BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak ditemukan kasus AIDS pertama di Amerika Serikat pada tahun 1981
penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran maupun masyarakat luas.
Hal ini disebabkan oleh karena AIDS memiliki angka kematian yang tinggi dan
jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat. Sejak itu pula penelitian
dan pengetahuan mengenai AIDS dan virus HIV berkembang dengan sangat
pesat.(mulya dan daili, 2005)
Saat ini HIV dan AIDS adalah masalah darurat dan global. Diseluruh
dunia lebih dari 20 juta orang meninggal sementara 40 juta orang telah terinfeksi.
Fakta yang lebih memprihatinkan adalah bahwa diseluruh dunia setiap hari virus
HIV menular kepada sekitar 2000 anak di bawah 15 tahun, terutama berasal dari
penularan ibu-bayi, menewaskan 1400 anak dibawah 15 tahun, dan menginfeksi
lebih dari 6000 orang muda dalam usia produktif antara 15-24 tahun yang juga
merupakan mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan HIV dan AIDS
( ODHA). (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007)
Berdasarkan data AIDS-INA 2008, Indonesia adalah negara dengan status
sebagai salah satu negara di Asia dengan pertumbuhan kasus HIV paling cepat.
Pada tahun 2005 terdapat 5.321 kasus HIV/AIDS, hanya ada di 16 provinsi namun
pada akhir tahun 2008 angkanya sudah meningkat tajam menjadi 16.110 kasus
sudah menjangkiti 32 provinsi dan 214 kabupaten/kota di Indonesia. (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2008). Pada bulan Desember akhir tahun 2009 hingga
febuari 2010 tercatat penderita AIDS 19.973 yang tersebar di 32 provinsi dengan
peringkat tertinggi kasus AIDS terdapat pada provinsi Jawa Barat sebanyak 3598 ,
Jawa timur sebanyak 3227 kasus, DKI Jakarta 2828 kasus, Papua 2808 kasus, di
Bali 1615 kasus, kalimantan barat 794 kasus dan Jawa Tengah menduduki
peringkat 7 kasus AIDS di Indonesia dengan jumlah 717 kasus. ( Ditjen PPM dan
2
PL Depkes RI, 2010). Pada kasus AIDS di Jawa Tengah akhir bulan Desember
2009 kasus terbanyak berada di kabupaten Semarang sebanyak 100 kasus,
banyumas 45 kasus dan 44 kasus di Surakarta, sisanya tersebar di 16 kabupaten di
Jawa Tengah. (Komisi Penanggulangan AIDS Jateng, 2010)
Sifat dari kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga mempengaruhi
jalannya epidemi. Bayak kalangan masih menyebarkan pesan ketidaksukaannya
terhadap kampanye penggunaan kondom untuk hubungan seks yang aman.
Komunikasi yang buruk diantara pasangan dalam kebutuhan seksual. Faktor-
faktor tersebut seringkali diperparah oleh tingginya aksi kekerasan seksual
disebagian komunitas dan bahwa aktifitas seksual diantara anak muda seringkali
dimulai jauh pada usia yang lebih muda daripada yang diperkirakan oleh orang
tua, guru dan orang dewasa lainnya. Kebijakan dan pengembangan program masih
tetap lemah akibat dari berbagai macam sebab termasuk kurangnya data yang
dapat diandalkan dari luas dan jangkauan epidemi. Terbatasnya dana yang tersedia
untuk program nasional menunjukkan rendahnya prioritas yang diberikan pada
epidemi ini.(Guntur , 2007)
Penelitian tentang seroprovalense HIV dan laporan AIDS menyimpulkan
epidemik juga mengenai remaja. Remaja terinfeksi HIV memerlukan pelayanan
medis psikososisal yang ekstensif. Oleh karena itu, merupakan kebutuhan yang
mendesak untuk mengembangkan cara yang menyediakan informasi dan
intervensi yang akurat, sesuai umur, dan sesuai kebudayaan setempat untuk
mencegah dan mengurangi resiko, idenifikasi remaja resiko tinggi dan
memberikan terapi serta konseling sesuai tingkat resiko, menyediakan pelayanan
medis dan psikososial yang berkelanjutan. Semua pelayanan kesehatan primer dan
penyelenggara pelayanan yang bekerja dengan remaja harus mempunyai
penengetahuan tentang HIV, sehingga dapat menyatukan metode penilaian,
rujukan dan terapi infeksi HIV. Kebijakan perlu dikembangkan untuk identifikasi
dan menghubungkan remaja resiko tinggi dengan sistem yang akan menyediakan
pelayanan yang komprehensif, meliputi peniaian resiko, intervensi penceahan dan
pelayanan psikososial sebelum remaja terinfeksi, atau konseling dan pelayanan
3
B. Rumusan masalah
Apakah faktor-faktor yang penting diketahui tentang HIV dan AIDS pada
remaja kususnya di SMA Negeri 4 Surakarta.
C. Tujuan penelitian
Mengetahui faktor-faktor penting tentang HIV dan AIDS yang belum
diketahui secara benar oleh remaja, khususnya di SMA Negeri 4 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Sebagai penelitian awal yang memberikan informasi hal-hal apakah yang
belum diketahui secara benar mengenai HIV dan AIDS pada remaja di
SMA Negeri 4 Surakarta
Bagi pemangku kebijakan dapat diteruskan untuk pembuatan modul HIV
dan AIDS yang tepat sasaran pada remaja
Dapat diteruskan penelitian lanjut tentang seberapa besar pengaruh-
pengaruh variabel-variabel yang ditemukan dalam penelitian ini terhadap
kejadian HIV dan AIDS
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. AIDS
1. Definisi
AIDS adalah gangguan sistem imun yang dapat terlihat dari infeksi
yang sering terjadi, berlangsung lama dan sering kali membahayakan jiwa.
(stefan silbernagl, florian lang, 2007)
2. Etiologi
3. Patofisiologi
a. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total
kasus didunia.
b. Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi
darah/ produk darah yang tercemar rmempunyai resiko sampai >90%,
ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril
atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik
bersama 0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus didunia. Penularan melalui
kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai resiko
0,5% dan mencakup <0,1% total kasus didunia.
c. Transmisi vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui
plasenta. Resiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat <0,1%
total kasus didunia.( mansjoer et al, 2008 )
Dalam tubuh ODHA partikel virus bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan
tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian
berkembang masuk tahap AIDS pad 3 tahun pertama, 50% berkembang
menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir
semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian
meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit
kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap.
(Djoerban dan Djauzi, 2007)
4. Gejala klinis
5. Penatalaksaan
B. PENGETAHUAN
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
2. Sumber Pengetahuan
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut (Notoatmodjo,
2003). mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
10
4. Pengukuran Pengetahuan
Ceramah
Apabila informasi yang disampaika tidak tersedia dalam betuk tulisan, teks
yang tersedia tidak cocok, atau teks yang sudah kedaluarsa.
Untuk memberikan pengarahan sebelum melaksanakan tugas.
Untuk memotivasi atau memberi tantangan kepada mahasiswa, terutama
ketika tidak terungkap dalam buku rujukan yang diberikan.
Untuk menunjuka antusiasme terhadap mata kuliah yang diajarkan.
Untuk memberikan model cara berfikir atau pemecahan masalah.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
D. Design Pencuplikan
G. Hasil Data
Semua hasil data yang didapatkan dari hasil diskusi maupun dari hasil
pengisian kuisioner akan dilaporkan dalam bentuk data narasi.
14
DAFTAR PUSTAKA