Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN PUSTAKA

PSORIASIS

DEFINISI

Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit kronis (sering kambuh) yang ditandai dengan
menebalnya kulit disertai timbulnya bercak-bercak merah, sisik-sisik putih kasar. Psoriasis
bukanlah penyakit menular, tetapi bersifat menurun. Para peneliti menemukan gen abnormal
yang mengarah ke pembentukan psoriasis pada penderita psoriasis. Gen ini bisa diturunkan dari
orang tua kepada anak-anaknya. Sejauh ini psoriasis tidak membahayakan jiwa, tetapi sangat
mengganggu kualitas hidup, terutama bila kelainan kulit terjadi di wajah, tangan, kaki, atau alat
kelamin.1

Psoriasis adalah penyakit yang pentebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Koebner.4

EPIDEMIOLOGI

Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens rate)
yang berbeda. Pada orang kulit putih lebih tinggi dibanding kulit berwarna. Sedangkan dari segi
umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.2

Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk. Data
nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensnnya di usia
dua puluhan dan lima puluhan.3 Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih
dominan menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama
untuk terserang penyakit ini.1

Page | 1
PATOGENESIS

Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas berbagai gen yang
berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel HLA-CW-6. The Human Genom
Project akan membantu mengidentifikasi major histocompatibility Complex (MHC) dan gen non
MHC yang terlibat pada psoriasis.

Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya bahwa
penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan mendukung
autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T
terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.

Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis menekankan
bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit. Lesi psoriasis lama umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan
sedikit sebukan limfositik dalam epidermis.

Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans
juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans.

Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada epidermis


psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis meliputi : Konsentrasi
lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear pada glikolitik pathway yang
menyebabkan turn over sel meningkat.

Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida terutama AMP
siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan terjadinya kenaikan yang
menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis. Walaupun demikian peningkatan
cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat
ini. cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam epidermis.6

Page | 2
ETIOLOGI

Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit
keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan.
Diketahui faktor utama yang menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis.
Penyelidikan sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-sel
epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal.
Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time epidermis
normalnya adalah 28-56 hari.

Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis,
resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita
psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah
bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe : Psoriasis
tipe I dengan awitan dini bersifat familial dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan
Cw6 sedangkan psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan berhubungan
dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27. Psoriasis
merupakan kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan memegang peranan
penting.

Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:

• Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.
• Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang mempunyai hubungan
erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya
dengan Psoriasis Vulgaris tidak jelas dan pernah di laporkan kasus-kasus Psoriasis Gutata
yang sembuh setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes telah diisolasi
sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis Plak, dan 16 %
pada pasien Psoriasis Kronik.

Page | 3
• Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi perburukan oleh karena
stres. Stres bisa merangsang kekambuhan psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien
tidak stabil. Pada anak-anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih
dari 90 %. Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak ditemukan gangguan
kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan bahwa stres psikologis
dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima terapi dan dapat menyebabkan
deteriorasi terutama pada kasus berat.
• Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi
pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan observasi
pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang telah sampai pada level
yang membayakan kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat laki-laki
dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan dapat
mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan parahnya
penyakit kulit.
• Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada
waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus memburuk.
• Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.6

GEJALA KLINIS

Sebagian penderita mengeluhkan gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp, perbatasan
daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah
lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di
atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang
di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna
putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, nummular atau plakat,
dapat berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata,
biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi streptococcus. Pada
psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang
disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tidak khas, hanya kira-kira 47%

Page | 4
yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana
juvenilis.

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Pada fenomena auspitz
tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.8

Gambar 3. Fenomena Auspitz

II.7 Klasifikasi Psoriasis

• Psoriasis Guttate

(GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari psoriasis yang mulai timbul sejak waktu
anak-anak atau remaja. Kata guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti “jatuh”.(drop).

Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di kulit. Bercak


(lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki, Bintik-bintik ini biasanya tidak
setebal atau bersisik seperti bercak-bercak (lesions) pada psoriasis plak.

Page | 5
Gambar 4. Psoriasis Gutata

Psoriasis Guttate kadang-kadang timbul secara tiba-tiba. berbagai kondisi


diketahui menjadi pencetus timbulnya psoriasis guttate, termasuk infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi streptococcal, amandel, stress, luka pada kulit dan penggunaan
obat-obatan tertentu (termasuk anti-malaria dan beta-bloker).

Infeksi streptococcal pada tenggorokan (strep throat) biasanya merupakan salah


satu pencetus psoriasis guttate, strep throat bisa terjadi tanpa gejala dan tetap bisa
menimbulkan psoriasis guttate. Berkonsultasilah dengan dokter anda untuk menjalani
pemeriksaan strep guna mengetahui apakah anda terserang infeksi strep atau tidak.

Psoriasis Guttate masih bisa tetap ada, walaupun infeksi streptokokus telah hilang.
Sebagian dokter memberikan antibiotik untuk membantu mencegah timbulnya kembali
infeksi yang dapat memicu timbulnya psoriasis guttate.

Bentuk psoriasis ini dapat hilang dengan sendirinya, kadang-kadang penderita


akan sembuh untuk selamanya, atau sembuh untuk sementara waktu kemudian kambuh
kembali sebagai pecahan dari psoriasis plak. kadang-kadang psoriasis guttate bisa timbul
pada masa anak-anak dan terbawa sampai dewasa.

Page | 6
Kasus-kasus psoriasis guttate dapat diobati dengan moisturizer ( lotion pelembab)
atau obat oles yang lebih kuat. Lotion pelembab seperti Eucerin, Cetaphil atau petroleum
jelly, dan jelly gamat atau ekstrak teripang merupakan bentuk pengobatan yang diminati,
pada awal-awal permulaan timbulnya bintik-bintik gejala penyakit psoriasis guttate.

Penderita psoriasis guttate kadang-kadang merasa jemu untuk memberi


salep/krem oles pada bintik-bintik yang banyak di kulit mereka. Pengobatan dengan
penyinaran sinar ultraviolet B (UVB) atau PUVA (obat psoriasis light-sentizing ditambah
sinar ultraviolet A) sangat efektif untuk psoriasis guttate.

Hanya pada kasus-kasus yang parah, dokter akan memberikan obat minum
(pengobatan yang mengenai seluruh badan) untuk tipe psoriasis ini, walaupun kadang-
kadang untuk jangka pendek pemakaian obat-obatan ini memberikan hasil yang cepat dan
remisi yang panjang.

Obat injeksi (yang bekerja pada system immunisasi untuk memblok penyakit ini)
bisa efektif untuk pengobatan psoriasis guttate. untuk obat injeksi yang telah dipelajari
untuk pengobatan psoriasis plak yang kronis, dan diakui setelah diberitakan sukses pada
pengobatan berbagai macam tipe psoriasis.

• Psoriasis Kuku

Gambar 5. Psoriasis Kuku

Page | 7
Menyerang dan merusak kuku dibagian bawah kuku tumbuh banyak sisik seperti
serbuk, jenis ini termasuk yang sulit/bandel untuk disembuhkan bagi penderita.

• Psoriasis Plak

Hampir 80% dari penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis plak yang secara ilmiah
disebut juga psoriasis vulgaris (yang berarti umum). Tipe plak ini bersifat meradang pada
kulit menimbulkan bercak merah yang dilapisi dengan kulit yang tumbuh berwarna
keperakan yang umum nya akan terlihat pada sekitar alis,lutut, kepala (seperti ketombe),
siku juga bagian belakang tubuh sekitar panggul serta akan meluas kebagian-bagian kulit
lainnya.

Gambar 6.Psoriasis Plak

Pada awal timbulnya bintik merah yang berangsur-angsur membesar menjadi


bercak merah yang disebut plak atau bercak yang kemudian tumbuh dengan lebih cepat
menutupi bercak merah dengan kulit yang berwarna putih keperakan (berpetak-petak)
yang terjadi dari sel-sel kulit yang mati, yang akan terus menerus terlepas dari kulit yang
terkena radang psoriasis plak tersebut.

Pada umumnya kulit-kulit yang terkena psoriasis akan sangat kering juga terasa
sakit/perih, gatal dan terkelupas.

Page | 8
• Psoriasis Inverse

Gambar 7. Psoriasis Inverse

Inverse psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara, dan di
lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul Tipe psoriasis ini pertama kali
tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah dan biasanya lack the scale associated
dengan psoriasis plak. Bercak itu bisa tampak licin dan bersinar.

Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating) menganggu karena iritasi yang


disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan
daerah sensitif (tender). terutama sangat mengganggu bagi penderita yang gemuk dan
yang mempunyai lipatan kulit yang dalam.

Pengobatan bisa sukar, karena kulit peka pada daerah lipatan-lipatan, Krem
steroid dan salep diyakini sangat efektif, tetapi tidak boleh di tutup dengan plastic.
Penggunaan berlebihan atau kesalahan pemakaian steroid, terutama pada lipatan-lipatan
kulit, dapat menimbul efek samping, terutama penipisan pada kulit dan meninggalkan
tanda. Karena pada daerah ini cenderung timbul infeksi disebabkan yeast dan jamur,
dokter akan menguji untuk infeksi dan mungkin akan menggunakan krem cair oles

Page | 9
steroid di gabungkan dengan obat-obatan lain, seperti, 1% atau 2% hydrocortisone
dengan anti-yeast atau anti-jamur.7

• Psoriasis eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

• Psoriasis seboroik (seboriasis)

Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan


dermatitis seboroik , skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan agak
lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik.

• Psoriasis pustulosa

Gambar 8. Psoriasis Pustulosa

Page | 10
Ada dua bentuk psoriasis pustular, yaitu palmar-plantar dan generalisata :

a. Pustulosis palmar plantar

Pustulosis Palmar-plantar juga dikenal sebagai psoriasis pustular palmar-


plantar. Bentuk psoriasis ini terlokalisasi berupa pustul steril pada telapak tangan
dan kaki, biasanya tersusun secara simetris. Bentuk psoriasis ini jarang sekali
pada usia sebelum dewasa, dan dapat tampak de novo atau pada pasien yang telah
diketahui terkena psoriasis. Biasanya terdapat eritem yang berbatas tegas, dengan
skuama pada daerah yang berpustul. Pustul awal berwarna krem putih klasik
dengan dasar eritem. Hal diatas biasanya berwarna matur sampai setengah
kecoklatan. Kulit tangan dan kaki dapat menjadi sangat tebal dan retak-retak yang
terasa nyeri sekali. Kedua kondisi tersebut terasa gatal yang terus menerus.
Tampak hubungan yang erat antara psoriasis pustulosa dengan merokok, lebih
dari 95% yang terkena psoriasis adalah perokok.

b. Psoriasis pustular generalisata

Psoriasis pustular generalisata adalah suatu kedaruratan kulit. Tampak


pustul steril yang biasanya dengan dasar kulit eritroderma (kerusakan kulit
total,lihat dibawah). Mungkin ada daerah psoriasis klasik yang bisa membantu
diagnosis tapi sering sekali kulit pasien tampak berwarna sangat merah dengan
sedikit atau tidak ada skuama. Steroid oral dapat menjadi pemicu keadaan kondisi
tersebut dan seharusnya tidak boleh digunakan secara rutin pada pengobatan
psoriasis. Keadaan umum pasien biasanya jelek dan harus dirawat di rumah sakit
sebagai suatu masalah kedaruratan.

Page | 11
• Eritroderma psoriatic

Gambar 9. Psoriasis Eritroderma

Dikatakan eritroderma jika menyerang lebih dari 95% kulit dengan lesi kulit
apapun.

Psoriasis eritrodermi dapat timbul melalui dua cara,yaitu :

1. Lesi kronik yang secara bertahap berkembang menjadi plak yang luas,
yang meliputi hampir seluruh bagian tubuh. Kondisi ini kadang
menyebabkan gangguan sistemik dan biasanya berespon baik dengan
pengobatan ringan hingga moderat.

2. Psoriasis yang tidak stabil dapat tiba-tiba berkembang atau mengikuti


periode peningkatan ketidakstabilan dan intoleransi terhadap terapi topikal.

Page | 12
Hal ini merupakan kedaruratan medis dan pasien seharusnya di rawat di
rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan pengawasan yang intensif. Hal
tersebut dihubungkan dengan gangguan sistemik yang signifikan dan dapat
menghasilkan ketidakseimbangan kontrol suhu tubuh dan
ketidakseimbangan cairan tubuh. Kondisi ini bisa dipicu oleh hipokalemi,
anti malaria,coal tar atau kegagalan terapi sistemik terutama steroid
sistemik.8

HISTOPATOLOGI

Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges


dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis, lapisan sel granuler menghilang,
parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang
menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler epidermis
(menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan pembuluh darah berkelok-
kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis atas.6

DIAGNOSIS

Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:

I. Pemeriksaan Kulit :

Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang
menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran
yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang menyebabkan gatal.
Kelainan kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir.

Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan.
Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular, numular, sampai plakat, dan berkonfluensi,
dengan gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis.

Page | 13
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah
intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan
tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner (isomorfik). Fenomena
tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai
diagnostik, kecuali pada psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk
membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai morfologi yang sama,
sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus,
liken nitidus, veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena
Kobner didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.

Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti
lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan
pingir gelas alas.

Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebakan oleh
papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, bisa dengan pinggir
gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika
terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang
merata.

Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit penderita psoriasis, misalnya
garukan dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.

Dua puluh lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau nail
pit pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar.

Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku dari
matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk
di bawahnya), oil spots subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate).

Page | 14
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula menyebabkan
kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30 % pasien psoriasis berhubungan dengan
atritis disebut Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi. Umumnya bersifat
poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia
30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.6

LABORATORIUM

Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis tanpa terkecuali pada
psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis dan pada plak serta psoriasis gutata.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti
pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.

Bila penyakit tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini
berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya
Artritis Gout. Laju endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat juga
ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin.

Pada psoriasis berat, psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen
terganggu terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif, 2 makroglobulin, level IgA
serum dan kompleks imun IgA meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak
diketahui.6

DIAGNOSIS BANDING

a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)

Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat terjadi hanya
di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya
pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada
dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.

b. Sifilis Psoriasiformis

Page | 15
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada
malam hari (dolores nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat
senggama tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening
menyeluruh serta alopesia areata.

c. Dermatitis Seboroik

Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga sternum dan fleksura.
Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala.
Skuama pada psoriasis kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik
skuama berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama
diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda ini
tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.

c. Pitiriasis Rosea

Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha, bentuk oval,
distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara), skuama sedikit tidak
berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch.

d. Mikosis Fungoides

Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan hanya bisa
dibedakan dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada umumnya asimetris dan
tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada skuama.

e. Dermatitis Atopi

Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut, biasanya disertai
eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.6

Page | 16
PENGOBATAN

A. Topikal

a. Preparat ter

Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang. Preparat
ter berguna pada keadaan-keadaan:

• Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena
pemakaian pada lesi luas.

• Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana.

• Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :

• Fosil, misalnya iktiol.

• Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.

• Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.

Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari
pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis
yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya psoriasis akut
dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-5 %. Untuk mempercepat, ter
dapat dikombinasi dengan asam salisilat 2-10 % dan sulfur presipitatum 3-5 %.

b. Kortikosteroid

Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.

2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.

Page | 17
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid
topikal dapat menurunkan inflamasi.

Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk kebanyakan kasus psoriasis
pada anak. Preparat hidrokortison 1%-2,5% harus digunakan pada fase akut dan sebagai
pengobatan maintenance.

Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution dan krim, serta ointment dimana pada
pemakaian jangka panjang dapat terjadi efek samping. Efek samping berupa atrofi, erupsi
akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi pada pemakaian topikal potensi kuat,
terutama bila digunakan under occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian jangka panjang dapat
terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan pemeriksaaan level serum
kortisol.

c. Ditranol (antralin)

Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat sintesis
DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan efektif pada
Psoriasis Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8 Konsentrasi yang
digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.1,2 Lama pemakaian hanya ¼ –
½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu.

d. Calcipotriol

Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan diferensiasi
sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi
keratinosit.2,6,8 Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya berupa iritasi,
yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan
hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.

e. Tazaroten

Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi
petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang

Page | 18
menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %.
Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar,
dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.

f. Emolien

Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan),
ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari,
fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

B. Sistemik

a. Kortikosteroid

Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis Eritroderma,


Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis
rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik,
dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara
mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.

b. Sitostatik

Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk psoriasis,
Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar
terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup. Dapat
dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula
diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya.

Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat
reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in
vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel
limfoid.

Page | 19
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik, kehamilan, penyakit
infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek
samping metotreksat berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi tuberkulosis,
nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran
cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi
enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat timbulnya leukopenia,
trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi fibrosis portal dan sirosis
hepatik.

c. DDS

DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber dengan
dosis 2×100 mg/hari.1,2 Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan
agranulositosis.

d. Etretinat (tegison, tigason)

Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang sukar
disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis
Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid yaitu mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium
hiperproliferasi.

Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit
normal. Retinoid juga memberikan efek anti inflamasi seperti menghambat netrofil.
Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan
dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari.

Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung
kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid
darah, gangguan fungsi hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik. Kehamilan
hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat dihentikan.

Page | 20
e. Asitretin (neotigason)

Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai monoterapi sangat efektif
untuk Psoriasis Eritroderma dan Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan
etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari, dibandingkan dengan etretinat
yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8 Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk
penderita anak-anak dan wanita usia produktif.

f. Siklosporin A

Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional. Efeknya ialah


imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6 Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik,
gastrointestinal, flu like symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil
pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.

g. Eritromisin

Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis netrofil dan biasanya pada
psoriasis gutata yang rekuren setelah infeksi streptokokus dapat dipertimbangkan untuk
pemeriksaan kultur tenggorokan.

C. Fototerapi

Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk
pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang
tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis.

Karena itu, digunakan sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA.
Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis
tidak berespon terhadap terapi yang lain.

Page | 21
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6
mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan
terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2
bulan.

Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan sakit kepala. Adapun
kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap sebagai resiko PUVA masih kontroversial.6

KESIMPULAN

Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit kronis (sering kambuh) yang ditandai dengan
menebalnya kulit disertai timbulnya bercak-bercak merah, sisik-sisik putih kasar. Psoriasis
bukanlah penyakit menular, tetapi bersifat menurun.

Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk. Data
nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena.

Trauma, infeksi, stres, gangguan metabolisme, kekurangan kalsium, konsumsi alkohol,


dan merokok bisa menjadi pencetus pada mereka yang punya bakat psoriasis. Psoriasis
merupakan inflamasi kulit bersifat kronis dan residif (hilang timbul) dengan penyebab belum
diketahui. Penyakit ini dianggap penyakit autoimun, yaitu sel T, suatu sel kekebalan dalam
tubuh, aktif dan menghasilkan zat-zat mediator penyebab peradangan dan diferensiasi abnormal
sel-sel kulit.

Penderita psoriasis mengalami pergantian kulit terlalu cepat. Pergantian kulit pada
manusia normal biasanya berlangsung 3-4 minggu, tetapi pergantian kulit penderita psoriasis
berlangsung cepat, yaitu 2-4 hari, bahkan bisa lebih cepat. Ada beberapa terapi psoriasis,
pemilihannya tergantung bentuk keparahan penyakit, lokasi lesi antara lain, kulit kepala, wajah,
lipatan, telapak tangan, kaki, dan genitalia.

Page | 22
Daftar Pustaka

1. Lubis Petti, Nugraheni Mutia. Yang Perlu Anda Tahu Tentang Psoriasis. Diunduh pada
tanggal 17 Desember 2010 dari www.vivanews.com

2. Cakmoki. Sekilas Psoriasis. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2010 dari


www.google.com

3. Wiryadi, Benny Effendi. Psoriasis Bukan Soal Kulit Semata. Farmacia Artikel Februari
2008. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2010 dari www.google.com.

4. Djuanda,Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin cetakan ke 5. Fakultas Kedokteran


Umum Indonesia. Jakarta. 2007.

5. Diky. Mengenal Anatomi Kulit. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2010 dari
www.google.com

6. Qauliyah,Asta. Diagnosis dan Terapi Psoriasis. Dipublikasikan dari Astaqauliyah 20


November 2006. Diunduh pada tanggal 18 Desember 2010 dari www.google.com.

7. Jenis Psoriasis. Diunduh pada tanggal 18 Desember 2010 dari www.google.com

8. Fadillah,Muhammad. Psoriasis. Diunduh pada tanggal 18 Desember dari


www.google.com.

Page | 23
Page | 24

Anda mungkin juga menyukai