Anda di halaman 1dari 17

ALOKASI DANA DESA

dari Pemerintah Kabupaten/


Kota kepada Pemerintah
Desa.
Berdasarkan surat Mendagri No.
140/640/SJ
Tgl 22 Maret Tahun 2005
Di sejumlah daerah kabupaten/kota, sebutan untuk
ADD menggunakan istilah yang berbeda. Hal ini
dimungkinkan, mengingat keanekaragaman bahasa
dan adat istiadat di Indonesia.

Di Sumatera Barat ADD disebut dengan DAUN atau


Dana Alokasi Untuk Nagari dan di Kabupaten
Magelang disebut dengan Block Grant.

Hal ini dimungkinkan mengingat pemberian ADD


tanpa adanya muatan kepentingan tertentu.

Desa bebas menggunaan ADD sepanjang bisa


dipertanggungjawabkan
LATAR BELAKANG

Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan


wujud dari pemenuhan hak desa untuk
menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan
berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu
sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
DASAR :
a. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
b. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
d. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
140/640/SJ Tanggal 22 Maret 2005 perihal Pedoman
Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada Pemerintah Desa ;
e. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
140/286/SJ Tanggal 17 Pebruari 2006 perihal
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ;
f. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 140/1784/2006 Tanggal 3
Oktober 2006 perihal Tanggapan atas
Pelaksanaan ADD;

Dari dana perimbangan yang diperoleh


kabupaten/kota dari Pemerintah Pusat,
paling sedikit 10% harus dialokasikan
untuk setiap Desa secara proporsional
sebagai Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai
dengan PP No.72/2005 tentang Desa.
MAKSUD DAN TUJUAN ALOKASI DANA DESA
A. Maksud
Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai
program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan
kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan
1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.
2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di
desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi
desa.
3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan
bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong
masyarakat.
Permendagri No.37/2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa (Pasal 4)

3) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) di atas, terdiri dari:
• Pendapatan Asli Desa (PADesa);
• Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;
• Alokasi Dana Desa (ADD);
• Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa
lainnya;
• Hibah;
• Sumbangan Pihak Ketiga.
• Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;
1. Proses penyusunan kebijakan ADD, diprakarsai oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota bersama DPRD, dengan
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan
terhadap kemandirian desa, seperti wakil dari
pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa,
Lembaga Kemasyarakatan di Desa, Lembaga Swadaya
Masyarakat dan Perguruan Tinggi.
2. Dalam rangka menyiapkan kebijakan daerah tentang
ADD, Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk suatu
Tim yang keanggotannya berasal dari aparat
pemerintah daerah, kecamatan, dan desa;
perwakilan DPRD dan BPD; serta organisasi
kemasyarakatan yang memiliki pengalaman dalam
pemberdayaan masyarakat dan desa
Sumber Alokasi Dana Desa (ADD):
1) Dari bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit
10 % untuk desa di wilayah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 2 A
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Dari retribusi Kabupaten/Kota, yakni hasil penerimaan


jenis retribusi tertentu Daerah Kabupaten/Kota sebagian
diperuntukkan bagi Desa, sebagaimana diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Bantuan keuangan kepada desa yang merupakan bagian
dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota antara 5 persen s/d 10
persen sebagaimana yang pernah dilakukan di beberapa
daerah. Prosentase yang dimaksud tersebut di atas tidak
termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK).
4. Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 3),
dibagikan secara adil dan merata sesuai kebijakan dan
kondisi daerah, misalnya sebesar 60 persen sebagai
alokasi dana desa minimal (ADDM) dari jumlah ADD dan
40 persen sebagai alokasi dana desa proposional (ADDP)
dari jumlah ADD.

Pembagian ADDP dengan memperhatikan faktor kemiskinan,


pendidikan dasar, kesehatan, keterjangkauan, dan lain-lain
sesuai dengan kebijakan daerah.
Rumusan besaran Alokasi Dana Desa dan penyalurannya ke
Kas Desa, lebih lanjut diatur dalam Peraturan
Bupati/Walikota atau Peraturan Daerah.

5. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas pengelolaan


keuangan desa, perlu dilaksanakan kegiatan fasilitasi dan
pelatihan tentang pengelolaan keuangan desa,
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan desa,
serta pelatihan terkait lainnya dalam rangka
meningkatkan kemampuan Pemerintah Desa dalam
pengelolaan keuangan desa.
PEDOMAN ALOKASI DANA DESA
DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KEPADA
PEMERINTAH DESA

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN ADD


1. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa
dalam APBDesa.
2. Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara
terbuka dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat di desa.
3. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggung
-jawabkan secara administratif, teknis dan hukum.
4. ADD dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
hemat, terarah dan terkendali.
Struktur Pendapatan
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Lain-lain Pendapatan
Struktur Belanja
PERMENDAGRI 59/2007

 Belanja Tidak Langsung


 Belanja Pegawai
 Belanja Bunga
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keu
 Belanja Tak Terduga

 Belanja Langsung
Program …
Kegiatan …
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang
 Belanja Modal
Pagu Indikatif
Perkiraan jumlah maksimum anggaran yang diberikan kepada
Kementrian Negara/Lembaga untuk setiap program sesuai
dengan prioritas pembangunan yan ditetapkan oleh
Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan, sebagai
acuan dalam Penyusunan RENJA-KL.
Pagu indikatif anggaran pada dasarnya merupakan batas
maksimal alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung
implementasi kebijakan (baik program maupun kegiatan)
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Adapun
pertimbangan yang dijadikan sebagai kriteria penetapan dalam
penyusunan pagu anggaran indikatif tersebut adalah hasil
evaluasi kinerja kebijakan tahun sebelumnya, serta prioritas
pembangunan yang ditetapkan berdasarkan definisi isu
strategisnya.
Dalam penetapan pagu anggaran indikatif, yang
perlu diperhatikan adalah kejelasan definsi struktur
baik program maupun kegiatan yang akan
dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan
kejelasan posisi relatif kegiatan terhadap program,
melalui tujuan dan sasaran program yang telah
ditetapkan. Pemilahan yang jelas antara program
dan kegiatan, berdasarkan definsi komposisi
sasaran dalam program, serta kegiatan dalam
setiap sasaran, akan memberikan informasi
berkenaan dengan bobot pagu yang semestinya
disusun.

Anda mungkin juga menyukai