Anda di halaman 1dari 16

KMB III

“ SISTEM INTEGUMEN “

GONORRHEA

Oleh :

1. Andri Bastian (07.1.004)


2. Chorina Kusbiantoro (07.1.009)
3. Darlina Isfajaria (07.1.010)
4. David Tri Hernandi (07.1.011)
5. Kristina (07.1.029)
6. Lailia Fuji Rahayu (07.1.030)
7. Mirnanda (07.1.033)
8. Novia Kartika (07.1.036)
9. Ria Daniati (07.1.041)
10. Ummamita AR (07.1.044)

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


PRODI KEPERAWATAN
2009
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kehadirat Alloh SWT karena atas rahmat hidayah-
NYA, kelompok kami dapat menyelesaikan tugas KMB 3 tentang “GONORRHOE”
dengan lancar. Serta kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami baik moril dan materi dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih banyak kekurangannya,
untuk itu kami harapkan saran dan kritik yang bisa membangun dan menjadikan lebih
baik dalam penyelesaian tugas kedepannya. Kami juga mengharapkan makalah yang
telah di susun dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca.

Malang, 17 Juni 2009

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
Latar belakang

Penyakit Kelamin gonorrhea merupakan salah satu dari sekian penyakit


kelamin (Sexually Transmitted Diseases – STDs) yang ada. Gonorrhea bisa menjadi
berbahaya sekiranya tidak dirawat dan akan menyebabkan berbagai komplikasi lain
nya. Malangnya banyak di antara pengindap gonorrhea mencapai 80%, tidak
menyadari mereka telah dijangkit gonorrhoea. Ini adalah disebabkan dalam
kebanyakan kasus, jangkitan gonorrhea tidak menunjukkan tanda-tanda yang nyata.

Apa itu gonorrhea? Gonorrhoea disebabkan oleh bakteria Neisseria


gonorrhoeae yang menyebar melalui hubungan kelamin, yang menjangkiti saluran
kelamin seperti uterus, salur fallopian, dan ovari. Terkadang tanda-tanda gonorrhoea
dapat diketahui, tetapi dalam kebanyakan kasus penghidap gonorrhea tidak
menunjukkan tanda-tanda. Kuman Gonorrhea terdapat pada bagian berlendir pada
tubuh seperti saluran kelamin, zakar, dubur, kerongkong, faraj, dan serviks.

Apabila penyakit gonorrhoea tidak dirawat, Gonorrhea juga bisa menyebar


kepada bagian rahim dan salur fallopian, menyebabkan penyakit radang pelvik (Pelvic
Inflammatory Disease – PID). Misalnya ini terjadi, komplikasi bagi wanita seperti
pada salur fallopian bisa menyebabkan kemandulan dalam 10% kasus, dan juga
masalah kehamilan di luar rahim. Apabila gonorrhoea menulari wanita yang
mengandung, bayi yang dilahirkan secara normal menghadapi risiko tertular
gonorrhea dan menjadi buta. Untuk menghindari keadaan ini, kebiasaanya, bayi akan
dilahirkan melalui pembedahan Caesarean.

Apabila bayi dilahirkan secara normal, perawatan menggunakan lapsis (silver


nitrate) yang diletakkan pada mata bayi apabila terdapat tanda terinfeksi. Bagi pria
dan wanita masalah jangka panjang bagi Gonorrhea yang tidak dirawat adalah
bengkak sendi arthritis kategori gonococcal arthritis bisa menyebabkan sendi jadi
bengkak dan kaku. Penularan darah “Fatal septicemia” juga bisa membawa maut,
juga merupakan salah satu komplikasi yang bisa terjadi.

Pokok bahasan

a. Pengertian

b. Penyebab
c. Gejala klinis

d. Akibat dan konsekuensi

e. Pencegahan dan penatalaksanaan

Tujuan pembahasan

a. Mengetahui pengertian gonorrhea

b. Mengetahui penyebab gonorrhoe

c. Mengetahui dan memahami gejala-gajala klinis gonorrhoe

d. Mengetahui dan memahami akibat yang ditimbulkan gonorrhoe

e. Mengetahui dan mengerti pencegahan serta panatalaksanaan dari gonorrhoe

BAB II

PEMBAHASAN

‘’GONORRHAE’’
A. Pengertian
Gonore atau Gonorrhae merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang
sering dijumpai yang dapat menginfeksi pria maupun wanita, biasanya menyerang
daerah kelamin tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain.

B. Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh suatu bakteri yang disebut Neisseria Gonorrehae
yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1979.

Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu

1. Neisseria gonorrhoeae

2. Neisseria meningitides

3. Neisseria pharyngis

4. Neisseria catarrhalis

N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis bersifat pathogen sedangkan yang dua lainnya


bersifat komensalisme.

Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan. Secara


umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil,
berdiameter mendekati 0,8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika
organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah
patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel
polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki
kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media
yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang
dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5%
CO2. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain.
Gonococcus biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria
lain.

C. Patofisiologi
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata,
rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi
jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya
terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit
ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala.
Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan
vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba
uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.

Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama
Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan
tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan
kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal
namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat
menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut
memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.

Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi
relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten
terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta
berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk
pertumbuhannya

D. Gejala Klinik

- Masa inkubasi 2-5 hari (mulai masuknya kuman sampai dengan menimbulkan
gejala) atau setelah 2-10 hari setelah hubungan seksual. Gejala ini kadang sangat
ringan pada beberapa kasus tidak muncul sama sekali.

- Nanah berwarna keputihan dan kekuningan yang keluar dari penis.

- Rasa panas seperti terbakar pada saat buang air kecil atau pada saat ejakulasi.

- Kadang keluar nanah saat buang air besar jika usus sudah mulai terserang.
- Jika tidak segera ditangani, bakteri ini dapat menyerang testis dan kelenjar
prostat sehingga dapat menyebabkan kemandulan.

- Masa inkubasi kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri dengan dosis yang tidak cukup sehingga
gejala sangat samar.

Organ wanita yang biasa dijangkiti gonorrhoe antara lain :

- saluran kencing, serviks


- rahim, tuba fallopi
- kelenjar kemaluan seperti kelenjar Bartholini (yang terdapat di bibir
kemaluan), kelenjar Skene's (yang terdapat di bahagian bawah lubang saluran
kencing

Organ lelaki di antaranya:

- saluran kencing, epididimis (sebagian daripada testis)


- kelenjar Cowper's

Jangkitan

Walaupun gonorrhoe tersebar melalui hubungan seks, juga bisa melalui


kaedah yang lain yaitu:

• Hubungan kelamin termasuk :


o Hubungan kelamin biasa. (30-50% lelaki, 60%-90% wanita.)
o Alat kelamin ke mulut (Gonococcal pharyngitis)/oral sex
o Alat kelamin ke dubur/anal sex
• Dari ibu kepada bayi ketika proses kelahiran yg menyebabkan jangkitan dan
kerusakan pada mata.

• Melalui sentuhan pada bagian yang sakit.

• Vulvovaginitis pada kanak-kanak melalui pakaian yang bercampur dengan


pakaian penderita gonorrhae ketika dibasuh.
E. Akibat atau Konsekuensi

− Pada wanita jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama radang
panggul yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan,
dan nyeri panggul kronis.

- Pada pria selain kemandulan, jika tidak diobati dapat menginfeksi sendi, katup
jantung dan otak.

- Pada janin dan bayi baru lahir dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit
sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada
proses persalinan.

- Dapat timbul kelainan akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital pada
pria maupun pada wanita.

F. Pencegahan

Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi, adalah salah satu cara 100% efektif untuk pencegahan. Kondom
dapat mengurangi, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan
penyakit ini.

G. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan uretritis gonore sebelumnya kita harus memperhatikan


fasilitas laboratorium yang ada untuk menemukan penyebabnya. Begitu juga
dalam hal pelaksanaan duh tubuh uretra. Prinsipnya pertama kalinya ditujukan
untuk uretritis gonore dan bila kemudian ternyata ditemukan uretritis non gonore
maka pengobatannya baru dilaksanakan setelah infeksi gonorenya teratasi.

Prinsip : penicillin biasanya memberi hasil yang memuaskan, kecuali dalam


kasus kasus yang resisiten.dan setiap pengobatan harus memperhatikan pula
adanya kemungkinan infeksi sifillis dan chlamydia.

1. Procaine penicillin G dalam larutan air sekali suntik sebanyak 4,8 juta satuan (
separuh dikanan dan separuhnya lagi dikiri ).
2. Apabila tak tahan dengan penicillin dapat diberikan eritromisin 4 X sehari
( 0,5 gram ) selama 5 -10 hari.

3. Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal

4. Uncomplicated infection:

o Ceftriaxone 2x 250 mg im + Doksisiklin 2x 100 mg po


o Ciprofloksasin / cefotaksim / cefuroxim + doksisikli

H. Komplikasi

Komplikasi pada pria:

1. Prostatitis
2. Vesikulitis seminalis
3. Epididimitis
4. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior

Komplikasi pada wanita:

1. Komplikasi uretra

2. Bartholinitus

3. Endometritis dan metritis

4. Salphingitis

I. Uji Laboratorium Diagnostik


1. Spesimen : Nanah dan sekresi diambil dari urethra, cervix, rektum, conjunctiva,
tenggorokan, atau cairan synovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur
darah diperlukan pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat
membantu, karena gonococci (dan meningococci) sensitif terhadap polyanethol
sulfonate pada media kulsur darah standar.
2. Smear : Smear dari urethra atau eksudat dari endocervix yang diberi pewarnaan
gram akan menampakkan banyak diplokokus di dalam sel nanahnya. Hal ini
memberikan diagnosa yang mungkin dapat dipercaya. Smear eksudat dari
urethra pria yang telah diberi pewarnaan tersebut memiliki tingkat sensitivitas
90% dan spesifikasi 99%. Smear dari eksudat dari endocervical yang telah
diberi pewarnaan memiliki tingkat sensitivitas 50% dan tingkat spesifitas 95%
ketika diuji dengan mikroskop. Kultur dari eksudat urethral pria tidak
diperlukan lagi bila hasil pewarnaannya positif, namun kultur harus dilakukan
bila eksudat urethralnya berasal dari wanita. Smear dari eksudat conjunctiva
yang telah diberi pewarnaan juga dapat didiagnosa, namun hapusan dari
spesimen tenggorokan atau rektum umumnya tidak membantu.

3. Kultur : Sesaat setelah pengumpulan nanah atau selaput lendir, dipindahkan ke


dalam media selektif yang telah diperkaya (seperti media Thayer-Martin yang
telah dimodifikasi - Public Health rep 1966; 81:559) dan diinkubasi pada

atmosfir yang mengandung 5% CO, pada.suhu 37oC.

Untuk menghindari pertumbuhan yang berlebihan dari organisme tersebut,


media kultur seharusnya mengandung obat antimikroba (seperti vancomycin 3
mg/mL; colistin 7,5 mg/mL; amphotericin B1 mg/mL; dan trimethroprim 3
mg/mL). Jika inkubasi tidak dapat segera dilakukan, spesimen sebaiknya
disimpan dalam sistem kultur yang mengandung CO2 48 jam setelah kultur,

organisme akan cepat teridentifikasi melalui: penampakannya pada pengecatan


gram; oksidase yang positif; dan melalui koaglutinasi pada pewarnaan
immunofluorescence atau melalui tes-tes laboratorium lainnya. Spesies dari
bakreri yang telah disubkultur dapat diketahui dengan reaksi fermentasi (Tabel
21-1). Gonococci yang diisolasi dari daerah anatomis selain saluran genital
atau dari anak-anak sebaiknya diidentifikasi dengan menggunakan 2 buah
konfirmasi tes yang berbeda, karena implikasi sosial dan legalitas dari
pengisolasian tersebut.

4. Serologi: Serum dan cairan genital yang mengandung antibodi IgG dan 1gA
bekerja melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS.
Beberapa lgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci
pada percobaan in vitro.
Pada individu yang terinfeksi, antibodi yang melawan pilj gonococci dan
membran protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan tes
immunoblotting, pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. Namun, tes-tes
ini tidak berguna untuk membantu suatu diagnosa, karena beberapa alasan
berikut, yaitu antigen dari gonococci bersifat heterogen; terjadinya penundaan
perkembangan antibodi pada infeksi akut; tingginya resistensi terhadap
antibodi pada populasi yang aktif melakukan hubungan seksual.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa dan Intervensi

1. Nyeri b.d reaksi infeksi


Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Mengenali faktor penyebab

Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri

Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan

Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi:

Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.

Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri

Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga

Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien


terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)

Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided imagery,


terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi
aktivitas)

Berikan analgesik sesuai anjuran

Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup

Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

2. Hipertermi b.d reaksi inflamasi


Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Suhu dalam rentang normal

Nadi dan RR dalam rentang normal

Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi:

Monitor vital sign

Monitor suhu minimal 2 jam

Monitor warna kulit

Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh

Kompres klien pada lipat paha dan aksila

Berikan antipiretik bila perlu


3. Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi
Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Urin akan menjadi kontinens

Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Intervensi:

Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.

Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

4. Cemas b.d penyakit


Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Tidak ada tanda-tanda kecemasan

Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas

Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat

Menunjukkan fleksibilitas peran

Intervensi:

Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal).

Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut.

Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.

5. Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari


penyakit
Tujuan:
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain.

Intervensi:

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

Bahaya penyakit menular

Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan

Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan

Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.

6. Harga diri rendah b.d penyakit


Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan


positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
dengan indikator:

Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri.

Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya.

Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil.

Intervensi:

Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan.

Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan.

Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,


pekerjaan).

Bantu klien menerima perasaan positif dan negative.

Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi.


BAB IV

PENUTUP

Karena gonorrhea ini sangat menular namun seringkali tidak


menampakkan gejala-gejala khusus, seseorang yang pernah melakukan hubungan
seks dengan lebih dari satu pasangan sebaiknya memeriksakan dirinya dengan
teratur. Penggunaan kondom dan difragma dapat mencegah penularan. Selain itu
kita perlu terus waspada, karena sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti
selanjutnya ia menjadi kebal atau imun. Banyak orang terserang gonorrhea ini
lebih dari sekali.

Ingatlah selalu bahwa pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah
dibandingkan dengan pengobatan. Kita perlu meninjau kembali perilaku seksual
kita sekarang, dan segera meninggalkan perilaku yang beresiko dan tidak
bertanggung jawab. Untuk yang sudah terlanjur terinfeksi, segeralah
memeriksakan diri ke dokter, bisa dokter umum, atau dokter spesialis kulit dan
kelamin.
DAFTAR PUSTAKA

Burroughs, Ariene. 1997. Maternity Nursing: an Introductory Text. WB Sanders


Company.

Farer H. 2001. Perawatan Maternitas. EGC. Jakarta

Price S. A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku kedua.


EGC. Jakarta

Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.

Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku


kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8. Penerbit buku
kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai