Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GLAUKOMA
DI RUANG MATA RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
PERIODE TANGGAL 6 ME1 2002 S/D 10 MEI 2002

DI SUSUN
OLEH :

SUBHAN
NIM 010030170 B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Glaukoma


Di Ruang Mata RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Surabaya, 10 Mei 2002

Mahasiswa

Subhan

NIM. 010030170 B

Mengetahui Pembimbing Akademik


Kepala Ruang Mata

Arie Sunarno, AMD Kep Joni Haryanto, SKp.


NIP. NIP. 140 271745
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GLAUKOMA
DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA

I. PENGERTIAN
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapangan pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
TIO normal 15-21 mmHg.
Tekanan > 21 mmHg sudah harus diikuti teliti
TIO dipertahankan karena adanya dinamika akuos humor dalam mata. Gangguan
dari dinamika ini akan mengakibatkan TIO naik/tinggi, terjadi glaukoma
Aquos humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aquos humor
mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler
mesh work dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam
batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran
(aliran) Aquos humor di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga
dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya
menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifir menuju ke fovea
sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari
daerah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
Produksi aquos homur Corpus Ciliaris

Bilik Mata Belakang

Pupil

Bilik Mata Depan

Sudut Bilik mata depan

Trab. Schlem

2
Sistem Vena Sklera
Dinamika akuos humor
Pembentukan akuos humor pada taju siliar dari badan siliar, lalu mengalir ke
bilik mata belakang, melalui pupil ke bilik mata depan, kemudian ke sudut bilik
mata depan masuk ke sistim pembuangan yaitu trabekular meshwork, kanal
schlemm, saluran intra sklera kemudian dibuang ke vena-vena episklera dan
konjungtiva.
Pembentukan : badan siliar (taju siliar)

Bilik mata belakang (BMB)

Pupil
Pengaliran
Bilik mata depan (BMD)

Sudut bilik mata depan

Trabekular meshwork

Kanal Schlemm
Pembuangan
Saluran-saluran intra sklera

Sistim vena episklera & konjungtiva.


Gangguan dinamika akuos humor :
1. Pembentukan yang berlebihan : sangat jarang terjadi.
2. Hambatan pengaliran :
 Blok pada pupil
 Suduk bilik mata depan tertutup
 Keadaan ini biasanya mendadak (akut) tekanan intra okular naik sangat
tinggi, timbul glaukoma akut.
3. Hambatan pada pembuangan :
 Pada trabekular meshwork
 Kanal schlemm
 Saluran intra sklera
 Sedangkan sudut bilik mata depan tetap terbuka
 Hambatan pembuangan mengakibatkan naiknya tekanan intra okular secara

3
perlahan sehingga timbul glaukoma kronis.
Glaukoma dapat merupakan faktor primer/sekunder pada kelainan mata yang lainnya.
Glaukoma primer mempunyai predisposisi genetik. Glaukoma primer (dalam bentuk
lebih umum), lebih banyak pada orang kulit hitam dibanding orang kulit putih pada
orang dengan usia 45 – 64 tahun. Insiden pada orang kulit hitam 15 kali orang kulit
putih. Karena pada beberapa bentuk glaukoma dapat tidak nampak gejala awal,
beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai glaukoma hingga terjadi
kehilangan penglihatan. Diagnosa & tindakan secara dini sangat penting untuk
mencegah hilangnya penglihatan.

II. PATOFISIOLOGI
Glaukoma
¯
Hambatan Aliran Aquos Humor
¯
Tekanan Intra Okular Meningkat

Serat Syaraf OptikTerdesak Rusaknya sel jaringan


¯ ¯
Gangguan lapangan pandang Nyeri

Gangguan Persepsi Sensori Resiko Cedera Cemas


Visual

Interpretasi Salah
¯
Kurangnya Pengetahuan

4
III. TIPE GLAUKOMA
A. GLAUKOMA PRIMER
 Paling sering
 Penyebab tidak diketahui
 Didapatkan pada orang yang memiliki bakat glaukoma (struktur) yang
berhubungan dengan sirkulasi / reabsorbsi / outflow aquos humor
mengalami perubahan patologis / degeneratif.
 Gangguan pengeluaran aquos humor (Bilik mata depan sempit).
 Kelainan pertumbuhan sudut Bilik mata depan (ganiosdisgenesis =
Trabekulogenesis, iridogenesis, korniodigenesis)
Glaukoma primer dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu: :
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek (Kronis)
 Paling sering (90%)
 Bilateral, salah satu lebih berat
 Tidak ada gejala pada tahap awal
 Sudut Bilik mata depan terbuka normal
 Ada hambatan aliran aquos humor tidak secepat produksi. Jika jangka
lama / bila berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan :
 Degenerasi Syaraf Optik
 Degenerasi Sel Ganglion
 Degeneras Atropi Iris dan Siliare.
 Pembuluh darah papil bergeser ke nasal dan daerah papil yang terkena
atropi (warna putih abu-abu bukan merah jambu).
 Diturunkan secara genetik
 Resiko pada : Individu umur > 40 tahun
 Klien mengeluh stadium lanjut / Gejala yang timbul adalah :
 Mata terasa berat, pusing
 Penglihatan kabur
 Halo disekitar cahaya.
 Tanda-tanda lain :
 Kelainan lapang pandang dan papil syaraf
 Membesarnya titik buta
 Bentuk busur yang berhubungan dengan bintik buta.
 Pemeriksaan diagnostik :
 Tonometri

5
 Pemeriksaan okuler (ganioskopi).
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Glaukoma akut / Glaukoma sudut sempit
 Sedikit terjadi
 Onset terjadi tiba-tiba (gawat darurat)
 Mekanisme dasar
Terjadi penyempitan sudut dan perubahan bentuk iris ke anterior ® Terjadi
penekan kornea dan menutup / menekan sudut mata ® aquor humor tidak
bisa mengalir keluar, Bilik mata depan menjadi dangkal. Bersifat acut / sub
acut / kronis.
Gejala Glaukoma sudut tertutup kronis yang timbul adalah :
 Nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar. Oleh karena
peningkatan TIO (> 75 mmHg), Halo disekitar cahaya. Headache, mual, muntah,
bradikardi (reflek okulokardiak). Penglihatan kabur dan berkabut serta odema
pada kornea.
 Penurunan lapang pandang
 Mata : tanda kongesti / peradangan
Kelopak mata bengkak, mata merah.
TIO sangat tinggi : pupil dilatasi, kornea suram, dan oedema,
papil optik hiperemis, oedema, mata keras.
Lensa keruh
Tajam penglihatan turun
Klien terlihat sakit berat.
 Resiko pada klien
a. Klien hipermetropia
b. Lansia : lensa membesar.
 Pemeriksaan diagnostik
a. Tonometri
b. Pemeriksaan okular
c. Ganioskopi (Bilik mata depan )
d. Uji profokasi:
 Uji kamar gelap
Klien duduk 1 jam, Tidak tidur jika tekanan intra okular
meningkat 8 mmHg : hambatan aliran jika pupil dilatasi.
 Uji posisi tengkurap
Jika tekanan intra okular meningkat 8-10 mmHg GS tertutup,

6
pastikan dengan ganioskopi.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Glaukoma sudut terbuka / simplek
a. Obat-Obat Miotik
Golongan Kolinergik (Pilokarpin 1 - 4 % 5 Kali Sehari) Karbakol 0,75
–3%
Golongan Antikolineoterase (Demekarium Bromid, Humorsol 0,25 %)
Pilokarpin 0,25.
b. Obat-Obta Penghambat Sekresi Aquos Humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2 x sehari)
Epineprin 0,5 – 2 % 1-2 x sehari
c. Carbonican Hidrase Inhibitor
Asetazolamid (Diamok 125-250 Mg 4 X Sehari).
Diklorfenamid (Metazolamid)
d. Laser Trabeculoplasty dimana su/ laser zat Argon disorotkan langsung
ke jaringan trabekular untuk merubah susunan jaringan & membuka
aliran dari humor aqueous.dan iridektomi
e. Tindakan bedah trabeculectomy yaitu membuat pembukaan antara
ruang anterior dan rongga sub konjungtiva.
2. Glaukoma sudut tertutup / akut
a. Bahan hiperosmotik
Gliserin (Gliserol) per oral 1cc / kg BB. Dalam larutan 50 % air jeruk
Manitol 20 % IV. 1-2 gram / Kg BB diberikan 60 tetes / menit.
b. Miotikum Pilokarpin 2-4 % 1 tts 3 x 5 menit kemudian 1 tts. 30 menit /2
jam. Selanjutnya 1 tts / jam sampai operasi.
c. Karbonikan Hidrase Inhibitor
Asetasolamit langsung 500 mg / oral (2 tablet) lalu tiap 4 jam 250 mg.
d. Operasi filtrasi/penyaringan yaitu membuat hubungan antara bilik mata
depan dengan saluran intrasklera atau sestem vena episklera dan
konjungtiva untuk menekan peningkatan tekanan intra okular .
V. PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor risiko :
- Data demografi : Umur penderita >40 tahun
- Riwayat keluarga positif
- Riwayat penyakit mata : tumor mata, hemoragi intraokuler, uveitis
- Riwayat operasi mata
- Penggunaan obat-obatan : antihistamin, kortikosteroid

7
Riwayat gangguan penglihatan : lama , kapan terakhir periksa mata dan tonometri.
2. Pemeriksaan fisik
Penglihatan :
- Melaporkan kehilangan pengelihatan perifer lambat
- Keluhan-keluhan pengelihatan kabur dan penurunan persepsi sinar.
- Ketajaman penglihatan; snelen chart bila tersedia, membaca jarak jauh,
membaca jarak dekat.
- Lapangan pandang; test konfrontasi
- Adanya bayangan sekitar cahaya (halo).
Ketidaknyamanan :
- Nyeri pada mata; tumpul, berat
- Sering disertai sakit kepala; derajat beratnya
- Mual dan muntah

3. Pemeriksaan Diagnostik pada glaukoma


1. Pemeriksaan tekanan intra okular
Ada 2 cara periksa tekanan intra okular
1) Digital (dengan jari tangan )
2) Alat (tonometer).

DIGITAL
1) Kedua ujung jari telunjuk diletakan pada kelopak mata bagian atas
2) Klien melirik kebawah (jangan menutup mata, karena bola mata akan
naik keatas)
3) Tekan bergantian dengan kedua jari tersebut (seperti memeriksa abses).
Hasil : TIO normal Tn
TIO tinggi : Tn+1, Tn+2, TN+3 dst.
TIO rendah : Tn-1, Tn-2, Tn-3 dst.

TONOMETER :
Tonometri digunakan untuk pemeriksaan tekanan intra okular.
Tonometer aplanasi Goldmann dengan alat ini didapatkan hasil yang lebih
cermat, tetapi alat ini lebih mahal. Dengan menggunakan slit lamp (celah
lampu biomikroskop), sebagian kecil daerah kornea diratakan untuk
mengimbangi beban alat ukur yang mengukur tekanan.
Metode langsung yang kurang akurat tetapi alat ini paling sering dipakai
alat ini lebih murah, mudah dibawa dan mudah penggunaanyaadalah

8
Tonometer Schiotz. Mata dianesthesi & tonometer ditempelkan langsung di
atas kornea. Keterangan hasil bisa dilihat pada skala.
Tonometer komputer (nonkontak) mengukur tekanan intra okular dengan
melihat perubahan refleks cahaya dari kornea dari puff udara. Bila
menunjukkan lebih dari 24 mmHg bisa dikatakan glaukoma

2. Lensa kontak & lensa khusus (Gonioskopi) digunakan untuk melihat secara
langsung sudut ruang anterior. Teknik ini untuk membedakan antara
glaukoma sudut tertututp dengan glaukoma sudut terbuka.

3. Periksa papil syaraf optik


Alat Oftalmoskopi digunakan untuk melihat secara langsung diskus optik
dan struktur mata internal
Dilihat papil syaraf optik apakah ada cekungan akibat tekanan yang tinggi
(“excavatio” = “cupping”).
Luas cekungan dibanding dengan keseluruhan disk=cup / disc ratio (c/d
ratio).
Normal : c/d ratio 0- 0,3
> 0,3 curiga adanya kelainan (kemungkinan juga kongenital).

4. Periksa lapang pandangan


Diperiksa lapang pandangan sebtral dengan alat : TANGEN SCREEN,
seluas 30° dari pusat tajam penglihatan.
Untuk mengetahui berkurangnya penglihatan perifer akibat kerusakan
glaukoma.
Untuk follow up glaukoma.

5. Periksa bilik sudut mata depan


Sederhana dengan lampu senter, sinari iris dari samping, bila tidak ada
bayangan, sudutnya dalam, sedangkan bila ada bayangan iris berarti sudut
sempit.

6. Periksa Tajam penglihatan (Visus).


Periksa ini rutin untuk semua klien mata
Pada glaukoma : Visus 1/60 – 1/300; prognosis tidak baik.
Visus 6/6 harus hati-hati, karena kemungkinan lapang pandanganya sempit.
Visus tidak dapat dipakai sebagai : Ada tidaknya glaukoma.

9
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUGKIN TIMBUL
1. Penurunan persepsi sensori visual/ penglihatan berhubungan dengan
kerusakan serabut syaraf oleh karena peningkatan tekanan intra okular.
2. Cemas berhubungan dengan penurunan pengelihatan, kurangnya
pengetahuan.
Kecemas berhubungan dengan kurangnya persiapan dan prosedur operasi.
Ansietas berhubungan dengan kehilangan penglihatan aktual atau potensial
dan dampak penyakit kronis pada gaya hidup.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengingat dan
salah interpretasi informasi.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi.
4. Resiko injury berhubungan dengan menurunnya penglihatan perifer.
5. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan dampak peningkatan
tekanan intra okular
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada mata.
Nyeri berhubungan dengan dampak peningkatan tekanan intra okular
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka insisi pada daerah
operasi.
7. Ketidakmampuan dalam perawatan diri berhubungan dengan penurunan
pengelihatan
8. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik
berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang proses penyakit,
status klinis kekambuhan, dan rencana pengobatan.

10
VII.RENCANA KEPERAWATAN
Penurunan persepsi sensori visual/ penglihatan berhubungan dengan kerusakan
serabut syaraf oleh karena peningkatan tekanan intra okular.
Ditandai :
Data subyektif:
- Menyatakan pengelihatan kabur
- Menyatakan adanaya sambaran seperti kilat (halo).
Data obyektif:
- Visus menurun
- TIO meningkat.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan penglihatan yang masih ada.
Kriteria hasil :
- Klien dapat meneteskan obat dengan benar dan aseptik.
- Klien dapat mematuhi aturan terapi yang ditentukan /Kooperatif dalam
tindakan
- Klien menyadari hilangnya pengelihatan pada glaukoma secara permanen
- Tidak terjadi penurunan visus lebih lanjut.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dan catat ketajaman pengelihatan 1. Menetukan kemampuan visual
2. Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat 2. Memberikan keakuratan thd
dilihat/tidak. pengelihatan dan perawatan.
3. Sesuaikan lingkungan dengan 3. Meningkatkan self care dan
kemampuan pengelihatan: mengurangi ketergantungan.
- Orientasikan thd lingkungan.
- Letakan alat-alat yang sering dipakai
dalam jangkuan pengelihatan klien.
- Berikan pencahayaan yang cukup.
- Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
- Berikan bahan-bahan bacaan dengan
tulisan yang besar.
- Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
- Gunakan jam yang ada bunyinya.
4. Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang 4. Meningkatkan rangsangan pada
dapat diterima klien. waktu kemampuan pengelihatan
menurun.
5. Anjurkan Klien untuk mengistirahatkan 5. Mengistirahatkan mata, dan
mata yang sakit. Beritahu jangan mengatur beban mata dapat
membaca, menonton TV.yang terlalu menurunkan tekanan intra okular.
lama, dan mengedan yang terlalu kuat. 6. Pemahaman yang adekuat, akan
6. Jelaskan pada klien tentang penyakit dan meningkatkan kepatuhan klien
komplikasi yang dideritanya serta terhadap program pengobatan.
anjurkan pada klien untuk mematuhi
rencana pengobatan. 7. Pengobatan secara teratur untuk
7. Jelaskan pada klien bahwa pengobatan mencegah penurunan penglihatan
harus terus menerus digunakan. lebih lanjut.
8. Deteksi dini terhadap tingkat
8. Anjurkan klien untuk kontrol secara penyembuhan atau keparahan.
teratur dan beri motivasi untuk mentaati
rencana pengobatan.
Cemas berhubungan dengan penurunan pengelihatan, kurangnya pengetahuan.
Ditandai :
Data subyektif :
- Menyatakan perasaan takut
- Sering menanyakan tentang penyakitnya
- Mengakui kurangnya pemahaman
Data obyektif :
- Suara gemetar
- Tampak gugup
- Nadi meningkat
- Berkeringat dingin
Tujuan : Kecemasan hilang/menurun dan klien dapat beradaptasi dengan
kondisinya.
Kriteria hasil :
- Klien akan menyebutkan bebas dari rasa takutnya.
- Berkurangnya perasaan gugup.
- Mengungkapkan pemahaman tentang rencana tindakan.
- Wajah dan posisi tubuh rileks.

INTERVENSI RASIONAL
1. Gali persepsi klien tentang kondisi 1. Setiap orang menunjukan ansietas /
dan efeknya pada gaya hidup dan rasa takut dengan cara yang unik.
konsep diri klien.
2. Turunkan tingkat kecemasan. 2. Tingkat kecemasan merupakan
stresor peningkatan katekolamin ®
tekanan intra okular.
3. Berikan informasi akurat dan 3. Mispersepsi dapat meningkatkan
perbaiki sikap mispersepsi. kecemasan.
4. Hati-hati menyampaikan hilangnya 4. Kalau klien belum siap, akan
pengelihatan secara permanen menambah kecemasan.
5. Berikan kesemapatan klien 5. Pengekspresikan perasaan membantu
mengekspresikan tentang klien mengidentifikasi sumber
kondisinya. cemas.
6. Pertahankan kondisi yang rileks. 6. Rileks dapat menurunkan cemas.
7. Jelaskan tujuan setiap tindakan. 7. Dengan penjelasan akan memberikan
informasi yang jelas.
8. Pertahankan kontrol nyeri yang 8. Nyeri adalah sumber stress.
efektif
9. Bantu klien untuk mengidentifikasi 9. Koping masa lalu yang berhasil
dan menggunakan mekanisme merupakan dapat membantu
koping masa lalu yang berhasil dan menyelesaikan masalah.
sistem pendukung.
10. Diskusikan strategi untuk sosialisasi 10. Peningkatan sosialisasi dapat
dan pengembangan peran: meningkatkan harga diri..
a. Lanjutkan ketelibatan pada
aktifitas yang menyenangkan
sebelumnya.
b. Penyelidikan yang
memungkinkan peran dan
aktifitas baru
Kecemas berhubungan dengan kurangnya persiapan dan prosedur operasi.
Tujuan : klien tidak cemas dalam waktu 2 X 24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien mengerti tujuan dan persiapan serta prosedur operasi
- Klien mengungkapkan tidak merasa khawatir terhadap rencana tindakan
operasinya.
- Klien kooperatif dan tidak ada tanda-tanda kecemasan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan tentang tujuan, 1.
persiapan dan prosedur operasi.
2. Perhatikan keluhan-keluhan yang
tidak bisa diatasi sendiri oleh klien.
3. Ciptakan hubungan yang baik antara
keluarga, klien dan tim kesehatan..
4. Motivasi klien untuk lebih
mendekatkan diri pada Tuhan.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan mengingat dan salah
interpretasi informasi.

Kriteria yang diharapkan


- Klien dapat menjelaskan glaukoma kronis dan pentingnya pengobatan yang
berlanjut.
- Klien menyebutkan gejala-gejala yang perlu dilaporkan ke dokter.
- Klien dapat mendemonstrasikan cara menggunakan obat tetes mata yang
benar.

INTERVENSI RASIONAL
1. Minta klien untuk menerangkan 1. Untuk mengetahui tingkat
pengertian glaukoma; pengetahuannya.
 Apa itu glaukoma.
 Akibat bila tidak diobati
 Gejala-gejala yang timbul.
 Perlunya penanganan medis.

2. Terangkanpada klien tentang 2. Memberikan penjelasan sesuai


glaukoma dan pentingnya untuk dengan tingkat pengetahuannya,
pengobatan seumur hidup. karena glaukoma merupakan suatu
keadaan kronis, klien perlu tahu
akibatnya bila tidak segera diobati
(mata buta & sakit) dan bagaimana
mencegahnya..

3. Minta klien untuk memperagakan 3. Bila penglihatannya berkurang, ia


cara memasukkan obat mata, bisa mempunyai kesulitan untuk
betulkan tekniknya bila perlu. memasukkan obat mata.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 – 2 jam klien
pahan dengan penyakitnya.
Kriteria hasil :
- Klien secara verbal mengatakan paham tentang pentingnya.
- Klien tampak tenang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan kepada klien tentang
penyakitnya.
2. Diskusikan tentang pentingnya
pengobatan.
3. Anjurkan klien untuk tidak
melakukan aktivitas yang dapat
menaikkan tekanan intra okular
seperti menundukkan kepala, melihat
cahaya yang menyilaukan.
4. Jelaskan pada klien untuk
melaporkan kepada perawat/dokter
bila nyeri mata hebat, fotopobia
(silau), peningkatan lakrimasi, dan
perubahan penglihatan.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan lapangan pandang
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
- Klien dapat menjelaskan cara mencegah injury.
- Klien mampu mendemontrasikan tentang kewaspadaan kecemasan.
- Klien meminta bantuan petugas saat memenuhi kebutuhan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Orietasikan klien terhadap 1. Mengurangi kecelakaan atau cidera.
lingkungan ketika tiba.
2. Jelaskan asal mula penurunan 2. Pengetahuan yang rasional dapat
penglihatan perifer dan hubungannya meningkatkan kemungkinan
suka menabrak benda. bertindak untuk mencegah injury.
3. Anjurkan untuk menengokkan 3. Menambah lapangan pandang.
kepala untuk melihat ke setiap sisi.
4. Atur ruangan agar leluasa untuk 4. Mengurangi hambatan akan
berjalan-jalan. menurunkan kemungkinan injury.
5. Lakukan modifikasi lingkungan 5. Menimalkan tingkat cidera yang
untuk memindahkan semua bahaya: berasal dari gangguan ini.
a. Singkirkan rintangan pada tempar
lalu lalang.
b. Sungkirkan gulungan dari kaki
c. Singkirkan barang-barang yang
mungkin dapat mencederai klien.
6. Bantu klien dan keluarga 6. Mempertahankan yang aman setelah
mengevaluasi lingkungan rumah pulang.
terhadap bahaya yang mungkin
terjadi.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan dampak peningkatan tekanan
intra okular.
Tujuan : Rasa nyaman dapat terpenuhi dalam waktu 2 X 24 jam.
Kriteria Hasil :
- Klien tidak mengeluh nyeri.
- Tekanan intra okular normal/turun.
- Ekspresi wajah tenang

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri. 1. Mengenal berat ringannya nyeri dan
Gunakan tingkat skala nyeri untuk menentukan terapi.
menentukan dosis analgetik
2. Pertahankan istirahat di tempat tidur 2. Mengurangi rangsangan terhadap
dalam ruangan yang tenang dan syaraf sensori dan mengurangi
gelap dengan kepala ditinggikan 30° tekanan intra okular.
atau dalam posisi nyaman.
3. Istirahatkan klien dalam ruangan 3. Posisi yang nyaman, mengurangi
yang tidak menyilaukan mata dengan ketegangan otot dan menurunkan
posisi kepala agak ekstensi atau nyeri.
posisi yang nyaman bagi klien.
4. Anjurkan tehnik relaksasi. 4. Keadaan rileks dapat mengurangi
nyeri.
5. Hindari mual muntah, berikan anti 5. Mual dan muntah adalah indikator
emetik bila perlu. adanya peningkatan tekanan intra
okular.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik.
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada mata.
Tujuan : Klien merasa nyaman dan nyeri berkurang dalam waktu 3 X 24 jam
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang.
- Ekspresi wajah tampak rileks.

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien
tentang sebab-sebab nyeri, akibat
dan cara mengatasinya.
2. Tentukan faktor penyebab turunnya
ambang nyeri.
3. Alihkan perhatian klien dari rasa
nyeri.
4. Observasi luka operasi.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka insisi pada daerah operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi dalam waktu 3 X 24 jam
Kriteria hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak ada.
- Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda infeksi secara dini.

INTERVENSI RASIONAL
1. Beri penjelasan tentang tanda-tanda
infeksi.
2. Rawat luka tiap hari dengan tektik
aseptik & antiseptik.
3. Cegah tekanan pada garis jahitan.
4. Observasi gejala-gejala infeksi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.


EGC. Jakarta.

(2000). Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed. 8. EGC.


Jakarta.

Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yayasan Essentia Media.
Yogyakarta.

Doengoes, Marylin E.. (1989). Nursing Care Plans. F.A Davis Company. USA
Philadelphia.

Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. FKUI Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapius FKUI


Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. (1985). Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses


Penyakit. EGC. Jakarta.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:

Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.


TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN

Waktu : 6 Mei 2002


Tempat : Ruang Mata Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Surabaya .

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Hadi Usmantono.


Umur : 60 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Swasta (Purnawirawan TNI AL)
Pendidikan :S1
Alamat : Jl. Donorejo Selatan III c / 3.
Tanggal MRS : 6 Mei 2002.
Cara Masuk : Lewat Poliklinik RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
Diagnosa Medis : Absolute Glaukoma Okuli Sinistra
Alasan Dirawat : Akan dioperasi.
Keluhan Utama : Nyeri hebat pada mata kiri

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


1) Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri hebat pada mata kiri sejak 1 bulan yang lalu secara berangsur-
angsur kemudian berobat ke dokter, dilakukan pemeriksaan ternyata
ditemukan Absolute Glaukoma Okuli Sinistra kemudian dirujuk ke
Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya untuk menunggu
rencana operasi tanggal 7 Mei 2002.

2) Riwayat Penyakit Dahulu


Klien sebelumnya pernah mengalami kelainan seperti yang dideritanya
sekarang ini yaitu pada tahun 1989 dan juga dilakukan operasi okuli
sinistra. Klien Alergi Penicillin. Hipertensi (+).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami
penyakit seperti yang dideritanya sekarang ini

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan


Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup
bersih

5) Riwayat Kesehatan Lainnya


Alat bantu yang dipakai ® Kaca mata

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum baik
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36 0C
Nadi : 92 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 170/130 mmHg.
Respirasi : 24 x/menit.
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Bentuk dada simetris, Sekresi dan batuk (+), Pola nafas ; Frekuensi
24 x/menit, Irama teratur. Bunyi nafas ; normal vesikuler.
Pergerakan dada interkostal. Tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi. Hasil
thorax AP tanggal 4 Mei 2002 : Tidak didapatkan kelainan
(normal).
(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi frekuensi 92 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 170/130
mmHg, Suhu 36 0C, perfusi hangat. Bunyi jantung normal, Cor S1
S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada, Pembesaran
jantung tidak ada, Nyeri dada tidak ada, Clubbing finger tidak ada.
Hasil ECG : Tidak didapatkan kelainan (normal).
(3) Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1500 cc/24 jam, frekuensi 3 – 4 X /hr, warna urine
kuning, bau normal.
Genital Hygiene cukup bersih.
Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal).

(5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)


Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun
diare, klien buang air besar 1 X/hari

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)


Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
Hasil BOF : Tidak didapatkan kelainan (normal).

Head To Toe
a. Kepala : bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris, kulit kepala
bersih
b. Rambut : kebersihan cukup
c. Mata : kehilangan pengelihatan perifer, pengelihatan kabur dan
penurunan persepsi sinar. Adanya bayangan sekitar cahaya
(halo). Nyeri pada mata; tumpul, berat Sering disertai sakit
kepala, Mual dan muntah. sklera tak icteric, konjunctiva tak
anemis, pupil isokor, refleks cahaya ada, memakai alat bantu
kacamata
d. Hidung : tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak ada polip,
e. Telinga : tidak ada kelainan.
f. Mulut dan gigi : bibir kering, agak kering mukosa mulut stomatatitis tidak,
peradangan faring tidak
g. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku
kuduk
h. Thorax : pernafasan dada, simetris, Ronchi & whezing tidak ada
i. Abdomen : asites tidak ada, umbilikus datar,
j. Alat kelamin luar : bersih
k. Anus : bersih, Bab. terakhir tgl. 6 –05-2002,
l. Extremitas : atas dan bawah tak ada kelainan
m. Integumen : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik, akral hangat.
Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat
terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup. Klien tidak alergi
makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang
diberikan dan minum air putih sekitar 2 – 3 liter perhari.

(3) Pola Eliminasi


Klien buang air besar 1 X/hari.
Klien buang air besar 3 - 4 X/hari. Jumlah urine 1500 cc/24 jam, warna urine
kuning, bau normal.

(4) Pola tidur.dan Istirahat


Klien mengatakan semalam saya tidur sering terbangun , saya membayangkan
bagaimana operasi nanti. Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun
malam hari. Klien tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang
ramai.
(5) Pola Aktivitas dan latihan
Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di
Rumah Sakit sambil menunggu rencana operasi.

(6) Pola Hubungan dan Peran


Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat
tinggalnya biasa sangat baik dan akrab.

(7) Pola Sensori dan Kognitif


Klien mampu mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(8) Pola Persepsi Dan Konsep Diri


Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9) Pola Seksual dan Reproduksi


Selama dirawat Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.
(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya
pengetahuan tentang Type pembedahan dan Jenis anesthesi.
Klien bertanya dimana ruang operasinya, berapa lama saya dioperasi.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Dengan kondisi nyeri yang hebat pada mata kiri memerlukan adaptasi klien
dalam menjalankan ibadahnya.

Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1
X/minggu.

Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.

Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress
menghadapi tindakan operasi.

Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat
tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar,
kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti
kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat
tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
4. DIAGNOSTIC TEST
Laboratorium tanggal 4 Mei 2002
Darah lengkap:
- Hb :16,2 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- LED : 15 (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
- Leukosit : 9.300 4000 – 11.000
Gula darah
- Glukosa Puasa : 91 mg/dl (< 126 mg/dl)
- Glukosa 2 jam pp : 102 mg/dl (< 140 mg/dl)
Faal Hati
- Bilirubin Direk : 0,54 (< 0,25)
- Bilirubin Indirek : 0,78
- Bilirubin Total : 1,32 (< 1,00)
- SGOT : 79 (L < 37 P < 31) U/L
- SGPT : 80 (L < 40 P < 31) U/L
Faal Ginjal
- Ureum/BUN : 24,2 mg/dl (10 – 45)
- Serum Creatinin : 1,68 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
ANALISA DATA PREOPERASI

Nama Klien : Tn. Hadi Usmantono


Ruang : Mata
Register : 10159584

NO. DATA PENYEBAB/ETIOLOGI MASALAH


S. :Klien mengatakan Situasi/lngkungan operasi Ansietas
semalam saya tidur sering
terbangun , saya Ansietas/takut
membayangkan
bagaimana operasi nanti, Stressor
klien bertanya dimana
ruang operasinya, berapa Hypothalamus
lama saya dioperasi (adrena,pituitary)
O. Klien kelihatan tegang
saat diruang mata, Medulla Adrenal
Tekanan darah 170/130
mmHg. Nadi 92 X/menit, Peningkatan
RR: 24 X/menit Adrenalin
Histamin
Katekolamin

Perubahan Tanda-tanda
fisikTegang Psiko :
Nadi cepat Gelisah
palpitasi Tidak
berkeringat tenang,
respirasi cepat marah, tidak.
berdaya
O: Kurangnya informasi. Kurangnya
S : Klien mengatakan kurang pengetahuan
mengetahui tentang tentang
proses penyakit, proses
perawatan maupun penyakit,
pengobatan serta diet,
kurangnya pengetahuan perawatan
tentang dampak hipertansi dan
dan diet pengobatan

Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan situasi/lingkungan ruang perawatani dan prosedur
operasi, ditandai dengan klien mengatakan tidur malam sering terbangun
membayangkan operasi, klien kelihatan tegang, bertanya saat di ruang perawatan
dimana kamar operasinya, berapa lama saya dioperasi. Nadi 92X/menit, Tekanan
darah 170/130 mmHg. RR. 24X/menit.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
RENCANA INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERASI

Nama Klien : Tn. Hadi Usmantono


Ruang : Mata
Register : 10159584

DIAGNOSA
TUJUAN-KRITERIA HASIL RENCANA INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Cemas berhubungan dengan Klien menunjukan rasa cemas Mandiri :
Situasi/lingkungan ruang berkurang dalam waktu 30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien. 1 Untuk menentukan tingkat kecemasan
perawatan dan prosedur menit dengan kriteria : yang dialami pasien sehingga perawat
operasi. Klien mampu mengungkapkan bisa memberikan intervensi yang
Ditandai klien mengatakan pasrah kepada Tuhan YME. cepat dan tepat.
semalam tidur saya sering Klien mampu mengungkapkan 2. Memberikan kesempatan pada klien 2 Dapat meringankan beban pikiran
terbangun membayangkan siap di operasi. untuk mengungkapkan perasaan pasien.
operasi, klien bertanya, Klien dapat beradaptasi saat di cemasnya.
dimana ruang operasi dan ruang perawatan maupun di 3. Menggunakan komunikasi terapeutik. 3 Agar terbina rasa saling percaya antar
berapa lama dioperasi, klien OK. perawat-pasien sehingga pasien
kelihatan tegang saat di Tanda-tanda vital stabil kooperatif dalam tindakan
ruang perawatan tekanan (Tekana Darah 120/80 mmHg., keperawatan.
darah, 170/130 mmHg/ Nadi Nadi 60-100X/menit, RR: 12- 4. Memberikan informasi tentang proses 4 Informasi yang akurat tentang
92X/menit, RR24 X/menit 20X/menit, wajah rileks. penyakit dan rencana tindakan operasi. penyakitnya dan keikutsertaan pasien
dalam melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran pasien.
5. Memperjelas penjelasan dokter tentang 5 Harapan klien sesuai dengan
rencana pengangkatan isi bola mata. kenyataan dan tidak menimbulkan
kekecewaan.
6. Memberikan keyakinan kepada klien 6 Sikap positif dari timkesehatan akan
bahwa perawat, dokter dan tim membantu menurunkan kecemasan
kesehatan lain selalu berusaha yang dirasakan pasien.
memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
7. Mengajak klien untuk mendekatkan diri 7 Mengurangi ketakutan /
kepada Tuhan YME, dengan cara kecemasan.upaya menenangkan jiwa.
berdoa.
8. Memberikan kesempatan pada keluarga 8 .Pasien akan merasa lebih tenang bila
untuk mendampingi klien secara ada anggota keluarga yang menunggu.
bergantian.
9. Menciptakan lingkungan yang tenang 9 Lingkung yang tenang dan nyaman
dan nyaman. dapat membantu mengurangi rasa
cemas pasien.
10. Mengukur tanda-tanda vital : tekanan 10 Untuk mendeteksi perkembangan
darah 160/120 mmHg/ Nadi 88 x/menit, tekanan darah.
RR 20 X/menit
11. Mengkolaborasikan dengan tim gizi dan 11 Pemberian diet yang sesuai dan obat
tim dokter tentang pemberian diet anti hipertensi yang tepat dapat
rendah garam dan pemberian obat anti mempercepat penurunan tekanan
hipertensi. darah dan mencegah komplikasi.
Kurangnya pengetahuan Tujuan : Pasien memperoleh 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk memberikan informasi pada
tentang proses penyakit, informasi yang jelas dan benar pasien/keluarga tentang penyakit pasien/keluarga, perawat perlu
diet, perawatan, dan tentang penyakitnya. Glaukoma dan Hipertensi mengetahui sejauh mana informasi
pengobatan berhubungan Kriteria Hasil : atau pengetahuan yang diketahui
dengan kurangnya 1. Pasien mengetahui tentang pasien/keluarga.
informasi. proses penyakit, diet, 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien. 2. Agar perawat dapat memberikan
perawatan dan penjelasan dengan menggunakan kata-
pengobatannya dan dapat kata dan kalimat yang dapat
menjelaskan kembali bila dimengerti pasien sesuai tingkat
ditanya. pendidikan pasien.
2. Pasien dapat melakukan 3. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, 3. Agar informasi dapat diterima dengan
perawatan diri sendiri perawatan dan pengobatan pada pasien mudah dan tepat sehingga tidak
berdasarkan pengetahuan dengan bahasa dan kata-kata yang menimbulkan kesalahpahaman.
yang diperoleh. mudah dimengerti.
4. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, 4. Dengan penjelasdan yang ada dan ikut
manfaatnya bagi pasien dan libatkan secara langsung dalam tindakan yang
pasien didalamnya. dilakukan, pasien akan lebih
kooperatif dan cemasnya berkurang.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PREOPERASI

Nama Klien : Tn. Hadi Usmantono


Ruang : Mata
Register : 10159584

HARI/ HARI/
DIAGNOSA
TANGGAL/ IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TANGGAL/ EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
JAM JAM
Cemas berhubungan dengan Senin, 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien Senin, S : Klien mengatakan siap untuk dilakukan
kurangnya pengetahuan tentang 06-05-2002 2. Memberikan kesempatan pada klien 06-05-2002 operasi, pasrah dan menyerahkan
tindakan operasi Jam 13.00 untuk mengungkapkan perasaan Jam 13.30 sepenuhnya pada Tuhan.
cemasnya. O : Klien dapat mengidentifikasikan sebab-
3. Menggunakan komunikasi terapeutik sebab kecemasan.
4. Memberikan informasi tentang proses Emosi stabil.
penyakit dan rencana tindakan operasi. Ekspresi wajah klien tenang,
5. Memperjelas penjelasan dokter tentang Istirahat cukup Nadi 88X/menit, RR,
rencana pengangkatan isi bola mata. 20X/menit, Tekanan Darah 160/120
6. Memberikan keyakinan kepada klien mmHg.
bahwa perawat, dokter dan tim A : Tujuan tercapai sebagian.
kesehatan lain selalu berusaha P : Intervensi terus dilanjutkan.
memberikan pertolongan yang terbaik
dan seoptimal mungkin.
7. Mengajak klien untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan YME, dengan cara
berdoa.
8. Memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mendampingi klien secara
bergantian.
9. Menciptakan lingkungan yang tenang
dan nyaman.
10. Mengukur tanda-tanda vital : tekanan
darah 160/120 mmHg/ Nadi 88 x/menit,
RR 20 X/menit
11. Mengkolaborasikan dengan tim gizi dan
tim dokter tentang pemberian diet
rendah garam dan pemberian obat anti
hipertensi.
Kurangnya pengetahuan Selasa, 1. Mengkaji tingkat pengetahuan Selasa, S:
tentang proses penyakit, diet, 07-05-2002 pasien/keluarga tentang penyakit 07-05-2002
perawatan, dan pengobatan Jam 08.00 Glaukoma dan Hipertensi Jam 08.30 O:
berhubungan dengan 2. Mengkaji latar belakang pendidikan 1. Pasien mengetahui tentang proses
kurangnya informasi. pasien. penyakit, diet, perawatan dan
3. Menjelaskan tentang proses penyakit, pengobatannya dan dapat menjelaskan
diet, perawatan dan pengobatan pada kembali bila ditanya.
pasien dengan bahasa dan kata-kata yang 2. Pasien dapat melakukan perawatan diri
mudah dimengerti. sendiri berdasarkan pengetahuan yang
4. Menjelasakan prosedur yang kan diperoleh.
dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan A : Tujuan Berhasil
libatkan pasien didalamnya. P : Intervensi dihentikan
Rabu, 1. Menciptakan lingkungan yang bersih Rabu, S:
08-05-2002 dan nyaman. 08-05-2002 O : Tekanan darah 150/110 mmHg.
Jam 08.00 2. Mengukur tanda-tanda vital. Jam 08.00 Nadi 84 x/menit. RR 20 X/menit
3. Meneruskan pemberian obat Captopril 3 Suhu 36,5 0C
x 12,5 mg/hr A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Intervensi terus dilanjutkan.
Kamis, 1. Menciptakan lingkungan yang bersih Kamis, S:
09-05-2002 dan nyaman. 09-05-2002 O : Tekanan darah 140/100 mmHg.
Jam 08.00 2. Mengukur tanda-tanda vital : Jam 08.00 Nadi 80 x/menit. RR 20 X/menit
3. Meneruskan pemberian obat Captopril 3 Suhu 36,5 0C
x 12,5 mg/hr A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Intervensi terus dilanjutkan.
Jumat, 1. Menciptakan lingkungan yang bersih Jumat, S:
10-05-2002 dan nyaman. 10-05-2002 O : Tekanan darah 130/90 mmHg.
Jam 08.00 2. Mengukur tanda-tanda vital : tekanan Jam Nadi 80 x/menit. RR 20 X/menit
darah 130/90 mmHg/ Nadi 80 x/menit, Suhu 36,5 0C
RR 20 X/menit A : Tujuan tercapai sebagian.
3. Meneruskan pemberian obat Captopril 3 P : Intervensi terus dilanjutkan.
x 12,5 mg/hr
4.

Anda mungkin juga menyukai