BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali
bermunculan permainan anak yang semakin beraneka ragam. Seiring
dengan kemajuan tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan
tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya.
Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk
tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga
ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian
hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai
budaya, dengan harapan tidak akan pernah pudar seiring dengan waktu dan
kemajuan technologi yang semakin membutakan generasi.
Disamping untuk melestarikan budaya nenek moyang, permainan
tradisional perlu dilestarikan karena memberikan banyak manfaat edukatif
bagi anak. Bermain sangat signifkan dengan perkembangan anak secara
fisik, sosial, emosional, dan kognitif. Bermain adalah cara untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik anak, termasuk
memahami nilai-nilai kehidupan. Sayangnya, ruang bermain bagi anak
sangat terbatas terutama di kota-kota besar.
Tumbuh kembang anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab
orangtua melainkan juga guru. Terbukti, dalam memenuhi sarana dan
prasarana bermain untuk anak, sepatutnya sekolah memberikan kepedulian
kapada anak, meski tak lepas dari bimbingan orangtua. Dewasa ini pun
masih sangat jarang sekolah dasar yang memperhatikan masalah
permainan tradisional, untuk itu alangkah baiknya jika permainan
tradisional dimasukkan sekolah dasar dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Selain menjadi kebutuhan dasar, bermain merupakan hak
setiap anak, seperti tertuang dalam UU No 23/2002 tentang Perlindungan
Anak dan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak
yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang telah dikemukakan bahwa masalah utama dari
penulisan makalah ini adalah mengenai Permainan Tradisional dalam
Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar.
1. Apakah hakekat bermain?
2. Apakah definisi permainan tradisional?
3. Apakah manfaat permainan tradisional?
4. Apa saja contoh permainan tradisional beserta cara memainkaannya?
5. Apakah definisi ekstrakurikuler?
6. Bagaimana analisis penerapan permainan tradisional dalam
ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penulisan
makalah ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah hakekat bermain?
2. Untuk mengetahui apakah definisi permainan tradisional?
3. Untuk mengetahui apakah manfaat permainan tradisional?
4. Untuk mengetahui apa saja contoh permainan tradisional beserta cara
memainkaannya?
5. Untuk mengetahui apakah definisi ekstrakurikuler?
6. Untuk mengetahui bagaimana analisis penerapan permainan tradisional
dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai dasar pelatihan dalam pembuatan karya ilmiah khususnya
yang berhubungan dengan kegiatan dunia pendidikan.
3
2. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap permainan tradisional
3. Bagi Guru dan Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk kemajuan sekolah.
Juga sebagai informasi yang akurat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Bermain
Menurut Hurlock dalam Kamtini (2005) bermain adalah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian.
Menurut Anggani Sudono dalam Kamtini (2005) bermain adalah
suatu kegiatanyang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang
menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi pada anak.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi seseorang.
Upaya melalui bermain mmeberi kepuasan kepada anak untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan
belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak
mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat
ia hidup. Bermain memberikan kontribusi khusus pada semua aspek
perkembangan anak, sehingga semua kegiatan yang dilakukan anak harus
diwujudkan melalui aktivitas bermain. Bermain itu penting bagi anak
karena bisa membantu belajar tentang dunianya, belajar melakukan
sesuatu, memecahkan masalah, menguasai perasaan, menjadi percaya diri,
menjadi kuat, belajar bergaul dengan orang lain dan sebagainya.
Dalam kehidupan anak, bermain merupakan pertanda kesehatan.
Hampir setiap anak yang sehat senantiasa terdorong untuk melakukan
aktivitas bermain. Sehingga dapat dipastikan bahwaanak yang tidak aktif
bermainpada umumnya dalam keadaan sakit, baik jasmani maupun rohani.
Sebaliknya bila anak aktif bermain pertanda dirinya dalam keadaan sehat
dan pada umumnya kecerdasannya pun baik.
5
Macam Bermain/Permainan
1. Permainan Aktif
a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang
diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.
Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama
permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan
berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak
menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan
eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal
baru.
b. Drama
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,
menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata,
atau dalam mass media.
c. Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan
tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-
teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi,
berdansa, atau memainkan alat musik.
d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak
mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di
samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk
bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.
e. Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi
fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di
samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan
belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta
menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.
6
2. Permainan Pasif
a. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan
memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun
akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.
b. Mendengarkan radio
Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif
maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah
pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila
anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,
kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.
c. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh
positif maupun negatifnya.
Bentuk Bermain/Permainan
1. Bermain Sosial
Bermain sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain atau
bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Bentuk ini
dapat dibedakan menjadi:
a. Bermain sendiri
Anak bermain dengan menggunakan alat yang ada, namun tidak
memperhatikan kegiatan anak yang lain di tempat yang sama.
b. Bermain sebagai penonton
Anak bermain sambil melihat temannya bermain dalam satu
tempat. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati
temannya lalu bermain sendiri. Ada yang duduk, ada yang aktif
bermain.
c. Bermain paralel
Kegiatan ini dilakukan oleh sekelompok anak dengan
menggunakan alat bermain yang sama, tetapi anak bermain sendiri-
sendiri.
7
d. Bermain asosiatif
Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak
memilih perannya sendiri.
e. Bermain kooperatif
Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya.
Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya dan
keterampilannya. Anak bertanggungjawab atas tindakannya.
2. Bermain dengan Benda
Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat
menggunakan alat bermain secara bebas. Anak senang, dapat
berimajinasi dan bekerja sama dengan temannya. Alat bermain ada
yang digunakan sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa
persyaratan alat bermain yaitu:
a. Tidak berbahaya
b. Mudah diperoleh
c. Sebaiknya dibuat sendiri
d. Berwarna dominan
e. Tidak mudah rusak
f. Ringan atau berat tetapi tidak mudah dipindahkan oleh anak
3. Bermain Sosiodramatik
Bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu:
a. Bermain dengan melakukan imitasi
Anak melakukan peran orang di sekitarnya dengan menirukan
tingkah laku dan pembicaraannya.
b. Bermain pura-pura
Bermain berpura-pura terhadap objek tertentu misalnya, mobil,
anak yang bersangkutan menjadi mobil, ia lari sambil menderu-
deru seperti suara mobil.
c. Bermain peran
Anak bermain dengan memerankan sebagai guru, bapak, ibu, anak
manja, anak nakal, kakek, nenek, tamu, dan sebagainya.
8
d. Persisiten
Anak melakukan kegiatan bermain dengun tekun sedikitnya selama
sepuluh menit.
e. Interaksi
Bermain antarteman dalam satu adegan paling sedikit dilakukan
oleh dua orang.
f. Komunikasi verbal
Bermain yang dilakukan antaranak dengan cara berkomunikasi,
jadi terdapat interaksi verbal.
Fungsi Bermain
1. Meningkatkan afiliasi anak dengan teman sebayanya
2. Meredakan ketegangan karena memungkinkan anak menyalurkan
energinya sehingga ketegangan mereda
3. Meningkatkan kemampuan kognitif
4. Meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu
Nilai yang terkandung dalam bermain:
1. Nilai fisik dan kesehatan
Melalui bermain anak dapat melatih mengembangkan otot-ototnya
dan bagian tubuh lainnya yang nantinya akan menyehatkan dirinya.
2. Nilai Pendidikan
Berbagai problem solving dapat diperoleh anak melalui bermain.
3. Nilai Kreatif
Anak dapat mencobakan berbagai kemampuannya.
4. Nilai Sosial
Sikap kerjasama, menghargai, sportivitas, disiplin dapat dipupuk
melalui bermain.
5. Nilai Moral
Bermain merupakan latihan pengembangan moral, karena anak belajar
untuk jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik.
9
5. Sumber belajar
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang
tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka
belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya
sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan.
6. Rangsangan bagi kreativitas
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan
ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba
melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk
mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan
yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh
teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan
dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif
lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7. Perkembangan wawasan diri
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-
teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan
kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya
konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan
kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-
teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat
dalam pengembangan diri seorang anak.
8. Belajar bersosialisasi
Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting
yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses
bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan
menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-
anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.
11
Lompat tali
Baleba
Pulu-Pulu
Sorodot Gaplok
Tos Asya
Petak umpet
Enggrang
e. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan,
tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan
anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu
terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari
daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit
berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak
nakal.
Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
Engrang terbuat dari bambu
Engklek menggunakan batu
Bola sodok menggunakan bambu
Parise terbuat dari bambu
Calung terbuat dari bambu
Agra/Sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
f. Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional
Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal
konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).
g. Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan
tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil
bernyanyi di antaranya:
14
Ucang-Ucang Angge
Ambil-Ambilan
Tari Tempurung
Berbalas Pantun
Wayang
Pur-Pur Sadapur
Oray-Orayan
h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan
kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para
pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada
kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan
mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya
yang belum bisa.
Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para
pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu
para pemain yang lebih dewasa.
Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat
belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah
bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain
dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu
Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki
kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang
berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri
para pemainnya.
Cara bermain:
Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari
kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong.
Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka
permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan
menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya
searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji
terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di
lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang
selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita
setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi.
Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita
bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata
saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti
giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di
salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di
seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang
kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk
kita. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi
16
Cara bermain:
Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan
tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali
tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing
lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing.
Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut.
Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.
3. Bekel
Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari
karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.
Cara bermain:
Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan
dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji.
Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian,
pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara
langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan
diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai
sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung
selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk
tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti
17
kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring
tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu
posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang
dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji. Pemain akan
kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak
dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi
tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau
menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil.
Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.
4. Petak Umpet
Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.
Cara bermain:
Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu
tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari
tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah
tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari
tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang
bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil
menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga
dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu
menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga.
Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak
jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari.
18
Cara bermain:
Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang
jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di
masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak
sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim
yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha
menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh
tim yang jaga. Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka
harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila
berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada
anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang
tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah
yang mengumpulkan nilai paling banyak.
7. Petak Benteng
Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim.
Cara bermain:
Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon,
tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan
agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah
satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan
berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat
langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar
tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh,
20
8. Taplak
Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan
digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu
kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran
pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain
yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.
Cara bermain:
Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena,
mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke
dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan
berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya
pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan
berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah
melemparkan batu. Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung,
dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan
dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang
terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya
sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak
mendapatkan bintang adalah pemenangnya.
9. Pasaran/Jual Beli
Cara bermain:
Dimainkan dua orang atau lebih
21
E. Definisi Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu siswa sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berwenang di sekolah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dewasa ini permainan modern seperti video game, play station, dll
semakin marak. Hal ini berdampak pada mulai punahnya permainan tradisional
yang merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang bangasa. Padahal
manfaat dari permainan tradisional sangatlah banyak dibandingkan dengan
permainan modern. Permainan tradisional dapat mengembangkan semua potensi
yang dimiliki oleh anak dan sangat berperan bagi masa tumbuh kembang anak.
Untuk itu dibutuhkan pengadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar,
dimana dunia bermain memang tidak dapat dipisahkan dengan masa anak-anak.
Permainan tradisional dalam sekolah dikemas dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Sehingga permainan tradisional selain sebagai sarana hiburan
juga sebagai sarana pendidikan. Inovasi pendidikan melalui permainan tradisional
dalam ekstrakurikuler di SD diharapkan menjadi satu alternatif pelestarian
peninggalan budaya dari nenek moyang serta menjadi slah satu upaya
pengembangan potensi yang dimiliki anak.
30
DAFTAR RUJUKAN
Kamtini., Tanjung, Husni, Wardi. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di
Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ratnawati, Sintha. 2002. Sekolah Alternatif untuk Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Sunarti, Euis., Purwani, Rulli. 2005. Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak
Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.