Anda di halaman 1dari 11

Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pemberdayan Masyarakat dan Desa

WORKSHOP
UPAYA PENYUSUNAN KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN PERDESAAN

PAKET 4:
PENYUSUNAN STRATEGI PENGEMBANGAN
POTENSI DESA DALAM MENDORONG
AKSESIBILITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Oleh :
Tony Tjahjana
…[perspektif pedesaan]…
…pedesaan:
(1) secara geo-ekologis: ruang di luar/ sekeliling perkotaan (hinterland),
(2) secara sosial-budaya: basis demografis, basis budaya, basis tenaga kerja,
basis kemiskinan, basis tradisi dan berkarakter statis,
(3) secara tekno-ekonomi: wilayah basis SDA, basis agraris, berakses lemah),
(4) Secara
pe kelembagaan de
merupakan basis sa
kearifan lokal, bercorak
an guyub dan
mekanik

pe de sa an
Lu

Ge

So

Te

kel
Ba
Sta

kno
si
o-e
ar

Gu
al - b

em
sis
tis-
per

ko l

-ek

yu b

bag
ud
og

agr

on
tra
kot

aya

,m
is

aa n
o
d

mi
aan

isio

ris

eka
nal

nik
…perspektif desa…
…dihuni sejumlah kecil penduduk …basis SDA,
dengan kepadatan yang rendah… basis pertanian,
basis kemiskinan dan basis basis agraria,
demografi basis tenaga kerja
…terletak di Aspek …masyarakatnya
sekeliling kota demografi Aspek bermata
(hinterland) ekonomo pencaharian
agraris dan
…pemanfaatan
Aspek nelayan
lahan bersifat
agraris, morfologi/ Aspek
bangunan geografi hukum …kesatuan
rumah wilayah (dan
Aspek
terpencar, “hukum pribumi”
Sosial-budaya
akses lemah tersendiri
…daerah
…hubungan sosialnya khas, homogen administrasi
dan guyub (gemainschaft), bercorak pemerintahan
tradisional, solidaritas mekanik tinggi terkecil
…tipologi pedesaan
• sebagian besar wilayahnya digunakan untuk
pertanian
• sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani/nelayan.
• identik dengan kemsikinan, keterbelakangan
dan kebodohan.
• pertanian, budaya dan kelembagaannya
Bercorak tradisional.
• lemah aksesnya terhadap sumberdaya
produktif.
• tingkat kolektivitasnya tinggi.
• lemah fasilitas pendukungnya, dll
• Fakta empiris menunjukkan bahwa sektor
agribisnis merupakan sektor yang paling
tangguh dalam menghadapi krisis dan paling
berjasa dalam menampung pengangguran
sebagai akibat krisis ekonomi (Syafa’at,
2000).
• Ketangguhan sektor agribisnis diindikasikan
oleh kemampuannya untuk tumbuh secara
positif (0.22 %) pada saat krisis (1998)
sementara perekonomian nasional secara
agregat mengalami kontraksi yang sangat
hebat, yaitu sebesar 13.7 persen.
Dalam pengembangan agribisnis suatu wilayah terdapat tiga
tingkatan operasi yang harus diperhatikan (Goldberg, 1974),
yaitu :
1.Lingkungan makro dan kebijakan publik
2.Sistem komoditas spesifik
3.Pelaku agribisnis (participant system)

Politik Ekonomi
Strategi Bisnis, Struktur,
dan Persaingan Pasar

FOKUS

Kondisi
Faktor Kondisi Lingku
Pasar Permintaan
Pendukung Memiliki Keunggulan ngan
Keunikan dlm Biaya

Industri Penunjang Sosial


dan Terkait
Teknologi dan
Budaya
Tinjauan Masa Depan Agroindustri Berbasis Komoditas
No Dimensi Agribisnis Masa Depan

1 Segmen Industri 5F (Food, Feed, Feedstock, Fertilizer, Fine Chemical)

2 Teknologi dan Kandungan Materi Spesifik Lokasi, Tepat Guna dan Local Content Global Context

3 Pengendalian Mutu Disesuaikan Kebutuhan Perdagangan Internasional

4 Keterkaitan Vertikal dan Horizontal (Multidimensi)

5 Fokus Bisnis Spesialisasi Kompetensi Inti Mengarah ke Segmen Industri

6 Investasi Menengah

7 Orientasi Pelaku Orientasi Pasar

8 Fluktuasi Harga Rendah

9 Arus Kas Konsisten (Arus Kas dan Jumlah)

10 Volume dan Ketersediaan Produk Diproduksi Sesuai Kebutuhan serta Kontinyu

11 Nilai Keterpaduan Nilai (Nilai Ekologi, Nilai Budaya, Nilai Ekonomi, Nilai
Psikologi dan Sosial, Nilai Fisik dan Nilai Ruang)

12 Pendorong Pengembangan Sistem Inovasi

13 Infrastruktur dan Fasilitas Lengkap dan Menunjang

14 Transfer Informasi Tinggi


Agribisnis berbasis komoditas sesuai dengan kajian
dalam hal ini dapat dikelompokan menjadi
1. Agribisnis Tanaman Pangan (Kabupaten Majalengka
Jawa Barat dan Kabupaten Sragen Jawa Tengah)
2. Agribisnis Tanaman Industri (Kabupaten Kuala
Kapuas Kalimantan Tengah dan Seluma Bengkulu)
3. Agribisnis Perikanan Tangkap dan Budidaya Perairan
Laut (Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan)

Tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan publik yang


mengarah pada penguatan agrbisnis yang mendorong
agroindustri haruslah bertumpu pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang terukur dan
peningkatan IPM daerah.
1.

• Pendekatan partisipatoris merupakan salah satu


pendekatan yang secara langsung dapat
meningkatkan kesadaran pelaku agribisnis
terhadap status usaha dan wilayahnya.
• Pendekatan partisipatoris dapat dilakukan
dengan teknik Participatory Rural Appraisal
(PRA) yang mampu mengungkapkan kondisi
sosial, ekonomi, pendidikan, budaya,
kelembagaan dsb.
2.

• Pendekatan berikutnya dapat dilakukan dengan


pembuatan perencanaan kelompok usaha
sesuai dengan rumusan dan kesepakatan
komoditas yang akan menjadi andalan (OVOP).
• Teknik yang dapat digunakan dalam
perencanaan kelompok usaha adalah Zielt
Orientartie Projekt Plannung (ZOPP), yakni
sebuah teknik perencanaan objektif yang
berbasis pada tujuan.
3.

• Semua pendekatan dan teknik yang


diterapkan pada dasarnya harus terbingkai
dalam kerangka pemberdayaan
masyarakat.
• Program pemberdayaan masyarakat
secara langsung memerlukan bimbingan
teknis serta pendampingan yang
berkesinambungan dan terpadu.

Anda mungkin juga menyukai