Anda di halaman 1dari 10

SULUK KESEIMBANGAN

Ya Allah,
jadikan hamba air
sembunyi di kerendahan
jadikan hamba tanah
diam dalam kesunyian
jadikan hamba udara
fanakan keberadaan
jadikan hamba api
nerima penolakan!

Ya Allah,
bila kemuliaan disepelekan
bila kesabaran dihinakan
bila kekuasaan dituankan
bila kesombongan diberhalakan
ubah hamba
jadi bah jadi gempa jadi badai jadi kebakaran
sampai keadilan ditubuhkan
sampai keseimbangan dikembalikan!

2003

SULUK JAMAN AKHIR

Zaman wis akhir, zaman wis akhir


bumi porak-poranda, langit menganga
udaranya tercemar, laut merana
tanah-air diacak, api menyala
warisannya dikuras, gelap pandangan
orang nabrak tatanan, racun di tanam
dunia tanpa aturan, semua dimakan
rezim pikiran sesat, yang penting menang
memburu bayang-bayang, lintang pukang

Pohon-pohonnya tumbang, gundul hutannya


hewan-hewannya hilang, oleng timbangan
limbah dimana-mana, hidup terancam
benihnya diperkosa, sakit menikam
tipuan dibiakkan, cacat mendekam
disandera masa depan, gali kuburan
Burung-burung bertapa, sendiri di ujung senja
daun-daun berdoa, tenggelam di cakrawala
Zaman wis akhir, zaman wis akhir

2007

SULUK PINTU TERKUNCI


Kuketuk pintu itu beribu kali
tak juga jawaban diberi
kugedor pintu itu berjuta kali
tak juga kau peduli.

Bermilyar kali kita mencoba bertegur sapa


bermilyar kali kita mencoba tukar bicara
tapi pintumu tetap tak terbuka
Kita cuma bersaing suara
membisingkan udara dengan kata

Bermilyar sudah isyarat disampaikan


bermilyar sudah tanda dikibarkan
tapi kau terus sibuk dengan impian
membangun pintu demi pintu
yang kau kira menyelamatkan.

Benteng-benteng yang kau bangun, betapapun kokoh kau bayangkan


betapapun indah berhias taman
tak menyelamatkanmu dari kenistaan.
Pintu-pintunya yang terkunci, membuatmu diasingkan kenyataan
dan, pada saatnya, kamu akan diludahi masa depan
Kamu akan diburu huruf-huruf yang kamu semburkan
akan ditelikung jejak-jejak yang kamu torehkan.
Tanah akan berontak dan membuatmu kalang kabut
laut akan melecehkan proyek-proyek masa depan
gunung akan mempertontonkan kekerdilan nalarmu
sementara udara akan menjepit napasmu
dan orang mulai menyumpahi caramu mengemudikan gelombang.

Kemana kau akan berlari?


Kepada para perancang yang ongkang-ongkang di luar sana?
Percayalah, mereka akan tunggang langgang
membiarkanmu sendirian dimangsa kekerasan

Apalagi yang dibanggakan?


Gedung-gedung, rencana-rencana, kemudahan-kemudahan?
Kenyamanan, keserbamewahan, sarana, teknologi, ilmu pengetahuan?
Bahkan sejak dulupun ini selalu berulang
jadi tak perlu membusungkan dada atas kemajuan
karena kerapuhan dan kekerdilan tak bisa disembunyikan.

Apakah lupa yang kamu andalkan?


Jangan terlalu percaya!
Lupa cuma beredar pada manusia, yang gampang terpikat perubahan warna
Tapi tidak daun-daun,
tidak udara, tidak air, tidak tanah, tidak cahaya
catatannya tak terhapus apa saja
dan akan memburumu tanpa jeda.
Sudahlah, kamu cuma memutar cerita yang sudah bosan dikisahkan
betapapun segenap tenaga dikerahkan
sejarah tak bisa dihadang
betapapun segenap rekayasa disebarkan
matahari tak bisa ditutupi tangan.
Kamu akan termangu
kaget oleh kenyataan yang dadakan menikam,
sementara pintu yang kau agungkan tak menjaga dari kepastian
bahkan jadi sembilu yang menusuk dari belakang.

Kuketuk pintu itu beribu kali


tapi kau selalu terbirit pergi
kugedor pintu itu berjuta kali
tapi kau malah memaki-maki.

Kuketuk pintu itu beribu kali


tak juga jawaban diberi
kugedor pintu itu berjuta kali
tak juga kau peduli.
 
Ah, teruslah bermimpi
teruslah menari sampai kau kaget sendiri
ketika bangun, rumahmu sudah dicuri!

Pati, 2007

PANTUN JADI-JADIAN

Ini pantun jadi-jadian


ditulis karena penat oleh kehidupan
Makin hari makin tidak karuan
benar salah cuma soal kekuasaan
Wong bodo kalah karo wong pinter
Wong pinter kalah karo wong bejo
Wong bejo kalah karo wong nekad
Wong nekad kalah karo wong edan!
Negeri ini suka bercanda
pemimpinnya makin lucu saja
Rakyat diajari taat aturan
pemimpinnya malah ugal-ugalan.
Ada asap ada api,
lumpur panas jangan dianggap mimpi
obral janji ya obral janji
kalau ditagih, jangan dibayar janji lagi!
Ini negeri aneh tapi nyata
penduduknya dua macam saja
Yang satu pontang panting cari kerja
yang satunya ongkang-ongkang nilep uang negara.
Kali ilang kedunge
pasar ilang kumandange
pemimpin ilang wirange
negara ilang regane
Jaman akhir, banyak yang nelangsa
bicara boleh saja, didengar urusan lainnya
Kalau tak percaya, periksa para penguasa
apa kupingnya masih nempel di kepala!

Jangan suka salah sangka


demokrasi bukan rakyat yang kuasa
Kalau hutan dan tambang dijarah seenaknya
memang situ mau apa!
Ling molang maling gemblung
royokan balung gemblung
ling molang maling gemblung
balapan sinting gemblung
Dari Sabang sampai Merauke
berjajar maling-maling
sambung menyambung menjadi satu
namanya pasar maling
Para maling bersekongkol
menyandera masa depan
Nilai diputarbalikkan
jadi saham perdagangan.

2006

SULUK KECELIK

Kukira kau yang kutunggu


kukira kau yang kurindu
ternyata kau juga penipu
ternyata kau juga pemalsu

Dulu musuhku satu


kini musuhku beribu
dulu kutahu musuhku
kini musuhku tak tentu

Ya Allah, terbakar bumiMu


ya Rabbi, terpanggang hambaMu
nafsu yang memimpinku
lapar yang memilinku

Kukira waktu sudah berlalu


kukira jamannya sudah baru
ternyata wajahnya tetap itu
ternyata gilanya makin menggebu
Sekarang engkau marah pada cermin itu
wajah yang nongol tak lagi kau kenali
beribu kali kau pandang beribu kali kau pangling
gambarnya asing dan membuatmu gamang
Berulang kau ganti cermin atau kau pecahkan
gambar-gambarnya tak juga hilang
meneror kamu sampai ke impian.
Kau bayangkan para malaikat akan menyelamatkan keadaan
dan kini terkaget-kaget kau lihat kenyataan
gerombolan iblislah yang kembali mengangkangi kekuasaan

Kukira kau sang pembaru


kukira kau sang penyeru
ternyata kau cuma penyaru
ternyata kau cuma peniru

Kukira ku buru surgaMu


kukira ku takut nrakaMu
ternyata kudekap apiMu
ternyata kutolak cahyaMu

2007

SULUK KIAMAT ALIAS BERSAMA KITA GILA

Bersama kita gila


membangun kiamat
rontokkan hutan nggangsir tambang
gelisahkan laut marahkan udara
bumi oleng
dan babak belur kita diayunnya

Bersama kita gila


merancang neraka
ngrampok masa depan habiskan harapan
berhalakan impian kobarkan dendam
bumi membara
dan terpanggang kita ditengahnya

Kiamat, kita pembangunnya


neraka, kita perancangnya
jangan tuding pelaku lainnya
agar bisa jadi pahlawannya.

Bersama kita gila


sambil merasa sebaliknya.

2007-2008

SULUK MONTANG-MANTING
Kubaca angin
kubaca gelombang
kubaca matahari
kubaca rembulan
kubaca mimpi
kubaca harapan
wajahMu terhampar sunyi di ufuk kenyataan
mata buta kami tak membacanya
hati nista kami tak kuasa menyapanya

Di ujung kegelapan
orang berbaris berpedang
menarikan kegilaan
menorehkan dendam
Pembangunan dirancang bukan demi kebutuhan
tapi karena proyek harus diciptakan
dan para pemimpin butuh lebih banyak simpanan

Awan berarak
daun berserak
ranting berderak
wajah ngungun letih mendongak
langit sesak gambar congkak
bumi letih merangkak

Ini negeri makin tidak jelas cita-citanya


fakta fiksi gampang dipertukarkan
akal sehat dihajar habis-habisan
kebenaran ditelikung kepentingan
otak bangsa diimpor dari negeri khayalan
roda kehidupan diputar oleh mesin pinjaman
kekayaan dikuras demi mimpi semalam

Ya Allah ya Robbi
ini makin gila
takut bayangan
nyawa dipertaruhkan

Ya Allah ya Robbi
akal sehat dimana
demi impian
nyebar ketakutan

Ya Allah ya Robbi
ini pemimpin apa
untuk omong kosong
rakyat dikorbankan

Ya Allah ya Robbi
ini mau dibawa kemana
bencana tak henti
malah membangun kehancuran

Kalaulah engkau cari kuasa


kalaulah engkau ingin digdaya
kenapa kami jadi tumbalnya
kenapa kami yang nanggung biayanya

2007

SULUK MABUK SEGALA JURUSAN

Karena tiap kata kamu rampok maknanya


karena tiap bahasa kamu preteli pengertiannya
karena tiap tanda kamu kubur isyaratnya
maka kami memilih lupa!

Karena tiap pikiran kamu perdayai bentuknya


karena tiap mimpi kamu kurung batasnya
karena tiap langkah kamu hadang arahnya
maka kami memilih lupa!

Karena tiap kami ucapkan satu kata, kamu bombardir dengan ribuan wacana
karena tiap kami gerakkan satu tangan, kamu cegat dengan ribuan tandingan
karena tiap kami tuntut satu perubahan, kamu serbu dengan ribuan keributan
maka kami memilih lupa!

Karena kamu babat hutan, sedang kami makan asapnya


karena kamu ludaskan warisan, sedang kami kebagian sakitnya
karena kamu manfaatkan jabatan, sedang kami membayar hutangnya
maka kami bilang: prek!

Kamu bilang keadilan, kami bilang: prek!


Kamu bilang kemakmuran, kami bilang: prek!
Kamu bilang kesejahteraan, kami bilang: prek!
Kamu bilang kemajuan, kami bilang: prek!
Kamu bilang pembangunan, kami bilang: prek!
Kamu bilang pemerataan, kami bilang: prek!
Kamu bilang penyetaraan, kami bilang: prek!
Kamu bilang pembaruan, kami bilang: prek!

Karena kamu ugal-ugalan


kami mabuk habis-habisan
menenggak tuntas anggur yang kamu tuangkan!
Kami kutuk catatan
kami sumpahi ingatan
kami ludahi kesadaran.

Karena udara kamu penuhi pesan, jalanan kami banjiri makian


karena ruang kamu penuhi iklan, lorong-lorong kami sumpal kebencian
karena berita kamu penuhi tipuan, selokan-selokan kami sampahi dendam
kami mabuk habis-habisan!

Bukit-bukit kami longsorkan


sungai-sungai kami luapkan
dan kami ejek kamu di pojok-pojok jalan!

Kami mabuk habis-habisan


kami melayang-layang
kami terbang
sampai daun terakhir ditemukan
sampai gurun tandus penghabisan!

Pohon-pohon kami sikat


tambang-tambang kami curi
dan kami palak kamu tiap pemilihan!

Anginnya marah
lautnya tumpah
gunungnya balapan bubrah

Tanahnya rekah
udara gerah
langitnya jadi memerah

Semua dijarah
semua diperah
buminya meradang marah

2005-2006

SULUK SUNYI

1.
Atau langit yang enggan terbuka?
Atau rembulan yang belum purnama?
Atau matahari yang masih menutup mata?
Atau gerhana yang selalu bertahta?
Atau bumi yang tersesat jalannya?

2.
Berlayar di samudra sunyi tak bertepi,
berperahu mati.
Tanda-tanda tak berbunyi,
bahasa tak bisa diwadahi.
Menggigil sendiri.
Tak tahu dimana batas menanti.
tak ada jejak ditapaki,
gelap dan cahaya hilang arti.
Berlayar di samudra sunyi tak bertepi,
ke rumah para nabi mulai.

3.
Langit berawan membuat mata tak jernih memandang,
bukan kebutaan yang disesalkan, tapi bayangan yang menyesatkan
bukan ilmu atau kejahilan yang mengacaukan, tapi prasangka yang menggelincirkan
bukan iman atau kekafiran yang membingungkan, tapi citra yang menjerumuskan
Haihata, haihata,
seumur-umur kita tipu kebenaran!

4.
Kemiskinan, kelaparan, anak-anak keleleran di pinggir jalan
akan merampok surga yang kau bayangkan
dalam nyenyak ketidak adilan

5.
Pergilah!
Ke subuh yang siap membuka cahaya
ke angin yang siap meneteskan hujan
ke tanah yang siap melahirkan bunga
Pergilah!

6.
Ya, bagaimana jadi udara bila menolak sirna?
Ya, bagaimana jadi tanah bila menolak terurai?
Ya, bagaimana jadi samudra bila menolak cair?
Ya, bagaimana jadi cahaya bila menolak luluh?

7.
Tanggal tinggal tunggal
yang tak dibutakan kerinduan
dibutakan keasingan
yang tak mabuk anggur
mabuk racun
yang tak dikaramkan cahaya
dikaramkan kegelapan
yang tak luruh pada dzat
luruh pada af’al
Tanggal tinggal tunggal
segenap permainan
bukan ukuran
Tanggal tinggal tunggal
segenap permainan
bukan ukuran

8.
Aku ingin dipeluk
sampai tumpas tubuh
sampai tandas jiwa
tak tersisa
Aku ingin dipeluk
sampai lunas aku
sampai habis kau
tak tertinggal
Aku ingin dipeluk
sampai sunyi
mati

2003.

Anda mungkin juga menyukai