Anda di halaman 1dari 24

Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan

Disusun oleh kelompok 13:

Ricco Arika Sandy Zulzi Gustina


1010322004 0910323089
Disha Dwi Damasya Fitri Aprilla Sari
0910323103 0910322027

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2010
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan sebuah makalah ilmiah dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani. Hal ini berkat rahmat dan karunia yang telah di limpahkan kepada
penulis oleh Allah swt. Penulis mengucapkan rasa syukur yang mendalam atas karunia
Allah swt.

Penulis membuat makalah ilmiah ini dengan tujuan sebagai dasar teori sebelum
melakukan keterampilan dan prosedur laboratorium .

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


penulis dalam penulisan makalah ilmiah. Ucapan terimakasih kapada dosen dan teman-
teman mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan 2009 Universitas Andalas yang telah
memberikan perhatian, masukan, kritikan, kekompakan, dan kerja samanya untuk
kesuksesan bersama.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mohon kritikan dan
saran yang dapat membangun dan mengubah kesalahan yang terdapat dalam penulisan
ini.

Padang, 22 September 2010

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam menjalankan fungsinya, tubuh selalu melakukan metabolisme untuk


mendapatkan energi guna untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kualitas makanan
atau asupan yang dikonsumsi tentu menjadi kriteria dalam pemenuhan metabolik. Sisa-
sisa metabolisme akan di keluarkan baik melalui keringat, udara (berupa C02), urine
maupun berupa feses. Ketidakseimbangan antara asupan, proses, dan pengeluaran sisa
metabolisme akan mengakibatkan gangguan metabolik.

Dalam makalah ini akan di kaji tentang bagaimana proses pembuangan sisa
metabolisme, proses keperawatan, prosedur tindakan dan alat-alat yang digunakan,
serta gangguan yang terjadi pada proses defekasi (BAB).
BAB I

MATERI

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja
yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali
dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat
mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu
minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan
tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan
dapat menjadi masalah yang lebih besar.

HUKNAH adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi dengan


cara memasukkan cairan hangat melalui anus ke rectum sampai colon
desenden dengan mempergunakan kanul recti.

Tujuan
- Meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik
- Melunakan feses yang telah mengeras atau mengosongkan rektum dan
kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan

Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya :
a. Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan
rektum dan atau meregangkan intestinal dengan memasuki volume
cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu :
- High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin,
sering diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan
posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent
dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar
cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang
tinggi daripada low enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan
digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan
dalam waktu 5-10 menit.
- Low enema (huknah rendah)
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon
sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien
dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian.

b. Carminative enema
Terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke
dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum
dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa
dimasukkan 60-180 ml.

c. Retention enema
dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas
tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk
melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya
feses.

d. Enema dengan mengembalikan aliran


Mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus.
Pemasukan dan pengeluaran cairan yang berulang ke dan dari rektum.
Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke
rektum dan kolon sigmoid, kemudian wadah larutan direndahkan
sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah.
Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali,
sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau
hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN PENCERNAAN


a. Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka
parut pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah
mendorong gumpalan makanan ke dalam faring, dimana makanan
bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian kebawah ke dalam
lambung.
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah
terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin.
Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret
mukoid yang berguna untuk perlindungan.
c. Lambung
Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar
dari saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan
relaksasi secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan
dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke
arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik
meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang
disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam
duodenum. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan
kembali lambung setelah makan adalah 2 sampai 6 jam.
d. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
- Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
- Jejenum atau bagian tengah dan
- Ileum
e. Usus besar (colon)
Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60 inch, terdiri
dari :
- Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil
- Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
- Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka
semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut
chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi
makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat
padat – lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :


- Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian
selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air,
nutrien, elektrolit dan garam empedu.
- Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan
melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang
dihasilkan feses.
- Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang

f. Anus / anal / orifisium eksternal


Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu
internal (involunter) dan eksternal (volunter)

Fisiologi Defekasi

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga
disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu.
Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang
peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

a. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum


memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus
untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon
sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah
anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal
interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses
keluar.

b. Refleks defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke


spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden,
kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus
internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus
individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang
dengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan


diaphragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh
kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang
menggerakkan feses melalui saluran anus.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang


meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.

Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara


sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka
rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan
rektum meluas untuk menampung kumpulan feses.
Susunan feses terdiri dari :

a) Bakteri yang umumnya sudah mati


b) Lepasan epitelium dari usus
c) Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)
d) Garam terutama kalsium fosfat
e) Sedikit zat besi dari selulosa
f) Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal

(a) Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol


(b) Diet
(c) Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
(d) Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik
usus meningkat.
(e) Faktor psikologik
(f) Kebiasaan
(g) Posisi
(h) Nyeri
(i) Kehamilan : menekan rektum
(j) Operasi & anestesi
(k) Obat-obatan
(l) Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
(m) Kondisi patologis
(n) Iritans

Masalah eliminasi fecal

1) Konstipasi

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya


frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap.

Penyebabnya :

- Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah


tempat, dan lain-lain.
- Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur),
tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang
- Meningkatnya stress psikologik
- Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
- Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi.
Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus
otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
- Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut
menurun sehingga menimbulkan konstipasi.
- Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus,
kecelakaan pada spinal cord dan tumor.

2) Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,


sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa
dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid. Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung,
tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat
menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB, anoreksia,
kembung/kram, dan nyeri rektum.

c. Diare

Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat.
Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer
sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d. Inkontinensia fecal

Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari
anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik.
Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.

e. Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus


meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan
oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan
kembang kol.

f. Hemoroid

Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal


atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan,
gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi
dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi
inflamasi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.
Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB
menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan penyebab
Warna Dewasa : kecoklatan Pekat / putih Adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu);
Bayi : kekuningan pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium
Hitam / spt ter. Obat (spt. Fe); PSPA (lambung,
usus halus); diet tinggi buah
merah dan sayur hijau tua (spt.
Bayam)
Merah PSPB (spt. Rektum), beberapa
makanan spt bit.
Pucat Malabsorbsi lemak; diet tinggi
susu dan produk susu dan
rendah daging.
Orange atau hijau Infeksi usus
Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras, kering Dehidrasi, penurunan motilitas
agak cair / lembek, usus akibat kurangnya serat,
basah. kurang latihan, gangguan emosi
dan laksantif abuse.
Diare Peningkatan motilitas usus (mis.
akibat iritasi kolon oleh bakteri).
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, bentuk Kondisi obstruksi rektum
rektum) dgn 2,5 cm pensil atau seperti
u/ orang dewasa benang
Jumlah Tergantung diet (100
– 400 gr/hari)
Bau Aromatik : dipenga- Tajam, pedas Infeksi, perdarahan
ruhi oleh makanan
yang dimakan dan
flora bakteri.
Unsur pokok Sejumlah kecil bagian Pus Infeksi bakteri
kasar makanan yg tdk
dicerna, potongan Mukus Konsidi peradangan
bak-teri yang mati, sel
epitel, lemak, protein, Parasit Perdarahan gastrointestinal
unsur-unsur kering
cairan pencernaan
(pigmen empedu dll) Darah Malabsorbsi

Lemak dalam Salah makan


jumlah besar

Benda asing

Enema/ Huknah
1. Tujuan
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk mengeluarkan feses
dan flatus.
2. Manfaatnya
a. Pertimbangan medis sebagai metoda pengosongan feces dengan
segera dari kolon, Seperti: persaiapan pemeriksaan IVP dan colon
in loop, tindakan pre operasi, konstipasi.
b. Enema dimasukkan lewat anal hingga kolon. Setelah seluruh dosis
enema masuk, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya
cairan enema. Larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi
rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral.
Larutan ini tidak menarik elektrolit dari tubuh – seperti jika
menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran
kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian,
larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi
yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
c. Pemeriksaan radiologi pasca pemberian barium enema.
Pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai
pemberian barium sulphat dengan tujuan untuk mengembalikan
fungsi normal kolon, mencegah komplikasi berupa retensi dan
konstipasi akibat pemberian barium sulphat.
d. Membersihkan kolon bagian bawah (descenden) menjelang
tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk
kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan
enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih
kental berbahan dasar air yang berisikan sodium phospat atau
sodium bikarbonat.
e. Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila
pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian
antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik
lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian
obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami
penurunan fungsi organ pencernaan.

Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara
kerjanya :
a. Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi
kolon dan rektum dan atau meregangkan intestinal dengan
memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu :
a) High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak
mungkin, sering diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang
dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke
posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan
selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar.
Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low
enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan digantung lebih
tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam
waktu 5-10 menit.
b) Low enema (huknah rendah)
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan
kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang
dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri
selama pemberian.

Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping


Hipertonis 90 – 120 cc Menarik air dari 5 – 10’ Retensi Sodium
(misal Sodium ruang interstisiil ke
phosphate) dalam kolon,
merangsang
peristaltik,
menyebabkan
defekasi
Hipotonis 500 – 1000 cc Distensi abdomen, 15 – 20’ Ketidakseimbangan
air kran me-rangsang cairan dan elek-
peristaltik, trolit, intoksikasi
melunakkan feses air
Isotonis 500 – 1000 cc Distensi abdomen, 15 - 20’ Kemungkinan
normal saline me-rangsang retensi Na.
(NaCl 0.9 %) peristaltik,
melunakkan feses
Air sabun 500 – 1000 cc (3 mengiritasi mukosa, 10 – 15’ Iritasi dan merusak
– 5 cc sabun distensi kolon mukosa
dalam 1000 cc
air)
Minyak 90 – 120 cc Lubrikasi feses dan ½ – 3
mukosa kolon jam

Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema :

No Perbedaan Huknah rendah Huknah tinggi


1. - Tindakan - Tindakan memasukkan - Tindakan
cairan hangat dari rectum memasukkan cairan hangat
2. - Tujuan kedalam kolon desenden dari rectum dimasukkan
kedalam kolon asenden.
3. - Kanul enema - Mengosongkan usus
sebagai persiapan tindakan - Membantu mengeluarkan
4. - Posisi operasi, colonoscopy fases akibat konstipasi atau
impaksi fekal
5. - Jumlah cairan hangat - Kanula Recti
yang diberikan untuk - Kanula usus
6. dewasa - Posisi sims miring kekiri
- Posisi sim’s miring ke
- Tinggi irigator - 500 ml kanan

- ± 30 cm dari tempat tidur - 750-1000ml

- ± 30-45 cm dari tempat


tidur

Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema,


berdasar usia dan jumlahh cairan yang bisa disimpan :

No Usia Jumlah Larutan


1. Bayi 150 – 250 ml

2. Toddler atau preschool 250 – 350 ml

3. Anak usia sekolah 300 – 250 ml

4. Remaja 500 – 750 ml

5 Deawasa 750 – 1000 ml

b. Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan


flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan
gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180
ml.
c. Retention enema: dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum
dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang
lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal,
yang akhirnya memudahkan jalannya feses.
d. Enema dengan mengembalikan aliran, mengarah pada
pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus.
Pemasukan dan pengeluaran cairan yang berulang ke dan dari
rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa)
dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid, kemudian wadah
larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui
rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan
keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan
rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan
yang digunakan untuk enema.

Bahaya enema adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan
hypertonik atau hipotonik. Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan
hipertonik seperti larutan phosphate menyebabkan sedikit iritasi
pada membran mukosa dan menyebabkan cairan dari jaringan sekitar
tertarik ke dalam kolon. Proses ini disebut osmosis.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada
anak < 2 th dapat menyebabkan hipokalsemia dan
hiperphosphatermia.

Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran,


dapat mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat
mengakibatkan intoksikasi air.

Pedoman pemberian enema


a. Menggunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang
dewasa no.22-30; anak-anak no.14-18, bayi no.12.
b. Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka
pada ujung dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet
atau plastik. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk
memudahkan pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa
rektum.
c. Enema untuk dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C,
untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada
suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus;
suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat
menyebabkan spasme pada otot spinkter.
d. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia
dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan ;
bayi, ≥ 250ml, toddler atau preschool, 250 – 350 ml, anak usia
sekolah, 300 - 500ml, adolescent, 500 - 750ml dan adult, 750-
1000ml.
e. Ketika dimasukkan, pasien posisi lateral kiri, sehingga kolon
sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan
pemasukan cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya
dari lateral kiri ke dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada
posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh air.
f. Insersi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada dewasa,
dimasukkan 7,5-10 cm, anak-anak 5-7,5 cm dan pada bayi hanya
2,5-3,75 cm.
g. Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh; tingginya wadah larutan,
ukuran tube, kekentalan cairan, dan tekanan rektum.

Enema pada dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm
di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm
di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk
membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh
lebih dari 7,5 cm di atas rektum.
Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema tergantung jumlah
cairan yang dimasukkan dan toleransi pasien. Volume yang banyak
seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk
membantu menahan larutan, dapat dilakukan penekanan pada
bokong, agar terjadi tekanan di luar area anal.

B. INDIKASI
1. Konstipasi
2. Impaksi Feses (tertahannya feses)
3. Persiapan pre operasi
4. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi, seperti
colonoscopy, Colon in loop, endoscopy, Intra venous pyelografi, dll.
5. Pasien dengan melena

C. KONTRAINDIKASI
Pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi,
pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, keadaan patologi klinis
pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar,
tumor rektum dan kolon.

D. PERSIAPAN PERALATAN
1. Menolong buang air besar dengan mennggunakan bedpan
Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu
buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan
pispot (penampung) untuk buang air besar ditempat tidur, dengna tujuan
memenuhi kebutuhan eliminasi alvi (BAB).
Alat dan bahan :
a. Pispot dan tutupnya Sampiran
b. Alas bokong
c. Bangku kecil untuk pispot
d. Bell (jika ada)
e. Tisu
f. Dua baskom berisi air (1 untuk bilas sabun)
g. Sabun
h. Dua washlap
i. Handuks
j. Linen (Jika diperlukan)
k. Selimut mandi

2. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Pasang sampiran
d. Gunakan sarung tangan
e. Pasang pengalas dibawah glutea
f. Tempatkan piapot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah
sudah nyaman atau belu, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan.
g. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien
untuk menambah rasa nyaman.
h. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah
disediakan.
i. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
j. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
k. Cuci tangan.

E. PROSEDUR
1. Prosedur Pelaksanaan
a. Bawa peralatan kedekat pasien.
b. Jelaskan tujuan dan prosedur.
c. Tutup jendela dan pasang sampiran.
d. Pasang pengalas dibawah glutea
e. Pasang selimut mandi.
f. Cuci tangan
g. Pakai sarung tangan
h. Posisikan pasien dorsal rekamben
i. Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada
pasien apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan
kenyamanan pasien
j. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung
pasien untuk menambah rasa nyaman.
k. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah
disediakan
l. Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena.
m. Tinngalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah
selesai atau memberi tahu perawat.
n. Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya
diatas meja dorong/trolly
o. Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun,lalu bersihkan dengan air
bersih.
p. Keringkan dengan tisu
q. Bereskan alat dan rapikan pasien

2. Huknah
a. Persiapan pasien dan keluarga
a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b) Menjelaskan prosedur tindakan
c) Posisi pasien diatur miring ke kiri, posisi sim
b. Alat-alat:
a) Slang/kanul recti sesuai umur pasien.
b) Handschoen disposible
c) Nierbekken
d) Alas bokong dan perlak
e) Tissue
f) Vaselin untuk pelicin.
g) Cairan NaCl 0,9% sebanyak 500-1000 cc yang sudah dihangatkan
h) Pispot 2 buah
i) Air dalam botol cebok
j) Irigator dan selang kanul
k) Selimut atau kain penutup
l) Bengkok berisi cairan desinfektan.
m) Sampiran

c. Lingkungan
Menjaga privacy pasien

d. Perawat
a) Mencuci tangan.
b) Menilai keadaan umum pasien dan kemampuan mobilisasi
c) Mengukur tanda-tanda vital

Pelaksanaan
a. Buka pakaian bagian bawah
b. Pasang pengalas dan perlak di bawah bokong
c. Pasang selimut, pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan.
d. Dekatkan nierbekken
e. Perawat memakai handschoen
f. Irigator diisi dengan cairan NaCl 0,9% hangat 1000 cc
g. Ujung kanul diolesi vaselin secukupnya
h. Pangkal kanul dihubungkan ke selang dan irigator
i. Keluarkan udara dari saluran irigator dan diklem
j. Tangan kiri membuka belahan bokong bagian atas, tangan kanan
memasuk kanul ke dalam anus sedalam 7,5 cm sampai dengan 15 cm
secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan menarik nafas panjang,
tinggi irigator 30 cm-50 cm dari atas tempat tidur.
k. Klem slang dibuka, cairan dialirkan perlahan-lahan kurang lebih selama
15-20 menit.
l. Bila cairan sudah habis klem ditutup dan kanul dikeluarkan secara
perlahan-lahan.
m. Minta pasien untuk menahan BAB sebentar, kemudian pasang pispot.
n. Untuk pasien yang dapat mobilisasi berjalan, pasien dapat dianjurkan ke
toilet.
o. Setelah selesai bersihkan daerah bokong dengan menggunakan air dan
tissue.
p. Angkat pispot, perlak dan pengalas
q. Kenakan pakaian bagian bawah, rapikan tempat tidur
r. Lepaskan handschoen, cuci tangan.
s. Membuat catatan keperawatan yang mencakup :
a) Respon pasien
b) Tindakan yang dilakukan
c) Keadaan umum pasien

F. EVALUASI
1. Menetapkan waktu yang teratur untuk defekasi
2. Berpatisipasi dalam program latihan yang teratur
3. Memakan makanan yang sesuai dengan diet yang di tentukan
4. BAB dengan nyaman dan lancar
5. Minum lebih kurang 2000 ml cairan / hari
6. Tidak terjadi defekasi pada saat di lakukan operasi
7. Sukses pada pemeriksaan diagnostik radiologi

G. DOKUMENTASI
1. Tanggal
2. Waktu perawatan
3. Tipe dan jumlah
4. Drainase yang di kluarkan
5. Reaksi pasien
6. Warna
7. Konsistensi feses
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Buang air besar (BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang
berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup.

Pada orang yang mengalami gangguan dalam proses defekasi dapat di bantu
dengan metode huknah. HUKNAH adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat melalui anus ke rectum
sampai colon desenden dengan mempergunakan kanul recti.

Dalam menangani masalah eliminasi, perawat harus memahami eliminasi


normal dan faktor faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi asuhan
keperawatan yang mendukung akan menghormati dan kebutuhan emosional
klien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus
meminimalkan rasa ketidaknyamanan. Dampak yang dapat terjadi akibat dari
gangguan sistem gastrointestinal sangatlah beragam mulai dari konstipasi, diare,
inkontinensia usus, dan hemoroid fecal infektion.

Enema atau huknah diberikan tujuannya adalah untuk meningkatkan defekasi


dengan menstimulasi peristaltik. Penyakit tertentu menyebabkan kondisi –
kondisi yang mencegah pengeluaran fases secara normal dari rectum, sehingga
menyebabkan membuat suatu lubang dibagian usus, tepatnya didaerah
kolon,seperti kolon asenden, traversum, desenden.

Dalam melakukan perawatan pada masalah diatas diperlukan pemahaman


dalam melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang telah ada dan
perawatan yang rutin
DAFTAR PUSTAKA

Addisson Wesley Nursing

Admin.(2008).k2_Nurse: http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse

Donie.2008.enema:http://id.wikipedia.org

Edition, 1992, Mosby Year Book Washington.

Fundamental Of Nursing, Carol Taylor Et All, 1997, Lippincott Raven Washington.

Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Patricia A. Potter Et All. Third

Kusyati,eni.2006,Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.jakarta :


EGC

Kusyati,Eni.2002.keterampilan dan prosedur laboratorium.jakarta : EGC.

Medical Surgical Nursing, Critical Thinking In Client Care, Priscilla Lemone, 1996.
Manual Of Nursing Practice, Sandra M. Nettina, 6 Th Edition, 1996 , Lippinciott
Raven

Perry,potter.2005.Fundamental Keperawatan.Eds 4 jakarta : EGC

Perry,Peterson,Potter.2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar.Eds 5 jakarta : EGC

Wartonah,Tarwoto.2006.Kebutuhan dasar manusia dan proses keperwatan. Jakarta :


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai