Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NOMOR :
TANGGAL :
PEDOMAN UMUM
PRINSIP, KEBIJAKAN, DAN PROSEDUR
PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari wilayah daratan
dan lautan dengan berbagai suku dan budaya memiliki keragaman
sekitar 726 bahasa daerah (menurut Summer Institute of Linguistics).
Keanekaragaman bahasa ini sangat berpengaruh dalam tatacara
penamaan unsur rupabumi yang dapat berakibat pada
ketidakseragaman penulisan unsur rupabumi di peta. Oleh karena itu,
Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
tanggal 29 Desember 2006, mempunyai wewenang penuh untuk
mengatur tatacara pembakuan nama rupabumi. Hal ini sesuai dengan
Resolusi PBB No. 4 Tahun 1967 dari The First UN Conference of
Standardization on Geographical Names di Jenewa yang
merekomendasi perlu dibentuknya National Geographical Names
Authority (lembaga nasional otoritas nama geografis) di tiap negara
anggota. Bentuk lembaga otoritas tersebut disesuaikan dengan
struktur pemerintahan setempat yang mempunyai tugas dan fungsi
pokok pembakuan nama unsur rupabumi, sebagai langkah mendukung
pembakuan nama unsur rupabumi di tataran internasional.
2
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
(2) peran aktif bangsa Indonesia dalam menjalankan etika
internasional khususnya komunikasi geografis yang baku serta
Tujuan
Ruang Lingkup
Pengertian
3
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
pengolahan, pengelolaan, dan pemublikasian nama unsur rupabumi
yang baku.
10. Elemen spesifik adalah nama diri dari elemen generik yang sudah
disebutkan sebelumnya, sebagai contoh: Merapi adalah nama
spesifik dari elemen generik yang berupa gunung, Bogor adalah
nama spesifik dari elemen generik yang berupa wilayah administrasi
kota.
4
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
11.Endonim adalah nama diri unsur rupabumi dalam bahasa resminya.
Contoh: Nederland, New Zealand, Jakarta, Bandung, Wien.
5
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
BAB II
A A J j jé S és
a s
B Bé K ka T té
b k t
C Cé L l él U u
c u
D d Dé M ém V vé
m v
E É N én W wé
e n w
F Éf O o o X éks
f x
G Gé P pé Y yé
g p y
H Ha Q q qi Z zét
h z
I i I R ér
r
6
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
bahasa daerah. Berdasarkan distribusi geografis di Jawa, Madura, dan
Bali terdapat 19 bahasa daerah, Sumatera terdapat 52 bahasa,
Nusatenggara 68 bahasa, Kalimantan 82 bahasa, Sulawesi 114 bahasa,
Maluku 131 bahasa, dan Papua 265 bahasa.
2.3. Ejaan
Untuk pembakuan nama rupabumi diusahakan untuk menggunakan
ejaan yang berlaku yaitu ejaan bahasa Indonesia yang tertuang dalam
buku panduan Ejaan Yang Disempurnakan (1978) atau ejaan bahasa
daerah yang telah dibakukan.
7
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
BAB III
Petunjuk:
Petunjuk:
8
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
terdapat nama empat pulau dengan nama Pulau Napabale maka
nama-nama tersebut diatur kembali dengan menambah nama
pemerlain/pembeda misalnya dengan menambahkan kata sifat,
petunjuk arah, atau ciri-ciri yang khas dari unsur rupabumi itu
misalnya menjadi Pulau Napabale, Pulau Napabale Tengah, Pulau
Napabale Selatan, dan Pulau Napabale Utara. Contoh lain di lokasi
yang sama terdapat dua pulau dengan nama yang sama,
disarankan menjadi Pulau Jongkere Besar dan Pulau Jongkere Kecil.
Sebagai informasi tambahan, nama pemerlain/pembeda dapat
menggunakan kata-kata setempat, misalnya menjadi Pulau
Jongkere Da dan Pulau Jongkere Daa.
Petunjuk:
9
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
Hari, Wai untuk Wai Seputih yang kesemuanya berarti sungai
dalam Bahasa Indonesia.
Petunjuk:
Petunjuk:
Petunjuk:
10
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
menjadi Jayapura. Cartenz Top menjadi Puncak Trikora
merupakan contoh pengubahan nama dalam bahasa asing ke
dalam nama lokal. Dengan demikian nama-nama asing yang
masih ditemukan pada saat ini bukanlah hal yang mustahil untuk
segera diubah.
Petunjuk:
Petunjuk:
11
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
perangkat desa untuk menentukan nama yang lebih pendek dan
mudah diucapkan oleh masyarakat.
Petunjuk:
Petunjuk:
12
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
3.2. Kebijakan Pemberian Nama
13
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
1. Untuk kepentingan tertib administrasi
pemerintahan.
Untuk melestarikan sejarah dan budaya setempat;
Untuk memberikan penghargaan bagi seseorang
yang berjasa luar biasa bagi bangsa dan negara.
3.3.1.3. Penghapusan Nama Rupabumi
Langkah 1:
Langkah 2:
14
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
Langkah 3:
Langkah 4:
Langkah 5:
Langkah 6:
Langkah 7:
15
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
BAB IV
PENUTUP
16
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Dalam Negeri, 2006. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006
Tentang: Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Direktorat Wilayah
Administrasi dan Perbatasan, Subdit Toponimi dan Pemetaan.
Geographical Names Board of Canada, 2001. Principles and Procedures for
Geograhical Naming. Canada: Center for Topographic Information
Earth Sciences Sector, Natural Resources.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Orth J., Donald. 1987. Principles, Policies, and Procedures: Domestic
Geographic Names. Reston, Virginia: United State Board on
Geographic Names.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Umum
Pembentukan Elemen. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
Santoso, W.E. 1991. Pedoman Pengumpulan Nama Rupabumi. Dokumentasi
No. 021/1991, ISSN. No. 0126-4982. Cibinong: Bakosurtanal.
Santoso, W.E., Titiek Suparwati, Jacub Rais (Editors). 2006. Training Course on
Toponymy. Proceedings of The United Nations Group of Experts on
Geographical Names. Malang 11-23 September 2005. ISBN: 979-8647-
99-8. Cibinong-Indonesia: National Coordination Agency for Surveys
and Mapping.
Simorangkir, Olan T, Hardjito, Helman, T. Suparwati, A. Ginanjar, H. Suyitno,
Zaefi, 1993. Laporan Survei Nama Rupabumi Kabupaten Tapanuli
Selatan. Cibinong: Bakosurtanal.
Tichelaar, T.R. (Editor). 1989. Proceeding of The Workshop on
Toponymy, Cipanas 16-28 Oct. 1989. Dokumentasi No. 07/1990, ISSN.
No. 0126-4982. Cibinong: Bakosurtanal.
United Nations. 1986. World Cartography. Volume XVIII. New York:
Departmen of Technical Co-operation for Development.
United Nations, 2002. Glossary of Terms for the Standardization of
Geographical Names. New York: Department of Economic & Sosial
Affairs, UNGEGN.
United Nations. 2004. Resolution Adopte d at The Eight United Conferences
on The Standardization of Geographical Names 1967, 1972, 1977,
1982, 1987, 1992, 1998, 2002. New York: United Nations.
United Nations, 2006. Manual for the National Standardization of
Geographical names. New York: Department of Economic & Sosial
Affairs, UNGEGN.
17
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi
TIM NASIONAL PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI :
18
Pedoman Umum Prinsip, Kebijakan dan Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi