Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PAPER ISBD

Disusun Oleh :
Nama : Dedy Indianto
NIM : H0908101
Kelas : ITP A

ILMU DAN TEKNOLOGI HASIL PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan tugas paper ISBD. Banyak hal yang telah penulis dapatkan dari
tugas paper ISBD, sehingga penulis tidak lepas dari bantuan beberapa pihak,
untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen ISBD Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak
membimbing.
2. Rekan-rekan mahasiswa ITP Fakultas Pertanian yang telah banyak
membantu penyusunan paper ini.
3. Keluarga di rumah yang telah memberikan dorongan serta doa bagi
penulis, sehingga penyusunan paper ini dapat selesai dengan baik.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa paper ISBD ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kesalahan, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sekalian agar paper ini menjadi lebih baik
lagi.

Surakarta, 27 November 2008

Penulis
PENGARUH PERGAULAN
TERHADAP REMAJA

A. Latar Belakang
Banyak negara dengan ciri khasnya masing-masing yang ada di dunia ini
Asia terkenal sebagai benua yang ramah tamah. Indonesia salah satunya yang
mampu menjadi negara kesatuan yang bermoral, bermatabat dan memiliki jati
diri yang tinggi dalam sebuah keragaman suku, adat serta budaya. Namun,
pada jaman sekarang ini mungkin hal itu sudah kurang sesuai karena
ungkapan tersebut hanya tergambar pada beberapa tahun yang lalu. Kenyataan
pada jaman sekarang adalah sebaliknya. Para generasi muda yang seharusnya
meneruskan perjuangan dan cita-cita bangsa justru kurang berperan dan
memberikan efek yang tidak baik.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka
sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan
yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa
depan mampu meneruskan kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan
masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya
tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif,
yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas,
dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi.
Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak
kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok
dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok
dengan kebudayaan kita.
Pergaulan bebas yang biasanya terjadi di kalangan remaja mudah untuk
dilakukan karena pada masa ini para remaja memiliki kondisi mental dan
pemikiran yang sangat labil, sehingga mudah terjebak pada hal-hal yang tidak
baik. Kondisi labil tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja,
sehingga mereka sangat mudah terjebak dengan arus kehidupan yang
dihadapinya meskipun arus tersebut akan membuat dirinya menyesal
dikemudian hari, termasuk melakukan hal-hal yang abnormal sekalipun.
Remaja cenderung tidak pernah menyadari setiap perilaku asosial dan tanpa
etika adalah akibat dari pergaulan yang dilakuakn tanpa kontrol. Oleh karena
itu, ketika pergaulan yang menjadi akar dari masalah, perlu suatu upaya agar
remaja menjahui perbuatan-perbuatan yang tidak baik sehingga akan tercipta
suatu model pergaulan yang bahkan akan memberikan dampak nyata terhadap
pergaulan itu sendiri.
Hancurnya moralitas remaja saat ini, tampaknya menjadi sebuah fakta
yang harus dirubah. Berbagai aksi asosial dari kalangan remaja telah menjadi
wacana yang cukup mengerikan, mulai dari tawuran, free seks, narkoba,
pemerkosaan, sampai perampokan yang dilakukan oleh kalangan remaja kita
semakin membenarkan betapa parahnya moralitas remaja kita saat ini. Remaja
telah kehilangan kekuatan moralitasnya, sehingga degradasi moralitas
dikalangan mereka sangat sulit untuk diselesaikan. Masalah tersebut
sebenarnya tidak bisa terlepas akibat faktor yang tidak asing lagi di telinga
kita, yaitu pergaulan bebas yang tidak lagi terkontrol.

B. Masalah
Pada zaman yang serba cepat seperti saat ini banyak hal yang yang dapat
untuk dicoba baik memiliki dampak positif ataupun negatif. Tidak heran jika
banyak terjadi tindakan kriminalitas yang sekarang semakin marak seperti
pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi, bahkan juga aborsi yang
dilakukan oleh anak muda yang melakukan hubungan suami istri tanpa
pernikahan. Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba
semakin memprihatinkan.
Pergaulan bebas semakin meningkat di kota-kota besar dikarenakan
kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang tua. Berbagai media informasi
memiliki peranan penting dalam pembentukan norma sosial di kalangan
remaja. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak
jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka
sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di
kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi ini sudah sangat berbeda dengan
pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja
yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak
hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak
hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti
harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian
pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya
tidak akan terus berlangsung selamanya.
Cinta dan seks merupakan salah satu problem terbesar dari remaja
dimanapun. Kehamilan tidak di inginkan, aborsi, putus sekolah, pernikahan
usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penyalahgunaan obat, adalah akibat
dari sebuah pilihan yang salah. Remaja bertindak baik positif atau negatif
kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Salah satu faktor dominan
dalam lingkungan itu tidak lain ialah ibu (orang tua). Dengan kata lain,
peranan orang tua sangat potensial dalam pengembangan kualitas kepribadian
remaja. Banyak orang tua yang masih merasa aneh dan tidak mengerti,
bagaimana caranya mulai bicara mengenai masalah seks kepada anaknya.
Diantara mereka, banyak yang beranggapan membicarakan seks adalah
sesuatu yang kotor, tidak pantas dan dianggap tabu. Padahal sebenarnya
anggapan itu keliru, bahkan itu akan menghambat proses pengajaran
pendidikan seks itu sendiri dalam upaya memberikan informasi yang benar
dan dapat menghambatl informasi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa
kita.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia
pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai
ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan mereka sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah
diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif,
misalnya asosial dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa
menyebabkan terjadinya kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan
kekerasan, dsb.
Tingginya kasus HIV/AIDS sebagian besar diderita oleh para remaja yang
salah satu penyebabnya adalah pergaulan bebas. Sebenarnya para remaja
mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks pranikah telah
melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi hal itu tidak mempengaruhi
perbuatan dan perilaku mereka. Banyak alasan dan penyebab para remaja
melakukannya. Adapun mulai untuk membiayai hidup, biaya sekolah bahkan
sampai ingin mendapatkan barang mahal yang diinginkan, sehingga dapat
membuat para remaja rela untuk menjulal diri demi pemenuhan tersebut. Pada
akhirnya dampak penyebaran virus HIV/AIDS semakin meningkat. Para
remaja juga banyak mendapatkan dorongan seksual dari media cenderung
melakukan hubungan seks yang salh karena hal tersebut seharusnya tidak
dilakukan sebelum mererka menikah.

C. Pemecahan Masalah
Untuk memutus masalah pergaulan yang tidak baik harus mengarahkan
kembali pola pergaulan remaja dari pola pergaulan yang tidak berorientasi
pada basis moralitas kearah pergaulan yang sesuai dengan etika pergaulan,
yaitu dengan cara menghindarkan remaja dari pergaulan tanpa moral dengan
pola pergaulan dimana nilai-nilai moral dapat menjadi pegangan pergaulan
mereka. Untuk itulah, guna menyelamatkan remaja dari pergaulan yang tidak
terkendali ini, beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan :
1. Keluarga harus mampu menjadi pengendali pergaulan dengan ketat. Orang
tua dalam hal ini harus menjadi proaktif dalam mengarahkan dan menjadi
pengendali bagi para remaja mereka masing-masing, terutama dalam
menata pergaulan mereka agar lebih santun dan sesuai dengan kaidah-
kaidah pergaulan yang bernilai positif. Orang tua harus senantiasa
mengevaluasi sikap dan tindakan pergaulan remaja dalam setiap waktu.
Orang tua jangan sampai bersikap apatis atas sikap dan pergaulan para
remaja mereka sehingga anak remaja mereka akan menjadi remaja yang
dapat terbina dengan baik. Keluarga (orang tua) pada intinya sebagai
lembaga terkecil di dalam proses pendidikan anak atau remaja dalam
membangun mentalitas agar tercipta remaja yang memiliki mental dan
moralitas yang kokoh.
2. Lembaga pendidikan seperti sekolah dan lembaga keagamaan juga harus
aktif dalam mengendalikan masalah pergaulan remaja. Lembaga
pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengantisipasi
pergaulan remaja. Lembaga pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai
pemberi wawasan mentalitas, tetapi juga harus mampu menjadi pengawas
setiap perilaku atau pergaulan-pergaulan yang tidak baik untuk dilakukan
oleh para remaja. Dengan kata lain, sekolah juga harus menjadi institusi
yang tidak hanya dapat mendidik mereka di dalam kelas, tetapi juga juga
harus mampu mendidik mereka di luar kelas, yaitu pada saat remaja
melakukan interaksi dalam bentuk pergaulan-pergaulan bebas di lura
kelas. Sekolah harus juga dapat memproteksi gerak-gerik mereka secara
aktif , sehingga pergaulan mereka akan terus bisa dipantau.
Kerjasama yang baik antara kedua hal di atas, baik dalam keluarga dan
sekolah sedikit atau banyak akan melahirkan suatu pola pengendalian dalam
rangka mengantisipasi pergaulan-pergaulan remaja yang tidak diharapkan.
Karena pergaulan bebas itulah yang menjadi faktor utama terjadinya perilaku-
perilaku asosial dikalangan remaja. Sementara remaja adalah aset masa depan
yang harus diselamatkan. Mental dan moralitas mereka merupakan harapan
bangsa yang harus bersih, karena merekalah calon pemimpin bangsa ini.
Mereka harus diselamatkan dari pergaulan bebas dan pergaulan yang tidak
mendidik, karena pergaulan bebas hanya membuat kalangan remaja kita
menjadi genersai-generasi yang kehilangan dedikasinya sebagai calon
pemimpin.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang
sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang antara pengawasan
dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang
diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak
ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran
dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat
memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar
mereka tidak salah jalan Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan
kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju
dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan
dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Hal yang
paling penting adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak
Keberhasilan pendidikan seks tergantung pada sejauh mana orang tua
bersikap terbuka dan mampu menjalin komunikasi efektif. Orang tua harus
mampu menciptakan suasana lingkungan yang sedemikian rupa sehingga
remaja berani menanyakan apa saja tanpa rasa takut atau dipermalukan. Hal
ini mugkin dapat menjadi pencerahan bagi para remaja tentang pendidikan
seks yang benar dan yang salah.
Remaja sejak dini juga harus diberikan pendidikan tentang bahaya-bahaya
akibat seks bebas, sehingga mereka akan mampu berfikir mana yang
menguntungkan dan mana yang merugikan. Media yang mampu
mempengaruhi pemikiran para remaja harus dapat disesuaikan dengan
kebutuhan para remaja jaman sekarang. Dampak dari penyakit HIV/AIDS
juga harus di sosialisasikan sehingga dimungkinkan para penderita semakin
sabar dan penyakit tersebut tidak menyebar atau bertambah luas.
D. Kesimpulan
Orang tua harus mampu membangun komunikasi kepada anak remaja
mereka. Oleh karena itu, diharapkan keluarga dapat menciptakan suasana
yang kondusif bagi pengembangan diri remaja, tanpa harus membuat remaja
tersebut menjadi manja dan tidak mandiri. Namun secara kreatif, menerapkan
cara didik. Komunikasi seksual orang tua terhadap anak remaja sangat penting
untuk diperhatikan agar anak remaja kita tidak terjerumus dalam pergaulan
yang tidak diinginkan.
Keluarga (orang tua) pada intinya sebagai lembaga terkecil di dalam
proses pendidikan anak atau remaja dalam membangun mentalitas agar
tercipta remaja yang memiliki mental dan moralitas yang kokoh.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang
jatuh cinta, marah, banyak masalah dan lain sebagainya orangtua hendaknya
bersikap seimbang antara pengawasan dengan kebebasan sehingga muncul
komunikasi yang baika antara orang tua dan anak sehingga anak akan
mendapatkan suatu pelarian dari berbagai masalah yang tepat.

E. Saran
Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu
menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga
anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua. Dalam
menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar,
dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan
tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya
kematangan seksual. Pendidikan seks tergantung pada sejauh mana orang tua
bersikap terbuka dan mampu menjalin komunikasi efektif. Orang tua harus
mampu menciptakan suasana lingkungan yang sedemikian rupa sehingga
remaja berani menanyakan apa saja tanpa rasa takut atau dipermalukan.
Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan
serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang
kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan
mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan
perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan
menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan
perbuatan yang harus dilakukan.
Fase pengenalan pribadi jangan di salah gunakan menjadi pelampiasan
hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak
seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas fisik. Saling memberi
perhatian, merancang cita-cita dan membuka diri terhadap kekurangan
masing-masing merupakan bagian penting dalam masa pacaran. Aktivitas
fisik seperti menyentuh, berpelukan ataupun ciuman bukanlah hal penting,
justru aktivitas tersebut bila kebablasan akan mengotori makna pacaran itu
sendiri.
Pendidikan agama harus diberikan kepada anak sedini mungkin. Karena
Agama akan menjadi kontrol pribadi bagi remaja dalam melakukan suatu
perbuatan. Orang tua harus juga mau untuk mengerti kondisi dari anak remaja.
Jangan sampai mereka mendapatkan hal yang tidak baik dari keluarga.

Anda mungkin juga menyukai