Anda di halaman 1dari 8

PAPER DEMOKRASI INDONESIA

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH:
 NAMA : DIAN RIZKI ANGGRAINI
 NIM : 081244110005
 KELAS : REG A ‘08
 JUDUL :PENGADAAN SDM YANG
DICALONKAN PARTAI-PARTAI
POLITIK TIDAK TEPAT SASARAN

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN 2010
BAB I
PENDAHULUAN

Demokrasi adalah suatu pemerintahan dimana rakyat memegang peranan


yang menentukan; pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa
tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, karena
kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Jadi, negara demokrasi
adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat,
atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian Negara
yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada di tangan rakyat.
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama,
formal democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk pada
bagaimana proses demokrasi itu dilakukan.
Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem
pemerintahan. Dalam suatu negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan
menerapkan sistem presidensial (dalam sistem ini kekuasaam eksekutif
sepenuhnya di tangan presiden), atau sistem parlementer (dalam sistem ini kepala
eksekutif adalah perdana mentri dan kepala negara adalah seorang ratu, misalnya
di Inggris atau ada pula presiden misalnya di India).
Selain bentuk demokrasi sebagaimana dipahami di atas terdapat beberapa
sistem demokrasi yang mendasarkan prinsip filosofi negara.
1. Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam
sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam
pelaksanaan demokrasi.
2. Demokrasi Satu Partai atau Komunis
Menurut sistem demokrasi ini, masyarakat tersusun atas komunis-komunis
yang kecil. Komunitas yang paling kecil ini mengatur urusan mereka sendiri, yang
akan memilih wakil-wakil untuk unit-unit administratif yang lebih besar misalnya
distrik atau kota. Unit-unit administratif yang lebih besar ini kemudian akan
memilih calon-calon administratif yang lebih besar lagi yang sering diistilahkan
dengan delegasi nasional.
Pelaksanaan demokrasi itu dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak
langsung. Yang langsung adalah dimana semua anggota masyarakat mengurus
sendiri soal-soal pemerintahan, sedangkan yang tidak langsung adalah
dilaksanakan melalui perwakilan.
Demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti: pertama,
sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan
memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Kedua, sistem parlementer yang meletakkan pemerintah dipimpin
oleh perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan
bukan kepala negara, dan; ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintah
sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa negara ada yang
menggunakan sistem campuran antara presidensial dengan parlementer, yang
antara lain dapat dilihat dari ketatanegaraan di Indonesia berdasarkan UUD 1945.
Adapun manfaat demokrasi dipakai dalam suatu negara adalah
1. Memberikan kesempatan pada kaum tertindas untuk menyuarakan keluhan
mereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini
terpendam dapat diketahui oleh publik. Selain itu menghambat kaum elit
tertentu dalam menumpuk kekayaan dan kekuasaan.
2. Demokrasi dapat mengurangi kemiskinan. Bila pihak legislatif menyuarakan
hak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif melaksanakan
program-program yang efektif untuk mengurangi kemiskinan.
Data yang dikutip dari www.forum-politisi.org pada hari Jum’at, 15 Oktober
2010 menyatakan bahwa Indonesia setidaknya telah melalui empat masa
demokrasi dengan berbagai versi yang saat ini telah berusia 10 tahun dan akan
terus berkembang. Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua
adalah demokrasi terpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante
dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin. Ketiga adalah demokrasi Pancasila
yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat adalah demokrasi
yang saat ini masih dalam masa transisi.
Indonesia pertamakali dalam melaksanakan demokrasi, yakni dengan
Pemilu (Pemilihan Umum) pada akhir tahun 1955 yang diikuti oleh banyak partai
ataupun perseorangan. Dan pada tahun 2004 telah dilaksanakan pemilu yang
secara langsung untuk memilih wakil-wakil rakyat serta presiden dan wakilnya.
Kemudian mulai bulan Juni 2005 telah dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah
atau sering disebut pilkada langsung. Pilkada ini merupakan sarana perwujudan
kedaulatan rakyat. Ada lima pertimbangan penting penyelenggaraan pilkada
langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena
pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepala desa
selama ini telah dilakukan secara langsung.
2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945.
Seperti telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur,
Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini
telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah.
3. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi
rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik
berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran
kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin
yang benar sesuai nuraninya.
4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah.
Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh
pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam
pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam
mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan dan
aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.
5. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi
kepemimpinan nasional. Disadari atau tidak, stock kepemimpinan
nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari
200 juta, jumlah pemimpin nasional yang kita miliki hanya beberapa.
Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang
memenangi Pemilu 2004. Karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin
nasional justru dari pilkada langsung ini.
Namun dalam pelaksanaannya, calon-calon yang ditawarkan partai politik
untuk dipilih bukanlah orang-orang yang berkompeten. Sangat jarang partai
politik menyediakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang benar-benar paham
terhadap masyarakat yang akan diwakilinya nanti. Salah satu kasus yang nyata
adalah ijasah palsu oleh bakal calon. Fakta yang saat ini sedang berlangsung,
dikutip dari Bataviase.co.id, pada edisi Senin, 26 Juni 2010 menyatakan dalam
sebuah artikelnya bahwa dua dewan demokrat dipecat karena gunakan Ijazah
palsu dan money politics saat Pemilu; yaitu Munhadiyah dan Abdullah, yang
merupakan anggota DPRD kota Tangerang.
Hal ini sangat memprihatinkan sekali . Seandainya calon tersebut dapat lolos
bagaimana nantinya daerah tersebut karena telah dipimpin oleh orang yang
bermental korup. Karena mulai dari awal saja sudah menggunakan cara yang tidak
benar. Dan juga biaya untuk menjadi calon yang tidak sedikit, jika tidak ikhlas
ingin memimpin maka tindakan yang pertama adalah mencari cara bagaimana
supaya uangnya dapat segera kembali atau “balik modal”. Ini sangat berbahaya
sekali. Hal ini akan berdampak terhadap kesejahteraan rakyat yang akan terancam,
selain itu tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada terhambatnya
pembangunan.
BAB II
SOLUSI

Dalam melaksanakan sesuatu pasti ada kendala yang harus dihadapi. Tetapi
bagaimana kita dapat meminimalkan kendala-kendala itu. Untuk itu diperlukan
peranserta masyarakat karena ini tidak hanya tanggungjawab pemerintah saja.
Untuk menanggulangi permasalah yang timbul karena pemilu, khususnya
pencalonan orang yang tidak berkompeten. Atara lain :
1. Dilakukan penyeleksian berkas yang murni dari KPU (pendidikan minimal
adalah sarjana S1). KPU juga mengadakan tes pengetahuan umum
terhadap calon tentang masyarakat dan wilayah yang akan diwakilinya
nanti.
2. KPU mengadakan debat kepada para calon yang lulus tes berkas dan tes
pengetahuan umum di depan masyarakat yang akan diwakilinya di DPR.
3. Masyarakat menuntut berbagai hal, yang harus dipenuhi para calon ketika
terpilih dalam sebuah perjanjian hitam di atas putih. Yang nantinya
ditandatangani oleh calon dan wakil masyarakat (Kepala Lingkungan atau
Mahasiswa). Surat tersebut memiliki kekuatan hukum dan dapat di bawa
ke pengadilan jika calon yang bersangkutan nantinya melanggar.
4. Masyarakat memilih dengan hati nurani. Dalam memilih calon kita harus
memilih dengan hati nurani sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
Sehingga prinsip prinsip dari pemilu dapat terlaksana dengan baik.

Solusi di atas dapat terlaksana dengan baik apabila ada kejujuran antara
KPU, dan masyarakat tidak mudah terbujuk akan rayuan money politics. Jadi
harus ada koordinasi yang sangat baik dari masyarakat, KPU, dan calon yang akan
dipilih.
BAB III
KESIMPULAN

Bangsa yang belajar adalah bangsa yang setiap waktu berbenah diri.
Pemerintah Indonesia telah berusaha membenahi sistem dengan landasan untuk
mengedepankan kepentingan rakyat. Ini semua dapat digunakan untuk
pembelajaran politik masyarakat. Sehingga masyarakat dapat sadar dengan
pentingnya berdemokrasi, menghargai pendapat, kebersamaan dalam
menghadapai sesuatu. Manusia yang baik tidak akan melakukan kesalahan yang
pernah dilakukan.
Masalah demokrasi yang tidak efektif karena tidak menghasilkan
pemimpin-pemimpin yang mampu memahami kondisi rakyatnya merupakan
masalah yang berskala nasional. Dewasa ini, masalah tersebut tidak hanya terjadi
di kabupaten-kabupaten, namun bahkan beskala ibu kota dan negara. Bayangkan
saja, Pesiden kita pun yang terpilih dari hasil demokrasi; yakni Pemilu, bukanlah
Pesiden yang peka terhadap fakir miskin dan anak jalanan, serta pengemis, namun
merupakan Presiden yang hanya mementingkan kekuasaannya serta
memenangkan para pengusaha, tapi bukan rakyat kecil. Presiden kita hanya
menganggukkan kepala saja ketika DPR meminta rumah dinas, mobil dinas dan
peningkatan gaji, tapi apakah Presiden kita tahu, kalau lebih dari setengah
masyarakat yang dipimpinnya masih makan hanya sekali sehari, atau bahkan tiga
kali sehari?
Kasus penempatan SDM yang tepat pada pemilihan umum dapat terwujud
jika partai politik tidak hanya mengedepankan keinginan untuk berkuasa, namun
mengutamakan kepentingan rakyat, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di atas
segala-galanya. Selain itu, KPU harus bersikap selektif dalam menyeleksi dan
masyarakat harus bersikap kritis terhadap calon-calon yang akan dipilih,
masyarakat harus memilih calon yang benar-benar memahami dirinya dan
wilayahnya. Dengan demikian, semoga terwujud pemimpin yang tepat guna.
DAFTAR PUSTAKA

1. Irwan Prayitno. Perkembangan Demokrasi di Indonesia Cabaran dan


Pengharapan. PDF.
2. Redaksi Forum Politisi. Demokrasi di Indonesia.. www.forum-politisi.org
edisi Jum’at, 15 Oktober 2010
3. Rimel. Demokrasi di Indonesia . www.ikayamel.blogspot.com. Senin, 01
Maret 2010
4. Tim Dosen Kewarganegaraan. 2010. Bahan Ajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Medan: UNIMED

Anda mungkin juga menyukai