Anda di halaman 1dari 2

LSM MPR Ber-Nas Sesalkan Keterangan

Terdakwa dan Saksi

Kasbon Thamsir Rahman Rp.47,76 Milyar


Ibarat “Pohon Tumbang, Kura-kura Bisa Memanjat”

Rengat, Tribun Riau

Terkait dengan pernyataan JPU dan kedua terdakwa R.Marwan, Encik Afrizal
serta keterangan sejumlah saksi dipersidangan dalam perkara korupsi APBD Inhu 2005-
2008 yang telah merugikan keuangan negara sebesar Rp.114 mliyar, Ketua LSM MPR
Ber-Nas Kab.Inhu, Hatta Munir, mengatakan jika semua yang dikatakan tersebut sudah
mengada-ngada.
Selain JPU yang tidak ‘memangkas’ perkara korupsi ini sampai ke akar-akarnya,
hal ini sudah terjadi kekeliruan sejak awalnya. Sebab, kasbon mantan Bupati
Inhu.H.R.Thamsir Rahman yang dikatakan oleh JPU didalam persidangan dan fakta-fakta
lainya selama proses persidangan digelar di PN Rengat, nilai kasbon sebesar Rp.47,76
milyar belum tentu benar.
Menurutnya, apakah hal itu sudah benar keabsahannya. Dimana, saat majelis
hakim membaca amar putusan secara bergantian terkait dijatuhinya vonis terhadap kedua
terdakwa pada sidang yang digelar Senin (20/12) lalu, hal itu mengacu dari BAP kedua
terdakwa yang dibuat JPU. Dikatakan, bahwa uang sebesar itu digunakan oleh Thamsir
Rahman untuk kepentingan Pilkada Gubri 2008 lalu.
“Kita sangat meragukan kebenarannya dan uang sebesar itu belum tentu benar
dipinjam oleh Thamsir Rahman. Sedangkan hasil temuan BPK RI dengan penyidik Kajti
Riau saat dikemukakan oleh majelis hakim sudah berbeda. Dan mungkin ada benarnya,
uang sebesar itu ditemukan oleh BPK RI,” dimikian diungkapkan Hatta Munir, kepada
Tribun Riau via seluler.
Hatta Munir mengatakan, jika persoalan ini bak pepatah “Pohon Tumbang,
Kura-kura Bisa Memanjat”. Maksudnya, sebut Hatta, saat ini Thamsir Rahman bukan
lagi seorang bupati. Sehingga, kedua terdakwa (Marwan dan Encik) yang dulu pernah
menjadi bawahan balik ‘menyerang’ mantan atasan, untuk menyelamatkan diri masing-
masing.
Jika perkara korupsi ini dibabat sampai ke akar-akranya maka akan jelas
permasalahannya. Bila saat ini Thamsir Rahman masih menjabat sebagai bupati mungkin
sudah lain jalan ceritanya. Karena ingin menyelamatkan diri dari hukuman berat maka
kedua terdakwa bicara apa saja dipersidangan.
Selain itu, sebut Hatta, didalam perbedaan tunutan dari kelima terdakwa selain
Marwan dan Encik, seperti Zaharman, Puja Kaul dan Wurlinus, diindikasikan jika JPU
terkesan pilih kasih didalam penegakan hukum. Apakah betul uang sebesar itu ada
diterima Thamsir Rahman untuk dipakai pada Pilkada Gubri 2008 lalu? JPU harus bisa
membuktikan hal itu dan jangan hanya berdasarkan keterangan saksi-saksi saja. papar
Hatta Munir.
“Saya juga menduga kuat jika JPU sudah menerima gratifikasi dari kedua
terdakwa, Marwan dan Encik. Hal ini diindikasikan didalam pengajuan tuntutan terhadap
keduanya. Pernytaan saya ini bukan membela Thamsir Rahman atau ada kepentingan
tetapi hanya ingin melihat keadilan yang merata serta penegakan supremasi hukum di
negeri ini,” tegasnya.
Dinyatakan Hatta lagi, walau ia tahu jika ‘otak’ dari semua persoalan ini adalah
bersumber dari ThamsirRahman. Tetapi uang sebesar Rp.47,76 milyar yang dikatakan
selama persidangan harus bisa dibuktikan. Saat Thamsir Rahman menjabat sebagai
Bupati Inhu, semua terdakwa dan tersangka lainnya yang belum ditahan tidak berani
berkata apapun, terlebih sampai menyerangnya dipengadilan.
“Apa benar uang tersebut dipakai Tahmsir untuk Pilkada, seperti temuan BPK RI?
Kok bisa selamat kedua terdakwa, Marwan dan Encik didalam perkara ini? Sedangkan
keduanya melakukan penyalahgunaan kewenangan dan jabatan. Yang secara terbukti dan
meyakinkan telah memberikan kasbon secara berkelanjutan, sejak 2005-2008,” kata
Hatta, heran. (yus)

Anda mungkin juga menyukai