Anda di halaman 1dari 5

HAK AZASI MANUSIA (HAM)

SEBAGAI SEBUAH TINJAUAN


Oleh : Edi Sopandi saepudin, SP

Menjadi sebuah negara besar adalah cita – cita semua bangsa


dimanapun di Bumi ini. Bangsa Indonesia pernah menjadi bangsa yang
besar dalam arti sesungguhnya pada masa lampau, pada masa dimana
raja-raja memimpin dengan mengutamakan harga diri mereka, harga
diri bangsa ini sebagai kekuatan bangsanya. Bukan seperti apa yang
kita alami saat ini, dimana cara berfikir dan cara hidup telah demikian
melupakan warna asli bangsa ini dan cenderung begitu mencontoh dan
berkiblat pada satu budaya yang sejak awal jelas berbeda, jelas
merupakan kebalikan atas budaya kita, jelas merupakan kutub yang
berseberangan dari kutub dimana kita dilahirkan.
Bagi bangsa lain, dimana hak individu demikian diagungkan,
dimana budaya mereka benar-benar mendukung tatanan seperti ini,
tentu bukanlah sebuah masalah jika berbagai turunan hukum dan
budaya diarahkan untuk menjamin kebebasan dan hak-hak individu ini.
Akan menjadi sebuah malapetaka besar bagi kita, akan menjadi
sebuah malapetaka besar bagi Bangsa Indonesia, jika kita
mengimplementasikan pola fikir dan dasar budaya kultur ini dalam
kehidupan kita.
Akan pula menjadi sebuah awal kekacauan besar bagi bangsa
kita, jika Bangsa Indonesia berani mengadopsi atau bahkan
menjadikan landasan filosofis ”Kebebasan Individu” sebagai sebuah
dasar pembuatan dan penyusunan Undang-Undang atau Hukum. Akan
terjadi berbagai kekacauan mendasar dan sangat fundamental di
Negara ini, jika hal itu diadopsi, tak kurang dari beberapa suku bangsa
besar di negara ini akan segera menangguk masalah, hanya demi
sebuah rujukan yang bernama ”Hak Azasi Manusia (HAM, red)”
Dibutuhkan kebijaksanaan seorang resi, di butuhkan ke arifan
seorang pandita untuk dapat mengadopsi filsafat hidup yang bernama
HAM. Kita adalah bangsa komunal, kita adalah bangsa yang hidup dan
terus berkembang dengan dasar etika sosial bukan etika individu.
Adat istiadat kita dari jaman kerajaan manapun yang pernah berdiri di
bumi persada ini, dan berasal dari suku manapun kita dilahirkan, telah
dengan tegas menjamin kebebasan individu ini, tetapi harus selalu
mengingat tatanan etika dan budaya dasar suku dari mana seorang
individu dilahirkan.
Kita tidak boleh lupa, kita adalah bagian dari sebuah bangsa,
yang ada di bumi ini yang telah melahirkan kita sebagai seorang
individu, sebuah bangsa yang lebih meninggikan keluhuran budi
pekerti masyarakat, sebuah bangsa yang terkenal di seantero dunia
karena keluhuran budi pekertinya.
Sulit untuk dapat diterima bagi kita orang Indonesia, jika seorang
individu atau sekelompok individu dari ras/suku manapun, menjadi
”bejat moral” dan merasa benar dengan kebejatannya, kemudian
berlindung pada apa yang disebut HAM. Sejak awal, para filsup dari
kultur kita, yang kemudian dikenal sebagai Pandita, sebagai Resi,
sebagai Wali, telah menurunkan berbagai ajaran yang meninggikan
budi pekerti dan etika moral individu, yang kemudian menjadi etika
bermasyarakat dan bernegara. Semua ajaran itu telah dengan tegas
menghantar kita menjadi bagian dari masyarakat yang lebih
manusiawi, menghantar kita untuk menjadi manusia dalam arti
sesungguhnya. Bagaimana nafsu sebagai bagian dari hidup dan
kehidupan seorang individu, diatur menjadi bagian dari kehidupan
bermasyarakat, dimana berbagai pembatas dan aturan dituliskan dan
harus ditaati. Semuanya bermuara pada kesadaran diri manusia untuk
menata hidupnya supaya dapat berdampingan hidup dengan manusia
lainnya sebagai manusia seutuhnya.
HAM sesuai etimologi adalah hak dasar manusia, hak dasar
seorang individu bahkan ketika sebagai golongan. Dalam pandangan
kultur yang mengutamakan kebebasan, tidak ada pembatasan dan
bahkan menjadi kewajiban bangsa dan negara untuk melindungi,
ketika dia atau golongannya memiliki pandangan, keyakinan dan
perilaku yang berbeda. Dalam kultur kita, tidak semua kebebasan
dibenarkan, dan dasar atas pembenaran itu, bukan hanya melulu pada
kaidah benar atau salah, atau bukan hanya sekedar merugikan orang
lain atau tidak, tetapi melibatkan kaidah-kaidah yang menyangkut
keyakinan
Akan menjadi masalah besar di Negara ini, jika seorang individu
atau golongan mengaku sebagai orang Islam tetapi tidak Islami; Akan
menjadi masalah besar bagi bangsa ini jika seorang individu atau
golongan ingin dibebaskan untuk menikah dengan sesama jenis; Akan
menjadi masalah besar bagi bangsa ini jika seorang individu atau
golongan dari satu suku ingin meniadakan larangan hukum adat untuk
menikah atas marga-marga yang ditabukan; Akan jadi masalah besar
bagi Negara ini jika seorang individu atau golongan dalam sebuah
suku, ingin meniadakan hukum adat yang melarang keinginan menikah
dengan seseorang yang berasal dari agama lain, dan ingin pindah
agama bersama orang yang dinikahinya; Akan jadi masalah besar bagi
Negara ini jika seorang individu atau golongan ingin diakui dan
dilindungi sebagai golongan Atheis; Akan jadi masalah besar bagi
Negara ini jika seorang individu atau golongan ingin bebas
mengekspresikan rasa cinta mereka, supaya dapat bebas bercinta
ditempat umum; Akan jadi masalah besar bagi Negara ini jika seorang
individu atau golongan ingin bebas dan dilindungi untuk hamil dan
melahirkan tanpa harus memiliki suami; dan masih banyak sekali
kebebasan individu atau golongan yang terlarang, entah itu
menyangkut adat istiadat, kesukuan atau agama, yang seharusnya jika
merujuk HAM harus dilindungi oleh Negara ini, yang sama sekali tidak
sesuai dengan tatanan dan kultur negara kita, Negara Indonesia.
Jika kita berusaha atau memperjuangkan menegakan HAM
secara tidak bijaksana di Negara ini, hal tersebut akan sama saja
dengan sebuah perjuangan untuk menggugat jati diri kita sebagai
sebuah bangsa, sebagai bagian dari satu suku, sebagai bagian dari
sebuah masyarakat, yang sesungguhnya telah memiliki kekayaan yang
tertinggi dalam hal etika, moralitas dan penegakan serta perlindungan
HAM.
Apa yang kini demikian populer sebagai HAM sesungguhnya
hanya sepotong kecil saja, hanya sebuah cuplikan saja, dari tingginya
kultur kita, kultur dari gabungan beratus budaya suku bangsa yang
kemudian berpadu menjadi kultur Indonesia. Karena sesungguhnya,
segala bentuk pembatasan, segala bentuk pelarangan, segala bentuk
pengaturan, yang diturunkan oleh leluhur kita sebagai sebuah budaya /
sebuah kultur dan atau sebagai sebuah keyakinan, yang dirasa
bertentangan dengan apa yang disebut HAM, memiliki alasan dan
dasar yang teramat kuat, yang bukan hanya selayaknya kita pelajari,
dimengerti dan dihayati, tetapi selayaknya didalami, dimaknai dan
dijalankan.
Pepatah suku Sunda mengatakan, ”MORO JULANG
NGALEUPASKEUN PEUSING”, ketika kita telah memiliki tatanan yang
nun jauh lebih tinggi sebagai manusia, kenapa kita harus berpaling
pada sebuah tatanan yang memiliki nilai moralitas jauh lebih rendah.
Kemajuan Ilmu dan Teknologi, tidak berbanding lurus dengan tingginya
nilai budi pekerti. Ketika kita beralih pada tatanan moralitas lain,
sesungguhnya kita telah menjadi semakin tertinggal, karena jika pada
satu masa kita unggul dalam satu hal, maka yang kini dan kemudian
terjadi, bukan kita yang berusaha mengejar ketertinggalan pada sisi
ilmu dan teknologi, tetapi malah mundur dari satu sisi keunggulan kita.

Bandung, 15 Februari, 2011

ttd
Penulis

CURICULLUM VITAE

Name : Edi S. Saepudin., SP.


Religion : Islam
Graduate : Padjadjaran University, First
Graduate of Agriculture Dept..
Address : Jalan Raya Padalarang –
Purwakarta No. 12, RT/RW
01/09, Kp. Wadon, Village of
Tenjolaut, Sub-district of
Cikalong Wetan,
District.of Bandung, Province of
West Java.
Post Kode : 40556
Phone 081265490158 ; (022)
6970015
e-mail :
A. Educaton Background;
A.1. Formal
SD : Elementery School of SDN Cisomang II. (Certified,
Year of. 1983)
SLTP : Junior High School of SMPN Cikalong Wetan,
(Certified, Year of. 1986).
SMA : Senior High School of SMUN Cikalong Wetan,
(Certified, Year of, 1989)
Universitas : University, First Gradute (SI), Specialist Soils
Science, Dept. Of Agriculture, Padjadjaran
University, Bandung, Certified Year of, 1998..
A.2. Non-formal
1. Dept. of Human Power of Indonesian Government, together with
IRS International School (French Council); International Standard
of Basic Safety Training, KODIKAL Surabaya, certified, year of,
1999.
2. Dept. of Research and Technology of Indonesian Government,
together with Association of Indonesian Farmer (HKTI), Technology
Transfer of Bio Cycle Farming System, at Agro Techno Park,
Certified, year of, 2005.

B. Organisation Activity Background ;


1. The Second Chairman of Soils Science Associate of Dept. Agriculture
lecture, of Padjadjaran University, year of, 1992 - 1993.
2. The Chairman of Alumni and Inter Dept. of Agriculture Lecturer Senate
Division (Ketua Divisi Hubungan Alumni dan Antar Kelembagaan Senat
Mahasiswa), Padjadjaran University. Year of 1993 – 1994.
3. Founding Father of Indonesian Association of Soils Science Lecturer
(Anggota Pendiri dan Perumus AD/ART, FOKUS HIMITI), year of 1992.

C. Work experience Background ;


1. The expert Staff (Engineer Assistance) of, BR 14.Consultant Group,
With, Dr. Dedeh Saodah, Prof, Dr. Aseng Ramlan, Prof. Dr. Oktav, Prof,
Dr, Yuyun, year of, 1994 – October 1997.
By any kinds of project:
a. The Study of, The Advantage of Agriculture Center, in West Java
Province, in Variety of Main Consumption Crop.of Indonesian Civilian
(Reconaisance Grade)..
b. The Pilot Project of, The Advantage of Agriculture Center, in East
Priangan of West Java Province, in Variety of Main Consumption
Crop (Detail Grade).
c. The Pilot Project of, The Advantage of Agriculture Center, in
Bandung District, of West Java Province, in Variety of Main
Consumption Crop. (Detail Grade)
d. The Study of Lands Mutation (The Movement Lands Function), from
Agriculture to Non-agriculture, in district of Garut, Tasikmalaya,
Ciamis and Kuningan, (Semi Detail Grade).
e. The Night Soil Aplication Effect, By Cultivation of Horticulture Crops,
in Rantau Pulung, East Kalimantan,
2. Engineer Assistance of Soil Science, .April 1998 – February 2001.
By Any Kinds Project :
a. PT. Bias Reka, Detail Design, of Irrigation System of Batang Hari
Irrigation Project, Lot 5-2, Jambi Province and West Sumatera,
(Main Consultant Nipon Coei Co. Ltd.),
b. PT. Bias Reka, The Management System Design, of Rural Chocolate
Plantation, District of Subang – of West Java Province.
3. Farming Manager Assistance of PT. Inko Seeds Jaya Makmur, The
Breeding Company, by variety of (Chili, Melon and Water Melon) Seeds,
March 2002 – Agustus 2004. District of Purwakarta - of West Java.
4. Many Works Specialist (as, assistance enggineer or engineer) by
project. 2004 – 2007.
a. Project Officer of Bandar Lampung Train Outer Ring Road Design,
Rejosari – Tarahan, Lot I, Dept. Perhubungan and Dirjen PJKA, 2007
b. Project Officer of Detail Design of BH 1217 Saung Naga Trains
Brigde, South Sumatera Province, Dept. Perhubungan and Dirjen
PJKA, 2007
c. etc.
5. The Staff of Director of CV. Mukti Kartika, The Vendor of PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk., November 2007 – April, 2009.
6. The Lecture of Agribussines and Agriculture Enggineering Dept of
Subang University, Subang District, 2009 – Now.
7. The Lecture of Agribussines and Agriculture Polytechnik of Syang
Hyang Sri, Subang District, 2009 – Now.
8. The Engineer of The Hydram Pump Aplication for Plant Irrigations Pilot
Project in Indonesia, West Bandung District, West Java, Dirjen PU PSDA
– Indonesia, 2010.

D. My Specialist
1. I’m an Analist of Data.
2. I’m an expert of Biofertilizer and Biopesticide
3. I’m a farmer, that’s be able to cultivate any kinds of crop, and I can
manage a farming as an excercise / research field.
4. I can make a design of Hydram Pump, the pump with fluid power plant
(Fluida Mechanism Power Plant), without electrical and gas system
power plant.
5. I’m familiar with microhydro, and electrical turbins by water resources
powerplant (I have Relationship with the Turbins Fabric and consultant
design)

Bandung, April, 25th


2010

Yours Sincerely

(Edi S. Saepudin.,
SP.)

Anda mungkin juga menyukai