Anda di halaman 1dari 2

Berfilosofi

Siapa aku ?

Untuk apa aku di ciptakan ?

Apa yang harus aku perbuat ?

Mengapa aku harus melakukan itu ?

Pertanyaan – pertanyaan tersebut terus berputar, menari-nari didalam pikiranku. Aku menceritakan hal
tersebut kepada kawanku, dia pun menjawab “ kau sedang berfilosofi kawanku”, Jawabnya. Oh ya ? aku
bingung kataku. Kupikir selama ini berfilosofi hanyalah di lakukan para cendekiawan saja , kupikir
selama ini berfilosofi hanyalah milik para profesor ataupun seorang mahasiswa filsafat saja. Kalau
begitu, kau telah keliru kawanku “ jawabnya.

Berfilosofi bukan hanya di lakukan oleh para cendekiawan ataupun profesor saja. Berfilosofi layaknya
mengeluarkan pendapat, semua orang berhak menyuarakan pendapatnya, “ tambahnya lagi. Ketika kau
berpikir mendalam, melihat kedalam dirimu sendiri dan berusaha menemukan jawaban, memperhatikan
dan mencari nilai-nilai estetika di alam semesta ini di saat itulah kau sedang berfilosofi kawan “ ujarnya.
Lantas apakah berfilosofi dapat menjawab semua kebimbanganku terhadap diriku sendiri ? apakah
berfilosofi mampu mengembalikanku menemukan kembali tujuan hidupku ? atau , apakah berfilosofi
mampu menunjukan kembali eksistensiku sebagai seorang hamba ? atau, apakah berfilosofi mampu
menjawab seluruh “apakah” yang sedang terjadi di seluruh otak manusia saat ini ? aku bertanya bagaikan
sebuah kereta api ekspress yang tidak mau berhenti.

Sabar wal, Bentaknya !!! aku bukanlah sebuah search engine, aku bukanlah Google yang akan
memberikan jawaban ketika kau memasukkan kata kunci, biarkan aku berpikir “ tambahnya lagi.
Kemudian dia menarik nafas panjang dan berkata “ jawabanku untuk pertanyaanmu adalah tergantung
wal” jawab dia. Hanya itu ? aku langsung berdiri dan memotong kalimatnya dengan perasaan yang tidak
puas. Sabar wal !!! dia membentakku untuk kedua kalinya. Aku tidak akan heran bila semua hal yang kau
kerjakan tidak akan optimal. Kau bukanlah tipe seorang penyabar , cobalah untuk bersikap sabar, biarkan
dirimu memegang kendali terhadap rasa khawatirmu, tambahnya lagi . tak usah mengajarkanku tentang
kesabaran, lanjutkan saja penjelasanmu tadi, jangan kau buat aku tambah penasaran, aku langsung
memotong penjelasannya.
Teragantung wal” dia mengulang kembali kata-katanya. Tergantung pada dirimu sendiri. Tergantung
bagaimana caranya kau berpikir, apakah cara berpikrimu mendalam atau tidak. Tergantung metodologi
apa yang kau gunakan ketika kau berpikir. Tergantung bagaimana caramu memandang suatu masalah
yang terjadi dalam hidup. tergantung tindakan apa yang akan kau lakukan setelah selesai berpikir.
Semuanya tergantung kepada dirimu sendiri. Jadi selama kau bisa melakukan sesuatu tanpa
mengandalkan orang lain, lakukanlah hal itu wal “. begitulah dia menjawab semua pertanyaanku.

Perlahan tapi pasti aku mulai mengerti jalan berpikirnya, aku mulai memahami penjelasannya tadi.
Sebuah inspirasi seakan datang secara tiba-tiba. Terima kasih kawan, “ aku berkata sambil melihat
kerahnya. Namun dia telah menghilang di kegelapan malam bersembunyi di balik pekatnya awan hitam.
Terima kasih” ujarku dalam hatiku sekali lagi.

Bus perjalanan ke jatinangor.

25 November 2010.

Anda mungkin juga menyukai