SIFAT-SIFAT KEKONGRUENAN
Disusun untuk memenuhi tugas Program Linear dan Kalkulus Lanjut
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
UNISDA LAMONGAN
Februari, 2011
DAFTAR ISI
1. Pengantar
4. Kegiatan belajar
4.2 Kegiatan Belajar 2: Kekongruenan Antar Ruas Garis Dan Antar Sudut
Urain dan contoh
Latihan 2
Rankuman
Tes Formatif 2
Umpan balik dan tindak lanjut
6. Referensi
SIFAT-SIFAT KEKONGRUENAN
1. Pengantar
Dalam modul ini, pertama-tama pada kegiatan belajar 1,akan di kembangkan lebih lanjut sifat-
sifat kekongruenenan. Kemudian kita susun konsep konruenan segi tiga. Dengan demikian
terbentuklah sebuah geometri yang menganut tiga jenis aksioma, aksioma insidensi, aksioma
urutan, dan aksioma kekonruenan geometri yang di dasari oleh tiga jenis aksiome itu di namakan
geometri netral atau geometri obsolut. Geometri ini merupakan landasaan bagi dua geometri yang
amat penting, Geometri Eucludes, dan Geometri Lobachevsky. Pada kegiatan belajar 2, Selajutnya
secara khusus di bahas masalah kekongruenen antar ruas baris dan antar sudut.
Setelah mempelajari modul ini anda di harapkan dapat memahami konruenan, Segi tiga ruas
garis., dan sudut.
4. Kegiatan Belajar
Definisi :
Andaikan titik-titik A,B, C berbeda dan tak segaris.
Himpunan AB U BC U CA U {A } U {B } U {C} dinamakan segi tiga ABC ;ditulis ABC .
Titik A,B , C Dinamakan titik sudut .
Ruas AB ,BC , CA ,dinamakan sisi-sisi
Padanan antara titik- titik sudut itu mengakibatkan padanan antara sisi – sisinya:
1) AB DE; BC EF; AC DF.
Begitu pula padanan antara titik- titik sudut mengakibatkan pula suatu padanan antara sudut-
sudutnya, yaitu :
ABC DEF ; BCA EFD; CAB FDE.
Apabila dalam padanan ABC DEF sisi-sisi yang terletak atau sisi – sisi yang berpadanan
kongruen dan sudut – sudut yang seletak juga kongruen kita katakan bahwa dua segi – tiga itu
kongruen . Ditulis ∆ ABC ∆ DEF, dan padanan dinamakan suatu kongruen . Dikatakan juga bahwa
dua segi - tiga kongruen apabila ada padanan antara titik – titik sudut yang merupakan suatu
kongruen.
Definisi :
Dalam ∆ ABC , sisi AB DAN BCA dinamakan berhadapan dengan sudut BCA. ABC
dikatakan sudut apit antara sisi AB dan BC . sisi AB diapit oleh CAB dan ABC.
Untuk melengkapkan pengertian kekongrenan, kita cantumkan aksioma K8 tentang
kekongrenan dua segi – tiga , yaitu :
K8 : (Aksioma sisi – sudut – sisi atau aksioma S – Sd – S).
Apabila padanan antara titik – titik sudut dua segi – tiga sedemikian hingga dua sisi dan
sudut api tiga pada segi- tiga yang satu masing-masing kongruen dengan dua sisidan sudut apitnya
pada segi-tiga yang lain, maka padanan itu adalah suatu kekongruen.
Geometri yang hingga sekarang kita bentuk, memenuhi sistem aksima insiden I1 – I 6;
sistem aksima urutan B1 – B6; dan sistem aksima kekongruen K1 – K8. Geometridemikian
dinamakan sebuah geometri kekongruen. Jadi suatu geometri kekongruenan dalam bahasa Inggris:
Congruence Geometri) adalah suatu geometri insidensi terurut yang didalamnya telah
didefinisikansuatu ruas garis dan ukuran sudut.
2) Beberapa akibat Aksioma K8
Teorema 1:
Apabila dalam sebuah segi – tiga, ada dua sisi yang kongruen maka sudut-sudut hadapnya juga
kongruen .
Bukti : Andaikan dalam ∆ ABC, AB AC. Perhatikan padanan ABC → ACB. Oleh karena AB—
AC, AC—AB dan < CAB --< CAB -- < BAC , maka menurut k8 , padanan tersebut adalah suatu
kekongruenan . Jadi < ABC --< ABC. Artinya :sudut – sudut hadap sisi yang kekongruen juga
kongruen .
Definisi :
Jika dalam sebuah segi – tiga ada dua sisi yang kongruen juga kongruen , segi tiga tersebut
dinamakan segi – tiga sama kaki . Jika semua sisinya kongruen , segi tiga dinamakan segi – tiga
sama sisi.
Akibat :Dalam sebuah segi – tiga sama sisi , semua sudut sama .
Jika dalam suatu padanan antara himpunan titik – titik sudut sebuah segi – tiga dan
himpunan titik –titik sudut segi – tiga lain ,ada dua sudut dalam segi – tiga yangsatu kongruen
dengan dua sudut dalam segi – tiga yang lain dan sisi yang diapitnya dalam segi – tiga yang satu
juga kongruen dengan sisi yang diapit dalam segi – tiga yang lain , maka padanan tersebut adalah
suatu kongruen.
Bukti
C F
F’
A B
D E
Gambar 1
Perhatikan padanan ABC DEF. Andaikan dalam padanan ini CAB FDE, ABC
DEF dan AB DE maka ada F’ DF sehingga DF , AC ; Perhatikan bahwa EDF EDF’.
Perhatikan padanan ABC DEF . Oleh karena AC DF, AB DE dan CAB F’ DE, maka
padanan itu suatu kekongruenan (Aksioma.8). Jadi ABC DEF’. Oleh karena ABC DEF
maka DEF DEF’. Oleh karena F’ DF. Maka F dan F’ terletak pada sisi DE yang sama. Jadi
EF dan EF’ juga pada sisi DE yang sama. Ini berarti bahwa EF = EF’. Jadi F’ titik potong DF dan
EF, sehingga F’ = F. sehingga kekongruenan ABC DEF adalah suatu kekongruenan.
Akibat : jika dalam sebua segi-tiga ada dua sudut yang kongruen maka sisi-sisi hadapnya juga
kongruen.
Bukti : andaikan dalam segitiga ABC diketahui bahwa ABC ACB . Perhatikan padanan
ABC ACB. disini ABC ACB ; ACB ABC dan BC CB .maka menurut teorema diatas padanan
Definisi :
Titik P dikatakan berjarak sama dari A dan B apabila PA – PB
Definisi :
Garis dinamakan suhu ruas AB jika g memuat titik tengah dan g tegak lurus garis AB.
Akibat : Andaikan bidang V memuat ruas AB. Telah dibuktikan bahwa AB memiliki titik
tengah yang tunggal, misalnya N. juga telah dibuktikan bahwa adanya garis tunggal g
sehingga N g C V dan g AB. Jadi pada V, AB memiliki sumbu tunggal.
Teorema 3 :
Pada garis bidang, sebuah titik berjarak sama dari ujung sebuah ruas garis, jika dan hanya
jika titik itu terletak pada sumbu ruas tersebut.
Bukti :
g
P Andaikan pada bidang V diketahui ruas AB,
sedangkan sumbu dari AB. Andaikan N titik tengah
AB maka N AB dan AN BN.
B
A
N
Gambar 2
Apabila P g dan juga P = N, maka PA PB. Andaikan P N. maka <PNA dan <PNB
sudut siku sehingga <PNA <PNB. Berhubung PN, NA NB, maka padanan PNA
PNB sebuah kekongruenan ( aksioma S – Sd _ S ). Jadi PA PB.
Sebaliknya andaikan Q V dan andaikan QB QB . Akan kita buktikan Q g perhatikan
terlebih dahulu Q AB oleh karena Q,A,B berlainan dan segaris, maka QAB , atau ABQ
atau
BQA
. Andaikan
QAB A QB
, dan B QB . Berhubungan QA QB , maka, haruslah
A=B. ini berlawanan dengan pengandaian bahwa QAB . Jadi tak mungkin QAB . Jadi
tinggallah kemungkinan
ABQ
atau
BQA
. Hal
ABQ
juga tak mungkin. Jadi haruslah
BQA , sehingga Q AB dan Q N dan Q g .
Andaikan Q AB . (Gambar 3). Oleh karena QA QB , maka QAB QBA . Jadi
QAN QBN , berhubung N AB dan N BA . Jadi
Q
padanan QNA QNB adalah kekongruenan.
S Sd S . Sehingga QAN QBN . Oleh karena
itu kedua judul ini membentuk suatu ganda dua
B linier maka QAN sudut siku – siku sehingga
A N QN AB di N. jadi QN g dan Q g .
Gambar 3
Bukti.
Perhatikan padanan ABC A ' B ' C ' dengan AB A ' B ', BC B ' C ' dan CA C ' A '.
Andaikan
II setengah bidang dengan tepi AC yang
memuat B. maka ada Sinar AD sehingga
AD A dan CAD C ' A ' B ' . Juga ada titik B " AD sehingga AB " A ' B ' , sedangkan
CAD CAB '' . Jadi CAB " C ' A ' B ' . Oleh karena itu AC A ' C ' , maka padanan
AB " C A ' B ' C ' adalah suatu kekongruenan (SAS). Jadi B " C B ' C ' . Berhubung
AB A ' B ' dan BC B'C' . Ini berarti bahwa A sama jauhnya dari B dan B”. dan juga C sama
jauhnya dari B dan B”
Andaikan B B " , maka A dan C terletak pada sumbu ruas BB " pada bidang ABC. Sehingga
AC adalah sumbu tersebut. Ini berarti bahwa BB” memotong AC; jadi B dan B” terletak
pada sisi AC yang berhadapan terletak pada sisi AC yang berhadapan. Ini tak mungkin,
sebab B” AD H. jadi pengandaian B B " salah sehingga haruslah B B " . Jadi
AB " C A ' B ' C ' .
Definisi :
Diketahui ABC ; andaikan A ' memenuhi BCA ' ; ACA ' dinamakan sebuah sudut luar dari
Begitu pula kalau
CAB '
, maka BAB ' adalah sebuah sudut luar ABC ; jika
ABC ; . ABC '
maka CBC ' juga salah satu sudut luar ABC ; . Apabila CBA '' maka ABA" salah satu sudut
luar ABC ; juga jika , maka BCB '' sudut luar dan jika
ACB '' , ACA '' sudut luar.
BAC ''
Sedangkan BAC , ACB dan CAB dinamakan sudut dalam ABC ; (lihat Gb. 5).
B’ C”
A
A” B C A’
C’ B”
Pada tiap sudut luar segi tiga ABC, kita padankan dua sudut dalam dari segi tiga yang kita
namakan sudut dalam yang berjauhan dari sudut luar itu. Mereka adalah sudut dalam yang
titik sudutnya tidak berimpit dengan titik sudut – sudut luar yang bersangkutan.
Jadi ABC dan BCA adalah sudut dalam yang berjauhan dari sudut luar BAB’ dan dari
sudut luar CAC ", BCA dan CAB adalah sudut dalam yang berjauhan dari sudut –luar
BAB’ dan dari sudut luar CBC’ , sedangkan CAB dan ABC adalah sudut dalam
berjauhan dari sudut luar BCB” dan dari sudut luar ACA '' .
Teorema 5.
Ukuran setiap sudut luar sebuah segi tiga melebihi ukuran setiap sudut dalam ruang
berjauhan.
A Q
N
A’
B
C
sehingga NQ BN . Maka QNB jadi ANB dan CNQ bertolak belakang, sehingga
ANB CNQ . Sedangkan AN CN , dan BN QN . Jadi padanan ANB CNQ suatu
kekongruenan. Oleh karena itu maka BAN QCN dan ANC maka AN AC dan CN CA
. Sehingga BAN BAC , QCN QCA . Jadi BAC QCA . Oleh karena
itu N , B, C
berlainan dan tak segaris, maka pula Q, B, C berlainan dan segaris, jadi CB CQ berlainan
dan tidak berlawanan arah, sedangkan
ANC
mengakibatkan N AC CA . Oleh karena
B CB, Q CQ dan BNQ maka CB CA CQ , sedangkan dari BCA ' diperoleh dari CB dan
CA berlawanan arah. Jadi CB CA CQ mengakibatkan CA CQ CA . Sehingga u ACA ' > u
ACQ ' . Berhubung ACQ QCA , maka QCA BAC . Sehingga u ACA ' > u BAC .
> u
ABC
Tugas : buktikan u
ACA '
.
5) Garis tegak lurus pada garis lain yang melalui sebuah titik.
Telah dibuktikan adanya garis pada sebuah bidang yang tegak lurus pada garis lain dibidang
itu di sebuah titik garis tersebut. Kita bahas sekarang apabila titik itu tidak terletak pada
garis.
Teorema 6.
Jika titik C g , maka ada tepat suatu garis melalui C yang tegak lurus g.
Bukti:
B
A
C1
Andaikan g AB . Perhatikan setengah bidang
g/C. maka ada sinar AD g / C sehingga
BAD BAC . Selanjutnya ada titik C ' AD sehingga AC ' AC . Perhatikan bahwa
BAC BAC ' dan bahwa AB AB maka menurut S – Sd – S, padanan ABC ABC ' adalah
suatu kekongruenan jadi BC ' BC . Maka A sama jauhnya C dan C’, begitu pula B sama
jauhnya dari C dan C’. oleh karena C ' AD g / C , maka C dan C’ letaknya pada sisi g yang
berhadapan. Jadi C C ' dan AB adalah sumbu CC ' pada bidang gC. Maka CC ' g dan ada
paling sedikit satu garis yang memenuhi persyaratan dalam dalil.
Untuk membuktikan bahwa ada tepat satu garis, kita andaikan ada dua garis yang melalui C
dan tegak lurus g = AB. Maka ada titik – titik D dan E yang berlainan dengan D AB dan
E AB sehingga CD AB dan CE AB (Gb.8)
A M
B M
I
C
D
Gambar .9 I1
Definisi : andaikan garis – garis l, l’ dam m berlainan dan sebidang
Andaikan m memotong l di bidang B dan memotong l di C. B C . Andaikan A l , D l
sehingga A dan D terletak pada sisi – sisi m yang berhadapan maka ABC dan BCD
dinamakan sepasang sudut dalam berseberangan.
Teorema 7 :
Andaikan m dan l dan m dan l’ membentuk sepasang sudut dalam bersebrangan yang
kongruen, maka l // l’.
A ' C ' .
Buktikan bahwa u ABC < u A ' B ' C ' .
10). Diketahui dua segi-3. Ada padanan antara himpunan titik – titik sudut segi-3 yang satu dan
himpunan titik – titik sudut segi-3 yang lain. Dalam padanan itu, dua sudut dan sebuah sisi
segi-3 yang satu kongruen dengan dua sudut dan sebuah sisi yang sepadan kongruen .
buktikan bahwa padanan antara dua segi-3 tersebut adalah suatu kekongruenan.
4.1.5 umpan Balik dan tindak lanjut
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes Formatif 1 yang ada di bagian akhir modul ini.
Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunkan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Kalau Anda mencapai tingkat penguasan 80% atau lebih Anda dapat melanjutkan Kegiatan Belajar
2. Bagus! Tetapi kalau kurang dari 80% Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
4.2 Kegiatan belajar 2
Sebelum kita membicarakan konsep jarak antar dua titik, kita mulai terlebih dahulu dengan
aksioma kekongruenan ruas garis, sebagai berikut.
Andaikan ada dua titik A dan B, ruas garis AB kita singkat sebagai AB .
Andaikan ada dua ruas garis AB dan CD . Relasi kekongruenan ini memenuhi aksioma –
aksioma berikut :
Catatan :
a) Relasi AB CD adalah sebuah relasi antara dua ruas garis yang masing – masing himpunan
titik . jadi konsep relasi ini tidak tergantung pada cara kita menggambar himpunan tersebut.
Kita tidak membedakan ungkapan AB CD , BA CD ataupun AB CD . Misalnya (C1) dapat
kita sajikan sebagai AB BA .
b) Ada perbedaan mendasar konsep kekongruenan AB CD sekarang dengan konsep tersebut
dalam modul 7. Dalam modul 7 AB CD didefinisikan sebagai . Kemudian
J A, B J C , D
sifat – sifat kekongruenan itu didasarkan pada sifat jarak antara dua titik. Sedangkan dalam
modul ini konsep AB CD adalah suatu konsep yang tak terdefinisikan. Konsep
kekongruenan dalam modul kita kembangkan berdasarkan kekongruenan aksioma (C1)
sampai dengan aksioma (C5).
c) Begitu pula konsep kekongruenan antara dua sudut kita definisikan serupa dengan
kekongruenan antara dua ruas garis sebagai konsep yang tak terdefinisikan, tetapi harus
memenuhi kelompok aksioma (Ca sampai dengan Ce).
Dua sudut yaitu ABC dan DEF adalah kongruen, ditulis sebagai ABC DEF , jika relasi
kekongruenan itu memenuhi kelompok aksioma sebagai berikut :
(Ca) ABC DEF
(Cb) Jika ABC DEF maka DEF ABC (sifat simetris)
(Cc) Jika ABC DEF , DEF GHK maka ABC GHK (sifat transitif)
OA OB OC O ' A ' O ' B' O ' C '
(Cd) Jika AOB A ' O ' B ' , BOC B ' O ' C ' , dan maka
AOC A ' O ' C ' (prinsip penjumlahan atau prinsip additivitas).
(Ce) diketahui setengah bidang R dan AB termuat dalam tepi R, diketahui pula sebuah PQR . Maka
ada tepat satu sinar AC sehingga AC R
dan sehingga. BAC PQR
.
Setelah konsep kekongruenan antara dua ruas garis dan kekongruenan antara dua sudut , kita
definisikan konsep kekongruenan antara dua segitiga dan kemudian kita akan menyelidiki sifat –
sifat yang dapat dijabarkan dari konsep ini.
Definisi :
Andaikan diketahui ruas AB dan CD . Jika
ada titik P dengan (CPD) sehingga
AB CP ,
dikatakan bahwa AB lebih pendek dari CD , yang ditulis sebagai AB < CD .
(1) AB < AB selalu tak benar
(2) Jika AB < CD dan CD < EF , maka AB < EF .
(3) Andaikan ada dua ruas garis AB dan CD , maka berlakulah satu diantara relasi berikut :
AB CD , AB < CD atau CD < AB
(4) Jika AB CD dan AB A ' B ' , maka A ' B ' < CD ; begitu pula jika CD C ' D ' , maka AB C ' D ' .
Catatan :
Dengan demikian himpunan ruas – ruas garis membentuk suatu himpunan yang terurut.
Dalam himpunan ini kekongruenan mengganti konsep kesamaan.
4) Menjumlahkan ruas garis
Definisi :
Andaikan diketahui ruas A B dan ruas C D (Gb. 12). Andaikan E sebuah titik sehingga
C D ¿ BE dan (ABE). Dikatakan bahwa
A B C
AE adalah jumlah A B dan C D dengan
urutan ini. Ditulis A B + C D = AE
C D
Catatan
Perhatikan bahwa A B + C D tergantung pada notasi untuk ruas. A B
Sebab adalah ruas yang salah satu ujungnya adalah titik A. kalaupun demikian, akan terlihat bahwa
B A + C D kongruen dengan A B + C D perhatikan Bahwa jika (ABC) maka
A B + B C
= A C Mengapa ?
Sifat – sifat dasar penjumlahan ruas garis, adalah sebagai berikut :
B + B C adalah tunggal dan tertentu.
(1). Ruas garis A
(2). A B + C D ¿ C D + A B
(3). ( A B + C D )+ E F = A B + ( C D + E F )
(4). Jika A B ¿ A ' B ’ + CD , maka A B + C D ¿ A ' B ’ + CD
(5) Jika AB + CD ¿ A ' B ’ + C' D' dan AB ¿ A ' B ’ maka CD - C' D'
(6) Jika AB + CD maka AB + PQ < CD + PQ
(7) Jika AB < CB jikandan hanya jika AB + PQ ¿ CD untuk suatu ruas PQ
5) urutan sudut sudut
g
C F
B
A E D
Gambar . 13
Definisi:
Andaikan diketahui ∠ ABC dan ∠ DEF (Gb. 12). Jika ada sinar EG
⃗ sehingga
∠ ABC ≈∠ DEG dan ( ED
⃗ EG
⃗ EF
⃗ , maka dikatakan bahwa ∠ ABC < ∠ DEF .
Sifat sifat dasar urutan sudut serupa dengan sifat – sifat dasar urutan ruas garis yaitu:
(1) ∠ ABC <∠ ABD selalu tak banar.
(2) jika ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ DEF < ∠ GHK maka ∠ ABC < ∠ GHK.
(3) jika ada dua sudut yaitu ∠ ABC dan ∠ DEF, maka berlakulah tepat
salah satu ungkapan di bawah ini:
∠ ABC ¿ ∠ DEF, ∠ ABC < ∠ DEF atau ∠ DEF < ∠ ABC
(4) jika ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ ABC ¿ ∠ A’B’C’maka ∠ A’B’C’< ∠ DEF,begitu
pula jika ∠ DEF ¿ ∠ D’E’F’maka ∠ ABC < ∠ D’E’F’.
6) menjumlakan sudut
Menjumlahkan dua sudut didenifisikan serupa dengan menjumlahkan dua ruas garis. Sifat-
sifat yang timbul juga mirip dengan sifat-sifat jumlah dua garis. Akan tetapi sifat separti sifat nomor
(1) penjumlahan dua ratus garis tidak berlaku.
Definisi:
Catatan
1) jika (OA OB OC) maka ∠ AOB + ∠ BOC= ∠ AOC
2) sifat – sifat penjumlahan sudut mirip dengan sifat-sifat penjumlahan ruas garis apabila dua sudut
memiliki jumlah.
4.2.2 latihan 2
1). Buktikan bahwa AB < AB selalu tak benar.
2). Buktikan bahwa :
a. Jika A ' B ¿ AB < CD maka A ' B' < CD .
b. Jika AB < CD . Dan CD . ¿ C' D' maka AB < C' D'
c. Jika diketahui AB dan CD ., maka berlakulah salah satu relasi berikut ;
AB ¿ CD
., AB < CD , AB < CD , CD < AB .
3). Buktikan sifat-sifat dasasr penjumlahan ruas garis !
4). Buktikan bahwa :
a. Jika ∠ A'B'C ¿ ∠ ABC dan ∠ ABC < ∠ DEF maka ∠ A'B'C ' <
∠ DEF
b. Jika ( OA
⃗ OB
⃗ OC
⃗ ) maka ∠ AOC ∠ A'O'C ', maka ada sinar O ' B'
⃗
sehingga ∠ AOB ¿ ∠ A'O'C ' dan ( O ' A' O ' B' O 'C ' ) ⃗ ⃗ ⃗
5). Buktikanlah bahwa :
a. Jika ∠ ABC + ∠ DEF ada , maka ∠ ABC + ∠ ABC ada dan ∠ ABC
+ ∠ BEF ¿ ∠ ABC
b. Jika ( ∠ ABC + ∠ DEF ) + ∠ GHK ada , maka ∠ ABC + ∠ ( DEF +
∠ GHK) ada dan berlaku ( ∠ ABC + ∠ DEF ) + ∠ GHK ¿ ∠
ABC + ( ∠ DEF + ∠ GHK).
c. Jika ∠ ABC ¿ ∠ A'B'C ', ∠ DEF < ∠ D'E'F', dan ∠ A'B'C', +
∠ D'E'F ada , maka ∠ ABC + ∠ DEF ada dan berlaku : ∠ ABC + ∠
DEF < ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F'.
d. Jika ∠ ABC + ∠ DEF maka ∠ DEF ¿ ∠ D'E'F'.
4.2.3 Rangkuman
1. Relasi kekongruenan AB ¿ CD memenuhi aksioma – aksioma C1 sampaikan
dengan C5
2. Relasi kekongruenan ∠ ABC ¿ ∠ DEF memenuhi aksioma – aksioma Ca sampai
dengan Ce
3. AB < CD , jika ada P dimana (C PD) sehingga AB ¿ CP
4. AB + CD = AE jika (ABE) dan CD ¿ CP
5. ∠ ABC < ∠ DEF jika ada EG
⃗ sehingga ∠ ABC ¿ ∠ DEG dan ( DE
⃗
EG
⃗ EF
⃗ )
6. ∠ ABC + ∠ DEF = ∠ ABG , jika ada BG
⃗ sehingga ∠ DEF ¿ ∠ CBG
dan ( BA
⃗ BC
⃗ BG
⃗ .
4.2.4
1) Buktikan bahwa ; jika (ABC) maka AB + CD .
2) Jika (ABC) dan AC ¿ A 'C' , maka ada titik B' sehingga AB ¿ A ' B' dan
(A'B'C'). Buktikanlah!
3). Jika AB < CD dan CD < EF , buktikan bahwa AB < EF .
4). Jika (ABC), (A'B'C'), AB ¿ A ' B' dan AC ¿ A 'C' . Buktikanlah bahwa
BC B'C'
¿ .
5). ( OA OB OC
⃗ ⃗ ⃗ ) buktikanlah bahwa ∠ AOB < ∠ AOC.
6). Jika ( OA OB OC O ' A' O ' B'
⃗ ⃗ ⃗ ) dan ∠ AOC ¿ ∠ A'B'C' dan ( ⃗ ⃗
O 'C ' )
⃗
7). Misalkan ∠ ABC ¿ ∠ A'B'C' dan ∠ DEF ¿ ∠ D'E'F' .
Jika ∠ ABC + ∠ DEF ada , buktikanlah :
a. ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F' ada
b. ∠ ABC + ∠ DEF ¿ ∠ A'B'C' + ∠ D'E'F'
8) Diketahui ∠ ABC < ∠ DEF dan ∠ DEF + ∠ PQR ada
Buktikanlah:
a. ∠ ABC + ∠ PQR ada
b. ∠ ABC + ∠ PQR < ∠ DEF + ∠ PQR.
9) Diketahui
∠ ABC ¿ ∠ A’B’C’.buktikan bahwa ∠ DEF ¿ ∠ D’E’F’.
10) Buktikan bahwa ∠ ABC < ∠ DEF,jika dan hanya jika ∠ ABC + ∠ PQR ¿
∠ DEF untuk suatu ∠ PQR..
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes formatik 2 yang ada di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan belajar 2.
Rumusan :
Kalau cukup mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih anda dapat melanjutkan modul
berikutnya. Bagus ! tetapi kalau kurang dari 80% anda harus mengulangi kegiatan belajar 2,
terutama bagioan yang blum anda kuasai.
5. kunci jawaban tes formatif