Anda di halaman 1dari 10

DESENTRALISASI ASIMETRIS masalah otonomi.

"Semua pekerjaan daerah, tapi


Reading overview sumber daya ada di pusat. Ini tidak kompatibel,"
katanya. Dalam kesempatan itu, Cornelis juga
Compilation articles from websites mendesak DPR untuk mengevaluasi kebutuhan
perubahan paradigma otonomi. (Humas
UGM/Gusti Grehenson)

dari http://www.ugm.ac.id/index.php?
Tidak Ada Desain Desentralisasi
page=rilis&artikel=2536 tanggal 29 januari 2011
Asimetris di Indonesia.
________________________________________
Pemberlakuan desentralisasi yang simetris
(seragam) dengan adanya Undang-Undang OTONOMI KHUSUS BALI DAN
Otonomi Daerah disebabkan pemerintah tidak
DESENTRALISASI ASIMETRIS
memiliki desain desentralisasi asimetris untuk
diterapkan di daerah. Kalaupun desain itu ada, BY WEBMASTER – JUNE 1, 2009 POSTED IN:
lebih disebabkan oleh tuntutan dari daerah SEKILAS INFO
tertentu akibat munculnya berbagai
permasalahan dan ancaman disintegrasi. Oleh : Drs. I Made Suantina, M.Si.

Riset yang dilakukan Jurusan Ilmu Pemerintahan, Wacana dan perjuangan tentang Otonomi Khusus
Fakultas Isipol UGM, menemukan adanya praktik Bali hampir ditelan oleh hingar-bingarnya
otonomi dan kekhususan di beberapa daerah, aktivitas politik menjelang Pemilu 9 April 2009,
antara lain, di Aceh, Batam, DKI, DIY, Kalimantan dan juga padatnya ritual perayaan Hari Raya
Barat (Kalbar), dan Papua. ?Penerapan Umat Hindhu (Galungan, Nyepi, dan Kuningan)
desentralisasi asimetris itu sangat tergantung serta persiapan Karya Panca Bali Krama di Pura
pada kekuatan leadership (kepemimpinan), Agung Besakih. Bahkan Politisi asal Bali yang saat
bahkan capaian politik sangat ditentukan oleh ini duduk sebagai Anggota DPR-RI dan DPD-RI
kekuatan figur dan lobi politik,? ujar salah satu lebih banyak disibukkan oleh kegiatan kampanye
anggota tim riset, Dr. Abdul Gaffar Karim, Rabu mencari dukungan untuk masa jabatan
(24/2), dalam Seminar Desentralisasi Asimetris berikutnya. Sementara itu disadari atau tidak
untuk Indonesia di Gedung PAU lantai 3. perjuangan untuk mewujudkan Otonomi Khusus
Bali benar-benar berpacu dengan waktu, karena
Gaffar mencontohkan munculnya kewenangan sebentar lagi Masa Bhakti Anggota DPR RI dan
desentralisasi khusus di daerah pada awalnya DPD-RI periode 2004-2009 akan segera berakhir.
dilakukan oleh tokoh, antara lain, Teuku Daud
Beureuh dan Hasan Tiro di NAD, Ali Sadikin dan Informasi terakhir yang saya dengar bahwa
Sutiyoso di DKI, HB IX di DIY, serta Sultan Hamid II perjuangan Pemerintah Provinsi Bali untuk
di Kalbar. ?Orang-orang ini mengawal memperoleh status Otonomi Khusus sudah
desentralisasi asimetris,? jelasnya. sampai pada tahap pengajuan usulan tertulis
kepada Pemerintah Pusat. Bahkan usulan
Kendati demikian, penerapan desentralisasi tersebut sudah masuk dalam PROLEGNAS
asimetris masih terhambat oleh persoalan (Prioritas Legislatif Nasional) di DPR-RI. Langkah
regulasi. Gaffar menyebutkan di Aceh, misalnya, selanjutnya, harapan kita adalah, usulan tentang
baru ada 3 Peraturan Pemerintah (PP) dari 7 PP Otonomi Khusus Bali tersebut agar dapat segera
yang diharapkan untuk menindaklanjuti UU diagendakan menjadi salah-satu materi
Otonomi Khusus. Sementara di Batam, belum ada pembahasan dalam persidangan DPR-RI masa
satu pun PP yang dikeluarkan. Di samping itu, sidang Tahun 2009 ini, sebelum Masa Bhakti
tambah Gaffar, UU yang dikeluarkan oleh DPR Anggota DPR-RI Tahun 2004-2009 berakhir.
pun tidak konsisten satu sama lain. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah,
kesungguhan, keuletan, dan kemampuan para
Cornelis Lay, pakar politik UGM, mengatakan
Wakil Rakyat asal Bali yang saat ini sedang duduk
selama lima tahun terakhir dalam praktiknya ada
sebagai Anggota DPR-RI maupun DPR-RI untuk
tindakan pemerintah yang justru memperbesar
memperjuangkan usulan tersebut. Tahapan ini
jumlah pegawai di pusat untuk mengurusi
lebih bernuansa politik, karena lolos dan tidaknya
“Materi Usulan Otonomi Khusus Bali” menjadi muatan politik praktis dari salah-satu kekuatan
agenda pembahasan pada masa persidangan Partai Politik di Bali.
DPR-RI Tahun 2009 nanti sangat tergantung dari
kemampuan mereka mengadakan lobby atau Terlepas dari tarik-menarik kepentingan dalam
meyakinkan para pimpinan di DPR-RI sebagai dimensi politik seperti itu, saya memang sempat
agenda yang mendesak untuk dibahas. Atau mengintip mengenai esensi Otonomi Khusus Bali
boleh juga dikatakan sangat tergantung dari yang diusulkan tersebut yang konon didasari oleh
kemampuan para Politisi asal Bali itu untuk beberapa pemikiran, sebagai berikut :
mengangkat usulan itu sebagai salah-satu issu
Bahwa Bali secara geografis relatif kecil, sehingga
Nasional yang mendesak untuk diselesaikan
Otonomi Daerah yang ditempatkan di
pembahasannya.
Kabupaten/Kota akan memecah-belah keutuhan
Sebab jika “Materi Usulan Otonomi Khusus Bali” Bali sebagai satu-kesatuan geografis.
tidak menjadi agenda pembahasan dalam masa
Masyarakat Bali sebagai satu-kesatuan komunitas
persidangan DPR-RI Tahun 2009 maka saya agak
yang memiliki latar belakang budaya, agama, dan
khawatir usulan tersebut akan masuk dok.
tradiri yang relatif sama menjadi modal dasar
Bahkan akan kehilangan orginitasnya untuk
dalam membangun Bali secara utuh dalam satu-
dibahas oleh Anggota DPR-RI hasil Pemilu 9 April
kesatuan komunitas.
2009 nanti. Menurut hemat saya, strategi yang
paling pas adalah mendesak secara politik para Jika dilihat dari sudut pandang Budaya, Daerah
pimpinan di Pusat agar materi ini menjadi salah- Bali memiliki Bahasa dan Huruf yang sama, serta
satu agenda pembahasan pada masa persidangan memiliki kemiripan karakter sosial sehingga tidak
DPR-RI Tahun 2009 ini. Persoalan apakah ada alasan untuk mengkotak-kotakkan Bali dalam
pembahasannya nanti dapat dituntaskan pada tata pemerintahannya.
masa persidangan tahun ini atau tidak itu tidak
penting. Walaupun pembahasannya tidak tuntas, Potensi Pariwisata yang menjadi andalan PAD
namun akan menjadi keharusan bagi Anggota Kabupaten / Kota di Bali ternyata tidak merata,
DPR-RI hasil Pemilu Tahun 2009 untuk sehingga hal ini sering menjadi alat pemicu
menuntaskannya pada masa persidangan yang konflik antara Kabupaten/Kota yang satu dengan
akan datang. Sebaliknya, jika usulan tersebut yang lain. Timbul kecemburuan karena pajak yang
tidak masuk dalam agenda pembahasan pada diperoleh dari sector ini kemudian tidak dinikmati
masa persidangan DPR-RI Tahun 2009 ini, sekali secara adil dan merata oleh masyarakat
lagi, kemungkinan besar usulan yang telah Kabupaten/Kota di Bali.
menghabiskan anggaran biaya yang bersumber
dari APBD Bali jumlahnya puluhan Milyar itu akan Berangkat dari pemikiran seperti itu maka
kandas di tengah jalan. diusulkanlah konsep Otonomi Khusus Bali kepada
Pemerintah Pusat agar beberapa urusan
Rumusan Otonomi Khusus Bali pemerintahan yang sekarang masih menjadi
usrusan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk dapat
Bagaimana bentuk usulan yang diajukan oleh segera dialihkan kewenangannya menjadi
Pemerintah Provinsi Bali tentang Otonomi Khusus kewenangan Pemerintah Provinsi.
yang diperjuangkan di Tingkat Nasional tersebut ?
Memang tidak banyak yang tahu. Sekalipun Kewenangan yang dimaksud adalah menyangkut
usulan tersebut konon telah melalui beberapa urusan pemerintahan, yang meliputi antara lain :
kali tahapan pembahasan. Bahkan untuk
menyusun “Materi Usulan Otonomi Khusus Bali” 1. Urusan Pariwisata;
itu dibentuk Tim guna mempersiapkan hal itu.
2. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil;
Namun hasilnya terasa masih kurang
dan
disosialisakan. Sehingga spirit serta dukungan
dari seluruh masyarakat Bali terhadap usulan 3. Urusan Kebudayaan.
tersebut dirasa masih kurang maksimal. Bahkan
saking hambarnya, usulan itu sempat dituding Memang ketiga urusan tersebut sejak awal
sebagai usulan segelintir Elite saja, jika tidak mau menjadi urusan pangkal di hampir semua
disebut sebagai usulan yang penuh dengan Kabupaten / Kota di Bali. Itulah sebabnya secara
psikologis-organisasi nampaknya ketiga urusan Negeri (DEPDAGRI) maupun kalangan DPR,
tersebut belum iklas diserahkan oleh Kabupaten / bahkan kalangan Akademis dan NGO telah turut
Kota untuk menjadi urusan di Tingkat Provinsi. membuat rancangan draft perubahan UU : 32 /
Hal inilah yang kemudian saya maksudkan bahwa 2004 tersebut. Ada berbagai versi yang muncul
perjuangan Otonomi Khusus Bali belum mengenai rancangan draft yang baru ini,
mendapat dukungan secara penuh baik dari khususnya menyangkut penempatan Otonomi,
Jajaran Pemerintah Kabupaten / Kota dan juga misalnya :
dari sebagian masyarakat Bali. Dari beberapa
kalangan masyarakat Bali ada yang berpendapat 1. Departemen Dalam Negeri, dalam
bahwa, perjuangan mewujudkan Otonomi Khusus rancangan yang baru ini, konon akan menguatkan
Bagi Bali itu tidak penting, yang lebih penting posisi Gubernur sebagai wakil Pemeritah Pusat di
adalah upaya untuk mendapatkan porsi / jatah Daerah, dengan memberikan bekal kewenangan
alokasi dana/ anggaran yang lebih besar dari yang lebih besar. Sehingga diharapkan tidak lagi
Pemerintah Pusat untuk dijadikan modal para Gubernur merasa dilecehkan oleh para
membangun dan memelihara kekhasan / Bupati dan Wali Kota yang ada di Wilayahnya.
kekhususan yang dimiliki Bali, seperti pelestarian Bahkan dalam rancangan yang baru ini
Desa Pakraman, Khayangan Tiga, Subak, dll. kemungkinan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota
untuk dipilih langsung oleh rakyat akan
Demikianlah kira-kira usulan tersebut, bahwa dihapuskan.
esensi usulan Otonomi Khusus Bali hanya sebatas
menarik 3 (tiga) urusan pemerintahan yang saat 2. Opsi yang Kedua adalah kumpulan dari
ini ditangani oleh Pemerintah Kabupaten/Kota berbagai kalangan, yang kemudian dapat saya
untuk menjadi urusan Pemerintah Provinsi Bali. kelompokkan menjadi 4 (empat) pilihan, yaitu :
Sehingga jika dilihat dari materi usulan tersebut Pertama, Provinsi dan Kabupaten/Kota sama-
tidak perlu ada kekhawatiran atau kegelisahan sama dijadikan Daerah Otonom dengan batas-
dari Pemerintah Pusat bahwa Bali akan batas kewenangan yang jelas dan rinci. Kedua,
melakukan gerakan dis-intergrasi dalam menjaga Provinsi hanya menjadi Wilayah Administratif,
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sedangkan Kabupaten / Kota dijadikan Daerah
(NKRI). Usulan tersebut rasanya masih dalam Otonom. Ketiga, Provinsi dijadikan Daerah
batas-batas kewajaran dalam rangka meng- Otonom sedangkan Kabupaten / Kota hanya
efektifkan peran Pemerintah Daerah sebagai sebagai Wilayah Administratif saja. Dan yang
penyelenggara dan manajer guna mempercepat Keempat, adalah berangkat dari konsep
proses pembangunan di Bali. Desentralisasi Asimetris, yaitu memberikan
kebebasan kepada Daerah untuk menentukan
Desentralisasi Asimetris letak Otonomi-nya, apakah di Provinsi atau di
Kabupaten/Kota, disesuaikan dengan kebutuhan
Pengaturan sistem Pemerintahan Daerah yang Daerah yang bersangkutan. Itu artinya bahwa
sudah melewati tidak kurang dari 13 Undang- bentuknya tidak seragam (asimetris) antara
Undang sampai saat ini memang masih saja Daerah yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal
menyisakan masalah. Mulai dari sistem yang ini Pemerintah Pusat hanya sebagai fasilitator dan
sangat sentralistis (UU Nomor : 5 / 1974) sampai regulator kebijakan, khususnya menuangkan
dengan yang sangat longgar (UU Nomor : 22 / keinginan Daerah tersebut dalam Undang-
1999). Permasalahan yang muncul umumnya Undang yang kemudian dijadikan landasan bagi
pada porsi pembagian kewenangan baik antara Daeah dalam menyelenggarakan
Pemerintah Pusat dan Daerah, maupun antara pemerintahannya masing-masing.
pemerintah Provinsi dengan Kabupaten / Kota.
Karena porsi kewenangan ini berimplikasi Kesimpulan
terhadap hubungan keuangan serta hubungan
pengawasan. Pikiran saya, jika perjuangan Bali gagal untuk
meraih status “Otonomi Khusus” pada dekade
Setelah UU Nomor : 32 Tahun 2004 dipandang sekarang ini, katakanlah misalnya nanti usulan
tidak relevan lagi dengan tuntutan Otonomi Khusus yang sudah masuk dalam
perkembangan demokrasi penyelenggaraan PROLEGNAS tersebut tidak mampu diperjuangkan
birokrasi di Indonesia maka sudah ada wacana menjadi salah-satu materi pembahasan pada
lagi, baik dari kalangan Departemen Dalam masa persidangan DPR-RI Tahun 2009 ini, maka
jalan terakhir yang dapat ditempuh untuk DENGAN INI BERIKRAR:
mewujudkan Otonomi Khusus Bali adalah
berjuang agar dapat diberlakukannya azas A.Ketentuan Khusus
“Desentralisasi Asimetris” sebagai azas
1.Hari Absyar ditentukan pada hari kamis pukul
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di
18.00 wib sampai dengan hari jum’at pukul 18.00
Indonesia.
wib.
Karena dengan demikian Bali akan memiliki
2.Tidak dibenarkan main domino, koa, dan
kewenangan untuk menentukan format
sejenisnya mulai hari Kamis pukul 18.00 sampai
Pemerintahan Daerah-nya sendiri dan tinggal
dengan hari jum’at pukul 18.00 wib.
dimintakan pengesahan dari Pemerintah Pusat
dalam bentuk Undang-Undang. Melalui azas 3.Diharuskan Kamis malam membaca Alquran
Desentralisasi Asimetris inilah sebenarnya disetiap rumah dan tempat ibadah lainnya.
Pemerintah Pusat akan mengakomodir
keragaman serta kekhasan yang dimiliki oleh 4.Pada siang jum’at, jika keluar rumah diharuskan
masing-masing Daerah yang selanjutnya dapat berpakaian muslim/muslimah.
dijadikan kekuatan / modal dasar dalam
menopang keutuhan Negara Kesatuan Republik B.Ketentuan Umum
Indonesia. Upaya-upaya penyeragaman
1.Bagi siswa SD, SMP, SLTA, tidak diperbolehkan
(uniformitas) dalam tata pemerintahan di
keluar rumah, kecuali malam minggu dan hari
Indonesia nampaknya sudah semakin jauh dari
libur lainnya.
tuntutan praktek perkembangan demokrasi
birokrasi di Indonesia saat ini. Pemerintah Pusat 2.Dianjurkan kepada Pemuda Jorong untuk
harus lebih peka menangkap perkembangan ini mengadakan wirid remaja 2 x 1 bulan(setiap
sebelum wacana merubah bentuk Negara sabtu malam).
Kesatan menjadi Negara Federal mengemuka.
Karena keacuhan dan ketidakpekaan Pusat 3.Menggiatkan kembali PHBI (Peringatan Hari
terhadap fenomena ini akan mendorong sikap Besar Islam) dan diwaktu kegiatan kedai atau
frustasi Daerah dan bisa mengarah kepada warung dibuka setelah acara selesai.
prilaku dis-integrasi Nasional. -oOo-
4.Setiap pendatang ke Nagari Tujuah Koto Talago
Penulis : Staff Pengajar Jurusan Ilmu minimal 6 bulan harus mendaftar sebagai
Pemerintahan, FISIPOL, Universitas Warmadewa penduduk Tujuah Koto Talago (pakai KTP kecuali
Denpasar. pelajar)

dari 5.Menghimbau semua anak


http://www.warmadewa.ac.id/2009/otonomi- kemenakan/masyarakat nagari mulai waktu
khusus-bali-dan-desentralisasi-asimetris/ shalat Maghrib sampai dengan shlat Isya,
member siraman rohani dan pendidikan kepada
________________________________________ anak cucu, serta disarankan agar tidak
menghidupkan TV dan Radio atau sejenisnya
Sample - HABSYAR yang bersifat tidak menunjang pendidikan.
Habsyar atau hari adat basandi syarak. Diharapkan kepada seluruh masyarakat
Diresmikan pada tanggal 12 februari 2009 di Balai menjunjung tinggi kebulatan ini demi masa depan
Adat Nagari di Talago. Isinya merupakan anak cucu kita.
kesepakat Anak Nagari Tujuah koto Talago, isinya
sebagai berikut: Kami yang menyatakan:

KAMI ANAK NAGARI TUJUAH KOTO TALAGO 1.Ketua Pemuda : Putra Satria Veri
(NINIAK MAMAK, CODIAK PANDAI, ALIM ULAMO,
BUNDO KANDUANG, DAN PEMUDA) 2.Bundo Kanduang: Hj. Amdalisma
MELAKSANAKAN HABSYAR(HARI ADAT BASANDI
3.Ketua Muna: H. Asri Jamal, BA
SYARA’)
4.Niniak Mamak : 1. H.M Dt. Panduko Tuan
: 2. N. Dt. Karaiang kewenangan dalam relasi kelembangan dan posisi
gubernur/bupati/walikota beserta wakil.
: 3. Dt. Bosa Nan Elok Secara substansial perkembangan workshop
Regional Sulawesi-Maluku ini mampu
: 4. MR. Dt. Tan Marajo
memetakan problematika yang dihadapi dalam
5.Codiak Pandai Ketua Bamus: Drs. Adia Putra corak desentralisasi simetris yang ada
memberikan beberapa input yang substansial
6.Wali Nagari Tujuah Koto Talago: Drs. Hasbi terkait dengan desain desentralisasi asimetris
Zuhdi sebagai model yang secara konseptual
memberikan ruang desain kebijakan untuk
Dari facebook/habsyar tanggal 29 januari 2011 mengangkat inovasi – inovasi lokal, politik
managerial daerah dan pembagian kewenangan
________________________________________
bagi provinsi serta posisi gubernur.
PROGRAM CSO USAID – Sulawesi I. RINGKASAN
Maluku Sesuai dengan rencana kerja Program CSO
Desentralisasi Asimetris Forum, aktivitas pada Bulan Januari
adalah penyiapan, pelaksanaan, dan evaluasi
I. RINGKASAN kegiatan Workshop Regional Sulawesi-Maluku-
Maluku. Workshop regional ini merupakan
Sesuai dengan rencana kerja Program CSO rangkaian terakhir dari putaran workshop
Forum, aktivitas pada Bulan Januari regional. Workshop regional ini merupakan
adalah penyiapan, pelaksanaan, dan evaluasi wahana untuk memperkaya pandangan yang
kegiatan Workshop Regional Sulawesi-Maluku- muncul dalam Regional Sulawesi-Maluku tentang
Maluku. Workshop regional ini merupakan instrumentasi desentralisasi selama ini
rangkaian terakhir dari putaran workshop dan ruang perubahannya.
regional. Workshop regional ini merupakan Beberapa masukan penting dalam workshop ini
wahana untuk memperkaya pandangan yang menyangkut isu pendetailan konsep
muncul dalam Regional Sulawesi-Maluku tentang desentralisasi asimetris pada level
instrumentasi desentralisasi selama ini kabupaten/kota, bagaimana menjawab
dan ruang perubahannya. kebutuhan
Beberapa masukan penting dalam workshop ini perubahan model dan penajaman kewenangan
menyangkut isu pendetailan konsep sekaligus deseminasi awal tentang model
desentralisasi asimetris pada level desentralisasi asimetris, keluasan dan kedalaman
kabupaten/kota, bagaimana menjawab urusan provinsi dan kabupaten serta
kebutuhan posisi gubernur dan bupati-walikota beserta
perubahan model dan penajaman kewenangan wakil.
sekaligus deseminasi awal tentang model II. DESKRIPSI AKTIVITAS
desentralisasi asimetris, keluasan dan kedalaman A. RINGKASAN KEGIATAN
urusan provinsi dan kabupaten serta Workshop Regional Sulawesi-Maluku
posisi gubernur dan bupati-walikota beserta dilaksanakan selama dua hari, tepatnya pada
wakil. tanggal 5-6 januari 2009 di Makasar. Workshop
ini secara substansi membahas
II. DESKRIPSI AKTIVITAS perkembangan isu yang berkembang di lapangan
A. RINGKASAN KEGIATAN tentang kewenangan provinsi dan
Workshop Regional Sulawesi-Maluku kabupaten/kota di Regional Sulawesi-Maluku,
dilaksanakan selama dua hari, tepatnya pada bagaimana kedalaman dan keluasan
tanggal 5-6 januari 2009 di Makasar. Workshop kewenangan dalam relasi kelembangan dan posisi
ini secara substansi membahas gubernur/bupati/walikota beserta wakil.
perkembangan isu yang berkembang di lapangan Secara substansial perkembangan workshop
tentang kewenangan provinsi dan Regional Sulawesi-Maluku ini mampu
kabupaten/kota di Regional Sulawesi-Maluku, memetakan problematika yang dihadapi dalam
bagaimana kedalaman dan keluasan corak desentralisasi simetris yang ada
memberikan beberapa input yang substansial Workshop ini dimulai dengan memaparkan
terkait dengan desain desentralisasi asimetris evaluasi terhadap model desentralisasi
sebagai model yang secara konseptual yang diterapkan di Indonesia. Evaluasi
memberikan ruang desain kebijakan untuk menghasilkan bahwa corak desentralisasi belum
mengangkat inovasi – inovasi lokal, politik mampu menjembatani kebhinekaan yang
managerial daerah dan pembagian kewenangan merupakan karakter lokalitas, desain
bagi provinsi serta posisi gubernur. desentralisasi yang menjawab tantangan
eksternal, outward looking design, dan
belum mampu mendesain kebijakan untuk management konflik. historisnya, kemampuan
mengelola masalah kegagalan mekanisme daerah ditopang oleh inovasi pemerintah
management pemerintah dalam level nasional daerah dalam mensiasati pagar regulasi yang
dan lokal. Desain yang ditawarkan pusat telah dikembangkan pusat akan tetapi inovasi
dengan otonomi seluas-luasnya bagi daerah ini lahir sebagai bentuk siasat bukan desain
belum dibarengi dengan akses bagi daerah kebijakan desentralisasi. Oleh karenanya dalam
untuk mempengaruhi kebijakan nasional. Pendek konteks desain, desain desentralisasi asimetris
kata, Grand desain nasional tentang diagendakan untuk menjadi model yang
desentralisasi masih menjadi persoalan dan memungkinkan bagi menjembatani kebijakan
pertanyaan besar masing-masing peserta yang inovatif dari inisiasi lokal, atau evidence
dalam workshop Regional Sulawesi-Maluku ini. based policy.
Bagi daerah, nomenklatur kewenangan Jika model desentralisasi asimetris masih menjadi
dipaksakan oleh pusat, oleh karenanya sering cita-cita, penataan managerial
muncul konflik kelembagaan maupun tumpang politik dengan siasat terhadap implementasi PP
tindih substansi dan mekanisme 27/2007 dan PP 41/2007, (corak
pengelolaan kewenangan, terutama dalam sentralisasi kembali), membutuhkan kedetilan
penataan sumberdaya yang secara inhern dalam membaca keluasan dan kedalam
tidak bisa tersekat-sekat i.e. sumber daya laut. masing-masing kewenangan dan urusan provinsi
Konflik kewenangan, pusat dengan dan kabupaten/kota. Dalam diskusi yang
daerah, pada dasarnya bersumber dari nalar berkembang, membahas peran provinsi dalam
kebijakan pusat Pemerintah pusat dalam menjembatani kedalaman dan keluasan ini.
menarik ulang kewenangan pemerintah daerah Eksplanasi terhadap kedalam dan keluasan
menyangkut SDA sebagai lahan basah. provinsi memunculkan beberapa point
Disamping itu, secara horizontal antar daerah substansial sebagai berikut;
juga mengalami konflik kewenangan
dalam perebutan SDA yang belum jelas (1) pilihan model desentralisasi dengan
pengaturan pola kerjasama semisal dalam memaparkan corak desentralisasi asimetris
sumber daya laut daerah, sengketa pengelolaan sebagai kritik model dalam instrumentasi
pertambangan di daerah dan konflik desentralisasi simetris yang kurang sensitif
kelembagaan karena perbedaan orientasi dan terhadap persoalan kebhinekaan dalam bingkai
sikap politis terhadap pertambangan, NKRI.
sengketa urusan pertahanan. Kemudian,
celakanya, kerangka regulasi dalam UU (2) desain desentralisasi selama ini diperkaya
32/2004 dan PP dipahami dalam kerangka dengan inovasi pemerintah daerah untuk
struktur birokrasi yang masih sentralistik. mensiasati pagar regulasi yang telah
Disamping itu, problematika penataan dikembangkan pusat (cermin mengapa Orde Baru
kewenangan daerah pada hakekatnya tidak bisa exist di daerah) akan tetapi inovasi ini lahir
diseragamkan, mengingat lokalitas yang berbeda sebagai bentuk siasat bukan desain
maupun konflik sosial yang melanda kebijakan desentralisasi. Tantangannya
dan berakibat bagi instabilitas sistem kemudian, adalah memunculkan desain
pemerintahan daerah, i.e Maluku Utara dan desentralisasi yang adaptif terhadap inovasi
Maluku mengalami masalah penetaan organisasi daerah. Dalam regulasi nasional,
pemerintah dan kewenangan desentralisasi asimentris diagendakan beriringan
ii. Bagaimana kedalaman dan keluasan dari dengan kemampuan daerah dan
masing-masing kewenangan tersebut nasional untuk mencipta model yang akomodatif
dihadapkan dengan relasi kelembagaan ? dalam kebijakan yang inovatif dari
inisiasi lokal, atau evidence based policy. (6) fungsi pemerintah daerah dalam management
resiko. Kemampuan management
konflik diemban oleh pemerintah daerah dan
(3) Kemudian dalam locus desentralisasi yang pemerintah pusat untuk mengelola konflik
telah berkembang, politik managerial bersama dan bekerja secara antisipatif, reaktif,
seperti apa yang semestinya dibingkai untuk kuratif.
menempatkan posisi dan kedudukan
provinsi. Dalam desain sekarang, provinsi menjadi (7) Sentral dari kewenangan gubernur seperti
simpul dari wakil pemerintah pusat dalam diskursus yang telah berkembang,
di daerah dan simpul otonomi. Simpul ini menjadi berjalan seputar pada perihal pembinaan dan
complicated beserta batasan-batasan pengawasan, koordinasi pembangunan
berdasarkan fungsi yang harus diemban provinsi bagaimana mengontrol pemilihan unit-unit
dalam relasi kedalam dan keluasan pelayanan departemen teknis di daerah,
dengan kabupaten dan kota. Forum dalam poros penunjukkan pejabat vertical di daerah,
workshop ini berupaya untuk memperjelas pembinaan pengawasan bidang
(a) domain kewenangan gubernur, (b) domain kepegawaian, penentuan SPNMNSPK, akslerasi
kewenangan daerah otonom provinsi. (c) kepentingan strategis nasional regional
urusan wajib dan urusan pilihan provinsi dan dan provinsi.
mekanisme penentuan, (d) urusan wajib
dan pilihan provinsi yang bersinggungan dengan i. posisi dan kewenangan
persoalan lintas kabupaten/kota. gubernur/bupati/walikota dan wakil.
Usulan dari peserta memunculkan bahwa Posisi gubernur dalam workshop ini pada
Keluasan dibangun berdasar atas kewenangan substansinya tidak menolak model integrated
yang melekat dalam urusan-urusan wajib(core perfectoral system dimana fungsi gubernur
competence) daerah untuk melayani memegang dualistic fungsi sebagai wakil
secara minimum (SPM) warga masyarakat. pemerintah daerah (dekonsentrasi) dan kepala
daerah otonom (desentralisasi).
(4). Kewenangan provinsi yang bersifat khusus Walaupun demikian, diperlukan upaya untuk
karena pertimbangan geopolitik, politik memperjelas kewenangan gubernur,
perbatasan, dll untuk menjamin representasi sistem check and balances, pola rekruitmen dan
kepentingan nasional di daerah, semisal leadership serta kejelasan bentuk
daerah perbatasan, corak kepulauan, dll di hubungan antara kepala daerah dengan wakil
Sulawesi Utara, Maluku. kepala daerah dalam konteks untuk
stabilitas pemeritahan termasuk aturan pasangan
(5) kewenangan provinsi sebagai wujud dari dalam pilkada.
representasi pengembangan regional,
regional development. Kewenangan provinsi yang C. DAMPAK DAN ANALISIS
melekat seiring dengan ini adalah Sebagaimana disebutkan dalam proposal
adanya kapasitas intermediary yang dijalankan Program CSO Forum, maksud dan tujuan
provinsi untuk menyambungkan antara program meliputi: (1) Melakukan identifikasi
pusat dan kabupaten/kota. Oleh karenannya persoalan-persoalan terkait dengan hubungan
perlu ada mungkin bagi gubernur untuk kewenangan/pembagian urusan provinsi–
melakukan itu reward, untuk memberikan kabupaten/kota (2) Merumuskan peluangpeluang
insentif pada daerah-daerah supaya bisa yang bisa dikembangkan untuk membangun pola
memperkuat kemampuannya akslerasinya dalam hubungan
pembangunan regional dengan kewenangan/pembagian urusan provinsi–
intervensi finansial. Gubernur punya kemampuan kabupaten/kota yang lebih masuk akal; (3)
realokasi dari dana-dana dekonstrasi Merumuskan rekomendasi bagi penataan
yang sudah ada dan melakukan punishment hubungan kewenangan/pembagian urusan
kebijakan provinsi semisal dalam review provinsi–kabupaten/kota sebagai input atas
kebijakan daerah, evaluasi, pengesahan APBD, proses perubahan UU otonomi yang saat ini
tata ruang dan sistem perencanaan. tengah digodok; dan (5) Membangun jaringan
advokasi bagi penyempurnaan UU
Pemerintahan Daerah.
Dalam pencapaian tersebut telah menghasilkan kita sebut itu yaitu lebih tepatnya dikatakan
point-point penting yang khas terkait sebagai pemerintahan di negeri Minangkabau.
dengan konteks Sulawesi dan Maluku. Semisal Pemerintahan Minangkabau menggunakan
karakteristik kerjasama antara daerah dalam sistem yang lebih berpusat kepada kebebasan
nomenklatur kepulauan, fungsi management individu yang lebih professional dalam artian
resiko dan inovasi bagi penyelenggaraan tidak mengenal sistem feodalisme. Jadi setiap
urusan wajib dan pilihan dengan mengambil core orang punya kesamaan derajat yang bisa
kewenangan provinsi yang lebih masuk didapatkan secara inklusif. Pemerintahan itu
akal dalam mengelola regional development dan disebut adalah pemerintan Nagari.
kabupaten/kota yang lebih memfokuskan
diri pada public services delivery. Walaupun Tapi pada pemerintahan Orde Baru yang bersifat
demikian, concern terhadap kapasitas sentralistik telah memasung suara hati nurani
pemerintah daerah perlu ditekankan seiring rakyat dan mematikan keragaman sosio kultural
dengan instabilitas politik daerah konflik dan dan adat istiadat bangsa Indonesia. Desa dan
konflik SDA. Dalam saling memperkuat kapasitas Pemerintahan Desa berdasarkan UU No. 5/1979
daerah, pengembangan skema kerjasama telah kehilangan jati dirinya.
antar daerah dimungkinkan terjadi. Kemudian,
“Perubahan nagari ke desa dan kemudian
monitoring dan evaluasi terkait dengan
kembali ke nagari bukan hanya sekadar
pelaksaan proses workshop ini dimungkinkan
perubahan nama, tetapi juga sistem, orientasi,
dengan mengelola proses jejaring advokasi
dan filosofinya,” tandasnya. Mochtar Naim
kebijakan dengan universitas – universitas di
menjelaskan, antara nagari dan desa bukan hanya
Sulawesi yang telah terbentuk.
terdapat gambaran dikotomis, tetapi juga
sekaligus polaristis dari dua sistem dengan dua
III. KEMAJUAN TERHADAP MAKSUD DAN TUJUAN
kutub filosofi yang berbeda. Dengan nagari, dia
PROGRAM
adalah lambang mikrokosmik dari sebuah tatanan
Kemajuan terhadap maksud dan tujuan program
makrokosmik yang lebih luas. Dalam dirinya ada
telah diperkaya dengan
sistem yang memenuhi persyaratan dari sebuah
mengembangkan sistem kerjasama pelaksaan
“negara”.
workshop Sulawesi dengan melibatkan mitra
lokal. Skema workshop Regional Sulawesi-Maluku Oleh karena itu, nagari juga adalah “negara”
merupakan pelaksanaan terakhir dari dalam artian miniatur. Dengan ini sebagai
rangkaian workshop regional. “republik-republik kecil” yang sifatnya self
Sejauh ini, belum diperlukan perubahan desain contained, otonom, dan mampu membenahi diri
dalam pelaksanaan dan tindak lanjut sendiri.
workshop kedepan. Hasil dari keseluruhan
workshop lokal dan regional telah memperkaya Setelah runtuhnya rezim Orde Baru, timbul
konteks dan menajamkan substansi yang sebuah eforia untuk mereformasi kembali
diperlukan dalam revisi UU otonomi daerah birokrasi yang sudah terpenetrasi dengan KKN
32/2004 dan PP 27/2007 dan PP 41/2007. yang tidak bisa lagi untuk memberikan sebuah
kemakmuran bagi rakyat. Di sisi lain pemerintah
Dari PLOD CSOs Forum Monthly Report -Januari yang sudah digantikan dengan bentuk reformasi,
2009 yang banyak para pengamat politik mangatakan
hanya berganti dengan baju luarnya saja, atau
________________________________________
tidak secara menyeluruh berganti birokrasinya
PROLOG mulai meredamkan suasana daerah, yakni pada
pemerintahan dibawah Presiden Habiebie ia
Asal tahu saja bahwa pemerintahan di Sumatera mulai memberikan kelonggaran dengan
Barat lebih merdeka di dalam adatnya dimana menggodok RUU tantang otonomi daerah. Dan
setiap daerah punya wewenangnya sendiri untuk sehingga Pemerintah Reformasi harus menata
memerintah daerahnya sendiri, oleh karena itu ulang secara keseluruhan sistem pemerintahan,
titpikal dari pemerintahannya lebih menjurus terutama Pemerintahan Daerah dan
kepada penyuluhan kepada masyarakatnya untuk Pemerintahan Desa. UU No. 22/1999 adalah
mengajarkan sistem demokrasi yang lebih salah satu di antara kebijakan untuk menata
manusiawi pada masanya. Pemerintahan yang kembali sistem Pemerintahan Daerah yang
sekaligus juga membuka peluang bagi masyarakat dihapus dari kamus pemerintah. Dengan
desa untuk menentukan bentuk pemerintahan perkataan lain, pemerintah tidak lagi mengakui
yang terendah sesuai dengan sosio kultural dan adanya nagari. Padahal menurut penjelasan pasal
adat istiadat setempat. 18 UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah
dinyatakan bahwa ada 250 Zelbesturende
Untuk itu maka setiap daerah mencoba kembali Lanschappen dan Volksgemeenschappen di
mencari inisiatif untuk mengembalikan Indonesia seperti nagari di Minangkabau, dusun
pemerintahan yang benar-benar demokrasi. dan merga di Palembang dan desa di Jawa dan
Maka Sumatera Barat tidak urung juga merombak Bali. Semuanya itu harus dihormati hak asal-
pemerintahan dalam daerahnya setalah usulnya dan mempunyai hak-hak istimewa. UUD
ditetapkannya UU tentag otonomi daerah pada 1945 (konstitusi) mengakui keberadaan Nagari.
tahun 1999, maka Sumatera Barat menggalakan Jadi di negara ini, Undang-Undang yang dibuat
kembali pemerintahan yang dulu pernah jaya di pemerintah dapat
Minangkabau ini, yaitu pemerintahan Nagari. mengalahkannkonstitusiNnegara.
Yang ditetapkan pada Peraturan Daerah Propinsi
Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Nagari-nagari ini dahulunya tersebar di seluruh
Ketentuan Pokok-pokok Pemerintahan Nagari Konfederasi Minangkabau yang mencakup
dan Peraturan Daerah Kabupaten se- Sumatera Sumatera Barat sekarang (kecuali Kepulauan
Barat. Mentawai), sebagian Riau Daratan, sebagian
Jambi, sebagian Bengkulu, Sumatera Utara bagian
selatan dan Negeri Sembilan, Johor serta
Selangor di Semenanjung Malaya. Bentuk-bentuk
Sejak dicanangkan pertama kali di Kabupaten
serupa nagari juga ditemui di daerah
Solok, 2 Januari 2001, kembalinya Sumbar ke
perantauan/koloni etnik Minang dalam skala
sistem pemerintahan terendah bernama
besar seperti di Aceh Selatan dan Aceh Barat.
pemerintahan nagari betul-betul disambut
seluruh elemen masyarakat secara antusias.
Hingga Juni 2004, sudah 3 tahun 6 bulan,
masyarakat Sumbar yang kini berpenduduk 4,2 Jorong atau kampung yang dulunya merupakan
juta hidup dalam nuansa bernagari. bagian dari wilayah Pemerintahan Nagari diubah
jadi Pemerintahan Desa untuk kabupaten dan
Kepala Biro Pemerintahan Nagari Pemerintah kelurahan untuk kota. Jadi, wilayah administratif
Provinsi Sumbar Busra SH mengatakan, sampai nagari diubah menjadi wilayah desa dan
sekarang seluruh kabupaten di Sumbar sudah kelurahan seperti seperti halnya desa/kelurahan
kembali ke sistem pemerintahan nagari, di Jawa.
menyusul keluarnya Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Sumbar Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari, tanggal
16 Desember 2000. Dahulu sebelum Belanda berkuasa, orang
Minangkabau tidak mengenal pangkat-pangkat
PEMERINTAHANNAGARI seperti Penghulu Kepala, Kepala Negeri
(Gemeentehoofd), Tuanku Laras, Angku Demang,
Nagari dahulunya merupakan suatu wilayah Asistent Demang, Angku Pakuih (Pakhuis) dan
administratif. Pemerintah Nagari sekaligus juga pangkat-pangkat yang hanya oleh dijabat
menjadi wilayah hukum adat di Sumatera Barat. orang-orang Belanda saja seperti Tuanku Mandua
Pemerintahan Nagari tersebut bersifat otonom (Controleur), Tuan Luhak (Assistent Resident) dan
dan sangat demokratis. Tetapi selama lebih dari lain-lain sebagainya. Orang Minangkabau “tempo
17 tahun, pemerintahan nagari itu telah diganti doeloe” hanya mengenal dua pangkat saja, yaitu
menjadi pemerintahan desa yang bersifat Penghulu dan Raja sesuai ungkapan “Luhak
sentralistik. bapanghulu, rantau barajo”. Jadi Penghululah
yang memerintah atau memimpin
Dalam masa yang berlalu, itu persis sejak 1
anakAbuahAdinagariAmasing-masing.
Agustus 1983 diterapkan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa di Setelah Minangkabau dikuasai oleh Belanda
Sumatera Barat. Sejak itu, Pemerintahan Nagari sepenuhnya, yakni setelah kaum Padri dikalahkan
pada tahun 1837, dicobalah mengatur Sjofjan Thalib, SH.; Prof. Dr. H. dkk. Studi
pemerintahan seperti model yang telah berlaku Pelaksanaan Pemerintahan Nagari dan
di Pulau Jawa, yaitu Regent-Regent yang disebut Efektifitasnya Dalam Pelaksanaan Pemerintahan
juga Regent-Stelsel. Saat itu di kawasan pesisir di Sumatera Barat . Balitbang Propinsi Suamtera
seperti Padang dan Indrapura sudah ada Barat, Padang, 2002.
regentnya. Maka diangkatlah Regent-Regent baru
untuk Tanah Data, Batipuh, Agam, Halaban, Sulik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Aie danAlain-lainAsebagainya. Di jaman Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
penjajahan Belanda, Nagari-Nagari di Sumatera
Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 9
Barat (Sumatra’s Westkust) diatur berdasarkan
Tahun 2000 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Ordonnantie Nagari No.677/1918 dan kemudian
Nagari.
diperbaiki dengan “Inlandsche Gemeente
Ordonnantie Buitengewesten 490/1938″ Dari
(Undang-Undang Pemerintahan Anak Nagari http://hendrikofirman.wordpress.com/2009/01/1
Tanah Seberang No.490 – tahun 1938) atau IGOB 6/pemerintahan-nagari-di-sumatara-barat/
490/1938. Waktu itu Pemerintahan Nagari terdiri tanggal6 feb 2011 18.02 WIB
dari Kerapatan Nagari yang dipimpin oleh
seorang Kepala Nagari.

Pangkat-pangkat Tuanku Laras, Penghulu Kepala,


Kepala Nagari dan lain-lain itu, adalah pangkat
baru yang sebelumnya tidak dikenal dalam Adat
Minangkabau yang usali. Pangkat-pangkat tsb
muncul setelah Pemerintah Belanda mengusai
Minangkabau. Kekuasaan mereka (Penghulu
Kepala atau pun Kepala Nagari) diakui anak
nagari karena dukungan kekuasaan Pemerintah
Belanda. Sedangkan tugas mereka tidak lain ialah
menjalankan perintah atasan, yaitu menjalankan
Undang-Undang yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Walaupun mereka dipilih di antara
orang beradat di nagari (ninik mamak), mereka
tidak lain dari alat kekuasaan (perkakas)
Pemerintah.

***

DAFTARKEPUSTAKAAN

___________________________________

Adrain, Benny. 1995. “Birokrasi di Sumatera


Barat; Transisi dari Tradisional ke Modern (Suatu
Tinjauan Sosiologi Politik)”. Skripsi. Universitas
Andalas. Padang

Harian Umum Republika, 6 Desember 2004.

M. Rasjid Manggis Dt. Rajo Pangulu.


Minangkabau Sejarah Ringkas dan Adatnya
Sridharma, Padang, 1971.

Rusli Amran. Sumatera Barat Hingga Plakat


Panjang. Sinat Harapan Jakarta. 1985.

Anda mungkin juga menyukai