1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-
benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya
heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar
bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen
mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team
akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria
yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45
atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team”
apabila rata-ratanya 30-40
1. Pendahuluan
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil
belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten
dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12).
Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994
sampai dengan 1997/199) menunjukkan hasil belajar yang kurang
menggembirakan (Depdikbud, 1998).
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang
termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan
tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif,
motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah
kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model
pembelajaran yang digunakan.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek
dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model
pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.
Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran
Pustaka Acuan :
Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London:
Routledge and Kegan Paul Ltd.
Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New
York: McGraw-Hill Book Company.
Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an
American and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol.
10 (2), 11-14.
Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools.
Chicago: Scott, Foreman and Company.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book
Company.
DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions:
Educational psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD.
Palembang: Depdikbud Kodya Palembang.
Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston:
Allyn and Bacon.
Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for
instruction. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.
Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing
motivation in instruction, Journal of Instructional Development, Vol. 10
(3), 11-14.
Hilgard, Ernest R. dan Bower, Gordon H. 1975. Theories of learning.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and
evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.
Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M
Reigeluth (ed.), Instructional design theories and models, 383-430.
Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
________ 1987. Development and use of ARCS model of instructional design,
Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 2-9.