Anda di halaman 1dari 5

TIMBULNYA NEGARA ISLAM

Masa Kenabian

Masa yang pertama dari sejarah Islam, dari semenjak Rasulullah memulai dakwahnya
sampai beliau wafat yang kita namakan masa itu dengan masa kenabian atau masa wahyu,
mengingat ciri-ciri yang membedakannya dari masa-masa lain, adalah masa yang ideal, yang
di masa itulah puncak berwujudnya keagungan Islam.
Masa kenabian itu, terbagi kepada dua periode yang dipisahkan oleh hijrah. Di dalam
periode pertama, timbullah benih masyarakat Islam dan dalam periode inilah ditetapkan
dasar-dasar Islam yang pokok. Dalam periode yang kedua, disempurnakan pembentukan
masyarakat Islam serta dijelaskan sesuatu yang tadinya dikemukakan secara ringkas (global)
dan disempurnakan perundang-undangan dan tata aturan dengan melahirkan prinsip-prinsip
baru, serta menerapkan prinsip-prinsip itu ke dalam kenyataan.
Dari segi tinjauan politik, sejarah lebih memperhatikan periode yang kedua, karena
jamaah Islamiyah pada waktu itu memperoleh kedaulatannya yang sempurna dan
kemerdekaan yang penuh serta prinsip-prinsipnya mulai diterapkan ke dalam alam kenyataan.
Di dalam suasana kesatuan tidaklah lahir pikiran-pikiran perorangan yang berbeda-
beda; karena lahirnya pikiran-pikiran yang berbeda-beda itu, adalah akibat perselisihan atau
karena merasa kekurangan yang menyempurnakannya. Di dalam suasana tata aturan yang
sempurna yang melahirkan prinsip-prinsip yang tinggi yang dianut oleh masyarakat, sedang
kesatuan dan persatuan berkembang dengan baik, tidaklah ada hal-hal yang memaksakan
timbulnya pikiran-pikiran perorangan, atau timbulnya teori-teori politik.
Rasulullah menimbulkan daya gerak yang mempengaruhi kehidupan politik. Beliau
mewujudkan faktor-faktor asasi yang membangun daya tafkir untuk mewujudakn tafkir
nazhary dan teori-teori politik.
Faktor-faktor yang terpenting yang membangun tafkir nazhary ada tiga :
a. Tabiat dari tata aturan kemasyarakatan yang ditegakkan Rasulullah saw.
b. Mengakui prinsip kemerdekaan berpikir untuk setiap pribadi.
c. Menyerahkan urusan kemasyarakatan kepada umat sendiri dalam hal-hal yang
berhubungan dengan rincian tata aturan dan cara-cara pelaksanaannya serta
membatasi sebagian sifat-sifatnya yang protokoler.
Islam dan Politik
Semua orang mengakui bahwa semua tata aturan yang Rasulullah saw. tegakkan
bersama-sama di Madinah, apabila ditinjau dari segi kenyataan dan dibandingkan dengan
ukuran-ukuran politik pada masa modern ini dapatlah kita katakana bahwa, tata aturan itu
merupakan tata aturan politik.
Kalau demikian, dapatlah kita mengatakan bahwa tata aturan Islam itu adalah tata
aturan yang bersifat politik dan bersifat agama.Hal itu adalah karena hakikat Islam meliputi
segi-segi kebendaan (maddiyah) dan segi-segi kejiwaan (ruhiyah) dan dia mencakup segala
amal insan dalam kehidupan duniawiyah ukhrawiyah.Sebenarnya falsafah Islam adalah
falsafah yang mencampurkan antara urusan dunia dengan urusan akhirat yang saling menjalin
dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.Karena itu, kedua segi itu menyusun
suatu kesatuan yang harmonis.Inilah hakikat tabiat Isalm yang dikuatkan dengan bukti-bukti
sejarah dan inilah yang menjadikan akidah bagi umat Islam.Kebanyakan orientalis (ahli
masalah Islam) telah menemukan hakikat-hakikat ini. Dalam pada itu, ada segelintir putra
Islam yang mengakui dirinya sebagai jamaah pembaharuan, menolak hakikat ini. Mereka
berpendapat, bahwa hakikat Islam hanyalah: dakwah diniyah, yang hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya. Tiidak ada hubungan apa-apa dengan masalah
keduniaan, seperti peperangan, urusan-urusan politik. Mereka berkata : “Innad diina syai-un
was siyasatu syai-un a-khar = agama adalah suatu hal dan politik adalah suatu hal yang lain.”

Timbulnya Tata Aturan Khilafah


Para Anshar mengadakn permusyawaratan di Sakifah. Hasil yang paling besar dalam
permusyawaratan ini, ialah menancapkan dasar bagi terbangunnya tata aturan khilafah yang
sampai saat sekarang masih berjalan.
Permusyawaratan itu telah menetapkan beberapa pengertian yang menjadi sendi bagi
undang-undang dasar yang sangat penting,Seorang penulis Barat yaitu D.B. Mac. Donald
mengatakan, bahwa : “Pertemuan ini dapat disebut suatu kongres politik di mana perdebatan-
perdebatan telah berlangsung dalam suasana modern sekarang ini.”
Teori teramat penting yang dikemukakan dalam pertemuan itu adalah :
a. Teori yang mendukung pendirian orang Anshar yang mengatakan bahwa merekalah
yang berhak menjadi khalifah, merekalah yang membela Islam dan merekalah yang
memberikan tempat untuk para Muhajirin dan negeri merekalah yangmenjadi pusat
pemerintahan. Dapat kita katakana bahwa teori ini, ialah permulaan teori yang muncul
dalam sejarah pemikiran politik Islam.
b. Teori yang menentang teori yang pertama, yaitu teori yang mempertahankan hak
Muhajirin dan menetapkan bahwa merekalah yang berhak menjadi khalifah; Karena
mereka, sebagai yang dikemukakan oleh Abu Bakar, “Permulaan orang yang
menyembah Allah di muka bumi dan merekalah keluarga Rasul yang telah mengalami
berbagai gangguan dari golongan musyrikin.”

Dalam pertemuan inilah dikemukakan hadits yang menerangkan bahwa : “Kepala-


kepala negara harus dipilih dari orang-orang Quraisy.” Dan inilah yang menjadi dasar
bagi teori bahwa orang Quraisylah yang berhak menjadi khalifah.
Disamping itu ada lagi teori yang menghendaki supaya pemerintahan itu dibagi dua :
yang sebagian dipegang oleh golongan Anshar dan yang sebagian lagi dipegang oleh
golongan Quraisy. Teori ini dipegang oleh Al Habbab ibn Al Mundzir, dia berkata :
“Minna amiirun wa minkum amiirun = dari kami seorang amir dan dari kamu seorang
amir.”
Akan tetapi, walaupun mereka berbeda pendapat dalam menentukan siapa yang harrus
menjadi khalifah, namun mereka semua telah menetapkan suatu prinsip yang sangat
penting, yaitu pengangkatan kepala Negara haruslah dengan baiat, yakni dengan
pemilihan. Dan mereka menolah sistem monarkhi.
Kemudian Abu Bakar terpilih menjadi khalifah. Pengangkatan beliau sebagai khalifah
bukanlah karena beliau dipandang lebih tua daripada yang lain atau karena lebih besar
pengaruhnya; tetapi karena beliau memiliki kedudukan keagamaan yang tinggi yang
diakui oleh mereka semua. Beliau adalah orang yang paling dahulu memeluk agama
Islam dan mengalami berbagai penderitaan seta beliaulah yang paling lama bersahabat
dengan Rasul. Selain itu beliau adalah seorang yang mempunyai intelegensia tinggi yang
menjadi teladan bagi semua muslim.
PENUTUP

Dari resume ini, saya berkomentar bahwa sebenarnya teori-teori berpolitik sudah ada
dalam Islam sejak masa kenabian. Hal ini dapat dilihat dari tata aturan kemasyarakatan yang
ditegakkan Rasulullah saw. yang mengakui prinsip kemerdekaan berpikir untuk setiap pribadi
dan menyerahkan urusan kemasyarakatan kepada umatnya sendiri.
Falsafah Islam adalah falsafah yang mencampurkan antara urusan dunia dengan
urusan akhirat yang saling menjalin dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Sehingga dalam Islam tidak hanya membahas tentang hubungan manusia dengan Allah SWT.
Saja, melainkan juga membahas tentang masalah dunia seperti masalah peperangan dan
urusan-urusan politik.
Dalam Islam juga mengakui dan menghargai adanya perbedaan, Islam juga sering
menggunakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada. Di samping itu Islam
juga menggunakan sistem pemilihan untuk memilih seorang khalifah atau pemimpin.
Contohnya saat pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah. Ini artinya dalam Islam juga terdapat
teori dan praktik-praktik politik secara positif.
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh :

Nama : Irfan Adi Sukmawan


NIM : D2B009076

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

Anda mungkin juga menyukai