BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
2
sebagai subtitusi dari minyak. Penelitian oleh Driesprong (2005) merupakan salah
satu penelitian yang mendokumentasikan pengaruh antara pergerakan harga
minyak dunia terhadap return industri. Penelitian yang dilakukan terhadap 30
stock market dari negara maju dan beberapa emerging market menemukan bahwa
pergerakan harga minyak dunia merupakan salah satu predictor yang signifikan
untuk menentukan stock market return. Hal tersebut akan semakin signifikan
terhadap negara yang memiliki konsumsi minyak dunia yang tinggi.
Latar belakang dilakukannya penelitian mengenai pengaruh exchange rate
terhadap stock market return adalah kejadian pada saat krisis moneter yang terjadi
pada 1997-2003 di hampir seluruh negara Asia. Krisis moneter di Asia diawali
oleh krisis keuangan yang terjadi di Thailand akibat banyaknya spekulan yang
memperjual-belikan Baht, di mana krisis ini kemudian menyebar ke negara Asia
lainnya tak terkecuali Indonesia. Krisis moneter Asia ini kemudian menyebar juga
ke luar Asia seperti Rusia dan negara-negara Amerika Latin yang mengalami
krisis moneter serupa.
Pada tahun 1998 di Indonesia terjadi depresiasi nilai rupiah terhadap dolar
AS, yang di saat bersamaan, nilai saham-saham di Bursa Efek Jakarta (sekarang
Bursa Efek Indonesia) mengalami penurunan cukup signifikan. Banyak studi
dilakukan untuk melihat pengaruh dari pergerakan nilai kurs terhadap stock
market, dan hasil dari penelitian terdahulu sangatlah beragam. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa nilai kurs-lah yang memengaruhi stock market dan ada juga
yang menyatakan sebaliknya. Beberapa penelitian menyatakan kedua hal tersebut
memiliki hubungan yang positif dan ada juga yang menyatakan negatif. Studi
yang dilakukan oleh Gupta, Chevalier dan Sayekt (2000) menyatakan hipotesis
awal bahwa ada korelasi positif antara harga saham dan exchange rate. Sebuah
studi menyatakan bahwa pengaruh exchange rate dipengaruhi oleh degree of
openness dari perekonomian kita dan neraca perdagangan suatu negara (Frankel,
1993). Kenaikan harga saham dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah secara positif,
artinya semakin baik nilai tukar Rupiah terhadap Dolar diharapkan bursa saham
merespon secara positif.
Perlu diketahui bahwa indutri pertambangan dan industri consumer goods
mungkin memiliki respon yang berbeda terhadap fluktuasi harga minyak dunia
Universitas Indonesia
3
dan exchange rate. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan input produksi
dan juga dependensi setiap industri terhadap dua variabel yang diteliti.
Universitas Indonesia
4
tahun 2002 hingga 2006, meliputi harga minyak dunia dan exchange rate.
Penelitian dilakukan antara tahun 2002 sampai 2006 dimaksudkan agar dapat
melihat pengaruhnya secara jelas, karena pada tahun 2008 harga minyak
melambung tinggi dan nilai Rupiah terhadap Dolar melemah karena adanya
krisis global. Dengan menggunakan data tahun 2002 sampai 2006 diharapkan
informasi yang didapat lebih bermanfaat, karena akan benar-benar melihat
hubungan yang sebenarnya dari variabel-variabel yang diteliti pada kondisi
yang cenderung stabil (tidak berada dalam krisis keuangan ataupun kenaikan
yang luar biasa dari harga minyak). Apabila periode yang digunakan adalah
periode di mana terdapat peristiwa luar biasa, hasil penelitian akan bisa dan
dapat menyesatkan bagi para pengambil keputusan investasi.
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Investasi adalah komitmen atas dana terhadap satu atau lebih aset yang
akan dipegang selama satu atau beberapa periode di masa depan (Jones, 2004).
Sedangkan investasi yang berkaitan dengan manajemen kekayaan investor yaitu
jumlah dari pendapatan sekarang dan nilai masa kini dari pendapatan di masa
depan (Jones, 2004). Investor dapat memilih berbagai jenis alternatif investasi
yang ada di mana secara umum terdapat dua kategori, yaitu pada aset finansial
(instrumen hutang/obligasi, instrumen modal/saham) maupun aset riil (seperti
emas, perak, komoditi, dan properti).
Ada beberapa pilihan bagi investor untuk menginvestasikan dananya, salah
satunya adalah melalui pasar modal (saham). Pasar modal merupakan sarana
investasi bagi investor dan emiten untuk mendapatkan tambahan modal dengan
cara menerbitkan efek. Sebelum melakukan investasi di pasar modal tentu saja
investor harus tahu instrumen investasi apa yang tersedia di pasar modal (saham)
tersebut, risiko-risikonya beserta cara meminimalkannya, dan juga faktor apa saja
yang memengaruhi harga dari instrumen di pasar modal. Secara ringkas yang
perlu diperhatikan oleh investor adalah risk and return di dalam pasar modal.
Risiko (risk) adalah hal-hal yang dapat menghalangi investor utuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan, sedangkan return adalah imbal hasil yang
diharapkan oleh investor akibat menanamkan dananya di dalam pasar modal.
Untuk memaksimalkan return yang didapatkan, para investor dan manager
investasi harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi harga saham
di BEI, yang terdiri dari 3 faktor: (1) fundamental perusahaan, (2) keadaan
industri, dan (3) kondisi makro yang relevan. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui pengaruh faktor-fator makro-ekonomi yang relevan terhadap return
industri yang diteliti.
2.1 Saham
Salah satu instrumen investasi yang cukup populer di dunia adalah
berinvestasi melalui saham. Investasi di dalam saham merupakan salah satu
Universitas Indonesia
7
instrumen investasi yang memberikan timbal hasil tertinggi, selain juga risiko
yang terkandung dalam instrumen investasi ini yang sama tingginya. Hal ini
sesuai dengan salah satu aksioma dalam ekonomi yaitu “high risk, high return”.
Definisi dari saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas3. Definisi lain dari
saham adalah instrumen yang menandakan kepemilikan atas aset dan profit
perusahaan secara proporsional sesuai persentase kepemilikan saham4.
Saham dibagi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen (Winardi, 2003):
1) saham biasa, di mana sebagai unit kepemilikan suatu perusahaan,
saham biasa memiliki voting right dan sesuai porsinya dapat
menentukan arah kebijakan perusahaan. Pemegang saham biasa juga
harus ikut menanggung bila terjadi kerugian.
2) saham preferen dengan dividen yang tetap. Saham preferen terkadang
juga memiliki opsi untuk men-convert kepemilikannya kedalam saham
biasa.
Return yang dapat diraih oleh pemilik saham adalah:
1) dividen, merupakan laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Biasanya dividen diambil dari laba ditahan suatu perusahaan.
2) capital gain yang merupakan profit hasil dari investasi di pasar modal.
Hal ini terjadi apabila harga beli lebih tinggi dari harga pasar sekarang.
Sebelum exercise (dijual), gain tersebut dianggap sebagai unrealized
gain.
Selain keuntungan yang akan diperoleh, melakukan investasi di dalam
saham juga mengandung risiko yang harus ditanggung apabila terjadi kerugian
dan risiko terbesar adalah kemungkinan investasi tidak akan kembali apabila suatu
perusahaan harus dilikuidasi. Pemegang saham adalah entitas yang akan
menerima penggantian kerugian paing akhir apabila suatu perusahaan mengalami
likuidasi, di mana pengembalian dapat dilakukan apabila ada sisa dana dari proses
likuidasi tersebut (setelah membayar kepada negara dan kewajiban–kewajiban
lainnya terpenuhi) masih tersisa.
3
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2002/05/3/eur01.html
4
http://www.investorwords.com/4725/stock.html
Universitas Indonesia
8
di mana :
= dividend during the period
= beginning price
= ending price
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
berkembang seperti Cina dan India terus meningkat. Kebutuhan akan minyak
yang sangat tinggi membuat negara-negara berkembang sangat terekspos
pergerakan harga minyak. Embargo minyak yang dilakukan oleh OPEC pada
tahun 1973 menyebabkan negara–negara berkembang mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan minyaknya (Rifkin, 2002).
Kenaikan harga minyak bekerja seperti layaknya inflation tax. Dalam ilmu
ekonomi inflasi dianggap sebagai tax karena secara tidak langsung mengurangi
daya beli dari income yang dimiliki perorangan maupun badan. Pergerakan harga
minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penentuan produksi minyak oleh
OPEC dan kondisi geopolitik suatu negara penghasil minyak.
5
CXOAG Investing Notes – Update Crude Oil Price and Stock Returns
Universitas Indonesia
11
production dinilai memiliki pengaruh terhadap stock price market returns. Dalam
penelitian terebut, minyak belum dianggap memiliki pengaruh terhadap stock
price return. Pendekatan yang sama digunakan oleh Hamao (1989) untuk meneliti
Japanesse equity data di mana lagi-lagi minyak belum dianggap memiliki
pengaruh terhadap stock market. Beberapa tahun kemudian baru ditemukan bahwa
harga minyak memiliki pengaruh terhadap stock market. Penelitian ini dilakukan
terhadap Japanesse equity data oleh Kaneko dan Lee (1995). Tahun 1994, Ferson
dan Ferson dan Harvey meneliti 18 stock market yang ada di dunia dan
menemukan bahwa minyak memiliki pengaruh yang signifikan (secara statistik)
terhadap stock market yang diteliti, tetapi pengaruh bagi setiap market berbeda-
beda.
Huang, Masulis dan Stoll (1996) dengan menggunakan metode VAR
(Vector Auto Regressive) menemukan bahwa pergerakan harga minyak dapat
menggerakan return dari individual oil stock. Hal tersebut tidak berlaku untuk
return dari indeks. Sadorsky (1999) dengan menggunakan metode VAR
menemukan bahwa pergerakan minyak setelah tahun 1986 memiliki porsi yang
lebih besar dari interest rate dalam menentukan return market.
Menurut Basher dan Sadorsky (2004), pengaruh perubahan harga minyak
terhadap stock market dapat dijelaskan sebagai berikut: kenaikan harga input
dalam produksi artinya kenaikan cost of production (minyak merupakan input
dalam produksi), kenaikan cost of production mengurangi cash flow dari
perusahaan yang menurut penelitian mereka akan berdampak pada stock price
suatu perusahaan. Selain itu masih menurut mereka, harga minyak merupakan
indikator inflasi, sehingga saat minyak naik interest rate akan ikut meningkat.
Peningkatan interest tersebut membuat bonds dan deposito terlihat lebih menarik
daripada stock, apalagi risiko deposito dan bonds lebih kecil daripada stock.
Perpindahan dari stock market kepada deposito dan bonds dapat membuat suatu
pasar kehilangan daya tariknya dan pada akhirnya seluruh stock mengalami
penurunan.
Park dan Ratti (2005), melalui penelitiannya dengan menggunakan data
bulanan dari tahun 1986 sampai 2005 terhadap 13 negara Eropa dan menggunakan
metode unrestricted Vector Auto Regressive menemukan bahwa pada negara
Universitas Indonesia
12
importir minyak, pergerakan harga minyak bumi memiliki hubungan negatif yang
signifikan terhadap return market apabila dibandingkan dengan interest rate shock.
Sedangkan, pada negara eksportir minyak, pergerakan harga minyak memiliki
hubungan positif yang signifikan di mana interest rate memiliki dampak yang
lebih besar dibandingkan dengan pergerakan harga minyak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ewert & Hult (2006), mereka
meneliti 3 negara Asia yaitu Indonesia, Cina dan India, didapat hipotesis bahwa
harga minyak memengaruhi saham secara negatif. Ditemukan juga bahwa di India
pergerakan harga minyak dunia dapat digunakan sebagai parameter perubahan
harga saham. Sedangkan di Indonesia dan Cina bukti–bukti ke arah tersebut
sangat minim.
Pergerakan harga saham pertambangan di BEI ikut terdorong karena
naiknya harga minyak dunia. Permintaan yang tinggi terhadap minyak
menyebabkan tingginya usaha eksplorasi dan ekstraksi tambang minyak. Dengan
demikian perusahaan pertambangan khususnya tambang minyak mendapatkan
revenue yang lebih banyak, di mana hal tersebut yang menyebabkan harga saham
pertambangan ikut naik.
Menurut Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing,
indeks saham pertambangan ikut terdorong naik setelah harga minyak mengalami
peningkatan. Pada bulan Oktober 2008 saham pertambangan di BEI ikut
terpengaruh menyusul terkoreksinya harga minyak dunia (Vivanews.com,
Oktober 2008). Penurunan harga minyak dunia pada bulan Agustus 2008 tidak
direspon baik oleh pasar modal Indonesia. Keadaan ini seperti melawan arus
perdagangan global di mana penurunan harga minyak dunia membuat nilai indeks
di bursa regional dan global meningkat. Penurunan IHSG tersebut dipicu oleh
penurunan di sektor pertambangan dan komoditas. Penurunan harga minyak juga
membuat saham komoditas seperti CPO ikut turun, alasannya adalah CPO
merupakan salah satu produk subtitusi dari minyak sehingga jika harga minyak
turun harga CPO juga turun. Pemikiran seperti itu menyebabkan penjualan saham
di lantai bursa tersebut menekan IHSG untuk dikoreksi. Sebenarnya semua saham
regional dan dunia mengalami tekanan yang sama akibat turunnya harga minyak
dunia, tetapi bursa regional dan dunia memiliki komposisi yang berimbang
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
kompetitif. Hal ini mengakibatkan nilai ekspor semakin tinggi dan pada akhirnya
akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan yang berlaku apabila suatu
perusahaan tidak banyak melakukan impor untuk input produksinya.
Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa market return-lah
yang memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Menurut teori portofolio
balance approaches, pasar modal yang sedang berkembang akan menarik banyak
investor termasuk investor dari luar negeri, untuk dapat berpartisipasi dalam pasar
modal suatu negara. Ketika seseorang membutuhkan mata uang lokal membuat
demand yang tinggi terhadap mata uang tersebut dan akan mengapresiasinya.
Sebaliknya, apabila pasar modal sedang menghadapi kondisi yang kurang baik,
investor-investor akan menarik kembali dananya dan menukarkannya ke foreign
currency: hal tersebut akan menyebabkan depresiasi suatu mata uang.
Meskipun secara teori exchange rate memiliki pengaruh terhadap stock
return, tidak semua penelitian menemukan hal yang sama dengan teorinya.
Penelitian pertama mengenai hubungan antara 2 variabel tersebut adalah Franck
dan Young (1972), di mana pada penelitian ini mereka tidak menemukan
hubungan di antara keduanya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aggarwal
(1981), dilakukan di Amerika terhadap pengaruh perubahan exchange rate dari
dolar terhadap perubahan indeks saham. Data yang digunakan adalah data tahun
1974-1978. Setelah data terkumpul dan dilakukan uji regresi sederhana, hasilnya
adalah ditemukan hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang lebih kuat
pada saat short term period. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Solnik (1987),
yang meneliti dampak beberapa variabel (termasuk didalamnya exchange rate)
terhadap stock market dari 9 negara barat. Hasilnya adalah ada hubungan positif
antara exchange rate dan stock price walau tidak signifikan. Penelitian juga
dilakukan oleh Jorion (1990-1991), Bodnar dan Gentry (1993) dan hasilnya
adalah sama dengan pernyataan dari Solnik. Pada tahun 1998, He dan Ng (1998)
melakukan penelitian terhadap 171 perusahaan multinasional di Jepang dan
menemukan hanya seperempat dari perusahaan itu memiliki exposure yang
signifikan terhadap exchange rate. Walaupun penelitian dilakukan dalam periode
krisis moneter tapi tidak semua terpengaruh oleh fluktuasi nilai mata uang.
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
BAB III
DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
Rs : Return sektor
Is : Nilai penutupan indeks sektor
Is-1: Nilai penutupan Indeks sektor minggu sebelumnya
Universitas Indonesia
18
Total return sektor pertambangan dan consumer goods didapat dengan cara
menghitung indeks sektor pada penutupan minggu ke–n dikurangi dengan nilai
indeks sektor minggu sebelumnya. Nilai tersebut kemudian dibagi lagi dengan
nilai indeks sektor minggu sebelumnya. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat dari
persamaan di atas. Data-data indeks setiap sektor dapat didapat dari perpustakaan
BEI.
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
pengamatan relatif banyak (lebih dari 30 sampel), semua variabel VAR harus
stasioner, serta interpretasi koefisien yang tidak mudah.
Metode VAR muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini melalui
pendekatan non-struktural. Prinsip utama dari metodologi Sims tersebut yakni
tidak ada penentuan atau pembagian awal antara variabel endogen dan eksogen
(memperlakukan seluruh variabel yang digunakan dalam persamaan sebagai
variabel endogen), tidak ada restriksi pada persamaan, serta tidak ada landasan
teori ekonomi yang pasti yang diperlukan untuk menjelaskan persamaan simultan
yang ingin diuji. Berdasarkan prinsip tersebut, metodologi Sims ini sering juga
disebut sebagai “atheoritical macroeconometrics”.
yt b10 b12 zt 11 yt 1 12 zt 1 yt
(3)
zt b20 b21 yt 21 yt 1 22 zt 1 zt
Sistem persamaan di atas disebut juga sebagai struktural VAR. Kedua
variabel tersebut dipengaruhi secara langsung oleh variabel yang lain, sedangkan
nilai selang dari setiap variabel memengaruhi variabel tersebut secara tidak
langsung. Persamaan tersebut dapat dibentuk kedalam notasi matriks:
1 b12 yt b10 11 12 yt 1 yt
b
21 1 zt b20 21 22 zt 1 zt
Bxt o 1 xt 1 t (4)
di mana,
1 b12 y b
B , xt t , 0 10
b21 1 zt b20
12
1 11 , t yt
21 22 zt
Maka, apabila notasi matriks persamaan 2 dikalikan dengan inverse B maka akan
menghasilkan
xt B 1 0 B 11 xt 1 B 1 t A0 At xt 1 et (5)
Universitas Indonesia
21
Terdapat perbedaan antara sistem persamaan (2) dan (5), di mana sistem
persamaan (2) merupakan sistem struktural VAR, sementara sistem persamaan (3)
adalah sistem VAR dalam bentuk standar atau reduced form. Error terms pada
sistem persamaan (5) adalah gabungan dari εyt dan εzt . Karena εyt dan εzt “white
noise”, maka e1t dan e2t akan memiliki rata-rata 0, varian yang konstan, dan non-
otokorelasi serial.
Pada bentuk standar, VAR dianggap sebagai sistem yang dinamis dan
merupakan persamaan linear yang dipengaruhi oleh error terms. Berdasarkan
sistem persamaan (5) didapatkan:
xt A0 A1 xt 1 A2 xt 2 ... Ap xt p et (7)
di mana,
xt = (n x 1) vector, terdiri dari n variabel yang digunakan dalam VAR
Ao = (n x 1) vector dari intersep
Ai = (n x n) matriks dari koefisien
et = (n x 1) vector dari error terms
Unrestricted VAR disebut juga dengan model VAR dinamis, hal itu
dikarenakan tidak adanya restriksi linear yang dilakukan. Identiikasi persamaan
pada model VAR perlu dilakukan untuk melakukan estimasi terhadap model VAR.
Proses estimasi hanya dapat dilakukan dalam kondisi overidentified dan exactly
identified, yang artinya hanya dapat dilakukan apabila informasi yang tersedia
lebih banyak atau sama banyaknya dengan jumlah parameter yang ingin
diestimasi. Menilik pada model yang telah dibangun di atas, identifikasi dari
sistem persamaan VAR (5) menghasilkan 9 informasi yang terdiri atas 6 koefisien
estimasi (a10, a20, a11, a21, a22), kalkulasi atas nilai varian e1t dan e2t, serta kovarian
(e1t, e2t). Sementara itu jumlah parameter yang harus diestimasi pada sistem
struktural VAR (2) berjumlah 10 yang terdiri atas 2 koefisien intercept (b10, b20),
4 koefisien autoregressive (γ11, γ12, γ21, γ22), 2 koefisien feedback (b12, b21), serta 2
standar deviasi (σy, σz). Maka yang diperoleh adalah kondisi underidentified,
sehingga hal tersebut membuat model mustahil untuk diestimasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, Sims menyarankan untuk menggunakan suatu metode yang
dinamankan metode rekrusif yang dimasukkan ke dalam proses identifikasi model
dengan melakukan restriksi pada satu atau lebih parameter dan dilandasi argumen
Universitas Indonesia
22
pada teori ekonomi yang sesuai, sehingga kondisi overidentified atau exactly
identified dapat tercapai.
Ada beberapa latar belakang mengapa kita melakukan / membentuk sistem
persamaan, 1) deskripsi data, 2) peramalan, 3) inferensi structural dan 4) analisis
kebijakan. Didalam konsep VAR peneliti dapat mendapatkan empat hal diatas.
Dengan alat analisa yang ditawarkan, 1) forecasting: Ekstrapolasi nilai saat ini dan
nilai masa depan dengan mengunakan data masa lalu, 2) Impulse Response
Functions (IRF), melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat
perubahan atau shock suatu variabel tertentu, 3) FEDVs (Forecast Error
Decomposition of Variabels): prediksi kontribusi persentase varians setiap
variabel akibat perubahan variabel lainnya dan 4) Granger Causality Test:
digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat suatu variabel
` Yt Yt 1 t (8)
εt dihasilkan dari proses white noise, apabila dalam periode Yt terdapat
guncangan sebesar C, maka Yt+1, Yt+2, ... akan meningkat sebesar C sehingga
dampak dari guncangan adalah permanen. Pada kasus tersebut dapat dikatakan
Universitas Indonesia
23
di mana εt adalah eror pure white noise dan ∆Yt-1 = (Yt-1 – Yt-2), dan
seterusnya. Sama seperti uji Dickey-Fuller, uji Augmented Dickey-Fuller juga
menguji apakah δ = 0. Hipotesis null (Ho) dapat ditolak jika p-value lebih kecil
dari nilai α.
Universitas Indonesia
24
suatu model VAR menjadi stationer apabila semua roots-nya memiliki modulus
lebih kecil dari satu dan terletak pada unit circle.
Tahapan kedua adalah mencari selang panjang optimum dengan kriteria yag
tersedia. Kriteria informasi yang tersedia antara lain:
1) Adjusted R2
R2 berguna untuk mengukur keakuratan dari nilai prediksi
terhadap nilai sesungguhnya dari variabel terikat/dependen,
semakin besar nilai dari R2, maka semakin besar pula hubungan
antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebasnya. Namun
metode ini memiliki kekurangan yaitu jika jumlah variabel
bebasnya semakin banyak, maka nilai R2-nya juga akan semakin
besar. Oleh karena itulah digunakan adjusted R2, di mana
penghitungannya telah diberi penimbang.
2) Likelihood Ratio
Dengan alternatif ini, semakin besar nilai LR yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
3) Final Prediction Error (FPE)
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai FPE yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
4) Akaike Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai AIC yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
5) Schwarz Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai SIC yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
6) Hannan-Quinn Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai HQ yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
Tahapan ketiga adalah membandingkan nilai adjusted R2 dari variabel VAR
yang ada. Selang optimum akan didapat dari selang tertentu yang menghasilkan
adjusted R2 yang paling besar.
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
yt y 11 (i ) 12 (i ) yt i
z (i ) (i )
t z i 0 21 22 zt i (15)
di mana
1 b12
Ai1 /(1 b12b21 )
b21 1
Universitas Indonesia
27
11 (i ), 12 (i ), 21 (i ), 22 (i ) adalah impulse response function karena keempat
koefisien tersebut merefleksikan perilaku seri yang terdapat pada model dalam
merespon inovasi (shock). Koefisien 12 (0) menunjukkan dampak instan akibat
(1)
perubahan satu unit εzt pada yt, sementara koefisien 12 menunjukkan respon
satu periode akibat perubahan satu unit εzt-1 pada yt .
Universitas Indonesia
28
BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Jumlah
Mean St. Dev. Max Min Observasi
Mean adalah rata-rata nilai dari variabel yang diteliti. Melalui tabel di atas kita
dapat melihat seberapa besar rata-rata return dari industri pertambangan dan
consumer goods serta perubahan nilai dari harga minyak dunia dan kurs rupiah
terhadap dolar AS. Tabel di atas memberikan informasi mean dari tiap-tiap
variabel. Rata-rata return dari industri pertambangan adalah 0,93% sedangkan
return rata-rata dari industri consumer goods adalah 0,47%, yang artinya rata-rata
pertumbuhan masing-masing sektor selama periode yang diteliti adalah sebesar
nilai mean pada setiap minggunya. Dapat dilihat juga bahwa pertumbuhan industri
pertambangan lebih besar ditunjukan dengan nilai mean yang lebih besar, di mana
nilai mean menunjukan harga penutupan tiap minggunya. Perubahan harga
minyak memiliki rata-rata 0,49%, berarti rata-rata harga minyak meningkat
sebesar nilai mean setiap minggunya. Nilai kurs memiliki nilai mean -0,04%,
artinya nilai kurs cenderung melemah sebesar nilai mean pada setiap minggunya.
Dapat dilihat bahwa persentase pertumbuhan industri consumer goods nilainya
hampir sama dengan persetase kenaikan harga minyak dunia.
Nilai dari tiap-tiap variabel memiliki pergerakan nilai yang berbeda-beda pada
setiap waktu. Rata-rata dalam paragraf sebelumnya tidak menggambarkan nilai
tertinggi dan nilai terendah. Industri pertambangan memiliki peningkatan harga
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
t-Statistics Prob
Universitas Indonesia
33
Dari rangkuman tabel di atas dapat dikatakan bahwa semua variabel yang
diteliti dapat menolak H0 pada tingkat level. Artinya pada tingkat level semua
variabel sudah stasioner. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bohara dan
Kaempfer (1991), model VAR secara keseluruhan harus dinyatakan dalam bentuk
first difference apabila pada kondisi level belum stasioner. Tetapi menurut Sims
(1980), mereka menentang pengunaan VAR dalam bentuk first difference.
Menurut mereka tujuan dari analisa VAR adalah untuk menentukan hubungan
antar variabel, bukan untuk mengestimasi parameter. Penggunaan bentuk first
difference dapat membuang informasi berharga yang terkait dengan pergerakan
searah data (seperti kemungkinan terdapatnya hubungan kointegrasi). Dalam
penelitian ini semua variabel sudah dalam kondisi stasioner dalam bentuk level,
karena itu kita akan setuju pada pendapat Sims (1980).
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
terhadap guncangan yang terjadi akibat variabel pergerakan harga minyak dunia
dan nilai kurs.
1 0,047319 100 0 0
2 0,047693 99,67081 0,102385 0,226803
3 0,047701 99,65551 0,116993 0,2275
4 0,047701 99,65515 0,117352 0,227503
5 0,047701 99,65513 0,11736 0,227505
6 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
7 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
8 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
9 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
10 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
Sumber: Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
36
kembali normal pada periode 4. Dapat dilihat juga bahwa guncangan akibat
pergerakan kurs direspon lebih besar oleh industri ini.
1 0,030864 100 0 0
2 0,030947 99,50797 0,469837 0,022191
3 0,030951 99,48462 0,486669 0,028707
4 0,030951 99,48435 0,486943 0,028707
5 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
6 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
7 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
8 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
9 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
10 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
Sumber: Olahan Sendiri
Universitas Indonesia
37
reaksi negatif juga terjadi akibat guncangan dari pergerakan nilai kurs, yang baru
kembali normal pada periode 3. Dapat dilihat juga bahwa guncangan akibat
pergerakan harga minyak dunia direspon lebih besar oleh industri ini.
Universitas Indonesia
38
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Analisis Grafik
Dapat dilihat pada analisa grafik return industri yang diteliti cenderung
memiliki pergerakan searah dengan pergerakan harga minyak dunia. Hal ini
mungkin terjadi karena Indonesia sebagai penghasil minyak – walaupun akhir-
akhir ini sudah menjadi negara net importir. Jika menurut grafik yang ada,
dapat disimpulkan sementara bahwa pergerakan return industri yang diteliti
dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia dan tidak dipegaruhi oleh
pergerakan nilai kurs. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa kuat
pengaruh variabel makro-ekonomi yang diteliti terhadap industri-industri yang
diteliti kurang dapat dijawab dari analisis ini. Hal ini dikarenakan
peruntukannya yakni melihat arah pergerakan variabel-variabel yang diteliti
ketimbang menyatakan seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel
makro-ekonomi yang diteliti dengan industri-industri yang diteliti.
Universitas Indonesia
39
5.2 Keterbatasan
1) Jumlah industri yang diteliti hanya 2 (pertambangan dan consumer
goods) sehingga tidak diketahui pengaruh variabel makro-ekonomi yang
diteliti terhadap industri-industri yang tidak diteliti.
2) Jumlah variabel makro-ekonomi yang digunakan hanya 2 (harga
minyak dunia dan exchange rate), sehingga ada kemungkinan terdapatnya
hubungan antara industri-industri yang diteliti namun tidak didokumentasikan
dalam penelitian ini.
3) Periode penelitian diperpanjang agar semua event yang terjadi
sepanjang tahun dapat didokumentasikan dalam hasil penelitian.
5.3 Saran
5.3.1 Bagi Investor
Bagi investor sebaiknya mempertimbangkan pengaruh dari pergerakan
minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadapa dolar AS dalam melakukan
analisis investasi. Investor harus mengetahui faktor-faktor makro-ekonomi
yang memengaruhi pergerakan return dari industri-industri yang ada agar
Universitas Indonesia
40
Universitas Indonesia
41
DAFTAR REFERENSI
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
LAMAN
http://bisnis.vivanews.com
http://finance.yahoo.com
Nainggolan, Reinhard. 2008, 13 Agustus. Bursa saham, Harga Minyak Turun,
Kenapa IHSG Ikut Turun?. Kompas.
Saham Tambang Dominasi Top Looser. (2008, Oktober 15). Vivanews.com.
www.bapepam.go.id
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.swa.co.id
www.vibiznews.com
Universitas Indonesia
45
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
Grafik Respon Industri Pertambangan terhadap Variabel Harga Minyak Dunia dan
Exchange Rate
.04 .04
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Grafik Respon Industri Consumer Goods terhadap Variabel Harga Minyak Dunia
dan Exchange Rate
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia