Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan investasi melalui pasar modal di Indonesia terus berkembang dari
tahun ke tahun dan semakin menarik minat dari investor dalam maupun luar
negeri. Bursa Indonesia memiliki kinerja terbaik ketiga di Asia Pasifik, di bawah
bursa Shenzen dan Shanghai 1 . Pasar modal di negara manapun pada dasarnya
berfungsi untuk mempertemukan para pihak yang memiliki dana dengan pihak
yang membutuhkan dana. Perusahaan listing atau emiten pada kasus ini adalah
pihak yang membutuhkan dana dan para investor sebagai penyandang dana.
Perdagangan saham di bursa sangat menarik untuk diperhatikan. Banyak
faktor yang memengaruhi pergerakan harga saham di bursa, seperti keadaan
fundamental perusahaan dan industri serta kondisi makro yang relevan. Kondisi
makro yang sering digunakan oleh penelitian sebelumnya sebagai variabel yang
memengaruhi pergerakan harga saham adalah: pengaruh dari pergerakan harga
minyak dunia dan exchange rate rupiah terhadap dolar AS terhadap return
industri pertambangan dan consumer goods.
Banyak penelitian yang telah mendokumentasikan hubungan antara
pergerakan harga minyak dunia dengan kegiatan ekonomi suatu negara, sebagian
besar penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif
antara dua hal di atas. Sedangkan, aktivitas pasar modal Indonesia memiliki
hubungan yang positif dengan pergerakan harga miyak dunia2. Pertanyaan yang
muncul adalah apakah hubungan pergerakan harga minyak dunia memiliki
hubungan yang berbeda dengan kebanyakan penelitian yang telah dilakukan
selama ini? Secara umum, kenaikan harga minyak mendorong harga–harga saham
bergerak naik. Hal ini dapat dilihat dari data-data di Yahoo Finance di mana sejak
tahun 2007 IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) mengalami kenaikan yang
drastis hingga pertengahan tahun 2008. Kenaikan harga minyak ini direspon
positif tidak hanya oleh saham pertambangan, melainkan juga mendorong sektor
lain khusunya untuk perusahaan penghasil energi lainnya yang dapat digunakan
1
http://www.antara.co.id/arc/2007/12/28/bei-jadi-bursa-terbaik-ketiga-di-asia-pasifik/
2
http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock

Universitas Indonesia
2

sebagai subtitusi dari minyak. Penelitian oleh Driesprong (2005) merupakan salah
satu penelitian yang mendokumentasikan pengaruh antara pergerakan harga
minyak dunia terhadap return industri. Penelitian yang dilakukan terhadap 30
stock market dari negara maju dan beberapa emerging market menemukan bahwa
pergerakan harga minyak dunia merupakan salah satu predictor yang signifikan
untuk menentukan stock market return. Hal tersebut akan semakin signifikan
terhadap negara yang memiliki konsumsi minyak dunia yang tinggi.
Latar belakang dilakukannya penelitian mengenai pengaruh exchange rate
terhadap stock market return adalah kejadian pada saat krisis moneter yang terjadi
pada 1997-2003 di hampir seluruh negara Asia. Krisis moneter di Asia diawali
oleh krisis keuangan yang terjadi di Thailand akibat banyaknya spekulan yang
memperjual-belikan Baht, di mana krisis ini kemudian menyebar ke negara Asia
lainnya tak terkecuali Indonesia. Krisis moneter Asia ini kemudian menyebar juga
ke luar Asia seperti Rusia dan negara-negara Amerika Latin yang mengalami
krisis moneter serupa.
Pada tahun 1998 di Indonesia terjadi depresiasi nilai rupiah terhadap dolar
AS, yang di saat bersamaan, nilai saham-saham di Bursa Efek Jakarta (sekarang
Bursa Efek Indonesia) mengalami penurunan cukup signifikan. Banyak studi
dilakukan untuk melihat pengaruh dari pergerakan nilai kurs terhadap stock
market, dan hasil dari penelitian terdahulu sangatlah beragam. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa nilai kurs-lah yang memengaruhi stock market dan ada juga
yang menyatakan sebaliknya. Beberapa penelitian menyatakan kedua hal tersebut
memiliki hubungan yang positif dan ada juga yang menyatakan negatif. Studi
yang dilakukan oleh Gupta, Chevalier dan Sayekt (2000) menyatakan hipotesis
awal bahwa ada korelasi positif antara harga saham dan exchange rate. Sebuah
studi menyatakan bahwa pengaruh exchange rate dipengaruhi oleh degree of
openness dari perekonomian kita dan neraca perdagangan suatu negara (Frankel,
1993). Kenaikan harga saham dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah secara positif,
artinya semakin baik nilai tukar Rupiah terhadap Dolar diharapkan bursa saham
merespon secara positif.
Perlu diketahui bahwa indutri pertambangan dan industri consumer goods
mungkin memiliki respon yang berbeda terhadap fluktuasi harga minyak dunia

Universitas Indonesia
3

dan exchange rate. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan input produksi
dan juga dependensi setiap industri terhadap dua variabel yang diteliti.

1.2 Perumusan Masalah


Masalah yang akan diteliti adalah:
1) mengetahui pengaruh pergerakan harga miyak dunia terhadap return
industri pertambangan dan consumer goods.
2) mengetahui pengaruh pergerakan nilai exchange rate terhadap
pergerakan saham industri pertambangan dan consumer goods.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitan ini adalah:
1) mengetahui hubungan antara pergerakan harga minyak dunia terhadap
return industri pertambangan atau consumer goods.
2) mengetahui hubungan antara perubahan exchange rate terhadap
pergerakan return industri pertambangan atau consumer goods.

Diharapkan penelitian ini berguna terutama bagi:


1) akademisi dan peneliti, dapat menambah wawasan serta referensi
untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan indikator–indikator yang
memengaruhi harga saham.
2) investor, dapat membantu dalam mengambil keputusan investasi,
khususnya dalam melakukan analisa mengenai indikator-indikator
kondisi makro yang secara signifikan berpengaruh dalam memprediksi
pergerakan saham di industri terkait.
3) analis, membantu untuk menunjukkan indikator–indikator makro apa
yang berpengaruh dalam melakukan analisa pergerakan saham.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian dalam saham industri
pertambangan dan consumer goods. Data yang digunakan adalah data laporan
keuangan perusahaan di industri pertambangan dan consumer goods mulai

Universitas Indonesia
4

tahun 2002 hingga 2006, meliputi harga minyak dunia dan exchange rate.
Penelitian dilakukan antara tahun 2002 sampai 2006 dimaksudkan agar dapat
melihat pengaruhnya secara jelas, karena pada tahun 2008 harga minyak
melambung tinggi dan nilai Rupiah terhadap Dolar melemah karena adanya
krisis global. Dengan menggunakan data tahun 2002 sampai 2006 diharapkan
informasi yang didapat lebih bermanfaat, karena akan benar-benar melihat
hubungan yang sebenarnya dari variabel-variabel yang diteliti pada kondisi
yang cenderung stabil (tidak berada dalam krisis keuangan ataupun kenaikan
yang luar biasa dari harga minyak). Apabila periode yang digunakan adalah
periode di mana terdapat peristiwa luar biasa, hasil penelitian akan bisa dan
dapat menyesatkan bagi para pengambil keputusan investasi.

1.5 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan di dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1. tinjauan literatur, termasuk di dalamnya adalah peninjauan dari jurnal-
jurnal, skripsi, tesis atau penelitian-penelitian terkait yang terdahulu.
Manfaat dari tinjauan literatur ini adalah pendalaman materi maupun
perbandingan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk penelitian ini.
2. pengolahan data-data sekunder. Observasi dilakukan di antaranya
dengan mencari data-data keuangan perusahaan yang telah ada di
internet. Alasan penggunaan observasi data sekunder adalah bahwa
nilai saham perusahaan-perusahaan yang listing di BEI umumnya
sudah banyak tersedia secara up to date di internet.
3. uji statistik yang digunakan dalam penelitian model matematis ini di
mana pembuktiannya menggunakan metode-metode statistik.
Pengujian berupa uji korelasi, Granger causality test dan VAR (Vector
Auto Regressive) karena penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

Universitas Indonesia
5

1.6 Sistematika Penulisan


 Bab I Pendahuluan: bab ini akan menguraikan latar belakang dan rumusan
masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran
umum mengenai isi keseluruhan dari tulisan ini.
 Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis: akan diuraikan
landasan teori yang dipakai dalam tulisan ini yang akan digunakan dalam
merumuskan hipotesis penelitian.
 Bab III Metodologi Penelitian: menjelaskan tahap-tahap dalam penelitian,
mulai dari data, sampel serta cara penghitungan variabel-variabel yang
digunakan. Dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai metode yang
akan digunakan dalam pengolahan data.
 Bab IV Analisis Hasil Penelitian: pada bab ini akan dilakukan analisis
terhadap pengolahan data yang dilakukan pada Bab III serta
pembahasannya yang merupakan interpretasi dari hasil pengolahan data
tersebut. Interpretasi hasil penelitian ini akan memberikan jawaban atas
permasalahan dari penelitian ini.
 Bab V Kesimpulan dan Saran: merupakan penutup dari laporan penelitian
ini. Seluruh hasil perhitungan dan analisa data pada bab sebelumnya akan
dirangkum dalam bab ini. Selain itu juga diberikan saran-saran sebagai
pengembangan lanjutan dari penelitian ini.

Universitas Indonesia
6

BAB II
LANDASAN TEORI

Investasi adalah komitmen atas dana terhadap satu atau lebih aset yang
akan dipegang selama satu atau beberapa periode di masa depan (Jones, 2004).
Sedangkan investasi yang berkaitan dengan manajemen kekayaan investor yaitu
jumlah dari pendapatan sekarang dan nilai masa kini dari pendapatan di masa
depan (Jones, 2004). Investor dapat memilih berbagai jenis alternatif investasi
yang ada di mana secara umum terdapat dua kategori, yaitu pada aset finansial
(instrumen hutang/obligasi, instrumen modal/saham) maupun aset riil (seperti
emas, perak, komoditi, dan properti).
Ada beberapa pilihan bagi investor untuk menginvestasikan dananya, salah
satunya adalah melalui pasar modal (saham). Pasar modal merupakan sarana
investasi bagi investor dan emiten untuk mendapatkan tambahan modal dengan
cara menerbitkan efek. Sebelum melakukan investasi di pasar modal tentu saja
investor harus tahu instrumen investasi apa yang tersedia di pasar modal (saham)
tersebut, risiko-risikonya beserta cara meminimalkannya, dan juga faktor apa saja
yang memengaruhi harga dari instrumen di pasar modal. Secara ringkas yang
perlu diperhatikan oleh investor adalah risk and return di dalam pasar modal.
Risiko (risk) adalah hal-hal yang dapat menghalangi investor utuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan, sedangkan return adalah imbal hasil yang
diharapkan oleh investor akibat menanamkan dananya di dalam pasar modal.
Untuk memaksimalkan return yang didapatkan, para investor dan manager
investasi harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi harga saham
di BEI, yang terdiri dari 3 faktor: (1) fundamental perusahaan, (2) keadaan
industri, dan (3) kondisi makro yang relevan. Penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui pengaruh faktor-fator makro-ekonomi yang relevan terhadap return
industri yang diteliti.

2.1 Saham
Salah satu instrumen investasi yang cukup populer di dunia adalah
berinvestasi melalui saham. Investasi di dalam saham merupakan salah satu

Universitas Indonesia
7

instrumen investasi yang memberikan timbal hasil tertinggi, selain juga risiko
yang terkandung dalam instrumen investasi ini yang sama tingginya. Hal ini
sesuai dengan salah satu aksioma dalam ekonomi yaitu “high risk, high return”.
Definisi dari saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan terbatas3. Definisi lain dari
saham adalah instrumen yang menandakan kepemilikan atas aset dan profit
perusahaan secara proporsional sesuai persentase kepemilikan saham4.
Saham dibagi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen (Winardi, 2003):
1) saham biasa, di mana sebagai unit kepemilikan suatu perusahaan,
saham biasa memiliki voting right dan sesuai porsinya dapat
menentukan arah kebijakan perusahaan. Pemegang saham biasa juga
harus ikut menanggung bila terjadi kerugian.
2) saham preferen dengan dividen yang tetap. Saham preferen terkadang
juga memiliki opsi untuk men-convert kepemilikannya kedalam saham
biasa.
Return yang dapat diraih oleh pemilik saham adalah:
1) dividen, merupakan laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
Biasanya dividen diambil dari laba ditahan suatu perusahaan.
2) capital gain yang merupakan profit hasil dari investasi di pasar modal.
Hal ini terjadi apabila harga beli lebih tinggi dari harga pasar sekarang.
Sebelum exercise (dijual), gain tersebut dianggap sebagai unrealized
gain.
Selain keuntungan yang akan diperoleh, melakukan investasi di dalam
saham juga mengandung risiko yang harus ditanggung apabila terjadi kerugian
dan risiko terbesar adalah kemungkinan investasi tidak akan kembali apabila suatu
perusahaan harus dilikuidasi. Pemegang saham adalah entitas yang akan
menerima penggantian kerugian paing akhir apabila suatu perusahaan mengalami
likuidasi, di mana pengembalian dapat dilakukan apabila ada sisa dana dari proses
likuidasi tersebut (setelah membayar kepada negara dan kewajiban–kewajiban
lainnya terpenuhi) masih tersisa.

3
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2002/05/3/eur01.html
4
http://www.investorwords.com/4725/stock.html

Universitas Indonesia
8

2.2 Return Saham


Menurut Jones (2004), total return adalah pengukuran persentase yang
membandingkan semua arus kas dari sebuah sekuritas dengan harga belinya.
Stocks Total Return:
(1)

di mana :
= dividend during the period

= beginning price

= ending price

2.3 Pergerakan Harga Minyak Mentah Dunia


Dalam era industrialisasi seperti sekarang minyak bumi merupakan suatu
hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan sehari–hari dari industri.
Pada era industrialisasi seperti sekarang minyak merupakan salah satu komoditas
yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan untuk menjalankan operasi
perusahaan sehari-hari, minyak sangat dibutuhkan sehingga setinggi apapun harga
minyak konsumsi minyak terus meningkat dari tahun ketahun. Pergerakan harga
minyak dunia merupakan salah satu faktor makro-ekonomi yang memengaruhi
perekonomian suatu negara, besar atau kecilnya pengaruh perubahan harga
tersebut tergantung dari fundamental dan nature dari suatu negara. Menurut
Trimegah, bila suatu negara merupakan eksportir minyak, kenaikan harga akan
dipandang sebagai suatu hal yang baik bagi perekonomian dan bila suatu negara
merupakan net importir hal tersebut dapat dianggap sebagai bencana (Trimegah
Securities, Market Insight: Exchange Rate & Oil on Emerging Markets, 2008).
Kenaikan harga minyak secara terus menerus dapat didefinisikan dengan
sederhana secara ekonomi, yaitu permintaan minyak yang meningkat tajam tidak
diikuti dengan kenaikan produksi minyak. Permintaan dalam jumlah yang sangat
besar terhadap minyak bumi merupakan akibat dari industrialisasi besar-besaran
yang dilakukan oleh banyak negara berkembang seperti Cina dan India. Minyak
bumi merupakan salah satu komoditas yang volume penjualannya sama dengan

Universitas Indonesia
9

volume produksinya. Volume produksi yang cenderung berubah-ubah merupakan


salah satu faktor penyebab perubahan harga minyak dunia.
Minyak merupakan sumber energi yang paling banyak digunakan untuk
usaha produktif maupun konsumtif. Usaha produktif seperti pabrik-pabrik
membutuhkan minyak sebagai bahan bakar mesin-mesinnya, selain digunakan
untuk kegiatan produksi minyak juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia atas bahan bakar untuk kendaraan. Setiap industri bergantung kepada
minyak untuk menjalankan usahanya, pabrik butuh minyak sebagai bahan bakar,
industri transportasi hingga pedagang kaki lima juga membutuhkan minyak.
Karena hal tersebut perubahan harga minyak dunia dapat memengaruhi keadaan
ekonomi suatu negara. Untuk negara net importir kenaikan harga minyak akan
menyebabkan inflasi.
Inflasi ini didefinisikan sebagai keadaan di mana kenaikan harga barang–
barang yang besifat umum dan terus menerus (Rahardja dan Manurung, 2004).
Menurut penelitian oleh Gisser dan Goodwin (1986), harga minyak dunia meiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perekonoian suatu negara. Dalam penelitian
tersebut dikatakan bahwa harga minyak memiliki dampak inflationer dan dampak
riil terhadap perekonomian.
Selain mengakibatkan inflasi, ada beberapa kebaikan yang dibawa oleh
peningkatan harga minyak. Contohnya adalah pencarian dan pengembangan
sumber energi alternatif menjadi lebih giat dilakukan. Salah satu industri yang
diuntungkan karena kenaikan harga minyak adalah para petani sawit. Harga sawit
meningkat tajam juga saat minyak naik, sehinga bagi negara berkembang seperti
Indonesia dan Malaysia selaku produsen terbesar kelapa sawit mendapatkan
keuntungan juga. Selain kelapa sawit, industri batu bara juga terkena imbas dari
kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak dunia mendorong tingkat
konsumsi dan tingkat harga dari batu bara. Permintaan terhadap batu bara akan
terus meningkat apabila Cina dan India terus menerus membutuhkan batu bara
dan apabila harga minyak tetap diatas 100 Dolar AS per barel. Permintaan atas
minyak di negara-negara maju memang cenderung berkurang karena adanya
kesadaran akan keadaan lingkungan dan riset–riset yang dilakukan terhadap
sumber energi alternatif, di sisi lain permintaan minyak di negara–negara

Universitas Indonesia
10

berkembang seperti Cina dan India terus meningkat. Kebutuhan akan minyak
yang sangat tinggi membuat negara-negara berkembang sangat terekspos
pergerakan harga minyak. Embargo minyak yang dilakukan oleh OPEC pada
tahun 1973 menyebabkan negara–negara berkembang mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan minyaknya (Rifkin, 2002).
Kenaikan harga minyak bekerja seperti layaknya inflation tax. Dalam ilmu
ekonomi inflasi dianggap sebagai tax karena secara tidak langsung mengurangi
daya beli dari income yang dimiliki perorangan maupun badan. Pergerakan harga
minyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penentuan produksi minyak oleh
OPEC dan kondisi geopolitik suatu negara penghasil minyak.

2.4 Pengaruh Pergerakan Harga Minyak Dunia Terhadap Pergerakan


Return Saham Industri Pertambangan & Consumer Goods
Menurut beberapa penelitian terdahulu, pergerakan harga saham di bursa
efek tidak terlepas dari adanya pergerakan harga minyak dunia. Hal tersebutlah
yang akan diuji terhadap return industri pertambangan dan consumer goods di
Bursa Efek Indonesia. Tidak sedikit analis yang menjadikan perubahan harga
minyak dunia sebagai parameter atau pertanda terhadap naik-turunnya suatu harga
saham, terlepas dari faktor-faktor lain yang juga ikut memengaruhi pergerakan
harga saham di bursa. Di pasar modal Amerika misalnya, pergerakan indeks S&P
500 dapat dikatakan terpengaruh oleh pergerakan harga minyak. Permasalahannya
timbul saat diketahui bahwa ternyata pengaruh dari pergerakan harga minyak
tersebut terkadang positif dan terkadang negatif. Setelah dilakukan penelitian
lebih lanjut dapat dilihat ada sedikit pengaruh pergerakan harga minyak dunia
terhadap harga saham, di mana dari penelitian tersebut cenderung ke arah negatif.
Kesimpulanbawanya, pergerakan harga minyak dunia bukan parameter yang baik
dalam mengukur “stock market behavior”5.
Ada banyak sekali literatur yang mempelajari hubungan antara faktor
makro-ekonomi (salah satunya harga minyak mentah) terhadap stock market di
suatu negara. Pelopor penelitian tersebut adalah Chen (1986), yang menurut
penelitian beliau, interest rate, inflation rate, bonds yields spread dan industrial

5
CXOAG Investing Notes – Update Crude Oil Price and Stock Returns

Universitas Indonesia
11

production dinilai memiliki pengaruh terhadap stock price market returns. Dalam
penelitian terebut, minyak belum dianggap memiliki pengaruh terhadap stock
price return. Pendekatan yang sama digunakan oleh Hamao (1989) untuk meneliti
Japanesse equity data di mana lagi-lagi minyak belum dianggap memiliki
pengaruh terhadap stock market. Beberapa tahun kemudian baru ditemukan bahwa
harga minyak memiliki pengaruh terhadap stock market. Penelitian ini dilakukan
terhadap Japanesse equity data oleh Kaneko dan Lee (1995). Tahun 1994, Ferson
dan Ferson dan Harvey meneliti 18 stock market yang ada di dunia dan
menemukan bahwa minyak memiliki pengaruh yang signifikan (secara statistik)
terhadap stock market yang diteliti, tetapi pengaruh bagi setiap market berbeda-
beda.
Huang, Masulis dan Stoll (1996) dengan menggunakan metode VAR
(Vector Auto Regressive) menemukan bahwa pergerakan harga minyak dapat
menggerakan return dari individual oil stock. Hal tersebut tidak berlaku untuk
return dari indeks. Sadorsky (1999) dengan menggunakan metode VAR
menemukan bahwa pergerakan minyak setelah tahun 1986 memiliki porsi yang
lebih besar dari interest rate dalam menentukan return market.
Menurut Basher dan Sadorsky (2004), pengaruh perubahan harga minyak
terhadap stock market dapat dijelaskan sebagai berikut: kenaikan harga input
dalam produksi artinya kenaikan cost of production (minyak merupakan input
dalam produksi), kenaikan cost of production mengurangi cash flow dari
perusahaan yang menurut penelitian mereka akan berdampak pada stock price
suatu perusahaan. Selain itu masih menurut mereka, harga minyak merupakan
indikator inflasi, sehingga saat minyak naik interest rate akan ikut meningkat.
Peningkatan interest tersebut membuat bonds dan deposito terlihat lebih menarik
daripada stock, apalagi risiko deposito dan bonds lebih kecil daripada stock.
Perpindahan dari stock market kepada deposito dan bonds dapat membuat suatu
pasar kehilangan daya tariknya dan pada akhirnya seluruh stock mengalami
penurunan.
Park dan Ratti (2005), melalui penelitiannya dengan menggunakan data
bulanan dari tahun 1986 sampai 2005 terhadap 13 negara Eropa dan menggunakan
metode unrestricted Vector Auto Regressive menemukan bahwa pada negara

Universitas Indonesia
12

importir minyak, pergerakan harga minyak bumi memiliki hubungan negatif yang
signifikan terhadap return market apabila dibandingkan dengan interest rate shock.
Sedangkan, pada negara eksportir minyak, pergerakan harga minyak memiliki
hubungan positif yang signifikan di mana interest rate memiliki dampak yang
lebih besar dibandingkan dengan pergerakan harga minyak.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ewert & Hult (2006), mereka
meneliti 3 negara Asia yaitu Indonesia, Cina dan India, didapat hipotesis bahwa
harga minyak memengaruhi saham secara negatif. Ditemukan juga bahwa di India
pergerakan harga minyak dunia dapat digunakan sebagai parameter perubahan
harga saham. Sedangkan di Indonesia dan Cina bukti–bukti ke arah tersebut
sangat minim.
Pergerakan harga saham pertambangan di BEI ikut terdorong karena
naiknya harga minyak dunia. Permintaan yang tinggi terhadap minyak
menyebabkan tingginya usaha eksplorasi dan ekstraksi tambang minyak. Dengan
demikian perusahaan pertambangan khususnya tambang minyak mendapatkan
revenue yang lebih banyak, di mana hal tersebut yang menyebabkan harga saham
pertambangan ikut naik.
Menurut Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing,
indeks saham pertambangan ikut terdorong naik setelah harga minyak mengalami
peningkatan. Pada bulan Oktober 2008 saham pertambangan di BEI ikut
terpengaruh menyusul terkoreksinya harga minyak dunia (Vivanews.com,
Oktober 2008). Penurunan harga minyak dunia pada bulan Agustus 2008 tidak
direspon baik oleh pasar modal Indonesia. Keadaan ini seperti melawan arus
perdagangan global di mana penurunan harga minyak dunia membuat nilai indeks
di bursa regional dan global meningkat. Penurunan IHSG tersebut dipicu oleh
penurunan di sektor pertambangan dan komoditas. Penurunan harga minyak juga
membuat saham komoditas seperti CPO ikut turun, alasannya adalah CPO
merupakan salah satu produk subtitusi dari minyak sehingga jika harga minyak
turun harga CPO juga turun. Pemikiran seperti itu menyebabkan penjualan saham
di lantai bursa tersebut menekan IHSG untuk dikoreksi. Sebenarnya semua saham
regional dan dunia mengalami tekanan yang sama akibat turunnya harga minyak
dunia, tetapi bursa regional dan dunia memiliki komposisi yang berimbang

Universitas Indonesia
13

daripada bursa Indonesia. Menurut Fund Manager Valbury Asia Securities


Thauriq Anwar, kenaikan luar biasa dari IHSG didorong oleh peguatan industri
pertambangan dan komoditas (dua industri tersebut memiliki kapitalisasi yang
paling besar dibanding dengan industri lainnya), sehingga ketika kedua industri
tersebut mengalami koreksi yang dalam, IHSG juga mengalami hal yang sama
(Kompas, Agustus 2008).
Penurunan harga minyak dianggap sebagai salah satu faktor yang
menyebabkan penguatan saham-saham consumer goods di Wall Street dan juga
sebagai bad news bagi saham-saham pertambangan karena revenue mereka akan
terpengaruh seiring dengan harga minyak yang terus turun (vibiznews.com 2008).
Idrus (2007) melakukan penelitian tentang reaksi pasar terhadap kenaikan harga
minyak. Dalam penelitiannya disebutkan saat harga minyak naik, banyak dari
pemain pasar melepas saham consumer goods. Hal ini dikarenakan minyak yang
merupakan input bagi industri tersebut akan mengurangi margin keuntungan dari
perusahaan–perusahaan consumer goods dan akan berpengaruh kepada saham
perusahaan consumer goods.

2.5 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS


Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berarti seberapa besar nilai
perbandingan kedua mata uang tersebut. Contohnya, apabila rupiah memilki
exchange rate 10,000 berarti setiap 10,000 rupiah yang kita miliki dapat kita tukar
dengan 1 dolar AS. Fluktuasi nilai tukar tergantung pada supply dan demand dari
suatu mata uang. Bila demand lebih besar dari supply suatu mata uang cenderung
akan memiliki nilai tukar yang tinggi, dan sebaliknya.

2.6 Pengaruh Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Terhadap


Pergerakan Return Saham Industri Pertambangan & Consumer Goods
Isu pada sub-judul di atas menjadi perhatian sejak terjadinya krisis di Asia
pada tahun 1997. Pengamat melihat bahwa setelah terjadi krisis, harga saham di
beberapa negara Asia ikut jeblok. Muhammad dan Rasheed (2001) menjelaskan
mengapa perubahan exchange rate dapat memengaruhi harga saham. Bila suatu
negara mengalami depresiasi mata uang, perusahaan akan menjadi lebih

Universitas Indonesia
14

kompetitif. Hal ini mengakibatkan nilai ekspor semakin tinggi dan pada akhirnya
akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan yang berlaku apabila suatu
perusahaan tidak banyak melakukan impor untuk input produksinya.
Selain itu ada juga pendapat yang menyatakan bahwa market return-lah
yang memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Menurut teori portofolio
balance approaches, pasar modal yang sedang berkembang akan menarik banyak
investor termasuk investor dari luar negeri, untuk dapat berpartisipasi dalam pasar
modal suatu negara. Ketika seseorang membutuhkan mata uang lokal membuat
demand yang tinggi terhadap mata uang tersebut dan akan mengapresiasinya.
Sebaliknya, apabila pasar modal sedang menghadapi kondisi yang kurang baik,
investor-investor akan menarik kembali dananya dan menukarkannya ke foreign
currency: hal tersebut akan menyebabkan depresiasi suatu mata uang.
Meskipun secara teori exchange rate memiliki pengaruh terhadap stock
return, tidak semua penelitian menemukan hal yang sama dengan teorinya.
Penelitian pertama mengenai hubungan antara 2 variabel tersebut adalah Franck
dan Young (1972), di mana pada penelitian ini mereka tidak menemukan
hubungan di antara keduanya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Aggarwal
(1981), dilakukan di Amerika terhadap pengaruh perubahan exchange rate dari
dolar terhadap perubahan indeks saham. Data yang digunakan adalah data tahun
1974-1978. Setelah data terkumpul dan dilakukan uji regresi sederhana, hasilnya
adalah ditemukan hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang lebih kuat
pada saat short term period. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Solnik (1987),
yang meneliti dampak beberapa variabel (termasuk didalamnya exchange rate)
terhadap stock market dari 9 negara barat. Hasilnya adalah ada hubungan positif
antara exchange rate dan stock price walau tidak signifikan. Penelitian juga
dilakukan oleh Jorion (1990-1991), Bodnar dan Gentry (1993) dan hasilnya
adalah sama dengan pernyataan dari Solnik. Pada tahun 1998, He dan Ng (1998)
melakukan penelitian terhadap 171 perusahaan multinasional di Jepang dan
menemukan hanya seperempat dari perusahaan itu memiliki exposure yang
signifikan terhadap exchange rate. Walaupun penelitian dilakukan dalam periode
krisis moneter tapi tidak semua terpengaruh oleh fluktuasi nilai mata uang.

Universitas Indonesia
15

Tidak semua penelitian berakhir sesuai dengan penelitian terdahulunya.


Penelitian yang cukup baru oleh Soenen dan Henniger (1998) dilakukan di
Amerika menggunakan data bulanan stock price dan efektif exchange rate pada
tahun 1980-1986. Hasilnya berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu kedua
variabel tersebut memiliki hubungan yang negatif. Ajayi dan Mougoue (1996)
dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara
exchange rate dan stock price.
Granger, Huang dan Yang (1998) yang melakukan penelitian terhadap 9
negara di Asia termasuk Indonesia menyatakan bahwa di Jepang dan Thailand,
kedua variabel ini memiliki hubungan yang positif. Menurut Gupta, Chevalier dan
Sayekt (2000), exchange rate dan harga saham berhubungan positif. Saat dolar
menguat, harga saham di pasar modal cenderung turun. Hal ini disebut-sebut
karena adanya masalah likuiditas. Bukan rahasia lagi pada saat krisis 1997 banyak
perusahaan di Indonesia memiliki hutang dalam mata uang dolar AS. Jadi ketika
dolar AS menguat, perusahaan banyak yang menjual sahamnya untuk membayar
hutang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pan dan Lui (1999), ada
hubungan antara exchange rate dan stock market di negara-negara Asia.
Hubungan ini dinilai lebih kuat terutama setelah krisis moneter yang menerpa
sebagian besar negara Asia.
Menurut Ioannis dan Costas (1997), hubungan antara exchange rate dan
stock market tidak selalu seperti yang digambarkan oleh teori. Hal ini tergantung
pada kondisi setiap pasar modal yang diteliti. Granger, Huang dan Yang (1998)
menyatakan bahwa di Taiwan, kedua variabel memiliki hubungan negatif dan di
negara lainnya hubungannya adalah bi-directional.
Pergerakan kurs dolar AS ternyata dapat juga memengaruhi pergerakan
harga minyak mentah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhang, et al.
(2008) menemukan bahwa depresiasi dari nilai tukar dolar AS ternyata
menyebabkan kenaikan harga minyak dunia.

Universitas Indonesia
16

2.7 Hipotesis Penelitian


H1: “Pergerakan harga minyak memiliki hubungan yang positif terhadap return
industri pertambangan”
H2: “Pergerakan harga minyak memiliki hubungan yang negatif terhadap return
industri consumer goods”
H3: “Perubahan nilai exchange rate memiliki hubungan yang positif terhadap
return industri pertambangan”
H4: “Perubahan exchange rate memiliki hubungan yang positif terhadap return
industri consumer goods.”

Universitas Indonesia
17

BAB III
DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi data


Dalam pengujian pergerakan harga minyak dan nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS yang memiliki pegaruh terhadap return dari sektor pertambangan
maupun consumer goods, peneliti menggunakan data time series. Data time series
digunakan karena dapat menunjukan pergerakan variabel dari waktu ke waktu.
Untuk pengujian kali ini digunakan data time series yang bertipe data mingguan.
Data mingguan dan bulanan lebih baik digunakan dalam mengukur return saham
karena akan menghasilkan observasi yang cukup banyak dan dapat meminimalisir
bias yang terdapat dalam data harian. Variabel–variabel yang digunakan adalah
return sektor (pertambangan dan consumer goods), pergerakan harga minyak
dunia, pergerakan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar dan return market secara
keseluruhan (return IHSG). Bentuk data yang digunakan tidak perlu
ditransformasikan dengan log maupun ln karena sudah memiliki ukuran yang
sama yaitu persentase. Periode estimasi yang digunakan adalah 2002 hingga 2006.
Periode ini dinilai sebagai tahun-tahun di mana variabel yang diteliti cenderung
stabil dan tidak ada kejadian-kejadian yang di luar kewajaran. Pengolahan data
akan dilakukan menggunakan software Eviews 4.0.

3.2 Operasionalisasi Variabel


3.2.1 Return Sektor Pertambangan dan Consumer Goods

Return Sector: (2)

Rs : Return sektor
Is : Nilai penutupan indeks sektor
Is-1: Nilai penutupan Indeks sektor minggu sebelumnya

Universitas Indonesia
18

Total return sektor pertambangan dan consumer goods didapat dengan cara
menghitung indeks sektor pada penutupan minggu ke–n dikurangi dengan nilai
indeks sektor minggu sebelumnya. Nilai tersebut kemudian dibagi lagi dengan
nilai indeks sektor minggu sebelumnya. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat dari
persamaan di atas. Data-data indeks setiap sektor dapat didapat dari perpustakaan
BEI.

3.2.2 Pergerakan Harga Minyak


Data minyak yang digunakan adalah minyak tipe crude oil (light sweet)
yang diperdagangkan di NYMEX, sedangkan data yang digunakan adalah future
contract type 1 dengan tipe mingguan. Harga yang digunakan adalah harga
penutupan setiap minggunya. Data dapat diambil dari situs milik Energy
Information Administration.

3.2.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS


Exchange rate menurut hipotesis memiliki hubungan positif dengan harga
saham. Cara pengukurannya adalah dengan melihat apakah setiap pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dolar akan memengaruhi return indeks sektor–sektor yang
diteliti. Data yang digunakan adalah data mingguan. Nilai tukar yang digunakan
adalah nilai tukar pada saat penutupan setiap minggunya. Data–data nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar didapat dari situs oanda.com.

Tabel 1. Rangkuman Deskripsi Data

No Data Sumber Jenis Data Periode


1 Indeks Pertambangan Perpustakaan Harian Januari 2002 –
Referensi Pasar Desember 2006
Modal
2 Indeks Consumer Perpustakaan Harian Januari 2002 –
goods Referensi Pasar Desember 2006
Modal
3 Nymex Future Oil Energy Information Mingguan Januari 2002 –
Historical Price Adminisration Desember 2006
4 Nilai Tukar Rupiah Oanda.com Harian Januari 2002 –
Terhadap US Dollar Desember 2006
Sumber: Olahan Sendiri

Universitas Indonesia
19

3.3 Metode Pengujian


3.3.1 VAR (Vector Auto Regressive)
Model–model ekonometrika (tunggal maupun berganda) kebanyakan
berbentuk persamaan struktural, artinya adalah model tersebut lahir dari teori-teori
yang mendasarinya. Karena itu dalam pembuatan sebuah model,harus berdasarkan
teori baku yang sudah ada. Permasalahannya adalah tidak semua teori yang ada
dapat menjelaskan /mengarahkan pada spesifikasi model yang tepat.
Dalam persamaan simultan kita mengetahui ada 2 variabel, yaitu endogen
dan eksogen. Variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di dalam
model, artinya kita baru dapat mengetahui nilainya apabila nilai variabel bebas
telah diketahui. Variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan di luar
model. Dalam model simultan langkah pertama yang harus dilakukan adalah
melihat apakah suatu persamaan dapat teridentifikasi atau tidak. Penilaian ini
lebih bersifat subjektif, karenanya hal ini ditentang oleh Christopher Sims
(Gudjarati, 2003).
Menurut Sims apabila memang ada hubungan yang simultan antar-variabel,
seharusnya semua variabel diperlakukan secara sama. Artinya tidak perlu lagi di
identifikasi yang mana variabel endogen ataupun variabel eksogennya.
Berdasarkan argumen di atas, Sims mengajukan konsep VAR (Vector Auto
Regressive). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa model VAR ini juga
mengurangi kerumitan akibat keharusan suatu persamaan harus mengacu pada
teori. Dalam VAR yang perlu peneliti tentukan hanyalah: 1) variabel yang saling
berinteraksi yang perlu dimasukkan kedalam sistem, 2) banyaknya variabel jeda
yang perlu diikutsertakan dalam model yang diharapkan dapat ”menangkap”
keterkaitan antar variabel dalam sistem (Gudjarati, 2003).
Keunggulan dari metode yang yang diperkenalkan oleh Christopher Sims ini
antara lain tidak perlu melakukan identifikasi yang mana variabel endogen
ataupun variabel eksogen, cara melakukan estimasi hanya menggunakan OLS, dan
peramalan dalam beberapa hal lebih baik daripada menggunakan persamaan
simultan yang kompleks. Sedangkan kekurangan metode ini adalah bersifat
teoritik dan tidak struktural, kurang cocok unutk analisis kebijakan, data dan

Universitas Indonesia
20

pengamatan relatif banyak (lebih dari 30 sampel), semua variabel VAR harus
stasioner, serta interpretasi koefisien yang tidak mudah.
Metode VAR muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini melalui
pendekatan non-struktural. Prinsip utama dari metodologi Sims tersebut yakni
tidak ada penentuan atau pembagian awal antara variabel endogen dan eksogen
(memperlakukan seluruh variabel yang digunakan dalam persamaan sebagai
variabel endogen), tidak ada restriksi pada persamaan, serta tidak ada landasan
teori ekonomi yang pasti yang diperlukan untuk menjelaskan persamaan simultan
yang ingin diuji. Berdasarkan prinsip tersebut, metodologi Sims ini sering juga
disebut sebagai “atheoritical macroeconometrics”.
yt  b10  b12 zt   11 yt 1   12 zt 1   yt
(3)
zt  b20  b21 yt   21 yt 1   22 zt 1   zt
Sistem persamaan di atas disebut juga sebagai struktural VAR. Kedua
variabel tersebut dipengaruhi secara langsung oleh variabel yang lain, sedangkan
nilai selang dari setiap variabel memengaruhi variabel tersebut secara tidak
langsung. Persamaan tersebut dapat dibentuk kedalam notasi matriks:
 1 b12   yt   b10   11  12   yt 1   yt 
b        
 21 1   zt  b20   21  22   zt 1   zt 
Bxt   o  1 xt 1   t (4)

di mana,
 1 b12  y  b 
B  , xt   t  ,  0   10 
b21 1   zt  b20 
  12   
1   11  ,  t   yt 
 21  22   zt 
Maka, apabila notasi matriks persamaan 2 dikalikan dengan inverse B maka akan
menghasilkan
xt  B 1 0  B 11 xt 1  B 1 t  A0  At xt 1  et (5)

Dalam bentuk persamaan bivariate dapat ditulis sebagai berikut,


yt  a10  a11 yt 1  a12 zt 1  e1t
zt  a20  a21 yt 1  a22 zt 1  e2t (6)

Universitas Indonesia
21

Terdapat perbedaan antara sistem persamaan (2) dan (5), di mana sistem
persamaan (2) merupakan sistem struktural VAR, sementara sistem persamaan (3)
adalah sistem VAR dalam bentuk standar atau reduced form. Error terms pada
sistem persamaan (5) adalah gabungan dari εyt dan εzt . Karena εyt dan εzt “white
noise”, maka e1t dan e2t akan memiliki rata-rata 0, varian yang konstan, dan non-
otokorelasi serial.
Pada bentuk standar, VAR dianggap sebagai sistem yang dinamis dan
merupakan persamaan linear yang dipengaruhi oleh error terms. Berdasarkan
sistem persamaan (5) didapatkan:
xt  A0  A1 xt 1  A2 xt  2  ...  Ap xt  p  et (7)

di mana,
xt = (n x 1) vector, terdiri dari n variabel yang digunakan dalam VAR
Ao = (n x 1) vector dari intersep
Ai = (n x n) matriks dari koefisien
et = (n x 1) vector dari error terms
Unrestricted VAR disebut juga dengan model VAR dinamis, hal itu
dikarenakan tidak adanya restriksi linear yang dilakukan. Identiikasi persamaan
pada model VAR perlu dilakukan untuk melakukan estimasi terhadap model VAR.
Proses estimasi hanya dapat dilakukan dalam kondisi overidentified dan exactly
identified, yang artinya hanya dapat dilakukan apabila informasi yang tersedia
lebih banyak atau sama banyaknya dengan jumlah parameter yang ingin
diestimasi. Menilik pada model yang telah dibangun di atas, identifikasi dari
sistem persamaan VAR (5) menghasilkan 9 informasi yang terdiri atas 6 koefisien
estimasi (a10, a20, a11, a21, a22), kalkulasi atas nilai varian e1t dan e2t, serta kovarian
(e1t, e2t). Sementara itu jumlah parameter yang harus diestimasi pada sistem
struktural VAR (2) berjumlah 10 yang terdiri atas 2 koefisien intercept (b10, b20),
4 koefisien autoregressive (γ11, γ12, γ21, γ22), 2 koefisien feedback (b12, b21), serta 2
standar deviasi (σy, σz). Maka yang diperoleh adalah kondisi underidentified,
sehingga hal tersebut membuat model mustahil untuk diestimasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, Sims menyarankan untuk menggunakan suatu metode yang
dinamankan metode rekrusif yang dimasukkan ke dalam proses identifikasi model
dengan melakukan restriksi pada satu atau lebih parameter dan dilandasi argumen

Universitas Indonesia
22

pada teori ekonomi yang sesuai, sehingga kondisi overidentified atau exactly
identified dapat tercapai.
Ada beberapa latar belakang mengapa kita melakukan / membentuk sistem
persamaan, 1) deskripsi data, 2) peramalan, 3) inferensi structural dan 4) analisis
kebijakan. Didalam konsep VAR peneliti dapat mendapatkan empat hal diatas.
Dengan alat analisa yang ditawarkan, 1) forecasting: Ekstrapolasi nilai saat ini dan
nilai masa depan dengan mengunakan data masa lalu, 2) Impulse Response
Functions (IRF), melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat
perubahan atau shock suatu variabel tertentu, 3) FEDVs (Forecast Error
Decomposition of Variabels): prediksi kontribusi persentase varians setiap
variabel akibat perubahan variabel lainnya dan 4) Granger Causality Test:
digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat suatu variabel

3.4 Tahapan-Tahapan Pembentukan VAR


3.4.1 Uji Stasioneritas (Unit Root Test)
Uji ini dilakukan untuk menstasionerkan data-data time series yang
digunakan. Data-data tersebut dapat dikatakan stasioner apabila mean, varian dan
autokovarians tetap sama pada setiap selang yang berbeda di titik manapun
dilakukan pengukuran (time invariant). Data time series memiliki kecenderungan
untuk kembali ke nilai rata-ratanya dan akan berfluktuasi di sekitar nilai rata–rata
yang akan memiliki besaran konstan. Data yang stasioner dan tidak stasioner
memiliki implikasi yang berbeda. Pada data yang stasioner, guncangan yang
terjadi hanya bersifat temporer. Sementara apabila data tersebut tidak stasioner,
guncangan yang terjadi bersifat permanen. Data yang tidak stasioner dapat
menyebabkan spurious regression di mana hasil regeresi memiliki nilai R2 yang
tinggi dan t-statistik yang signifikan namun tidak memiliki intepretasi ekonomi
yang berarti (Granger dan Newbold, 1974).

` Yt  Yt 1   t (8)
εt dihasilkan dari proses white noise, apabila dalam periode Yt terdapat
guncangan sebesar C, maka Yt+1, Yt+2, ... akan meningkat sebesar C sehingga
dampak dari guncangan adalah permanen. Pada kasus tersebut dapat dikatakan

bahwa model memiliki permasalahan akar unit Yt   Yt 1   t , di mana α < 1.

Universitas Indonesia
23

Apabila mengacu pada model di atas, guncangan akan menurun searah


dengan berjalannya waktu. Dalam model diatas dapat dikatakan bahwa model
yang ada tidak memiliki masalah unit root dan memenuhi kondisi stasioner. Uji
akar unit dapat dilakukan dengan uji Dickey-Fuller atau Augmented Dickey-Fuller.
Tahapan pelaksanaan uji Dickey-Fuller melibatkan berbagai keputusan, dimana
pengujian ini diestimasikan dalam tiga hipotesis null yang berbeda, yakni

Yt adalah random walk : Yt   Yt 1  ut (9)


Yt  1   Yt 1  ut
Yt adalah random walk with drift : (10)

Yt adalah random walk with drift : Yt  1   2t   Yt 1  ut (11)


Hipotesis null untuk ketiga persamaan di atas adalah δ = 0, di mana terdapat
akar unit. Hipotesis alternatifnya adalah δ < 0, yang tidak terdapat akar unit. Jika
hipotesis null ditolak, maka dapat dikatakan bahwa Yt adalah time series yang
stasioner dengan nilai rata-rata = 0 (5), Yt adalah time series yang stasioner
dengan nilai rata-rata ≠ 0 (6) , dan Yt adalah time series yang stasioner dengan
tren deterministik (9).
Berbeda dengan uji Dickey-Fuller, uji Augmented Dickey-Fuller dibangun
dengan kondisi ut terkorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan memperbesar tiga
persamaan di atas dengan menambahkan nilai selang dari variabel dependen ∆Yt.
Yt  1   2t   Yt 1   i Yt 1   t

di mana εt adalah eror pure white noise dan ∆Yt-1 = (Yt-1 – Yt-2), dan
seterusnya. Sama seperti uji Dickey-Fuller, uji Augmented Dickey-Fuller juga
menguji apakah δ = 0. Hipotesis null (Ho) dapat ditolak jika p-value lebih kecil
dari nilai α.

3.4.2 Penentuan Selang Optimal


Metodologi VAR merupakan model persamaan simultan yang
memperlakukan semua variabel sebagai variabel endogen, di mana setiap variabel
endogen dijelaskan oleh nilai selang atau nilai masa lampau dari dirinya dan dari
variabel endogen lainnya dalam model. Tahapan pertama adalah menentukan
panjang selang maksimum model VAR yang stabil. Menurut Lutkephol (1991),

Universitas Indonesia
24

suatu model VAR menjadi stationer apabila semua roots-nya memiliki modulus
lebih kecil dari satu dan terletak pada unit circle.
Tahapan kedua adalah mencari selang panjang optimum dengan kriteria yag
tersedia. Kriteria informasi yang tersedia antara lain:
1) Adjusted R2
R2 berguna untuk mengukur keakuratan dari nilai prediksi
terhadap nilai sesungguhnya dari variabel terikat/dependen,
semakin besar nilai dari R2, maka semakin besar pula hubungan
antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebasnya. Namun
metode ini memiliki kekurangan yaitu jika jumlah variabel
bebasnya semakin banyak, maka nilai R2-nya juga akan semakin
besar. Oleh karena itulah digunakan adjusted R2, di mana
penghitungannya telah diberi penimbang.
2) Likelihood Ratio
Dengan alternatif ini, semakin besar nilai LR yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
3) Final Prediction Error (FPE)
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai FPE yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
4) Akaike Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai AIC yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
5) Schwarz Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai SIC yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
6) Hannan-Quinn Information Criterion
Dengan alternatif ini, semakin kecil nilai HQ yang
dihasilkan, semakin baik juga modelnya.
Tahapan ketiga adalah membandingkan nilai adjusted R2 dari variabel VAR
yang ada. Selang optimum akan didapat dari selang tertentu yang menghasilkan
adjusted R2 yang paling besar.

Universitas Indonesia
25

3.4.3 Uji Kausalitas Granger


Uji ini ditemukan oleh seseorang bernama Granger, pada tahun 1969. Model
VAR bebas restriksi (unrestricted VAR) memiliki banyak koefisien yang harus
diestimasi. Model ini dapat disederhanakan dengan mengeliminasi koefisien-
koefisien yang secara statistik sama dengan 0, di mana pada model VAR
pengujian tersebut dilakukan dalam konteks analisa kausalitas. Uji ini bertujuan
untuk mengetahui apaka suatu variabel memiliki hubungan searah atau dua arah.
Pada uji ini data yang digunakan adalah time series. Uji Granger juga digunakan
untuk mengetahui hubungan sebab akibat suatu variabel. Uji Granger ini
merupakan awal mula model VAR yang dikembangkan oleh Sims (1972).
Menurut Brooks (2002), uji kausalitas ini bertujuan untuk mencari korelasi
antara nilai saat ini dengan nilai masa lalu variabel lain, bukan ditujukan untuk
mengetahui pergerakan suatu variabel disebabkan oleh variabel lain. Dalam VAR,
uji ini dilakukan utuk mengetahui lag optimal di mana variabel-variabel memiliki
hubungan kausalitas.
Untuk melihat apakah x  y dengan asumsi seluruh variabel stasioner,
dapat ditulis persamaan sebagai berikut,
yt  A0 Dt    j yt  j    j xt  j   t
(12)
di mana, Dt = variabel deterministik (non-stokastik) dari persamaan
A0 = vektor dari parameter
Jika β1 = β2 = βk = 0, maka dapat dikatakan bahwa x tidak secara granger
menyebabkan y. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan F-test atau Lagrange
Multiplier LM Test.

3.4.4 Forecast Error Decomposition of Variance (FEDVs)


Menurut Brooks (2002), dekomposisi varian digunakan untuk memberikan
informasi lebih lanjut tentang hasil uji dengan VAR. Dekomposisi varian dapat
menunjukkan seberapa jauh pengaruh sebuah guncangan terhadap variabel-
variabel yang sedang diteliti. Sebuah guncangan terhadap variabel X bukan saja
hanya akan mengubah nilai dari variabel X tersebut, tetapi juga akan mengubah
nilai dari variabel-variabel yang lain melalui sistem VAR tersebut. Dekomposisi
varian menentukan seberapa jauh peramalan terhadap varian eror dari suatu

Universitas Indonesia
26

variabel dapat dijelaskan oleh penemuan variabel-variabel penjelas. Biasanya,


guncangan yang terjadi pada satu variabel dapat menjelaskan paling banyak
mengenai peramalan varian eror dari variabel tersebut di dalam VAR. Satu hal
yang tidak boleh terlewatkan dari uji dekomposisi varian ini adalah, pengurutan
variabel sangat penting untuk memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena
itulah data penelitian ini diurutkan dari yang paling awal buka.

3.4.5 Impulse Response Function (IRF)


Model VAR dapat direpresentasikan sebagai Vector Moving Average
(VMA), yang dapat merefleksikan alur waktu dari berbagai guncangan yang
terjadi pada berbagai variabel dalam sistem VAR. Interaksi yt dan zt dapat
ditunjukkan dengan bentuk moving average yang telah dibangun pada model
sebelumnya. Berikut adalah ilustrasi bagaimana persamaan (6) dapat diubah
menjadi VMA,
i
 yt   y    a11 a12   e1t i 
 z       a a22  e 
 t   z  i 0  21  2 t i  (13)
Persamaan (10) menunjukkan yt dan zt dalam e1t dan e2t. Persamaan tersebut
dapat diubah dalam εyt dan εzt menjadi,
i
 yt   y  
 a11 a12   1 b12   yt 
z    
  1/(1  b12 21   
b )
a22   b21 1   zt 
 t   z  i  0  a21
(14)
di mana
 e1t   1 b12   yt 
e   1/(1  b12b21 )  b 1   zt 
 2t   21
Persamaan (11) dapat disederhanakan menjadi,

 yt   y   11 (i ) 12 (i )   yt i 
 z        (i )  (i )   
 t   z  i 0  21 22   zt i  (15)
di mana
 1 b12 
   Ai1 /(1  b12b21 )  
 b21 1 

Universitas Indonesia
27

11 (i ), 12 (i ), 21 (i ), 22 (i ) adalah impulse response function karena keempat

koefisien tersebut merefleksikan perilaku seri yang terdapat pada model dalam

merespon inovasi (shock). Koefisien 12 (0) menunjukkan dampak instan akibat
 (1)
perubahan satu unit εzt pada yt, sementara koefisien 12 menunjukkan respon
satu periode akibat perubahan satu unit εzt-1 pada yt .

Universitas Indonesia
28

BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Analisis Deskriptif


Tabel 2 Hasil Statistika Deskriptif

Jumlah
Mean St. Dev. Max Min Observasi

Return MNNG 0,93% 4,74% 25,37% -12,56% 260


Return
CNSMRGDS 0,47% 3,15% 13,10% -8,86% 260

∆NYMEX 0,49% 3,74% 9,15% -17,03% 260

∆Kurs -0,04% 1,31% 4,15% -5,19% 260


Sumber: Olahan Sendiri

Mean adalah rata-rata nilai dari variabel yang diteliti. Melalui tabel di atas kita
dapat melihat seberapa besar rata-rata return dari industri pertambangan dan
consumer goods serta perubahan nilai dari harga minyak dunia dan kurs rupiah
terhadap dolar AS. Tabel di atas memberikan informasi mean dari tiap-tiap
variabel. Rata-rata return dari industri pertambangan adalah 0,93% sedangkan
return rata-rata dari industri consumer goods adalah 0,47%, yang artinya rata-rata
pertumbuhan masing-masing sektor selama periode yang diteliti adalah sebesar
nilai mean pada setiap minggunya. Dapat dilihat juga bahwa pertumbuhan industri
pertambangan lebih besar ditunjukan dengan nilai mean yang lebih besar, di mana
nilai mean menunjukan harga penutupan tiap minggunya. Perubahan harga
minyak memiliki rata-rata 0,49%, berarti rata-rata harga minyak meningkat
sebesar nilai mean setiap minggunya. Nilai kurs memiliki nilai mean -0,04%,
artinya nilai kurs cenderung melemah sebesar nilai mean pada setiap minggunya.
Dapat dilihat bahwa persentase pertumbuhan industri consumer goods nilainya
hampir sama dengan persetase kenaikan harga minyak dunia.
Nilai dari tiap-tiap variabel memiliki pergerakan nilai yang berbeda-beda pada
setiap waktu. Rata-rata dalam paragraf sebelumnya tidak menggambarkan nilai
tertinggi dan nilai terendah. Industri pertambangan memiliki peningkatan harga

Universitas Indonesia
29

penutupan mingguan tertinggi sebesar 25,37% dan penurunan harga penutupan


mingguan terkecil sebesar 12,56%. Sedangkan industri consumer goods memiliki
peningkatan harga penutupan mingguan tertinggi sebesar 13,10% dan penurunan
harga penutupan mingguan terkecil sebesar 8,86%. Variabel harga minyak dunia
memiliki peningkatan terbesar sebesar 9,15% dan nilainya mengalami penurunan
sebesar 17,03%. Variabel kurs memiliki peningkatan terbesar sebesar 1,31% dan
nilainya mengalami penurunan sebesar 4,5%.
Ada beberapa sebab mengapa return dari industri-industri tersebut
berfluktuasi. Yang pertama adalah keadaan fundamental perusahaan yang berada
di dalam industri. Kedua, keadaan industri itu sendiri (lifecycle dari industri dan
kebijakan Pemerintah). Ketiga adalah pengaruh dari kondisi makro yang relevan
(harga minyak dunia, kurs dan bursa saham negara lain).

4.2 Analisis Grafik


Berdasarkan grafik yang terdapat pada lampiran 1, dapat dilihat bahwa kedua
industri yang diteliti memiliki kecenderungan untuk bergerak searah dengan
pergerakan harga minyak dunia dalam jangka panjang. Sedangkan apabila hanya
berdasarkan grafik pada lampiran 1, industri yang diteliti seperti tidak memiliki
hubungan sama sekali dengan pergerakan kurs. Kurs seperti memiliki
pergerakannya sendiri. Apabila dibandingkan dengan pergerakan minyak dunia
pun kurs seperti tidak memiliki hubungan.
Berdasarkan grafik pada lampiran 1 dapat disimpulkan sementara bahwa
pergerakan kedua industri yang diteliti dipengaruhi secara positif oleh pergerakan
harga minyak dunia. Sedangkan berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa
pergerakan kurs seperti memiliki pererakan sendiri dan sepertinya tidak
memengaruhi pergerakan indeks industri yang diteliti.

Universitas Indonesia
30

4.3 Analisis Korelasi


Tabel 3 Hasil Uji Korelasi

RETCNSMR RETMNNG RETNYMX RETXCHNGRT

RETCNSMR 1 0,425 0,036 -0,226

RETMNNG 0,425 1 0,158 -0,162

RETNYMX 0,036 0,158 1 -0,068

RETXCHNGRT -0,226 -0,162 -0,068 1


Sumber: Olahan Sendiri

Berdasarkan tabel di atas (tabel Pairwise Correlation Matrix) yang


menggambarkan koefisien korelasi dari setiap variabel, untuk return industri
consumer goods memiliki hubungan dengan pergerakan harga minyak sebesar
3,6%, industri ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan pergerakan nilai
kurs yaitu sebesar negatif 22,6%. Sedangkan return industri pertambangan
dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia sebesar 15,8%, dapat dilihat
bahwa korelasinya jauh lebih besar daripada korelasi harga minyak dunia dengan
return industri consumer goods. Dari uji korelasi ini dapat dilihat bahwa H2 dan
H4 tidak sesuai dengan hasil uji di atas.
Pergerakan nilai kurs memiliki korelasi yang lebih signifikan dengan return
industri pertambangan daripada korelasi antara return industri pertambangan
dengan harga minyak dunia, yaitu sebesar negatif 16,2%. Korelasi yang kuat
antara return industri pertambangan dengan nilai kurs mungkin disebabkan oleh
pendapatan yang diperoleh dari perusahaan yang ada dalam industri pertambangan,
di mana sebagian besar minyak yang dihasilkan di Indonesia adalah untuk
kepentingan ekspor sehingga apabila nilai kurs berubah (naik ataupun turun) akan
memengaruhi pendapatan dari perusahaan tersebut (pendapatan juga dapat naik
ataupun turun). Apabila mata uang mengalami apresiasi pendapatan perusahaan
apabila dirupiahkan akan berkurang dan sebaliknya. Hasil ini berbeda dengan
hipotesis dari peneliti, yang sesuai dengan hasil penelitian dari Muhammad dan
Rasheed (2001), bahwa dengan depresiasi mata uang suatu negara, perusahaan di
negara tersebut akan lebih kompetitif di pasar dunia. Korelasi yang kuat antara

Universitas Indonesia
31

pergerakan harga minyak dan return industri pertambangan dimungkinkan terjadi


karena bagi beberapa perusahaan pertambangan miyak merupakan sumber
pendapatan bagi mereka, sehingga semakin tinggi harga komoditi yang merekan
miliki semakin besar pula pedapatan mereka, begitupula sebaliknya. Industri
pertambangan di Indonesia tidak hanya terdiri dari perusahaan minyak saja, tetapi
pergerakan harga minyak juga memengaruhi harga barang komoditas lainnya hal
ini telah disampaikan pada landasan teori. Hasil uji ini juga sesuai dengan
hipotesis peneliti, juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Park dan
Ratti (2005) yang menyatakan bahwa minyak dan stock market memiliki
hubungan yang positif untuk negara eksportir minyak.
Analisis berikut merupakan ilustrasi apabila pengaruh dari variabel makro-
ekonomi berlangsung secara simultan:
1) variabel makro-ekonomi bergerak searah: dalam kondisi di mana harga minyak
dunia mengalami kenaikan dan nilai kurs mengalami penguatan, dari segi biaya
perusahaan, kenaikan harga minyak akan di-offset oleh menguatnya nilai rupiah
terhadap dolar AS. Artinya walaupun harga minyak mengalami kenaikan, secara
rupiah uang yang dikeluarkan mungkin sama saja dengan keadaan sebelum adanya
perubahan. Hal yang sama berlaku juga untuk pendapatan perusahaan, apabila harga
minyak naik, pendapatan bagi perusahaan pertambangan (khusunya minyak) akan
mengalami kenaikan. Karena pembayaran biasanya dilakukan dalam dolar, maka
secara rupiah pendapatan akan tidak banyak berubah apabila dibandingkan dengan
keadaan sebelum adanya perubahan. Apabila kedua variabel ini mengalami
penurunan, harga minyak dunia mengalami penurunan dan nilai kurs rupiah melemah
terhadap dolar akan berlaku hal yang sama.
2) variabel makro-ekonomi bergerak berlawanan arah (harga minyak naik, rupiah
mengalami pelemahan terhadap dolar AS): dalam kondisi di mana harga minyak
dunia mengalami kenaikan dan nilai kurs rupiah mengalami penurunan, dari segi
biaya perusahaan, kenaikan harga minyak akan sangat terasa karena nilai rupiah
terhadap dolar sedang mengalami penurunan. Artinya harga minyak mengalami
kenaikan, secara rupiah uang yang dikeluarkan juga semakin banyak. Dari sisi
pendapatan perusahaan, apabila harga minyak naik pendapatan bagi perusahaan
pertambangan (khususnya minyak) akan mengalami kenaikan. Karena pembayaran
biasanya dilakukan dalam dolar, maka secara rupiah pendapatan mungkin tidak
terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya perubahan.

Universitas Indonesia
32

3) variabel makro-ekonomi bergerak berlawanan arah (harga minyak turun, rupiah


mengalami penguatan terhadap dolar AS): dalam kondisi di mana harga minyak
dunia mengalami penurunan dan nilai kurs rupiah mengalami penguatan, dari segi
biaya perusahaan, penurunan harga minyak akan sangat terasa karena nilai rupiah
terhadap dolar sedang mengalami penurunan. Artinya secara rupiah uang yang
dikeluarkan juga semakin sedikit. Dari sisi pendapatan perusahaan, apabila harga
minyak naik pendapatan bagi perusahaan pertambangan (khusunya minyak), akan
mengalami penurunan secara US dolar. Karena pembayaran biasanya dilakukan
dalam dolar, maka secara rupiah pendapatan mungkin tidak terlalu signifikan apabila
dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya perubahan.

Setelah melakukan correlation test di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien


korelasi antara return industri yang diteliti dengan pergerakan harga minyak
berkoefisien positif, yang artinya variabel-variabel tersebut memiliki hubungan
positif. Hal ini berbeda dengan kebanyakan penelitian yang dilakukan sebelumnya
yang menyatakan bahwa pergerakan harga minyak dunia memiliki hubungan
negatif dengan stock market.

4.4 Unit Root Test


Uji akar unit pada setiap variabel yang digunakan pada studi ini dilakukan
dengan metode Augmented Dickey-Fuller. Hipotesis null untuk semua pengujian
adalah terdapat akar unit, di mana dapat dikatakan bahwa variabel tersebut tidak
memenuhi kondisi stasioneritas. Dengan nilai α = 0.05, Hipotesis null (Ho) dapat
ditolak jika p-value lebih kecil dari nilai α.

Tabel 4 Hasil Uji Unit Root

Variabel ADF Test Statistics Test Critical Value (α=5%)

t-Statistics Prob

RETCNSMR -6,05 0,00 -2,87

RETMNNG -6,03 0,00 -2,87

RETNYMX -6,96 0,00 -2,87

RETXCHNGRT -6,55 0,00 -2,87

Sumber: Olahan Sendiri

Universitas Indonesia
33

Dari rangkuman tabel di atas dapat dikatakan bahwa semua variabel yang
diteliti dapat menolak H0 pada tingkat level. Artinya pada tingkat level semua
variabel sudah stasioner. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bohara dan
Kaempfer (1991), model VAR secara keseluruhan harus dinyatakan dalam bentuk
first difference apabila pada kondisi level belum stasioner. Tetapi menurut Sims
(1980), mereka menentang pengunaan VAR dalam bentuk first difference.
Menurut mereka tujuan dari analisa VAR adalah untuk menentukan hubungan
antar variabel, bukan untuk mengestimasi parameter. Penggunaan bentuk first
difference dapat membuang informasi berharga yang terkait dengan pergerakan
searah data (seperti kemungkinan terdapatnya hubungan kointegrasi). Dalam
penelitian ini semua variabel sudah dalam kondisi stasioner dalam bentuk level,
karena itu kita akan setuju pada pendapat Sims (1980).

4.5 Penentuan Selang Optimal


Pada tes ini dilakukan untuk mencari lag maksimum yang dapat menstabilkan
model VAR. Dapat dilihat dari tabel di lampiran 2 bahwa lag 2 memiliki lag yang
maksimal untuk menstabilkan model VAR. Keadaan yang stabil digambarkan
melalui semua modulus nilainya di bawah 1, dapat dilihat dari tabel bahwa
modulus maksimal bagi return industri pertambangan adalah 0.288, sedangkan
untuk return industri consumer goods adalah sebesar 0.292. Setelah mengetahui
lag 2 merupakan lag maksimal, uji selanjutnya adalah menentukan lag optimum
di antara lag 1 dan lag 2.
Menurut tabel pada lampiran 2 uji diatas lag optimumnya adalah ada pada lag
0 dan lag 1. Penggunaan lag optimum yang digunakan adalah berdasarkan lag
yang mana yang memberikan nilai adjusted R square bagi variabel yang diteliti.
Menurut tabel lag 1 yang akan digunakan karena memberikan nilai adjusted R
square yang paling besar.

Universitas Indonesia
34

4.6 Uji Kausalitas Granger


Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%, maka hipotesa nol
yang bernilai di bawah 5% akan ditolak, yang berarti ada hubungan Granger
antara return industri yang diteliti dengan variabel-variabel yang diteliti.
Berdasarkan lampiran 4, secara ringkas dapat diambil kesimpulan dari hasil uji
kausalitas Grangerk:
1) return industri pertambangan tidak memiliki hubungan kausalitas dengan
variabel manapun dan tidak dipengaruhi secara Granger oleh variabel
manapun, namun Return industri pertambangan memengaruhi secara Granger
pergerakan exchange rate. Hasil ini sesuai dengan penelitian bahwa stock
market-lah yang memengaruhi nilai kurs.
2) return industri consumer goods tidak memiliki hubungan kausalitas dengan
variabel manapun dan tidak dipengaruhi secara Granger oleh variabel
manapun, namun return industri consumer goods memengaruhi secara
Granger return exchange rate. Hasil ini sesuai dengan penelitian bahwa stock
market-lah yang memengaruhi nilai kurs.
3) return minyak dunia (NYMEX) tidak memiliki hubungan kausalitas dengan
variabel manapun dan tidak dipengaruhi secara Granger oleh variabel
manapun.
4) return exchange rate tidak memiliki hubungan kausalitas dengan variabel
manapun dan dipengaruhi secara Granger oleh variabel return industri
pertambangan dan consumer goods.

4.7 Analisis Model VAR dengan melakukan Forecast Error Decomposition of


Variance (FEDVs) dan Impulse Response Function (IRF)
Untuk dapat lebih melihat pengaruh dari pergerakan harga miyak dunia dan
pergerakan nilai kurs terhadap return industri yang diteliti, penelitian ini
dikembangkan lagi dengan menggunakan Forecast Error Variance Decomposition
of Variance (FEDVs) dan Impulse Response Function (IRF). Perhitungan FEDVs
akan memberikan informasi yang lebih lengkap untuk memahami hubungan
antara return industri yang diteliti dengan variabel-variabel lainnya. FEDVs
membandingkan kontribusi relatif yang menyebabkan suatu reaksi. Sedangkan
IRF digunakan untuk melihat bagaimana return industri yang diteliti bereaksi

Universitas Indonesia
35

terhadap guncangan yang terjadi akibat variabel pergerakan harga minyak dunia
dan nilai kurs.

Tabel 5 Hasil Uji FEDVs Return Mining

Variance Decomposition of RETMNNG:


Period S.E. RETMNNG RETNYMX RETXCHNGRT

1 0,047319 100 0 0
2 0,047693 99,67081 0,102385 0,226803
3 0,047701 99,65551 0,116993 0,2275
4 0,047701 99,65515 0,117352 0,227503
5 0,047701 99,65513 0,11736 0,227505
6 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
7 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
8 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
9 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
10 0,047701 99,65513 0,117361 0,227505
Sumber: Olahan Sendiri

Berdasarkan tabel FEDVs di atas dapat dilihat bahwa pergerakan dalam


industri pertambangan memberikan kontribusi yang paling besar terhadap
pergerakan return dari industri pertambangan, sedangkan variabel yang lain
memberikan kontribusi cenderung sangat minim. Tujuan dari pengujian ini adalah
untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan memengaruhi return dari
industri. Dalam industri pertambangan, pergerakan kurs relatif memiliki
kontribusi dalam menyebabkan pergerakan return yang lebih besar daripada
pergerakan harga minyak dunia. Sedangkan bila dilihat dari tabel IRF pada
lampiran 3, dapat dilihat bahwa return pertambangan bereaksi negatif terhadap
guncangan yang terjadi akibat pergerakan harga minyak bumi sejak awal terjadiya
guncangan, dan akan mulai normal kembali sejak menyentuh periode 4. Hal ini
kemungkinan terjadi karena Indonesia merupakan negara net importir minyak,
sehingga guncangan akibat pergerakan minyak ini direspon negatif. Sedangkan
reaksi negatif juga terjadi akibat guncangan dari pergerakan nilai kurs dan baru

Universitas Indonesia
36

kembali normal pada periode 4. Dapat dilihat juga bahwa guncangan akibat
pergerakan kurs direspon lebih besar oleh industri ini.

Tabel 6 Hasil Uji FEDVs Return Consumer goods

Variance Decomposition of RETCNSMR:

Period S.E. RETCNSMR RETNYMX RETXCHNGRT

1 0,030864 100 0 0
2 0,030947 99,50797 0,469837 0,022191
3 0,030951 99,48462 0,486669 0,028707
4 0,030951 99,48435 0,486943 0,028707
5 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
6 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
7 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
8 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
9 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
10 0,030951 99,48434 0,486947 0,02871
Sumber: Olahan Sendiri

Menurut tabel FEDVs di atas dapat dilihat bahwa pergerakan dalam


industri consumer goods yang memberikan kontribusi yang paling besar,
sedangkan variabel yang lain memberikan kontribusi yang cenderung sangat
minim. Tujuan dari uji ini adalah variabel mana yang paling dominan
memengaruhi return dari industri. Dalam industri consumer goods pergerakan
kurs relatif memiliki kontribusi dalam menyebabkan pergerakan return yang lebih
besar daripada pergerakan harga minyak dunia
Sedangkan bila dilihat dari tabel IRF di lampiran 3, dapat dilihat bahwa
return pertambangan bereaksi negatif terhadap guncangan yang terjadi akibat
pergerakan harga minyak bumi sejak awal terjadiya guncangan, yang akan mulai
normal kembali sejak menyentuh periode 4. Hal ini kemungkinan terjadi karena
Indonesia merupakan negara net importir minyak, sehingga guncangan akibat
pergerakan minyak dianggap sebagai sinyalemen buruk bagi perekonomian dan
pada akhirnya akan berdampak juga pada pasar modal Indonesia. Sedangkan

Universitas Indonesia
37

reaksi negatif juga terjadi akibat guncangan dari pergerakan nilai kurs, yang baru
kembali normal pada periode 3. Dapat dilihat juga bahwa guncangan akibat
pergerakan harga minyak dunia direspon lebih besar oleh industri ini.

Universitas Indonesia
38

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Analisis Grafik
Dapat dilihat pada analisa grafik return industri yang diteliti cenderung
memiliki pergerakan searah dengan pergerakan harga minyak dunia. Hal ini
mungkin terjadi karena Indonesia sebagai penghasil minyak – walaupun akhir-
akhir ini sudah menjadi negara net importir. Jika menurut grafik yang ada,
dapat disimpulkan sementara bahwa pergerakan return industri yang diteliti
dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia dan tidak dipegaruhi oleh
pergerakan nilai kurs. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa kuat
pengaruh variabel makro-ekonomi yang diteliti terhadap industri-industri yang
diteliti kurang dapat dijawab dari analisis ini. Hal ini dikarenakan
peruntukannya yakni melihat arah pergerakan variabel-variabel yang diteliti
ketimbang menyatakan seberapa kuat hubungan antara variabel-variabel
makro-ekonomi yang diteliti dengan industri-industri yang diteliti.

5.1.2 Analisis Korelasi


Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa return industri yang diteliti
memiliki korelasi paling besar dengan pergerakan yang terjadi di dalam
industri tersebut. Sedangkan, kedua variabel yang diteliti walaupun memiliki
korelasi, namun kurang signifikan. Pergerakan nilai kurs memiliki korelasi
yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan korelasi antara return
industri dengan pergerakan harga minyak dunia. Hubungan negatif yang
cukup signifikan membenarkan teori bahwa pergerakan nilai kurs berbanding
terbalik dengan pasar modal. Analisis ini menjawab tujuan dari penelitian
yang dilakukan, yang dengannya diketahui besar dan arah hubungan variabel-
variabel makro-ekonomi industri-industri yang diteliti.

Universitas Indonesia
39

5.1.3 Analisis FEDVs


Melalui uji decomposition of error dapat dilihat bahwa faktor yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap return industri yang diteliti
adalah pergerakan dalam industri tersebut. Pergerakan harga minyak dunia
dan pergerakan kurs memberikan kontribusi yang kurang signifikan. Tujuan
dari dilakukannya tes ini adalah melengkapi analisis korelasi, dan dengan tes
FEDVs dapat diketahui variabel apa yang paling memengaruhi pegerakan
return industri yang diteliti.

5.1.4 Analisis IRF


Dalam grafik IRF dapat dilihat bahwa return industri yang diteliti
merespon negatif terhadap guncangan akibat pergerakan harga minyak dunia
dan nilai kurs. Nilai kurs memberikan guncangan yang lebih besar daripada
yang diakibatkan oleh pergerakan harga minyak dunia.

5.2 Keterbatasan
1) Jumlah industri yang diteliti hanya 2 (pertambangan dan consumer
goods) sehingga tidak diketahui pengaruh variabel makro-ekonomi yang
diteliti terhadap industri-industri yang tidak diteliti.
2) Jumlah variabel makro-ekonomi yang digunakan hanya 2 (harga
minyak dunia dan exchange rate), sehingga ada kemungkinan terdapatnya
hubungan antara industri-industri yang diteliti namun tidak didokumentasikan
dalam penelitian ini.
3) Periode penelitian diperpanjang agar semua event yang terjadi
sepanjang tahun dapat didokumentasikan dalam hasil penelitian.

5.3 Saran
5.3.1 Bagi Investor
Bagi investor sebaiknya mempertimbangkan pengaruh dari pergerakan
minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadapa dolar AS dalam melakukan
analisis investasi. Investor harus mengetahui faktor-faktor makro-ekonomi
yang memengaruhi pergerakan return dari industri-industri yang ada agar

Universitas Indonesia
40

dapat memaksimalkan return yang didapat. Dengan pengetahuan tersebut


investor dapat mengantisipasi apabila ada perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap faktor makro-ekonomi terhadap return industri terkait.

5.3.2 Bagi Manajer Investasi


Manajer investasi diharapkan dapat membantu investor dalam mengetahui
adakah pengaruh variabel pergerakan minyak dunia dan pergerakan nilai kurs
terhadap return industri sehingga dapat memaksimalkan portofolio
investasinya, terutama bagi investor yang belum memiliki pemahaman
mendalam mengenai hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

5.3.3 Bagi Penelitian Selanjutnya


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yakni di antaranya periode
penelitian yang singkat, tidak mengambil semua anggota bursa, dan jumlah
variabel makro-ekonomi yang diteliti sangat terbatas. Oleh karenanya, maka
beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan untuk penelitian
selanjutnya adalah:
1) menambah periode penelitian sehingga hasilnya akan lebih valid
lagi dalam pengambilan keputusan investasi
2) menambahkan jumlah industri yang diteliti agar dapat memberikan
cakupan yang lebih luas.
3) melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
return stock market. Juga dapat menambah variabel makro-ekonomi yang
diteliti agar penelitian lebih comprehensive.
4) menggunakan data-data perusahaan yang ada dalam industri,
sehingga tidak hanya meneliti industri secara keseluruhan. Ada kemungkinan
korelasi masing-masing saham secara individu berbeda dengan industri secara
keseluruhan.
 

Universitas Indonesia
41

DAFTAR REFERENSI

BUKU, JURNAL dan PAPER

Aggarwal, R. 1981. Exchange Rates and Stock Prices: A Study of U. S. Capital


Market under Floating Exchange Rates. Akron Business and Economic
Review.
Ajayi, Richard. A, dan Mbodja, Mougoue. 1996. On the Dynamic Relation
between Stock Prices and Exchange Rates. Journal of Financial Research
19, 193-207.
Bartov, Eli dan Bodnar M. Gordon. NDnd. Firm Valuation, Earnig Expectation
and Exchange Rate Exchange Rate Exposure Effect. The Journal of
Applied Econometrics.
Bodnar, G. M. dan W. M. Gentry. 1993. Exchange Rate Exposure and Industry
Characteristics: Evidence from Canada, Japan, and the USA. Journal of
International Money and Finance, 12.
Bohara, A. K. dan Kaempfer, W. H. 1991. A Test Of Tariff Endogenity in the
United State. American Economic Review.
Brooks, C. 2002. Introductory Econometrics for Finance. Cambridge: University
Press
Chen, Nai–Fu, Richard Roll, dan Stephen A. Ross. 1986. Economic Forces and
the Stock Market. Journal of Bussiness
Driesprong, G., Jacobsen, B. dan B. Maat. 2005. Stock Markets and Oil Prices.
Rotterdam School of Management.
Ewert, Jens dan Hult, Ellinor. 2006. The Impact of Oil Price Fluctuation on Stock
Prices.
Ferson, W. W. dan Harvey, C. R. 1994. Sources of risk and expected returns in
global equity markets. Journal of Banking and Finance, 18, 775-803.
Franck, P. dan Young, A. 1972. Stock price Reaction of Multinational Firms to
Exchange Realignments. Financial Management 1, 66-73.

Universitas Indonesia
42

Frankel, Jeffrey. 1993. Three Comments on Exchange Rate Stabilization and


European Monetary Union. Center for International and Development
Economics Research (CIDER) Working Papers C93-013. University of
California at Berkeley.
Gisser, M. dan Goodwin, T. H. ND1986. . Crude Oil and the Macroeconomy:
Test of Some Popular Notions. Journal of Money, Credit and Bank.
Granger, C. W. J. dan Newbold, Paul. 1974. Forecasting Economics Time Series.
New York: Academic Press.
Granger, C.W.J, Huang, B. dan Yang, C.W. 1998. A Bivariate Causality Between
Stock Prices and Exchange Rates: Evidence from the Recent Asian Flue.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics 4th Edition. Mcgraw Hill
Gupta, J. P., Chevalier, Alain dan Sayekt, Fran. NDnd. The Causality Between
Interest Rate, Exchange rate and Stock Price in Emerging Markets: The
Case Of Jakarta Stock Exchange.
Hamao, Y. 1989. An empirical examination of the arbitrage pricing theory: using
Japanese data. Japan and the World Economy, 1, 45-61.
He, J. dan L. K. Ng. 1998. The Foreign Exchange Exposure of Japanese
Multinational Corporations. Journal of Finance, 53.
Huang, D. R., R. W. Masulis, dan H. R. Stoll. 1996. Energy Shocks and Financial
Markets. The Journal of Futures Markets.
Idrus, Wanto Apriyanto. 2007. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Memuncaknya
Harga Minyak Dunia (Studi Empiris di BEJ Tahun 2006). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Jones, Charles M., dan Gautam Kaul. 1996. Oil and Stock Markets. The Journal of
Futures Market.
Jones, Charles P. 2004. Investment Analysis and Management 9th Edition. John
Wiley & Sons.
Jorion, P. 1990. The Exchange Rate Exposure of U.S. Multinationals, Journal of
Business, 63.
Jorion, P. 1991. The Pricing of Exchange Rate Risk in the Stock Market, Journal
of Financial and Quantitative Analysis 26, 363-376.

Universitas Indonesia
43

Kaneko, T. dan Lee, B. S. 1995. Relative importance of economic factors in the


U.S and Japanese stock markets. Journal of the Japanese and International
Economies, 9, 290-307.
Lutkepohl, H. 1991. Introduction to Multiple Time Series. New York: Springer
Muhammad, N. dan Rasheed, A. 2003. Stock Prices and Exchange Rates: Are
they Related? Evidence from South Asian Countries. Paper presented at the
18th Annual General Meeting and Conference of the Pakistan Society of
Development Economists.
Pan, Fok dan Lui. 1999. Dynamic Linkages Between Exchange Rates and Stock
Prices: Evidence from Pacific Rim Countries. Shippensburg University
Working Papers.
Park, Jung Woo dan Ratti, Ronald. 2005. Oil Price Shocks and Stock Market
Behavior : Empirical Evidence for the US and European Coutries.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2004. Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Rifkin, Jeremy. 2002. The Hydrogen Economy: The Creation of the Worldwide
Energy Web and the Redistribution of Power on Earth. Jeremy P. Tarcher.
Sadorsky, Perry. 1999. Oil Price Shocks and Stock Market Activity. Energy
Economics.
Sims, Christopher. 1980. Efficient Estimation of Time Series Models with
Predetermined. Northwestern University, Center for Mathematical Studies
in Economics and Management Science.
Soenen, L.A. dan E.S. Hennigar. 1988. An Analysis of Exchange Rates and Stock
Prices: the U.S. Experience between 1980 and 1986. Akron Business and
Economic Review, 7-16.
Solnik, B. 1987. Using Financial Prices to Test Exchange Rate Model: A Note,
Jornal of Finance, 42.
Syed A. Basher dan Perry Sadorsky. 2004. Oil price risk and emerging stock
markets. International Finance 0410003, EconWPA
Trimegah Securities. 2008. Market Insight: Exchange Rate & Oil on Emerging
Markets. Jakarta.

Universitas Indonesia
44

Winardi. 1989. Kamus Ekonomi. Bandung: Mandar Maju

LAMAN

http://bisnis.vivanews.com

http://finance.yahoo.com
Nainggolan, Reinhard. 2008, 13 Agustus. Bursa saham, Harga Minyak Turun,
Kenapa IHSG Ikut Turun?. Kompas.
Saham Tambang Dominasi Top Looser. (2008, Oktober 15). Vivanews.com.

www.bapepam.go.id

www.bi.go.id

www.idx.co.id

www.swa.co.id

www.vibiznews.com

Universitas Indonesia
45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Grafik Benchmarking Pergerakan Variabel Makro-ekonomi dan


Return Industri

Sumber: Olahan Microsoft Excel

Universitas Indonesia
46

Lampiran 2: Penentuan Selang Optimal

Selang Optimal Industri Pertambangan


VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: RETMNNG RETNYMX RETXCHNGRT
Exogenous variables: C
Date: 07/17/09 Time: 16:20
Sample: 1/11/2002 12/29/2006
Included observations: 258
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 1664.765 NA 5.11E-10 -12.88190 -12.84059* -12.86529*
1 1674.959 20.07135* 5.06E-10* -12.89116* -12.72590 -12.82471
2 1677.127 4.218916 5.33E-10 -12.83820 -12.54900 -12.72191
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

Selang Optimal Industri Consumer Goods


Endogenous variables: RETCNSMR RETNYMX RETXCHNGRT
Exogenous variables: C
Date: 07/17/09 Time: 16:19
Sample: 1/11/2002 12/29/2006
Included observations: 258
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 1779.211 NA 2.10E-10 -13.76908 -13.72777* -13.75247*
1 1790.595 22.41343* 2.06E-10* -13.78756* -13.62230 -13.72111
2 1793.633 5.912140 2.16E-10 -13.74134 -13.45215 -13.62506
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion

Universitas Indonesia
47

Lampiran 3: Grafik IRF

Grafik Respon Industri Pertambangan terhadap Variabel Harga Minyak Dunia dan
Exchange Rate

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Response of RETMNNG to RETNYMX Response of RETMNNG to RETXCHNGRT


.05 .05

.04 .04

.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

-.01 -.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik Respon Industri Consumer Goods terhadap Variabel Harga Minyak Dunia
dan Exchange Rate

Response to Cholesky One S.D. Innovations

Response of RETCNSMR to RETNYMX Response of RETCNSMR to RETXCHNGRT

.03 .03

.02 .02

.01 .01

.00 .00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Universitas Indonesia
48

Lampiran 4: Hasil Uji Granger


Industri Pertambangan
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 11/25/05 Time: 21:32
Sample: 1/11/2002 12/29/2006
Lags: 1
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability
RETXCHNGRT does not Granger Cause 259 0.56918 0.45128
RETMNNG
RETMNNG does not Granger Cause RETXCHNGRT 3.91036 0.04906
RETNYMX does not Granger Cause 259 0.28170 0.59605
RETMNNG
RETMNNG does not Granger Cause RETNYMX 1.85467 0.17444
RETNYMX does not Granger Cause 259 0.80496 0.37046
RETXCHNGRT
RETXCHNGRT does not Granger Cause RETNYMX 1.96923 0.16174

Industri Consumer Goods


Pairwise Granger Causality Tests
Date: 11/25/05 Time: 21:31
Sample: 1/11/2002 12/29/2006
Lags: 1
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability
RETNYMX does not Granger Cause 259 1.25588 0.26348
RETCNSMR
RETCNSMR does not Granger Cause RETNYMX 0.06757 0.79512
RETXCHNGRT does not Granger Cause 259 0.03021 0.86215
RETCNSMR
RETCNSMR does not Granger Cause RETXCHNGRT 8.71139 0.00346
RETXCHNGRT does not Granger Cause 259 1.96923 0.16174
RETNYMX
RETNYMX does not Granger Cause RETXCHNGRT 0.80496 0.37046

Universitas Indonesia
49

Lampiran 5: Komposisi Saham Industri Pertambangan

Kode Nama Perusahaan 2002 2003 2004 2005 2006


Sektor Pertambangan
Sub Sektor : Pertambangan Batu bara
ADRO Adaro Energy Tbk. X X X X X
ATPK ATPK Resources Tbk √ √ √ √ √
BUMI Bumi Resources Tbk X √ √ √ √
BYAN Bayan Resources Tbk X X X X X
GTBO Garda Tujuh Buana Tbk X X X X X
ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk X X X X X
KKGI Resource Alam Indonesia Tbk X √ √ √ √
PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk X X X X X
PTBA Tambang Batubara Bukit AsamTbk X √ √ √ √
PTRO Petrosea Tbk X √ √ √ √
Sub Sektor : Pertambangan Minyak & Gas Bumi
ELSA Elnusa Tbk X X X X X
ENRG Energi Mega Persada Tbk X X √ √ √
MEDC Medco Energi International Tbk √ √ √ √ √
RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk X X X X √
Sub Sektor : Pertambangan Logam & Mineral Lainnya
ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk X X X X X
INCO International Nickel Indonesia Tbk X X √ √ √
TINS Timah Tbk √ √ √ √ √
Sub Sektor : Pertambangan Batu-batuan
CNKO Central Korporindo International Tbk X X √ √ √
CTTH Citatah Industri Marmer Tbk X √ √ √ √
MITI Mitra Investindo Tbk √ √ √ √ √

X Belum listing pada tahun tersebut


√ Sudah listing pada tahun tersebut

Universitas Indonesia
50

Lampiran 6: Komposisi Saham Industri Consumer Goods

Sektor Industri Barang Konsumsi


Sub Sektor : Makanan & Minuman
ADES Akasha Wira International Tbk √ √ √ √ √
AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk X √ √ √ √
AQUA Aqua Golden Mississi Tbk X √ √ √ √
CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ √ √
DAVO Davomas Abadi Tbk X X X √ √
DLTA Delta Djakarta Tbk X √ √ √ √
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ √ √
MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk X √ √ √ √
MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ √ √
PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk X √ √ √ √
SKBM Sekar Bumi Tbk.
SKLT Sekar Laut Tbk √ √ √ √ √
SMAR SMART Tbk √ √ √ √ √
STTP Siantar TOP Tbk √ √ √ √ √
TBLA Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ √ √
ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ √ √
Sub Sektor : Rokok
BATI BAT Indonesia Tbk √ √ √ √ √
GGRM Gudang Garam Tbk X √ √ √ √
HMSP H M Sampoerna Tbk √ √ √ √ √
RMBA Bentoel International Investama Tbk √ √ √ √ √
Sub Sektor : Farmasi
DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk X √ √ √ √
INAF Indofarma Tbk √ √ √ √ √
KAEF Kimia Farma Tbk √ √ √ √ √
KLBF Kalbe Farma Tbk X X √ √ √
MERK Merck Tbk X √ √ √ √
PYFA Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ √
SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √ √
SQBB Bristol-Myers Squibb Indonesia
SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk X √ √ √ √
TSPC Tempo Scan Pacific Tbk X X X X √
Sub Sektor : Kosmetik & Barang Keperluan Rumah Tangga
MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ √ √ √
PROD Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
TCID Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ √
UNVR Unilever Indonesia Tbk X √ √ √ √
Sub Sektor : Peralatan Rumah Tangga
KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ √ √
KICI Kedaung Indah Can Tbk X √ √ √ √
LMPI Langgeng Makmur Plastic Industri Tbk √ √ √ √ √

X Belum listing pada tahun tersebut


√ Sudah listing pada tahun tersebut

Warna Merah tidak ada informasi

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai