Anda di halaman 1dari 1

Impor Beras Belum Menurunkan Harga

JAKARTA - Tahun ini, pemerintah mencoba memangkas harga jual beras yang
terus melambung. Carannya dengan mengimpor beras sekitar 1,4 juta ton sekaligus
memangkas bea masuknya. Namun, langkah ini masih belum menunjukkan hasil. Dewan
Ketahanan Pangan masih mencatat harga beras kualitas standar masih di atas Rp 7.
000.
Anggota Dewan Ketahanan Pangan Khudori mengatakan, harga tersebut cukup
berat bagi sebagian penduduk. "Apalagi bagi mereka yang masuk kategori keluarga
miskin," ucapnya saat menjadi pembicara dalam Diskusi Ketahanan Pangan di Kantor
DPP PKB Minggu (6/2). Untuk mengatasi persoalan melambungnya harga tersebut, Kh
udori berharap pemerintah tidak hanya melakukan impor. Tetapi meningkatkan produ
ksi gabah nasional dengan menambah luas lahan tanam.
Dalam kasus masih melambungnya harga beras, Khodori mencium ada permaina
n dalam Perum Bulog selaku pihak yang mendistribusikan beras. Apalagi, jelas dia
, sampai sekarang draf instruksi presiden (Inpres) tentang kebijakan pengadaan d
an penyaluran gabah atau beras tidak jadi diteken. "Sedianya inpres itu berlaku
awal tahun ini," jelas dia. Posisi inpres tersebut menuruh Khudori ngendon di Me
nteri Koordinator (Menko) Perekonomian. Padahal, dengan inpres tersebut Bulog ya
ng saat ini memegang kunci distribusi beras nasional bisa bekerja lebih optimal.
Di satu sisi, Dewan Ketahanan Pangan saat ini menyorot informasi cadanga
n beras nasional di Bulog yang mencapai 900.000 ton. Menurut Khudori, jumlah ter
sebut harus benar-benar dipertanggung jawabkan. "Apakah benar jumlahnya seperti
itu?" terang dia. Khudori berpesan, jangan sampai jumlah yang dilansir tersebut
lantas dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan ekspor beras.
Kebijakan pemerintah untuk impor beras tahun ini, terlalu dibesar-besark
an dengan ancaman krisis pangan. Menurut Khudori, posisi pangan di Indonesia mas
ih belum masuk kategori krisis. Sebaliknya, yang terjadi saat ini adalah, menunn
ya tingkat daya beli masyrakat. "Masyarakat kelompok miskin menjadi terpuruk," k
ata dia. Tahun 2010 lalu, BPS melansir data masyarakat miskin mencapai 31 juta j
iwa atau sekitar 13,3 persen.
Langkah lain jika impor beras belum mampu menurunkan harga, pemerintah b
isa segera menetapkan harga pemberian pemerintah (HPP). Pemerintah terus beralas
an jika ada penetapan HPP baru bisa memicu kenaikan inflasi. Padahal, dengan pen
etapan HPP tersebut pemerintah bisa mengontrol harga beras di pasaran. Menurut K
hudori, selama ini harga beras di pasaran banyak dimainkan oleh para spekulan. "
Pemerintah jangan sampai tidak berdaya berhadapan dengna para spekulan," jela di
a.
Cara lain untuk menekan harga beras dalam jangka panjang adalah, dengan
memperluas area tanah. Saat ini, Khudori mencatat ada sekitar 12,4 juta hektar t
anah terlantar. Padahal, tanah tersebut berpotensi menjadi persawahan jika diopt
imalkan. "Kita semua masih menunggu janji pemerintah untuk memperluas area persa
wahan," jelas dia. Tahun ini, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan ada p
enambahan area persawahan seluas 60 ribu hektar.
Selanjutnya, Khudori berharap pemerintah bisa melindungi musim panen ray
a yang diperkirakan terjadi pada Maret dan Mei depan. Meskipun perubahan iklim s
edang melanda, dia berharap ada strategi-strategi jitu untuk mengantisipasi puso
atau gagal panen. Diantaranya, dengan memperbaiki sistem irigasi sehingga lahan
tanam tidak sampai kekeringan atau terendam banjir.
Sementara itu, Wakil Komisi IV (membidangi pertanian, kehutanan, kelauta
n, perkebunan, dan perikanan) Anna Muawanah mengatakan, persoalan melambungnya h
arga beras memang harus dipecahkan. Apalagi, sebagian besar masyarakat masih men
jadikan beras sebagai satu-satunya komuditas pangan. "Sebelum ada aturan untuk k
etahanan pangan, alternatif bahan pangah cukup mendesak," kata politisi dari FPK
B itu. (wan)

Anda mungkin juga menyukai