Ringkasan
Rapid sequence intubation digambarkan pda literatur sebagai syarat yang harus
dipenuhi dalam merawat pasien dekompensasi di bagian gawat darurat. Rapid
sequence intubation dimaksudkan untuk menginduksi hilangnya kesadaran,
melemaskan otot, sehingga ventilasi tekanan positif tidak dibutuhkan sebelum
intubasi. Ini penting pada pasien yang tidak berpuasa sebab adanya resiko aspirasi.
Rapid sequence intubation biasanya menggunakan 2 tipe medikasi: agen induksi
(digunakan sebagai sedativa) dan agen block otot (digunakan untuk melumpuhkan
pasien). Rapid sequence intubation umum dilakukan pada pasien dewasa dan pasien
pediatri. Namum, pada mayoritas neonatal intensive care unit (NICU) hanya sedikit
bahkan tidak ada intubasi endotrakeal dilakukan dengan menggunakan sedaiva,
bahkan lebih sedikit lagi NICU yang menggunakan RSI. Penggunaan RSI di NICU
tidak saja menurunkan efek samping yang paling sering terjadi pada bayi yang sadar
selama prosedur intubasi berlangsung, tetapi juga secara etis manusiawi dan
bertanggung jawab. Tujuan tulisan ini adalahntuk mengevaluasi pengobatan yang ada
sekarang terkait intubasi neonatus berikut aspek farmakologinya. Algoritma intubasi
neonatus akan ditampilkan (gambar 1)
Intubasi endotrekeal adalah tindakan yang umum di NICU. Biasanya neonatus tidak
diberikan remedikasi sebelum intubasi. Karena intubasi endotrakeal, banyak neonatus
yang mengalami adverse effect (efek yang berlawanan dengan hasil yang
diharapkan). Efek samping yang sering didapatkan pada neonatus yang sadar selama
intubasi adalah desaturasi oksigen dan bradikardi. 3 Merunut pada petunjuk resusitasi
neonatus, percobaan intubasi endotrakeal pada neonatus terbatas hanya dalam 20
detik saja. Namun, intubasi biasanya tidak berhasil dan keberhasilan biasanya baru
dicapai setelah 20 detik. Disamping itu, efeksamping yang berlawanan termasuk
bradikardi dan desaturasi oksigen dapat timbul dalam 2 – 55 detik.
Indikasi intubasi
Buat IV
Vecuronium IV 0,1 mg/kg per dosis
Intubasi adekuat
Pertimbangkan medikasi IM
Ya Tidak
Fentanyl IV 2-3 ug/kg per dosis Morfin IM 0.1-0.2 mg/kg per dosis
Resiko
Prosedur fisik intubasi endotrakeal juga dapat menyebabkan efek samping mekanis.
Bayi yang melewati intubasi dapat mengalami apneu dan aritmia jantung, penurunan
hingga obstruksi aliran udara nasal, peningkatan tekanan darah sistolik, penurunan
frekwensi jantung dan tekanan oksigen transkutis. 6 Bayi juga dapat mengalami
peningkatan tekanan pada fontanela anterior, yang menempatkan mereka dalam
resiko perdarahan intraventikular yang lebih besar.8
Luasnya penerapan
Medikasi
Antikolinergik
Opioid
Opioid adalah obat yang sering digunakan dalam penanganan nyeri pada neonatus.
Obat yang umumnya digunakan dalam prosedural intubasi adalah morfin. 9 Opioid
dapat dengan mudah diperoleh, dan perawat dan dokter juga sudah familiar dengan
pemberian berikut dosisnya. Fentanyl, morfin sulfat dan remifentanil adalah obat-obat
opioid yang digunakan dan sering dilaporkan dalam literatur digunakan untuk
intubasi. Obat-obat ini juga menyebabkan sedasi.
Tabel 1, Obat Anti kolinergik
Obat Anti kolinergik Dosis Cara pemberian Onset kerja Durasi kerja
Fentanyl dan remifentanil tidak hanya memiliki onset yang cepat, tetapi juga resiko
tinggi kekakuan dinding dada pada neonatus, hal ini harus dipertimbangkan ketika
akan memberikan pengobatan.11 Pengguaan pelumpuh otot bisa mencegak kekakuan
otot dada obat ini harus diberikan IV secara lambat untuk menurunkan resiko
kekakuan otot.11
Morfin (tabel 2) memberikan efek dalam 5 menit pemberian tapi efek maksimal
dicapai dalam 30 menit, oleh karenanya, bayi tidak akan menerima efek analgetik
yang adekuat ketika morfin diberikan.12 Sebuah studi membandingkan remifentanil
dan morfin didapatkan bahwa kondisi intubasi yang baik termasuk mudahnya
laringoskopi, plika vokalis yang terbuka, dan relaksasi rahang yang penuh lebih
mudah didapatkan pada grup yang menerima remifentanil.12 Intubasi dicapai pada
percobaan pertama. Pada ke dua grup, tidak ada perbedaan dalam stabilitas
hemodinamik dan efek analgesik dan tidak ada efek berlawanan ditemukan.
Benzodiazepin
IV = intravena
Onset kerjanya cepat, dan salah satu keuntungannya adalah dapat diberikan via nasal
dengan absorbsi yang cepa dari selaput mukosa.11 Ini memungkinkan pemberian
midazolam pada bayi yang tanpa jalur IV.
Table 3, Benzodiazepin
Taddio dan Ohlsson13 menemukan tidak ada bukti untuk mendukung penggunaan
midazolam sebagai sedativa IV untuk neonatus. Bayi yang menerima midazolam di
rawat inap lebih lama dan banyak efek samping berlawanan termasuk kelajadian
neurologis seperti perdarahan intraventrikular grade III-IV, leukomalasia
periventrikular bahkan kematian.13
Anastesi umum
Anastesi umum biasa digunakan dalam RSI pada pasien dewasa dan pediatri.
Meskipun demikian, penggunaannya telah dibatasi pada neonatus karena sulitnya
mengeluasi berbagai medikasi.
Etomidat adalah anastesi umum yang diberikan via IV selama 30-60 detik dan onset
kerjanya 30-60 detik. Durasi kerjanya 2-3 menit. Meskipun demikian, telah diajukan
bahwa efek sampingnya adalah ipotensi dan supresi adrenokortikal. Dalam kajian
terdahulu, 100 pasien pediatri dengan umur rata-rata 4,4 tahun, mulai dari 1 bulan
hingga umur 9,7 tahun, etomidat tidak ditemukan mempunyai supresi
adrenocortocoid yang signifikan dan insiden hipotensi yang bermakna secara klinis
tidak adalah rendah. Tetapi, studi ini mengevaluasi anak-anak di instalasi emergensi
dan tidak spesifik terhadap neonatus.
Anastesi umum lain yang digunakan untuk RSI pada dewasa adalah propofol. Obat
ini sangat menguntungkan karena memudakan pasien untuk bernapas spontan.
Namun, obat ini tidak dianjurkan untuk prosedur intubasi atau sedasi anak di bawah
umur 3 tahun dikarenakan studi yang menunjukkan meningkatnya jumlah kematian
pasien di pediatrik intensif care jika diberikan propofol, dibandingkan dengan obat
lain.15 Satu studi belakangan ini mengevaluasi bayi yang diberikan salah satu dari
propofol untuk premediksi atau morfin, atropin dan kombinasi suxamethonium. Total
subjek studi adalah 63 orang dan umur kehamilan rata-rata 27-28 minggu. Bayi yang
menerima propofol mendapat intubasi yang sukses dua kali lebih cepat dibanding
pemberian morfin, atropin dan kombinasi suxamethonium. Ketika membandingkan
ke dua grup, tekanan darah dan frekuensi jantung tidak begitu berbeda. Manum, grup
yang menerima morfin, atropin dan kombinasi suxamethonium mengalami
peningkatan desaturasi oksigen jika dibandingkan dengan grup yang menerima
propofol. Dari ke dua grup tidak tercatat adanya efek samping berlawanan.
Thiopental (tabel 4), sebuah anastesi umum, telah dipelajari dalam percobaan klinis
diberikan pada neonatus untuk intubasi nasotrakeal. Percoban klinis random yang
terkontrol dilaksanakan dan 30 bayi menerima 6 mg/kg thiopental atau saline semenit
sebelum dilakukan intubasi. Bayi yang menerima thiopental menunjukkan frekuensi
jantung dan tekanandarah yang lebih stabil dibanding bayi yang menerima saline.
Saturasi oksigen tidak berbeda secara bermakna pada ke dua grup, dan bayi yang
menerima thiopental diintubasi dalam waktu yang secara signifikan lebih cepat.16
Paralitik
Seperti yang telah dilaporkan, obat-obat pelumpuh otot jarang digunakan dalam
intubasi neonatal.2 Ketika obat paralitik digunakan, obat-obat yang sering digunakan
seperti suksinilkolin, pancuronium, dan veruconium. Saat digunakan untuk
premedikasi, paralitik harus dikombinasi dengan sedativa dan analgesik.
Suksinilkolin mempunyai onset kerja yang paling cepat dengan durasi kerja yang
paling singkat, karena suksinilkolin obat pelumpuh depolarisasi neuromuscular otot.
Suksinilkolin cepat dimetabilisme, dan dengan demikian durasi kerjanya hanya
bertahan 5-6 menit saja. Efek berlawanan yang didapat pada pemberian suksinilkolin
adalah bradikadi, meskipun demikian, ketika diberikan bersama dengan atropine,
kemungkinan munculnya bradikardi dapat dikurangi.10 Suksinilkolin tidak bolh
diberikan pada pasien dengan kadar potassium serum lebih dari 5,5 mEq/L karena
adanya peningkatan resiko hiperkalemia dengan pengobatan ini.11
Pancuronium (table 5) mempunyai durasi kerja yang paling lama, dan salah satu efek
yang paling terkemuka adalah takikardi. Vecuronium memiliki durasi kerja yang
lebih pendek dari pancuronium. Vecuronium harus dicampur dahulu dari bentuk
bubuk sebelum pemberian.
Tinjauan literatur
Tidak ada studi spesifik yang mengevaluasi rangkaian pengobatan untuk premedikasi
untuk kepentingan intubasi neonatus. Berikut adalah anjuran untuk tindakan
pendahuluan sebagai premedikasi yang terbukti efektif pada elektif maupun semi-
elektif.
Atropine harus diberikan secara IV, dengan dosis 0,001-0,003 mg/kg, dosis minimum
0,1 mg. Dikarenakan pemberian atropine didapatkan sedikit peningkatan frekuenasi
jantung dikarenanakan penurunan kerja system parasimpatis bayi, sementara system
simpatis meningkat. Kemudian, otot polos bronkus akan berelaksasi.20 Setelah
prmberian atropine, fentanyl dan opioid juga harus diberikan 2-3 ug/kg per dosis.
Dapat diberikan via IV, karena pelumpuh otot akan diberikan segera dan ini akan
saling meniadakan kekakuan otot-otot dinding dada. Pengobatan ke tiga adalah
veruconium dengan dosis 0,1 mg/kg via IV. Kebanyakan bayi akan mengalami efek
sedasi dan paralisis secara adekuat engan regimen ini. Jika bayi masih juga bergerak,
dosis tambahan fentanyl dan veruconium dapat diberikan jika dibutuhkan.
Untuk bayi tanpa akses IV tetapi dioksigenasi secara adekuat dengan bag/mask
ventilation, waktu seperlunya dapat digunakan untuk membuat akses IV perifer untuk
kepentingan pemberian RSI. Tenaga medis yang terlatih harus mengunakan akses IV
sebelum intubasi untuk memberikan analgesik. Umumnya bayi yang tidak
mendapatkan akses intra vena kebanyakan adalah bayi prematur. Bayi-bayi ini akan
mendapatkan banyak keuntungan dengan RSI
Untuk bayi yang tidak dapat dibuatkan akses IV, kombinasi obat intramuscular dapat
digunakan. Atopin diberikan terlebih dahulu dengan dosis 0,01 mg/kg per dosis, dosis
minimum 0,1 mg dalam sekali pemberian, fentanyl 2-3 ug/kg berat badan per dosis
secara intra muscular atau morfin 0,1-0,2 mg/kg per dosis harus diberikan kemudian,
diikuti dengan pemberian suksinilkolin 2,5-4 mg/kg setiap dosis juga secara intra
muscular. Atropine harus diberikan bersama-sama dengan suksinilkolin untuk
membantu mencegah bradikardi.21 Tidak ada studi yang mengevaluasi penggunaan
pengobatan premedikasi ini secara intra muskular.
Saat pengobatan premedikasi RSI diberikan, semua anggota tim harus bersiap untuk
memberikan ventilasi dengan bag/mask pada bayi, atau dengan segera melakukan
intubasi. Komunikasi antar semua tim harus lancar dan harus siap untuk memberikan
dukungan penuh pada si bayi. Naloxone, adalah sebuah antagonis opioid dapat
diberikan 0,1 mg/kg per dosis untuk membalikkan efek depresi pernapasan yang
disebabkan oleh opioid jika jalan napas tidak mampu diamankan.
Kontraindiksi untuk RSI adalah bayi dengan anomaly jalan napas, atau anomaly
wajah, yang karenanya maka pemasangan endotrakeal tube menjadi sulit atu bahkan
mustahil yang mungkin dapat menghambat bayi untuk bernapas secara spontan.
Kemudian, RSI tidak diindikasikan jika staff yang melakukan tindakan tidak terlatih,
atau jika tidak ada staff yang terlatih dalam melakukan intubasi.
Pemahaman sangat penting bagi seorang tenaga medis yang akan melakukan RSI.
Tenaga medis yang mempersiapkan pengobatan, memberikan pengobatan, dan
melakukan tindakan intubasi harus waspada dengan efek samping dan harus
mengetahui dosis yang tepat dari pengobatan. Kenyamanan dalam bekerja dapat
dicapai dengan edukasi yang baik dan pengalaman di lapangan.
Banyak studi yang menunjukkan tindakan RSI pada neonatus dapat dilakukan dengan
sukses dan aman. Penelitian-penelitian selanjutnya perlu mngevaluasi obat-obat
terbaik yang dapat memberikan analgesia, sedasi, dan paralisis dengan efek samping
yang paling minimal. Banyak studi yang dilakukan dengan membandingkan satu obat
dengan yang lainnya, tetapi studi terkontrol dengan sampel random untuk
mengevaluasi kombinasi obat-obat sangat penting untuk mengetahui pengobatan
yang terbaik untuk RSI pada neonatus.
Kesimpulan
Rapid sequence intubation pada neonatus dapat dicapai dengan mudah dan sukses.
Meskipun RSI menguntungkan, banyak NICU di inggris dan amerika yang tidak
melakukn RSI secara rutin.2,9 Meskipun banyak komplikasi intubasi pada bayi yang
sadar seperti desaturasi oksigen dan bradikardi, dan pemahaman bahwa intubasi
endotrakeal adalah prosedur yang menyebabkan nyri baik pada dewasa, anak-anak
dan neonatus,5,6 banyak praktisi yang merasa tidak nyaman dengan tindakan
premedikasi sebelum melakukan intubasi. Edukasi lebih jauh masih dibutuhkan bagi
praktisi, agar memahami tentang amannya premedikasi dan pentingnya premedikasi
sebelum tindakan intubasi.