Anda di halaman 1dari 4

Hindu dan Toleransi

Tuesday, 03 March 2009 at 14:10


Pluralisme Hindu dan Toleransi.
( Wayan Suwira Satria)

Menurut Mircea Eliade, manusia adalah Homo Religius, artinya bahwa


manusia pada dasarnya mahluk yang di dalam kehidupannya tidak
bisa dilepaskan dari kecenderungannya untuk hidup berdekatan
dengan Yang Kudus, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sejauh-jauhnya manusia
hidup secara sekuler masih tetap dan tak akan dapat hidup lepas dari
Yang Kudus, walaupun dalam suasana kehidupan modern ini, manusia
cenderung untuk hidup dalam dunia yang profan atau sekuler. Dalam
tingkatan sekuler yang paling tinggipun seperti yang kita temukan
pada manusia modern toh masih berhubungan dengan penghayatan
Yang Kudus, namun dalam wujudNya yang didesakralisasi ( Sacred and
Profane, M Eliade, 1959 ).
Dalam pengalaman manusia berhadapan dengan Yang Kudus,
menghadapi stuasi yang mendua atau ambigue dimana disatu pihak ia
merasa sangat berkeinginan untuk berada dekat dengan Yang Kudus
namun secara bersamaan ia juga merasa takut, yaitu takut yang
spesifik demikian Rudolf Otto. Dalam situasi yang seperti ini Sarvepalli
Radhakrishnan berpendapat bahwa keterlibatan manusia dalam
berhadapan dengan Yang Kudus adalah keterlibatan yang bersifat
total. Bahwa manusia berhadapan dengan Tuhannya melibatkan
kemanusiaan secara menyeluruh. Kemanusiaannya yang menyeluruh
berarti pula bahwa seluruh kemampuannya dan potensinya ikut
terlibat dalam berhadapan dengan Yang Kudus. Setiap manusia
memiliki potensi-potensi di dalam dirinya seperti; intelek, emosi,
perasaan, imajinasi dengan kapasitas yang berbeda-beda, sesuai
dengan pengaruh tiga energi alam (tri guna = tiga yang mengikat)
yaitu satwam (kebaikan), rajas (nafsu) dan tamas (malas) (BG. XIV.5;
XVIII.40). Dengan kapasitasnya yang berbeda-beda ini mereka
semuanya berjuang untuk mengisi kehidupan ini dengan harapan
dapat sampai pada tujuan kehidupan tertinggi yaitu pembebasan
(moksa). Oleh karena “pembebasan” atau “keselamatan” itu milik dan
tujuan dari setiap manusia dalam kehidupan ini, maka dalam Weda,
Tuhan memberikan banyak jalan yang dapat ditempuhnya, sesuai
dengan bakat dan kemampuannya.

Bhagavad-gita 3.11

Dengan jalan bagaimanapun orang mendekati, dengan jalan yang


sama itu juga Aku memenuhi keinginan mereka. Melalui banyak jalan
manusia mengikuti jalanku, Oh Parta.
Menyadari bahwa manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda, maka Brahman memberikan kesempatan kepada siapa saja
untuk mendekati diriNYA dan memberikan kebebasan untuk memilih
jalan yang mana saja untuk menuju kepadaNYA, asalkan jalan-jalan
yang dipilih itu adalah jalan yang dibenarkan. Jalan-jalan itu antara lain
adalah : 1. Janana Marga, 2. Bhakti Marga, 3. Karma Marga, 4. Yoga
Marga. Jnana Marga cocok untuk mereka yang mempunyai
kecenderungan intelektual yang kuat. Mereka senang berfilsafat,
mengadakan perenungan-perenungan filsafat dalam suatu perdebatan
atau diskusi ilmiah, sehingga menemukan persamaan antara Atman
dengan Brahman. Aham Brahmasmi, aku adalah Brahman. Tat Tvam
Asi, aku adalah Engkau. Bhakti Marga yaitu mengembangkan cinta
kasih yang ada dalam hati manusia untuk dikembangkan menuju
kepada cinta kasih kepada Tuhan. Tentu saja konsep Tuhannya
kelompok Bhakti Marga tidak sama dengan konsep Tuhan para Jnanin
yang Impersonal. Konsep Tuhan kaum Bhakta yang Personal. Karma
Marga adalah kelompok yang berusaha mencapai Tuhan lewat jalan
kerja tanpa pamrih. Yoga Marga yaitu mereka yang mendekati Tuhan
lewat tahapan-tahapan yang diajarkan dalam Yoga (astangga yoga).
Tidak ada diantara empat jalan ini yang paling baik. Jalan atau cara
yang terbaik bagi seseorang sangat tergantung dari jalan yang paling
sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing.
Disamping itu Hindu juga mengenal konsep tentang Istadewata, yaitu
pemahaman dan penghayatan tentang Tuhan, yang memungkinkan
manusia untuk memiliki konsep tentang Tuhan yang berbeda-beda
sesuai dengan kemampuannya. Secara umum dalan pemikiran Hindu
bahwa konsep Tuhan, dapat dipahami sebagai Tuhan yang Transenden
dan Tuhan yang Imanen yang secara jelas kita temukan dalam
pemikiran Advaita dari Sankara. Sankara mengatakan bahwa ada dua
Brahman, yaitu Nirguna Brahman (Tuhan yang Transenden) dan
Saguna Brahman (Tuhan yang Imanen). Menurut Sankara Tuhan yang
Transenden adalah Tuhan yang tanpa sifat, sehingga Tuhan terbebas
dari perbedaan-perbedaan, sehingga tidak dapat dibedakan oleh
manusia yang pada dasarnya memiliki pemikiran yang terbatas.
Upanisad menyatakan bahwa Brahman itu Neti-Neti, artinya bukan ini
dan bukan itu (Madrasuta,2002:78). Tidak seorangpun manusia
mampu memikirkan dan mengenalinya. Namun Brahman yang
Saguna, yang Imanen adalah Tuhan dengan segala atributnya yang
dapat didekati dan dikenal oleh manusia. Oleh karena kemampuan
manusia mengenalnya dengan tingkat serta kapasitas yang berbeda
beda dan atribut Tuhan yang tak terbatas maka Saguna Brahman
(Tuhan) dikenal dengan tingkat keragaman yang tinggi, oleh karena
kemampuan pengenalan manusia yang satu, berbeda dengan
pengenalan manusia yang lainnya. Dengan demikian sangat mudah
kita yang awam akan menarik kesimpulan bahwa seolah olah ada
banyak Tuhan dalam Hindu, atau Hindu adalah Agama yang Politeistis.
Tentu saja pernyataan seperti ini keliru, oleh karena Nirguna Brahman
dan Saguna Brahman adalah Advaita (tidak dua), hanyalah satu, Tuhan
itu Esa. Sekaligus dalam hal ini terkandung konsep dasar tentang
kebebasan pada setiap manusia untuk untuk memuliakan
Istadewatanya masing-masing dengan perbedaan-perbedaan yang
ada, tanpa harus dipertentangkan satu dengan yang lainnya. Pluralitas
adalah suatu keharusan, suatu keniscayaan, yang tak dapat dipungkiri.
Masih banyak lagi pernyataan-pernyataan yang ada dalam Weda yang
memperkuat pluralisme ini, dalam (Rg Veda 1.164.46): Ekam Eva
Advityam Brahman, Sat Viprah Bahudha Vadanti. Brahman (Tuhan)
adalah Esa, para maharsi menyebutkannya dengan banyak nama.
Tuhan memiliki ribuan nama (sahasra nama). Secara bebas dapat
diartikan pula bahwa “kebenaran” itu adalah satu, hanya orang
bijaksana yang menyebutnya dengan banyak nama (Bansi Pandit,
2005:375). Lebih lanjut, jalan-jalan yang berbeda itupun dibenarkan
dalam (B.G. IV. 11): Sejauh mana semua orang menyerahkan diri
padaKu, Aku menganugrahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya
itu. Semua orang menempuh jalanKu dalam segala hal, wakai putra
Prtha. (Prabhupada, 2000:232).
Svami Vivekananda dalam pidatonya pada pertemuan Parlemen
Agama Dunia di Chicago Th. 1893 mengatakan bahwa seluruh umat
manusia adalah mulia. Kalian semua adalah anak-anak Tuhan, yang
berbagi kebahagiaan, kesucian dan mahluk sempurna yang abadi.
Engkaulah yang paling mulia di bumi ini. Mengatakannya sebagai
“pendosa” adalah fitnah. Ada suatu kesetaraan diantara manusia,
apakah anda dilahirkan sebagai Muslim, Kristen, Hindu, sebagai orang
Amerika, Arab, Indonesia, Cina dan sebagainya. Menurut pandangan
eksistensialisme bahwa kita terlempar, terlahir ke dunia ini tanpa
persetujuan kita. Vasudhaiva Kutumbakam, bahwa semua
manusia adalah satu keluarga. Aku adalah Engkau kata Martin
Buber, yang sudah ada pada pemikiran Hindu, Tat Tvam Asi.
Tidak satu orangpun dapat mengklaim dirinya lebih mulia dari yang
lainnya. Hanya dirinya yang memiliki jalan terbaik dan satu-satunya
jalan untuk sampai padaNya. Sangat relevan konsep Hindu kuno
ahimsa, yang secara total dijalankan dan diaplikasikan oleh Gandhi di
bidang kehidupan politik, yang melahirkan kekuatan yang maha
dahsyat tanpa kekerasan di dalam diam, di dalam keheningan,
sehingga mampu menghentikan kekuatan Kolonialisme Inggris.
Konsisten dengan nilai-nilai Hindu di atas pada setiap penutup dari
doa-doa yang diucapkan oleh umat Hindu tidak pernah hanya semata
mendoakan keselamatan dirinya sendiri tetapi selalu juga keselamatan
orang lain, umat lainnya dan bahkan sampai kepada keselamatan dari
apa saja yang eksis, segala yang ada. Doanya bersifat universal :
“Semoga semua manusia bahagia; semoga semua manusia sehat
selalu; semoga semua manusia mendapatkan kemakmuran; semoga
tidak ada seorangpun yang menderita”

(Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om).


Damai di Hati, Damai di Dunia dan Damai Selalu.

Anda mungkin juga menyukai