Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

“ Experience is the best teacher “. Sebuah ungkapan dari orang


bijak yang patut dicermati dan fahami dengan baik. Ungkapan tersebut
mengandung arti bahwa “ Pengalaman adalah guru yang terbaik “.
Tanpa ada keraguan sedikitpun penulis berani mengucapkan bahwa
setiap anak manusia yang telah menjalani kehidupan di dunia ini pasti
memiliki pengalaman dan sejarah hidup. Kehidupan manusia antara
satu dengan yang lainnya dapat dipastikan memiliki perbedaan. Hal ini
berarti setiap manusia mempunyai sejarah atau kehidupan masa lalu
yang berbeda-beda. Bahagia, sengsara, senang, sedih merupakan irama
indah yang kian menambah kemerduan dalam seni kehidupan. Jadi
komponen rasa tersebut pasti dirasakan oleh setiap insan yang
mengikuti putaran roda kehidupan. Oleh karena itu, dalam kesempatan
yang sangat baik ini, penulis akan mengungkapkan sekilas tentang
riwayat kehidupan pribadi sejak masa kanak-kanak hingga menempuh
dan terjun dalam dunia pesantren.

Dalam kesempatan penyusunan Autobiografi ini, penulis akan


mengemukakan beberapa hal yang insya Allah cukup representatif
untuk mengetahui riwayat kehidupan penulis. Di antaranya adalah
tentang latar belakang kehidupan penulis, yang di dalamnya tercantum
sejarah kelahiran penulis, lingkungan penulis, hingga pedidikan
prasekolah. Hal ini bermaksud agar para pembaca yang budiman dapat
memahami kondisi sosial kehidupan penulis. Karena pada dasarnya,
kehidupan seseorang, baik perkembangan mental dan intelektual,
sangat dipengarungi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Jika lingkungan
memberikan dukungan yang positif, niscaya perkembangan karakter
seseorangpun akan tumbuh dengan baik. Demikian pula sebaliknya.

Pada pembahasan selanjutnya, Penulis secara singkat


mengemukakan tentang riwayat pendidikan. Mulai dari pendidikan

Auto Biografi Rohmanita Page 1


jenjang dasar, menengah hingga sampai menempuh dan terjun dalam
dunia pesantren. Penulis lebih tertarik pada kisah yang dialami dalam
kehidupan pesantren. Karena boleh diakui bahwa lembaga pendidikan
pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berbeda
dengan lembaga pendidikan pada umumnya. Pesantren sangat
menekankan nilai-nilai keluhuran akhlak, kecerdasan spiritual, dll. Selain
itu, pada umumnya, pesantren juga menerapkan kurikulum sendiri.
Artinya kurikulum yang digunakan tidak terikat dengan keurikulum
nasioanal yang dibuat oleh pihak Dinas Pendidikan atau Departemen
Agama.

Dunia pesantren juga merupakan salah satu lembaga pendidikan


yang lebih inten mengasah rasa solidaritas sesama. Mulai dari shalat
berjamaah, muthala’ah bersama, makan bersama, dll. Hal tersebut
adalah bagian terkecil dari metode yang diterpkan oleh lembaga yang
bernama pesantren dalam memupuk dan mengasah ketejaman rasa
solidaritas antar sesama. Pahit manis, suka dan duka harus ditanggung
berrsama demi tercapai tujuan bersama. Ini merupakan point penting
bagi penulis untuk dikemukakan dalam penyusunan autobiografi kali ini.
Penulis berharap, mudah-mudahan penyusunan autobiografi ini
memenuhi target pembaca dan cukup representatif untuk mengetahui
kisah atau riwayat kehidupan penulis.

Bekasi, Januari
2011

Penulis

Auto Biografi Rohmanita Page 2


BAB II

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN

A. Masa Kecil Penulis

Penulis adalah salah satu anak dari dua orang pasangan


suami istri, yaitu Bpk Herman dan Ibu Sumiati. Dari kedua
pasangan tersebut, melahirkan 4 (empat) orang anak, dua
orang laki-laki dan dua orang perempaun. Penulis merupakan
anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu Muslimin (anak
pertama), Syadzilie (anak kedua), Penulis (anak ketiga), dan
Nani Bainah (anak keempat). Penulis dilahirkan di Palembang
pada tanggal 05 April 1990 M. Kelahiran seorang anak
merupakan salah satu kebahagiaan yang sangat besar bagi
kedua orang tua. Maka kebahagiaan tersebut dilanjutkan
dengan implementasi tasyakuran sebagai tanda rasa terima
kepada Zat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan sesuatu
amanah yang berharga, buah hati, belahan jiwa. Hingga
akhirnya, muncullah sebuah nama baru dalam sejarah dunia,
yaitu Rohmanita.

Waktu masa kecil, penulis berada dalam kehangatan


keluarga. Begitu banyak kenangan dan keindahan yang penulis
rasakan ketika bersama keluarga. Namun ada satu waktu

Auto Biografi Rohmanita Page 3


dimana penulis mengalami kisah yang cukup menyedihkan.
Kesedihan itu bukan hanya dirasakan oleh penulis sendiri,
namun dirasakan pula oleh keluarga. bisa Penulis, ketika itu,
mengalami sakit yang cukup parah dan harus dirawat di rumah
sakit. Menurut cerita yang disampaikan oleh orang tua, penulis
sempat dirawat di rumah sakit selama 1 (satu) bulan lamanya.
Bahkan menurut orang tua, penulis hampir meninggal dunia.
Sungguh peristiwa yang mengiris hati dan memilukan jiwa.
Melihat kenyataan itu, penulis hanya bisa menangis dan
berdoa demi kesembuhan anaknya. Kenyataan itu merupakan
uijan yang cukup besar bagi keluarga dan penulis.

B. Lingkungan Penulis

Terkait dengan lingkungan, penulis akan membagi menjadi


2 (dua) bagian. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial
masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Dalam bahasa orang-orang bijak, keluarga adalah


harta yang paling berharga dan merupakan puisi yang
paling bermakna. Hal ini berarti keluarga menjadi hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia dan tidak boleh
dianggap remeh. Selain itu, keluarga juga merupakan faktor
yang cukup esensial dalam membentuk karakteristik dan
kepribadian para anggota keluarga, terutama bagi anak-
anak.

Penulis adalah salah seorang dari pasangan keluarga,


sebut saja Bpk Herman dan Ibu Sumiati, yang tinggal di
daerah yang cukup jauh dari lingkungan perkotaan.
Keluarga penulis sangat sederhana. Bahkan dari
kesederhaan itu muncul suatu sikap Qana’ah terhadap
ketetapan yang telah diberikan oleh Allah swt. Hal tersebut

Auto Biografi Rohmanita Page 4


bukan berarti keluarga penulis berdiam diri tanpa ada upaya
untuk memperbaiki keadaan hidup. Rasa optimis selalu
mengiringi dalam setiap langkah hidup keluarga penulis.
Oleh karena itu, penulis sangat merasa beruntung dan
bersyukur berada di tengah-tengah mereka.

Keluarga penulis bukan termasuk keluarga yang serba


ada dan berkecukupan. Namun kehagiaan dan rasa nyaman
selalu hadir tatkala penulis berada di tengah-tengah riungan
mereka. Hal itulah yang membuat penulis tidak pernah
mengeluh dalam menjalani perputaran roda kehidupan ini.
Di samping itu, keluarga penulis termasuk keluarga yang
sangat cinta dengan keilmuan. Artinya, walau keluarga
penulis berada dalam keadaan yang sederhana, tapi
semangat untuk maju dengan pengembangan ilmu
pengetahuan tidak boleh diabaikan. Karena menurut
mereka (keluarga penulis), pendidikan adalah kunci
keberhasilan. Dengan pendidikan seorang akan mencapai
apapun yang diinginkan dan dengan pendidikan pula
seseorang akan mampu menjalani kehidupan dengan baik
dan teratur. Jadi, intinya adalah bahwa dibalik kesederhaan
dan keprihatinan hidup, keluarga penulis tidak pernah
memadamkan semagat intelektual dan selalu berkomitmen
untuk terus maju melalui pendidikan.

2. Lingkungan Sosial Masyarakat

Di antara faktor yang mempengaruhi perkembangan


karakter dan emosional seseorang adalah lingkungan. Hal
ini telah terbukti dengan bermunculannya beberapapa fakta
bahwa tidak sedikit seseorang yang awalnya baik, namun
ketika ia menempati dan terjerumus dalam lingkungan yang
tidak baik, maka perkembangan karakter dan emosional

Auto Biografi Rohmanita Page 5


yang dimilikinya pun ikut memburuk. Walaupun tidak secara
keseluruhan demikian, akan tetapi paling tidak pengaruh
lingkungan mempunyai andil yang cukup besar dalam
pembentukkan karakter seseorang.

Penulis berada dalam sebuah lingkungan yang cukup


bersih dan kondusip, yaitu Kampung Peningiran RT 10/10,
Desa Muara Dua, Kecamatan Buai Sandangaji, Kota
Palembang. Lingkungan penulis masih sangat alami dan
sederhana. Pemandangan yang indah, pegunungan yang
menjulang, perbukitan dan air sungai yang mengalir deras
dan bahkan alunan suara merdu dari bebagai binatang kecil
yang selalu memecahkan keheningan malam, masih bisa
ditemukan dengan mudah. Keadaan sosial masyarakat di
lingkungan penulis sangat komplek.

Hal itu terlihat pada keberagaman aktivitas yang


dijalani oleh masyarakat setempat. Tidak dapat dipungkiri,
bahwa sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai
petani di sawah dan ladang. Namun ada pula yang
berprofesi sebagai pedagang dan terjun dalam bidang
pendidikan.

Secara faktual, di daerah penulis terdapat beberapa


lembaga pendidikan. Mulai dari pendidikan non-formal
seperti pengajian untuk anak-anak usia dini dan remaja
maupun pendidikan formal seperti Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Memang boleh
diakui bahwa sampai saat ini di daerah atau lingkungan
penulis belum berdiri lembaga pendidikan untuk tingkat
menengah ke atas, apalagi perguruan tinggi. Namun,
walaupun demikian, semangat masyarakat untuk
memasukkan sekolah anak-anaknya ke jenjang menengah
atas bahkan ke perguruan tinggi, tak kunjung padam. Hal ini

Auto Biografi Rohmanita Page 6


terbukti dengan adanya putra-putra daerah yang telah
berhasil dalam pedidikan dan saat ini tengah berjuang
memajukan daerahnya.

Dari realita di atas, maka wajar jika keluarga penulis


sangat optimis dan selalu terpacu semangatnya untuk
mengarahkan putra-putrinya masuk dalam dunia
pendidikan. Bukan hanya pendidikan non-formal, namun
lebih-lebih pendidikan yang formal seperti Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

C. Pendidikan dalam Keluarga

Penulis teringat pada salah satu ungkapan yang


menyatakan bahwa “ Lingkungan keluarga adalah sekolah
pertama untuk anak-anak “. Secara pribadi, penulis sangat
setuju dengan statement tersebut. Lingkunan keluarga
memang sangat efektif untuk menjadi lembaga pendidikan
pertama sebelum anak-anak menempuh pendidikan dalam
lembaga yang formal seperti Sekolah dasar dan seterusnya.
Penulis berani mengatakan bahwa keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama yang sangat efektif dengan
alasan sebagai berikut :

1. Keluarga mempunyai alokasi waktu lebih

Sebagaimana yang telah maklum bahwa alokasi


waktu yang dipersiapkan oleh untuk para anak didik pada
pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama, tidak lebih dari 8 jam. Hal ini berarti sisa

Auto Biografi Rohmanita Page 7


waktu yang dimiliki seorang anak sebagai peserta didik
masih banyak, yakni sekitar 16 jam. Dapat dipastikan
bahwa sisa waktu tersebut berada di lingkungan keluarga.
Oleh karena itu, pendidikan keluarga sangat efektif dalam
mengarahkan anak-anak untuk lebih memacu daya
kreativitasnya. Di samping itu, sisa waktu yang dimiliki oleh
seorang anak juga dapat dimanfaatkan untuk mengasah
ketajaman emosional dengan lingkungan sekitar.

2. Keluarga memiliki daya kontrol yang efektif

Pendidikan di lingkungan keluarga tidak hanya


terbatas pada tugas men-transfer ilmu. Akan tetapi
pendidikan keluarga lebih fokus kepada tingkat pengamalan
dari anak-anak yang menjadi peserta didik di lingkungan
keluarga. Oleh karena itu, keluarga lebih menekankan pada
sejauhmana pengamalan anak-anak terhadap apa yang
diajarkan oleh seorang guru yakni keluarga. Hal tersebut
menuntut adanya kontrol yang cukup dari pihak keluarga
yang ingin mencapai tujuan agar anak-anak mereka tumbuh
dan berkembang sesuai target yang telah ditetapkan sejak
awal. Keluarga mempunyai daya kontrol yang cukup efektif
karena sebagaimana yang dikemukakan di depan bahwa
sisa waktu bagi anak-anak lebih banyak berada di
lingkungan rumah atau keluarga. Oleh karena itu, kegiatan
untuk mengontrol perkembangan anak-anak pun relatif
lebih lebih luas dan efektif.

Dari statement dan penjelasan di atas, penulis


bermaksud mengungkapkan bahwa sebelum penulis masuk
ke dalam dunia pendidikan yang formal, penulis telah
memperoleh banyak pengajaran dan pembelajaran yang
sangat efektif dari orang tua penulis sendiri. Ternyata hal itu

Auto Biografi Rohmanita Page 8


dapat dirasakan oleh penulis ketika penulis sudah beranjak
dewasa. Memang pada awalnya, penulis belum sadar dan
mengerti. Namun lambat laun dan seiring dengan
perjalanan waktu, penulis mulai sadar bahwa apapun yang
diajarkan oleh keluarga/orang tua, walaupun saat itu
dianggap kurang nyaman oleh penulis, mempunyai efek
yang sangat baik dan bermanfaat bagi penulis dalam
menempuh kehidupan di masa depan.

Auto Biografi Rohmanita Page 9


BAB III

RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap
insan. Karena melalui pendidikan seseorang akan mampu mengenal
cakrawala dunia yang luas. Pendidikan juga yang dapat membuka
pemikiran seseorang untuk maju. Tanpa pendidikan seseorang tidak
mungkin memperoleh pengetahuan untuk me-manage kehidupan. Jadi,
hanya dengan pendidikan seseorang akan mampu mengetahui dan
memahami sesuatu yang belum diketahui. Selannjutnya, dalam bagian
ini, penulis akan meceritakan riwayat penididikan yang sempat dijalani
dan diikuti sejak masuk ke jenjang pendidikan dasar hingga tingkat
menengah pertama.

A. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 34 Paninggiran

Ketika usia penulis genap 6 tahun, maka orang tua penulis


memutuskan untuk memasukkan ke pendidikan formal yaitu di
Sekolah Dasar (SD) yang letaknya tidak jauh dari rumah penulis.
Awalnya, penulis kurang bersedia untuk dimasukkan ke sekolah
tersebut karena berbenturan dengan kehendak penulis sendiri.
Sebenarnya penulis ingin sekali masuk dan menempuh pendidikan
di Madrasah Ibtida’iyah yang notabene lebih banyak pendidikan
agama di dalamnya. Hal tersebut terjadi bukan karena orang tua
tidak ingin memasukkan penulis ke Madrasah Ibtida’iyah, namun
memang di daerah penulis tidak ada Madrasah Ibtida’iyah. Yang
ada hanyalah Sekolah Dasar (SD), yaitu SD Negeri 34 Paninggiran.

Akhirnya penulis pun masuk ke sekolah dasar tersebut.


Mulai saat itulah penulis dikenalkan dengan dunia pendidikan
formal. Penulis awalnya merasa heran dan terkejut dengan
suasana pertama duduk di bangku sekolah. Namun akhirnya,

Auto Biografi Rohmanita Page 10


seiring dengan perputaran waktu, penulis mulai terbiasa dengan
suasana pendidikan yang baru. Hal itu penulis anggap sebagai
pengalaman pertama dalam dunia pendidikan formal karena
sebelum masuk ke sekolah dasar, pengalaman belajar penulis
hanya terbatas pada bimbingan orang tua. Penulis tidak sempat
mencicipi pengalaman belajar di tingkat TK atau Play Group (yang
baru-baru ini kehadirannya sangat digandrungi). Hal tersebut
karena saat itu memang belum ada pendidikan tingkat TK atau
Play Group kecuali pendidikan non-formal yang diselenggarakan
di mushalla dan langgar. Selain itu, dari pihak keluarga juga
kurang mengizinkan bila penulis ikut pengajian di mushalla dan
langgar dengan alasan lebih di rumah saja mengaji dan belajar
dengan Bapak atau Ibu. Hal tersebut bukan karena tidak percaya
dengan pendidikan yang diselenggarakan di mushalla dan langgar
tersebut, melainkan karena alasan keamanan. Orang tua penulis,
terutama Bapak, ingin anaknya belajar di rumah saja bersama
keluarga.

Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Dasar


Negeri 34 Peninggiran. Letak SDN tersebut tidak jauh dari rumah
penulis. Oleh karena itulah pihak keluarga penulis memasukkan
penulis ke sekolah tersebut. Dengan letak yang tidak terlalu jauh
dari kediaman keluarga, orang tua dapat dengan mudah
mengontrol perkembangan anak-anaknya. Begitu pula sebaliknya,
seorang anak pun dengan mudah untuk berinteraksi ke pihak
keluarga terutama ketika ada kebutuhan yang mendesak.

Dalam menempuh pendidikan di Sekolah Dasar tersebut,


penulis banyak mendapatkan pengalaman baru dan semangat
baru. Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya teman-teman
baru yang penulis jumpai. Saat itu, penulis merasa sangat bahagi
karena memiliki banyak teman yang selalu memberikan perhatian
sekaligus penghibur diri tatkala penulis dalam keadaan sedih. Dari

Auto Biografi Rohmanita Page 11


sanalah penulis mulai banyak berinteraksi dengan orang banyak
seperti teman-teman sekelas, kakak-kakak kelas, dewan guru dan
bahkan para pedagang yang selalu setia hadir di tengah-tangah
para siswa dan siswi yang ada di sekolah itu.

Kenangan demi kenangan yang manis maupun pahit masih


terngiang-ngiang di telinga penulis hingga saat ini. Kenangan
yang terindah bagi penulis hingga saat ini adalah ketika penulis
duduk di kelas V dan VI. Ketika penulis duduk di bangku kelas V,
penulis sempat mengalami problem. Saat itu, salah satu guru
penulis yang bernama Bapak Faisal (guru bidang studi
Matematika) sempat marah dengan penulis karena ulah penulis
sendiri. Penulis dimarahi oleh Bapak Faisal karena penulis, dengan
sengaja, tidak masuk kelas dan tidak mengikuti pelajaran
matematika saat itu. Penulis malah pergi ke belakang sekolah
bersama teman-teman yang kebetulan tidak suka dengan
pelajaran matematika. Akhirnya, Kakak penulis, Syadzili, langsung
datang ke sekolah dan menjemput penulis untuk diajak pulang.
Penulis pun dimarahi habis-habisan oleh keluarga yang kecewa
dengan tingkah laku penulis. Sejak saat itu, penulis merasa
menyesal dan berusaha untuk tidak mengulanginya kembali.

Ketika penulis duduk di kelas VI, penulis kembali mendapat


problem. Kali ini, problem yang dialami oleh penulis bukan
masalah pelajaran, tapi masalah emosi penulis. Ketika penulis
kelas 6 (enam), kebetulan adik penulis yang bernama Nani Bainah
saat itu duduk di kelas 1 (satu). Kebetulan Nani Bainah satu kelas
dengan salah satu anak guru yang bernama Ibu Tuti. Anak Ibu Tuti
tersebut terkenal dengan anak yang lumayan nakal. Nah, pada
suatu hari, ternyata anak Ibu Tuti berkelahi dengan Nani Bainah.
Secara emosi, penulis merasa sangat jengkel dan ada keinginan
untuk membela Nani Bainah. Oleh karena itu, penulis ikut campur

Auto Biografi Rohmanita Page 12


dalam permasalahan tersebut. Sehingga pada akhirnya, penulis
pun terkena kasus akibat ulah penulis sendiri.

Menjelang detik-detik pelaksanaan ujian nasioanl di Sekolah


Dasar tersebut, penulis dituntut untuk lebih giat belajar. Penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meluangkan waktu
yang cukup luas untuk lebih fokus kepada pelajaran agar pada
pelaksanaan ujian nasional nanti penulis mampu menyelesaikan
seluruh materi soal ujian tersebut. Karena penulis yakin, dengan
kesungguhan dalam belajar serta diiringi oleh doa terutama dari
keluarga, penulis akan mampu melewati dan menyelesaikan
seluruh ujian nasional yang kebanyakan teman-teman
mengaggap sebagai momok yang menakutkan.

Akhirnya pelaksanaan uijian nasional pun berlangsung pada


bulan April 2002. Alhamdulillah penulis ikut mengikuti
pelaksanaan ujian nasional tersebut dengan baik dan lancar tanpa
ada kendala sedikitpun. Pelaksanaan uijian nasional dilaksanakan
di sekolah sendiri, yaitu di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 34
Paninggiran. Setelah pelaksanaan ujian nasional selesai, penulis
kini hanya tinggal menunggu hasil pengumuman dari pihak
sekolah. Walaupun tidak sedikit dari teman-teman seangkatan
penulis yang ragu dan kurang optimis dengan hasil ujian yang
mereke telah jalani, namun bagi penulis hal tersebut tidak terlalu
mengganggu pemikiran karena penulis sangat yakin dan percaya
diri bahwa penulis akan lulus dan memperoleh hasil yang baik.
Akhirnya, apa yang penulis prediksi ternyata benar. Dalam
pengumuman hasil ujian nasioanal, penulis dinyatakan lulus
dengan hasil yang baik. Bahkan penulis termasuk 10 besar
(peringkat kesembilan dari 50 siswa/i). Melihat kenyataan seperti
itu, pihak keluarga sangat bahagia dan bangga kepada penulis
karena telah berhasil melewati uijan nasioanal Sekolah Dasar
Negeri (SDN) dengan memperoleh nilai yang lumayan baik.

Auto Biografi Rohmanita Page 13


Penulis pun sangat brsyukur kepada Allah swt yang telah
menunjukkan jalan kemudahan bagi penulis sehingga penulis
memperoleh semua itu. Semoga ke depan penulis selalu diberi
kemudahan dalam segala hal demmi tercapai cita-cita.

B. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 01 Muara Dua

Pendidikan harus terus dilanjutkan. Sebuah kata motivasi


yang pernah penulis dengar dari beerapa orang terdekat ketika
itu. Maka dengan tekad yang bulat, niat yang mantap, penulis
memutuskan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, yaitu ke Sekoah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Di
daerah penulis hanya ada satu sekolah lanjutan, yaitu hanya
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 01 Muara Dua. Oleh
karena itu, tidak ada pilihan lain bagi penulis untuk melanjutkan
ke sekolah lain kecuali mampu melanjutkan ke luar daerah atau
paling tidak ke kecamatan lain. Penulis sengaja memutuskan ke
sekolah tersebut karena tidak ingin memberatkan orang tua
dalam mengulurkan biaya. Karena bila penulis memaksakan diri
untuk masuk ke sekolah lanjutan yang bergengsi, pasti hal
tersebut bisa menjadi beban yang lumayan berat bagi keluarga
penulis.

Tepat pada tahun 2002, akhirnya penulis diantar oleh kakak


penulis yang tertua ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
01 Muara Dua yang kebetulan letaknya sangat dekat dari tempat
tinggal penulis. Rasa bangga dan bahagia kian menghiasi hati
penulis karena akhirnya penulis mampu melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi. Sehingga proses mengukir cita-cita
menuju perubahan hidup akan terus berjalan. Penulis kini telah
menjadi siswi SLTP 01 Muara Dua. Ketika awal masuk sekolah di
tingkat lanjutan tersebut, jumlah siswa/I baru cukup banyak

Auto Biografi Rohmanita Page 14


sehingga angkatan tersebut bbterbagi menjadi 4 kelas. Penulis
ditempatkan di kelas I B. Penulis bersyukur karena semakin lama
semakin banyak teman yang penulis miliki.

Setahun kemudian, Alhamdulillah, penulis dapat naik ke


kelas II. Kali ini, penulis dimasukkan ke kelas II C. Pada tahun
kedua tersebut, penulis harus lebih giat lagi dalam belajar. Karena
penulis mulai menemukan beberapa kesulitan atau kendala
terutama pada mata palajaran Bahasa Inggris. Penulis kurang
mengerti dengan Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut
bukan berarti penulis tidak suka dengan Bahasa Inggris. Penulis
tidak tinggal diam dan terus berusaha agar memperoleh solusi
dari problem yang saat itu penulis alami. Satu tahun pun penulis
jalani dengan baik dan akhirnya penulis naik ke kelas III.

Pada tahun ketiga, penulis dituntut untuk lebih sungguh-


sungguh dalam belajar. Penulis tidak ingin membuat orang tua
kecewa. Oleh karena itu, sekuat tenaga penulis berusaha agar
terus semangat dalam belajar tanpa ada keluhan sedikitpun.
Bahkan penulis bertekad agar pada tahun ketiga tersebut, penulis
mampu memperoleh nilai yang lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Titik fokus bagi penulis saat itu adalah bagaiamana
agar penulis mampu menjalani ujian akhir sekolah, baik ujian
sekolah maupun nasional. Karena saat itu, menurut informasi
yang penulis dapatkan dari teman-teman maupun dewan guru
bahwa materi ujian nasional tidak boleh dipandang sebelah mata.
Artinya, siswa/i harus melakukan persiapan yang ekstra. Karena
apabila terjadi ketelodoran atau kecerobohan ketika mengisi ujian
nasional, maka akan berakibat fatal. Penulis dapat mengerti dan
memahami situasi tersebut. Oleh karena itu, penulis lebih
memfokuskan diri untuk belajar sehingga berhasil dalam
pelaksanaan ujian akhir nanti.

Auto Biografi Rohmanita Page 15


Pelaksanaan ujian dilaksaakan selama 10 hari di sekolah
penulis sendiri. Seluruh siswa/i mengikuti ujian akhir dengan
penuh khidmat dan cermat. Seluruh peserta ujian terasuk penulis,
sangat menaruh harapan besar semoga mampu
menyelesaikan/mengerjakan seluruh materi yang diujikan. Antara
percaya diri dan rasa takut selalu mengganggu perasaan penulis.
Ketika usaha telah ditempuh semaksimal mungkin oleh penulis,
kini saatnya bertawakkal kepada Yang Maha Mengetahui.

Kisah yang cukup memilukan bagi penulis dan teman-teman


seangkatan pada saat itu. Setelah pelaksanaan ujian nasional
selesai, penulis beserta teman-teman harap-harap cemas
menjelang detik-detik pengumuman hasil ujian nasional. Dan
akhirnya waktu pengumuman itu pun tiba. Ternyata dari seluruh
peserta yang ikut ujian nasional ( ± 60 Orang) saat itu, yang
dinyatakan lulus hanya 5 orang saja. Jadi, sekitar 55 siswa/i yang
dinyatakan tidak lulus, termasuk penulis. Rasa sedih dan pilu
hampir dirasakan oleh seluruh siswa/i yang mengalami kegagalan
dalam ujian nasional tersebut. Penulis pun merasa sangat terpukul
dengan kenyataan tersebut. Dalam hati kecil penulis berkata, “
mengapa kerja keras yang selama ini kulakukan hanya berbuah
kegagalan?? “. Namun secara perlahan-lahan penulis akhirnya
mampu memahami situasi dan berani menerima kenyataan
walaupun pahit dirasakan.

Kejadian itu benar-benar membuat penulis dan teman-


teman yang gagal merasa terpukul dan sedikit menyesal karena
kurang melakukan persiapan yang maksimal dalam menghadapi
pelaksanaan ujian nasional. Namun akhirnnya, penulis dan teman-
teman yang senasib memperoleh angin segar dengan adanya
peluang untuk mengikuti ujian susulan yang diselenggarakan oleh
panitia ujian. Penulis dan teman-teman menaruh harapan besar
dalam pelaksanaan ujian susulan tersebut. Oleh karena itu,

Auto Biografi Rohmanita Page 16


menjelang pelaksanaan ujian susulan tersebut, penulis harus
melakukan persiapan yang ekstra agar mampu lulus dan
memperoleh nilai yang tidak terlalu memalukan. Namun,
kehendak Allah berkata lain, penulis tidak sempat mengikuti
kesempatan ujian susulan karena mengalami satu kisah yang
lebih mengiris hati dan memilukan.

Peristiwa yang sulit terlupakan oleh penulis. Bahkan


peristiwa tersebut seringkali mengusik ketenangan hingga air
mata penulis berlinang tanpa terasa. Di dunia ini, siapa yang tidak
merasa sedih bila berpisah dan ditinggal pergi oleh seorang yang
sangat dicintai dan disayangi untuk selama-lamanya tanpa ada
harapan akan kembali lagi. Penulis yakin, siapa pun orangnya
pasti akan mengalami kesedihan dan kepiluan seperti yang
dialami oleh penulis saat itu. Peristiwa tersebut tidak mungkin
dengan mudah penulis lupakan bahkan mungkin hingga penulis
lanjut usia nanti. Hal itu akan terus tersimpan dalam memori
penulis hingga akhir hayat nanti. Kematian memang bisa datang
kapan dan dimana saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Ayah
penulis tercinta telah berpulang ke rahmatullah setelah beberapa
waktu penulis mengikuti ujian nasional yang dilaksanakan di
sekolah sendiri. Ayah tercinta memang telah mengidap penyakit
sejak lama dan sering berobat ke berbagai tempat demi
kesembuhan penyakit tersebut. Namun kehendak Yang Maha
Kuasa berkata lain, akhirnya pada waktu usia penulis ± 15 tahun,
ayah penulis pun pergi meninggalkan penulis untuk selama-
lamanya. Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’un.

Sejak saat itulah penulis mengalami kesedihan dan kepiluan


yang cukup monggores hati. Kesedihan yang pertama adalah
kegagalan penulis dalam mengikuti ujian nasional (walaupun
menurut informasi, kegagalan tersebut lebih disebabkan oleh
masalah teknis, bukan masalah intelektualitas peserta ujian). Dan

Auto Biografi Rohmanita Page 17


kesedihan yang kedua yaitu kepergian sosok orang tua yang telah
pergi untuk selama-lamanya. Jika boleh penulis memberikan
statement, tahun itu bisa dikatakan sebagai ‘aamul huzni (tahun
kesedihan).

C. Dunia Pesantren

1. Motivasi Masuk Pesantren

Peristiwa wafatnya orang tua membuat penulis lebih


berambisi untuk menjadi anak yang berguna, terutama untuk
keluarga penulis. Setelah peristiwa yang memilukan tersebut,
akhirnya penulis dihadapkan kepada beberap pilihan yang
sebenarnya cukup sulit bagi penulis untuk memutuskannya.
Pihak keluarga memberikan 3 (tiga) pilihan kepada penulis.
Pertama, melanjutkan study ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA). Kedua, melanjutkan study ke pondok pesantren. Dan
ketiga, menganggur di kampung. Dari ketiga pilihan tersebut,
sebenarnya penulis merasa bagaikan berada dalam lautan
kebimbangan. Karena saat itu, penulis masih merasa
kehilangan sosok seorang ayah tercinta. Akhirnya, walau hati
masih terbalut rasa sedih, penulis berusaha memantapkan
tekad untuk melanjutkan study. Karena walau begaimanapun
pendidikan adalah segalanya. Namun, lagi-lagi penulis sulit
menentukan dimana tempat yang kira-kira sesuai untuk
melanjutkan study.

Kakak penulis (Muslimin) pernah memberikan gambaran


sedikit tentang kehidupan di pesantren. Kebetulan kakak
penulis yang pertama dan kedua juga pernah menempuh
pendidikan di pondok pesantren daerah Bekasi, Jawa Barat.
Namun keduanya tidak sempat lulus. Walaupun keduanya tidak

Auto Biografi Rohmanita Page 18


sempat menyelesaikan study di pondok pesantren, namun
pengalaman yang mereka berikan cukup memberikan sedikit
gambaran tentang pahit manis kehidupan di pesantren.
Dengan demikian penulis mulai tertarik dengan nuansa
pesantren sebagaimana yang digambarkan oleh kedua orang
kakak penulis.

Tidak lama waktu berselang, penulis pun mulai melakukan


persiapan untuk keberangkatan ke pondok pesantren yang
dituju, yaitu pondok pesantren Al-Haniifiyyah. Bila dipikir-pikir,
sebenarnya penulis agak berat hati untuk berangkat mondok
ke pesantren tersebut. Yang membuat penulis berat hati bukan
karena pondok pesantrennya, tapi terlebih kepada jarak yang
lumayan jauh dari tempat tinggal penulis. Karena letak
pesantren dengan tempat tinggal penulis bukan hanya lintas
kota atau provinsi, akan tetapi lintas pulau, antara Sumatera
dan Jawa. Jadi butuh banyak perjuangan untuk
merealisasikannya.

Tepat pada tanggal 16 Juli 2005 penulis berangkat dari


Palembang, Sumatera Selatan menuju ke pondok pesantren Al-
Haniifiyyah di Bekasi, Jawa Barat. Penulis berangkat ke
pesantren ditemani oleh kakak penulis sendiri, yaitu Muslimin.
Beliau yang menjadi wali penulis sepeninggal orang tua.

Penulis bersama kakak penulis berangkat dari Palembang


menuju pesantren di Bekasi dengan melalui kendaraan bus.
Rasa lelah dan letih datang silih berganti sepanjang perjalanan
dari Palembang – Bekasi. Perjalanan nan panjang dengan
melewati samudera biru telah menjadi saksi bisu perjuangan
penulis dalam menuntut ilmu. Penulis senantiasa berharap
semoga perjalanan pannjang yang menguras tenaga tersebut
dapat berbuah hasil yang diharapkan. Memperoleh ilmu dan
pengalaman merupakan tujuan utama penulis. Oleh karena itu,

Auto Biografi Rohmanita Page 19


sejak awal perjalanan, penulis sudah menanamkan tekad dan
niat untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh.

Setelah penulis tiba di Pesantren, maka penulis beserta


kakak penulis (Muslimin) langsung bertemu dengan pimpinan
pondok pesantren tersebut, yaitu KH. Syamsuddin Ardhi. Beliau
adalah tokoh setempat yang sudah lama menjadi rujukan
masyarakan dalam permasalahan sosial keagamaan
masyarakat. Kakak penulis kebetulan sudah kenal dengan
pimpinan pondok pesantren tersebut. Jadi tanpa ragu-ragu,
percakapan mereka mudah mengalir bagaikan air sungai.
Sehingga pada akhirnya penulis pun terlibat dalam
perbincangan mereka. Penulis awalnya merasa cemas dan
agak takut dengan sosok buya (panggilan yang biasa
disampaikan oleh para santri). Namun lambat laun rasa akrab
pun mulai tumbuh sehingga tidak ada lagi perasaan cemas dan
takut. Setelah perbincangan kakak penulis dengan buya
selesai, maka tak lama kemudian kakak penulis pun bersiap-
siap untuk kembali lagi ke Palembang. Sedangkan penulis
harus tetap bersabar walaupun harus menahan isak tangis
karena masih ingin ditemani oleh seorang kakak tercinta.

Adapun orang yang pertama penulis jumpai dan kenal


setelah pertemuan penulis dengan buya adalah Ust Dasuki dan
The Masyit. Rasa akrab penulis dengan Ust Dasuki begitu cepat
tumbuh. Hal tersebut disebabkan karena Ust Dasuki memang
pernah berkunjung ke tempat penulis waktu kakak penulis
masih di mengikuti pendidikan di Pesantren tersebut.
Walaupun waktu itu, penulis masih duduk di bangku Sekoah
Dasar, namun memori penulis langsung connect ketika
berjumpa dengan Ust Dasuki. Sejak saat itu, penulis mulai
terpancing untuk melakukan interaksi yang lebih dengan
lingkungan pesantren, baik para ustadz maupun para santri.

Auto Biografi Rohmanita Page 20


2. Kegiatan Pesantren

Ketika penulis secara resmi diterima dan berstatus menjadi


santri di Pondok Pesantren Al-Hanifiyyah, maka penulis harus
siap untuk mematuhi dan mengikuti seluruh peraturan pondok
pesantren. Penulis tidak langsung duduk di kelas I. Kenyataan
tersebut merupakan hal yang biasa bagi seluruh santri baru,
terutama bagi santri yang lulusan sekolah umum. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pelajaran yang ada dipesantren memang
terhitung sulit dan tidak bisa dianggap remeh. Butuh
keseriusan dan kesungguhan agar para santri mencapai
keberhasilan yang diharapkan.

Pada awalnya, jumlah santri yang masuk di kelas persiapan


(I’dadi ) hanya ada 3 orang. Akan tetapi tidak lama kemudian,
santri-santri baru pun mulai berdatangan dari berbagai tempat.
Al hasil, jumlah teman penulis pun akhirnya bertambah
menjadi 8 orang santri. Dengan bertambahnya teman, maka
kebahagiaan penulis pun semakin bertambah. Karena, menurut
penulis, banyak teman berarti banyak saudara. Dan semakin
banyak saudara, jalan kemudahan akan terus terbuka.

Pondok Pesantren Al-Haniifiyyah merupakan salah satu


pondok pesantren salafi yang sarat dengan berbagai kegiatan.
Mulai dari kegiatan harian, minggun, bulanan, bahkan kegiatan
tahunan. Penulis sangat senang banyaknya program atau
kegiatan yang diselenggarakan di pondok pesantren. Karena
semakin banyak kegiatan yang penulis ikuti, maka semakin
bertambah ilmu dan pengalaman yang penulis miliki. Apalagi
penulis yang notabene santri paling jauh karena harus
melintasi lautan, mengarungi samudera.

Auto Biografi Rohmanita Page 21


Kegiatan di pondok pesantren itu berupa kegiatan inti
seperti sekolah pada pagi hari, pengajian kitab klasik
(halaqah), dan muthalaah setelah shalat isya (menjelang tidur).
Hari-hari penulis diisi dengan kegiatan seperti itu. Walaupun
demikian, penulis tetap merasa gembira dan nyaman
melaksanakan semua kegiatan itu. Hal itu karena adanya
motivasi besar dari dalam diri penulis yang benar-benar ingin
mencari ilmu. Selain itu, kegiatan harian yang penulis ikuti di
pondok pesantren adalah shalat berajamaah. Bagi santri yang
kebetulan tidak mendapat halangan (udzur syar’i), maka tidak
ada alasan untuk tidak mengikuti kegiatan rutin shalat
berjamaah lima waktu. Banyak hikmah yang penulis dapatkan
melalui kegiatan shalat berjamaah. Di antaranya adalah
tumbuhnya kebersamaan dan solidaritas yang tinggi dengan
sesama. Itu mungkin sebagian kecil dari hikmah yang penulis
rasakan.

Kemudian, selain kegiatan harian tersebut di atas, penulis


juga aktif mengikuti kegiatan mingguan di pondok pesantren
tersebut. Di antaranya adalah kegiatan muhadloroh,
pembacaan shalawat fatih, kegiatan ekstrakurikuler, dan
sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut hamper seluruhnya
penulis ikuti keuali ada halangan ketika kegiatan itu
berlangsung. Pokoknya selama penulis dalam keadaan sehat,
penulis selalu berusaha untuk bisa andil dan ikut berpartisifasi
dalam kegiatan mingguan tersebut. Kagiatan muhadloroh
biasanya dilakasanakan pada tiap malam minggu di masing-
masing asrama. Artinya, santri putra melaksanakan
muhadhoroh di asrama putra, sedangkan untuk santri putri
melaksanakan muhadhoroh di asrama putri. Kegiatan
muhadhoroh merupakan salah satu kegiatan yang sangat
penulis senangi. Karena melalui kegiatan tersaebut, mental
penulis kian teruji dan tersingkirlah rasa kurang percaya diri

Auto Biografi Rohmanita Page 22


ketika berada di hadapan jamaah (orang banyak). Jadi, melalui
kegiatan tersebut, mental setiap santri benar-benar diuji
sehingga pada akhirnya penulis meraskan satu kenikmatan
dan rasa percaya diri ketika berhadapan dengan orang banyak.

Kegiatan yang selanjutnya adalah kegiatan yang dilakukan


setiap satu bulan sekali, kegiatan muhadhoroh bulanan.
Muahdhoroh bulanan biasanya dilakukan di asrama putri
dengan menggabungkan antara santri laki-laki (mukimin) dan
santri perempuan (mukimat). Biasanya pelaksanaan
muhadhoroh bulanan lebih meriah dibanding dengan
muhadhoroh mingguan. Hal itu disebabkan para peserta
muhadhoroh yang terdiri dari dua unsure (mukimin dan
mukimat). Dan sulit dinafikan bahwa mukimin dan mukimat
akan lebih merasa semangat dan bergairah ketika kegiatan
tersebut melibatkan keduanya. Kenyataan itu penulis akui dan
sadari sejak awal penulis hingga saat ini.

Kemudian selain kegiatan harian, mingguan, dan bulanan


sebagaimana yang telah penulis ungkapkan di atas, masih ada
lagi kegiatan yang diselenggarakan di pondok pesantren, yaitu
kegiatan tahunan. Kegiatan tahunan yang diadakan di pondok
pesantren seperti perayaan mauliid nabi, peringatan isra
mi’raj, peringatan tahun baru Islam, dan lain sebagainya.
Penulis selalu melibatkan diri untuk ikut serta dalam kegiatan
tahunan yang diselenggarakan oleh pondok pesantren. Hal
yang cukup menarik dalam mengikuti kegiatan tahunan adalah
pada acara peringatan tahun baru Islam. Karena dalam acara
tersebut penulis beserta para santri yang lain (mukimin dan
mukimat) mengerahkan segala kreatifitas untuk
mempersembahkan yang terbaik untuk kemeriahan acara
peringatan tahun baru Islam tersebut.

Auto Biografi Rohmanita Page 23


Dari sisi kegiatan yang penulis ikuti di pondok pesantren,
penulis banyak menemukan banyak pengalaman yang
berharga untuk dibawa ke kehidupan masa depan. Sebenarnya
masih banyak jenis kegiatan yang telah menjadi program
pesantren, namun penulis tidak mengungkapkan semua.
Mudah-mudahan yang penulis telah ungkapkan di atas, cukup
sedikit mewakili dan memberi gambaran tentang kegiatan
yang pernah penulis ikuti selama tinggal di pondok pesantren
Al-Haniifiyyah.

3. Sekilas Kenangan dalam Pesantren

Dalam bagian ini penulis ingin mengungkapkan beberapa


pengalaman dan kenangan (pahit maupun manis) yang selalu
penulis ingat hingga saat ini. Walaupun penulis tidak akan
mengungkapkan semua pengalaman yang sempat dialami oleh
penulis, namun penulis yakin bahwa hal itu cukup representatif
untuk mengetahui pengalaman penulis selama tinggal di
pondok pesantren Al-Haniifiyyah.

Penulis merasa sangat canggung dan kurang percaya diri


ketika pertama kali berada dalam lingkungan pesantren.
Secara cultural, bahasa penulis agak berbeda dengan bahasa
para santri yang menggunakan bahasa Betawi. Sedangkan
bahasa yang biasa digunakan oeh penulis adalah bahasa haji
(bahasa asli Pelembang). Oleh karena itu, penulis masih perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Terkadang teman-
teman santri sedikit heran dan merasa ada yang aneh dengan
logat/bahasa penulis. Butuh beberapa waktu bagi penulis untuk
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, khususnya masalah
bahasa. Dan Alhamdulillah, seiring dengan perjalanan waktu,
penulis pun akhirnya mampu untuk menyesuaikan bahasa
dengan bahasa setempat, yaitu bahasa Betawi.

Auto Biografi Rohmanita Page 24


Beberapa saat proses belajar di pondok pesantren pun
berlangsung. Penulis dan para santri dipertemukan dengan
saat-saat yang menegangkan, mengesankan, dan bahkan
menyedihkan bagi penulis. Ihtifalan, merupakan moment
yang selalu dinantikan oleh seluruh santri. Saat itu merupakan
ihtifalan pertama bagi penulis. Belum banyak gambaran bagi
penulis tentang ihtifalan. Namun pada saatnya, penulis pun
dapat merasakan hari-hari ihtifalan di pondok pesantren.

Bagi penulis, hal itu memang manjadi kisah yang


menyedihkan. Kesedihan hadir bukan karena penulis tidak naik
kelas atau memperoleh nilai yang kurang baik, akan tetapi
penulis merasa sedih karena ketika itu tidak ada satu pun dari
keluarga/wali penulis yang hadir menyaksikan acara ihtifalan.
Penulis hanya bisa besedih dan menitihkan air mata dalam
kesendirian. Harapan penulis untuk dihadiri oleh keluarga dari
Palembang hanyalah sebuah harapan semu. Akkhirnya, di
tengah kegembiraan dan kebahagiaan para santri yang saat itu
dapat bercengkerama dengan keluarganya, penulis hanya bisa
larut dalam kesedihan. Kesedihan penulis saat itu pun ternyata
terobati dengan kesadaran penulis sendiri akan arti dari
sebuah perjuangan dalam menuntut ilmu. Walau dalam
kesendirian, penulis harus tetap tegar dan tabah menjalani
semua itu. Karena penulis yakin, di balik semua kesedihan dan
perjuangan yang penulis lalui pasti ada buah yang kelak akan
penulis petik.

Hari demi hari penulis lalui dengan penuh semangat dan


percaya diri. Keakraban penulis dengan para santri (mukimin
dan mukimat) pun semakin terpupuk. Sehingga pada suatu
ketika penulis dikejutkan dengan peristiwa yang berkesan dan
sulit untuk dilupakan. Ternyata tingkat solidaritas para santri
sangat tinggi. Hal itu sangat terasa ketika penulis ulang tahun.
Penulis sangat bersyukur karena, walaupun sendiri, ternyata

Auto Biografi Rohmanita Page 25


banyak yang memberi perhatian kepada penulis. Penulis pun
tidak tahu apa motif dari mereka melakukan semuanya. Yang
jelas, penulis sangat bangga dan bahagia ketika berada di
tengah-tengah mereka. Hampir tiap tahun, ketika tiba saatnya
hari ulang tahun, penulis selalu dikejutkan oleh teman-teman
santri. Kejadian yang cukup mengesankan adalah ketika
penulis mulai duduk di kelas IV (empat). Ketika itu, hari ulang
tahun penulis dirayakan dengan penuh kejutan. Ternyata,
tanpa penulis menduga sebelumnya, penulis langsung diguyur
dengan dengan air comberan. Penulis sempat terkejut dan
sedikit ada perasaan jengkel kepada pelaku. Namun ketika
penulis sadar bahwa hari itu adalah hari ulang tahun penulis,
rasa jengkel, kesal pun cepat segera tersingkir sehingga yang
hadir hanyalah perasaan gembira dan terharu.

Selain itu, penulis ingin mengungkapkan suatu pengalaman


yang tak kalah berkesan. Ketika duduk di kelas V (lima),
penulis sempat mengalami kasus. Yaitu ketika penulis diajak
oleh seseorang yang sudah cukup dekat dengan penulis untuk
pergi menghadiri acara pesta pernikahan salah seorang teman
di Karawang. Setelah beberapa hari, akhirnya kajadian itu
sampai diketahui oleh pihak pengurus pesantren sehingga
penulis dipanggil dan disidang. Penulis pun menyadari bahwa
hal itu merupakan suatu kesalahan dan pelanggaran terhadap
peraturan pondok pesantren. Sebenarnya, penulis tidak
bermaksud melanggar peraturan pesantren dan
meremehkannya. Penulis beranggapan hal itu dapat dimaklumi
oleh pihak pesantren. Akan tetapi, ternyata pihak pesantren,
khususnya bagi pengurus saat itu, menganggap bahwa apa
yang telah dilakukan oleh penulis termasuk pelanggaran yang
harus mendapat sanksi. Dengan penuh kesadaran, penulis pun
mengakui dan menjadikan kejadian itu sebagai pelajaran yang
berharga.

Auto Biografi Rohmanita Page 26


Sebenarnya masih banyak pengalaman dan kenangan yang
masih ingin penulis curahkan dalam kesempatan penulisan
autobiografi ini. Namun dengan keterbatasan waktu yang
penulis miliki serta target pengumpulan tugas ini, maka
dengan rendah hati penulis tuntaskan sampai disini. Semoga
beberapaa pengalaman dan kenangan yang penulis sempat
curahkan dalam penulisan autobiografi ini dalam representatif
untuk dijadikan motivasi, khususnya bagi penulis maupun
pembaca.

4. Target Menempuh Pendidikan di Pesantren

Dalam hidup di dunia, setiap insan harus mumpunyai


target dan tujuan. Karena tanpa adanya target dan tujuan,
maka arah perjuangan seseorang tak akan menentu. Oleh
karena itu target dan tujuan harus selalu ada dalam setiap
langkah perjuangan manusia. Penulis juga mempunyai target
dan tujuan dalam menempuh pendidikan di pondok pesantren
Al-Haniifiyyah.

Sejak awal keberangkatan penulis menuju Pesantren di


Bekasi, penulis telah menanamkan tekad yang bulat untuk
meraih cita-cita dan kehidupan yang bahagia di masa depan.
Penulis sangat sadar dan mengerti bahwa kunci utama untuk
mencapai itu semua hanyalah dengan ilmu. Oleh karena itu,
dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, penulis selalu
berusaha untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Dunia pesantren merupakan suasana baru bagi penulis. Hal


tersebut karena sejak kecil, penulis hanya hidup dalam
lingkungan yang tidak jauh dari keluarga. Sebagaimana yang
telah penulis ungkapkan di awal bahwa penulis menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di dekat lingkungan keluarga.

Auto Biografi Rohmanita Page 27


Begitu pula ketika penulis menempuh pendidikan tingkat
lanjutan pertama atau SLTP yang letaknya juga tidak jauh dari
kediaman penulis.

Kehidupan penulis yang sederhana dan kurang


berkecukupan, memotivasi penulis untuk selalu berjuang
mencapai cita-cita dan menggapai masa depan yang
cemerlang. Apalagi keberangkatan penulis ke pondok
pesantren masih diwarnai dengan suasana kesedihan karena
ditinggal oleh orang tua tercinta. Harapan dan cita-cita
senantiasa tertanam dan terukir dalam jiwa penulis sepanjang
menempuh pendidikan di pondok pesantren Al-Haniifiyyah.
Penulis hanya ingin memperoleh ilmu yang bermanfaat dan
bekal pengalaman yang cukup untuk bekal dalam menempuh
kehidupan mendatang. Kebanggaan dan doa orang tua adalah
energi terbesar yang mampu menggerakkan penulis untuk
maju dan terus berjuang.

BAB IV

PENUTUP

Auto Biografi Rohmanita Page 28


A. Pesan dan Kesan

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menorehkan sedikit


pesan untuk para pembaca yang budiman tentang arti dari
sebuah komitmen. Seseorang yang ingin memperoleh kesuksesan
dan kemudahan serta mampu mencapai target hidup, maka harus
dimulai dari sebuah komitmen yang kuat. Karena dari sanalah
segala target yang telah ditetapkan akan mudah diraih. Komitmen
yang kuat, tekad yang bulat, serta niat yang mantap harus
senantiasa dipelihara agar proses yang ditempuh untuk mencapai
tujuan dapat berjalan dengan mulus dan lancar. Oleh karena itu,
penulis hanya dapat menitipkan pesan kepada siapa pun
terutama adik-adik penulis agar berani berkomitmen demi masa
depan yang cemerlang.

Terlalu banyak kesan keindahan yang pernah dirasakan


selama penulis berada di pondok pesantren Al-Haniifiyyah. Penulis
bangga dan merasa bahagia selama bergaul dengan teman-
teman santri di pesantren Al-Haniifiyyah. Begitu banyak kenangan
terindah yang tertanam dalam lubuk hati penulis hingga nyaris
memenuhi memory penulis. Kebersamaan dalam suka dan duka
menjadi kesan terindah yang tak kunjung sirna.

B. Harapan dan Doa

Dari sekian banyak kenangan dan pengalaman yang telah


didapatkan, penulis hanya mampu memberikan sedikit harapan
dan doa semoga para pejuang tanpa tanda jasa yang dengan
keikhlasan dan ketulusannya memberikan penulis bekal berharga,
senantiasa diberikan keberkahan dan kemudahan dalam
menjalani kehidupan. Kemudian juga untuk pondok pesantren
yang tercinta, semoga kian hari kian maju dan berkembang
seiring dengan perkembangan zaman.

Auto Biografi Rohmanita Page 29


Auto Biografi Rohmanita Page 30

Anda mungkin juga menyukai