Revisi atau amandemen terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal sangat mendesak untuk dilakukan dengan beberapa alasan : 1. Agar kepentingan semua pihak yang terkait dengan bursa efek dapat tertampung perlu diterapkan demutualisasi lembaga bursa. Demutualisasi lembaga bursa efek mengandung arti pemisahan kepemilikan dengan keanggotaan bursa efek sehingga semua kepentingan pihak terkait bursa efek, seperti anggota bursa, emiten, dan investor dapat tertampung. Sementara yang dimaksud dengan lembaga bursa efek mencakup bursa efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 95 tentang Pasar Modal, Bursa Efek
hanya dimiliki para anggotanya sehingga pada akhirnya perkembangan bursa efek tergantung pada kemampuan dari anggotanya.
Pada pasal 8 disebutkan yang dapat menjadi pemegang saham bursa
efek adalah perusahaan efek yang memperoleh ijin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek yang memperoleh ijin usaha dari Bapepam. Dengan revisi UU ini, pemegang saham bursa bukan hanya anggota bursa saja, tetapi juga pihak lain di luar anggota bursa.
Demutualisasi lembaga bursa efek penting segera direalisasikan
sehingga memungkinkan bursa efek menggalang dana guna pengembangan infrastruktur pasar modal. Sampai saat ini hal tersebut sulit dilakukan mengingat bursa efek masih merupakan organisasi nirbala.
2. Terdapat lemahnya akses yang dimiliki Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan saat ini, guna melakukan investigasi dan identifikasi kejahatan pasar modal terutama menyangkut aksi short selling investor dengan pihak Kustodian global.
3. Amandemen juga dilakukan agar standar peraturan pasar modal
nasional dan internasional bisa selaras.
Amandemen harus dilakukan agar Indonesia bisa menandatangani
Multilateral Memorandum of Understanding (MMOU) antara negara yang tergabung dalam Internasional Organization of Securities Commissions (IOSCO).
Untuk itu, Indonesia, harus terlebih dahulu masuk ke dalam daftar A
agar bisa menandatangani MMOU tersebut. Saat ini, Indonesia masih berada pada daftar B, yang artinya baru sebatas punya komitmen untuk menandatangani MMOU.
Karena itu, amendemen UUPM penting dilakukan agar standar
peraturan pasar modal nasional dan internasional bisa selaras. Selain itu, Bapepam juga berkeinginan agar bisa membentuk kerjasama dengan anggota IOSCO jika terjadi cross border fraud atau kejahatan pasar modal lintas negara.
Dengan cara tersebut, Bapepam-LK menjadi lebih mudah dalam
menyelidiki kasus-kasus manipulasi transaksi dan naked short selling yang banyak terjadi di bursa saham domestik.
4. Amandemen UUPM juga akan mengatur kewenangan Bapepam-LK
membuka rekening investor pasar modal yang diduga melanggar. Karena Bapepam selama ini merasa kesulitan untuk membuka rekening nasabah karena prosedur yang sangat panjang. Dalam amandemen UUPM tersebut Bapepam-LK bisa mengakses langsung rekening nasabah yang diduga melakukan pelanggaran. Akan tetapi, Bapepam-LK akan membuat standar operating prosedure (SOP) pembukaan rekening nasabah tersebut. Jangan sampai ada abuse atau penyalahgunaan wewenang dari Bapepam-LK.
5. Amandemen UUPM merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk
mendorong pemulihan ekonomi sekaligus memperkuat infrastruktur perangkat hukum ekonomi (economic legal infrastructure). Hal itu dilakukan dalam rangka persiapan menjelang liberalisasi ekonomi di Forum Kerja Sama Asia Pasifik (APEC).
6. Amandemen UUPM dilakukan agar industri pasar modal Indonesia
bisa berkembang cepat. UU itu juga harus menjamin adanya perlindungan terhadap investor dan penjaminan investasi.
Demikianlah beberapa alasan perlunya UU Pasar Modal untuk di
amandemen. Alasan-alasan ini dilihat dari pasal-pasal dalam UU Pasar Modal no. 8 tahun 1995, dan beberapa pendapat ahli.