengan cepat berhasil
menguasai diri, serunya kemudian dengan suara lantang:
"Saudara sekalian, demonstrasi ilmu meringankan tubuh
yang baru saja akan dipertunjukkan sau pocu adalah ilmu
meringankan tubuh yang disebut "Angin menggoyangkan
http://kangzusi.com/
pohon liu," pengetahuan kalian tentu akan semakin terbuka
dengan diperlihatkannya ilmu kepandaian itu"
Sesudah ucapan tersebut diutarakan, tempik sorak yang
gegap gempita baru berkumandang memecahkan
keheningan.
Lan See giok segera mengulapkan tangan nya untuk
menenangkan suasana, kemudian setelah menyampaikan
rasa terima. kasih kepada ke dua orang komandan pasukan,
bersama Oh Li cu yang dihiasi senyum di kulum mereka
bersama sama masuk ke ruang kapal.
Tak lama kemudian, perintah diturunkan dan perahu
pun bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Makin lama perahu dijalankan semakin cepat, sepanjang
jalan hanya suara ombak yang memecah kesepian
memainkan suasana.
Lan See giok duduk di ruang dalam, ia seperti tidak
berniat untuk menyaksikan keadaan di luar perahu dan
nampaknya hal ini justru amat cocok dengan keinginan Oh
Li cu.
Dalam ruang perahu, Oh Li cu dan Lan See giok duduk
bersanding, gadis itu kelihatan sangat gembira, ia seringkali
mengajak pemuda itu membicarakan soa1 pemandangan
alam, meski Lan See-giok dibebani pelbagai masalah, toh
dia harus menghadapi dengan berhati hati . .
Ketika kapal perang itu meninggalkan hutan gelugu,
matahari telah muncul di ufuk timur, cahaya keemas-
emasan memancar ke permukaan telaga dan memercikkan
cahaya yang menyilaukan mata.
Sekarang Lan See giok baru tahu bahwa perahu mereka
diarahkan ke barat daya, ketika memandang jauh ke muka,
lebih kurang tujuh delapan li di depan sana kelihatan
http://kangzusi.com/
sebuah garis hijau, agaknya disitulah kampung nelayan itu
berada.
Sebagaimana diketahui, sewaktu datang ia sama sekali
tidak tahu arah mata angin, tentu saja saat inipun ia tak
tahu dimanakah letak benteng Wi-lim-poo, apalagi masih
berapa jauh jaraknya dengan kampung nelayan itu.
la juga takut kalau sampai bertemu dengan si naga sakti
pembalik sungai, terutama sekali dengan si kakek berjubah
kuning maka ia beranggapan setelah turun dari perahu
nanti, ia harus berusaha secepatnya meninggalkan tempat
itu.
Semakin mendekati daratan, Lin See giok merasa
hatinya semakin tegang.
Akhirnya perahupun merapat dengan pantai, dua orang
lelaki kekar segera menurunkan papan dan menarik ke luar
dua ekor kuda putih dari atas perahu.
Menyaksikan kuda yang kurus dan lemah apalagi
nampak begitu jinak tersebut. kontan saja Lan See giok
berkerut kening, "Kalau kudanya saja begitu kurus dan
lemah, bagaimana mungkin bisa berlari cepat?" demikian ia
berpikir dengan perasaan gelisah.
Tiba-tiba terdengar Oh Li cu bertanya kepada si lelaki
penghela kuda itu.
"Apakah dua ekor kuda tua itu?"
Kedua orang lelaki itu segera mengiakan dengan hormat.
Lan See giok menjadi sangat mendongkol, dengan nada
tak puas dia bertanya:
"Mengapa kau memilih dua ekor kuda tua?"
http://kangzusi.com/
"Sebab kau tak pandai berkuda", jawab Oh Li cu sambil
tertawa manja, "oleh sebab itu cici sengaja berpesan agar
dipersiapkan dua ekor kuda tua yang tidak binal lagi!"
Diam-diam Lan See giok mengeluh, tahu begini
semalam dia tak akan beralasan tak pandai menunggang
kuda.
Turun dari perahu, merekapun mendekati kedua ekor
kuda tua tersebut.
Lan See giok merasa sedikit gugup, sebab berbicara yang
sesungguhnya, baru pertama kali ini ia menunggang kuda.
Setelah diberi petunjuk ringkas oleh Oh Li cu,
merekapun menunggang kuda dan menjalankannya
menelusuri tanggul.
Sepanjang jalan Lan See giok berlagak tegang,
pandangannya selalu tertuju ke depan, seolah-olah kuatir
kalau tubuhnya terjengkang ke belakang.
Oh Li cu amat geli melihat sikap kaku nya, sambil
tertawa getir ia berseru.
"Hei, kalau menunggang kuda lebih baik angkat saja
kepalamu, luruskan pandangan ke muka!"
Lan See giok mengiakan sambil memandang ke muka,
tapi apa yang terlihat membuat badannya gemetar keras,
hampir saja ia terjerembab dari atas kuda.
Diantara pepohonan siong yang terbentang di depan situ,
berdiri sebuah bangunan rumah yang mungil, ternyata
rumah itu bukan lain ada1ah rumah bibi Wan serta enci
Ciannya.
Oh Li cu yang melihat pemuda itu gemetar dan
wajahnya berubah, disangkanya ia sedang ketakutan, cepat
serunya dengan kuatir.
http://kangzusi.com/
"Tak usah takut, bila perlu kempitkan kaki pada perut
kuda, dengan demikian kau tak akan sampai jatuh, pegang
tali les kuda erat-erat, asal tubuhmu tak sampai terlempar ke
udara, niscaya jiwamu tak akan bahaya."
Lan See giok merasa kalau ia telah khilaf, cepat-cepat
perhatiannya dipusatkan jadi satu dan manggut manggut
kearah Oh Li cu dengan perasaan terima kasih.
Sementara itu, kuda mereka sedang lewat di muka pintu
rumah, Lan See giok sudah melihat jelas pintu ruangan bibi
Wan nya.
Sekarang ia hanya bisa berdoa, semoga Thian
melindunginya dan jangan sampai mempertemukan dia
dengan bibinya.
Ketika kuda mereka maju lebih ke depan semua
pemandangan dalam halaman rumah itu dapat terlihat
jelas.
Tiba-tiba Lan See giok merasa hatinya bergetar keras,
jantungnya berdebar begitu keras sehingga hampir saja akan
melompat ke luar dari mulutnya.
Ternyata enci Cian nya sedang berdiri di dalam halaman
dengan punggung menghadap ke luar, dalam keadaan
begini ia kuatir sekali Ciu Siau cian atau enci Cian nya akan
menyapa dia.
Agaknya Oh Li cu juga telah melihat gadis tersebut,
menurut penaksirannya kalau di tinjau dari rambut panjang
dan perawakan tubuh gadis berbaju kuning itu. dia
semestinya berwajah cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan.
Api cemburu Oh Li cu seketika berkobar ketika ia
saksikan Lan See giok tiada henti nya melirik kearah gadis
http://kangzusi.com/
dalam halaman tersebut, dengan rasa cemburu yang amat
tebal ia lantas berseru:
"Adik giok, apakah kau menganggap gadis yang berada
di dalam halaman itu lebih cantik dari pada cici?"
Terkejut Lan See giok mendengar pertanyaan ini. dia
bukan takut Oh Li cu menjadi gusar, tapi yang jelas takut
kalau jejak nya sampai ketahuan Ciu Siau cian.
Betul juga, ketika mendengar ada suara pertanyaan
bergema di situ, Ciu Siau cian segera berpaling.
Betapa rikuh dan tersipu-sipunya Lan See giok waktu itu,
andaikata sekitar sana ada lubang niscaya ia telah
menyembunyikan diri di sana, baru saat ini dia dapat
merasakan, bagaimanakah perasaan seseorang yang punya
mulut namun tak dapat mengutarakan kesulitan sendiri.
Sementara itu Oh Li cu berdiri tertegun lantaran kaget,
setelah melihat paras cantik lawan, tiba-tiba saja timbul
perasaan rendah diri pada dirinya, dia memang tak berani
percaya kalau dalam dusun nelayan terdapat gadis yang
berparas begitu cantik.
Gadis berbaju kuning itu berkulit putih, bermata bening.
hidung mancung dengan bibir yang kecil mungil, sekalipun
dia hanya mengenakan pakaian yang amat sederhana,
namun tidak mengurangi sikap anggun dan daya tariknya.
Terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli sungguh
menawan hati.
Agak berubah wajah Oh Li cu setelah menyaksikan paras
muka gadis berbaju itu, wajahnya menjadi murung dan
timbu1 perasaan yang amat tak sedap di hati.
Tanpa disadari akhirnya dia berseru:
"Dia memang benar-benar sangat cantik!"
http://kangzusi.com/
"Aaah, dia kan gadis dusun yang tak tahu adat, biar
cantik, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan cici
yang berasal dari keluarga persilatan?" tukas Lan Se giok
tiba-tiba.
Setelah mendengar perkataan tersebut, rasa rendah diri
yang semula menyelimuti perasaan Oh Li cu segera hilang
lenyap tak berbekas. . .
Apalagi setelah melihat gadis berbaju kuning itu segera
tertunduk malu sehabis mendengar perkataan dari Lan See
giok tadi, tanpa terasa ia tertawa bangga.
Lan See giok tak berani memandang wajah Ciu Siau
cian, hatinya tak terlukiskan gelisahnya, ia tak tahu apakah
enci Cian nya telah mendengar perkataan tersebut atau
tidak.
Dalam keadaan begini, dia cuma berharap selekasnya
bisa meninggalkan tempat itu, apa mau dikata kuda tua
tersebut larinya lamban sekali.
Beberapa kali Lan See giok mencoba untuk melarikan
kudanya, sayang kuda tersebut kelewat tua, setelah lari
beberapa langkah kembali jalannya melamban.
Nampaknya gerak gerik dari pemuda tersebut tak dapat
membendung rasa geli Oh Li cu, tak tahan ia tertawa
cekikikan.
Merasa dirinya ditertawakan, Lan See giok amat gusar,
saking mendongkolnya tiba-tiba saja ia menendang perut
kuda itu keras-keras.
Ringkikan panjang yang amat memekikkan telinga
segera berkumandang memecah kan keheningan, mungkin
lantaran kesakitan, tiba-tiba saja kuda tersebut kabur
secepat cepatnya ke muka.
http://kangzusi.com/
Bisa dibayangkan betapa kagetnya Lan See giok waktu
itu, badannya menjadi gontai dan nyaris terjerembab ke
tanah, dengan gugup ia memegang tali les kuda nya
kencang-kencang.
Oh Li cu terkejut juga melihat kejadian ini, dengan
gelisah ia menjerit:
"Aduh celaka, kudanya kaget, kudanya kaget”
Lan See giok semakin gugup, dia tahu bahaya sehingga
tanpa sadar kakinya mengempit, perut kuda itu semakin
kencang, tangannya yang memegang tali les juga di
perkencang.
Mimpi pun Oh Li cu tak pernah menyangka kalau kuda
tua yang di hari-hari biasa sangat penurut dan jinak,
mendadak saja menjadi sewot dan gila menyaksikan
kegugupan Lan See giok di atas punggung kuda itu, ia
menjadi gelisahnya bukan kepalang, sampai- sampai telapak
tangannya menjadi basah oleh keringat dingin.
Dalam keadaan begini, dia mencoba untuk melarikan
kudanya untuk mengejar, apa mau dibilang kudanyapun
sudah kelewat tua. setelah lari beberapa langkah, diapun
melamban kembali.
Dalam waktu singkat kuda sewot yang di tunggangi Lan
See giok sudah kabur jauh ke depan, yang tersisa hanya
debu dan pasir yang beterbangan menutupi pemandangan.
Hampir menangis Oh Li cu menyaksikan kejadian itu, ia
melihat jelas bagaimana Lan See giok menggenggam
kencang tali les kudanya dengan wajah tegang.
"Adik Giok-adik Giok..cepat bungkukkan tubuhmu di
atas pelana, cepat bungkukkan tubuhmu di atas pelana .."
jeritnya kemudian setengah menangis.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang gugup bercampur tegang, bisa
mendengar jerit tangis Oh Li cu tersebut dengan jelas, tanpa
berpikir panjang ia segera menuruti nasehat tersebut dengan
membungkukkan badannya di atas punggung kuda.
Hutan demi hutan, pepohonan demi pepohonan dilalui
dengan cepat, Lan See giok tidak tahu berapa jauh ia sudah
dibawa kabur, peluh telah membasahi tubuhnya maupun
tubuh sang kuda, lambat laun lari si kuda sewotpun kian
melamban.
Di depan sana terbentang kini sebuah lapangan rumput
yang luas, karena kudapun sudah mulai melamban larinya,
Lan See giok mulai dapat mengingat ingat kembali
pelajaran yang diberikan Oh Li cu kepada nya bila
menjumpai bahaya.
Cepat ia menekan kuda itu dengan telapak tangan
kanannya, begitu tubuhnya melejit ke udara, ia
berjumpalitan beberapa kali kemudian melayang turun ke
atas tanah berumput.
Dengan lenyapnya daya beban dari kuda tua itu,
binatang tadipun menghentikan larinya.
Baru pertama kali Lan See giok mencoba naik kuda,
namun akibatnya harus menjumpai pengalaman yang
mendebarkan hati akibatnya rasa tegang yang mencekam
perasaannya tidak juga bisa ditenangkan.
Sambil duduk di tanah lapang dengan napas terengah, ia
memandang kuda putih di kejauhan sana sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya:
"Menunggang kuda tua bangkotan saja sudah
mendebarkan hati, apalagi kalau menunggang kuda liar,
bagaimana jadinya?"
http://kangzusi.com/
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, kejut
dan gembira ia segera melompat bangun dan mencak-
mencak kegirangan, gumamnya seorang diri:
"Kalau sekarang tidak kabur, harus kutunggu sampai
kapan lagi? Yaa, inilah kesempatan paling baik yang belum
tentu bisa kujumpai lagi.!”
Berpikir begitu, cepat-cepat dia melompat naik lagi ke
punggung kuda tua dan mencoba untuk meneruskan
perjalanan sayang kuda tua itu sudah kelewat lelah,
bagaimanapun ditarik, dibetot, kuda tadi tetap berdiri tegak
di tempat semula.
Lan See-giok gelisah sekali, dia kuatir Oh Li cu keburu
menyusul ke mari, karenanya terpaksa ia melompat turun
dari kuda tua itu dan melarikan diri menuju ke gundukan
bukit kecil di depan situ.
Tengah hari sudah lama lewat, Lan See -giok mulai
merasa perutnya sangat lapar, tapi sejauh mata memandang
hanya hutan belantara belaka, ke mana ia harus pergi untuk
bersantap?
Untung saja tak lama kemudian ia sudah tiba di sebuah
pegunungan, di atas pegunungan itu penuh pepohonan li
yang buahnya mulai memasak. tidak sungkan-sungkan lagi
Lan See giok memetik buah buahan tersebut dan
melahapnya dengan rakus . . .
Entah berapa saat kemudian. tiba-tiba ia mendengar
suara derap langkah kuda yang amat ramai bergema secara
lamat-lamat dari arah tanggul telaga sana.
Lan See giok sangat terkejut, ia memasang telinganya
baik-baik dan mendengarkan dengan penuh perhatian, betul
juga derap kaki kuda itu sangat ramai. tampaknya ada
http://kangzusi.com/
serombongan manusia berkuda sedang melalui tempat
tersebut.
Makin lama suara derap kaki kuda itu semakin nyaring
dan mendekat, suaranya bagaikan gemuruh yang
menggelegar menjelang datangnya hujan deras.
Tergerak hati Lan See giok ia segera bangkit berdiri dan
lari ke depan sebuah pohon besar di puncak bukit.
Dari sana ia memanjat ke pucuk pohon dan
menyembunyikan diri di balik dedaunan yang lebat.
Dikejauhan sana, pada wilayah antara tanggul dengan
tanah padang berumput, kelihatan debu dan pasir
beterbangan ke ang-kasa, tampak dua tiga puluhan ekor
kuda sedang dilarikan mendekat dengan kecepatan luar
biasa,
Mendadak..
Rombongan itu memecahkan diri bagaikan bunga api
yang meletuk dengan berbentuk seperti kipas, rombongan
kuda tadi menyebarkan diri serta mengepung lapangan
rumput tersebut rapat-rapat.
Lan See giok sangat keheranan setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan perasaan tidak mengerti dia celingukan
kian kemari, tapi selain padang rumput yang luas, pada
hakekatnya tidak dijumpai sesuatu apapun yang
mencurigakan.
Ketika diamati dengan lebih seksama, pemuda kita
segera gemetar karena kaget, ternyata penunggang kedua
tiga puluh ekor kuda itu adalah lelaki-lelaki kekar
berpakaian ringkas warna kuning, kalau diperhatikan baju
seragamnya, jelas mereka adalah anggota benteng Wi-lim-
poo.
http://kangzusi.com/
Tapi ingatan lain membuat pemuda ini menjadi ragu,
seingatnya dalam kapal perang yang ditumpanginya hanya
memuat dua ekor kuda tua, lantas darimana datangnya
kuda sebanyak itu?
Walaupun Oh Li cu bisa kirim orang untuk memberi
laporan ke benteng, itu pun paling cepat malam nanti
pasukan mereka baru akan tiba di sini.
Sementara itu, ke dua tiga puluh ekor kuda tadi sudah
berdiri berjajar di sepanjang garis padang rumput.
Tiba-tiba Lan See giok jadi melongo, ternyata orang yang
berada di punggung kuda berwarna merah dimuka barisan
adalah Oh Li cu sendiri.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaan Lan
See giok sekarang, ia tidak berminat untuk menyaksikan
adegan tersebut lebih jauh, dengan cepat dia melompat
turun dari atas pohon, kemudian kabur ke dalam hutan
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya.
Sambil melarikan diri, dihati kecilnya tiada hentinya
merasa keheranan, ia benar-benar tak mengerti mengapa
pasukan dari Wi-lim-poo bisa secepat itu tiba di tempat
kejadian.
Dalam beberapa saat saja hutan lebat sudah ditembusi,
kini dihadapannya terbentang padang rumput yang sangat
luas.
Lan See giok semakin gelisah, dia tahu berlarian di
padang rumput berbahaya sekali, sebab tiada tempat untuk
menyembunyikan diri, ia harus secepatnya memasuki
daerah yang lebat dengan pepohonan yang luas.
Matanya yang jeli segera mengamati sekejap sekeliling
tempat itu, pada jarak tiga empat li di sebelah kanan, ia
http://kangzusi.com/
jumpai sebuah dusun, dan tempat tersebut merupakan
daerah yang terdekat dengan dirinya berada.
-ooo0dw0ooo-

BAB 10
IA tak berani berayal lebih jauh, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, ia segera kabur
menuju kearah dusun tersebut, badannya meluncur bagai-
kan segulung asap saja.
Ketika hampir mencapai di depan dusun. pemuda itu
berpaling sekejap. Diam-diam ia menjadi gembira sebab
pasukan dari Wi-lim-poo belum muncul dari hutan tadi.
Tapi setelah ia berpaling kembali memandang ke depan,
pemuda Itu segera menghentikan perjalanannya dan berdiri
tertegun, ternyata di depannya terbentang sebuah sungai
besar yang lebarnya mencapai sepuluh kaki lebih.
Dengan gelisah ia berpaling kembali, untung pasukan
dari Wi-lim-poo belum menyusul sampai di situ, ia pikir
masih punya waktu untuk mencapai perahu, maka dengan
cepat ditelusurinya sungai tersebut:
Tapi dengan cepat ia menjadi putus asa, arus sungai
kelewat deras, jangan lagi perahu, bayangannya saja tidak
dijumpai.
Dengan putus asa dia menelusuri tepi sungai, makin ke
depan sungai tersebut menikung semakin ke dalam, daerah
tikungan tadi merupakan sebuah tanah perbukitan.
Mendadak ia mendengar suara ringkikan kuda
berkumandang datang, Lan see giok amat terperanjat dan
cepat berpaling, apa yang kemudian terlihat segera
membuat keringat dingin bercucuran.
http://kangzusi.com/
Rupanya beberapa ekor kuda sedang berlarian
menelusuri tepi sungai menuju kearah nya, sedang lelaki
kekar yang berada di punggung kuda dengan sorot matanya
yang tajam bagaikan sembilu mengawasi tepi seberang
sungai.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok, ia
membalikkan badan dan segera melarikan diri.
Tapi belum berapa langkah, dari seputar hutan di tanah
gundukan depan muncul pula beberapa puluh ekor kuda.
Lan See giok tahu keadaan bakal runyam, ini berarti
pantai sungai tak mungkin bisa dipakai untuk
menyembunyikan diri lagi, secepatnya ia kembali ke pesisir
dan menyelusuri air, ia kabur ke sebelah kanan sungai
tersebut.
Dalam pelarian tersebut, tiba-tiba Lan see giok
menemukan sebuah sampan kecil yang tergeletak di tepi
pesisir, pemuda itu bagai-kan menemukan bintang penolong
saja segera berlarian menuju kearah situ.
Tapi, ia segera kecewa setelah dekat dengan perahu tadi,
ternyata perahu yang nampak utuh dari luar, dasarnya
sudah jebol dan berantakan.
Pada saat itulah-
Dari depan situ bergema lagi suara ringkikan kuda.
bersamaan itu juga dari ke jauhan situ berkumandang suara
derap kaki kuda yang amat keras.
Lan See giok benar-benar amat gugup, bila ia sampai
tersusul saat ini, jelas tiada alasan yang dapat digunakan,
satu satunya jalan hanya bertarung sampai titik darah
penghabisan:
http://kangzusi.com/
Menyaksikan arus sungai yang begitu deras, ia teringat
kembali ilmu berenang yang belum sempat dipelajari, tak
tahan lagi pikirnya setelah menghela napas:
"Betapa senangnya bila ilmu berenang kukuasai, saat ini
mungkin aku sudah tiba di dusun pantai seberang-."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sekali lagi
terdengar suara ringkikan panjang yang bergema dari
tempat tak jauh dari situ.
Lan See giok amat terkejut, tanpa disadari ia meraba
senjata gurdi emas Cin kim kong luan jui yang melilit, di
pinggangnya.
Dalam pada itu suara ringkikan kuda sudah semakin
mendekat, suara tersebut bergema pula dari kiri dan kanan
tubuhnya.
Sekarang Lan See giok berada dalam posisi yang
berbahaya sekali, tak terlukiskan rasa gelisah hatinya, biar
dia tahu perahu bobrok itu tak mungkin bisa dipakai untuk
bersembunyi, namun terdesak oleh keadaan mau tak mau
dia menerobos juga ke dalam perahu bobrok itu.
Pada saat Lan See giok baru saja melompat naik ke atas
perahu bobrok dan menyembunyikan diri, suara derap kaki
kuda yang amat gencar telah bergema datang dari sisi
sebelah kanan.
Menyusul kemudian beberapa ekor kuda berlarian
mendekat bagaikan gemuruh angin puyuh.
Lan See giok menahan napas sebisa mungkin, hatinya
berdebar keras, diam-diam ia bersyukur karena tempat
persembunyian nya tidak sampai ketahuan.
Suara bentakan-bentakan keras bergema kemudian,
agaknya pasukan yang datang dari sebelah kiri telah
http://kangzusi.com/
berpapasan dengan pasukan yang telah datang dari sebelah
kanan, kemudian berhenti tak jauh dari kapal bobrok itu
berada . . .
Mendadak terdengar seseorang menegur dengan suara
yang serak dan tua.
"Apakah kalian telah melihat sau pocu?"
Diam-diam Lan See giok terkesiap, ia mengenali suara
tersebut sebagai suaranya Be Siong pak, manusia yang
mempunyai banyak akal muslihat.
"Lapor congkoan" beberapa orang lelaki itu segera
menjawab dengan hormat, "hamba sekalian tidak
melihatnya"
Diam-diam Lan See giok merasa keheranan juga,
pikirnya.
"Aneh, mengapa Be Siong pak bisa memimpin pasukan
untuk melakukan pengejaran.
Karena dorongan rasa ingin tahunya, ia segera mengintip
dari celah-celah perahu bobrok itu.
Be Siong pak yang duduk di punggung kuda tampak
sedang berkerut kening dengan wajah resah, sorot matanya
yang tiada henti-nya dialihkan ke pantai seberang sungai
tersebut.
Paras muka belasan lelaki berbaju kuning pun kelihatan
amat serius, mereka memegang tali les kuda masing-masing
dengan kencang, sementara peluh membasahi tubuh-tubuh
mereka maupun tubuh kuda-kuda tersebut..
Sementara itu dari arah pantai berkumandang kembali
suara derap kaki kuda yang sangat ramai.
http://kangzusi.com/
Seorang lelaki yang berada di sisi Be Siong pak segera
berpaling dan memandang sekejap ke arah pantai,
kemudian serunya dengan nada gelisah,
"Congkoan, nona telah datang. . . !"
MENDENGAR Oh Li cu telah tiba pula di tempat
kejadian, Lan See giok merasakan hatinya semakin tegang.
Be Siong-pak segera mencemplak kudanya dengan
memimpin puluhan anak buahnya maju menyongsong ke
tepi sungai.
Derap kaki kuda dan suara ringkikan kuda yang ramai
akhirnya berhenti di belakang perahu bobrok persis di sisi
pesisir sungai, debu dan pasir tampak beterbangan
memenuhi angkasa.
Menyusul kemudian seekor kuda merah yang tinggi
besar muncul pula di tempat tersebut . . .
Lan See giok yang mengintip ke luar kembali merasakan
tubuhnya gemetar keras, ternyata orang yang duduk di atas
kuda merah yang tinggi besar itu tak lain adalah Oh Li cu.
Paras muka Oh Li cu telah basah oleh air mata, matanya
merah membengkak, rambut nya sedikit kusut dan cahaya
mukanya hampir pudar . . .
Dengan pandangan mata gelisah bercampur cemas dia
menengok sekejap ke arah pantai seberang, lalu kepada Be
Siong pak yang menyongsong kedatangannya, ia bertanya
cemas:
"Apakah kalian tidak menemukannya?"
"Di kedua belah pesisir sungai sama sekali tidak dijumpai
bayangan tubuh dari sau pocu!" jawab Be Siong pak.
http://kangzusi.com/
Sekali lagi air mata Oh Li cu jatuh bercucuran, ia
menutupi muka sendiri dan berkata sambil menangis
tersedu-sedu:
"Sebenarnya ia tak pandai menunggang kuda, akulah
yang memaksanya naik, apa mau dikata kuda tua itu
kaget!"
Lelaki kekar berkuda hitam yang tampak nya komandan
dari pasukan tersebut segera berkata dengan hormat:
"Kuda tua itu sudah berhenti di tanah lapang, sekujur
badannya telah basah oleh keringat darah rupanya sudah
kehabisan tenaga, ini menunjukkan kalau binatang tersebut
telah berlari kencang sepanjang jalan, bila sau-pocu
memang tak pandai menunggang kuda, bisa jadi ia sudah
terjatuh ditengah jalan!"
Be Siong pak segera melototkan matanya bulat-bulat,
serunya dengan suara dalam:
"Tenaga dalam yang Sau pocu miliki amat sempurna,
bagaimana mungkin ia bisa terjatuh dari kuda?"
Tidak sampai Be Siong pak menyelesaikan kata katanya,
sambil menangis Oh Li cu sudah mengomel:
"Semuanya ini kau lah yang salah, mengapa sewaktu aku
datang ke tempatmu semalam kau tidak mengatakan kalau
pocu sudah menurunkan perintah bahwa setiap orang
dilarang ke luar benteng, bila di dalam benteng ada urusan
harus dirundingkan dulu dengan Sau pocu-?"
Sambil berkata, dia menangis tiada henti nya, seolah-
olah seorang kanak-kanak yang kehilangan mainan
kesayangannya.
Dengan wajah menyesal dan murung Be Siong pak
menjawab:
http://kangzusi.com/
"Yaa. memang hambalah yang teledor serta tidak
berpikir sempurna, tidak kusangka lo pocu sama sekali tidak
memberi kabar kepada nona serta sau pocu ketika hendak
berangkat, coba kalau hamba tidak mendengar suara tampik
sorak pagi tadi sehingga segera mengutus orang untuk
mencari berita, mungkin hingga sekarang pun belum
kuketahui kalau nona dan Sau pocu telah berpesiar ke
pantai telaga!"
"Apa pula gunanya kau menyusul sampai di sini?"
kembali Oh Li cu menangis tersedu sedu, coba kalau kau
bertindak cepat semalam dengan menurunkan perintah itu
kesemua penjaga pintu benteng, hari ini kami tak akan bisa
ke luar dan tak mungkin akan terjadi peristiwa di luar
dugaan seperti ini."
"Yaa, kesemuanya ini memang kesalahan hamba" Be
Siong pak mengangguk berulang kali, "hamba memang
pantas mati, hamba memang pantas mati, sekembalinya lo
pocu nanti, hamba memang tentu akan minta hukuman
sendiri!"
Setelah berhenti sejenak, serta memandang sekejap
semua orang yang berada di seputar tempat itu, dengan
nada menghibur dia berkata lagi:
"Walaupun kita sudah mengerahkan kekuatan
sedemikian besarpun belum berhasil juga menemukan
kembali sau-pocu, itu berarti besar kemungkinannya sau-
pocu telah diculik oleh si kakek berjubah kuning tapi nona
tak usah kuatir, sau pocu berbakat bagus dan berwajah
cerah, sekalipun menghadapi bencana, semua bencana akan
berubah menjadi rejeki, biar sekarang agak tersiksa dan
menderita, toh akhirnya akan kembali juga ke Wi-lim-poo
dengan selamat”
http://kangzusi.com/
Dalam suasana gelisah bercampur marah mana ada niat
dari Oh Li cu untuk mendengarkan obrolannya, dengan
cepat ia menurunkan kembali tangannya dari atas wajah,
lalu sambil melotot ke arah Be Siong pak bentaknya:
"Obrolan busuk. siapa yang mau mendengarkan
ucapanmu itu, Hmm! bencana bisa berubah jadi rejeki . . .
orangnya di mana sekarang?"
"Pokoknya bila tidak kau temukan kembali Lan See giok
hari ini, kau sendiri pun tak usah kembali ke Wi-lim-poo"
Sambil berkata ia segera mencemplak kembali kudanya
dan melarikan binatang tersebut meninggalkan tempat
tersebut.
Be Siong pak termangu melihat kemarahan nonanya,
tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Nona. tunggu dulu, nona, tunggu dulu hati-hati kalau
sampai terjatuh dari kuda!"
Sembari berteriak, dengan gugup dia melarikan pula
kudanya untuk menyusul dari belakang.
Kawanan lelaki lainnya serentak membentak dan
melarikan kuda masing-masing dalam waktu singkat kedua
tiga puluhan kuda tersebut telah berlalu semua mengikuti di
belakang Oh Li cu.
Lan See giok menghembuskan napas panjang, perasaan
tegang yang sempat mencekam perasaannya kinipun
berkurang, diam-diam ia melompat ke luar dari perahu!
Sepanjang pesisir dijumpainya penuh dengan bekas kaki
kuda, melihat itu dia baru mengerti apa sebabnya Oh Li cu
tidak mengirim orang untuk memeriksa perahu bobrok
tersebut.
http://kangzusi.com/
Agaknya perahu itu kelewat bobrok dan mustahil bisa
dipakai untuk bersembunyi, ditambah pula seputar pesisir
sudah penuh dengan bekas telapak kaki kuda dia mengira
pasukan sebelumnya telah melakukan pemeriksaan di sana.
Apalagi Be Siong pak serta Oh Li cu pada hakekatnya tidak
mengetahui kalau dia berniat melarikan diri ..
Sedang maksud Oh Tin san suami istri pergi tanpa pamit
semalam, di mana dia hanya memberitahukan kepada Be
Siong-pak dan melarangnya memberitahukan kepada Oh Li
cu. jelas hal ini untuk mencegah putrinya pergi ke luar, dan
tentu saja takut kalau dia menggunakan kesempatan
tersebut melarikan diri.
Kalau didengar berdasarkan pembicaraan Be Siong pak
dengan Oh Li cu, ia yakin kedua orang tersebut masih
belum mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya, diapun
percaya Oh Tin san tak bakal membicarakan rahasia
tentang kotak kecil tersebut dengan mereka.
Kelancaran yang diperolehnya dalam usaha melarikan
diri kali ini benar-benar berkembang di luar dugaan, apa
yang direncanakan semalam boleh dibilang semuanya tidak
berguna, karena tak satupun yang terpakai saat ini.
Berpikir sampai ke situ, tanpa terasa ia menggelengkan
kepalanya sambil tertawa, pikirnya:
"Yaa, siapa yang bisa menduga perubahan yang bakal
terjadi di dunia ini?"
la berjalan menuju ke pantai depan sana dan
mendongakkan kepalanya, udara amat bersih, di kejauhan
sana hanya kedengaran suara derap kaki kuda yang makin
menjauh.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat pemuda itu menelusuri pantai menuju ke
arah timur laut, sebelum malam tiba dia harus sudah tiba di
rumah kediaman bibi Wan- nya.
Sementara itu matahari sudah tenggelam di langit barat
Lan See giok merasa lapar, dahaga, gelisah pula, kalau
dapat dia ingin secepatnya tiba di rumah kediaman bibinya.
Sesudah menembusi hutan dan mendaki sebuah bukit
kecil, dari kejauhan sana mulai nampak tanggul telaga
Huan yang oh.
Lan See giok percepat langkahnya menuju ke muka . . .
Dari puncak bukit kecil, ia saksikan di bawah lembah
sana masih nampak puluhan ekor kuda mondar mandir
melakukan pencarian, pada dermaga telaga tiga buah kapal
perang berlabuh di situ.
Lan See giok tak berani meneruskan perjalanannya,
terpaksa dia harus berhenti di situ dan menunggu sampai
kapal-kapal perang dari Wi-lim-poo tersebut berlalu
sebelum meneruskan perjalanannya,
Senja lewat, malam haripun tiba, suasana remang-
remang telah mulai menyelimuti seluruh angkasa.
Cahaya lentera mulai berkelap-kelip di arah dusun
nelayan sana.
Di atas ke tiga kapal perang pun telah dikerek naik
sembilan buah lentera besar berwarna merah.
Beberapa saat kemudian ditengah kegelapan yang mulai
mencekam seluruh angkasa, lamat-lamat kedengaran suara
orang menghardik dan ringkikan kuda.
Lan See giok tahu, pihak Wi-lim-poo sudah mulai
menarik pasukannya kembali ke kapal, oleh sebab itu dia
pun membayangkan kembali keadaan Oh Li cu entah
http://kangzusi.com/
bagaimanakah perasaan perempuan itu kini? la teringat pula
cinta kasih serta perhatian dari Oh Li cu terhadapnya
selama berapa hari belakangan ini, terutama sekali
usahanya untuk mencarikan obat penawar racun baginya,
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka terhadap
cinta kasihnya itu. Ia terbayang pula bagaimana Oh Li cu
menangis karena sedih dan gelisah, kesemuanya ini
membuat hatinya terharu, betul ia tidak terlalu
menyukainya, tapi perhatian dan kasih sayangnya tak
mungkin bisa dilupakan dengan begitu saja.
Diam-diam ia bersumpah di dalam hati, bila di kemudian
hari Oh Li cu membutuhkan sesuatu kepadanya, ia bersedia
mengabulkan permintaan nya demi membayar semua
kebaikannya selama ini.
Namun permintaan mana tidak termasuk memperistri
dirinya, sebab di kemudian hari dia ingin mempersunting
enci Ciannya sebagai istri, sekalipun ia tidak tahu apakah
enci Cian mencintainya atau tidak..
Teringat kembali enci Ciannya, Lan See giok segera
mengerahkan kembali ilmu meringankan tubuhnya dan
menuruni bukit tersebut dengan cepat.
Ia dapat melihat ke sembilan lentera merah diarah telaga
sudah mulai bergerak pelan- pelan, agaknya kapal perang
dari Wi-lim-poo tersebut sudah mulai berangkat pulang.
Dengan perasaan lega Lan See giok mempercepat
langkahnya berlarian ditengah kegelapan.
Berapa waktu kemudian, ia telah tiba di belakang dusun
kecil tempat kediaman bibi Wan nya, suasana dalam dusun
itu amat hening, cuma satu dua buah rumah saja yang
masih bersinar.
http://kangzusi.com/
Sampai di situ, mau tak mau Lan See giok harus
meningkatkan kewaspadaannya, lama sekali ia berdiri tegak
sambil memperhatikan keadaan di sekitar situ adakah
sesuatu yang mencurigakan, kemudian pelan-pelan ia baru
menuju ke rumah kediaman bibi Wan nya
Waktu itu udara sangat gelap, tiada rembulan, hanya
beberapa biji bintang yang berkelipan, angin malam yang
berhembus lewat membawa suara deburan ombak dari
tanggul telaga.
Dalam perjalanan, ia saksikan cahaya lentera dalam
kamar enci Cian nya masih terang benderang, dia
keheranan, semalam ini mengapa enci Ciannya belum juga
tidur Padahal biasanya sudah naik ke atas pembaringannya.
Dengan meningkatkan kewaspadaannya dia maju terus
ke depan, sementara telinga nya dipasang lebar-lebar,
namun betapa terkejutnya dia setelah mendengar suara isak
tangis dari enci Ciannya yang lamat-lamat bergema datang
dari kamar tidurnya.
Dengan perasaan terkejut dia melejit ke udara dan segera
melayang masuk ke dalam pekarangan.
Baru saja kakinya menempel di atas tanah-
Mendadak dari dalam kamar tak bersinar di sisi kamar
enci Cian nya bergema suara teguran yang lembut.
"Anak Giok kah yang datang?"
Seperti anak yatim piatu yang tiba-tiba mendengar suara
panggilan ibunya, air mata segera bercucuran membasahi
wajah Lan See giok, namun ia tetap menjaga kewaspadaan
nya terhadap keadaan lingkungan, setelah memanggil "bibi"
dengan lirih, ia menerjang masuk ke arah jendela.
http://kangzusi.com/
Jendela belakang terbuka dan wajah bibinya muncul dari
balik tirai, dipandangnya Lan See giok dengan terkejut lalu
bisiknya:
"Ayo cepat masuk!"
Sambil berusaha keras mengendalikan rasa pedih di
dalam hatinya, Lan See giok melompat terus masuk ke
dalam ruangan, sedang bibi Wan melirik sekejap ke
sekeliling halaman dengan seksama, kemudian cepat-cepat
menutup kembali daun jendelanya.
"Anak Giok. apakah selama beberapa hari ini kau tidak
kembali ke kuburan kuno?"
Lan See giok segera menubruk ke dalam pangkuan
bibinya dan menangis tersedu, tapi hanya sebentar saja.
karena dengan cepat isak tangisnya berubah menjadi
sesenggukan belaka
Tampaknya bibi Wan sudah merasakan firasat jelek,
dengan gelisah ia bertanya.
"Anak Giok, dimana ayahmu?"
Lama sekali Lan See giok sesenggukan sebelum sahutnya
amat pedih.
"Ayah telah dibunuh orang!"
Untuk sesaat suasana dalam ruangan menjadi hening,
dengan jelas Lan See giok dapat mendengar debaran
jantung bibi Wan yang semakin bertambah kencang.
Cahaya api berkilat, ruangan segera menjadi terang
benderang-
Ketika Lan See giok berpaling, dilihatnya enci Cian
sedang menyulut sebuah lentera dengan wajah gugup, di
bawah sinar lentera, terlihat jelas wajah Ciu Siau cian basah
oleh air mata, sepasang matanya merah membengkak,
http://kangzusi.com/
agaknya paling tidak ia sudah menangis setengah harian
lamanya.
Ketika ia berpaling lagi ke arah bibi Wan, tampak wajah
bibinya pucat pias, keningnya berkerut dan dua baris air
mata mengalir ke luar membasahi bibirnya yang gemetar.
Dengan pandangan kosong ia mengawasi sudut ruangan,
agaknya sedang merenungkan sesuatu . . .
Lan See giok tahu bibi Wan sedang amat sedih saat itu,
tanpa terasa serunya sambil menangis:
"Oooh . . bibi. bibi . "
Tiada hentinya dia menggoyang-goyangkan lengan bibi
Wannya.
Bibi Wan menyeka air matanya dengan ujung baju,
kemudian berkata lagi agak sesenggukan:
"Aku telah memperingatkan kepadanya, kalau toh
barang tersebut tak berguna, lebih baik dikembalikan
secepatnya daripada memancing datangnya bibit bencana!"
Ketika berbicara, butiran air mata kembali jatuh
bercucuran membasahi wajahnya.
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
menarik kesimpulan kalau hubungan antara bibi Wan
dengan ayahnya pasti luar biasa, Karena itu sekali lagi dia
berseru:
" Oooh. . . bibi!"
"Anak Giok, duduklah," kata bibi Wan sambil
mengawasi wajah Lan See giok yang basah oleh air mata,
"beritahu kepada bibi, siapakah musuh besar kita?"
"Ketika anak Giok pulang tempo hari ayah telah
meninggal dunia. . ."
http://kangzusi.com/
Secara ringkas dia pun menceritakan kembali semua
peristiwa yang disaksikan maupun dialaminya dalam
kuburan kuno tempo hari..
Bibi Wan serta enci Cian masing-masing duduk di kursi
bulat dan mendengarkan penuturan tersebut dengan
seksama.
Cerita Lan See giok sangat jelas, terutama mengenai
dandanan, potongan wajah serta ciri khas dari lima
manusia cacad dari tiga telaga. . .
Sewaktu bercerita tentang si kakek berjubah kuning,
bersinar terang sepasang mata bibi Wan, tanpa terasa ia
berbisik lirih:
"Apakah diantara alis mata kakek berjubah kuning itu
terdapat sebuah tahi lalat merah?"
Lan See giok termenung sebentar, kemudian
menggeleng.
"Anak giok tidak memperhatikan soal ini!"
Bibi Wan berkerut kening lalu manggut-manggut,
pertanda dia diminta melanjutkan ceritanya.
Sewaktu Lan See giok bercerita tentang si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san menangisi jenazah lalu
bagaimana mencuri pedang dan sebagainya, kembali bibi
Wan menukas.
"Menilai seseorang jangan berdasarkan wajah saja, tapi
jangan pula dinilai dari sikapnya dan caranya berbicara
manis, biarpun kaum laknat pandai berbicara, toh akhirnya
bakal salah berbicara juga, asal kau bersedia
memperhatikan dengan seksama, tidak sulit untuk
mengetahui baik tidaknya seseorang, seperti manusia
bangsa Oh Tin san, kenyataannya kau dapat dikibuli
http://kangzusi.com/
dengan begitu mudah. hal ini membuktikan kalau
pikiranmu tersumbat waktu itu karena kesedihan yang
berlebihan"
Kemudian sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Untung saja kau mudah dikibuli ketika itu. coba kalau
tidak, mungkin kita tak akan bisa berjumpa muka lagi"
Lan See giok mengiakan dengan wajah jengah, ia pun
melanjutkan kembali cerita nya.
Tatkala bibi Wan mendengar Lan See giok mencurigai si
naga sakti pembalik sungai Thio Lok-heng sebagai otak dari
ke lima manusia cacad, dengan nada tidak puas, ia segera
berkata:
"Si naga sakti pembalik sungai Thio-Lok-heng serta naga
emas pengaduk samudra Li Ci-san dari telaga tong ting oh
termasyhur dalam dunia persilatan karena ilmu dalam
airnya, kedua orang itu dijuluki Sui sang siang hiong
(sepasang jagoan dalam air) oleh umat persilatan, Thio-
Lok-heng orangnya jujur dan polos, sedang Li Ci-san
orangnya terbuka dan berjiwa besar, kedua orang tersebut
merupakan pendekar yang dihormati umat persilatan baik
dari golongan putih maupun dari golongan hitam, jadi tak
bisa dibanding kan mereka dengan kelima manusia cacad
tersebut. Bila kau berjumpa lagi dengan mereka di
kemudian hari, harus kau hormati kedua orang itu sebagai
angkatan tua, jangan bersikap kasar atau kurang ajar
sehingga merosotkan pamor dari mendiang ayahmu."
Lan See giok mengiakan berulang kali, kemudian dia
melanjutkan kisahnya bagaimana memasuki benteng Wi-
lim-poo, ketika bercerita tentang On Li cu, Ciu Siau cian
yang duduk di sampingnya segera nyelutuk dengan nada
cemburu.
http://kangzusi.com/
"Apakah dia adalah gadis yang menunggang kuda
bersama-sama kau hari ini?"
Selesai berkata dengan wajah bersemu merah karena
jengah dia melirik sekejap ke arah ibunya, kemudian
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Paras muka Lan See giok ikut berubah menjadi merah
dadu. ia mengiakan cepat-cepat, setelah itu meneruskan
ceritanya bagaimana kudanya kaget, kemudian bagaimana
dia manfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
Sebagai akhir kata dia menambahkan.
"Oh Tin-san pernah memerintahkan kepada putrinya
memberi pelajaran berenang, kepada, anak Giok sejak hari
ini, andaikata semalam tiada orang yang mencuri dengar
tentang rahasia kotak kecil di luar jendela anak Giok berniat
be)ajar ilmu berenang lebih dulu sebelum datang kemari
menengok bibi dan enci Cian!"
Tanpa terasa dia mencuri lihat sekejap lagi ke arah Ciu
Siau cian.
Mendengar perkataan tersebut sambil tertawa Ciu Siau
cian segera berkata:
"Ibu adalah Hu-yong siancu (dewi Hu-yong) yang amat
termasyhur dalam dunia persilatan, ilmu berenang siapakah
di kolong langit saat ini yang bisa menandingi Han Sin
wan? Selain mengalahkan naga sakti pembalik sungai
pernah juga mengungguli si naga emas pengaduk samudra-
ada suhu lihay tak mau minta pelajaran, kau malahan”
Belum habis perkataan itu diutarakan, Han Sin wan telah
menegur putrinya.
"Anak Cian, lagi-lagi kau usil mulut!"
http://kangzusi.com/
Kejut dan girang Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, ia menjadi tertegun, kemudian setelah
berhasil menenangkan pikiran nya dia berseru dengan
gembira.
"Ilmu berenang dari bibi rupanya hebat sekali dan
ternyata anak Giok tidak mengetahui sama sekali, bibi, kau
harus mengajarkan ilmu kepandaian tersebut kepada anak
Giok, dari kelima manusia cacad, ada tiga diantaranya
menjagoi telaga, bila anak Giok tidak menguasai ilmu
dalam air, usahaku untuk membalas dendam bagi ayahku
tak akan lancar."
Berbicara soal membalas dendam, suasana dalam
ruangan kembali dicekam keresahan.
Setelah lewat berapa saat, Hu-yong siancu Han Sin Wan
baru berkata lagi.
"Anak Giok, kalau ditinjau dari penuturanmu tadi,
kelima manusia cacad tersebut memang mencurigakan
semua, diantaranya meski si iblis buas bermata tunggal dan
beruang berlengan tunggal yang mencurigakan, namun
manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san terhitung
manusia paling mencurigakan . . "
"Atas dasar apa bibi mengatakan Oh Tin san paling
mencurigakan?" sela Lan See -giok tidak mengerti.
Hu-yong-siancu Han Sin wan menghela napas sedih.
"Oh Tin san merupakan seorang manusia yang kejam
dan berhati buas, yang paling mencurigakan dari
perbuatannya adalah ia tidak membunuhmu melainkan
menghajarmu sampai pingsan, lalu menggunakan
kesempatan tersebut membinasakan si binatang bertanduk
tunggal."
http://kangzusi.com/
"Yaa, bisa jadi dia takut si binatang bertanduk tunggal
membocorkan rahasia kotak kecil itu, sebab sebelum
peristiwa itu berlangsung si binatang bertanduk tunggal
memang bersembunyi pula di tempat kegelapan !"
"Justru karena si binatang bertanduk tunggal
bersembunyi dalam kegelapan itulah, Oh Tin San baru
turun tangan membunuhnya" ucap Han Sin wan dengan
bersungguh sungguh, "siapa tahu hal ini disebabkan dia
kuatir si binatang bertanduk tunggal akan membocorkan
rahasia kotak kecil, atau mungkin juga kuatir kalau si
binatang bertanduk tunggal akan menuding Oh Tin San
sebagai pembunuh sesungguhnya .."
Lan See giok berkerut kening, lalu dengan wajah tak
mengerti ia bertanya:
"Selama ini lima manusia cacad menguasai wilayah yang
berbeda, mengapa mereka bisa muncul bersama sama
dalam kuburan kuno pada malam itu .."
Sekilas perasaan sedih segera menghiasi wajah Hu-yong
siancu, ujarnya sedih.
"Sudah banyak tahun bibi bersembunyi di tepi telaga,
sedikit sekali masalah dunia persilatan yang kuketahui,
sedang tokoh-tokoh lima manusia cacad pun baru muncul
berapa tahun belakangan ini. seperti misalnya si tongkat
besi berkaki tanggal Gui-Pak-ciang yang kau maksudkan,
dulunya ia lebih dikenal sebagai Kun lui koay (tongkat
geledek) yang merajai wilayah Soa lam, apa sebabnya
mereka bisa berkumpul pada malam yang sama, bibi
sendiripun kurang jelas.”
Berbicara sampai di situ, dia melirik sekejap ke arah putri
kesayangannya, lalu sambil mengulumkan senyuman,
lanjutnya:
http://kangzusi.com/
”Sedangkan mengenai belajar ilmu berenang, bibi sudah
kelewat tua sehingga tak mungkin bisa mengajarkan sendiri
kepadamu. . . ."
"Apa? Bibi sudah tua?" Lan See giok melongo.
Memandang wajah kaget yang menghiasi wajah Lan See
giok, tanpa terasa Ciu Siau cian menutupi bibirnya sambil
tertawa.
Benar, di mata Lan See giok paling banter bibinya baru
berusia dua puluh enam tujuh tahunan, dia masih nampak
muda, cantik, anggun, halus dan lembut, bagaimana
mungkin bisa dibilang telah tua? Tak heran kalau dia
menjadi tertegun saking kagetnya.
Hu-yong siancu tersenyum, dia tidak menanggapi
pertanyaan Lan See giok tersebut, hanya terusnya:
"Mulai besok, kau boleh minta kepada enci Cian mu agar
mengajarkan ilmu berenang. . "
Lan See giok girang sekali, hal ini memang merupakan
pucuk dicinta ulam tiba baginya. maka sambil melompat
bangun dan menjura kepada Ciu Siau cian, katanya dengan
gembira:
"Kalau begitu siaute ucapkan banyak terima kasih dulu
kepada cici Cian."
Siapa tahu Ciu Siau cian segera menghindar ke samping
sambil berseru:
"Aaah, aku tak lebih hanya gadis dusun yang tak tahu
soal adat, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan
enci Cu yang pandai, ilmu berenang lagi pula terhitung
keturunan keluarga persilatan yang terhormat . . .”
http://kangzusi.com/
Lan See giok menjadi gugup, dia memang tidak
menyangka kalau enci Cian nya yang lemah lembut
ternyata mempunyai rasa cemburu yang begitu besar.
Sambil tertawa paksa, katanya kemudian dengan gugup.
"Oooh, cici! Mengapa kau masih mengingat ingat kata
lelucon tersebut? Dalam situasi dan kondisi siaute waktu
itu, mau tak mau harus kusanjung dirinya agar tidak curiga,
harap cici jangan mengingatnya terus dihati"
Sambil berkata, sekali lagi dia menjura dalam-dalam, kali
ini dia menjura dalam sekali hingga sepasang tangannya
hampir menempel di atas tanah.
Ciu Siau cian yang terbayang kembali bagaimana ia
merasa kecewa, menderita dan malu serta pelbagai perasaan
lain yang bercampur aduk, tak tahan lagi katanya dengan
hambar
"Aku tahu kalau diriku ini rendah dan tak mungkin bisa
menandingi si nona terhormat dari keturunan keluarga
ternama, oleh sebab itulah aku tak berani menerima
permintaan dari ibu untuk memberi pelajaran kepadamu. ."
Memandang wajah Lan See giok yang merah membara
karena gelisah. Hu-yong siancu tersenyum, segera ujarnya:
"Siau cian, bagaimanakah posisi adik Giok mu waktu itu
tentunya sudah kau ketahui, buat apa sih mesti menyiksa
dia. . ."
Mendengar bibinya membelai dia, dari murung Lan See
giok menjadi gembira, memanfaatkan kesempatan itu
ujarnya sambil tertawa:
"Siaute berani bersumpah kepada langit, selama hidup
aku tak berani lagi membuat cici marah, bila cici sampai
http://kangzusi.com/
dibuat marah, siaute bersedia untuk berlutut di depan cici
dan menerima hukuman."
Mendengar perkataan itu, tanpa terasa Han Sin wan
melirik sekejap ke arah putrinya sambil tertawa riang,
wajahnya bersinar cerah ujarnya kemudian sambil
tersenyum.
”Nah, anak Cian, apa lagi yang hendak kau katakan
sekarang?"
Ciu Siau cian malu sekali, mukanya merah sampai ke
telinga, sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan
manja serunya:
"Sungguh mendongkolkan, sungguh mendongkolkan”
Sekali lagi Lan See giok berdiri melongo sikap enci Cian
dan sikap bibinya boleh dibilang merupakan dua reaksi
yang berbeda, sambil memandang ke arah bibinya ia pun
berkata agak tersipu sipu:
"Aku tidak tahu apakah kembali salah berbicara, dulu
kalau anak Giok telah melakukan kesalahan, ayah selalu
menyuruh anak Giok berlutut sebagai hukuman."
"Anak Giok, itukan menghadapi orang tua atau
angkatan yang lebih tua” seru bibi Wan sambil tertawa geli.
Belum habis perkataan tersebut, dengan wajah bersemu
merah Ciu Sian cian segera menimbrung:
"Ibu, anak Cian bukan enggan memberi pelajaran kepada
adik Giok, cuma kurasa disini terlalu banyak mata-mata,
kalau orang melihat gerak gerikku, mereka bisa salah
sangka.."
Hu-yong siancu segera memahami maksud putrinya,
sambil tertawa ujarnya lagi.
http://kangzusi.com/
"Tentu saja pelajaran tak boleh diberikan disiang hari,
sebab dengan begitu akan menarik perhatian orang banyak,
tempat persembunyian kita di tempat inipun akan segera
tersebar luas pula dalam dunia persilatan, apalagi dengan
kaburnya adik Giok mu, pihak Wi-lim-poo pasti tak akan
melepaskan pengejarannya. apalagi si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san bertekad akan mendapatkan
kotak kecil itu.."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, tanyanya tanpa terasa:
"Bibi, mereka bilang kotak kecil itu berisikan kitab
pusaka Tay lo hud bun tiap yap cinkeng, benarkah itu?"
Bibi Wan tidak langsung menjawab, tiba-tiba saja dia
memasang telinga dan mendengarkan dulu keadaan di
sekeliling tempat tersebut . . .
Suasana di luar halaman amat hening, selain angin
malam yang berhembus lewat menggoyangkan dedaunan
serta ranting dan suara ombak telaga yang memecah di
tepian tanggul, tak kedengaran suara yang lain.
Dengan wajah serius diapun manggut-manggut,
sahutnya dengan suara lirih:
"Betul, kitab pusaka tersebut benar-benar merupakan
mestika dunia persilatan yang diidam idamkan setiap umat
persilatan, tapi sedikit sekali yang tahu dimanakah ilmu
sakti tersebut tercatat, oleh sebab itu mereka yang tidak
mengetahui rahasianya, mendapatkan benda tersebut sama
artinya dengan memperoleh benda rongsokan!"
Lan See giok sendiripun sangat berharap bisa
mempelajari kepandaian sakti yang tercantum dalam kitab
pusaka itu, tanpa terasa tanyanya dengan gelisah.
http://kangzusi.com/
"Apakah bibi mengetahui bagaimana cara nya membaca
kitab pusaka tersebut?"
Hu-yong siancu menghela napas sedih:
"Aai, seperti juga ayahmu, bibi bukan orang yang
berjodoh dengan Buddha, tak mampu kupahami arti dari
pelajaran tersebut"
Betapa kecewanya Lan See giok setelah mengetahui hal
ini, bukankah kejadian tersebut sama artinya dengan
ayahnya telah mengorbankan selembar jiwanya demi suatu
benda "rongsokan"? Apakah hal ini tidak kelewat tidak
berharga?
Sementara dia masih termenung, terdengar bibi Wan
kembali berkata:
"Bibi pernah menasehati ayahmu, kalau toh tak
dipahami rahasia dari kitab pusaka tersebut, lebih baik
segera dikirim kembali saja."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu. buru-buru ia bertanya:
"Bibi, darimanakah ayah peroleh kotak kecil itu?"
Sorot mata bibi Wan menjadi redup, seakan akan
terbayang kembali kisah dimasa silam, lama kemudian dia
baru berkata:
"Bibi hanya tahu, ayahmu telah berjumpa dengan
kekasihnya yang telah menikah di bawah puncak Giok-li-
hong di bukit Hoa san dan secara kebetulan juga
mendapatkan kotak kecil itu, sedang keadaan yang
sebenarnya tidak bibi ketahui."
Lan See giok hanya ingin cepat-cepat mengetahui kisah
ayahnya sampai mendapatkan kotak kecil itu, karenanya ia
tidak terlalu memperhatikan perubahan wajah bibinya.
http://kangzusi.com/
Saat ini satu ingatan tiba-tiba melintas di dalam
benaknya, dengan nada memohon segera ujarnya:
"Bibi, bersediakah kau mengeluarkan kotak kecil itu agar
giok ji periksa? Sekarang hari sudah malam, siapa tahu
dengan tenaga pikiran giok ji, bibi dan enci Cian kita akan
berhasil memahami rahasia kitab pusaka tersebut?"
"Baiklah," sahut Hu-yong siancu tanpa ragu-ragu,
"malam ini, mari kita lihat sampai di manakah rejekimu?"
Ia beranjak menuju ke jendela belakang dan mengintip
sekejap keadaan di sekitar sana dengan cekatan, kemudian
tubuhnya melompat ke luar dan sekejap kemudian sudah
lenyap dari pandangan.
Ketika Lan See giok turut menengok ke depan, rembulan
nampak bersinar cerah, daun dan ranting bergoyang
lembut, sedang bintang berkedip kedip memancarkan
cahaya nya, tengah malam sudah lewat.
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, bibi Wan
dengan jurus walet lincah menerobos tirai sudah melayang
masuk kembali ke ruangan, gerakan tubuhnya ringan dan
sama sekali tidak menimbulkan suara.
Lan See giok menutup jendela dengan cepat kemudian
berpaling, ternyata di tangan bibi Wan telah bertambah
dengan sebuah kotak kecil berwarna kuning yang empat
inci lebarnya.
Berhubung Lan See giok sudah tahu kalau isi kotak
tersebut berisikan sejilid kitab pusaka, maka dalam hati
kecilnya timbul perasaan hormat.
Biarpun bibi Wan nya terhitung seorang pendekar wanita
yang namanya menggetar kan dunia persilatan, setelah
memegang kotak kecil berisi kitab pusaka itu, toh
http://kangzusi.com/
terpengaruh juga oleh emosi, wajahnya berubah menjadi
serius dan sepasang tangannya turut gemetar.
Dengan hormat sekali Lan See giok menerima kotak
kecil itu kemudian setelah melepaskan kain kuningnya,
pelan-pelan ia membuka penutup kotak itu.
Di dalam kotak itu berisikan tiga buah daun emas yang
panjangnya beberapa inci, sinar gemerlapan segera
memancar ke mana-mana.
Lama sekali Lan See giok memperhatikan benda tersebut
namun gagal untuk menemukan sesuatu yang
mencurigakan, apalagi ke tiga lembar daun emas itu tidak
beraksara tidak pula bergambar, polos dan halus sekali.-
Hu-yong siancu serta Ciu Siau cian berdiri membungkam
di belakang Lan See giok, mereka pun berusaha
memusatkan segenap perhatiannya untuk turut memeriksa
ke tiga lembar daun emas tadi, namun apa yang ditemukan
tak lebih cuma daun emas biasa.
Untuk beberapa saat lamanya, suasana di sekeliling
tempat itu dicekam dalam keheningan yang luar biasa.
sedemikian hening nya sampai masing-masing dapat
mendengar detak jantung lawannya..
Mendadak..
Dari arah tepi telaga sana, lamat-lamat kedengaran suara
yang amat lirih.
Pertama tama Hu-yong siancu yang merasakan lebih
dulu, dengan cepat dia mengebaskan tangannya untuk
memadamkan lentera, seketika itu juga suasana dalam
ruangan dicekam kegelapan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok sangat terkejut, cepat-cepat dia menutup
kembali kotak tersebut dan menyerahkannya kembali
kepada bibi Wan.
Sedangkan Ciu Siau cian memasang telinga baik-baik
sembari mengerdipkan matanya, lalu dengan nada kaget ia
berbisik:
"Ibu, seperti ada perahu yang merapat di tepi telaga!"
Dengan langkah terburu buru dia menuju ke luar,
membuka pintu rumahnya sedikit lalu mengintip ke luar
segulung angin dingin berhembus masuk, udara terasa
sedikit dingin.
Lan See giok menyusul di belakang Ciu Siau cian,
mereka bersama sama berdiri di belakang pintu.
Ketika Ciu Siau cian mengetahui adik Gioknya
menyusul, dengan cepat ia memberi tanda, lalu menarik
tangan pemuda itu dan diajaknya menuju ke pintu
pekarangan.
Ketika Lan See giok merasa tangannya digenggam oleh
tangan enci Cian nya yang halus dan lembut seakan akan
tak bertulang, segulung hawa panas yang segar dengan
cepat menyusup ke dalam lubuk hatinya.
Mengikuti di belakang gadis tersebut sekarang, dia
seperti sudah melupakan segala ketegangan yang dirasakan
hanya semacam perasaan aneh yang tak terlukiskan dengan
kata-kata, dan perasaan ini dapat membikin jantungnya
berdebar keras dan wajahnya bersemu merah, tubuhnya,
seolah-olah melayang di atas awan.
Tanpa terasa ia bersama Ciu Siau cian telah berjongkok
di bawah pagar pekarangan, bau harum semerbak yang
berhembus lewat membuat hatinya berdebar semakin keras.
http://kangzusi.com/
Diantara bau harum itu, terselip pula bau harum khas
dari enci Ciannya, dan bau tadi membuat ia merasa
gembira dan sangat nyaman.
Sudah lama dia mimpikan menggenggam tangan enci
Ciannya yang lembut, dan kini harapannya telah menjadi
kenyataan, tanpa disadari ia menggenggam tangan Ciu Siau
cian semakin kencang.
Ciu Siau cian tidak menolak sebab ia sedang
memusatkan semua perhatiannya untuk mengintip melalui
celah-celah pagar pekarangan, sebaliknya Lan See giok
malah termangu - mangu oleh kecantikan wajah kekasih
hatinya ini.
Dalam keadaan begini, dia tidak berhasrat untuk
memikirkan hal lain lagi, dia cuma berharap bisa bersama
dengan enci Ciannya untuk selama lamanya . . .
Mendadak Ciu Siau cian menyikutnya pelan, Lan See
giok segera tersadar kembali dan mengalihkan
pandangannya ke arah telaga.
Dari bawah tanggul telaga tampak ada tiga sosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat, di bawah
cahaya rembulan mereka hanya sempat melihat potongan
badannya saja.
Mendingan kalau Lan See giok tidak melihat. begitu
diintip dia menjadi kagetnya setengah mati, bahkan hampir
saja menjerit tertahan, rupanya ke tiga sosok manusia yang
baru saja melompat turun dari tanggul telaga itu adalah si
manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san, Say nyoo-hui
Ki-Ci-hoa serta Oh Li cu yang cantik tapi genit itu.
Tanpa terasa dia lantas menggenggam tangan Ciu Siau
cian kencang-kencang.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian segera merasakan akan hal itu, dengan
cepat dia berbisik.
"Siapakah mereka? Apakah perempuan yang bernama
Oh Li cu?"
Suara yang halus, udara yang hangat dan harum,
sungguh merupakan suatu rangsangan yang luar biasa,
hanya sayang Lan See giok yang tegang sehingga dia sama
sekali tidak merasakan akan hal tersebut.
Lan See giok mengangguk dengan gelisah sahutnya
dengan nada gelisah.
"Bukan hanya Oh Li cu seorang, kedua orang lainnya
adalah orang tua mereka, Oh Tin san serta Say nyoo-hui."
Sewaktu Ciu Siau cian mendengar perkataan itu dia
seperti agak terkejut pula, cepat-cepat dia mengangguk dan
kemudian mengalihkan kembali sorot matanya ke arah tepi
telaga.
Dalam pada itu Oh Tin San dan Say nyoo-hui sedang
memberi gerakan tangan kepada Oh Li cu, agaknya dia
sedang menanyakan kejadian yang dialaminya hari ini
kalau di tinjau dari wajah Oh Tin san tampaknya dia amat
gusar.
Tiba-tiba Oh Li cu menuding ke muka, mengikuti
tudingan itu, Oh Tin san dan Say nyoo-hui segera
mengalihkan sorot mata mereka yang tajam bagaikan
sembilu ke arah depan.
Menyaksikan sorot mata mereka, Lan See giok
merasakan tubuhnya gemetar keras, tak tahan dia berpaling
ke arah pintu rumah mohon bantuan.
http://kangzusi.com/
Baru berpaling, dia telah menyaksikan bibi Wan berdiri
di belakang pintu pagar dengan wajah tenang, agaknya dia
pun sedang mengawasi gerak gerik Oh Tin san bertiga.
Betapa leganya Lan See giok setelah melihat bibinya
munculkan diri, meski demikian rasa tegang toh belum
mereda, tanpa terasa bisiknya lirih:
"Bibi, Oh Tin san.."
"Ssst-!" Hu-yong siancu menempelkan jari tangannya ke
atas ujung bibir melakukan gerakan melarang berbicara,
setelah itu dia menuding ke tepi telaga.
Lan See-giok memahami maksudnya dan berpaling
kembali, ternyata Oh Tin san bertiga sedang berbisik bisik
seperti merundingkan sesuatu, ke enam mata mereka yang
tajam dialihkan kemari tiada hentinya.
Mendadak . . .
Ke tiga orang itu bersama sama memberi tanda,
kemudian berjalan mendekati bangunan rumah mereka.
Peluh dingin dengan cepat bercucuran membasahi tubuh
Lan See-giok, cepat dia berpaling, bibi Wan nya memberi
tanda kepadanya agar kabur secepatnya, maka dia menarik
tangan Ciu Siau cian dan bersama sama kembali ke dalam
kamar.
Hu-yong siancu mengikuti di belakang mereka dengan
sikap yang tenang, pintu rumah sekalian ditutup rapat, lalu
memberi tanda kepada Lan See giok agar bersembunyi di
ruang dalam, diperingatkan sebelum dipanggil agar jangan
munculkan diri.
Lan See giok mengangguk dengan gugup kemudian
berjalan masuk ke dalam kamar tidur bibinya, disaat dia
http://kangzusi.com/
hendak melangkah ke dalam kamar dilihatnya enci Cian
sedang dibisiki sesuatu oleh ibunya.
Dalam suasana begini, dia tidak berhasrat lagi untuk
mendengarkan apa yang dibicarakan bibi Wan nya, dengan
gugup dia menyandarkan diri dekat jendela depan, lalu
membuat sebuah lubang kecil pada kertas jendela tadi.
Dari situ kembali dia mengintip ke muka, kali ini Oh Tin
san suami istri serta Oh Li cu telah berdiri di luar pagar
sambil menengok ke dalam rumah, waktu itu mereka
sedang berbisik bisik sambil menuding ke sana ke mari.
Sorot mata sesat kelihatan mencorong ke luar dari balik
mata Oh Tin San, dengan wajah penuh amarah dia
mengawasi Oh Li cu, sementara tangannya yang kurus
kering menuding kesana ke mari seperti lagi menanyakan
sesuatu.
Rambut Oh Li cu sangat kusut, keningnya berkerut dan
bibirnya cemberut, sementara sepasang matanya telah
merah membengkak karena kebanyakan menangis.
Saat ini dia mengenakan pakaian ringkas berwarna
merah, sebilah pedang tersoren di punggungnya.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa berkerut kening juga, sekalipun
dia sayang anak tapi berhubung masalahnya menyangkut
suatu urusan besar, maka dia seakan-akan tak sanggup lagi
untuk membendung amarah Oh Tin San terhadap putrinya.
Sementara itu, Oh Li cu telah mengangguk dengan pasti,
dia menuding ke arah pepohonan ditengah halaman.
Tanpa banyak membuang waktu, Oh Tin san segera
melejit ke udara dan melayang turun ke dalam halaman,
sedangkan Say nyoo-hui serta Oh Li cu mengikuti di
belakangnya.
http://kangzusi.com/
Baru saja mereka bertiga menginjakkan kakinya ke atas
tanah.
"Kraak. . .!"
Tahu-tahu pintu depan terbuka lebar.
Hu-yong siancu dengan wajah yang anggun dan tenang
telah berdiri angker di depan pintu.
Kemunculan tuan rumah yang amat tiba-tiba ini sangat
mengejutkan Oh Tin San suami istri, agaknya kejadian
tersebut sama sekali di luar dugaan, tapi hanya sebentar saja
paras muka mereka segera pulih kembali seperti sedia kala
dan menunjukkan sikap angkuh.
Hu-yong siancu tidak menunjukkan sikap apapun, malah
dengan senyum dikulum dia melangkah ke luar dari dalam
ruangan.
Paras muka Oh Tin san suami istri berubah hebat,
setelah berseru tertahan mereka mundur setengah langkah,
tapi dalam waktu singkat mereka berhasil menguasai
kembali keadaan, senyum dingin segera menghiasi lagi
ujung bibir mereka.
Setelah berdiri tegak, sambil tertawa hambar Hu-yong
siancu berkata:
"Selama ini kalian menjagoi dunia persilatan dengan
bercokol di benteng Wi-lim-poo, nama besarnya sudah
termasyhur sampai di seantero dunia. kami ibu dan anak
beruntung sekali bisa hidup bertetangga dengan kalian
dengan mendirikan gubuk reyot di tepi telaga" Kemudian
setelah memandang sekejap kearah Oh Li cu, dia
melanjutkan.
"Kini, malam sudah larut, entah ada persoalan apa
kalian suami istri bersama putri kalian berkunjung ke mari?
http://kangzusi.com/
Gubuk kami reyot. bila tidak keberatan silahkan masuk ke
ruangan untuk minum teh dulu. ."
Merah padam selembar wajah Oh Tin san dia
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
sahutnya sambil tertawa nyaring:
"Hu-yong siancu adalah seorang pendekar wanita yang
namanya sudah menggemparkan lima telaga dan sekarang
hidup menyendiri di tepi telaga untuk mencari kehidupan
yang aman damai, kami suami istri berdua tak lebih hanya
manusia kasar. bila lihiap tidak berbohong, tentunya sudah
kau ketahui bukan apa maksud kunjungan kami pada
malam ini"
Hu-yong siancu berkerut kening, kemudian gelengkan
kepalanya dengan tidak mengerti, ujarnya hambar.
"Entah apa maksudmu?"
Paras muka Oh Tin san berubah, setelah tertawa dingin
katanya dengan suara dalam.
"Bila kau mengaku tak tahu, tak ada salahnya aku
berbicara secara blak- blakan. malam ini sengaja kami
datang untuk mengambil kembali kitab pusaka Tay lo tiap
yap cinkeng, sebagai manusia yang berpengalaman,
tentunya kau tahu bukan sepasang tangan susah melawan
empat tangan, biarpun kami bertiga sadar bukan tandingan
lihiap, tapi untuk membela diri, terpaksa kami akan
mengerubuti lihiap"
Dengan wajah berlagak kaget bercampur keheranan Hu-
yong siancu segera berseru.
"Kotak kuning itu diserahkan oleh Gurdi emas peluru
perak Lan tayhiap kepadaku agar disampaikan kepada
seorang cianpwe, aku seperti tak pernah mendengar harus
menyerahkannya kepada mu"
http://kangzusi.com/
Berubah paras muka Oh Tin san setelah mendengar
ucapan itu, tak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata
katanya, ia sudah bertanya dengan wajah kaget.
"Siapakah ciancu itu?"
Hu-yong siancu menggelengkan kepala nya berulang
kali:
"Di dalam suratnya Lan tayhiap tidak menjelaskan
siapakah manusia tersebut, hanya diterangkan ia memakai
jubah kuning, berambut perak dan berjenggot panjang,
selain itu dia pun mempunyai sebuah ciri yang sangat khas .
."
Setelah berhenti sejenak dia memandang sekejap ke arah
Oh Tin san yang wajahnya mulai memucat serta Say nyoo-
hui yang berkerut kering, setelah itu melanjutkan:
"Adapun ciri khas dari manusia berjubah kuning itu
adalah pada keningnya terdapat sebuah tahi lalat yang
berwarna merah!"
Sekujur badan Oh Tin san gemetar keras, peluh dingin
jatuh bercucuran dengan amat deras, tapi toh bertanya juga
dengan nada tidak mengerti.
"Lan Khong-tay memerintahkan kepadamu harus
menyerahkan kotak kecil itu kepada si manusia aneh
tersebut pada saat kapan?"
"Tengah hari tadi!" jawab Hu-yong siancu tanpa ragu.
Oh Tin san suami istri serta Oh Li cu bertiga merasakan
hatinya bergetar keras, tanpa terasa mereka saling
berpandangan sekejap, sebab mereka serentak teringat
kembali dengan Lan See giok yang hilang lenyap.
Say nyoo-hui memutar biji matanya, kemudian
menimbrung.
http://kangzusi.com/
"Di tempat mana?"
Hu-yong siancu menggerakkan alis mata nya, lalu sambil
menuding ke belakang rumah sahutnya,
"Di atas bukit sana. . . ."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Say nyoo-hui
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, suaranya
tinggi melengking persis seperti suara kucing kawin.
Selain Hu-yong siancu sendiri yang di bikin tak mengerti
oleh suara tertawa lengking itu, sekalipun Oh Tin san serta
On Li cu sendiripun dibuat keheranan.
Selesai tertawa, Say nyoo-hui kembali berkata dengan
suara dingin:
"Kau siluman rase cilik yang tak tahu diri, kendatipun
kau cerdas dan lihay, toh tampak juga kecerobohan mu itu,
aku tidak percaya dengan segala obrolanmu tersebut".
Kemudian dengan mata melotot dan tertawa seram, ia
menghardik:
"Siapa yang berada di dalam ruangan?"
Sambil membentak dia menuding kearah pintu kamar.
Agaknya Hu-yong siancu tidak menyangka kalau Say
nyoo-hui bakal berubah sikap sedemikian cepatnya, meski
begitu dia tetap bersikap tenang, ditatapnya wajah Say
nyoo-hui yang sedang menyeringai itu lembut, kemudian
jawabnya dingin:
"Dia adalah putraku Siau cian!"
Say nyoo-hui melototkan matanya, makin besar,
mencorong sinar tajam dari balik matanya, kemudian
setelah tertawa seram dia berkata:
"Aku tidak percaya."
http://kangzusi.com/
"Jika tidak percaya lantas kau mau apa!" Hu-yong siancu
segera menarik mukanya dengan gusar.
"Lonio akan menggeledah!"
Sembari berkata, tiba-tiba sepasang tangannya berputar
dan sepasang goloknya sudah diloloskan dari sarung.
Sementara itu keberanian Oh Tin san pun nampaknya
semakin menjadi, tenaga dalamnya dihimpun ke dalam
telapak tangan, lalu dia bersiap siap untuk menerkam ke
muka.
"Criing!" cahaya tajam berkilauan, Oh Li cu telah
meloloskan pula pedangnya.
Berubah hebat paras muka Lan See giok yang mengintip
dari balik jendela, dia benar-benar tak menduga kalau
situasi di dalam halaman akan mengalami perubahan
sedemikian cepatnya.
Karena kaget dan cemas, dan gugup anak muda itu
melompat turun dari pembaringan lalu melompat ke jendela
belakang dan membukanya dengan cepat.
Tapi..seperti disambar guntur disiang hari bolong, Lan
See giok tertegun lalu melongo, sekalipun dia ternganga
karena kagetnya, untung tiada suara yang terpancar ke luar.
Si kakek berjubah kuning yang berwarna halus dan
lembut itu tahu-tahu sudah muncul di luar jendela dengan
senyuman dikulum.
Memandang si kakek berjubah kuning yang berdiri di
luar jendela itu, Lan See giok termangu mangu, kepalanya
terasa pusing tujuh keliling, hampir saja ia roboh tak
sadarkan diri karena terkejutnya.
Mimpi pun ia tak pernah mengira bakal menjumpai
kakek berjubah kuning itu di rumah bibi Wan nya.
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih termangu, tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, kakek berjubah kuning itu sudah
melompat masuk ke dalam ruangan dengan enteng tanpa
menimbulkan sedikit suarapun,
Diam-diam Lan See giok amat terkejut, kendatipun dia
sudah tahu kalau si kakek berjubah kuning itu memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, tapi ilmu meringankan
tubuh yang demikian sempurnanya ini pada hakekatnya
belum pernah di dengar atau dilihat olehnya.
Sementara ia masih termenung, kakek berjubah kuning
itu telah menepuk nepuk bahunya dengan lembut wajahnya
sangat ramah penuh senyuman, sesudah memberi tanda
agar jangan berisik, dia berjalan menuju ke pintu gerbang.
Dalam pada itu suara bentakan gusar dari Hu-yong
siancu telah berkumandang lagi dari tengah halaman.
"Oh Tin-san, kuanjurkan segera kau ajak istri dan putri
mu untuk pergi meninggalkan tempat ini, jangan mencari
penyakit di tempat ini, jangan lagi Lan See giok telah diajak
tokoh silat itu belajar silat di pegunungan terpencil,
sekalipun ia berada dalam rumah, bayangkan saja, apakah
kalian sanggup melewati diriku sebelum dapat memasuki
ruangan ini?"
Oh Tin san termasuk manusia licik yang banyak curiga.
betul juga, kecurigaannya segera timbul setelah mendengar
perkataan itu. terutama setelah mendengar kalau Lan See
giok telah diterima tokoh silat itu sebagai muridnya, dia
merasa kepalanya seperti dipukul dengan tongkat besar.
Dengan buas penuh kebencian Say nyoo-hui melotot
sekejap kearah Hu-yong siancu, lalu setelah tertawa dingin
katanya.
http://kangzusi.com/
"Hmm, sekalipun kau sudah bercerita yang aneh-aneh,
sayang sekali aku tidak percaya kalau dalam dunia ini
terdapat kejadian yang begitu kebetulan, Hu-yong siancu
memang termasyhur sebagai perempuan cantik, tapi
sekalipun kepandaian silatmu lebih hebatpun jangan harap
bisa menandingi kami bertiga . . . "
Tergetar juga perasaan Hu-yong siancu, tidak sampai Say
nyoo-hui menyelesaikan kata katanya, dia telah menyela
dengan dingin.
"Ki-Ci-hoa, kau tak usah bersilat lidah, kalau toh kau
yakin gabungan tenaga kalian bertiga sanggup mengatasi
diriku, silahkan dicoba, asal satu diantara kalian bertiga
sanggup melewati diriku dan memasuki ruangan, bukan
saja aku Han Sin wan akan serahkan Lan See giok kepada
kalian, kitab pusaka Tay loo hud bun-pwee yap cinkengpun
akan kupersembahkan ke pada kalian bertiga!.”
-ooo0dw0ooo-

BAB 11
PARAS muka Oh Tin san suami istri sama-sama
berubah, di hati kecil mereka merasa amat terkejut, sebab
ucapan tersebut kelewat tekebur, dengan pamor Hu-yong
siancu di dalam dunia persilatan, tentu saja ia bukan hanya
gertak sambal belaka.
Oleh sebab itu tanpa sadar mereka berdua
menghubungkan kejadian tersebut dengan kepandaian sakti
yang tercantum-dalam kitab cinkeng, jangan-jangan Hu-
yong siancu telah berhasil mempelajari berapa diantara nya?
Kalau tidak, masa ia berani berbicara membual .?
Begitu terbayang kemungkinan besar kepandaian silat
Hu-yong siancu telah meningkat lebih hebat. rasa iri dan
http://kangzusi.com/
marah kembali berkobar di dalam dada Say nyoo-hui,
sambil menggertak gigi menahan dendam ia berseru
kembali:
"Terus terang kuucapkan kedatangan kami pada malam
ini adalah bertujuan untuk merebut kitab Tay lo-pwee yap
cinkeng, sedang soal Lan See giok, bagi kami bukan
menjadi masalah yang serius, bila kau bersedia serahkan
pula kepada kami, tentu saja kami akan membawanya pula
"
Baru saja perkataan itu sudah diucapkan dengan wajah
berubah Oh Li cu telah menimbrung.
"Ibu, kau tak boleh berkata begini . ."
Api amarah dan rasa iri sedang membara di dalam dada
Say nyoo-hui, begitu mendengar perkataan dari Oh Li cu
amarah yang semula tak terlampiaskan kontan saja meletus
dengan mata melotot besar, bentaknya penuh amarah.
"Tutup mulut, urusan jadi kacau gara-gara ulahmu,
sekarang kau masih punya muka untuk banyak ngebacot
lagi di sini? Bila Lan See giok benar-benar berada di sini,
mungkin bapak ibumu sendiri juga tak akan kau akui!"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, Oh Li cu sudah
melejit ke tengah udara dan kabur menuju ke luar halaman .
..
Oh Tin san menjadi gugup, teriaknya tanpa terasa:
"Anak Cu, balik!"
Tapi suasana di luar halaman sangat hening, yang
terdengar hanya ujung baju terhembus angin yang makin
menjauh.
Oh Tin san memandang sekejap ke arah Say nyoo-hui
yang tampaknya mulai menyesal dengan pandangan
http://kangzusi.com/
gelisah, seolah-olah dia sedang bertanya: Bagaimana
sekarang?
Tergerak hati Hu-yong siancu, dia merasa kesempatan
baik ini tak boleh disia-siakan dengan begitu saja, segera
ujarnya dengan suara hambar:
"Kepergian putri kalian dalam gusar, bisa jadi akan
mengambil jalan pendek, lebih baik kalian berdua cepat-
cepat menyusul putri kesayangan kalian saja. sedang
masalah kitab pusaka Tay lo hud bun pwee tiap cinkeng
telah kuserahkan kepada kakek berjubah kuning, bila kalian
masih saja bersikeras akan menggeledah rumah, terpaksa
aku akan mencoba pula ilmu baru yang baru kupelajari dari
kitab Hud bun cinkeng tersebut."
Dalam keadaan demikian ini, posisi Oh Tin san serta Say
nyoo-hui benar-benar serba salah, mereka berdua segera
saling berpandangan sekejap, agaknya mereka sudah
bertekad hendak menyerbu ke dalam ruangan.
Tapi sewaktu mereka berdua mendongakkan kembali
kepalanya, wajah mereka berubah hebat, sambil menjerit
kaget mereka mundur tiga langkah sorot matanya penuh
rasa kaget dan ngeri, selangkah demi selangkah mereka
mundur terus ke belakang.
Hu-yong Siancu yang menyaksikan peristiwa ini tentu
saja menjadi tertegun, keningnya berkerut sedang hati
kecilnya keheranan, tapi kemudian dia seperti memahami
sesuatu, dengan cepat dia berpaling pula ke ruangan.
Tapi, pintu rumah masih terbuka lebar, keadaan di situ
tiada perubahan, tanpa terasa dia melirik pula ke depan
jendela putrinya, di jumpai putri kesayangannya masih
bersembunyi pula di situ.
http://kangzusi.com/
Maka dia berpaling lagi, ternyata Oh Tin san suami istri
sudah melarikan diri terbirit birit.
Sadarlah Hu-yong siancu, pasti ada sesuatu yang tak
beres, dia berlari masuk ke rumah, Ciu Siau cian telah
menyongsong pula dari kamarnya, serunya kemudian
dengan gembira.
"Ibu, Cian ji kagum sekali kepadamu, coba lihat, mereka
telah dibikin kabur oleh perkataanmu."
Hu-yong siancu datang amat gelisah, dia tak berniat
menjawab perkataan dari putrinya, ketika tidak dijumpai
Lan See giok turut ke luar, buru-buru ia menegur:
"Mana adik Giokmu?"
Sambil bertanya cepat-cepat dia masuk ke kamar sendiri,
tapi jendela sudah terbuka Lan See giok juga lenyap tak
berbekas.
"Celaka." pekik Hu-yong siancu panik, ia melompat ke
luar jendela dan naik ke atap rumah.
Suasana amat hening, hanya rembulan bersinar di langit
barat, tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak.
Dari gerak gerik ibunya yang gugup, Ciu Siau cian tahu
kalau gelagat tidak beres, cepat-cepat dia menyusul ke luar
jendela, baru saja akan menyusup ke atas atap rumah, Hu-
yong siancu telah melayang turun
Cepat-cepat Ciu Siau cian menyusulnya sambil bertanya:
"Ibu, apa yang telah terjadi? Mana adik Giok?"
Dengan wajah pucat pias Hu-yong siancu menuding ke
jendela bagian belakang kemudian mereka berdua bersama -
sama kembali ke dalam ruangan.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian menutup daun jendelanya rapat-rapat, ia
saksikan ibunya sedang mengeluarkan sebuah kotak kecil
berkain kuning dari bawah pembaringan.
Agak lega perasaan Hu-yong siancu setelah melihat
kotak itu masih tetap utuh, ketika penutupnya dibuka
tampak daun emas tersebut masih tetap seperti sedia kala.
rasa cemas yang semula mencekam perasaannya kini
menjadi lega kembali.
Kendaripun demikian, kedua orang tersebut tetap merasa
tak habis mengerti, kenapa Lan See giok bisa lenyap dari
situ?
Sementara itu, Lan See giok telah dibawa si kakek
berjubah kuning itu berlarian di tengah tanah pegunungan,
gerakan tubuh kakek itu cepat, sekali bagaikan sambaran
kilat, mereka langsung menuju ke sebuah puncak bukit.
Lan See giok yang berlarian mengikuti kakek, tersebut
dapat merasakan angin tajam menderu deru di sisi
telinganya, dia merasa kakinya seolah-olah tidak menginjak
tanah. melainkan melayang diantara awan.
Berhubung kemunculan kakek berjubah kuning itu
berhasil membuat Oh Tin san 1ari ketakutan, ditambah
pula dia tidak menuntut kotak kecil itu, perasaan gelisah
dan cemas yang semula menyelimuti perasaan Lan See
giok, kini sudah mereda kembali
Ia pernah berpikir, jangan - jangan hal tersebut hanya
merupakan sebuah taktik merebut hati dari kakek berjubah
kuning tersebut, tapi setelah berpikir lebih jauh, dia merasa
pemikiran tersebut tidak benar, dengan kepandaian sakti
yang di miliki kakek berjubah kuning itu, bila dia ingin
melarikan kocak kecil tersebut, hal tersebut seharusnya bisa
dia lakukan semudah merogoh barang dalam saku sendiri.
http://kangzusi.com/
Apalagi masalah ke lima manusia cacad serta siapa
gerangan pembunuh sebenarnya. yang telah menghabisi
nyawa ayahnya perlu diketahui dan di tanyakan pula dari
kakek berjubah kuning ini-
Sementara dia masih termenung, tubuhnya terasa sudah
melambung ke atas puncak tebing itu.
Ketika kakek berjubah kuning itu mengebaskan ujung
bajunya, tubuh merekapun berhenti bergerak.
Lan See giok segera berpaling, ia saksikan kakek
berjubah kuning itu dengan senyuman ramah dikulum dan
sorot mata yang berkilat kilat sedang memandang ke
arahnya penuh belas kasih, dia hanya tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Sikap yang begitu belas kasih dan ramah ini dengan
cepat menggetarkan perasaan pemuda kita, apalagi bila
terbayang sikap hormat dari si naga sakti pembalik sungai
terhadap orang itu.
Tanpa terasa diapun menjura seraya berkata dengan
hormat:
"Boanpwe Lan See-giok menyampaikan salam untuk
locianpwe"
Seraya berkata dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat..
Kakek berjubah kuning itu mengangkat kepalanya dan
tertawa terbahak bahak, suaranya nyaring bagaikan pekikan
burung hong, nadanya penuh kegembiraan. Kemudian
dengan suara lembut dia berkata:
"Nak, waktu yang tersedia bagi kita tidak banyak, ayo
cepat bangun dan duduk. kita harus berbicara banyak."
http://kangzusi.com/
SAMBIL berkata dia lantas membangunkan pemuda
tersebut dari atas tanah.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, dijumpainya
bukit itu sangat datar, rumput tumbuh amat subur, puluhan
kaki di seputar sana tidak dijumpai pepohonan pinus
ataupun bambu, juga tiada batuan cadas.
Boleh dibilang tempat semacam ini merupakan sebuah
tempat yang ideal sekali untuk bercakap-cakap.
Dengan kepandaian maha sakti yang di miliki kakek
berjubah kuning itu, jatuhnya bunga atau daun pada jarak
sepuluh kaki di seputar sana pun bisa ditangkap olehnya
dengan nyata, jelas tak mungkin ada orang yang bisa
menyadap pembicaraan mereka tanpa ketahuan jejaknya.
Mereka berduapun duduk di atas tanah berumput, tanah
yang amat lembut bagai-kan busa.
Kemudian kakek berjubah kuning itu bertanya dengan
ramah:
"Nak, tidakkah kau merasa keheranan, mengapa aku
datang mencarimu malam-malam begini?"
Lan See giok memang berperasaan demikian, maka dia
mengiakan dengan hormat.
Kakek berjubah kuning itu kembali tertawa terbahak
bahak.
"Haaahhh- haaahhh.. haaahhh, terus terang kukatakan
kepadamu nak, sejak aku masuk ke dalam benteng Wi-lim-
poo, selama ini aku, tak pernah meninggalkan Oh Tin san,
oleh sebab itu mereka dapat menemukan kau, akupun dapat
pula menemukan dirimu “
http://kangzusi.com/
"Locianpwe" tanya Lan See giok tidak habis mengerti,
"dari mana Oh Tin san bisa mengetahui tempat tinggal dari
bibi Wan-?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya hanya secara kebetulan
saja, ketika Oh Tin san suami istri kembali ke benteng, Oh
Li cu menangis sambil mengadukan peristiwa lenyapnya
kau kepada orang tua mereka. Say nyoo-hui segera
menuduh kau berusaha melarikan diri, tapi Oh Li-cu
berusaha-keras membelaimu."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak seakan akan
sedang memikirkan sesuatu lalu dengan tidak mengerti ia
bertanya.
"Pernahkah kau bercerita kepada Oh Tin san bahwa bibi
Wan mu mempunyai seorang putri berusia enam tujuh
belas tahunan?"
Mendengar pertanyaan itu Lan See giok segera menjadi
menyesal sekali, dia manggut-manggut.
Kakek berjubah kuning itupun melanjutkan kembali
ceritanya.
"Tatkala Oh Li cu bercerita ada seorang gadis berbaju
kuning yang berusia enam tujuh belas tahunan
menunjukkan perubahan wajah dan nampak amat sedih
sekali setelah bertemu kau, Oh Tin san segera menaruh
curiga kalau rumah ini bisa jadi adalah tempat kediaman
bibi Wan mu, akhirnya mereka putuskan untuk melakukan
penyelidikan, ketika mereka ketahui bibi Wan mu ternyata
adalah Hu-yong siancu Han Sin -wan yang sudah lama
mengasingkan diri, maka semua duduknya persoalanpun
menjadi jelas."
Lan See giok pernah menaruh curiga, kepergian Oh Tin
san ditengah malam buta tanpa pamit tempo hari adalah
http://kangzusi.com/
untuk pergi mencari bibi Wan nya, maka kembali ia
bertanya:
"Tahukah locianpwe, apa sebabnya Oh Tin san suami
istri meninggalkan rumah secara tergesa gesa ditengah
malam buta?"
"Walaupun Oh Tin san orangnya buas dan kejam,
namun ia tak bisa menguasai diri bila menghadapi suatu
persoalan, malam berselang kalian membicarakan lagi soal
kotak kecil itu- “
Mendengar sampai disini, Lan See giok pun menjadi
paham kembali, tanpa terasa serunya cemas.
"Anak Giok tahu sekarang, orang berdiri di luar jendela
semalam itu adalah locianpwe?"
Sambil tertawa ramah kakek berjubah kuning itu
manggut-manggut.
"Nak, seharusnya kau bisa menduga akan diriku, Di
dalam benteng Wi-lim-poo banyak terdapat kapal perang
yang berlabuh, di luar dikelilingi telaga yang luas,
penjagaan dan pengintaian tersebar di mana-mana,
memang tidak gampang bagi orang luar untuk
menyelundup masuk, untung saja penjagaan di dalam
benteng tidak ketat sehingga banyak memberi keleluasaan
bagiku.."
Lan See giok segera teringat akan sesuatu rahasia yang
tidak diketahui olehnya, dengan nada tak mengerti kembali
dia bertanya:
"Tahukah locianpwe di dalam gedung bagian pusat
benteng Wi-lim-poo kenapa tidak diberi penjagaan?"
Kembali kakek berjubah kuning itu termenung sebentar,
lalu sahutnya:
http://kangzusi.com/
"Oh Tin-san adalah seorang manusia yang gampang
menaruh curiga, bisa jadi dia menganggap penjagaan di luar
bentengnya sudah sekokoh dinding baja lantai tembaga dan
mustahil ada orang menyusup ke dalam, maka kuatir
rahasia pribadi dalam ruangannya ketahuan orang lain,
maka dia sengaja tidak mengatur penjagaan di seputar sana,
hal ini bisa dibuktikan pula dengan tiadanya orang yang
berdiam di seputar situ."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
tersebut, seakan akan memahami sesuatu, dia bertanya
kembali.
"Locianpwe bilang malam berselang kau berdiri di luar
jendela, kemudian Oh Tin san ke luar dari ruangan setelah
mendengar suara, tapi nyatanya tidak ditemukan sesosok
bayangan manusiapun, waktu itu apakah locianpwe sudah
masuk ke ruang belakang?"
Kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak bahak:
"Haah . . haah . . haaahhh . . . justru kebalikannya, aku
cuma bersembunyi di bawah lantai batu di depan jendela
pagoda air, sewaktu kau ke luar dari jendela, asal kau
tundukkan kepalamu, niscaya akan kau jumpai jejakku. tapi
kenyataannya kalian semua malah naik ke atap rumah."
Mendengar penjelasan tersebut, diam-diam Lan See giok
memuji akan keberanian kakek berjubah kuning tersebut,
dia merasa tindakan semacam ini sungguh kelewat
menyerempet bahaya.
Terdengar kakek berjubah kuning itu melanjutkan
kembali ceritanya:
"Waktu itu Oh Tin san pun berpendapat akulah yang
telah menyadap pembicaraan tentang rahasia kotak kecil
tersebut, karena nya ia menjadi gugup dan ketakutan.
http://kangzusi.com/
akhirnya diputuskan untuk berangkat pada malam itu juga
mencari si naga sakti pembalik sungai dan menjelaskan
masalah kotak kecil itu kepadaku.."
"Tapi locianpwe toh tidak berada di kampung nelayan
itu.." tukas Lan See giok kuatir.
Kakek berjubah kuning itu tertawa ramah.
"Sekalipun aku berada di situpun, si naga sakti pembalik
sungai akan mengatakan aku telah pergi!"
Lan See giok semakin tidak mengerti, baru saja dia
hendak minta penjelasan lebih jauh, dari kejauhan sana
kedengaran suara ayam jago mulai berkokok-
Kakek berjubah kuning itu segera merasa waktu sudah
siang, setelah memandang sekejap keadaan langit, diapun
berkata.
"Nak. sekarang sudah mendekati kentongan ke lima, kau
harus kembali sebelum fajar menyingsing kalau tidak, bibi
Wan mu pasti akan sangat gelisah dan tidak tenang, apakah
kau masih ada urusan lain yang hendak ditanyakan
kepadaku?"
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok menjadi
sangsi, karena pertanyaan yang akan diajukan kelewat
banyak, sehingga untuk sesaat dia tak tahu pertanyaan
manakah yang hendak diajukan lebih dahulu-
Tampaknya kakek berjubah kuning itu bisa menduga
jalan pemikiran Lan See giok, maka dia berkata kemudian.
"Sekarang, apakah kau sudah memahami sebab musabab
yang mengakibatkan kematian ayahmu?"
Lan See giok mengangguk, katanya dengan perasaan
sedih.
http://kangzusi.com/
"Hanya sampai kini anak Giok belum mengetahui
siapakah pembunuh sebenarnya dari ayahku."
Sambil mengelus jenggotnya dan termenung sejenak,
kakek berjubah kuning itu berkata kemudian.
"Kalau ditinjau dari segi-segi yang ada sekarang, kelima
manusia cacad itu sama-sama mencurigakan, kita harus
menyelidiki secara seksama lebih dulu sebelum bisa
menentukan siapakah pembunuh yang sebenarnya.
Teringat akan julukan-julukan yang istimewa dari kelima
manusia cacad itu, Lan See giok segera memohon:
"Dapatkah locianpwe menjelaskan asa1 usul dari kelima
manusia cacad dari tiga telaga itu? Mengapa kelima orang
itu sama-sama memiliki julukan yang mengandung kata
"tunggal"? Darimana mereka bisa tahu kalau ayahku
berdiam di kuburan kuno serta apa sebabnya ke lima
manusia cacad yang berdiam di pelbagai wilayah bisa
berkumpul di tempat yang sama pada malam yang sama”
"Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata
katanya. kakek berjubah kuning itu telah menggoyangkan
tangannya mencegah pemuda itu melanjutkan kembali kata
katanya, dia menimbrung.
"Pertanyaan mu yang beruntun tersebut bila kujawab
dengan memerlukan waktu yang amat panjang, mustahil
semua masalah bisa dijelaskan dalam waktu singkat,
sekarang aku hanya bisa memberitahukan kepadamu,
sebenarnya julukan semula dari ke lima orang tersebut tidak
disertai kata "tunggal", pada mulanya mereka pun bukan
manusia yang cacad telinga, mata atau kaki, sedang soal
dari mana mereka bisa tahu ayahmu berdiam dalam
kuburan kuno itu. hal tersebut baru dapat diketahui setelah
kita datangi kelima manusia tersebut, nah hari ini aku
http://kangzusi.com/
hanya bisa menjelaskan sampai di sini, lain kali tentu akan
kujelaskan lebih jauh!”
Selesai berkata diapun beranjak siap-siap meninggalkan
tempat tersebut.
Lan See giok memandang sekejap ke ufuk timur di mana
matahari telah memancarkan sinarnya yang keemas
emasan, dia tahu kakek berjubah kuning itu hendak pergi
sebelum fajar menyingsing.
Buru-buru ia bertanya lagi:
"Locianpwe, tahukah kau darimana ayahku bisa
mendapatkan kotak kecil itu?"
"Dia mendapatkan secara kebetulan di bawah Giok li
hong bukit Hoa san."
Lan See giok ingin sekali mempelajari ilmu silat maha
sakti yang tercantum dalam cinkeng itu, maka kembali dia
bertanya.
"Konon tiga lembar daun emas yang berada dalam kotak
kecil itu berisikan semacam kitab pusaka ilmu silat yang
memuat kepandaian silat maha sakti, benarkah perkataan
tersebut?"
Tanpa ragu barang sedikit pun jua kakek berjubah kuning
itu mengangguk.
"Benar, cuma orang yang tidak mengetahui rahasianya,
meskipun mendapatkan pusaka tersebut pun sama artinya
dengan mendapatkan benda rongsokan."
Sekali lagi tergerak hati Lan See giok, selanya.
"Pernah locianpwe membaca isi kitab tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu segera memperlihatkan paras
serba salah, katanya kemudian.
http://kangzusi.com/
"Meskipun aku tahu bagaimana cara membacanya, tapi
hanya aku seorang diri tak mungkin bisa membacanya"
Lan See giok sangat tidak mengerti atas perkataan itu,
keningnya berkerut, kemudian tanyanya bimbang:
"Kalau toh locianpwe sudah mengetahui cara untuk
membaca rahasia kepandaian silat tersebut mengapa kau
tidak membaca nya seorang diri?"
Kakek berjubah kuning itu memandang sekejap kearah
Lan See giok, lalu tertawa penuh arti.
"Untuk membaca isi kitab pusaka tersebut, harus ada
seorang yang bertenaga dalam sempurna menggenggam
daun emas tadi kemudian mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya ke dalam daun emas tadi sedang si
pembaca harus berlutut di hadapannya sambil baca, cuma
orang inipun harus memiliki bakat yang sangat bagus dan
memiliki daya ingat yang tajam, dengan begitu kepandaian
tersebut biru dapat dikuasai olehnya.”
Menjadi termangu Lan See giok sehabis mendengar
perkataan itu, lama kemudian ia baru bertanya:
"Locianpwe siapakah yang memiliki tenaga dalam
sedemikian sempurnanya sehingga dapat memaksa daun
emas tersebut memperlihatkan catatannya?"
“Hanya si pemilik semula dari kotak tersebut" jawab
kakek berjubah kuning itu tanpa ragu.
Lan See giok menjadi amat gembira, tanyanya cepat:
"Locianpwe, anak Giok tidak becus tapi percaya
memiliki daya ingat yang cukup baik, dimanakah pemilik
kotak tersebut sekarang? Dapatkah anak Giok pergi
mencarinya dengan membawa kotak kecil tersebut?"
http://kangzusi.com/
"Menurut apa yang kuketahui, orang itu berdiam di
bawah kaki puncak giok Ii hong di bukit Hoa san, kaki
bukit yang mana tidak kuketahui, tapi menurut cerita orang,
banyak yang ingin menyambanginya tapi sebagian besar
harus pulang dengan kecewa, tapi ada pula yang memasuki
lembah tersebut sambil menyebutkan namanya serta
berhasil menjumpai wajah asli orang tersebut. Tentang
apakah kau berhasil menjumpainya, hal ini tergantung papa
tekad, kesungguhan mu serta rejekimu..”
Walaupun Lan See giok merasa sulit tapi ia bersedia
untuk mencobanya, dengan cepat ia bertanya:
"Locianpwe, siapakah tokoh sakti tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu termenung sejenak. kemudian
dengan nada tidak pasti katanya.
"Konon orang itu bernama To seng-cu!"
Gemetar keras sekujur badan Lan See -giok, paras
mukanya berubah hebat, serunya tanpa sadar.
"To . . to. . . to-seng cu? Dia. . . diapun memakai gelar
kata "tunggal" . . ?" ,
Tanpa terasa dia menjadi terbayang kembali keadaan
ayahnya yang terkapar di atas genangan darah, waktu itu
tangan kanannya dengan menggunakan sisa tenaga yang
dimilikinya hanya sempat mengukir kata.
"To" atau tunggal di atas tanah..
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya. Jangan-
jangan orang yang membunuh ayahnya adalah To seng cu
ini?
Siapa tahu To seng cu menaruh dendam kepada ayahnya
karena kotak kecil tersebut tidak dikembalikan kepadanya,
http://kangzusi.com/
maka setelah menelusuri jejak ayahnya selama banyak
tahun, akhirnya tempat kediaman ayahnya ditemukan?
Semakin dipikir Lan See giok merasa semakin masuk
diakal, sebab hanya manusia berkepandaian sangat lihay
seperti To seng cu saja yang mampu menghabisi nyawa
ayahnya di dalam sekali pukulan.
Membayangkan kesemuanya ini, berkobarlah api marah
dalam dadanya, hawa napsu membunuh pun segera
menyelimuti seluruh wajahnya yang tampan.
Sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajah kakek
berjubah kuning itu lekat-lekat, dia bertanya.
"Locianpwe, dengan tenaga dalam yang kau miliki
sekarang dapatkah kau menampilkan tulisan di atas daun
emas tersebut?"
Kembali kakek berjubah kuning itu menunjukkan sikap
serba salah, lama kemudian dia baru menjawab:
"Kecuali To seng cu seorang, mungkin dalam dunia
persilatan dewasa ini sudah tiada orang kedua yang
memiliki tenaga dalam seperti dia lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan menghela napas,
katanya lebih jauh:
"Terus terang saja anak Giok, aku sudah banyak tahun
mencari ayahmu di mana-mana, setiap orang mempunyai
kepentingan pribadi masing-masing, tentu saja akupun
berharap bisa membawa kotak kecil itu pergi menghadap
To seng cu serta menjadi orang yang paling tangguh dalam
dunia persilatan. tapi sejak aku bertemu dengan kau dan
menemukan kau adalah manusia yang berbakat bagus
untuk belajar ilmu silat, apalagi jika kau berhasil
mempelajari kepandaian sakti dalam pusaka Pwee yap-
Cinkeng tersebut sudah pasti kau bisa menjadi tangguh dan
http://kangzusi.com/
keadilan serta kebenaran di dunia ini bisa ditegakkan, itulah
sebabnya kuberikan kesempatan yang sangat baik ini
kepadamu, biarpun aku mengetahui kotak kecil itu
disembunyikan di bibi Wan mu dikolong ranjang, tapi aku
tidak mengambilnya. Nah anak Giok, semoga kau tidak
sampai menyia-nyiakan harapanku!"
Betapa terharunya Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, dia semakin menaruh hormat kepada kakek
berjubah kuning itu, katanya dengan hormat:
"Locianpwe tak usah kuatir, anak Giok bertekad tak
akan menyia nyiakan harapan kau orang tua, bila aku
menyangkal dari ucapanku, biar langit menghukumku!"
Dengan penuh kegembiraan kakek berjubah kuning itu
tertawa terbahak bahak, kemudian serunya:
"Kau memang anak yang penurut dan bisa diberi
pelajaran.."
Setelah mengebaskan ujung bajunya, diapun beranjak
pergi meninggalkan tempat tersebut.
Lan See giok tahu bahwa kakek berjubah kuning itu
hendak pergi, cepat dia turut melompat bangun sambil
berseru dengan cemas.
"Locianpwe, anak giok masih ada satu persoalan yang
tidak mengerti!"
"Bila ada persoalan, katakan saja berterus terang"
"Bila anak Giok berhasil menjumpai To seng cu serta
mempelajari kepandaian silat maha sakti yang tercantum
dalam kitab pusaka Pwee yap cinkeng tersebut. apakah
tenaga dalamku bisa melampaui To seng cu ?
Dengan wajah bersungguh sungguh kakek berjubah
kuning itu segera berkata.
http://kangzusi.com/
"Hal ini tergantung dirimu sendiri, apakah kau berniat
sungguh-sungguh serta bersedia tekun mempelajari
kepandaian itu, jika kau rajin berlatih, sekalipun To seng cu
terhitung jagoan nomor satu dikolong langit dewasa ini,
mungkin kemampuannya waktu itu masih di bawah
kemampuanmu"
Mendengar sampai di sini, Lan See giok segera
menjatuhkan diri berlutut di atas tanah, lalu katanya
dengan hormat.
"Harap locianpwe suka menjaga diri baik-baik, anak
Giok akan pergi dulu, bila aku sudah kembali dengan
belajar ilmu, pasti akan kubalas budi kebaikan dari kau
orang tua!"
Kembali kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak
bahak. Setelah membangunkan Lan See giok dari atas
tanah, katanya dengan amat ramah:
"Anak Giok, dalam perjalananmu kali ini, sepanjang
jalan kau mesti berhati-hati karena membawa mestika,
jangan kelewat memamerkan diri, dan yang paling penting
tak boleh mencari gara-gara, fajar sudah hampir
menyingsing cepatlah pergi!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, lalu ditatapnya
kakek itu sekejap titik air mata hampir saja jatuh berlinang,
setelah berpamitan lagi dengan kakek itu, dia baru
membalikkan badan dan turun dari bukit tersebut.
Sementara itu fajar mulai menyingsing di langit timur
kabut tipis menyelimuti permukaan tanah, kecuali suara
ayam berkokok dari arah kampung nelayan itupun sudah
mulai kedengaran suara manusia.
http://kangzusi.com/
Membayangkan betapa cemas dan gelisah nya bibi Wan
serta enci Cian nya waktu itu, dia mempercepat langkahnya
menuju ke depan.
Ketika tiba di dusun, langit sudah terang, kabut pagi pun
terasa semakin tebal, setelah melewati pepohonan siong
yang lebat, dalam waktu singkat dia telah tiba di halaman
belakang rumah bibi Wan nya.
Dari kejauhan ia sudah melihat enci Cian duduk di
belakang jendela dengan wajah murung. sepasang matanya
memandang sebatang pohon di hadapannya dengan
termangu, seakan akan ia sedang melamun.
Dengan cepat Lan see giok melompati pagar dan
melayang turun di depan jendela, segera serunya lirih.
"Enci Cian! Enci Cian!"
Ciu Siau cian sadar kembali dari lamunan, melihat
pemuda itu sudah muncul di hadapannya, mencorong sinar
terang dari balik matanya, kejut dan girang ia berseru lirih:
"Ayo cepat masuk!"
Dengan cepat dia menarik tangan pemuda itu.
Meminjam tenaga tarikan tadi, Lan See giok melayang,
masuk ke dalam ruangan.
Ciu Siau cian memperhatikan sekejap keadaan
sekelilingnya. lalu merapatkan pula daun jendelanya,
setelah itu sambil menggenggam tangan pemuda itu,
omelnya dengan penuh rasa kuatir:
"Bagaimana sih kau ini? Mengapa pergi selama ini? Bikin
hati orang gelisah saja."
Sambil berkata dia mengangguk pemuda itu duduk di
depan pembaringan, sementara sepasang matanya yang jeli
http://kangzusi.com/
dengan perasaan tak tenang dan gelisah mengawasi pemuda
itu tiada hentinya.
Tak terlukiskan rasa haru, berterima kasih dan hangatnya
perasaan Lan See giok melihat perhatian enci Cian
terhadapnya, katanya kemudian sambil tertawa:
"Cici jangan marah, aku diajak kakek berjubah kuning
itu untuk bercakap cakap."
"Kakek berjubah kuning yang mana?" tanya Ciu siau
cian tidak mengerti.
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok baru
teringat kalau tadi ia lupa menanyakan nama kakek
tersebut, dengan wajah memerah terpaksa ujarnya.
"Yaa kakek berjubah kuning itu!"
Meski Ciu Siau cian bisa memahami, tak urung dia toh
tertawa cekikikan juga.
"Enci Cian, mana bibi?" tiba-tiba pemuda itu teringat
akan Hu-yong siancu.
Ciu Siau cian menarik kembali senyuman nya, lalu
sambil sengaja menarik muka dia berkata:
"Ke mana lagi? Tentu saja pergi mencari mu, siapa suruh
kau tidak meninggalkan pesan ketika pergi."
"Bukan siaute tidak ingin memberi pesan, aku takut Oh
Tin san dan Say nyoo-hui mendengar suara panggilanku
sehingga menambah kesulitan, aku memang berniat
menghindar untuk sementara waktu ke luar dusun sana "
Ciu Siau cian menganggap perkataan itu ada benarnya
juga, maka diapun mengangguk. kemudian setelah melihat
sekejap matahari di luar jendela, katanya dengan penuh
perhatian.
http://kangzusi.com/
"Kau sudah bergadang semalaman suntuk, sekarang
beristirahatlah sebentar."
Setelah beberapa malam tak tidur, Lan See giok memang
merasa agak lelah, tapi dia kuatir dengan keselamatan
bibinya, segera serunya:
"Enci Cian aku tidak lelah, aku hendak menunggu
sampai bibi kembali."
"Coba kau lihat, fajar telah menyingsing sekarang,
ibupun segera akan pulang" kata Ciu Siau cian sambil
menuding ke luar jendela, tidurlah dulu. bila ibu pulang,
aku akan memanggilmu lagi!"
Sambil berkata ia menekan bahu pemuda itu agar
membaringkan diri.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lan See giok
membaringkan diri sambil memejamkan mata, namun bau
harum semerbak yang terpancar dari pembaringan tersebut
semakin membuat pemuda ini tak dapat tidur.
Oleh karena itu meski kelopak matanya telah
dipejamkan, namun masih bergetar tiada hentinya.
Tersenyum Ciu Siau cian setelah melihat kejadian ini,
tiba-tiba ia menotok jalan darah Hek-si-hiat di tubuh
pemuda itu, hanya menotok dengan pelan kemudian
beranjak ke luar dari ruangan.
Lan See giok membuka matanya melirik sekejap ke arah
enci Cian nya yang tersenyum dengan muka merah, melihat
jalan darah tidurnya ditotok hampir saja ia tertawa geli.
Pada saat itulah dari luar jendela kedengaran suara pintu
pekarangan dibuka orang.
Menyusul kemudian kedengaran suara enci Cian nya
berseru:
http://kangzusi.com/
"Ibu, adik Giok telah pulang!"
"Oya? Di mana ia sekarang?" tanya Hu-yong siancu kejut
bercampur gembira.
Mendengar perkataan itu Lan See giok segera melompat
bangun dan siap ke luar- -
Tapi tiba-tiba saja terdengar Ciu Siau cian berkata. "Adik
Giok sudah tertidur ibu, dia hendak menunggumu sampai
pulang, akulah yang telah menotok jalan darahnya sebelum
ia tertidur “
Lan See giok yang mendengar perkataan Itu segera
teringat kalau jalan darahnya sudah tertotok, cepat-cepat
dia membaringkan kembali badannya ke atas ranjang.
Untuk sesaat suasana dalam halaman menjadi hening,
lalu terdengar bibi Wan nya tertawa geli.
Lan See giok segera tahu keadaan runyam, pasti bibinya
tahu kalau dia telah belajar ilmu menggeser jalan darah
kepada enci Ciannya.
Benar juga. terasa ada angin berdesir lewat, bayangan
manusia muncul di depan mata, Ciu Siau clan dengan
wajah cemberut telah berdiri di depan pembaringan.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok melompat
bangun, lalu tanyanya sambil tertawa.
"Cici, apakah bibi telah pulang?"
Melihat Lan See giok sudah tahu masih pura-pura
bertanya, Ciu Siau cian merasa makin mendongkol ia
bersiap siap mengumbar hawa amarahnya.
Tiba-tiba terdengar Hu-yong siancu bertanya:
"Anak Giok, kau belum tertidur?"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dari luar muncul seseorang yang
masih basah oleh embun pagi,
Lan See giok segera melompat turun dari pembaringan,
lalu katanya dengan hormat.
"Sebelum bibi pulang, anak Giok merasa tak tenang
untuk memejamkan mata".
Sambil berkata dia mengerling sekejap ke arah enci
Ciannya yang masih tersipu sipu, kontan saja sikapnya
menjadi sangat tak tenang . . .
Menyaksikan keadaan adik Gioknya yang mengenaskan,
tanpa terasa Ciu Siau cian tertawa cekikikan.
Dengan tertawanya gadis itu, perasaan tidak tenang yang
semula mencekam perasaan Lan See giok pun segera
menjadi lega kembali, ia pun turut tertawa.
Memandang sepasang muda mudi yang amat lucu itu,
Hu-yong siancu turut merasa gembira, segera ujarnya
dengan ramah:
"Anak Giok, duduklah, coba kau ceritakan kisah
perjumpaanmu dengan kakek berjubah kuning itu."
Setelah semua orang mengambil tempat duduk masing-
masing, Lan See giok mulai menceritakan bagaimana
pengalamannya bertemu dengan kakek berjubah kuning itu
sampai dia pulang kembali.
Akhirnya pemuda itu menambahkan.
"Bibi, anak Giok bertekad akan mencari To-seng cu, aku
rasa bisa jadi dialah pembunuh yang sebenarnya dari
ayahku."
Paras muka Hu-yong siansu amat serius, ia tidak segera
menjawab, sampai lama kemudian baru tanyanya.
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, apakah kau berhasil melihat tahi lalat besar
di kening kakek tersebut pada perjumpaan kali ini?"
Bergetar keras perasaan Lan See giok mendengar
pertanyaan itu, mukanya menjadi merah padam karena
jengah, sambil menundukkan kepalanya ia menjawab:
"Berhubung waktu yang amat singkat, anak Giok cuma
teringat persoalan-persoalan yang dihadapi, karenanya aku
lupa untuk memeriksanya dengan teliti."
Hu-yong siancu tidak menegur pemuda itu, sorot
matanya dialihkan ke luar jendela memandang matahari
yang memancarkan sinar keemas emasan, ia seperti sedang
melamunkan sesuatu.
Lama-lama kemudian ia baru berkata agak tergagap:
"Jangan-jangan dia adalah si kakek yang dijumpai
Khong-tay tempo hari- “
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, selanya tiba-tiba.
"Bibi, siapakah yang telah berjumpa dengan ayahku?"
Hu-yong siancu segera sadar atas kekhilafan sendiri,
katanya kemudian sambil tertawa hambar.
"Kalian masih kanak-kanak, sekarang belum saatnya
untuk mengetahui persoalan-persoalan tersebut"
Dengan cepat paras mukanya telah pulih kembali seperti
sedia kala, lalu dengan nada penuh perhatian dia berkata.
"Anak Giok, bibi tak akan menghalangi niatmu untuk
mengunjungi bukit giok li -hong, tapi mesti kau ketahui,
perjalanan semacam ini jelas merupakan suatu perjalanan
menyerempet bahaya, andaikan To- seng cu benar-benar
adalah musuh besar yang membinasakan ayahmu,"
perjalanan mu kali ini lebih banyak bahayanya dari pada
http://kangzusi.com/
selamat, bahkan bisa jadi akan mengorbankan selembar
jiwamu"
Lan See giok sama sekali tidak gentar oleh perkataan
tersebut, katanya malah dengan gagah.
"Dendam sakit hati anakku lebih dalam dari pada
samudra, sekalipun harus naik ke bukit golok atau terjun ke
kuali berisi minyak mendidih, anak giok tak akan mundur
barang setapak pun"
Mendadak ia saksikan Cu Siau cian menunduk dengan
wajah sedih, tanpa terasa ia turut beriba hati, katanya
kemudian dengan nada menghibur.
"Apalagi bencana atau rejeki bukan di tentukan manusia.
sampai sekarang pun belum kita ketahui To seng cu
sebenarnya musuh besar pembunuh ayahku atau bukan
seandainya bukan, anak Giokpun karena bencana peroleh
rejeki, selain bisa mempelajari ilmu silat yang hebat akupun
dapat membalaskan dendam bagi kematian ayahku"
Dengan sorot mata gembira Hu-yong siancu memandang
sekejap ke arah Lan See giok lalu ujarnya sambil manggut-
manggut.
"Berbicara soal ilmu silat, To seng cu terhitung manusia
paling kosen di dunia persilatan dewasa ini, sampai
sekarang belum pernah ada orang yang mengetahui nama
dan usia yang sebenarnya, konon dia telah berumur di atas
seratus tahun, kepandaian silatnya boleh dibilang sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa..!”
Dengan sedih Ciu Siau cian mendongakkan kepalanya,
seperti memahami sesuatu dia menyela:
"Ibu, bukankah kau pernah berkata kau pun pernah
bersua dengan To seng cu? Coba kau bayangkan, persiskah
http://kangzusi.com/
dia dengan kakek berjubah kuning yang diceritakan adik
Giok tadi? "
Hu-yong siancu berkerut kening, sekilas perubahan aneh
menghiasi wajahnya, lalu ujarnya sambil manggut-
manggut:
"Peristiwa ini sudah terjadi sepuluh tahun berselang,
waktu itu To seng cu mengenakan jubah panjang berwarna
putih, membawa kipas dan amat berwibawa sehingga
siapapun akan berkesan mendalam bila menjumpainya."
Melihat sikap bibinya begitu menaruh hormat, dimana
hal tersebut justru berlawanan sekali dengan pandangan
nya, maka dengan perasaan tak puas katanya.
"Bibi, anak Giok berpendapat gelar To-seng cu ini
kurang sedap didengar, seperti nama-nama Siau yau-cu, Lui
cengcu, Sian kicu dan lain sebagainya, nama tersebut
kebanyakan adalah kaum tosu.."
Hu-yong siancu tertawa hambar, katanya dengan lembut:
"Anak Giok, hal ini hanya disebabkan kau sudah
terlanjur menaruh perasaan benci terhadap julukan yang
menggunakan kata permulaan "To" atau tunggal, itulah
sebabnya To seng cu memberi kesan kurang baik
kepadamu, padahal arti sebenarnya dari To seng-cu atau
aku yang telah sadar!"
Berada dihadapan bibinya, Lan See giok tak berani
memperlihatkan perasaan tak senang hati. namun dihati
kecilnya dia tertawa dingin, katanya kemudian:
"Anak Giok tetap berpendapat, julukan To seng cu itu
kelewat jumawa dan tekebur, anak Giok rasa arti dari
julukan itu bukan aku yang telah sadar. mungkin saja dia
beranggapan akulah yang dipertuan . . . "
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu segera berkerut kening agaknya ia telah
melihat perasaan benci Lan See giok terhadap To Seng cu,
maka katanya kemudian sambil manggut-manggut dan
tertawa:
"Penjelasan secara demikian pun boleh juga. namun
kelewat memaksakan pendapat sendiri dalam perjalananmu
menuju ke bukit Hoa san kali ini, bila berjodoh dan dapat
menjumpai To seng cu, kau harus mengatakan yang
sebenarnya yakni mendapat petunjuk dari seorang kakek
berjubah kuning untuk datang minta belajar ilmu. kau tidak
boleh sekali kali menyinggung masalah dendam sakit hati,
dari pada menimbulkan kecurigaan To seng cu dan
mempengaruhi kemajuanmu dalam menuntut ilmu. "
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah putrinya
yang sedang murung, dia melanjutkan.
"Bisa jadi di sekeliling tempat ini masih penuh dengan
mata-mata dari Wi-lim-poo untuk menghindari segala
sesuatu yang tak diinginkan, lebih baik kau berangkat
setelah malam nanti, sampai waktunya biar enci Cian yang
melindungimu sampai di keresidenan Tek an. ."
"Tidak usah merepotkan enci Cian." Tampik Lan See
giok cepat, ”anak Giok yakin masih dapat menjaga diri
sebaik baiknya, dengan menempuh perjalanan seorang diri,
hal tersebut lebih mudah bagiku untuk meloloskan diri dari
kepungan bila menjumpai kawan jago lihay dari Wi-lim-
poo"
Hu-yong siancu segera menganggap ucapan ini masuk
diakal, diapun mengangguk.
"Baiklah, semoga kau berhati hati di sepanjang jalan,
jarak dari sini hingga kota Tek an sekitar seratus li, bila
menggunakan ilmu meringankan tubuh paling banter
http://kangzusi.com/
selewatnya tengah malam kau sudah tiba di sana,
beristirahat di luar kota semalam.”
Keesokan harinya kau boleh meneruskan perjalanan
menuju ke wilayah Kui ciu lewat Sui ciang, dari sana kau
boleh langsung berangkat ke bukit Hoa san. ."
Dengan perasaan amat berat Lan See giok mengangguk
berulang kali sambil mengiakan.
Terdengar Hu-yong siancu berkata lebih jauh.
"Anak Giok, semalam kau belum tidur, malam nantipun
harus melanjutkan perjalanan, sekarang beristirahatlah dulu
di pembaringan enci Cian mu."
Selesai berkata, dia lantas berjalan menuju ke luar.
Ciu Siau cian memandang sekejap ke arah Lan See giok
dengan pedih, kemudian dengan kepala tertunduk
mengikuti di belakang ibunya menuju ke kamar tidur
ibunya.
Lan See giok termangu mangu, wajah pedih enci Cian
nya sekarang pada hakekat nya berbeda sekali dengan
wajah riang ketika menotok jalan tidurnya tadi.
Benar hubungan mereka belum lama, tapi setelah diberi
kesempatan untuk menjalin hubungan lebih mendalam,
sikap Ciu Sian cian saat ini sudah jauh lebih terbuka.
Kini ia harus berpisah lagi, dia harus berangkat ke Hoa
san dengan membawa nasib yang sukar diketahui, bisa jadi
perpisahan kali ini merupakan perpisahan untuk selamanya.
Pikir punya pikir, masalah demi masalah pun
berdatangan secara beruntun, sampai lama sekali dia baru
dapat tertidur.. Ketika mendusin, matahari sore sudah di
jendela belakang, dengan kaget dia melompat bangun
http://kangzusi.com/
melihat bibinya berada di luar, cepat dia ke luar dari
ruangan sambil bertanya.
"Bibi, sudah jam berapa sekarang, agaknya aku sudah
tertidur cukup lama?"
Melihat wajah Lan See giok cerah kembali dia sedikitpun
tidak memperlihatkan tanda keletihan, dengan girang Hu-
yong siancu berkata.
"Selama berapa hari belakangan ini kau belum tertidur
baik, tidurmu hari ini boleh dibilang sudah lebih dari
cukup."
Kemudian setelah melirik sekejap matahari senja di luar
pagar. terusnya.
"Sekarang, mungkin sudah mendekati pukul lima sore."
Sambil tertawa Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Waah, tidur anak Giok kali ini memang betul-betul
nyenyak sekali."
Ketika tidak menjumpai Siau cian di ruangan, kembali ia
bertanya dengan perasaan tak mengerti.
"Bibi, mana enci Cian?"
"Ia sedang menyiapkan santapan malam untukmu" sahut
Hu-yong siancu sambil melirik sekejap ke dapur.
Baru saja dia menyelesaikan kata katanya, Ciu Siau cian
telah masuk sambil menghidangkan santapan malam.
Lan See giok melihat sepasang mata enci nya sudah
merah membengkak, wajahnya sedih dan murung, ia tahu
gadis itu baru saja habis menangis, hal mana membuat
perasaannya amat resah.
http://kangzusi.com/
Hidangan pada malam itu sangat lezat, sayangnya ke
tiga orang itu merasa tak enak untuk makan.
Akhirnya Hu-yong siancu mengambil kotak kuning itu
dari dalam kamarnya serta sebungkus uang perak,
kemudian dengan penuh perhatian ia berkata.
"Anak Giok, simpanlah kotak kecil ini baik baik,
sepanjang jalan kau tak boleh kelewat menonjolkan diri,
gunakan uang perak tersebut sehemat mungkin, dengan
begitu kau akan bisa tiba di Hoa san dengan tak usah takut
kehabisan biaya."
Sambil berkata, dia serahkan kotak dan kantung uang
tersebut kepada Lan See giok.
Buru-buru pemuda itu bangkit berdiri sambil
menerimanya, tak terlukiskan rasa haru dalam hatinya
hingga tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran, ujarnya
sedih:
"Bila anak Giok berhasil mempelajari ilmu silat dalam
kepergian kali ini serta membalas dendam sakit hati, anak
Giok pasti akan pulang dengan secepatnya, lalu anak Giok
akan mendampingi bibi dan tak akan terjun lagi ke dunia
persilatan untuk selamanya, cuma kuatir kepergian anak
giok kali ini lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungan, kalau sampai nasibku jelek dan tewas,
terpaksa budi kebaikan bibi dan enci Cian akan kubayar
dalam penitisan mendatang."
Sambil berkata seka1i lagi dia menjura, dalam-dalam.
Hu-yong siancu tersenyum, dua baris air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Siau cian yang paling sedih, dia menutupi wajahnya
dengan sepasang tangan dan menangis tersedu sedu.
http://kangzusi.com/
Sambil membangunkan Lan See giok dari tanah, Hu-
yong siancu berkata lagi dengan air mata bercucuran:
"Bangkitlah anak Giok, bibi mempunyai firasat kita pasti
akan bersua kembali, To seng cu adalah seorang tokoh
persilatan yang berkedudukan sangat tinggi, ia disegani dan
dihormati setiap orang, sekali pun ia bisa jadi telah
membunuh ayahmu, namun tak akan melancarkan
serangan keji terhadap seorang anak muda seperti kau"
Sementara itu Lan See giok telah menyimpan baik-baik
kotak kecil serta kantung berisi uang itu, kemudian dengan
air mata bercucuran namun sikap tegas ia menjawab.
"Walaupun dia tak akan turun tangan keji kepadaku, tapi
aku tak akan melepaskan dia dengan begitu saja."
Hu-yong siancu menghela napas sedih, kata nya
kemudian dengan mengandung arti dalam.
"Anak giok, bibi harap kau bersikap cerdik dalam
menghadapi setiap persoalan, berpikirlah yang cermat,
jangan emosi dan jangan kelewat kolot, terutama sekali
melakukan tindakan "mengadu telur dengan batu."
walaupun kau sendiri tidak menyayangi jiwamu, namun
kau harus memikirkan juga mereka-mereka yang selalu
menguatirkan keselamatanmu"
Lan See giok amat terkejut, dengan air mata bercucuran
dia segera berpaling dan memandang sekejap Ciu Siau cian
yang sedang menangis tersedu sedu.
Dengan kening berkerut Hu-yong siancu berkata lebih
jauh:
"Bukan cuma bibi yang mengharapkan kepadamu, enci
Cian mu juga berharap kau bisa berjaya dalam dunia
persilatan di kemudian hari.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok sangat terharu, ujarnya dengan wajah
penuh rasa menyesal.
"Anak giok menerima semua nasehat, pasti tak akan
kusia siakan harapan bibi dan cici".
Hu-yong siancu manggut-manggut dengan sedih, setelah
memandang suasana gelap di luar halaman, katanya lebih
jauh.
"Kehidupan orang di kampung nelayan amat sederhana
dan bersahaja, sekarang kebanyakan orang dusun telah
pergi tidur, nah, kau boleh berangkat sekarang."
Ciu Siau cian yang masih menangis terisak pun segera
mengangkat kepalanya dan memandang Wajah Lan See
giok dengan murung, beribu ribu patah kata semuanya
ditumpukkan dalam balik sorot matanya itu.
Lan See giok sendiri meski merasa berat hati, namun dia
toh menjura juga seraya berkata:
"Harap bibi baik-baik menjaga diri, anak Giok akan
segera berangkat.!"
Lalu kepada Siau cian ujarnya pula:
"Enci Cian, baik baiklah menjaga diri, kepergian siaute
kali ini paling banter cuma satu tahun, sampai waktunya
aku pasti akan balik kembali, tak akan kulupakan
pengharapan dari cici."
Ciu Siau cian memandang Lan See giok dengan wajah
sayu, kemudian manggut-manggut, butiran air mata sekali
lagi jatuh bercucuran.
Walaupun Hu-yong siancu merasakan hatinya sakit
bagaikan diiris iris dengan pisau, namun wajahnya masih
tetap tenang, dia memang tidak mempunyai keyakinan
http://kangzusi.com/
apakah kepergian Lan See giok kali ini benar bisa pulang
kembali dengan selamat.
Maka sekali lagi dia berkata dengan wajah bersungguh
sungguh:
"Anak giok, tujuan kepergianmu ke bukit Hoa san adalah
untuk belajar ilmu silat. seandainya terjadi sesuatu ditengah
jalan kau tak boleh berdiam diri terlalu lama, sekarang
berangkatlah lewat halaman belakang, lalu larilah menuju
barat laut, tidak sampai sepuluh li kau akan tiba di jalan
raya menuju ke kota Tekan."
Seusai berkata. dia lantas membalikkan badan dan
masuk kembali ke ruang dalam
Melihat bibinya telah masuk, Lan See giok segera
menggenggam tangan Siau cian dan berkata dengan lembut.
"Cici tak usah bersedih hati, aku pasti dapat kembali
dengan aman dan selamat."
-ooo0dw0ooo-
BAB 12
CIU Siau cian manggut-manggut, sahut nya dengan air
mata bercucuran.
"Adikku cici akan selalu menantikan kedatanganmu.."
Belum habis perkataan tersebut diucapkan, dua baris air
mata sudah meleleh ke luar bagaikan air bah yang
menjebolkan bendungan.
Buru-buru Lan See giok menggunakan ujung bajunya
untuk menyeka air mata di wajah encinya, setelah itu
mereka berdua baru masuk ke ruang dalam.
http://kangzusi.com/
Sementara itu bibi Wan telah membuka jendela belakang
secara hati-hati, kemudian dengan cekatan dia menengok
sekeliling jendela luar.
Ketika Lan See giok menyusul sampai di situ, ia lihat
langit nan biru, beribu bintang bertebaran diangkasa.
suasana kegelapan menyelimuti seluruh dusun. Tiba-tiba
Hu-yong siancu berpaling dan bisiknya lirih:
"Anak giok, berangkatlah sekarang, tampaknya belakang
dusun tidak ada seorang manusiapun!"
Lan See giok memandang ke arah bibinya airmata
bercucuran amat deras, bibirnya bergetar seperti ingin
mengucapkan sesuatu. namun tak sepatah katapun yang
dikeluarkan.
Hu-yong siancu segera tertawa, sambil pura-pura
gembira, katanya dengan suara rendah.
"Anak giok, mumpung saat ini tiada orang cepatlah
berangkat, semoga kau selamat dan sukses sepanjang jalan"
Kemudian dengan penuh keramahan dia menepuk bahu
pemuda itu, sementara air matanya tak tahan jatuh
bercucuran.
Lan See giok manggut-manggut, sekali lagi dia
menengok sekejap ke arah encinya, kemudian baru
melompat ke luar dari jendela dan secepat kilat meluncur ke
luar dari pagar rumah.
Setelah celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu,
dengan menyembunyikan diri dibalik pepohonan dia
meneruskan perjalanannya ke depan.
Setelah sampai di belakang sebatang pohon yang rimbun,
ia berhenti sebentar seraya berpaling, jendela rumah bibinya
telah di tutup, namun dari celah-celah jendela, ia dapat
http://kangzusi.com/
merasakan ada empat buah sorot mata yang tak tenang dan
gelisah sedang mengawasi dirinya.
Dengan cekatan sekali lagi dia mengawasi sekeliling
tempat itu, kemudian mengulapkan tangannya ke arah
jendela belakang, setelah itu baru membalikkan badan dan
melanjutkan perjalanannya.
Tiba-tiba . . .
Pada saat dia membalikkan badan itulah, dari bawah
pohon yang ke tiga dijumpai ada sesosok bayangan manusia
sedang berjongkok di situ.
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok, saking
terkejutnya ia membentak seraya menerjang ke muka
dengan sebuah pukulan siap dilontarkan.
Tapi setelah berhasil mendekati dihadapan nya, ia baru
tertegun karena kaget, ternyata orang itu tak lain adalah Oh
Li cu yang telah ditotok jalan darahnya.
Lan See giok segera berusaha mengendalikan diri,
kemudian berjongkok dan memeluk Oh Li cu ke dalam
rangkulannya.
Waktu itu Oh Li cu sudah tertidur dengan nyenyak
sekali. napasnya sangat teratur, jelas ia sudah ditotok jalan
darah tidurnya.
Dalam keadaan begini Lan See giok sudah tak bisa
memikirkan lagi bagaimana akibat nya bila dia
menyadarkan kembali Oh Li -cu. telapak tangannya segera
di angkat siap membebaskan totokannya.
Pada saat itulah..
Mendadak terdengar ujung baju terhembus angin
berkumandang datang . . .
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok mengangkat
kepalanya, dari antara pepohonan ia saksikan ada dua
sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan
kecepatan luar biasa ternyata mereka adalah bibi Wan serta
enci Cian yang mungkin mendengar suara bentakannya
tadi.
Belum habis Ingatan tersebut melintas lewat, Hu-yong
siancu dan Ciu Siau cian dengan wajah pucat dan gerak
gerik gugup telah meluncur tiba.
Ketika kedua orang itu melihat Oh Li cu dalam
rangkulan Lan See giok, sekali lagi paras muka mereka
berubah hebat.
Dengan nada gelisah Hu-yong siancu segera menegur:
"Anak giok, kau tak boleh membunuhnya."
Seraya berkata ia berjongkok dengan gugup.
"Bibi, bantah Lan See giok, ia sudah ditotok lebih dulu
jalan darah tidurnya oleh orang lain. aku menemukannya
bersandar di tempat ini!"
Sekarang Hu-yong siancu sudah merasakan kalau gelagat
kurang beres, ia segera menerima Oh Li cu dari rangkulan
Lan See-giok dan secara beruntun melepaskan tiga buah
tepukan, akan tetapi Oh Li cu masih tetap tidur amat
nyenyak.
Dengan perasaan tegang Lan See giok segera berbisik
"Bibi, agaknya jalan darah tidurnya telah ditotok serangan
dengan semacam ilmu totokan khusus!"
Hu-yong siancu manggut-manggut, menyusul kemudian
dia periksa keadaan di sekeliling tempat itu dengan
seksama, setelah itu bisiknya lirih:
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, cepat pergi, persoalan di sini biar aku yang
hadapi, bila ada orang menghalangimu, tak usah dilayani."
Lan See giok mengangguk berulang kali, kemudian,
dengan cekatan dia awasi sekeliling tempat itu, lalu
bisiknya:
"Bibi, anak giok berangkat dulu!"
Sekali lagi dia menengok ke arah encinya yang berwajah
pucat pias itu kemudian membalikkan badan segera
berangkat meninggalkan tempat itu.
Dengan menghimpun tenaga dalamnya ke dalam telapak
tangan untuk berjaga jaga atas segala kemungkinan yang
tak diinginkan, Lan See giok percepat langkahnya
meninggalkan tempat itu, sorot matanya yang tajam
memperhatikan keadaan di sekitarnya dengan seksama,
beberapa lompatan kemudian ia telah tiba di luar dusun.
Dalam keadaan begini, dia sudah tak berminat lagi untuk
memikirkan soal Oh Li cu yang ditotok orang, apa yang
dipikirkan sekarang adalah secepatnya meninggalkan
daerah pesisir telaga.
Sekeluarnya dari dusun, dia membenarkan arah
tujuannya, kemudian meneruskan perjalanan ke depan.
Tanah persawahan yang dilewati, berada dalam
kegelapan yang luar biasa, di sana sini hanya terdengar
suara jengkerik serta kunang-kunang yang terbang kian
kemari.
Dikejauhan sana nampak tanah perbukitan secara lamat-
lamat serta hutan lebat yang gelap gulita,
Lan See giok tidak merubah arah, dia meneruskan
perjalanannya menembusi hutan melewati bukit langsung
http://kangzusi.com/
ke arah barat laut, dalam waktu singkat tujuh delapan li
telah dilalui.
Perasaan tegang dan panik yang semula mencekam
perasaannya, lambat laun dapat ditenangkan kembali.
Setelah melalui sebuah tanah perbukitan, lamat-lamat di
kejauhan sana sudah terlihat jalan raya menuju ke kota Tek
an.
Pada saat itulah.
Serentetan suara gelak tertawa yang sangat keras dan
nyaring berkumandang datang dari arah utara sana.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menyembunyikan diri di belakang sebatang pohon besar,
kemudian baru menengok kearah utara.
Satu dua li dari tempat persembunyian nya merupakan
sebuah hutan pohon siong yang lebat, dari tempat itulah
gelak tertawa nyaring tadi berasal.
Kembali terdengar suara bentakan penuh kegusaran:
"Hei orang she Gui, kau jangan kelewat memojokkan
orang, aku To pit him (beruang berlengan tunggal) Kiong-
Tek-ciong selalu mengalah kepadamu, bukan berarti aku
takut kepadamu, kau harus tahu hanya mereka yang
berjodoh dan punya rejeki besar yang akan mendapatkan
benda mestika, bila kau memang punya kepandaian, ayolah
masuk sendiri, aku tak nanti akan mengincar dirimu."
Mendengar pembicaraan tersebut, Lan See giok segera
memastikan kalau suara tertawa itu berasal dari To tui thi
koay (tongkat berkaki tunggal) Gui Pak ciang, hanya tidak
dipahami olehnya masalah yang membuat kedua orang itu
ribut sendiri.
http://kangzusi.com/
Dari balik hutan kembali kedengaran suara Gui Pak
ciang yang kasar.
"Beruang berlengan tunggal, kau tidak usah bermain
kembangan dihadapanku, kita boleh dibilang musuh
bebuyutan yang merasa jalan kelewat sempit, bila kau tidak
serahkan benda tersebut pada malam ini, jangan harap kau
bisa pulang ke bukit Tay ang-san mu dalam keadaan
hidup!"
Tergerak hati Lan See giok, sekarang dia baru mengerti
bahwa markas besar si beruang berlengan tunggal berada di
bukit Tay ang san.
"Orang she Gui!" bentakan nyaring kembali
berkumandang, "aku akan beradu jiwa denganmu, hari ini
kaupun jangan harap bisa kembali ke benteng Pek-hoo-cay!"
Diiringi suara gelak tertawa yang nyaring, menyusul
kemudian bergema suara desingan suara tajam dan deruan
angin pukulan.
Lan See giok tahu bahwa kedua orang itu sudah mulai
melibatkan diri dalam pertarungan sengit, tergerak hatinya,
cepat-cepat dia lari turun dari bukit dan kabur menuju
kegelapan di arah utara.
Dalam perjalanan tersebut, ia dapat melihat kalau tempat
kegelapan di depan sana memang sebuah hutan pohon
siong.
Tapi setelah maju lebih ke muka, dengan perasaan
terkejut pemuda itu segera berhenti, ia jumpai dibalik hutan
pohon siong tersebut ternyata bukan lain adalah puncak
kuburan Ong-leng yang sangat dikenal olehnya.
Sekarang Lan See giok baru mengerti, ternyata hutan
pohon siong di depan sana tak lain adalah kuburan Ong-
leng yang didiaminya selama banyak tahun.
http://kangzusi.com/
Ketika ia mencoba untuk memasang telinga kembali,
ternyata suasana dalam hutan tersebut sudah pulih kembali
dalam ketenangan. agaknya pertarungan yang semula
berlangsung kini telah mereda.
"Aduh celaka" pekik Lan See giok dalam hati.
Dengan cepat dia menyembunyikan diri ke belakang
bantuan cadas yang berada tak jauh dari sana.
Rupanya pemuda itu segera menyadari karena agaknya
pertarungan dari si tongkat besi berkaki tunggal dan
Beruang berlengan tunggal segera di akhiri berhubung
mereka telah menangkap suara ujung bajunya yang
terhembus angin.
Benar juga, dari balik hutan pohon siong di depan sana
segera muncul dua sosok bayangan manusia, ke empat buah
sorot mata mereka yang tajam bagaikan sembilu segera
dialihkan ke arah tanah persawahan sana.
Buru-buru Lan See giok menundukkan kepalanya sambil
menyembunyikan diri, hatinya sangat gelisah selain
menyesal, di samping itu diapun lantas teringat kembali
pesan bibinya sebelum berpisah tadi.
Sewaktu mengangkat kepalanya kembali, dia jadi
gemetar karena ketakutan, ternyata si tongkat besi kaki
tunggal serta si beruang berlengan tunggal dengan senjata
disiapkan sedang melakukan pencarian ke arahnya.
Dalam keadaan begini, di samping Lan See giok
menyesali kecerobohan sendiri, diapun hanya bisa
menunggu sampai kedua orang itu mencari sampai ke
arahnya.
Untuk kabur, jelas hal ini tak mungkin akan berhasil,
mau bertarung diapun sadar bahwa kemampuannya belum
http://kangzusi.com/
mampu untuk menghadapi kedua orang tersebut, terpaksa
satu satunya jalan adalah beradu jiwa . . .
Di dalam waktu yang amat singkat itu, rasa menyesal,
malu, gelisah berkecamuk di dalam benaknya kalau bisa dia
ingin segera menghabisi nyawa sendiri.
Teringat bibi Wan serta enci Cian nya. mereka berdua
tentu tak akan menyangka kalau dia sudah terperosok ke
dalam keadaan yang sangat berbahaya kini.
Tanpa terasa dia meraba kotak kecil dalam sakunya, ia
tahu benda tersebut tentu akan sukar dipertahankan lagi,
dari pada benda mestika itu terjatuh ke tangan dua orang
penjahat itu. lebih baik ia hancurkan kitab pusaka tersebut.
Berpikir demikian, diam-diam ia merogoh ke dalam
sakunya, ia merasa telapak tangan nya sudah mulai basah
oleh keringat dingin.
Pada saat tangan kanan Lan See giok hampir menyentuh
kotak kecil tersebut, mendadak terdengar suara tertawa
dingin seseorang yang sangat rendah berkumandang datang
dari arah hutan pohon siong sana.
Beruang berlengan tunggal berdua merasa sangat
terkejut, dengan cepat dia membalikkan badan seraya
membentak:
"Siapa di situ?"
Tapi suasana dalam hutan sangat hening dan tak
kedengaran sedikit suarapun.
Mendadak terdengar si tongkat baja kaki tunggal
membentak nyaring:
"Manusia sialan mana yang tak berani bertemu orang,
kalau tidak segera ke luar.."
http://kangzusi.com/
Belum habis umpatan tersebut diutarakan, dari balik
hutan telah meluncur ke luar dua titik bayangan hitam yang
langsung menyambar ke hadapan tongkat baja kaki tunggal
berdua dengan membawa desingan suara tajam.
Berhubung gerakannya sangat cepat dan luar biasa,
kedua orang itu tak sempat lagi untuk menghindarkan diri.
"Plaaakkk, plaaakkk!"
Debu bertebaran ke angkasa, tahu-tahu saja kedua titik
hitam tadi sudah menghajar di atas kening si Tongkat baja
kaki tunggal dan si beruang berlengan tunggal secara telak.
Kedua orang tersebut menjadi tertegun kemudian
berteriak kesakitan, mereka meraba pipinya, ternyata
senjata rahasia yang bersarang di atas pipi mereka berdua
tak lebih hanya dua gumpal lumpur belaka.
Kontan saja si Tongkat baja kaki tunggal serta si Beruang
berlengan tunggal jadi gusar sekali, sambil membentak
nyaring serentak mereka menyerbu ke dalam hutan.
Lan See giok segera memperoleh peluang yang baik
sekali, pekiknya dalam hati:
"Kalau sekarang tidak angkat kaki, masa aku harus
menunggu sampai datangnya saat kematian?"
Berpikir demikian, dengan cepat dia melompat bangun
dan segera kabur menuju ke arah barat laut. .
Belum sampai lima kaki Lan See giok melarikan diri,
tiba-tiba saja dari arah hutan, pohon siong telah
berkumandang dua kali jeritan kaget yang tinggi
melengking serta penuh mengandung nada seram den ngeri.
Gemetar sekujur badan Lan See giok, ia tak berani
berpaling lagi, larinya semakin dipercepat, bagaikan
http://kangzusi.com/
segulung asap ringan dia langsung melarikan diri menuju ke
arah jalan raya.
Pemuda itu dapat menduga, si Tongkat baja kaki tunggal
serta Beruang berlengan tunggal tentu sudah bertemu
dengan gembong-gembong iblis yang kejam dan buas, kalau
ditinjau dari jeritan kagetnya yang menyeramkan tadi. bisa
diketahui kalau kedua orang tersebut tentu ketakutan sekali
menjumpai lawannya.
Sementara masih termenung, ia sudah tiba dijalan raya,
ketika berpaling kecuali pepohonan rendah yang tersebar di
belakang sana, ia tidak melihat ada manusia yang mengejar
ke arahnya.
Dalam hati kecilnya Lan See giok tiada hentinya
bersyukur. dia tak menyangka dalam bahayanya tadi
ternyata muncul seorang bintang penolong yang tak sempat
dijumpai wajahnya.
Sekalipun orang yang berada di belakang itu tidak
mengejarnya, tapi pemuda kita berlarian terus dengan
kencang, ia tak berani melambatkan gerakan tubuhnya
barang sebentarpun karena sekarang dia baru mengingatkan
diri atas pesan dari bibinya, jangan mencampuri urusan
yang bukan masalah sendiri.
Waktu berlangsung amat cepat, tak lama kemudian
tengah malam pun telah tiba.
Dalam kegelapan di kejauhan sana lamat-lamat dia
melihat munculnya sebuah kota besar dengan beberapa titik
lentera merah digantungkan ke tengah angkasa, meski
hanya setitik cahaya namun cukup mendatangkan semangat
bagi Lan See giok yang sedang -berlarian ditengah
kegelapan.
http://kangzusi.com/
Dia tahu, cahaya lentera tersebut berasal dari kota
Tekan, karenanya tanpa terasa semangatnya kembali
berkobar.
Berhubung pada siang harinya dia sudah tidur cukup,
saat ini semangatnya terasa berkobar-kobar, apalagi
semenjak dia menelan pil racun pemberian dari manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san, selain tenaga dalamnya
telah peroleh kemajuan yang pesat, diapun sama sekali
tidak merasa lelah, mengapa bisa demikian, hingga
sekarang masalah tersebut masih merupakan sebuah tanda
tanya besar.
Sementara masih termenung dia telah tiba di kota Tekan,
tapi oleh sebab dia tidak merasa lelah, diputuskan untuk
melanjutkan perjalanannya lebih jauh.
Maka dengan melingkari kota, dia langsung berangkat
menuju ke kota Toan cong.
Malam semakin kelam, suasana di sekeliling tempat
itupun sangat hening, di bawah cahaya rembulan yang amat
redup Lan See giok berlarian seorang diri ditengah jalan
raya yang lenggang.
Satu kentongan sudah lewat, entah berapa jauh
perjalanan telah ditempuh, dari kejauhan sana ia mulai
mendengar suara ayam jago berkokok, angin malam terasa
makin dingin, kegelapan malam yang mencekam makin
terasa gelap.
Lan See giok tahu, sesaat lagi fajar akan menyingsing,
akan tetapi bayangan kota Toan-cong belum juga nampak.
Sementara itu rasa lapar, dahaga, lelah dan gelisah telah
menyerang datang bersama sama. air peluh sudah mulai
membasahi seluruh jidatnya.
Tiba-tiba-
http://kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang sangat aneh muncul secara
mendadak dari dalam tenggorokannya.
Berbareng itu juga, dia merasakan munculnya cairan
harum yang amat luar biasa dari bawah lidah dan
kerongkongan nya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
memperlambat gerakan tubuhnya. Dia merasa cairan
harum itu berasal dari dalam tubuhnya sendiri, persis
seperti bau harum yang dirasakan setelah menelan pil
berwarna hitam pemberian dari Oh Tin san sewaktu berada
di dalam kuburan kuno tempo hari.
Dalam keadaan begini dia merasa tak bisa melanjutkan
perjalanannya lagi, dia harus bersemedi lebih dulu sebelum
melanjutkan perjalanan.
Maka dengan sorot mata yang tajam dia mulai
mengawasi keadaan di sekeliling tempat itu, akhirnya ia
duduk bersila di bawah sebatang pohon yang rindang, enam
tujuh kaki di sebelah kiri jalan.
Entah sedari kapan, bau harum tersebut makin lama
terasa semakin menebal, dengan cepat pula rasa lapar yang
semula merongrong dirinya kini hilang lenyap tak berbekas,
kerongkongannya juga tidak terasa dahaga lagi, malah rasa
lelah yang semula mencekam tubuhnya kini sudah jauh
berkurang.
Ia tidak berniat untuk berpikir lebih jauh, tapi ia percaya,
hal ini pasti bukan ditimbulkan oleh cairan racun pil
pemberian Oh Tin san tempo hari.
Lan See giok memejamkan matanya sambil mengatur
pernapasan, dalam waktu singkat timbul hawa panas yang
sangat hangat dari pusarnya yang dalam waktu singkat
telah menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa lapar, dahaga dan
http://kangzusi.com/
lelah yang semula menghantui dirinya. sekarang telah
hilang lenyap tak berbekas.
ENTAH berapa lama sudah lewat, dari kejauhan sana
mulai terdengar suara anjing menggonggong, ketika Lan
See giok membuka matanya, dia lihat fajar mulai
menyingsing, dusun di kejauhan sana pun lamat-lamat
sudah mulai kelihatan.
Lan See giok segera melompat bangun, ia merasakan
tubuhnya telah segar bugar kembali, penuh semangat dan
tenaga, pada hakekatnya bagaikan dua manusia yang
berbeda bila dibandingkan sebelum bersemedi tadi.
Dengan perasaan girang dia meneruskan perjalanannya,
sekali melompat tahu-tahu saja sepasang kakinya sudah
melayang turun ditengah jalan raya, kejadian tersebut
kembali membuat anak muda tersebut termangu-mangu
karena kaget.
Padahal jarak antara pepohonan dimana ia bersemedi
tadi dengan jalan raya mencapai enam tujuh kaki lebih,
sebelum ia bersemedi tadi, jelas hal semacam ini tak
mungkin bisa dilakukannya, tapi sekarang selesai ia
bersemedi, ternyata hal mana bisa dilakukan olehnya
dengan begitu mudah.
Rasa terkejut. gembira, girang membuat semangatnya
semakin berkobar-kobar, dia meneruskan perjalanannya
juga lebih cepat lagi.
Langit baru saja terang tanah, namun jalan raya itu
sudah banyak manusia yang berlalu lalang, kota Toan-cong
pun kini sudah muncul di depan mata, maka dengan
langkah lebar dia segera berjalan menuju ke depan.
Ketika Lan See-giok masuk ke jalan Lam-kwan,
matahari baru saja muncul, saat para pedagang mulai
http://kangzusi.com/
meninggalkan rumah penginapan untuk melanjutkan
perjalanan.
Ia segera memilih sebuah rumah penginapan yang agak
besar untuk beristirahat.
Para pelayan rumah penginapan kebanyakan adalah
orang-orang yang sudah berpengalaman, dalam sekilas
pandangan saja, mereka sudah tahu kalau Lan See giok
adalah anggota persilatan yang baru saja menempuh
perjalanan semalam suntuk.
Apalagi kalau melihat usianya yang paling banter baru
lima enam belas tahunan, orang yang berani menempuh
perjalanan malam dalam usia seperti ini jelas sudah kalau
kepandaian silat yang dimiliki nya pasti amat hebat.
Beberapa orang pelayan tersebut tak berani berayal,
cepat-cepat mereka maju menyambut kedatangannya, lalu
dengan senyuman di wajah sapanya:
"Siauya, silahkan masuk ke dalam, di sana tersedia
kamar tunggal yang dikelilingi kebun, ada kacung ada
pelayan, semua persediaan lengkap, tanggung siauya akan
puas"
Lan See giok tidak ingin melakukan pemborosan, jangan
lagi bekalnya amat sedikit, kendari pun dia membawa
sejumlah uang yang lebih besar pun tak nanti dia akan
boros seperti itu.
Karenanya dengan kening berkerut dia awasi beberapa
orang pelayan itu, kemudian berkata dengan hambar:
"Aku hanya ingin beristirahat sebentar saja, seusai
bersantap nanti aku masih melanjutkan perjalanan
kembali."
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil menuding sebuah kamar tunggal di
depannya, dia melanjutkan:
"Biar aku menyewa kamar itu saja!"
Pelayan segera mengiakan berulang kali dan mengajak
Lan See giok menuju ke ruangan.
Ruangan tersebut sangat sederhana, selain sebuah meja
dua bangku dan sebuah pembaringan kayu, tidak nampak
perabot yang lain, tapi biar sederhana namun segalanya
bersih.
Maka pemuda itu pun memesan sejumlah makanan yang
sederhana untuk mengisi perut.
Beberapa orang pelayan itu saling berpandangan sekejap
lalu sama-sama mengundurkan diri, diam-diam mereka
memuji akan kesederhanaan pemuda itu, biarpun berasal
dari keluarga kaya namun hidupnya bersahaja. selain tidak
sombong, orangnya selalu merendah.
Seusai bersantap, Lan See giok segera membaringkan diri
untuk beristirahat, pertama tama dia teringat akan enci Cian
serta bibi Wannya.
Ditinjau dari kejadian berkumpul dan berpisah dengan
encinya, dia tahu kalau enci Cian amat mencintainya. maka
ia bertekad dihati, apabila kepergiannya ke bukit Hoa-san
kali ini berhasil mempelajari kepandaian silat sehingga
dendamnya bisa terbalas, dia akan hidup selamanya
bersama enci Cian serta bibi Wannya.
Dari pembicaraan Oh Tin san suami istri, diapun tahu
kalau bibinya dahulu terkenal sebagai seorang pendekar
wanita yang bernama Hu-yong siancu, kemudian
berdasarkan pembicaraan kemarin, diapun menjumpai
kalau antara bibi Wan dengan ayahnya tentu pernah
mempunyai suatu hubungan yang luar biasa.
http://kangzusi.com/
Lantas dia pun terbayang kembali Oh Li cu yang jalan
darah tidurnya ditotok orang, entah bagaimana keadaannya
sekarang? Dia pikir, bibi Wan dan enci Cian pasti akan
baik-baik merawat dirinya.
Setelah itu diapun membayangkan si Tongkat baja kaki
tunggal serta Beruang berlengan tunggal, dua jeritan
kagetnya yang memekikkan telinga tadi entah merupakan
jerit kesakitan ataukah jeritan ngeri menjelang saat ajalnya
tiba? Bila kedua orang itu sudah tewas, berarti dia tak akan
bisa menyelidiki lagi sebab musabab mereka bisa
mendatangi kediaman ayahnya pada malam itu.
Cairan harum itu yang muncul dari kerongkongannya
pagi tadi serta bertambahnya tenaga dalam yang dimiliki,
semuanya membuat dia bingung dan tidak bebas mengerti,
sekarang dia berani memastikan kalau selama berada dalam
kuburan kuno tempo hari, ia memang telah memperoleh
penemuan luar biasa.
Akhirnya diapun membayangkan kembali soal To seng-
cu, dari nasehat dan teguran dari bibinya, ia tidak terlalu
yakin sekarang bahwa To seng cu adalah musuh besar
pembunuh ayahnya, namun ia tetap menaruh curiga
kepadanya.
Teringat akan To seng cu, dia jadi ingin sekali tiba di
bukit Hoa san secepatnya.
Maka dia segera melompat bangun, lalu duduk bersila,
menutup mata dan mengatur pernapasan, dalam waktu
singkat ia telah berada dalam keadaan tenang"
Entah berapa saat kemudian, ketika membuka matanya,
waktu sudah mendekati pukul sembilan, dengan cepat dia
membenahi diri, membayar rekening dan meneruskan
perjalanan.
http://kangzusi.com/
Lewat tengah hari, dia sudah memasuki wilayah propinsi
Ou pak. Sepanjang perjalanan Lan See giok selalu menuruti
nasehat dari bibinya, dia selalu menempuh perjalanan
dengan berhati hati dan hemat.
Dalam satu bulan perjalanan, walaupun beberapa kali ia
menjumpai hujan salju yang lebat, namun sama sekali tidak
mempengaruhi perjalanannya.
Dalam sepanjang perjalanan, Lan See giok pun telah
memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman, ia
menjadi jauh lebih matang daripada ketika berada di
benteng Wi-lim-poo.
Hanya saja, selama ini dia tak pernah dapat melupakan
dendam sakit hatinya, dalam benaknya juga sering muncul
bayangan wajah dari enci Cian nya yang cantik dan lembut
serta bibi Wan nya yang anggun dan ramah.
Diapun amat berterima kasih kepada kakek berjubah
kuning itu, bukan saja tidak melarikan kitab pusaka Tay lo
hud bun pwee tiap cinkeng. malah dia sempat
memberitahukan kepadanya bagaimana caranya
mempelajari kitab pusaka tersebut.
Kadangkala diapun teringat Oh Li cu, terutama rasa
terima kasihnya atas pemberian beberapa butir pil pemunah
racun untuknya.
Dia juga berterima kasih kepada gadis berbaju merah Si
Cay-soat, hanya sewaktu teringat Siau thi-gou yang polos
dia selalu merasa agak menyesal.
Hari ini ia menyeberangi Han sui, bukit Hoa san yang
tinggi dan angkerpun sudah muncul di kejauhan sana.
Dari jauh memandang, bukit itu nampak angker dan
bersambungan dengan awan di angkasa, begitu angker,
http://kangzusi.com/
gagah tak malu di sebut bukit kenamaan di daratan
Tionggoan
Baru pertama kali ini dia berkunjung Ke bukit Hoa san,
boleh dibilang dia sama sekali tidak mengenal dengan
keadaan situasi di sekitar situ, akhirnya pemuda itu
memutuskan untuk menginap di sebuah kota kecil yang
jaraknya hanya sepuluh li dari kaki bukit.
Seorang diri pemuda itu duduk di loteng rumah makan
sambil memandang bukit yang menjulang tinggi ke angkasa
dengan pandangan termangu, ia tak tahu bukit manakah
yang dinamakan Giok li hong, dan dia pun tak tahu harus
masuk melalui jalan bukit yang mana.
Seorang pelayan yang sudah sejak lama mengamati
tamunya ini, segera datang menghampiri sambil menegur:
"Tuan, araknya sudah mulai dingin rupanya, apakah
perlu hamba hangatkan dulu?"
Melihat pelayan tersebut, tergerak hati Lan See giok, dia
tertawa ramah kemudian menggeleng, setelah itu menunjuk
ke tanah perbukitan di depan sana, ia bertanya:
"Tolong tanya, diantara sekian banyak bukit di bukit Hoa
san, puncak manakah yang paling indah?"
Menghadapi pertanyaan itu, sang pelayan segera
merasakan semangatnya bangkit kembali, dia menunjuk
kearah deretan pegunungan itu lalu, menerangkan:
"Tiga puncak bukit Hoa san sukar di bedakan satu
dengan lainnya, puncak di bagian tengah yang paling tinggi
disebut puncak Lian hoa hong, di sebelah timur adalah Sian
jin hong, sedangkan Lok-eng-hong terletak di sebelah
selatan, di atas puncak terdapat kuil Pek tee bio, gardu
Nyoo kong teng, kolam Lok eng ti, tugu Jian jip pit masih
ada lagi tempat-tempat kenamaan lain."
http://kangzusi.com/
Melihat si pelayan sama sekali tidak menyinggung soal
puncak Giok li hong, Lan See giok segera berkerut kening,
kemudian tanyanya dengan nada tidak mengerti:
"Masa di atas bukit Hoa san hanya terdapat tiga buah
puncak kenamaan saja . .?"
"Aaah, tentu saja banyak sekali," jawab pelayan itu
bersungguh sungguh, "seperti Im tay hong, Kun cu hong,
Giok li hong. "
"Giok li hong . ." mencorong sinar terang dari balik mata
Lan See giok.
Tidak menanti sampai pemuda itu menyelesaikan kata
katanya, sang pelayan kembali telah menimbrung:
Giok li hong amat tinggi bukitnya dan selalu tertutup
awan putih, pohon siong, tumbuhan bambu, batuan air
kolam penuh berserakan dimana mana, semua tempat
indah seperti gadis cantik yang tinggi semampai.
Menyaksikan pelayan itu bercerita dengan penuh
semangat sampai mukanya turut menjadi merah, lama
kelamaan ia menjadi tak tega, segera selanya:
"Tolong beri petunjuk kepadaku Giok-li-hong adalah
puncak yang mana?"
Pelayan itu segera menggelengkan kepala nya berulang
kali, katanya sambil tertawa paksa:
"Maaf tuan, puncak Giok li hong tertutup oleh puncak
Lok eng hong, jadi tidak terlihat dari tempat ini."
Sambil berkata dia lantas mengalihkan pandangannya
kearah Lok eng hong, kemudian sambit menuding katanya
lagi.
"Tuan, bila kau ingin berkunjung ke Giok- li-hong.
masuklah ke gunung lewat mulut lembah sempit, setibanya
http://kangzusi.com/
pada puncak ke tujuh Tiau yang hong, langsung pergilah ke
Lok eng hong. dari situ akan kau jumpai Giok li hong."
Mengikuti arah yang ditunjuk Lan See- giok mengangkat
kepalanya, awan putih nampak menyelimuti puncak-
puncak bukit itu sehingga kelihatan seperti bersambungan
satu dengan lainnya, sukar diketahui berapa jauh jaraknya
dari tempat itu.
"Kau pernah berkunjung ke Giok li hong?" tanyanya
kemudian dengan kening berkerut.
Merah padam selembar wajah pelayan itu, sambil
tertawa paksa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Hamba hanya manusia kasar yang tidak
berkependidikan, aku tidak memiliki jiwa seni yang begitu
tinggi. apalagi dari sini sampai di Giok li hong memakan
waktu perjalanan selama dua hari lebih, di atas gunung pun
banyak harimau, ular besar, binatang buas dan lain lainnya,
salah-salah aku bisa kehilangan nyawa"
Lan See giok tersenyum saja mendengar cerita itu, dia
pun manggut-manggut.
Dengan dilangsungkannya pembicaraan tersebut, banyak
manfaat yang berhasil diraih olehnya, menurut cerita
pelayan itu, orang biasa dapat mencapai tujuan dalam dua
hari perjalanan, andaikata dia menggunakan ilmu
meringankan tubuh, berarti hanya setengah harian saja dia
akan tiba di tempat tujuan.
"Begitulah, keesokan harinya ketika fajar baru
menyingsing, Lan See giok telah meninggalkan kota kecil
itu langsung menuju ke jalan raya yang berhubungan
dengan kaki bukit bagian selatan dari bukit Hoa-san.
http://kangzusi.com/
Waktu itu udara sangat cerah, bintang bertaburan
diangkasa, terhembus angin pagi yang segar tubuh terasa
lebih bersemangat- dan segar bugar.
Memandang jauh ke depan, meski kabut pagi masih
menyelimuti angkasa, namun pegunungan Hoa san dapat
terlihat secara lamat-lamat.
Lan See giok menempuh perjalanannya dengan cepat,
ketika matahari belum muncul dia sudah tiba di kaki selatan
bukit Hoa san.
Setelah membenarkan arah menuju ke puncak Tiau yang
hong sesuai dengan petunjuk pelayan. Lan See giok
meninggalkan jalan raya menuju ke sebuah mulut bukit.
Setelah memasuki daerah pegunungan, suasananya
segera berubah, kabut masih menyelimuti angkasa,
tumbuhan, akar rotan tumbuh dimana mana, batuan cadas
berserakan, jauh berbeda dengan apa yang semula
dibayangkan.
Baru pertama kali ini Lan See giok memasuki sebuah
bukit besar yang begitu angker, jauh memandang ke atas,
hanya awan putih yang menyelimuti dimana mana.
Setelah membenarkan arah, dia meneruskan
perjalanannya bagaikan terbang, makin lama makin sesukar
medan yang harus di lewatinya..
Dua jam kemudian, kakinya sudah mulai menginjak
lapisan salju, awan putih yang berkuntum kuntum lewat di
sisi tubuhnya membuat pemuda itu kadangkala tak bisa
membedakan lagi arah mata angin.
Sewaktu tiba di sebuah sudut bukit, dia sudah tak tahu
dimanakah dirinya berada, mendongakkan kepalanya dia
hanya melihat pantulan sinar matahari yang amat
menyilaukan mata.
http://kangzusi.com/
Tapi pemuda itu tidak putus asa, selangkah demi
selangkah dia melanjutkan perjalanannya ke atas, akhirnya
pandangan matanya menjadi terang dan ia sudah
menembusi lapisan awan.
Sejauh mata memandang hanya lautan mega yang tak
bertepian, puncak bukit bermunculan seperti hutan. puncak
Tiau yang- hong yang berjejer dengan puncak Lok eng hong
ternyata masih berada dua tiga puluh li jauhnya.
Mendongkol dan gelisah segera menyelimuti perasaan
Lan See giok, ia mencoba untuk mendongakkan kepalanya,
puncak tersebut masih ada ratusan kaki tingginya, padahal
tengah hari sudah tiba.
Dalam keadaan begini dia mulai merasa gugup, sebab
bila keadaan seperti ini berlangsung terus, biarpun berlarian
sampai besok tengah haripun belum tentu dia akan
menemukan puncak Giok li hong.
Segera diamatinya suasana di sekeliling tempat itu
dengan seksama, dengan cepat ia temukan antara puncak
dengan puncak lain boleh dibilang semuanya berhubungan,
di samping itu diapun berhasil menemukan kilauan cahaya
dinding kuil di punggung bukit di kejauhan sana.
Pemuda itu segera mengambil keputusan untuk
melanjutkan perjalanan, dalam anggapannya setelah
mencapai puncak bukit itu, tidak akan sulit untuk
menemukan Giok li hong.
Maka dia membuka perbekalannya untuk menangsal
perut, kemudian baru meneruskan perjalanannya ke depan.
Benar juga, setelah melewati beberapa buah puncak
bukit, puncak Lok eng hong makin lama semakin dekat,
semangatnya segera berkobar kembali, gerakan tubuhnya
juga dipercepat.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian dia telah tiba di puncak Tiau yang
hong.
Pemandangan di atas puncak ini sangat indah, pohon
siong tumbuh berjajar jajar, lautan awan yang tak bertepian
menyelimuti empat penjuru, kabut melayang dekat
permukaan sementara suara air terjun bergema entah dari
mana.
Lan See giok sangat gembira, tanpa terasa lagi ia
berteriak keras-keras.
Suara teriakannya segera menggema di seluruh angkasa
dan mengalun sampai di tempat kejauhan sana, lama sekali
belum juga mereda.
Lan Se giok benar-benar amat kegirangan, walaupun dia
merasa dirinya sangat kecil ditengah bukit yang luas namun
perasaannya sangat lega dan membuat orang merasa segar,
tanpa terasa sekali lagi dia berpekik panjang..
Suara pekikannya mengalun di seluruh angkasa dan
membumbung tinggi ke angkasa.
Dengan pekikan itu, semua perasaan kesal, marah, resah,
gelisah hampir terlampiaskan ke luar, dadanya terasa lega
sekali.
Mendadak..
Ia menangkap suara ujung baju yang terhembus angin
berkumandang datang dari belakang tubuhnya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok membalikkan
badan, dia saksikan seorang pemuda berbaju abu-abu dan
berusia dua puluh satu dua tahunan sedang berlarian datang
dari balik hutan pohon siong dengan langkah tergesa gesa.
Pemuda berbaju abu-abu itu, berwajah tampan dan
menyoren sebilah pedang di punggungnya, pita kuning
http://kangzusi.com/
tergantung pada gagang pedangnya dan bergoyang tiada
hentinya sewaktu terhembus angin.
Memandang wajah gusar yang menyelimuti pemuda
berbaju abu-abu itu, Lan See giok segera mengerti,
kedatangan orang itu pasti hendak menyelidiki sumber dari
pekikannya tadi.
Benar jaga, setibanya di situ pemuda berbaju abu-abu itu
langsung menghampirinya, lalu dengan sorot mata yang
tajam mengawasi Lan See giok dari atas hingga ke bawah,
kemudian seperti menahan amarah yang meluap-luap, dia
menegur dengan suara dalam.
"Apakah kau baru pertama kali ini tiba di sini?"
Mendongkol juga Lan See giok melihat kesombongan
pemuda berbaju abu-abu itu, terutama sikapnya yang sangat
tidak bersahabat itu. namun dia manggut manggut juga
sambil menjawab:
"Benar. baru pertama kali ini aku tiba di sini!"
"Ada urusan apa kau datang ke mari? Mengapa berpekik
panjang disini? Sudah kau bertanya kepada para pendeta
dan tosu dari pelbagai kuil..?" kembali pemuda berbaju abu-
abu itu menegur
Usia pemuda berbaju abu-abu itu paling banter hanya
berapa tahun lebih tua ketimbang Lan See giok, tapi
kesombongan nya luar biasa, selain memojokkan orang lagi
pula bernada menegur. .
Karena itu dengan perasaan mendongkol dan sikap yang
lebih angkuh pemuda kita menggelengkan kepalanya
berulang kali, jawabnya dengan suara hambar.
"Aku ke mari bukan untuk memasang hio menyembah
Buddha, buat apa mesti berkunjung ke kuil?"
http://kangzusi.com/
Amarah yang semula sudah sukar terkendali, kontan saja
meledak dengan hebatnya, pemuda berbaju abu-abu itu
segera berkerut kening, lalu bentaknya dengan penuh
kegusaran:
"Apakah kau tidak mengetahui pantangan dan larangan
kami?" Lan See giok segera tertawa dingin.
"Hmmm, aku hanya tahu, datang kemari untuk
berpesiar, soal-soal semacam itu mah tidak mengerti!"
"Tutup bacotmu" hardik pemuda berbaju abu-abu itu
semakin gusar. "masih muda sudah bicara sengak, hmmm!
kalau tidak dikasih sedikit pelajaran, kau pasti tak akan
menyesal!"
Sembari berkata ia menerjang ke muka, lalu dengan jurus
Lik pit hoa san (membacok runtuh Hoa san) dia langsung
menghajar batok kepala Lan See giok dengan kekuatan
besar.
Lan See giok cukup sadar, biasanya pegunungan yang
terpencil merupakan daerah pertapaan tokoh-tokoh
persilatan yang berilmu tinggi, oleh sebab itu melihat
datangnya bacokan maut dari pemuda berbaju abu-abu itu,
dia tak berani menyambut dengan kekerasan, ujung kakinya
segera menjejak tanah dan melayang mundur sejauh dua
kaki lebih.
Pemuda berbaju abu-abu itu tertawa dingin, tubuhnya
berkelit ke samping kemudian mengejar lebih ke depan. . .
Belum lagi Lan See giok dapat berdiri tegak, pemuda
berbaju abu-abu itu sudah menubruk datang, dalam
kejutnya dia membentak keras, sebuah bacokan tangan
kanan segera dilontarkan ke luar.
Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat dengan
cepatnya menerjang ke dada lawan.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu mendengus dingin,
tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah lenyap tak
berbekas.
"Blaammm!"
Benturan nyaring menggelegar memecahkan keheningan,
pasir dan debu beterbangan ke mana-mana, ternyata
serangan dari Lan See giok menghajar permukaan tanah.
Menyaksikan kejadian tersebut Lan See giok merasa
gelagat tidak menguntungkan, dengan perasaan terkejut dia
segera membalikkan badan:
Pada saat dia sedang membalikkan badan secara tiba-tiba
itulah, jalan darah Pay tui hiat dipinggang belakangnya
sudah kena di totok oleh pemuda berbaju abu-abu itu.
Lan See giok berlagak seolah-olah tidak merasa, sambil
membentak telapak tangan kanannya sekali lagi didorong
ke muka..
Tak terlukiskan rasa terkejut pemuda berbaju abu-abu
itu, saking kagetnya dia menjerit keras. sepasang telapak
tangannya segera disilangkan untuk melindungi dada,
disambutnya serangan tersebut dengan kekuatan penuh.
"Blaammm!" benturan keras menggelegar lalu terdengar
suara dengusan tertahan, di antara suara langkah kaki yang
mundur dengan berat, Lan See giok serta pemuda baju abu-
abu itu saling berpisah dengan sempoyongan.
Secara beruntun Lan See giok mundur sejauh lima
langkah lebih, sebaliknya pemuda berbaju abu-abu itu
terjatuh hingga pantatnya beradu keras dengan tanah.
Akibatnya ke dua orang itu sama-sama membelalakkan
matanya lebar-lebar dan tertegun.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu membuka mulutnya dengan
napas terengah engah, dia tak tahu kepandaian silat apakah
yang telah dipelajari bocah berbaju perlente itu sehingga
totokan jalan darahnya sama sekali tak mempan.
Lan See giok merasakan juga lengan kanannya linu dan
kaku bahkan secara lamat-lamat terasa sakit, dia tahu
pemuda berbaju abu-abu itu tentu anak murid seorang jago
yang lihay yang menetap di atas bukit tersebut.
Gerakan tubuh dari pemuda berbaju abu-abu itu selain
indah dan cekatan, tenaga dalamnya masih jauh melebihi
dirinya, justru pemuda itu bisa roboh lantaran dia sedang
tertegun karena totokan jalan darah nya tak mempan.
Padahal dalam keadaan tak siap saja lawan sanggup
membuat dirinya terdorong mundur sejauh lima langkah,
bisa dibayangkan sampai dimanakah taraf tenaga dalam
yang dimiliki orang ini.
Sementara dia masih berpikir. Pemuda berbaju abu-abu
itu sudah bangkit berdiri, keningnya berkerut kencang,
kemudian pergelangan tangan kanannya diputar dan..
"Criing!" dia telah meloloskan pedangnya yang tersoren di
punggung.
Mimpi pun Lan See giok tidak menyangka kalau gara-
gara pekikan nyaringnya tadi bakal mendatangkan
kerepotan baginya, melihat pemuda berbaju abu - abu itu
sudah meloloskan pedangnya, tanpa terasa dia berpaling
memandang matahari senja yang mulai tenggelam di langit
barat.
Ia sadar gerakan tubuhnya mungkin tidak selincah dan
seenteng lawan, akan tetapi dalam permainan senjata belum
tentu dia sampai kalah, cuma saja senja telah hampir lewat,
padahal dia belum mengetahui di manakah letak puncak
http://kangzusi.com/
Giok li hong. hal inilah yang membuat hatinya merasa
sangat gelisah.
Sementara itu pemuda berbaju abu-abu itu sudah
mengejar datang sambil tertawa dingin, kemudian tegurnya:
dengan suara dalam: "Bagaimana? Kau masih ingin kabur?"
Lan See giok yang didesak terus menerus akhirnya
menjadi naik darah juga, segera bentaknya dengan gusar:
"Kau jangan kelewat memojokkan orang, Hoa san
adalah tempat umum yang boleh di datangi setiap orang,
bukan daerah khusus yang menjadi milikmu. Hamm, jarang
sekali kujumpai manusia yang tak tahu sopan santun seperti
kau. Aku bukan bermaksud melarikan diri, tapi langit sudah
malam, aku takut urusanku jadi tertunda, maka aku tak
ingin melayanimu lebih jauh, Tapi jika kau bersikeras juga
hendak menjajal senjata tajamku, baik, akupun ingin
melihat sampai dimana kah kehebatan ilmu pedang yang
kau miliki itu"
Seraya berkata dia lantas merogoh ke dalam
pinggangnya dan meloloskan senjata andalannya.
Tampak cahaya keemas emasan yang amat menyilaukan
mata memancar ke empat penjuru, tahu-tahu senjata gurdi
emas Kang luan tui milik Lan See giok sudah diloloskan
bagaikan seekor ular emas hidup.
Pemuda berbaju abu-abu itu segera tertegun dan serentak
menghentikan langkahnya, dengan pandangan termangu
serta keheranan dia awasi senjata gurdi emas di tangan Lan
See giok tanpa berkedip, sesaat kemudian dia baru menegur
dengan perasaan tak habis mengerti:
"Senjata aneh apa sih yang kau pergunakan itu?"
Lan See giok tertawa dingin, sebelum dia sempat
menjawab, dari balik pohon siong telah muncul kembali
http://kangzusi.com/
seseorang, gerakan tubuh orang ini terasa satu kali lipat
lebih cepat daripada pemuda berbaju abu-abu itu.
Pemuda berbaju abu-abu tadi segera membalikkan
tubuhnya, kemudian berseru keras.
"Khu suheng, barusan dialah yang berpekik keras!"
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah Lan See
giok.
Ketika Lan See giok berpaling, dia saksikan pendatang
itu baru berusia tiga puluh tahunan, kulit mukanya kuning
dan tubuhnya kurus ceking tinggal kulit pembungkus
tulang, namun sepasang matanya berkilat kilat dan gerak
geriknya amat tinggi hati, orang inipun mengenakan baju
berwarna abu-abu.
Lelaki setengah umur itu berjalan mendekat kemudian
memperhatikan Lan See giok sekejap dengan pandangan
tanpa emosi, kemudian dia baru menegur dingin.
"Mengapa kau sembarangan berpekik di tempat ini dan
tak suka mengindahkan nasehat?" "
Sembari berkata, dengan langkah lebar dia berjalan
menuju ke hadapan Lan See giok.
Pemuda berbaju abu-abu itu terkejut, mendadak
cegahnya. "Khu suheng, jangan terlampau dekat, dia
memiliki semacam kepandaian aneh, biar jalan darah nya
sudah tertotok namun tubuhnya sama sekali tidak roboh."
Tertegun lelaki setengah umur itu, setelah berseru
tertahan dia lantas menghentikan langkahnya, sementara
sepasang matanya yang tajam mengawasi Lan See giok
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan.
Dalam anggapan Lan See giok semula, dengan
datangnya kakak seperguruan dari pemuda tersebut maka
http://kangzusi.com/
urusan akan bisa dibereskan dengan segera, siapa tahu
suheng nya ini lebih tak tahu aturan, maka setelah
mendengus katanya sinis.
"Hmmm, berpengetahuan picik sok keheranan saja?”
Namun lelaki setengah umur itu seakan- akan tidak
mendengar apa yang dikatakan Lan See giok, dengan
kening berkerut terdengar ia berguman seorang diri:
"Aku merasa sedikit tidak percaya!"
Tiba-tiba saja dia menubruk ke muka, jari tangan
kanannya langsung menotok jalan darah Cong hiat-hiatnya.
Tak terlukiskan amarah Lan See giok menyaksikan
datangnya ancaman tersebut, sebagaimana diketahui, jalan
darah Cong-hiat merupakan salah satu jalan darah penting
di tubuh manusia, bila sampai tertotok, sekalipun tak
sampai mati juga bakal terluka, itulah sebabnya hawa napsu
membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya.
"Bagus sekali" ia membentak. "bila kau tidak percaya,
silahkan saja dicoba sendiri."
Sambil membentak, gurdi emasnya menusuk ke muka
secepat sambaran petir dengan jurus Pau hou pay wi (
harimau ganas mengebaskan ekor ), dengan gerakan ilmu
cambuk dia menyambar pinggang lelaki setengah umur itu.
Menganggap kepandaian silat yang dimilikinya cukup
tinggi tentu saja lelaki setengah umur itu tidak memandang
sebelah matapun terhadap Lan See giok, sambil tertawa
dingin tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu lenyap dari
pandangan.
Sebelum itu, Lan See giok sudah pernah menyaksikan
gerakan aneh dari pemuda berbaju abu-abu itu. dia tahu
musuhnya telah menyelinap ke belakang punggungnya.
http://kangzusi.com/
Maka tanpa menggerakkan badan, gurdi emasnya segera
menyerang lagi dengan jurus wi ceng pat hong
(menggemparkan delapan penjuru)..
Serentetan suara desingan tajam segera menderu deru,
cahaya tajam berkilauan memancar ke empat penjuru,
dalam waktu singkat muncul beribu ribu bayangan gurdi
emas yang melindungi seluruh badan Lan See-giok.
Agaknya lelaki setengah umur itu tidak menyangka
kalau Lan See giok begitu hebat dalam perubahan - jurus
tangan kanannya yang baru saja melepaskan totokan nyaris
tersapu oleh gurdi emas tersebut, dia segera menjerit kaget
lalu mundur sejauh delapan depa lebih.
Lan See giok sudah diliputi oleh hawa napsu
membunuh, sudah barang tentu ia tak akan membiarkan
lelaki setengah umur itu pergi dengan begitu saja, sambil
membentak keras hawa murninya disalurkan ke dalam
gurdi itu, kemudian dengan jurus Kim coa toh sim (Ular
emas menjulurkan lidah) ia lepaskan sebuah tusukan
dengan gerakan pedang-
Sebelum lelaki setengah umur itu berhasil berdiri tegak,
gurdi emas dari Lan See giok telah menusuk tiba, sekali lagi
dia menjerit keras lalu mundur ke belakang dengan cepat-
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lan See giok,
tanpa menghentikan tubuhnya dia meneruskan
terjangannya ke muka, gurdi emasnya melepaskan tiga
jurus serangan secara beruntun, ditengah deruan angin
serangan, cahaya emas berkilauan, bagaikan hujan badai
menyambar tiada hentinya, sungguh mengerikan sekali
keadaannya.
Dengan cekatan lelaki setengah umur itu berkelit ke kiri
dan menghindar ke kanan. karena didesak oleh Lan See
giok sehingga kalang kabut dengan gugup ia mundur.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu menjadi tertegun saking
kagetnya, dia sampai lupa untuk turun tangan membantu
kakak seperguruan-nya melepaskan diri dari bahaya.
Pada saat itulah . . .
Tiba-tiba ia mendengar bentakan keras berkumandang
memecahkan keheningan.
"Cepat tahan . . . . "
Suaranya sangat nyaring seperti suara genta amat
menusuk pendengaran, mendengar itu Lan See giok segera
menghentikan gerak serangannya.
Sewaktu ia berpaling, lebih kurang dua kaki di tepi arena
tampak orang kakek berjubah panjang warna abu-abu dan
berjenggot panjang berdiri tegak di sana.
Kakek itu berwajah amat ramah tapi memancarkan sinar
kewibawaan amat tinggi, di antara bayangan manusia yang
berkelebat lewat, lelaki setengah umur dan pemuda berbaju
abu-abu sudah melompat ke hadapan kakek tadi dengan
wajah tersipu -sipu, setelah memberi hormat, mereka
berbisik lirih:
"Suhu!"
Dalam pada itu, Lan See giok sedang berpikir pula
dihati.
"Dengan murid yang begitu berpikiran picik dan berdada
sempit, gurunya pasti seorang manusia latah yang berjiwa
sempit pula"
Oleh karena berpendapat demikian, maka dia hanya
berdiri tegak di situ tanpa memberi hormat.
Dengan wajah penuh kegusaran lelaki berjubah panjang
itu memandang sekejap ke arah kedua orang muridnya,
kemudian kata nya dengan suara dalam.
http://kangzusi.com/
"Mundur kalian!"
Lelaki setengah umur dan pemuda itu segera mengiakan
dengan hormat dan mengundurkan diri ke sisi tubuh
gurunya, di atas wajah kedua orang itu sama sekali tidak
dijumpai sinar keangkuhan lagi.
Sambil mengelus jenggotnya yang panjang kakek
berjubah panjang itu memandang wajah Lan See giok,
kemudian tanyanya sambil tersenyum: "Siauhiap membawa
gurdi emas, apakah kau adalah keturunan dari Lan tay-
hiap?"
Menyinggung soal ayahnya, paras muka Lan See giok
segera berubah menjadi serius kembali, cepat-cepat dia
menjura seraya menjawab dengan hormat.
"Lan Khong-tay adalah guruku, boleh aku tahu siapa
nama cianpwe dan dari mana kau bisa mengenali senjata
tajam andalan dari guruku ini- ?"
Manusia berjubah panjang itu mendongak kan kepalanya
lalu tertawa terbahak bahak:
"Aaah - haaahhh - haaahhh. ayahmu Lan Khong-tay
sangat termasyhur dikolong langit, senjata gurdi emasnya
merajai dunia persilatan, sembilan butir peluru peraknya
selalu tepat dan tak pernah meleset, dan aku pernah
berjumpa dengan ayahmu, sudah barang tentu kenal juga
dengan senjata kenamaannya"
Mengetahui kalau dia kenal dengan ayah-nya Lan See
giok segera berkata dengan serius:
"Oooh rupanya Ban locianpwe, apabila boanpwe Lan
See giok berbuat ceroboh dan mengganggu ketenangan
locianpwe, harap locianpwe sudi memaafkan,"
http://kangzusi.com/
Selesai berkata, kembali dia menjura dalam-dalam,
Sekali lagi Ban peng cuan tertawa tergelak.
"Tiada induk harimau yang melahirkan anjing, ayah
ibumu selalu hidup bagaikan dewa dewi, sedang ibumu Hu-
yong siancu juga sudah banyak tahun tak menampakkan
diri, apakah selama ini dia selalu berada dalam keadaan
baik-baik?"
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
dia sangat kebingungan, dengan kening berkerut dan nada
tidak mengerti tanyanya.
"Ibuku adalah Ki lu lihiap Ong Si hoa, bukan Hu-yong
siancu bibi wan, pertanyaan dari locianpwe ini sungguh
membuat boanpwe tidak habis mengerti!"
Merah padam selembar wajah Ban peng coan. dia tahu
kalau dirinya khilaf, dengan nada minta maaf katanya
kemudian:
"Oh betul, aku memang sudah tua dan ingatanku tidak
tajam lagi. andaikata kau tidak mengingatkan kembali,
hampir saja aku lupa dengan Ong lihiap."
Setelah berhenti sejenak, seakan akan sengaja
mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, dia bertanya
lebih jauh dengan nada tidak mengerti.
"Apakah kedatangan hiantit kemari hanya untuk
berpesiar saja?"
Sejak semula Lau See giok sudah merasa kalau
hubungan bibi Wan dengan ayahnya tidak biasa. apabila
setelah mendengar perkataan dari Ban Peng cuan,
kecurigaannya semakin berlipat ganda.
http://kangzusi.com/
Namun bila teringat kembali tujuan kedatangannya ke
bukit Hoa san kali ini, terpaksa kecurigaannya terhadap bibi
Wan harus ditunda sampai lain waktu.
Sahutnya kemudian dengan hormat:
"Boanpwe ingin buru-buru menjumpai To seng cu,
karena itu khusus aku berangkat dari kota Tek an kemari,
tapi tak kuketahui di manakah letak puncak Giok-li-hong,
karena itu . . . "
Belum habis ia bercerita, pemuda berbaju abu-abu itu
sudah tertawa geli.
Lan See giok menjadi tertegun, tanpa terasa dia
memandang ke arah pemuda berbaju abu-abu itu dengan
termangu.
Ban Peng cuan sendiripun tak dapat menahan rasa
gelinya, sambil tersenyum ia segera berkata.
"Agaknya baru pertama kali ini kau datang kemari,
disinilah letak puncak Giok-li- hong!"
Sambil berkata, dia lantas menuding ke arah sebuah
puncak bukit yang berada puluhan kaki jauhnya.
Sementara itu matahari senja telah terbenam, maghrib
pun menjelang tiba, kegelapan mulai menyelimuti seluruh
bukit Hoa san, ketika Lan See giok mengangkat kepala nya,
didapati puncak Giok li hong memang jauh berbeda dengan
bukit-bukit lainnya.
Terdengar Ban Peng cuan bertanya lagi dengan ragu.
"Apakah kau sudah mengetahui tempat kediaman dari
To seng-cu locianpwe?"
Lan See giok segera menggelengkan kepalanya berulang
kali.
http://kangzusi.com/
"Boanpwe tidak tahu, tapi konon berada di bawah
puncak Giok li hong-."
"Keponakanku" ujar Ban Peng cuan dengan bersungguh
sungguh, "bukan aku sengaja hendak menghilangkan
kegembiraanmu. kami guru dan murid bertiga sudah
banyak tahun berdiam di puncak ini, tapi belum pernah
bertemu dengan "To seng cu" locianpwe barang satu
kalipun, cerita tentang berdiamnya dia orang tua di bawah
puncak Giok li hong sudah mulai beredar semenjak sepuluh
tahun berselang"
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
merasakan kepalanya seperti diguyur dengan sebaskom air
dingin, tapi ia percaya kakek berjubah kuning yang ramah
itu tidak bakal membohonginya.
"Setelah boanpwe datang kemari, boanpwe tetap akan
mencarinya, kalau toh akhirnya tidak kutemukan tentu saja
aku akan pulang ke rumah" ucapnya pelan.
Ban Peng coan berpikir sebentar, kemudian
mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, memang tak ada salahnya untuk
dicoba, namun kuharap kau jangan membawa pengharapan
yang kelewat besar."
"Terima kasih atas petunjuk locian-pwe, boanpwe ingin
mohon diri lebih dulu" Setelah memberi hormat, pemuda
itu membalikkan badan dan melompat turun dari puncak
itu.
Suasana di bawah puncak gelap gulita, pemandangan
yang berada tujuh delapan kaki dihadapannya sukar untuk
dilihat Seca-ra jelas.
http://kangzusi.com/
Tempat dimana Lan See- giok berhenti sekarang tak lain
adalah lembah yang menghubungkan puncak Tiau yang-
hong dengan puncak Giok- li-hong..-
Udara dalam lembah tersebut ternyata hangat lagi
nyaman, aneka bunga tumbuh dengan suburnya, pohon
siong tumbuh merata, air mengalir sangat tenang,
pemandangan alam di situ sungguh mempesonakan -
Dengan penuh perhatian Lan See giok mengawasi
sekejap keadaan di sekitar sana, di situ tidak nampak
bangunan rumah, tidak pula gua atau tempat lain yang bisa
dipakai sebagai tempat berteduh, sudah barang tentu To
seng cu tak mungkin berdiam di sana.
Maka dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya, dia berjalan lebih ke depan.
Lambat laun pepohonan siong tumbuh semakin rapat,
tumbuhan bambu menghutan, makin ke dalam suasananya
semakin bertambah gelap.
Akhirnya pemuda itu merasa percuma untuk berlarian
secara membuta tanpa arah tujuan tertentu, karena dengan
cara demikian tak mungkin dia bisa menemukan tempat
kediaman To seng cu, tanpa terasa ia lantas teringat
kembali dengan pesan dari kakek berjubah kuning itu, dia
bertekad hendak mencobanya.
Berpikir demikian. pemuda itu segera melompat naik ke
atas sebuah batu cadas, kemudian setelah menghimpun
tenaga dalamnya, dia berseru dengan lantang:
"Boanpwe Lan See giok datang dari tempat jauh untuk
menyambangi To seng-cu locian-pwe, bila diperkenankan
mohon diberi petunjuk untuk menemui beliau!"
Selesai berteriak, dia lantas memusatkan semua
perhatiannya untuk mengawasi dan mendengarkan suasana
http://kangzusi.com/
di sekelilingnya. biarpun dihati kecilnya dia tidak
mempunyai harapan yang terlalu besar.
Mendadak-
Dari balik kegelapan lebih kurang seratus kaki
dihadapannya sana muncul setitik cahaya lentera, ternyata
cahaya itu berasal dari sebuah lentera merah yang
bergoyang goyang karena terhembus angin gunung.
Lan See giok amat terperanjat setelah melihat cahaya
lentera itu, hatinya terkejut bercampur gembira. pikirnya
kemudian:
"jangan-jangan To seng cu memang benar-benar berdiam
dalam lembah ini?"
-ooo0dw0ooo-

BAB 13
LAN SEE GIOK mengawasi lentera merah yang muncul
di balik kegelapan sana dengan perasaan kejut bercampur
girang di samping perasaan tak habis mengerti, dia tak tahu
mengapa kejadian bisa berlangsung begitu kebetulan, baru
saja dia berteriak, cahaya lentera lantas muncul kan diri?
Tanpa terasa, ia teringat kembali akan perkataan dari
Ban Peng coan, sudah banyak tahun mereka berdiam di situ
namun belum pernah berjumpa dengan To seng cu,
mungkinkah kemunculan lentera merah tersebut hanya
suatu kejadian secara kebetulan saja?
Menyusul kemudian dia berpikir lebih jauh:
"Jangan-jangan di situ terdapat rumah pemburu Atau
mungkin si penebang kayu yang sesat jalan?"
http://kangzusi.com/
Akhirnya dia memutuskan untuk memeriksa sendiri,
andaikata di situ menang berdiam penduduk, dia berniat
untuk menyelidiki tempat tinggal To seng cu dari mereka.
Berpikir demikian, diapun berangkat menuju ke arah
lentera merah yang muncul pada seratus kaki di
hadapannya itu.
la telah berlarian amat cepat, paling tidak seratus kaki
sudah dilalui, akan tetapi lentera merah tersebut masih
kelihatan berada di tempat yang begitu jauh.
Dengan cepat dia melompat naik ke atas sebuah pohon
besar, betul juga, ternyata lentera merah yang berada di
depan sana tampaknya sedang berlarian ke depan.
Tergerak hatinya setelah menjumpai hal itu, kembali dia
berpikir di hati,
"Yaa, jangan-jangan lentera merah itu memang
bermaksud membawanya untuk menjumpai To seng cu?"
karena berpendapat demikian, dia memutuskan untuk
membuktikan sendiri, agar tidak sampai terjerumus ke
dalam perangkap lawan.
Dengan menghimpun tenaga dalamnya dia berseru
lantang:
"Wahai lentera merah yang berada di depan apakah, kau
sedang memberi petunjuk jalan kepadaku untuk berjumpa
dengan To seng cu locianpwe? Kalau memang demikian.
harap gerakkan lentera merahmu ke kiri dan ke kanan .”
Baru selesai dia berseru, lentera merah tersebut benar-
benar bergerak ke kiri dan ke kanan.
Melihat hal ini Lan See giok malah menjadi sangsi, entah
mengapa, dalam saat itulah dalam hati kecilnya timbul
suatu firasat yang tidak menguntungkan.
http://kangzusi.com/
Di samping itu diapun terbayang kembali wajah bibi
Wan serta enci Cian nya yang sedih dan murung ketika
berpisah tempo hari.
Dalam pada itu, lentera merah yang berada ditengah
kegelapan itu masih digoyangkan tiada hentinya, seakan
akan sedang mendesaknya agar melanjutkan perjalanan.
Lan See giok segera teringat kembali akan tujuan
kedatangannya, harapan dari enci Cian serta bibi Wannya,
kemudian dendam berdarah dari ayahnya . . akhirnya dia
menggigit bibir dan membulatkan tekadnya untuk mengejar
lebih jauh.
Lentera merah yang berada di depan itu memang aneh
sekali, seakan akan dia memiliki beribu ribu mata, begitu
Lan See giok maju, diapun turut maju, ketika Lan See giok
berhenti, diapun turut berhenti biarpun Lan See giok sudah
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, namun dia
belum berhasil juga menyusul lentera merah tersebut.
Begitulah dengan berlarian mengejar lentera merah itu,
tanpa terasa dia telah melewati puncak Giok li hong dan
tiba di sebuah lembah lain.
Perasaan mendongkol dan curiga berkecamuk di dalam
benak Lan See giok, di tak tahu permainan setan apakah
yang sedang diperbuat lentera merah tersebut.
Lambat laun dia mulai menangkap suara yang amat
keras diantara pepohonan siong yang bergoyang terhembus
angin, di samping itu memandang alam dalam lembah itu
sangat indah, jauh berbeda dengan keadaan ditempati lain.
Lan See giok tidak berniat untuk memperhatikan
kesemuanya itu, dia masih melanjutkan pengejarannya
terhadap lentera merah tersebut .
Mendadak-
http://kangzusi.com/
Dari balik kegelapan puluhan kaki dihadapannya,
muncul kembali sebuah lentera merah lain yang
menyongsong kedatangan lentera merah yang pertama.
Tapi lentera kedua yang menyongsong tadi lebih sampai
dua kaki itu tahu-tahu saja padam dengan begitu saja.
Lan See giok merasa sungguh tak habis mengerti dia
mengalihkan kembali pandangan matanya, ternyata lentera
merah yang pertama masih tetap tak berkutik di tempat
semula.
Dia tahu, bisa jadi di tempat inilah merupakan tempat
kediaman dari To seng cu, karenanya tanpa ragu-ragu lagi
dia menyusul kearah mana lentera merah tersebut berada.
Dalam perjalanan majunya, lambat laun dia dapat
melihat sebuah tebing yang tingginya ratusan kaki
menghadang jalan perginya, sedang lentera merah itu
agaknya berada di tangan seorang manusia yang tinggi
besar.
Setelah dekat dengan tempat itu baru dia ketahui
bayangan tinggi besar itu bukan orang melainkan sebatang
pohon yang telah mengering, lentera tersebut tergantung di
atas pohon tadi dan bergoyang tiada hentinya ketika
terhembus angin.
Lan See giok merasa sangat keheranan, pikirnya:
"Kalau toh dia adalah penunjuk jalan, mengapa tidak
ditunjukkan sampai ke pintu depan?"
Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya,
mungkin saja To seng-cu berdiam di dalam hutan itu.
Ia mendongakkan kepalanya, hutan pohon yang mulai
mengering itu, dalamnya mencapai dua tiga puluh kaki
sebelum tiba di depan dinding tebing tersebut, di dalam
http://kangzusi.com/
hutan tidak dijumpai rumah gubuk ataupun rumah batu, ia
bertekad akan menuju ke dinding tebing tersebut untuk
melakukan pemeriksaan.
Berhubung timbulnya firasat yang kurang enak tadi, di
dalam langkah majunya kali ini, ia bertindak dengan
berhati-hati sekali.
Setelah ke luar dari hutan dan mencapai jarak berapa
kaki dari tebing, tiba-tiba saja ia merasakan pandangan
matanya menjadi terang..
Pada sisi kanan tebing curam itu dijumpa sebuah gua,
sebatang pohon siong persis tumbuh didepannya sehingga
menutup mulut gua tadi, jika tidak diperhatikan dengan
seksama, mulut gua tersebut memang sukar ditemukan.
Dengan perasaan gembira ia segera menubruk ke depan
gua, itu dengan cepat dia saksikan mulut gua penuh
ditumbuhi lumut hijau serta sarang laba-laba, suasana gua
itu gelap gulita, seolah-olah tidak ada yang menetap di situ.
Lan See giok segera berkerut kening, dia percaya tokoh
nomor satu seperti To seng cu tak mungkin akan mendiami
gua yang begitu suram dan kotor seperti itu.
Baru saja dia akan beranjak pergi mendadak di atas
dinding gua yang sudah dipenuhi lumut hijau itu ia
saksikan ada guratan-guratan aneh yang sangat mirip
dengan tulisan.
Sekali lagi tergerak hatinya, cepat-cepat dia menghampiri
dinding tebing dan memeriksa dengan seksama, betul juga,
garis-garis itu merupakan serangkaian kata yang diukir
dengan pisau, tapi berhubung lumut nya amat tebal, sulit
untuk membaca kata-kata tersebut.
Terdorong oleh perasaan ingin tahunya lalu dia
mengambil sekeping batu, kemudian menghapus lumut
http://kangzusi.com/
hijau yang menempel diatasnya, dalam waktu singkat dia
dapat membaca gaya tulisan yang indah, jelas tulisan
seorang wanita.
Lan See giok mundur dua langkah, kemudian membaca
huruf-huruf tersebut dengan pelan.
"Musim gugur pergi musim dingin lewat, musim semipun tiba.
Rindu dan kangen menyerang setiap malam.
Air mata bercucuran bagaikan mutiara.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. .
Wajah telah basah entah oleh air mata atau embun.
Thian tidak mengasihi aku. .
Sepasang merpati harus terbang berpisah.
Kemesraan di masa lalu.
Kini tinggal kepedihan dan air mata.
Oh Thian.. Oh Thian, betapa buruknya nasibku."
Membaca sampai di sini, Lan See giok semakin
bimbang, dipandangnya sekejap mulut gua yang gelap
gulita itu, dia percaya dalam gua tersebut tentu berdiam
seorang perempuan yang menderita karena cinta, atau
mungkin juga tersebut merupakan kuburan dari perempuan
yang bernasib buruk itu.
Sebenarnya anak muda ini sudah tak berniat untuk
memasuki gua, tapi sekarang tanpa disadari dia telah
melakukan masuk ke dalam gua tersebut.
Gua itu dalam sekali, keadaannya gelap gulita sehingga
sukar melihat kelima jari tangan sendiri, biarpun dia telah
mengerahkan tenaga dalamnya ke mata, apa yang bisa
dilihatpun hanya mencapai sejauh lima depa.
http://kangzusi.com/
Pelan-pelan dia maju ke depan, segera ditemukan gua itu
miring ke sebelah kanan, ketika berpaling, ia sudah tidak
melihat mulut gua tersebut lagi.
Suasana dalam gua amat hening dan sepi, kecuali
langkah kakinya, tak kedengaran Lagi suara yang lain.
Mendadak lima depa di depan sana, telah merupakan
ujung jalan, setelah pemuda itu maju lagi dua tiga langkah,
baru diketahui di depan sana terbentang sebuah pintu batu
yang sangat berat.
Dia mencoba untuk meraba, pintu batu itu sangat licin
seperti cermin, ketika didorong dengan sekuat tenaga, pintu
tersebut segera terbuka dengan sendiri, cahaya terang yang
menusuk mata segera mencorong ke luar dari balik pintu.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok mundur dua
langkah, ternyata dibalik pintu itu yang terbentang sebuah
undak undakan batu yang sangat lebar dan menjurus ke
atas.
Untuk sesaat dia berdiri ragu di depan pintu, tak
diketahui harus melanjutkan perjalanan atau mundur
dengan begitu saja, tapi dorongan rasa ingin tahu yang kuat
mengkilik hatinya, membuat pemuda tersebut semakin
bertekad untuk menyelidiki apa gerangan yang terdapat
dalam ruangan tersebut.
Akhirnya dia putuskan untuk masuk ke dalam dan
menyelidiki sendiri sebab ia merasa nasib perempuan itu
kelewat menge-naskan, bila dia masih berada di dalam
mungkin dia akan mengetahui tempat tinggal dari To seng
cu.
Berpikir demikian diapun berjalan masuk ke dalam
ruangan, ternyata cahaya tajam tadi berasal dari sebutir
mutiara yang di pasang di atas pintu masuk.
http://kangzusi.com/
Undak undakan batu itu menjurus naik ke atas, setiap
tikungan selalu diberi sebutir mutiara kecil sebagai
penerangan, sehingga keadaan di dalam gua bisa terlihat
secara lamat-lamat.
Itulah sebabnya dia dapat meneruskan -perjalanannya
dengan cepat, dalam waktu singkat puluhan kaki telah
dilewati.
Setelah membelok pada sebuah tikungan, sepasang
matanya kembali terasa silau, cahaya terang memancar ke
empat penjuru dari depan sana, pada ujung undak undakan
batu kembali muncul sebuah pintu batu raksasa yang
tingginya satu kaki dan lebarnya delapan depa, pintu
tersebut tertutup rapat-rapat.
Tujuh butir batu mulia yang sangat indah berserakan di
atas pintu, sinarnya tajam dan sangat menyilaukan mata.
Ketika diamati lebih seksama di atas pintu tersebut
tergantung pula sebuah lian dengan huruf-huruf yang amat
besar.
Pada kanan pintu tertuliskan kata-kata.
"Hati di langit barat, tubuh di alam semesta, melatih ilmu
membenahi watak menanti datangnya saat gembira,"
Sedangkan di sebelah kiri pintu bertuliskan.
"Seratus tahun menghadap dinding lepas tulang jadi dewa, tak
akan tergoda oleh gadis dan cinta!"
Lan See giok menjadi melongo setelah selesai membaca
tulisan itu, walaupun ia tak bisa memahami arti sari tulisan
tersebut secara tepat, tapi ia percaya nada tulisan dari
sepasang Lian tersebut tidak cocok satu, sama lainnya:
Kalau berbicara dari tulisan yang terukir dimuka gua,
gua tersebut seharusnya didiami oleh seorang perempuan
http://kangzusi.com/
yang hidup sengsara karena cinta, tapi bila dilihat dari arti
sepasang lian tersebut agak nya penghuni gua tersebut
adalah seorang pertapa.
Bila ada orang bertapa di dalam gua ini waktunya pasti
cukup lama, bisa jadi orang ini adalah To seng cu sendiri
maka pemuda ini bertekad untuk masuk lebih ke dalam,
kepada pintu batu tersebut diapun menjura, kemudian
berkata dengan lantang:
"Boanpwe Lan See giok tertarik oleh syair di luar gua
sehingga masuk kemari dengan ceroboh, kini boanpwe
merasa tidak habis mengerti, mohon locianpwe sudi
memberi petunjuk"
Ucapan mana diutarakan dengan suara nyaring sehingga
nada suaranya menggema di seluruh ruangan gua.
Lan See giok berdiri menanti di luar gua dengan tenang,
tapi lama sekali belum juga kedengaran suara jawaban,
lantas mengambil kesimpulan gua itu kosong tak
berpenghuni.
Maka dia maju ke depan dan menempelkan telapak
tangannya di atas pintu, ketika didorong dengan sepenuh
tenaga, terdengarlah suara gemerutuk yang amat berat-
Pintu batu yang sangat besar itu pelan-pelan terbuka
sebuah celah lebar, segulung bau harum yang semerbak pun
segera berhembus ke luar dari balik pintu, Lan See giok
melongok ke dalam, ternyata dibalik pintu terbentang
sebuah ruangan gua yang memanjang, dalamnya mencapai
lima kaki, di sisi kiri dan kanan masing-masing terdapat
sebuah ruangan.
kedua ruangan itu tanpa pintu semua, sedang di ujung
gua terdapat pula sebutir batu manikam yang besar
http://kangzusi.com/
berwarna kuning, cahaya yang terpancar ke luar sangat
lembut.
Lan See giok menyelinap masuk ke balik pintu, ia
merasakan kakinya menginjak tempat yang lembut, ketika
diperiksa, ternyata lantai gua dilapisi oleh permadani
kuning tebal.
Sewaktu masuk ke dalam kedua ruangan ia jumpai di
situ terdapat masing-masing sebuah kasur untuk duduk,
namun tak nampak seorang manusia pun.
Di bawah mutiara kuning di ujung gua terdapat sebuah
meja pendek yang panjang diatasnya dilapisi kain kuning
sampai terkulai ke atas lantai.
Di muka meja pendek terletak pula sebuah kasur duduk
yang besar dan tebal, selain itu, dalam gua tersebut tidak di
jumpai benda apapun.
Menyaksikan kesemuanya ini, Lan See giok tahu bahwa
dalam goa ini paling tidak terdapat tiga orang yang bertapa
di situ, tapi sekarang sudah tak ada lagi, mungkin sudah
menjadi dewa semua.
Sewaktu sorot matanya terbentur dengan benda di atas
kain kuning di meja rendah itu tergerak hati Lan See giok,
dengan langkah cepat dia menghampirinya.
Apa yang kemudian terlihat segera membuat paras
mukanya berubah hebat, saking kagetnya dia sampai
mundur dua langkah sembari berseru kaget.
Ternyata di atas kain kuning pada meja rendah itu tertera
sembilan huruf besar yang terbuat dari emas, tulisan itu
berbunyi demikian. "TAYLO PWE CIN-KENG."
Lan See giok berdiri termangu mangu, sekarang dia baru
tahu kalau gua tersebut adalah tempat To seng cu bertapa.
http://kangzusi.com/
Mendadak terdengar suara tertawa cekikikan
berkumandang dari belakang tubuhnya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
membalikkan badan, ia saksikan dari sisi pintu ruangan
sebelah kiri, lebih kurang tiga kaki dihadapannya seperti
ada bayangan hitam berkelebat lewat, tanpa sangsi dia
segera menubruk ke sana.
Ketika tiba diantara kedua belah pintu, ia celingukan
sekejap ke kiri kanan, dalam ruangan masih terletak dua
buah kasur duduk yang kosong, namun tak nampak sesosok
bayangan manusiapun.
Diam-diam Lan See giok terkesiap, tapi ia segera
berpikir, kemungkinan besar orang itu bersembunyi di sisi
kiri atau kanan pintu.
Maka diapun siap beranjak .
Pada saat itulah, tiba-tiba dari depan gerbang melayang
masuk se sosok bayangan kuning.
Mula-mula Lan See giok agak terperanjat ketika melihat
kemunculan orang itu, menyusul kemudian dengan
perasaan terkejut bercampur girang, seolah-olah bertemu
kembali dengan sanak keluarga sendiri, teriaknya keras-
keras.
"Locianpwe- - "
Sambil berseru dia segera menubruk ke muka.
Ternyata orang yang melayang masuk ke dalam gua saat
ini bukan lain adalah kakek berjubah kuning yang berwajah
ramah itu.
Kakek berjubah kuning itu masuk sambil membawa
banyak sekali buah anggur yang segar, ketika melihat
pemuda itu menubruk tiba dia segera mengangkat ke dua
http://kangzusi.com/
belah tangannya dan tertawa terbahak bahak, sikapnya
nampak gembira sekali.
Lan See giok memeluk kakek berjubah kuning itu erat-
erat, saking gembiranya air mata sampai jatuh bercucuran,
tiada henti-nya dia memanggil:
"Locianpwe . . locianpwe . . . "
Tiba-tiba kakek berjubah kuning itu menghentikan gelak
tertawanya, kemudian dengan penuh kasih sayang dia
berkata.
”Kalian berdua sudah berani bermain setan, melanggar
perintah guru, ayo cepat kau terima buah buahan ini!"
Lan See giok yang mendengar perkataan itu menjadi,
kebingungan setengah mati, ketika berpaling tampak
olehnya si nona berbaju merah Si Cay soat dengan wajah
tersipu-sipu dan senyum dikulum sedang melompat
mendekat.
Siau thi gou yang berkulit hitam sedang melototkan
sepasang biji matanya yang besar.
"Suhu, Thi gou tak berani, semuanya ini merupakan ide
enci Soat seorang, dia bilang kita takut takuti Lan See giok
agar bisa membalaskan rasa mendongkol Gou ji!"
Sembari berkata, dia tetap berdiri tak bergerak di depan
pintu ruangan.
"Hmmm!" kakek berjubah kuning itu mendengus marah,
"siapa suruh kau berdiam diri saja? Ayo cepat memasang
lentera."
Setelah menyerahkan buah buahan itu kepada Si Cay
soat yang berdiri dengan wajah gembira tapi agak tersipu
sipu itu, dia membelai rambut Lan See giok sambil ujarnya
dengan ramah.
http://kangzusi.com/
"Nak, ternyata kau benar-benar datang, ayo jalan mari
kita berbicara di dalam."
Ditariknya tangan pemuda itu dan diajak menuju ke
bantal duduk di depan meja rendah.
Sekarang Lan See giok baru mengerti, rupa kakek
berjubah kuning ini adalah To seng cu, anehnya perasaan
benci yang semula mencekam perasaannya kini sudah
lenyap tak berbekas, entah mengapa ia sudah tak percaya
sekarang kalau To seng cu adalah orang yang mencelakai
ayahnya.
Dalam perjalanan itu, Lan See giok dapat melihat pula
kalau di antara alis mata sebelah kiri kakek berjubah kuning
itu benar-benar terdapat sebuah tahi lalat merah, tahi lalat
tersebut hampir tertutup oleh alis mata yang tebal, hal ini
semakin membuktikan kalau kakek berjubah kuning ini
memang To-seng-cu.
Tiba di depan meja rendah, To seng cu segera menunjuk
ke sisi kasur duduk itu sambil berkata dengan gembira.
"Duduklah anak giok!"
Sembari berkata ia sendiri duduk bersila pula di atas
kasur duduk tersebut. Lan See giok mengiakan dengan
hormat dan segera duduk bersila di sebelah kanan To seng
cu, ia merasa kasur duduk itu empuk sekali sehingga sangat
nyaman untuk ditempati.
SI CAY SOAT telah meletakkan pula buah buahan segar
itu di depan kasur duduk kemudian ia sendiri duduk di
sebelah kiri To seng-cu, dengan wajah bersemu merah dan
mata yang jeli tiada hentinya dia mengawasi Lan See giok.
Siau thi gou berjalan ke depan kasur tanpa berbicara,
kemudian sambil mengambil sepuluh biji anggur besar yang
http://kangzusi.com/
disodorkan ke hadapan Lan See giok, katanya dengar
bersungguh hati:
"Kau sudah menempuh perjalanan selama seharian
suntuk, sekarang tentu merasa amat dahaga, cepatlah
makan anggur ini, tapi ingat, setiap kali makan buah anggur
seperti ini, kau hanya boleh makan sepuluh biji."
Berjumpa dengan Siau thi gou, Lan See giok segera
teringat pula dengan peristiwa di dusun nelayan tempo hari,
dimana ia telah menotok jalan darahnya, tanpa terasa
timbul perasaan menyesal di dalam hatinya.
Ketika ia saksikan Siau thi gou sama sekali tidak
mendendam kepadanya, malah menghadiahkan buah
anggur, segera ujarnya sambil menjura.
"Terima kasih banyak, adik Thi gou!"
Siau thi gou tertawa lebar, dia segera duduk pula di
samping Si Cay soat.
Sementara itu To seng cu telah berkerut kening,
kemudian sambil memandang ke arah Siau Thi gou dengan
wajah tak mengerti, ia bertanya cepat:
"Thi gou, siapa yang bilang kalau setiap kali makan
hanya boleh makan sepuluh biji buah anggur?"
Mendengar pertanyaan itu, paras muka Si Cay soat
segera berubah menjadi merah padam.
Siau thi gou segera menuding ke arah Si Cay soat,
dengan melototkan sepasang mata nya dia menjawab:
"Enci soat yang berkata demikian, ia bilang kalau makan
sebelas biji perutnya akan sakit, bila makan dua belas biji
akan mencret-mencret, bila makan tiga belas biji maka
selama hidup akan selalu kontet (cebol)!".
http://kangzusi.com/
Belum habis perkataan itu diutarakan, To seng cu sudah
tak dapat menahan rasa gelinya lagi, dia tertawa terbahak
bahak.
Agaknya Lan See giok juga dapat mendengar kalau
ucapan semacam itu hanya ulah Si Cay soat untuk
mempermainkan Siau thi gou, tanpa terasa diapun jadi
teringat kembali bagaimana dia sendiripun di permainkan
ketika baru datang ke sana.
Dengan wajah merah padam Si Cay soat tertawa
terkekeh kekeh, dengan cepat ia menjelaskan:
"Adik Gou paling suka makan buah anggur, setiap kali
makan dia bisa menghabiskan empat lima biji tanpa
dikunyah lagi, kalau ditanya bagaimana rasanya, diapun
tidak tahu..”
Belum habis perkataan itu diselesaikan. To seng cu telah
menghentikan tertawanya dan berkata dengan suara dalam
tapi ramah.
"Hei si binal, kau kan enci masa senang mempermainkan
adik? Sekarang anak giok telah datang. dia adalah
kakakmu, akan kulihat apakah dia akan menganiaya kau si
adik atau tidak."
Siau thi gou mencibirkan bibir tanpa berbicara,
sedangkan Si Cay-soat melirik sekejap ke arah Lan See giok
kemudian menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Paras muka Lan See giok juga berubah menjadi merah
padam, sekarang dia baru tahu rupanya dia menjadi kakak
bukan sebagai adik seperti apa yang diduganya semula.
Ketika dilihatnya hubungan To-seng cu dengan murid
muridnya tidak disertai dengan peraturan yang ketat,
bahkan kasih sayangnya bagaikan seorang ayah terhadap
http://kangzusi.com/
putra putrinya, kesemuanya ini membuat rasa hormatnya
terhadap To seng cu makin bertambah.
Terbayang kembali maksud tujuannya datang ke situ,
diapun mengeluarkan kotak kecil bungkus kuning itu dari
sakunya dan dipersembahkan ke hadapan To seng cu
sambil ujarnya dengan hormat:
"Anak giok telah menuruti perintah dengan membawa
cinkeng tersebut datang ke mari."
Memandang kotak kecil itu, terlintas perasaan sedih di
atas wajah To seng cu, diterimanya kotak itu serta
diperhatikan sekejap kemudian ia berkata:
"Kitab pusaka ini sudah menemani aku setengah
hidupku, sepuluh tahun berselang, kotak ini tercuri di luar
dugaan, sungguh tak disangka hari ini bisa bertemu
kembali."
Sembari berkata dia lantas meletakkan kotak kecil itu di
depan kasur duduknya.
Mendengar kata "dicuri," paras muka Lan See giok
segera berubah menjadi merah padam karena malu, saking
tak tahannya dia sampai menundukkan kepalanya rendah-
rendah.
Melihat hal tersebut, To seng cu segera tahu kalau
pemuda itu telah salah paham, sambil tertawa ramah dia
lantas menjelaskan:
"Segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah di atur oleh
takdir, yang tak ada masalah yang dapat dipaksakan, waktu
itu Oh Tin san dan komplotannya berhasil mencuri cinkeng
tersebut, dari tempatku tapi kemudian karena ketahuan
olehnya sehingga melarikan diri, di dalam gugupnya kotak
tersebut telah terjatuh ditengah jalan tanpa mereka sadari . .
"
http://kangzusi.com/
Mendengar penjelasan tersebut. Lan See -giok segera
mengangkat kepalanya sambil bertanya:
"Locianpwe, bagaimana ceritanya sampai ayahku
berhasil mendapatkan kotak kecil ini?"
"Menurut apa yang kuketahui, dia menemukan benda itu
dalam keadaan yang sangat kebetulan, duduk persoalan
yang sebenarnya bibi Wan mu yang mengetahui paling
jelas"
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
tanpa terasa ia bertanya dengan gelisah.
"Kalau toh bibi Wan tahu, mengapa dia tidak
menerangkannya kepada anak giok?"
To seng cu segera tertawa riang.
"Seperti apa yang diucapkan bibimu, kalian masih kanak-
kanak dan tak perlu mengetahui semua kejadian itu"
"Jadi locianpwe telah berkunjung ke rumah kediaman
bibi Wan pada malam itu?" seru Lan See giok terkejut.
To seng cu manggut-manggut.
"Oleh karena kulihat kau sudah berangkat maka aku
tidak jadi masuk.”
Sekarang Lan See giok baru mengerti, diapun segera
teringat apa yang menyebabkan jalan darah tidur Oh Li cu
tertotok, menyusul kemudian hatinya tergerak, dengan nada
menyelidik dia segera bertanya:
"Apakah locianpwe juga yang tertawa dingin di kuburan
Ong leng serta memancing kepergian si Tongkat baja kaki
tunggal serta Beruang tunggal?"
To seng cu memandang anak muda itu sambil
tersenyum, dia hanya manggut saja tanpa menjawab.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian Lan See giok teringat kembali dua
kali jeritan kaget yang mengeri-kan itu, dengan nada tak
mengerti kembali dia bertanya:
”Apakah dalam gusarnya locianpwe telah menghabisi
nyawa kedua orang itu?"
To seng cu segera tertawa terbahak bahak:
"Sudah puluhan tahun lamanya aku tak pernah
melakukan pembunuhan, masa kedua orang itu kubunuh?
Waktu itu aku hanya menotok jalan darah kaku mereka
secara diam-diam, mungkin karena kaget mereka baru
berteriak keras!"
"Locianpwe, kalau toh kau selalu mengikuti di sisi anak
giok, mengapa tidak munculkan diri untuk menempuh
perjalanan bersama-sama ku?"
Sekali lagi To seng cu tertawa terbahak bahak.
"Anak giok, bukan aku sengaja bermain setan
denganmu. berhubung ayahmu mati terbunuh orang, dihati
kecilmu pasti menaruh banyak prasangka serta kecurigaan,
bila tidak berbuat begini kau belum tentu akan menyusul ke
mari."
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Si Cay
soat serta Siau thi gou yang mendengarkan dengan
seksama, dia melanjutkan:
"Aku pernah berpesan kepada Soat ji dan Thi gou berdua
agar menyambut kedatanganmu di mulut lembah, selain itu
memberi penjelasan, kepadamu apa yang sesungguhnya
terjadi, sungguh tak disangka mereka berdua begitu binal."
Mendengar perkataan itu Si Cay soat segera tertawa geli,
mukanya nampak sangat binal, sebaliknya Siau thi gou
hanya duduk tenang tanpa mengucapkan sepatah katapun,
http://kangzusi.com/
seolah-olah persoalan ini sama sekali tiada hubungan
dengan dirinya.
Lan See giok segera terbayang kembali perjumpaan
mereka yang pertama kali di dusun nelayan, sejak waktu itu
dia sudah merasa kalau Si Cay soat adalah seorang nona
cilik yang sukar dilayani, selanjutnya dia berjanji akan
bertindak lebih berhati -hati.
Sewaktu To seng cu melihat sepasang mata Siau thi gou
berputar tiada hentinya di atas buah anggur tersebut, sambit
tertawa, kembali ujarnya kepada Lan See giok.
"Anak giok, ayo cicipi buah buahan tersebut!"
Sambil berkata dia mengambil seuntai buah anggur dan
diberikan kepada Lan See giok kemudian mengambil
seuntai lagi untuk siau thi gou.
Setelah menerima buah anggur itu Lan See giok teringat
kembali akan peristiwa lima cacad dari tiga telaga yang
datang mencuri kitab, dengan nada tidak mengerti kembali
dia bertanya:
"Locianpwe. dengan cara apa Oh Tin san sekalian
berhasil mencuri kitab pusaka tersebut pada sepuluh tahun
berselang?"
To seng cu tertawa dan manggut-manggut:
"Persoalan ini panjang sekali untuk di ceritakan, apalagi
malam sudah semakin larut, biar kita bicarakan di
kemudian hari saja.”
Melihat To seng cu enggan berbicara, sudah barang tentu
Lan See giok sungkan untuk bertanya lebih jauh, untung
saja masa mendatang masih panjang, dia masih mempunyai
banyak kesempatan untuk membicarakan persoalan itu lagi.
http://kangzusi.com/
Begitulah, ke empat orang itupun sambil makan buah
anggur membicarakan serba serbi dunia persilatan, suasana
dilalui dengan penuh riang gembira.
Akhirnya To seng cu berkata:
"Anak giok sudah menempuh perjalanan cukup jauh,
malam ini beristirahatlah dengan cepat, anak giok kau boleh
tidur bersama Siau thi gou"
Mendengar perkataan itu, ke tiga orang muda mudi itu
segera minta diri kepada To seng cu dan berjalan menuju ke
depan pintu ruangan batu itu.
Lan See giok mengikuti Siau thi gou menuju ke pintu
ruangan sebelah kiri, sedang kan Si Cay soat seorang diri
menuju ke pintu ruangan sebelah kanan, baru saja Lan See
giok ingin mengucapkan sesuatu kepada gadis itu, tahu-tahu
bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay soat sudah lenyap
dari pandangan.
Sementara itu terdengar Siau thi gou telah berseru:
"Engkoh giok, aku akan naik lebih dulu" Mendengar
seruan tersebut Lan See giok segera berpaling, tampak
bayangan hitam berkelebat lewat, tubuh Siau thi gou telah
melayang ke atas langit-langit ruangan.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, ternyata di atas
langit-langit ruangan itu terdapat sebuah gua yang luasnya
tiga depa dan tinggi dua kaki dari permukaan tanah
diataspun terpancar sinar yang terang.
Terdengar Siau thi gou berseru dari atas:
"Engkoh Giok, cepat naik!"
Lan See giok mengiakan dan segera melompat naik ke
atas ruangan itu, ketika hampir mencapai ujung langit-
http://kangzusi.com/
langit, Siau thi gou mengulurkan tangannya dan menarik
tangannya sehingga melayang tiga depa ke samping.
Ternyata di situ terdapat sebuah ruangan berbentuk
bulat, di langit-langit ruangan tertera tiga butir mutiara,
sekeliling dinding ruangan terdapat enam buah lubang
sebesar kepalan yang berfungsi sebagai ventilasi udara,
Pada permukaan lantainya dilapisi permadani yang sama
tebalnya dengan permadani yang berada di bawah, di sisi
kiri bertumpuk selimut tebal yang pada satu bagian
merupakan lapisan kain sutera sedang pada lapisan yang
lain adalah bulu kambing yang berwarna putih, nampaknya
sangat lembut dan halus.
Sambil menjatuhkan diri berbaring di atas lantai, Siau thi
gou segera berseru.
"Engkoh giok, tidurlah!"
Sambil berkata dia melemparkan selembar selimut kulit
kepada Lan See giok.
Melihat gerak gerik yang polos dan lincah dari Siau thi
gou, Lan See giok merasa bocah itu memang rada mirip
seperti kerbau kecil, karena itu setelah menerima selimut
pemberiannya dia bertanya sambil tertawa:
"Adik Thi gou, mengapa sih namamu Thi gou atau
kerbau baja? Mengapa tidak bernama Kim gou (kerbau
emas) saja?"
Siau thi gou melototkan matanya bulat- bulat dan
menggelengkan kepalanya berulang kali, jawabnya dengan
wajah bersungguh sungguh:
"Tidak boleh, tidak boleh."
Kemudian sambil menunjuk pada jari tangannya, dia
melanjutkan:
http://kangzusi.com/
"Kongcou ku bernama Kim liong (naga emas),
engkongku bernama Gin hou (harimau perak), sedang ayah
bernama Tong kou (kuda tembaga) maka aku bernama Thi
gou (kerbau baja)"
Lan See giok segera menjadi tertarik sekali dengan
susunan keluarga tersebut, cepat dia bertanya:
"Adik Thi gou, seandainya kau punya anak di kemudian
hari, akan kau namakan siapa anakmu itu?"!
"Akan kunamakan Sikou (anjing platina),"
Lan See giok yang mendengar jawaban tersebut menjadi
tertegun, sepasang alis matanya segera berkerut, kemudian
berkata:
"Adik Thi gou, aku rasa urutan ini kurang sesuai, masa
dari emas perak merosot terus menjadi tembaga, besi dan
platina, dari naga dan harimau merosot menjadi kuda
kerbau lantas anjing, bukankah dengan demikian satu
generasi lebih jelek dari generasi berikutnya?"
Baru selesai dia berkata, tiba-tiba dari balik sebuah
lubang bulat di atas dinding terdengar suara seseorang
sedang tertawa cekikikan
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera berpaling,
namun dari balik tutup lubang itu gelap tak bersinar
sehingga sulit baginya untuk menentukan dari liang yang
manakah suara tertawa tersebut, berasal.
Melihat Lan See giok tertegun, Siau thi gou segera
tertawa terbahak bahak sambil berkata:.
"Kau jangan bingung, enci Soat yang sedang tertawa dia
seringkali membicarakan soal kau dengan diriku”
Belum selesai dia berkata, dari balik liang tersebut,
kembali terdengar Si Cay soat berseru:
http://kangzusi.com/
"Adik Thi gou, bila kau cerewet terus, hati-hati besok!"
Mendengar teguran tersebut, Sian thi gou segera
menjulurkan lidahnya yang kecil dan segera memejamkan
matanya rapat-rapat.
Lan See Giok sendiri hanya bisa memandang lubang-
lubang angin di atas dinding tersebut dengan wajah
tertegun, sebenarnya dia ingin bertanya kepada Siau thi
gou, apa saja yang telah diperintahkan To seng cu
locianpwe kepada Si Cay soat mengapa pula gadis itu tidak
menuruti perintah gurunya malahan mempermainkan dia.
tapi setelah mendengar ancaman dari gadis tersebut. diapun
tak berani bertanya lebih jauh.
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba dari sisi
tubuhnya bergema suara orang mendengkur, ketika
berpaling. ternyata Siau thi gou sudah tertidur nyenyak.
Dengan perasaan apa boleh buat Lan See -giok segera
menggelengkan kepalanya berulang ulang kali, dengan
cepat dia menarik selimut dan ditutupkan ke atas tubuh
sendiri.
Walaupun sudah berbaring, namun sepasang mata yang
belum juga mau terpejam, termangu mangu ditatapnya ke
tiga butir mutiara di atas langit-langit ruangan tanpa
berkedip, sementara dalam benaknya dipenuhi berbagai
kejadian yang dialaminya selama ini, termasuk kejadian-
kejadian yang sama sekali tak pernah diduga sebelumnya..
Kini, segala sesuatunya berjalan dengan lancar, ternyata
dia telah mengalami banyak kejadian yang semula dianggap
bahaya tahu-tahu berubah menjadi rejeki.
Dari pikiran yang bergolak, pelan-pelan perasaannya
berhasil ditenangkan kembali. ditambah pula Siau Thi gou
http://kangzusi.com/
yang berbaring di sisinya telah mendengkur sedari tadi,
tanpa terasa diapun tertidur nyenyak.
Perjalanan jauh selama berbulan bulan membuat
pemuda ini tak pernah beristirahat dengan perasaan tenang,
dia selalu kuatir kotak kecilnya dicuri orang.
Kini setelah beban pikirannya hilang, diapun tertidur
dengan nyenyak sekali.
Ketika sadar kembali, Siau thi gou yang semula tidur di
sisinya kini sudah tak nampak lagi batang hidungnya.
Cepat-cepat dia melompat bangun, ditemukan pada
dinding ruangan di sisinya bertambah dengan sebuah pintu
batu yang lebarnya dua depa dan tingginya mencapai langit-
langit ruangan.
Lan See giok sungguh tak habis mengerti mengapa
setelah mendusin diri tidurnya di sana telah bertambah lagi
dengan sebuah pintu batu
Setelah melompat bangun dan diperiksa ternyata dinding
ruangan telah digeserkan orang, pada bagian tengah pintu
batu itu terdapat pula sebuah lubang angin yang sama
besarnya dengan lubang angin di sisi lain.
Ke luar di pintu dia temukan sebuah undak undakan
batu menuju ke atas yang entah menghubungkan ke tempat
mana sedang pada bagian lain terdapat pula sebuah pintu
yang lebarnya lebih kurang dua depa.
Dengan perasaan tak habis mengerti dia segera menuju
ke pintu yang lain serta melongok ke dalam.
Ternyata ruangan itu hanya berisikan permadani merah,
selimut bulu serta sebuah cermin tembaga putih, bau harum
semerbak yang sangat aneh memancar ke luar dari sana.
http://kangzusi.com/
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok dengan cepat dia
mundur beberapa langkah sepasang matanya dengan
cekatan menengok ke kiri dan kanan, sementara wajahnya
segera memperlihatkan perasaan menyesal, jantungnya
berdebar keras.
Selain itu diapun mengerti, ruangan tersebut sudah pasti
merupakan kamar tidur Si Cay soat, bila sampai ketahuan
gadis itu bahwa dia telah memasuki kamarnya, niscaya
martabatnya akan dinilai sangat rendah.
Sebenarnya dia hendak menelusuri undak undakan batu
itu untuk melongok ke atas, tapi sekarang ia sudah tak
berani sembarangan bergerak lagi.
Baru saja dia akan berjalan balik, mendadak ia
mendengar suara teriakan Siau thi gou yang bergema
datang secara lambat-lambat.
"Enci Soat, cepat kemari, disini terdapat seekor kelinci
liar yang amat besar"
Mendengar teriakan itu, Lan See giok tahu Siau thi gou
serta, Si Cay soat sedang berada di atas, maka ia segera
menelusuri undak undakan batu itu dia berlari ke atas.
Sesudah berbelok ke kiri menikung ke kanan dan
bergerak naik terus ke atas, akhirnya sampailah pemuda itu
di ujung undak -undakan tersebut.
Pada ujung undak undakan itu, dia menjumpai mulut ke
luar berada di belakang se buah meja batu ruangan batu, di
dalam ruang batu Itu tersedia pula meja bambu dan bangku
kayu. namun semua perabot diatur dengan amat rapi.
Lan See giok lari ke luar pintu, dia melihat cahaya
matahari telah memancarkan cahaya keemas-emasannya ke
empat penjuru, aneka bunga tumbuh subur dimana mana,
pemandangan alam sangat indah dan menawan hati.
http://kangzusi.com/
Rumah batu itu dikelilingi pepohonan siong yang
mengitarinya pada jarak tujuh delapan kaki, segalanya
kelihatan rapi dan teratur, sedikitpun tidak kelihatan acak-
acakan.
Ketika pandangan matanya dialihkan ke sekitar sana,
tampak tiga buah puncak bukit menjulang ke angkasa,
ternyata di mana ia berada sekarang tak lain adalah dinding
tebing yang terlihatnya semalam, punggung puncak Giok li
hong.
Puncak Giok Ii hong tingginya mencapai ratusan kaki, di
sisi kirinya terdapat sebuah air terjun, pemandangan indah
sekali.
Menyaksikan kesemuanya itu. tiba-tiba saja Lan See giok
merasakan dadanya menjadi terbuka dan nyaman sekali.
Pada saat itulah, dari balik hutan berkumandang lagi
suara teriakan dari Siau thi gou.
"Enci Soat, disini terdapat seekor kijang kecil-."
Belum habis Siau thi gou berteriak, terdengar suara Si
Cay soat telah menukas:
"Jangan kita usik dia, mari kita menangkap ikan saja di
telaga Cui oh?”
Mendengar suara pembicaraan mereka. Lan See giok
segera berlarian menuju ke hutan itu sambil berteriak.
"Adik Thi gou, tunggu aku”
Sambil berseru di segera berlarian masuk menuju ke
dalam hutan yang terbentang di hadapannya.
Berpuluh puluh kaki dia telah menembusi hutan tersebut,
tapi anehnya belum juga pemuda tersebut berhasil ke luar
dari lingkungan hutan tadi, kejadian tersebut dengan cepat
http://kangzusi.com/
menimbulkan perasaan-perasaan tak habis mengerti
baginya.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Siau thi gou sedang
memohon dari tempat yang tak jauh darinya.
"Enci Soat, cepat beritahu kepada engkoh Giok, bila
guru tahu, kau pasti akan dimaki sebagai si binal lagi!"
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
menyadari kalau keadaan di situ kurang beres dengan cepat
dia menghentikan gerakan tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar Si Cay soat mendengus dingin, lalu
berseru dengan nada tak senang hati:
"Yang dia panggil kan adik Thi gou, Siapa sih yang
memanggil aku"
Sekali lagi Lan See giok berpekik di dalam hati:
"Aduh celaka, yaa, mengapa aku lupa memanggil Si Cay
soat? Tidak heran kalau dia menjadi tak senang hati”
Berpikir demikian, dengan nada minta maaf dia segera
berseru. "Adik Soat, Ih-heng segera datang!"
Baru selesai dia berseru, tiba-tiba terdengar Siau thi gou
sudah berteriak sambil tertawa:
"Engkoh Giok, turuti perkataanku, belok tiga kali ke kiri,
belok lima kali ke kanan melihat tujuh jalan serong,
berjumpa delapan maju ke depan”
Lan See giok bukan anak bodoh, begitu peroleh petunjuk
dia segera menjadi paham.
Sementara Siau thi gou masih berteriak teriak dengan
suara lantang, Lan See giok sudah menerobos ke luar dari
hutan tersebut.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Siau thi gou sedang berdiri sambil memegang
seekor kelinci besar, melihat Lan See giok munculkan diri,
sambil tertawa terbahak bahak ia segera berseru:
"Nah, itulah dia telah munculkan diri!"
Lan See giok segera berlari mendekat, menarik tangan
Siau thi gou dan berterima kasih kepadanya, tapi oleh
karena tidak di jumpai Si Cay soat, pemuda itu jadi
celingukan-
Akhirnya dari jarak tujuh delapan kaki di depan sana, ia
saksikan ada sesosok bayangan merah sedang berlarian
menuju ke arah air terjun dengan kecepatan tinggi.
Sambil menuding ke arah bayangan Si Cay soat, Siau thi
gou segera berseru:
"Engkoh giok ayo berangkat, mari kita lihat enci Soat
menangkap ikan!"
Mereka berdua segera menyusul dari belakangnya
dengan gerakan cepat.
Setelah berlarian sekian waktu, Si Cay soat yang sedang
berlarian di depan telah menghentikan langkahnya.
Lan See giok tahu, tempat dimana Si Cay soat berdiri
sekarang bisa jadi adalah telaga Cui oh, waktu itu si nona
sedang membungkus rambutnya dengan kain merah.
Ketika maju beberapa puluh kaki, lagi dia dapat melihat
permukaan telaga yang luasnya mencapai beberapa bau,
airnya berwarna hijau dan beriak terhembus angin,
pemandangan alam di situpun amat indah.
Setelah berjalan mendekat, Lan See giok baru
menjumpai tempat dimana Si Cay soat berdiri sekarang
adalah sebuah tebing yang tinggi, jarak antara tempat itu
http://kangzusi.com/
dengan permukaan telaga paling tidak masih mencapai
enam tujuh kaki.
Walaupun dalam hati kecilnya merasa terkejut, namun
dia tak lupa menyampaikan salam untuk Si Cay soat,
sekarang ia dapat melihat pakaian yang dikenakan Si Cay
soat adalah sebangsa pakaian renang yang kulit bukan kulit
sutera, namun terbuat dari sejenis bahan istimewa.
Setelah mengenakan pakaian renang ini, perawakan
tubuh Si Cay soat nampak lebih indah, semua lekukan
tubuhnya tertera amat jelas, payudaranya yang montok
nampak menonjol besar dibagian dada, pinggangnya amat
ramping, pahanya berbentuk manis sedang kakinya
terbungkus sepatu kulit berwarna merah, rambutnya yang
panjang juga telah dibungkus kain merah.
Lan See giok benar-benar merasa tertegun, ia merasakan
pandangan matanya menjadi silau, hatinya berdebar keras
dan seolah-olah sedang dihadapkan dengan segumpal api.
Waktu itu Siau Thi gou hanya berharap enci Soat nya
bisa menangkap seekor ikan besar, pada hakekatnya dia
tidak memperhatikan mimik wajah Lan See giok, sepasang
matanya yang terbelalak lebar di arahkan terus ke
permukaan telaga.
Melihat Si Cay soat sama sekali tidak menggubris
dirinya. bahkan hanya berdiri di tepi tebing dengan mulut
membungkam sadarlah Lan See giok bahwa gadis itu
sedang marah kepadanya.
Setelah tersenyum, dengan suara yang amat ramah
pemuda itu kembali menyapa.
"Selamat pagi adik Soat!"
http://kangzusi.com/
Mendengar sapaan tersebut, Si Cay soat mengerling
sekejap ke arahnya dengan pandangan indah, kemudian
tersenyum.
Pada saat itulah..
Tiba-tiba terdengar Siau thi gou berteriak keras.
"Aaah, seekor ikan Cui oh li (ikan leihi telaga cu). ! "
Baru saja dia berteriak, bayangan merah telah berkelebat
lewat, Si Cay soat dengan gaya Hay yan si sui (walet air
bermain air) telah menubruk ke arah permukaan telaga.
Gemetar sekujur badan Lan See giok melihat gerakan
tubuh gadis itu, tanpa disadari dia menjerit kaget:
"Adik Soat, Hati-hati !"
Tampak Si Cay soat menekuk pinggang, sepasang
lengannya didayungkan bersama lalu sepasang tangannya
ditempelkan satu lama lainnya dan .. "Byuuur!".
menceburkan diri ke dalam telaga.
Percikan air segera memancar ke empat penjuru..
Secepat ikan terbang bayangan merah itu meluncur dan
menyelam ke dalam air telaga yang berwarna hijau tadi.
Lan See giok harus memasang telinga baik-baik sebelum
dapat melihat bahwa kurang lebih dua kaki di depan Si Coy
soat benar- benar terdapat seekor ikan besar yang sedang
berenang menjauhi dengan gerak gerik yang amat gugup.
Kejar mengejar pun segera terjadi, ombak menggulung
kian ke mari, biarpun sedang berenang, ternyata gerak-gerik
Si Cay soat terlihat indah sekali.
Lan See giok selain merasa kagum juga sangat memuji,
dia tak menyangka ilmu berenang yang dimiliki gadis itu
demikian indah dan sempurna.
http://kangzusi.com/
Dalam hati kecilnya ia segera memutuskan untuk
memohon kepada To Seng-cu locian-pwe selain
mempelajari ilmu silat yang tercantum- dalam kitab pusaka
Pwee yap cin keng, diapun hendak mempelajari ilmu
berenang,
Tiba-tiba Si -Cay soat yang berada, dalam air memutar
badannya, kemudian pergelangan tangannya diayunkan ke
depan serentetan cahaya perak langsung menyambar ke
arah ikan besar itu.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut segera
tertawa lebar.
Dengan cepat Lan See giok mengalihkan kembali sorot
matanya ke arah telaga, waktu itu cahaya perak telah
lenyap. sedangkan ikan besar tersebut sudah berguling di
atas air kemudian terapung dengan bagian perut nya
menghadap ke atas.
Si Cay soat segera berenang mendekati-nya, lalu sambil
mengempit bangkai ikan besar tadi ia berenang ke tepian.
Siau thi gou juga berpaling kearah Lan See giok sambil
ujarnya dengan senyum dikulum:
"Ilmu peluru pembelah air dari enci Soat amat tepat dan
lihay sekali, betapa pun besarnya ikan yang diburu dan
betapa cepat nya ikan itu berenang, jangan harap bisa lolos
dari tangannya."
Lan See giok mengangguk berulang kali. namun sorot
matanya masih ditujukan ke arah Si Cay soat yang sedang
menaiki pantai.
Bayangan merah berkelebat lewat dengan menutulkan
ujung kakinya di atas tonjolan batu karang, tahu-tahu Si
Cay soat telah melompat naik ke atas tebing.
http://kangzusi.com/
Sambil bersorak kegirangan Siau thi gou segera
menyerbu ke depan untuk memeluk ikan besar itu.
Sambil tersenyum manis Si Cay soat mengerling sekejap
ke arah Lan See giok yang sedang memandangnya dengan
perasaan kagum, pelan-pelan dia membuka pengikat
rambutnya, rambut yang panjangpun segera terurai ke
bawah.
Lan See giok yang menyaksikan kejadian itu segera
merasakan hatinya berdebar keras, gerak gerik Si Cay soat
memang sungguh terlampau indah.
Tanpa terasa diapun memuji sambil tersenyum.
"Adik Soat, ilmu berenangmu sungguh amat indah, bila
suatu ketika Ih-heng- pun dapat menguasai ilmu tersebut
sesempurna kau, tentu akan merasa sangat puas."
Sekali lagi Si Cay soat tertawa manis, tiba-tiba ia
menegur:
"Apa sih Ih-heng.. Ih-heng terus terusan? Masa lagakmu
selalu sok sungkan?"
Merah padam selembar wajah Lan See giok, buru-buru
dia mengiakan berulang kali, walaupun kena disemprot. .
anehnya dia sama sekali tidak mendongkol.
Dalam pada itu Siau thi gou telah selesai mengikatkan
ikan besar dan kelinci besar itu, dengan gembira ia berteriak
keras:
"Ayo berangkat, kita harus siapkan santapan siang yang
paling lezat"
Maka berangkatlah ke tiga orang itu menuju ke hutan.
Setibanya di depan hutan, Lan See giok berjalan
mengikuti di belakang Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Hutan tersebut dalamnya hanya sepuluh kaki, dalam
beberapa kali lompatan saja mereka telah menembusi hutan
tersebut.
Lan See giok mengikuti di belakang Si Cay soat menuju
ke sebuah ruang kecil yang terletak di belakang ruangan
batu.
Tiba di depan ruangan itu, ternyata di situ letak dapur,
semua peralatan dapur tersedia komplit di situ.
Si Cay soat segera membalikkan tubuhnya, lalu kepada
Lan See giok dan Siau thi gou ujarnya.
"Engkoh giok menguliti kelinci. Adik Thi gou memotong
ikan. aku akan pulang dulu untuk berganti pakaian"
Sembari berkata. dia membalikkan badan menuju ke
dalam ruang batu.
Siau thi gou segera mengambil pisau dan mulai
membersihkan sisik ikan dan membersihkan isi perutnya,
cara kerjanya cekatan dan amat terlatih.
Selama Lan See giok mengikuti ayahnya hidup dalam
kuburan kuno, diapun sering kali berburu, maka soal
menguliti kelinci juga bukan sesuatu pekerjaan yang asing
baginya.
Sambil membersihkan ikan, tiba-tiba Siau thi gou
bertanya: "Engkoh Giok, apakah kau datang kemari khusus
untuk belajar ilmu dari suhu?"
Lan See giok mengangguk, jawabnya dengan bersungguh
hati:
"Benar, aku datang kemari atas petunjuk dari locianpwe .
."
http://kangzusi.com/
"Sungguh aneh" kembali Siau thi gou menukas, "kalau
toh tujuanmu belajar ilmu, mengapa kau masih saja
memanggil suhu sebagai locianpwe?"
Lan See giok menjadi tertegun menghadapi pertanyaan
tersebut, ia segera berhenti bekerja dan bisiknya:
"Adik thi gou, aku belum pernah mengangkat guru,
konon kalau hendak melakukan upacara pengangkatan,
maka kita mesti menyembah empat kali, apa yang kau
lakukan dulu?"
Tanpa ragu Siau thi gou segera menjawab:
"Aku merangkak di atas tanah dan menyembah berulang
kali . . "
Belum selesai dia berkata, bayangan merah berkelebat
lewat, Si Cay soat yang selesai berganti pakaian telah
muncul kembali di situ. agaknya diapun sempat mendengar
pembicaraan kedua orang itu, kepada Lan See giok segera
ujarnya:
"Engkoh Giok, suhu orangnya ramah dan pengasih, dia
tidak terlalu memperhatikan soal tetek bengek, selesai
bersantap siang nanti, kau cukup menyembah empat kali
dihadapannya sambil memanggil suhu, aku pikir itu sudah
cukup."
Lan See giok memandang ke arah Si Cay soat dengan
penuh rasa terima kasih, setelah mengiakan diapun
melanjutkan pekerjaannya menguliti kelinci.
Mendekati tengah hari pekerjaan memasak pun telah
selesai, hidangan segera disajikan, selain ang sio hi,
panggang daging kelinci, sayur sayuran, kuah tahu, masih
tersedia pula seguci besar arak wangi.
http://kangzusi.com/
Ketika semuanya sudah siap, Siau thi gou baru berteriak
ke arah gua:
"Suhu, silahkan bersantap."
Tak lama kemudian, To seng cu dengan jubah kuningnya
telah muncul dari balik gua, senyum ramah masih
menghiasi wajahnya.
Dalam pada itu Si Cay soat telah menuang empat cawan
arak, isi cawan bagi dirinya kelihatan paling sedikit.
Lan See giok menunggu sampai To-seng-cu sudah
duduk, dia baru menjatuhkan diri berlutut dan menyembah
empat kali sambil katanya dengan serius.
"Suhu berada di atas, terimalah penghormatan dari tecu
Lan See giok.."
Sambil mengelus jenggotnya To seng cu tertawa terbahak
bahak, ditatapnya pemuda itu dengan ramah, lalu ujarnya
tersenyum.
"Anak giok, ayo cepat bangun!"
Walaupun Siau thi gou kelihatan agak bodoh, akan
tetapi diapun dapat melihat kalau gurunya sedang amat
gembira pada hari ini.
Lan See giok segera bangkit dan duduk di samping Siau
thi gou, sedang Si Cay soat yang hendak membuat gembira
gurunya mengambil cawan arak dan berseru kepada To
seng cu sambil tertawa.
"Suhu, Soat-ji menghormati secawan arak untukmu,
kionghi kau orang tua telah menerima seorang murid baru."
"To seng-cu tertawa terbahak bahak.
“Haaahhh..haaahhh..haaahhh..budak binal, bukankah
kau pun termasuk murid suhu yang baik?"
http://kangzusi.com/
Diangkatnya cawan arak dan diteguk dengan lahap.
Siau thi gou turut mengangkat cawan araknya, suasana
riang gembira segera menyelimuti seluruh ruangan.
Ketika To seng cu mencicipi Ang sio hi, dia memuji
tiada hentinya atas kelezatan hidangan tersebut.
Tergerak hati Lan See giok, dia segera teringat kembali
dengan ilmu berenang yang dimiliki Si Cay soat, maka
menggunakan kesempatan tersebut segera ujarnya dengan
hormat.
"Suhu diantara lima cacad dari tiga telaga, tecu sudah
mendapat tahu kalau si Tongkat besi berkaki tunggal
berdiam di benteng Pek hoo cay, si beruang berlengan
tunggal berdiam di bukit Tay ang san, sedang si manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san bercokol di benteng Wi-
lim-poo yang dikitari telaga phoa yang oh, tecu rasa dua
manusia cacad lainnya pasti berdiam pula di atas telaga. . ."
Sebelum Lan See giok menyelesaikan kata katanya,
sambil mengelus jenggot To seng cu segera menyela.
"Benar, si Setan ganas bermata tunggal yang terhitung
paling garang, ia berdiam di Lim lo pah, orang ini termasuk
yang memiliki daya pengaruh terbesar antara rekan-
rekannya, sedang si binatang bertanduk tunggal yang
berilmu silat paling lemah tapi berotak paling cerdas itu,
berdiam di telaga Pek toh oh, ia telah ditotok mati oleh
sergapan Oh tin san sehingga tak perlu dikuatirkan lagi,
diantaranya aku kira yang patut diperhitungkan kekuatan
nya adalah si raja ganas dari telaga Tong Ting oh, si Setan
ganas bermata tunggal Toan Ci tin tersebut.”
Lan See giok berkerut kening, lalu berkata dengan sedih.
"Dari lima manusia cacad di tiga telaga, tiga diantaranya
menjagoi di atas telaga, padahal anak Giok tidak mengerti
http://kangzusi.com/
ilmu berenang, bila hendak menyelidiki jejak mereka
rasanya sukar sekali, mohon suhu bersedia mewariskan
pula ilmu berenang kepada anak giok".
To seng cu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak, sahutnya dengan gembira:
"Berbicara soal ilmu berenang, dalam dunia persilatan
tiada orang yang bisa menandingi kehebatan Hu-yong
siancu, sebalik nya berbicara dari tingkat muda, orang yang
berilmu berenang paling tinggi adalah enci Cian mu,
sedangkan ilmu berenang dari adik Soat mu berasal dari
ajaran si naga sakti pembalik sungai, suhu sendiri sama
sekali tidak menguasai kepandaian tersebut.”
Setelah berhenti sejenak, dia memandang kearah Si Cay
soat yang sedang cemberut dan tidak senang hati itu,
kemudian me-lanjutkan sambil tertawa:
"Namun, bila kau memang berniat untuk mempelajari
kepandaian tersebut, tak ada salahnya untuk minta kepada
adik Soat mu untuk mengajarkan dasar dasarnya, sampai si
naga Sakti pembalik sungai datang ke Hoa San, barulah kau
minta pelajaran secara langsung kepadanya"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat gembira, ia segera bangkit meninggalkan
tempat duduknya dan menjura kepada Si Cay soat sambil
serunya:
"Adik soat, kalau begitu Ih-heng mengucapkan banyak
terima kasih dulu kepadamu,"
Dalam hati kecilnya Si Cay soat merasa kegirangan, dia
segera bangkit dan balas memberi hormat, pikirnya:
"Hmm, mulai hari ini pasti akan seperti Siau thi gou,
selalu menuruti petunjukku."
http://kangzusi.com/
Sebaliknya diluaran dia berkata dengan tenang:
"Engkoh giok, harap kau jangan berbuat demikian, siau
moay tak berani menerimanya."
Kemudian sengaja dia menengok ke arah To-seng-cu dan
berkata kembali:
"Suhu, engkoh Giok kan sudah mempunyai enci Cian
yang sangat lihay dalam ilmu berenang. bila soat ji memberi
pelajaran dulu kepada engkoh giok, jangan-jangan ada
orang yang merasa tak senang hati.."
To seng cu cukup mengetahui akan kebinalan muridnya
ini, sekalipun demikian dia ,juga tahu kalau sesungguhnya
gadis ini amat ramah dan berhati mulia, diapun sadar
bahwa gadis ini diam-diam merasa tak puas dengan ilmu
berenang yang dimiliki Ciu Siau cian, maka setelah tertawa
geli katanya:
"Tidak mungkin, tidak mungkin, bila Ciu Siau-cian
merasa tak puas kau dan anak giok bisa minta pelajaran
bersama dengannya!"
Si Cay soat adalah seorang gadis yang pintar dan
cekatan, walaupun ia tahu bahwa gurunya sengaja
menggoda, tapi diapun mengerti, andaikata ilmu berenang
yang dimiliki Ciu Siau-cian tidak lebih sempurna daripada
kepandaiannya, tak mungkin guru nya akan berkata
demikian
Oleh sebab itu dengan nada tak percaya dia berkata
dengan bersungguh sungguh:
"Suhu, benarkah ilmu berenang yang dimiliki enci
Ciannya engkoh giok masih jauh lebih hebat daripada si
naga tua pembalik sungai?"
http://kangzusi.com/
To seng cu tahu kalau Si Cay soat telah memahami
maksudnya, sambil tersenyum ia segera menjawab:
"Kalau Thio loko mu mengandalkan tenaga dalamnya
yang sempurna, maka enci Cian- mu lebih mengandalkan
gerakan tubuhnya yang lihay dan luar biasa, terutama sekali
ilmu pedang di dalam airnya, sungguh cepat nya luar biasa,
bahkan tidak kalah sempurna nya dari ilmu berenang yang
dimiliki ibu nya.”
Berbicara sampai di situ, dia memandang sekejap ke tiga
orang muda mudi dengan pandangan penuh kasih sayang . .
.
Kejut dan girang menyelimuti seluruh wajah Lan See
giok, dia seperti tidak percaya kalau enci Ciannya yang
begitu lembut, tenang dan cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, ternyata memiliki ilmu berenang yang jauh
lebih hebat dari pada si naga pembalik sungai.
Si Cay soat sendiri tentu saja percaya seratus persen atas
perkataan dari gurunya, suatu perubahan aneh segera
menghiasi paras mukanya, dia seperti ingin secepatnya
dapat bertemu dengan Ciu Siau cian.
Hanya Siau thi gou seorang yang tidak menaruh
perhatian khusus atas persoalan ini namun perkataan dari
gurunya juga tak berani tidak didengarkan, dengan
membelalakkan sepasang matanya dia awasi gurunya tanpa
berkedip, meski begitu dia pun tidak lupa untuk melalap
daging dan ikan yang dihidangkan dihadapannya.
To seng cu memandang sekejap ke tiga murid
kesayangannya, ia merasa amat gembira terutama setelah
menerima Lan See giok, dia merasa kepandaian silatnya
bakal ada yang mewarisi.
http://kangzusi.com/
Maka sambil menengok ke arah Si Cay soat, katanya
lebih lanjut dengan mengandung arti mendalam:
”Soat ji, bila kau bertemu dengan Ciu Siau cian lain
waktu, panggillah lebih banyak enci kepadanya, suhu jamin
pasti ada keuntungan bagimu."
Si Cay soat mengangguk berulang kali, senyum
kegirangan kembali menghiasi wajahnya, sifat ke kanak
kanaknya juga sangat menonjol dimukanya.
Sementara itu, Lan See giok merasa gembira sekali
karena gurunya To seng cu memuji kehebatan enci Cian
nya. di dalam hati kecilnya dia lantas berjanji, bila ia
berhasil mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam kitab
Hud bun pwe-yap cinkeng tersebut, dia akan mewariskan
kembali kepandaian tersebut kepada encinya agar gadis itu
menjadi seorang pendekar wanita yang tiada keduanya di
dunia ini.
Membayangkan kesemuanya itu, tanpa terasa dia
tertawa. sinar matanya turut berkilat-kilat, To seng cu
adalah seorang jagoan nomor wahid yang amat disegani
orang di dalam dunia persilatan dewasa ini, walaupun
usianya sudah mencapai seratus tahun, namun hatinya
ramah dari orangnya saleh, setiap orang yang berhubungan
dengannya pasti akan menaruh hormat dan sayang
kepadanya.
Ketika ia menangkap sinar berkilat dari balik mata Lan
See giok, orang tua itu segera mengetahui kalau si bocah
lagi memikirkan suatu kejadian yang menggembirakan
hatinya.
Maka setelah meneguk araknya, dia bertanya sambil
tertawa.
http://kangzusi.com/
"Anak giok, persoalan apa sih yang sedang kau
bayangkan? Mengapa kau nampak kegirangan?"
Lan See giok tidak menduga kalau gurunya akan
mengajukan pertanyaan seperti itu, dia menjadi tergagap,
mukanya memerah dan segera memperlihatkan perasaan
tidak tenang.
Melihat pemuda itu tidak berusaha untuk
membohonginya, senyum gembira sekali lagi menghiasi
wajah To Seng cu.
Si Cay soat memang gadis yang pintar, ia segera
cemberut dan sambil mendengus katanya agak cemburu:
"Apa lagi? Tentu sedang membayangkan enci Cian nya
yang lihay dalam ilmu berenang!"
-ooo0dw0ooo-

BAB 14
LAN See giok tidak menyangka kalau Si Cay soat bakal
membongkar rahasia hatinya secara blak blakan, ia terkejut
dan wajahnya segera berubah, buru-buru serunya kepada
To seng cu:
"Anak giok tidak becus, dihadapan suhu memang masih
teringat enci Cian, harap suhu sudi memaafkan ketidak
tahuan anak giok!"
Si Cay soat maupun Siau thi gou jadi melongo, mereka
tidak habis mengerti apa sebabnya Lan See giok
menunjukkan wajah gugup, dengan sorot mata yang
bimbang tiada hentinya mereka awasi Lan See giok dan To
seng cu secara bergantian, agaknya mereka berusaha
mencari tahu masalah apakah yang membuat pemuda itu
demikian gugupnya?
http://kangzusi.com/
To seng cu juga tidak berkata kata. Ia meneguk habis isi
cawannya. lalu sambil menyodorkan mangkuk kosong itu
ke hadapan Sian thi gou yang masih tertegun. katanya
dengan suara rendah dan berat,
"Gou- ji. penuhi cawanku ini! "
Sementara itu, walaupun Si Cay soat juga dibuat
kebingungan, namun dia dapat melihat bahwa suhunya
sedikit tak bisa mengendalikan rasa gembiranya, sudah jelas
gurunya sedang merasa kegirangan setengah mati.
Siau thi-gou segera memenuhi cawan gurunya dengan
arak dan mengangsurkan kembali ke atas meja To seng cu,
kembali ke hadapan gurunya.
Setelah menerima cawan dan meletakkan kembali ke
atas meja, To seng cu kembali berkata dengan wajah serius:
"Selama berada dihadapan guru, berpikiran cabang dan
menjawab secara ngawur pertanyaan guru, hal ini
merupakan pantangan terbesar bagi dunia persilatan, yang
ringan, pelanggarannya akan peroleh hukuman, yang berat
akan dikeluarkan dari perguruan, anak giok, kau masih
muda tapi setia dan sederhana, sungguh tidak kecewa
kuterima dirimu sebagai murid!"
Selesai berkata, dia meneguk araknya sampai habis.
Lan See giok terharu sekali oleh perkataan itu, sekali lagi
dia memberi hormat sambil berkata:
"Anak giok bodoh, mungkin hanya akan menyia nyiakan
harapan suhu saja!”
To seng cu meneguk setengah cawan arak lagi, kini
gejolak emosinya telah mereda, melihat di atas wajah
pemuda itu tidak terlintas perasaan bangga, katanya
kemudian lengan ramah:
http://kangzusi.com/
"Anak giok, duduklah suhu tidak akan menyalahkan
dirimu lagi- - “
Sambil berkata, dia membuat gerakan dengan
mempersilahkan pemuda itu duduk.
Lan See giok segera mengiakan dengan hormat dan
duduk, Si Cay soat pun merasa gugup dan panik. ia benar-
benar tak menyangka kalau perbuatannya bakal segawat itu,
terbayang kembali ketika ia membongkar rahasia hati Lan
See giok, saking menyesalnya dia sampai menundukkan
kepalanya rendah-rendah.
Namun dia bisa menduga, dengan tenaga dalam gurunya
yang begitu sempurna serta ketebalan imannya yang
mengagumkan, toh tak mampu mengendalikan gejolak
emosinya, hal ini menandakan betapa gembira nya orang
tua itu setelah mendapatkan Lan. See giok sebagai
muridnya.
Siau thi gou orangnya ramah den polos, meski ia tidak
mengerti apa gerangan yang terjadi, namun dapat terasa
olehnya kalau enci Soat maupun engkoh giok nya sama-
sama telah melakukan kesalahan besar.
To seng cu sangat gembira, setelah memandang sekejap
ketiga orang bocah itu untuk mengurangi perasaan tak
tenang dalam hati mereka, maka ujarnya kemudian sambil
tersenyum.
"Sekarang, aku akan mengisahkan kembali peristiwa
pada sepuluh tahun berselang ketika kitab cinkeng itu
lenyap, agar kisah tadi bisa menambah pengetahuan kalian
semua."
Mendengar perkataan itu, muda mudi bertiga itu segera
meletakkan kembali sumpit nya dan bersama sama
memandang ke arah guru mereka>
http://kangzusi.com/
Sambil tertawa ramah To seng cu segera berkata:
"Kalian boleh mendengarkan sambil makan dan
minum."
Kemudian setelah meneguk seteguk arak dan termenung
beberapa saat, dia pun mulai bercerita.
"Sepuluh tahun berselang, di dalam kalangan hitam
terdapat lima orang jago lihay, mereka adalah lima cacad
dari tiga telaga yang termasyhur sekarang, entah dari mana
mereka peroleh kabar ternyata orang orang itu mendapat
tahu kalau aku memiliki sejilid kitab pusaka ilmu silat yang
amat hebat."
"Kemudian, berkumpullah mereka merundingkan
bagaimana cara mencuri kitab tadi dan kemudian
mempelajarinya bersama sama.
"Dasar bangsa kurcaci, walaupun mereka telah
memutuskan bersama, toh dihati kecil masing-masing
masih saja saling curiga mencurigai. namun untuk
menghindari perhatian orang, secara terpisah mereka
datang ke Hoa San dan berkumpul di bawah bukit sambil
berunding bagaimana caranya mengamati gerak gerikku.
"Justru persoalan menjadi berantakan akibat suatu
kebetulan, pada waktu itu aku sedang bersemedi di dalam
gua, mendadak kudengar suara golok sedang mengukir batu
di depan dinding gua . . . "
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, dia tahu yang di maksudkan gurunya, sudah pasti bait-
bait syair yang terpampang di atas dinding di mulut gua
tersebut, hanya saja ia tidak habis mengerti siapakah
perempuan tersebut.
Setelah meneguk araknya setegukan, To seng cu berkata
lebih jauh:
http://kangzusi.com/
"Tergerak hatiku waktu itu sehingga segera munculkan
diri, namun untuk menghindar mulut guaku ketahuan
orang luar, aku tidak membuka pintu secara langsung,
sampai orang itu sudah pergi jauh, barulah kubuka pintu
gua dan ke luar. . ."
Lan See giok kembali merasa tidak habis mengerti,
mengapa ia tidak menjumpai "pintu gua" ketika
memasukinya semalam, tapi kalau menurut pembicaraan
suhu pintu gua tersebut pasti tersembunyi di balik dinding
gua sehingga tidak terlihat sama sekali.
Dalam pada itu, To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Menanti suhu sampai di pintu depan, orang itu sudah
pergi hingga tak terlihat lagi, kubaca sebentar bait syair di
dinding gua itu lalu menembusi hutan tho dan mengejar ke
luar lembah, tak lama kemudian kusaksikan seseorang
sedang berlarian dengan cepat, menanti kususul lebih dekat,
baru kuketahui kalau orang itu adalah Hu-yong siancu Han
sin wan . . .
Tergetar perasaan Lan See giok, tanpa terasa serunya
kaget: "Aaah . . dia . . . dia adalah bibi Wan . . . . ?"
"Benar, orang yang mengukir tulisan di depan gua tak
lain adalah bibi Wanmu."
"Suhu, masalah pedih apakah yang dialami bibi Wan
sehingga dia merasa begitu sedih?" tanya Lan See giok
dengan perasaan tidak habis mengerti.
Tong seng cu berkerut kening seakan -akan enggan
menjawab pertanyaan itu, kemudian katanya sambil
tersenyum.
"Masalah ini menyangkut hubungan antara orang tuamu
dengan bibi Wan, aku sendiri juga kurang tahu sehingga
lebih baik tak usah kuterangkan di sini, tak ada salahnya
http://kangzusi.com/
bila kau tanyakan sendiri kepada bibimu di kemudian hari,
mungkin dia akan menceritakan pengalamannya kepada
mu. "
Melihat gurunya enggan menjawab, sudah barang tentu
Lan See giok tak berani bertanya lebih jauh, terpaksa dia
mengiakan berulang kali.
Tampaknya Siau thi gou memperhatikan sekali masalah
tercurinya kitab cinkeng itu, dengan gelisah tiba-tiba dia
menyela:
"Suhu, ketika kau ke luar dari gua, sudah pasti pintu
depan lupa kau tutup kembali?"
"Benar"! To seng cu segera mengangguk, ”waktu itu aku
memang kelewat gegabah, menanti aku tiba kembali di gua,
baru kujumpai kotak kecil di atas meja telah lenyap. segera
aku sadar bahwa kotak itu tercuri, dengan perasaan gelisah
akupun segera menyusul ke luar lembah."
Berbicara sampai di situ dia, memandang sekejap ke arah
Lan See giok yang sedang mendengarkan dengan seksama,
kemudian baru lanjutnya lebih jauh.
"Sewaktu aku mengejar sampai di luar hutan tho, Hu-
yong siancu belum pergi, tapi di sisinya telah bertambah
seseorang, orang itu tak lain adalah ayahmu. si peluru perak
gurdi emas Lan Khong-tay."
Berhubung To seng cu bercerita sambil menengok ke
arahnya, Lan See giok sudah memahami maksud gurunya,
itulah sebabnya ia tidak merasa keheranan ketika ayah-nya
disinggung:
"Waktu itu aku paling mencurigai ayahmu, tapi setelah
mendengar perkenalan dari Hu-yong siancu, barulah
kuketahui kalau ayahmu adalah Lan tayhiap yang
termasyhur namanya dalam dunia persilatan, karena itu
http://kangzusi.com/
rasa curigaku segera lenyap. Atas pertanyaanku, baru
kuketahui ayahmu telah berjumpa dengan Pek-ho-caycu si
toya guntur Gui Pak-cian, serta Wi-lim pocu Oh Tin-san di
mulut lembah.
"Kedua orang itu merupakan pentolan kaum hitam yang
termasyhur sekali."
"Kemunculan mereka di bukit Hoa San segera
menimbulkan kecurigaanku, segera kukejar mereka ke luar
lembah, sedang ayahmu serta Hu-yong siancu juga
menyusul di belakangku.
”Setelah mengejar melampaui dua buah puncak bukit,
diantara hutan bambu dan pohon siong kulihat ada lima
sosok bayangan manusia sedang kabur ke luar bukit. Aku
pun segera mengeluarkan ilmu berjalan terbang menempel
angin untuk menyusul di belakang mereka.
"Sampai aku sudah berada di belakangnya, kelima orang
itu baru merasakan kehadiranku, saat itu juga mereka kabur
terbirit -birit ke empat penjuru.
"Dalam keadaan begini, mustahil bagiku untuk mengejar
mereka satu persatu, maka di dalam gelisahnya dicampur
gusar dan mendongkol, terpaksa aku turun tangan keji."
"Mula pertama kukutungi dulu kaki kiri dari Gui Pak
ciang, Caycu dari Pek- ho cay, kemudian Pek toh oh cu si
binatang bertanduk tunggal Si Yu gi menjadi ketakutan dan
berlutut minta ampun sambil menerangkan kalau cinkeng
tersebut berada di tangan Kiong Tek ciong, Cong Caycu
dari bukit Tay ang san,
"Waktu itu aku tidak tahu siapa yang bernama Kiong
Tek ciong, karena itu ku kejar Toan Ci tin dari telaga Tong
Ong oh sambil melepaskan sebiji biji cemara untuk
menghalangi niatnya melarikan diri, siapa tahu ketika biji
http://kangzusi.com/
cemara itu hampir mengenai tubuhnya, kebetulan Toan Ci
tin sedang menengok ke belakang, tak ampun lagi biji
cemara itu bersarang telak di mata sebelah kirinya.
"Atas pertanyaanku baru kuketahui arah Kiong Tek
ciong melarikan diri, waktu itu Oh Tin San sedang kabur
membuntuti Kiong Tek ciong, walaupun alasannya hendak
melindungi padahal tujuannya yang utama adalah
mengawasi gerak gerik rekannya.
"Ketika aku mengejar mereka lebih jauh dalam keadaan
terpojok ternyata ke dua orang itu melakukan perlawanan,
maka dalam gusarnya kubacok kutung lengan kiri Kiong
Tek ciong sedangkan Oh Tin san segera berlutut minta
ampun, berhubung aku tahu kalau dia orangnya keji dan
berbahaya maka segera kupotong sebuah telinga kirinya
sebagai hukuman.
"Setelah kuperiksa kedua orang itu, barulah diketahui
kalau kotak kecil tadi sudah terjatuh dalam perjalanan, tapi
ketika kemudian kucari, kotak tersebut sama sekali tak
berhasil kutemukan kembali, biar begitu aku percaya kalau
Kiong Tek ciong dan Oh Tin san tidak berbohong.
"Menanti pikiran dan perasaanku sudah mulai mereda
kembali, baru kusesalkan perbuatan berdarah yang telah
kulakukan, itulah sebabnya kubebaskan Oh Tin san
berlima.
"Waktu itu meski akupun sedikit menaruh curiga kepada
ayahmu dan Hu-yong siancu yang tidak menyusul datang,
tapi aku percaya bila kotak cinkeng itu berhasil mereka
temukan niscaya akan dikembalikan kepadaku, tapi sampai
matahari tenggelam di langit barat aku belum juga melihat
ayahmu datang, akhirnya baru kuketahui apa sebabnya
ayahmu tidak datang mencariku:
http://kangzusi.com/
"Pertama mereka tidak tahu siapakah aku, mengapa
mengejar Oh Tin san sekalian dan kedua mereka tahu kalau
kotak kecil itu milikku, namun tidak mengetahui bagaimana
caranya untuk mengembalikan, sebab ketika Hu-yong
siancu mengukir syair di depan gua. pintu gua berada dalam
keadaan tertutup, menanti aku membukanya. dia telah
berada di luar hutan tho.
"Berhubung orang tuamu dan Hu-yong siancu kemudian
lenyap secara tiba-tiba dari dunia persilatan. Oh Tin san
sekalianpun mulai menelusuri jejak ayahmu, itulah
sebabnya mereka dapat membuktikan pula kalau kitab
Cinkeng tersebut memang berhasil ditemukan oleh ayahmu
serta bibi Wan mu . . .
Si Cay soat yang membungkam selama ini, tiba-tiba
menimbrung:
"Suhu, Hu-yong siancu yang sudah membuat tulisan di
atas dinding gua saja tidak menemukan mulut gua tersebut,
mengapa Oh Tin san sekalian bisa tahu kalau suhu berdiam
di dalam gua tersebut? To seng cu segera menghela napas
panjang
"Aai, peristiwa ini sesungguhnya bersumber pada
perbuatan Hu-yong siancu ketika mengukir syair di atas
dinding gua sana, sebagaimana diketahui Hu-yong siancu
adalah seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan, entah berapa banyak lelaki yang pernah
jatuh hati kepadanya dimasa lalu. Ketika Oh Tin san
sekalian menjumpai kemunculan Hu-yong siancu di bawah
puncak giok li hong mereka pun menjadi tertarik dan diam-
diam menguntit dari belakang.
"Tatkala Hu-yong siancu selesai mengukir tulisan
kemudian berlalu, Oh Tin san sekalian dengan perasaan
ingin tahu segera munculkan diri untuk melihat tulisan
http://kangzusi.com/
apakah yang diukir Hu-yong siancu di atas dinding, siapa
sangka pada saat itulah secara kebetulan aku membuka
pintu gua.!"
Siau thi gou yang mendengar sampai di situ segera
menyela pula dengan suara lantang:
"Waah, itu namanya sudah takdir!"
Dengan ramah dan penuh kasih sayang To-seng cu
memandang sekejap kearah Siau thi gou, lalu manggut-
manggut seraya menjawab:
"Benar, akupun berpendapat demikian, oleh sebab itu
aku segera kembali ke gua dan minta ampun kepada sucou
kalian. bahkan bersumpah selama hayat masih dikandung
badan pasti akan mendapatkan kembali kitab cinkeng
tersebut.
"Suhu, cousu yaa berada di mana? Mengapa Gou ji tidak
tahu?" Siau thi gou segera bertanya dengan nada tidak
mengerti.
"Gua ini merupakan hasil pembangunan dari cousu di
masa lalu, beliau merubahnya dari sebuah gua alam
menjadi sebuah tempat tinggal yang indah. Ketika itu
akupun cuma berusia sebelas dua belas tahunan, masih
lebih kecil daripada kalian, sebelum sucou kalian kembali
ke alam baka. dia khusus membuat sepasang "lian" di kedua
belah pintu gua yang terbuat dari tatahan mutu manikam
serta intan permata yang tak ternilai harga nya, itulah
sebabnya setiap kali aku peroleh kesulitan, pasti akan
berlutut di depan pintu itu sambil berdoa dan minta
pengarahan."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu, segera ujarnya kemudian dengan hormat.
http://kangzusi.com/
"Tatkala anak giok membaca sepasang "lian" yang
berada di depan pintu gua sudah terasa olehku bahwa
tulisan mana merupakan hasil karya seorang Bulim
Cianpwe yang amat saleh dan hebat. Kini anak giok telah
masuk perguruan dan membonceng ketenaran suhu dan
sucou, apakah suhu bersedia menerangkan nama sucou
kami agar anak giok sekalianpun mendapat tahu siapa
nama sebenarnya sucou kami yang mulia itu."
Paras muka To seng cu segera berubah menjadi amat
serius, dipandangnya aneka bunga di luar ruangan dengan
termangu, sampai lama kemudian pelan-pelan ia baru
berkata:
"Sucou kalian Thian ih siu telah berusia dua ratusan
tahun, beliau merupakan seorang dewa pedang yang paling
hebat pada seratus lima puluh tahun berselang, beliau sudah
bertapa hampir seratus tahun di dalam gua ini. Sebelum
kembali ke alam baka, sucou kalian khusus mencatatkan
segenap ilmu silatnya di atas Hud bun- pwee yap cinkeng
tersebut dan diwariskan kepadaku, kemudian dengan
membawa pedangnya beliaupun berangkat ke alam baka
untuk menjadi dewa abadi
Ketika menyelesaikan perkataan itu, paras muka To seng
cu nampak berubah menjadi merah segar dan penuh dengan
perasaan kagum.
Biarpun ketiga orang muda mudi itu masih kecil, mereka
pun dapat melihat pancaran sinar hormat dan perasaan
kagum .yang tak terhingga dari suhu mereka terhadap
sucou-nya.
Siau thi gou merasa sedih sekali tiba-tiba ia bertanya:
"Suhu, semenjak sucou menjadi dewa, pernah beliau
pulang untuk menengokmu?"
http://kangzusi.com/
"Tidak pernah" To Seng cu menggelengkan kepalanya
dengan sedih, "semenjak dia orang tua menjadi dewa,
beliau hidup bebas di alam sana dan tak pernah akan
kembali ke dunia yang fana lagi"
Lan See giok serta Si Cay soat yang melihat kemurungan
suhunya. kini jadi menyesal karena sudah menanyakan soal
sucou mereka sehingga memancing rasa murung bagi
gurunya, karena itu mereka semua merasa turut tak tenang.
Siau thi gou yang melihat gurunya sedih, kembali
bertanya dengan tidak habis mengerti:
"Suhu, baikkah bila sucou menjadi dewa?" To seng-cu
tertegun dibuatnya, tapi sahut nya juga meski tidak
memahami maksud muridnya"
"Tentu saja amat baik, dia orang tua telah berhasil
memperoleh apa yang di kehendakinya, kita sebagai
angkatan muda tentu saja harus ikut bergembira."
"Lantas apa sebabnya kau orang tua nampak tak senang
hati?" seru Siau thi-gou polos.
Kontan saja To seng-cu dibuat tersumbat mulutnya oleh
ucapan Siau thi gou, tak tahan lagi ia segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Melihat Siau thi gou berhasil memancing gelak tertawa
guru mereka, Lan See giok serta Si Cay soat juga ikut
tertawa, mereka sama-sama menengok ke arah Thi gou
dengan sorot mata kagum.
Sambil mengelus jenggotnya dan memandang ketiga
orang bocah itu dengan riang To seng cu berkata:
"Tengah malam nanti. aku akan mewariskan ilmu silat
maha sakti yang tercantum dalam Hud bun pwee yap cin
keng kepada engkoh giok kalian, Soat-ji serta Thi gou harus
http://kangzusi.com/
menjadi pelindung pada saatnya nanti, selewat malam nanti
kalian bertiga harus sudah mempersiapkan diri baik-baik
dan menunggu perintah dihadapanku,"
Kejut dan gembira Lan See giok mendengar perkataan
itu, sedangkan Si Cay soat, dan Siau thi gou segera
mengiakan dengan hormat.
Santapan siang itu dilewatkan dalam suasana riang
gembira, guru dan murid empat orangpun nampak sedikit
agak mabuk.
Matahari senja sudah mulai tenggelam di balik awan,
senja yang gelap mulai menyelimuti Giok-li-hong..
Lan See giok dan Siau thi gou sedang mengeringkan
pakaian dengan asap dupa.
Lan See giok tidak mempunyai banyak pakaian untuk
berganti, karena itu dia hanya mengeringkan jubahnya yang
berwarna biru saja serta pakaian dalamnya.
Tiba-tiba Siau thi gou bertanya dengan nada tak
mengerti:
"Engkoh Giok, kau tidak membawa buntalan pakaian?"
Lan See giok menggelengkan kepalanya bertulang kali.
"Berhubung aku datang dengan tergesa gesa, bibi Wan
tak sempat mempersiapkan segala sesuatunya bagiku,
apalagi pakaianku kebanyakan masih tertinggal di dalam
kuburan kuno"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Siau thi gou,
seakan akan teringat akan sesuatu, ia segera melompat
bangun sambil berkata.
"Aaah, teringat aku sekarang, buntalanmu itu berada
dalam kamar enci Soat, bahkan masih terdapat pula
Sembilan butir peluru perak yang berkilauan"
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras
setelah mendengar perkataan itu, paras mukanya berubah,
serunya tak tertahan lagi.
"Apa kau bilang?"
Siau thi gou segera meletakkan pakaian nya ke atas
lantai, kemudian bisiknya:
"Enci Soat sedang mandi di atas, ia tidak berada di
kamarnya, ayo biar kuambilkan untukmu"
Sambil berkata, ia segera menarik Lan See giok menuju
ke kamar tidur Si Cay soat.
Lan See giok merasa amat gelisah bercampur bimbang,
saat ini dia seolah-olah lupa kalau tidak patut seorang lelaki
memasuki kamar tidur seorang dara, mengikuti Siau thi gou
mereka langsung menuju ke arah kamar tersebut.
Tiba dalam kamar tidur Si Cay soat, terendus bau harum
semerbak yang menyegarkan badan, saat itulah Lan See
giok baru mendusin dari kekhilafannya dan segera berhenti
di pintu luar.
Siau thi gou masih polos kekanak-kanakan, apalagi
usianya dua tiga tahun lebih muda dari pada Lan See giok,
dia langsung memasuki kamar tidur enci Soatnya tanpa
canggung.
Tapi Siau thi gou sendiripun tidak menyangka kalau di
atas permadani ruangan tergeletak pakaian luar serta
pakaian dalam Si Cay soat yang baru dilepas.
Lan See giok segera merasakan hatinya berdebar keras
dan wajahnya merah padam, dengan perasaan kaget dia
mundur dua langkah dari posisi semula.
Berbeda sekali dengan Siau thi gou, dengan acuh tak
acuh dia melanjutkan langkahnya melewati celana dalam,
http://kangzusi.com/
pakaian dalam dan gaun gadis tersebut sambil memasuki
ruang dalam.
Lan See giok segera mengalihkan kembali pandangan
matanya ke dalam ruangan, kali ini paras mukanya
berubah, rupanya pedang Jit hoa kiam beserta kotak kecil
emas itu diletakkan menjadi satu dengan buntalannya,
hanya pedang Jit hui kiam serta kotak kecil itu yang lain
tidak diketahui berada di mana?
Waktu, Siau thi gou sudah bermaksud mengembalikan
bungkusan kecil itu, bahkan bisiknya dengan girang.
"Coba kau lihat engkoh giok, bukankah bungkusan ini
milikmu?"
Lan See giok segera mengenali bungkusan itu sebagai
miliknya yang tertinggal di dalam kuburan kuno, namun
diapun mengerti bahwa bungkusan itu tidak boleh diambil
sekarang, oleh sebab itu dengan gelisah ia lantas berseru:
"Adik Thi gou, cepat kembalikan ke tempat asalnya, ayo
cepat ke luar-.-!"
Melihat wajah tegang dan peluh bercucuran yang
membasahi muka Lan See giok yang gelisah, Siau thi gou
segera tahu kalau persoalannya tidak semudah itu, dengan
terkejut ia meletakkan kembali bungkusan tersebut ke
tempat semula, kemudian melompat ke luar dari dalam
ruangan.
Lan See giok lebih-lebih tak berani berayal lagi, sambil
menarik tangan Siau thi gou mereka segera mengundurkan
diri dari situ.
Siau thi gou sungguh dibuat bingung dan tak habis
mengerti, setibanya di kamar sendiri ia baru bertanya
dengan suara tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Engkoh giok, apa yang terjadi?"
Setelah berusaha menenangkan hatinya, Lan See giok
baru berkata dengan bersungguh sungguh.
"Adik Thi-gou, sebentar bila adik Soat datang, kau tak
boleh mengatakan telah mengajakku pergi ke kamarnya
untuk mengambil bungkusan kecil itu mengerti?"
Berhubung Lan See giok berbicara dengan wajah serius
dan bersungguh sungguh, Siau thi gou segera mengangguk
berulang kali, meski demikian ia toh bertanya lagi dengan
nada tak mengerti.
"Pakaian itu kan milikmu? Mengapa tak boleh diambil?"
Tentu saja Lan See giok merasa kurang leluasa untuk
menerangkan alasannya, terpaksa sahutnya.
”Kalau hendak diambil pun harus bertanya dulu kepada
suhu mengerti?"
Siau thi gou segera manggut-manggut berulang kali dan
melanjutkan pekerjaannya menggarang pakaian.
Sekarang Lan See giok sudah memahami segala
sesuatunya, rupanya To seng cu sama sekali tidak
meninggalkan kuburan kuno tersebut pada malam itu,
melainkan selalu menyembunyikan diri di seputar sana.
Ia pun berani menyimpulkan bahwa tujuan suhunya
menyembunyikan diri tak lain adalah berharap bisa
mengamati gerak geriknya secara diam-diam sehingga dapat
mengetahui dimana kotak kecil tersebut disimpan, sampai
kemudian On Tin san muncul di situ dia baru mengganti
kedudukannya sebagai pelindung keselamatan jiwanya,
"Teringat bau harum semerbak yang terasa di mulut,
sekarang ia baru mengerti tentang bau harum itu berasal
dari obat mestika pemberian gurunya yang segera memaksa
http://kangzusi.com/
ke luar sari racun dalam tubuhnya di samping menambah
tenaga dalamnya.
Sekarang, hanya ada satu hal yang belum dipahami
yakni ke mana perginya pedang Gwat-hui kiam tersebut?
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa diamati ruangan
dimana ia berada sekarang namun kecuali dua lembar
selimut kulit serta bungkusan berisi pakaian milik Siau thi-
gou, di sana tidak ditemukan sesuatu apapun.
Pada saat itulah mendadak terdengar Siau Thi gou
berbisik:
"Engkoh giok, enci Soat datang"
Lan See giok segera pasang, telinga, benar juga ia
mendengar suara langkah kaki manusia berjalan mendekat,
angin lembut terasa berhembus lewat bayangan merah
berkelebat di depan mata, tahu-tahu Si Cay soat telah
muncul di depan pintu ruangan.
Lan See giok segera menengok ke arahnya, tampak
olehnya Si Cay soat yang habis mandi kelihatan lebih segar,
lebih cantik jelita dan menawan hati.
Siau thi gou segera berseru:
"Enci Soat, engkoh giok tak punya pakaian untuk ganti!"
"Mengapa kamu tidak mengambilnya di kamarku?" omel
Si Cay soat setelah mendengar perkataan itu.
Siau thi-gou memandang sekejap ke arah Lan See giok
yang duduk dengan wajah merah padam, kemudian
jawabnya:
"Engkoh giok bilang, mau menunggu sampai
kedatanganmu!"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat melirik sekejap ke arah Lan See giok,
kemudian serunya kembali kepada Siau thi gou:
"Mari, ikut cici untuk mengambilnya!" Sambil berkata
dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Siau thi gou mengiakan dengan gembira dia segera
melompat bangun dan siap menuju ke luar kamar.
Tapi baru berjalan beberapa langkah, bayangan merah
kembali berkelebat lewat. dengan gugup dan panik Si Cay
soat telah muncul kembali di situ.
Tampak paras muka Si Cay soat merah padam seperti
kepiting rebus, wajahnya gugup bercampur gelagapan,
bahkan dengan wajah tersipu sipu dia menggoyangkan
tangannya berulang kali sambil mencegah:
"Adik Thi gou, kau tak usah kemari, biar cici saja yang
segera mengambilkan untuk mu."
Selesai berkata kembali dia melayang pergi.
Tentu saja Siau thi gou jadi melongo dan berdiri tertegun
di tempat, hari ini dia benar-benar dibikin kebingungan
setengah mati dan tak tahu apa gerangan yang telah terjadi.
Hanya Lan See giok yang mengerti apa yang telah
menyebabkan Si Cay soat gelisah serta gelagapan setengah
mati.
Sesaat kemudian, Si Cay soat telah muncul kembali
dengan membawa sebuah bungkusan kecil, tak sampai Lan
See giok mengucapkan terima kasih, ia telah mengundurkan
diri lagi dengan kepala tertunduk rendah-rendah.
Lan See giok merasa sangat emosi setelah melihat
bungkusan kain miliknya itu, ketika dibuka ternyata Si Cay
soat telah membantunya mencucikan semua pakaian
http://kangzusi.com/
tersebut, bahkan dilipat dengan rapi dan rajin. tanpa terasa
ia sangat berterima kasih sekali kepada gadis itu.
Sekarang sambil melanjutkan pekerjaannya menggarang
pakaian, dia mulai memutar otak memikirkan bagaimana
caranya untuk mempelajari rahasia ilmu silat yang
tercantum dalam kitab Cinkeng.
Dalam kesibukan masing-masing itulah, tanpa terasa
malampun menjelang tiba .
Lan See giok, Si Cay soat serta Siau thi gou segera
melayang turun dari kamar masing-masing menuju ke
istana gua.
Tampak kitab Hud bun pwe yap cin keng terletak di atas
meja rendah, asap dupa menyiarkan bau harum ke seluruh
ruangan, dua batang lilin tersulut rapi di meja, membuat
suasana di situ terasa diliputi oleh keseriusan.
To seng cu dengan jubah kuningnya duduk bersila di atas
kasur duduknya dengan mata terpejam, wajahnya amat
serius.
Setibanya dihadapan guru mereka, Lan See giok sekalian
bertiga segera menyapa sambil menjatuhkan diri berlutut.
Pelan-pelan To seng cu membuka matanya dan
menitahkan mereka bertiga agar duduk.
Si Cay soat, duduk di sebelah kiri, sedang Lan See giok
dan Siau thi gou duduk di sebelah kanan, perasaan mereka
amat tenang, wajah merekapun diliputi keseriusan.
Menanti ke tiga orang muda mudi itu duduk, To seng cu
baru berkata dengan wajah bersungguh-sungguh:
"Aku akan melaksanakan peringatan dari sucou kalian
dengan hanya mewariskan kepandaian silat yang tercantum
dalam kitab Cinkeng kepada seorang murid yang paling
http://kangzusi.com/
berbakat, biar terhadap istri maupun putra putri sendiri,
kepandaian silat ini dilarang untuk diwariskan kepada
sembarangan orang."
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras,
kepalannya seperti dihantam kayu keras-keras, impiannya
untuk mewariskan kembali ilmu silat yang dipelajari dari
kitab Cinkeng kepada enci Ciannya segera buyar tak
berbekas.
Sementara itu To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Hampir sepuluh tahun belakangan ini, aku selalu
membawa Soat ji dan Gou ji berkelana ke mana-mana
tanpa tujuan, maksud ku tak lain adalah hendak mencari
kembali Cinkeng tersebut serta menemukan seorang
manusia yang berbakat sangat baik untuk mempelajari ilmu
silat tersebut."
Kemudian setelah memandang sekejap muda mudi
bertiga yang duduk dengan wajah serius itu, dia
melanjutkan.
"Soat ji maupun putri kesayangan Hu-yong siancu, Siau
cian merupakan orang-orang yang berbakat baik, hanya
sayang sifat keibuan mereka terlalu besar. untuk
menghindari pelanggaran peraturan di kemudian hari
dengan mewariskan ilmu tersebut kepada suami atau putra
putri sendiri, maka kepada mereka berdua tak akan diwarisi
kepandaian silat tersebut".
Kata-kata tersebut diutarakan secara tegas dan sama
sekali tak bisa dibantah kembali.
Pada hakekatnya Si Cay soat memang tidak berniat
mempelajari isi kitab cinkeng tersebut, baginya asal engkoh
giok bisa mempelajarinya hal tersebut sudah cukup
memuaskan hatinya, maka setelah mendengar perkataan
http://kangzusi.com/
dari gurunya, cepat dia bangkit berdiri dan mengiakan
dengan hormat.
Dengan wajah gembira To Seng cu memandang sekejap
ke arah Si Cay soat, kemudian melanjutkan:
"Gou ji polos, jujur dan sederhana, kesetian dan
kejujurannya bisa dipertanggung jawabkan, sayang
kecerdasannya kurang, maka ilmu silat ini pun tak akan
diwariskan kepadanya."
Jangan lagi soal ilmu silat tersebut, bahkan memikirkan
masalah itupun tak pernah, maka Siau thi gou segera
mengiakan dengan sikap tulus.
Dari pembicaraan dan perkataan To -Seng cu yang
begitu serius, Lan See giok pun mulai sadar bahwa tidak
gampang untuk mempelajari ilmu silat dari Hud bun pwee
yap cinkeng tersebut, namun semakin sulit untuk dipelajari,
dia pun semakin bertekad untuk tidak menyia nyiakan
harapan, guru dan tak akan melanggar peraturan yang telah
ditetapkan perguruan.
Sementara itu To Seng cu telah berkata lagi setelah
berhenti sejenak:
"Ketika masih berada dalam kuburan kuno, aku pernah
memeriksa seluruh urat dan tulang belulang anak Giok, dia
memang manusia yang berbakat bagus untuk mempelajari
segala isi cinkeng tersebut, karena itu aku telah mengambil
keputusan untuk mewariskan kepandaian silat maha sakti
tersebut kepadanya. Meskipun demikian, namun aku
merasa wajib untuk mengamati dulu segala gerak gerik,
sikap maupun perangainya. Itulah sebabnya aku selalu
membuntutinya secara diam-diam, berdasarkan
pengamatanku secara diam-diam selama satu bulan lebih,
anak giok memang benar-benar seorang anak baik yang
dapat dipercaya . . . "
http://kangzusi.com/
Setelah berhenti sejenak, dengan wajah gembira yang
terpancar dari balik keseriusan mukanya, dia melanjutkan:
"Dalam santapan siang tadi, anak giok mendengarkan
pembicaraanku dengan seksama, melihat wajahnya gembira
dia turut gembira, melihat aku murung dia menjadi tak
tenang, mendengar pembicaraan orang lantas
menghubungkannya dengan orang lain bahkan kemudian
berani mengaku salah dan minta hukuman. kesemuanya ini
menambah keyakinanku bahwa pilihanku memang tak
salah, itulah sebabnya aku pun mempercepat waktunya
setahun lebih awal untuk mewariskan ilmu silat tersebut
kepada anak giok."
Setelah berhenti sebentar dan menatap wajah Lan See
giok dengan penuh kasih sayang, ia bertanya lebih jauh:
"Anak. giok. bagaimanakah perasaanmu setelah
mendengar perkataanku ini?"
"Pujian dari suhu membuat anak giok merasa malu."
buru-buru Lan See giok menjawab dengan hormat,
"selanjutnya anak giok bersumpah akan mengutamakan
kejujuran serta berlatih dengan tekun, mentaati peraturan
perguruan dan tidak akan menyia-nyiakan harapan suhu
terhadap anak giok."
Dengan gembira To Seng cu manggut manggut, katanya
kemudian dengan serius:
"Sekarang, ikutilah suhu menjumpai sucou mu!."
la lantas bangkit berdiri dan maju ke balik pintu gerbang
istana gua.
Tiba di depan pintu, To Seng cu melakukan suatu
gerakan dengan telapak tangannya, pintu segera terbuka
sebuah celah selebar dua depa, cahaya tajam pun segera
memancar ke luar dari balik ruangan tersebut.
http://kangzusi.com/
To Seng cu, Lan See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou,
segera bersama-sama menuju ke luar pintu.
Cahaya terang benderang mencorong di luar pintu,
sedemikian terangnya sampai debu di lantai pun dapat
terlihat jelas.
To Seng cu berdiri serius di depan pintu gerbang yang
tinggi besar itu sambil mengangkat kepalanya, memandang
sepasang "lian" yang tergantung di sisi pintu.
Lan See giok bertiga berdiri berjajar di belakang To Seng
cu, sikap mereka pun amat serius.
Malam sudah kelam, suasana amat hening Lan See giok
yang berdiri di belakang To Seng cu memandang ke arah
pintu dan mendengarkan hembusan angin dalam gua, tiba-
tiba saja merasakan pikiran dan perasaannya menjadi
sangat kalut.
Ia teringat kembali akan dendam kesumat ayahnya,
pengharapan dari bibi Wan serta enci Cian serta
penghargaan yang begitu tinggi dari gurunya terhadap
dirinya.
Kesemuanya itulah yang memantapkan kesempatan
baginya untuk mempelajari ilmu silat maha dahsyat pada
malam ini dan peristiwa tersebut membuatnya amat
terharu.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar To
Seng cu telah berkata dengan suara rendah tapi hormat.
"Arwah, suhu di alam baka mohon tahu. tecu Cia Cing
wan telah menuruti perintah dengan menemukan seorang
ahli waris untuk mempelajari isi cinkeng, hari ini murid
angkatan ketiga Lan See giok khusus datang untuk
menyampaikan sumpah serta rasa terima kasihnya."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata, dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
menyembah beberapa kali.
Lan See giok, Si Cay soat serta Thi-gou serentak berlutut
pula ke atas tanah.
Setelah menyembah sebanyak empat kali. To Seng-cu
bangkit berdiri.
Sedangkan Lan See giok sekalian bertiga setelah
memberi hormat beberapa kali baru ikut berdiri pula.
Kemudian To Seng-cu pun berkata kepada Lan See giok
dengan wajah serius.
"Anak giok, cepat berlutut dan mengangkat sumpah
dihadapan sucoumu, kau harus menyatakan kesetianmu
untuk selama hidup melaksanakan perintah sucou serta
menaati peraturannya."
Lan See giok mengiakan dengan hormat, dia maju
beberapa langkah ke depan dan menjatuhkan diri berlutut,
kemudian sambil memandang sepasang "lian" di sisi pintu,
ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh:
"Murid angkatan ke tiga Lan See giok dengan hormat
melaporkan kepada arwah Su-cou dialam baka, tecu
bertekad akan meneruskan kejayaan sucou dan bersumpah
akan menaati setiap peraturan yang ditetapkan perguruan
serta menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia
persilatan, bila tecu sampai melanggar sumpah ini, biar
Thian melimpahkan kutukannya kepadaku."
Selesai bersumpah, dia menyembah lagi beberapa kali.
Tatkala Lan See giok mengucapkan sumpah nya tadi,
dengan sorot mata yang tajam To Seng-cu mengamati terus
gerak gerik Lan See giok, tapi akhirnya dia manggut-
manggut sambil tersenyum girang.
http://kangzusi.com/
Setelah bangkit berdiri Lan See giok bersama gurunya, Si
Cay soat dan Siau thi gou menutup kembali pintu gua.
Tiba di ujung ruangan, To seng cu duduk bersila kembali
dikasur duduknya, kemudian memerintahkan Lan See giok
berlutut di hadapannya dan menitahkan Si Cay soat serta
Siau thi gou berdiri di sisinya.
Dengan sorot mata yang lembut To Seng cu mengamati
wajah Lan See giok, lalu ujarnya dengan lembut:
"Anak giok, sebelum mempelajari kitab cinkeng, terlebih
dulu hendak kusampaikan beberapa pesan kepadamu, harap
kau suka mengingatnya dihati."
Lan See giok mengiakan berulang kali dan manggut-
manggut pelan-pelan To Seng cu melanjutkan kata katanya:
"Ke satu, untuk mempelajari ilmu silat maha sakti yang
tercantum dalam kitab cinkeng, selain tergantung pada
bakat, kecerdasan serta daya ingat seseorang, juga
tergantung besar tidaknya rejekimu, tulisan di atas Pwee
yap tersebut hanya akan muncul sekali setiap enam puluh
tahun hurufnya amat banyak dan ilmu silatnya beraneka
ragam, kau harus menggunakan segenap daya ingatmu
untuk menghapalkan semua catatan tersebut."
"Ke dua, sebelum mempelajari isi cinkeng itu, kau harus
berusaha menenangkan pikiran serta membuang jauh-jauh
semua pikiran yang tak berguna, tak boleh dicekam
perasaan panik, ingat waktu sangat berharga bagimu, kau
harus menggunakan saat yang amat singkat dimana aku
akan mempertahankannya dengan seluruh tenaga untuk
membaca dan menghapalkan secara teliti.
"Selain dari pada itu, gangguan macam apapun yang
datangnya dari luar tidak akan mengganggu konsentrasiku,
biar ada golok diayunkan ke leherku juga percuma, dalam
http://kangzusi.com/
hal ini kau harus ingat baik-baik, sekali pikiranmu
bercabang. bukan hanya kau bakal tewas, akupun akan
mengalami jalan api menuju neraka sehingga berakibat
cacad seumur hidup-!"
Si Cay soat yang mendengarkan perkataan itu segera
berkerut kening, wajahnya berubah hebat diam-diam ia
berdoa semoga engkoh gioknya bisa berhasil dengan sukses.
Sebaliknya Siau thi gou berdiri bodoh di situ, ia benar-
benar tak pernah menyangka kalau untuk mempelajari kitab
cinkeng pun bakal menghadapi ancaman yang begitu serius,
karenanya saking gelisahnya peluh sampai jatuh
bercucuran.
Sambil berlutut dihadapan To Seng cu, diam-diam Lan
See giok mengatur per-napasan dan berusaha keras untuk
menenangkan pikiran dan perasaannya yang bergolak.
Menyaksikan wajah tegang dan panik yang mewarnai
wajah Lan See giok sudah lenyap tak berbekas, To Seng cu
merasa gembira sekali, ia segera berkata lebih jauh:
"Sewaktu berada di kuburan kuno, aku memberi
beberapa tetes sari susu batu kemala kepadamu sehingga
tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah melipat ganda,
ketajaman matamu bisa melebihi sinar sang surya, oleh
sebab itu aku tidak kuatir kau tak bisa membaca tulisan di
atas pwee yap ini."
Sambil berkata dia membuka kotak kecil itu,
mengeluarkan ke tiga biji pwee yap tadi dan diletakkan di
atas telapak tangan.
Dengan bersungguh hati dan serius Lan See giok
mengatur napas, dia tak berani menyabangkan pikirannya,
oleh sebab itu ia pun tak sempat memikirkan apa yang
disebut sari susu batu pualam itu.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu To seng cu telah merangkapkan
tangannya menjadi satu dengan menjepit ke tiga pwee yap
tadi dalam telapak tangannya, setelah menitahkan kepada
Lan See giok agar berlutut di depan sepasang lututnya. dia
berpesan lagi: "Anak giok, kau harus tahu, rejeki setiap
orang berbeda, pengalaman yang dijumpai pun tidak sama,
bahkan nasibpun berbeda, kau harus membawa tekad
menyerahkan segalanya kepada yang kuasa. Pasrah
sepenuhnya kepada Thian sambil membaca kitab itu,
mengerti?"
Lan See-giok segera memahami maksudnya, seketika itu
juga pikirannya terasa terbuka, dengan cepat dia
mengangguk:
Akhirnya To Seng cu memandang sekejap lagi kearah
Lan See giok kemudian baru memejamkan mata rapat-
rapat, sepasang tangannya menggenggam ke tiga biji Pwee
yap itu lekat-lekat dan meletakkannya di atas lutut di depan
dada.
Lan See giok sendiripun berhasil menenangkan
pikirannya bagaikan air. sorot matanya memandang lurus
ke depan dan tenang bagaikan pendeta tua.
Pikirannya bersih dan perasaannya kosong, Si Cay soat
serta Siau thi gou berdiri serius di sampingnya, mereka
memusatkan seluruh perhatiannya sambil mengawasi
gurunya serta Lan See giok dengan serius.
Suasana dalam ruangan itu sangat hening, sedemikian
sepinya sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
Paras muka To Seng-cu berubah menjadi merah
membara, lambat laun peluh mulai bercucuran membasahi
jidatnya, uap putih menguap dari ubun-ubunnya dan
membaur dengan bau dupa yang memenuhi seluruh
ruangan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok berlutut di depan To Seng-cu, ia merasa
udara sangat panas bagaikan kobaran api, bahkan menerpa
tubuhnya berulang-ulang, namun terhadap perubahan
mimik muka dari To Seng cu itu, dia berlagak seakan akan
tidak melihatnya:
Si Cay soat serta Siau thi gou juga ikut merasakan
meningkatnya suhu udara di sekitar mereka. perasaan
tegang pun semakin bertambah, tanpa terasa peluh-
bercucuran deras, hatipun ikut berdebar
Mendadak -
To Seng-cu merentangkan kedua ibu jari tangannya ke
samping, segulung cahaya tajam segera memancar ke luar
ke atas langit-langit gua, seketika itu juga suasana di dalam
gua menjadi terang benderang-
Lan See giok tak berani berayal, sambil membungkukkan
badan, sepasang matanya mengawasi kedua ibu jari To seng
cu lekat-lekat, seluruh tenaga dalamnya telah di himpun
dan perhatiannya dipusatkan ke atas telapak tangan
gurunya.
Dari balik telapak tangan gurunya, ia merasa datangnya
pancaran sinar tajam yang amat menusuk pandangan
membuat matanya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk pisau.
Sambil berusaha menahan rasa sakit Lan See giok
mengerahkan tenaga dalam nya untuk bertahan, biarpun
sepasang matanya seakan akan melihat sinar matahari, tapi
sekarang dia tidak merasa semenderita tadi lagi.
Menyusul kemudian segulung bau harum muncul dari
tenggorokannya, dan sepasang matapun terasa segar
kembali.
http://kangzusi.com/
Lambat laun cahaya tajam yang menusuk pandangan itu
mulai hilang, menyusul kemudian muncul huruf-huruf dari
emas.-
Lan See giok sangat girang, secara berurutan diapun
membaca terus.
Hud kong sin kang (Hawa sakti cahaya Buddha ), - .
Yu-hong-hui heng ( Menunggang angin terbang melayang ) . . .
Pwee-yap sam-ciang ( tiga pukulan Pwee-yap) .
Thi siu-yau-kong ( ujung baju baja mengebas udara ). . . .
Setelah membaca ke empat nama ilmu silat -tersebut,
Lan See giok segera membaca pula isi pelajarannya dengan
seksama . . .
Dalam pada itu, Si Cay soat dan Thi- gou yang berdiri di
kedua belah sisinya merasa amat tegang, peluh dingin jatuh
bercucuran, mereka tak tahu apakah Lan See giok dapat
membaca isi pelajaran dalam pwee yap itu atau tidak?
Suasana dalam gua amat sepi, sedemikian sepinya
sampai dapat terdengar suara detak jantung masing-masing.
--
Pada saat itulah- - -
Sreeet-
Suara desingan besi bergema datang disusul suara
pekikan nyaring yang berkumandang datang secara lamat-
lamat.
Si Cay soat serta Siau Thi gou sangat terkejut, dengan
wajah berubah hebat mereka segera memasang telinga baik-
baik dan mendengarkan dengan seksama.
Kalau diamati secara teliti, suara pekikan nyaring itu
seakan akan berasal diri kamar tidur Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tergerak hati Si Cay soat, dia seperti memahami akan
sesuatu, setelah menuding kearah gurunya dan Lan See
giok yang sedang berlutut membaca kitab cinkeng itu
kepada Siau thi gou. di mana ia minta Siau thi gou
melindungi keselamatan mereka, diam-diam ia melompat
mundur sejauh tiga kaki dan menuju ke ruang batu.
Setelah berada di pintu ruangan. ia dapat menangkap
suara pekikan nyaring itu bergema semakin nyaring.
Dengan cepat Si Cay soat melompat naik ke ruang
tidurnya, tapi apa yang kemudian terlihat membuat sekujur
tubuhnya gemetar keras, mukanya berubah hebat, hampir
saja ia menjerit kaget.
Ternyata pedang Jit hui kiam tersebut telah lolos sendiri
dari sarungnya sebanyak beberapa inci, cahaya yang tajam
dan pekikan yang amat nyaring tak lain berasal dari pedang
tersebut.
Si Cay soat segera manggut-manggut mengerti,
gumamnya kemudian dengan suara gagap:
"Orang kuno bilang: Pedang antik yang berjiwa, akan
memberi tanda bahaya bila ada musibah mengancam,
Jangan-jangan ada orang yang hendak menyatroni kami?"
Berpikir demikian, hatinya menjadi amat gelisah dengan
cepat dia menyambar pedang Jit-hoa-kiam dan menaiki
anak tangga batu menuju ke rumah batu di atas tebing.
Karena teringat olehnya bisa jadi ada orang telah
menyusup masuk ke dalam barisan pohon bambu.
Setibanya di ujung jalan, ia tak berani langsung
membuka tombol rahasia, mula-mula diintipnya dulu lewat
celah-celah pintu dan memasang telinga baik-baik, setelah
yakin kalau tiada orang, dia baru menekan tombol dan
masuk ke dalam rumah.
http://kangzusi.com/
Suasana dalam rumah batu gelap gulita, pintu dan
jendela masih tertutup rapat maka ia berjalan menuju ke
depan jendela. Belum pernah Si Cay soat merasakan
perasaan gugup dan panik seperti apa yang dialaminya pada
hari ini. karena dia tahu bila dalam keadaan seperti ini
benar-benar ada orang menyerang datang, maka bukan saja
engkoh gioknya bakal tewas, gurunya juga akan mengalami
jalan api menuju neraka. .
Di samping itu diapun bisa menduga yang berani
menyerang ke tempat kediaman mereka sudah pasti
merupakan gembong iblis dari kalangan hitam yang berilmu
silat sangat tinggi.
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa tangan kanannya
meraba pedang Jit hoa kiam.
Tiba di depan jendela, dia mengintip ke luar lewat celah-
celah jendela. tampak malam gelap mencekam seluruh
jagad, bintang bertaburan dimana mana, suasana amat
hening.
Tapi perasaan Si Cay soat waktu itu- dicekam oleh
perasaan tegang bercampur ngeri.
Dia memusatkan seluruh perhatiannya untuk melihat
dan mendengarkan keadaan di seputar sana dengan
seksama diperiksanya barisan bambu lebih kurang tujuh
delapan kaki dihadapannya ..
Mendadak..
Suara pekikan nyaring yang menggidikkan hati
berkumandang dari atas puncak giok-li-hong di belakang
bangunan rumah itu.
Pekikan aneh tadi memanjang dan sangat menggetarkan
perasaan, dalam sekilas pandangan saja orang sudah tahu
http://kangzusi.com/
kalau pendatang memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna.
Si Cay soat amat terkejut, dengan cepat dia melompat ke
jendela belakang, apa yang terlihat segera membuat sekujur
badannya gemetar keras.
Sesosok bayangan hitam yang tinggi besar sedang
melayang turun dari puncak bukit, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam, lengannya direntangkan lebar-
lebar ketika meluncur turun sehingga keadaannya tak jauh
berbeda seperti seekor burung rajawali raksasa.
Begitu kagetnya Si Cay soat, dia sampai terjongkok
sambil mengintip, sorot matanya yang tajam mengawasi
bayangan hitam yang meluncur datang itu tanpa berkedip,
saat itu dia tak tahu apakah gurunya telah selesai
mengerahkan tenaganya atau belum, diapun tak tahu
apakah Siau thi gou bisa mengendalikan diri atau tidak.
Tidak meleset dari dugaan Si Cay soat. Siau thi gou yang
melihat enci Soatnya lama juga belum kembali, hatinya
menjadi amat gelisah. apalagi setelah mendengar suara
pekikan aneh yang menggidikkan hati itu, saking cemasnya
dia sampai mandi keringat.
Ia tahu, pendatang itu sudah pasti seseorang yang
memiliki ilmu silat amat tinggi, bagaimana mungkin enci
Soatnya seorang dapat menghadapi pendatang tersebut.
Maka dia memutuskan untuk membangunkan gurunya.
Begitu mengambil keputusan dalam hatinya, Siau thi gou
dengan wajah gugup dan gelisah segera berjalan
menghampiri To Seng cu yang berada dalam keadaan kritis.
Pepatah kuno mengatakan. Setiap persoalan telah diatur
oleh Thian Yaa, mana mungkin To Seng cu akan menduga
datang nya lawan tangguh dalam keadaan seperti ini?
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gelisah dan gugup Siau thi gou berjalan
menuju ke hadapan To Seng cu, baru saja dia akan
membuka suara, tiba-tiba dilihatnya To Seng cu berkerut
kening, paras mukanya berubah menjadi pucat, peluh
membasahi seluruh jidatnya.
Ketika memandang pula Lan See giok yang berlutut di
atas tanah, di jumpai sepasang tangannya basah oleh
keringat. sepasang matanya seolah-olah menempel di atas
tangan gurunya dan berada dalam keadaan tak sadar.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya. ia
berdiri termangu.
Ia tak habis mengerti mengapa suhu dan engkoh giok
nya bisa berada dalam keadaan seperti ini, dia pun tak tahu
harus memanggil mereka atau jangan.
Sementara itu, Lan See giok yang berlutut di atas tanah
dan baru saja selesai membaca empat macam rahasia ilmu
silat, secara lamat-lamat dia telah menangkap pekikan suara
aneh tersebut, namun untung nya dia tak sampai
terpengaruh oleh suara itu.
Dalam keadaan demikian, si anak muda tersebut segera
melanjutkan usahanya membaca dua macam ilmu silat
yang terakhir yakni, Hud lek kim kong sin ci (jari sakti
tenaga Buddha ) serta Tay l o kiu thian kiam hoat,
Pada saat dia selesai membaca jurus terakhir dari ilmu
pedang Tay lo kiu thian kiam hoat tersebut, mendadak
cahaya tajam yang semula terpancar ke luar dari ke tiga biji
Pwee yap tersebut menjadi suram dan seluruh tulisan turut
hilang lenyap tak berbekas.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tak ingin gurunya terlalu banyak
kehilangan tenaga, ia segera mengangkat kepala sambil
bangkit berdiri.
Paras muka To seng cu pucat pias, peluh bercucuran
deras, pelan-pelan dia membuka mata dan memandang
sekejap kearah Siau thi gou, kemudian setelah menghela
napas katanya:
"Segala sesuatunya sudah diatur oleh takdir, hal ini tak
bisa salahkan Thi gou- tak mampu melindungi kita, apa lagi
aku pun sebelumnya lupa berpesan dengan jelas kepadanya
sehingga ketidak tahuan Thi gou telah membuyarkan
segenap hawa murniku yang telah terhimpun."
Setelah berhenti sebentar, dengan wajah penuh perasaan
menyesal dia menengok ke arah Lan See giok dan katanya
lebih jauh.
"Anak giok, bukan saja aku telah menyia nyiakan pesan
sucou mu, aku pun merasa amat menyesal kepadamu”
Lan See giok merasa sangat tidak mengerti dengan
perkataan gurunya itu, dengan hormat dia segera berkata:
"Suhu, anak giok telah selesai membaca seluruh isi kitab
Pwee yap cinkeng tersebut serta menghapalkan ke enam
macam ilmu silat yang tercantum di dalamnya, mengapa
suhu malah berkata begitu”
0ooo0dw0ooo0

BAB 15
Tiba-tiba To Seng cu membelalakkan sepasang matanya
lebar-lebar, wajahnya berubah dan ia bertanya dengan
perasaan amat terkejut: "Anak giok, apa kau bilang!"
http://kangzusi.com/
"Anak giok telah selesai membaca ke enam macam ilmu
silat yang tercantum dalam kitab tersebut" sahut pemuda itu
dengan hormat.
To seng cu benar-benar tidak percaya dengan
pendengaran sendiri, tak tahan lagi ia bertanya agak emosi.
"Anak giok, kau bilang berapa macam?"
Menyaksikan gurunya terkejut, Lan See giok tahu kalau
sesuatu keajaiban pasti telah menimpa dirinya. maka
dengan penuh kegembiraan dia berkata:
"Seluruhnya enam macam."
"Coba kau sebutkan satu persatu."
"Dua macam pada bagian permulaan adalah ilmu Hud
kong sin kang serta Yu hong hui heng, pada bagian ke dua
adalah ilmu pwee yap sam ciang serta Thi siu you khong.
sedangkan pada bagian yang terakhir adalah ilmu jari Hud
lek kim kong sin ci serta Tay lo kiu thian kiam hoat"
"Anak giok, apakah kau dapat menghapalkan ke enam
macam ilmu tersebut tanpa melupakan sepatah kata saja?"
tampaknya To seng-cu masih saja tidak percaya.
Tanpa ragu Lan See-giok segera mengangguk:
"Anak giok yakin tidak bakal salah!"
To Seng-cu segera mengawasi wajah Lan See-giok lekat-
lekat, sampai lama kemudian ia baru menghela napas
sambit katanya:
"Anak giok, rejekimu selain lebih tebal .daripada diriku,
kecerdasanmu juga jauh melebihi aku. Dahulu aku mesti
membuang waktu selama dua setengah jam, dari tengah
malam sampai mendekati fajar untuk menyelesaikan ke
lima macam ilmu silat tersebut, tapi kenyataan nya
sekarang kau berhasil mempelajari enam macam ilmu silat
http://kangzusi.com/
dalam satu jam, kemampuanmu ini sungguh membuat aku
kurang percaya..!
"Anak giok tidak berani membohongi suhu." .
To Seng cu segera tertawa ramah, katanya dengan
gembira:
"Nak, aku percaya kepadamu, hanya saja kejadian
semacam ini sungguh membuat aku merasa terkejut,
tercengang dan sangat gembira.."
Setelah berhenti sejenak dan memandang sekejap Siau-
thi-gou yang masih berdiri dengan tertegun, dia berkata
lebih jauh:
"Biasanya Thi gou bodoh, setiap menghadapi peristiwa
tak tahu untung ruginya, mungkin dia mendengar suara
pekikan aneh tersebut sehingga dia telah memasuki daerah
sekitarku yang telah kupancari hawa Hud-kong-sin-kang,
justru karena hatiku tergerak maka huruf-huruf pada Pwee-
yap tersebut segera hilang lenyap tak berbekas.."
Belum selesai dia berkata, suara gelak tertawa yang amat
nyaring telah berkumandang datang dari atas tebing.
Mendengar gelak tertawa tersebut, To Seng-cu kelihatan
agak berubah wajahnya, dia seakan-akan telah teringat akan
sesuatu..
Tak lama kemudian, terdengar seseorang telah berseru
lantang diiringi gelak tertawa keras:
"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh . . . budak cilik, kau
kira setelah bersembunyi di belakang jendela maka aku
tidak dapat melihatmu? Ayo cepat suruh gurumu ke luar
untuk menyambut kedatangan aku si makhluk tua . . . "
Mendengar seruan itu, To Seng cu segera berseru kepada
Thi gou yang masih berdiri termangu:
http://kangzusi.com/
"Thi gou, cepat, beritahu kepada enci Soat mu, buka
pintu dan sambut dia masuk kalian suguhkan semangkuk
arak dulu kepada orang itu. . katakan kalau aku akan segera
datang."
Siau thi gou segera menenangkan hatinya dan
mengiakan dengan hormat, kemudian membalikkan badan
dan berlalu dari situ:
To Seng cu seperti teringat lagi akan sesuatu, dengan
cepat dia berpesan kepada bocah itu:
"Gou ji, ingat! Kau jangan bilang kalau aku sedang
mewariskan ilmu silat kepada engkoh giok mu!"
Siau thi gou berhenti sebentar seraya manggut-manggut,
kemudian ia menuju ke ruang sebelah kanan dan melompat
naik ke atas
Lan See giok yang menyaksikan kesemua nya itu
menjadi bimbang dan tidak habis mengerti, kalau didengar
dari nada pembicaraannya, agaknya orang itu sering
berkunjung ke sana, tapi kalau dilihat dari sikap gurunya,
seakan akan dia menaruh prasangka jelek serta
kewaspadaan terhadap orang ini.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba To Seng cu
berkata lagi dengan gelisah:
"Anak giok, cepat kau bacakan lagi pelajaran dari ilmu
pukulan Pwe yap sam ciang."
Memandang sikap gurunya. Lan See giok tahu sudah
pasti gurunya tak sempat membaca rahasia ilmu silat ini
hingga selesai di masa lalu, maka setelah manggut-manggut
dia bangkit berdiri.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dia melompat mundur sejauh dua
kaki, berdiri dihadapan To Seng cu dan berkata dengan
suara rendah:
"Himpun tenaga pada sepasang tangan, sebar hawa
murni ke seluruh tubuh, keras, ganas, buas, tepat sekali
serang sekali kena. lambat, lamban, melayang, mengapung,
salurkan tenaga murni menembusi ujung jari - "
Berbicara sampai di situ, dia menghimpun hawa
murninya dan berbisik lebih jauh:
"Jurus pertama Siang-yap-biau-khong (daun salju terbang
melayang)"
Tubuhnya melambung ke udara secara tiba-tiba,
nampaknya saja lamban namun kenyataannya sangat cepat,
dalam waktu singkat ia telah mencapai langit-langit gua.
Menyusul kemudian tubuhnya melejit sambil berputar,
secepat kilat sepasang tangannya direntangkan sambil
menyambar ke bawah-
Tatkala hampir menyentuh tanah, badannya berputar
satu lingkaran sambil melayang dengan kepala di bawah
kaki di atas pelan-pelan dia melambung kembali ke atas
Tatkala mencapai tengah angkasa, sepasang telapak
tangannya segera dirapatkan, tubuhnya meluncur ke bawah
dengan cepat, secepat kilat telapak tangan kanannya
melepaskan bacokan..
Menyusul kemudian badannya berputar dan melayang
kembali ke atas tanah.
To Seng cu duduk bersila dengan wajah serius,
diperhatikannya setiap gerakan dan perubahan jurus Lan
See-giok dengan seksama, dalam perasaannya, selain
beberapa orang tokoh yang maha sakti dalam dunia
http://kangzusi.com/
persilatan dewasa ini, rasanya jarang sekali ada yang
mampu menerima ancaman itu.
Sedangkan mengenai jurus yang ke dua, mungkin dia
sendiripun tak mampu untuk menghadapinya.
Melihat gurunya hanya duduk sambil mendengarkan
dengan seksama, Lan See giok pun berkata lebih jauh:
"Jurus ke dua, Hong- ki-yap-yang (angin berhembus
daun berguguran)"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, bayangan
tangan segera menyelimuti seluruh angkasa, menyusul
kemudian deruan angin serangan yang sangat mengerikan
melanda kemana-mana, seluruh ruang gua seolah-olah
sudah diliputi oleh angin pukulan itu. Mendadak dibalik
bayangan tangan yang menyelimuti angkasa itu
berkumandang suara bentakan rendah, bayangan tangan
segera lenyap tak berbekas, sedangkan Lan See giok dengan
tangan sebelah di muka. tangan yang lain berada di
belakang secepat kilat membabat kearah permukaan tanah,
menyusul kemudian sepasang telapak tangannya bergerak
aneh. babatan yang langsung membacok ke tanah itu
disertai dengan suatu sodokan yang luar biasa sekali.
Selama muridnya melakukan demonstrasi, To Seng-cu
memperhatikan terus dengan seksama, sampai muridnya
sudah berhenti, sambil mengelus jenggotnya dia baru
manggut-manggut berulang kali:
Melihat hal itu, Lan See-giok segera berkata lagi dengan
suara hormat:
"Jurus ke tiga, Ban yap- kui tiong(selaksa daun
sumbernya satu)”
Kembali tubuhnya melejit ke tengah udara hingga
mencapai langit-langit gua tersebut. diiringi bentakan keras
http://kangzusi.com/
seluruh gua diliputi oleh bayangan tangan yang amat
menyilaukan mata-
Mendadak -
Kabut serangan memenuhi seluruh gua dan menggulung
ke bawah, dari tebal lambat laun menjadi tipis, dari besar
kian mengecil, dalam waktu singkat tinggal bentuk setitik.
Dalam gulungan angin serangan mana, Lan See-giok
menyentilkan ke sepuluh jari tangannya ke depan, desingan
tajam menderu deru, kabut tipis menyelimuti ang-kasa dan
berhamburan ke tanah seperti hujan deras.
Awan pukulan begitu mereda, desingan tajam seketika
berhenti, bayangan manusia berkelebat dan Lan See-giok
tahu tahu sudah berdiri di tengah arena.
Disaat Lan See-giok baru saja menghentikan gerakan
tangannya. mendadak ia menangkap bayangan manusia
berkelebat dari luar pintu ruangan sebelah kiri kemudian
menyusul munculnya seorang kakek yang tinggi besar.
Si Cay soat serta Siau thi gou mengikuti di belakang
kakek itu dengan wajah gugup bercampur gelisah.
Lan See-giok tak berani membalikkan badan untuk
mengamati dengan sesama wajah pendatang itu, dia
berlagak tidak melihat, kepada To Seng cu katanya
kemudian dengan hormat:
"Tolong tanya suhu, apakah kali ini anak Giok telah
melakukan kesalahan lagi?"
Sebenarnya To Seng cu juga telah melihat akan
kedatangan dari kakek yang tinggi besar itu, namun dia juga
berlagak seakan akan tidak melihat, malah sambil manggut-
manggut dan mengelus jenggotnya ia menyahut:
http://kangzusi.com/
"Ehmm, bagus sekali, kali ini kau telah peroleh
kemajuan yang lebih pesat ketimbang tempo hari, cuma kau
mesti berlatih lagi dengan tekun bila ingin mendapatkan
kesuksesan di kemudian hari."
Sebelum Lan See-giok sempat menjawab, dari belakang
tubuhnya sudah berkumandang suara gelak tertawa keras
yang menggetarkan seluruh ruang gua menyusul kemudian
seseorang berkata dengan suara yang kasar:
"Aku kira ada urusan apa sehingga melarang diriku
masuk, rupanya kau sedang mewariskan ilmu pukulan
kepada murid kesayanganmu!”
Sementara berbicara, dia telah melangkah masuk ke
dalam ruang gua..
Tergerak hati Lan See-giok, dia kuatir orang itu datang
dengan maksud tak baik cepat-cepat ia bangkit berdiri
seraya berpaling.
Seorang kakek berambut kusut yang memiliki perawakan
tubuh tinggi besar kini sudah muncul di sana.
Kakek tersebut beralis mata tebal dan mata besar,
wajahnya lebar, hidungnya besar dan mulutnya lebar,
jenggot putihnya terurai sepanjang dada, pakaian
panjangnya terbuat dari bahan belacu dan panjangnya
mencapai setinggi lutut.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu kakek
itu berjalan ke hadapan Lan See-giok serta mengamatinya
dari atas hingga ke bawah. kemudian kepada To Seng cu
yang baru saja bangkit untuk menyambut kedatangannya, ia
bertanya dengan perasaan kaget bercampur tercengang:
"Ciu tua, sungguh heran, selama ini belum pernah
kujumpai seorang bocah dengan bakat yang begini bagus,
sebaliknya kau justru telah mendapatkannya."
http://kangzusi.com/
Seraya berkata tiada hentinya dia membelai tubuh Lan
See giok dengan telapak tangannya yang besar, sementara
wajahnya memperlihatkan perasaan iri, kagum dan sayang:
To Seng-cu mendongakkan kepalanya lalu tertawa
terbahak-babak:
"Haaahhh- -haaahhh -haaahhh saudara The kelewat
memuji, biarpun bocah ini berbakat bagus, namun
kebebalan otaknya justru membuat orang hampir tak
percaya, untuk mempelajari satu jurus ilmu pukulan saja,
aku mesti mengajarkan sampai belasan kali sebelum
berhasil!"
"Aaah, masa iya?" sekali lagi kakek itu mengawasi wajah
Lan See-giok dengan pandangan kurang percaya, "biarpun
ilmu pukulan tadi hanya sempat kulihat buntut nya saja,
tapi aku tahu jurus tersebut benar-benar sangat hebat dan
luar biasa jika ada orang yang bisa menguasai ilmu pukulan
seperti itu dalam sekali pandangan saja, wah, itu baru
manusia super namanya”
Sekali lagi To Seng-cu tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh -haaahhh- -haaahhh- dari mana saudara The
bisa menyangka kalau ilmu pukulan tadi sudah memeras
pikiran dan tenaga siaute selama setengah tahun?"
Sementara berbicara, ketika dilihatnya Si Cay soat
sedang menyimpan kembali kotak kecil itu, maka kepada
Siau-thi gou yang masih berdiri termangu mangu dia
berseru:
"Gou ji. mengapa kau tidak segera mengambil arak
untuk menyambut kedatangan The locianpwe!"
Siau-thi-gou segera mengiakan dengan hormat,
membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
http://kangzusi.com/
Kemudian kepada Lan See-giok, To Seng-cu juga
berkata:
"Anak Giok, cianpwe ini adalah Lam hay koay-kiat
(pendekar aneh dari Lam-hay) The cianpwe yang seringkali
kuperbincangkan denganmu, bersama Wan-san-popo dan
Si-to cinjin, mereka disebut Hay gwa-sam khi (tiga manusia
aneh dari luar lautan), ayo cepat kau jumpainya”
Sesudah mendengar pembicaraan antara gurunya dengan
si kakek berambut kusut tersebut, dengan cepat Lam See
giok dapat menyimpulkan kalau kedua orang itu bukan
sahabat karib yang sebenarnya, tapi berhubung si pendekar
aneh dari Lam hay menyebut Cia tua kepada gurunya, hal
ini membuktikan pula kalau diapun seorang cianpwe yang
telah berusia di atas seratus tahun.
Berpikir demikian, diapun menjura dalam-dalam seraya
berkata dengan hormat:
"Boanpwe Lan See-giok menjumpai The cianpwe!"
"Haaahhh..haaahhh ..haaahhh. cukup, tak usah banyak
adat!" seru kakek berambut kusut itu kasar diiringi gelak
tertawa keras.
Sementara itu, Siau. thi-gou telah menghidangkan sayur
dan arak secara tergopoh gopoh.
To Seng-cu segera menuju ke atas permadani
dihadapannya sambil berseru:
"Gou-ji, hidangkan saja di tempat ini!"
Pendekar aneh dari Lam-hay yang sesungguhnya
bernama The Bu-ho itu cepat mencegah:
"Cia tua, aku datang karena ada urusan penting, aku tak
berminat untuk minum arak, kalau tidak akupun tak bakal
menerjang masuk kemari secara tergesa gesa."
http://kangzusi.com/
"Aaah, rupanya begitu" To Seng cu berkerut kening
sambil berseru kaget.
Menggunakan kesempatan tersebut, katanya kemudian
kepada Lan See-giok bertiga.
"Kalian pergilah dulu, aku hendak berbincang-bincang
dengan The cianpwee."
Lan See-giok bertiga mengiakan dengan hormat lalu
beranjak pergi dari situ, sepeninggal ketiga orang itu. The
Bu-ho baru berkata dengan nada kurang puas:
"Cia tua, mengapa, kau suruh mereka ke luar dari sini?
Urusan ini toh tak ada salah nya diketahui mereka."
To Seng-cu tertawa hambar:
"Urusan besar dalam dunia persilatan lebih baik jangan
sampai diketahui oleh anak-anak muda."
Sebenarnya Lan See giok enggan beranjak pergi dari
ruangan tersebut, karena dia kuatir kakek berambut kusut
itu datang dengan membawa maksud jahat, namun setelah
mendengar ucapan gurunya, terpaksa dia harus mengikuti
di belakang Si Cay-soat dan Siau-thi-gou untuk masuk ke
ruang dalam.
Setelah tiba di ruang atas, mereka bertiga menelusuri
anak tangga menuju ke ruang batu di atas permukaan.
Waktu itu ruang batu diterangi sebuah lentera, di atas
mejapun terletak secawan besar arak.
Lan See giok segera berbisik lirih.
"Adik Soat, siapa sih kakek berambut kusut itu?
Mengapa kau ijinkan orang itu menerobos masuk ke dalam
gua?"
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan agak mendongkol di samping rasa
takut masih mencekam perasaannya Si Cay-soat menjawab
lirih:
"Orang itu adalah makhluk tua dari Lam hay The Bu-ho,
orangnya kasar, hatinya kejam dan semua orang baik dari
golongan putih maupun dari golongan hitam sama-sama
jeri kepadanya, dia termasuk seorang makhluk tua yang
berdiri antara kaum sesat dan lurus. Kemungkinan besar
kedatangan nya kali ini bermaksud untuk adu kepandaian
dengan suhu guna memperebutkan kedudukan manusia
nomor wahid di kolong langit. ."
Lan See giok segera berkerut kening, kemudian serunya
dengan nada tak setuju:
"Kalau ditinjau dari nada pembicaraan makhluk tua itu,
rasanya dia bukan kemari untuk mengajak beradu
kepandaian, bisa jadi dia mempunyai tujuan lain."
Siau thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar, lalu
katanya pula:
"Makhluk tua itu sangat tak sabaran, baru saja enci Soat
membukakan pintu, dia sudah bertanya dengan kasar:
"Dimana suhu mu." waktu kuhidangkan secawan arak dan
mengatakan suhu segera akan muncul, dia seperti tak sabar
lagi untuk menanti!"
Pelan-pelan Lan See giok mengangguk, seakan-akan
memahami sesuatu dia berkata:
"Kalau begitu. hal ini semakin membuktikan kalau dia
bukan datang kemari untuk beradu kepandaian."
"Yaa, sayang suhu tidak mengijinkan kita turut
mendengarkan pembicaraan tersebut, kalau tidak kita tentu
akan mengetahui pembicaraan apa saja yang dilangsungkan
di situ." omel Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Siau thi gou membuka mata nya lebar-lebar,
kemudian bisiknya:
"Ayo berangkat, kita sadap saja pembicaraan mereka,
coba lihat apa saja yang dibicarakan makhluk tua itu."
"Jangan adik Gou," dengan cepat Lee See giok
mencegah. "setelah makhluk tua itu pergi, suhu tentu akan
memberitahukan kepada kita . . .
Belum habis dia berkata, mendadak dari balik gua
terdengar suara gelak tertawa makhluk tua dari Lam hay
yang amat keras disu-sul, seruannya dengan nada lantang:
"Kalau begitu, aku The-tua akan berangkat selangkah
lebih duluan . , . "
Buru-buru Lan See giok berbisik kepada Si Cay soat dan
Siau thi gou:
"Si makhluk tua itu akan pergi!"
Betul juga, dari bawah sana segera terdengar suara ujung
baju yang terhembus angin bergema datang.
Menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat,
makhluk tua, dari Lam hay serta To Seng cu secara
beruntun sudah muncul dari gua dan langsung menuju ke
luar ruang batu.
Terdengar si makhluk tua dari Lam-hay berseru kembali.
"Cia tua, kita berjumpa lagi di tempat kediaman Wan-
san popo.."
"Haaahhh.haaahhh..haaahhh. ., silahkan saudara The
berangkat dulu, maaf aku tak dapat menghantar lebih jauh"
sahut To Seng- cu sambil tertawa terbahak-bahak.
Menanti Lan See giok bertiga menyusul ke luar dari
ruangan, ternyata Lam-hay lokoay sudah berada tujuh
http://kangzusi.com/
delapan kaki jauhnya dan tiba di ujung hutan sana,
kemudian dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Diam-diam Lan See-giok merasa amat terkejut, dia tak
mengira kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
makhluk tua tersebut benar-benar sudah mencapai puncak
kesempurnaan.
Sementara itu fajar sudah mulai menyingsing di ufuk
timur, kabut tipis masih menyelimuti permukaan tanah,
namun udara sangat segar, membikin bergairahnya
semangat hidup setiap orang.
Dengan kening berkerut dan mengelus jenggotnya, To
Seng-cu mengawasi ujung hutan dimana bayangan tubuh
Lam-hay Lo-koay melenyapkan diri tanpa berkedip, lama-
lama kemudian ia baru berguman lirih:
"Badai dunia persilatan sudah tiba, kawanan iblis mulai
bermunculan, tampaknya kata kata yang menyebutkan, bila
sepasang pedang bergeser tempat, badai darah melanda
bumi. sungguh cocok sekali dengan kenyataan.”
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
ucapan itu pernah didengar olehnya dari ayahnya, jika
ditinjau dari nada pembicaraan gurunya sekarang,
bukankah dunia persilatan bakal dilanda oleh suatu
bencana yang sangat besar?
Mendadak To Seng-cu seperti teringat akan sesuatu,
mendadak ia berkata:
"Aaah. Ayo kita masuk, dia telah pergi jauh"
Sambil membalikkan badan dia masuk ke ruang dalam
dan duduk di depan meja.
http://kangzusi.com/
Sedang Lan See-giok bertiga masuk mengikuti di
belakang gurunya kemudian berdiri hormat di sampingnya.
Dengan cepat Lan See-giok menjumpai kerutan kening
gurunya, seolah-olah ada suatu masalah yang terpendam
dalam hatinya dan menjadi beban pikiran, kendatipun
senyuman masih tetap menghiasi ujung bibirnya.
Berapa saat kemudian, To Seng-cu baru berpaling kearah
Lan See - giok bertiga sambil berkata lembut:
"Berhubung ada suatu urusan yang penting, aku
bermaksud hendak pergi ke luar lautan"
Berubah air muka, Lan See-giok bertiga sesudah
mendengar perkataan ini.
Melihat perubahan wajah murid muridnya, To Seng cu
berkata lagi sambil tertawa ramah:
"Kalian bertiga tak usah takut, dalam kepergianku ini.
paling banter setengah tahun kemudian tentu sudah pulang
kembali ke rumah!"
"Apakah suhu tak akan mengajak Gou ji?" buru-buru
Siau thi-gou bertanya dengan wajah tak mengerti:
To Seng cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. masalah yang kuhadapi kali ini kelewat-berat.
karena itu kalian bertiga tak boleh ikut dan mesti tetap
tinggal dalam gua untuk berlatih ilmu silat secara rajin,
ingat jangan mencari gara-gara dengan orang luar"
Kemudian setelah memandang sekejap kearah Lan See-
giok dan Siau-thi-gou dengan kening berkerut, dia
melanjutkan, "Thi-gou orangnya jujur dan polos, jalan
pemikirannya kelewat sederhana, Giok-ji, kau sebagai
kakaknya harus baik-baik menjaga adikmu ini."
Dengan perasaan berat Lan See giok segera mengiakan.
http://kangzusi.com/
Kembali To Seng-cu berpaling kearah Si Cay-soat sambil
melanjutkan:
"Soat ji, selama ini kau selalu ingin menang sendiri. tak
mau kalah kepada siapapun, dalam kepergianku kali ini kau
mesti memperdalam ilmu pedang dan jangan sampai
mencari gara-gara terus, bila kepandaianmu sampai
ketinggalan, menyesal kemudian tak ada gunanya maka
kuanjurkan kepadamu berlatihlah diri dengan tekun."
Tergerak hati Lan See-giok mendengar ucapan tersebut,
dia tahu yang dimaksud gurunya sebagai ilmu pedang
adalah kitab pusaka dalam kotak emas kecil yang berada di
sisi pedang Jit-hoa- kiam.
Di samping itu. diapun tahu gurunya -sedang
memperingatkan. kepada adik Soatnya, bila tidak tekun
berlatih, di kemudian hari dia tentu akan kalah dengan
orang yang membawa pedang Gwat-hui-kiam.
Ternyata dugaannya memang betul, sambil tersenyum Si
Cay-soat segera berkata:
"Silahkan suhu pergi dengan hati lega, setengah tahun
kemudian Soat-ji tentu telah berhasil menguasai ilmu Tong
kong kiam-hoat tersebut. jika suhu telah pulang nanti, Soat-
ji pasti akan mempergunakannya untuk memohon petunjuk
dari suhu."
Dengan wajah gembira To Seng cu manggut-manggut,
ketika dilihatnya fajar telah menyingsing, diapun bangkit
berdiri seraya berkata lagi:
"Sekarang hari sudah terang tanah, aku akan segera
berangkat, ingat sebelum aku pulang, janganlah membuat
gara-gara dari pada memancing perhatian orang.!”
Seusai berkata, diapun melangkah ke luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Selama-ini Lan See-giok mengamati terus perubahan
wajah gurunya, ia menjumpai disaat To Seng cu bangkit
berdiri tadi sekilas rasa sedih sempat melintas di atas
wajahnya yang ramah.
Kembali hatinya tergerak, cepat-cepat dia memburu
maju ke muka sambil serunya:
"Suhu . . . "
Mendengar panggilan itu To Seng-cu berhenti lalu
berpaling dan memandang sekejap ke arah Lan See-giok
sambil tertawa paksa mendadak seperti memahami sesuatu
diapun berkata:
"ANAK Giok kau mempunyai beban dendam kesumat
di atas pundakmu, aku tahu kau ingin secepatnya melacaki
jejak musuhmu itu, asal tenaga sinkangmu telah berhasil
dilatih, kau boleh turun gunung dan tak usah menunggu
aku sampai kembali."
Lan See-giok buru-buru memberi hormat, cuma diapun
segera menjelaskan.
"Tidak, anak Giok ingin turut suhu. selain menambah
pengetahuan juga peroleh banyak pengalaman yang
berharga"
Sekali lagi To Seng-cu menghela napas sedih.
"Anak Giok. seandainya pertemuan kita terjadi pada
setahun berselang atau peristiwa yang terjadi hari ini
berlangsung setahun kemudian, tanpa permintaanmu, aku
pasti akan mengutus kau seorang untuk pergi
menyelesaikan tugas ini.."
"Suhu, sekarang anak Giok telah berhasil mendapatkan
ilmu silat tersebut." tukas Lan See-giok cepat, "sudah
sepantasnya bila anak Giok mengikuti perjalanan suhu,
http://kangzusi.com/
ditengah jalan selain bisa melatih diri pun setiap saat bisa
minta petunjuk dari suhu, sudah dapat dipastikan kemajuan
yang kucapai akan luar biasa ..
To Seng cu tidak membiarkan Lan See giok
menyelesaikan kata katanya. dia segera memberi tanda
untuk mencegahnya berbicara lebih jauh, kemudian setelah
tersenyum sedih, dia berkata:
"Anak Giok, dasar utama dari ilmu silat yang tercantum
dalam cinkeng adalah Hud kong-sinkang, dengan dasar
tenaga dalam mu sekarang, bila melatih diri selama
setengah tahun akan terpupuk dasar yang kuat, berlatih
sepuluh tahun akan muncul sinar dalam tubuh, dan bila
sudah melatih diri selama seratus tahun, cahaya Buddha
akan melindungi seluruh tubuhmu. Dasar sinkang yang kau
miliki sekarang baru mencapai taraf permulaan, jika kau
mengikuti aku melakukan perjalanan jauh, yang pasti hanya
kerugian yang akan kau peroleh bagi kemajuan ilmu
silatmu, itulah sebabnya tinggallah kalian bertiga di dalam
gua sambil berlatih diri dengan tekun, biar pun aku berada
jauh di luar lautan, namun tak akan sedih memikirkan masa
depan kalian, tentunya ucapan ini kalian pahami bukan?"
Selesai berkata kembali dia awasi Lan See-giok bertiga
dengan sorot matanya yang penuh kasih sayang.
Lan See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou bertiga
serentak mengiakan dengan hormat.
To Seng-cu tersenyum dan manggut-manggut, kembali
katanya. "Sekarang aku hendak pergi dulu, kalian harus
menjaga diri baik-baik."
Sambil mengebaskan ujung bajunya, diapun melayang ke
luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Buru-buru Lan See-giok bertiga menjatuhkan diri
berlutut sambil berseru:
"Moga-moga suhu selamat dalam perjalanan dan cepat
pulang kembali ke rumah."
Menanti mereka bertiga mendongakkan kepalanya
kembali, gurunya sudah lenyap dari pandangan mata,
Pertama tama Lan See-giok yang bangkit berdiri lebih
dulu sambil berkata:
"Sebelum pergi wajah suhu menunjukkan rasa sedih, bisa
kita duga perjalanan suhu kali ini tentu banyak rintangan
dan kesulitan."
Tampaknya Si Cay soat tidak menemukan sesuatu yang
aneh pada gurunya, ketika menjumpai kemurungan Lan
See-giok, dia lantas berkata sambil tertawa:
"Engkoh Giok, kau memang kebangetan, suhu yang
ingin berpisah dengan kita sudah tentu menunjukkan rasa
berat hati, jangan lagi kedatangan lam hay lo koay bukan
untuk beradu kepandaian, sekalipun benar dengan
kepandaian sakti yang dimiliki suhu, apa yang mesti di
kuatirkan lagi ?"
"Tadi aku toh sudah bilang, mau menyadap pembicaraan
si makhluk tua itu, kenapa kalian berdua melarangku?"
gerutu Siau-thi gou pula dengan cepat. "sekarang suhu telah
pergi, apa yang hendak dilakukan ternyata tidak
diberitahukan kepada kita.."
"Suhu tidak memberitahukan masalahnya berhubung
beliau kuatir kita turut menguatirkan keselamatannya
sehingga hal ini akan mempengaruhi kemajuan yang bakal
kita capai di dalam ilmu silat," ujar Lan See -giok dengan
perasaan berat.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa Si Cay-soat
tertawa cekikikan sambil menukas.
"Kalau sudah tahu, semestinya kita semua harus
menenangkan dulu pikiran agar bisa memusatkan pikiran
untuk berlatih diri, dengan demikian harapan suhu pun tak
sampai tersia siakan. Lagi pula selama tujuh delapan tahun
belakangan ini siau moay selalu mendampingi suhu, pernah
pula kusaksikan dua kali pertarungan suhu melawan
makhluk tua tersebut dan sekali pertarungan melawan si
nenek setan, namun selalu saja kepandaian suhu lebih tinggi
setingkat. Suhu selalu hidup terbuka dan jujur, ia disegani
setiap orang, biar menjumpai mara bahaya aku yakin akan
berubah menjadi selamat. Pendapatku, bila kita ingin
merebut hati suhu, turutlah nasehat dan pesan suhu
sebelum berangkat tadi"
Lan See giok menganggap perkataan tersebut memang
betul juga, dia manggut berulangkali, perasaannya juga
semakin terbuka, sedang Siau thi gou segera melototkan
sepasang matanya sambil berkata dengan sungguh-sungguh:
"Aku Thi-gou bersumpah, di saat suhu kembali nanti.
tujuh jurus ilmu naga dan harimau sudah berhasil
kugunakan secara baik, agar suhu tahu bahwa Gou - ji
bukan gentong nasi yang tak berguna."
Mendengar ucapan tersebut, Lan See-giok dan Si Cay
soat tak bisa menahan rasa gelinya lagi, mereka tertawa
terbahak bahak.
Sejak itu, Lan See giok dengan tekun mempelajari ilmu
Hud kong sin kang, Si Cay soat menekuni ilmu pedang
Tong kong-kiam hoat dan Siau-thi-gou melatih diri dengan
ilmu pukulan Liong hou jit si.
Beberapa hari lagi tahun baru akan tiba..
http://kangzusi.com/
Bunga salju yang turun sepanjang hari membuat seluruh
bukit Hoa-san diliputi warna putih keperak-perakan yang
sangat menyilaukan mata.
Orang bilang, tambah tahun tambah usia. Kini usia Lan
See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou telah bertambah
setahun lagi.
Lan See giok telah mencapai usia tujuh belas tahun.
Tahun baru lewat. musim semipun tiba, dalam waktu
singkat bulan tiga yang nyaman pun telah menjelang.
Lan See giok yang menekuni ilmu silat nya telah peroleh
kemajuan yang sangat pesat, kenyataan tersebut membuat
anak muda tersebut sangat gembira sebab dia tahu
harapannya untuk membalas dendam semakin besar.
Ilmu pedang Tong- kong-kiam-hoat yang dilatih Si Cay-
soat pun sudah mencapai keberhasilan, kini tinggal
meningkatkan kematangannya.
Hanya Siau thi gou yang pada dasarnya memang bebal
otaknya, ditambah pula Liong hou jit si merupakan sejenis
ilmu pukulan yang dahsyat, maka walaupun sudah melatih
diri hampir tiga bulan lamanya, hasil yang diperoleh kecil
sekali.
Biarpun begitu. Siau thi gou yang bodoh justru memiliki
ciri kebodohannya, setiap hari dia melatih diri terus tanpa
berhenti, istirahatnya sangat jarang, akibatnya soal berburu
dan membuat nasi harus dikerjakan oleh engkoh Giok dan
enci Soatnya.
Lan See giok yang mendapat tugas dari gurunya untuk
memperhatikan adik Gou-nya, di samping melatih diri
dengan tekun sering-kali dia membangkitkan semangat
saudaranya itu agar melatih diri lebih tekun lagi.
http://kangzusi.com/
Dengan pengamatan yang seksama selama tiga bulan
terakhir ini, dapat disimpulkan kan olehnya bahwa ilmu
Liong hou jit si memang sangat hebat, begitu dikembangkan
angin pukulan yang dihasilkan sungguh luar biasa.
Si Cay-soat yang menganggap dirinya pintar boleh
dibilang sudah banyak tahun memperhatikan perubahan
jurus serangan Liong-hou jitsi itu, namun dia tak pernah
bisa mengetahui kelihaian dan kelebihan dari kepandaian
tersebut.
Maka setelah menyaksikan kemampuan engkoh Giok
nya yang bisa menguasai ilmu pukulan tersebut hanya
dalam mengamati berapa bulan saja, sadarlah dia bahwa
kecerdasan engkohnya memang jauh lebih hebat dari pada
dirinya.
Walaupun demikian ia sama sekali tidak merasa dengki
ataupun iri hati, malah sebaliknya dia sangat berharap
engkoh Giok nya bisa mempelajari pula ilmu pedang Tong-
kong-kiam-hoat.
Oleh sebab itu dia seringkali minta pada Lan See-giok
agar memberi petunjuk kepada nya, padahal seringkali
secara sengaja tak sengaja dia membeberkan rahasia ilmu
pedangnya.
Sebagai seorang pemuda yang cerdas, sudah barang tentu
Lan See-giok mengetahui akan maksud adiknya ini, hal
tersebut membuatnya sangat berterima kasih sekali kepada
adik seperguruannya ini.
Bulan lima kini menjelang, musim panas pun tiba.
Ilmu Hud-kong sin- kang yang dilatih Lan See-giok telah
mencapai puncaknya. Dengan ayunan ujung baju ia
sanggup menghancurkan batu dengan sentilan jari, mampu
mematahkan bambu, dengan ayunan tangan mampu
http://kangzusi.com/
membunuh harimau, boleh dibilang tenaga sakti itu bisa
dipergunakan sekehendak hatinya.
Ilmu pedang Tong-kong-kiam-hoat dari Si Cay-soat juga
mendapat kemajuan yang pesat, pedangnya bisa
dipergunakan secepat terbang, cahaya pedang yang
menyilaukan mata, hawa serangan yang menyayat badan,
betul-betul merupakan suatu ancaman yang berbahaya.
Sebaliknya Siau thi-gou di bawah bimbingan serta
petunjuk dari Lan See-giok, akhir nya juga menguasai ilmu
pukulan Liong hou-jit-si yang sangat hebat itu.
Keberhasilan yang dicapai membuat ke tiga orang itu
semakin getol berlatih, mereka semua berharap dapat
menunjukkan kebolehannya dihadapan gurunya sehingga
membuat gurunya gembira.
Hari ini matahari sudah bersinar ditengah angkasa. udara
bersih dan angin berhembus semilir. biarpun di musim
panas namun suasana terasa segar dan nyaman.
Si Cay soat dengan pakaian serba merah, rambut terurai
sebahu sedang berdiri tenang dimuka ruangan batu,
agaknya baru saja ia selesai-melatih ilmu pedangnya.
Lan See giok dengan jubah birunya dan senyum dikulum
sedang mengawasi Siau thi gou berlatih ilmu pukulan.
Pada saat itulah, Si Cay soat yang sedang mengawasi air
terjun dikejauhan sana seolah-olah teringat akan sesuatu,
mendadak ia berseru keras:
"Engkoh Giok, udara pada hari ini sangat indah, ayo
kuajarkan ilmu berenang kepadamu!"
Lan See giok yang mendengar tawaran tersebut menjadi
sangat gembira, serunya dengan cepat:
http://kangzusi.com/
"Baik, aku akan melepaskan jubah panjang dan berganti
celana dulu . .
Sambil berkata, buru-buru dia lari masuk ke dalam
ruangan.
St Cay soat segera tertawa cekikikan mendengar seruan
mana. demikian juga Siau thi gou segera tertawa terbahak-
bahak sambil serunya:
"Engkoh Giok. kau toh bukan bermaksud menangkap
ikan di selokan, buat apa kau lepaskan baju ganti celana?
Kau kan hendak belajar ilmu berenang di telaga?"
Lan See giok segera menghentikan langkah nya sesudah
mendengar perkataan tersebut, merah jengah selembar
wajahnya, sambil memandang ke arah Si Cay soat dan Siau
thi gou yang sedang menertawakan dirinya, dia berkata
kemudian agak tersipu-sipu:
"Tapi sayang ih-heng tidak punya pakaian untuk
berenang . . ."
"Aku punya sebuah pakaian renang yang terbuat dari
kulit ikan hiu, pinjamlah. ." seru Siau thi gou cepat.
"Oooh, kau sangat baik, terima kasih banyak adik Thi-
gou!"
"Tak usah sungkan, ayo ikutlah aku."
Dengan terburu buru mereka masuk ke dalam ruang
batu.
Si Cay soat sendiri hanya tersenyum sambil
membungkam diri, diapun mengikuti di belakang kedua
orang tersebut.
Setibanya di dalam kamar, Siau-thi-gou mengambil
sebuah bungkusan kecil dari tempat pakaiannya dan
diserahkan kepada Lan See-giok sambil serunya:
http://kangzusi.com/
"Ayo kenakan, tanpa benda ini jangan harap bisa
mempelajari ilmu berenang dengan baik!"
Lan See-giok tidak berniat untuk mendengarkan
obrolannya itu, cepat-cepat dia memungut bungkusan kecil
itu dan membuka nya, ternyata isinya adalah pakaian
renang yang terbuat dari kulit ikan hiu.
Dengan perasaan gembira, dia berterima kasih kepada
Thi gou. kemudian buru-buru melepaskan jubah
panjangnya dan mengenakan pakaian renang itu.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat senyuman
yang semula menghiasi wajah Siau-thi gou hilang lenyap
tak berbekas, malah sepasang matanya ikut melotot ke luar.
Selama setengah tahun belakangan ini, Lan See giok
sudah tumbuh lebih dewasa, rupanya celana pakaian
renang itu hanya berhenti di sebatas paha dan tak mampu
diteruskan lagi..
Pada saat itulah dari depan pintu terdengar gelak tertawa
yang amat merdu bergema memenuhi ruangan.
Sewaktu Lan See giok dan Thi-gou berpaling mereka
jumpai Si Cay soat telah berganti dengan sebuah pakaian
renang berwarna merah, dalam genggamannya , membawa
sebuah bungkusan kecil dan sedang berdiri memandang
kearah mereka sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Terdengar gadis itu berseru:
"Pakaian renang itu sudah tiga tahun lamanya, Thi-gou
sendiri jarang mengenakannya karena dia sendiripun
merasa kekecilan, bagaimana mungkin kau bisa
memakainya?"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut diam-
diam menjadi sangat mendongkol, ia merasa dalam hal
http://kangzusi.com/
apapun adik seperguruannya jauh di bawahnya, tapi setelah
menjumpai kejadian macam begini, dia selalu terperangkap.
Bahkan kalau dilihat dari sikap gadis itu, sudah jelas dia
telah menduga sebelumnya. Tiba-tiba Si Cay soat berkata
sambil tersenyum.
"Ehmmm, ambil dan cepat kenakan, kutunggu kalian di
tepi telaga . ."
Sambil berkata, dia lantas melemparkan buntalan kecil
ke tangan Lan See giok .
Biarpun Lan See giok tidak habis mengerti, namun dia
seperti sudah memahami akan sesuatu, buru-buru
dibukanya bungkusan itu.
Apa yang terlihat membuatnya amat gembira. ternyata
bungkusan kecil itu berisikan sebuah pakaian renang yang
memancarkan sinar keemas-emasan.
Dengan perasaan ingin tahu Siau-thi-gou turut melihat,
ternyata pakaian renang itu berwarna hitam dan putih
dengan bentuk yang sangat lunak, bagian yang hitam
berwarna keemas emasan, sedang bagian yang putih
berwarna keperak perakan, rupanya baju renang ini terbuat
dari dua tiga puluh ekor kulit ikan Cui oh li yang
dikumpulkan selama ini.
Lan See-giok merasa berterima kasih sekali setelah
menyaksikan kejadian ini, perasaan mendongkol yang
semula menyelimuti perasaannya, kini hilang lenyap tak
berbekas.
Sedangkan Siau thi gou seakan akan memahami sesuatu,
ia lantas berseru:
"Haaahhh..haaahhh .haaahhh..tak tahu sekarang, tak
aneh kalau saban kali kita makan ikan selalu tak dijumpai
http://kangzusi.com/
kulitnya, dan setiap kali cici selalu berebut untuk memotong
ikan, rupanya disinilah letak rahasianya."
Kemudian sambil mendorong Lan See giok yang masih
termangu mangu. kembali dia mengomel.
"Engkoh Giok, semuanya ini gara-gara kau yang
melarang aku memasuki kamar cici, coba kalau tidak hari
ini dia tak akan membuat kejutan untuk kita."
Lan See giok sendiripun tidak pernah menyangka bahwa
di samping berlatih ilmu pedang dan menanak nasi, Si Cay
soat masih meluangkan waktu untuk membuatkan pakaian
renang baginya.
Dia mencoba untuk meraba pakaian renang itu,
semuanya halus dan lunak, bisa dibayangkan betapa susah
payahnya Si Cay soat untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.
Berpikir sampai di situ, timbul perasaan sayang di hati
kecilnya, ini membuat pemuda tersebut merasa tak tega
untuk mempergunakannya,..
Siau thi gou yang menyaksikan hal tersebut, tanpa terasa
bertanya dengan nada tak mengerti:
"Hei, jangan diraba melulu, ayo cepat di kenakan, hati-
hati kalau dia sampai mengambek gara-gara kau datang
terlambat!"
Lan See giok segera sadar kembali dari lamunannya,
buru-buru ia bertukar pakaian renang itu.
Ternyata pakaian tersebut sangat persis, tahulah pemuda
kita, Si Cay soat tentu sudah mengukur pakaiannya secara
diam-diam.
http://kangzusi.com/
Selesai bertukar pakaian. kedua orang itu buru-buru ke
luar ruangan, ternyata Si Cay soat sudah tak ada di situ,
maka mereka berdua pun berangkat ke telaga Cui oh.
Waktu itu, Si Cay soat kelihatan sedang berdiri di tepi
telaga sambil tiada hentinya menengok kemari dengan
wajah tak sabaran.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian ini dengan cepat
dia peringatkan:
"Engkoh Giok, sudah pasti enci Soat sedang marah"
Mendengar itu Lan See giok segera mempercepat larinya
dan secepat kilat meluncur ke tepi telaga dengan begitu Siau
thi gou pun tertinggal jauh di belakang.
Begitu tiba di tempat tujuan. Lan See giok segera berseru
kepada Si Cay soat dengan senyum dikulum.
"Adik Soat, terima kasih banyak pakaian renang
buatanmu sungguh indah, pas lagi!"
Sesungguhnya Si Cay soat sedang menanti dengan
perasaan gelisah, namun setelah mendengar pujian dari Lan
See giok, apalagi menyaksikan pakaian renang bikinannya
persis sekali di tubuh engkoh Giok nya, perasaan tak senang
yang semula mencekam perasaannya seketika lenyap tak
berbekas.
Sepasang pipinya berubah menjadi merah, dipandangnya
wajah Lan See giok sekejap dengan gembira, dia seperti
hendak mengucapkan sesuatu, tapi bayangan manusia
berkelebat lewat, Siau thi gou telah muncul pula di situ
sambil berseru:
"Enci Soat, bikinanmu sangat bagus. aku juga minta
satu"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat kuatir bocah itu ribut, cepat-cepat dia
mengangguk sambil tertawa:
"Asal kau bersedia menuruti perkataanku, enci pasti akan
buatkan sebuah untukmu.
"Baik, mulai hari ini aku pasti akan menuruti
perkataanmu!"
Menggunakan kesempatan sewaktu Si Cay- soat sedang
berbicara dengan Siau thi gou, Lan See giok mengamati
adik seperguruannya yang memakai pakaian renang itu.
Ia merasa gadis ini lebih matang lagi dalam setengah
tahun belakangan, tubuhnya kelihatan lebih matang dan
montok.
payudaranya nampak lebih besar, pinggang nya ramping,
pinggulnya bulat dan pahanya mulus, boleh dibilang gadis
tersebut memiliki potongan badan yang sangat menarik
hati..
Sementara dia masih mengamati dengan seksama,
mendadak terdengar Si Cay soat berkata.
"Engkoh Giok, air di telaga ini terlalu dalam." mari kita
belajar di telaga yang agak dangkal saja."
Buru-buru Lan See giok menenangkan kembali hatinya.
"Baik. baik, makin dangkal airnya makin baik"
Si Cay soat kembali tertawa cekikikan mendengar
ucapan itu!
Mereka bertiga pun menelusuri telaga menuju ke sebuah
pantai dengan air yang dangkal, mula-mula Si Cay soat
mengajarkan dulu rahasia mengambang, menyelam dan
mengapung, kemudian baru mengajak pemuda itu masuk
ke air.
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Lan See giok adalah seorang pemuda
yang sangat cerdas dengan daya tangkap yang
mengagumkan, begitu diberi tahu, semua tehnik berenang
telah dikuasai nya.
Sayang sekali di air dan di darat keadaannya sama sekali
berbeda, setelah menceburkan diri ke dalam telaga, dimana
permukaan air mencapai dadanya, ia menjadi tegang,
napasnya sesak dan langkahnya seolah-olah menjadi
enteng. ini semua membuat anak muda tersebut buru-buru
menggunakan ilmu bobot seribunya.
Melihat pemuda itu gugup bercampur kaget, Si Cay soat
menghentikan langkah nya dan berkata sambil tertawa:
"Bagaimana kalau di tempat ini saja? Kedalaman air
sudah cukup untuk taraf permulaan belajar berenang"
Lan See giok mengangguk berulang kali sambil
mengiakan.
Sekali lagi Si Cay-soat mengulangi tehnik ilmu berenang.
kemudian ia baru berkata:
"Sekarang kita berlatih dulu ilmu mengapungkan diri,
letakkan tanganmu di atas lenganku."
Lan See-giok menurut dan mengikuti teori yang
diperoleh, dia menarik nafas sambil meluruskan kakinya ke
belakang- serta merta badannya terapung ke atas
permukaan air.
Kenyataan ini membuat anak muda itu kegirangan,
pikirannya dengan cepat:
"Oooh rupanya tidak terlalu sulit untuk belajar ilmu
berenang .."
Melihat wajah Lan See-giok berseri Si Cay soat turut
bergembira hati. katanya kemudian:
http://kangzusi.com/
"Sekarang kita belajar berenang. salurkan semua tenaga
ke seluruh badan, utamakan keringanan tubuh, Kemudian
dayunglah sepasang tangan dari depan ke belakang, diikuti
gerakan kaki.."
Sambil memberi keterangan dia memberi contoh di
depan pemuda itu sambil bergerak ke depan.
Lan see-giok mengikuti cara tersebut, betul juga
tubuhnya bisa bergerak ke muka pelan-pelan, bisa
dibayangkan betapa gembiranya pemuda kita.
Mendadak..
Bayangan merah berkelebat lewat. Si Cay soat yang
semula berada di sisinya mendadak lenyap tak berbekas.
Lan see giok menjadi gugup, dia lupa dengan teorinya
dan tak ampun lagi bunga air memercik ke mana-mana,
anak muda menjadi gelagapan sendiri.
Sementara itu Si Cay soat yang baru munculkan diri
pada dua kaki dari situ, menjadi amat terperanjat setelah
menyaksi kan kejadian ini. cepat-cepat teriaknya.
"Pusatkan pikiran, atur pernapasan dan berenang ke
muka dengan tenang ."
Lan See giok baru merasa lega setelah melihat adik
seperguruannya muncul di depan sana dalam keadaan
selamat dengan cepat dia menaati seruan tersebut.
Dalam waktu singkat dia berhasil mempertahankan
keseimbangan tubuhnya dan berenang lagi ke depan.
Sekarang dia berharap bisa naik ke darat untuk
beristirahat sebentar.
Berbeda sekali dengan jalan pemikiran Si Cay soat,
sewaktu melihat pemuda itu lambat laun dapat
http://kangzusi.com/
mengendalikan diri, dia berharap pemuda itu bisa berenang
lebih lama."
Maka sambil munculkan diri di atas permukaan air dia
berseru keras.
"Engkoh giok kemarilah cepat, di bawah sini terdapat
sebuah batu besar"
Lan See giok merasa ini memang cocok dengan
pikirannya, maka tubuhnya" bergerak ke depan Si Cay soat
kemudian berusaha untuk berdiri di situ .
Si Cay soat tidak menyangka Lan See giok akan berhenti
secara tiba-tiba, saking kagetnya dia menjerit keras dan
segera berusaha untuk menariknya.
Siau thi gou yang berdiri di tepi telaga juga sangat
terperanjat sehingga berteriak keras.
Rupanya sepasang kaki Lan See giok menginjak tempat
yang kosong. ini membuat badannya segera tenggelam.
dalam waktu singkat air telaga menggenangi kepalanya.
Bisa dibayangkan betapa terperanjatnya pemuda
tersebut, serta merta tangannya mendayung dengan
sepenuh tenaga, sementara tubuhnya menubruk ke atas .
Kebetulan sekali si Cay soat yang gagal menyambar
tangan pemuda itu sedang bergerak ke muka, tak ampun
lagi dia lantas dipeluk anak muda tersebut erat-erat.
Lan See giok yang berhasil memeluk adik
seperguruannya, bagaikan menangkap tuan penolong saja,
pelukannya makin diperkencang lagi.. .
Dalam keadaan begini, Si Cay-soat menjadi yaa malu,
gelisah selain gugup. namun ia cukup memahami perasaan
engkoh Giok nya waktu itu, maka dia memutar pinggul,
http://kangzusi.com/
membalikkan badannya dan membiarkan Lan See giok
berada di atas dadanya.
Sementara itu, Lan See giok telah pulih kembali
kesadarannya setelah ia berhasil menarik napas panjang,
sewaktu mengetahui bagaimana dia sedang memeluk
pinggang adik seperguruannya dan mukanya menempel
diantara sepasang payudaranya yang empuk, hatinya
menjadi terkejut dan pegangannya segera dilepaskan.
Si Cay soat bertindak cepat, segera dia membalikkan
badan begitu tekanan di atas tubuhnya hilang, lalu sambil
memeluk tubuh See giok, pelan-pelan ia berenang menuju
ke tepi pantai.
Siau thi gou yang semula dicekam perasaan terkejut dan
gugup sekarang dapat merasa kan betapa lucunya kejadian
ini, tak tahan dia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak
bahak.
Tak terlukiskan rasa malu Lan See giok sesudah
mendengar gelak tertawa Siau thi gou, seandainya bisa dia
ingin menyelam ke dasar telaga dan menyembunyikan diri
di sana.
Si Cay soat sendiripun merasa amat malu, pipinya
berubah menjadi merah jengah. apalagi membayangkan
kembali kejadian yang baru saja berlangsung, hatinya
berdebar keras sekali
Tapi ia bertekad untuk berenang ke darat dan menghajar
Siau thi gou untuk melampiaskan rasa malu dan gemasnya,
karenanya bagaikan seekor ikan duyung, dia melesat ke
darat dengan cepatnya.
Siau thi gou segera merasakan bahwa gelagat tidak
menguntungkan, ia tahu sudah membuat gara-gara maka
http://kangzusi.com/
tanpa membuang waktu lagi, dia memutar badan dan
mengambil langkah seribu.
Pada saat itulah, mendadak ..
Dari kejauhan sana terdengar seseorang sedang berteriak
teriak dengan suara yang lantang.
"Thi gou, Thi gou .
Berkilat sepasang mata Siau thi gou mendengar suara
panggilan itu, soraknya gembira:
"Aku berada disini, kami semua berada sini!"
Ditengah teriakan itu, dia berlarian cepat menuju ke arah
mana berasalnya suara tadi.
Sementara itu Si Cay soat dan Lan So giok sudah tiba
pula di daratan. sementara Lan See giok tertegun melihat
wajah gembira Siau thi gou yang sedang berlari menjauh. Si
Cay soat yang sudah tahu suara teriakan siapakah tadi
segera berkata dengan gembira:
"Ayo cepat berangkat, si naga sakti pembalik sungai Thio
loko telah datang"
Lan See giok amat girang, dia berharap bisa peroleh
sedikit kabar tentang bibi Wan dan enci Cian nya dari
mulut si naga sakti tersebut.
-ooo0dw0ooo-

BAB 16
DENGAN wajah gembira, pemuda itu segera berseru
pula. "Mari kita pun segera berangkat!"
http://kangzusi.com/
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh,
berangkatlah muda mudi dua orang tersebut mengejar Siau
thi gou.
Setelah melewati batuan cadas, di depan sana terlihat si
naga sakti pembalik sungai yang bertubuh tegap dan
berambut putih sedang mendekat dengan langkah tegap. di
bawah ketiaknya seperti tergantung sebuah buntalan kecil.
Melihat buntalan itu, Si Cay soat segera bersorak
gembira.
"Thio loko, kali ini hidangan lezat apa yang kau
bawakan untuk kami semua?"
Waktu-itu si naga sakti pembalik sungai sudah
menggenggam tangan Siau thi gou, mendapat pertanyaan
itu diapun menjawab sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh . . haaahhh . . haaahhh kali ini, aku si engkoh
tua harus meminta maaf, berhubung kedatanganku terlalu
tergesa-gesa, maka tidak sempat kubawakan se suatu untuk
kalian."
Kemudian kepada Lan See-giok yang mendekat, dia
berkata pula sambil tertawa:
"Saudara cilik, tujuh bulan kita tak bersua, nampaknya
kau lebih dewasa!!
Berhubung Si Cay soat dan Siau thi gou menyebut
engkoh tua kepada si naga sakti pembalik sungai, maka Lan
See giok segera menjura sambil menyapa pula:
"Siaute Lan See giok menjumpai engkoh tua !"
Naga sakti pembalik sungai tertawa tergelak penuh
kegembiraan. "Haaahhh..haah tidak usah.. tidak usah, aku
si engkoh tua juga tidak membawa hadiah apa-apa sebagai
tanda mata untuk perjumpaan kali ini"
http://kangzusi.com/
"Nah terimalah bungkusan ini, semua barang yang
berada di dalamnya menjadi milikmu semua."
Sambil berkata dia lepaskan buntalan kecil dan
diserahkan kepada Lan See giok.
Tentu saja Lan See giok merasa sungkan untuk
menerimanya, namun juga tak enak untuk menolak, setelah
ragu-ragu sejenak akhirnya dia terima juga buntalan itu.
Siau thi gou tidak tahan untuk mengulurkan lidahnya
sambil menelan air liur berulang kali, nampaknya dia
sedang mengira-ngira hidangan lezat apakah yang berada di
dalam buntalan tersebut.
Menanti Lan See giok menitipkan buntalan tersebut ke
tangan Siau thi gou, bocah itu baru tertawa senang.
Dalam pada itu si naga sakti pembalik sungai sudah
bertanya sambil tersenyum setelah menyaksikan Lan See
giok berdua. masih mengenakan pakaian berenang
"Ooh, rupanya hari ini kalian sedang berlatih ilmu
berenang?"
"Siaute baru pertama kali mempelajari ilmu ini, khusus
siaute minta pelajaran dari adik Soat" sahut Lan See-giok
cepat.
Dengan wajah semu merah, cepat-cepat Si Cay soat
membantah:
"Suhu menugaskan kepada siaumoay untuk mengajarkan
dasar-dasar ilmu berenang kepada engkoh Giok, sekarang
engkoh tua sudah datang, siau-moay mah tak akan urusan
lagi."
"Waah, sayang sekali engkoh tua masih ada urusan
penting yang mesti diselesaikan, paling lama hanya
http://kangzusi.com/
setengah hari aku berada di sini, sebelum malam tiba nanti
harus sudah turun gunung.."
"Kenapa? Kenapa tidak berdiam beberapa hari lagi?"
tanya Lan See-giok bertiga cemas.
Naga sakti pembalik sungai sangsi sejenak akhirnya dia
berkata: "Mari kita pulang dulu sebelum membicarakan
lebih jauh!"
Maka berangkatlah ke empat orang itu menaiki bukit.
Setelah berada di ruang batu, naga sakti pembalik sungai
baru berkata kepada Lan See giok dan Si Cay-soat.
"Sekarang adik Giok dan adik Soat berganti pakaian
dulu, biar engkoh tua menunggu kalian di sini."
See giok dan Cay soat mengiakan, mereka berdua cepat-
cepat berlalu untuk bertukar pakaian.
Membayangkan kembali peristiwa dalam air tadi, kedua
orang itu merasa amat malu di samping perasaan manis dan
hangat yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Selesai bertukar pakaian, mereka berdua muncul kembali
dari kamar masing-masing, tapi Si Cay soat yang berjumpa
kembali dengan See giok segera merasakan pipinya menjadi
merah dan tertunduk malu-malu, ia menunjukkan sikap
jengah seorang gadis yang bertemu dengan pemuda asing
saja..
Lan See giok turut merasakan hatinya berdebar keras,
pipinya turut berubah menjadi merah, sedang perasaan
yang mencekam hatinya sekarang sungguh tak bisa
dilukiskan dengan kata-kata.
Si Cay soat segera tersenyum jengah melihat sikap
tertegun pemuda itu, cepat-cepat dia lari naik ke atas
tangga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengikuti di belakangnya, saat itulah dia
baru merasakan bahwa adik seperguruannya telah tumbuh
menjadi seorang gadis remaja, sedangkan ia sendiripun
sudah mendekati seorang pemuda dewasa.
Tiba kembali di ruang batu, Siau thi gou telah
mengeluarkan hidangan serta empat mangkuk arak.
Dari sikap dan wajah Lan See giok serta Si Cay soat
yang memerah, si naga sakti pembalik sungai memandang
sekejap wajah kedua orang itu, dengan cepat dia tahu
bahwa benih cinta rupanya sudah tumbuh dalam hati
mereka.
Namun bila teringat kembali tujuan kedatangannya ke
sana, keningnya segera berkerut, selapis kemurungan segera
menyelimuti wajahnya yang berkeriput.
Lan See giok dan Si Cay soat cepat-cepat menundukkan
kepalanya rendah-rendah, sewaktu sorot mata si naga sakti
Pembalik sungai yang tajam diarahkan kepada mereka oleh
sebab itu mereka pun tidak melihat perubahan wajah dari
engkoh tuanya itu.
Tiba-tiba terdengar Siau thi you berseru dengan nada
tidak senang hati:
"Thio loko, mengapa sih kau terburu -buru ingin pulang?
Siapa tahu tiga atau lima hari lagi suhu sudah pulang . . ."
Mendengar ucapan tersebut, si naga sakti pembalik
sungai seakan akan teringat akan sesuatu, dia segera
berpura - pura gembira dan tertawa tergelak.
"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh .. sekarang aku si
engkoh tua hendak memberitahukan kepada kalian,
berhubung cia cianpwe masih ada urusan lain yang belum
selesai dikerjakan, mungkin beberapa bulan lagi beliau baru
bisa pulang"
http://kangzusi.com/
Lan See giok bertiga menjadi sangat terkejut, hampir
bersamaan waktunya mereka berseru:
"Darimana engkoh bisa tahu?"
Naga sakti pembalik sungai tertawa, dengan sikap
sewajar wajarnya ia menjawab:
"Engkoh tua telah menerima surat yang ditulis Cia
locianpwe dan dikirim dari luar lautan!"
Sambil berkata, dia mengambil sepucuk surat dari
sakunya dan diserahkan kepada Lan See giok.
Dengan gugup pemuda itu membukanya dan membaca
isinya.
Si Cay soat segera mendekati anak muda itu sambil
menumpang membaca isi surat tersebut.
Garis besarnya dalam surat itu dijelaskan bahwa guru
mereka harus pergi ke luar lautan demi keselamatan dunia
persilatan, sebab masalah tersebut menyangkut nasib
pelbagai perguruan besar di dunia persilatan, maka urusan
tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat, di samping itu
guru mereka berpesan agar Lan See giok bertiga melatih diri
lebih tekun serta tak usah memecahkan perhatian ke
masalah lain. . .
Ketika selesai membaca surat itu, Si Cay soat yang
pertama-tama berguman dengan nada tak habis mengerti:
"Thio loko, mengapa suhu tidak menjelaskan kapan baru
akan pulang . .?"
Naga sakti pembalik sungai memandang sekejap kearah
Lan See giok yang sedang termenung, kemudian jawabnya
sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Engkoh tua menitipkan pesan tersebut secara lisan
kepada si pembawa surat. jadi akupun tak tahu kapan
pulangnya."
"Thio loko, siapakah si pembawa surat itu?" tiba-tiba
Siau thi gou bertanya dengan wajah tak mengerti
Agaknya si naga sakti pembalik sungai tidak menduga
Siau thi gou bakal mengajukan pertanyaan tersebut, dengan
kening berkerut dia segera tersenyum.
"Berbicara soal orang ini, kalianpun belum tentu tahu."
"Coba sebutkan agar kami tahu" timbrung Si Cay soat.
Agaknya si naga sakti Pembalik sungai sedang
memperhatikan dengan seksama sikap Lan See giok yang
masih meneliti surat tersebut, namun ia toh menjawab juga.
”Orang itu adalah tianglo angkatan yang lampau dari Bu-
tong-pay, orang menyebut nya Keng-hiang sian-tiang!"
Si Cay soat kembali berkerut kening, lalu tanyanya
dengan nada tidak mengerti:
"Bukankah Keng hiang sian-tiang dari Bu tong-pay
sudah lama tidak muncul kembali di dalam dunia
persilatan?!”
Dengan wajah bersungguh-sungguh si naga sakti
pembalik sungai berkata:
"Masalahnya kali ini menyangkut suatu keadaan yang
besar. jadi tak bisa dibanding-kan dengan kejadian biasa,
dengan undangan khusus dari Lam-hay-lo koay, bahkan
Cia locianpwe saja harus berangkat sendiri apalagi
persoalan ini menyangkut Bu-tong-pay secara langsung,
memangnya dia tak akan berangkat?”
http://kangzusi.com/
Baru selesai dia berkata Lan see Giok yang masih
memegang surat itu berseru kepada, si naga sakti pembalik
sungai:
"Thio loko, siaute jumpai tinta bak di atas surat tersebut
nampaknya sudah lama sekali .”
Berubah hebat paras muka si naga sakti pembalik sungai
setelah mendengar ucapan tersebut. tapi cepat-cepat ia
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak,
menyusul kemudian ia menjelaskan lebih jauh:
"Saudara cilik, pernahkah kau bayangkan berapa ribu li
jarak dari sini sampai ke luar lautan? Apalagi Keng hian
sian-tiang menggembolnya dalam saku, dimana kena
keringat dan air hujan. masa surat tersebut dapat utuh
seratus persen?"
Berbicara sampai disini, diapun sengaja mengalihkan
pembicaraan ke soal lain, sambil menunjuk ke arah
bungkusan kecil itu katanya lagi:
"Sewaktu menerima surat ini, kebetulan Hu-yong siancu
Han lihiap juga berada di rumahku. ketika ia tahu aku
hendak kemari, dia telah menitipkan bungkusan baju itu
untukmu."
Siau thi gou menjadi amat kecewa setelah mendengar
perkataan itu, serta merta dia mengangkat buntalan kecil itu
dan dilihat sekejap..
Berbeda dengan Lan See giok, mencorong sinar tajam
dari balik matanya setelah mendengar perkataan itu, cepat
tanyanya dengan gembira.
"Apakah bibi Wan dan enci Cian berada dalam keadaan
sehat-sehat semua?"
http://kangzusi.com/
Sewaktu berbicara, wajahnya memancarkan sinar
kerinduan yang amat tebal.
Si Cay soat yang melihat kesemuanya ini segera
merasakan segulung hawa amarah yang entah darimana
datangnya membara di dalam dadanya dan ingin
dimuntahkan ke luar, namun diapun tak berani
melampiaskannya ke luar .
Naga sakti pembalik sungai yang melihat tujuannya
berhasil, ia segera tertawa setelah meneguk arak sahutnya:
"Mereka semua berada dalam keadaan baik-baik. mereka
menduga kau pasti sudah makin tinggi, maka khusus
membuatkan beberapa stel pakaian untukmu."
Lalu sambil mengambil buntalan kecil itu, dari tangan
Siau thi gou, dia bertanya sambil tertawa penuh arti:
"Saudara cilik, apakah kau hendak membukanya
sekarang juga .."
Berkilat sepasang mata Lan See giok, bisa dilihat hatinya
diliputi emosi, bibirnya bergerak seperti ingin mengucapkan
sesuatu, namun akhirnya dia menggeleng kan kepalanya
berulang kali, sahutnya sambil tertawa:
”Oooh, tidak usah, tidak usah!"
Tapi, setiap orang bisa melihat betapa inginnya Lan See
giok membuka bungkusan itu dengan segera dan ingin
melihat pakaian apa saja yang telah dibuatkan untuknya.
Ia percaya setiap jahitan dan setiap lipatan pakaian
tersebut, terkandung kasih sayang dari bibinya dan cinta
suci dari enci Cian nya.
Si Cay soat tak bisa menahan rasa gusar di dalam
hatinya lagi, dia tertawa paksa namun setiap orang bisa
http://kangzusi.com/
mendengar betapa kecutnya suara tertawa itu. kemudian
terdengar ia berkata:
"Sudah tentu jahitannya pas sekali dibadan, secantik enci
Cian yang membuatnya!"
Lan See giok yang polos masih mengira adik Soatnya
benar-benar memuji kecantikan enci Ciannya, tanpa terasa
wajahnya nampak lebih bersinar terang.
Berbeda sekali dengan Naga sakti pembalik sungai yang
berpengalaman, dengan cepat dia dapat menangkap gelagat
yang tidak baik, cepat-cepat dia meletakkan kembali
bungkusan kecil itu ke atas meja, kemudian setelah tertawa
tergelak dengan cepat dia mengalihkan pokok pembicaraan
ke soal lain, ucapannya:
"Di dalam surat Cia locianpwe tadi di pesankan agar
kalian melatih diri dengan tekun, entah bagaimanakah
kemajuan yang berhasil kalian capai dalam setengah tahun
ini?"
Siau thi gou segera melebarkan matanya, semangatnya
berkobar kembali dengan penuh bersemangat katanya:
"Aku telah berhasil mempelajari ilmu Hou-liong-jit-si,
bila suhu pulang, tanggung dia akan gembira."
Lan See giok bertiga yang menyaksikan semangat Siau-
thi gou. tak tahan lagi mereka tertawa tergelak.
Berhubung penjelasan dari naga sakti pembalik sungai
tentang huruf yang luntur cocok dengan keadaan, ditambah
pula Hu-yong-siancu hadir sebagai saksi , maka Lan See
giok pun mempercayai keaslian surat itu seratus persen.
Setelah melihat ketiga orang itu tidak ragu lagi, Naga
sakti membalik sungai baru mengajarkan teori dan tehnik
http://kangzusi.com/
bertempur dalam air kepada Lan See-giok di samping
keterangan-keterangan lain yang berharga sekali.
Tak heran kalau Lan See giok bertiga memperoleh
pengetahuan dan faedah yang besar sekali.
Tanpa terasa matahari pun tenggelam di langit barat.
Naga sakti pembalik sungai segera minta diri, sebelum
berpisah ia berpesan kembali agar mereka bertiga tetap
menjaga gua sembari berlatih ilmu silat dengan tekun
sampai kembalinya guru mereka.
Lan See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi gou menghantar
engkoh tua mereka sampai di luar barisan pohon bambu,
hingga bayangan tubuh naga sakti pembalik sungai lenyap
dari pandangan, mereka baru kembali ke ruangan.
Dalam perjalanan kembalinya, Lan See giok ingin
secepatnya membuka bungkusan kecil itu dan melihat
isinya, tanpa disadari langkahnya menjadi terburu buru
sehingga Si Cay soat serta Siau thi gou tertinggal jauh di
belakang.
Siau thi gou yang polos dan terbuka masih tidak
merasakan apa-apa. berbeda sekali dengan Si Cay soat yang
setiap hari bersama sama engkoh Gioknya, ia segera merasa
dirinya seperti dikesampingkan pemuda itu.
Saking pedih hatinya, hampir saja air matanya jatuh
bercucuran..
Gadis yang semenjak kecil sudah terbiasa dimanja
gurunya ini, untuk pertama kalinya merasakan hatinya
sedih dan pedih. mau marah tak bisa dilampiaskan, mau
menangis malu, bisa dibayangkan bagaimana perasaan
hatinya waktu itu.
http://kangzusi.com/
Ia jadi mendongkol sekali kepada engkoh Gioknya . . . .
terlalu banyak masalah yang membuatnya mendongkol, dia
merasa pemuda tersebut seolah-olah mempunyai banyak
dosa dan kesalahan yang tak bisa diampuni lagi, maka
dalam hati kecilnya dia mengambil sebuah
keputusan..selamanya tidak akan menggubrisnya lagi.
Oleh sebab itu, ketika Lan See giok mengambil
bungkusan kecil dan kembali ke kamar nya, sambil
menahan air mata diapun cepat-cepat kembali ke kamar
tidur sendiri.
Sian thi gou yang terdorong perasaan ingin tahu segera
membuntuti engkoh Giok nya dengan ketat, dia ingin tahu
apakah dalam bungkusan tersebut terdapat makanan yang
enak atau tidak.
Karenanya sambil melototkan matanya bulat-bulat, dia
awasi terus engkoh Giok nya membuka bungkusan kecil itu.
Begitu bungkusan dibuka, dibaliknya tempat sebuah
kertas minyak pembungkus, bau harum semerbak
terhembus ke luar dari balik bungkusan itu.
Dengan cepat Siau thi gou mengendus bau itu berulang
kali, sekulum senyuman lebar segera menghiasi bibirnya.
Begitu bungkusan kertas itu dibuka, woouw isinya
adalah ayam panggang, daging kecap, telur asin serta
makanan yang lain yang banyak sekali jumlahnya.
Diam-diam Lan see giok berterima kasih sekali atas
pemikiran bibinya yang mengaturkan semuanya itu dengan
sempurna, meski makanan itu biasa, namun di tengah
pegunungan yang terpencil begini betul-betul merupakan
hidangan lezat yang punya uang pun tak bisa dibeli, maka
dia singkirkan bungkusan makanan itu serta membuka
bungkusan kain putih yang berada di bawahnya.
http://kangzusi.com/
Pada bagian atas adalah jubah biru kegemarannya, baju
itu terbuat dari kain halus, potongan indah dan menawan,
entah hasil karya bibinya atau enci Cian nya!
Ketika diendus, tercium bau harum yang sangat khas
baginya, dengan cepat dia menjadi paham kembali, rasa
gembira yang meluap membuatnya tanpa sadar memanggil
nama enci Cian dengan mesra.
Di bawah jubah itu adalah kain pengikat kepala
berwarna biru, celana biru serta dua stel pakaian dalam
berwarna putih, ketika dicoba dibandingkan ke tubuhnya,
meski sedikit agak kebesaran namun bisa dipakai.
Baju yang kedua berwarna merah cerah, apa yang
terlihat segera membuat pemuda itu tertegun dan
mencorongkan sinar tajam dari matanya.
Rupanya pakaian merah dengan sepasang sepatu
berwarna merah, sarung pedang merah dan pita pedang
berwarna merah.
Dengan cepat Lan See giok paham kembali, rupanya
semuanya ini disiapkan enci Cian untuk adik Soatnya,
dengan perasaan segera ia segera mendongakkan kepalanya
Namun adik Soat sudah tak nampak, bahkan adik Gou
pun tidak kelihatan, ketika berpaling lagi, hidangan semeja
yang baru saja diletakkan disanapun turut lenyap tak
berbekas.
Lan See giok segera tertawa tergelak dengan rasa
gembira, sambil membawa bungkusan berisi baju itu cepat
dia lari naik ke tangga.
Sebelum tiba di kamar tidur, pemuda itu sudah tidak
tahan untuk berteriak keras.
"Adik Soat, adik Soat .."
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba bayangan hitam berkelebat lewat. Siau thi gou
sudah muncul dari balik kamar Si Cay soat, di tangannya
masih menggenggam bungkusan berisi makanan lezat tadi.
Begitu berjumpa dengan Lan See giok, dia lantas berseru
dengan wajah murung.
"Engkoh Giok, enci Soat telah jatuh sakit!"
Lan See-giok terkejut sekali, ia berseru kaget sambil
teriaknya. "Sakit apa? Barusan toh ia nampak sangat
gembira dan segar bugar ..?"
"Aku rasa dia sakit kepala!"
”Oooh..”
Dengan langkah terburu-buru Lan See giok lari masuk ke
dalam kamar tidur si nona, ia jumpai gadis tersebut sedang
membaringkan diri di atas permadani merah sambil
menyembunyikan kepalanya dibalik selimut, tubuhnya
sama sekali tidak bergerak.
Dari keadaan tersebut, pemuda itu menduga gadis itu
memang sakit kepala, cepat-cepat ia letakkan bungkusan
berisi pakaian itu ke lantai, kemudian tanyanya dengan
penuh perhatian:
"Adik soat. adik soat, kenapa kau? Apa yang kau rasakan
sakit-?"
Si Cay soat tetap tak bergerak, menjawab pun tidak.
Lan See giok segera mendekati dan berusaha untuk
memeriksa denyutan nadinya-
"Plaaakkk!" tahu-tahu tangannya sudah di pukul gadis
itu keras-keras-
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok menarik kembali
tangannya lalu memandang sekejap ke arah Siau thi gou
dengan mata terbelalak, tertegun.
Namun sebagai pemuda yang pintar, dengan cepat Lan
See giok menyadari apa gerangan yang telah terjadi,
rupanya gadis itu bukan sakit kepala melainkan lagi
mengambek.
Siau thi gou juga merasa lega setelah mengetahui enci
Soatnya lagi mengambek, sambil tertawa dia mulai
menyambar paha ayam dan melahapnya dengan rakus.
Sedangkan Lan See-giok duduk termenung di
sampingnya, betapapun dia telah memeras otak belum juga
diketahui apa kesalahannya.
Mendadak ia melihat pedang Jit-hoa kiam yang terletak
tak jauh di atas permadani, satu ingatan segera melintas di
dalam benak nya, ia mengambil keputusan untuk membuat
kejutan bagi si nona tersebut.
Diambilnya pedang Jit hoa kiam tersebut, mula-mula
pita pedang diikatkan dahulu pada gagangnya, kemudian
melapisinya dengan sarung pedang yang halus dan lembut
itu.
Disaat ia sedang mengikatkan tali sarung itulah, suatu
ketidak sengajaan membuat jari tangannya menyentuh
tombol rahasia..
"Criing..l"
Cahaya tajam segera memancar kemana mana, tubuh
pedang melejit berapa inci lebih ke muka dan seketika
menyiarkan suara dentingan yang amat memekikkan
telinga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok terkejut, sedang Si Cay soat juga melompat
bangun dengan cepat, tapi apa yang kemudian terlihat
membuatnya tertegun dan melongo.
Hanya Siau thi you seorang yang mengunyah paha
ayam, sambil tertawa terbahak -bahak.
Melihat sarung pedang yang begitu menawan hati, Si
Cay soat segera jatuh hati, bersamaan itu pula diapun
menjadi sadar, tentunya sarung pedang yang indah tersebut
merupakan hadiah dari Ciu Siau cian yang selalu dipuji puji
oleh gurunya itu.
Dalam pada itu Lan See giok telah membetulkan letak
pedang itu dan sambil tertawa tersipu sipu dia
mengembalikan senjata tersebut kepada si nona.
Si Cay soat sendiri berhubung ia sudah terlanjur jatuh
hati pada keindahan sarung pedang tadi, ditambah pula
perasaan ingin tahunya untuk memeriksa hasil karya Ciu
Siau cian, membuatnya tanpa banyak bicara segera
menerima angsuran tadi.
Setelah diperiksa dengan seksama, mau tak mau gadis itu
harus menyatakan kekagumannya, dia sadar bahwa hasil
kerajinan tangan dari Ciu Siau cian memang betul-betul
sangat indah.
Sebagai seorang pemuda yang cerdik Lan See giok segera
memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan pula
sepatu kecil berwarna merah kepada si nona, kemudian
katanya pula dengan hati-hati.
"Adik Soat, coba kau lihat. inilah tanda mata dari enci
Cian untukmu!"
Si Cay soat segera mendongakkan kepalanya, apa yang
terlihat membuatnya segera menjerit gembira.
http://kangzusi.com/
"Oooh, sangat indah! persis seperti apa yang kuidam-
idamkan selama ini."
Cepat-cepat dia letakkan pedangnya ke lantai serta
menerima sepatu baru itu. kemudian dengan tergesa-gesa
sekali dia melepaskan sepatu lamanya hingga tampak
sepasang kaki mungilnya yang putih bersih..
Lan See giok menjadi tertegun melihat hal itu. sepasang
kaki milik adik Soat memang indah dan sangat menawan
hati.
Dalam gembiranya Si Cay soat pun melupakan semua
kekesalan dan kemasgulan yang dialaminya tadi, selesai
mengenakan sepatu baru, dia segera melompat bangun dan
berjalan bolak balik dengan penuh keriangan Ia dengan
suara bernada kegembiraan yang tak terlukiskan dengan
kata, ia berseru:
"Aaah. sungguh indah, persis dengan kakiku, enci Cian
memang orangnya baik sekali, baik sekali . . .”
Melihat adik Soatnya gembira, tentu saja Lan See giok
turut tertawa riang.
Tiba-tiba Si Cay soat melihat jubah biru yang terletak di
sisi anak muda tersebut, berkilat sepasang matanya, dengan
perasaan terkejut serunya tanpa terasa
"Engkoh Giok, apakah baju itupun bikinan enci Cian
untukmu?"
Sambil berkata, ia memungut pakaian tersebut dengan
gugup.
Lan See giok mengira Si Cay soat terkejut atas hasil
karya enci Cian, karenanya dia mengangguk dengan
bangga.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat meraba jubah baru itu, kemudian serunya
lagi dengan perasaan terkejut:
"Engkoh Giok, pakaian ini dibuat dari serat ulat langit,
oooh! Banyak sekali khasiat dari pakaian tersebut, begitu
banyaknya sampai siaumoay tak dapat menerangkannya
satu per satu, tapi yang pokok, masuk ke air tak bakal
tenggelam, masuk api tak akan terbakar, bisa menahan
senjata rahasia, dapat menahan bacokan senjata, engkoh
Giok, dengan pakaian tersebut maka selanjutnya kau tak
usah mengenakan pakaian renang lagi bila ingin masuk ke
dalam air."
Mengetahui kalau jubah itu memiliki khasiat yang begitu
banyak, Lan See giok betul-betul dibikin terkejut sampai
berdiri melongo-longo . . .
Sebaliknya sepasang mata Siau thi gou segera terbelalak
lebar-lebar, mendadak ia letakkan bungkusan berisi
makanan itu ke lantai, setelah itu sambil mengangkat
tangannya tinggi-tinggi ia, bersorak sorai dengan riang
gembira:
"Hooore . . . hooore . . . kalau begitu aku Thi-gou akan
memperoleh pakaian renang baru!”
Sambil berteriak ia lari ke luar dari ruangan tersebut dan
kembali ke kamar sendiri.
Lan See giok dan Si Cay soat jadi tertegun menyaksikan
ulah bocah tersebut, dengan pandangan tak mengerti
mereka awasi bayangan punggung Siau thi gou hingga
lenyap dari pandangan mata.
Tak lama kemudian, Siau thi gou telah muncul kembali
sambil membawa pakaian renang baru, katanya lagi sambil
tertawa terbahak-bahak:
http://kangzusi.com/
"Haaahhh . . .haaahhh . . haaahhh . . . setelah engkoh
Giok memiliki pakaian mestika, pakaian renang jahitan enci
Soat pun tanpa sungkan-sungkan akan menjadi milik aku si
Thi gou.”
Baru sekarang Lan See giok dan Si Cay soat memahami
apa yang dimaksudkan, serentak mereka ikut tertawa
terbahak-bahak.
Setelah saling berpandangan sekejap dengan perasaan
cinta yang semakin mendalam, kata mereka dengan riang:
"Selama ini suhu mengatakan adik Gou bodoh,
padahal."
"Padahal aku tidak bloon!" sambung Siau thi gou dengan
cepat sambil tertawa lebar.
Semenjak hari itu, muda mudi tiga orang itu melanjutkan
latihan mereka dengan lebih tekun, Lan See giok di
samping belajar ilmu berenang dari Si Cay soat, dia pun
mengkombinasikan ilmu gurdi emas ajaran ayah-nya
dengan ilmu pedang Tong kong kiam hoat sehingga
terciptalah suatu ilmu baru yang dinamakan ilmu gurdi
pengejut langit.
Musim panas lewat dan musim gugur kini sudah
menjelang tiba.
Lan See giok, Si Cay soat serta Siau thi gou merasa
murung dan masgul sepanjang hari, sebab guru mereka To
Seng cu belum juga kembali. kendatipun tenaga dalam
mereka bertiga peroleh kemajuan yang sangat pesat namun
perasaan gembiranya tidak seperti semula lagi.
Yang membuat mereka bertiga merasa gelisah adalah si
naga sakti pembalik sungai pun tidak muncul lagi. mereka
tidak mendapat berita dari dunia luar sehingga praktis
http://kangzusi.com/
selama satu tahun penuh mereka tidak mengetahui
bagaimanakah perubahan dalam dunia persilatan.
Si Cay soat mulai menguatirkan keselamatan dari
gurunya, Siau thi gou juga saban hari bermuram durja,
sedangkan Lan See giok sering kali melamun sambil
memandang pegunungan dikejauhan sana.
Sekali lagi dia mulai mencurigai isi surat yang pernah
dibawa si naga sakti pembalik sungai tempo hari, terutama
bila membayangkan kembali gumaman gurunya sebelum
berpisah, dia yakin dunia persilatan tentu sudah diliputi
kekacauan dan kekalutan, bahkan bisa jadi darah telah
menggenangi permukaan tanah.
Cuma pemuda itu hanya berani membayangkan namun
tak berani menyampaikan jalan pemikirannya kepada Si
Cay soat serta Siau thi gou..
Dihati kecilnya dia seperti memperoleh suatu firasat,
kepergian gurunya tempo hari meski sampai mengancam
keselamatan jiwanya, paling tidak gurunya sudah ditawan
dan disekap atau terperangkap dalam jebakan musuh
hingga terkurung di suatu tempat.
Membayangkan musuh-musuh tersebut, dia pun teringat
kembali akan Lam hay lo koay, Wan San popo serta Si to
cinjin. Di samping itu diapun membayangkan pula betapa
lihainya ilmu silat yang dimiliki orang-orang tersebut
Bilamana dugaannya tak meleset, di atas bahunya
sekarang tertanam dua macam beban yang sangat
berat.Dendam orang tua dan musibah dari gurunya.
Berbicara soal kemampuan yang dimiliki nya sekarang,
membalas dendam bukan pekerjaan yang terlampau sulit
baginya, tapi untuk menghadapi tiga manusia aneh dari luar
lautan, dia tak mempunyai suatu keyakinan pun berhubung
http://kangzusi.com/
dia sendiri juga tak tahu sampai dimanakah kekuatan
mereka yang sesungguhnya.
Pepatah kuno berkata, satu hari menjadi guru, budi
bagaikan orang tua sendiri.
Seandainya, gurunya benar-benar, menjumpai musibah,
sekalipun tubuh harus hancur, lautan api mesti diterjang,
dia tak akan menampik untuk melakukannya.
Semakin membayangkan apa yang telah terjadi, anak
muda itu semakin ketakutan, saking gelisahnya peluh
sampai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, ia
bertekat untuk membakar semangat sendiri dan adik-adik
seperguruannya agar lebih tekun melatih ilmu silat masing-
masing.
Dengan kepergian To Seng cu yang tak pernah kembali
lagi, kedudukan Lan See giok dihati Si Cay soat dan Siau
thi gou pun bertambah penting, Saban hari mereka bertiga
selalu hidup berdampingan, dan tak pernah berpisah barang
sejengkalpun.
Sikap Si Cay soat berubah menjadi lebih lembut dan
hangat, dalam suasana murung dan sedih, dia semakin
menyayangi engkoh Giok nya dan memperhatikan adik
Gou nya.
Siau thi gou yang polos dan lugu, sejak itu tak pernah
menampilkan senyuman bloon-nya yang menggiurkan di
atas wajah bulatnya yang hitam berkilat lagi.
Waktu berlalu sangat cepat, kini musim dingin telah tiba,
bunga salju turun dengan derasnya menyelimuti seluruh
permukaan tanah.
Permukaan bukit Hoa-san dengan beberapa buah
bukitnya yang tinggi, kini telah berubah menjadi serba
putih.
http://kangzusi.com/
To Seng-cu, tokoh persilatan nomor wahid dikolong
langit sudah setahun meninggalkan gunung, namun hingga
saat itu belum juga ada kabar beritanya tentang mereka.
Lan See giok dan Si-Cay soat sudah tak dapat
menenangkan hatinya lagi, setiap kali Siau Thi-gou sedang
menanak nasi di dapur, mereka berdua selalu
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berunding
bagaimana caranya mencari berita tentang guru mereka.
Hasil dari perundingan mereka menyimpulkan bahwa si
naga sakti pembalik sungai sudah tidak berada di tepi telaga
Phoa yang lagi bisa juga dia telah menyusul ke luar lautan
untuk mencari jejak suhu, kalau tidak, dia pasti akan
mengunjungi bukit Hoa-san untuk mengetahui apakah guru
mereka sudah pulang atau belum.
Akhirnya kedua orang itu memutuskan akan menunggu
sampai setengah bulan lagi, jika selewatnya tahun baru guru
mereka belum juga kembali, maka See-giok eng ambil
keputusan untuk turun gunung dan mencari berita tentang
gurunya.
Sebagaimana diketahui, dalam gua mereka tersimpan
kitab pusaka cinkeng warisan su-cou mereka, apalagi guru
mereka pun berpesan agar tidak meninggalkan gua tersebut
itulah sebabnya mereka bertiga tak berani turun gunung
bersama-sama.
Lan See giok memang sebelumnya telah memperoleh ijin
dari gurunya untuk turun gunung mencari balas, dengan
diutusnya pemuda tersebut, selain tidak melanggar pesan
guru mereka. hal inipun merupakan pilihan yang paling
tepat, tak heran kalau kedua orang itu terpaksa mengambil
jalan tersebut.
Meski keputusan ini disambut Si Cay soat dengan
perasaan berat, namun berhubung dendam berdarah engkoh
http://kangzusi.com/
Giok nya belum terbalas, jejak gurunyapun merupakan
sebuah tanda tanya besar, kesemuanya ini membuat si nona
tak berani banyak berbicara.
Pikiran dan perasaan seorang gadis memang selalu lebih
sempit dan cupat, tidak terkecuali Si Cay soat, semenjak
mengambil keputusan tersebut, hampir setiap saat ia selalu
berdoa agar gurunya bisa cepat-cepat kembali ke rumah.
Tekanan jiwa yang dialaminya membuat gadis itu sukar
tidur dan tak enak bersantap tidak sampai berapa hari,
tubuhnya menjadi kurus dan mukanya pucat.
Baru sekarang dia menyadari bahwa diri nya sudah tak
mungkin lagi berpisah dengan engkoh Gioknya.
DALAM setahun belakangan ini, boleh di bilang mereka
bertiga selalu berkumpul bersama, tak sedetikpun berpisah,
entah berlarian di tanah perbukitan ditengah malam, atau
bermain air di telaga Cui-oh, mereka selalu berduaan dan
bermesraan, dan biasanya dalam keadaan begini Siau thi
gou yang blo’on selalu menghindar jauh-jauh.
Lewat beberapa hari lagi Lan See-giok akan genap
berusia delapan belas tahun, selama dua tahun ini, dari
seorang bocah tanggung yang binal See-giok berubah
menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa,
tidak heran kalau Si Cay soat menjadi begitu tergiur dan
kesemsem kepadanya, is sering-kali melamun. kalau bisa
dia ingin bersama engkoh Giok nya hidup sepanjang tahun
di tempat yang terpencil ini dan tak akan mengadakan
hubungan lagi dengan dunia luar.
Tapi Lan See giok harus turun gunung untuk menelusuri
gurunya, sebelum hal ini benar-benar terjadi, dia berusaha
untuk menjauhkan diri dengannya, tapi alhasil malah
kebalikannya yang diperoleh.
http://kangzusi.com/
Sekarang dia mulai sadar, jika See giok sudah turun
gunung, maka kehidupannya akan menjadi kering, kosong,
sepi dan layu, keadaan yang harus dialaminya selama
bertahun lamanya mungkin.
Betul di sisinya masih ada Siau thi gou yang polos dan
lugu. diapun sangat menyayangi adiknya yang menawan
tersebut, tapi bagaimanapun juga perasaan kasih sayang
sebagai kakak terhadap adik tentu saja berbeda sekali
dengan kasih sayang terhadap pujaan hatinya..
Selain itu, masih ada satu hal lagi yang membuat
perasaannya tidak tenang, yaitu si gadis cantik lainnya yang
sering dipuja oleh gurunya. Ciu Siau cian.
Setiap kali ia membicarakan soal Ciu Siau cian, di atas
wajah engkoh Giok nya tentu terlintas setitik cahaya tajam,
selain rasa hormat terselip juga perasaan cinta.
Selama setahun ini, diapun menyaksikan bahwa engkoh
Giok nya tak pernah sedikit pun melupakan Ciu Siau cian,
kejadian ini membuatnya lebih cemburu, lebih mendongkol
dan tak tenang.
Pernah terbayang olehnya bagaimana eng-koh Giok dan
Ciu Siau cian bertemu kembali, apa yang mereka lakukan
setelah perjumpaan itu? Sudah pasti-
la tak berani berpikir lebih jauh, sebab saban kali
membayangkan hal tersebut, hati nya pasti berdebar keras,
wajahnya berubah merah dan sepanjang malam tak bisa
tidur nyenyak-
Lan See giok pun merasa sangat tak tenang melihat
keadaan adik Soat nya yang makin lama semakin kurus dan
murung.
Seringkali dia menghibur nona tersebut selain berpesan
kepada Siau-thi gou agar selalu memperhatikannya.
http://kangzusi.com/
Ia juga tahu, dalam perjalanannya turun gunung nanti,
mungkin sekali banyak kesulitan dan percobaan yang bakal
dialaminya.
Diapun berharap gurunya bisa kembali dengan selamat,
hal ini berarti bisa membebaskannya untuk berangkat ke
luar lautan.
Meski diapun pernah memikirkan bibi Wan dan enci
Cian nya, namun masalah dendam orang tua dan musibah
gurunya jauh lebih memenuhi jalan pemikirannya.
Tahun baru kedua semenjak See-giok tiba di bukit Hoa-
san, akhirnya menjelang tiba, salju masih menyelimuti
seluruh permukaan tanah.
Biarpun suasana tahun baru merupakan hari-hari yang
paling bahagia, namun Lan See giok, Si Cay soat dan Siau
thi gou nampak lebih masgul dan murung.
Akhirnya tanggal tiga bulan pertama, Lan See-giok
mengambil keputusan untuk turun gunung.
Si Cay soat sibuk di dapur untuk menyiapkan hidangan
bagi perjamuan perpisahannya dengan Lan See giok.
Siau-thi-gou membantu See giok membereskan
perbekalannya.
Lan See-giok telah bertukar pakaian dengan baju baru
pemberian bibi Wan serta enci Cian, gurdi emasnya
disembunyikan dibalik pinggang dan senjata rahasia
andalan ayah nya peluru cahaya perak, digantungkan di
balik jubahnya.
Perjamuan perpisahan berlangsung cukup meriah,
meskipun masing-masing pihak berusaha untuk
menyembunyikan perasaan dukanya di dalam hati.
http://kangzusi.com/
Malam semakin kelam, akhirnya Lan See giok harus
membesarkan hati untuk bangkit berdiri.
"Adik Soat, Adik Gou, aku harus berangkat sekarang!"
ujarnya kemudian dengan suara tenang.
Si Cay-soat dan Siau- thi-gou manggut-manggut pedih,
serentak mereka bangkit untuk mengantar ke luar ruangan:
Barisan bambu dan pohon siong mereka lewati dengan
perasaan yang sangat berat dan masgul.
Sepanjang perjalanan, Siau-thi-gou diam-diam berdoa
bagi keberhasilan engkoh Giok-nya dan menemukan
kembali jejak guru mereka serta berhasil membalas sakit
hati.
Sedangkan Si Cay coat harus mengucurkan air mata
sambil menahan isak tangisnya, selain berharap engkoh
Gioknya bisa berhasil dengan sukses, di hati kecilnya pun
dipenuhi oleh pelbagai kemurungan yang serasa
menyumbat hatinya.
Lan See giok pun merasakan hatinya berat dan murung,
untuk kesekian kalinya dia harus merasakan kembali betapa
berat nya saat-saat perpisahan dengan orang-orang yang
dicintainya.
Namun ia tak berani banyak berbicara, ia berusaha untuk
menjaga ketenangan hatinya serta mencari akal bagaimana
mesti bertindak untuk menyelidiki jejak gurunya sesudah
turun gunung nanti.
Karena itulah meski wajahnya nampak -sangat tenang,
sesungguhnya dia merasa amat murung dan kesal.
Akhirnya hutan bambu sudah dilewati, sejauh mata
memandang, lapisan salju nan putih menyelimuti seluruh
jagad.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Lan See giok menghentikan langkahnya,
kemudian sambil menengok adik Gou dan adik Soatnya
yang tampak sangat murung, ia berkata sedih:
"Adik Soat, adik Gou, kalian harus menjaga diri baik-
baik, begitu selesai pekerjaanku, secepatnya aku akan
pulang kembali."
Siau thi gou membuka matanya lebar-lebar sambil
mengangguk, matanya berkaca kaca dan hampir saja air
matanya jatuh bercucuran:
Si Cay-soat juga berusaha untuk mengendalikan gejolak
perasaannya, namun dia tak mampu mengendalikan diri
untuk membungkam terus, dengan wajah yang basah oleh
air mata dan wajah yang amat layu, dia menengok pemuda
itu sambil bisiknya dengan suara gemetar:
"Engkoh Giok ."
Namun hanya sebutan itu yang sempat meluncur ke luar,
tubuhnya segera gemetar keras, sambil menutupi wajah
sendiri dengan kedua belah tangan, dia menangis tersedu
sedu.
Sedih nian perasaan Lan See giok menyaksikan kejadian
seperti ini, namun bila teringat dia tugas berat yang berada
dibahunya, pemuda tersebut tak berani berpikir lebih jauh.
Dengan lemah lembut dipegangnya lengan gadis itu
kemudian dengan perasaan pedih dia berkata:
"Adik Soat. bila akan ingin mengucapkan sesuatu,
katakanlah sekarang juga.."
Dalam keadaan begini Si Cay soat tidak memperdulikan
lagi kehadiran Siau thi gou di tempat tersebut, sambil
menangis tersedu dia menubruk ke dalam pelukan See giok
lalu bisiknya.
http://kangzusi.com/
"Apa yang hendak kukatakan, telah kau ketahui semua”
Sebagai seorang yang pintar, sudah barang tentu pemuda
itu cukup mengetahui bagaimanakah perasaan gadis
tersebut sekarang.
Dengan perasaan sedih dan terharu, pemuda itu segera
menghibur.
"Adik Soat, kau jangan kelewat menyiksa diri, seusai
bertugas aku pasti akan kembali lagi!"
Si Cay soat pun cukup tahu bahwa anak muda tersebut
tak mungkin bisa kembali sedemikian cepatnya, sebab di
samping menyelidiki musuh-musuh besar pembunuh
ayahnya. diapun harus menelusuri jejak gurunya, bahkan
bisa jadi perjalanannya didampingi Ciu Siau cian,
mungkinkah pemuda itu akan kembali secepatnya?
Melihat gadis itu membungkam diri dalam seribu
bahasa. Lan See-giok mengerti, tak mungkin ia bisa
menghibur perasaannya yang duka dengan sepatah dua
patah kata saja, akhirnya sambil membulatkan tekad ia
berkata:
"Adik Soat, adik Gou, jagalah diri kalian baik-baik, aku
akan berangkat dulu!"
Si Cay-soat mengangkat kepalanya memandang pemuda
itu sedih, lalu mengangguk lirih.
"Berangkatlah engkoh Giok, semoga kau jangan terlalu
memikirkan siau-moay berdua sehingga mengganggu
pikiranmu.."
Lan See giok mengerti apa yang dimaksudkan, dia
menghela napas sedih seraya menjawab:
http://kangzusi.com/
"Perasaanku hanya Thian yang maha tahu, moga-moga
adik Soat bisa menjaga diri baik-baik dan merawat adik
Gou semestinya.”
"Jangan sampai membuat kau sendiri jatuh sakit!"
Kata-kata tersebut amat menghibur perasaan Si Cay-soat,
ia segera menyeka air matanya dan mengangguk.
Sekali lagi Lan See giok memandang wajah ke arah Si
Cay-soat serta Siau-thi gou, kemudian diiringi ucapan
selamat tinggal ia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh Lan See giok
sudah lenyap di balik pepohonan sana.
Perasaan sedih, kosong. sepi dengan cepat menyelimuti
seluruh perasaan Si Cay-soat, tak tahan lagi air matanya
sekali lagi jatuh bercucuran dengan derasnya.
"Sudahlah enci Soat" Siau-thi-gou segera menghibur.
"mari kita masuk, engkoh Giok telah pergi jauh."
Namun Si Cay soat tidak memberikan reaksi apapun, dia
masih berdiri termangu sambil memandang ke muka
dimana bayangan tubuh Lan See-giok melenyapkan diri
tadi.
Lan See giok mengerahkan segenap tenaganya untuk
berlari kencang. begitu pesatnya dia berkelebat membuat
pemuda itu tercengang sendiri atas kemajuan yang telah
dicapainya selama ini.
Sawah dan gunung sudah dilalui, dengan menelusuri
jalan raya yang ramai dia bergerak terus menuju ke arah
tenggara.
Langit mulai terang, matahari mulai muncul dari ufuk
timur, namun Lan See giok masih meneruskan
perjalanannya dengan cepat.
http://kangzusi.com/
Ketika tiba di sebuah kota besar, Lan See giok mendapat
tahu kalau tempat itu terletak paling dekat dengan benteng
Pek hoo cay milik si toya besi berkaki tanggal Gui Pak
ciang ketimbang bukit Tay ang san dari beruang berlengan
tunggal.
Mengetahui hal tersebut, ia mengambil keputusan untuk
berangkat ke Benteng Pek hoo cay mencari si toya baja
berkaki tunggal, meski Gui Pak ciang tidak termasuk orang
yang paling mencurigakan, namun siapa tahu kalau dari
mulutnya akan diperoleh sedikit informasi yang
menguntungkan?
Malam itu, dia tiba di sebuah kota yang jaraknya tinggal
sepuluh li dari benteng Pek hoo cay.
Setelah menempuh perjalanan jauh, Lan See giok merasa
perutnya lapar, dia pun memasuki sebuah rumah makan
yang berada tak jauh dari situ.
Suasana dalam rumah makan ramai sekali, hampir
semua tempat dipenuhi dengan tamu yang minum arak
sambil bermain dadu.
Lan See giok memilih sebuah tempat yang dekat dengan
jendela, sesudah memesan hidangan, dia bersantap sambil
tiada hentinya menyusun rencana bagaimana menghadapi
Gui Pak ciang nanti.
Sementara masih melamun, tiba-tiba dari luar jendela
berkumandang suara derap kaki kuda yang ramai sekali.
Menyusul kemudian terdengar suara orang yang
berteriak-teriak kaget dari arah jalan raya.
Serentak semua keramaian dalam rumah makan terhenti
sama sekali, orang berhenti bermain dadu, yang semula
berkaok-kaok kini pun membungkam diri dalam seribu
bahasa, suasana menjadi hening sekali.
http://kangzusi.com/
Hal tersebut tentu saja mengherankan Lan See giok,
tanpa terasa dia membuka daun jendela sambil menengok
ke depan.
Pada saat itulah seorang pelayan telah membuka jendela
sambil mengintip ke luar, tapi paras mukanya segera
berubah hebat serunya tiba-tiba:
"Aduh celaka, ji-hujin dari benteng Pek hoo cay. Tok nio
cu (wanita beracun) telah datang!"
Berkilat sepasang mata Lan See giok mendengar ucapan
itu, dengan cepat dia bangkit berdiri dan melongok ke luar.
Sementara itu dari ujung jalan sana terlihat ada enam
ekor kuda jempolan sedang dilarikan kencang kencang,
orang yang semula berlalu lalang, kini kelihatan lari kian
kemari mencari perlindungan, suasana amat kalut dan
panik.
Dibagian paling depan nampak seekor kuda putih
ditunggangi seorang nyonya cantik bermantel hitam yang
nampaknya baru berusia dua puluh enam tujuh tahunan.
Sedangkan lima ekor lainnya ditunggangi oleh lima lelaki
kekar yang semuanya menyoren senjata, ketika Lan see
giok menengok ke luar, kebetulan sekali nyonya cantik
itupun sedang menengok ke arahnya.
Tiba-tiba saja mencorong sinar tajam dari balik mata
nyonya cantik bermantel hitam itu, ia berseru kaget dan
segera menarik tali les kudanya kencang-kencang.
Diiringi suara ringkikan panjang, kuda putih itu segera
mengangkat kakinya ke atas meski begitu, nampaknya
nyonya muda itu mahir sekali menunggang kuda, ia sama
sekali tidak terjatuh dari kudanya.
http://kangzusi.com/
Kelima ekor kuda lainnya serentak menahan pula kuda
masing-masing secara mendadak, hal ini membuat suasana
bertambah kalut, para pejalan kaki yang sudah menyingkir
ke samping. sama-sama menjerit kaget sambil
membubarkan diri ke empat penjuru ..
Lan See giok, sendiri meski tidak pandai menunggang
kuda, tapi setahun telah berselang, ketika ia sedang kabur
dari benteng Wi-lim-poo, pemuda itu pernah mengalami
suatu pengalaman yang cukup mengagetkan di tepi telaga
Phoa-yang -oh.
Tak heran kalau dia segera bersorak memuji setelah
menyaksikan kemahiran Tok-nio-cu dalam ilmu
menunggang kudanya.
Tapi perasaan tak puas segera muncul pula sesudah
menyaksikan para rakyat jelata pada membubarkan diri
dalam keadaan panik dan kalut karena ketakutan.
Dilihat dari cara orang-orang Pek hoa cay yang berani
melarikan kudanya kencang-kencang ditengah jalan yang
ramai, bisa diketahui bagaimanakah sepak terjang mereka
diwaktu waktu biasa.
Sekalipun demikian, ia tak ingin banyak menimbulkan
urusan daripada belum-belum sudah mengejutkan
lawannya, bila hal tersebut sampai terjadi, berarti dia telah
memberi kesempatan kepada si Toya baja berkaki tunggal
Gui Pak ciang untuk mempersiapkan diri dengan sebaik
baiknya.
Sementara ingatan tersebut masih melintas di dalam
benaknya, nyonya cantik berbaju hitam itu sudah melejit ke
tengah udara dengan suatu gerakan yang sangat enteng..
http://kangzusi.com/
Mantel hitamnya yang lebar segera berkibar pula ketika
terhembus angin, bagaikan sekuntum awan hitam, dia
melayang turun di depan pintu rumah makan.
Kelima orang lelaki lainnya yang menyaksikan kejadian
tersebut, serentak meninggalkan kuda kudanya dan
berlarian menuju ke depan rumah makan itu.
-ooo0dw0ooo-

BAB 17
LAN SEE-GIOK segera berkerut kening, dengan
perasaan tak habis mengerti ia berpaling, dilihatnya para
tamu yang semula berada dalam ruang rumah makan, kini
sedang membereskan uang dan gundu mereka dengan
wajah panik dan peluh dingin bercucuran deras.
Tak selang berapa saat kemudian, dua orang lelaki
berwajah penuh amarah telah muncul di atas loteng.
Menyusul kemudian bayangan hitam berkelebat lewat,
Tok Nio-cu si perempuan cantik berbaju hitam itu diiringi
ketiga orang lelaki lainnya telah muncul pula di ruang
loteng dengan langkah tergesa gesa..
"Blaammm !"
Serentak para tamu bangkit berdiri seraya
membungkukkan badan memberi hormat. semuanya
menahan napas sambil mengawasi Tok Nio-cu yang cantik
dengan senyuman dikulum itu dengan perasaan panik
bercampur tegang.
kebetulan sekali pada waktu itu hanya Lan See giok
seorang yang duduk di kursinya, sebab dia sedang
mengawasi Tok Nio-cu yang menampakkan diri sehingga
tidak terlalu memperhatikan gerak gerik para tamu lainnya.
http://kangzusi.com/
Sejak muncul dalam dunia persilatan hingga kini sudah
ada beberapa orang gadis cantik yang pernah dijumpainya.
..Orang pertama yang masuk ke dalam lembaran
hidupnya adalah enci Cian yang lembut, kemudian adik
seperguruannya Si Cay-soat yang lincah dan ketiga adalah
Oh Li cu yang genit.
Dan kini, Tok Nio-cu yang usianya sudah mencapai dua
puluh enam-tujuh tahunan ini ternyata dirasakan berwajah
mirip sekali dengan Oh Li cu, seolah-olah mereka berdua
adalah saudara sekandung saja.
Rambutnya yang lembut, wajahnya berbentuk bulat telur
dengan biji mata yang bening, hidung mancung dan bibir
kecil mungil. dia memang seorang perempuan cantik yang
sangat menawan hati.
Sementara dia masih melamun. mendadak seorang lelaki
kekar berjalan mendekatinya. kemudian dengan mata
melotot besar hardiknya keras-keras:
"Bocah keparat, kau benar-benar tak tahu adat, setelah
bertemu dengan hujin, mengapa tidak bangkit berdiri untuk
memberi hormat?"
Di tengah bentakan keras, tubuhnya menerjang ke muka
dan telapak tangan kanannya siap dibacokkan ke atas tubuh
Lan See giok.
Sesungguhnya Lan See giok tidak berniat mencari
urusan. tapi setelah menyaksikan sikap kasar lawan yang
jelas hendak mencari gara-gara itu, keningnya langsung
berkerut, api amarah pun berkobar.
"Koan-ki, kembali!" mendadak Tok- Nio-cu membentak
keras.
http://kangzusi.com/
Sayang bentakan itu sudah terlambat, te-lapak tangan
kanan Koan-ki sudah diayunkan ke muka membacok tubuh
Lan See giok yang masih duduk dengan tenang itu.
Lan See giok tertawa dingin, sambil menarik muka dia
membalikkan pergelangan tangannya sambil mengayun ke
atas, jurus tiang sakti penahan langit segera dipergunakan.
Tidak terlihat secara jelas gerakan apakah yang
dipergunakan olehnya, tahu-tahu saja pergelangan tangan
lelaki itu sudah kena dicengkeram olehnya, menyusul
kemudian sekali bentakan saja. dia telah melemparkan
tubuh lelaki itu ke belakang.
"Blaammm!"
Diiringi suara benturan yang sangat keras. debu dan pasir
beterbangan kemana mana, diiringi jerit kesakitan lelaki itu
terlempar ke luar dari jendela -
Melihat hasil dari gerakannya itu, Lan See giok merasa
amat terkejut. Dia jadi teringat kalau di belakang jendela
merupakan jalan raya, namun sayang keadaan sudah
terlambat baginya untuk menarik kembali serangan
tersebut.
Jeritan kaget dan teriakan panik dengan cepat
berkumandang dari luar jendela.
Lan See-giok mencoba untuk melongok ke bawah, di
jumpainya orang-orang yang semula berkerumun melihat
keramaian di bawah loteng situ kini sedang saling berdesak-
desakan saja, suasana kalut sekali.
"Duuk!"
Tak ampun tubuh koan-ki yang kekar mencium di atas
tanah keras-keras, begitu kerasnya bantingan tersebut,
http://kangzusi.com/
membuat untuk sementara hanya bisa mengaduh-aduh
lemah.
Bersamaan waktunya ketika Lan See-giok melongok ke
bawah, dari belakang tubuh nya telah bergema lagi dua kali
bentakan keras yang memekikkan telinga.
"Dengan kehadiran nyonya di sini, kau si keparat berani
turun tangan dengan semaunya sendiri?"
Angin pukulan yang sangat kencang mendadak
meluncur kearah belakang kepalanya.
Ucapan yang tersebut tadi kembali membangkitkan
amarah dalam dada Lan See-giok
Dengan cepat dia memutar badannya sembari
membentak nyaring.
"Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kalian!"
Kedua belah tangannya dipergunakan bersama dengan
suatu gerakan cepat ia mencengkeram lengan kedua orang
lelaki tersebut kemudian mengayunkan ke belakang.
Diiringi jeritan kesakitan. kedua orang -lelaki itu kembali
terlempar ke luar dari luar jendela.
Meski pun suasana di atas jalan raya amat ramai dengan
jeritan kaget, namun di ruang loteng dengan berpuluh orang
tamunya justru dicekam dalam keheningan yang luar biasa,
semua orang hanya bisa membelalakkan matanya dengan
perasaan terkejut.
Semula Tok Nio-cu sebetulnya hanya tertarik oleh
ketampanan wajah Lan See giok dia merasa pemuda
tampan dengan pakaian tipis yang dikenakan di musim
dingin ini sudah pasti mempunyai asal usul yang luar biasa.
Apa mau dikata Koan-ki, lelaki kekar tadi kelewat
sombong dan tak mau memandang sebelah mata kepada
http://kangzusi.com/
orang lalu, bukan saja serangannya mengalami kegagalan,
bahkan nyaris terbanting mampus di bawah loteng.
Akibat dari peristiwa tersebut, Tok Nio-cu ikut
kehilangan muka sehingga mustahil lagi baginya untuk
berdiam diri belaka.
Apalagi sekarang, bertambah dua orang anak buahnya
lagi terlempar ke bawah loteng, posisinya boleh dibilang
semakin terdesak.
Selama berkelana di dalam dunia persilatan, belum
pernah Tok Nio-cu diperlakukan orang semacam ini, tak
heran kalau paras mukanya segera berubah menjadi hijau
membesi dan tubuhnya gemetar keras.
Sambil tertawa dingin, katanya kemudian dengan suara
berat dan dalam:
"Masih muda sudah tak tahu diri, berani amat melukai
anak buahku? Hmm, kau pasti seorang anak ayam yang
baru muncul dalam dunia persilatan sehingga tak tahu
tinggi nya langit dan tebalnya bumi!"
Kemudian setelah mengamati wajah Lan See giok sekali
lagi, dia berkata lebih lanjut, hanya kali ini suaranya jauh
lebih lembut. "Jika kulihat dari gerak seranganmu yang
hebat, semestinya kau berasal dari perguruan kenamaan,
ayo cepat kau sebut kan nama gurumu dan asal
perguruanmu, bila ada hubungannya dengan kami,
memandang di atas hubungan kita dimasa lalu aku bersedia
melepaskan dirimu dan menyudahi persoalan sampai disini
saja. kalau tidak. hmmm . . ."
"Kalau tidak mau apa kau?" jengek Lan See giok dengan
nada yang amat sinis.
http://kangzusi.com/
Sebetulnya Tok Nio-cu berniat mengalah dengan
harapan Lan See giok bisa mencari alasan untuk menyudahi
persoalan tersebut.
Siapa tahu, anak muda itu justru lebih berani lagi,
bahkan mengejek pula. bisa di bayangkan betapa
amarahnya perempuan itu.
Sepasang matanya segera melotot besar, keningnya
berkerut kencang, dengan suara keras bentaknya:
"Bagus. kalau toh kau tekebur terus dan tak tahu diri,
akan kusuruh kau rasakan sampai di manakah kelihaian
dari aku Tok nio-cu!"
"Haah..haah..haah." Lan See-giok tertawa tergelak, "biar
aku masih muda, belum pernah kujumpai manusia tekebur
yang begitu jumawa macam kau.."
"Anak muda yang tak tahu diri, tampak nya sebelum
kuberi sedikit pelajaran, kau tak akan mengetahui kelihaian
orang teriak Tok Nio-cu bertambah gusar.
Tiba-tiba dia mengayunkan telapak tangan nya ke
muka.."
Segulung bola api kecil yang memancar kan cahaya
hijau, diiringi suara mendesis yang keras dan memancarkan
asap merah kehitam hitaman, langsung menerjang ke arah
Lan See-giok.
Anak muda itu sangat terkejut, ia cukup tahu akan
kelihaian dari peluru api beracun tersebut, namun diapun
dapat melihat dengan jelas bahwa peluru api beracun itu
bukan ditujukan ke arahnya, itulah sebabnya ia tetap tidak
berkutik.
Tok Nio-cu sendiri yang menjadi pucat melihat sikap
lawannya. tiba-tiba ia menjerit.
http://kangzusi.com/
"Eeeh, Cepat menyingkir ke samping!"
Belum habis dia berseru, Peluru beracun itu sudah
melesat lewat duri samping Lan See giok dan langsung
menerjang ke atas daun jendela.
"Blaammm!"
Asap belerang dan gulungan api segera muncrat ke
mana-mana dan memercik ke atas tubuh Lan See-giok.
Anak muda tersebut sangat terkejut, cepat-cepat dia
melompat mundur ke belakang, bersamaan itu pula dia
mengangkat ujung bajunya untuk melindungi muka.
Sekalipun begitu, beberapa puluh percikan bunga api toh
sempat memercik ke atas jubah birunya.
Suatu kejadian aneh tiba-tiba saja berlangsung di depan
mata, percikan bunga api yang jatuh di baju birunya itu
tahu-tahu saja rontok semua ke atas tanah, sedang
pakaiannya tidak mengalami cedera barang sedikitpun juga.
Dalam hati kecilnya See-giok tahu apa yang telah terjadi,
sementara dia bermaksud untuk turun tangan memberi
hukuman pada Tok Nio-cu, tiba-tiba suasana dalam ruang
loteng itu menjadi kalut, jeritan kaget bergema dari mana-
mana.
Cepat-cepat pemuda itu mendongakkan kepalanya, apa
yang terlihat membuatnya amat terkejut, ternyata jilatan api
telah membakar daun jendela yang dengan segera menjalar
ke mana-mana, kebakaran besar mengancam gedung
tersebut.
Tanpa berpikir panjang lagi, pemuda itu menghimpun
tenaga Hud -kong-sin-kangnya lalu diiringi bentakan keras.
ujung baju kanannya dikebutkan ke arah jendela dengan
http://kangzusi.com/
ilmu ujung baju baja menggapai angkasa semacam ilmu
kebasan yang sangat hebat
"Weess!"
Asap tebal berputar di angkasa, percikan api yang
menjilat gedung seketika padam semua.
Pucat pias Tok Nio-cu melihat kejadian ini, saking
terkejutnya untuk sesaat dia sampai berdiri tertegun,
sedangkan dua orang lelaki kekar lainnya semenjak tadi
sudah berdiri bodoh.
Rupanya dalam suasana gugup tadi, Lan See-giok telah
mendemonstrasikan kelihaian ilmu silatnya, setelah
kejadian. pemuda itu merasa menyesal sekali, otomatis
niatnya untuk memberi pelajaran kepada Tok Nio-cu pun
ikut lenyap.
Sambil menatap wajah perempuan itu, katanya
kemudian dengan suara dalam.
"Mengingat kau adalah seorang wanita, hari ini aku
bersedia memberi sebuah kesempatan kepadamu untuk
menyesali ulah dan tingkah lakumu selama ini. ayo cepat
keluarkan uang untuk membayar kerugian yang diderita
rumah makan ini. kemudian cepat pulang ke Pek ho cay
dan sampaikan kepada Toya baja berkaki tunggul Gui Pak
ciang, bahwa aku ada urusan khusus datang kemari untuk
minta petunjuknya, Kalian boleh berangkat dulu. aku akan
segera menyusul
Air muka Tok Nio-cu sekali lagi berubah hebat. dia sama
sekali tidak mengira kalau pemuda tampan berilmu silat
tinggi ini memang khusus datang ke Pek ho cay untuk
mencari gara-gara.
http://kangzusi.com/
Bila ditinjau dari kemampuan yang dimiliki semula
tersebut, agaknya hasil jerih payah Gui Pak-ciang selama
banyak tahun sudah terancam kebangkrutan.
Namun sebagai seorang jagoan yang sudah
berpengalaman dalam dunia persilatan, dengan cepat
wanita tersebut berhasil mengendalikan perasaan sendiri,
jawabnya kemudian dengan suara dingin.
"Pesan dari siauhiap tentu akan siauli laksanakan dengan
baik, kalau toh siauhiap akan segera berkunjung ke benteng
kami, baiklah siauli berangkat selangkah lebih dulu. .
Buru-buru dia membalikkan badan dan melayang turun
dari ruang loteng itu.
Dua orang lelaki kekar lainnya cepat-cepat merogoh
kantung mengeluarkan empat tahil perak. setelah dibuang
ke atas meja, mereka segera mengikuti di belakang Tok Nio
cu dan berlalu dari situ.
Mendadak satu ingatan melintas di dalam benak Lan See
giok sepeninggal Tok Nio-cu sekalian.
"Aaah, bodoh amat aku ini, mengapa kubiarkan mereka
pulang ke Pek ho cay lebih dulu? Bila Gui Pak ciang
berusaha menghindarkan diri dari pertemuannya denganku,
bukankah hal tersebut akan menghambat usahaku untuk
menyelidiki pembunuh ayahku yang sesungguhnya”
Kemudian dia pun berpikir lebih jauh.
"Yaa, aku harus berangkat sekarang juga, kalau bisa tiba
di tempat tujuan sebelum Tok Nio-cu tiba di situ. dengan
demikian aku pasti dapat mengawasi gerak gerik Gui Pak
ciang-."
http://kangzusi.com/
Belum habis dia berpikir, para pelayan, pemilik rumah
makan dan para tamu lainnya sudah berbondong bondong
menghampiri nya sembari menyatakan terima kasih.
Lan See giok sama sekali tidak berniat untuk melayani
orang-orang tersebut, segera tanyanya.
"Boleh aku tahu berapa jauh letak Pek hoo cay dari sini?
Dan aku harus lewat mana?"
Mendapat pertanyaan itu, semua orang segera berebut
menjawab.
"Pek-hoo-cay terletak diarah barat, kurang lebih sembilan
li dari sini, dimuka benteng terdapat sebuah hutan siong
yang sangat luas, sedang di sisi kiri, kanan dan belakangnya
di batasi oleh tanggul sungai. bagaimana keadaan di
dalamnya jarang sekali diketahui oleh orang luar!"
Dalam keadaan demikian, Lan See giok ingin sekali
secepatnya berangkat ke situ, cepat dia mengeluarkan
sekeping uang perak diletakkan di meja, kemudian dengan
langkah cepat berjalan menuju ke belakang jendela.
Dalam sekali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Setelah meninggalkan rumah makan Lan See-giok
menentukan arahnya kemudian sambil mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya bergerak menuju ke barat.
Setelah ke luar dari kota, sawah dan ladang terbentang
luas, di tepi jalan masih tersisa pula tumpukan salju yang
belum melumer.
Sepanjang jalan Lan See-giok beberapa kali berpaling,
namun ia tak nampak Tok Nio-cu berenam menyusul
dirinya, bisa jadi mereka sedang mencari kuda-kuda mereka
http://kangzusi.com/
yang lari ketakutan serta merawat setiap anak buahnya yang
terluka.
Setelah menempuh perjalanan beberapa li, ia mulai
menangkap beberapa titik cahaya lentera di kejauhan sana,
bahkan lama lamat terdengar juga suara pohon siong yang
di hembus angin serta suara air yang mengalir di selokan.
Lan See giok tahu cahaya lampu yang muncul di depan
sana sudah pasti benteng Pek-hoo cay. maka tanpa terasa
dia percepat larinya menuju ke depan.
Jarak sejauh tujuh-delapan li ditempuh dalam waktu
yang amat singkat, kini Lan See-giok sudah berada dalam
hutan pohon siong yang cukup lebat.
Suasana dalam hutan itu cukup hening lagi gelap gulita,
yang terdengar hanya suara ranting yang terhembus angin
serta suara air yang mengalir, kesemuanya itu
mendatangkan perasaan tak tenang bagi siapa pun yang
mendengarnya.
Lan See-giok tak berani bertindak gegabah. dengan
pandangan mata yang cermat dan pendengaran yang tajam
diperiksa dulu sekeliling tempat itu, setelah tidak
menjumpai sesuatu yang mencurigakan. Dia baru
meneruskan perjalanannya memasuki hutan tersebut.
Hutan pohon siong itu mencapai ratusan kaki, di ujung
hutan adalah sebuah gundukan tanah serta sebuah jalan
beralas batu yang menanjak ke atas, pada ujung jalan itulah
terletak pintu gerbang benteng yang tingginya mencapai
puluhan kaki:
Batas pagar benteng terbentuk dari batang pohon yang
besar lagi tinggi, sedemikian tingginya sehingga seseorang
dengan ilmu meringankan tubuh yang sempurna pun
jangan harap dapat melampauinya.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tidak ingin kehadiran di situ diketahui
musuh kelewat dini, dengan berhati hati sekali dia
meninggalkan jalan raya yang lebar dan menyusup ke sisi
kanan dinding benteng:
Disaat tubuhnya sedang menerjang ke muka dengan
kecepatan bagaikan kilat itu lah-
"Sreeet!" Mendadak sebatang anak panah dibidikkan ke
arahnya disertai tenaga sambaran yang sangat kuat.
Lan See giok sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau
jejaknya telah diketahui musuh dengan begitu cepat, serta
merta dia percepat gerakan tubuhnya untuk lewat ke muka.
Anak panah tersebut dengan cepat menyambar lewat
dari atas kepalanya dan rontok beberapa kaki di
belakangnya.
Menyusul kemudian beberapa kali desiran angin tajam
berhamburan dari arah benteng menuju ke arahnya,
Dalam keadaan begini, Lan See giok tak berani bertindak
secara gegabah, bagaikan segulung asap ringan dia
meluncur ke muka, sebelum anak panah tersebut mencapai
sasaran, dia telah meluncur ke muka dan tanpa
menghentikan gerakannya ia langsung melejit ke tengah
udara-
Baru saja badannya hampir mencapai dinding benteng,
seorang pemanah yang berdiri tak jauh dari situ telah
membentak keras, kemudian dengan busurnya orang itu
menyerang secara ganas dan bengis ..
Tujuan dari kedatangan Lan See-giok kali ini adalah
menemukan si toya besi berkaki tunggal secepatnya, tentu
saja ia tak berminat sama sekali untuk -melayani orang-
orang tersebut.
http://kangzusi.com/
Tidak membuang banyak waktu, tubuhnya kembali-
melejit ke muka dan meluncur sejauh beberapa kaki ke
depan..
Dengan gerakannya itu. sapuan dari lelaki berbusur itu
menjadi mengenai sasaran kosong, mungkin karena
menggunakan tenaga kelewat keras, hampir saja ia
terjerumus ke bawah benteng.
Rekan rekannya yang menjumpai hal itu serentak
membentak marah dan bersama sama datang memberi
bantuan, sayang sekali kedatangan mereka terlambat,
tatkala orang-orang itu sampai di tempat kejadian,
bayangan musuh telah hilang lenyap tak berbekas.
Tak heran kalau suasana di sekeliling tempat itu segera
berubah menjadi amat kacau.
Sementara itu, Lan See-giok yang berada ditengah udara
sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya, dengan
gerakan naga bermain ditengah angkasa, ia meluncur lebih
ke atas wuwungan rumah. beberapa kaki dari posisi semula.
kemudian ujung kakinya kembali menjejak tanah dengan
cepat ia meluncur lebih ke depan.
Sepanjang jalan yang terlihat hanya bangunan rumah
yang berlapis, semuanya teratur rapi dan bersih sekali
Puluhan kaki kemudian, pemuda itu menangkap cahaya
lentera yang amat terang muncul dari sebuah gedung di
depan situ, bangunan itu sangat besar dan paling megah,
bentuknya mirip sekali dengan sebuah balai pertemuan.
Dengan langkah tubuh yang berhati hati Lan See giok
mendekati bangunan itu. dari atas wuwungan rumah ia
dapat melihat banyak orang sedang berkumpul di dalam
ruangan tersebut.
http://kangzusi.com/
Sebagai tuan rumah yang duduk dikursi utama adalah
seorang kakek berambut putih, beralis tebal, bermata besar
dan membawa sebuah toya besi yang berat sekali, orang itu
tak lain adalah Gui Pak-ciang..
Tanpa membuang waktu lagi. anak muda itu segera
melayang turun ke tengah ruangan tersebut.
Kehadirannya yang sangat tiba-tiba dan di luar dugaan
tersebut segera membuat para hadirin tertegun, kemudian
kecuali Gui Pak ciang beserta seorang kakek berjubah hijau
dan seorang nenek berbaju abu-abu, air muka mereka hebat
sekali.
Lan See giok mengawasi semua orang yang berada
dalam ruangan dengan cepat, menurut perkiraannya,
jumlah mereka semua hampir mencapai dua tiga puluhan
orang.
Sementara itu, si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-ciang
telah berhasil menguasai perasaan sendiri, apalagi setelah
mengetahui bahwa pendatang cuma seorang pemuda baju
biru yang berwajah tampan, ia semakin tidak
memikirkannya di dalam hati.
Kakek berjubah hijau yang berdiri di sisi Gui Pak-ciang
memiliki wajah yang bengis, mata ikan dan alis mata
tumpul. dari sorot matanya yang tajam sewaktu mengawasi
Lan See-giok. bisa diduga kalau, ia seorang manusia berhati
licik. Sebaliknya si nenek berbaju hijau yang telah ubanan
rambutnya, bermuka persegi beralis tebal dan sepasang
mata yang bagaikan mata seekor ayam jago. dari kilatan
matanya yang menggidikkan serta tongkat digenggamnya,
dapat diduga orang ini merupakan seorang nenek yang
sukar dihadapi.
http://kangzusi.com/
Sementara Lan See giok baru selesai mengawasi orang-
orang yang berada di situ. Tongkat besi berkaki tunggal Gui
Pak ciang dengan wajah hijau membesi telah menegur.
"Saudara cilik, siapa namamu, datang dari mana? Ada
urusan apa kau berkunjung ke mari ditengah malam begini?
Silahkan kau utarakan saja secara terus terang."
Bertemu dengan Gui Pak-ciang, Lan See giok lantas
teringat kembali akan perlakuan orang itu terhadap dirinya
ketika masih berada dalam kuburan kuno, ditambah pula
dengan sikap sombongnya sekarang, tiba-tiba saja hawa
amarahnya berkobar.
Namun Pemuda itu segera mengendalikan hawa
amarahnya. dia ingin berusaha mencari keterangan yang
banyak dari orang ini, maka ujarnya kemudian dengan
suara tenang.
"Aku Lan See giok ingin mencari tahu suatu persoalan
yang amat penting dari caycu, bila kedatanganku sangat di
luar dugaan, harap lo-caycu jangan marah!"
Gui Pak-ciang semakin tak senang hati terutama melihat
sikap musuhnya yang angkuh dan sama sekali tidak
memberi hormat kepadanya, namun dia sendiripun tak
berani bertindak gegabah. sebab ia tahu bila pemuda ini
tidak memiliki pegangan yang kuat, tak mungkin ia berani
bertindak begini.
Setelah tertawa terbahak-bahak, katanya kemudian:
"Kalau toh ada urusan penting yang hendak
disampaikan, mari silahkan masuk ke dalam ruangan untuk
berbincang-bincang!"
Sambil berkata, dengan cepat dia mengulapkan
tangannya dan menitahkan semua orang untuk menyingkir
ke samping dan memberi jalan lewat kepadanya.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok memandang sekejap ke dalam ruangan. di
situ sudah tersedia meja perjamuan yang lengkap dengan
hidangan lezat namun perjamuan belum dimulai, bisa jadi
orang-orang, itu sedang menanti kedatangan Tok Nio-cu.
Setelah termenung sejenak, pemuda itu pun berkata
seraya menggelengkan kepala nya berulang kali:
"Tidak usah, aku hanya ingin bertanya beberapa patah
kata saja, lebih baik ku ajukan dari sini."
Dari sikap pemuda tersebut, sebagai jago-jago yang
berpengalaman dalam dunia persilatan, Gui Pak-ciang
sekalian segera merasa bahwa kedatangan pemuda berbaju
biru itu nampaknya tidak berniat baik. Berkilat sepasang
mata nenek berbaju abu-abu itu, mendadak ujarnya kepada
Gui Pak ciang:
"Pak ciang, kalau begitu suruh saja ia berbicara
secepatnya, To Siok adalah tamu agung kita dari tempat
jauh. ia sudah cukup lama menantikan kedatangan Tok
Nio-cu, masa kau ingin mempertontonkan kejelekan ini
dihadapannya lagi?"
Lan See giok segera tertawa dingin, berdasarkan
panggilan si nenek atas Gui Pak ciang, bisa jadi nenek
tersebut adalah istri tuanya, sedangkan yang disebut sebagai
To Siok mungkin sekali adalah kakek berjubah hijau itu.
Gui Pak ciang segera manggut-manggut kepada Lan See
giok ujarnya kemudian dengan tidak sabar:
"Kalau toh kau ingin mengucapkan beberapa patah kata
saja, nah katakan sekarang juga."
Lan See giok mengerutkan dahinya rapat-rapat,
kemudian dengan suara dalam tegur nya:
http://kangzusi.com/
"Aku hanya ingin tahu, sebetulnya mendiang ayahku
Lan Kong tay terbunuh di tangan siapa? Siapakah diantara
kalian lima manusia cacad yang telah melakukan perbuatan
keji itu- “
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, Gui Pak ciang
serta To Siok si kakek berjubah hijau itu sudah berubah
muka.
Gui Pak ciang nampak agak tertegun, sebaliknya, To
Siok segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
Tergerak hati Lan See-giok menyaksikan hal tersebut.
bila dugaannya tak keliru, bisa jadi antara kakek berjubah
hijau itu dengan ayahnya pernah terjalin hubungan
permusuhan yang sangat mendalam sekali.
Betul juga dugaannya, setelah berhenti tertawa seram,
kakek berjubah hijau itu segera berseru dengan penuh
kebencian.
"Aku, si pukulan pasir merah To Siok sedang kecewa
karena dendam sakit hati yang kuterima tiga belas tahun
berselang tak mungkin bisa menuntut balas kembali, hmm -
rupanya Thian memang memberi kesempatan kepadaku
untuk melampiaskannya, atas kesempatan ini aku pasti
berterima kasih kepada Lo thian ya!"
Lan See-giok tertawa dingin, ia merasa si pukulan pasir
merah To Siok pandai sekali bersandiwara, ini
menunjukkan pula bahwa orangnya licik dan sangat
berbahaya.
Sementara Lan See-giok masih termenung, si pukulan
pasir merah To Siok telah melompat ke depannya,
kemudian sambil mengawasi pemuda itu dengan sorot mata
benci, ia menegur keras.
http://kangzusi.com/
"Kau benar-benar adalah putra dari gurdi emas peluru
perak Lan Khong-tay ?"
"Sekarang aku tak punya banyak waktu untuk berbicara
denganmu, jika kau memang berniat membalas dendam
atas sakit hati yang pernah kau terima dari ayahku dulu,
silahkan saja kau menuntutnya kepadaku.."
Sekali lagi si pukulan pasir merah To Siok
mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram.
"Heeehhh. heeehhh.. heeehhh.. bocah keparat, kau tak
usah sombong dulu, lihat saja nanti apakah kau masih
mampu meninggalkan Pek hoo cay ini dalam keadaan
hidup?!
Sambil berkata, hawa murninya segera disalurkan ke
dalam telapak tangannya, warna kulit yang semula putih
seketika berubah menjadi merah membara.
Lan See-giok gusar sekali, namun sebelum ia sempat
berkata sesuatu, tiba-tiba Gui Pak-ciang telah berkata pula
dengan suara yang berat dan dalam.
"Saudara To, buat apa kau mesti terburu napsu? Untuk
membunuh ayam mengapa mesti memakai pisau
pembunuh kerbau? Biar siaute utus orang untuk membekuk
bangsat tersebut, kemudian baru diserahkan kepada saudara
To untuk menghukumnya."
Sebagai tamu yang datang dari jauh. pukulan pasir
merah To Siok merasa kurang leluasa untuk menampik
maksud baik Gui Pak ciang, setelah tertawa angkuh, pelan-
pelan dia mengundurkan diri dari situ.
Lan See-giok berkerut kening. wajahnya berubah
menjadi hijau membesi, sambil mengawasi si toya besi
berkaki tunggal segera bentaknya keras-keras.
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang, kau tidak berani mengatakan siapa yang
telah membunuh ayahku?"
Toya baja berkaki tunggal Gui Pak ciang sama sekali
tidak menggubris pertanyaan Lan See giok, kepada seorang
lelaki cebol berwajah kuning yang berdiri di belakangnya, ia
berseru keras:
"Harimau berkaki cebol, cepat kau ringkus bocah keparat
she Lan itu!"
Pemuda cebol itu mengiakan, tanpa banyak bicara dia
menerjang ke muka Lan See giok, tangan kirinya
menggapai sementara kepalan kanannya langsung menjotos
ulu hati lawan.
Lan See giok mendengus marah, dengan cekatan dia
mengegos ke samping, gagal dengan serangannya. pemuda
cebol itu mendesak maju lebih jauh, kembali dia
melancarkan pukulan.
Lan See giok mendengus, tiba-tiba dia berputar kencang
dan menyelinap ke belakang pemuda cebol itu, diiringi
bentakan, keras sebuah tendangan kilat dilancarkan
menghantam belakang pinggang musuh . . . .
"Blaammm!"
Diiringi suara benturan keras, jerit kesakitan yang
menyayat hati seperti babi mau disembelih, bergema di
seluruh ruangan tubuhnya yang cebol tahu-tahu sudah
mencelat ke luar dari ruangan dan meluncur ke dinding
bangunan seberang.
peristiwa ini berlangsung amat cepat untuk sesaat Gui
Pak-ciang, si nenek dan To Siok sampai tertegun dibuatnya,
wajah mereka berubah hebat.
"Blaammm..! "
http://kangzusi.com/
Debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa,
rupanya pemuda cebol itu sudah menumbuk di atas dinding
bangunan seberang menyebabkan sebagian dindingnya
ambrol, tentu saja pemuda cebol itu sendiri segera jatuh tak
sadarkan diri
Lan See-giok cukup mengerti keadaan situasi yang
dihadapinya sekarang, mustahil masalah yang dihadapi bisa
diselesaikan secara damai, karenanya kepada si pukulan
pasir merah To Siok, kembali dia menantang.
"Hei, kalau ingin membalas dendam, ayo cepat turun
tangan, aku sendiri memang ingin selekasnya
menyelesaikan persengketaanmu dengan mendiang ayahku
dulu"
Sebagai seorang jago kawakan yang cukup termasyhur
namanya di dalam dunia persilatan, tentu saja si pukulan
pasir merah To Siok tidak memandang sebelah matapun
terhadap Lan See giok, mendengar tantangan itu. dia segera
berteriak keras dan langsung menerjang ke muka.
"Saudara To. tunggu dulu! Biar aku saja yang
mematahkan kaki anjing bajingan cilik ini!" tiba-tiba nenek
berbaju abu-abu itu menjerit marah.
Ditengah bentakan. dia turut menerjang pula ke arah
Lan See giok. -
Tergerak hati si pukulan pasir merah To Siok mendengar
ucapan itu, mendadak timbul niat jahat dihati kecilnya.
Dengan suara dalam sahutnya kemudian:
"Enso, kau mesti berhati hati!"
Kemudian dia sendiri menyelinap ke belakang tubuh Lan
See giok. Sementara itu, si nenek berbaju abu-abu itu sudah
memutar toyanya menciptakan selapis bayangan toya yang
langsung mengurung batok kepala anak muda tersebut.
http://kangzusi.com/
Betapa gusarnya Lan See-giok melihat tingkah laku
nenek berbaju abu-abu itu, sementara ia bersiap sedia
melancarkan serangan, tiba-tiba dari atas rumah terdengar
seseorang berseru merdu.
"Lan siauhiap, harap tahan dulu!"
Dengan wajah tertegun Lan See giok berpaling, tapi pada
saat itulah desingan angin tajam menyambar dari belakang
kepalanya, bersamaan waktunya si nenek berbaju abu-abu
itu juga membentak keras, toya bajanya mendadak berubah
arah menyapu lutut musuh dengan gerakan secepat kilat.
Keadaan menjadi kritis dan berbahaya sekali..
Untung saja Lan See-giok tidak menjadi panik, sambil
membentak keras ia keluarkan gerakan naga sakti
melambung ke udara, suatu gerakan sakti dari tujuh
gerakan naga harimau, dengan gerakan secepat sambaran
petir dia melejit ke atas atap rumah,
Tiba-tiba saja terdengar suara bentrokan yang amat keras
disusul suara jerit kesakitan yang sangat memilukan hati.
Ketika Lan See-giok berpaling, ternyata sepasang kaki si
pukulan pasir merah To Siok yang sedang melancarkan
sergapan licik dari belakang itu, sudah terhajar oleh sapuan
toya baja si nenek berbaju abu-abu sehingga hancur tak
karuan.
Sedangkan Gui Pak-ciang sekalian yang menyaksikan
peristiwa tersebut menjadi panik dan buru turun semua ke
gelanggang.
Pada saat itulah dari atas atap rumah melayang turun
sesosok bayangan manusia, dia tak lain adalah Tok Nio-cu
yang baru saja menyusul pulang.
http://kangzusi.com/
Tatkala sadar bahwa serangannya mengenai sasaran
yang keliru, si nenek berbaju abu-abu itu nampak tertegun
dan berdiri mematung, kemudian sambil menjerit kaget ia
buang toya nya ke atas tanah.
Dengan wajah pucat pias dan peluh dingin jatuh
bercucuran, cepat-cepat ia berusaha membantu si pukulan
pasir merah To Sio! untuk bangkit dari genangan darah .
Mendadak..
Berkilat sinar bengis dari balik mata pukulan pasir merah
To Siok, sambil membentak keras tiba-tiba saja telapak
tangan kanannya yang berwarna merah darah itu
dibacokkan ke atas thian-leng hiat di ubun-ubun si nenek
berbaju abu-abu.
Peristiwa ini berlangsung sangat tiba-tiba dan sama sekali
di luar dugaan, d tambah lagi jarak diantara mereka begitu
dekat, Gui Pak-ciang dan Tok Nio-cu sekalian yang
berusaha menolongpun jadi terlambat selangkah.
"Plaaakkk!"
Suara retakan yang sangat keras bergema diangkasa, lalu
isi benak nampak berceceran dimana mana, tulang dan
darah berhamburan menyelimuti seluruh permukaan tanah.
Diiringi jeritan lengking yang memilukan hati, nenek
berbaju abu-abu itu tewas seketika.
Berhasil membunuh nenek tersebut, tiba-tiba saja si
pukulan pasir merah To Siok melejit ke udara dan
menumbukkan kepala nya ke atas lantai, tak ampun
kepalanya hancur seketika dan jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang serta Tok Nio-cu hanya bisa berdiri
melongo menghadapi perubahan yang berlangsung secara
tiba-tiba itu.
Ujung baju terhembus angin bergema memecahkan
keheningan, dengan suatu gerakan yang ringan Lan See
giok melayang turun ke atas tanah..
Gui Pak ciang yang melihat hat tersebut segera
membentak keras. "Bocah keparat, aku akan beradu jiwa
denganmu!"
Bagaikan seekor harimau gila, dia mendorong beberapa
orang yang berdiri di sekitarnya dan sambil mengayunkan
toya menyerbu ke hadapan Lan See giok..
Tok Nio-cu sangat terkejut melihat ke kalapan orang,
cegahnya tanpa terasa:
"Pak ciang, jangan.."
Belum habis ia berseru, tubuhnya telah menubruk ke
muka dan mencengkeram pergelangan tangan Gui Pak
ciang.
Seketika gerak maju Gui Pak ciang terhenti, dengan
pandangan tak habis mengerti ia menengok kearah gundik
kesayangannya itu, sementara sorot matanya penuh dengan
tanda tanya:
Lan See giok sendiripun turut tertegun melihat tindak
tanduk dari Tok Nio-cu itu.
"Pak ciang!" terdengar Tok Nio-cu berkata dengan
gelisah, "tenangkan dahulu pikiranmu, kau bukan
tandingan dari Lan siauhiap.
Sementara berbicara, dia masih tetap menggenggam
pergelangan tangan kanan Gui Pak ciang erat-erat.
http://kangzusi.com/
Di hari-hari biasa Gui Pak ciang memang paling
menyayangi Tok Nio-cu serta menuruti semua
perkataannya, saat tersebut tanpa terasa ia berseru tertahan
dan mengalihkan pandangannya yang kaget ke wajah Lan
See giok dua kaki dihadapannya.
Sambil melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan
Gui Pak-ciang, kembali Tok nio-cu berkata.
"Pak-ciang, kalau dihitung-hitung kau, toh masih
termasuk seorang jago kawakan dalam dunia persilatan,
masa kau tidak dapat melihat bahwa ilmu si1at Lan
siauhiap telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar
biasa, dimana panas dingin tak akan mempengaruhi
tubuhnya menyerang dengan menurut kemauan
pikirannya?"
Menggigil keras sekujur badan Gui Pak -ciang setelah
mendengar ucapan itu, tanpa terasa dia mengalihkan
pandangan matanya ke atas pakaian tipis yang dikenakan
pemuda itu, sementara toya besinya pelan-pelan di
turunkan kembali ke bawah:
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See giok,
kemudian katanya lebih jauh:
"Lan siauhiap ada urusan yang khusus hendak
ditanyakan kepadamu, mengapa kau tidak mempersilahkan
Lan siauhiap masuk ke dalam ruangan ."
Dengan cepat Gui Pak ciang berhasil me-ngendalikan
perasaan cepat dia mengangguk berulang kali kemudian
sambil menjura katanya:
"Lan siauhiap, silahkan masuk dan mengambil tempat
duduk!"
http://kangzusi.com/
"Maksud baik caycu dan hujin biar kuterima di dalam
hati saja .." tampik Lan See giok cepat, sebelum pemuda itu
menyelesaikan kata katanya, Tok nio-cu kembali menyela:
"Mana mungkin masalah besar yang penting artinya bisa
di selesaikan dengan dua tiga patah kata saja? Apalagi
pembicaraan secara tergesa-gesa, akan menyebabkan
banyak masalah yang tertinggal. bila sampai hal tersebut
menyebabkan hal yang tidak diinginkan, bukankah berabe
jadinya? Aku rasa lebih baik kita bicarakan secara seksama
dan mendalam saja!"
Lan See giok menganggap perkataan tersebut memang
ada benarnya juga, mesti tidak diketahui olehnya apakah
Tok Nio-cu mempunyai rencana lain dibalik kesemuanya
ini, namun demi sakit hati ayahnya dia tak ingin
memperdulikan hal-hal semacam itu.
"Perkataan hujin memang benar." katanya kemudian,
"cuma dengan berbuat begitu kehadiranku tentu akan
mengganggu kalian berdua."
Begitulah, dengan diiringi kata-kata merendah, Gui Pak-
ciang dan Tok Nio-cu mengiringi Lan See-giok masuk ke
dalam ruangan.
Dalam pada itu, ke tujuh-delapan orang dayang sudah
menyembunyikan diri ke balik ruangan dengan ketakutan,
sedangkan kedua puluhan lelaki kekar itu sama-sama
berkumpul di sekitar arena, ada diantara mereka yang justru
berdiri di depan jenazah pukulan pasir merah dan si nenek
berbaju abu-abu guna menghindari segala kemungkinan
yang tak diinginkan.
Setelah perjamuan diselenggarakan, dengan tak sabar
Lan See giok segera berkata:
http://kangzusi.com/
"Lo caycu, sekarang kuharap kau suka menjelaskan
kepadaku siapakah pembunuh sebenarnya yang telah
menghabisi nyawa mendiang ayahku? Dengan bantuanmu,
aku harap bisa selekasnya membalaskan dendam bagi
kematian ayahku sehingga arwah nya di alam baka pun bisa
secepatnya memperoleh ketenangan."
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut ia seperti tak bisa
menahan rasa pedih dalam hatinya lagi, air mata segera
mengembang dalam kelopak matanya.
Menghadapi pertanyaan tersebut, si toya besi berkaki
tunggal Gui Pak ciang hanya termangu-mangu untuk
beberapa saat lama nya. kemudian setelah menghela napas
sedih ia berkata:
"Walaupun aku merupakan salah satu di antara lima
orang yang menguntit ayahmu namun sesungguhnya aku
sendiripun tak tahu sebetulnya ayahmu tewas di tangan
siapa, sekalipun begitu aku berani bersumpah kepada langit
bahwa kematian ayahmu bukan disebabkan oleh
perbuatanku."
Secara diam-diam Lan See giok mengamati wajah Gui
Pak ciang dengan seksama kemudian dikombinasikan pula
dengan dugaan sendiri, maka katanya kemudian sambil
manggut-manggut:
"Yaa, aku memang tak pernah mencurigai lo caycu
sebagai pembunuh ayahku, itulah sebabnya aku sengaja
datang kemari untuk mohon petunjuk dari Lo caycu, sebab
pada malam itu lo-caycu juga pernah menggeledah seluruh
tubuhku dengan toya besimu, meski kau hanya sebagai
manusia kedua!"
Berubah hebat paras muka Gui Pak ciang setelah
mendengar ucapan tersebut tiba-tiba ia mendongakkan
kepalanya dan mengawasi wajah Lan See giok dengan
http://kangzusi.com/
perasaan terkejut, tanyanya kemudian dengan nada tak
habis mengerti:
"Jadi si bocah yang menggeletak mati di lantai adalah
adik kandungmu?"
"Tidak, mendiang ibuku hanya melahirkan aku seorang"
Perasaan tak tenang segera menyelimuti perasaan Gui
Pak ciang, katanya kemudian dengan wajah menyesal.
"Waktu itu aku benar-benar tidak tahu kalau Lan
siauhiap belum mati, dalam gelisah dan gusarku, aku sangat
berharap bisa muncul suatu keajaiban didepanku, itulah
sebabnya aku sampai melakukan perbuatan bodoh yang
sangat menggelikan, kuharap siauhiap sudi melupakan
kesalahanku dimasa lampau."
Melihat rasa menyesal yang meliputi wajah Gui Pak-
ciang, perasaan tak puas yang sudah lama tersimpan dalam
benak Lan See-giok pun segera hilang lenyap tak berbekas.
"Dendam sakit hati terbunuhnya ayahku jauh lebih berat
ketimbang sedikit siksaan dan penderitaan dibadan"
katanya kemudian "bila lo-caycu bersedia menerangkan
kepadaku siapa pembunuh sebetulnya, bukan cuma arwah
ayah dialam baka akan bergembira akupun tak akan pernah
melupakan budi kebaikan lo caycu "
Gui Pak ciang berkerut kening, ia seperti teringat akan
sesuatu, kemudian tanyanya dengan perasaan tak mengerti.
"Bukankah waktu itu siauhiap hadir di arena? Masa kau
tidak tahu siapa pembunuh sebenarnya?"
"Waktu itu, kebetulan sekali aku baru pulang dari
berpergian, begitu ku jumpai mendiang ayahku tewas,
saking sedihnya aku lantas jatuh pingsan, itulah sebab nya
tidak kuketahui siapakah pembunuh sebenarnya. Itu pula
http://kangzusi.com/
sebagai alasanku mengapa datang kemari hari ini, kuharap
lo-caycu bersedia memberi penjelasan, bila dendam ini bisa
kubalas budi kebaikanmu tak akan pernah kulupakan ."
Di atas wajah Gui Pak-ciang segera menunjukkan
perasaan serba salah, dia menjadi ragu dan tampaknya
seperti ada sesuatu masalah yang tak bisa dijelaskan
olehnya.
Tok Nio-cu yang melihat kesulitan suaminya segera
menimbrung dengan cepat.
"Pak-ciang, kalau toh kau berada di luar garis dalam
persoalan itu, sudah-sepantasnya bila kau memberi tahukan
hal yang sebenarnya kepada Lan Siauhiap, daripada orang
lain menaruh curiga terus kepadamu."!
Lan See-giok segera mendapatkan kesan bahwa Tok Nio-
cu meski berwajah genit dan berjulukan tak sedap,
sesungguhnya ia berhati baik dan pandai memahami
perasaan orang, tanpa terasa dia melirik sekejap ke arahnya
dengan pandangan berterima kasih.
Gui Pak-ciang termenung beberapa saat lamanya,
kemudian katanya pelan:
"Untuk tetap memegang janji, terus terang saja
kukatakan bahwa banyak persoalan yang tak mungkin bisa
ku jelaskan secara leluasa, tapi bila Lan siauhiap ingin
mengajukan suatu pertanyaan, silahkan saja di sampaikan,
asal aku tahu pasti akan kujawab seluruhnya. entah
bagaimana pendapat Siauhiap?"
"Lan See giok cukup mengetahui watak umat persilatan
yang sangat memegang janji, bagi mereka kepala boleh
dipenggal, darah boleh mengalir, namun janji tetap janji
dan sekali berjanji tak pernah akan diingkari kembali.
http://kangzusi.com/
Karenanya pemuda itu lantas mengangguk sambil
ujarnya:
Baiklah kalau begitu aku ingin lo-caycu menjelaskan apa
sebabnya kalian, berlima yang masing-masing menjagoi
wilayah yang berbeda, ternyata pada malam yang sama
telah muncul semua di tepi telaga Phoa-yangoh, apakah
sebelum kejadian kalian telah berhasil mendapat tahu
alamat ayahku?!
Gui Pak ciang meneguk habis secawan arak, kemudian
ia baru menjawab lirih:
"Kami berlima dari tiga telaga telah bertekad untuk
mencari barang yang hilang tersebut sampai ketemu. untuk
itu kami telah mencari jejak ayahmu dan Hu-yong siancu di
mana-mana, selain itu kamipun berjanji setiap tahun
bertemu dua kali untuk melaporkan hasil penyelidikan
masing- masing sepuluh tahun kami tak pernah beristirahat
namun kamipun tak pernah berhasil menemukan sesuatu
jejakpun."
Kembali dia meneguk habis secawan arak untuk
melampiaskan gejolak emosi di dalam hatinya, lalu setelah
memandang ke tempat kejauhan sana, ia berkata lebih jauh.
"Menjelang tahun ke sembilan, ada orang yang secara
diam-diam telah melihat Hu-yong siancu muncul ditengah
sebuah hutan lebih kurang dua puluh li di sebelah barat
telaga phoa-yangoh."
Tiba-tiba ia menatap wajah Tok Nio-cu dan Lan See-
giok sekalian, lalu serunya dengan nada serius:
"Kelihaian ilmu silat Hu-yong siancu dan kecekatannya
dalam menghadapi setiap persoalan, pada hakekatnya sama
termasyhurnya dengan kecantikan wajahnya, jangan lagi
orang yang melihatnya cuma seorang mata-mata biasa, biar
http://kangzusi.com/
si makhluk bertanduk tunggal yang kesohor karena
kecerdasannyapun belum tentu bisa menguntit di belakang
Hu-yong siancu serta menyelidiki tempat tinggalnya.
Tok Nio-cu menjadi sangat cemburu setelah mendengar
suaminya memuji muji kecantikan wajah Hu-yong siancu,
segera dia bertanya:
"Kalau toh Hu-yong siancu amat cantik hingga
termasyhur dikolong langit, mengapa aku tak pernah
mengetahuinya selama ini?
Gui Pak ciang segera tertawa terbahak bahak.
"HAAAAAAHHHHH.. haaahhh.. haaahhh.. Cui-peng
bukan, aku sengaja hendak mengucapkan kata-kata yang
tidak menyenangkan hatimu, sesungguhnya disaat
kecantikan Hu-yong siancu termasyhur dalam dunia
persilatan, waktu itu kau masih seorang budak ingusan yang
tak tahu urusan!"
Diam-diam Lan See giok terkejut, menurut
pandangannya bibi wan paling banter baru berusia dua
puluh enam tujuh tahunan dan tak bakal melewati tiga
puluh tahun, tapi kalau mendengar dari perkataan Gui Pak
ciang, bukankah bibi wan nya sudah mendekati usia empat
puluh tahun?
Sementara dia masih termenung, Tok Nio-cu dengan
wajah merah jengah telah bertanya lagi.
"Kalau menurut keteranganmu, bukankah saat ini semua
rambut Hu-yong siancu telah berubah menjadi putih?"
"Bagi mereka yang memiliki tenaga dalam sempurna,
kebanyakan mereka masih dapat mempertahankan
kecantikan wajahnya tetap awet muda, berbicara ketika Hu-
yong siancu termasyhur dan sedang hangat hangatnya
bermain asmara dengan Lan Khong tay.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras, tiba-tiba
saja matanya memancarkan sinar berkilat..
Dengan cepat Gui Pak ciang menyadari akan kekhilafan
sendiri sambil tertawa tergelak dan wajah memerah katanya
kemudian. "Pokoknya usia. Hu-yong siancu saat ini paling
tidak sudah mencapai tiga puluh tujuh delapan tahun,
haaahhh . . haaahhh. tapi mungkin juga sudah tiga puluh
sembilan, empat puluh tahunan .."
Sementara itu, Tok Nio-cu yang melihat sinar mata Lan
See giok yang begitu tajam seperti sembilu, ia jadi
terbungkam dalam seribu bahasa karena terkejut.
Berbicara yang sebenarnya, Lan See giok sendiripun
ingin sekali mengetahui sampai dimanakah hubungan dari
ayahnya dengan Hu-yong siancu dimasa lampau.
Namun sekarang, dia tak ingin membongkar masalah
tersebut lebih jauh, karena kuatir duduknya persoalan akan
kabur dari maksud tujuan kedatangannya juga gagal total.
Melihat semua orang terbungkam untuk sesaat, dia pun
segera berkata lagi:
"Apakah orang yang pertama kali menjumpai jejak Hu-
yong siancu tersebut berhasil menguntit sampai di tempat
kediaman Han lihiap?"
Sampai sekarang Gui Pak ciang masih belum
mengetahui apakah hubungan dari Lan See giok dengan
Hu-yong siancu, mendengar pertanyaan itu, diapun segera
menjawab dengan wajah bersungguh sungguh.
"Apa kau anggap gampang untuk mengejar perempuan
itu? Tampaknya Hu-yong siancu sendiripun sudah merasa
kalau jejaknya sedang di ikuti orang, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuhnya dia lantas menerobos masuk
ke dalam hutan dan lenyap dalam waktu singkat.
http://kangzusi.com/
"Setelah kejadian, kami semua memperoleh laporan
tersebut, maka hasil perundingan memutuskan akan
mengadakan pencarian secara besar besaran di wilayah
hutan dan bukit kecil di seputar barat telaga Phoa yang Oh.
Minggu pertama gagal, minggu berikutnya kembali gagal-..
"Lalu dengan cara apa Lo caycu sekalian berhasil
menemukan kuburan tempat tinggal ayahku?" tanya
pemuda itu tak habis mengerti,.
Gui Pak ciang menghela napas panjang, kemudian
berkata:
"Kalau dibicarakan yang sebenarnya, hal ini merupakan
suatu kejadian yang sangat kebetulan sekali, waktu itu
kentongan pertama baru menjelang, udara gelap dan awan
sangat tebal, sewaktu aku melewati daerah yang berhutan
lebat itu, tanpa sengaja telah melihat ada sesosok bayangan
manusia yang bergerak cepat ke depan, bayangan itu sering
kali berhenti sebentar sambil celingukan kesana kemari,
keadaannya amat mencurigakan, ini membuat hatiku
bertambah curiga, hanya saja berhubung jaraknya amat
jauh hingga tidak kuketahui siapakah dia.
"Waktu itu tergerak hatiku dan segera melakukan
pengejaran, alhasil kulihat orang itu memasuki sebuah
hutan yang lebat, menanti aku menyusul ke situ, bayangan
tadi tahu-tahu sudah hilang lenyap, ketika aku mengejar
lebih ke utara, sampailah dimuka kuburan Leng ong-bong.,"
Melihat Gui Pak -ciang telah berbicara sampai ke
masalah yang amat diperhatikan olehnya, ia pun memasang
telinga sambil mendengarkan dengan seksama.
Sebaliknya Tok Nio-cu seperti tidak tertarik sama sekali
atas persoalan tersebut namun ia toh berlagak seakan-akan
ikut mendengarkan dengan seksama meski matanya yang
http://kangzusi.com/
jeli tiada hentinya mengawasi wajah Lan See-giok dengan
lembut.
Terdengar Gui Pak-ciang bercerita lebih jauh:
"Aku tidak percaya, kalau di tanah pekuburan yang
sudah terbengkalai itu terdapat rumah tinggal manusia
hidup, karena itu kulanjutkan pengejaran ke utara, puluhan
li kemudian kusaksikan di arah barat laut muncul kembali
sesosok bayangan manusia yang bergerak cepat, bila dilihat
dari arah tujuannya, orang itu seperti lagi bergerak menuju
ke kuburan-Leng ong bong. Ini semua membuat aku sadar
bahwa sesuatu kejadian pasti berlangsung di sana, akupun
berhenti sambil mengamati orang tadi lebih seksama,
akhirnya baru kuketahui kalau orang itu bukan orang yang
pertama kali tadi, namun aku toh mengejarnya juga."
Ia berhenti sejenak, wajahnya selain nampak murung
juga mendongkol, mungkin ia kesal karena tak berhasil
mendapatkan kotak kecil itu atau mungkin juga merasa
menyesal karena datang terlambat.
Setelah menarik napas panjang, ia berkata lebih jauh.
"Menanti aku menyusul ke kuburan Leng ong bong
orang itupun tak kutemukan lagi, tapi aku segera
menemukan pintu belakang sebuah kuburan besar terbuka
lebar, kuatir kalau pintu itu akan tutup dengan segera, maka
tanpa memperdulikan ancaman bahaya 1agi, aku segera
menerjang masuk!"
Berbicara sampai di situ. dia menengok kearah Lan See
giok dengan permintaan maaf, katanya penuh rasa
menyesal.
Keadaan selanjutnya telah, siauhiap alami sendiri, jadi
aku pun tak. usah bercerita lebih jauh"
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang melihat si toya besi berkaki tunggal
Gui Pak ciang meski sudah berbicara sekian lama, namun
belum juga menjelaskan siapa pembunuh ayahnya, hatinya
menjadi gelisah, tiba - tiba dia menimbrung:
"Lo caycu, bukankah si beruang berlengan tunggal Kiong
Tek ciong telah bersembunyi dalam lorong jauh sebelum
peristiwa itu terjadi, ketika jejaknya berhasil kau temukan,
apakah kau tidak bertanya kepadanya dengan kesempatan
yang bagaimanakah dia turun tangan terhadap mendiang
ayahku. . .
Ketika berbicara sampai disini, dia sudah tak dapat
menahan rasa sedih di dalam hatinya lagi, sepasang
matanya segera berkaca- kaca, dan kata-kata selanjutnya tak
mampu dilanjutkan lagi.
Gui Pak ciang segera berkata:
"Pada mulanya aku tidak mengetahui kalau dia adalah si
beruang berlengan tunggal, karena suasana dalam lorong
sangat gelap, ditambah pula ada pantulan sinar lentera di
atas meja, setelah kususul sampai di luar kuburan barulah
kuketahui bahwa orang itu adalah Kiong Tek ciong.."
Lan See-giok merasakan tubuhnya bergetar keras, dia
seperti teringat akan sesuatu, tanpa terasa tanyanya dengan
cemas:
"Lo caycu, sebenarnya kalian masuk ke dalam kuburan
lewat mana? Sudah banyak tahun aku berdiam di kuburan
itu, kuketahui kuburan tersebut hanya terdapat sebuah pintu
masuk, barang siapa hendak memasuki kuburan itu, dia
harus melalui kuburan kosong di mana mendiang ayahku
berdiam. Ya, sekarang aku baru ingat, ketika kalian saling
berkejaran ke luar dari kuburan malam itu, rasanya tidak
melalui tempat di mana aku roboh?"
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang pun merasa terkejut.
"Ya, hingga kinipun aku masih curiga, siapa gerangan
yang telah membuka pintu ke luar itu?"
Lan See giok terkejut sekali, cepat-cepat ia bertanya
kemudian:
"Jadi maksud Lo-caycu, ada orang yang telah membuka
pintu masuk baru sebelum peristiwa itu terjadi?"
"Benar" Gui Pak-ciang mengangguk berulang kali,
"setelah aku mengejar si beruang berlengan tunggal malam
itu, dapat kulihat bahwa pintu ke luar di bawah batu nisan
kuburan tersebut masih baru sekali .."
-ooo00dw00ooo-

BAB 18
SEKARANG Lan See-giok baru merasa terkejut sekali,
dia yakin orang yang membunuh ayahnya pasti sudah lama
mengetahui jejak ayahnya, sehingga segala sesuatunya dia
laksanakan dengan rencana yang sangat rapi dan matang. "
Sementara itu Tok Nio-cu ikut menimbrung pula.
"Bila Kiong Tek-ciong tahu kalau dia bisa kabur melalui
tempat tersebut, berarti mulut masuk itu dibuka olehnya!"
"Aaah, akupun berpendapat demikian" Gui Pak ciang
mengangguk tanda menyetujui pendapat tersebut.
Lan See-giok sangat setuju dengan pendapat ini, sebab
ketika si Setan iblis bermata tunggal Toan ki tin memasuki
kuburan tersebut dan kemudian ke luar lagi dari situ sambil
membawa si makhluk bertanduk tunggal si Yu-ih dia tidak
melalui pintu baru tersebut, ini menunjukkan bahwa Toan
ki-tin pun tidak mengetahui letak pintu baru tersebut .."
http://kangzusi.com/
Berpikir sampai disini, dia merasa semakin yakin kalau si
beruang berlengan tunggal lah si pembunuh ayahnya tapi ia
pun teringat kembali akan tingkah laku si setan bermata
tunggal yang sama sekali tidak menggeledah jenazah
ayahnya, malahan membongkar pembaringan dan almari
yang ada, kejadian ini kembali membuatnya bingung dan
merasa tidak habis mengerti.
Berpikir demikian, ia lantas berpaling ke arah Gui Pak
ciang dan bertanya dengan nada menyelidik.
"Menurut keterangan tersebut, pembunuh ayahku yang
sesungguhnya tentulah si beruang berlengan tunggal?"
Sebelum Gui Pak-ciang sempat menjawab, dengan nada
meyakinkan Tok Nio-cu menimbrung.
"Seharusnya hal ini sudah tak perlu diragukan lagi,
menurut pandangan pada umum nya Kiong Tek-ciong bisa
mempersiapkan pintu baru untuk memasuki lorong kuburan
ini berarti dia sudah mempunyai rencana sebelumnya, aku
rasa bayangan yang di lihat Pak-ciang malam itu pun bisa
jadi adalah Kiong Tek ciong."
Gui Pak ciang mengangguk berulang kali sambil
berguman.
"Yaa, kalau dilihat dari segala bukti yang ada,
semestinya pembunuhan itu merupakan hasil karya Kiong
tua. tapi kalau dinilai dari kemampuan ilmu silat yang
dimilikinya. mestinya dia bukan tandingnya Lan tay-hiap.,.
Sebelum Gui Pak-ciang menyelesaikan kata katanya.
Tok Nio-cu telah mendengus sembari menukas.
"Mengapa sih makin tua kau seperti semakin pikun?
Beruang berlengan tunggal bisa menyusup masuk secara
diam-diam dan bersembunyi di tempat kegelapan, berarti
http://kangzusi.com/
dia dapat pula menyerang Lan tayhiap secara tiba-tiba,
masa hal seperti ini tak mungkin ia lakukan?"
Gui Pang ciang segera terbungkam oleh perkataan itu.
Sebenarnya Lan See giok ingin menceritakan semua
pengalamannya, tapi kemudian ia merasa hal ini tak perlu,
sebab hanya akan mengalutkan keadaan saja hingga
merugikan diri sendiri.
Lagi pula tujuan kedatangannya ke Pek hoo cay juga tak
lain hanya ingin menyerap lebih banyak hal-hal yang
mencurigakan dari beruang berlengan tunggal, dari
pembicaraannya dengan Gui Pak ciang. . . .
Betul lima manusia cacad dari tiga telaga terlibat semua
dalam usaha melacaki jejak ayahnya, tapi diapun percaya
orang yang membunuh ayahnya pasti orang lain.
Sebagai seorang pemuda yang saleh, dia tak ingin
mengandalkan kepandaian silatnya untuk sembarangan
membunuh hingga akibat nya mereka yang tak bersalahpun
ikut mengorbankan selembar jiwanya.
Bila hal ini sampai dilakukan, bukan saja bibi Wan nya
tak akan senang hati, gurunya pasti marah dan bila sampai
tersiar luas dalam dunia persilatan, bukan cuma dirinya
akan dikucilkan orang, arwah ayahnya yang berada dialam
baka pun akan turut menanggung malu.
Oleh sebab itu pemuda tersebut bertekad hendak
menyelidiki dulu persoalan tersebut sampai jelas sebelum
melakukan tindakan pembalasan.
Dari penuturan Gui Pak ciang tentang di buatnya pintu
baru oleh beruang berlengan tunggal untuk melarikan diri,
kecurigaannya terhadap Kiong Tek ciong memang
bertambah besar, tapi diapun tak ingin menyingkirkan rasa
curiganya terhadap tingkah laku Setan bermata tunggal
http://kangzusi.com/
yang menggeledah pembaringan serta barang-barang
miliknya..
Tok Nio-cu yang menjumpai pemuda itu hanya
termenung saja, segera-menegur sambil tertawa genit:
"Siauhiap, bagaimana menurut pendapatmu tentang
perkataanku barusan?"
Lan See giok segera memusatkan kembali pikirannya
seraya menjawab. "Hal ini tergantung bagaimana
penjelasan si beruang berlengan tunggal setelah berhasil
disusul oleh Lo caycu."
Gui Pak ciang menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kami berdua segera bertarung begitu berjumpa,
akibatnya aku tidak menegur, dia pun tidak bertanya, jadi
berbicara yang sesungguhnya aku sama sekali tidak tahu
dengan cara bagaimana si beruang berlengan tunggal bisa
mendapat tahu alamat ayahmu dan bagaimana mungkin ia
bisa membuka lorong rahasia tersebut. Apalagi berbincang
soal jalan pemikiranku waktu itu, masalah-masalah
demikian sama sekali tidak penting bagiku"
Lan See-giok merasa perkataan dari Gui Pak ciang ada
benarnya juga, sebab waktu itu apa yang terpikir olehnya
hanya bagaimana cara merebut kotak kecil itu, sehingga
masalah-masalah demikian memang sama sekali tidak
penting baginya.
Walaupun hasil pembicaraan kali ini tidak berhasil
baginya untuk mendapat tahu siapa gerangan pembunuh
sebenarnya, tapi kalau dilihat dari keberhasilannya
mendapat tahu bahwa si beruang berlengan tunggal
mengetahui pintu rahasia tersebut, boleh di bilang
perjalanannya ke Pek ho cay kali ini tidak sia-sia belaka.
http://kangzusi.com/
Lan See giok menganggap pertanyaannya sudah cukup,
maka ia segera bangkit berdiri dan ujarnya seraya menjura:
"Aku berterima kasih sekali atas sambutan dan jamuan
yang diselenggarakan Lo-caycu bagi kehadiranku ini,
mumpung waktu belum terlampau larut malam, aku
bermaksud untuk mohon diri lebih dulu."
Tok Nio-cu segera bangkit berdiri sambil berseru cepat:
"Siauhiap, saat ini tengah malam sudah lewat, mengapa
kau harus meninggalkan tempat ini? Apa salahnya kalau
beristirahat dulu semalam, besok baru melanjutkan
perjalanan lagi.
Gui Pak ciang serta ke enam orang lainnya serentak
bangkit berdiri dan berusaha pula menahan pemuda itu.
Namun Lan See giok menampik dengan tegar.
"Sekarang aku masih mempunyai urusan penting lainnya
sehingga tak berani berdiam kelewat lama, maksud baik Lo
caycu dan nyonya biar kuterima dalam hati saja."
Seusai berkata dia lantas meninggalkan meja perjamuan.
Melihat maksud hati sang pemuda yang teguh, Tok Nio-
cu tahu kalau percuma saja ia mencoba menahannya, maka
katanya kemudian:
"Bila siauhiap masih ada urusan penting, tentu saja kami
tak berani menahannya lebih jauh, cuma dalam perjalanan
siauhiap untuk menelusuri jejak musuh besarmu kali ini ,
aku pikir pasti membutuhkan seekor kuda jempolan. bila
siauhiap tidak menampik aku bersedia menghadiahkan
kuda Pek liang kou milikku untuk siauhiap . . .
Lan See-giok sangat terharu, namun dia pun enggan
menerima hadiah orang dengan begitu saja, maka sebelum
http://kangzusi.com/
perempuan itu menyelesaikan kata-katanya, dia telah
menjura sambil tukasnya:
"Aku tak pandai menunggang kuda dan lagi sama sekali
tak berpengalaman merawat kuda. maksud baik nyonya
biar ku terima di hati saja..
Selesai berkata kembali dia melangkah ke luar dari
ruangan.
Tok Nio-cu tentu saja tak ingin memaksa kan
kehendaknya, katanya kemudian sambil tersenyum:
"Lan siauhiap, kau terlampau merendah saja.?
"Bersama si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-ciang
sekalian, mereka menghantar pemuda itu sampai di luar
ruangan?
Dalam keadaan begini, Lan See-giok hanya ingin
secepatnya meneruskan perjalanan, begitu sampai di luar
ruangan, dia lantas menjura kepada Gui Pak-ciang dan Tok
Nio-cu sambil katanya:
"Harap Kalian berdua menghantar sampai di sini saja,
kini tengah malam sudah lewat, tidak usah merepotkan
orang lain untuk membuka pintu benteng lagi, aku pikir
ingin memohon diri disini saja.?
Gui Pak ciang tertawa terbahak-bahak bersama Tok Nio-
cu katanya.
"Jalan pemikiran siauhiap memang amat sempurna, tapi
sebagai tuan rumah paling tidak kami harus menghantar mu
sampai di atas benteng .. ..
Lan See-giok tak ingin menampik lebih jauh, tanpa
banyak berbicara dia segera melejit ke atas atap rumah dan
melayang ke bangunan seberang.
http://kangzusi.com/
Berhubung Gui Pak-ciang dan Tok Nio-cu sudah
mengetahui kalau Lan See giok memiliki kepandaian silat
yang tinggi, meski kagum dan memuji dihati. mereka sama
sekali tidak tercengang, serentak kedua orang itu menyusul
dari belakang.
Dalam waktu singkat mereka telah tiba di depan pintu
gerbang benteng. .
Ketika menyaksikan kemunculan pemimpin benteng
beserta istri di situ, serentak para penjaga membungkukkan
badan nya memberi hormat, sementara sorot mata penuh
rasa terkejut dialihkan ke wajah sang pemuda, Lan See-giok
menghentikan langkahnya sambil berkata lagi.
"Harap kalian menjaga diri baik-baik, aku akan mohon
diri lebih dulu."
Dengan mengerahkan ilmu Hud kong sin kang untuk
menunjang gerakan tubuh menunggang angin terbang
melayang, pemuda itu meluncur ke bawah secepat
sambaran kilat dan langsung meluncur ke arah hutan pohon
siong yang lebat itu.
Tampaknya Lan See giok memang ada maksud untuk
mendemonstrasikan kehebatannya, dia telah
mempergunakan tehnik "melayang" untuk meluncur ke
bawah bukit, meski kelihatannya lamban, padahal cepatnya
bukan alang kepalang, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah berada dimuka hutan.
Gui Pak-ciang maupun Tok Nio-cu dan para penjaga
lainnya untuk sesaat dibikin tertegun saking kagetnya,
belum pernah mereka dengar tentang ilmu meringankan
tubuh yang begini hebatnya.
Sementara mereka masih melamun, bayangan tubuh Lan
See giok telah lenyap dibalik hutan sana.
http://kangzusi.com/
Segera Gui Pak ciang dan Tok Nio-cu berseru lantang.
"Lan siauhiap, harap kau menjaga diri baik-baik, maaf
bila kami tak bisa mengantar lebih jauh."
Dari kejauhan sana segera berkumandang suara Jawaban
dari Lan See giok:
"Silahkan kalian kembali, bila ada jodoh kita akan
berjumpa kembali lain kesempatan."
Menyaksikan kehebatan pemuda itu, tanpa terasa Gui
Pak-ciang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
berguman:
"Ya, dengan ilmu meringankan tubuh yang begini
hebatnya, menunggang kuda justru malah akan
merepotkan"
Dia lantas membalikkan badan dan kembali dulu ke
dalam ruangan..
Lan See giok ingin secepatnya menempuh perjalanan,
maka sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
yang sempurna dia melaju menuju ke bukit Tay ang san.
Dalam perjalanan, otaknya berputar tiada hentinya
memikirkan soal perbuatan si Beruang berlengan tunggal
yang membuka pintu masuk baru secara diam-diam. sudah
jelas pekerjaan tersebut tak akan selesai di kerjakan selama
satu hari.
Padahal seingatnya ayahnya adalah si orang yang sangat
cekatan, bagaimana mungkin perbuatan orang tersebut
sampai tak di ketahui olehnya..?
Darimana si beruang berlengan tunggal mendapat tahu
kalau ayahnya bersembunyi dalam kuburan..
Berdasarkan keterangan dari Gui Pak ciang,
berkumpulnya lima manusia cacad di pekuburan raja hanya
http://kangzusi.com/
merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja, memang
sebelum peristiwa mereka tak pernah mengadakan kontak
satu sama lainnya.
Tapi benarkah peristiwa itu hanya suatu kebetulan?
Jika dipikirkan dengan lebih mendalam dia dapat merasa
bahwa di antara kelima orang tersebut tampaknya sudah
mempunyai perjanjian secara diam-diam.
Teringat persoalan ini, diapun lantas berpendapat bahwa
keterangan yang diberikan Gui Pak-ciang kepadanya, belum
tentu betul semuanya, sebab bukankah dia berkata akan
tetap memegang janji?
Setelah memikirkan masalah tersebut berulang kali,
akhirnya dia merasa persoalan baru akan menjadi terang
bila ia sudah tiba Tayang-san dan mengorek keterangan dari
mulut si beruang berlengan tunggal Kiong Tek-ciang.
Tanpa terasa hari sudah terang tanah.
Dibalik kabut pagi yang lamat-lamat menyelimuti
permukaan tanah, tampak bayangan bukit menjulang jauh
di depan sana, di situlah terletak bukit Bu-tong-san.
Lan see-giok tidak berniat sama sekali untuk berpesiar,
dia hanya ingin secepatnya sampai di bukit Tayang-san dan
mengungkap misteri yang menyelimuti pikirannya selama
ini, karenanya dia memutuskan untuk menyeberangi bukit
Bu-tong-san dan langsung menuju ke kota Siang yang.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
sempurna, dia melesat ke depan memasuki bukit Bu-tong-
san melalui kaki bukit sebelah barat.
Semakin jauh dia menempuh perjalanan dirasakan
semakin sukar dan berbahaya, bukan begitu saja bahkan
http://kangzusi.com/
kabut makin lama semakin menebal sehingga untuk
beberapa saat dia kehilangan arah mata angin.
Setelah mendaki sebuah dinding tebing dan melalui
sebuah bukit curam, dihadapan nya sekarang terbentang
sebuah lembah hijau yang luasnya mencapai puluhan
hektar.
Aneka bunga yang indah tumbuh di dalam lembah
tersebut, hawa udara terasa hangat bagaikan di musim semi,
rumput bagaikan permadani hijau, tiga empat batang pohon
siong raksasa tumbuh di sana sini, betul-betul sebuah
tempat pengasingan yang amat romantis dan indah.
Lan See giok memperhatikan sekitar tempat itu beberapa
saat, tiba-tiba berkilat sepasang matanya, rasa kaget
bercampur gembira menyelimuti seluruh wajahnya ..
Di bawah ranting - ranting pohon siong yang rindang,
tampak seekor bangau kecil sedang memandang ke arahnya
dengan seksama, binatang tersebut sama sekali tidak
menunjukkan rasa takut terhadap kehadiran orang asing.
Lan See giok merasa tertarik sekali, pelan-pelan dia
berjalan menghampirinya, takut kalau burung-burung
bangau itu terbang ketakutan, ia tak berani menubruk
secara sembarangan.
Kedua ekor burung bangau itu memang kelihatan aneh,
menghadapi Lan See giok yang berjalan mendekat sambil
tersenyum itu, mereka tidak nampak takut atau berniat
untuk kabur, kepalanya malah berulang kali berpaling
mengawasi orang asing tersebut.
Lan See giok mendekati tepi kolam, dia menjumpai air
kolam amat jernih dengan aneka ikan berenang kian
kemari, anehnya burung bangau tersebut tiada menyantap
http://kangzusi.com/
ikan-ikan tersebut, mereka justru mematuki pohon siong
dengan paruh paruhnya.
Peristiwa ini membuat Lan See-giok tidak habis
mengerti, mungkinkah sepasang burung bangau itu
peliharaan orang? Kalau benar berarti si pemelihara tersebut
adalah seorang tokoh persilatan yang sedang hidup
mengasingkan diri di sini.
Sementara pemuda itu masih termenung, tiba-tiba dari
tengah udara berkumandang suara pekikan bangau yang
sangat keras.
Dengan perasaan "terkejut "Lan See-giok mendongakkan
kepalanya ..
Tampak seekor burung bangau besar sedang meluncur
datang dari arah utara dan menukik ke bawah sambil
menyambar sang pemuda yang berdiri di tepi kolam itu.
Pemuda itu lantas menduga, bisa jadi burung bangau
besar ini adalah sang induk dari sepasang burung bangau
kecil itu.
Bangau raksasa tersebut sungguh hebat, sambil menukik
ke bawah dengan paruhnya yang panjang itu menyerang
ubun-ubun Lan See giok.
Pemuda itu sama sekali tak berniat melukainya, karena
menganggap sebagai kewajiban sang induk untuk
melindungi anak anaknya, itulah sebabnya ketika sang
bangau menyerang, serta merta dia melompat mundur
sejauh dua kaki lebih untuk meloloskan diri.
Siapa sangka. baru saja Lan See giok menggerakkan
tubuhnya, sayap kanan bangau itu sudah menyerang
dengan membawa deruan angin pukulan yang amat
dahsyat, begitu dahsyatnya kebasan tadi membuat anak
muda itu tertegun.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melayang mundur
sejauh lima kaki lebih.
Bangau raksasa tersebut memang sangat hebat, disaat
Lan See giok sedang melompat ke belakang itulah,
mendadak ia rentangkan sayapnya sambil menyerang ke
depan, sepasang cakarnya secepat kilat mencengkeram jalan
darah cian keng hiat dibahu pemuda itu.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian ini, sekarang dia yakin kalau burung bangau itu
merupakan binatang peliharaan orang, sebab sudah jelas
mengerti gerakan ilmu silat.
Karenanya anak muda itu mengebaskan kembali ujung
bajunya dan melesat mundur ke belakang.
Bangau raksasa itu memang luar biasa sambil
menyingkap sayapnya, kini dia me-nyerang dengan
paruhnya.
Sebagai pemuda yang berjiwa luhur, Lan See giok tak
ingin melukai burung itu, diiringi bentakan keras dia
mengeluarkan tehnik lembek dari ilmu kebasan baju
menyapu angkasa, untuk menghantam burung itu . .
Segulung angin pukulan yang lembut tapi sangat kuat
dengan cepat menyambar burung bangau tersebut.
Agaknya burung bangau itu cukup mengetahui akan
kelihaian serangan mana, sambil berpekik keras ia lantas
melayang ke tengah udara untuk menghindarkan diri.
Kedua ekor burung bangau kecil itupun segera turut
terbang pula ke atas tebing.
Pada saat itulah ..
http://kangzusi.com/
Bentakan gusar yang amat keras mendadak
berkumandang dari balik pepohonan siong.
"Tak tahu malu, ingin mencuri bangau kecil milikku
rupanya..?"
Lan See giok amat gusar pada mulanya setelah
mendengar tuduhan itu namun setelah mengetahui
orangnya, hilang lenyap semua amarah dalam dadanya, tak
tahan dia tertawa geli:
Ternyata pendatang adalah seorang gadis cilik berumur
sebelas dua belas tahunan. dia mengenakan baju hijau dan
menyoren pedang pendek di punggung, waktu itu dia
sedang meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu mengenakan baju hijau, mempunyai sepasang
mata yang besar, kulit badan yang halus dan muka
berbentuk buah apel, selain cantik, juga nampak polos,
lincah dan amat menyenangkan.
Sementara dia masih mengamati nona cilik itu, si nona
telah berada dihadapannya sambil berteriak marah:
"Baru saja ia pergi dari sini, kau sudah datang mencuri
bangau ku. hmm! Baiklah, akupun tak ingin menyalahkan
kau, juga tak ingin memukulmu, ayo cepat pergi dari sini!"
Sembari berkata, dia mengulapkan tangannya
berulangkali memberi tanda agar pemuda itu pergi
secepatnya.
Lan See giok segera tertawa, dia merasa gadis cilik ini
memang menarik sekali, tanpa terasa semua rasa kesal
hilang lenyap dari benaknya, sambil tersenyum katanya
kemudian.
http://kangzusi.com/
"Adik. cilik, aku hanya tersesat dan kehilangan arah,
sehingga tidak kuketahui bagaimana caranya ke luar dari
sini!”
Nona cilik itu seperti tak percaya, ia mendengus.
"Hmmm, bohong! Kau sudah dewasa, masa tidak tahu
jalan?"
Dengan cepat Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Sungguh, aku betul-betul tersesat!" katanya
sambil berlagak kebingungan.
Gadis cilik itu segera menuding ke empat penjuru seraya
berseru keras,
"Di situ adalah timur, sana utara, sana selatan dan sini
barat “
Lan See giok mencoba untuk mengamati sekeliling situ,
segera terasa olehnya arah utara dan selatan sukar dilewati,
hanya tebing di sebelah timur yang nampaknya paling
mudah dilalui, kepada nona cilik berbaju hijau itu kata nya
kemudian sambil tersenyum:
"Adik cilik, selamat tinggal kalau begitu, semoga kita
berjodoh dan bisa berjumpa kembali.,!”
"Hmm, siapa sih yang sudi bertemu lagi dengan mu?"
nona cilik itu mencibir dengan sinis, "kau orang dewasa
sedang aku cuma anak kecil, aku tak senang bermain
denganmu!”
Lan See giok merasa gadis ini menarik sekali, tanyanya
kemudian sambil tersenyum:
"Kalau begitu kau senang bermain dengan siapa?.,
"Huuh, aku mah tak sudi memberitahukan kepadamu!"
http://kangzusi.com/
Timbul kegembiraan Lan See giok setelah melihat
kelincahan dan kepolosan gadis cilik itu, ditambah pula dia
memang berniat menyelidiki asal usul nona itu, maka
sambil berpura pura menebak katanya kemudian setelah
termenung sebentar.
"Apakah paman gurumu?"
Nona cilik berbaju hijau itu segera mendengus. "Hmmm,
paman guru punya jenggot aku sih tak senang bermain
dengannya!"
"Kalau begitu dengan suhumu?" desak See giok lagi. .
Kali ini nona cilik itu hanya mengerutkan hidungnya
sebagai pertanda tidak benar Lan See giok tahu kalau gadis
cilik itu senang bermain dengan burung bangau, tapi ia
justru tak mau menanyakan hal itu.
Keningnya dikerutkan kemudian dan berlagak seakan
akan tak mampu menebaknya.
Nona cilik itu menjadi mendongkol sekali melihat Lan
See-giok tak bisa menebaknya secara jitu, serunya tiba-tiba:
"Kau memang goblok, sudah begini besar masa tak bisa
menebaknya dengan tepat!"
"Oooh. tahu aku sekarang, tentunya si burung bangau
raksasa itu bukan ?" pemuda itu segera berlagak seakan
akan baru mengerti.
Siapa tahu nona cilik berbaju hijau itu justru
menganggap Lan See giok sebagai manusia yang paling
bodoh, dengan suara keras ia berteriak tiba-tiba:
"Kau memang goblok sekali, orang itu adalah Tek lim
siau suheng, mengerti?”
"Haaahhh. haaahhh..haaahhh..sumoay suka dengan
suheng, kejadian semacam ini memang lumrah, ya, yaa aku
http://kangzusi.com/
memang goblok sekali, masa hal seperti inipun, tak dapat
kuduga.."
Merah padam selembar pipi si nona karena jengah, buru-
buru dia berseru:
"Kau jahat, aku harus menghajarmu !"
Tubuhnya menubruk ke depan, sepasang tangannya yang
kecil direntangkan dan segera menyerang dada pemuda itu.
Pada dasarnya Lau See giok tidak berminat sama sekali
untuk bertarung dengan nona cilik itu. begitu usahanya
menyelidiki asal usul nona itu menemui kegagalan. dia
memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut
secepatnya.
Sekali lagi ia tertawa terbahak bahak.
"Adik cilik, selamat tinggal kalau begitu, harap kau
jangan marah-marah!"
Dengan cepat dia melompat ke muka dan bergerak
menuju ke bawah tebing sebelah timur,
Tiba-tiba paras muka nona berbaju hijau itu berubah
hebat. cepat dia bergerak mengejar sambil berteriak keras.
"Berhenti-berhenti, kau tak boleh kesana!"
Lan See giok tahu pasti ada hal yang tak beres diarah
tersebut, cepat dia menghentikan langkahnya, kemudian
bertanya dengan nada tak habis mengerti.
”Kenapa adik cilik?"
"Sucou sedang bersemedi disini, siapapun dilarang
mengusik ketenangannya!"
"Oooh ."
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan kaget Lan See giok berpaling, betul
juga, di bawah tebing di belakang deretan pepohonan ia
saksikan sebuah mulut gua secara lamat-lamat.
Tergerak hatinya untuk sekali lagi menyelidiki asal usul
nona cilik itu, tanyanya kemudian.
"Adik cilik. siapa sih sucoumu itu?"
Berhubung Lan See-giok masih saja berdiri tak bergerak
di situ, dengan cemas nona cilik berbaju hijau itu mendepak
depakkan kaki-nya berulang kali sambil berseru.
"Hei, kemarilah dulu, setelah kemari aku baru akan
memberitahukan kepadamu."
Lan See giok sudah menduga bahwa nona cilik ini binal
dan banyak akal muslihatnya tentu saja dia tak ingin
dipecundangi orang dengan begitu saja.
Maka katanya kemudian sambil tetap tak bergerak dari
posisinya semula.
"Kau enggan memberitahukan kepadaku juga tak
mengapa, aku kan bisa masuk dan menanyakan sendiri
kepada sucou mu."
Paras muka nona cilik berbaju hijau itu berubah hebat, ia
menjadi gugup sekali, serunya kemudian dengan gelisah:
"Baik, baik , aku akan memberitahukan kepadamu, kau
jangan ke situ sucou ku adalah Keng-hian sian tiang!"
Lan See-giok terkejut sekali sesudah mendengar nama
tersebut, ia tak menyangka kalau penghuni lembah hijau ini
adalah keng-hian sian tiang, tianglo angkatan yang tua dari
Bu-tong-pay.
Sadar kalau dia sudah melanggar pantangan besar umat
persilatan, pemuda itu memutuskan untuk berlalu
http://kangzusi.com/
secepatnya dari situ, dari pada menimbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan.
Pada saat dia hendak melangkah pergi, satu ingatan
kembali melintasi di dalam benaknya, dia teringat kembali
dengan surat gurunya To Seng cu yang konon dititipkan
kepada Keng hian Sian tiang dari luar lautan.
Cepat pemuda itu melayang ke hadapan si nona,
kemudian tanyanya lirih.
"Adik cilik, maksudmu sucou mu Keng hian sian tiang
sedang menutup diri"
Nona cilik berbaju hijau itu nampak lega sekali setelah
melihat Lan See giok menghampirinya, mendengar
pertanyaan itu dengan cepat dia mengangguk,
Lan See giok kembali bertanya dengan nada penuh-
perhatian. "Sudah berapa lama dia orang tua menutup diri?"
"Sudah hampir tiga tahun" jawab si nona cilik itu tanpa
ragu-ragu, Berubah hebat paras muka Lan See giok, saking
kagetnya dia sampai termangu mangu.
Suatu firasat tak enak cepat menyelimuti hatinya. Dia
seperti merasa bahwa kepergian- To Seng-cu menuju ke luar
lautan nampaknya lebih banyak bahayanya dari pada
selamat.
Nona cilik itu mengira Lan See-giok di buat ketakutan
oleh nama besar sucounya sehingga mukanya berubah jadi
pucat, peluh bercucuran dan sinar matanya mendelong,
bentaknya kemudian:
"He!, mengapa kau belum juga pergi?"
Lan See-giok berusaha mengendalikan perasaan sendiri
dengan cepat, kemudian dengan membawa suatu
pengharapan ia bertanya lagi.
http://kangzusi.com/
"Adik cilik, apakah tahun berselang Keng hian sian tiang
pernah meninggalkan daratan Tionggoan menuju ke luar
lautan?"
Nona cilik itu menjadi tak senang hati berhubung Lan
See-giok bertanya terus tiada hentinya, sedikit agak marah
dia berseru:
"Kau ini memang aneh sekali, aku kan sudah bilang
sucou telah tiga tahun menutup diri? Itu berarti dia tak
pernah meninggalkan guanya barang selangkahpun, buat
apa dia mesti bersusah payah pergi ke luar lautan?"
Habis sudah semua pengharapan Lan See giok, kini dia
sudah tidak berminat untuk bertanya lebih lanjut, sambil
mengendalikan gejolak perasaannya yang panik dan tak
tenang, kepada bocah perempuan itu kata nya kemudian:
"Selamat tinggal adik cilik, maaf kalau aku telah
mengganggu ketenanganmu!"
Tiba-tiba saja dia meluncur kearah tebing sebelah muka.
Sekali lagi paras muka bocah perempuan itu berubah
hebat, sambil membentak keras ia berusaha untuk mengejar
dari belakang. tapi, baru saja dia menggerakkan badannya,
Lan See-giok sudah mencapai tebing sebelah muka dan
melambung ke tengah udara, dalam waktu singkat ia sudah
mencapai puncak tebing dan sekali berkelebat, bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Belum pernah nona cilik berbaju hijau itu menyaksikan
ilmu meringankan tubuh seperti ini, tanpa sadar dia
hentikan gerak majunya dan membelalakkan matanya
lebar-lebar sambil menyaksikan bayangan tubuh Lan See-
giok lenyap dari pandangan mata.
Perasaan Lan See-giok saat itu amat kalut dengan
membawa perasaan-perasaan pedih bercampur gusar dia
http://kangzusi.com/
menembusi hutan mendaki bukit, semua perjalanan
ditempuh dengan ilmu Liat-hong-hui-heng yang hebat
sehingga gerakannya cepat bagaikan kilat.
Dalam keadaan begini, dia hanya ingin secepatnya
kembali ke telaga Phoa yangoh dan mencari si naga sakti
pembalik sungai untuk menanyakan apa maksudnya
dengan permainan surat palsu tersebut
Walaupun begitu, diapun tidak membenci si Naga sakti
pembalik sungai sebab ia tahu si naga sakti pembalik sungai
sampai berbuat demikian pasti diperuntungkan maksud
baik.
Kemudian diapun membayangkan kembali bagaimana si
naga sakti pembalik sungai sudah setengah tahun lamanya
tak pernah berkunjung ke bukit Hoa-san, menurut Si Cay-
soat, kejadian semacam ini belum pernah dialaminya.
Dari sini bisa dibuktikan pula bahwa si naga sakti
pembalik sungai bisa jadi sudah tidak berada di
perkampungan nelayan lagi.
Diapun masih ingat perkataan dari si naga sakti pembalik
sungai yang mengatakan di saat menerima surat tersebut
dari gurunya. bibi Wan juga kebetulan hadir di situ. bila
dipikirkan kembali, bisa jadi itupun merupakan tipuan si
naga sakti pembalik sungai.
Ke luar dari wilayah Bu tong-pay. hari sudah mendekati
malam, pemuda itu mengisi perutnya secara tergesa-gesa di
sebuah kota kecil bawah bukit, kemudian meneruskan
kembali perjalanannya menuju kota Kou-sia.
Pada hari ketiga, ketika matahari sudah tenggelam di
langit barat, sampailah pemuda itu di depan kota Siang-
yang.
http://kangzusi.com/
Suasana di dalam kota ramai sekali, apalagi malam itu
adalah malam Cap go-meh tidak heran kalau banyak orang
yang berlalu lalang ditengah jalan.
Sementara dia masih melamun tak karuan tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang suara derap kaki kuda
yang amat ramai.
Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan
nada terkejut bercampur kegirangan.
"Adik Giok-adik Giok, akhirnya aku berhasil juga
menyusulmu .."
Dengan perasaan terkejut Lan See-Giok berpaling,
ternyata Tok Nio-cu dengan mantel dan pakaian ringkasnya
berwarna hitam sedang menggapai ke arahnya dari atas
kudanya yang berwarna putih.
Pemuda itu segera berkerut kening, berbagai ingatan
melintas dalam benaknya dia tak habis mengerti mengapa
perempuan itu menyusulnya?
Belum habis dia berpikir, Tok Nio-cu telan
menghampirinya sambil tersenyum, malah tubuhnya sudah
melompat turun dari atas kuda.
Kehadiran yang secara tiba-tiba dari Tok Nio-cu dengan
cepat meningkatkan kewaspadaan dalam hati Lan See giok,
namun diluarnya dengan senyuman dikulum dia segera
menyapa:
"Nyonya, ada urusan apa kau buru-buru datang ke kota
Siang yang,.."
Tok Nio-cu tersenyum, "Mari kita masuk kota sebelum
berbincang!"
"Baik mari kita berangkat."
http://kangzusi.com/
Sambil menuntun kudanya Tok Nio-cu masuk ke kota
bersama-sama Lan See-giok, senyuman manis selalu
menghiasi ujung bibirnya, sementara rasa - penat yang di
alaminya selama beberapa hari, nampaknya sudah ikut
lenyap tak berbekas.
Sebaliknya Lan See-giok penuh diliputi perasaan curiga,
ia tak tahu apa maksud dan tujuan Tok-Nio-cu
menyusulnya sampai di situ, tapi bila ditinjau dari
kehadirannya yang cuma seorang diri, bisa jadi ia tidak
membawa maksud jahat.
Makin ke kota, orang yang berlalu lalang dijalananpun
semakin ramai, kini mereka harus jalan berdesak-desakan.
Sepanjang jalan boleh dibilang Tok Nio-cu selalu
menempel di sisi badan See giok, bau harum semerbak yang
memancar ke luar dari tubuhnya, selalu masuk hidung
pemuda itu, apalagi sepasang payudaranya yang montok
dan padat berisi, setiap kali seperti sengaja tak sengaja di
gesek-gesekan pada lengan pemuda itu.
Tok Nio-cu adalah seorang nyonya muda yang berusia
dua puluh lima-enam tahunan, badannya boleh dibilang
sudah matang dan menyiarkan api birahi yang membara,
penampilannya itu tentu saja sangat memancing perhatian
orang banyak.
Namun sayang pikiran dan perasaan Lan See-giok waktu
itu diliputi kekalutan, dia hanya tahu menempuh perjalanan
cepat, di tambah lagi dia belum mengetahui secara pasti
akan maksud kedatangan Tok Nio-cu. hal mana membuat
hatinya kesal dan murung.
Itulah sebabnya, pemuda itu sama sekali tidak
merasakan ataupun menggubris terhadap senggolan-
senggolan payudara yang montok dari perempuan tersebut.
http://kangzusi.com/
Sementara perjalanan ditempuh, tiba-tiba Tok Nio-cu
menjawil tangan pemuda itu sambil berbisik lembut:
"Adik Giok, bagaimana kalau kita menginap di rumah
penginapan yang merangkap dengan rumah makan ini?"
Lan See giok memang berharap bisa selekasnya
mengetahui sebab musabab Tok Nio cu menyusulnya
sampai ke situ, melihat bangunan rumah itu memang
megah, diapun manggut-manggut menyetujui,
Ketika mereka berdua tiba di pintu rumah penginapan,
dua orang pelayan segera menyambut kedatangan mereka,
seorang menerima kuda sedang yang lain membawa Lan
See giok berdua memasuki ruangan.
Tok Nio-cu segera minta sebuah pavilliun dengan
perabot lengkap dan pelayan.
Walaupun Lan See giok menganggap pembicaraan
mereka membutuhkan suatu tempat yang tenang, namun ia
tak setuju menyewa sebuah pavilliun secara tersendiri,
apalagi dengan kehadiran pelayan, otomatis pembicaraan
akan semakin tak leluasa.
Tapi sebelum ia kemukakan pikiran tersebut kepada Tok
Nio-cu, pelayan telah membawa mereka ke depan sebuah
pavilliun yang indah sekali, karenanya pemuda itu pun
mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih jauh . . .
Pelayan segera mengetuk pintu, empat dayang membuka
pintu dan menyambut kedatangan mereka.
"Tuan, nona, silahkan masuk !" seru mereka hampir
bersama sama. Pavilliun itu sangat indah dengan perabot
yang mewah dan dekorasi yang menawan hati. selain dua
kamar yang mewah, dilengkapi juga dengan sebuah ruang
tamu.
http://kangzusi.com/
Setelah masuk ke dalam ruangan. Lan See-giok baru
menjura sambil katanya:
"Nyonya, silahkan duduk."
Tok Nio-cu tertawa genit.
"Siauhiap adalah tamu, sudah sepantasnya kau yang
duduk di kursi utamanya, maafkan sebutan adik Giok yang
kupakai tadi, maklum karena banyak orang"
"Aaah, sebutan siauhiap atau adik, bagiku sama saja,
nyonya tak perlu memikirkannya di hati"
Tanpa sungkan dia lantas mengambil tempat duduk.
Paras muka Tok Nio-cu berseri, katanya kemudian
penuh rasa gembira.
"Kalau memang begitu, biar aku membahasa diri sebagai
enci saja. cuma aku takut sebutan ini justru akan menodai
nama adik"
Sebenarnya Lan See-giok bermaksud untuk bersungkan
sungkan saja, ia tak menyangka kalau Tok Nio-cu justru
menunggangi kesempatan tersebut.
Untuk sesaat ia dibikin mendongkol selain geli, namun
diapun tak bisa berbuat banyak.
Sementara itu dua orang dayang telah menghidangkan
makanan kecil dan air teh, kemudian muncul dua orang
dayang menghidangkan sebuah mangkuk besar yang
diberikan kepada Lan See giok dan Tok Nio-cu seraya
berkata:
"Tuan, nyonya, silahkan makan Goan siau dulu."
Dengan hormat sekali mereka letakkan mangkuk ke atas
meja sambil membuka penutupnya, nampak ronde yang
hangat di atas mangkuk tersebut.
http://kangzusi.com/
Merah jengah selembar wajah Lan See giok mendengar
sebutan yang digunakan pelayan-pelayan itu, meski sebutan
itu memang tak ada salahnya. tapi jika digabungkan dengan
Tok Nio cu, maka akan menimbulkan makna yang lain.
Biarpun demikian, tentu saja pemuda itu pun merasa
kurang leluasa untuk mencegah pelayan-pelayan tersebut
menggantikan sebutan demikian.
Lain dengan Tok Nio cu, ia segera mengerling sekejap ke
arah Lan See giok sambil tersenyum jengah.
Lan See giok sama sekali tak berniat makan ronde
sebelum mengetahui maksud kedatangan Tok Nio-cu,
kepada perempuan itu dia segera bertanya:
"Nyonya, sebetulnya ada urusan apa sih kau menyusulku
sampai disini?"
Tok Nio-cu melirik sekejap wajah Lan See giok yang
gelisah, kemudian tertawa genit:
"Sebenarnya urusan itu penting sekali, tapi sesudah
berhasil menyusulmu, urusan menjadi tak penting lagi"
Lan See giok segera berkerut kening dengan perasaan tak
mengerti, rasa tak senang hati pun segera menyelimuti
wajahnya:
Tok Nio cu tertawa cekikikan.
"Sudahlah, jangan panik dulu, mari kita habiskan
wedang ronde ini lebih dulu, tak usah kuatir, cici tentu akan
memberitahukan kepadamu..”
Menyaksikan tingkah laku Tok Nio-cu, Lan See-giok jadi
teringat kembali dengan Oh Li-cu dari Wi-lim-poo, ia
merasa perempuan ini bagaikan duplikat dari Oh Li-cu,
apalagi jika dihubungkan dengan julukannya yang tak
http://kangzusi.com/
sedap, tiba-tiba saja timbul perasaan muak dihati kecil arak
muda itu.
Tapi untuk melepaskan diri secepatnya dari perempuan
itu, terpaksa dia habiskan semangkuk wedang ronde
tersebut.
Hampir tertawa geli Tok Nio-cu melihat sikap Lan See-
giok yang seolah-olah dibuat apa boleh buat.
Kalau pemuda Itu menghabiskan wedang nya secara
tergesa gesa. maka Tok Nio-cu justru meneguk wedangnya
amat lamban, ini membuat pemuda itu semakin
mendongkol, tentu saja yang bisa dilakukan olehnya hanya
menahan diri belaka.
Jangan dilihat sikap Tok Nio cu yang genit dan jalang,
sewaktu bersantap caranya halus lagi anggun, selesai makan
wedang, dia mengeluarkan secarik sapu tangan untuk
menyeka bibirnya yang merah.
Setelah itu semua dia baru memandang sekejap kearah
Lan See giok yang sudah marah sambil tertawa dan
tanyanya hambar:
"Bukankah kau hendak pergi ke bukit Tayang-san?"
Sudah setengah harian Lan See giok menunggu, ternyata
pertanyaan pertama adalah bertanya apakah dia akan ke
bukit Tayang san, saking gemasnya dia mengangguk seraya
menjawab singkat:
"Benar!"
Sekali lagi Tok Nio cu memandang wajah sang pemuda
dengan lembut, lalu tanyanya lagi.
"Tahukah kau, bagaimana caranya menuju ke sana?"
http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu segera mengobarkan hawa amarah dalam
dada Lan See-giok. tapi ia masih berusaha untuk menahan
diri, sahut nya dingin.
"Aku bisa menelusuri jalan raya menuju ke sana. dalam
hal ini nyonya tak perlu menguatirkan."
Tok Nio cu tertawa tenang, kembali dia bertanya:
"Tay ang san dengan tiga tebing, sembilan puncak serta
dua belas benteng merupakan daerah yang rawan dan
berbahaya, pos penjagaan berada dimana mana, penjaganya
terdiri dari jagoan-jagoan tangguh, di samping anak
buahnya mencapai puluhan ribu, terdapat pula perangkap-
perangkap serta jebakan-jebakan yang berbahaya, jangan
lagi manusia, burungpun sulit terbang melewati nya.
Apakah kau sudah tahu tentang keadaan-keadaan tersebut?"
Lan See giok cukup sadar bahwa persoalan-persoalan
tersebut merupakan masalah yang besar dari penting,
apalagi dia memang tak pernah menyangka kalau Tay ang
san memiliki kekuasaan dan pengaruh sebegitu besarnya.
Namun ia masih mendongkol sekali terhadap perempuan
itu, maka katanya kemudian lantang.
"Biarpun Tay ang san terdiri dari bukit golok dan hutan
pedang, apa yang mesti ku-takuti”
Tok Nio cu tidak memberi kesempatan kepada Lan See
giok untuk menyelesaikan kata katanya, dengan cepat dia
menyela lagi.
”Oooh. jadi maksudmu asal kau labrak ke tiga tebing,
sembilan puncak lain merobohkan kedua belas pemimpin
benteng, maka si beruang berlengan tunggal dapat
ditemukan secara mudah?"
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tertegun, ditatapnya Tok Nio-cu yang
tampaknya sudah mempunyai persiapan matang itu lekat-
lekat, sementara mulutnya terbungkam dalam seribu
bahasa.
Tok Nio-cu kembali tertawa ringan. Terusnya:
"Berbicara soal kepandaian silatnya, si Beruang
berlengan tunggal memang hanya bisa dibandingkan
dengan kawasan jago lihay biasa, pada hakekatnya ia tak
akan mampu menandingi kemampuanmu.
"Tapi ia didukung dan dilindungi oleh begini banyak
pemimpin benteng serta jago-jago berilmu tinggi. apalagi
orang-orang tersebut merupakan kawanan manusia nekad
yang tak takut mati, biar kau hendak membantai
merekapun tak bakal habis dibantai, keadaannya masih
mendingan jika kau termasuk manusia kejam, tapi aku tahu
kau saleh dan penuh welas kasih, kecuali terhadap
seseorang manusia yang sangat jahat dan berdosa, kau tak
akan tega untuk membunuhnya . . . "
"Aaah. belum tentu" Lan See giok segera mendengus,
namun ia sadar apa yang diucapkan Tok Nio-cu memang
merupakan titik kelemahannya, "bila keadaan memang
memaksa, aku tidak akan memperdulikan hal-hal semacam
itu"
Kembali Tok Nio-cu tertawa.
"Misalkan si Beruang berlengan tunggal selalu berusaha
menghindarkan diri dan enggan berjumpa dengan dirimu,
bila kau datang ke tebing Bong thian nia, ia pergi ke puncak
Ti seng hong. bila kau pergi ke benteng Gi sim cay. dia
pergi ke benteng Ka cu cay . . . bagaimana tindakanmu.
Ooh. adik Giok ku! Kau toh bukan dewa, Ji long seng atau
Na cha si pangeran ketiga yang mampu merubah diri,
http://kangzusi.com/
akhirnya kau sendirilah yang bakal kehabisan tenaga dan
mati lelah di bukit Tay ang san"
Diam-diam Lan See giok gelisah sekali, setelah
mendengar keterangan tersebut. namun dia toh masih juga
tak mau mengaku kalah. kembali katanya:
"Aku toh bisa menyusup ditengah malam buta, dan
secara langsung menuju ke puncak utama, dengan suatu
sergapan mendadak, aku yakin musuh pasti akan
kelabakan. dan asalkan si Beruang berlengan tunggal sudah
kutemukan, aku yakin dia tak bakal bisa kabur lagi!"
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See-giok,
lalu manggut-manggut memuji. tapi dia toh berkata lagi.
”Bagaimana kalau sebelum, kedatanganmu sudah ada
orang lain tiba dulu di bukit Tay ang san dan melaporkan
kejadian ini kepada si Beruang berlengan tunggal? Bila ia
sudah mendapat kabar bahwa di dalam waktu singkat kau
hendak mencari balas kepadanya, apakah dia bakal
menantikan kedatanganmu?.”
Lan See-giok merasa terkejut sekali, paras mukanya
berubah hebat dan tanpa sadar ia berseru.
"Aaah, masa akan terjadi peristiwa semacam ini?"
Tok Nio co tertawa dingin.
"Kau anggap dengan susah payah aku menempuh
perjalanan ratusan li untuk menyusulmu, tujuannya cuma
ingin membohongi diri-mu saja . ?"
Dengan cepat si anak muda tersebut merasakan betapa
gawatnya masalah yang sedang dihadapi, seandainya ada
orang telah menyampaikan kabar tersebut, dengan wilayah
yang begitu luas di bukit Tay ang san, memang menjadi
kesulitan yang besar bagi nya untuk menemukan si Beruang
http://kangzusi.com/
berlengan tunggal bila yang bersangkutan berniat
menghindarkan diri.
Apalagi di seputar wilayah tersebut memang telah
dipersiapkan pelbagai macam jebakan dan alat perangkap,
selangkah saja kurang berhati hati, akibatnya dia bakal mati
konyol di tangan musuh.
Membayangkan kesemuanya itu, Lan See-giok merasa
bertambah gelisah, tiada henti nya ia berusaha untuk
bertanya kepada diri sendiri, siapa gerangan orang yang
menyampaikan berita tersebut kepada musuhnya?
Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya, ia
segera berseru tertahan:
"Apakah Lo caycu sudah berangkat ke Tay ang san?"
Sementara itu Tok Nio-cu sedang mendongkol karena
maksud baiknya tidak ditanggapi sebagaimana yang
diharapkan semula, mendengar pertanyaan itu, dia hanya
mendengus dingin:
"Hmm! Mereka adalah musuh bebuyutan, setiap kali
bertemu pasti saling gebuk-gebukan sampai muncrat darah,
mana mungkin ia berkesudian hati untuk memberi kabar
kepada Beruang berlengan tunggal?"
"Lantas siapakah orang itu?" tanya Lan See giok berkerut
kening, wajahnya gelisah bercampur tak habis mengerti.
Tok Nio-cu menjadi tak tega sendiri melihat kegelisahan
si pemuda tersebut, kata nya Kemudian lirih:
"Orang itu tak lain adalah pelindung benteng kami, si
harimau berkaki cebol! "
"Oooh, kau maksudkan manusia yang kutendang sampai
mencelat pada malam itu?" Lan See giok seperti baru
memahami.
http://kangzusi.com/
"Ya. betul, dialah orangnya!"
"Sejak kapan ia meningggalkan Pek-ho cay!"
"Setengah jam setelah kau meninggalkan benteng Pek
hoo cay!"
Diam-diam Lan See giok memperhitungkan waktunya,
mendadak berkilat sepasang matanya, cepat ia bangkit
berdiri dan berseru kepada Tok Nio-cu sambil menjura.
"Aku mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian
nyonya. budi kebaikanmu pasti akan kubalas di kemudian
hari, nah aku hendak memohon diri lebih dulu."
Namun Tok Nio-cu masih tetap duduk tak bergerak
sama sekali, ditatapnya Lan See-giok kemudian katanya
sambil tertawa dingin.
"Kau anggap bila berangkat ke Tang ang san sekarang
juga, maka kau sudah dapat mendahului si Harimau
berkaki cebol sampai di tempat tujuan?"
Tanpa ragu-ragu Lan See giok mengangguk.
Sekali lagi Nio-cu tertawa dingin.
"Heeehhh..heeehhh..heeehhh.. si harimau berkaki cebol
itu membawa bekal banyak, lagi pula dia telah bertekad
untuk sampai di tempat tujuan mendahuluimu, saban
tempat pemberhentian ia pasti menukar kuda, siang malam
ia menempuh perjalanan tiada hentinya, selang beberapa
hari berselang ia telah menyeberangi Han-sui, aku rasa hari
ini sudah tiba di Tiang-an tian dan mulai memasuki wilayah
bukit Tayang-san."
Lan See-giok benar-benar merasakan hati nya gelisah
sekali, alis matanya berkerut sepasang matanya berapi-api.
peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang mimpipun tak pernah dibayangkan olehnya.
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa ia bertanya dengan suara mendongkol:
"Menurut pendapatmu, apa yang harus kulakukan?"
Tok Nio-cu tertawa cekikikan penuh perasaan bangga,
katanya kemudian angkuh:
"Bukankah sudah kujelaskan tadi? Sebetulnya persoalan
ini penting sekali- tapi setelah berhasil menyusulmu menjadi
sama sekali tak berarti lagi."
Dengan perasaan tidak habis mengerti Lan See-giok
menengok kearah Tok Nio-cu, kemudian tanyanya pula
dengan gelisah,
"Mengapa demikian?",
Kebetulan sekali para pelayan datang menghidangkan
sayur dan arak sehingga pembicaraanpun terhenti sejenak.
Tok Nio cu memandang sekejap hidangan-hidangan
yang lezat itu. lalu tertawa gesit.
"Sekarang, minumlah arakmu dengan hati tenang,
pokoknya enci jamin akan memberikan seorang Beruang
berlengan tunggal yang utuh kepadamu untuk diperiksa dan
membalas dendam."
Lan See giok pun sadar bahwa gelisah terus tidak ada
gunanya, hal ini memang perlu diatasi dengan pemikiran
yang masak, lagi pun Tok Nio-cu berani berkata demikian,
hal ini sudah mempunyai keyakinan untuk berhasi1.
Walaupun demikian, berhubung pikirannya sedang
kalut, biarpun hidangan yang berada dihadapannya rata-
rata sangat lezat, tak sesuappun yang tega ditelan.
Tok Nio cu turun tangan sendiri memenuhi cawan Lan
See giok dengan arak, sikapnya wajar senyuman manis
dikulum, seakan akan dia sedang merayakan hari cap-go-
meh tersebut bersama sama kekasihnya.
http://kangzusi.com/
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Lan See giok,
tidak tahan kembali dia bertanya.
"Nyonya mempunyai akal bagus apa sih yang bisa
memaksa Beruang berlengan tunggal untuk munculkan diri
menjumpai aku?"
Tok Nio cu tertawa misterius.
"Selesai bersantap nanti, mari kita berdua berjalan jalan
melihat keramaian dulu di jalan raya- “
"Kalau kau ingin pergi, pergilah sendiri" tampik Lin See
giok agak marah, "aku mah tak berhasrat sama sekali untuk
merayakan hari cap go meh ini!"
Sekali lagi Tok Nio tertawa cekikikan, dengan cepat dia
memberi penjelasan.
"Setelah mendapat laporan bahwa Harimau berkaki
cebol melarikan diri pada malam itu, segera kukirim dua
puluh ekor kuda cepat untuk mengejarnya dengan pesan
entah dibunuh atau ditawan hidup-hidup, mereka harus
bertindak menurut keadaan, selain telah kujanjikan pula
agar malam ini berkumpul semua di kota Siang-yang. Maka
selesai bersantap nanti kita memakai alasan melihat
keramaian di dalam kota, padahal yang sebetulnya kita
pergi mencari mereka.”
Lan See giok tidak bisa berbicara lagi, dia mengerti
biarpun si harimau berkaki cebol berhasil disusul olehnya.
namun dengan anggota benteng yang begitu banyak di bukit
Tay ang san, rasanya memang bukan suatu pekerjaan yang
gampang untuk berjumpa dengan si beruang berlengan
tunggal.
Begitu selesai bersantap, kedua orang itu segera
meninggalkan rumah penginapan.
http://kangzusi.com/
Suasana di jalan raya sangat ramai, manusia yang berlalu
lalang sangat banyak sehingga mereka harus saling berdesak
-desakan.
Sementara Lan See giok dan Tok Nio-cu masih berdiri di
depan pintu menyaksikan manusia yang berdesakan di
tengah jalan. tiba-tiba berkilat sepasang mata pemuda itu
sekujur tubuhnya gemetar keras dan sorot matanya
ditujukan ke arah sebuah jendela dengan pandangan
tertegun:
Tok Nio-cu segera merasakan keanehan dari pemuda itu,
ia segera menyikutnya pelan.
Dengan cepat Lan See-giok menjadi sadar kembali, dia
seperti teringat akan sesuatu tanpa mengucapkan sepatah
katapun, tergopoh-gopoh membalikkan badan dan lari
masuk ke dalam ruangan.
Tertegun Tok Nio-cu melihat hal ini, serunya cepat.
"Adik Giok!"
Sambil membalikkan tubuh. dia menyusul ke dalam
ruangan.
Pada saat yang bersamaan, dari arah jendela rumah
makan seberang berkumandang pula suara teriakan keras
yang penuh mengandung nada terkejut bercampur gembira.
"Adik Giok!"
Tok Nio-cu yang sedang kabur menjadi tertegun, segera
ia berhenti seraya berpaling, namun apa yang terlihat
membuatnya tertegun.
Rupanya seorang gadis berwajah cantik dengan pakaian
ringkas warna putih dan menyoren pedang di punggungnya,
sedang menyeberangi jalan mengejar ke arahnya.
http://kangzusi.com/
Tok Nio cu merasa wajah gadis itu seperti sangat dikenal
olehnya seakan akan pernah bersua di suatu tempat,
hidungnya yang mancung. matanya yang jeli, bibirnya yang
mungil serta wajah berbentuk kwaci yang diliputi
kegelisahan.
-ooo0dw0ooo-

BAB 19
YANG lebih aneh lagi, ternyata gadis itu berwajah mirip
sekali dengan wajah sendiri.
Sementara dia masih mengawasi gadis tersebut dengan
seksama, si nona berbaju putih itu sudah sampai
dihadapannya dan langsung mengejar ke ruang dalam-
Dengan cepat Tok Nio-cu berhasil memperoleh kembali
ketenangan pikirannya, segera bentaknya penuh amarah:
"Hei, hei! Mau mencari siapa kau?"
Sambil membentak gusar, dia menerjang ke arah gadis
tersebut-
Nona berbaju putih itu sama sekali tidak menggubris, dia
masih melanjutkan pengejarannya ke ruang dalam.
Meledak amarah Tok Nio cu melihat tindakan lawan,
sambil membentak ia melejit ke tengah udara dan langsung
melayang turun di hadapan gadis tersebut.
Disaat tubuhnya sedang melayang turun itulah, si nona
berbaju putih itu sudah mengeluarkan jurus burung hong
kembali ke sarang dan langsung menyusup ke dalam
pavilliun. .
Gagal dengan hadangannya, Tok Nio-cu malu
bercampur gelisah, dengan cepat dia nyusul di belakangnya.
http://kangzusi.com/
Kali ini dia berhasil menghadang persis di hadapan gadis
berbaju putih itu, lalu dengan kening berkerut bentaknya
keras-keras:
"Hei. siapakah kau? Mengapa berniat mengejar adik
Giok?"
Sementara itu si nona berbaju putih itu merasa gelisah
bercampur mendongkol karena melihat Lan See-giok
berusaha menghindari dirinya, pucat pias wajahnya dan
titik air mata jatuh bercucuran, sekujur badannya gemetar
keras menahan emosi.
Ketika dilihatnya Tok Nio-cu menghadang di depan
mata sambil membentak-bentak, amarahnya segera
memuncak, dia membentak pula dengan suara keras.
"Siapa kau? Siapa suruh kau mencampuri urusanku?"
Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpungan
dalam dunia persilatan dan memiliki pengalaman yang
matang. Tok Nio-cu tahu kalau antara si nona dengan Lan
See-giok pasti mempunyai hubungan yang luar biasa itulah
sebabnya sambil menahan hawa amarahnya, ia tertawa
dingin:
"Dia adalah adik Giok ku, sedangkan aku adalah
encinya. mengapa aku tak boleh mencampuri urusannya?"
Nona berbaju putih itu semakin gusar:
"Dia adalah suamiku, aku adalah istrinya Oh Li cu,
mengapa pula aku tidak boleh mengejarnya?"
Tok Nio cu melongo kemudian berdiri tertegun.
Sementara ke empat dayang yang berada dalam ruangan
menjadi kaget dan ketakutan.
http://kangzusi.com/
Selama berapa tahun terakhir ini, boleh dibilang Oh Li
cu sudah banyak menderita, dia berkelana ke seantero jagad
dengan tujuan mencari Lan See-giok.
Akhirnya setelah bersusah payah, ia berhasil juga
menemukan adik Giok yang di cintainya, apa mau dikata,
belum saja berjumpa. adik Giok nya sudah lari terbirit birit
karena ketakutan, seakan akan ia telah melihat kalajengking
yang sangat berbisa saja.
Teringat akan hal yang sangat menyedihkan hati ini, dia
pingin menangis saja -jadinya, sambil memandang ke ruang
pavilliun, serunya berulang kali dengan suara gemetar:
"Adik Giok, adik Giok. aku adalah Li cu, sudah hampir
setahun lamanya aku mencarimu!"
Namun ruang pavilliun berada dalam keadaan sunyi dan
hening, tak terdengar jawaban dari Lan See giok.
Dalam pada itu, Tok Nio cu telah berhasil menenangkan
hatinya, dia seperti memahami sesuatu, sambil tertawa
dingin jengeknya kemudian:
"Hei, kalau memang kau adalah bininya, heran mengapa
ia justru sama sekali tidak menggubrismu ?"
Oh Li cu naik darah, keningnya berkerut dan bentaknya
keras-keras, "Minggir kau se jauh jauhnya dari sini, siapa
suruh kau banyak bertanya?"
Ditengah bentakan keras, telapak tangan nya secepat
kilat menyapu wajah Tok Nio cu dengan jurus menyapu
rata bukit mega.
Tok Nio-cu semakin berani setelah mengetahui Lan See
giok sama sekali tidak menggubris Oh Li cu, sambil
membentak dia bertekuk pinggang lalu melejit ke depan,
http://kangzusi.com/
telapak tangannya dibalik mencengkeram urat nadi Oh Li
cu.
Sebagai ahli waris dari Oh Tin san serta Say nyoo-hui,
ilmu silat yang dimiliki Oh Li cu memang luar biasa sekali,
dia tertawa dingin, telapak tangannya yang sedang
menyapu ke muka mendadak berubah menjadi bacokan
langsung membabat dada lawan.
Dengan pengalamannya yang cukup luas dalam dunia
persilatan, meskipun Tok Nio cu agak terkejut menghadapi
ancaman tersebut, namun dia tak sampai menjadi gugup
atau panik.
Serta merta tubuh bagian atasnya dibuang ke belakang,
ujung kakinya menjejak permukaan tanah dan melompat
mundur ke belakang,
Ke empat dayang yang berdiri didekatnya menjerit kaget
karena ketakutan, dengan wajah pucat pias serentak
melarikan diri mencari selamat.
Setelah berhasil mendesak mundur Tok Nio-cu, Oh Li cu
sama sekali tidak menggubris lawannya lagi, dia langsung
menerjang masuk ke ruang dalam.
Amarah Tok Nio-cu segera meledak ledak sambil
membentak keras telapak tangannya diputar menciptakan
selapis bayangan telapak tangan yang diiringi desingan
angin tajam mendesak mundur tubuh Oh Li cu . .
Sejak melihat Lan See giok memasuki ruang pavilliun,
kemudian menjumpai pemuda itu, begitu tega mengurung
diri dan menghindarinya, Oh li cu lantas berpendapat
bahwa pemuda tersebut sudah pasti telah dipengaruhi
perempuan muda yang genit itu.
Semua kekesalan dan amarahnya segera berubah
menjadi api cemburu yang entah dari mana datangnya.
http://kangzusi.com/
Ketika tubuhnya kena didesak oleh serangan gencar Tok
Nio cu sehingga terpaksa harus mundur dari ruangan, ia
menjadi nekad dan tangannya diputar kencang. "Criing . !"
Diiringi desingan suara nyaring, cahaya tajam berkilauan
di udara, sebilah pedang tajam tahu-tahu sudah berada
dalam genggamannya .
Kemudian sambil mengawasi Tok Nio cu dengan sorot
mata penuh kebencian dan hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya dia berkata sambil menggigit
bibir:
"Sudah pasti kau.. pasti kau siluman rase yang telah
mempengaruhi adik Giok, bila hari ini nonamu tak bisa
mencincang tubuhmu sehingga hancur menjadi perkedel.
nonamu lebih suka menggorok leher dan menghabisi nyawa
sendiri!"
Sembari berbicara, dia mengawasi Tok Nio cu lekat-
lekat, sementara pedangnya disiapkan di depan dada dan
selangkah demi selangkah maju mendekati ke muka.
Tok Nio-cu tertawa dingin, di atas wajah nya sama sekali
tidak terlintas rasa takut, sahutnya:
"Bila kau tak mampu memikat adik Giok mu, berarti kau
sendiri yang tidak memiliki kepandaian, hari ini, bila kau
tidak menggorok lehermu sendiri, jangan harap dapat
meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat!"
Tangannya segera merogoh ke dalam saku kulit kecil
yang tergantung di pinggangnya dan mengeluarkan tiga
butir peluru Tok-leng tan .."
Lan See giok yang melihat kejadian tersebut dari tempat
persembunyiannya menjadi kaget, tiba-tiba wajahnya
berubah, ia tahu bagaimanapun juga harus munculkan diri
guna mengatasi masalah tersebut..
http://kangzusi.com/
Berbicara yang sebenarnya, dia bukannya takut bertemu
dengan Oh Li cu yang benar adalah dia merasa tak bisa
memberi penjelasan kepada gadis itu atas usahanya
melarikan diri waktu dulu.
Selain itu, diapun menaruh curiga kepada Oh Tin-san
sebagai salah seorang pembunuh keji ayahnya, karena itu
dia enggan bertemu dengan putrinya.
Tapi sekarang, Oh li-cu dan Tok Nio-cu telah saling
berhadapan dengan senjata terhunus, entah siapa yang
akhirnya menjadi korban, yang jelas kejadian semacam ini
sama sekali tak diharapkan olehnya.
Baginya, Oh Li cu mempunyai budi pertolongan dan
membantunya kabur dari Wi-lim-poo.
Sedang mengenai pengumuman Oh-Tin san tentang
perkawinan mereka, kejadian tersebut hanya merupakan
keputusan sepihak, baginya hal tersebut tak pernah diakui.
Sedangkan Tok Nio-cu, perempuan ini lebih-lebih tak
boleh sampai terluka, besok dia masih harus berangkat ke
Tay ang san dan segala sesuatunya, ia masih mengharap
kan petunjuk jalan darinya, terutama sekali rencananya
untuk memancing Beruang berlengan tunggal ke luar dari
tempat persembunyiannya.
Di samping itu . orang-orang Pek-ho-cay telah berjanji
akan berkumpul di kota ini malam nanti, Perempuan itu
diperlukan untuk mengadakan kontak dengan mereka.
karena itu kehadiran perempuan tersebut amat diharapkan.
Sementara dia masih berpikir, Oh-li-cu dengan pedang di
depan dada telah meng-himpun tenaganya siap
melancarkan serangan.
Tok Nio-cu dengan peluru api beracunnya sedang
mengawasi pedang ditangan Oh Li-cu lekat-lekat,
http://kangzusi.com/
tampaknya dia hendak mengatasi serangan dengan
ketenangan.
Asal pedang Oh-Li-cu digerakkan, niscaya ketiga butir
peluru api beracunnya akan di sambit ke luar.
Lan See giok dapat melihat betapa gawatnya situasi yang
terbentang dihadapannya sekarang, cepat-cepat dia
menampakkan diri dari tempat persembunyiannya,
kemudian berseru keras:
"Hei, kalian jangan salah paham, kalian jangan salah
paham dulu.!"
Sambil berseri, dia melompat ke tengah ruangan.
Melihat si anak muda itu telah menampakkan diri, Tok
Nio cu memandang sekejap ke arah Oh Li-cu sambil
tertawa dingin, kemudian memasukkan kembali peluru api
beracunnya ke dalam saku.
Oh Li-cu pun memperlihatkan rasa gembira yang tak
terlukiskan dengan kata-kata setelah menyaksikan
kemunculan pemuda itu ia menjumpai Lan See giok lebih
tampan dan lebih dewasa, kini ia sudah menjadi seorang
pemuda yang matang sekali.
Namun bila teringat kembali sikap Lan See-giok yang
melarikan diri serta berusaha menghindari pertemuan
dengannya tadi, kembali ia merasakan hatinya bagaikan
ditembusi beratus batang anak panah, air matanya tak
terbendung lagi dan segera bercucuran seperti air bah yang
menjebol kan tanggul.
Sebagai seorang pemuda yang berhati baik apa lagi Oh
Li cu selalu menunjukkan sikap yang amat memperhatikan
diri nya, anak muda itu tak bisa melukai hatinya lebih jauh..
Sembari menjura katanya kemudian:
http://kangzusi.com/
"Enci Cu, silahkan duduk di dalam ruangan!"
Panggilan "enci" itu segera mengobati jerih payah Oh Li
cu yang telah merantau dan berusaha mencarinya hampir
setahun lamanya, namun biarpun hatinya sedikit agak
terhibur, tapi teringat kejadian tadi rasa sedih dalam hatinya
belum juga hilang.
Menyaksikan keadaan si nona yang masih saja berdiri
termangu seolah-olah tidak mendengar sama sekali apa
yang dikatakan barusan, dengan nada minta maaf sekali
lagi dia berkata:
"Enci Cu. harap kau sudi memaafkan siaute yang
mempunyai kesulitan untuk memberi keterangan
kepadamu. tadi, sesungguh nya aku bukan bermaksud
menghindarimu, tapi aku berbuat demikian disebabkan
keadaan yang terpaksa. atas kesalahan tadi biar siaute minta
maaf, harap cici jangan marah lagi."
Sembari berkata, ia betul-betul menjura dalam-dalam
kepala gadis tersebut.
Oh Li cu menghela napas sedih, dia menyarungkan
kembali pedangnya lalu berkata dengan air mata
bercucuran:
"Semua duduknya persoalan telah di jelaskan Hu-yong
siancu Han lihiap kepadaku, dan cici bersedia membantu
untuk mengungkap latar belakang kejadian itu sampai
tuntas, seandainya pembunuh ayahmu Lan tayhiap benar-
benar adalah ayahku, yaa anggaplah nasibku memang jelek,
kau tak usah berkata apapun, cici akan mengakui sendiri
bahwa nasibku memang buruk."
Lan See giok manggut-manggut sedih, ia segera
mempersilahkan gadis itu untuk memasuki ruangan.
http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tok Nio-cu yang turut mendengarkan
pembicaraan mana, kian lama ia kian bertambah
kebingungan, apalagi Lan See giok memang tak pernah
membicarakan soal Oh Tin san kepadanya, jadi untuk
beberapa saat diapun tak habis mengerti.
Oh Li cu melangkah masuk ke dalam ruangan, selama
ini dia tidak berpaling ke arah Tok Nio-cu, bahkan
memandang sekejappun tidak, ia langsung menuju ke ruang
dalam.
Sebaliknya Tok Nio-cu yang melihat Lau See giok
menyebut "cici" kepada Oh Li cu, ini menandakan bahwa
pemuda tersebut telah mengakui Oh Li cu sebagai bininya
tiba-tiba saja ia merasa sedih bercampur cemburu.
Setelah mempersilahkan Oh Li cu, Lan See giok segera
mempersilahkan juga Tok Nio cu untuk masuk.
Tok Nio-cu tertawa genit, ia merasa gembira sekali
dengan sikap pemuda itu, maka sambil membalikkan badan
bersama pemuda itu masuk ke dalam ruangan
Ke empat dayang yang semula ketakutan, sekarang telah
bekerja kembali menghidang kan air teh.
Setelah semua orang duduk, Lan See giok baru
menuding ke arah Tok Nio-cu dan memperkenalkan kepada
Oh Li cu.
"Dia adalah Gui hujin, dari benteng Pek hoo cay,”
Tok Nio-cu yang mendengar itu segera menyambung
dengan cepat:
"Aku adalah Tok Nio cu Be Cui peng."
Kemudian Lan See giok segera memperkenalkan Oh Li
cu kepada perempuan itu:
http://kangzusi.com/
"Dan dia adalah putri kesayangan dari Oh Po cu dari
Wi-lim-poo, nona Oh Li cu."
"Oooh, rupanya putri kesayangan dari Oh Pocu selamat
berjumpa, selamat berjumpa" seru Tok Nio-cu kemudian
sambil tertawa nyaring.
Ketika Lan See giok melihat di atas wajah On Li cu
masih diliputi hawa amarahnya. dia mengangguk pelan
terhadap Tok Nio-cu, seolah kuatir perempuan itu
mengejek lebih jauh, maka dia segera memberi penjelasan.
"Gui caycu dari benteng Pak ho cay adalah sahabat karib
dari Oh lo pocu, hubungan persahabatan mereka amat
akrab dan sekarang kalian berdua telah berjumpa,
kesempatan untuk berkumpul pun akan bertambah banyak,
dengan pengalaman Gui hujin yang luas dan pengetahuan
yang banyak, sudah sepantasnya bila enci Cu sering-kali
memohon petunjuk dari Gui hujin "
Selama ini Oh Li cu selalu menaruh curiga kepada Tok
Nio cu bahwasanya perempuan itu mempunyai hubungan
yang luar biasa dengan adik Giok nya. itulah yang
menyebabkan timbul perasaan cemburu dalam hatinya.
Kendaripun demikian, diapun enggan menyusahkan
pemuda pujaan hatinya, karena itu dengan memaksakan
diri dia harus mengucapkan beberapa patah kata merendah
untuk perempuan tersebut.
Melihat perkataan dari Oh Li cu diutarakan amat
terpaksa, sebaliknya Tok Nio-cu menunjukkan sikap acuh
tak acuh, seakan akan sama sekali tidak menaruh perhatian
atas hal mana, buru-buru Lan See giok mengalihkan
pembicaraan ke soal lain, ujarnya kemudian kepada Oh Li-
cu:
http://kangzusi.com/
"Enci Cu, semenjak berpisah di pesisir telaga tempo hari,
baik-baiklah kau selama satu tahun belakangan ini?"
Sebelum menjawab, tiba-tiba saja sepasang mata Oh Li
cu berubah menjadi merah, matanya berkaca kaca.
Tok Nio-cu sebagai seseorang yang berpengalaman luas.
tentu saja enggan mendengarkan urusan pribadi kedua
orang itu, ditambah pula dia kuatir orang-orang Pek ho cay
belum berkumpul semua, maka sambil bangkit berdiri
katanya kemudian:
"Silahkan adik Giok dan nona Oh berbincang-bincang
dulu, aku hendak pergi ke pekan raya dulu untuk melihat
apakah saudara-saudara ku sudah berkumpul semua.."
Sembari berkata, dia lantas beranjak ke luar dari
ruangan.
Buru-buru Lan See giok bangkit berdiri sambil
mengantar, malah mengucapkan pula rasa terima kasihnya.
Karena pemuda itu bangkit berdiri, terpaksa On Li cu
turut bangkit pula, sekarang ia sudah dapat menilai bahwa
hubungan antara adik Giok dengan Tok Nio-cu tersebut
ternyata masih jauh di bawah apa yang diduganya semula.
Walaupun begitu, dia toh masih rada curiga, karenanya
sepeninggal Tok Nio-cu ia segera bertanya dengan perasaan
tidak habis mengerti:
"Adik Giok. bagaimana sih ceritanya sehingga kau dapat
bergaul dengan orang-orang dari Pek-ho-cay?"
Sampai sekarang Lan See-giok masih belum tahu apa
saja yang telah dibicarakan Hu-yong siancu kepadanya,
karena itu diapun tak berani menceritakan pengalaman nya
belajar silat di bukit Hoa san.
http://kangzusi.com/
Secara ringkas dia hanya bercerita tentang kepergiannya
ke Pek ho cay untuk menuntut balas terhadap Gui Pak
ciang .. selesai mendengarkan penuturan itu, Oh Li cu
segera bertanya dengan perasaan tak mengerti.
"Lantas ke mana kau hendak pergi dalam langkah kedua
ini?"
"Bukit Tay ang San!" jawab Lan See giok tanpa ragu-
ragu.
Berubah hebat paras muka Oh Li cu mendengar nama
tersebut, ia berseru tertahan:
"Bukit Tay ang san? Aku dengar Tay ang san meliputi
daerah seluas berapa ratus li, semuanya terdiri dari tiga
bukit, sembilan puncak dan dua belas benteng, semuanya di
jaga oleh jago-jago kenamaan dari golongan hitam dan
konon ilmu silat mereka luar biasa sekali, jangan lagi cuma
kau seorang biar kami bertiga pergi bersama pun masih
merupakan masalah besar” Ditinjau dari perubahan sikap
Oh Li cu, dengan cepat Lan See giok mendapat tahu kalau
keterangan dari Tok Nio cu tadi, memang tidak bohong
selain itu dia juga mendapat tahu kalau Oh Li cu belum
tahu jika ia telah belajar silat di bukit Hoa san.
Setelah tertawa hambar, katanya kemudian dengan nada
sedih:
"Dendam sakit hati ayahku lebih dalam dari-pada
samudra, sekalipun aku tahu jalan tersebut merupakan
sebuah jalan kematian bagiku, mau tak mau aku toh harus
mendatanginya juga!"
"Baiklah" akhirnya Oh Li cu menghela napas. "cici akan
mengiringi kepergianmu ini, bila aku bisa mati bersamamu,
hatiku pun rela ."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok benar-benar terharu sekali oleh ucapan
mana, akan tetapi diapun enggan membiarkan gadis
tersebut mengorbankan jiwa demi dirinya. dengan perasaan
berterima kasih katanya kemudian.
"Dendam sakit hati ayahku lebih dalam dari samudra,
aku tak ingin musuh besarku itu mampus ditangan orang
lain. Cici kau adalah seorang putri seorang kenamaan, kau
amat bernilai tinggi, bila sampai menderita cedera atau
sesuatu yang tak diinginkan, sudah pasti siaute akan
menyesal sepanjang jaman "
Sebelum anak muda itu menyelesaikan kata katanya,
dengan air mata bercucuran dan sekujur badan gemetar
keras, Oh Li-cu telah menyela.
"Gara-gara kau, cici telah meninggalkan rumah,
memutuskan hubungan dengan orang tua. setiap hari aku
melakukan perjalanan, menembusi angin dan salju untuk
mencari jejakmu, setahun terakhir ini aku telah banyak
menderita bagimu, sukar makan tak nyenyak tidur
memikirkan kau. sungguh tak kusangka. kau hari ini.."
Gadis itu tak sanggup melanjutkan, kembali kata katanya,
air mata bercucuran dengan deras dan meledaklah isak
tangisnya yang memilukan hati.
Lan See giok turut merasa sedih, rasa terima kasih
memenuhi dadanya, dia dapat merasakan perubahan dari
Oh Li-cu, terutama selama setahun belakangan ini.
Dengan perasaan terharu dan gelisah, cepat-cepat ia
berseru:
"Budi kebaikan cici tak pernah akan siaute lupakan,
hanya saja.."
http://kangzusi.com/
"Sudah, jangan berbicara lagi, jangan dibicarakan lagi.."
teriak Oh Li-cu sambil menutupi wajahnya dengan kedua
belah tangan lalu menangis tersedu.
Lan See giok tak ingin Oh Li cu bersedih hati, ia
terbungkam untuk sesaat dan cuma bisa mendengarkan isak
tangis nona itu dengan wajah melongo.
Untuk sesaat suasana dalam ruang pavilliun itu hanya
dipenuhi oleh suara sedu sedan yang memilukan hati..
Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya isak tangis dari
Oh Li-cu pun mulai mereda.
Lan See giok segera manfaatkan kesempatan itu untuk
mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya:
"Enci Cu, bukankah kau telah bersua dengan Hu-yong
siancu bibi Wan? Apa saja yang telah ia katakan
kepadamu?"
Dengan sapu tangannya Oh Li cu menyeka air mata
yang berlinang, bukan menjawab dia malah berbalik
bertanya:
"Ketika kau menunggang kuda putih tempo hari,
agaknya memang berniat untuk melarikan diri rupanya.."
Terhadap pertanyaan tersebut, Lan See- giok memang
telah mempersiapkan diri semenjak tadi, maka tanpa sangsi
barang sedikitpun jua dia menjawab:
"Kalau menurut pandanganmu waktu itu, apakah siaute
memang mempunyai rencana untuk melarikan diri?"
Oh Li-cu seperti belum juga mau percaya, kembali
tanyanya dengan nada tak mengerti.
"Tapi mengapa aku tak berhasil menemukan jejakmu
meski seluruh bukit dan hutan telah kucari?"
http://kangzusi.com/
"Kalau dibicarakan sesungguhnya merupakan suatu
kebetulan saja." Lan See-giok menjelaskan dengan kening
berkerut, "kalau tidak, mungkin aku sudah terbanting
mampus oleh kuda putih tua itu. Sewaktu mendekam di
punggung kuda waktu itu aku dilarikan ke atas sebuah bukit
kecil, tiba-tiba saja terhembus segulung angin kuat yang
menerpa datang, kuda tua tadipun segera berhenti berlari."
"Apakah kau ditolong oleh kakek berjubah kuning?"
tanya Oh Li cu tak sabar.
Cepat-cepat Lan See-giok mengangguk.
"Ya, masih ada pula Hu-yong siancu bibi Wan!"
Oh Li cu segera mengangguk berulang kali, ia merasa
penjelasan anak muda tersebut mirip sekali dengan
penjelasan dari Hu-yong siancu, maka tanyanya lebih jauh
dengan perasaan tak mengerti:
"Apakah kau segera dibawa pergi oleh kakek berjubah
kuning itu?"
Lan See giok segera teringat kembali bagaimana gurunya
To Seng-cu masih sempat menampakkan diri dihadapan Oh
Tin san suami istri dari balik rumah bibi Wan hingga
membuat gembong iblis itu kabur ketakutan.
Karenanya dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak, kami pulang dulu ke rumah kediaman bibi Wan,
baru malam berikutnya aku meninggalkan rumah kediaman
bibi Wan."
Sekali lagi Oh Li-cu menganggukkan kepalanya, maka
diapun bertanya dengan perasaan kuatir.
"Apakah selama setahun belakangan ini, kau selalu
mengikuti tokoh sakti itu belajar silat?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengiakan sambil mengangguk
"Bagaimana dengan taraf kepandaian silat mu sekarang?
Apakah telah memperoleh kemajuan yang pesat?” gadis itu
bertanya lebih jauh.
"Tentu saja ada kemajuan yang telah ku peroleh, cuma
saja sampai di manakah kemajuan yang berhasil kucapai
itu, siaute sendiri juga tidak tahu."
Meninjau dari mimik muka anak muda itu Oh Li-cu
menyimpulkan bahwa kemajuan yang dicapai pemuda
tersebut dalam ilmu silatnya tidak begitu pesat, karenanya
dia bertanya lagi:
"Adik Giok, kau belajar silat dimana,? Siapa pula kakek
berjubah kuning Itu.?"
"Maafkanlah daku cici, nama besar guru ku tak bisa
disebut sebut, perguruankupun merupakan rahasia orang
luar."
Kemudian sewaktu dilihatnya Oh Li cu menunjukkan
perasaan tak senang hati. ia menjelaskan lebih jauh.
"Cuma ayahmu mengetahui dengan jelas akan asal usul
guruku itu, asal cici bertanya kepadanya, bukankah akan
segera kau ketahui?"
Oh Li cu sangat tidak puas dengan jawaban dari Lan See
giok sebelum ia bertanya lebih lanjut, bayangan manusia
telah berkelebat lewat di depan pintu, tahu-tahu Tok Nio-cu
sudah berjalan masuk dengan langkah tergesa gesa:
Lan See giok menjumpai Tok Nio cu berkerut kening,
wajahnya nampak berat dan serius, hal ini membuatnya
berkesimpulan bahwa orang-orang dari Pek ho cay tidak
berhasil menyusul si harimau berkaki cebol
http://kangzusi.com/
Sambil menyambut kedatangan perempuan itu, Lan See
giok segera menegur:
"Apakah mereka telah berhasil menyusul si harimau
berkaki cebol..?"
Dengan kening berkerut Tok Nio-cu menghela napas
panjang.
"Aai. si harimau berkaki cebol memang seorang setan
alas yang licin, laporan dari setiap pos mengatakan bahwa
mereka tidak melihat orang itu berganti kuda di tempat
mereka, setelah sampai di kota Huan-sia, jejaknya baru
ketahuan..
"Apakah sudah berhasil dikejar?" tanya Lan See giok
gelisah.
Dengan sedih Tok-Nio-cu menggelengkan kepalanya
berulang kali:
"Dia sudah lewat semenjak dua hari berselang."
"Aneh betul" seru Lan See giok kemudian makin
gelisah."jarak dari tempat itu sampai di Pek hoo cay hampir
mencapai ratusan li diantaranya terpisah oleh perbukitan
Bu -tong san, Dengan cara bagaimana ia dapat berlalu dari
situ?"
"Menurut dugaan dari para pengejar, bisa jadi dia
menelusuri Pek hoo cay, melalui Tin-siang langsung
menuju ke Kong-hua dan tiba di kota huan sia. Bisa jadi
pada hari pertama ia telah menduga akan datangnya
pengejar dari pihak benteng, karena itu dia
menyembunyikan diri di tempat kegelapan. menanti para
pengejar sudah lewat, dia baru mulai melakukan perjalanan
menuju kota Han sia dan sekarang bisa jadi telah memasuki
wilayah Tayang san di bawah pengaruh si Beruang
berlengan tunggal, dalam keadaan demikian sekalipun para
http://kangzusi.com/
jago dari Pek-ho cay berhasil menyusulnyapun belum tentu
berani menangkapmya."
Diam-diam Lan See-giok merasa gelisah, namun diapun
merasa kagum sekali, sejak perjumpaan di Pek ho cay
tempo hari dia sudah menduga kalau si harimau berkaki
cebol adalah seorang manusia yang pandai bekerja.
Oh Li cu yang selama ini mendengarkan pembicaraan
tersebut, tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik
matanya, ia segera bertanya dengan gelisah:
"Adik giok, kau mempunyai kuda?"
Sebelum pemuda itu menjawab. Tok Nio cu telah
menyela lebih dulu.
"Aku telah memilihkan seekor kuda Wu-wi dari antara
dua puluhan "ekor kuda jempolan."
"Sayang sekali biar adu kudapun, aku tak mau
menaikinya!" tukas pemuda itu sedih.
Dengan gemas Oh Li cu segera berseru:
"Tempo hari, kau toh tidak sampai di banting oleh kuda
tua itu hingga terluka? Apa sih yang mesti kau takuti?
Dengan kepandaian silat yang kau miliki, asal kau
bertindak lebih hati-hati saja, tanggung tak bakal ada
persoalan."
Tampaknya Tok Nio cu sudah mengambil keputusan
untuk menyerahkan kuda kesayangannya untuk Lan See
giok, dengan cepat dia menimbrung dari samping.
"Kalau memang begitu, biar aku yang menunggang Wu
wi, sedang adik giok boleh memakai kuda pek liong kou
milikku, bukan cuma cepat, kuda itupun bisa lari tenang,
sewaktu berlari biar kita menaruh semangkuk air di atas
pelannya pun, air dalam mangkuk tak bakalan tumpah.”
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tahu kalau kata-kata semacam itu hanya
bermaksud untuk memuji kehebatan kudanya saja.
memanfaatkan kesempatan tersebut katanya kemudian.
"Nah, itu lebih bagus lagi, Pek liong kou memang salah
satu kuda jempolan yang sangat langka dalam dunia ini, dia
bisa lari cepat tapi tenang, adik Giok, sekarang kau tak
perlu kuatir untuk menungganginya lagi"
Kemudian sambil berpaling kearah Tok Nio cu. kembali
dia berkata.
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga? Kuda Ci
hwee kou milikku adalah keturunan dari Ci toh-kou. kuda
kesayangan Kwan Kong dimasa lampau, biarpun tak bisa
menempuh seribu li dalam sehari, delapan ratus li mah
masih bisa dicapai, asal kita berangkat pada malam ini, esok
juga, kita sudah pasti telah-sampai di bukit Tayang san.."
"Sayang sudah tak sempat lagi" cegah Tok Nio cu,
”sekalipun si harimau berkaki cebol belum tiba di tempat
tujuan, burung-burung merpati pos milik Tay ang san sudah
pasti telah tiba lebih dulu di tempat tujuan."
Waktu itu Lan See giok sudah dibuat kehabisan akal oleh
pembicaraan kedua orang itu, tanpa terasa tanyanya
kemudian dengan perasaan sangat gelisah:
”Lantas apa yang mesti kita lakukan menurut pendapat
nyonya?"
Dengan rencana yang matang. Tok Nio cu menjawab:
"Kalau toh masalahnya sudah tak mungkin ditolong lagi.
lebih baik kita bertindak secara tenang saja, perjalanan yang
seharusnya bisa dicapai dalam dua hari. kita boleh
menempuhnya di dalam lima hari .
http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, bukankah hal tersebut berarti kita akan
memberi kesempatan yang lebih banyak bagi Beruang
berlengan tunggal untuk mempersiapkan diri?" seru Oh Li
cu tidak setuju.
Tok Nio-cu tertawa dingin:
"Kecepatan orang-orang Tay ang san menerima berita
sangat mengejutkan hati, bila kau tak percaya lihat saja
besok, kita bersama-sama ke luar dari Siang-yang, tanggung
ada orang yang segera akan menguntit perjalanan kita."
Walaupun Lan See giok dan Oh Li cu mengangguk
berulang kali, toh mereka tetap tidak begitu percaya.
Terdengar Tok Nio cu berkata lebih jauh.
"Saat ini kita harus menghimpun tenaga sebaik baiknya
sambil menjaga kondisi badan tetap prima, sampai
waktunya meski kita tak usah mendobrak kedua belas
benteng mereka, namun setelah memasuki puncak Keng
thian hong, aku yakin para caycu yang lain akan
berdatangan untuk memberi bantuan kepada rekannya, dan
saat itu pertarungan berdarah tak akan bisa dihindari lagi!"
Kemudian ia mengerling sekejap ke arah Lan See giok
dengan sorot mata yang lembut dan genit, dengan nada
suara yang memikat terusnya: "Tentu saja semuanya ini
tergantung keputusan dari adik Giok sendiri, bila adik Giok
memutuskan akan berangkat pada malam ini juga, sekarang
aku akan perintah kan para pelayan untuk menghubungi
kasir agar rekening dihitung dan kuda dipersiapkan!"
Selama ini, Oh Li-cu selalu berkesimpulan bahwa Tok
Nio-cu mempunyai maksud tujuan yang kurang baik atas
adik Giok nya, ini dilihat dari sorot matanya yang jalang
serta nada suaranya yang memikat hati..
http://kangzusi.com/
Sementara dia berniat untuk membujuk Lan See giok
agar segera berangkat, si anak muda itu telah memutuskan
secara tegas.
"Kalau memang begitu, kita berangkat besok pagi saja!"
Tok Nio-cu tertawa renyah, kepada Oh Li cu katanya
kemudian. "Walaupun sekarang waktu masih pagi, namun
besok kita harus menempuh perjalanan pagi-pagi sekali,
mari kita pergi beristirahat saja ..
Tiba- tiba satu ingatan melintas dalam benak Oh Li cu,
sambil berpaling kearah Lan See giok segera ujarnya,
"Meskipun aku telah menitipkan kudaku di dalam rumah
penginapan seberang, tapi sebetulnya aku belum memesan
kamar.."
"Itu mah gampang sekali" sambung Tok Nio cu penuh
keramahan. "biar kuperintahkan kepada pelayan untuk
menyediakan sebuah kamar lagi untukmu”
"Tidak usah" cegah Lan See giok, ia merasa tindakan
semacam itu hanya merupakan, suatu pemborosan belaka.
"satu dua jam" akan lewat dengan cepat, biar nyonya
tinggal di kamar sebelah timur sedang enci Cu di kamar
sebelah barat. sedang aku sendiri cukup bersemedi di ruang
tengah saja"
Napsu birahi yang semula menyelimuti wajah Tok Nio-
cu seketika hilang lenyap tak membekas, tapi ia masih
memaksakan diri untuk berkata sambil tersenyum:
"Begitu pun ada baiknya, cuma hal ini akan menyiksa
adik Giok, Besok kita bersua lagi. maaf kalau aku akan
mengundurkan diri lebih dulu"
Lan See giok dan Oh Li cu serentak bangkit berdiri
sambil berseru:
http://kangzusi.com/
"Selamat malam!"
Dengan senyum dikulum Tok Nio cu mengundurkan diri
dari ruangan dan langsung menuju ke ruang timur, dua
orang dayang mengikuti di belakangnya untuk melayani
keperluan nyonya tersebut.
Oh Li cu mengawasi sampai Tok Nio-cu masuk ke ruang
timur, kemudian dengan cekatan dia berpaling ke arah sang
pemuda sambil bisiknya lirih:
"Hei, pil pemunah racun Ban leng ciat tok wan
pemberianku dulu apakah masih berada disakumu?"
Lan See giok tertegun, lalu mengangguk dengan
perasaan tak mengerti.
"Yaa, masih berada disakuku!"
Bagaikan seorang istri yang sangat memperhatikan
suaminya, Oh Li cu kembali berbisik.
"Ayo cepat kau telan sebutir!"
Lan See giok sungguh dibuat kebingungan oleh sikap
gadis tersebut tapi dia- toh menjelaskan juga.
"Aku pernah minum cairan kemala Leng-sik-giok-ji,
secara otomatis di dalam cairan darahku sudah terkandung
hawa sakti yang dapat melawan pengaruh racun "
Oh Li cu sudah pernah mengalami kegagalan, karena itu
dia cukup mempercayai perkataan anak muda tersebut,
maka sambil tertawa genit ujarnya lembut:
"Tidurlah sampai berjumpa esok pagi!"
Setelah melemparkan sekulum senyuman manis, dia
membalikkan badan dan beranjak ke luar dari ruangan,
Dua orang dayang segera mengikuti pula di belakangnya
untuk melayani keperluan perempuan itu.
http://kangzusi.com/
Lan See giok termangu mangu untuk beberapa saat
lamanya, ia merasa Oh Li cu telah berubah sama sekali,
terutama setelah perpisahannya dalam setahun ini.
Kini si nona berubah menjadi begitu cantik, menawan
hati, lembut dan memberikan kesan yang indah bagi
siapapun yang memandangnya.
Bila membayangkan kembali sikapnya ketika masih
berada di Benteng Wi-lim-poo tempo hari, dia begitu cabul,
jalang keji dan buas, terutama kesombongannya, sedikit-
sedikit lantas turun tangan melakukan pembunuhan, waktu
itu dia benar-benar termasuk seorang perempuan berhati
sejahat bisa ular beracun.
Tapi sekarang, dia seperti telah berubah sama sekali, tapi
persoalan apakah yang membuatnya berubah? Waktu?
Cinta? Atau pengalaman? Atau mungkin kasih sayang
membuat hatinya berubah selembut kapas ..
Membayangkan kesemuanya itu, dia hanya bisa
menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
Sepeninggal kedua orang perempuan itu Lan See-giok
duduk bersila di atas kursi dan bersemedi untuk melatih
ilmu Hud-kong sinkangnya.
Waktu berlalu sangat cepat, tanpa terasa kentongan
ketiga sudah lewat.
Kota Siang-yang yang selalu sibuk dan ramai, lambat
laun sudah berubah menjadi lengang kembali.
Oh Li cu merasa sangat gundah, pikiran nya kalut dan
hatinya tak pernah tenang, membayangkan kesulitan,
penderitaan dan jerih payahnya selama setahun terakhir,
akhirnya hanya begini hasil yang diperolehnya.
http://kangzusi.com/
Membayangkan kesemuanya itu, tanpa terasa dua titik
air mata jatuh berlinang.
Berkat doa restu, akhirnya adik Giok berhasil ditemukan
kembali, namun bagaimanakah nasibnya kemudian?
Apakah semuanya bisa diramalkan mulai sekarang?
Dia hanya bisa berdoa, moga-moga saja ia dapat
mendampingi adik Gioknya sepanjang jaman.
Berpikir sampai di sini ia segera teringat kembali dengan
Lan See-giok yang tidur di ruang tengah. .
Pelan-pelan dia turun dari ranjang dan menuju ke ruang
tengah, dia ingin tahu bagaimana keadaan adik Gioknya
sekarang
Bersamaan waktunya melompat turun dari ranjang, tiba-
tiba terdengar pula pintu dibuka orang dari ruang sebelah.
Oh Liu cu terkejut, ia segera teringat akan Tok Nio cu,
maka sambil menahan napas, dan perlambat langkahnya,
pelan-pelan dia menuju ke depan jendela.
Tiba di depan jendela, dengan jari tangannya dia
melubangi kertas jendela kemudian mengintip ke luar.
Betul juga, Tok Nio-cu dengan langkah yang berhati hati
sekali sedang membuka pintu kamar.
Tak terlukiskan rasa gusar Oh Li cu menyaksikan hal ini,
diam-diam dia mengumpat dihati kecilnya
"Keparat, ternyata siluman rase itu memang mempunyai
tujuan yang amat jahat.."
Baru saja dia hendak melompat ke luar dari jendela,
mendadak dilihatnya Tok Nio-cu, mengempit segulung
selimut di bawah ketiak nya.
http://kangzusi.com/
Hawa amarah kontan berubah menjadi kobaran api
cemburu setelah melihat hal ini, diam-diam Oh Li cu
mendengus dingin, kemudian pikirnya lagi.
"Siapa yang suruh kau memperhatikan suamiku?"
Dengan cepat dia melompat ke depan pembaringan
sambil menyambar sebuah selimut, tapi sebelum melompat
ke luar dari ruangan, satu ingatan telah melintas dalam
benaknya.
Niatnya semula segera diurungkan, dia ingin menyelidiki
perbuatan apakah yang hendak dilakukan Tok Nio cu.
Tapi setibanya di depan jendela dan menyaksikan apa
yang terbentang di depan mata. kembali nona ini dibuat
tidak habis mengerti.
Tok Nio-cu berdiri ditengah halaman dan memandang
ke ruang tengah dengan wajah termangu. dia seakan akan
dibuat terkesiap oleh pemandangan yang terbentang
dihadapannya.
Dari posisi Oh Li cu berada saat ini, Sulit baginya untuk
memandang keadaan di ruang tengah, maka ia melompat
ke arah pintu dan mengintip dari situ.
Suasana di ruang tengah terang benderang bermandikan
cahaya, tiada sesuatu gejala yang aneh hanya saja dia tak
dapat melihat tempat dimana adik Giok berada sekarang.
Sementara ia bermaksud untuk menyelinap ke luar,
mendadak dilihatnya Tok Nio-cu sedang menggelengkan
kepalanya berulang kali kemudian setelah berguman
memuji, dia masuk kembali ke dalam kamarnya.
Dalam keadaan begini meskipun Oh Li cu tidak habis
mengerti, namun dia sendiri pun mengurungkan niatnya
untuk mengantar selimut buat sang pemuda, andaikata
http://kangzusi.com/
perbuatannya sampai ditampik oleh adik Giok, bukankah
hal ini akan ditertawakan oleh Tok Nio cu?
Setelah berbaring kembali di atas pembaringan, dia
membayangkan kembali gumaman memuji dari Tok Nio cu
tadi, agaknya ia telah menjumpai suatu keajaiban pada diri
adik Giok.
Sudah barang tentu dia tak pernah akan menyangka
kalau Tok Nio-cu telah menyaksikan lingkaran cahaya di
atas kedua belah bahu dan ubun-ubun Lan See giok yang
sedang duduk bersemedi.
Untung saja Tok Nio cu yang sudah berpengalaman luas
yang melihat kejadian ini, coba kalau ke empat orang
dayang tersebut, niscaya mereka sudah berteriak teriak
panik.
Ada satu hal yang mungkin tak pernah disangka oleh
Tok Nio-cu serta Oh Li-cu, yakni gerak gerik mereka
berdua ternyata tak sebuahpun yang lolos dari pengamatan
Lan See giok dengan Hud kong sinkangnya.
Cuma dia enggan membuyarkan tenaga latihannya
hanya untuk menangkap perbuatan mereka berdua..
Kentongan kelima sudah berbunyi. fajar pun mulai
menyingsing..
Selesai sarapan, Lan See giok bertiga mulai
merencanakan perjalanan mereka.
Berhubung Tok Nio cu tidak membicarakan tentang
peristiwa semalam, Oh Li cu juga tidak mengungkapnya,
otomatis Lan See giok pun berlagak pilon.
Selesai membayar rekening, mereka bertiga ke luar dari
rumah penginapan, kuda Ci hwee kou milik Oh Li cu juga
telah dipersiapkan.
http://kangzusi.com/
Pek liong kou adalah seekor kuda berwarna putih mulus
dengan pelana emas dan alas perak.
Sedangkan kuda Wu-wi kou berbulu hitam pekat, tinggi
kekar dan gagah, sebaliknya Ci hwee kou berbulu serba
merah.
Dengan menunggang kuda, berangkatlah ketiga orang itu
menuju kearah timur kota.
Pada mulanya Lan See giok masih ragu dengan
kemampuan kudanya yang dikatakan sangat hebat itu,
namun setelah perjalanan sekian lama, dia merasakan kuda
putih itu memang bisa lari dengan cepat tapi mantap, sama
sekali tidak menderita dan kemungkinan. terjatuh kecil
sekali.
Tanpa terasa dua belas li sudah dilewatkan dengan cepat.
Mendadak terdengar Tok Nio-cu berbisik dengan suara
rendah. "Adik Giok, cepat berpaling, orang kelima di
belakangmu sudah lama sekali menguntit perjalanan kita."
Tergerak hati Lan See giok mendengar perkataan itu,
dengan cepat ia berpaling.
Lebih kurang puluhan kaki di belakangnya terlihat ada
lima ekor kuda dengan lima lelaki kekar, berpakaian ringkas
sedang, melarikan kudanya menguntit mereka.
Oh Li-cu sangat gusar setelah melihat kejadian tersebut,
dengan kening berkerut seru nya. "Kawanan tikus itu betul-
betul tak tahu diri, rupanya mereka sudah bosan hidup
semua."
Lan See giok sendiri meski agak mendongkol, namun dia
enggan mencari banyak urusan, segera katanya.
"Kalau begitu mari kita percepat lari kuda kita untuk
meninggalkan mereka jauh-jauh!"
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu tersenyum hambar, suatu senyuman yang
penuh mengandung arti, namun ia tidak berkata apa-apa.
Lan See giok yang menyaksikan hal tersebut menjadi
tidak habis mengerti, namun dia pun tidak banyak bertanya
dan segera melarikan kudanya meninggalkan tempat itu . .
Dengan kemampuan ketiga ekor kuda itu, dalam waktu
singkat mereka telah menempuh perjalanan sejauh sepuluh
li lebih..
Menanti Lan See giok berpaling kembali di belakang
tubuhnya hanya nampak debu yang mengepul di angkasa.
sementara ke lima orang penunggang kuda tadi sudah
tertinggal jauh di belakang, bahkan sama sekali sudah tak
nampak lagi.
Tetapi pada saat itulah-
Terdengar suara sayap yang berkebas menembusi
angkasa melintasi di atas kepala ke tiga orang itu-
Tok Nio cu mendongakkan kepalanya sambil menengok
sekejap, kemudian ia tertawa senang.
Tentu saja Lan See giok dan Oh Ii cu tidak habis
mengerti, mereka ikut mendongakkan kepalannya, tampak
setitik bayangan abu-abu melintas ditengah angkasa dan
meluncur ke arah timur dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir.
Dalam waktu singkat bayangan tersebut sudah berada
ratusan kaki jauhnya dari tempat semula.
Dengan cepat mereka berdua menjadi sadar, rupanya
bayangan abu-abu itu adalah burung merpati pos yang di
lepaskan ke lima orang penguntit tersebut.
Di samping itu. mereka berdua juga segera mengerti apa
sebabnya Tok, Nio-cu tertawa bangga tadi, tentunya dia
http://kangzusi.com/
seperti hendak berkata demikian. Menempuh perjalanan
lebih cepatpun percuma, lebih baik melanjutkan, perjalanan
sesuai jadwal.
Berpikir sampai disini, Lan See giok segera
memperlambat lari kudanya, otomatis Oh Li cu dan Tok
Nio cu pun ikut mengurangi kecepatan lari kudanya.
Tiba-tiba ..
Dari arah belakang kembali berkumandang suara burung
yang terbang melintasi di angkasa.
Lan See giok, Tok Nio cu serta Oh Li cu sama-sama
tergerak hatinya, mereka tahu kelima orang yang berada di
belakang kembali telah melepaskan burung merpati pos.
Ketika mereka bertiga berpaling, benar juga seekor
burung merpati pos sedang terbang melintas, jarak
ketinggian dari permukaan tanah paling banter cuma enam
kaki.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan See
giok, disaat Tok Nio-cu dan Oh Li cu sedang mengamati
burung merpati tersebut, diam-diam ia menghimpun hawa
murninya yang disalurkan ke dalam lima jari tangannya,
kemudian segera menyentil nya ke udara..
Suara desingan angin tajam langsung meluncur ke
tengah udara dan persis menghantam burung merpati yang
kebetulan sedang terbang melintas.
"Prakkk!"
Burung merpati itu terguling guling di tengah udara
kemudian meluncur ke muka dan akhirnya menukik ke
arah persawahan beberapa puluh kaki di depan sana.
http://kangzusi.com/
Tok Nio cu maupun On Li cu sama-sama terperanjat
setelah menyaksikan kejadian itu, serentak mereka menjerit
kaget.
Burung merpati itu menukik langsung ke arah
persawahan dan menggeletak mampus,
Tok Nio cu serta Oh Li cu tertegun untuk sesaat,
kemudian mereka melarikan kudanya menghampiri bangkai
merpati tadi.
Lan See giok memperhatikan sekejap keadaan di
sekeliling tempat itu, setelah sadar kalau di sekitar situ tiada
orang lain, dia baru turut menyusul ke bawah.
Sementara dia mendekat, Tok Nio cu telah melayang
turun ke bawah dan memungut bangkai burung merpati itu,
ternyata sudah mampus.
Maka kepada Lan See giok serta Oh Li cu ujarnya
kemudian:
"Ayo cepat berangkat, ini namanya kemauan takdir,
sungguh tak nyana merpati pos ini bisa terserang angin
duduk sehingga mampus secara mendadak"
Dengan cepat dia melompat naik ke atas kudanya dan
menyembunyikan bangkai merpati itu ke dalam kantung
senjata rahasia.
Oh Li cu merasa agak bimbang, tentu saja ia tak percaya
ada kejadian yang begini kebetulan, Lan See giok yang
melihat hal tersebut cuma membungkam diri mesti hati
kecilnya tertawa geli.
Dengan cepat mereka bertiga melanjutkan perjalanan
lagi menuju ke depan.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai lima li, di depan situ muncul sebuah
jembatan batu, ketika tiba dimuka jembatan, tampak air
yang mengalir di sungai itu deras sekali.
Tergerak hati Tok Nio cu, dia mengeluarkan bangkai
merpati itu, melepaskan tabung kecil yang terikat di kakinya
kemudian membuang bangkai tersebut ke dalam sungai.
Melihat cara kerja perempuan itu, diam-diam Lan See
giok dan Oh Li cu memuji ketelitian cara kerjanya.
Selesai membuang bangkai burung itu, Tok Nio-cu
melanjutkan perjalanannya kembali sambil mengeluarkan
selembar kertas dari dalam tabung kecil itu, setelah diamati
sekejap, ia pun berkata sambil tertawa.
"Sekarang kita boleh melanjutkan perjalanan dengan
berlega hati, tak usah kuatir, sepanjang jalan tak bakal ada
orang yang akan menguntit kita lagi."
Dia melarikan kudanya mendekati Lan See giok dan
menyerahkan surat tersebut kepadanya.
Lan See-giok menerima surat tersebut dan dibaca isinya.
ternyata berbunyi demikian:
"Sasaran ada tiga, diantara nya Tok Nio cu. Tertanda
ketua cabang kota Kang tin."
Selesai membaca surat itu, Lan See giok
menyerahkannya ke tangan Oh Li cu.
Ia merasa terkejut bercampur kagum atas kecepatan
pihak Tay ang san untuk menyampaikan berita, di samping
itu diapun, mengagumi cara kerja Tok Nio cu yang begitu
cekatan dan seksama dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sementara itu Oh Li cu telah berpaling kearah Tok Nio
cu sambil bertanya dengan nada tak habis mengerti.
http://kangzusi.com/
"Mengapa di tengah jalan kita tak perlu kuatir" dikuntit
orang lagi..
Sambil berkata ia menggulung kertas itu, meremasnya
lalu disentilkan ke dalam semak belukar di sisi jalan.
Tok Nio cu merasa sangat tak senang hati melihat Oh Li
cu tidak menyebut sesuatu kepadanya, namun berhubung
Lan See giok hadir di situ, tentu saja ia tak dapat
membungkam diri terus menerus.
Karena itu setelah tertawa hambar, sahutnya dingin:
"Berhubung burung merpati ini tak mencapai kota Pang
kang tin, maka para ketua cabang di kota berikutnya jadi
kehilangan berita, otomatis mereka tak akan mengetahui
siapakah sasaran yang sebetulnya, dengan terputusnya
berita itu mereka pun akan kehilangan jejak”
"Tapi. bukankah sudah dikirim burung merpati yang
pertama?" tanya Oh Li cu tidak habis mengerti.
"Merpati yang pertama tadi sudah barang tentu
dikirimkan kepada si Beruang berlengan tunggal Kiong Tek
ciong yang berada di bukit Tay ang san . . . "
Lan See giok segera mengangguk memuji setelah
mendengar perkataan itu.
Pada dasarnya Oh Li cu memang tak puas melihat Tok
Nio-cu turut serta dalam perjalanan mereka menuju ke
bukit Tay ang san, apalagi setelah menjumpai sikap
mengejek dan menghina yang menghiasi wajahnya,
sekarang hatinya semakin panas, maka dengan nada
menyindir diapun berkata ketus:
"Bukankah di pihak Kiong-ciong situ sudah mendapat
kabar dari si harimau, berkaki cebol dari benteng kalian
yang menyampaikan berita kepadanya ? Buat apa orang-
http://kangzusi.com/
orang itu mesti memberi kabar lagi kepada pemimpin
mereka di Tay ang san? "
Tok Nio-cu tidak menjadi marah oleh ejekan, sahut
sambil tertawa bangga. "Tujuan mereka melepaskan burung
merpati itu tak lain adalah memberi tahu kepada Kiong Tek
ciong agar berhati hati. sebab terdapat aku Tok Nio-cu yang
mendampingi adik Giok !"
Berubah hebat paras muka Oh Li cu saking
mendongkolnya namun ia masih berusaha untuk menahan
amarahnya dengan berkata ketus:
"Jarak dari Pek hoo cay sampai di Tay ang san mencapai
ribuan li jauhnya, aku lihat Gui hujin tidak usah berangkat
ke situ lagi."
Tok Nio cu segera berkerut kening, agak mendongkol dia
berseru.
"Aku pergi ke Tay ang san tujuannya tak lain untuk
menyeret pulang Harimau berkaki cebol si penghianat itu.
kebetulan saja aku bersua dengan adik Giok ditengah jalan
sehingga akhirnya kami putuskan untuk berangkat
bersama"
Dengan cepat Lan See giok menjumpai situasi yang
semakin tak beres, jika dia tidak berusaha melerai, sudah
pasti percekcokan antara Tok Nio cu dengan Oh Li cu akan
semakin bertambah sengit, malah bisa jadi suatu
pertarungan tak terelakkan.
Dalam keadaan demikian, satu ingatan segera melintas
di dalam benaknya dengan perasaan tak sabar serunya.
"Kalian berdua tak usah cekcok terus biar siaute
berangkat ke sana seorang diri saja!”
http://kangzusi.com/
Dengan diutarakannya perkataan tersebut, Tok Nio cu
dan Oh Li cu segera terbungkam dalam seribut bahasa.
Lan See giok segera merasa bahwa cara tersebut sangat
manjur sekali, Ini berarti dia pun sudah mengetahui sebab-
sebab utama dari perselisihan antara Tok Nio-cu dengan Oh
Li cu.
Tengah hari itu mereka bertiga bersantap di kota peng
kang tin, walaupun sepanjang ja1an mereka jumpai satu
dua orang lelaki berpakaian ringkas yang mirip orang-orang
dari kantor cabang Pek kang tin, namun orang-orang itu
sama sekali tidak menaruh perhatian khusus terhadap Lan
See giok bertiga.
Setelah meninggalkan kota Peng kang tin, betul juga,
seperti apa yang diduga Tok Nio-cu, tiada orang yang
menguntit mereka lagi.
Hal ini membuat Lan See giok, merasa semakin kagum
terhadap kemampuan Tok Nio cu, dia merasa perlu sekali
mengajak seseorang yang amat berpengalaman semacam
Tok Nio cu di dalam perjalanannya menuju ke Tay ang san
kali ini.
Sebaiknya Oh Li-cu merasa kagum juga terhadap
kecerdasan dan pengalaman Tok Nio cu, kendatipun
demikian, dia tetap merasa tak puas terhadap kesombongan
serta sikap tinggi hati Tok Nio-cu.
Sesuai dengan rencana dari Tok Nio cu, menjelang
maghrib hari ke dua mereka bertiga telah tiba di Tiang siu
tian, sebuah kota di kaki selatan bukit Tay ang san.
Tiang siu tian adalah sebuah kota keresidenan yang
cukup banyak penduduknya, banyak orang berdagang di
situ, sehingga tak heran kalau suasana kota ramai sekali.
http://kangzusi.com/
Deretan tanah perbukitan Tay ang san yang terjal dan
berbahaya terletak di sebelah utara kota.
Setelah memasuki kota, Lan See giok bertiga turun dari
kudanya di depan sebuah rumah penginapan yang paling
besar di kota itu.
Berhubung Tok Nio-cu berusia paling tua diantara ketiga
orang itu, secara otomatis Lan See giok membiarkan ia
berjalan di muka, sedangkan Oh Li cu dengan gembira
berjalan bersama pemuda itu di belakang nya.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di sebuah
pavilliun yang letaknya di ujung belakang rumah
penginapan.
Sementara mereka bertiga masih duduk bergurau,
mendadak seorang pelayan muncul dalam ruangan itu
dengan wajah panik dan langkah terburu-buru.
Lan See-giok tahu, tentu ada sesuatu yang tak beres,
ternyata pelayan itu membawa selembar kartu merah.
Seorang kacung yang melayani pavilliun itu cepat ke luar
dari ruangan, pelayan itupun menyerahkan kartu merah itu
ke tangan si kacung sambil meninggalkan pesan dengan
suara lirih.
Kemudian terlihat kacung itu manggut-manggut dan
masuk kembali-ke dalam ruangan.
Lan See-giok tidak begitu memahami atas semua
peraturan dunia persilatan, namun ia yakin kartu merah itu
dikirim oleh pihak orang-orang Tay ang san.
Setibanya lima langkah di depan meja, kacung itu
mengangkat kartu merah itu tinggi-tinggi, kemudian berseru
dengan suara nyaring.
http://kangzusi.com/
”Ketua cabang kota Tiang-siu tian. Liang Si-gwan, anak
buah ketua benteng dari Tay-ang-san dengan tiga puncak
sembilan tebing dua belas benteng, si lengan tunggal
penggetar langit Kiong Tek-ciong khusus datang
menghadap setelah mendengar akan kehadiran Gui hujin
dari Pek-ho-cay!”
Berubah paras muka Lan See giok mendengar perkataan
itu, dia tak mengira kalau Tok Nio cu mempunyai nama
yang begitu termasyhur dalam dunia persilatan.
Di samping itu diapun tahu akan julukan Kiong Tek-
ciong di bukit Tayang-san sebagai si lengan tunggal
penggetar langit.
-ooo0dw0ooo-

BAB 20
OH LI-CU yang melihat kejadian ini segera menjadi
percaya kalau burung merpati pertama yang terlihat mereka
tempo hari. dilepaskan lawan tak lain karena kehadiran Tok
Nio cu, hal ini membuat rasa tak puas yang semula
menyelimuti wajahnya seketika hilang lenyap tak berbekas.
Seorang dayang segera maju untuk menerima kartu
merah itu kemudian diangsurkan ke hadapan Tok Nio cu
dengan sikap yang amat menaruh hormat.
Tok Nio cu sama sekali tidak memandang sekejap pun,
kepada sang pelayan yang masih berdiri di depan halaman,
katanya kemudian dengan suara dalam.
"Tolong sampaikan kepada Liang toucu, kami baru
bersantap sampai di tengah jalan sehingga kurang leluasa
untuk menyambutnya, tunggu dulu sebentar, seusai
http://kangzusi.com/
bersantap akan kuutus seorang pelayan untuk mengundang
kehadiran Liang toucu ."
Pelayan yang berdiri ditengah halaman itu mengiakan
dengan hormat, kemudian buru-buru meninggalkan
halaman.
Tok Nio-cu tahu bahwa Lan See giok serta Oh Li-cu
sudah tak bernapsu lagi untuk bersantap. maka kepada
pelayan sekalian yang berdiri di situ ia menitahkan:
"Bersihkan semua sisa hidangan!"
Selesai berkata, ia memberi tanda kepada Lan See giok
serta Oh Li-cu kemudian mengundurkan diri dari ruangan.
Lan See giok berdua memahami maksud tersebut dan
mengikuti dari belakang.
Setibanya di halaman belakang, Tok Nio cu
memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling tempat itu,
kemudian ujarnya dengan suara yang amat lirih.
"Tiang siu kian merupakan pintu gerbang Tay ang san,
ketua cabang yang berada di sini merupakan seorang jagoan
yang setaraf kedudukannya dengan para caycu di atas
gunung, selain ilmu silatnya sangat hebat, kecerdasan dan
kelicikan mereka pun luar biasa. dia termasuk satu satunya
jagoan kepercayaan si beruang berlengan tunggal yang
paling tangguh, Liang si gwan orangnya sederhana. halus
dan seorang seniman. dia disebut orang Say go yong
(Tandingan Go Yong), akalnya tajam otaknya cerdas, bila
Liang Si gwan telah datang nanti, adik Giok boleh
mengutarakan maksud tujuanmu secara berterus terang.
sedangkan masalah lain lakukan menurut kode mataku"
Lan See giok segera mengangguk sambil mengiakan
berulang kali, Tok Nio cu segera berpaling pula kearah Oh
Li cu sambil menambahkan.
http://kangzusi.com/
"Jika Liang Si gwan menanyakan soal asal usul nona Oh,
kau harus menjawab seadanya saja dan tidak usah
membicarakan masalah orang tuamu serta masalah Wi-lim-
poo dengannya”
"Mengapa?" tanya Oh Li cu sambil berkerut kening
dengan wajah tidak mengerti.
Tok Nio cu tertawa hambar.
"Setelah ku utarakan nanti, harap nona Oh jangan
marah, sesungguhnya kedua belas orang caycu dari Tay ang
san seperti tak pernah memandang sebelah matapun
terhadap Wi-lim-poo, terutama sekali antara Kiong Tek
ciong dengan ayahmu agaknya seperti mempunyai suatu
dendam kesumat yang dalam."
Berubahlah paras muka Oh Li cu, dia menjadi marah,
serunya kemudian dengan cepat.
"Kali ini. akan kusuruh mereka rasakan kelihaian dari
anggota Wi-lim-poo!"
Lan See giok sendiripun segera merasa bahwa Tok Nio
cu kelewat memandang rendah pihak Wi-lim-poo, dengan
cepat dia memberi penjelasan.
"Wi-lim-poo mempunyai kekuatan yang besar di telaga
Phoa yang oh, kapal perang nya mencapai ratusan buah,
anggota benteng pun semuanya kekar dan berdisiplin tinggi,
berbicara soal kekuatan, belum tentu mereka berada di
bawah kekuatan Tay ang san."
Gembira nian perasaan Oh Li cu oleh karena Lan See-
giok membelai Wi-lim-poo tanpa terasa dia memandang
sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan mesra.
Tok Nio-cu tertawa hambar.
http://kangzusi.com/
"Dalam soal ini, cici rasanya jauh lebih jelas
daripadamu, kau lupa rupanya bahwa Tayang-san bukan
Phoa yang oh."
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, sekarang dia
baru teringat, biarpun Wi-lim-poo memiliki angkatan laut
yang kuat, namun memang tak berdaya sama sekali untuk
menghadapi pihak Tay ang san.
Oh Li cu tertawa dingin, dengan perasaan tak puas
kembali dia bertanya.
"Apa kau anggap keadaan medan dari bentengmu itu
jauh melebihi ketiga tebing sembilan puncak dari Tay ang
san, dan anggotanya jauh lebih banyak daripada kedua
belas caycu dari Tay ang san ."
Tok Nio-cu berkerut kening, kemudian menjawab
dengan angkuh:
"Walaupun Pek ho cay bukan terdiri dari dinding baja
tembok besi, namun penjagaan serta pertahanan kami kuat
sekali. kalau bukan seorang jago yang benar-benar sangat
hebat, jangan harap bisa memasuki Pek ho cay secara
mudah, bahkan mungkin jauh lebih sukar ketimbang
memasuki Tay ang san apalagi biarpun pihak Tay ong san
memiliki jago-jago yang tak terhitung jumlahnya, namun
belum tentu ada yang mampu menandingi kami suami istri
berdua."
Lan See giok pernah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri bagaimana si Beruang berlengan tunggal didesak
oleh Gui Pak ciang dari Pek ho cay sehingga mati kutunya,
karena itu dia lebih mempercayai perkataan perempuan itu.
PUCAT pias selembar wajah Oh Li cu setelah
mendengar perkataan itu, sekujur badannya gemetar keras,
dengan perasaan yang amat mendongkol katanya:
http://kangzusi.com/
"Kalau toh benteng kalian begitu tangguh dan hebat,
mengapa adik Giok bisa memasuki benteng kalian secara
mudah?"
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See giok,
lalu tertawa menggiurkan:
"Berapa banyak sih manusia di dunia ini yang memiliki
kepandaian silat sehebat adik Giok?"
Ucapan tersebut kontan membuat Oh Li cu tertegun.
seketika itu juga dia melupakan kegenitan Tok Nio-cu, dia
tidak tahu perkataan dari perempuan itu adalah kenyataan
ataukah hanya sengaja menyanjung adik Giok nya.
Lan See-giok kuatir kedua orang itu ribut lagi. cepat
ujarnya kepada Tok Nio-cu.
"Sisa hidangan di meja sudah dibersihkan aku rasa kau
harus mengirim orang untuk mengundang kehadiran Liang
toucu!"
Tok Nio-cu tertawa seraya mengangguk, mereka bertiga
segera kembali ke ruang tengah. .
Sementara Itu meja di tengah ruangan telah diatur
kembali dengan rapi, tiga cawan teh telah dihidangkan.
Kepada seorang kacung yang berdiri di luar ruangan.
Tok Nio-cu segera berseru dengan suara dalam.
"Undang kehadiran Liang toucu!"
Kacung itu mengiakan dengan cepat kemudian buru-
buru berjalan ke luar dari! halaman.
Beberapa saat kemudian, kacung itu sudah muncul
kembali dengan langkah tergesa gesa, begitu sampai di
depan pintu, dia segera berseru keras.
"Liang toucu tiba."
http://kangzusi.com/
"Silahkan!" jawab Tok Nio-cu tersenyum.
Kacung itu segera membalikkan badan dan berseru
kembali dengan lantang:
"Hujin mempersilahkan Liang toucu masuk!"
Dari depan pintu halaman segera berjalan masuk sesosok
bayangan manusia.
Dengan senyuman dikulum dan mata memancarkan
cahaya berkilat, Tok Nio-cu bangkit berdiri dari kursinya,
Lan See giok dan Oh Li-cu serentak turut bangkit berdiri
pula . . .
Yang dinamakan Liang Si gwan adalah seorang
sastrawan berusia tiga puluh tahunan, dia mengenakan
pakaian model sastrawan dengan wajah yang bersih, dari
kesederhanaannya bisa diketahui bahwa orang ini sangat
berbahaya.
Terutama sekali sepasang matanya yang memancarkan
sinar tajam dan wajahnya yang memancarkan keseriusan,
ini menunjukkan bahwa diapun seorang yang cerdas.
Begitu bersua dengan Tok Nio-cu, Liang Si gwan buru-
buru masuk ke ruang tamu dan memberi hormat sambil
katanya:
"Liang Si-gwan, ketua cabang Tiang-lu-tian dari Tay ang
san khusus datang menjumpai nyonya Gui!"
Tok Nio-cu tertawa hambar, kemudian menjawab
nyaring:
"Liang toucu tak usah banyak adat, silahkan duduk
berbincang-bincang!"
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan mengiakan, dia melirik sekejap ke arah
Lan See giok dan Oh Li cu yang duduk bersanding,
kemudian baru duduk di sisi sebelah kanan.
Lan See-giok dapat merasakan bahwa sikap hormat
Liang Si-gwan terhadap Tok Nio-cu sebagian disebabkan
karena baik Tok Nio-cu maupun si beruang berlengan
tunggal sama-sama merupakan jagoan yang mempunyai
kedudukan dalam dunia persilatan, selain itu juga
dikarenakan orang itu agak segan terhadap ilmu silatnya
yang hebat
Tapi jika dilihat dari kemampuan Tok Nio-cu sewaktu
bertempur melawan Oh Li cu di kota Siang-yang tempo
hari rasanya perempuan tersebut tidak memiliki ilmu silat
yang kelewat tangguh.
Dalam pada itu, Liang Si gwan telah memandang
sekejap kearah Lan See giok serta Oh Li cu, kemudian
sambil menjura sekali lagi kepada Tok Nio-cu, ia berkata:
"Berhubung berita kami terputus ditengah jalan sehingga
tak bisa menyambut kedatangan nyonya serta Lan siauhiap
suami istri di luar kota, sengaja aku datang kemari sekarang
untuk memohon maaf atas kekhilafan tersebut"
Lan See giok merasa sangat tidak tenang sesudah
mendengar Liang Si gwan salah mengira dia dan Oh Li cu
sebagai suami istri, namun diapun merasa kurang leluasa
untuk membantahnya, dihati kecilnya dia tahu, sudah pasti
hal tersebut terjadi karena percekcokan Oh Li cu dengan
Tok Nio-cu di Siang yang tempo hari.
Sebaiknya Oh Li cu kelihatan agak tersipu sipu, namun
dihati kecilnya menunjukkan senyuman penuh kepuasan.
Tok Nio-cu memandang sekejap ke arah Liang Si gwan,
kemudian sahutnya lembut.
http://kangzusi.com/
"Liang toucu kelewat merendah, adapun kedatangan
Kami kemari ada kalanya melalui jalan raya. ada kalanya
melalui jalan samping, mungkin soal inilah yang membuat
kalian tidak peroleh berita kami secara pasti.”
Atas pertanyaan tersebut. Liang Si gwan cuma dapat
mengangguk seadanya saja, setelah itu dia baru berkata
lebih jauh.
"Untuk kehadiran Nyonya serta Lan siauhiap suami istri,
aku telah peroleh pemberitahuan secara langsung dari
markas pusat, sehingga segala persiapan telah dilakukan
secara baik. Kini aku khusus datang kemari untuk
mengundang kalian bertiga, sudi mengunjungi
pesanggrahan Eng pia kek kami agar dapat dilayani lebih
baik."
"Tidak usah." tampik Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu.
"sekarang hari sudah malam, apa lagi kamarpun sudah
dipesan, tak usah mengganggu ketenangan kalian lagi.*
"Nyonya telah datang dari jauh untuk menjenguk kami,
sudah sewajarnya bila kami sambut kedatangan nyonya
dengan suatu perjamuan besar, paling tidak sebagai penebus
bagi kekhilafan kami yang tidak menyambut dari kejauhan"
cepat-cepat Liang Si gwan mendesak lagi.
Lan See-giok sadar, bila mereka sampai datang ke
pesanggrahan penyambut tamu agung itu, niscaya gerak-
geriknya menjadi kurang leluasa, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Tok Nio-cu telah berkata sambil
tertawa merdu.
"Kami sudah kenyang bersantap maupun minum arak,
perjamuan dari Liang Toucu biar kuhadiri di kemudian hari
saja."
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan sedikit mengerutkan dahi nya lalu berdiri
dengan sopan, katanya lembut:
"Nyonya dan Lan siauhiap telah menempuh perjalanan
selama berhari-hari, sekarang tubuh pasti penat dan perlu
beristirahat, aku tak akan mengganggu lebih lama lagi, biar
memohon diri sampai di sini saja."
Melihat hal ini Tok Nio-cu seperti teringat akan sesuatu,
keningnya berkerut dan matanya cerah, sekulum senyuman
halus dengan cepat menghiasi bibirnya yang merah.
Cepat dia bangkit berdiri lalu menjawab dengan riang.
"Selamat jalan Liong toucu, maaf bila aku tidak
menghantarmu”
Sementara berbicara, menggunakan kesempatan disaat
Liang Si gwan sedang memberi hormat, dengan cekatan
sekali dia memberi tanda kepada Lan See giok dan Oh Li cu
yang berdiri di sisinya.
Pada waktu. itu Lan See Giok dan Oh Li cu sedang
merasa geli atas sikap Liang Si Gwan yang begitu sopan
santun dan mau mengundurkan diri dengan begitu saja.
begitu melihat tanda rahasia dari Tok Nio-cu, ke dua orang
tersebut menjadi melongo dan tidak habis mengerti.
Sebaliknya Liong Si gwan yang mendengar ucapan Tok
Nio-cu yang merdu dan nyaring tersebut menjadi menggigil
karena terkejut, apalagi setelah menjura, ia menjumpai
senyuman yang begitu cerah di wajah perempuan tersebut,
wajahnya kontan berubah hebat.
Buru-buru serunya berulang kali.
"Nyonya tak usah menghantar lagi, nyonya -tak perlu
menghantar lagi . , . !"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata. matanya mengawasi tubuh Tok Nio-cu
lekat-lekat, sementara tubuhnya mengundurkan diri dengan
tergesa- gesa.
Berkerut kening Tok Nio-cu melihat sikap lawan,
sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat dan tanpa
terasa ia perdengarkan suara tertawa dingin yang penuh
mengandung hawa napsu membunuh.
Paras muka Liang Si gwan segera menunjukkan
perubahan yang semakin ngeri dan takut, sementara
gerakan tubuhnya yang mundur pun semakin bertambah
cepat.
Lan See giok sebagai seorang pemuda yang saleh dan
penuh cinta kasih, meski belum mempunyai pikiran yang
kelewat mendalam, toh ia dibuat tertegun juga oleh
peristiwa itu, tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya
telah terjadi?
Dalam pada itu Liang Si gwan telah mengundurkan diri
dari ruangan, sedang paras muka Tok Nio-cu telah berubah
menjadi hijau membesi mengerikan sekali . . .
Tiba. tiba . . .
Secepat sambaran petir Liang Si gwan membalikkan
tubuhnya, kemudian melejit ke tengah udara.
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, bentaknya secara
tiba-tiba, "Kawanan tikus, kau berarti kurang ajar . .”
Belum habis bentakan tersebut, tangan kanannya sudah
merogoh ke dalam saku dan cahaya biru berkilauan, dia
siap melepaskan serangan ke muka.
Lan See giok yang awas dengan cepat maju setindak, dia
cengkeram pergelangan tangan Tok Nio-cu, kemudian
http://kangzusi.com/
berpaling pula ke arah Liang Si gwan, ternyata orang itu
sudah tak nampak lagi bayangan tubuhnya.
Baru sekarang Lan See giok mengerti apa sebabnya
Liong Si gwan mengundurkan diri dari ruangan secara
tergesa - gesa, nampak nya orang itu kuatir sekali bila Tok
Nio-cu melepaskan serangannya yang keji.
Hanya ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, yaitu
apa sebabnya Tok Nio-cu hendak membunuh Liang-Si
gwan?
Ketika ia menunduk kembali, terlihat olehnya cahaya
biru berkilauan diantara jari-jari tangan Tok-Nio-cu yang
lembut, ada tiga bilah pisau terbang liu yap hui to berwarna
biru yang berada dalam genggamannya, jelas pisau-pisau
terbang tersebut sudah diberi racun yang amat jahat.
Pemuda itu tertegun, kemudian melepaskan
genggamannya atas tangan lawan.
Dengan sorot mata tajam Tok Nio-cu mengamati wajah
Lan See giok lekat-lekat, kemudian ujarnya dingin.
"Bila kau membiarkan dia kabur sekarang akhirnya pasti
akan menyesal sekali"
Lan See giok tertawa hambar, sahutnya serius:
"Biarkan saja perbuatan mereka mencurigakan, asal kita
tidak terlepas dari arah dan rel yang sebenarnya."
Merah padam selembar wajah Tok Nio-cu ucapan anak
muda tersebut membuatnya terbungkam dalam seribu
bahasa.
Oh Li cu yang berdiri di sampingnya memuji sekali atas
kecerdasan dan kecekatan Liang Si gwan bertindak, di
samping itu diapun merasakan betapa kejamnya Tok Nio-
cu, bahkan jauh di atas kekejaman sendiri,
http://kangzusi.com/
Namun begitu, dia pun tidak habis mengerti mengapa
Tok Nio-cu hendak turun tangan membunuh Liang Si
gwan.
Akhirnya dia bertanya keheranan.
"Apakah kau beranggapan dengan membunuh Liang Si
gwan, maka hal ini akan bermanfaat sekali dengan usaha
kita menuju Tay ang san . . . ?"
"Tentu saja," jawab Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu, "aku
berani memastikan Kiong Tek ciong dari Tay ang san
hingga kini masih belum tahu kalau kita bertiga sudah
berada di Tiang siu tian."
"Atas dasar apa kau berkata begini?", tanya oh Li cu
tidak puas,
Tok Nio-cu tertawa angkuh.
"Ditinjau dari kedatangan Liang Si gwan yang tergesa-
gesa, dapat dibuktikan kalau kehadiran kita disini telah
memberikan rasa kaget yang luar biasa baginya. dari situ
pula terbukti kalau pihak Tay ang san masih belum
mengetahui gerak gerik kita, Liang Si gwan mengundang
kita agar menginap di pesanggrahan penerima tamu, hal
tersebut tak lain bertujuan untuk mengurangi gerak gerik
kita, karena itulah tawarannya ku tampik, dia sudah
memastikan rupanya bahwa malam ini kita akan berangkat
ke Tay ang san, dan hal tersebut membuatnya merasakan
betapa gawatnya situasi, karena itu dia buru-buru minta diri
agar ada waktu cukup untuk melaporkan kejadian ini ke
markas besar dan membuat persiapan seperlunya."
Mendengar penjelasan tersebut, Lan See giok.
mengangguk berulang kali sembari memuji.
"Pandangan nyonya memang tepat sekali aku merasa
sangat kagum . . . !? "
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu merasa sangat tak senang karena selama ini
Lan See giok selalu memanggil dirinya dengan sebutan
"nyonya", namun dia sendiripun tak bisa memaksa pemuda
tersebut untuk memangginya dengan sebutan cici.
Melihat pemuda itu memuji Tok Nio-cu, Oh Li-cu segera
mendengus sambil segera mengalihkan pokok pembicaraan.
"Kalau dia menduga kita naik gunung tadi malam ini,
lebih baik kita sengaja berangkat esok pagi saja"
Waktu itu Tok Nio-cu sedang merasa tak senang hati,
mendengar ucapan mana dia segera tertawa dingin.
"Jika besok baru berangkat, aku yakin kecuali adik Giok
seorang, kau dan aku jangan harap bisa kembali dalam
keadaan hidup,"
Mendengar betapa seriusnya persoalan yang mereka
hadapi Lan See giok menyela.
"Kalau memang begitu mari kita berangkat sekarang
juga!"
"Bila berangkat sekarang, aku kuatir sudah agak
terlambat," kata Tok Nio-cu sambil memandang sekejap
pemuda tersebut dengan pandangan apa boleh buat.
Oh Li-cu menganggap sikap tersebut merupakan
kesengajaan Tok Nio-cu bersikap sok tegang, segera ujarnya
dingin.
"Aku tidak percaya kalau Tay ang san begitu hebat dan
menakutkan sehingga jauh lebih mengerikan dari pada
akherat . . : "
"Hmm. jika kau tak percaya mengapa kita tidak segera
berangkat untuk membuktikan sendiri?".
Berbicara sampai di situ, berangkatlah mereka bertiga
menuju ke ruang-belakang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu para pelayan dan kacung yang melayani
pesanggrahan tersebut sudah pada ketakutan dan
menyembunyikan diri di sudut ruangan, tak seorangpun
diantara mereka yang berani bersuara.
Tiba di halaman belakang, Lan See giok bertiga segera
melejit dan melompat naik ke atas atap rumah.
Waktu itu langit masih agak terang karena cahaya
rembulan. perkiraan baru mendekati kentongan kedua.
Memandang jauh ke muka, bukit Tayang san yang
angker berdiri di depan mata, bukit yang terjal dan
bayangan hitam yang menyelimuti seluruh tanah
perbukitan mendatangkan suasana, yang menggidikkan hati
bagi yang melihat .
Memandang tanah perbukitan itu. Tok- Nio-cu berkata
kemudian kepada sang pemuda
"Kalau dilihat dari keadaan, agaknya mereka masih
belum melakukan suatu persiapan yang ketat .”
Habis kesabaran Lan See giok setelah memandang bukit
Tayang san yang berada di depan mata, ujarnya cepat.
"Kalau toh memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga:"
Tidak membuang waktu lagi, ketiga orang itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan
berangkat menuju ke kaki bukit sebelah selatan.
Sementara mereka sedang menempuh per jalanan cepat
menuju ke arah tanah perbukitan itu, tiba-tiba .
Ditengah udara bergema suara burung yang terbang
melintas dari atas kepala mereka..
Lan See-giok segera menghentikan langkahnya sambil
mendongakkan kepalanya, di tengah kegelapan tampak ada
http://kangzusi.com/
selapis titik hitam sedang terbang melintas dengan gerakan
yang cepat sekali, jumlahnya mencapai puluhan. dan
burung-burung merpati itu semuanya terbang menuju
kearah bukit.
Berkerut kening Tok Nio-cu menyaksikan kesemuanya
itu, dia memandang sekejap ke arah Lan See giok yang
sedang memperhatikan burung-burung merpati itu, lalu
ujarnya agak mendongkol.
"Bila bersikap lemah terhadap kaum durjana, akibatnya
diri sendiri yang rugi, coba kalau Liang-Si-gwan kita bunuh,
tidak bakal kita jumpai kesulitan macam begini."
Sembari berkata, sinar matanya yang dingin seperti es
kembali dialihkan ke wajah Oh li-cu.
Berkobar amarah di dalam dada Oh Li-cu melihat sikap
lawannya. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun
secara tiba-tiba ia lihat diantara rombongan burung merpati
itu ada satu titik bayangan hitam yang menukik ke bawah
dan meluncur ke arah tanah tebing bersinar lentera di depan
situ.
Mencorong sinar terang dari balik mata Tok Nio-cu,
segera serunya keras-keras.
"Adik giok, di depan sana rupanya adalah Tebing mayat
menggelapar. ketuanya adalah si hakim paku hati, jika kita
serbu tebing tersebut secepatnya, aku rasa para bukit
lainnya pasti akan kelabakan dibuatnya.”
Selesai berkata dia lantas meluncur ke arah bukit itu
lebih dulu, Lan See-giok dan Oh li-cu yang tidak begitu
mengenal keadaan medan hanya bisa mengikuti di belakang
perempuan itu.
Memasuki mulut, bukit, angin malam terasa berhembus
kencang. menggunakan batuan karang dan pohon siong
http://kangzusi.com/
yang tumbuh di situ sebagai perlindungan, mereka bertiga
meneruskan perjalanannya ke atas.
Mendekati tempat bersinar lentera itu, Lan See giok
memandang sekejap sekitar sana, keningnya segera
berkerut, dia merasa keadaan medan di atas bukit Tay ang-
san ini tidak sebahaya apa yang dilukiskan Tok Nio-cu
sebelumnya.
Tok Nio-cu sendiri walaupun sudah dua kali
mengunjungi bukit Tay ang san, namun setiap kali bersama
Gui Pak ciang diundang sebagai tamu.
Kini keningnya berkerut setelah memandang keadaan
sekitar situ dan wajahnya memperlihatkan perasaan serba
salah, diam-diam ia mencoba untuk melihat kembali kearah
manakah mereka harus meneruskan perjalanannya,
Berbeda sekali dengan Oh li-cu, sesudah melihat keadaan
medan dibukit-bukit
Tay ang-san ini, dia baru sadar bahwa keadaan Wi-lim-
poo dimana ia berdiam memang tidak sebahaya dan seterjal
keadaan medan di tempat ini.
Sementara itu Lan See-giok telah melihat sebuah terjalan
dinding tebing pada puluhan kaki diarah barat daya mereka,
satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya lalu ia
berbisik.
"Bila keadaan medan sudah curam dan berbahaya,
kebanyakan penjagaan yang mereka lakukan tidak terlalu
ketat, mari kita turun ke bawah melalui dinding tebing itu
saja"
Tok Nio-cu dan Oh li-cu menjumpai dinding tebing yang
dimaksud tingginya mencapai ratusan kaki, di atas
ditebingpun seperti dipenuhi batuan cadas dan semak
http://kangzusi.com/
belukar, karena yakin mereka masih sanggup untuk
melewatinya, maka kedua orang itu segera mengangguk.
Mereka bertiga tidak ragu lagi dan langsung menuju ke
tebing curam tersebut, tiba di situ Lan See-giok segera
memimpin dengan melompat naik lebih dahulu.
Agak tertegun Oh li-cu sesudah menyaksikan gerakan
tubuh Lan See-giok ketika melompat naik, gerakan begitu
cepat seperti burung elang, dalam sekali lompatan saja
beberapa kaki bisa melampaui secara mudah.
Baru sekarang dia membuktikan ucapan dari Tok Nio-
cu, jadi rupanya perempuan itu bukan mengumpak atau
menyanjung kehebatan adik giok nya.
Di samping itu diapun amat terkejut atas kepesatan ilmu
silat yang diperoleh pemuda tersebut dalam setahun
belakangan ini. .
Ketika memandang pula kearah Tok Nio-cu, dilihatnya
perempuan itu pun bisa bergerak dengan enteng dan
cekatan, kenyataan menunjukkan bahwa-ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki nya masih kalah setingkat jika
dibandingkan dengan perempuan tersebut.
Dalam keadaan was-was dan prihatin, gadis tersebut
turut melompat naik dengan menghimpun seluruh
kekuatannya.
Sementara itu Lan See-giok telah berubah wajahnya
setelah memandang keadaan di seputar sana, rupanya di
sepanjang tebing itu ditemukan banyak sekali balok kayu
dan batu-batu cadas yang digulingkan ke bawah.
Mungkin saking kagetnya, tanpa terasa dia sampai
menghentikan langkahnya di atas sebatang pohon
http://kangzusi.com/
Menengok ke bawah. di jumpainya Tok Nio-cu serta Oh
li-cu masih berada puluhan kaki di bawahnya, baru
sekarang ia merasakan betapa berbahayanya keadaan di
sekitar situ.
Sedikit saja mereka bertindak kurang hati-hati, batu besar
dan kayu raksasa yang dipersiapkan di tepi tebing niscaya
akan mengguling ke bawah, dan bila hal ini sampai terjadi,
niscaya mereka bertiga akan mati dengan tubuh hancur
berantakan.
Dalam keadaan begini. tiba-tiba saja pemuda itu
merasakan bahwa kehadiran Tok, Nio-cu bersama Oh li cu
justru merupakan suatu beban baginya, karena itu dia
mengulapkan tangannya berulang kali memberi tanda agar
mereka berdua mendekati ke arahnya.
Tok Nio-cu dan Oh Li-cu segera menangkap tanda
tersebut, di dalam beberapa kali lompatan saja mereka
sudah menghampirinya. Tok Nio-cu tiba pada sasaran lebih
dulu, tapi berhubung pohon itu pendek lagi kecil
memanfaatkan kesempatan tersebut dia berpegangan pada
lengan kanan sang pemuda sambil menempelkan tubuhnya
ke depan payudaranya yang montok dan empuk otomatis
menempel sebagian di atas lengan kanan si anak muda
tersebut.,
Sayang sekali Lan See-giok yang berada dalam keadaan
berbahaya sama sekali tidak berminat untuk
memperhatikan kesemuanya itu, dia segera bertindak pula
menarik tangan Oh li-cu.
Setibanya di atas pohon, Oh li cu baru menjumpai
bagaimana Tok Nio-cu bersandar di atas tubuh kekasihnya,
api cemburu segera membara dan api amarahpun berkobar.
Tapi sebelum ia sempat mengumpatkan kata katanya,
Lan See-giok telah menunjuk ke atas tebing di depan sana.
http://kangzusi.com/
Apa yang terlihat hampir saja membuat Oh li-cu
menjerit, tubuhnya segera menggigil karena ketakutan,
nyaris dia jatuh tertelungkup ke bawah, api cemburu yang
semula berkobar pun seketika menjadi padam.
Mimpi pun dia tak menyangka bahwa tempat dimana ia,
berada sekarang merupakan suatu tempat yang begitu
berbahaya sehingga setiap saat besar kemungkinannya akan
merenggut jiwa mereka.
Berbeda sekali dengan keadaan Tok Nio-cu dia tetap
bersikap acuh tak acuh terhadap batuan besar dan balok
kayu di sekitarnya tebing tersebut, malah sambil tertawa
hambar, dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
menempelkan bibirnya di sisi telinga sang pemuda sembari
berbisik lirih:
"Adik Giok keselamatanku dan nona Oh sudah
mencapai titik yang kritis dan kemungkinan besar akan
hilang setiap saat, aku ingin tahu dengan cara apakah
engkau menyelamatkan kami sekarang?”
Oh li-cu yang melihat kesemuanya ini, di samping
merasa kagum atas ketenangan Tok Nio-cu di dalam
menghadapi masalah, ia pun mendongkol kepadanya
karena perempuan itu pandai memanfaatkan kesempatan
untuk bermesraan dengan kekasihnya.
Sedemikian mendongkolnya dan mangkelnya dia,
hampir saja dia tak tahan untuk berteriak-teriak agar pihak
atas tebing melepaskan batu dan balok kayunya sehingga
mereka bertiga mampus bersama.
Merah padam selembar wajah Lan See -giok atas
pertanyaan tadi, agak tersipu-sipu sahutnya:
"Mari kalian ikuti aku naik ke atas tebing setibanya di
situ, gunakanlah kesempatan disaat ku terjang para
http://kangzusi.com/
penjaganya. kalian berdua menggunakan tali untuk
melompat naik."
Tok Nio-cu dan Oh li cu mengangguk bersama dan
mengikuti di belakang Lan See -giok untuk melanjutkan
gerakannya menuju ke atas tebing, sebisa mungkin mereka
mencoba untuk mengurangi suara yang di timbulkan dari
baju mereka
Setibanya dibawa tumpukan batu cadas dan balok kayu
tersebut, pertama tama Lan See giok memberi tanda dulu
kepada Tok Nio-cu serta Oh Li cu, kemudian tubuhnya
melejit ke atas dan menerjang ke arah tali yang
mengendalikan tumpukan batu karang serta balok kayu
tersebut
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu serta Oh Li cu
melihat kejadian itu, saking kagetnya hampir saja mereka
menjerit tertahan.
Tiba-tiba mereka saksikan Lan See giok menyambar tali
sambil berayunan ditengah udara, kemudian dalam satu
jumpalitan ia sudah melenting ke atas.
Disaat sepasang kaki Lan See giok mencapai permukaan
tebing dan belum sempat melihat pemandangan di
sekitarnya, mendadak dari tebing itu kedengaran seseorang
membentak keras.
"Siapa di situ?"
Sebilah anak panah tiba-tiba dibidikkan ke arahnya.
Lan See giok sangat terkejut, dia rendahkan bahunya
sambil menghindar, anak panah itu segera melesat melalui
sisi telinga nya, keadaan berbahaya sekali.
http://kangzusi.com/
Setelah itu dia baru melihat seorang lelaki kekar sedang
mengangkat goloknya dengan gugup untuk siap dibacokkan
ke atas tali pengendali jebakan.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian tersebut, ia membentak keras, tubuhnya melejit ke
udara dan kelima jari tangan kanannya memancarkan lima
gulung desingan angin jari yang tajam menyambar tubuh
lelaki itu.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema
memecahkan keheningan, lelaki bergolok itu melejit lalu
roboh terkapar di atas tanah..
Apa mau dikata, goloknya yang besar kebetulan sekali
terjatuh di sisi tali tersebut dan tak ampun tali tadi menjadi
putus.
Melihat hal ini Lan See giok membentak keras, dengan
hati terkejut ia meluncur ke bawah secepat kilat, dengan
bentakan kaki kanannya dia injak tali yang putus itu agar
berhenti.
Disaat ujung kaki Lan See-giok menginjak tali yang
putus itu, dua kali desingan tajam telah meluncur tiba, dua
batang anak panah menyambar ke tubuhnya disertai
desingan angin tajam.
Lan See-giok sama sekali tidak bergeser dari posisi
semula, dengan menghimpun tenaga dalamnya ke ujung
baju kanan ia mengebaskannya ke muka, kedua batang
anak panah tersebut segera disapunya sehingga mencelat.
Sementara itu di atas tebing tadi sudah berkumandang
suara teriakan-teriakan yang gegap gempita, diantara
cahaya tajam yang berkilauan. segenap lelaki penjaga tebing
telah mengayunkan goloknya untuk membacok putus tali
pengendali alat jebakan itu.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat suasana menjadi sangat ramai dan
gaduh, keadaanpun terasa bertambah tegang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring bergema di udara,
bayangan manusia berkelebat lewat, Tok Nio-cu telah
melompat naik ke atas puncak tebing. menyusul kemudian
Oh Li-cu dengan pedang terhunus mengikuti di
belakangnya.
Bagaikan melepaskan beban yang berat Lan See-giok
mengangkat kaki kanannya..
Suara gemuruh yang memekikkan telinga pun bergema
memecahkan keheningan, berhubung tali pengendali alat
jebakan itu terlepas, maka secara otomatis batu cadas dan
balok kayu raksasa yang telah dipersiapkan pun
berhamburan memuntah ke bawah tebing sana ..Bentakan -
bentakan keras bergema dari empat penjuru, kawanan
penjaga di situ bersama-sama mengayunkan senjatanya
sambil menerkam ke arah muka.
Oh Li-cu berkerut kening, wajahnya dingin seperti es,
sambil membentak dia menerjang ke muka, pedangnya
diayun kian kemari melepaskan bacokan-bacokan maut.
Dalam pada itu Lan See-giok beranggapan kalau
tujuannya datang ke sana adalah menemukan Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong secepatnya, dia merasa
tidak ada perlunya untuk melibatkan diri dalam
pembantaian di situ.
Mendadak ia membentak dengan suara keras.
"Enci Cu. hentikan seranganmu!"
Belum habis ia berseru, puluhan orang lelaki kekar itu
sudah menerjang tiba, mereka masing - masing
mengayunkan senjatanya mengancam tubuh Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Li cu diiringi senyuman
dingin yang menggidikkan hati, dia lepaskan sebuah
bacokan kilat ke arah dua bilah golok yang berada di
hadapannya dengan jurus serangan menyikap awan melihat
sang surya:
"Trriiing traang . . . "
Letupan bunga api segera memancar ke empat penjuru,
dua bilah golok besar itu tersampok hingga mencelat ke
samping. menyusul bentakan keras, cahaya tajam
menyambar lewat dan dua jeritan ngeri yang memilukan
hati segera bergema memecah kan keheningan.
Diantara darah segar yang memancar ke mana-mana, ke
dua orang lelaki itu tergeletak mampus di atas tanah.
Puluhan orang lelaki lainnya serentak menyerbu ke
depan dan mengepung Oh Li cu ketat-ketat, diiringi
bentakan-bentakan nyaring serangan dilancarkan bertubi
tubi. Tentu saja oh Li cu tak akan memandang sebelah
matapun terhadap kawanan manusia tersebut, pedangnya
dengan jurus Hujan angin di delapan penjuru, ia ciptakan
lapisan cahaya pedang yang membukit dan mendesak
kawanan lelaki itu,
Sementara itu dari kejauhan sana tampak cahaya api
memancar ke udara, nampaknya sebatang anak panah
berapi telah dibidikkan ke tengah udara.
Dengan cepat Lan See giok dapat melihat bagaimana
kawanan lelaki yang memenuhi itu kian lama kian
bertambah banyak, bila keadaan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, sebagaimana yang dikatakan Tok Nio-
cu, dia harus melakukan pembantaian secara besar besaran
atas orang-orang yang berada di tiga tebing sembilan
puncak dan dua belas benteng sebelum bisa bertemu dengan
http://kangzusi.com/
sasaran utamanya. bila hal sampai terjadi, niscaya dia
sudah akan mati kelelahan lebih dulu dibukit Tay ang-san.
Baru saja dia hendak membentak Oh Li cu agar
menghentikan pertarungan, mendadak Tok Nio-cu yang
berdiri angkuh di arena telah membentak nyaring.
"Tok Nio-cu berada disini, kalian semua cepat hentikan
pertarungan”
Mendengar nama "Tok Nio-cu". kawanan lelaki
bersenjata yang sedang menerjang tiba serentak
menghentikan langkahnya, sedangkan puluhan orang lelaki
yang mengepung Oh Li cu juga serentak mengundurkan
diri, beratus ratus pasang mata yang kaget dan ngeri
bersama sama dialihkan ke wajah Tok Nio-cu.
Lan See giok serta Oh Li cu yang menjumpai hal tersebut
menjadi tertegun, mereka berdua sama sekali tak menduga
kalau Tok Nio-cu memiliki daya pengaruh yang begitu
besar.
Kembali terdengar Tok Nio-cu membentak dengan suara
dingin:
"Mana hiangcu kalian yang bertanggung jawab di tempat
ini?"
Mendapat pertanyaan tersebut, puluhan orang lelaki
yang berada di sekitar tempat Itu menjadi celingukan kian
kemari tak lama kemudian dari kejauhan sana tampak tiga
sosok bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi.
"Ho hiangcu telah datang!"- serentak puluhan orang
lelaki itu berseru bersama.
Lan See-giok segera menengok ke muka, ternyata ketiga
sosok bayangan manusia yang sedang bergerak mendekat
http://kangzusi.com/
itu adalah tiga orang lelaki yang berusia diantara tiga puluh
tahunan.
Salah seorang diantaranya mengenakan baju merah
dengan senjata tombak pendek, alis matanya tebal matanya
besar dan berperawakan tinggi besar lagi kekar.
Sedangkan dua orang lainnya berbaju abu-abu dengan
menyoren golok dipunggungnya mungkin para komandan
regu di bawah pimpinannya. Tatkala ketiga orang itu sudah
mencapai lima kaki dari mereka, tampak kawanan lelaki
lainnya sama-sama menyingkir ke samping untuk memberi
jalan lewat.
Lelaki berpakaian ringkas yang berada ditengah itu
segera maju ke muka dengan dada dibusungkan dan
langkah lebar. sepasang matanya yang bulat besar dan
bercahaya mula-mula memandang sekejap ke arah dua
sosok mayat yang terkapar di atas genangan darah itu.
Tok Nio-cu tidak menunggu sampai lelaki tadi berdiri
tegak, dengan suara dalam ia lantas menegur:
"Apakah kau adalah Ho hiangcu yang bertanggung
jawab atas tebing sebelah timur ini ?"
Lelaki itu berhenti melangkah lalu menjawab dengan
suara tajam: "Betul, akulah Ho hiangcu, ada urusan apa
nyonya datang membunuh orang ditengah malam buta
begini?"
Sambil berbicara, sorot matanya yang tajam memandang
sekejap kearah Oh Li cu yang membawa pedang terhunus
serta Lan See-giok yang berdiri tak jauh darinya.
Sebelum Tok Nio-cu menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
terdengar Oh Li-cu menimbrung sambil tertawa dingin.
http://kangzusi.com/
"Akulah yang membunuh mereka, urusan sama sekali
tiada sangkut pautnya dengan dia!"
Ho Hiangcu segera berpaling dan menatap wajah Oh Li-
cu penuh amarah, tegurnya kemudian.
"Nona, siapa namamu? Ada urusan apa kau datang
membunuh orang ditengah malam buta?"
"Hmm!" Oh Li cu mendengus menghina, "siapakah
namamu, selain Kiong Tek-ciong sendiri, siapa saja tidak
berhak untuk mengetahuinya."
Ho hiangcu seketika naik darah. alis mata nya berkernyit
lalu bentaknya keras-keras.
"Biarpun aku tidak berhak untuk menanyakan namamu,
namun aku berhak untuk membunuhmu guna
membalaskan dendam bagi kematian kedua orang anak
buahku"
Sambil membentak tubuhnya menerjang ke muka,
senjata tombak pendeknya disapu ke muka, menyambar
pinggang Oh Li cu.
Tampaknya Tok Nio-cu ada maksud untuk menilai ilmu
silat yang dimiliki Oh Li cu, sebaliknya Oh Li cu sendiripun
berhasrat untuk menunjukkan kehebatan Wi-lim-poo,
karenanya sambil tertawa dingin tubuhnya bergerak secepat
kilat, dengan begitu sapuan senjata lawan mengenai sasaran
kosong,
Menyusul kemudian ia membentak nyaring pedangnya
dilancarkan secara bertubi tubi melepaskan tiga serangan
berantai yang mengancam atas tengah dan bawah tubuh
lawan, yaitu bagian tenggorokan, dada serta lambung.
Sesungguhnya Ho Hiangcu datang ke situ dengan tugas
untuk berusaha mengulur waktu selama lamanya, tidak
http://kangzusi.com/
heran kalau dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengajak Oh Li-cu bertarung.
Kendaripun demikian, mimpi pun dia tidak mengira
kalau kekejaman Oh Lieu sebetulnya jauh melebihi
kekejaman Tok Nio-cu sendiri.
Baru saja serangannya gagal, cahaya tajam telah
menyambar tiba, dalam kaget nya dia segera melompat
mundur ke belakang
Sudah barang tentu Oh Li-cu tak sudi membiarkan
musuhnya kabur, ia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan
melakukan pengejaran dari belakang.
Belum sempat sepasang kaki Ho hiangcu menginjak
tanah, tahu-tahu Oh Li cu sudah menyusul tiba, diiringi
bentakan keras, pedangnya meluncur ke muka menusuk
lambung Ho hiangcu.
Melihat pemimpin mereka diserang, dua orang lelaki
berbaju abu-abu lainnya segera membentak keras, sambil
mengayunkan golok mereka membacok Oh Li cu.
Lan See giok sangat gusar atas kejadian ini, dia hendak
melepaskan sentilan jarinya untuk merobohkan lawan, tapi
sebelum ia bertindak, Tok Nio-cu telah membentak lebih
dulu.
"Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kau!"
Dua titik cahaya biru diiringi desingan angin tajam
menyambar ke wajah ke dua orang lelaki tersebut,
kecepatannya luar biasa sekali, dalam sekilas berkelebat
tahu-tahu sudah tiba di sasaran.
Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memenuhi angkasa, dua orang komandan pasukan itu
membuang senjatanya sambil menutupi wajah sendiri
http://kangzusi.com/
dengan kedua belah tangan, tubuhnya segera terjungkal ke
tanah.
Ho Hiangcu pun berteriak keras, dada dan lambungnya
tersayat hingga robek, isi perutnya berhamburan ke luar
semua, tentu saja selembar jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
Suasana dalam arena menjadi amat kalut dan kacau
tidak karuan, berpuluh puluh orang lelaki bersenjata golok
itu sama-sama mengayunkan senjatanya sambil menjerit-
jerit, namun tak seorang pun di antara mereka yang berani
mendekati lawannya.
Tok Nio-cu segera melihat bahwa kesempatan baik ini
tak boleh dibuang dengan begitu saja, kepada Lan See giok
serunya:
"Ayo berangkat!"
Mereka bertiga segera berangkat menuju kearah mana
cahaya lentera bersumber.
Melihat musuhnya beranjak pergi. Puluhan orang lelaki
itu sama - sama memutar senjata sambil membentak,
serentak mereka lakukan pengejaran.
Ditengah gerakannya meluncur ke depan tiba-tiba Lan
See giok berpaling dan ujarnya kepada Tok Nio-cu serta Oh
Li-cu.
"Kita tak usah membuang waktu percuma di tempat-
tempat semacam itu, yang penting terus menemukan si
Beruang berlengan tunggal secepatnya!"
Oh li cu manggut berulang kali tanpa menjawab,
sedangkan Tok Nio-cu segera menjelaskan:
http://kangzusi.com/
"Tanpa melalui sembilan puncak dengan tiga tebingnya
mustahil kita dapat memasuki puncak Keng thian hong
dimana markas besar Kiong Tek ciong terletak."
Sementara pembicaraan berlangsung, cahaya lentera
yang terang benderang dimuka situ tinggal sepuluh kaki
lagi, sementara kawanan lelaki yang mengejar dari belakang
makin lama semakin mendekat.
Tatkala Tok Nio-cu melihat cahaya api itu berasal dari
obor-obor yang disulut di atas dinding benteng, mendadak
ia menjerit kaget, "Hei, cepat berhenti!"
Lan See-giok tahu tentu ada sesuatu hal yang tak beres,
tiba-tiba saja dia hentikan gerakan tubuhnya.
Oh Li cu juga berusaha untuk menghentikan gerakan
tubuhnya, namun berhubung peringatan tersebut datangnya
terlalu mendadak, membuat tubuhnya tetap maju sejauh
tujuh depa sebelum bisa berhenti.
Bersamaan waktunya dengan berhentinya ketiga orang
itu, dari atas dinding benteng kedengaran suara teriakan
keras. lalu secara tiba-tiba muncul puluhan sosok bayangan,
manusia, suara gendewa dipentang orangpun bergema,
panah-panah berapi berhamburan ke arah mereka seperti
sambaran petir.
Gusar sekali Lan See giok melihat kejadian ini, serta
merta ia meraba pinggangnya sambil melepaskan senjata
gurdinya, cahaya emas dengan cepat, memancar ke empat
penjuru, bayangan gurdi membukit dan semua panah berapi
yang menyambar datang kena dipukul sampai terpental ke
mana-mana.
Tok Nio-cu berkelebat maju ke muka lalu
menyembunyikan diri di belakang tubuh Lan See-giok.
Mendadak terdengar jeritan lengking bergema di udara.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terperanjat Lan See-giok berpaling, apa
yang terlihat membuatnya sangat kaget, secepat sambaran
petir dia memutar senjata gurdi emasnya sambil buru-buru
bergeser mendekati Oh Li cu.
Ketika mendengar jeritan dari Oh Li cu, Tok Nio-cu
sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, apalagi setelah
menengok ke samping, ia bertambah kaget,
Ternyata bahu bagian belakang gadis itu sudah tertancap
sebatang anak panah, biarpun api sudah padam tapi masih
mengepulkan asap tebal.
Sebaliknya Oh Li cu masih memutar pedangnya ke sana
kemari tanpa berhenti.
Tok Nio-cu tahu, panah itu menancap di tubuh sang
gadis karena terpental oleh putaran senjata Lan See-giok
sendiri, dengan perasaan terkejut ia segera berteriak keras
"Ayo cepat kembali!"
Sementara berbicara, Lan See giok sudah berada tiga
depa dari Oh Li cu, ujung baju kirinya segera dikebaskan ke
muka, anak panah yang menancap dibahu belakang Oh Li
cu pun segera rontok ke tanah.
Sekali lagi Tok- Nio-cu berseru.
"Adik Giok, cepat mundur, panah berapi itu
mengandung racun belerang yang sangat jahat, luka dari
nona Oh perlu diohati dengan segera.."
Lan See giok merasa sangat tidak tenang apalagi setelah
mendengar panah berapi itu beracun, hilang niatnya untuk
melanjutkan perjalanan.
Setelah mengangguk berulang kali. dia memutar senjata
gurdi emasnya sambil mengundurkan diri.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, puluhan orang lelaki yang semula
mengejar mereka, semenjak tadi telan menghentikan diri di
luar jangkauan anak-anak panah beracun itu. tiada
seorangpun yang maju ke depan, tiada orang pula yang
berteriak.
Sewaktu menyaksikan Lan See giok dan Tok Nio-cu
bertiga muncul kembali, serentak mereka membubarkan diri
untuk mencari selamat.
Lan See giok, Tok Nio-cu dan Oh Li-cu mengundurkan
diri sampai di luar jangkauan anak panah berapi. dengan
cepat mereka mencari batu besar sebagai tempat
perlindungan,
Pada saat inilah mendadak dari atas dinding benteng
berkumandang suara gelak tertawa seseorang yang penuh
kegembiraan.
"Haaahhh . haaahhh . haaahhh. . Tok Nio-cu, malam ini
aku si Hakim paku hati pasti akan menyuruh kau
menggoyang pinggul kian kemari sebelum, merasakan
kehebatanku."
Ucapan itu sudah jelas mengandung nada yang cabul lagi
kotor, tidak heran jika Lan See giok menjadi amat gusar,
hawa napsu membunuhnya segera timbul, tapi dia tak bisa
menghukum manusia jahanam tersebut pada detik itu juga.
Sebaliknya paras muka Oh Li cu dan Tok Nio-cu
berubah menjadi merah membara, tentu saja Tok Nio-cu
segan-menjawab kata-kata cabul dari si Hakim paku hati
tersebut.
Dengan cepat dia memeriksa keadaan luka yang diderita
On Li-cu, kemudian bertanya.
"Nona Oh, apakah kau mempunyai obat penawar racun
yang lebih mustajab?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya tanpa
menjawab.
Dengan nada susah Tok Nio-cu kembali berkata.
"Walaupun aku mempunyai bubuk penawar racun, tapi
sayang setelah dibubuhkan akan menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa."
Oh Li cu menjadi sangat mendongkol.
"Walaupun ayahku mempunyai pil penawar racun yang
bagus, sayang aku tidak membawanya,"
Tergerak perasaan Lan See giok mendengar perkataan
itu, tanyanya kemudian tak mengerti.
"Apakah kau maksudkan ketiga butir pil mestika yang
kau berikan kepadaku tempo hari?"
Berkilat sepasang mata Oh Li-cu, kejut dan girang dia
menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Benar, benar, ayo cepat keluarkan dan berikan
kepadaku adik Giok”
Lan See giok tak berani berayal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil lalu diserahkan
kepada Oh Li cu- -
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
membentak sambil menggertak gigi:
"Manusia-manusia bodoh, nampaknya kalian benar-
benar ingin mencari mampus!"
Lan See giok segera berpaling, ternyata puluhan orang
lelaki berpakaian ringkas itu dengan langkah berhati hati
dan senjata terhunus sedang mendekati tempat mereka
berada.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tok Nio-cu membentak keras, tangannya
disambit ke depan melepaskan dua butir peluru api beracun.
Dua gulung bola api yang memancarkan sinar biru,
diiringi suara desingan dan mengepulkan kabut hijau yang
tebal segera meluncur ke tubuh puluhan orang lelaki
tersebut.
Berubah hebat paras muka puluhan lelaki itu, suasana
menjadi kalut dan serentak
semua orang membubarkan diri dengan perasaan panik
ketakutan setengah mati.
Sambil tertawa dingin sekali lagi, Tok Nio-cu
membentak keras. "Sebelum meninggalkan nyawa. Apakah
kalian ingin pergi dengan begitu saja?"
Kembali tangannya diayunkan ke depan, segulung api,
biru secepat kilat meluncur ke depan menubruk ke dua butir
peluru api beracun pertama yang sedang meluncur ke
bawah.
"Blaammm! Blaammm!"
Sewaktu ke empat butir peluru api beracun itu saling
bertumbukan di tengah udara terjadilah ledakan yang gegap
gempita.
Akibat dari ledakan tersebut, ke empat gumpalan api biru
tadi segera berubah menjadi beratus ratus api bintang yang
meluruk ke empat penjuru dan berhamburan kemana mana.
Melihat bunga api yang beterbangan itu, pucat pias
wajah puluhan lelaki kekar itu, mereka jadi ketakutan
setengah mati hingga sukma serasa melayang meninggalkan
raganya.
Suasana jadi panik, semua orang berdesak desakan agar
bisa kabur lebih cepat lagi,
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat sembilan orang, di antara mereka
yang sudah terpercik api tersebut, tak ampun mereka
bergulingan di atas tanah sambil menjerit jerit kesakitan,
suasana mengerikan dan mengenaskan sekali.
Berubah hebat wajah Lan See giok melihat kesemuanya
itu, tanpa terasa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bagaimana pun juga Tok Nio-cu memang pantas diberi
julukan perempuan beracun, sebab dari kekejamannya hal
ini, memang sesuai dengan keadaan tersebut.
Sesungguhnya Tok Nio-cu bisa disebut orang sebagai
perempuan beracun karena konon dia memiliki enam
macam senjata rahasia yang beracun itu, di samping itu
entah masih terdapat beberapa macam lagi benda-benda
beracun yang digembolnya.
Menjumpai Lan See-giok menggeleng sambil menghela
napas, Oh Li cu segera berkata dingin.
"Sewaktu terkena panah berapi tadi, nyaris akupun ikut
hendak bergulingan di atas tanah, waktu itu, mengapa kau
tidak merasa sakit hati dan sedih? Mengapa kau tidak
mengeluh sambil memeriksa keadaan lukaku?"
Sambil berkata dia melemparkan sebutir pil berwarna
merah yang diserahkan kepada Tok Nio-cu. kemudian
mengembalikan botol kecil itu ke tangan sang pemuda. .
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, setelah
menerima botol tadi diapun segera memeriksa keadaan luka
dari Oh Li-cu.
Di atas bahu bagian belakangnya yang putih dan halus,
sekarang telah bertambah dengan sebuah jalur panjang
mulut luka yang berdarah, darah hitam yang busuk masih
ke luar tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
Ditengah suasana penuh jerit kesakitan yang memilukan
hati, sikap Tok Nio-cu masih tetap acuh tak acuh seolah-
olah sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana di
hadapannya.
Setelah menerima pil kecil itu, cepat dia meremasnya
menjadi bubuk lalu ditebarkan di atas mulut luka Oh Li-cu.
Kemudian dari tangan si nona dia mengambil secarik
sapu tangan, menyingkap pakaiannya dan menyeka air
darah berwarna hitam itu . . .
Mendadak sekujur badan Tok Nio-cu gemetar keras,
wajahnya berubah hebat, sorot matanya yang jeli
mengawasi mulut luka Oh Li-cu tanpa berkedip, ia seolah-
olah tertegun dibuatnya.
Dengan perasaan terkejut bercampur tidak habis
mengerti, Lan See giok segera menegur:
"Nyonya, mengapa . . . mengapa kau. . .?"
Oh Li-cu juga merasakan keanehan lawan, cepat ia
berpaling lalu mengawasi Tok Nio-cu yang masih termangu
mangu, sedih itu dengan perasaan tak habis mengerti.
Menanti Tok Nio-cu peroleh kesadarannya kembali,
mendadak dia memeluk tubuh Oh Li-cu kencang-kencang
sambil menangis tersedu sedu penuh kesedihan.
Sambil menangis terisak, ia berseru berulang kali.
"Adikku., ooh..kau adalah adik ku yang patut dikasihani. ."!
Tentu saja sikap Tok Nio-cu yang sangat tiba-tiba ini
sama sekali di luar dugaan Lan See giok serta Oh Li cu,
tidak heran kalau mereka dibuat tertegun dan kelabakan,
lama sekali mereka berdua hanya bisa memandang
perempuan itu tanpa memahami apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
http://kangzusi.com/
Puluhan lelaki yang sudah kabur di kejauhan sana,
sekarang juga menoleh dengan perasaan kaget.
Sebaliknya ke sembilan lelaki yang tubuhnya terjilat api
beracun itu sudah melarikan diri kalang kabut, tentu saja
mereka tak sempat lagi memperdulikan jerit tangis Tok Nio-
cu yang mendadak itu
Memang semenjak pandangan pertama tempo hari, Lan
See-giok sudah merasa bahwa wajah Tok Nio-cu agak mirip
dengan wajah Oh Li cu, keadaan yang terpentang di depan
mata sekarang membuatnya segera mengerti.
Sambil menjerit kaget katanya kemudian. "Apa? Kau
maksudkan enci Cu adalah adik kandungmu" sambil
menemukan Oh Li cu dan menangis tersedu sedu, Tok Nio-
cu mengangguk berulang kali.
"Benar, dia adalah adik Cui lan ku!"
Kemudian sambil memandang Oh Li cu yang masih
berdiri melongo, dia melanjutkan sambil menangis terisak.
"Kau adalah Cui-lan, kau tak akan teringat dengan
keadaan kita yang amat tragis .."
Bagaikan orang gila, dia menggoyangkan badan Oh Li
cu tiada hentinya, seakan akan dia berharap dari guncangan
tersebut bisa membuat Oh Li cu teringat kembali dengan
masa lalunya
Dalam pada itu Oh Li cu seperti tak bisa menyambut
perubahan yang datangnya secara tiba-tiba ini setelah
melihat sikap gila Tok N io-cu, apalagi diapun merasa raut
wajahnya memang mirip sekali dengan wajah perempuan
itu, betul masih ada keraguan di hati kecilnya, namun air
matanya tak urung toh jatuh bercucuran juga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok seperti dapat merasakan bahwa Oh Li cu
enggan mengakui hal tersebut secara gegabah, cepat ia
memperingat kan kepada Tok Nio-cu:
"Nyonya, dari mana kau bisa tahu kalau enci Cu adalah
adik kandungmu?"
Tok Nio-cu menjadi sadar kembali, sembari menyeka air
matanya, ia menunjuk ke bahu Oh Li-cu sambil berkata.
"Aku telah melihat tahi lalat tiga bunga yang berada
dibahu adikku, tahi lalat tersebut dibuat oleh ibu kami. . .”
Lan See giok bisa menyimpulkan kalau di atas bahu Tok
Nio-cu pun pasti terdapat juga sebuah tahi lalat, maka
selanya kemudian.
"Itu mah gampang sekali, nyonya kan boleh
mempersilahkan enci Cu untuk melihat pula tahi lalat di
atas bahumu . . , "
Belum habis ia berkata, paras muka Tok Nio-cu telah
berubah menjadi merah dadu, bibirnya bergerak seperti
hendak mengucapkan sesuatu, namun seperti sukar untuk
diutarakan.
Lan See giok menjadi tertegun, ketika ia berpaling pula
ke arah Oh Li-cu, ternyata gadis itupun menunjukkan
wajah semu merah, malah merahnya sampai ke telinga,
diantara kejengahan terselip pula perasaan bangga.
Tahun ini, Lan See giok memang sudah berusia delapan
belas tahun, namun ia belum tahu bahwa seorang gadis
yang sudah kehilangan keperawanannya, maka tanda tahi
lalat tersebut akan turut menjadi hilang, tentu saja persoalan
semacam ini sulit bagi Tok Nio-cu yang sudah kawin itu
untuk menerangkan.
http://kangzusi.com/
Sementara ke tiga orang itu berada dalam keadaan serba
salah. mendadak terdengar lagi dengan dua kali desingan
angin tajam,
Lan See giok yang pertama tama menyadari hal tersebut,
tahu-tahu dua batang anak panah sudah meluncur datang , .
..
Oh Li-cu dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas ia
membentak keras dan pedang nya segera diayunkan ke
depan, anak panah itupun rontok seketika.
Lan See giok ikut naik pitam sambil membentak keras
dia menerjang ke arah mana berasalnya bidikan anak panah
itu.
Disaat tubuh Lan See giok sedang menerjang ke luar dari
tempat persembunyiannya, terdengar teriakan keras
bergema memecahkan keheningan lalu hujan panah pun
berhamburan ke seluruh udara.
Lan See giok menghentikan sebentar gerakan tubuhnya.
hawa napsu membunuh kini sudah membara di dadanya,
sambil memutar senjata gurdi emasnya dia menerkam
kembali ke arah puluhan pemanah tersebut secara kalap.
Dari atas dinding benteng berkumandang suara gelak
tertawa keras, menyusul kemudi an terdengar seseorang
membentak nyaring,
"Lepaskan panah berapi!"
Mengiringi bentakan itu, panah berani bagaikan ular
meluncur ke tubuh Lan See giok secara gencar.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu menjerit
kaget. "Adik Giok, cepat kembali.”
Lan See giok tahu ada sesuatu yang tak beres, dia
membalikkan badan lalu mundur kembali secepat kilat.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai pemuda itu berdiri tegak, Oh li-cu segera
menuding ke muka sambil serunya:
"Adik Giok, cepat lihat!"
Mengikuti arah yang ditunjuk, Lan See giok merasa
sangat terkejut, ternyata dari atas sebuah puncak bukit di
sebelah depan situ, tampak asap tebal mengepul diangkasa
agaknya ada beberapa buah bangunan rumah yang sudah
terjilat api.
Bagaikan sedang berguman. Tok Nio-cu berbisik tiba-
tiba.
"Sungguh aneh, siapa lagi yang mendatangi Tay ang- san
pada malam ini?"
Lan See giok sendiripun tidak habis mengerti, ia sedang
tiada hentinya bertanya kepada diri sendiri, siapakah orang
ini?
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, suara
bentakan merdu yang amat dikenal olehnya tiba-tiba
berkumandang dari puncak tebing itu.
Gemetar keras seluruh badan Lan See giok mendengar
suara tersebut, wajahnya berubah hebat, sambil membentak
keras secepat kilat ia menerjang ke depan..
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu melihat hal ini,
buru-buru teriaknya keras
"Adik Giok, jangan ke situ .."
Sesudah mendengar teriakan dari Tok Nio-cu, Lan See
giok baru teringat kalau jalan di depan sana buntu, serentak
ia mengalihkan gerakan tubuhnya dengan menerjang
kearah dinding benteng.
-ooo0dw0ooo-
http://kangzusi.com/

BAB 21
DALAM pada itu, suasana di atas dinding benteng telah
terjadi kekalutan, apalagi dari teriakan "kebakaran" yang
bergema di mana-mana, dapat diduga bahwa kebakaran
besar telah melanda bangunan rumah mereka.
Mendadak terdengar si Hakim paku hati berteriak.
"Lepaskan panah api !"
Jeritan yang kalut kembali berubah menjadi teriakan
ramai, panah-panah berapi mulai berhamburan kemana-
mana.
Gerakan tubuh Lan See giok cepat bagai-kan sambaran
petir, baru selesai si Hakim paku hati berbicara. ia telah
menerjang ke depan benteng, sewaktu panah berapi
dibidikkan, tubuhnya telah melayang ke tengah udara:
Cahaya emas segera menyambar lewat, dua kali jeritan
ngeri yang memilukan hati mengiringi robohnya dua orang
lelaki berbusur dari pagar benteng.
Pada saat itulah ditengah kekalutan yang melanda
kawanan lelaki itu, terdengar bentakan keras bergema
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
melompat ke luar.
Waktu itu Lan See-giok sedang meroboh kan beberapa
orang lelaki kekar dengan senjata gurdi emasnya, merasa
datangnya terjangan cepat ia mendongakkan kepalanya
Ternyata orang yang sedang menerjang datang itu adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang berjubah
merah, membawa senjata poan-koan pit, beralis segi tiga
mata bulat hidung paruh betet dan berjenggot hitam.
http://kangzusi.com/
Tampaknya orang inilah yang menamakan dirinya
sebagai si Hakim paku hati.
Bertemu dengan Lan See-giok, si Hakim Paku hati
melotot besar, lalu sambil berteriak aneh dia menerjang ke
muka, senjata poan-koan-pit nya dengan jurus bintang
timur menubruk bintang, dia serang ubun-ubun lawan.
Lan See-giok benci kepada si Hakim Paku hati karena
mulutnya cabul sekali, di tambah pula dia ingin selekasnya
tiba di puncak seberang, maka tubuhnya begitu berkelebat
lewat, senjata gurdi emasnya di ayunkan ke muka dan
mengikat senjata poan-koan-pit lawan.
Hakim paku hati sangat terkejut, sambil membentak dia
melompat mundur dengan sepenuh tenaga.
Lan See-giok tertawa dingin, tangannya digetarkan ke
muka dan tahu-tahu senjata poan-koan-pit tersebut sudah
terlepas dari cekalan.
Hakim paku hati jadi ketakutan setengah mati,
sukmanya merasa melayang Meninggalkan raganya, sambil
menjerit aneh, dia melompat naik ke atap rumah dan
melarikan diri terbirit-birit ..
"Hakim paku hati, tinggalkan dulu jiwa mu.. ." Tok Nio-
cu tahu membentak keras.
Bersamaan dengan bentakan tersebut, tangannya segera
diayunkan ke depan, segumpal jarum lembut seperti bulu
kerbau, diiringi percikan cahaya tajam Langsung
menyambar kearah si Hakim paku hati yang sedang
melarikan diri itu.
Berubah hebat paras muka Lan See-giok ia cukup
mengetahui akan kelihaian jarum lembut tersebut, selain
cepat dan hebat, serangan datang tanpa menimbulkan suara
http://kangzusi.com/
bahkan seseorang yang berilmu tinggi jangan harap bisa
menghindari secara mudah.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, si Hakim
Paku hati telah menjerit kesakitan lalu roboh dari atas atap
rumah dan jatuh berguling, dalam waktu singkat jiwanya
turut melayang meninggalkan raga nya.
Kematian dari si Hakim paku hati tersebut segera
membuat paniknya kawanan lelaki di atas dinding benteng,
suasana menjadi kacau dan semua orang berusaha untuk
menyelamatkan diri.
Pada saat itulah. dari atas puncak bukit di seberang yang
terjadi ledakan-ledakan yang memekikkan telinga, cahaya
api membumbung tinggi ke angkasa, asap tebal
menyelimuti pandangan, kobaran api yang menggila
seakan-akan menyambar benda apa saja yang di
jumpainya..
Di bawah cahaya api yang membara suasana di seputar
situpun dapat terlihat dengan jelas.
Oh Li-cu sangat mendendam karena bahunya termakan
bidikan panah, dia segera melompat naik ke atas dinding
benteng, diambinya obor-obor di situ kemudian
disambitkan kearah bangunan benteng
Dalam pada itu Lan See giok hanya memikirkan soal
teriakan merdu yang didengarnya tadi, walaupun dia belum
berani memastikan, tapi suara yang amat dikenalnya itu
cukup menimbulkan kecurigaan dalam hatinya.
Maka sambil menengok kearah Tok Nio-cu, tanyanya
kemudian dengan gelisah.
"Nyonya, apakah harus lewat situ menuju ke utara ?"
http://kangzusi.com/
Tangan kirinya yang menuding ke arah depan kelihatan
agak gemetar.-.
Dari sikap Lan See giok yang gelisah dan cemas setelah
mendengar suara bentakan merdu tadi. Tok Nio-cu tahu
bahwa orang tersebut sudah pasti mempunyai hubungan
yang sangat akrab dengan Lan See-giok.
Biarpun saat ini dia sudah tak ingin bersaingan lagi
dengan adiknya, tapi mau tak mau dia harus menguatirkan
kebahagian adiknya itu, terutama sekali ia dapat melihat
bahwa Lan See-giok sebenarnya tidak berniat sama sekali
untuk memperistri Oh Li-cu ..
Ia manggut-manggut, lalu dengan kening berkerut segera
tanyanya lagi:
"Adik Giok, siapa sih perempuan itu?,"
Menjumpai Tok Nio-cu mengangguk, Lan See-giok sama
sekali tak berminat untuk berbicara lagi dengannya,
sahutnya singkat:
"Dia adalah sumoay ku.."
Belum selesai berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
telah meluncur ke utara.
Dengan jawaban ini. selintas wajah benci dan dendam
menghiasi wajah Tok Nio-cu, hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, ditatapnya bayangan
punggung Lan See-giok tanpa berkedip, kemudian tertawa
dingin tiada hentinya.
Pada mulanya Oh Li cu menyangka bentakan tersebut
berasal dari Hu-yong siancu atau Ciu Siau-cian, tapi
sesudah mendengar kata "sumoay". . paras mukanya
berubah hebat, memandang bayangan punggung Lan See-
http://kangzusi.com/
giok yang menjauh, titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran..
Tok Nio-cu amat menyayangi adiknya, sambil menggigit
bibir ia segera berseru.
"Ayo kita kejar, asal cici masih hidup selain kau, aku tak
akan membiarkan siapa pun berbaik dengan Lan See-giok!"
Sambil berkata, dia lantas membungkuk kan badan dan
memungut sebilah golok dari sisi sesosok mayat. kemudian
melakukan pengejaran lebih dulu.
BERUBAH paras muka Oh Li-cu menyaksikan hal ini,
dengan cepat ia menubruk ke muka dan menarik
pergelangan tangan Tok Nio-cu sambil pintanya dengan air
mata bercucuran.
"Cici, kau tak boleh membunuhnya!"
Dengan cekatan Tok Nio-cu mengigos ke samping
sehingga goloknya tidak sampai terampas, setelah
mendengus marah segera serunya:
"Bila Lan See-giok tidak mencintaimu dengan sesungguh
hati, buat apa kita mesti biarkan ia tetap hidup bagi
keuntungan orang lain.?"
"Dia tentu akan mencintaiku." pinta Oh Li cu lagi
dengan air mata bercucuran, "dia bersikap dingin kepadaku,
hal ini dikarenakan ia mencurigai Oh Tin san sebagai
pembunuh ayahnya, tapi setelah ia mengetahui asal usulku
sekarang"
Perkataan itu terpaksa terhenti sampai separuh jalan
karena gadis itu melihat Tok Nio-cu semakin mengejar
semakin cepat.
http://kangzusi.com/
Sementara itu, semua orang yang berada di benteng
tersebut telah kabur menyelamatkan diri, dengan begitu tak
nampak sesosok bayangan manusia pun di situ.
Beberapa buah obor yang dilemparkan Oh Li cu ke
dalam bangunan rumah tadi kini mulai membara besar dan
menimbulkan asap hitam yang amat tebal..
Oh Li cu sangat gelisah, dia takut encinya Tok Nio-cu
benar-benar akan turun tangan keji terhadap Lan See giok,
ketika mendongakkan kembali kepalanya. ia tidak melihat
bayangan tubuh si anak muda itu lagi..
Waktu itu, Lan See giok dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedang bergerak menuju ke utara,
dia yakin suara bentakan merdu yang didengar berasal dari
adik seperguruannya Si Cay soat, tapi ia tak habis mengerti
apa sebabnya gadis itu bukan berdiam di dalam gua.
sebaliknya turun gunung dan berkelana dalam dunia
persilatan?
Dalam gerakan larinya, tiba-tiba ia melihat lebih kurang
puluhan kaki didepannya terbentang sebuah jurang yang
dalam sekali, tanpa terasa dia memperlambat gerakan
tubuhnya.
Ketika mendekat, ternyata jurang itu lebarnya mencapai
sepuluh kaki dasarnya sama sekali tak nampak, hanya
lamat-lamat masih kedengaran suara air yang sedang
mengalir.
Disaat itulah dari puncak bukit seberang berkelebat
cahaya tajam yang meluncur dari atas ke bawah,
keadaannya bagaikan sebutir bintang yang sedang
meluncur.
Tatkala Lan See giok mengamati lebih seksama lagi,
perasaannya segera bergetar keras, ternyata bayangan
http://kangzusi.com/
manusia yang sedang meluncur ke bawah itu tak lain adalah
Si Cay soat yang membawa pedang Jit hoa kiam.
Kejut dan gembira membuat pemuda itu segera berteriak
keras: "Adik Soat, adik Soat. aku berada disini!"
Di tengah seruan mana, dia lari menuju ke kanan dengan
menelusuri sisi jurang.
Agaknya Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah itu
sempat pula menangkap teriakan Lan See giok, begitu
kakinya mencapai tanah, ia lantas menubruk datang.
"Tunggu dulu adik Soat," teriak Lan See giok lagi
memperingatkan, "di sini terbentang jurang yang lebar!"
Tapi Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah seolah-
olah tidak mendengar peringatan tersebut, tanpa
mengurangi kecepatan tubuhnya yang sedang meluncur, dia
bergerak terus menuju ke bawah, sementara cahaya pedang
yang terpantul cahaya api memekikkan sekuntum awan
merah yang menyilaukan mata.
Lan See giok yakin, Si Cay soat tentu sedang
terpengaruh emosi yang menggelora, ditambah lagi letusan-
letusan keras sedang menggelegar dari arah puncak, ini
semua membuatnya tidak mendengar suara peringatannya.
Dalam kejutnya peluh dingin sempat bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan cepat dia memandang sekejap sekitar itu, tiba-
tiba ia melihat ada seutas tali yang terikat pada sebatang
pohon besar di sisi jurang, ujung tali tersebut justru tepat
pada puncak pohon setinggi delapan sembilan kaki.
Tergerak hatinya melihat hal itu, cepat ia meluncur ke
depan.
http://kangzusi.com/
Bersamaan waktunya, ia pun menjumpai Si Cay soat
sudah berada cuma dua puluh kaki dari tepi jurang, cepat-
cepat teriak-nya lagi dengan keras:
"Berhenti adik Soat, cepat hentikan langkahmu adik
Soat.."
Tubuhnya yang telah mendekati pohon besar itu cepat
menyambar tali tersebut, sementara gurdi emas yang berada
ditangan kanannya diayunkan ke depan memutuskan ujung
tali yang terikat pada pohon di ujung seberang.
Sesudah itu dia menjejakkan kakinya ke tanah dan
tubuhnya berayun menggunakan tali tadi menuju ke pantai
seberang, sambil berayunan sekali lagi ia berteriak:
"Adik Soat, cepat berhenti, aku telah datang.."
Si Cay-soat yang terkejut bercampur gembira bahkan
seperti agak tertegun itu masih saja berlarian menuju ke tepi
jurang, kini jarak nya tinggal satu kaki.
"Engkoh Giok.."
Si Cay-soat tidak mampu menahan diri lagi, sambil
menjerit ia langsung menubruk ke tubuh anak muda
tersebut.
Lan See-giok sangat terkejut, baru saja dia bermaksud
menghalangi perbuatan gadis itu, mendadak dari tepi
seberang kedengaran suara dari Oh Li-cu sedang menjerit
kaget.
"Aaah, jangan .."
Tapi.
"Kraas!" tali itu putus secara tiba-tiba, sebilah golok
berkelebat lewat sambil memancarkan cahaya tajam.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Lan See giok sedang bersiap -siap untuk
menyambar pinggang Si Cay soat, ia tak menduga kalau tali
yang digunakan untuk berayun mendadak putus menjadi
dua.
Dengan lenyapnya keseimbangan badan maka tidak
ampun lagi tubuhnya segera meluncur ke bawah.
Pemuda itu terkejut sekali, sambil membentak keras,
ujung baju kirinya dikebaskan ke muka dengan sepenuh
tenaga.
"Weess..!"
Tubuhnya mengikuti sisa tenaga yang terpantul dari tali
yang terputus meluncur lagi sejauh enam depa ke arah
pantai seberang, namun tubuh Si Cay soat yang menubruk
tiba telah menerjang di atas badannya.
Lan See giok mendengus tertahan, dengan cepat
tubuhnya meluncur ke bawah, padahal selisihnya dengan
tepi jurang hanya tinggal tiga depa saja
Si Cay soat memeluk tubuh si anak muda itu kencang-
kencang, ia jatuh tak sadarkan diri, pedang Jit hoa kiam
yang berada di tangannya ikut meluncur ke dasar jurang ..
Dari pantai seberang, masih kedengaran dengan jelas
suara teriakan dan isak tangis Oh Li cu yang memilukan
hati .
Lan See giok benar-benar berada dalam keadaan yang
amat kritis, masih untung dia tak sampai panik atau
gelagapan.
Sementara tubuhnya masih meluncur ke dasar jurang
dengan kecepatan tinggi, mendadak sepasang matanya
menangkap sebatang pohon yang tumbuh di sisi jurang .
http://kangzusi.com/
Serta merta ia membentak keras, senjata gurdi emas di
tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke muka..
"Sreeet!"
Senjata gurdi emas itu persis melingkar pada batang
pohon yang besar itu, dengan demikian tubuhnya yang
sedang meluncur ke bawahpun terhenti secara mendadak.
Namun dengan terhentinya gerakan meluncur itu,
sepasang tangan Si Cay soat yang memeluknya. juga turut
mengendor lepas, berhubung si nona berada dalam keadaan
tak sadar.
Lan See giok sangat terkejut, dengan cepat ia memeluk
tubuh si nona kencang-kencang. Dengan tangan kanan
berpegangan pada senjata gurdi emasnya, tangan kiri di
pakai untuk memeluk Si Cay soat, bergelantungan di udara,
tubuhnya bergoyang kian kemari tiada hentinya . .
Sekuat tenaga pemuda itu berusaha untuk menenangkan
hatinya, membiarkan pikirannya yang kalut menjadi jernih
kembali. Kini dia tahu bahwa Si Cay soat telah jatuh
pingsan, tapi sayang ia tak dapat menundukkan kepalanya
untuk memeriksa keadaan gadis tersebut.
Begitu tubuhnya yang bergelantungan di tengah udara
sudah menjadi tenang, pemuda itu baru mengangkat tubuh
Si Cay soat ke atas. lalu menggigit pakaian bagian dadanya
kuat-kuat. setelah melepaskan tangan kiri nya, dengan
tangan yang lengkap dia baru merangkak naik ke atas
pohon.
Segenap tenaga dalamnya telah disalurkan ke luar
dengan menyelimuti badan, gerakan merangkaknya
dilakukan amat berhati-hati, tiba di atas pohon, dia
membaringkan tubuh si nona diantara dahan dengan
ranting pohon yang kuat.
http://kangzusi.com/
Mula-mula dia mengikat diri di atas dahan pohon
dengan senjata gurdi emasnya, kemudian baru
membaringkan Si Cay soat dalam pelukannya, baru
sekarang pemuda itu merasakan amat penat memandang
adik Soat dalam pelukannya tanpa terasa titik air mata jatuh
berlinang-
Air muka Si Cay soat pucat pias bagaikan mayat.
wajahnya sayu, matanya terpejam rapat-rapat sementara
alis matanya yang lembut berkernyit menjadi satu.
Bibirnya yang pucat sedikit terbuka hingga kelihatan dua
baris giginya yang putih diantara bulu matanya masih
tampak basah oleh air mata.
Lan See giok sedih sekali setelah melihat kesemuanya
ini, air mata terasa jatuh bercucuran, hanya berpisah
setengah bulan, sungguh tak disangka adiknya menjadi
begitu layu dan lemas bagaikan baru sembuh dari penyakit
parah.
Teringat akan kejadian yang memedihkan hati, tanpa
terasa dia menyusupkan kepalanya di atas dada Si Cay soat
dan menangis, sementara tangannya memeluk gadis itu
makin kencang.
Pipi kanannya ditempelkan di atas payudara sebelah kiri
si nona, ia dapat mendengar detak jantungnya yang lemah,
hal tersebut membuat air matanya bercucuran semakin
deras.
Isak tangis yang memedihkan hati membuat seluruh
kemurungan dan kemasgulan dalam hatinya terlampiaskan
ke luar, yang dipikirkan olehnya saat ini hanya
pengorbanan dan cinta kasih si nona kepadanya.
Dia tak ingin mencari tahu lagi mengapa adik Soatnya
bisa muncul di bukit Tay ang san, diapun tak menggubris
http://kangzusi.com/
apa sebabnya tali yang digunakan berayun tadi bisa putus
secara tiba-tiba?
Mendadak suara panggilan yang lemah tak bertenaga
bergema di sisi telinganya-
"Eeeh ..engkoh Giok.."
Cepat-cepat Lan See-giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat Si Cay soat sedang membuka matanya dengan
sayu, butiran air mata nampak bercucuran sangat deras.
"Adik Soat, kau telah mendusin.." sapa nya kemudian
sambil menyeka air mata si nona dengan penuh kasih
sayang.
Si Cay Soat hanya menggerakkan matanya yang sayu,
setelah mengetahui bahwa dirinya sedang berbaring dalam
pangkuan kekasih hatinya, gadis itu memejamkan kembali
matanya.
Seperti diketahui, Lan See-giok adalah seorang pemuda
yang sama sekali belum berpengalaman, ia tak tahu bahwa
Si Cay-soat bisa demikian lantaran gejolak emosi yang
melampaui batas membuat darahnya tersumbat, dalam
anggapannya gadis itu baru sembuh dari penyakit parah
hingga kondisi tubuhnya masih lemah.
Padahal asal dia tepuk jalan darah Mia bun-hiatnya,
niscaya gadis tersebut akan nampak segar kembali.
Tak terlukiskan rasa kalut dan bingung yang menghantui
pikiran Lan See-giok sekarang, melihat kondisi Si Cay soat
yang makin melemah, napasnya yang lirih, dia hanya bisa
memeluk tubuhnya sambil bercucuran air mata, wajahnya
ditatap lekat-lekat seakan-akan raut wajah yang cantik itu
tak bakal dijumpai lagi.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, tanpa
terasa dia mulai menciumi seluruh wajah Si Cay soat yang
sayu, dalam keadaan demikian, ia benar-benar tak tahu
bagaimana mesti mengutarakan rasa kuatir dan sayangnya
terhadap gadis itu.
Ketika dirasakan badan gadis itu mulai gemetar. dengan
perasaan terkejut dipeluk si nona semakin kencang .
Memandang butiran air mata yang bercucuran dari balik
matanya yang lentik. tak tahan dia mencium matanya, dia
hendak mencium air matanya sampai mengering.
Kemudian dia pula mencium bibir Si Cay soat yang
pucat tak berdarah, dia ingin menciumnya sampai menjadi
merah segar kembali seperti sedia kala.
Sementara tubuhnya dipeluk semakin kencang, dia
hendak mempergunakan tenaganya untuk menghangatkan
hatinya.
Betul juga, ia menjumpai paras muka Si Cay soat mulai
memerah, bibirnya mulai membara bagaikan api, tubuhnya
yang ramping justru gemetar semakin keras.
Di samping itu dia pun menjumpai tangan si nona
memeluknya kencang-kencang sambil menggosokkan
dadanya di atas dada sendiri, bibirnya bergetar dan
memanggil namanya tiada hentinya.
Pemuda Itu segera menghentikan ciumannya lalu
mengawasi wajah Si Cay soat yang kini merah membara
hingga telinganya.
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, tanyanya
tiba-tiba dengan perasaan kuatir:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
http://kangzusi.com/
Walaupun pikiran Si Cay soat telah jernih sekarang,
namun ia justru merasa malu sampai tak berani membuka
matanya, sementara dadanya terasa sesak sukar bernapas,
akhirnya tak tahan lagi dia berbisik lirih.
"Engkoh Giok, jalan darah Mia bun hiat. . "
Setelah mendengar seruan itu. Lan See giok baru
mendusin, cepat-cepat dia menepuk jalan darah Mia bun
hiat di tubuh gadis tersebut.
Si Cay soat menarik napas panjang lalu membenamkan
kepalanya makin dalam ke dalam pelukan pemuda itu,
wajahnya berubah semakin merah membara.
Dalam pada itu, api kebakaran di atas jurang telah
merubah langit menjadi merah membara, ditengah jeritan
dan teriakan yang amat ramai lamat-lamat ia pun
mendengar suara seorang gadis sedang menangis tersedu
sedu.
Lan See giok terkejut, ia segera teringat kembali dengan
Oh Li-cu serta Tok Nio-cu..
"Adik Giok..uuh. uuh.. adik Giok, uuh. uuh . . ."
Lan See-giok masih mengenali suara isak tangis tersebut
dari Oh Li-cu.
la mencoba untuk memeriksa keadaan jurang tersebut,
ternyata jaraknya dari permukaan masih dua puluh kaki
lebih, di bawah sinar merah yang membara, ia masih dapat
melihat pohon besar di tepi jurang tersebut. dia pun melihat
pula ujung tali yang terputus di atas pohon tersebut.
Melihat tali yang putus itu, satu ingatan segera melintas
di dalam benak pemuda tersebut. baru sekarang terpikir
olehnya mengapa tali yang diikatkan pada pohon tersebut
dapat putus secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Dia pun masih ingat, tali itu baru putus setelah
mendengar Oh Li-cu berteriak kaget. hal ini membuktikan
bahwa tali itu memang sengaja diputus oleh seseorang, tapi
siapakah dia? Mungkinkah para jagoan dari Tay ang san?
Biarpun Lan See giok cerdik, tentu saja mimpi pun dia
tak pernah akan menyangka kalau orang yang memutuskan
tali tersebut, tak lain tak bukan adalah Tok Nio-cu yang
bersedia untuk berbakti kepadanya.
Ketika didengarnya suara tangisan Oh Li cu makin lama
semakin memedihkan hati, tak tahan lagi pemuda itu segera
mendongakkan kepalanya dan berteriak keras. .
"Hei, kalian tak usah menangis lagi, aku belum lagi
mampus- .!"
Teriakan itu begitu bergema. isak tangis di atas jurang
pun segera terhenti, mungkin mereka kaget, mungkin juga
tertegun.
Sementara Si Cay soat yang berada dalam pelukannya
tiba-tiba bangun dan duduk, lalu bertanya keheranan.
"Siapa sih mereka itu?"
Sementara berbicara matanya mengawasi sekeliling
tempat itu dengan mata terbelalak, kemudian ia menjerit
lengking dengan perasaan kaget, sambil memeluk tubuh
Lan See giok kencang-kencang, tanyanya ketakutan.
"Engkoh Giok, mengapa - mengapa kita bisa berada
disini-.?"
Lan See giok tertawa riang.
"Thian lah yang mengatur kesemuanya itu untuk kita,
agar kita berdua bersama sama terjatuh ke dalam jurang!"
Si Cay soat tidak memahami maksud perkataan dari Lan
See giok, ia mengerdipkan matanya berulang kali sambil
http://kangzusi.com/
mengawasi engkoh Gioknya yang masih tersenyum, setelah
itu kembali dia bertanya.
"Thian yang mengatur kesemuanya ini?"
"Tentu saja, pemuda itu mengangguk sambil tertawa
misterius, "sebab Thian telah mengatur kita berdua tidak
mati di sini “
Dengan cepat Si Cay soat memahami apa yang
dimaksud itu. dengan wajah tersipu sipu karena malu,
tanyanya lagi sambil tersenyum:
"Engkoh Giok, maksudmu kita lolos dari musibah maka
di kemudian hari tentu banyak rejeki? "
"Tidak!" sengaja Lan See giok menggeleng dengan serius
"Thian telah memberi keberanian kepadaku!"
"Keberanian apa?" gadis itu tertegun.
Lan See giok tersenyum tanpa menjawab, tapi matanya
mengawasi bibir si nona yang mungil sambil menunjukkan
senyuman hangat
Dengan cepat Si Cay soat menjadi paham, ia tahu yang
dimaksudkan adalah menciumnya, tak heran mukanya
berubah menjadi merah karena jengah, segera serunya
manja.
"Engkoh Giok jahat, kau jahat”
Sambil berseru, tangannya segera memukul dada
pemuda itu dengan gemas.
Tiba- tiba..
Si Cay soat menghentikan perbuatannya, air mukanya
berubah hebat lalu serunya dengan kaget.
"Aaah, mana pedangku.-? Mana Jit hoa kiam itu?”
http://kangzusi.com/
Wajahnya berubah menjadi pucat pasi, peluh dingin
bercucuran deras dengan perasaan gelisah dia celingukan
kesana ke-mari.
Lan See-giok sendiripun merasa terkejut, tapi dia tahu
pedang mestika itu tentu sudah terjatuh ke dalam jurang
biar begitu, dia mencoba untuk memeriksa di sekitar sana,
jangan-jangan pedang itu tidak sampai terjatuh ke dasar
jurang?
Pada saat itulah dari atas permukaan jurang kedengaran
Oh Li cu sedang berteriak dengan rasa terkejut bercampur
gembira.
"Adik Giok, apakah kau terluka?"
Dalam gelisahnya Lan See-giok menengok ke atas, di
bawah sinar api yang membara dia melihat bayangan tubuh
Oh Li cu dan Tok Nio-cu yang berdiri di tepi jurang. dia
pun melihat bagaimana Oh Li-cu berjalan mondar mandir
di sekeliling jurang, tampak nya dia seperti hendak
menyusulnya ke bawah.
Menjumpai hal ini, buru-buru dia berteriak lagi dengan
perasaan gelisah.
"Aku tidak terluka dan kalian tak usah turun, aku bisa
berusaha untuk naik ke atas"
Waktu itu, Si Cay-soat sudah dicekam perasaan gugup
dan kalut, ia sama sekali tak berniat lagi untuk mencari tahu
siapakah yang berbicara di atas, kepada Lan See-giok
kembali katanya dengan gelisah.
"Engkoh Giok, aku hendak turun ke bawah untuk
mencari pedang ..”
http://kangzusi.com/
Lan See-giok cukup mengetahui akan asal usul pedang
Jit-hoa-kiam tersebut, apalagi merupakan pemberian
gurunya, tentu saja senjata tersebut tak boleh sampai hilang.
"Baik, kutemani kau turun ke bawah sana ayo berangkat"
sahutnya manggut-manggut.
Dengan cepat dia melepaskan senjata gurdi emasnya lalu
dililitkan pada pinggang nya.
Sementara itu Si Cay-soat sudah melayang turun ke
bawah, ia melayang turun di atas sebuah batu tonjolan
berapa kaki di bawah sana.
Lan See giok memang mempercayai kebolehan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki adik Soatnya, biar lebih
berbahaya pun keadaan medannya tak bakal akan
menyulitkan dirinya.
Biarpun begitu, dia toh berkata juga dengan penuh
kekuatiran.
"Adik Soat, kau mesti berhati hati, biar aku saja yang
turun lebih dulu!"
Tenaga sakti Hud Kong sin kang yang dimilikinya
dengan cepat disalurkan mengelilingi seluruh badan, lalu
sambil mengebaskan sepasang ujung bajunya, dengan jurus
naga sakti masuk ke samudra, dengan kaki di atas kepala di
bawah, dia meluncur ke dasar jurang.
Tatkala melalui batu tonjolan dimana Si Cay soat
sekarang berdiri, Lan See giok sama sekali tidak
menghentikan gerakan tubuhnya, hanya secara tiba-tiba saja
dia merubah posisi badannya sambil mengebaskan kembali
ujung bajunya ke arah batu tonjolan tersebut,
Dengan demikian posisinya sekarang terbalik, kakinya
kembali berada di bawah dengan kepalanya di atas,
http://kangzusi.com/
kemudian melanjutkan luncurannya menuju ke atas batu
tonjolan lain yang berada di bawah.
Tiba di atas batu tonjolan yang dimaksud, pemuda
tersebut menjejakkan lagi kakinya dan melanjutkan gerakan
meluncurnya menuju ke bawah..
Suara gemuruhnya air di dasar jurang mulai kedengaran
sangat memekikkan telinga, hawa dingin yang merasuk
tulang dan menyayat kulit mulai menyerang seluruh
tubuhnya.
Berhubung kobaran api di atas tebing sangat besar
sehingga langitpun menjadi merah membara, lamat-lamat
pemandangan di dasar jurang itu dapat terlihat dengan
jelas, apalagi Lan See-giok dan Si Cay soat berdua memiliki
ketajaman mata yang jauh melebihi orang biasa. tentu saja
mereka dapat melihat keadaan di sekitar situ bagai kan
ditengah hari saja
Kedalaman jurang itu mencapai ratusan kaki lebih,
dengan gerakan tubuh yang sangat cepat Lan See-giok tiba
lebih dulu di tepi jurang berisi air tadi
Dengan berdiri di atas batuan karang, pemuda itu
mencoba untuk memeriksa keadaan di sekitar sana.
Hampir semua permukaan dasar jurang itu dipenuhi
aneka batuan karang yang besar lagi tajam. airpun mengalir
sangat deras, sedemikian derasnya sampai bunga air
muncrat setinggi satu kaki, hawa dingin yang mencekam
dan suara air yang gemuruh memekikkan telinga terasa
merupakan suatu siksaan yang berat.
Kedalaman air tidak terlalu dalam, tapi kecepatan
arusnya luar biasa sekali, dari balik air itulah terlihat
bayangan bersinar berkilauan, tidak diketahui bendakah
atau ikankah?
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah bayangan merah berkelebat lewat, Si
Cay soat telah melayang turun pula ke atas sebuah batuan
karang di tepi jurang tersebut.
Sebagaimana tempat-tempat yang sepanjang tahun tidak
terkena cahaya matahari, tidak heran kalau permukaan
jurang itu di liputi oleh lumut yang tebal, ditambah lagi arus
air yang begitu deras. hal tersebut membuat permukaan
batu menjadi sangat licin.
Si Cay soat tidak menduga sampai ke situ, karena
kegegabahannya, tiba -tiba saja gadis itu menjerit tertahan
dan tubuhnya tergelincir masuk ke dalam air.
Lan See-giok menjadi terkejut, sambil membentak
tubuhnya meluncur ke muka dan terjun ke air dengan cepat
dia menarik tubuh Si Cay soat yang mulai terseret arus itu.
Si Cay goat tidak berdiam diri, setelah tubuhnya tertarik
oleh sang pemuda, ia mulai berenang mengikuti arus
menuju ke tepian.
Sebagaimana diketahui, Lan See-giok mengenakan
pakaian yang terbuat dari ulat sutera langit, sebuah pakaian
yang berkhasiat ganda, hal ini membuatnya sama sekali
tidak merasa kedinginn.
Biarpun begitu, tatkala tangannya menyentuh air
tersebut, terasa juga betapa dinginnya sehingga sakit
bagaikan disayat sayat pisau dengan cepat dia menjadi
paham apa sebabnya Si Cay soat hanya membungkam diri
sambil berenang dengan sekuat tenaga menuju ke tepian.
rupanya dia merasa kesakitan karena rasa dingin yang
menyayat-nyayat badan.
Maka tidak membuang waktu lagi pemuda itu melompat
ke depan sambil membentangkan tangannya, kemudian
http://kangzusi.com/
bergerak mendekati si nona yang masih meronta di dalam
air.
Beruntung sekali ketika pemuda itu berhasil mencapai di
tempat kejadian. Si Cay- soat yang sudah berapa hari tidak
tertidur dan tak sempat makan itu telah jatuh tak sadarkan
diri.
"Untung pula air di dasar jurang itu tidak terlalu dalam”,
dengan cepat Lan See-giok merangkul pinggang si nona
kemudian melompat ke udara dan melayang turun di atas
sebuah batuan karang.
Ternyata di belakang batu karang dimana ia berada
sekarang terdapat sebuah gua. sewaktu diamati, permukaan
gua itu nampak menjurus kearah atas.
Lan See-giok merasa gelisah sekali. dia merasa perlu
untuk menyadarkan Si Cay soat lebih dulu, sementara dia
hendak membaringkannya ke atas tanah, mendadak
dilihatnya ada sebuah gagang pedang berpita merah
tergeletak tak jauh dari sana.
Tergerak hatinya melihat hal itu dan cepat-cepat
menghampirinya ternyata pedang itu tak lain adalah Jit
hoa-kiam yang sedang dicarinya, cuma seluruh tubuh
pedang itu terbenam dibalik batu, ini bisa membuktikan
sampai dimanakah ketajaman senjata tersebut..
Kejut den gembira pemuda itu berseru keras.
"Adik Soat, cepat lihat, pedangnya berada di sini."
Tapi dengan cepat ia teringat kembali kalau Si Cay soat
berada dalam keadaan tak sadar.
Pemuda itu semakin terkejut lagi setelah menundukkan
kepalanya, menggigil seluruh badannya melihat keadaan si
nona.
http://kangzusi.com/
Ternyata bibir Si Cay soat telah berubah menjadi hijau
kehitam hitaman, mukanya pucat pias bagaikan kertas,
sementara dengusan napasnya seolah-olah sudah tak ada
lagi.
Tak terlukiskan betapa kaget dan paniknya Lan See giok
setelah menjumpai keadaan itu, dia merasa seluruh jagat
seakan akan berputar kencang, matanya terbelalak dan
mulutnya melongo, badannya menjadi sempoyongan
hampir saja roboh terjengkang.
Cepat-cepat dia memusatkan seluruh pikirannya menjadi
satu dan cepat berjongkok gagang pedang digenggamnya
erat-erat lalu membetotnya dengan sepenuh tenaga, seperti
terbenam dibalik tahu yang empuk, tanpa bersusah payah
pedang mestika itu segera tercabut ke luar .
Seketika itu juga cahaya tajam memancar ke empat
penjuru. hawa dingin yang merasuk tulang pun seketika
terusir pergi oleh pancaran cahaya itu.
Lan See giok tidak terlalu memperhatikan keadaan
seperti ini, sambil membopong Si Cay soat dan membawa
pedang itu buru-buru dia masuk ke dalam gua.
Berkat pancaran sinar yang begitu terang dari pedang Jit
hoa kiam, seluruh pemandangan dalam gua tersebut dapat
terlihat pula dengan jelas.
Ruang gua itu sempit lalu memanjang, berhubung sangat
lembab maka kedua sisi, dindingnya sudah dipenuhi oleh
lumut yang tebal.
Terpaksa pemuda itu harus melanjutkan langkahnya
menuju ke ruang gua yang lebih dalam.
Makin lama permukaan gua itu semakin menjorok ke
atas, permukaan tanahnya pun semakin mengering. ada
http://kangzusi.com/
yang lebar ada pula yang sempit, tinggi rendahnya juga tak
menentu.
Dalam keadaan begini, Lan See giok hanya ingin
secepatnya menyadarkan kembali Si Cay soat, namun
meski sudah tiga empat puluh kaki dia menelusuri gua
tersebut, masih juga belum ditemukan suatu tempat yang
bisu dipakai mereka berdua untuk duduk, hal ini
membuatnya makin lama semakin gelisah.
Akhirnya habis sudah kesabaran pemuda itu. dia mulai
berlarian dengan cepat, tak sampai sepuluh kaki. pemuda
itu menjumpai anak-anak tangga terbuat dari alam yang
agaknya terbentang menuju ke atas sana,
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya sambil berpikir.
"Waah, jangan-jangan gua ini ada penghuni nya? Atau
mungkin juga para anggota Tay ang san?"
Namun ketika ia mencoba meneliti anak tangga itu,
dijumpai debu yang tebal, ini menunjukkan kalau tempat
tersebut sudah cukup lama tak pernah dijamah manusia.
Berada dalam keadaan begini, tiada waktu lagi baginya
untuk berpikir lebih mendalam, cepat-cepat pemuda itu
melanjutkan perjalanannya menuju ke atas.
Selisih jarak antara anak tangga yang situ dengan lainnya
tidaklah menentu, ada yang selisih lima depa, tapi ada pula
yang mencapai satu kaki, semuanya dirubah menurut
keadaan alam yang sesungguhnya.
Setelah naik setinggi belasan kaki berakhirlah anak
tangga itu, sekarang dihadapannya muncul sebuah pintu
batu yang terbuat sangat sederhana.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak ragu-ragu lagi, sambil mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia
menempelkan ujung pedangnya di atas pintu lalu pelan-
pelan mendorongnya ke belakang, pintu batu itu segera
terbuka.
Dengan terbukanya pintu itu, segera terendus bau harum
yang sangat aneh tersiar ke luar dari balik ruangan.
Lan See-giok sangat terkejut, bau harum semerbak
semacam ini teramat dikenal olehnya, sebab tidak berbeda
sama sekali dengan bau harum Leng-sik-giok-ji yang pernah
diberikan gurunya kepadanya ketika masih berada dalam
kuburan kuno dulu
Dengan sorot mata yang tajam dia awasi ruangan tadi,
ruang tersebut kecil sekali hanya mencapai satu kaki, di
dalamnya tertumpuk kain halus berwarna putih, ada yang
tinggi ada yang rendah. ketebalannya tak menentu, yang
tinggi hampir mencapai langit-langit ruangan, yang
rendahpun mencapai dua depa, kecuali itu tidak nampak
benda lainnya.
Lan See giok mencoba untuk memeriksa lagi dengan
seksama, namun tidak diketemukan jalan lain, ia lantas
menyimpulkan kalau gua tersebut bisa jadi pernah
digunakan oleh seorang tokoh silat sebagai tempat
pertapaan.
Ia kuatir dibalik kain halus tersebut masih terpendam
benda lain, maka dia melepaskan sepatunya yang basah
kuyup, tapi jubah panjang dan celananya justru tetap
kering, tak setetes air pun yang menempel.
Lan See giok menjelajahi hampir seluruh permukaan gua
itu. ia menemukan adanya daya pantulan yang besar dari
bawah kaki-nya, inipun membuktikan kalau lapisan kain
itupun bukan kain biasa.
http://kangzusi.com/
Mula-mula pemuda itu menancapkan pedang Jit hoa
kiam nya ke atas permukaan dinding, tanpa menimbulkan
suara pedang itu melesak sedalam setengah depa, menyusul
kemudian dia baru membaringkan tubuh si nona ke atas
lantai.
Di bawah sinar pedang yang terang benderang Lan See
giok dapat melihat keadaan Si Cay soat dengan lebih jelas
lagi, ia tertegun seketika karena terkejut, rupanya bibir si
nona itu sudah menghitam, mukanya pucat pasi. tak jauh
berbeda seperti sesosok mayat.
Ia mencoba untuk meraba pipinya, sama sekali tidak
terasa ada kehangatan lagi, pakaian ringkasnya yang
berwarna merah berada dalam keadaan basah kuyup, hawa
dingin yang terpancar ke luar sangat menusuk tulang,
untung saja lapisan kain di atas permukaan lantai gua justru
memancarkan kehangatan.
Di dalam gelisah dan gugupnya, pemuda itu perlu untuk
melepaskan semua pakaian Si Cay soat yang basah kuyup
itu kemudian mencari api untuk menghangatkan badannya.
Di dalam keadaan begini, dia tak berani banyak berpikir
lagi, pintu ruangan segera ditutup dan pemuda itu
berjongkok di sisi si nona ..
Namun ketika tangannya menyentuh ikat pinggang gadis
tersebut, tanpa sadar dia menghentikan perbuatannya.
Tapi setelah memandang kembali wajah si nona yang
pucat bagaikan mayat itu, terutama sekali bila teringat budi
kebaikan yang pernah diterimanya dari gadis tersebut, dia
menghela napas sedih dan segera turun tangan melepaskan
ikat pinggangnya:
Menyusul kemudian pakaian luar yang dikenakan gadis
itu juga turut dilepas, sehingga akhirnya yang masih
http://kangzusi.com/
melekat di tubuhnya cuma kutang dan pakaian dalam yang
berwarna merah.
Yang terpampang di depan matanya sekarang tak lain
adalah sesosok tubuh yang indah dan merangsang hawa
napsu.
Sambil melepaskan pakaian si gadis, Lan See-giok
mengucurkan airmatanya dengan sedih. sebab di mana
tangannya menyentuh tubuh si nona. ia tidak merasakan
lagi kehangatan tubuhnya barang sedikitpun juga.
Pemuda itu segera mencoba meraba dada gadis itu,
ternyata denyutan jantungnya masih ada, walaupun sudah
lemah sekali.
Biarpun begitu, namun setitik pengharapan, segera
muncul dalam hati kecilnya, dengan cepat pemuda itu
menyeka air matanya lalu bangkit berdiri, dicarinya kain
yang paling tebal dari sudut ruangan sana. kemudian
dipergunakan untuk menyelimuti tubuh Si Cay-soat yang
membugil.
Kemudian pemuda itu merasa bahwa pekerjaan pertama
yang harus dilakukan sekarang adalah membuat
seonggokan api unggun untuk meningkatkan kehangatan
dalam ruangan tersebut
Tapi. di tempat seperti ini ke manakah dia harus mencari
bahan untuk membuat api unggun?
Mendadak satu ingatan melintas kembali di dalam
benaknya, sambil melepaskan kaus kakinya yang basah, dia
duduk bersila di sisi si nona, hawa murninya segera
dihimpun dan disalurkan ke dalam telapak tangannya.
dengan sebelah tangan dia meraba dada gadis itu.
tangannya yang lain ditempelkan di atas pusarnya.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat muncul dua gulung aliran hawa
panas yang segera menyusup ke dalam tubuh Si Cay-soat.
Selang berapa saat sudah lewat. Tapi Si Cay soat belum
juga memperlihatkan tanda- tanda akan mendusin, meski
kehangatan tubuhnya mulai bertambah dan tubuhnya mulai
hidup kembali, bahkan wajahnya mulai hidup kembali,
mulai bersinar dan bibirnya semakin memerah..
Lan See giok Sedikitpun tidak putus asa, diangkatnya
kain selimut itu kemudian menyusupkan kepalanya ke
dalam dengan menempelkan telinga kanannya di atas dada
si nona, ditemukan jantung meski berdenyut tapi masih
tetap lemah sekali.
Pemuda itu mulai berpikir, apa yang harus dilakukannya
sekarang agar meningkatkan kehangatan tubuh gadis itu
hingga denyutan jantungnya makin kuat dan napas nya
makin lancar . .
Mendadak sorot matanya terhenti di atas bibirnya Si Cay
soat yang merah itu, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya.
Pemuda itu segera melompat bangun, dengan cepat
melepaskan senjata gurdinya, lalu mencopot pakaian yang
dikenakan, sesudah itu dia turut menyusup masuk ke dalam
balik selimut.
Agaknya pemuda ini bermaksud untuk menyalurkan
hawa murninya dengan sistim mulut ditempelkan di atas
mulut, dengan demikian hawa hangat akan lebih cepat
memasuki tubuh gadis tersebut.
Sistim pengobatan semacam ini memang merupakan
satu satunya cara pengobatan yang paling manjur, sekalipun
begitu cara semacam inipun paling banyak menghamburkan
tenaga, jadi seseorang yang tidak memiliki tenaga dalam
http://kangzusi.com/
yang amat sempurna, mustahil mereka berani
melakukannya .
Tapi sekarang Lan See-giok justru menumpukan segenap
pengharapannya pada sistim pengobatan tersebut.
Maka pertama dia memeluk erat-erat tubuh Si Cay-soat
yang sudah mulai menghangat itu, kemudian tangan
sebelah di tempelkan di atas jalan darah Ki-hay hiat,
sementara tangan yang lain ditempelkan di atas jalan darah
Mia-bun-hiat setelah itu dengan bibir menempel di atas
bibir, ia mulai mengerahkan tenaga murninya.
Tiga gulung aliran hawa panas serentak menyusup ke
dalam tubuh si Cay soat, segulung hawa aliran panas
menyusup ke dalam nadi Jin meh dan segulung lagi
menembus Tok-meh sementara aliran panas yang masuk
melalui bibir langsung mencapai isi perut.
Dalam waktu singkat seluruh badan Si Cay-soat telah
menjadi hangat sekali.
Seperminuman teh sudah lewat, panas badan Lan See-
giok semakin meningkat hingga mencapai titik didih, peluh
telah membasahi seluruh tubuhnya, sementara dengusan
napas Si Cay soat juga mulai kedengaran, malah peluh
mulai bercucuran pula dari tubuhnya, Lewat berapa soat
lagi, Lan See giok mulai kehabisan tenaga, selain saluran
hawa murni nya mulai tersendat sendat, diapun mulai
pusing dan terasa penat sekali,
Sementara itu Si Cay-soat berada dalam pelukannya
meski sudah mulai bernapas namun masih juga belum
membuka matanya. Lan See-giok menjadi gugup,
jantungnya berdebar semakin keras sementara rasa
pusingnya kian lama kian bertambah berat,
Mendadak .. .
http://kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang selama ini tersimpan di dalam
darahnya, sekali lagi timbul dan menyelimuti rongga
mulutnya, tapi pada saat itu pula Si Cay soat merintih dan
pelan-pelan membuka matanya kembali.
Hawa murni di tubuh Lan See giok segera membuyar,
hampir saja ia roboh tak sadarkan diri, sedemikian
penatnya pemuda itu sampai dia harus menyandarkan
kepalanya di atas wajah gadis itu, kemudian hawa
murninya mulai diatur kembali dengan harapan kondisi
badannya dapat pulih kembali dalam waktu singkat.
Si Cay soat pelan-pelan membuka matanya, memandang
sekejap keadaan sekeliling-nya dengan ragu, kemudian
memejamkan matanya kembali.
Kesadaran yang semula menghilang lambat laun pulih
kembali, gadis itu mulai teringat bagaimana ia tercebur ke
dalam air, bagaimana hawa dingin yang merasuk tulang
menyerang seluruh badannya, lalu bagaimana dia berusaha
keras untuk berenang mencapai tepian.
Tapi disaat itulah ia merasa jantungnya amat sakit
seperti di sayat-sayat pisau dan akhirnya apa yang
kemudian terjadi tidak diketahui lagi olehnya.
Ketika sekali lagi dia membuka matanya, ditemukan
engkoh Giok yang dicintainya berada di atas tubuh sendiri
sambil memeluknya erat-erat, seluruh badannya terasa
hangat, dari atas sampai bawah seperti tertutup oleh selimut
tebal.
Tiba-tiba..
Paras mukanya berubah hebat, jantungnya berdebar
sangat keras dan saking kagetnya hampir saja ia menjerit
tertahan.
http://kangzusi.com/
Rupanya dia menemukan tubuhnya yang dipeluk Lan
See giok dan ditindihi olehnya sekarang berada dalam
keadaan telanjang.
Akan tetapi setelah diketahui bahwa eng-koh Gioknya
masih mengenakan pakaian dalam, gadis itu baru merasa
tenang. apalagi setelah ia mencoba merasakan bagian
tertentu tubuhnya apakah ada gejala aneh atau sakit.
ternyata tidak ditemukan hal yang mencurigakan, gadis itu
semakin lega.
Ketika gadis itu mencoba untuk memperhatikan Lan
See-giok lagi yang masih memeluknya, ternyata pemuda itu
sudah tertidur.
Tanpa terasa ia membayangkan kembali apa yang telah
dialaminya sewaktu sadar tadi, ia merasa pemuda itu
seolah-olah sedang menciumnya, tapi sesudah melihat
wajahnya yang pucat, peluh yang membasahi tubuhnya
serta kondisi tubuhnya yang begitu lemah tak bertenaga,
dengan cepat gadis itu menyadari apa gerangan yang telah
terjadi.
Sudah pasti demi menyelamatkan jiwanya pemuda itu
telah mengorbankan banyak sekali tenaga dalamnya.
Berpikir sampai di situ, air mata keharuan segera
bercucuran ke luar, ia bertambah menyesal lagi bila teringat
akan dugaannya semula bahwa pemuda itu telah
memperkosanya, ia menegur diri sendiri yang dikatakan
menuduh yang bukan- bukan.
Gadis tersebut mulai bertanya kepada diri sendiri.
"Benarkah aku sangat mencintai si anak muda itu? Kalau
toh aku sangat mencintai-nya, bukankah aku bersedia
mengorbankan segala-galanya untuk demi engkoh Giok .
Asal ia bisa gembira, bukankah aku pernah bersumpah akan
http://kangzusi.com/
mempersembahkan segala sesuatu untuk-nya, termasuk
kesucian badanku? Yaa, aku bersedia, menemaninya
sepanjang masa, aku bersedia melahirkan anak untuknya
menjadi seorang istri yang paling setia .. bila aku tidak
menjadi istri-nya, mana mungkin aku bisa melahirkan anak
untuk engkoh Giok . . ?"
Tatkala ingatan tersebut melintas di dalam benaknya,
gadis itu segera merasakan membaranya cinta yang muncul
dari hati kecilnya, semua rasa takut dan malu hilang lenyap
seketika.
Sementara tubuhnya yang semula sudah digeserkan ke
samping, kini malah didekap kan makin keras di atas tubuh
pemuda itu, dengan tangannya yang lemah ia membantu
menyeka peluh di tubuh See giok, selain itu dengan bibirnya
yang kecil mungil. ia mencium wajah sang pemuda yang
tampan, matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang mengering.
Sementara itu Lan See giok telah selesai bersemedi, dia
hanya merasa penat sekali. tapi begitu diciumi oleh si nona,
jantungnya bergetar keras, dalam keadaan demikian
pemuda tersebut hanya ingin membuka mata secepatnya.
Kemudian ia menjumpai titik air mata membasahi gadis
itu, senyuman jengah menghiasi bibirnya yang merah
merekah.
Menyaksikan kesemuanya itu, pemuda itu segera
menyaksikan timbulnya segulung hawa panas yang muncul
dari pusar dan segera menyebar ke seluruh bagian
tubuhnya.
Pemuda itu tak tahan kemudian tanpa sadar ia balas
memeluk adik Soat nya kencang-kencang. sementara
seluruh rasa penat di badan hilang lenyap seketika
http://kangzusi.com/
Waktu itu. kendatipun Si Cay soat telah mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya untuk menjadi seorang istri yang
setia, toh tak urung dia dibikin terkejut sekali setelah
dipeluk pemuda itu erat-erat, saking kaget nya gadis itu
sampai berubah muka dan menjerit tertahan . . .
Jeritan itu membuat Lan See giok terkejut, ia merasa
bagaikan disambar geledek di siang hari bolong, rasa
menyesal segera muncul dari hatinya hingga tanpa terasa
dia menyusupkan kepalanya di balik kain selimut.
Si Cay- soat baru terkejut setelah melihat keadaan
pemuda itu, ia menjadi menyesal setengah mati.
Cepat-cepat ia menempelkan tubuhnya di atas tubuh
sang pemuda, lalu dengan wajah tersipu sipu malu,
tanyanya lirih: "Engkoh Giok. apakah kau ingin”
Lan See-giok menutupi wajah sendiri dengan kedua
belah tangan, kemudian menggelengkan kepalanya
berulang kali dengan penuh penyesalan..
Si Say soat sedih sekali, ia sadar jeritan kagetnya tadi
telah menyinggung perasaan pemuda itu, namun ia
bertekad akan berusaha membangkitkan kembali rasa
gembira pemuda itu.
Maka bagaikan anak yang manja, dia menyusupkan
tubuhnya ke dalam pelukan pemuda itu, kemudian ujarnya
dengan lembut penuh perasaan cinta kasih:
"Engkoh Giok, kau jangan marah, kau mesti tahu aku
sudah menjadi milikmu, masih ingatkah kau ? Ketika
hendak turun gunung tempo dulu, kau pernah berkata
kepadaku bahwa kesungguhan hatimu disaksikan oleh
Thian?"
Lan gee giok tetap menutupi, wajahnya dengan ke dua
belah tangan, namun ia toh mengangguk berulang kali.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mencium pipi pemuda itu dengan hangat dan
mesra. kembali ujar nya dengan lembut:
"Engkoh Giok aku bersedia melayani kemauanmu, asal
kau senang aku..aku.. sudah siap menyambutmu sekarang
juga”
Lan See giok merasa terharu, malu bercampur terima
kasih yang tak terhingga, namun ia tetap menggelengkan
kepalanya
Si Cay soat semakin sedih, dia mengira pemuda itu tidak
bersedia memaafkannya, maka tanyanya lagi pedih,
"Engkoh giok, apakah kau tidak mencintai-ku?"
Lan See giok segera mengetahui kalau gadis itu salah
paham, serta merta dipeluknya gadis tersebut semakin
kencang, lalu bisiknya dengan lirih:
"Aku bersedia-cuma aku merasa amat penat"
Mendengar kata "aku bersedia ". Si Cay soat merasakan
jantungnya segera berdebar keras, wajahnya berubah
menjadi merah membara, tapi setelah mendengar kata "aku
penat". ia berbisik kembali.
”Kalau begitu, mari kita tidur sejenak:" Tiba-tiba gadis
itu seperti teringat akan sesuatu, setelah menghela napas
panjang. kembali ujarnya sedih.
"Nasibku memang sangat buruk, agaknya aku tidak
berjodoh untuk mempergunakan pedang mestika itu. lain
kali”
Sebelum gadis itu menyelesaikan kata katanya, Lan See
giok telah menongolkan kepalanya sambil berseru cepat.
"Adik Soat, coba kau lihat!"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata ia lantas menunjuk ke arah pedang Jit
boa loam yang berada di atas.
Dengan perasaan ingin tahu Si Cay soat berpaling. apa
yang terlihat membuatnya segera melompat bangun karena
terkejut bercampur gembira
Namun ketika ia merasa tubuhnya terhembus angin
dingin, gadis itu baru sadar bahwa ia berada dalam keadaan
bugil, sambil menjerit kaget, cepat-cepat dia menggulingkan
tubuhnya lagi ke dalam pelukan sang pemuda.
Menjumpai sikap dan gerak gerik si nona yang kaget dan
panik, Lan See giok tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia
segera tertawa terbahak bahak.
Sebetulnya Si Cay soat merasa gembira sekali sampai
lupa daratan sehubungan ia melihat pedang mestikanya Jit
hoa kiam berhasil ditemukan kembali.
Tapi setelah ditertawakan oleh Lan See giok, dia menjadi
malu sekali tak tahan dicubitnya paha pemuda itu keras-
keras.
Lan See giok segera menjerit kesakitan dan segera
menggelinding ke samping.
Sekali lagi Si Cay coat menongolkan kepalanya sambil
bertanya kemalu-maluan:
"Engkoh giok, bagaimana caramu menemukan pedangku
itu?"
"Pedang tersebut kujumpai, di atas batu cadas di mulut
gua sana..”
Berbicara soal gua. Si Cay soat baru teringat kalau
mereka sedang berada di sebuah ruang gua, matanya segera
bergerak mengawasi sekeliling tempat itu.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia menemukan sebuah botol kecil berwarna
hijau terletak di langit-langit ruangan pada ujung sebelah
kiri.
Ketika diendusnya, terasa bau harum semerbak tersiar
sampai dimana-mana, dan bau harum semacam ini mirip
sekali dengan bau Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan
kepadanya dari gurunya dulu.
Karena itu sambil menunjuk kearah botol kecil di sudut
ruangan tersebut, seru nya terkejut:
"Engkoh giok, cepat kau ambil botol kecil itu!"
Dengan perasaan tak mengerti Lan See giok berpaling
dan berjalan mendekatinya, sewaktu botol kecil itu di
kocok, terasa bau harum yang sangat tajam tersiar sampai
di seluruh ruangan.
Sambil mengendus bau harum yang semerbak itu, Si Cay
soat segera berseru dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Ya, benar, agaknya apa yang kuduga memang tak salah
lagi, cepat bawa kemari akan kulihat berapa tetes cairan
yang terdapat di dalamnya."
Sambil berkata buru-buru dia bangkit dan duduk,
dipakaianya kain untuk menutupi bagian dadanya, tapi
bahunya yang putih dan tangannya yang telanjang terlihat
jelas sekali.
Buru-buru Lan See giok menyerahkan botol kecil itu
kepada Si Cay-soat, kemudian tanyanya tidak mengerti:
"Adik Soat, kau bilang apa isi botol tersebut?"
"Cairan mestika Leng si giok ji" jawab Si Cay-soat
gembira, tanpa ragu-ragu.
"Apa? Masa benar Leng si giok ji?" seru Lan See-giok
lagi dengan perasaan terkejut.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat dia menghampiri nona itu dan memeriksa isi
botol porselen tadi,
Di dalam botol kecil itu nampak berisikan cairan hijau
yang agak kental, paling tidak isinya mencapai puluhan
tetes.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan kembali,
Si Cay-soat berseru:
"Aaah, mungkin cairan tersebut sudah seratus tahun
lebih usianya.."
Ketika dilihatnya- pemuda itu rada tidak percaya,
kembali gadis itu menjelaskan.
"Bayangkan saja, setiap tetes membutuhkan waktu
sepuluh tahun, padahal berapa banyak isi botol tersebut,
bukankah berarti isi botol tersebut sudah berusia ratusan
tahun?"
Mendengar penjelasan mana, Lan See giok mengangguk
berulang kali, kemudian untuk beberapa saat lamanya dia
jadi termenung.
Entah berapa saat lamanya sudah lewat, mendadak Si
Cay-coat menegur dengan keheranan:
"Engkoh Giok, apa yang sedang kau pikir kan?"
Pertanyaan tersebut segera membuat anak muda itu
sadar kembali, sahutnya kemudian:
"Aku sedang berpikir, apa sebabnya kau bisa mengejar
sampai di Tayang-san ini secara tiba-tiba!".
Si Cay-soat tahu, pemuda itu mempunyai kesulitan yang
tak bisa diutarakan, tapi persoalan tersebut memang
merupakan masalah yang hendak dijelaskan kepada Lan
See giok maka dengan wajah amat murung katanya.
http://kangzusi.com/
"Keesokan harinya setelah keberangkatan mu, naga sakti
pembalik sungai Thio loko telah datang.."
"Apakah dia membawa kabar tentang suhu?" tanya
pemuda itu dengan perasaan bergetar keras.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya dengan wajah sedih.
"Tidak.., sewaktu Thio loko mendengar kau telah turun
gunung, dia hanya bisa mendepak depakkan kakinya
berulang kali dengan perasaan gelisah. ketika aku dan adik
Gou bertanya kepadanya mengapa. dia tidak menjawab,
akhirnya dia mendesak kepada kami untuk turun gunung
mengejar dirimu?”
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak habis mengerti.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya Thio loko merasa kurang bebas untuk
menjelaskan kepada kami, aku-pun lantas bertanya
kepadanya apakah Hu-yong siancu dari enci Cian telah
menjumpai musibah . ."
Lan see giok sangat terkejut oleh perkataan mana, saking
kagetnya sekujur badan sampai gemetar keras, tanyanya
tanpa terasa, "Sungguh kah perkataanmu itu?"
Tampaknya Si Cay soat tidak berani membohongi
pemuda itu, secara jujur sahut nya.
"Tapi Thio loko sama sekali tidak memberi penjelasan,
jika dilihat dari perubahan mimik wajahnya serta kesedihan
yang mencekam sorot matanya, bisa diketahui bahwa ia
telah mengalami banyak percobaan berat."
”Apakah sampai sekarang Thio loko masih berada di
atas puncak?" sela Lan See giok dengan perasaan gelisah.
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia mengambil pakaian milik Si Cay-Coat
yang selesai dikeringkan dan diberikan kepada gadis itu,
sementara is sendiri mengenakan bajunya.
"Thio loko dan Thi-gou berangkat ke Pek ho-cay." Si
Cay-soat menjelaskan sambil menerima pakaiannya,
"sementara aku berangkat ke Tayang-san seorang diri, di
dalam anggapannya selama setengah bulan ini kau pasti
berada diantara ke dua tempat tersebut, secara khusus Thio
Loko berpesan kepadaku, entah kau ditemukan atau tidak,
aku harus selekasnya pulang ke kampung nelayan di tepi
Phoa-yangoh untuk menjumpainya.”
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka selesai
berpakaian, Lan See giok juga telah melilitkan senjata gurdi
emasnya di pinggang.
Si Cay soat bagaikan seorang istri yang saleh, secara
khusus membantu Lan- See giok mengenakan jubah
panjangnya, bahkan membantunya pula menyisir
rambutnya yang kusut.
Sayang sekali Lan See-giok sedang murung dan bingung
sehingga ia tidak berminat sama sekali untuk merasakan
kasih sayangnya itu.
Sebab dia sedang memutar otak sambil mencari akal
bagaimana bisa menemukan si Beruang berlengan tunggal
secepatnya, kemudian pulang ke telaga Phoa yang -oh, yang
paling dikuatirkan olehnya adalah jika bibi Wan dan enci
Cian nya sampai menjumpai musibah.
Lan See-giok tidak percaya kalau si naga sakti pembalik
sungai, tidak menerangkan duduk persoalan yang
sebenarnya kepada gadis itu, dalam anggapannya Si Cay-
soat memang sengaja hendak mengelabuhinya, agar dia tak
usah kelewat gelisah,
http://kangzusi.com/
Tapi, bukanlah tianglo Bu tong pay, Keng hian sian tiang
sudah tiga tahun lamanya hidup, mengasingkan diri?
Bagaimana mungkin tosu tersebut bisa membawakan surat
dari gurunya?
Tentang persoalan ini, dia sendiri pun tak ingin
menjelaskan kepada Si Cay soat terlalu awal.
Si Cay soat kembali menelan dua tetes Leng sik giok ji,
sekarang hawa murninya telah pulih kembali, semua rasa
penat terusir ke luar dari dalam tubuhnya, ia kelihatan
bertambah cantik, menarik dan mentereng.
Buru-buru Lan See giok mengenakan sepatunya,
kemudian mencabut pedang Jit hoa kiam dari atas dinding,
setelah itu dengan langkah tergesa gesa dia menarik tangan
Si Cay soat sambil serunya.
"Aku akan membawa pedang ini sebagai pembuka jalan,
ikutilah aku di belakang."
Dengan cepat mereka berdua meninggalkan ruangan itu
serta menutup kembali pintunya.
"Engkoh Giok, apakah kita akan berangkat ke Phoa yang
oh?" tanya si nona kemudian tidak mengerti.
"Tidak!" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "setelah
sampai di Tay ang san bagaimanapun juga kita harus
mencari si Beruang berlengan tunggal sampai ketemu"
Sementara berbicara, mereka berdua sudah melayang
turun, dalam waktu singkat mereka telah sampai di luar
gua.
Butiran air memercik deras di luar gua dan membentuk
kabut yang tebal, hal ini membuat kedua orang muda-mudi
itu sulit melihat keadaan cuaca, tapi berdasarkan sepercik
http://kangzusi.com/
sinar yang sempat menembusi jurang dapat diduga fajar
telah menyingsing.
Lan See-giok menyerahkan pedangnya kepada Si Cay-
soat, lalu mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap
keadaan di seputar sana, sesudah itu dia menghimpun
tenaga dalamnya dan melejit lebih dulu ke atas, Buru-buru
Si Cay soat masukkan pedangnya ke dalam sarung,
kemudian menyusul di belakangnya.
Dengan diteguknya leng sik-giok-ji oleh kedua orang
muda mudi itu, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki
kedua orang tersebut telah peroleh kemajuan yang pesat,
terutama sekali untuk Si Cay soat, kemajuan yang berhasil
dicapainya sungguh luar biasa,
Dengan gerakan tubuh seenteng burung walet, ke dua
orang itu melayang ke udara dan dalam sekejap mata
mereka telah muncul dari balik kabut.
Mereka berdua segera merasakan pandangan matanya
menjadi silau, pemandangan di atas tebing terlihat jelas,
langit nan biru dan sepercik sinar sang surya yang lembut
memancarkan cahayanya ke empat penjuru, saat itu sudah
merupakan fajar keesokan harinya.
Sekejap kemudian mereka telah sampai di atas
permukaan tebing, saat itu asap putih masih mengepul dari
arah puncak, namun kebakaran telah padam.
Lan See giok berpaling sambil memeriksa sekejap
keadaan di tebing seberang, suasana di situ sunyi senyap
dan tak kedengaran sedikit suarapun, Oh Li cu serta Tok
Nio-cu juga tak kelihatan lagi, dia yakin mereka tentu sudah
kembali ke Tiang siu tian.
http://kangzusi.com/
Dari sikap si anak muda itu, Si Cay soat segera teringat
pula akan isak tangis dari seorang gadis yang didengarnya
semalam, tanyanya kemudian dengan nada tak mengerti:
"Engkoh Giok, siapa sih nona yang menangisimu di atas
tebing semalam-?"
-ooo0dw0ooo-

BAB 22
LAN SEE GIOK sudah berapa kali berpengalaman
menghadapi adik Soat nya cemburu, betul pertanyaan yang
diajukan olehnya sekarang amat datar dan biasa, namun dia
yakin dihati kecilnya tentu terdapat benih-benih cemburu
Karenanya dengan suara hambar jawabnya:
"Yang seorang adalah Oh Li cu, putri Oh Tin san,
sedangkan yang lain adalah Tok Nio-cu, istri Pek ho
caycu!".
Si Cay soat merasa tidak habis mengerti, masalah Oh Li-
cu memang pernah didengarnya dari penjelasan engkoh
Giok, tapi mengapa pula Tok Nio-cu turut datang
bersamanya ke Tay ang san?
Terdorong oleh rasa ingin tahu. ia bertanya kembali.
"Tok Nio-cu itu - “
Sembari memeriksa keadaan di sekitar tebing cepat-cepat
Lan See giok menerangkan:
"Tok Nio-cu adalah kakak kandung Oh Li cu, Tok Nio-
cu datang ke Tay ang san gara-gara penghianatan si
harimau berkaki cebol, seorang anak buahnya yang kabur
dan kini mendapat perlindungan dari Beruang berlengan
tunggal,,."
http://kangzusi.com/
Belum selesai penjelasan tersebut diberikan, dari antara
dua bukit di sebelah kanan mendadak terdengar suara
bentakan nyaring.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, cepat-cepat
serunya.
"Aai mereka belum pergi, ayo kita kejar mereka!"
Sembari berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
segera menerjang ke depan.
Si Cay soat tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya,
diapun tidak habis mengerti mengapa Tok Nio-cu bisa
menjadi kakak kandung Oh li cu dan siapa pula, si harimau
berkaki cebol itu. walaupun demikian tanpa mengucapkan
sepatah katapun diikutinya pemuda itu menuju ke depan
sana.
Mereka berdua melalui hutan yang lebat dengan aneka
batuan cadas, kemudian di depan situ dijumpainya sebuah
lembah hijau yang luasnya mencapai dua-tiga ratusan kaki
persegi.
Di empat sekeliling lembah tadi tumbuh aneka bambu
dan pohon siong, sedangkan dibagian tengah merupakan
sebuah daratan datar, suatu tempat yang baik sekali untuk
tempat latihan silat.
Ditengah lembah terdapat ratusan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang melakukan pengepungan dengan
senjata terhunus, mereka sedang memusatkan semua
perhatiannya mengikuti jalannya pertarungan ditengah
arena.
Oh Li cu dengan rambut terurai kalut sedang memainkan
pedangnya bertarung melawan enam orang lelaki kekar
berpakaian ringkas, bajunya sudah compang camping
dengan beberapa lubang di sana sini, posisi nya amat kritis.
http://kangzusi.com/
Tak jauh dari arena pertarungan, pada sudut sebelah
utara tanah lapang, berdiri berjajar lima orang manusia
yang rata-rata berwajah buas dan menyeramkan.
Senyuman menyeringai menghiasi ujung bibir masing-
masing, mereka sedang mengawasi pertarungan antara ke
enam lelaki kekar itu melawan Oh Li cu.
Diantaranya merupakan seorang hwesio pendek yang
bertubuh gemuk, beralis tebal, mata besar, hidung besar dan
mulut lebar, senjata yang dibawa berupa sebuah tongkat
berwarna hitam pekat.
Orang yang berada di sisi kirinya adalah seorang kakek
berusia lima puluh tahunan serta seorang nikou tua, si
kakek bertubuh ceking, berbaju hitam, mata cekung, kening
cembung dan bersenjatakan sebuah golok besar.
Sementara si nikou berusia enam puluh tahunan.
bermulut lancip, mata tikus, hidung menghadap ke atas
serta mengenakan jubah putih, ia memegang senjata giok ji
gi.
Dari sinar matanya yang memancar kan cahaya tajam,
bisa diduga bahwa ia bukan terhitung seorang murid
Buddha yang saleh.
Di sebelah kirinya merupakan seorang lelaki kekar
berpakaian ringkas warna biru, di sisinya lagi adalah
seorang pemuda berusia dua puluh delapan-sembilan
tahunan yang mengenakan pakaian ringkas warna merah.
Kalau si lelaki kekar itu beralis tebal bermuka merah dan
membawa sepasang kampak, maka sang pemuda berbaju
merah itu bertubuh ceking, dan berwajah bersih, sepasang
mata cabulnya tiada hentinya menoleh ke belakang.
Di belakang kelima orang itu masih berdiri puluhan
lelaki bersenjata lengkap, mereka berdandan sebangsa kaum
http://kangzusi.com/
hiangcu, ini berarti lima orang yang berada didepannya
adalah para caycu dari lima bukit sebelah selatan. Dengan
cepat Lan See-giok memandang sekejap ke seluruh lembah
tersebut, namun anehnya ia tidak melihat Tok Nio-cu.
Setelah maju ke depan beberapa kaki lagi, pemuda itu
baru terperanjat, dilihatnya pemuda berpipi bersih itu
rupanya sedang mengawasi Tok Nio-cu yang terikat
kencang.
Si anak muda itu benar-benar tidak habis mengerti, Tok
Nio-cu adalah seorang jagoan perempuan yang nama
besarnya sudah termasyhur sampai di mana-mana terutama
sekali ke enam macam senjata rahasia beracun yang hebat.
mengapa ia justru tertawan musuh?
Dalam pada itu. Tok Nio-cu dibelenggu di belakang
kelima orang caycu tersebut saking mendongkolnya paras
muka perempuan itu sudah berubah menjadi hijau membesi
giginya digertak kencang-kencang sedangkan sinar matanya
memancarkan cahaya yang menggidikkan hati, sudah jelas
kemarahannya sudah mencapai puncaknya.
Dalam waktu singkat Lan See giok sudah melihat
dengan jelas keadaan dalam lembah itu, meski Oh Li-cu
berada dalam keadaan kritis, namun jiwanya belum sampai
terancam, karena tujuan kelima orang caycu itu agaknya
hendak menangkap musuh dalam keadaan hidup-hidup.
DIANTARA kelima orang tersebut, yang paling
menyolok adalah si hwesio gemuk pendek itu, sepasang
matanya yang sedang mengikuti jalannya pertarungan
mencorong kan sinar cabul. sudah pasti orang itu, adalah
seorang pendeta cabul.
Oleh karena tak ingin mengejutkan kawanan lelaki kekar
yang mengepung di sekeliling tempat itu. Lan See giok
bertindak sangat hati-hati, dengan gerakan ombak panjang
http://kangzusi.com/
bagaikan awan, dia melejit ke udara melewati atas kepala
kawanan lelaki itu, kemudian melayang turun di tengah
lembah tersebut.
Tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun juga Si Cay
soat mengikuti di belakang pemuda itu dengan gerakan
burung hong bermain di awan ..
Begitu mereka berdua melejit ke udara, perbuatan
tersebut segera diketahui oleh kelima orang caycu tersebut,
sepuluh buah sorot mata mereka bersama sama dialihkan
kemari.
Sambil melayang turun ke atas tanah, Lan See-giok
segera membentak keras:
"Tahan..!"
Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya secepat kilat
meluncur ke depan, diantara berkibarnya jubah biru, ia
telah tiba di depan ke enam orang lelaki yang sedang
mengerubuti Oh Li-cu itu.
Menyusul kemudian bayangan merah berkelebat lewat,
Si Cay-soat mengikuti di belakangnya.
Kehadiran dua orang muda mudi itu segera mengejutkan
ratusan orang lelaki kekar yang berkerumun di sekitar situ,
namun berhubung Lan See giok dan Si Cay-soat berada di
depan ke lima orang caycu. maka tak seorangpun yang
berani membidikan anak panahnya.
Ke enam orang lelaki yang mengerubuti Oh Li cu juga
dibikin terkejut oleh suara bentakan Lan See-giok yang
menggeledek itu, sedemikian kerasnya suara bentakan itu
sampai mereka mundur dengan sempoyongan, kepalanya
pusing, matanya berkunang-kunang, masing-masing
melangkah mundur sejauh satu kaki lebih.
http://kangzusi.com/
Berjumpa dengan Lan See-giok, Oh Li cu merasa
bagaikan bertemu dengan sang suami, , ia segera menjerit
sambil menangis.
"Adik Giok.”
Sembari menangis dia merentangkan tangannya hendak
menubruk ke dalam pelukan Lan See giok, namun ketika
dilihatnya seorang gadis cantik berbaju merah berdiri di
belakang anak muda tersebut, dengan cepat ia
menghentikan langkahnya kemudian menutupi wajah
sendiri, sambil menangis tersedu-sedu.
Berada dalam keadaan begini, Lan See giok tidak sempat
menghibur Oh Li-cu ?, lalu kepada Si Cay soat segera
katanya:
"Adik Soat, dialah nona Oh, coba kau lihat apakah dia
menderita luka".
Kemudian dengan langkah cepat dia menghampiri ke
lima orang Caycu yang masih berdiri kaget itu.
Belum sampai lima langkah Lan See-giok berjalan ke
depan, rasa kaget ke enam orang itu sudah lenyap, serentak
para hiangcu dengan senjata yang berbeda itu membentak
keras lalu bersama sama menerjang kearah anak muda itu.
Si Cay soat gusar sekali, dia putar pergelangan
tangannya sambil meloloskan pedangnya, cahaya tajam
segera berkilauan memancar ke luar dari pedang Jit-hoa
kiam tersebut.
Sesungguhnya tujuan Lan See-giok adalah
menyelamatkan Tok Nio-cu dari cengkeraman musuh,
maka dengan gerakan yang sangat cepat serta tidak nampak
gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu saja ia telah sampai
di hadapan kelima orang caycu itu.
http://kangzusi.com/
Ke enam orang hiangcu yang. mencoba mengepung tadi
hanya merasakan pandangan matanya kabur, tahu-tahu
bayangan musuh sudah hilang lenyap.
Di dalam kagetnya serentak mereka hentikan gerakan
majunya sambil menarik kembali senjatanya . . . . sayang
agak terlambat!
"Traang . . . "
Banyak senjata yang saling membentur bergema
memecahkan keheningan, ada dua orang hiangcu yang
terluka ditangan rekan sendiri, seruan kaget serentak
mereka mengundurkan diri ke belakang.
Pada hakekatnya lima orang caycu tersebut tidak
menyangka kalau Lan See giok mempunyai gerakan tubuh
sedemikian cepat nya
Mereka hanya merasakan bayangan biru berkelebat
lewat, tahu-tahu saja musuh sudah berada di depan mata,
diiringi jeritan kaget serentak mereka berlima
mengundurkan diri ke belakang . . .
Puluhan orang lelaki yang berdiri di belakang ke lima
prang itu menjadi panik lalu kacau balau tak karuan,
serentak mereka membubarkan diri dengan meninggal kan
Tok Nio-cu seorang diri di situ.
Memanfaatkan kesempatan disaat pihak lawan masih
kacau. Lan See giok menerjang maju ke muka dan
membangunkan Tok Nio-cu dari atas tanah, tak lama
Kemudian Si -Cay soat dan Oh li-cu telah menyusul pula ke
situ, sekali Oh li-cu menggerakkan pedangnya, semua tali
yang membelenggu tubuh Tok Nio-cu sudah putus semua.
Dengan perasaan menyesal bercampur terima kasih Tok
Nio-cu segera berkata:
http://kangzusi.com/
"Adik Giok terima kasih banyak, kau telah
menyelamatkan jiwaku..
Lan See giok tertawa ramah.
"Nyonya sudah membantuku sebagai petunjuk jalan.
budi kebaikanmu itu sangat besar. untuk berterima kasih
saja tak cukup mana berani kuterima rasa terima kasihmu!"
Tok Nio-cu tahu bahwa Lan See giok masih belum tahu
kalau dialah yang telah memotong tali penggantung.
karenanya dengan perasaan malu bercampur menyesal ia
menundukkan kepalanya rendah-rendah. Tentu saja Lan
See giok tidak akan tahu mengapa Tok Nio-cu yang
sombong, bisa kehilangan kecongkakannya, ketika ia
mengerling sekejap ke arahnya di temukan kantung berisi
senjata rahasia yang biasanya tergantung dipinggang Tok
Nio-cu, kini sudah tidak nampak lagi.
Dengan cepat dia menjadi paham apa gerangan yang
telah terjadi, sambil menengok kearah ke lima orang caycu
yang berada berapa kaki dihadapannya sana ia menegur
dengan suara dalam:
"Siapa yang telah menyerobot kantung senjata rahasia
milik nyonya Gui?"
Teguran tersebut segera menyandarkan Tok Nio-cu,
keningnya berkerut dan matanya memancarkan sinar tajam,
tiba-tiba bentaknya dengan suara nyaring.
"Hoa sam long, serahkan nyawa anjing mu”
Ditengah bentakan, ia langsung menerjang ke arah
pemuda berpakaian ringkas warna merah itu
Oh Li-cu terkejut sekali melihat kejadian ini, segera
cegahnya. "Cici, hati-hati! Dia.."
http://kangzusi.com/
Belum habis seruan itu, tubuhnya te1ah ikut menerjang
ke muka
Hoa sam long si pemuda berpakaian ringkas warna
merah itu sudah dibikin terkejut oleh kelihaian ilmu
meringankan tubuh mereka. meski demikian, sepasang
matanya yang cabul justru mengamati terus wajah Si Cay-
soat yang cantik dengan penuh kerakusan.
Ketika melihat Tok Nio-cu datang menyerang seperti
orang gila, ia tertawa dingin, kemudian ujarnya kepada
ketiga orang hiangcu yang berada di belakangnya.
"Senjata rahasia milik Tok Nio-cu telah kurampas, ayo
cepat kalian bertiga turun tangan untuk meringkusnya"
Tiga orang lelaki segera membentak keras sambil maju
menyongsong datangnya terkaman dari perempuan itu.
Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris datangnya
ancaman mana, ia tetap melanjutkan terkamannya ke arah
Hoa-sam-long.
Sejak tiba di arena, Si Cay-soat sudah di bikin gusar
hatinya oleh pandangan cabul Hoa Sam long. apa lagi
setelah mendengar namanya, dia semakin yakin kalau
pemuda tersebut bukan lelaki baik.
Tatkala dilihatnya ada tiga orang lelaki kekar menerjang
Tok Nio-cu bersama sama, sambil tertawa dingin segera
bentaknya.
"Kalian betul-betul kawanan manusia yang tak tahu
malu!"
Belum selesai ia berkata, tangannya sudah diayunkan ke
depan, tiga titik cahaya tajam langsung menyambar lewat
diantara tubuh Tok Nio-cu serta Oh Li-cu langsung
http://kangzusi.com/
menghajar badan ketiga orang lelaki yang sedang menerjang
tiba.
Serangan tersebut cepat sekali. dalam sekali berkelebat
tahu-tahu sudah sampai ..
Beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan keheningan, ketiga orang
lelaki itu membuang senjatanya dan roboh terjengkang ke
tanah.
Tapi ketiga titik cahaya tajam tersebut tidak berhenti
sampai di situ saja, setelah menebas kutung batok kepala
ketiga orang itu, cahaya tajam tadi masih meneruskan
gerakannya meluncur ke depan. .
Lan See-giok segera mengerutkan dahinya oleh kejadian
itu sedang Si Cay soat tertegun, sementara kawanan jago
lihay lainnya sama-sama menjerit tertahan saking kagetnya
Pada saat itulah ditengah arena bergema suara bentakan
marah, Hoa Sam long telah melepaskan sebuah serangan
dengan memakai tali pengikat dewa, semacam tali panjang
berwarna kuning yang membentuk sebuah lingkaran gelang.
Benda itu langsung menyambar ke tubuh Tok Nio-cu.
Melihat benda itu. Lan See-giok segera mengerti apa
sebabnya Tok Nio-cu sampai tertawa.
Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris atas datangnya
jiratan tali tersebut, sambil tertawa dingin dia menghindar
dari Hoa-sam-long kemudian menundukkan kepalanya
sembari bertekuk pinggang.
"Duuusss..!”
Setitik cahaya biru langsung meluncur ke depan..
Lan See-giok baru merasa terkejut setelah melihat
peristiwa ini, ia baru tahu bahwa orang persilatan patut
http://kangzusi.com/
merasa segan terhadap Tok Nio-cu, karena serangan senjata
rahasia beracunnya memang tak boleh di pandang enteng.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Hoa Sam
long telah menjerit kesakitan sambil roboh terjengkang ke
atas tanah, di atas dadanya tahu-tahu sudah menancap
sebatang anak panah yang panjangnya. mencapai empat
inci.
Oh li cu yang berada di belakang, Tok Nio-cu cepat
membentak keras sambil mengayunkan pedangnya
membabat tali itu, sayang babatannya meleset. akibatnya
Tok Nio-cu sekali terbelenggu dan tubuhnya roboh
terjengkang.
Ke empat orang caycu lainnya tidak menyia-nyiakan,
kesempatan yang sangat baik ini. diiringi suara bentakan
nyaring, serentak mereka. menerjang ke muka, dengan
tujuan membekuk Tok Nio-cu dan dijadikan sebagai
sandera, puluhan orang hiangcu lainnya pun segera
membubarkan diri dengan maksud mengepung Lan See
giok sekalian.
Melihat perbuatan mereka, Lan See giok sangat gusar,
sambil membentak ia menerjang hwesio gemuk pendek itu.
Oh Li cu bertarung melawan si nikou tua, sedangkan
lelaki berkampak itu membantu si hwesio gemuk
mengerubuti Lan See giok.
Si Cay soat membentak keras, disertai cahaya merah
yang berkilauan dia langsung menerjang si kakek bergolok.
Situasi dalam arena berubah menjadi sangat kalut,
ratusan orang lelaki yang mengepung dari kejauhan hanya
bisa mengacungkan senjatanya sembari berteriak teriak.
Tok Nio-cu sudah berpengalaman sekali di dalam
menghadapi pelbagai pertarungan,. ia tidak ambil diam,
http://kangzusi.com/
tubuhnya menggelinding ke samping untuk menyelamatkan
diri, dengan begitu ayunan golok si kakek bergolok itu
mengenai sasaran yang kosong.
Tiba-tiba sinar merah, menyambar lewat, Si Cay soat
telah muncul di depan mata dimana sinar pedangnya
berkelebat, jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang
memecahkan keheningan. Sebutir batok kepala tampak
mencelat ke udara diiringi semburan darah segar.
Si hwesio gemuk juga mendengus tertahan, dadanya
kena disodok kepalan tangan Lan See-giok sehingga
tubuhnya mundur sempoyongan, darah segar segera
muntah ke luar dari mulutnya.
Lan See giok memutar tubuhnya dengan cepat, ujung
baju kirinya dikebaskan ke samping.
Lelaki berwajah merah itu segera menjerit kesakitan,
sepasang kampaknya mencelat ke udara, belum lagi berdiri
tegak, jari tangan Lan See giok sudah menotok jalan darah
Pay wi hiatnya.
Oh Li-cu bukan tandingan nikou tua itu, dia sudah kena
terdesak hingga permainan pedangnya kacau dan tubuhnya
melangkah mundur terus menerus ..
SI Cay soat yang menjumpai kejadian tersebut segera
bersiap sedia membantu Oh Li cu. tapi pada saat itulah tiba-
tiba terdengar Tok Nio-cu menjerit kaget.
Sewaktu gadis itu berpaling, ia saksikan tubuh Tok Nio-
cu telah diinjak injak oleh empat orang hiangcu.
Gadis itu menjadi amat gusar, sambil membentak
tubuhnya melejit ke tengah udara.
Bersamaan waktunya Si Cay soat melejit ke udara, Lan
See giok membentak pula keras-keras, ke lima jari tangan
http://kangzusi.com/
kanannya telah disentilkan ke depan, empat desingan angin
tajam langsung menyambar tubuh ke empat hiangcu
tersebut
"Prakkk, praak, praak, praak . . . "
Empat kali dengusan tertahan bergema, ke empat lelaki
kekar itu sudah roboh berguling di atas tanah dengan kepala
pecah dan isi benak berceceran di atas tanah.
Peristiwa ini kontan saja mengecilkan nyali kawanan
hiangcu lainnya, pucat pias wajah mereka karena terkejut,
sukma serasa melayang meninggalkan raganya, tanpa
membuang waktu mereka sama-sama putar badan dan
mengambil langkah seribu.
Berkobar hawa napsu membunuh Si Cay soat yang
berada di udara setelah melihat hal ini menggunakan jurus
sungai perak membasahi bumi, sebuah jurus serangan dari
ilmu pedang Tong kong kiam hoat.
Pedangnya disertai cahaya tajam yang menyilaukan
mata langsung menyambar ke tubuh beberapa orang
hiangcu tersebut..
Dimana cahaya pedangnya berkelebat lewat, jeritan ngeri
berkumandang susul menyusul, batok kepala beterbangan.
darah segar memancur kemana mana. mayat tanpa kepala
terkapar di sana sini dalam keadaan yang amat mengerikan.
Tok Nio-cu memandang sekejap ratusan pemanah yang
mengepung di sekitar arena. kemudian bentaknya keras-
keras.
"Jangan bunuh orang-orang itu "
Lan See-giok juga kuatir mereka dijadikan sasaran
pemanah-pemanah itu, serunya kemudian kepada Si Cay
soat.
http://kangzusi.com/
"Adik Soat, cepat kembali, kita harus menemukan
Beruang berlengan tunggal secepatnya."
Kata-katanya belum selesai diutarakan, Si Cay soat telah
melayang kembali ke posisi semula.
Menyaksikan tenaga dalam yang dimiliki Si Cay soat
telah peroleh kemajuan yang begitu pesat. Lan See giok
tahu bahwa ini disebabkan gadis itu makan cairan Leng-sik-
giok-ji, dia merasa gembira sekali atas hal tersebut.
Dalam pada itu si nikou tua tersebut sudah berhasil
dikuasai Lan See giok, Oh Li cu juga telah membebaskan
Tok Nio-cu dari belenggu, maka dengan Lan See giok
mengempit lelaki bermuka merah itu dan Tok Nio-cu
mengempit si nikou, mereka melanjutkan perjalanannya
menuju ke bukit yang lebih dalam.
Ratusan orang lelaki kekar, yang mengurung di sekeliling
tempat itu cuma bisa berdiri termangu mangu bagaikan
patung karena terkejut dan takutnya, apalagi kedua orang
caycu mereka sudah dibawa oleh Lan See giok sekalian,
tentu saja mereka semakin tak berani melepaskan anak
panah.
Dengan kaburnya puluhan orang lelaki yang mengepung
diarah utara, maka terbukalah jalan menuju ke mulut
lembah sebelah utara.
Sambil menuding puncak bukit tertinggi di depan sana,
Tok Nio-cu segera berseru kepada Lan See giok.
"Adik Giok, si beruang berlengan tunggal telah
memperoleh laporan dari mata-matanya bahwa kau telah
tewas di dasar jurang. bila kita langsung berangkat ke
markas besarnya sekarang, sudah pasti si beruang berlengan
tunggal tak sempat membuat persiapan lagi."
http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan itu, teringat pula kejadian
semalam dimana talinya diputus orang, Lan See-giok
semakin yakin kalau perbuatan itu dilakukan musuh.
Dengan membungkamnya Oh Li cu atas peristiwa-
tersebut, tentu saja Tok Nio-cu tak berani menyinggungnya.
otomatis Lan See- giok tak bakal mengetahui kejadian yang
sebenarnya,
Dengan perasaan yang amat gundah dan gelisah Lan
See-giok mempercepat langkahnya menuju ke puncak bukit,
sedemikian cepatnya hingga menyerupai sambaran kilat.
Si Cay soat dengan tenangnya mengikuti terus di
samping pemuda itu, ia sama sekali tidak nampak
kepayahan.
Berbeda sekali dengan Tok Nio-cu serta Oh Li cu, dalam
waktu singkat mereka sudah kepayahan dan kehabisan
tenaga, terutama sekali Tok Nio-cu, yang harus
membopong si nikou tua, ia nampak kehabisan tenaga.
Si Cay-soat dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas,
kepada Lan See-giok diapun berbisik:
"Engkoh Giok, perlambat langkahmu!"
Ketika pemuda itu berpaling, dilihatnya Oh Li cu masih
mengejar terus dengan sepenuh tenaga, sebaliknya Tok Nio-
cu sudah ketinggalan jauh sekali, rambutnya kusut dan
peluh sudah membasahi seluruh tubuhnya.
Karena sudah tiba di bawah puncak, maka Lan See giok
sekalian segera menghentikan langkahnya. menyusul Oh Li
cu juga telah tiba di sana.
Dengan wajah merah padam, Tok Nio-cu segera
mempercepat larinya, dengan begitu kecepatannyapun
http://kangzusi.com/
bertambah, dalam beberapa kali lompatan saja ia telah
menghampiri mereka.
Begitu tiba di tempat tujuan, sambil tertawa jengah
katanya kemudian:
”Waah, orang ini memang si tua bangkotan, makin
diseret rasanya makin bertambah berat!"
Tanpa sungkan, ia segera membanting nikou tua itu ke
atas tanah.
Menyaksikan Tok Nio-cu sudah mandi keringat,
mukanya merah padam, rambutnya kusut dan tiada
hentinya terengah engah, Lan See giok segera berpaling ke
arah Si Cay soat sambil katanya.
"Sumoay, harap kau yang menggendong nikou tua itu
naik ke atas puncak."
Si Cay soat tertawa manis dan segera mengangguk
mengiakan.
Disaat berhenti sejenak itulah, baik Tok Nio-cu maupun
Oh Li cu dapat melihat wajah Si Cay soat dengan lebih-
jelas lagi.
Dengan cepat Tok Nio-cu peroleh kesimpulan bahwa
perempuan semacam ini boleh dibilang merupakan gadis
paling cantik yang pernah dijumpainya selama ini, jangan
lagi orang lelaki, biar dia sendiri sebagai seorang perempuan
pun tak urung merasakan hatinya berdebar keras setelah
menyaksikan gadis cantik berbaju merah ini.
Ia pun menjumpai bahwa adiknya Oh li cu meski
nampaknya seperti seorang gadis cantik, namun seperti juga
dirinya, mereka kekurangan keanggunan dan kelembutan
yang justru merupakan syarat utama bagi seorang gadis
yang menawan.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya Oh Li cu yang dapat melihat kecantikan Si
Cay soat, dengan cepat menjadi mengerti apa sebabnya adik
Giok tidak mencintai dirinya, baru sekarang ia berhasil
menemukan alasan yang sesungguh nya.
Ia percaya kecantikan wajahnya tidak kalah bila
dibandingkan kecantikan Si Cay soat, tapi dirinya justru
kekurangan sikap alim, lembut dan anggun. terutama sekali
kesan yang diberikan olehnya bagi sang pemuda selama di
Wi-lim-poo dulu kelewat jelek, bila diingat kembali, dia
sungguh merasa amat menyesal.
Padahal semenjak ia berjumpa dengan Hu-yong siancu
serta Ciu Siau cian. diapun selalu berusaha untuk belajar
menjadi seorang perempuan yang lembut dan menawan
hati.
Teringat akan Ciu Siau-cian. diapun membandingkan
gadis tersebut dengan Si Cay-soat, dengan cepat ia dapat
merasakan bahwa Si Cay soat kekurangan sikap tenang dan
alim dari Ciu Siau cian. diapun tidak memiliki sikap suci
dan halus dari Ciu Siau cian.
Tapi Si Cay soat justru memiliki kelincahan dan
kebinalan yang justru merupakan suatu daya tarik
tersendiri, yang mana tak kan dijumpai pada diri Ciu Siau
cian.
Oh Li cu cukup mengerti tentang dirinya meskipun dia
ingin merubah karakternya, namun kegenitan dan
kejalangannya tak mungkin bisa dihilangkan sama sekali
Namun, demi keberhasilannya menarik perhatian Lan
See-giok, dia masih tetap akan berusaha keras untuk belajar
menjadi seorang perempuan yang alim dan lemah lembut.
Sementara itu, Si Cay soat merasa malu sekali ketika
melihat wajahnya diawasi kedua orang perempuan itu
http://kangzusi.com/
lekat-lekat merah padam selembar pipinya, sambil berpaling
segera serunya kepada Lan See-giok.
"Engkoh Giok, ayo kita lanjutkan perjalanan ke atas
puncak bukit itu!" Sambil berkata, dia lantas mengangkat
tubuh si nikou tua itu dari atas tanah.
Sebetulnya Lan gee giok juga ingin secepat cepatnya naik
ke puncak bukit, namun ia tak tega mendesak Tok Nio-cu
sebab di lihatnya perempuan itu masih terengah engah
dengan mandi keringat.
Namun setelah didesak oleh Si Cay soat, diapun
berpaling kearah Tok Nio-cu sambil bertanya:
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"
Sejak perbuatannya memotong tali semalam. Tok Nio-cu
selalu menaruh perasaan menyesal dan malu terhadap Lan
See giok, diapun tak berani memperlihatkan sikap
angkuhnya di hadapan pemuda itu.
Cepat-cepat katanya dengan suara rendah.
"Biar-adik Giok dan nona Si berangkat duluan, sedang
aku dan adikku menyusul belakangan, jika menjumpai hal
yang gawat kalian berdua jangan lupa untuk menggunakan
si Kapak penyapu awan Sik Tay kong dan Cing lian si
nikou buruk tersebut sebagai tameng."
Lan See giok segera mengiakan, sedangkan Si Cay soat
merasa kejadian tersebut amat menarik hatinya, tak tahan
lagi ia tersenyum manis. Mereka berdua pun segera
menghimpun tenaga dan meneruskan perjalanannya ke atas
puncak.
Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di sebuah tanah
lapang yang luas di puncak bukit itu, dari kejauhan terlihat
http://kangzusi.com/
pula sebuah dinding benteng yang tingginya mencapai
puluhan kaki.
Di sekeliling dinding benteng itu terdapat benteng-
benteng batu untuk melepaskan panah, di sekitarnya
terdapat sungai yang lebar, selain itu terdapat pula jembatan
gantung yang menghubungkan pintu gerbang, dapat dilihat
bahwa benteng tersebut memang sengaja dibangun dengan
kokoh sekali.
Pada waktu itu di atas dinding benteng penuh dengan
para pengawal bersenjata lengkap, di bawah sinar matahari
pantulan sinar dari senjata mereka menimbulkan suasana
yang amat mengerikan.
Tanpa ragu-ragu Lan See giok dan Si Cay soat langsung
menerjang ke arah pintu gerbang,
Gerakan tubuh mereka berdua cepat diketahui oleh para
penjaga di atas dinding benteng, diiringi teriakan keras,
tombak dan anak panah pun berhamburan seperti hujan
gerimis.
Menyaksikan datangnya serangan, Lan See giok segera
membentak keras.
”Hei, lihat dulu! Sik caycu dan Cing lian caycu kalian
berada disini, bila ingin membunuh mereka berdua, ayo
silahkan melepas kan serangan lagi"
Sambil berkata, mereka segera menggunakan tubuh Sik
Tay kong den Cing lian nikou sebagai tameng.
Ternyata cara ini memang memberikan hasil yang amat
manjur. semua serangan segera dihentikan dan tak seorang
pun yang berani melepaskan anak panah lagi.
http://kangzusi.com/
Tapi pintu gerbang benteng cepat-cepat ditutup rapat,
jembatan gantung dikerek naik dan semua jalan menuju
benteng ditutup.
Lan See giok serta Si Cay soat tidak ambil perduli,
mereka telah bertekad untuk menyerbu ke dalam benteng
dengan cara apa saja.
Sementara kedua orang itu hendak melampaui sungai,
mendadak terdengar Tok Nio-cu yang sementara itu sudah
menyusul tiba berteriak keras.
"Adik Giok, nona Si, tunggu dulu. kalian tidak usah
menyerbu ke dalam"
Si-Cay soat dan Lan See giok segera berhenti, dengan
cepat Tok Nio-cu dan Oh Li cu menyusul ke situ.
Begitu berhenti, Tok Nio-cu segera berkata.
"Kita kan mempunyai dua orang sandera? Tak usah
kuatir, Kiong Tek ciong pasti akan menampakkan diri
dengan sendirinya"
Lan See giok merasa perkataan itu memang benar, ia
segera mengangguk tanda setuju.
Sebaliknya Oh Li cu merasa tidak tenang, tiba-tiba ia
balik bertanya.
"Bagaimana kalau seandainya Kiong Tek ciong tidak
menampakkan diri- ?"
Tanpa ragu Tok Nio-cu menatap adiknya, kemudian
ujarnya dengan suara dalam.
"Aaah, masa teori semacam inipun tidak kau pahami?
Dia kan pemimpin besar dari tiga tebing sembilan puncak
dua belas benteng? Jika sebagai pemimpin ternyata berjiwa
pengecut, tak berani menampakkan diri. bagaimana
mungkin ia bisa memimpin anak buahnya?"
http://kangzusi.com/
Selembar wajah Oh Li cu segera berubah menjadi merah
jengah, tapi dengan nada tak puas kembali katanya,
"Semalam, bukankah kau pernah berkata, andaikata
Kiong Tek ciong sengaja menghindarkan diri, urusan bakal
menjadi berabe?”
Dengan perasaan apa boleh buat Tok Nio-cu segera
menggelengkan kepalanya berulang kali.
”Aai, keadaan waktu itu berbeda sekali dengan keadaan
sekarang. waktu itu dia cuma duduk sambil mengatur
siasat. tapi sekarang anak buahnya tertawan, bila ia tetap
berpeluk tangan belaka, siapa lagi yang bersedia menjual
nyawa untuk dirinya?.”
Oh, Li cu segera dibikin terbungkam dalam seribu
bahasa. meski wajahnya agak merah, namun dihati kecilnya
merasa kagum sekali atas kecerdasan encinya ini,
Lan See giok juga merasa bahwa Tok Nio-cu merupakan
seorang perempuan berotak encer dan berpengalaman luas.
Tampaknya ia cukup menguasai tentang ilmu jiwa, tak
heran kalau pemuda inipun diam-diam merasa kagum.
Si Cay soat adalah seorang nona cilik yang berhati luhur
dan polos, ia sama sekali tak pernah memikirkan masalah
seperti ini. karena itu dia pun mendengarkan dengan
seksama tanpa memberi komentar apa-apa.
Setelah membereskan rambutnya yang kusut dan
menyeka peluh yang membasahi tubuhnya, Tok Nio-cu
menuding ke arah pintu benteng yang berada dua-tiga puluh
kaki di depan sana sambil katanya.
"Hayo berangkat. kita menuju ke tanah lapang di depan
jembatan sana"
http://kangzusi.com/
Dengan langkah lebar dia segera berjalan lebih dulu
menuju ke depan sana.
Dengan menyeret Sik Tay-kong dan Cing lian nikou,
berangkatlah Lan See giok sekalian menuju ke tanah lapang
di depan jembatan gantung, tiada seorang manusiapun yang
melepaskan panah, tiada seorang pun yang bersuara,
suasana terasa amat hening.
Setelah berhenti, Tok Nio-cu kembali berkata: "Sekarang
kita lempar tubuh Sik Tay kong dan nikou tua itu ke atas
tanah"
Dari nada pembicaraan perempuan tersebut, Lan See
giok dapat menyimpulkan kalau Tok Nio-cu menaruh kesan
yang jauh lebih baik terhadap Sik Tay kong ketimbang
terhadap nikou tua itu.
Padahal semestinya seorang nikou adalah paderi yang
saleh, seorang manusia yang menjauhkan diri dari
keduniawian, tapi kenyataannya ia justru menjadi seorang
caycu, terhitung murid Buddha macam apakah manusia
semacam itu?
Sementara pemuda itu masih berpikir. dia telah
meletakkan Sik Tay kong ke atas tanah, sebaliknya Si Cay
soat yang agak nya mempunyai kesan yang sama justru
membanting Nikou itu keras-keras.
Cing lian nikou, manusia licik berhati kejam ini cukup
mengetahui keadaan yang dihadapinya. karena itu meski
dibanting sampai punggungnya terasa sakit ia tetap
memejamkan matanya tanpa merintih..
Setelah melihat sekejap kearah dinding benteng, Tok-
Nio-cu segera berseru lantang.
"He!. yang hiangcu yang bertanggung jawab atas benteng
ini, dengarkan baik-baik, kalian cepat mengundang
http://kangzusi.com/
pemimpin besar kalian Kiong Tek ciong, agar munculkan
diri, katakan saja putra mendiang Lan tayhiap, Lan See
giok, Lan siauhiap ada urusan hendak bertemu dengannya,
selain itu beritahu kepadanya juga, agar penghianat dari
Pak ho cay, si harimau berkaki cebol agar digusur ke luar
juga"
Namun suasana dibanting itu masih tetap hening, sepi
dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Setelah berhenti sejenak, Tok Nio-cu segera bertanya lagi
dengan suara dalam.
"Apa yang kukatakan barusan. apakah sudah terdengar
oleh para penanggung jawab?"
Walaupun di atas dinding benteng terdapat hampir
ratusan manusia. namun tak seorangpun diantara mereka
yang bersuara.
Timbul kemarahan di dalam dada Lan See giok, serunya
kemudian sambil menahan geram.
"Ayo, kita dobrak pintu benteng mereka."
"Kau tak perlu bingung" cegah Tok Nio-cu sambil
tertawa. "adik Giok, cici jamin kau akan berjumpa dengan
si beruang berlengan tunggal dalam keadaan segar."
Begitu selesai berkata, ia segera menghampiri Cing-lian
nikou dan menendang pinggangnya keras-keras.
"Duuk . . !"
Tendangan tersebut segera bersarang telak di pinggang
nikou tua itu, tak ampun lagi paderi perempuan ini menjerit
jerit seperti babi yang disembelih, tubuhnya bergulingan
kian kemari sambil mengerang kesakitan.
Begitu Cing lian nikou mengerang kesakitan, dari atas
pintu benteng segera bergema suara bentakan gusar.
http://kangzusi.com/
"Selama ini pek ho cay dan Tay ang san bertetangga
secara baik, hubungan kitapun selalu langgeng, boleh
dibilang kita adalah orang sendiri, atas dasar apa nyonya
menyiksa orang ku pada hari ini?"
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya. dia
menjumpai si pembicara adalah seorang lelaki setengah
umur yang bertubuh ceking lagi jangkung, dengan wajah
penuh amarah dia sedang awasi Tok Nio-cu tanpa berkedip.
Tok Nio-cu tertawa dingin, sahutnya ketus.
"Siapa suruh kau berlagak bisu lagi tuli, sama sekali tidak
menggubris perkataan kami? Aku akan menghitung sampai
sepuluh di dalam hati, jika kau belum juga memberitahukan
kehadiran kami kepada Kiong Tek ciong, orang pertama
yang akan kubunuh nanti adalah kau!"
Sambil berkata tangannya segera meraba ke pinggang
pura-pura hendak mengambil senjata rahasia. bersamaan itu
pula dia main bentak dengan mata melotot.
"Ayo, mau pergi tidak?"
Orang itu menjadi ketakutan setengah mati, paras
mukanya berubah hebat, cepat-cepat tubuhnya berjongkok.
Si Cay soat yang pertama kali melihat hal tersebut, tak
bisa ia menahan gelinya, ia tertawa cekikikan.
Sebaliknya Lan See giok cuma bisa menggelengkan
kepalanya sambil berpikir.
"Sampai matipun harimau masih disegani orang, biarpun
kantung senjata rahasia milik Tok Nio-cu sudah tak ada,
ternyata ayunan tangan kosongnya masih cukup membuat
orang terkencing kencing karena ketakutan."
Tampaknya Tok Nio-cu bisa membaca suara hati
pemuda itu, sambil tertawa hambar sengaja ia berkata,
http://kangzusi.com/
"Untung saja anjing geladak itu menyingkir dengan
cepat, kalau tidak masa ia masih hidup lagi?"
Seraya berkata dia lantas memutar tangan menekuk
sikut, tahu - tahu desingan tajam meluncur dari balik ujung
baju kiri dan kanannya. dua batang panah pendek dengan
membawa cahaya biru. langsung melesat keatas jembatan
gantung.
"Triiing. triiing!"
Kedua batang anak panah itu masing-masing menancap
di tonggak kiri dan kanan jembatan tersebut.
Lan See giok, Si Cay soat serta Oh Li cu yang
menyaksikan kejadian tersebut menjadi terkejut sekali,
mimpipun mereka tak pernah mengira kalau Tok Nio-cu
telah memasang alat pembidik senjata rahasia diantara
lipatan pakaiannya, bagi Lan See giok peristiwa ini benar-
benar merupakan suatu pelajaran yang berharga sekali.
Setelah melirik sekejap ke arah ke tiga orang itu, sambil
tertawa bangga Tok Nio-cu berkata lagi.
"Cici masih mempunyai permainan lain untuk
menyelamatkan jiwaku . . . !"
Lidahnya segera diputar dibalik bibirnya kemudian
mengeluarkan sebuah tabung yang mungil sekali dengan
panjang cuma setengah senti.
Ketika ia mengatup bibirnya lalu berhembus, sekilas
cahaya biru yang tak jelas terlihat langsung menyembur ke
atas sekuntum bunga merah yang tumbuh tujuh depa
didepannya.
Serangan tersebut tidak bersuara dan tidak menimbulkan
reaksi apa spa, bunga itu tetap seperti sedia kala.
http://kangzusi.com/
Tapi berapa soat kemudian, bunga merah yang semula
nampak segar tersebut tahu-tahu menjadi layu dan mati.
Paras muka Lan See giok, si Cay soat serta Oh Li cu
segera berubah hebat setelah melihat kejadian ini, memang
tepat dan tak salah lagi jika perempuan itu diberi julukan
perempuan beracun atau Tok Nio-cu.
Setelah menghela napas sedih, pelan-pelan Tok Nio-cu
menerangkan: "ilmu menunggang angin meniup jarum
tersebut tidak mudah untuk dipelajari, seandainya
penggunaan kurang hati-hati, maka akibatnya bisa senjata
makan tuan!"
"Nyonya, jika kau masih mempunyai senjata rahasia
yang begitu tangguh dan mematikan. apa sebabnya tidak
kau pergunakan ketika sedang ditawan tadi?" tanya Lan See
giok tidak habis mengerti.
Tok Nio-cu segera tertawa terkekeh kekeh jawabnya.
"Bila kubunuh Hoa sam long ketika itu, mungkin
jenasahku sudah jadi kaku sekarang karena senjata rahasia
semacam ini, hanya boleh dipergunakan dalam posisi yang
paling menguntungkan. Hoa sam long adalah seorang
penjahat perusak perempuan yang amat tersohor, biar cici
bukan termasuk seorang perempuan yang cantik bagaikan
bidadari, namun dalam pandangan Hoa sam long aku
sudah luar biasa cantiknya .."
Kemudian setelah tertawa hambar, ia melanjutkan:
"Aku harus menggunakan setiap kesempatan dengan
sebaik-aiknya. paling tidak aku harus dapat membunuhnya
kemudian melarikan diri, apa lagi waktu itu adikku masih
terkurung musuh dalam keadaan demikian, aku lebih-lebih
tak boleh bertindak secara gegabah."
http://kangzusi.com/
Mendengar penjelasan itu, Lan See giok bertiga merasa
kagum sekali.
Kalau ke empat orang itu bisa berbincang-bincang sambil
tertawa. maka ratusan orang lelaki kekar yang berada di
atas dinding benteng justru menyiapkan gendewa masing-
masing dengan wajah tegang, seakan akan sedang
berhadapan dengan musuh besar.
Oh Li-cu merasa kuatir karena di atas dinding benteng
belum nampak juga sesuatu gerakan tanpa terasa dia
bertanya lagi.
"Cici. mungkinkah orang itu akan mencari si beruang
berlengan tunggal ?"
"Berapa butir kepala sih yang dia miliki?" kata Tok Nio-
cu tanpa ragu, "sekalipun kita bersedia melepaskannya,
Kiong Tek ciong belum tentu mengampuni jiwanya ?"
Baru selesai ia berkata, tiba-tiba, dari atas dinding
benteng terjadi kegaduhan.
"Saat itu mungkin Kiong Tek-ciong telah datang" Lan
See-giok segera berbisik dengan mata berkilat.
Betul juga, terdengar suara gemerincing dan nyaring
bergema di angkasa, kemudian jembatan gantung itu pelan-
pelan diturunkan, setelah itu pintu gerbang yang berat juga
dibuka lebar.
Ke empat orang itu serentak mengalihkan pandangannya
ke depan, tampak ada dua tiga puluh orang jago berpakaian
ringkas yang menggembol senjata mengiringi si Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong menampakkan diri dari
balik pintu.
Beruang berlengan tunggal memiliki perawakan tubuh
yang tinggi besar, dadanya lapang dan perutnya gendut,
http://kangzusi.com/
dahinya sempit tapi matanya bulat. jenggot hitam
menghiasi dagunya. ia kelihatan sudah berusia enam tujuh
puluh tahunan.
Dia masih tetap mengenakan jubah panjang, dalam
genggaman tangan tunggal nya kelihatan sebuah senjata
palu besar, dengan wajah penuh amarah dan langkah lebar
dia berjalan menuju ke ujung jembatan.
Bertemu dengan Beruang berlengan tunggal.
Lan See giok segera teringat kembali betapa sakitnya dia
karena ditendang keras-keras dikala berada dalam kuburan
tempo hari.
Api amarahnya segera berkobar dan menyelimuti
benaknya tapi ketika teringat akan dendam ayahnya, dia
segera merasa bahwa tendangan tersebut masih belum
terhitung apa-apa.
Beruang berlengan tunggal menghentikan langkahnya
setelah berada lima kaki dihadapan Lan See giok, sedang
puluhan jago yang mengikutinya berdiri teratur di
belakangnya. dalam selintas pandangan saja bisa di ketahui
kalau mereka memiliki kedudukan yang berbeda.
Begitu berjumpa dengan si beruang berlengan tunggal
Tok Nio-cu segera tertawa ringan, kemudian jengeknya:
"Wahai pemimpin besar, apakah kau bawa serta penghianat
dari Pek-ho cay kami, si harimau berkaki cebol?"
Sementara berbicara, sepasang matanya yang genit tiada
hentinya bergerak kian ke-mari, seolah-olah sedang mencari
jejak si harimau berkaki pendek, tapi seperti juga sedang
mengawasi pihak lawan, apakah terdapat jago-jago yang
berilmu tinggi.
Menyaksikan sikap angkuh Tok Nio-cu serta kekurang
ajarannya, tanpa terasa Kiong Tek-ciong tertawa dingin,
http://kangzusi.com/
akan tetapi setelah menjumpai Sik Tay kong dan Cing lian
nikou tergeletak di atas lapangan berumput, amarahnya
seketika pudar, senyuman dingin pun berubah menjadi
senyuman, katanya kemudian:
"Si harimau berkaki cebol dari benteng kalian kini
disekap di atas puncak mayat menggeletar, sewaktu nyonya
akan pulang nanti dipersilahkan untuk dibawa serta, jika
nyonya merasa kurang leluasa. Biar kuutus orang untuk
mengirimnya kembali."
Dengan wajah puas Tok Nio-cu manggut-manggut,
kembali jengeknya:
"Ehmm, beberapa patah katamu itu masih terhitung
perkataan manusia, dengan kedudukanmu sebagai
pemimpin besar tiga tebing sembilan puncak dua belas
benteng. aku tidak kuatir kau akan mengingkari janji."
Kemudian sambil menuding kearah Lan See giok yang
berada di sisinya, ia perkenalkan:
"Dia adalah putra si peluru perak gurdi emas Lan
Tayhiap, Lan See giok!"
Beruang berlengan tunggal mengerutkan dahinya
kemudian mendengus dingin, tegurnya sambil menatap
wajah pemuda itu lekat-lekat. "Selama ini antara aku
dengan Lan Khong-tay tidak mempunyai hubungan apa-
apa, bahkan mengenal pun tidak, ada urusan apa kau
hendak mencari aku?"
Gusar sekali Lan See giok oleh perkataan itu, sambil
mengebaskan ujung bajunya dia melompat dua kaki ke
depan, kemudian sambil menuding Kiong Tek ciong,
serunya. dengan amarah.
http://kangzusi.com/
"Kiong Tek ciong, setahun berselang kalian lima
manusia cacad dari tiga telaga telah bersekongkol untuk
membunuh ayahku dalam kuburan kuno . . . "
"Hei kau jangan mempercayai fitnahan keji dari Gui Pak
ciang si anjing bangkotan itu" Beruang berlengan tunggal
meraung pula dengan penuh amarah, "dalam peristiwa
tersebut, aku sendiripun kena dikecohi habis habisan!"
Kembali Lan See giok tertawa dingin.
"Hmm, kalau tidak tahu, mengapa kau memasuki
kuburan kuno pada malam itu serta menggeledah mendiang
ayahku . . . "
Berubah wajah Kiong Tek ciong oleh perkataan tersebut,
tapi ia segera berseru lagi penuh amarah.
"Sudah pasti semua cerita ini hasil ngaco belo dari Gui
Pak ciang si anjing bangkotan itu, siapa bilang aku pernah
memasuki kuburan kuno."
"Kiong Tek ciong!" Lan See giok segera mendongakkan
kepalanya sambil tertawa seram. "aku tahu kau punya
rencana membunuh mendiang ayahku, diam-diam
membuka pintu rahasia tapi kemudian berlagak pilon, kalau
begitu musuh besar pembunuh ayahku tak salah lagi adalah
engkau.”
Sewaktu mengutarakan kata-kata itu, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam wajahnya yang tampan penuh
dilapisi hawa napsu membunuh, dengan cepat tangan
kanannya meraba ke pinggang dan melepaskan senjata
gurdi emasnya, kemudian pelan-pelan mendesak ke muka.
"Kau harus tahu" kembali serunya sambil menggertak
gigi?, "si bocah yang semaput di atas lantai dan kemudian
kau tendang keras-keras itu tak lain adalah aku sendiri,
apakah kau masih ingin berlagak pilon lagi?"
http://kangzusi.com/
Melihat senjata gurdi emas yang berada di tangan Lan
See-giok, Kiong Tek-ciong segera teringat kembali akan diri
Lan Khong-tay, semua rasa dendam dan marah yang
terpendam dalam hatinya selama banyak tahun segera
dimuntahkan ke luar.
Tak tahan lagi ia mendongakkan kepala nya dan tertawa
terbahak bahak, suaranya mengerikan sekali.
"Haaahhh..haaahhh. haaahhh.. bagus, bagus sekali,
sudah sepuluh tahun kukuntit Lan Khong-tay, sayang
selama ini belum pernah berjodoh untuk menjajal kelihaian
senjata gurdi emasnya, baiklah, dari tanganmu si bocah
keparat, hari ini juga ingin kucoba sampai di mana sih
kehebatan dari permainan gurdi emas itu,"
Kemudian setelah merentangkan senjata palu bajanya di
depan dada, ia berkata lagi dengan angkuh.
"Bocah keparat. bila kau, memang berilmu, silahkan
digunakan semua, aku tak bakal melukai dirimu"
Lan See giok tertawa angkuh, ia balas berseru dengan
gemas:
"Jangan lagi kau Kiong Tek-ciong seorang belum
merupakan tandingan siauya mu, biar kedua belas orang
caycu, dari Tay ang san mu turun tangan bersamamupun,
siauya tak bakal akan gentar."
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan dari antara
puluhan orang jago itu segera terdengar seseorang
membentak gusar.
"Pemimpin besar, harap berhenti dulu, biar hamba yang
menjumpai dulu si bocah tekebur tersebut"
Ditengah bentakan gusar sesosok bayangan manusia
muncul dari balik barisan..
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok mengamati orang itu,
ternyata dia adalah seorang lelaki kekar bercambang lebat,
bermata besar dan membawa senjata toya baja yang berat
sekali.
Kiong Tek ciong berpaling dan memandang sekejap ke
arah lelaki kekar itu, kemudian pesannya.
"Tan tongcu, kau mesti berhati hati!"
Dari sebutan "Tongcu", Lan See giok segera tahu kalau
ilmu silat yang dimiliki orang ini masih setingkat lebih
tinggi dari pada kedua belas orang caycu tersebut.
Belum habis dia berpikir, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
berkata dengan suara dalam.
"Adik Giok orang ini adalah salah satu diantara tiga
tongcu yang berkuasa di luar bukit Tay ang san, orang
menyebutnya sebagai si toya baja pengusir gunung Tan Siu-
lim.”
Sebelum Tok Nio-cu menyelesaikan perkataannya, Tan
tongcu lelaki berpakaian hitam itu sudah tiba satu kaki di
hadapan Lan See-giok, bahkan berteriak sambil menggigit
bibir.
"Betul, toaya mu adalah si toya baja pengusir bukit Tan
Siu-lim. !"
Ditengah bentakan, tubuhnya menerjang maju ke muka.
toya bajanya dengan jurus bukit Tay san menindih kepala,
menyambar ke atas ubun-ubun Lan See-giok dengan
disertai desingan angin tajam.
Lan See giok tertawa dingin lalu mendengus penuh
penghinaan, dia menunggu sampai serangan itu mendekati
kepalanya, kemudian baru mengigos ke samping dengan
cepat.
http://kangzusi.com/
Toya baja itu segera meluncur dari sisi bajunya
menyambar permukaan tanah, rerumputan pun
beterbangan memercik ke mana-mana.
Peristiwa yang berlangsung baru-baru ini memang luar
biasa mendebarkan hati, tanpa terasa semua orang yang
hadir sama-sama menjerit kaget, bahkan Oh Li cu sempat
menangis.
Tangisan Oh Li cu ini segera memancing pula perhatian
dari Si Cay soat, gadis itu merasakan hatinya tergerak dan
seakan baru memahami akan sesuatu hal, namun dia hanya
mengerling sekejap, kemudian melanjutkan perhatiannya ke
arena.
Sementara itu si toya baja pengusir bukit Tan Siu lim
sedang berteriak kaget sambil mundur ke belakang. dengan
wajah pucat pias teriaknya gusar.
"Bocah keparat, mengapa tidak kau sambut seranganku
tadi?"
Lan See giok memang bermaksud menaklukkan hati
musuh musuhnya dengan menampilkan ilmu silat yang luar
biasa, sebab bila sampai terjadi pertarungan massal, sudah
pasti posisinya tak akan menguntungkan pihaknya, itulah
sebabnya dia ingin membekuk musuhnya saja tanpa
mencederainya.
Maka setelah tertawa dingin, katanya kemudian dengan
nada menghina.
"Selama ini, aku hanya tahu bertarung melawan orang-
orang yang berilmu silat tinggi. aku tak pernah sudi beradu
kekuatan dengan manusia bertenaga kerbau macam kau!"
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tan Siu lim. saking
gemasnya dia sampai berkaok kaok berulang kali, jeritnya
http://kangzusi.com/
setengah menggembor. "Bocah tekebur, kau benar-benar
membuat aku ingin muntah darah karena gusarnya "
Ditengah teriakan tersebut, sekali lagi ia menerjang ke
muka, toyanya di angkat tinggi sementara, segenap tenaga
dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu untuk
menghantam tubuh lawannya
Sistim pertarungan macam orang gila seperti itu
hakekatnya merupakan suatu pertarungan antara mati dan
hidup, saking kagetnya semua orang menjadi gempar.
Tanpa sadar Tok Nio-cu berteriak pula:
"Adik Giok, kau harus berhati hati.."
Lan See giok tertawa dingin, sementara itu tenaga Hud
kong sinkang telah dihimpun ke dalam tubuhnya.
Ketika serangan toya menyambar datang, ia membentak
pula keras-keras.
"Enyah kau, dari sini..,"
Gurdi emasnya diayunkan ke muka. tampak cahaya
tajam berkelebat lewat. percikan bunga api memancar ke
empat penjuru.
Diiringi jeritan aneh dari Tan Siu-lim, toya bajanya
mencelat ke tengah udara dan meluncur jauh ke belakang,
sementara tubuh nya yang kekar terperosok ke depan..
Suatu bentakan merdu bergema lagi, bayanganpun
berkelebat, dengan suatu gerakan kilat Tok Nio-cu telah
menotok jalan darah Tan Siu-lim
Tak ampun lagi si toya baja pengusir bukit Tan Siu-lim
roboh terjengkang ke atas tanah, sementara tangannya
berdarah akibat dari bentrokan tadi.
http://kangzusi.com/
Suasana di dalam arena waktu itu terasa hening den sepi
sekali, hampir semua orang yang hadir terbelalak matanya
dengan mulut melongo saking kagetnya, paras muka
mereka pucat pias, sorot matanya yang memancar kan sinar
terkejut ditujukan kearah pemuda tersebut, nyatanya tak
seorang manusiapun yang berani bersuara.
Kiong Tek-ciong sendiri sampai gemetar seluruh
tubuhnya, wajahnya pucat pasi, saking terkejutnya diapun
tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Mimpipun tak disangka kalau hasil laporan rahasia dari
si harimau berkaki cebol tersebut menunjukkan bahwa
kenyataan jauh lebih hebat daripada apa yang diduganya
semula.
Sementara itu Oh Li cu sudah diliputi oleh hawa napsu
membunuh, terutama sekali bila ia teringat kembali
bagaimana dia hampir jatuh pingsan karena terkejut melihat
Tan siu lim hendak menghajar adik Giok nya tadi, dengan
pedang terhunus dia segera maju ke muka siap menghabisi
nyawa Tan Siu lim.
Tok Nio-cu yang menyaksikan hal tersebut cepat-cepat
menghalangi niatnya, .
"Adikku, jangan kau bunuh orang itu, Tan Siu lim
adalah seorang manusia yang gagah dan jujur, ia tak pernah
melakukan kejahatan dalam kehidupannya sehari hari."
Dengan perasaan kagum Lan See giok segera berpaling
dan melihat sekejap ke arah Tok Nio-cu setelah mendengar
ucapan tersebut, Si Cay soat juga berperasaan sama, dia
menganggap meskipun Tok Nio-cu orangnya kejam dan tak
berperasaan, namun dalam keadaan seperti ini, ia selalu
dapat menunjukkan sikap yang sangat mengagumkan.
http://kangzusi.com/
Oh Li-cu segera manggut-manggut sambil
mengundurkan diri, seperti juga Lan See -giok Si Cay-soat,
dalam hati kecilnya telah menaruh perasaan kagum
terhadap encinya yang termasyhur sebagai perempuan
beracun itu.
Tapi mereka semua tak ada yang menyangka bahwa
kesemuanya itu bisa terjadi karena perasaan menyesal dan
malu yang tumbuh di hati kecil Tok Nio-cu setelah
perbuatannya memotong tali semalam, serta melihat
keadaan Oh Li-cu yang menangis tersedu itu.
Ditambah pula ia ditolong Lan See-giok ketika tertawan
pagi tadi, kesemuanya itu membuat perasaannya dan
sikapnya ikut berubah menjadi lebih lurus walau tanpa
disadari olehnya.
Sementara itu, Kiong Tek-ciong beserta puluhan orang
jagonya turut merasa terharu oleh ucapan Tok Nio-cu
tersebut, namun mereka tidak yakin kalau orang jahat dapat
berkata begitu. Paling tidak mereka tidak percaya kalau
perkataan tadi diutarakan Tok Nio-cu dari hati sanubarinya.
Tatkala Lan See giok melihat taktik yang mereka
pergunakan telah mendatangkan hasil, maka sambil
mengawasi kawanan jago yang tertegun karena terkejut
serta Kiong Tek ciong yang masih berdiri melongo. ia
membentak keras:
"Beruang berlengan tunggal, mengapa kau belum juga
menampilkan diri untuk menerima kematian?"
Kiong Tek ciong gusar sekali mendengar bentakan ini,
dia mendongakkan kepalanya kemudian tertawa terbahak
bahak:
"Haah . . . . haah . . . . haaahhh . . . bocah keparat she
Lan, biarpun aku sudah berusia lanjut, selama hidup belum
http://kangzusi.com/
pernah berbicara bohong, tentang siapa yang telah
membunuh ayahmu, sampai sekarang saja aku sendiri
masih sangsi, bagaimana pun tidak seharusnya kau percayai
perkataan sepihak dari Gui Pak ciang si anjing bangkotan
tersebut dengan menuduh aku sebagai pelakunya."
Lan See giok menjadi tertegun, tanpa terasa ia teringat
kembali dengan si iblis bermuka hijau Toan Ki-tin, di
samping itu diapun terbayang kembali bagaimana Kiong
Tek- ciong melarikan diri terbirit birit melalui lorong rahasia
baru.
Membayangkan kesemuanya itu, alis mata nya kembali
berkernyit, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya,
sambil tertawa dingin pelan-pelan ia mendesak maju ke
muka:
Sebagai pemimpin besar dari dua belas benteng, apalagi
berada dihadapan anak buahnya yang begini banyak. sudah
barang tentu Beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong
tak bisa menunjukkan sikap pengecut nya.
Melihat Lan See giok maju mendekatinya dengan hawa
napsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia sadar bahwa
kematian semakin mendekatinya hari ini.
Tapi ia tidak menyesal walaupun harus mati, cuma dia
sendiripun hingga kini masih menaruh curiga, sebetulnya si
peluru perak gurdi emas Lan Khong-tay telah mati ditangan
siapa, terutama sekali ia membenci kepada Gui pakciang
yang telah mendatangkan musibah baginya.
-ooo0dw0ooo-

BAB 23
http://kangzusi.com/
AKHIRNYA dengan kening berkerut sekali lagi dia
tertawa terbahak bahak. kemudian ujarnya dengan
menggertak gigi.
"Bocah keparat, jangan kau anggap dengan memiliki
kepandaian silat yang tangguh maka kau boleh bertindak
sewenang-wenang. rupanya kau memang khusus mencari
gara-gara disini, apakah Gui Pak ciang si anjing bangkotan
itu yang memerintahkanmu ke-mari ."
Belum selesai perkataan itu diutarakan dengan kening
berkerut mendadak Tok Nio-cu membentak keras.
"Adik Giok, harap berhenti dulu!"
Menyusul kemudian dia melompat ke muka dan berdiri
berjajar di sisi anak muda tersebut.
Pada hakekatnya, Lan See giok sendiripun mulai
merasakan bahwa peristiwa berdarah itu penuh dengan
liku-liku yang misterius, justru karena hal ini dia tak berani
menyimpulkan siapa gerangan manusia yang telah
menghabisi jiwa ayahnya.
Bila ia tinjau dari sikap gusar dari Beruang berlengan
tunggal Kiong Tek-ciong saat ini, segera terasa olehnya
bahwa orang ini bukan pembunuh yang sebetulnya, bisa
jadi diapun mempunyai sesuatu alasan tertentu.
Maka sewaktu ia dicegah oleh Tok Nio-cu, kemudian
perempuan itu menghampirinya, dengan sorot mata penuh
tanda tanya ia mengawasi Tok Nio-cu.
Tok Nio-cu segera membuat gerakan agar Lan See giok
menunggu sebentar, kemudian kepada Kiong Tek ciong
yang masih diliputi kegusaran, ia menegur:
"Hei. anjing tua berlengan tunggal, berulang kali kau
mengumpat Gui loya kami sebagai pemfitnah, kalau toh
http://kangzusi.com/
Lan tayhiap bukan tewas di tanganmu, mengapa kau tidak
mencoba untuk mengutarakan bukti dan alasan yang jelas
bahwa pembunuhan tersebut bukan hasil perbuatanmu?"
Kiong Tek ciong tertegun, tapi diapun segera dibuat
sadar oleh teguran itu, walaupun begini ia toh tetap
berkeras kepala.
"Ditengah malam buta kalian sudah menyerbu
gunungku, melepaskan api, membunuh orang. bukan lagi
memegang peraturan dunia persilatan, tidak memberi
kesempatan. kepada orang untuk berbicara"
Tok Nio-cu tertawa dingin, sebelum perkataan lawan
selesai diutarakan. ia telah berkata lagi dengan suara dalam.
"Lebih baik cepat-cepat tutup mulutmu itu, kau tak usah
membonceng dari soal cengli. Pokoknya, bila kau tidak
memberi penjelasan yang memuaskan untuk Lan siauhiap
pada hari iri, kami bukan cuma membakar dan membunuh
saja"
"Sudah membakar dan membunuh, kalian belum juga
puas. Apalagi yang hendak kalian lakukan?" teriak Kiong
Tek ciong marah.
"Apalagi? Tentu saja akan mengobrak abrik sarangmu
kemudian mencabut selembar jiwa tuamu!"
Kiong Tek ciong semakin tertegun, ia sama sekali tidak
menganggap ancaman dari Tok Nio-cu tersebut sebagai
perkataan anak kecil, sebab bila perempuan tersebut benar-
benar dibuat sampai marah, apa yang telah diucapkan
benar-benar bisa dilakukan.
Kalau cuma Tok Nio-cu seorang memang tak perlu
dirisaukan, tapi di situ masih hadir Lan See-giok serta nona
berbaju merah yang nampak memiliki ilmu silat yang begitu
hebat.
http://kangzusi.com/
Membayangkan sampai ke situ, sambil tertawa dingin ia
lamas berkata.
"Bila menyelesaikan pekerjaan tanpa aturan, menganiaya
orang dengan mengandalkan kemampuan, biarpun kalian
berhasil mengobrak abrik Tay ang san ku ini, terhitung
enghiong macam apa pula kalian ini?"
Melihat cara berbicara Kiong Tek-ciong yang
mengenaskan, Lan See-giok menjadi tidak tega, dia segera
menimbrung.
"Waktu bagiku berharga sekali, lagi pula akupun tidak
berniat berdiam kelewat lama disini, kalau toh pembunuh
ayahku bukan kau lantas siapakah dia?"
Kiong Tek ciong menjadi sangat gembira karena
mendengar Lan See-giok tidak berniat berdiam kelewat
lama di situ, malah kalau bisa dia berharap pemuda itu
beranjak pergi secepatnya, namun kenyataannya dia
memang tidak mengetahui siapa pembunuh Lan Khong-tay
yang sebenarnya.
Maka dengan wajah serba salah dia segera
menggelengkan kepalanya berulang kali.
”Aku benar-benar tak tahu siapakah yang telah
membunuh Lan tayhiap !"
Ditinjau dari mimik wajah lawan, Lan See giok dapat
merasakan bahwa Kiong Tek ciong tidak berbohong, tapi ia
toh menegur kembali.
"Lantas bagaimana mungkin kau bisa mengetahui kalau
mendiang ayahku berdiam di dalam kuburan Leng ong
bong?"
Tanpa ragu Kiong Tek ciong menjawab.
http://kangzusi.com/
"Pada mulanya aku sama sekali tidak mengetahui akan
peristiwa tersebut, hingga aku tiba dalam kuburan dan
melihat Lan tayhiap tergeletak di antara genangan darah.
aku baru mengerti rencana apakah yang sebenarnya
dirundingkan oleh Toan Ki tin dan Si Yu gi pada siang
harinya!"
Pedih hati Lan See giok mendengar hal itu, rupanya
Toan Ki tin yang telah membunuh ayahnya . . .
Namun tak tahan dia toh bertanya juga "Yang kau
maksudkan adalah si setan bermata tunggal dan Makhluk
bertanduk tunggal . ?"
Ketika mengucapkan perkataan tersebut tubuhnya
gemetar keras, air matanya mengembang di mata, rasa
pedih da1am hatinya membuat ia tak sanggup bertanya
lebih jauh.
Si Cay soat dan Oh Li cu segera maju menghampiri anak
muda itu dan berdiri, di belakangnya dengan penuh rasa
kuatir.
Memandang kesedihan yang mencekam pemuda itu,
tanpa terasa Kiong Tek ciong ikut mengangguk:
"Yaa, benar, memang kedua orang itu!"
Dari pembicaraan mana, Tok Nio-cu segera
menyimpulkan bahwa dibalik kesemuanya ini pasti terdapat
alasan lain, maka setelah memandang sekejap ke arah Lan
See giok yang sedih, ia segera menimbrung,
"Pemimpin besar Kiong, kalau memang kejadian ini
disaksikan olehmu sendiri. harap kau memberi keterangan
kepada Lan siauhiap. dengan begitu juga dapat
membersihkan dirimu dari sangkaan jelek. Bagaimana sih
ceritanya sampai kau bertemu dengan Si Yu gi dan Toan Ki
http://kangzusi.com/
tin? Apa saja yang mereka rencanakan? Dan bagaimana
pula caranya turun tangan terhadap Lan tayhiap?"
Kiong Tek ciong sangat berharap Lan See giok sekalian
dapat selekasnya turun gunung, tapi ia pun ingin
menyelamatkan jiwa ke tiga orang caycu nya. maka kepada
Tok Nio-cu diapun berkata:
"Tidak sulit bila kalian menghendaki aku bercerita,
namun ke tiga orang yang kalian tawan harus dibebaskan
dulu"
"Boleh. aku akan mewakili adik Giok untuk mengambil
keputusan" Tok Nio-cu mengangguk tanpa ragu.
Lalu kepada Oh Li cu, ia menambahkan.
"Adikku, coba kau bebaskan jalan darah mereka bertiga!"
Oh Li cu mengiakan sambil mengangguk kemudian
beranjak pergi.
Lan Se giok tahu bahwa Oh Li cu tak akan dapat
membebaskan Sik Tay kong dan Cing lian nikou dari
pengaruh totokan., dia segera memberi tanda kepada Si Cay
soat agar mengikutinya.
Si Cay soat mengangguk dan melayang ke muka,
biarpun ia bergerak lebih terlambat namun justru tiba lebih
duluan dari pada Oh Li-cu..
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh semacam ini
bukan saja membuat Kiong Tek ciong dan puluhan jago
lainnya merasa terkejut. bahkan Oh Li cu serta Tok Nio-cu
sendiripun dibikin tertegun.
Si Cay-oat langsung turun tangan membebaskan Sik Tay-
kong dan Cing-lian nikou dari pengaruh totokan, sebaliknya
membiarkan Tan Siu-lim ditangani oleh Oh Li-cu.
http://kangzusi.com/
Tak sedikit diantara kawanan jago yang hadir segera
mendapat tahu bahwa Sik Tai kong dan Cing lian nikou
sesungguhnya telah ditotok orang dengan totokan gerakan
ilmu menotok khusus.
Sik Tay-kong. Tan Siu-lim serta Cing lian nikou serentak
melompat bangun, dengan wajah tersipu sipu malu kembali
ke barisan di belakang Kiong Tek ciong, setelah itulah Tok
Nio-cu baru berkata:
"Nah pemimpin besar, sekarang giliran mu yang harus
bercerita tentang pengalaman mu selama di kuburan Leng
ong bong!"
Karena orang orangnya sudah dibebaskan semua,
dengan tulus Kiong Tek ciong berkata:
"Panjang sekali kisah ini untuk diceritakan, terpaksa aku
akan mengatakan secara garis besarnya saja.".
”Memang paling baik begitu." Tok Nio-cu segera
menukas, ”sebab Lan siauhiap memang tak mempunyai
banyak waktu untuk mendengarkan obrolanmu!"
Agaknya Kiong Tek ciong cukup mengetahui tabiat dari
Tok Nio-cu, ia tidak menjadi gusar oleh perkataan itu.
sesudah termenung sejenak, ujarnya kemudian:
"Malam itu aku sedang duduk beristirahat di dalam
hutan lima li di sebelah utara Leng ong bong. lebih kurang
seperminuman teh kemudian, tiba-tiba dari luar hutan
berkumandang suara ujung baju yang terhembus angin.
"Tergerak hatiku waktu itu, serta-merta aku
menyembunyikan diri dibalik pohon besar untuk mengintip
apa gerangan yang terjadi, saat itulah dari tepi hutan
muncul dua sosok bayangan manusia, yang satu tinggi yang
lain pendek.
http://kangzusi.com/
"Oleh karena dalam hutan itu sangat gelap ditambah lagi
gerakan tubuh kedua orang itu amat cepat, maka sulit
bagiku untuk melihat jelas wajah mereka.
"Sebagaimana diketahui. dari laporan mata-mata, kami
lima manusia cacad mendapat kabar kalau jejak Hu-yong
siancu telah diketahui muncul di sebelah barat dekat telaga
Phoa-yangoh, hatiku menjadi girang setelah melihat
munculnya kedua sosok bayangan manusia tadi, sebab
menurut dugaanku mereka tentulah si peluru perak gurdi
emas Lan tayhiap serta Hu-yong siancu..".
LAN SEE GIOK segera berkerut kening ia tidak habis
mengerti mengapa orang persilatan selalu menggabungkan
ayah dengan bibi Wan, tapi ia yakin diantara ayahnya
dengan bibi Wan tentu pernah terjalin hubungan asmara
yang menggemparkan seluruh dunia persilatan
Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong
melanjutkan kembali kata katanya.
"-.tapi setelah kuamati lebih seksama ternyata mereka
adalah Si Yu gi serta Toan Ki tin. waktu itu aku tidak
menegur mereka sebab gerak gerik mereka berdua amat
mencurigakan, maka akupun berusaha tidak menimbulkan
sedikit suarapun.
"Mereka berdua berdiri cukup lama di sisi hutan sambil
mengawasi hutan itu dengan seksama, kemudian mereka
berbisik bisik seperti lagi merundingkan sesuatu, hal ini
membuat aku makin bertambah curiga lagi. Biarpun berada
di tempat yang terpencil, mereka masih bersikap amat
berhati-hati dan rahasia, hal tersebut membuktikan kalau
masalahnya tidak sederhana.
"Kalau pada mulanya aku sudah enggan menampakkan
diri, saat ini aku semakin tak berani muncul dari tempat
persembunyian, karena dengan kemampuan yang kumiliki,
http://kangzusi.com/
mendingan kalau cuma menghadapi Toan Ki-tin seorang,
bila harus menghadapi dua orang, sudah pasti pihakku yang
bakal menderita kerugian.
”Setelah berunding beberapa saat, si Makhluk bertanduk
tunggal Si Yu gi pun berjongkok dan membuat sebuah
lukisan peta di atas tanah. dari sikap mereka ini, akupun
menjadi paham. sudah pasti Si Yu-gi telah berhasil
menemukan tempat tinggal Hu-yong siancu.
Setelah memperoleh penjelasan yang panjang lebar dari
Si Yu gi, si mata tunggal Toan Ki tin nampak mengangguk
berulang kali seolah-olah memahami sesuatu, mereka
berdua pun melanjutkan perjalanan lagi meninggalkan
hutan dan menuju kearah selatan."
"Kalau ditinjau dari pembicaraan pemimpin besar.
rupanya kau tidak berhasil menyadap apa yang mereka
bicarakan waktu itu?" tiba-tiba Tok Nio-cu menyela dengan
kening berkerut.
Tanpa ragu Kiong Tek ciong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Tidak. berhubung jaraknya terlalu jauh, Begitulah,
kutunggu sampai mereka ke luar dari hutan kemudian baru
melompat turun dari atas pohon dan cepat-cepat mendekati
tempat dimana mereka berbicara tadi, pada permukaan
tanah banyak kujumpai lingkaran-lingkaran.
"Karena tidak kupahami apa maksudnya, lagi pula takut
kehilangan jejak Toan Ki tin dan Si Yu gi, maka sembari
menduga duga apa arti dari lingkaran-lingkaran tersebut,
kususul mereka ke arah selatan.
"Waktu itu langit diliputi awan tebal, suasana gelap
gulita, bayangan tubuh dari Toan Ki-tin serta Si Yu-gi
sudah tidak nampak lagi. kejadian mana membuat hati -
http://kangzusi.com/
sangat gelisah sehingga tanpa terasa mempercepat
perjalanan. ,"
Tergerak hati Lan See-giok setelah mendengar sampai
disini, menurut penuturan dari Pek ho caycu, si toya baja
berkaki tunggal Gui Pak-ciang, ketika ia sedang menguntit
seseorang, mendadak di utara kuburan Leng-ong bong
dijumpai ada sesosok bayangan manusia sedang bergerak ke
selatan, kalau begitu orang tersebut bisa jadi adalah Kiong
Tek- ciong.
Tapi siapa pula orang yang dijumpai pertama kali tadi?
Mengapa ia tidak bersua dengan Toan Ki-tin serta Si Yu gi?
Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong
melanjutkan kembali kata katanya:
" .setelah maju lagi lima enam li, kujumpai sebuah hutan
pohon siong yang lebat, aku tak berani memasukinya secara
gegabah, karena itu setelah kuamati sejenak, dapat
diketahui di situ merupakan sebuah kompleks tanah
pekuburan yang luas
"Baru saat itulah aku mengerti. rupanya lingkaran-
lingkaran yang di buat Si Yu-gi di atas tanah digunakan
sebagai pertanda sebuah kuburan besar maka aku pun
lantas menyimpulkan kalau Si Yu gi sekalian telah masuk
ke dalam kuburan.
"Dengan mengerahkan tenaga dalam yang kumiliki
untuk melindungi badan, selangkah demi selangkah
kuteruskan perjalanan ke depan.
"Apa yang semula kuduga ternyata memang benar,
sesudah melewati beberapa buah kuburan besar, akhirnya
dari sebuah kuburan raksasa yang berada tak jauh dariku
kujumpai ada pintu yang terbuka.
http://kangzusi.com/
"Dalam keadaan penuh kewaspadaan aku pun memasuki
pintu kuburan itu, tak jauh kemudian, di bawah cahaya
lentera kujumpai Lan tayhiap telah terkapar di atas
genangan darah.:.
Air mata tak bisa, dibendung lagi dari mata Lan See
giok, ia merasa sedih sekali, apa yang kemudian terjadi
telah dialami sendiri olehnya, tentu saja diapun tak usah
mendengarkan penuturan dari Kiong Tek ciong lagi.
Walaupun demikian, ia masih mencurigai Kiong Tek
ciong. mengapa ia bisa kabur melewati pintu rahasia yang
baru dibuat itu? Sambil menahan rasa pedih di dalam hati.
segera tegurnya dengan suara datar:
"Sewaktu Pek ho caycu Gui Pak ciang menemukan
tempat persembunyianmu dan melakukan sergapan,
mengapa kau justru melarikan diri melalui pintu yang baru
dibuat?"
Sambil menggelengkan kepalanya Kiong Tek ciong
menghela napas panjang,
"Aai, peristiwa itu hanya terjadi secara kebetulan saja,
pada hakekatnya aku tidak tahu kalau dalam kuburan
masih terdapat lorong yang baru digali. Berhubung Gui Pak
ciang mendesakku terus menerus. terpaksa aku hanya bisa
melarikan diri secara membuta, hingga tiba di luar kuburan
aku masih tak tahu kalau lorong yang ku lalui adalah lorong
yang baru digali, Begitulah, aku dan Gui tua berkejar-
kejaran sampai dua hari lamanya, sampai aku masuki Leng-
ong- bong untuk kedua kalinya, baru kuketahui jika lorong
tersebut merupakan lorong yang baru digali."
Saat ini, Lan See-giok sudah mulai merasakan bahwa
"air makin surut, batuan pun makin terlihat" namun dia
masih tetap mencurigai si setan bengis bermata tunggal
Toan Ki-tin sebagai pembunuh ayahnya, terutama setelah
http://kangzusi.com/
mendengar penuturan dari Kiong Tek-ciong, dia semakin
yakin kalau apa yang diduga memang benar.
Namun dia toh tak tahan bertanya lagi:
"Menurut penuturanmu barusan, jadi pembunuh ayahku
sudah pasti adalah Toan Ki tin serta Si Yu gi?"
Kiong Tek ciong mengerutkan dahinya rapat-rapat dia
termenung sebentar kemudian baru menjawab:
"Aku tak berani memastikan, akupun tak ingin menuduh
orang lain secara tidak- tidak!"
Dengan kening berkerut Tok Nio-cu segera tertawa
dingin, tegurnya:
"Jadi kau hendak mengatakan bahwa suamiku sengaja
memfitnah dirimu?!"
Tampaknya Kiong Tek-ciong kuatir kalau masalah
tersebut berkembang menjadi semakin besar, cepat-cepat dia
menyangkal:
"Aku sama sekali tidak bermaksud demikian, cuma saja
berhubung aku tidak melihat dengan mata kepala sendiri
siapa yang telah membunuh si peluru perak gurdi emas Lan
tayhiap, maka aku tak berani memastikan"
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, tiba-tiba ia menegur
dengan marah:
"Sewaktu Si Yu-gi dan Toan Ki-tin berunding di dalam
hutan, apakah tuan melihat kejadian tersebut dengan mata
kepala sendiri?"
"Tentu saja. ." dengan wajah amat tak sedap dipandang
namun diliputi perasaan takut, Kiong Tek ciong
mengangguk.
Tok Nio-cu segera menegur lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Seandainya sekarang juga Lan siauhiap berangkat ke
telaga Tong ting untuk mencari Toan Ki tin dan membalas
dendam, lalu menunjukkan bahwa kau lah yang melihat,
dengan mata kepala sendiri, dia serta Si Yu-gi memasuki
kuburan Leng ong bong, apakah Toan Ki tin juga akan
mengumpat mu sebagai memfitnah dirinya?"
Merah padam selembar wajah Kiong Tek-ciong, bibirnya
bergerak keras sampai lama sekali dia baru bisa berkata:
"Kenyataannya memang demikian, sekali pun Toan tua
hadir disinipun aku tetap akan berbicara dengan
sejujurnya!"
Tok Nio-cu sama sekali tak mau mengalah, sambil
tertawa dingin ia berkata lebih jauh:
"Kalau toh kenyataannya demikian, mengapa suamiku
tidak diperkenankan untuk bercerita bahwa kau melewati
lorong yang baru digali sewaktu melarikan diri? Apalagi
kaupun jangan lupa, kau adalah orang yang telah
menggeledah Lan siauhiap serta menendangnya keras-
keras."
Berubah hebat paras muka Kiong Tek ciong sesudah
mendengar perkataan itu untuk beberapa saat dia
terbungkam dalam seribu bahasa, sementara peluh dingin
jatuh bercucuran, sorot matanya yang memancarkan
kegelisahan mengawasi diri See giok, kemudian melotot
penuh kebencian ke arah Tok Nio-cu.
Ia betul-betul kuatir jika kata-kata terakhir dari
perempuan itu akan menimbulkan kembali amarah dari
sang pemuda, bila Lan See giok sampai memanfaatkan
kesempatan itu untuk membuat perhitungan dengannya,
sudah pasti dia akan mendapat malu besar
http://kangzusi.com/
Tidak heran kalau rasa bencinya terhadap Tok Nio-cu
menjadi jadi ..
Sementara itu suasana dalam arena menjadi amat sepi,
puluhan jago yang berdiri di belakang Kiong Tek ciong pun
tetap membungkam diri, meski mereka bisa menangkap
sedikit permasalahannya namun belum bisa meraba secara
pasti apa gerangan yang telah terjadi.
Si Cay soat dan Oh Li cu yang meski mengetahui
duduknya masalah, sekarang ikut dibuat kebingungan,
mereka tak mengira kalau dibalik kesemuanya itu masih
terdapat banyak masalah yang lebih rumit, Tok Nio-cu juga
semakin tidak mengerti.
Akan tetapi dia tidak mencoba untuk mencari
keterangan. sebab tujuannya sekarang adalah
memanfaatkan kesempatan untuk mencuci bersih Pek-hoo
caycu Gui Pak-ciang dari kecurigaan, daripada kedua belah
pihak sampai terlibat dalam bentrokan kekerasan.
Setelah ia bikin Kiong Tek ciong terbungkam, tentu saja
perempuan itu tak ingin mendesak orang lebih jauh, kepada
Lan See giok yang masih termenung tanya nya kemudian
lembut:
"Adik Giok, apakah kau masih ada persoalan lain yang
perlu ditanyakan?"
Waktu itu Lan See giok sedang dihadapkan dua masalah
yang memusingkan kepala nya. ke satu, dia harus
selekasnya pulang ke Phoa yang oh untuk bersua dengan si
Naga Sakti pembalik sungai, maka ke dua dia mesti ke
telaga Tong ting untuk menuntut balas kepada Toan Ki tin..
Ketika mendengar pertanyaan tersebut, cepat-cepat dia
memusatkan pikirannya kembali seraya menjawab.
"Aku sudah tak ada urusan yang perlu ditanyakan lagi!"
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil menjura kearah Kiong Tek ciong,
katanya dengan ramah.
"Untuk semua penjelasan dan keterangan yang anda
berikan, kuhaturkan banyak terima kasih, maafkan kami
bila kehadiran kami semua dimalam ini telah mengusik
ketenangan kalian, nah aku hendak mohon diri lebih
dahulu"
Kiong Tek ciong tertegun, dia sama sekali tak
menyangka kalau Lan See giok sebagai seorang pemuda
yang masih muda usia ternyata bisa bersikap besar jiwa
terhadap orang. biarpun ilmu silatnya hebat nyatanya dia
memang berbeda sekali dengan kebanyakan pemuda
lainnya.
Cepat-cepat senyuman manis menghias bibirnya,
kemudian dengan suara mendekati mengumpak ia berkata:
"Kerendahan hati siauhiap hanya membuat aku
bertambah malu. bila teringat kembali peristiwa dimasa
lampau dimana aku turut mengejar ayahmu, oooh sungguh
menyesal rasanya sekarang. Harap siauhiap sudi melupakan
semua kebodohanku itu, kalau toh siauhiap masih ada
urusan yang hendak diselesaikan, tentu saja aku tak berani
menahan lebih jauh ”
Demi keselamatan mereka berempat, dengan cepat Tok
Nio-cu menimbrung,:
"Apakah kau tidak akan menghantar siauhiap sampai di
bawah bukit."
"Oooh, tentu saja. tentu saja, memang seharusnya
kuhantar Siauhiap dan nyonya sampai di bawah bukit."
Sebenarnya Lan See-giok ingin menolak, namun setelah
melihat sorot mata Tok Nio-cu, terpaksa ia menerimanya
juga.
http://kangzusi.com/
Kiong Tek ciong segera berpaling dan serunya kepada
puluhan jago yang berada di belakangnya.
"Segera bunyikan tambur dan gembrengan untuk
menghantar keberangkatan tamu agung, perintahkan semua
Hiangcu ke atas pagar mengikuti aku menghantar Lan
siauhiap sampai di kaki bukit."
Lan See-giok merasa sangat tidak tenang sebetulnya dia
bermaksud hendak mencegah perbuatan itu.
Tapi seorang diantara puluhan jago itu sudah melompat
ke muka dan mengangkat sepasang tangannya sambil
digoyangkan berulang kali ..
Suara sorak sorai yang gegap gempita segera bergema
memenuhi angkasa diikuti suara terompet pun dibunyikan.
Ditengah suara terompet dan sorak sorai yang ramai
itulah, Kiong Tek ciong mengutus seorang hiangcu berjalan
dimuka sedang dia sendiri bersama Lan See giok sekalian
berempat mengikuti di belakangnya kemudian disusul pula
oleh puluhan orang jago lihay tersebut.
Lan See giok ingin secepatnya bisa mencapai kaki bukit,
namun demi keselamatan terpaksa dia harus bersabar
dengan berlarian menelusuri jalan gunung.
Sebagai seorang jago kawakan yang sangat
berpengalaman, Kiong Tek ciong segera dapat mengetahui
kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok
serta Si Cay soat benar-benar hebat sekali, saking kagetnya
paras mukanya sampai berubah hebat, tidak terasa ia
berpaling memberi tanda kepada anak buahnya agar mereka
memperhatikan dengan seksama, dengan demikian akan
menambah pengetahuan mereka.
Tampak Lan See giok bergerak dengan luwes nya
menelusuri jalanan setapak, tubuhnya bergerak cepat dan
http://kangzusi.com/
ringan seperti awan di angkasa, Sebaliknya Si Cay soat
mengikuti dengan gerakan yang tak kalah entengnya.
Bagaikan burung walet yang terbang melayang.
Biarpun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Oh Li-cu
dan Tok Nio-cu sangat hebat, tapi jika dibandingkan Lan
See-giok serta Si Cay soat sudah jelas ketinggalan jauh.
Tak heran kalau segenap jago yang mengikuti di
belakangnya, sama-sama menaruh perasaan kagum.
Setibanya di kaki bukit, Lan See giok dan Tok Nio-cu
segera mempersilahkan Kiong Tek ciong sekalian untuk
berhenti. Kemudian setelah mohon diri, berangkatlah ke
empat muda mudi itu menuju ke Tiang siu tian.
Tiba kembali di Tiang siu tian, mereka berempat yang
sudah semalaman suntuk tidak beristirahat segera
memerintahkan para kacung dan pelayan untuk
menyiapkan hidangan.
Dalam perjamuan tersebut. Tok Nio-cu baru berbicara:
"Dalam perjalanan mengikuti adik Giok ke Tayang san
kali ini, meski apa yang diharapkan belum tercapai, namun
kita telah peroleh hasil yang setapak lebih maju sebaliknya
akupun berhasil menjumpai adik Cui lan yang telah lama
berpisah, boleh dibilang hasil yang diperoleh dalam
perjalanan kali ini pantas untuk dirayakan.."
Sambil berkata dia lantas mengangkat cawan araknya
sembari berkata lebih jauh:
"Mari. kita bersama sama meneguk habis isi cawan ini!"
Si Coy soat mengangkat cawan araknya setelah ia
melirik sekejap Lan See giok yang sedang meneguk habis
isinya, dia segera mengeringkan pula isi cawannya.
http://kangzusi.com/
Kalau Lan See Giok tidak berminat untuk mencari tahu
asal usul dari Tok Nio-cu serta Oh Li cu, berbeda dengan Si
Cay soat ia segera bertanya:
"Hujin, bagaimana ceritanya sehingga kau dapat
berpisah dengan nona Oh?"
Tok Nio-cu menghela napas sedih, sepasang matanya
berkaca kaca. ujarnya sedih. "Keadaan yang sejelasnya juga
tak bisa ku ingat lagi, aku cuma tahu ayahku bernama Be
Yu liang, dia adalah seorang piausu kenamaan, sedangkan
ibuku bernama Bok Kin go, ia disebut Juan liong lihiap,
setelah menikah banyak tahun, orang tua kami hanya
melahirkan aku dan Cui lan berdua, namaku Cui peng.
"Sepanjang tahun ayah selalu bekerja sebagai. pengawal
barang, adakalanya ibupun membantu pekerjaannya, jadi
tak urung terjadi juga perselisihan dengan orang-orang
golongan hitam.
"Dimalam Tiongciu suatu tahun, mendadak di rumah
kami kedatangan serombongan manusia golongan hitam
yang jumlah nya meliputi enam pria dua wanita. ke enam
pria itu mengerubuti ayah sedang dua wanita itu
mengerubuti ibu.."
"Berapa usia kalian waktu itu ? Mengapa tidak
membantu orang tua kalian?" tanya Si Cay soat dengan
kening berkerut.
Dengan sedih Tok Nio-cu memandang sekejap kearah Si
Cay soat, kemudian melanjutkan.
"Pada waktu itu aku baru berusia sembilan tahun, sedang
adik Lan belum sampai tiga tahun. ketika orang-orang itu
bertempur melawan ayah dan ibu, kami menjadi ketakutan
sehingga menyembunyikan diri di tempat kegelapan. Adik
Lan ketakutan dan menangis menjerit jerit, akhirnya aku di
http://kangzusi.com/
tolong secara diam-diam oleh guruku pengemis tujuh racun,
sedangkan adik Lan lenyap entah kemana."
"Siapakah ke enam pria dan dua wanita itu? Apakah
Nyonya masih ingat dengan wajah mereka?" sela Lan See
giok tiba-tiba.
Dengan air mata bercucuran Tok Nio-cu menjawab:
"Pada mulanya tidak tahu, kemudian atas penjelasan
dari suhu baru kuketahui bahwa ke enam orang lelaki itu
masing-masing adalah empat malaikat bengis dari Juan
tiong serta sepasang harimau dari Lang to, atas bantuan
dari guruku si pengemis tujuh racun, mereka telah -mampus
semua di ujung senjata rahasia beracunku, sedangkan kedua
orang wanita itu konon adalah gundiknya empat malaikat
buas dari Juan tiong, namun ketika kucari mereka untuk
membalas dendam. kedua orang itu sudah pergi entah
kemana"
Lan See giok segera berkerut kening, setelah melirik
sekejap ke arah Oh Li cu yang sedang menangis terisak, dia
segera bertanya ragu-ragu:
"Mungkinkah perempuan itu adalah Say Nyoo-hui Gi Ci
hoa?"
Mendengar perkataan itu isak tangis Oh Li cu semakin
menjadi jadi..-
Lan See giok memandang sekejap kearah Si Cay soat
dan Tok Nio-cu. ia dapat menyimpulkan bahwa selama
banyak tahun Say nyoo-hui Gi Ci hoa tentu amat
menyayangi Oh Li cu.
Melihat hal ini dengan kening berkerut Tok Nio-cu
segera berkata.
http://kangzusi.com/
"Jika Say nyoo-hui benar-benar merupakan satu diantara
dua wanita pembunuh ibuku dimasa lalu, perduli betapa
baiknya dia terhadap adik Lan, dia tetap merupakan musuh
besar pembunuh ibuku, dendam orang tua sedalam lautan,
kami tak bisa melupakan sakit hati tersebut hanya
dikarenakan budi pemeliharaannya selama berapa tahun."
Kata-kata yang penuh semangat dan gagah ini segera
disambut Lan See giok serta Si Cay boat dengan anggukan
kepala, sedangkan Oh Li cu juga segera menghentikan isak
tangisnya.
"Lantas apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Si Cay
soat kemudian.
Tok Nio-cu mengerutkan dahinya, kemudian berkata
sedih.
"Menurut keterangan dari adik Lan serta adik Giok. Wi-
lim-poo berjaya di atas telaga, konon kapal perangnya
meliputi berapa ratus buah, pengaruhnya luas dan
kekuatannya besar. bila ingin membalas dendam sudah jelas
bukan hanya kekuatan Pek ho cay yang dapat
menandinginya, sebab kecuali adik Lan seorang yang lain
tidak pandai ilmu dalam air, . . . "
Sesudah sangsi sejenak, dia berkata lebih jauh.
"Lagi pula menurut penuturan adik Lan atas raut wajah
Say nyoo hui Gi Ci hoa bisa jadi dia adalah salah seorang
yang turut menyerang ibuku dimasa lalu, tapi aku harus
melihatnya sendiri sebelum dapat membuktikan
kebenarannya, oleh karena itu aku pikir ingin mengikuti
adik Lan pergi ke Phoa- yang oh dan berusaha mengintip
sekali wajah asli dari Say nyoo hui, kemudian baru
menyusun rencana untuk membalas dendam."
http://kangzusi.com/
"Ya, bertindak secara demikian memang jauh lebih baik"
Lan See giok segera menyatakan persetujuannya,
”janganlah dikarenakan kurang berhati hati, akibatnya susu
dibalas dengan tuba, kalian bisa menyesal sepanjang masa."
Tok Nio-cu manggut-manggut.
"Itulah sebabnya aku harus melihat dulu raut wajah, asli
dari Say Nyoo hui."
Tiba-tiba Oh Li cu mendongakkan kepalanya yang basah
oleh air mata, lalu ujarnya kepada Lan See giok.
"Cici hanya mengandalkan kelihaian senjata rahasia saja.
selama ini sedang ilmu silatnya cuma biasa-biasa saja, di
tambah pula dia tak pandai ilmu berenang, sulit rasanya
untuk menuntut balas, sampai waktunya kami berharap
adik Giok sudi membantu usaha kami itu .."
Sebelum Lan See giok sempat menjawab, Tok Nio-cu
sudah menimbrung, lebih dulu dengan nada seolah-olah
menghibur.
"Adik Lan tak usah kuatir. aku yakin adik Giok pasti tak
akan berpeluk tangan belaka"
"Ooh. tentu saja, tentu saja, siaute tentu tak akan
menampik" seru Lan See-giok, dengan bersungguh hati.
Dengan penuh rasa berterima kasih Oh Li cu
memandang kearah Lan See giok, kemudian tanyanya lagi
dengan penuh rasa kuatir:
"Sekarang, apakah kau hendak berangkat ke Lim lo pah
di telaga Tong ting?"
Lan See giok termenung sebentar, kemudian jawabnya:
"Aku dan adik Soat masih mempunyai banyak persoalan
yang harus diselesaikan secepatnya, apakah hendak pergi ke
Lim lo pa, masih tanda tanya besar sekarang, aku baru
http://kangzusi.com/
dapat mengambil keputusan menurut perkembangannya
nanti."
Oh Li-cu kembali bersedih hati, karena dari kata kita
pemuda tersebut sama sekali tidak disertakan dengan kata
ajakan yang memintanya melakukan perjalanan bersama,
karena sedihnya, air matapun bercucuran. . . Berbeda sekali
dengan Tok Nio-cu, apa yang dipikirkan olehnya sekarang
hanya membalaskan dendam bagi kematian orang tuanya,
ia tidak berharap adiknya merasa gelisah karena masalah
ini, asal Lan See- giok tidak kabur ke langit, ia berjanji akan
memenuhi keinginan adiknya itu,
Maka dengan nada serius diapun bertanya, "Di
kemudian hari, bagaimana cara aku untuk mengadakan
kontak-?"
Lan See giok yang jujur dan polos segera, menjawab
tanpa ragu-ragu lagi. "Kalian boleh datang ke pantai barat
telaga Phoa yang oh, kampung nelayan dimana naga sakti
pembalik sungai berdiam, tanyakan saja kepadanya, ia pasti
mengetahui jejakku, mungkin juga seusai urusan di sini, aku
hendak berangkat ke sana."
Sesudah mendengar perkataan itu, agaknya Oh Li cu
merasa jauh lebih berlega hati. sekali lagi dia menengok
wajah Lan See giok sambil bertanya. "Adik Giok. kau dan
nona Si akan berangkat kapan?"
Biarpun Lan See giok merasa Oh Li-cu patut dikasihani,
namun berada dihadapan Si Cay-soat yang sok cemburu, ia
tak berani banyak berbicara, sahutnya kemudian dengan
cepat:
"Siaute pikir. selesai bersantap nanti segera akan
berangkat !"
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu dapat melihat dengan jelas, dia tahu Lan See
giok sudah menaruh perasaan kasihan terhadap adiknya,
maka sambil menengok ke arah Si Cay-soat. ia bertanya
sambil tersenyum.
"Nona Si, apakah kau punya kuda?"
Ucapan mana dengan cepat menyadarkan Lan See giok
dan si Cay soat bahwa saat itu merupakan sebuah masalah,
gadis tersebut segera menggeleng.
"Aku tidak suka menunggang kuda, maka aku tak pernah
membeli kuda ."
Tergerak hati Oh Li cu, dia seperti mempunyai kesan
untuk membaiki Si Cay-soat, dengan wajah serius katanya
kemudian:
"Ka1au toh kalian hendak berangkat lebih dulu, biar
kuhadiahkan kuda Ci-hwee -kou ku itu untuk nona Si!"
Tapi Tok Nio-cu tidak setuju:
"Kuda Ci hwee-kou milikmu itu kelewat liar, bila nona
Si tak bisa mengendalikan bisa berabe jadinya. lebih baik
adik Giok menunggang Wu wie kou sedangkan nona Si
menunggang Pek kou, aku rasa ini lebih aman,"
Lan See giok sadar, tanpa kuda jempolan mustahil bagi
mereka untuk menempuh perjalanan cepat, diapun segera
menyatakan persetujuannya.
"Sebetulnya begini memang paling baik, hanya akibatnya
harus menyiksa nyonya."
Mendadak Oh Li cu menimbrung:
"Selama ini cici selalu berusaha dan berjuang mati
matian demi kau, dua kali sudah ia menghadiahkan
kudanya untukmu, bahkan selalu memanggil adik Giok,
http://kangzusi.com/
mengapa adik Giok tidak berubah juga panggilanmu
menjadi cici?"
Merah dadu selembar wajah Lan See giok buru-buru ia
menerangkan:
"Berhubung sejak awal sudah terlanjur menyebut
nyonya, rasanya jadi kurang bebas untuk merubahnya."
"Tapi untuk diubah sekarang pun belum terlambat?"
sambung Oh Li cu lagi
Lan See giok merasa banyak hal Tok Nio-cu. memang
berjasa kepadanya, banyak masalah yang patut dihargai
olehnya, tanpa banyak bicara, ia lantas mengangkat cawan
nya dan berkata? sambil tertawa.
"Biar siaute menghormati enci Peng dengan secawan
arak, anggap saja sebagai rasa terima kasihku untuk
perhatian enci Peng selama ini "
Tok Nio-cu tertawa cerah, namun dibalik senyuman
kemenangan itu, terselip juga rasa menyesa1 dan malu, dia
segera mengangkat cawannya dan meneguk habis isinya
Si Cay soat yang polos, dengan cepat mengangkat
cawannya pula sambil berkata riang.
"Biar siaumoay juga menghormati Cici berdua dengan
secawan arak sebagai rasa terima kasihku untuk hadiah
kuda"
Atas ucapan mana, Tok Nio-cu dan Oh Li cu seakan
akan memperoleh penghormatan yang tinggi, cepat-cepat
mereka berdua mengangkat cawan masing-masing sambil
menyebut adik Soat.
Lan See giok yang menyaksikan kesemuanya itu tentu
saja, merasa sangat gembira, memang saling mengenal
dengan akrab jauh lebih enak dari pada hubungan yang
http://kangzusi.com/
dingin. Biarpun Oh Li cu pernah hidup dalam kejalangan
dimasa lampau, namun semenjak berjumpa dengan bibi
wan serta enci Cian. dia telah berubah menjadi lembut dan
halus, tidak ada lagi sifat genitnya seperti dahulu.
Teringat akan bibi Wan dan enci Cian, hatinya
bertambah gelisah. Cepat-cepat dia perintahkan pelayan
untuk menyiapkan kuda.
Sewaktu ke empat orang itu selesai bersantap, matahari
sudah tenggelam di langit barat.
Tok Nio-cu yang harus membeli kuda baru, memutuskan
akan berangkat keesokan harinya bersama Oh Li cu
sebaliknya Lan See-giok dan Si Cay soat berangkat pada
saat itu juga.
Meninggalkan kota Tiang siu-tan, maghrib sudah
menjelang, orang yang berlalu lalang semakin jarang, itulah
sebabnya mereka berdua segera melarikan kudanya
kencang-kencang menuju tenggara.
Sepanjang perjalanan, muda mudi berdua itu hanya
membungkam diri sambil memikirkan persoalan masing-
masing.
Lan See giok sangat menguatirkan keselamatan bibi Wan
serta enci Ciannya, dia tak tahu mengapa si naga sakti
pembalik sungai harus bermain gila, hal tersebut membuat
perasaannya bertambah gelisah.
Sebaliknya Si Cay soat hanya memikirkan kemurungan
dan kepedihan Oh Li cu, ia dapat merasakan bahwa cinta
kasih Oh Li cu terhadap engkoh Giok nya tidak berada di
bawah sendiri, dia tak tahu mengapa pemuda itu justru
berusaha menjauhi Oh Li cu atau mungkin pemuda itu
hendak memberi tanda kepadanya bahwa ia tidak menyukai
Oh Li cu?
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat tiga puluhan li sudah dilalui, kini
kegelapan malam sudah mulai mencekam seluruh
permukaan bumi, bintang-bintang beterbangan di angkasa,
lari kuda mereka kian lima kian bertambah cepat.
Suatu ketika, Si Cay soat melihat Lan See giok sedang
berkerut kening. tak tahan lagi ia segera menegur dengan
lembut.
"Engkoh Giok, sebenarnya apa sih yang sedang kau
pikirkan?"
Lan See giok segera tersadar dari lamunannya, ia merasa
sudah amat lama tidak mengajak gadis itu berbicara.
sahutnya kemudian:
"Aku sedang memikirkan soal si naga sakti pembalik
sungai Thio loko, mengapa ia tidak memberitahu
kepadamu- mengapa kita mesti pergi ke kampung nelayan
di tepi telaga Phoa yang oh?"
"Bukan siaumoay sudah tahu enggan mengatakan, tapi
sesungguhnya siau moay sendiripun tidak tahu! " kata Si
Cay soat dengan wajah bersungguh sungguh.
Lan See-giok segera merasakan hatinya bertambah berat,
dia semakin tidak paham maksud dan tujuan dari naga sakti
pembalik sungai itu.
Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar Si Cay-
soat: bertanya lagi.
"Engkoh Giok, apakah kita hendak menuju telaga Tong
ting lebih dahulu?" ,
"Tidak kita harus pulang ke kampung nelayan lebih
dulu!"
http://kangzusi.com/
Pemuda itu merasa harus pulang dan untuk menengok
bibi Win serta enci Cian, dengan begitu hatinya baru
merasa lega.
Maka mereka segera menelusuri jalan raya menuju ke
telaga Phoa yangoh.
Sejak perpisahan dulu, hubungan Lan See giok dengan Si
Cay-soat sekarang tak ubah nya seperti sepasang suami istri,
Lan See giok menjumpai gadis itu lebih lembut dan hangat
dalam banyak hal selalu memperhatikan dirinya, ia pun tak
pernah ngambek lagi.
Demi menjaga kondisi badan serta kesehatan kuda-kuda
mereka, kedua orang itu se1aIu jalan pagi istirahat di waktu
malam, sepanjang jalan mereka selalu tidur seranjang
dengan penuh kemesraan.
Si Cay soat sendiripun selalu berusaha menghibur dan
mengajak pemuda itu bermesraan, hal ini membuat Lan See
giok yang sedang murung dan kesal, agak terhibur juga.
Hari bertambah hari, telaga Phoa yang oh sudah semakin
dekat, sekali lagi Lan See giok merasakan hatinya gundah
dan tak tenang, bayangan wajah bibi Wan yang anggun dan
enci Cian yang lembut, selalu muncul dan terbayang dalam
benaknya.
Gara-gara persoalan ini, seringkali ia tak bisa tertidur
dengan nyenyak.
Si Cay soat yang tidur di sisinya sebagai gadis yang
cerdik tentu saja mengetahui jalan pemikiran pemuda itu,
namun bila teringat sebentar lagi akan bertemu dengan Ciu
Siau cian yang selalu dipuja puja gurunya, dia malah
merasa sangat gembira.
Namun, sebagai seorang gadis yang ingin mencari
menangnya sendiri dihati kecilnya timbul juga ingatan
http://kangzusi.com/
untuk membanding-bandingkan mereka berdua, dia ingin
membuat engkoh Giok nya beranggapan bahwa
kehadirannya jauh lebih penting ketimbang Ciu Siau cian.
Sepuluh hari perjalanan kemudian, akhirnya kota Tek an
yang mentereng sudah muncul dalam pandangan mata
mereka berdua.
Memandang kota itu. Lan See giok merasa bagaikan
kembali ke kampung halaman yang sudah banyak tahun
ditinggalkan, hatinya diliputi gejolak emosi, darah serasa
mendidih, ia tahu dengan kecepatan kuda mereka. paling
banter setengah hari lagi mereka akan bertemu dengan bibi
Wan serta enci Cian.
Kuda Wu wi kou dan Pak kou meringkik tiada hentinya
sambil berlari kencang.
Bangunan kota Tek an yang perkasa kian lama kian
mendekat, namun Lan See giok tidak menghentikan
perjalanannya, dia melarikan kudanya semakin kencang . . .
Si Cay soat yang melihat hal tersebut tiba-tiba saja timbul
pikiran nakalnya, ia merasa wajib berupaya agar pemuda
itu lebih memperhatikan dirinya dari pada Ciu Siau cian. . .
Tatkala Lan See giok sedang mengambil keputusan
untuk melewati pinggiran kota saja, mendadak ia tidak
melihat bayangan dari kuda Pak kou lagi,
Dengan perasaan terkejut pemuda itu segera berseru.
"Aaah, adik Soat."
Cepat-cepat dia menarik tali les kudanya sambil
membalik ke arah .
Dikejauhan sana ia jumpai Si Cay soat kadang
menghentikan kudanya di tepi jalan sepasang wajah nona
itu kelihatan merah sedang tangannya yang satu
http://kangzusi.com/
berpegangan pada tali les, tangan yang lain memegangi jidat
sendiri, hal ini menunjukkan kalau dia telah jatuh sakit. . .
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok, dengan
perasaan gugup dan gelisah dia segera menghampirinya,
kemudian sambil memegang tali les kuda putih itu,
tanyanya penuh kecemasan.
"Adik soat, mengapa kau? Bagaimana rasa mu sekarang
.?"
Si Cay soat hanya memejamkan matanya rapat-rapat dan
menggeleng dengan penuh penderitaan.
Lan See-giok lantas menduga. kalau Si Cay soat masuk
angin, maka sambil menuntun kuda putih itu dia berangkat
masuk ke dalam kota.
Dalam keadaan demikian. dia tidak memikirkan hal-hal
yang lain lagi. apa yang terpikir olehnya sekarang adalah
secepatnya membiarkan Si Cay soat beristirahat dengan
tenang di atas pembaringan.
Peristiwa semacam ini boleh dibilang tak terduga sama
sekali olehnya, padahal setengah hari perjalanan lagi
mereka akan tiba di telaga Phoa yang oh, tapi justru disaat
seperti ini Si Cay soat jatuh sakit.
Ia tahu selama belasan hari perjalanan, Si Cay-soat selalu
melayani kebutuhannya, menyisirkan rambut, membantu
mengenakan pakaian, meladeni sarapan dan menemaninya
tidur. semua pekerjaan semacam ini memang terlalu
melelahkan dirinya.
Dalam anggapannya, wanita adalah kaum yang lemah,
kesehatan tubuh mereka selalu lemah, tidak heran bila jatuh
sakit setelah menempuh perjalanan jauh dengan susah
payah.
http://kangzusi.com/
Tiba di dalam kota, pemuda itu segera membawa si nona
menuju ke sebuah rumah penginapan yang terdekat.
Setibanya di depan penginapan, cepat-cepat pemuda itu
menyerahkan kudanya kepada pelayan, kemudian ia
membopong tubuh Si Cay-soat menuju ke ruang dalam.
Pemuda itu merasakan betapa panasnya tubuh Si Cay-
soat, mukanya merah membara, suhu badannya tinggi
sekali.
Maka setelah sampai di dalam kamar, dia membaringkan
gadis itu di atas pembaringan, kemudian tanyanya penuh
perhatian:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
"Oooh,. kepalaku pusing, dahaga dan sekujur badan
serasa lemas tak bertenaga!", keluh gadis itu sambil
memejamkan mata.
Lan See-giok menuang secawan air teh dan
membangunkan gadis itu, kemudian menyuapinya pelan-
pelan. setelah itu kembali dia bertanya dengan penuh
perhatian.
"Adik Soat. mengapa kau bisa jatuh sakit secara tiba-tiba.
??"
"Sejak berangkat pagi tadi, aku sudah merasa tak enak
badan. ketika akan melewati kota di depan sana,
sesungguhnya aku sudah mulai tak tahan .."
Sebenarnya pemuda itu hendak menegur si nona., tapi
bila teringat bagaimana sepanjang jalan dia hanya
memikirkan melanjutkan perjalanan dengan cepat, tiba-tiba
saja timbul rasa menyesal dihati kecilnya.
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa dengan penuh rasa kasih sayang dia
membelai rambut gadis itu dan menyeka keringat yang
membasahi jidatnya
Padahal selama ini Si Cay soat sudah beberapa kali
mengintip gerak gerik pemuda itu, ketika melihat
kegelisahan dan kepanikan sang pemuda, ia tersenyum
bahagia dalam hati. sebab dia berpendapat bahwa
kehadirannya dalam hati pemuda tersebut ternyata tidak
lebih enteng daripada kehadiran Ciu Siau cian.
Diapun membayangkan bagaimana Siau cian sudah
setahun lebih berpisah dengan Lan See giok, siang malam
merindukan kehadirannya, entah betapa rindunya dia
sekarang menantikan kedatangan anak muda tersebut?
Sedangkan ia sendiri, boleh dibilang sepanjang hari
selalu berada bersamanya, tak sedikitpun berpisah, kalau
dihitung hitung dia telah memperoleh lebih banyak
ketimbang gadis itu.
Akan tetapi bila ia teringat akan hadiah sarung pedang,
serta sepatu yang dibuat dengan susah payah oleh Ciu Siau
cian timbul kembali perasaan menyesal dalam hati kecilnya.
Rasa menyesal dan gelisah membuat peluh bercucuran
semakin deras lagi, tanpa bantuan tenaga dalam seperti apa
yang di lakukan tadi, peluh bercucuran bagaikan hujan
gerimis.
Akibatnya Lan See giok yang sedang kalut pikirannya
dibuat semakin gelisah dan panik.
Melihat kegelisahan dan kepanikan anak muda itu,
akhirnya Si Cay soat berkata dengan sedih.
"Engkoh Giok, pergilah dulu, biar siaumoay beristirahat
setengah harian saja, aku percaya sakitku tentu akan
sembuh kembali!"
http://kangzusi.com/
"Tidak.." tampik Lan See-giok. "kau sedang tak enak
badan, aku merasa wajib untuk menemanimu, apalagi
perjalanan yang ditempuh oleh Thio loko dan adik Thi gou
tidak bakal lebih cepat daripada kita, biar sampai ditujuan
pun belum tentu aku dapat bersua dengan mereka"
”Tapi kau toh bisa menengok enci Cian dan bibi Wan?"
ujar si nona dengan tulus hati.
Ucapan tersebut dengan tepat mengenai perasaan Lan
See giok, tapi tegakah dia meninggalkan adik Soat yang
sedang sakit untuk menengok enci Cian ?
Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang
kali. ”Tidak, kalau harus pergi kita pergi bersama, aku
percaya bibi Wan dan enci Cian, tentu akan gembira sekali
bertemu dengan kau."
Sudah lama sekali Si Cay soat ingin melihat wajah asli
Ciu Siau-cian, apalagi teringat mimik wajah engkoh
Gioknya setiap kali berbicara soal Ciu Siau-cian, dia
percaya dalam perjumpaan mereka setelah berpisah setahun
lebih pertemuan itu pasti akan dibumbui dengan peluk cium
yang hangat:
Bila ia turut hadir dalam suasana seperti ini, ooh.-betapa
sadisnya keadaan waktu itu.
Berpikir sampai di situ, segera ujarnya dengan tak senang
hati. "Tidak, aku tak mau pergi, mukaku lagi merah,
rambutku kusut, badan lemas tak bertenaga. masa aku mesti
bertemu orang?"
"Lantas bagaimana dengan kau?" Lan See giok bertanya
agak gelisah
Si Cay soat termenung sejenak, kemudian sahutnya.
"Biar kita beristirahat berapa saat di sini, begitu kondisi
badanku pulih kembali, kita segera melanjutkan perjalanan,
http://kangzusi.com/
aku menuju ke kampung nelayan sedang kau menengok
bibi Wan, besok bila aku sudah tukar pakaian baru, baru
kusambangi enci Cian dan bibi Wan-setuju?"
Lan See giok mengira Si Cay soat suka akan kecantikan,
dia tak tega menolak kehendak hatinya, dengan cepat dia
mengangguk.
Mereka berdua segera duduk bersemedi untuk mengatur
pernapasan, lewat tengah hari Lan See giok nampak segar
kembali, sebaliknya Si Cay-soat berlagak masih lemas
selesai bersantap dan membayar rekening, mereka
melanjutkan perjalanan lagi
Melalui sebelah selatan kota, kedua orang itu berangkat
menuju ke telaga Phoa-yang oh.
Sepanjang jalan Si Cay-soat tiada hentinya
memperhatikan gerak-gerik Lan See giok, dilihatnya
pemuda itu tidak menunjukkan kegelisahan seperti siang
tadi, malah pemuda itu selalu berusaha mengendalikan lari
kudanya dan melimpahkan segenap perhatian kepadanya.
Diam-diam gadis itu sangat gembira, tapi timbul juga
perasaan menyesal dan malu, sekarang terbukti sudah Lan
See giok tak pernah membeda bedakan perhatiannya
terhadap dia maupun Ciu Siau cian, kalau tadi pemuda itu
gelisah dan cemas, hal itu hanya dikarenakan mereka telah
berpisah hampir setahun lebih.
Berpikir sampai di situ ia percepat lari kudanya. tapi Lan
See giok yang mengikuti di sisinya justru selalu
memperingatkan agar ia berhati-hati, jangan melarikan
kudanya kelewat cepat.
Sebelum matahari tenggelam di langit barat, di ujung
tenggara situ sudah nampak permukaan, telaga yang
gemerlapan, oleh pantulan cahaya ..
http://kangzusi.com/
Melihat air telaga dikejauhan sana, timbul kembali
perasaan gembira dalam hati Lan See-giok, Sorot matanya
segera dialihkan ke perkampungan nelayan di bawah bukit
situ, dia sedang membayangkan bagaikan kaget dan
girangnya bibi Wan serta enci Cian sewaktu melihat
kehadirannya.
Dalam keadaan begini, tiada prasangka jelek yang
melintas di dalam benaknya, ia tidak kuatir bibi Wan dan
enci Cian menjumpai musibah. malah dia yakin pasti dapat
bersua dengan mereka. .
Tiba-tiba Si Cay-soat berbisik.
"Engkoh Giok, setibanya di persimpangan jalan di depan
sana, kita harus berpisah dulu"
Lan See giok menatap gadis itu tajam-tajam, kemudian
pintanya.
"Adik Soat, marilah kita pergi bersama sama, bukankah
kau sudah sembuh kembali?"
"Tidak!" tampik Si Cay soat sambil menggelengkan
kepalanya dan mengulumkan senyuman paksa, ”aku masih
merasa tak enak badan!"
"Kalau begitu, biar kuhantar dulu kau sampai di rumah
kediaman naga sakti pembalik sungai Thio Loko?"
"Tak usah. tak usah, aku toh masih mengenal jalan!"
cegah gadis itu cepat-cepat.
Sementara pembicaraan berlangsung. mereka telah
sampai di persimpangan jalan. gadis itu segera melarikan
kudanya cepat-cepat memasuki hutan lebat.
Lan See giok menarik tali les kudanya dan mengawasi
bayangan punggung Si Cay soat yang menjauh dengan
http://kangzusi.com/
penuh rasa kuatir. bukan saja dia menguatirkan kesehatan
tubuhnya, pemuda itu juga takut bila gadis itu marah.
Si Cay-soat sendiri sempat pula berpaling, Ketika
dilihatnya pemuda itu malah menghentikan lari kudanya
sambil memperhatikan ke arahnya dengan penuh rasa
kuatir, hatinya terasa sedih di samping hangat dan mesra,
cepat dia mengulapkan tangannya, agar pemuda itu segera
berangkat.
Dia melihat Lan See giok mengulapkan tangannya pula
berulang kali, setelah itu baru melarikan kudanya
melanjutkan perjalanan, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dibalik hutan.
Si Cay soat merasa matanya menjadi kabur, entah sadari
kapan, titik air mata telah jatuh berlinang ..
Sebetulnya dia hendak mendahului Ciu Siau cian untuk
mendapatkan Lan See giok, tapi sekarang, ia justru telah
melepaskan kesempatan baik ini dengan begitu saja.
Dengan termangu mangu Si Cay soat duduk di atas
kudanya. mengawasi bayangan kuda Lan See giok dengan
tertegun, membayangkan adegan pertemuan antara Ciu
Siau cian dengan pemuda itu, timbul perasaan tak sedap
yang tak terlukiskan dengan kata dalam hatinya.
-ooo0dw0ooo-

BAB 24
DALAM waktu singkat, bayangan kuda dari Lan See
giok sudah hilang lenyap dibalik kegelapan.
Dengan perasaan sedih, Si Cay soat meneruskan kembali
perjalanannya menuju ke kampung nelayan, teringat selama
belasan hari ini, setiap kali menginap dia selalu tidur
http://kangzusi.com/
bersama engkoh Giok nya, tapi engkoh Giok yang bodoh,
setiap kali tak pernah.
Sekarang ia, sedang bertanya kepada diri sendiri.
mungkinkah antara engkoh Giok dengan Ciu Siau cian
akan melakukan.?
Membayangkan masalah yang paling rawan itu,
mendadak hatinya berdebar keras, pipinya menjadi merah,
diam-diam ia mengumpat ketidak maluan sendiri.
Dalam pada itu Lan See giok yang melanjutkan
perjalanan menuju ke rumah bibi nya. juga dibebani oleh
banyak persoalan.
Ia sedang membayangkan betapa terkejut dan
gembiranya bibi Wan serta enci Cian ketika mereka
saksikan dia pulang ke rumah secara tiba-tiba..
Diapun membayangkan, enci Cian yang sudah setahun
berpisah dengannya, kini pasti bertambah lembut dan
cantik, bagaimana gembiranya gadis itu ketika melihat dia
pulang?
Kemudian ia pun berpikir tentang kemunculan Si Cay
soat besok pagi, ia tak tahu apakah enci Cian nya akan
menunjukkan sikap cemburu seperti apa yang diperlihatkan
Oh Li cu?
Ia merasa wajib untuk mengucapkan beberapa kata yang
memuji adik Soat di depan enci Cian.
Teringat Si Cay soat, tanpa terasa ia berpaling dan
memandang kembali hutan di belakang sana, namun
pemandangan di sekeliling situ sudah tertutup oleh
kegelapan malam.
http://kangzusi.com/
Lima li kemudian, dari kejauhan sana, terlihat titik
cahaya lentera, dia tahu disitulah letak tempat tinggal bibi
Wan.
Dalam waktu singkat lima li sudah di tempuh, pemuda
itu segera memperlambat lari kudanya dan langsung masuk
ke dalam dusun.
Dari jauh dia melihat cahaya lentera masih nampak
disulut dalam kamar tidur enci Cian.
Dalam keadaan begini, ia benar-benar tak bisa
membendung gejolak emosi dan rasa gembira di dalam
hatinya hampir saja dia tak tahan hendak berteriak
memanggil enci Cian dan bibi Wan nya.
Dengan penuh kegembiraan dia menarik tali les
kudanya, Wu-wi-kou segera meringkik panjang dan lari
menuju ke depan pintu pekarangan bibi Wan.
Suara ringkikan kuda yang keras serta derap kuda yang
nyaring dengan cepat mengejutkan seisi dusun. lampu
lentera segera dipadamkan orang, sementara cahaya lentera
yang semula menyinari kamar tidur Ciu Siau cian. kinipun
telah dipadamkan.
Dengan cepat Lan See giok sadar bahwa bibi Wan hidup
di situ sebagai seseorang yang mengasingkan diri, tidak
sepantasnya bila dia mengganggu ketenangan orang
kampung, serta merta pemuda itu melompat turun dari
kudanya dan menepuk kudanya agar jangan berisik.
Kuda tersebut memang sangat pintar, dengan cepat ia
menghentikan ringkikan panjangnya dan memperingan
langkah kakinya.
Lan See giok menarik kudanya memasuki halaman
rumah bibi Wan, kemudian dengan tangan yang gemetar
http://kangzusi.com/
karena luapan rasa gembira yang luar biasa ia bersiap siap
mengetuk pintu.
Namun sebelum hal ini dilakukan, tiba-tiba dari dalam
ruangan sudah kedengaran seseorang menegur dengan
suara rendah dan berat:
"Siapa di situ?"
Lan See giok segera mengenali suara teguran itu sebagai
suara dari enci Cian.
"Cici Cian. aku yang datang!" sahut pemuda Itu
kemudian sambil berusaha menekan gejolak emosinya.
Dari dalam ruangan segera kedengaran suara langkah
manusia yang tergesa gesa, menyusul kemudian pintu
dibuka orang dan sesosok bayangan kuning menerjang ke
luar dari balik pintu seperti seekor burung walet yang
terbang lantaran kaget .
Kemudian dengan suara kejut, gembira serta gugup, dia
menegur pula agak gemetar.
"Sungguh. .sungguhkah kau. . ?"
Belum sampai habis perkataan itu diutarakan, tubuhnya
sudah menyusul di pintu gerbang dan tergopoh gopoh
mementangkan pintu rumahnya lebar-lebar.
Ketika melihat Lan See giok telah tumbuh menjadi
dewasa, tinggi besar dan lebih tampan, hampir saja Siau
cian tak berani memanggilnya lagi.
Bertemu dengan. Siau cian, Lan See giok Segera
melepaskan tali les kudanya kemudian agak tak sabar ia
genggam sepasang tangan gadis itu dan serunya sambil
mengawasi wajah nona itu lekat-lekat:
"Enci Cian, aku yang telah datang. Mana bibi ?"
http://kangzusi.com/
Dengan sinar mata penuh pengharapan dia menengok
sekejap ke pintu kamar.
Dengan cepat Ciu Siau-cian dapat menguasai diri, ketika
melihat sepasang tangannya digenggam anak muda
tersebut, merah padam selembar wajahnya, agak tersipu
sipu sahutnya.
"Ayo cepat masuk adik Giok!"
Sambil berkata dia lepaskan diri dari cekalan pemuda itu
dan berdiri di sisi kanan pintu.
Lan See-giok tertawa riang, cepat-cepat dia masuk ke
dalam ruangan.
Tiba-tiba suara ringkikan kuda berat dan rendah
berkumandang dari belakang tubuhnya.
Dengan cepat Lan See-giok teringat kalau kudanya
masih tertinggal di luar pagar halaman, tanpa terasa dia
berpaling dan tertawa menyesal.
"Aaah, hampir saja kulupakan engkau."
Dengan suatu gerakan, diapun menuntun kuda hitam itu,
memasuki pintu pagar.
Dengan wajah terkejut bercampur keheranan, Siau-cian
memperhatikan sekejap kuda Wu-wi-kou yang tinggi besar
itu, kemudian mundur dua langkah agar, kuda hitam Itu
dapat masuk ke dalam halaman, setelah itu pintu halaman
cepat-cepat ditutup rapat.
Dengan sendirinya Wu wi kou itu berjalan menuju ke
sudut halaman dan menunggu dengan tenang di situ.
Selesai menutup pintu, Siau cian baru menengok kuda
hitam itu sambil katanya penuh kegirangan.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok, kuda hitam itu bagus sekali kaukah yang
membelinya . . . ?"
"Oooh bukan. itu pemberian perempuan beracun Be Cui
peng!" jawab sang pemuda tanpa ragu.
Mendengar kuda itu pemberian seorang wanita, dengan
penuh perasaan Siau cian mengangguk, keningnya segera
berkerut, kemudian sewaktu menuju ke ruang dalam ia
sempat bertanya lagi agak curiga.
"Siapa sih perempuan beracun Itu?"
"Oooh, dia adalah nyonya Gui Pak ciang. ketua Pek ho
cay . . . "
Mendengar, kalau istri Pek ho caycu, di dalam anggapan
Siau cian, si perempuan beracun itu sudah pasti seorang
nenek-nenek, karenanya masalah itu tidak dipikirkan dihati
lagi.
Namun dia toh merasa terkejut bercampur keheranan
sewaktu mengetahui Lan See giok telah pergi mencari Gui
Pak-ciang seorang diri.
"Jadi kau telah berkunjung ke Pek ho cay?”
Lan See-giok mengangguk sambil mengiakan, mereka
berduapun masuk ke dalam ruangan dan langsung menuju
ke kamar tidur gadis itu.
Ketika tidak melihat bibinya menampakkan diri, sekali
lagi pemuda itu bertanya keheranan.
"Enci Cian, mana bibi?"
"Mungkin sebentar lagi dia sudah pulang" sahut Siau
cian sambil menyulut lentera.
Seperti sengaja tak sengaja, beberapa kali gadis itu
mengalihkan pandangan matanya mengamati wajah Lan
http://kangzusi.com/
See-giok, wajah yang tampan dan menawan hati itu, sudah
membuatnya menderita selama setahun lebih..
Di bawah sinar lentera, Lan See-giok pun menemukan
enci Cian nya tumbuh lebih tinggi, tapi wajahnya justru
lebih cantik ketimbang setahun berselang terutama sekali
sepasang biji matanya yang jeli, sungguh membuat hati
orang terpikat.
Berdebar keras hati Siau-cian setelah diamati secara
lekat-lekat oleh pemuda itu, agak malu tapi senang, gadis
itu segera berseru:
"Adik Giok, sekarang kau lebih tinggi dari pada aku!"
Lan See-giok tertawa bodoh. lalu sahut nya agak tersipu-
sipu:
"Dan kau lebih cantik dari pada dulu."
"Aaah. kau memang pandai bicara” gadis itu tertawa
jengah.
Tanpa terasa dia menggerakkan tangannya dan meraba
bahu pemuda itu..
Rasa hormat Lan See giok terhadap Siau cian jauh
melebihi rasa cintanya, biarpun wajah cantik jelita itu
berada di depan dadanya, selembar bibirnya yang kecil
mungil hanya satu depa di depan bibirnya tapi ia tak berani
menundukkan kepala untuk mengecupnya.
Dia tak lebih hanya bisa berdiri tenang sambi1
menikmati bau harum semerbak yang terpancar ke luar dari
tubuh gadis itu dan mengendusnya dalam-dalam, sementara
sinar matanya mengamati bibirnya yang mungil tanpa
berkedip.
Siau cian berdiri tepat dihadapan See-giok ia merasa
pemuda itu sama sekali telah dewasa, apalagi ketika ia
http://kangzusi.com/
mendongakkan kepalanya dia melihat senyumannya yang
manis, tiba-tiba gadis itu merasa bahwa adik Giok hendak
mencium bibirnya.
Teringat akan ciuman, deburan hatinya kian lama kian
bertambah kencang, dia sangat berharap pemuda itu dapat
berbuat hal ini terhadapnya, Namun tak urung bisiknya
pula lirih "Adik Giok, ayo kita duduk sambil berbincang!"
Dengan lemah lembut dia membalikkan badan dan
duduk di tepi pembaringan.
Melihat Siau-cian menyingkir, tiba-tiba Lan See giok
seperti memperoleh keberanian, cepat-cepat dia mengejar,
memegang lengan gadis itu dan duduk di sisinya, kemudian
agak tersipu sipu, tapi lembut, ia berkata "Enci Cian,
sewaktu berada dibukit Hoa san. saban hari aku selalu
merindukan diri mu!"
Siau cian merasakan hatinya hangat dan tanpa terasa
tertawa cekikikan, sambil mengawasi pemuda itu, ia
berseru:
"Wajah bodoh, semuanya telah berubah, hanya bibirmu
yang pandai bicara saja yang rasanya tak ikut berubah..”
Sambil berkata ia menuding dagu pemuda itu dengan jari
tangannya yang lentik.
Lan See giok kuatir Siau-cian tak percaya, dengan gelisah
ia berseru lagi.
"Sungguh, aku benar-benar sangat rindu kepadamu, enci
Cian bila kau tak percaya besok boleh tanyakan sendiri
kepada adik Soat.."
Begitu mendengar kata-kata "adik Soat", Siau-cian
seperti teringat akan sesuatu, di antara kerutan dahinya
http://kangzusi.com/
segera muncul selapis kemurungan, namun di luar ia masih
memaksakan diri untuk nampak gembira.
"Kau maksudkan nona Si?" tanyanya.
Sambil berkata, dengan suatu gerakan yang luwes dia
menarik kembali tangannya yang sedang digenggam
pemuda itu.
Oleh karena sedang gembira, Lan See-giok sama sekali
tidak merasakan keanehan tersebut, tetap penuh kegirangan
dia berkata lagi.
"Betul, dia telah pergi ke kampung nelayan, besok baru
akan kemari untuk menjengukmu serta bibi Wan."
"Mengapa ia tidak kemari bersama sama kau?" tanya
Siau cian lagi dengan kening berkerut.
"Ditengah jalan adik Soat tak enak badan. dia takut kau
menertawakan kesayuannya, karena itu tidak ikut datang!"
Sambil berkata, tanpa terasa dia menggenggam sepasang
tangan Siau cian lagi.
Tapi begitu tangan si nona digenggam, Lan See giok
terkejut, wajahnya berubah, kalau tadi tangan si nona terasa
hangat dan lembut, maka dalam waktu singkat telah
berubah menjadi dingin bagaikan salju. .
Ia segera mendongakkan kepalanya dan mengawasi
wajah Siau cian dengan perasaan tak mengerti, serunya
terkejut.
"Enci Cian, kau."
Dengan cepat diapun menjumpai kerutan dahi gadis itu,
selapis kemurungan dan kesedihan menyelimuti seluruh
wajahnya.
http://kangzusi.com/
Melihat sikap sang pemuda yang gugup dan kaget, Siau
cian segera berlagak tertawa geli, katanya dengan cepat:
”Persoalan apa sih yang membuat kau kaget setengah
mati?"
Sekali lagi dia menarik tangannya dari genggaman
pemuda itu, lalu terusnya penuh perhatian.
"Kau belum bersantap malam bukan? Biar kusiapkan
untukmu"
Ia lantas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke luar
ruangan, Lan See giok semakin termangu, perubahan yang
datangnya secara tiba-tiba ini membuat dia jadi kelabakan
dan tidak habis mengerti.
Ia dapat merasakan, walaupun enci Cian sedang tertawa
namun, tertawanya kelewat dipaksakan, walaupun sepintas
lalu nampak gembira namun diantara kerutan dahinya
terselip kemurungan serta perasaan sedih.
Dengan suatu gerakan yang lembut Siau cian membuka
pintu, yang mana segera menyadarkan kembali Lan See-
giok dari lamunan. dengan cepat ia menenangkan hatinya.
kemudian berseru dengan gelisah:
"Enci Cian aku belum lapar, aku masih belum lapar!"
Buru-buru dia bangkit berdiri dan menyusul sampai di
luar ruangan.
Tapi, Siau cian telah berjalan masuk ke dalam dapur.
Kembali Lan See giok mengejar sampai di situ, serunya
lebih jauh.
"Aku masih belum lapar, cici Cian aku belum lapar!"
http://kangzusi.com/
Siau cian memandang sekejap wajah si anak muda itu,
kemudian sambil menyulut lentera, katanya lagi dengan
gembira.
"Aku bisa menanakkan nasi dengan cepat adik Giok, bila
kau ingin berbicara, lanjutkanlah kata katamu!"
Sesungguhnya Lan See-giok belum bersantap malam.
namun ia sama sekali tidak lapar, apa lagi setelah
menjumpai perubahan yang tak terduga itu, dia semakin tak
tega untuk makan.
Dengan penuh keraguan dan perasaan tak habis
mengerti, ia berdiri di belakang Siau cian, dengan termangu
mangu mengawasi gadis itu mempersiapkan hidangan
baginya
Kalau tadi, enci Cian kelihatan begitu gembira dan riang,
wajahnya yang cantik diliputi cahaya kegembiraan.
Maka sekarang ia berkerut kening dan penuh
kemurungan, meski ia masih memaksakan diri untuk
tertawa manis, namun sikap yang dipaksakan tersebut
hanya bisa berlangsung untuk sesaat.
Sebagai seorang pemuda yang pintar dengan cepat Lan
See giok merasa dimanakah letak kesalahan tersebut, ia
menyesal sekali mengapa membicarakan soal Si Cay soat,
ia memaki diri sendiri, menggerutu kepada diri sendiri,
tidak sepantasnya mempersoalkan adik Soat dalam keadaan
dan suasana seperti ini.
Tapi, besok kan Si Cay soat akan datang? Bagaimana
pula jadinya?
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa peluh bercucuran
dengan amat derasnya.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gugup dia, menengok enci Ciannya
yang cantik, perempuan yang selama ini dianggap sebagai
dewi suci dalam hati kecilnya, dia tak percaya enci Ciannya
yang lemah lembut penuh keanggunan itu justru merupakan
seorang gadis yang sangat besar rasa cemburunya.
Namun kenyataan memang demikian. Siau-cian baru
menunjukkan sikap murung dan sedih setelah mendengar
soal Si Cay-soat, mengapa pula tangannya berubah menjadi
dingin seperti es?
Tentu saja Lan See-giok tidak dapat memahami perasaan
Siau cian yang sesungguhnya, semenjak setengah tahun
berselang, dia telah mempunyai suatu ketetapan dihati
kecilnya..dia hendak mengorbankan diri agar Lan See giok
bisa hidup berbahagia dengan Si Cay soat.
Di dalam anggapannya, bila ada dua orang gadis
bersama sama mencintai seorang lelaki, maka akhirnya
tentu akan tragis, terutama sekali ibunya Hu-yong siancu,
ini merupakan suatu contoh yang nyata sekali..
Ia pun dapat membayangkan, selama setahun lebih ini
Lan See giok dan Si Cay soat selalu hidup bersama, main
bersama dan latihan bersama tak sedetikpun mereka
berpisah, benih cinta yang tumbuh diantara mereka
mungkin sudah mencapai pada titik puncaknya.
Mereka pasti sudah saling berpelukan, saling berciuman
dan saling bermesrahan, bahkan bisa juga jadi kehidupan
mereka sudah tak ubahnya seperti kehidupan suami istri-
Setiap tengah malam ia terbangun dari tidurnya dan
terbayang akan persoalan ini, gadis itu tak pernah bisa tidur
lagi.
Ia pernah mendengar To Seng cu membicarakan soal Si
Cay soat kepada ibunya, dikatakan meski Si Cay soat
http://kangzusi.com/
adalah seorang gadis yang berbudi luhur, dengan kekerasan
hatinya luar biasa, ditambah lagi rasa ingin menangnya
yang besar, dalam segala hal dia tak mau kalah ditangan
orang, karena itu dia merasa tak mungkin bisa bergaul
dengan manusia seperti ini.
Daripada diakhirnya nanti bentrokan diantara mereka
berdua menyebabkan Lan See giok tidak berhasil
memperoleh kebahagian, jauh lebih baik bila sekarang juga
dia mengundurkan diri dan meninggalkan kenangan yang
indah.
Tentu saja dia masih tetap mencintai adik Giok, cuma
dia ingin memendam rasa cinta nya itu dihati kecil, dia
ingin menemani ibunya yang kesepian dan hidup sepanjang
masa di sana. .
Kini Ciu Siau-cian mulai menyesal, apa sebabnya dia
harus menunjukkan perasaan hangat dan cintanya sewaktu
menyambut kedatangan Lan See-giok yang sudah berpisah
setahun lamanya itu.
Ia merasa semestinya dapat mempertahankan jarak dan
sikap dalam perjumpaan tadi, namun rasa rindu yang
meluap luap, rasa kangen yang dirasakan setiap malam,
mungkinkah bisa mengendalikan dia dalam menghadapi
situasi demikian?
Sekarang, untuk pertama kalinya ia harus merasakan
betapa menderitanya bila harus mengendalikan rasa cinta di
dalam hati, apalagi bila terbayang bagaimana sepanjang
hidupnya kemudian harus dilalui dalam siksaan dan
kesepian, tiba-tiba perasaannya menjadi sedih, hampir saja
titik air mata jatuh berlinang.
Masih untung ia berdiri membelakangi See giok,
sehingga air matanya dapat di kendalikan agar tidak
http://kangzusi.com/
meleleh ke luar, namun dia sendiri pun tahu, saat ini adik
Giok tentu sedang menderita pula akibat dari sikapnya itu.
Dalam ruang dapur, selain suara nasi yang ditanak serta
bau harum dari hidangan, suasana terasa hening dan tak
kedengaran suara yang lain.
Seperti apa yang diduga gadis itu, Lan See giok memang
sedang terjerumus dalam penderitaan.
CIU SIAU CIAN merupakan gadis pertama yang
memasuki kehidupannya, dia pula merupakan Dewi cantik
yang dipuja dan di hormati selama ini. baginya, ia boleh
melepaskan semua benda berharga yang dimilikinya selama
ini, namun tak mungkin bisa kehilangan enci Cian.
Saat itu dia hanya berdiri termangu -mangu di belakang
gadis tersebut, perasaan gembira dan riang yang
menyelimuti perasaannya tadi, kini telah berubah menjadi
penderitaan dan kesedihan, dia tak tahu apa yang mesti
diperbuat agar bisa membangkitkan kembali kegembiraan
gadis tersebut.
Selesai mempersiapkan semacam sayur, Siau cian diam-
diam melirik sekejap kearah pemuda itu, menyaksikan sang
pemuda yang pulang dengan penuh kegembiraan dan
semangat, kini justru berdiri termangu dengan kening
berkerut, hatinya terasa sakit bercampur pedih.
Ia tak dapat berbuat begini terus, diapun tak tega
menyiksa kekasih hatinya. maka setelah mendehem dan
memaksakan senyuman gembira, tegurnya: "Adik Giok . . .
mengapa kau hanya membungkam terus-?"
Sambil berkata ia membalikkan badan serta memandang
sekejap wajah anak muda itu dengan pandangan matanya
yang jeli.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya bergolak keras,
menderita bukan kepalang, senyuman yang diperlihatkan
Siau-cian sekarang. ibaratnya orang dalam kegelapan yang
tiba-tiba melihat sinar lentera, segera menampilkan kembali
semangat dan keberanian di dalam hatinya.
Ia merasa inilah saatnya untuk mengucapkan kata-kata
pujian kepada gadis itu, diapun perlu menyampaikan
beberapa kata bagi Si Cay soat, agar pertemuan mereka
besok tidak dilewati dalam suasana yang serba kaku.
Setelah mendehem sejenak katanya kemudian.
"Enci Cian, adik Soat bilang jubah biru yang kau
jahitkan untukku itu dibuat dari ulat sutera langit.. "
"Ehmmm. betul" Siau cian mengangguk, "benda itu
diperoleh ibu sewaktu dia mengikuti sucou Huan-in suthay
belajar silat di Thian san barat dan menemukannya dalam
sebuah gua."
Dengan cepat Lan See-giok menjadi paham, rupanya
perguruan bibi Wan adalah Thian-san-pay.
Namun di dalam suasana begini, dia sama sekali tak
berniat untuk mencari tahu tentang masalah tersebut,
katanya lebih jauh.
"Adik Soat pun bilang, jahitanmu sangat indah lagi rapi,
bila dibandingkan dengan hasil karyanya dia kalah jauh
sekali darimu."
Siau-cian pura-pura tertawa riang, sengaja dia berseru:
"Sayang sekali bukan hasil karyaku”
Sebelum gadis itu menyelesaikan kata-katanya, pemuda
itu segera membantah.
http://kangzusi.com/
"Kau tak usah membohongiku, aku sudah mengendus
pakaian yang kau berikan untukku itu. di atasnya masih
tersisa bau harum dari tanganmu"
Merah dadu selembar wajah Siau-cian karena jengah, ia
segera terbungkam dan tak mampu membantah lagi, namun
pemuda itu dapat melihat, di atas wajahnya yang merah
jengah, terselip rasa terhibur meski terdapat pula rasa
murung.
Maka ia pun berkata lebih jauh:
"Selain itu, sarung pedang dan sepatu yang cici
hadiahkan untuk adik Soat. membuat adik Soat terkejut
bercampur kegirangan sedemikian gembiranya sampai dia
cuma bisa menyebut enci Cian berulang kali .."
Sambil tersenyum Siau-cian menyela.
"Ibu yang menyuruh aku menjahitkan buat nona Si.
sebab selama kau belajar silat di bukit Hoa-san, semua
kebutuhan hidup tergantung padanya.."
Ketika berbicara sampai disini, suaranya berubah
menjadi agak gemetar dan ia tak sanggup melanjutkan
kembali kata-katanya.
Lan See- giok merasa sedih sekali, dengan sinar mata
penuh rasa sesal dia menengok ke arah Siau cian, sedang
pembicaraanpun berhenti di tengah jalan.
Untuk menenangkan gejolak perasaan dalam hatinya.
serta untuk melenyapkan kemurungan serta kepanikannya,
ia segera memejamkan mata, mengerahkan tenaga dan
diam-diam mengatur pernapasan .,
Mendadak ia seperti mendengar ada orang sedang
berlarian mendekat. orang itu datang dari sebelah utara
dusun.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat ia membuka mata, kemudian berbisik lirih.
”Enci Cian, ada orang sedang bergerak menuju ke arah
kita!"
Siau cian segera berhenti bekerja dan memasang telinga
untuk mendengarkan dengan seksama, akan tetapi ia tak
berhasil mendengar sesuatu apapun.
Akhirnya dengan kening berkerut dan nada penuh
keraguan ia bertanya.
"Adik Giok, apakah kau berhasil mendengarnya?"
Dengan sorot mata penuh rasa kaget dan keheranan, ia
menengok wajah pemuda tersebut.
Lan See giok mengerutkan dahinya lalu memasang
telinga dan mengamati sekali lagi dengan cepat dia manggut
berulang kali.
"Yaa, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini
sudah mencapai titik kesempurnaan. kecepatan geraknya
tidak seperti kawanan jago biasa . . .”
Ketika dilihatnya Sian cian masih belum percaya,
pemuda itu menambahkan lagi dengan wajah serius.
"Sungguh enci Cian, orang itu paling banter cuma
berjarak sepuluh kaki dari kita."
Melihat mimik wajah Lan See giok, mau tak mau Siau
cian harus percaya kepadanya maka diapun memasang
telinga kembali
Benar juga. tiba-tiba terdengar suara ujung baju
terhembus angin berkumandang datang, pengalaman
memberitahu kepadanya bahwa orang itu sudah berada di
luar pagar pekarangan.
http://kangzusi.com/
Namun setelah dipikir sebentar, hatinya segera tergerak,
sambil tertawa cekikikan serunya cepat.
"Oooh, ibu telah pulang rupanya"
Sekali lagi Lan See giok memasang telinga, tak salah
lagi, orang itu memang melompat masuk dari luar pagar
halaman. maka serunya berulang kali.
"Bibi, bibi-. "
Sekali berkelebat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata.
Siau cian amat terkejut, sekarang dia baru sadar, rupanya
kepandaian silat yang dimiliki adik Gioknya telah
mengalami kemajuan yang mengerikan sekali dalam
setahun ini.
Setelah berhasil menenangkan hatinya, ia segera maju ke
depan untuk menyongsong kedatangan mereka.
Terdengar suara angin berhembus lewat ditengah
halaman. Hu-yong siancu dengan pakaian ringkas berwarna
ungu telah melayang turun dalam halaman.
Dengan air mata bercucuran Lan See giok segera
bersorak gembira, kemudian menubruk ke depan
Hu-yong siancu sendiripun terkejut bercampur gembira
sehingga hampir saja tak mampu mengendalikan diri
setelah melihat kemunculan Lan See-giok. Serunya:
"Anak Giok, rupanya kau telah tiba lebih dulu di
rumah."
Tanpa sadar dia memeluk tubuh pemuda itu ke dalam
rangkulannya. lalu seperti setahun berselang dengan penuh
kasih sayang membelai bahu serta lengan anak muda
tersebut.
http://kangzusi.com/
Bagi Lan See giok, bibi Wan dipandang sebagai ibu
kandung sendiri. sebab dialah satu satunya orang yang dia
anggap keluarga sendiri, tak heran kalau saking emosinya,
dia sampai menjatuhkan diri berlutut.
Ketika membelai bahu dan kepala Lan See giok, di
dalam benak Hu-yong siancu seakan akan muncul
bayangan tubuh dari Lan Khong-tay semasa lagi muda itu,
air matanya, bagaikan mutiara yang putus benang, jatuh
bercucuran dengan derasnya.,
"Anak Giok. ayo bangun dan mari kita duduk di dalam
rumah" akhirnya ia membisik sambil menyeka air mata di
mata pemuda itu.
Dalam detik-detik demikian, Lan See giok sama sekali
terbuai di dalam kasih sayang ibu, semua penderitaan,
semua kesedihan terlupakan sama sekali.
Ia mendongakkan kepalanya, memandang bibi Wan
penuh hormat, kemudian bisiknya dengan air mata
berlinang.
"Bibi, setiap hari anak Giok selalu merindukan kau!"
Hu-yong siancu mengucurkan air mata nya lalu tertawa
ramah, sahutnya seraya mengangguk.
"Setiap hari. aku dan cici Cian mu juga selalu berharap
kau berhasil dalam pelajaran silat dan pulang secepatnya!"
Sambil berkata, dia membangunkan pemuda itu dari atas
tanah.
Lan See giok segera terseret bangun namun bila teringat
bagaimana enci Cian nya tiba-tiba marah dan tidak senang
hati, sekali lagi air matanya jatuh berlinang.
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu mengamati pemuda itu dengan seksama,
Ia merasa Lan See giok sudah jauh lebih tinggi daripada
dirinya, dengan penuh rasa gembira katanya kemudian.
"Anak Giok. kini kau sudah dewasa. Masa air matamu
masih berlinang? Apakah kau tidak takut ditertawakan enci
Cianmu?"
Seraya berkata, dengan penuh keramahan ia melirik
sekejap ke arah Siau cian yang berdiri di depan pintu dapur.
Mendengar perkataan itu Lan See-giok berhenti
menangis. namun perasaannya justru bertambah berat.
Hu-yong siancu mengira hal ini di sebabkan gejolak
emosinya setelah lama berpisah, karenanya tidak begitu
menaruh perhatian, hanya ajaknya.
"Anak Giok: ayo kita duduk di dalam ruangan saja!”
Mendadak sinar matanya mengerling sekejap ke arah
kuda hitam Wu-wi kou yang berada di sudut halaman
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan,
kemudian baru melangkah masuk ke ruangan.
Lan See-giok mengikuti di belakang bibinya, dia
mencoba mengerling sekejap ke arah Ciu Siau cian yang
berdiri sedih. namun Siau cian segera menundukkan
kepalanya sambil masuk ke dalam dapur.
Hu-yong siancu menyulut lentera di ruang depan dan
mengambil duduk berhadapan dengan pemuda itu, sekali
lagi dia amati wajah Lan See-giok dengan seksama,
kemudian baru tertawa gembira. tanyanya penuh
keramahan-.,
"Anak Giok. mengapa kau pulang seorang diri?"
"Tidak, anak Giok pulang bersama sumoay Si Cay-soat!"
"Mana nona Si" tanya Hu-yong siancu terkejut.
http://kangzusi.com/
"Dia telah pergi ke tempat tinggal Naga sakti pembalik
sungai Thio loko!"
"Baru saja aku pulang dari kediaman si saga sakti
pembalik sungai, mengapa tidak kujumpai nona Si?" tanya
Hu-yong siancu dengan kening berkerut.
"Mungkin dia belum sampai, anak Giok sendiripun
belum lama tiba di rumah."
Hu-yong siancu segera manggut-manggut penuh
pengertian dan tidak bertanya lebih jauh.
Dalam pada, itu Siau-cian telah menghidangkan sayur
dan nasi di atas meja.
Memandang sayur dan nasi yang dihidangkan. Lan See
giok sedikitpun tidak merasa lapar, dalam hatinya dia
hanya memikirkan terus ketidak senangan enci Cian nya.
Sebagai orang yang berpengalaman, Hu-yong siancu
segera tertarik akan keanehan kedua orang muda mudi itu,
sewaktu diperhatikan lebih seksama, ia jumpai Lan See giok
berkerut kening terus menerus, sementara sorot matanya
ditujukan kearah putrinya dengan keragu-raguan.
Sebaliknya, meski senyuman manis menghiasi wajah
Siau cian serta ia berusaha menunjukkan sikap gembira,
namun diantara kerutan dahinya sudah jelas terlintas
kemurungan.
Hu-yong Siancu adalah seorang yang pernah mengalami
pahit getir dunia asmara, dalam sekilas pandangan saja dia
telah menyimpulkan bahwa diantara Siau cian dengan See
giok pasti sudah terjadi sesuatu hal yang tidak
menyenangkan, di samping itu dengan cepat pula ia bisa
menduga bahwa persoalan ini pasti ada sangkut paut
dengan kehadiran Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Dengan berlagak seakan akan belum tahu Ia lantas
berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian. coba ambilkan seperangkat mangkuk dan
sumpit, akupun belum bersantap malam."
Siau cian mengiakan dengan hormat kemudian cepat-
cepat berlalu dari situ.
Sebenarnya Lan See giok hendak menampik hidangan
itu, tapi berhubung bibinya juga belum bersantap malam,
terpaksa dia harus menemani bibinya untuk makan.
Sementara Hu-yong siancu menemani Lan See giok
bersantap, Siau cian duduk menanti di samping.
Dengan kehadiran Hu-yong siancu, suasana di situ pun
terasa jauh lebih lunak.
Dalam kesempatan itu Lan See giok dengan sendirinya
mengisahkan pengalamannya semenjak naik ke bukit Hoa
san untuk belajar silat, namun ia tidak bercerita kalau, ia
sempat membaca bait syair yang memedihkan hati di atas
dinding gua di bawah Giok li hong.
Menyusul kemudian ia pun bercerita pengalamannya
ketika belajar ilmu silat dari Tay lo hud bun pwe yap cin
keng, malah secara khusus berkisah bagaimana Lam-hay lo
koay datang. Semenjak To Seng-cu menuju ke luar lautan
ketika membicarakan soal ini, diam-diam ia mengamati
perubahan wajah bibinya, tidak ditemukan sesuatu yang
aneh, maka tanyanya kemudian dengan perasaan tidak
habis mengerti:
"Bibi, sewaktu berangkat ke luar lautan apakah suhu
datang menjumpai bibi ?"
Hu-yong siancu segera mengangguk:
http://kangzusi.com/
"Yaa, dia datang satu kali, tapi sama sekali tidak
menjelaskan alasan yang sebenarnya kepergiannya ke luar
lautan"
Lan See giok dapat melihat bahwa Hu-yong siancu
enggan mengutarakan keadaan yang sebenarnya, namun
diapun tak mau mendesaknya lebih jauh.
Terdengar Hu-yong siancu berkata lebih jauh. "Mungkin
si naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong mengetahui
keadaan yang sejelasnya."
Sekali lagi Len See - giok merasakan hatinya, tergerak is
teringat kembali dengan surat yang dikatakan sebagai surat
gurunya meski dia tahu kalau surat itu palsu, namun tetap
berharap dapat mengetahui alasan kepalsuannya.
Maka sekali lagi pemuda itu berkata.
"Bibi, musim panas tahun berselang si naga sakti
pembalik sungai Thio loko telah datang ke Hoa-san sambil
membawa sepucuk surat dari suhu To Seng cu, konon surat
itu dibawa oleh Keng hian Sian tiang dari Bu-tong-pay.
padahal ketika anak Giok melewati bukit Bu tong, secara
kebetulan kubuktikan bahwa Keng hian Sian tiang sedang
mengasingkan diri dan sudah tiga tahun tak pernah turun
gunung. apakah bibi juga mengetahui akan peristiwa ini?"
Rasa sedih menghiasi wajah Hu-yong siancu, setelah
termenung sebentar sahutnya.
"Bila Thio lo enghiong berkata demikian. sudah pasti dia
mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan!"
Lan See giok segera mengerti, biarpun ia mengajukan
pertanyaan lagi kepada bibi Wan, belum tentu dia akan
menjelaskan, tampaknya dia harus menunggu sampai
kembalinya si naga sakti pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, ia bertanya lagi:
"Bibi, ada urusan apa kau pergi mencari Thi loko? "
"Aku ke rumahnya karena ingin mencari kabar kapan
kau akan pulang."
Sekali lagi Lan See-giok merasakan hatinya, tergerak:
"Dia dan adik Thi gou telah pergi ke Pek ho cay ,
sewaktu bibi ke situ. apakah mereka telah pulang?"
Hu-yong siancu menggeleng:.
"Sewaktu aku kesana, hanya putra sulung nya Thio Tay
keng yang ada di rumah, sedang Thio lo-enghiong sendiri
masih belum pulang"
"Darimana bibi tahu kalau Thio loko pergi ke Hoa san?
desak pemuda itu tak habis mengerti.
"Sebelum pergi ia telah membicarakan soal ini
denganku."
Kembali satu ingatan, melintas dalam benak Lan See
giok, tanyanya lebih jauh:
"Apakah bibi mengetahui apa alasannya Thio loko
hendak mengajak aku pulang?"?
Rupanya Hu-yong siancu benar-benar tidak mengetahui,
sahutnya:
"Tentang masalah seperti ini, kau mesti menunggu
sampai Thio lo enghiong pulang, baru akan jelas semuanya"
Lan See giok tahu kalau bibinya enggan membicarakan
persoalan itu lebih dulu. maka diapun tidak bertanya lebih
jauh.
Menggunakan kesempatan mana ia menuturkan
pengalamannya sejak turun gunung. pergi ke Pek ho cay,
http://kangzusi.com/
mendapat keterangan baru dari Gui Pak ciang lalu pergi ke
Tay ang san mencari beruang berlengan tunggal Kiong Tek
ciong kemudian mendapat berita tentang Toan Ki tin dan Si
Yu gi serta. lain lainnya.
Seusai mendengar penuturan itu. Hu-yong siancu
mengerutkan dahinya dengan sedih sampai lama kemudian
ia baru berkata:
"Bila ditinjau dari apa yang diucapkan Kiong Tek ciong,
bisa jadi jejak ayahmu sudah diketahui oleh Si Yu gi,
sedangkan pembunuh yang sesungguhnya adalah Toan Ki
tin, atau Si Yu-gi, mengenai lorong rahasia baru tersebut,
bisa jadi hasil galian Si Yu gi secara diam-diam ”
"Tapi menurut apa yang anak Giok saksikan dengan
mata kepala sendiri Toan Ki tin masuk ke luar dari kuburan
tersebut melalui jalanan yang ada, dari sini menunjukkan
bahwa Si Yu-gi sendiripun tidak tahu "kata sang pemuda
menerangkan.
Hu-yong siancu termenung berapa saat lamanya,
kemudian baru katanya lagi.
"Kini Si Yu-gi telah mati sehingga mustahil untuk
mengorek keterangan dari mulutnya aku rasa kita hanya
bisa bertanya kepada Manusia buas bertelinga tunggal Oh
Tin-san yang bersembunyi dibalik kegelapan, di samping itu
kita harus mengorek keterangan darinya secara bagaimana
ia bisa mengetahui jejak ayahmu dan bagaimana caranya
dia memasuki kuburan kuno, semenjak kapan pula Si Yu gi
bersembunyi di kamar sebelah.."
Menyinggung soal Oh Tin- san, Lan See giok merasa
hatinya tergerak, kembali ia bertanya dengan perasaan tak
habis mengerti:
http://kangzusi.com/
"Bibi. setelah Oh Tin-san suami istri dibuat lari ketakutan
oleh kemunculan suhu To seng-cu pada malam itu,
pernahkah dia datang mengganggu dirimu lagi?"
"Tidak, ia tak pernah kemari lagi" Hu-yong siancu
menggeleng, namun juga agak curiga, "cuma anehnya
dalam setahun belakangan ini, Oh Tin san suami istri juga
tak pernah munculkan diri lagi di sekitar tempat ini. kalau
bukan disebabkan merasa takut terhadap To Seng-cu
locianpwe, sudah pasti ia sedang menekuni sejenis ilmu silat
yang sangat tangguh!"
Lan See giok berkerut kening, kemudian se akan-akan
memahami akan sesuatu katanya.
"Bibi, anak Giok pikir ingin menyusul Oh Li-cu yang
baru pulang dari Tay ang san untuk menyelidiki Wi-lim-poo
sekali lagi."
Ciu Siau cian yang selama ini hanya duduk
mendengarkan dengan mulut membungkam, segera
mengerutkan dahinya begitu menyinggung masalah Oh Li-
cu.
Namun sebelum ia sempat menimbrung, Hu-yong siancu
telah bertanya lebih dulu dengan wajah keheranan.
"Anak Giok. jadi kau telah bertemu lagi dengan nona
Oh?"
Tadi, Lan See giok hanya menjelaskan tentang hasil yang
diperoleh dari Kiong Tek ciong tanpa menjelaskan
pengalamannya selama di Tay ang san secara terperinci,
setelah mendapat pertanyaan itu, dia baru menerangkan
bagaimana Tok Nio-cu menyusulnya sampai di kota Siang
yang, bagaimana bertemu dengan Oh Li-cu dan menuju
Tay ang san bersama sama. lalu bagaimana kedua kakak
beradik itu saling bertemu kembali..
http://kangzusi.com/
Tampaknya. Hu-yong siancu pernah mendengar tentang
Tok Nio-cu, ia segera memberi peringatan.
"Tok Nio-cu adalah seorang perempuan liar yang kurang
wajar cara hidupnya, dengan mengandalkan senjata rahasia
beracunnya, banyak sudah korban yang tewas di tangannya.
seorang perempuan muda yang genit ternyata memilih
nama julukan yang menggetarkan hati, anak Giok, di
kemudian hari kau harus lebih waspada."
Lan See giok segera mengiakan berulang kali, sebelum ia
menjelaskan bagaimana Tok Nio-cu menghadiahkan kuda,
menjadi petunjuk jalan dan mulai menunjukkan sikap welas
kasihnya terhadap musuh, tiba-tiba terdengar Ciu Siau cian
berkata dengan ketus:
"Kuda hitam yang berada di tengah halaman justru
merupakan hadiah dari Tok Nio-cu yang peramah itu.."
Merah padam selembar wajah Lan See giok karena
jengah, secara jujur dan terbuka ia segera menjelaskan
pengalamannya sampai mendapat hadiah kuda..
Setelah mendengar penuturan mana. Hu-yong siancu
mengangguk berulang kali sambil katanya:
"Asal pemberian kuda dilakukan dengan perasaan yang
tulus dan jujur kita memang mesti menerimanya. Justru
yang dikuatirkan adalah bila dia mempunyai maksud tujuan
tertentu!"
"Besok Tok Nio-cu dan Oh Li cu sudah akan tiba di sini,
biarlah setelah bersua nanti anak Giok mengembalikan
kuda itu kepada mereka!" janji pemuda itu cepat-cepat.
Hu-yong siancu manggut-manggut, kemudian ia
bertanya lagi.
http://kangzusi.com/
"Apakah nona Oh telah bercerita tentang ditotoknya
jalan darahnya pada malam dulu? "
”Tidak dia hanya bercerita bahwa bibi telah
membicarakan soal terbunuhnya ayahku.."
Hu-yong siancu menghela napas panjang.
"Aai setelah kepergianmu pada malam itu Tok Seng cu
locianpwe telah munculkan diri dari balik kegelapan
pertama tama dia serahkan dulu pedang Gwat hui kiam dan
sebuah kotak kecil kepada anak Cian, dengan pesan agar
aku membimbing enci Cianmu mempelajarinya, kemudian
setelah membebaskan totokan jalan darah Oh Li cu. Ia baru
menyusul ke mana kau telah pergi."
Sejak enci Ciannya membuatkan sarung pedang untuk Si
Cay-soat, Lan See giok telah menduga besar kemungkinan
pedang Gwat hui kiam telah diserahkan oleh gurunya
kepada Ciu Siau cian. mendengar sampai di situ ia segera
menjelaskan.
"Kedua bilah pedang mestika itu."
Tapi Hu-yong siancu segera menukas sebelum anak
muda itu melanjutkan kata katanya
"Suhumu telah memperkenalkan asal usul kedua bilah
pedang itu kepada kami, untung saja enci Cian mu tak
sampai menyia-nyiakan pengharapannya, cuma sayang
tenaga dalamnya masih ketinggalan jauh sehingga menuju
ke tingkat kesempurnaan pun masih jauh sekali"
Tergerak pikiran Lan See giok mendengar kata-kata itu,
dia segera teringat kembali dengan cairan Leng sik giok ji
yang tersimpan dalam sakunya.
Dengan penuh kegembiraan ia segera berseru:
http://kangzusi.com/
"Biarpun tenaga dalam enci Cian agak ketinggalan. hal
ini tak perlu dirisaukan. anak Giok masih menyimpan leng
sik giok ji sebanyak tujuh delapan tetes dalam saku, harap
bibi dan enci Cian sudi meneguknya beberapa tetes"
Dari sakunya ia mengeluarkan botol kecil itu dan
diserahkan ke tangan Hu-yong siancu.
Dengan perasaan terkejut, bercampur gembira Siau cian
segera maju menghampirinya.
Dengan wajah serius Hu-yong siancu menerima botol
kecil itu dan segera membuka penutupnya seketika itu juga
seluruh ruangan dipenuhi bau harum semerbak.
Paras mukanya segera berubah, dengan wajah berseri
katanya kemudian sambil mengangguk.
"Yaa, benar, memang benda mestika yang mahal
harganya!"
Berbicara sampai di situ, keningnya kembali berkerut,
seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, kemudian dengan
nada tak habis mengerti tanyanya.
"Pada saat suhumu menyerahkan pedang kepada anak
Cian tahun berselang beliaupun menghadiahkan setetes
Leng-sik-giok-ji untuk encimu, konon cairan itu merupakan
tetesan yang terakhir, dari mana kau bisa mendapatkan
begitu banyak_."
Secara ringkas pemuda itu segera menjelaskan
bagaimana dia bersama Si Cay-soat menemukannya di
dalam sebuah celah gua, tentu saja soal adegan panas yang
dilakukannya bersama Si Cay-soat sama sekali tidak
disinggung.
Akhirnya dengan penuh kegembiraan dia berkata:
http://kangzusi.com/
"Isi botol ini paling tidak masih terdapat tujuh-delapan
tetes, silahkan bibi den enci Cian membaginya untuk
berdua."
Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa.
"Aku sudah pernah makan buah Cu-sian ko jadi tak
perlukan Leng-sik-giok-ji lagi .. "
Baru sekarang Lan See-giok mengerti, apa sebabnya bibi
Wan bisa awet muda sampai sekarang, bahkan seperti
seorang wanita yang baru berusia dua puluh enam-tujuh
tahunan, rupanya bibinya sudah pernah makan buah Cu-
sian ko yang berkhasiat awet muda.
Sementara dia berpikir, Hu-yong siancu telah mengambil
sebatang sumpit dari meja menggosoknya sampai bersih
betul, kemudian dimasukkan ke dalam botol itu:
Lalu kepada anak gadisnya dia berseru:
"Anak Cian, buka mulutmu lebar-lebar."
Merah jengah selembar wajah Ciu Siau cian, dengan
wajah berseri dia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian
menghisap sumpit dengan cairan putih itu.
Bau harum semerbak segera memenuhi bibirnya, cairan
putih itu segera meluncur ke dalam kerongkongan dan
masuk ke dalam perut
Dengan wajah gembira Lan See giok segera berseru.
"Bibi. berilah enci Cian setetes lagi!"
Hu-yong siancu segera menggeleng-
"Leng sik giok ji adalah benda mestika yang langka sekali
di dunia ini. sudah sepantasnya kalau dihemat sedapatnya,
http://kangzusi.com/
bagi mereka yang bertenaga dalam agak rendah. paling baik
kalau jangan makan kelewat banyak"
Kemudian kepada putri kesayangannya. ia berkata lagi
sambil tersenyum,
”Anak Cian, tenaga dalam yang kau miliki sekarang
paling tidak telah bertambah dengan dua puluh tahun hasil
latihan. kau sudah seharusnya berterima kasih kepada adik
Giok. dari sini membuktikan bagai mana besarnya
perhatian adik Giok mu kepadamu”
Merah dadu selembar wajah Siau-cian oleh kata-kata
tersebut, meski ia menundukkan kepalanya sambil tertawa,
namun diantara, kerutan dahinya masih terselip
kemurungan dan kesedihan yang mendalam.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok mengetahui
perubahan aneh di wajah Siau cian tersebut, cepat-cepat ia
berkata lagi, "Anak Cian, cepat pergi ke kamarku dan
bersemedi lah dua tiga kali putaran, iringi hawa sakti yang
dihasilkan Giok ji tersebut ke seluruh anggota badan,
dengan begitu akan semakin besar khasiat yang kau
peroleh."
Kemudian kepada Lan See giok yang masih memandang
Siau cian dengan wajah termangu itu, katanya lagi sambil
tersenyum:
"Anak Giok, sekarang tengah malam sudah lewat,
kaupun sepantasnya beristirahat di kamar anak Cian!"
sembari berkata, ia serahkan kembali botol porselen tersebut
ke tangan Lan See-giok.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
menerima kembali botol porselen itu dan menyampaikan
selamat malam, dia beranjak dari tempat duduknya.
http://kangzusi.com/
Setelah melepaskan sepatu, ia berbaring di ranjang dan
memadamkan lentera.
Sementara itu malam semakin kelam. di luar pagar sana
hanya terdengar suara air telaga.
Berbaring di atas ranjang, tanpa terasa Lan See giok
membelai kasur milik enci Cian itu, bau harum yang
menusuk hidung membuat anak muda tersebut semakin tak
tenang, ia tak tahu sampai kapan baru bisa memeluk
encinya yang cantik itu serta mengajaknya tidur bersama.
Semakin kalut pikirannya, Lan See giok semakin tak
dapat tidur, terpaksa ia duduk bersila sambil mengatur
pernapasan. Tak lama kemudian semua kekusutan dan
kekalutan pikirannya dapat teratasi ..
Entah berapa lama sudah lewat, dalam semedinya
mendadak ia mendengar suara isak tangis seseorang yang
lirih dan berusaha keras dikendalikan.
Begitu suara tangisan itu tertangkap telinga Lan See giok.
saking terkejutnya hampir saja ia menjerit, ia tak tahu
mengapa Siau cian menangis sedih di tengah malam begini?
Sambil berusaha mengendalikan rasa sedih yang
mencekam perasaannya. ia mendengarkan lebih jauh.
Dengan cepat ia menangkap suara bisikan Hu-yong
siancu, sedemikian lirihnya suara tersebut sehingga hampir
saja ia tak dapat mendengarkan dengan jelas.
"Cian ji kau tak boleh terlalu mengikuti napsu, aku sudah
menyesal sepanjang hidupku, kau tak boleh mengikuti
sejarah kehidupanku-."
"Apalagi. coba kau lihat betapa cintanya anak Giok
kepadamu, perbuatan mu ini bisa jadi akan menghancurkan
lembaran hidupnya .”
http://kangzusi.com/
"Selama hidup anak Cian tak mau kawin, aku hendak
menemani ibu sampai akhir hayat!" kata Siau Cian
kemudian sambil terisak.
Dengan nada menegur, tapi juga menghibur Hu-yong
siancu segera berkata:
"Anak bodoh, asal kau sudah kawin dengan adik Giok,
bukankah ibupun dapat selalu tinggal bersama kalian?"
"Ibu, bukankah kau pernah mengatakan, bila ada dua
orang gadis mencintai seorang lelaki, maka percintaan
tersebut akan berakhir dengan tragis?"
"Anak Cian, itu cuma pendapatku yang salah dimasa
muda dulu, aku telah mencelakai ayahnya dan ibunya
hingga menderita sampai saat terakhir, aku tak akan
membiarkan pikiranmu yang cuma menyebabkan
kehidupan anak mereka hancur berantakan, anak Cian, kau
adalah seorang anak yang pintar dan tahu adat kesopanan,
kau tidak boleh melakukan perbuatan bodoh seperti ini."
"Anak Cian, kau sudah mendengar . . . ? Apalagi
kebanyakan orang lelaki memang mempunyai tiga istri
empat selir, malah seperti Siang lam tayhiap, Gi pak kiam
kek, Cing im suseng, Siau you Gi su, semuanya mempunyai
tiga istri empat bini yang rata-rata berwajah cantik, malah
mereka semua pun termasuk pendekar-pendekar wanita
yang memiliki ilmu silat sangat hebat . . . ."
"Ooh ibu, kau tak usah berbicara lagi, jangan kau
lanjutkan kata katamu itu . . . ." seru Siau cian agak
menderita,
"Anak Cian" dengan sedikit merengek Hu-yong siancu
berseru. "ibu sangat berharap kau dan adik Giok dapat
hidup berdampingan hingga hari tua nanti, kau mesti
berbakti kepada ibumu, kau harus mengikuti perkataan ku"
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, sudah kau dengar perkataan ku ini ..?"
”Aai, beginilah nasib, ibupun tak akan membujukmu
lagi, di kemudian hari kau bakal menyesal sendiri!"
Suasana pun menjadi hening kembali, namun sepasang
mata Lan See giok justru semakin kabur.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Siau cian yang
nampak lemah lembut dan amat menawan itu,
sesungguhnya merupakan seorang gadis pencemburu yang
berhati keras bagaikan baja.
Dari Siau cian, diapun membayangkan Si Cay soat yang
ingin mencari menangnya sendiri, memang nampaknya
mustahil bagi kedua orang itu untuk hidup bersama sama.
Dalam hati kecilnya ia berterima kasih sekali kepada bibi
Wan, ia merasa apakah enci Cian dan adik Soat dapat
hidup berdampingan, secara damai di kemudian hari, hal
tersebut tergantung pada bibinya.
Teringat akan bibi Wan, Lan See-giok merasa semua
kemasgulan dan ketidak tenangan tersapu bersih dari
dadanya, pikiran menjadi tenang kembali.
Ia berpendapat bahwa setiap kejadian tergantung pada
orangnya. asal ia sendiri bisa melakukan semua tindakan
secara hati-hati dan jujur, dia tidak kuatir enci Ciannya tak
akan berubah pikiran.
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda bergema dari
balik halaman rumah.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
ia teringat kembali kuda Wu wi-kou yang berada ditengah
halaman, sewaktu berpaling ke jendela depan, setitik cahaya
matahari nampak muncul di ufuk timur, pertanda hari
hampir terang tanah.
http://kangzusi.com/
Terbayang kalau kudanya belum diberi rumput setelah
melakukan perjalanan jauh, dihati kecilnya segera tumbuh
perasaan menyesal, ia menyadari bahwa dirinya tak
mungkin dapat merawat kuda tersebut, dan lebih baik
secepatnya dikembalikan kepada Tok Nio-cu.
Dengan cepat pemuda itu melompat turun dari atas
pembaringan, mendekati pintu kamar dan menggunakan
tehnik lunak dalam tenaga dalamnya, secara pelan-pelan
dia menghisap pintu tersebut hingga terbuka sebuah celah.
kemudian ia menyelinap ke luar dari kamar dan bermaksud
membawa kudanya ke tanah lapang berumput:
Melihat kemunculan pemuda itu. si kuda hitam tersebut
segera menggoyangkan ekornya sambil meringkik pelan,
Kakinya di sepak-sepak kan ke atas tanah dan
memperlihatkan sikap mesra.
Lan See giok kuatir gerakan nya itu akan mengejutkan
bibi dan enci Cian nya, maka ia menyusup ke depan kuda
kemudian dengan berhati hati sekali menuntun kuda
tersebut menuju ke pintu pekarangan.
Pada saat dia hendak membuka pintu pagar inilah,
mendadak dari belakang tubuh nya bergema suara teguran
Hu-yong siancu dengan nada gemetar.
"Anak Giok, mau kemana kau?"
Lan See-giok segera berpaling, dilihatnya Hu-yong
siancu dengan kening berkerut dan wajah sedih sedang
menatapnya tajam-tajam, sementara sepasang matanya
yang jeli mulai nampak berkaca kaca.
Ia tahu Hu-yong siancu tentu salah paham, sebelum ia
sempat memberi penjelasan, tampak bayangan manusia
kembali berkelebat, Siau cian dengan wajah pucat pias telah
berdiri di sisi ibunya.
http://kangzusi.com/
Ketika melihat Lan See giok berdiri di depan pintu
halaman sambil menuntun kuda. air mata yang
mengembang dalam kelopak mata Siau cian segera
bercucuran dengan amat derasnya.
Sebenarnya Lan See giok berbuat demikian karena takut
perbuatannya akan mengganggu ketenangan bibinya. siapa
tahu akibatnya malah terjadi kesalahan pahaman.
Dalam keadaan begini, buru-buru dia berseru dengan
nada gelisah.
"Semalaman suntuk kudaku ini belum di kasih rumput,
anak Giok bermaksud akan membawanya ke halaman
belakang sana untuk mengisi perut .."
Belum selesai dia berkata, mendadak Siau cian menutup
wajahnya sambil menangis tersedu-sedu:
"Ibu, adik Giok tidak berbicara sejujurnya, kau tak boleh
membiarkan dia pergi."
"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak melepaskan
pelana dari punggung kuda?" tanya Hu-yong siancu
kemudian agak gelisah.
Melihat enci Cian menangis begitu sedih, ia merasa
kasihan, sayang dan gembira, apalagi setelah dilihatnya bibi
Wan maupun enci Cian semuanya menganggap dia hendak
minggat, timbul niatnya untuk menggunakan siasat tersebut
untuk mengelabui mereka. siapa tahu kalau hal tersebut
justru akan menarik perhatian enci Cian untuk berubah
pikiran?
Sementara dia ragu airmata yang meleleh ke luar dari
mata Hu-yong siancu semakin deras, sedangkan Siau cian
sudah menutupi wajahnya sambil menangis tersedu sedu.
http://kangzusi.com/
Jelas sudah, mereka percaya bahwa pemuda itu memang
berniat untuk minggat dari rumah mereka.
-ooo0dw0ooo-

BAB 25
SESUNGGUHNYA Lan See giok tidak berniat sama
sekali untuk pergi tanpa pamit. kesalahan paham yang
terjadi sekarang boleh dibilang tak pernah diduga olehnya.
Menangisnya Ciu Siau cian bukan saja tidak
mengejutkan Lan See giok. sebaliknya malah menimbulkan
rasa gembira dan lega, sebab dari sini terbukti sudah kalau
enci Cian masih mencintainya.
Tapi ketika melihat bibinya ikut melelehkan air mata,
dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia melepaskan tali les
kudanya dan memburu ke depan, kemudian teriaknya
penuh kegelisahan.
"Bibi, bibi. anak Giok bernyali besarpun tak akan berani
membohongi dirimu, sesungguhnya anak Giok memang
takut mengejutkan kalian, itulah sebabnya akan tidak
melepaskan pelana, kalau tak ada urusan apa-apa. mengapa
anak Giok mesti pergi tanpa pamit?"
Melihat kegelisahan anak muda itu Hu-yong siancu
segera mengangguk berulang kali, air mata yang membasahi
wajahnya cepat-cepat diseka.
Rupanya Siau cian mengetahui kalau tenaga dalam yang
dimiliki anak muda itu sudah mencapai tingkatan yang luar
biasa. dia yakin pemuda itu pasti sudah menyadap
pembicaraannya dengan ibunya. karena itu dalam
gelisahnya. dia mengira Lan See giok hendak minggat
karena rasa marahnya.
http://kangzusi.com/
Tapi setelah menjumpai kegelisahan yang menyelimuti
wajahnya sekarang, gadis itu segera berpikir.
"Jangan-jangan dia memang sudah tertidur pulas?"
Berdiri di depan Hu-yong siancu, Lan See giok sebentar
memandang ke arah enci Cian dengan gelisah, kemudian
menengok pula ke arah bibinya dengan cemas, jelas hatinya
tak tenang sehingga gerak geriknya serba salah.
Hu-yong siancu segera tersenyum, ujarnya dengan
tenang.
"Anak Giok, sekarang turunkan pelana dan helalah kuda
itu ke luar dari halaman!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap kearah Siau cian yang masih menutupi
wajahnya dengan penuh rasa kuatir, dia baru membalikkan
badan dan ke luar dari halaman sambil menghela kudanya.
Kembali Hu-yong siancu berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian, hari ini si nona Si akan berkunjung kemari,
pergilah mengatur kamar untuknya. "
Siau cian menyeka air mata dari pipinya, setelah melirik
sekejap ke arah Lan See giok yang sedang melepaskan
pelana dari punggung kuda. ia membalikkan tubuh dan
menuju ke dalam kamar.
Tiba di kamar sendiri, ditemukan selimut dan kasur -
kusut dan tak teratur, ini membuktikan kalau pemuda
tersebut sudah tertidur.
Karenanya dia lantas tertawa, menertawakan dirinya
yang dianggap kurang tahan uji sehingga akibatnya ibu
serta adik Giok nya menjadi tak tenang.
http://kangzusi.com/
Terburu buru Siau cian membereskan kamar tidurnya,
ketika ke luar kembali dari kamarnya, Lan See giok sudah
pergi sambil menghela kudanya.
Sementara itu fajar sudah menyingsing, dari dusun pun
sudah kedengaran suara manusia berbicara, di telaga pun
sudah nampak perahu nelayan yang melaju..
Lan See giok membawa kudanya menuju ke arah
berumput di belakang rumah dan membiarkan binatang itu
bergerak bebas.
Sambil mengawasi kudanya makan rumput, ia berputar
otak tiada hentinya mencari akal bagaimana caranya
membuat enci Cian nya menjadi gembira.
Terbayang bahwa serentetan kejadian yang tidak
menyenangkan itu bersumber pada Si Cay soat, dia sampai
lama sekali memutar otak, dia merasa wajib untuk
mengatur suasana pertemuan hari ini dalam keadaan yang
menggembirakan.
Akhirnya dia berkesimpulan, bila ingin membuat mereka
semua gembira, maka pertama tama dia sendiri harus
gembira dulu.
Berpikir sampai disini. dadanya terasa lega, diapun
membalikkan badan menuju ke halaman depan.
Muncul di halaman depan, pemuda itu segera tertegun,
dilihatnya Ciu Siau cian sedang membawa sapu berdiri di
situ dengan senyum dan kepala tertunduk, dia sedang
menyapu daun kering di halaman muka dengan wajah
riang.
Lan See giok, merasa sangat keheranan. dia tak tahu
persoalan apakah yang membangkitkan kegembiraan gadis
itu.
http://kangzusi.com/
Siau cian mengetahui See giok telah muncul, namun ia
berlagak seolah-olah tidak melihat, kepalanya malah
ditundukkan semakin rendah. sapuannya juga semakin
cepat, namun sepasang lesung pipi nya yang manis justru
kelihatan semakin nyata.
Karena Siau cian gembira, Lan See giok turut merasakan
hatinya lega, dari kejauhan ia lantas melancarkan sebuah
sentilan udara kosong, segulung angin jari yang lembut dan
sama sekali tak menimbulkan suara langsung meluncur ke
luar dari halaman dan menyambar bambu di sudut halaman
situ.
Dimana angin jari menyambar lewat, daun bambu segera
berguguran mengotori permukaan tanah yang telah bersih
disapu.
Siau cian tidak memperhatikan hal itu, dia segera
menyapu daun tadi, namun daun bambu berikutnya
kembali terjatuh ke tanah.
Berhubung yang rontok bukan daun kering, lama
kelamaan Siau cian merasakan keanehan tersebut, disaat
daun ketiga melayang jatuh ke tanah itulah Siau cian segera
membentak sambil tertawa, dengan sapu panjangnya dia
menyambar pinggang pemuda itu.
Lan See giok tertawa terbahak bahak. dengan cekatan dia
melejit ke tengah udara dan melompat ke luar dari
halaman.
Gagal dengan sapuannya, merah padam selembar wajah
Siau cian, baru saja dia hendak mengejar pemuda itu,
mendadak dari dapur kedengaran Hu-yong siancu berseru
keras:
"Anak Cian, cepat siapkan hidangan untuk adik Giok!"
http://kangzusi.com/
Mendengar itu dengan senyum manis di kulum Siau cian
melirik sekejap kearah Lan See-giok, kemudian sambil
membuang sapu ke tanah, buru-buru dia masuk ke dapur.
Dengan tenang Lan See-giok berdiri di depan pintu. dia
dapat merasakan bahwa sapuan yang dilakukan Siau-cian
tadi mirip sekali dengan jurus serangan dalam ilmu pedang
Tong- kong-kiam-hoat, namun bila diamati lebih seksama,
terasa pula perbedaannya.
Sementara dia masih berpikir, Siau-cian sudah muncul
membawa sarapan, ketika dilihatnya pemuda itu termangu
di depan pintu, sambil tersenyum segera tegurnya.
"Hai. mengapa cuma termangu? Ayo cepat, bantu aku
membawa hidangan."
Lan See giok segera tertawa, namun sebelum dia
melangkah maju, Hu-yong siancu sudah muncul membawa
sayur.
Mereka bertigapun duduk sarapan Hu-yong siancu
berada di tengah sementara Lan See giok dan Siau cian
duduk di kedua belah sisinya.
Teringat akan ilmu pedang Tong-kong kiam-hoat, Lan
See-giok terbayang pula akan sifat ingin menang sendiri dari
Si Cay soat, bisa jadi dia akan memanfaatkan kesempatan
itu untuk menantang Siau-cian beradu kepandaian.
Sampai dimanakah taraf ilmu pedang yang dimiliki Si
Cay soat, Lan See giok pernah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri, boleh dibilang ilmu pedangnya sudah
mencapai puncak kesempurnaan.
Sebaliknya Siau-cian, karena situasi dan kondisi yang
terbatas, mungkin ilmu pedangnya tak sesempurna Si Cay
soat, bukan dia pilih kasih, namun dia selalu beranggapan
http://kangzusi.com/
bahwa kepandaian dari Si cay soat harus seimbang dengan
Siau-cian.
Karena berpendapat demikian, maka ujarnya kepada Ciu
Siau cian.
"Enci Cian, apakah kau juga berlatih ilmu pedang Tong
kong kiam hoat.."
Siau cian menatap wajah Pemuda itu lekat-lekat,
Kemudian mengangguk berulang kali.
Dengan kening berkerut pemuda itu berkata lagi:
"Menurut sapuan yang kau pergunakan tadi, tampaknya
mirip sekali dengan jurus menyapu putus sungai besar dari
ilmu pedang Tong kong kiam hoat, tapi jika kuamati lebih
seksama lagi, rasanya sedikit rada berbeda”
Tampaknya Hu-yong siancu sudah melihat kalau
pemuda itu mempunyai tujuan lain, kepada Siau cian
katanya kemudian:
"Selesai bersantap nanti, keluarkan kitab ilmu pedang,
biar anak Giok teliti dimanakah letak perbedaan itu"
Siau cian tahu, Lan See giok adalah seorang pemuda
yang cerdas, dengan kemampuan melebihi orang lain, siapa
tahu dengan bantuan pemuda tersebut, dia akan menjumpai
banyak intisari dari ilmu pedang tersebut?
Karenanya dia mengangguk dengan gembira. bahkan
melemparkan satu kerlingan ke arah pemuda itu.
Tentu saja Hu-yong siancu maupun Siau cian tak ada
yang menyangka kalau Si Cay soat bakal manfaatkan
kesempatan tersebut untuk menantang Siau cian beradu
kepandaian.
Selesai bersantap, Lan See giok dan Siau cian bersama
sama masuk ke ruang dalam, karena Siau cian tidak
http://kangzusi.com/
membicarakan tentang peristiwa pagi tadi. tentu saja
pemuda itu pura tak menyinggung soal apa yang telah
disadapnya semalam.
Hu-yong siancu sendiri hanya mengawasi bayangan
punggung Lan See giok serta Siau cian dengan pandangan
murung dan sedih. kemudian masuk kembali ke kamar
tidur. ia sangat berharap sepasang muda mudi itu dapat
saling bercinta.
Sementara itu Sian cian telah mengeluarkan sebuah
kotak kecil dari dalam almari. kemudian dengan gembira
duduk bersama See giok di tepi pembaringan, ketika kotak
dibuka, dalamnya berisikan sejilid kitab kulit berwarna
coklat.
Melihat bentuk dari kitab pusaka tersebut, Lan See giok
menemukan bahwa bentuknya mirip sekali dengan milik Si
Cay soat, di atas kulit buku yang berwarna coklat tertulis
enam huruf yang mirip sekali dengan bentuk gagang
pedang, ke enam huruf itu adalah:
"TONG KONG-KIAM HOAT KIAM BOH"
Sewaktu halaman pertama dibuka, maka dalamnya
hanya tercantum dua huruf emas yang berbunyi.
"Ek- Ki"
Melihat hal tersebut, Lan See giok yang berada di
samping Siau cian segera berkata:
"Enci Cian kitab ini nyatanya berbeda sekali dengan
milik adik Soat.."
Tergerak hati Siau cian, dia segera mendongakkan
kepalanya ,memandang Lan See giok, kemudian tanyanya:
"Lantas kitab yang manakah yang asli?"
http://kangzusi.com/
Namun Lan See giok tidak menjawab, sepasang matanya
mengawasi terus wajah Siau cian, karena saat itu dia baru
menemukan bahwa di atas wajah si nona yang cantik
terdapat kulit yang halus dan lembut, putih bagaikan susu.
pipinya merah seperti buah tho yang matang, ia tak tahu
apakah hal tersebut dikarenakan semalam ia tak sempat
melihat dengan jelas di bawah cahaya lentera ataukah hal
ini berkembang setelah gadis itu menelan dua tetes cairan
mestika Leng sik giok-ji.
Merah jengah selembar wajah Siau cian setelah
dipandang secara begitu oleh Lan See giok, sambil
mendorong pemuda itu, serunya lirih "Ayo cepat katakan,
dimana sih perbedaannya?"
Lan See giok belum dapat menenangkan pikirannya,
terpaksa ia menjawab sekenanya: "Sepasang pipimu
nampak lebih merah dari pada semalam, sorot matamu jauh
lebih bersinar daripada kemarin.”
Siau cian segera mengayunkan tangannya siap memukul
Lan See giok, serunya sambil berpura pura marah. "Hei.
apa sih yang sedang kau ngocehkan? Kenapa tidak sepatah
katapun yang bersungguh-sungguh .."
Ketika berbicara, sepasang pipinya menjadi merah,
kemudian sambil moncongkan bibirnya yang mungil diam-
diam ia menunjuk kearah kamar tidur ibunya.
Biarpun Lan See giok merasa sikapnya sudah khilaf,
namun ia tak mengacuhkan hal ini. melihat wajah enci
Cian yang tersipu, dia malah tertawa semakin riang, bahkan
sambil menempelkan bibirnya di sisi telinga Siau cian, ia
berbisik
"Bibi amat menyayangi diriku. aku tidak takut!"
http://kangzusi.com/
Melihat pemuda itu hanya cengar cengir tanpa perasaan
takut barang sedikitpun. Siau-cian kuatir pemuda itu
melangkah lebih jauh, maka sambil menarik muka dan
berpura pura marah dia berseru.
"Jika kau tak mau diajak serius, aku pergi saja .. " Sambil
berkata dia lantas bangkit berdiri dan berlagak hendak
meninggalkan tempat itu.
Lan See giok menjadi gugup. saking takutnya dia sampai
meminta maaf berulangkali, ujarnya lirih. "Baik, baik, mari
kita memeriksa bersama, cuma kau harus duduk lebih
dulu!"
Sambil berkata dia lantas menarik ujung baju nona
tersebut.
Siau cian berusaha menahan rasa gelinya, kemudian
duduk kembali di samping pemuda itu
Menunggu Siau cian sudah duduk, Lan See giok baru
membalik kitab pusaka itu. suasana dalam ruangan pun
untuk sesaat dicekam keheningan.
Ketika Siau cian menjumpai Lan See giok sedang
memusatkan segenap pikirannya untuk membaca kitab
pusaka mana, ada kalanya dia berkerut kening, ada kalanya
pula termenung. untuk beberapa waktu ia tak berani banyak
komentar.
Tak lama kemudian terdengar Lan See- giok memuji:
"Waah, dua jilid kitab pusaka ini, betul-betul berkaitan
dan saling mengisi, ibaratnya matahari dan rembulan,
cahaya masing-masing saling mengisi untuk menerangi
jagad."
"Lantas dimana sih letak perbedaan dari kedua jilid kitab
pedang itu?" tanya Siau cian tidak mengerti.
http://kangzusi.com/
"Bila dua orang yang membawa pedang Jit boa kiam dan
Gwat hui kiam sama-sama mempelajari ilmu pedang Tong
kong kiam boat, maka bila kedua orang itu saling bertarung
untuk beradu kepandaian, selama hidup jangan harap bisa
diketahui siapa yang lebih unggul dan siapa lebih lemah.
sebab setiap jurus serangan yang dipelajari masing-masing
hanya berguna bila digunakan saling mengisi .."
Seperti memahami akan sesuatu, Siau cian segera
berkata.
"Tampaknya si pendekar pedang yang menciptakan ilmu
pedang tersebut kuatir bila orang yang mempelajari, hasil
karyanya kemudian saling bermusuhan, maka dengan susah
payah dia menciptakan jurus-jurus serangan yang saling
mengisi- - "
Tidak sampai Siau cian menyelesaikan kata katanya. Lan
See giok segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan begitu, menurut apa yang tercantum dalam kiam
boh sepasang pedang yang digunakan bersama akan
memancarkan sinar seperti matahari dan rembulan, atas
bawah menyerang bersama, biar naga biar burung hong
akan terpaksa semuanya secara mudah, hal ini bisa
disimpulkan bahwa penggunaan sepasang pedang secara
bersama sama justru akan menimbulkan daya kekuatan
yang jauh lebih mengerikan!"
"Kalau memang demikian, mengapa To Seng cu
locianpwe sama sekali tidak menjelaskan kelebihan tersebut
disaat memberikan pedang itu kepadaku-?" tanya si nona
sambil berkerut kening.
"Aku rasa hal itu hanya disebabkan singkatnya waktu
yang tersedia, bukankah waktu itu suhu bermaksud
melindungi siaute secara diam-diam sehingga pergi secara
http://kangzusi.com/
tergesa gesa? Mungkin inilah yang menyebabkan ia tak
sempat memberi penjelasan yang sejelas jelasnya."
Agaknya Siau cian masih tetap memikirkan masalah
kerja sama serta saling mengisi itu, mendadak dia bertanya:
"Adik Giok, apakah kau juga pernah mempelajari ilmu
pedang Tong kong kiam hoat?"
"Siaute tidak mempelajarinya, tapi aku masih ingat
beberapa jurus serangan diantaranya" sahut sang pemuda
sambil menggeleng.
Dengan wajah riang gembira Siau cian segera berseru:
"Adik Giok, gunakanlah senjata gurdi emasmu sebagai
pengganti pedang, mari kita mainkan bersama-sama, coba
kita buktikan apakah memang benar jurus serangan pedang
itu harus saling mengisi?"
"Tapi halaman ini terlalu kecil” sahut pemuda itu ragu.
"Kita boleh mencobanya di tempat aku belajar pedang!"
Len See giok tidak tahu dimanakah Siau cian berlatih
ilmu pedangnya dihati hari biasa, sehingga dia bertanya,
"Berapa jauh letaknya dari sini?"
"Di dalam hutan belakang dusun situ?" jawab gadis
tersebut sambil bangkit berdiri.
Tanpa terasa pemuda itu segera memandang sekejap
cahaya matahari yang sudah memenuhi jendela depan, dia
masih ingat Si Cay soat sebentar lagi akan tiba di situ.
Namun sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Hu-
yong siancu yang berada di kamar seberang telah
memperingatkan:
"Anak Cian, bukankah hari ini nona Si akan datang
kemari.. ,?"
http://kangzusi.com/
Siau cian segera mendusin, karena itu dia tidak
mendesak lebih jauh, cuma di atas wajahnya segera terlintas
sikap kecewa serta perasaan apa boleh buatnya.
Lan See giok kuatir gadis itu tak senang hati, dia pun
menganggap watak si Cay goat susah diatur, demi
kegembiraan enci cian nya, kepada Hu-yong siancu segera
serunya:
"Bibi, jika adik Soat datang. bibi boleh mengajaknya ke
sana, kita sekalian mempraktekkan ilmu pedang tersebut
bersama sama, aku yakin adik Soat tentu akan merasa
gembira sekali."
Hu-yong siancu nampak ragu sejenak, namun sahutnya
kemudian.
"Baiklah, bila nona Si datang aku akan membawanya ke
situ, cuma kalian berdua lebih baik selekasnya pulang
kembali."
Lan See giok mengiakan dan segera masuk kan kembali
kitab kiam boh tersebut ke dalam kotak kecil.
Siau cian mengembalikan kotak tersebut ke dalam
almari, kemudian mengambil pedang Gwat hui kiam nya.
Lan See giok menjumpai sarung pedang Gwat hui kiam
telah diberi selapis sarung kuning dengan bulu kuning dan
pegangan berwarna kuning, suatu perpaduan warna yang
sangat serasi.
Setelah menggembol pedang di pinggang Siau cian baru
berkata dengan gembira.
"Belakang dusun sana merupakan tempat yang terpencil
dan jarang ada manusia yang berlalu lalang di situ, tidak
akan menimbulkan perhatian orang, ayo kita lewat halaman
belakang saja! "
http://kangzusi.com/
Lan gee giok segera mengangguk sambit mengiakan,
Mendadak mereka jumpai Hu-yong siancu berjalan ke
luar dari dalam kamar.
Dari sikap gembira dari Lan See giok. Hu-yong siancu
menyimpulkan kalau pemuda itu tak sempat menyadap
pembicaraan mereka semalam, kemudian ketika melihat
putri kesayangannya memperlihatkan wajah yang cerah,
sikap yang wajar, seakan akan sudah melupakan keputusan
yang diambinya semalam, ia segera tertawa lega.
"Di tengah hari bolong begini. lebih baik kalian berdua
jangan bertindak kelewat gegabah!" pesannya
Lan See giok dan cian mengiakan bersama kemudian
membuka jendela belakang dan bersama-sama melompat ke
luar. setelah yakin tiada orang yang di seputar situ, mereka
baru melayang ke luar dari pagar pekarangan.
Kuda hitam yang sedang makan rumput di situ, segera
meringkik pelan setelah melihat kemunculan anak muda
itu.
Lan See giok dengan penuh senyuman membelai rambut
si kuda, kemudian sambil menarik tangan Siau cian
berangkatlah mereka menuju ke luar dusun
Mendadak.
Dari kejauhan sana terdengar suara ringkikan kuda yang
bergema datang secara lamat-lamat, suara itu muncul dari
arah sebelah utara.
Kuda Wu wi kou yang mendengar ringkikan tersebut
seolah-olah merasa gembira sekali. ia segera balas
meringkik dengan suara yang keras sekali.
Dengan cepat Lan See giok menghentikan langkahnya,
kemudian sambil berpaling katanya.
http://kangzusi.com/
"Tentu adik Soat telah datang."
Mendengar Si Cay soat datang, Siau cian juga nampak
gembira sekali, ia memang berharap bisa selekasnya
mengamati hubungan cinta antara Si Cay soat dengan adik
Giok nya telah mencapai taraf yang bagaimana sebab hal
tersebut menyangkut keputusannya nanti, apakah harus
mengundurkan diri atau tidak
Dengan senyum dikulum dan wajah berseri, Siau cian
segera berkata:
"Kalau memang sudah datang, mari kita pulang saja!"
Sambil berkata. dia membalikkan badan dan balik ke
pagar pekarangan sebelah muka.
Tiba di depan pagar, dia segera melompat masuk ke
halaman belakang
Selama ini Hu-yong siancu berdiri di belakang kebun
sambil mengawasi gerak gerik Lan See giok dan Siau cian,
melihat kedua orang itu pulang kembali, ia pun membuka
pintu daun jendela lebar-lebar.
Secara beruntun Lan See giok dan Siau cian masuk
melewati jendela, pertama-tama Lan See giok yang berseru
lebih dulu.
"Bibi, bisa jadi Soat sumoay telah datang."
"Kalau begitu kau bersama anak Cian segera menyambut
kedatangan nona Si!” perintah Hu-yong siancu sambil
tertawa ramah.
Buru-buru Lan See giok mengiakan, kemudian menarik
tangan Siau cian menuju ke luar.
Melihat tingkah laku pemuda itu makin lama semakin
berani, bahkan dihadapan ibunya pun ia berani menarik
http://kangzusi.com/
tangannya, merah dadu selembar wajahnya, sementara ia
meronta untuk melepaskan diri dari cekalan orang.
Lan See giok tertegun lalu berpaling, ia saksikan bibinya
sedang memandang ke arah mereka sambil tersenyum riang
karena itu seperti memahami sesuatu buru-buru ia berjalan
menuju ke luar pintu.
Baru tiba di depan pintu, suara derap kaki kuda yang
amat ramai telah berkumandang semakin nyata.
Dengan perasaan terkejut Siau cian segera berseru.
"Waah, cepat amat lari kudanya!”
Seraya berkata, mereka berdua membuka pintu dan
menuju ke halaman luar. ketika di lihat dari arah sebelah
utara situ terlihat ada segulung bayangan putih diantara titik
merah sedang menelusuri tanggul telaga menuju kemari.
Melihat perbuatan gadis itu dengan kening berkerut Lan
See giok segera berguman.
"Wah, nampaknya kepandaian adik Soat dalam ilmu
menunggang kuda kian lama kian bertambah cekatan!"
Sementara itu, kuda putih yang sedang berlari mendekat
tampaknya sudah melihat Lan See giok diiringi suara
ringkikan panjang, ia langsung menerjang datang..
Pucat pias wajah Siau cian melihat hal ini, ia berseru
kaget.
Sedangkan Lan See giok segera berteriak keras
memperingatkan
"Hati-hati adik Soat!"
Ditengah seruan tersebut, derap kaki kuda bergerak
semakin keras, diantara debu yang berterbangan tampak
http://kangzusi.com/
sesosok bayangan hitam meluncur datang dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat.
Setelah mendengar peringatan dari Lan See giok,
agaknya Si Cay soat baru sadar kalau ia sudah sampai di
tempat tujuan, buru-buru tali les kudanya ditarik.
Sekali lagi kuda putih meringkik panjang tiba-tiba kaki
depannya diangkat tinggi-tinggi .
Bentakan nyaring berkumandang, bayangan merah
melejit meninggalkan punggung kuda, lalu dengan jurus
daun kering terhembus angin, dia melayang turun
dihadapan pemuda See giok,
Orang itu memang tak lain adalah Si Cay soat.
Begitu mencapai permukaan tanah, gadis itu segera
berseru kepada Lan See giok dengan penuh kegembiraan.
"Andaikata kau tidak menegurku, aku malah tak tahu
kalau sudah sampai, tampik nya si kuda putih tahu kalau
aku hendak mencarimu setelah ke luar dari dusun. dia
berlarian terus dengan kencang. wah, benar-benar
menakutkan!".
Lan See giok tertawa riang, sambil menunjuk kearah
Siau cian yang berada di sisinya dia perkenalkan.
"Dia adalah enci Cian!"
Senyuman yang menghiasi wajah Si Cay goat makin
cerah. dia maju ke muka dan serunya penuh kegembiraan.
"Baik baikkah kau enci Cian?, Terima kasih banyak
untuk sulaman sarung pedang serta sepatu untukku coba
kau lihat, aku telah mengenakannya”
Sembari berkata ia segera perlihatkan sepasang
sepatunya.
http://kangzusi.com/
Setelah menyaksikan ilmu menunggang kuda Si Cay soat
yang menggetarkan sukma. kemudian melihat cara gadis itu
berbicara, Siau cian segera membuktikan bahwa ucapan To
Seng cu memang benar, Si Cay soat memang termasuk
seorang gadis yang jujur polos dan terbuka.
Ketika mendengar perkataan dari Si Cay soat, merah
padam selembar wajahnya, buru-buru dia merendah.
"Aaah, buatanku kasar dan jelek, harap adik Soat jangan
menertawakan!"
Tak terlukiskan rasa gembira Lan See giok setelah
melihat kedua orang itu saling menyebut saudara, ia segera
tertawa terbahak bahak,
"Haaahhh. haaaahhh. haaahhh. haaahhh. adik Soat, ayo
cepat masuk, bibi sedang menunggumu di dalam halaman!"
Sembari berkata, dia masuk lebih dulu ke dalam
halaman.
Sebenarnya Si Cay soat bermaksud mengutarakan
beberapa patah kata merendah, namun ketika mendengar
Hu-yong siancu hendak bertemu dengannya, cepat-cepat
dia masuk ke dalam halaman.
Sementara itu, Hu-yong siancu dengan senyuman
dikulum dan wajah penuh kasih sayang, sedang menantikan
kedatangan mereka di muka pintu rumah.
"Dia adalah bibi Wan." sambil tersenyum Lan See giok
segera memperkenalkan.
Si Cay soat tertegun, coba pemuda itu tidak
memperkenalkan mereka, ia tak akan percaya kalau nyonya
muda yang anggun dan cantik di depan pintu itu adalah
Hu-yong siancu yang termasyhur namanya di dunia
persilatan.
http://kangzusi.com/
Sesudah menenangkan hatinya, buru-buru dia maju ke
depan sambil memberi hormat, kemudian mengikuti
sebutan yang dipakai Lan See giok. katanya dengan hormat.
"Soat-ji memberi salam hormat untuk bibi!"
Cepat-cepat Hu-yong siancu membangunkan Si Cay
soat, kemudian ujarnya lagi dengan penuh kasih sayang,
"Tidak berani. tidak berani, harap nona Si bangun
berdiri."
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Si cay
soat dengan pandangan kagum, kembali ia berkata kepada
Lan See giok yang selama ini hanya berdiri menyengir.
"Anak Giok, cepat tuntun kuda nona Si menuju ke
belakang!"
See giok mengiakan dengan hormat dan berlalu, Siau
cian juga buru-buru ke dapur untuk menyiapkan air teh dan
makanan kecil.
Hu-yong siancu dengan penuh kasih sayang menuntun Si
Cay soat masuk ke dalam ruangan.
Dengan perbedaan tua dan muda, mereka sama-sama
mengambil tempat duduk, tak lama Siau cian datang
menghidangkan air teh.
Sudah lama sekali Si Cay soat ingin bertemu dengan
Siau cian, sekarang setelah diamatinya dengan seksama, ia
menjumpai Siau cian dengan gaun kuningnya nampak
lembut lagi anggun, terutama sekali sepasang biji matanya
yang jeli, penuh pancaran sinar kecerdasan.
TANPA terasa pikirnya:
"Tak heran kalau suhu selalu memuji dirinya"
http://kangzusi.com/
Ketika ia menjumpai pedang mestika yang tersoren
dipinggang Siau cian ternyata persis sekali bentuknya
dengan pedang Jit hui kiam yang berada di punggung
sendiri. dia lantas menyimpulkan bahwa benda itu tak lain
adalah Gwat hui kiam pemberian gurunya.
Hanya saja, ia tak berani menanyakan hal tersebut secara
langsung-
Siau cian sendiripun berpendapat bahwa Si Cay soat
adalah seorang gadis yang lincah dan polos, seluruh gerak
geriknya penuh dengan daya kehidupan, tak heran kalau
adik Gioknya selalu memanggil adik Soat, dalam hati
kecilnya dia berjanji, sejak kini dia akan bersikap lebih
lincah agar bisa semakin menarik perhatian anak muda
tersebut.
Berbeda sekali dengan jalan pemikiran Si Cay soat,
semenjak masih berada di puncak Giok li hong dibukit Hoa
san, setiap kali menyinggung soal Ciu Siau cian, di atas
wajah engkoh Giok nya selalu menunjukkan perubahan hal
tersebut membuat gadis ini bertekad hendak bersikap lebih
lembut dan halus.
Menanti Siau cian telah menghidangkan air teh dan
makanan kecil, Hu-yong siancu baru bertanya kepada Si
Cay soat sambil tersenyum:
"Nona Si, pukul berapa kau tiba di perkampungan
nelayan semalam-?"
"Menjelang maghrib, menurut Thio Tay keng, bibi baru
saja pulang.”
Sambil tertawa Hu-yong siancu manggut-manggut:
"Yaa, aku pergi menengok Thio lo-enghiong, apakah dia
sudah pulang ke rumah"
http://kangzusi.com/
Si Cay-soat termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya kembali:
"Menurut perhitungan, paling tidak besok selewatnya
tengah hari mereka baru akan tiba disini, sebab mereka
harus berputar, dulu ke Pek-ho cay, ini berarti lebih jauh
setengah harian perjalanan"
Baru selesai dia berkata, Lan See giok sudah masuk ke
dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa, sambil menuju
ke dalam segera tanyanya dengan gelisah:
"Apakah Thio loko belum kembali?"
Dengan pandangan penuh kemesraan Si Cay soat
memandang sekejap kearah Lan See-giok, kemudian
menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Biarpun Thio loko bisa berjalan cepat, namun ditambah
dengan kehadiran adik Thi-gou bisa jadi dia akan menjadi
sangat lambat."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil
menengok ke arah Hu-yong siancu tanyanya agak terkejut.
"Sewaktu menunggang kuda datang ke mari tadi. Soat-ji
menjumpai di permukaan telaga puluhan li di sebelah timur
laut dusun berkumpul hampir ratusan buah perahu yang
sangat besar dengan panji-panji yang besar, cahaya senjata
yang gemerlapan sudah pasti perahu itu bukan perahu
nelayan! "
Lan See giok yang mendengar ucapan tersebut, segera
menjelaskan dengan tawar:
"Oooh. sudah tentu kapal-kapal perang Wi-lim-poo. bisa
jadi si manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin-san sedang
mengadakan latihan perang-perangan di atas telaga"
http://kangzusi.com/
Siau-cian memang sangat berhasrat untuk menjajal ilmu
berenang yang dimiliki Si Cay soat tergerak hatinya setelah
mendengar perkataan itu. sambil menoleh kearah Lan See
giok, ujarnya.
"Bukankah adik Giok berniat untuk menyelidiki Wi-lim-
poo? Bagaimana kalau malam nanti kita berangkat ke situ"
Si Cay-soat yang memang bersifat suka bergerak, waktu
itu memang berniat untuk melihat kemampuan Siau-Cian,
serta merta ia menyatakan persetujuannya.
Lan See giok sendiri juga berminat untuk menyaksikan
sampai dimanakah kelihaian
Bibi Wan nya yang pernah termasyhur dalam dunia
persilatan dimasa lalu. kepada Hu-yong siancu ia lantas
meminta.
"Bibi, ikutilah kami pada malam nanti" Hu-yong-siancu
tertawa.
"Bibi sudah banyak tahun tidak turun ke air.”
Si Cay soat kuatir Hu-yong siancu enggan ikut mereka
dengan cepat dia menimbrung.
"Nama besar bibi pernah termasyhur di seluruh kolong
langit dan menggetarkan dunia persilatan, Soat-ji sering
mendengar suhu menceritakan soal ini. malah katanya ilmu
berenang yang bibi miliki tak ada seorang manusiapun yang
bisa menandingi, Soat-ji dan engkoh Giok sering kali
menunggu datangnya kesempatan untuk menyaksikan
kehebatan bibi, agar bisa menambah pengetahuan, kami
dari angkatan muda"
Hu-yong siancu tertawa lagi:
"Itu sih sudah merupakan kejadian pada banyak tahun
berselang, padahal di dalam dunia persilatan sekarang,
http://kangzusi.com/
terdapat banyak sekali jago-jago persilatan yang mampu
menandingi ilmu berenang ku."
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Lan See giok.
ia melanjutkan.
"Kalau toh kalian akan pergi semua. aku juga kurang
lega untuk tetap tinggal di rumah seorang diri. baik malam
nanti aku akan menemani kalian!"
Lan See-giok dan Si Cay soat menjadi gembira setengah
mati sehingga hampir saja mencak-mencak.
Hu-yong siancu memandang sekejap keadaan cuaca, lalu
katanya kepada Siau- cian.
"Anak Clan turunkan pedang itu dan siapkan hidangan!"
Siau cian mengiakan seraya bangkit berdiri, kemudian
melepaskan pedangnya siap menuju ke ruang dalam.
Ketika Lan See giok melihat sorot mata Si Cay soat tiada
hentinya ditujukan kearah pedang Siau cian, sambil
tersenyum ia menjelaskan:
"Adik Soat, pedang milik enci Cian adalah Pedang Gwat
hui kiam pemberian suhu. sekarang telah disarungi dengan
kain kuning serta bulu kuning oleh enci Cian."
"Siaumoay memang selalu menduga, sudah pasti suhu
menghadiahkan pedang Gwat hui kiam tersebut untuk enci
Cian" kata Si Cay soat seperti baru mengerti.
Kemudian sambil berpaling ke arah Hu-yong siancu
kembali katanya,
"Sebab suhu selalu memuji kecerdasan enci Cian yang
melebihi siapapun, di kemudian hari kau pasti akan
menjadi seorang jagoan yang hebat di dalam penggunaan
pedang."
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Siau cian, cepat-cepat dia
berjalan masuk ke ruang dalam:
"Aaah, Cia locianpwe memang kelewat memanjakan
anak Cian" seru Hu-yong siancu sambil tertawa merendah.
"Tadi, sebenarnya enci Cian dan aku hendak berlatih
pedang di dusun belakang sana, Eeeh tahunya kau datang"
seru Lan See giok kemudian.
Dengan gembira Si Cay-soat segera berseru:
"Selesai bersantap nanti, aku juga mau ikut, biar aku
membantu dulu enci Cian menanak nasi !"
Sambil berkata dia lantas melepaskan pedang jit-hoa-
kiam dari punggungnya,
Hu-yong siancu memang sangat berharap Si Cay soat
bisa bergaul lebih akrab dengan Siau cian, tentu saja dia
tidak bermaksud menghalangi niatnya, malah dia berseru.
"Nona Si, kau toh tamu. masa harus turun ke dapur?"
Lan See-giok yang ada di sampingnya segera
menimbrung.
"Adik Soat sangat pandai membuat Ang sioo hi, hari ini
kau mesti memperlihatkan kebolehanmu agar bibi pun ikut
mencicipi nya."
Merah padam selembar wajah Si Cay soat serunya cepat
kepada Hu-yong siancu.
"Bibi. kau jangan mendengarkan obrolan dari engkoh
Giok, anak Soat cuma bisa membantu cici Cian mencuci
sayur dan membersihkan beras.."
"Waah, kalau soal itu mah merupakan penderitaan
bagiku, mari kita masuk ke dapur bersama sama, biar bibi
seorang beristirahat dengan tenang:"
http://kangzusi.com/
Siau cian yang berdiri di depan pintu tak tahan segera
tertawa cekikikan sesudah mendengar perkataan itu.
Menyaksikan ketiga orang muda mudi itu dapat
berkumpul dengan riang gembira, Hu-yong siancu turut
tertawa gembira pula, diam-diam ia berdoa kepada Thian,
semoga mereka bisa diberi kebahagian hidup, selalu
gembira dan tak sampai mengalami nasib setragis apa yang
dialaminya.
Lan See-giok, Siau cian dan Si Cay soat sama-sama
menjadi sibuk di dapur, berhubung dapur nya kelewat kecil,
semua orang menganggap See giok hanya mengganggu,
namun tiada yang mempersilahkan dia agar ke luar.
Walaupun waktu bergaul masih singkat, tapi Siau cian
sudah dapat melihat bagaimanakah watak yang
sesungguhnya dari Si Cay soat, ia merasa tidak sulit untuk
berkumpul dengan gadis yang polos dan lincah ini, namun
bukan berarti karena pandangan tersebut, dia lantas
berubah ingatannya semula.
Dengan kerja ketiga orang itu, hidangan siang dapat
dipersiapkan dalam waktu singkat.
Lan See giok yang melihat Si Cay soat dan Siau cian
meski baru berjumpa untuk pertama kalinya, namun
hubungan mereka begitu baik, hatinya menjadi gembira
sekali.
Hu-yong siancu merasa hidangan yang di masak Si Cay
soat memang jauh berbeda, baik Siau cian maupun Si Cay
soat sama-sama merasa pihak lawan jauh lebih pandai
daripada dirinya.
Hidangan siang itu dilewatkan dalam suasana penuh
gembira . . .
http://kangzusi.com/
Berhubung tengah hari sudah tiba, banyak orang yang
mulai berlalu lalang di dusun, maka Hu-yong siancu
memerintahkan Lan See giok bertiga agar merundingkan
soal ilmu pedang di dalam ruangan, agar tidak mengejutkan
orang-orang dusun.
Selesai membicarakan soal ilmu pedang Si Cay soat baru
tahu kalau ilmu pedang Tong kong kiam-hoat lebih
berkhasiat bila digunakan dengan kerja sama yang saling
mengisi, hal tersebut membuat si nona segera
menghapuskan niatnya untuk beradu kepandaian dengan
Ciu Siau cian.
Tanpa terasa haripun menjadi gelap Lan See giok dan Si
Cay soat menuntun kuda mereka masuk ke halaman
rumah, sedangkan Hu-yong siancu pergi mempersiapkan
sampan kecil miliknya.
Diantara ke empat orang itu, Hu-yong siancu, Siau cian
serta Lan See giok mengenakan pakaian yang terbuat dari
ulat sutera langit. jadi tidak memerlukan pakaian renang
dibalik bajunya.
Pedang Hu-yong kiam yang sudah lama tersimpan
semenjak mengundurkan diri dahulu, kini digunakan lagi
oleh Hu-yong siancu dengan menyorennya di pinggang.
Setelah selesai mempersiapkan diri, mereka
memadamkan lentera, mengunci pintu dan melompat ke
luar dari halaman rumah dengan langkah yang sangat
berhati hati.
Sebagian besar kaum nelayan yang tinggal di dusun itu
memang hidup secara sederhana, begitu langit gelap,
merekapun banyak yang naik ke tempat pembaringan. .
http://kangzusi.com/
Tidak heran kalau suasana dalam dusun tersebut hening
dan sepi sekali meski kentongan pertama baru saja lewat,
tiada kedengaran suara. tiada pula cahaya lentera.
Hu-yong siancu memeriksa sekejap sekeliling tempat itu.
kemudian baru bergerak menuju ke tanggul telaga.
Lan See-giok, Siau-cian serta Si Cay soat bergerak
mengikuti petunjuk dari Hu-yong siancu, oleh sebab itu
mereka selalu mengikuti di belakang perempuan itu.
Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan, dan santai
Hu-yong siancu bergerak cepat ke muka, kesempurnaan
ilmu meringankan tubuh dari perempuan membuat Si Cay-
soat, merasa kagum, bahkan Lan See-giok yang sangat lihay
pun tanpa terasa ikut memuji.
Thian san pay memang bukan termasyhur karena ilmu
pedangnya saja yang hebat, ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki termasuk hebat sekali, apalagi Hu-yong siancu
pernah mengalami penemuan aneh semasa masih muda
dulu. ia boleh dibilang berbeda sekali dengan kemampuan
anggota Thian-san pay lainnya. Ketika tiba di atas tanggul.
Suasana di sekitar telaga sangat gelap, hanya suara ombak
yang memecah di tepian bergema membelah keheningan
malam.
Hu-yong siancu segera menunjuk kearah sampan kecil
yang terikat depan tanggul itu. kemudian bisiknya.
"Cepat naik ke sampan yang berada di tengah itu, kalian
naik lah lebih dulu."
Sembari berkata, dia memeriksa sekali lagi keadaan di
sekeliling tempat itu, menanti Lan See giok sekalian bertiga
sudah naik ke atas sampan, dia baru menyusul belakangan.
Tiba di atas sampan tersebut, Lan See giok menjumpai
sampan tersebut mungil tapi bersih, di kiri dan kanan
http://kangzusi.com/
masing-masing terdapat sebuah alat pendayung. Bentuknya
mirip sekali dengan sampan milik benteng Wi-lim-poo.
Dalam waktu singkat, sampan itu sudah meluncur ke
tengah telaga dengan kecepatan tinggi. jangan dilihat Siau
cian adalah seorang gadis yang lemah lembut, ternyata dia
ahli sekali di dalam mendayung sampan, hanya berapa saat
saja sampan tersebut sudah meluncur ke tengah telaga..
Di dalam keheningan yang mencekam seluruh jagad
itulah, mendadak Hu-yong siancu berbicara memecahkan
keheningan.
"Anak Giok, apakah kau sudah menguasai keadaan di
dalam benteng Wi-lim-poo?",
Buru-buru Lan See giok mengangguk.
"Secara garis besarnya aku tahu, Cuma lantaran waktu di
situ terlampau singkat, maka anak Giok tidak begitu
menguasai tentang letak alat - alat. rahasia di dalam benteng
serta posisi penjagaan, yang mereka atur.".
"Kalau kita memang bermaksud menyelidiki secara
diam-diam, alangkah baiknya bila kita menyusup masuk
lewat air," timbrung Si Cay soat tiba-tiba.
Hu-yong siancu sudah cukup berpengalaman di dalam
pertarungan dalam air, diapun telah banyak menjumpai
ancaman bahaya maut, sehingga boleh dibilang
berpengalaman sekali tentang bergerak di air.
Ketika mendengar usul tersebut, dengan kening berkerut
segera ujarnya.
"Biarpun disini tanpa penjagaan. Namun alat rahasia
yang dipasang tentu berlapis lapis. ini berbahaya sekali bagi
suatu usaha penyusupan, sebaliknya bila kita menyusup
lewat atas permukaan, meski mudah melenyapkan pelbagai
macam rintangan, namun jejak kita juga lebih gampang
http://kangzusi.com/
diketahui, pokoknya kita bergerak menurut keadaan yang
paling menguntungkan. jadi tak usah harus berpegang teguh
pada sebuah cara dan sistim belaka.”
Si Cay soat dan Lan See giok segera mengangguk
berulang kali, sewaktu memandang lagi kearah tanggul. di
situ sudah tak nampak setitik bayangan pun.
Sementara itu Siau cian masih mendayung sampan itu
tiada hentinya. Sampan bergerak maju dengan kecepatan
luar biasa.
Makin memandang Lan See giok merasa semakin tak
tega, akhirnya dia berguman seorang diri.
"Benar-benar menyesal, sampai sekarang aku masih
belum dapat mendayung sampan"
Si Cay soat yang cerdas segera berkata pula sambil
tertawa.
"Cici Cian, mari biar siau moay menggantikan
kedudukanmu."
Sambil berkata ia bangkit berdiri dan bermaksud menuju
ke arah buritan.
Siau cian mendongakkan kepalanya sambil tertawa
merendah, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.
"Aaah, aku tidak lelah. harap adik Soat tak usah kemari"
Tapi sebelum ia selesai berbicara, Si Cay soat telah
menyambut dayung itu dari tangannya.
Meskipun Hu-yong siancu tahu bahwa Siau cian tak
bakal lelah. namun dia kuatir hal tersebut akan
menimbulkan kecurigaan Si Cay soat, maka katanya
kemudian sambil tersenyum
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, biarlah adik Soat ikut mendayung sebentar,
memang lebih baik kalau kalian berdua mendayung secara
bergilir,"
Siau-cian tidak membantah lagi, ia segera menyerahkan
sepasang dayung itu kepada Si Cay-soat.
Ketika ia bangkit berdiri untuk berpindah tempat,
mendadak matanya berkilat tajam, serunya dengan nada
terkejut bercampur keheranan.
"Ibu, cepat lihat, apakah tempat itu adalah Wi-lim-poo?"
Lan See giok yang mendengar perkataan itu segera
bangkit berdiri dan memandang ke depan, tapi dengan
terkejut ia segera berseru.
"Aaah, bukan, Wi-lim-poo terletak dibalik hutan bakau
yang sangat luas .”
Sembari berkata, dia menunjuk ke arah hutan bakau
yang berada nun jauh di situ.
Si Cay-soat turut bangkit berdiri setelah mendengar
seruan itu, dari kejauhan sana ia saksikan titik cahaya
lentera berkedip persis seperti bintang di angkasa.
"Aaah, itu kan barisan perahu besar .yang kulihat tengah
hari tadi.." serunya tertahan.
Tergerak hati Lan See giok, segera gumam nya
"Mengapa sampai waktu selarut malam ini mereka
belum juga kembali ke Wi-lim-poo?, Anak Giok, mari kita
bergerak menuju ke sana" ajak Hu-yong siancu pelan.
Perkataan tersebut memang sesuai dengan keinginan Lan
See-giok. sebab dengan berlabuh nya, perahu-perahu perang
dari Wi-lim-poo di luar benteng, maka bisa jadi si Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san juga berada di atas kapal
perang tersebut.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san pernah menyembunyikan diri di dalam
kuburan kuno, itu berarti dia sudah melihat dengan jelas
pembunuh ayahnya, mungkin orang itu adalah si setan
bengis bermata tunggal dari telaga Tong-ting, mungkin juga
si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek-toh.
Kemudian diapun hendak bertanya kepada mereka,
darimana bisa tahu tempat persembunyian ayahnya serta
bagaimana ia memasuki kuburan, kuno dan akhirnya
membunuh si Makhluk bertanduk tunggal yang hampir
sekarat.
Berpikir sampai di situ, Lan See giok segera berpaling
dan serunya kepada Si Cay soat yang berada di buritan
perahu.
"Adik Soat arahkan perahu ini baik-baik, mari kubantu
dengan mendorong pukulan ke atas permukaan." Sambil
berkata. dia menyalurkan hawa murninya ke dalam telapak
tangan kanannya kemudian mendorongnya ke atas
permukaan air, segulung tenaga pukulan yang kuat segera
menghantam permukaan air dengan cepat sampan tersebut
meluncur ke depan bagaikan anak panah yang terlepas dari
busur kecepatannya semakin bertambah..
Dalam keadaan demikian, fungsi pendayung tersebut
menjadi tak ada artinya lagi, maka Si Cay soat
mempergunakannya sebagai pengatur arah perahu.
Hu-yong siancu memang tahu bahwa tenaga dalam yang
dimiliki Lan See giok amat sempurna. akan tetapi dia tidak
mengetahui sampai di taraf manakah kesempurnaan
tersebut.
Melihat perbuatan pemuda tersebut dengan penuh rasa
kuatir ia segera berkata,
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, musuh tangguh berada di depan mata, kau
jangan membuang tenaga dengan percuma."
Semalam, Siau cian telah menelan dua tetes Leng-sik
giok ji, ia merasa tenaga dalam yang dimilikinya telah
bertambah besar, oleh karena itu serunya kemudian dengan
gembira. "Biar kubantu usaha adik Giok." Sambil berkata
dia memutar telapak tangannya den segera disapu ke atas
permukaan telaga.,.
Ombak segera memecah ke empat penjuru, sampan kecil
yang sedang meluncur pun bergerak semakin kencang,
begitu hebatnya sehingga menimbulkan suara desingan
yang tajam.
Si Cay soat terkejut sekali menyaksikan hal ini, ia tidak
menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki Ciu Siau cian
sama sekali tidak berada di bawah kemampuannya,
Tak berapa lama kemudian, sampan itu sudah semakin
mendekati ratusan buah perahu besar itu, jaraknya paling
banter tinggal dua li saja.
"Hu-yong siancu kuatir ke dua orang itu membuang
tenaga terlalu banyak, ditambah pula permukaan telaga
waktu itu sangat tenang, suara air yang memecah bisa
menimbulkan kecurigaan orang, karena itu segera
cegahnya.
"Anak Giok, kita tak boleh maju dengan kecepatan yang
terlampau tinggi."
Mendengar perkataan tersebut. Lan See giok, Siau cian,
sama-sama menarik kembali tenaga pukulannya.
Mereka jumpai ratusan buah kapal perang itu tersebar di
seputar telaga dalam suatu formasi yang aneh, tampaknya
menyerupai semacam ilmu barisan.
http://kangzusi.com/
Cahaya lentera menyinari seluruh permukaan hingga
terang benderang bagaikan di tengah hari, keadaannya
sangat mentereng.
Lambat laun sampan mereka bergerak memasuki
lingkaran cahaya yang mengitari permukaan telaga tersebut.
Hu-yong siancu sebagai orang yang berpengalaman luas,
setelah melihat keadaan tersebut segera memberi
peringatan.
"Anak Giok, kalian berdua cepat duduk. bila kita
bergerak maju lebih ke depan pihak mereka pasti akan
melepaskan tanda peringatan,” Lan See giok dan Siau cian
yang mendengar perkataan tersebut segera duduk kembali,
sementara sorot mata yang tajam tiada hentinya memeriksa
keadaan di sekitar sana -
Untuk menghindari jejak mereka ketahuan musuh,
sekarang mereka semakin memperlambat gerakan
sampannya.
Hu-yong siancu memandang sekejap ratusan buah
perahu perang itu. kemudian bisik nya.
"Sudahkah kalian lihat formasi dari kapal perang itu ?"
Lan See giok yang bertenaga dalam sempurna dan
memiliki ketajaman mata yang luar biasa, segera berseru:
"Bibi, menurut pandangan anak Giok. formasi mereka
mirip sekali dengan formasi tanda salib"
Mendengar perkataan tersebut. Hu-yong siancu segera
tertawa rendah, katanya kemudian.
"Formasi semacam ini merupakan barisan terbaik untuk
berlabuh, orang menyebutnya barisan empat gajah, mau
maju menyerang gampang, mundur bertahanpun tidak
sukar, bila ada musuh menyusup ke dalam, mudah pula
http://kangzusi.com/
untuk mengurungnya. begitu banyak perubahan yang
tercakup di dalamnya sehingga termasuk barisan yang
paling hebat dalam pertempuran air.”
Sementara mereka masih berbincang-bincang, dari atas
permukaan air lebih kurang puluhan kaki di depan sana,
mendadak muncul dua orang manusia penyelam, dengan
suara yang keras mereka membentak nyaring:
"Hei, dari mana kalian berasal? Berani amat mendekati
kapal perang kami, memangnya kalian tak punya mata?"
Si Cay-soat gusar sekali mendengar perkataan itu. ia
segera balas membentak.
"Hei, kalian kunyuk dari Wi-lim-poo, lebih baik tak usah
takabur dan tahu adat sopan santun, hmmm, tampaknya
aku mesti memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepada
kalian malam ini"
Sembari berkata dia letakkan alat pendayung ke atas
sampan, kemudian merogoh ke dalam sakunya
mengeluarkan sebatang peluru pemisah air yang terbuat
dari perak.
Lan See-giok adalah pemuda yang berhati luhur,
ditambah pula dia sudah dua hari berdiam di Wi-lim-poo
serta mempunyai kesan yang cukup baik terhadap kawanan
pelaut itu, dia tak ingin membiarkan Si Cay-soat melukai
orang.
Cepat-cepat cegahnya:
"Adik Soat, tak usah berurusan dengan mereka.."
Sementara pembicaraan berlangsung ia sudah melihat
dengan jelas bahwa kedua orang itu merupakan lelaki
berpakaian renang yang memiliki sebuah rakit. seorang
http://kangzusi.com/
membawa golok, yang lain membawa busur dan panah,
sorot mata yang tajam tertuju kearah mereka.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu sambil mengangkat
tangan kanannya, ia berseru lantang.
"Aku Lan See-giok, khusus datang kemari untuk
menjumpai lo-pocu."
Ke dua orang lelaki itu tertegun sambil berseru kaget.
kemudian terdengar mereka membentak lagi:
"Ayo cepat hentikan perahu kalian, tunggu pemeriksaan
dari hiangcu penanggung jawab dari panji kami "
Lan See giok segera tertegun, dia tahu dengan jelas
bahwa pasukan kapal perang dari Wi-lim-poo terbagi dalam
empat barisan. yakni barisan naga, barisan harimau
terbang, barisan singa jantan dan barisan macan kumbang,
semenjak kapan telah dirubah menjadi panji?”
Setelah diamati lagi dengan seksama, pemuda itu makin
terkesiap, ternyata panji- panji yang berkibar di atas ratusan
buah kapal perang yang berlabuh di depan situ bukan saja
berbeda sekali dengan panji dari Wi-lim-poo, bentuk kapal
perangnya pun berbeda jauh.
Cepat-cepat dia berpaling ke arah Hu-yong siancu dan
serunya dengan gelisah.
"Bibi, anak Giok menjumpai kapal-kapal perang ini
bukan kapal perang, dari Wi-lim-poo.”
Hu-yong siancu segera berseru kaget. ia segera
memeriksa dengan seksama.
Benar juga, bentuk perahu tersebut memang berbeda
sekali dengan bentuk perahu yang pernah dijumpai tempo
hari, maka dia segera memberi tanda kepada Si Cay soat
http://kangzusi.com/
agar menghentikan laju perahunya, kemudian agak sangsi
dia berkata:
"Jangan-jangan pasukan kapal perang dari Lim lo pah di
telaga Tong-ting?"
Mendengar nama itu, Lan See-giok segera teringat
kembali dengan dendam kesumat terbunuhnya sang-ayah
tercinta, sepasang matanya segera memancarkan sinar
tajam, ditatapnya ratusan buah kapal perang itu tanpa
berkedip..
Sementara itu dari arah rakit tadi telah meluncur
segulung bunga api yang segera meledak di udara dan
memercikkan selapis bunga api yang berwarna warni. .
Pasukan kapal perang yang berada di kejauhan segera
melihat tanda itu, ditengah bentakan-bentakan keras, tiga
buah kapal perang yang berada di sayap kiri pelan-pelan
bergerak meja ke depan.
Hu-yong siancu segera berbisik kepada Lan See-giok.
"Pihak lawan berada di posisi yang lebih tinggi, ini tidak
menguntungkan buat kita, paling tidak, kita harus berusaha
menguasai sebuah kapal mereka. kemudian baru bertindak
menurut keadaan.”
Jika memang benar kapal perang dari Lim-lo-pah
pimpinan Toan Ki tin, kita harus berusaha menerobos ke
tengah barisan, hanya cara ini yang bakal menguntungkan
posisi kita.
Sambil mengendalikan hawa marah yang berkobar di
dalam dadanya, Lan Lee giok mengiakan berulang kali. dia
dapat mendengar suara bibinya sedikit agak gemetar,
mungkin ia teringat juga akan dendam kematian ayahnya.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mengendalikan sampan mereka agar tidak
bergerak lebih ke depan, sambil mengendalikan kemudi, dia
menengok sekejap ke arah ketiga kapal perang yang mulai
bergerak mendekat itu, lalu serunya kurang percaya.
"Bibi, Phoa yang oh termasuk daerah kekuasaan Wi-lim-
poo, mengapa mereka ijinkan kapal-kapal perang dari Lim
to pah menyerbu sampai di sini?"
Biarpun Lim-lo-pah dan Wi-lim-poo masing-masing
menjagoi sebuah telaga. namun mereka sering bentrok
sendiri di pintu masuk sungai Tiang-kang, semenjak lima
manusia cacad berdamai, pertarungan diantara mereka pun
agak mereda, aku sendiripun tak tahu apa yang
menyebabkan mereka ribut lagi.."
Belum selesai dia berkata, ke tiga buah kapal perang itu
sudah mengambil posisi segi tiga, dua di depan satu di
belakang, makin lama semakin rapat mengepung sampan
kecil itu.
Dengan jelas sekali Lan See giok dapat melihat, ratusan
buah lentera menyinari ke tiga buah kapal perang itu,
ratusan tombak dan tameng dengan lelaki-lelaki kekar,
sama-sama mengawasi sampan kecil mereka.
Di atas setiap perahu berkibar sebuah panji hitam dengan
tiga buah lentera hitam di ujungnya. di atas lentera tadi
terasa tertera tiga huruf besar yang dibuat dari cat putih
berbunyinya:
LIM LO PAH
Membaca ketiga huruf besar itu, Lan See giok merasakan
darah mendidih dalam dada nya, hawa napsu membunuh
segera berkobar dan sorot matanya memancarkan sinar
yang tajam.
http://kangzusi.com/
Melihat sikap yang kurang wajar dari pemuda itu cepat
diketahui Hu-yong siancu, segera ia berbisik. "Anak Giok.
musuh besar sudah berada di depan mata, jangan terlampau
gegabah sehingga merugikan diri sendiri"
Walaupun Lan See giok mengangguk berulang kali,
namun api kemarahan sudah berkobar di dalam dadanya,
Dalam pada itu, dua buah kapal perang yang datang dari
kiri dan kanan, sudah menjepit sampan kecil itu pada jarak
tujuh delapan kaki, sedangkan kapal perang yang bergerak
dari tengah semakin mendekati sampan tersebut. bentuk
kapal perang yang bergerak dari muka ini sama sekali
berbeda dengan bentuk kapal perang dari Wi-lim-poo, ujung
kapal tingginya mencapai satu kaki setengah, lebar delapan
depa dengan di tengahnya berukirkan sebuah kepala setan
besar yang sedang menyeringai seram dengan sorot melotot
besar. bentuk itu hampir mirip dengan bentuk wajah Toan
Ki tin. si setan bengis bermata tunggal.
Puluhan orang lelaki pakaian ringkas berwarna hitam,
dengan senjata terhunus berdiri angkuh di ujung perahu.
sorot mata mereka yang buas dan wajah yang diliputi
kegusaran ditujukan ke arah sampan kecil tersebut.
Ditengah barisan berdiri seorang lelaki gemuk
berpakaian ringkas warna hitam, usianya tiga puluh
tahunan. kepala gundul, muka bulat, mata besar, alis tebal,
dalam genggamannya memegang sepasang martil besar
yang nampaknya berat sekali.
-ooo0dw0ooo-

BAB 26
DENGAN senyuman dingin menghiasi bibirnya dan
sinar mata penuh kerakusan, lelaki gemuk berbaju hitam itu
http://kangzusi.com/
mengawasi wajah Hu-yong siancu, Si, Cay soat dan Siau
cian secara bergantian.
Akhirnya ketiga buah kapal perang itu berhenti dalam
posisi segi tiga, dengan demikian sampan kecil itu terjepit di
tengah-tengah. keadaannya seperti selembar daun kering
yang terombang ambing ditengah samudra, mengenaskan
sekali keadaannya.
Hu-yong siancu kuatir kapal perang itu menumbuk
sampan mereka, semenjak tadi ia sudah memberi tanda
kepada semua orang agar bangkit berdiri dan
mempersiapkan diri.
Di bawah sinar lentera yang terang benderang. kawanan
lelaki kekar yang berada di atas ketiga kapal perang itu
dapat menyaksikan keadaan sampan tersebut dengan jelas,
mereka semua sama-sama tertegun. agaknya selama hidup
belum pernah mereka jumpai gadis-gadis yang begitu cantik
bak bidadari dari kahyangan.
Sambil berusaha mengendalikan hawa amarahnya, Lan
See-giok mendongakkan kepalanya memandang lelaki
gemuk itu, kemudian ujarnya dengan lantang- "Aku Lan
See giok, karena suatu persoalan datang menjumpai ketua
kalian, harap bawa kami menjumpainya atau memberi
kabar kepada pemimpin kalian agar datang berbicara."
Lelaki gemuk di atas perahu itu amat gusar melihat sikap
angkuh dan tidak menaruh hormat dari Lan See giok,
dengan cepat dia tahu kalau kehadiran ke empat orang ini
tidak bermaksud baik, maka sambil tertawa dingin, ujarnya
dengan suara dalam.-
"Kalian ada urusan apa, katakan saja kepada aku si
martil baja Li San hiangcu sayap kiri dari panji hitam, bila
masalahnya, memang besar dan penting, tentu saja aku
akan memberi laporan kepada pemimpin kami.."
http://kangzusi.com/
"Kecuali Toan Ki tin pribadi, tiada orang yang dapat
menjawab pertanyaanku ini," seru Lan See giok semakin
gusar.
Martil baja Li San turut naik pitam, dia membentur
benturkan sepasang senjatanya lalu membentak keras. .
"Tidak sulit bila kalian ingin berjumpa dengan pemimpin
kami, cuma harus melalui dulu sepasang martil besiku ini.."
Si Cay soat yang tidak sabaran, semenjak tadi sudah tak
kuasa menahan emosi, sebelum Li San menyelesaikan kata
katanya dia telah membentak keras, pergelangan tangannya
diayunkan,. sekilas cahaya tajam langsung menyambar
kepala Li San yang gundul.
Li San sama sekali tidak keder menghadapi serangan
tersebut, dengan tenangnya dia hanya berkerut kening.,
"Triiing!" Serangan bersarang telak di atas kepalanya,
namun peluru perak itu malah mencelat ke tengah udara.
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang berdiri di
belakang si martil besi Li San serentak tertawa terbahak-
bahak.
Lan See-giok, Siau cian serta Si Cay soat menjadi
tertegun melihat peristiwa tersebut mereka sama sekali tidak
menyangka kalau batok kepala si martil baja Li San
ternyata sekeras baja.
Memandang Si Cay soat yang termangu mangu
keheranan, si martil baja Li San menggelengkan kepalanya
berulang kali. kemudian ejeknya:
"Walaupun hari ini aku tak bisa mengecup bibirmu yang
mungil itu, namun bau harum semerbak yang tertinggal di
atas senjata rahasia nona sudah cukup membuat aku
tergiur.."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata. ia mendongakkan kepalanya dan sekali
lagi tertawa terbahak bahak.
Lan See giok gusar sekali, dalam keadaan begini dia
seperti lupa dengan pesan dari bibinya. sambil membentak
keras tubuhnya melejit ke udara dan meluncur beberapa
kaki, ke depan..
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang menyaksikan
hal ini segera membentak pula. sambil meloloskan senjata
tajam, masing masing mengambil posisi.
Lan See giok yang melambung di angkasa, sewaktu
berada dua kaki dari ujung bajunya, dengan jurus naga sakti
masuk ke sungai, dalam posisi kepala di bawah kaki di atas
dia langsung menerkam si martil besi Li san..
Sesungguhnya si martil besi Li San sudah menduga
bahwa Lan See-giok berempat pasti memiliki kepandaian
silat yang sangat hebat. sebab tanpa kepandaian yang hebat
mustahil mereka berani mendekati ratusan buah kapal
perang itu dengan sampan kecil.
Namun dia mengandalkan jumlah anggota nya yang
banyak, ditambah pula, bala bantuan yang berada di
belakang, terutama sekali sepasang senjata martil besarnya.
karena itu dia tak memandang sebelah mata pun atas
kehadiran ke empat orang itu.
Akan tetapi setelah menyaksikan kehebatan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok, diam-diam
ia merasa terkejut maka begitu dilihatnya pemuda itu
menerjang tiba, matanya segera melotot besar sambil
membentak dia melepaskan sapuan dengan martil bajanya .
..
Saat itu Lan See giok ingin selekasnya menyerbu ke
tengah barisan dan membunuh si setan bengis bermata
http://kangzusi.com/
tunggal, melihat datangnya sapuan martil besi itu. sepasang
tangannya dikebaskan ke muka, kemudian tubuhnya melejit
lewat di atas kepala Li San dan melayang turun di
permukaan perahu di belakang tubuhnya.
Gagal dengan serangan martilnya, Li san sangat terkejut,
ia membentak lalu memutar badannya secepat kilat. dengan
martil besinya dia menyerang Lan See giok yang berada di
belakang tubuhnya sekali lagi.
Lan See giok segera menjejakkan ujung kakinya ke atas
permukaan perahu, sekali lagi dia melejit setinggi lima
depa.
Sapuan martil baja itu kembali menyambar persis
melalui bawah telapak kaki nya.
"Kawanan tikus, serahkan jiwamu . . . ." bentaknya
kemudian keras-keras.
Ditengah bentakan itu. dengan jari tengah dan telunjuk
tangan kanannya dia lancar kan sebuah sentilan maut ke
depan.
Hu-yong siancu menjadi sangat terkejut melihat kejadian
ini, serunya tak tahan.
"Anak Giok, jangan kau bunuh dirinya"
Sayang sekali seruan itu terlambat selangkah.
Tampak Li San menjerit kesakitan, batok kepalanya
segera pecah dan isi benaknya bercampur darah
berhamburan kemana-mana tubuhnya mundur dengan
gontai lalu tergeletak di atas tanah dan tak berkutik lagi.
"Pluung . . . .
Tubuh Li San berikut senjata martilnya sama-sama
tercebur ke dalam telaga, darah segar dengan cepat
merubah permukaan tanah menjadi merah.
http://kangzusi.com/
Segenap lelaki kekar yang berada di atas ketiga perahu
besar itu menjadi tertegun saking kagetnya setelah terjadi
peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu tahu bahwa gelagat tidak
menguntungkan. ia sadar peristiwa ini segera akan
memancing datangnya tindak balasan lawan dengan
melepaskan serangan panah yang membabi buta.
Kepada Si Cay soat dan Ciu Siau cian buru-buru serunya
dengan lantang.
"Ayo cepat naik ke atas kapal"
Begitu selesai berseru, mereka bertiga segera melejit ke
tengah udara, bagaikan tiga ekor burung walet. mereka
melompat naik ke atas perahu.
Bersamaan waktunya ketika ke tiga orang itu melejit ke
udara, dari atas perahu besar di sisi kiri dan kanan mereka,
terdengar suara bentakan keras. menyusul hujan panah
berhamburan kearah sampan kecil mereka.
Keringat dingin segera bercucuran membasahi seluruh
tubuh Lan See giok setelah menyaksikan peristiwa ini,
menanti dia menengok lagi kearah sampan kecil itu, hanya
di dalam sekejap mata saja beratus batang anak panah telah
menembusi permukaan sampan itu.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah tiba di atas kapal
besar, dia segera membentak keras..
"Anak Giok cepat tawan orang dan rampas perahu besar
itu .."
Belum habis dia berkata, puluhan lelaki yang berada di
atas perahu telah membentak keras dan bersama sama lari
ke geladak.
http://kangzusi.com/
Dengan kening berkerut, mencorong sinar tajam dari
balik mata Lan See giok, sambil menerjang ke depan,
kesepuluh jari tangan nya disentilkan bersama ke muka,
seketika itu juga terdapat delapan orang lelaki kekar yang
menjerit kesakitan kemudian roboh terjengkang ke atas
tanah.
Puluhan orang lelaki bertameng yang berdiri di kedua sisi
perahu serentak membentak sambil melompat turun dari
atas perahu.
Dalam waktu singkat bayangan manusia berkelebat
lewat, air berhamburan ke mana-mana .suasananya sangat
ramai.
Siau cian dan Cay soat segera meloloskan pedang Jit hoa
kiam dan Gwat hui kiam, namun di dalam sekejap mata
itulah selain delapan orang le1aki yang tertotok jalan
darahnya itu. sudah tak nampak sesosok bayangan
manusiapun.
Mendadak.
Suara desingan tajam bergema di udara. sebatang anak
panah dibidikkan dari atas sebuah kapal besar tujuh-delapan
kaki di depan situ..
Lan See giok gusar sekali. baru saja dia hendak memukul
rontok serangan mana, mendadak tampak Hu-yong siancu
membungkukkan badan dan secepat kilat menyambar
seorang lelaki berbaju hitam dari atas tanah dan
dipergunakan untuk menyongsong datangnya bidikan
tersebut.
Lelaki itu segera menjerit kesakitan. ternyata anak panah
tersebut persis menancap di atas pantatnya,
http://kangzusi.com/
Para pemanah yang berada di atas perahu di kiri dan
kanan mereka jadi ketakutan setengah mati, serentak semua
orang menghentikan serangan masing-masing.
Lan See giok menjadi kagum sekali setelah menyaksikan
kejadian ini, kejadian itu menjadi peringatan yang paling
baik bagi dia yang berhati penuh rasa kasihan. pelajaran
tersebut adalah, dibalik kewelas kasihan. kadang-kala
seseorang perlu juga bertindak keji
Si Cay soat tat dapat menahan rasa geli nya lagi, dia
segera tertawa cekikikan. kemudian pujinya.
"Waah, tindakan yang dilakukan bibi memang tepat
sekali"
Hu-yong siancu memandang sekejap anak panah yang
menancap di atas pantat lelaki itu, kemudian dengan wajah
merah padam karena jengah, ujarnya sambil tersenyum:
"Mara bahaya di atas air masih kelewat sedikit yang
kalian ketahui, sebetulnya anak panah itu bertujuan untuk
memaksa kita menghindar atau berkelit, asal kita sudah
bergerak maka anak panah kedua den berikut nya akan
saling susul menyusul, tujuannya tak lain untuk memaksa
kita agar meninggal kan ujung perahu, bila mendapat
dukungan dari hujan panah yang datang dari kedua perahu
lain, sudah pasti usaha kita untuk merampas perahu ini
akan mengalami kesulitan besar.”
Sembari berkata. dia lantas mengendorkan cekalannya
dan membuang lelaki itu ke atas tanah.
Si Cay-soat yang mendengar penjelasan tersebut,
senyuman yang semula menghiasi wajahnya segera hilang,
lenyap tak berbekas, dia menengok ke samping dan
sekeliling tempat itu, ternyata kecuali ke tiga batang kayu
http://kangzusi.com/
tiang layar di situ tidak ditemukan lagi tempat apapun yang
bisa digunakan untuk menyembunyikan diri.
Paras muka Lan See-giok berubah pula menjadi merah,
perasaan menyesal sempat menghiasi wajahnya, dia
menyesal mengapa tidak menuruti nasehat dari bibinya,
dimana dua kali bertindak secara gegabah, hampir saja
gara-gara perbuatannya. mereka harus menghadapi
ancaman bahaya yang besar sekali.
Bila dipikirkan kembali, perbuatannya itu memang
terlampau berbahaya..
Mendadak terdengar Hu-yong siancu berkata lagi.
"Anak Giok, bebaskan ja1an darah orang ini, biar bibi
menanyakan maksud tujuannya datang kemari."
Lan See giok segera mengiakan, dia menuju ke hadapan
lelaki yang terluka di pantat itu serta menepuk bebas jalan
darahnya yang tertotok ..
Lelaki itu segera menggerakkan tangannya. untuk
meluruskan anggota badannya, setelah mencabut anak
panah tersebut dari atas pantatnya, dengan tetap berbaring
di tanah. ia mengawasi Hu-yong siancu berempat dengan
penuh penderitaan:
Sambil menarik muka, Hu-yong siancu segera menegur
dengan wajah gusar,
"Sudah hampir belasan tahun lamanya dari Lim lo pah
kalian tak pernah memasuki telaga Phoa yang oh, kali ini
mengapa secara tiba-tiba melakukan penyerbuan secara
besar besaran?"
"Apa yang menyebabkan kami sampai di sini hamba
kurang begitu jelas .," sahut lelaki itu sambil mengeluh,
http://kangzusi.com/
"tapi kami sudah membuat surat tantangan perak untuk
pihak Wi-lim-poo"
"Bagaimana kemudian?" tanya Hu-yong siancu lebih
jauh sambil menarik muka.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Dari pihak Wi-lim-poo ternyata tidak memberikan
gerakan apapun, reaksi sedikitpun tak ada "
Hu-yong siancu segera berkerut kening, lalu memandang
sekejap ke arah Lan See giok yang sedang termangu dengan
pandangan tak mengerti, mereka berdua sama-sama tidak
mengerti apa sebabnya pihak Wi-lim-poo tidak mengirim
kapal perangnya untuk menyambut tantangan tersebut.".
Yang paling diperhatikan oleh Lan See giok adalah jejak
dari setan bengis bermata tunggal Toan Ki-tin, dengan suara
dalam kembali dia menegur.
"Apakah pemimpin kalian juga turut serta dalam
penyerbuan kali ini?"
Lelaki kekar itu mengangguk dengan penuh penderitaan.
Mengetahui hal tersebut timbul napsu membunuh dalam
hati Lin See-giok, dia segera mengangkat kepalanya sambil
memandang kapal komandan yang berada di kejauhan
sana,
Tapi dengan cepat dia tertawa dingin sambil berkata
kembali.
"Jika mereka datang kemari, hal ini memang jauh lebih
baik lagi , . . "
Hu-yong siancu, Si Cay soat serta Ciu siau cian yang
mendengar perkataan tersebut sama-sama mendongakkan
kepalanya ternyata terdapat puluhan buah kapal besar yang
terbagi dalam dua rombongan membentuk sebuah lingkaran
http://kangzusi.com/
mengepung yang melindungi sebuah kapal besar di
tengahnya yang bergerak maju menghampiri mereka.
Suasana di atas kapa1 besar tadi terang benderang
bermandikan cahaya. bahkan di atas geladak sama sekali
tak terlihat sesosok bayangan manusia pun.
Hu-yong Siancu segera berbisik kepada Lan See giok,
"Anak Giok. kapal yang berada ditengah itu merupakan
kapal komando, setelah mendekat nanti, kau boleh
langsung menantang perang kepada Toa Ki tin pada perahu
tersebut."
Lan See giok menutup mulutnya rapat-rapat sambil
menggigit bibir, ia mengangguk berulang kali mengiakan,
memang tak pernah disangka olehnya bahwa malam ini
dendam kesumatnya bisa dituntut balas.
Kapal komando itu semakin melambat gerakannya
dimana akhirnya berhenti hanya lima kaki dari kapal besar
dimana Lan See giok sekalian berada sekarang. sementara
puluhan buah kapal yang berada di kedua belah sisinya
langsung melakukan pengepungan dari empat penjuru.
Saat itulah, dari atas sederet kapal besar yang
menghadap ke utara muncul dua buah kapal dengan
lambang yang sama yakni pada ujung kapal terdapat sebuah
kepala setan besar, sedangkan panji yang berkibar pada
masing-masing tiang besi warna hitam dan kuning.
Di atas kapal berpanji hitam tampak berdiri puluhan
orang lelaki kekar berpakaian ringkas warna hitam, diantara
mereka berdiri angkuh seorang lelaki kasar berkepala singa,
mata besar. hidung samsi dengan perut yang membuncit.
Orang itu penuh bercambang, bulu dadanya yang hitam
pekat memenuhi dadanya bagaikan sikat, senjatanya adalah
sebuah tongkat baja yang kelihatannya berbobot ratusan
http://kangzusi.com/
kati, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa
dia adalah seorang manusia yang berkekuatan raksasa.
Sebaliknya di atas kapal berpanji kuning itu berdiri
puluhan lelaki kekar berpakaian ringkas warna kuning.
diantara mereka, nampak seorang lelaki setengah umur
berwajah pucat, kurus kering berbaju ringkas warna kuning
yang membawa senjata tombak berantai.
Orang ini mempunyai bentuk muka yang licik, busuk
dengan sepasang mata yang liar, bibirnya tipis lagi lebar
dengan berapa lembar kumis menghiasi atas bibirnya, dari
kejauhan orang akan bingung untuk menduga ia sedang
membuka matanya atau sedang memejamkan sepasang
matanya,
Lan See-giok kecewa sekali, ternyata di atas kedua buah
kapal tersebut sama sekali tidak ditemukan si iblis bengis
bermata tunggal Toan Ki tin, ia mengerti bahwa dua orang
yang tampak olehnya adalah pemimpin dari ke dua macam
panji tersebut.
Agaknya Hu-yong siancu dapat menebak isi hati Lan See
giok, dia segera memperingatkan.
"Setelah kaki tangannya digebuk, masa pentolannya tak
akan munculkan diri? Anak Giok: kau tak usah gelisah
lantaran peristiwa tersebut!"
Lan See-giok mengangguk sambil mengiakan berulang
kali, sorot matanya kembali dialihkan ke arah kedua kapal
tersebut, waktu itu ia saksikan si lelaki baju hitam bersenjata
toya raksasa tersebut sedang berunding dengan si lelaki
kurus berwajah pucat.
Menyusul kemudian tampak lelaki berbaju hitam itu
manggut-manggut. lalu mengalihkan sorot matanya sambil
menegur dengan suara dalam.
http://kangzusi.com/
"Perbuatan kalian menyerang kapal perang kami sambil
melukai orang betul-betul merupakan perbuatan yang amat
berani dan terkutuk, kalau memang ada urusan hendak
menjumpai pemimpin kami, sepantasnya bila kalian
sodorkan kartu nama.."
Lan See-giok sama sekali tak berminat untuk
mendengarkan obrolannya, sebelum lawan menyelesaikan
kata katanya, ia telah membentak dengan suara
menggeledek.
"Lebih baik tutup saja bacot baumu itu dan segera
undang Toan Ki tin agar berbicara denganku, kalau tidak
jangan salahkan bila aku berhati kejam dengan membantai
kalian semua!"
Lelaki berbaju hitam itu kontan saja tertawa terbahak
bahak, kemudian jengeknya sinis:
"Hmm, kau benar-benar seorang bocah cecunguk yang
tak tahu diri, biar toaya kasih pelajaran dulu kepadamu."
Tubuhnya yang berat bebal macam babi bunting itu
langsung melompat ke tengah geladak,
Jangan dilihat badannya yang gembrot macam babi
bunting itu, ternyata lompatannya tidak menimbulkan
sedikit suarapun.
Berkerut kening Lan See-giok setelah menyaksikan
kejadian ini, tampaknya dia tak menyangka kalau Ho Hai-
him memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna.
Sesudah melompat ke muka, Ho Hai-him segera melotot
besar, kemudian sambil menuding teriaknya,
http://kangzusi.com/
"Bocah terkutuk, ayo maju untuk mampus, jangan harap
kau bisa bertemu dengan pemimpin kami dalam
kehidupanmu kali ini"
Belum lagi ucapan tersebut selesai diutarakan. Siau cian
dan Cay soat sama-sama sudah membentak keras, tubuh
mereka melompat ke muka, dua titik cahaya perak langsung
menyambar ke tengah geladak,
Dalam pada itu puluhan buah kapal perang sudah
mengurung sekitar kapal tersebut, beratus buah lentera yang
memancarkan sinar terang membuat suasana di sekitar situ
terang benderang bermandikan cahaya..
Melihat kehadiran Siau cian dan Cay soat, sekali lagi Ho
Hai him tertawa tergelak, serunya kemudian dengan
nyaring:
"Waah . . . malam ini aku Ho hui him memang lagi
ketiban rejeki, masa ada dua bidadari cantik mau menemani
ku..hmmmn. biar malam ini aku mesti mampus pun. aku
Ho Hui him akan mampus dengan mata meram!"
Kembali ia tertawa tergelak
Merah jengah selembar wajah Siau cian serta Cay soat,
mereka semakin gusar.
Siau cian yang cekatan sekali lagi membentak keras,
sebuah tusukan langsung ditusukkan ke tubuh Ho Hai him.
Cay soat tak mau ketinggalan, diiringi bentakan kaki dia
maju pula melepaskan serangan kilat.
Dalam sekilas pandangan saja, Ho Hai him sudah tahu
kalau senjata yang dipergunakan Siau cian adalah sebilah
pedang mestika namun ia tak gentar karena dalam
anggapannya senjata yang ia gunakan lebih berat dari
lawan.
http://kangzusi.com/
Maka disaat pedang Siau cian menusuk tubuhnya, ia
membentak keras, dengan jurus Teng hay sin ciam (jarum
sakti penenang lautan) toyanya menyodok ke atas pedang
Gwat hui kiam lawan.
Tentu saja Siau cian tak ingin beradu senjata dengan
musuh, cepat ia memutar pergelangan tangannya dan balik
menusuk ke dua bahu lawan . . .
Agaknya Ho Hui him tidak menyangka kalau pedang
Siau cian bisa bergerak begitu cepat dan enteng, ia terkejut.
Buru-buru tubuhnya berkelebat ke samping, kemudian
sambil membentak toya nya disodokkan ke atas tubuh
pedang nona itu. Siau cian ada maksud untuk menunjukkan
sedikit kebolehannya di depan kekasihnya, ditambah lagi
ejekan Hui him yang membuatnya malu ini semua
membuat hawa napsu membunuh dengan cepat
menyelimuti perasaannya.
Ketika dilihatnya Ho Hui him maju sambil
menyodokkan toyanya. ia tidak mundur sebaliknya sambil
maju ke muka. kepalanya ditundukkan mengiringi
bungkukkan badan, toya lawan serta merta menyambar
lewat dari atas punggungnya .
Cay soat dan Lan See giok amat terkesiap menyaksikan
kejadian ini, hampir saja mereka menjerit kaget saking
ngerinya,
Tiba-tiba Siau cian maju sambil menegakkan kembali
tubuhnya, begitu toya lawan sudah menyambar lewat.
Pedang Gwat hui kiam diputar kencang memainkan
jurus Ku siu boan keng (pohon kering akar melingkar),
cahaya pedang berkelebat lewat menyusul kemudian
berkumandang suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
http://kangzusi.com/
Tubuh Ho Hui-him yang tinggi besar terpaksa kutung
menjadi dua bagian, darah segar memancar kemana mana
dan isi perut nya berhamburan memenuhi lantai, sementara
toya raksasanya yang mencapai berapa ratus kati itu
tercebur ke dalam sungai hingga menimbulkan percikan air
yang tinggi . .
Sedangkan paras muka Siau cian pucat pias seperti
mayat, bibirnya gemetar keras. disaat cahaya pedangnya
menyambar lewat tadi, tubuhnya telah melayang kembali
ke hadapan Cay soat.
Dalam pada itu, suasana di atas telaga tersebut hanya
diramaikan oleh suara jeritan ngeri yang memilukan hati
tadi, kecuali itu tak kedengaran sedikit suara pun.
Rupanya beratus ratus jago yang berada di atas puluhan
buah kapal perang itu telah dibikin tertegun saking
kagetnya.
Lelaki setengah umur berbaju kuning yang selama ini
berdiri di ujung perahu berpanji kuning tanpa menimbulkan
reaksipun, kini dibikin ketakutan sehingga sekujur
badannya gemetar keras. sepasang mata yang semula,
menyipit pun kini terbelalak lebar.
Hu-yong siancu juga berkerut kening sambil merasa
sangat keheranan, ia tak tahu apa sebabnya Siau cian
sampai melakukan pembunuhan tersebut? Padahal dia tahu
putrinya merupakan seorang gadis yang berperasaan sangat
halus.
Berbeda sekali dengan Lan See giok yang sedang
dipengaruhi oleh rasa dendam yang berkobar. dia
menganggap Ho hui him yang cabul dari jahat itu sudah
sepantasnya peroleh ganjaran yang setimpal.
http://kangzusi.com/
Suasana di sekitar situ menjadi sangat hening, tak
kedengaran sedikit suara pun.
Cay soat tak ingin ketinggalan, setelah melihat Siau cian
berhasil membantai Ho Hui him dalam satu gebrakan saja,
sekalipun dilakukan sambil menyerempet bahaya tapi hasil
yang diperoleh sungguh di luar dugaan.
Sebagai gadis yang mempunyai watak ingin menang,
sudah barang tentu ia tak mau berdiam diri saja.
Sambil menjejakkan kakinya dia melompat ke tengah
ge1adak. dengan pedang terlintang ditangan kanan. ia
menuding lelaki setengah umur berbaju kuning itu sambil
membentak.
"Aku lihat tampangmu mirip sekali dengan manusia
cecunguk, ayo kemari saja untuk menerima kematian pula!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, Hu-yong siancu tak
sanggup menahan diri lagi, dia menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa geli.
Sementara itu, lelaki setengah umur berbaju kuning itu
sudah dibuat ketakutan setengah mati, sorot wataknya.
Memancarkan sinar gelisah, pipinya kelihatan gemetar,
biarpun pandangannya tertuju ke arah Cay soat namun
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Suasana gaduh dengan cepat meliputi segenap jago yang
berada di atas kapal-kapal perang, nampaknya semua orang
merasa tak puas atas jiwa kepengecutan lelaki tersebut.
Lelaki setengah umur itu sendiri meski mengerti bahwa
perbuatannya ini sangat memalukan, tapi setelah
menyaksikan mayat-mayat yang bergelimpangan di atas
geladak, tegakah dia untuk berbuat nekad?
http://kangzusi.com/
Bagaimanapun jua dia adalah seorang komandan dari
suatu pasukan besar, dalam hati kecilnya diapun ingin turun
ke arena sambil mendemonstrasikan kehebatannya, tapi ..
Ia pun sadar bahwa kepandaian silat yang dimiliki gadis
itu kelewat hebat, yang pasti bukan tandingannya, dalam
menghadapi masalah yang mempertaruhkan keselamatan
jiwanya ini, jelas dia tak ingin bertindak kelewat gegabah.
Dalam pada itu, Cay-soat semakin naik darah karena
tidak memperoleh tanggapan dari lawan, sekali lagi
hardiknya dengan penuh amarah yang meluap.
"Hei, aku suruh kau kemari untuk menerima kematian,
sudah kau dengar belum teriakanku ini?"
Sementara berbicara, pedangnya dialihkan ke tangan
kiri, sedang tangan kanannya diayunkan ke depan
melepaskan sebatang senjata garpu ke muka.
Sekilas cahaya tajam secepat sambaran petir langsung
menyerang tubuh lelaki setengah umur itu.
Semenjak tadi lelaki setengah umur itu memang sudah
mengawasi gerak gerik Cay soat tanpa berkedip, karena itu,
disaat cahaya tajam menyerang ke arahnya, cepat-cepat dia
berkelit pula ke samping ..
Akibatnya berapa puluh orang lelaki kekar yang berdiri
di belakangnya menjadi gaduh dan kalut.
Di mana cahaya tajam berkelebat lewat, berkumandang
jeritan kaget yang amat keras. Ternyata senjata garpu itu
sudah menembusi telinga seorang lelaki kekar lalu
meluncur ke muka dan akhirnya menancap di atas tiang
layar perahu.
http://kangzusi.com/
Pada saat inilah. dari telaga sebelah utara tiba-tiba
berkumandang datang suara genta yang dibunyikan bertalu
talu.
Begitu suara genta dibunyikan, serentak semua jago yang
berada di atas puluhan buah kapal perang itu
memperdengarkan tempik sorak yang gegap gempita.
Lelaki setengah umur itupun merasakan semangatnya
berkobar kembali, dia mulai menggosok kepalannya dan
sambil menggertak gigi siap melompat masuk ke arena.
Dengan cepat Lan See-giok berpaling ke depan, ia
saksikan sesudah perahu besar yang penuh dihiasi lentera
merah sedang bergerak mendekat, kapal ini berbeda sekali
dengan bentuk perahu lainnya, bahkan lebih mirip dengan
sebuah kapal perang milik kerajaan.
"Mungkin Toan-Ki tin yang datang" seru Hu-yong siancu
kemudian agak emosi.
Lan See-giok segera mengepal sepasang tinjunya yang
mulai berkeringat. dia ingin sekali kapal besar itu tiba
dihadapannya da1am waktu singkat.
Tapi tak selang berapa saat kemudian, pemuda itu sudah
mengeluh kembali dengan kecewa.
"Aaah, lagi-lagi bajingan tua Toan tak berada di atas
kapal itu .."
Ketajaman mata Hu-yong siancu sedikit di bawah Lan
See giok, maka ia baru bisa melihat dengan jelas orang yang
berada di atas perahu itu berapa saat kemudian, tiba-tiba
wajahnya berubah hebat setelah melihat jelas siapa
gerangan orang tersebut. hatinya menjadi amat pedih
sehingga sekujur tubuhnya gemetar keras.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dengan air mata bercucuran ia
berseru sambil menggertak gigi,
"Dia .. aah. rupanya dia .."
Dengan perasaan tertegun Lan See giok berpaling, tapi ia
segera dibikin terperanjat.
Paras muka bibinya telah berubah menjadi pucat pasi, air
mata membasahi pipinya, dengan perasaan terkejut ia lantas
berseru. . "Bibi."
Namun Hu-yong siancu seolah-olah tidak mendengar
lagi seruannya itu, ia masih saja mengawasi orang yang
berada di atas perahu bendera merah itu tanpa berkedip,
sedang mulutnya tetap berguman terus dengan suara
gemetar.
"..ternyata benar-benar bajingan cabul itu..Pek In hong.."
Waktu itu agaknya Cay-soat dan Siau cian juga telah
me1ihat keanehan perempuan tersebut, serentak mereka
melompat kembali ke sisinya dan mengawasi Hu-yong
siancu dengan perasaan penuh kekuatiran
Dengan cepat Lan See giok dapat menyimpulkan bahwa
orang yang berada di atas perahu berlentera merah itu
sudah pasti ada hubungannya dengan perubahan aneh bibi
nya, sebab itu dia mengawasi perahu tadi dengan lebih
seksama.
Setelah perahu itu semakin mendekat Cay soat dan Siau-
cian dapat melihat dengan lebih jelas lagi, ternyata orang
yang berdiri di ujung geladak perahu itu adalah seorang
lelaki setengah umur yang berwajah tampan.
Orang itu mengenakan kopiah perak dengan jubah yang
amat halus, wajahnya tampan dan gagah, jenggot hitam
http://kangzusi.com/
menghiasi sepanjang dada, sebilah pedang tersoren di
pinggangnya.
Satu satunya kejelekan yang dimiliki orang itu adalah
kulit wajahnya yang pucat tanpa warna darah sehingga ia
kelihatan kurang sreg dihati.
Hanya di dalam sekilas pandangan saja, Siau cian dan
Cay-soat sudah menduga bahwa orang ini pastilah seorang
manusia bergajul yang paling cabul dan paling berbahaya.
Akhirnya kapal berlentera merah itu berhenti, lelaki
berbaju perlente itu memandang sekejap mayat-mayat yang
tergeletak di atas geladak dengan penuh amarah, kemudian
berpaling kearah lelaki setengah umur tadi dan agaknya
sedang mengumpatnya.
Lan See giok menggunakan kesempatan itu segera
berbisik kepada Hu-yong siancu:
"Bibi, kalau toh orang itu sangat jahat. biar Giok ji ke
situ untuk membekuknya kemudian biar bibi yang
menjatuhi hukuman kepadanya .. ..
Belum selesai ia berkata, Cay-soat telah menimbrung
pula.
"Biar aku saja yang pergi membekuknya.. "
"Jangan" Hu-yong siancu segera mencegah, bajingan ini
mempunyai dosa yang amat besar dia telah menghancurkan
kebahagian hidupku yang terindah, aku bersumpah hendak
mencincang tubuh bajingan ini sampai hancur lumat,
dengan begitu dendamku baru dapat terlampiaskan . ."
Selesai berkata ia menyeka air matanya, kemudian
dengan jurus burung hong hinggap diranting, ia meluncur
ke arah perahu tersebut.
http://kangzusi.com/
Lan See giok, Siau cian dan Cay soat tak berani
membangkang perintah Hu-yong siancu, karenanya mereka
bertiga hanya bisa berdiri di tempat sambil bersiap dalam
menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dengan langkah yang ringan Hu-yong siancu turun di
depan lelaki tadi, setelah meloloskan pedang Hu-yong
kiam, dia menuding lelaki berbaju perlente sambil
membentak.
”PEK IN-HONG, bajingan cabul yang tak tahu malu,
ayo cepat menerima kematianmu aku Han Sin-wan sudah
sembilan belas tahun menantikan kesempatan seperti hari
ini untuk membunuhmu, sungguh tak nyana Thian telah
mengabulkan keinginanku ini dengan membiarkan kita
bersua di sini, bajingan terkutuk, cepat serahkan jiwa
anjingmu!"
Mula-mula lelaki berbaju perlente itu nampak tertegun,
tapi setelah melihat jelas paras muka lawannya, air
mukanya kontan beruban.
Tapi hanya sebentar saja, dengan cepat ia berhasil
menguasai kembali perasaannya bahkan tertawa terbahak.
bahak.
"Haaahhh.. haaahhh. haaahhh.. kukira siapa yang begitu
berani mendatangi kami dengan sebuah sampan kecil, Eeeh
tak tahu nya adalah perempuan paling cantik dari dunia
persilatan, Hu-yong siancu Han- Sin -wan yang terkenal
dimasa lalu!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, seruan kaget kembali
berkumandang dari atas kapal-kapal perang itu, beratus
pasang sinar mata pun serentak dialihkan bersama ke wajah
Hu-yong siancu.
http://kangzusi.com/
Sinar mata itu penuh diliputi perasaan bimbang den
tercengang, seandainya perkataan ini bukan diucapkan oleh
tongcu bagian hukuman perkumpulan mereka sendiri
niscaya tak ada yang percaya kalau nyonya muda yang
cantik jelita itu tak lain adalah Hu-yong siancu yang sudah
mulai tersohor semenjak dua puluhan tahun berselang.
Dengan sorot mata berkilat bagaikan sinar pedang, sekali
lagi Hu-yong siancu membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, tak usah banyak
berbicara lagi, segera kau serahkan jiwa anjingmu!"
Biarpun tenang di luar, sesungguhnya Pek In hong ngeri
di dalam hati, biar begitu ia toh memaksakan diri juga
untuk tertawa terbahak bahak sambil mengejek.
"Han Sin Wan kau jangan lupa, tempo hari aku Pek In
hong Cuma datang terlambat selangkah ketimbang Ciu Ki
san, kalau tidak saat inipun kita sama saja merupakan
sepasang suami istri yang berbahagia-haaahhh- haaahhh”
Merah padam selembar wajah Hu-yong siancu, saking
gusarnya dia segera membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, serahkan jiwa
badakmu!"
Lan See giok turut merasa naik darah karena kecabulan
musuhnya itu, diam-diam ia menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan kanan dan siap melepaskan sebuah
sentilan maut- -
Untung Siau cian bermata jeli, dengan cepat dia
cengkeram lengan kanan pemuda itu sambil mencegah.
"Bila kau berbuat begini, betul Pek In hong bakal
mampus, tapi belum bisa menebus semua dosanya, biarlah
http://kangzusi.com/
ibuku yang menjagal bajingan keparat ini sehingga ibu tak
akan menyesal lagi di kemudian hari"
Lan See giok segera menyadari kesalahannya, hingga dia
mengangguk berulang kali.
Menggunakan kesempatan tersebut bisiknya kepada
nona itu.
"Enci Cian, siapa sih Ciu Ki san yang di maksudkan oleh
Pek In hong itu . . . ?"
"Dia adalah ayahku . , ." sahut Siau cian sedih.
Mendadak dari atas perahu sebelah depan kedengaran
Hu-yong siancu membentak lagi.
"Pek In hong, kejahatanmu sudah bertumpuk-tumpuk,
lebih baik serahkan saja batok kepala anjingmu. dari pada
membiarkan orang lain yang tak bersalah menjadi setan
pengganti nyawamu".
Tatkala semua orang berpaling lagi ke muka, terlihat Pek
In hong sedang memberi perintah kepada lelaki setengah
umur berbaju kuning itu agar turun lebih dulu ke arena
untuk bertarung melawan Hu-yong siancu.
Lelaki setengah umur berbaju kuning itu tak berani
melanggar perintah dari Pek In hong. meski ia tahu berbuat
demikian sama artinya dengan mencari kematian. toh mau
tak mau terpaksa ia mesti maju juga ke dalam arena.
Cay soat tidak ambil diam, sudah lama ia menunggu
kesempatan untuk mendemonstrasikan kebolehannya,
serentak bentaknya keras.
"Bibi. silahkan mundur, biar Soat ji yang menghabisi
nyawa bajingan ini!"
Sambil berkata tubuhnya sudah melejit setinggi beberapa
kaki dan langsung menerjang ke muka.
http://kangzusi.com/
Sebenarnya tujuan Pek In hong memerintahkan si setan
gantung kuning Ciang In sian maju ke arena adalah
mencoba dulu kemampuan yang dimiliki Hu-yong siancu,
dengan mengetahui data kemampuan lawan niscaya ia bisa
membuat perhitungan dalam pertarungannya nanti.
Siapa tahu seorang gadis berbaju merah telah
menghadang niatnya itu, hal tersebut membuatnya
mendongkol sekali.
Sementara itu Cay soat sudah mencapai ke tengah arena
persis disaat musuhnya si setan gantung kuning baru
mencapai arena kontan saja ia membentak sambil
menerjang ke depan, pedang Jit hoa kiam nya langsung
ditusukkan ke dada lawan.
Setan gantung kuning cukup licik dan jahat, tapi ia tak
menyangka kalau gadis itu akan menusuknya sebelum dia
berhasil berdiri tegak, dalam keadaan begini, ia menjadi
nekad.
Sambil membentak keras cambuk berantainya membuat
satu lingkaran bunga untuk melindungi badan, kemudian
tubuh berikut senjata bersama - sama menggulung nona
tersebut.
Pertarungan macam ini pada hakekatnya merupakan
suatu pertarungan beradu jiwa melihat hal ini Hu-yong
siancu segera menjerit kaget.
"Hati- hati anak soat!"
Pek In-hong sendiri malah segera mengejek sambil
tertawa terbahak bahak.
”Haaahhh..Haaahhh.haaahhh Ciang In-sian, dalam
keadaan seperti ini pun kau masih ditemani mati oleh
seorang gadis yang begitu cantik, aku lihat kau sudah
sepantasnya merasa puas."
http://kangzusi.com/
Kemudian sekali lagi ia tertawa terbahak bahak.
Agaknya Cay soat hendak meniru cara Siau cian tadi
yang mana mencari kemenangan dengan menyerempet
bahaya.
Tiba-tiba nona itu membentak keras. tubuhnya melejit
setinggi satu kaki pinggangnya berputar dan kakinya
berubah jadi di atas, sementara hawa murninya disalurkan
ke dalam tubuh pedang.
Cahaya tajam segera memancar berapa depa lebih
panjang dari pedang Jit boa kiam itu sendiri,
"Bajingan tengik. serahkan nyawamu .." bentaknya lagi
dengan suara keras.
Pedangnya secepat kilat meluncur ke bawah menembusi
bayangan, cambuk lawan yang membukit.
Percikan bunga api segera memancar ke empat penjuru
menyusul bergemanya suara dentingan keras, jeritan ngeri
yang menyayatkan hati bergema pula menyusul kemudian
darah memercik ke empat penjuru.
Batok kepala si setan gantung kuning telah tersambar
pedang lawan sehingga terlepas dari tubuhnya dan
menggelinding sejauh berapa kaki, tak ampun habis sudah
riwayat si setan gantung kuning.
Cay soat gembira sekali atas keberhasilan serangannya
itu. menggunakan kesempatan disaat tenaga murninya
belum habis, dia berputar satu lingkaran di tengah udara
lalu melayang kembali ke samping bibinya .
Kini, Pek In hong berdiri tertegun, begitu pula dengan
segenap jago yang berada di puluhan buah kapal perang itu.
Di tengah keheningan yang kemudian mencekam
seluruh jagad. tiba-tiba Hu-yong siancu membentak lagi.
http://kangzusi.com/
"Bajingan cabul nyawamu begitu kecil, jiwamu begitu
pengecut, tidakkah kau kuatir ditertawakan oleh semua
anak buahmu?"
Di hari-hari biasa Pek In hong selalu di sanjung dan
dihormati orang sebagai pemimpin yang disegani. tak heran
kalau ejekan mana sangat menyakitkan hatinya.
Keningnya kontan saja berkerut, lalu dengan penuh
amarah bentaknya keras- keras
"Budak rendah Han Sin wan, kau anggap aku Pak In
hong benar-benar takut kepadamu? Berulang kali kau
memanasi hatiku, kau anggap aku tak bisa melupakan
hubungan mesra kita dimasa lampau."
Perkataan ini semakin membuat gusarnya Hu-yong
siancu. sekujur tubuhnya sampai gemetar keras karena
marahnya, ia menghardik keras:
"Tutup bacotmu yang bau, bajingan tengik”
Semakin marah Hu-yong siancu, semakin gembira Pek in
hong, kembali ia mendongak kan kepala sambil tertawa
terbahak-bahak:
"Haaahhh. haaahhh- haaahhh. Han Sin wan apabila aku
takut kepadamu, sejak tadi sudah kabur dengan
menceburkan diri ke dalam air, biarpun kau akan maju
bersama sama kedua orang gadis berbaju merah itu, aku
Pak Im hong tak bakal menjadi jeri."
Hu-yong siancu sangat membenci kepada Pak Im hong,
dia tak berani mendekatinya, maka kepada Si Cay soat yang
berada di sisinya dia berseru cemas:
"Soat-ji, mundurlah kau dari sini!"
Merasa dipanggil sebagai "Soat-ji" Si Cay soat menjadi
girang setengah mati, karena nya satu ingatan segera
http://kangzusi.com/
melintas di dalam benaknya, dia kuatir Hu-yong siancu
yang gusar kelewat batas malah kurang waspada dalam
pertarungan nanti, maka dengan penuh rasa kuatir bisiknya:
"Bibi. kau harus berhati , hati, jangan sampai terkena
tipu muslihat bajingan tersebut!"
Selesai berkata dia baru melompat kembali ke sisi tubuh
See giok dan Siau cian.
Melihat Si Cay soat sudah mengundurkan diri. Hu-yong
siancu baru berteriak lagi dengan suara keras.
"Kini nona Si sudah mengundurkan diri, bajingan tengik,
apa lagi yang hendak kau katakan sekarang?”
Ketika Pek Im hong melihat Si Cay soat telah kembali ke
perahu besar, dia menjadi lebih lega, sambil mendongakkan
kepala nya dan tertawa terbahak bahak serunya.
"Budak sialan, berdiri yang baik, aku orang she Pek
segera datang !"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu. tubuhnya
segera melejit ke tengah udara, diantara ujung baju yang
berkibar terhembus angin, dengan jurus "naga perak masuk
samudra" ia melayang turun di atas geladak perahu itu.
Tempik sorak yang gegap gempita kembali
berkumandang dari puluhan perahu besar yang mengelilingi
tempat itu.
Setelah berdiri tegak di geladak, Pek Im hong pun
meloloskan sebilah pedang dari pinggangnya, kemudian
sambil menengok ke arah Hu-yong siancu yang bermuka
hijau membesi, dia berseru sambil tertawa seram.
"Aku tahu, Pedang Hu-yong merupakan sebilah pedang
mestika yang tajam sekali, tapi pedangku ini, tak akan kalah
tajamnya daripada pedangmu!"
http://kangzusi.com/
Dalam keadaan begini, kalau bisa Hu-yong siancu ingin
mengayunkan pedangnya dan membacok bajingan itu
sampai mampus, maka tanpa berpikir panjang dia
menyahut.
"Aku bertekad tak akan menggunakan pedangku ini
untuk mengutungi senjatamu!"
Pek Im hong berlagak seperti tidak percaya. sambil
tertawa tergelak kembali jengeknya. "Bagaimana kalau
pedangku terpapas kutung oleh senjatamu itu ..?"
"Aku Han Sin wan tentu akan menggorok leherku
sendiri." jawab. Hu-yong siancu dengan alis mata
berkernyit.
Lan See giok yang ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut, kontan saja mendepak depakkan kakinya berulang
kali seraya berseru:
"Aai. bibi terjebak juga oleh perangkap licik bajingan
tengik itu, dengan demikian biarpun bibi mempunyai
pedang yang tajam, ia malah dibatasi sekali ruang
geraknya!"
Belum habis dia berguman. Pek Im hong dengan kening
berkerut telah berteriak gembira, pedangnya segera diayun
sambil tubuhnya menubruk ke muka. dengan jurus
"menguakkan rumput mencari ular" dia babat pinggang Hu-
yong-siancu
Melihat kejadian ini, Hu-yong siancu baru tahu bahwa
dirinya tertipu. andaikata ia tidak terlanjur mengucapkan
kata - kata tadi, niscaya dia mampu mendesak mundur
pedang bajingan tersebut dengan jurus "jarum emas
penenang samudra" kemudian dengan melepaskan serangan
"Ular putih memperlihatkan lidah", ia akan bisa
menyelesaikan nyawa si bajingan tersebut.
http://kangzusi.com/
Kini sambil membentak keras terpaksa ia mesti
menyingkir ke samping, kemudian dengan jurus
"Menyingkap liu memetik bunga" menutuk wajah musuh,
Pek Im-hong amat gembira melihat kejadian ini, biarpun
sudah banyak tahun ia tak bersua dengan musuhnya ini,
ternyata kepesatan ilmu pedang yang dicapai perempuan itu
belum mencapai apa yang dibayangkan semula.
Berpendapat begini semangatnya. segera berkobar, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Hu-yong siancu sendiri tetap tidak memandang sebelah
matapun terhadap musuhnya, kendatipun ruang geraknya
sudah di batasi sekali, dia membentak keras kemudian
berkelit ke samping, setelah itu serangkaian serangan gencar
mendesak Pak Im-hong harus mundur ke belakang.
Pada saat itulah ..
Serentetan suara tambur yang keras berkumandang
datang dari arah utara, suaranya keras dan sangat
memekikkan telinga.
Menyusul suara tambur tersebut, seluruh permukaan
telaga diramaikan oleh suara teriakan yang begitu keras
hingga membumbung ke angkasa.
Lan See giok, Si Cay soat dan siau Cian serentak
berpaling, ternyata di luar kepungan puluhan perahu itu
kembali muncul puluhan buah perahu besar lagi.
Sedangkan suara tambur yang keras berasal dari atas
sebuah perahu besar, dimana suasana terang benderang
bermandikan cahaya, dari jauh memandang perahu itu
nampak sangat megah dan mewah, persis seperti perahu
seorang pembesar.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Lan See giok, sebab melihat
perahu itu, hatinya berdebar dan bibirnya terkatup kencang,
dia yakin musuh besar pembunuh ayahnya Toan Ki tin
pasti akan munculkan diri-
Sementara itu dipihak lain Pek-Im-hong sedang
membentak keras sambil melompat mundur dari arena
pertarungan, kemudian teriaknya lantang.
"Pemimpin kami telah datang, jika ada urusan boleh
dibicarakan langsung dengan pemimpin kami"
”Kedatanganku malam ini adalah untuk mencarimu,
urusan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
Toan Ki-tin!" jawab Hu-yong siancu amat gusar.
Mendengar jawaban ini Pak Im-hong terkesiap, ia sudah
semakin merasa kalau permainan pedang Hu-yong siancu
makin lama semakin bertambah hebat, biarpun cuma tiga
jurus serangan namun mampu mendesak nya sampai
kalang kabut, ia sadar bila pertarungan ini berlangsung lebih
lanjut niscaya selembar jiwanya akan terancam bahaya
maut.".
Mendengar kalau kehadiran, pemimpin mereka sama
sekali tak ada hubungan nya dengan Hu-yong siancu,
bajingan ini menjadi semakin ketakutan, tanpa terasa dia
melirik sekejap ke arah permukaan air yang berada di
belakang perahu.
Melihat sikap lawan, sambil tertawa dingin Hu-yong
siancu segera mengejek:
"Pek In hong, apakah kau ingin melangsungkan
pertarungan di dalam air?"
Pak Im-hong cukup mengerti, sepasang pahlawan dalam
air yang selama ini merajai dua telaga pun masih bukan
tandingan Hu-yong siancu di air, maka jika dia berharap
http://kangzusi.com/
dapat meraih kemenangan dalam air, tindakan mana tak
lebih hanya tindakan untuk mencari kematian bagi diri
sendiri.
Maka dia pun melirik sekejap kearah perahu mewah
yang bergerak semakin mendekat itu, tiba-tiba ia menjadi
nekad dan memutuskan untuk beradu jiwa saja, siapa tahu
dengan perbuatan nekadnya ini, jiwanya bisa diperpanjang
hingga tibanya pemimpin mereka?
Berpikir sampai di situ, diapun membentak keras sambil
menerjang lagi kearah Hu-yong siancu, pergelangan tangan
kanannya di putar kencang, secara beruntun dia lancarkan
tiga buah serangan yang mengancam alis mata, lutut dan
pusar lawan.
Menjumpai musuhnya sudah menyerang secara nekad.
Hu-yong siancu kuatir kehadiran Toan Ki tin nanti malah
akan mengganggu pertarungannya maka satu ingatan
melintas pula di dalam benaknya.
Diiringi suara bentakan nyaring, tubuh nya berputar
secepat kilat lalu maju ke muka bagaikan segulung asap,
dalam berapa kali kelebatan saja pedangnya memancarkan
cahaya tajam yang berkilauan bagaikan seekor naga sakti
langsung menggulung ke tubuh Pek In-hong,
Terkesiap sekali Pek In-hong menghadapi serangan
tersebut, saking kagetnya ia sampai berteriak-teriak keras,
pedangnya di putar semrawut untuk menyelamatkan diri, ia
berharap pedang itu dapat dikutungi oleh musuh, dengan
begini ia pasti punya alasan untuk mendesak Hu-yong
siancu agar bunuh diri.
Berhasil dengan serangannya. Hu-yong siancu mendesak
lebih jauh, tiba-tiba permainan pedangnya berubah,
diantara kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata,
secepat kilat ia melepaskan serangkaian serangan berantai.
http://kangzusi.com/
Pada saat itu pula dari atas perahu mewah kedengaran
seseorang berteriak keras dengan penuh rasa kuatir,
"Han lihiap, harap tahan!"
Sayang sekali keadaan sudah terlambat.
Batok kepala Pek In hong tahu-tahu sudah mencelat ke
tengah udara termakan oleh serangkaian serangan berantai
Hu-yong siancu yang gencar dan dahsyat itu.
Sedangkan mayat Pek In hong yang tanpa kepala itu
sempat berputar putar berapa kali sebelum akhirnya roboh,
terjengkang ke atas geladak dengan darah segar menyembur
ke luar seperti pancuran.
Lan See giok tertegun. dia tak menyangka kalau bibinya
dapat mempergunakan jurus ”guntur langit meledak hebat"
dari ilmu pedang Tong-sim kiam hoat untuk menghabisi
nyawa Pek In hong.
Tapi teriakan keras yang penuh kegelisahan tadi sempat
menarik perhatiannya, suara tersebut sangat dikenal
olehnya hingga tanpa terasa gemetar keras sekujur
tubuhnya.
Sewaktu ia berpaling, tampak di atas perahu mewah itu
telah berdiri berbagai ragam manusia, seorang diantaranya
berdiri di ujung geladak dengan wajah penuh kekuatiran .,
Orang itu berambut sepanjang bahu, berjubah hitam dan
wajah penuh codet, dua biji taringnya menonjol amat
menyolok, matanya tunggal dan wajahnya bengis, ternyata
orang itu bukan lain adalah Lim- To pacu Toan Ki tin dari
telaga Tong ting.
Tampaknya Toan Ki tin di buat tertegun oleh gerak
serangan pedang Hu-yong siancu yang lihay sewaktu
http://kangzusi.com/
menghabisi nyawa Pak Im hong tadi, untuk sesaat dia
terbungkam dalam seribu bahasa.
Bertemu dengan musuh besarnya, Lan See giok tak
sanggup mengendalikan emosinya, tapi dengan wajah
diliputi hawa napsu membunuh dia membentak keras-keras:
"Bajingan tua, kembalikan selembar jiwa ayahku “ .
Ditengah bentakan. tubuhnya melejit ke tengah udara
dan langsung melayang ke perahu lawan.
Siau cian dan Cay soat tahu, kalau musuh besar
pembunuh ayah See giok telah datang, sambil membentak
keras, mereka meloloskan pedang sambil menyusul di
belakang Lan See giok.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok dikecohi musuhnya,
terutama sekali jarak antara perahu besar Toan Ki tin
dengan perahu dimana mereka berada masih amat jauh,
maka cegahnya keras-keras.
"Anak Giok jangan.."
Tapi keadaan Lan See giok waktu itu sudah mendekati
kalap. Dengan sorot mata yang tajam seperti sembilu dia
awasi Toan Ki tin tanpa berkedip. walaupun tubuhnya
sedang melewati sisi bibinya, namun tak terdengar olehnya
teriakan dari bibinya itu.
Setelah sampai di ujung perahu, dia segera menerjang ke
atas perahu mewah tadi
Hu-yong siancu tahu, amarah Lan See giok telah
mencapai pada puncaknya dan tak mungkin dapat dicegah
lagi., dengan pedang Hu-yong masih terhunus, dia memberi
tanda kepada Cay soat dan Siau cian yang masih ragu,
kemudian ia melayang ke arah perahu mewah tersebut
menyusul sang pemuda.
http://kangzusi.com/
Sementara itu suasana di atas perahu mewah itu sudah
berubah menjadi sangat kacau, puluhan komandan atau
hiangcu bersama sama membentak, mereka bersama sama
meloloskan senjata untuk menghalangi usaha See giok naik
ke atas perahu mereka.
Kilauan senjata yang gegap gempita dengan segera
memancar di seluruh angkasa, suasana yang mencekam
sekitar situ pun kian lama kian bertambah tegang.
bila See giok ingin naik ke atas perahu keraton yang
ditumpangi Toan Ki tin, maka dia harus melewati perahu
besar berlentera merah lebih dulu.
Waktu itu tubuhnya masih berada di udara melihat
ujung geladak sudah di depan mata, pemuda itu
membentak keras, ujung baju kanannya segera dikebutkan
ke depan dan melepaskan segulung angin pukulan yang
maha dahsyat.
Segera benturan yang amat keras bergema memecahkan
keheningan, disusul berkumandangnya beberapa kali jeritan
ngeri. diantara bayangan manusia yang berpencaran, empat
lelaki kekar yang berada dipaling muka telah terpental
sejauh tujuh delapan langkah dan roboh terjengkang ke atas
tanah.
See giok segera menjejakkan kakinya di ujung geladak.
menyusul kemudian dalam sekali lompatan ia sudah
menyerbu ke arah buritan kapal.
Kawanan jago lihay yang berada di perahu berpanji
kuning dan perahu berlentera merah itu menjadi termangu
saking kagetnya, semua orang hanya berdiri mematung di
posisi semula tanpa mengetahui apa yang harus diperbuat.
http://kangzusi.com/
Bentakan nyaring kembali bergema di ang-kasa, Hu-yong
siancu, Cay soat dan Siau cian bersama sama menyerbu
pula ke atas perahu berlentera merah itu.
Suasana di atas geladak semakin bertambah kalut,
jeritan-jeritan kaget bergema di sana sini, kawanan jago
yang sudah pecah nyali dan ketakutan itu bersama sama
terjun ke dalam telaga, suasana bertambah kalut percikan
air menghambur pula kemana- mana.
Dalam keadaan begini Hu-yong siancu tak ingin melukai
orang yang tak berdosa, terburu buru dia menyusul ke
belakang See-giok.
Dalam pada itu, Toan Ki-tin sedang di bikin bingung dan
tak tahu apa gerangan yang telah terjadi, dikala ia jumpai
ada seorang pemuda berbaju biru menyerbu datang seperti
orang kalap sambil mengumpat "Bajingan tua" kepadanya.
apalagi setelah menjumpai tiga orang perempuan menyusul
di belakangnya, dia semakin tidak mengerti.
Kepada seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
berdiri di belakangnya, ia pun bertanya dengan keheranan:.
"Adakah diantara kalian yang kenal dengan pemuda
yang berbaju biru itu ."
Dengan bingung dan tidak mengerti, ketiga kakek
berpakaian ringkas itu menggelengkan kepalanya berulang
kali.
Mendadak Toan Ki-tin melototkan mata tunggalnya.
kemudian kepada ke empat lelaki kekar berbaju hitam yang
berdiri di kiri kanannya ia membentak.
"Cepat kalian bekuk pemuda tersebut!"
http://kangzusi.com/
Ke empat lelaki kekar itu mengiakan bersama, kemudian
serentak melompat ke atas perahu berlentera merah itu dan
menyongsong kedatangan See-giok.
Amarah yang berkobar di dalam dada See giok telah
membuat si anak muda itu dicekam oleh hawa napsu
membunuh yang membara, melihat datangnya ke empat
lelaki bengis yang menerjangnya, dengan suara
menggeledek ia segera membentak.
"Minggir kalian.",
Dalam bentakan mana, ke empat lelaki bengis itu sudah
menerjang tiba, masing-masing mengayunkan kepalannya
menghajar tubuh anak muda tersebut.
Napsu membunuh yang berkobar di dada See giok
semakin membara setelah melihat hal ini, dia berkelit
dengan cekatan, lalu sepasang tangannya diayunkan
berulang kali melepaskan empat buah serangan berantai.
Dimana bayangan tangannya berkelebat, empat jeritan
ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan. ke empat lelaki tersebut telah terhajar hancur
batok kepalanya dan roboh binasa.
Pada saat itu pula, dari buritan kapal telah bergema
datang suara bentakan gusar yang amat keras, tiga orang
kakek berpakaian ringkas itu secara beruntun telah
menerjang tiba.
See giok segera mendongakkan kepala nya sambil
tertawa seram, teriaknya keras-keras.
"Jika toh kalian pingin mampus. jangan salahkan kalau
aku berhati keji- lagi!
Sepasang lengannya diputar lalu menolak bersama ke
arah depan-
http://kangzusi.com/
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, diiringi
suara desingan yang amat tajam langsung menghajar ke tiga
orang kakek berpakaian ringkas yang mendekat itu,
"Blaaammmm -.!"
Suatu ledakan keras bergema, memecahkan keheningan,
debu dan hancuran kayu beterbangan ke empat penjuru,
tampak tiga sosok bayangan manusia diiringi tiga kali jerit
kesakitan, tahu-tahu sudah terpental jatuh ke dalam telaga.
Keadaan Lan See giok waktu itu tak ubahnya seperti
orang kalap. tubuhnya melejit ke udara dan menyerbu lebih
ke muka, bentaknya keras-keras.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu!"
Dia langsung menerjang ke arah perahu, besar dimana
Toan Ki tin berada.
Tak terkirakan rasa marah dan dendam Toan Ki tin
menyaksikan ulah si anak muda itu, berkilat sorot mata
yang terpancar dari balik mata tunggalnya, sambil
mengawasi Lan See giok yang meluncur tiba, ia tertawa
seram tiada hentinya, sembilan butir paku penyesak hati
yang teramat beracun segera dikeluarkan dan siap
dibidikkan ke arah lawan.
-ooo0dw0ooo-

BAB 27
HU-YONG SIANCU dapat menyaksikan kejadian
tersebut dengan sangat jelas, ia cukup mengetahui akan
kelihaian paku penyesak hati dari Toan Ki tin tersebut,
tanpa sadar teriaknya kaget.
"Anak Giok, hati-hati dengan senjata rahasia!"
http://kangzusi.com/
Dalam teriakan tersebut, dia bersama Siau cian dan Cay
soat telah memutar pedang masing-masing menciptakan
selapis kabut cahaya di depan mata, lalu menyusul di
belakang Lan See giok menerjang ke atas perahu bermodel
keraton itu.
Keadaan Lan See giok selama ini tak ubahnya seperti
orang kalap, hawa sakti Hud-kong sinkang telah
dipancarkan menyelimuti seluruh badan, hasratnya
sekarang hanya satu yakin membunuh Toan Ki tin dalam
sekali pukulan, bahkan terhadap peringatan dari Hu-yong
siancu pun seolah-olah sudah tidak terdengar lagi.
Tubuhnya bagaikan sambaran petir meluncur ke bawah
terus dengan cepatnya.
Sekarang, Toan Ki tin baru mengerti apa gerangan yang
telah terjadi, namun dia tetap tidak paham, mengapa
pemuda berbaju biru itu hendak beradu jiwa dengannya?
Melihat Lan See giok menyerang ke arah-nya secepat
petir, sekali lagi ia tertawa dingin, sambil membentak keras,
ke tiga batang paku penyumbat hati yang telah dipersiapkan
itu segera dibidikkan ke wajah Lan See giok.
Biarpun Toan Ki tin sendiri diliputi oleh kobaran
amarah, namun berhubung di belakang Lan See giok
mengikuti Hu-yong siancu maka timbul pula perasaan
segan dan jeri dihati kecilnya.
Alhasil dia tak berani melepaskan serangan mematikan
ke tubuh Lan See giok, biar pun ke tiga paku penyumbat
hati itu dibidikkan secepat kilat, namun sasarannya bukan
ubun-ubun lawan.
Dalam pada itu, Lan See giok tidak menyangka kalau
Toan Ki tin bakal membidikkan senjata rahasia ke arahnya,
http://kangzusi.com/
dalam kejutnya, tiga titik bayangan hitam telah mendekati
kepalanya dengan disertai desingan angin tajam.
Dalam gugup dan gelisahnya, ia segera membentak
keras, secepat kilat tangan kanannya dikebaskan ke depan,
serta merta ke tiga titik bayangan hitam itu sudah di hajar
hingga terpental ke tengah udara.,.:.,
Tapi dengan demikian, hawa murninya jadi membuyar,
tubuhnya otomatis terperosok ke bawah dan meluncur ke
arah telaga . . . .
Menyaksikan kejadian ini, Toan Ki tin segera tertawa
terbahak - bahak sambil berseru:
"Bocah yang tak tahu diri, tanpa sebab tanpa musabab
berani amat kau menyerang aku . . . ”
Belum selesai perkataan itu diucapkan. angin tajam
melesat lewat, diantara kilatan cahaya pedang. Hu-yong
siancu. Si Cay soat serta Ciu Siau cian telah mendarat pula
di atas perahu tersebut.
Dalam saat yang bersamaan, Lan See -giok yang
terperosok kearah telaga itu sudah membentak keras,
sepasang ujung bajunya bersama sama dihantamkan ke
arah permukaan telaga . . .
”Blaaammmm . . "
Percikan bunga air memancar setinggi berapa kaki dari
permukaan telaga, memanfaatkan tenaga pantulan yang
dihasilkan atas pukulan ini, Lan See giok melejit kembali ke
udara dan hampir bersamaan waktunya dengan kehadiran
Hu-yong siancu bertiga. ia mendarat pula di atas perahu.
Toan Ki tin menjadi amat terperanjat sambil
membentak, cepat-cepat dia mengayunkan telapak
tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang sementara itu belum sempat berdiri
tegak.
Waktu itu Lan See giok telah menghimpun segenap
tenaga sinkangnya mengelilingi seluruh badan, tenaga
pukulan juga telah dipersiapkan dalam telapak tangan
kanan.
Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, ia sudah merasakan
datangnya serangan musuh yang semakin mendekat. maka
dalam kerepotan ia membentak seraya melontarkan tangan
kanannya ke muka..
Segulung angin pukulan yang dahsyat dengan disertai
desingan angin yang memekikkan telinga langsung
membendung datangnya serangan dahsyat dari Toan Ki tin
yang disertai tenaga pukulan sebesar puluhan tahun hasil
latihan itu.
"Blaammm.::"
Sekali lagi terdengar suara ledakan keras yang
memekikkan telinga, angin puyuh memancar ke empat
penjuru, perahu bergoncang keras, seluruh lentera pun
padam semua di buatnya.
Secara beruntun Toan Ki tin mundur beberapa langkah,
wajahnya yang jelek berubah menjadi pucat pias seperti
mayat.
Sepasang tangannya menekan dada sambil menahan
penderitaan yang hebat, keadaannya nampak dicekam
kesakitan.
Berhubung serangan dilancarkan secara terburu buru.
Lan See giok tidak dapat melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga, akibatnya ia tergetar pula sampai tubuhnya
gontai dan nyaris terjatuh ke dalam air.
http://kangzusi.com/
Bayangan manusia tiba-tiba berkelebat lewat. Siau cian
dan Cay soat menerjang ke muka untuk membimbing si
anak muda tersebut-
Disaat mereka sedang menahan tubuh Lan See giok,
Toan Ki tin juga tak mampu menahan diri lagi sehingga
tubuhnya roboh terduduk di atas lantai geladak. bahkan
sempat muntah darah segar.
Waktu itu, suasana di sekeliling telaga dicekam
keheningan yang luar biasa, hampir semua orang yang
berada di perahu-perahu perang itu berdiri tertegun karena
kaget dan termangu oleh peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu dengan pedang terhunus sedang bersiap
siap menegur Toan Ki tin.
Ketika secara tiba-tiba Lan See giok yang baru saja dapat
berdiri tegak telah membentak nyaring.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu . . "
Dalam bentakan tersebut, tubuhnya menerjang tiba, tiba-
tiba telapak tangan kanannya diayunkan ke depan
membacok ubun-ubun Toan Ki tin . . . .
Saat itu. Toan Ki tin sudah luka parah, isi perutnya telah
goncang dan kehilangan kekuatan untuk menghindar,
menghadapi ancaman demikian, dia hanya bisa
memejamkan matanya menunggu saat kematian tiba.
Pada saat inilah .
Sesosok bayangan ungu berkelebat lewat, Hu-yong
siancu telah meluncur ke muka sambil membentak keras,
secepat kilat dia cengkeram pergelangan tangan Lan See
giok yang sedang melepaskan bacokan itu.
Mimpi pun Lan See giok tidak menyangka kalau orang
yang menghalangi usahanya membunuh Toan Ki tin adalah
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu, dalam keadaan tanpa persiapan
pergelangan tangan kanannya segera kena di cengkeram.
Peristiwa ini kontan membuat anak muda tersebut
berdiri tertegun.
Siau cian serta Cay soat juga dibikin tertegun oleh
kejadian tersebut.
Untuk sesaat suasana yang semula dicekam keheningan.
kini diledakkan kembali oleh teriakan-teriakan yang keras di
seluruh kapal perang yang mengepung di sekitar telaga,
bersama sama bergerak mendekat..
Hu-yong siancu takut terjadi kesalahan paham, atas diri
Lan See-giok. dengan cepat dia melepaskan
cengkeramannya kemudian bertanya dengan wajah serius.
"Anak Giok, apakah kau tidak merasa kelewat gegabah
dengan membacok mati Toan Ki tin dengan begitu saja?"
Lan See giok terkesiap, teringat kematian ayahnya masih
menyangkut pula keterlibatan Oh Tin san dan Makhluk
bertanduk tunggal yang hingga kini masih merupakan
sebuah teka teki besar, untuk sesaat dia menjadi
terbungkam den tak mampu menjawab.
Hu-yong siancu segera memperhatikan sekejap sekeliling
arena yang dipenuhi perahu-perahu besar itu, kemudian
dengan sikap yang tenang, tanpa kegugupan barang
sedikitpun jua, dia berpaling lagi ke arah Lan See giok
seraya berkata.
"Kita harus membuat Toan Ki tin mati dengan perasaan
puas, jangan membiarkan dia mati dalam keadaan bingung
dan tidak habis mengerti, walaupun perbuatan kita sah dan
benar, toh paling tidak mesti memberi penjelasan dulu agar
semua anggota Lim lo pah yang hadir di sekitar sini ikut
memahami duduk persoalan yang sebenarnya.."
http://kangzusi.com/
Selama ini, Lan See giok memang selalu menganggap
Hu-yong siancu sebagai ibu kandung sendiri. tentu saja
diapun tak berani membantah ucapan mana.
Sambil menahan hawa amarah yang berkobar di dalam
dadanya, dia segera mengangguk berulang kali.
Sementara itu Toan Ki-tin sedang berusaha
mengerahkan hawa murninya guna menyembuhkan luka
yang dideritanya, ketika mendengar ucapan tersebut, ia
membuka mata tunggalnya dengan lemah dan memandang
sekejap ke arah Hu-yong siancu dengan sinar mata penuh
kekaguman..
Dengan langkah lebar Hu-yong siancu Segera berjalan
mendekati Toan Ki tin.
Waktu itu semua kapal perang telah saling berhimpitan
sehingga tak mampu bergerak maju lebih ke depan lagi,
tatkala semua orang menyaksikan Hu-yong siancu
mendekati pemimpin mereka dengan pedang terhunus,
serentak semua orang berteriak -teriak keras bagaikan orang
kalap.
Namun Hu-yong siancu tak acuh atas teriakan-teriakan
kalap yang gegap gempita itu, dia tetap melanjutkan
langkahnya menghampiri Toan Ki-tin, ia yakin. asal Toan
Ki-tin tidak dibantai, mustahil ada orang berani
membidikkan panahnya kearah mereka.
Sementara itu Lan See giok dibikin terkesiap juga
menghadapi situasi yang rawan dan gawat itu, ia segera
memutar otak untuk mencari jalan bagaimana caranya
meloloskan diri sehabis membunuh Toan Ki tin nanti.
Dipihak lain, Hu-yong siancu telah tiba di depan Toan
Ki tin yang masih duduk bersila sambil mengobati lukanya
itu, dengan suara yang dalam ia segera menegur.
http://kangzusi.com/
"Lo pacu, kenalkah kau dengan pemuda berbaju biru
yang berdiri dihadapanmu sekarang?"
Sambil berkata ia menunjuk ke arah Lan See giok yang
berdiri dengan wajah penuh amarah dan napsu membunuh
itu.
Toan Ki tin masih memegangi dadanya dengan kedua
belah tangan, mukanya pucat pasi, dibukanya mata yang
tunggal itu dengan lemah, lalu setelah melirik sekejap ke
arah Lan See giok, ia menggelengkan kepalanya berulang
kali sementara mata tunggalnya kemba1i dipejamkan rapat-
rapat.
Waktu itu agaknya semua orang yang berada di kapal-
kapal perang pun ingin mengetahui apa sebabnya orang
prang tersebut hendak membunuh Lo pacu mereka,
karenanya setelah Hu-yong siancu berseru, suara teriakan
yang ramai pun segera terhenti sama sekali.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah Toan Ki-tin, dari
mimik wajah orang dia tahu kalau luka yang diderita orang
tersebut amat parah, tapi begitu teringat bahwa orang ini
besar kemungkinan adalah musuh besar mereka, tanpa
berpikir panjang lagi diapun berseru dengan suara lantang:
"Kalau toh kau tidak kenal, tak ada salah nya bila
kuberitahukan kepadamu sekarang, dia bukan lain adalah
Lan See giok putra tunggal dari di Gurdi emas peluru perak
Lan tayhiap.”
Toan Ki tin nampak sedikit terperanjat, tapi setelah
membuka sebentar matanya, pelan-pelan ia memejam
kembali.
"Sekarang, kau sudah mengetahui akan asal usul dari
Lan See giok, tentunya juga sudah paham bukan mengapa
dia datang mencarimu.-!” ujar Hu-yong siancu lebih jauh.
http://kangzusi.com/
Tapi Toan Ki tin menggelengkan kembali dengan pelan,
mata tunggalnya masih tetap dipejamkan rapat-rapat.
Lan See giok menjadi naik darah melihat sikap Toan Ki
tin yang berlagak bisu tadi, namun teringat akan perkataan
bibinya barusan, dengan kening berkerut dan bibir terkatup
rapat, akhirnya ia berusaha untuk tetap menahan diri.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Toan Ki-
tin, kemudian setelah tertawa dingin serunya dengan gusar:
"Sekarang Lan See giok datang untuk membalas dendam
sakit hati ayahnya, dia hendak menuntutmu agar
mengembalikan nyawa ayahnya. mengerti?"
Seluruh tubuh Toan Ki tin bergetar keras, lalu dengan
wajah penuh amarah dia membuka mulutnya agak gemetar,
tapi baru saja hendak berbicara, sekali lagi darah segar
menyembur ke luar dari mulutnya.
Hu-yong siancu dan Lan See giok menjadi amat terkejut,
cepat-cepat mereka mundur sejauh tiga depa dan saling
berpandangan sekejap, baru sekarang mereka tahu kalau
Toan Ki tin telah menderita luka dalam yang cukup parah.
Sekali lagi suasana di sekeliling arena di liputi
kegemparan dan kegaduhan, demi menyelamatkan jiwa Lo
pacu mereka, meski busur dan panah telah mereka
persiapkan. namun tak seorangpun diantara mereka yang
berani bertindak secara gegabah. Waktu itu semua jago
lainnya juga telah meloloskan senjata masing-masing dan
mengawasi Hu-yong siancu serta Lan See giok dengan
wajah terkejut bercampur gelisah, tapi kuatir akan
keselamatan pemimpinnya, mereka pun tidak berani
bergerak secara sembarangan.
Bagaimanapun juga, Hu-yong siancu adalah seorang
perempuan yang amat cerdas. ia segera menduga kalau
dibalik peristiwa tersebut nampak nya masih terdapat
http://kangzusi.com/
persoalan lain, karena itu sambil maju ke depan dan
mengawasi Toan Ki-tin yang masih terengah engah,
tanyanya dengan tenang.
”Lo pacu, kau bilang Si Gurdi emas peluru perak Lan
tayhiap bukan tewas ditangan mu?"
Toan Ki tin sama sekali tidak membuka matanya,
namun ia mengangguk dengan cepat.
Melihat pengakuan ini, Lan See giok kembali merasakan
hatinya tergetar keras. diam-diam ia pun bertanya kepada
diri sendiri, mungkinkah pembunuh tersebut adalah si
Makhluk bertanduk tunggal?
Hu-yong siancu merasakan juga hatinya tergerak, buru-
buru serunya kepada Lan See giok.
"Anak Giok. cepat kau ambil cairan kemala Leng sik
giok ji!"
Lan See giok tahu, Hu-yong siancu ingin mencari tahu
duduk persoalan yang sebenar nya dari mulut Toan ki-tin
maka tanpa ragu-ragu dia mengeluarkan botol kemala kecil
itu dari dalam sakunya.
Pertama tama Hu-yong siancu menyarungkan dulu
pedangnya, kemudian setelah menerima botol porselen
kecil ini dia berpaling dan berteriak keras kepada
sekawanan yang sedang bersembunyi di belakang pintu
ruangan kapal.
"Cepat kalian ambil sebatang sumpit perak akan
kuselamatkan jiwa pacu kalian!"
Seketika itu jua, puluhan orang jago yang berada di atas
perahu tersebut dibikin kebingungan, akhirnya seorang
kakek berusia lima puluh tahunan melompat masuk ke
http://kangzusi.com/
dalam ruangan dan memerintahkan seorang dayang untuk
menyiapkan benda yang diminta,
Tak selang berapa saat kemudian, seorang dayang telah
muncul dari ruang perahu dengan langkah terburu-buru-
Bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay soat segera
menyongsong kedatangan dayang tersebut dan
menerimanya sebelum diserah kan kepada Hu-yong siancu.
Ketika Hu-yong siancu membuka penutup botol kemala
itu, bau harum semerbak yang segar segera menyebar ke
seluruh angkasa membuat para jago yang masih berdiri
kaget sama-sama merasakan semangatnya berkobar
kembali.
Ketika Toan Ki tin, mendengar jiwanya ada harapan
untuk diselamatkan, ia segera membuka pula mata
tunggalnya dan melirik sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan perasaan berterima kasih.
Dengan amat cekatan Hu-yong siancu menutulkan
setetes cairan putih ke ujung sumpit itu, kemudian
menitahkan kepada si dayang yang masih berdiri termangu
di kejauhan sana untuk menghantarkan ke mulut Toan Ki
tin.
Toan Ki tin mencoba untuk menjilat dengan ujung
lidahnya, merasakan bau segar yang membangkitkan
semangat, ia tahu kalau obat itu teramat mujarab, cepat-
cepat dia menghimpun kembali tenaganya untuk mengatur
napas.
Dari mimik wajah Toan Ki tin. Hu-yong siancu tahu
kalau orang tersebut sudah menaruh kepercayaan
kepadanya, maka sambil mengangkat kepala serunya
kepada kawanan jago di kejauhan sana
http://kangzusi.com/
"Pacu kalian sedang bersemedi sekarang, kalian jangan
gaduh lebih dulu, paling baik jika kalian titahkan kepada
semua kapal agar menjauh dari sini."
Ketika mendengar ucapan mana kakek berusia lima
puluh tahunan tadi kelihatan agak ragu, tapi kemudian ia
membisikkan sesuatu ke sisi telinga seorang lelaki setengah
umur berbaju abu-abu yang berdiri di sisinya.
Lelaki setengah umur itu segera melirik sekejap ke arah
Hu-yong siancu dengan pandangan terkejut bercampur
gelisah, tapi ia mengangguk dengan cepat dan beranjak
pergi.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah mempunyai
perhitungan yang matang dihati kecilnya, dia lama sekali
tidak memikirkan persoalan tersebut di dalam hati, pelan-
pelan perempuan itu balik ke depan Lan See giok. ketika
dilihatnya pemuda itu masih berdiri dengan bimbang, ia
pun berbisik dengan suara lembut.
"Sebentar lagi, bila Toan pacu telah selesai bersemedi,
kau bisa menanyakan secara langsung kepadanya tentang
duduk persoalan yang sebenarnya, bila diketahui ucapannya
saling bertentangan satu sama lain nya. kita bisa bertindak
cepat untuk menyanderanya kembali.."
Maksud dari perkataan itu sudah jelas, nanti bilamana
keadaan memaksa mereka harus menyandera pemimpin
tersebut guna meloloskan diri dari kepungan.
Terhadap kejadian seperti ini Lan See giok telah
mempunyai pengalaman berapa kali, maka diapun
mengangguk tanda mengerti.
Dalam pada itu, kawanan kapal perang yang mengepung
sekeliling tempat itu sudah pada mengundurkan diri,
http://kangzusi.com/
kecuali suara air yang diterjang perahu, suasana terasa amat
hening dan tak kedengaran suara apa pun.
Ketika Hu-yong siancu dan Lan See giok mendongakkan
kepalanya, mereka jumpai di atas Tiang layar perahu
keraton yang tinggi itu tampak sesosok bayangan manusia
sedang menggoyangkan sebuah lentera berwarna biru dan
sebuah lentera hijau.
Makin lama perahu yang mengepung di sekitar situ
semakin menjauh, kini di atas permukaan telaga tinggal
kapal model keraton itu, meski begitu, kawanan kapal
perang tersebut masih tetap mengepung dari kejauhan sana.
Lan see giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian, merasa agak
lega, asal perahu itu masih berada sejauh satu panahan saja,
dengan ilmu berenang yang mereka berempat miliki,
mereka yakin pasti dapat menyelamatkan diri dengan
aman.
Ketika Hu-yong siancu menyaksikan puluhan orang jago
yang berada dikejauhan sana masih tetap bersikap tegang
dan serius maka untuk meredakan suasana yang mencekam
di atas perahu ini, dia segera memberi tanda pada Si Cay
soat dan Ciu Siau cian agar menyimpan kembali pedang Jit-
hoa dan Gwat hui kiam mereka.
Ketika Siau Cian dan Cay soat telah menyimpan kembali
pedang mereka, suasana di atas perahu pun semakin
mereda, puluhan jago lihay yang semula berdiri di kejauhan
tadi, kini sudah menyimpan pula senjata masing-masing.
Sementara itu, Toan Ki tin yang masih duduk bersila di
atas geladak kapal telah pulih kembali, mukanya nampak
segar kembali dan napasnya tidak lagi terengah engah.
Tak selang berapa saat kemudian, Toan Ki tin telah
membuka matanya, mula-mula dia memandang sekejap
http://kangzusi.com/
kearah Lan See- giok, Siau cian dan Cay - soat, kemudian
baru menengok kearah Hu-yong siancu sambil pelan-pelan
bertanya, "Han lihiap. belasan tahun tak pernah bersua,
darimana kau bisa tahu kalau malam ini aku berada di sini?
Apakah kau telah mengunjungi telaga Tong-ting?"
Hu-yong siancu tahu bahwa Toan Ki tin amat
menguatirkan nasib sarangnya, maka dia segera memberi
penjelasan.
"Sebenarnya malam ini kami bermaksud pergi ke
benteng Wi-lim-poo untuk mencari si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san, ketika melihat ada kapal
perang berkumpul disini dan cahaya lentera menyinari
seluruh penjuru, kami sangka kapal-kapal ini adalah kapal
perang dari Wi-lim-poo, baru setelah terjadi bentrokan,
kami tahu kalau Lo pacu lah yang berada di sini "
Toan Ki Tin melirik sekejap kearah Lan See giok dengan
pandangan penuh kebencian, kemudian ia baru bertanya
dengan suara dingin. " Pemuda inikah kongcu dari Lan
tayhiap?"?
"Benar, dialah Lan See giok," jawab Hu-yong siancu
dengan cepat, Kemudian dia balikkan badan dan sambil
menuding ke arah Siau cian serta Cay soat katanya lebih
jauh.
"Dia adalah putriku Ciu Siau cian, sedangkan yang ini
adalah nona Si Cay soat, dia adalah murid perempuan To
Seng-cu locian-pwe.."
Gemetar keras sekujur badan Toan Ki tin sesudah
mendengar ucapan itu, dengan pandangan terkejut dia
melirik sekejap ke arah Si Cay soat.
Lan See giok mengerti. tujuan bibinya memperkenalkan
Si Cay soat sebagai murid To Seng-cu adalah untuk
http://kangzusi.com/
menakut nakuti Toan Ki tin, sedangkan tujuannya
memperkenalkan Siau Cian adalah untuk menjernihkan
kecurigaan di hati Toan Ki-tin sebab kebanyakan umat
persilatan mengira Hu-yong siancu dan Lan Khong-tay,
bapak Lan See giok adalah suami istri.
Melihat mimik muka Toan Ki tin, tanpa terasa Hu-yong
siancu tertawa dingin sambil melanjutkan.
"Sedangkan Lan See giok pun termasuk ahli waris dari
To Seng-cu locianpwe."
Sekali lagi Toan Ki tin terkejut. paras mukanya berubah,
sinar mata tunggalnya memandang ke arah Lan See giok
dengan rasa kejut dan gelisah. dalam wajahnya yang penuh
codet, terselip pula putus asa.
Biar begitu, ia tetap bertanya juga dengan suara dalam:
"Darimana kau bisa menuduh kalau aku lah pembunuh
ayahmu?"
Sebagai seorang pemuda yang berhati bajik, Lan See giok
tak ingin menceritakan kalau hal tersebut didengarnya dari
si Beruang berlengan tunggal, maka sambil menahan rasa
pedih di dalam hatinya ia berkata.
"Tempo dulu, karena suatu urusan aku sedang pergi ke
luar, ketika kembali ke kuburan kuno, kujumpai mendiang
ayahku sudah tergeletak di atas genangan darah, sementara
aku masih menangis sedih, kudengar suara pekikanmu yang
ke dua kalinya . . "
Toan Ki tin merasa sangat terperanjat, cepat-cepat dia
menyela.
"Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku adalah
untuk ke dua kalinya?"
Tanpa sangsi Lan See giok segera menjawab:
http://kangzusi.com/
”Sebab pekikanmu itu penuh dengan perasaan gelisah
dan gusar, bahkan sesudah masuk ke dalam kuburan kuno,
kau tidak menggeledah jenazah ayahku sebaliknya malah
membongkar pembaringan serta benda-benda lainnya, hal
ini sudah cukup membuktikan kalau kedatanganmu waktu
itu sudah kedatanganmu untuk kedua kalinya."
Sekali lagi paras muka Toan Ki tin berubah menjadi
pucat pias, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran tiada henti-nya dengan suara bimbang dan
gemetar ia bertanya kemudian.
"Waktu itu kau berada dimana?"
Lan See giok tertawa dingin.
"Aku bersembunyi di belakang meja batu besar dimana
kau ambil gurdi emas tersebut"
Mendengar kata "gurdi emas", Toan Ki- tin kembali
mengamati wajah Lan See giok dengan agak gelisah.
"Apalagi yang telah kau jumpai?" tanya nya terburu
buru.
Lan See giok mendengus gusar, teriaknya keras: "Aku
masih melihat kau telah membunuh seseorang."
Toan Ki tin tahu bahwa pihak telaga Pek toh oh sedang
melepaskan mata-mata dalam jumlah banyak untuk
mencari tahu jejak si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi,
takut tampaknya dia kuatir pihak Pek - toh - oh turut
mengetahui rahasia tersebut hingga datang mencari balas
kepadanya.
Dengan suara gelisah cepat - cepat dia menjelaskan.
"Apa yang kulakukan cuma salah tangan saja, aku sama
sekali tidak tahu kalau dia sedang bersembunyi di kamar
sebelah."
http://kangzusi.com/
"Aku tak ambil perduli atas persoalan-persoalan itu "
teriak Lan See giok dengan kening berkerut, ”tujuan
kehadiranku hari ini adalah menuntut ganti rugi atas
kematian ayahku almarhum, apa yang hendak kau ucapkan
sekarang?"
Sambil berkata dia memutar pergelangan tangan
kanannya sambil maju ke muka, sebuah pukulan siap
dilontarkan ke depan.
Menyaksikan tindakan lawan, Toan Ki tin malah dibuat
lebih tenang lagi, bantah nya kemudian dengan suara
dingin.
"Atas dasar apakah kau mengatakan aku-lah si
pembunuh keji itu.?"
Pertanyaan ini segera membuat Lan See giok tertegun,
tapi ia membentak kemudian,
"Ada orang menyaksikan kau dan Si Yu gi sedang
berunding secara rahasia di dalam hutan, kemudian
memasuki kuburan kuno.."
Sebelum Lan See-giok menyelesaikan kata katanya
sambil tertawa dingin Toan Ki-tin telah menukas,
"Hmm, aku justru beranggapan pembunuh sebenarnya
dari ayahmu adalah orang yang secara diam-diam telah
melihat aku bersama si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi
berbicara dalam hutan tersebut."
Lan See-giok menjadi teramat gusar, ia menganggap
Toan Ki tin sedang mengaco belo sehingga napsu
membunuhnya kembali berkobar .
"Anak Giok. Biarkan dia berbicara sampai jelas lebih
dulu!" ujar Hu-yong siancu secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan mana, Lan See giok segera berusaha
untuk mengendalikan hawa amarahnya, kemudian sambil
menatap Toan Ki-tin lekat-lekat katanya lagi.
"Mengapa kau tidak berusaha untuk menjelaskan bahwa
orang yang telah membunuh ayahku adalah kau sendiri"
Toan Ki-tin menganggap jiwanya tak akan tertolong lagi,
oleh sebab itu dia ingin mati sebagai seorang pahlawan,
seorang yang bersih dan bebas dari peristiwa berdarah itu,
maka serunya kemudian dengan gusar,
"Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelana di dalam
dunia persilatan, walaupun banyak sekali orang yang telah
kubunuh, namun sepanjang hidup belum pernah aku
membunuh orang secara membokong..!”
Agaknya di dalam hal ini Hu-yong siancu pun sudah
pernah mendengar, ia pun berkata kemudian dengan suara
dalam:
"Toan Pacu kuharap kau jangan kelewat kasar. keras
kepala dan tak tahu aturan, andaikata Lan See-giok berniat
membunuhmu, ia dapat melakukan dengan sekali ayunan
tangan saja, biarpun sekelilingmu terdapat ratusan buah
kapal perang yang mencoba melindungimu, kami
semuapun termasuk orang-orang yang pandai ilmu di
dalam air, kalian semua tetap tak akan mampu berbuat apa-
apa terhadap kami, lagi pula aku sudah menyelamatkan
jiwamu dengan cairan mestika Leng Sik giok ji. selain
menyelamatkan jiwamu dari ancaman, menambah pula
tenaga dalam yang kau miliki, tujuanku tak lain adalah
hendak memberi kesempatan kepadamu untuk menjelaskan
duduknya persoalan.
"Di samping itu, masalah kematian yang aneh dari Lan
tayhiap, menyangkut pula banyak orang, demi jelasnya
persoalan maka Lan See giok berusaha untuk mencari tahu
http://kangzusi.com/
duduk persoalan yang sebenarnya, bukan maksud hatinya
untuk membunuhmu .."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan memandang
sekejap ke arah puluhan jago yang berdiri tak jauh dari
mereka, dia berkata lebih lanjut.
"Apabila apa yang kau ucapkan tidak cocok dengan apa
yang kami ketahui, berarti tak disangkal lagi Lan tayhiap
tewas di tangan-mu, dengan tewasnya kau Toan Ki tin,
maka hasil karya besarmu di telaga Tong ting pun niscaya
akan terjatuh ke tangan orang lain"
Seusai mendengar penjelasan tersebut, timbul kembali
ingatan Toan Ki tin untuk melanjutkan hidup. apalagi
setelah mengetahui bahwa cairan Leng sik giok ji telah
menambah tenaga dalamnya, semangat dan harapan
hidupnya kembali berkobar.
Setelah memandang sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan pandangan berterima kasih, ujarnya kemudian. .
"Aku sudah hidup enam tujuh puluh tahunan, tak nyana
hari ini telah berhutang budi lagi kepada Han lihiap,
kebaikanmu itu tak akan kulupakan untuk selamanya"
Kemudian setelah menghela napas sedih, sambil
menengok ke arah Lan See giok dia berkata lebih jauh.
"Ketika Lan siauhiap bertemu aku malam itu.
kedatanganku saat tersebut memang kedatangan yang ke
dua kalinya”
"Kalau memang begitu, kuharap kau pun
mengungkapkan seluruh duduk persoalan yang sebenarnya
kepada kami" pinta Hu-yong siancu cepat-cepat.
Paras muka Toan Ki tin berubah menjadi serius, katanya
agak gelisah.
http://kangzusi.com/
"Sebelum kuteruskan ceritaku tentang peristiwa tersebut,
sekali lagi ingin kutandaskan yaitu Lan tayhiap bukan tewas
di tangan ku- "
"Lalu siapa yang telah melakukan per buatan keji itu?
Apakah Si Yu gi?" tak tahan Lan See giok membentak keras
dengan kening berkerut.
Toan Ki tin segera menggelengkan kepala nya berulang
kali.
"Bukan, pada mulanya aku sendiripun curiga kalau
peristiwa ini hasil karya dari Si- oh-cu."
Hu-yong siancu kuatir Lan See-giok menjadi mata gelap
saking marahnya, maka dengan suara tenang ia segera
menimbrung.
"Anak Giok, sekarang kita sudah mencapai tahap
menjadi terangnya duduk persoalan, kau tak usah kelewat
terburu napsu, berilah kesempatan kepada Toan pacu untuk
menceritakan pengalamannya, kemudian kita cocokkan
dengan apa yang kita ketahui dan di ambilkan
kesimpulannya, dari situ kita akan mengetahui apakah
ucapan Toan pacu benar atau salah.”
"Perkataan Han lihiap memang sangat tepat" Toan Ki tin
segera menimpali, "orang yang membunuh ayahmu betul-
betul bukan aku, tunggulah sampai kuceritakan keadaan
yang sesungguhnya nanti. kau pasti akan mengetahui
dengan sendirinya apakah ucapan-ku itu benar atau salah.."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak, lalu
berpaling ke arah puluhan jago yang masih berdiri
dikejauhan sana dan mengulapkan tangannya.
Puluhan orang jago tersebut serentak mengundurkan diri
dari situ, bahkan para dayang yang semula bersembunyi
http://kangzusi.com/
dibalik pintu ruang perahu pun sekarang berlalu semua dari
situ.
Dari sikap Toan Ki tin ini, Hu-yong siancu, Lan See
giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera berkesimpulan
bahwa orang ini belum pernah membicarakan peristiwa
tersebut kepada siapa pun. karenanya dia pun tak ingin
anak buahnya ikut mengetahui rahasia peristiwa tersebut,
apalagi kalau sampai membocorkan ke tempat luaran
bahwa Si Yu gi memang tewas di tangannya.
Begitulah, menunggu sampai anak buah nya sudah
berlalu semua, Toan Ki tin baru berkata kepada Hu-yong
siancu.
"Silahkan kalian berempat duduk dulu untuk
mendengarkan ceritaku ini . . . "
Hu-yong siancu mengangguk dan duduk lebih dulu, Lan
See giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera turut duduk
pula di atas geladak, untung lantai geladak amat bersih dan
berkilat. sehingga mereka tak usah kuatir akan mengotori
pakaian mereka.
Setelah menghembuskan napas panjang dan termenung
sejenak, Toan Ki-tin baru berbicara dengan suara rendah.
"Oleh sebab ada orang menyaksikan aku bersama Si Oh-
cu sedang berbisik bisik dalam hutan, biarlah aku mulai
bercerita sejak bertemu dengan Si Yu gi saja.
"Menjelang senja hari itu, aku sedang berjalan melalui
kuburan Leng ong bong, tiba-tiba kujumpai si Makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek toh oh sedang
celingukan di belakang sebatang pohon dengan sikap yang
sangat mencurigakan, dia seperti lagi mengintip seseorang
atau mungkin juga sedang menguntit seseorang,
http://kangzusi.com/
Tergerak hatiku waktu itu maka akupun menerjang ke
arahnya, Si Yu gi nampak amat terkejut atas kehadiranku
ini, tapi dengan cepat dia memberi tanda kepadaku dan
mengajakku ke luar dari hutan terus menuju ke utara.
"Aku tahu, tentu sudah terjadi sesuatu yang tak beres,
karenanya ku ikuti terus di belakangnya, tiba di sebuah
hutan, Si oh-cu bercerita kepadaku bahwa tiga hari
berselang dia telah berhasil menemukan tempat
persembunyian dari Lan tayhiap."
Mendengar sampai disini, Lan See giok segera
menyimpulkan bahwa jejak ayahnya berhasil ditemukan
oleh si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tatkala ayahnya
menghantar ia pergi ke rumah bibinya tempo hari akibat
nya musibah datang menimpa dirinya..
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia melirik sekejap
ke arah Hu-yong siancu.
Agaknya Hu-yong siancu pun mempunyai perasaan yang
sama, karena itu perasaan sedih dan murung segera
menyelimuti wajahnya. Sementara itu Toan Ki tin telah
bercerita lebih jauh.
. . waktu itu aku masih setengah percaya setengah tidak
sesudah mendengar cerita dari Si Yu gi, agaknya Si Yu gi
pun dapat melihat kalau aku tidak percaya, maka dia pun
melukiskan banyak sekali lingkaran-lingkaran di atas tanah,
setiap lingkaran melambangkan sebuah kuburan raksasa,
bahkan menunjukkan dimanakah Lan tay-hiap
menyembunyikan diri, dia bilang letak tempat tersebut
berada di urutan delapan sebelah kiri."
Diam-diam Lan See giok menghela napas panjang, dia
tak menyangka ayahnya yang selalu cekatan dan pintar,
waktu itu bisa berbuat begitu gegabah, mungkin dia sedang
merenungkan keselamatannya dalam perjalanan menuju ke
http://kangzusi.com/
rumah Hu-yong siancu sehingga tidak dirasakan olehnya
kalau orang sedang menguntitnya secara diam-diam.
TERDENGAR TOAN KI-TIN berkata lebih jauh.
"-Ketika kujumpai Si Yu gi menjelaskan dengan amat
terperinci, diam-diam aku merasa amat gembira, tapi
akupun tak tahan bertanya kepadanya mengapa tidak
berusaha masuk sendiri untuk merampas benda mestika itu?
Kata Si Yu gi, tenaga dalam yang dimiliki-nya amat
terbatas dan ia sadar bukan tandingan Lan tayhiap, apabila
dia masuk secara gegabah berarti hanya akan menghantar
nyawa dengan sia-sia belaka. itulah sebabnya dia minta
pertolonganku untuk bekerja sama dengannya.
"Aku percaya dengan perkataannya begitu saja, bersama
Si Yu gi kami bersama-sama kembali ke kuburan Leng ong
bong dan masuk kembali ke hutan siong, waktu itu hari
sudah gelap. ketika kami berdua sampai di kuburan nomor
delapan, ditemukan pintu kuburan secara kebetulan masih
terbuka lebar. maka akupun diam-diam menyelundup
masuk ke dalam, berjalan baru puluhan kaki, kami jumpai
setitik cahaya lentera yang redup muncul di depan sana. ."
Ketika mendengar sampai di situ airmata Lan See giok
tak bisa dibendung lagi dan segera jatuh bercucuran
membasahi wajah nya. darah yang mengalir dalam
tubuhnya turut bergolak keras.
Hu-yong siancu nampak mengucurkan pula air mata,
sedang Siau-cian serta Cay soat kelihatan sedih.
Terhadap sikap dari Lan See giok beberapa orang itu,
Toan Ki tin bersikap seolah-olah tidak melihat, pikiran dan
perasaannya seperti sudah balik kembali pada peristiwa
setahun berselang.
http://kangzusi.com/
Sambil mengawasi kegelapan malam yang mencekam
seluruh angkasa, dia berkata lebih jauh dengan suara rendah
dan dalam-
"..ketika kulihat cahaya lentera itu, dengan terkejut
segera kuhentikan langkah-ku dan berdiri dengan menempel
didekat dinding, waktu berpaling, kujumpai Si Yu gi akan
memperoleh keuntungan apa-apa, aku bertekad hendak
mencari suatu tempat yang terpencil untuk mempelajari isi
dari kitab pusaka tersebut dan menjadi satu-satunya jago
silat yang tiada tandingnya di dunia ini"
Mendengar sampai disini, Hu-yong-siancu serta Lan See-
giok segera menggelengkan kepalanya dengan perasaan iba,
andaikata umat persilatan mengetahui betapa sulitnya
untuk mempelajari isi kitab cinkeng tersebut. tak mungkin
akan timbul musibah sebesar ini
Melihat dua orang itu menggelengkan kepalanya
berulang kali. Toan Ki-tin juga tidak menanyakan
alasannya. kembali dia berkata lebih lanjut.
" ..waktu itu kupusatkan semua perhatian untuk
memperhatikan situasi di sekeliling tempat tersebut, namun
suasana amat sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun,
agaknya di dalam kuburan itu tiada seorang manusia pun,
akhirnya akupun meneruskan perjalananku menuju ke
dalam ruangan, pada saat itulah pandangan pertama yang
berhasil kulihat adalah tubuh ayahmu tergelepar ditengah
genangan darah"
Ia berhenti sejenak sambil memandang Lan See-giok
yang berdiri dengan air mata bercucuran, kemudian
lanjutnya:
"Waktu itu aku sangat terkejut dan segera memeriksa
ayahmu. aku jumpai dadanya masih terasa ada sedikit hawa
hangat, tapi ke empat anggota badan serta bagian badan
http://kangzusi.com/
lambungnya sudah mulai membeku, dari keadaan yang
kujumpai, paling tidak ia telah tewas setengah jam
berselang..”
Sedih perasaan Lan See giok bagaikan di sayat-sayat
pisau, tanpa terasa dia membayangkan kembali keadaan
waktu itu, kemudian dicocokkan dengan apa yang didengar
dari si beruang berlengan tunggal, ketika ayahnya
ditemukan tergelepar di atas genangan darah, tubuhnya
memang sudah menjadi dingin semua
Berpikir demikian. dia pun memandang ke arah Toan Ki
tin sambil manggut-manggut tanda setuju.
Maka Toan Ki tin melanjutkan kata kata nya:
"Waktu itu aku merasa terkejut bercampur gusar,
semacam perasaan di permainkan orang mencekam diriku,
aku bertekad hendak mencari si makhluk bertanduk tunggal
untuk menuntut keadilan darinya, tapi setelah kupikirkan
kembali, dicocokkan pula dengan apa yang kulihat, rasanya
tidak mirip dengan perbuatannya, setelah mendapatkan
kotak kecil itu niscaya Si Yu gi telah melarikan diri, buat
apa dia mesti mengintip dengan gerak gerik yang
mencurigakan?
Biarpun aku mengerti bahwa harapannya tipis, tapi
terdorong oleh rasa serakah dan ingin mendapatkan benda
tadi. maka terburu-buru akupun menggeledah lagi jenazah
Lan tayhiap, kemudian aku malah menderita pelbagai
kerugian sehingga akhirnya memutuskan untuk kabur
kearah barat jalan.
Setelah kabur sejauh puluhan li dan duduk terpekur di
sebuah batu, segera kurasakan hilangnya si makhluk
bertanduk tunggal sangat aneh dan mencurigakan, kuburan
kuno itu begitu besar, mustahil Lan tayhiap akan
menyembunyikan kotak kecil itu di tubuhnya, berpikir
http://kangzusi.com/
demikian akupun balik kembali ke kuburan dan
kedatanganku Waktu itu tak lain adalah saat Lan siauhiap
melihat aku menggeledah almari dan pembaringan"
Berbicara sampai di situ. wajahnya menunjukkan
perasaan menyesal, tampaknya apa yang hendak diutarakan
telah selesai diucapkan ke luar.
Hu-yong siancu mendengarkan cerita itu dengan tenang,
kini dia mulai mencurigai si makhluk bertanduk tunggal,
walau dengan perasaan tidak mengerti tanyanya.
”Ketika Lo pacu menolong Si oh-cu apakah kau sempat
menanyakan sesuatu pertanyaan kepadanya?"
Toan Ki tin segera mengangguk.
"Yaa, aku bertanya kepadanya, tapi waktu itu
keadaannya sudah amat kritis. agaknya lidahnya sudah
menjadi kaku sehingga tak mampu bersuara lagi, ketika
kutanyakan tentang sebab kematian Lan tayhiap, dia cuma
dapat menggelengkan kepalanya dengan paksa tanda tidak
tahu.."
Dengan kening berkerut Hu-yong siancu bertanya lebih
lanjut:
"Apakah Lo pacu sudah bertanya kepada si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi, apa sebabnya dia tidak
mengikutimu memasuki kuburan ong bong dan selanjutnya
mengapa dia menyembunyikan diri terus menerus di kamar
sebelah?"
Toan Ki tin menghela napas panjang, katanya agak
menyesal.
"Sudah kutanyakan persoalan ini, Cuma sayang Si Yu gi
sudah tidak mampu berbicara lagi ketika itu, ditambah lagi
akupun sudah salah melukainya, perasaanku gugup dan tak
http://kangzusi.com/
tenang. tahu kalau jiwanya tak akan tertolong lagi, maka
akupun masukkan tubuhnya ke dalam sebuah peti mati
bobrok."
Lan See giok yang termenung lama sekali ini. segera
teringat bahwa Si Yu gi baru menghembuskan napasnya
yang penghabisan setelah Oh Ti San menotok jalan darah
kematiannya, jarak antara terluka sampai tewas ini paling
tidak mencapai empat jam lamanya, dari sini bisa
disimpulkan pula kalau ketidak mampuan Si Yu gi
berbicara adalah suatu tindakan pura-pura, maka selanya
kemudian:
"Menurut pendapatku, ketidak mampuan si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu-gi berbicara merupakan suatu
tindakan siasat untuk menutupi rencana busuknya, sebab
dengan berlagak tak mampu berbicara maka banyak
bertanya kepadanya pun percuma saja, otomatis kau akan
segan untuk banyak bertanya lagi"
Toan Ki tin segera menjadi sadar kembali, sambil
menepuk lututnya dia berseru agak mendongkol:
"Benar. kalau begitu aku benar-benar sudah dibodohi
oleh manusia yang licik itu"
Kemudian dengan kening berkerut dan berguman lebih
jauh:
"Jika ditinjau dari situasi waktu itu, keadaan lukanya
memang nampak sangat parah, paling banter dia cuma
dapat bertahan selama setengah jam saja."
Sebelum perkataan itu selesai diucapkan Lan See giok
telah menukas sambil tertawa dingin.
"Sampai hari kedua tengah hari, dia masih berbaring di
dalam peti mati bobrok dalam keadaan hidup .”
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, gemetar keras sekujur badan
Toan Ki tin, paras mukanya berubah hebat, ia membuka
mulutnya lebar-lebar dan hampir saja menjerit, tak kuasa
lagi dengan suara rendah bisiknya.
"Lan siauhiap, kau. kau.. bagaimana cara-mu
menemukan dia? Bagaimana kemudian keadaannya?"
Tanpa berpikir panjang Lan See-giok menyahut:
"Dia baru tewas setelah ditotok jalan darahnya secara
diam-diam oleh si manusia bengis bertelinga tunggal Oh
Tin San"
Sekali lagi Toan Ki tin menepuk lututnya sambil berseru
penuh pengertian.
"Yaa, tak salah lagi, ternyata Oh Tin san memang hadir
di sekitar kuburan Ong -bong waktu itu, bulan berselang
aku pun mendapat tahu hal ini dari laporan seorang saudara
mata-mata, dia pernah melihat Oh Tin san muncul di
sekitar kuburan Leng ong bong dan lenyap dengan begitu
saja. itulah sebabnya aku telah mengerahkan segenap
kekuatan Lim lo pah untuk datang menantang Oh Tin san
kali ini, maksudku adalah agar dia serahkan kotak kecil
tersebut”
Untuk menghindarkan suatu pertumpahan darah di
tempat tersebut, cepat-cepat Hu-yong siancu menimbrung:
"Isi kotak kecil itu adalah kitab pusaka Tay lo hud bun
Pwe tiap cinkeng, tapi kitab tersebut sudah ditarik kembali
oleh To Seng cu locianpwe, biarpun Oh Tin san berhasil
memasuki kuburan kuno. namun dia tak berhasil
mendapatkan kitab pusaka tersebut, jadi kaupun tidak usah
mengerahkan bala bantuanmu untuk melakukan
pembunuhan lagi,"
http://kangzusi.com/
Biarpun Toan Ki tin merasa rada kecewa, namun diapun
bersyukur di hati. kecewa karena gagal mendapatkan kitab
pusaka, tapi bersyukur, karena dia berhasil lolos dari lubang
kematian bahkan secara tidak disangka telah mendapatkan
setetes cairan Leng sik giok ji yang mahal harganya.
Karenanya sesudah mendengar perkataan dari Hu-yong
siancu ini, dia pun mengangguk berulang kali seraya
berkata dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih banyak atas petunjuk dari lihiap, malam
ini juga aku akan pulang ke telaga Tong ting dan
selanjutnya akan meneruskan hidupku sebagai seorang
nelayan"
Hu-yong siancu yang mendengar ucapan mana kontan
saja memuji.
"Jikalau lo pacu benar-benar melakukan apa yang
dijanjikan, kejadian ini benar-benar merupakan rejeki bagi
segenap nelayan di telaga Tong ting, Lo pacupun tentu akan
disanjung dan dipuja oleh setiap umat persilatan!"
Ketika mendengar ucapan mana. sekilas rasa bangga
membayang di wajah Toan Ki tin yang jelek, katanya
kemudian dengan hormat.
"Semoga saja apa yang dikatakan lihiap bisa terlaksana,
aku tentu akan bersyukur atas nasehatmu hari ini."
Hu-yong siancu manggut-manggut sambil tertawa,
setelah melihat keadaan cuaca, dia pun berkata sambil
mengangguk:
"Kentongan ketiga sudah lewat, biar aku segera mohon
diri lebih dulu.."
Tidak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata
katanya, Toan Ki tin telah menukas dengan gembira.
http://kangzusi.com/
"Aku akan mengantar kalian berempat.."
Kemudian sambil bangkit berdiri dia membentak,
"Siapkan sampan cepat!"
Suara sahutan bergema dari buritan perahu dikejauhan
sana.
Hu-yong siancu memang berharap Toan Ki tin berbuat
demikian, maka tidak sungkan bersama See giok berbangkit
berdiri.
Suara tali gemerisik berbunyi, kemudian dari buritan
kapal muncul dua buah sampan yang melesat tiba dengan
kecepatan tinggi, dalam waktu singkat perahu itu sudah tiba
di ujung perahu:
"Sampan kecil ini terdiri dari dua ujung yang runcing
sehingga sulit untuk dibedakan mana buritan mana geladak,
di muka maupun belakang semuanya terdapat empat buah
dayung sehingga tidak heran kalau perahu itu dapat
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Menjumpai hal tersebut, Hu-yong siancu segera berkata
sambil tersenyum.
"Sampan kecil yang kami tumpangi telah
ditenggelamkan semua oleh perahu kalian, yaa apa boleh
buat terpaksa aku mesti meminjam sampan dari pacu!"
Toan Ki tin tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh- haaahhh- haaahhh - cuma sampan kecil apa
sih artinya, silahkan lihiap gunakan kedua sampan tersebut"
"Tidak usah dua, sebuah pun cukup!"
Sementara pembicaraan berlangsung, sampan kecil itu
sudah berhenti, maka Hu-yong siancu berempat pun pindah
ke sampan sebelah kiri, sedangkan Toan Ki tin seorang
http://kangzusi.com/
berada di sampan sebelah kanan, dimana ke dua sampan itu
segera meluncur ke depan bersama sama.
Puluhan buah kapal besar yang semula mengelilingi
kapal keraton, sekarang sudah mulai berpencar makin
menjauh.
Ketika Lan See-giok berpaling, dia jumpai dua buah
lentera merah yang tergantung di atas tiang kapal keraton
itu sedang digoyangkan ke kiri dan kanan secara pelan-
pelan, agaknya sedang memberikan suatu kode rahasia.
Angin malam berhembus semakin kencang di atas
permukaan telaga, gelombangpun makin tinggi, tapi ke dua
sampan itu masih meluncur dengan kecepatan tinggi, ini
membuat udara terasa makin dingin.
Dalam waktu singkat ratusan kaki sudah dilampaui,
ditambah pula perahu perang tadi mulai bergerak menuju
ke utara, tidak heran kalau jarak diantara mereka dengan
kapal berbentuk keraton itu makin lama semakin men jauh.
Hu-yong siancu segera memberi tanda kepada si
pendayung agar menghentikan sampannya. lalu kepada
Toan Ki tin yang di sampan lain dia berseru lantang:
"Lo pacu, silahkan kembali saja, lebih baik kita berpisah
disini saja, semoga di kemudian hari kita dapat bersua
kembali!"
Toan Ki tin tertawa terbahak - bahak, serunya dengan
penuh kegembiraan. "Malam ini aku merasa gembira,
sekali, bukan saja Han lihiap sudah menyelamatkan jiwaku
, menambah tenaga dalamku, yang lebih penting lagi adalah
memberi kesempatan kepadaku untuk mengutarakan semua
kemurungan dan kemasgulan yang telah terpendam hampir
setahun lebih dihati kecilku, sejak kini aku akan
mengasingkan diri di Lim lo pah dan selamanya tak akan
http://kangzusi.com/
berkelana lagi dalam dunia persilatan, bila suatu ketika Han
lihiap, Lan siauhiap dan nona berdua melewati telaga Tong
ting, silahkan mampir di Lim-lo-pa, aku pasti akan
menyambut kedatangan kalian dengan senang hati.."
Hu-yong siancu tertawa hambar, kemudian menyahut.
"Bila ada kesempatan, kami pasti akan menjumpai Lo
pacu".
Agaknya dalam waktu yang sangat singkat, tabiat Toan
Ki-tin telah mengalami perubahan yang sangat besar, ia
segera tertawa terbahak-bahak dengan amat nyaring.
"Haaahhh . . . haah . . . haaahhh . . kalau memang
demikian, semoga Han lihiap baik-baik menjaga diri, maaf
bila aku tak bisa mengantar lebih jauh lagi."
Siau cian dan Cay soat secara terpisah menerima ke
empat dayung yang berada di muka dan belakang sampan,
sementara ke dua orang lelaki kekar yang semula
memegang dayung kini sudah pindah ke atas sampan Toan
Ki tin.
Tampaknya Cay soat dan Siau cian berniat untuk
memamerkan tenaga dalam yang dimilikinya, dia memutar
pergelangan tangannya dan sampan kecil itupun segera
melesat ke muka dengan kecepatan luar biasa .
Toan Ki tin yang menyaksikan peristiwa ini menjadi
terkejut sampai paras mukanya berubah hebat, apalagi ke
empat lelaki kekar yang lain, mereka sampai termangu
mangu di buatnya.
Ketika Hu-yong Siancu sekalian mengucapkan kata
selamat berpisah, sampan kecil itu sudah meluncur sejauh
dua puluhan kaki dari posisi semula,
Siau cian dan Cay-soat baru menghentikan dayungan
mereka setelah tidak melihat Toan Ki tin lagi.
http://kangzusi.com/
"Bibi, apakah kita perlu untuk berkunjung lagi ke benteng
Wi-lim-poo?" tanya Lan See giok kemudian dengan hormat.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah ratusan buah
perahu yang telah berkumpul di sebelah timur itu, lalu
bisiknya dengan suara rendah:
"Duduklah lebih dulu, mari kita merundingkan persoalan
ini sekali lagi sebelum mengambil keputusan."
Lan See giok mengiakan dan duduk di samping Hu-yong
siancu, sementara Cay -soat den Siau cian pun sama-sama
melepaskan pendayung dan menghadap ke arah ke dua
orang itu.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Lan See
giok, setelah itu tanyanya dengan wajah serius:
"Anak Giok, menurut pendapatmu siapakah pembunuh
yang sesungguhnya ..?"
Lan See-giok mengernyitkan alis matanya, kemudian
sambil menggertak gigi menahan rasa geram sahutnya:
"Anak Giok rasa orang itu adalah si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san"
Hu-yong siancu segera mengangguk berulang kali:
"Benar, setelah mendengar penjelasan dari Toan Ki-tin
malam ini, semakin terbukti kalau Oh Tin san lah si
pembunuh biadab tersebut. "
"Siapa tahu kalau hal tersebut merupakan permainan
busuk dari makhluk bertanduk tunggal?" timbrung Cay soat
tidak mengerti.
Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali.
http://kangzusi.com/
"Tidak cocok dengan kenyataan bila kita berpandangan
demikian, andaikata pembunuh aslinya adalah Si Yu-gi,
waktu itu pastilah dia sedang melarikan diri dengan gugup
dari kuburan setelah berhasil dengan pembunuhannya,
andaikata dia yang menemukan jejak Toan pacu lebih dulu
sehingga baru berlagak sok rahasia dam mencurigakan,
untuk melepaskan diri dari cengkeraman Toan pacu, tidak
seharusnya dia memasuki kuburan Ong bong lagi dam
bersembunyi dibalik dinding sehingga akhir nya mesti
terluka."
Si Cay goat segera mengangguk sambil membenarkan,
sebaliknya Siau cian menimbrung lagi.
"Berdasarkan penuturan Toan Ki tin waktu itu Si Yu gi
tidak masuk ke dalam kuburan bersama-samanya.
mungkinkah dia menyusup lagi ke dalam kuburan dengan
melalui jalan rahasia baru?"
"Tentu saja," jawab Hu-yong siancu tanpa ragu, "itulah
sebabnya pada mulanya aku menganggap lorong baru itu
hasil perbuatan dari si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi
sebab ketika si beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong
bertarung dengan si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-
ciang, secara kebetulan mereka ke luar dari lorong baru
tersebut. sedangkan si manusia bermata tunggal Toan Ki tin
masuk ke luar lewat pintu utama, dari sini membuktikan
juga kalau dia sama sekali tidak tahu dalam kuburan itu
terdapat lorong baru. sebaliknya jika si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san bila mengetahui kuburan
tersebut masih terdapat lorong rahasia baru, diapun tak
akan merusak tombol rahasia pintu belakang kuburan itu
secara tergesa-gesa
Biarpun si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi bajingan
tengik ini bukan pembunuh sebenarnya, tapi anak- Giok
http://kangzusi.com/
yakin dialah biang keladi dari peristiwa berdarah ini" seru
Lan See giok kemudian dengan penuh kebencian,
Si Cay soat segera menimbrung pula dengan gemas.
"Justru karena dialah si biang keladi dari peristiwa
berdarah itu, maka gurdi emas telah menembusi dadanya
lebih dulu!"
Hu-yong siancu yang mendengar perkataan ini segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela
napas.
"Aai, inilah yang dinamakan hukum karma, siapa pula
manusia di dunia ini yang bisa lolos dari kejadian tersebut?"
Seperti mengerti akan sesuatu, Siau cian ikut pula
berbicara.
"Berdasarkan kesimpulan yang telah di himpun.
andaikata pembunuh paman Lan yang sebenarnya adalah si
manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin san, maka di saat
si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dan Toan Ki tin
memasuki kuburan Ong bong, mungkin Oh Tin san sudah
berada di sana, waktu itu mungkin saja ia baru membunuh
paman Lan, mungkin pula sedang menggeledah seluruh
bangunan kuburan tersebut, karena mengetahui Si Yu gi
menyelundup masuk barulah dia menyembunyikan diri di
belakang meja batu besar"
Agaknya Hu-yong siancu, Lan See giok dan Si Cay soat
mempunyai perasaan yang sama pula, maka mereka pun
mengangguk berulang kali tanpa komentar.
Berdasarkan analisanya, Siau cian berkata lebih jauh.
"Tindakan si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tidak
masuk bersama sama Toan Ki tin, sebaliknya secara diam-
diam menyelundup masuk melalui lorong rahasia baru,
http://kangzusi.com/
mungkin- tujuannya ingin berpeluk tangan menyaksikan
harimau berkelahi, tapi diapun tidak menyangka kalau
setelah tiba dalam kuburan ternyata paman Lan telah tewas
terbunuh, karena itu Si Yu gi tidak mengikuti Toan Ki-tin
mengundurkan diri dari situ karena dia berniat
menggeledah semua tempat yang mencurigakan dalam
kuburan tersebut, siapa tahu disaat dia hendak melakukan
penggeledahan itulah. adik Giok telah pulang."
Melihat pandangan serta kesimpulan yang diambil putri
kesayangannya Ciu Siau-cian begitu cermat dan teliti, tanpa
terasa dia memandang gadis itu dengan sorot mata memuji,
sementara kepalanya manggut-manggut berulang kali.
Si Cay soat segera menyela.
"Menurut penuturan enci Cian tadi. jadi kau
menganggap Si Yu-gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin
San telah bersembunyi di belakang meja batu?"
Siau cian kembali mengangguk.
"Tentu saja, bila ia tahu kalau Oh Tin san bersembunyi
di dalam kuburan, disaat Toan Ki tin menyelamatkan Si Yu
gi dari kuburan tersebut, Si Yu gi pasti sudah menjelaskan,
tentang jejak Oh Tin san, tapi kenyataannya Toan Ki tin
baru mengetahui akan gerak gerik Oh Tin san waktu itu
baru-baru ini."
"Tapi ketika itu keadaan Si Yu gi toh sudah payah
sehingga untuk berbicara saja tak mampu?" tanya Cay soat
seperti baru teringat akan hal ini.
Lan See giok segera menyela.
"Hal itu tak lain hanya merupakan taktik licik Si Yu gi,
bila dia tahu kalau si manusia bengis bertelinga tunggal Oh
Tin san bersembunyi di dalam kuburan, dia pasti dapat
berbicara."
http://kangzusi.com/
"Jadi kalau begitu kepura-puraannya tak mampu
berbicara hanya untuk menghindari pelbagai pertanyaan
yang diajukan Toan Ki tin kepadanya?", tanya Cay soat
tidak mengerti.
Lan See giok mengangguk.
"Tentu saja demikian, sebab dengan berbuat begitu
berarti dia bisa terhindar dari terbongkarnya maksud dan
rencana busuk-nya, kembali Si Cay soat bertanya tidak
mengerti.
"Kalau toh Si Yu gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin
san juga berada dalam kuburan, mengapa pula Oh Tin san
mesti membinasakan Si Yu gi?"
Hu-yong siancu tertawa-tawa, dan lantas menyela.
"Tentu saja hal ini dikarenakan Si Yu gi sudah
mendengar kalau anak Giok telah mengirim kotak kecil
perak itu kemari, dengan dibunuhnya Si Yu gi oleh Oh Tin
san berarti kecuali anak Giok, hanya dia seorang yang
mengetahui tentang jejak kotak kecil itu."
"Sungguh aneh," kata Siau cian pula seolah-olah
berguman, "kenapa Oh Tin san juga mendapat tahu akan
tempat persembunyian paman Lan? Dengan cara
bagaimana dia menyelundup ke dalam kuburan kuno dan
membunuh paman Lan?"
”Hal ini hanya bisa di jawab oleh si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san seorang." sahut Hu-yong
siancu sedih.
Ketika mendengar sampai disini, Lan See giok segera
berkerut kening, sorot mata tajam melintas lewat dari balik
matanya, kalau bisa dia ingin sekarang juga memasuki
benteng Wi-lim-poo dan mencari pembunuh ayahnya itu
untuk membuat perhitungan.
http://kangzusi.com/
Maka kepada Hu-yong siancu. diapun memohon.
"Bibi, mari kita mencari Oh Tin san sekarang juga, kita
dapat meneruskan perjalanan, dengan menumpang sampan
ini, kita pun bisa menantangnya secara terang terangan, jika
dia bersikeras tak mau ke luar, kita bisa menyelundup
masuk dengan menyelam di bawah permukaan air."
Hu-yong siancu termenung sejenak kemudian
mengiakan, maka Siau cian dan Cay soat pun bersama-
sama mendayung kembali berangkat menuju ke benteng
Wi-lim-poo.
Malam itu udara sangat gelap, kecuali bintang hanya
rembulan yang bersinar redup tapi nun di ufuk timur sana
setitik cahaya putih sudah mulai muncul.
Ratusan perahu perang Lim lo pa yang semula
berkumpul di situ, kini sudah lenyap dari pandangan mata.
Di tengah hembusan angin yang lembut, meski ke empat
orang itu tidak tidur semalam suntuk, saat itu mereka tidak
merasa lelah barang sedikitpun jua.
Kecuali sampan kecil mereka yang sedang bergerak
mengarungi telaga, serta suara percikan air yang memecah
ke tepian, tiada terdengar suara lain di sana.
Setelah melalui keheningan berapa saat, tiba-tiba
terdengar Hu-yong siancu menghela napas panjang.
Lan See giok dan Si Cay soat sama-sama merasa terkejut
sehingga tanpa terasa bertanya bersama.
"Bibi, persoalan apa sih yang membuatmu kesal?"
-ooo0dw0ooo-

BAB 28
http://kangzusi.com/
SEDANGKAN Siau cian dengan nada mengomel
berseru pula. "Ibu memang selalu begini, bila seseorang lagi
menenangkan diri, ia selalu menghela napas pendek, apa
lagi kalau tidak lagi memikirkan kejadian-kejadian lama
yang memedihkan hatinya."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu. memanfaatkan kesempatan tersebut dia ingin
mencari tahu keadaan yang sejelasnya dari bibinya itu.
Maka dengan penuh rasa kuatir dia menegur. "Bibi. . . ."
Tidak sampai anak muda itu menyelesaikan kata
katanya, Hu-yong siancu telah menghela napas sedih
kemudian pelan-pelan menggelengkan kepalanya.
Lan See giok tahu bahwa bibinya sedang kurang senang
hati, dalam keadaan begini biasanya persoalan apa pun
yang ditanya kan pasti tiada jawaban. Karenanya diapun
merasa enggan untuk bertanya lagi
Padang ilalang yang luas semakin dekat di depan mata,
sementara fajar pun mulai menyingsing.
Hu-yong siancu segera menenangkan hatinya, seakan
akan sedang menyimpan kembali semua kesedihan hatinya.
kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, ia memberi tanda kepada Cay soat dan Siau cian agar
memperlambat dayungan nya.
Dengan ketajaman matanya yang luar biasa Lan See giok
memandang sekejap ke arah padang ilalang di sebelah kiri,
kemudian serunya.
"Di tempat tersebut terdapat sebuah pintu -air “
Hampir bersamaan waktunya. Cay soat dan Siau cian
telah melihat pula jalan air itu, sampan pun segera
diarahkan ke sana.
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See-giok menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan untuk bersiap siaga menghadapi segala
sesuatunya, sedang kan Hu-yong siancu juga bersiap sedia,
dengan sorot mata yang tajam mereka awasi situasi di
seputar sana, kuatir tibanya sergapan yang datang secara
tiba-tiba..
Setelah makin mendekat, mereka temukan tempat itu
memang sebuah jalan air, di depan jalan air itu tumbuh dua
lapis rumput ilalang yang tinggi, tak heran kalau tempat
tersebut sukar ditemukan dari kejauhan.
Untuk berjaga jaga terhadap segala kemungkinan yang
tak diinginkan, Lan See -giok bangkit berdiri, sorot matanya
yang tajam dipancarkan memperhatikan sekitar situ. sedang
ke sepuluh jari tangannya bersiap sedia melepaskan
serangan ke arah tempat yang mencurigakan..
Siau cian serta Cay soat mendayung semakin kuat.
sampanpun bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya menembusi jalan air selebar delapan depa itu.
"Sreeet..!"
Sampan kecil itu menerjang masuk dengan cepat.
Mendadak . . . . . dari balik hutan ilalang itu bergema suara
tempik sorak yang gegap gempita "Sau-pocu telah
kembali..!
"Hooore . . . sau pocu telah kembali.."
Menyusul sorak sorai yang amat nyaring itu. ilalang
disingkap orang dan muncul enam orang lelaki kekar
berpakaian renang warna hijau dengan wajah penuh
pengharapan.
Lan See giok merupakan seorang yang kaya akan
perasaan, sehabis mendengar suara sorak sorai tersebut dia
http://kangzusi.com/
menjadi terpengaruh emosi. hawa murni yang telah
dihimpun pun segera dibubarkan kembali.
Siau cian dan Cay soat yang menyaksikan kejadian ini
pun dibikin tertegun.
Sebaliknya berkilat sepasang mata Hu-yong siancu, cepat
dia bangkit berdiri, lalu bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, ayolah kita makan siasat dengan siasat
cepat kau tanggapi mereka !"
Cepat Lan See giok mengunjukkan senyuman di
wajahnya, dia mengangkat tangannya dan diulapkan
berulang kali kearah ke enam lelaki kekar yang sedang
berenang mendekat itu.
Dalam pada itu, dari balik ilalang di depan sana pun
saling menyusul bergema tempik sorak yang penuh
kegembiraan, lalu dari mana-mana muncul orang yang
berenang mendekat.
Lan See-giok kuatir kehadiran mereka akan menunda
rencananya, sambil memberi tanda kepada siau- cian dan
Cay soat agar mempercepat dayungnya, dia pun mengulap
kan tangannya sambil berteriak keras:
"Musuh besar belum pergi jauh, harap saudara sekalian
tetap berjaga di pos masing-masing, ingat jangan bergerak
meninggalkan pos masing-masing secara sembrono!"
Sementara pembicaraan berlangsung sampan kecil itu
meneruskan perjalanannya melesat ke dalam lorong air, tapi
kawanan lelaki kekar yang berada di kedua sisi lorong itu
tetap memberi sambutan yang meriah. .
Hu-yong siancu sangat terharu oleh kejadian tersebut. dia
tak menyangka kehadiran Lan See giok dalam benteng Wi-
lim-poo mesti hanya berlangsung selama dua hari, namun
http://kangzusi.com/
kehadirannya telah meninggalkan kesan yang begitu
mendalam dihati lelaki-lelaki kekar anggota benteng itu..
Semakin ke dalam sampan itu bergerak, sambutan yang
diberikan semakin bertambah meriah, dimana mana
muncul tangan manusia yang sedang menggapai, atau
wajah-wajah gembira yang bersorak sorai..
Di samping membalas sambutan orang-orang itu dengan
senyuman, dalam hati kecilnya Lan See giok juga maju
sendiri, pikirnya.
"Yaa, dari mana mereka bisa tahu kalau kedatanganku
kali ini adalah bertujuan membunuh loo-pocu mereka?"
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu lagi. muncul
banyak jalan lorong yang bercabang cabang, dalam keadaan
begini Siau cian dan Cay soat tidak tahu harus menempuh
jalan yang mana.
Untung saja di kedua sisi jalan telah muncul banyak
lelaki kekar yang memberi petunjuk belok ke kiri kanan, ke
barat atau utara.
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, akhirnya
mereka ke luar dari pepohonan ilalang yang lebat dan
semua pemandangan pun muncul di depan mata.
Seratus kaki di depan mereka, kini nampak sebuah
bangunan benteng yang besar dan kokoh. di atas lorong
benteng tergantung tiga buah lentera merah yang besar dan
bergoyang goyang ketika terhembus angin.
Berhubung tempik sorak telah bergema semenjak sampan
memasuki lorong air. maka ketika sampan itu akhirnya
muncul di bawah benteng, sorak sorai yang keras pun
kembali menggema di situ.
http://kangzusi.com/
Enam orang lelaki kekar, berbaju merah celana hijau,
bersama sama meniup terompet mereka begitu melihat Lan
Se giok telah muncul di situ.
Tambur yang menderu deru seperti guntur membelah
pula keheningan. sementara para pengawal bersama sama
mengangkat tombak mereka memberi hormat.
Menyaksikan keadaan demikian, tanpa terasa Lan See-
giok jadi teringat kembali dengan upacara perkenalan yang
diselenggarakan Oh Tin-san setahun berselang, hal tersebut
membuat perasaannya menjadi tak karuan.
Hu-yong siancu diam-diam memberi tanda kepada Si
Cay soat dan Ciu Siau cian agar meneruskan perjalanan
untuk menghindari segala kemungkinan, setelah itu
bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, pembunuhan atas ayahmu merupakan
dendam yang lebih dalam daripada samudra, harap kau
jangan melupakan tujuan kedatanganmu kemari!"
Lan See giok terkesiap dan buru-buru menyahut, hampir
saja air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Ketika sampan berada puluhan kaki dari pintu gerbang,
suara gemerincing nyaring bergema memecahkan
keheningan, pintu gerbang yang tertutup pelan-pelan
bergerak ke atas.
Agak emosi juga Siau cian dan Cay-soat setelah
menyaksikan kejadian ini, terutama sekali setelah
menyaksikan arsitek pembangunan benteng Wi-lim-poo
yang begitu megah
Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, Lan See giok berdiri di ujung sampan dengan
wajah serius meski senyum tetap dikulum, sementara
http://kangzusi.com/
tangannya berulang kali diulapkan untuk membalas hormat
para lelaki bertombak yang berada di atas dinding benteng.
Bagaikan anak panah yang terlepas dari busur, sampan
itu melesat masuk ke dalam pintu benteng, dari balik
benteng segera bergema sorak sorai penuh kegembiraan.
suara tambur dari bangunan loteng juga dibunyikan bertalu
talu.
Sepanjang tanggul lorong air, manusia berdesakan
memberi sambutan yang meriah, malah boleh dibilang
sambutan yang mereka berikan mendekati kalap.
Diam-diam Siau - cian dan Cay soat gembira melihat
kejadian tersebut, mereka tidak mengira kalau usaha
mereka memasuki benteng Wi-lim-poo dapat berlangsung
dengan luar biasa lancarnya. dengan leganya hati mereka
sampan pun bergerak makin lamban.
Sementara itu Lan See-giok merasa keheranan oleh
kejadian yang dihadapinya, dia tidak mengerti apa
sebabnya diantara para penyambut yang amat ramai itu
sama sekali tidak nampak Oh Tin-san dan Say-kui hui?
Diapun heran mengapa masalah kaburnya dia dari benteng
tidak disiarkan Oh Tin san kepada segenap anak buahnya?
Atau mungkin mereka berdua yakin dia tak akan berani
datang ke sini lagi?
Pada saat itulah sebuah sampan kecil tiba-tiba muncul
dari ruangan tamu telaga emas dan bergerak mendekat.
Mengetahui siapa yang datang, dengan perasaan terkejut
Lan See giok berpaling ka arah Hu-yong siancu sembari
berkata.
"Bibi yang datang adalah Be Siong pak. orang
menyebutnya Say go yong, dia adalah juru pikir Oh Tin
http://kangzusi.com/
san. orangnya licik dan banyak akal muslihatnya, sebentar
bibi mesti berhati-hati terhadapnya."
Dengan tenang Hu-yong siancu mengangguk tanda
mengerti, di samping itu diapun mulai memperhatikan si
kakek bungkuk yang waktu itu berdiri hormat di atas
sampan.
Kakek bungkuk itu berperawakan pendek dan kecil, dia
mengenakan jubah panjang berwarna putih. bermata segi
tiga dan memelihara jenggot kambing, sorot matanya
diliputi perasaan kaget dan gelisah tapi senyuman penuh di
bibir, jelas seorang manusia berwajah licik.
Ketika kawanan lelaki kekar yang memberi sambutan di
kedua sisi tanggul melihat kemunculan Be Siong pak.
suasana seketika berubah menjadi amat hening.
Be Siong pak segera menjura kepada Lan See giok dari
kejauhan. lalu dengan wajah penuh senyuman licik dia
berkata:
"Hamba Be Siong pak gembira sekali, mendengar
kedatangan kembali sau pocu. bila penyambutan agak
terlambat harap sau pocu sudi memaafkan"
Lan See giok tertawa tergelak. dia batas memberi hormat
seraya merendah.
"Tidak berani. tidak berani. banyak tahun tak bersua
muka, Be to enghiong masih tetap nampak segar bugar"
Be Siong pak sama sekali tak berani melirik kearah Hu-
yong siancu, Si Cay soat maupun Ciu Siau cian, ketika
mendengar perkataan dari Lan See-giok tersebut, Ia segera
tersenyum sambil menyahut dengan hormat:
"Kesemuanya ini tak lain berkat puji syukur dari sau
pocu.."
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia memandang sekejap ke arah Hu-yong
siancu yang memegang kemudi serta Cay soat dan Siau cian
yang memegang dayung. lalu buru-buru serunya kepada
kawanan lelaki kekar yang berada di sisi tanggul.
"Ayo kemari dua orang untuk mengganti kan kedua
nona ini."
"Tidak usah Be lo-enghiong.." cegah Lan See giok .
Belum selesai is berkata, tiba-tiba dari arah ruang tamu
telaga emas telah berkumandang suara keleningan kecil
yang amat ramai. .
Paras muka Lau See giok berubah hebat sekilas sinar
tajam melintas dibalik matanya.
Hu-yong siancu segera mengerti, sudah pasti Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin-san yang telah datang,
Dari ujung lorong air itu muncul sebuah perahu
berkepala naga emas, perahu itu meluncur datang dengan
kecepatan tinggi, ternyata orang yang berada di ujung
geladak adalah seorang gadis genit bergaun panjang, waktu
itu dia sedang menggapai kearah ke mari dengan wajah
penuh kegelisahan.
Be Siong pak yang menjumpai hal itu segera berteriak
keras:
"Nona telah datang untuk menyambut kedatangan sau
pocu"
Lan See giok segera berpaling, betul juga ternyata Oh Li
cu yang datang, hal ini membuat hatinya amat kecewa, tapi
ia toh bertanya juga.
"Sejak kapan nona kembali ke benteng?"
Waktu itu Be Siong pak sedang sibuk memerintahkan
orang untuk menggantikan pemegang dayung, jadi ia tidak
http://kangzusi.com/
melihat akan perubahan wajah Lan See giok, kini Setelah
berpaling meski di jumpai pula perubahan aneh pada wajah
pemuda itu, dia mengira hal tersebut dikarenakan tak
bersua dengan lo pocu, karenanya hal mana tak dipikirkan
ke dalam hati.
Sahutnya kemudian dengan hormat. "Baru senja kemarin
tiba di benteng."
Lan See giok terkejut juga oleh kecepatan Oh Li cu
pulang ke benteng, tapi ia tidak memberi tanggapan lebih
jauh. hanya tanyanya kemudian sewaktu tidak menjumpai
kehadiran Oh Tin-san di atas perahu naga emas tersebut:
"Mana Lo-pocu?"
"Semenjak Sau pocu meninggalkan benteng, keesokan
harinya lo pocu dan hujin turut meninggalkan benteng
pula.."
Lan See giok terkejut dan segera berkerut kening, timbul
perasaan gelisah, mendongkol dan tak tenang yang
akhirnya meletus menjadi api kemarahan, berkilat sorot
matanya.
Oleh pandangan sang pemuda yang menggidikkan hati
itu, Bee Siong-pak gemetar keras dan cepat-cepat
menundukkan kepala nya kembali..
Baru sekarang Hu-yong siancu mengerti, apa sebabnya
selama setahun lebih ini mengapa jejak Oh Tin san suami
istri tidak nampak, lantas kemana perginya Oh Tin san
berdua? Inilah yang membuat pusing kepalanya.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu yang melihat Lan See
giok memperlihatkan sikap yang kurang wajar segera
mendehem dan ujarnya dengan tenang,
"Anak Giok, nona Oh tiba!"
http://kangzusi.com/
Ketika mendengar sebutan “anak Giok." Be Siong pak
segera mengangkat kepalanya dan memandang sekejap
wajah anggun perempuan itu dengan terkejut, ia nampak
agak termangu.
Lan See giok segera menyadari akan kekhilafannya,
cepat dia memusatkan kembali pikirannya sambil
mendongakkan kepala, waktu itu perahu naga emas telah
berada lima kaki dihadapannya.
Tampak Oh Li cu sedang mengulapkan tangannya
berulangkali dengan wajah gembira bercampur gelisah,
dibalik matanya yang genit, dia seakan akan hendak
memperingatkan kepada pemuda itu agar jangan banyak
bicara.
Ketika Oh Li cu menyaksikan Hu-yong siancu juga
berada di atas kapal tersebut, dengan kejut bercampur
girang ia segera bersorak gembira.
"Aaah, bibi! Baik. baikkah kau?"
Kemudian dengan sikap yang amat tulus dia memberi
hormat kepada perempuan tersebut.
Tentu saja peristiwa ini membuat Be Siong pak tertegun,
ia betul-betul dibuat semakin kebingungan.
Lan See giok, Siau clan dan Cay soat saling. menyapa
pula dengan Oh Li cu, ada yang memanggil enci Oh, ada
pula yang menyebut enci Cu. suasana betul-betul riang
gembira.
Dengan senyum ramah menghiasi wajahnya Hu-yong
siancu menyapa pula.
"Baik baikkah kau nona Oh!"
http://kangzusi.com/
Setelah perahu naga emas itu bersandar di sisi sampan
kecil. Oh Li cu mempersilahkan Hu-yong siancu sekalian
naik ke atas kapalnya.
Hu-yong siancu pun tidak menampik, tidak melihat
bagaimana gerakan tubuhnya tahu-tahu dia sudah
melambung ke tengah udara.
See-giok, Cay soat dan siau cian segera menyusul pula di
belakangnya dan melayang ke atas perahu.
Untuk kedua kalinya Be Siong pak dibuat termangu,
apalagi kawanan lelaki yang berkerumun di sekeliling situ,
mereka benar-benar terkesima dibuatnya, mimpi pun
mereka tidak mengira kalau dalam dunia persilatan terdapat
ilmu meringankan tubuh yang begitu sempurna dan
hebatnya.
Menanti Siau cian serta Cay soat telah meninggalkan
tempat duduknya. maka dibagian buritan sampan kecil itu
segera muncul sebuah gambar kepala setan yang bertaring.
lambang khas dari pihak Lim-lo pah pimpinan Toan Ki tin.
Paras muka Be Siong pak serta Oh Li cu segera berubah
hebat. saking kagetnya mereka berdua sampai menjerit
tertahan, sebaliknya kawanan lelaki yang berada di kedua
tanggul menjadi gaduh.
Hu-yong siancu dapat menyaksikan semua nya itu
dengan jelas. sambil tertawa hambar segera ujarnya kepada
Oh Li-cu.
"Kemarin malam anak Giok sedang pulang ke benteng
dengan naik sampan kecil. ketika tiba di tengah te1aga, ia
saksikan di situ berlabuh beratus buah kapal perang, anak
Giok mengira kapal-kapal itu milik benteng kalian, siapa
tahu setelah mendekat baru diketahui sebagai pasukan
kapal perang dari Lim lo pah, akibatnya terjadilah
http://kangzusi.com/
bentrokan kekerasan, namun alhasil anak Giok berhasil
menghajar Toan Ki tin hingga terluka parah, malam itu
juga Toan Ki tin telah memimpin pasukannya kembali ke
telaga Tong ting. itulah sebab nya kami datang dengan
memakai sampan kecil milik mereka"
Baru saja Hu-yong siancu menyelesaikan kata katanya.
para lelaki kekar yang berada di sekitar sana telah bersorak
sorai penuh kegembiraan. ada yang berlarian menyampai
kan berita itu kepada rekan rekannya, ada pula yang lari ke
loteng benteng dan menyiarkan kabar tersebut ke seantero
benteng.
Tak heran kalau dalam waktu singkat berita tentang
dirobohkannya Toan Ki tin oleh sau pocu telah tersebar rata
di seluruh benteng Wi-lim-poo:
Be Siong pak berpikir agak tertegun, setelah berulang kali
mengalami rasa terkejut bercampur gembira, manusia yang
paling pandai mengumpak ini sekarang betul-betul
kebingungan sehingga dia tak tahu bagaimana mesti
mengucapkan selamat kepada Lan See-giok.
Dengan sorot mata penuh rasa terima kasih Oh Li cu
memandang sekejap ke arah Lan See giok, demi
keleluasaan mereka dalam berbincang, tampaknya dia
sengaja hendak menyingkirkan Be Siong-pak dari situ,
maka serunya kemudian dengan gembira.
"Be congkoan untuk merayakan kemenangan sau pocu,
seluruh isi benteng harus ikut merayakan nya,
terselenggaranya pesta tersebut kuserahkan pertanggungan
jawabnya kepadamu, sedang sau pocu sudah lelah karena
bertempur semalaman, biar aku yang menjamunya dalam
benteng, jadi dia tak akan menghadiri pesta kalian."
http://kangzusi.com/
Be Siong pak merasa semangatnya bangkit kembali
setelah mendengar ucapan tersebut, cepat dia meluruskan
yang bungkuk serta mengiakan.
Oh Li cu mempersilahkan Hu-yong siancu dan Lan See
giok sekalian naik ke perahu naga emasnya diiringi suara
dentingan bel berangkatlah perahu tersebut menuju ke
dalam benteng.
Hu-yong siancu duduk dikursi utama milik Oh Tin san
sambil memperhatikan sekejap ruang perahu yang
gemerlapan itu kemudian tanyanya dengan penuh
perhatian.
"Nona Oh, ketika semalam kau kembali, apakah sudah
kau tanyakan arah kepergian lo-pocu dan hujin?"
Dengan cekatan Oh Li cu yang duduk di kursi sebelah
kiri memandang sekejap ke arah beberapa orang lelaki
berpakaian ringkas yang berada tak jauh dari situ, lalu
jawabnya dengan hormat.
"Berhubung ayah pergi dengan tergesa gesa sehingga
tidak memberi pesan yang jelas, maka tak seorangpun yang
tahu kemanakah mereka berdua telah pergi"
Hu-yong siancu tahu kalau Oh Li cu merasa kurang
leluasa untuk berbicara di sini, maka diapun mengangguk
serta tidak banyak bertanya lagi.
Siau cian dan Cay soat duduk termenung sambil
mengawasi bangunan rumah di air sepanjang perjalanan.
tampaknya mereka tertarik oleh keadaan bangunan di situ,
Setelah melewati lagi dua pintu gerbang, dia menembusi
sebuah jembatan besar sampailah mereka dalam benteng,
perahu naga emas pun berlabuh di depan bangunan rumah
Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu mengajak Hu-yong siancu. Cay soat dan Siau
cian memasuki gedung bagian belakang, banyak dayang
segera munculkan diri serta menyambut kedatangan
mereka.
Sedangkan Lan See giok sendiri segera teringat dengan
pengalamannya dimasa Lampau disaat dia sedang berdua
dengan Oh Li cu. waktu itu keadaannya sungguh berbeda
dengan keadaan sekarang.
Setelah Oh Li cu menjelaskan keadaan yang dialaminya
semalam. diapun menitahkan dayang untuk menyiapkan
hidangan lezat. tapi berhubung ada kaum dayang turut
hadir di situ maka mereka tidak membicarakan soal jejak
yang menyangkut Oh Tin san.
Seusai bersantap, dengan alasan sau pocu perlu
beristirahat, semua dayang diperintahkan agar
mengundurkan diri.
Setelah Oh li cu mempersilahkan Hu-yong siancu
sekalian memasuki kamarnya untuk beristirahat.
Ketika memasuki kamar Oh Li cu. Lan See giok segera
dibuat tertegun, ternyata dalam semalam, saja kamar tidur
Oh Li cu telah dirubah dari warna merah menjadi warna
biru, hal ini mendatangkan suasana yang nyaman bagi
siapapun yang memandang,
la mengerti apa yang telah menyebabkan Oh Li cu
berubah begini, sebaliknya Hu-yong siancu, Cay soat, dan
Siau cian selain merasa ruang itu nyaman, sama sekali tidak
tahu kalau Oh Li cu telah merubah sama sekali corak
dekorasi dalam ruangannya
Kalau Siau cian menemukan perubahan yang menyolok
dari watak Oh Li cu maka Cay soat justru memperhatikan
http://kangzusi.com/
pandangan penuh rasa cinta dari Oh Li cu terhadap engkoh
Giok nya.
Lain halnya dengan Hu-yong siancu, dia cuma
menguatirkan jejak Oh Tin san suami istri, sebab hal ini
menyangkut soal dendam kesumat Lan See giok.
Selesai menghidangkan air teh. Oh Li cu baru
mengeluarkan sepucuk surat dari bawah pembaringannya
dan diserahkan kepada Hu-yong siancu.
Hu-yong siancu tahu pasti ada yang tak beres maka surat
itu segera diteliti dengan seksama.
Pada sampul bagian depan, tertera beberapa huruf yang
cukup besar.
"Ditujukan untuk anak Cu pribadi."
Biarpun Hu-yong siancu melihat sampul surat telah
robek, tak urung ia bertanya lagi kepada Oh Li cu dengan
suara rendah.
"Sudah nona Oh baca isi suratnya?"
"Sudah" Oh Li cu mengangguk dengan hormat. "anak
Cu telan melihat dengan seksama, silahkan bibi untuk
memeriksa sekali lagi-."
Dari panggilan "bibi" kepadanya, Hu-yong siancu segera
memahami apa maksud Oh Li cu berbuat demikian, maka
dia pun tidak menampik lagi dan memeriksa isi surat
tersebut.
Tapi wajahnya berubah hebat sambil mengangkat
kepalanya cepat ia bertanya.
"Tahukah nona Oh tujuan mereka ke sana?"
Dengan cepat Oh Li cu menggeleng, "Anak Cu bodoh,
tak dapat kutebak maksud tujuan mereka," sahutnya lirih.
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu segera memberi tanda kepada Lan See
giok. Siau cian serta Cay- soat untuk ikut membaca isi surat
tersebut.
Lan See-giok paling menguatirkan jejak Oh Tin san,
maka ia menghampiri perempuan tersebut lebih dulu dan
membaca iri surat tersebut, tapi wajahnya segera berubah.
Dalam surat tersebut hanya tercantum beberapa huruf
yang garis besarnya mengatakan bahwa mereka telah
berangkat ke luar lautan, menuju ke tempat kediaman Wan
san popo untuk membalas dendam. bila Oh Li-cu telah
kembali maka dia diminta untuk mengurusi masalah
benteng dan paling lambat setengah tahun kemudian pasti
akan kembali. Seusai membaca surat tersebut, Lan See giok
segera bertanya kepada Oh Li-cu.
"Apa hubungan antara Wan San popo dengan Oh Tin-
san?"
"Wan-san popo adalah guru dari ibu..bukan guru dari ibu
angkatku Say kui hui."
Lan See giok berkerut kening sambil termenung, lalu
sambil menoleh ke arah Hu-yong siancu katanya.
"Bibi, menurut pendapat Anak Giok, kepergian Oh Tin
san, suami istri ke bukit Wan san tak lebih karena dua
alasan, pertama karena dia mulai gugup dan panik sehingga
berusaha untuk menghindari suhu To Seng cu kedua diapun
ingin memperdalam ilmunya di bukit Wan san agar di
kemudian hari bisa mencari bibi untuk membalas
dendam.."
Siau cian, Cay soat serta Oh Li cu segera mengangguk
tanda setuju dengan pendapat itu.
Berbeda sekali dengan Hu-yong siancu, katanya.
http://kangzusi.com/
"Kalau menurut pendapatku, tujuan mereka yang
terutama mungkin menghadapi To seng cu Cia locianpwe"
Tergerak hati Cay soat. dia seperti teringat akan sesuatu,
segera bisiknya kepada Lan See giok.
"Engkoh Giok, ucapan bibi memang benar, kau sudah
lupa dengan perkataan Lam hay lo koay tahun berselang
sebelum pergi meninggalkan suhu, bukankah dia bilang
sampai berjumpa di rumah kediaman Wan san popo . . . ?"
Sekali lagi paras muka Lan See giok berubah setelah
mendengar ucapan tersebut, kepada Hu-yong siancu
kembali ia berkata.
"Bibi, Lam hay lokoay memang telah berkata begitu,
menurut pendapat anak Giok, tidak kembalinya suhu
hingga kini bisa jadi sudah termakan perangkap mereka,
kita sudah seharusnya berangkat ke Wan san dalam waktu
singkat."
Hu-yong siancu termenung sesaat, lalu sahutnya dengan
tenang.
"Lebih baik menunggu sampai si naga sakti pembalik
sungai Thio lo enghiong pulang kembali, kita baru
berunding sebelum memutuskan untuk mengambil suatu
tindakan, siapa tahu Thio lo enghiong masih lebih tahu
daripada kita?"
Lan See giok merasa perkataan ini ada benarnya juga,
maka diapun segera mengusulkan.
"Bagaimana kalau sekarang juga anak Giok pergi ke
dusun kaum nelayan? Siapa tahu Thio loko dan Thi gou
telah kembali?"
http://kangzusi.com/
"Jangan!" cegah Hu-yong siancu. "saat ini segenap
anggota benteng sedang bergembira atas kedatanganmu,
kau tak boleh pergi secepatnya . . . "
"Bibi, biar aku saja yang menjemput Thio loko" buru-
buru Cay soat menyela.
Oh Li cu yang mendengar perkataan tersebut segera
berubah wajahnya. dengan gelisah ia berkata.
"Bibi, jangan kalian ajak si naga sakti pembalik sungai
Thio locianpwe datang ke-mari, sebab selama ini Thio
locianpwe dan pihak Wi-lim-poo bersikap bermusuhan"
Lan See giok tahu bahwa apa yang dikatakan Oh Li cu
memang benar, maka katanya kemudian:
"Lebih baik aku saja yang pergi. sebab Thio loko berniat
menjumpaiku secepatnya."
"Kalian tak usah pergi semua," ucap Hu-yong siancu
dengan kening berkerut. "biar aku seorang diri pergi ke situ,
karena aku masih ada masalah yang perlu dirundingkan
dengan Thio lo enghiong."
Cay soat menguatirkan keselamatan Siau-thi-gou, cepat-
cepat dia berkata pula.
"Kalau begitu, biar aku dan bibi pulang lebih dulu, sebab
di rumah aku masih ada kudaku dan perlu secepatnya
menengok keadaan adik Thi gou."
Hu-yong siancu merasa seorang diri memang sulit
mengurusi dua ekor kuda sekaligus, maka diapun
mengangguk.
"Baik. biar anak Soat yang ikut aku pulang, aku seorang
diri memang tak akan mampu mengurusi dua ekor kuda
sekaligus."
http://kangzusi.com/
"Tapi Thio loko ada urusan yang ingin segera
dibicarakan denganku.." kata Lan See-giok agak gelisah.
"Besok, kau boleh mencari kesempatan untuk mengajak
nona Oh berpesiar ke luar benteng. aku akan menunggu
kedatangan kalian di rumah kediaman Thio lo enghiong"
usul Hu-yong siancu.
Lan See giok mengangguk sambil mengiakan, Oh Li cu
pun memerintahkan dayangnya untuk mempersiapkan
perahu,
Tengah hari itu, Hu-yong siancu dan Cay soat dihantar
oleh See giok bertiga berangkat meninggalkan benteng Wi-
lim-poo menuju ke dusun kaum nelayan.
Mereka baru kembali ke dalam benteng setelah
menyaksikan sampan yang di tumpangi Hu-yong-siancu
berdua telah berada ratusan kaki dari benteng.
Untuk pertama kali ini Siau-cian hidup berpisah dari
ibunya, terutama sekali tinggal dalam lingkungan yang
masih asing baginya, timbul suatu perasaan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata di dalam hatinya, untung Lan
See-giok selalu mendampinginya sehingga tidak sedikit
kesulitan yang dapat di atasi.
Oh Li cu cukup mengetahui akan bobot Siau cian dalam
perasaan Lan See-giok, terhadap kelembutan, ketenangan
sikapnya yang jarang berbicara dia selalu memperhatikan
secara bersungguh-sungguh .
Sesungguhnya Lan See-giok sudah mengetahui akan
perasaan hati Siau cian dan selalu menaruh perhatian
khusus terhadapnya, tapi berhubung selama ini adik
Soatnya yang binal selalu hadir di situ, maka ia tak berani
memperlihatkan perhatian yang berlebihan.
http://kangzusi.com/
Tapi sekarang setelah Hu-yong siancu dan Si Cay soat
pergi, rasa perhatian tadi otomatis tertera nyata di atas
wajahnya.
Oh Li-cu ternyata cukup tahu diri, ia mengerti andaikata
tiada belas kasihan dari Siau cian dan bantuan dari Hu-
yong siancu, jangan harap ia akan tercapai cita-citanya
sepanjang hidup
Betul kakak kandungnya Tok Nio-cu telah "menjamin"
kepadanya berulang kali bahwa selama Lan See giok masih
hidup di dunia ini. dia pasti punya akal untuk memenuhi
pengharapannya. tapi persoalan di dunia, terlalu banyak
perubahannya, siapa yang bisa menduga keadaan dimasa
mendatang?
Siau cian segera menemukan kalau Oh Li cu berdiri
seorang diri di belakangnya. maka diapun mengalihkan
pembicaraan ke soal lain. tapi biarpun kedua orang itu
berbincang sambil tertawa, namun kedua belah pihak sama-
sama tak mampu menyembunyikan kemurungan yang
melekat di wajah mereka, Lan See giok melihat hal ini
dengan jelas. dia merasa berkewajiban untuk
mengusahakan agar enci Ciannya menjadi gembira.
Setelah masuk ke pintu gerbang suara gelak tertawa dan
orang bertaruh kedengaran di mana-mana, satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, kepada Siau-lian si dayang
yang berada di belakangnya ia pun berseru: "Siau-lian, aku
hendak melihat lihat keadaan di ruang tamu telaga emas."
Siau - lian mengiakan dengan hormat, sampan kecil
itupun melaju lebih cepat.
Selamanya Oh Li cu tak pernah membangkang
keinginan Lan See-giok, karenanya dia tak banyak
berbicara, sedangkan Siau-cian yang melihat Oh Li cu tidak
http://kangzusi.com/
memberi pendapat apa-apa tentu saja lebih tak leluasa
untuk menghalangi.
Tatkala sampan muncul di lorong air yang lebar, para
pengawal yang berada di luar ruang tamu telaga emas telah
melihat kedatangan mereka, seorang diantaranya segera
berlarian memasuki ruangan yang lebar itu.
Suasana gaduh yang semula mencekam ruangan itu
seketika menjadi tenang, tapi menyusul kemudian meledak
kembali tempik sorak yang gegap gempita.
Menyusul suara bangku ditarik, berpuluh puluh manusia
dengan aneka macam pakaian telah bermunculan dari
ruangan sambil bersorak sorai menyambut kedatangan
sampan kecil itu.
Be Siong pak yang bungkuk diiringi ke empat komandan
kapal perang sama-sama menampilkan diri pula dari
ruangan dan menyambut kedatangan sau cengcu nya
dengan hormat.
Sekulum senyuman segera menghiasi ujung bibir Lan
See giok, dengan mata berkilat dia mengulapkan tangannya
berulang kali-
Dalam keadaan begini, Siau cian dan Oh Li cu tak
mampu berbicara lagi, terpaksa mereka mengalihkan
perhatiannya ke wajah manusia-manusia yang berjajar di
tepi dermaga dengan wajah memerah dan sorot mata yang
setengah mabuk itu.
Tiba-tiba di tepi tanggul, Lan See giok segera berbalik
badan dan berkata sambil tertawa.
"Cici berdua silahkan naik ke daratan lebih dulu!"
http://kangzusi.com/
Ditatap begitu banyak manusia, Siau cian merasa
pipinya memerah, apa lagi oleh sikap Lan See giok
sekarang, ia semakin tersipu sipu dibuatnya,
Sementara dia masih ragu, Oh Li cu. telah menuntun
tangannya sambil berkata dengan senyuman dikulum.
"Adik Cian adalah tamu sedang adik Giok adalah tuan
rumah, sudah sepantasnya, adik Cian yang naik lebih dulu."
"Tentu saja, tentu saja?” Lan See giok segera menimpali,
"mana ada tuan rumah naik lebih dulu?" "
Sementara berbicara, tidak kelihatan gerakan apapun,
tahu-tahu tubuhnya sudah, naik ke daratan.
Seketika suasana dicekam keheningan lagi, Be Siong pak
dan ke empat komandan pasukan. ditambah puluhan lelaki
kekar lainnya sama-sama memandang dengan tertegun.
Bukan saja mereka terkejut oleh kehebatan Siau cian.
terutama sekali oleh kecantikan wajahnya, mereka benar-
benar dibuat terkesima.
Sebagai tuan rumah, Lan See-giok pun memperkenalkan
Be Siong-pak beserta ke empat komandan pasukan itu
kepada si nona
"Dia adalah satu-satunya putri kesayangan Hu-yong-
siancu Han lihiap, nona Ciu siau cian adanya"
Seruan tertahan sekali lagi bergema di seluruh arena,
malah ada diantara mereka yang maju sampai berapa
langkah agar bisa mengamati wajah putri cantik itu lebih
jelas lagi.
Sebaliknya Be Siong-pak dan ke empat komandan
pasukan itu sama-sama terkesiap buru-buru mereka
memberi hormat kepada gadis tersebut..
http://kangzusi.com/
Dalam hati kecilnya Siau cian menggerutu karena
kelancangan mulut adik Gioknya tapi di luar dia tetap
merendah kepada Be Siong-pak sekalian dengan senyuman
dikulum bagaikan mengiringi seorang kaisar mereka
mengiringi Lan See-giok sekalian memasuki ruangan.
Di meja bagian tengah terdapat lima buah tempat yang
semula memang dipersiapkan buat Lan See-giok sekalian,
maka mereka bertiga pun menempati tempat masing-
masing.
Begitulah perjamuan pun berlangsung amat meriah
sehingga matahari condong ke barat, saat itulah Lan See
giok sekalian baru kembali ke gedung mereka.
Tiba di gedung kediaman Oh Li-cu Lan See giok sudah
mabuk oleh arak, sedang wajah Siau cian juga berubah
menjadi merah padam karena pengaruh alkohol, untung
saja tenaga dalam yang mereka miliki cukup sempurna
sehingga tak sampai roboh tak sadarkan diri seperti
kebanyakan orang lainnya.
Oh Li cu mengajak Lan See giok berdua menuju ke
kamar tidurnya dan memberi mangkuk kuah hati teratai
kepada mereka, pengaruh arak seketika bilang sebagian
besar.
Mendadak Lan See giok teringat akan sesuatu, semenjak
tiba di benteng Wi-lim-poo dia merasa tak pernah bertemu
dengan Thio Wi kang si muka monyet, dengan nada tak
mengerti segera tanyanya.
"Apakah Thio Wi kang tidak berada dalam benteng?"
Oh Li cu berkerut kening lalu menjawab dengan sedih:
"Menurut Be congkoan, suatu malam entah mengapa, tiba-
tiba Thio Wi-kang memasuki ruang pribadi lo-pocu,
setengah jam kemudian mendadak terdengar jeritan ngeri
http://kangzusi.com/
bergema dari ruangan tersebut, lalu muncul Thio Wi-kang
dengan sempoyongan dan akhirnya, roboh tewas, mimik
wajahnya memperlihatkan rasa ketakutan yang luar biasa,
seakan akan bertemu setan saja.”
Lan See giok merasa amat tergetar perasaannya. dengan
nada tidak mengerti tanyanya kemudian. "Apakah ada jago-
jago lihay yang di tempatkan di gedung pribadi pocu untuk
menjaga keamanan di situ ?"
Oh Li-cu menggeleng.
"Pintu gedung terkunci rapat, pada hakekatnya tak
nampak seorang manusiapun."
"Darimana Be congkoan bisa tahu kalau Thio Wi kang
kaburnya dari dalam gedung pribadi pocu?", tanya Siau-
cian dengan tidak mengerti
"Be congkoan sendiripun mendapat keterangan tersebut
dari seorang dayang.”
Dengan kening berkerut Lan See-giok segera termenung,
lama kemudian dia bergumam.
"Heran, mengapa ditengah malam bisa Thio Wi-kang
memasuki gedung kediaman pocu? Bila gedung itu tidak
dijaga orang mengapa pula Thio Wi-kang bisa mati cara
mendadak.."
"Pernahkah kau memasuki gedung untuk melakukan
pemeriksaan?! tanya Siau cian tiba-tiba sambil menengok
kearah Oh Li-cu.
Oh Li-cu segera mengangguk, "Aku bersama Be
congkoan telah melakukan pemeriksaan semalam”
"Adakah sesuatu yang kau temukan?" tanya -Lan See-
giok penuh perhatian.
Oh Li cu segera menggeleng.
http://kangzusi.com/
“Kecuali gerendel jendela sebelah kiri sudah dibongkar,
tidak kujumpai sesuatu yang aneh."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, dengan suara
lirih kembali dia berbisik:
"Seingatku, dulu Thio Wi-kang adalah anggota benteng
Wi-lim-poo ini."
Tergerak perasaan Lan See-giok dan Ciu Siau cian oleh
perkataan itu, tanpa terasa bisiknya:
"Apa kau bilang"
Oh Li-cu menghela napas sedih:
"Aaaai, masalah telah berkembang jadi be-gini, aku rasa
akupun tak usah menyimpan rahasia ini bagi Oh Tin-san
suami istri lagi.”
Lan See-giok dan Ciu Siau cian kembali saling
berpandangan sekejap sesudah mendengar perkataan ini.
Oh Li cu mengalihkan sorot matanya dan memandang
ke tempat kejauhan sana, lama kemudian dia baru berkata:
"Peristiwa ini terjadi pada lima belas tahun berselang,
waktu itu aku baru berusia empat-lima tahunan. waktu itu
pemilik benteng Wi lim poo bukan Oh Tin san suami istri,
menurut apa yang masih ku ingat, waktu itu pocunya
adalah seorang kakek bermuka merah yang berusia tujuh
puluh tahunan, orang menyebutnya Phoa -yang-ong.
"Suatu tengah malam, aku terbangun dari tidurku oleh
suara kasak-kusuk orang yang berbicara bisik-bisik, ketika
aku membuka mataku, kujumpai Be congkoan, Thio wi-
kang dan Oh Tin san suami istri sedang berunding secara
serius.
"Waktu itu aku tidak mendengarkan dengan seksama,
tapi masih sempat kudengar Thio Wi kang dan Be
http://kangzusi.com/
congkoan berbisik demikian: - - dengan berbuat demikian,
siapa pun tak akan menyadari apa yang terjadi. sedang WI
lim poo akan menjadi milik-mu - - - "
"Benar juga, tak sampai berapa hari kemudian Phoa yang
ong ditemukan tewas, maka atas dukungan banyak orang
Oh Tin san pun menjadi majikan baru dari benteng Wi-lim
Poo."
Mendengar kisah tersebut Lan See-giok berkerut kening
dengan mata berkilat, katanya dengan amarah meluap.
"Tidak kusangka benteng Wi-lim-poo masih menyimpan
suatu dendam kesumat yang lebih dalam dari samudra,
mendingan kalau aku, Lan See-giok tidak mengetahui
rahasia tersebut. setelah kuketahui hari ini. Aku bertekad
akan menyelidiki persoalan ini sampai tuntas - - "
Siau cian menunggu sampai Lan See-giok menyelesaikan
kata katanya, kemudian ia baru menengok kearah Oh Li-cu
sambil bertanya:
"Ketika Oh Tin-san suami istri meninggalkan surat
untukmu, apakah Be Siong-pak ikut mengetahui?"
Oh Li-cu segera menggeleng:
"Aku rasa dia tak tahu, karena surat itu diam-diam
diserahkan kepadaku oleh seorang dayang yang paling
dipercaya oleh Say-kui hui”
"Sewaktu Oh Tin-san suami istri pergi, adakah seseorang
yang melihatnya?" kembali Siau cian bertanya pelan.
Sekali lagi Oh Li-cu menggeleng,
"Dalam soal ini aku tidak bertanya"
Tapi sesudah berhenti sejenak, seperti memahami
sesuatu diapun bertanya.
http://kangzusi.com/
"Apakah adik Cian curiga Oh Tin-san suami istri masih
berada di dalam benteng?"
"Orang luar sama-sama mencurigai Oh Tin-san suami
istri sedang melatih sejenis ilmu silat secara diam-diam!"
sela Lan See giok dari samping.
Siau-cian kembali berkata pula:
"Bila Oh Tin-san suami istri tidak bersembunyi di dalam
gedungnya, ini berarti gedung tersebut tentu ada
sesuatunya."
Ucapan ini agaknya sangat mengena di hati Oh Li-cu.
tiba-tiba dia mengusulkan:
"Ucapan adik Cian benar, akupun merasa gedung itu
amat mencurigakan, bagaimana kalau kita menyelidikinya
sekarang juga.."
Tidak sampai perkataan dari Oh Li-cu itu selesai
diutarakan, Siau-cian telah menggelengkan kepalanya
seraya menukas:
"Tidak, dalam masalah ini kita harus bertindak ditengah
malam buta. tapi kau harus tetap berada disini untuk
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan."
Oh Li-cu merasa perkataan tersebut ada benarnya juga,
andaikata sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan, dia
memang perlu untuk bertindak cepat, apalagi kepandaian
silat yang dimilikinya amat terbatas, keikut sertaannya
justru malah merupakan beban bagi mereka berdua.
Dalam pada itu, Lan See-giok mulai mencurigai Oh Tin-
san tetap berada dalam gedungnya, atau sekalipun sudah
mengunjungi bukit Wan san. bisa jadi secara diam-diam ia
telah kembali ke situ.
http://kangzusi.com/
Terbayang akan Oh Tin san, pemuda itu jadi ingin sekali
berangkat sekarang juga,
Tapi diapun tahu, dalam menghadapi persoalan
semacam ini. bukan saja tak boleh gegabah, bahkan harus
memegang rahasia rapat-rapat. karena itu diapun
menanyakan letak dan situasi dalam gedung tempat
kediaman Oh Tin-san tersebut kepada Oh Li cu dengan
sejelas jelasnya.
Menjelang kentongan pertama. Lan See -giok kembali ke
kamar sebelah timur untuk beristirahat. sudah dua malam ia
pernah tidur di situ. dalam ruangan terdapat pintu yang
berhubungan langsung dengan kamar tidur Oh Li cu.
Untuk menghindari pembicaraan orang, Siau Cian dan
Oh Li cu tidur bersama,
Menyusul datangnya malam. suasana dalam benteng Wi
lim poo juga mulai dicekam keheningan, kecuali suara
tambatan sampan di lorong air, tidak kedengaran suara lain
di sekitar sana.
Lan See-giok segera turun dari pembaringannya, Siau
Cian dan Oh Li-cu pun muncul dari kamarnya.
Mereka bertiga berunding sebentar. kemudian anak
muda itu membuka jendela belakang.
Suasana di luar kamar amat hening dan tak kedengaran
sedikit suara pun, diam-diam Lan See giok memberi tanda
kepada Siau cian. kemudian melompat keluar melalui
jendela itu.
Siau cian segera mengikuti dibelakangnya dan melayang
keluar tanpa menimbulkan sedikit suarapun. gerakan
tubuhnya enteng bagaikan selembar daun kering.
http://kangzusi.com/
Lan see giok berdiri menempel di atas dinding sambil
memperhatikan sekejap situasi di sekeliling situ, kemudian
sambil menarik tangan Siau cian melayang ke muka.
Oh Li cu yang mengamati dari balik jendela diam-diam
merasa terkejut, ia dapat melihat bahwa ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki Siau cian ternyata tidak kalah dengan
kemampuan Si Cay soat. murid dari To Seng cu tersebut,
bahkan kehebatannya masih setingkat lebih atas.
Sementara dia termenung, Lan See giok dan Siau cian
telah lenyap dari pandangan mata, maka diapun
menggelengkan kepala sambil menghela napas sedih,
kemudian merapatkan kembali jendela belakang.
Dalam pada itu, Lan see giok dan Siau cian dengan
menelusuri tempat kegelapan telah tiba di depan pintu
gedung kediaman Oh Tin-san.
Walaupun Lan See giok pernah dua hari berdiam dalam
benteng Wi-lim-poo tersebut namun belum pernah
mengunjungi gedung kediaman Oh Tin-san ini, untung ada
petunjuk dari Oh Li-cu, sehingga sedikit banyak ia telah
mempunyai gambaran atas keadaan di situ.
Dengan pandangan mata yang tajam mereka berdua
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. setelah yakin
tiada, sesuatu tempat yang mencurigakan. mereka baru
melompat ke udara dan melayang masuk ke balik gedung
dengan melompati pagar pekarangan
Sebuah halaman seluas tujuh kaki terbentang dibalik
pagar pekarangan, di sisi dinding berdiri rak-rak bunga yang
tumbuh aneka warna, sedangkan dibagian tengah terdapat
sebuah lorong yang menghubungi ruang gedung
http://kangzusi.com/
Dengan menarik tangan Siau-cian, Lan See giok
mengikuti petunjuk dari Oh Li-cu mengitari ruang samping
dan langsung menuju ke halaman belakang.
Di halaman belakang terdapat sebuah beranda. dari situ
susah melihat keluar sehingga suasananya amat gelap,
hampir boleh dibilang tak nampak sesuatu apapun di situ.
Tapi hal semacam ini tidak menyulitkan Lan See giok
maupun Siau cian, dengan ketajaman mata mereka biar
gelap pun mereka dapat melihat segala sesuatunya seperti
melihat disiang hari bolong saja.
Untuk berjaga jaga terhadap sesuatu yang tidak
diinginkan. diam diam Lan See giok menghimpun tenaga
dalamnya ke dalam le-ngan, kemudian diikuti Siau cian
mereka melompat masuk ke dalam gedung dengan langkah
yang sangat berhati hati.
Mereka mencoba untuk memasang telinga serta
memperhatikan suasana di seputar situ, namun suasana
hening dan tak kedengaran sedikit suara pun-
Mendadak Siau cian menjawil lengan anak muda itu,
dengan perasaan tergerak Lan See giok berpaling, ia segera
menjumpai gadis tersebut sedang menuding ke arah jendela
depan sebelah kiri dengan hati-hati.
Jendela sebelah kiri itu dalam keadaan terbuka, yang
membuat Lan See giok curiga adalah jendela kiri itu hingga
kini masih tetap berada dalam keadaan terbuka walaupun
peristiwa Thio wi-kang memasuki gedung tersebut sudah
hampir setahun lamanya. apa gerangan yang terjadi?
Kalau ditinjau dari keadaan tersebut, sudah jelas tiada
orang yang berani memasuki gedung tersebut lagi, tapi..
bukankah semalam Oh Li cu dan Be congkoan telah
http://kangzusi.com/
melakukan pemeriksaan kemari? Apa kah mereka lupa
menutupnya kembali?
Berpikir sampai di situ. satu ingatan kembali melintas di
dalam benaknya, iapun berbisik kepada Siau cian,
"Enci Cian"
Dihembus udara panas dari anak muda tersebut, apalagi
telinganya tersentuh bibir yang panas, Siau cian merasakan
timbulnya rasa hangat yang menjalar hingga ke lubuk
hatinya, dengan wajah memerah dia menggosok telinga
sendiri seraya menyahut.
"Ada apa?"
Memandang wajah Siau cian yang begitu cantik, hampir
saja Lan See-giok tak mampu mengendalikan diri. tapi
untung dia masih teringat akan keadaan, sambil
menenangkan kembali pikirannya, sekali lagi dia berbisik.
"Agaknya di dalam ruangan ada orangnya"
Walaupun Siau-cian juga sempat menaruh, curiga bahwa
di dalam ruangan terdapat orang, tapi benarkah ada orang
ia tak bisa memastikan. Selain itu diapun tak berani
mengemukakan keluar kuatir ditertawakan pemuda
tersebut.
Sekarang, setelah mendengar perkataan dari pemuda itu,
dia baru mengangguk tanda setuju dan pelan-pelan berjalan
mendekati jendela tersebut.
Setelah tiba di sisi jendela dan memeriksa keadaan di
seputar situ. paras mukanya berubah hebat dan cepat-cepat
bersembunyi di balik jendela, bisiknya kemudian.
"Jendela ini bersih dan tak nampak debu yang
menempel, ini menandakan kalau ada orang yang sering
masuk keluar melalui jendela ini, perduli dalam ruangan
http://kangzusi.com/
ada orang nya atau tidak. kita wajib meningkatkan
kewaspadaan kita!"
Lan See giok mengangguk berulangkali dan kembali
memperhatikan jendela itu sekejap, lalu setelah
menghimpun tenaga dalamnya ke ujung jari, pelan-pelan ia
mendongkel jendela tadi.
Setelah terbuka lebar. dia semakin terkejut. rupanya
diatas dinding terdapat sebuah pintu kecil. sebuah anak
tangga menghubungkan pintu tadi melalui meja dan
menuju ke dasar tanah.
Dengan perasaan terkejut mereka berdua saling
berpandangan sekejap, mereka seperti hendak bilang. sama
sekali tak disangka dalam kamar tidur Oh Tin san suami
istri ternyata masih terdapat ruang rahasia.
Teringat akan Oh Tin san. berkobar kembali napsu
membunuh di dalam dada Lan See giok. dia segera
mendorong pintu jendela dan melayang masuk ke dalam
ruangan.
Dengan perasaan terkejut Siau Cian segera menyusul
dibelakangnya dan mengawasi sekeliling tempat itu dengan
penuh perhatian, ditemukan pada ujung pintu kamar
terdapat sebuah gembokan kunci yang besar, jelas tak
mungkin ada orang yang memasuki ruangan tersebut .
Sedang Lan See giok telah menaiki anak tangga dan
menerjang kearah pintu rahasia diatas dinding.
Siau cian kuatir terjadi sesuatu atas diri pemuda itu,
cepat dia menyusul dibelakangnya, menarik pemuda itu dan
memberi tanda agar dia lebih berhati hati.
Suasana dibalik pintu rahasia itu gelap gulita sehingga
tak nampak kelima jari tangan sendiri. mereka berdua harus
http://kangzusi.com/
berdiri cukup lama di situ sebelum matanya dapat
menyesuaikan diri dengan situasi di sana.
Akhirnya secara lamat-lamat mereka dapat melihat anak
tangga itu membelok ke kanan dan begitu sempitnya
sehingga cuma dapat dilewati satu orang dengan
menghimpun tenaga dalamnya melindungi dada Lan See
giok berjalan di muka sedang Siau cian mengikuti dari
belakang, mereka berdua bergerak dengan berhati hati
sekali
Setelah berjalan sejauh tujuh delapan kaki, kembali
mereka jumpai sebuah pintu yang berada dalam setengah
terbuka, tempat itu pun hanya bisa dilalui seseorang dengan
jalan miring.
Lan See giok segera menggenggam tangan Siau cian
yang lembut seolah-olah hendak berkata di dalam mungkin
ada orangnya.
Memasuki pintu ruangan tempat itu berupa sebuah
lorong sempit berbentuk bulat, lorong itu terbagi menjadi
dua, yang belok ke kanan bertanah datar, sedangkan yang
belok ke kiri merupakan undak-undakan yang menjurus ke
atas.
Mereka berdua saling berpandangan sekejap, kemudian
memutuskan untuk belok ke kanan.
Lorong yang semula sempit kini semakin melebar, tak
sampai lima kaki, muncul kembali sebuah pintu bulat, di
atas pintu tergantung empat buah lentera yang tak disulut,
lentera-lentera itu bergoyang sendiri terhembus angin.
Memasuki ke dalam ruangan, ternyata tempat itu
merupakan sebuah ruang besar berbentuk bulat. di sana
terdapat meja dan kursi secara lengkap, bentuknya mirip
sebuah ruang tamu.
http://kangzusi.com/
Setelah memandang sekejap suasana di dalam kamar
tersebut, Siau cian segera berbisik kepada pemuda itu:
"Kemungkinan besar tempat ini merupakan tempat
diselenggarakannya rapat rahasia dari Oh Tin san."
Lan See giok manggut-manggut dan menambahkan:
"Bisa jadi tempat ini merupakan ruang rapat dari Phoa
yang ong, pemilik benteng Wi lim poo yang lampau, karena
itu Thio Wi kang mengetahui akan rahasia tempat ini."
Siau cian mendekati meja di depannya dan mencoba
untuk meraba, di atas permukaan meja telah dilapisi selapis
debu, maka diapun berbisik:
"Aneh, kalau dilihat dari keadaan disini, agaknya tak ada
orang berdiam di sini .."
Belum selesai dia berkata, mendadak sekujur badan Lan-
See giok bergetar keras, dengan sorot mata yang tajam
bagaikan sembilu dia awasi dinding batu dibelakang meja
dengan pandangan terkejut.
Siau cian segera ikut berpaling, apa yang kemudian
terlihat membuat perasaannya turut bergetar keras, ternyata
diatas dinding itu tertera beberapa huruf besar yang
berbunyi:
"Disini dimakamkan jenasah Wi lim pocu Phoa yang
ong Kian Hui hong" Kedua orang itu saling berpandangan
sekejap sementara dihati kecilnya timbul perasaan seram,
mereka berdua tidak menyangka kalau di balik kamar
rahasia Oh Tin san suami istri ternyata berbaring pula
sesosok jenasah.
Pada saat itulah.
"Kraaakkkk.."
http://kangzusi.com/
Pintu kecil yang berada di sebelah kiri membuka dengan
sendirinya ..
Lan See giok dan Siau cian menjadi sangat terperanjat,
dengan cepat mereka menyembunyikan diri di belakang
sebuah tonggak batu dan berdiri saling berdempetan sambil
mengawasi pintu kecil itu dengan pandangan terkejut.
Dibalik pintu kecil itu merupakan sebuah lorong yang
sempit pula, hanya keadaan di situ lebih gelap lagi.
Tiba-tiba muncul setitik cahaya lentera dari balik pintu
kecil tadi, kemudian dari sebuah tikungan lebih kurang lima
kaki dari pintu tadi pelan-pelan muncul sesosok tubuh
manusia.
Berhubung cahaya lenteranya sangat redup maka hanya
nampak wajahnya yang pucat dengan sepasang mata yang
melotot ke atas, sepintas lalu kelihatan seperti sebutir kepala
tanpa tubuh saja.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Lan See giok dan Siau
cian setelah menyaksikan peristiwa ini, keringat dingin
bercucuran ke-luar dengan derasnya.
Lan See giok menggenggam tangan nona Ciu semakin
kencang, dengan sorot mata penuh rasa terkejut diawasi
kepala manusia berambut putih itu semakin mendekati
pintu rahasia.
Untuk sesaat sulit baginya untuk membedakan apakah
dia manusia ataukah setan.
Walaupun demikian dia toh mengalihkan juga
pandangan matanya dan melirik sekejap kearah batu nisan
diatas dinding tersebut.
Dalam pada Ciu Siau cian membelalakkan matanya
lebar-lebar, mukanya pucat pasi, tangannya basah oleh
http://kangzusi.com/
keringat dingin yang mengucur keluar dengan derasnya,
sekarang dia sudah tidak merasakan sakit lagi akibat
genggaman Lan See giok yang begitu kencang.
Lambat laun sepasang mata diatas kepala manusia tadi
mulai berkedip kedip dan bergerak kian kemari, agaknya
dia sedang memeriksa apakah di ujung lorong rahasia
tersebut terdapat hal-hal yang mencurigakan
Lentera yang berada di tangannya juga turut bergoyang
kian kemari menerangi sekitar lorong sempit tersebut ..
Sekarang Lan See giok dan Siau cian sudah dapat
memastikan kalau kepala yang mereka saksikan tadi
sesungguhnya tak lebih hanya seorang kakek kecil yang
membawa lentera.. Tiba-tiba . . .
Sekali lagi Lan See giok merasakan hatinya bergetar
keras, kembali dia menggenggam tangan Siau cian erat-erat.
Siau cian sendiripun dapat melihat dengan jelas, ternyata
kakek kecil berlentera itu tak lain adalah Be Siong pak,
congkoan dari benteng Wi lim Poo.
Be Siong pak berjalan sangat lamban sering-kali dia
mendongakkan kepalanya memperhatikan bagian atas
dinding dengan seksama, entah apa yang sedang dicarinya?
Lan See giok dan Siau cian saling berpandangan sekejap
lagi, dihati kecil mereka telah paham, saat ini mereka sudah
dapat menyimpulkan kalau Thio Wi kang pasti tewas
ditangan Be Siong pak.
Tapi mengapa? Dalam keadaan demikian ini, mereka
berdua tak berhasrat untuk memikirkannya kembali, atau di
dalam kenyataan memang tiada kesempatan bagi mereka
untuk berpikir ..
http://kangzusi.com/
Karena waktu itu Be Siong pak sudah muncul dari balik
pintu kecil dan berdiri mengawasi lenteranya sambil
termenung, di atas wajahnya yang berkeriput nampak jelas
kekecewaan yang amat mendalam.
ooo0dw0ooo

BAB 29
TIBA-TIBA..
Berkilat sepasang, mata Be Siong pak, dia seperti teringat
akan sesuatu, sambil mendongakkan kepalanya, ia berjalan
menuju ke tonggak batu dimana Lan gee giok dan Siau
Cian sedang menyembunyikan diri.
Lan gee giok sangat terkejut oleh tindakan mana, untuk
menghindari jejaknya jangan sampai ketahuan lawan, serta
merta dia menyentilkan jari telunjuknya ke depan ..
"Wuuuusss!"
Lentera yang berada ditangan Be Siong pak seketika itu
juga menjadi padam.
Be Siong pak terkejut sekali, sambil menjerit ngeri dia
melompat mundur sejauh berapa depa dan..
"Praangg-.!" lenteranya terjatuh ke lantai dan hancur
berantakan.
Seketika itu juga suasana di dalam ruangan menjadi
gelap gulita hingga susah untuk melihat ke lima jari tangan
sendiri, suasanapun makin terasa menyeramkan.
Be Siong pak berdiri sambil menempel di atas dinding,
dari dengusan napasnya yang memburu serta, sepasang
matanya yang melotot besar seperti lentera, dapat diketahui
betapa seram dan ngerinya orang itu sekarang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu Lan See giok sedang menyesal atas
perbuatannya memadamkan lentera ditangan Be-Siong pak,
sebab dengan berbuat demikian maka dia tak akan berhasil
menyelidiki tujuan lawan datang kesana.
Walaupun demikian, bila dipikirkan kembali, rasanya
memang tiada jalan lain untuk terhindar dari perjumpaan
dengan Be Siong pak selain memadamkan lentera yang
berada di tangannya itu.
Siau cian sendiripun tidak berniat mengomeli si anak
muda itu, sebab dia mengerti hanya dengan berbuat
demikianlah mereka baru dapat bertindak lebih jauh.
Dalam pada itu, Be Siong pak telah berhasil
mengendalikan ketegangan yang mencekam perasaannya,
setelah dicekam perasaan takut dan ngeri tadi, kini dia
sudah dapat menduga kalau ruang rahasia tersebut telah
kedatangan jago lihay, sebab padamnya lentera di
tangannya tadi kelewat aneh.
Dengan sinar mata diliputi perasaan terkejut dan ngeri
dia mencoba untuk mengawasi bagian-bagian dalam
ruangan yang mungkin bisa dipakai sebagai tempat
persembunyian ..
Lan See giok dan Siau cian sudah pernah minum cairan
Leng sik giok ji, karenanya tenaga dalam mereka telah
mencapai tingkatan yang paling sempurna, itulah sebabnya
Be Siong pak tidak berhasil menyaksikan sinar mata mereka
berdua.
Mendadak Be Siong pak membentak dengan suara yang
menggeledek seperti guntur:
"Siapa di situ?"
Ditengah bentakan keras, sinar matanya yang buas dan
penuh hawa pembunuh itu ditujukan ke arah tonggak batu
http://kangzusi.com/
besar di mana Lan See giok dan Siau cian sedang
menyembunyikan diri.
Lan See giok berdua merasa amat terkejut. mereka tak
mengira kalau ketajaman mata Be Siong pak demikian
hebatnya sehingga di dalam ruangan yang gelap gulita sulit
melihat ke lima jari tangan sendiripun jejak mereka bisa
ditemukan.
Terdengar Be Siong pak membentak sekali lagi:
"Sobat, bila kau tidak segera unjukkan diri, jangan
salahkan bila aku bertindak kurang hormat kepadamu."
Semenjak tahu kalau Be Siong pak telah bersekongkol
dengan Thio Wi kang dalam usaha membunuh majikannya
Phoa yang ong Kian Hui hong tadi, sesungguhnya Lan See
giok sudah bertekad hendak melenyapkan manusia ini dari
muka bumi.
Maka setelah mendengar suara tantangan dan bentakan
dari Be Siong pak sekarang, anak muda tersebut menjadi
naik darah, baru saja dia hendak munculkan diri, lengan
kirinya telah dicekal Siau cian erat-erat.
Biarpun gerakan mereka amat lirih, namun hal ini segera
diketahui oleh Be Siong pak.
Dasar manusia licik, tanpa membuang waktu lagi Be
Siong pak segera membentak keras dan melontarkan
sepasang telapak tangannya ke depan..
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung
meluncur ke depan dan menerjang ke arah tonggak batu di
mana Lan See giok dan Siau cian menyembunyikan diri.
Lan See giok mendengus marah, ujung tangan kanannya
dikebaskan ke muka segulung angin pukulan yang tak kalah
kuat-nya segera menggulung pula ke depan.
http://kangzusi.com/
"Blaaammm!"
Suatu benturan yang amat keras segera menggema
memecahkan keheningan.
Akibat dari bentrokan itu, tubuh Be Siong pak segera
terlempar ke arah dinding belakang.
"Duuuk!"
Punggungnya yang bungkuk dan menonjol keluar itu
menumbuk di atas dinding keras-keras.
Be Siong pak segera mendengus tertahan, tubuhnya
mundur dengan sempoyongan sedang pandangan matanya
berkunang kunang, sadarlah dia bahwa seorang jago
tangguh telah berada di depan mata, hanya tidak di ketahui
olehnya siapa gerangan jago lihay tersebut.
Dengan perasaan terkejut bercampur ngeri ia bersandar
diatas dinding, hawa murninya dicoba untuk mengitari
badan, ternyata tidak dijumpai sesuatu hambatanpun, ini
membuat nya merasa terkejut bercampur gembira.
la terkejut karena kesempurnaan tenaga dalam yang
dimiliki lawan telah mencapai tingkatan yang bisa
digunakan menurut kehendak hati sendiri,
la gembira karena tubuhnya yang sama sekali tidak
cedera walaupun sudah terkena sebuah pukulan yang maha
dahsyat.
Sadar, kalau kepandaian silatnya masih bukan tandingan
lawan, timbullah ingatan dalam hati kecil Be Siong pak
untuk memanfaatkan kegelapan yang mencekam tempat
tersebut untuk melarikan diri.
Dia yakin pihak lawan pasti tidak hapal dengan situasi di
tempat tersebut sehingga mustahil bagi mereka untuk
mengejarnya.
http://kangzusi.com/
Maka diapun menghimpun tenaga dalam nya ke dalam
telapak tangan, lalu sambil maju tiga langkah ke depan,
sambil membentak sepasang telapak tangannya didorong
sekali lagi ke muka.
Padahal sedari tadi Lan See giok sudah, melihat sorot
mata Be Siong pak yang berkeliaran kian kemari, dari
sikapnya yang berdiri tak bergerak, pun tidak melakukan
terjangan tersebut pemuda itu sudah menduga, bahwa
lawannya bermaksud hendak melarikan diri. . .
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, serangan
yang jauh lebih dahsyat dari-pada serangan permulaan tadi
telah dilontarkan kembali ke arahnya.
Maka sambil tertawa dingin dia melepaskan sebuah
pukulan pula dengan ayunan tangan kanannya,
“Blaaammmm!"
Benturan nyaring menggelegar di angkasa, membuat
seluruh ruangan dipenuhi oleh desingan angin pukulan
serta debu yang beterbangan di angkasa, begitu tebalnya
debu sehingga hampir saja Lan See giok dan Siau cian tak
mampu membuka matanya.
Dimana angin pukulan menyambar lewat, suasana
dalam ruangan pulih kembali dalam keheningan,
Lan See giok mencoba untuk memasang telinga, tiba-tiba
ia berseru tertahan:
"Aduuh celaka!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan ini, tubuhnya
telah menerjang keluar pintu ruangan.
Siau cian ikut memperhatikan situasi di seputar sana,
namun bayangan tubuh Be Siong pak sudah tidak nampak
lagi di dalam ruangan, nona ini sadar niscaya Be Siong pak
http://kangzusi.com/
telah memanfaatkan tenaga pantulan yang dihasilkan dari
serangan tadi untuk melarikan diri, maka diapun
menggerakan tubuhnya dan mengejar dibelakang Lan See
giok.
Belum sampai di pintu dinding, dari depan sana sudah
kedengaran suara gemerincingan yang amat nyaring.
Lan See giok dan Siau cian semakin gelisah lagi, mereka
percepat gerakan tubuhnya menuju ke pintu dinding, masih
untung pintu rahasia tersebut belum merapat sama sekali,
masih terbuka lebih kurang seluas tiga depa saja.
Lan See giok berdua tidak menyia-nyiakan kesempatan
yang sangat baik ini lagi, mereka berdua segera menerobos
masuk me lalui celah pintu yang masih terbuka dan
menelusuri anak tangga menuju ke depan situ,
Tapi di kamar ataspun sudah tidak nampak lagi
bayangan tubuh dari Be Siong pak.
Lan See giok sama sekali tidak menghentikan gerakan
tubuhnya, dengan sebuah gerakan "burung walet
menembusi tirai" dia menerobos langsung menuju ke
beranda depan.
Dari situ ia sempat melihat sesosok bayangan manusia
sedang kabur menyelamatkan diri.
Lan See giok tahu kalau orang itu adalah Be Siong pak,
sambil mendengus gusar ia berkelebat ke muka seperti
hembusan angin dan berputar menuju ke halaman depan.
Dari desingan angin yang menyambar lewat, Be Siong
pak sudah tahu kalau pengejar telah tiba dibelakangnya
dengan perasaan terkejut dia segera berpaling.
http://kangzusi.com/
Tapi apa yang terlihat membuatnya sangat terperanjat
sampai paras mukanya berubah hebat, tak kuasa lagi
diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati dia berteriak:
Kata "pocu" belum sempat diutarakan, telapak tangan
kanan Lan See-giok sudah menghajar punggungnya yang
bungkuk secara telak.
"Duuuuuuuuukkkkk ."
Tubuh Be Siong pak yang termakan serangan tersebut
segera mencelat jauh ke depan, diiringi jeritan ngeri yang
menyayat hati dia muntah darah segar, namun ia masih
berusaha untuk kabur terus menuju ke halaman depan.
Bayangan manusia berkelebat, Siau cian telah menyusul
tiba, ia segera menarik tangan See giok dan berdua
menyelinap ke tempat kegelapan lalu kembali ke rumah
kediaman Oh Li cu.
Gerakan tubuh mereka sedemikian cepatnya sehingga di
dalam waktu singkat mereka telah tiba ditempat tujuan.
Bersamaan waktunya mereka tiba di situ, Oh Li cu juga
sedang melompat keluar dari balik kamarnya.
Wajah Oh Li cu kelihatan gugup, mukanya pucat pasi,
tapi setelah melihat Lan See giok dan Siau cian kembali
dengan selamat, dia nampak jauh lebih lega.
Sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Siau cian telah
menempelkan jari tangannya di ujung bibir pertanda agar
jangan bicara dulu. Suara kentongan titir kedengaran di
bunyikan bertalu talu dari seberang gedung situ.
Menyusul kemudian suara bentakan bersahut-sahutan,
dari empat penjuru bayangan manusia bermunculan.
http://kangzusi.com/
Lalu kedengaran pula jeritan-jeritan kaget kawanan
perempuan, ada puluhan orang dayang muncul dari balik
gedung.
Oh Li cu seperti memahami akan sesuatu, sambil
menunjuk ke depan sana buru-buru dia berseru:
"Ayo cepat, kita menuju ke gedung tempat kediaman lo
pocu ..!"
Selesai berkata, bersama lama Siau cian dan See giok
mereka berangkat ke depan.
Dalam keadaan demikian Oh Li cu tak sempat lagi untuk
menanyakan kisah perjalanan kedua orang rekannya
memasuki gedung tempat kediaman Oh Tin san, sebaliknya
Lan See giok berduapun tak sempat menceritakan
pengalaman mereka kepadanya. . .
Sebelum mereka bertiga tiba ditempat tujuan, Oh Li cu
telah melihat sesosok bayangan manusia tergelepar diatas
lantai depan pintu gedung tempat kediaman Oh Tin san.
Sementara itu berpuluh puluh sampan telah
bermunculan dari segala penjuru gedung, ada yang
menyandang golok, ada yang membawa anak panah,
semuanya menunjukkan wajah penuh ketegangan.
Oh Li cu mendekati sang korban, tapi setelah
mengetahui siapa yang terbunuh dengan terkejut ia
menjerit:
"Aaaah, kenapa bisa dia?"
Sambil berseru ia mendongakkan kepalanya dan
mengawasi Lan See giok yang berwajah hijau membesi dan
Siau cian yang tetap tenang dengan pandangan penuh tanda
tanya.
http://kangzusi.com/
Siau cian segera maju ke muka dan pura-pura mengawasi
pula sang korban menggunakan kesempatan tersebut dia
menyikut Oh Li cu agar bersikap lebih waspada.
Setelah itu dengan wajah terkejut bercampur keheranan
ia baru pura-pura berseru:
"Hei, bukankah dia adalah Be congkoan?"
Sesungguhnya Oh Li cu benar-benar merasa tegang dan
di luar dugaan, persis seperti apa yang dirasakan Lan See
giok dan Siau cian ketika pertama kali mengetahui Be Siong
pak muncul dalam ruang rahasia, namun setelah diingatkan
kembali oleh Siau Cian, gadis itu segera berhasil
mengendalikan gejolak emosinya.
Cepat-cepat dia mengangguk sambil sahutnya:
"Ya, betul! ia memang Be congkoan!"
Sambil menjawab dia maju dua langkah ke muka dan
memeriksa jenasah Be Siong pak dengan seksama.
Be Siong pak tergeletak dengan mata terbelalak lebar dan
mulut melongo, keadaannya sangat mengerikan hati.
Dalam pada itu, puluhan sampan yang berdatangan dari
segala penjuru benteng, tapi setelah mereka menyaksikan
keadaan sang korban yang ternyata adalah Be cong-koan
mereka sendiri, semua lelaki kekar itu jadi tertegun dan
berdiri melongo.
Diiringi suara bentakan-bentakan keras. akhirnya ke
empat komandan kapal perang juga muncul di situ dengan
menumpang sampan kecil.
Begitu mendarat, ke empat orang itu memberi hormat
lebih dulu kepada Lan See giok, kemudian baru memeriksa
keadaan luka yang diderita Be Siong pak.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, komandan kapal perang "naga
perkasa", mendongakkan kepala nya kembali dan berkata
kepada Lan See giok dengan sikap hormat:
"Lapor sau pocu, kematian Be congkoan saat ini tidak
jauh berbeda dengan keadaan Thio Wi kang setahun
berselang!"
Sebagai seorang pemuda yang berbelas kasihan, Lau See
giok mulai bertanya kepada diri sendiri setelah
menyaksikan keadaan Be Siong pak tersebut, pantaskah ia
membunuh orang itu?
Karenanya setelah mendapat keterangan dari komandan
kapal perang "naga perkasa" dia hanya manggut-manggut
tanpa memberi komentar apa pun..
Sebaliknya Siau cian segera merasakan hatinya tergerak,
cepat ia menimbrung:
"Komandan Ciang,. masih ingatkah kau jam berapa Thio
Wi kang menemui ajalnya malam itu?"
Komandan kapal perang "naga perkasa" mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap letak bintang, kemudian
menjawab:
"Keadaannya tak berbeda jauh dengan keadaan saat ini!"
"Apakah gedung kediaman Lo pocu dilengkapi dengan
sesuatu alat rahasia?" tiba-tiba Lan See giok bertanya,
"mengapa Thio Wi kang dan Be congkoan harus memasuki
gedung kediaman lo pocu di tengah malam buta begini.”
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut, selapis hawa
amarah menghiasi wajahnya, sementara sorot mata yang
tajam dialihkan ke wajah ke empat komandan itu.
Buru-buru ke empat orang itu menyahut
"Hamba sekalian kurang tahu!"
http://kangzusi.com/
"Apakah kalian menganggap tindakan Be congkoan
memasuki gedung kediaman Lo pocu, ditengah malam buta
begini merupakan tindakan yang dibiarkan ?"
"Menurut peraturan Loo pocu, jika hal ini sampai terjadi
maka orang itu pantas dijatuhi hukuman mati"
Lan See giok manggut-manggut, katanya kemudian.
"Baiklah, sekarang kita tak usah membicarakan soal
keadaan di dalam gedung kediaman Lo pocu tersebut, kita
harus menunggu sampai Lo pocu pulang dan memperoleh
persetujuannya lebih dulu sebelum melakukan pemeriksaan
yang seksama didalam gedung itu. "
Ke empat komandan tadi kembali menyetujui.
Maka Lan See giok pun berpaling kearah Oh Li cu,
sambil bertanya pula:
"Bagaimana pendapat enci Cu ?”
"Segala sesuatunya terserah pada keputusan adik Giok"
Oh Licu segera menjawab
Lan See giok mengangguk, Ke empat komandan kapal
perang itu ia berkata kemudian: "Sekarang perintahkan
orang untuk memindahkan jenasah Be congkoan dari sini,
saudara-saudara yang lain dipersilahkan kembali ke posnya
masing-masing dan mulai sekarang, setiap bangunan di
dalam benteng ini harus diberi penerangan secukupnya serta
perketat penjagaan, masalah kedudukan congkoan yang
lowong, untuk sementara waktu biar dijabat oleh komandan
Ciang dari kapal perang naga perkasa dengan wakil
komandan Ong, Seng dan Nyoo kalian berempat harus
bekerja sama di dalam mengatasi pelbagai masalah dalam
benteng ini."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu sama-sama mengiakan, sedang
kawanan lelaki lainnya sama-sama berdiri dengan wajah
serius.
Lan See giok memandang sekejap lagi ke seluruh
ruangan, lalu setelah mengangguk ramah kepada semua
orang, dia baru beranjak pergi dari situ diikuti Siau Cian
dan Oh Li cu.
Sedang ke empat komandan tadi saling berunding
sebentar, kemudian baru menjalankan perintah sesuai
dengan apa yang dikata kan Lan See giok tadi.
Baru sekarang Lan See giok dapat meresapi apa yang
dimaksud dengan "kekuasaan" itu, dan mengapa pula
sementara orang saling memperebutkan kekuasaan hingga
mempertaruhkan jiwa raga serta segala harta miliknya.
Tiba kembali di gedung kediaman mereka, lentera telah
dipasang di mana-mana hingga suasana diliputi terang
benderang.
Setelah mengambil tempat duduk di ruang utama, Lan
See giok memerintahkan agar semua dayang berkumpul di
situ.
Dua puluhan orang dayang dengan wajah gugup sama-
sama berkumpul di ruang utama, sementara sorot mata
mereka mengawasi Lan See giok dan Oh Li cu secara
bergantian dengan pandangan terkejut, takut dan
keheranan.
Lan See giok menunggu sampai semua dayang itu
berkumpul di situ, kemudian dengan suara dalam ia baru
berkata:
"Aku minta semua dayang yang selama ini melayani lo
pocu dan hujin segera tampil ke depan.”
http://kangzusi.com/
Sebelas orang dayang segera munculkan diri dari barisan
dengan wajah pucat dan sikap tegang dan tak tenang.
Sebagai perempuan yang pintar, sejak semula Siau cian
sudah memahami maksud hati pemuda itu, sebaliknya Oh
Li cu meski belum paham, namun iapun bisa menduga
kalau hal ini ada hubungannya dengan persoalan yang
mereka hadapi malam ini.
Dengan kening berkerut dan mata bersinar tajam, Lan
See giok mengawasi ke sebelas dayang itu sekejap,
kemudian ia baru bertanya dengan suara dalam:
"Tahun berselang, dalam saat apakah pocu dan hujin
pergi meninggalkan gedung kediamannya?"
"Kentongan ke empat, ketika mendekati fajar," sahut
para dayang cepat-cepat.
"Sewaktu lo pocu dan hujin hendak berangkat, apa yang
mereka pesankan kepada kalian?" tanya Lan See giok lebih
lanjut.
Kawanan dayang itu segera termenung untuk beberapa
saat, akhirnya salah seorang dayang berbaju kembang
melirik sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan gugup
dan takut.
Lan See giok segera tahu kalau dayang itulah yang
menyerahkan surat kepada Oh Li cu, maka ia bertanya
lebih jauh:
"Siapa yang suruh kalian pindah dari gedung kediaman
Lo pocu dan berkumpul di gedung kediaman nona?"
"Be congkoan!" sahut segenap dayang bersama sama
Lan See giok manggut-manggut sambil melirik sekejap
kearah Siau cian dan Oh Li Cu-
http://kangzusi.com/
"Menurut Be congkoan” timbrung Oh Li cu kemudian,
"ia berbuat, demikian agar para dayang tidak mengusik
barang-barang milik lo pocu, itulah sebabnya mereka
dikumpulkan di sini."
Sekali lagi Lan See giok manggut-manggut ia tahu hal
tersebut hanya merupakan bagian dari siasat busuk Be
Siong pak, maka kepada para dayang iapun bertanya lebih
jauh.
"Sewaktu Thio Wi kang memasuki kamar pribadi Lo
pocu malam itu, siapakah diantara kalian yang melihat
perbuatannya itu?”
Para dayang segera saling berpandangan dengan wajah
bimbang, sampai lama sekali belum juga ada yang
menjawab.
Berhubung Lan See giok merasa apa yang diharap
ternyata memang mirip dengan apa yang diduga, diapun
mengulapkan tangannya seraya berseru kemudian:
"Sekarang kalian boleh pergi tidur!".
Bagaikan mmemperoleh pengampunan, serentak
kawanan dayang itu memberi hormat sambil mengiakan.
kemudian bersama sama mengundurkan diri dari situ.
Sedangkan Lan See giok, Siau cian serta Oh Li cu masuk
kembali ke ruang dalam.
Dalam pada itu di jendela belakang ruang dalam telah
disulut setitik cahaya lentera.
Lan See giok mendekati jendela dan membukanya, ia
saksikan setiap jarak tiga kaki telah didirikan sebuah tiang
dengan lentera yang besar. hal mana membuat suasana,
menjadi terang benderang.
http://kangzusi.com/
Selain itu, di sisi setiap lampu tersebut berdiri pula dua
orang pengawal yang melakukan penjagaan, di lorong-
lorong air tampak pula sampan bersimpang siur melakukan
perondaan.
Menyaksikan kesemuanya itu, Lan See giok manggut-
manggut dengan perasaan puas, kepada Siau cian dan Oh
Li cu yang berada dibelakangnya ia berkata
"Penjagaan dalam keadaan beginilah baru bisa dibilang
sebagai suatu penjagaan yang ketat."
Siau cian serta Oh Li cu manggut-manggut pula sambil
memuji tiada hentinya.
Lan See giok menutup kembali jendelanya, kemudian
sambil berpaling kearah Oh Li cu dia bertanya:
"Terhadap tindakan Be Siong pak memasuki gedung
kediaman Oh Tin san, apakah kau merasa agar di luar
dugaan?"
Oh Li cu segera mengangguk.
"Yaa, memang aneh sekali," sahutnya keheranan,
"peristiwa ini memang sama sekali di luar dugaanku."
Lan See giok tertawa hambar, lalu secara ringkas ia
menceritakan pengalamannya sampai menemukan Be
Siong pak memasuki kamar rahasia, akhirnya sambil
memandang wajah Oh Li cu yang diliputi perasaan kaget,
ia bertanya lagi:
"Dibalik kamar Oh Tin san ternyata terdapat kamar
rahasia, sebelum kejadian ini apakah kau sudah tahu?”
Oh Li cu segera menggelengkan kepalanya berulang kali,
jawabnya lirih:
"Pada hakekatnya aku tidak mengetahui akan persoalan
ini, tapi jika ditinjau keadaan tersebut, bisa jadi soal tahu
http://kangzusi.com/
atau tidaknya Oh Tin san akan kamar rahasia di dalam
kamarnya masih menjadi sebuah tanda tanya besar."
"Bukankah dahulu Oh Tin san juga termasuk anak buah
Phoa yang ong atau dia bukan?" tanya Siau cian tidak
mengerti.
Oh Li cu termenung sebentar, kemudian menjawab:
"Kemungkinan besar dia hanya sebagai tamu agung saja
waktu itu, atau turut serta di dalam merencanakan atau
merundingkan suatu persoalan, bisa jadi dia tidak
mengetahui akan rahasia tersebut."
"Bila kita himpun semua keterangan yang ada kemudian
menarik kesimpulan, kalau toh Thio Wi kang dan Be Siong
pak adalah bekas anak buah Phoa yang ong pocu yang
terdahulu, berarti merekapun sering turut di dalam
perundingan rahasia yang diselenggarakan dalam ruang
rahasia tersebut.
“Thio Wi kang dan Be Siong pak tentu mengetahui juga
kalau di dalam ruang rahasia itu tersimpan harta mestika
yang tak ternilai harganya sehingga menimbulkan sifat
kemaruk pada diri mereka.
"Oh Tin san bisa mmemperoleh bantuan dari Thio Wi
kang dan Be Siong pak untuk melaksanakan pembunuhan
atas diri Phoa yang ong. sudah bisa dipastikan masalah
harta karun yang berada di dalam ruangan rahasia tersebut
merupakan alasan mereka yang terutama.
"Mungkin juga Thio Wi kang serta Be Siong pak tidak
menyangka kalau Oh Tin san tetap akan berdiam dalam
gedung milik Phoa yang ong setelah meneruskan jabatan
sebagai pocu dalam benteng itu, akibatnya merekapun tak
pernah mmemperoleh kesempatan untuk memasuki ruang
rahasia itu.
http://kangzusi.com/
"Secara kebetulan Oh Tin san suami istri berangkat
keluar lautan, kali ini enci Cu juga belum pulang dari
berpergian, kesempatan semacam ini memang merupakan
kesempatan terbaik bagi mereka untuk melakukan
penyelidikan atas letak harta karun tersebut.
"Thio Wi kang maupun Be Siong pak sama-sama
mempunyai maksud jahat dan kedua belah pihak sama-
sama berniat mengangkangi segenap isi harta karun dalam
ruang rahasia itu bagi kepentingan pribadinya. Maka
sewaktu malam itu Thio Wi kang mulai bertindak
memasuki ruang rahasia untuk menyelidiki letak harta
karun tersebut, dibunuhlah orang itu oleh Be Siong pak
hingga akhirnya tewas di tengah halaman gedung.
"Sedang mengenai soal apakah Oh Tin san tahu tentang
rahasia tersebut, rasanya masalah ini sudah bukan
merupakan persoalan yang serius lagi .."
Oh Li cu manggut-manggut berulang kali, tapi ia toh
bertanya lagi dengan nada tidak mengerti:
"Tapi kali ini, mengapa Be Siong pak memasuki ruang
rahasia lagi secara diam-diam?"
Sebelum pemuda itu menjawab, Siau Cian sudah
menjelaskan terlebih dulu:
"Berdasarkan kesimpulan yang kuambil setelah melihat
keadaan waktu itu, Be Siong pak pasti belum berhasil
menemukan harta karun yang berada dalam ruang rahasia
itu, adapun tujuannya memasuki gedung itu lagi, pastilah
disebabkan kepulangan adik Giok, maka dengan
menyerempet bahaya dia hendak melakukan penyelidikan
sekali lagi dengan harapan kali ini berhasil menemukan
sesuatu yang aneh!"
http://kangzusi.com/
"Yaaa, tampaknya setiap orang yang melakukan
kejahatan, pada akhirnya memang tak akan lolos dari
pembalasan.." gumam Oh Ii cu dengan suara lirih.
"Yaaa benar," sahut Lan See giok, "bisa di bayangkan,
berapa banyak pikiran, tenaga serta biaya yang dihabiskan
Phoa yang ong sewaktu mendirikan bangunan benteng ini
dulu, cukup ruang rahasia tersebut, entah berapa banyak
materi yang telah dihabiskan..”
Tampaknya Oh Li cu sangat berharap bisa menyaksikan
keadaan ruang rahasia tersebut, ia segera mengomel:
"Coba kalau adik Giok tidak mengumumkan larangan
kepada setiap orang untuk memasuki gedung tersebut
sebelum kepulangan Oh Tin san suami istri, sekarang juga
kita dapat memasuki lorong rahasia itu lagi untuk
melakukan pemeriksaan."
Lan See giok tertawa.
"Sebenarnya ada tiga alasan bagiku untuk melarang
setiap orang memasuki gedung itu:
"Ke satu, dengan kesempatan setahun yang tersedia bagi
Be Siong pak. nyatanya dia belum berhasil menemukan
benda yang dicari, dari sini membuktikan kalau rahasia
dalam ruangan tersebut tak mungkin bisa dipecahkan di
dalam satu dua hari saja.
“Ke dua, sekarang kita sudah tahu kalau Oh Tin san
suami istri telah pergi ke tempat kediaman Wan san popo,
dan lagi kita pun akan berangkat dalam dua hari
mendatang, mungkin kepergian kali ini akan mencapai satu
bulan malah setengah tahun lamanya, bila keadaan dalam
gedung tersebut keburu bocor, sedang kita tak ada disini,
bukankah ini sama berarti memberi kesempatan kepada
sementara oknum untuk menunggangi peluang tersebut?
http://kangzusi.com/
“Ketiga, saat ini segenap anggota benteng sama-sama
membicarakan masalah gedung tersebut, semua orang
curiga, tak tenang dan takut akan hal-hal yang tahayul,
apalagi dengan kepandaian yang begitu hebat dari Be Siong
pak serta Thio Wi kang pun akhir nya ditemukan tewas
dimuka gedung, bayangkan saja, siapakah diantara mereka
yang berani melakukan penyelidikan lagi di dalam gedung
tersebut, apalagi merekapun belum mengetahui tentang
rahasia ruangan rahasia itu.
"Menurut pandanganku, lebih baik tunggu saja sampai
kita kembali dari bukit Wan san baru melakukan.
penyelidikan secara diam-diam, kemudian hasil
penyelidikan tersebut kita umumkan kepada segenap
anggota benteng, apa tindakan ini tidak bagus?"
Mendengar sampai di situ, Siau cian dan Oh Li cu sama-
sama mengangguk sambil memuji.
Begitulah, berhubung besoknya mereka masih harus
menempuh perjalanan untuk melaksanakan tugas, mereka
bertiga segera kembali ke tempat masing-masing untuk
beristirahat.
Tanpa terasa fajar sudah mulai menyingsing di ufuk
timur.
Pertama tama Oh Li cu mengutus orang untuk
memberitahu kepada ke empat komandan kapal perang
bahwa sau pocu hendak keluar benteng untuk melakukan
pemeriksaan apakah kapal-kapal perang pihak Lim lo pa
telah mengundurkan diri semua dari telaga Phoa yang oh,
kemudian memerintahkan pula kepada komandan Ciang
agar tengah hari nanti mengirim sebuah kapal pengangkut
untuk membawa kembali kuda milik sau pocu yang ada di
pantai telaga barat.
http://kangzusi.com/
Selesai sarapan, Lan See giok, Siau cian dan Oh Li cu
dengan memerintahkan dua orang dayang untuk
mendayung sebuah sampan kecil, segera berangkat
meninggalkan benteng.
Waktu itu matahari sudah bersinar cerah, sinar matahari
yang lembut menyinari seluruh permukaan telaga dan
memercikkan cahaya keemas emasan yang menyilaukan
mata.
Keluar dari padang ilalang, sampan di kemudikan
menuju ke arah barat laut.
Setengah jam kemudian, di ujung langit sana muncul
bayangan gunung dan hutan yang lebat.
Berdiri di ujung geladak, Lan See giok bergumam agak
murung. "Entah si naga sakti pembalik sungai Thio loko
serta Thi gou sudah kembali belum?"
Siau cian termenung sejenak, kemudian sahutnya:
“Menurut perhitungan ibuku, seharusnya kemarin
malam mereka sudah tiba disini!"
Lan See giok ingin selekasnya mengetahui jejak gurunya
serta membalaskan dendam bagi kematian ayahnya, dia
berharap si naga sakti pembalik sungai bisa memberi kabar
gembira kepadanya.
Sampan masih melaju ke depan dengan kecepatan tinggi
..
Lambat laun di depan situ muncul bayangan tanggul,
kemudian tampak kaum wanita sedang mencuci pakaian,
gadis-gadis nelayan membetulkan jala serta anak-anak yang
sedang berlarian ..
Ketika menjelang pantai tersebut. Lan See giok
menyaksikan pula di sisi sebaris kapal dimana ia pernah
http://kangzusi.com/
menyembunyikan diri dulu hampir sebagian besar perahu
telah turun ke telaga untuk menangkap ikan, kini hanya
tertambat satu dua buah sampan belaka.
Peristiwa malam itu, ketika ia menyembunyikan diri
dibalik sampan melintas kembali dalam benaknya.
Ia seolah-olah menyaksikan wajah To Seng cu yang
ramah dicekam perasaan murung dan kesal ..
Diapun seakan akan menjumpai wajah si naga sakti
pembalik sungai dicekam kegelisahan ..
Diapun seperti melihat adik seperguruan nya Si Cay soat
sedang terkejut, gelisah dan tegang ..
Akhirnya Lan See giok tersadar kembali dari
lamunannya. Ketika ia mendongakkan kepalanya kembali,
ternyata jaraknya dengan tepi pantai tinggal sepuluh kaki.
Setelah menambat sampan di pantai, mereka bertiga
segera melompat naik ke atas daratan, sedangkan kedua
orang dayang itu kembali ke telaga untuk menantikan
datang nya kapal pengangkut yang dikirim komandan
Ciang.
Kemudian Lan See giok bertiga di pantai telaga itu
segera disambut oleh sekelompok, anak-anak kecil yang
datang mengerubung.
Mendadak dari belakang mereka kedengaran suara
teriakan keras:
"Hai, coba lihat, enci Soat telah datang!"
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat ada sesosok bayangan merah sedang meluncur
datang dari balik hutan bambu di depan sana, orang itu
adalah adik Soat, dan dia tak menyangka anak-anak di
dusun itu masih tetap mengenal Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Berpikir demikian, tanpa terasa dia berpaling dan
memandang sekejap kearah bocah-bocah itu.
Ketika Lan See giok berpaling, kembali terdengar bocah-
bocah itu berteriak keras:
"Aaaah, rupanya dia, yaa rupanya dia .. haaahh..
haaahh.. dia kan bocah tanggung yang dihajar enci Soat
sampai lari terbirit birit?"
Teriakan ini kontan saja membuat paras muka Lan See
giok menjadi merah padam.
Si Cay soat tersenyum manis ke arah pemuda itu,
kemudian kepada Siau cian dan Oh Li cu katanya sambil
tertawa:
"Begitu kudengar suara teriakan adik-adik kecil ini,
sudah kuketahui tentu kalian yang telah datang."
Sambil berkata dia menuding ke arah sekelompok bocah
yang mengelilingi mereka berempat.
Siau cian sangat menguatirkan ibunya, dia segera
bertanya dengan penuh perhatian:
"Adik Soat, mana ibuku?"
Si Cay soat tertawa, agaknya dia sedang mentertawakan
Siau cian yang tak bisa berpisah dengan ibunya, kemudian
sahutnya sambil tertawa riang:
"Bibi sedang - berunding dengan Thio loko."
Mendengar jawaban ini, kembali Lan See giok bertanya
dengan gelisah:
"Mana adik Thi gou?"
Belum habis dia bertanya, dari balik hutan sudah
kedengaran suara teriakan dari -Thi gou yang penuh dengan
kegembiraan:
http://kangzusi.com/
"Heei .. engkoh Giok .. engkoh Giok.."
Mendengar teriakan itu Lan See giok mendongakkan
kepalanya, tampak Siau thi gou yang hitam kulitnya sedang
berlarian mendekat dengan cepat.
Baru pertama kali ini Siau cian serta Oh Li cu berjumpa
dengan Siau thi gou.
Ketika mereka saksikan bocah itu mengenakan pakaian
hitam sehingga membuat kulit tubuhnya yang memang
hitam bertambah hitam, di mana cuma nampak ke dua biji
matanya yang bulat besar saja, tanpa terasa mereka sama-
sama tertawa geli.
Begitu mendekat, Siau thi gou langsung memeluk Lan
See giok dan berseru dengan girang bercampur marah:
"Engkoh Giok, cepat amat perjalananmu aku dan Thio
loko tak pernah berhasil menyusulmu!"
Lan See giok tertawa terbahak bahak.
"Haahh..haaahhh..haaahhh..aku kan menunggang kuda,
sudah barang tentu jauh lebih cepat dari pada kalian!"
"Padahal biar hujan badai pun kami tetap menempuh
perjalanan, tapi kenyataannya tidak mampu menyusulmu.."
Sebelum Siau thi gou menyelesaikan perkataannya, Si
Cay soat telah menimbrung dengan tak sabar:
"Sudah, sudahlah, ayo kita balik dulu ke rumah sebelum
berbicara lagi."
Selesai berkata dia mengajak Lan See giok sekalian
menuju ke hutan bambu.
Thi gou berjalan pula di depan dengan langkah lebar,
setelah menembusi hutan bambu, di depan sana muncul
beberapa buah bangunan rumah kecil.
http://kangzusi.com/
Tiba di depan rumah mereka menembusi sebuah
halaman kecil dan masuk ke dalam ruangan, waktu itu Hu
yong siancu sedang berbicara dengan si naga sakti pembalik
sungai, ketika melihat kedatangan See giok, kedua orang itu
segera muncul untuk menyambut.
Dalam sekilas pandangan saja, Lan See giok dapat
melihat si naga sakti pembalik sungai yang bertubuh kekar
itu, hanya di dalam waktu tujuh bulan saja wajahnya
kelihatan sudah jauh lebih tua dari semula
Saat ini, meskipun wajahnya masih tetap segar dan
penuh semangat, namun diatas wajahnya yang tua masih
tetap tersisa keletihan yang mencekam.
Bertemu dengan Lan See giok, si naga sakti pembalik
sungai segera berkata sambil tersenyum:
"Ketika aku tiba kemarin tengah malam, kudengar dari
putraku Ji keng yang mengatakan, saudara cilik serta adik
Soat telah tiba dua hari berselang."
Lan See giok maju ke depan dan memberi hormat, lalu,
sahutnya dengan hangat.
"Siaute dengar dari adik Soat, katanya ketika engkoh tua
ke situ, siaute baru saja turun gunung."
"Haaaahh..haaaaahhh..haaaahh .. maka itulah,
selangkah sudah terlambat, selanjutnya selalu ketinggalan .”
Selesai berkata kembali dia tertawa terbahak bahak.
Dari gelak tertawa si naga sakti pembalik sungai, Lan
See giok bisa merasakan bahwa kegembiraan orang itu
sudah jauh berkurang ketimbang dahulu.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Lan See giok memberi
hormat dulu kepada bibinya, kemudian baru
http://kangzusi.com/
memperkenalkan Oh Li cu kepada si naga sakti pembalik
sungai.
Pada dasarnya si naga sakti pembalik sungai adalah
kenalan lama dari pemilik benteng Wi lim poo yang
terdahulu setelah mendengar penjelasan dari Hu yong
siancu tentang asal usul Oh Li cu yang sebenarnya, diapun
menghela napas panjang.
Begitulah, dalam kesempatan tersebut Lan See giok
kembali menanyakan keadaan gurunya.
"Thio loko, selama setengah tahun ini, apakah kau
berhasil mendapat kabar tentang suhu”
Begitu menghadapi pertanyaan ini, paras muka si naga
sakti pembalik sungai segera dicekam kemurungan lagi.
"Anak Giok" Hu yong siancu segera menimbrung,
"situasi yang kita hadapi saat ini amat kalut, boleh dibilang
menyangkut pula tentang mati hidupnya semua perguruan
dan partai besar di dalam dunia persilatan, soal bertemunya
kau dengan Keng hian sian tiang dibukit Bu tong, juga telah
kubicarakan dengan Thio lo enghiong.."
Pelan-pelan si naga sakti pembalik sungai mengangkat
kepalanya, kemudian menyela dengan sedih:
"Waktu itu aku bermaksud untuk menenangkan pikiran
dan perasaan kalian bertiga, dalam keadaan demikian
terpaksa engkoh tua harus memakai taktik semacam itu
untuk menghadapi kalian .”
Berbicara sampai di situ dia melirik sekejap ke arah Lan
See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou yang menanti dengan
harapan serta kegelisahan, kemudian terusnya:
"Namun surat itu benar-benar tulisan dari Cia locianpwe
sendiri, dia orang tua memerintahkan kepadaku untuk
http://kangzusi.com/
menghantar surat tersebut ke Hoa san dan menyerahkan
kepada kalian bila setengah tahun kemudian masih belum
juga nampak dia orang tua kembali.
"Tampaknya Cia locianpwe telah menduga bahwa di
dalam perjalanannya menuju ke luar lautan kali ini,
masalahnya tidak akan segampang masalah beradu
kepandaian biasa, karena itu dia telah persiapkan surat
tersebut guna menenteramkan hati kalian bertiga, dari pada
mempengaruhi usaha kalian berlatih ilmu silat "
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Siau thi gou
sudah mengucurkan air mata dan bertanya sambil
menangis:
"Thio lo koko, sudah setahun lebih suhu belum juga
kembali, apakah dia tak akan kembali lagi?"
Siau cian teringat pula bagaimana To Seng cu
menghadiahkan pedang kepadanya serta mewariskan ilmu
silat kepadanya, karena itu diapun ikut menangis.
Sebaliknya Oh Li cu yang melihat semua orang
menangis, hatinya ikut sedih hingga air mata bercucuran
membasahi pipinya.
Akibatnya Hu Yong siancu dan si naga sakti pembalik
sungai tak bisa membendung pula kesedihan yang
mencekam perasaan mereka, sepasang mata mereka pun
turut berkaca kaca.
Lama kemudian, si naga sakti pembalik sungai baru
dapat menghibur sambil manggut-manggut.
"Tak usah kuatir Adik Thi gou, Cia locian-pwe adalah
seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian silat
sangat tangguh, belum ada manusia di dalam dunia ini yang
mampu menandingi dia orang tua.."
http://kangzusi.com/
Siau thi gou agak tidak percaya, mendengar ucapan itu
dia segera membantah.
"Kalau memang begitu, kenapa suhu belum juga
kembali?"
Hu yong siancu ada maksud untuk menghibur Siau thi
gou, dia segera menyela:
"Thi gou, biarpun jejak Cia locianpwe masih belum jelas
hingga kini, namun kami sudah memastikan bahwa dia
terkurung di bukit Wan san.."
"Apa? Terkurung dibukit Wan san?" tanya Lan See giok
dengan paras muka berubah.
Si naga sakti pembalik sungai manggut-manggut:
"Yaa, inilah hasil kesimpulan yang berhasil kami tarik
berdasarkan kata-kata yang diucapkan To Seng-cu Cia
locianpwe sebelum berangkat tempo hari, benarkah dia
tersekap di bukit Wan san, hal ini belum bisa dipastikan
seratus persen."
"Apa yang dikatakan suhu sebelum berangkat?" tanya
Lan See giok dan Si Cay-soat hampir bersamaan waktunya.
"Sebelum berangkat Cia locianpwe telah berkata
kepadaku bahwa kali ini Lam hay lo-koay telah mewakili
Wan san-popo mengundang dirinya untuk berkunjung ke
bukit Wan-san sambil membicarakan rencana mereka untuk
menyatukan segenap perguruan dan partai silat yang ada di
dunia ini, bila Cia Locianpwe tidak datang dan kemudian
terjadi peristiwa besar dalam dunia persilatan maka Cia
locianpwe tidak diperkenankan untuk turut
mencampurinya.
"Dengan tekad hendak melenyapkan semua bencana dari
muka bumi akhirnya berangkat lah Cia locianpwe menuju
http://kangzusi.com/
bukit Wan-san untuk turut menghadiri pertemuan puncak
yang kali ini diselenggarakan Wan san popo sebab Lam-
hay-lokoay dan Su-to cinjin telah berada ditempat
kediaman Wan San-popo, maka tidak mungkin Cia
locianpwe pergi ke Hay-lam.
"Berdasarkan hal inilah Han lihiap dan aku segera
menyimpulkan bahwa Cia locianpwe telah disekap di bukit
Wan san atau dikarenakan pelbagai alasan, ia tak bisa
meninggalkan tempat tersebut untuk sementara waktu."
Lan See giok berusaha keras untuk mengendalikan
amarah yang berkobar di dalam dadanya, kemudian
bertanya lagi dengan tenang.
"Thio loko, kali ini kau buru-buru pergi ke Hoa san
untuk menjumpai siaute, apakah maksudmu hendak
memberitahukan kepada siaute tentang berita ini?"
Si naga sakti pembalik sungai sudah dapat menangkap
hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Lan See
giok, maka dia segera menggeleng sambil menjelaskan.
Semua perbuatan yang kulakukan hampir semuanya
menurut pesan yang ditinggalkan Cia locianpwe.
sesungguhnya kedatanganku ke Hoa san tempo hari adalah
hendak berpesan kepada saudara cilik agar turun gunung
dan mulai mencari pembunuh ayah mu, bila urusan telah
selesai kau diminta pergi ke wan san untuk bersama Cia
Locian-pwe memecahkan pelbagai masalah lain"
Dengan kening berkerut dan amarah membara Lan See
giok segera berkata.
"Siaute telah berhasil menyelidiki bahwa pembunuh
ayahku adalah Oh Tin-san, dan kebetulan sekali diapun
berada dibukit Wan san, membalas dendam bagi kematian
ayahku. Menolong guru dari kesulitan, agaknya kedua hal
http://kangzusi.com/
tersebut dapat kita laksanakan bersama sama, menurut
Siaute masalah ini tak bisa ditunda tunda lagi, kita harus
berangkat secepatnya"
Si naga sakti pembalik sungai cukup mengetahui
bagaimanakah perasaan Lan See giok saat ini, maka diapun
mengangguk:.
"Ucapan saudara cilik memang benar, kita harus
berangkat secepatnya. tapi aku sudah pernah berangkat ke
bukit Wan san dan diam-diam melakukan penyelidikan di
situ tatkala kembali dari bukit Hoa san setengah tahun
berselang.”
Berkilat sepasang mata Lan See giok setelah mendengar
ucapan tersebut, dengan wajah terkejut bercampur girang
segera timbrungnya:
"Apakah kau berhasil mendapat kabar tentang suhu?"
Dengan wajah serba susah si naga sakti pembalik sungai
menerangkan:
"Wan san terletak ditengah samudra yang dikelilingi dua
ratus empat puluhan pulau kecil, bukan hanya begitu,
ombak samudra amat besar dan mengerikan, kepulauan itu
pun berderet-deret, ada yang lebat dengan pepohonan. ada
pula yang gersang tak nampak tumbuhan apapun, ada pula
yang tenggelam disaat air pasang dan muncul kembali
disaat surut, keadaannya berbahaya dan amat rumit, sudah
beberapa bulan lamanya aku melakukan pemeriksaan
namun akhirnya tanpa hasil .."
Timbul kembali kegelisahan dalam hati Lan See giok
setelah mendengar ucapan ini, tanpa terasa dia menyela:
"Menurut pendapatmu itu, bagaimanakah kita mesti
berbuat? Apakah tahu sukar dan kemudian mengundurkan
diri.."
http://kangzusi.com/
"Ooooh, tentu saja kita harus pergi, biar gunung golok
kuali berminyak mendidih pun tetap akan kita datangi,
untuk membunuh Oh Tin san dan menolong Cia
locianpwe, kita harus bertindak tanpa memperhitungkan
bagaimanakah resikonya . . . ."
Berbicara sampai disini, dia memandang sekejap ke arah
Lan See giok dengan tenang, kemudian sambungnya:
"Cuma saja, kita harus mempunyai suatu rencana yang
cermat dan matang, dengan demikian kita baru punya
harapan untuk berhasil di dalam perjalanan kali ini. . ."
"Engkoh tua, rencana apakah yang kau miliki? Ayo cepat
diarahkan keluar. . ." seru Si Cay soat tidak sabar.
Dengan pandangan hangat si naga sakti pembalik sungai
memandang sekejap ke arah Si Cay soat, kemudian
sambungnya:
"Sudah beberapa kali aku dan Han lihiap merundingkan
persoalan ini, menurut pen-dapat kami, jika kita hanya
mengandalkan kekuatan beberapa orang saja untuk mencari
letak pulau tersebut, akhirnya pasti akan mengalami nasib
seperti usahaku dulu, gagal total, Sebaiknya bila dibagi
menjadi beberapa kelompok, dengan kemampuan Lam hay
lo koay dan Si to cinjin di tempat kediaman Wan san popo,
andaikata bertemu dengan mereka, selain engkoh Giok mu
seorang, yang lainnya sudah pasti bukan tandingan mereka.
. ."
Mendadak berkilat sepasang mata Lan See giok,
teriaknya keras-keras.
"Engkoh Thio, aku punya akal!"
Teriakan yang sangat tiba-tiba itu segera membuat
ruangan tersebut dicekam keheningan, semua sorot mata
orang sama-sama ditujukan kearah anak muda tersebut.
http://kangzusi.com/
Dengan keyakinan yang sudah mantap, si naga sakti
pembalik sungai bertanya:
"Kau mempunyai akal apa? Tak ada salahnya bila
saudara cilik kemukakan disini agar engkoh tua dan Han
lihiap bisa turut mengetahuinya .”
Dengan wajah gembira Lan See giok segera berkata.
"Berbicara soal kekuatan yang dimiliki Wi lim poo saat
ini, mereka mempunyai ratusan buah kapal perang dan
anggota sebanyak dua ribuan lebih, asal kita mengerahkan
segenap kekuatan untuk berangkat ke bukit Wan-san, satu
diantaranya pasti akan berhasil menemukan letak pulau
tersebut.
Di samping itu kita dapat menyebarkan perhatian dari
Wan-san popo, dengan kemampuan yang ada, hasil yang
bakal diperoleh tentu akan lebih besar malahan bisa jadi
sebelum kapal-kapal kita mengurung pulau Wan-san, Oh
Tin-san suami istri sudah terpancing keluar lebih dulu"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu Siau cian, Cay
soat dan Oh Li cu sama-sama berteriak tanda setuju.
Si naga sakti pembalik sungai memandang sekejap
kearah Hu-yong siancu sambil tertawa misterius, kemudian
baru menyahut:
"Ternyata apa yang dikatakan saudara cilik sekarang
persis seperti hasil perundinganku dengan Han lihiap."
Kemudian ia berhenti sejenak sambil melirik kearah Oh
Li cu, lalu terusnya.
"Cuma hal ini tergantung pada persetujuan nona Oh,
apakah ia setuju atau tidak."
Oh Li-cu segera tersenyum.
http://kangzusi.com/
"Boanpwe tidak mempunyai kemampuan apa-apa, sebab
kekuasaan tertinggi di dalam benteng Wi lim poo saat ini
berada ditangan adik Giok, segala sesuatunya tergantung
pada perintahnya sedang boanpwe hanya akan turut
perintah saja "
Ucapan ini begitu diutarakan, semua orang sama-sama
dibikin tertegun, agaknya mereka tidak menyangka kalau
Oh Li cu bisa tanpa kekuasaan semacam ini.
Menyaksikan mimik wajah yang diperlihatkan semua
orang, Oh Li cu kembali tertawa sambil melanjutkan:
"Adik Giok mempunyai wibawa dan simpatik yang
sangat mendalam di benteng Wi lim poo, seperti sambutan
yang diberikan segenap anggota benteng kemarin, tentunya
bibi serta adik berdua telah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri hingga tak usah boanpwe tuturkan lagi, asal
adik Giok menurunkan perintahnya sekarang, niscaya
segenap anggota benteng akan melakukan perintah tersebut
dengan segera, dalam hal ini boanpwe berani menjamin."
Hu yong siancu berkerut kening, dengan perasaan kuatir
katanya tiba-tiba:
"Yang kita kuatirkan sekarang justru ulah dari Be Siong
pak, siapa tahu dia bermain gila secara diam-diam?"
Siau cian segera tertawa cekikikan sambil menyela:
"Saat ini, mungkin jenasah Be Siong pak sudah lama
menjadi kaku .."
Begitu ucapan mana diutarakan, selain Lan See giok dan
Oh Li cu, semuanya sama-sama berseru kaget dengan
wajah berubah:
"Kenapa?" Hu yong siancu segera bertanya dengan
wajah tidak mengerti.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tersenyum, secara ringkas ia lantas
menceritakan kisah yang dialami Lan see giok sekalian
pada malam itu .
Sewaktu selesai mendengar kisah mana, si naga sakti
pembalik sungai segera menepuk pahanya sambil berseru
dengan gembira:
"Bagus sekali kalau begitu, besok, kita bisa segera
berangkat, dengan melewati sungai tiangkang, melalui Kim-
leng, Go-siong langsung menuju samudra dan mencapai
pulau Wan-san"
Tiba-tiba Hu yong siancu menyela sambil tersenyum.
"Kalau toh kita sudah mengambil keputusan untuk
berbuat demikian, aku rasa kita tak perlu terburu napsu lagi,
yang pertama kita mesti lakukan adalah membuat para
komandan dan anggota Wi lim poo tahu bahwa mereka
hendak melakukan perjalanan jauh, kemudian mereka
harus mempersiapkan pula kebutuhan bagi ratusan buah
kapal perang tersebut dalam melakukan perjalanan jauh.
aku rasa untuk kedua hal ini kita memerlukan waktu cukup
lama. di samping itu kita sendiri toh mesti mempunyai
persiapan juga, sebab di dalam perjalanan menuju ke Wan-
san kali ini. meski hanya membutuhkan waktu setengah
bulan, tapi siapapun tak bisa memastikan kalau kita tak
akan mengunjungi Hay lam."
Tidak sampai Hu yong siancu menyelesaikan kata-
katanya, dengan wajah memerah si naga sakti pembalik
sungai telah mengangguk berulang kali.
"Benar, benar sekali, kalau begitu kita laksanakan sesuai
dengan perkataan Han lihiap tadi, tapi kita harus
menggunakan alasan apa untuk menggerakkan kapal-kapal
perang dari benteng Wi lim-poo tersebut?"
http://kangzusi.com/
"Apakah Thio locianpwe akan turut serta di dalam
perjalanan kali ini?" tiba-tiba Oh Li-cu menyela:
"Tentu saja harus ikut." sela Lan See giok.
"Kalau begitu, jika kita tidak mempunyai sebuah alasan
yang cocok dan bisa diterima dengan akal sehat, niscaya
perbuatan kita ini akan menimbulkan kecurigaan dari para
komandan kapal perang Wi-lim-poo!"
"Ucapan nona memang benar" Si naga sakti pembalik
sungai segera manggut manggut dengan kening berkerut.
Oh Li-cu tertawa hambar.
"Harap Thio locianpwe jangan menyebutku dengan
nama margaku yang sebenarnya, sebab dengan panggilan
tersebut, tentu akan mudah memancing kecurigaan orang-
orang Wi lim-poo"
"Baik, baiklah" sahut naga sakti pembalik sungai sambil
mengangguk berulang kali. "aku memang sudah makin tua,
sehingga kian tua kian bertambah pikun saja,"
Oleh ucapan tersebut, semua orang segera tertawa geli.
Hu yong siancu segera mengulapkan tangan nya
mencegah semua orang tertawa lebih lanjut, setelah itu
katanya dengan serius:
"Biarpun aku dan Thio lo enghiong berhasil memikirkan
cara tersebut, namun kami selalu merasa bahwa cara
tersebut kurang begitu terbuka dan jujur. . ."
"Untuk menghadapi kawanan manusia yang licik busuk
dan berbahaya semacam itu, buat apa kita mesti
membicarakan soal jujur, atau tidak apalagi Oh Tin san
adalah musuh besar pembunuh ayahku. Dengan cara
apapun aku bertekad membinasakan dirinya"."
http://kangzusi.com/
"Anak Giok" ujar Hu yong siancu dengan sungguh-
sungguh. "biarpun orang lain licin dan banyak tipu
muslihatnya. Namun jangan mengurangi kejujuran dan
kelurusan kita di dalam bertindak, apalagi kitapun harus
memikirkan pertanggungan jawab kita terhadap
keselamatan segenap anggota Wi- lim-poo yang kita ajak
berangkat bersama-sama itu. . ."
Merah dadu selembar wajah Lan See-giok, namun ia
sadar bahwa perkataan itu memang benar, karenanya
diapun membisu di dalam seribu bahasa, terdengar Hu-
yong siancu berkata lebih jauh.
"Sekarang sudah ada kenyataan bahwa Be Siong-pak
hendak menyelidiki gedung kediaman bagian dalam, apa
salahnya jika kita manfaatkan kesempatan ini untuk
membongkar rahasia kematian dari Phoa yang ong Kian
pocu dimasa lampau? Kita dapat beralasan hendak
menangkap pembunuh keji itu di Wan-san, bahkan
kemudian setelah persoalan itu kita bisa mengajak para
komandan bersama-sama melakukan pembuktian di dalam
kamar rahasia tersebut aku yakin segenap anggota Wi lim-
poo pasti bisa kita tundukkan."
Mendengar sampai di situ, si naga sakti pembalik sungai
yang pertama-tama bertepuk tangan lebih dulu tanda setuju,
menyusul kemudian Lan See-giok sekalian juga manggut
manggut sambil memuji:
"Kalau memang begitu, kita boleh mulai bekerja
sekarang" kata naga sakti pembalik sungai kemudian
dengan gembira.
Hu yong siancu segera berpaling kearah Lan See giok
dan Oh Li cu, kemudian tanyanya:
"Apakah kalian sudah mengirim kapal besar datang
kemari?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok memandang kearah matahari yang
ditengah angkasa. kemudian menyahut:
"Yaa, aku mengirim sebuah kapal kemari, mungkin saat
ini sudah tiba disini."
"Langkah pertama kita harus mengangkut kuda-kuda itu
pulang ke benteng!" kata Hu yong siancu kemudian.
"kedua, nona Oh harus mengatur kedua orang dayang agar
pulang menyampaikan perintah kepada komandan kapal
agar besok pagi berangkat, di samping itu menyebar luaskan
tentang sebab-sebab kematian Phoa yang ong si pocu di
masa lalu kemudian secara diam-diam sebarkan pula kabar
yang mengatakan kemungkinan besar Oh Tin san suami
istri akan terbunuh di luar lautan. usahakan agar anggota
benteng mengetahui tentang berita ini.."
Setelah berhenti sejenak, ia baru memandang sekejap
semua orang yang hadir dan menambahkan:
"Sekarang secara terpisah kita lakukan persiapan untuk
memenuhi barang-barang yang dibutuhkan, besok tengah
hari kita naik perahu dari sini dan bersama-sama kembali ke
benteng Wi lim poo."
Baru selesai dia berkata, dua orang pelayan telah muncul
menyiapkan makan siang.
Dengan gembira si naga sakti pembalik sungai segera
berseru.
"Mari kita bersantap dulu, selesai bersantap kita baru
melaksanakan tugas masing-masing"."
Dalam kesempatan itu Hu yong siancu berpaling kearah
Oh Li-cu dan berpesan:
http://kangzusi.com/
"Nona Oh, malam nanti kau bersama anak Cian dan
anak Giok boleh menginap di tempatku sana, sebab aku
masih ada urusan dan malam ini tak dapat kembali .."
Belum habis ia berkata, Thi gou telah berteriak dengan
marah.
"Tidak, tidak. malam ini semua orang tak boleh tidur
bersama engkoh Giok, aku si Thi gou yang akan tidur
bersama engkoh Giok.."
Atas teriakan ini, si naga sakti pembalik sungai segera
tertawa terbahak-bahak kegelian.
Sedangkan Si Cay soat dengan kening berkerut segera
mengomel:
"Thi gou, siapa sih yang menyuruh kau mengaco belo
tidak karuan ..?"
Sebaliknya paras muka Siau cian dan Oh Li cu berubah
menjadi merah padam, mereka tertunduk malu meski
matanya sempat memandang sekejap ke arah Lan See giok
yang berdiri jengah pula di situ.
ooo0dw0ooo

BAB 30
HU YONG SIANCU sendiri hanya tersenyum sambil
membungkam diri, agaknya dia merasa tidak mampu untuk
memberi penjelasan kepada Siau thi gou yang polos tapi
menyenangkan ini.
Dari mimik muka semua orang, Siau thi gou menyadari
kalau dia sudah salah berbicara, tak heran kalau enci
Soatnya mengumpat dan menegurnya.
http://kangzusi.com/
"Siau thi gou" kata si naga sakti pembalik sungai
kemudian dengan gembira, "di kemudian hari, bila kau
tetap bersikeras demikian, pokoknya kau pasti akan
disediakan makanan-makanan yang lezat.." sambil berkata
sekali lagi ia tertawa tergelak.
Merah dadu selembar wajah Si Cay soat, kontan saja ia
mengomel: "Thio loko. jenggotmu saja sudah memutih
semua. Tapi sifatmu masih saja seperti adik Gou."
Hu yong siancu tertawa, selanya kemudian: "Kalau
memang begitu biarlah Thi gou dan anak Giok tidur di
rumahku sedang nona Oh tinggal dirumah kediaman Thio
lo enghiong."
"Bibi, anak Cu masih harus menengok enci ku Be Cui
peng.." sela Oh Li cu segera, baru sekarang Hu yong siancu
teringat kembali akan Tok Nio-cu, maka diapun bertanya
dengan cemas.
"Saat ini Gui hujin berada dimana?"
"Dia berdiam di sebuah rumah nelayan dalam dusun
ini."
"Kalau begitu cepat kau undang dia ke mari" seru naga
sakti pembalik sungai dengan cepat.
Tapi Oh Li cu segera menggeleng, katanya sambil
tersenyum:
"Tidak usah, biar kita bersua kembali besok pagi diatas
perahu saja."
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai tahu
kalau diantara mereka kakak beradik pasti masih ada
persoalan pribadi yang hendak dibicarakan, karena itu
merekapun tidak kukuh dengan pendirian "Enci Cu, tolong
titip salam buat enci Peng, katakan kepadanya bahwa hari
http://kangzusi.com/
ini siaute belum berkesempatan untuk pergi menengok nya"
kata Lan See giok pula sambi1 tertawa.
Oh Li-cu tertawa penuh rasa terima kasih sambil
mengangguk, setelah berpamitan kepada semua orang. ia
berangkat lebih dulu.
Kemudian Hu yong siancu juga memberi pesan-pesan
kepada Siau cian.
Tatkala Lan See giok dan siau cian, berpamitan dengan
Hu yong siancu serta naga sakti pembalik sungai, tiba-tiba
Siau thi gou mengurungkan niatnya untuk pergi bersama
pemuda itu.
Melihat hal ini. Naga sakti pembalik sungai segera
tertawa terbahak-bahak, teriaknya dengan gembira.
"Haaahh.. haaahhh.. haaahhh.. Thi gou memang tepat
sekali bila kau berada disini saja, nah pergilah untuk
mencari Sam keng untuk bermain bola dengan mereka"
Siau thi gou bersorak gembira dan segera berlarian keluar
dari ruangan.
Lan See giok dan Siau cian tahu sudah pasti Si Cay soat
yang secara diam-diam menghalangi niat Siau thi gou
tersebut, kalau tidak, tak mungkin Siau Thi gou akan
berubah pendirian ditengah jalan.
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia memandang
sekejap ke arah Si Cay soat sambil tertawa penuh rasa
terima kasih.
Setelah keluar dari halaman rumah, untuk menghindari
perhatian orang maka kedua orang itu menempuh
perjalanannya dengan menelusuri jalan setapak dibelakang
dusun,
http://kangzusi.com/
Waktu itu matahari sedang bersinar cerah ditengah
angkasa. langit cerah dan angin berhembus sepoi-sepoi.
Lan See giok dan Siau cian menelusuri jalan yang
dikelilingi pemandangan alam indah, perasaan mereka
terasa lebih lapang dan gembira.
Tak sampai satu jam kemudian, sampailah mereka di
dusun nelayan yang lain, ketika Siau cian membuka kunci
pintu dan masuk ke dalam halaman, ditemukan rumahnya
berada dalam keadaan bersih dan tak ada sedikit debupun
yang menempel di situ, dia tahu tentu ibunya sudah pulang
lebih dulu untuk membereskan rumahnya.
Bagi Lan See giok, kali ini merupakan kesempatan yang
pertama baginya dapat bersama-sama enci Ciannya tanpa
diganggu oleh kehadiran pihak ketiga, sudah lama dia
impikan kesempatan seperti apa yang dialaminya hari ini.
Siau cian pergi menyiapkan air teh, lalu berdua duduk di
ruang dalam sambil berpandangan tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.
Siau cian yang dipandang sedemikian rupa oleh pemuda
itu kontan saja merasakan hatinya berdebar dan
perasaannya tidak tenang.
Dia tak tahu mengapa bisa begitu, semakin tenang-
tenang suasananya dia merasa hatinya semakin gugup.
Maka nona itupun bangkit berdiri dan berjalan mondar
mandir dalam ruangan dengan perasaan gelisah yang tak
terlukiskan dengan kata-kata mencekam benaknya, apa
yang digelisahkan? Ia sendiri pun tak mampu
mengutarakannya keluar.
Lan See giok yang menyaksikan keadaan tersebut
menjadi amat keheranan, dengan kening berkerut tegurnya
kemudian:
http://kangzusi.com/
"Enci Cian, apakah kau sedang memikirkan bibi?"
Tergerak perasaan Siau cian, ia segera berhenti dan
manggut-manggut, sahutnya:
"Yaa, entah sampai kapan ibu baru akan kembali?" .
Ia duduk di depan pembaringan dan meneguk air teh
dengan perasaan tak tenang.
Lan See giok segera teringat akan sesuatu, cepat-cepat
dia bertanya:
"Enci Cian, sebenarnya bibi kemana sih?"
"Setiap satu dua bulan sekali, ibu tentu akan pergi ke
Kwan im an di Khu leng."
Dengan perasaan terkejut agak berubah wajah Lan See
giok, ia bertanya lagi.
"Bukankah kuil Kwan im an merupakan tempat tinggal
kaum rahib.?"
"Benar.." Siau cian mengangguk sedih, "Pemimpin kuil
itu merupakan seorang nikou kenalan ibu semasa masih
berkelana di dalam dunia persilatan dulu."
Sebelum Siau cian menyelesaikan kata katanya, dengan
kening berkerut Lan See giok segera bangkit berdiri.
Menjumpai hal tersebut, dengan perasaan terkejut
bercampur gelisah Siau cian, segera menegur:
"Adik Giok, mau apa kau?"
"Hmm, aku hendak memperingatkan nikou tersebut, jika
ia berani membujuk bibi memasuki kuil tersebut, akan
kubakar Lam hay toa si Kwan im an itu sampai rata dengan
tanah.."
Kontan saja Siau cian tertawa cekikikan.
http://kangzusi.com/
"Coba kau lihat tampangmu yang gelisah itu, biarpun
pengalaman ibu selama ini tidak menguntungkan dan selalu
menderita, toh dia masih mempunyai anak, sebelum
harapannya terkabul, masa dia akan menjadi nikou?"
Tergerak hati Lan See giok mendengar ucapan itu, dia
segera teringat kembali dengan pengalaman bibinya yang
masih menjadi tanda tanya baginya.
Maka dengan wajah lebih tenang ia duduk kembali di
tempat semula, kemudian dengan nada mendatar ia
bertanya:
"Enci Cian, mengapa sih bibi begitu benci dengan Pek
Im hong dari Lim lo pah tersebut?"
Terbayang kembali pengalaman tragis yang dialami
ibunya. segera timbul perasaan murung dan pedih dalam
hati Siau cian, perasaan tak tenang yang semula mencekam
perasaannya kini turut lenyap pula tak berbekas.
Dengan kening berkerut dan pandangan sedih dia
memandang sekejap ke arah pemuda itu, bukan menjawab
dia justru balik bertanya:
"Apakah kau mengetahui tentang pengalaman sedih
yang dialami ibu sepanjang hidupnya?"
Lan See giok tidak leluasa untuk mengatakan tak tahu,
maka sahutnya kemudian:
"Sewaktu masih kecil dulu, aku sering kali mendengar
ibuku membicarakan tentang persoalan ini, cuma saja aku
sudah tak dapat mengingatnya kembali.."
Agaknya Siau cian mengetahui dengan jelas sampai
dimanakah hubungan antara ibunya dengan orang tua Lan
See giok, maka dengan perasaan tak paham ia bertanya:
"Apa cerita ibumu dulu. . ."
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak menyangka Siau cian akan bertanya
demikian tapi ia segera berpikir lain, jawabnya segera:
"Sebelum meninggal ibuku berpesan agar aku jangan
melupakan bibi Wan!"
Siau cian segera menghela napas sedih:
"Aaai.. semasa masih gadis dulu, nama ibu sudah
termasyhur di seantero dunia persilatan, tatkala mencapai
usia sembilan belas tahun ia telah bertemu dengan seorang
pemuda tampan yang mempergunakan sema-cam senjata
berbentuk aneh, orang itu adalah Gurdi emas peluru perak
paman Lan yang namanya menggetarkan seluruh dunia
persilatan."
"Ibu dan paman Lan merasa jatuh hati dalam pandangan
pertama, ditambah pula mereka punya urusan untuk
bersama-sama pergi ke Ciong-lay-san, maka hubungan yang
makin erat menumbuhkan benih cinta, kemudian ibu
mengetahui bahwa paman Lan sesungguhnya sudah
menjalin cinta yang mendalam dengan Ki lu lihiap Ong yan
hoa jauh sebelum mereka berdua saling berkenalan."
"Mungkin ibu beranggapan bahwa ia tak pantas merebut
kekasih orang lain, tapi menurut ibu sebenarnya ia kuatir
paman Lan tak akan memperoleh kebahagian di kemudian
hari, maka diapun memutuskan untuk meninggalkan
paman Lan.."
Tergerak perasaan Lan See giok setelah mendengar
sampai di situ, tiba-tiba dia menimbrung:
"Enci Cian, menurut pendapatmu bagaimanakah
keputusan bibi waktu itu? Apakah tindakan yang
diambilnya itu benar?"
http://kangzusi.com/
Siau cian memandang sekejap kearah Lan See giok
dengan pandangan cinta, kemudian sambil tertawa paksa
dia menggeleng:
"Aku tidak tahu, aku hanya mengetahui bahwa sejak ibu
dan ayah kawin, hatinya selalu menderita."
"Enci Cian, maafkan kegegabahanku, sebenarnya siaute
ingin sekali mengetahui alasan bibi sampai kawin dengan
ayahmu Ciu ki san.."
Senyuman yang semula menghiasi wajah Siau cian
seketika hilang lenyap tak berbekas, katanya kemudian
dengan sedih:
"Membicarakan persoalan ini, sebenarnya hal tersebut
akan melukai perasaan hatiku, namun akupun mempunyai
hal-hal yang pantas dibanggakan, yaitu sejak ibu kawin
dengan ayah, ia memang seorang istri yang setia, betul
bahwa ibu seringkali bertemu dengan paman Lan semenjak
kematian ayahku, namun aku tahu ibu selalu menjaga
kesucian tubuhnya.."
Tiba-tiba Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras,
bibirnya bergetar tanpa terasa, namun ia toh merasa kurang
leluasa untuk bertanya kepada gadis itu darimana ia bisa
tahu?
Tampaknya Siau cian dapat meraba suara hati si anak
muda tersebut, ia segera menjelaskan:
"Pada mulanya, setiap kali ibu pergi keluar dia selalu
kembali dengan cepat, tapi lambat laun ia baru pulang
menjelang tengah malam, waktu itu aku merasa amat
menderita dan marah, ada suatu waktu aku sengaja
menguntit Ibu secara diam-diam, ingin kulihat sebenarnya
rahasia apakah yang dia miliki.."
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See giok mencemaskan ayah dan
bibinya, dengan penuh perhatian ia bertanya:
"Tentunya bibi telah pergi ke kuil Kwan im an bukan?"
"Tidak" Siau cian menggeleng, "Ibu memasuki hutan
yang lebat itu dan menuju ke suatu tempat yang sangat
gelap, dari situlah melayang turun seorang lelaki setengah
umur berdandan sastrawan, dia mempunyai wajah yang
tampan dengan sedikit kumis, meski rambutnya mulai
berubah, namun tidak menutupi ketampanan nya semasa
masih muda dulu.."
"Dia.. dia adalah ayahku!" ucap See giok emosi.
Siau cian mengangguk, lanjutnya:
"Waktu itu aku sangat gusar, kalau bisa ingin kubunuh
sastrawan tampan itu, di samping akupun sangat membenci
ibu, aku tidak merasakan lagi kelembutan ibuku.
"Ibuku memanggil ayahmu sebagai engkoh Khong tay,
sedang ayahmu menyebut adik Sin kepada ibuku, pada
waktu itu aku dapat melihat dengan jelas dari mimik wajah
mereka, betapa tulus dan lurusnya sikap mereka, tak
ubahnya seperti saudara kandung sendiri.."
"Yaa, benar." sela Lan See giok dengan perasaan haru,
"ketika ayah memerintahkan siaute mengirim kotak kecil
tersebut kemari, berulang kali ayah berpesan kepadaku
bahwa bibi adalah orang yang paling dikaguminya,
meskipun dia bukan bibi kandungku, namun ayah
memerintahkan kepadaku agar selalu menganggapnya
sebagai bibi kandung sepanjang masa."
Siau cian memandang sekejap ke arah pemuda itu
dengan perasaan berterima kasih, lalu terusnya:
http://kangzusi.com/
"Apa yang mereka bicarakan sebenarnya tak sempat
kudengar dengan jelas, hanya setelah pulang ke rumah, aku
ribut dengan ibuku, dan saat itulah dengan air mata
berlinang ibu baru memberitahukan kepadaku bahwa
sebenarnya dia tidak sepantasnya kawin dengan ayahku Ciu
Ki san.
"Ayahku berasal dari keluarga pembesar dan muak
dengan suasana pemerintahan waktu itu sehingga akhirnya
dia pergi ke bukit Kun-lun dan belajar silat di situ, dalam
suatu kesempatan ia telah menyelamatkan ibu dari suatu
musibah.."
"Kepandaian silat yang dimiliki bibi sangat hebat, waktu
itu jarang ada yang mampu menandinginya.." kata See giok
dengan perasaan tidak mengerti.
Sebelum pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, Siau
cian telah menjelaskan:
"Masalahnya bukan soal kemampuan yang hebat atau
bukan, ketika ibu sedang menginap di sebuah rumah
penginapan, Pek Im hong si bajingan laknat itu telah
mencampurkan bubuk pembingung sukma di dalam
hidangan yang dipesan ibu, akibatnya dalam keadaan tak
sadar ibu dibawa oleh manusia laknat itu ke dalam sebuah
kuil, ketika ibu mendusin ia mendengar ada suara
pertempuran sedang berlangsung di halaman kuil dan
kedengaran pula jeritan-jeritan ngeri, sedang ibu sendiri
menjadi malu sampai merah padam mukanya setelah
mengetahui keadaan sendiri yang terikat di atas kursi
wanita Cantik .." .
Biarpun Lan See giok merasa gusar, tak urung ia
bertanya juga "Apa sih yang di namakan kursi wanita cantik
itu?"
http://kangzusi.com/
Setelah mengungkap soal "Kursi wanita Cantik",
sebenarnya Siau cian merasa agak menyesal, apalagi setelah
mendengar pertanyaan tersebut ia menjadi tersipu-sipu
dibuatnya, dengan perasaan malu bercampur mendongkol
segera serunya:
"Siapa yang tahu benda apakah itu, kau ini bagaimana
sih? masa bertanya sampai ke dasar-dasarnya?"
Dari sikap si nona yang tersipu-sipu dan mengomel, Lan
See giok segera sadar kalau "kursi wanita cantik" tentu
termasuk sebuah benda yang tak baik, maka buru-buru dia
mengiakan sambil bertanya lebih jauh:
"Bagaimana akhirnya?"
Siau cian tertawa jengah dan melanjutkan:
"Pada saat itulah dari belakang jendela melayang masuk
sesosok bayangan manusia, orang itu adalah seorang
pendekar setengah umur yang berwajah gagah dan lurus, ia
segera menolong ibu, bahkan mencarikan pakaian serta
senjata ibu."
"Atas peristiwa ini, semua pendeta cabul yang berada di
dalam kuil itu dibantai ibu sampai punah, hanya seorang
yang berhasil kabur yakni Pek In hong si manusia jadah itu,
untuk mencari jejak si manusia jadah ini ibu sudah
mengarungi samudra menelusuri ujung jagad untuk
menemukannya, sungguh tak nyana akhirnya berhasil
ditemukan dalam kapal perangnya Lim lo pah."
Ketika berbicara sampai di situ, nona tersebut menatap
sang pemuda lekat-lekat, kemudian tanyanya lagi:
"Tahukah kau, siapakah pendekar setengah umur yang
berwajah gagah ini?"
http://kangzusi.com/
"Aku tahu, dia adalah empek Ciu!" buru-buru pemuda
itu menyahut dengan cepat.
Siau cian menghela napas sedih:
"Sungguh tak disangka ketika aku berusia tiga tahun,
ayah jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.."
Menyaksikan kepedihan yang menyelimuti wajah Siau cian
waktu itu, meski Lan See giok ingin bertanya lebih jauh,
namun untuk menghindari nona itu dicekam kepedihan ia
tak berani bertanya lebih jauh.
Kedua orang itu termenung dan saling membungkam,
lama kemudian Siau cian baru menengok keluar jendela
dan bangkit berdiri seraya berkata:
"Aaah.. aku harus menanak nasi dulu."
Maka bersama sang pemuda, mereka masuk ke dapur
untuk mempersiapkan hidangan, kesibukan membuat
perasaan mereka berdua menjadi cerah kembali.
Ketika bersantap kemudian, suasanapun telah pulih
kembali seperti sedia kala, ada suara tertawa ada pula suara
gurauan.
Ketika selesai bersantap malam, malampun sudah tiba,
suasana mulai diliputi kegelapan, Lan See giok segera
mengunci pintu rumah, sedang Siau cian menyulut lilin.
Dalam suasana begini, tanpa terasa kedua orang itu
saling berpandangan sekejap, sedang dalam hati kecil
mereka tumbuh suatu perasaan gembira yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Perasaan demikian ini belum pernah mereka berdua
alami sebelumnya.
Siau cian merasakan hatinya berdebar dan pipinya
memerah..
http://kangzusi.com/
Begitu pula dengan Lan See giok, dia merasakan pipinya
memerah dan detak jantungnya semakin bertambah cepat ..
Siau cian tak berani memperhatikan pandangan mata
adik Gioknya yang memukau hati itu lagi, ia tertunduk
malu dan sambil membawa lilin berjalan masuk ke dalam
kamar tidur sendiri.
Diam-diam gadis itu agak terkejut juga melihat sang
pemuda mengikuti dibelakangnya, ia benar-benar merasa
agak gugup dan baru kini ia betul-betul dapat merasakan
bahwa suasana begini mirip sekali dengan kamar pengantin
sepasang pengantin baru.
Ketika Lan See giok menyaksikan keadaan enci Cian-nya
yang bermuka merah, tersipu-sipu dan tak tahu apa yang
mesti dilakukan itu, mendadak timbul jiwa kelelakian di
dalam hatinya.
Wajahnya yang tampan seketika terasa memerah dan
panas, dengan senyum dikulum dia awasi gadis itu agak
termangu, agak tertegun.
Siau cian yang sudah gugup semakin bertambah tegang,
tersipu-sipu ia memandang wajah sang pemuda yang
memerah, kemudian pelan-pelan mundur ke belakang..
Namun di dalam keadaan begini, dia seolah-olah
menjadi seorang yang kehilangan ilmu silat, sepasang
kakinya terasa lemas tak berkekuatan, lututnya amat lemah
seakan-akan tertotok jalan darahnya .
Selangkah demi selangkah Lan See giok mendekati Siau
cian, senyuman hangat masih menghiasi bibirnya, sambil
mengawasi bibir si nona yang merah merekah, ia sambut
lilin merah itu dari tangannya.
http://kangzusi.com/
Perasaan tegang yang mencekam Siau cian mencapai
pada puncaknya, tiba-tiba ia bertanya dengan gugup dan
gelisah:
"Adik Giok .. mau.. mau apa kau?"
Lan See giok meletakkan lilin merah itu ke meja, lalu
berpaling sambil melemparkan senyuman misterius,
digenggamnya tangan si nona kemudian menariknya ke
arah pembaringan..
Siau cian semakin gelagapan, peluh telah bercucuran
membasahi tubuhnya, kembali dia berseru:
"Adik Giok.. tidak boleh.. tidak boleh berbuat begitu..
sebentar ibu akan kembali.."
Lan See giok tahu kalau encinya salah paham, tapi tiba-
tiba saja timbul akalnya untuk menakut-nakuti gadis
tersebut, maka ia segera berlagak tertawa nyaring:
"Haaaahhh.. haaaahh.. haaaahh.. bibi telah berpesan
kepada siaute .."
"Ibu berpesan apa kepadamu?" tukas Siau cian dengan
tubuh gemetar dan semakin gelagapan.
Sekali lagi Lan See giok tertawa misterius kemudian
bisiknya lirih:
"Bibi suruh siaute tak usah takut untuk.. untuk
menciummu .."
Selembar pipi Siau cian semakin memerah, tentu saja ia
tak percaya dengan ucapan pemuda itu.
Baru saja dia hendak mendorong pemuda itu, tahu-tahu
pinggangnya yang ramping telah dipeluk erat-erat oleh sang
pemuda.
http://kangzusi.com/
Dengan demikian, seluruh tubuhnya terjatuh ke dalam
pelukan Lan See giok kini.
Tak terlukiskan rasa kaget Siau cian, segera jeritnya:
"Jangan.. jangan.. adik Giok.."
Ketika Lan See giok memeluk si nona ke dalam
rangkulannya tadi, perasaan cinta yang terpendam dalam
hatinya selama ini kontan saja meledak, tindakan yang
semula dilakukan hanya bermaksud gurauan, sekarang
berubah menjadi tindakan yang benar-benar.
Bersamaan waktunya Siau cian berteriak tadi, Lan See
giok telah menggeserkan bibirnya dan mencium bibir si
nona yang kecil mungil dan merah menantang itu.
Siau cian merintih, semula dia agak mendongkol, tapi di
saat bibir sang pemuda telah menempel di atas bibirnya, ia
segera merasakan kenyamanan dan kehangatan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dia menjadi mabuk, ia pun menjadi tenang kembali,
dengan lembut dan penuh kepasrahan ia sambut ciuman
sang pemuda yang sebenarnya sangat dicintainya ini.
Sebetulnya Lan See giok sudah pernah mencium Si Cay
soat, tapi ketika ia mencium Ciu Siau cian saat ini,
perasaannya yang diterima ternyata jauh berbeda.
Ia dapat merasakan tubuh Siau cian gemetar keras,
jantungnya berdebar-debar dan wajahnya merah padam
seperti buah apel..
Mendadak..
Air mata yang terasa asin menyusup ke dalam bibir Lan
See giok, pemuda itu menjadi terperanjat dan segera
mendongakkan kepalanya, ia saksikan gadis itu masih
http://kangzusi.com/
memejamkan matanya, sementara air mata berlinang
membasahi pipinya.
Siau cian menubruk ke dalam pelukan pemuda itu
kemudian menangis tersedu.
"Enci Cian, maafkanlah aku.." buru-buru Lan See giok
minta maaf.
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan kata-
katanya, Siau Cian telah membenamkan kepalanya ke
dalam pelukan anak muda itu, kemudian sambil
menggeleng sahutnya jengah:
"Tidak.. aku kelewat gembira."
Kejut dan gembira menyelimuti perasaan Lan See giok,
ia memeluk tubuh si nona makin erat, bahkan serunya
penuh kegembiraan:
"Enci Cian, aku benar-benar kelewat gembira!"
Kembali mereka berdua saling berpelukan erat sambil
membaringkan diri di atas ranjang, mereka saling
mendengarkan detak jantung masing-masing, semua rasa
cinta dan kangen terlampiaskan di dalam pelukan itu.
Setelah melewati suasana hening beberapa saat lamanya,
mendadak Siau cian menghela napas panjang kemudian
berbisik dengan sedih:
"Sekarang, kita begini gembira, mungkin inilah
perlambang dari suatu ketidak baikan untuk kita berdua!"
Lan See giok segera berkerut kening dan melepaskan
pelukan gadis tersebut, kemudian tanyanya dengan tidak
mengerti:
"Mengapa enci Cian?"
http://kangzusi.com/
Dengan termangu-mangu Siau cian mengawasi lidah api
yang membara di sudut lilin, kemudian menggeleng tanpa
mengucapkan sepatah katapun jua.
Tergerak perasaan Lan See giok, kembali ia mendesak:
"Apakah kau teringat akan kepergian kita ke Wan san?"
Siau cian mengangguk sementara air mata nya kembali
jatuh bercucuran dengan deras.
Sekalipun Lan See giok telah membayangkan juga
pelbagai kesulitan yang bakal ditemuinya dalam perjalanan
menuju pulau Wan san, tapi demi dendam kesumat
kematian ayahnya, demi menyelamatkan gurunya dari
kesulitan seperti apa yang diucapkan si naga sakti pembalik
sungai, biar naik ke bukit golok atau terjun ke kuali minyak
mendidih, ia tak akan gentar.
Maka sambil membelai rambut si nona, ia berkata
lembut:
"Apakah kau menguatirkan tentang kehebatan Lam hay
lokoay dan Si to cinjin sekalian?"
Sekali lagi Siau cian mengangguk, dengan mulut
membungkam, Lan See giok tertawa paksa, segera
hiburnya:
"Dalam hal ini, siaute telah memikirkannya secara baik-
baik, apabila kemampuanku tak sanggup menandingi Hay
gwa sam koay (tiga manusia aneh dari luar lautan), tak
mungkin suhu menyuruh aku ke situ setahun setelah
kejadian.."
"Tapi ke tiga manusia aneh itu berkumpul semua di Wan
san!" keluh Siau cian sebelum anak muda itu menyelesaikan
kata-katanya.
Lan See giok segera menggeleng sambil tersenyum:
http://kangzusi.com/
"Berbicara soal kepandaian silat serta tingkat kedudukan
tiga manusia aneh dari luar lautan, mustahil mereka bertiga
akan bergabung untuk menghadapi seorang angkatan muda
seperti aku!"
"Sekalipun demikian, kau toh tak boleh begitu yakin"
omel Siau cian tidak senang hati, "andaikata mereka tak
melanggar aturan dan selalu menepati peraturan yang telah
ditentukan, mengapa para jago persilatan menyebut mereka
sebagai "tiga manusia aneh" dan bukannya menyebut Sam
hiap atau tiga pendekar?"
Lan See giok segera tertegun oleh ucapan ini, ia tak
mampu menjawab lagi.
Kembali Siau cian berkata:
"Gembong-gembong iblis tua itu hampir semuanya
berhati kejam, membunuh orang tanpa berkedip, tidak tahu
soal peraturan dan tidak mengenal perasaan, begitu ia tak
mampu menandingimu, tentu saja mereka tak akan
memperdulikan soal tingkat kedudukan atau nama besar
lagi." .
Dengan kening berkerut Lan See giok membungkam diri,
ia tahu dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang, tak
mungkin dia seorang diri mampu menandingi ke tiga
manusia aneh tersebut sekaligus, bilamana perlu dia harus
berusaha menghadapinya dengan akal.
Tiba-tiba.. berkilat sepasang matanya sambil mengamati
gadis itu, cepat-cepat serunya:
"Aaaah, enci Cian, aku punya akal!"
Ia segera bangkit berdiri dan cepat merogoh ke dalam
sakunya untuk mengeluarkan botol porselen kecil itu.
http://kangzusi.com/
"Oooh, rupanya kau ingin melipatkan tenaga dalammu
dengan andalkan Leng sik giok ji ini?" seru Siau clan
menjadi paham.
Anak muda itu mengangguk tanpa ragu.
"Satu satunya kelemahan yang masih terdapat pada
diriku adalah ketidak mampuan-ku untuk menandingi
kesempurnaan tenaga dalam ketiga manusia aneh itu,
sekarang aku harus menambah kesempurnaan tenaga
dalamku dengan bantuan Leng sik giok ji ini!"
Sewaktu tutup botol itu dibuka, bau harum semerbak
segera memancar ke seluruh ruangan.
"Adik Giok, kau tak boleh melupakan ucapan ibu." seru
Siau cian memperingatkan. "katanya orang muda tak boleh
kelewat banyak minum Leng sik giok ji!"
"Aaaah, itu kan alasan dari bibi untuk menghalangi kita
menghambur-hamburkan Leng sik giok ji dengan percuma."
kata sang pemuda sambil tertawa hambar.
Selesai berkata, dia segera menuang seluruh isi cairan itu
ke dalam mulutnya.
Dengan perasaan tegang Siau cian mengawasi perbuatan
pemuda itu, ia tak tahu akibat apakah yang akan di alami
Lan See giok setelah meneguk begitu banyak Leng sik giok
ji.
Cairan yang harum itu dengan cepat mengalir masuk ke
dalam perut Lan See giok, hawa dingin bagaikan es segera
mencekam perutnya, sambil menyerahkan botol kecil, tadi
ke tangan Siau cian, ia berkata seraya tertawa:
"Enci Cian, paling tidak di dalam botol itu masih tersisa
satu dua tetes, gunakanlah jari kelingkingmu untuk
mengeluarkan cairan tersebut dan cepatlah kau makan."
http://kangzusi.com/
Siau cian tahu bahwa Leng sik giok ji merupakan benda
mestika yang amat langka di dunia ini, biar cuma setetes
namun kalau di buang terlalu sayang, karenanya dia
menuju ke meja dan menuangkan air teh ke dalam botol
tadi, kemudian setelah dikocok lantas diteguk sampai habis.
Begitu Leng sik giok ji mengalir ke dalam perut, Siau
cian baru terperanjat, ia merasa cairan mestika tersebut
ternyata masih tebal, ini membuat tubuhnya gemetar keras.
Hawa dingin yang luar biasa menyebar ke seluruh
tubuhnya dan merasuk sampai ke jari-jari kakinya, dari
keadaan tersebut bisa diduga kalau paling tidak ada sepuluh
tetes yang telah berpindah ke dalam perutnya.
Kenyataan tersebut membuat si nona menjadi gelagapan,
buru-buru ia bertanya:
"Adik Giok, benarkah kau telah meneguk habis isi cairan
tersebut..?"
Dari sikap si nona yang gugup, Lan See giok tahu kalau
ada yang tidak beres, maka sahutnya dengan serius:
"Benar, aku telah meneguknya sampai habis, paling
banter isi botol itu tinggal setetes!"
"Tidak, tidak mungkin," Siau-cian semakin tegang,
"berdasarkan kekentalan dalam air, paling tidak masih
tersisa sepuluh tetes."
Lan See giok menjadi kebingungan, sampai lama
kemudian ia baru memahami akan sesuatu, katanya
kemudian..
"Yaa, siaute teringat sekarang, mungkin cairan giok ji itu
sudah tersimpan kelewat lama sehingga dasarnya mulai
mengerak itulah sebabnya ketika diguyur air teh panas,
http://kangzusi.com/
cairan itu pun mencair sehingga tak heran, kalau air itu
mengental.."
Pucat pias selembar wajah Siau cian, apa lagi bila
teringat akan peringatan dari ibunya.
"Adik Giok, apa yang mesti cici lakukan sekarang?"
tanyanya gelagapan.
Lan See giok tertawa riang.
"Coba kau lihat wajahmu begitu tegang, padahal Leng
sik giok ji adalah benda mestika yang amat langka, semakin
banyak yang diteguk akan semakin baik pula, jangan kau
ingat terus peringatan dari bibi, ayo cepat naik ke
pembaringan dan bersemedi, asal beberapa kali kau atur
pernapasanmu niscaya tenaga dalam Wan san popo pun tak
akan mampu menandingimu!"
Siau cian setengah percaya setengah tidak, tapi diapun
gelisah bercampur mendongkol, kini dia tidak menguatirkan
lagi bagaimana reaksi dari adik Gioknya, tapi justru
menguatirkan keadaan sendiri..
Cepat-cepat dia melepaskan sepatunya dan naik ke
pembaringan untuk bersemedi.
Lan See giok pun segera memejamkan mata dan
mengatur napas untuk menghisap sari Giok ji yang berada
di dalam tubuhnya.
Pikiran dan perasaan Siau cian waktu itu benar-benar
sangat kalut, sampai lama sekali hatinya belum juga dapat
tenang, dia merasa hawa dingin yang semula mencekam
pusarnya kini berubah menjadi panas, aliran hawa panas
yang membara itu menyebar ke seluruh badan dan
membuat perasaan semakin bertambah gelisah.
http://kangzusi.com/
Dihati kecilnya dia selalu dihantui oleh peringatan
ibunya, tak heran kalau gadis tersebut tak mampu
menghisap sari giok ji itu ke dalam pusarnya.
Diam-diam ia membuka matanya dan melirik sekejap
Lan See giok yang duduk bersemedi di sisinya:
Tapi begitu melihat ia menjadi amat terkejut sehingga
hampir saja bersuara.
Nampak olehnya, pemuda itu duduk bersila sambil
memejamkan mata, namun diatas bahunya lamat-lamat
muncul sekilas cahaya lingkaran berwarna kuning emas
yang menyelimuti tubuhnya, dia tahu bisa jadi itulah yang
disebut Hud kong sin kang (ilmu Sakti cahaya Buddha)
Ia pernah mendengar ibu dan si naga sakti pembalik
sungai membicarakan soal Hud kong sinkang tersebut,
konon dengan watak yang baik dan kecerdasan yang luar
biasa, orang akan berhasil melatih ilmu tadi di dalam
sepuluh tahun, namun jika ingin berlatih hingga mencapai
taraf pemunculan sinar tadi dari tubuhnya, maka orang itu
mesti berlatih tekun selama sepuluh tahun lagi.
Namun kenyataannya sekarang, Lan See giok hanya
berlatih Hud kong sinkang selama satu tahun lebih, tapi
kemampuan yang di capai telah luar biasa sekali, dari sini
dapat diketahui bahwa kecepatannya menguasai ilmu
tersebut benar-benar luar biasa.
Tapi setelah berpikir lebih jauh, diapun menjadi paham,
keberhasilan Lan See giok mencapai tingkatan tersebut
tentulah di sebabkan ia telah berulang kali minum Leng sik
giok ji.
Teringat soal Leng sik-giok-ji, Siau cian segera tersadar
kembali bahwa dia harus segera mengatur pernapasan dan
membawa sari mestika itu ke seluruh bagian tubuhnya.
http://kangzusi.com/
Sayang keadaan sudah terlambat, baru saja dia hendak
mengatur napas, hawa panas yang membara sudah terlanjur
menyebar rata di seluruh tubuhnya, napasnya menjadi
memburu dan pusarnya bagaikan dibakar, malah semua
persendian tulangnya bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum
tajam.
Tak terlukiskan rasa terkejut Siau cian menghadapi
kenyataan ini, peluh mulai bercucuran amat deras, dia tahu
apa yang di peringatkan ibunya benar-benar telah menimpa
dia, tak heran kalau gadis itu semakin bertambah gugup.
Dia ingin memanggil adik Giok, tapi sewaktu membuka
matanya, ditemukan lingkaran cahaya yang muncul dibahu
pemuda itu kian lama kian bertambah besar, kekuatan
cahayanya pun semakin bertambah kuat, malah lingkaran
cahaya tadi semakin bergeser ke bawah.
Pemandangan yang terpampang di depan matanya ini
membuat si nona merasa terkejut bercampur gembira, tapi
penderitaan yang dirasakan olehnya juga makin menghebat.
Dalam keadaan begini dia semakin tak berani memanggil
pemuda itu, ia tahu tenaga dalam adik Gioknya sedang
mmemperoleh kemajuan yang luar biasa.
Selang berapa saat kemudian..
Lingkaran cahaya dituduh Lan See-giok telah bergeser
sampai di iga, selisihnya dengan jarak permukaan
pembaringan tinggal lima inci.
Tapi aliran hawa panas yang mengelilingi tubuh Siau
cian justru telah berubah menjadi api yang membara.
Akhirnya dia benar-benar tak sanggup menahan diri lagi,
dengan napas tersengkal-sengkal ia roboh terguling diatas
pembaringan.
http://kangzusi.com/
Kebetulan juga Lan See-giok telah menyelesaikan
latihannya waktu itu, ketika melihat keadaan tersebut,
pemuda itu segera menjerit kaget.
"Aaaah.. Enci Cian! Kau.."
Sambil berseru cepat-cepat dia memeluk tubuh Siau-cian
ke dalam rangkulannya.
Waktu itu Siau-cian memejamkan matanya dengan bibir
terbuka, wajahnya merah padam seperti bara api.
Lan See-giok benar-benar amat terkejut, jangan-jangan
encinya mengalami keadaan yang disebut jalan api menuju
neraka?
Berpikir sampai disini, telapak tangannya di tempelkan
di atas dadanya dengan segera lalu menyalurkan hawa
murninya, ternyata jalan darah Sim-ki-hiat tidak terhambat,
lantas..
Setelah dipikirkan sejenak, dengan cepat pemuda itu
menjadi sadar, sudah pasti encinya tak mampu menggiring
sari Leng-sik-giok-ji ke dalam pusar tepat pada saatnya.
Dengan penuh perhatian iapun bertanya:
"Enci Cian, bagaimana rasanya sekarang?"
Siau Cian yang berada dalam keadaan setengah sadar itu
hanya merasakan tubuhnya bagaikan terbakar api,
mukanya merah padam dan perasaannya goyah, bahkan
suatu ingatan aneh muncul dari hati kecilnya..
Ketika mendengar suara panggilan pemuda itu, ia
membuka matanya dengan lemah dan memancarkan sinar
aneh dari balik matanya itu..
Lan See-giok segera terangsang oleh keadaan tersebut,
timbul setitik kehangatan dan kemesraan dari hatinya,
meski sorot mata gadis itu sangat aneh, namun baginya
http://kangzusi.com/
penuh mengandung pancingan dan daya rangsangan yang
luar biasa.
Tak kuasa lagi dia menundukkan kepalanya dan berbisik
di sisi telinga gadis itu.
"Enci Cian. . . . ."
Bersamaan waktunya, tanpa disadari tangan kanannya
mulai meraba sepasang payudara si nona yang montok dan
padat berisi itu kemudian meremas-remasnya dengan penuh
bernapsu.
Gemetar keras sekujur badan Siau Cian, ia segera
memperdengarkan rintihan penuh kenikmatan, malah
sepasang matanya kembali dibuka sambil memancarkan
sinar aneh.
Dari balik tubuhnya yang montok itu lamat-lamat timbul
suatu keinginan yang mendorongnya membayangkan hal-
hal yang erotik, dia seperti berharap kepada pemuda itu
untuk mengambil tindakan kekerasan lebih jauh atas
tubuhnya.
Dalam keadaan begini, Siau Cian hanya bisa
mengerdipkan matanya, membuka bibirnya yang mungil
dan tiada hentinya memanggil adik Giok. . .
Dengan termangu-mangu Lan See-giok mengawasi
wajah si nona yang merangsang hawa napsunya itu, makin
dipandang berahinya semakin membara, tiba-tiba muncul
segulung api napsu yang luar biasa dari pusarnya, tak dapat
ditahan lagi dia mencium bibir gadis itu dengan penuh
bernapsu.
Siau Cian tidak pasif saja, diapun balas merangkul anak
muda itu serta memeluknya erat-erat.
http://kangzusi.com/
Ciuman, tak dapat memuaskan harapan yang tumbuh di
dasar hati kecilnya..
Lan See-giok seperti mendapat ijin, seperti
mmemperoleh dorongan, rintihan dan rangsangan dari si
nona yang begitu menggiurkan hati membuat pemuda kita
tak sanggup menahan diri lagi. . .
Jiwa asli kelakiannya segera muncul dan menguasai
seluruh pikiran serta perasaannya, dia mulai bertindak tak
sopan lagi, terutama sekali tangannya.
Kini bukan hanya payudara si nona saja yang
digerayangi dan diremas-remas, bahkan tangan itu bergeser
semakin ke bawah dan akhirnya meraba-raba dan membelai
hutan bakau yang lebat dengan gundukan tanah yang
mempesona hati itu.
Cahaya lilin yang semula menerangi ruangan mendadak
menjadi padam.
Lalu di tengah kegelapan kedengaran suara pakaian
dilepas dan suara gemerisik yang lirih..
Lan See-giok, sejak lahir hingga kini baru pertama
kalinya melangkah ke dalam kehidupan manusia dewasa,
untuk pertama kalinya dia merasakan kenikmatan hidup.
Rangsangan, rayuan dan tehnik bermain sama sekali
belum ia kuasai.
Dia hanya tahu meraba, menggerayang, meremas dan ..
Sebaliknya Ciu Siau-cian yang cantik, lembut dan halus
hanya memejamkan mata sambil menggigit bibir, bahkan
berulang kali memperdengarkan suara rintihan yang lirih
dan mendebarkan hati.
http://kangzusi.com/
Bagaikan gunung berapi yang meletus, seperti hujan
badai di musim panas, atau bendungan yang dijebol air
bah.. segalanya tak terbendung lagi.
Perahu besar akhirnya memasuki mulut pelabuhan
dengan lembut dan perlahan, melayani samudra yang
tenang dan dalam..
Siau Cian meronta penuh kelemahan, kemudian
memperdengarkan rintihan kesakitan yang membaur
dengan kenikmatan..
Lan See-giok yang gagah perkasa akhirnya keok dan
lunglai kembali, menyusul diapun sadar apa yang telah
diperbuat.
Enci Cian yang cantik dan lemah, akhirnya dilalap
secara kasar dan brutal..
Entah berapa lama sudah lewat..
Dengan penuh berhati-hati Lan See-giok memeluk gadis
itu, membetulkan rambutnya yang kusut dan membesut
keringat yang membasahi kening serta jidatnya.
Lalu dengan wajah menyesal ia mencium pipi, bibir dan
wajah si nona..
Siau cian, berbaring tenang di dalam pelukan See-giok,
matanya masih terpejam, bibirnya masih terbuka dan
pipinya masih merah membara bagaikan api.
Napasnya masih tersengkal-sengkal seperti kuda yang
baru berlarian kencang, bau harum mengembus keluar dan
menerpa wajah kekasihnya..
Membayangkan kembali pengalaman manis yang baru
dialaminya, See-giok merasa tak terkirakan gembiranya,
puas dan bahagia.
http://kangzusi.com/
Namun bila teringat rintihan kesakitan dan goyangan
pinggul enci Cian yang berusaha menghindar kian kemari,
tanpa terasa ia menempelkan bibirnya disisi telinga Siau
cian dan berbisik lirih:
"Enci Cian. . ."
Siau cian tidak berkata apa-apa, hanya dua baris air mata
jatuh berlinang membasahi pipinya.
Lan See giok menjadi gugup setelah menyaksikan
kejadian ini, buru-buru dia berseru:
"Enci Cian, semuanya ini siaute-lah yang salah ."
Siau cian tahu apa yang telah terjadi, maka sahutnya
dengan air mata bercucuran:
"Tidak, kau tak bisa disalahkan, takdirlah yang
menentukan segala-galanya."
Mendadak Lan See giok teringat kembali akan
pembicaraan Siau cian dengan Hu yong siancu pada malam
itu, tergerak hatinya dengan segera, cepat-cepat ia berbisik:
"Enci Cian, rasa cinta siaute kepadamu.."
"Aku tahu.." tukas Siau cian sebelum pemuda itu
menyelesaikan kata-katanya.
Belum selesai ucapan mana, ia sudah menjatuhkan diri
ke dalam pelukan Lan See giok dan menangis semakin
keras.
Lan See-giok tidak berani berkata apa-apa lagi, dia hanya
membelai gadis itu dengan penuh kasih sayang, perempuan
inilah yang pertama kali memasuki lubuk hati serta
lembaran hidupnya..
Tatkala ia mendengar pembicaraan dari enci Cian dan
bibi Wan nya malam itu, hampir saja dia putus asa, tapi
http://kangzusi.com/
sekarang, enci Cian telah mempersembahkan kesucian
tubuhnya kepadanya.
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa lagi dia memeluk
tubuh Siau cian semakin kencang.
Dia pun masih ingat ketika tahun berselang datang
menghantar kotak kecil itu, Enci Cian dianggap sebagai
bidadari dari kahyangan, dewi yang suci dan anggun dalam
lubuk hatinya, waktu itu ia pernah bersumpah, asal dapat
menggenggam tangannya saja, ia sudah merasa amat puas.
Tapi sekarang, Enci Cian telah menjadi istrinya, mulai
malam ini mereka akan hidup berdampingan terus
sepanjang masa dan tak pernah akan berpisah lagi.
Memikirkan hal-hal yang menggirangkan hati ini, tanpa
terasa lagi ia tertawa tergelak, Siau cian yang masih
berbaring dalam pelukan See giok segera mengangkat
kepalanya dan menegur agak tersipu-sipu:
"Apa sih yang kau tertawakan?"
Tergerak hati Lan See giok, cepat dia memeluk gadis itu
dan berkata lembut:
"Aku ingin kita punya anak dengan cepat!"
Merah jengah selembar wajah Siau cian dengan seketika,
cepat dia mengomel:
"Huuuh, tak tahu malu .."
Namun di dalam benaknya, ia benar-benar
membayangkan seorang bocah yang gemuk dan menawan
hati.
Siau cian segera membenamkan kepalanya ke dalam
pelukan See giok dan tertawa bahagia, andaikata ia benar-
benar punya anak, kehidupan mereka tentu akan lebih
bahagia.
http://kangzusi.com/
Lan See giok memandang sekejap kearah enci Ciannya,
kemudian memperhatikan pula tubuhnya yang masih
berada dalam keadaan bugil itu, sekulum senyuman segera
tersungging, ia tak sanggup menahan rangsangan napsu
birahinya lagi dan ingin ..
Serta merta pemuda itu memeluk tubuh si nona serta
membalikkan badannya hingga tidur terlentang .
Siau cian memejamkan matanya rapat-rapat, dia tahu
hujan badai akan melanda datang sekali lagi.
Namun ketika Lan See giok menyaksikan titik-titik noda
darah yang membasahi seprei hatinya jadi terperanjat dan
paras mukanya berubah hebat, cepat-cepat dia menarik
selimut serta ditutupkan ke atas badan enci Cian.
Ia dapat mendengar debaran jantungnya belum pernah
berdetak sehebat ini, dia tahu kali ini dia sungguh-sungguh
telah melakukan suatu perbuatan yang besar..
Ketika ia membaringkan kembali tubuhnya dengan
tegang, Ciu Siau cian telah tertidur karena lelah.
Lambat laun Lan See giok berhasil menenangkan
kembali hatinya, sebab ia menjumpai gadis itu tertidur amat
nyenyak.
Dan akhirnya diapun tersenyum tenteram.
Pada saat itulah, mendadak .
Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat di luar
jendela dan melayang ke luar halaman.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok, peluh dingin
sampai jatuh bercucuran saking kagetnya.
Dia yakin si pendatang tersebut pastilah seorang jago
silat kelas satu yang sempurna ilmu meringankan tubuhnya,
http://kangzusi.com/
kalau tidak mana mungkin kehadirannya tidak diketahui
sama sekali?
Terutama sekali dari gerakan tubuhnya yang begitu
enteng dan lincah ketika melayang keluar dari halaman.
semakin membuktikan kalau orang itu bukan manusia
sembarangan di dalam dunia persilatan.
Dia yakin orang itu pasti sudah melihat atau
mendengarkan perbuatan yang dia lakukan bersama enci
Cian.
Berpikir akan hal tersebut, ia menjadi semakin gelisah,
tidak tenang.
Maka secara diam-diam dia melompat turun dari
pembaringan, buru-buru mengenakan pakaian, keluar dari
kamar dan mempersiapkan sepasang telapak tangannya di
depan dada untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Tiba di halaman depan, tubuhnya segera menyelinap dan
melompat ke luar halaman. Namun suasana di sekeliling
tempat itu sangat hening dan tak nampak sosok bayangan
manusiapun, yang ada Cuma suara hembusan angin serta
air telaga yang memecah di tepian. Namun berdasarkan
suara hembusan angin yang terbawa orang itu dia yakin
orang tadi tentu sedang kabur ke arah utara.
Maka dia segera mengebaskan ujung baju kanannya dan
mengejar kearah utara dengan kecepatan bagaikan
hembusan angin.
Hingga tiba di luar dusun dan menelusuri padang
rumput, ternyata tak sesosok bayangan manusiapun yang
nampak.
http://kangzusi.com/
Ia mencoba melompat naik ke atas pohon dan dari situ
memperhatikan seputar sana. namun suasana tetap hening
dan tak nampak siapa saja.
Hal ini membuat Lan See giok keheranan, siapakah
orang itu?
Jangan-jangan orang itu adalah adik Soat atau Oh Li cu?
Tapi pikiran lain kembali melintas lewat tak mungkin
kedua orang gadis itu memiliki ilmu meringankan tubuh
yang begini sempurna..
Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya..
Berkilat sinar matanya, dengan wajah berubah hebat ia
berseru tertahan, kemudian dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya secepat petir pemuda itu balik
kembali ke rumah ..
Ia tahu, gara-gara bertindak gegabah alhasil sudah
termakan siasat "memancing harimau turun gunung" dari
lawan, padahal Siau cian sedang tertidur nyenyak waktu itu
niscaya jiwanya terancam bahaya maut.
Ketika tiba di halaman depan, ia menjerit kaget dan
benar-benar termangu dibuatnya.
Ternyata pintu kamar yang semula terkunci, entah sejak
kapan telah dibuka orang.
Setelah berhasil menenteramkan hatinya. pemuda itu
membentak keras dan menerjang masuk ke dalam kamar..
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat pemuda itu
berdiri kaku dengan wajah pucat pias, bagaikan disambar
guntur tengah hari bolong. dia maju dengan sempoyongan
kemudian jatuhkan diri berlutut ke atas tanah.
Hu yong siancu dengan wajah yang tenang dan alis mata
berkernyit telah berdiri di depan pembaringan, dia sedang
http://kangzusi.com/
mengawasi Siau cian yang masih tertidur nyenyak itu tanpa
berkata-kata.
Mungkin karena bentakan See giok yang menggelegar
tadi, Siau cian yang masih tertidur nyenyak segera
terbangun dari tidurnya.
Begitu melihat ibunya telah berdiri di depan
pembaringan, Siau cian menjadi malu bercampur menyesal,
dalam gugupnya ia segera memeluk ibunya sambil
menangis tersedu-sedu.
Hu yong siancu hanya bisa merangkul putrinya sambil
membelai rambutnya yang kusut dengan penuh kasih
sayang, ia tak tahu haruskah menghibur ataukah
mengumpatnya.
Kemudian ia berpaling ke arah See giok yang masih
berlutut dan serunya dengan suara ramah.
"Anak Giok, bangunlah.."
Tapi See giok masih tetap berlutut di tanah sambil
berbisik dengan suara, malu dan gemetar.
"Anak Giok memang manusia tak tahu diri, silahkan bibi
memberi hukuman kepada ku."
"Aaai, anak Giok. inilah kehendak Thian, bibi tak akan
menyalahkan kalian berdua." Hu yong siancu menghela
napas sedih.
Belum selesai dia berkata, Siau cian sambil menangis
terisak telah berseru.
"Ibu, anak Cian tidak suka dengan adik Giok, aku
hendak mencukur rambut dan menjadi nikou di kuil Kwan
im an!"
Berubah paras muka Lan See giok, saking gelisahnya
titik air mata sampai jatuh berlinang.
http://kangzusi.com/
Tapi Hu yong siancu malah tertawa, sebab dia tahu
putrinya sedang bohong. maka hiburnya kemudian:
"Anak Cian, kau tidak usah berbicara yang bukan-bukan,
bukankah kau sendiripun telah mengakui bahwa kejadian
ini merupakan kehendak dari takdir?"
Siau cian tertegun, ia tak mengerti kenapa ibunya bisa
tahu akan perkataannya itu.
Sebaliknya See giok segera menyadari bahwa apa yang
telah diperbuatnya tadi telah disaksikan semua oleh bibinya,
kontan saja wajahnya berubah menjadi merah padam
saking jengahnya.
Setelah menghibur putrinya, kembali Hu yong siancu
berkata kepada Lan See giok.
"Anak Giok, cepatlah bangun, bibi masih ada urusan
penting yang hendak dibicarakan denganmu, jika kau tak
mau bangun lagi. bibi akan marah lo . . .!"
See giok tak berani berlutut lagi, terpaksa dia mengiakan
dan segera bangkit berdiri, kemudian dengan kepala masih
tertunduk ia menyingkir ke samping, sekejappun ia tak
berani menatap wajah bibi ini . . . .
ooo0dw0ooo

BAB 31
Melihat Lan See giok telah bangkit berdiri, Hu yong
siancu kembali berkata ke pada putrinya:
"Anak Cian, kaupun cepatlah bangun, aku akan siapkan
sedikit hidangan untuk kita semua, selesai bersantap nanti,
masih ada urusan penting yang akan kita lakukan"
Selesai berkata, ia lantas beranjak keluar dari kamarnya.
http://kangzusi.com/
Lan See giok benar-benar tidak habis mengerti, tanpa
terasa dia melirik sekejap kearah si nona.
Waktu itu Siau cian yang masih bersembunyi dibalik
selimut sedang memandang ke arahnya dengan wajah
tersipu-sipu, ketika ibunya sudah lenyap dibalik pintu, ia
segera menggapai si anak muda itu agar mendekatinya.
Lan See giok mengerti dan melirik sekejap kearah dapur
dengan hati-hati, kemudian cepat-cepat mendekati nona
tersebut.
Tidak sampai Lan See-giok mendekat, Siau cian telah
berbisik dengan gelisah.
"Kapan sih ibu kembali?"
Lan See giok menggeleng dengan bimbang.
"Siaute sendiripun tidak tahu sejak kapan bibi pulang
kemari, menanti kurasakan ada orang di luar jendela, bibi
telah melompat keluar dari halaman, menanti kususul
keluar dan kembali lagi, ia telah berada di dalam kamarmu
lebih dulu."
Teringat hal-hal yang menjengahkan, kembali paras
muka Siau cian berubah menjadi merah padam, segera
omelnya.
"Semuanya ini gara-garamu, coba kalau kau tidak
memberi Leng sik giok ji begitu banyak kepadaku ."
"Tapi, mana aku tahu ." See giok segera membantah.
Siau cian segera mengulapkan tangannya berulang kali
mencegah pemuda itu berkata lebih jauh.
"Sudah, sudahlah, ayo kau cepat keluar!"
Berhubung Hu-yong siancu sama sekali tidak menegur
mereka atas terjadinya peristiwa itu, perasaan tegang dan
http://kangzusi.com/
tak tenang yang semula mencekam perasaan See giok
sekarang telah menjadi tenang kembali, melihat Siau cian
mengusirnya, dia malah duduk di tepi pembaringan sambil
tertawa cengar cengir.
Tak heran kalau Siau cian dibuat semakin jengah sampai
pipinya memerah seperti kepiting rebus .
Pada saat itulah dari dapur kedengaran suara Hu yong
siancu sedang berteriak:
"Anak Giok. ayo bawa keluar hidangan ini!"
Cepat-cepat Lan See giok bangkit berdiri dan lari keluar
dari dalam kamar.
Melihat wajah See giok yang tegang, Siau cian segera
tertawa cekikikan dengan gembira.
Gadis itu cepat-cepat mengenakan kembali pakaiannya,
membayangkan kembali kemesraan yang baru dialami serta
wajah adik giok yang kebodoh-bodohan, tanpa terasa dia
menggeleng dengan wajah jengah.
Namun, sekulum senyuman manis toh sempat menghiasi
wajahnya yang makin cerah.
Disaat ia sedang membereskan rambutnya yang kusut,
See giok telah muncul kembali membawa hidangan.
Bertemu dengan pemuda tersebut, timbul perasaan manis
dan hangat dihati kecil Siau cian, ia melemparkan sekulum
senyuman mesrah kepadanya sambil berpikir dihati.
Mungkin beginilah rasanya sepasang pengantin baru.
Sebaliknya See giok segera melemparkan sebuah
kerlingan mata ke arahnya.
Melihat ibunya muncul sambil membawa air teh,
terburu-buru Siau cian menundukkan kepalanya kembali.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu adalah perempuan yang sudah
berpengalaman, sejak tadi ia telah mengetahui dengan jelas
sikap kedua orang muda mudi itu, hanya saja dia berlagak
seolah tidak melihat.
Walau begitu hatinya merasa sangat gembira dan
bahagia, malah kegembiraannya tidak berada di bawah See
giok maupun Siau cian, sebab apa yang dikuatirkan bila
putrinya enggan memenuhi pengharapannya, kini tak
mungkin akan terjadi lagi, tak heran kalau hatinya merasa
amat lega.
Terutama sekali sesudah menyaksikan kemesraan dari
muda mudi itu, membuatnya teringat kembali akan engkoh
Khong tay dan enci Hoanya dimasa lalu. Akhirnya ia
berhasil juga melimpahkan rasa cintanya kepada engkoh
Khong tay.
Biarpun ia pribadi tak pernah memperoleh kebahagian.
ia tak bisa hidup berdampingan sampai tua dengan Lan
Khong tay, namun setelah putrinya kawin dengan satu-
satunya yang ia miliki, sedikit banyak kejadian ini akan
menutupi kekosongan dalam hati kecil nya.
Sementara dia masih termenung, Siau cian telah
menerima cawan air teh itu dari tangan nya.
Mereka bertigapun mengambil tempat duduk dan
menikmati hidangan masing-masing dengan mulut
bungkam.
Sebelum Hu yong siancu berbicara lebih dulu, baik See
giok maupun Siau cian tak berani bertanya kepadanya
mengapa dia pulang secara tiba-tiba.
Saban kali See giok melirik ke arah Siau cian, Siau cian
pun diam-diam melirik ibunya, mereka berdua bersama-
sama bersantap namun tak tahu bagaimana rasanya.
http://kangzusi.com/
Padahal Hu yong siancu sudah dapat membaca perasaan
kedua orang itu, maka dengan suara dalam iapun bertanya:
"Apakah kalian berdua merasa kepulanganku kali ini
terlalu mendadak?”
See giok dan Siau cian saling bertukar pandangan
sekejap lalu menundukkan kepalanya melanjutkan santapan
mereka. tak seorangpun diantara mereka berani
mengemukakan pendapatnya.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah kedua
orang itu, kemudian ia berkata.
"Sekarang kalian berdua cepatlah bersantap. selesai
makan kita harus segera berangkat ke dusun nelayan untuk
mencari Thio lo enghiong"
Mendengar ucapan ini. See giok dan Siau cian bersama
sama mendongakkan kepalanya sambil berseru keheranan.
"Apa yang telah terjadi."
Hu yong siancu menunggu sampai mereka berdua selesai
bersantap, kemudian dengan tenang ia baru berkata:
"Ada orang telah berjumpa dengan Oh Tin San”
Mencorong sinar tajam dari balik mata See giok setelah
mendengar perkataan itu, buru-buru dia bertanya:
"Bibi, dimanakah hal ini terjadi?"
Sambil berkata ia segera bangkit dari tempat duduknya.
Hu yong siancu memandang sekejap ke arah See Giok.
kemudian katanya dengan tenang.
"Anak Giok, duduklah lebih dulu, dengarkan ucapanku
hingga selesai sebelum berangkat".
http://kangzusi.com/
Sekuat tenaga See giok mengendalikan kegelisahan
hatinya dan duduk kembali.
Sedangkan Siau cian sambil membelalakkan matanya
lebar-lebar mengawasi ibunya dengan terkejut.
"Apakah kalian mengira aku sedang pergi ke kuil kwan-
im-an?" tanya Hu yong siancu kemudian,
Ia berhenti sejenak dan memandang See-giok serta Siau
cian yang tak berani banyak berbicara itu, kemudian
terusnya. "Kali ini aku pergi ke Leng ong bong, itu ingin
berdoa kepada arwah engkoh Khong tay serta enci Yan
hoa, memohon perlindungan mereka agar usaha anak Giok
berangkat ke Wan san kali ini bisa terhindar dari mara
bahaya dan berhasil membalas dendam atas sakit hatinya."
Belum selesai ia berkata, air mata telah bercucuran di
wajah Siau cian sedangkan Lan See giok menangis terisak.
Pelan-pelan Hu yong siancu membesut air mata yang
membasahi pipinya, lalu se telah memandang termangu ke
tempat ke jauhan. ia berkata lebih jauh.
"Mungkin arwah mereka mendapat tahu, bersamaan
dengan selesainya doaku itu tiba-tiba dari luar hutan sana
berkumandang suara ujung baju yang terhembus angin,
berdasarkan suara hembusan angin yang terdengar orang itu
hanya memiliki dasar ilmu meringankan tubuh yang biasa
saja. Padahal waktu itu sudah menjelang magrib. maka
akupun mengejarnya sampai di luar hutan, dari kejauhan
kutemukan bayangan tubuh orang itu sangat kukenal,
menanti kukejar semakin dekat, baru kuketahui ternyata dia
adalah putra Thio loenghiong, Thio Toa-keng adanya."
Mendengar sampai disini, Lan See-giok segera teringat
ketika mengunjungi dusun nelayan tadi, dia memang tidak
berjumpa dengan Thio Toa keng.
http://kangzusi.com/
Sementara itu Hu yong siancu telah, berkata lebih jauh:
"Sewaktu bertemu aku. wajah Thio Tay keng yang
semula gelisah seketika berubah menjadi amat gembira. ia
memberitahu kepadaku, ketika dalam perjalanan pulang
dari Cian nia. ketika lewat sungai Sin hoo, secara kebetulan
ia jumpai selembar wajah manusia yang kurus sedang
menongol dari balik jendela. Waktu itu Toa keng tidak
begitu memperhatikan, namun ketika kakek tadi menarik
kepalanya kembali setelah memeriksa keadaan cuaca, Tay
keng baru melihat dengan jelas bahwa dia adalah seorang
kakek bermata liar dan kehilangan sebuah telinganya. "
Sebelum Hu yong siancu menyelesaikan kata katanya.
See giok telah menimbrung, “tidak salah lagi. orang itu
adalah manusia bengis Oh Tin san”
Hu yong siancu manggut-manggut, sahutnya:
"Meskipun Thio Tay keng belum pernah jumpa dengan
Oh Tin san, namun ia pernah mendengar ayahnya
membicarakan tentang manusia laknat tersebut. seketika
tergerak hatinya hingga secara diam-diam menguntit
dibelakangnya. waktu perahu sampai di kota Siong tho,
matahari belum turun gunung tapi perahu itu tidak
meneruskan perjalanannya lagi."
Thio Tay keng sadar kalau ada hal-hal yang tak beres,
maka ia buru-buru berangkat pulang dan hendak
menyampaikan berita ini secepatnya kepada ayahnya .
Dengan wajah berkerut karena tak mengerti, Siau cian
tiba-tiba menyela.
"Menurut wajah yang dilukiskan Thio Tay keng,
seharusnya orang itu adalah Oh Tin san, tapi mengapa Oh
Tin san tidak langsung kembali ke benteng Wi-lim poo
http://kangzusi.com/
sebaliknya secara diam-diam memasuki sungai Sin hoo dan
berlabuh di sebuah kota kecil?"
"Justru disinilah letak kecurigaan itu.,"
Berkilat sinar mata See giok, agaknya dia seperti teringat
akan sesuatu, tanpa terasa ujarnya dengan gelisah.
"Bibi, Oh Tin san sengaja berlabuh di kota kecil itu
mungkin karena dia hendak berkunjung ke Leng ong bong
sekali lagi sebelum kembali ke benteng Wi lim po."
"Atas. dasar apa kau berkata demikian?" tanya Hu yong
siancu.
"Setelah mencuri sepasang pedang dari muka peti mati
Leng ong. Oh Tin sang kena dihadang oleh suhu hingga
akhirnya melarikan diri, atas terjadinya peristiwa ini dia
tentu merasa tak puas, padahal benda mestika yang berada
di dalam kuburan itu amat banyak dan sudah terlihat semua
oleh nya, siapa tahu kalau dia hendak manfaatkan
kesempatan ini untuk menelusurinya sekali lagi.!
Tidak sampai si anak muda itu menyelesaikan kata-
katanya, Hu-yong siancu telah menukas lagi:
"Mungkin saja hal ini merupakan salah satu alasan. tapi
menurut dugaanku. tujuan nya yang terutama adalah
hendak membalas dendam."
"Membalas dendam? Dia hendak membalas dendam
kepada siapa?", tanya See-giok dan Siau-cian hampir
bersamaan waktu.
"Pertama adalah si naga sakti pembalik sungai Thio lo-
enghiong, kemudian adalah kita."
Mendengar kata-kata tersebut, Lan See giok segera
tertawa tergelak penuh amarah:
http://kangzusi.com/
"Haaahhh.haaahh.haaahhh.kalau ia berani berbuat
begitu, berarti perbuatannya itu bagai kunang-kunang
menubruk api. cuma mencari kematian buat diri sendiri!"
Melihat gejolak emosi yang mencekam anak muda itu,
cepat-cepat Hu yong siancu mengingatkan.
"Anak Giok, Oh Tin-san adalah seorang manusia licik
yang berhati busuk dan berbahaya, bila ia berani datang
mencariku berarti dia yakin kalau kepandaian silat yang
dimilikinya mampu mengungguli kita, kalau tidak, tak nanti
dia akan datang untuk mencari penyakit buat diri sendiri",
Lan See giok tidak mampu mengendalikan lagi kobaran
hawa amarahnya lagi. ia segera berteriak keras.
"Kita tak usah menunggu sampai ia datang mencari kita.
sekarang juga ayo kita mencarinya .”
Selesai berkata ia lantas melompat bangun dari tempat
duduknya, Hu yong siancu memandang sekejap kegelapan
malam di luar pintu sana, lalu sambil bangkit berdiri
katanya.
"Sekarang kentongan kedua sudah lewat mari kita
berangkat”
Mereka bertiga segera mengunci semua pintu dan
jendela, kemudian melayang keluar dari halaman rumah.
Begitu melompat ke atas dan menggunakan tenaganya.
tiba-tiba Siau cian berkerut kening.
Hu yong siancu dapat menyaksikan hal tersebut dengan
jelas, maka dia sengaja berseru kepada See giok.
"Anak Giok, jalanlah bersama sama enci Cian mu"
Selesai berkata dia lantas mengebaskan ujung bajunya
dan bagaikan segulung asap tubuhnya menelusuri tanggul
telaga menuju ke arah utara.
http://kangzusi.com/
Pada waktu itu sebenarnya Lan See giok sedang diliputi
oleh amarah yang meluap luap, kalau dapat ia hendak
menuju ke Siong tho tin secepatnya, namun setelah
mendengar pesan dari bibinya, tanpa terasa ia berpaling.
Tapi apa yang kemudian terlihat segera membuat paras
mukanya berubah hebat, kobaran amarah yang semula
mencekam seluruh perasaannya turut lenyap pula tak
berbekas.
Ia menemukan siau cian sedang memegangi perutnya
sambil berkerut kening, sementara sorot matanya sedang
mengawasinya dengan pandangan tersipu sipu, agaknya ia
sedang mengomel kepadanya.
Dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia memburu ke
depan dan merangkul tubuh Siau cian. kemudian dengan
perasaan gelisah bercampur kuatir dia berbisik.
"Enci Cian. kenapa kau-?"
Hangat juga perasaan Siau cian melihat kecemasan si
anak muda itu, dengan wajah jengah dia menggeleng seraya
menjawab.
"Tidak apa-apa, aku cuma merasa agak."
Lan See giok merasa amat gelisah, cemas dan sayang.
semua perasaan tersebut berkecamuk di dalam dadanya.
sewaktu menjumpai bibinya sudah pergi tak berbekas, ia
segera berkata dengan gelisah.
“Enci Cian, biar siaute memayangmu saja sambil
melanjutkan perjalanan"
Sekali lagi Siau cian merasakan hatinya menjadi hangat,
dia tidak menampik lagi dan mengikuti kehendak pemuda
itu, bersama sama mengerahkan ilmu meringankan tubuh
sambil meneruskan perjalanan.
http://kangzusi.com/
Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya merasakan
angin menderu deru di sisi telinga, pemandangan yang
dilewati hanya terlintas begitu saja. Kecepatan gerak tubuh
mereka benar-benar ibarat sambaran kilat.
Dalam perjalanan, Siau cian segera menoleh kearah
kekasihnya dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan. ia dapat merasakan bahwa ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki si anak muda tersebut, paling tidak
telah maju beberapa lipat, ia yakin tenaga dalam yang
dimiliki pemuda tersebut pasti memperoleh pula kemajuan
yang amat pesat.
Sebaliknya Lan See giok pun merasa terkejut bercampur
keheranan atas kecepatan gerak tubuhnya, kemampuan
tersebut pada hakekatnya sudah melampaui puncak
kesempurnaan. karenanya dibalik perasaan gusar dan
gelisah yang mencekam perasaannya, terlintas pula
perasaan gembira yang meluap luap.
Suasana di luar dusun sangat gelap, selain angin malam
yang berhembus kencang. di langit hanya terdapat beberapa
titik bintang yang berkedip kedip.
Lambat laun mereka jumpai sesosok bayangan manusia
sedang berlarian di depan situ. lalu sekejap mata kemudian
bayangan tadi sudah tersusul.
Dalam sekilas pandangan saja, Siau cian dapat
mengenali bayangan manusia itu sebagai ibunya Hu yong
Siancu.
Hu yong siancu sendiripun diam-diam merasa terkejut
setelah menyaksikan gerakan tubuh See giok yang begitu
cepat, pikirnya dihati.
"Hebat benar bocah ini, kemajuan yang dicapai bocah ini
benar-benar luar biasa pesatnya."
http://kangzusi.com/
Setelah berhasil menyusul bibinya, Lan See giok mulai
memperlambat gerakan tubuhnya. tiga sosok bayangan
manusia, bagaikan tiga gulung asap ringan berkelebat ke
depan dengan menelusuri sepanjang tanggul telaga tak lama
kemudian bayangan dusun nelayan telah muncul secara
lamat-lamat di kejauhan sana.
"Bibi" ujar See giok kemudian, "apakah kita akan pergi
ke rumah kediaman Thio lo-enghiong?"
"Yaa, tentu saja. lebih baik kita mengajaknya untuk
berangkat bersama sama."
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah tiba
di depan dusun nelayan itu.
Gerak tubuh merekapun semakin diperlambat. See-giok
juga mulai mengendorkan cekalannya atas Siau cian.
Ketika tiba dirumah kediaman si naga sakti pembalik
sungai, ditemukan suasana gelap mencekam seluruh
bangunan, keadaan pun teramat hening.
Dengan cepat mereka bertiga dapat merasakan ada hal
yang tidak beres, dengan kemampuan yang dimiliki si naga
sakti pembalik sungai serta Si Cay-soat. biar sedang tertidur
nyenyakpun seharusnya mereka dapat menangkap suara
desiran ujung baju mereka bertiga yang sedang melayang
tiba.
Namun kenyataannya sekarang, sama sekali tiada reaksi
dari pihak mereka .
Hu-yong siancu segera berkerut kening. kemudian
sesudah sengaja mendehem keras dia melompat naik lebih
dulu ke atas atap rumah.
Lan See-giok dan Siau cian segera menyusul pula di
belakangnya. Namun dengan cepat mereka jumpai jendela
http://kangzusi.com/
dan pintu kamar yang dihuni si naga sakti pembalik sungai
dan Si Cay soat berada di dalam keadaan tertutup rapat.
"Anak Giok. bisa jadi Oh Tin san telah datang kemari."
bisik Hu yong siancu dengan wajah gelisah.
Hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti
seluruh wajah Lan See giok dia menggertak gigi kencang-
kencang, sementara matanya yang tajam mengawasi
sekeliling tempat itu dengan seksama.
Tiba-tiba.
Dari arah barat laut di depan sana lamat-lamat ia
mendengar suara bentakan manusia yang keras.
Disusul kemudian terjadi bentrokan nyaring yang
memekikkan telinga. tampaknya ada orang sedang beradu
pukulan.
Mendengar suara tersebut dengan kening berkerut dan
sorot mata berkilat See giok mendongakkan kepalanya dan
berpekik nyaring,
Suara pekikan tersebut amat keras sehingga suaranya
membumbung tinggi ke angkasa dan menyebar ke empat
penjuru.
Bersamaan dengan menggemanya suara pekikan
tersebut, tubuhnya segera melejit setinggi berapa kaki, lalu
bagaikan seekor burung rajawali raksasa dia menerjang ke
arah mana berasalnya suara bentakan tadi.
Hu-yong siancu amat terkejut, buru-buru dia berseru
kepada Ciu Siau cian:
"Anak Cian, mari kita susul ke sana, tampaknya Thio lo
enghiong telah bentrok dengan seseorang."
http://kangzusi.com/
Di dalam pembicaraan tersebut, dia sudah menarik
tangan Siau-cian dan menyusul di belakang anak muda
tersebut.
Bersamaan waktunya dengan keberangkatan kedua
orang itu. dari arah barat laut sana segera berkumandang
pula suara pekikan panjang yang keras,
Mendengar pekikan ini, Siau-cian lantas berkata kepada
Hu yong siancu:
“Ibu tidak bakal salah lagi, adik Soat telah berpekik dari
situ memberi tanda ke pada kita.”
Sementara pembicaraan berlangsung, dari kegelapan
diarah barat laut situ tiba-tiba bergema suara gelak tertawa
yang amat keras, "Haaaahhh.haaaahhh.haahhh. si naga
Sakti pembalik sungai, banyak tahun berselang kita selalu
seimbang dan tiada yang lebih unggul atau kalah, hari ini .
haaahhh .haaahhh . tidak kau sangka bukan bahwa
seranganku barusan mampu menghajarmu sampai mundur
sejauh enam langkah . haahhh . . . haahhh . . . "
Belum selesai gelak tertawa itu bergema, Si naga sakti
pembalik sungai telah kedengaran membentak penuh
amarah.
"Oh Tin san, kau tak usah berlagak di sini, malam ini
adalah hari naasmu, ayo sambutlah sekali lagi seranganku
ini."
Bersama dengan selesainya teriakan mana, suatu ledakan
nyaring kembali berkumandang di angkasa
Lan See giok yang meleset ke depan dengan kecepatan
tinggi kini sudah tiba ditempat tujuan, ia jumpai diantara
sawah yang mengering debu dan pasir beterbangan di
angkasa, lalu tampak sesosok bayangan manusia mundur ke
belakang dengan langkah sempoyongan.
http://kangzusi.com/
"Huaakkkk”
Orang itu muntahkan darah segar, dan ternyata dia tak
lain adalah si naga Sakti pembalik sungai,
Dari balik debu yang beterbangan, mendadak menggema
lagi suara bentakan keras:
"Tua bangka celaka, serahkan nyawamu"
Dalam bentakan tersebut. Oh Tin san si kakek bermuka
kuda, berjubah abu-abu, bermata sesat dan bertelinga
tunggal itu sudah menerkam ke depan, telapak tangan
kanannya diangkat secara tiba-tiba lalu dibacokkan ke atas
tubuh si naga sakti pembalik sungai yang sudah jatuh
terduduk di tanah,
Untunglah disaat yang amat kritis bergema suara
bentakan nyaring, lalu bayangan merah berkelebat lewat,
sekilas cahaya tajam yang menyilaukan mata melejit di
udara.
Ternyata Si Cay soat dengan pedang Jit hoa kiamnya
telah melepaskan bacokan kilat ke depan tubuh Oh Tin san
serangan tersebut amat cepat dan melebihi sambaran petir.
Dengan perasaan terkejut Oh Tin san segera menarik
kembali langkahnya sambil mundur sejauh satu kaki
sementara sepasang mata sesatnya mengawasi wajah Si Cay
soat dengan perasaan terkejut bercampur keheranan.
Siau thi gou yang berdiri di sisi arena tak mau berdiam
diri saja. ia segera berteriak pula.
"Bajingan bermata sesat bertelinga tunggal, kau tidak
usah berlagak sok di depan kami, tunggu saja sampai
kedatangan engkoh Giokku. tanggung kau bakal mampus
seketika!" Baru selesai ucapan itu diutarakan Lan See giok
http://kangzusi.com/
telah melayang turun dari tengah udara sambil membentak
keras.
"Oh Tin san serahkan nyawamu."
Ditengah bentakan keras sebuah pukulan tangan kanan
yang disertai tenaga sebesar sepuluh bagian sudah siap
dilontarkan ke depan. Pada saat itulah.
"Anak Giok, jangan kau bunuh dirinya terlebih dulu" Hu
yong siancu berteriak keras. namun ketika ia selesai berkata
telapak tangan kanan Lan See giok sudah terlanjur
dibacokkan ke muka.
Dalam keadaan begitu, buru-buru pemuda itu menarik
kembali tenaga pukulannya sebesar delapan bagian.
"Blaaammmm. "
Ditengah suara ledakan keras yang menggetarkan bumi
dan mencekam perasaan orang itu, pasir beterbangan ke
empat penjuru, pusaran angin menyebar kemana mana.
suara jeritan kaget bergema dari sana sini.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Hu yong siancu
serta Siau cian telah menyusul tiba dan langsung
menghampiri si naga sakti pembalik sungai yang masih
duduk bersemedi di tanah.
Dalam pada itu. Lan See giok telah berdiri dengan
kening berkerut dan mata bersinar tajam. diatas wajahnya
yang hijau membesi penuh dilapisi hawa napsu membunuh
yang membara, selangkah demi langkah dia bergerak maju
ke depan menghampiri Oh Tin san yang sementara itu
sudah mundur sejauh dua kaki,
"Oh Tin san" serunya penuh perasaan dendam. "kau
bajingan laknat. manusia bedebah yang terkutuk dan tak
tahu malu, bila malam ini siauya tak mampu mencincang
http://kangzusi.com/
tubuh mu sehingga hancur berkeping-keping tak akan bisa
kuhibur arwah ayahku dalam baka"
Sebenarnya si manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin
san sudah dibikin terkejut sampai termangu oleh suara
ledakan yang memekikkan telinga tadi, apalagi setelah
menyaksikan liang sebesar berapa kaki di depan matanya
serta hawa napsu membunuh yang menyelimuti wajah Lan
See giok, pada hakekatnya dia tak mampu melarikan diri
lagi. sukma terasa mau lepas dari tubuh dan peluh dingin
membasahi sekujur badannya.
Dipihak lain Hu yong siancu telah mengeluarkan sebutir
pil mestika yang dijejalkan ke mulut si naga sakti pembalik
sungai kemudian memerintahkan kepada Siau cian, Cay
soat dan Thi gou untuk melindungi keselamatannya.
Sesudah itu dia baru membalikkan badan dan melangkah
ke tengah arena. Dijumpai olehnya dengan segera bahwa
dibelakang tubuh Oh Tin san yang sementara itu sudah
berdiri memucat seperti mayat berdiri tiga orang manusia,
dua orang tosu berbaju merah dan seorang lelaki kekar yang
berwajah bengis.
Kedua orang tosu tua berbaju merah itu, sama-sama
menyoren pedang dipunggungnya, seorang berwajah
kuning dan bertubuh kurus, sedang yang lain beralis
gundul, bermata cekung ke dalam, dalam sekilas pandangan
saja dapat diketahui bahwa mereka berdua bukan termasuk
orang-orang baik.
Sebaliknya lelaki kekar itu, berpakaian ringkas berwarna
coklat, dia membawa senjata kaitan pelindung tangan, alis
mata yang tebal, matanya besar dan kulit tubuhnya kuning
kehitam hitaman, manusia inipun tidak mirip orang baik-
baik.
http://kangzusi.com/
Dengan suatu pandangan cepat Hu yong siancu
memperhatikan sekejap seluruh arena, segera diketahui
olehnya bahwa Say kui hui, istri Oh Tin san tidak nampak
hadir di situ.
Maka kepada See giok yang berdiri di depan Oh Tin san,
ia berkata dengan suara dalam:
"Anak Giok, biarlah dia memberi penjelasan lebih dulu
sebelum membunuhnya."
Mendengar ucapan ini, Lan See giok segera berhenti
bergerak, namun sorot matanya yang memandang Oh Tin
San nampak memancarkan sinar berapi api.
Dalam pada itu, Oh Tin San pun sadar bahwa sulit
baginya untuk lolos dari kematian hari ini, biarpun begitu,
ia tetap berharap bisa lolos dari musibah ini, pikirnya, asal
bisa kabur kembali ke benteng Wi lim poo, maka dia tak
usah ketakutan lagi.
Dalam keadaan demikian, ia mulai menyesal
tindakannya yang kurang cermat, ia menyesal mengapa
tidak pulang ke Wi lim poo lebih dulu untuk mencari bala
bantuan sebelum datang menuntut balas.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, disesalkan pun tiada
gunanya, terpaksa dia harus menenangkan pikirannya, lalu
sambil menatap wajah Hu yong siancu, tegurnya dingin:
"Apa yang ingin kalian ketahui dariku?"
Hu yong siancu segera tertawa dingin, ujarnya dengan
suara dalam, "Oh Tin san, kau tidak usah berlagak pilon
lagi, apa yang pernah kau lakukan tentu saja hanya kau
seorang yang tahu?"
Dalam pada itu, si lelaki kekar dan kedua orang tosu tua
berbaju merah itu sudah diliputi hawa kegusaran yang
http://kangzusi.com/
membara, mendadak mereka beranjak dan berjalan menuju
ke sisi tubuh Oh Tin san .
Oh Tin San melirik sekejap kearah ketiga manusia itu,
sekilas senyuman licik segera menghiasi wajahnya yang
pucat, dengan cepat dia menggeleng seraya berseru.
"Selama hidup, belum pernah aku melakukan perbuatan
yang takut diketahui orang."
"Anjing tua" umpat See giok dengan napsu membunuh
makin membara, teriaknya kemudian, "jika kau enggan
membicarakan ke luar, siauya akan segera mencincang
tubuhmu sehingga hancur berkeping keping .”
Ditengah seruan mana, tubuhnya langsung menerjang ke
depan.
Disaat Lan See giok menerjang ke depan inilah, dua
orang tosu tua serta seorang lelaki kekar yang berdiri
dibelakang Oh Tin san telah membentak bersama sama,
lalu sambil meloloskan senjata masing-masing serentak
mereka menyerang anak muda itu.
Lan See giok tertawa dingin, serunya penuh perasaan
dendam:
"Bajingan tengik, kawanan tikus busuk, pingin mampus
rupanya kalian semua."
Tubuhnya berputar kencang secepat kilat, jari tangan
kanannya serta merta disentilkan ke arah depan.
Beberapa kali dengusan tertahan bergema memecahkan
keheningan, tahu-tahu jalan darah dari si tosu tua dan lelaki
kekar itu sudah tertotok semua.
Mereka bertiga sama-sama tertotok pada posisi senjata
lagi diangkat ke udara dan mata melotot, mulut melongo,
http://kangzusi.com/
tubuh mereka menjadi kaku semua hingga sedikit pun. tak
mampu berkutik lagi.
Oh Tin san segera merasakan bahwa kesempatan baik
tak boleh disia siakan dengan begitu saja, tanpa
mengucapkan sepatah katapun, ia membalikkan badan dan
langsung kabur kearah utara.
"Anjing tua, kembali kau." bentak Lan See giok keras-
keras.
Dalam bentakan itu, tubuhnya bagaikan segulung asap
melesat ke tengah udara dan melayang turun dihadapan Oh
Tin san, kemudian ujung baju kanannya dengan tehnik
"lembut" melepaskan sebuah kebutan ke tubuh lawan.
Oh Tin san segera menjerit kaget, ia merasakan
timbulnya segulung kekuatan yang maha dahsyat
mendorong tubuhnya balik kembali ke tempat semula.
bagaikan sebuah bola saja, tak ampun lagi tubuhnya
menggelinding balik ke posisi semula.
Akibat dari gelindingan ini, hidung dan muka Oh Tin
san selain membengkak besar pun dilapisi oleh lumpur dan
debu, ia merasa dunia seperti berputar kencang, pandangan
matanya berkunang kunang, dan tubuhnya jadi lemas
seolah-olah, tidak berkekuatan lagi. mimpi pun dia tak
pernah menyangka, biarpun dia sudah berlatih selama satu
tahun di pulau Wan san dan ilmu silatnya telah
mendapatkan kemajuan yang pesat. namun sama sekali tak
terduga tenaga dalam yang dimiliki Lan See giok justru
telah mencapai kemajuan yang luar biasa.
Duduk terpekur diatas tanah, dia hanya bisa
menggelengkan kepalanya berulangkali sambil
menghembuskan napas panjang dengan wajah penuh
kebencian dan napsu membunuh yang membara, dia awasi
wajah Lan See giok tanpa berkedip.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu segera berkerut kening kemudian
bentaknya penuh kegusaran.
"Oh Tin San, ayo cepat katakan, dengan cara
bagaimanakah kau berhasil mendapat tahu kalau Lan
tayhiap bersembunyi dalam kuburan Leng ong bong,
bagaimana caramu memasuki kuburan dan membunuh Lan
tay-hiap. Kenapa pula kau totok jalan darah kematian si
makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi? Kuanjurkan
kepadamu lebih baik jawab saja dengan sejujurnya, aku
yakin Lan See giok tentu tak akan menyiksamu sebelum
menghabisi nyawamu, kalau tidak ."
"Kalau tidak kenapa?" teriak Oh Tin san sambil
berpaling dan memandang kearah Hu yong siancu dengan
penuh kegusaran.
"Akan kusuruh kau rasakan bagaimana lihaynya ilmu
memisah otot melepas tulang", seru See giok dengan cepat.
Oh Tin san tertawa dingin, sorot matanya yang sesat
sengaja memandang sekejap ke arah kedua orang tosu tua
dan lelaki kekar yang tertotok jalan darahnya itu, kemudian
mengancam:
"Kau si bocah keparat tidak usah berbangga dulu, tak ada
gunanya kau bunuh Oh Tin san. ketahuilah murid-murid
kesayangan dari Lam hay koay kiat dan Si to cinjin telah
kau totok jalan darahnya malam ini, itu berarti kau sudah
ditetapkan bakal mampus,"
Mendengar ucapan tersebut, Lan See giok jadi teringat
kembali dengan gurunya yang hingga kini masih belum
ketahuan bagaimana nasibnya, kobaran napsu membunuh
sekali lagi menyelimuti wajahnya.
Ia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram
serunya keras-keras:
http://kangzusi.com/
"Jangan lagi baru jalan darahnya yang di totok sekalipun
menghabisi nyawa mereka, apa yang mesti siauya takuti?".
Dalam pembicaraan mana, tubuhnya melompat ke
depan kedua tosu tua serta lelaki kekar itu, kemudian
sambil mementangkan kelima jari tangan kanannya dia
melepaskan serangkaian serangan.
Dimana bayangan berkelebat lewat, “plaak, plaak,
plaak!" diiringi suara benturan yang keras, tiga kali jeritan
ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan
keheningan
Darah segar segera berceceran di mana-mana, dalam
sekali ayunan tangan saja pemuda tersebut telah menghabisi
nyawa ke tiga manusia tersebut.
Lan See giok sama sekali tidak mencoba untuk
menghindar, tak ampun lagi sekujur badannya terkena
semburan darah lawan hingga keadaannya menjadi
menakutkan sekali dan membuat berdirinya bulu kuduk
orang.
Hu yong siancu sekalian serta Si naga Sakti pembalik
sungai yang segera membuka matanya setelah mendengar
jeritan tadi, diam-diam merasa amat terkejut oleh kejadian
tersebut, paras muka mereka berubah amat hebat.
Sebaliknya Oh Tin San yang duduk di atas tanah tidak
menyangka kalau Lan See giok tidak takut atas ke tiga
manusia aneh dari luar lautan, saking takutnya dia sampai
terbelalak dengan mulut melongo, wajahnya pucat pias,
sementara butiran keringat sebesar kacang kedelai jatuh
bercucuran tiada henti nya.
Selesai menghabisi nyawa kedua tosu tua dan lelaki
kekar tadi, sekali lagi Lan See giok mendongakkan
http://kangzusi.com/
kepalanya sambil tertawa seram, dia mendesak ke arah Oh
Tin san lebih jauh, kemudian hardiknya:
"Bajingan bertelinga tunggal, jika kau berani
membohong lagi, siauya akan segera mengutungi lenganmu
lebih dulu."
Oh Tin san tahu bahwa kesadaran Lan See giok sudah
mendekati kalap, dengan ketakutan setengah mati buru-
buru sahutnya dengan suara gemetar:
"Baik, aku akan berbicara ... aku akan berbicara."
Sementara itu.
Dua sosok bayangan tubuh kecil muncul dari arah dusun
nelayan dan bergerak mendekat dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, menyusul kemudian, terdengar Oh Li cu
berteriak keras:
"Adik Giok, tunggu sebentar, adik Giok,. tunggu
sebentar."
Dalam teriakan itu, Tok Nio-cu serta Oh Li cu telah
melayang turun ke dalam arena.
Menyaksikan Oh Tin san yang duduk ketakutan di atas
tanah, Oh Li cu sama sekali tidak menghentikan gerakan
tubuhnya: dia langsung menubruk ke muka, kemudian
berteriak sambil menangis tersedu sedu:
"Ayah. oooh, ayah."
Lan See giok amat gusar menjumpai sikap nona itu,
mendadak dia membentak nyaring:
"Minggir kau dari sini ."
Ditengah bentakan keras, tiba-tiba tubuhnya berputar
sambil melepaskan sebuah bacokan keras ke tubuh Oh Li cu
yang sedang menerjang tiba itu .
http://kangzusi.com/
Agaknya Oh Li cu sama sekali tidak menyangka kalau si
anak muda tersebut bakal melancarkan serangan ke
arahnya, diiringi jeritan lengking, tubuhnya segera
tergulung oleh tenaga serangan yang maha dahsyat itu.
Hu yong siancu, Tok Nio-cu, Si Cay soat serta Ciu Siau
cian sama-sama menjerit kaget sembari menyusul ke depan.
Tatkala tubuh Oh Li-cu melayang turun ke atas tanah, Ho
yong siancu segera bertindak cepat dengan menyambut
tubuhnya.
"Ooooh. bibi!" gadis itu segera berteriak sambil
menangis, kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Hu yong siancu sembari menangis terisak.
Tok Nio-cu, Si Cay soat dan Ciu Siau cian baru merasa
lega setelah melihat Oh-Li cu tidak menderita luka apapun,
perasaan tegang yang semula mencekam, kini pun semakin
mengendor.
Mendadak Oh Tin San yang duduk diatas tanah itu
memancarkan sinar bengis dari balik matanya, tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia melompat bangun,
kemudian menggunakan kesempatan di saat Lan See giok
sedang mengawasi Oh Li-cu dengan pandangan sedih, dia
mengayunkan telapak tangannya sambil menyerang
punggung pemuda tersebut dengan sebuah serangan
mematikan. Mendengar desingan angin tajam menyambar
tiba, Lan See giok menyadari akan datangnya bahaya,. tiba-
tiba dia membalikkan badan sambil membentak keras:
"Anjing keparat, kepingin mampus rupanya kau!"
Dengan telapak tangan menggantikan pedang, secepat
kilat dia bendung datangnya ancaman tersebut, kemudian
melanjutkan dengan bacokan ke tangan kanan lawan
http://kangzusi.com/
Pada waktu itu, Oh Tin san sadar bahwa dia pasti
mampus, karenanya timbul niatnya untuk beradu jiwa
dengan lawan.
Maka dari itu, ketika dilihatnya Lan See giok
mengangkat telapak tangannya untuk membendung
datangnya ancaman tersebut, dengan cepat dia
mengerahkan tenaga dalamnya mencapai sepuluh bagian,
lalu ditebaskan ke muka.
Lan See giok tertawa dingin, telapak tangan bajanya
membabat lebih jauh ke muka dan.
"Krassss!"
Diiringi desingan tajam yang menggidikkan hati,Oh Tin
San menjerit kesakitan, tahu-tahu lengan kanannya sudah
terpapas kutung menjadi dua bagian, percikan darah
segarpun memancar hingga kemana mana .
Pucat pias selembar wajah Oh Tin San, dengan
sempoyongan dia mundur beberapa langkah dari posisi
semula, lalu jatuh terduduk kembali ke atas tanah.
Menyaksikan peristiwa ini, Oh Li cu menangis semakin
keras, hatinya benar-benar merasa amat pedih.
Sedangkan Lan See giok dengan kening berkerut dan
mata memerah seperti bara api selangkah demi selangkah
maju terus mendekati Oh Tin san, jari-jari tangan kanannya
masih terpentang lebar siap melepaskan serangan berikut.
Kemudian setelah itu tiba-tiba dia berteriak penuh
perasaan dendam:
"Oh Tin San, mau bicara tidak?"
Oh Li cu merasa sangat tidak tega menjumpai Oh Tin
San duduk bermandikan darah sambil menunjukkan
http://kangzusi.com/
keadaan yang amat menderita itu, sambil menangis terisak,
serunya keras-keras:
"Ayah .ayolah cepat bicara, cepatlah kau katakan, uuuhh
.uuuhhh.uuuh."
Kalau orang sudah hampir mati, biasanya hatinya
menjadi lemah, demikian pula halnya dengan Oh Tin San.
Dia menghela napas sedih kemudian mengangguk penuh
penderitaan, katanya kemudian dengan napas terengah
engah:
"Baik, akan kukatakan, akan kukatakan."
Mendengar kesediaan lawan, Hu yong siancu sekalian
bersama sama maju ke depan dan mengelilingi orang itu,
tinggal Siau thi gou seorang masih tetap berdiri di samping
si naga Sakti pembalik Sungai untuk melindungi
keselamatan jiwanya.
Melihat Oh Tin san telah bersedia menjawab, Lan See
giokpun menyentilkan jari tangan nya ke tengah udara serta
menghentikan aliran darah dari lengan Oh Tin san yang
terluka.
Setelah mengatur napas sebentar untuk menghilangkan
napasnya yang terengah, Oh Tin San mendongakkan
kepalanya dan memandang sekejap kearah Oh Li cu
kemudian berkata:
"Anak Cu, sekarang kau sudah berada bersama sama
Tok Nio-cu dari Pek hoo cay, ini berarti kaupun sudah tahu
bahwa kau sebetulnya bukan putri kandungku,
bagaimanapun juga aku toh pernah melepaskan budi
pemeliharaan selama belasan tahun kepada mu, maka
kuharap sebelum ajalku tiba, sanggupilah sebuah
permintaanku ."
http://kangzusi.com/
Oh Li cu sendiripun tahu bahwa tipis harapan bagi Oh
Tin San untuk hidup lebih lanjut hari ini, teringat selama
hidupnya dia selalu menyebut ayah kepada orang ini,
sedikit banyak masih tersisa pula perasaan yang mendalam
dengannya, karena itu ia mengangguk sambil menangis.
Oh Tin san menarik napas panjang-panjang, lalu
memandang sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan
gembira di samping menderita, lalu setelah menundukkan
kepala nya dia melanjutkan:
"Aku tidak mempunyai permintaan yang terlalu muluk
kepadamu, aku hanya berharap setelah mati nanti, kuburlah
jenasahku di dalam tanah ."
Mendengar permintaan ini, Oh Li cu tak dapat menahan
rasa sedihnya lagi, dia menangis semakin menjadi jadi,
sembari menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan,
serunya sambil tersedu.
"Adik Giok, kau harus menyanggupi permintaanku
untuk berbuat begitu ."
Pelan-pelan Oh Tin san mendongakkan kepalanya dan
memandang kearah Lan See giok dengan penuh kebencian,
sekulum senyuman licik segera tersungging di ujung
bibirnya dan ujarnya dengan dingin:
"Kau tak usah bertanya kepadanya, dengan kedudukan
Si Yu gi sebagai penyebab kejadian ini pun dia masih
berhak dikubur dalam peti mati yang bobrok, apakah dia
benar-benar akan tega membiarkan jenasahku terbengkalai
di tepi jalan dengan begitu saja?"
Hu yong siancu dan Lan See giok yang mendengar
ucapan tersebut sama-sama merasakan hatinya bergetar
keras.
Dengan cepat Hu yang siancu berseru:
http://kangzusi.com/
"Kau maksudkan orang yang membinasakan Lan
tayhiap adalah si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi?"
Secara licik Oh Tin san menggelengkan kepalanya,
kemudian menjawab singkat:
"Bukan!"
"Lantas siapa?" dengan perasaan terkejut bercampur
gusar Lan See giok berseru.
Oh Tin san tertawa dingin, kemudian jengeknya sinis:
"Akulah yang melakukan!".
Lan See giok teramat sedih, hawa napsu membunuhnya
dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya, penuh rasa
geram dia berteriak keras-keras:
"Bajingan terkutuk, jadi kau yang telah membunuh
ayahku? Bajingan tengik, akan kubunuh kau."
Dalam teriakan tersebut, tubuhnya segera mendesak
maju ke muka sambil mengangkat telapak tangan kanannya
siap melepaskan serangan mematikan.
"Anak Giok." Hu yong siancu segera berseru dengan
suara gemetar.
Mendengar teriakan mana, Lan See giok segera
menghentikan langkahnya, dia tahu bibi Wan menyuruh
dia untuk menahan rasa sedih dan dendam yang membara
dalam dadanya untuk mencari tahu duduknya persoalan
hingga jelas.
Maka dengan mata yang berapi api, diawasinya Oh Tin
San tanpa berkedip, kemudian bentaknya keras:
"Ayo cepat bicara!"
Berhubung rasa sakit yang dideritanya pada lengan yang
kutung sudah jauh mereda, sikap si manusia bengis
http://kangzusi.com/
bertelinga tunggal Oh Tin San kembali berubah menjadi
beringas dan mengerikan
Setelah tertawa dingin, ujarnya, dengan sinis:
"Lan See giok, kau tidak usah berlagak sok lebih dulu,
aku tahu hari ini aku bakal mampus, tapi saat
kematianmupun sudah tak akan jauh lagi, ketahuilah kau
telah menghabisi nyawa ketiga orang murid dari tiga
manusia gagah dari luar lautan, mereka tidak akan
melepaskanmu dengan begitu saja."
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan, Lan See
giok telah mendongakkan kepala nya sambil tertawa seram:
"Heeehh.heeehh.heeehh.sepasang hidupnya tiga manusia
aneh dari luar lautan selalu mengganggu dunia persilatan,
melakukan kejahatan dimana mana dan dosa-nya sudah
menumpuk-numpuk, terhadap manusia laknat macam
mereka, setiap anggota persilatan siap untuk melenyapkan
orang-orang tersebut dari muka bumi. Jangan lagi dibilang
ketiga manusia aneh itu tak akan melepaskan siauya,
sekalipun mereka bertiga melepaskan siauya pun, siauya tak
akan melepaskan mereka dengan begitu saja."
Mendengar perkataan mana, Oh Tin San segera
menengok kearah Lan See giok dengan pandangan sinis,
sekulum senyuman dingin pun menghiasi wajah kudanya.
Sekali lagi Lan See giok dibikin naik darah, sikap lawan
membuat ia bertambah geram, rasa ingin menangpun
terpancing ke luar, maka dengan suara menggeledek dia
membentak:
"Kau anggap aku tak berani melenyapkan mereka dari
muka bumi . "
Bersamaan dengan selesainya seruan itu, tiba-tiba dia
membalikkan badan, sepasang lengannya diputar satu
http://kangzusi.com/
lingkaran kemudian dilontarkan ke arah sebuah batu besar
yang berada tiga kaki di hadapannya sana, tenaga sakti Hud
kong sinkang yang maha dahsyat pun segera meluncur ke
depan .
Sesudah berulang kali minum Leng sik giok ji, kemudian
ditambah pula dia telah melakukan senggama dengan Siau
cian, membuat tenaga dalamnya bukan saja berlipat ganda,
bahkan gabungan hawa yang dan im yang diterima dalam
tubuhnya membuat kemampuan pemuda ini benar-benar
telah mencapai puncaknya.
Bersamaan dengan ayunan telapak tangan anak muda
tersebut, tampak sekilas cahaya berkelebat lewat kemudian
berubah menjadi segulung hawa putih yang melesat ke arah
batuan cadas tadi secepat sambaran petir .
"Blaaammmm!"
Suatu ledakan yang benar-benar memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Batu dan pasir segera beterbangan di angkasa, kabut dan
debu memancar ke empat penjuru, suasana terasa amat
mengerikan.
Sampai lama sekali suara ledakan itu, masih terasa
menggaung di angkasa, bintang dan rembulan di angkasa
bagaikan turut punah .
Dikejauhan sana, batuan beterbangan dan rontok ke
tanah bagaikan hujan gerimis, di sana sini muncul percikan
bunga api akibat gesekan antara batu dengan batu yang
saling beterbangan .
Oh Tin san tertegun seketika, Hu yong siancu sekalian
juga tertegun, malah Lan See giok sendiripun sampai berdiri
termangu.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya si naga sakti pembalik sungai yang masih
duduk bersila diatas tanah hanya bisa membelalakkan
matanya lebar-lebar, ia sungguh tak percaya dengan apa
yang terlihat di depan mata sekarang, di samping itu diapun
menjadi paham apa sebabnya To Seng-cu berpesan agar
Lan see giok berangkat ke Wan san setahun kemudian:
Akhirnya Oh Tin san yang pertama tama menghela
napas sedih, dengan wajah yang lemas dan putus asa
katanya kemudian:
"Aaaaai, nampaknya apa yang mereka rencanakan
memang sulit untuk diwujudkan sebagai kenyataan ."
"Rencana siapa?" tegur See giok dengan suara dalam.
Oh Tin san segera sadar kalau dia telah salah berbicara,
maka, sambil tertawa dingin serunya.
"Ucapan itu bukan termasuk persoalan yang wajib
kujawab kepadamu .”
"Kalau memang begitu, mengapa tidak kau sebutkan
bagaimana caramu menemukan ayahku bersembunyi di
dalam kuburan kuno tersebut?" teriak See giok penuh
amarah.
"Jika kau bertanya dengan sikap yang begitu kasar, aku
akan menjawab tak tahu"
Berkilat sepasang mata Lan See giok, dia maju dua
langkah ke muka dan siap menotok kembali jalan darah di
tubuh Oh Ti san,
Mendadak terdengar Oh Li cu menjerit dengan suara
yang sangat memilukan hati:
"Cepatlah kau katakan, kau tak usah mencari penyakit
buat diri sendiri!"
http://kangzusi.com/
Oh Tin san memandang sekejap kearah Lan See giok
yang sedang menghentikan langkahnya setelah mendengar
perkataan itu, dia tahu bersikap keras kepala hanya mencari
penderitaan bagi diri sendiri.
Menyadari akan hal tersebut, dia menghela napas sedih,
kemudian ujarnya dengan suara dalam:
"Tadi, aku mengatakan bahwa Pek toh oh-cu si Makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi sebagai biang keladinya
peristiwa ini karena tengah hari tersebut secara kebetulan
saja kujumpai gerak gerik Si Yu gi yang sangat
mencurigakan, ketika kukuntit gerak geriknya maka
kutemukan akhirnya tempat persembunyian dari Lan
Khong tay."
Mendengar keterangan ini, Hu yong siancu serta Lan See
giok benar-benar amat mendendam kepada Si Yu gi,
ternyata semua peristiwa berdarah ini memang bersumber
pada dirinya seorang.
Setelah termenung dan berpikir beberapa saat, Oh Tin
san berkata lebih jauh:
"Semenjak kami lima manusia cacad dari tiga telaga
memperoleh kabar tentang ditemukannya jejak dari Hu
yang siancu Han lihiap, siang malam tiada hentinya aku
selalu melakukan pelacakan di sekitar tempat tersebut.
"Hari itu, aku sedang beristirahat di luar hutan siong
dekat kuburan Leng ong bong, mendadak kujumpai si
makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dengan membawa
sebuah sekop sedang melayang masuk ke dalam hutan
tersebut.
Karena curiga, secara diam-diam kukuntit jejaknya itu,
tapi agar jejakku tidak diketahui Si Yu gi, maka aku tak
berani menguntit terlampau dekat, karenanya setelah dia
http://kangzusi.com/
masuk ke dalam Ong bong, aku tidak mengetahui ke mana
perginya Si Yu gi tersebut.
Waktu itu aku menjadi amat gelisah sehingga segera
melompat naik ke atas sebatang pohon besar untuk
memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu, namun
bayangan tubuh Si Yu gi seolah-olah lenyap ditelan bumi,
lama sekali tak berhasil kutemukan jejaknya, karenanya
akupun berkesimpulan bahwa Si Yu gi masih tetap berada
di dalam kompleks tanah pekuburan ini.
Karena itulah secara diam-diam aku duduk di atas
ranting pohon sambil menunggu, sampai matahari condong
ke barat belum juga kutemukan Si makhluk bertanduk
tunggal Si Yu gi menampakkan diri lagi.
Dan pada saat itulah, tiba-tiba kudengar suara
gemerincingan nyaring berkumandang dari balik kuburan...
Mendengar sampai di situ Lan See giok tahu bahwa
suara itu berasal dari suara rantai pintu rahasia yang sedang
dibuka oleh ayahnya, selain itu diapun menyimpulkan
bahwa Si Yu gi sedang memasuki lorong rahasia barunya
sambil secara diam-diam meneruskan galiannya.
Setelah berhenti sejenak untuk menarik napas, Oh Tin
San berkata lebih lanjut:
"...waktu itu aku merasa sangat keheranan, tapi
bersamaan dengan berhentinya suara gemerincingan
tersebut, tiba-tiba dari sebelah kiri kuburan besar itu muncul
seorang lelaki setengah umur yang memakai jubah panjang
berwarna kuning.
Seluruh rambut orang itu telah beruban, dia memakai
ikat kepala berwarna biru, hanya dikarenakan dia berdiri
membelakangiku, maka tidak kuketahui siapakah dia.
http://kangzusi.com/
Menanti orang itu membalikkan badannya, aku baru
merasa terkejut sehingga hampir saja terjatuh dari atas
dahan pohon, ternyata orang itu berwajah tampan dengan
kumis menghiasi atas bibirnya, hehh... hehhh... hehh...
rupanya orang ini bukan lain adalah Lan Khong tay yang
selama banyak tahun ini menyembunyikan diri,
Tak terlukiskan perasaanku waktu itu, selain kaget juga
gembiranya bukan kepalang, di dalam keadaan begini aku
sudah melupakan Si Yu gi yang memasuki kuburan tersebut
tadi, namun dari keadaan Lan Khong tay yang baru berusia
empat puluh tahun, namun dalam sepuluh tahun saja
rambutnya telah beruban semua, dapat disimpulkan bahwa
dalam hatinya tersimpan banyak masalah yang
memusingkan kepalanya .... "
Berbicara sampai di situ, Oh Tin San berhenti sejenak
seraya memandang sekejap ke seluruh arena ....
Si Cay soat, Siau cian, Oh Li cu maupun Tok Nio-cu
semuanya lagi mendengarkan dengan seksama .....
Si naga Sakti pembalik sungai sedang membelalakkan
matanya pula mendengarkan penuturan tersebut.
Demikian juga keadaan siau thi gou, matanya melotot
besar sekali ....
See giok berdiri dengan air mata berlinang membasahi
pipinya, bibir yang terkatup kencang nampak membentuk
satu lingkaran busur ....
Sedangkan Hu yong siancu mendongakkan kepalanya
memandang kegelapan di angkasa, sedang butiran air mata
satu demi satu bercucuran keluar tiada habisnya, bibir yang
pucat pias tak bisa menahan gemetar yang berlangsung
tiada hentinya. Maka Oh Tin san pun berkata lebih jauh:
http://kangzusi.com/
"Waktu itu aku sadar bahwa kepandaian yang kumiliki
masih bukan tandingan Lan Khong tay, karena itu aku tak
berani berisik apalagi menimbulkan suara, sampai Lan
Khong tay sudah melangkah keluar dari hutan siong, aku
baru berani melayang turun dari tempat persembunyianku,
Ketika kudekati kuburan tersebut, baru kujumpai
dibagian belakangnya terdapat sebuah pintu, tapi aku tak
berani memasukinya secara gegabah, sebab aku tahu istri
Lan Khong tay, Ki lu lihiap Ong Yan hoa juga termasuk
seorang jago silat yang berilmu silat sangat hebat...
Sampai aku memasuki kuburan itu secara diam-diam,
baru kujumpai dalam kuburan ini selain sebuah lentera
diatas meja, ternyata tidak kujumpai siapapun ...
Pada saat itulah, tiba-tiba dari arah pintu kuburan
berkumandang datang suara ujung baju yang terhembus
angin.
Aku menjadi amat terperanjat dan cepat-cepat
menyembunyikan diri di bawah meja, kemudian kulihat
ada seseorang melayang datang, ternyata dia adalah si gurdi
emas peluru perak Lan Khong tay yang barusan keluar
kuburan.
Lan Khong tay masuk dengan tergesa gesa sehingga
sama sekali tidak memperhatikan jika aku lagi bersembunyi
di bawah meja, dia lalu menuju ke atas meja besar untuk
mengambil senjata gurdi emasnya, aku merasa inilah
kesempatan terbaik untuk bertindak, maka secepat kilat
kulepaskan sebuah pukulan dahsyat yang ternyata persis
bersarang di pusarnya.,..”
Mendengar sampai di sini, air mata bercampur darah
bercucuran ke luar dari balik mata Lan See giok, sambil
menggertak gigi pelan-pelan ia menghampiri Oh Tin San
lagi, kesepuluh jari tangannya yang di pentangkan lebar-
http://kangzusi.com/
lebar kedengaran berbunyi gemerutukan nyaring.
Sebaliknya Hu yong siancu masih tetap mengangkat
kepalanya sambil memandang kegelapan malam, sambil
menahan rasa sedih di hatinya, ia berkata lirih:
"Teruskan ceritamu itu ......
Oh Tin San memandang sekejap wajah See giok yang
semakin mendekati tubuhnya itu, dengan wajah memucat
dan menggertak gigi keras-keras, dia meneruskan:
"Seketika itu juga Lan khong-tay mendengus tertahan
dan mundur tiga langkah dengan sempoyongan,
memanfaatkan peluang emas ini, kusarangkan sebuah
pukulan lagi ke arahnya, dan kali ini persis menghajar
dadanya..."
Belum selesai dia berkata, tiba-tiba terdengar Lan See
giok berteriak keras, dia muntahkan darah segar dan
tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah, namun
bersamaan waktunya dia melontarkan pula sepasang
telapak tangannya ke depan.
Suatu ledakan keras segera berkumandang memecahkan
keheningan, percikan darah memancar ke mana-mana,
hancuran daging beterbangan diangkasa tubuh Oh Tin San
telah terhembus oleh angin serangan itu hingga meluncur
sejauh puluhan kaki lebih dari tempat semula.
Semua orang menjadi terkejut dan buru-buru
menghampiri Lan See giok yang jatuh pingsan itu, hanya
Hu yong siancu seorang masih tetap berdiri tak bergerak
sambil mengawasi angkasa.
Tampaknya si naga Sakti pembalik sungai telah berhasil
pula mengendalikan luka yang dideritanya, bersama Siau
thi gou, mereka memburu pula ke depan.
http://kangzusi.com/
Siau cian, Cay soat dan Oh Li cu bertiga bersama sama
membangunkan See giok dari atas tanah, ada yang
memanggil engkoh Giok ada pula yang menjerit adik Giok,
suasana menjadi kalut tidak karuan .....
Walaupun si naga Sakti pembalik sungai belum pernah
bersua muka dengan Tok Nio-cu, agaknya diapun sudah
mengetahui akan asal usul perempuan ini, dengan suara
lemah katanya kemudian:
"Nona Be, harap kau segera memukul jalan darah Mia
bun hiat di tubuh Lan siauhiap keras-keras!"
Selesai berkata, dia meneruskan langkahnya mendekati
Hu yong siancu yang masih berdiri termangu.
Pada dasarnya pengalaman yang dimiliki Tok Nio-cu
memang amat luas, dia tak lebih cuma dibikin bingung oleh
isak tangis Siau cian bertiga saja, setelah mendengar
peringatan dari si naga sakti pembalik sungai, serta merta
dia menarik Siau thi gou dan Oh Li cu agar menjauh ....
Setelah itu perempuan tersebut berjongkok di sisi
pemuda tadi dan mengerahkan tenaga dalamnya untuk
memukul jalan darah Mia bun hiat di tubuh pemuda
tersebut.
Tapi Lan See giok masih tetap memejam kan matanya
rapat-rapat, sama sekali tak ada gejala dia telah mendusin.
Tok Nio-cu tidak tahu kalau Lan See giok telah berhasil
melatih ilmu memindahkan jalan darah, melihat pemuda
tersebut belum juga menunjukkan suatu gejala akan
mendusin saking gelisahnya dia sampai bermandikan
keringat dingin.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar si naga sakti
pembalik sungai berteriak kaget "Aaaah. nona Cian kau
cepat kemari!"
http://kangzusi.com/
Siau-cian segera menerjang ke depan dengan kecepatan
tinggi, dijumpai ibunya masih memandang ke atas dengan
sorot mata kaku. tampaknya perempuan inipun sudah jatuh
tak sadarkan diri,
Dengan perasaan gugup gadis itu segera menjerit keras.
"Oooh ibu...!
Diiringi isak tangis yang ramai, ia memeluk tubuh Hu
yong siancu erat-erat.
Menyusul kemudian bayangan marah berkelebat lewat Si
Cay soat telah menerjang pula ke depan, dengan cepat nona
ini menotok jalan darah Jin-tiong-hiat di hidung Hu-yong
siancu disusul menabok jalan darah Mia-bun hiat nya,
Hu-yong siancu segera menghembuskan napas panjang
dan sadar kembali dari pingsannya, ia tertunduk sedih, air
matapun bercucuran membasahi wajahnya, dibimbing oleh
Siau-cian, pelan-pelan ia duduk diatas tanah.
Dalam suasana yang serba kalut inilah. tiba-tiba....
Suara pekikan nyaring berkumandang dari balik dusun
situ, kemudian tampak sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan luar biasa meluncur datang, kearah mana
beberapa orang itu sedang berdiri,
Si naga sakti pembalik sungai yang menyaksikan
peristiwa tersebut menjadi amat terkejut. dia tahu
pendatang bukan seorang jago silat biasa, maka dengan
perasaan cemas, bercampur gelisah dia berseru keras.
"Cepat, cepat kalian sadarkan kembali See giok.. cepatan
sedikit...."
Baik Tok Nio-cu maupun Oh Li-cu, mereka sudah
melihat betapa gawatnya situasi yang dihadapi, namun
meski kedua orang itu sudah berusaha untuk menguruti
http://kangzusi.com/
jalan darah di tubuh See giok, anak muda tersebut belum
juga sadarkan diri.
Di dalam kekalutan, akhirnya Si Cay-soat menyadari apa
gerangan yang telah terjadi sekali, lagi dia melayang turun
di sisi See giok, kemudian secara beruntun dia melancarkan
lima buah serangan berantai.
Barulah setelah termakan kelima pukulan itu, See-giok
menjerit keras dan sekali lagi memuntahkan darah segar.
Dalam pada itu. Siau-cian telah membimbing ibunya
duduk bersila diatas tanah, ketika melihat jelas wajah si
pendatang itu. tanpa terasa dia menjerit kaget:
"Aaaah. Say nyoo-hui yang telah datang!"
Tok Nio-cu dan Oh Li cu sama-sama merasa terkejut.
namun kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini
masih terlalu cetek sehingga ketajaman mata mereka belum
dapat melihat dengan jelas apakah orang ini adalah Say
Nyoo-hui sungguh atau bukan.
Bahkan si naga sakti pembalik sungai serta Si Cay soat
pun belum mampu melihat dengan jelas paras muka si
pendatang itu, berbeda sekali dengan Siau cian yang telah
minum Leng sik giok ji dalam jumlah banyak, tenaga
dalamnya telah memperoleh kemajuan yang amat pesat."
Tidak heran kalau beberapa orang itu masih
menyangsikan kebenaran dari ucapan Siau-cian.
oooOde-wiOooo

BAB 32
Gerakan tubuh si pendatang itu benar-benar sangat
cepat, di dalam waktu singkat dia sudah berhenti dua kaki
http://kangzusi.com/
dihadapan orang-orang tersebut, benar juga, ternyata orang
itu adalah Say Nyoo hui, istri Oh Tin san.
Diam-diam si naga sakti pembalik sungai sekali ini
merasa terkejut, sudah setahun lamanya Say Nyoo hui
berdiam di pulau Wan san. kenyataannya tenaga dalam
yang dia miliki telah peroleh kemajuan yang demikian
pesat. hal tersebut kontan saja meningkatkan kewaspadaan
dari beberapa orang itu
Say nyoo hui masih tetap mengenakan pakaian merah
dengan celana panjang, di pinggangnya memakai ikat
pinggang kembang kembang, sedangkan dipunggungnya
menggembol sepasang golok burung hong yang diberi pita
merah dan hijau pula.
Baru saja berdiri tegak, perempuan itu segera
menyunggingkan senyuman dingin diatas wajahnya yang
penuh berkeriput itu, kemudian dengan angkuh dia
memandang sekejap seluruh arena.
"Hmmm, tidak heran kalau lonio menubruk tempat
kosong. rupanya kalian manusia-manusia yang hampir
mampus telah berkumpul semua disini" jengeknya dingin.
Oh Li cu yang melihat kemunculan Say-nyoo hui tak
tahan lagi segera berseru.
"Ibu, anak Cu berada disini-."
Belum habis seruan itu, Tok Nio-cu dengan kening
berkerut dan mata melotot besar telah melangkah maju ke
depan menghampiri Say Nyoo hui. tubuhnya kelihatan
gemetar keras,
Semenjak melihat raut wajah Tok Nio-cu, Say Nyoo hui
sudah merasakan keadaan tak beres, namun dia percaya
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang amat hebat,
http://kangzusi.com/
karena itu kehadiran Tok Nio-cu sama sekali tak dipandang
sebelah matapun olehnya.
Akan tetapi setelah di jumpai batok kepala yang hancur
lebur diatas tanah serta tiga sosok mayat dari kedua tosu
dan seorang lelaki kekar itu, paras mukanya kontan berubah
hebat,
Ketika Oh Li cu melihat Tok Nio-cu sama sekali tidak
berbicara bahkan meneruskan langkahnya mendekati
lawan, dia tahu dengan segera bahwa orang yang
menghabisi nyawa Ibu kandungnya dulu bisa jadi adalah
Say nyoo hui ini,
Berpikir demikian, hatinya menjadi sakit, dendam,
menyesal dan malu. berbagai perasaan yang berkecamuk
menjadi satu di dalam benaknya, tak dapat dibendung lagi
air matanya segera jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Sementara itu. Say nyoo hui Gi Ci hoa telah berhasil
menguasai diri dengan cepat, wajahnya berubah menjadi
menyeringai amat mengerikan. Setelah memandang sekejap
kearah Hu yong siancu dan Lan See giok yang masih duduk
bersila diatas tanah, ia berseru keras.
"Siapa ... siapakah yang telah membunuh anak murid Si
to cinjin serta Lam hay-koay-kiat?"
Suasana tetap hening. semua orang memandang kearah
Say-nyoo hui dengan pandangan sinis dan tak kedengaran
sedikit suara pun yang memberi jawaban.
Menyaksikan hal ini. Say nyoo hui semakin gusar lagi.
dia mengira semua orang sudah menaruh perasaan takut
kepadanya, ditambah lagi kehadiran Hu yong siancu dan
Lan See giok yang masih bersila diatas tanah, disangkanya
mereka berdua telah terluka ditangan tosu tua tersebut, hal
http://kangzusi.com/
mana membuat dia semakin tidak memandang sebelah
matapun terhadap beberapa orang itu.
Dengan kening berkerut diapun berpaling ke arah Tok
Nio-cu. kemudian bentaknya keras-keras.
"Siapa kau? Apakah kau ingin mencari kematian buat
diri sendiri.?"
Waktu itu Tok Nio-cu telah mempersiapkan dua buah
pukulan dengan disertai tenaga penuh yang siap dilontarkan
ke tubuh Say nyoo hui...ia telah bertekad untuk menghabisi
nyawa si pembunuh ibunya ini dalam serangan mana.
Maka menghadapi pertanyaan lawan, ia tertawa dingin
seraya serunya dengan penuh kebencian..
"Siapakah aku. aku yakin kau sudah mengetahui dengan
jelas, bayangkan saja piausu Be Yu liang serta Mao Kim go
dari Juan tiong, maka kau akan segera tahu siapakah diriku
yang sebenarnya."
Berubah hebat paras muka Say nyoo hui atas jawaban
ini, sambil membentak nyaring tiba-tiba ia memutar
sepasang pergelangan tangannya,
Dua cahaya tajam berkelebat lewat dan tahu-tahu
berubah menjadi segulung bukit golok yang langsung
menerjang ke tubuh Tok Nio-cu..
Oh Li cu menjadi amat terkejut melihat kejadian ini,
saking kagetnya dia sampai menjerit lengking.
Ditengah bentakan nyaring kembali tampak cahaya
merah berkelebat lewat, diantara kilatan sinar pedang, Cay
Soat telah menerjang pula ke depan dengan kecepatan luar
biasa.
Tampaknya Tok Nio-cu sama sekali tidak menyangka
kalau Say nyoo hui akan melepaskan serangannya secara
http://kangzusi.com/
tiba-tiba, tubuhnya segera berkelebat mundur sejauh lima
langkah kemudian tangannya diayunkan berulang kali ...
"Sreeeet. sreeeet!?”
Dua batang panah pendek langsung melesat ke udara
dan menembusi bayangan golok
"Traaaang, traaaangg- !"
Panah-panah pendek itu seketika terpental ke udara. tapi
Si Cay soat telah keburu menyambar tiba dengan jurus
"membantai hong mencabut bulu" pedang Jit hoa kiam nya
secepat petir membabat masuk ke balik bayangan golok
yang membukit itu.
Sesungguhnya Say Nyoo hui berniat membunuh Tok
Nio-cu dengan suatu serangan kilat, siapa tahu dari tengah
jalan muncul seorang Thia Kau kim yang menghalangi
niatnya.
Tahu-tahu saja dia merasa cahaya pedang lawan
berkelebat lewat, hawa desiran dingin sudah muncul di
depan mata.
Dalam hati kecil nya diapun berpekik,
"Aduuuh celaka...."
Serta merta, dia menghentikan gerak terjangannya ke
depan sambil menarik kembali sepasang goloknya, namun
gerak serangan pedang lawan terlampau cepat, ia sudah tak
sempat lagi untuk menghindar kan diri -
"Triing. traaang, triing, traanggg- -"
Letupan bunga api memercik ke udara, sepasang golok
tersebut sudah terpapas kutung menjadi empat bagian.
Merasakan genggamannya menjadi enteng, Say nyoo hui
merasa terkejut lalu sambil menjerit lengking melompat
http://kangzusi.com/
mundur sejauh dua kaki, diawasinya Si Cay soat yang
berdiri sambil melintangkan pedangnya itu dengan
pandangan tertegun.
Si Cay soat balas menatap Say nyoo hui, lalu setelah
tertawa dingin ejeknya sinis.
"Lebih baik buang saja gagang golokmu itu dan
berduellah secara jantan melawan Gui hujin, coba kalau
diantara kalian tidak terjalin hubungan dendam kesumat
sedalam lautan, nona tak akan melepaskan dirimu dengan
begitu saja!"
Selesai berkata, dia menarik kembali pedangnya dan
mengundurkan diri ke posisi semula.
Berada di dalam posisi demikian Say Nyoo hui menjadi
nekad, satu ingatan jahat pun muncul dalam benaknya,
sekali tangan nya digetarkan. gagang golok itu, segera
menancap di tanah, lalu tanpa banyak berbicara dia
mendesak Tok Nio-cu.
Tiba-tiba...........
Sekujur badan Say nyoo hui gemetar keras. wajahnya
sekali lagi berubah, dengan pandangan kaget bercampur
ngeri diawasinya sebuah kutungan lengan yang tergeletak
tak jauh dibelakang Tok Nio-cu, kemudian sambil
menghentikan gerakan tubuhnya, ia bertanya agak gemetar.
"Lengan...lengan siapakah itu?"
"Punya dia!" jawab Siau thi gou cepat sambil menunjuk
dengan moncong bibirnya.
Yang ditunjuk adalah sebutir batok kepala manusia
bermuka pucat yang masih melototkan mata sesatnya,
kepala itu tergeletak berapa kaki dari sisi arena.
http://kangzusi.com/
Sekilas pandangan saja Say nyoo hui sudah tahu batok
kepala siapakah itu, kontan saja dia menjerit lengking.
"Bajingan keparat, aku akan beradu jiwa dengan kalian
semua!"
Ditengah jeritan tersebut, tubuhnya menerjang ke muka,
telapak tangan kanan nya secepat petir dibacokkan ke tubuh
Tok Nio-cu.
Dalam pada itu, Tok Nio cu sudah bertekad hendak
membalas dendam, tanpa memikirkan keselamatan diri, ia
tangkis tangan kanan lawan dengan lengan kirinya,
kemudian tangan kanannya, dilontarkan ke muka
menghantam dada Say nyoo hui.
Bagaikan orang kalap yang sudah kehilangan pikiran,
Say-nyoo-hui tertawa seram, tubuhnya berputar secepat
kilat, tangan kirinya membentuk gerakan tipuan sementara
telapak tangan kanannya langsung menghajar iga kiri Tok
Nio-cu.
Menghadapi ancaman tersebut, Tok Nio cu sangat
terkejut. ia sadar tak sempat lagi baginya untuk menghindar
"Duuuuukk!"
Tubuhnya seketika terasa sakit bagaikan disayat sayat,
tubuhnya telah terhajar telak oleh sodokan tangan kanan
musuh.
Dalam keadaan demikian. Tok Nio cu memaksakan diri
untuk menarik napas panjang, lalu ia bertekuk pinggang
dan menundukkan kepalanya ke bawah .....
"Sreeeet -!"
Sebatang panah beracun secepat petir menyambar ke
depan. Say Nyoo hui tentu saja tak mengira kalau
musuhnya adalah Tok Nio-cu yang amat termasyhur itu. ia
http://kangzusi.com/
menjerit kesakitan, panah beracun tahu-tahu sudah
menancap diatas dada kanannya,
Bersamaan dengan kejadian itu. Tok Nio maupun Say
Nyoo hui sama-sama roboh terjengkang ke atas tanah.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat, lagi
pula selisih jarak diantara kedua belah pihak begitu dekat,
pada hakekatnya tiada kesempatan lagi bagi Siau cian. Cay
Soat maupun Oh Li cu untuk memberikan bantuan.
Sedangkan si naga sakti pembalik sungai baru sembuh
dari lukanya, dia belum berkemampuan untuk turun
tangan, sebaliknya Hu yong siancu dan See giok masih
bersemedi.
Melihat cicinya roboh terkapar diatas tanah berbarengan
dengan robohnya ibu angkatnya. Oh Li cu segera menjerit
sambil menangis, cepat ia menubruk ke muka.
Kebetulan sekali pada saat yang bersamaan See giok
telah selesai dengan semedinya, ketika membuka matanya,
satu ingatan segera melintas di dalam benaknya, yakni
pembantaian keji seorang nenek di depan ruangan Pek ho
cay.
Maka dengan perasaan terkejut diapun membentak
keras.
"Ayo kembali !”
Dalam bentakan mana, dengan posisi masih duduk ia
menerjang kearah Oh Li cu.
Tapi sayang berhubung jaraknya terlalu dekat, Oh Li cu
telah membopong jenasah Tok Nio-cu,
Say Nyoo hui yang setengah badan sebelah kanannya
sudah menjadi kaku menjadi amat geram ketika dilihatnya
Oh Li cu membopong tubuh Tok Nio-cu tanpa
http://kangzusi.com/
memperdulikan dirinya. hal ini menimbulkan hawa napsu
membunuh dalam benaknya.
Diiringi bentakan keras, secepat kilat tangan kirinya
mencengkeram wajah Oh Li cu.
Sebenarnya Lan See giok telah menerjang tiba waktunya
itu. namun berhubung dia kuatir melukai Oh Li cu sehingga
merasa kurang leluasa untuk mengeluarkan ilmu thi siu yau
khong atau pukulan tangan kosongnya,
Di dalam keadaan yang gugup. pemuda itu segera
membentak keras, dengan jari telunjuk dan jari tengahnya
menyentil ke depan keras-keras-
Segulung desingan angin jari yang sangat kuat langsung
menghajar batok kepala Say Nyoo hui.
"Plaakkk..!"
Diiringi jerit kesakitan yang memilukan hati, batok
kepalanya segera hancur berantakan dan isi benaknya
berceceran kemana mana, dalam keadaan kepala yang
hancur Say Nyoo hui roboh terjengkang ke belakang dan
menghembuskan napas yang penghabisan.
Tapi cengkeraman tangan kirinya ke atas wajah Oh Li cu
tetap menyambar ke depan. Hanya saja disebabkan
tubuhnya terjengkang hingga sambaran jari tangannya itu
hanya menghasilkan tiga buah garis darah diatas pipi kanan
gadis tersebut. "
Walaupun demikian Oh Li cu sempat dibikin terkejut
sampai menjerit tertahan, tubuh nya cepat-cepat melejit ke
udara. tapi isi benak Say nyoo hui yang putih kemerah
merahan sempat menyembur diatas tubuh nya.
http://kangzusi.com/
Begitu terkesima dan terkesiapnya nona ini. sampai-
sampai dia tak sadar kalau darah segar telah mengucur
keluar dari luka diatas wajah itu.
Dalam pada itu, Hu yong siancu telah selesai mengatur
pernapasan. bersama Siau cian dan Cay soat sekalian buru-
buru mereka lari mendekat.
Lan See giok yang bermata tajam. dalam sekilas
pandangan saja dia sudah melihat dengan jelas tiga buah
jalur luka yang dalam diatas pipi Oh Li cu. oleh sebab itu
ketika Oh Li cu melayang turun kembali ke atas tanah.
buru-buru dia memayang tubuhnya.
Kemudian diambilnya sebuah sapu tangan berwarna
putih dan cepat-cepat diusapkan diatas pipi Oh Li cu yang
berdarah itu.
Oh Li cu seperti agak terkejut dan gugup oleh sikap si
anak muda itu, sedangkan Siau cian dan Cay soat segera
merasa amat cemburu, hanya Hu yong siancu seorang yang
agak berubah wajahnya setelah menyaksikan peristiwa itu.
kemudian berseru kaget
"Aaah. nona Be sudah terluka!"
Seraya berkata. dengan wajah gelisah dan penuh
perhatian dia turut memayang tubuh Oh Li cu.
Baru sekarang Siau cian dan Cay soat mengetahui
dengan jelas apa yang telah terjadi, buru-buru mereka
menyusul ke depan, sedang dihati kecilnya timbul perasaan
malu gugup dan gelisah.
Lan See giok menyeka luka di wajah Oh Li cu itu
berulang kali, tapi darah masih juga bercucuran keluar
dengan deras, tampaknya luka yang dideritanya cukup
parah. dengan suara gelisah dia lantas berpaling seraya
berkata.
http://kangzusi.com/
"Siapa yang membawa obat luka?"
"Obat ada dirumah. aku tidak membawanya serta."
jawab si naga sakti pembalik sungai cepat, tanpa membuang
waktu lagi Hu Yong siancu segera berseru keras,
"Anak Giok, kau cepat bopong nona Be dan pulang ke
rumah.-!"
Lan See giok tidak banyak berbicara lagi, dia segera
membopong tubuh Oh Li cu.
Sementara Itu perasaan Oh Li cu benar-benar sedih dan
hancur. dia menangis terus tiada hentinya, air mata
bersama darah bercucuran tiada hentinya:
"Oooh bibi.. bagaimana dengan Jenasah ciciku...?"
keluhnya kepada Hu yong siancu.
Mendengar perkataan tersebut. Hu yong siancu ikut
merasa sedih, sambil menahan cucuran air matanya ia
menyahut:
"Kau tak usah kuatir, akan kuperintahkan kedua orang
adikmu untuk menggotongnya pulang.."
Baru selesai dia berkata. Lan See giok sudah melejit ke
udara bagaikan segulung hembusan asap ringan, tahu-tahu
tubuhnya sudah berada sejauh puluhan kaki dari tempat
semula.
"Saudara cilik" si naga sakti pembalik sungai segera
berteriak keras "Perintahkan ke tiga orang putraku agar
membawa sekop datang kemari!"
Biarpun Lan See giok mendengar teriakan tersebut,
namun dia tidak menjawab. sebab tubuhnya sudah
memasuki hutan di sisi dusun sana
Oh Li-cu yang berbaring di dalam pelukan See giok
mengucurkan air mata tiada henti nya, dalam sekejap mata
http://kangzusi.com/
itulah dia merasa dirinya adalah manusia yang bernasib
paling jelek di dunia ini.
Ibu yang selama ini disayang dan dicintainya, ternyata
tak lebih hanya musuh besar pembunuh ibu kandungnya.
ayah yang selama ini selalu memperhatikannya,tak lain
cuma seorang pentolan pencoleng yang berhati kejam dan
licik.
Dan sekarang, baru saja bertemu kembali dengan enci
kandungnya, tahu-tahu dia ditinggalkan seorang diri di
dunia ini, bukankah kesemuanya itu sudah cukup
membuktikan bahwa dia adalah manusia yang bernasib
paling jelek di dunia ini?
Dan detik ini, untuk pertama kalinya dia berbaring di
dalam pelukan kekasih hatinya, namun wajahnya yang
cantik justru telah bertambah tiga buah luka memanjang
yang berdarah,
Encinya yang selama ini merencanakan perkawinannya
telah tewas, wajahnya yang selama ini dianggap cantik dan
tak kalah dengan kecantikan Siau cian maupun Cay soat,
kini pun telah bertambah dengan tiga buah luka
memanjang.
Padahal dia sudah tahu dengan jelas. biar pun dia sendiri
sangat mencintai See giok. namun See giok tak pernah
mencintainya, apalagi berencana mengawininya dan hidup
sampai tua nanti.
Kesemuanya ini ditambah lagi dengan luka codet di
wajahnya, mungkin pemuda pujaan hatinya itu tak akan
memandang sekejap lagi ke arahnya.
Sementara dia masih melamun. Lan See -giok telah
melayang turun didalam pagar rumah si naga sakti
pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Baru saja See giok melayang turun, dia sudah menoleh
ke kamar sebelah kiri dan kanan seraya berseru.
"Siauhiap bertiga, cepat ambil sekop dan berangkat ke
barat laut dusun. Thio loko sedang menantikan kedatangan
kalian di tempat tersebut."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan Thio Sam keng
yang gemuk seperti genjik telah melompat keluar dari
kegelapan sambil berseru cemas.
"Apakah kami harus memendam mayat?”
Lan See giok tidak berhasrat untuk menjawab
pertanyaan itu, dia segera menerobos masuk ke dalam
kamar dan membaringkan tubuh Oh Li cu diatas
pembaringan, setelah itu tanyanya dengan penuh rasa
kuatir.
"Enci Lan, bagaimana rasamu sekarang?"
Oh Li cu menggelengkan kepalanya berulang kali,
bisiknya dengan pedih.
"Sungguh tak kusangka aku Be Cui lan ternyata bernasib
begini buruk"
Lalu dengan air mata bercucuran ditatap nya wajah si
anak muda itu kemudian melanjutkan,
"Adik Giok, walaupun aku berniat melayanimu
sepanjang masa. namun saat ini wajahku telah berubah
menjadi begini rupa, tampaknya apa yang menjadi
harapanku tak pernah akan terkabulkan lagi"
Lan See giok merasa keadaan Oh Li cu betul-betul amat
kasihan, keadaannya tidak jauh berbeda dengan nasib yang
dialaminya, hal mana yang segera menimbulkan perasaan
simpatik yang besar dihati kecilnya.
http://kangzusi.com/
Dari perkataan tersebut. ia segera memahami maksud
lain dari ucapan itu, maka ujarnya kemudian dengan
lembut:
"Enci Lan, kita adalah orang yang senasib sependeritaan.
apa yang kau alami persis pula seperti apa yang ku alami
...."
Belum habis perkataan itu diutarakan. dari balik
halaman telah melayang turun seseorang. menyusul
kemudian bayangan manusia itu berkelebat lewat. tahu-
tahu Hu yong siancu telah melompat masuk ke dalam
ruangan.
Oh Li cu segera melompat bangun dan duduk setelah
melihat kehadiran perempuan itu, teriaknya mengenaskan.
"Ooooh.... bibi apakah jenasah enci Peng telah diangkut
kemari ....?"
Hu yong siancu mengangguk berulang kali.
"Sudah dan sekarang Thio lo-enghiong sedang
menyiapkan peti mati di belakang kami putuskan besok
akan mengirim orang untuk menyampaikan berita buruk ini
ke pada Pek hoo caycu"
Sementara itu Lan See giok telah menyulut sebuah
lentera, Hu yong siancu segera menerimanya dan
didekatkan pada luka Oh Li cu.
Tapi setelah diperiksa sejenak segera serunya dengan
perasaan lega.
"Masih untung yang terluka hanya di bawah rambut. asal
kau dapat menutupi bagian tersebut dengan rambutmu.
niscaya luka codet tersebut tak akan terlihat"
Selesai berkata, berdasarkan petunjuk dari si naga sakti
pembalik sungai, dia berhasil menemukan sebuah botol
http://kangzusi.com/
putih kecil didalam almari, mula-mula luka di sekitar wajah
Oh Li cu dibersihkan dulu dari noda darah, kemudian
sekitar mulut luka ditaburi dengan bubuk obat penghenti
darah.
Selang sejenak kemudian kedengaran suara langkah
manusia yang ramai. Siau cian serta Cay soat telah muncul
pula, terakhir menyusul pula si naga sakti pembalik sungai
dan Siau thi gou.
Dengan simpatik yang besar serta perasaan penuh
kekuatiran. semua orang turut memeriksa luka yang
diderita Oh Li cu. sebaliknya Oh Li cu hanya bisa
mengucurkan air matanya.
"Nona Be, kau tak usah bersedih hati lagi" Hu yong
siancu segera menghibur. "malam ini, wajahmu tak sampai
hancur terkena cengkeraman maut tadi, boleh dibilang hal
tersebut merupakan keberuntungan ditengah ketidak
beruntungan, apalagi bila terlalu sering menangis, air mata
yang membasahi luka akan menimbulkan keadaan yang
kurang baik."
Lan See giok yang berada di sisinya segera turut pula
menimbrung. "Sewaktu berada di Pek hoo cay tempo hari,
aku sendiripun sudah pernah mengalami nasib tragis seperti
ini. itulah sebabnya tadi aku tergesa gesa memperingatkan
enci Lan agar balik, tapi ."
Hu yong siancu menghela napas panjang, selanya:
"Pepatah kuno bilang. Satu kali mengalami nasib sial,
selanjutnya akan lebih berpengalaman, di kemudian hari
kalian mesti bersikap lebih berhati hati lagi, banyaklah
mendengarkan nasehat serta pengalaman dari orang lain."
"Yaa, sungguh tidak kusangka kalau Oh Tin san suami
istri ternyata merupakan manusia yang berhati kejam tak
http://kangzusi.com/
berperasaan." kata si naga sakti pembalik sungai pula
"padahal nona Be sudah belasan tahun memanggil ibu
kepadanya, tapi sampai detik-detik terakhir ia toh masih
berusaha untuk merusak kehidupan nona Be."
Hu yong siancu kuatir ucapan tersebut kembali akan
menimbulkan kesedihan di hati Oh Li cu dengan cepat ia
mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, tanyanya:
"Thio lo enghiong, sejak kapan sih Oh Tin san datang
kemari ...?"
"Setelah mendapat kabar dari Toa keng senja itu aku
bersama adik Soat dan Thi gou segera melakukan
perundingan, kami simpulkan bahwa Oh Tin san bisa jadi
akan datang mencari gara-gara. ternyata dugaan kami
memang benar. tidak sampai kentongan kedua. Oh Tin san
telah muncul diatas atap rumah dan menantang aku,
”Menanti aku dan adik Soat menyusul ke atas atap
rumah, Oh Tin-san telah berkelebat menuju kearah barat
laut, kamipun mengejar sampai di luar dusun, ternyata di
situ telah menanti dua orang tosu serta seorang lelaki kekar.
”Oleh sebab Oh Tin-san berteriak hendak menantangku
untuk berduel, terpaksa aku-lah yang menerima
serangannya itu. sungguh tak disangka hanya dalam waktu
satu tahun saja. tenaga dalam yang dimiliki Oh Tin san
telah peroleh kemajuan yang amat pesat dalam serangan
yang pertama saja aku sudah kena dipukul mundur sejauh
lima enam langkah.
"Waktu itu adik Soat dan Thi-gou hadir semua di arena,
aku menganggap tak bakal menderita kerugian. karena itu
sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap
mereka. aku beranggapan bila kukerahkan segenap
kekuatan yang dimiliki untuk bertarung, niscaya pihak
musuh akan kalah.
http://kangzusi.com/
”Pada saat itulah aku mendengar suara pekikan nyaring
dari adik See giok, suara pekikan tersebut membuat
semangatku berkobar kembali, keberanianku semakin besar,
aku tahu Oh Tin-san pasti akan mampus, karena itu sekali
lagi kugunakan segenap kekuatan yang kumiliki untuk
beradu kekuatan dengannya.
”Tapi akibat dari bentrokan kekerasan tersebut, ternyata
aku kena dihajar sampai terduduk diatas tanah, bahkan
sempat memuntahkan darah segar ...."
Ketika berbicara sampai di situ, wajahnya berubah
menjadi merah dadu, dia melirik sekejap ke arah Cay soat
dengan perasaan berterima kasih kemudian melanjutkan:
"Waktu itu, seandainya adik Soat tidak turun tangan
secepatnya, mungkin aku telah di binasakan oleh Oh Tin
san."
Hu yong siancu segera manggut-manggut, katanya
kemudian.
"Selama setahun belakangan ini, tenaga dalam yang
dimiliki Oh Tin-san dan Say-nyoo-hui memang telah
peroleh kemajuan yang pesat. ditinjau dari kemampuannya
untuk menghajar iga kiri Gui hujin dengan suatu gerakan
tubuh yang aneh, bisa diketahui bahwa kemajuan yang
dicapainya masih jauh melebihi Oh Tin san"
Teringat kembali kematian dari encinya, sekali lagi air
mata jatuh bercucuran memba-sahi wajah Oh Li cu,
Lan See giok yang teringat kebaikan Tok Nio-cu
menghadiahkan kuda, menemani menyerbu sarang musuh
dan lain lainnya turut merasa sedih. katanya.
"Gui hujin adalah seorang yang periang dan pandai
bergaul, lagi pula tindak tanduk nya sangat mengagumkan
orang. budi kebaikannya menghadiahkan kuda kepadaku
http://kangzusi.com/
serta membantuku menyerang bukit lawan. akan selalu
kusimpan didalam hati dan selamanya tak pernah akan
kulupakan lagi"
Melihat Oh Li cu masih juga menangis. Kembali Hu
yong siancu menghibur.
"Nona Be tak usah bersedih hati lagi, jika air matamu
masuk ke mulut luka, hal ini akan mempengaruhi daya
kerja obat luka tersebut.."
Teringat luka diatas wajahnya, Oh Li Cu semakin sedih
hingga matapun diapun menangis lebih memilukan hati
Sebagai orang yang pintar, tentu saja Hu yong siancu
sekalian mengerti apa yang menyebabkan perempuan
tersebut menangis dengan begitu sedihnya:
Siau cian dan Cay soat terdorong oleh simpatik dan
ibanya melihat penderitaan yang menimpa Oh Li cu, diam-
diam bertekad dihati masing-masing untuk berusaha
menjodohkan perempuan itu kepada adik Gioknya.
Oleh sebab itu mereka berdua sering memperhatikan
mimik muka Lan See giok, kebetulan sekali si anak muda
itu sedang menunjukkan sikap kuatir dan menaruh
perhatian terhadap Oh Li cu.
Sementara Hu yong siancu sekalian masih menghibur
Oh Li cu. Thio Toa-keng bertiga telah pulang.
Si naga sakti pembalik sungai segera ke-luar dari
ruangan, tak lama kemudian ia muncul kembali sambil
berkata.
"Ketiga orang anakku telah mengubur jenazah Oh Tin
san sekalian sedangkan jenazah Gui hujin disimpan di
ruang belakang, apakah nona Be hendak..."
http://kangzusi.com/
"Tidak usah." tukas Hu yong siancu cepat, dia kuatir
kepedihan yang kelewat batas akan mempengaruhi luka
yang diderita Oh Li cu, "Saat ini kondisi badan nona Be
masih lemah, dia tak perlu ke belakang lagi..”
Kemudian sambil menatap wajah Oh Li cu, dia
menyambung:
"Bagaimana kalau kita minta kepada Thio lo enghiong
agar segera mengirim orang untuk menyampaikan berita
buruk ini kepada Gui caycu di benteng Pek hoo cay?"
Sebenarnya Oh Li cu hendak pergi menengok wajah
encinya untuk terakhir kali, tapi berhubung Hu yong siancu
sudah berkata demikian, tentu saja ia merasa kurang leluasa
untuk berbicara lain, ditambah pula mulut lukanya memang
tidak dapat membiarkan ia menangis terus, akhirnya sambil
mengangguk sahutnya:
"Segala sesuatunya terserah pada perintah bibi!"
Dengan berhasilnya membunuh Oh Tin san, berarti Lan
See giok, sudah melepaskan sebuah beban berat yaitu
membalaskan dendam bagi kematian ayahnya, sekarang
hanya tinggal satu masalah lagi yang harus di laksanakan
secepatnya yaitu membebaskan gurunya dari pulau Wan
san.
Namun, berhubung Oh Li cu masih terluka, maka
dengan perasaan kuatir ujarnya:
"Sekarang enci Lan sedang terluka, aku lihat jadwal
perjalanan kita menuju ke Pulau Wan san, harus
diundurkan, hingga luka yang diderita enci Lan sembuh
kembali."
"Kenapa?" tanya Oh Li cu dengan perasaan terkejut,
"andaikata gara-gara aku sampai urusan terbengkalai,
bukankah akulah penyebab dosa? Lagi pula mati hidupnya
http://kangzusi.com/
To Seng-cu locianpwe sangat mempengaruhi kehidupan
dalam dunia persilatan, kalian tak boleh sekali kali sampai
menunda jadwal keberangkatan, siapa tahu perbuatan kita
membunuh Oh Tin san suami istri barusan telah diketahui
mata-mata musuh? Bila kabar tersebut sampai bocor,
mungkin usaha kita, untuk memanfaatkan kapal perang Wi
lim poo akan menemui banyak kesulitan."
Mendengar perkataan ini, semua orang segera manggut-
manggut tanda setuju.
Lan See-giok yakin tiada orang sedang mengintip mereka
dalam jarak radius sepuluh kaki, karenanya dia segera
menghibur:
"Jangan kuatir, tak mungkin ada orang mencuri lihat
perbuatan kita..."
Hu yong siancu sendiripun kuatir bila jadwal
keberangkatan harus dirubah kembali, sebelum si anak
muda itu menyelesaikan kata katanya, dia segera
menimbrung: "Dari mana kau bisa memastikan bila tiada
orang sedang mencuri lihat dirimu?, Ada kalanya bila
pikiran seseorang lagi tak tenang, biar ada orang sudah
dekat di depan mata pun belum tentu jejaknya akan
ketahuan."
Lan See giok dan Siau cian baru saja berbuat salah, betul
ucapan dari Hu yong siancu tersebut tidak bermaksud apa-
apa, namun diterima lain oleh Lan See giok berdua, kontan
saja paras muka kedua orang itu berubah menjadi merah
sampai di telinga.
Tak kuasa lagi Siau cian menundukkan kepalanya
rendah-rendah, sedangkan Lan See giok mengiakan
berulang kali, Cuma orang tak akan tahu mengapa paras
muka kedua orang itu bisa memerah secara tiba-tiba. Hu
http://kangzusi.com/
yong siancu, segera sadar kalau dia telah salah berbicara,
buru-buru katanya lagi:
"Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, lebih baik kita kerjakan sesuai dengan rencana
semula, aku lihat luka yang diderita nona Be tidak terlalu
parah, dalam setengah bulan saja akan sembuh dengan
sendirinya, lebih baik kita ajak serta nona Be dalam
perjalanan, dia toh masih bisa merawat lukanya di atas
kapal...”
"Tidak bibi, Lan ji bertekad akan tetap tinggal didalam
benteng.." tukas Oh Li cu sebelum Hu yong siancu
menyelesaikan kata katanya," saat itu benteng pasti kosong
dan tiada orang yang mengurusi, untuk menjaga segala
yang tak diinginkan, anak Lan tidak pantas jika turut serta."
Hu yong siancu merasa ucapan ini ada benarnya juga,
karena masalah tiadanya seorang pemimpin dalam suatu
benteng memang merupakan suatu masalah yang serius,
untuk beberapa saat lamanya dia menjadi bingung dan tak
tahu apa yang mesti dilakukan.
Sementara itu, langit sudah terang tanah.
Agak gelisah si naga sakti pembalik sungai berseru:
"Pergi atau tidak harus diputuskan secepatnya, karena
selesai bersantap nanti kita masih harus mempersiapkan
segala sesuatu nya dalam operasi ini."
Melihat semua orang dibikin susah oleh dirinya, Oh Li
cu semakin kukuh dengan pendiriannya semula, katanya:
"Bibi, dendam kesumat anak Lan sudah terbalas, cici pun
sudah mati, hanya rasa sedih dan duka di hatiku belum
disembuhkan, anak Lan ingin memanfaatkan kesempatan
yang ada untuk merawat luka hati dirumah saja, karena aku
http://kangzusi.com/
memang tidak berniat untuk ikut serta dalam perjalanan
jauh itu."
Melihat kebulatan tekad si nona tersebut, terpaksa Hu
yong siancupun manggut-manggut
"Kalau memang demikian, selesai bersantap nanti kita
segera berangkat ke benteng Wi lim poo, Thio lo enghiong
juga boleh ikut bersama ...."
"Kalau aku turut bersama menuju ke benteng Wi lim
poo, rasanya hal ini rada kurang leluasa" sahut si naga sakti
pembalik sungai agak ragu. .
"Cepat atau lambat lo enghiong toh pasti akan mengikuti
kapal untuk berangkat ke pulau Wan san, mumpung nona
Be masih terluka lebih baik kita berbuat ....."
Dengan suara lirih diapun membeberkan semua rencana
yang telah disusunnya dengan rapi.
Mendengar hal ini, semua prang segera menyatakan
setuju sambil memuji tiada hentinya
Selesai sarapan, si naga sakti pembalik sungai segera
menyerahkan beberapa tugas penting yang harus dikerjakan
kepada Thio Toa keng, sedang dia sendiri bersama Hu yong
siancu sekalian berangkat menuju ke sisi telaga.
Oh Li cu telah membungkus kepalanya dengan kain
berwarna kuning, wajahnya nampak amat sedih, sedang air
mata masih saja jatuh bercucuran, keadaannya sungguh
mengenaskan sekali.
Sejak Tok Nio-cu meninggal semalam dan Oh Li cu
menderita luka, sikap Lan See giok terhadap Oh Li cu pun
telah berubah sama sekali, baik di dalam pembicaraan
maupun dalam tindakan, si anak muda itu selalu
menunjukkan perhatian yang sangat besar.
http://kangzusi.com/
Biarpun Siau cian dan Cay soat melihat kesemuanya itu
dengan jelas, namun mereka pun berlagak seolah-olah sama
sekali tidak melihatnya .....
Ketika beberapa orang itu tiba di tepi telaga, kapal kecil
milik Wi lim poo telah lama menunggu.
Kedua orang dayang itu pertama tama naik ke daratan
lebih dulu untuk memberi hormat kepada See giok dan Oh
Li cu, kemudian baru mempersiapkan kapalnya.
Hu yong siancu dapat melihat perahu itu lebarnya lima
depa dengan panjang satu kaki dua depa, di samping kiri
dan kanannya terdapat dayung sedangkan bagian
belakangnya terdapat kemudi, memang bentuknya mirip
dengan sebuah sampan pesiar. Dengan cepat beberapa
orang itu naik ke atas sampan dan berangkat menuju ke
tengah telaga.
Kurang lebih setengah li kemudian sampan telah berada
di tanggul sebelah selatan....
Mungkin disebabkan gelombang yang besar dan sampan
yang bergerak penuh goncangan, luka yang diderita Oh Li-
cu di atas wajahnya kembali pecah dan mengucurkan darah
segar
Melihat hal itu, Hu yong siancu segera menitahkan
kepada Oh Li cu agar membaringkan diri. di dalam
pelukannya, Oh Li u kembali menitikkan air mata karena
rasa haru.
Kedua orang dayang yang menjumpai hal tersebut,
dengan kaget segera berseru:
"Aaah, mengapa dengan nona kami?"
Siau thi gou yang mendengar pertanyaan itu kontan saja
mendengus dingin sambil menyahut:
http://kangzusi.com/
"Hmmm, untung saja masih ada si naga sakti pembalik
sungai Thio loko, coba kalau tidak, nona kalian sudah lama
tewas."
Paras muka kedua orang dayang itu berubah hebat lalu
bersama lama menjerit kaget, dengan melototkan sepasang
matanya lebar-lebar, mereka awasi wajah si naga sakti
pembalik sungai tanpa berkedip. Semula, semua orang
menguatirkan kebodohan Siau thi gou dan kuatir
cerewetnya membuat rencana mereka berantakan, karena
itu semenjak berada di rumah mereka telah
memperingatkannya berulang kali.
Tapi sesudah mendengar, jawabannya sekarang yang
sesuai dengan rencana, tanpa terasa semua orang pun
tersenyum puas.
Melihat tiada orang menegurnya, Siau thi you merasa
semakin bangga, ia lantas menuding ke arah si naga sakti
pembalik sungai, kemudian kepada kedua orang dayang
yang masih berpandangan dengan terkejut, itu dia berkata
lebih lanjut:
"Gara-gara hendak menolong nona kalian, Thio lo
enghiong telah menderita luka pula, coba kau lihat sorot
matanya sayu tak bersinar. tubuhnya lemas tak bertenaga,
tidak mirip naga sakti, sekarang justru menyerupai si
harimau yang lagi sakit ......”
Biarpun semua orang merasa, perkataan dari Thi gou
tersebut lucu dan menarik, namun tak seorangpun diantara
mereka berani bersuara apalagi tertawa.
Si Cay soat kuatir Thi gou banyak berbicara sehingga
membuat rencana mereka terbengkalai, buru-buru dia
membentak dengan mata melotot besar:
"Thi gou, siapa sih yang suruh kau banyak bicara?"
http://kangzusi.com/
Siau thi gou tidak takut engkoh Giok namun justru
paling takut dengan enci Soat, mendengar bentakan
tersebut, kontan saja dia duduk kembali dengan mulut
membungkam.
Setelah mengetahui kalau nona mereka lagi menderita
luka, kedua orang dayang itu tak berani menjalankan
sampannya terlampau cepat lagi, hingga menjelang tengah
hari, sampan tersebut baru memasuki padang ilalang.
Setelah menembusi padang ilalang yang lebat, semua
orangpun merasakan pandangan matanya menjadi terang.
Dari kejauhan mereka telah menyaksikan berbagai panji
kebesaran berkibar diatas benteng Wi Lim Poo, kapal
perang berderet sangat rapi, agaknya semua perahu tersebut
sudah siap dipergunakan setiap waktu ...
Memandang kesemuanya ini, Hu yong siancu serta si
naga Sakti pembalik sungai mengangguk memuji, mereka
merasa disiplin yang tetap tinggilah membuat kekuatan Wi
lim Poo bukannya tidak melemah, justru kian tahun kian
bertambah tangguh.
Penjagaan diatas benteng dilakukan pula makin ketat,
dari kejauhan sudah tampak tombak-tombak yang
memancarkan sinar tajam ketika tertimpa cahaya.. Pintu
gerbang telah terpentang lebar, empat buah sampan kecil
yang berwarna kuning, hijau, abu-abu dan hitam meluncur
ke luar menyambut kedatangan mereka, komandan Ciang,
Ong, Sin, dan Nyoo dengan pakaian yang rapi berdiri di
ujung sampan tersebut.
Melihat hal tersebut, Lan See giok segera bangkit berdiri
dari sampannya.
Tiba-tiba dari atas loteng benteng berkumandang suara
terompet yang dibunyikan nyaring,
http://kangzusi.com/
Suasana di sekitar telaga seketika berubah menjadi
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun, segenap
pengawal yang berderet diatas dinding benteng serentak
mengangkat tombak mereka tinggi-tinggi.
Memandang kesemuanya itu diam-diam Hu yong siancu
dan si naga Sakti pembalik sungai merasakan juga hatinya
bergetar keras.
Dalam pada itu, ke empat sampan kecil yang ditumpangi
ke empat komandan tadi telah berhenti di sisi kiri dan
kanan, dengan sikap yang sangat hormat ke empat
komandan itu berdiri di ujung sampan sambil menunggu ke
datangan sampan yang ditumpangi Lan See giok.
Akan tetapi sewaktu mereka jumpai si naga sakti
pembalik sungai ternyata menumpang perahu bersama
sama Sau pocu dan nona mereka, kontan saja paras muka
ke empat orang itu berubah hebat.
Bagaimanapun juga mereka adalah orang-orang yang
cukup berpengalaman, sekalipun merasa tidak mengerti,
namun tak seorang pun yang berani bertanya, ke empat
orang itu tetap memberi hormat sambil serunya bersama
sama:
"Segenap kapal perang telah selesai mempersiapkan diri,
hamba sekalian sudah lama menantikan kedatangan sau
pocu serta nona.”
Lan See giok segera balas memberi hormat, sahutnya
sambil tersenyum:
"Kemarin malam berhubung nona sudah menderita luka,
maka sampan kami tak berani menempuh perjalanan terlalu
cepat, itulah sebabnya kedatangan kami setengah jam lebih
terlambat.”
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan ini, diam-diam ke empat komandan
kapal perang itu merasa terkejut mereka segera berpaling.
Benar juga, nona mereka nampak duduk bercucuran air
mata, kepalanya dibungkus, kain kuning yang telah
dibasahi darah, matanya terpejam rapat dan bersandar di
sisi seorang perempuan cantik,
Menyaksikan kesemuanya itu, ke empat komandan kapal
perang, itu lama sama termangu saking kagetnya.
Menyusul kemudian See giok berkata lebih jauh:
"Cepat, kalian berempat datang kemari untuk bertemu
dengan Hu yong siancu Han lihiap serta si naga sakti
pembalik sungai Thio lo enghiong."
Mengetahui kalau perempuan cantik pang berwajah
anggun itu adalah Hu yong siancu, yang nama besarnya
pernah menggetarkan kolong langit dimasa lampau,
kembali ke empat komandan kapal perang itu tertegun,
andaikata sau pocu mereka tidak memperkenalkan secara
langsung, niscaya mereka tak akan percaya.
Sesudah berhasil mengendalikan diri, ke empat orang itu
serentak memberi hormat seraya berseru:
"Menjumpai Han lihiap dan Thio lo enghiong."
Buru buru Hu yong siancu dan si naga Sakti pembalik
sungai bangkit berdiri sembari balas memberi hormat.
Dengan gaya seorang tuan rumah, kembali Lan See giok
berkata dengan lantang:
"Semalam, andaikata tiada Thio loenghiong yang datang
membantu, hari ini kalian berempat tak mungkin akan bisa
bersua lagi dengan nona, namun akibat menyelamatkan
jiwa nona, Thio lo enghiong sendiripun telah menderita
luka dalam."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu segera berseru tertahan karena
kaget, kemudian dengan pandangan berterima kasih mereka
melirik sekejap ke arah si naga Sakti pembalik sungai,
terhadap kunjungannya ke Wi lim poo pun mereka duga
orang itu pastilah merupakan tamu agung yang diundang
oleh sau pocu mereka.
Sampai di situ, Lan See giok segera mengulapkan
tangannya kepada kedua orang dayang yang berada di
buritan sampan, kapal pun dijalankan kembali memasuki
pintu gerbang benteng diikuti ke empat sampan yang
ditumpangi ke empat komandan kapal perang itu di
belakangnya ... ..
Setelah memasuki pintu gerbang, kapal langsung
dijalankan menuju ke ruang tamu telaga emas.
Segenap dayang dan centeng telah siap di dalam ruangan
itu, malah meja perjamuan dengan pelbagai hidangan yang
lezat pun telah dipersiapkan,
Hu yong siancu pun dipersilahkan menempati kursi
utama disusul oleh si naga sakti pembalik sungai. Siau cian
dan Cay soat duduk di sisi meja sebelah kiri sedang Lan See
giok, Oh Li cu, dan ke empat komandan duduk di sebelah
kanan.
Namun oleh karena si naga sakti pembalik sungai serta
Oh Li cu tidak diperkenankan makan daging dan minum
arak, hidangan lain segera dipersiapkan.
Begitulah, selesai minum arak berapa cawan, Lan See
giok baru berkata kepada ke empat komandan kapal itu:
"Apakah kalian berempat sudah tahu tentang berita
kematian yang menimpa Lo pocu serta hujin?"
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan tersebut mengira persoalan yang
ditanyakan adalah berita yang dibawa pulang ke dua orang
dayang kemarin siang, maka serentak mereka menjawab:
"Menjawab pertanyaan sau pocu, segenap anggota
benteng telah mengetahui berita duka ini."
Menyaksikan sikap ke empat komandan itu tetap tenang
saja tanpa sedikitpun perasaan sedih yang menyelimuti
wajah mereka, diam-diam Hu yong siancu sekalian
mengerutkan dahinya.
Tanpa terasa si naga sakti pembalik sungai memandang
sekejap ke arah Hu yong siancu, agaknya mereka berdua
mempunyai pendapat yang sama, yaitu dihari hari biasa Oh
Tin san tak pernah melakukan kebaikan terhadap anak
buahnya, sehingga orang itu tidak meninggalkan kesan apa-
apa bagi semua anggota benteng.
"Tahukah pula kalian berempat akan sebab-sebab
kematian yang menimpa Kian cianpwe, pocu yang
lampau?" kembali Lan See giok, bertanya lebih jauh.
Kali ini, ke empat komandan tersebut sama-sama
menunjukkan wajah sedih, serentak mereka
menganggukkan kepalanya walaupun mata mereka sempat
melirik sekejap kearah Oh Li cu dengan perasaan was-was
dan penuh kecurigaan.
Dengan kening berkerut dan suara dalam Lan See- giok
berkata lebih jauh:
"Setelah kepergian kita ke luar lautan untuk
menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut
keselamatan segenap umat persilatan di dunia ini, sebab-
sebab kematian dari Kian pocu pun akan menjadi jelas,
dihadapan segenap saudara-saudara anggota benteng, akan
http://kangzusi.com/
ku umumkan pula sebab-sebab kematian yang menimpa
Thio Wi kang serta Be congkoan....”
Ke empat komandan itu segera mengiakan berulang kali,
dihati kecil mereka yakin sau pocu telah berhasil
menyelidiki rahasia yang menyelimuti peristiwa
pembunuhan di masa lampau.
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang hitam
segera bertanya dengan hormat:
"Sau pocu, tolong tanya musuh yang di jumpai semalam
berasal dari golongan mana?"
"Mereka adalah para murid tiga manusia aneh dari luar
lautan!". jawab Lau See giok tanpa ragu.
Paras muka ke empat komandan kapal perang itu segera
berubah hebat, serentak mereka menjerit tertahan karena
kaget.
Dengan suara hambar Hu yong siancu segera
menambahkan:
"Itulah sebabnya si naga sakti pembalik sungai Thio lo
enghiong baru menderita luka dalam!"
Sekali lagi ke empat komandan kapal perang itu berseru
tertahan, sorot mata mereka yang penuh diliputi perasaan
kaget dan keheranan bersama sama dialihkan ke wajah si
naga sakti pembalik sungai,
Naga sakti pembalik sungai segera mendehem pelan,
kemudian katanya dengan memaksakan diri:
"Murid-murid dari tiga manusia aneh di luar lautan
tersebut hampir semuanya berilmu tinggi dan bertenaga
dalam sempurna, dengan kemampuan tenaga dalamku
sebesar puluhan tahun hasil latihanpun akhirnya kena di
hajar juga sampai muntah darah ......
http://kangzusi.com/
"Waktu itu nona kami ...." sela komandan, Ong dari
pasukan harimau terbang.
"Ketika itu aku sudah terluka," jawab Oh Li cu segera.
"Sedang sau pocu....” kata komandan Sin pula dari
pasukan singa perkasa.
Siau thi gou yang selama ini membungkam tiba-tiba
menimbrung dengan suara dalam:
"Sau pocu kalian telah pergi mengejar ke dua orang tosu
tua dan seorang lelaki kekar yang sedang melarikan diri
........”
Diam-diam ke empat komandan tersebut merasa
terkejut, namun merekapun agaknya kurang percaya, maka
kembali tanyanya.
"Tosu tua dan lelaki kekar itu murid siapa.....”
"Si tosu tua tentu saja murid si tosu tua, sedang si lelaki
kekar murid si makhluk tua....”
Belum selesai perkataan itu diutarakan, Cay soat dan
Siau cian sudah tak mampu menahan rasa gelinya sehingga
mereka tertawa cekikikan.
Si Cay soat menjelaskan kemudian sambil tertawa:
"Yang dimaksudkan si tosu tua oleh adik Gou tadi
adalah Si to Cinjin, sedangkan yang dimaksudkan si
makhluk tua adalah Lam hay lo koay..."
Komandan Ciang dari pasukan naga perkasa amat
tertarik dengan kepolosan Siau thi gou, namun berhubung
sau pocu mereka lupa memperkenalkan, maka sambil
tersenyum dia bertanya:
"Saudara cilik adalah ...."
http://kangzusi.com/
Siau thi gou segera memasang gaya, sahut nya dengan
cepat, "Aku she Ciu bernama Thi gou, orang menyebutku si
kepala orang hitam.....”
Belum lagi perkataan tersebut selesai di ucapkan, semua
orang yang hadir di ruang tamu sudah tertawa tergelak,
malahan para centeng dan dayang yang selama ini berdiri
serius disampingpun tak bisa menahan rasa gelinya hingga
turut tertawa tergelak.
Setelah suara tertawa makin mereda, komandan Ciang
dari pasukan naga perkasa baru bertanya lebih jauh: "Sau
pocu, apakah kau telah berhasil menyusul ke tiga orang
tersebut?"
Lan See giok, tertawa hambar.
"Tentu saja aku tak akan membiarkan mereka kabur,
kalau tidak bukankah hal tersebut justru akan
mendatangkan bibit bencana di kemudian hari?"
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang segera
berkerut kening, ia tampaknya masih tidak percaya.
"Jadi ke tiga orang itu telah sau pocu bunuh?" tanyanya
setengah tidak percaya.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, tegur nya dingin:
"Apakah komandan Nyoo tidak percaya?"
Komandan Nyoo amat terkejut, buru-buru dia memberi
hormat seraya menjawab:
"Hamba tidak berani!"
"Lapor sau pocu." komandan Ciang dari pasukan naga
sakti segera memberi penjelasan. "ilmu silat yang dimiliki ke
tiga manusia aneh dari luar samudra amat lihat, sudah
banyak tahun mereka merajai luar lautan, bahkan para
partai besar di daratan Tionggoan rata-rata mengalah tiga
http://kangzusi.com/
bagian kepada mereka. Malah aku dengar ketua Siau lim
pay yang amat lihay pun masih belum mampu menandingi
kehebatan ke tiga manusia aneh tersebut, bisa dibayangkan
murid mereka tentunya bukan manusia sembarangan, justru
karena pendapat inilah komandan Nyoo baru mengajukan
pertanyaan tersebut."
Komandan Nyoo segera mengiakan berulang kali
dengan suara hormat. Sesungguhnya Lan See giok hanya
bertujuan menanamkan kewibawaan diantara mereka, jadi
bukan sungguh-sungguh merasa tak puas, setelah
mendengar penjelasan komandan Ciang itu, paras mukanya
pun berubah menjadi lebih lembut, katanya kemudian
sambil tertawa hambar:
"Biarpun kepandaian silat yang dimiliki ke tiga manusia
aneh dari luar samudra sangat hebat, namun murid
muridnya toh bukan manusia-manusia pilihan yang
berbakat bagus..."
"Ucapan sau pocu memang benar!" ke empat komandan
itu segera mengiakan bersama.
Tiba-tiba Oh Li cu merasakan hatinya tergerak, ia segera
menimbrung dari samping:
"Sekarang lo pocu telah tewas, sedangkan Lan siauhiap
pun sudah menjadi majikan baru dari benteng Wi lim poo,
mengapa kalian berempat masih menyebutnya sebagai sau
pocu?"
Kejut dan girang segera menyelimuti wajah ke empat
komandan tersebut, serentak mereka bangkit berdiri, lalu
sambil mengangkat cawan serunya dengan gembira:
"Pocu di atas, harap terimalah ucapan selamat dan
hormat dari hamba sekalian!"
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Lan See giok sama sekali tidak
mengambil perhatian terhadap panggilan "pocu" ataupun
"sau pocu" terhadapnya, akan tetapi berhubung benteng Wi
lim poo mempunyai anggota yang banyak dengan kekuatan
yang besar, Lagi pula dia pun mempunyai rencana untuk
mempergunakan kekuatan yang ada, maka setelah tertawa
hambar dia turut mengangkat cawan serta meneguk habis
isinya,.
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang adalah
seorang manusia yang jujur dan polos, sambil menitahkan
dayang untuk memenuhi cawan araknya, ia berseru kembali
dengan gembira:
"Sekarang sau pocu telah menjadi pocu, nonapun
semestinya sudah menjadi nyonya, hamba sekalian sudah
sepantasnya bila menghormati pula hujin dengan secawan
arak."
Begitu perkataan tersebut diutarakan, paras Muka Si Cay
soat dan Ciu Siau cian segera berubah hebat, sebaliknya si
naga sakti pembalik sungai dan Siau thi gou dibuat
tertegun.
Berbeda sekali dengan Hu yong siancu yang mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya, ia sama sekali tidak
terpengaruh oleh kejadian ini, di samping itu diapun
menganggap persoalan ini cepat atau lambat tentu akan
terjadi pula, bagaimanakah akibatnya nanti siapakah yang
dapat menduga sebelumnya?
Tampaknya sikap dari Lan See giok benar-benar telah
berubah, bukan saja ia tidak menegur akan perkataan
komandan Nyoo yang lancang itu, malah dengan senyum
dikulum dan pandangan yang lembut dia menengok ke
wajah Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berbeda dengan yang lain, Oh Li cu justru malahan
menangis tersedu sedu.
Tentu saja ke empat komandan itu jadi tertegun,
sedangkan orang lain melongo dibikinnya.
Dengan cepat Hu yong siancu merasakan hal-hal yang
tak beres dalam persoalan ini, dia menduga gadis itu tentu
beranggapan bahwa kenyataan tak mungkin bakal terwujud.
Karenanya dengan suara gembira ia segera menjelaskan.
"Perkawinan ini telah diumumkan Oh pocu dihadapan
umum, dengan disinggung nya kembali urusan perkawinan
tersebut oleh komandan Nyoo, tentu saja nona Oh jadi
teringat kembali dengan Oh pocu dan hujin yang telah
tewas."
Dengan penjelasan tersebut, ke empat Komandan itu
mengira memang begitu, karenanya mereka, memandang
sekejap ke arah Oh Li cu dengan pandangan minta maaf,
sementara cawan arak yang sudah diangkatpun tanpa terasa
diturunkan kembali.
Suasana perjamuan yang semula dicekam rasa tegang
lalu berubah menjadi gembira kini berubah pula menjadi
murung dan sedih.
Oh Li cu segera menyadari bahwa perjamuan itu
berubah menjadi murung dan sedih gara-gara dirinya, dihati
kecilnya gadis itu segera mengambil keputusan untuk
membangkitkan kembali suasana gembira seperti tadi, maka
kepada komandan Ciang dari pasukan naga perkasa ia
bertanya: "Didalam gudang kita sekarang masih terdapat
beberapa banyak uang perak"
Komandan Ciang tidak mengetahui apa maksud dari
pertanyaan tersebut, namun berhubung ditanya maka
diapun menjawab:
http://kangzusi.com/
"Hamba sendiripun kurang jelas, tentang jumlah yang
persis, namun menurut laporan kemarin, persedian uang
kita masih ada empat belas laksa tujuh ribuan tahil lebih...”
Diam-diam Hu yong siancu sekalian merasa terkejut oleh
jumlah harta yang begitu besar, mereka semua tidak
menyangka kalau Wi lim poo memiliki kekayaan yang
begitu besar.
Memandang ke arah Lan See giok, dengan nada mohon
persetujuannya Oh Li cu berkata lagi:
"Adik Giok, setelah kau memegang kekuasaan sebagai
pocu, perlukah kau memberi sedikit tanda kenangan kepada
segenap anggota benteng kita?"
"Tentu saja" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "segala
sesuatunya terserah pada kemauan cici, sedang segenap
harta kekayaan di dalam bentengpun selanjutnya cici yang
pegang. "
Oh Li cu tertawa hambar, tampaknya ia tidak tertarik
akan hal tersebut, kepada ke empat komandan kapal
perang, katanya kemudian:
"Untuk merayakan kejayaan benteng kita yang berhasil
mengangkat seorang pocu baru, harap kalian
menghadiahkan dua tahil perak kepada setiap anggota
benteng biasa, empat tahil untuk kepala regu, sepuluh tahil
untuk kapten kapal dan dua puluh tahil untuk komandan,
agar setiap anggota benteng bisa turut bergembira atas
peristiwa besar ini ....
Ke empat, komandan kapal perang itu kontan saja
merasakan semangatnya bangkit kembali, sedang para
centeng dan dayang yang berada di sekitar sana pun turut
bergembira ria.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat komandan Ciang dari pasukan naga perkasa
meninggalkan ruangan dan menyampaikan pesan kepada
seorang kepala regu yang bertugas di luar ruang tamu,
dengan gembira kepala regu tersebut mengiakan lalu
berlarian meninggalkan tempat semula.
Hanya di dalam waktu singkat, berita gembira itu sudah
diketahui oleh setiap anggota benteng, tidak heran kalau
suasana gembira ria meliputi wajah setiap orang.
Hu yong siancu sekalian segera merasa bahwa tindakan
ini pasti akan membangkitkan kembali semangat para
anggota benteng, yang hendak berlayar jauh, tanpa terasa
mereka memandang ke arah Oh Li cu dengan perasaan
kagum dan memuji.
Ke empat komandan kapal perang itu paling gembira,
kembali mereka menghormati Lan See giok dengan tiga
cawan arak.
Biarpun Lan See giok telah berhasil membalas dendam
bagi kematian ayahnya, namun teringat :akan gurunya yang
terkurung di luar lautan, sikapnya tak jauh berbeda dengan
Oh Li cu, dalam kemurungan dan kemasgulan itu, pemuda
tersebut mulai dipengaruhi oleh air kata-kata.
Tapi suasana di dalam perjamuanpun berkembang
semakin gembira dan riang.
Tapi berhubung si naga sakti pembalik sungai dan Oh Li
cu tak dapat minum arak, tidak sampai satu jam kemudian
perjamuan telah berakhir...
Ketika semua orang keluar dari ruang tamu telaga emas,
serombongan dayang pribadi Oh Li cu telah menanti di tepi
tanggul dengan perahu naga emas.
Mereka pun menumpang perahu naga emas berangkat
menuju ke gedung kediaman Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Si naga sakti pembalik sungai dan Siau thi gou menginap
di gedung tamu agung, sebaliknya Hu yong siancu dan Lan
See giok berlima menuju ke gedung bagian belakang.
Sepanjang jalan menuju ke gedung kediaman Oh Li-cu,
Hu yong siancu hanya duduk dikursi kebesaran sambil
melamun, tampak nya ada persoalan yang sedang
dipikirkan olehnya, sedang Siau cian serta Cay soat
celingukan kesana kemari dengan riang gembira.
Lan See giok yang dipengaruhi arak duduk setengah
mabuk, tapi dia masih saja memperhatikan Oh Li-cu
dengan penuh perhatian
Tiba di depan gedung kediaman Oh Li-cu, Hu yong
siancu bersama Lan See giok dan Oh Li-cu turun dari
perahu, sedangkan Si Cay soat dan Siau cian minta kepada
para dayang untuk mendayung perahu, tersebut
mengelilingi seluruh benteng.
Hu yong siancu diiringi para dayang kembali ke kamar
utama untuk beristirahat, Oh Li cu kembali ke kamar
sendiri sedang Lan See giok kembali ke kamarnya di
samping kamar tidur tersebut,
Setibanya di dalam kamar, Lan See giok segera
mengulapkan tangannya mengundurkan semua dayang,
lalu setelah menghabiskan secawan air teh kental dia
menuju ke kamar tidur Oh Li-cu.
Memasuki pintu penghubung kamar mereka, ditemukan
Oh Li cu sedang bersandar seorang diri diatas pembaringan
sambil mengucurkan air mata. Tatkala Oh Li-cu melihat
Lan See giok muncul di kamarnya, dengan perasaan
terkejut ia segera melompat bangun.
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengawasi gadis itu dengan lembut,
kemudian setelah memeriksa sekejap luka di wajah nona
tersebut, dia berbisik lembut:
"Enci Lan.."
Dengan perasaan agak kaget Oh Li-cu mengiakan, lalu
dengan wajah tersipu sipu bercampur tegang ia
menundukkan kepala nya rendah-rendah.
Semakin ketakutan Oh Li cu oleh sikap lembut Lan See
giok, pemuda itu merasa makin iba menyaksikan keadaan
gadis tersebut. dari sakunya dia segera mengeluarkan botol
porselen kecil bekas Leng sik giok ji itu dan membuka
penutupnya bau harum semerbak segera menyebar ke
seluruh ruangan.
Katanya setelah itu dengan lembut..
"Aku percaya didalam botol ini masih tersisa setetes
cairan Leng sik giok ji.."
"Heei.. benarkah itu adik giok?" tanya Oh Li cu tergagap
sambil mengangkat kepalanya dan memandang kearah Lan
See giok dengan terkejut.
Lan See giok menuangkan sedikit air panas ke dalam
botol tadi, kemudian setelah dikocok sebentar, ujarnya.
"Masih adakah cairan giok ji dalam botol tersebut, siaute
kurang tahu, namun aku rasa asalkan masih terendus bau
harum dari botol itu maka hal ini pasti akan sangat
bermanfaat bagi keadaan luka yang kau derita itu."
Sambil berkata, ia serahkan botol porselen kecil yang
telah dikocok isinya itu ke tangan Oh Li- cu,
Perhatian yang begitu besar dari sang pemuda, segera
membuat Oh Li-cu mengucurkan air mata karena terharu,
tanpa terasa ia berbisik lirih.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok..."
Belum selesai dia berkata, suaranya sudah sesenggukan,
ia segera menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan
dan tak mampu melanjutkan kembali kata katanya.
Dengan wajah penuh perhatian Lin See giok tersenyum,
katanya lembut.
"Enci Lan, minumlah, meskipun didalam botol itu sudah
tidak berisikan Leng sik-giok-ji lagi, paling tidak dalam
botol itu masih tetap tersisa setengah tetes."
Sekali lagi dia menyodorkan botol porselen kecil itu ke
tangan Oh Li cu, dengan pandangan penuh berterima kasih
Oh Li cu memandang sekejap kearah Lan See giok
kemudian baru menyambut botol itu. hatinya terasa manis
bercampur hangat, sedang sekilas sinar terang pun kembali
memancar keluar dari wajahnya.
Ketika ia merasa botol kecil itu sangat berat dan bau
harumnya amat tebal, tanpa terasa tanyanya kembali sambil
tersenyum.
"Adik Giok, apakah semua isi botol , ini harus diteguk
habis...?"
Memandang senyuman yang menghiasi wajah gadis
tersebut, tiba-tiba saja Lan See giok merasa paras muka
nona itu terasa bertambah cantik, bahkan jauh lebih
menarik daripada apa yang terlihat sebelumnya.
Terutama sekali dari sikap Oh Li cu berbicara dan
bertindak yang lebih banyak memancarkan kelembutan
sekarang, kesemuanya ini menambah daya tarik serta
kegenitan nona tersebut.
Menyaksikan sang pemuda itu cuma tersenyum tanpa
menjawab bahkan mengawasi terus wajahnya dengan
http://kangzusi.com/
termangu mangu kontan saja merah padam selembar wajah
Oh Li cu dijawilnya pemuda itu pelan kemudian menegur
pura-pura marah.
"Heei bagaimana sih kamu ini-"
Lan See giok segera tersadar kembali dari lamunannya,
lupa apa yang ditanyakan oleh Oh Li cu tadi, buru-buru
sahutnya:
"Bagus sekali, bagus sekali."
Tak heran kalau Oh Li cu segera tertawa cekikikan oleh
ulah pemuda tersebut, tegurnya sambit tersenyum.
"Apanya sih yang bagus sekali? Aku kan bertanya
kepadamu apakah isi botol ini mesti kuminum semua?"
Seraya berkata dia mengangkat botol kecil itu ke
hadapan sang pemuda dan digoyang kau berulang kali, bau
harum semerbak kembali tersiar ke seluruh ruangan.
Merah padam selembar wajah Lan See giok sambil
tertawa kembali dia mengangguk.
"Tentu saja, tentu saja." sahutnya cepat.
ooo0dw0ooo

BAB 33
Oh Li cu melirik sekejap kearah Lan See giok dengan
penuh rasa cinta, kemudian sambil tersenyum dia meneguk
isi botol itu sampai habis.
Begitu cairan botol tersebut mengalir masuk ke dalam
mulutnya. Oh Li cu segera merasakan tubuhnya menggigil
keras, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan.
"Ooooh, dingin sekali-"
http://kangzusi.com/
Lan See giok sudah mempunyai pengalaman atas diri
Siau cian, maka hatinya menjadi terkejut oleh seruan gadis
tersebut, disambutnya botol kosong tadi lalu diendusnya
beberapa kali, ternyata bau harum semerbak masih
memancar dari balik botol tadi. "Aduh celaka!" pekiknya
dihati.
la sadar pasti ada hal yang luar biasa dengan botol kecil
itu, kepada Oh Li-cu buru-buru serunya.
"Enci Lan, cepat duduk mengatur pernapasan, kerahkan
tenaga dalammu dan giringlah sari mestika dari giok ji
tersebut memasuki urat-urat nadimu!"
Dari sikap tegang pemuda itu, Oh Li cu turut menjadi
gugup dibuatnya. buru-buru ia duduk bersila sambil
memejamkan matanya, kemudian mulai mengatur
pernapasan.
Sedangkan Lan See giok tetap berdiri di depan Oh Li-cu
dengan perasaan tegang, diawasinya wajah gadis itu lekat-
lekat, sementara semua perhatiannya dipusatkan menjadi
satu untuk memperhatikan perubahan mimik wajahnya.
Dalam waktu singkat, Oh Li cu merasakan munculnya
segulung aliran hawa panas dari pusar yang menyebar ke
seluruh badannya, begitu cepat aliran itu menyusup ke
seluruh bagian badan membuat si nona menjadi gugup dan
semakin tak mampu menenangkan hatinya.
Lambat laun kobaran api yang membara telah menyebar
rata ke seluruh badan, setiap persendian tulangnya terasa
sakit bagaikan ditusuk-tusuk dengan jarum.
Akhirnya gadis itu tak mampu menahan diri lagi. segera
jeritnya tertahan:
”Oooh. ..adik Giok . , adik Giok . . . ."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok menemukan bibir Oh Li- cu telah
membuka, mukanya merah membara dan napasnya
memburu. terutama sekali ke dua lembar bibirnya. nampak
merah merekah dan amat memabukkan hati.
Dengan perasaan terkejut ia segera berseru.
"Enci Lan. kau-"
Oh Li-cu membuka matanya dan memandang sekejap
pemuda itu dengan sorot mata yang aneh, kemudian pelan-
pelan di pejamkan kembali.
Sesudah ragu sesaat, dengan air mata berkernyit dan
suara yang begitu lirih sehingga sukar terdengar jelas. dia
berbisik:
"Adik Giok... hatiku.....hatiku terasa begitu
panas..........”
Lan See giok menjumpai keadaan yang dialami Oh Li-cu
sekarang tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami enci
Cian nya tempo hari, ini berarti sari mestika Giok- ji belum
sampai terhisap ke dalam pusarnya.
Dengan hati gelisah kembali pemuda itu berseru.
"Sekarang, tenangkan dulu hatimu, kemudian alirkan
hawa panas masuk ke dalam pusar-"
Belum selesai dia berkata, Oh Li cu sudah merasa tak
mampu untuk mengendalikan diri lagi. dia segera meminta:
"Adik Giok...ooh. adik Giok ...aku- aku.."
Lan See giok mengetahui secara pasti apa gerangan yang
diinginkan gadis itu, namun pikirannya saat ini masih
sadar. pemuda itu tahu dalam tengah hari bolong begitu,
dia tak boleh melakukan perbuatan konyol lagi.
http://kangzusi.com/
Tapi Oh Li-cu sudah mulai tak mampu menahan diri,
malah setengah merengek dia sudah mulai menarik-narik
tangannya.
Mendadak satu ingatan melintas lewat, dipeluknya tubuh
Oh Li cu kemudian, dibopongnya si nona menuju ke atas
pembaringan.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu waktu itu sudah terbuai
dalam alam pikiran yang muluk-muluk. Kesadarannya
makin pudar, ia betul-betul sudah mabuk kepayang.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu waktu itu sudah terbuai
dalam alam pikiran yang muluk-muluk. Kesadarannya
makin pudar, ia betul-betul sudah mabuk kepayang.
Lan See-giok membaringkan Oh Li-cu ke atas
pembaringan kemudian melepaskan sepatunya, setelah itu
dengan cekatan sekali dia menotok jalan darah nona tadi...
Oh Li-cu mendesis lirih, lalu memejamkan matanya dan
tertidur nyenyak seketika.
Sehabis menotok jalan darah tidur di tubuh Oh Li-cu,
Lan See-giok menyelimuti tubuhnya dengan selembar
selimut, kemudian baru kembali ke kamar sendiri.
Tiba didalam kamarnya, ia duduk sambil membolak-
balik botol porselen itu sambil mengamatinya berulang kali.
dan merasa sangat keheranan, mungkinkah Leng sik-giok ji
yang berada didalam botol kecil ini dapat tumbuh sendiri?
Tapi pikiran tersebut segera dibantah kembali, tak
mungkin kejadian seperti ini bisa berlangsung.
Tapi. bukankah Siau-cian dan Oh Li-cu merupakan
suatu bukti yang paling baik?
Cepat-cepat dia menuju ke depan jendela dan memeriksa
botol itu di bawah sinar matahari.
http://kangzusi.com/
Apa yang kemudian terlihat kontan saja membuat
pemuda itu terdiri termangu.
Rupanya pada dasar botol sebelah dalam mempunyai
permukaan yang tinggi rendah tidak merata, pada bagian-
bagian yang cekung ke dalam inilah tampak cairan putih
yang garing masih menempel banyak di sana
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok setelah
menyaksikan kejadian itu kontan saja dia bersorak gembira
kemudian membuka pintu kamar dan cepat-cepat berlarian
menuju ke kamar utama dimana Hu yong siancu sedang
beristirahat.
Pada saat itulah, Siau cian dan Cay soat yang baru
pulang dari berpesiar keliling benteng sedang melangkah
masuk, ke dalam pintu halaman.
Melihat keadaan anak muda tersebut dengan wajah riang
Si Cay soat menegur:
"Engkoh Giok, persoalan apa sih yang membuatmu
merasa begitu gembira?"
Tanpa menghentikan gerakan tubuhnya Lan See giok
berlarian terus ke depan seraya menggapai kearah mereka
berdua, serunya dengan gembira:
"Kalian berdua cepat ikuti diriku!"
Dalam waktu singkat tubuhnya sudah melayang masuk
ke dalam kamar utama.
Di situ Lan See-giok menyaksikan bibinya sedang duduk
seorang diri sambil membaca sejilid kitab. maka serunya
dengan cepat.
"Bibi, cepat kau lihat!"
Sambil berkata dia menggoyangkan botol porselen kecil
itu sambil menghampirinya.
http://kangzusi.com/
Menjumpai kegembiraan yang mencekam pemuda itu.
Hu-yong siancu bertanya sambil tersenyum ramah.
"Anak Giok, ada apa sih?"
Sambil meletakkan bukunya, perempuan itu segera
bangun dari pembaringan.
Sementara itu Si Cay-soat dan Ciu Siau cian telah
menyusul pula ke dalam kamar, Lan See-giok
memperlihatkan isi botol porselen itu kehadapan Hu-yong
siancu, lalu serunya.
"Bibi, sungguh tak disangka dalam botol ini masih tersisa
begitu banyak cairan kering Leng sik giok-ji "
Dengan wajah terkejut bercampur gembira Hu-yong
siancu menerima botol porselen itu serta memeriksa isinya.
kemudian denngan wajah berseri sahutnya.
"Aaah betul.... Oooh, anak Giok, sungguh bagus sekali,
cepat perintahkan dayang untuk mengambil sepoci embun
sari mawar yang terbaik dan bawa kemari!"
Seorang diantara dua dayang yang berdiri di luar kamar
buru-buru melaksanakan perintah.
Siau cian dan Cay soat juga mengetahui apa yang terjadi,
tentu saja mereka jadi gembira sekali.
Selesai memandang botol tadi, tiba-tiba Si Cay soat
seperti teringat akan sesuatu, dengan kening berkerut dan
tidak mengerti tanyanya:
"Engkoh Giok, bukankah semula botol ini masih
berisikan cairan giok-ji?"
Tanpa sangsi Lan See giok segera tersenyum.
"Yaa, tapi berhubung aku hendak berangkat ke pulau
Wan-san dan kuatir kepandaian silatku tak mampu
http://kangzusi.com/
menandingi ke tiga manusia aneh tersebut, seluruh isi botol
telah kuhabiskan semua."
"Tidak aneh kalau tenaga dalammu bisa peroleh
kemajuan yang begitu pesat!" seru Si Cay soat kemudian
sambil tersenyum.
"Sementara pembicaraan berlangsung, dayang tadi sudah
muncul dengan membawa sepoci sari mawar yang baik.
Hu-yong siancu segera menerima sari mawar tersebut
dan dituangkan ke dalam botol porselen itu, kemudian
setelah di tutup botol tadi dikocoknya isi botol berulang
kali, lalu katanya dengan gembira.
"Mari kita bawa botol ini ke ruang tamu agung untuk
menjumpai Thio lo enghiong!"
Lan See giok bertiga segera sadar. serentak mereka
mengiakan
Ketika tiba didalam gedung, Thio lo enghiong serta Siau
thi gou telah menanti di tepi pintu.
Bertemu dengan See-giok, Siau-thi-gou segera berlarian
mendekat, sambil menarik tangan See-giok serunya
berulang kali,
"Engkoh Giok, kalian tak punya rejeki, baru saja Thio
loko serta ke empat komandan membicarakan pelbagai
kejadian yang aneh-aneh di seantero jagad."
Mendengar ucapan itu, semua orang segera tertawa
tergelak dengan gembira.
Setelah masuk ke dalam ruangan, Hu-yong siancu yang
menyaksikan paras muka si naga sakti pembalik sungai
agak pucat segera bertanya dengan rasa kuatir!
"Lo-enghiong, luka dalammu belum sembuh, tidak baik
kalau terlalu banyak berbicara."
http://kangzusi.com/
Si naga sakti pembalik sungai tertawa tergelak."
"Haaaahhh.....haaaahhh....haaaahhh....... terima kasih
banyak atas perhatian lihiap, aku merasa cocok sekali untuk
berbincang-bincang dengan ke empat orang lote ini
sehingga tidak kurasakan sama sekali keletihan di tubuhku."
"Thio lo-enghiong benar-benar seorang angkatan tua
yang luas sekali pengalaman serta pengetahuannya" puji ke
empat komandan itu serentak.
Sekali lagi naga sakti pembalik sungai tertawa terbahak-
bahak.
"Haaahhh.. haaahhh.. haaaahh.... mana... mana, ke
empat komandan jauh lebih berpengalaman dari pada aku."
Kemudian setelah berhenti sejenak, ditatapnya wajah Hu
yong siancu dengan penuh tanda tanya, lalu ia menegur.
"Apakah lihiap hendak mengajak komandan kapal
perang untuk merundingkan masalah keberangkatan kita?"
"Tidak ..!" Jawab Hu yong siancu sambil tertawa rawan.
"Aku datang mengantar pil mestika untuk lo enghiong.”
"Ooooh itu rupa nya" kata si naga sakti pembalik sungai
sambil tersenyum, dia mengira Hu yong siancu hendak
memberi pil berwarna merah yang pernah diberikan
kepadanya semalam.
Dalam pada itu. Cay Soat telah menitahkan seorang
kacung kecil di luar pintu untuk mengambil sebatang
sumpit perak.
Sambil menerima sumpit tersebut Hu yong siancu
mengeluarkan botol porselen tersebut seraya berkata.
"Isi botol Ini adalah Leng sik giok ji, asal lo enghiong
minum dua tetes saja serta bersemedi satu kali putaran,
niscaya lukamu akan sembuh.”
http://kangzusi.com/
Sungguh tak terlukiskan rasa kaget dan gembira perasaan
Naga sakti pembalik sungai oleh perkataan ini, tanpa terasa
dia mengelus ,jenggotnya berulang kali sambil mengiakan
berulang kali.
Sebaliknya ke empat komandan kapal perang itu
memandang termangu, delapan buah sorot mata mereka
bersama sama dialihkan ke wajah Hu yong siancu dengan
pandangan terkejut bercampur keheranan.
"Bibi. aku juga minta. Aku juga minta...." teriak Siau thi
gou tiba-tiba
Hu yong siancu tertawa.
"Bibi tentu akan memberi bagian untukmu, bahkan ke
empat komandanpun masing-masing orang akan
memperoleh dua tetes."
Siau thi gou kembali bersorak gembira, sebaliknya ke
empat komandan itu berdiri melongo. hampir saja mereka
tak percaya melihat hal ini merupakan kenyataan,
Sementara itu Ha yong siancu telah memberikan dua
tetes untuk si naga sakti pembalik sungai. kemudian kepada
Siau Thi gou serunya. .
"Thi gou. sekarang giliranmu, cepat pentangkan
mulutmu lebar-lebar."
Mendengar itu Siau thi gou segera membuka mulutnya
lebar-lebar.
Keadaannya yang kocak membuat semua orang tak
dapat menahan rasa gelinya lagi. mereka semua tertawa
terbahak bahak.
Mulut Siau thi gou memang amat besar.. apalagi bila
dipentangkan lebar-lebar. keadaannya tak lebih seperti
sebuah ember kecil, bibirnya yang merah, lidahnya yang
http://kangzusi.com/
merah dan giginya yang putih pada hakekatnya mampu
menelan botol porselen tersebut ke dalam perutnya -
Dengan penuh kasih sayang Hu yong siancu meneteskan
dua tetes Leng sik giok ji untuk Siau thi gou, kemudian
ujarnya dengan gembira.
"Ayo cepat duduk di samping Thio lo enghiong dan
mengatur pernapasan!"
Siau-thi-gou sama sekali tak bersuara, sambil merapatkan
bibirnya erat-erat dia beranjak pergi, seolah-olah kuatir
kalau sari mestika Giok-ji tersebut keburu mengegos keluar.
Hu-yong siancu berpaling kemudian kepada Lan See
giok. lalu katanya.
"Anak Giok, sekarang berikan leng-si -giok ji ini untuk ke
empat komandan!"
Lan See-giok mengiakan dengan hormat, dia segera
menerima botol porselen dan sumpit perak itu...
Dalam pada itu ke empat komandan telah berbaris
berjajar dengan sikap yang hormat.
Lan See-giok segera mengambil cairan mestika itu dan
membagikan dua tetes kepada setiap komandan tersebut.
Pada mulanya ke empat komandan itu merasa sangat
terkejut bercampur ragu. mereka tak berani
mempercayainya seratus persen, sampai mereka jumpai
keseriusan wajah si naga sakti pembalik sungai dan
kesungguhan Siau-thi gou, ke empat orang itu baru berani
mempercayainya.
Sekarang, setelah cairan mestika, Leng Sik giok ji
mengalir masuk ke mulut mereka bau harum semerbak
segera menyebar kemana mana, lalu muncul segulung hawa
http://kangzusi.com/
panas dan aliran keras dilambungnya yang pelan-pelan
menyebar ke seluruh anggota badan.
Menyaksikan mimik muka ke empat orang itu, dengan
suara dalam Lan See giok segera berseru.
"Harap kalian berempat memusatkan semua perhatian
untuk bersemedi, Jangan mencabangkan pikiran. giringlah
hawa murni yang memancar ke empat penjuru itu agar
terhimpun didalam pusar,”
Sembari berkata dia menutup kembali botol porselen itu
dan disimpan ke dalam saku.
Ke empat komandan tersebut segera duduk bersila diatas
tanah dan mulai mengatur napas dalam pada itu Hu yong
siancu setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
ia temukan diatas dinding tergantung sebuah peta yang
terbuat dari kertas kulit selebar delapan depa,
Setelah berpaling sekejap ke arah See giok, dia maju
menghampiri peta itu, Lan See giok, Siau cian serta Cay
soat segera mengikuti dibelakangnya.
Dengan mulut membungkam mereka bertiga mengawasi
peta tersebut dengan sesama sedangkan Hu yong siancu
tiada hentinya memberi penjelasan tentang betapa
berbahayanya letak pulau Wan-san.
Terutama sekali tentang sementara pulau-pulau kecil
yang diatasnya bukan cuma gersang tanpa tumbuhan
apapun, bagi para pelaut yang tidak menguasai sifat arus
laut di sekitar situ, bisa-bisa akan tersesat oleh arus kuat
hingga tenggelam.
Dalam keadaan begini, biarpun mereka pandai ilmu
berenang, jika tidak menguasai sifat karang dan keadaan
samudra di sekitar nya pun jangan harap bisa bertahan lama
di tengah samudra.
http://kangzusi.com/
Sementara perundingan masih berlangsung si naga sakti
pembalik sungai telah menyelesaikan semedinya, disusul
pula oleh Siau thi gou . . . .
Ketika beberapa orang itu berpaling, mereka jumpai
paras muka si naga sakti pembalik sungai memancarkan
sinar kemerah merahan dengan keadaan yang sangat segar.
semua keletihan yang semula mencekam dirinya kini sudah
tersapu lenyap
Sebaliknya. Siau thi gou selain mempunyai sepasang
mata besar yang lebih bersinar dari wajahnya yang semu
hitampun kini semakin bertambah hitam bercahaya.
Sambil tersenyum si naga sakti pembalik sungai
menghampiri mereka, kemudian tanyanya lirih.
"Kapan kita akan berangkat?"
"Kentongan pertama malam nanti!" sahut Lan See giok
segera.
"Bagus sekali" puji naga sakti pembalik sungai seraya
manggut-manggut, "memang semakin cepat kita bertindak,
suasana akan semakin bertambah ramai."
Lalu sambil menunjuk peta yang bergantung diatas
dinding, dia menambahkan.
"Peta ini kusuruh komandan Ciang bawa kemari agar
didalam perundinganpun kita mempunyai suatu gambaran
tertentu."
Ketika dia baru selesai berbicara ke empat komandan
tersebut secara beruntun telah selesai pula bersemedi,
"Apakah kalian berempat telah selesai mengatur napas?"
tegur Lan see giok sambil tersenyum.
"Lapor pocu, hamba sekalian telah selesai bersemedi."
jawab ke empat komandan itu hormat.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tertawa, tanyanya lagi.
"Apakah kalian berempat merasa tenaga dalam yang
dimiliki telah memperoleh kemajuan yang pesat?"
Ke empat komandan itu nampak agak ragu. akhirnya
komandan Ciang dari pasukan naga perkasa menjawab.
"saat ini hamba sekalian belum dapat menduganya
secara pasti ...."
Mendengar perkataan itu. Lan See-giok segera tertawa
tergelak.
"Haaaahhh..... haaahhh.... haaaahh, coba kalian
berempat menghimpun tenaga yang kalian miliki!"
Ke empat komandan tersebut menurut dan mencoba
untuk menghimpun tenaga yang dimilikinya, seketika itu
juga mereka rasakan munculnya hawa murni yang sangat
kuat dari pusar yang meluncur ke seluruh tubuh, ini
menandakan bahwa tenaga dalam yang dimiliki benar-
benar telah meningkat satu kali lipat.
Tak terlukiskan rasa terkejut dan gembira yang
menyelimuti hati ke empat orang ini, serentak mereka
berseru dengan wajah berseri
"Terima kasih banyak atas pemberian giok ji dari pocu,
budi kebaikan ini tak akan hamba lupakan."
Seraya berkata kembali mereka berempat memberi
hormat dalam-dalam.
"Haaahhh ... haaahhh.... haaahhh urusan sekecil ini tak
perlu kalian ingat-ingat" Lan See giok tertawa tergelak.
kemudian dia membalikkan badan sambil menuding peta di
atas dinding, lalu terusnya.
"Mari kita rencanakan bersama jadwal perjalanan kita ke
luar lautan . . ."
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu mengiakan dengan wajah
berseri mereka maju ke depan mendekati peta.
Berhubung Lan See giok adalah seorang pocu, maka Hu
yong siancu merasa kurang leluasa untuk mengemukakan
pendapatnya lebih dulu. sebaliknya hubungan antara si
naga sakti pembalik sungai dengan Wi-lim poo pun belum
begitu akrab, dia lebih-lebih merasa kurang leluasa untuk
turut berbicara.
Ketika Lam See giok menyaksikan bibi Wan dan Thio
loko nya tidak bermaksud untuk berbicara lebih dulu, maka
dia pun bertanya kemudian:
"Kapal-kapal kita ini paling jauh sudah pernah berlayar
sampai dimana?"
"Ke timur sampai di Kota Kim leng. sedang ke barat
sampai ke telaga Tong ting!" jawab komandan Sin dari
pasukan singa jantan segera.
"Berapa hari yang dibutuhkan untuk mencapai ke kota
Kim leng?" tanya pemuda itu lagi.
"Apabila angin dan arus baik, lima hari pun sudah
sampai!" jawab komandan Nyoo dari pasukan macam
kumbang hitam.
Lan See giok lalu terkejut, serunya tak tertahan.
"Waah. masa begitu cepat?"
"Apabila kita ke timur berarti mengikuti arus, apalagi di
musim panas begini berhembus angin barat, bila siang
malam berlayar terus, dalam lima hari kita sudah akan tiba
di kota Kim leng.
"Oooh .." Seru sang pemuda kaget bercampur keheranan,
sementara sorot matanya tanpa terasa melirik sekejap ke
arah Hu yong siancu dan si naga sakti pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba komandan Ong dari pasukan harimau terbang
bertanya.
"Tolong tanya pocu.. sebenarnya perjalanan kita menuju
keluar lautan kali ini hendak pergi kemana? "
"Pulau Wan san!" sahut Lan See giok sambil menunjuk
ke sekelompok pulau kecil di luar teluk Hang ciu yang
berada diatas peta.
Mendengar nama tujuan ini paras muka ke empat
komandan itu berobah hebat, mereka sama-sama menjerit
kaget, langkahnya menjadi limbung dan untuk sesaat berdiri
melongo seperti patung,
Lama kemudian komandan Sin dari pasukan singa
jantan baru berkata agak gugup..
"Lapor pocu, bukankah Wan san popo satu diantara tiga
manusia aneh dari luar lautan berdiam di pulau Wan san?"
"Benar." Lan See giok mengangguk sambil tertawa
dingin, "bukan hanya Wan san popo"
Seorang yang berada di pulau Wan san, Lam hay lokoay
serta Si to cinjin pun kini berada di pulau tersebut.
Sekali lagi ke empat komandan itu berseru tertahan
sambil berdiri melongo. lama setelah mereka masih tetap
membungkam dan tak tahu apa yang mesti diucapkan.
Entah berapa saat kemudian, sambil membelalakkan
matanya dengan kaget komandan Nyoo dari pasukan
macam kumbang hitam baru berkata lagi.
"Pocu, aku dengar tiga manusia aneh dari luar samudra
mempunyai ilmu silat yang sangat lihay. berhati kejam dan
buas serta tak pernah memandang sebelah matapun
terhadap jago-jago lihay dari daratan Tionggoan...
http://kangzusi.com/
"Justru karena mereka kejam dan buas serta tak pernah
memandang sebelah mata pun terhadap jago-jago lihay
berasal daratan Tionggoan. maka kita baru akan datang ke
pulau Wan san. agar dia tahu bahwa daratan Tionggoan,
masih mempunyai jago yang berani menentang mereka
......"
"Pocu” ucap komandan Ong lagi, ”urusan ini
menyangkut soal mati hidupnya benteng kita serta
keselamatan segenap umat persilatan, didalam hal ini harap
pocu suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum bertindak."
Dengan nada memuji Lan See giok menyahut seraya
manggut-manggut. "Aku telah memikirkan persoalan ini
dengan secermat-cermatnya... "
Namun dengan wajah tegang kembali komandan Nyoo
menggelengkan kepalanya seraya berseru.
"Kepandaian silat yang dimiliki tiga manusia aneh dari
luar samudra sudah mencapai titik kesempurnaan, dengan
memberanikan diri hamba ingin berkata, bahwa
kemampuan yang pocu miliki saat ini mungkin masih
belum mampu untuk menandingi ketiga manusia aneh
tersebut .... jadi.... Jadi ......."
Sebelum komandan Nyoo menyelesaikan perkataannya,
Lan See giok sudah menatap ke empat komandan itu lekat-
lekat. kemudian menegur dengan suara dingin.
"Rupanya kalian berempat tidak percaya kalau aku
sanggup mengungguli ketiga manusia aneh dari luar
samudra tersebut?"
Sembari berkata, hawa sakti Hud kong sinkang yang
dimilikinya segera dihimpun ke dalam lengan tangan, meski
kedua buah lengan tersebut masih tetap terkulai ke bawah
namun dua gulung tenaga tekanan yang maha dahsyat
http://kangzusi.com/
muncul dari balik tubuhnya dan seperti amukan gelombang
dahsyat ditengah samudra, langsung menyambar ke depan.
Waktu itu ke empat komandan tersebut sedang
mengangguk siap mengiakan, tiba-tiba mereka rasakan
datangnya segulung. tenaga.. berkekuatan yang maha
dahsyat diam-diam menggulung tiba.
Hal tersebut kontan saja mengejutkan hati ke empat
orang itu, tanpa terasa teriaknya bersama:
"Pocu, hamba sekalian tidak berani ....!" .
Di tengah teriakan itu, ke empat orang tadi tak mampu
membendung kekuatan dahsyat yang telah menggulung tiba
itu? tak ampun lagi tubuh mereka terseret sampai ke luar
dari pintu.
Hu yong siancu takut serangan ini melukai ke empat
komandan tersebut, dengan suara dalam ia segera menegur:
"Anak Giok...."
Mendengar seruan mana, Lan See giok menarik kembali
kekuatannya, dengan begitu ke empat komandan tadi pun
segera bergelimpangan di tengah halaman luar.
Siau cian serta Cay soat yang menyaksikan kejadian ini
hanya tertawa cekikikan sambil menutupi mulutnya dengan
tangan, sedangkan Siau thi gou jadi termangu, dia tak tahu
apa sebabnya tenaga dalam yang dimiliki engkoh Giok nya
bisa begitu hebat dan sempurna semenjak ia turun gunung.
Sementara itu Lan See giok telah berseru kepada, ke
empat komandan kapal perang yang sedang berdiri tak
tenang di luar halaman itu.
"Harap kalian berempat masuk!"
http://kangzusi.com/
Ke empat komandan itu mengiakan dan masuk ke dalam
ruangan, setelah menjura dalam-dalam serentak mereka
berseru dengan ketakutan.
"Harap pocu jangan gusar, maafkanlah kelancangan dari
hamba sekalian."
Lan See giok tertawa terbahak bahak, ujarnya lembut.
"Haaahh..... haaahhh..... haaahhh... kalian berempat tak
usah menegur diri sendiri, sesungguhnya tujuanku
mempertunjukkan sedikit kemampuanku tadi, tak lain
adalah ingin membuat kalian berempat tahu bahwa aku
sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap
ketiga manusia aneh dari luar samudra tersebut."
Setelah memperoleh pelajaran kali ini, sikap ke empat
komandan, itu semakin bertambah hormat, sedang rasa
kagum dihati kecilpun makin menebal, segera mereka
mengiakan berulang kali.
Sambil tersenyum ramah Hu yong siancu
memperhatikan sekejap wajah ke empat orang komandan
itu, kemudian pelan-pelan ujarnya.:
"Didalam rencananya membawa ratusan kapal perang
menuju keluar samudra kali ini pocu kalian telah
mempersiapkan sebuah perencanaan yang amat cermat,
pokoknya dia bakal memandang keselamatan jiwa segenap
anggota benteng serta hasil karya Wi lim poo selama
puluhan tahun sebagai bahan permainan kanak-kanak
belaka, oleh sebab itu kalian berempat tak usah kuatir dan
tak usah bersedih hati, daripada tindakan tersebut akan
merosotkan semangat dalam usaha kita menyelamatkan
segenap umat persilatan."-
"Ucapan Han lihiap memang benar" sahut ke empat
komandan itu serentak, "hamba sekalian tentu akan
http://kangzusi.com/
berusaha dengan segala kemampuan untuk melaksanakan
tugas dengan sebaik baiknya, sehingga tidak sampai
menyia-nyiakan budi kebaikan pocu kepada kami."
Si naga sakti pembalik sungai segera tertawa terbahak
bahak,, katanya pula dengan gembira:
"Kini matahari sudah condong ke barat, silahkan kalian
berempat mengambil tempat duduk, kita harus mulai
berunding tentang susunan rencana jadwal perjalanan kita."
Ke empat komandan itu masing-masing mengambil
tempat duduk, kemudian komandan Ciang dari pasukan
naga perkasa memberikan laporannya.
"Segenap kapal perang telah dipersiapkan untuk
melakukan pertempuran, jadwal pelayaran juga telah selesai
disusun, asal pocu menurunkan perintah, segenap pasukan
dapat berangkat berlayar saat ini juga."
Mendengar laporan tersebut, Hu yong siancu dan si naga
sakti pembalik sungai segera manggut-manggut memuji.
Sebaliknya Lan See giok segera bertanya keheranan:
"Persiapan dan susunan rencana apakah yang telah
kalian persiapkan?"
"Sebagai pasukan ujung tombak adalah pasukan macan
kumbang hitam, pasukan naga sakti sebagai pengawal
dibelakang sedangkan pasukan harimau terbang dan
pasukan singa jantan berada di kedua belah sayap sambil
membawa bahan perbekalan."
"Bagus sekali," kembali Lan See giok memuji, "selesai
bersantap nanti harap kalian berempat membuat persiapan,
begitu malam tiba kita segera berangkat berlayar."
http://kangzusi.com/
Sementara itu hidangan telah dipersiapkan, cuma
berhubung pocu sekalian masih merundingkan urusan
penting, para kacung kecil tak berani masuk ke dalam.
Waktu itu si naga sakti pembalik sungai telah sembuh
dari luka dalamnya, begitu sayur dan arak dihidangkan, ia
segera menyikat secawan arak besar yang diteguknya
sampai habis.
Sepanjang perjalanan berlangsung, banyak dibicarakan
juga pelbagai persoalan yang perlu diperhatikan, setelah itu
ke empat komandan tadi baru minta diri secara tergesa-
gesa.
Berhubung waktu masih terlalu pagi, Hu yong siancu
dan Lan See giok sekalian dengan menumpang perahu naga
emas kembali, ke gedung kediaman Oh Li cu.
Hu yong siancu segera meminta kepada Lan See giok
sekalian agar pergi beristirahat, sedang ia sendiri kembali ke
kamarnya.
Lan See giok, Siau cian serta Cay soat sama-sama
menguatirkan keadaan Oh Li cu, karenanya mereka
bersama sama menuju ke kamar tidur gadis tersebut.
kebetulan sekali Oh Li cu sedang membuka matanya dan
tersadar dari tidurnya.
Ketika menemukan dia tertidur di atas pembaringan
dengan tubuh berselimut, dengan perasaan kaget cepat-
cepat dia bangun dan duduk, kemudian sambil menggosok
gosok matanya dia berusaha keras untuk mengingat
kembali keadaannya sebelum tertidur tadi. Apa yang
kemudian terbayang kembali kontan saja membuat hatinya
terkejut dan paras mukanya berubah menjadi merah padam
seketika .......
http://kangzusi.com/
Dia mencoba untuk memeriksa tubuh bagian bawahnya,
namun semua pakaiannya masih lengkap, ikat pinggangnya
masih kencang dan tampaknya sama sekali tak pernah
disentuh orang.
Menyusul kemudian dia merasakan tubuhnya menjadi
enteng, seakan akan badannya tiada bagian yang tak segar
lagi.
Namun ia tak percaya setelah adik Giok membopongnya
naik ke atas pembaringan tadi, pemuda itu tidak berbuat
begituan terhadapnya ....
Tapi diapun belum pernah melakukan perbuatan seperti
itu, sehingga ia tak berpengalaman sama sekali, tidak
diketahui olehnya bagaimana dia bisa tahu kalau tubuhnya
pernah melayani napsu pemuda tersebut atau belum.
Mendadak...,..
Berkilat sepasang matanya, ia segera teringat kembali
dengan ketiga titik tahi lalat berbentuk bunga bwee .yang
berada di atas bahunya.
Dia tahu, apabila selaput dara seorang gadis sudah
dirusak orang, maka warna tahi lalat yang semula berwarna
merah itu, seketika akan berubah menjadi kuning, lalu tiga
hari kemudian akan hilang lenyap tak berbekas, Berpikir
demikian, cepat-cepat dia melompat turun dari
pembaringan, membuka pakaian bagian atasnya dan
menuju ke depan cermin besar untuk memeriksanya
Baru saja dia membuka bahunya yang putih halus dan
melihat ke tiga titik tahi lalat yang merah membara itu,
bersamaan waktunya pula Lan See giok, Siau cian dan Cay
soat melangkah masuk kedalam ruangan.
Oh Li-cu menjerit kaget, kemudian buru-buru
merapatkan kembali pakaiannya, walaupun begitu paras
http://kangzusi.com/
mukanya sudah keburu berubah menjadi merah padam
seperti kepiting rebus.
Lan See giok tidak mengetahui apa sebabnya gadis
tersebut berbuat begitu, dengan perasaan terkejut bercampur
keheranan ia segera bertanya:
"Kenapa? Enci Lan, apakah bahumu juga terluka?"
Oh Li cu menggelengkan kepalanya berulangkali, dengan
wajah tersipu sipu sahutnya.
"Ooh tidak, tidak .....tidak apa-apa ! "
Lan See giok semakin kebingungan dan tidak habis
mengerti lagi setelah menjumpai paras muka Oh Li cu
berubah menjadi merah padam dan sikapnya begitu tegang
serta gugup. ditatapnya gadis itu kemudian dengan
pandangan keheranan.
Sebaliknya Si Cay soat yang melihat Oh Li cu buru-buru
menutup bahunya kembali segera teringat pula dengan
ketiga tahi lalat merah yang pernah disinggung Tok Nio-cu
kepada Oh Li cu ketika mereka saling bertemu dulu, maka
kepada Siau cian katanya.
"Enci Cian, diatas bahu enci Lan terdapat tiga kuntum
bunga merah, itulah lambang persamaan dari dia dengan
Gui hujin!"
Siau cian tidak menyangka kalau tahi lalat itu adalah tahi
lalat penanda perawan karenanya dia, hanya tersenyum
sambil mengiakan belaka.
Si Cay soat si gadis yang ingin tahu segala galanya segera
berpaling lagi ke arah Oh Li cu dan berseru dengan
gembira:
"Enci Lan, bolehkah kami memeriksa ke tiga kuntum
bunga merah di atas bahumu itu-?"
http://kangzusi.com/
Seraya berkata dia lantas menarik tangan Siau cian dan
menghampirinya, sedang Lan See giok masih tetap berdiri
tegak ditempat semula.
Sebenarnya Oh Li cu enggan berbuat begitu, tapi satu
ingatan segera melintas di dalam benaknya, dia salah
mengira Cay soat dan Siau cian berniat untuk membuktikan
apakah dia seorang gadis berandal atau bukan.
Karena berpendapat demikian, sambil tertawa paksa dan
wajah bersemu merah segera ujarnya:
"Tahi lalat itu dibuat ibuku semasa aku masih kecil
dulu..." Sambil berkata dia lantas membuka pakaiannya dan
memperlihatkan ketiga kuntum bunga merah diatas bahu
yang putih bersih itu, sementara matanya melirik sekejap
kearah Lan See giok.
Berhubung Lan See giok tidak tahu maksudnya, maka ia
tidak terpengaruh sama sekali oleh tindakan mana, cuma
dirasakan ketiga kuntum bunga merah itu sangat menawan
hati.
Berbeda sekali dengan Siau cian, paras muka nya segera
berubah hebat, serunya tak tahan:
"Waaaaah, ini kan tahi lalat penanda kesucian anak dara
...."
Sambil berseru dengan wajah gugup, cepat-cepat ia
menutup kembali bahu Oh Li cu.
Sebaliknya Lan See giok yang melihat Siau cian berubah
muka, lalu mendengar pula tentang "tahi lalat penanda
kesucian seorang dara," dia tahu hal ini tentu menyangkut
soal urusan pribadi seorang dara, karenanya cepat-cepat dia
membalikkan badan dan kembali ke kamar sendiri.
http://kangzusi.com/
Cay soat yang semenjak bayi sudah kehilangan kasih
sayang seorang ibu, seperti juga dengan Lan See giok, ia
sama sekali tidak memahami persoalan seperti ini, maka
dengan kening berkerut dan nada tidak mengerti tanyanya:
"Apa sih yang dimaksudkan tahi lalat penanda kesucian
seorang dara itu? Kenapa siaumoay belum pernah
mendengar tentang soal seperti ini?"
Paras muka Siau cian segera berubah memerah, dengan
cekatan sekali dia melirik sekejap ke belakang, melihat Lan
See giok sudah pergi, ia lantas tertawa misterius sambil
berbisik:
"Adik Soat, masa tubuhmu tiada tanda tersebut?"
Si Cay soat segera menggelengkan kepalanya berulang
kali sambil tertawa, sahutnya dengan wajah bersungguh
sungguh:
”Siau moay tidak mempunyai tanda seperti itu."
"Ketika adik masih kecil, apakah bibi Si tidak
membuatkan tanda tersebut untukmu?" tanya Oh Li cu
sambil mengancing kembali pakaiannya:
Si Cay soat menghela napas sedih:
"Aaai, tiga hari setelah siau moay dilahirkan, ibuku
meninggal dunia."
Berbicara sampai di situ dia seperti teringat akan sesuatu,
maka ditatapnya Siau cian dengan pandangan keheranan,
lalu tanyanya kepada Siau cian:
"Enci Cian, apakah bibi juga membuatkan bagimu?" Siau
cian manggut-manggut sambil tertawa jengah.
"Enci Cian, bolehkah siaumoay dan enci Lan melihat
milikmu itu...?". tanya Si Cay soat semakin ingin tahu.
http://kangzusi.com/
Siau cian tidak menyangka kalau Si Cay soat hendak
melihat tahi lalat penanda kesucian seorang daranya,
teringat hubungan senggama yang telah dilakukannya
dengan adik Giok waktu itu, mukanya segera berubah
menjadi merah padam, sebab tanda itu sudah lama hilang
bersamaan dengan hilangnya keperawanannya.
Untung gadis itu adalah seorang yang cerdik, buru-buru
sahutnya kemudian sambil tertawa:
"Masa tanda semacam ini harus ditunjukkan kepada
orang lain?"
"Kenapa?" Cay soat tidak mengerti.
Dengan wajah memerah Siau cian segera berbisik:
"Tanda tersebut hanya boleh diperlihatkan kepada sang
pengantin lelaki disaat si gadis menjalani malam
pertamanya.."
"Oooh..." baru sekarang Si Cay soat mengerti, tanpa
terasa paras mukanya berubah juga menjadi merah padam.
Biarpun demikian, dia masih juga tidak mengerti, apa
sebabnya Oh Li cu berani memperlihatkan tahi lalatnya itu
di hadapan orang banyak?
Oh Li cu yang pintar segera dapat menebak suara hati Si
Cay soat, maka dengan wajah memerah pula dia berkata:
"Aku benar-benar amat bodoh, seandainya adik Cian
tidak mengucapkannya ke luar, aku benar-benar tidak tahu
kalau dibalik kesemuanya ini masih terdapat alasan lain,
aku malah mengira tanda ini merupakan tanda rahasia bila
kami kakak beradik saling bertemu kembali! ...." Kemudian
dia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, kembali
ujarnya:
"Adik berdua, mari kita minum teh!"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata dia lantas menuangkan dua cawan air
teh untuk Siau cian dan Cay soat.
Sementara itu Si Cay soat duduk sambil termenung dia
seperti lagi memikirkan suatu persoalan.
Mendadak berkilat sepasang matanya, cepat dia
menengok kearah Siau cian, Oh Li cu yang melihat hal ini
segera bertanya dengan gelisah:
"Cici berdua, bila kita menjalani malam pertama, apakah
tanda tersebut harus diperlihatkan lebih dulu kepada suami
kita ?"
Oh Li-cu mengetahui apa yang menjadi alasan Si Cay
soat merasa gelisah, maka dengan niat menakut-nakutinya,
ia segera berkata dengan wajah serius:
"Tentu saja, bila kau tidak memperlihatkan kepadanya,
dia sendiri pasti akan memeriksanya ."
Atas ucapan tersebut, pucat pias selembar wajah Si Cay
soat, dengan gugup dia berseru lagi:
"Waah, bagaimana baiknya ini? Aku justru tidak
memiliki tanda semacam itu..."
"Apa yang mesti kau takuti ?" sahut Siau cian sambil
tertawa, ”tunggu saja sekembali kita dari pulau Wan san
nanti, suruhlah ibuku membuatkan sekuntum bunga Botan
yang besar di punggungmu itu!"
"Apakah aku masih bisa?" tanya Cay soat kejut dari
gembira.
"Tentu saja" Siau cian mengangguk, "asal kau masih
tetap bertubuh suci."
Mendengar sampai disini, paras muka Cay soat pelan-
pelan berubah menjadi tenang kembali.
http://kangzusi.com/
Dengan wajah memerah kembali Oh Li-cu
menambahkan:
"Padahal apakah sekarang gadis mempunyai tanda
tersebut atau tidak, dia sama saja akan memperoleh
kepercayaan dari suaminya!"
Si Cay soat tidak memperhatikan perkataan tersebut,
karena dia sedang berpikir bagaimana sekembalinya dari
pulau Wan san nanti dia akan minta kepada Hu yong
siancu untuk membuatkan sebuah tatoo bunga Botan di
tubuhnya.
Lain halnya dengan Siau cian, dia tidak mengerti kenapa
Oh Li cu bisa tahu kalau tanpa tanda khusus semacam
itupun seorang gadis masih tetap akan memperoleh
kepercayaan dari suaminya:
Berdasarkan ketiga kuntum bunga bwee dibahu Oh Li
cu, semestinya ia masih tetap seorang dara. berdasarkan
sikap Cay soat yang tenang dan tenang, diapun masih tetap
suci bersih, sedangkan is sendiri ......
Berpikir sampai di situ, paras mukanya kembali
memerah, hatinya berdebar semakin keras.
Dalam pada itu, Lan See giok yang bersandar di atas
pembaringan di kamar sebelah yang cuma terpisah oleh
selembar kain, dapat menangkap semua pembicaraan Siau
cian bertiga dengan jelas sekali.
Baru sekarang dia mengerti apa sebabnya Oh Li cu
memperlihatkan ketika kuntum bunga bwee diatas bahunya
itu di depan mata nya tadi, bukan saja dia hendak
memperlihatkan bahwa dia masih tetap seorang gadis yang
suci bersih, selain itu diapun hendak memperlihatkan
kepada Si Cay soat dan Siau cian berdua bahwa ia bukan
gadis yang binal ......
http://kangzusi.com/
Tentu saja Lan See giok juga mengerti tanda khusus
dibahu atau mungkin di atas lengan enci Cian nya telah
luntur bahkan hilang sama sekali .....
Sementara dia masih termenung, cahaya terang
memancar masuk dari depan jendela, ternyata magrib telah
menjelang tiba.
Kemudian terdengar suara tambur dibunyikan orang
disusul suara terompet yang memanjang.
Lan See giok terperanjat, dia tahu semua kapal perang
sudah mulai berkumpul.
Tirai disingkap orang, kemudian tampak Siau cian, Cay
soat dan Oh Li cu berjalan masuk ke dalam.
"Semua kapal perang telah berkumpul" ucap See giok
cepat sambil bangkit berdiri,
"Adik Giok, apakah kau hendak meninggalkan pesan
kepada segenap anggota benteng" tanya Oh Li-cu.
Pemuda itu segera menggeleng.
"Tidak usah, siaute rasa pada saat seperti ini tidak baik
jika kita memberi penjelasan yang kelewat banyak kepada
mereka."
"Kalau memang begitu, kita mesti mengirim orang untuk
memberitahukan kepada komandan Ciang bahwa semua
kapal tak perlu berkumpul, kita langsung berlayar saja."
Belum selesai Oh Li cu berkata, dari luar ruangan telah
muncul seorang dayang yang segera berkata kepada Lan
See giok dengan sikap hormat. .
"Han lihiap mengundang pocu dan nona bertiga agar
menghadap ......”
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengangguk, dia segera menitahkan
dayang itu untuk memberi kabar kepada komandan Ciang
agar kapal tak usah berkumpul lagi.
Ketika mereka berempat tiba di ruang utama, Hu yong
siancu sedang minum teh seorang diri.
Begitu melihat Lan See giok masuk ke dalam, Hu yong
siancu segera mempersilahkan mereka untuk duduk,
kemudian tanyanya:
"Apakah pasukan kapal perang akan segera berlayar?"
Lan See giok dan Oh Li cu segera mengiakan bersama
dengan sikap hormat.
Hu yong siancu tahu kalau Oh Li cu telah minum Leng
sik giok ji, maka sambil mengawasi bagian wajahnya yang
terluka, dia bertanya penuh perhatian:
"Apakah luka-luka yang diderita nona Lan sudah tidak
terasa sakit lagi?"
"Terima kasih atas perhatian bibi, luka tersebut sudah
tidak terasa sakit lagi," jawab Oh Li cu dengan hormat.
Hu yong siancu menjadi sangat gembira. serunya
kemudian:
"Kalau sudah tidak terasa sakit, maka dalam dua tiga
hari mendatang pasti akan sembuh dengan sendirinya, nona
Lan, ayo ikut kita semua untuk berangkat bersama sama."
Lan See giok, Siau cian dan Cay Boat segera mendukung
usul tersebut.-
Tapi dengan kukuh Oh Li cu menyahut.
"Anak Lan telah menitahkan dayang untuk
memberitahukan kepada komandan Ciang agar dari setiap
kapal ditugaskan lima orang untuk tetap menjaga benteng,
http://kangzusi.com/
sedang sisa nya turut semua, itu berarti dalam benteng
masih tersisa lima ratusan orang anggota, biar anak Lan
yang bertanggung jawab atas diri mereka sambil berjaga
jaga terhadap segala kemungkinan yang tak diinginkan,
anak Lan sudah mengambil keputusan, tak akan pergi."
Hu yong siancu, Lan See giok, Siau cian dan Cay soat
merasa di dalam benteng, memang membutuhkan seorang
yang berkemampuan besar untuk bertanggung jawab,
karenanya mereka pun tidak mendesak Oh Li-cu lebih jauh.
Maka mereka berlima pun sekali lagi berunding untuk
membicarakan beberapa masalah yang perlu diperhatikan
dan diatasi setelah rombongan kapal perang itu berangkat,
kemudian mereka baru menumpang perahu naga emas
berangkat ke ruang telaga emas.
Sewaktu tiba di ruang telaga emas, si naga sakti pembalik
sungai, Siau thi gou serta ke empat komandan yang telah
menggembol senjata telah siap menanti di pelataran depan.
Komandan Nyoo, dari pasukan macan kumbang hitam
mengenakan pakaian ringkas serba hitam dengan di
pinggangnya tersisip sepasang senjata palu besi besar
berbentuk segi delapan.
Komandan Sin dari pasukan singa jantan mengenakan
pakaian ringkas berwarna abu-abu dengan sepasang poan
koan pit berkepala merah tersisip di punggungnya, wajah
yang kekuning kuningan nampak keren sekali dalam
seragam demikian.
Komandan Ong dari pasukan harimau terbang
mengenakan pakaian ringkas berwarna kuning dengan
sebilah golok besar tersoren di pinggang, sedang di bawah
iganya tergantung sebuah kantung kulit berisi senjata
rahasia.
http://kangzusi.com/
Dan terakhir komandan Ciang dari pasukan naga
perkasa mengenakan pakaian hijau dengan sebuah senjata
sekop emas tersoren di punggung, biarpun rambut orang ini
sudah memutih, namun paras mukanya justru merah
bercahaya.
Ke empat komandan tersebut hampir semuanya
berwajah cerah dan bersinar mata tajam hal ini
menandakan kalau tenaga dalam mereka telah peroleh
kemajuan yang pesat semenjak minum cairan mestika Leng
sik giok ji.
Menanti perahu naga emas telah berhenti Hu yong
siancu mempersilahkan si naga sakti pembalik sungai Siau-
thi gou serta ke empat komandan untuk bersama sama naik
ke perahu naga emas, kemudian berangkatlah menuju
keluar, pintu gerbang benteng.
"Apakah pasukan kapal sudah mulai berlayar?" tanya
Lan See giok kemudian.
"Pasukan ujung tombak sudah keluar dari padang
ilalang, sedangkan pasukan sayap kiri dan kanan sedang
berangkat meninggalkan markas," sahut komandan Ciang
dengan hormat.
"Mengapa komandan Nyoo tidak turut serta bersama
pasukannya?"
Komandan Nyo dari pasukan macan kumbang hitam
segera menjawab dengan hormat: "Hamba tetap berada
disini menantikan petunjuk terakhir dari pocu!"
Lan See giok manggut-manggut "Sepanjang perjalanan
kita nanti, andaikata bersua dengan kaum enghiong yang
bekerja di air, usahakanlah, agar menghindar dari segala
bentrokan yang tidak perlu, dari pada peristiwa semacam
ini akan menghambat perjalanan kita."
http://kangzusi.com/
"Pocu tidak usah kuatir." ucap komandan Nyoo dengan
bangga. "semua enghiong di atas air baik dari golongan
putih maupun hitam yang bercokol di sepanjang pesisir
sungai Tiangkang mempunyai kesan yang baik terhadap
pasukan kapal perang Wi-lim poo, mereka selalu akan
menyingkir jauh-jauh bila bertemu dengan pasukan kami,"
"Biarpun demikian, toh ada baiknya bila, kita bertindak
lebih berhati hati."
Ke empat komandan itu segera mengiakan.
Tiba-tiba Hu yang siancu menyaksikan langit di luar
ruang perahu gelap gulita, tidak nampak bintang atau pun
rembulan bahkan seperti tertutup oleh awan tebal, melihat
hal ini dengan kuatir dia berseru:
"Apakah suasana seperti ini tak akan mempengaruhi
jadwal perjalanan kita?"
"Li hiap tak usah kuatir," sahut komandan Ciang segera,
"para pelaut yang berada di pasukan depan merupakan
orang-orang yang sangat berpengalaman dalam pelayaran,
biar pun ombak besar angin puyuh pun mereka. masih
mampu berlayar tanpa menguatirkan sesuatu."
Sementara pembicaraan berlangsung, perahu naga emas
sudah meluncur keluar dari pintu gerbang benteng.
Di depan sana cahaya lentera menerangi seluruh tempat,
di situ masih kelihatan ada puluhan buah kapal perang
besar yang sedang bergerak pelan meninggalkan tempat,
Beberapa puluh kaki di luar pintu tampak berlabuh sebuah
perahu besar berbentuk keraton yang terang benderang.
bermandikan cahaya, sekeliling perahu dilengkapi pengawal
yang ketat, di sisi kiri dan kanan terpancang alat pemanah,
waktu itu para dayang dan kacung dengan pakaian baru
http://kangzusi.com/
dan semangat yang segar sedang menantikan ke datangan
mereka.
Menyaksikan hal tersebut dengan kening berkerut Lan
See giok segera berpaling ke arah Oh Li cu, lalu tanyanya.
"Enci Cu, dahulu bila lo pocu hendak pergi ke luar,
apakah dia tidak menumpang perahu naga emas?"
Oh Li cu tertawa, sebelum dia mengucapkan sesuatu
komandan Ciang telah menyahut:
"Dua orang pocu yang terdahulu selalu menggunakan
kapal pesiar keraton jika hendak pergi ke tempat jauh,
perahu ini besar, megah dan anggun bentuknya, merupakan
lambang dari kekuatan, kekuasaan serta kekayaan benteng
kami."
Lan See giok tertawa tawa, keningnya hanya berkerut
sebentar lalu tidak memberi kan pernyataan apa-apa.,
Sedangkan Siau cian dan Cay soat segera memuji:
"Waahh... perahu keraton itu jauh lebih besar daripada
perahu yang digunakan Toan Ki tin dari Lim lo paa
sewaktu berada di depan telaga tempo hari.. nampaknya
perahu kita jauh lebih anggun dan megah."
"Perkataan nona berdua memang benar," ke empat
komandan itu tersenyum seraya manggut-manggut, "belum
pernah ada, pemilik benteng air. lainnya yang memiliki
perahu anggun seperti milik benteng Wi Lim Poo ini.”
Sementara pembicaraan masih berlangsung perahu naga
emas telah buang sauh di sisi kapal pesiar keraton.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-
masing, beberapa orang itu segera meninggalkan perahu
naga emas untuk pindah ke kapal pesiar keraton.
http://kangzusi.com/
Kapal tersebut memang dirancang dengan arsitek yang
tinggi, semua peralatan amat mewah. permadani merah
hampir menutupi semua lantai ruangan, sementara lentera
keraton menerangi setiap sudut tempat.
Ketika Lan See giok menyaksikan kapal-kapal perang
yang sudah bergerak lebih dulu itu sama-sama berada
dalam keadaan terang benderang, dengan kening berkerut ia
lantas berkata: "Komandan Ciang, setiap perahu diterangi
sampai puluhan buah lentera, padahal perahu kita
mencapai ratusan buah, apakah hal semacam ini tidak
merupakan suatu pemborosan?"
Ke empat komandan itu mengiakan dan tak berani
mengemukakan pendapat apa-apa.
Maka anak muda tersebut berkata lebih jauh: "Bila
perahu sedang membuang sauh atau sedang., menghadapi
pertempuran, lampu boleh dipasang semua, sedang di
waktu-waktu lain lebih baik pergunakan secukupnya saja."
Kembali ke empat komandan itu menyahut, buru-buru
komandan Ciang berlalu dari situ.
Kepada ke tiga orang komandan lainnya, kembali Lan
See giok berkata:
"Kalian bertiga boleh kembali ke pasukan masing-
masing, lakukan saja perjalanan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan."
Ketiga orang komandan itu mengiakan dan bersama
sama meninggalkan ruangan.
Sementara itu, Hu yong siancu dan Siau cian serta Cay
soat telah selesai mengucapkan kata-kata perpisahan
dengan Oh Li-cu.
http://kangzusi.com/
Ketika Lan See giok menjumpai paras muka dara itu
diliputi perasaan sedih, sepasang matanya berkaca kaca, ia
segera berjalan ke luar dari ruangan dan mengikuti di
belakang nya sambil berpesan dengan penuh perhatian:
"Enci Lan. baik baiklah merawat lukamu didalam benteng,
semoga kau dapat menjaga diri baik-baik, kepergian siaute
kali ini paling banter hanya satu bulan atau mungkin hanya
dua minggu saja, begitu selesai pasti akan kembali kemari."
Dengan sedih Oh Li-cu tertawa getir, tapi dia mencoba
untuk berkata dengan wajah riang.
"Adik Giok tak usah memikirkan tentang diriku, pergilah
dengan hati tenang, aku dapat mengurusi keadaan di dalam
benteng ini dengan sebaik baiknya!"
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah tiba
di buritan perahu, ketika berpaling ternyata Hu yong siancu,
Siau cian dan Cay soat tidak ikut keluar, dia tahu mereka
memang sengaja tetap berada dalam ruangan,
Maka sambil menatap wajah See giok, ia berbisik lagi
dengan sedih.
"Adikku, kau toh sudah tahu tentang asal usulku,
meskipun aku hidup didalam lumpur.. perbuatanku agak
genit, namun sesungguhnya tubuh cici masih tetap suci
bersih ...."
Belum sampai perkataan itu selesai diucapkan, suaranya
sudah sesenggukan dan kata-kata selanjutnya tak mampu
lagi diutarakan, cepat dia membalikkan badan dan
melayang kembali ke atas perahu naga mas....
ooo0-dw-0ooo
http://kangzusi.com/
BAB 34
LAN SEE GIOK yang menghadapi kejadian seperti ini
menjadi melongo dan berdiri tertegun, ia setengah mengerti
setengah tidak terhadap perkataan tersebut, tanpa terasa
serunya cemas:.
”Enci Lan .....”
Namun Oh Li cu sudah berkelebat masuk ke ruang
perahunya.
Sebenarnya. Lan See giok hendak menyusul ke perahu
naga emas, tapi sewaktu ia berpaling, ditemukan para
pengawal dan para dayang yang berada di perahu tersebut
meski tak berani memandang kemari secara terang
terangan, namun secara diam-diam mereka memperhatikan
tingkah lakunya, hal ini membuatnya menjadi ragu.
Mendadak terdengar suara keleningan berbunyi nyaring.
Menanti Lan See giok berpaling kembali, perahu naga
emas telah berangkat menuju ke dalam benteng.
Pada saat itulah komandan Ciang telah menghampirinya
dengan langkah lebar, ia berkata dengan hormat:
"Lapor pocu, semua lentera diatas kapal perang telah
dipadamkan, bila tiada perintah lagi, hamba pun akan
kembali ke kapal komandoku."
Waktu itu pikiran Lan See giok masih kalut, maka
diapun mengangguk:
"Ehmm, tak ada urusan lagi."
Menanti dia berpaling kembali, perahu naga emas itu
sudah masuk ke balik pintu benteng.
Dengan wajah kusut dan pikiran kalut akhirnya pemuda
itu balik kembali ke dalam ruang perahu, waktu itu Hu
http://kangzusi.com/
yong siancu sekalian telah kembali ke kamar untuk
beristirahat.
Maka seorang diri ia duduk di kursi utama ditengah
ruangan, sedang para dayang dan kacung berdiri menanti di
samping dengan hormat, seluruh lentera di luar ruang
perahu telah dipadamkan tinggal sebuah lentera kecil dalam
ruangan.
Tak lama kemudian layar dinaikkan dan perahu pun
pelan-pelan bergerak menuju ke depan.
Sementara itu Lan See giok masih dibikin tidak mengerti
oleh sikap Oh Li cu sewaktu berpisah tadi. ia tidak mengerti
kenapa Oh Li cu bisa menunjukkan sikap yang begitu emosi
dan sedih?
Tentu saja dia tahu Oh Li cu dapat berbuat demikian
jelas hal ini bukan terwujud didalam satu dua hari saja.
Tanpa terasa pemuda itu menjadi melamun, ia
membayangkan kembali kenangan dimasa lampau.., ketika
pertama kali ia bertemu dengan Oh Li cu. bagaimana dia
dipukul sampai tercebur ke dalam air hingga saat ini.
Mendadak terdengar suara air memecah di tubuh perahu
disusul perahu sedikit oleng, para dayang dan kacung kecil
yang sedang berdiri di sisi pun tak tahan turut oleng pula ke
samping. Hal ini segera menyadarkan kembali
Lan See-giok dari lamunannya.....
Dia memandang sekejap kearah kawanan dayang dan
kacung itu, kemudian sambil mengulapkan tangannya ia
berseru:
"Pergilah kalian untuk beristirahat!"
http://kangzusi.com/
Para dayang dan kacung itu mengiakan kemudian
bersama-sama memberi hormat dan meninggalkan tempat
itu.
Perahu semakin oleng tapi bergerak semakin cepat pula,
bila ada ombak yang memecah di tubuh perahu, segera
menimbulkan suara gemuruh yang keras.
Lan See giok bangkit berdiri dan berjalan menuju keluar
pintu. waktu itu langit sangat gelap. angin berhembus
kencang dan ombak menggulung tinggi. ia tak tahu sudah
berapa jauhkah mereka tinggalkan benteng Wi lim Poo. .
Waktu itu, para pengawal yang semula bersiaga di sisi
perahu sudah jauh berkurang. namun di depan setiap alat
pembidik panah masih berdiri enam orang pengawal.
Ketika Lan See giok berpaling, ia temukan
dibelakangnya berdiri seorang kacung dan seorang dayang,
maka kepada si kacung itu katanya.
"Beritahu kepada kepala regu penjaga, setiap alat
penahan dijaga oleh dua orang saja, sedang pengawal
lainnya boleh pergi beristirahat."
Kacung itu mengiakan dengan hormat, ia buru-buru lari
menuju ke buritan.
Waktu itu kabut tebal telah menyelimuti permukaan
telaga. dikejauhan sana tampak lentera merah memancar
dimana mana bahkan bintang dilangit, yang besar sebesar
mangkuk yang kecil bagaikan kedelai. ini membuat
pemandangan sangat indah.
Mendadak-
"Ooooh, sungguh indah" dari belakang tubuhnya
kedengaran seseorang berseru nyaring.
http://kangzusi.com/
Lan See giok, tahu suara itu berasal dari Cay soat, ketika
berpaling ditemukan Siau cian pun berada di situ.
Tiba-tiba terdengar siau cian bertanya dengan rasa
terkejut.
"Aaaah, adik soat, coba lihat lampu lampu merah
dikejauhan sana, apakah semua lampu itu berasal dari kapal
perang kita?"
Melihat kedua orang itu berbincang bincang sendiri
seperti tak melihat kehadirannya di situ, tergerak hati Lan
See giok, segera serunya.
"Benar, berhubung angin kencang dan kabut sangat tebal,
maka semua kapal menaikkan lentera merah. ke satu untuk
petunjuk pelayaran. kedua untuk menghindari tubrukan
antara dua kapal."
Belum lagi habis dia berkata. Siau-cian dari Cay soat
telah berseru keheranan.
”Waaaah, nampaknya pocu seorang diri berdiri disini
sambil menikmati keindahan malam, waaah.. kau memang
romantis sekali..."
Lan See giok tahu, kedua orang gadis itu tentu sedang
merasa cemburu dan curiga berhubung ia belum juga masuk
ke dalam, karena itu mereka sengaja datang untuk
menggodanya.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak serunya dengan
lantang.
"Enci Cian. adik Soat, malam begini dingin, bukannya
tidur kenapa malah keluar dari ruangan? Kalau ingin
melihat keindahan malam. bukankah dari ruang perahupun
bisa?"
http://kangzusi.com/
Seraya berkata dia lantas beranjak ke depan, melihat Lan
See giok mendekat. Sebelum Siau cian sempat menjawab,
Si Cay soat telah berkata lagi.
"Enci Cian. kabut di luar amat tebal, kalau sampai
masuk angin kita tak bakal ada yang perhatikan sehingga
seperti orang kehilangan sukma, lebih baik kita masuk
saja.."
Seraya berkata dia mencibir kearah pemuda itu dan
menarik Siau cian masuk dalam ruangan..
Dengan kening berkerut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya dan mengawasi bayangan tubuh
ke dua orang tersebut dengan melongo, sampai lama
kemudian ia baru menggelengkan kepala dengan perasaan
apa boleh buat.
Dia tahu, adik Soat dan enci Cian bukan cuma
dipengaruhi oleh perasaan cemburu saja, di samping itupun
bermaksud mengajaknya masuk ke dalam dan beristirahat.
Diiringi seorang dayang, Lan See giok masuk ke dalam
sebuah kamar yang besar dan megah, selain meja dan kursi,
hampir semua peralatan yang ada di situ terbuat dari emas
dan kemala.
Diatas meja terdapat lima buah lilin raksasa yang
menyinari seluruh ruangan hingga terang benderang. lantai
ditutup dengan permadani merah. sebuah pembaringan
antik dengan seprei dan tirai yang indah, membuat suasana
kamar itu menyerupai sebuah kamar pengantin ....
Setelah memeriksa kamarnya, Lan See giok mengunjungi
si naga sakti pembalik sungai dan Hu yong siancu untuk
mengucapkan selamat malam, dan akhirnya menuju ke
kamar Cay soat dan Siau cian bersama Thi gou, hingga ke
http://kangzusi.com/
dua orang gadis itu tersenyum cerah kembali baru pulang ke
kamarnya untuk beristirahat.
Ketika mendusin kembali, hari sudah terang tanah. tapi
kabut tebal menyelimuti seluruh permukaan hingga beratus
ratus buah kapal perang yang bergerak di sekitar sana hanya
terlihat samar-samar ....
Di atas setiap perahu digantungkan sebuah lentera
merah, sedang ketiga layarnya dipasang penuh,
kelihatannya saja kapal tersebut seperti tidak maju-maju,
padahal kecepatannya luar biasa sekali ....
Pelan-pelan Lan See-giok berjalan menuju ke ujung
geladak, memandang beratus ratus buah kapal perang
dengan panji-panji yang menyilaukan mata itu, tanpa terasa
semangatnya berkobar kembali.
Ia bertekad hendak mempergunakan kapal-kapal perang
ini untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umat
persilatan.
Langkah pertama yang akan dilakukan sekarang adalah
menghukum tiga manusia aneh dari luar samudra yang
sudah banyak tahun melakukan kejahatan, bila ketiga
gembong iblis tersebut telah dibasmi, kemungkinan besar
situasi didalam dunia persilatan akan mendekati
kedamaian.
Tengah hari itu mereka sudah tiba di kota Tok ciong.
Tampaknya kehadiran beratus ratus buah kapal perang
ini sangat menarik perhatian orang banyak, semakin
mendekati siang hari. orang yang berkerumun menonton
keramaian makin meluap.
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai yang
menyaksikan situasi seperti ini menjadi gelisah sekali, dia
tahu bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus,
http://kangzusi.com/
kesulitan yang mereka hadapi niscaya akan semakin
bertambah.
"Anak Giok" ujar Hu Yong siancu kemudian kepada Lan
See giok yang berdiri dengan wajah membesi, "bila barisan
terdepan menemui hambatan. entah mereka dari partai atau
perguruan mana. Singkirkan dengan sekuat tenaga. kalau
tidak demikian manusia yang tak tahu diri niscaya akan
manfaatkan kesempatan ini untuk mengacau perjalanan
kita"
Sementara pembicaraan berlangsung mendadak tampak
sebuah sampan kecil meluncur datang dengan kecepatan
tinggi.
Ketika tiba di depan perahu besar tersebut. sesosok
bayangan manusia, nampak melompat naik ke atas geladak
dia adalah seorang lelaki setengah umur yang memakai
pakaian ringkas berwarna hitam, begitu tiba diatas kapal,
cepat-cepat dia menuju ke pintu ruangan.
Para pengawal kapal mengenali orang itu sebagai
seorang kepala regu dari komandan Nyoo, karenanya tak
seorangpun yang menghalangi perjalanannya.
Begitu tiba di depan pintu, lelaki setengah umur berbaju
hitam itu segera menjura kepada Lan See giok dan berkata.
"Lapor pocu, di depan situ muncul seorang manusia
bernama Bajing air berbulu emas Ong Hua yang datang
beserta anak buahnya, mereka menghadang perjalanan kita
dan minta kepada pocu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan olehnya"
Lan See giok segera berkerut kening lalu mencorong
sinar tajam dari balik matanya, sambil tertawa dingin ia
berseru.
http://kangzusi.com/
"Buka barisan depan dan biarkan mereka masuk. biar
aku sendiri yang menjumpai mereka"
Lelaki setengah umur berbaju hitam itu mengiakan dan
segera beranjak pergi untuk kembali ke depan.
Kepada si naga sakti pembalik sungai. Lan See giok
segera bertanya.
"Thio loko, tahukah kau tentang seluk-beluk manusia
yang bernama bajing air berbulu emas Ong Hua ini?"
"Orang ini sudah banyak tahun bercokol dimulut telaga
dan hidupnya mengganggu kaum nelayan dan saudagar
yang melalui tempat ini, oleh sebab pelbagai perguruan
enggan mencari urusan maka selama ini tiada orang yang
mencampurinya. tak heran kalau pengaruh mereka kian
lama kian bertambah besar dan kuat. sehingga akhirnya
menjadi benggolan perampok yang disegani orang. Bila
Ong Hua sudah datang nanti. kau tak ada salahnya
memberi pelajaran yang setimpal kepadanya, daripada ia
memeras orang lagi"
Lan See giok segera manggut-manggut dan beranjak
keluar dari ruangan perahu.
Si-Cay-soat, dan Siau-thi gou segera mengikuti pula
dibelakang anak muda tersebut.
Sedangkan Hu-yong siancu serta si naga sakti pembalik
sungai enggan bertemu muka dengan manusia bangsa
cecunguk seperti itu, karenanya mereka tetap duduk
didalam ruangan sambil minum teh.
Ketika Lan See giok berempat tiba di ujung geladak,
waktu itu segenap kapal perang telah berhenti berlayar dan
menyingkir ke samping...
http://kangzusi.com/
Komandan dari pasukan naga perkasa, harimau terbang
dan singa jantan yang tidak mengetahui apa yang telah
terjadi buru-buru meninggalkan pasukan masing-masing
dengan sampan kecil mereka berdatangan ke kapal keraton.
Dari para pengawalah mereka mendapat tahu apa
gerangan yang terjadi, karena nya mereka segera berdiri di
sisi Lan see giok sambil menantikan perkembangan
selanjutnya.
Komandan Nyoo yang bertanggung jawab pada pasukan
terdepan, tak berani bertindak secara sembarangan karena
perintah untuk tidak melakukan bentrokan langsung dengan
kawanan jago, karenanya sambil menahan emosi terpaksa
dia mengirim orang untuk melaporkan peristiwa tersebut
kepada pocunya
Dan setelah mendapat perintah dari pocu untuk
melepaskan lawan masuk ke dalam, diapun membawa si
Bajing air berbulu emas Ong Hua menuju ke dalam.
Lan See-giok yang berdiri di ujung geladak dapat melihat
di sisi kiri kapal besar komandan Nyoo berjejer sebuah
perahu besar berwarna abu-abu, berapa puluh orang, lelaki
kekar berdiri diatas perahu tersebut, sedang empat lelaki
bertubuh kekar yang nampaknya merupakan pemimpin
mereka berdiri angkuh di ujung geladak.
Sebagai orang yang dipaling depan adalah seorang lelaki
berusia empat puluh tahunan yang berwajah kuning,
bermata besar, hidung singa. muka lebar dan telinga besar.
ia mengenakan pakaian ringkas berwarna kuning tanpa
membawa senjata.
Jika ditinjau dari dandanan maupun gerak geriknya.
mungkin orang inilah yang merupakan pemimpin dari
kaum perampok di mulut telaga. Bajing air berbulu emas
Ong Hua.
http://kangzusi.com/
Dibelakang Ong Hua berdiri tiga orang, seorang lelaki
baju hijau membawa golok seorang berbaju hitam
membawa senjata palu dan seorang lagi berbaju ungu
membawa senjata sam ciat kun.
Sementara Lan See giok masih mengamati lawannya,
kedua buah perahu itu sudah berhenti tujuh delapan kaki
dihadapannya.
Komandan Nyoo segera menjura kepada pemuda kita
sambil serunya lantang.
"Lapor pocu, bajing air berbulu emas Ong Hua telah
datang!"
Komandan Nyoo adalah seorang lelaki bertubuh tinggi
besar menyerupai pagoda hitam, dengan tenaga dalam yang
telah memperoleh kemajuan. ia berbicara dengan suara
yang menggeledek seperti guntur. segera membuat semua
orang merasakan telinganya sakit.
Tampak ke empat orang yang berada di perahu berwarna
abu-abu itu merasa terkejut atas kesempurnaan tenaga
dalam komandan Nyoo. meski demikian oleh karena
mereka pernah dengar kalau ilmu silat yang dimiliki ke
empat komandan dari Wi Lim poo hanya berilmu silat
biasa saja. maka hal tersebut tidak sampai dipikirkan
didalam hati.
Apalagi setelah mereka saksikan Lan See giok yang
berada di kapal keraton tidak lebih cuma seorang pemuda
berusia dua puluh tahun dengan didampingi dua gadis
cantik serta seorang bocah berkulit hitam. seketika itu juga
mereka memandang enteng, musuh musuhnya, dalam
anggapan mereka, anak-anak manja seperti ini mana
mungkin berilmu tinggi?
http://kangzusi.com/
Sementara itu Lan See giok telah mengangguk kepada
Komandan Nyoo, kemudian sambil berpaling kearah si
bajing air berbulu emas Ong Hua yang berada di perahu
abu-abu itu, ujarnya dengan tenang:
"Aku Lan See giok dengan memimpin pasukan hendak
menuju keluar samudra. entah apa maksud saudara
menghalangi gerak maju perahu-perahu kami?"
Biarpun perkataan ini diucapkan Lan See giok dengan
suara yang lembut dan tenang namun semua orang dapat
mendengar dengan jelas sekali.
Bajing air berbulu emas Ong Hua segera merasakan
hatinya bergetar keras, paras mukanya berubah, dia sadar
bahwa berita yang tersiar diluaran tidak salah., nampaknya
pocu baru dari Wi lim poo memang seorang jagoan yang
berilmu sangat hebat.
Tapi keadaannya sekarang ibarat orang menunggang
macan, mau tak mau dia harus menerima juga kenyataan
dengan begitu saja, maka sambil tertawa nyaring kembali ia
berseru.
"Ketika Lan pocu menerima jabatan sebagai pocu Wi lim
Poo. apakah pocu yang lalu tidak meninggalkan pesan apa-
apa kepadamu...?"
"Entah apa yang saudara maksudkan?" ucap See giok
seraya menggeleng.
Sekali lagi si Bajing air berbulu emas tertawa terbahak-
bahak. "Haaahhh... haahhh... haahhh... sebetulnya hanya
urusan kecil, yaitu setiap perahu yang melalui mulut telaga
dikenakan biaya empat tahil setiap perahu sebagai ongkos
masuk telaga.”
Mendengar perkataan tersebut, ke tiga orang komandan
kapal perang itu menjawab gusar, namun berhubung pocu
http://kangzusi.com/
mereka hadir di situ, maka mereka tak berani sembarangan
bertindak.
"Ooooh ...benarkah itu?" seru Lan See giok dengan
kening berkerut, kemudian sambil berpaling kearah ketiga
orang komandan kapalnya. diapun bertanya.
"Apa benar ada kejadian seperti ini?"
Sebelum ketiga orang itu menjawab. komandan Nyoo
yang berada di perahunya tujuh delapan kaki di seberang
sana telah berteriak dengan suara keras. ,
"Lapor pocu, kau jangan percaya dengan ocehan si
bajingan anjing budukan itu ...."
Tapi sebelum komandan Nyoo selesai berbicara, si bajing
air berbulu emas telah berseru pula sambil tertawa dingin.
"Bila kalian tidak bersedia membayar ongkos lewat,
andaikata kapal-kapal kalian sampai terbakar oleh hujan
panah berapi kami.. heeehh... heeehhh.. sampai waktunya
kau jangan salahkan bila aku tidak memberi penjelasan
lebih dulu"
Lan See-giok gusar sekali oleh ucapan lawan, dengan
kening berkerut segera bentaknya keras-keras.
"Siapkan kapal untuk bertanding!"
Bentakan tersebut diutarakan dengan suara menggeledek
sehingga orang yang berada di kejauhanpun dapat terdengar
dengan jelas.
Sebuah perahu berpanggung datar yang kira-kira luasnya
empat kaki segera berlayar mendekat.
Dengan sorot mata yang berkilat tajam Lan See giok
mengawasi si bajing air berbulu emas lekat-lekat, kemudian
ujarnya lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Apabila kau sanggup mengungguli seorang saja diantara
komandan kapalku itu, setiap perahu kami yang melewati
mulut telaga akan membayar ongkos satu kali lipat lebih
besar ...."
Diam-diam si bajing air berbulu emas Ong Hua merasa
girang, sebelum pemuda itu menyelesaikan kata katanya, ia
sudah berteriak nyaring. "Moga-moga saja pocu tidak
menyesal!"
Lan See giok tertawa angkuh.
"Hmmm.. sebagai seorang pemilik benteng, aku tak
bakal menyalahi janji, cuma bila kalian sudah keok
ditangan anak buahku nanti, bila kau tidak segera
membubarkan organisasimu itu segera akan kupenggal
batok kepalamu itu!"
Sesungguhnya, walaupun si bajing air berbulu emas Ong
Hua telah mendengar kalau ke empat komandan kapal Wi
lim poo hanya memiliki ilmu silat yang biasa saja namun
sampai pada taraf yang manakah masih belum diketahui
sama sekali oleh nya.
Berubah paras mukanya setelah mendengar perkataan
Lan See giok itu, setengah menyesal dia manggut-manggut
berulang kali
"Ohh, sudah barang tentu!" sahutnya.
Dalam waktu singkat perahu untuk bertanding telah tiba,
panggungnya rata dan licin seperti cermin, ketika tertimpa
sinar mata hari senja segera memantulkan cahaya kemerah
merahan.
Komandan Nyoo memerintahkan perahu itu berhenti
ditengah telaga, kemudian serunya.
http://kangzusi.com/
"Lapor pocu, hamba sebagai komandan pasukan
terdepan memohon ijin dari pocu untuk melayani
pertarungan ini"
Lan See giok manggut-manggut, ujarnya dengan tenang:
"Berhati-hatilah komandan Nyoo"
Baru selesai dia berkata, komandan Nyoo telah melejit
ke udara, tubuhnya yang tinggi besar seperti pagoda hitam
melayang turun diatas panggung perahu itu dengan enteng
dan tidak menimbulkan sedikit suara pun. Begitu
menjejakkan kaki di lantai, dia segera mengadu sepasang
senjatanya sehingga memercikkan bunga api.
Dengan suara yang menggeledek dia segera membentak.
"Barang siapa yang merasa bosan hidup silahkan saja
naik ke panggung untuk bertanding!"
Baru selesai dia membentak. lelaki berbaju hitam
bersenjata palu yang berada di perahu abu-abu itu sudah
membentak nyaring.
"Toayamu akan datang melayanimu."
Dalam bentakan keras dia melompat pula ke atas perahu
panggung tersebut, kemudian meloloskan pula sepasang
senjata palunya
"Ayo cepat sebutkan namamu" bentaknya kemudian
dengan mata melotot besar."
"Selamanya palu toaya mu tak pernah membunuh
manusia tak bernama!"
"Kau tak usah mengetahui si apa namaku, kalau
memang punya kepandaian, ayo di keluarkan saja semua."
Lelaki kekar yang bernama Lok Jui itu menjadi amat
gusar, ia berteriak penuh kegeraman:
http://kangzusi.com/
"Bajingan tengik, tak usah banyak bicara lagi, serahkan
nyawa anjingmu."
Sambil berteriak dia menerjang ke muka, senjata
ditangan kirinya memainkan jurus "bukit thai-san menindih
kepala." sedang senjata ditangan kanannya dengan jurus
"menyapu rata lima bukit" langsung menerjang ke depan
dengan tenaga serangan yang sangat hebat.
Komandan Nyoo tertawa tergelak.
"Haaahhh...haaaahhh....haaahhh....tampaknya kau
memang manusia gelandangan yang hanya main ngawur.
coba lihat, jurus serangan macam beginipun berani kau
perlihatkan dihadapanku...?"
Sembari berkata dia maju dua langkah ke depan, palu
ditangan kirinya memainkan jurus. "menyingkap awan
melihat rembulan", sedang palu ditangan kanannya
memainkan jurus "menyapu rata seribu prajurit" serangan
itu bersama sama ditujukan kearah senjata musuh.
"Duuuk. duuuk., .!" ..
Dua kali benturan keras berkumandang di susul percikan
bunga api memancar kemana mana. diiringi dengusan
tertahan. Lok Jui bergetar mundur sejauh tiga langkah
lebih.
Pada dasarnya komandan Nyoo memang tersohor
karena tenaga alamnya yang hebat sekarang ditambah pula
dengan khasiat Leng sik giok ji. boleh dibilang tenaga
dalamnya telah maju satu kali lipat.
Begitu hawa murninya digunakan. ia segera merasakan
tenaga serangannya menggulung keluar sangat hebat.
http://kangzusi.com/
Menyaksikan Lok Jui kena didesak mundur
semangatnya segera bangkit kembali, dengan menambah
kekuatan serangannya ia membentak nyaring.
"Roboh kau . . . . "
Ditengah bentakan, tubuhnya mendesak maju ke muka,
lalu palu kanannya dengan sepenuh tenaga dihantamkan ke
dada lawan. Lok Jui tak mau memperlihatkan
kelemahannya dihadapan lawan, iapun membentak keras
sambil menyongsong datangnya serangan lawan dengan
senjatanya
"Blaammmm...!"
Suatu benturan keras bergema memecah keheningan.
ditengah percikan bunga api yang memancar kemana mana.
Lok Jui menjerit kesakitan, pergelangan tangannya pecah
dan senjatanya mencelat ke udara sementara tubuhnya
bagaikan layang-layang putus benang meluncur ke belakang
dan jatuh ke dalam air.
Peristiwa ini kontan saja membuat paras muka si bajing
air berbulu emas berubah hebat, saking kagetnya dia sampai
membuka mulutnya lebar-lebar dengan mata terbelalak.
Ketiga orang komandan lainnya yang berdiri di sisi Lan
See giok ikut dibikin tertegun, kemampuan komandan
Nyoo, yang begitu dahsyat benar-benar membuat hati
mereka bertiga merasa sangat terkejut.
Bahkan komandan Nyoo sendiripun ikut dibikin
tertegun, ia sendiripun tidak dapat percaya kalau tenaga
dalam yang dimilikinya telah mencapai begitu sempurna.
Tapi dengan cepat ia berhasil menguasai diri, sambil
membentur-bentur kembali sepasang senjatanya. kembali
dia membentak keras
http://kangzusi.com/
"Masih ada siapa lagi yang tak takut mampus, ayo
silahkan maju ke depan!"
Walaupun si bajing air berbulu emas Ong Hua berniat
mengundurkan diri dari situ, namun mendengar tempik
sorak yang gegap gempita dari sekeliling tempat itu, panas
juga hatinya dibuat. dari malu dia menjadi naik darah.
dengan tekad mengadu jiwa segera teriaknya:
"Huuuh, kalau cuma berapa bagian tenaga kerbau sih tak
ada gunanya. kan jangan sombong dulu. coba lihat. aku
akan segera memberi pelajaran kepadamu!"
Sembari berseru dia melejit ke udara dan langsung
meluncur ke atas perahu panggung.
Ketika komandan Ciang menyaksikan Ong Hua tidak
membawa senjata, dia kuatir komandan Nyoo tanpa
sepasang senjata palunya bukan tandingan lawan. maka
kepada Lan See giok segera bisiknya,
"Lapor pocu-"
Belum habis ucapnya Siau thi gou yang sudah merasa
gatal sedari tadi, kini tak sanggup menahan diri lagi. segera
teriaknya keras-keras.
"Komandan Nyoo harap kau mundur. biar aku yang
menghadapi si bajing air ini"
Dalam bentakan keras tubuhnya sudah melayang ke
perahu panggung, maka ketika ucapnya selesai diutarakan,
tubuhnya sudah berdiri diatas panggung tersebut.
Sebenarnya komandan Nyoo sedang merasa serba susah
waktu itu, karena si bajing air berbulu emas Ong Hoa tidak
membawa senjata, dengan sendirinya dia pun tak bisa
menghadapi lawan dengan mempergunakan senjata. namun
http://kangzusi.com/
bila dia harus menghadapi dengan tangan kosong belaka. ia
pun tak yakin bisa menang.
Sementara hatinya sedang risau dan gelisah, Siau thi gou
telah tampilkan diri menggantikan dirinya, hal ini membuat
hatinya amat gembira, serta merta dia mengiakan dan
melompat kembali ke perahu sendiri.
Bajing air berbulu emas menjadi sangat geram ketika
melihat Siau thi gou menampakkan diri menggantikan
komandan Nyoo, dengan sorot mata buas ditatapnya bocah
itu lekat-lekat, kemudian tegurnya penuh amarah.
"Bocah keparat. siapa kau?" .
Siau thi gou melototkan matanya bulat-bulat. kemudian
jawabnya konyol.
"Aku adalah orang Wi-lim-poo."
Jawaban yang sangat konyol ini kontan saja membuat
Lan See giok sekalian tak mampu menahan rasa gelinya
lagi. mereka segera tertawa terbahak-bahak.
Si bajing air berbulu emas maju lebih ke depan,
kemudian bentaknya lagi.
"Aku tanya siapakah namamu? Apa pula
kedudukanmu?"
"Ooooh. kau ingin mengetahui jabatanku?" seru Siau thi
gou berlagak dewasa. segera ditunjuknya komandan Nyoo
di perahunya, lalu melanjutkan, "mereka orangnya besar
tapi merupakan komandan kecil, sedang aku mesti
orangnya kecil, justru merupakan komandan besar,
mengerti kau?"
Bajing air berbulu emas tak dapat menahan hawa
amarahnya lagi, dengan sorot mata memancarkan sinar
buas dia menyumpah.
http://kangzusi.com/
"Bajingan hitam, kau memang manusia keparat, rasakan
sebuah pukulanku ini"
Dalam bentakan mana, tubuhnya menerjang ke muka,
telapak tangannya diangkat dan langsung diayunkan ke
bawah membacok tubuh Siau thi gou.
Dengan melototkan matanya yang besar Siau thi gou
mendengus dingin. dia menunggu sampai bacokan tersebut
hampir mengenai tubuhnya kemudian baru bergeser ke
samping dan menyongsong datangnya ancaman mana
dengan ayunan tangan kanan. bajing air berbulu emas
adalah seorang jago kawakan yang sudah cukup
berpengalaman dalam menghadapi pertarungan. dari cara
Siau thi gou berdiri serta menyambut serangannya secara
gegabah, dia lantas menduga bahwa bocah ini lebih banyak
mengandalkan tenaga kasarnya daripada otak.
Maka sambil mendengus dingin dan menyumpahi
didalam hati, bacokan tangan kanannya segera diubah
menjadi cengkeraman dan kali ini mencengkeram
tenggorokan Siau thi gou.
Mendadak Siau thi gou tertawa tergelak, "Haaaahhh...
haaahhh...haaahhh...Ong Hua, kau tertipu!"
Dalam pembicaraan tersebut, tubuhnya berkelebat
secepat kilat, dengan Jurus "naga menggulung dibalik
awan" mendadak tangannya yang dipakai untuk
membendung serangan lawan dirubah dan segera
mencengkeram pergelangan tangan kanan lawan.
Ong Hua sangat terkejut. dalam bentakan itu sebuah
tendangan kilat langsung di lancarkan ke perut Siau thi gou.
Thi-gou mendengus dingin, sebelum tendangan kaki
kanan Ong Hua mencapai sasarannya. dia sudah
mengerahkan tenaga nya sambil menggetar..
http://kangzusi.com/
Tak ampun lagi tubuh Ong Hua segera terbetot naik ke
tengah udara. Bentaknya kemudian.
"Enyah kau dari sini !"
Dalam bentakan mana tangan kanannya segera melepas
....
Diiringi jeritan kaget, tubuh Ong Hua segera meluncur
ke depan dan langsung menumbuk ke atas kapal abu
abunya....
Suasana diatas perahu abu-abu itu menjadi panik dan
kalut, sebaliknya Siau-cian dan Cay-soat tak bisa menahan
diri lagi hingga tertawa cekikikan.
Berhubung tenaga lemparan Siau- thi-gou sangat kuat,
ditambah pula tenaga Ong Hua sendiri yang sangat besar,
biarpun ada empat orang lelaki kekar yang coba
menyambut tubuhnya, tak urung kena tertumbuk juga
sehingga semuanya roboh terguling ke atas geladak.
Dalam kekalutan yang menyelimuti perahu tersebut, dua
orang pemimpin beserta puluhan orang lelaki lainnya
serentak memasang gendewa serta meloloskan senjata
masing-masing,
Lan See giok yang menjumpai keadaan ini kontan saja
memperingatkan.
"Kalian semua sudah lama bercokol di mulut telaga dan
memeras rakyat kecil, berbicara dari dosa kalian. Sudah
sepantasnya bila kamu semua dijatuhi hukuman mati,
namun mengingat kalian belum sampai melakukan
kejahatan besar. maka kali ini kuberi kesempatan kepada
kalian untuk menempuh jalan hidup baru, segera bubarkan
perkumpulan dan kembali ke jalan yang benar, kalau tidak
niscaya jiwa kalian akan kurebut!”
http://kangzusi.com/
Habis berkata dia lantai menyentilkan jari tangannya ke
arah depan ....
Segulung desingan angin tajam diiringi suara sambaran
angin yang luar biasa langsung menyapa panji biru di ujung
tiang layar perahu abu-abu tersebut.
"Kraakkk.."
Panji biru bersulamkan bajing air berwarna emas itu
segera patah den rontok ke bawah.
Semua orang yang berada dalam perahu abu-abu itu
menjadi ketakutan setengah mati. dengan wajah memucat
dan mata melotot mulut melongo. mereka berdiri tertegun
untuk sesaat.
Bajing air berbulu emas Ong Hua yang tergeletak diatas
geladak kapalnya sudah ketakutan setengah mati, sedari
tadi ia merasa sukmanya serasa melayang meninggalkan
raganya. sementara keringat bercucuran dengan amat
derasnya.
Sebaliknya para anggota Wi Li Poo yang berada di
ratusan buah kapal perang, di sekeliling sana turut dibikin
tertegun karena kagetnya, sekalipun mereka tahu kalau,
pocu baru mereka yang masih muda ini memiliki ilmu silat
yang hebat. namun tak ada yang menyangka kalau
kelihaiannya telah mencapai tingkatan yang begini luar
biasa.
Kepada komandan Nyoo yang masih berdiri tertegun
pula. tiba-tiba Lan See giok berteriak keras:
"Segera kembali kebarisan dan lanjutkan pelayaran!"
Komandan Nyoo mengiakan sambil memberi hormat,
kemudian turun dari kapal panggung.
http://kangzusi.com/
Kepada ketiga orang komandan lainnya. Lan See giok
berkata pula sambil manggut-manggut.
"Kalian bertiga pun boleh kembali ke kapal, untuk
beristirahat. kita teruskan perjalanan menurut jadwal yang
telah ditentukan.”
Selesai berkata bersama Siau Cian, Cay soat dan Siau thi
gou, mereka masuk kembali ke ruang kapal keraton.
Ketika si naga sakti pembalik sungai melihat Lan See
giok sekalian berjalan masuk ke dalam, dia lantas tertawa
terbahak bahak:
"hahhhh .... haaahhh... haahh... agaknya si bajing air
berbulu emas hendak menggunakan kesempatan ini untuk
membuat peraturan baru dan memaksa setiap perahu dari
Wi lim Poo yang masuk keluar lewat selat telaga harus
membayar ongkos, tak tahunya sarang merekapun ikut
terbongkar.."
"Engkoh tua." ujar Si Cay soat sambil menggandeng Siau
cian.. mengambil tempat duduk "menurut pendapatmu,
mungkinkah Ong Hua serta komplotannya masih tetap
bercokol disini?"
Tanpa sangsi si naga sakti pembalik sungai
menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Tentu saja dia tak akan berani bercokol lebih jauh disini,
cuma pepatah kuno bilang, bukit mudah dirubah, watak
susah diganti. Setelah menderita kekalahan total disini,
sudah pasti mereka akan memindahkan markas operasinya
ke tempat lain!"
"Bila demikian halnya, bukankah sepanjang jalan nanti
kita masih akan menemui, pelbagai hambatan dari
komplotan-komplotan yang lain.." tanya Siau cian kuatir.
http://kangzusi.com/
"Aku pikir tak akan ada hambatan lagi!" pelan-pelan si
naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya.
Selesai berkata, dia lantas menengok sekejap kearah Hu
yong siancu yang cuma tersenyum dengan mulut
membungkam itu.
Dengan senyum dikulum Hu yong siancu segera
berkata:-
"Selewatnya mulut telaga kita akan sampai di sungai
Tiang kang, memang perkumpulan dan komplotan yang
bercokol di sepanjang sungai tersebut amat banyak, tapi
peristiwa yang berlangsung hari inipun dengan cepat akan
tersiar sampai di mana-mana, aku pikir semestinya memang
tiada orang yang berani menghadang perjalanan kita lagi..."
Sementara pembicaraan berlangsung, mata hari sudah
tenggelam di ujung langit, beberapa lentera mulai
menerangi ruang perahu, para dayang dan kacung pun
mulai menghidangkan makan malam.
Ketika rombongan kapal memasuki sungai Tiang kang,
waktu menunjukkan kentongan pertama.
Waktu itu angin berhembus sangat kencang, ombak
menggulung gulung setinggi anak bukit, langit yang gelap
dan kapal yang oleng membuat kapal-kapal tersebut
terpisah sampai sejauh dua tiga puluh kaki lebih.
Biarpun demikian, kapal-kapal perang itu masih tetap
bergerak maju, meski antar ujung dan akhir dari rombongan
terpisah sampai berapa li jauhnya.
Malam itu suasana aman tanpa kejadian apa-apa,
menjelang kentongan kelima datang nya sang fajar, ombak
mulai mereda dan anginpun berhenti berhembus, dengan
tiga layar penuh, semua kapal berlayar dengan kecepatan
tinggi.
http://kangzusi.com/
Dalam cuaca yang cerah bermandikan cahaya keemas
emasan, Lan See giok, Siau cian, Cay soat dan Thi gou
berdiri di ujung, geladak kapal, sambil menikmati
keindahan alam di pagi itu.
Tiba-tiba....
Dengan sorot mata berkilat Lan See giok menuding ke
arah timur sungai sambil seru nya gelisah:
"Coba kalian lihat, mungkin di depan sana lagi-lagi
terjadi suatu peristiwa."
Dengan perasaan tidak percaya Siau cian, Cay soat dan
Siau thi gou berpaling, ke arah yang ditunjuk pemuda
tersebut:..
Betul juga, pada permukaan sungai di sebelah timur,
tiba-tiba muncul puluhan buah titik hitam, tampaknya
pasukan depan kapal-kapal perang Wi lim poo telah mulai
berkumpul dan siap menghadapi peperangan.
Memandang hal ini, Siau cian segera berkata:
"Agaknya, kekuatan yang datang kali ini masih jauh
lebih kuat dari pada kekuatan yang dipimpin, si Bajing air
berbulu emas kemarin..."
"Akan kusampaikan kabar ini kepada bibi dan Thio
loko," kata Thi gou tiba-tiba dengan langkah cepat ia segera
lari masuk ke ruang kapal.
Memandang kapal yang mulai berkumpul semua itu,
Lan See giok berkerut kening, dan gumamnya seorang diri:
"Tampaknya kekuatan yang muncul di depan sana tak
kalah dari kekuatan Wi lim poo, tapi dari perkumpulan
manakah itu?"
Siau cian dan Cay soat juga tidak tahu, karenanya
mereka menggeleng dengan kebingungan.
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah dari pasukan depan sana secara lamat-
lamat kedengaran suara terompet yang dibunyikan nyaring.
Menyusul kemudian dari kapal-kapal perang yang berada
di sayap kiri dan kanan bergema pula suara terompet
balasan, kemudian semua kapal bergerak bersama menuju
ke depan dan bergabung dengan pasukan pelopor.
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat dari
kapal sebelah kiri, komandan Ciang dari pasukan naga sakti
telah melompat turun ke sebuah sampan kecil dan buru-
buru menuju ke kapal Lan See giok dengan wajah tergesa-
gesa.
Sementara itu, Hu yong siancu dan Naga sakti pembalik
sungai telah muncul pula dari ruang perahu bersama Siau
thi gou.
Begitu bersua dengan Lan See giok sekalian, komandan
Ciang segera berseru.
"Lapor pocu, pasukan pelopor telah mengirim tanda
bahaya kalau musuh tangguh telah berada di depan mata."
"Ehmmmm" Lan See giok berkerut kening, "tahukah
komandan Ciang, pasukan musuh berasal dari
perkumpulan mana?"
"Hal ini harus diperiksa dulu dari panji yang berkibar di
ujung layar perahu lawan."
Dalam pembicaraan mana, Hu yong siancu bertiga telah
menghampiri mereka.
Naga sakti pembalik sungai memandang se kejap ke arah
timur, kemudian manggut-manggut.
"Ehmm, ucapan komandan Ciang memang benar,
agaknya kekuatan pasukan lawan tidak kalah dengan
kekuatan Wi lim poo kita!"
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu cukup mengerti, apabila pasukan kapal
dalam jumlah besar terlibat di dalam suatu pertarungan,
maka dari kedua belah pihak tentu akan berjatuhan korban,
apalagi menyaksikan pasukan sayap kiri dan kanan telah
menyongsong kedatangan musuh dengan cepat, suasana
benar-benar amat tegang.
Ia tahu kedua pasukan sayap kiri dan kanan sedang
membantu pasukan pelopor melakukan penghadangan, ini
dilakukan untuk mencegah pasukan musuh menyerbu ke
lambung pasukan induk mereka sehingga mengacaukan
barisan.
Oleh sebab itu kepada komandan Ciang segera serunya:
"Cepat lepaskan tanda untuk menghentikan pelayaran,
secepatnya kita sambut mereka!”
Komandan Ciang mengiakan dan buru-buru menuju ke
buritan kapal .....
Dari sikap Hu yong siancu yang begitu serius, Lan See
giok sadar kalau masalahnya amat gawat, sebagai seorang
pemuda yang sama sekali tidak berpengalaman di dalam
pertarungan di atas air, ia memutuskan untuk menerima
petunjuk dari bibinya saja.
Suara bentakan-bentakan bergema dari dasar kapal, lalu
terdengar kapal dikayuh lebih kencang, perahu itupun
melesat ke depan lebih cepat lagi.
Siau thi gou ikut lari ke buritan kapal, dari situ dia
saksikan ada dua puluhan dayung panjang, yang sedang
mengayuh kapal menuruti irama yang teratur, buih-buih air
memancar kemana mana.
Ketika suara terompet panjang dan pendek dibunyikan
bergantian, pasukan sayap kiri dan kanan yang sedang
http://kangzusi.com/
bergerak ke depan itu segera mengendorkan dayungan dan
sama-sama menyingkir ke samping.
Pada saat inilah sebuah sampan kecil meluncur datang
menentang ombak dengan kecepatan tinggi .....
Dalam waktu singkat sampan tersebut sudah mendekati
kapal besar .....
Lan See giok melihat diatas sampan itu duduk empat
orang memegang dayung dengan seseorang berdiri di atas
geladak, sampan meluncur tiba dengan kecepatan luar
biasa.
Ketika sampan dan kapal besar saling berpapasan orang
itu dengan sigap, melompat naik ke atas geladak dan lari
menuju ke depan Lan See giok. Dalam sekilas pandangan
saja Lan See giok dapat mengenali bahwa orang itu, adalah
si lelaki setengah umur yang memberi laporan kemarin.
Begitu tiba dihadapan Lan See giok, lelaki setengah
umur itu segera memberi hormat sambil memberi laporan:
"Lapor pocu, pasukan kapal perang dari telaga Pek toh oh
telah menghadang perjalanan kita, bahkan nampaknya ada
maksud menantang untuk berperang, harap pocu memberi
keputusan!"
Begitu mendengar nama "pek-toh oh" Lan See giok
segera teringat pula dengan Si makhluk bertanduk tunggal
Si Yu gi sebagai biang keladi atas musibah yang menimpa
ayahnya, dengan penuh amarah ia segera membentak:
"Turunkan perintah, untuk siapkan pertarungan,
tenggelamkan semua kapal musuh!"
Lelaki itu mengiakan dan membalikkan badan siap
berlalu dari situ...
"Berhenti!" tiba-tiba Hu yong siancu membentak keras.
http://kangzusi.com/
Lelaki setengah umur itu tak berani membangkang
perintah, ia segera menghentikan langkahnya. Sementara
itu Hu yong siancu telah berpaling kearah Lan See giok
sambil berkata dengan suara dalam:
"Sekarang pasukan kapal perang dari telaga kelinci putih
telah menghentikan gerakan mereka, sudah sepantasnya
kalau kita-pun berusaha untuk menghindari benturan secara
kekerasan dengan pihak mereka sehingga terhindar dari
kerugian di kedua belah pihak dan menyebabkan rencana
perjalanan kita ke pulau Wan san terpengaruh”
Paras muka Lan See giok hijau membesi, bibirnya pucat
dan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya. sambil mengulapkan tangannya untuk
memerintahkan laki setengah umur itu pergi, Hu yong
siancu berkata lebih jauh:
"si makhluk bertanduk tunggal pribadi telah tewas, dia
sudah menerima ganjaran sebagai akibat dari perbuatannya,
apa yang telah dilakukan olehnya pribadi telah
dipertanggung jawabkan oleh dirinya sendiri, hal tersebut
sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan orang lain,
mengapa kau malah melampiaskan amarahmu kepada
orang lain....”
Paras muka Lan See giok masih belum juga pulih
kembali, namun ia mendengarkan dengan tubuh
mematung.
Sementara itu layar pada kapal keraton telah diturunkan,
karena jaraknya dengan kapal pemimpin pihak Pek toh oh
tinggal seratus kaki saja.
Dari kejauhan mereka dapat melihat bahwa semua
anggota pasukan dipihak kapal perang telaga kelinci putih
sama-sama mengenakan pakaian berkabung, sedang pada
tiang ujung kapal pemimpin mereka berkibar sebuah panji
http://kangzusi.com/
besar berwarna kuning yang di tengahnya bersulamkan
sebuah kelinci kemala.
Lan See giok sekalian yang menyaksikan kejadian
tersebut merasa tidak habis mengerti, sampai mereka
saksikan pakaian berkabung yang dikenakan setiap orang
yang berada di kapal perang lawan, mereka baru mengerti
apa gerangan yang terjadi, rupanya semua anggota Pek toh
oh sedang berkabung untuk kematian pemimpin mereka si
Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi.
"Tapi, bukankah si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi
sudah mati banyak tahun, mengapa orang-orang itu masih
juga memakai pakaian berkabung? Mungkinkah belakangan
ini mereka baru mendapat tahu tentang kematian si
makhluk bertanduk tunggal itu?”
Sementara itu kapal sudah berlayar semakin lambat, dua
buah layar yang tersisapun telah diturunkan, dengan begitu
kapal hanya bergerak mengandalkan dayung.
Kapal besar yang ditumpangi komandan Nyoo, segera
bergerak pula mendekat untuk menyongsong kedatangan
kapal keraton tersebut.
Lan See giok memperhatikan sekejap keadaan di sekitar
situ, kemudian memberi tanda agar berhenti, kapal keraton
itu makin melambatkan gerakannya sebelum akhirnya
berhenti.
Dalam pada itu, dari jarak empat puluh kaki di depan
sana, pelan-pelan muncul pula sebuah perahu bertingkat
dua berwarna putih yang pelan-pelan bergerak
meninggalkan pasukan perang Pek toh oh.
Dengan sorot mata yang tajam Lan Se giok dapat
melihat, bahwa diantara sekawanan jago lelaki perempuan
yang berdiri di ujung geladak, berdiri pula seorang nyonya
http://kangzusi.com/
muda berwajah cantik yang mengenakan pakaian
berkabung.
Nyonya muda itu amat cantik dengan wajah yang bersih,
mata yang jeli dan bibir yang merah, sepasang pedang
tersoren di punggungnya, biarpun ia tidak berdandan
namun tidak mengurangi daya tariknya...
Naga sakti pembalik sungai segera memperingatkan Lan
See giok:
"Nyonya muda berbaju putih yang berdiri di depan sana
adalah istri makhluk bertanduk tunggal yang disebut Giok
toh hujin dia adalah putri bungsu pemimpin telaga yang
lampau, bernama Pek Gwat go, selain permainan sepasang
pedangnya, ilmu di dalam airnya sempurna, jarum perak
berbulunya juga hebat dan khusus mematahkan hawa
khikang pelindung badan, bila terjadi pertarungan nanti,
kau mesti bertindak lebih berhati hati."
Sementara pembicaraan berlangsung, perahu dari kedua
belah pihak telah berhenti, pada jarak tujuh delapan kaki,
tapi berhubung arus sungai amat deras, merekapun
menurunkan jangkar masing-masing.
Dengan sikap yang tenang Giok toh hujin Pek Gwat go
berdiri di ujung geladak, sorot matanya yang tajam menatap
Lan See giok tanpa berkedip, wajahnya dingin dan
mulutnya membungkam dalam seribu bahasa:
Di belakangnya berdiri seorang kakek berusia lima puluh
tahunan yang memakai pula pakaian berkabung, setelah
memandang sekejap kemari, buru-buru dia mendekati Pek
Gwat go sambil membisikkan sesuatu di sisi telinganya.
Paras muka Pak Gwat go tetap tenang dan hambar,
hanya sorot matanya yang jeli memandang sekejap ke arah
naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong.. kemudian ia
http://kangzusi.com/
manggut-manggut seperti mengijinkan atau menyetujui
suatu persoalan.
Kakek berpakaian berkabung itu segera maju ke depan,
kemudian setelah menjura katanya dengan lantang.
"Nyonya kami ada perintah untuk bertanya kepada naga
sakti pembalik sungai Thio lo enghiong dari telaga Phoa
yang, mengapa ia berada di kapal keraton dari Wi lim poo?
Mohon Thio lo enghiong sudi menjawab."
Naga sakti pembalik sungai segera tertawa terbahak
bahak, sahutnya dengan nyaring:
"Berikan jawaban kepada nyonya kalian, katakanlah, aku
sedang menemani Lan siau hiap berangkat ke pulau Wan
san untuk bertarung melawan tiga manusia aneh dari luar
samudra dan berusaha melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan, oleh karena tekad Lan siauhiap mulia,
maka aku-pun bersedia mempertaruhkan jiwa tuaku untuk
menemani Lan siauhiap menuju ke-luar samudra, sudah
barang tentu aku harus berada di perahu ini."
"Mengapa manusia bengis Oh Tin san dari Wi lim poo
tidak nampak di perahu ini?". tanya kakek itu lagi.
Naga Sakti pembalik sungai segera mengelus jenggotnya
dan tertawa tergelak.
"Haahhhh... haaaahh.. haaaahh... Oh Tin san suami istri
telah mampus, mana mungkin mereka dapat muncul lagi di
tempat ini?"
Mendengar jawaban tersebut berubahlah wajah Pek
Gwat go, sementara kawanan jago yang berada di
belakangnya turut berdiri tertegun ......
Sambil tersenyum kembali si naga sakti pembalik sungai
menjelaskan:"
http://kangzusi.com/
"Apabila Oh Tin San suami istri masih hidup di dunia
ini, masa aku mau menaiki kapal keratonnya? Hu jin adalah
orang yang pintar, tentunya aku tak usah menerangkan
lebih jauh bukan."
Tampak Pek Gwat Go manggut-manggut, kemudian ia
membisikkan sesuatu kepada si kakek berbaju putih itu.
Kakek tadi manggut-manggut dan serunya lantang,
"Setelah kematian Oh Tin San si tua bangka celaka itu,
siapa yang menguasai Wi lim poo sekarang?"
"Lan siauhiap..."
Sambil berkata dia menuding kearah Lan See giok yang
masih berdiri dengan wajah angkuh. dengan sorot mata
yang jeli Pek Gwat go memperhatikan sekejap kearah Lan
See giok, kemudian mengerling lagi dengan sinis.
Menjumpai keangkuhan dan kepongahan Pek Gwat go,
Si Cay soat jadi mendongkol sekali, tiba-tiba dia berseru
dengan suara dalam:
"Apa maksud kalian menghalangi perjalanan kami
sehingga mengacaukan jadwal yang telah kami rencanakan?
Sekarang, aku minta hujin kalian memberikan
pertanggungan jawabnya."
Pek Gwat go melirik sekejap kearah Cay soat dengan
dingin, wajahnya tetap angkuh dan sama sekali tidak
menggubris, Sebaliknya si kakek berbaju putih itu segera
menjawab dengan lantang:
"Harap nona jangan marah, berhubung Oh Tin San telah
menotok mati pemimpin kami Si Yu gi secara diam-diam,
maka kami bersumpah akan membalas dendam atas sakit
hati tersebut, oleh karena kalian memakai kapal-kapal milik
http://kangzusi.com/
Wi lim poo, tentu saja kami harus mencegat untuk
memeriksanya."
Hu yong siancu segera berkerut kening tiba-tiba ia
bertanya dengan keheranan:
"Perbuatan Oh Tin san menotok mati Si Oh-cu dalam
sebuah peti mati bobrok merupakan sebuah rahasia yang
jarang di ketahui orang, darimana kalian bisa mengetahui
tentang peristiwa tersebut?"
Begitu perkataan tersebut diutarakan, Pek Gwat go serta
puluhan orang jago yang berada dibelakangnya diam-diam
merasa terkejut, sebab biarpun perkataan dari Hu-yong
siancu itu tidak diutarakan dengan suara keras, namun
ditengah hembusan angin sungai yang begitu kencang,
orang yang berada di perahu sejarak puluhan kakipun dapat
menangkap dengan jelas, hal tersebut benar-benar sangat
mengejutkan hati mereka.
Setelah berhasil menenangkan diri, dengan wajah serius
kakek berbaju putih itu berkata lagi:
"Menjawab pertanyaan nyonya, orang bilang, Jika tak
ingin diketahui orang, janganlah melakukan hal tersebut.
Oh Tin san telah melakukan perbuatan terkutuk yang amat
keji, mana mungkin rahasia tersebut dapat disimpannya
sampai lama”
Ketika Siau cian menyaksikan sepasang mata Pek Gwat
go yang jeli mengawasi adik Gioknya tanpa berkedip, diam-
diam ia menjadi amat gusar, maka setelah mendengar
perkataan itu, satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
"Hmmm!" dia mendengus dingin, "andai kata Lim lo
pacu Toan Ki tin dari telaga Tong ting tidak punya maksud
lain dengan menyampaikan kabar tersebut kepada kalian
http://kangzusi.com/
mana mungkin selama hidup kalian tak akan mengetahui
kabar tersebut."
Sekali lagi paras muka Pek Gwat go sekalian berubah
serentak mereka alihkan pandangan matanya ke wajah Siau
cian.
Hu yong siancu kuatir Siau cian membawa persoalan itu
jauh dari masalah yang sebenarnya sehingga menimbulkan
persengketaan baru, cepat-cepat dia mengalihkan pokok
pembicaraan kembali, lalu ujarnya:
"Dengan kematian Oh Tin san suami istri arwah Oh-cu
kalianpun dapat beristirahat dengan tenang dialam baka,
berarti dendam sakit hati ini sudah seharusnya diselesaikan
hingga disini saja, kuharap kedua belah pihak dapat
menghindari bentrokan fisik secara langsung hingga tidak
menimbulkan pembunuhan yang tak berguna, sekarang
kumohon kalian menyingkir dari sini, agar rombongan
kapal perang dari Wi lim poo dapat meneruskan
perjalanannya."
Tampak Pek Gwat go menggerakkan bibir dan berbisik
lagi kepada si kakek tersebut, Kakek berbaju putih itu
manggut-manggut, kemudian berseru dengan lantang:
"Perkataan nyonya memang amat tepat, sejak kini kami
tak akan menarik panjang lagi tentang peristiwa tersebut.
Cuma saja, menurut berita yang tersiar di luaran, konon
pejabat pocu Wi lim poo yang baru Lan See giok memiliki
kepandaian silat hebat yang mampu mengungguli tiga
manusia aneh dari luar samudra, hujin kami merasa
kesempatan seperti ini sukar dijumpai, karena itu ia
berkeinginan untuk mengajak Lan pocu bertarung beberapa
gebrakan."
Lan See giok berkerut kening mencorong sinar tajam dari
balik matanya, paras muka yang memucat berubah menjadi
http://kangzusi.com/
hijau membesi, dia bertekad hendak membunuh istri Si Yu
gi ini didalam air agar dendam kesumatnya dapat
terlampiaskan.
Hu yong siancu adalah seorang perempuan yang pernah
merasakan bagaimana kehilangan suami, maka terhadap
Pek Gwat go yang mengenakan pakaian berkabung itu dia
menaruh perasaan simpatik.
Maka ketika menyaksikan mimik wajah Lan See giok
tersebut, dia tahu kalau pemuda tersebut sudah dicekam
oleh hawa napsu membunuh, sadar kalau hal ini tak bisa
dicegah lagi, dia menggelengkan kepalanya sambil
menghela napas dan masuk kembali ke dalam ruangan
perahu.
Sementara itu, meskipun Lan See giok dicekam oleh
hawa amarah yang meluap namun sorot matanya tak
pernah beralih dari Hu yong siancu, maka ketika dilihatnya
perempuan itu masuk ke ruang perahu sambil menghela
napas sedih. ia menjadi terperanjat.
"Bibi..." serunya tanpa terasa.
Hu yong siancu menghentikan langkahnya kemudian
berpaling ke arah pemuda tersebut, katanya kemudian
dengan lembut:
"Kalau ingin bertarung. batasilah hanya sampai saling
menutul, jangan dikarenakan urusan kecil menyebabkan
masalah besar terbengkalai, perjalanan kita masih jauh. kita
mesti menghemat waktu dan tenaga untuk menghadapi
masalah mendatang, badanku kurang enak sekarang, biar
aku beristirahat dulu, kalian tak usah ikut aku. "
Selesai berkata, pelan-pelan dia berjalan masuk ke dalam
ruang perahu. .
http://kangzusi.com/
Sebenarnya Cay soat dan Siau cian hendak mengikuti
Hu yong siancu masuk ke dalam, tapi setelah mendengar
pesan ini, mereka tak ada yang berani mengikutinya lagi.
Tampaknya si naga sakti pembalik sungai dapat
memahami perasaan Hu yong siancu waktu itu, kepada Lan
See giok segera bisiknya:
"Saudara cilik, batasi saja pertarungan nanti dengan
saling menutul, selesai urusan disini kita mesti meneruskan
perjalanan lagi."
Lan See giok yang melihat wajah bibinya murung dan
tak senang hati, kontan saja perasaannya menjadi tak
tenang, api amarahnya menjadi padam sama sekali,
minatnya untuk bertarung melawan Pek Gwat go pun
menghilang.
Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi tampak Pek
Gwat go yang berada di atas perahunya telah melepaskan
pakaian berkabung sehingga hanya mengenakan pakaian
untuk renang, sepasang pedangnya telah diloloskan dari
sarung.
Pek Gwat go memiliki bentuk badan yang kecil mungil,
payudaranya montok, pinggangnya kecil dan pinggulnya
besar, sepasang pahanyapun kelihatan langsing dan amat
indah.
Baik anggota Wi lim poo maupun anggota Pek toh oh
sama-sama tertegun oleh kejadian ini, sekalipun diatas
kapal keraton berdiri dua orang gadis secantik bidadari dari
kahyangan, namun gaya Pek Gwat go justru mendatangkan
suatu kesan yang lain.
Lan See giok tidak berminat untuk memperhatikan gaya
Pek Gwat go tersebut, ia segera maju dua langkah ke depan,
lalu setelah menjura ujarnya dengan suara dalam:
http://kangzusi.com/
"Berhubung aku masih ada urusan penting yang mesti
diselesaikan secepatnya di pulau Wan san, hari ini tak ada
waktu bagiku untuk melayani keinginanmu tersebut, kalau
ingin bertarung, lebih baik kita langsungkan di atas perahu
saja ...."
"Sudah lama aku dengar akan kehebatan ilmu silat pocu,
itulah sebabnya kumohon petunjuk darimu, sebagai seorang
pocu yang menguasai wilayah air, aku yakin Lan pocu pasti
mahir dalam pertarungan di darat maupun di air, itulah
sebabnya kumohon pocu bertarung di dalam air saja...."
Semua perkataan dari Pek Gwat go itu di utarakan
dengan suara yang lembut dan merdu, begitu enak didengar
seolah-olah mempunyai suatu daya tarik tertentu.
Dengan kening berkerut Lan See giok tertawa dingin, ia
hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba Si Cay soat
telah membentak nyaring, sambil menuding ke arah Pek
Gwat go dia berseru:
"Kau tak usah memojokkan posisi orang atau sengaja
mengulur waktu lagi, asal kau mampu mengungguli
pedangku ini engkoh Giok pasti akan melayani
keinginanmu itu."
Sambil berkata, dia lantas memutar pergelangan
tangannya diantara kilauan, cahaya yang menusuk
pandangan mata pedang Jit hoa kiam telah diloloskan dari
sarungnya.
Naga sakti pembalik sungai cukup mengetahui akan
kelihaian jarum bulu kerbau dari Pek Gwat go, buru-buru
dia, berbisik.
"Adik Soat harap mundur dengan segera, biar engkoh
Giok yang menyelesaikan persoalan ini, jangan lupa dengan
pesan Han lihiap sehingga membengkalaikan urusan besar."
http://kangzusi.com/
oooOdwOooo

BAB 35
WALAUPUN Si Cay soat merasa cemburu di samping
gusar, tapi setelah teringat dengar pesan bibinya, sudah
barang tentu tak berani berkeras kepala lagi.
Tiba-tiba Siau thi gou berteriak keras.
"Lebih baik kalian beristirahat semua, biar aku saja yang
bertarung melawan nyonya muda ini."
Sambil berkata dia lantas melepaskan pakaian atas dan
bersiap mencopot celananya pula.
Merah dadu selembar wajah Cay soat dan Siau cian
melihat ulah bocah tersebut, buru-buru ia berseru:
"Hai Thi gou, mau apa kau?"
Siau thi gou mengencangkan kembali tali kolor
celananya, kemudian menerangkan.
"Aku lupa membawa pakaian renang, maka aku mau
bertelanjang saja ...."
Atas jawaban ini, semua orang hanya bisa
menggelengkan kepalanya berulang kali, mereka benar-
benar dibuat tertawa getir.
Tiba-tiba, nampak Pek Gwat go berkerut kening, dengan
menunjukkan wajah kecewa kembali dia berpaling kearah
kakek tadi dan membisikkan sesuatu. Kakek itu
mengangguk, kemudian berseru lantang:
"Majikan kami bilang, bila pocu kalian tidak mengerti
ilmu di dalam air, biarlah pertarungan hari ini tak usah
dilangsungkan lagi.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok gusar sekali atas perkataan tersebut, dengan
kening berkerut dia hendak mengucapkan sesuatu, tapi naga
Sakti pembalik sungai Thio lo enghiong telah tertawa
tergelak. seraya berkata:
"Bukan aku sengaja mengunggulkan diri, berbicara yang
benar, selain Hu yong Siancu Han lihiap yang tangguh
dalam air, mungkin tiada orang kedua yang mampu
menandingi Lan Siauhiap, bahkan aku sendiripun belum
tentu sanggup bertarung beberapa gebrakan melawan Lan
Siauhiap di dalam air, jadi kalian jangan berkata yang
bukan-bukan....”
Mendengar ucapan ini, dengan wajah dingin dan kaku
Pek Gwat go segera berseru "Kalau memang begini, akan
kutunggu kedatangannya didalam air..,."
Selesai berkata tubuhnya melejit ke udara dan melompat
sejauh beberapa kaki... menyusul kemudian tubuhnya
berjumpalitan diangkasa, sepasang pedangnya diputar
menciptakan dua gulung lingkaran cahaya, tubuhnya
berubah arah, sekarang dengan kepala di bawah kaki diatas
dia menyusup ke dalam air.
"Byuuurrr. . . ." Bunga air memercik ke mana-mana,
tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
mata.
Kagum sekali segenap jago dari Wi lim Poo dan Pek toh
oh yang menyaksikan kejadian ini, tempik sorak bergema
memecahkan keheningan .....
Siau cian dan Cay soatpun diam-diam merasa kagum,
naga sakti pembalik sungai menggelengkan kepalanya, Siau
thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar dan komandan
Ciang sekalian berdiri melongo...
http://kangzusi.com/
Lan See giok menundukkan kepalanya dan
memperhatikan sekejap gulungan ombak di sungai,
kemudian sambil tertawa hambar dia membebaskan ujung
bajunya, bagaikan seekor rajawali raksasa tubuhnya
melayang turun ke bawah.
Secara beruntun dia berputar tiga lingkaran dulu di
tengah udara, kemudian baru menyusup ke dasar sungai.
Demonstrasi yang begini indah tersebut kontan saja
membuat semua jago yang berada di perahu abu-abu itu
tertegun, sekarang mereka baru sadar, bila Pek Gwat go
ingin mengalahkan Lan pocu yang masih muda dan lihay
ini, hal tersebut lebih sukar dari pada naik ke langit.
Naga sakti pembalik sungai yang berada di atas perahu
manggut-manggut sambil mengelus jenggot, wajahnya
nampak berseri dan menunjukkan rasa bangga.
Siau cian dan Cay soat saling bertukar pandangan
sekejap, tak tahan mereka menutupi mulutnya dan tertawa
cekikikan.
Siau thi gou membelalakkan pula matanya. lebar-lebar
sambil membuka mulutnya lebar-lebar, dengan termangu
dia awasi gulungan ombak di tengah sungai, mulutnya yang
melongo seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun tidak
diketahui olehnya apa yang hendak diucapkan keluar.
Untuk beberapa saat lamanya suasana di sekeliling
sungai itu amat hening, semua jago dari kedua belah pihak
sama-sama dialihkan ke permukaan sungai di mana Pek
Gwat go dan Lan See giok melenyapkan diri.
Mereka semua memusatkan pikiran dan perhatiannya,
sambil menguatirkan menang kalah majikan masing-
masing, sebab sejak terjun ke dalam air, baik Pek Gwat go
http://kangzusi.com/
mau pun Lan See giok sama-sama tidak muncul kembali
dari permukaan air.
Beberapa saat sudah lewat, namun kedua orang itu
belum juga menampakkan diri.
Semua Jago yang berada di kedua belah pihak mulai
berkerut kening, mereka benar-benar merasa tidak habis
mengerti.
Berapa saat kembali lewat, ombak masih menggulung
gulung tapi tak nampak sesosok manusia pun yang
menampakkan diri.
Saat itu si naga sakti pembalik sungai dan Cay soat
maupun Siau cian mulai mengerutkan dahi dengan
perasaan gelisah dan tidak tenang.
Siau thi gou yang paling menguatirkan keselamatan
kakaknya, ia sudah lari masuk ke dalam ruangan dan
mengundang Hu yong siancu keluar.
Begitu berdua dengan Hu yong siancu yang gelisah, naga
sakti pembalik sungai segera berkata dengan cemas: "See
giok sudah lama terjun ke dalam air, tapi sampai sekarang
belum juga menampakkan diri...."
Hu gong siancu tidak menjawab, cepat-cepat dia menuju
ke ujung geladak kemudian memeriksa keadaan arus air.
Dalam pada itu, kawanan jago yang berada di perahu
abu-abu itu sudah mulai gugup, seperti juga di pihak Wi lim
poo, mereka dibuat gelagapan sendiri.
Hu yong siancu memandang sekejap keadaan sungai,
tapi berhubung arus sungai amat deras, maka sulit baginya
untuk menemukan sesuatu pertanda.
Siau cian dan Cay soat sudah amat gelisah hingga
mengucurkan air mata, mereka memaksa untuk menyusul
http://kangzusi.com/
ke bawah sungai, namun selalu dicegah oleh naga Sakti
pembalik sungai.
Hu yong siancu memperhatikan lagi suasana di bawah
air, kemudian dengan nada kurang pasti katanya:
"Kalau dilihat keadaannya, pertarungan yang
berlangsung antara kedua orang itu berjalan sengit .......”
"Tapi kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki
Lan See giok rasanya dia tidak membutuhkan waktu selama
ini untuk membereskan Si hujin" sela naga Sakti pembalik
sungai.
Hu yong siancu manggut berulang kali, kemudian
katanya lagi agak sangsi:
"Tapi itupun belum tentu, bila si hujin tidak mempunyai
keyakinan untuk berhasil, iapun tak akan berani menantang
anak, Giok untuk bertarung."
Siau cian dan Cay soat merasa gelisah sekali, tapi
sebelum mendapat persetujuan dari Hu yong siancu,
mereka berdua tak berani turun tangan secara sembarangan.
Tiba-tiba terdengar naga sakti pembalik sungai bertanya
kepada kapal di seberang sana.
"Tolong tanya saudara, apakah di dasar sungai ini
terdapat gua atau pusaran air?"
Setelah menyeka keringat yang membasahi jidatnya.
kakek berbaju putih itu menggelengkan kepalanya berulang
kali, sahutnya dengan gelisah.
"Menjawab pertanyaan lo enghiong, kami sendiripun
tidak tahu menahu, Harap lo-enghiong bersedia menjadi
penengah dalam peristiwa ini untuk terjun ke sungai dan
melihat keadaan, menurut pendapatku hujin kami bukan
http://kangzusi.com/
tandingan Lan pocu, bisa jadi telah terjadi suatu peristiwa
didalam air"
"Harap kau tak usah gelisah" Jawab naga sakti pembalik
sungai dengan cepat.
"Menurut pengamatan Hu-yong siancu Han lihiap,
pertempuran masih berlangsung amat seru didalam air"
Mendengar nama "Hu-yong siancu". segenap jago yang
berada diatas perahu abu-abu itu menjerit tertahan, sorot
mata mereka serentak ditujukan kemari dengan perasaan
kaget. rasa gelisah dan tak tenang yang semula mencekam
perasaan merekapun terlupakan untuk sementara waktu.
Berapa saat kemudian kakek berbaju putih itu sudah
berhasil menenangkan kembali hatinya, ia segera menjura
seraya berkata dengan hormat
"Kalau memang Han lihiap hadir disini, mengapa tidak
lo-enghiong katakan semenjak tadi? daripada kedua belah
pihak harus bertempur dan membuang waktu yang
berharga. Bila nyonya kami tahu kalau Han lihiap berada
diatas kapal, tak mungkin dia akan menantang Lan pocu
untuk berduel”
Belum selesai ia berkata. dari bawah permukaan air
kedengaran suara air membelah ke samping, lalu tampak
sesosok bayangan manusia melompat keluar.
Ketika semua orang mengalihkan matanya serentak
seruan kaget bergema dimana mana ternyata orang yang
munculkan diri adalah Pek Gwat go, cuma pedangnya
tinggal sebelah.
Tapi setelah menghembuskan napas dan berganti napas
baru, kembali dia menyelam ke dalam air.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gelisah Cay soat dan Siau cian bersama
sama meloloskan pedang masing-masing, ketika tertimpa
sinar matahari, senjata tersebut segera memantulkan sinar
yang amat menyilaukan mata . . .
Hu yong siancu yang melihat hal ini cepat-cepat
mencegah, kemudian ujarnya lagi sambil memandang ke
sungai,
"Kalau dilihat dari keadaan, mereka, agaknya
pertarungan diantara kedua orang itu belum berhasil
menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah,
kalian berdua tidak usah bertindak secara gegabah dari-pada
ditertawakan orang di kemudian hari, betul tak akan
menciptakan pertarungan massal, tapi bisa di ejek orang
sebagai golongan yang hendak mencari kemenangan
dengan mengandalkan jumlah yang banyak ....”
Sebelum selesai dia berkata. dari balik permukaan sungai
tiba-tiba muncul segumpal darah kental.
"Aaahhh!"
Semua orang yang menyaksikan kejadian ini berseru
kaget. bahkan Hu yong siancu dan naga sakti pembalik
sungai pun ikut terkejut sehingga paras mukanya berubah.
Tapi gumpalan darah yang muncul itu segera buyar
terbawa oleh arus sungai.
Kakek berbaju putih serta puluhan orang jago yang
semula bergembira melihat kemunculan Pak Gwat go tadi.
kini dicekam lagi oleh perasaan tegang setelah melihat
cucuran darah itu..
Perasaan gelisah, ngeri dan panik kini menyelimuti
wajah setiap orang yang berada di sana.
http://kangzusi.com/
Sebab setiap orang dapat merasakan bahwa cucuran
darah yang begitu deras tak mungkin keluar dari tubuh
seseorang bila kepalanya tak sampai terpenggal atau
dadanya robek besar.
Pada. saat itulah....
Air sungai kembali merebak ke samping Pek Gwat-go
dengan pedang tunggalnya telah muncul lagi dari balik
permukaan air.
Rasa gelisah dan tegang yang sekian lama mencekam
perasaan si kakek berbaju putih serta puluhan orang
jagonya itu segera berubah menjadi perasaan terkejut dan
girang, serentak mereka bersorak sorai dengan penuh
kegembiraan.
Berbeda dengan Siau-cian, Cay soat dan Siau thi gou,
mereka rasakan kepalanya seperti disambar geledek.
menyangka pemuda tersebut sudah mendapat celaka,
hampir saja mereka jatuh pingsan ....
Tapi Pek Gwat go hanya sebentar berada di permukaan
air, setelah memandang sekejap kearah permukaan sungai
dengan pandangan kaget. dia menarik napas panjang
kemudian menyelam lagi secepat kilat ....
Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou seperti orang kalap
segera berteriak marah.
”Ijinkan kami turun ke bawah"
Tapi Hu yong siancu yang berdiri dengan wajah pucat
dan memusatkan perhatian memperhatikan sungai itu lama
sekali tidak menggubris teriakan mereka bertiga, hanya
tangannya digoyangkan berulang kali memperlihatkan tidak
boleh.
Mendadak...
http://kangzusi.com/
Kembali suara air memercik ke samping, kemudian
sesosok bayangan biru melesat keluar.
Ketika semua orang memperhatikan dengan seksama,
ternyata dia adalah Lan See giok yang membawa pedang
dengan wajah serius
Karena itu semua orang dibikin tertegun dan tidak
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
Dengan kening berkerut dan mata bersinar tajam Lan
See-giok memandang pula ke permukaan air dengan wajah
gelisah, tampaknya dia tak sempat banyak berbicara lagi,
pedangnya diputar dan tubuhnya sekali lagi menyelam ke
dalam air.
Hu-yong siancu segera sadar kalau ada sesuatu yang tak
beres di situ, buru-buru dia berseru.
"Kalian tidak usah ikut, biar kuperiksa sendiri.!”
Sambil berkata ia segera terjun ke dalam air dan
menyelam ke dasar sungai.
Naga sakti pembalik sungai juga tidak ambil diam, segera
teriaknya keras-keras.
"Saudara sekalian. tampaknya ke dua orang itu sudah
mengalami ancaman bahaya di bawah air, bila ada papan
atau kayu siapkan dengan segera sehingga setiap saat bisa di
lemparkan ke dalam air "
Begitu teriakan itu diutarakan, para pengawal yang
berada di kedua belah pihak sudah menyiapkan papan-
papan serta kayu.
Kakek baju putih di seberang sana dan naga sakti
pembalik sungai dipihak sini. masing-masing menyiapkan
sebuah papan pula sambil memusatkan perhatian
mengawasi permukaan sungai.
http://kangzusi.com/
Cay soat, Siau cian maupun para jago lainnya benar-
benar dibuat kebingungan setengah mati, mereka tidak
mengerti dari mana datangnya darah segar tersebut dan
mengapa Lan See giok mendapat sebilah pedang milik Pek
Gwat go,
Pada saat itulah...
Dari balik sungai muncul lagi darah segar yang
menyebar kemana mana...
Kemudian disusul air yang memancar ke empat penjuru.
lalu sesosok bayangan biru dan perak munculkan diri,
Naga Sakti pembalik sungai segera membentak keras.
”Perhatikan papan..."
Ditengah bentakan, sepasang tangannya menolak ke
depan kuat-kuat papan yang berada di tangannya segera
meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi...
Semua orang mengalihkan perhatian masing-masing
kearah sungai, ternyata bayangan biru dan perak yang
muncul barusan adalah Lan See giok yang membopong Pek
Gwat go yang telah jatuh tak sadarkan diri. Lan See giok
yang baru muncul sambil mengempit tubuh Pek Gwat go
dapat menangkap suara bentakan si naga sakti pembalik
sungai yang menggeledek, maka mempergunakan tenaga
mengapungnya dia melejit setinggi tiga depa, pedangnya di
lemparkan pula ke depan si kakek berbaju putih itu
Bersamaan waktunya ketika ia melompat ke atas sambil
melemparkan pedangnya. papan yang dilemparkan naga
sakti pembalik sungai telah meluncur diatas permukaan air.
Melihat hal ini tubuhnya meluncur ke depan, lalu
memanfaatkan kesempatan di saat papan itu masih
mengapung, ia membentak keras, ujung baju tangan
http://kangzusi.com/
kanannya dikebaskan ke depan lalu ujung kakinya menutul
papan tadi, secepat sambaran kilat ia sudah melompat naik
ke atas perahu keraton.
Sementara itu kedua belah pihak sama-sama sudah
dicekam kegugupan dan kekalutan, si saga Sakti pembalik
sungai kembali mengambil sepotong kayu dan pusatkan
perhatiannya kearah permukaan air sebab papan yang
dilemparkan untuk pertama kalinya tadi sudah terbawa arus
hingga meluncur sejauh puluhan kaki lebih-
Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou sudah tak berhasrat
lagi untuk berpikir mengapa Lan See giok membopong
tubuh Pek Gwat go, sebab Hu yong siancu masih berada di
dalam air.
Mendadak....
Dari balik sungai berkelebat sesosok bayangan ungu yang
diikuti kilatan cahaya tajam yang meluncur ke atas.
Si Naga sakti pembalik sungai tahu kalau orang itu
adalah Hu yong siancu yang membawa pedang Hu yong
kiam, maka sambil menghimpun tenaganya ke dalam
lengan. ia mengawasi Hu yong siancu munculkan diri dari
permukaan air.
Tiba-tiba bentaknya keras.
"Lihiap, perhatikan baik-baik ....."
Dalam bentakan tersebut, papannya meluncur ke arah
depan dengan kecepatan tinggi . . , .
Hu yong siancu sudah menduga agaknya bahwa naga
sakti pembalik sungai yang amat berpengalaman di dalam
air telah mempersiapkan diri sebaik baiknya.
Maka begitu muncul di permukaan ia segera menarik
napas panjang dan menghantam papan yang meluncur tiba-
http://kangzusi.com/
tiba itu dengan tangan kirinya, sedang pedang di tangan
kanannya memainkan jurus ikan leihi melompati pintu
naga. begitu muncul dia melejit ke udara dengan menjejak
papan dan meluncur ke depan....
Disaat tubuh Hu-yong siancu baru saja melompat ke
tengah udara inilah. dari balik permukaan sungai
kedengaran suara yang keras. lalu ditengah percikan air
sungai yang memancar ke empat penjuru, muncul se ekor
makhluk besar berbulu emas bermata merah dan bertaring
yang bentuk badannya mirip seekor kerbau.
Sambil mementangkan mulutnya lebar-lebar. makhluk
tersebut langsung menggigit papan yang mengapung
didekatnya.
"Kraaaaakkk!"
Papan yang tergigit itu seketika hancur berantakan
berkeping keping sedang makhluk besar itu kembali
menyelam ke dalam air...
Si Cay-soat membentak keras, pergelangan tangannya
segera diayunkan ke depan, dua titik cahaya tajam secepat
kilat, menyambar makhluk besar yang sedang menyelam ke
dalam air itu.
Hu yong siancu telah melayang turun diatas geladak,
kepada Cay soat katanya gelisah.
"Anak soat, makhluk besar itu tak bakal terbunuh bila
tidak menggunakan senjata mestika, kau tak usah
menghambur hamburkan senjata rahasiamu, lagi dengan
percuma"
Kemudian sambil berpaling ia bertanya lagi.
"Mana anak Giok serta Si hujin?"
http://kangzusi.com/
"Engkoh Giok membopong perempuan muda itu masuk
ke ruangan dalam . . , "? Sahut Siau thi gou.
Setelah Hu yong siancu naik ke atas perahu dalam
keadaan selamat. Siau cian dan Cay soat baru merasa lega,
dan pada saat inilah mereka baru teringat kalau Lan See
giok telah masuk ke dalam ruangan perahu sambil
membopong Pak Gwat go.
Dengan perasaan sangat gelisah ke dua orang itu segera
berlarian masuk ke dalam ruang perahu tersebut.
Sedang Hu yong siancu segera berkata ke pada si naga
sakti pembalik sungai,
"Thio lo enghiong, segera kau undang ke dua orang
dayang serta penanggung jawab dari pihak Pek toh oh agar
datang kemari, bisa jadi Si hujin mereka telah terluka oleh
gigitan binatang tadi.”
Selesai berkata, buru-buru dia masuk pula ke dalam
ruangan perahu.
Ketika tiba didalam kamar megah yang ditempati Lan
See giok, tampak Siau cian dan Cay-soat telah berada di
depan pembaringan. Lan See giok telah membaringkan Pek
Gwat go diatas pembaringannya dan menutupi tubuhnya
dengan sebuah selimut.
Hu-yong siancu yang menyaksikan hal ini tanpa terasa
bertanya kepada pemuda itu dengan gelisah.
"Anak Giok, bagaimana dengan Si hujin? Parahkah luka
yang dideritanya?"
Agak memerah wajah Lan See giok, sahutnya tersipu
sipu:
”Mungkin ia jatuh pingsan karena terkejut dimanakah
letak lukanya tidak anak Giok ketahui."
http://kangzusi.com/
Biarpun Si cay soat dan Siau cian menunjukkan sikap
yang terbuka, padahal dalam hati kecilnya merasa amat
cemburu.
Apalagi setelah melihat pemuda itu menjawab secara
terbata-bata, tanpa terasa mereka mendengus sambil
mencibirkan bibirnya,
Lan See giok yang menyaksikan hal tersebut, wajahnya
berubah semakin merah, buru-buru dia mengalihkan
pandangan matanya kearah lain.
Hu yong siancu adalah perempuan yang pintar, melihat
gelagat kurang baik. dia segera mengulapkan tangannya
sambil berkata.
"Kalian anak lelaki keluarlah lebih dulu!”, Bagaikan
mendapat pengampunan besar serta merta Lan See giok
beranjak dari ruangan tersebut dengan langkah lebar.
Siau-thi-gou masih berdiri di situ dengan mata terbelalak
dan mulut melongo, dia memandang sekejap sekeliling
ruangan dengan termangu, kecuali dia hampir semua orang
yang masih tertinggal dalam ruangan itu adalah kaum
wanita.
Terutama sekali para dayang cilik. mereka segera
memandang ke arahnya sambil tertawa geli.
Dengan cepat Siau thi-gou merasa kalau gelagat tidak
menguntungkan, yang diartikan bibinya sebagai anak lelaki
pasti termasuk juga dirinya.
Maka dengan wajah memerah, cepat-cepat dia ngeloyor
pergi pula dari situ.
Sepeninggal Siau thi-gou, Hu yong siancu baru
mendekati pembaringan dan memeriksa Pek Gwat-go.
http://kangzusi.com/
Ditemukan perempuan itu berbaring dengan wajah pucat
dan bibir terkatup kencang, agaknya jatuh tak sadarkan diri
karena terkejut, tapi kalau dilihat dari gayanya waktu tidur,
persis seperti perempuan cantik yang lagi tidur.
Melihat sampai disini, diapun menyingkap selimut yang
menutupi tubuh perempuan itu.
Pek Gwat-go masih berbaring dengan pakaian renangnya
yang ketat, cuma dari bagian selangkangan hingga bagian
dadanya telah robek selebar empat inci lebih.
Dengan demikian pakaian dalamnya yang melekat di
badan hampir terlihat sama sekali, pinggangnya yang
ramping, payudaranya yang montok dan bawah perutnya
yang bulat datar, badan yang mulus serta bau harum yang
semerbak, membuat perempuan itu nampak begitu
mempersonakan hati.
Siau cian dan Cay soat segera merasa sangat tak tenang
sehingga tanpa terasa mereka saling berpandangan sekejap,
rasa cemburu yang berkobar dalam hatipun semakin
membara, cuma biarpun cemburu membakar dada mereka,
tapi menghadapi kejadian semacam ini, merekapun sama
sekali tak berdaya.
Hu yong siancu menggelengkan kepalanya berulang kali,
kemudian menempelkan telapak tangannya di atas jalan
darah Sim-ki-hiat di dada Pek Gwat-go.
Akibat dari tekanan ini, Pek Gwat-go merintih pelahan
dan pelan-pelan membuka matanya kembali.
Pek Gwat-go memandang ke arah Hu yong siancu, Siau
cian dan Si Cay soat, kemudian keningnya berkerut
kencang, seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.
Hu yong siancu tertawa lembut, ujarnya ramah:
http://kangzusi.com/
"Si hujin, pakaian renangmu tergigit babi sungai sehingga
robek, untung saja nyawamu, masih sempat diselamatkan
oleh anak Giok..."
Pek Gwat go sangat terkejut, buru-buru dia mencoba
mengatur pernapasan, tapi hawa murninya dapat beredar
tanpa hambatan dari seluruh tubuhnya juga tidak terasa
sakit, ia tahu tubuhnya tak sampai terluka, oleh gigitan babi
sungai tersebut.
Tapi ia memang seorang yang cerdik, dari sebutan Hu
yong siancu segera menyimpulkan bahwa nyonya cantik
yang anggun di depan matanya pastilah angkatan tua dari
Lan See giok.
Karena itu dengan senyum manis menghiasi wajahnya
dia bangkit berdiri dan siap untuk turun dari pembaringan.
"Si hujin baru saja sadar jangan bergerak kelewat cepat"
cegah Hu yong siancu sambil tertawa ramah,
Seraya berkata cepat-cepat ia menutupi pakaian renang
Pek Gwat go yang robek itu dengan selimut, kemudian
menekan bahunya agar ia membaringkan diri kembali,
Pek Gwat go masih belum tahu kalau celana renangnya
telah robek, sambil tertawa kembali katanya,
"Boanpwe sama sekali tidak merasa sesuatu yang kurang
enak"
Bagaimanapun juga, Siau cian dan Cay-soat masih
muda, belum lenyap sifat ke kanak kanakan dari watak
mereka, melihat Pek Gwat go masih belum tahu kalau
pakaian dalamnya kelihatan semua, kedua orang itu tak
bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera tertawa
cekikikan.
http://kangzusi.com/
Pek Gwat go bukan orang yang bodoh, melihat Siau cian
berdua tertawa geli, dia segera teringat kalau celana
renangnya telah tergigit babi sungai, dengan perasaan
terkejut wajahnya kontan saja berubah hebat.
Buru-buru dia meraba celana renangnya itu, kemudian
paras mukanya berubah menjadi merah padam seperti
kepiting rebus, masih untung pakaian dalamnya tidak
ikutan robek.,
Pada saat itulah pintu kamar dibuka orang lalu muncul
dua orang dayang berpakaian berkabung yang membawa
pakaian milik Pek Gwat go.
Dari dandanan mereka. Hu-yong siancu tahu kalau
kedua orang ini berasal dari pihak Pek-toh-oh. maka
ujarnya sambil tersenyum.
"Untung saja kalian datang tepat pada waktunya, cepat
kalian layani nyonya kalian.”
Kemudian sambil berpaling kearah Pak Gwat-go yang
masih berdiri tersipu-sipu karena malu, kembali katanya
sambil tertawa."
"Si hujin. silahkan bertukar pakaian, kami akan
menunggumu di ruang muka"
Pek Gwat-go sedang melamunkan peristiwa yang baru
saja dialaminya didalam air, mendengar ucapan ini, buru-
buru dia memberi hormat sambil menyahut.
"Silahkan cianpwe!"
Hu-yong siancu berpaling dan memandang sekejap
kearah Si Cay soat serta Siau-cian dengan pertanda agar
mereka turut mundur, bahkan kepada para dayang yang
berada di situpun dia mengulapkan tangannya menitahkan
http://kangzusi.com/
mereka untuk mundur, kemudian dia baru mengundurkan
diri pula dari ruangan,
Setelah menyaksikan Hu-yong siancu sekalian telah
berlalu, Pek Gwat go baru berbisik kepada kedua orang
dayangnya.
”Bagaimana cara kalian berdua menuju ke mari?"
Salah seorang dayang yang berusia agak tua sambil
meletakkan pakaian ke atas pembaringan, sahutnya.
"Kami menyeberang kemari bersama sama Ko tongcu"
Pek Gwat go tidak berminat untuk bertanya lagi, sambil
membuka selimut yang menutupi tubuhnya, dengan wajah
memerah ujarnya tersipu sipu:
"Coba kalian lihat, benar-benar memalukan tidak ...."
Dayang yang berusia lebih muda segera berbisik "Malah
Lan pocu yang muda dan ganteng itulah yang membopong
nyonya datang kemari."
Tampaknya Pek Gwat go merasa girang bercampur
malu, buru-buru dia berseru.
"Budak sialan, siapa bilang begitu, Kalau kau berani
mengaco belo lagi, hati-hati kuhajar bibirmu sampai penyot
...... "
Sembari berkata dia melepaskan pakaian renangnya yang
robek, seorang dayang segera memberi pakaian kering
untuk menutupi tubuhnya yang mungil.
Sedang si dayang yang mudaan itu berkata lagi dengan
wajah bersungguh-sungguh
"Bukan aku sengaja mengaco belo, malah beratus orang
yang berada di kapal perang sekeliling tempat ini melihat
dengan jelas..."
http://kangzusi.com/
Paras muka Pek Gwat go semakin merah karena jengah,
tapi senyuman manis menghiasi bibirnya. matanya melotot
besar dan berlagak mau memukul, serunya lirih.
"Kalau kau berani berbicara lagi, ku pukul kau.. ayo
bicara lagi tidak?"
Dayang itu mundur dengan ketakutan. tapi ia berseru
lagi.
"Tapi sungguh hujin.-"
Sebelum ucapan itu sempat dilanjutkan, si dayang yang
lebih tua usianya sudah melotot sekejap kearah rekannya,
maka kata-kata selanjutnya pun tak berani ia ucapkan lagi,
Dengan tenang Pek Gwat go membiarkan kedua orang
dayang itu membetulkan pakaian serta dandanannya,
sedang ia sendiri membayangkan kembali bagaimana Lan
See giok membopong tubuhnya dengan wajah gelisah, tadi
saat seperti itu benar-benar berbahaya sekali...
Dihati kecilnya berulang kali ia bertanya kepada diri
sendiri, ia tak tahu selanjutnya apa yang mesti dilakukan
olehnya untuk membalas budi kebaikan tersebut.
Sementara dia masih berpikir, dayangnya mulai
memakaikan pakaian berkabung di atas tubuhnya.
Tapi perempuan ini segera mengigos dan melepaskan
pakaian berkabung itu kembali.
Atas tindakan tersebut, kedua orang dayang itu menjadi
tertegun dan berdiri melongo.
Pek Gwat-go memandang sekejap pakaian berkabung
yang tergeletak diatas tanah itu, setiap kali ia teringat
kembali bagaimana keperawanannya ditipu orang,
bagaimana dia diperistri seorang suami yang licik dan
http://kangzusi.com/
berusia satu kali lipat dari usianya, ia benar-benar merasa
muak untuk memakai kembali pakaian berkabungnya itu.
Tapi bila teringat kembali tentang kekuasaan, teringat
bagaimana dia menguasahi segenap jago yang berada di
Pek toh Oh, maka katanya kemudian dengan suara hambar:
"Kenakan!"
Cepat cepat ke dua orang dayang itu membantu untuk
mengenakan pakaian berkabung itu di tubuhnya.
Selesai mengenakan pakaian berkabung itu. sekali lagi
Pek Gwat go memandang sekejap ruangan kamar yang
mewah itu, kemudian berpaling dan memandang sekejap
lagi ke arah pembaringan.
Setelah itu sepasang matanya dipejamkan rapat-rapat, ia
membiarkan pikirannya yang kalut dan bergelombang
lambat laun menjadi tenang kembali.
Tatkala dia membuka matanya kembali, diantara bulu
mata yang tebal dan sinar mata yang jeli, kini telah dibasahi
oleh butiran air mata.
Dengan sedih dia menghela napas, lalu dengan tertunduk
cepat-cepat berjalan menuju ke depan pintu.
Melihat hal ini, cepat-cepat ke dua orang dayang tersebut
lari ke depan pintu dan membukakan tirai baginya.
Sewaktu Pek Gwat go sudah keluar dari pintu kamar,
seorang dayang yang sengaja diperintahkan Hu yong siancu
untuk menyambutnya telah memberi hormat seraya
berkata.
"Silahkan hujin mengikuti budak"
Habis berkata dia berjalan keluar lebih dulu.
http://kangzusi.com/
Pek Gwat go manggut-manggut dan mengikuti
dibelakangnya dengan kepala tertunduk sedang kedua
orang dayangnya mengikuti pula di paling belakang.
Berhubung Pek Gwat go adalah pejabat Oh-cu dari Pek
toh oh, maka baru saja keluar dari penyekat ruangan, Hu
yong siancu serta Lan See giok sekalian telah bangkit berdiri
sambil menyambut kedatangannya.
Pek Gwat go mencoba untuk memperhatikan sekeliling
tempat itu, ia temukan anak buahnya si kakek berpakaian
kabung Ko Tongcu hadir pula di situ.
Maka sorot matanya pelan-pelan dialihkan dari wajah
naga sakti pembalik sungai, Siau thi gou, komandan Ciang.
Siau Cian, Si Cay soat dan akhirnya sampai di wajah Lan
See giok.
Menyaksikan wajah Lan See giok yang begitu tampan
hatinya segera berdebar keras, sekali lagi ia tertunduk
dengan wajah merah padam, maka dengan mencoba
menenangkan hatinya ia menuju ke depan Hu yong siancu
memberi hormat serta berkata merdu.
"Boanpwe Pek Gwat go lalu menjumpai Cianpwe..."
"Lapor hujin” timbrung si kakek berpakaian berkabung
itu tiba-tiba. "dia tak lain adalah Hu yong siancu Han lihiap
yang paling kau kagumi itu”
Pek Gwat go merasa terkejut dan sekali lagi dia
mendongakkan kepalanya sambil memandang sekejap
wajah Hu yong siancu dengan pandangan terkejut
bercampur gembira tak tertahankan lagi dia maju dua
langkah ke depan sambil berseru girang,
"Boanpwe Pak Gwat go sudah lama mengagumi nama
locianpwe, sayang selama ini kami tak berjodoh untuk
saling bersua. hari ini boanpwe dapat bertemu dengan
http://kangzusi.com/
locianpwe di sini. sungguh kejadian ini merupakan
keberuntungan bagiku."
Selesai berkata, kembali dia menyembah, si naga sakti
pembalik sungai yang pertama tama tak mampu menahan
diri lagi, ia tertawa terbahak-bahak, menyusul kemudian
orang-orang yang berada di ruangan itupun ikut tertawa
geli.
Dengan wajah memerah Hu-yong siancu segera maju ke
depan dan membangunkan Pek Gwat go dari atas tanah.
Selesai memberi hormat, Pek Gwat-go memandang
sekejap kearah semua orang dengan pandangan
kebingungan. ia tidak tahu apa sebabnya semua orang
tertawa geli?
Sambil tertawa terbahak-bahak Siau thi gou segera
berkata.
"Perempuan muda. masa kau belum tahu apa yang
menyebabkan mereka tertawa geli? Mereka sedang
menertawakan karena kau sebut bibi sebagai Locianpwe
pada hal bibi belum lagi tua!"
Mendengar ucapan tersebut. Pek Gwat go menjadi
paham.
Memang kalau dilihat dari wajah Hu yong siancu yang
begitu segar dan anggun, siapa pun tak berani mengatakan
bahwa perempuan ini sudah tua,
Tapi semenjak sepuluh tahun berselang sebelum ayahnya
meninggal dia pernah berkata kalau berbicara soal ilmu
berenang tiada orang di dunia ini yang mampu menandingi
Hu yong siancu, waktu itu usianya baru dua tiga belas
tahunan. dan baru sekarang dia dapat bersua dengan tokoh
wanita yang dikaguminya itu.
http://kangzusi.com/
Inilah sebabnya mengapa dia memanggil locianpwe
kepada perempuan tersebut.
Berpikir demikian, dengan wajah merah dadu sekali lagi
dia menundukkan kepalanya
Hu yong siancu tertawa riang, segera tegurnya kepada
Siau thi gou. sambil tertawa "Bibi sudah hampir berusia
empat puluh tahun. sudah sepantasnya kalau aku dianggap
tua"
Gelak tertawa yang riang dan gembira kembali bergema
dalam ruangan itu.
Suara gelak tertawa ini berkumandang sampai di luar
ruang perahu dan didengar segenap pasukan perang yang
masih berhadapan dengan tegang.
Kontan saja suasana tegang yang mencekam sekitar situ
seketika berubah menjadi suasana lega, damai dan
kegembiraan.
Hu yong siancu mempersilahkan Pek Gwat go untuk
mengambil tempat duduk, dayang pun datang
menghidangkan air teh.
Sambil mengelus jenggotnya, si naga sakti pembalik
sungai memperhatikan sekejap wajah Pek Gwat go, lalu
tanyanya dengan wajah tersenyum riang:
"Sekarang, harap si hujin bercerita tentang
pengalamanmu setelah terjun ke air. bagaimana sih
ceritanya sehingga kau dapat berjumpa dengan babi sungai
berbulu emas bermata merah yang terkenal karena
ganasnya itu?" ?
Pak Gwat go tertawa jengah, pertama tama dia
memandang sekejap ke wajah tampan Lan See giok,
http://kangzusi.com/
kemudian sambil memandang ke arah Hu yong siancu dan
naga sakti pembalik sungai katanya.
"Kali ini boanpwe benar-benar tak tahu diri telah
menantang Lan pocu untuk berduel, sehingga nyaris
selembar jiwaku melayang didalam sungai, sekarang
terlebih dulu ingin boanpwe sampaikan rasa terima kasih ku
kepada Lan pocu atas budi pertolongan yang telah
diberikan"
Dia bangkit berdiri lalu memberi hormat kepada Lan See
giok. Buru-buru anak muda itu bangkit berdiri dan
menjawab sambil tertawa merendah.
"Harap hujin jangan banyak adat kalau cuma urusan
kecil mah tak perlu berterima kasih lagi"
Sementara pembicaraan mereka balas memberi hormat.
bersama itu pula matanya melirik sekejap kearah Cay soat
dan Siau cian.
Menyaksikan sikap kedua orang gadis itu tetap tenang
dengan senyum dikulum, perasaan tak tenang yang semula
mencekam perasaannya kini hilang lenyap tak berbekas.
Setelah mengambil tempat duduk, Pek Gwat go baru
bercerita lebih jauh,
"Begitu terjun ke sungai, boanpwe langsung menyelam
ke dasar air, dengan harapan aku bisa melangsungkan
pertarungan melawan Lan pocu dibagian sungai yang
terdalam. tapi belum sampai tubuhku mencapai dasar
sungai, Lan pocu sudah menyusul tiba dengan kecepatan
luar biasa.
Diam-diam boanpwe merasa terkejut, sadarlah aku
bahwa ilmu berenang yang kumiliki masih selisih amat jauh
kalau dibandingkan dengan Lan pocu. Terpaksa kubalikkan
badan sambil menyambut dengan serangan pedang. tapi
http://kangzusi.com/
gerakan tubuh Lan pocu memang luar biasa cepatnya.
boanpwe yakin belum mencapai enam tujuh bagiannya.
Bisa jadi pakaian yang dikenakan Lan pocu adalah
sebuah pakaian mestika, selama berada didalam air selalu
memancarkan sinar yang tajam. ketika memantul terkena
sinar perak dari pakaian renang yang kukenakan maka
terpancarlah sinar terang yang membuat kedua belah pihak
sama-sama dapat melihat keadaan masing-masing dengan
jelas".
Mungkin disebabkan pantulan sinar yang memancar dari
tubuh kami berdua serta gerakan tubuh Lan pocu yang
begitu hebat sehingga menimbulkan gejolak yang keras di
dalam air, maka si babi sungai yang bersembunyi di dasar
air menjadi terpancing datang.
Semua orang tahu, babi sungai berbulu emas bermata
merah berusia paling tidak seratus tahun, dia paling ganas
dan bisa memakan daging sesamanya, tapi kali ini,
sekaligus kami telah bertemu dengan tiga ekor babi sungai
berbulu emas..,"
Mendengar ada tiga ekor, paras muka semua orang
berubah hebat, dengan perasaan terkejut bercampur
keheranan mereka saling bertukar pandangan sekejap.
Pek Gwat go tertawa lembut, menggunakan kesempatan
ini dia melirik sekejap ke arah Lan See giok, kemudian
melanjutkan:
"Pertama tama yang terkecil menerjang diriku lebih dulu,
waktu itu aku masih belum merasakan datangnya ancaman,
masih untung Lan pocu segera datang menerjang sambil
melepaskan sebuah pukulan, segulung arus sungai yang
kuat segera mementalkan babi sungai itu hingga terguling
ke belakang:
http://kangzusi.com/
Tampaknya serangan ini, menimbulkan sifat ganas si
babi sungai, bagaikan kalap binatang itu menyerang Lan
pocu habis habisan, tapi gerakan tubuh Lan pocu pun
sangat cepat, dalam sekali kelebatan saja tubuhnya sudah
lenyap, maka babi sungai itupun menyerang boanpwe
sebagai tempat pelampiasan.
Boanpwe sadar, gerakan tubuhku tidak secepat gerakan
si babi sungai itu, untung saja Lan pocu datang lagi dengan
cepat saat ia menarik tubuh boanpwe sambil melepaskan
sentilan jari ke dua mata babi sungai itu segera terkena
serangan.
Pada saat inilah babi sungai berbulu emas yang agak
besar datang menyergap dari dasar sungai, boanpwe yang
menjumpai Lan pocu sama sekali tidak bersenjata, maka
kuserahkan pedang yang ada di tangan kiri ku padanya..."
Mendengar sampai di situ, Cay soat yang diam-diam
merasa amat cemburu itu sengaja menggoda:
"Waaah kalau begitu Lan pocu merangkul pinggangmu
terus sambil berenang?"
Merah padam selembar wajah Pek Gwat go, dia melirik
sekejap kearah Si Cay soat dan Siau cian, sadar bahwa
kedua orang gadis ini pasti mempunyai hubungan asmara
dengan Lan pocu yang tampan, dia tertawa. Entah
mengapa, terbayang akan persoalan ini, segera timbul pula
perasaan cemburu dari hatinya, tapi teringat kembali Lan
See giok adalah tuan penolongnya, maka sambil
menggeleng dia menjawab agak malu
"Tidak, kulemparkan pedang tersebut ke pada Lan
pocu!"
Sementara itu paras muka Lan See giok berubah menjadi
merah dengan pikiran serta perasaan yang sangat kalut,
http://kangzusi.com/
namun ketika mendengar jawaban, dari Pek Gwat go
sangat tepat dan tidak mengungkap bahwa dia bertarung
melawan babi sungai itu sambil merangkul pinggangnya,
maka cepat-cepat diapun menimpali: "Benar, benar pedang
tersebut dia lemparkan kepadaku".
Si Cay soat dan Siau cian memandang sekejap wajah Pek
Gwat go dan See giok yang tersipu sipu, segera timbul
perasaan tidak percaya didalam hatinya, dengan sorot mata
penuh peringatan mereka berdua memandang sekejap ke
arah Lan See giok, sebenarnya hendak mengucapkan
sesuatu, tapi Hu yong siancu telah keburu menegur sambil
tersenyum:
"Anak Cian, kalian berdua jangan menimbrung dulu.
dengarkan sampai Si hujin selesai bercerita."
Walaupun Si Cay soat melihat bibinya cuma melarang
Siau cian banyak bicara, namun biarpun dia merasa tak
senang hati terhadap Pek Gwat go, hal inipun tak berani
diutarakan secara berterus terang.
Kembali Pek Gwat go mengerling sekejap kearah Lan
See giok, kemudian meneruskan:
"Oleh karena boanpwe merasa tegang, ditambah pula tak
mampu berganti napas di dalam air, terpaksa berulang kali
aku musti muncul di atas permukaan air untuk berganti
napas kemudian menyelam lagi, belum sampai di dasar
sungai, Lan pocu telah berhasil membunuh si babi sungai
yang telah dibikin buta matanya itu, berhubung gerakan
tubuh Lan pocu sangat cepat, untuk beberapa saat sulit bagi
boanpwe untuk melihat jelas posisi yang sebenarnya dari
Lan pocu, pada saat itulah seekor babi sungai datang
menerjang lagi, dalam kejutnya sekali lagi boanpwe
munculkan diri di atas permukaan air.
http://kangzusi.com/
Boanpwe sama sekali tidak melihat Lan pocu naik ke
permukaan, maka dengan perasaan tak lega, kembali aku
menyelam ke dasar sungai...:." ,
Siau thi gou yang duduk di sudut ruangan mendadak
tertawa terbahak bahak, kemudian ujarnya polos.
"Haahh... haahhh... haaahhh.... perempuan muda, kau
kuatirkan keselamatan engkoh Giok, engkoh Giok juga
menguatirkan keselamatanmu, baru saja kau turun ternyata
engkoh Giok sudah naik ke atas mencarimu..."
Tidak sampai Siau thi gou menyelesaikan kata katanya,
naga sakti pembalik sungai telah melotot sambil pura-pura
marah.
"Apa itu perempuan muda, perempuan muda kau mesti
panggil Si hujin kepadanya."
Siau thi gou yang kena ditegur nampak agak tertegun,
tapi ia segera membantah:
"Tapi perempuan muda kan nyonya muda, nyonya
muda sama pula sebagai perempuan muda!"
Naga sakti pembalik sungai yang dibantah dengan kata-
kata itu kontan saja hanya bisa melototkan matanya sambil
menggelengkan kepala berulang kali.
Seluruh isi ruangan, kecuali Pek Gwat go dan Lan See
giok yang tersenyum dengan wajah jengah, lainnya tak bisa
menahan diri lagi sehingga tertawa terbahak bahak.
Hu yong siancu menunggu sampai suara tertawa semua
orang mereda., kemudian baru ujarnya kepada Pek Gwat
go:
”Harap Si hujin bercerita lebih jauh."
Dengan senyum malu Pek Gwat go, mengiakan, lalu
berkata kembali dengan suara lembut.
http://kangzusi.com/
"Ketika boanpwe menyelam lagi ke dasar sungai,
kujumpai babi sungai tersebut masih juga berenang. Di
sekitar sana, dengan perasaan kaget boanpwe bersiap siap
hendak naik ke atas permukaan air lagi, tiba-tiba dari
belakang tubuhku, terdengar datang arus air, pada mulanya
boanpwe mengira Lan pocu yang telah berenang mendekat
....
Setelah berpaling, baru kujumpai ada seekor babi sungai
yang sangat besar telah mendekati tubuhku, boanpwe
terkejut sekali sambil membalikkan badan kutusuk binatang
itu keras-keras, tapi kulit tubuh babi sungai itu tebal lagi
kuat, biarpun tertusuk namun lama sekali tidak terluka atau
mati."
Pada saat itulah, secepat kilat binatang itu menyambar
datang .... ehmm.... ehmm apa yang terjadi kemudian sama
sekali tak kuketahui lagi."
Ketika berbicara sampai di sini, wajahnya berubah
menjadi merah padam sampai ke telinga, setelah
menggelengkan kepalanya berulang kali ia tertunduk
rendah-rendah,
Semua orang tahu Pek Gwat go merasa malu untuk
bercerita lebih jauh, maka semua orangpun tidak bertanya
lagi bagaimana See giok menolongnya waktu itu.
Ko tongcu atau si kakek berpakaian berkabung itu
adalah, seorang yang berpengalaman luas, dia tahu kalau
pemimpinnya berada dalam posisi terpojok, maka sambil
memandang ke arah Pek Gwat go segera timbrungnya
”Hujin, waktu itu Hu yong siaucu Han lihiap, telah
merasakan bahwa kalian bertemu dengan bahaya di bawah
air sana, beliau segera terjun ke air untuk menolong kalian."
http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan tersebut, Pek Gwat go segera
bangkit berdiri dan mengucapkan terima kasih kepada Hu
yong siancu.
Tiba-tiba terdengar Siau Thi gou berseru keras:
"Nyonya muda telah selesai bercerita, sekarang harus
giliran engkoh Giok, yang menceritakan pengalamannya."
Mendengar seruan ini, serentak semua orang berpaling
ke arah Lan See giok, Pek Gwat go juga berpaling ke wajah
See giok dengan wajah gelisah, dia seperti kuatir sekali
kalau pemuda itu mengungkapkan beberapa, adegan mesra
yang mereka lakukan di dalam air ......
Merah dadu selembar wajah Lan See giok, dia segera
bangkit dari tempat duduknya, kemudian memandang
sekejap ke arah Pek Gwat go yang sedang memandang ke
arahnya dengan gelisah itu.
Setelah memandang pula wajah semua orang yang
berada dalam ruangan, katanya sambil tersenyum:
"Semua peristiwa telah diceritakan oleh Si hujin...”
"Tidak bisa, engkoh Giok harus bercerita" seru Siau thi
go dan Cay soat hampir bersamaan waktunya.
Lan See giok segera mengangguk berulang kali, dengan
tenang dia menyahut sambil tertawa:
"Baik, baik, aku akan bercerita..."
Pertama tama dia memandang sekejap ke arah Hu yong
siancu dengan sorot mata mohon bantuan, kemudian ia
baru meneruskan:
"Jika aku harus menambahkan maka hanya ada satu hal
saja, yaitu ilmu berenang dari Si hujin memang lihay sekali,
permainan pedangnya di dalam air secepat sambaran kilat,
gerakan tubuhnya juga cepat sekali..."
http://kangzusi.com/
Cay soat dan Siau cian yang menyaksikan Lan See giok
serta Pek Gwat go selalu berbicara saling memuji, tanpa
terasa berkobar kembali rasa cemburu di hati mereka.
Tapi menyaksikan Hu yong siancu mengangguk berulang
kali, kemudian merasa juga kalau Hu yong siancu telah
terjun pula ke air, siapa tahu kalau memang begitulah
keadaannya.?
Tapi Cay soat yang binal tak tertahankan lagi segera
menimbrung dengan suara dingin:
"Selain itu?"
Padahal Lan See giok sudah tahu kalau kedua orang
kekasihnya menunjukkan wajah tak senang hati semenjak
tadi, sambil tersenyum dia lantas menjawab:
"Selain itu aku gagal untuk menangkap seekor babi
sungai yang hidup untuk diberikan kepada adik Gou!"
Mendengar ucapan ini, kembali semua orang tertawa.
Dalam gelak tertawa tersebut, ada yang benar-benar
tertawa ada pula yang tertawa biasa, tapi suasana di seluruh
ruang perahu itu diliputi suasana tertawa.
Hu yong siancu amat sayang kepada Lan See giok, kuatir
putrinya membuat ulah lagi maka diapun berkata kemudian
sambil tertawa:
"Pepatah bilang: Tidak bertarung tidak akan mengenal.
Setelah mengalami peristiwa itu hubungan antara Wi lim
poo dengan Pek toh oh pun semakin bersahabat, semoga
sejak kini masing-masing pihak dapat melakukan kerja
sama yang lebih akrab, bersama sama membasmi kaum
durjana dan melindungi kaum rakyat kecil, inilah perbuatan
mulia yang sangat diharapkan setiap manusia."
http://kangzusi.com/
Pek Gwat go buru-buru mengiakan sambil memberi
hormat, menyusul kemudian Ko tongcu juga mendukung
ucapan tersebut.
Naga sakti pembalik sungai memandang sekejap pasukan
kapal perang di luar jendela serta matahari yang sudah jauh
tinggi di angkasa, lalu sambil mengelus jenggotnya
tersenyum ia berkata.
"Kini hari sudah siang, perahupun kitapun sudah kelewat
lama berhenti disini, mari kita meneruskan perjalanan
sambil berbincang bincang ....."
Komandan Ciang dari pasukan naga perkasa segera
mohon diri kepada Hu yong siancu dan Lan See giok,
kemudian buru-buru keluar dari ruang perahu.
Biarpun Pek Gwat go tahu bahwa perjalanan harus
dilanjutkan, tapi dia merasa berat hati untuk mohon diri
dengan begitu saja, kepada Hu yong siancu segera ujarnya
dengan hormat:
"Boanpwe merasa kagum sekali atas tujuan kepergian
cianpwe serta Lan pocu menuju ke pulau Wan san untuk
melenyapkan ketiga pembawa bibit bencana itu dari muka
bumi, apabila cianpwe tidak menampik, boanpwe bersedia
mendukung usaha ini dengan menggabungkan ke tujuh
puluh buah kapal perang kami serta seribu orang anggota
perkumpulan kami untuk bersama sama berangkat ke pulau
tersebut."
Dengan senyum dikulum Hu yong siancu manggut-
manggut, dia melirik sekejap ke arah Cay soat dan Siau
cian, dilihatnya paras muka kedua orang ini telah berkerut
kencang, memahami perasaan putrinya maka diapun
berkata:
http://kangzusi.com/
"Walaupun didalam perjalanan kami hal ini mempunyai
beban yang cukup berat, namun pihak Wi lim Poo pun
mempunyai ratusan buah kapal perang dan dua ribu
anggota, ditambah lagi dengan bantuan ke empat
komandan serta Thio lo enghiong, aku pikir kekuatan kami
sudah cukup untuk menghadapi lawan."
Ko tongcu segera berkata pula:
"Melenyapkan bencana dari muka bumi merupakan
kebahagian bagi umat persilatan setiap orang merasa
berkewajiban untuk turut mendermakan kemampuannya
untuk berbuat begitu, pihak kami sangat bersedia
mendukung usaha seperti ini."
Kembali Hu Yong siancu tersenyum.
"Kesempatan yang akan kita jumpai selanjutnya masih
amat banyak, aku pikir tak usah terlalu tergesa gesa dalam
suatu saat, sebab bila kapal dan anggota yang kita sertakan
dalam perjalanan kali ini terlampau besar, ini berarti suatu
pemborosan yang tak berguna, apa lagi setelah ke pulau
Wan san, mungkin kami akan pergi ke Hay lam lebih dulu,
dengan persiapan yang kurang sempurna, rombongan
kalian akan menemukan pelbagai masalah besar..."
Pek Gwat go dan Ko tongcu Yang mendengar ucapan
tersebut segera manggut-manggut membenarkan, karenanya
mereka pun tidak bersikeras lebih jauh.
Pek Gwat go segera bangkit berdiri dan berkata:
"Kalau memang begitu, boanpwe ingin mohon diri lebih
dulu, semoga usaha cianpwe sekalian sukses dan berhasil
serta cepat-cepat kembali ke daratan, saat itu boanpwe pasti
akan berkunjung sendiri ke Wi lim poo untuk
menyampaikan selamat kepada cianpwe."
http://kangzusi.com/
Melihat Pek Gwat go ada maksud untuk meninggalkan
tempat itu, serentak Hu yong siancu sekalian bangkit
berdiri.
Sambil tersenyum Hu yong siancu segera berkata:
"Ucapan selamat sih tak usah, tapi setiap saat kami akan
menyambut kedatanganmu di Wi lim poo untuk menginap
selama berapa hari di sana."
Melihat ada kesempatan baik, satu ingatan segera
melintas dalam benak Pek Gwat go, sahutnya sambil
tersenyum:
"Sampai waktunya aku pasti akan datang berkunjung.."
Sembari berkata, semua orang segera beranjak menuju
keluar pintu untuk mengantar Pek Gwat go dan kakek
berbaju berkabung itu.
Dalam pada itu, perahu komando dari Pek toh oh cuma
berlabuh empat kaki dari perahu keraton, sedangkan
perahu-perahu yang lain sudah mundur sejauh beberapa li
di sisi sungai, suasana pertarungan sudah tidak nampak
lagi.
Sekali lagi Pek Gwat go dan kakek berbaju putih itu
memberi hormat kepada Hu yong siancu sekalian,
kemudian setelah saling menyampaikan kata-kata
perpisahan, mereka baru kembali ke perahunya.
Jangkar segera dinaikkan dan berangkatlah kapal
tersebut meneruskan perjalanannya kembali ke Pek toh oh.
Hu yong siancu dan Lan gee giok sekalian berdiri di
ujung geladak sampai Pek Gwat go sekalian jauh
meninggalkan tempat itu, kemudian mereka baru kembali
ke dalam ruangan.
http://kangzusi.com/
Perintah untuk berangkat segera diturunkan dan
berangkatlah, rombongan kapal perang itu meneruskan
perjalanan kembali.
Pada hari kelima mereka telah tiba di kota Kim leng.
O-oodw-oo-wioo-O

BAB 36
BEBERAPA hari kemudian .... Rombongan kapal
perang dari Wi lim poo telah keluar dari kota Go siong dan
kini memasuki lautan timur menuju ke selat Hiang ciu ....
Dengan masuknya rombongan kapal itu ke samudra
luas, semua orangpun merasakan hatinya lega.
Tapi semakin mendekati selat Hang ciu, pikiran dan
perasaan Hu yong siancu serta si naga Sakti pembalik
sungai justru merasa makin risau dan tidak tenang.
Selama ini Lan See giok selalu mempergiat latihannya
untuk memecahkan inti sari ilmu pedang Tay lo kiu thian
kiam hoat serta Pwee yap sam ciang.
Sejak belajar kedua macam ilmu tersebut hingga kini
belum pernah ia pergunakan ke dua macam ilmu tersebut
untuk menghadapi musuh musuhnya.
Sekarang, musuh tangguh sudah makin mendekatinya,
tiga manusia aneh dari luar lautan, tiga tokoh persilatan
yang angkat nama bersama sama gurunya To Seng cu,
dapat dibayangkan kepandaian silat mereka tentu hampir
berimbang dengan gurunya. Kini dia harus mulai
mempersiapkan diri dengan rencana perlawanannya
melawan ke tiga manusia tersebut seorang diri, sebab ia tak
dapat mengharapkan bantuan dari Hu yong siancu maupun
naga sakti pembalik sungai, sekalipun ke dua orang itu
http://kangzusi.com/
bekerja samapun belum tentu mampu menandingi lawan
lawannya
Ia dapat membayangkan pula, walaupun ketiga manusia
aneh dari luar lautan mempunyai kedudukan yang amat
tinggi, namun bila mereka sudah berada dalam keadaan
terancam nama baik serta jiwanya, ketiga manusia tersebut
niscaya akan mempergunakan segala macam tipu daya
yang licik untuk menghabisi nyawanya.
Akhirnya dia pun berhasil mendapatkan sebuah rencana
yang baik dan sempurna, dia hendak sekaligus menghabisi
nyawa ketiga manusia aneh tersebut.
Dipihak lain Si Cay soat dan Siau cian setiap hari
mempelajari ilmu pedang Tong kong kiam hoat, mereka
berdua sudah mulai merasakan kegelisahan dari Hu yong
siancu serta Si naga Sakti pembalik sungai ....
Sebab tiga manusia aneh dari luar lautan itu bukan cuma
seorang tokoh sakti saja dari dunia persilatan, melainkan
mereka benar-benar adalah gembong iblis yang ditakuti dan
disegani setiap orang.
Siau thi gou yang melihat engkoh Giok dan kedua
cicinya berlatih diri setiap hari secara tekun tanpa
menggubrisnya lagi, dia sendiripun tak mau menunjukkan
kelemahan di dalam ruang perahu dia berpikir sebentar
seorang diri, kemudian berlarian ke luar.
Begitu tiba di luar kapal, tanpa menghentikan gerakan
tubuhnya sepasang tangan mulai digerakkan kian kemari
memainkan delapan jurus ilmu naga dan harimau nya...
Angin pukulan yang menderu deru membuat para
pengawal diatas perahu tersebut sama-sama menghindarkan
diri jauh-jauh, ketika perahu itu berlayar setengah hari lagi,
dari pihak kapal pelopor diterima kabar bahwa pasukan
http://kangzusi.com/
paling depan sudah menjumpai rangkaian kepulauan Wan
san.
Maka si kepala regu pengawal kapalpun menyampaikan
kabar ini kepada dayang dan kacung yang ditugaskan
menjaga pintu ruangan:
"Adik cilik berdua, tolong sampaikan kepada pocu,
katakan bahwa pulau Wan san telah kelihatan di depan
sana."
Siau thi gou yang sedang duduk termenung di kursi
kontan melompat bangun setelah mendengar ucapan itu,
belum sampai kedua orang dayang dan kacung itu
menjawab, dia sudah berlarian menuju ke dalam ruangan
sambil berteriak keras:
"Bibi Wan, Thio loko, cici berdua, engkoh Giok, pulau
Wan san telah di depan mata."
Begitu siau thi gou berteriak, Hu yong siancu sekalian
segera berlarian keluar dari dalam ruang kapal.
Dengan kening berkerut naga sakti pembalik sungai Thio
Lo enghiong bertanya sambil menatap Thi gou lekat-lekat:
"Kau sudah melihatnya sendiri?"
Siau thi gou yang sedang gembira jadi tertegun
dibuatnya, setelah ragu sejenak, katanya kemudian:
"Kepala regu pasukan pengawal yang berkata begini,
katanya pulau Wan san sudah kelihatan."
"Oooh, mungkin pasukan pelopor telah menangkap
bayangan pulau, kalau begitu mari kita bersiap sedia," seru
Hu yang siancu sambil tersenyum.
Kemudian kepada Siau cian katanya lagi:
http://kangzusi.com/
"Anak Cian. . pergilah ke kamarku dan ambillah kamus
yang kusimpan di situ."
Siau cian mengiakan dan bersama Cay soat segera
beranjak pergi dari situ.
Hu yang siancu dan Lan See giok bersama sama menuju
ke luar geladak, ketika memandang ke depan situ, tampak
ombak samudra menggulung bagaikan bukit, kapal-kapal
perang yang berada di sayap kiri dan kanan masih
terombang ambing dimainkan ombak.
Kapal perang yang kelihatan begitu besar sewaktu ada di
telaga, kini nampak begitu kecil seperti sebuah sampan saja.
Biar ombak besar, udara waktu itu amat cerah, di bawah
sinar matahari yang terang benderang, air laut yang
berwarna hijau memecahkan buih putih di sisi kapal.
Dari celah-celah pasukan pelopor yang bergerak di depan
sana, lamat-lamat tampak beberapa titik bayangan hitam
muncul di ujung langit sana.
Kepada si kepala regu pasukan-pasukan yang berdiri tak
jauh di situ, Hu yong siancu segera berkata:
"Harap kau melepaskan kode rahasia dan
memberitahukan kepada semua kapal agar menghentikan
perjalanan, lalu undang ke empat komandan kapal agar
berkumpul semua di sini untuk menunggu petunjuk
selanjutnya:"
Kepala regu itu mengiakan dan buru-buru berlalu dari
situ...
Dalam pada itu Siau cian dan Cay soat telah muncul
sambil membawa kamus peta laut yang dimaksud.
Hu yong siancu menerima kamus peta laut itu dan
bersama sama Lan See giok sekalian masuk kembali ke
http://kangzusi.com/
dalam ruangan, kemudian bersama Naga sakti pembalik
sungai sekalian mereka mulai merundingkan rencana
pengepungan.
Berdasarkan hasil penyelidikan yang pernah dilakukan
naga sakti pembalik sungai setengah tahun berselang, lalu
dicocokkan dengan kamus peta laut dan diambil
kesimpulan, mereka menarik kesimpulan bahwa Wan san
popo pasti berdiam di pulau terbesar yang berada dibagian
tengah menghadap timur laut.
Pulau ini jarang ada penghuninya, kalau toh ada mereka
adalah dayang atau murid serta cucu murid Wan san popo.
Hasil kesimpulan tersebut, Hu yong siancu dan naga
sakti pembalik sungai menentukan beberapa hal yang
penting untuk disampaikan kepada para anggota
rombongan.
Setengah jam kemudian ke empat komandan kapal telah
muncul diatas perahu keraton disertai kapten kapal masing-
masing.
Lan See giok segera membeberkan rencana yang telah
disusun oleh Hu yong siancu dan naga sakti pembalik
sungai itu kepada semua orang, kemudian mengatur pula
pengepungan yang khusus terhadap beberapa buah pulau
yang dianggap rawan.
Selesai pengumuman, semua orang kembali ke kapal
masing-masing untuk melaksanakan rencana, malamnya
lentera dipasang untuk memudahkan pengenalan.
Sepeninggal ke empat komandan kapal perang serta anak
buahnya, Lan See giok sekalian kembali melakukan
perundingan baru, sebab untuk menjelajahi kepulauan ini
paling tidak mereka membutuhkan waktu sampai setengah
bulan lamanya.
http://kangzusi.com/
Akhirnya ditetapkan mereka akan mencari Wan San
popo bersama sama, dengan demikian, bukan saja jumlah
anggota mereka jadi banyak, di samping itupun dapat saling
jaga menjaga dan bantu membantu.
Dan untuk menghindari pencarian yang tak beraturan
atas ketiga manusia aneh dari luar lautan, merekapun
memutuskan untuk menantang gembong iblis itu secara
terbuka, dengan demikian mereka tak usah kuatir gembong-
gembong iblis tersebut melarikan diri dari situ.
Malampun semakin kelam, angin laut berhembus makin
kencang, perahu yang dimainkan ombak bergoyang tiada
hentinya kesana kemari ....
Hu yong siancu dan Lan See giok sekalian berdiri di
ujung geladak sambil memperhatikan suasana di sekitar
sana. kini ratusan kapal perang mereka telah mengepung
seluruh kepulauan Wan san, kini tinggal sebuah pulau lagi
di bagian timur sana sedang dilakukan pengepungan.
Berhubung cahaya lentera yang terang benderang di
setiap perahu, maka posisi setiap kapal perang yang me
lakukan pengepungan itu dapat terlihat dengan jelas sekali.
Kepulauan Wan san berada dalam keadaan gelap gulita,
tak nampak setitik sinar, tak nampak pula suatu gerakan,
selain suara ombak yang memecah di pantai, tak
kedengaran lagi suara yang lain.
Sementara itu kabut tebal menyelimuti angkasa, langit
tak bersinar dan tak berbintang, suara terompet dibunyikan
secara lamat-lamat dari kapal-kapal perang itu, ke
semuanya menambah seramnya suasana.
Menjelang kentongan pertama, semua kapal perang telah
mengepung pulau Wan San rapat-rapat, ke empat
http://kangzusi.com/
komandan pun sudah menaikkan lenteranya sebagai
laporan bahwa segala sesuatunya telah beres...
Lan See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou
memperhatikan kepulauan berbentuk aneh yang berada di
kejauhan dengan perasaan yang amat gelisah, mereka tak
tahu apakah To Seng cu berada di pulau tersebut.
Begitu banyak pulau yang berada di situ, bila ingin
melakukan penggeledahan jelas tempat yang dipakai untuk
menyekap gurunya tidak mudah ditemukan.
Lan See giok yang berpendapat bahwa semua pulau telah
dikepung oleh kapal perang, mengapa mereka harus
menunggu lagi sampai hari esok...?
Tapi tiga buah pulau yang berada di bagian tengah begitu
gelap dan sepi, sedemikian sepinya sehingga mencurigakan
orang, dia tak percaya tiga manusia aneh dari luar lautan itu
tidak melihat kehadiran ratusan buah kapal perang yang
terang benderang itu.
Pertama tama Si Cay soat yang menyatakan kekuatiran
lebih dulu, ujarnya:
"Bila kita memutuskan akan menantang secara terbuka,
setiap saatkan kita bisa mendarat dan meneruskan
perjalanan sambil menyalakan obor? Aku tak kuatir pihak
lawan tak akan muncul untuk menghadang perjalanan kita,
asal ada seorang saja yang munculkan diri, aku yakin tidak
sulit untuk mengetahui bagaimana keadaan suhu
belakangan ini."
Lan See giok sendiripun sedang berpikir demikian, maka
ia segera mendukung usul tersebut.
Hu yong siancu pun merasa usul tersebut-pun masuk
diakal, maka sahutnya kemudian sambil mengangguk:
http://kangzusi.com/
"Kalau memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga!"
Lan See giok sudah tak mampu menahan diri lagi,
kepada dua orang pengawal di alat pemanah, ia segera
berteriak:
"Siapkan sampan cepat!"-
Begitu perintah diturunkan segera terjadi kesibukan
diatas perahu tersebut untuk menurunkan sebuah sampan.
Kemudian Lan See giok memerintahkan pula kacung
cilik untuk menyiapkan beberapa buah obor yang
diserahkan kepada Siau thi gou, kemudian menerangkan
pula berbagai tanda rahasia untuk berhubungan, dengan
kapal lain kepada Siau cian dan Cay soat. setelah itu
mereka baru turun ke sampan.
Dengan didayung oleh Siau cian serta Cay soat,
berangkatlah mereka menuju ke pulau besar yang berada di
sebelah barat.
Tapi berhubung ombak sangat besar, sampan itu tak
berani bergerak terlalu cepat, terutama sekali setelah
melewati kepungan kapal-kapal perang.
Dengan cepat mereka bergerak mendekati pulau dengan
batu karang yang terbesar di mana-mana itu.
Dalam pada itu semua orang yang berada diatas kapal
perang telah mempersiapkan diri secara ketat, semuanya
berada di depan alat pemanah otomatis sambil mengawasi
gerak gerik sekeliling tempat itu, ada pula yang
memperhatikan sekitar permukaan laut, kuatir ada anak
buah dari ke tiga manusia aneh yang menyusup datang .....
Setelah melalui batuan karang yang besar, sampan itu
mengikuti arus laut meluncur lebih ke depan.
http://kangzusi.com/
Waktu itu angin kencang dan ombak besar, arus laut
sangat deras, dalam keadaan begini sampan sukar
dikendalikan, andaikata Cay soat dan Siau cian tidak
cekatan, hampir saja sampan mereka tenggelam tersapu
ombak.
Agar ke empat komandan serta kapal-kapal perang
lainnya mengetahui posisi sampan kecil itu, naga sakti
pembalik sungai memerintahkan kepada Siau thi gou untuk
menyulut sebuah obor dan digenggam ditangan.
Tak lama kemudian mereka sudah menembusi pulau-
pulau kecil berkarang dan akhirnya mendekati pulau besar
di sebelah barat, tapi suasana di atas pulau tersebut masih
tetap hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Lan See giok mencoba untuk memperhatikan suasana di
pulau tersebut, ternyata pohon dan semak belukar tumbuh
amat lebat di situ, tiada suatu gerakan yang mencurigakan
di situ kecuali suara ombak dan angin yang
menggoyangkan pepohonan.
Menyaksikan hal ini Hu yong siancu segera berkerut
kening, lalu kepada naga sakti pembalik sungai tanyanya
"Lo enghiong, setengah tahun berselang apakah kaupun
melakukan pemeriksaan atas pulau ini?"
Naga sakti pembalik sungai segera mengangguk. "Ya,
sudah kuperiksa dengan seksama, beberapa li dari tempat
ini terdapat tujuh delapan buah rumah gubuk, selain itu
tidak nampak bangunan lain."
"Sudahkah Thio loko menyelidiki siapa-siapa saja yang
berdiam dirumah gubuk itu?" sela Lan See giok.
Naga sakti pembalik sungai termenung sejenak,
kemudian baru menjawab:
http://kangzusi.com/
"Menurut hasil penyelidikanku setelah melakukan
pengintaian selama lima hari, pulau ini cuma dihuni
belasan orang lelaki dan perempuan, bila dilihat dari
gerakan tubuh serta dandanan mereka, mirip sekali dengan
dayang dan kacung, tidak mirip seorang tuan rumah, sehari
harinya mereka jarang sekali masuk keluar, paling banter
mereka hanya berhenti di depan gedung paling besar yang
berada di paling belakang, atau mengirim makanan dan
minuman ...."
"Menurut pengamatan Thio loko, mungkin kah tempat
tersebut merupakan rumah kediaman Wan san popo?" sela
Si Cay soat.
Naga sakti pembalik sungai segera menggeleng.
"Mungkin bukan, sebab di pulau besar bagian tenggara
sana terdapat bangunan seperti keraton yang dihuni banyak
pelayan, bangunan perkampungan itu besarnya beberapa
kali lipat, karena itulah kusimpulkan Wan san popo
berdiam di pulau tersebut."
Lan See giok termenung dan berpikir sejenak, kemudian
katanya:
"Kalau memang begitu, lebih baik secara langsung kita
pergi ke pulau itu saja ....
Belum selesai dia berkata, dari balik pulau itu
kedengaran suara pekikan panjang yang amat nyaring
bergema memecahkan keheningan, suara itu meski cuma
lamat-lamat namun kedengarannya luar biasa ......
Lan See giok sekalian merasa amat terkejut suara
pekikan itu tinggi melengking dan tidak seperti jagoan biasa
didengar dari nada suaranya, orang yang memperdengarkan
suara pekikan tersebut tentulah seorang perempuan,
http://kangzusi.com/
Sambil mengangkat obornya tinggi-tinggi Siau thi you
segera berseru dengan gembira:
"Mungkin Wan san popo telah datang."
Si Cay soat sudah pernah mendengar suara pekikan
nyaring dari Lam hay lo koay, dia merasa orang itu meski
memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun bila
dibandingkan Lam hay lo koay masih selisih jauh sekali.
Wan san popo dan Lam hay lo koay sama-sama
merupakan pentolan iblis yang berilmu tinggi, sudah barang
tentu selisih tenaga dalam yang mereka miliki tak akan
terlalu jauh, maka ujarnya kemudian:
"Si nenek siluman itu berdiam di pulau besar, mana
mungkin bisa dia ....."
"Kalau begitu bisa jadi dia adalah tamu yang mau datang
minum arak." seru Siau thi gou sambil melototkan sepasang
matanya bulat-bulat.
Sebelum ucapan itu selesai diutarakan, Si Cay soat telah
menukas agak gemas.
"Aaah, kau ini cuma tahunya makan melulu..."
Siau thi gou jadi tertegun dan seketika tak berani
berbicara lagi, sementara suara-suara pekikan panjang tadi
makin lama semakin bertambah dekat.
Dengan kening berkerut Lan See giok segera berseru
dengan penuh amarah.
"Kalau toh pihak lawan sudah datang menyambut,
kenapa kita tidak memapakinya?"
Hu yong siancu serta Naga sakti pembalik sungai segera
manggut-manggut menyatakan persetujuannya.
http://kangzusi.com/
Siau cian dan Cay soat mulai memperlambat sampan
dan membiarkan perahu itu diombang-ambingkan oleh
ombak laut, pelan-pelan mereka mendekati sebaris
pepohonan yang besar di tepi pantai.
Gerakan tubuh orang itu benar-benar amat cepat dalam
waktu singkat suara pekikan sudah memekikkan telinga,
mungkin jaraknya tinggal ratusan kaki saja.
Lan See giok kuatir orang itu menempati posisi yang
menguntungkan lebih dahulu, bila hal ini sampai terjadi,
maka keinginannya untuk mencapai pantai pasti akan sulit.
Karenanya sewaktu sampan masih berapa kaki dari
pantai. dia melejit ke udara dan meluncur ke depan.
Berada ditengah udara dia merentangkan lengannya
seperti seekor rajawali kemudian meluncur kearah pulau
tersebut dengan kecepatan luar biasa.
Ketika mencapai tengah jalan sepasang ujung bajunya
dikibaskan ke depan lalu tubuhnya turun dan melejit
kembali tahu-tahu dia sudah mencapai batuan cadas
diantara pepohonan di sisi pantai..
Gerakan tubuh si pendatang tersebut memang benar-
benar amat cepat, disaat tubuh Lan See giok melayang
turun ke atas tanah itulah, dia menangkap ditengah pekikan
nyaring membawa pula suara ujung baju yang terhembus
angin.
Lan See giok amat terkejut. secepat kilat dia meluncur ke
atas permukaan bumi.
Disaat kakinya baru menginjak tanah itulah, suara
pekikan telah berhenti dan orang itu sudah meluncur tiba
sambil membentak keras
http://kangzusi.com/
"Kawanan cecunguk dari mana yang datang kemari,
berani amat memasuki pulau dewa Wan san semaunya
sendiri!"
Didalam bentakan itu sebuah pukulan dilontarkan ke
depan, segulung angin serangan yang amat dahsyat seperti
amukan puyuhpun menggulung tubuh Lan See giok.
Diam-diam Lan See giok merasa keheranan, sudah jelas
suara pekikan tadi berasal dari perempuan, mengapa suara
bentakan kasar yang bergema sat ini justru suara lelaki?
Tapi, ia tak sempat untuk berpikir panjang lagi, telapak
tangan kanannya diputar dan melepaskan pula sebuah
pukulan yang tak kalah cepatnya.
"Blaaaamm....!"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga. batu
dan pasir beterbangan di angkasa dan menyelimuti
sekeliling tempat itu, daun dan ranting berguguran ke tanah.
Akibat dari bentrokan tersebut. si pendatang kena
tergetar sehingga mundur sejauh beberapa langkah.
Sebaliknya Lan See giok masih tetap berdiri ditempat
semula tanpa bergerak sedikit pun jua. hanya baju birunya
saja yang berkibar ketika terhembus angin,
Ketika ia mendongakkan kepalanya barulah terlihat lebih
kurang tiga kaki dihadapannya berdiri sepasang laki
perempuan setengah umur yang mengenakan pakaian
perlente dan menunjukkan wajah kaget bercampur
keheranan.
Yang lelaki berusia tiga puluh delapan sembilan tahunan,
memakai jubah berwarna hijau dengan bunga-bunga emas,
sebuah topi kecil, bermuka kurus panjang dan bibir
http://kangzusi.com/
mencibir, waktu itu mukanya bergetar keras seakan akan
dibikin tertegun oleh peristiwa tersebut.
Sedangkan yang perempuan bermata lentik, bibir tipis
dan mengenakan baju warna merah dengan gaun panjang
berwarna hijau, sebilah pedang tersoren di pinggangnya.
Biarpun "perempuan ini terhitung cantik" namun
sikapnya membuat orang tidak tahan
Dia memandang sekejap kearah Lan See giok dengan
wajah tertegun dan kaget, sementara bibir kecilnya yang
melongo lama-lama sekali belum juga dapat merapat,
Sesudah berhasil mengendalikan diri, buru-buru laki
perempuan berpakaian perlente itu memandang sekejap
wajah Hu yong siancu sekalian, kemudian lelaki berjubah
mentereng itu berkerut kening dan menegur penuh amarah:
"Kalian berasal dari perguruan mana, berani amat
memasuki pulau dewa Wan san ini"
Bertemu dengan laki perempuan setengah umur itu. Siau
thi gou bagaikan berjumpa dengan musuh besarnya saja, ia
segera berteriak keras:
"Kami datang dari Wi Lim poo, memangnya kenapa tak
berani kemari?"
Kejut dan girang menyelimuti wajah laki perempuan
setengah umur itu,
Nyonya muda itu memperhatikan sekejap wajah Lan See
giok sekalian, kemudian dengan gembira serunya.
"Aaaah, kalau begitu kalian masih punya hubungan
dengan enci Hoa dan engkoh Tin san? Apa hubungan
kalian?"
Lan See-giok segera tertawa dingin,
http://kangzusi.com/
"Kami memang datang dari Wi lim poo, tapi sama sekali
tiada hubungan dengan Oh Tin- san."
Dengan cepat lelaki setengah umur itu dapat merasakan
bahwa kedatangan Lan See giok sekalian mempunyai
maksud dan tujuan yang kurang baik, ia segera melotot den
menegur penuh amarah.
"Kalian termasuk golongan mana? Apa maksud, kalian
kemari? Ayo cepat berterus terang, kalau tidak. hmmm,.
jangan salahkan aku si ikan hiu berekor panjang Gan Bu
liong akan bertindak kejam dan tidak berperasaan!"
Siau thi gou tertawa terbahak bahak, ejeknya sinis,
"Oooh, rupanya kau adalah se ekor panjang Gan tak
berguna..? Haaahhh... haaaahhh... haaaahhh....kalau begitu
bagus sekali .."
Perlu diketahui, nama si Hiu berekor panjang Gan Bu-
liong, jika diambil arti menurut kata ucapannya maka bisa
diartikan lain.
Tak heran kalau si ikan hiu berekor panjang naik darah,
sebelum Siau thi gou menyelesaikan perkataannya, ia sudah
membentak keras. .
"Bajingan cilik, mulutmu jahat......"
Didalam bentakan mana, tubuhnya menerjang ke muka,
telapak tangannya yang kurus langsung dibacokkan ke atas
tubuh siau thi gou...
Sudah sejak tadi Si Cay soat tak sabar menanti, kalau
bisa dia ingin membereskan sepasang lelaki perempuan
setengah umur ini secepatnya.
Melihat si ikan hiu berekor panjang telah menyerang
dengan tenaga penuh, dia takut Siau thi gou tak tahu lihay
dan menyambut ancaman tersebut secara gegabah.
http://kangzusi.com/
Maka sambil membentak keras dia putar pergelangan
tangannya sambil meloloskan pedang, dimana cahaya tajam
berkelebat lewat, pedangnya telah membacok pergelangan
tangan kanan lawan, Nyonya setengah umur itu bermata
cukup jeli, tiba-tiba dia meloloskan pedang sambil
membentak pula, cahaya tajam berkilauan pedangnya
langsung menusuk ke bahu Si Cay soat.
Siau cian tak mau ambil diam, sambil membentak dia
putar pergelangan tangannya sambil menerjang dan
meloloskan pedang, didalam waktu singkat pedangnya telah
menyongsong serangan pedang dari nyonya tersebut.
Ditengah bentakan yang amat nyaring, gerakan tubuh
dari ke empat orang itu dilakukan semua dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat, membuat siapa saja merasakan
pandangan matanya menjadi kabur....
Si ikan hiu berekor panjang segera kena di desak oleh Si
Cay soat sehingga tubuhnya mundur sejauh tiga kaki....
Sedangkan nyonya berbaju perlente itu di paksa pula
oleh tiga buah serangan berantai dari Siau cian hingga
kalang kabut tak keruan...
Begitu bentrokan lewat, masing-masing pihak serentak
menghentikan pula serangannya.
Si ikan hiu berekor panjang dan nyonya muda
berpakaian perlente itu, sama-sama dibikin tertegun, dengan
pandangan kaget bercampur tercengang mereka awasi Lan
See-giok sekalian dengan wajah termangu, mereka sadar
orang-orang yang berada dihadapannya sekarang sudah
pasti bukan seorang jago persilatan biasa .
Sementara itu Hu-yong siancu dan Naga sakti pembalik
sungai telah menduga kala si ikan hiu berekor panjang dan
http://kangzusi.com/
nyonya berbaju perlente itu tentu murid Wan-san popo,
bahkan mereka berdua pasti sepasang suami istri,
Tapi berhubung pihak lawan tidak mengenali dia dan
naga sakti pembalik sungai maka merekapun segan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Tapi berdasarkan bentrokan yang dilakukan si ikan hiu
berekor panjang dengan Lan See- giok. dapat diketahui
meski tenaga dalam mereka boleh dibilang terhitung jagoan
kelas satu, namun masih selisih jauh bila dibandingkan
dengan kemampuan Lan See giok.
Tiba-tiba terdengar nyonya berbaju perlente itu berseru
sambil tertawa dingin.
"Sejak aku Huan Giok lien terjun ke dunia ramai, selama
puluhan tahun belakangan ini belum pernah bertemu
dengan lawan tandingan. Hmmm....! Hari ini kau mampu
mendesakku sehingga mundur sejauh berapa langkah, ingin
kulihat sampai di manakah kelihaianmu yang
sesungguhnya!"
Sembari berkata keningnya segera berkerut dan hawa
napsu membunuh menyelinap di wajahnya, sambil
mengawasi Siau cian lekat-lekat, selangkah demi selangkah
dia maju ke depan.
Lan See giok tertawa dingin. ejeknya:
"Huuuh, dasar orang lautan yang berpengetahuan picik
dan tekebur sendiri, tentu saja kau tak akan tahu kalau di
luar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada
manusia lain."
Mendengar perkataan itu Huan Giok lien menghentikan
langkahnya sambil berpaling kearah Lan See giok, tegurnya
penuh amarah.
http://kangzusi.com/
"Kau bilang aku Huan Giok lien bukan tandingnya"
Biarpun Lan See giok kalau ilmu pedang yang dimiliki
Huan Giok lien bagus, tapi bila dibandingkan Siau cian
masih kalah setingkat, karenanya dia manggut-manggut.
"Asal kau dapat mengungguli satu atau setengah gerakan
saja dari enci Cian, kami segera akan mengundurkan diri
dari kepulauan Wan San ...."
Si ikan hiu berekor panjang Gan Bu liong sangat
mengandalkan kekuatan dibelakang punggungnya, Wan
San popo adalah gurunya. karena itu dia tertawa penuh
amarah setelah mendengar ucapan tersebut, teriaknya
kemudian.
"Selama puluhan tahun ini. pulau dewa Wan san tak
pernah diintip siapa saja. tapi sekarang kalian berani
mendatangi kepulauan kami seenaknya sendiri, dosa kalian
tak bisa diampuni lagi, kamu anggap masih dapat
mengundurkan diri dari sini dalam keadaan hidup " .?"
Sambil berkata sekali lagi dia mendongakkan kepalanya
dan tertawa seram.
Siau thi gou melotot besar, tiba-tiba dia membentak.
"Kau tidak menginginkan aku hidup? ,Hmmm. kalau begitu
akan kucabut dulu jiwamu."
Ditengah bentakan keras tubuhnya menerjang ke muka,
tiba-tiba saja dia mengeluarkan ilmu Liong hou jit si-nya
yang sangat ampuh itu...
Didalam waktu singkat bayangan tangan menyelimuti
angkasa. ditengah deruan angin serangan yang dahsyat ia
desak si ikan hiu berekor panjang habis habisan.
Tampaknya si ikan hiu berekor panjang tidak menyangka
kalau serangan yang di lancarkan bocah berkulit hitam itu
http://kangzusi.com/
begitu cepat dan dahsyat, belum habis gelak tertawanya
berkumandang, selapis bayangan pukulan telah meluncur
datang dengan amat cepat sehingga pada hakekatnya tak
nampak setitik lubang kelemahan pun.
Dalam kagetnya ia membentak keras, sepasang telapak
tangannya direntangkan ke samping dengan
mempergunakan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian. dia
berharap dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang
sempurna berhasil mengungguli musuhnya tersebut dengan
suatu sistim pertarungan keras lawan keras.
"Blaamm, blaammm!"
Dalam dua kali benturan keras, sepasang bahu dekat
persendian tulang tangan si ikan hiu berekor panjang sudah
terkena masing-masing satu pukulan.
Ditengah dengusan tertahan, tubuhnya mundur beberapa
langkah dengan sempoyongan.
Huan Giok lien amat terkejut, sambil menjerit kaget
cepat-cepat ia menubruk ke depan, sambil memayang tubuh
si ikan hiu berekor panjang tersebut.
Nampak bahu kiri dan lengan kanan si ikan hiu berekor
panjang terkulai lemas ke bawah, wajahnya pucat pasi,
wajahnya mandi dengan keringat, tapi ia masih tetap
menggertak gigi sambil menahan rasa sakit, dipandangnya
wajah Siau thi gou dengan penuh kebencian - -
Menjumpai musuhnya masih mampu berdiri tegak tanpa
mengerang kesakitan kendatipun secara beruntun sudah
termakan empat kali pukulan. Siau thi gou segera
mengacungkan ibu jarinya sambil memuji.
"Kau si ikan hiu berekor panjang ternyata sanggup
menerima empat buah pukulan naga dan harimau ku tanpa
mengerang kesakitan, aku Thi-gou benar-benar mengagumi
http://kangzusi.com/
dirimu sebagai seorang lelaki sejati, biar kemampuanmu tak
becus tapi aku tetap kagum kepadamu ."
Ketika mendengar nama ilmu pukulan naga dan
harimau, Huan Giok-lien segera terbelalak dengan wajah
kaget, mulutnya melongo dan lama sekali tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
Demikian pula dengan si ikan hiu berekor panjang,
untuk beberapa saat ia berdiri tertegun dengan wajah amat
terkejut.
Hu yong siancu sekalian lantas tahu pasti ada hal-hal
yang tidak beres, tanpa terasa mereka saling bertukar
pandangan sekejap dan masing-masing berusaha untuk
mengetahui kabar berita tentang To Seng-cu.
Menyaksikan lawannya cuma berdiri membungkam
dengan wajah melongo. dengan suara dingin Siau-thi-gou
berseru kembali.
"Bagaimana? Apakah kalian merasa tidak puas?"
Setelah berhasil menenangkan pikirannya. Huan Giok-
lien bertanya agak gugup.
"Kau ....adalah......murid To Seng Cu locianpwe? "
Tidak sampai Hu yong siancu menjawab. Siau thi gou
Sudah maju selangkah ke depan sambil menepuk dada,
tegurnya penuh rasa geram...
"Kenapa? Kau anggap aku tak pantas menjadi murid
guruku?"
Hu yong siancu kuatir Siau thi gou membuat gara-gara
sehingga persoalan jadi kacau, tiba-tiba serunya dengan
suara dalam.
"Anak Gou, kembali"
http://kangzusi.com/
Tentu saja Siau thi gou tidak berani membangkang
perintah bibinya sesudah melotot sekejap ke arah Huan
Giok lien, dia membalikkan badan dan segera
mengundurkan diri.
Sementara itu ketika si ikan hiu berekor panjang dan
Huan Giok lien menyaksikan perempuan yang cantik dan
anggun itu memanggil murid To seng-cu tersebut sebagai
"anak Gou". kedua orang itu semakin tertegun lagi saking
kagetnya tapi merekapun belum pernah mendengar dari
suhu mereka Wan san popo bahwasanya To Sang cu masih
mempunyai seorang adik seperguruan yang cantik dan
anggun, lalu siapakah dia?
Tanpa terasa dengan sorot mata kaget bercampur
tercengang kedua orang itu mengawasi wajah Hu yong
siancu tanpa berkedip
Naga sakti pembalik sungai segera merasa bahwa
kesempatan baik tak boleh dibuang percuma, dia harus
menggertak musuhnya agar bisa diperoleh kabar yang
dibutuhkan.
Maka setelah mendehem pelan dia mengelus jenggotnya
dia berkata sambil tersenyum
"Kalau didengar dari cara pembicaraan kalian berdua,
tampaknya kalian adalah murid-murid popo. sekarang
baiklah kuperkenalkan dulu beberapa orang ini kepada
kalian.”
Si ikan hiu berekor panjang Gan Bu liong amat
membenci Lan See giok sekalian akibat luka yang
dideritanya, sebelum si naga sakti pembalik sungai
menyelesaikan kata-katanya. sambil menahan rasa sakit
yang luar biasa ia lantas berteriak,
"Kau ini manusia apa? Siapa suruh kau banyak mulut?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok jadi gusar sekali, tiba-tiba dia mengayunkan
tangannya siap melancarkan sebuah sentilan ke depan ...
Hu yong siancu kuatir urusan jadi terbengkalai, buru-
buru cegahnya dengan suara dalam.
"Anak Giok, tahan"
Lan See giok melotot ke arah si ikan hiu berekor
panjang, lalu serunya gusar.
"Kau tak usah kurang ajar dan berlagak jumawa,
kukatakan kepadamu. bila ku ingin merenggut nyawamu,
maka hal ini hanya ku lakukan dengan sebuah sentilan jari
saja."
Sambil berkata dia menyentilkan jari tangan kanannya ke
arah sebatang bambu yang berada beberapa kaki dari
tempat mereka berada. .
Segulung desingan tajam meluncur ke depan membelah
angkasa dan langsung menghantam pohon bambu yang
besarnya se lengan manusia itu.
"Kraaakkkkk!"
Diiringi suara yang sangat keras, bambu itu patah
menjadi dua dan segera roboh ke atas tanah dengan
menimbulkan suara yang memekikkan telinga.
Kali ini ikan hiu berekor panjang dan Huan Giok lien
benar-benar termangu karena terkejut, ilmu sentilan jari
semacam ini hanya pernah mereka dengar dari cerita
gurunya. Wan san popo dan belum pernah disaksikan
dengan mata kepala sendiri, menurut keadaan sekarang,
pengetahuan mereka berdua memang amat cetek dan tidak
tahu kalau di luar langit masih ada langit, di atas manusia
masih ada manusia lain.
http://kangzusi.com/
Sementara itu pada jarak delapan sembilan kaki di sisi
arena telah berkumpul dua puluhan laki perempuan berbaju
indah, menurut kesimpulan dari pakaian yang mereka
kenakan, orang-orang itu, tentunya para dayang dan
pelayan si ikan hiu berekor panjang serta Huan Giok lien.
Biarpun paras orang-orang itu berubah hebat, namun tak
seorangpun diantara mereka yang menjerit kaget atau
berbisik bisik membicarakan kejadian tersebut.
Tahu kalau kebengisan dan keangkuhan si ikan hiu
berekor panjang telah memudar, naga sakti pembalik sungai
baru tertawa terbahak bahak sambil memperkenalkan diri
"Aku berdiam di telaga Phoa yang she Thio bernama
Lok heng, orang persilatan menyebut sebagai si naga sakti
pembalik sungai....”
Belum selesai mereka berkata paras muka Si ikan hiu
berekor panjang dan Huan Giok lien kembali telah berubah
hebat, kedua orang itu merasa amat keheranan, menurut
Oh Tin san, si naga sakti pembalik sungai adalah musuh
bebuyutan dari Wi Lim poo mengapa ia bisa berada satu
rombongan dengan orang-orang Wi Lim poo.?
Terdengar si naga sakti pembalik sungai berkata lebih
jauh.
"Dia adalah Hu yong siancu Han Lihiap ...."
Mendengar nama tersebut, saking kagetnya hampir saja
si ikan Hiu berekor panjang lupa dengan rasa sakit di bahu
dan tulang lengannya, sekali lagi paras mukanya berubah,
dia tak mengira Hu yong siancu yang namanya termasyhur
dalam dunia persilatan sejak puluhan tahun berselang
ternyata masih tetap berwujud sebagai seorang wanita
berwajah cantik,
http://kangzusi.com/
Huan Giok lien jadi kurang percaya, mengapa tokoh dari
golongan lurus yang termasyhur namanya di dunia ini bisa
berkomplot dengan Oh Tin san?
Sementara itu naga sakti pembalik sungai masih
memperkenalkan terus.
"....sedang nona ini adalah satu satunya putri kesayangan
Han lihiap. bernama Ciu Siau cian...."
Huan Giok lien mengamati wajah Siau cian dengan
seksama, lalu berpikir.
"Tak heran kalau ilmu pedangnya begitu sempurna,
rupanya dia mempunyai seorang ibu yang nama besarnya
telah menggetarkan seluruh dunia persilatan, tentu saja
ilmu pedang putrinya tak akan sejelek ibunya ...
Sementara masih termenung, Naga sakti pembalik sungai
telah berkata lebih jauh .
"..... nona ini adalah satu satunya murid perempuan To
Seng cu locianpwe, Si Cay soat...."
Lalu sambil menuding Lan See giok katanya lagi.
"Sedang dia adalah putra tunggal si gurdi emas peluru
perak Lan tayhiap, juga merupakan pewaris ilmu silat To
Seng cu Cia locianpwe yang bernama Lan See giok.”
Untuk pertama kalinya Huan Giok lien memperhatikan
wajah Lan See giok, seketika itu juga ia terpikat oleh
ketampanan wajahnya. ia tidak percaya kalau dalam dunia
ini bisa terdapat pemuda yang begitu tampan.
Maka setelah mendengar kalau Lan See giok adalah
putra Lan Khong tay yang tersohor dimasa lalu, tanpa
terasa ia teringat kembali akan kisah romantis Lan Khong
tay dengan Hu yong siancu.
http://kangzusi.com/
Karenanya dia seperti memahami akan sesuatu, sorot
matanya yang tajam berulang kali dialihkan dari wajah Hu-
yong siancu ke wajah Lan See giok, seakan akan dia hendak
mencari persamaan dari wajah ke dua orang ini, apakah
diantara mereka berdua memang terjalin hubungan sebagai
ibu dan anak.
Hu-yong siancu sudah cukup berpengalaman dalam hal
semacam ini dia mempunyai perasaan yang tajam sekali,
terutama atas sorot mata orang lain yang aneh
Kontan saja selembar wajahnya menjadi merah padam
karena pandangan tersebut.
Naga sakti pembalik sungai segera berkerut menyaksikan
kejadian itu sehingga dia lupa untuk memperkenalkan Siau
thi gou
Padahal Siau thi gou sudah tak sabar menanti sedari tadi,
tapi ia pun merasa kurang leluasa untuk mengumbar napsu
karena itu setelah mendehem pelan katanya.
"Thio loko, masih ada aku?"
Segera si naga sakti pembalik sungai teringat akan Siau
thi gou, sambil tertawa tergelak. segera serunya.
”Saudara berdua. biar kuperkenalkan seorang lagi
kepada kalian berdua"
Sambil, menuding ke arah Siau thi gou yang telah
memasang gaya, dia berkata lebih jauh sambil tertawa.
"Dia adalah murid pertama yang diterima oleh To Seng
cu locianpwe sebelum yang lain. bila berbicara menurut
urutan perguruan, maka Lan See giok masih pantas
memanggil toa suheng kepadanya...”
http://kangzusi.com/
"Ooh, tidak-tidak, engkoh Gioklah yang pantas menjadi
toa suheng" cepat-cepat Siau thi gou membantah sambal
menggoyang kaki tangannya berulang kali.
Oleh perkataan ini, meski semua orang tak sampai
tertawa kegelian. namun suasana tegang yang semula,
mencekam arenapun menjadi jauh lebih berkurang,
Naga sakti pembalik sungai berkata kemudian lebih jauh:
"Setelah kau dengar perkenalanku ini, tentunya
kalianpun sudah dapat menduga apa maksud kedatangan
kami bukan?
Huan Giok lien segera manggut-manggut, "Yaa, menurut
perkenalan lo enghiong, tentunya kedatangan kalian untuk
menjemput To seng cu untuk diajak pulang bukan?"! Dari
ucapan "menjemput" Hu yong siancu sekalian segera
berkesimpulan bahwa To Seng cu selain berada di pulau
Wan san saat ini, keselamatan jiwanyapun tidak terancam.
Maka dengan wajah terkejut bercampur gembira ia
mengangguk berulang kali.
"Betul, kami memang datang untuk mengajak dia orang
tua pulang ke rumah."
Tanpa sangsi Huan Giok-lien segera berseru.
"Bagus sekali, mari ku ajak kalian menjumpainya"
Oleh jawaban ini, Hu yong siancu sekalian menjadi
setengah percaya setengah tidak, semuanya jadi tertegun
Tampaknya mereka tidak menyangka kalau masalahnya
dapat berubah secepat ini, karenanya mereka saling
berpandangan sekejap seakan akan tak percaya kalau
kejadian ini merupakan suatu kenyataan.
Dalam pada itu Huan Giok lien telah berbisik sesuatu
kepada si ikan hiu berekor panjang, tapi si ikan hiu berekor
http://kangzusi.com/
panjang seperti kurang setuju, sampai akhirnya Huan Giok
lien melotot dengan kening berkerut, dia baru melotot
sekejap kearah Lan See giok sekalian dengan penuh
kebencian lalu membalikkan badan dan menuju ke
rombongan pelayan.
Setelah kepergian si ikan hiu berekor panjang, Huan
Giok lien baru membalikkan badan menengok Lan See giok
sambil bertanya.
"Kalian membawa perahu?"
"Perahu kami ada didekat situ, mari ikut aku" jawab si
naga sakti pembalik sungai.
Dengan perasaan penuh pengharapan dan gembira,
berangkatlah semua orang mana ke perahu di tepi pantai..
Lan See giok juga merasa gembira, setelah semua orang
berada diatas perahu tanpa tertahankan lagi dia berpaling
kearah Huan Giok lien sambil bertanya.
"Tolong tanya kau hendak membawa kami pergi kemana
sekarang...?"
Sikap Huan Giok lien tenang tanpa sikap permusuhan,
sebelum pemuda itu menyelesaikan katanya ia telah
menukas.
"Aku she Huan bernama Giok lien, Huan adalah nama
marga dari Huan li hoo yang tersohor dimana-mana,
sedang Giok berarti kemala."
Lan See giok cukup mengetahui maksud hatinya tanpa
terasa dengan wajah memerah, buru-buru dia minta maaf.
"Maaf Huan lihiap, tolong tanya..."
Kembali Huan Giok Lien menggoyangkan tangannya
sambil tertawa. "Sebutan Huan lihiap tidak berani kuterima,
sebab dewasa ini orang yang pantas disebut sebagai seorang
http://kangzusi.com/
"lihiap" didalam dunia persilatan cuma Han locianpwe
seorang. yang lain sama sekali tak berhak mendapatkan
predikat tersebut.”
Hu yong siancu adalah orang yang pandai,
memanfaatkan itu ia segera menyela sambil tersenyum,
"Aaah, mana, mana, nona Lien kelewat memuji!"
Panggilan "nona Lien" tersebut seketika membuat wajah
Huan Giok lien jadi merah dadu dan berseri seri, dia benar-
benar merasakan kegembiraan yang tak terkirakan.
Siau cian dan Cay soat yang memegang dayung, kontan
saja saling berpandangan sambil mencibirkan bibir setelah
melihat wajah Huan Giok lien yang berseri itu .
Tapi. oleh karena Hu yong siancu yang menggunakan
sebutan tersebut. maka tak ada yang berani mengejek atau
menggoda, apa lagi pihak lawan toh sebagai penunjuk jalan
untuk bertemu dengan To Seng-cu- ?
Memanfaatkan kesempatan dikala Huan Giok lien
sedang gembira, Hu yong siancu segera mendesak lebih
jauh.
"Nona Lien sekarang kita hendak pergi ke mana?" .
Sambil berusaha untuk mengendalikan rasa gembiranya
yang meluap, sahut Huan Giok lien.
"Boanpwe mengajak cianpwe sekalian pergi ke istana
Tiang siu kiong...."
Lan See giok ingin mengetahui kabar tentang gurunya
secepat mungkin, dengan suara datar ia segera menyela.
"Apakah guruku berada di dalam istana Tiang Siu
kiong?"
http://kangzusi.com/
Huan giok lien menggelengkan kepalanya berulang kali,
sesudah tertawa genit sahutnya.
"Tidak. To Seng-cu locianpwe tidak berada dalam istana
Tiang siu kiong.., "
Berkilat sorot mata Lan See giok, wajahnya berubah
hebat, tanpa terasa ia menegur dengan suara dalam.
"Lantas mengapa kau ajak kami pergi ke istana Tiang siu
kiong. . ,"!"
Oleh sorot mata Lan See giok yang begitu tajam
bagaikan sembilu ini, Huan Giok lim jadi terperanjat
sampai tubuhnya menggigil, untuk beberapa saat dia tak
tahu bagaimana mesti menjawab pertanyaan tersebut,
Hu yong siancu yang menjumpai paras muka Cay soat
serta Siau thi gou turut berubah semua, dia kuatir tindakan
mereka yang gegabah akan mempengaruhi situasi yang
sedang mereka hadapi, maka, cepat-cepat ia menyela sambil
tertawa,
"Nona Lien, tahukah kau To Seng-cu locianpwe berada
dimana sekarang?"
"Boanpwe tidak tahu." agak gugup Huan Giok lien
menggelengkan kepalanya.
Lan See giok merasa sangat kecewa, kekecewaan itu
segera berubah menjadi kobaran hawa amarah. tanpa terasa
bentaknya.
”Lalu siapa yang tahu..".
Bentakannya yang menggeledek ini segera menggetarkan
perasaan Huan Giok lien sehingga wajahnya berubah
menjadi pucat pasi, telinganya mendengung keras dan
sekali lagi dibikin terperanjat.
http://kangzusi.com/
Hu Yong siancu cukup memahami perasaan gelisah yang
mencekam Lan See-giok saat ini. dia tidak menegurnya,
tapi kepada Huan Giok-lien berkata dengan suara datar,
"Tahukah nona Lien. siapa yang mengetahui jejak Cia
locianpwe berada dimana sekarang?"
Tampaknya Huan Giok lien mulai menyesal karena
tidak menurut peringatan dari ikan hiu berekor panjang
dengan menghantar sendiri rombongan tersebut menuju
istana Tiang-siu kiong, kini dia berdiri di ujung sampan
dengan posisi terjepit, mau mencoba kabur lewat air pun
sudah tak mungkin lagi sekarang.
Karena itu dengan alis mata berkernyit dia menengok
kearah Hu yong siancu, kemudian menjawab.
"Kabar berita To Seng cu locianpwe yang sebenarnya
hanya diketahui oleh guruku beserta Cinjin dan Koay kiat."
Dengan lembut Hu yong siancu manggut-manggut. lalu
bertanya lebih jauh.
"Apakah gurumu berada dalam istana Tiang siu kiong..."
Sekali lagi Huan Giok lien manggut-manggut.
"Benar dia berada di pulau besar itu"
Sambil berkata jari tangannya segera menuding kearah
pulau besar dibagian tengah.
Siau cian dan Cay soat turut mendongakkan kepalanya
memandang ke muka, pulau besar itu diliputi kegelapan,
paling dekat pun jaraknya masih berapa li, karena itu
mereka mendayung lebih kuat lagi sehingga sampan
tersebut melesat ke depan dengan kecepatan bagaikan anak
panah terlepas dari busurnya.
http://kangzusi.com/
Naga sakti pembalik sungai paling menguatirkan bila tiga
manusia aneh dari luar lautan berada di pulau tersebut. tiba-
tiba selanya pula.
"Apakah Si to cinjin dan Hay lam koay kiat dua orang
locianpwe sudah pulang ke rumah masing-masing."
"Belum, mereka masih berada di istana guruku"
Naga sakti pembalik sungai segera berkerut kening dan
memandang sekejap ke arah Hu yong siancu dengan gelisah
bercampur murung.
Biarpun Hu yong siancu merasa gelisah didalam hati,
namun di luar wajahnya
Masih tetap bersikap tenang, kembali dia tersenyum
seraya bertanya:
"Nona Lien, pernahkah kau bertemu muka dengan To
Seng-cu locianpwe ...."
Kembali Huan Giok lien menggeleng:
"Oleh karena boanpwe berdiam di pulau lain, sebelum
mendapat perintah suhu, boanpwe tak berani mendatangi,
istana Thian siu kiong dengan sembarangan, itulah
sebabnya belum pernah bersua dengan To Seng-cu
locianpwe."
"Kali ini kau mengajak kami ke situ, apakah popo tak
akan memarahimu?" sengaja Hu yong siancu bertanya lagi
keheranan.
"Tidak" Huan Giok lien menjawab tanpa ragu, "satu
bulan berselang suhu telah berpesan, bila ada orang yang
datang untuk menjemput To Seng cu locianpwe, perduli
jumlahnya banyak atau sedikit, tua atau muda, segera
mereka harus diajak pergi ke istana Tiang siu kiong..."
http://kangzusi.com/
Diam-diam Hu yong siancu sekalian merasa terkejut,
mereka tidak tahu apa sebabnya Wan san popo bisa tahu
bakal ada orang yang datang menyelidiki jejak To Seng cu
locianpwe?
Sementara itu, si naga Sakti pembalik sungai telah
bertanya pula dengan pikiran murung:
"Nona Lien, bagaimana sih hasil perundingan dari To
Seng cu locianpwe dengan suhumu sekalian? Akhirnya
mereka telah menyekap To Seng cu locianpwe dimana?
Masa nona Lien sama sekali tidak tahu?"
"Boanpwe benar-benar tidak tahu" jawab Huan Giok
lien, sambil menggeleng tanpa ragu.
Berbicara sampai disini, dengan kening berkerut ia
termenung sebentar, tiba-tiba tanyanya dengan nada aneh:
"Kalian benar-benar datang dari Wi lim poo?"
Hu Yong siancu dan Lan See giok sekalian mengangguk
bersama sama.
Dengan wajah tidak mengerti Huan Giok lien segera
berseru:
"Oh Tin San toako dan enci Ci hoa merupakan orang
yang turut berunding disini, mereka semua tahu tentang
tempat yang dipakai untuk menyekap To Seng cu
locianpwe, sewaktu kemari apakah kalian tidak bertanya
kepada mereka?"
Mendengar ucapan mana, Hu yong siancu dan Lan See
giok merasa mendongkol campur menyesal, sewaktu bersua
dengan Oh Tin san suami istri tempo hari, mereka hanya
tahu membalas dendam dan lupa menanyakan keadaan di
luar lautan, setelah di singgung kembali oleh.... Huan Giok
sekarang, mereka baru merasa menyesal kali...
http://kangzusi.com/
Tapi persoalan apakah yang direncanakan dan
dirundingkan Oh Tin San suami istri beberapa orang itu
merasa persoalan ini perlu diketahui dengan secepatnya.
Maka Hu yong siancu segera, bertanya:
"Nona Lien, tahukah kau persoalan yang dibicarakan Oh
pocu suami istri ?"
"Sayang boanpwe tidak ikut hadir dalam perundingan
tersebut, sehingga tidak tahu persoalan apakah yang sedang
mereka bicarakan..” sahut Huan Giok lien dengan nada
permintaan maaf.
Tapi ketika berbicara sampai di situ, seperti teringat akan
sesuatu, dengan gembira terusnya lagi:
"Aaaah, boanpwe dapat mengingat kembali sekarang,
siau sumoayku Gi Hui hong mengetahui kejadian ini
dengan amat jelas, sebab sewaktu perundingan
dilangsungkan dia melayani suhu di samping suhu pun
paling suka dengannya."
Mendengar jawaban ini semua orang kembali merasa
kecewa dan gelisah, karena siau sumoay Gi Hui hong yang
dimaksud Huan Giok lien, biar pun sepanjang hari
mendampingi Wan san popo, sudah pasti mereka tak
mungkin pergi menjumpainya lebih dulu dan minta
kepadanya untuk memberitahukan tempat penyekapan
terhadap To Seng cu kepada mereka semua.
Melihat paras muka Hu yong siancu dan Lan See giok
semua menunjukkan wajah murung dan kesal, seperti
hatinya diliputi kekuatiran, cepat-cepat Huan Giok lien
menghibur:
"Biarpun demikian... menurut boanpwe yang mendapat
kabar dari sumber berita yang dapat dipercaya, To Seng-cu
locianpwe bukan disekap oleh suhu di suatu tempat,
http://kangzusi.com/
melainkan Cia locianpwe sendirilah yang bersedia tinggal di
suatu tempat untuk mengasingkan diri."
Lan See giok kembali menghela napas dan gelisah,
dengan cepat dia menyela:
"Dimanakah tempat untuk mengasingkan diri itu?"
Setelah ditegur oleh Lan See giok tadi, sampai sekarang
Huan Giok lien masih mendongkol, melihat ada
kesempatan untuk membalas, cepat dia menarik muka
sambil menegur: "Kau ini memang kebangetan sekali.
bukankah sudah ku bilang aku tidak tahu, kalau tahu
mengapa tidak kuberitahukan kepadamu?".
Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut pada
mukanya, dia memang menarik muka, tapi makin lama
wajahnya semakin cerah dan akhirnya dia tak bisa menahan
diri lagi untuk tertawa cekikikan, Sebenarnya Lan See giok
hendak mengumbar hawa amarah nya, tapi setelah
menjumpai nona itu tertawa, dia malah merasa rikuh
dengan sendirinya.
Selama ini, Siau cian dan Cay soat sambil mendayung
perahu, mereka tak hentinya, mengawasi keadaan kedua
orang itu, sewaktu melihat sikap Huan Giok lien yang
sengaja mengambek, tanpa terasa mereka saling
berpandangan sambil tertawa lalu mencibir sinis.
Naga sakti pembalik sungai ada maksud untuk mencari
sedikit kabar dari mulut Huan Giok lien, agar Lan See giok
mempunyai persiapan sebelumnya, sambil tersenyum tiba-
tiba bertanya:
"Nona Lien, Si to cinjin dan Hay lam koay kiat belum
pulang juga sampai kini, apa yang telah mereka kerjakan
untuk mengisi, kekosongan selama setahun lebih ini?"
http://kangzusi.com/
Agaknya Huan Giok lien dapat menebak pula maksud
hati Naga sakti pembalik sungai, sahutnya sambil tertawa
hambar:
"Saban hari mereka tiga orang tua. selalu minum teh,
main catur dan melatih murid jika dilihat dari cara mereka
memberi petunjuk dan mendidik para suheng dalam latihan
ilmu silat, bisa jadi kesemuanya itu dipersiapkan untuk
menghadapi saudara Lan ini,"
Sambil tersenyum dia mengerling sekejap, agaknya
sedang mengerling ke arah Lan See giok dengan angkuh
pemuda itu mendengus, sekulum senyuman dingin
menghiasi wajahnya bagi pandangannya, Hay gwaa Sam
koaypun tak dipandang sebelah matapun, apalagi anak
murid mereka bertiga? .
Menjumpai sikap angkuh anak muda itu, diam-diam
Huan Giok lien merasa mendongkol., serunya kemudian
sambil tertawa dingin:
"Saudara-saudara seperguruanku yang berada di istana
Tiang siu kiong, tidak sebodoh aku Huan Giok lien, mereka
tak ada yang tidak becus macam diriku ini."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Hu yong
siancu, sambil tersenyum ia segera bertanya:
"Nona Lien, murid siapa saja yang berada di dalam
istana Tiang siu kiong?"
Tampaknya Huan Giok lien ada maksud untuk
memanasi hati Lan See giok, dia mengerling sekejap ke
arah pemuda tersebut lalu sahutnya rada angkuh:
"Jangan dibicarakan soal saudara-saudara seperguruanku
yang lain, cukup kita ambil contoh adik seperguruanku
yang paling kecil Gi Hui hong, selain wajahnya cantik jelita
bak bidadari dari kahyangan, tubuh yang tinggi semampai,
http://kangzusi.com/
terutama sekali bila ia pergunakan ilmu pedang Peng pok
leng hiang kiamnya, belum pernah ada orang yang mampu
menandinginya, bahkan tiga jago dari Hay lam yang
menyerang bersama dan empat jago dari pulau Si to yang
maju berbareng, tiada seorangpun berhasil meraih
kemenangan..."
Lan See giok yang mendengar hal ini segera berkerut
kening, kemudian tertawa hambar.
Melihat Lan See giok tidak terpengaruh oleh kata
katanya, Huan Giok lien kembali berteriak dengan
mendongkol:
"Kukatakan kepadamu, kau bukan tandingannya, kau
tak akan mengunggulinya, sekali pun kau sanggup
mengalahkan dia, belum tentu dia akan menurut
kemauanmu!"
Lan See giok, Siau cian dan Cay soat yang
mendengarkan ucapan tersebut segera saling berpandangan
sekejap kemudian sambil tertawa geli menggelengkan
kepala kepalanya berulang kali, dalam hati mereka seakan
akan sedang mengejek:
"Huuuh, siapa suruh kau mengatakan begini?
Memangnya aku bakal tertarik?"
Baru saja Huan Giok lien hendak berkat lebih jauh,
sampan sudah merapat di pantai.
Semua orang lantas turun dari perahu dan mengikuti
dibelakang Huan Giok lien menuju ke tengah pulau.
Sepanjang jalan mereka lalui batuan karang yang
berbentuk aneh dengan aneka pohon dan rumput setinggi
lutut, angin gunung yang berhembus lewat dan
menggoyangkan dedaunan, membuat suasana terasa terang
dan menyeramkan.
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa mereka jadi teringat sebutan si ikan hiu
berekor panjang atas pulau Wan san yang dikatakan sebagai
pulau dewata mau tertawa rasanya karena geli.
Sementara itu Siau thi gou yang melihat keadaan pulau
tersebut segera bertanya dengan gelisah:
"Hei, jarak sampai di istana Tiang siu kiong masih
berapa jauh?"
Huan Giok lien tahu kalau Siau thi go sedang bertanya
kepadanya maka jawabnya hambar.
"Jaraknya masih ada tujuh delapan lebih.."
"Kalau begitu. mengapa kita tidak menempuh perjalanan
lebih cepat lagi?" seru Siau thi gou lagi.
Maka semua orang mengerahkan ilmu meringankan
tubuh masing-masing dan meluncur ke tengah pulau.
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai mesti
tahu kalau Lan See giok sekalian tidak memandang sebelah
matapun terhadap ke tiga manusia aneh dari luar lautan itu
namun dia tahu, hal ini tak lebih cuma sikap "anak harimau
yang tidak takut persoalan apapun."
Sebaliknya dia dan naga sakti pembalik sungai yang
sudah berpengalaman luas didalam dunia persilatan cukup
tahu akan kelihaian musuh, karena itu semakin mendekati
tujuan perasaan mereka semakin bertambah gelisah.
Dalam perjalanan yang begitu cepat, tiada hentinya
mereka berdua mengawasi beberapa orang bocah muda itu,
mereka tidak tahu apakah nasib baik atau buruk yang akan
menimpa mereka setibanya di istana Tiang siu kiong nanti?
Setelah menembusi hutan yang lebat dan melewati
sebuah tebing yang tinggi, beratus-ratus kaki di depan
mereka muncul sebuah bayangan hitam yang luas, hanya
http://kangzusi.com/
karena jaraknya terlalu jauh, semua orang tak dapat melihat
dengan jelas..
Tiba-tiba Huan Giok lien berseru tertahan dan segera
menghentikan tubuhnya dengan cepat.
Dengan perasaan tidak mengerti semua orang turut
menghentikan. langkahnya dan menengok kearah Huan
Giok lien dengan pandangan kaget bercampur tercengang.
Hu yong siancu tahu kalau ada hal-hal yang tidak beres,
segera bisiknya lirih:
"Nona Lien, adakah sesuatu yang tidak beres?"
Dengan pandangan ragu dia menuding arah gerombolan
hitam di kejauhan sana, lalu berkata:- "Disitulah letak
istana Tiang siu kiong, biasanya tempat itu terang
benderang bermandikan cahaya, tapi aneh benar malam ini
mengapa tak nampak cahaya lampu dan dicekam
kegelapan?"
Dengan kening berkerut Lan See giok mengerahkan
tenaga dalamnya untuk memandang ke depan, lalu sambil
mendengus dingin serunya dengan gemas: "Hmm, sungguh
tak dinyana ketiga makhluk tua itu sudah lama menunggu
kedatangan kita."
Sekali lagi Hu yong siancu sekalian rasakan hatinya
bergetar dengan wajah berubah, biarpun mereka sudah
mengerahkan ketajaman matanya untuk memandang,
namun yang terlihat tak lebih cuma bayangan bangunan
yang lamat-lamat, Diam-diam Huan Giok lien merasa
terkejut, ditatapnya Lan See giok dengan pandangan
tertegun, dia tak percaya kalau anak muda tersebut dapat
melihat kalau gurunya Wan San popo, Lam hay koay kiat
dan Si to Cinjin telah lama menantikan kedatangan mereka
di istana.
http://kangzusi.com/
Andaikata benar demikian, bukankah ini menunjukkan
kalau tenaga dalam yang dimiliki pemuda tampan berbaju
biru sudah mencapai tingkatan kesempurnaan yang luar
biasa?
ooo0dw0ooo

BAB 37
TAPI ingatan lain segera melintas kembali di dalam
benaknya, dari keberanian mereka mendatangi pulau Wan
san untuk menantang gurunya berduel, bila tanpa didukung
oleh kemampuan yang yakin bisa mengungguli gurunya
bertiga, mustahil mereka berani datang mencari gara-gara.
Berpikir sampai di sini, pandangan memandang rendah
pada musuh yang semula mencekam pikiran dan
perasaannya, seketika tersapu lenyap hingga tak berbekas.
Mendadak terdengar Siau thi gou berteriak keras dengan
penuh amarah.
"Kalau memang ketiga makhluk tua itu sudah menunggu
kematian di situ, mengapa kita tidak segera berangkat ke
depan?"
Suasana malam semakin kelam, keheningan mencekam
seluruh jagad, ditambah pula teriakan Siau thi gou penuh
mengandung hawa murni yang kuat, teriakan tersebut
kontan saja terbawa sampai sejauh beberapa li dan
terdengar jelas oleh ketiga manusia aneh di luar lautan yang
cuma berdiri kurang lebih seratus kaki di depan situ.
Maka dengan suara dalam Hu yong siancu segera
menegur:
"Thi gou, jangan berbicara yang bukan-bukan...."
http://kangzusi.com/
Belum habis dia berkata, dari kejauhan sana telah
berkumandang datang suara tertawa dingin yang
menggidikkan hati, membuat siapapun yang mendengar
suara itu segera bergidik dan berdiri semua bulu kuduknya.
Diam-diam semua orang merasa terkejut dan serentak
mengalihkan pandangan matanya ke depan, menurut berita
yang tersiar dalam dunia persilatan, konon ilmu silat yang
dimiliki tiga manusia aneh di luar lautan sangat hebat, dari
gelak tertawa yang menyeramkan barusan terbukti sudah
bahwa ucapan itu memang bukan kosong belaka.
Mendadak tampak Lan See giok berkerut kening, sambil
melotot dengan sinar mata tajam, kemudian dia
mendongakkan kepala dan tertawa terbahak bahak.
Suara tertawanya seperti suara genta yang berdentang
memecahkan keheningan, suara nya menggaung sampai
bermil-mil jauhnya dan membumbung di angkasa, seketika
itu juga gelak tertawa yang mengerikan tadi terbungkam
sama sekali.
Dari beberapa orang yang berada di belakang Lan See
giok, Huan Giok lien yang pertama tama tak mampu
menahan diri, di susul kemudian oleh naga sakti pembalik
sungai, malah Hu yong siancu serta Siau thi gou pun mulai
merasakan hawa darah di dalam dadanya bergolak amat
keras.
Dengan perasaan terkejut Hu yong siancu segera berseru:
"Anak Giok, cepat berhenti!"
Lan See giok yang seluruh wajahnya diliputi hawa
membunuh segera menghentikan gelak tertawanya setelah
mendengar seruan itu, tapi di dalam dadanya masih terselip
perasaan kesal dan mangkel yang tak terkirakan.
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, kenapa kau berbuat begitu bodoh?" tegur
Hu yang siancu kemudian dengan suara berat. "musuh
tangguh sudah di depan mata, suasana amat kritis, mengapa
kau malah menghambur hamburkan tenaga dalam dengan
percuma sehingga merugikan diri sendiri?"
Sementara berbicara, sisa tertawa keras yang mengalun
di angkasa telah menyebar sampai ke tempat kejauhan,
bahkan orang-orang yang berada di ratusan buah kapal
perang di tengah lautan pun merasa terperanjat oleh gelak
tertawa tersebut.
Sekilas perasaan menyesal segera menghiasi wajah Lan
See giok yang hijau membesi, namun dari pusarnya dia
masih merasakan juga dorongan hawa murni yang begitu
kuat hendak meletus keluar.
Mendadak terdengar Siau cian berseru tertahan:
"Aaah, ketiga manusia aneh itu telah datang."
Dengan perasaan terkejut semua orang berpaling, benar
juga dari balik kegelapan lebih kurang puluhan kaki di
depan sana, nampak tiga sosok bayangan manusia dengan
memancarkan enam buah mata yang bersinar tajam,
bagaikan tiga ekor kelelawar raksasa meluncur datang
dengan segera.
Dibelakang ketiga sosok bayangan manusia itu, pada
jarak dua tiga puluh kaki menyusul pula sejumlah bayangan
manusia yang ber-gerak datang dengan kecepatan tinggi
Lan See giok yang bermata tajam, dalam sekilas
pandangan saja dapat melihat bahwa orang yang berada
dipaling depan adalah Wan san popo.
Wan san pogo berwajah merah cerah dengan rambut
berwarna perak, sepasang matanya memancarkan sinar
tajam yang menggidikkan, dia memakai baju yang lebar
http://kangzusi.com/
dengan membawa sebuah tongkat besi, sebesar lengan
bocah yang beratnya paling tidak satu dua ratus kati. Saat
itu Wajahnya penuh diliputi perasaan terkejut, kaget, seram
dan gusar ....Orang yang di sebelah kiri adalah Sito Cinjin
yang berperawakan kurus kering.
Sito Cinjin mengenakan kopiah pendeta yang disertai
jubah pat kwa yang lebar, sepasang pedang tersoren di
punggung, pada bagian dagunya dihiasi jenggot kambing
yang telah memutih, sorot matanya yang tajam tak
ubahnya, seperti dua bilah pedang tajam.
Sebaliknya orang yang berada di sebelah kanan adalah
Lam hay koay kiat, manusia yang pernah mendatangi
puncak Giok li hong dibukit Hoa san tempo hari untuk
mengundang kedatangan To Seng cu ke pulau Wan San.
Lam hay lo cay mempunyai alis mata yang tebal dengan
wajah persegi lebar, dalam kejut dan gusarnya dia nampak
menyeramkan sekali .....
Tapi setelah mengetahui dengan pasti wajah beberapa
orang itu, sepasang matanya yang tajam segera dialihkan ke
wajah Siau thi gou, Cay soat dan See giok secara
bergantian. Sedang Lan See giok mengawasi lawannya, tiga
manusia aneh dari luar lautan itu sudah menghentikan
gerakan tubuh mereka lima kaki dihadapan semua orang,
sambil tertawa seram mereka awasi musuh-musuhnya tanpa
berkedip, sikapnya angkuh dan amat juma-wa.
Huan Giok lien yang bertemu dengan Wan San popo
segera berseru lirih: "Suhu.,."
Ia menubruk ke depan, pertama tama berlutut lebih dulu
untuk memberi hormat pada Wan san popo, kemudian baru
memberi hormat pula kepada Lo koay dan Cinjin. Wan San
popo sama sekali tidak memandang sekejappun kearah
http://kangzusi.com/
Huan Giok lien, mengebaskan ujung bajunya dia berseru
dengan gusar: "Berdiri dibelakang sana !"
Sesudah memberi hormat buru-buru Giok lien berseru:
"Suhu, pemuda berbaju biru dan gadis berbaju merah dan
bocah bermata besar berkulit hitam itulah murid-murid To
Seng-cu locianpwe.."
"Aku sudah tahu". tukas Wan san popo kurang sabar,
"lam hay susiokmu telah mengatakan kepadaku."
Tampaknya Huan Giok lien sempat dibuat kalut pikiran
dan perasaannya oleh tertawa Lan See giok yang amat keras
dengan suara gemetar kembali dia berkata:
"Suhu, dia ......"
Belum sampai Huan Giok lien menyelesaikan kata
katanya, Wan San popo sudah melotot besar sambil
membentak.
"Enyah kau dari situ; cerewet amat kau!"
"Tidak suhu ...." kembali Huan Giok lien berseru
gemetar, "mereka datang dari telaga Phoa yang...."
Mendengar ucapan mana, Wan san popo beserta Lam
hay lo koay dan Si to cinjin segera mengalihkan sorot
matanya dan memandang sekejap ke arah lautan di
sekeliling situ.
Dalam pada itu, rombongan manusia yang mengikuti di
belakang ketiga manusia aneh itu sudah berdatangan semua
dan berdiri lima kaki di belakang ketiga orang tersebut
dengan sorot mata yang tajam mereka mengawasi Hu yong
siancu sekalian tanpa ber-kedip.
Biarpun Lan See giok merasa amat gusar dan kalau bisa
ingin segera mengajukan pertanyaan kepada mereka bertiga
agar di tunjukkan tempat untuk menyekap gurunya tapi
http://kangzusi.com/
dengan kehadiran Hu yong siancu di situ, mau tak mau dia
mesti menahan diri untuk menantikan tindakan yang
diambil bibinya.
Ditatapnya pula kawanan manusia yang berdiri
dibelakang ketiga manusia aneh tersebut, diantara mereka
terdapat perempuan tua dan muda, tampaknya mereka
tidak mirip kawanan jago biasa.
Yang terutama menarik perhatiannya adalah munculnya
seorang bocah perempuan berbaju hijau yang menggembol
pedang dari rombongan orang-orang tersebut dan
mendekati Wan san popo.
Gadis itu memakai baju hijau, berambut panjang, mata
besar. alis mata melentik, bibirnya merah dan berusia antara
sebelas dua belas tahun, ia nampak masih amat binal.
Berjumpa dengan gadis cilik itu, Lan giok teringat pula
dengan cerita Huan Giok lien tentang adik seperguruannya
yang kecil Gi Hui hong, siapa yang bisa mengunggulinya,
maka diapun akan menuruti perkataan orang itu.
Sementara dia masih berdiri termangu, terdengar Huan
Giok lien telah melapor maksud kedatangan Hu yong
siancu sekalian kepada gurunya, paras muka ke tiga
manusia aneh itu segera semakin berubah, makin berubah
semakin tak sedap dipandang.
Gadis cilik berbaju hijau itu maju ke depan tiba-tiba dan
mengawasi Cay soat dan Siau cian dengan sepasang mata
yang bersinar.
Tiba-tiba dihampirinya Wan san popo kemudian sambil
menuding kearah Cay soat dan Siau cian dia berseru polos:
"Suhu, anak Hong ingin bertanding ilmu pedang dengan
kedua orang cici itu"
http://kangzusi.com/
Agaknya pikiran dan perasaan Wan san popo waktu itu
amat buruk, dia segera melotot besar sambil membentak:
"Minggir jauh-jauh dari sini!"
Ditegur begitu kasar oleh gurunya. gadis berbaju hijau itu
kelihatan tertegun, kemudian matanya menjadi merah,
sedang kawanan laki perempuan yang ada beberapa kaki di
belakang situ menjadi ketakutan sampai wajah mereka
berubah menjadi pucat pias, mereka yang berniat hendak
memperlihatkan kebolehannya juga segera mengurungkan
niatnya.
Hu yong siancu berdiri dengan wajah serius, sewaktu
menjumpai sikap buas, garang dari ketiga manusia aneh
tadi, kening-nya telah berkerut kencang, ia sadar suatu
pertarungan sengit tak bisa dihindari malam ini.
Tapi dia tak ingin kehilangan sopan santun nya sebelum
pertarungan di mulai, karena bagaimanapun juga, Tiga
manusia aneh dari luar lautan tetap merupakan tokoh-tokoh
tua di dalam dunia persilatan.
Sementara itu ke tiga manusia aneh sudah selesai
mendengarkan laporan Huan Giok lien, Wan san popo
yang pertama tama menengok ke arah Hu yong siancu lebih
dulu, kemudian setelah tertawa dingin serunya:
"Jadi kau adalah Hu yong siancu yang mengunggulkan
diri sebagai pendekar yang tiada tandingannya di air
maupun di daratan. “
Mendengar kata-kata yang begitu kasar, timbul perasaan
tak senang di hati kecil Hu yong siancu.
Biarpun begitu dia memberi hormat juga sambil berkata
merendah:
http://kangzusi.com/
"Ahli waris Thian san pay, Han Sin wan datang
menjumpai popo..."
Wan san popo tidak membiarkan Hu yong siancu
menyelesaikan perkataannya, dia tertawa mengejek
kemudian selanya:
"Hei budak ingusan, rupanya kau ingin menggunakan
nama Thian san pay untuk menakut nakuti aku..,?"
Mendengar sampai di sini, amarah yang dikendalikan
sejak tadi oleh Lan See giok segera meletus, dengan kening
berkerut dia siap mengumbar amarahnya.
Tapi Hu yong siancu telah tertawa hambar dan berkata
dengan suara dalam:
"Popo terlalu banyak curiga, dalam memberi hormat
kepada seorang cianpwe, sudah sepantasnya, menyebutkan
pula asal perguruannya ...." .
Wan san popo tertawa bangga, rasa mangkelnya juga
jauh berkurang, tidak sampai Hu yong siancu
menyelesaikan perkataannya, dia manggut-manggut dan
berpaling kepada naga Sakti pembalik sungai sambil
menegur:
"Apakah kau adalah si setan air tua bangkotan naga sakti
pembalik sungai yang selama ini malang melintang di telaga
Phoa yang?"
Ucapan yang kasar ini membuat amarah Naga sakti
pembalik sungai meledak pula, tapi berhubung Hu yong
siancu selalu mengalah, maka diapun tak berani
mengumbar amarahnya pula.
Dengan wajah hijau membesi ujarnya kemudian dengan
suara yang berat dan dalam
http://kangzusi.com/
"Popo, kau sudah tua kenapa mulutmu justru tak tahu
aturan. hmmm, terhadap manusia yang tak tahu diri
selamanya aku ogah menjawab"
Api kegusaran kembali membara di dalam dada Wan san
popo, mata nya segera mendelik besar dan bentaknya.
"Bajingan cilik, kau berani kurang ajar kepadaku?
Hmmm, sudah banyak tahun aku tidak melakukan
pembunuhan. hari ini kuperintahkan kepadamu untuk
menghabisi sendiri nyawamu itu. kalau tidak, jangan
salahkan kalau aku akan bertindak keji selain membunuh
diri mu, semua nelayan dari kampung nelayan mu juga tak
akan kulepaskan seorangpun"
Ucapan yang kasar dan tak berperi-kemanusiaan ini
kontan saja menggusarkan Hu yong siancu sekalian, tubuh
mereka sampai gemetar keras menahan emosi.
Naga Sakti pembalik sungai segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa tergelak serunya lantang.
"Aku dengar Wan San popo adalah manusia berhati
sekeji ular berbisa, selama ini aku tidak percaya, tapi setelah
bertemu kali ini. aku baru yakin bahwa kekejaman popo
justru sepuluh kali lipat dari pada racun ular berbisa.
Hmmm, yang bakal bunuh diri hari ini bukan aku, tapi
justru kau si nenek siluman yang sudah banyak
menanggung dosa."
Saking gusarnya paras muka Wan San popo berubah
menjadi hijau membesi, sambil berpaling ke arah Huan
Giok lien, tiba-tiba ia menuding si naga sakti pembalik
sungai sambil membentak keras.
"Maju sana, dalam sepuluh gebrakan kau harus sudah
memenggal kepalanya dan menghadap ku!"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat yang diburu napsu amarah sudah tak sabar
lagi semenjak tadi. tiba-tiba ia membentak keras sambil
menerjang ke muka. dimana pergelangan tangannya
berputar, cahaya tajam secepat sambaran kilat telah
memancar di angkasa.
Ketika Si to cinjin yang berdiri tenang di sisi arena
melihat Si Cay soat meloloskan pedang Jit hoa kiamnya,
berkilat sepasang mata orang tersebut, sekilas perasaan iri
dan rakus segera menghiasi wajahnya yang kurus kering.
Si Cay soat berdiri ditengah arena, kemudian sambil
menuding ke arah Wan san popo ejeknya sinis.
"Sudahlah, kau tak usah menyuruh muridmu yang turun
ke arena, lebih baik kau munculkan sendiri saja,"
Wan san popo amat gusar. dengan mata melotot, besar
bentaknya keras-keras.
"Perempuan rendah, kau anggap aku tak berani
melakukan pembunuhan atas dirimu?
Dengan cepat dia merentangkan tongkat bajanya
ditengah dada ....
Siau cian kuatir Cay soat tak mampu menandingi
musuhnya yang tangguh itu, sambil membentak keras dia
melompat pula ke arena sambil berseru.
"Adik Soat, nanti dulu, biar cici yang mencoba untuk
bertarung melawan si nenek siluman ini lebih dahulu."
Sambil berkata dia melayang turun di samping Si Cay
soat dan memutar pergelangan tangannya, cahaya emas
berkilauan, pedang Gwat hoa kiam telah diloloskan dari
sarung.
http://kangzusi.com/
Sekali lagi Si to cinjin dibuat silau oleh ketajaman
pedang Gwat hoa kiam ditangan Siau cian, sekali lagi ia
tertegun, tapi sifat rakusnya semakin kentara lagi.
Melihat Siau cian, dan Cay soat, dengan ketakutan Huan
Giok lien segera berseru.
"Suhu, mereka berdua adalah murid-murid To Seng cu
locianpwe---"
Semakin terang sinar tajam yang memancar keluar dari
balik mata Si to cinjin, buru-buru dia berseru kepada Wan
San popo dengan suara dalam.
"Lo toaci, dulu Cia Keng sudah pernah bilang bahwa
angkatan muda yang bakal muncul disini akan mampu
melampaui kemampuan kita tiga pendekar dari luar lautan,
aku pikir mungkin bocah-bocah busuk inilah yang
dimaksudkan, coba lihat, mereka cuma budak busuk dan
bocah ingusan belaka .... !!
Sambil berkata dia berpaling pula memandang sekejap
kearah Lam hay lokoay yang tampaknya masih termenung.
Si Cay soat serta Siau cian memang berniat untuk
menjajal kemampuan dari tiga manusia aneh tersebut.
sambil menuding ke arah Si to cinjin, kedua gadis itu segera
membentak.
*Hmmm, apa itu budak ingusan bocah busuk? Jika kau si
tosu siluman merasa tidak puas, ayo silahkan maju dan
bertarung dengan nonamu berdua-.."
Mendengar tantangan yang persis seperti yang
dikehendaki. Si to Cinjin segera pura-pura marah dan
mendongakkan kepalanya sambil tertawa tergelak,
Waktu itu sepasang mata Wan san popo telah berkilat
tajam dan wajahnya berubah hebat. tampaknya dia sudah
http://kangzusi.com/
melihat kalau kedatangan beberapa orang pemuda tersebut
mempunyai tujuan yang tidak menguntungkan.
Pada mulanya dia selalu menganggap janji To Seng cu
hanya bermaksud untuk mengulur waktu belaka. tapi kini
orang-orang yang dimaksudkan telah berdatangan semua,
sudah barang tentu kepandaiannya mereka pasti luar biasa
sekali.
Terutama sekali kawanan budak dan bocah ingusan
tersebut. buka mulut mengumpatnya sebagai nenek
siluman, tutup mulut memakinya pula sebagai nenek
siluman.
Kalau dibilang mereka masih muda tak tahu urusan
malah lebih tepat, kalau di bilang mereka tak memandang
sebelah mata pun terhadap tiga manusia aneh dari luar
lautan,
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia berpaling dan
memandang sekejap kearah Lam hay lo koay yang berdiri
dengan wajah sedih dan murung.
Sikap rekannya yang sangat aneh tersebut dengan cepat
makin mempertebal keyakinannya bahwa apa yang diduga
memang benar
Sementara itu Siau cian dan Cay soat yang berdiri
ditengah arena dengan pedang terhunus telah membentak
lagi keras-keras.
"Tosu siluman, tutup mulutmu yang bau itu, kalau
dibandingkan dengan adik Giok ku. tenaga dalam yang kau
miliki itu masih ketinggalan jauh sekali. “
Mendadak Si to cinjin menghentikan gelak tertawanya,
dengan sepasang mata yang melotot besar seperti lampu
lentera kecil dia tertawa seram dan menatap Cay soat dan
http://kangzusi.com/
Siau cian tanpa berkedip, agaknya dia sudah benar-benar
marah.
Karena urusan sudah berkembang menjadi begini rupa
Hu yong siancu serta naga sakti pembalik sungai segera
menarik kembali sikap merendah mereka, mereka tak mau
memperdulikan soal sopan santun lagi sehingga
meruntuhkan semangat Lan See giok sekalian, lebih baik
biarkan saja mereka memperlihatkan kebolehan ilmu silat
yang dimilikinya.
Dalam pada itu Si to cinjin memandang sekejap ke arah
Cay soat dan Siau cian dengan wajib menyeringai seram.
sepasang pergelangan tangannya segera diputar dan ia
segera meloloskan sepasang pedangnya yang tersoren di
punggung dan berseru dengan suara menyeramkan.
"Sepasang pedang toya mu ini sudah puluhan tahun
lamanya tak pernah diberi darah, baiklah, biar malam ini
dia mencicipi darah kalian yang segar itu ...."
Dengan menyilangkan sepasang pedangnya di depan
dada dengan ujung pedang menghadap ke bawah, pelan-
pelan dia melangkah masuk ke dalam arena,
Hu yong Siancu serta naga sakti pembalik sungai merasa
kuatir dan cemas kembali setelah melihat Si to cinjin
hendak turun tangan, bagaimanapun juga pihak lawan
merupakan seorang gembong iblis yang termasyhur di luar
lautan.
Yang membuat kedua orang itu gelisah ucapan orang-
orang persilatan yang mengatakan tentang kehebatan ilmu
silat ke tiga manusia aneh itu, namun tiada yang tahu
sampai dimanakah kehebatan mereka yang sebenarnya.
http://kangzusi.com/
Terutama sekali Si to cinjin yang termasyhur karena ilmu
pedangnya, tapi angkatan belakangan tak ada yang tahu
berasal dari aliran manakah ilmu pedangnya tersebut.
Dalam pada itu kawanan manusia yang berdiri
dibelakang ketiga manusia aneh itu sudah berdiri tenang
dan memusatkan pikirannya mengawasi arena, kejut dan
girang menghiasi wajah orang-orang tersebut.
Yang membuat mereka terkejut adalah keberanian kedua
orang gadis cantik yang belum berusia dua puluhan tahun
itu untuk menantang Si to cinjin bertarung.
Yang membuat mereka gembira adalah semenjak
menjadi murid ke tiga manusia aneh itu, belum pernah
mereka jumpai ketiga gembong iblis tersebut
mendemonstrasikan kehebatannya, malam ini mereka telah
mendapatkan kesempatan untuk memenuhi keinginan
tersebut. tentu saja setiap orang merasa gembira.
Naga sakti pembalik sungai memandang ke arah Si to
cinjin yang berwajah menyeramkan itu dengan wajah
gelisah bercampur cemas, terutama sekali tiap langkah kaki
tosu tersebut selalu menimbulkan suara gemerisik yang
meninggalkan bekas kaki sedalam berapa inci, dari sini
dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang dimilikinya
sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.
Tapi Lam See giok yang berdiri di samping Hu yong
siancu justru menganggap Si to cin-jin ada maksud hendak
memamerkan tenaga dalamnya. dia merasa hal semacam
ini tak ada harganya untuk diperlihatkan terus.
Sebaliknya Si Cay soat dan Siau cian yang melihat
keadaan ini diam-diam merasa terkejut, biar begitu
senyuman dingin yang sinis masih tetap menghiasi bibir
mereka.
http://kangzusi.com/
Naga sakti pembalik sungai benar-benar merasa sangat
gelisah, sampai sekarang dia masih belum mengetahui
dengan jelas sampai dimanakah taraf ilmu pedang yang
dimiliki ke dua orang nona yang berdiri angkuh di tengah
arena tersebut.
Mendadak berkilat sepasang mata Hu yong siancu, dia
seperti teringat akan sesuatu, dengan wajah serius katanya
tiba-tiba.
"Anak Cian, kalian menghadapi cinjin nanti, jangan
sekali kali kalian celakai jiwanya.."
Si to cinjin teramat gusar setelah mendengar perkataan
itu. sebelum Hu yong siancu menyelesaikan perkataannya,
dan di saat pikiran Cay soat serta Siau cian masih
bercabang. dia telah membentak dengan suara keras.
"Betul-betul bikin hatiku marah sekali...."
Tubuhnya bergerak ke depan, secepat kilat pedangnya
menusuk dada Siau-cian dan Cay soat.
Seruan tertahan dan jeritan kaget bergema di angkasa,
bayangan manusia berkelebat lewat. Cay soat dan Siau cian
telak memisahkan diri ke kedua belah sisi. nyaris sekali
mereka termakan oleh serangan Si to cinjin yang teramat
cepat itu.
Belum pernah kawanan lelaki perempuan yang berdiri
tak jauh dari situ menyaksikan ilmu pedang begitu cepat
dan hebat, tanpa terasa lagi mereka berteriak memuji.
Sebaliknya Hu yong siancu, Siau thi gou dan naga sakti
pembalik sungai jadi terperanjat hingga paras muka mereka
berubah hebat.
Ilmu pedang yang dimiliki Si to cinjin memang sudah
termasyhur akan keampuhannya, terbukti sekarang bahwa
http://kangzusi.com/
serangan pedangnya memang amat cepat, lagi pula
sekaligus mengancam dua sasaran yang berbeda dalam
waktu yang bersamaan.
Untuk pertama kalinya sekulum senyuman yang cerah
dan sukar dicernakan dengan kata-kata menghiasi wajah
Lan See giok yang hijau membesi lantaran marah,
sebaliknya Cay soat dan Siau cian berlagak kaget
bercampur ketakutan, kemudian tertawa nakal.
Rupanya posisi yang mereka lakukan sekarang, tak lain
merupakan posisi pembukaan dari ilmu sepasang pedang
berangkai satu.
Hanya Si to cinjin seorang yang masih berdiri tertegun
dengan wajah memerah, tapi dengan cepat ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak,
suara tertawa itu penuh mengandung nada amarah, kaget,
ngeri dan malu.
Sebab didalam serangan pedangnya tadi, dia telah
pergunakan jurus. "Guntur menggelegar petir menyambar."
yang merupakan jurus tangguh hasil ciptaannya selama ini.
Wan san popo yang melihat kejadian ini serta merta
mengalihkan toya besinya dengan perasaan gelisah,
diliriknya sekejap Lam-hay-lo koay yang nampak murung
itu dengan pandangan tak tenang seolah-olah ia sedang
berkata. Tampaknya ucapan Cia Keng memang benar-
benar akan menjadi kenyataan.
Si bocah perempuan Gi Hui hong dan Huan Giok lien
yang berdiri tak jauh di sisi Wan san popo pun agaknya
dapat melihat kalau keadaan kurang beres bagi pihaknya.
cuma mereka tetap membungkam dalam seribu bahasa
Hanya kawanan laki dan perempuan yang berdiri di
belakang Wan san popo saja yang tidak mengetahui
http://kangzusi.com/
keadaan sebenarnya, sebab mereka tak melihat sikap gelisah
dan tak tenang dari ketiga manusia aneh dari luar lautan
itu.
Dalam pada itu Si to cinjin telah ber-henti tertawa,
sambil mengawasi Siau cian berdua, serunya dengan penuh
perasaan benci.
"Setahun berselang aku pernah berkata kepada Cia Keng,
bila dalam masa hidupku masih ada orang yang mampu
mengungguli satu atau setengah jurus saja dari toya, maka
pinto segera akan menggorok leher untuk bunuh diri."
Ketika mendengar perkataan itu, paras muka Wan san
popo dan Lam hay lo koay segera turut berubah pula
menjadi sangat tak sedap dipandang.
Tampaknya Siau cian dan Cay soat sudah mempunyai
kepercayaan pada kemampuan sendiri, mereka tertawa
wajar, lalu ujarnya:
"Mati atau tidak, itu urusan pribadimu sendiri, yang jelas
kami akan melaksanakan perintah untuk tidak mencabut
nyawamu itu"
Sekali lagi Si to cinjin dibuat amat gusar sampai sepasang
matanya berubah menjadi merah darah, diiringi bentakan
keras. dia melepaskan sebuah tusukan lagi ke depan....
Tapi baru saja pedangnya digerakkan. Cay soat den Siau
cian telah menggerakkan pula pedangnya bersama sama
untuk saling melancarkan tusukan secara bersilang.
Buru-buru Si to cinjin menggerbakkan pedangnya untuk
menyongsong datangnya ancaman ini, tapi pada saat itu
juga secara tiba-tiba ia merasakan hatinya tidak tenang,
hawa murninya bergolak keras dan gerakan pedangnya
menjadi lamban semua gerakan serangan yang digunakan
http://kangzusi.com/
seakan akan tak dapat dilakukan lagi sesuai dengan
kehendak hati.
Kejadian tersebut kontan saja membuat ia merasa amat
terperanjat, ditengah pertarungan dia mencoba untuk
melakukan pemeriksaan ke sekeliling situ ia segera
menemukan kalau sepasang pedang ke dua gadis itu telah
melakukan gerakan berputar bagaikan hembusan angin
yang menggencetnya dari atas dan bawah, begitu bertepatan
gerakan mereka sehingga setiap tusukan selalu tertuju ke
jalan darah penting di sekujur badannya,
Diiringi bentakan nyaring mendadak Cay soat dan Siau
cian merubah gerak serangan-nya. dalam waktu singkat
serangannya berubah menjadi segumpal cahaya tujuh
warna yang segera menyelimuti sekujur tubuh mereka
berdua,
Dibalik cahaya yang gemerlapan inilah kembali
berkumandang suara bentakan keras pada saat yang
bersamaan tiba-tiba muncul lima buah bunga pedang perak
yang menyilaukan mata.
Menyusul serentetan suara dentingan nyaring yang
memekikkan telinga. cahaya tujuh warna tadi mengembang
semakin besar dan menyebar kemana mana, setelah itu
bergema jerit kesakitan yang penuh dicekam rasa kaget dan
ngeri.
Desingan pedang berhenti secara tiba-tiba cahaya tujuh
warnapun lenyap tak berbekas sesosok bayangan manusia
meluncur turun ke bawah.
Cay soat dan Siau cian melayang mundur sejauh dua
kaki sambil menyilangkan pedangnya di depan dada.
Keadaan Si to cinjin waktu itu mengenaskan sekali,
rambutnya sudah kusut, kopiahnya putus menjadi dua
http://kangzusi.com/
jubah yang dipakai pun sudah robek sebagian sehingga
keadaannya amat mengenaskan hati.
Wajahnya yang pucat kini berubah menjadi pucat pias
seperti kertas, sorot matanya berkedip kedip, peluh sebesar
kacang kedelai membasahi jidatnya dengan pandangan
terkejut bercampur ngeri dia memandang sekejap kearah
Cay soat dan Siau cian. kemudian seperti teringat akan
sesuatu, tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya sambil
tertawa tergelak.
Suara tertawanya amat mengerikan seperti lolongan
serigala sehingga mendirikan bulu kuduk siapa saja yang
melihatnya,
Kawanan laki perempuan yang berada di belakang
barisan pun ikut tertegun dengar wajah terkesiap, sekarang
mereka baru tahu apa sebabnya ke tiga manusia aneh
tersebut tidak memerintahkan mereka untuk menyambut
musuh-musuh yang datang.
Paras muka Wan san popo turut berubah menjadi sangat
mengerikan, sepasang matanya memancarkan sinar tajam
yang meng-gidikkan hati. dalam detik-detik itulah dia
seperti sudah dicekam oleh hawa napsu membunuh yang
amat keji.
Sebaliknya Lam hay lo koay melototkan sepasang
matanya bulat-bulat, bibirnya bergerak dan giginya saling
beradu keras tampaknya diapun sedang mengambil suatu
keputusan yang amat keji,
Hu yong siancu serta naga sakti pembalik sungai juga
sudah merasakan kalau situasi telah berubah menjadi sangat
buruk dengan kekalahan yang di derita Si to cinjin.
kemungkinan besar Wan san popo serta Lam hay lokoay
sudah terdesak untuk mengumbar hawa napsu
membunuhnya.
http://kangzusi.com/
Andaikata tiga manusia aneh tersebut menerjang
bersama secara kalap, maka kemampuan yang dimiliki Cay
soat serta Siau cian hanya cukup untuk melindungi diri.
sedang Lan See giok seorang diripun masih mampu
mengungguli lawan. hanya mereka berdua serta Siau thi
gou saja yang tak memiliki keyakinan untuk berhasil.
Mendadak Si-to-cinjin menghentikan gelak tertawanya,
kemudian membentak dengan suara keras,
"Serahkan nyawamu-…"
Sepasang pedangnya dilontarkan ke depan segulung
desingan angin serangan disertai kilatan cahaya tajam,
secara bersama sama meluncur ke depan dan menyambar
tubuh Cay Soat serta Siau cian.
Berhubung peristiwa itu dilakukan secara tiba-tiba lagi
pula dengan kecepatan luar biasa, sebelum jeritan kaget
sempat terucap dari mulut Hu yong siancu sekalian, cahaya
pedang telah tiba di depan dada Cay soat berdua.
Untung sekali posisi Cay soat dan Siau cian saat itu
merupakan posisi ilmu Siang kiam ciau hui yang
merupakan bagian dari Tong kong kiam hoat, maka begitu
serangan dilancarkan, Si to cinjin, kedua orang itu serentak
melayang ke samping secara memisahkan diri,
Namun cahaya pedang kelewat cepat. baru saja kedua
orang itu melayang sejauh dua depa, pedang lawan sudah
menyambar lewat diatas bahu mereka.
"Sreeeeet, sreeeeet--."
Diiringi dua kali desingan tajam. dua bilah pedang telah
meluncur sejauh berapa ratus kaki disertai seruan tertahan
dua orang gadis tersebut.,..
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu dan Lan Se giok berempat sama-sama
berseru kaget kemudian menerjang kearah Cay soat dan
Siau cian.
Ternyata kedua orang gadis itu sudah kena didesak oleh
hawa sakti yang memancar keluar dari sepasang pedang
lawan hingga berakibat bahu dan pakaian mereka robek.
Semua orang baru agak lega setelah tahu kalau luka yang
diderita kedua orang gadis itu sangat ringan.
Dalam pada itu Lan See giok telah membentak penuh
amarah, dengan cepat ia menerjang kehadapan Si-to cinjin
kemudian mengayunkan telapak tangan kanannya
melepaskan sebuah bacokan kilat
Segulung angin pukulan yang sangat dahsyat langsung
menghantam tubuh Si-to cinjin yang masih berdiri tak
berkutik dengan mata melotot dan gigi saling beradu.
"Blaaaammm-"
Benturan keras menggelegar, Si-to cinjin tanpa
menggetarkan sedikit suarapun dan tanpa merubah
posisinya mencelat sejauh tujuh delapan kaki lebih dari
posisi semula.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok berdiri termangu.
ia tidak habis mengerti apa sebabnya Si to cinjin sama sekali
tidak melawan serangan yang dilepaskan itu?
Tapi dengan cepat anak muda itu menjadi sadar,
rupanya disaat melontarkan sepasang pedangnya tadi, Si to
cinjin telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, oleh-sebab itu semenjak tadi. pula Si to cinjin
telah tewas karena kehabisan tenaga.
Mendadak bergema lagi suara bentakan keras yang
sangat memekikkan telinga, Lam hay lo koay dengan wajah
http://kangzusi.com/
yang kalap telah menerjang kehadapan Lan See giok,
sepasang telapak tangannya yang besar bagaikan kipas
secara langsung dibacokkan ke tulang iga dibagian dada
Lan See giok.
Melihat datangnya ancaman tersebut Lan See giok
tertawa seram, dia menggeserkan badannya ke samping
untuk melepaskan diri dari ancaman. kemudian telapak
tangan kanannya sekuat tenaga didorong ke depan untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Blaaammm.. "
Sepasang telapak tangan mereka segera saling beradu
satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara benturan
yang sangat memekikkan telinga.
Desingan angin tajam yang berpusing menyebar ke
empat penjuru dengan membawa kabut dan debu yang
tebal, ditengah debu yang beterbangan diangkasa inilah
kedua orang tersebut sama-sama berpisah dengan langkah
sempoyongan,
"Bajingan muda, serahkan nyawamu!" jerit Wan san
popo pula dengan suara melengking
Ditengah suara lengkingan yang memekik-kan telinga,
bagaikan harimau betina yang kalap dia memutar toya
bajanya dengan jurus "bukit Tay san menindih kepala"
dihan-tamkan ke atas kepala Lan See giok yang sedang
mundur dengan sempoyongan,
Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut
menjadi terkejut dan tertegun.
Hu yong siancu bermata paling tajam, sambil
membentak pedangnya diloloskan keluar karena
menyambut serangan sudah tak mungkin lagi. maka dia
menirukan cara Si to cinjin melontarkan pedangnya tadi.
http://kangzusi.com/
tangan nya segera diayunkan sekuat tenaga, pedang Hu
yong kiam tersebut diiringi desingan angin tajam langsung
menyambar batok kepala Wan san popo.
Cay-soat dan Siau-cian turut menjerit kaget, serentak
mereka melompat pula ke depan menyusul dibelakang
pedang Hu yong kiam yang sedang meluncur.
Tampaknya Wan san popo sudah pernah mendengar
Lam hay lo koay membicarakan soal Lan See giok,
karenanya sejak permulaan tadi dia sudah mengawasi anak
muda itu secara khusus. Ketika dilihatnya ada kesempatan
yang sangat baik, ia segera mempergunakannya untuk
melancarkan sergapan.
Tapi mimpipun dia tak mengira kalau serangan pedang
Hu yong siancu bisa datang sedemikian cepat, cahaya
pedang baru berkelebat lewat, tahu-tahu sudah mengancam
di depan mata, dengan hati terkejut buru-buru ia memutar
toyanya sambil menghantam pedang Hu yong kiam
tersebut.
"Traaangg.."
Pedang Hu yong kiam tersebut kena tertangkis sehingga
mencelat sejauh ratusan kaki di depan sana.
Disaat gerak tubuh Wan san popo agak terhambat inilah,
Cay soat dan Siau cian telah mengurung Wan san popo
dibalik cahaya pedang tujuh warna mereka yang amat
tajam.
Siau thi gou sadar bahwa kepandaian silatnya masih
belum mampu dipakai untuk menghadapi ketiga manusia
aneh tersebut karenanya dia segera berlarian ke muka untuk
mengejar pedang Hu yong kiam yang terlempar sejauh
ratusan kaki itu,
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai telah
menghimpun tenaga dalam mereka ke dalam telapak tangan
sambil ber-siap sedia menghadapi segala kemungkinan,
mereka berdua kuatir kawanan laki perempuan yang berdiri
dikejauhan itu datang melancarkan serbuan serentak.
Sementara itu Lan See giok dan Lam hay lo hay sudah
bangkit tegak kembali. mereka sedang menghimpun tenaga
dalamnya sambil pelan-pelan berjalan mendekat.
Terutama sekali Lan See giok dengan sorot mata yang
tajam dia mengawasi Lam hay lo koay lekat-lekat, teringat
bagaimana orang itu mendatangi puncak Giok-li-hong
untuk mengundang gurunya datang ke pulau Wan san,
kalau bisa dia ingin menghabisi nyawa pihak lawan dalam
satu kali pukulan saja.
Sebaliknya Lam hay-lo-koay telah menduga semenjak
pertama kali bertemu dengan Lan See-giok di puncak Giok
li-hong tempo hari bahwa di kemudian hari pemuda
tersebut akan menjadi seorang tokoh sakti dalam dunia
persilatan. ternyata apa yang diduganya memang sangat
tepat.
Dalam sekilas pandangan saja. Lam hay lo koay sudah
mengetahui bahwa diantara orang-orang yang hadir saat
itu. Lan See giok lah yang memiliki tenaga dalam paling
sempurna, asal ia berhasil membunuh Lan See-giok, maka
yang lain tak perlu dirisaukan lagi,
Atas pandangan inilah dia berdiri termenung saja selama
ini hingga kesempatan yang dinantikan telah tiba.
Akhirnya dia berkesimpulan. bahwa dengan
menggunakan segenap tenaga pukulan yang dimilikinya, ia
baru akan berhasil membunuh Lan See-giok.
http://kangzusi.com/
Tapi hasil dari bentrokan tadi menunjukkan bahwa
masing-masing pihak malah tergetar mundur sejauh berapa
langkah dengan kekuatan seimbang hal inilah yang
membuatnya sangat terkejut dan pikirannya jadi kacau,
Maka kali ini dia telah menghimpun seluruh kekuatan
yang dimilikinya, dia bertekad hendak menghabisi .nyawa
musuh dalam serangan berikut ini.
Mendadak kedua belah pihak sama-sama membentak
keras, baik Lam hay lo-koay maupun Lan Se giok sama-
sama telah berjongkok sambil memutar tanganya lalu di
dorong bersama ke depan.
"Blammmm-- ."
Suatu ledakan keras sekali lagi bergema memecahkan
keheningan, debu dan pasir beterbangan di angkasa, ranting
dan pohon banyak yang bertumbangan, keadaan waktu itu
sungguh nampak menggidikkan hati.
Baik Lan See giok maupun Lam hay lokoay sama-sama
telah menggunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya
untuk memantekkan kuda-kuda masing-masing di tempat
semula. biarpun sepasang bahu bergoncang keras. kaki
mereka sudah melesak sedalam setengah depa ke dalam
tanah, namun mereka enggan mundur selangkahpun dari
posisi semula.
Tapi akhirnya toh kedua orang itu sama-sama terdorong
mundur sejauh beberapa langkah..
Lam hay-lo koay benar-benar dibikin terperanjat, dia tak
menyangka dengan usia yang begitu muda ternyata Lan
See-giok berhasil memiliki tenaga dalam setaraf dengan
kemampuan yang dimilikinya. hampir saja dia tak mau
percaya.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya Lan See giok yang terdesak mundur segera
merasakan gejolak yang amat kuat dari hawa murni yang
berada dalam pusarnya bahkan gejolak itu kian lama kian
bertambah kuat yang membuatnya tak bisa menahan diri
lagi untuk menghambur-kannya keluar tubuh ..
Begitu berdiri tegak, tanpa berganti napas lagi Lan See-
giok telah mengebaskan tangan kanannya ke depan, lalu
sambil melompat maju sejauh lima depa, bentaknya keras-
keras.
"Sambutlah sebuah pukulanku lagi ...."
Belum habis berkata, sepasang telapak tangannya telah
didorong keluar bersama sama..
Segulung angin pukulan yang amat dahsyat langsung
menggulung tubuh Lam hay lo koay yang baru saja berhasil
berdiri tegak.
Lam hay lo koay betul-betul sangat terkejut. dia sama
sekali tak menyangka kalau hawa murni yang dimiliki Lan
See giok dapat pulih kembali sedemikian cepatnya.
Dalam kagetnya, sekali lagi ia membentak keras,
sepasang telapak tangannya bersama sama didorong ke
muka untuk menyongsong datangnya ancaman lawan.
"Blaaammmm ..
Benturan keras menggema diikuti batu dan pasir yang
beterbangan, Lam hay-lo koay mundur terus ke belakang
dengan sempoyongan meski sepasang tangannya masih
diputar terus.
Sebaliknya kaki kanan Lan See giok mundur setengah
langkah saja, kemudian ia mendesak lagi ke depan.
Biarpun dia maju dengan langkah lembut. wajahnya
hijau membesi diliputi hawa napsu membunuh, hawa Sakti
http://kangzusi.com/
Hud kong sinkang telah dihimpun dalam lengannya,
gejolak hawa murni yang menggelora dalam pusar nya
membuat pemuda itu melakukan gerakan mendekati
setengah kalap ....
Tapi dalam hatinya dia selalu ingat baik-baik perkataan
Huan Giok lien tadi, yaitu selain tiga manusia aneh dan
siau sumoay nya. orang lain tak akan tahu dimana guru nya
To Seng cu disekap.
Maka sambil mendesak maju ke depan, dia tatap wajah
Lam hay lokoay yang pucat pias itu lekat-lekat. kemudian
serunya dengan penuh rasa geram.
"Dulu, gara-gara kedatanganmu, kau telah menipu suhu
turun gunung dan berkunjung ke pulau Wan san. satu tahun
lamanya tanpa kabar berita. sekarang cepat kau katakan
dimanakah suhuku kalian sekap, kalau tidak ..... Hmmmm.
. . . " Waktu itu Lam hay lo koay tak mampu berdiri tegak
dan nyaris jatuh tertunduk ke atas tanah, mendengar
perkataan itu, dia lantas mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram:
Suara tertawanya amat mengerikan dan penuh diliputi
kesedihan yang luar biasa, nada suaranya tak jauh berbeda
seperti suara tertawa Si to cinjin sebelum menemui ajalnya
tadi.
Kemudian sambil menatap wajah Lan See giok yang
hijau membesi, ia berseru dengan penuh kebencian:
"Bocah keparat, dalam hidupmu kali ini, jangan harap
kau dapat bersua lagi dengan Cia Keng si anjing tua itu..."
Baru berbicara sampai di situ. Lan See giok sudah
mendesak maju ke depan sambil membentak keras,
sepasang telapak tangan-nya yang telah disertai tenaga Hud-
http://kangzusi.com/
kong sinkang. langsung dihantamkan ke depan dada
makhluk tua itu.
Tenaga dalam yang dimiliki Lan See-giok sekarang, pada
hakekatnya masih lebih tinggi daripada gurunya sendiri,
bisa di bayangkan betapa dahsyatnya serangan yang
dilancarkan dengan segenap kekuatan yang dimiliki-nya itu.
Begitu sepasang telapak tangannya di dorong ke depan
gejolak hawa murni di dalam pusarnya mengikuti tenaga
Hud kong sinkang yang penuh, serta merta meluncur keluar
dari balik tangannya.
Segumpal kabut putih yang lamat-lamat disertai kilauan
cahaya tajam dengan membawa suara ledakan yang keras
menghantam ke tubuh musuh.
"Blaaammmm...."
Ditengah ledakan keras, batu dan pasir beterbangan
diangkasa. diantaranya terselip juga hancuran daging dan
darah..
Lam hay lokoay si manusia iblis yang telah membunuh
orang tanpa berkedip, kini telah menyusul Si to cinjin
kembali ke alam baka dan tak pernah akan mampu melaku-
kan kejahatan lagi.
Kawanan laki perempuan yang berdiri di kejauhan sana.
entah semenjak kapan telah mengundurkan diri sejauh
puluhan kaki dari posisi semula. wajah mereka memucat
nyali mereka pecah. rasa kaget dan terkesiap menyelimuti
perasaan setiap orang.
Sesudah berhasil membunuh Lam hay lo koay,
tampaknya amarah yang berkobar dalam dada Lan See giok
belum juga mereda, dia berpaling. dilihatnya Siau cian dan
Cay soat masih bertarung sengit melawan Wan san popo,
http://kangzusi.com/
bahkan dengan jelas dia melihat kalau tenaga dalam yang
dimiliki Cay soat sudah tidak mampu menghadapi keadaan.
Maka dengan suara yang keras dia mem-bentak,
"Kalian berdua segera minggir---"
Didalam bentakan tersebut dia melepaskan senjata gurdi
emasnya yang melilit di pinggang dengan sebuah sentakan
cepat. di antara cahaya emas yang berkilauan, senjata
tersebut tahu-tahu sudah disiapkan.
Bersamaan waktunya, Cay soat dan Siau cian segera
mengundurkan diri sejauh dua kaki dari tempat semula,
Wan san popo sudah melihat dengan jelas akan
kehebatan dari ilmu pedang Tong-kong-kiam hoat. dia
hanya bisa bertahan tak mampu melepaskan serangan
balasan. bila ingin meraih kemenangan maka ia harus
bertempur sampai lama hingga tenaga dalam yang mereka
miliki mulai tak sanggup menahan diri, ia baru manfaatkan
kesempatan tersebut untuk melancarkan serangan.
Siapa tahu pada saat itulah terdengar bentakan keras
menggelegar diangkasa, cahaya tujuh warna segera lenyap
dan kedua orang gadis Itu mundur dari arena.
Dihadapannya kini berdiri si pemuda berbaju biru
dengan hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya. dia membawa sebuah senjata lunak berbentuk
gurdi yang aneh sekali.
Melihat benda itu, mencorong sinar terang dari balik
mata Wan san popo. dia segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terge-lak:
"Haahhh... hahhh... haahhhh.... aku mengira siapa,
rupanya kau adalah anjing kecil anak si gurdi emas peluru
perak Lan Khong tay, tempo hari andaikata aku tidak
http://kangzusi.com/
berbaik hati dengan melepaskan selembar nyawa anjing Lan
Khong tay. malam ini mana mungkin kau Lan See giok si
bocah keparat dapat munculkan diri?"
Dengan senjata terhunus selangkah demi selangkah Lan
See giok mendesak maju ke muka, mendengar perkataan
tersebut ia segera berkerut kening, kemudian tegurnya.
"Kau bilang dimasa lalu kau pernah menyelamatkan
selembar jiwa ayahku?"
Hu yong siancu tahu bahwa Lan See giok adalah seorang
pemuda yang berperasaan, andaikata Wan san popo pernah
menolong jiwa ayahnya, maka dia pasti tak akan bertindak
secara kelewat batas terhadap nenek iblis tersebut.
Tahu akan maksud lawan, dengan suara dalam toh ia
segera berseru keras.
"Anak Giok. kau jangan percaya dengan ocehannya itu,
selama hidup dia hanya tahu membunuh orang dan belum
pernah mengerti bagaimana caranya menolong orang.."
Belum selesai upacara tersebut diutarakan sekali lagi
Wan san popo telah tertawa tergelak dengan suara yang
tinggi melengking.
Haaaahh... haahhh.... Haaahhh.... benar, selama hidup
belum pernah kubiarkan korbanku tetap berada dalam
keadaan hidup. tidak terkecuali pula pada malam ini ........
Lan See giok menjadi amat gusar, kening nya berkerut
lalu bentaknya keras-keras.
"Malam ini, kaupun jangan harap bisa lolos dari
kematian dalam keadaan mengerikan. "
Begitu selesai berkata ia lantas menerjang ke muka,
senjata gurdi emasnya digetarkan menciptakan selapis
cahaya keemasan yang menyilaukan mata, dengan
http://kangzusi.com/
kecepatan luar biasa cahaya itu mengurung seluruh badan
Wan-san popo,
Saat ini Wan san popo sudah mengetahui secara pasti
bahwa tenaga dalam yang di miliki Lan See giok sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa, sementara
pembicaraan masih berlangsung tadi, secara diam-diam
hawa murninya telah dihimpun menjadi satu.
Diiringi gelak tertawa yang menyeramkan. toya bajanya
langsung menyapu ke depan diiringi desingan suara yang
sangat meme-kikkan telinga.
Lan See giok tertawa dingin, tubuhnya melambung di
tengah udara sementara gurdi emasnya diayunkan ke
bawah untuk melilit toya baja lawan bagaikan seutas tali.
Cahaya emas berkelebat lewat dan segera membelenggu
toya baja musuh.
Tubuh Lan See giok yang masih di udara dengan cepat
berubah diri dalam posisi kepala di bawah kaki diatas,
Mengikuti gerak toya dia berputar setengah lingkaran,
kemu-dian sambil membentak keras ujung baju kirinya
dikebaskan ke depan kuat-kuat.
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung
menyerang wajah Wan san popo.
Tak terlukiskan rasa terkejut Wan San popo menghadapi
ancaman seperti ini, agaknya dia tak mengira datangnya
ancaman seperti tersebut, untuk menghindar sudah tak
sempat lagi, sedang membuang badan pun sudah terlambat,
satu satunya jalan tinggal melepaskan toya untuk
menyelamatkan diri...
Dalam gelisah dan cemasnya, tangan kiri menggenggam
toyanya kencang-kencang, sementara telapak tangan
http://kangzusi.com/
kanannya diayunkan ke depan untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut.
Blaaamm…!"
Ditengah benturan keras, Lan See giok manfaatkan
tenaga pantulan yang timbul akibat benturan tersebut untuk
meluncur ke bawah dalam bentakan yang keras, tangan
kanannya digetarkan keras-keras.
Tidak ampun lagi toya baja yang berada dalam
genggeman Wan san popo telah terlepas dari cekalan Wan
san popo menjerit kaget, tubuhnya cepat-cepat mundur
sejauh lima kaki lebih,
Dengan gurdi emas terhunus Lan See giok siap sedia
melakukan pengejaran, tapi Hu yong siancu telah berseru
tiba-tiba.
"Anak Giok. berhenti!"
Ditengah bentakan tersebut, Hu yong siancu segera
terjun ke dalam arena dengan kecepatan luar biasa.
Baru saja Lan See giok berdiri tegak, Hu yong siancu
telah memberi hormat kepada Wan San popo sambil
berkata.
"Cianpwe, harap kau sudi memaklumi perangai anak
Giok yang terlalu menguatirkan keselamatan gurunya,
sehingga dia telah turun tangan secara gegabah, kuharap
popo sudi memaafkan, mohon sudilah kiranya popo
menunjukkan dimanakah To Seng-cu locianpwe disekap,
agar boanpwe sekalian dapat pergi menjumpainya."
Mendengar perkataan ini sekali lagi Wan san popo
mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram. dibalik
suara tertawa itu terkandung nada sedih yang tak kalah
http://kangzusi.com/
dengan kepedihan hati Si to cinjin maupun Lam hay lo
koay.
Tampaknya rombongan laki perempuan yang berada
puluhan kaki dari arena tersebut sudah mulai memahami
maksud kedatangan Lan See giok sekalian, kembali mereka
mendesak maju ke depan, wajah mereka ada yang diliputi
perasaan takut dan kaget. tapi ada pula yang diliputi
kemarahan.
Yang membuat mereka kaget dan takut adalah
kemampuan si anak muda berbaju biru itu, di samping
mampu membunuh Lam hay lo koay. diapun berhasil
mengalahkan Wan san popo
Yang membuat mereka gusar atau murung adalah rasa
kuatir mereka atas kehadiran Hu yong siancu dan naga
sakti pembalik sungai sebagai guru anak-anak muda
tersebut, kalau muridnya saja sudah begini hebat,
bagaimana pula dengan guru mereka?
Dalam pada itu, Wan San popo telah menghentikan
gelak tertawanya, lalu serunya dengan perasaan benci:
"Cia Keng menganggap dirinya agung dan suci, enggan
mengotori diri dengan pertarungan melawan kami, dia lebih
suka berdiam di pulau Ang sik to selama satu tahun lebih,
apakah dia masih hidup hingga kini aku tak tahu, lebih baik
kalian pergi mencarinya sendiri ....,."
Lan See giok, Cay soat serta Siau thi gou yang
mendengar perkataan tersebut, dalam hatinya merasa amat
sedih bagaikan disayat sayat dengan pisau, tanpa terasa
serunya dengan air mata bercucuran:-
"Bila suhuku sampai mengalami sesuatu musibah, kau
nenek siluman jangan harap bisa hidup terus..:."
http://kangzusi.com/
Belum selesai ketiga orang itu berbicara sekali lagi Wan
san popo telah tertawa seram:
"Haaahhh... haaahhh...haahhh....tahun lalu aku pernah
berkata kepada Cia Keng, asal apa yang dibilang sebagai
pimpinan dunia persilatan mendatang telah kemari dan
mampu menghadapi seratus jurus ilmu toyaku, maka aku
akan segera mengakhiri hidupku di dunia ini dan tak perlu
kalian repot-repot untuk membereskan diriku lagi ........
Berbicara sampai di sini, telapak tangan kanannya segera
diayunkan untuk menghantam ubun-ubun sendiri:
Hu yong siancu sangat terperanjat, buru-buru teriaknya:
"Popo, tunggu dulu!"
Lan See giok tahu bahwa bibinya belum selesai
berbicara, cepat-cepat dia menyentilkan kelima jari
tangannya ke depan untuk menotok jalan darah Ci ti hiat di
tubuh Wan san popo .......
Sayang sekali keadaan sudah terlambat...
Praaakkk .......
Cairan darah dan isi benak bertebaran kemana mana,
seorang jagoan yang sudah banyak tahun menjagoi dunia
persilatan dan termasyhur sebagai nenek iblis yang suka
membunuh dan kemudian tinggal di pula Wan San selama
puluhan tahun ini telah mengakhiri kehidupannya yang
penuh dengan dosa.
Gi Hui hong serta Huan Giok lien segera berteriak
memanggil gurunya, cepat mereka menubruk ke atas
jenasah Wan san popo.
Sebaliknya Hu yong siancu menghela napas sedih,
setelah memandang sekejap ke arah jenasah Wan san popo
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, dia
http://kangzusi.com/
berpaling ke arah naga sakti pembalik sungai sam-bil
ujarnya:
"Lo enghiong, setengah tahun berselang pernahkah kau
perhatikan pulau Ang sik to tersebut?"
"Sebelah utara kepulauan ini rasanya memang terdapat
puluhan buah pulau berbatu merah," jawab naga sakti
pembalik sungai dengan kening berkerut, "tapi aku tidak
tahu di pulau yang manakah Cia locianpwe disekap, hal ini
perlu kita tanyakan sampai jelas..."
Belum selesai dia berkata, Cay soat telah mendengus
marah sambil berseru:
"sekarang, masih ada siapa lagi yang tak mau
memberitahukan soal ini...."
Hu Yong siancu dan naga sakti pembalik sungai sama-
sama termenung, sementara sorot mata mereka pun,
dialihkan ke wajah Gi-Hui hong yang sedang menangis
mengerang di sisi jenasah gurunya.
Dengan kening berkerut Lan See giok berseru kemudian
dengan suara penuh amarah:
"Kenapa mesti memohon bantuan mereka, biarpun bukit
golok hutan pedang, apa pula yang mesti kita takuti...?"
Belum selesai ia berkata, si bocah perempuan berbaju
hijau yang sedang menangis tersedu itu sudah melompat
bangun, kemudian berteriak keras:
"Percuma kalian pergi ke sana,, Cia lo cianpwe sudah
lama mati kelaparan."
Mendengar jawaban ini, Hu yong siancu sekalian
menjerit kaget dan segera berdiri tertegun.
Dalam pada itu sebagian besar dari kawanan laki
perempuan yang berdiri di luar arena telah mengurung Hu
http://kangzusi.com/
yong siancu sekalian, walaupun wajah mereka dicekam
perasaan sedih dan duka, namun tak seorang pun yang
maju ke depan untuk menangisi jenasah tersebut.
Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa mereka hanya
jago-jago lihay yang ditugaskan untuk menjaga istana Tiang
siu kiong dan sama sekali bukan murid dari ke tiga manusia
aneh tersebut.
Setelah tertegun beberapa saat, Hu yong siancu baru
bertanya dengan gelisah:
"Adik cilik, darimana kau bisa tahu?"
Gi Hui hong merasa amat kalut pikirannya waktu itu, dia
segera menyahut:
"Semula suhu sekalian berjanji akan mengirim beras
setiap bulannya untuk Cia lo cianpwe, tapi selama ini suhu
bertiga tak pernah mengirim orang untuk mewujudkan janji
itu."
Pucat pias selembar wajah Lan See giok sekalian saking
kagetnya, kembali mereka berseru:
"Darimana kau bisa tahu?"
Sambil menuding Wan san popo yang tergeletak di atas
tanah, Gi Hui hong berkata.
“Dua orang kakek dan suhu bertiga, mengajakku untuk
menghantar Cia locianpwe menuju ke pulau tersebut, dalam
perjalanan kembali tiba-tiba saja empek Lam hay dan suhu
membinasakan kedua orang kakek yang kami ajak serta
dalam perjalanan tersebut kemudian mayatnya dibuang ke
dalam laut."
Baru selesai perkataan itu diutarakan, kawanan laki
perempuan yang mengepung sekeliling arena telah menjerit
http://kangzusi.com/
kaget kemudian saling berpandangan dengan penuh tanda
tanya.
Dengan sekujur tubuh gemetar keras, Lan See giok
berkata sambil menahan bencinya:
"Kalau begitu ke tiga manusia aneh sudah berniat untuk
membunuh suhu secara pelan-pelan, nyatanya mereka
benar-benar termasuk manusia berhati bisa yang paling
kejam dan manusia yang paling takkan menepati janji di
dunia ini..:"
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Hu yong
siancu, sambil berusaha mengendalikan rasa sedih dan
gelisahnya, dia menengok bocah perempuan itu, dan
bertanya dengan lembut: "Adik cilik, menurut
pandanganmu, benarkah, tindakan yang telah dilakukan
empek Lam hay mu sekalian"
Dengan pandangan agak takut Gi Hui hong melirik
sekejap ke arah jenasah Wan san popo yang tergeletak di
tanah, jelas dalam hati kecilnya dia sudah merasa tak puas
terhadap segala perbuatan yang telah dilakukan suhu serta
empek Lam hay nya.
Ketika ia mendongakkan kepalanya memandang Hu
yong siancu, air mata telah bercucuran amat deras
membasahi wajah nya, kembali dia berkata:
"Cia locianpwe adalah orang yang amat baik, dalam tiga
hari kehadirannya di sini, dia seringkali memberi petunjuk
ilmu pedang kepadaku..."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
dengan wajah gelisah namun dengan nada lembut kembali
tanyanya:
"Adik cilik, tahukah kau Cia locianpwe berada di pulau
yang mana?"
http://kangzusi.com/
Nona cilik berbaju hijau itu segera mengangguk berulang
kali: "Yaa, aku tahu..."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, mendadak dari
antara rombongan manusia yang berkumpul di sekitar
arena, kedengaran seorang lelaki beralis-mata tebal
mendehem dengan suara dalam.
Mendengar suara deheman tersebut, paras muka si nona
cilik berbaju hijau itu segera berubah hebat, dengan
ketakutan dia menghentikan pembicaraannya dengan cepat.
Lan See giok gusar sekali, sambil mendengus telapak
tangannya diayunkan ke depan sambil melepaskan sebuah
sentilan jari kearah orang tersebut.
Tahu-tahu lelaki beralis mata tebal itu menjerit kesakitan,
sambil menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan ia
roboh terjungkal ke atas tanah, darah segar bercucuran
keluar dengan derasnya dari sela jari-jari tangannya.
Huan Giok lien yang selama ini hanya menangisi
jenasah Wan San popo tanpa mendongakkan kepalanya,
saat ini berpaling dan memandang pula kearah lelaki yang
telah tewas itu sekejap, namun dia tidak memperlihatkan
reaksi apapun, bahkan mengucapkan sepatah katapun tidak
.....
Melihat keadaan demikian ini, Hu yong siancu tahu
bertanya lagi kepada si nona berbaju hijau itupun percuma
sebab bocah itu tak akan berbicara lagi, maka sambil
berpaling ke arah Lan See giok sekalian dia berseru:
"Ayo berangkat, mari kita pergi mencari sendiri!"
ooo0dw0ooo
http://kangzusi.com/
BAB 38
DALAM hati kecilnya Lan See giok benar-benar amat
membenci lelaki beralis mata tebal itu, andaikata tiada
peringatan darinya, nona cilik berbaju hijau itu niscaya
sudah mengatakan semuanya kepada mereka.
Sementara itu Hu yong siancu berpendapat andaikata
mereka gagal menemukan pulau batu merah yang
digunakan untuk menyekap To Seng cu, bisa jadi mereka
akan datang kembali untuk minta pertolongan Gi Hui hong,
maka dengan ramah ditatapnya Huan Giok lien serta Gi
Hui hong, kemudian ujar nya:
"Nona Lien, adik cilik, selamat tinggal jika kebetulan
datang ke daratan Tionggoan, silahkan mampir ke rumahku
di tepi telaga Phoa yang"
Huan Giok lien dan Gi Hui hong tak bisa berkata apa-
apa, mereka segera bangkit berdiri dan mengangguk
berulang kali:
Maka Hu yong siancu dan Lan See giok sekalian segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan
meluncur ke arah mana mereka datang semula.
Perasaan mereka berenam waktu itu sangat berat,
mereka tak menyangka sama sekali kalau tiga manusia aneh
dari luar lautan adalah manusia-manusia busuk yang ingkar
janji.
Kini mereka sudah mati semua, tapi di dibandingkan
dengan dosa yang pernah diperbuat, kematian mereka
sungguh kelewat keenakan ...
Tiba di pantai, mereka berenam segera kembali ke atas
perahu dan didayung oleh Cay soat serta Siau cian, mereka
berangkat kembali menuju ke perahu keraton.
http://kangzusi.com/
Waktu itu fajar telah mulai menyingsing, saat semacam
ini merupakan saat air laut sedang pasang, angin berhembus
kencang dan ombak menggulung amat besar, sampan
tersebut segera oleng dan goncang hebat.
Sambil menghela napas panjang Naga sakti pembalik
sungai segera berkata memecahkan keheningan:
"Tampaknya Cia locianpwe lebih banyak terancam
bahaya daripada selamat."
Mendengar perkataan ini, Lan See giok, Cay soat dan
Siau thi gou tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, mereka
sama-sama menangis sedih.
Walaupun Hu yong siancupun berperasaan demikian,
tapi ia toh menghibur juga:
"Tenaga dalam yang dimiliki Cia locianpwe amat
sempurna, biarpun saban bulan cuma minum air dan
makan buah liar, ia masih sanggup untuk melanjutkan
hidupnya, malah kadangkala bila ia sedang bersemedi,
maka selama berbulan bulan lamanya dia tak pernah
makan, sekalipun dalam setahun ini ke tiga manusia aneh
tersebut tak pernah mengirim makanan, aku pikir dengan
kemampuan yang dimiliki Cia locianpwe, hidup selamat
selama setahun pasti bukan masalah baginya."
Naga sakti pembalik sungai merasa perkataan ini ada
benarnya juga, ia segera manggut-manggut berulang kali.
Tiba kembali di perahu keraton, ke enam orang itu
segera melompat naik ke atas kapal dan memerintahkan
kepada ke empat komandan agar mengumpulkan segenap
kapal perang di lautan sebelah timur laut, kemudian perahu
keraton pun segera berlayar.
http://kangzusi.com/
Ketika Hu yong siancu sekalian masuk kembali ke dalam
ruangan, para dayang telah mempersiapkan sarapan yang
amat lezat.
Dari luar perahu kedengaran suara bentakan-bentakan
nyaring disusul jangkar dan layar dinaikkan, pelan-pelan
kapal besar itu mulai bergerak.
Dari kejauhan sana kedengaran suara terompet
dibunyikan orang, kemudian segenap kapal perang mulai
bergerak menuju ke utara .......
Hu yong siancu dan Lan See giok sekalian buru-buru
bersantap, kemudian mereka mengambil peta laut dan
mulai meneliti posisi dari kepulauan yang terletak di
sebelah timur laut.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat ke enam
orang itu jadi tertegun, sebab di situ tercantum ada sembilan
belas buah pulau di timur laut yang berbatu merah, air yang
mengalir di situ berwarna hitam, tanahnya gundul dan
gersang, tiada burung tiada tumbuhan bahkan udang dan
ikanpun tak ada, menurut catatan arus yang beredar di situ
amat deras sehingga mengancam ke selamatan setiap
pelayaran....
Selesai melihat hal ini, dengan gelisah Lan See giok
segera berseru.
"Bagaimana baiknya sekarang ....?"
Pelan-pelan Hu yong siancu meletakkan kembali peta
laut itu ke meja, kemudian menjawab.
"Yang penting bagi kita sekarang adalah meninjau dulu
keadaan situasinya, kemudian baru mengambil keputusan,"
Selesai berkata dia lantas bangkit berdiri dan menuju
keluar ruangan diikuti yang lain.
http://kangzusi.com/
Waktu itu matahari sudah terbit, cahaya keemas emasan
memancar di seluruh ang-kasa sinar keemas emasan
memancar di samudra luas memantulkan cahaya yang
menyilaukan mata.
Tiga buah layar telah dinaikkan pada perahu tersebut,
gerakan kapalpun makin cepat, dikejauhan sana nampak
semua kapal perang sedang berkumpul.
Nun jauh di depan sana mereka pun menyaksikan
belasan buah pulau kecil tersebar di balik lautan, di bawah
pantulan cahaya matahari, pulau-pulau tersebut kelihatan
seperti kobaran api yang sedang membara.
Jam tujuh sudah lewat, sinar keemas emasan di
permukaan laut telah mereda, ratusan buah kapal perang
dari Wi lim poo dengan posisi huruf delapan mulai bergerak
ke depan lalu mengurung ke sembilan belas pulau batu
merah itu.
Keadaan di sekitar pulau ini memang kelihatan aneh, air
laut yang berwarna hijau dengan buih putih, ternyata
berubah menjadi hitam ketika mengalir lewat sisi pulau
tersebut, semakin ke arah timur laut, air tersebut berubah
semakin gelap dan kental, barulah setelah melalui
kepulauan tadi, air laut kembali berubah menjadi hijau.
Yang lebih hebat lagi adalah keadaan dari ke sembilan
belas buah pulau itu, semuanya gundul dan gersang, tiada
tumbuhan tiada pepohonan, apalagi burung yang beterba-
ngan.
Dari setiap pulau yang tersebut, diantara nya terdapat
sebuah pulau batu merah yang panjangnya mencapai tiga li
dengan lebar setengah li.
http://kangzusi.com/
Perahu keraton membuang sauh, setengah li dari jarak
kepulauan batu merah, ke empat komandan kapal segera
berdatangan semua dengan menggunakan sampan kecil.`
Ketika mereka berempat menyaksikan Lan See giok
sekalian berdiri dengan kening berkerut dan wajah sedih.
maka setelah memberi hormat mereka hanya berdiri di sisi
arena tanpa banyak berbicara.
Menggunakan kesempatan tersebut, si naga Sakti
pembalik sungai segera menyampaikan kisah pengalaman
mereka dalam bertarung melawan tiga manusia aneh
tersebut.
Ketika empat orang komandan tersebut mendengar kalau
tiga manusia aneh dari luar lautan telah tewas semua, paras
muka mereka segera berubah hebat.
Kemudian naga Sakti pembalik sungai menjelaskan pula
bahwa To Seng cu telah disekap ke tiga manusia aneh itu di
dalam pulau batu merah yang terdiri dari sembilan belas
buah tersebut, Sekalian dia menjelaskan pula keadaan
kepulauan tersebut.
Akhirnya dengan nada memohon ia bertanya:
"Dengan pengalaman kalian berempat selama banyak
tahun diatas air, berdasarkan keterangan yang kuucapkan
barusan, dengan cara apakah kami harus mendarat di pulau
batu merah itu?"
Ke empat orang komandan itu segera berkerut kening,
kemudian komandan Ciang dari pasukan naga perkasa
bertanya dengan tidak mengerti.
"Pulau manakah yang harus kita periksa dulu?".
"Kita periksa dulu pulau yang terbesar" sela Lan See giok
segera.
http://kangzusi.com/
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang hitam
segera menyahut dengan suara keras.
"Itu mah gampang sekali, kita berlayar dulu sampai di
sisi arus laut yang sangat deras di luar pulau tersebut
kemudian kita lepaskan sebuah sampan kosong sebagai
percobaan, kemudian kita baru mendaratkan orang dengan
mempergunakan sampan kecil...
Mendengar keterangan itu, semua orang segera manggut-
manggut dan merasa bahwa cara tersebut memang
merupakan cara yang paling baik.
Dari atas puluhan buah kapal besar, ke empat komandan
Itu segera memilih enam orang ahli memegang kemudi
untuk turut berlayar, kemudian menurunkan pula enam
buah sampan kecil.
Maka kapal keratonpun pelan-pelan bergerak menuju ke
luar arus laut yang amat deras itu.
Waktu itu, meski ombak amat besar namun angin sudah
lebih lembut, dari kejauhan memandang, arus laut yang
amat deras di barat daya itu kelihatan memanjang bagai-
kan sebuah jalan raya yang lebar.
Akhirnya kapal keraton itu membuang sauh pada jarak
belasan kaki dari arus laut tersebut, Hu yong siancu sekalian
masih saja berdiri di ujung geladak dengan kening berkerut,
mereka mengawasi pulau besar di depan situ dengan
perasaan kalut.
Tak lama kemudian enam buah sampan telah meluncur
ke depan, mula-mula mereka melepaskan dulu dua buah
sampan kosong menuju ke area arus laut yang deras tadi,
kemudian mendorongnya ke depan, Oleh dorongan dari
kedua lelaki kekar di sampan lain, sampan tersebut segera
meluncur ke arah arus laut yang amat deras tadi.. Hingga
http://kangzusi.com/
mencapai sisi arus laut yang deras itu, sampan tadi masih
bergerak tidak terlampau cepat, tapi lambat laun
gerakannya semakin bertambah cepat dan akhirnya
bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya sampan
itu meluncur kearah gulungan ombak berwarna hitam
tersebut.
"Blaaammm!" Diiringi benturan keras, sampan tersebut
sudah dilemparkan ombak ke udara dan hancur berantakan.
Hu yong siancu sekalian segera berkerut kening setelah
menyaksikan kejadian ini, sedangkan ke enam lelaki yang
bertugas sama-sama berubah wajahnya.
Sebaliknya komandan Nyoo segera mendelik kearah ke
enam orang lelaki kekar itu sambil membentak marah:
"Manusia yang tak berguna, para pelaut dari Wan san
mampu mendayung sampan mendekati pulau tersebut,
apakah kalian sama sekali tidak berkemampuan? Jangan
lupa, kalian adalah pendayung-pendayung andalan dari Wi
lim Poo."
Oleh bentakan tersebut, ke enam orang le-laki kekar itu
memperoleh kembali keberanian mereka, rasa takut dan
ngeri yang semula mencekam perasaan, kini sudah hilang
lenyap tak berbekas.
Melihat bentakannya berhasil memulihkan kembali
semangat anak buahnya, komandan Nyoo segera berteriak
lagi: "Tio Ji hay, kau maju lebih dulu!"
Sampan kecil yang berada ditengah dengan seorang
lelaki kekar di atasnya segera menyahut, dengan memegang
kencang sepasang dayungnya dia siap untuk berangkat,
namun keraguan sempat menghiasi wajahnya ...
Dengan suara lantang Komandan Nyoo berteriak:
http://kangzusi.com/
`Bila bertemu ombak miringkan sampan, bertemu karang
putar kemudi, bila merasa terseret arus laut, putarkan badan
dengan kencang Tio Ji hay, jangan lupa, segenap saudara
yang berada di atas kapal sedang memperhatikan dirimu
dari kejauhan."
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan sampan kecil
Tio Ji hay telah meluncur ke arah depan....
Lan See giok sekalian membelalakkan matanya lebar-
lebar sambil mengawasi sampan kecil yang dikemudikan
Tio Ji hay itu tanpa berkedip.
Sementara itu sampan telah melesat ke depan dengan
cepat, Tio Ji hay segera mengencangkan genggamannya
pada dayung tutup mulutnya rapat-rapat dan mengawasi
kepulauan di hadapannya dengan mata melotot besar.
Tatkala mendekati gelombang laut berwar-na hitam itu
mendadak sampan meluncur ke depan dengan kecepatan
makin tinggi, dan secepat kilat meluncur ke balik gulungan
ombak hitam tersebut.
Hu yong siancu dan Lan See giok sekalian segera
mengepal tinju masing-masing dengan kencang, peluh
dingin membasahi tubuh setiap orang hampir semuanya
menguatirkan keselamatan jiwa Tio Ji hay tersebut.....
Dalam pada itu, sampan kecil Tio Ji hay telah mulai
menerobos karang-karang tajam itu sambil meluncur terus
ke depan sana, dalam waktu singkat dia telah berhasil
melampaui empat buah pulau karang yang amat berbahaya,
asal maju seratus kaki lagi maka dia akan tiba di pulau batu
merah.
Mendadak diantara gulungan-gulungan ombak, muncul
pula segulung ombak raksasa yang segera menyapu sampan
Tio Ji hay.
http://kangzusi.com/
Semua orang yang menyaksikan peristiwa tersebut
menjadi terperanjat, paras muka mereka berubah hebat,
hampir semuanya menjerit kaget.
Ketika ombak raksasa itu menyapu tiba, sampan Tio Ji
hay segera terhisap sehingga meluncur ke depan dengan
kecepatan yang sukar dikendalikan lagi.
Dengan hati gelisah naga sakti pembalik sungai segera
menghimpun tenaga dalamnya dan berteriak keras.
"Lurus ke kiri putar ke kanan, miringkan posisi kapal ke
arah kanan..."
Sayang sekali sebelum teriakan itu di laksanakan, kapal
kecil itu sudah terlempar ke atas sebuah pulau karang...
"Blaammm .... "
Sampan tersebut hancur berantakan seketika, sedang
bayangan tubuh Tio Ji hay hilang lenyap tak berbekas.
Peristiwa ini berlangsung amat cepat, semua orang sama-
sama terbelalak dengan perasaan amat sedih, Siau cian dari
Cay soat pun merasa pedih sekali atas nasib tragis yang
telah menimpa Tio Ji hay, tanrpa terasa titik air mata jatuh
bercucuran.
Di pihak lain, Komandan Nyoo telah menengok sekejap
ke arah lima orang lelaki kekar di belakangnya, kemudian ia
berseru:
"Thio Lip heng..."
Seseorang menyahut dengan keras, kemudian sebuah
sampan meluncur kembali ke arah arus laut yang sangat
deras itu.
Lan See giok segera berkerut kening, mendadak
bentaknya dengan suara keras:
http://kangzusi.com/
"Kembali!"
Mendengar perintah ini, Thio Lip heng. segera memutar
kemudi dan mendayung kembali sampan tersebut,
Seruan ini tibanya sangat mendadak, serta merta ke
empat komandan kapal menengok ke arah Lan See giok
dengan pandangan ti-dak habis mengerti.
Dengan suara dalam Lan See giok segera berseru:
"Tio Ji hay tadi bukannya tak sempurna dalam ilmu
kemudi perahu, melainkan tenaga dalamnya tak sempurna
sehingga kekuatannya untuk mengendalikan kemudi tak
sesuai dengan kehendak hati."
Hu Yong siancu serta naga sakti pembalik sungai
serentak manggut-manggut membenarkan.
Dengan kening berkerut komandan Nyoo lantas berseru:
"Kalau memang begitu, biar hamba saja yang mencoba
sendiri.."
Sambil berkata dia melepaskan senjata andalannya dan
diletakkan di atas kapal.
"Tunggu dulu," tiba-tiba naga sakti pembalik sungai
mencegah, "lebih baik biar aku saja yang pergi mencoba.”
Hu Yong siancu juga merasa kalau Naga sakti pembalik
sungai yang lebih tepat untuk mencoba, bukan saja tenaga
dalam yang di-milikinya amat sempurna, diapun sangat
pandai dalam mengendalikan sampan, karena itu dia
mengangguk menyatakan per-setujuannya:
"Yaa, memang paling baik jika Thio lo eng-hiong yang
pergi mencoba sendiri...",
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan See
giok, serunya kemudian:-
http://kangzusi.com/
"Bibi, setelah pelajaran dari musibah yang menimpa Tio
Ji hay, aku yakin dengan tenaga dalam serta pengalaman
yang dimiliki Thio Loko, kami pasti akan berhasil mencapai
tempat tujuan, karenanya anak Giok ingin pergi bersama
sama Thio loko."
Hu yong siancu ragu sejenak, akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah, cuma kau mesti berhati hati!"
Siau cian dan Cay soat yang mendengar ucapan tersebut,
wajahnya berubah sangat hebat, mereka meminta agar
diijinkan untuk turut serta, demikian pula dengan Siau thi
gou.
Hu yong siancu tahu, bukan saja mereka menguatirkan
keselamatan jiwa To Seng cu, yang pasti mereka lebih
menguatirkan keselamatan jiwa Lan See giok, akan tetapi
tanpa ragu permintaan mereka bertiga segera di-tampik.
Sebab menurut rencananya, apabila naga Sakti pembalik
sungai serta Lan See giok mengalami kegagalan dan
tenggelam ke laut, maka dia dan Siau cian akan mencoba
sekali lagi.
Dalam pada itu, Lan See giok dan naga sakti pembalik
sungai telah melayang turun ke atas sebuah sampan.
Lan See giok duduk bersila ditengah sampan dengan
memegang dayung kiri dan kanan, sebaliknya naga sakti
pembalik sungai duduk di buritan dengan mengendalikan
kemudi, dalam sebuah hentakkan keras, sampan meluncur
ke depan dengan cepat.
Ketika memasuki daerah arus laut yang deras, sampan
tersebut segera meluncur dengan kecepatan tinggi ....
Lan See giok mengawasi gulungan ombak hitam berapa
puluh kaki di depan sana, kemudian serunya tiba-tiba
http://kangzusi.com/
Kepada naga sakti pembalik sungai yang berada
belakangnya: "Thio loko, kau gunakan tenagamu untuk
mendayung, sedang siaute akan melepaskan pukulan untuk
mendorong ke depan, coba kita lihat apakah dengan cara ini
kecepatan luncur sampan dapat dikurangi."
Naga Sakti pembalik sungai segera memberi
persetujuannya, dengan cepat dia melaksanakan apa yang
diucapkan pemuda tadi, sementara Lan See giok
melontarkan pukulannya ke depan. Di tengah percikan
bunga air yang memancar ke tengah udara daya luncur
sampan itu segera terhambat dan menjadi jauh lebih lambat
......
Menyaksikan kejadian ini, semua orang yang berada
diatas kapal keraton maupun kapal perang lainnya sama
lama bersuara memuji.
Hu yong siancu, Cay soat dan Siau cian sekalian yang
melihat kejadian ini, tanpa terasa mereka sama-sama
mengendorkan pikiran yang dicekam ketegangan.
Ketika Lan See giok dan naga Sakti pembalik sungai
menarik kembali tenaga dalam mereka, sampan tersebut
meluncur kembali ke depan dengan kecepatan tinggi:
"Srreet...l" sampan itu terlempar ke udara dan kemudian
jatuh kembali ke bawah.
Dengan disertai goncangan yang luar biasa sampan itu
terombang ambing diantara permainan ombak dahsyat di
sela-sela batu karang, keadaannya berbahaya sekali.
Untung saja Naga sakti pembalik sungai amat pandai
mengendalikan sampan, di tambah pula Lan See giok
menggunakan tenaga dalamnya untuk menghambat
kecepatan kapal, karenanya bagian yang paling berbahaya
berhasil mereka lalui.
http://kangzusi.com/
Pulau batu merah yang berada di depan sana, makin
lama semakin mendekat ....
Lan See giok merasa pulau itu merah membara seperti
api, sedang sekelilingnya merupakan tebing karang yang
curam dan amat tajam, gulungan air laut dan arus yang
deras makin lama semakin menghebat ......
Sampan kecil yang sedang meluncur ke muka bagaikan
terbang itu mendadak membuat belokan tajam sehingga
menyongsong datangnya segulung ombak yang maha
dahsyat...
Mendadak dari belakang bergema suara bentakan keras.
"Naik..."
Di tengah bentakan, sampan kembali membuat belokan
tajam menyusul kemudian, meluncur ke depan dengan
mengambil posisi sejajar dengan pantai...
Lan See giok tak berani berayal lagi, mendengar seruan
mana sepasang telapak tangan nya ditekan ke atas sampan
lalu tubuhnya melejit ke tengah udara dan melayang ke atas
sebuah tebing batu merah di pantai pulau tersebut.
Mendadak terdengar Naga sakti pembalik sungai
berteriak lagi dengan suara keras.
"Gunakan pekikan panjang sebagai tanda, nanti aku
datang menjemputmu lagi..."
Lan See giok mengebaskan ujung bajunya dan melayang
turun ke atas tebing yang lain.
Menanti dia berpaling kembali sampan yang
dikendalikan naga sakti Pembalik sungai telah meluncur ke
lautan sebelah timur laut dengan kecepatan bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya dalam sekejap mata dia
sudah berada dalam enam puluh kaki dari posisi semula.
http://kangzusi.com/
Memandang pula ke tempat kejauhan sana tampak
ratusan buah perahu berkumpul di antara kepulauan yang
menyebar sepanjang ujung langit, Siau cian, Cay soat dan
Siau thi gou yang berada di atas kapal keraton sedang
menggapai ke arahnya.
Keberhasilannya tiba di pulau batu merah membuat
pemuda tersebut selain bersyukur dan gembira, diapun
gelisah, tak tenang di samping sedih dan takut.
Ia merasa keberhasilannya mencapai pulau batu merah
merupakan suatu pekerjaan yang sangat tidak mudah, tapi
diapun tidak tahu apakah gurunya masih hidup di dunia ini
atau bagaimana caranya ia menemukan orang tua tersebut.
Maka setelah balas mengulapkan tangan ke arah Siau
cian sekalian, dia membalikkan badan dan berlarian menuju
ke tengah pulau.
Sepanjang jalan dia merasa bahwa pulau batu merah
memang berbentuk sangat aneh, daerah seluas berapa li itu
tidak ditumbuhi sama sekali oleh pepohonan ataupun
rumput, segala sesuatunya hanya terdiri dari batuan
berwarna merah menyala.
Setelah bergerak maju lagi ke depan, ia menangkap suara
deburan ombak yang memekikkan telinga, dengan perasaan
terkejut Lan See giok segera menghentikan langkah-nya
sambil memasang telinga dengan seksama, dia merasa suara
itu seperti bukan berasal dari lautan, melainkan datang dari
tengah pulau ini.
Maka dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
dia bergerak menuju ke arah mana berasalnya suara tadi.
Ketika tiba di bagian pulau yang paling tinggi, ia
saksikan setengah li di depan sana seperti terdapat sebuah
http://kangzusi.com/
lembah bukit yang besar, dari sanalah deburan ombak yang
amat besar itu berasal.
Setelah mendekati tempat tadi, dia baru tahu bahwa
tempat tersebut merupakan sebuah telaga yang besar
dengan air berwarna hitam yang menggulung gulung,
tampaknya saja seperti mau meluap dan menggenangi
permukaan pulau.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian ini, seandainya air hitam tersebut benar-benar
meluap, niscaya diapun akan terseret ke dalam samudra
luas, Lan See giok tak ingin menyaksikan keadaan yang
mengerikan itu lebih jauh, dengan cepat pemuda itu
bergerak menuju kearah utara, dia berharap bisa
menemukan tempat yang berpepohonan.
Tapi, biarpun sebagian besar pulau tersebut telah
dijelajahi, namun tak sepotong tumbuhanpun yang
ditemukan.
Melihat kejadian seperti ini, membayang kan pula kalau
suhunya sudah satu tahun tidak diberi kiriman rangsum,
pemuda ini semakin pesimis atas keselamatan gurunya,
teringat akan hal yang memedihkan hatinya, tak kuasa lagi
pemuda itu menangis tersedu sambil berseru:
"Suhu...oooh suhu....anak Giok datang.
menjemputmu...."
Tapi selain suara deburan ombak yang mengerikan itu,
tiada kedengaran suara lain diatas pulau tersebut.
Mendadak ....
Suara helaan napas panjang yang entah darimana
datangnya lamat-lamat bergema di udara, Lan See giok
amat terperanjat, tanpa terasa dia membelalakkan matanya
http://kangzusi.com/
lebar-lebar sambil mendengarkan dengan seksama, namun
suara tersebut tidak kedengaran lagi.
Diam-diam pemuda tersebut berseru keheranan jangan
lagi helaan napas. Biar daun yang rontok pada jarak
sepuluh kaki pun dia masih dapat membedakan dengan
jelas, apalagi suara helaan napas?
Pemuda itu yakin tak salah mendengar, tanpa terasa
dengan menghimpun tenaga dalamnya ia berseru lagi:
"Suhu, anak Giok datang menjemput kau orang tua..."
Teriakan itu sangat keras dan membumbung sampai ke
balik awan sana rasanya....
Baru selesai dia berteriak. tiba-tiba terdengar seseorang
berseru dengan suara lembut tapi penuh kegembiraan,
"Anak Giok kah di sana?"
Kejut dan gembira melampaui batas seketika membuat
Lan See giok tertegun, helaan napas tersebut tak disangka
menghasilkan seruan yang amat dikenal olehnya, maka
setelah berhasil menguasai diri. dengan perasaan gembira ia
berteriak lagi:
"Suhu, aku disini, aku adalah anak Giok..."
Setelah berkata dengan air mata bercucuran ia berlutut ke
atas tanah, suara yang lembut dan penuh kasih sayang tadi
kembali berkumandang.
"Anak bodoh, selama ini suhumu selalu menunggu
dengan perasaan tenang, apa yang kau tangisi?"
Kali ini Lan See giok dapat mendengar lebih jelas lagi,
suara tersebut memang suara To Seng-cu gurunya yang
paling dicintai. tapi justru karena luapan gembira yang tak
terkirakan, pemuda itu malah menangis se-makin menjadi.
http://kangzusi.com/
Terdengar suara dari To Sing cu kembali bergema.
"Anak Giok janganlah menangis lagi, aku hendak
bertanya kepadamu"
Lan See giok segera berhenti menangis, kemudian
setelah menyeka air mata tanya nya lagi,
"Suhu kau orang tua berada dimana sekarang?"
To Seng-cu tertawa.
"Aku berada didalam gua batu merah, sekarang aku tak
dapat keluar. harus menunggu sampai permukaan air di
telaga pasir hitam mencapai titik surut yang rendah gua
batu merah itu baru akan nampak...!
"Suhu, sampai kapan air tersebut baru akan mencapai
titik surut yang terendah?" tanya pemuda itu tak sabar.
To Seng-cu terdiam sejenak, seperti lagi memeriksa suatu
tanda. setelah itu baru sahut-nya:
"Mungkin harus menunggu setengah jam lagi".
Mendengar kalau masih ada setengah jam, Lain See giok
kelihatan mulai tak sabar, kalau bisa dia ingin secepatnya
menyaksikan senyum ramah dari gurunya, maka dengan
gelisah dia bertanya lagi.
"Suhu, tempatmu berada sekarang terletak dibagian
mana? Dapatkah anak Giok mencarinya?"
"Anak Giok, apakah kau sudah melihat sebuah batu
merah darah yang berbentuk runcing dan tingginya dua
kaki?"
Lan See-giok menengok kearah yang dimaksud dan
sepasang matanya segera bersinar tajam, benar juga,
setengah li di barat daya terdapat sebuah tebing tinggi yang
http://kangzusi.com/
ber-bentuk sebuah runcingan batu berwarna merah darah,
dengan gembira ia lantas ber-seru.
"Suhu, anak giok telah menemukannya."
Dengan mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya, dia
segera berangkat menuju ke tebing curam di depan sana.
Ketika mendekati tempat tersebut, dari atas permukaan
batu ia temukan retakan-retakan batu yang luasnya
mencapai setengah depa, hanya sayang bagian bawah amat
gelap sehingga tak terlihat keadaan di bawah sana.
Mendadak terdengar suara To Seng-cu berkumandang
lagi dari balik celah batu.
"Anak Giok, kau sudah sampai?"
"Benar suhu, anak Giok berada disini." jawab Lan See
giok sambil menengok ke arah celah batu,
"Nah duduklah lebih dulu. aku hendak berbicara
denganmu." kata To Seng-cu gembira, Lan See giok
menyahut dan duduk diatas tanah, sementara sepasang
matanya mengawasi celah-celah batu tersebut dengan
harapan bisa melihat gurunya sekarang.
Tapi suasana gelap gulita kecuali bau harum yang
terhembus keluar. sama sekali tidak terlihat sesuatu apapun.
bau harum yang terendus berbeda pula dengan bau harum
dari Leng sik giok ji.
Sementara itu terdengar To Seng-cu telah bertanya lagi
dengan ramah:
"Anak Giok, apakah kau datang bersama sama naga
sakti pembalik sungai?"
"Yaa, masih ada pula bibi Wan, enci Cian adik Soat serta
adik Gou..."
http://kangzusi.com/
To Seng-cu mendehem dengan gembira sekali kemudian
katanya lebih lanjut.
"Sudahkah kalian jumpa Wan san popo bertiga? Apakah
kalian telah bertarung?"
"Kentongan ketiga tengah malam tadi, kami telah bersua
muka dengan mereka bertiga di depan istana Tiang-siu-
kiong, mereka bertiga telah menghabisi nyawa sendiri."
"Aaah..." To Seng-cu berseru kaget, tampaknya kejadian
tersebut sama sekali berada di luar dugaannya, "mengapa
mereka bertiga bunuh diri?"
"Si-to cinjin menderita kekalahan di tangan enci Cian
dan adik soat dengan Ilmu Siang kiam cian hui. Wan san
popo kena di kalahkan oleh anak Giok, sedangkan Lam bay
lo koay beradu pukulan sebanyak empat kali dengan anak
Giok, tapi pada serangan yang terakhir ia tewas oleh
pukulanku"
Lama sekali To Seng-cu membungkam dalam seribu
bahasa, Lan See giok juga tak berani bertanya.,
Sampai berapa waktu kemudian, To Seng-cu baru
berkata lagi.
"Anak Giok, kau sanggup beradu tenaga sebanyak tiga
kali dengan jago Lam hay tersebut. bahkan pada serangan
yang terakhir berhasil membunuhnya, aku rasa didalam
setahun ini kau pasti sudah mendapatkan penemuan aneh
yang lain?"
Buru-buru Lan See giok mengiakan dan secara ringkas
menceritakan pengalamannya selama ini.
Akhirnya To Seng-cu berkata lagi:
"Sungguh tak nyana orang yang membunuh ayahmu
benar-benar adalah Oh Tin san, waktu itu aku datang
http://kangzusi.com/
terlambat sehingga ti-dak berani memastikan dialah
pelakunya"
Setelah berbicara sampai di situ, mendadak dia berseru
lagi dengan suara keras.
"Anak Giok, aku segera akan turun. dari-sini air dalam
telaga pasir hitam telah mencapai titik penyusutan yang
terendah"
Mendengar perkataan itu Lan See giok segera melompat
bangun sambil menengok ke arah lembah, benar juga air
hitam yang menggulung gulung dengan hebatnya tadi kini
sudah lenyap tak berbekas.
Ketika ia mengintip ke bawah, ternyata puluhan kaki di
dasar lembah menyerupai sebuah kuali besar yang hitam,
kini di dasar lembah tinggal lumpur hitam yang luasnya
mencapai berapa hektar.
Di sekeliling lembah itu terdapat banyak sekali gua-gua
hitam yang besar kecilnya tak menentu.....
Tiba-tiba dari balik lembah tersebut melayang keluar
sesosok bayangan kuning menyerupai burung yang terbang
ke atas tebing.
Cepat sekali gerakan bayangan kuning itu, didalam
waktu singkat sudah terlihat dengan jelas bahwa bayangan
tadi ialah sesosok bayangan manusia
Ternyata dia tak lain adalah To Seng-cu yang sedang
meluncur ke atas dengan kecepatan luar biasa.
Lan See giok tak dapat mengendalikan gejolak emosinya
lagi, dengan penuh kegembiraan ia berteriak keras,
"Suhu..... suhu...."
http://kangzusi.com/
Angin berhembus lewat, To Seng-cu dengan wajah
merah bercahaya dan senyum ramah menghiasi bibirnya
tahu-tahu sudah muncul dl depan mata.
Sudah setahun lebih Lan See giok tidak bertemu dengan
gurunya, menyaksikan keadaan To Seng-cu masih seperti
sedia kala, ia segera menjatuhkan diri berlutut dan
menangis tersedu sedu.
To Seng-cu pun dapat melihat bahwa muridnya sudah
tumbuh lebih dewasa dalam setahun ini, namun
menyaksikan dia menangis terisak, tak tertahankan lagi
orang tua itu tertawa terbahak bahak.
Dengan cepat dia membangunkan pemuda itu, lalu
ujarnya penuh kasih sayang:
"Anak Giok, cepat hapus air matamu. bibi Wan sekalian
pasti sedang menunggu dengan gelisah"
Lan See giok segera menghentikan tangis-nya dan
membesut air mata, kemudian sam-bil menunjuk kearah
tenggara, dia berseru.
"Suhu, anak Giok datang dari arah sana. “
"Hmm, tempo hari akupun datang dari tempat tersebut"
sambil berkata To Seng-cu segera bergerak lebih dulu
menuju ke depan.
Ketika tiba diatas batu karang. Tampaknya orang-orang
yang berada di kapal keraton telah menyaksikan kehadiran
mereka berdua, sorak sorai yang amat ramai segera
berkumandang.
Menyusul kemudian sesosok bayangan abu-abu
meluncur turun dari atas kapal dengan kecepatan tinggi
Dengan gembira Lan See giok berseru.
http://kangzusi.com/
"Suhu, orang yang berada diatas sampan itu adalah Thio
loko...!"
Dengan wajah penuh senyuman To Seng cu manggut-
manggut ujarnya: "Dengan tenaga yang dimiliki memang ia
sanggup melewati alam yang berbahaya itu tanpa banyak
menimbulkan persoalan."
Baru selesai dia berkata, sampan yang di kemudikan
naga sakti pembalik sungai telah berada lima puluh kaki
saja dari tebing karang tersebut.
To Seng cu segera berteriak.
"Lok heng, jangan bercabang pikiranmu!"
Bersamaan dengan seruan ini, dia menggandeng tangan
Lan See giok dan segera melompat kearah permukaan laut.
Ketika sepasang kaki mereka meluncur ke bawah,
kebetulan sekali sampan sedang meluncur lewat, serta
merta mereka berdua pergunakan ilmu bobot seribu dan
hinggap di atas sampan dengan mantap.
Menanti Lan See giok berhasil menenangkan pikirannya
seraya berpaling, mereka sudah berada ratusan kaki dari
tebing karang berwarna merah darah itu.
Setelah lolos dari daerah berbahaya, naga sakti pembalik
sungai baru memberi hormat seraya berkata.
"Locianpwe, dida1am satu tahun ini kau tentu sangat
menderita."
Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut sepasang
matanya berkaca kaca dan hampir saja mengucurkan air
mata.
To seng-cu segera tertawa terbahak bahak
http://kangzusi.com/
"Haahhh.... haahhh.. haaahhh.... kalau dibilang
menderita, sesungguhnya lebih tepat dikatakan gara-gara
bencana mendapat keberuntungan, semestinya kalian
bergembira, untuk nasib baikku ini. “
Naga sakti pembalik sungai segera mengiakan berulang
kali.
Sementara itu kapal keraton telah datang menyambut,
Hu yong siancu sekalian telah menunggu di ujung geladak.
Setelah kapal keraton itu berada di sisi sampan To seng-
cu baru menarik tangan Lan See giok untuk diajak naik ke
atas perahu disusul kemudian oleh naga sakti pembalik
sungai.
Si Cay soat dan Siau thi gou segera menangis sambit
berteriak memanggil "suhu" begitu bertemu dengan To
Seng-cu, serentak mereka berlutut di depan gurunya,
Hu yong siancu memberi hormat pula di susul Siau cian,
akhirnya ke empat komandan kapal yang tahu akan
kedatangan To Seng cu serentak menjatuhkan diri berlutut
To Seng-cu membalas hormat Hu yong siancu, setelah
itu baru memerintahkan Cay soat, Siau thi gou, Siau cian
dan ke empat komandan agar bangkit berdiri.
Setelah berada dalam ruang kapal, mereka baru
berbincang bincang dengan riang gembira.
Akhirnya To Seng-cu baru mengisahkan pengalamannya
semenjak tiba di pulau Wan- san.
Pertama tama dia menghela napas dulu. lalu baru
berkata,
"Tahun lalu, Lam hay koay kiat datang ke bukit Hoa san
untuk mengundang aku datang ke pulau Wan san guna
merundingkan usaha penyatuan seluruh dunia persilatan
http://kangzusi.com/
dengan memilih seorang tokoh silat sebagai pimpinan
umum. bila aku tidak hadir di sana. maka mereka melarang
aku mencampuri urusan dunia persilatan lagi andaikata di
kemudian hari terjadi suatu perubahan penting.
Untuk menyelamatkan seluruh dunia persilatan dari
bencana ini terpaksa kukabulkan permintaan mereka. waktu
itu aku sudah mempunyai suatu rencana yang matang
dalam menentukan langkah-langkah berikutnya, yakni apa
yang telah kalian lakukan sekarang.
Ketika sampai di pulau Wan san tahun lalu. akupun
berusaha untuk mengamati sikap maupun cara Wan san
popo berbicara tapi tak berhasil kutemukan adanya suatu
hasrat pada dirinya untuk menjadi pemimpin besar di dunia
persilatan.
Akhirnya dari mulut seorang muridnya yang terkecil
yakni Gi Hui-hong, baru kuketahui bahwa rencana busuk
ini sebenarnya disusun dan didalangi oleh Oh Tin san
suami istri"
Berbicara sampai di situ dia memandang sekejap kearah
Hu yong siancu, Siau cian dan Lan See-giok. kemudian
baru meneruskan kembali kata-katanya:
"Oh Tin san suami istri menyusun perbagai rencana
busuk, membunuh dan menyaru sebenarnya tak lain karena
hasrat mereka untuk mendapatkan kotak kecil tersebut, tapi
akhirnya usaha mereka gagal total. Hal ini berakibat bukan
saja dia membenci ku, diapun membenci Han lihiap serta
Lok heng.
Maka sekembalinya ke Wi lim poo, Oh Tin san suami
istri mengambil keputusan untuk mohon bantuan dari Wan
san popo yang menjadi gurunya Say nyoo-hui, bahkan
bertekad untuk memperdalam Ilmu silat mereka guna
membalas dendam atas kejadian yang mereka alami.
http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, dihati kecil mereka pun Oh Tin-san
suami istri tahu bahwa kemampuan yang dimiliki kedua
orang itu meski sudah melatih diri satu dua tahun lagi
Cuma mampu menghadapi Han lihiap dan Lok-heng secara
paksa, bila ingin menghadapiku, hal tersebut akan
ketinggalan jauh sekali.
Di samping itu, yang paling penting lagi adalah
mencegah agar anak Giok jangan keburu mempelajari ilmu
silat yang tercantum dalam kitab pusaka Pwee yap cinkeng.
Oleh sebab itu berangkatlah mereka berdua ke pulau
Wan-san, bahkan mempergunakan kotak kecil itu sebagai
umpan untuk menarik perhatian Wan-san popo.
Atas bujuk rayu mereka yang pandai dan manis,
akhirnya Wan-san popo terbujuk juga oleh siasat tersebut.
Kebetulan sekali dalam beberapa hari mendatang, akan
diselenggarakan pertemuan puncak tiga manusia aneh dari
luar lautan yang diadakan setiap lima tahun sekali, Wan
san popo yang mempunyai tujuan pribadi sama sekali tidak
menyinggung soal kotak kecil. tapi dengan alasan hendak
mempersatukan dunia persilatan dan memilih seorang
pemimpin umum dunia persilatan, ia berhasil menarik
simpatik Lam hay lo-koay dan Si to cinjin.
Persoalan ini memang merupakan persoalan yang sudah
lama terpendam dalam hati mereka berdua, begitu
perundingan selesai. Lam hay lo koay yang mahir dalam
ilmu meringankan tubuh segera berangkat ke puncak Giok
li hong untuk menyampaikan undangan kepadaku.
Tentu saja pihak yang paling puas atas kejadian ini
adalah Oh Tin san suami istri apalagi setelah melihat aku
dan Lam hay lo koay tiba di istana Tiang siu kong hampir
bersamaan waktunya, mereka berkesimpulan walaupun
anak Giok sudah menjadi muridku. namun ia tak akan
http://kangzusi.com/
berhasil mempelajari seluruh kepandaian silatku. apalagi
mempelajari isi kitab Pwee yap cinkeng.
Pada waktu itu, akupun sudah menduga setelah berhasil
memperdalam ilmu silatnya, langkah pertama yang
dilakukan Oh Tin san suami istri adalah mencari Han lihiap
serta Lok heng untuk membalas dendam, kemudian
berangkatlah ke Giok li hong untuk mencari anak Giok
sekalian mencari kesempatan untuk merampas kotak kecil
tersebut.
Siapa tahu perhitungan manusia tak dapat mengungguli
kemauan takdir, pada malam sebelum kedatangan Lam hay
lo koay, aku telah mewariskan isi kitab pusaka itu kepada
anak Giok.
Selama berada dalam istana Tiang siu kiong, aku sudah
berunding selama tiga hari dengan Wan san popo sekalian,
akupun memperingatkan mereka, orang pandai dalam
dunia persilatan amat banyak, tak sampai satu tahun
kemudian pasti akan muncul jagoan baru dari angkatan
muda yang akan menjadi memimpin dunia persilatan.
Bahkan akupun sengaja berkata bahwa anak-anak muda
itu begitu ampuh sehingga mereka bertigapun bukan
tandingnya. karena itu kunasehati kepada mereka agar
hidup mengasingkan diri saja.
Sesungguhnya tenaga dalam yang dimiliki Wan san
popo, Lam hay lo koay dan Si to cinjin berada dalam
kedudukan seimbang, sekalipun mereka berhasil menguasai
dunia persilatan, belum tentu mampu menjadi tokoh nomor
wahid dikolong langit. itulah sebabnya dia punya rencana
apabila Oh Tin san suami istri telah berhasil memperoleh
kitab cinkeng, barulah dia akan muncul di daratan
Tionggoan.
http://kangzusi.com/
"Mereka pun sadar, bila ingin menguasai dunia
persilatan maka pertama tama harus melenyapkan diriku.
itulah sebabnya mereka merencanakan siasat keji dengan
mengirim aku ke pulau batu merah."
Berbicara sampai disini, Si Cay-soat menyela secara tiba-
tiba.
"Apakah suhu tahu ketika Wan san popo kembali dari
mengantar suhu ke pulau tersebut. is telah membunuh dua
orang kakek penghantar itu?"
To Seng-cu manggut-manggut.
"Yaa. aku mengetahui kejadian ini dari cerita engkoh
Giok mu tadi, tapi biarpun mereka tidak membunuh kedua
kakek tersebut. akupun yakin mereka tak akan mengirim
beras kepadaku"
"Suhu" teriak Siau thi-gou dengan mata terbelalak
"selama satu tahun. kau makan apa saja ? Apakah kau tidak
merasa kelaparan?"
To Seng-cu memandang sekejap murid nya yang polos
itu lalu tersenyum ramah dari sakunya dia mengeluarkan
dua biji buah berbentuk merah kekuning kuningan.
kemudian katanya lagi sambil tertawa.
"Anak Gou, coba kau lihat benda apakah itu?"
Hu yong siancu yang melihatnya segera berseru.
"Locianpwe, bukankah itu buah Cu sian ko?"
Mendengar nama Cu-sianko, semua orang segera berseru
kaget, dan bersama-sama datang merubung.
Siau thi gou berlari paling cepat, pertama tama dia
berseru lebih dulu:
"Suhu.. bisa dimakankah buah ini?"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata lidahnya segera menjilat bibirnya dengan
wajah rakus.
Sekali lagi To Seng-cu tertawa ramah setelah melihat
kejadian itu, sambil menengok semua orang, katanya:
"Tampaknya Gou ji ku ini tak pernah lupa soal makan!"
Kontan saja semua orang tertawa tergelak.
Sedangkan Siau thi gou masih tetap tenang-tenang saja.
sama sekali tidak nampak malu. menanti semua orang
sudah duduk. To Seng cu baru berkata kepada Siau thi gou
dengan lembut:
"Suhu merasa sayang untuk makan kedua butir buah ini,
karenanya aku selalu menyimpannya di saku...."
"Suhu, tanpa makan, apakah kau tak kelaparan?"
kembali Siau thi gou bertanya dengan penuh perhatian.
To Seng cu segera menggeleng, sahutnya tersenyum,
"Selama berada didalam gua. sepanjang hari aku
mendapat pengaruh dari sari mestika buah Cu sian ko
tersebut, akibatnya aku tidak merasa kelaparan lagi"."
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang hitam
yang mendengar sampai di situ segera bangkit berdiri dan
bertanya dengan hormat:
"Locianpwe konon buah Cu sian ko adalah benda langka
yang merupakan mestika bagi umat manusia. tolong tanya
masih ada berapa biji buah Cu sian ko lagi di dalam gua
batu merah tersebut...?"
"Masih ada tiga biji" sahut To Seng cu tanpa ragu, "tapi
masih membutuhkan waktu berapa ratus tahun lagi sebelum
dapat menjadi matang ....."
http://kangzusi.com/
Mendengar jawaban ini komandan Nyoo dari pasukan
macan kumbang hitam kelihatan rada kecewa. tapi dia
segera mengiakan dan duduk kembali.
Sementara itu Siau thi gou dengan mata melotot besar
sedang mengawasi buah Cu sian ko itu lekat-lekat, biarpun
semua orang sudah duduk kembali ditempat masing-
masing, hanya dia seorang masih tetap berdiri dihadapan
To Seng-cu.
Ketika komandan Nyoo telah duduk kembali. dia tak
bisa menahan diri lagi dan segera bertanya.
"Suhu. kedua biji buah Cu sian-ko ini hendak kau
berikan kepada siapa? Enci Soat atau engkoh Giok?"
Dengan penuh kasih sayang To Seng-cu membelai
kepala Siau-thi gou, lalu sahutnya sambil tertawa.
"Tenaga dalam yang mereka miliki telah mendapat
kemajuan yang pesat sekali, karena nya mereka tak perlu
makan buah mestika lagi. dua biji Cu sian ko ini. satu
buatmu dan satunya lagi buat murid terkecil Wan san popo
yang bernama Gi Hui hong itu."
"Betul" Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai
segera mengangguk. "bocah itu memang mempunyai bakat
yang bagus untuk belajar silat."
"Itulah sebabnya aku berniat mengajaknya pulang ke
bukit Hoa san...." lanjut To Seng-cu sambil tersenyum.
Mendengar berita ini, semua orang ikut bersyukur dan
gembira atas nasib baik Gi Hui hong.
Dalam pada itu tengah hari sudah lewat, para dayang
kembali mempersiapkan meja perjamuan.
Lan See giok segera menitahkan ke empat komandannya
agar kembali ke kapal masing-masing kemudian
http://kangzusi.com/
menitahkan semua kapal perang agar bersiap siap pulang ke
telaga Phoa yang, sedang perahu keraton balik kembali ke
pulau besar di bagian tengah.
Sudah hampir setahun lebih To Seng-cu tak pernah
makan ikan dan daging, ditambah lagi suguhan ke empat
muda mudi. ia bersantap dengan gembira sekali.
Akhirnya kapal keraton membuang sauh pada jarak tiga
kaki dari pulau besar itu, Lan See giok sekalian minta ikut
serta turun ke darat tapi permintaan mereka ditolak semua
oleh To seng-cu.
Sebelum melompat ke darat, To Seng cu berpesan
kepada Hu yong siancu sekalian yang menghantar sampai
di depan perahu.
"Tunggu saja kalian semua di sini, aku hanya pergi
sebentar dan balik kemari lagi"
Tidak nampak gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu
saja bayangan manusia berkelebat lewat. bagaikan segulung
asap ia sudah melesat kearah istana Tiang siau kiong dan
sekejap mata kemudian sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan hal itu, Hu-yong siancu segera berpaling
seraya katanya.
"Tampaknya ilmu silat yang dimiliki Cia locianpwe
benar-benar sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.”
Lan See giok, Si cay-soat maupun Siau thi-gou merasa
gembira sekali mendengar ucapan ini.
Hu yong siancu tahu bahwa gerakan tubuh To Seng cu
cepat sekali, maka mereka tetap berdiri di ujung geladak
sambil meminta kepada Lan See giok menceritakan
pengalamannya ketika mencari To Seng-cu di atas pulau
batu merah.
http://kangzusi.com/
Setelah Lan See giok selesai bercerita, beberapa orang
itupun membicarakan kembali masalah sekembali mereka
ke benteng Wi lim poo.
Naga sakti pembalik sungai segera melirik sekejap kearah
Siau cian serta Si Cay-soat, kemudian sambil mengelus
jenggotnya dan tersenyum dia berkata.
"Menurut pendapatku, pekerjaan pertama yang harus
kita lakukan sekembalinya ke rumah nanti adalah
melangsungkan perkawinan bagi beberapa orang bocah ini,"
Begitu usul diucapkan. paras muka Lan See-giok segera
berubah menjadi merah padam, sementara Siau cian dan
Cay-soat menundukkan kepala dengan tersipu-sipu. hanya
Siau thi gou seorang yang bertepuk tangan sambil tertawa
terbahak bahak:
Dengan cepat Hu yong siancu melirik sekejap kearah
Lan See giok bertiga, kemudian sambil tersenyum ujarnya
dengan bersungguh sungguh.
"Memang akupun berencana melangsungkan upacara
perkawinan ini secepatnya. agar apa yang kuinginkan pun
segera terlaksana."
Me1ihat semua orang membicarakan masalah
perkawinan, Cay soat dan Siau cian berlagak mengambek.
padahal dalam hati kecil mereka berdua sangat berharap
mengetahui bagaimanakah mereka akan mengatur
perkawinan mereka.
Lan See giok sendiri meskipun turut bergembira hati, tapi
dalam benaknya segera muncul bayangan wajah Oh Li cu
yang sebatang kara dan wajahnya telah bercodet itu, tiba-
tiba saja ia merasa kalau gadis itu paling mengesankan.
http://kangzusi.com/
Sementara semua orang masih berbincang bincang,
mendadak sepasang mata See giok berkilat, lalu serunya
tertawa.
"Bibi, suhu telah kembali!"
Dengan cepat semua orang mendongakkan kepalanya,
benar juga, dari balik pepohonan yang lebat ditengah pulau
tersebut muncul setitik bayangan kuning yang meluncur
datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Melihat hal ini. Hu yong siancu segera berkata sambil
tertawa. "Dia orang tua selain berhati bajik, ketajaman
matanya pun mengagumkan, kalau tidak. bakat bagus itu
akan terpendam selamanya ditengah pulau terpencil."
Baru selesai ia berkata, To Seng-cu sambil mengempit Gi
Hui-hong telah melompati pohon liu di sisi pantai seperti
seekor rajawali raksasa. kemudian melayang turun ke atas
kapal.
Begitu tiba-tiba di geladak kapal, dengan wajah marah
To Seng-cu berseru.
"Untung aku tiba pada saatnya. kalau terlambat
selangkah saja. niscaya bocah ini sudah kehilangan nyawa"
Sembari berkata lantas dia menurunkan Gi Hui hong
yang dikempitnya itu ke atas geladak.
Semua orang merasa terkejut, mereka jumpai rambut Gi
Hui hong amat kusut, mukanya pucat dan matanya basah
oleh air mata. karenanya semua orang sama-sama berpaling
kearah To Seng cu dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan.
To Seng-cu segera berkata lebih jauh.
"Sewaktu aku kesana, rombongan laki perempuan
sedang mengitari sebuah pohon besar, di sekitar pohon
http://kangzusi.com/
telah ditumpuki kayu kering, sedang bocah itu digantung
diatas pohon, si ikan hiu berekor panjang serta dua orang
murid preman dari Si-to cinjin sudah bersiap akan
membakar mati Siau hong sebagai hukuman atas perbuatan
membocorkan tempat penyekapan atas diriku di pulau batu
merah…
Mendengar kejadian itu Lan See giok amat gusar. segera
serunya dengan cepat:
"Suhu, anak Giok bersedia menghukum kawanan
manusia jahanam tersebut."
To Seng-cu segera mengulapkan tangannya dengan
menyahut agak sedih.
"Kawanan manusia tersebut tak lebih hanya terpengaruh
oleh kebuasan dan kekejaman Wan san popo bertiga dihari
hari biasa sehingga lambat laun tertumpuk watak yang buas
pada jiwa orang-orang itu. Karena kuatir mereka berbuat
kejahatan lagi di kemudian hari, maka telah kupunahkan
semua kepandaian silat yang mereka miliki, bahkan
menasehati mereka agar hidup aman di pulau itu sebagai
petani biasa.
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai segera
manggut-manggut menyetujui tindakan itu,
Mendadak pada saat itulah Siau thi gou yang berada di
belakang telah berbisik dengan suara hangat.
"Adik kecil ayo turut aku, kau mesti cuci muka dan
menyisir rambutmu lebih dulu"
Ketika semua orang berpaling, tampak Siau thi gou
sedang menarik tangan nona cilik berbaju hijau itu.
Cay soat yang melihat hal ini segera menarik kembali Gi
Hui hong, lalu sambil melotot kearah Siau thi gou serunya:
http://kangzusi.com/
"Kau adalah seorang koko, kenapa sembarangan
menarik tangan adik ini?"
Biasanya Siau thi gou paling takut dengan kakak
seperguruannya ini, tapi kali ini ia justru merasa tak mau
kalah, sambil mencibir ia menuding kearah Lan See-giok.
kemudian bantahnya.
"Engkoh Giok juga koko, mengapa dia bo-eh menarik
tanganmu sebagai si adik.."
Begitu ucapan diutarakan. kontan saja semua orang
tertawa terbahak bahak karena kegelian.
Cay soat yang pintar, mimpipun tak menyangka kalau
adik Gou yang polos itu bisa mengucapkan kata-kata
macam begini di depan suhu sekalian. tak ampun mukanya
berubah menjadi merah dadu, saking jengkelnya ia segera
mendepakkan kakinya berulang kali dan lari masuk ke
ruang dalam.
Akibatnya gelak tertawa semua orangpun semakin
bertambah keras dan nyaring.
Angin berhembus silir semilir matahari sudah condong
ke langit barat, samudra luas nampak begitu hening seperti
sebuah telaga yang dalam.
Ratusan buah kapa1 perang Wi lim poo dengan teratur
dan rapi memasang layar penuh-penuh dan meluncur
memasuki mulut sungai Tiang-kang.
Waktu itu, dalam ruang utama kapal keraton sedang
diselenggarakan sebuah perjamuan yang meriah untuk
perpisahan dengan To Seng cu yang hendak mendarat lebih
dulu.
http://kangzusi.com/
To Seng cu duduk dikursi utama dengan wajah riang,
sedang Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai
mendampingi di sisi kiri dan kanannya.
Lan See giok. Ciu Siau cian, Si Cay soat. Siau thi gou
dan Gi Hui hong mengiringi di sekitar meja.
Ketika perjamuan baru berlangsung setengah jalan, Hay
bun, kota dermaga terbesar, dipantai utara sungai tiang-
kang telah muncul di depan mata, di kota inilah To Seng-cu
akan mendarat dan pulang ke Hoa san lebih dulu.
Naga sakti pembalik sungai meletakkan kembali cawan
araknya ke atas meja, lalu katanya.
"Locianpwe sudah setahun lebih berdiam di pulau Wan-
san. semestinya kau orang tua berdiam beberapa saat dulu
di Wi lim-poo. bila perkawinan See giok sudah selesai baru
kembali ke puncak Giok li hong "
To Seng-cu segera tersenyum.
“Kini bibit bencana sudah dipunahkan, keputusanku juga
telah mantap, setibanya kembali di puncak Giok li hong,
aku hendak menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh di
tubuh Siau thi gou serta Siau hong agar dasar tenaga
dalamnya bertambah sempurna, kemudian tak akan
mencampuri urusan dunia lagi"
Mengambil kesempatan tersebut Hu yong siancu turut
membujuk:
"Anak Giok sekalian bisa mencapai keberhasilan seperti
hari ini, kesemuanya tak lain merupakan hasil didikan
cianpwe, kalau toh cianpwe berniat mengasingkan diri,
mengapa tidak memberi kesempatan dulu kepada bocah-
bocah ini agar dapat menunjukkan baktinya kepadamu?"
http://kangzusi.com/
To Seng-cu memandang sekejap kearah Lan See giok,
Siau cian dan Cay soat, melihat paras muka mereka diliputi
perasaan sedih dan sepasang matanya berkaca kaca, tak
terasa lagi ia tertawa tergelak sambil berkata lagi dengan
ramah:
"Perpisahanku kali ini bukan perpisahan untuk
selamanya, cuma keputusan telah kuambil dan aku tak akan
mencampuri urusan dunia lagi, oleh sebab itu aku
memutuskan untuk pulang gunung secepatnya, di kemudian
hari kalian boleh bermain ke bukit Hoa san setiap saat
kalian hendak datang.... “
Kemudian setelah memandang wajah Siau thi gou dan
Siau hong, ia melanjutkan lagi.
"Thi gou dan Siau hong boleh bermain beberapa hari di
benteng Wi lim poo lebih dulu bila See giok sudah kawin,
kalian boleh kembali ke Hoa san dengan dihantar oleh Lok
heng."
Semua orang tahu kalau keputusan yang di ambil To
Seng-cu sudah bulat dan tak mungkin bisa ditahan lagi, tapi
karena To Seng-cu mengijinkan mereka naik ke Hoa san
dan menengoknya setiap saat, rasa sedih yang semula
mencekam mereka semuapun sedikit agak mengendor.....
Terutama sekali Siau thi gou, ketika mendengar dia
masih boleh berkumpul lagi dengan engkoh Giok selama
beberapa hari, bocah tersebut menjadi luar biasa
gembiranya.
Gi Hui hong dan Siau cian maupun Cay soat meski baru
bertemu belum lama, tapi dasar watak kekanak kanakannya
masih ada diapun berharap bisa bermain beberapa hari lagi
dengan encinya yang cantik itu.
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah seorang kacung masuk ke dalam
ruangan sambil berkata:
"Lapor pocu, Hay bun telah berada di depan mata."
Mendengar perkataan ini, Lan See giok segera berpaling
dan memandang sekejap kearah To Seng cu dengan
pandangan berat hati .....
To Seng cu sendiri segera mengangkat cawan arak yang
berada didekatnya, kemu-dian berkata sambil tersenyum
ramah.
"Semoga kalian semua baik-baik menjaga diri, terimalah
salamku lewat secawan arak ini."
Semua orang segera mengangkat cawan dan bersama
sama meneguk habis isinya kemudian setelah meletakkan
cawan ke meja mereka beranjak keluar dari ruangan.
ooo0dw0ooo

BAB 39
SEMENTARA itu kapal keraton telah meluncur ke arah
barat kota Hay bun yang ge-lap dari pandangan.
To Seng-cu berpaling dan memandang sekejap ke wajah
semua orang, kemudian ujar nya.
"Perjalanan kalian ke pulau Wan san kali ini pasti sudah
menggemparkan seluruh dunia persilatan, sekembalinya ke
telaga Phoa yang, kalianpun harus segera mengasingkan
diri dan melepaskan diri dari keramaian dunia, ketahuilah
pohon yang besar mudah memancing datangnya angin,
manusia termasyhur hanya memberi kesulitan bagi diri
sendiri. .."
http://kangzusi.com/
Semua orang berdiri serius sambil mengiakan berulang
kali. To Seng-cu berkata lebih jauh.
"Sejak peristiwa ini, mungkin dunia persilatan akan
mengalami ketenangan selama puluhan tahun lamanya,
berhubung kematian dari Wan san popo sekalian, kawanan
manusia laknat lain yang ingin munculkan diri pun pasti
akan mengurungkan pula niatnya, pertikaian antar
perguruan memang tak bisa dihindari, karena itu kuharap
Wi lim poo dengan kekuatan yang dimiliki sekarang harus
bertindak secara bajik dan bijaksana, berbuatlah kemuliaan
dan hindari perbuatan maksiat yang terkutuk"
"Anak Giok punya rencana hendak mengembangkan
perikanan di wilayahnya telaga Phoa yang agar kaum
nelayan hidup lebih sejahtera dan pendapatan mereka
meningkat..." ucap See giok pelan.
Dengan gembira To Seng cu manggut-manggut,
kemudian ia berpaling pula ke arah Hu yong siancu sambil
katanya: "Han lihiap, setelah ini kaupun boleh pindah ke
dalam Wi lim poo, di samping memutuskan hubungan
dengan dunia luar, kaupun dapat mengawasi See giok
sekalian, bagaimanapun juga mereka masih tetap
merupakan kanak-kanak."
"Selama banyak tahun ini boanpwe sudah jemu dengan
keramaian keduniawian", ucap Hu yong siancu dengan
kening berkerut.
"Setiap ada waktu aku selalu pergi ke Kwan im an untuk
bersembahyang, maksud boan-pwe jika beberapa orang
bocah ini, sudah menikah maka boanpwe hendak...."
Sebelum Hu yong siancu menyelesaikan kata katanya,
To Seng-cu telah mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
http://kangzusi.com/
See giok maupun Siau cian yang mendengar perkataan
Hu yong siancu tadi justru menunjukkan wajah yang gugup
dan panik,
Malah si naga sakti pembalik sungai sendiripun merasa
kejadian ini agak di luar dugaan, karenanya dengan kening
berkerut dia awasi wajah Hu yong siancu tanpa berkedip.
To Seng-cu berhenti tertawa, katanya sambil mengelus
jenggot:
"Han lihiap pada dasarnya merupakan seorang pendekar
kaum wanita, mengapa kali ini justru mengambil langkah
bodoh yang menghilangkan semangat seorang pendekar
sejati? Coba lihatlah sendiri, berapa banyak umat persilatan
yang putus asa dan masuk menjadi pendeta, tapi benarkah
mereka peroleh kebebasan?. Akhirnya justru penderitaan
dan siksaan yang lebih hebat yang mereka peroleh."
Naga sakti pembalik sungai menyambung pula:
"Menurut pendapatku, sudah seharusnya Han lihiap
menghilangkan ingatan tersebut secepatnya, cepatlah
pindah ke Wi lim poo untuk menemani Lan See giok
sekalian, di kemudian hari kau pun bisa membopong cucu
dan hidup bergembira..."
Berbicara sampai di situ, ia bersama To Seng-cu segera
tertawa terbahak bahak dengan penuh kegembiraan.
Hu yong siancu juga memandang sekejap ke arah Lan
See giok, Siau cian dan Cay soat dengan senyum
kegembiraan.
Merah padam selembar wajah See giok, tapi ia merasa
hatinya hangat, sedang Cay soat tertunduk malu, cuma Siau
cian yang menunduk dengan wajah merah padam, hati nya
berdebar sangat keras.
http://kangzusi.com/
Sebab dalam satu bulanan lebih ini, dia seperti
merasakan ada sesuatu perubahan pada bagian tertentu
tubuhnya, perubahan ini membuat hatinya tak tenang, di
samping ketidak tenangan terselip pula kebahagiaan dan
penantian.
Sementara pembicaraan berlangsung, kapal keraton
sudah berada lima kaki saja dari tepi pantai.
Sedang suasana di pantai amat hening, gelap dan tak
nampak sesosok bayangan manusia pun.
Dengan penuh kasih sayang To Seng-cu memandang
sekejap ke wajah semua orang, kemudian serunya:
"Baik baiklah kalian menjaga diri, sampai jumpa lagi lain
kesempatan!"
Dengan suatu gerakan yang cepat ia melejit ke udara dan
langsung melayang ke atas daratan.
See giok, Siau cian, Cay soat, Thi gou dan Siau hong
serentak berlutut di atas tanah sambil berseru:
"Semoga suhu selamat sampai di tempat tujuan."
Hu yong siancu serta Naga Sakti pembalik sungai juga
berseru pula:
"Locianpwe harus menjaga diri pula baik-baik, maaf bila
boanpwe tak dapat menghantar lebih jauh."
Gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang datang
dari atas daratan, kemudian tampak bayangan kuning
berkelebat ke arah barat laut dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, hanya sekejap mata kemudian bayangan
tubuh itu sudah lenyap dibalik kegelapan.
Sepeninggal To Seng-cu, kapal keratonpun meneruskan
perjalanannya untuk menyusul rombongan kapal lain yang
sudah berangkat lebih dulu.
http://kangzusi.com/
Oleh karena sekembali mereka ke Wi lim poo mereka
hendak melangsungkan perkawinan dari Lan See giok,
maka Hu yong siancu dan naga Sakti pembalik sungai
sering mengadakan pertemuan untuk membicarakan
masalah ini.
Cay soat dan Siau cian bersembunyi sepanjang hari
didalam ruang perahu, dalam keadaan begini mereka malah
malu untuk bersua muka dengan Lan See giok.
Siau thi gou yang mendapat teman baru, selain lagi tidur,
sepanjang hari selalu mendampingi Siau hong
memperkenalkan pemandangan alam di bukit Hoa san,
memperkenalkan gua cousu nya mereka, memperkenalkan
asal usulnya dan usianya.
Sejak kehadiran Siau hong, Thi gou jauh lebih matang
dan tahu urusan, gerak gerik tingkah lakunya jadi lebih
sopan, dia seakan akan telah berubah menjadi manusia lain.
Hanya Lan See giok seorang yang berubah menjadi
pemurung, seringkali ia berdiri di ujung perahu sampai
berjam-jam lamanya sambil memandangi gulungan ombak
sungai, bukan saja ia sedang memikirkan rencana
membangun perikanan yang baik di telaga Phoa yang,
diapun sedang berpikir bagai-mana caranya mengatasi
masalah tentang Oh Li cu.
Seringkali dia membayangkan kembali pengalamannya
semenjak bersua dengan Oh Li cu untuk pertama kalinya
hingga gadis itu menghantar keberangkatannya ke pulau
Wan san tempo hari.
Ia dapat merasakan bahwa diantara sekian banyak orang,
hanya Oh Li cu yang mengalami perubahan terbesar,
pengalamannya paling tragis dan asal usulnya paling
mengenaskan, ia simpatik kepadanya tapi tidak tahu apa
http://kangzusi.com/
yang mesti diperbuat untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Dia cukup mengerti akan rasa cinta Oh Li cu kepadanya,
karena itu dia merasa tidak boleh menyelenggarakan pesta
perkawinannya dengan Siau cian serta Cay sot di-dalam
benteng Wi lim poo, sebab ia merasa tindakan demikian
amat menusuk perasaan Oh Li-cu, Ia bisa melihat betapa
eratnya hubungan Siau cian dengan Cay soat, kedua orang
itu hampir tak pernah berpisah dan saling berhubungan
bagaikan saudara sendiri, namun kedua orang itu belum
pernah menyinggung soal Oh Li cu.
Diapun sering mendengar Hu yong siancu dan naga sakti
pembalik sungai membicarakan masalah perkawinannya,
tapi ke dua orang inipun belum pernah menyinggung soal
Oh Li-cu.
Dalam sekejap mata tersebut, dia merasa Oh Li cu
seolah-olah sudah terlupakan sama sekali, diasingkan,
dianak tarikan, ia merasa nasib gadis itu memang terlalu
menyedihkan.
Seringkali bila berpikir sampai disini ia bertekad hendak
baik-baik merawatnya sikapnya terhadap Oh Li cu seperti
sikap nya terhadap seorang kakak kandung, agar gadis itu
ikut bergembira, agar dia tahu kalau dalam dunia ini masih
terdapat sedikit kehangatan den kelembutan hidup.....
Setiap kali memikirkan persoalan tersebut, See giok selalu
merasakan hatinya berat dan pikiran nya tidak tenang,
maka dia berharap bisa selekasnya kembali ke benteng Wi
lim poo.
Dalam perjalanan kembali, rombongan kapal perang itu
bergerak lebih lambat, mereka membutuhkan waktu selama
sepuluh hari untuk tiba di kota Kim leng.
http://kangzusi.com/
Sepuluh hari kemudian rombongan kapal tiba dimulut
telaga, untuk mencapai telaga Phoa yang satu malaman
perjalanan lagi mereka akan tiba di Wi lim poo dengan
selamat.
Lan See giok segera teringat kembali dengan peristiwa
penghadangan kapal yang dilakukan si bajing air berbulu
emas tempo hari, karenanya seorang diri dia keluar dari
ruangan.
Memandang tanah persawahan yang hijau di sepanjang
pantai, serta angin yang berhembus sepoi-sepoi, pemuda itu
merasa hatinya lega dan nyaman.
Mendadak dari balik pohon kecil di tepi pantai kelihatan
seekor burung merpati putih berkepala hitam terbang
menuju ke arah selatan....
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
dia jumpai merpati itu persis seperti burung merpati dari Wi
lim poo, sedang arah yang ditujupun tak lain adalah Wi lim
poo.
Menyusul kemudian tampak seorang lelaki berpakaian
ringkas menyelinap dari balik pohon dan kabur menuju ke
arah kota Oh To tin...
Lan See giok merasa tidak habis mengerti, kemudian
menengok sekejap kearah kawanan pengawal di sepanjang
perahu, tapi orang yang itu masih berdiri tenang, seakan
akan tidak melihat apa yang terjadi di pantai.
Ia tahu kemampuan yang dimiliki para pengawal itu
masih rendah, sudah barang tentu tak akan mampu melihat
keadaan di pantai tersebut dengan jelas.
Tapi Thi gou dan Siau hong juga sedang berdiri di ujung
perahu, apakah kedua orang ini tidak melihatnya?
http://kangzusi.com/
Dengan penuh kecurigaan pemuda itu segera berpikir,
tapi akhirnya ia tertawa sendiri.
Sudah pasti mata-mata itu sengaja disiapkan Oh Li cu
dengan maksud agar dia mendapat kabar lebih dulu tentang
kembalinya rombongan kapal, dengan begitu diapun bisa
membuat penyambutan yang meriah.
Berpikir begitu, rasa harunya terhadap Oh Li cu semakin
bertambah, otomatis pandangan dan sikapnya terhadap
gadis itupun berubah juga.
Keesokan harinya ketika fajar baru saja menyingsing,
padang ilalang ditengah telaga Phoa yang telah muncul
dikejauhan sana.
Dengan membagi diri menjadi empat buah rombongan,
seratus buah kapal perang itu memasuki padang ilalang,
melalui empat arah yang berbeda.
Hu yong siancu, naga sakti pembalik sungai dan Lan See
giok sekalian bersama sama berdiri di ujung geladak, setiap
orang membawa perasaan yang berbeda beda, namun ada
satu yang sama yakni kelegaan hati setelah kembali ke
kampung halaman.
Ketika rombongan kapal mulai tiba di tengah padang
ilalang, dari atas benteng ratusan kaki di depan sana
bergema suara tambur dan terompet yang amat keras, para
pengawal mulai bersorak sorai dengan penuh kegembiraan.
Perahu naga emas berdiri di depan pintu benteng,
serombongan dayang berdiri di depan perahu dengan sikap
yang tenang.
Cay soat dan Siau cian yang menyaksikan kejadian ini
segera berseru dengan gembira:
http://kangzusi.com/
"Coba lihat, enci Lan telah menanti kedatangan kita di
sana..."
Tapi Hu yong siancu dan Lan See giok justru
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Sebab rombongan pelayan yang berdiri di sepanjang
perahu naga emas itu tidak memperlihatkan kegembiraan,
malah bagian tengah rombongan tidak nampak pula Oh Li
cu.
Pertama tama Lan gee giok yang tak bisa menahan diri,
ia segera berbisik:
`Bibi, kenapa tidak nampak Be Cui lan berada di atas
perahu tersebut?"
Pertanyaan ini sesungguhnya merupakan pertanyaan
yang hendak diajukan oleh Hu yong siancu kepada Lan See
giok, oleh sebab itu dia segera menggelengkan kepalanya
de-ngan perasaan tidak habis mengerti.
Cay soat dan Siau cian baru terkejut setelah mendengar
perkataan ini, menyusul semakin dekatnya kapal keraton
itu, mereka berdua dapat melihat bahwa di atas perahu
naga emas memang tidak nampak Oh Li cu, karenanya tak
tahan lagi mereka berseru kaget:
"Aaaah, benar, kenapa enci Lan tidak berada di atas
perahu ...?"
"Jangan-jangan nona Lan sakit?" kata naga sakti
pembalik sungai ragu-ragu.
Lan See giok segera teringat dengan merpati pos yang
dijumpainya kemarin, hatinya bergetar keras, ia tahu pasti
ada sesuatu yang tak beres dengan peristiwa itu.
http://kangzusi.com/
Ketika kapal besar tiba di depan pintu benteng, suara
tambur, terompet dan sorak sorai semakin gegap gempita,
perahu naga emas juga pelan-pelan maju menyambut.
Ketika Lan See giok belum juga nampak kehadiran Oh
Li cu, ia segera mengambil kesimpulan kalau Oh Li cu tidak
berada di dalam benteng, maka begitu masing-masing
perahu merapat, ia segera menengok ke arah kawanan
dayang tersebut sambit berseru:
"Mengapa nonamu tidak nampak?"
Kawanan dayang tersebut berwajah murung dan sedih,
seorang diantaranya segera maju ke depan dan berlutut
dihadapan Lan See giok, kemudian ujarnya dengan hormat:
"Sejak kemarin malam nona. kami telah pergi
meninggalkan benteng, dia hanya meninggalkan sepucuk
surat yang meminta ke pada budak untuk menyampaikan
sendiri ke pada Han lihiap."
Sambil berkata dia mengeluarkan sepucuk surat dan
segera dipersembahkan ke depan.
Paras muka semua orang berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, Lan See giok dan Hu yong siancu
segera melompat, naik ke atas perahu naga emas,
sedangkan Cay soat dan Siau cian juga gelisah, mereka
merasa kalau peristiwa ini benar-benar di luar dugaan.
Cepat-cepat Hu yong siancu menghampiri dayang
tersebut, kemudian menyambut surat tadi dan dibuka
sampulnya, tak tertahankan ia berseru pula dengan gelisah:
"Semalam, siapa yang menghantar nona kalian ke
darat?"
Sambil berkata dia menyimpan kembali surat yang telah
terbaca itu ke saku.
http://kangzusi.com/
Lan See giok dan Siau cian sekalian yang menyaksikan,
kejadian ini tak berani lagi menanyakan isi surat tersebut,
merekapun tak berani meminta surat tadi untuk diperiksa
isinya.
Seorang dayang yang agak dewasa segera menyahut
dengan hormat: "Nona pergi dengan menumpang perahu
naga emas."
"Sekarang kalian segera membawa kami kesana" seru Hu
yong siancu gelisah.
Kawanan dayang itu segera mengiakan dan masing-
masing menempati tempat sendiri dan memegang dayung.
Kepada para kepala regu yang berada di atas kapal besar,
Lan See giok berseru.
"Kalian segera memberi kabar kepada ke empat
komandan agar membawa kapal masuk ke benteng,
semuanya tukar pakaian dan beristirahat sebelum
diselenggarakan perjamuan. “
Selesai berkata dia memberi tanda kepada dayang,
berangkatlah perahu naga emas itu menuju kearah barat
daya. Setelah perahu berangkat, Lan See giok baru kembali
ke ruangan dalam, di situ Hu yong siancu sekalian sudah
menempati tempat duduk masing-masing.
Ketika naga Sakti pembalik sungai menyaksikan
beberapa orang muda mudi itu tak berani berbicara,
melainkan mengawasi Hu yong siancu dengan kening
berkerut, segera tanyanya lirih: "Nona Be.."
Hu yong siancu tidak membiarkan naga sakti pembalik
sungai menyelesaikan perkataannya, ia segera memberi
penjelasan:
http://kangzusi.com/
"Dia pun hendak menempuh perjalanan bodoh bagi
seorang anggota persilatan."
Dari ucapan tersebut, naga sakti pembalik sungai segera
memahami sesuatu, kejut dan heran ia segera berseru: "Jadi
nona Be pun hendak mencukur rambutnya menjadi
pendeta.,..?"
Dengan sedih Hu yong siancu mengang-guk.
Siau cian dan Cay soat segera saling berpandangan
sekejap, sedangkan Lan See giok menunduk sedih, dia tahu
apa sebabnya Oh Li cu mengambil keputusan untuk
menempuh perjalanan seperti ini.
Thi gou dan Siau hong duduk di sudut ruangan dengan
termenung, tidak berbicara tidak pula tertawa, sebab
mereka sudah melihat kegelisahan pada wajah orang-orang
dewasa.
Hu yong siancu berpaling dan memandang sekejap
keluar jendela, kemudian katanya gelisah: "Hari ini adalah
tanggal satu, bila perahu kita dapat bergerak lebih cepat dan
tiba sebelum tengah hari, mungkin keadaan belum
terlambat ...."
"Bibi, kita hendak kemana ?" tak tahan See giok
bertanya.
"Kuil Kwan im an!"
Mendengar nama tersebut, timbul amarah di dalam dada
pemuda itu, ia segera mendengus berat dan berseru dengan
gemas:
"Hmmm, lagi-lagi Kwan im an, hari ini aku pasti akan
melepaskan api untuk membakar ludas kuil Kwan im an
yang khusus memancing orang lain untuk menjadi nikou
ini."
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu benar-benar merasa keheranan, ia tak
mengerti apa sebabnya Lan See giok begitu membenci kuil
Kwan im an karenanya dengan kening berkerut ia segera
bertanya:
"Mengapa anak Giok?"
Dihadapkan dengan pertanyaan ini, Lan See giok segera
terbungkam dalam seribu bahasa, dia sendiripun tak bisa
menerangkan apa sebabnya ia bisa berperasaan demikian.
Hanya Siau cian seorang yang mengerti apa sebabnya
Lan See giok begitu gusar, sebab ia pernah memberitahu
kepada See giok bahwa Hu yong siancu sering berkunjung
ke kuil Kwan im an.
Sementara itu perahu naga emas melesat di atas telaga
dengan kecepatan tinggi, perahu nelayan masing-masing
pada menyingkir ke samping sedang nelayannya segera
mengawasi Lan See giok sekalian dengan pandangan mata
terkejut bercampur keheranan.

Pantai barat daya telaga Phoa yang sudah semakin dekat,


sekarang mereka sudah dapat melihat bayangan manusia di
pantai dengan jelas ....
Lan See giok, Si Cay soat, Siau cian, Thi gou dan Siau
hong sudah keluar dari ruangan, Lan See giok melihat
dengan jelas dusun di atas tanggul adalah dusun kecil
tempat kediaman bibi Wan.
Begitu kapal merapat, mereka segera melompat ke darat
dan berlarian ke depan.
Siau cian melompat pula ke darat, lalu bisiknya kepada
Cay soat
http://kangzusi.com/
"Untuk memburu waktu, meski kita lewat di depan
rumahku, sayang tak ada kesempatan lagi untuk menengok
ke dalam "
Cay soat tidak berkata apa spa, dia cuma menggelengkan
kepalanya berulang kali.
Tiba di atas tanggul mendadak Lan See giok menjerit
kaget.
Semua orang menjadi tertegun, Lan See giok juga tidak
menggubris keheranan orang lain, bagaikan segulung asap
ringan didalam berapa kali lompatan saja ia telah tiba di
depan sebuah puing-puing yang berserakan belasan kaki di
depan sana.
Dengan cepat Siau cian dapat melihat pula keadaan di
depan mata dengan jelas, ia segera menjerit kaget lalu
bersama Cay soat berlarian ke depan.
Hu yong siancu sendiri, ketika melihat rumah yang telah
didiami selama banyak tahun kini berubah menjadi puing-
puing yang berserakan, hatinya merasa sedih sekali, tapi ia
masih tetap melanjutkan langkahnya mengikuti naga sakti
pembalik sungai.
Thi gou serta Siau hong jauh sebelum Siau cian sekalian
tiba ditempat tujuan, dia telah berada di sana.
Menyaksikan bangunan rumahnya telah ludes, bahkan
diantara puing-puing yang berserakan sudah mulai
ditumbuhi rerumputan, saking sedihnya hampir saja air
matanya jatuh bercucuran.
Dalam pada itu, beberapa orang perempuan dusun telah
munculkan diri dan berdiri tak jauh dari situ, ketika Hu
yong siancu dan naga sakti pembalik sungai mencari
keterangan, barulah diketahui api membakar bangunan
rumah itu secara tiba-tiba kira-kira satu bulan berselang.
http://kangzusi.com/
Mereka berdua dan Lan See giok sekalian segera
menghitung kembali waktunya, dengan cepat mereka sadar,
sudah pasti kebakaran tersebutj merupakan hasil perbuatan
dari Say nyoo hui Gi Ci hoa, istri Oh Tin san.
Hu yong siancu merasa tak ada gunanya untuk
memandangi terus rumahnya yang telah berantakan, maka
serunya kemudian
"Mari kita percepat perjalanan, waktu yang tersedia
sudah tidak banyak lagi."
Ucapan ini segera menyadarkan kembali Lan See giok
yang dicekam hawa amarah serta Siau cian yang diam-diam
sakit hati, maka dengan membawa rasa sedih yang luar
biasa, tergesa gesa mereka meneruskan perjalanan menuju
ke belakang dusun.
Begitu keluar dari dusun, semua orang ti-dak ambil
perduli masalah lain lagi, agar bisa mencapai kuil Kwan im
an secepat mungkin, masing-masing pihak segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan meluncur
kearah hutan di balik bukit pada arah barat daya dusun itu.
Hu yong siancu amat hapal dengan daerah di sana,
karenanya semua orang mengikutinya di belakang nya.
Biarpun Gi Hui hong masih berusia sebelas dua belas
tahunan, namun ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
tidak kalah dari Siau thi gou.
Setelah menembusi hutan dan bukit yang luasnya
mencapai berapa li, secara lamat-lamat dari kejauhan sana
mulai nampak bayangan bangunan rumah.
Sambil berlarian kencang, Hu yang siancu segera
menuding ke depan sambil berseru
"Itulah Kwan im an, kuil kaum nikou yang terbesar
untuk sekitar telaga Phoa yang."
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan mendongkol Lan See giok memandang
ke depan, kuil Kwan im an luas nya mencapai ratusan
hektar dengan tiga buah bangunan utama dan dua belas
bangu-nan samping, memang keadaannya nampak keren
dan mentereng.
Terdengar Hu yong siancu berkata lagi
"Ketua kuilnya adalah Soat Yu nio yang termasyhur
karena ilmu meringankan tubuh nya dimasa lampau, dia
adalah seorang pendekar wanita yang hebat, sampai waktu
nya kuharap kalian semua bisa sedikit tahu diri."
Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak
terdengar suara lonceng dibunyikan keras-keras.
Paras muka Hu yong siancu segera berubah hebat, ia
bgerseru kaget dan segera mendongakkan kepalanya,
ternyata persis tengah hari. Lan See giok tahu tengah hari
sudah tiba, hatinya merasa sedih bercampur gelisah yang
kemudian berubah menjadi kobaran hawa amarah yang
meluap luap.
Tak tahan lagi ia segera berpekik nyaring kemudian
dengan mempercepat langkahnya, bagaikan sambaran kilat
langsung meluncur ke arah kuil kwan im an.
Suara pekikan yang begitu keras dan nyaring bergema
hingga menembusi angkasa dimana bayangan biru
berkelebat lewat, daun dan ranting sama-sama
bergoncang....
Hu yong siancu. serta naga sakti pembalik sungai cukup
menyadari perasaan Lan See giok waktu itu, apabila
membiarkan dia berlarian dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuhnya, mungkin pada saat ini sudah
Sampai ditempat tujuan.
http://kangzusi.com/
Maka semua orang segera mempercepat gerakan
tubuhnya dengan harapan bisa menyusul Lan See giok,
daripada dalam keadaan pikiran yang kalut, ia melakukan
perbuatan-perbuatan yang sama sekali di luar dugaan.
Tapi bayangan tubuh Lan See giok makin lama semakin
bertambah jauh, dalam waktu singkat telah lenyap di balik
hutan lebat di balik bangunan tersebut.
Hanya di dalam sekali pekikan panjang saja, jarak Lan-
See giok dengan Kwan im an tinggal seratus kaki saja.
"Trraaang.......Traaang.."
Bunyi lonceng masih juga berdentang.
"Tuuunnng, tuuuuungg ....."
Suara tambur, dibunyikan bertalu talu...
Dibalik suara lonceng dan tambur, lamat-lamat terselip
pula suara keleningan, bokhi dan suara orang memanjatkan
doa, membuat siapapun yang datang dengan napsu,
seketika napsu itu hilang lenyap tak berbekas.
Kobaran hawa amarah yang semula menyelimuti wajah
Lan See giok hampir saja punah dan padam tak berbekas
oleh keadaan serius dan penuh ketenangan ini.
Dalam gerak meluncurnya yang cepat menuju ke
bangunan kuil itu, ia saksikan kuil Kwan im an memang
dibangun sangat kokoh, pintu gerbangnya yang hitam
bergelang emas dihiasi dengan sepasang patung singa
berwarna hijau, tiang penyangga rumah berukirkan naga
dengan enam buah patung malaikat menghiasi di sana sini.
Saat itu pintu gerbang terbuka lebar, di atas pintu
tergantung sebuah papan nama dengan tiga buah huruf
besar yang terbuat dari emas:
"Kwan Im An."
http://kangzusi.com/
Lan See giok langsung menerjang masuk ke dalam kuil,
tapi tanpa sadar ia menghentikan langkahnya diantara
ruang beranda.
Ruang utama terdiri dari sebuah bangunan yang megah
dan kokoh, seingat Lan See giok, bangunan ini merupakan
bangunan besar yang paling megah dan pernah disaksikan
selama ini.
Lebih kurang sepuluh kaki dari pintu gerbang, masing-
masing terdapat dua buah ruang samping yang
dihubungkan satu sama lainnya dengan lorong-lorong yang
terbuat dari batu besar.
Asap dupa telah menyelimuti seluruh ru-ang tengah
waktu itu, di atas altar, tampak patung Kwan Im pousat
dalam ukuran setinggi satu kaki.
Di samping kiri dan kanan meja altar, masing-masing
duduk bersila sepuluh orang nikou setengah umur berjubah
merah yang memejamkan mata sambil berdoa.
Di belakang nikou berbaju merah itu berdiri pula ratusan
orang nikou berjubah kuning, sedang bagian yang paling
belakang terdiri dari dua ratusan orang nikou berjubah abu-
abu, jumlah mereka semua hampir mencapai tiga ratusan
orang.
Tepat di bawah meja altar, terdapat seorang perempuan
berjubah abu-abu yang duduk bersila di atas sebuah kasur
kuning dengan mata terpejam dan sepasang tangan
dirangkap di depan dada, berhubung rambutnya yang
panjang menutupi bagian wajah nya, maka bagaimanakah
raut muka, perempuan tersebut tidak kelihatan dengan jelas.
Di sisi kiri dan kanan perempuan berambut panjang itu,
masing-masing berdiri seorang nikou kecil berusia tiga
http://kangzusi.com/
empat belas tahunan, di tangan mereka membawa sebuah
nampan kemala..
Pada nampan kemala yang berada di sebelah kiri
terdapat sebuah botol porselen berwarna ungu yang penuh
berisi air suci, sedangkan pada nampan kemala sebelah
kanan terdapat sebilah pisau cukur yang tajam..
Segenap nikou yang hadir di dalam ruangan sama-sama
memejamkan matanya rapat-rapat, mereka tetap berdoa
dengan tenang, terhadap pekikan keras yang menusuk
pendengaran dari Lan See giok tadi, mereka bersikap
seolah-olah tidak merasa.
Dengan wajah termangu Lan See giok berdiri kaku
ditengah lorong, sorot matanya mengawasi seorang
perempuan berambut panjang yang berada di tengah
ruangan dengan pandangan bodoh.
Dari jubah yang begitu lebar dan rambut yang menutupi
wajahnya, ia tak sempat melihat dengan jelas apakah dia
Oh Li cu atau bukan.
Menghadapi suasana semacam ini, biarpun Lan See giok
merasa gelisah namun ia tak berani memasuki ruangan itu
secara sem-barangan, apa lagi menyingkap rambut panjang
perempuan itu serta memeriksa siapa gerangan dia?
Dengan tenang ia berdiri di situ, dengan sabar menanti
sampai kedatangan bibi Wan sekalian....
Pada saat itulah suara keleningan dibunyikan dan suara
sembahyangpun pelan-pelan mereda, serentak semua nikou
yang berada dalam ruangan berpaling dan memandang ke
arah Lan See giok dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan.
Perempuan berambut panjang yang duduk bersila di
tengah ruangan pun segera mengangkat kepalanya, seakan
http://kangzusi.com/
akan sedang mengawasi Lan See giok yang masih berdiri
dengan wajah murung dan gelisah itu ....
Suara pujian pada sang Buddha tiba-tiba berkumandang
dari belakang ruangan.
Dari belakang meja altar pelan-pelan berjalan ke luar
delapan orang nikou kecil membuat tempat dupa.
Di belakang ke delapan orang itu mengikuti tiga orang
nikou setengah umur berjubah merah yang membawa
keleningan, ada pula yang membawa Ji gi, semuanya
berwajah serius.
Dan pada bagian yang terakhir muncul seorang nikou
muda berwajah cantik yang mengenakan jubah berwarna
kuning emas.
Nikou muda tersebut mengenakan kopiah emas dengan
sebutir batu permata merah di bagian tengahnya, dengan
sorot mata yang jeli ia memandang sekejap kearah Lan See
giok yang berdiri di luar ruangan, kemudian langsung
menuju kearah perempuan berambut panjang yang duduk
ditengah ruangan itu.
Dalam pada itu ke delapan nikou cilik tadi sudah
memisahkan diri di kedua belah sisi, ketiga orang nikou
setengah umur berbaju merah itu berdiri dibelakang
perempuan be-rambut panjang. sebaliknya nikou muda
berwajah cantik tadi justru berdiri di samping perempuan
berambut panjang itu.
Lan See giok tahu, nikou muda berjubah emas itu
tentulah Soat Yu nio yang dimasa lampau termasyhur
didalam dunia persilatan karena ilmu meringankan
tubuhnya, yaitu teman lama bibi Wan.
http://kangzusi.com/
Teringat bagaimana dia membujuk bibi Wannya agar
mencukur rambut menjadi pendeta. tiba-tiba saja
amarahnya kembali berkobar...
Teringat akan bibi Wan ia menjadi sangat keheranan,
sudah begitu lama ia berdiri menanti mengapa mereka
belum juga menampakkan diri?
Ketika berpaling, dijumpai Hu yong siancu dan naga
sakti pembalik sungai sekalian telah berdiri di luar pintu
gerbang dengan sikap tenang dan wajah mereka diliputi
keseriusan.
Pada saat inilah mendadak dari arah ruang utama
berkumandang suara pujian kepada sang Buddha.
Menanti Lan See giok berpaling kembali, ia jumpai Soat
Yu nio atau nikou muda berwa-jah cantik itu sudah
mendekati nikou kecil yang membawa air suci, tangannya
yang lentik segera ditutulkan pada air suci tadi. Kemudian
ia menghampiri perempuan berambut panjang itu.
mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan melentikkan
kelima jari tangannya. bagaikan titik air hujan, air suci itu
segera membasahi kepala serta dada perempuan berambut
panjang itu.
Kemudian alat-alat musik upacara pun dibunyikan
mengiringi pembacaan doa.
Lan See giok tahu. sebentar lagi perempuan berambut
panjang itu akan kehilangan rambutnya dan sepanjang
hidup menjadi pendeta...
Berhubung Hu yong siancu sekalian belum juga masuk
ke dalam, Lan See giok semakin menyimpulkan kalau
perempuan berambut panjang itu bukan Oh Li-cu.
karenanya diapun ingin mengundurkan diri dari kuil,
http://kangzusi.com/
menanti upacara sudah selesai. dia baru akan mencari
persoalan dengan Soat Yu-nio.
Suara keleningan berbunyi lagi memecahkan keheningan
ruangan.
Pelan-pelan pembacaan doa mulai mereda, kemudian
suasana di seluruh ruangan pun dicekam dalam keheningan
yang luar biasa.
Melihat hal ini, tanpa terasa Lan See-giok menghentikan
pula langkah tubuhnya yang hendak mengundurkan diri
dari situ.
Tampak Soat Yu-nio mendekati kembali nikou kecil
yang membawa baki berisi pisau kecil, kemudian sambil
membawa pisau cukur itu dia kembali lagi kehadapan
perempuan berambut panjang tadi seraya berkata dengan
lembut.
"Setelah rambutmu dicukur, maka sepanjang hidup kau
akan menjadi pendeta. hidup dan mati sebagai murid
Buddha yang terikat oleh peraturan. kau harus melupakan
segala budi dan dendam. memandang kejayaan kekayaan
dan kemiskinan sebagai asap yang mengangkasa."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius
dia berkata kembali.
"Sejak kini perasaanmu harus setenang air, sepanjang
hidup tak boleh menjadi preman kembali, bersediakah
kau?"
Perempuan berambut panjang itu pelan-pelan
mengangguk dengan gerakan yang berat.
Soat Yu nio manggut-manggut, kemudian berkata lebih
jauh.
http://kangzusi.com/
"Sekarang kuijinkan kepadamu untuk bertemu muka
dengan dunia keramaian sebelum kucukur rambutmu
menjadi gundul, bukalah matamu lebar-lebar, bila saat ini
kau merasa menyesal, dipersilahkan segera meninggalkan
kuil ini!"
Sembari berkata dia menyingkap rambut yang menutupi
wajah perempuan tersebut dengan tangan kirinya.
Lan See giok segera dapat menyaksikan raut wajah orang
itu dengan jelas, sekujur badannya gemetar keras, paras
mukanya berubah sangat hebat .....
Ternyata perempuan berambut panjang itu tidak lain
adalah Oh Li cu yang basah wajahnya oleh airmata, tapi
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok saat itu, dia
hampir gila menghadapi kenyataan begini, dengan suara
menggeledek segera bentaknya.
"Jangan ......."
Terdorong oleh luapan emosi, dia sudah melupakan
segala tata krama dan sopan santun lagi. ditengah bentakan
keras, bagai-kan segulung asap tubuhnya meluncur ke
dalam ruangan ....
Tampaknya Hu yong siancu sama sekali tidak
menyangka kalau Lan See giok bakal menerjang ke dalam
ruangan secara kasar dan sembrono, menanti die berniat
menghalangi maksudnya, keadaan sudah terlambat.
Serentak semua nikou yang berada di dalam ruangan itu
melompat bangun sambil menjerit kaget.
Beberapa kali bentakan keras bergema memecahkan
keheningan, ketiga nikou setengah umur berjubah merah itu
serentak menghadang di depan ruangan, sementara ke
http://kangzusi.com/
enam buah telapak mereka diayunkan bersama ke depan
melepaskan segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat
.....
"Minggir...." bagaikan orang kalap Lan See giok segera
membentak keras.
Ditengah bentakan, sepasang telapak tangannya
melancarkan serangkaian serangan gencar, ditengah
benturan yang nyaring. tahu-tahu tubuhnya sudah
menembus lapisan angin pukulan dari ke tiga nikou
setengah umur itu dan langsung menyerbu ke dalam ruang
utama.
Belum pernah ketiga orang nikou setengah umur itu
menyaksikan kepandaian silat semacam ini, serentak
mereka jadi tertegun dan mundur setengah langkah tanpa
terasa.

Tubuh See giok meluncur ke depan dengan cepat, begitu


melampaui ketiga orang nikou setengah umur tersebut dia
langsung menyerbu ke ruang altar.
Peristiwa ini kontan saja membuat segenap nikou yang
hadir dalam ruangan sama-sama memperlihatkan rasa kaget
den terkesiap, namun ke delapan nikou kecil memegang
tempat dupa itu justru mengangkat tempat dupa masing-
masing sambil menghadang jalan pergi Lan See giok.
Dalam waktu singkat Lan See giok sudah menerjang
masuk ke ruang tengah, namun setelah menyaksikan patung
di depan altar dan asap dupa yang menyelimuti seluruh
ruangan, pikiran yang sedang kalut tadi seketika menjadi
terang kembali.
Tapi begitu menyaksikan Oh Li cu yang masih duduk
bersila dengan air mata bercucuran, kemudian menyaksikan
http://kangzusi.com/
wajah cantik yang dingin kaku dari Soat Yu nio, api
kegusaran yang baru saja padam sekali lagi menggelora.
Tiba-tiba terdengar Soat Yu nio berseru kepada ketiga
orang nikou yang masih berada di ruangan itu:
"Huhoat bertiga, segera kalian usir lelaki kasar ini dari
ruangan!"
Ketiga orang nikou setengah umur itu segera mengiakan
dan bersama-sama menghampiri Lan See giok.
Menghadapi keadaan demikian Lan See giok gusar
sekali. dia segera membalikkan badannya lalu dengan
kening berkerut bentak nya keras-keras.
"Jika kalian bertiga berani maju selangkah lagi, akan
kubunuh kalian segera!"
Oleh sikap Lan See giok yang begitu garang dan penuh
kewibawaan, kontan saja ketiga nikou tersebut jadi terkejut
dan serentak menghentikan langkah mereka.
Sekujur badan Soat Yu nio turut gemetar keras,
wajahnya yang cantik berubah menjadi hijau membesi,
dengan kening berkerut katanya.
"Semenjak memasuki kuilku ini sikapmu sudah kurang
ajar dan tak tahu tata krama, di samping mengganggu
ketenangan, mengacau pula upacara yang sedang kami
selenggarakan, dosamu tak bisa diampuni lagi. Tapi
mengingat kau masih muda dan tak tahu urusan, kuminta
sekarang juga kau tinggalkan, kuil ini dan berbicara bila
upacara telah usai nanti ...."
"Tidak bisa!" tukas Lan See giok sebelum pihak lawan
menyelesaikan kata katanya.
"Kalau tidak bisa lantas mau apa kau?" seru Soat Yu nio
penuh amarah.
http://kangzusi.com/
Sambil menunjuk ke arah Oh Li cu, kata See giok.
"Sekarang juga akan kubawa dia dari tempat ini!"
"Atas kemampuan apa kau hendak mengajaknya pergi
dari sini... ?"
"Dia adalah istriku, tentu saja aku berhak untuk
mengajaknya pergi dari sini."
Oh Li cu yang masing duduk bersila sambil
memejamkan matanya itu segera menutup wajahnya
dengan kedua belah tangan, tubuhnya gemetar keras, ia
mulai menangis tersedu sedu.
Tampaknya Soat Yu nio merasa di luar dugaan akan
jawaban tersebut, tapi ia toh mendesak kembali.
"Siapa yang bisa membuktikan bahwa dia adalah
istrimu.."
"Dua ribu orang anggota Wi lim poo, tiga ratus dua
puluh orang komandan kapten kapal, kepala regu,
semuanya merupakan saksi hidupku..."
Sementara berbicara, dia menyaksikan Hu yang siancu
telah berdiri di luar ruangan, maka sambil menuding ke
depan serunya lagi.
"Masih ada lagi bibi Wan ku itu!"
Dengan wajah murung dan gelisah Hu yong siancu
segera melangkah masuk ke dalam ruangan dan langsung
menghampiri Soat Yu nio lalu setelah memberi hormat
katanya.
"Adik Soat aku datang terlambat, hatiku sungguh merasa
amat menyesal"
Sebagai seorang pimpinan kuil. biarpun hubungan Soat
Yu nio dengan Hu yong siancu bagaikan kakak beradik,
http://kangzusi.com/
namun di-dalam keadaan demikian dia pun tak ingin
merusak peraturan yang berlaku di dalam kuilnya, maka
dengan cepat dia membalas hormat seraya ujarnya:
"Sekarang upacara telah dimulai, terpaksa pinto harus
bekerja menurut peraturan, biar pinni bertanya lagi kepada
nona Be...."
Lan See giok tahu, apabila Oh Li cu menganggukkan
kepalanya maka tiada kesempatan lagi baginya untuk
merubah keadaan tersebut, buru serunya kemudian.
"Tidak bisa, tidak bisa, kau tak bisa memenuhi
keinginannya itu...."
Melihat anak muda itu tak tahu diri, Soat Yu nio
membentak lagi dengan mendongkol .
"Kalau tidak menuruti kemauannya, lantas harus
menuruti kemauan siapa?"
Lan See giok tahu bahwa keadaan sudah berkembang
menjadi suasana yang tak enak, maka dia bertekad untuk
bekerja tidak kepalang tanggung. dia berniat akan
mengobrak abrik kuil Kwan-im an tersebut. agar
dikemudikan hari pun Hu yong siancu tidak tergoda
pikirannya untuk mencukur rambut menjadi pendeta.
Berpikir demikian, ia lantas menunjuk pada diri sendiri
sambil menyahut.
"Menurut kemauanku.."
"Kalau menuruti kemauanmu lantas bagai mana?"
bentak Soat Yu nio lagi dengan tubuh gemetar keras,
"Turuti perintahku untuk memberi pakaian preman
kepadanya agar dia bisa bertukar pakaian dan segera pulang
bersamaku"
http://kangzusi.com/
Soat Yu nio segera mendongakkan kepala nya dan
tertawa keras penuh amarah,
"Kau anggap Kwan im an adalah rumah makan atau
penginapan yang bisa datang kalau mau datang dan bisa
pergi bila ingin pergi...."
Lan See giok cukup tahu bahwa masalahnya tidak akan
diselesaikan secara mudah. hal mana membuat hatinya
semakin gelisah, sementara dia merasa terdesak dan tak
mampu menjawab, mendadak terdengar siau thi gou yang
berada di luar ruangan telah berteriak keras,
"Engkoh Giok. buat apa kau mesti banyak berbicara
dengannya? Lebih baik kita lepaskan api dan kita bakar kuil
Kwan im an ini, coba kita lihat apakah mereka akan
membiarkan enci Lan pergi dari sini atau tidak"
Sambil berkata dia lantas membalikkan badan dan
menuju ke sudut ruangan siap menyulut api.
"Thi gou kembali!" naga sakti pembalik sungai segera
membentak keras.
Terpaksa Siau thi gou menghentikan langkahnya. tapi
sama sekali tak berniat untuk balik ke posisi semula.
Tampaknya Si Cay soat juga merasa amat tidak puas
terhadap pemimpin kuil Kwan im an tersebut. sambil
menoleh kearah Thi gou, sengaja dia menyindir.
"Buat apa kau mesti gelisah? Tunggu saja sampai dia
enggan melepaskan enci Lan dari sini, saat itulah baru kita
bakar kuil nya ini sampai rata dengan tanah.”
Mendengar kata-kata tersebut hampir jatuh pingsan Soat
Yu nio saking gusarnya, dia sama sekali tidak menyangka
kalau kawanan anak muda tersebut begitu kurang ajar dan
http://kangzusi.com/
tak tahu peraturan, karena itu timbul niatnya untuk
memberi pelajaran yang setimpal kepada mereka semua,
Sambil tertawa dingin dengan sorot mata yang tajam dia
memandang sekejap kearah Siau cian dan Cay soat sekalian
yang berada di luar ruangan, kemudian katanya kepada Lan
See giok dengan suara dalam.
"Semenjak kuil kami didirikan dan hingga kini, berlaku
peraturan yang berbunyi bahwa jika ada orang yang semula
berniat mencu-kur rambut. kemudian mengurungkan
niatnya, maka dia mesti mampu menembusi barisan Sam
cay tin dari ketiga orang pelindung hukum kami…"
Lan See giok tidak membiarkan Soat Yu nio
menyelesaikan kata katanya, setelah tertawa angkuh
serunya.
"Jangan lagi baru ketiga orang pelindung hukummu, biar
kau sendiri juga tak akan kupandang sebelah matapun
mengerti?"
Soat Yu nio betul-betul amat gusar sehingga badannya
gemetar keras, serunya kemudian dengan gemas.
"Perduli kau akan memandang sebelah mata terhadap
kami atau tidak. pokoknya kau mesti mencoba untuk
menembusi barisan kami ini sebelum dapat mengajak
istrimu pergi meninggalkan tempat ini...".
"Asal kau sudah mempersiapkan diri, tentu akan kuiringi
kehendakmu itu" jawab See giok sambil tertawa-angkuh:
Soat Yu-nio menganggap sikap See-giok kelewat
sombong dan tekebur, sikap beginilah yang membuatnya
tidak tahan, ia bertekad akan melenyapkan kesombongan
pemuda tersebut. maka setelah mendengus marah katanya,
http://kangzusi.com/
"Hmm. Melihat sikap angkuhmu itu, aku jadi muak,
hati-hati kalau sampai kalah dalam pertarungan nanti..."
"Kalau aku kalah, pasti akan kuhabisi nyawaku sendiri,
jadi kau tak usah menguatirkan diriku lagi." tukas sang
pemuda ketus.
Mendengar perkataan ini Soat Yu nio segera mengiakan
dengan marah, cahaya emas berkelebat lewat, dia sudah
melompat ke luar dari ruangan tersebut.
Oh Li cu yang selama ini memandang dengan air mata
bercucuran. kontan saja menjerit sambil menangis keras.
"Jangan. jangan, adik Giok, kau tak boleh berbuat
demikian."
"Kalau begitu kau harus menyanggupi permintaanku
untuk segera pulang bersamaku!" seru See giok
memanfaatkan kesempatan ini.
Mendengar seruan mana, sekali lagi Oh Li Cu menutup
mukanya sambil menangis tersedu-sedu.
Dalam pada itu, Soat Yu Nio yang telah berdiri ditengah
halaman setelah memandang kearah See-giok sambil
tertawa dingin, serunya dengan marah,
"Kau tidak usah membuang waktu dengan percuma,
mau pergi dari situ atau tidak, dia tak akan mampu
mengambil keputusan sendiri"
Lan See giok bertambah gusar, tidak nampak gerakan
apa yang telah digunakan olehnya, tahu-tahu diantara
bayangan biru yang berkelebatan lewat, dia sudah tiba di
luar ruangan.
Dalam pada itu. ketiga orang nikou setengah umur tadi
sudah berada di luar ruangan. begitu melihat See giok
muncul. mereka segera berkata kepada Soat Yu nio,
http://kangzusi.com/
"Lapor An-cu, biar tecu sekalian dengan barisan Sam cay
tin yang membekuk manusia latah ini"
Soat Yu-nio memang ada niat membiarkan ketiga orang
nikou setengah umur itu mencoba kepandaian silat dari See
giok lebih dulu. Maka sahutnya sambil manggut-manggut.
"Ehmm cuma kalian mesti berhati hati."
Lan See giok mendengar ucapan mana, kontan saja
mendongakkan kepalanya dan tertawa keras.
“Kalian bertiga yang mencari penyakit buat diri sendiri.
jangan salahkan kalau akupun tak akan memberi muka lagi
kepada kalian bertiga. “
Ketiga orang nikou setengah umur itu membentak
bersama. bayangan merah berkelebat lewat. mereka telah
mengepung Lan See giok ditengah arena,.
Hu yong siancu berdiri seorang diri diatas tangga
ruangan, selama ini dia mencoba ingin berbicara, tapi tiada
kesempatan bagi nya untuk turut menimbrung, dia tahu bila
ingin mengajak pulang 0h Li cu, hanya jalan semacam
inilah yang dapat ditempuh. Tapi dia dan Soat Yu nio
memiliki hubungan yang sangat erat dalam hubungan
persahabatan, semestinya dia memberi peringatan kepada
rekannya itu agar Soat Yu nio tahu bahwa tenaga dalam
yang dimiliki Lan See giok telah mencapai suatu tingkatan
yang luar biasa, namun ia tak pernah memperoleh
kesempatan untuk berbuat demikian.,
Dalam pada itu, ke tiga orang nikou yang berposisi
dalam barisan Sam cay tin telah memuji keagungan sang
Buddha menyusul suara bentakan. serentak tubuh mereka
ber-putar kencang.
Lan See giok tertawa terbahak bahak menghadapi
kejadian seperti ini, ejeknya.
http://kangzusi.com/
"Haahhh... haaahhhh... haaahhh... dengan
mengandalkan barisan semacam ini pun ingin menangkap
aku?!"
Sekali lagi tubuhnya berkelebat lewat, seketika itu juga
muncul belasan sosok bayangan manusia berbaju biru yang
beterbangan diantara kurungan ke tiga orang nikou
setengah umur itu seperti kupu-kupu yang sedang menari.
Bila dibandingkan dengan gerakan tubuh ke tiga nikou
setengah umur itu, maka kecepatannya masih beberapa kali
lipat lebih hebat.
Ketiga orang nikou setengah umur itu baru terperanjat
setelah menyaksikan kejadian ini. mereka merasakan
pandangan mata nya menjadi kabur, angin serangan yang
tajam menusuk badan. berpuluh puluh bayangan biru itu
berputar kian lama kian bertambah cepat…
Dengan wajah berubah hebat Soat Yu nio segera
membentak keras. "Cepat tahan…"
Lan See giok tertawa terbahak bahak, menirukan logat
Soat Yu nio ejeknya.
"Sekarang mau tahan atau tidak. bukan kau yang berhak
untuk memberi perintah."
Bersamaan dengan selesainya berbicara, gerakan
tubuhnya segera berubah, berpuluh puluh sosok bayangan
biru itu segera berobah menjadi segumpal bayangan pelangi
berwarna biru yang melingkari ke tiga orang nikou tersebut.
Ketika ke tiga orang nikou tadi mencoba untuk berputar
terus, tahu-tahu saja pandangan matanya terasa kabur.
angin tajam menderu deru dan keadaannya benar-benar tak
mampu untuk dipertahankan lebih lanjut. Soat Yu nio
benar-benar tertegun, demikian juga ratusan orang nikou
yang berada dalam ruangan utama.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu pun sadar bila keadaan seperti ini
dibiarkan berlangsung terus, sejenak kemudian ketiga orang
nikou itu akan kehabisan tenaga dan akhirnya jatuh ping-
san.
ooo0dw0ooo

BAB 40
SADAR akan keadaan yang kritis, dengan suara dalam
perempuan itu membentak keras.
"Kini barisan Sam cay tin sudah hancur, mengapa kau
belum juga menghentikan gerakan tubuhmu?."
Bayangan pelangi biru segera berkelebat lewat,
bersamaan dengan menggemanya ucapan mana, Lan See-
giok telah melayang kembali ke depan ruang utama.
Ketiga orang nikou setengah umur itu kontan saja roboh
ke atas tanah dengan wajah pucat pias dan napas terengah-
engah, pelan membasahi seluruh tubuh mereka, mata terasa
berat dan tak mampu dipentangkan kembali.
Soat Yu nio merasa mendongkol bercampur gusar, dia
tahu nama besarnya akan jatuh pecundang pada hari ini,
tapi ibarat menunggang di punggung harimau. posisi nya
sekarang benar-benar serba susah. mau mundur tak bisa
mau majupun tak dapat, terpaksa dia harus mengeraskan
kepala untuk menghadapi segala sesuatunya. Maka setelah
memandang sekejap kearah ratusan orang nikou didalam
ruangan, sambil menuding ketika nikou setengah umur
yang sudah tergeletak di tanah itu serunya keras.
"Gotong mereka pergi!"
Baru selesai ia berkata, belasan orang nikou berbaju abu-
abu telah berlarian menuju ke depan. lalu dengan panik dan
http://kangzusi.com/
gugup mereka gotong ketiga orang nikou setengah umur itu
lari masuk lewat pintu samping,
Lan See giok memandang sekejap kearah ketiga orang
nikou yang digotong masuk tersebut, kemudian ditatapnya
wajah Soat Yu nio lekat-lekat sambil jengeknya dingin:
"Sekarang sudah tiba giliran An cu untuk memberi
pelajaran kepadaku!"
"Pinni adalah seorang pemilik kuil, sudah sepantasnya
bila tamu yang mengajukan persoalan" jawab Soat Yu nio
sambil tertawa keras penuh amarah.
Lan See giok tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haahhh.. haahh.. kalau memang begitu, biar
kumohon pelajaran tentang ilmu meringankan tubuh yang
pernah An cu andalkan untuk menjagoi dunia persilatan
dimasa lampau."
Sekali lagi soat Yu nio mendengus gusar.
"Bagaimana caranya bertanding silahkan kau memberi
petunjuk sedang tentang ilmu meringankan tubuh yang
menjagoi dunia. itu mah hanya pujian dari rekan-rekan
dimasa lalu. belum pernah pinni membanggakan diri
tentang kelebihan semacam ini,"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Hu yong
siancu. segera terpikir olehnya suatu cara bertanding yang
adil, maka cepat-cepat katanya.
"Berbicara soal ilmu meringankan tubuh, maka yang
menjadi pokok persoalan adalah masalah cepat, kebetulan
sekali musim buah Tho sedang tiba di luar kuil. An cu dan
anak Giok boleh masing-masing mengambil sebutir buah
tho, siapa yang tiba di ruangan lebih dulu dialah yang
berhasil unggul!"
http://kangzusi.com/
Tampaknya naga sakti pembalik sungai dapat meraba
maksud hati Hu-yong siancu, maka dia segera menimpali.
"Ucapan Han lihiap benar, cara. demikian memang
terhitung cara yang paling adil"
Soat Yu-nio adalah seorang yang cerdik, tentu saja
diapun tahu bahwa cara tersebut amat menguntungkan
dirinya. karena Hu yong siaucu memang sengaja memberi
kesempatan kepadanya untuk melindungi nama baiknya,
sudah barang tentu diapun tak ingin menolak, namun dia
juga tidak mengangguk sebagai pernyataan persetujuannya.
Kecerdasan Lan See-giok memang jauh melebihi siapa
saja, dia segera berpikir setelah mendengar usul mana.
"Aku tidak hapal dengan keadaan di luar kuil. padahal
hutan hijau menyelimuti luar kuil itu. tidak kuketahui hutan
buah tho berada dimana dan berjarak berapa jauh.... posisi
demikian jelas tidak menguntungkan bagiku"
Namun teringat akan kesulitan yang dihadapi bibinya,
terpaksa diapun mengangguk memberikan persetujuannya.
"Demikianpun ada baiknya juga, tapi aku tidak hapal
dengan daerah sekitar tempat ini. aku harus melihat dulu
daerahnya dengan diantar satu dua orang siau-suhu
sebelum pertandingan boleh dilakukan....."
Mendengar perkataan tersebut, ratusan nikou yang
berada didalam ruangan jadi tertegun dan saling
berpandangan muka. bahkan Hu yong siancu serta Soat Yu-
nio sendiripun tidak habis mengerti apa maksud tujuan
anak muda tersebut.
Lau See-giok berpaling. dia jumpai diatas ruang tengah
lebih kurang tujuh delapan kaki didepannya sana. telah
berdiri lima orang nikou kecil berusia dua tiga belas
http://kangzusi.com/
tahunan yang sedang melototkan mata mereka yang kecil
mengawasinya dengan kebingungan.
Maka dengan cepat tubuhnya melesat ke depan dan
menghampiri ke lima orang nikou cilik tersebut.
Pada hakekatnya ke lima orang nikou kecil itu tidak
menyangka kalau ada orang akan menerjang ke hadapan
mereka pandangan matanya terasa silau. Angin lembut
berhembus lewat. sebelum mereka sempat berteriak, dua
diantara mereka sudah disambar pemuda itu.
Dengan menggandeng kedua orang nikou cilik tadi,
tanpa menghentikan gerakan tubuhnya Lan See giok
memutar badan dan melayang kembali ke posisi semula,
semua gerakan dilakukan lambat nampaknya tapi
sesungguhnya cepat sekali.
Tiba kembali pads posisi semula. dia letakkan kedua
orang nikou itu ke tanah, kemudian berkata sambil tertawa.
"Kuminta suhu kecil berdua bertindak sebagai saksi.”
Sewaktu pergi dan kemudian kembali Lan See-giok telah
mempergunakan dua macam gerakan tubuh yang berbeda.
ini membuat ratusan orang nikou yang menyaksikan
peristiwa itu semakin termangu.
Soat Yu-nio juga sadar kalau kepandaian silatnya masih
kalah jauh bila dibandingkan dengan pemuda ini. daripada
mendapat malu ia berhasrat untuk mengaku kalah dan
membiarkan pemuda itu berlalu sambil membawa
gadisnya, hanya tidak diketahui olehnya pemuda
darimanakah dia, mengapa memiliki kepandaian silat yang
amat hebat?
Sementara dia masih termenung. tiba-tiba kedengaran
suara teriakan gembira berkumandang dari luar pintu kuil.
http://kangzusi.com/
"An cu, aku datang membawa kabar gembira, Tiga
manusia aneh dari luar lautan telah terbunuh ditangan
pejabat pocu baru dari benteng Wi lim poo"
Ketika semua orang berpaling, tampaklah di muka pintu
telah berdiri seorang kakek berusia tujuh puluh tahunan
yang berambut putih panjang sedang berlarian masuk ke
dalam ruangan.
Diatas punggung orang itu tergantung dua buah
bungkusan besar berisi lilin dan hio.
Ratusan orang nikou yang pada dasarnya sudah dibuat
tertegun, kini semakin termangu lagi melihat kemunculan
kakek tersebut, dengan kening berkerut Soat Yu nio
menghampiri kakek itu, kemudian tegurnya,
"Tio Huang, apa yang lagi kau igaukan?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh kakek itu berkata lagi.
"An-cu, kali ini aku Thio Huang bukan lagi mengigau,
karena kebanyakan minum arak. berita gembira ini
merupakan suatu kenyataan, pejabat pocu yang baru dari
Wi lim poo telah membacok mampus Wan san popo serta
Si-to cinjin. menghancur lumatkan pula tubuh Lam-bay-
lokoay, sekarang kota Tek an sudah digemparkan oleh
berita besar tersebut, itulah sebabnya aku pulang agak
pagian hari ini. karena aku ingin An-cu mengetahui berita
besar ini secepatnya."
Cay soat, Siau cian dan Siau hong yang menyaksikan
kekocakan kakek itu akhirnya tak bisa menahan rasa
gelinya lagi dan segera tertawa cekikikan.
Tio Huang sama sekali tidak menggubris Siau cian
sekalian. sambil tetap memandang kearah Soat Yu nio yang
sedang berkerut kening. dia berkata lebih jauh,
http://kangzusi.com/
"An cu. konon Lan See giok si pocu baru itu masih
muda. tampan dan berilmu tinggi. seperti juga jago pedang
baju biru dimasa lampau, diapun gemar mengenakan
pakaian biru...."
Mendengar perkataan ini, paras muka Soat Yu nio segera
berubah hebat, keningnya berkerut kencang lalu sambil
mengulapkan tangannya ia berseru dengan suara berat.
"Hmmm, mulutmu bau arak. kalau bukan lagi mengigau
tentu sudah mabok hebat, ayo cepat mundur darisini."
"Baik, baik nona, aku memang amat bodoh" seru Tio
Huang sambil manggut-manggut berulang kali. "Tanpa
terasa aku menyinggung lagi soal Koh ya si jago pedang
baju biru sehingga membuat hatimu amat sedih. ..."
Sepasang bibir Soat Yu nio pucat pias, matanya basah
dan tubuhnya gemetar, entah dia lagi sedih ataukah marah?
Sementara itu Siau thi gou telah tertawa terbahak-bahak,
sambil menepuk bahu Tio Huang. katanya sambil tertawa:
"Dialah Lan pocu yang kau maksudkan tadi."
Sembari berkata dia lantas menuding ke arah Lan See
giok yang berdiri dengan wajah runyam dan serba salah itu.
Mula-mula Tio Huang agak terkejut. Lalu sambil
memburu ke depan digenggamnya tangan pemuda itu
sambil berseru dengan nada terkejut bercampur girang.
"Aaah. aaah-kau memang sangat hebat.. toa enghiong.
toa enghiong."
Lan See giok tidak membiarkan Tio Huang
menyelesaikan kata katanya. sambil menunjuk kedua
bungkusan besar yang menggembol dipunggungnya dia
berkata sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Kau tentu amat lelah sesudah menempuh perjalanan
jauh, silahkan beristirahat dulu.."
"Haaahhh..haaah.haaahh, kau memang baik orangnya.."
sambil tertawa tergelak Tio Huang manggut-manggut,
Kemudian sambil menggotong kedua buntalan besarnya
dia membalikkan badan dan beranjak pergi.
Pada saat itulah nikou yang berkumpul diatas undak
undakan ruangan telah menyingkir semua ke samping,
kemudian tampak seorang gadis cantik berbaju biru digusur
ke luar oleh enam orang nikou setengah umur yang berbaju
merah.
Ketika Len See giok sekalian berpaling mereka segera
mengenali orang itu sebagai Oh Li cu yang berwajah
murung dan sudah memakai pakaian preman kembali.
"Enci Lan...." Cay soat dan Siau cian segera bersorak
gembira. Di tengah teriakan itu, tubuhnya segera berlarian
ke depan..
Dengan pandangan berterima kasih Oh Li cu
memandang sekejap kearah Cay soat dan Siau cian, lalu
didampingi kedua orang itu, mereka langsung menuju
kehadapan Hu yong siancu.
Melihat Oh Li cu telah mengenakan pakaian preman
kembali, Hu yong siancu merasa amat gembira, dengan
senyum di kulum ia segera menyongsong.
Tiba di depan perempuan tadi, Oh Li cu segera jatuhkan
diri berlutut, airmatanya tak tahan lagi jatuh bercucuran,
"Anak bodoh, ayo cepat bangun, setelah berterima kasih
kepada An-cu kita harus berangkat," seru Hu yong siancu
kemudian sambil tertawa.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu mengiakan dan segera memberi hormat kepada
Soat Yu nio...
Soat Yu nio balas memberi hormat, lalu kepada ke enam
Orang nikou setengah umur berbaju merah itu tanyanya:
"Apakah kalian setuju kalau nona Be meninggalkan tempat
ini?"
Ke empat orang nikou setengah umur berbaju merah itu
bersama sama menyahut, salah seorang diantara mereka
segera men-jawab:
"Lan pocu telah menuruti peraturan dengan berhasil
melewati barisan Sam cay tin dari ketiga orang pelindung
hukum sedang nona Be juga bersedia untuk pula dan
berunding dulu dengan suaminya sebelum mengambil
keputusan terakhir, oleh sebab itu dia telah berganti pakaian
preman lagi."
Soat Yu nio sebenarnya sudah memahami maksud hati
ke enam rekannya itu, dan saja ia tak dapat mendesak
kepada mereka dihadapan rekan-rekan nikou yang lain
seraya manggut-manggut katanya. kemudian kepada Lan
See giok dengan wajah berseri
"Kalian berdua memang sepasang sejoli yang pantas, ku
berharap sekembalinya dari-sini kau bisa merawatnya baik-
baik, kalau tidak, bila ia sampai datang kemari lagi, biarpun
kau bakar ludas kuil kami, belum tentu dia akan berubah
pikiran."
Berhubung Oh Li cu sudah bersedia kembali, Lan See
giok merasa tujuannya telah tercapai, maka katanya
kemudian seraya menjura:
“Terima kasih banyak atas kebaikan An cu."
Hu yong siancu juga segera berkata kepada Soat Yu nio
sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Semua ongkos pengeluaran atas diselenggarakannya
upacara hari ini akan kubayar semua, sebentar akan
kukirim orang menyampaikan kepada An-cu, disamping
akan kudermakan pula seratus tahil perak, seribu tahil emas
dan lima puluh koli kain untuk kalian”
Buru-buru Soat Yu nio sekalian mengucapkan terima
kasih.
Hu yong siancu sekalian ingin secepatnya kembali ke Wi
lim poo, maka setelah berpamitan mereka segera menuju ke
tepi telaga Phoa yang dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh masing-masing...
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai bergerak
dipaling muka, kemudian disusul Siau cian, Cay soat dan
Oh Li cu, di belakangnya adalah Thi gou dan Siau hong
sedangkan Lan See giok berada dipaling belakang.
Tak lama kemudian mereka sudah tiba kembali di dusun
nelayan kecil itu.
Ketika lewat di depan rumah kediaman Hu yong siancu
yang terbakar, Oh Li cu berpaling kearah Siau cian dan
tanyanya:
"Adik Cian, apakah bibi sudah melihat hal ini?"
Siau cian manggut-manggut.
"Yaa, benar-benar tak kusangka Say nyoo hui si rase tua
itu betul-betul seorang perempuan yang tak tahu malu.”
Oh Li cu menghela napas sedih dan membungkam
dalam seribu bahasa ....
Mereka langsung naik ke perahu naga emas setibanya di
tepi pantai kemudian menitahkan kepada para dayang agar
kembali ke benteng Wi lim poo.
http://kangzusi.com/
Dalam ruang perahu diselenggarakan perjamuan yang
meriah, masing-masing orang berbicara dan bergembira
tiada hentinya.
Oh Li cu sebenarnya sudah bertekad untuk mencukur
rambutnya menjadi pendeta sampai ia menyaksikan Lan
See giok menerjang masuk ke dalam kuil dengan wajah
gelisah, pikirannya baru mengalami perubahan .....
Apa lagi setelah ia mendengar Lan See giok
mengakuinya sebagai istrinya dihadapan umum, hampir
menangis tersedu si nona tersebut saking terharunya, sebab
ucapan itu tak pernah disangka sebelumnya ... .
Kini, dia baru tahu bahwa pemuda pujaan hatinya itu
sudah menjadi seorang tokoh persilatan yang nama
besarnya telah menggemparkan seluruh kolong langit.
Ketika tiba kembali di benteng Wi lim poo, suasana
dalam benteng tersebut terang benderang bermandikan
cahaya, di sana sini kedengaran orang sedang berbincang
bincang sambil tertawa gembira.
Ketika perahu naga emas telah tiba di benteng bagian
dalam, Lan See giok sekalian segera merasakan pandangan
matanya menjadi silau....
Suasana terang benderang bermandikan cahaya,
penjagaan amat ketat tapi semuanya bersih dan rapi.
Yang membuat Lan See giok tertegun adalah pintu
gerbang gedung kediaman Oh Tin san yang terbuka lebar,
cahaya lentera menerangi semua tempat, malah dari dalam
gedung telah muncul segerombol dayang yang menyambut
kedatangan mereka di depan pintu.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu saat ini jauh lebih cerah
dan gembira, melihat semua orang tertegun bercampur
keheranan, sambil tertawa kata kemudian:
http://kangzusi.com/
"Bibi, Thio lo enghiong, oleh karena anak Lan telah
bertekad akan mencukur rambut menjadi nikou, maka
sebelum meninggalkan benteng ini, anak Lan telah
memimpin segenap dayang untuk melakukan pembersihan
atas semua gedung bagian belakang .......
Mendengar perkataan tersebut, Hu yong siancu sekalian
seperti memahami akan sesuatu, tanpa terasa mereka
berpaling dan memandang sekejap keluar perahu.
Terdengar Oh Li cu berkata lebih jauh.
"Pagoda air kupersiapkan bagi adik Giok untuk
membaca dan mengasingkan diri, ruang tengah buat bibi,
ruang kanan buat adik Soat sedangkan ruang yang sekarang
anak Lan tempati kuberikan untuk adik Cian..."
Cay soat yang menyaksikan Oh Li cu dapat menyusun
semua perencanaan dengan matang, hati kecilnya merasa
amat gembira, tanpa terasa ia berseru sambil tertawa
cekikikan:
"Enci Lan, bagaimana dengan kau sendiri?"
Agak memerah selembar wajah Oh Li cu, baru saja dia
hendak mengatakan sesuatu, Hu yong siancu telah berkata
pula sambil tertawa ramah:
"Aku sudah tua, sudah sepantasnya jika kucari sebuah
gedung kecil yang terpencil untuk meneruskan hari tuaku,
biar gedung tengah ditempati oleh anak Lan!"
Siau cian seperti teringat akan sesuatu, tanpa sadar ia
berseru:
"Aaah, bukankah gedung bagian tengah terdapat ruang
rahasia yang merupakan kuburan Phoa yang ong?"
Sambil tertawa Oh Li cu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, ucapnya:
http://kangzusi.com/
"Aaah, itu cuma bohong-bohongan saja..."
Tergerak hati See giok dan Siau cian, serentak mereka
bertanya bersama:
"Apakah enci Lan telah memeriksa dengan seksama?"
Oh Li cu tersenyum dan manggut-manggut:
"Sebentar pasti akan ku ajak bibi sekalian untuk melihat
lihat dengan lebih seksama..."
Belum selesai ia berkata, perahu naga emas telah
bersandar di atas tanggul kanan, maka semua orang pun
turun dari perahu itu.
Ketika para dayang melihat nona mereka muncul dari
atas perahu naga emas, kejut dan gembira menyelimuti
perasaan mereka semua, serentak mereka berdatangan
untuk memberi hormat kepada Hu yong siancu dan Lan
See giok. Setelah maju ke dalam ruangan, suasana di ruang
depan terasa terang benderang bermandikan cahaya, aneka
bunga menghiasi sepanjang beranda, suasana lebih rapi,
bersih dan menarik hati. Si Naga sakti pembalik sungai
yang menjumpai keadaan tersebut tanpa terasa tertawa
riang, pujinya cepat:
"Kalau kulihat keadaan dan dekorasi ruangan ini, bisa
kubayangkan berapa banyak pikiran dan tenaga yang telah
dikorbankan” kata naga sakti pembalik sungai.
Oh Li cu berpaling dan tersenyum lebih dulu kepada
naga sakti pembalik sungai dengan penuh rasa terima kasih,
lalu sambil menunjuk kearah sebuah lukisan pemandangan
yang besar, katanya kepada Hu yong siancu sekalian: "Bibi,
bagaimana kalau sekarang juga anak Lan mengajak kau dan
Thio lo enghiong sekalian masuk ke dalam untuk melihat
lihat ....?"
http://kangzusi.com/
Hu Yong siancu tersenyum dan manggut-manggut, Cay
soat dan Siau cian segera berteriak pula minta ikut. maka
Oh Li cu menuju ke belakang kursi utama, menekan sebuah
batu bata yang berada diatas dinding dan diiringi suara,
gemerincingan nyaring dinding tersebut bergeser ke
samping.
Terbukalah sebuah pintu rahasia dibekas tempat
penggantungan lukisan pemandangan tadi.
Setelah pintu terbuka lebar, Oh Li cu memerintahkan ke
empat dayangnya untuk berjalan dimuka sambil membawa
lentera.
Hu yong siancu mengikuti dibelakangnya, di susul naga
sakti pembalik sungai sekalian.
Berhubung di depan ada empat orang dayang yang
membawa lentera, maka semua pemandangan didalam
lorong rahasia tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Tujuh delapan kaki kemudian terdapat pula sebuah
pintu, cuma pintu itu sudah kunci oleh Oh Li cu.
Ketika pintu tadi sudah terbuka, di sisi kiri dan kanan
masing-masing terdapat sebuah jalan bercabang, yang belok
ke kanan berjalan datar sedangkan yang ke kiri. berundak-
undakan dan liku-liku penuh tangga.
Sambil menunjuk kearah jalan yang berada di sebelah
kiri, Oh Li cu berkata lagi:
"Lorong ini sangat dalam melalui bawah air dan
mencapai pagoda diatas air tersebut.”
Hu yong siancu sekalian tidak berkata apa-apa, mereka
cuma manggut-manggut belaka.
Berangkatlah mereka menuju ke lorong se belah kanan,
dimana lorong tersebut makin lama semakin, bertambah
http://kangzusi.com/
lebar, kemudian tibalah di depan sebuah pintu berbentuk
bulat.
Dibalik pintu adalah sebuah ruang tamu berbentuk bulat
pula, semua perabotannya baru sedangkan batu nisan besar
diatas dinding telah ditutup tirai.
"Adik Giok dan adik Cian kurang memperhatikan
kuburan palsu ini ketika datang tempo hari, padahal yang
dicari oleh Thi Wi kang maupun Be Siong-pak dalam
beberapa kali penyusupannya adalah harta karun yang
berada didalam kuburan palsu ini."
Semua orang berseru tertahan setelah mendengar
perkataan ini, tanpa terasa sorot mata mereka bersama
sama dialihkan kearah tirai diatas dinding itu.
Dalam pada itu, ke empat orang dayang tadi sudah
menyulut banyak sekali lampu lentera sehingga suasana di
dalam ruangan menjadi terang benderang.
Sambil menunjuk sebuah pintu kecil di sebelah kiri, Oh
Li-cu bertanya lagi:
"Sewaktu adik Giok dan adik Cian bertemu dengan Be
Siong pak malam itu, apakah dia muncul dari balik pintu
kecil ini?"
"Benar" sahut See giok berdua sambil mengangguk, "dia
muncul dari lorong sebelah kanan,"
Sambil menuding pintu kecil sebelah kiri, kembali Oh Li
cu berkata:
"Dibalik pintu kecil ini terdapat banyak sekali lorong-
lorong yang bercabang kian ke mari, dari sini orang dapat
mencapai semua kamar yang berada di pelbagai gedung."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar penjelasan
ini, seperti memahami akan sesuatu, ia lantas berseru:
http://kangzusi.com/
"Tak aneh kalau Oh Tin san melarang orang lain
memasuki gedung bagian belakang, mungkin inilah yang
menjadi alasannya. “
Sedangkan si naga Sakti pembalik sungai segera bertanya
dengan nada tak mengerti.
"Kalau memang lorong ini berhubung dengan berbagai
kamar di gedung belakang mengapa Be Siong pak dan Thio
Wi kang harus masuk dari gedung bagian depan?"
"Karena tombol rahasia dari berbagai kamar ruang
gedung sudah dirusak oleh Oh Tin San, dengan demikian
orang tak bisa sampai di tempat ini tanpa melalui pintu
utama."
"Enci Lan, sebenarnya barang apa saja yang tersimpan di
dalam kuburan palsu ini," Cay soat tak sabar.
"Waah, banyak sekali!" sahut Oh Li sambil tertawa
misterius.
Berbicara sampai di situ dia menuju depan tiang batu
sebelah kanan yang berukiran seekor naga, kemudian
menekan mata naga tersebut kuat-kuat, dari balik tiang
segera berkumandang suara gemerincing nyaring dan
menyusul kemudian seluruh ruangan turut bergetar keras
....,.
Ketika suara nyaring tadi telah mereda, buru-buru Oh Li
cu berjalan menuju ke depan tirai tadi dan menyingkapnya,
batu nisan telah lenyap sedang di atas dinding muncul pula
sebuah pintu besi yang amat besar.
Dengan pandangan mata penuh rasa cinta. Oh Li cu
memandang sekejap ke arah See giok, kemudian ujarnya
sambil tersenyum.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok, sekarang harap kau mendorong pintu ini
dengan sekuat tenaga!"
Sambil tersenyum Lan See giok mengiakan lalu menuju
ke depan pintu dan mendorong-nya dengan mengerahkan
tenaga dalam, pintu baja tadi segera terpentang lebar.
Dibalik pintu terdapat anak tangga yang menjorok ke
bawah, dipimpin oleh Oh Li cu semua orang berbondong
bondong masuk ke balik pintu tadi.
Di ujung tangga terdapat lagi sebuah tirai yang tebal lagi
berat, setelah Oh Lien menyingkap tirai tersebut, serentetan
cahaya tajam segera memancar keluar yang membuat
pandangan semua orang menjadi silau.
Ternyata di balik tirai tebal itu adalah sebuah ruang batu
yang lebarnya tiga kaki, langit-langit ruangan beserta ujung
dan tengah ruangan masing-masing terdapat sebiji batu
permata yang amat besar memancarkan sinar terang,
sedangkan di atas lantai terdapat puluhan buah peti besi
yang besar.
Siau thi gou sudah tidak dapat menahan diri lagi, cepat-
cepat dia menghampiri salah satu peti itu dan membukanya.
Apa yang kemudian terlihat kontan saja membuat semua
orang tertegun, ternyata isi peti adalah intan permata dan
mutu manikam yang tak terkirakan banyaknya.
Dengan kening berkerut Hu yong siancu segera berkata:
"Aku dengar setiap tahun Phoa yang ong keluar lautan
tempo dulu, jarang sekali ada yang tahu dia pergi ke mana,
kalau dilihat dari hasil kekayaannya sekarang, bisa jadi dia
menuju ke samudra jauh untuk merampok dan merompak
barang-barang milik saudagar kaya dari beberapa negara."
http://kangzusi.com/
Naga sakti Pembalik sungai manggut-manggut berulang
kali.
"Dugaan lihiap memang kemungkinan besar benar,
menurut hasil yang diperoleh pihak Wi lim poo di dalam
praktek mereka menarik pajak kaum nelayan, mustahil hasil
pajak tersebut dapat mengumpulkan harta kekayaan yang
begini besar."
Dalam pada itu Siau thi gou telah membuka, pula dua
peti yang lain tapi isinya sama, yaitu mutu manikam dan
intan permata yang tak ternilai harganya.
Mendadak terdengar Siau hong bersorak gembira:
"Engkoh Giok, di sini terdapat sebilah pedang pendek!"
Ketika mendengar perkataan tersebut, semua orang
segera berpaling, ternyata Siau hong berhasil mendapatkan
sebilah pedang pendek yang bertaburkan intan permata dari
balik sebuah peti yang terletak di sudut ruang batu itu, dia
sedang memandang kemari dengan wajah terkejut
bercampur gembira.
Berkilat sepasang mata See giok menyaksikan kejadian
ini, buru-buru serunya:
"Adik kecil, bawa kemari pedang tersebut dan
perlihatkan kepada bibi...."
Siau hong segera berlarian menuju ke depan Hu yong
siancu dan menyerahkan pedang tadi.
Setelah Hu Yong siancu menerima pedang tersebut, naga
sakti pembalik sungai dan Lan See giok sekalian segera
datang merubung.
Pedang pendek itu panjangnya itu satu depa delapan
inci, di gagang maupun sarung pedangnya bertaburan batu
http://kangzusi.com/
permata yang besar kecil tak menentu dengan aneka warna,
tampak nya benda itu bernilai amat tinggi ....
Lama sekali Hu yong siancu mengamati gagang pedang
tadi, kemudian ia baru berseru:
"Oooh, pedang irni adalah Ya soat kiam!"
Naga sakti pembalik sungai serta Lan See giok sekalian
menjadi tertegun oleh sebutan itu, sebab tiada orang yang
tahu asal usul dari pedang tersebut.
Ketika Hu yong siancu menekan sebuah tombol pedang
tadi segera lolos dari sarungnya dengan memercikkan
cahaya yang menyilaukan mata, sinarnya begitu tajam
hingga terasa menusuk pandangan.
Bukan begitu saja, terutama hawa dingin yang menyayat
tubuh, sungguh membuat bulu kuduk orang pada bangun
sendiri ....
Tak kuasa lagi Naga Sakti pembalik sungai berseru
memuji:
"Pedang bagus, benar-benar sebilah pedang yang tak
ternilai harganya ...."
"Sejarah pedang ini kelewat lama" kata Hu yong siancu
dengan wajah serius, "mungkin sudah ratusan tahun
lamanya tak pernah muncul di dalam dunia persilatan, bila
ingin mengetahui asal usul pedang tersebut, terpaksa kita
harus minta petunjuk dari To Seng cu Cia locianpwe."
Ketika Oh Li cu menyaksikan Siau hong sedang
membelalakkan sepasang matanya yang besar dan indah itu
sambil mengawasi pedang Ya soat kiam tanpa berkedip,
buru-buru dia berseru tertawa:
http://kangzusi.com/
"Bibi, pedang pendek itu ditemukan oleh adik Hong,
berarti pedang tersebut ada jodoh dengannya, hadiahkan
saja pedang itu untuknya ......
Sesungguhnya Hu Yong siancu dan naga sakti pembalik
sungai mempunyai perasaan yang sama, maka dia segera
manggut mang-gut"
"Begitu pun ada baiknya juga, biar Siau hong yang
membawanya pulang ke Hoa-san, sekalian diperlihatkan
kepada Cia locian-pwe..."
Tampaknya Siau thi gou jauh lebih gembira daripada
Siau hong, maka kepada Siau hong yang masih termangu
karena rasa terkejut dan gembiranya, buru-buru dia berseru:
"Ayo cepat kau ucapkan terima kasih kepada enci Lan!"
Dengan cepat Siau hong sadar kembali dan berterima
kasih kepada Oh Li cu, ujar nya dengan gembira
"Terima kasih banyak enci Lan, di kemudian hari siau
moay tentu akan menyimpan pedang pendek ini baik-baik,
sekarang siau-moay tak punya apa-apa sebagai balas budi
kepadamu, biarlah kuhadiahkan pedang peng pok leng
hiang kiam dari daerah Biau ini buat enci Lan!" Seraya
berkata dia lantas melepaskan pedangnya dari atas
punggung ..... Sementara Oh Li-cu hendak menampik, tiba-
tiba Hu yong siancu telah berkata sambil tertawa:
"Hal ini memang jauh lebih baik lagi, Peng pok leng
hiang kiam merupakan salah satu pedang antik dari wilayah
Biau, pedang tersebut tajamnya luar biasa, anak Lan mesti
menyimpannya dengan berhati hati,..."
Naga sakti pembalik sungai yang berada di sisinya segera
menyambung pula dengan wajah serius:
"Pedang ini sudah digembol Wan san popo selama
delapan sembilan puluh tahunan, entah berapa banyak
http://kangzusi.com/
darah jago persilatan yang telah menodai pedang tersebut,
dulu pedang ini pernah dikenal sebagai senjata maut bagi
umat persilatan, karena itu ku harap nona Be dapat
menyimpannya dengan baik-baik ......
Sebetulnya Oh Li cu ingin menampik, tapi sesudah
mendengar perkataan tersebut terpaksa diterimanya senjata
itu dari tang Siau hong ....
Pada saat itulah dari luar pintu muncul seorang dayang
yang memberi laporan.
"Hidangan malam telah disiapkan, silahkan pocu
sekalian bersantap..."
Selesai bersantap dalam suasana yang riang gembira,
mereka pun kembali ke kamar masing-masing untuk
beristirahat.
Keesokan harinya, ketika semua orang sedang
berkumpul di ruang depan untuk sarapan, komandan Ciang
dari pasukan naga perkasa muncul dengan langkah tergesa
gesa.
Dengan perasaan tidak mengerti Lan Se giok segera
bertanya:
"Komandan Ciang, ada urusan apa?"
Komandan Ciang memberi hormat dulu kepada Hu yong
siancu, kemudian sahutnya dengan hormat:
"Lapor pocu, saudara kita. Yang berada di loteng
benteng telah menemukan enam buah perahu besar muncul
di telaga sebelah utara dan sedang bergerak kemari, kalau
dilihat dari bentuk perahunya, mirip, sekali dengan perahu
dari telaga Pek toh oh..."
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang mendengar perkataan itu menjadi
amat terperanjat, bayangan tubuh Pek Gwat go yang
bertubuh ramping sekali lagi melintas di dalam benaknya.
Karena itu sebelum komandan Ciang menyelesaikan
kata katanya, ia sudah menimbrung:
"Mau apa dia datang kemari?"
Sambil tertawa terkekeh kekeh Siau cian segera
menggoda:
"Apa lagi? Tentu saja membawa arak wangi untuk
memberi hadiah kepada kau si toa enghiong."
Merah padam selembar wajah Lan See giok, buru-buru
serunya kepada komandan Ciang:
"Cepat kirim perahu untuk menyambut kedatangan
mereka. katakan kalau aku sudah mengikuti suhu pulang ke
Hoa san..."
Tapi sebelum ucapan tersebut selesai, Si Cay soat telah
menukas dengan nada tak puas:
"Hal ini mana boleh jadi, bibi sendiri yang mengundang
kedatangannya ke Wi lim poo untuk menginap selama
beberapa hari disini, masa kau menyuruhnya pulang?
Apalagi dari mana kau tahu kalau kedatangannya hanya
khusus untuk menjengukmu?"
Paras muka Lan See giok berubah semakin merah
padam, seketika itu juga ia dibikin terbungkam dalam seribu
bahasa:.
Oh Li cu tidak begitu tahu tentang duduk persoalan yang
sebenarnya, oleh sebab itu dia hanya membungkam diri
dalam seribu bahasa.
http://kangzusi.com/
Tampaknya Hu yong siancu pun tidak menyangka kalau
Pek Gwat go, benar-benar akan datang, maka setelah
termenung sejenak, sahutnya kemudian:
"Harap komandan Ciang mengirim kapal untuk
mengundang kedatangan mereka, kami akan menyambut di
depan pintu gerbang."
Komandan Ciang mengiakan dan buru-buru berlalu dari
situ.
Sepeninggal komandan Ciang, Hu yong siancu segera
berpaling ke arah Lan See giok sekalian dan berkata lebih
jauh:,
"Sekarang mari kita keluar, sewaktu lewat di ruang telaga
emas, sekalian kita jemput Thio lo enghiong."
Maka berangkatlah mereka semua mening-galkan
gedung dan menuju ke ruang telaga emas dengan perahu
naga emas.
Baru tiba di depan ruangan, Naga Sakti Pembalik sungai
telah muncul dengan langkah tergesa gesa, kalau dilihat dari
wajahnya yang terkejut, bisa diketahui kalau iapun sudah
tahu akan kehadiran kapal-kapal Pek toh oh.
Baru saja perahu mencapai beberapa kaki dari tepi
pantai, naga sakti pembalik sungai telah melompat ke
tengah udara.
Kemudian begitu tiba di atas geladak, ia bertanya kepada
Hu yong siancu:
"Apakah kita hendak menyambut kedatangan Pek Gwat
go?"
Sambil tersenyum Hu yong siancu mengangguk.
"Yaa, aku sudah mengutus komandan Ciang untuk
menyambut kedatangan mereka."
http://kangzusi.com/
Dengan penuh kegelisahan Naga Sakti pembalik sungai
memandang sekejap kearah See giok, Cay soat, Siau cian
dan Oh Li cu, kemudian serunya lagi tidak tenang:
"Tapi dia masih dalam masa berkabung..."
"Dia tak bakal kemari dengan pakaian berkabungnya,"
tukas Hu yong siancu lagi Sambil tertawa.
Semua orang jadi tertegun, mereka tidak mengerti apa
sebabnya Hu yong siancu bisa tahu kalau Pek Gwat go
tidak bakal datang dengan mengenakan pakaian berkabung.
Sementara berbicara, perahu naga emas telah berada tak
jauh dari pintu benteng.
Berhubung Lan See giok menyambut sendiri, maka ke
empat komandan serta kepala regu yang lain dengan
masing-masing menumpang sampan kecil menanti pula, di
sepanjang pintu gerbang dengan rapi, biarpun jumlahnya
mencapai ratusan kapal, rapi dan teratur sekali.....
Tatkala perahu naga emas mencapai pintu benteng, dari
kejauhan sana, sudah muncul dua buah perahu besar yang
bergerak menghampiri mereka.
Lan See giok segera dapat melihat bahwa pada ujung
kapal pertama berdiri Pek Gwat go yang bertubuh ramping,
di belakang perempuan itu berdiri dua orang dayang.
Merekapun dapat melihat dengan jelas bahwa Pek Gwat
go yang berparas cantik. memang tidak mengenakan
pakaian berkabung.
Perempuan itu muncul dengan pakaian yang amat indah
dengan rambut disanggul model keraton, dandanannya
perempuan tersebut kelihatan jauh lebih cantik.
http://kangzusi.com/
Hampir termangu Lan See giok menyaksikan kecantikan
perempuan itu, ia merasa kecantikannya melebihi
kecantikan perempuan tersebut sebulan berselang
Bila dibandingkan dengan Siau cian, Pek Gwat go
memang kalah sedikit, tapi masih setanding dengan Cay
soat maupun Oh Li cu. malah dibalik kecantikan wajahnya
terselip juga suatu daya pikat dan rangsangan yang amat
besar.
Sementara dia masih mengamati perempuan itu dengan
termenung, perahu besar yang ditumpangi Pek Gwat go
sudah semakin rapat.
Para dayang di atas perahu naga emas segera memasang
papan penghubung ke atas perahu besar itu.
Dengan langkah lebar Pek Gwat go menyeberang ke atas
perahu naga emas, pertama tama ia memberi hormat dulu
kepada Hu yong siancu dan naga Sakti pembalik sungai,
sambil berkata: `
"Boanpwe dengar Lan pocu telah pulang dengan
gemilang, karenanya telah kusiapkan Sam seng (tiga jenis
hewan) untuk menyampaikan selamat kepadanya, sekalian
memberi salam untuk cianpwe."
Buru-buru Hu yong siancu dan naga Sakti pembalik
sungai balas memberi hormat:
"Dengan senang hati kami sambut kedatangan hujin, tak
perlu hujin repot-repot lagi.."
Kemudian Pek Gwat go memberi hormat pula kepada
See giok, Cay soat dan Siau cian, lalu diperkenalkan pula
kepada Oh Li cu dan Gi Siau hong.
http://kangzusi.com/
Ketika perahu naga emas masuk ke gedung benteng
bagian belakang, perjamuan diadakan di ruang depan
Pada saat itulah, komandan Ciang muncul kembali
dengan langkah tergesa gesa sambil memberi laporan:
"Lapor pocu, saudara-saudara kita yang bertugas di
loteng pengintai telah menemukan kembali puluhan buah
kapal dalam bentuk yang berlainan muncul di utara telaga,
tampaknya mereka semua berdatangan ke arah benteng
kita."
Berkilat sepasang mata Pek Gwat go mendengar
perkataan tersebut, seperti teringat akan sesuatu, ia segera
menjelaskan:
"Oooh, kalau begitu mereka adalah para jago yang diutus
berbagai perkumpulan untuk melakukan kunjungan
kehormatan."
Mendengar perkataan itu, Lan See giok segera berkata
kepada komandan Ciang dengan suara dalam:
"Harap kalian empat komandan keluar dari benteng dan
menolak kunjungan mereka, katakan saja kalau aku sudah
mengikuti suhu pulang ke Hoa San dan tak tahu sampai
kapan baru kembali, sekalian sampaikan rasa terima kasih
kita untuk kunjungan mereka."
Komandan Ciang mengiakan dengan hor-mat kemudian
buru-buru berlalu dari situ.
Pek Gwat go jadi tertegun setelah mendengar perkataan
mana, tanpa terasa dia memandang sekejap ke arah See
giok dengan pandangan penuh arti, lalu tanyanya:
"Lan pocu, kau menampik tamu lain yang datang
memberi selamat, kenapa hanya mengijinkan aku saja yang
datang kemari?"
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah See giok, baru saja dia
hendak memberi alasan, Siau Thi gou telah menimbrung
sambil tertawa:
"Sebab kau adalah satu satunya orang yang datang untuk
memuji engkoh Giok ku...."
Agaknya rahasia hati Pek Gwat go tertebak secara jitu
oleh Siau thi gou kontan saja dia menjadi merah padam
wajahnya dan tersipu sipu.
Hu yong siancu sekalian kuatir Pek Gwat go dibuat tak
tenteram karena malu, karena nya mereka pura-pura
tertawa tergelak karena gembira, hanya See giok seorang
yang melotot kearah Siau thi gou dengan menarik
mukanya..
Siau thi gou segera sadar kalau telah salah berbicara,
maka kata-kata selanjutnya segera ditelan kembali.
Kebetulan sekali dari luar pintu muncul belasan orang
centeng dan dayang yang membawa alat-alat untuk
menghias ruangan.
Siau cian, Cay soat dan Oh Li cu serentak berhenti
tertawa, seperti memahami akan sesuatu mereka segera
berkerut kening.
Pek Gwat go juga berpaling keluar ruangan dengan
wajah tidak mengerti,
Menggunakan kesempatan itu Hu yong siancu segera
berkata lagi sambil tersenyum:
"Lusa, bulan lima tanggal lima belas adalah hari baik,
aku ingin secepatnya menyelenggarakan pesta perkawinan
bagi anak Giok."
Sambil berkata dia menuding kearah Siau cian, Cay soat
dan Oh Li cu.
http://kangzusi.com/
Biarpun Siau cian bertiga sudah mempersiapkan diri
sebaik baiknya tak urung mereka toh menundukkan
kepalanya juga dengan wajah merah padam.
Pet Gwat go pun nampak agak terperanjat, tampaknya
dia tak menyangka akan kejadian tersebut, maka setelah
berhasil mengendalikan diri, ia segera mengangkat
cawannya untuk memberi selamat kepada Lan See giok
berempat.
Lan See giok masih dapat meneguk habis isi cawannya,
lain dengan Siau cian bertiga, mereka semakin bertambah
malu.
Sambil tertawa terbahak bahak naga Sakti pembalik
sungai segera berkata pula dengan mengandung arti
mendalam:
"Untuk menghindari kerepotan dalam peristiwa tersebut,
pada hari perkawinan kami tidak bermaksud mengundang
tamu dari luar."
Pek Gwat go adalah seorang yang pintar, tentu saja
diapun dapat memahami arti lain dibalik ucapan si naga
sakit pembalik sungai, walaupun hatinya sakit, terpaksa dia
harus mengendalikan perasaannya dan berlagak tenang.
Sebenarnya dia datang dengan mbaksud berdiam
beberapa hari sambil mengisi kekosongan hatinya, terhadap
See giok dia tak menaruh rencana apa-apa, tapi dia dapat
melihat bahwa pemuda tersebut sudah menaruh
kewaspadaan terhadapnya. Sejak perpisahan di sungai
tempo hari, dalam hati kecilnya selalu terbayang bayangan
wajah Lan See giok yang tampan, pada hakekatnya hal ini,
membuatnya tak enak makan tak nyenyak tidur.
ia sadar bahwa dirinya hanya seorang pe-rempuan yang
telah ternoda, mustahil dia dapat menandingi Siau cian dan
http://kangzusi.com/
Cay soat sekalipun ia mengerti bahwa kecantikan wajahnya
tak kalah dari mereka.
Tapi ia tak sanggup mengendalikan diri agar tidak
memikirkan Lan See giok.
Bila malam sudah tiba, diapun akan terbayang kembali
bagaimana mereka berpelukan di dalam air, bagaimana
pakaiannya robek tergigit babi sungai dan bagaimana,
tubuhnya yang setengah terbuka digendong pemuda itu.
Bila membayangkan adegan-adegan hangat itu, dia selalu
diburu oleh niatnya untuk menengok pemuda tersebut,
bahkan dia bertekad akan mendapatkan sang pemuda
dengan cara apa pun. Tapi setelah menyaksikan suasana
gembira dalam ruangan, lalu ingat pula akan ucapan naga
Sakti pembalik sungai barusan, hatinya semakin kalut.
Hu yong siancu adalah orang yang berpengalaman
dalam soal ini, dia cukup memahami bagaimanakah
perasaan dan penderitaan Pek Gwat go waktu itu. Pada saat
itulah seorang dayang muncul sambil memberi laporan:
"Lapor pocu, hadiah dari hujin telah diterima semua, ke
enam kapal besar menanti perintah."
Baru saja See giok hendak minta petunjuk Hu yong
siancu, Pek Gwat go telah bangkit berdiri sambil
berpamitan:
"Boanpwe masih ada urusan lain sehingga tak bisa
berdiam terlalu lama disini, biar kumohon diri lebih dulu,
jika lain kali ada kesempatan tentu akan berkunjung
kembali.”
Perubahan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan
saja membuat Lan See giok sekalian tertegun.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya Hu yong siancu cukup memahami perasaan
Pek Gwat go, ia tidak mencoba untuk menahannya, malah
sambil bangkit berdiri sahutnya tersenyum:
"Biarpun jarak antara Pek toh oh dengan Wi lim poo
selisih berapa hari perjalanan sesungguhnya kita
bertetangga dekat, memang waktu dilain masa masih
banyak waktu bagi kita untuk berkumpul masih banyak"
Pek Gwat go mengiakan pelan, dihantar semua orang
berangkatlah ia menuju ke perahu naga emas yang sudah
menunggu di luar pintu gedung,
Setelah semua orang naik ke atas kapal, diiringi suara
dentingan keleningan, pelan-pelan kapal bergerak menuju
ke luar pintu benteng.
Suasana dalam benteng Wi lim poo amat ramai, suasana
gembira menyelimuti seluruh pelosok, kesemuanya ini
menambah kesepian dan kepedihan hati Pek Gwat go.
Akhirnya perahu merapat dengan ke enam kapal besar
dari Pek toh oh, Pek Gwat go melirik sekejap kearah Lan
See giok dengan pandangan berat hati, akhirnya setelah
berpamitan dengan Hu yong siancu, dia mela-yang kembali
ke perahu sendiri.
Hu yong siancu. Siau cian, Cay soat dan Oh Li cu
menggoyangkan tangannya berulang kali sambil
menyerukan ucapan selamat jalan.....
Sebaliknya Lan See giok hanya berdiri belakang Siau
cian sekalian tanpa berbicara, hanya sorot matanya yang
tajam mengawasi wajah Pek Gwat go tanpa berkedip.
Detik itu dia merasa bahwa orang yang sesungguhnya
patut dikasihani dan merasa kesepian bukanlah Oh Li cu,
melainkan Pek Gwat go.
http://kangzusi.com/
Bayangan tubuh Pek Gwat go yang ramping lambat laun
semakin mengecil dan akhirnya turut tertelan bersama
lenyapnya perahu.
Tapi bayangan wajah Pek Gwat go yang murung dan
sedih masih melekat di dalam benak pemuda itu.
Suara keleningan tiba-tiba bergema menyadarkan
kembali Lan See giok dari lamunannya, perahu naga emas
sedang pelan-pelan memasuki pintu gerbang benteng.
Ketika mendongakkan kepalanya, langit tampak cerah,
matahari bersinar terang, tiga buah lentera merah
bergoyang pelan terhembus angin....
Benteng Wi lim poo yang bersejarah puluhan tahun pun
mengikuti majikan barunya menuju ke kehidupan baru.
Sampai disini pula cerita "ANAK HARIMAU" sampai
jumpa dilain cerita.
TAM AT

Anda mungkin juga menyukai