• FacebookQu
Phin Moesliem | Buat Lencana Anda
• Pesan Singkat
View shoutbox
ShoutMix chat widget
• Artikel-artikel
o Guru (diGugu dan ditiRu) (4)
o Inovasi Pendidikan (2)
o Mikro Teaching (4)
o Pembelajaran di SD (4)
o Pembelajaran Matematika di SD (2)
o Perkembangan Peserta Didik (1)
o Uncategorized (2)
• Arsip
o Oktober 2010 (1)
o Juli 2010 (1)
o Mei 2010 (1)
o April 2010 (11)
o Maret 2010 (5)
• Blogroll
o Arifinmuslim\’s Blog
o PGSD UMP
o WordPress.com
HAKIKAT MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SD
Posted on Maret 27, 2010 by arifinmuslim
Rate This
http://arifinmuslim.wordpress.com/2010/03/27/hakikat-matematika-dan-pembelajaran-
matematika-di-sd/
1. I. HAKEKAT MATEMATIKAA.
A. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari.
Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2).
Kata matematika berasal daru perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan
yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema
yang berarti pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu matheinatau mathenein yang artinya belajar
(berpikir).
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian
dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami
melalui hakekat matematika.
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila
matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal
diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-
struktur. Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika
umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari.
Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2). Berikut ini beberapa definisi
tentang matematika.
Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu
seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984. Dalam Rusefendi, 1988: 2)
Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988:2).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa
belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari
hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus
diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari
konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi)
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain.
Metode yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara
induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan eksperimen.
Walaupun dalam mtematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi
sterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa di buktikan dengan cara
deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima
kebenarannya sesudahnya dibuktikan secara deduktif.
Berikut adalah beberapa contoh pembuktian dalil atau generalisasi pada matematika. Dalil atau
generalisasi dibenarkan dalam matematika karena sudah dapat dibuktikan secara deduktif.
Contoh 1
Bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil adalah bilangan genap. Misalnya kita ambil beberapa
buah bilangan ganjil, bai ganjil positif atau ganjil negatif yaitu 1, 3, -5, 7.
+ 1 3 -5 7
1 2 4 -4 6
3 4 6 -2 10
-5 -4 -2 -10 2
7 8 10 2 14
Dari tabel diatas, terlihat bahwa untuk setiap bilangan dua ganjil jika dijumlahkan hasilnya
selalu genap. Pembuktian dengan cara induktif ini harus dibuktikan lagi dengan cara deduktif.
Misalkan : a dan b adalah sembarangan bilangan bulat, maka 2a bilangan genap dan 2b bilangan
genap genap, maka 2a + 1 bilangan 2b + 1 bilangan ganjil.
Jika dijumlahkan :
(2a + 1 ) + (2b + 1) =
2a + 2b + 2 =
2 (a + b + 1) =
Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa symbol
yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah system matematika. Sistem matematika berisikan
model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain
yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya
menjadi pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan.
Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu juga mengetahui taraf perkembangan
siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang
belajar. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf
berfikirnya belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas
rendah masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum kekekalan, sehingga
sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir kongkret sudah bisa memahami hokum
kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-
dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan
usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara
deduktif.Dari uraian di atas sudah jelas adanya perbedaan karakteristik matematika dan siswa
SD. Oleh karenanya diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk
menjembatani antara dunia anak SD yang sebagian besar belum berfikir secara deduktif untuk
mengerti ilmu matematika yang bersifat deduktif. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para
ahli matematika dan apa yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya (termasuk
guru). Bisa jadi merupakan hal yang membingungkan dan tidak masuk akal bagi siswa SD.
Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika
dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan. Untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya
yang menjadi prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu
menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sedehana sampai yang lebih
kompleks.
Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering dicari
keseragaman seperti keturutan, keterkaitan pola darisekumpiulan konsep-konsep tertentu atau
model yang merupakan representasinya untuk membuat generalisasi.
Misal :
Contoh :
a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12
Matematika yang tediri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat international. Pada
arti berati simbol-simbol matematika di tulis dengan cara singkat tapi mempunyai arti yang luas.
Misal : √9 = 3, 3 + 5 = 8, 3! = 1 x 2 x 3
Matematika sebagau ratu ilmu artinya matematika sebagai alat dan pelayan ilmu yang lain.
H. Kegunaan matematika
Contoh :
• Penemuan dan pengembangan Teori Mendel dalam Biologi melalui konsep propabolitas.
• Perhitungan dengan bilangan imajiner digunakan untuk memecahkan masalah tentang
kelistrikan.
• Dalam ilmu kependudukan, matematika digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk
dll.
Contoh:
Anak didik atau Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau
sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan,
diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam
proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai
orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dalam pembelajaran matematika di SD, konsep matematika yang abstrak yang diangap mudah
dan sederhana menurut kita yang cara berfikirnya sudah formal, dapat mejadi hal yang sulit
dimengertin oleh anak.
Selain itu setiap anak merupakan indifidu yang berbeda. Perbedaan pada setiap individu dapat
dilihat dari minat, bakat, kemampuan kepribadian, pengalaman lingkungan. Kafena itu seorang
guru dalm proses pembelajaran matematika hendaknya memprhatikan perbrdaan-perbedan
karakteristik ank didik tersebut.
Anak usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitiar 7 sampai 12 tahun. Menurut piaget
anak usia sekitar ini masih berfikir pada operasi konkrit artinya siswa-siswa SD belum berfikir
formal, ciri-ciri anak pada tahap inidapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda
konkrit, belum dapat berfikir doduktif, berfikir secara transitif.
Contoh : 2 + 2 = 4.
Matematika yang merupakan ilmu dengan objek abstrak dan dengan pengembangan melalui
penalaran deduktif telah mampu mengembangkan model-model yang merupakan contoh sistim
itu yang pada akhirnya telah digunakan untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-
hari.
Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran matematika, selain bahwa
tahap pengembangan berfikir siswa SD belum formal atau masih konkrit adalah adanya
keanakeragaman intelegensi siswa SD serta jumlah siswa SD yang cukup banyak di bandingkan
guru yang mengajar matematika.
Matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan
hidupnya sehari-hari dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang logis,
sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang
lain.
Minat belajar merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses pembelajaran
matematika. Oleh karena itu minat belajar anak harus di perhatikan dengan cermat, dengan
adanya minat belajar pada anak dapat memudahkan membimbing dan mengarahkan anak untuk
belajar matematika.
Guru sebagai tenaga pengajar di kelas hendaknya berusaha sedapat mungkin untuk dapat
membangkitkan minat bejar pada anak didiknya dengan berbagai cara, misalnya dengan
memperkenalkan kepada anak berbagai kegiatan belajar. Seperti bermain sambil belajar
matematika menggunakan alat peraga menarik.
Beberapa yang harus dilakukan guru dalam menumbuhkan minat anak dalam belajar
matematika.
1. Menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia anak, misalnya dengan
memanfaatkan lingkungan.
Contoh : Mengajar kerucut dapat dikaitkan dengan model topi ulang tahun atau tempat eskrim
1. Pembelajaran dapat dilakukan dengan cara dari mudah ke yang sukar atau dari konkret ke
abstrak.
Lingkaran diajarkan pada tahap awal kemudian dilanjutkan dengan jari-Jari garis tengah, keliling
lingkaran, luas lingkaran dan penggunaan lingkaran pada bangun ruang seperti kerucut, tabung
dan bola.
Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan kontras akan dapat menarik perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut.
Untuk dapat meningkatkan prestasi anak dalam pembelajaran matematika, salah satu faktor
penunjang adalah adanya proses belajar yang efektif, kedewasaan manusia yang hidup dan
berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar.\
1. Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan, dari
lingkungannya si anak memilih apa yang ia butuhkan dan apa yang dapat ia pergunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya
2. Belajar berarti berbuat
Belajar matematika adalah suatu kegiatan dengan bermain,. Berbuat, bekerja dengan alat-alat
Mengalami berarti menghayati sesuatu aktual penghayatan. Belajar matematika adalah suatu
aktifitas yang bertujuan supaya matematika yang di rumuskan tercapai. Maka pembelajaran
harus menimbulkan aktifitas pada anak didik sebab dengan aktifitas dapat diperoleh pengalaman
baru yang kelak merupakan.
Anak didik adalah manusia yang membutuhkan bantuan dari sekitarnya sehingga dapat
berkembang secara harmonis.
Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep-konsep
yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit.
Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan mental siswa
maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan induktif.
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan
antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya.
Aktifitas belajar
oleh: DEFRIAHMADCHANIAGO Pengarang : nn
http://hrstrike.blogspot.com/2009/04/normal-0-false-false-false.html
Menurut W.J.S Poerwadamita (1991 : 108) mengatakan bahwa “aktivitas adalah keaktifan, kegiatan,
kesibukan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan ditiap bagian kerja diperusahaan”.
Sedangkan menurut S. Nasution (1986 : 88) mengatakan bahwa “aktivitas adalah azas yang terpenting oleh
sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan”. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan aktivitas
merupakan kegiatan atau kesibukan siswa sebagai objek dalam penelitian ini.
Menurut W.J.S Poerwadamita (1991 : 108) mengatakan bahwa “belajar adalah suatu kebiasaan berlatih
supaya pandai”. Sedangkan menurut Trursan Hakim (2000 : 01) mengatakan bahwa “belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualiatas dan kuantitas tingkahlaku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, pemahaman, daya
pikir dan pengetahuan”.
Dari definisi atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah
suatu kegiatan melalui jalan latihan yang perubahan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa
“ Aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar,
membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah “
Berdasarkan beberapa teori di atas, maka yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah suatu
keaktifan, kesibukan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam melaksanakan proses belajar.
Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Siantan Kabupaten
Pontianak, meliputi antara lain :
b) Aktivitas lisan (Oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, Tanya jawab dam diskusi
c) Aktivitas visual (Visual activities) seperti memperhatikan gambar, demontrasi dan percobaan
d) Aktivitas mental (Mental activities) seperti menanggapi, memecahkan soal dan mengambil
keputusan
Dalam usaha meningkatkan belajar siswa, maka unsur-unsur yang sangat menunjang terjadinya proses
balajar mengajar yang dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa adalah diantaranya :
Metode mengajar yang erat kaitannya dengan mendengarkan adalah metode ceramah. Dalam pembelajaran
PKn metode ceramah dilakukan oleh guru apabila menyampaikan informasi pelajaran yang bersifat
pengetahuan melalui penjelasan guru dalam proses belajar mengajar. Ketika guru menjelaskan materi
pelajaran dituntut aktivitas siswa secara optimal yaitu mendengarkan penjelasan guru. “peranan murid
dalam metode ceramah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan guru”
(TIM Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, 1993 : 41).
Berdasarkan pendapat di atas, dalam mendengarkan penjelasan guru selain mendengarkan dengan teliti
siswa juga harus mencatat materi pokok yang penting. Melalui aktivitas mendengarkan dan mencatat materi
yang penting materi pelajaran diharapkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Untuk dapat membentuk pemahaman optimal pada siswa berarti mutlak diperlukan aktivitas
mendengarkan secara optimal pula pada diri siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn.
Aktivitas lisan pada proses pembelajaran PKn dapat diartikan kegiatan dilakukan secara wujud penafsiran
dalam interaksi belajar melauli komunikasi lisan. Dalam hal ini aktivitas lisan perlu dikembangkan agar
mampu mengembangkan ide, pendapat, kritik-kritik mengenai materi pembelajaran yang ditampilkan.
Aktivitas lisan dikemukakan guru melalui metode diskusi, tanya jawab dan pemecahan masalah.
Aktivitas visual dalam proses pembelajaran PKn merupakan aktivitas belajar yang dilakukan siswa
berkaitan dengan indera penglihatan. Aktivitas visual dalam belajar dapat dikembangkan melalui metode
penampilan gambar, peragaan, dan demontrasi. “cara penyajian materi melalui peragaan, dapat berupa
cara kerja, perilaku tertentu dan sebagainya (Depdikbud, 1995 : 42).
Melalui peragaan “siswa memperoleh penjelasan contoh perilaku tertentu dalam artian menanamkan aspek
apektif” (Depdikbud, 1995 : 43). Setelah memiliki pemahaman materi pembelajaran PKn yang bersifat
epektif siwa dapat berpeluang untuk dapat mengimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas
visual yang dikembangkan kedalam pembelajaran PKn antara lain adalah memperhatikan peragaan dan
membaca uraian materi.
Aktivitas mental dalam pembelajaran PKn merupakan aktivtas belajar yang dilakukan berkaitan dengan
fungsi-fungsi kejiwaan seperti menanggapi, menilai, memilih dan mengambil keputusan. Sejalan pendapat
(TIM Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, 1993 : 41) “guru dalam memberikan setiap pelajaran
harus berusaha membangkitkan aktivitas baik jasmani maupun rohani kepada murid waktu menerima
pelajaran”.
Aktivitas mental dalam pembelajaran PKn mutlak harus dikembangkan agar tercapai tujuan pembelajaran
terutama terwujudnya sikap dan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar sesuai dengan nilai luhur dan
moral pancasila (Depdikbud, 1995 : 61) “penanaman dan pengembangan aspek nilai,, moral pancasila dan
sikap siswa akan lebih mudah dicapai bilamana siswa secara langsung mengalami (memerankan) peran
tertentu daripada mendengarkan dan mengamati saja”. Dengan demikian berarti aktivitas mental siswa
dalam mengikuti pembelajaran PKn perlu diikembangkan secara optimal.
Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam mencapai tujuan pendidikan. Peranan
guru sebagai seorang pengajar dan siswa sebagai yang belajar merupakan dua faktor yang utama yang
harus mendapatkan perhatian khusus demi mencapai tujuan belajar. Interaksi yang tercipta antara
keduanya merupakan tolok ukur untuk menilai keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah.
Belajar merupakan proses perkembangan hidup manusia. Hamalik (2001 : 19) mengatakan “dengan belajar
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sebagai tingkah laku berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar”. Belajar bukan hanya sebuah pengalaman
tetapi merupakan suatu proses dan suatu hasil.
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Untuk
siswa yang memiliki prestasi yang tinggi biasanya didukung oleh aktivitas belajar yang tinggi pula,
sebaliknya siswa dengan prestasi rendah disebabkan aktivitas belajar yang rendah pula.
Dalam kaitannnya dengan proses pembelajaran banyak teori belajar yang menekankan pentingnya aktivitas
siswa dalam belajar. Aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak dapat dipisahkan, yakni
aktivitas mental (emosional-intelektual-sosial) dan aktivitas motorik (gerakan fisik). Kedua aktivitas tersebut
saling berkaitan satu sama lainnya, saling mengisi dan menentukan. Menurut Nana Sudjana (1991 : 9)
mengatakan “semakin tinggi aktivitas mental, semakin berbobot aktivitas belajar siswa, dan semakin
kompleks usaha guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ini berarti perlu ada keseimbangan antara
aktivitas belajar siswa dengan aktivitas guru mengajar”. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa
belajar yang optimal adalah belajar yang melibatkan aktivitas mental dan fisik siswa secara maksimal dalam
kegiatan belajar.
Untuk dapat mencapai tujuan belajar yang maksimal dengan peningkatan ativitas belajar siswa, maka
variasi mengajar guru merupakan salah satu tehnik mengajar yang dapat digunakan guru dalam proses
belajar mengajar di kelas.
Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjono (1985 : 64) bahwa “Penggunaan variasi diartikan sebagai kegiatan
guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam
proses belajar mengajarnya senantiasa menunjukan ketekunan, keantusiasan serta berperan aktif”.
Sedangkan menurut Sugeng Pranonto (1979 : 03) menjelaskan bahwa “Variasi mengajar adalah kegiatan
guru dalam konteks interaksi proses belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga dalam situasi proses belajar menggajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan
serta penuh partisipasi”. Penggunaan variasi mengajar dapat menarik minat dan meningkatkan semangat
belajar siswa. Penggunaan variasi mengajar juga memberikan kesempatan kepada siswa agar berpartisifasi
dan tidak takut atau malu mengungkapkan pendapatnya di hadapan siswa lain dalam lingkup ruang kelas.
Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 125 ) menyatakan bahwa ” Keterampilan mengadakan variasi lebih luas
penggunaannya dari pada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau integrasi
dengan keterampilan yang lain”.
Jika motivasi siswa sudah terpacu, maka aktivitas siswa untuk ikut berpartisipasi atau terlibat dalam
kegiatan belajar mengajar akan tercapai. Hal ini menunjukkan variasi mengajar yang baik dan benar akan
menghasilkan aktivitas belajar yang maksimal dari siswa. Hal ini menunjukkan bahwa variasi mengajar
guru memiliki hubungan yang sangat erat dengan peningkatan aktivitas dan keterlibatan siswa dalam setiap
pembelajaran.