Anda di halaman 1dari 2

Terima kasih atas kesempatan hadir di sini.

Pertama saya ingin mohon maaf


sedalam-dalamnya, bila ada yang merasa tersinggung atas apa yang saya jelaskan nanti di
dalam ceramah ini. Tidak ada niat di dalam hati saya untuk menyinggung perasaan saudara
saya di dalam Islam. Tetapi saya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan dan saya
alami sejak saya masuk Islam, dengan harapan bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Jadi,
kalau ada kata dari saya yang terasa terlalu keras di dalam hati, mohon dibuka pintu maaf
seluas-luasnya, karena niat saya hanya untuk bicara secara serius dan jujur tentang
perbuatan kita sebagai suatu ummat.

Tujuan Maulid Apa?

Tujuan Maulid adalah untuk ingat bahwa kita harus mengikuti Nabi Muhammad
SAW. Apakah benar bahwa kita masih mengikuti Nabi SAW? Kalau masih mengikuti Nabi
Muhammad SAW, maka Maulid bagus. Tetapi kalau kita tidak mengikutinya, buat apa kita
rayakan Maulid setiap tahun? Kalau kita TIDAK mengikuti Nabi SAW dengan baik, dan lebih
suka mengikuti contoh dan perbuatan buruk dari orang KAFIR atau perbuatan SETAN,
bagaimana? Apakah perlu kita bubarkan Maulid Nabi KALAU ummat Muhammad SAW lebih
peduli pada contoh dari orang kafir dan setan?
Harus kita kaji lebih dalam: Apakah BENAR kita masih mengikuti Nabi Muhammad
SAW atau tidak!
Kalau kita mau bicara tentang anjuran dan kewajiban bagi ummat Islam untuk
mengikuti Nabi SAW, maka ada ayat-ayat penting yang perlu kita pahami.

158. Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
(QS. Al-Araaf 7:158)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
(QS. Al-Imran 3:31-32)

Selanjutnya, mari kita menganalisa perbuatan kita sehari-hari, sebagai suatu ummat,
yang mengaku sebagai pengikut dari Rasulullah SAW. Mari kita coba pahami apakah kita
benar-benar mengikuti dia atau tidak.

Shalat Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah shalat kita masih 100% sama dengan Nabi
Muhammad SAW. Masih dalam Bahasa Arab, gerakannya sama, masih wajib lima waktu,
hitungan waktu shalat masih diambil dari posisi matahari, menghadap kiblat, dsb. Tetapi
mungkin kualitasnya shalat kita berbeda dengan Nabi:
o Nabi Muhammad SAW shalat dengan baik, tenang, dan khusyu.
o Sebagian dari ummatnya shalat dengan cara kurang sempurna, buru-buru, sambil memikirkan
segala sesuatu.
Dan sangat disayangkan bahwa banyak sekali “pengikut Muhammad SAW” justru
tidak melakukan shalat. Mungkin sebagian dari kita hanya hadiri Shalat Jumat saja. Mungkin
hanya setahun dua kali: yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kenapa begitu banyak orang bisa
tinggalkan shalat dengan sikap tenang, tetapi masih mau dianggap sebagai “pengikut
Muhammad SAW”? Dan mungkin sebagian dari mereka yang tidak shalat malah mau datang
ke masjid untuk Maulid Nabi, tanpa rasa malu. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan
menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.
Dan bagaimana dengan Shalat Jumat ktia? Mungkin 50% dari jemaah di sini ikuti
Shalat Jumat dalam keadaan setengah sadar, atau tidur. Khatib seharusnya dipilih karena
bisa bicara dengan semangat. Tetapi banyak khatib belum belajar untuk “bicara di depan
umum”, jadi suaranya terlalu lembut, dan malah membuat jemaah tidur. (Ilmunya tidak
diragukan. Hanya cara menyampaikannya.) Jemaah “salah” karena banyak yang abaikan
ilmu yang mau diberikan oleh orang alim (mereka merasa enakan tidur). Khatib “salah”
karena tidak berusaha untuk belajar: “Bagaimana caranya berceramah dengan suara yang
baik dan semangat, biar jemaah merasa tertarik dan tidak mau tidur?” Sayang kalau ummat
Islam tidur terus, pada saat ada orang alim yang mau berikan ilmu yang benar dan
bermanfaat di dunia dan di akhirat. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap
hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita melakukan shalat.

Puasa Kita?
Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Mulai
dari adzan Subuh, berakhir pada waktu Maghrib, dsb. Tetapi apakah berat badannya Nabi
Muhammad SAW malah NAIK pada saat puasa? Berapa banyak dari ummat Islam yang
berat badannya NAIK pada waktu bulan Ramadhan? (Dan saya pernah alami juga. Dulu,
saya makan lima kali setiap malam karena takut akan lapar besok. Sekarang sudah tidak lagi
begitu.)
Apakah Nabi Muhammad SAW rajin ke Tanah Abang atau ITC dan belanja banyak di
tengah bulan puasa? Dan pakaian yang dibeli itu BUKAN untuk anak yatim dan fakir miskin,
tetapi untuk dipakai saat pulang kampung? Apakah tujuan dari puasa pulang kampung
dengan baju baru? Pusat belanja baju bisa menjadi lebih ramai daripada masjid.
Ada juga banyak yang mau melakukan umrah di saat puasa. Alhamdulillah dia mau
melakukan ibadah yang baik itu. Tetapi justru ada yang batalkan puasanya, dengan alasan
menjadi MUSAFIR! Ada orang lain yang pulang kampung, dan mereka juga batalkan puasa
dengan alasan musafir!
Mana yang lebih utama di tengah bulan suci Ramadhan? Puasa, atau banyak jalan-
jalan? Dilakukan terus-terusan setiap tahun, dan untuk umrah, tentu saja ada biaya yang
cukup tinggi. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa
menyaksikan kita dan cara kita melakukan puasa di bulan Ramadhan.

Haji dan Umrah Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tetapi
apakah Nabi SAW naik haji setiap tahun? Dan umrah berkali-kali dalam satu tahun?
Ternyata, Nabi SAW hanya melakukan haji satu kali saja. Dan hanya melakukan umrah
sebagai idabah sunnah 3 kali saja (atau mungkin 4 kali).
Penjelasannya, Nabi Muhammad SAW hanya melakukan umrah 2 kali sebagai
ibadah sunnah, secara sengaja dan terpisah dari Haji. Satu kali lagi, dia lakukan umrah pada
saat sedang melakukan Haji, jadi tidak berangkat secara khusus dari Medina untuk umrah
saja. Dan satu kali lagi Nabi SAW tidak berhasil masuk Makkah, berarti umrahnya tidak jadi.
Artinya, Nabi hanya melakukan umrah 2 kali saja (secara sengaja dan terpisah dari Haji),
padahal ada ribuan kesempatan. Boleh dikatakan 3 kali, kalau tambahkan umrah yang
dilaksanakan saat Haji. Dan boleh dikatakan 4 kali, kalau termasuk satu kali yang gagal di
mana Nabi berniat melakukan umrah, tetapi tidak berhasil masuk kota Makkah (dan itu usaha
umrah yang pertama).
Jadi, boleh dikatakan Nabi SAW melakukan umrah minimum 2 kali (berangkat
secara sengaja dan terpisah dari Haji), maksimum 4 kali termasuk saat Haji dan satu kali
yang gagal). Padahal Nabi SAW bisa melakukan umrah ribuan kali, kalau dia mau. Ternyata,
hanya 2-4 kali saja.
Uang yang dihabiskan oleh kita berapa banyak untuk melakukan ibadah-ibadah itu?
Berapa puluh atau berapa ratus juta setiap tahun, untuk SETIAP ORANG yang berangkat?
Apakah tidak ada orang yang lebih membutuhkannya? Misalnya, anak yatim, fakir miskin,
orang yang punya hutang, orang yang perlu operasi, dsb. Apakah mereka itu “SAUDARA
KITA” atau tidak? Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa
menyaksikan kita dan cara kita utamakan kenikmatan ibadah sendiri dengan biaya yang
tinggi, pada saat ada banyak saudara kita yang perlu bantuan.

Masjid Kita?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW.
Tempat bersih untuk shalat, ada tempat wudhu, menghadap kiblat, dsb. Tetapi kenapa bisa
begitu mewah, sehingga menghabiskan MILYARAN RUPIAH untuk renovasi saja? Saya
tidak bicarakan masjid yang sudah dibangun dari zaman dulu. Yang sudah ada, biarkanlah.
Yang saya maksudkan adalah yang dibangun dan direnovasi sekarang.
Ada sebuah masjid yang cukup besar. Sedang direnovasi. Pengurus masjid pasang
marmer di lantai dan tembok. Memang sangat indah tetapi kenapa sebagian dari marmernya
harus diimpor dari Itali? Dan kenapa harus pakai marmer? Kenapa tidak bisa pakai UBIN
berkualitas saja? Sedangkan banyak hotel bintang 5 hanya pakai ubin. Kalau hotel mewah
bisa pakai ubin, kenapa masjid kita harus pakai marmer yang diimpor dari luar negeri dengan
biaya yang cukup besar?
Kenapa ada juga masjid yang harus pasang kubah emas dan menggunakan barang-
barang lain yang mewah di dalam masjid? Apakah Nabi Muhammad SAW akan senang
melihat masjid kita? Sedangkan banyak anak yatim yang miskin, tidak bisa makan setiap
hari, tidur dalam keadaan lapar, putus sekolah, menjadi pemulung, dsb.? Mungkin Nabi
Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan masjid kita.

Anda mungkin juga menyukai