Jarak
Tanam
Ubikayu
dan Kacang
Tanah
Percepatan
Penyebaran
Varietas Unggul
Melalui Sistem
Penangkaran
Perbenihan
Kedelai Di
Indonesia
Written by Purwantoro
Friday, 08 May 2009
PERCEPATAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL MELALUI
SISTEM PENANGKARAN PERBENIHAN KEDELAI DI INDONESIA
Purwantoro
PENDAHULUAN
Situasi perbenihan kedelai di Indonesia sudah menjurus pada krisis benih. Hal ini dapat
dilihat pada saat musim tanam petani mengalami kesulitan untuk mencari benih unggul,
sehingga benih yang ditanam berasal dari pasar atau benih asalan yang memiliki daya
tumbuh rendah. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai oleh perusahaan
multinasional. Sebagai contoh, 43% benih hibrida jagung dipasok oleh perusahaan besar
seperti Syngenta dan Bayer Corp. Kondisi seperti ini merupakan bentuk monopoli yang
menyebabkan biaya tinggi, akibatnya petani menanggung beban ongkos produksi yang
semakin mahal. Sampai saat ini sudah dilepas 70 varietas kedelai namun penyebarannya
masih mengalami kendala karena belum teraturnya sistem perbenihan di Indonesia.
Disisi lain, upaya pengembangan benih kedelai terhambat atau jalan ditempat. Penyebab
dari tidak jalannya perbenihan kedelai di Indonesia disebabkan oleh minat menjadi
penangkar benih kedelai kurang memberikan prospek yang lebih baik dibandingkan
komoditas padi, karena kurang memberikan keuntungan bagi penangkar. Untuk itu perlu
adanya cara-cara menumbuhkan minat penangkar benih melalui kelompok-kelompok tani
pada sentra-sentra produksi kedelai di Indonesia, dengan membangun sistem jaringan
benih sertifikasi antar musim dan antar wilayah (jabalsim).
Benih dari suatu kelompok ke kelompok lain memiliki keragaman/perbedaan yang
mencakup aspek genetik, fisiologik, dan fisik. Kondisi dari ketiga aspek tersebut akan
menentukan kualitas (mutu) benih, dan selanjutnya akan menentukan keragaan
pertumbuhan dan produksi di lapang, karena pertumbuhan dan produksi suatu tanaman
ditentukan faktor genetik dan faktor lingkungan.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih kedelai adalah
viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan. Sering terjadi viabiltas benih
kedelai menurun sampai kurang dari 80% dalam waktu 2-3 bulan. Faktor-faktor yang
berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabiltas benih kedelai selama
penyimpanan adalah (a) benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah,
(b) benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, (c) kondisi penyimpanan
yang lembab dan panas, dan (d) kerusakan benih oleh hama, penyakit terbawa benih dan
kerusakan benih secara mekanis.
Benih unggul akan menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan hasil panen (60%
keberhasilan/kegagalan panen ditentukan oleh benih). Oleh karena itu petani harus bisa
mengakses benih yang berkualitas baik. Untuk itu perlu dibangkitkan kembali sistem
perbenihan di Indonesia melalui pembinaan penangkaran pada daerah-daerah sentral
produksi yang melibatkan kelompok tani yang berbasis komunitas.
Syarat tumbuh
Pertumbuhan tanaman kacang tanah dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, ketinggian tempat,
penyinaran dan tekstur tanah. Tanaman kacang tanah membutuhkan suhu udara 23 – 26,5 0C,
ketinggian tempat 0 –500 m dpl, curah hujan 800 – 1.300 mm/tahun, kelembaban udara 65 – 75 % dan
tanah bertekstur pasir sampai lempung berdebu (tanah andosol, regosol dan latosol) dengan pH 6 – 7.
Tekhnik Budidaya
Benih
• Benih yang digunakan berasal dari tanaman sehat, bebas hama dan penyakit, kualitas bijinya baik,
mempunyai hasil tinggi dan berumur genjah.
• Varietas unggul kacang tanah yang telah dilepas oleh Badan Litbang pertanian adalah: Gajah, Kelinci,
Zebra, Kidang, Rusa, Anoa, Tapir, Pelanduk, Kancil, dan Domba.
• Dari hasil kajian yang dilakukan di lahan petani seluas 1 ha di desa Bantarwaru Kecamatan Cinangka
Kabupaten Serang, diperoleh hasil Kidang 2,3 ton/ha, Gajah 1,3 ton/ha, Anoa 0,3 ton/ha dan Lokal 0,54
ton/ha.
Penanaman
• Benih ditanam pada lubang dengan kedalaman 3-5 cm dengan cara tugal, 1 benih/lubang.
• Jumlah benih yang dibutuhkan sekitar 80 kg biji/ha.
Pemupukan
• Dosis pupuk rekomendasi adalah: Urea 75 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha dan pupuk organik 2
ton/ha.
• Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup lubang tanam.
• Pemupukan pertama diberikan secara larikan pada saat tanaman berumur 7-10 hari (Urea dengan
dosis 40 kg/ha, Sp-36 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha).
• Pada saat tanaman berumur 30 hari, diberikan pupuk susulan Urea 35 kg/ha.
Penyiangan
• Penyiangan dilakukan minimal 2 kali selama pertumbuhan tanaman yaitu pada saat tanaman berumur
21 hari setelah tanam (HST) dan umur 40 HST.
• Saat penyiangan kedua tanah digemburkan dan ditimbun dekat pangkal batang tanaman agar bakal
buah mudah menembus tanah sehingga pertumbuhannya optimal.
Pengairan
• Tanaman kacang tanah tidak menghendaki tanah yang tegenang.
• Waktu pengairan yang baik adalah pagi atau sore hingga tanah cukup basah.
Panen
• Panen dilakukan pada umur 100 -110 hari yang ditandai dengan : sebagian daun telah rontok, kulit
polong mengeras dan berwarna kehitaman, polong berisi penuh, kulit biji mengkilat dan tidak berair,
jika ditekan pada ujung polong mudah pecah.
• Selain polong kering, hasil lain yang dapat dimanfaatkan dalam usahatani kacang tanah adalah
brangkasan. Bobot brangkasan basah yang diperoleh berkisar 8,4-9,1 ton/ha atau 2,5-2,7 ton/ha
brangkasan kering