Disusun oleh :
AYU
406100035
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2010
RANULA
Pembimbing
Disusun oleh :
AYU
406100035
Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara
Jakarta
2010
LEMBAR PENGESAHAN
RANULA
Ayu
406100035
Pembimbing
Penguji Penguji
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………......... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………...... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN ………………...........………………………..... 1
A. Definisi ………………………………………………………….. 1
B. Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 1
C. Klasifikasi Ranula ………………………………………………. 3
D. Prevalensi ……………………………………………………….. 4
E. Permasalahan ……………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………......……………….... 5
A. Etiologi dan Patofisiologis Ranula ……………………………… 5
B. Gambaran Klinis Ranula ………………………………………... 6
C. Diagnosis Ranula ………………………………………………... 7
D. Differential Diagnosis Ranula …………………………………... 8
E. Penatalaksanaan Ranula ………………………………………… 14
BAB III KESIMPULAN ………………………………………….............. 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor
yang terdapat pada dasar mulut. Dan akan berakibat pembengkakan di bawah
lidah yang berwarna kebiru-biruan (drg. Sugito, MH).
Ranula merupakan fenomena retensi duktus pada glandula
sublingualis (yang kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan epitel),
dengan gambaran khas pada dasar mulut. Mukosa di atasnya terlihat tipis,
meregang, dan hampir transparan. Pembesaran yang disebabkan oleh cairan
ini kadang menyebabkan terangkatnya lidah khususnya pada anak-anak
(Gordon W. Pedersen).
Ranula berasal dari kata latin : Rana, yang berarti katak. Dinamakan
ranula, karena ranula tersebut menonjol mirip perut katak. Bila kista tersebut
menjadi sangat besar pada dasar mulut, suara penderita dapat menjadi
“croacking” seperti suara katak (Aswin Rahardja).
Istilah ranula digunakan untuk menggambarkan mucocele yang timbul
pada dasar mulut. Biasanya unilateral dan menyebabkan pembengkakan biru
translusens yang mirip dengan perut katak (Mervyn Shear).
B. Tinjauan Pustaka
Rongga mulut setiap harinya dibasahi oleh 1000 hingga 1500 ml
saliva. Kesehatan lapisan mukosa mulut dan faring serta fungsi penguyahan,
deglutisi (proses pencernaan makanan sejak masuk ke rongga mulut hingga
mencapai esophagus), bergantung pada cukupnya aliran saliva. Saliva berasal
dari 3 pasang glandula saliva mayor, yaitu glandula parotis, glandula
sublingualis dan glandula submandibularis, dan sejumlah glandula saliva
minor pada mukosa dan submukosa bibir, palatum dan lidah (Gordon W.
Pedersen).
Glandula parotis terletak pada bagian samping, di atas musculus
masseter. Ductus parotis, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6
cm, bermula dari aspek anterior glandula, melintasi masseter, menembus
musculus buccinators, dan memasuki rongga mulut pada regio molar pertama
atau molar kedua rahang atas (Gordon W. Pedersen).
Glandula submandibularis terletak di bawah corpus mandibula dan
menempati segitiga yang dibentuk oleh venter posterior dan anterior musculi
digastrici. Ductus-nya keluar dari perluasan glandula submandibularis yang
melintasi batas posterior dari musculus mylohyoideus dan memasuki rongga
atau ruang sublingual. Ductus Wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm,
melintas di bagian anterior dan berakhir dalam lubang saluran di dasar mulut,
tepat di samping frenulum lingualis (Gordon W. Pedersen).
Glandula sublingualis menempati rongga sublingual bagian anterior
dan karena itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis
memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang
plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut
yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus
utama (yaitu ductus Bartholin) yang berhubungan dengan ductus
submandibularis (Gordon W. Pedersen).
Glandula saliva minor terletak dalam jumlah besar pada submukosa
atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian posterior palatum
durum dan mukosa bukal (Gordon W. Pedersen).
Dalam keadaan normal glandula saliva ini terus menerus
mengeluarkan saliva melalui saluran yang bermuara di dalam rongga mulut
sesuai dengan kebutuhan. Bilamana karena suatu sebab, terjadi hambatan
maupun penyumbatan baik sebagian maupun total, maka akan terjadi
bendungan atau stagnasi saliva yang merupakan retensi saliva dan pada suatu
saat akan berubah menjadi kista (drg. Iskandar Atmadja).
Mengingat kista ini terjadinya karena retensi saliva di dalam saluran
saliva yang abnormal, maka kista jenis ini digolongkan sebagai kista retensi.
Bila terjadi pada ductus glandula saliva mayor, kista ini disebut ranula (drg.
Iskandar Atmadja).
C. Klasifikasi Ranula
Ranula diklasifikasikan menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Ranula superficial atau simple ranula
Merupakan kista retensi yang sesungguhnya. Besarnya terbatas pada
dataran oral musculus mylohyoideus (Aswin Rahardja).
Tampak sebagai suatu pembengkakan lunak, dapat ditekan, timbul dari
dasar mulut. Kista ini dindingnya dilapisi epitel dan terjadi karena
obstruksi ductus glandula saliva (Robert P. Langlais & Craig S. Miller).
D. Prevalensi
Ranula dapat terjadi pada semua umur dan lebih sering terjadi pada
wanita daripada pria (drg. Iskandar Atmadja).
Ranula jarang sekali terjadi. Dalam salah satu penelitian terhadap 1303
kista pada glandula saliva, hanya ada 42 ranula yang terjadi. Perbandingan
laki-laki dan perempuan dalam hal terjadinya ranula adalah 1:1,3. Umumnya
yang sering terkena pada dekade kedua dan ketiga kehidupan, dengan rentang
usia 3-61 tahun (Ryan L Van De Graaff).
E. Permasalahan
Telah diketahui bahwa ranula adalah kista retensi glandula saliva atau
kelenjar liur. Agar diagnosa dan penatalaksanaannya benar, hal-hal yang perlu
diketahui dan menjadi permasalahan adalah apakah etiologi dan bagaimana
patofisiologi ranula? Bagaimana gambaran klinis, cara menegakkan diagnosis,
differential diagnosis serta penatalaksanaan ranula?
BAB II
PEMBAHASAN
C. Diagnosis Ranula
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ranula:
1. Melakukan anamnesa lengkap dan cermat
Secara visual
Bimanual palpasi intra dan extra oral
Punksi dan aspirasi
2. Melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media, tanpa kontras media
tidak berguna
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsi
(drg. Iskandar Atmadja)
Simple Ranula gambaran kliniknya relatif lebih khas sehingga
diagnosa mudah ditegakkan. Tampak sebagai suatu tonjolan berdinding tipis,
licin, kebiruan dan transparan. Pada palpasi terasa lunak dan fluktuasi. Kista
ini terletak dibawah lidah, pada bagian depan mulut (Aswin Rahardja).
Plunging ranula lebih sulit menegakkan diagnosanya, karena
gambarannya mirip dengan banyak struktur kistik atau pembengkakan
glandula yang lain pada leher. Tidak ada tes diagnostik khusus untuk
membedakan lesi-lesi tersebut. Maka diagnosa plunging ranula hanya
tergantung pada adanya hubungan anatomi kista dengan glandula saliva dan
gambaran histopatologis dinding kista sesudah eksisi (Quick & Lowell, 1977).
Gambaran histopatologis simple ranula yaitu dinding kista dilapisi
epitel, sedangkan plunging ranula dinding kista tanpa dilapisi epitel (Aswin
Rahardja).
Gambar Sialolith
b. Kista Dermoid
Terjadi akibat pembengkakan jaringan lunak yang berasal dari
degenerasi kistik dari epitel yang terjebak selama perkembangan
embrionik. Kista dermoid dapat dijumpai di mana saja di kulit, tetapi
mempuyai kecenderungan timbul di dasar mulut. Secara klasik tampak
seperti kubah, tidak sakit, muncul di dasar mulut. Mukosa di atasnya
merah muda, lidah sedikit terangkat dan palpasi memberi konsistensi
seperti adonan. Pasien mengeluh sukar makan dan bicara (Robert P.
Langlais & Craig S. Miller).
c. Hemangioma
Hemangioma adalah tumor jinak vaskuler yang sering terjadi
pada rongga mulut. Etiologinya diduga berhubungan dengan
abnormalitas proliferasi dari sel-sel endotelium (Steven Brett Sloan).
Gambaran Hemangioma menyerupai kista ranula yang
menunjukkan adanya pembuluh darah (Gordon W. Pedersen).
Gambar Hemangioma
b. Sialadenitis
Terjadi karena peradangan dari glandula saliva dengan
gambaran klinis :
Malnutrition
Mulut terasa kering
Rasa sakit pada mulut atau wajah, terutama ketika makan
Kulit kemerahan di samping wajah atau leher
Pembengkakan pada wajah terutama di depan telinga, di bawah
rahang, atau di bawah lidah.
(damayanti,dkk)
Gambar Sialadenitis
c. Cystic Hygroma
Terjadi karena anomali kongenital limfatik. Cystic Hygroma
cenderung di bawah musculus mylohyoideus dan dapat melibatkan
segitiga anterior dan posterior dari leher. Kista biasanya besar, halus
dan berdinding tebal, berwarna pucat, serta transiluminasi (berkas
chaya akan melewati cairan). Perlu diketahui bahwa kulit di atas kista
kadang-kadang berwarna kebiruan.
(Jason L Acevedo & Rahul K Shah).
d. Abses leher
Abses leher merupakan kumpulan nanah dari infeksi di ruang
antara struktur leher. Terjadi karena infeksi bakteri atau virus dikepala
atau leher.
Gejala yang ditimbulkan yaitu :
a. Demam
b. Merah, bengkak tenggorokan, sakit, kadang-kadang hanya satu
sisi.
c. Tonjolan di bagian belakang tenggorokan
d. Nyeri leher
e. Sakit telinga
f. Tubuh sakit
g. Panas dingin
h. Kesulitan menelan, berbicara atau bernapas
(Anonim, http://www.chp.edu)
Gambar Abses leher
h. Pleomorphic adenoma
Tumor kelenjar liur jinak yang paling umum. Meskipun
pleomorphic adenoma paling sering terjadi pada kelenjar parotis,
tumor ini kemungkinan juga ditemukan dalam kelenjar liur
submandibularis, sublingualis. Gambaran tumor biasanya mulus,
tetapi kadang-kadang muncul nodul di sepanjang permukaan tumor
(Andrew L Wagner).
Ranula merupakan suatu kista retensi dengan gambaran khas pada dasar
mulut.
Dikenal dua tipe klinik ranula, yaitu ”ranula superficial” atau “simple
ranula” dan “plunging ranula” atau “ranula dissecting” atau “ranula
profunda”. Simple ranula letaknya terbatas pada dataran oral musculus
mylohyoideus, sedangkan plunging ranula menerobos di bawah musculus
mylohyoideus dan bisa menyebar ke daerah submandibular, ke leher bahkan ke
mediastinum
Ranula terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus glandula saliva
mayor, bisa akibat dari penyumbatan, trauma atau adanya peradangan.
Gambaran klinis ranula yaitu adanya benjolan simple pada dasar mulut
berwarna biru kemerah-merahan, berdinding tipis transparan, gambaran seperti
perut katak. Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi. Bila benjolan
membesar dapat menganggu bicara, makan maupun penelanan. Pada simple
ranula benjolan terletak superficial sedangkan pada plunging ranula benjolan
terletak lebih dalam sehingga dapat menimbulkan pembengkakan submental
Untuk menegakkan diagnosis ranula perlu dilakukan beberapa langkah
yaitu anamnesa lengkap dan cermat secara visual, bimanual palpasi intra dan
extra oral, punksi dan aspirasi. Kemudian dilakukan juga pemeriksaan penunjang
yang terdiri dari pemeriksaan radiologis dan mikroskopis untuk mendukung
diagnosis ranula.
Differential Diagnosis Ranula superficial atau simple ranula :
1. Batu kelenjar liur (Sialolith)
2. Kista dermoid
3. Hemangioma
Differential Diagnosis Ranula dissecting atau plunging ranula atau ranula
profund :
1. Laryngocele
2. Sialadenitis
3. Cystic Hygroma
4. Abses leher
5. Ductus Thyroglossal Cyst
6. Kista Kelenjar Paratiroid atau Tiroid
7. Cervical Thymic Cyst
8. Pleomorphic adenoma
Penatalaksanaan ranula biasanya dilakukan tindakan bedah yang
dinamakan marsupialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Cervical Thymic Cyst. Diakses tanggal 5 Oktober 2010. Online:
http://www.surgical-pathology.com.
Anonim. 2009. Kista Duktus Tiroglosus. Diakses tanggal 6 Oktober 2010. Online:
http://www.kesimpulan.com/2009/05/kista-duktus-tiroglosus.html.
Damayanti; Husodo, Noto; Setijono. Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jakarta.
Graaff, Ryan L Van De. 2010. Ranulas and Plunging Ranulas. Diakses tanggal 6
oktober 2010. Online: http://www.emedicine.com.
Langlais, Robert P; Mille, Craig S. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Hipokrates. Jakarta. 1984. h: 40.
Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta. 1996. h:
279-280, 284-289.
Quick, AC; Lowell, SH. 1977. Ranula and the Sublingual salivary glands,. Arch.
Otolaryngol 103 : 397-400.
Rahardja, Aswin. Dua Tipe Ranula: Diagnosis dan Terapi. Kongres Nasional
xvii. Ujung Pandang. 1989. h: 567-568.
Shear, Mervyn. Kista Rongga Mulut. Edisi ke-2. EGC. Jakarta. 1998. h: 196-197.
Sloan, Steven Brett. 2010. Oral hemangioma. Diakses tanggal 8 Oktober 2010.
Online: http://www.emedicine.medscape.com.
Sugito, MH. Kista. Dental Study Club. FKG. UGM. Jogjakarta. 1981. h: 6.
Wani, Sachin; Hao, Ziyun. 2005. Atypical cystic adenoma of the parathyroid
gland. Diakses tanggal 7 Oktober 2010. Online: http://www.medscape.com.