Anda di halaman 1dari 3

Kerudung Wanita (Jilbab), Perintah ALLAH yang

Sudah Dilupakan Umat Islam

7 Votes

Ada satu peribahasa pendek, sederhana, tetapi dalam artinya, yang berbunyi sebagai
berikut: “Tak Kenal Maka Tak Sayang” Sesuai dengan peribahasa diatas, ada satu
perintah Allah yang penting yang hampir tak dikenal atau dianggap enteng oleh umat
Islam, yaitu keharusan wanita memakai kerudung kepala.
Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31
yang cukup panjang, yang penulis kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut. :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman… … … . . Dan hendaklah mereka menutupkan
kerudung kepalanya sampai kedadanya”… … . .

Dan seperti yang tercantum dalam surat Al Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut. :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isteri engkau, anak-anak perempuan engkau dan
isteri-isteri orang mu’min, supaya mereka menutup kepala dan badan mereka dengan
jilbabnya supaya mereka dapat dikenal orang, maka tentulah mereka tidak diganggu
(disakiti) oleh laki-laki yang jahat. Allah pengampun lagi pengasih”.
Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hukumnya bagi kaum wanita
sebagaimana dinyatakan Allah pada pembukaan surat An Nur yaitu : “Inilah satu surah
yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat
yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keterangan-keterangan
yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya”.

Dari bunyi ayat diatas jelaslah wanita yang tidak memakai kerudung telah melakukan
dosa yang besar karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah.

Perintah Allah diatas ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadist beliau
yang artinya : “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang perempuan apabila sudah cukup
umur, tidak boleh dilihat seluruh anggota tubuhnya, kecuali ini dan ini, sambil rasulullah
menunjuk muka dan kedua tapak tangannya”.

Sekarang kalau kita keliling diseluruh Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei, sedikit
sekali kaum wanita Islam yang memakai kerudung kepala, umumnya hanya anak-anak
gadis pesantren. Jumlah kaum wanita yang memakai kerudung kepala bisa dihitung
dengan jari, tidak ada artinya dari jumlah penduduk Islam yang lebih kurang 180 juta.

Kalau begitu gambarannya, banyak sekali kaum wanita yang masuk neraka, cocok sekali
dengan bunyi hadits dibawah ini, yang artinya sebagai berikut. : “Saya berdiri dimuka
pintu soranga, tiba-tiba umumnya yang masuk ke soranga orang-orang miskin, sedangkan
orang yang kaya-kaya masih tertahan, hanya saja bahagian mereka telah diperintahkan
masuk neraka, dan aku berdiri di pintu neraka maka kebanyakan yang masuk neraka
wanita.

Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau
memakai kerudung kepala atau Jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat
sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadits beliau yang artinya
sebagai berikut. ; “Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih
otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya
kepada laki-laki yang bukan muhrimnya” Hadits diatas adalah bahagian akhir dari hadits
nabi Muhammad yang cukup panjang, yang menceritakan berbagai macam siksa neraka
yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mikraj. Waktu beliau menceritakan nasib
kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai kerudung
kepala atau jilbab didalam hidupnya, beliau meneteskan air mata.

Begitulah Nabi Muhammad S.A.W. menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti
di akherat, tetapi sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala,
banyak alasannya ada yang mengatakan fanatika agama, sudah kuno tidak cocok dengan
zaman, panas dan lain sebagainya. Sikap kaum wanita di zaman sekarang sungguh
bertolak belakang dengan sikap kaum wanita di zaman dahulu diwaktu ayat kerudung
kepala itu turun, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad S.A.W.
berikut ini : “telah berkata Aisyah : Mudah-mudahan Allah memberi rahmat atas
perempuan-perempuan Muhajirat yang dahulu. Diwaktu Allah menurunkan ayat
kerudung itu, mereka koyak kain-kain berlukis mereka yang belum dijahit, lalu mreka
jadikan kerudung”.

Sikap wanita Islam di Medinah pada waktu turunnya ayat kerudung itu, betul-betul cocok
dengan seorang pribadi beriman, sebagai yang digambarkan Allah didalam Al Qur’an,
yaitu jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, mereka lalu berkata :”Kami
mendengar dan kami patuh”.

Tetapi sekarang sikap sebagian wanita Islam, jika dibacakan ayat mengenai keharusan
memamakai Jilbab, mereka berkata :”Kami mendengar tetapi kami ingkar. ” Kalau begitu
sikap kaum wanita Islam terhadap ayat Jilbab ini, betul tidak cocok dengan
pengakuannya kepada Allah didalam shalat yang berbunyi sebagai berikut:
“La syarikallahu wabidzalika ummirtu wa anna minal muslimin. ” Yang artinya “Tiada
syarikat bagi Engkau dan aku mengaku seorang muslimah”

Seorang wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah, yaitu tunduk dan patuh kepada
seluruh perintah Allah, harus berpakaian muslimah didalam hidupnya, yaitu terdiri dari
jilbab dan pakaian yang menutup seluruh anggota tubuhnya, berlengan panjang sampai
pergelangan tangannya dan memakai rok yang menutup sampai mata kakinya. Kalau
mereka tidak berpakaian seperti diatas, mereka bukan disebut wanita muslimah. Jadi
pengakuannya didalam shalat yang berbunyi :”Aku mengaku seorang muslimah” adalah
kosong, dusta kepada Allah.
Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya,
apalagi seseorang yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukumannya didalam
neraka, yaitu sampai digantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.

Kaum wanita menyangka bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup
dengan pahala yang banyak dari shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan. Ini
adalah cara berpikir yang salah harus diluruskan. Kaum wanita yang tak memakai jilbab,
tidak saja telah berdosa besar kepada Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal
ibadahnya sebagai bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir yang artinya :”… . .
Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat islam sesudah beriman, maka
hapuslah pahala amalnya bahkan diakhirat dia termasuk orang-orang yang merugi

Anda mungkin juga menyukai