Anda di halaman 1dari 2

Nama: Nadila Fitria

NIM : 0701507056

Apakah UU Pasar Modal perlu di Amandemen?

Revisi atau amandemen terhadap Undang-Undang Nomor 8 tahun


1995 tentang Pasar Modal sangat mendesak untuk dilakukan dengan
beberapa alasan :
1. Agar kepentingan semua pihak yang terkait dengan bursa efek
dapat tertampung perlu diterapkan demutualisasi lembaga bursa.
Demutualisasi lembaga bursa efek mengandung arti pemisahan
kepemilikan dengan keanggotaan bursa efek sehingga semua
kepentingan pihak terkait bursa efek, seperti anggota bursa, emiten,
dan investor dapat tertampung. Sementara yang dimaksud dengan
lembaga bursa efek mencakup bursa efek, Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).

Berdasarkan UU Nomor 8 tahun 95 tentang Pasar Modal, Bursa Efek


hanya dimiliki para anggotanya sehingga pada akhirnya
perkembangan bursa efek tergantung pada kemampuan dari
anggotanya.

Pada pasal 8 disebutkan yang dapat menjadi pemegang saham bursa


efek adalah perusahaan efek yang memperoleh ijin usaha untuk
melakukan kegiatan sebagai perantara pedagang efek yang
memperoleh ijin usaha dari Bapepam. Dengan revisi UU ini, pemegang
saham bursa bukan hanya anggota bursa saja, tetapi juga pihak lain di
luar anggota bursa.

Demutualisasi lembaga bursa efek penting segera direalisasikan


sehingga memungkinkan bursa efek menggalang dana guna
pengembangan infrastruktur pasar modal. Sampai saat ini hal tersebut
sulit dilakukan mengingat bursa efek masih merupakan organisasi
nirbala.

2. Terdapat lemahnya akses yang dimiliki Badan Pengawas Pasar


Modal dan Lembaga Keuangan saat ini, guna melakukan investigasi
dan identifikasi kejahatan pasar modal terutama menyangkut aksi
short selling investor dengan pihak Kustodian global.

3. Amandemen juga dilakukan agar standar peraturan pasar modal


nasional dan internasional bisa selaras.

Amandemen harus dilakukan agar Indonesia bisa menandatangani


Multilateral Memorandum of Understanding (MMOU) antara negara
yang tergabung dalam Internasional Organization of Securities
Commissions (IOSCO).

Untuk itu, Indonesia, harus terlebih dahulu masuk ke dalam daftar A


agar bisa menandatangani MMOU tersebut. Saat ini, Indonesia masih
berada pada daftar B, yang artinya baru sebatas punya komitmen
untuk menandatangani MMOU.

Karena itu, amendemen UUPM penting dilakukan agar standar


peraturan pasar modal nasional dan internasional bisa selaras. Selain
itu, Bapepam juga berkeinginan agar bisa membentuk kerjasama
dengan anggota IOSCO jika terjadi cross border fraud atau kejahatan
pasar modal lintas negara.

Dengan cara tersebut, Bapepam-LK menjadi lebih mudah dalam


menyelidiki kasus-kasus manipulasi transaksi dan naked short selling
yang banyak terjadi di bursa saham domestik.

4. Amandemen UUPM juga akan mengatur kewenangan Bapepam-LK


membuka rekening investor pasar modal yang diduga melanggar.
Karena Bapepam selama ini merasa kesulitan untuk membuka
rekening nasabah karena prosedur yang sangat panjang.
Dalam amandemen UUPM tersebut Bapepam-LK bisa mengakses
langsung rekening nasabah yang diduga melakukan pelanggaran.
Akan tetapi, Bapepam-LK akan membuat standar operating prosedure
(SOP) pembukaan rekening nasabah tersebut. Jangan sampai ada
abuse atau penyalahgunaan wewenang dari Bapepam-LK.

5. Amandemen UUPM merupakan wujud keseriusan pemerintah untuk


mendorong pemulihan ekonomi sekaligus memperkuat infrastruktur
perangkat hukum ekonomi (economic legal infrastructure). Hal itu
dilakukan dalam rangka persiapan menjelang liberalisasi ekonomi di
Forum Kerja Sama Asia Pasifik (APEC).

6. Amandemen UUPM dilakukan agar industri pasar modal Indonesia


bisa berkembang cepat. UU itu juga harus menjamin adanya
perlindungan terhadap investor dan penjaminan investasi.

Demikianlah beberapa alasan perlunya UU Pasar Modal untuk di


amandemen. Alasan-alasan ini dilihat dari pasal-pasal dalam UU Pasar
Modal no. 8 tahun 1995, dan beberapa pendapat ahli.

Anda mungkin juga menyukai