Anda di halaman 1dari 5

Hakikat belajar dan pembelajaran

HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Sejak lahir manusia memerlukan dunia luaruntuk mengembangkan potensi dan melangsungkan
hidupnya. Ia selalu mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia juga selalu belajar, menyesaikan
diri dengan dunia luar. Berbagai macam cara ia gunakn dalam kegiatan belajar (menyesuaikan
diri dengan dunia luar) itu.
Definisi belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Namun pada dasarnya
belajar merupakan suatu proses mental yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku
Belajar bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan
(intelektual, sosial, fisik-motorik), dan pengembangan segi-segi afektif yaitu sikap, minat,
motivasi, nilai-nilai moral dan keagamaan (Sukmadinta, 2004: 251).
Mencermati pendapat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa belajar bukan hanya
mentransper ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa dalam bentuk hafalan saja, melainkan
seluruh potensi pada diri siswa harus dikembangkan, yaitu afektifnya, juga psikomotornya,
sehingga diharapkan melalui belajar ini anak/siswa akan menjadi manusia seutuhnya sesuai
dengan harapan tujuan pendidikan nasional.
Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi
pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi
yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru/dosen menciptakan
situasi agar siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran ini adalah agar
siswa/mahasiswa belajar (Sukmadinata, 2004: 149).
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Siswa dan guru merupakan
komponen utama dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan belajar mengajar kedua
komponen ini saling berinteraksi. Guru berperan membantu siswa agar belajar secara aktif dan
kreatif, sedangkan siswa melakukan dan menerima berbagai konsep atau pengetahuan yang
ditransformasikan guru, juga menemukan, dan mengolah informasi tersebut atas bimbingan dari
guru.
Peran guru yang lain dalam pembelajaran adalah membuat desain instruksional,
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, atau membelajarkan siswa, mengevaluasi hasil
belajar yang berupa dampak pengajaran. Peran siswa adalah bertindak beklajar mencapai hasil
belajar, dan menggunakan hasil belajar.

B. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Belajar adalah peristiwa sehari-hari di sekolah, yang di dalamnya mengandung hal yang
kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek yaitu dari siswa dan
dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebgai suatu proses, yaitu siswa menghadapi proses
mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan-bahan belajar itu bisa berupa keadaan alam,
hewan,manusia, tumbuhan, dan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi
guru, proses belajar tersebut tampak sebagai prilaku belajar tentang sesuatu hal yang dapat
dimati. Belajar juga merupakan proses internal yang kompleks, yaitu menyangkut aspek kognitif,
apektif, dan psikomotor.
Dalam segala kegiatan pasti mempunyai tujuan, begitu juga dengan belajar dan pembelajaran.
Tujuan adalah pernyataan yang menyelaraskan hasil yang ingin dicapai atau tempat yang akan
dituju. Maka tujuan belajar dan pembelajaran adalah pernyataan yang menjelaskan hasil yang
ingin dicapai dalam perbuatan pembelajaran, dalam hal ini adalah menunjukkan hasil belajar
yang diinginkan guru untuk dicapai siswa. Hasil mengenai apa, bergantung dari mata pelajaran
apa yang diajarkan (Kardisaputra, 2000: 109).
Sejalan dengan uraian tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan belajar dan
pembelajaran adalah hal yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Tujuan
ini bisa ditentukan bersama antara guru dan siswa, namun pada kenyataannya gurulah yang lebih
banyak berperan.
Seiring dengan perkembangan yang berlangsung pada dunia pendidikan, seperti halnya
perkembangan dan perubahan yang terjadi pada kurikulum, tujuan belajar dan pembelajaran pun
mengalami perubahan pula. Dulu dikenal dengan istilah tujuan intruksional umum (TIU) dan
tujuan intruksional khusuk (TIK), kemudian diganti dengan istilah tujuan pembelajaran umum
(TPU) dan tujuan pembelajaran husus (TPK), kini berubah dengan istilah standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator. Dalam kurikulum 2004 indikator pembelajar telah disediakan
dalam kurikulum, namun dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, indikator ini harus
dikembangkan sendiri oleh guru dari standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang
telah ada.

C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Dalam proses belajar mengajar kita mengenal istilah pendekatan mengajar, yang berarti pola atau
dasar berpikir dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Undang, dkk, 1996 : 16).
Pendekatan pembelajaran merupakan kerangka dasar dalam melaksanakan pembelajaran,
sehingga dari pendekatan ini kita bisa menentukan strategi dan metode yang akan digunakan
dalam proses belajar mengajar.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang akan diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran konstektual (contextual teaching and learning /CTL), merupakan system
pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), pembelajaran ini terdiri atas
komponen yang saling terkait. Dalam pembelajaran ini minimal ada tiga prinsip, yaitu saling
ketergantungan, dipersiasi dan pengorganisasian diri.
Pembelajaran “diatur oleh siswa sendiri dan pembelajaran kerja sama.” Tugas guru adalah
menyaiapkan jenis dan bentuk tugas yang akan dikerjakan siswa, yang sesuai dengan minat,
kebutuyhan, kemampuan siswa. Peran guru di sini sebagai ekspert (ahli) dan mentor. Guru
sebagai ekspert karena mengusai materi dan proses pembelajaran secara professional. Dia juga
mentor karena dengan pengalaman dan wawasannya yang luas mampu mengerti kebutuhan dan
minat, serta kesulitan yang dihadapi siswa. (Sukmadinata, 2004, 176).
2. Pembelajaran Mencari dan Bermakna
Ausubel dan Robinson (dlm Sukmadinata, 2004: 189), mengembangkan pendekatan
pembelajaran yang bertolak dari dua kontinum yang bersilangan, yaitu belajar mencari
(discovery learning), belajar menerima (reception learning), belajar bermakna (meaningful
learning), dan belajar menghapal (rote learning). Kedua kontinum ini dapat dilihat dalam bagan
berikut.
Belajar bermakna adalah belajar belajar yang menekankan arti atau makna dari bahan atau
kegiatan yang diberikan bagi kepentingan siswa. Belajar mencari adalah belajar yang
menekankan aktivitas suatu proses berpikir. Belajar menerima adalah kegiatan belajar yang
bersifat mengikutin jalan pikiran orang lain. Belajar menghafal adalah belajar menerima tanpa
atau kurang memperhatikan arti atau makna dari sesuatu yang dipelajari.
Kuadran I adalah belajar bermakna dan mencari, Kuadran II belajar mencari dan menghafal,
kuadran III beljar menghafal dan menerima, dan kuadran IV belajar Dari keempat kuadran ini,
model belajar yang palin efektif adalah belajar yang menekankan makna dan mengaktifkan siswa
(Mencari – Menerima).
3. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pembelajaran berbasis pengalaman merupakan suatu proses belajar mengajar yang berfokus atau
menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial, maupun fisik –
motorik. Pembelajaran ini ssungguhnya hanya melanjutkan dan memformalkan proses
kehidupan. Pengalaman-pengalaman hidup siswa tersebut sengaja dibuat dan diciptakan
sehingga menjadi terencana, lebih sistematis, disadari, diarahkan, dan terbimbing.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (kerjasama) merupakan model pembelajaran yang bertolak dari sifat
dasar manusia mahluk sosial, dan diarahkan pada pada pengembangan kemampuan siswa dalam
realisasi sifat dasar tersebut. Model-model dalam pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran peningkatn prestasi tim, pembelajaran permainan tim, dan pembelajaran keahlian
tim (Sukmadinata, 2004: 204).
5. Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupkan suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran
(Sukmadinata, 2004 : 197). Bahan ajaran ini disusun secar terpadu dan dirumuskan dalam bentuk
tema-tema pembelajaran. Keterpaduan bahan ajaran berbeda-beda, mulai dari hubungan terbatas,
hubungan luas, sampai dengan keterpaduan penuh. Tema yang diberikan bisa satu mata
pelajaran, gak luas, yaitu tema yang mencakup beberapa mata pelajaran, atau sangat luas yang
mencakup semua mata pelajaran.
Melalui pendekatan pembelajaran terpadu ini diharapkan siswa akan memperoleh pengetahuan
dan keterampilan secara utuh dan pembelajaran menjadi bermakna. Beermakna dalam arti siswa
dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata
yang menghubungkan antar konsep. Siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran untuk
pembutan keputusan, karena pengalaman belajar siswa menempati posisi penting.
1. TUJUAN BELAJAR
tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru,
yang diharapkan tercapai oleh siswa. tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku
yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

Komponen tujuan belajar


tujuan belajar terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkah laku terminal, kondisi-kondisi tes,
standar perilaku.
Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa
setelah belajar. tingkah laku itu merupakan bagian tujuan yang menunjuk pada hasil yang
diharapkan dalam belajar.
kondisi-kondisi tes, komponen ini menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk
mempertunjukkan tingkah laku terminal. kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru,
karena sering terjadi ulangan/ ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi
pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Ada tiga kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku saat tes. pertama, alat dan sumber yang
harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes,
misalnya buku sumber. kedua, tantangan yanng disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan
waktu untuk mengerjakan tes. ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya dengan tulisan atau
dengan rekaman dll. tujuan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di
mana perilaku akan diuji.
Ukuran-ukuran perilaku,komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang
digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan
tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan,
misalnya: siswa telah dapat memecah suatu masalah dalam waktu 10 menit. Ukuran-ukuran
perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang
tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan,
atau kesesuainya dengan teori tertentu.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuaqn pembelajaran adalah kebutuhan
siswa,mata ajaran, dan guru itu sendiri. berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan
hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. guru sendiri adalah
sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan
pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.

Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam situasi
bermain peran.
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
3. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada peta
pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga
gunung utama.
Diposkan oleh m2hdewi di 23.01

Anda mungkin juga menyukai