Pada masa ini pers nasional mengalami kemunduran besar, dibawah tekanan
penderitaan dan pengekangan kebebasan lebih dari zaman Belanda karena dijadikan
alat pemerintah Jepang dan pro Jepang.
Harian yang muncul saat itu : Asia Raya (Jakarta), Sinar Bary (Semarang), Suara Asia
(Surabaya), dan Tjahaya (Bandung).
Keuntungan yang didapat dari insan pers Indonesia yang bekerja pada penerbitan
Jepang : Pengalaman menggunakan alat-alat dan fasilitas, Bahasa Indonesia makin
sering dan luas digunakan dalam pemberitaan, membuat rakyat menjadi lebih kritis
dalam berpikir.
Lahirnya UU No. 11/1966 tgl. 12 Desember 1966 tentang Pers. Pers sebagai pranata
sosial yang melembaga di bawah ideologi Pancasila dan UUD 1945. Kemudian diubah
dengan UU No. 21 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pers. Dalam UU ini
mengakui dan menjamin hak kebebasan pers WNI, menghapus SIT, tetapi
memberlakukan SIUPP.
Pers : media vital komunikasi pembangunan, orde baru yang mulanya bersikap terbuka dan
mendukung pers, berbalik menekan kebebasan pers (tidak sejalan dengan kepentingan
pemerintah/terlalu berani mengkritik pemerintah) dibreidel atau dicabut