Anda di halaman 1dari 14

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Permesinan
Proses permesinan (Machining process) merupakan proses pembentukan suatu
produk dengan pemotongan dan menggunakan mesin perkakas. Umumnya, benda
kerja yang di gunakan berasal dari proses sebelumnya, seperti proses penuangan
(Casting) dan proses pembentukan (Metal Forging). Proses permesinan ini
berdasarkan bentuk alat potong dapat di bagi menjadi 2 tipe, yaitu :

1. Bermata potong tunggal (single point cutting tools)


2. Bermata potong jamak (multiple points cuttings tools)

Secara umum, gerakan pahat pada proses permesinan terdapat 2 tipe yaitu :
gerak makan (feeding movement) dan gerak potong (cutting movements).

Permesinan bertujuan untuk mengenal mesin-mesin dan tools yang digunakan


dalam pembuatan (manufaktur) produk yang telah ditentukan. Permesinan sendiri di
bagi menjadi 3 jenis, pemotongan, penyerutan dan penghalusan (pengamplasan).

2.1.1 Pemotongan
Proses pemotongan merupakan salah satu bagian operasi permesinan untuk
memotong benda kerja sesuai bentuk yang diinginkan. Bentuk yang paling sederhana
dari perkakas pemotong

2.1.2 Penyerutan
Penyerutan adalah proses permesinan konvensional dan tradisional. Bertujuan
untuk menghilangkan serat-serat kayu yang kasar yang akan mengganggu pada
proses permesinan selanjutnya.
II-2

Salah satu tools yang digunakan dalam proses penyerutan adalah mesin planner.
Sebelumnya, alat yang dipergunakan untuk alat purusut unutk menghaluskan dan
meratakan permukaan kayu.

2.1.3 Penghalusan (pengampelasan)


Penghalusan bertujuan untuk menghilangkan bagian yang masih kasar atau
belum sesuai dengan dimensi yang diinginkan pada permukaan benda kerja dengan
amplas atau kikir, sehingga didapat tekstur yang halus pada permukaan benda kerja.

Alat yang biasa digunakan dalam penghalusan adalah mesin amplas (mesin
sander) atau menggunakan pengampelasan manual. Ampelas adalah lembaran yang
mempunyai bagian kasar yang digosokkan menggunakan kaidah gesekan untuk
menghilangkan bagian kasar pada permukaan benda kerja

2.2 Mesin Bubut


Bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan
putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat
disebut gerak umpan (feeding). Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi
benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir
dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengna jalan menukar
roda gigi translasi (change gears) yang menghubungkan poros spindel dengan poros
ulir (lead screw). Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi
keperluan pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar
bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.
roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai ke khususan karena digunakan
untuk monversi dari ulir metrik ke ulir inchi.

2.2.1 Prinsip Kerja Mesin Bubut

Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga
memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan
disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut
diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada
benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
II-3

2.2.2 Bagian-Bagian Mesin Bubut

Mesin bubut terdiri dari meja (bed) dan kepala tetap (head stock). Di dalam
kepala tetap terdapat roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar
poros spindel. Poros spindel akan menmutar benda kerja melalui cekal (chuck).
Eretan utama (appron) akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang
(cross slide) dan eretan atas (upper cross slide) dan dudukan pahat. Sumber utama
dari semua gerakkan tersebut berasal dari motor listrik untuk memutar pulley melalui
sabuk (belt).

2.3 Pengelasan
2.3.1 Pengertian las
Las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat
panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu dengan cara logam yang akan disambung
dipanaskan terlebih dahulu hinga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan
perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang
timbul akibat adanya gaya tarik antara atom. Bedasarkan pelaksanaannya las dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Pengelasan Cair
Dimana logam induk dan bahan tambahan dipanaskan hingga mencair,
kemudian membiarkan keduanya membeku sehingga membentuk sambungan.

2. Pengelasan Tekan
Yaitu dimana kedua logam yang disambung, dipanaskan hingga meleleh, lalu
keduanya ditekan hingga menyambung Adapun pengelasan tekan itu sendiri dibagi
menjadi :

1. Pengelasan tempa Merupakan proses pengelasan yang diawali dengan proses


pemanasan pada logm yang diteruskan dengan penempaan (tekan) sehingga
terjadi penyambungan logam. Jenis logam yang cocok pada proses ini adalah
II-4

baja karbon rendah dan besi, karena memiliki daerah suhu pengelasan yang
besar.

2. Pengelasan tahanan Proses ini meliputi :

1. Las proyeksi

Merupakan proses pengelasan yang hasil pengelasannya sangat


dipengaruhi oleh distribusi arus dan tekanan yang tepat. Prosesnya yaitu
pelat yang akan disambung dijepit dengan elektroda dari paduan tembaga,
kemudian dialiri arus yang besar.

2. Las titik prosesnya hampir sama dengan las proyeksi, yaitu pelat yang
akan disambung dijepit dahulu dengan elektroda dari paduan tembaga,
kemudian dialiri arus listrik yang besar, dan waktunya dapat diatur sesuai
dengan ketebalan pelat yang akan dilas.

3. Las Kampuh

Merupakan proses pengelasan yang menghasilkan sambungan las yang


kontinyu pada dua lembr logam yang tertumpuh. Ada tiga jenis las
kampuh, yaitu las kampuh sudut, las kampuh tumpang sederhana dan las
kampuh penyelesaian.

3. Pematrian

Pematrian adalah seperti pengelasan cair, akan tetapi bedanya adalah


penggunaan bahan tambahanatau filler yang mempunyai titik leleh dibawah titik leleh
logam induk. Pengelasan fusion dapat dibedakan menjadi :

1. Pengelasan Laser

Merupakan pengelasan yang lambat dan hanya diterapkan pada las yang kecil,
khususnya dalam industri elektronika.

2. Pengelasan Listrik berkas electron

Pengelasan jenis ini digunakan untuk pengelasan pada logam biasa, logam
tahan api, logam yang mudah teroksidasi dan beberapa jenis paduan super
yang tak mungkin dilas.

3. Pengelasan thermit
II-5

Merupakan satu-satunya pengelasan yang menggunakan reaksi kimia


eksotermis sebagai sumber panas. Thermit merupakan campuran serbuk Al
dan Oksida besi dengan perbandingan 1 : 3.

Las cair dan pematrian termasuk ke dalam las fusion. Salah satu las fusion adalah las
termik. Pada las termik ini, panas yang dihasilkan berasal dari reaksi eksotermis.

Las termik adalah satu-satunya las yang menggunakan reaksi kimia sebagai berikut :

8 Al + 3 Fe3O4

9Fe + 4 AL2O3

Pada reaksi ini besi yang dihasilkan mencapai suhu atau temperatur 25000C, hingga
ujung benda kerja yang dituangi besi itu akan meleleh dan membentuk sambungan.
Pada las tekan, benda kerja dipanaskan hingga meleleh atau membara. Kemudian
ditempa hingga membentuk sambungan. Hal ini sering dilakukan oleh pandai besi.
Sedangkan pada praktikum kami menggunakan las gas (oksiasitelin) dan las busur
listrik. Sedangkan pada pengelssan tangkai kayuh, kami menggunakan las busur
listrik dalam praktikumpembuatan alat pemarut kelapa.

2.3.2 Las Listrik

Pada pengelasan dengan las listrik, panas yang dihasikan berasal dari busur
listrikyang timbul dari menempelnya benda kerja dengan elektroda. Elektroda
pengisiandipanaskan mencapai titik cair dan diendapkan pada sambungan, hingga
terbentuksambungan las. Panas yang dihasilkan oleh busur listrik mencapai
55000C.Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi dalam
jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dancahaya ultraviolet. Agar mata kita
terlindungi dari sinar ultra violet ini, kita harus menggunakan kacamata pelindung
yang mampu, menangkal cahaya tersebut demi keselamatan kerja. Las listrik dapat
digolongkan menjadi :

1. Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :


1. Las listrik submerged
2. Las listrik dengan elektroda berselaput
3. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) atau MIG
II-6

2. Las listrik dengan elektroda karbon, misalnya :


1. Las listrik derngan elektroda karbon tunggal
2. Las listri dengan elektroda karbon ganda.Penjelasan
3. Las listrik dengn elektroda berselaput.
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan bahan dasar (plat)
akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian dasar selaput elektroda
yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi
ujung elektroda kawat las, dan daerah las disekitar busur listrik terhadap
daerah udara luar.

4. Las listrik TIG


Pada las TIG ini menggunakan elektroda wolfram. Busur yang terjadi
antara elektroda dan bahan dasar merupakan sumber panas bentuk
pengelasan. Untuk melindungi hasil pengelasan digunakan gas pelindung,
seperti argon, helium atau campuran gas tersebut.

5. Las Listrik MIG


Menggunakan elektroda gulungan kawat yang berbentuk rol yang
gerakannya diatur oleh sepasang roda gigi yang digerakan oleh motor
listrik.

2.3.3 Gerakan Elektroda

1. Posisi dibawah tangan

Dari keempat posisi pengelasan tersebut, posisi bawah tanganlah yang paling
mudah melakukannya. Oleh sebab itu untuk menyelasaikan setiap pekerjaan
pengelasan sedapat mungkin diusahakan pada posisi dibawah tangan. Penjelasan:

1. Pada gambar anda dapat melihat bagaimana seharusnya sudut-sudut elektroda


pada berbagai macam kampuh. kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat
terhadap garis vertical kearah jalan elektroda.
2. Kampuh berimpit
3. Kampuh T Tebal pelat tidak sama

2. Posisi mendatar atau horizontal


II-7

Pada posisi horizontal kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan
mengikuti garis horizontal. Posisi elektroda dimiringkan kira-kira 50 – 100 kebawah,
untuk menahan lelehan logam cair, dan 200 kearah lintasan las (sudut jalan elektroda
700). Panjang busur nyala dibuat lebih pendek kalau dibandingkan dengan panjang
busur nyala pada posisi pengelasan dibawah tangan.

Pengerukan benda kerja sering terjadi karena:

1. Busur nyala terlalu panjang


2. Ampere pengelasan terlalu tinggi
3. Kecepatan jalan elektroda terlalu lambat.

Disini diperlihatkan dua macam ayunan yang umum dipakai pada sisi
horizontal.

3. Posisi vertical

Pada pengelasan vertical, benda kerja dalam posisi tegak dan arah pengelasan
dapat dilakukan keatas atau naik atau kebawah atau turun. Arah pengelasan yang
dilakukan tergantung kepada jenis elektroda yang dipakai. Elektroda yang berbusur
lemah dilakukan pengelasan keatas, elektroda yang berbusur keras dilakukan
pengelasan kebawah. Dalam mengelas vertical, cairan logam cenderung mengalir
kebawah. Kecenderungan penetesan dapat diperkecil dengan memiringkan elektroda
100 – 150 kebawah. Untuk pengelasan keatas diperlukan pengayunan elektroda yang
teliti dan tepat sehingga dapat diperoleh hasil rigi-rigi yang baik. Arus pengelasan
keatas, lebih kecil dari pada pengelasan kebawah. Disini diperlihatkan beberapa
macam ayunan elektroda mengelas posisi vertical.

Macam-macam ayunan yang lain adalah:

1. Tiga macam ayunan untuk kampuh berimpit dan kampuh T


2. Ayunan untuk kampuh V
Keamanan:
Pakailah pelindung sarung tangan, sepatu tidak boleh ada yang koyak atau berlubang
dan kantong-kantong (saku) tidak boleh terbuka. Agar tangan lebih jauh dari percikan
cairan logam, maka elektroda sering dibengkokkan dekat mulut elektroda.

2.3.4 Pengelasan Bejana Tekanan


II-8

Seorang engineer berhadapan dengan bermacam-macam masalah ketika


merancang suatu alat penukar panas jenis shell and tube. Prosedur rekomendasi untuk
pemilihan material akan ditampilkan, dimana berbeda untuk bejana tekan. Juga
didiskusikan beberapa hal kritis dan berbahaya yang berhubungan dengan fabrikasi,
inspeksi dan pengujian alat penukar panas tersebut. Hal itu meliputi cladding,
pemilihan tube tanpa atau dengan las, sambungan tube dengan tube-sheet yang
diinginkan, perancangan dan pemilihan flange dan gasket, pemilihan pabrik pembuat,
inspeksi bengkel terhadap alat penukar panas yang baru, serta pengawasan dan
pemeliharaan alat penukar panas pada waktu beroperasi. Juga disajikan beberapa
metoda inspeksi dan bagaimana mereka sangat baik digunakan untuk menjamin
kehandalan dan keekonomisan menyeluruh. Makalah ini diperluas untuk mencakup
persyaratan OSHA mengenai kesatuan mekanis ( mechanical integrity ).

Faktor ekonomi dan manufacturing.


1. Tube dengan kemudahan fabrikasi dapat menurunkan harga komponent.
2. Ketersediaan pasar sangat mempengaruhi harga.
Metode fabrikasi.
1. Harus diperhatikan keunggulan pipa tanpa atau dengan pengelasan.
2. Kemampuan las mempengaruhi kombinasi tube dengan tube-sheet.
3. Machinability mempengaruhi material tube-sheet.

2.3.4 Bagian-bagian Mesin Las SMAW

Lampu sinyal sebagai indilator apakah mesin sudah berfungsi atau tidak.
Tombol pemutar berfungsi untuk menghidupkan mesin las (transformator)
Pengatur arus berfungsi mengatur besarnya kuat arus yang diijinkan.
Kutub + sebagai sumber arus positif. Kutub – sebagai sumber arus negatif.
Penjepit benda kerja berfungsi untuk menjepit benda kerja yang akan dilas.
Penjepit elektroda berfungsi menjepit elektroda yang digunakan sebagai logam
pengisi. Klem tiga fase berfungsi untuk pengaturan arus jauh dari mesin l

2.4 Penggurdian

Penggurdian adalah operasi pemesinan yang diguna-kan untuk membuat


lubang bulat pada benda kerja. Penggurdian pada umumnya menggunakan perkakas
berbentuk silinder yang memiliki dua tepi potong pada ujungnya. Gerakan makan
II-9

perkakas dilakukan dengan menekan gurdi yang berputar ke dalam benda kerja yang
diam sehingga diperoleh lubang dengan diameter yang sesuai dengan diameter gurdi.

2.4.1 Jenis – jenis Mesin Gurdi

1. Mesin penggurdi mampu jinjing adalah mesin penggurdi kecil yang terutama
digunakan untuk operasi penggurdian yang tidak dapat dilakukan pada kempa
gurdi biasa. Mesin ini dioperasikan dengan tangan, dilengkapi dengan motor
listrik kecil dan beroperasi pada kecepatan cukup tinggi, dapat memegang
perkakas gurdi sampai diameter 12 mm. Penggurdi yang serupa, yang
menggunakan udara tekan sebagai daya, digunakan kalau bunga api dari
motor dapat menimbulkan behaya kebakaran.

2. Mesin penggurdi peka adalah mesin kecil berkecepatan tinggi dari konstruksi
sederhana yang mirip dengan kempa gurdi tegak biasa. Mesin ini terdiri dari :

1. Sebuah standar tegak,


2. Sebuah meja horisontal,
3. Sebuah spindel vertikal untuk memegang dan memutar penggurdi,
4. penggerak dapat langsung dengan motor, dengan sabuk atau piring gesek.

3. Mesin penggurdi tegak mirip dengan penggurdi peka, mempunyai mekanisme


hantaran daya untuk peng-gurdi putar dan dirancang untuk kerja yang lebih
berat. Mesin penggurdi ini dapat dipakai untuk mengetap maupun meng-
gurdi.

Gambar 2.1 Mesin penggurdi tegak


II-10

4. Mesin penggurdi radial dirancang untuk pekerjaan yang besar kalau tidak
memungkinkan bagi benda kerja untuk digerakkan berputar bila beberapa
lubang harus digurdi.

Gambar 2.2 Mesin penggurdi radial

Mesin ini terdiri dari :

1. Kolom vertikal untuk me-nyangga lengan gurdi;


2. Lengan gurdi untuk membawa kepala gurdi, yang dapat diputar ke
sembarang kedu-dukan di atas bangku kerja;
3. Kepala penggurdi yang dapat disetel sepanjang lengan gurdi.

5. Penggurdi gang atau kelompok adalah mesin penggur-di yang memiliki


beberapa spindel gurdi yang dipasang pada meja tunggal. Jenis ini cocok
untuk pekerjaan produksi yang harus melakukan beberapa operasi.
II-11

Gambar 2.3 Mesin penggurdi gang

Benda kerja dipegang dalam sebuah jig yang dapat diluncurkan dari satu
spindel ke spindel berikutnya. Dengan kendali pemakanan automatis, maka
dua atau lebih dari operasi ini dapat berjalan secara serempak, dengan hanya
diawasi oleh seorang operator.

6. Penggurdi turret dapat mengatasi keterbatasan ruang lantai yang diperlukan


oleh kempa gurdi kelompok. Sebuah kempa gurdi dengan kontrol numerik
enam stasiun turet dapat disetel dengan berbagai perkakas.

Gambar 2.4 Mesin penggurdi turret


II-12

2.5 Mesin Frais

Frais merupakan suatu proses memakanan benda kerja yang sayatannya


dilakukan dengan menggunakan pahat yang diputar oleh poros spindel mesin. Pahat
Frais (milling cutter) termasuk jenis pahat bersisi potong banyak (multiple point tool).
Mesin Frais dari segi operasionalnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Mesin Frais horizontal


2. Mesin Frais vertical
3. Mesin Frais serba guna (universal)
4. Mesin Frais khusus (special purpose)

Jenis-jenis Frais tersebut diatas memiliki prinsip kerja yang sama. Yang membedakan
adalah ukuran benda kerja yang dapat dikerja oleh mesin Frais.

1. Prinsip Kerja Mesin Frais

Proses pemotongan (penyayatan) dilakukan dengan menggunakan pahat yang


diputar oleh arbor yang berhubungan langsung dengan poros spindel mesin. Posisi
pahat pada arbor dapat diatur dengan mengatur letak cincin pemisah (spacer). posisi
dari poros arbor atau poros merupakan penentu dari jenis apakah mesin Frais ini,
apakah jenis mesin Frais horizontal atau pun vertikal. Untuk mengerjakkan benda-
benda kerja yang mempunyai bentuk yang rumit dan ukuran yang relatif besar yang
tidak mungkin dikerjakan pada mesin-mesin Frais horizontal maupun vertikal maka
dibuat mesin Frais khusus (special purpose).

2. Bagian-Bagian Mesin Frais

Mesin ini terdiri dari badan atau kolom yang menyangga ram. Pada bagian
depan kolom dipasang batang bimbing (guide) slide ways sehingga lutut (knee) yang
ditumpu oleh batang ulir bergerak naik-turun secara lurus. Diatas lutut dipasang
pelana (sddle) yang bergerak kemuka dan kebelakang sepanjang guide. Diatas pelana
dipasangkan meja yang dapat bergerak ke kiri dan ke kanan agar lutut dapat bergerak
naik turun, pelana bergerak maju mundur dan meja bergerak ke kiri dan ke kanan.
Tujuan dari gerakan-gerakan pada mesin Frais untuk memenuhi gerak umpan
(feeding) tetapi juga untuk memudahkan dalam menentukan posisi pahat terhadap
benda kerja sebelum proses pemotongan dilakukan.
II-13

2.6 Proses Finishing

Sebagai langkah terakhir, agar produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah
lebih atau member nilai estetika, dilakukanlah proses finishing berupa pendempulan,
pengampelasan dan pengecatan dengan menggunakan spraygun.
Kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan
fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan meningkatkan tekanan dapat
untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu system proses yang lebih besar
(dapat sistem fisika maupun kimia contohnya pada pabrik-pabrik kimia untuk
kebutuhan reaksi). Secara umum kompresor dibagi menjadi dua jenis yaitu dinamik
dan perpindahan positif.Adapun tahapan proses secara umum untuk finishing adalah
sebagai berikut:

1. Sanding: Pengamplasan benda kerja kita harus lakukan hingga


permukaankayu atau plywood halus. Halus di sini berarti tidak ada serat‐serat
yang tegak ke permukaandan bebas dari ujung yang runcing. Sebaiknya
lakukan proses ini dengan baik agar hasil akhir finishing menjadi baik pula.
Grade kertas ampelas yang digunakan pada langkah ini berawal dari 120 dan
240.
2. WoodFiller: Untuk menutupi pori‐pori kayu yang terlalu besar ataupun lubang
karena cacat pada waktu pengerjaan. Carilah warna wood filler yang
mendekati sama dengan warna kayu atau warna akhir finishing.
3. Staining: Pewarnaan dilakukan dengan metode semprot juga. Beberapa tukang
kayu memilih melakukan proses pewarnaan sebelum base coat. Aplikasi
dilakukan dengan metode wipping. Ada pula yang mencampur wood stain
dengan bahan base coat sehingga pada waktu pelapisan pertama sekaligus bisa
mendapatkan warna yang diinginkan. Pilihan cara tersebut tergantung dari
hasil pewarnaan yang anda inginkan.
4. Sealer: Pengisian lapisan pelindung warna yang dilakukan dengan proses
spray. Perlakuan sealer ini bisa dikategorikan sebagai proses coating. Setelah
penyemprotan sealer selesai dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah
melakukan sanding atas sealer tersebut.
5. Glazing: adalah proses untuk menambah kedalaman pewarnaan dan proses ini
membutuhkan waktu dalam hal pengeringan bahan glaze ini sendiri, sebelum
dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
II-14

6. Top Coat: lapisan Paling Atas sebaiknya tidak dicampur dengan warna.
Viscositas lebih encer akan lebih baik karena top coat bisa dilakukan lebih
dari satu kali. Setelah tahapan top coat terakhir, sebaiknya dilakukan sanding
dengan menggunakan kertas gosok yag basah.
7. Polishing dan Compound: tahapan paling akhir untuk memberikan kualitas
proses finishing. Kegiatan ini membutuhkan perhatian detail terutama dalam
arah menggosok permukaan kayu finish yang harus searah dengan bersamaan
bahan polish atau pun compound.

Pada setiap langkah aplikasi selalu lakukan pengamplasan dengan kertas ampelas
grade 240‐320. Khususnya setelah proses top coat, lebih baik apabila
menggunakankertas ampelas bekas sehingga goresan ampelas tidak terlalu dalam.
Beberapa merk bahan finishing mungkin akan memberikan rekomendasi langkah
yang sedikit berbeda, mengapa? Kadang‐kadang mereka memiliki jenis bahan kimia
yang memerlukan langkah khusus dan terpisah mengingat cara pencampuran,
proporsi bahan finishing belum tentu sama antar perusahaan satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai