Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SIFAT-SIFAT KEKONGRUENAN
Disusun untuk memenuhi tugas Program Linear dan Kalkulus Lanjut

Dosen Pembimbing :

AHMAD MUDZAKIR, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Eka Sulistyawati


NIM : 08310912
Semester : V A Sore

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN

UNISDA LAMONGAN
Februari, 2011
DAFTAR ISI

1. Pengantar

2. Tujuan instruksional Umum

3. Tujuan instruksional Khusus

4. Kegiatan belajar

4.1 Kegiatan Belajar 1 :Sifat Lebih Lanjut tentang Kekongruenan


Uraian dan Contoh
Latihan 1
Rangkuman
Tes Formatif 1
Umpan Balik dan Tidak Lanjut

4.2 Kegiatan Belajar 2: Kekongruenan Antar Ruas Garis Dan Antar Sudut
Urain dan contoh
Latihan 2
Rankuman
Tes Formatif 2
Umpan balik dan tindak lanjut

5. Kunci jawaban Tes Formatif

6. Referensi
SIFAT-SIFAT KEKONGRUENAN

1. Pengantar

Dalam modul ini, pertama-tama pada kegiatan belajar 1,akan di kembangkan lebih lanjut sifat-
sifat kekongruenenan. Kemudian kita susun konsep konruenan segi tiga. Dengan demikian
terbentuklah sebuah geometri yang menganut tiga jenis aksioma, aksioma insidensi, aksioma
urutan, dan aksioma kekonruenan geometri yang di dasari oleh tiga jenis aksiome itu di namakan
geometri netral atau geometri obsolut. Geometri ini merupakan landasaan bagi dua geometri yang
amat penting, Geometri Eucludes, dan Geometri Lobachevsky. Pada kegiatan belajar 2, Selajutnya
secara khusus di bahas masalah kekongruenen antar ruas baris dan antar sudut.

2. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini anda di harapkan dapat memahami konruenan, Segi tiga ruas
garis., dan sudut.

3. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mempelajari modul ini anda di harapkan dapat:


a. Menjelaskan konkruenan dua segi tiga ;
b. Menjelaskan hubungan konsep urutan dan konsep kekongruenan ;
c. Menjelaskan kekongruenan dua ruas garis dan kekongruenan sudut ;
d. Menjelaskan konsep kekongruenan gambar , Khususnya segi tiga ;
e. Menjelaskan konsep urutan untuk ruas garis ;
f. Menjelaskan penjumlahan dua ruas garis ;
g. Menjelaskan penjumlahan dua sudut .

4. Kegiatan Belajar

4.1. Kegiatan Belajar


SIFAT LEBIH LANJUT
TENTANG KEKONGRUENAN

4.1.1Uraian dan contoh

1) Kekongruenan segi tiga

Definisi :
Andaikan titik-titik A,B, C berbeda dan tak segaris.
Himpunan AB U BC U CA U {A } U {B } U {C} dinamakan segi tiga ABC ;ditulis ABC .
Titik A,B , C Dinamakan titik sudut .
Ruas AB ,BC , CA ,dinamakan sisi-sisi

Garis AB, BC ,CA, dinamakan garis-sisi


<ABC , <BCA ,<CAB ,dinamakan sudut-sudut segi tiga ABC

Kita hendak mendenifisikan pengertiandua segi –tiga yang kongruen .


Sebelumya kita didefinisikan pengertian “seletak”.
Definisi
Padanan satu-satu antara himpunan titik – sudut dua segi- tiga
{A,B,C} dari ∆ ABC dan {D,E,F} DARI ∆ DEF Misalnya A D, B  E; C F dinamakan
padanan antara titik – titik sudut dua segi tiga ABC dan DEF; kita tulis ABC → DEF.

Padanan antara titik- titik sudut itu mengakibatkan padanan antara sisi – sisinya:
1) AB  DE; BC  EF; AC  DF.
Begitu pula padanan antara titik- titik sudut mengakibatkan pula suatu padanan antara sudut-
sudutnya, yaitu :
 ABC   DEF ;  BCA  EFD;  CAB   FDE.

Apabila dalam padanan ABC  DEF sisi-sisi yang terletak atau sisi – sisi yang berpadanan
kongruen dan sudut – sudut yang seletak juga kongruen kita katakan bahwa dua segi – tiga itu
kongruen . Ditulis ∆ ABC ∆ DEF, dan padanan dinamakan suatu kongruen . Dikatakan juga bahwa
dua segi - tiga kongruen apabila ada padanan antara titik – titik sudut yang merupakan suatu
kongruen.

Definisi :
Dalam ∆ ABC , sisi AB DAN  BCA dinamakan berhadapan dengan sudut  BCA.  ABC
dikatakan sudut apit antara sisi AB dan BC . sisi AB diapit oleh  CAB dan  ABC.
Untuk melengkapkan pengertian kekongrenan, kita cantumkan aksioma K8 tentang
kekongrenan dua segi – tiga , yaitu :
K8 : (Aksioma sisi – sudut – sisi atau aksioma S – Sd – S).
Apabila padanan antara titik – titik sudut dua segi – tiga sedemikian hingga dua sisi dan
sudut api tiga pada segi- tiga yang satu masing-masing kongruen dengan dua sisidan sudut apitnya
pada segi-tiga yang lain, maka padanan itu adalah suatu kekongruen.
Geometri yang hingga sekarang kita bentuk, memenuhi sistem aksima insiden I1 – I 6;
sistem aksima urutan B1 – B6; dan sistem aksima kekongruen K1 – K8. Geometridemikian
dinamakan sebuah geometri kekongruen. Jadi suatu geometri kekongruenan dalam bahasa Inggris:
Congruence Geometri) adalah suatu geometri insidensi terurut yang didalamnya telah
didefinisikansuatu ruas garis dan ukuran sudut.
2) Beberapa akibat Aksioma K8

Teorema 1:
Apabila dalam sebuah segi – tiga, ada dua sisi yang kongruen maka sudut-sudut hadapnya juga
kongruen .
Bukti : Andaikan dalam ∆ ABC, AB  AC. Perhatikan padanan ABC → ACB. Oleh karena AB—
AC, AC—AB dan < CAB --< CAB -- < BAC , maka menurut k8 , padanan tersebut adalah suatu
kekongruenan . Jadi < ABC --< ABC. Artinya :sudut – sudut hadap sisi yang kekongruen juga
kongruen .

Definisi :
Jika dalam sebuah segi – tiga ada dua sisi yang kongruen juga kongruen , segi tiga tersebut
dinamakan segi – tiga sama kaki . Jika semua sisinya kongruen , segi tiga dinamakan segi – tiga
sama sisi.

Akibat :Dalam sebuah segi – tiga sama sisi , semua sudut sama .

Teorema 2 (teorema Sd – S – Sd) :

Jika dalam suatu padanan antara himpunan titik – titik sudut sebuah segi – tiga dan
himpunan titik –titik sudut segi – tiga lain ,ada dua sudut dalam segi – tiga yangsatu kongruen
dengan dua sudut dalam segi – tiga yang lain dan sisi yang diapitnya dalam segi – tiga yang satu
juga kongruen dengan sisi yang diapit dalam segi – tiga yang lain , maka padanan tersebut adalah
suatu kongruen.

Bukti

C F

F’

A B
D E

Gambar 1

Perhatikan padanan ABC  DEF. Andaikan dalam padanan ini  CAB  FDE, ABC 
DEF dan AB DE maka ada F’ DF sehingga DF , AC ; Perhatikan bahwa  EDF EDF’.
Perhatikan padanan ABC  DEF . Oleh karena AC DF, AB DE dan  CAB F’ DE, maka
padanan itu suatu kekongruenan (Aksioma.8). Jadi ABC DEF’. Oleh karena ABC DEF
maka  DEF  DEF’. Oleh karena F’ DF. Maka F dan F’ terletak pada sisi DE yang sama. Jadi
EF dan EF’ juga pada sisi DE yang sama. Ini berarti bahwa EF = EF’. Jadi F’ titik potong DF dan
EF, sehingga F’ = F. sehingga kekongruenan ABC  DEF adalah suatu kekongruenan.

Akibat : jika dalam sebua segi-tiga ada dua sudut yang kongruen maka sisi-sisi hadapnya juga
kongruen.
Bukti : andaikan dalam segitiga ABC diketahui bahwa ABC ACB . Perhatikan padanan
ABC  ACB. disini ABC ACB ; ACB ABC dan BC CB .maka menurut teorema diatas padanan

tersebut adalah suatu kekongruenan. Jadi AC  AB .


3) Sumbu ruas garis

Definisi :
Titik P dikatakan berjarak sama dari A dan B apabila PA – PB

Definisi :
Garis dinamakan suhu ruas AB jika g memuat titik tengah dan g tegak lurus garis AB.
Akibat : Andaikan bidang V memuat ruas AB. Telah dibuktikan bahwa AB memiliki titik
tengah yang tunggal, misalnya N. juga telah dibuktikan bahwa adanya garis tunggal g
sehingga N  g C V dan g  AB. Jadi pada V, AB memiliki sumbu tunggal.

Teorema 3 :
Pada garis bidang, sebuah titik berjarak sama dari ujung sebuah ruas garis, jika dan hanya
jika titik itu terletak pada sumbu ruas tersebut.
Bukti :
g
P Andaikan pada bidang V diketahui ruas AB,
sedangkan sumbu dari AB. Andaikan N titik tengah
AB maka N AB dan AN BN. 

B
A
N
Gambar 2
Apabila P  g dan juga P = N, maka PA PB. Andaikan P  N. maka <PNA dan <PNB
sudut siku sehingga <PNA  <PNB. Berhubung PN, NA NB, maka padanan PNA 
PNB sebuah kekongruenan ( aksioma S – Sd _ S ). Jadi PA PB.
Sebaliknya andaikan Q  V dan andaikan QB QB . Akan kita buktikan Q  g perhatikan
terlebih dahulu Q  AB oleh karena Q,A,B berlainan dan segaris, maka  QAB  , atau  ABQ 
atau 
BQA 
. Andaikan 
QAB  A  QB
, dan B  QB . Berhubungan QA QB , maka, haruslah
A=B. ini berlawanan dengan pengandaian bahwa  QAB  . Jadi tak mungkin  QAB  . Jadi
tinggallah kemungkinan 
ABQ 
atau 
BQA 
. Hal 
ABQ 
juga tak mungkin. Jadi haruslah
 BQA , sehingga Q  AB dan Q  N dan Q  g .

Andaikan Q  AB . (Gambar 3). Oleh karena QA QB , maka QAB QBA . Jadi
QAN QBN , berhubung N  AB dan N  BA . Jadi
Q
padanan QNA  QNB adalah kekongruenan.
 S  Sd  S  . Sehingga QAN QBN . Oleh karena
itu kedua judul ini membentuk suatu ganda dua
B linier maka QAN sudut siku – siku sehingga
A N QN  AB di N. jadi QN  g dan Q  g .

Gambar 3
Bukti.
Perhatikan padanan ABC  A ' B ' C ' dengan AB  A ' B ', BC  B ' C ' dan CA C ' A '. 
Andaikan

II setengah bidang dengan tepi AC yang 
memuat B. maka ada Sinar AD sehingga
AD  A dan CAD C ' A ' B ' . Juga ada titik B "  AD sehingga AB "  A ' B ' , sedangkan
CAD CAB '' . Jadi CAB " C ' A ' B ' . Oleh karena itu AC  A ' C ' , maka padanan
AB " C  A ' B ' C ' adalah suatu kekongruenan (SAS). Jadi B " C  B ' C ' . Berhubung
AB  A ' B ' dan BC B'C' . Ini berarti bahwa A sama jauhnya dari B dan B”. dan juga C sama
jauhnya dari B dan B”

Andaikan B  B " , maka A dan C terletak pada sumbu ruas BB " pada bidang ABC. Sehingga
AC adalah sumbu tersebut. Ini berarti bahwa BB” memotong AC; jadi B dan B” terletak
pada sisi AC yang berhadapan terletak pada sisi AC yang berhadapan. Ini tak mungkin,
sebab B” AD H. jadi pengandaian B  B " salah sehingga haruslah B  B " . Jadi
AB " C  A ' B ' C ' .

4) Teorema Sudut Luar

Definisi :
Diketahui ABC ; andaikan A ' memenuhi  BCA ' ; ACA ' dinamakan sebuah sudut luar dari
Begitu pula kalau 
CAB '
, maka BAB ' adalah sebuah sudut luar ABC ; jika 
ABC ; . ABC '

maka CBC ' juga salah satu sudut luar ABC ; . Apabila  CBA '' maka ABA" salah satu sudut
luar ABC ; juga jika   , maka BCB '' sudut luar dan jika 
ACB ''  , ACA '' sudut luar.
BAC ''

Sedangkan BAC , ACB dan CAB dinamakan sudut dalam ABC ; (lihat Gb. 5).

B’ C”
A

A” B C A’
C’ B”

Pada tiap sudut luar segi tiga ABC, kita padankan dua sudut dalam dari segi tiga yang kita
namakan sudut dalam yang berjauhan dari sudut luar itu. Mereka adalah sudut dalam yang
titik sudutnya tidak berimpit dengan titik sudut – sudut luar yang bersangkutan.
Jadi ABC dan BCA adalah sudut dalam yang berjauhan dari sudut luar BAB’ dan dari
sudut luar CAC ", BCA dan CAB adalah sudut dalam yang berjauhan dari sudut –luar
BAB’ dan dari sudut luar CBC’ , sedangkan CAB dan ABC adalah sudut dalam
berjauhan dari sudut luar BCB” dan dari sudut luar ACA '' .

Teorema 5.
Ukuran setiap sudut luar sebuah segi tiga melebihi ukuran setiap sudut dalam ruang
berjauhan.

A Q

N
A’
B
C

Andaikan diketahui ABC; dan andaikan 


BCA '
. Maka ACA ' sebuah sudut luar. Akan kita
buktikan u ACA ' > u  BAC  dan u ACA ' > u  ABC  .
Andaikan N titik tengah AC maka   dan AN CN . Pertama akan kita buktikan bahwa
ANC
N , A, B berlainan dan tak segaris, begitu pula N , B, C berlainan dan tak segaris. Ada Q  N / B

sehingga NQ  BN . Maka  QNB  jadi ANB dan CNQ bertolak belakang, sehingga
ANB CNQ . Sedangkan AN CN , dan BN QN . Jadi padanan ANB  CNQ suatu

kekongruenan. Oleh karena itu maka BAN QCN dan  ANC  maka AN  AC dan CN CA
   

. Sehingga BAN BAC , QCN QCA . Jadi BAC QCA . Oleh karena  
itu N , B, C
berlainan dan tak segaris, maka pula Q, B, C berlainan dan segaris, jadi CB CQ berlainan
dan tidak berlawanan arah, sedangkan 
ANC 
 
mengakibatkan N  AC  CA . Oleh karena
 
    
B  CB, Q  CQ dan  BNQ  maka CB CA CQ , sedangkan dari  BCA ' diperoleh dari CB dan

   
     
CA berlawanan arah. Jadi CB CA CQ mengakibatkan CA CQ CA . Sehingga u  ACA '  > u
 ACQ ' . Berhubung ACQ  QCA , maka QCA BAC . Sehingga u  ACA ' > u  BAC  .

> u
ABC 
Tugas : buktikan u 
ACA '
.

5) Garis tegak lurus pada garis lain yang melalui sebuah titik.
Telah dibuktikan adanya garis pada sebuah bidang yang tegak lurus pada garis lain dibidang
itu di sebuah titik garis tersebut. Kita bahas sekarang apabila titik itu tidak terletak pada
garis.

Teorema 6.
Jika titik C  g , maka ada tepat suatu garis melalui C yang tegak lurus g.

Bukti:

B
A
C1


Andaikan g  AB . Perhatikan setengah bidang

g/C. maka ada sinar AD  g / C sehingga
BAD BAC . Selanjutnya ada titik C '  AD sehingga AC '  AC . Perhatikan bahwa
BAC BAC ' dan bahwa AB  AB maka menurut S – Sd – S, padanan ABC  ABC ' adalah

suatu kekongruenan jadi BC '  BC . Maka A sama jauhnya C dan C’, begitu pula B sama

jauhnya dari C dan C’. oleh karena C '  AD  g / C , maka C dan C’ letaknya pada sisi g yang
berhadapan. Jadi C  C ' dan AB adalah sumbu CC ' pada bidang gC. Maka CC '  g dan ada
paling sedikit satu garis yang memenuhi persyaratan dalam dalil.
Untuk membuktikan bahwa ada tepat satu garis, kita andaikan ada dua garis yang melalui C
dan tegak lurus g = AB. Maka ada titik – titik D dan E yang berlainan dengan D  AB dan
E  AB sehingga CD  AB dan CE  AB (Gb.8)

Andaikan  DEF  . Maka CEF sudut luar DEC .


C

Menurut teorema sudut luar, u 


CEF 
>u 
CDE 
.
Padahal u  CEF  = u  CDE  = 90. Jadi bertentangan,
F
maka haruslah D=E, yang berarti CD=CE.
D
E
Gambar .8
6) Sudut dalam berseberangan dan garis – garis sejajar

A M
B M
I

C
D

Gambar .9 I1
Definisi : andaikan garis – garis l, l’ dam m berlainan dan sebidang
Andaikan m memotong l di bidang B dan memotong l di C. B  C . Andaikan A  l , D  l
sehingga A dan D terletak pada sisi – sisi m yang berhadapan maka ABC dan BCD
dinamakan sepasang sudut dalam berseberangan.

Teorema 7 :
Andaikan m dan l dan m dan l’ membentuk sepasang sudut dalam bersebrangan yang
kongruen, maka l // l’.

3). ABCD adalah segi-4 saccheri dengan alas BC . Buktikan bahwa AD / / BC


4). ABCD adalah segi-4 saccheri dengan alas BC . E titik tengah AB dan F titik tengah CD .
Buktikan bahwa EF / / BC .
5). Dalam ABC diketahui bahwa u   < u   . Buktikan bahwa u 
ACB 
<u 
AB BC BAC 
.
6). Dalam ABC diketahui bahwa u  . Buktikan bahwa u   < u   .
ACB 
<u 
BAC  AB BC

7). Buktikan bahwa dalam setiap ABC berlaku u   < u   + u   .


AC AB BC

8). Diketahui ABC dan A ' B ' C ' sehingga u   = u 


A ' B '
, u   = u
B ' C '
dan u 
AB BC ABC 
<u
 A ' B ' C ' . Buktikan u  BC  <u  A ' C ' .
9). Diketahui ABC dan A ' B ' C ' sehingga u   = u 
B ' C '
, u   = u
B ' C '
dan u   < u
AB BC AC

 A ' C ' .
Buktikan bahwa u  ABC  < u  A ' B ' C ' .
10). Diketahui dua segi-3. Ada padanan antara himpunan titik – titik sudut segi-3 yang satu dan
himpunan titik – titik sudut segi-3 yang lain. Dalam padanan itu, dua sudut dan sebuah sisi
segi-3 yang satu kongruen dengan dua sudut dan sebuah sisi yang sepadan kongruen .
buktikan bahwa padanan antara dua segi-3 tersebut adalah suatu kekongruenan.
4.1.5 umpan Balik dan tindak lanjut
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes Formatif 1 yang ada di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunkan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda Yang benar


Tingkat penguasaan = x 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70 % - 79% = cukup
- 69% = kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasan 80% atau lebih Anda dapat melanjutkan Kegiatan Belajar
2. Bagus! Tetapi kalau kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
4.2 Kegiatan belajar 2

KEKONGRUENAN ANTAR RUAS GARIS


DAN ANTAR SUDUT

4.2. 1 Uraian dan Contoh


1) Konsep kekongruenan antara dua ruas garis

Sebelum kita membicarakan konsep jarak antar dua titik, kita mulai terlebih dahulu dengan
aksioma kekongruenan ruas garis, sebagai berikut.
Andaikan ada dua titik A dan B, ruas garis AB kita singkat sebagai AB .
Andaikan ada dua ruas garis AB dan CD . Relasi kekongruenan ini memenuhi aksioma –
aksioma berikut :

(C1) AB  AB (sifat refleksi f)


(C2) Jika AB  AB maka CD  AB (sifat simetris)
(C3) Jika AB  AB , CD  EF maka AB  EF (sifat transitif)
(C4) Jika AB  A ' B ' , BC  B ' C ' , dan 
ABC  ,  A ' B ' C '
maka AC  A ' C (prinsip penjumlahan atau
prinsip additivitas).
 
(C5) Andaikan AB sebuah sinar dan CD suatu ruas garis. Maka ada tepat satu titik P  AB sehingga
AP CD .

Catatan :
a) Relasi AB CD adalah sebuah relasi antara dua ruas garis yang masing – masing himpunan
titik . jadi konsep relasi ini tidak tergantung pada cara kita menggambar himpunan tersebut.
Kita tidak membedakan ungkapan AB CD , BA CD ataupun AB CD . Misalnya (C1) dapat
kita sajikan sebagai AB  BA .
b) Ada perbedaan mendasar konsep kekongruenan AB CD sekarang dengan konsep tersebut
dalam modul 7. Dalam modul 7 AB CD didefinisikan sebagai     . Kemudian
J A, B  J C , D
sifat – sifat kekongruenan itu didasarkan pada sifat jarak antara dua titik. Sedangkan dalam
modul ini konsep AB CD adalah suatu konsep yang tak terdefinisikan. Konsep
kekongruenan dalam modul kita kembangkan berdasarkan kekongruenan aksioma (C1)
sampai dengan aksioma (C5).
c) Begitu pula konsep kekongruenan antara dua sudut kita definisikan serupa dengan
kekongruenan antara dua ruas garis sebagai konsep yang tak terdefinisikan, tetapi harus
memenuhi kelompok aksioma (Ca sampai dengan Ce).

2) Konsep kekongruenan antara dua sudut

Dua sudut yaitu ABC dan DEF adalah kongruen, ditulis sebagai ABC DEF , jika relasi
kekongruenan itu memenuhi kelompok aksioma sebagai berikut :
(Ca) ABC DEF
(Cb) Jika ABC DEF maka DEF ABC (sifat simetris)
(Cc) Jika ABC DEF , DEF GHK maka ABC GHK (sifat transitif)
   
     
OA OB OC O ' A ' O ' B' O ' C '
(Cd) Jika  AOB  A ' O ' B ' ,  BOC  B ' O ' C ' , dan maka
AOC A ' O ' C ' (prinsip penjumlahan atau prinsip additivitas).

(Ce) diketahui setengah bidang R dan AB termuat dalam tepi R, diketahui pula sebuah PQR . Maka
 
ada tepat satu sinar AC sehingga AC  R
dan sehingga. BAC PQR
.

Setelah konsep kekongruenan antara dua ruas garis dan kekongruenan antara dua sudut , kita
definisikan konsep kekongruenan antara dua segitiga dan kemudian kita akan menyelidiki sifat –
sifat yang dapat dijabarkan dari konsep ini.

3) Urutan antara dua ruas garis.

Definisi : 

Andaikan diketahui ruas AB dan CD . Jika

ada titik P dengan (CPD) sehingga

AB CP ,
 
dikatakan bahwa AB lebih pendek dari CD , yang ditulis sebagai AB < CD .
 
(1) AB < AB selalu tak benar
    
(2) Jika AB < CD dan CD < EF , maka AB < EF .

(3) Andaikan ada dua ruas garis AB dan CD , maka berlakulah satu diantara relasi berikut :
   
AB CD , AB < CD atau CD < AB
    
(4) Jika AB CD dan AB  A ' B ' , maka A ' B ' < CD ; begitu pula jika CD C ' D ' , maka AB  C ' D ' .

Catatan :
Dengan demikian himpunan ruas – ruas garis membentuk suatu himpunan yang terurut.
Dalam himpunan ini kekongruenan mengganti konsep kesamaan.
4) Menjumlahkan ruas garis
Definisi :
Andaikan diketahui ruas A B dan ruas C D (Gb. 12). Andaikan E sebuah titik sehingga
C D ¿ BE dan (ABE). Dikatakan bahwa
A B C
AE adalah jumlah A B dan C D dengan
urutan ini. Ditulis A B + C D = AE
C D

Catatan
Perhatikan bahwa A B + C D tergantung pada notasi untuk ruas. A B
Sebab adalah ruas yang salah satu ujungnya adalah titik A. kalaupun demikian, akan terlihat bahwa
B A + C D kongruen dengan A B + C D perhatikan Bahwa jika (ABC) maka
A B + B C
= A C Mengapa ?
Sifat – sifat dasar penjumlahan ruas garis, adalah sebagai berikut :
B + B C adalah tunggal dan tertentu.
(1). Ruas garis A
(2). A B + C D ¿ C D + A B
(3). ( A B + C D )+ E F = A B + ( C D + E F )
(4). Jika A B ¿ A ' B ’ + CD , maka A B + C D ¿ A ' B ’ + CD
(5) Jika AB + CD ¿ A ' B ’ + C' D' dan AB ¿ A ' B ’ maka CD - C' D'
(6) Jika AB + CD maka AB + PQ < CD + PQ
(7) Jika AB < CB jikandan hanya jika AB + PQ ¿ CD untuk suatu ruas PQ
5) urutan sudut sudut
g
C F

B
A E D
Gambar . 13

Definisi:
Andaikan diketahui ∠ ABC dan ∠ DEF (Gb. 12). Jika ada sinar EG
⃗ sehingga
∠ ABC ≈∠ DEG dan ( ED
⃗ EG
⃗ EF
⃗ , maka dikatakan bahwa ∠ ABC < ∠ DEF .

Sifat sifat dasar urutan sudut serupa dengan sifat – sifat dasar urutan ruas garis yaitu:
(1) ∠ ABC <∠ ABD selalu tak banar.
(2) jika ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ DEF < ∠ GHK maka ∠ ABC < ∠ GHK.
(3) jika ada dua sudut yaitu ∠ ABC dan ∠ DEF, maka berlakulah tepat
salah satu ungkapan di bawah ini:
∠ ABC ¿ ∠ DEF, ∠ ABC < ∠ DEF atau ∠ DEF < ∠ ABC
(4) jika ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ ABC ¿ ∠ A’B’C’maka ∠ A’B’C’< ∠ DEF,begitu
pula jika ∠ DEF ¿ ∠ D’E’F’maka ∠ ABC < ∠ D’E’F’.
6) menjumlakan sudut
Menjumlahkan dua sudut didenifisikan serupa dengan menjumlahkan dua ruas garis. Sifat-
sifat yang timbul juga mirip dengan sifat-sifat jumlah dua garis. Akan tetapi sifat separti sifat nomor
(1) penjumlahan dua ratus garis tidak berlaku.

Definisi:

Andaikan diketahui ∠ ABC dan ∠ DEF (GB. 14).


Andaikan ada sinar BG sehingga ∠ DEF ¿ ∠ CBG, (BA BC BG).
Dikatakan ∠ ABG adalah jumlah ∠ ABC dan ∠ DEF dalam urutan ini. ∠ ABC kita tulis
∠ DEF = ∠ ABG.

Catatan
1) jika (OA OB OC) maka ∠ AOB + ∠ BOC= ∠ AOC
2) sifat – sifat penjumlahan sudut mirip dengan sifat-sifat penjumlahan ruas garis apabila dua sudut
memiliki jumlah.

4.2.2 latihan 2
1). Buktikan bahwa AB < AB selalu tak benar.
2). Buktikan bahwa :
a. Jika A ' B ¿ AB < CD maka A ' B' < CD .
b. Jika AB < CD . Dan CD . ¿ C' D' maka AB < C' D'
c. Jika diketahui AB dan CD ., maka berlakulah salah satu relasi berikut ;
AB ¿ CD
., AB < CD , AB < CD , CD < AB .
3). Buktikan sifat-sifat dasasr penjumlahan ruas garis !
4). Buktikan bahwa :

a. Jika ∠ A'B'C ¿ ∠ ABC dan ∠ ABC < ∠ DEF maka ∠ A'B'C ' <
∠ DEF

b. Jika ( OA
⃗ OB
⃗ OC
⃗ ) maka ∠ AOC ∠ A'O'C ', maka ada sinar O ' B'

sehingga ∠ AOB ¿ ∠ A'O'C ' dan ( O ' A' O ' B' O 'C ' ) ⃗ ⃗ ⃗
5). Buktikanlah bahwa :
a. Jika ∠ ABC + ∠ DEF ada , maka ∠ ABC + ∠ ABC ada dan ∠ ABC
+ ∠ BEF ¿ ∠ ABC
b. Jika ( ∠ ABC + ∠ DEF ) + ∠ GHK ada , maka ∠ ABC + ∠ ( DEF +
∠ GHK) ada dan berlaku ( ∠ ABC + ∠ DEF ) + ∠ GHK ¿ ∠
ABC + ( ∠ DEF + ∠ GHK).
c. Jika ∠ ABC ¿ ∠ A'B'C ', ∠ DEF < ∠ D'E'F', dan ∠ A'B'C', +
∠ D'E'F ada , maka ∠ ABC + ∠ DEF ada dan berlaku : ∠ ABC + ∠
DEF < ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F'.
d. Jika ∠ ABC + ∠ DEF maka ∠ DEF ¿ ∠ D'E'F'.
4.2.3 Rangkuman
1. Relasi kekongruenan AB ¿ CD memenuhi aksioma – aksioma C1 sampaikan
dengan C5
2. Relasi kekongruenan ∠ ABC ¿ ∠ DEF memenuhi aksioma – aksioma Ca sampai
dengan Ce
3. AB < CD , jika ada P dimana (C PD) sehingga AB ¿ CP
4. AB + CD = AE jika (ABE) dan CD ¿ CP
5. ∠ ABC < ∠ DEF jika ada EG
⃗ sehingga ∠ ABC ¿ ∠ DEG dan ( DE

EG
⃗ EF
⃗ )
6. ∠ ABC + ∠ DEF = ∠ ABG , jika ada BG
⃗ sehingga ∠ DEF ¿ ∠ CBG
dan ( BA
⃗ BC
⃗ BG
⃗ .

4.2.4
1) Buktikan bahwa ; jika (ABC) maka AB + CD .
2) Jika (ABC) dan AC ¿ A 'C' , maka ada titik B' sehingga AB ¿ A ' B' dan
(A'B'C'). Buktikanlah!
3). Jika AB < CD dan CD < EF , buktikan bahwa AB < EF .
4). Jika (ABC), (A'B'C'), AB ¿ A ' B' dan AC ¿ A 'C' . Buktikanlah bahwa
BC B'C'
¿ .
5). ( OA OB OC
⃗ ⃗ ⃗ ) buktikanlah bahwa ∠ AOB < ∠ AOC.
6). Jika ( OA OB OC O ' A' O ' B'
⃗ ⃗ ⃗ ) dan ∠ AOC ¿ ∠ A'B'C' dan ( ⃗ ⃗
O 'C ' )

7). Misalkan ∠ ABC ¿ ∠ A'B'C' dan ∠ DEF ¿ ∠ D'E'F' .
Jika ∠ ABC + ∠ DEF ada , buktikanlah :
a. ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F' ada
b. ∠ ABC + ∠ DEF ¿ ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F'
8) Diketahui ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ DEF + ∠ PQR ada
Buktikanlah:
a. ∠ ABC + ∠ PQR ada
b. ∠ ABC + ∠ PQR < ∠ DEF + ∠ PQR.
9) Diketahui
∠ ABC ¿ ∠ A’B’C’.buktikan bahwa ∠ DEF ¿ ∠ D’E’F’.
10) Buktikan bahwa ∠ ABC < ∠ DEF,jika dan hanya jika ∠ ABC + ∠ PQR ¿
∠ DEF untuk suatu ∠ PQR..

4.2.5 Umpan Balik dan Tidak Lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatik 2 yang ada di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Rumusan :

Jumlah jawaban Anda Yang benar


Tingkat penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat peguasaan yang anda capai :


90%: - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang

Kalau cukup mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih anda dapat melanjutkan modul
berikutnya. Bagus ! tetapi kalau kurang dari 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar 2,
terutama bagioan yang blum anda kuasai.
5. kunci jawaban tes formatif

Anda mungkin juga menyukai