Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak ditemukan kasus AIDS pertama di Amerika Serikat pada tahun 1981
penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran maupun masyarakat luas.
Hal ini disebabkan oleh karena AIDS memiliki angka kematian yang tinggi dan
jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat. Sejak itu pula penelitian
dan pengetahuan mengenai AIDS dan virus HIV berkembang dengan sangat
pesat.(mulya dan daili, 2005)
Saat ini HIV dan AIDS adalah masalah darurat dan global. Diseluruh
dunia lebih dari 20 juta orang meninggal sementara 40 juta orang telah terinfeksi.
Fakta yang lebih memprihatinkan adalah bahwa diseluruh dunia setiap hari virus
HIV menular kepada sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun, terutama berasal dari
penularan ibu-bayi, menewaskan 1400 anak dibawah 15 tahun, dan menginfeksi
lebih dari 6000 orang muda dalam usia produktif antara 15-24 tahun yang juga
merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS
( ODHA). (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007)
Berdasarkan data AIDS-INA 2008, Indonesia adalah negara dengan status
sebagai salah satu negara di Asia dengan pertumbuhan kasus HIV paling cepat.
Pada tahun 2005 terdapat 5.321 kasus HIV/AIDS, hanya ada di 16 provinsi namun
pada akhir tahun 2008 angkanya sudah meningkat tajam menjadi 16.110 kasus
sudah menjangkiti 32 provinsi dan 214 kabupaten/kota di Indonesia. (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2008). Pada bulan Desember akhir tahun 2009 hingga
febuari 2010 tercatat penderita AIDS 19.973 yang tersebar di 32 provinsi dengan
peringkat tertinggi kasus AIDS terdapat pada provinsi Jawa Barat sebanyak 3598 ,
Jawa timur sebanyak 3227 kasus, DKI Jakarta 2828 kasus, Papua 2808 kasus, di
Bali 1615 kasus, kalimantan barat 794 kasus dan Jawa Tengah menduduki
peringkat 7 kasus AIDS di Indonesia dengan jumlah 717 kasus. ( Ditjen PPM dan
2

PL Depkes RI, 2010). Pada kasus AIDS di Jawa Tengah akhir bulan Desember
2009 kasus terbanyak berada di kabupaten Semarang sebanyak 100 kasus,
banyumas 45 kasus dan 44 kasus di Surakarta, sisanya tersebar di 16 kabupaten di
Jawa Tengah. (Komisi Penanggulangan AIDS Jateng, 2010)
Sifat dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga mempengaruhi
jalannya epidemi. Bayak kalangan masih menyebarkan pesan ketidaksukaannya
terhadap kampanye penggunaan kondom untuk hubungan seks yang aman.
Komunikasi yang buruk diantara pasangan dalam kebutuhan seksual. Faktor-
faktor tersebut seringkali diperparah oleh tingginya aksi kekerasan seksual
disebagian komunitas dan bahwa aktifitas seksual diantara anak muda seringkali
dimulai jauh pada usia yang lebih muda daripada yang diperkirakan oleh orang
tua, guru dan orang dewasa lainnya. Kebijakan dan pengembangan program masih
tetap lemah akibat dari berbagai macam sebab termasuk kurangnya data yang
dapat diandalkan dari luas dan jangkauan epidemi. Terbatasnya dana yang tersedia
untuk program nasional menunjukkan rendahnya prioritas yang diberikan pada
epidemi ini.(Guntur , 2007)
Penelitian tentang seroprovalense HIV dan laporan AIDS menyimpulkan
epidemik juga mengenai remaja. Remaja terinfeksi HIV memerlukan pelayanan
medis psikososisal yang ekstensif. Oleh karena itu, merupakan kebutuhan yang
mendesak untuk mengembangkan cara yang menyediakan informasi dan
intervensi yang akurat, sesuai umur, dan sesuai kebudayaan setempat untuk
mencegah dan mengurangi resiko, idenifikasi remaja resiko tinggi dan
memberikan terapi serta konseling sesuai tingkat resiko, menyediakan pelayanan
medis dan psikososial yang berkelanjutan. Semua pelayanan kesehatan primer dan
penyelenggara pelayanan yang bekerja dengan remaja harus mempunyai
penengetahuan tentang HIV, sehingga dapat menyatukan metode penilaian,
rujukan dan terapi infeksi HIV. Kebijakan perlu dikembangkan untuk identifikasi
dan menghubungkan remaja resiko tinggi dengan sistem yang akan menyediakan
pelayanan yang komprehensif, meliputi peniaian resiko, intervensi penceahan dan
pelayanan psikososial sebelum remaja terinfeksi, atau konseling dan pelayanan
3

medis untuk diagnosis dini dan penatalaksanaan penyakit terkait HIV.


(Soetjiningsih,2007)

B. Rumusan masalah

Apakah faktor-faktor yang penting diketahui tentang HIV dan AIDS pada
remaja kususnya di SMA Negeri 4 Surakarta.

C. Tujuan penelitian
Mengetahui faktor-faktor penting tentang HIV dan AIDS yang belum
diketahui secara benar oleh remaja, khususnya di SMA Negeri 4 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian
 Sebagai penelitian awal yang memberikan informasi hal-hal apakah yang
belum diketahui secara benar mengenai HIV dan AIDS pada remaja di
SMA Negeri 4 Surakarta
 Bagi pemangku kebijakan dapat diteruskan untuk pembuatan modul HIV
dan AIDS yang tepat sasaran pada remaja
 Dapat diteruskan penelitian lanjut tentang seberapa besar pengaruh-
pengaruh variabel-variabel yang ditemukan dalam penelitian ini terhadap
kejadian HIV dan AIDS
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. AIDS

1. Definisi

AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan


gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem
kekebalannya dirusak oleh virus HIV. ( R. Sardjito, 1993)

AIDS adalah sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh


HIV yang mudah menular dan mematikan.( achmad G.H, 2006)

AIDS adalah gangguan sistem imun yang dapat terlihat dari infeksi
yang sering terjadi, berlangsung lama dan sering kali membahayakan jiwa.
(stefan silbernagl, florian lang, 2007)

2. Etiologi

HIV ialah retrovirus yang disebut Lymdenophathy Associated Virus


(LAV) atau Human T-cell lymphotrophic virus ( retrovirus ). LAV
ditemukan oleh Montagnier dkk. pada tahun 1983 di Perancis sedangkan
HTLV-III ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 ( Ilmu
Kulit Kelamin ; 2005) kemudian dikenal sebagai Human Imunodeficiency
Virus ( HIV ) suatu nama yang berdasarkan konvensi telah diterima pada
tahun 1986 karena telah terbukti bahwa LAV dan HTLV-III merupakan
anggota dari golongan yang sama yaitu HIV-1 dan dengan ini pula etiologi
AIDS telah dtetapkan secara resmi. (Agus syahruhman et al, 1994)

3. Patofisiologi

HIV masuk ke tubuh manusia terutama melalui darah semen dan


sekret vagina serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan
HIVadalah sbb:
5

a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total
kasus didunia.
b. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi
darah/ produk darah yang tercemar rmempunyai resiko sampai >90%,
ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril
atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik
bersama 0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus didunia. Penularan melalui
kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko
0,5% dan mencakup <0,1% total kasus didunia.
c. Transmisi vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui
plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat <0,1%
total kasus didunia.( mansjoer et al, 2008 )
Dalam tubuh ODHA partikel virus bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan
tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pad 3 tahun pertama, 50% berkembang
menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir
semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian
meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit
kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap.
(Djoerban dan Djauzi, 2007)

4. Gejala klinis

Tahap infeksi HIV sampai gejala pertama muncul disebut AIDS-


related complex ( ARC ). Ini awalnya menyerupai penyakit flu dengan
gejala-gejala mencakup demam, pembesaran kelenjar getah bening,
kelelahan, rasa lemah dan menyusutnya berat badan. Ketika sistem
kekebalan tubuh mengalami kerusakan lebih jauh, terjadilah diare,
penyusutan berat badan yang lebih banyak, dan infeksi jamur dimulut.
Munculnya infeksi oportunistik ( yang memenfaatkan kelemahan sistem
6

kekebalan tubuh orang ) menandai awal dari sindroma acquired


imunodeficiency atau AIDS skala penuh.(Baggish, 1996 )
Berikut ini adalah gambaran perkembangan dari HIV menjadi AIDS
menurut (Arifin, 2007) :
a. Tahap I ( periode jendela )
Pada awal terinfeksi HIV, tubuh belum menampakan gejala suatu
penyakit tetapi sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain. Tahap
ini berlangsung kurang lebih 3-6 bulan yang sering kita sebut masa
jendela ( windows period ) dikarenakan virus ini belum terdeteksi
melalui tes antibodi.
b. Tahap II ( HIV positif tanpa gejala )
Tahap ini berlangsung 5-10 tahun tergantung dari kekebalan
tubuhnya. Pada tahap ini disebut tahap HIV positif (HIV+) tetapi
belum AIDS. Pada tahap ini tidak ada tanda-tanda khusus, penderita
HIV tampak sehat dan merasa sehat.
c. Tahap III HIV positif ( muncul gejala )
Tubuh mulai terserang berbagai penyakit infeksi oportunistik
karena daya tahan tubuh menurun. Tahap ini berlangsung 1-2 tahun.
Pada tahap ini biasanya memunculkan beberapa gejala
(tetapi tidak selalu sama setiap orang) yaitu:
 Berat badan menurun drastis.
 Diare kronis lebih dari 1 bulan.
 Demam tidak turun-turun.
 Sakit kulit kronis.
 Batuk kronis lebih dari 1 bulan.
 Jamur pada lidah ( seperti sariawan tetapi tidak lekas sembuh ) dan
 Pembenkakan kelenjar di leher, ketiak dan lipatan paha.
d. Tahap IV AIDS
Pada tahap ini sistem kekebalan tubuh sangat lemah dan munculnya
berbagai penyakit lain ( infeksi oportunistik) yang Semakin parah.
7

5. Penatalaksaan

Secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri dari atas beberapa


jenis, yaitu :
a. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti
retroviral (ARV).
b. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang
menyertai infeksi HIV/ AIDS, seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis,
toksoplasma, sarkoma kaposi, limfoma, dan kanker serviks.
c. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang
lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial
dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga
kebersihan.
Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat
ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat
berkurang. (djoerban dan djauzi, 2007)
8

B. PENGETAHUAN

1. Definisi

Pengetahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang


telah dipelajari. Hal ini meliputi ingatan terhadap jumlah materi yang banyak, dari
fakta-fakta khusus hingga teori-teori yang lengkap. ( Zaini et al, 2002)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Alwi,


Hasan et al, 2003).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).

pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang


terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain
sebagainya. (Taufik, 2007)

2. Sumber Pengetahuan

Sedikitnya terdapat empat sumber pengetahuan belajar, yakni (a)


pengalaman empiris, (b) filsafat, (c) penelitian, (d) teori.
a. Pengalaman empiris
Pengalaman empiris adalah peribahasa atau maksim yang sering berasal
dari pengalaman yang luas. Contohnya mengajar, merupakan suatu kiat
dan dilakukan secara profesional. Contohnya, mengajar merupakan tuas
utama bagi seorang guru.
b. Filsafat
Fisafat merupakan sistem kepercayaan yang tersususn berdasarkan
pertimbanagan nalar dan mantik. Filsafat memberikan penjelasan yang
ajeg tentang hakikat kenyataan, kebenaran, kebajikan, dan keindahan.
9

Demikianlah filsafat sebagai seprangkat koheren dari niai-niai yang


memberikan suatu keranka guna memahami hubungan antara bangsa
manusia dan alam semesta.
c. Penelitian Empiris
Penelitian empiris biasanya menggunakan metode ilmiah sebagai proses
kerjanya. Galileo misalnya sebagai bapak metode ilmiah merintis
eksperimennya dengan menggunakan benda nyata. Dalam suatu
eksperimennya ia menghitung waktu turunnya benda yang jatuh dari
puncak menara, dan diketahui bahwa atu pon bulu jatuh ke bumi dengan
kecepatan yang sama seperti jatuhnya satu pon timbal. Percobaannya ini
menyangkal kepercayaan intuitif bahwa satu pon timbal akan jatuh ebih
cepat dari pada sekarung bulu yang beratnya sama.
d. Teori
Teori merupakan seperangkat proporsi yang di dalamnya memuat ide,
konsep, prosedur, dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel
yang saling berhubungan satu satu sama lainnya dan dapat dipelajari,
dianalisis, dan diuji serta dibuktikkan kebenarannya. Suatu siri teori yang
penting ialah bahwa teori teori itu membebaskan penemuan penelitian
secara individual dari kenyataan kesementaraan waktu dan tempat untuk
digantikan dengan suatu dunia yang lebih luas. (Uno, 2008)

3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut (Notoatmodjo,
2003). mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
10

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,


menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
11

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan


kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).

(Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui secara kualitas


tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi empat
tingkat yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %
d. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 40 %

Ceramah

Strategi mengajar yang paling populer dilingkungan pendidikan tinggi di


indonesia, bahkan diseluruh dunia, adalah ceramahh. Ceramah adalah metode
pembelajara yang dilakukan dengan menyanmpaikan pesan dan informasi secara
satu arah atau lewat suara yang diterima melalui indra telinga. Metode ini tepat
untuk beberapa kondisi berikut :

 Apabila informasi yang disampaika tidak tersedia dalam betuk tulisan, teks
yang tersedia tidak cocok, atau teks yang sudah kedaluarsa.
 Untuk memberikan pengarahan sebelum melaksanakan tugas.
 Untuk memotivasi atau memberi tantangan kepada mahasiswa, terutama
ketika tidak terungkap dalam buku rujukan yang diberikan.
 Untuk menunjuka antusiasme terhadap mata kuliah yang diajarkan.
 Untuk memberikan model cara berfikir atau pemecahan masalah.
12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan dengan menggunakan pendekatan “cross


sectional”.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di SMK 4 Negeri Surakarta

2. Batasan subyek Penelitian


 Siswa aktif SMK 4 Negeri Surakarta

D. Design Pencuplikan

Dengan metode purpose sampling dengan pemilihan sampel non random


dimana pemilihan subyek penelitian diambil yaitu para siswa yan termasuk
sebagai anggota pengurus OSIS SMK 4 Negeri Surakarta tahun 2009-2010.

E. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara interview atau wawancara


kepada masing-masing responden dengan mengunakan metode FGD (Focus
Group Discusscion). Sebelum interview dilakukan, peneliti memberikan inform
consent kepada responden yang dibuktikan dengan tanda tangan responden pada
surat persetujuan mengisi kuisioner.selanjutnya responden diminta mengisi
kuisioner yang telah disediakan. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi pertanyaan
terbuka berdasarkan daftar tema pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam sesi ini peneliti berperan sebagai fasilitator yang akan mencatat semua
hasil diskusi dalam berita acara. Selama sesi FGD dilakukan peneliti telah
mempersiapkan dokumentasi berupa rekaman suara atau gambar ( tape recorder /
handycam ).
13

F. Validitas Kuisioer Penelitian

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari berbagai


jurnal yang sesuai dengan penelitian ini dan telah di seleksi oleh tiga pakar, yaitu
1. dr.Suryo A Taroeno. Sp,PD
2. dr. Tresno Nuroho didi. Sp,OG.
3. dr. Ida .SP.KJ

G. Hasil Data

Semua hasil data yang didapatkan dari hasil diskusi maupun dari hasil
pengisian kuisioner akan dilaporkan dalam bentuk data narasi.
14

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan et al, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depertemen Pendidikan


Nasional dan Balai Pustaka:Jakarta
Arief, Mochammad.2004.Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan.CSGF:Klaten.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktik ).
Rieneka Cipta:Jakarta.
Baggish, Jeff.1996.Bagaimana Sistem Kekebalan Tubuh
Bekerja.Gramedia:Jakarta.
Djoerban dan Djauzi. 2007.HIV/AIDS di Indonesia.PPIPDUI:Jakarta.
Ditjen PPM & PL Depkes RI,2010.Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia.
http://www.depkes.go.id/. Download tanggal 16 april 2010.
Hermawan, A G.2007.Perspektif Masa Depan Imunologi Infeksi.Sebelas Maret
University press:Surakarta.
J.Crowin, Elizabeth.2001.Patofisiologi.EGC:Jakarta.
Komisi Penanggulangan AIDS.2007.Straegi Nasional Penanggulanan HIV dan
AIDS 2007-2010.http://www.undp.or.id/.Download tanggal 18
November 2009.
Komisi Penanggulangan AIDS Jateng.2010. Kondisi HIV / AIDS
Di Jawa Tengah 1993 s/d 2009. http://www.aidsjateng.or.id/.Download
tanggal 9 april 2010.
Luqman, Kasmarin dan Hidayat.2007.HIV dan AIDS Dalam Perspektif
Islam.CWS:Surakarta.
Mansjoer, Arif dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius:Jakarta.
Mulya, budi dan daili F.2006. Human Imunodeviciency Virus (HIV) dan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS).FK UI:Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar. Rineka Cipta, Jakarta
Pringgoutomo, himawan,tjarta.2002.Patologi Umum.Sagung seto:Jakarta.
15

R. Sardjito.1994.Human Imunodeviciency Virus (HIV).Binarupa Aksara:Jakarta.


Soetjiningsih,2007.Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.CV Sagung
Seto:Jakarta.
Taufik, M.2007. Prinsip –Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang
Keperawatan. CV Infomedika:Jakarta
Uno, Hamzah B.2008.Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.PT
Bumiaksara:Jakarta.
Zaini,Hizam et al.2002. Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi.CTSD
IAIN Sunan Kalijaga:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai