Anda di halaman 1dari 8

(f) Jacket : panjang 198”, cekungan; 3 zona, maksimum 50 gpm tiap zonanya; insulasi

bearing nonklorida; clad SS304; 60 psig / full vacuum; -20 0F – 300 0F

(g) Manway : diameter 22”; seal O-ring; penguncian dengan baut “drop-bolt”; 320 grit
interior finish; 180 grit exterior finish

h) drain valve bawah : valve diafragma flush-mounted 2”

i) Perekat statis: semua ring O (EPDM)

j) sight glass / sumber cahaya : dipasang pada cover manway

k) cakram pemecah : 40 psig; dipasang pada bagian atas (top head)

l) sparger: tipe cincin; diameter 36”; 40 lubang masing masing berdiameter 0.25”;
pressure drop sebesar 15 psi akan memberikan aliran penuh (kira kira 38.5 m3 / menit
pada 30 psig tekanan vessel head)

m) Perlengkapan akan dibuat untuk system CIP

n) Perlengkapan dibuat untuk 2 saluran sampling aseptik (steril)

o) Nozzle (mulut pipa) : penambahan asam, penambahan basa, penambahan anti


busa/buih (antoifoam), penambahan gula, penambahan nutrient, pengukur temperatur,
pengukur PH, pengukur busa, pengukur sample, port cahaya, port pengamatan, port CIP,
piringan pemecah, sensor tekanan, pressure gauge, drain valve, sparger aliran masuk, dan
drive flens.

Lembar spesifikasi, gambaran vessel, dan spesifikasi sistem agitasi (lihat di bawah) dikirim ke
vendor dari vessel. Biasanya, vendor akan memberikan gambar dan spesifikasi yang sedikit
berbeda dari yang disebutkan di atas, tapi kemungkinan efeknya kecil dan tidak signifikan
terhadap perubahan yang mungkin terjadi.

Sistem Agitasi

A) Mounting : bagian bawah terpasang; vendor vessel untuk detail spesifik


B) Penggerak motor: 200 hp, 1780 rpm, 480 volt, induksi motor 3 fasa, variable-frekuensi
pengatur kecepatan
C) Gear box: 144 kW, rasio kecepatan 12.33, 1800 rpm / 146 rpm, quill 14 cm
D) Shaft: diameter 4.5”, panjang 174”, 320 grit akhir. Dengan shaft seperi ini, frekuensi
alaminya minimal 50% lebih besar disbanding pada kecepatan 108 rpm
E) Impellers: dua 46”, turbin 12 blade-disk dan satu 36” A-315; impellers dipasang kira kira
terpisah 55” satu sama lain; semua impeller memiliki 320 grit akhir
F) Seals: double mekanis dengan tungsten karbon dalam tungsten karbida
G) Steady bearing: tidak ada

Kesimpulan
Desain akhir adalah bedasarkan berbagai kompromi. Tidak dapat memenuhi semua spesifikasi
asli tapi memenuhi seluruh keperluan produksi alat. Hal penting yang perlu dicatat,
berdasarkan pada analisis rasional yang mempertimbangkan fermentor sebagai bagian dari
system, dan kesan penilaian teknik baik dalam pengalaman desain dan operasional. Pembaca
juga harus mencatat bahwa pembatasan celah dan ruang lingkup mencegah kita untuk
memasukkan secara eksplisit beberapa detil penting ( contoh, timing penuh dari semua
perlengkapan proses) yang telah kita pertimbangkan dalam analisis kita.
Halaman 70
Pendahuluan
Teknologi kultur sel hewan memiliki sejarah panjang dalam industry, khususnya dalam
produksi vaksin hewan dan manusia, dimana telah mencapai level skala besar untuk
mengakomodir produksi secara komersial.BAru baru ini juga teknologi ini muncul pada
industry farmasi yang metode konvensionalnya dalam memproduksi protein adalah dengan
ekstraksi jaringan atau cairan yang untuk kedepannya nampaknya sudah tidak lagi
dilanjutkan. Penggunaan teknologi rekombinan DNA untuk secara genetis menyusun bakteri
yang umum, Escherichia coli, untuk memproduksi insulin manusia dan hormone pertumbuhan
akan terus bertambah dan diperkirakan terus meningkat hingga semua rekayasa genetika
mikroorganisme dapat memproduksi seluruh protein yang diperlukan oleh kebutuhan
manusia. Ketika penggunaan mikroorganisme terus berlanjut untuk hal yang mendatangkan
profit dalam pembuatan protein yang kecil dan sederhana, saat ini dimungkinkan untuk
menggunakan mikroorganisme sebagai sumber dari protein yang besar dan kompleks seperti
enzim, antigen virus, eritropoietin, factor VIII, t-PA atau antibody monoclonal.
Mikroorganisme tidak memiliki perlengkapan biosintetik kompleks untuk melakukan
modfikasi paska translasi dari protein yang terlihat dalam system sel hewan.Protein hewan
yang dihasilkan bakteri seringkali terurai dan kekurangan konfigurasi 3 dimensi yang cukup
dibutuhkan untuk aktifitas biologis. Organisme organism ini juga tidak dapat mengeluarkan
protein manusia ke dalam media kultur dalam bentuk aktifnya, mereka membutuhkan
gangguan secara fisik atau ekstraksi, yang diikuti dengan reaksi lipatan kompleks untuk
membentuk molekul yang aktif. Protein mamalia untuk keperluan farmasi biasanya
terglikosilasi dan mungkin terdapat penambahan atau perubahan seperti fosforilasi dan
karboksilasi yang tidak dapat dilakukan oleh para mikroorganisme itu secara inheren.
Perubahan ini penting untuk, atau dibutuhkan untuk, aktifitas biologis dari protein. Mereka
juga berperan atau berfungsi untuk mengatur pembersihan pola pada molekul yang asli.
Batasan dari perancangan system microbial secara genetis ini dalam produksi protein di
bidang farmasi menegaskan peran teknologi kultur sel hewan dalam kemunculan
bioteknologi di masa yang akan datang. Meneruskan perkembangan dalam rekombinan DNA
dan metodologi hibridoma membutuhkan teknologi kultur sel hewan skala besar.
Sel hewan dan Teknologi Bioreaktor
Karakteristik yang paling membedakan sel hewan dalam hal kultur skala besar
disbanding fermentasi microbial secara konvensional adalah dalam hal kerapuhannya. Sel sel
ini dapat dengan mudah rusak oleh regangan mekanis dan tidak dapat dikultur dalam kondisi
aerasi dan agitasi tinggi yang merupakan keunggulan dari fermentasi microbial. Sel hewan
lebih besar dibandingkan dengan mitra microbial mereka dan tidak kaku, dinding sel yang
tahan terhadap gangguan yang melindunginya dari keadaan lingkunagnnya seperti
pengadukan secara cepat ataupun aerasi pada tank. Untungnya, sel hewan tumbuh lambat
pada system batch, tidak mendapat densitas sel yang tinggi (biomass) pada system microbial,
hanya membutuhkan oksigen yang rendah yang untuk itu tidak membutuhkan masukkan
oksigen yang tinggi dalam proses microbial. Jadi kerapuhan sel hewan tidak menimbulkan
halangan pada agitasi dan aerasi tingkat moderat (sedang).
Pertimbangan awal dari teknologi kultur membutuhkan pemeriksaan terhadap
karakteristik sel hewan yang bersangkutan. Ini termasuk juga pada pola dan laju
pertumbuhan, stabilitas produk, sensitivitas pada kerusakan mekanis, kebutuhan media kultur
dan kebutuhan oksigen.
Penentuan pola pertumbuhan yang paling dasar adalah apakah sel dapat berkembang biak
pada kultur suspensi atau harus memerlukan substrat padat untuk tumbuh. Menyediakan
permukaan padat untuk sel memerlukan teknologi yang lebih mutakhir lagi .
Sel hewan yang dapat disebar dalam kultur berbentuk suspensi merupakan yang paling
diminati dalam industry dengan berbagai alasan, dengan produksi antibody monoclonal oleh
sel hibridoma yang paling sering menarik perhatian. Sel sel itu telah dikultur dalam tanki
berpengaduk yang besar selama bertahun tahun. Teknologi reactor berpengaduk untuk kultur
sel hewan dibantu oleh pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari industry fermentasi
tradisional. Tanki berpengaduk dirasa cukup baik, mudah diaplikasikan dan mudah dilakukan
scale up.Pengadukan suspense untuk kultur dapat digunakan untuk berbagai macam operasi,
termasuk kultur batch, fed-batch, semi kontinyu atau kontinyu . Juga tanki berpengaduk
(stirred tank) dapat mendukung pertumbuhan baik sel yang tumbuh di media suspense
maupun yang membutuhkan substrat padat untuk tumbuh. Aspek operasional yang fleksibel
ini membuat teknologi stirred tank ini menjadi yang paling manrik dan dominan dalam kultur
sel hewan dalam industry saat ini.
Karakteristik Stirred Tank
Ukuran dan Geometri
Ukuran dari stirred tank untuk proses kultur sel dalam suspensi bergantung pada rencana
estimasi dan perhitungan sebelumnya, yang menentukan jumlah dari material mentah yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan produksi per tahunnya. Estimasi stimasi ini merujuk
kepada pertimbangan dari produk titer, yield pada proses purifikasi, operasi pada pengisian
akhir, atau ketika sampling yang dibutuhkan untuk quality control dan dalam proses
monitoring. Informasi ini akan memperlihatkan jumlah total media yang dibutuhkan untuk
kultur sel. Bedasarkan mode operasinya ( batch, semi kontinyu, atau kontinyu), ukuran dari
batch dan jumlah proses batch per tahunnya dapat ditentukan.
Kultur sel hewan dalam suspensi yang paling banyak dalam operasinya hingga saat ini
adalah berkisar antara 1000 sampai 10 000 liter. Reaktor dengan desain serupa dalam
laboratorium dan skala pilot-plant juga dibutuhkan, untuk memastikan skalabilitas dari
parameter parameter penting, blab la bla. Stirred bioreactor untuk kultur sel hewan dapat
dibuat dalam bentuk virtual dalam ukuran apapun untuk memenuhi kebutuhan partikularnya.
Tanki berpengaduk untuk kultur sel hampir selalu berbentuk bejana silinder dengan rasio
tinggi dan diameter antara 1.5:1 dan 3:1. Hampir semua bejana untuk kultur sel memiliki
bagian bawah berbentuk setengah lingkaran, namun desain lain yang lebih kreatif juga dapat
dimungkikan untuk digunakan. Bagian bawah yang berbentuk datar (flat) tidak dianggap
sesuai dikarenakan kemungkinan terjadinya area stagnan yang dapat mengakumulasi
partikulat padat dan nantinya akan membutuhkan tenaga pengadukan yang lebih tinggi dari
yang diinginkan semula.

Agitasi (pengadukan)
Kerapuhan dari kultur sel hewan menjadikan hal yang paling dipertimbangkan oleh
enjiner dalam menentukan metode yang terbaik untuk mencapai pengadukan yang sempurna
dalam stirred bioreactor. Agitator (pengaduk) yang paling banyak digunakan adalah marine
impeller atau pitched-blade impeller yang dipasang pada ujung pengaduk walaupun jenis
pengaduk lain juga mungkin dapat digunakan.
Baffle juga digunakan untuk meningkatkan tubulensi di dalam reactor. Beberapa praktisi
yakin bahwa tidak menggunakan baffle akan menguntungkan sebab mengurangi resiko sel
terkena kerusakan yang tidak diinginkan, tapi di sisi lain, baffle dapat menghindarkan efek
dari pusaran yang tampak pada system berpengaduk dan juga efek dari buih yang dihasilkan
oleh pusaran yang dipercaya bersifat merusak untuk sel.
Kecepatan impeller dan tenaga pengadukan yang rendah diperlukan khsususnya untuk
sel yang sangat rentan pada kerusakan mekanis. Pengaduk dapat diletakkan pada bagian atas
atau bawah dari reactor. MAsing masing peletakan memiliki keunggulannya masing masing.
Pengaduk yang diletakkan dari atas reactor memiliki penututp mekanis di atas permukaan
cairan dan kecil kemungkinannya untuk merusak sel atau secara langsung mengkontaminasi
kultur sel dengan kotoran dari atas. Memasang agitator di tengah meminimalisir pusaran dan
meningkatkan pencampuran pada reactor tanpa baffle.
Draft tube juga tergabung dalam desain stirred tank untuk aliran langsung dalam reactor
dan memastikan isi dari reactor tercampur dengan baik pada tingkat pengadukan yang
rendah.Penggunaan teknologi draft tube paling terkenal pada penggunaannya pada air-lift
bioreactor. Beberapa peneliti berhasil mengembangkan sel hewan pada level pengadukan
yang tinggi. Gardner beserta tim dan Oh beserta timnya meneliti bahwa tidak ada efek dari
pengadukan dalam berbagai kecepatan pengadukan, tapi menemukan bahwa kontak dengan
udara dapat menyebabkan efek yang menggangu dalam semua kondisi pengadukan. Jadi,
kontak langsung dengan gas dalam stirred reactor dapat lebih merusak sel disbanding dari
efek pengadukannya.

Aerasi
Dalam kondisi standar kultur batch, sel hewan tumbuh dalam konsentrasi yang relative rendah
( 1-5 x 106 sel /mL) dibanding dengan fermentasi microbial. Sel hewan memiliki kebutuhan
metabolisme oksigen yang lebih rendah dari system microbial. Namun, supplai oksigen
dalam stirred bioreaktor skala besar seringkali menjadi factor pembatas dalam proses scale up
ke ukuran reactor yang lebih besar. Hal ini lagi lagi karena sel hewan tidak dapat tahan pada
proses pengadukan dan aerasi yang terlalu tinggi. JAdi penggunaan teknik yang biasa untuk
meningkatkan transfer oksigen lewat pengadukan berkekuatan tinggi dan sparging udara
secara tidak beraturan ke dalam reaktor tidak dimungkinkan dalam kultur sel hewan sebab
akan mudah menimbulkan kerusakan pada sel. Hal ini harus diminimalisir dengan
pengurangan kecepatan pengadukan dan kekuatan aduknya per unit volume sebanyak yang
masih mungkin dilakukan tanpa menggangu proses.
Hanya sedikit metode yang dimungkinkan untuk memberikan oksigen pada sel dalam
reactor berpengaduk skala besar: aerasi pada permukaan, sparging dan difusi
membrane.Aerasi pada permukaan tidak dapat mensuplai oksigen yang cukup kepada kultur
sel yang memiliki densitas dan ukuran tingkat sedang ( 20-100 liter) tapi seringkali berhasil
dengan penggunaannya bersama dengan teknik sparging. Dengan meningkatnya volum
reaktor, rasio luas permukaan dengan volum reactor juga meningkat, membuat aerasi
permukaan menjadi tidak praktis untuk digunakan untuk reactor yang lebih besar dari skala
lab.
Sparging udara secara langsung kedalam media kultur terbukti mencadi cara yang sangat
efekif untuk member suplai oksigen ke dalam tanki berpengaduk skala besar. NAmun perlu
dicatat bahwa kerusakan sel akibat gelembung yang dihasilkan juga diakibatkan oleh metode
ini dan tindakan pencegahan untuk meminimalisasi kerusakan harus dapat dilakukan.
Penggunaan oksigen murni juga lebih member keuntungan dibanding menggunakan udara.
Buih/busa juga bias menjadi masalah dalam sparged bioreactor, khususnya bila media
yang digunakan adalah serum hewan. Bila sel terperangkap dalam buih atau pada permukaan
gelembung maka sel akan mati atau rusak. Sparging dan penghasialan buih ini juga dapat
merusak produk protein yang diinginkan. Penggunaan anti foam dapat dimungkinkan namun
efisiensinya untuk kultur sel hewan belum dapat diketahui. Penggunaan surfaktan non ionik
Pluronic F68 lebih sering digunakan untuk melindungi kultur sel mamalia dari kerusakan
akibat sparging udara langsung ke dalam media kultur.
Sistem oksigenasi membrane tubing juga dapat digunakan pada bejana berpengaduk ini
seperti juga pada desain bioreactor yang lain. Dalam teknik ini tube silicon dengan panjang
tertentu dipasang di dalam reactor dan kemudian dialiri oksigen murni yang nantinya akan
berdifusi melewati membrane silicon ke media kultur. Metode ini menghilangkan kebutuhan
untuk melakukan gas sparging secara langsung dan dapat menghilangkan masalah masalah
yang ditimbulkannya.

Kontrol PH
PH merupakan satu dari parameter penting dalam kultur sel dan control PH harus
dilakukan dengan sebaik mungkin. Dalam media sel kultur yang tradisional, control PH
dilakukan dengan system buffer karbon dioksida-bikarbonat. Ion bikarbonat dan karbon
dioksida juga digunakan sel untuk biosintesis ke dalam beberapa tingkat. Kesetimbangan
bikarbonat dengan asam karbonik ditentukan oleh PH. Asam karbonik akan mencapai
kesetimbangan dengan karbon dioksida dalam fasa cair dan juga gas dan ini dibutuhkan untuk
menjaga naiknya konsentrasi gas CO2 pada fasa gas untuk menjaga PH pada rentang yang
diperlukan. Untungnya hal ini biasanya lebih mudah dilakukan dalam lingkungan terkontrol
pada stirred reactor dibanding pada bejana kultur sel skala kecil dalam incubator. Karbon
dioksida steril dapat langsung di sparge ke dalam medium atau diinjeksikan ke ruang gas yang
ada di atas media untuk menaikkan PH atau larutan basa steril seperti sodium bikarbonat atau
sodium hidroksida dapat ditambahkan untuk meningkatkan PH. Kontrol otomatis dari
parameter ini dilakukan secara rutin dalam reactor kultur sel hewan ini. Bila kapasitas
buffering yang lebih besar dalam rentang 6.8 – 7.2 diinginkan, buffer organic seperti HEPES
dapat dimasukkan dalam media kultur sel.

Temperatur
Temperatur harus di control mendekati suhu normal dari hewan. Umumnya 37 0C untuk
sel mamalia; se dari hewan lain seperti serangga dan ikan membutuhkan set point temperature
yang berbeda. Suhu harus sekitar 0.5 0C diantara suhu set point dalam regulasi, namun lebih
baik lagi bila memakai pengatur suhu yang bekerja secara otomatis. Sel hewan dapat bertahan
cukup lama pada suhu yang jauh di bawah suhu normalnya, namun bila suhunya di atas suhu
normal, seperti misalnya 40 0C maka sel hewan akan langsung rusak atau mati

Anda mungkin juga menyukai