BAB 1
PENDAHULUAN
Vitamin merupakan suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang
berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Di dalam tubuh diperlukan
dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh. Jika dapat
disintesis bermakna jumlah tidak mencukupi kebutuhan tubuh sehingga harus diperoleh dari
makanan. Beberapa vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi.
Berdasarkan hidrofobisitasnya (kelarutannya dlm air), vitamin dibagi menjadi 2 :
Vitamin yang larut dalam lemak : A, D, E, K
Vitamin yang larut dalam air : B kompleks, C
Mineral merupakan bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam
bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan karena tubuh tidak dapat memproduksi.
Berdasar jumlah yang dibutuhkan tubuh dibagi 2 mikromineral dan makromineral yaitu:
- Makromineral : natrium, potasium, klorida, magnesium, fosfor dan kalsium
- Mikromineral : besi, tembaga, zink, yodium, dan fluoride.
Mineral tersebut berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biokimiawi dalam tubuh
yaitu untuk transmisi sinyal atau pesan pada sel saraf, produksi hormon, pencernaan dan
penggunaan makanan serta merupakan bagian dari organ vital seperti tulang, darah dan gigi.
2
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
Dapat memberikan gambaran jelas mengenai masalah pada defisiensi vitamin dan mineral.
Juga memberi kesadaran untuk mengkomsumi gizi seimbang agar tidak sakit dan hidup sehat.
Mencapai pertumbuhan yang baik pada masa janin, anak, remaja dan lansia.
3
BAB 2
VITAMIN A
2.1 PREVALENSI
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi dan Makanan
Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita dengan Serum Retinol
kurang dari 20µg/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut menggambarkan terjadinya
penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A Tahun 1992 yang menunjukkan 50%
balita mempunyai serum retinol kurang dari 20 µg/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin
A (KVA) sudah tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15%
(batasan International Vitamin A Consultative Group (IVACG)). Hal tersebut salah satunya
berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian suplementasi Vitamin A
yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan Kapsul Vitamin A). Direktorat Bina
Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO TROPMED RCCN Universitas Indonesia,
UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih
yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi
Vitamin A dan mengevaluasi manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa
di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah sebesar 55,8%
dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada
bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan
anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6-11
bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan
dosis yang tidak sesuai umur.
2.2 DEFINISI
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A
merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/ provitamin A/
karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Dalam kondisi fisiologis yang
normal, hampir 90% dari vitamin yang tersimpan dapat ditemukan di dalam hati. Vitamin A
4
adalah suatu Kristal alcohol berwarna kuning. Di dalam tubuh, ia berfungsi dalam beberapa
bentuk ikatan kimia aktif yaitu retinol ( bentuk alcohol); retinal (aldehida) dan asam retinoat
(bentuk asam).
a) Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam
mata retinol, bentuk vitamin yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal
kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu atau
rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yaitu rod. Bila cahaya
mengenai retina pigmen visual merah-ungu ini berubah menjadi kuning dan retinal
dipisahkan dari opsin. Pada saat itu, terjadi rangsangan elektrokimia yang merambat
sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya suatu bayangan visual.
Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan, bila kita dari cahaya terang di
luar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya. Mata membutuhkan
waktu untuk dapat melihat. Kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang
berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk
rodopsin. Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun senja.
b) Diferensiasi Sel
Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau
fungsi semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari
kekurangan vitamin A yang dapat terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh. Diduga
vitamin A, dalam bentuk asam retinoat memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel.
Sel-sel yang mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus seperti sel-sel goblet.
Semua permukaan tubuh dilapisi oleh sel-sel epitel. Mukus melindungi sel-sel epitel dari
serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Bila terjadi infeksi, sel-sel
goblet akan mengeluarkan lebih banyak mukus yang akan mempercepat pengeluaran
mikroorganisme tersebut. Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel kelenjar
yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering. Kulit
menjadi kering dan kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat
5
mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri. Peranan
vitamin A diduga berkaitan dengan dua hal: a) peranan vitamin A dalam sintesis
glikoprotein khusus yang terlibat dalam pembentukan membran sel yang mengontrol
diferensiasi sel dan b) kompleks vitamin A-CRBP masuk ke dalam nukleus sel sehingga
mempengaruhi DNA.
c) Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan
hewan. Mekanisme sebenarnya belum diketahui. Retinol tampaknya berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B. Disamping itu, kekurangan vitamin A
menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel T. Dalam kaitan vitamin A
dengan kekebalan ditemukan bahwa: a) ada hubungan kuat antara status vitamin A dan
resiko terhadap penyakit infeksi pernapasan; b) hubungan antara kekurangan vitamin A
pada campak cenderung menimbulkan komplikasi yang mengakibatkan kematian.
e) Pencegahan Kanker
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker,
terutama kanker kulit, paru-paru, payudara dan kantung kemih.
6
= 6,0 µg beta-karoten
= 9,9 SI beta-karoten
Karotenoid dan vitamin A dilepas dari protein dilambung. Retinyl ester dihidrolisis oleh
enzim pankreas esterase di usus halus menjadi retinol (lebih mudah diabsorbsi daripada ester). β-
karoten dipecah menjadi dua molekul retinaldehid di mukosa usus, kemudian diubah menjadi
retinyl ester. Retinyl ester ditransportasi dalam saluran limfe kemudian masuk darah ke hati
sebagai bagian dari kilomikron dan β-lipoprotein. Dari hati, retinol diikat oleh RBP (retinol
binding protein) ke sel target dalam kompleks prealbumin RBP membawa vitamin A sampai ke
ginjal dan ginjal mengambilnya dari sirkulasi darah. Perubahan β-karoten menjadi vitamin A
diatur dengan ketat, sehingga tidak terjadi absorbsi berlebihan (80-90% retinyl ester diabsorbsi,
sedangkan β-karoten hanya 40-60%). Faktor yang mempengaruhi absorbsi karoten ialah: asal
dan banyaknya lemak dalam diet, jumlah karotenoid dalam diet, digestibilitas makanan. Sekitar
90% vitamin A dalam tubuh disimpan di hati, sisanya disimpan dalam depot lemak, paru dan
ginjal.
vitamin A adalah buta senja ( niktalopia) yaitu ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari
cahaya terang ke cahaya samar. Kornea mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin
A. Kelenjar air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada
selaput yang menutupi kornea dengan tanda pemburaman. Pelapisan sel epitel kornea yang
akhirnya berakibat melunaknya dan bisa pecah yang menyebabkan kebutaan total. Beberapa
tanda dan gejala lain jika kekurangan vitamin A adalah kelelahan yang sangat, anemia, kulit
menjadi kering, gatal dan kasar. Pada rambut dapat terjadi kekeringan dan gangguan
pertumbuhan rambut dan kuku.
Sumber vitamin A yang sudah terbentuk (performed) dalam makanan, meliputi hati,susu
dan produk susu, telur serta ikan. Sumber vitamin A yang paling kaya adalah minyak hati ikan
seperti hiu, cod. Pada ikan laut, senyawa alkohol vitamin A (retinol) merupakan bentuk
simpanan vitamin A1 sementara simpanan vitamin A dalam ikan air tawar yang berupa senyawa
alkohol vitamin A2(3-dehidroretinol) hanya memiliki 40% aktivitas retinol. Telur,susu dan
produk susu seperti keju dan mentega merupakan vitamin A dengan konsentrasi sedang.
Senyawa karotenoid provitamin A ditemukan pada banyak makanan nabati seperti jeruk, sayuran
berwarna kuning serta jingga dan sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam. Buah-buahan
yang berwarna kuning seperti papaya, mangga serta jeruk dan sayuran seperti wortel, labu
kuning serta singkong kuning memiliki karotenoid provitamin A dengan jumlah yang signifikan.
Minyak kelapa sawit merupakan sumber alami karotenoid yang paling kaya.
adalah upaya penting untuk mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia.
Tujuan Program ini adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh
wilayah Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A
didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan Puskesmas.
Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu melindungi anak-anak
dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan membantu menyelamatkan
penglihatan dan kehidupan mereka. Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata
dalam satu sampai dua minggu. Dianjurkan bila diagnosa defisiensi vitamin A ditegakkan maka
berikan vitamin A 200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua. Belum ada perbaikan
maka diberikan obat yang sama pada hari ketiga. Biasanya diobati gangguan protein kalori
malnutrisi dengan menambah vitamin A, sehingga perlu diberikan perbaikan gizi. Pencegahan
dan pengobatan di kutip berdasarkan keterangan dari brosur suplementasi vitamin A kapsul yang
terdiri dari :
a. Kapsul vitamin A berwarna biru (100.000 IU)
Tiap kapsul mengandung vitamin A palmitat 1,7 juta IU 64.7059 mg (setara dengan vitamin A
100.000 IU) dengan dosis
1) Pencegahan bayi umur 6 bulan – 11 bulan : 1 kapsul
2) Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul
3) Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi lainnya diberi 1 kapsul.
b. Kapsul vitamin A berwarna merah (200.000 IU) tiap kapsul vitamin A mengandung palmitat
1,7 juta IU 129.5298 mg (setara dengan vitamin A 200.000 IU) dengan dosis :
1). Pencegahan bayi umur 1 tahun – 3 tahun : 1 kapsul
2). Bayi dengan tanda klinis xerofthalmia :
- Saat ditemukan segera beri 1 kapsul
- Hari berikutnya 1 kapsul
- 4 minggu berikutnya 1 kapsul
3). Bayi dengan campak, pneumonia, diare, gizi buruk dan infeksi dan infeksi lainnya diberi 1
kapsul.
10
BAB 3
11
VITAMIN D
3.2 Vitamin D
Fungsi
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak yang secara alami terdapat pada
makanan sangat sedikit, ditambahkan kepada orang lain, dan tersedia sebagai suplemen
makanan. Hal ini juga diproduksi endogen ketika sinar ultraviolet dari sinar matahari menyerang
kulit dan memicu sintesis vitamin D. Vitamin D diperoleh dari paparan sinar matahari, makanan,
dan suplemen secara biologis inert dan harus menjalani dua hydroxylations dalam tubuh untuk
aktivasi.
Yang pertama terjadi pada hati dan mengkonversi vitamin D untuk 25-hidroksivitamin D
[25 (OH) D], juga dikenal sebagai calcidiol. Yang kedua terjadi terutama di ginjal dan
membentuk dihydroxyvitamin D-fisiologis aktif 1,25 [1,25 (OH) 2 D], juga dikenal sebagai
calcitriol . Vitamin D mendorong penyerapan kalsium di usus dan mempertahankan kalsium
13
serum yang memadai dan konsentrasi fosfat untuk memungkinkan mineralisasi normal tulang
dan mencegah tetany hypocalcemic. Hal ini juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan
remodeling tulang oleh osteoblas dan osteoklas .Tanpa cukup vitamin D, tulang dapat menjadi
tipis, rapuh, atau cacat. Kecukupan vitamin D mencegah rakhitis pada anak dan osteomalacia
pada orang dewasa . Bersama dengan kalsium, vitamin D juga membantu melindungi orang
dewasa yang lebih tua dari osteoporosis.
Vitamin D memiliki peran lain dalam tubuh, termasuk modulasi pertumbuhan sel, dan
fungsi kekebalan neuromuskuler, dan pengurangan peradangan . Banyak gen encoding protein
yang mengatur proliferasi sel, diferensiasi, dan apoptosis yang dimodulasi sebagian oleh vitamin
D . Banyak sel reseptor vitamin D, dan beberapa mengkonversi 25 (OH) D 1,25 (OH) 2 D.
Konsentrasi serum dari 25 (OH) D adalah indikator terbaik status vitamin D. Hal ini
mencerminkan vitamin D diproduksi cutaneously dan yang diperoleh dari makanan dan
suplemen dan memiliki cukup lama beredar setengah-hidup 15 hari . 25 (OH) D berfungsi
sebagai biomarker pemaparan, tetapi tidak jelas sejauh mana 25 (OH) D tingkat juga berfungsi
sebagai biomarker efek (yaitu, yang berkaitan dengan status kesehatan atau hasil) . Serum 25
(OH) D tingkat tidak menunjukkan jumlah vitamin D disimpan dalam jaringan tubuh.
Berbeda dengan 25 (OH) D, beredar 1,25 (OH) 2 D umumnya bukan merupakan indikator
yang baik status vitamin D karena memiliki kehidupan yang singkat-setengah dari 15 jam dan
konsentrasi serum erat diatur oleh hormon paratiroid, kalsium , dan fosfat . Tingkat 1,25
(OH) 2 D tidak biasanya menurun hingga kekurangan vitamin D parah .
Ada diskusi yang cukup konsentrasi serum 25 (OH) D yang terkait dengan kekurangan
(misalnya, rakhitis), kecukupan untuk kesehatan tulang, dan kesehatan secara keseluruhan yang
optimal, dan titik potong belum dikembangkan oleh proses konsensus ilmiah. Berdasarkan hasil
penelaahan atas data kebutuhan vitamin D, sebuah komiti dari Institute of Medicine
menyimpulkan bahwa orang-orang beresiko kekurangan vitamin D di serum 25 (OH) D
konsentrasi <30 nmol / L (<12 ng / mL). Beberapa berpotensi beresiko untuk tidak mampu di
tingkat berkisar 30-50 nmol / L (12-20 ng / mL). Hampir semua orang yang cukup pada tingkat ≥
50 nmol / L (≥ 20 ng / mL); panitia menyatakan bahwa 50 nmol / L adalah serum 25 (OH)
Dtingkat yang mencakup kebutuhan 97,5% dari populasi. konsentrasi serum> 125 nmol / L (> 50
ng / mL) berhubungan dengan dampak yang tidak diharapkan (Tabel 3.2).
14
Makanan
Sangat sedikit makanan di alam mengandung vitamin D. daging ikan lemak (seperti
salmon, tuna, dan mackerel) dan Minyak hati ikan adalah salah satu sumber terbaik
[ 1 , 11 ]. Sejumlah kecil vitamin D ditemukan pada hati sapi, keju, dan kuning telur. Vitamin D
pada makanan ini terutama dalam bentuk vitamin D 3 dan metabolitnya 25 (OH)
D 3 [ 12 ]. Beberapa jamur memberikan vitamin D 2 dalam jumlah bervariasi [ 13 , 14 ].Jamur
dengan kadar vitamin D ditingkatkan 2 dari yang terkena sinar ultraviolet di bawah kondisi
terkontrol juga tersedia.
IU per Persen
Makanan
porsi * DV **
Cod liver oil, 1 sendok makan 1,360 340
Salmon (sockeye), dimasak, 3 ons 794 199
Makarel, dimasak, 3 ons 388 97
Ikan tuna, kalengan dalam air, ditiriskan, 3 ons 154 39
Susu, tanpa lemak, mengurangi lemak, dan utuh, yang diperkaya vitamin 115-124 29-31
15
IU per Persen
Makanan
porsi * DV **
D, 1 cangkir
Jus jeruk yang diperkaya dengan vitamin D, 1 cangkir (periksa label
100 25
produk, sebagai jumlah tambahan vitamin D bervariasi)
Yogurt, diperkaya dengan 20% dari DV untuk vitamin D, 6 ons (lebih
80 20
berat yogurt difortifikasi menyediakan lebih dari DV)
Margarin, difortifikasii, 1 sendok makan 60 15
Sarden, kaleng dalam minyak, tiriskan, 2 sarden 46 12
Hati, daging sapi, dimasak, 3,5 ons 46 12
sereal Siap-ke-makan, diperkaya dengan 10% dari DV untuk vitamin D,
40 10
0,75-1 cangkir (lebih banyak sereal mungkin menyediakan lebih dari DV)
Telur, 1 utuh (vitamin D ditemukan dalam kuning telur) 25 6
Keju, Swiss, 1 ons 6 2
* IU = Unit Internasional.
** DV Harian = Nilai.
umumnya tidak berlaku jumlah yang cukup, mencakup semua-kulit terkena sinar matahari, atau
mengajukan permohonan kembali tabir surya secara teratur. Oleh karena itu, kemungkinan kulit
mensintesis beberapa vitamin D bahkan ketika itu dilindungi oleh tabir surya sebagai biasanya
diterapkan.
Diet suplemen
Dalam suplemen dan makanan yang diperkaya, vitamin D tersedia dalam dua bentuk, D 2
(ergocalciferol) dan D 3 (cholecalciferol) yang berbeda hanya dalam struktur kimia sisi-rantai
mereka. Vitamin D 2 diproduksi oleh iradiasi UV ergosterol dalam ragi, dan vitamin
D 3 diproduksi oleh iradiasi 7-dehydrocholesterol dari lanolin dan konversi kimia
kolesterol . Dua bentuk secara tradisional dianggap sebagai setara berdasarkan kemampuan
mereka untuk menyembuhkan rakhitis dan, memang, langkah yang paling terlibat dalam
metabolisme dan tindakan vitamin D 2 dan vitamin D 3 adalah identik. Kedua bentuk (dan juga
vitamin D dalam makanan dan dari sintesis kulit) efektif meningkatkan serum 25 (OH) D tingkat
. Kantor kesimpulan tentang efek yang berbeda dari kedua bentuk vitamin D tidak dapat
ditarik. Namun, tampak bahwa pada vitamin dosis gizi D 2 dan D 3 adalah setara, tetapi pada
dosis tinggi vitamin D 2 kurang kuat.
Temuan berikut ini mungkin perlu dicatat pada pasien dengan rakhitis:
a) Pada awal proses rakhitis, kalsium (fraksi terionisasi) yang rendah, namun sering dalam
rentang referensi pada saat diagnosis sebagai peningkatan kadar hormon paratiroid.
b) Calcidiol (25-hidroksi vitamin d) tingkat rendah, dan kadar hormon paratiroid yang tinggi,
namun, menentukan kadar hormon paratiroid calcidiol dan biasanya tidak diperlukan.
c) Tingkat calcitriol mungkin normal atau meningkat karena peningkatan aktivitas paratiroid.
d) Tingkat fosfor selalu rendah untuk usia kecuali telah terjadinya perawatan parsial terbaru
atau paparan sinar matahari baru-baru ini.
e) Tingkat alkaline fosfatase meninggi.
f) Aminoaciduria umum terjadi dari aktivitas paratiroid; aminoaciduria tidak terjadi di rakhitis
hypophosphatemia keluarga (fhr).
a) Tampilan radiografi terbaik tunggal untuk bayi dan anak-anak muda dari 3 tahun adalah
pandangan anterior dari lutut yang mengungkapkan akhir metaphyseal dan epiphysis dari
femur dan tibia. Situs ini adalah yang terbaik karena pertumbuhan paling cepat di lokasi ini,
sehingga perubahan yang ditekankan.
b) Pameran metaphyses pelebaran dan menangkupkan karena cekungan berlebihan dan
kalsifikasi normal mereka tidak teratur. Karena osteoid kalsifikasi berlimpah, zona kalsifikasi
18
provisional metaphysis jauh lebih jauh dari pusat pengapuran epiphysis daripada normal
untuk usia.
c) Sepanjang poros itu, osteoid uncalcified menyebabkan periosteum yang muncul terpisah dari
diaphysis tersebut. osteomalacia Generalized terjadi (diamati sebagai osteopenia), dengan
pengkasaran terlihat trabekula berbeda dengan osteopenia tanah-gelas kudis.
Pengobatan untuk rakhitis dapat diberikan secara bertahap selama beberapa bulan atau di
hari dosis tunggal 15.000 mcg (600.000 U) vitamin D. Jika metode bertahap dipilih, 125-250
mcg (5000-10,000 U) diberikan harian 2-3 bulan sampai penyembuhan mapan dan konsentrasi
alkali fosfatase mendekati kisaran referensi. Karena metode ini membutuhkan perawatan harian,
kesuksesan tergantung pada kepatuhan.
Jika dosis vitamin D diberikan dalam satu hari, biasanya dibagi menjadi 4 atau 6 dosis
oral. Suntikan intramuskular juga tersedia.Vitamin D baik disimpan dalam tubuh dan secara
bertahap dirilis selama beberapa minggu. Karena keduanya calcitriol dan calcidiol memiliki
setengah pendek-hidup, mereka tidak cocok, mereka akan melewati kontrol fisiologis alami
sintesis vitamin D. Terapi tunggal-hari menghindari masalah dengan kepatuhan dan mungkin
membantu dalam membedakan rakhitis gizi dari rakhitis hypophosphatemia keluarga
(FHR). Dalam rakhitis gizi, tingkat fosfor meningkat dalam 96 jam dan penyembuhan radiografi
terlihat dalam 6-7 hari. Tidak terjadi dengan FHR.
Keracunan vitamin D dapat menyebabkan gejala yang tidak spesifik seperti anoreksia,
penurunan berat badan, poliuria, dan aritmia jantung. Lebih serius, itu juga dapat meningkatkan
kadar kalsium darah yang mengarah ke dan jaringan kalsifikasi pembuluh darah, dengan
kerusakan setelah jantung, pembuluh darah, dan ginjal [ 1 ]. Penggunaan suplemen kedua
kalsium (1000 mg / hari) dan vitamin D (400 IU) oleh perempuan pascamenopause dikaitkan
dengan peningkatan 17% pada risiko batu ginjal selama 7 tahun di Women's Health Initiative . A
serum 25 (OH) D konsentrasi konsisten> 500 nmol / L (> 200 ng / mL) adalah dianggap
potensial beracun .
BAB 4
VITAMIN K
thromboplastin yang parsial, kiraan platlet yang normal, dan ikterus dengan kadar bilirubin
serum total 5.4mg/Dl dan bilirubin direk 2.6mg/Dl. Vitamin K1 dan fresh frozen plasma
mengembalikan masa prothrombin dan masa parsial thromboplastin pada nilai normal dalam 18
jam, ini memungkinkan infan tersebut mengalami defisiensi vitamin K yang kronis diperberat
dengan perdarahan intraserebral. Berdasarkan hasil evaluasi hiperbilirubinemia direk infan, dia
didiagnosa homozygous (pi-type ZZ [PiZZ] ) defisiensi alpha-1-antitrypsin . Berdasarkan
observasi pada kasus ini, mungkin infan mengalami kolekstasis hati apabila defisiensi vitamin k
yang tidak dapat diperjelaskan berlaku pada tahap awal infan.
Berdasarkan Kasus yang diberi diatas, infan tersebut menderita perdarahan akibat
defisiensi vitamin K. Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX dan X
(kompleks protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai antikoagulan (menghambat
proses pembekuan). Selain itu Vitamin K diperlukan untuk konversi faktor pembekuan tidak
aktif menjadi aktif.
Ada 3 Kelompok :
VKDB dini
VKDB klasik
VKDB lambat atau acquired prothrombin complex deficiency (APCD)
Secondary prothrombin complex (PC) deficiency
Epidemiologi
Angka kejadian VKDB ( Vitamin K Defficiency Bleeding) berkisar antara 1:200 sampai
1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Indonesia, data mengenai
VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004 didapatkan 21 kasus di RSCM
Jakarta, 6 kasus di RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan 8 kasus di RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Time (PTT) memanjang, Thrombin Time normal, USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi
perdarahan.
Tabel dibawah mengambarkan perdarahan defisiensi vitamin K pada anak.
Vitamin K1 pada bayi baru lahir 1 mg im (dosis tunggal) atau per oral 3 kali atau
2 mg pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari dan umur 1-2 tahun
Ibu hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan mendapat profilaksis
vitamin K1 5 mg/hari selama trimester ketiga atau 10 mg im pada 24 jam
sebelum melahirkan. Selanjutnya bayinya diberi vitamin K1 1 mg im dan diulang
24 jam kemudian
Pengobatan VKDB berupa
4.2 Vitamin K
Pada bayi, hemorhagia dapat dicegah dengan memberikan vitamin K pada ibunya
sebelum bayi tersebut dilahirkan. Berdasarkan alasan tersebut maka vitamin K disebut juga
vitamin koagulasi, karena vitamin ini bertperan dalam menjaga konsitensi aliran darah dan
membekukannya saat diperlukan. Defisiensi vitamin K menyebabkan waktu pembekuan darah
menjadi lebih panjang, sehingga penderita defisiensi vitamin K bisa mati hanya karena
perdarahan ringan. Proses pembekuan darah terdiri dari dua tahap, yaitu (1) protrombin, dengan
adanya tromboplastin, kalsium dan faktor-faktor lain diubah menjadi trombin dan (2) fibrinogen
diubah menjadi gumpalan fibrin.
Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda (Gambar 1.), pertama
adalah vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang ditemukan dan dihasilkan tumbuh-tumbuhan
24
dan daun hijau. Kedua, adalah K2 atau disebut juga dengan menaquinon, yang dihasilan oleh
jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan. Dan yang ketiga adalah
K3 atau menadion, yang merupakan vitamin sintetik, bersifat larut dalam air, digunakan untuk
penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K dari makanan.
Vitamin K1
Vitamin K2
Vitamin K3
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain jumlahnya
terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang mampu mensintesis
vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Namun begitu, tubuh masih perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri
di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam makanan, seperti hati,
sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.
Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedele, teh hijau, susu sapi, serta
daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri
sehat aktif, bisa membantu menstimulasi produksi vitamin ini.
Air susu Ibu ( ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang dapat
mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna bayi. Untuk mencegah
terjadinya gangguan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan perdarahan, bayi baru lahir
dianjurkan mendapat vitamin K melalui mulut atau dalam bentuk injeksi intramuskular. Susu
formula bayi sebaiknya diffortifikasi dengan vitamin K.
26
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu
dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K
dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan
kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke
hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati,
vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah,
vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.
Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin
untuk Indonesia adalah seperti berikut:
Pria:
10-12 tahun 45 Hamil 65
13-15 tahun 65
16- 19 tahun 70 Menyusui
20-45 tahun 80 0-6 bulan 65
46-59 tahun 80 7-12 bulan 65
> 60 tahun 80
Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998.
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat
meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi
karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun
kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak
mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung
hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau
mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan
28
dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh
penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu.
BAB 5
Diagnosis : Bapak A tampil capek dan lemah akibat anemia defisiensi besi. Anemia oleh
orang awam dikenal sebagai “kurang darah”.Anemia adalah suatu penyakit dimana kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal dan anemia berbeda dengan“tekanan darah
rendah”.
Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh kekurangan zat besi. Zat besi adalah
salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh
karena itu disebut Anemia Gizi Besi.
5.2 Prevalensi
Jika tidak segera ditangani anemia zat besi bisa menyebabkan ganguan kesehatan serius.
Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes
RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%,
kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Data WHO tidak kalah
fantastis: hampir 30% total penduduk dunia diperkirakan menderita anemia.
5.3 Etiologi
Anemia zat besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai
normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-
tanda ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas.
Penyebab anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti kurang mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga
30
menggangu penyerapan zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan,
menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan penyakit hati.
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
- Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah : makanan yang berasal
darihewani (seperti ikan, daging, hati, ayam).
- Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun
kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
5.4 Patofisiologi
sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada
epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan
faring, serta berbagai gejala lainnya.
Macam bahan makanan yang banyak mengandung zat besi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Hati adalah bahan makanan yang paling banyak mengandung zat besi. Daging juga banyak
mengandung zat besi. Dari bahan makanan yang berasak dari tumbuh-tumbuhan, maka kacang-
kacangan seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang koro, buncis serta sayuran hijau daun
mengandung banyak zat besi.
Selain dari pada banyaknya zat besi yang tersedia didalam makanan, juga perlu
diperhatikan Faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam
bahan makanan itu sendiri. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat
diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam
campuran susunan makanan, adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung
jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi
bahan makanan hewani. (Husaini, 1989)
Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan dengan protein
atau dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang kompleks. Ketersediaan zat besi
untuk tubuh kita dapat dibedakan antara hem dan nonhem ini. Zat besi hem berasal dari
hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat
diabsorpsi secara langsung dalam bentuk kompleks zar besi phorphyrin (“iron phorphyrin
kompleks”). Jumlah zat besi hem yang diabsorpsi lebih tinggi daripada nonhem. Untuk
seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih
dari 35 %, sedangkan buat orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram)
maka absorpsi zat besi hem ini hanya kurang lebih 25 %. Dari hasil analisa bahan makanan
didapatkan bahwa sebanyak 30 – 40 % zat besi didalam hati dan ikan, serta 50-60 % zat besi
dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem. (Cook, dkk dalamHusaini,
1989).
Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang umumnya berasal
dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan
serealia, dan dalam jumlah yang sedikit daging, ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk
kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari
Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh
33
adanya faktor endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang
berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.
Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat
besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat
kali lipat.Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan
mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak
vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula
faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu
adalahtannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium,
dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalam Husaini, 1989). Zat-zat gizi ini
dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi.
Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan
lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-
hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita
berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg
(Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)
2. Pengetahuan
Tan (1979) mengatakan bahwa pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan
kebiasaan makan. Semakin sering suatu bahan pangan dikonsumsi dan semakin berat pangan
tersebut dimakan, maka semakin besar peluang pangan tersebut tergolong dalam pola konsumsi
pangan individu atau masyarakat.
Memperbaiki konsumsi pangan merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan mutu penghidupan (Suhardjo, 1986).
3. Pendidikan
Menurut Hidayat (1980), tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui
cara pemilihan bahan makanan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih
makanan yang lebih baik dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang
berpendidikan lebih rendah. Makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya
(Soekirman, 1985). Anak-anak dari ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang lebih
tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik. Hal ini disebabkan karena
keterbukaan mereka untuk menerima perubahan atau hal-hal yang baru untuk pemeriksaan
kesehatan anaknya (Emelia, 1985 dalam Ginting, M, 1997).
4. Pendapatan
Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat
meningkatkan status gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka
mampu membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Keadaan ekonomi
merupakan factor yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau pangan yang
tersedia dalam rumah tangga. Bagi Negara berkembang pendapatan adalah factor penentu yang
penting terhadap status gizi.
Menurut Mosley dan Lincoln (1985), pendapatan rumah tangga akan mempengaruhi sikap
keluarga dalam memilih barang-barang konsumsi. Pendapatan menentukan daya beli terhadap
pangan dan fasilitas lain. Semakin tinggi pendapatan maka cendrung pengeluaran total dan
pengeluaran pangan semakin tinggi (Hardinsyah & Suhardjo, 1987).
35
Rendahnya pendapatan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi
pangan dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh
terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan pendapatan. Akhirnya masalah
pendapatan rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus
yang berbahaya (Hardinsyah & Suhardjo, 1987)
Pola asuh merupakan suatu sistem atau tata cara seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan
terutama memberi makan dan merawat anak dengan baik. Menurut Nasedul dalam Sudarmiati
(2006) semua orang tua harus memberikan hak untuk bertumbuh. Semua anak harus memperoleh
yang terbaik agar dapat tumbuh secara penuh, tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin
dicapainya, bertumbuh sesuai dengan kemampuan tubuhnya.
Salah satu factor yang paling penting untuk meningkatkan status gizi adalah konsumsi
makanan. Semakin baik konsumsi atau asupan zat gizi maka semakin besar kemungkinan
terhindar dari status gizi yang kurang atau buruk, baik dari segi jumlah maupun dari segi
frekuensi makanan yang dikonsumsi.
Frekuensi makan pada keluarga di Indonesia umumnya adalah tiga kali dalam sehari. Hal
ini terkait dengan masalah fisiologis, artinya hampir semua zat gizi itu di metabolisme dalam
tubuh selama kurang lebih dari 4 jam. Untuk itu maka dianjurkan frekuensi makan yang baik
adalah berpatokan dengan limit waktu metabolisme itu.
Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI, ada 11 golongan bahan makanan. Berdasarkan penggolongan ini
kemudian dapat dianalisa konsumsi zat gizi yang diasup oleh seseorang. Setiap bahan makanan
mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan mengandung zat gizi yang bervariasi pula
baik jenis maupun jumlahnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar manusia mengkonsumsi
makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan demikian jelas bahwa tubuh manusia
memerlukan zat gizi atau zat makanan, untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik
sehari-hari, untuk memelihara proses tubuh dan untuk tumbuh dan berkembang khususnya bagi
yang masih dalam pertumbuhan (Suhardjo, 1992).
Berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan kedalam enam macam yaitu (1)
karbohidrat, (2) protein, (3) lemak, (4) vitamin, (5) mineral dan (6) air. Sementara itu energi
yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari hasil pembakaran karbohidrat, protein dan lemak di
dalam tubuh. Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal dari hewan yang dikenal sebagai
pangan hewani (Suhardjo, 1992).
Penderita defisiensi besi biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas
pendek, muka pucat, susah berkonsentrasi serta fatique atau rasa lelah yang berlebihan. Gejala
ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam
darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha mengkompensasi
kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan
kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan
37
bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan menurunya
daya tahan tubuh sehingga tubuh mudah terinfeksi.
Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar berikut ini:
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai pada
anemia defisiensi jika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8g/dl. Gejala ini berupa
badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
Pada anemia defisiensi besi, karena terjadi penurunan kadar hemoglobin secara
perlahan-lahan, sering kali sindrom anemia tidak terlalu mencolok dibandingkan
dengan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat.
Gejala yang khas dijumpai pada difisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia
jenis lain adalah sebagai berikut.
· Atrofi papila lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi
penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing
38
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB.Diantaranya pada masa
kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia
defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB.
Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak
sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan
39
penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah
setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB
dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup
tinggi diperlukan semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB
menjadi sangat besar.
Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu
penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
Kelainan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang dapat dijumpai adalah
sebagai berikut:
2. Kadar besi serum menurun kurang dari 50 mg/dl, total iron binding capacity (TIBC)
menigkat lebih dari 350 mg/dl dan saturasi transferin kurang dari 15%.
3. Kadar serum feritin. Jika terdapat inflamasi, maka feritin serum sampai dengan 60
Ug/dl.
Kekurangan zat besi merupakan faktor utama AGB. Pria dewasa angka kecukupan gizi
zat besi (AKG) yang dianjurkan adalah 13 mg/hari, wanita 14-26 mg/hari, sedangkan ibu hamil
ditambah 20 mg dari AKG wanita.
AGB dapat dicegah dengan menjalani pola makan sehat dan bervariasi. Pilih bahan
pangan yang tinggi akan zat besi, folat, vitamin B12 dan vitamin C. Vitamin B12 bermanfaat
untuk melepaskan folat sehingga dapat membantu pembentukan sel darah merah. Sedangkan
vitamin C penting dikonsumsi penderita AGB karena dapat membantu penyerapan zat besi.
Selain diet tinggi zat besi, pemulihan AGB biasanya diperlukan tambahan suplemen folat,
vitamin B12 serta zat besi. Pemulihan terapi diet yang disertai pemberian suplemen penderita
AGB biasanya akan pulih setelah 6 bulan menjalani terapi.
a. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
- Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau
tua, kacang-kacangan, tempe).
- Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun
katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah.
2. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan,
malaria dan penyakit TBC.
Pengobatan melalui oral jelas aman dan murah dibandingkan dengan parenteral. Zat besi
melalui oral harus memenuhi syarat bahwa tiap tablet atau kapsul berisi 50-100 mg besi
elemental yang mudah dilepaskan dalam lingkungan asam, mudah diabsorpsi dalam bentuk
fero, dan kurang efek samping. Ada 4 bentuk garam besi yang dapat diberikan melalui oral
yaitu sulfat, glukonat, fumarat dan suksinat. Efek samping yang terjadi biasanya pirosis dan
konstipasi. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar Hb normal untuk mengisi
cadangan zat besi tubuh.
Diberikan bila ada indikasi seperti malabsorpsi, kurang toleransi melalui oral, klien
kurang kooperatif, dan memerlukan peningkatan HB secara cepat (pre operasi hamil
trisemester terakhir).
Preparat yang tersedia adalah iron dextran complex dan iron sorbitol citic acid complex yang
dapat diberikan secara IM dalam atau IV. Efek samping pada pemberian IM biasanya sakit
pada bekas suntikan sedangkan pemberian IV bias terjadi renjatan atau tromboplebitis.
Pengobatan lain
3. Tranfusi darah : Indikasi pemberian tranfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah
adanya penyakit jantung anemik, anemia yang simtomatik dan penderita memerlukan
peningkatan kadar HB yang cepat.
BAB 6
YODIUM
Seorang anak perempuan P, berusia 16 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan
demam sejak 2 atau 3 hari yang lalu dan dengan pembengkakan pada bahagian kanan mukanya.
Bengkak pada mukanya dikatakan semakin membesar dalam 24 jam yang terakhir. P
mengatakan dia tidak mempunyai sebarang kelainan gigi. Pada pemeriksaan fisik dipalpasi nodul
pada lobus tiroid kanan. Sonografi menunjukkan nodul 2cm pada lobus tiroid kanan .
GAKY merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental, namun
sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium atau kekurangan
yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan mungkin masih merupakan
problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar penduduk dunia mempunyai risiko
kekurangan yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-
kira 30.000 bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi
mental, tubuh pendek, bisu tuli atau lumpuh.
43
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya. Di antara
mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan menjadi anak yang kurang
intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sehingga, kekurangan yodium akan
menyebabkan masyarakat miskin dan tidak berkembang, sementara pada anak menyebabkan
kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal
perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk pembentukan
hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental dan
fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat kekurangan
yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher.
Di Indonesia telah diadakan penelitian pada anak sekolah dasar antara tahun 1980-1982 di 26
provinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10% apda 68,3% dari 966 kecamatan yang
diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.
Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878
kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi
gondok yang terlihat (visible goiter prevalences) menurun sekitar 37,2 sampai 50%.
Tahun 1991, dilakukan survei di Indonesia bagian Timur (Maluku, Irian Jaya, NTT,
Timor Timur) pada 29.202 anak sekolah dan 1749 ibu hamil, didapatkan gondok pada anak
sekolah 12-13% dan ibu hamil 16-39%. Kemudian pada tahun 1996, dilakukan survei di 6
propinsi, didapatkan gondok 3,1-5%, di Maluku 33%.
Pada tahun 1998, mulai ada Thyro Mobile, yang memproses data ukuran kelenjar gondok dan
kadar yodium dalam urin.
Berdasarkan data survei pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000 menderita kretin, 3,5 juta
orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15% menderita kretin.
Dari data hasil penelitian pada anak sekolah dasar. maka pengertian tentang kekurangan
44
yodium sudah jauh dari hanya menyebabkan gondok saja. Yakni menyebabkan pada tumbuh
kembang anak, termasuk perkembangan otaknya, sehingga istilahnya saat ini disebut sebagai
''Gangguan Akibat Kekurangan Yodium'' atau disingkat GAKY.
Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan
salju dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir
ke laut. Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat
juga terjadi di lembah sungai.
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh
sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-
kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50
mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik. Yodium yang berada dalam
atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar dalam rentang 1,8 - 8,5
mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini.
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat
lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium
tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya. Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi
yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang
sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan
yodium.
Melihat hal tersebut maka sangat banyak populasi di Asia yang menderita kekurangan
yodium berat karena mereka hidup dalam sistem mencari nafkah dengan bertani di daerah
gunung atau lembah.
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah:
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai
dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang
agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid
dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat
penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal
kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
46
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester
pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya
kadar hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin
sudah dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini
maka juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat
hipotiroidisme pada janin.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini
dapat dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi
lahir untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila
didapatkan kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk
mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg per gram kreatinin, kejadian hipotiroidisme
neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang
kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian
hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.
Dari pengamatan ini disimpulkan, bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka
hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai masa anak. Ini berakibat pada retardasi
perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan mental sangat tinggi. Pada populasi di
daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya penderita kretin yang sangat mencolok.
47
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan
lesu, hal ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat
kembali normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di
otak. Ini terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun
diberikan koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.
6.9 Penatalaksanaan
48
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok yodium pada
setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat disimpan oleh
tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga harus
berlangsung terus menerus.
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta rumput untuk
makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat,
maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan terus menerus sangat tinggi angka
keberhasilannya.
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium
dan suplementasi minyak beryodium.
Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan
teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya
hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun
memerlukan teknologi yang lebih ruwet.
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan, demikian juga
perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga diberikan tambahan
pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan
multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang
terjamin dan mudah penerapannya. GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya
sebagai puncak gunung es.
Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut,
namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan komponen
yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak, tidak
hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi yang
49
mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional maupun
internasional.
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema ''Perkembangan
Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010'' harapan kita tentunya
dapat mendapatkan konsep, pemikiran.
Dalam mencapai tujuan dan target program penanggulangan GAKY, sesuai dengan rekomendasi
dari WHO/CCIDD/UNICEF, ada 10 indikator yang digunakan untuk menilai pencapaian
program.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 180-184
Bauernd, JC. 1994. Nutrification of Foods. In Shils, MD.; Olsm, JA.; Shike, M. Ed.
a. Modern nutrition in health an disease. Lea and Febiger, 8th Edition, Chaper
Burgi, H.; Supersaxo, Z.; Selz, B. 1990. Iodine deficiency diseases in Switernland
b. one hundred years after Theatre Kocher's survey: A historical review with some
c. new goitre prevalence data. Acta Endocrinologica. Copenhagen.
Gizi Kesehatan Masyarakat / editor , Michael J. Gibney….(et al) ; alih bahasa, Andry Hartono ;
editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti, Erita Agustin Hardiyanti. Jakarta :
EGC,2008. http://books.google.co.id/books?id=1ki_J-
WJb9wC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q
&f=false
Gizi dalam daur kehidupan : biku ajar ilmu gizi / Arisman. Ed. 2. Jakarta : EGC, 2009.
52
Holick MF. Vitamin D. In: Shils ME, Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, eds.
Modern Nutrition in Health and Disease, 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins, 2006.
Harris, RS. 1968. Attitudes and approaches to supplementation offoods with nutrients. J. Agr.
Food Chern. 16(2), 149-152.
INNAG. 1993. Iron EDTA for food fortifikation. A report of the INAAG. Wahongton, DC.
USA.
Institute of Medicine, Food and Nutrition Board. Dietary Reference Intakes for Calcium and
Vitamin D. Washington, DC: National Academy Press, 2010.
Jackson RD, LaCroix AZ, Gass M, Wallace RB, Robbins J, Lewis CE, et al. Calcium plus
vitamin D supplementation and the risk of fractures. N Engl J Med 2006;354:669-83.
[PubMed abstract
Payne, NR., Hasegawa, DK., 1984. Vitamin K deficiency in newborns: a case report in alpha-
1-antitrypsin deficiency and a review of factors predisposing to hemorrhage.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=Vitamin%20K
%20deficiency%20in%20newborns:%20a%20case%20report%20in%20alpha
antitrypsin%20deficiency%20and%20a%20review%20of%20factors
%20predisposing%20to%20hemorrhage [Accesed 2nd February 2011]
Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita Tentang Pemberian
Kapsul Vitamin A Di Lingkungan IX Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2009, oleh Rangi Nadya, 2009.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16580
Prinsip dasar ilmu gizi / Sunita Almatsier. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001.
WHO. 1994. Indicator for assesing iodine deficiency disorders and their control
through salt iodization. WHO/UNICEF/ICCIDD.Doc. WHO, Geneva, Switzernland.
World Banka. 1994. Enriching Lives. Overcoming vitamin A and mineral malnutrition
in developing countries. The World Bank. DC, USA.