Anda di halaman 1dari 62

LATIHAN PENELITIAN

APLIKASI DAN PENENTUAN SUHU OPTIMUM ENZIM


XYLANASE PADA PROSES DEINKING RECYCLE
PAPER

Oleh:

LUKMAN HAKIM NIM 02.02.10906


GUNAWAN WIDODO NIM 04.02.11923

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WR. SUPRATMAN
SURABAYA
2005
LATIHAN PENELITIAN

APLIKASI DAN PENENTUAN SUHU OPTIMUM ENZIM


XYLANASE PADA PROSES DEINKING RECYCLE
PAPER

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana


Teknik Kimia

Oleh:

LUKMAN HAKIM NIM 02.02.10906


GUNAWAN WIDODO NIM 04.02.11923

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WR. SUPRATMAN
SURABAYA
2005
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Aplikasi dan Penentuan Suhu Optimum Enzim Xylanase

Pada Proses Deinking Recycle Paper

Pelaksana : Lukman Hakim NIM 02.02.10906

Gunawan Widodo NIM 04.02.11923

Tempat : Laboratorium PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Telah memenuhi syarat dan disetujui

Pembimbing Ketua Jurusan Teknik Kimia

Ir. Suhadi, MT Ir. Suhadi, MT

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknik Universitas WR. Supratman

Ir. Nyoman Sri Wedari,

ii
HALAMAN MOTTO

Tekuni perbuatan yang berguna, lakukan amal soleh, hormati orang bijak.

Buat kendaraan serta sediakan bekal karena lautan luas di depan, luas tak

bertepi, dalam tak terduga, hujan tak henti-hentinya turun, ombak yang

bergulingan seperti batu dan bersusun-susun, sedangkan tak ada pulau yang

kelihatan dan demikian juga pelabuhannya. Imanmulah yang menjadi

perahumu, perasaan takutmu yang menjadi papannya, perasaan malumu

yang menjadi pakunya, sikap hati-hatimu yang yang menjadi

pengimbangnya, kewaspadaanmu yang menjadi buritan. Kemudian

gayuhlah dengan kehati-hatianmu, jangkarilah dengan kerinduan, suka-

citamu yang menjadi sauh, kegembiraanmu yang menjadi lengkungannya

(bentuk perahu yang runcing, yaitu makin kecil dan runcing),

kesyukuranmu menjadi anak nahkoda, kesabaranmu menjadi haluan,

kejujuranmu menjadi kapten, ketulusanmu menjadi pedoman dan

ketakutanmu menjadi juru bicara. Lalu kemudikanlah sungguh-sungguh

gayuhlah dengan tak jemu, dayunglah terus dan berlayarlah dengan

penyerahan dan permohonan, semoga tak ada halangan dalam pelayaranmu,

diiringi dengan kehendak Alloh dan diikuti dengan rahmatNya, agar sampai

selamat ditujuan, dunia yang sempurna, negeri yang istimewa, kasih tak

terkira, keluarga yang sakinah, keamanan yang sempurna dan kebahagiaan

yang tak terduga.

iii
INTI SARI

Proses deinking pada recycle paper merupakan sebagai alternatif


dalam salah satu proses pembuatan kertas, yang bertujuan untuk mengurangi
sampah kertas dan efisiensi biaya bahan baku pulp yang sangat mahal dan
semakin sedikit jumlahnya.
Dalam hal ini yang kita kaji adalah bahan baku kertas koran bekas
yang memiliki banyak kandungan tinta yang perlu dipisahkan dalam proses
deinking untuk membuat kertas jadi seperti baru lagi dan bisa digunakan
sebagai bahan baku kertas koran.
Namun pada umumnya di Indonesia pabrik kertas masih banyak
mengunakan bahan kimia yang masih berbahaya pada lingkungan, seperti
halnya pada proses pemutihan, fibrilisasi dan deinking masih dengan sistem
chemical conventional yang menggunakan bahan kimia NaOH, Na2SiO3,
H2O2, yang masih berbahaya pada lingkungan ataupun akan memakan biaya
yang mahal bila akan melalui proses netralisasi pada pengolahan limbah.
Sehingga dengan berkembangnya teknologi maka proses pengolahan bahan
baku kertas bekas menggunakan alternatif enzim yang tidak memiliki efek
berbahaya pada penanganannya dan ramah terhadap lingkungan.
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai
katalisator pada reaksi-reaksi kimia dalam sisten biologis. Dua sifat enzim
yang penting adalah daya katalitiknya yang besar, serta sepesifikasinya
terhadap substrat dan reaksi yang dikatalis (lehninger, 1999).
Enzim xylanase (endo 1,4 Beta xylanase, or XYNII, EC 3.2.1.8)
yang dihasilkan dari trichoderma sp dengan proses fermentasi , ini memilki
190 asam amino dan mengandung glucanase yang mampu menurunkan
gugusan xylan dari tumbuhan menjadi lebih sederhana, yaitu xylo-
oligosachrida. Enzim xylanase ini juga pernah diketemukan dalam sebuah
mikroorganisme lainnya pada tahun 1980, yaitu Acidothermus cellulolyticus.
Enzim xylanase di ketahui mampu mendegradasikan lignin pada
selulosa murni, tetapi pada recycle paper ini, fungsi enzim diformulasikan
untuk melepas ikatan tinta yang melekat pada serat kertas,
Dalam penelitian ini dihasilkan brightness mengunakan bahan kimia
1 % NaOH, 1 % Na2SiO3, 0.8 % H2O2 sama dengan menggunakan enzim
xylanase pada konsentrasi 0.45 %, hal ini menunjukkan bahwa enzim
xylanase juga efektif digunakan untuk proses deinking recycle paper.
Kemudian menentukan suhu optimum penggunaan enzim xylanase
untuk memeperoleh brightness yang paling tinggi, dan juga meneliti efek
COD dan pH yang dihasilkan pada proses deinking.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Latihan
Penelitian dengan judul “Aplikasi dan Penentuan Suhu Optimum Enzim Xylanase
Pada Proses Deinking Recycle Paper”.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan Latihan Penelitian ini adalah untuk
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas WR. Supratman Surabaya.
Pada kesempatan ini, ijinkan kami mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih terutama kepada:
1. Ibu Nyoman Sri Wedari, Ir, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
WR. Supratman Surabaya.
2. Bapak Suhadi, Ir, MT, selaku pembimbing dan Ketua Jurusan Teknik
Kimia Universitas WR. Supratman Surabaya
3. Bapak Muhaimin, Ir, selaku Kepala Laboratorium PT. ADIPRIMA
SURAPRINTA (JAWA POS GROUP).
4. Bapak Sukirno, selaku pembimbing di Laboratorium PT. ADIPRIMA
SURAPRINTA (JAWA POS GROUP).
5. Bapak Djoko Andi P, Ir, selaku penyedia produk enzim xylanase dari
PT.Crystal Anugrah Indonesia.
6. Teman-teman Angkatan 2002 Teknik Kimia Universitas WR. Supratman
Surabaya.
7. Dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Demikian laporan Latihan Penelitian kami buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Wassalamu alaikum Wr. Wb

Surabaya, Agustus 2005

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iii

INTI SARI ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL, GRAFIK, DAN GAMBAR ............................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

E. Definisi, Asumsi, dan Batasan Masalah .......................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pulping ............................................................................................ 7

B. Flotasi .............................................................................................. 14

C. Enzim Xylanase .............................................................................. 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel Penelitian .......................................................................... 20

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 20

C. Prosedur Penelitian ......................................................................... 21

vi
D. Prosedur Analisa ............................................................................. 22

E. Diagram Penelitian .......................................................................... 24

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penggunaan bahan kimia NaOH, Na2SiO3, H2O2 ............................ 25

B. Penggunaan Enzim Xylanase............................................................ 25

BAB V. SIMPULAN ..................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29

APPENDIKS.................................................................................................... 30

vii
DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN GAMBAR

Halaman
1. Grafik korelasi warna terhadap pH 8
2. Grafik korelasi brigthness terhadap pH 9
3. Grafik korelasi suhu terhadap brightness 10
4. Gambar mekanisme kerja surfactant pada proses deinking 13
5. Gambar mekanisme kerja enzim pada proses deinking 18
6. Gambar diagram penelitian 24
7. Tabel hasil deinking dari penggunaan NaOH, Na2SiO3, H2O2 25
8. Tabel hasil deinking dari penggunaan enzim xylanase 26
9. Grafik brightness optimum enzim xylanase 26
10. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan NaOH, NaSiO3, H2O2 30
11. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan Enzim xylanase 30

viii
Hanya dengan izin-Nya kami berkarya

Kami persembahkan untuk

ix
Dihaturkan kanggo Ibuku tercinta, Abih (alm), Kak Rofiq, Kak Eny

sekeluarga

Firdaus, Farkhan, Fachry, Krysna semua keponakanku yang nakal

Konco-konco Laborat kanggo special Mas Ribut, Mas Sugeng, Cak Prapto

dll

Konco-konco angkatan 2002, dan special mywife candidate “Siti Nur Aida

Ichsan”

Semoga Alloh SWT selalu melindungi dan melimpahkan Rachmat-Nya

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses deinking pada recycle paper memang sudah sering banyak

dibicarakan, karena dengan banyaknya kebutuhan kertas dan penanggulangan

sampah kertas yang sangat tinggi, bisa menjadikan sebuah obyek dalam dunia

industri. Di Indonesia yang merupakan negara yang sedang berkembang,

banyak berdiri industri kertas yang menggunakan bahan baku dari virgin pulp,

tetapi dengan berkembangnya zaman dan efisiensi biaya untuk bahan baku

virgin pulp yang mahal dan semakin sedikit jumlahnya, maka industri mulai

berpikir untuk menggunakan kertas bekas sebagai bahan bakunya, hal ini

tentunya merupakan sebuah masalah dan tantangan tersendiri karena kertas

bekas akan banyak memerlukan proses dan bahan kimia untuk

mengembalikan performance kertas seperti baru lagi.

Dalam hal ini yang kita kaji adalah bahan baku kertas koran bekas

yang memiliki banyak kandungan tinta, bahan kimia lain dan impuritis lain

yang perlu dipisahkan dalam proses deinking untuk membuat kertas jadi

seperti baru lagi dan bisa digunakan sebagai bahan baku kertas koran.

Namun pada umumnya di Indonesia pabrik kertas masih banyak

mengunakan bahan kimia yang masih berbahaya pada lingkungan, seperti

halnya pada proses pemutihan, fibrilisasi dan deinking masih dengan sistem

chemical conventional yang menggunakan bahan kimia NaOH, Na2SiO3,

1
2

H2O2, yang masih berbahaya pada lingkungan ataupun akan memakan biaya

yang mahal bila akan melalui proses netralisasi pada pengolahan limbah.

Sehingga dengan berkembangnya teknologi maka proses pengolahan bahan

baku kertas bekas menggunakan alternatif enzim yang tidak memiliki efek

berbahaya pada penanganannya dan ramah terhadap lingkungan.

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai

katalisator pada reaksi-reaksi kimia dalam sisten biologis. Dua sifat enzim

yang penting adalah daya katalitiknya yang besar, serta sepesifikasinya

terhadap substrat dan reaksi yang dikatalis (lehninger, 1999). Enzim banyak

digunakan dalam berbagai macam keperluan misalkan dalam industri, karena

pada kondisi sekarang banyak dituntut semua industri mengeluarkan limbah

yang bisa di cerna oleh mikro organisme atau dengan kata lain dalam proses

dan pembuangannya memiliki sifat Environment Friendly .

Dengan adanya enzim yang memiliki sifat yang sangat organik,

maka diharapkan bisa menggantikan penggunaan bahan kimia yang berbahaya

dalam proses industri. Karena dengan penggunaaan bahan kimia pada

umumnya yaitu misal proses alkali, akan banyak memerlukan bahan kimia

tambahan untuk menjadikan suatu kombinasi yang tepat dalam melepas tinta,

sehingga hal ini banyak yang tidak menghiraukan efek dari penggunaan bahan

kimia yang berlebihan, sehingga diharapkan enzim merupakan solusi yang

tepat.

Enzim xylanase (endo 1,4 Beta xylanase, or XYNII, EC 3.2.1.8)

yang dihasilkan dari trichoderma sp dengan proses fermentasi , ini memilki


3

190 asam amino dan mengandung glucanase yang mampu menurunkan

gugusan xylan dari tumbuhan menjadi lebih sederhana, yaitu xylo-

oligosachrida. Enzim xylanase ini juga pernah diketemukan dalam sebuah

mikroorganisme lainnya pada tahun 1980, yaitu Acidothermus cellulolyticus.

Enzim xylanase di ketahui mampu mendegradasikan lignin pada

selulosa murni, tetapi pada recycle paper ini, fungsi enzim diformulasikan

untuk melepas ikatan tinta yang melekat pada serat kertas, sehingga masih

diperlukan bahan ink collecting yang bisa mengikat tinta yang sudah terlepas

dari serat, ink collecting yang digunakan adalah surfactant atau soaking,

karena surfactant dan pelarut tinta memiliki sifat hidrophobic, sehingga tinta

akan terikat oleh surfactant tersebut dan mengapung bersama busa. (Recycling

fiber and deinking, book 7, Tappi Press 2000 )

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil brightness kertas antara sistem chemical conventional

(NaOH, Na2SiO3, H2O2, ) dengan penggunaan enzim xylanase.

2. Berapa suhu optimum untuk hasil brightness pada penggunaan enzim

xylanase.

3. Berapa hasil pH dan COD dari hasil filtrat setelah proses flotasi antara

sistem chemical conventional (NaOH, Na2SiO3, H2O2) dengan

penggunaan enzim xylanase.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Meneliti efektifitas penggunaan enzim xylanase pada proses deinking

Recycle Paper di banding sistem chemical conventional (NaOH, Na2SiO3,

H2O2).

2. Menentukan suhu optimum penggunaan enzim xylanse pada proses

Deinking Recycle Paper.

3. Mengetahui hasil pH dan COD yang dihasilkan dari proses menggunakan

enzim xylanase pada proses Deinking Recycle Paper.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bahwa enzym xylanase menjadi alternatif pada

proses Deinking Recycle Paper.

2. Memberikan nilai tambah pada enzim xylanase.

3. Penggunaan enzim xylanase lebih ramah terhadap lingkungan daripada

penggunaan conventional chemical pada proses Deinking Recycle Paper.

E. Definisi, Asumsi dan Batasan Masalah

1. Definisi

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran pada berbagai istilah,

maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

a. Brightness merupakan suatu parameter derajat putih suatu kertas yang

diukur berdasarkan perbandingan antara intensitas cahaya biru dengan

panjang gelombang 457 nm, yang dipantulkan oleh permukaan


5

selembar kertas dengan intensitas cahaya sejenis yang dipantulkan

oleh permukaan lapisan magnesium oksida, pada kondisi sudut datang

cahaya 45o dan sudut pantul 0o, dinyatakan dalam satuan ISO

Brightness dengan alat ukur ELREPHO – L & W. (SII.0389-80 hal 1)

b. Consistensy merupakan kadar serat kering dalam kertas yang dihitung

dalam persen berat (Tappi test method 1995).

c. Suhu optimum merupakan suhu dimana kemantapan dan hasil

brightness yang paling tinggi di hasilkan oleh daya kerja enzim.

d. COD (chemical oxygen demand) merupakan parameter adanya

kontaminant organik yang memerlukan proses oksidasi secara

kimiawi, atau dengan kata lain banyaknya substrat atau limbah yang

dikandungnya dengan satuan mg/L. (Dasar–Dasar Pengolahan Air

Limbah, Sugiharto, 1996).

2. Asumsi

Untuk menghindari pembahasan yang luas, maka enzim xylanase

yang dipakai memang dikhususkan untuk recycle paper, dan sudah dalam

bentuk kemasan yang siap pakai.

3. Batasan Masalah

a. Enzim xylanase yang digunakan sudah dalam bentuk siap pakai dan

tanpa dijelaskan proses isolasinya.

b. Dosis pada percobaan deinking menggunakan chemical conventional

merupakan dosis optimum yang telah sesuai dengan referensi

Shortcourse Deinking 1995, Tappi Press dan telah di aplikasikan dan


6

di uji di PT. Adiprima Suraprinta, sehingga tidak perlu perubahan

dosis lagi.

c. Kertas yang digunakan dalam penelitian adalah kertas Koran 100 %.

d. Bahan kimia yang digunakan NaOH 48%, Na2SiO3 45%, H2O2 50%,

dan Surfactant.

e. Karakteristik yang diukur adalah pH, Brightness, COD.

f. Proses deinking yang dilakukan dalam skala lab dan dilakukan dengan

berbagai alat minilab pulping dan flotasi.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Deinking secara umum merupakan suatu proses penghilangan tinta

pada suatu kertas dengan bantuan berbagai bahan kimia dan proses mekanis.

Proses deinking sendiri terdiri dari dua tahap yaitu pulping dan flotation, ini

merupakan satu dari kesatuan yang dinamakan Deinking Sistem. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut:

A. Pulping

Pulping merupakan tahap awal dari peleburan bahan baku dari

kertas bekas, dimana ada proses disintregrasi antar serat kertas pada

consistency antara 8 %-15 %, consistency ini tergantung dari tipe

disintegrator dan jenis kertas yang dipakai, karena dengan consistency

yang tinggi, maka diharapkan sentuhan antara serat dan bahan kimia bisa

berlangsung dengan merata dan lebih ekonomis dan disamping itu agar

timbul gesekan antara serat yang memudahkan proses pelepasan tinta.

Disintegrasi serat pada umumunya dilakukan pada suhu 60 -70 o C dengan

pH sekitar 9-10 selama +/- 20-30menit atau tergantung performa yang

dihasilkan terasa sudah cukup. Dan bahan kimia yang ditambahkan

misalnya NaOH, Na2SiO3, H2O2 dan surfactant, adapun fungsi dari

masing-masing bahan tersebut adalah:

1. NaOH

NaOH atau biasa disebut caustic soda merupakan sumber dari

alkalinitas pada proses deinking, karena NaOH merupakan bahan yang

7
8

mampu menghidrolisa selulosa,tetapi dosis diatur agar tidak seluruh

selulosa terhidrolisa atau terdegradasi, maka pengaturan pH diatur

sampai sekitar 9-10. Kondisi alkali inilah yang menjadikan serat kertas

menjadi lebih mudah diurai atau lebih dikenal dengan “swell”

sehingga tinta lebih mudah dilepas dari serat. Penambahan NaOH

pada sistem diatur berdasarkan persen berat kertas kering dan kondisi

pH tidak lebih dari 11, karena pada kondisi yang kurang alkali, hasil

kurang optimal dan kondisi yang terlalu basa menjadikan kertas lebih

menguning dan serat menjadi lebih rapuh sehingga mempengaruhi

yield yang diperoleh karena hangusnya serat, korelasi akan

ditunjukkan pada grafik di bawah ini:

KORELASI WARNA TERHADAP pH

0.32
0.24
*b Pada 457 nM

0.16
( warna )

0.08
0.00
-0.08
-0.16
-0.24
-0.32
7 8 9 10 11 12 13
pH

Dari grafik diatas maka diketahui semakin tinggi pH, maka

performa kertas semakin tampak menguning dengan bertambahnya

nilai dari *b pada 457 nm, sehingga harus menemukan suatu

komposisi yang tepat dalam pengoperasiannya. Begitu juga dengan

brightness yang dihasilkan juga akan menurun bila pH terlalu tinggi,


9

karena warna kertas cenderung kuning dan hangus, dan korelasi ini

akan ditunjukkan dalam grafik dibawah ini :

KORELASI BRIGHTNESS TERHADAP pH

57
56
55
ISO Brightness

54
53
52
51
50
49
48
47
46
8 9 10 11 12 13 14
pH

(Tappi Test Method , Tappi Press 1995 & Shortcourse Deinking 1995)

2. H2O2

Hydrogen Peroxide atau H2O2 merupakan bahan decolorize

chromophore atau bahan pencerna warna, hal ini benar karena sifat

H2O2 sendiri yang sebagai oxidator agent, yang biasa digunakan

sebagai bahan bleaching atau pemutih. Dan dalam sistem deinking

sendiri H2O2 berfungsi sebagai bleaching pulping awal dan sebagai

pencegah kertas menjadi terlalu menguning. H2O2 bekerja optimal

pada range pH 8-10, padahal sifat H2O2 sendiri sebagai zat asam

oxidator, tetapi pada kenyataanya bekerja pada suhu yang relatif panas

60o-90o C dan pada kondisi alkalis, korelasi akan ditunjukkan pada

grafik berikut:
10

KORELASI SUHU TERHADAP BRIGHTNESS

58

BRIGHTNESS
56
54
52
50
48
46
50 60 70 80 90 100 110 120
SUHU

sebagai reaksinya ditunjukkan dibawah ini :


pH 10 – 11.5
H2O2 + NaOH HOO- + Na+ + H2O …..(1)

Sehingga dari reaksi diatas menghasilkan ion perhydroxy

anion, yang merupakan komponen utama dalam bleaching agent,

sehingga semakin kondisi yang optimal dan tepat maka akan

menghasilkan perhydroxy anion yang banyak dan otomatis sistem

lebih efisien. Tetapi kadang juga H2O2 menjadi kurang efektif atau

menjadi boros karena banyaknya kontaminan yang masuk dalam

sistem, hal ini karena H2O2 terdekomposisi menjadi O2 dan H2O,

penyebabnya adalah adanya kandungan metal atau katalase yang

bereaksi dengan H2O2, adapun reaksinya adalah :


metal / katalase
H2O2 ½ O2 + H2O …………….. (2)

Sehingga untuk mengendalikan fungsi H2O2 masih diperlukan

lagi bahan kimia untuk mengcover adanya kontaminan yang berasal

dari metal atau ion positif lainnya seperti EDTA atau DTPA. Adapun

yang sering digunakan adalah DTPA karena lebih kuat dibanding

EDTA.
11

Adapun H2O2 kadang masih digunakan lagi pada stage

selanjutnya yaitu pada proses bleaching, dan pada tahap ini hanya

dilakukan proses pemutihan saja bukan sebagai bahan penghilang tinta

pada proses pulping.

3. Na2SiO3

Na2SiO3 merupakan salah satu bahan penting dalam proses

deinking, yang memiliki nama lain dari water glass. Na2SiO3 yang

dipakai adalah Na2SiO3 yang memiliki derajat baume 42, pemilihan ini

agar viscositas yang dihasilkan tidak terlalu pekat sehingga mudah

dalam handlingnya. Na2SiO3 berfungsi sebagai buffer pH, sumber

alkalinitas, dan sebagai juga chelating agent atau membantu daya kerja

H2O2 lebih efisien karena juga bereaksi dengan logam dan bahan ion

positif lainnya.

Na2SiO3 berfungsi sebagai buffer karena kondisi reaksi dalam

pulping yang terjadi antara NaOH yang bersifat basa dan H2O2 yang

memiliki sifat asam kemungkinan akan menjadi netral sehingga masih

diperlukan Na2SiO3 untuk menjaga kondisi pH tetap dalam kondisi

alkali, hal ini tidak menurunkan daya kerja reaksi H2O2 karena pada

kenyataanya proses penuangan bahan kimia tidak dilakukan secara

bersama-sama tetapi bertahap untuk mengindari kontak langsung antar

bahan kimia, dan reaksi Na2SiO3 dan H2O masih bisa ditulis untuk

membuktikan kondisi sistem masih alkalis, reaksi sebagai berikut:

Na2SiO3 + H2O 2Na+ + OH- + HSiO3 …..(3)


12

Na2SiO3 juga memiliki keuntungan lain yaitu dipercaya sebagi

bahan anti redeposisi tinta pada kertas atau impurities lainnya,

sehingga tidak diragukan lagi Na2SiO3 dipakai dalam industri sabun

sebagi bahan anti redeposisi.

Dalam aplikasinya pemakaian Na2SiO3 juga diatur agar terjadi

keseimbangan antara bahan lainnya untuk menghasilkan performa

kertas yang optimal. Karena pemakaian yang Na2SiO3 berlebih juga

akan menimbulkan efek yang buruk yaitu akan membentuk kerak

silikat pada sistem.

4. Surfactant

Surfactant adalah singkatan dari surface active agent, yang

memiliki kemiripan definisi dan sifat dari sebuah sabun. Tapi dalam

sistem deinking, surfactant yang berasal dari gugusan alcoholic yang

direaksikan dengan fatty acid atau ester lainnya, sehingga sifat dari

surfactant sendiri bersifat netral, hal ini merupakan sebuah teknologi

baru dalam pengembangan sabun, karena bila menggunakan sabun

maka cenderung sistem diharuskan bersifat alkalis, karena sabun

sendiri terbuat dari fatty acid dan caustic soda, dan sabun cenderung

dipengaruhi oleh sifat hardness suatu sistem, sedangkan surfactant

dalam deinking ini tidak berpengaruh terhadap pH dan kondisi

hardness.

Surfactant disini merupakan suatu bentuk kompleks yang

memiliki dua tangan dengan sifat berbeda yaitu hydrophilic dan


13

hydrophobic sehingga sifat hydrophobic nya mampu mengikat tinta

yang sudah terlepas dalam proses pulping, karena sifat tinta sendiri

adalah terbuat dari bahan fatty acid sebagai pelarut warnanya,

sedangkan sifat hydrophilic-nya yang suka air, diharapkan hasil dari

susupensi tinta bisa dibuang dengan aliran air. Sehingga mekanisme

kerja surfactant sendiri pada tahap flotasi, sebagai gambaran sebagai

berikut:

Hydrophobic Hydrophilic component

Hydrocarbon
Ethylene oxide group
Propylene oxide group

INK DETACHEMENT
PULPING
FIBRE
INK

FLOTATOR INK COLLECTION

FOAM

FIBRE FIBRE
14

B. Flotasi

Flotasi merupakan faktor penting dalam suatu proses deinking

paper, karena flotasi merupakan tahap pemisahan dan pengambilan tinta

dari sistem . Flotasi merupakan kombinasi antara udara, air, surfactant dan

sistem mekanis yang bekerja menimbulkan busa untuk mengikat dan

mengangkat tinta kepermukaan. Flotasi sendiri merupakan kelanjutan dari

tahap setelah pulping, dan tujuan flotasi adalah menangkap partikel tinta

yang telah lepas dari serat selama proses disintegrasi dalam sistem

pulping.

Sebagaimana fungsi flotasi dalam menghasilkan busa, maka

surfactantlah sebagai bahan penghasil busa yang kuat untuk bisa

menangkap partikel tinta yang telah lepas dari serat. Kemampuan flotasi

sendiri tergantung dari jenis tinta yang dikandung oleh serat, karena bila

tinta itu memakai pelarut jenis water base atau jenis tinta baru yang

popular dinamakan flexographic maka surfactant tidak bisa mengikat

partikel tinta karena sifat dari flexographic sendiri adalah hydrophilic atau

sifatnya bisa larut dengan air sedangkan salah satu sifat surfactant adalah

hydrophobic yang mengikat partkel tinta yang tidak larut dengan air maka

partikel tinta tidak bisa diikat oleh surfactant, sehingga bila megetahui

jenis tintanya flexographic maka sistem yang digunakan bukan flotasi

tetapi whasing, karena partikel tinta selalu mengikuti aliran air. Dan

ditinjau dari ukuran partikel tinta maka ukuran partikel flexographic


15

sekitar 0.3-2 micron, sedangkan ukuran partikel tinta oil base atau

berpelarut fatty acid, memiliki ukuran partikel sekitar 20-150 micron.

Efektifitas dari flotasi sendiri dalam aplikasinya tergantung dari 5

faktor yaitu:

• Tergantung dari partikel tinta yang telah lepas saat proses disintegrasi

dalam pulping, karena itu kondisi awal harus sangat selektif karena

factor ini berhubungan antara jenis bahan baku dan jenis tinta.

• Tergantung dari suplai udara yang dihembuskan dalam sebuah

flotator karena bila udara yang dihembuskan tidak sesuai dengan

sistem yang dijalankan maka hasil yang dicapai kurang optimal atau

akan menghasilkan banyak kehilangan serat atau yield nya kecil.

Sehingga pengaturan hembusan udara harus stabil dan tidak terlalu

besar ukuran busanya, busa berukuran kecil maka akan memperluas

permukaan kontak dari surfactant dan bila ukuran busa terlalu besar

maka busa mudah pecah sehingga tinta akan terlepas kembali dari

ikatan gelembung udara.

• Tergantung dari homogenitas buburan yang masuk, waktu tinggal

dalam flotator dan kecepatan aliran yang masuk dalam flotator.

Karena bila buburan yang masuk tidak terkontrol homogenitasnya dan

waktu tinggal kurang maka hasil yang dicapai kurang optimal, dan

bila laju aliran yang masuk terlalu tinggi maka gelembung udara yang

dihasilkan akan tidak beraturan dan gelembung udara yang sudah


16

terbentuk akan mudah pecah karena terkena aliran yang tinggi,

sehingga hasil juga kurang optimal.

• Tergantung dari jenis desain flotatornya, antara lain jenis logamnya,

ukuran yang tepat dan kemampuan dalam menghilangkan tinta, karena

belum tentu pada ukuran dan waktu tinggal yang sama akan

menghasilkan hasil yang sama, karena bila jenis scraper nya atau alat

penyapu busa kurang tepat, baik lebar scraper dan level nya maka

hasil yang diperoleh kurang optimal.

• Tergantung dari kondisi kimia, karena bila pemilihan jenis surfactant

kurang bagus, busa juga akan kurang optimal, dan juga kondisi

buburan itu sendiri, karena kondisi optimal flotator adalah pH 8-9,

consistency 0.8-1.2 %dan temperatur 40o-45o C. Dan kondisi tersebut

merupakan kondisi dimana tinta mudah lepas dari serat.

(Shortcourse Deinking dan referensi langsung yang telah digunakan di

PT. Adiprima Suraprinta).

C. Enzim Xylanase

Enzim xylanase, pertama kali diteliti pada tahun 1987 oleh bangsa

Finnish untuk digunakan sebagai bahan bleaching pada kayu sebagai

bahan baku kertas. Xylanase sesuai dengan namanya maka enzim ini

bekerja sebagai katalis pada hidrolisis xylan. Xylan sendiri merupakan

komponen utama dari hemi selulosa pada dinding sel tanaman yang terikat

pada selulosa, lignin dan polisakarida. Enzim xylanase pada awalnya


17

digunakan untuk menghilangkan lignin pada pulp dengan cara

mendegradasikan gugusan xylan pada dinding sel selulosa terluar yang

berikatan dengan lignin. Sehingga proses ini sebagai alternatif utama

proses bleaching, Karena dengan menggunakan enzim tanpa perlu

pengendalian pH, hal ini berbeda dengan sistem bleaching menggunakan

sistem chlorin yang mengharuskan sistem berjalan pada kondisi alkalis.

Dan sistem ini juga mendapatkan peringatan oleh badan lingkungan hidup

Kanada yang melarang adanya cemaran dari ion chlor, karena sangat

berpengaruh negatif pada habitat air.

Enzim xylanase (endo 1.4 Beta xylanase, or XYNII, EC 3.2.1.8)

yang dihasilkan dari trichoderma sp dengan proses fermentasi , ini

memilki 190 asam amino dan mengandung glucanase yang mampu

menurunkan gugusan xylan dari tumbuhan menjadi lebih sederhana, yaitu

xylo-oligosacharida. Enzim xylanase ini juga pernah diketemukan dalam

sebuah mikroorganisme lainnya pada tahun 1980, yaitu Acidothermus

cellulolyticus.

Enzim xylanase diketahui mampu mendegradasikan lignin pada

selulosa murni, tetapi pada recycle paper ini, fungsi enzim diformulasikan

untuk melepas ikatan tinta yang melekat pada serat kertas, sehingga masih

diperlukan bahan ink collecting yang bisa mengikat tinta yang sudah

terlepas dari serat, ink collecting yang digunakan adalah surfactant atau

soaking, karena surfactant dan pelarut tinta memiliki sifat hidrofobic,


18

sehingga tinta akan terikat oleh surfactant tersebut dan mengapung dalam

busa.

Mekanisme kerja enzim xylanase pada sistem deinking sebagai

pengganti bahan kimia NaOH, Na2SiO3, H2O2 yaitu enzim xylanase

digunakan untuk memotong gugusan xylan atau dinding sel selulosa yang

berikatan dengan partikel tinta. Sehingga fungsi enzim disini sebagai

bahan pelepas tinta pada proses pulping.

Karena enzim xylanase bekerja dipulping yang tanpa pengendalian

pH, maka sistem pulping dilakukan pada kondisi netral, tetapi tetap

menggunakan surfactant sebagai bahan ink collector, untuk mengikat

partikel tinta yang sudah lepas dari serat. Kondisi pulping tetap

mengharuskan adanya penambahan suhu untuk mengoptimalkan kerja

enzim.

Mekanisme kerja enzim digambarkan sebagai berikut:

INK DETACHEMENT
PULPING
FIBRE
INK

Gugusan xylan yang


terpotong oleh enzim FIBRE

INK RELEASED
19

Sehingga dari gambar di atas maka fungsi kerja dari enzim xylanase bisa

menggantikan sistem alkalis yang menggunakan bahan kimia biasa yaitu NaOH,

Na2SiO3, H2O2, dan tetap sistem injeksi enzim dilakukan di sistem pulping

kemudian dilanjutkan proses flotasi.


20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel penelitian

1. Variabel Tetap : Waktu tinggal dalam pulping dan flotasi

2. Variabel Berubah :

a. Konsentrasi Enzim : 0.3 %, 0.35 %, 0.4 %, 0.45 %, 0.5 %

b. Suhu pulping : 60 o C, 70 o C, 80 o C, 90 o C, 100 o C

B. Alat dan bahan

1. Alat

- Pulping Disintegrator

- Mini flotator

- Handsheet

- Oven Drying

- Test brightness Elrepho – L & W

- Spectrofotometer

- Kuvet

- Beaker Glass

- Pengaduk

- Pipet Volume

- Neraca Analitic

- PH meter Digital

20
21

2. Bahan

- Aquades

- Koran bekas

- NaOH 48%

- Na2SiO3 45%

- H2O2 50%

- Surfactant

- Enzim xylanase

- AgSO4

- H2SO4

- K2Cr2O7

C. Prosedur penelitian

1. Proses pulping dengan bahan kimia biasa NaOH, NaSiO3, H2O2

¾ Kertas Koran ditimbang 20 gram, dimasukkan alat disintegrator

kemudian ditambahkan air bersuhu sekitar 70o C sebanyak 500 ml,

kemudian disintegrator dinyalakan selama 5 menit

¾ Kemudian dimasukkan NaOH dan NaSiO3 sebanyak 1%, Surfactant

sebanyak 0.3 %, kemudian setelah 2 menit dimasukkan H2O2

sebanyak 0.8 %.

Setelah semua homogen, disintegrator tetap menyala selama 5 menit lagi,

dan kondisi pada suhu 60o C, consistensy buburan adalah 4 %


22

2. Flotasi

¾ Dari buburan yang berconsistensy 4 %, diencerkan menjadi 1 %,

kemudian diambil sekitar 2000 ml untuk diflotasi

¾ Alat flotasi dinyalakan dengan cara membuka aliran udara bertekanan

dari bawah flotator sebesar 1.5-3 bar

¾ Busa yang muncul disapu dengan scraper atau sendok untuk di buang ,

ini dilakukan selama 5 menit.

Kemudian sisa buburan bagian bawah akan tampak lebih bersih, kemudian

di buat lembaran dengan handsheet untuk test brightness dan residual ink

3. Proses pulping dengan enzim xylanase

¾ Kertas Koran ditimbang 20 gram, dimasukkan alat disintegrator

kemudian ditambahkan air bersuhu sekitar 60o C sebanyak 500 ml,

kemudian disintegrator dinyalakan selama 5 menit

¾ Kemudian dimasukkan enzim xylanase sebanyak 0.5 % dan Surfactant

sebanyak 0.3 %,

¾ Setelah semua homogen, disintegrator tetap menyala selama 5 menit

lagi, dan kondisi pada suhu 60o C, consystensi buburan adalah 4 %

Ulangi beberapa kali dengan perbedaan suhu 60oC, 70oC, 80oC, 90o C dan

konsentrasi enzim yang ditambahkan.

D. Prosedur Analisa

1. Pengecekan brightness

¾ Buburan dengan consystensi sembarang atau x % , kemudian angka

1.2 : x % = y gram
23

¾ Y gram buburan dimasukkan kedalam alat handsheet untuk membuat

lembaran kertas

¾ Hasil lembaran yang masih basah dimasukkan oven drying selama +/-

10 menit

¾ Hasil lembaran di cek menggunakan alat ELREPHO – L & W, dengan

cara menaruh lembaran kertas diatas plat sample, kemudian

mengaktifkan scan dalam komputer, dan hasil akan terbaca di layar

komputer

2. Pengecekkan pH

¾ Ambil filtrat dari sisa proses flotasi

¾ Cek menggunakan alat pH meter digital dan baca hasilnya

3. Pengukuran COD

¾ Ambil 2 ml filtrat dari sisa proses flotasi

¾ Tambahkan HgSO4 0.04 gram, larutan AgSO4 dalam H2SO4 3ml

(larutan dibuat dengan cara melarutkan 15 gram AgSO4 kedalam

H2SO4 pekat sebanyak 1000 ml), kemudian tambahkan K2Cr2O7

0.25 N sebanyak 1 ml

¾ Masukkan kedalam kuvet tertutup

¾ Masukkan dalam reactor COD selama 120 menit, dengan suhu 150oC

¾ Setelah dingin masukkan kedalam sepectrofotometer digital, setting

pada pilihan program COD HR dengan panjang gelombang 630 nm

¾ Baca hasil COD dalam satuan ppm atau mg/L


24

E. Diagram Penelitian

Proses Pulping

Proses Flotasi

Pembentukan sheet

Pengeringan

Diagram analisa brightness

Lembaran hasil handsheet yang telah kering

Menaruh di plat sample

Mengaktifkan scan komputer

Baca hasil

Diagram analisa COD

Filtrat 2 ml + 0.04 gr HgSO4 + 3 ml larutan AgSO4 Dalam h2SO4


+ 1 ml k2CrO7 0.25 N di masukkan dalam kuvet tertutup

Masukkan reactor selama 120 menit dengan suhu 150o C, kemudian


dinginkan

Masukkan dalam spectrofotometer dengan prigram COD HR dan baca


hasil
25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penggunaan bahan kimia NaOH, Na2SiO3, H2O2

Penggunaan bahan kimia pada proses deinking di tetapkan sebesar 1%

NaOH, 1 % Na2SiO3, 0.8 % H2O2 dan 0.3 % surfactant dengan suhu 70o C

pada proses pulping dan kondisi ini merupakan kondisi optimum yang sesuai

dengan Shortcourse Deinking Tappi Press 1995 yang telah di aplikasikan di

PT Adiprima Suraprinta. Hasil ditunjukkan pada table di bawah ini :

Tabel 1. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan NaOH, Na2SiO3,


H2O2
Brightness Brightness Kenaikan COD
pH Filtrat
Awal Setelah Deinking Brightness Filtrat
52.01 57.37 5.36 9.87 312

B. Penggunaan Enzim Xylanase

Jumlah enzim xylanase yang digunakan pada proses deinking mulai

dari 0.35 %, 0.4 %, 0.45 %, dan 0.5 % untuk memperoleh hasil optimum

dengan melakukan variasi suhu pada proses pulping. Hasil ditunjukkan pada

table dibawah ini:

25
26

Tabel 2. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan Enzim xylanase

Brightness blanko 52.01

Brightness setelah Delta


Dosis Enzim suhu ( o C ) pH filtrat COD filtrat
deinking Brighness
60 53.04 1.03 7.89 89
70 53.56 1.55 7.88 90
0.35% 80 53.68 1.67 7.56 87
90 54.11 2.10 7.68 86
100 54.03 2.02 7.81 83
60 54.98 2.97 7.56 90
70 55.68 3.67 7.46 91
0.40% 80 56.12 4.11 7.23 87
90 55.70 3.69 7.49 88
100 55.68 3.67 7.64 87
60 56.87 4.86 7.54 96
70 57.09 5.08 7.51 97
0.45% 80 57.89 5.88 7.64 96
90 56.88 4.87 7.24 100
100 56.02 4.01 7.60 92
60 56.49 4.48 7.20 112
70 57.04 5.03 7.16 126
0.50% 80 57.03 5.02 7.23 102
90 56.98 4.97 7.19 112
100 55.72 3.71 7.13 113

grafik brightness optimum pada enzim 0.45 %

58.00
57.89
57.80
57.60
57.40
brightness

57.20
57.09
57.00
56.80 56.87 56.88
56.60
56.40
56.20
56.00 56.02
55.80
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

Dari table 2 dapat dilihat bahwa jumlah konsentrasi optimum enzim

xylanase untuk memperoleh brightness yang optimum adalah pada konsentrasi


27

0.45 % dan pada suhu 80 derajat celcius, karena pada jumlah enzim xylanase

yang berlebih, kertas akan cenderung berwarna kuning dan gelap, hal ini

disebabkan proses degradasi hemi selulosa yang berlebih mengakibatkan kulit

dari selulosa mengalami kerusakan, sehingga kertas berwarna kuning dan

kekuatan kertas akan menjadi rapuh. sehingga akan mengurangi hasil

brightness yang dicapai dan pada suhu yang relatif kecil kerja enzim

berkurang begitu pula bila suhu terlalu berlebih maka enzim menjadi rusak

dan tidak efektif.

Begitu pula tingkat pH relatif stabil pada kondisi sekitar netral, dan

tingkat kenaikan COD lebih rendah di banding pada proses menggunakan

NaOH, NaSiO3, H2O2. Tetapi pada penggunaan enzim xylanase sendiri,

kenaikan konsentrasi enzim mempengaruhi kenaikan COD, hal ini karena

semakin banyak enzim yang ditambahkan, semakin banyak pula hemi selulosa

dari kertas yang terdegradasi menjadi bahan organik yang lebih sederhana,

sehingga pada filtrat kandungan bahan organik akan meningkat.


28

BAB V

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil brightness mengunakan bahan kimia 1 % NaOH, 1 % Na2SiO3, 0.8 %

H2O2 sama dengan menggunakan enzim xylanase pada konsentrasi 0.45 %,

hal ini menunjukkan bahwa enzim xylanase juga efektif digunakan untuk

proses deinking recycle paper.

2. Penggunaan enzim xylanase optimum pada dosis 0.45 %, dan suhu 80o C,

karena pada suhu berlebih kertas mengalami penurunan brightness dan pada

dosis berlebih kertas akan cenderung berwarna kuning dan gelap, sehingga

akan mengurangi hasil brightness yang dicapai. Hal ini disebabkan proses

degradasi hemi selulosa yang berlebih mengakibatkan kulit dari selulosa

mengalami kerusakan, sehingga kertas berwarna kuning dan kekuatan kertas

akan menjadi rapuh.

3. Penggunaan enzim xylanase pada proses deinking menjadi alternatif

pengganti proses deinking yang menggunakan NaOH, Na2SiO3, H2O2, karena

penggunaan enzim xylanase memberikan hasil efek samping yang ramah

terhadap lingkungan dengan pH yang relatif netral dan tingkat COD yang

lebih rendah, sehingga pengolahan limbah menjadi lebih efektif

4. Faktor yang berpengaruh pada proses deinking menggunakan enzim xylanase

adalah jumlah konsentrasi enzim dan suhu

28
29
30

APENDIKS

1. Hasil deinking menggunakan system conventional chemical

Berat Koran : 20 gram


Bahan kimia : 1 % NaOH, 1 % Na2SiO3, 0.8 % H2O2 dan 0.3 %
surfactant
Air : 500 ml
Suhu pulping : 70o C
Tekanan flotasi : 1.5 – 3 bar
Hasil

Tabel 1. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan NaOH, Na2SiO3,


H2O2
Brightness Brightness Kenaikan COD
pH Filtrat
Awal Setelah Deinking Brightness Filtrat
52.01 57.37 5.36 9.87 312

2. Hasil deinking menggunakan enzim xylanase

Berat Koran : 20 gram


Jumlah enzim : 0.35 %
Air : 500 ml
Suhu pulping : Variasi
Tekanan flotasi : 1.5-3 bar
Hasil

Tabel 2. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan enzim 0.35 %

Brightness blanko 52.01


Brightness setelah Delta COD
Dosis Enzim suhu ( o C ) pH filtrat
deinking Brighness filtrat
60 53.04 1.03 7.89 89
70 53.56 1.55 7.88 90
0.35% 80 53.68 1.67 7.56 87
90 54.11 2.10 7.68 86
100 54.03 2.02 7.81 83
31

Grafik 2. Hasil Brightness dari penggunaan enzim 0.35 %

grafik brightness optimum pada enzim 0.35 %

54.80
54.60
54.40
brightness

54.20
54.11
54.00 54.03
53.80
53.68
53.60 53.56
53.40
53.20
53.00 53.04
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

3. Hasil deinking menggunakan enzim xylanase

Berat Koran : 20 gram


Jumlah enzim : 0.40 %
Air : 500 ml
Suhu pulping : Variasi
Tekanan flotasi : 1.5 – 3 bar
Hasil :

Tabel 3. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan enzim 0.40 %

Brightness blanko 52.01


Dosis Brightness Delta
suhu ( o C ) pH filtrat COD filtrat
Enzim setelah deinking Brighness
60 54.98 2.97 7.56 90
70 55.68 3.67 7.46 91
0.40% 80 56.12 4.11 7.23 87
90 55.70 3.69 7.49 88
100 55.68 3.67 7.64 87
32

Grafik 3. Hasil Brightness dari penggunaan enzim 0.40 %

grafik brightness optimum pada enzim 0.40 %

56.50
56.30
56.10 56.12
brightness

55.90
55.70 55.68 55.7 55.68
55.50
55.30
55.10
54.90 54.98
54.70
54.50
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

4. Hasil deinking menggunakan enzim xylanase

Berat Koran : 20 gram


Jumlah enzim : 0.45 %
Air : 500 ml
Suhu pulping : Variasi
Tekanan flotasi : 1.5 – 3 bar
Hasil :

Tabel 4. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan enzim 0.45 %

Brightness blanko 52.01


Dosis Brightness Delta
suhu ( o C ) pH filtrat COD filtrat
Enzim setelah deinking Brighness
60 56.87 4.86 7.54 96
70 57.09 5.08 7.51 97
0.45% 80 57.89 5.88 7.64 96
90 56.88 4.87 7.24 100
100 56.02 4.01 7.60 92

Grafik 4. Hasil Brightness dari penggunaan enzim 0.45%


33

grafik brightness optimum pada enzim 0.45 %

58.00
57.89
57.80
57.60
57.40
brightness

57.20
57.09
57.00
56.80 56.87 56.88
56.60
56.40
56.20
56.00 56.02
55.80
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

5. Hasil deinking menggunakan enzim xylanase

Berat Koran : 20 gram


Jumlah enzim : 0.50 %
Air : 500 ml
Suhu pulping : Variasi
Tekanan flotasi : 1.5 – 3 bar

Hasil :

Tabel 5. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan enzim 0.50 %

Brightness blanko 52.01


Dosis Brightness Delta
suhu ( o C ) pH filtrat COD filtrat
Enzim setelah deinking Brighness
60 56.49 4.48 7.20 112
70 57.04 5.03 7.16 126
0.50% 80 57.03 5.02 7.23 102
90 56.98 4.97 7.19 112
100 55.72 3.71 7.13 113
34

Grafik 5. Hasil Brightness dari penggunaan enzim 0.50 %

grafik brightness optimum pada enzim 0.50 %

57.50
57.30
57.10 57.04 57.03 56.98
56.90
brightness

56.70
56.50 56.49
56.30
56.10
55.90
55.70 55.72
55.50
60 70 80 90 100

suhu ( celcius )
DAFTAR PUSTAKA

Gottsching, L. dan Pakarinen, H. 2000. Recycled Fiber and Deinking. Finland:


Gummers Printing.

Ferguson, L. dan Timothy, K. 1995. Deinking Short Course. Atlanta: TAPPI PRESS

Altieri, A. M. dan Wendell, J. 1967. Deinking of Wastepaper. New York: TAPPI


PRESS

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. 1985. Standart Industri Indonesia.

KAO CORPORATION. 2000. Pulp and Paper Chemicals. Tokyo: KAO DI Series
Printing

Loreen, F. 1995. Introduction to Printing Technology And Ink Chemistry. Atlanta:


TAPPI PRESS

Garbutt, T. 1994. TAPPI TEST METHOD. Georgia: TAPPI PRESS

29
Deinking WastePaper
(Enzyme Xylanase)

Bahan baku kertas Air


koran
Plastik &
Tahap Persiapan kotoran
(sortasi dan desintegrasi bahan baku) lainnya

Enzyme &
Surfactan Tahap Reaksi
(Pulping)
Air

Tinta & Air


Tahap Pemurnian
(flotation & Pengeringan)

Kertas
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil brightness kertas antara sistem chemical conventional (NaOH,

Na2SiO3, H2O2, ) dengan penggunaan enzim xylanase.

2. Berapa suhu optimum untuk hasil brightness pada penggunaan enzim xylanase.

3. Berapa hasil pH dan COD dari hasil filtrat setelah proses flotasi antara sistem

chemical conventional (NaOH, Na2SiO3, H2O2) dengan penggunaan enzim

xylanase.

B. Tujuan Penelitian

1. Meneliti efektifitas penggunaan enzim xylanase pada proses deinking Recycle

Paper di banding sistem chemical conventional (NaOH, Na2SiO3, H2O2).

2. Menentukan suhu optimum penggunaan enzim xylanse pada proses Deinking

Recycle Paper.

3. Mengetahui hasil pH dan COD yang dihasilkan dari proses menggunakan enzim

xylanase pada proses Deinking Recycle Paper.


C. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bahwa enzym xylanase menjadi alternatif pada proses

Deinking Recycle Paper.

2. Memberikan nilai tambah pada enzim xylanase.

3. Penggunaan enzim xylanase lebih ramah terhadap lingkungan daripada

penggunaan conventional chemical pada proses Deinking Recycle Paper.

D. Definisi, Asumsi dan Batasan Masalah

1. Definisi

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran pada berbagai istilah, maka

peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

a. Brightness merupakan suatu parameter derajat putih suatu kertas yang

diukur berdasarkan perbandingan antara intensitas cahaya biru dengan

panjang gelombang 457 nm, yang dipantulkan oleh permukaan selembar

kertas dengan intensitas cahaya sejenis yang dipantulkan oleh permukaan

lapisan magnesium oksida, pada kondisi sudut datang cahaya 45o dan sudut

pantul 0o, dinyatakan dalam satuan ISO Brightness dengan alat ukur

ELREPHO – L & W. (SII.0389-80 hal 1)

b. Consistensy merupakan kadar serat kering dalam kertas yang dihitung dalam

persen berat (Tappi test method 1995).

c. Suhu optimum merupakan suhu dimana kemantapan dan hasil brightness

yang paling tinggi di hasilkan oleh daya kerja enzim.


d. COD (chemical oxygen demand) merupakan parameter adanya kontaminant

organik yang memerlukan proses oksidasi secara kimiawi, atau dengan kata

lain banyaknya substrat atau limbah yang dikandungnya dengan satuan

mg/L. (Dasar–Dasar Pengolahan Air Limbah, Sugiharto, 1996).

2. Asumsi

Untuk menghindari pembahasan yang luas, maka enzim xylanase yang

dipakai memang dikhususkan untuk recycle paper, dan sudah dalam bentuk

kemasan yang siap pakai.

3. Batasan Masalah

a. Enzim xylanase yang digunakan sudah dalam bentuk siap pakai dan tanpa

dijelaskan proses isolasinya.

b. Dosis pada percobaan deinking menggunakan chemical conventional

merupakan dosis optimum yang telah sesuai dengan referensi Shortcourse

Deinking 1995, Tappi Press dan telah di aplikasikan dan di uji di PT.

Adiprima Suraprinta, sehingga tidak perlu perubahan dosis lagi.

c. Kertas yang digunakan dalam penelitian adalah kertas Koran 100 %.

d. Bahan kimia yang digunakan NaOH 48%, Na2SiO3 45%, H2O2 50%, dan

Surfactant.

e. Karakteristik yang diukur adalah pH, Brightness, COD.

f. Proses deinking yang dilakukan dalam skala lab dan dilakukan dengan

berbagai alat minilab pulping dan flotasi.


PROSES DEINKING DENGAN CHEMICAL

CONVENTIONAL

Hydrophobic Hydrophilic component

Hydrocarbon
Ethylene oxide group
Proylene oxide group

INK DETACHEMENT
PULPING
FIBRE
INK

FLOTATOR INK COLLECTION

FOAM

FIBRE FIBRE
Skema kerja enzyme pada deinking

INK DETACHEMENT
PULPING
FIBRE
INK

Gugusan xylan yang


terpotong oleh enzim FIBRE

INK RELEASED
GRAFIK PERCOBAAN PADA KEADAAN OPTIMUM

grafik brightness optimum pada enzim 0.45 %

58.00
57.89
57.80
57.60
57.40
brightness

57.20
57.09
57.00
56.87 56.88
56.80
56.60
56.40
56.20
56.00 56.02
55.80
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

- GRAFIK PENGARUH SUHU PADA BRIGHTNESS


(Tappi Test Method , Tappi Press 1995 & Shortcourse Deinking 1995)

KORELASI SUHU TERHADAP BRIGHTNESS

57
56
55
54
BRIGHTNESS

53
52
51
50
49
48
47
46
50 60 70 80 90 100 110 120
SUHU
A. Diagram Penelitian

Proses Pulping

Proses Flotasi

Pembentukan sheet

Pengeringan

Diagram analisa brightness

Lembaran hasil handsheet yang telah kering

Menaruh di plat sample

Mengaktifkan scan komputer

Baca hasil

Diagram analisa COD

Filtrat 2 ml + 0.04 gr HgSO4 + 3 ml larutan AgSO4 Dalam h2SO4


+ 1 ml k2CrO7 0.25 N di masukkan dalam kuvet tertutup

Masukkan reactor selama 120 menit dengan suhu 150o C, kemudian


dinginkan

Masukkan dalam spectrofotometer dengan prigram COD HR dan baca


hasil
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil brightness mengunakan bahan kimia 1 % NaOH, 1 % Na2SiO3, 0.8 % H2O2

sama dengan menggunakan enzim xylanase pada konsentrasi 0.45 %, hal ini

menunjukkan bahwa enzim xylanase juga efektif digunakan untuk proses deinking

recycle paper.

2. Penggunaan enzim xylanase optimum pada dosis 0.45 %, dan suhu 80o C, karena

pada suhu berlebih kertas mengalami penurunan brightness dan pada dosis berlebih

kertas akan cenderung berwarna kuning dan gelap, sehingga akan mengurangi hasil

brightness yang dicapai. Hal ini disebabkan proses degradasi hemi selulosa yang

berlebih mengakibatkan kulit dari selulosa mengalami kerusakan, sehingga kertas

berwarna kuning dan kekuatan kertas akan menjadi rapuh.

3. Penggunaan enzim xylanase pada proses deinking menjadi alternatif pengganti

proses deinking yang menggunakan NaOH, Na2SiO3, H2O2, karena penggunaan

enzim xylanase memberikan hasil efek samping yang ramah terhadap lingkungan

dengan pH yang relatif netral dan tingkat COD yang lebih rendah, sehingga

pengolahan limbah menjadi lebih efektif

4. Faktor yang berpengaruh pada proses deinking menggunakan enzim xylanase

adalah jumlah konsentrasi enzim dan suhu

LATIHAN PENELITIAN
APLIKASI DAN PENENTUAN SUHU OPTIMUM ENZIM
XYLANASE PADA PROSES DEINKING RECYCLE
PAPER

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana


Teknik Kimia

Oleh:

LUKMAN HAKIM NIM 02.02.10906


GUNAWAN WIDODO NIM 04.02.11923

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WR. SUPRATMAN
SURABAYA
2005
Tabel 1. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan NaOH, Na2SiO3,
H2O2

Brightness Brightness Kenaikan COD


pH Filtrat
Awal Setelah Deinking Brightness Filtrat
52.01 57.37 5.36 9.87 312

Tabel 2. Hasil Brightness, pH dan COD dari penggunaan Enzim xylanase

Brightness blanko 52.01

Brightness setelah Delta


Dosis Enzim suhu ( o C ) pH filtrat COD filtrat
deinking Brighness
60 53.04 1.03 7.89 89
70 53.56 1.55 7.88 90
0.35% 80 53.68 1.67 7.56 87
90 54.11 2.10 7.68 86
100 54.03 2.02 7.81 83
60 54.98 2.97 7.56 90
70 55.68 3.67 7.46 91
0.40% 80 56.12 4.11 7.23 87
90 55.70 3.69 7.49 88
100 55.68 3.67 7.64 87
60 56.87 4.86 7.54 96
70 57.09 5.08 7.51 97
0.45% 80 57.89 5.88 7.64 96
90 56.88 4.87 7.24 100
100 56.02 4.01 7.60 92
60 56.49 4.48 7.20 112
70 57.04 5.03 7.16 126
0.50% 80 57.03 5.02 7.23 102
90 56.98 4.97 7.19 112
100 55.72 3.71 7.13 113
grafik brightness optimum pada enzim 0.45 %

58.00
57.89
57.80
57.60
57.40
brightness

57.20
57.09
57.00
56.80 56.87 56.88
56.60
56.40
56.20
56.00 56.02
55.80
60 70 80 90 100
suhu ( celcius )

Anda mungkin juga menyukai