“ SISTEM INTEGUMEN “
GONORRHEA
Oleh :
Dengan segala puji syukur kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat hidayah-
NYA, kelompok kami dapat menyelesaikan tugas KMB 3 tentang “GONORRHOE”
dengan lancar. Serta kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami baik moril dan materi dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih banyak kekurangannya,
untuk itu kami harapkan saran dan kritik yang bisa membangun dan menjadikan lebih
baik dalam penyelesaian tugas kedepannya. Kami juga mengharapkan makalah yang
telah di susun dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pokok bahasan
a. Pengertian
b. Penyebab
c. Gejala klinis
Tujuan pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
‘’GONORRHAE’’
A. Pengertian
Gonore atau Gonorrhae merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang
sering dijumpai yang dapat menginfeksi pria maupun wanita, biasanya menyerang
daerah kelamin tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain.
B. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh suatu bakteri yang disebut Neisseria Gonorrehae
yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1979.
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngis
4. Neisseria catarrhalis
C. Patofisiologi
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata,
rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi
jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya
terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit
ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala.
Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan
vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama
Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan
tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan
kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal
namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat
menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut
memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi
relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten
terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta
berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk
pertumbuhannya
D. Gejala Klinik
- Masa inkubasi 2-5 hari (mulai masuknya kuman sampai dengan menimbulkan
gejala) atau setelah 2-10 hari setelah hubungan seksual. Gejala ini kadang sangat
ringan pada beberapa kasus tidak muncul sama sekali.
- Rasa panas seperti terbakar pada saat buang air kecil atau pada saat ejakulasi.
- Kadang keluar nanah saat buang air besar jika usus sudah mulai terserang.
- Jika tidak segera ditangani, bakteri ini dapat menyerang testis dan kelenjar
prostat sehingga dapat menyebabkan kemandulan.
- Masa inkubasi kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri dengan dosis yang tidak cukup sehingga
gejala sangat samar.
Jangkitan
− Pada wanita jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama radang
panggul yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan,
dan nyeri panggul kronis.
- Pada pria selain kemandulan, jika tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup
jantung dan otak.
- Pada janin dan bayi baru lahir dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit
sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada
proses persalinan.
- Dapat timbul kelainan akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital pada
pria maupun pada wanita.
F. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi, adalah salah satu cara 100% efektif untuk pencegahan. Kondom
dapat mengurangi, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan
penyakit ini.
G. Penatalaksanaan
1. Procaine penicillin G dalam larutan air sekali suntik sebanyak 4,8 juta satuan (
separuh dikanan dan separuhnya lagi dikiri ).
2. Apabila tak tahan dengan penicillin dapat diberikan eritromisin 4 X sehari
( 0,5 gram ) selama 5 -10 hari.
4. Uncomplicated infection:
H. Komplikasi
1. Prostatitis
2. Vesikulitis seminalis
3. Epididimitis
4. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
1. Komplikasi uretra
2. Bartholinitus
4. Salphingitis
4. Serologi: Serum dan cairan genital yang mengandung antibodi IgG dan 1gA
bekerja melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS.
Beberapa lgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci
pada percobaan in vitro.
Pada individu yang terinfeksi, antibodi yang melawan pilj gonococci dan
membran protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan tes
immunoblotting, pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. Namun, tes-tes
ini tidak berguna untuk membantu suatu diagnosa, karena beberapa alasan
berikut, yaitu antigen dari gonococci bersifat heterogen; terjadinya penundaan
perkembangan antibodi pada infeksi akut; tingginya resistensi terhadap
antibodi pada populasi yang aktif melakukan hubungan seksual.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Intervensi:
Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
Intervensi:
Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi:
Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
Intervensi:
Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal).
Intervensi:
Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.
Intervensi:
Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan.
PENUTUP
Ingatlah selalu bahwa pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah
dibandingkan dengan pengobatan. Kita perlu meninjau kembali perilaku seksual
kita sekarang, dan segera meninggalkan perilaku yang beresiko dan tidak
bertanggung jawab. Untuk yang sudah terlanjur terinfeksi, segeralah
memeriksakan diri ke dokter, bisa dokter umum, atau dokter spesialis kulit dan
kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8. Penerbit buku
kedokteran EGC.