Anda di halaman 1dari 9

Analisis Kebijakan Regulasi Indonesia untuk

Penyelenggaraan IMS

Pendahuluan
Banyak pendapat yang menghendaki penyempurnaan Regulasi Telekomunikasi di Indonesia.
Dengan makin berkembangnya teknologi telekomunikasi, penyempurnaan itu sudah menjadi
kebutuhan mendesak bagi pelaku bisnis telekomunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa dengan
perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, pelaku bisnis/operator dapat
menerapkan berbagai layanan/servis dalam satu jaringan (NGN).
Tetapi dalam deployment suatu servis ternyata harus melalui regulasi yang banyak membatasi,
karena regulasi yang masih membedakan teknologi telekomunikasi dan multimedia. Dengan
begitu, akan sulit bagi pelaku bisnis untuk melaksanakannya, karena harus melalui perijinan
yang panjang.
Unified Access Licensing merupakan model lisensi yang diajukan sebagai alternative solusi
masalah perijinan ini. Dengan model lisensi tersebut, maka pemilik izin operator telekomunikasi
akan lebih leluasa menggelar jenis layanan, baik berupa teknologi telepon bergerak (selular),
telepon tetap nirkabel dengan mobilitas terbatas (FWA) atau bentuk layanan telekomunikasi
lainnya.
Paper ini bertujuan untuk melihat bagaimana profil regulasi telekomunikasi di Indonesia secara
umum khususnya menyangkut perkembangan teknologi Next Generation Network dan IP
Multimedia Subsystem yang mendorong lahirnya konvergensi teknologi dan layanan.

1|Page
Tren Teknologi Telekomunikasi
Perkembangan teknologi khususnya teknologi komputer, teknologi jaringan telekomunikasi, dan
teknologi terminal telah mendorong kebutuhan (technology driven) akan adanya layanan-
layanan baru yang didukung oleh perkembangan tersebut. Pada akhirnya kebutuhan akan
layanan-layanan tersebut mendorong lahirnya konvergensi teknologi-teknologi tersebut yang
pada akhirnya pula mendorong lahirnya layanan-layanan baru. Kalau pada tahun 1990-an
teknologi telekomunikasi masih didominasi oleh komunikasi suara, maka pada tahun 2000 saja
sudah dapat dilakukan komunikasi video.
Perkembangan teknologi paket didukung oleh perangkat yang makin murah telah menarik
industri-industri besar untuk berkompetisi dan tumbuh di area ini. Dengan itu pula, layanan yang
tadinya hanya bisa dinikmati melalui jaringan tertentu, dengan konvergensi ini, dapat pula
dinikmati di jaringan lainnya. Misalnya, bila sebelumnya layanan siaran radio atau televisi hanya
dapat dinikmati melalui jaringan televisi dan radio, maka dengan kehadiran internet dan
perangkat komputer murah, layanan-layanan tersebut dapat pula dinikmati oleh pengguna
internet. Bahkan dengan internet layanan televisi dan radio pun dapat bersifat global dan tidak
lagi terkungkung oleh batasan wilayah dan area cakupan layanan. Bila sebelumnya orang
bertelepon dengan menggunakan jaringan telepon yang mahal, dengan lahirnya internet orang
pun mulai mencoba-coba Voice over IP sebagai salah satu alternatifnya. Bila pada awalnya
teknologi VoIP ini masih dipandang sebelah mata karena kualitas yang masih rendah, dengan
makin murahnya layanan internet dan makin besarnya bandwidth, perlahan-lahan teknologi
VoIP ini menemukan kematangannya.
Permasalahan yang kemudian mengemuka adalah regulasi atau perijinan penyelenggaraan.
Pada dasarnya regulasi atau perijinan dalam telekomokunikasi bertujuan untuk mengatur
struktur pasar penyelenggara, mengamankan kelangsungan kompetisi, mengukuhkan hak
penerima ijin untuk kepastian usaha, dan perlindungan konsumen.

Regulasi Telekomunikasi di Indonesia


Instrumen hukum yang mendasari pertelekomunikasian Indonesia waktu ini adalah UU nomor
3 tahun Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi.
Berdasarkan UU tersebut, penyelenggaraan telekomunikasi pada hakekatnya terdiri dari 3 (tiga)
yaitu :
1. Penyelenggara Jasa dan Jaringan Telekomunikasi
Penyelenggara Jasa dan jaringan telekomunikasi adalah penyelenggaraan
telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Badan penyelenggara untuk jasa telekomunikasi dalam negeri (Domestik) adalah PT.
Telkom dan Badan Penyelenggara untuk jasa telekomunikasi luar negeri (Internasional)
adalah PT. Indosat. Badan Usaha Milik Negara tersebut diberi wewenang untuk yang
menyelenggarakan jasa telekomunikasi, seperti telepon, telex, faksimili, dan sebagainya,
maupun jasa telekomunikasi berupa jasa-jasa nilai tambah (Value Added Service).
Badan lain di luar badan penyelenggara, baik dalam bentuk Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun Koperasi juga berhak untuk
menyelenggarakan jasa telekomunikasi non dasar.
Sedang untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar, Badan Lain dapat
bekerjasama dengan PT Telkom dan atau PT Indosat. Bentuk kerjasama antara badan

2|Page
penyelenggara dan badan lain ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 1993, yaitu dapat berbentuk Kerjasama Operasi (KSO), usaha patungan dan
kontrak manajemen.

2. Penyelenggaraan Telekomunikasi untuk Keperluan Khusus


Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan khusus adalah penyelenggaraan
telekomunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu, perorangan atau
Badan Hukum untuk keperluan khusus atau untuk keperluan sendiri.
Telekomunikasi khusus dapat dilakukan oleh instansi pemerintah tertentu atau badan
hukum (perseroan terbatas atau koperasi) yang ditentukan berdasarkan hukum.
Telekomunikasi khusus diselenggarakan berdasarkan ijin yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
Ijin penyelenggaraan telekomunikasi khusus hanya diberikan Badan Hukum apabila
wilayah tersebut belum tersedia atau belum terjangkau fasilitas telekomunikasi yang
dapat disediakan oleh Badan Penyelenggara atau Badan Lain. Telekomunikasi untuk
keperluan khusus hanya dapat diselenggarakan dengan mempertimbangkan
kerahasiaan dan jangkauan atau pengoperasiannya perlu bentuk sendiri.
Penyelenggara telekomunikasi untuk keperluan khusus adalah :
1. Instansi pemerintah tertentu untuk pelaksanaan tugas khusus;
2. Perseorangan atau;
3. Badan hukum.
Ciri dari telekomunikasi untuk keperluan khusus adalah :
1. Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan Hankamneg diselenggarakan
oleh Dephankan dan/atau ABRI;
2. Penyelenggaraan diperuntukan bagi Pertahanan Keamanan Negara;
3. Bukan penyelenggaraan jasa telekomunikasi.

3. Penyelenggaraan Telekomunikasi untuk Keperluan Pertahanan dan Keamanan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor. 4 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi untuk Keperluan Pertahanan dan Keamanan Negara diatur bahwa :
1. Penyelenggaraan telekomunikasi untuk keperluan Hankamneg diselenggarakan
oleh Dephankam dan/atau ABRI.
2. Penyelenggaraan diperuntukan bagi Pertahanan Keamanan Negara.
3. Bukan merupakan penyelenggaraan jasa telekomunikasi.

Yang menarik dari UU ini adalah pada Peraturan Pemerintah nomor 52 tahun 2000 sebagai
aturan pelaksanaan dari UU no 36 tahun 1999. Dalam PP no 52/2000 dituliskan sebagai
berikut:
• Pasal 51
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran sebagaimana

3|Page
dimaksud dalam Pasal 38 huruf c adalah penyelenggaraan telekomunikasi yang sifat,
bentuk dan kegunaannya diperuntukan khusus bagi keperluan penyiaran.
• Pasal 52
Penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran dilaksanakan oleh
penyelenggara penyiaran guna memenuhi kegiatan penyiaran.
• Pasal 53
(1) Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran wajib membangun
sendiri jaringan sebagai sarana pemancaran dan sarana transmisi untuk keperluan
penyiaran.
(2) Penyelenggara telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilarang menyewakan jaringannya kepada penyelenggara
telekomunikasi lainnya.
• Pasal 54
(1) Jaringan telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran dapat disambungkan ke
jaringan telekomunikasi lainnya sepanjang digunakan khusus untuk keperluan
penyiaran.
(2) Dalam hal jaringan telekomunikasi khusus untuk keperluan penyiaran disambungkan
ke jaringan telekomunikasi milik penyelenggara jaringan telekomunikasi lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyelenggara telekomunikasi khusus untuk
keperluan penyiaran wajib mengikuti ketentuan penggunaan jaringan telekomunikasi
dan atau jasa telekomunikasi.

Dari pasal-pasal di atas, jelaslah kebijakan regulasi di Indonesia masih memisahkan


penyiaran dari layanan telekomokunikasi. Namun demikian, PP ini juga mengatur masalah
penyelenggaraan jasa multimedia.
Penyelenggaraan jasa multimedia adalah penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang
menawarkan layanan berbasis teknologi informasi termasuk di dalamnya antara lain
penyelenggaraan jasa voice over internet protocol (VoIP), internet dan intranet, komunikasi
data, konperensi video dan jasa video hiburan. Penyelenggaraan jasa multimedia dapat
dilakukan secara jual kembali.
Penyelenggaraan jasa jual kembali jasa multimedia adalah penyelenggaraan jasa yang atas
dasar kesepakatan usaha, menjual kembali jasa multimedia. Contohnya penyelenggaraan
warung internet.
Sementara itu, KepMen 30/2004 menambahkan layanan multimedia dengan:
− jasa televisi berbayar
− jasa akses internet (ISP)
− jasa interkoneksi internet (NAP)
− jasa internet teleponi untuk keperluan publik
− jasa sistem komunikasi data
− jasa wireless access protocol
− jasa portal

4|Page
− jasa SOHO
− jasa transaksi online
− jasa aplikasi packet switch lain

Dengan perubahan ini, maka dari sisi layanan, IP Multimedia Subsystem dapat diakomodasi.

Regulasi Multimedia di Indonesia


Dalam draft revisi PP no 52 pasal 27 mulai dimasukkan masalah penyelenggaraan multimedia
yang dikategorikan sebagai layanan nilai tambah seperti di bawah ini.
(1) (1a) Untuk menyelenggarakan jasa nilai tambah teleponi dan atau jasa multimedia,
pemohon wajib mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pos
dan Telekomunikasi.
(2) Dalam mengajukan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a)
pemohon wajib memenuhi persyaratan :
l berbentuk badan hukum Indonesia yang bergerak dibidang telekomunikasi;
l mempunyai kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia di bidang
telekomunikasi.

Proses perizinan telekomunikasi ada 2 macam, yaitu melalui evaluasi dan seleksi. Namun untuk
penyelenggaraan multimedia, biasanya hanya melalui evaluasi, seperti di bawah ini :

5|Page
Tatacaranya adalah sebagai berikut :

A. Permohonan Ijin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Akses Internet (ISP)


a. Menyampaikan Surat Permohonan, dengan
1) Perihal : Permohonan Izin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet
(NAP)
2) Kepada : Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 13, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta
10110
3) Tembusan : Direktur Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 5, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110
4) Surat permohonan ditandatangani oleh Direktur Utama atau Direktur Tertinggi di
dalam Perusahaan (Pemohon)
Kepala dan Isi surat lainnya mengikuti kaidah surat menyurat pada lazimnya.
b. Permohonan dilampiri :
1) Formulir Permohonan yang telah diisi lengkap
2) Dokumen keabsahan perusahaan :
a. Salinan akta pendirian perusahaan berikut akta perubahan-perubahannya
b. Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Departemen yang

6|Page
mengesahkan (Dep. Kumdang dan HAM)
c. Salinan NPWP
d. Keterangan domisili perusahaan
e. SIUP Perusahaan
3) Profil Perusahaan (Pemohon)
4) Business Plan (Rencana Usaha), yang mencakup aspek-aspek :
f. aspek bisnis
g. aspek teknis
h. aspek keuangan/finansial
5) Mengisi Surat Pernyataan Isian Formulir sesuai dengan jenis izin prinsip.
Keterangan :
Penyiapan profil dan business plan dapat mengacu kepada criteria dan kebutuhan
data dan informasi dalam formulir permohonan ini.

B. Permohonan Izin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet (NAP)


a. Menyampaikan Surat Permohonan, dengan
1) Perihal : Permohonan Izin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet
(NAP)
2) Kepada : Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 13, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta
10110
3) Tembusan : Direktur Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 5, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110
4) Surat permohonan ditandatangani oleh Direktur Utama atau Direktur Tertinggi di
dalam Perusahaan (Pemohon)
5) Kepala dan Isi surat lainnya mengikuti kaidah surat menyurat pada lazimnya.
b. Permohonan dilampiri :
1) Formulir Permohonan yang telah diisi lengkap
2) Dokumen keabsahan perusahaan :
a. Salinan akta pendirian perusahaan berikut akta perubahan-perubahannya
b. Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Departemen yang
mengesahkan (Dep. Kumdang dan HAM)
c. Salinan NPWP
d. Keterangan domisili perusahaan
e. SIUP Perusahaan
3) Profil Perusahaan (Pemohon)

7|Page
4) Business Plan (Rencana Usaha), yang mencakup aspek-aspek :
f. aspek bisnis
g. aspek teknis
h. aspek keuangan/finansial
5) Mengisi Surat Pernyataan Isian Formulir sesuai dengan jenis izin prinsip.
Keterangan :
Penyiapan profil dan business plan dapat mengacu kepada criteria dan kebutuhan
data dan informasi dalam formulir permohonan ini.

C. Permohonan Izin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Sistem Komunikasi Data


a. Menyampaikan Surat Permohonan, dengan
5) Perihal : Permohonan Izin Prinsip Penyelenggaraan Jasa Interkoneksi Internet
(NAP)
6) Kepada : Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 13, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta
10110
7) Tembusan : Direktur Telekomunikasi
d/a : Gedung Sapta Pesona Lantai 5, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110
8) Surat permohonan ditandatangani oleh Direktur Utama atau Direktur Tertinggi di
dalam Perusahaan (Pemohon)
Kepala dan Isi surat lainnya mengikuti kaidah surat menyurat pada lazimnya.
b. Permohonan dilampiri :
6) Formulir Permohonan yang telah diisi lengkap
7) Dokumen keabsahan perusahaan :
i. Salinan akta pendirian perusahaan berikut akta perubahan-perubahannya
j. Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Departemen yang
mengesahkan (Dep. Kumdang dan HAM)
k. Salinan NPWP
l. Keterangan domisili perusahaan
m. SIUP Perusahaan
8) Profil Perusahaan (Pemohon)
9) Business Plan (Rencana Usaha), yang mencakup aspek-aspek :
n. aspek bisnis
o. aspek teknis
p. aspek keuangan/finansial

8|Page
10) Mengisi Surat Pernyataan Isian Formulir sesuai dengan jenis izin prinsip.
Keterangan :
Penyiapan profil dan business plan dapat mengacu kepada criteria dan kebutuhan
data dan informasi dalam formulir permohonan ini.

Berikut adalah contoh form isian perijinan

9|Page

Anda mungkin juga menyukai